6
BAB II DASAR PEMIKIRAN 2.1 Film 2.1.1 Pengertian Film Film adalah gambar-hidup, juga disebut movie. Film, secara kolektif, sering disebut sinema. Sinema itu sendiri bersumber dari kata kinematic atau gerak. Film juga sebenarnya merupakan lapisan-lapisan cairan selulosa, biasa dikenal dunia para sineas sebagai seluloid. Pengertian secara harfiah (sinema) adalah cinemathograpie yang berasal dari cinema + tho= phyos (chaya) – grhap (tulisan = gambar = citra), jadi pengertiannya adalah melukis gerak dengan cahaya. Agar kita dapat melukis gerak dan cahaya, kita harus menggunakan alat khusus, yang bisa kita sebut dengan kamera. Film juga disebut sebagai media komunal, perpaduan dari berbagai teknologi dan unsur-unsur kesenian baik seni rupa, teater, sastra, arsitektur, dan musik. Film merupakan perpaduan dari perkembangan teknologi fotografi dan rekaman suara. Film pada hakekatnya adalah medium komunikasi massa sebagaimana terlihat dari ciri – cirinya : 1. Sifat Informasi Film lebih dapat menyampaikan informasi yang matang dalam konteks yang lebih utuh dan lengkap. Maka informasi dari film dapat diserap khalayak secara mendalam.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
7
2. Kemampuan Distorsi Film sama seperti media massa lainnya dibatasi oleh ruang dan waktu. Untuk mengatasi itu, film menggunakan distorsi dalam pembuatannya, baik ditahap perekaman gambar, maupun pemaduan gambar yang dapat menempatkan informasi. 3. Situasi Komunikasi Film lebih dapat membawakan situasi komunikasi yang khas sehingga menambah intensitas keterlibatan khalayak. Film menimbulkan keterlibatan yang lebih intim. Keterlibatan penonton dengan suatu film dapat melepas dia dari realitas kehidupan yang sesunggunya. 4. Kredibilitas Situasi komunikasi film dan keterlibatan emosional penonton dapat menambah kredibilitas suatu produk film. Hal itu dimungkinkan karena penyajian film disertai dengan perangkat kehidupan yang mendukung. 5. Struktur hubungan Khalayak film dituntut untuk membentuk kerangka komunikasi yang baru setiap kali menonton film agar mendapatkan persepsi yang tepat. 6. Kemampuan perbaikan Karena tidak memerlukan kecepatan dan kesegaran, film dapat dibuat lebih teliti. Namun setelah titik tertentu, film tidak dapat lagi dapat diperbaiki, kecuali dengan pemotongan. Jadi tidak ada ralat seperti di media massa lainnya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8
7. Kemampuan referensi Khalayak film mengalami kesulitan referensi dibandingkan dengan khalayak media massa lainnya. Khalayak film harus dapat menyerap informasi pada saat menerima. Kesalahan persepsi dan pengertian tidak dapat diperbaiki, apalagi jika penonton tidak atau belum terbiasa dengan bahasa film yang digunakan. 2.1.2 Sejarah Film Berbagai percobaan dilakukan semenjak awal abad ke-19 untuk menciptakan sebuah pesawat yang dapat memancarkan gambar yang dapat bergerak. Langkah pertama ke arah sinematografi dilakukan oleh E.Muybridge, seorang petualan Ingris yang imigrasi ke California pada tahun 1849. Ia adalah seseorang yang menggemari taruhan balap kuda. Pada tahun 1877, Muybridge menempatkan 12 kamera sepanjang jalur lapangan dan merentangkan tali – tali menyebrangi jalur. Setiap kuda yang melewatinya diabadikan oleh satu kamera. Muybridge merealisasikan semua gerakan asli dan memproyeksikan dengan lentera ajaib. Pada tahun 1888, Thomas A. Edison menemukan kamera gambar bergerak bernama kinematografi. Kemudian pada tahun 1885 dua bersaudara Perancis, Auguste dan Louis Lumiere (dikenal dengan nama Lumiere bersaudara) mengembangkan penemuan Edison sehingga ditemukan peralatan yang dapat mengambil gambar bergerak (film), memperbanyak, serta memproyeksikan ke layar (Screen play). Penemuan – penemuan terus berkembang, apalagi setelah penemuan Lumiere mengundang banya peminat produser film karena keberhasilannya menyajikan film yang baik saat itu.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
Teknologi perfilman mencapai kesempurnaan ketika ditemukan teknologi yang mampu memadukan suara dan gambar (1926 – 1930), suatu penemuan yang menandakan berakhirnya periode film bisu. Kemudia teknologi film berwarna semakin memicu gairah para masyarakat film. Juga berkembangnya film – film unutk siaran televisi dan film tiga dimensi. Dalma teknologi suara muncul teknologi dolby stereo yang membuat suara film bermunculan di semua sisi gedung bioskop. Kehadiran film sebagai media komunikasi untuk menyampaikan informasi, pendidikan dan hiburan adalah salah satu media visual auditif yang mempunyai jangkauan yang sangat luas, mengingat sifatnya yang terbuka, cakupan yang luas, tidak mengenal usia dan meliputi seluruh lapusan masyarakat mulai dari anak – anak, remaja, hingga orang dewasa. Luas jangkauan siaran dan cakupan pemirsanya bukan saja menjadikan film sebagai media alat untuk mempengaruhi terhadap perkembangan pengetahuan dan tingkat penyerapan pesan – pesan yang disampaikan melalui media ini jauh lebih intensif jika dibandingkan dengan media komunikasi lain. Film dapat dikatakan sebagai suatu penemuan teknologi modern paling spektakuler yang melahirkan berbagai kemungkinan. Pertama, dalam pengertian kimia fisik dan teknik, film berarti selaput halus. Pengertian ini dapat dicontohkan, misalnya pada selaput tipis yang biasa dipakai untuk melindungi benda – benda seperti dokumen (laminasi). Dalam fotografi dan sinematografi film berarti bahan yang dipakai untuk segala sesuatu yang berkaitan dengan foto.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
Kedua, film juga mempunyai pengertian paling umum, yaitu untuk menamakan serangkaian gambar yang bergerak. Obyek itu memperlihatkan suatu serial gerakan atau momen yang berlangsung secara terus menerus, kemudian diproyeksikan ke dalam sebuah layer dengan memutarnya dalam kecepatan tertentu sehingga menghasilkan sebuah gambar hidup. Film juga merupakan serangkain gambar – gambar yang diambil oleh obyek yang bergerak memperlihatkan suatu serial peristiwa – peristiwa gerakan yang berlaku secara berkesinambungan, yang berfungsi sebagai media hiburan, pendidikan dan penerarangan. Sebagai salah satu bentuk media informasi maka film secara otomatis akan membawa dampak, baik itu positif maupun negatif kepada penontonnya. Untuk meningkatkan kesandan dampak dari film, suatu film diiringi suara yang dapat berupa dialog atau musik sehingga dialog atau musik tersebut merupakan alat bantu penguat ekspresi, disamping suara musik, warna yang mempertinggi tingkat nilai kenyatan pada film sehingga unsur sungguh – sungguh terjadi sedang dialami oleh khalayak saat film diputar makin terpenuhi.
2.1.3 Jenis-Jenis Film 1. Non Fiksi / Film Dokumenter Film yang mendokumentasikan kenyataan. Artinya film dokumenter berarti menampilkan kembali fakta yang ada dalam kehidupan.1 Selain fakta, juga mengandung subyektif pembuat yang diartikan sebagai sikap atau opini terhadap
1
Wikipedia, 2016 Film Dokumenter, https://id.wikipedia.org/wiki/Film_dokumenter
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
peristiwa, sehingga persepsi tentang kenyataan akan sangat tergantung pada si pembuat film documenter tersebut. 2. Film Pendek Film pendek Indonesia mulai muncul dikalang pembuat film Indonesia sejak munculnya pendidikan sinematograi di IKJ. Perhatian para film-enthusiasts di era tahun 70-an bisa dikatakan cukup baik dalam membangun atmosfer positif bagi perkembangan film pendek di Jakarta. Bahkan, Dewan Kesenian Jakarta mengadakan Festival Film Mini setiap tahunnya sejak 1974. Pada tahun 1984 muncul hubungan internasional diantaranya dengan para filmmaker Eropa terutama dengan Festival Film Pendek Oberhausen. Hal itu, membuat film pendek mulai bernai unjuk gigi dimuka dunia. Keadaan ini memancing munculnya Forum Film Pendek di Jakarta, yang berisikan para seniman, praktisi film, mahasiswa dan penikmat film dari berbagai kampus untuk secara intensif membangun networking yang baik dikalangan pemerhati film.
2.2 Penulis Skenario Penulis skenario adalah sineas professional yang menciptakan dan meletakkan dasar acuan bagi pembuatan film dalam bentuk (format) naskah (skenario). Tugas dan kewajiban penulis skenario adalah:2 1.
Menciptakan dan menulis dasar acuan dalam bentuk naskah (skenario) atas dasar ide cerita sendiri atau ide dari pihak lain.
2
Ariatma, A., & Mushlisiun, A. (2008). Job Description Pekerja Film (Versi 01). Jakarta: FFTV-IKJ
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
2.
Bagi penulis dasar acuan itu bisa dilakukan secara bertahap mulai dari ide cerita, sinopsis (basic story), treatment dan skenario atau bisa juga langsung menjadi skenario.
3.
Bekerja dari tahap pengembangan ide (development) sampai jangka waktu terakhir (pra produksi).
4.
Membuat skenario dengan format yang telah ditentukan.
5.
Menjadi narasumber bagi pelaksana produksi bila diperlukan.
2.3 Skenario Skenario film adalah naskah yang berisi cerita atau gagasan yang telah di design cara penyajiannya, agar komunikatif dan menarik disampaikan dengan media film. Di Amerika ada yang menyebutnya sebagai fim script, ada juga screenplay. Di Inggris orang menggunakan istilah film script, tapi mengenal juga istilah scenario. Sebuah skenario sebenarnya adalah sebuah cerita yang telah ditata dan dipersiapkan menjadi naskah yang siap di produksi. Penataan dilakukan untuk membuat struktur cerita dengan format-format standar.3 2.3.1 Struktur Dramatik Menyampaikan cerita naratif adalah menuturkan jalan kisah hanya dengan tujuan agar yang mendengarkan tahu. Tidak terkandung maksud untuk menggugah emosinya atau mempersuasi komunikan. Sebaliknya menuturkan cerita dramatik untuk menggugah emosi pihak komunikan.
3
Sony Set & Sita Sidharta. (2006). Menjadi Penulis Skenario Profesional. Yogyakarta: Grasindo
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
Struktur terdiri atas peristiwa-peristiwa spesifik dalam film dan posisinya berhubungan dengan yang lain. Struktur yang baik muncul ketika peristiwa yang tepat muncul dalam scene atau sequence yang tepat untuk membangkitkan keterlibatan emosional maksimum dari penonton. Dalam struktur dramatik, setiap peristiwa berikutnya harus lebih atraktif dalam usaha mencapai gerak maju, yang harus diterapkan pada setiap bagian, setiap elemen cerita. Setiap karakterisasi harus tumbuh menuju akhir. Setiap emosi harus semakin kuat. Setiap keputusan harus semakin penting. Setiap peristiwa harus semakin menarik. Nilai dramatik disusun semakin lama semakin meningkat menuju ke puncak tangga dramatik yang dinamakan klimaks. Klimaks ditempatkan sesaat sebelum film berakhir.
2.3.2. Pola Tiga Babak Teori tiga babak ini berasal dari Aristoteles yang berkata struktur dramatik cerita bisa dibagi menjadi tiga. Aristotles menggunakan ini untuk menstruktur cerita teater pada zamannya. Sebagai sebuah struktur, tiga babak runut dan logis.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
Tiga babak membagi cerita menjadi: awal, tengah, dan akhir. Sehingga, penonton akan bisa menikmatinya secara baik. Ini juga struktur yang dipakai dalam filmfilm Hollywood, karya-karya mainstream, jadi penonton sudah familier dengan strukturnya.4 Struktur dramatik film mengacu pada struktur Tiga Babak; yaitu Babak I yang disebut Babak Awal (Opening, Beginning, Set-up), Babak II yaitu Babak Tengah (Middle, Development) dan Babak III atau Babak Akhir (End, Resolution). 1. Babak I (Opening, Beginning, Set-up) Cerita berawal dengan pengenalan tokoh utama dan dunianya. Tokoh ini menginginkan sesuatu, namun sesuatu itu berbenturan dengan dunianya. Berbagai masalah muncul sehubung dengan usaha tokoh utama dalam mencapai tujuannya. Pada saat yang sama tokoh lain yang berhubungan dengan tokoh utama juga mempunyai konflik yang tidak terpecahkan. Pada akhirnya babak pertama tokoh utama telah memutuskan untuk mengejar apa yang ia inginkan.5 2. Babak II (Middle, Development). Konflik tokoh utama menjadi lebih rumit karena benturan dengan dunianya lebih keras dari yang ia duga. Masalah-masalah yang ada lebih susah dari yang ia kira. Tokoh utama memutuskan untuk meninggalkan dunianya dan memasuki dunia yang lain. Keputusan memberikan solusi sementara yang berakibat dunia lamanya berantakan. 4 5
Raditya Dika. Rahasia Menulis Kreatif. Hal 53. Sony Set & Sita Sidharta. (2006). Menjadi Penulis Skenario Profesional. Hal 30.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
3. Babak III (End, Resolution) Tokoh utama menyadari bahwa untuk menyelesaikan konflik dunianya tidak akan bisa lama lagi. Tokoh utama memasuki dunia baru dimana ia mendapatkan apa yang ia inginkan.6
2.4 Alur dan Plot Plot adalah jalan cerita atau alur cerita dari awal, tengah hingga akhir. Akan lebih baik apabila kita mengetahui plotnya sebelum kita menulis naskah; kita sudah tahu kemana tujuan cerita ini, apa masalahnya, dan bagaimana solusinya. Bila tidak, kita bisa kehilangan ide dalam menyambung cerita dari titik A ke titik B sehingga proses menulis naskah akan mudah terganggu di tengah jalan atau kita berhenti menulis sama sekali. Struktur plotline yang diawali konflik, komplikasi, dan resolusinya biasa disebut dengan drama tiga babak. Struktur ini merupakan struktur dasar dalam membangun sebuah cerita yang perlu diketahui. Untuk lebih memahami struktur 3 babak tontonlah film yang sukses dan analisalah jalan ceritanya. Hal ini membuat perbandingan untuk merasakan perbedaan sebuah cerita yang berhasil dan yang tidak. Drama tiga babak sebenarnya adalah jenis drama standar yang mudah dalam penggarapannya. Konflik yang ditimbulkan dari hubungan antar karakter justru memperkuat tokoh utama untuk mencapai tujuan akhir dari sebuah cerita.
6
Sony Set & Sita Sidharta. (2006). Menjadi Penulis Skenario Profesional. Hal 32.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
Plot tidak hanya diterjemahkan sebagai alur cerita, tetapi plot diartikan alur cerita yang direkayasa untuk mencapai kesimpulan tertentu. Dengan demikian satu dari bagian cerita (novel, cerpen, peristiwa sejarah dan lainnya) dapat dibuat dengan banyak plot, sesuai sudut pandang dan tujuan yang kita inginkan. Dalam sebuah plot utama ada sub plot (plot kecil) yang menyertai dan mempunyai fungsi tidak hanya meramaikan cerita saja melainkan adanya fungsi sebagai memperkuat informasi cerita dan meningkatkan dramatik cerita. Jika ada subplot yang tidak berfungsi untuk menunjang plot utama, harus segera disingkirkan, karena nantinya dapat menjadi cerita tersendiri dan hal ini akan membingungkan cerita yang kita bangun.7 2.5 Karakter Karakter adalah tokoh yang hidup di dalam cerita yang kita ciptakan. Sebuah cerita hanya akan menarik jika karakter yang hidup di dalamnya menarik.8 Karakter adalah pemain yang melakukan dialog dalam scene dan selalu ditulis dalam huruf besar dalam penulisan skenario. Karakter dapat berupa manusia (laki-laki dan perempuan), hewan, robot, komputer atau makhluk – makhluk tertentu yang berperan dalam isi dialog. Tentu saja dalam beberapa prasyarat dialog yang terjadi, pengucapan tetap dalam dialog bahasa manusia, umpamanya dialog robot – robot yang bermain dalam film Star Wars. Ada juga dialog – dialog yang diisi oleh suara asli binatang tersebut seperti dalam film Tin Tin, AIR BUD, atau film lainnya yang melibatkan binatang sebagai tokoh sentral. 7 8
Anton Mabruri KN. Penulisan Naskah TV. Hal 27 Raditya Dika. Rahasia Menulis Kreatif. Hal 24
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
Karakter dalam skenario mencerminkan peranan, emosi, keterampilan dan tugas – tugas serta tujuan yang harus dicapai dalam tugas yang di embannya. Jalannya sebuah cerita dalam skenario ditentukan dari gerak dan motivasi sang karakter dari awal hingga akhir cerita selesai. Karakter menjalankan cerita. Secara garis besar terdapat pembagian jenis – jenis karakter yang mewarnai sebuah cerita. 2.5.1 Karakter Protagonis Karakter ini sering disebut sebagai karakter utama. Ia mewakili sisi kebaikan dan mencerminkan sifat – sifat kebenaran yang mewarnai aktivitasnya dalam cerita. Pada beberapa naskah, karakter ini biasanya memiliki sosok pahlawan, pembela kebenaran atau tokoh yn memikul tanggung jawab. 2.5.2 Karakter Sidekick Karakter ini berpasangan dengan karakter protagonis. Tugasnya membantu setiap tugas yang diemban sang karakter protagonis. Karakter in biasanya bertindak sebagai teman, penjaga, penolong atau guru yang membantu proganis. 2.5.3 Karakter Antagonis Karakter antagonis selalu berlawanan dengan karakter protagonis. Ia selalu berupaya menggagalkan setiap upaya karakter protagonis dalam menyelesaikan tugas dan bertanggung jawabnya. Kita sering melihat karakter ini dilambangkan sebagai musuh atau orang jahat yang berhadapan langsung dengan tokoh protagonis.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
2.5.4 Karakter Kontagonis Kontagonis adalah karakter yang membantu setiap aktivitas karakter antagonis dalam menggagalkan langkah sang protagonik. Tokoh ini biasanya dilambangkan sebagai tokoh yang licik. Pada cerita perwayangan, tokoh kontagonis yang sangat terkenal adalah Sangkuni, penasihat Duryudana. 2.5.5 Karakter Skeptis Sesuai dengan sifat skeptis yang disandangnya, tokoh ini adalah karakter yang paling tidak peduli terhadap aktivias yang dilakukan sang tokoh protagonis. Ia selalu menganggap tokoh protagonis sebagai pecundang. Walaupun bukan lawan, tokoh ini selalu muncul mengacaukan segala rencana yang dijalankan sang protagonis. Tokoh ini dilambangkan sebagai sosok yang keras kepala, mau menang sendiri, pimipinan dari tokoh protagonis atau tokoh yang selalu mencurigai gerak – gerik tokoh protagonis.9
9
Sony Set & Sita Sidharta. Menjadi Penulis Skenario Profesional. Hal 74.
http://digilib.mercubuana.ac.id/