DAMPAK INVESTASI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN DI INDONESIA (ANALISIS INPUT-OUTPUT)
OLEH DYAH AYU MARIANA HANDARI H14102049
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
RINGKASAN
DYAH AYU MARIANA HANDARI. Dampak Investasi Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Di Indonesia (dibimbing oleh ALLA ASMARA).
Perekonomian Indonesia semakin terpuruk sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter pada pertengahan tahun 1997. Menurut Kriswantriyono (2003), hal ini disebabkan karena dunia usaha cenderung melakukan investasi yang berlebihan pada sektor-sektor ekonomi yang rentan terhadap perubahan-perubahan nilai tukar dan suku bunga. Namun, kondisi ini tidak terlalu berpengaruh terhadap sektor pertanian sehingga sektor pertanian perlu dikembangkan lebih lanjut. Secara lebih spesifik, penelitian ini bertujuan untuk: (i) Menganalisis besarnya peranan sektor pertanian terhadap perekonomian di Indonesia dalam pembentukan struktur permintaan dan struktur penawaran, struktur konsumsi, struktur investasi, struktur ekspor dan impor, strukur nilai tambah bruto, (ii) mengetahui besarnya keterkaitan ke depan dan keterkaitan ke belakang sektor pertanian Indonesia, (iii) mengetahui besarnya koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran sektor pertanian di Indonesia, (iv) mengetahui besarnya efek pengganda (Multiplier Effect) yang ditimbulkan oleh sektor pertanian di Indonesia, serta (v) menganalisis dampak investasi yang ditimbulkan oleh sektor pertanian terhadap perekonomian di Indonesia. Model analisis yang digunakan untuk mengkaji dampak investasi sektor pertanian terhadap perekonomian Indonesia dalam penelitian ini adalah Analisis Input-Output Demand side atau Analisis Input-Output sisi Permintaaan. Perangkat lunak yang digunakan dalam mengolah data Input-Output ini adalah Microsoft Excel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan sektor pertanian di Indonesia cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap pembentukan struktur permintaan dan penawaran (13,60% dan 7,81%), struktur konsumsi masyarakat (13,08%), struktur investasi berupa pembentukan modal tetap (0,30%) dan perubahan stok (9,46%), struktur ekspor (2,98%) dan impor (4,63%) dan struktur nilai tambah bruto (16,81%), tetapi mempunyai kontribusi yang kecil terhadap struktur konsumsi pemerintah. Berdasarkan analisis keterkaitan, nilai keterkaitan ke depan langsung tertinggi adalah pada sektor industri pengolahan. Sektor industri pengolahan juga memiliki nilai keterkaitan ke depan langsung dan tidak langsung tertinggi. Sedangkan nilai keterkaitan langsung ke belakang tertinggi adalah pada sektor listrik, gas dan air bersih. Sektor yang memiliki nilai keterkaitan output langsung dan tidak langsung ke belakang tertinggi adalah sektor bangunan. Analisis dampak penyebaran menunjukkan bahwa sektor pertanian lebih mampu untuk mendorong pertumbuhan sektor hilirnya dibandingkan menarik pertumbuhan sektor hulunya. Analisis multiplier menunjukkan bahwa kemampuan sektor pertanian untuk mempengaruhi pembentukan output, pendapatan dan penyerapan tenaga kerja di seluruh sektor perekonomian cukup
kuat. Berdasarkan analisis miltiplier tipe I dan tipe II maka sub sektor pertanian yang memiliki nilai multiplier paling besar dari sisi output, pendapatan dan tenaga kerja adalah sub sektor peternakan. Dengan asumsi bahwa investasi yang ditanamkan pada sub-sub sektor pertanian senilai Rp 18 trilyun akan berdampak terhadap peningkatan output, pendapatan dan penyerapan tenaga kerja yang mampu menciptakan output total di seluruh sektor perekonomian sebesar Rp 18.068 trilyun, pendapatan sebesar Rp 5.668 trilyun, dan penyerapan tenaga kerja sebanyak 2.877.222 orang. Berdasarkan analisis tersebut maka dampak investasi sub sektor pertanian terhadap pembentukan nilai output, pendapatan dan penyerapan tenaga kerja terbesar adalah pada sub sektor perkebunan. Hal yang dapat disarankan penulis berdasarkan hasil penelitian ini adalah dana investasi di sektor pertanian sebaiknya lebih dialokasikan pada sub sektor peternakan karena sub sektor ini memiliki nilai multiplier output, pendapatan dan tenaga kerja tertinggi jika berdasarkan pada analisis multiplier. Jika berdasarkan analisis dampak total investasi baik dampak langsung maupun tidak langsung maka dana investasi di sektor pertanian sebaiknya dialokasikan pada sub sektor perkebunan karena sektor tersebut mempunyai dampak total investasi tertinggi terhadap output, pendapatan dan tenaga kerja. Selain itu, diperlukan peran dari pemerintah berupa upaya yang dapat menarik minat investor untuk menanamkan modalnya di sektor pertanian, dan di sisi lain sangat diperlukan peran pemerintah dalam rangka mengembangkan sumberdaya manusia khususnya di sektor pertanian. Penelitian ini mempunyai keterbatasan yaitu asumsi kesebandingan dan koefisien teknis bersifat konstan selama periode analisis maka dalam penelitian selanjutnya, hendaknya digunakan analisis Input-Output dinamis yang menyertakan unsur waktu dan harga sebagai variabel endogen.
Bukankah Kami telah lapangkan dadamu? Dan Kami hilangkan bebanmu? Yang memberatkan punggungmu Dan Kami tinggikan untukmu sebutan (nama) mu. Sebab sesungguhnya setelah kesukaran itu terdapat kemudahan. Sesungguhnya setelah kesukaran itu terdapat kemudahan Maka jika kamu telah selesai (urusan dunia), maka bersungguh-sungguhlah (dalam beribadah). Dan hanya kepada Tuhanmulah kiranya engkau berharap. (Q.S. Al Insyirah: 1-8 )
Karya ini penulis persembahkan untuk orang tua tercinta, Suami dan Baby manisku ”Riztha”
Bukankah Kami telah lapangkan dadamu? Dan Kami hilangkan bebanmu? Yang memberatkan punggungmu Dan Kami tinggikan untukmu sebutan (nama) mu. Sebab sesungguhnya setelah kesukaran itu terdapat kemudahan. Sesungguhnya setelah kesukaran itu terdapat kemudahan. Maka jika kamu telah selesai (urusan dunia), maka bersungguh-sungguhlah (dalam beribadah). Dan hanya kepada Tuhanmulah kiranya engkau berharap. (Q.S. Al Insyirah: 1-8 )
Karya ini penulis persembahkan untuk orang tua tercinta, Suami dan Baby manisku ”Riztha”
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN
SEBAGAI
SKRIPSI
ATAU
KARYA
ILMIAH
PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Oktober 2006
Dyah Ayu Mariana Handari H14102049
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa
: Dyah Ayu Mariana Handari
Nomor Registrasi Pokok
: H14102049
Program studi
: Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi
: Dampak Investasi Sektor Pertanian terhadap Perekonomian di Indonesia (Analisis Input-Output)
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor
Menyetujui, Dosen Pembimbing,
Alla Asmara, S.Pt, M.Si NIP. 132 159 707
Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
Dr.Ir.Rina Oktaviani, MS NIP. 131 846 872
Tanggal Kelulusan :
DAMPAK INVESTASI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN DI INDONESIA (ANALISIS INPUT-OUTPUT)
OLEH DYAH AYU MARIANA HANDARI H14102049
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Dyah Ayu Mariana Handari lahir pada tanggal 23 Juli 1983 di Sragen, Provinsi Jawa Tengah. Penulis anak Pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Purnomo, S.Pd dan Ibu Dra. Kamsiyah. Jenjang pendidikan penulis dilalui tanpa hambatan, penulis menamatkan sekolah taman kanak-kanak di TK Aisyiah Busthanul Atfal pada tahun 1990, kemudian melanjutkan ke SD Negeri Karangpelem 3 dan lulus pada tahun 1996. Pada tahun yang sama penulis diterima di SLTP Negeri 1 Mojogedang dan lulus pada tahun 1999, kemudian melanjutkan ke SMU Negeri 1 Karanganyar dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun 2002 penulis meninggalkan kota tercinta untuk melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi. Institut Pertanian Bogor menjadi pilihan penulis dengan harapan besarnya dapat memperoleh ilmu dan mengembangkan pola pikir, sehingga menjadi sumberdaya manusia yang berguna bagi pengembangan kota tercinta. Penulis masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa program studi Ilmu Ekonomi, pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di organisasi seperti Hipotesa, kepengurusan tahun 2003-2004 dan Gamasika (Gabungan Mahasiswa Karanganyar).
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi
ini
adalah
“Dampak
Investasi
Sektor
Pertanian
Terhadap
Perekonomian Di Indonesia”. Skripsi ini menganalisis dampak investasi sektor pertanian terhadap perekonomian nasional baik dari sisi output, pendapatan maupun penyerapan tenaga kerja. Di samping hal tersebut, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa skripsi ini terselesaikan atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan rasa tulus dan hormat, penulis menghaturkan terima kasih kepada : 1. Bapak Alla Asmara, S.Pt, M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan dorongan baik secara teknis maupun teoritis dalam pembuatan skripsi ini, sehingga dapat diselesaikan dengan baik. 2. Bapak M.P. Hutagaol, Ph.D sebagai dosen penguji utama yang telah memberikan masukan kepada penulis. 3. Ibu Ir. Wiwiek Rindayati, M.Si sebagai Komisi Pendidikan yang telah memberikan masukan kepada penulis. 4. Bapak Ir. Joyo Winoto, Ph.D sebagai dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan, arahan, semangat dan dorongan kepada penulis. 5. Pihak Badan Pusat Statistik Jakarta, Badan Koordinasi Penanaman Modal Jakarta, serta instansi-instansi terkait yang telah memberikan informasi kepada penulis. 6. Bapak Purnomo, Spd dan Ibu Dra. Kamsiyah, selaku orang tua tercinta yang tidak pernah berhenti memberikan kasih sayangnya, semangat, dorongan, baik moril maupun materil, serta do’anya kepada penulis. 7. Setiawan S. yang selalu setia membimbing dan memberikan dukungan, semangat, masukan, kesabaran dan kasih sayangnya kepada penulis.
8. My sweet baby Tirtha Auriza Prabha, senyummu adalah semangat bagi kami. 9. Rika Dewi Kumalasari, selaku pembahas dan sahabat penulis yang telah memberikan semangat dan masukan kepada penulis. 10. Iyas, Nungsri, Mela, Wina, Mila, Hasni, Tami, Rini, Lusi, Retno dan Agustina serta seluruh IE 39 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas kebersamaanya ketika kuliah di IPB. 11. Peserta seminar yang telah bersedia hadir dalam seminar penulis dan memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.
Bogor, Oktober 2006
Dyah Ayu Mariana Handari H14102049
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL.............................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................
xv
I.
PENDAHULUAN...................................................................................
1
1.1
Latar Belakang...............................................................................
1
1.2
Permasalahan.................................................................................
2
1.3
Tujuan Penelitian...........................................................................
6
1.4
Manfaat Penelitian.........................................................................
6
1.5
Ruang Lingkup Penelitian.............................................................
7
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN..................
8
2.1
Konsep Pertanian...........................................................................
8
2.2
Investasi Dalam Pembangunan......................................................
8
2.3
Investasi Di Sektor Pertanian......................................................... 13
2.4
Penggunaan Analisis Input-Output................................................
14
2.4.1 Tabel Input-Output Indonesia...............................................
14
2.4.2 Struktur Tabel Input-Output.................................................
17
2.4.3 Asumsi-asumsi Keterbatasan Input-Output..........................
21
2.4.4 Dampak Penyebaran.............................................................
22
2.4.5 Analisis Multiplier................................................................
23
II.
III.
2.5
Kerangka Pemikiran....................................................................... 26
2.6
Studi Penelitian Terdahulu............................................................. 28
METODE PENELITIAN......................................................................... 32 3.1
Jenis dan Sumber Data................................................................... 32
3.2
Metode Analisis.............................................................................
32
3.2.1 Analisis Keterkaitan.............................................................. 34 3.2.2 Analisis Dampak Penyebaran................................................ 37 3.2.3 Analisis Multiplier................................................................. 38 3.2.4 Koefisien Pendapatan............................................................ 39
3.2.5 Koefisien Tenaga Kerja.......................................................... 40 3.2.6 Analisis Dampak Investasi..................................................... 40 3.3
Kerangka Dasar Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2003.........
42
3.4
Konsep dan Definisi....................................................................... 44
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................... 48 4.1
Peranan Sektor Pertanian terhadap Struktur Perekonomian Indonesia……......................................................... 48 4.1.1 Permintaan dan Penawaran Output........................................ 48 4.1.2 Struktur Konsumsi Rumah Tangga dan Konsumsi Pemerintah.............................................................................. 49 4.1.3 Struktur Investasi.................................................................... 50 4.1.4 Struktur Ekspor dan Impor..................................................... 52 4.1.5 Struktur Nilai Tambah Bruto................................................... 53 4.1.6 Struktur Output Sektoral........................................................ 55
4.2
Analisis Keterkaitan........................................................................ 55 4.2.1 Keterkaitan ke Depan............................................................. 56 4.2.2 Keterkaitan ke Belakang........................................................ 57
4.3
Dampak Penyebaran....................................................................... 58 4.3.1 Koefisien Penyebaran............................................................. 58 4.3.2 Kepekaan Penyebaran............................................................ 59
4.4
Analisis Multiplier.......................................................................... 59
4.5
Dampak Investasi Sektor Pertanian terhadap Perekonomian Indonesia........................................................................................
62
4.5.1 Dampak Investasi Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan..... 62 4.5.2 Dampak Investasi Sub Sektor Perkebunan............................ 64 4.5.3 Dampak Investasi Sub Sektor Peternakan............................. 67 4.5.4 Dampak Investasi Sub Sektor Kehutanan.............................
69
4.5.5 Dampak Investasi Sub Sektor Perikanan............................... 71 V. KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................... 74 5.1 Kesimpulan......................................................................................... 74 5.2 Saran.................................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 77 LAMPIRAN........................................................................................................ 79
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Perkembangan Realisasi Investasi (Atas Izin Usaha Tetap) PMDN Menurut Sektor, Tahun 2000-2005 (Milyar Rupiah)...................................
4
2. Perkembangan Realisasi Investasi (Atas Izin Usaha Tetap) PMA Menurut Sektor, Tahun 2000-2005 (Juta dollar).......................................... 5 3. Ilustrasi Tabel Input-Output.......................................................................... 18 4. Hasil Penelitian Terdahulu tentang Dampak Penyebaran Sektor Pertanian.. 29 5. Hasil Penelitian Terdahulu tentang Multiplier Sektor Pertanian………….. 30 6. Rumus Multiplier Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja………………… 39 7. Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia, Klasifikasi 10 Sektor (Juta Rupiah)..................... 49 8. Struktur Konsumsi Masyarakat dan Konsumsi Pemerintah terhadap sektor Perekonomian di Indonesia Tahun 2003, Klasifikasi 10 Sektor (Juta Rupiah).................................................................................................. 50 9. Pembentukan Modal Tetap, Struktur Perubahan Stok, dan Investasi Sektor Perekonomian di Indonesia Tahun 2003, Klasifikasi 10 Sektor (Juta Rupiah)................................................................................................. 51 10. Struktur Ekspor dan Impor Indonesia Tahun 2003, Klasifikasi 10 sektor (Juta Rupiah)................................................................................................ . 52 11. Struktur Nilai Tambah Bruto Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2003, Klasifikasi 10 sektor ( Juta Rupiah)......................................... 53 12. Distribusi Output Sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2003, Klasifikasi 10 Sektor (Juta Rupiah)................................................................................. 55 13. Keterkaitan Langsung maupun Langsung dan Tak Langsung ke Depan dan ke Belakang Klasifikasi 10 Sektor........................................................
56
14. Koefisien dan Kepekaan Penyebaran Klasifikasi 10 Sektor........................
58
15. Multiplier Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Sektor-sektor Perekonomian Di Indonesia Tahun 2003 Klasifikasi 10 Sektor..................
59
16. Multiplier Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Sektor-sektor Perekonomian Di Indonesia Tahun 2003 Klasifikasi 27 Sektor.................. . 61 17. Dampak Investasi Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan Sebesar Rp 18 trilyun Terhadap Pembentukan Output (Juta Rupiah), Pendapatan (Juta Rupiah), dan Tenaga Kerja (Orang).............................................................. 64
18. Dampak Investasi Sub Sektor Perkebunan Sebesar Rp 18 trilyun terhadap Pembentukan Output (Juta Rupiah), Pendapatan (Juta Rupiah), dan Tenaga Kerja (Orang)…................................................................................ 66 19. Dampak Investasi Sub Sektor Peternakan Sebesar Rp 18 trilyun terhadap Pembentukan Output (Juta Rupiah), Pendapatan (Juta Rupiah), dan Tenaga Kerja (Orang)..................................................................................... 68 20. Dampak Investasi Sub Sektor Kehutanan Sebesar Rp 18 trilyun terhadap Pembentukan Output (Juta Rupiah), Pendapatan (Juta Rupiah), dan Tenaga Kerja (Orang)..................................................................................... 70 21. Dampak Investasi Sub Sektor Perikanan Sebesar Rp 18 trilyun terhadap Pembentukan Output (Juta Rupiah), Pendapatan (Juta Rupiah), dan Tenaga Kerja (Orang)..................................................................................... 72
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Klasifikasi 10 Sektor dan 27 Sektor Tabel Input-Output Indonesia Updating Tahun 2003…………..................................................................
80
2. Jumlah Tenaga Kerja Sektor-Sektor Perekonomian di Indonesia Tahun 2001-2004 (Orang)......................................................................................
84
3. Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2003 Atas Dasar Harga Produsen Klasifikasi 10 Sektor...................................................................................
85
4. Matriks Koefisien Teknis Klasifikasi 10 Sektor.........................................
87
5. Matriks Kebalikan Leontif Terbuka Klasifikasi 10 Sektor.........................
88
6. Matriks Kebalikan Leontif Tertutup Klasifikasi 10 Sektor.........................
89
7. Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2003 Atas Dasar Harga Produsen Klasifikasi 27 Sektor....................................................................................
90
8. Matriks Koefisien Teknis Klasifikasi 27 Sektor..........................................
95
9. Matriks Kebalikan Leontif Terbuka Klasifikasi 27 Sektor..........................
97
10. Matriks Kebalikan Leontif Tertutup Klasifikasi 27 Sektor.........................
99
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi
ini
adalah
“Dampak
Investasi
Sektor
Pertanian
Terhadap
Perekonomian Di Indonesia”. Skripsi ini menganalisis dampak investasi sektor pertanian terhadap perekonomian nasional baik dari sisi output, pendapatan maupun penyerapan tenaga kerja. Di samping hal tersebut, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa skripsi ini terselesaikan atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan rasa tulus dan hormat, penulis menghaturkan terima kasih kepada : 1. Bapak Alla Asmara, S.Pt, M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan dorongan baik secara teknis maupun teoritis dalam pembuatan skripsi ini, sehingga dapat diselesaikan dengan baik. 2. Bapak M.P. Hutagaol, Ph.D sebagai dosen penguji utama yang telah memberikan masukan kepada penulis. 3. Ibu Ir. Wiwiek Rindayati, M.Si sebagai Komisi Pendidikan yang telah memberikan masukan kepada penulis. 4. Bapak Ir. Joyo Winoto, Ph.D sebagai dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan, arahan, semangat dan dorongan kepada penulis. 5. Pihak Badan Pusat Statistik Jakarta, Badan Koordinasi Penanaman Modal Jakarta, serta instansi-instansi terkait yang telah memberikan informasi kepada penulis. 6. Bapak Purnomo, Spd dan Ibu Dra. Kamsiyah, selaku orang tua tercinta yang tidak pernah berhenti memberikan kasih sayangnya, semangat, dorongan, baik moril maupun materil, serta do’anya kepada penulis. 7. Setiawan S. yang selalu setia membimbing dan memberikan dukungan, semangat, masukan, kesabaran dan kasih sayangnya kepada penulis.
8. My sweet baby Tirtha Auriza Prabha, senyummu adalah semangat bagi kami. 9. Rika Dewi Kumalasari, selaku pembahas dan sahabat penulis yang telah memberikan semangat dan masukan kepada penulis. 10. Iyas, Nungsri, Mela, Wina, Mila, Hasni, Tami, Rini, Lusi, Retno dan Agustina serta seluruh IE 39 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas kebersamaanya ketika kuliah di IPB. 11. Peserta seminar yang telah bersedia hadir dalam seminar penulis dan memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.
Bogor, Oktober 2006
Dyah Ayu Mariana Handari H14102049
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Perekonomian Indonesia semakin terpuruk sejak terjadinya krisis ekonomi
dan moneter pada pertengahan tahun 1997. Menurut Kriswantriyono (2003), hal ini disebabkan karena dunia usaha cenderung melakukan investasi yang berlebihan pada sektor-sektor ekonomi yang rentan terhadap perubahanperubahan nilai tukar dan suku bunga, seperti property dan industri berbasis impor. Namun, kondisi ini tidak terlalu berpengaruh terhadap sektor pertanian sehingga sektor pertanian perlu dikembangkan lebih lanjut. Menurut BPS (2005), laju pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) sektor pertanian pada tahun 2003 sebesar 4,34 persen. Kontribusi sektor pertanian terhadap PDB nasional pada tahun 2002 sebesar 15,47 persen, tahun 2003 sebesar 15,49 persen, dan tahun 2004 sebesar 15,33 persen. Hal ini merupakan salah satu indikasi bahwa sektor pertanian yang berbasiskan pada sumber daya domestik dapat berperan sebagai salah satu pemicu bagi pemulihan perekonomian Indonesia. Sektor pertanian memiliki kontribusi yang cukup besar dalam hal penyerapan tenaga kerja di Indonesia dibandingkan sektor-sektor perekonomian lainnya. Menurut BPS (2005), kontribusi sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja di Indonesia tahun 2001 sebesar 43,8 persen, tahun 2002 meningkat menjadi sekitar 44,3 persen, tahun 2003 meningkat lagi menjadi sekitar 46,3 persen. Namun pada tahun 2004 kontribusinya menurun menjadi sekitar 43,3
persen, sehingga diperoleh nilai rata-rata kontribusi tenaga kerja sektor pertanian selama periode tahun 2001-2004 sebesar 44,4 persen per tahun. Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam pembangunan perekonomian nasional, karena sektor pertanian merupakan basis bagi perekonomian Indonesia. Saat terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1997, sektor pertanian adalah satu-satunya sektor yang mampu bertahan dengan pertumbuhan positif sebesar 0,26 persen dan mampu menyerap tenaga kerja sebesar 45 persen. Selain menyediakan kebutuhan pangan bagi penduduk serta menyerap tenaga kerja, sektor pertanian juga merupakan pemasok bahan baku bagi sektor industri dan menjadi sumber devisa. Guna mengembangkan sektor pertanian dan merencanakan pembangunan yang baik dan ideal maka diperlukan suatu upaya penyebaran investasi yang merata baik dalam lingkup sektoral maupun nasional, efisiensi dalam pengalokasian dana investasi pada sektor-sektor strategis.
1.2
Permasalahan Menurut Badan Pusat Satistik (2005), kontribusi sektor pertanian terhadap
PDB nasional selama tahun 2001-2004 cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2001 kontribusi sektor pertanian terhadap PDB nasional atas dasar harga konstan 2000 sebesar Rp 225,4 trilyun, tahun 2002 meningkat menjadi Rp 232,9 trilyun, kemudian tahun 2003 sebesar Rp 243 trilyun, dan tahun 2004 meningkat lagi menjadi Rp 252,9 trilyun. Jika dilihat dari laju pertumbuhan PDB atas dasar harga konstan 2000, sektor pertanian mengalami peningkatan secara berfluktuasi.
Pada tahun 2001 laju pertumbuhan ekonomi (LPE) sebesar 4,08 persen, pada tahun 2002 mengalami penurunan menjadi 3,23 persen, dan tahun 2003 meningkat lagi menjadi 4,34 persen. Kontribusi sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja di Indonesia tahun 2001 adalah sekitar 39,7 juta orang (43,8 %), tahun 2002 meningkat menjadi sekitar 40,6 juta orang (44,3 %), dan tahun 2003 meningkat lagi menjadi sekitar 42 juta orang (46,3 %). Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian mampu berperan penting dalam mengatasi permasalahan pengangguran di Indonesia. Selain itu, investasi yang ditanamkan disektor pertanian mengalami penurunan yang berfluktuasi. Hal ini dapat dilihat dari jumlah investasi yang ditanamkan untuk sektor pertanian masih tertinggal jika dibandingkan dengan investasi di sektor lain. Menurut BKPM (2005), investasi dalam negeri sektor pertanian sebesar Rp 2.272 milyar pada tahun 2000, pada tahun 2001 sebesar Rp 1.016,2 milyar, tahun 2002 sebesar Rp 665,5 milyar, tahun 2003 sebesar Rp 593,8 milyar, tahun 2004 sebesar Rp 527 milyar, dan tahun 2005 sebesar Rp 4.177,2 milyar (tabel 1). Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa investasi dalam negeri sektor industri pengolahan menempati peringkat tertinggi untuk setiap tahunnya. Pada tahun 2000 sebesar Rp 17.664,2 milyar, tahun 2001 sebesar Rp 5.856,1 milyar, tahun 2002 sebesar Rp 9.370,4 milyar, tahun 2003 sebesar Rp 6.229,4 milyar, tahun 2004 sebesar Rp 10.517,9 milyar, dan tahun 2005 sebesar Rp 20.931,1 milyar. Hal ini disebabkan karena setelah terjadinya krisis ekonomi Indonesia
mulai menggerakkan sektor industri pengolahan khususnya sektor industri yang berbasis pada sumberdaya non hayati seperti industri otomotif, industri galian dan lain-lain.
Tabel 1. Perkembangan Realisasi Investasi (Atas Izin Usaha Tetap) PMDN Menurut Sektor, Tahun 2000-2005 (Milyar Rupiah) No 1
Sektor Pertanian
2
Pertambangan dan Penggalian
3
Industri Pengolahan
4
Listrik, Gas, dan Air Bersih
5
Bangunan
6
Perdagangan, Hotel dan Restoran
7 8
Angkutan dan Komunikasi Perumahan, Kawasan Industri & Perkantoran
9
Jasa-jasa Total
2000
2001
2.272,0
1.016,2
2002 665,5
2003 593,8
2004 527,0
2005 4.177,2
145,3
147,6
359,7
16,2
448,5
1.324,6
17.664,2
5.856,1
9.370,4
6.229,4
10.517,9
20.931,1
23,4
137,3
209,0
-
332,6
112,7
564,4
505,6
-
1,0
1.113,7
950,6
126,2
192,5
433,7
598
198,1
1.225,9
102,8
95
0,9
46,9
96,2
0,7
33,3
384,1
214,5
724,1
22.038,0
9.880,8
12.029,0
11.890,0
15.264,7
30.665,0
1.882,6
2.461,7
554,7
452,7
360,9
3.511,2
1.220,6
637,5
Sumber : BKPM (2005).
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa peringkat tertinggi untuk investasi yang berasal dari luar negeri tiap tahunnya juga ditempati oleh sektor industri pengolahan. Pada tahun 2000 sebesar Rp 4.759,9 milyar, tahun 2001 sebesar Rp 2.174,2 milyar, tahun 2002 sebesar Rp 1.569,6 milyar, tahun 2003 sebesar Rp 1.880,4 milyar, tahun 2004 sebesar Rp 2.803,3 milyar, dan tahun 2005 sebesar Rp 3.502,1 milyar. Nilai investasi luar negeri yang ditanamkan disektor pertanian mengalami penurunan yang berfluktuasi. Pada tahun 2000 investasi luar negeri di sektor pertanian sebesar US $ 106,2 juta, pada tahun 2001 sebesar US $ 90,1 juta, tahun 2002 sebesar US $ 18,1 juta, tahun 2003 sebesar US $ 221,3 juta, tahun 2004 sebesar US $ 186,5 juta, dan tahun 2005 sebesar US $ 348,9 juta (Tabel 2).
Tabel 2. Perkembangan Realisasi Investasi (Atas Izin Usaha Tetap) PMA Menurut Sektor, Tahun 2000-2005 (Juta dollar) No
Sektor
1
Pertanian
2
Pertambangan dan Penggalian
3
2000
2001
2002
2003
2004
2005
106,2
90,1
18,1
221,3
186,5
9,2
66,2
84,4
32,1
122
58,9
Industri Pengolahan
4.759,9
2.174,2
1.569,6
1.880,4
2.803,3
3.502,1
4
Listrik, Gas, dan Air Bersih
2..959,2
195,3
-
76,7
6,1
68,7
5
Bangunan
305,0
129,5
6,8
106,7
385,6
921,9
6
Perdagangan, Hotel dan Restoran
674
106,9
186
387,7
762,2
560,5
7
478,4
190,7
1.167,1
2.667,5
103,8
2.946,8
8
Angkutan dan Komunikasi Perumahan, Kawasan Industri & Perkantoran
361
133,9
5,9
0,7
35,2
208,3
9
Jasa-jasa
224,5
397,6
47,4
77,3
196,4
298,5
9.877,4
3.484,4
3.085,3
5.450,4
4.601,1
8.914,6
Total
348,9
Sumber : BKPM (2005).
Investasi adalah kata kunci penentu laju pertumbuhan ekonomi, sehingga investasi diperlukan untuk memacu pertumbuhan sektor-sektor perekonomian, khususnya sektor pertanian, karena secara signifikan investasi akan mendorong kenaikan output, meningkatkan permintaan input, yang pada gilirannya akan meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat. Berdasarkan latar belakang tersebut, beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah : 1. Berapa besar peranan sektor pertanian terhadap perekonomian nasional dalam pembentukan struktur permintaan dan struktur penawaran, struktur konsumsi, struktur investasi, struktur ekspor dan impor, strukur nilai tambah bruto? 2. Berapa besar keterkaitan ke depan dan keterkaitan ke belakang sektor pertanian Indonesia? 3. Berapa besar koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran sektor pertanian Indonesia?
4. Berapa besar efek pengganda (Multiplier Effect) yang ditimbulkan oleh sektor pertanian di Indonesia? 5. Berapa besar dampak investasi yang ditimbulkan oleh sektor pertanian terhadap perekonomian di Indonesia?
1.3
Tujuan Penelitian Melihat permasalahan yang ada maka tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Menganalisis besarnya peranan sektor pertanian terhadap perekonomian di Indonesia dalam pembentukan struktur permintaan dan struktur penawaran, struktur konsumsi, struktur investasi, struktur ekspor dan impor, strukur nilai tambah bruto. 2. Mengetahui besarnya keterkaitan ke depan dan keterkaitan ke belakang sektor pertanian Indonesia? 3. Mengetahui besarnya koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran sektor pertanian di Indonesia. 4. Mengetahui besarnya efek pengganda (Multiplier Effect) yang ditimbulkan oleh sektor pertanian di Indonesia. 5. Menganalisis dampak investasi yang ditimbulkan oleh sektor pertanian terhadap perekonomian di Indonesia.
1.4
Manfaat Penelitian Penulis berharap, agar hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi
penulis khususnya maupun untuk berbagai kalangan umumnya. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:
1. Sebagai bahan masukan bagi pembuat kebijakan dan pengambil keputusan dalam merumuskan dan merencanakan arah pembangunan pertanian di Indonesia. 2. Bagi penulis, untuk menambah pengetahuan tentang perkembangan sektor pertanian terhadap perekonomian Indonesia. 3. Sebagai acuan atau referensi bagi peneliti lain dalam mengembangkan penelitian lebih lanjut.
1.5
Ruang Lingkup Penelitian Fokus penelitian ini adalah dampak investasi sektor pertanian terhadap
perekonomian di Indonesia, dengan menggunakan analisis Input-Output. Data yang digunakan adalah data Tabel Transaksi Total Atas Dasar Harga Produsen (ADHP) Indonesia tahun 2003. Sektor pertanian yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi sub sektor tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Sedangkan pelaku investasi yang dikaji adalah gabungan antara pemerintah, swasta dan masyarakat.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1
Konsep Pertanian Menurut BPS (2003), pertanian adalah semua kegiatan yang meliputi
penyediaan komoditi tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan. Semua kegiatan penyediaan tanamaan bahan makanan, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan itu dilakukan secara sederhana, yang masih menggunakan peralatan tradisional yang termasuk pula didalamnya. Sedangkan, menurut Nasoetion (2002) pertanian dianggap sebagai suatu usaha untuk mengadakan ekosistem buatan yang bertugas untuk menyediakan bahan makanan bagi manusia. Pada mulanya pertanian di tanah air dilakukan sebagai usaha untuk menghasilkan keperluan sehari-hari petani dari tanah tempatnya berpijak, pertanian seperti itu disebut pertanian gurem dan hidup dalam suatu perekonomian tertutup. Namun lama kelamaan setelah ada tuntutan kebutuhan hidup dan perkembangan lingkungan maka pertanian mulai beralih ke pertanian yang komersil.
2.2
Investasi Dalam Pembangunan Secara prinsip investasi dibedakan menjadi investasi finasial dan investasi
non finansial. Investasi finansial adalah investasi dalam bentuk pemilikan instrumen finansial seperti uang tunai, tabungan, deposito, modal dan penyertaan, surat berharga, obligasi dan sejenisnya. Sedangkan investasi non finansial direalisasikan dalam bentuk investasi fisik (investasi riil) yang berwujud kapital
9
atau barang modal, termasuk didalamnya inventori (persediaan). Namun demikian, investasi finansial dapat juga direlisasikan menjadi investasi fisik. Pembangunan ekonomi adalah suatu proses dimana pemerintah dan kelompok masyarakat mengelola sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan pemerintah dan swasta untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi. Menurut Muljana (1995) pembangunan ekonomi dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat. Dimana pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah adalah pembangunan yang bersifat infrastruktur atau prasarana berupa pembangunan fisik maupun lembaga yang mempunyai fungsi esensial sebagai pendukung kegiatan-kegiatan produksi, logistik, pemasaran barang dan jasa serta kegiatankegiatan lain dalam bidang ekonomi, sosial, politik, dan pertahanan keamanan. Sementara pembangunan yang dilaksanakan oleh masyarakat umumnya bersifat directly producing atau yang langsung menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi permintaan konsumen baik perorangan, rumah tangga, maupun industri. Semua kegiatan yang dilaksanakan pemerintah maupun masyarakat merupakan investasi dalam pembangunan yang mampu menambah kapasitas hasil produksi, daya kreatifitas dan produktivitas masyarakat sebagai usaha untuk meningkatan nilai tambah, serta usaha pemeliharaan terhadap hasil pembangunan. Investasi sangat dibutuhkan oleh negara berkembang seperti negara Indonesia, yang digunakan untuk memutuskan lingkaran setan kemiskinan. Hal ini karena investasi dapat meningkatkan pendapatan nasional di suatu negara. Setiap kenaikan jumlah pendapatan sebagai akibat dari pertambahan investasi
10
akan meningkatkan pendapatan dengan jumlah yang berlipat ganda (multiplier effect). Hal ini sesuai dengan konsep teori Keynesian yang menyatakan bahwa setiap kenaikan jumlah investasi akan meningkatkan pendapatan di suatu wilayah. Peningkatan pendapatan ini khususnya dalam bentuk uang yang akan meningkatkan permintaan barang secara agregat atau Agregat Demand (AD). Hal ini akan berpengaruh pada kebutuhan peralatan maupun uang dalam bentuk modal sebagai akibat dari peningkatan produksi, sehingga secara tidak langsung akan meningkatkan investasi. Selain itu, kenaikan tabungan masyarakat karena adanya peningkatan pendapatan merupakan investasi secara langsung melalui lembaga keuangan. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut : Y=C+S dimana : Y = Pendapatan Masyarakat C = Konsumsi
S = Tabungan I = Investasi
dengan asumsi keseimbangan : S = I maka : Y = C + I Adapun asumsi teori Keynesian adalah sebagai berikut : 1) Dalam masyarakat bersangkutan masih terdapat sumberdaya yang belum dimanfaatkan sehingga output dapat ditingkatkan tanpa menekan harga-harga itu ke atas, 2) Harga-harga itu relatif kaku untuk bergerak ke bawah sehingga harga-harga itu tidak jatuh, walaupun terdapat kelebihan penawaran (excess supply) dalam pasar tenaga kerja dan pasar komoditas.
11
Gambaran mengenai peningkatan pendapatan masyarakat yang disebabkan oleh kenaikan investasi dan tingkat konsumsi dapat dilihat pada gambar 1 berikut : 450
Tingkat Harga (P)
AD2 AD1
0
Y1 Y2
Pendapatan (Y)
Sumber : Mankiw, 2000.
Keterangan : Y1
= Pendapatan awal
Y2
= Pendapatan setelah kenaikan konsumsi dan investasi
AD1
= Permintaan agregat / agregat demand awal
AD2
= Permintaam agregat setelah kenaikan konsumsi dan investasi Gambar 1. Hubungan Pendapatan, Investasi dan Konsumsi
Gambar diatas dapat menjelaskan bahwa adanya investasi mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita di suatu wilayah (Mankiw, 2000). Sementara itu, faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan investasi adalah tingkat suku bunga. Adanya penurunan pada tingkat bunga (r1 ke r2) akan mengakibatkan jumlah investasi yang ditanamkan disuatu sektor meningkat (I1 ke I2), sehingga akan menyebabkan pengeluaran yang direncanakan naik (AE1 ke AE2). Meningkatnya pengeluaran yang direncanakan ini menyebabkan tingkat pendapatan juga mengalami peningkatan (Y1 ke Y2).
12
Dari rumusan diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwa salah satu upaya yang dapat dilaksanakan untuk meningkatkan pendapatan nasional adalah dengan cara menaikkan nilai investasi. Hubungan antara suku bunga (r) dan investasi (I) yang ditunjukkan oleh fungsi investasi dan interaksi antara investasi (I) dan pendapatan (Y) yang ditunjukkan oleh kurva perpotongan Keynesian diringkas dalam bentuk kurva IS (Investasi-saving) pada gambar 2 berikut : (b) Perpotongan Keynesian 450
Harga (P)
AE2 AE1
0
Y1
(a) Fungsi Investasi
Y2
Pendapatan (Y)
(c) Kurva IS Tingkat Bunga (r)
Tingkat Bunga (r)
r1 r2
r1 r2 I(r)
0
(I)r1 (I)r2
Investasi (I)
IS
0
Y1
Y2
Pendapatan (Y)
Sumber : Mankiw, 2000.
Gambar 2. Hubungan Tingkat Suku Bunga, Investasi, Pengeluaran Yang Direncanakan, dan Pendapatan Nasional Riil
13
2.3 Investasi di Sektor Pertanian Sektor
pertanian
memegang
peran
yang
sangat
penting
dalam
pembangunan ekonomi. Seperti yang dikemukakan oleh Jhingan (2000), peran pertanian sangat penting dalam hal : (i) menyediakan surplus pangan yang semakin besar kepada penduduk yang kian meningkat, (ii) meningkatkan permintaan akan produk industri dan dengan demikian mendorong keharusan diperluasnya sektor sekunder dan tersier, (iii) menyediakan tambahan penghasilan devisa untuk impor barang-barang modal bagi pembangunan melalui ekspor hasil pertanian secara terus-menerus, (iv) meningkatkan penghasilan desa untuk dimobilisasi oleh pemerintah, dan (v) memperbaiki kesejahteraan rakyat pedesaan. Investasi yang dilaksanakan disektor pertanian meliputi investasi di lima sub sektor pertanian yaitu sub sektor tanaman bahan makanan, sub sektor perkebunan, sub sektor peternakan, sub sektor kehutanan, dan sub sektor perikanan. Tujuan dari penanaman investasi ini adalah untuk meningkatkan pendapatan masyarakat khususnya masyarakat petani, penciptaan lapangan kerja sehingga dapat menyerap tenaga kerja serta meningkatkan ketrampilan tenaga kerja dan petani, meningkatkan hasil produksi pertanian baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor sehingga akan meningkatkan penerimaan devisa negara, pengembangan dan kelestarian sumber daya alam, pengembangan wilayah
dan
penyebaran
kegiatan
pembangunan
pertanian,
menunjang
pengembangan sektor-sektor perekonomian lainnya, pemerataan pendapatan dan
14
peningkatan partisipasi masyarakat tani, serta adanya pengalihan teknologi dan keahlian. Dilihat dari tujuannya, investasi di sektor pertanian mampu memberikan kontribusi yang cukup besar tidak hanya bagi peningkatan pembangunan pertanian itu sendiri tetapi bagi peningkatan perekonomian nasional dan kesejahteraan masyarakat khususnya petani. Namun pada kenyataannya, prospek yang cukup baik dari adanya investasi di sektor pertanian ini kurang mendapat perhatian secara khusus dari berbagai pihak baik dari pemerintah maupun swasta bahkan investasi di sektor pertanian ini cenderung menurun.
2.4 Penggunaan Analisis Input-Output 2.4.1 Tabel Input-Output Indonesia Tujuan dari penyusunan Tabel Input-Output Indonesia adalah untuk menyediakan data statistik yang secara komprehensif mampu menggambarkan hubungan timbal balik dan saling keterkaitan antar unit ekonomi di Indonesia. Jenis data yang disajikan pada Tabel Input-Output antara lain dapat dimanfaatkan untuk melakukan analisis dan proyeksi perekonomian dalam perencanaan pembangunan. Pada tahun 1974 penyusunan Tabel Input-Output Indonesia ini mulai dirintis oleh BPS Jakarta. Tabel Input-Output pertama kali disusun adalah untuk tahun 1971 dan kemudian secara berkala disusun Tabel Input-Output untuk tahun 1975, 1980, 1985, 1990, 1995, 2000 dan 2003. Kerangka dasar yang digunakan pada setiap Tabel Input-Output diusahakan untuk konsisten satu sama lain. Namun demikian karena jenis dan mutu yang digunakan sebagai bahan dalam
15
penyusunan Tabel Input-Output juga berkembang, maka penyusunan Tabel Imput-Output pun pada prakteknya mengalami berbagai pengembangan dan penyempurnaan, khususnya dalam hal klasifikasi, metode penyusunan dan cara penyajian. Analisis Input-Ouput adalah suatu analisis atas perekonomian wilayah secara komprehensif, karena melihat keterkaitan antar sektor ekonomi di wilayah tersebut secara keseluruhan. Menurut BPS (2000), Tabel Input-Output adalah suatu tabel yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa yang terjadi antar sektor ekonomi dengan bentuk penyajian berupa matrik. Isian sepanjang baris Tabel I-O menunjukkan pengalokasian output yang dihasilkan oleh suatu sektor untuk memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir. Disamping itu, isian pada baris nilai tambah menunjukkan komposisi penciptaan nilai tambah sektoral. Sedangkan isian sepanjang kolom menunjukkan struktur input yang digunakan oleh masing-masing sektor dalam proses produksi, baik yang berupa input antara maupun input primer. Model ini, dibedakan atas analisis input-output tertutup dan analisis inputoutput terbuka. Pembedaan tersebut didasarkan pada komponen rumah tangga. Jika komponen rumah tangga disertakan dalam sektor produksi maka analisis input-output tersebut bersifat tertutup, sedangkan jika rumah tangga tidak disertakan dalam permintaan akhir maka analisis input-output bersifat terbuka (Nazara, 1997). Sebagai metode kuantitatif, tabel ini memberikan gambaran menyeluruh tentang :
16
1)
Struktur perekonomian suatu wilayah yang mencakup output dan nilai tambah masing-masing sektor,
2)
Struktur input antara yaitu transaksi penggunaan barang dan jasa antar sektor-sektor produksi,
3)
Struktur penyediaan barang dan jasa baik berupa barang produksi dalam negeri maupun barang impor,
4)
Struktur permintaan barang dan jasa baik berupa permintaan oleh berbagai sektor produksi maupun permintaan untuk konsumsi, investasi dan ekspor. Beberapa tahun belakangan ini, model I-O telah dikembangkan untuk
keperluan yang lebih luas dalam analisis ekonomi. Beberapa kegunaan dari analisis Input-Output antara lain adalah : a. Untuk memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap output, nilai tambah, impor, penerimaan pajak dan penyerapan tenaga kerja di berbagai sektor produksi b. Untuk melihat komposisi penyediaan dan penggunaan barang dan jasa terutama dalam analisis terhadap kebutuhan impor dan kemungkinan substitusinya c. Untuk analisis perubahan harga, yaitu dengan melihat pengaruh secara langsung dan tidak langsung dari perubahan harga input terhadap ouput d. Untuk mengetahui sektor-sektor yang pengaruhnya paling dominan terhadap pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor yang peka terhadap pertumbuhan ekonomi
17
e. Untuk menggambarkan perekonomian suatu wilayah dan mengidentifikasikan karakteristik struktural suatu perekonomian wilayah Ruang lingkup penggunaan analisis Input-Ouput menurut Nazara (1997) dapat menjelaskan kondisi perekonomian baik secara nasional maupun regional. Hasil dari penyusunan Tabel Input-Output ini mampu menyediakan data statistik yang secara komprehensif mampu menggambarkan hubungan timbal balik dan saling keterkaitan antar unit ekonomi di suatu wilayah.
2.4.2 Struktur Tabel Input-Output Format dari Tabel I-O terdiri dari suatu kerangka matriks berukuran “n x n” dimensi yang dibagi menjadi empat kuadran dan tiap kuadran mendiskripsikan suatu hubungan tertentu (Glasson, 1997). Hubungan antar sektor perekonomian dapat disajikan dalam sebuah Tabel. Dalam Tabel tersebut, sektor produksi (sektor asal) disajikan disebelah kiri dan sektor tujuan disajikan disebelah atas Tabel. Input-input yang diperlukan oleh masing-masing sektor disajikan searah kolom, sedangkan searah baris menunjukkan output-output yang diproduksi oleh masing-masing sektor. Tabel Input-Output menunjukkan transaksi antar komponen dari suatu perekonomian, dimana terdapat dua sektor produksi dengan empat komponen permintaan akhir, yaitu konsumsi rumah tangga (C), investasi (I), pengeluaran pemerintah (G), dan ekspor luar negeri (E); dua faktor produksi, yaitu tenaga kerja (L) dan kapital dengan balas jasa sewa (N). Secara lengkap tabel tersebut dapat dilihat sebagai berikut :
18
Tabel 3. Ilustrasi Tabel Input-Output Sektor Produksi 1 Sektor Produksi
Nilai (W)
Tambah
1 2 .
.
:
:
2
… j
z11 z12… z21 z22…
i L N M
Total Input (X) X Sumber : Miller dan Blair (1985)
.
Permintaan Akhir (Y)
Total Output (X)
C
I
G
E
C1 C2
I1 I2
G1 G2
E1 E2
X1 X2
LC NC MC C
LI NI MI I
LG LE NG NE M G ME G E
L N M X
:
L1 N1 M1 X1
L2 N2 M2 X2
Dalam konteks input antara, terjadi arus perpindahan barang antar sektor yaitu dari sektor i ke sektor j dan perpindahan intrasektor yaitu perpindahan yang terjadi didalam sektor itu sendiri. Tabel 3 menunjukkan bahwa terjadinya arus perpindahan barang dari sektor i ke sektor j, dimana i = j. Nilai uang arus barang dan jasa dari sektor i ke sektor j diberi notasi zij, total output dinotasikan dengan Xi, dan total permintaan akhir sektor i dinotasikan Yi. Dengan demikian persamaannya dituliskan sebagai berikut : Xi = zi1 + zi2 + … + zii + ...+ zin + Yi
(2.1)
Persamaan (1) menunjukkan distribusi output ke sektor i. Output sektor I tersebut didistribusikan ke sektor-sektor produksi yang lain, dan dialokasikan ke pemakai akhir. Pemakai akhir tersebut adalah pelaku-pelaku ekonomi didalam perekonomian yang secara agregat bisa diklasifikasikan ke dalam rumah tangga, perusahaan, pemerintah dan pihak luar negeri. Permintaan akhir rumah tangga adalah konsumsi rumah tangga, permintaan akhir perusahaan adalah investasi, permintaan akhir pemerintah adalah pengeluaran pemerintah, dan permintaan
19
akhir dari luar negeri adalah ekspor. Pada persamaan (1) terlihat bahwa terdapat n sektor yang sama seperti persamaan untuk seluruh sektor perekonomiaan, yaitu : X1 = z11 + z12 + z13 + … + z1n + Y1 X2 = z12 + z22 + z23 + … + z2n + Y2
(2.2)
Xn = zn1 + zn2 + zn3 + … + znn + Yn Sesuai dengan definisi Tabel Input-Output, total input harus sama dengan total output. Berdasarkan sifatnya yang linier, maka dapat dituliskan sebagai berikut : X1 + X 2 + L + N + M = X = X1 + X 2 + C + I + G + E
(2.3)
Persamaan (3) adalah identitas dari pendapatan nasional, yang ditunjukkan oleh persamaan sebelah kiri, dimana pendapatan nasional sebagai penjumlahan dari balas jasa faktor-faktor produksi dalam perekonomian. Dalam perekonomian ini, hanya ada dua faktor produksi, yaitu tenaga kerja dan kapital, yang balas jasanya adalah upah atau gaji (L) dan bunga modal (N). pada persamaan sebelah kanan, menunjukkan bahwa pendapatan nasional sebagai penjumlahan dari pengeluaran yang dilakukan oleh pelaku ekonomi dalam perekonomian tersebut. Dua persamaan diatas yang menghasilkan nilai X yang sama, dapat dijabarkan sebagai berikut dengan menghilangkan X1 dan X2, sehingga menjadi : L + N + M = C+ I + G + E atau L + N = C + I + G + (E-M)
(2.4)
20
Dalam analisis Input-Output, persamaan tersebut memegang peranan penting yaitu sebagai dasar analisis ekonomi mengenai keadaan perekonomian suatu wilayah. Secara umum matrik dalam Tabel Input-Output dapat dibagi menjadi empat kuadran, yaitu : 1) Kuadran I (Intermediate Quadran) Setiap sel pada kuadran I merupakan transaksi antara, yaitu transaksi barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi. Kuadran ini memberikan informasi mengenai saling ketergantungan antar sektor produksi dalam suatu perekonomian. Dalam analisis Input-Output kuadran ini memiliki peranan yang sangat penting karena kuadran inilah yang menunjukkan keterkaitan antar sektor ekonomi dalam melakukan proses produksinya. 2) Kuadran II (Final Demand Quadran) Kuadran ini menunjukkan adanya penjualan barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor perekonomian untuk memenuhi permintaan akhir. Permintaan akhir adalah output suatu sektor yang langsung dipergunakan oleh rumah tangga, pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok dan ekspor. 3) Kuadran III (Primary Input Quadran) Menunjukkan pembelian input yang dihasilkan di luar sistem produksi oleh sektor-sektor dalam kuadran antara. Kuadran ini terdiri dari pendapatan rumah tangga (upah/gaji), pajak tak langsung, surplus usaha dan penyusutan. Jumlah keseluruhan nilai tambah ini akan menghasilkan produk domestik bruto yang dihasilkan oleh wilayah tersebut.
21
4) Kuadran IV (Primary Input-Final Demand Quadran) Merupakan kuadran input primer permintaan akhir yang menunjukkan transaksi langsung antara kuadran input primer dengan permintaan akhir tanpa melalui sistem produksi atas kuadran antara.
2.4.3
Asumsi-asumsi Keterbatasan Input-Output Analisis Input-Output memiliki keterbatasan terutama pada asumsi-
asumsinya yaitu: 1. Keseragaman (Homogenitas) Suatu prinsip dimana output hanya dihasilkan secara tunggal, yang berarti bahwa setiap sektor ekonomi hanya memproduksi satu jenis barang dan jasa dengan susunan input tunggal (seragam) dan tidak ada substitusi otomatis terhadap input dari output sektor yang berbeda. 2. Kesebandingan (Propotionality) Suatu prinsip dimana hubungan antara output dan input pada setiap sektor produksi merupakan fungsi linier, artinya kenaikan dan penurunan output suatu sektor akan sebanding dengan kenaikan dan penurunan input yang digunakan oleh sektor tersebut. 3. Penjumlahan (Additivitas) Suatu asumsi bahwa total efek dari kegiatan produksi berbagai sektor merupakan penjumlahan dari efek pada masing-masing kegiatan. Dengan adanya asumsi-asumsi tersebut diatas maka model Input-Output memiliki
keterbatasan
dengan
tidak
menimbulkan
kekeliruan
dalam
22
menginterpretasikan hasil analisisnya (Febrina, 2005). Keterbatasan-keterbatasan tersebut yaitu : a. Koefisien Input-Output yang konstan selama periode analisis, sehingga perubahan-perubahan seperti perubahan teknologi atau perubahan relatif yang mungkin terjadi selama periode analisis diabaikan. Hal ini menyebabkan harus dilakukannya penyesuaian terhadap koefisien agar tidak timbul bias terhadap hasil produksi. b. Semakin banyak agregasi yang dilakukan terhadap sektor-sektor yang ada akan menyebabkan semakin besar pula kecenderungan pelanggaran terhadap asumsi homogenitas dan semakin banyak informasi ekonomi yang lebih terperinci tidak terlingkup dalam analisisnya. c. Keterbatasan yang disebabkan oleh besarnya dana atau biaya dalam penyusunan tabel Input-Output dengan menggunakan metode survei.
2.4.4
Dampak Penyebaran Analisis dampak penyebaran berguna untuk mengetahui distribusi manfaat
pengembangan suatu sektor terhadap sektor lainnya melalui mekanisme transaksi pasar output dan pasar input dapat yang dianalisis berdasarkan koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran. a. Koefisien Penyebaran Konsep
ini
berguna
untuk
mengetahui
distribusi
manfaat
dari
pengembangan suatu sektor terhadaap perkembangan sektor-sektor lainnya
23
melalui mekanisme transaksi pasar input. Konsep ini juga sering diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan hulunya. b. Kepekaan Penyebaran Konsep ini bermanfaat untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor terhadap sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar output. Konsep ini sering juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor-sektor lain yang memakai input dari sektor ini.
2.4.5
Analisis Multiplier Salah satu jenis analisis yang umum dilakukan dalam kerangka analisis
Input-Output adalah analisis multiplier (analisis angka pengganda). Pada intinya, analisis multiplier ini mencoba melihat apa yang terjadi terhadap variabel-variabel endogen tertentu apabila terjadi perubahan variabel-variabel eksogen, seperti permintaan akhir, di dalam perekonomian. a. Multiplier Output Multiplier output dihitung dalam per unit perubahan output sebagai efek awal, yaitu kenaikan atau penurunan output sebesar satu unit satuan moneter. Setiap elemen dalam matriks kebalikan leontief (matriks invers) α menunjukkan total pembelian input baik tidak langsung maupun langsung dari sektor i yang disebabkan adanya peningkatan penjualan dari sektor i sebesar satu unit satuan moneter ke permintaan akhir. Matrik invers dirumuskan dengan persamaan : α = (I - A )– 1 = [αij]
24
Dengan demikian matrik α mengandung informasi penting tentang struktur perekonomian yang dipelajari dengan menentukan tingkat keterkaitan antar sektor dalam perekonomian suatu wilayah atau negara. Koefisien dari matrik invers ini [αij] menunjukan besarnya perubahan aktifitas dari suatu sektor yang akan mempengaruhi tingkat output dari sektor-sektor lain. b. Multiplier Pendapatan Multiplier pendapatan mengukur peningkatan pendapatan akibat adanya perubahan output dalam perekonomian. Dalam Tabel Input-Output, yang dimaksud dengan pendapatan adalah gaji dan upah yang diterima oleh rumah tangga. Pengertian pendapatan disini tidak hanya mencakup beberapa jenis pendapatan yang umumnya diklasifikasikan sebagai pendapatan rumah tangga, tetapi juga dividen dan bunga bank. c. Multiplier Tenaga Kerja Multiplier tenaga kerja menunjukkan perubahan tenaga kerja yang disebabkan oleh perubahan awal dari sisi output. Multiplier tenaga kerja tidak diperoleh dari elemen-elemen dalam Tabel Input-Output seperti pada multiplier output dan pendapatan karena dalam Tabel Input-Output tidak mengandung elemen-elemen yang berhubungan dengan tenaga kerja. Untuk memperoleh multiplier tenaga kerja maka pada Tabel Input-Output harus ditambahkan baris yang menunjukkan jumlah dari tenaga kerja untuk masing-masing sektor dalam perekonomian suatu wilayah atau negara.
25
d. Multiplier Tipe I dan II Multiplier Tipe I dan II digunakan untuk mengukur efek dari output, pendapatan maupun tenaga kerja masing-masing sektor perekonomian yang disebabkan karena adanya perubahan dalam jumlah output, pendapatan, dan tenaga kerja yang ada di suatu negara atau wilayah. Respon atau efek multiplier output, pendapatan, dan tenaga kerja dapat di klasifikasikan sebagai berikut : 1) Dampak Awal (Initial Impact) Dampak awal merupakan stimulus perekonomian yang diasumsikan sebagai peningkatan atau penurunan penjualan dalam satu unit satuan moneter. Dari sisi output, dampak awal ini diasumsikan sebagai peningkatan penjualan ke permintaan akhir sebesar satu unit satuan moneter. Peningkatan output tersebut akan memberikan efek terhadap peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja. Efek awal dari sisi pendapatan ditunjukkan oleh koefisien pendapatan rumah tangga (hi), sedangkan efek awal dari sisi tenaga kerja ditunjukkan oleh koefisien tenaga kerja (ei). 2) Efek Putaran Pertama (First Round Effect) Efek putaran pertama menunjukkan efek langsung dari pembelian masingmasing sektor untuk setiap peningkatan output sebesar satu unit satuan moneter. Dari sisi output, efek putaran pertama ditunjukkan oleh koefisien langsung (koefisien input-output / aij ). Sedangkan efek putaran pertama dari sisi pendapatan menunjukkan adanya peningkatan pendapatan dari setiap sektor akibat adanya efek putaran pertama dari sisi output. Sementara efek putaran pertama dari
26
sisi tenaga kerja menunjukkan peningkatan penyerapan tenaga kerja akibat adanya efek putaran pertama dari sisi output. 3) Efek dukungan Industri (Industrial Support Effect) Efek dukungan industri dari sisi output menunjukkan efek dari peningkatan output putaran kedua dan selanjutnya akibat adanya stimulus ekonomi. Dari sisi pendapatan dan tenaga kerja, efek dukungan industri menunjukkan adanya efek peningkatan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja putaran kedua dan selanjutnya akibat adanya dukungan industri yang menghasilkan output. 4) Efek Induksi Konsumsi (Consumption Induced Effect) Efek induksi konsumsi dari sisi output menunjukkan adanya suatu pengaruh induksi (peningkatan konsumsi rumah tangga) akibat pendapatan rumah tangga yang meningkat. Dari sisi pendapatan dan tenaga kerja, efek induksi konsumsi diperoleh masing-masing dengan mengalikan efek induksi konsumsi output dengan koefisien pendapatan rumah tangga dan koefisien tenaga kerja. 5) Effect Lanjutan (Flow-on-Effect) Efek lanjutan merupakan efek dari output, pendapatan, dan tenaga keja yang terjadi pada semua sektor perekonomian dalam suatu negara atau wilayah akibat adanya peningkatan penjualan dari suatu sektor. Efek lanjutan dapat diperoleh dari pengurangan efek total dengan efek awal.
2.5
Kerangka Pemikiran Perekonomian Indonesia semakin terpuruk sejak terjadinya krisis ekonomi
dan moneter pada pertengahan tahun 1997. Menurut Kriswantriyono (2003), hal
27
ini disebabkan karena dunia usaha cenderung melakukan investasi yang berlebihan pada sektor-sektor ekonomi yang rentan terhadap perubahanperubahan nilai tukar dan suku bunga, seperti property dan industri berbasis impor. Namun, kondisi ini tidak terlalu berpengaruh terhadap sektor pertanian sehingga sektor pertanian perlu dikembangkan lebih lanjut. Sektor pertanian adalah sektor yang mampu berperan penting dalam pertumbuhan perekonomian nasional. Kenyataan ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), dan penyerapan tenaga kerja di Indonesia yang mengalami peningkatan. Disisi lain, investasi yang ditanamkan di sektor pertanian relatif rendah dibandingkan investasi yang ditanamkan di sektor lainnya, khususnya investasi yang berasal dari dalam negeri. Penelitian ini ingin menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki potensi yang cukup baik untuk dikembangkan. Proses pertumbuhan dan perkembangan sektor pertanian memerlukan upaya peningkatan produktivitas yang akan berimplikasi pada peningkatan produksi, pendapatan dan kesempatan kerja. Guna memperlihatkan bahwa investasi di sektor pertanian memiliki peran yang penting pada penelitian ini maka dilakukan analisis Tabel Input-Output yang diolah dengan menggunakan Microsoft Excell, sehingga hasilnya dapat menunjukkan dampak penyebaran, keterkaitan sektor pertanian dengan sektor yang lain, efek multiplier, dampak investasi di sektor pertanian, sub sektor pertanian yang memiliki prioritas untuk dikembangkan, serta kebijakan
28
pemerintah yang harus diambil guna meningkatkan pembangunan di sektor pertanian. Kontribusi Terhadap PDB Penyerapan Tenaga Kerja Investasi
Sektor Pertanian
Asumsi Keterbatasan
Tabel Input-Output
Analisis Input-Output
Analisis Keterkaitan
Analisis Penyebaran
Microsoft Exell
Multiplier ¾ Output ¾ Pendapatan ¾ Tenaga Kerja
Dampak Investasi Sektor Pertanian
Kebijakan Investasi, Penetapan Sektor Prioritas
Keterangan :
: Hal yang di analisis
Gambar 3. Bagan Kerangka Pemikiran
2.6
Studi Penelitian Terdahulu Pada umumnya penelitian dengan menggunakan analisis Input-Output
memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mempelajari keterkaitan antar sektor, dampak penyebaran, serta multiplier sektor-sektor perekonomian di suatu wilayah. Hasil penelitian yang akan dipaparkan dalam penelitian ini adalah analisis keterkaitan, dampak penyebaran, efek pengganda (multiplier effect), serta
29
dampak investasi yang dihasilkan oleh sektor-sektor perekonomian khususnya sektor pertanian. a. Hasil Penelitian tentang Dampak Penyebaran Sektor Pertanian Koefisien penyebaran menunjukkan distribusi manfaat dari pengembangan suatu sektor terhadap perkembangan sektor lainnya atau dengan kata lain seberapa besar sektor tersebut mampu menarik perkembangan sektor hulunya. Sektor yang memiliki koefisien penyebaran lebih besar dari satu berarti bahwa sektor tersebut memiliki kemampuan untuk menarik perkembangan sektor hulunya. Sedangkan kepekaan penyebaran menunjukkan tingkat kepekaan suatu sektor lainnya melalui mekanisme pasar output atau dengan kata lain apakah sektor tersebut mampu mendorong perkembangan sektor hilirnya sehingga mampu menciptakan pertumbuhan ekonomi wilayahnya. Sektor yang memiliki kepekaan penyebaran lebih besar dari satu berarti bahwa sektor tersebut memiliki kemampuan untuk mendorong perkembangan sektor hilirnya.
Tabel 4. Hasil Penelitian Terdahulu tentang Dampak Penyebaran Sektor Pertanian Penelitian Tahun Penelitian
Koefisien Penyebaran Tahun yang diteliti Bernady 2001 1998 0,93 Hasni 2006 2003 0,72 Subrata 2005 2000 0,98 Sumber : Bernady, A.H. (2001), Hasni (2006), Subrata (2005) Peneliti
Kepekaan Penyebaran 1,24 1,04 1,88
Berdasarkan data dalam Tabel 4 dapat diketahui bahwa nilai koefisien penyebaran untuk sektor pertanian di masing-masing lokasi penelitian kurang dari satu. Hal ini menunjukkan bahwa daya kepekaan sektor pertanian kurang mampu untuk menarik sektor hulunya melalui distribusi manfaat dari pengembangan
30
sektor tersebut terhadap perkembangan sektor lainnya. Sedangkan nilai kepekaan penyebaran sektor pertanian umumnya lebih besar dari satu. Hal ini menunjukkan bahwa sektor tersebut memiliki kemampuan untuk mendorong perkembangan sektor hilirnya. b. Penelitian terdahulu Multiplier Sektor Pertanian Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa nilai keterkaitan output, pendapatan dan tenaga kerja tipe I lebih kecil dari tipe II. Hal ini disebabkan pada multiplier tipe II, induksi konsumsi rumah tangga diperhitungkan sebagai faktor endogen. Nilainilai pengganda tersebut menunjukkan kemampuan sektor-sektor tersebut dalam mendorong peningkatan output, pendapatan dan penciptaan lapangan kerja.
Tabel 5. Hasil Penelitian Terdahulu tentang Multiplier Sektor Pertanian Penelitian Peneliti
Tahun Penelitian
Multiplier Output
Multiplier Pendapatan Tipe I Tipe II
Tahun Tipe I Tipe II yang diteliti Bernady 2001 1998 1,30 1,62 1,32 Hasni 2006 2003 1,87 2,14 1,74 Subrata 2005 2000 1,62 2,19 1,63 Sumber : Bernady, A.H. (2001), Hasni (2006), Subrata (2005)
1,69 2,01 2,21
Multiplier Tenaga Kerja Tipe I Tipe II
1,18 1,39 1,49
1,13 1,46 1,92
Hasil penelitian Subrata (2005) tentang analisis dampak investasi di sektor agribisnis terhadap perekonomian di Indonesia dengan menggunakan alat analisis input-output menunjukkan bahwa investasi pada sub sektor agribisnis sebesar Rp 100 juta akan menghasilakan output terbesar di seluruh sektor perekonomian adalah pada sub sektor makanan olahan yaitu sebesar Rp 197,418 milyar yang terdiri dari dampak langsung terhadap sub sektor makanan olahan sebesar Rp 117,883 milyar dan dampak tidak langsung di sektor lainnya sebesar Rp 79,534 milyar. Hal ini disebabkan oleh tingginya nilai multiplier output di sektor tersebut.
31
Dari sisi pendapatan, investasi sebesar Rp 100 juta pada sektor agribisnis akan menghasilkan pendapatan terbesar di seluruh sektor perekonomian pada sektor pemerintahan yaitu sebesar Rp 90,410 milyar yang terdiri dampak langsung sebesar Rp 60,417 milyar dan dampak tidak langsung sebesar Rp 29,993 milyar. Dari sisi tenaga kerja, adanya investasi yang ditanamkan di sektor agribisnis sebesar Rp 100 juta maka akan mampu menyerap tenaga kerja di seluruh sektor perekonomian yang terbesar pada sub sektor tembakau yaitu sebeasar 12 orang. Hal ini karena sub sektor tersebut memiliki koefisien penyebaran yang cukup besar.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1
Konsep Pertanian Menurut BPS (2003), pertanian adalah semua kegiatan yang meliputi
penyediaan komoditi tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan. Semua kegiatan penyediaan tanamaan bahan makanan, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan itu dilakukan secara sederhana, yang masih menggunakan peralatan tradisional yang termasuk pula didalamnya. Sedangkan, menurut Nasoetion (2002) pertanian dianggap sebagai suatu usaha untuk mengadakan ekosistem buatan yang bertugas untuk menyediakan bahan makanan bagi manusia. Pada mulanya pertanian di tanah air dilakukan sebagai usaha untuk menghasilkan keperluan sehari-hari petani dari tanah tempatnya berpijak, pertanian seperti itu disebut pertanian gurem dan hidup dalam suatu perekonomian tertutup. Namun lama kelamaan setelah ada tuntutan kebutuhan hidup dan perkembangan lingkungan maka pertanian mulai beralih ke pertanian yang komersil.
2.2
Investasi Dalam Pembangunan Secara prinsip investasi dibedakan menjadi investasi finasial dan investasi
non finansial. Investasi finansial adalah investasi dalam bentuk pemilikan instrumen finansial seperti uang tunai, tabungan, deposito, modal dan penyertaan, surat berharga, obligasi dan sejenisnya. Sedangkan investasi non finansial direalisasikan dalam bentuk investasi fisik (investasi riil) yang berwujud kapital
9
atau barang modal, termasuk didalamnya inventori (persediaan). Namun demikian, investasi finansial dapat juga direlisasikan menjadi investasi fisik. Pembangunan ekonomi adalah suatu proses dimana pemerintah dan kelompok masyarakat mengelola sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan pemerintah dan swasta untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi. Menurut Muljana (1995) pembangunan ekonomi dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat. Dimana pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah adalah pembangunan yang bersifat infrastruktur atau prasarana berupa pembangunan fisik maupun lembaga yang mempunyai fungsi esensial sebagai pendukung kegiatan-kegiatan produksi, logistik, pemasaran barang dan jasa serta kegiatankegiatan lain dalam bidang ekonomi, sosial, politik, dan pertahanan keamanan. Sementara pembangunan yang dilaksanakan oleh masyarakat umumnya bersifat directly producing atau yang langsung menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi permintaan konsumen baik perorangan, rumah tangga, maupun industri. Semua kegiatan yang dilaksanakan pemerintah maupun masyarakat merupakan investasi dalam pembangunan yang mampu menambah kapasitas hasil produksi, daya kreatifitas dan produktivitas masyarakat sebagai usaha untuk meningkatan nilai tambah, serta usaha pemeliharaan terhadap hasil pembangunan. Investasi sangat dibutuhkan oleh negara berkembang seperti negara Indonesia, yang digunakan untuk memutuskan lingkaran setan kemiskinan. Hal ini karena investasi dapat meningkatkan pendapatan nasional di suatu negara. Setiap kenaikan jumlah pendapatan sebagai akibat dari pertambahan investasi
10
akan meningkatkan pendapatan dengan jumlah yang berlipat ganda (multiplier effect). Hal ini sesuai dengan konsep teori Keynesian yang menyatakan bahwa setiap kenaikan jumlah investasi akan meningkatkan pendapatan di suatu wilayah. Peningkatan pendapatan ini khususnya dalam bentuk uang yang akan meningkatkan permintaan barang secara agregat atau Agregat Demand (AD). Hal ini akan berpengaruh pada kebutuhan peralatan maupun uang dalam bentuk modal sebagai akibat dari peningkatan produksi, sehingga secara tidak langsung akan meningkatkan investasi. Selain itu, kenaikan tabungan masyarakat karena adanya peningkatan pendapatan merupakan investasi secara langsung melalui lembaga keuangan. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut : Y=C+S dimana : Y = Pendapatan Masyarakat C = Konsumsi
S = Tabungan I = Investasi
dengan asumsi keseimbangan : S = I maka : Y = C + I Adapun asumsi teori Keynesian adalah sebagai berikut : 1) Dalam masyarakat bersangkutan masih terdapat sumberdaya yang belum dimanfaatkan sehingga output dapat ditingkatkan tanpa menekan harga-harga itu ke atas, 2) Harga-harga itu relatif kaku untuk bergerak ke bawah sehingga harga-harga itu tidak jatuh, walaupun terdapat kelebihan penawaran (excess supply) dalam pasar tenaga kerja dan pasar komoditas.
11
Gambaran mengenai peningkatan pendapatan masyarakat yang disebabkan oleh kenaikan investasi dan tingkat konsumsi dapat dilihat pada gambar 1 berikut : 450
Tingkat Harga (P)
AD2 AD1
0
Y1 Y2
Pendapatan (Y)
Sumber : Mankiw, 2000.
Keterangan : Y1
= Pendapatan awal
Y2
= Pendapatan setelah kenaikan konsumsi dan investasi
AD1
= Permintaan agregat / agregat demand awal
AD2
= Permintaam agregat setelah kenaikan konsumsi dan investasi Gambar 1. Hubungan Pendapatan, Investasi dan Konsumsi
Gambar diatas dapat menjelaskan bahwa adanya investasi mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita di suatu wilayah (Mankiw, 2000). Sementara itu, faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan investasi adalah tingkat suku bunga. Adanya penurunan pada tingkat bunga (r1 ke r2) akan mengakibatkan jumlah investasi yang ditanamkan disuatu sektor meningkat (I1 ke I2), sehingga akan menyebabkan pengeluaran yang direncanakan naik (AE1 ke AE2). Meningkatnya pengeluaran yang direncanakan ini menyebabkan tingkat pendapatan juga mengalami peningkatan (Y1 ke Y2).
12
Dari rumusan diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwa salah satu upaya yang dapat dilaksanakan untuk meningkatkan pendapatan nasional adalah dengan cara menaikkan nilai investasi. Hubungan antara suku bunga (r) dan investasi (I) yang ditunjukkan oleh fungsi investasi dan interaksi antara investasi (I) dan pendapatan (Y) yang ditunjukkan oleh kurva perpotongan Keynesian diringkas dalam bentuk kurva IS (Investasi-saving) pada gambar 2 berikut : (b) Perpotongan Keynesian 450
Harga (P)
AE2 AE1
0
Y1
(a) Fungsi Investasi
Y2
Pendapatan (Y)
(c) Kurva IS Tingkat Bunga (r)
Tingkat Bunga (r)
r1 r2
r1 r2 I(r)
0
(I)r1 (I)r2
Investasi (I)
IS
0
Y1
Y2
Pendapatan (Y)
Sumber : Mankiw, 2000.
Gambar 2. Hubungan Tingkat Suku Bunga, Investasi, Pengeluaran Yang Direncanakan, dan Pendapatan Nasional Riil
13
2.3 Investasi di Sektor Pertanian Sektor
pertanian
memegang
peran
yang
sangat
penting
dalam
pembangunan ekonomi. Seperti yang dikemukakan oleh Jhingan (2000), peran pertanian sangat penting dalam hal : (i) menyediakan surplus pangan yang semakin besar kepada penduduk yang kian meningkat, (ii) meningkatkan permintaan akan produk industri dan dengan demikian mendorong keharusan diperluasnya sektor sekunder dan tersier, (iii) menyediakan tambahan penghasilan devisa untuk impor barang-barang modal bagi pembangunan melalui ekspor hasil pertanian secara terus-menerus, (iv) meningkatkan penghasilan desa untuk dimobilisasi oleh pemerintah, dan (v) memperbaiki kesejahteraan rakyat pedesaan. Investasi yang dilaksanakan disektor pertanian meliputi investasi di lima sub sektor pertanian yaitu sub sektor tanaman bahan makanan, sub sektor perkebunan, sub sektor peternakan, sub sektor kehutanan, dan sub sektor perikanan. Tujuan dari penanaman investasi ini adalah untuk meningkatkan pendapatan masyarakat khususnya masyarakat petani, penciptaan lapangan kerja sehingga dapat menyerap tenaga kerja serta meningkatkan ketrampilan tenaga kerja dan petani, meningkatkan hasil produksi pertanian baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor sehingga akan meningkatkan penerimaan devisa negara, pengembangan dan kelestarian sumber daya alam, pengembangan wilayah
dan
penyebaran
kegiatan
pembangunan
pertanian,
menunjang
pengembangan sektor-sektor perekonomian lainnya, pemerataan pendapatan dan
14
peningkatan partisipasi masyarakat tani, serta adanya pengalihan teknologi dan keahlian. Dilihat dari tujuannya, investasi di sektor pertanian mampu memberikan kontribusi yang cukup besar tidak hanya bagi peningkatan pembangunan pertanian itu sendiri tetapi bagi peningkatan perekonomian nasional dan kesejahteraan masyarakat khususnya petani. Namun pada kenyataannya, prospek yang cukup baik dari adanya investasi di sektor pertanian ini kurang mendapat perhatian secara khusus dari berbagai pihak baik dari pemerintah maupun swasta bahkan investasi di sektor pertanian ini cenderung menurun.
2.4 Penggunaan Analisis Input-Output 2.4.1 Tabel Input-Output Indonesia Tujuan dari penyusunan Tabel Input-Output Indonesia adalah untuk menyediakan data statistik yang secara komprehensif mampu menggambarkan hubungan timbal balik dan saling keterkaitan antar unit ekonomi di Indonesia. Jenis data yang disajikan pada Tabel Input-Output antara lain dapat dimanfaatkan untuk melakukan analisis dan proyeksi perekonomian dalam perencanaan pembangunan. Pada tahun 1974 penyusunan Tabel Input-Output Indonesia ini mulai dirintis oleh BPS Jakarta. Tabel Input-Output pertama kali disusun adalah untuk tahun 1971 dan kemudian secara berkala disusun Tabel Input-Output untuk tahun 1975, 1980, 1985, 1990, 1995, 2000 dan 2003. Kerangka dasar yang digunakan pada setiap Tabel Input-Output diusahakan untuk konsisten satu sama lain. Namun demikian karena jenis dan mutu yang digunakan sebagai bahan dalam
15
penyusunan Tabel Input-Output juga berkembang, maka penyusunan Tabel Imput-Output pun pada prakteknya mengalami berbagai pengembangan dan penyempurnaan, khususnya dalam hal klasifikasi, metode penyusunan dan cara penyajian. Analisis Input-Ouput adalah suatu analisis atas perekonomian wilayah secara komprehensif, karena melihat keterkaitan antar sektor ekonomi di wilayah tersebut secara keseluruhan. Menurut BPS (2000), Tabel Input-Output adalah suatu tabel yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa yang terjadi antar sektor ekonomi dengan bentuk penyajian berupa matrik. Isian sepanjang baris Tabel I-O menunjukkan pengalokasian output yang dihasilkan oleh suatu sektor untuk memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir. Disamping itu, isian pada baris nilai tambah menunjukkan komposisi penciptaan nilai tambah sektoral. Sedangkan isian sepanjang kolom menunjukkan struktur input yang digunakan oleh masing-masing sektor dalam proses produksi, baik yang berupa input antara maupun input primer. Model ini, dibedakan atas analisis input-output tertutup dan analisis inputoutput terbuka. Pembedaan tersebut didasarkan pada komponen rumah tangga. Jika komponen rumah tangga disertakan dalam sektor produksi maka analisis input-output tersebut bersifat tertutup, sedangkan jika rumah tangga tidak disertakan dalam permintaan akhir maka analisis input-output bersifat terbuka (Nazara, 1997). Sebagai metode kuantitatif, tabel ini memberikan gambaran menyeluruh tentang :
16
1)
Struktur perekonomian suatu wilayah yang mencakup output dan nilai tambah masing-masing sektor,
2)
Struktur input antara yaitu transaksi penggunaan barang dan jasa antar sektor-sektor produksi,
3)
Struktur penyediaan barang dan jasa baik berupa barang produksi dalam negeri maupun barang impor,
4)
Struktur permintaan barang dan jasa baik berupa permintaan oleh berbagai sektor produksi maupun permintaan untuk konsumsi, investasi dan ekspor. Beberapa tahun belakangan ini, model I-O telah dikembangkan untuk
keperluan yang lebih luas dalam analisis ekonomi. Beberapa kegunaan dari analisis Input-Output antara lain adalah : a. Untuk memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap output, nilai tambah, impor, penerimaan pajak dan penyerapan tenaga kerja di berbagai sektor produksi b. Untuk melihat komposisi penyediaan dan penggunaan barang dan jasa terutama dalam analisis terhadap kebutuhan impor dan kemungkinan substitusinya c. Untuk analisis perubahan harga, yaitu dengan melihat pengaruh secara langsung dan tidak langsung dari perubahan harga input terhadap ouput d. Untuk mengetahui sektor-sektor yang pengaruhnya paling dominan terhadap pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor yang peka terhadap pertumbuhan ekonomi
17
e. Untuk menggambarkan perekonomian suatu wilayah dan mengidentifikasikan karakteristik struktural suatu perekonomian wilayah Ruang lingkup penggunaan analisis Input-Ouput menurut Nazara (1997) dapat menjelaskan kondisi perekonomian baik secara nasional maupun regional. Hasil dari penyusunan Tabel Input-Output ini mampu menyediakan data statistik yang secara komprehensif mampu menggambarkan hubungan timbal balik dan saling keterkaitan antar unit ekonomi di suatu wilayah.
2.4.2 Struktur Tabel Input-Output Format dari Tabel I-O terdiri dari suatu kerangka matriks berukuran “n x n” dimensi yang dibagi menjadi empat kuadran dan tiap kuadran mendiskripsikan suatu hubungan tertentu (Glasson, 1997). Hubungan antar sektor perekonomian dapat disajikan dalam sebuah Tabel. Dalam Tabel tersebut, sektor produksi (sektor asal) disajikan disebelah kiri dan sektor tujuan disajikan disebelah atas Tabel. Input-input yang diperlukan oleh masing-masing sektor disajikan searah kolom, sedangkan searah baris menunjukkan output-output yang diproduksi oleh masing-masing sektor. Tabel Input-Output menunjukkan transaksi antar komponen dari suatu perekonomian, dimana terdapat dua sektor produksi dengan empat komponen permintaan akhir, yaitu konsumsi rumah tangga (C), investasi (I), pengeluaran pemerintah (G), dan ekspor luar negeri (E); dua faktor produksi, yaitu tenaga kerja (L) dan kapital dengan balas jasa sewa (N). Secara lengkap tabel tersebut dapat dilihat sebagai berikut :
18
Tabel 3. Ilustrasi Tabel Input-Output Sektor Produksi 1 Sektor Produksi
Nilai (W)
Tambah
1 2 .
.
:
:
2
… j
z11 z12… z21 z22…
i L N M
Total Input (X) X Sumber : Miller dan Blair (1985)
.
Permintaan Akhir (Y)
Total Output (X)
C
I
G
E
C1 C2
I1 I2
G1 G2
E1 E2
X1 X2
LC NC MC C
LI NI MI I
LG LE NG NE M G ME G E
L N M X
:
L1 N1 M1 X1
L2 N2 M2 X2
Dalam konteks input antara, terjadi arus perpindahan barang antar sektor yaitu dari sektor i ke sektor j dan perpindahan intrasektor yaitu perpindahan yang terjadi didalam sektor itu sendiri. Tabel 3 menunjukkan bahwa terjadinya arus perpindahan barang dari sektor i ke sektor j, dimana i = j. Nilai uang arus barang dan jasa dari sektor i ke sektor j diberi notasi zij, total output dinotasikan dengan Xi, dan total permintaan akhir sektor i dinotasikan Yi. Dengan demikian persamaannya dituliskan sebagai berikut : Xi = zi1 + zi2 + … + zii + ...+ zin + Yi
(2.1)
Persamaan (1) menunjukkan distribusi output ke sektor i. Output sektor I tersebut didistribusikan ke sektor-sektor produksi yang lain, dan dialokasikan ke pemakai akhir. Pemakai akhir tersebut adalah pelaku-pelaku ekonomi didalam perekonomian yang secara agregat bisa diklasifikasikan ke dalam rumah tangga, perusahaan, pemerintah dan pihak luar negeri. Permintaan akhir rumah tangga adalah konsumsi rumah tangga, permintaan akhir perusahaan adalah investasi, permintaan akhir pemerintah adalah pengeluaran pemerintah, dan permintaan
19
akhir dari luar negeri adalah ekspor. Pada persamaan (1) terlihat bahwa terdapat n sektor yang sama seperti persamaan untuk seluruh sektor perekonomiaan, yaitu : X1 = z11 + z12 + z13 + … + z1n + Y1 X2 = z12 + z22 + z23 + … + z2n + Y2
(2.2)
Xn = zn1 + zn2 + zn3 + … + znn + Yn Sesuai dengan definisi Tabel Input-Output, total input harus sama dengan total output. Berdasarkan sifatnya yang linier, maka dapat dituliskan sebagai berikut : X1 + X 2 + L + N + M = X = X1 + X 2 + C + I + G + E
(2.3)
Persamaan (3) adalah identitas dari pendapatan nasional, yang ditunjukkan oleh persamaan sebelah kiri, dimana pendapatan nasional sebagai penjumlahan dari balas jasa faktor-faktor produksi dalam perekonomian. Dalam perekonomian ini, hanya ada dua faktor produksi, yaitu tenaga kerja dan kapital, yang balas jasanya adalah upah atau gaji (L) dan bunga modal (N). pada persamaan sebelah kanan, menunjukkan bahwa pendapatan nasional sebagai penjumlahan dari pengeluaran yang dilakukan oleh pelaku ekonomi dalam perekonomian tersebut. Dua persamaan diatas yang menghasilkan nilai X yang sama, dapat dijabarkan sebagai berikut dengan menghilangkan X1 dan X2, sehingga menjadi : L + N + M = C+ I + G + E atau L + N = C + I + G + (E-M)
(2.4)
20
Dalam analisis Input-Output, persamaan tersebut memegang peranan penting yaitu sebagai dasar analisis ekonomi mengenai keadaan perekonomian suatu wilayah. Secara umum matrik dalam Tabel Input-Output dapat dibagi menjadi empat kuadran, yaitu : 1) Kuadran I (Intermediate Quadran) Setiap sel pada kuadran I merupakan transaksi antara, yaitu transaksi barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi. Kuadran ini memberikan informasi mengenai saling ketergantungan antar sektor produksi dalam suatu perekonomian. Dalam analisis Input-Output kuadran ini memiliki peranan yang sangat penting karena kuadran inilah yang menunjukkan keterkaitan antar sektor ekonomi dalam melakukan proses produksinya. 2) Kuadran II (Final Demand Quadran) Kuadran ini menunjukkan adanya penjualan barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor perekonomian untuk memenuhi permintaan akhir. Permintaan akhir adalah output suatu sektor yang langsung dipergunakan oleh rumah tangga, pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok dan ekspor. 3) Kuadran III (Primary Input Quadran) Menunjukkan pembelian input yang dihasilkan di luar sistem produksi oleh sektor-sektor dalam kuadran antara. Kuadran ini terdiri dari pendapatan rumah tangga (upah/gaji), pajak tak langsung, surplus usaha dan penyusutan. Jumlah keseluruhan nilai tambah ini akan menghasilkan produk domestik bruto yang dihasilkan oleh wilayah tersebut.
21
4) Kuadran IV (Primary Input-Final Demand Quadran) Merupakan kuadran input primer permintaan akhir yang menunjukkan transaksi langsung antara kuadran input primer dengan permintaan akhir tanpa melalui sistem produksi atas kuadran antara.
2.4.3
Asumsi-asumsi Keterbatasan Input-Output Analisis Input-Output memiliki keterbatasan terutama pada asumsi-
asumsinya yaitu: 1. Keseragaman (Homogenitas) Suatu prinsip dimana output hanya dihasilkan secara tunggal, yang berarti bahwa setiap sektor ekonomi hanya memproduksi satu jenis barang dan jasa dengan susunan input tunggal (seragam) dan tidak ada substitusi otomatis terhadap input dari output sektor yang berbeda. 2. Kesebandingan (Propotionality) Suatu prinsip dimana hubungan antara output dan input pada setiap sektor produksi merupakan fungsi linier, artinya kenaikan dan penurunan output suatu sektor akan sebanding dengan kenaikan dan penurunan input yang digunakan oleh sektor tersebut. 3. Penjumlahan (Additivitas) Suatu asumsi bahwa total efek dari kegiatan produksi berbagai sektor merupakan penjumlahan dari efek pada masing-masing kegiatan. Dengan adanya asumsi-asumsi tersebut diatas maka model Input-Output memiliki
keterbatasan
dengan
tidak
menimbulkan
kekeliruan
dalam
22
menginterpretasikan hasil analisisnya (Febrina, 2005). Keterbatasan-keterbatasan tersebut yaitu : a. Koefisien Input-Output yang konstan selama periode analisis, sehingga perubahan-perubahan seperti perubahan teknologi atau perubahan relatif yang mungkin terjadi selama periode analisis diabaikan. Hal ini menyebabkan harus dilakukannya penyesuaian terhadap koefisien agar tidak timbul bias terhadap hasil produksi. b. Semakin banyak agregasi yang dilakukan terhadap sektor-sektor yang ada akan menyebabkan semakin besar pula kecenderungan pelanggaran terhadap asumsi homogenitas dan semakin banyak informasi ekonomi yang lebih terperinci tidak terlingkup dalam analisisnya. c. Keterbatasan yang disebabkan oleh besarnya dana atau biaya dalam penyusunan tabel Input-Output dengan menggunakan metode survei.
2.4.4
Dampak Penyebaran Analisis dampak penyebaran berguna untuk mengetahui distribusi manfaat
pengembangan suatu sektor terhadap sektor lainnya melalui mekanisme transaksi pasar output dan pasar input dapat yang dianalisis berdasarkan koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran. a. Koefisien Penyebaran Konsep
ini
berguna
untuk
mengetahui
distribusi
manfaat
dari
pengembangan suatu sektor terhadaap perkembangan sektor-sektor lainnya
23
melalui mekanisme transaksi pasar input. Konsep ini juga sering diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan hulunya. b. Kepekaan Penyebaran Konsep ini bermanfaat untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor terhadap sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar output. Konsep ini sering juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor-sektor lain yang memakai input dari sektor ini.
2.4.5
Analisis Multiplier Salah satu jenis analisis yang umum dilakukan dalam kerangka analisis
Input-Output adalah analisis multiplier (analisis angka pengganda). Pada intinya, analisis multiplier ini mencoba melihat apa yang terjadi terhadap variabel-variabel endogen tertentu apabila terjadi perubahan variabel-variabel eksogen, seperti permintaan akhir, di dalam perekonomian. a. Multiplier Output Multiplier output dihitung dalam per unit perubahan output sebagai efek awal, yaitu kenaikan atau penurunan output sebesar satu unit satuan moneter. Setiap elemen dalam matriks kebalikan leontief (matriks invers) α menunjukkan total pembelian input baik tidak langsung maupun langsung dari sektor i yang disebabkan adanya peningkatan penjualan dari sektor i sebesar satu unit satuan moneter ke permintaan akhir. Matrik invers dirumuskan dengan persamaan : α = (I - A )– 1 = [αij]
24
Dengan demikian matrik α mengandung informasi penting tentang struktur perekonomian yang dipelajari dengan menentukan tingkat keterkaitan antar sektor dalam perekonomian suatu wilayah atau negara. Koefisien dari matrik invers ini [αij] menunjukan besarnya perubahan aktifitas dari suatu sektor yang akan mempengaruhi tingkat output dari sektor-sektor lain. b. Multiplier Pendapatan Multiplier pendapatan mengukur peningkatan pendapatan akibat adanya perubahan output dalam perekonomian. Dalam Tabel Input-Output, yang dimaksud dengan pendapatan adalah gaji dan upah yang diterima oleh rumah tangga. Pengertian pendapatan disini tidak hanya mencakup beberapa jenis pendapatan yang umumnya diklasifikasikan sebagai pendapatan rumah tangga, tetapi juga dividen dan bunga bank. c. Multiplier Tenaga Kerja Multiplier tenaga kerja menunjukkan perubahan tenaga kerja yang disebabkan oleh perubahan awal dari sisi output. Multiplier tenaga kerja tidak diperoleh dari elemen-elemen dalam Tabel Input-Output seperti pada multiplier output dan pendapatan karena dalam Tabel Input-Output tidak mengandung elemen-elemen yang berhubungan dengan tenaga kerja. Untuk memperoleh multiplier tenaga kerja maka pada Tabel Input-Output harus ditambahkan baris yang menunjukkan jumlah dari tenaga kerja untuk masing-masing sektor dalam perekonomian suatu wilayah atau negara.
25
d. Multiplier Tipe I dan II Multiplier Tipe I dan II digunakan untuk mengukur efek dari output, pendapatan maupun tenaga kerja masing-masing sektor perekonomian yang disebabkan karena adanya perubahan dalam jumlah output, pendapatan, dan tenaga kerja yang ada di suatu negara atau wilayah. Respon atau efek multiplier output, pendapatan, dan tenaga kerja dapat di klasifikasikan sebagai berikut : 1) Dampak Awal (Initial Impact) Dampak awal merupakan stimulus perekonomian yang diasumsikan sebagai peningkatan atau penurunan penjualan dalam satu unit satuan moneter. Dari sisi output, dampak awal ini diasumsikan sebagai peningkatan penjualan ke permintaan akhir sebesar satu unit satuan moneter. Peningkatan output tersebut akan memberikan efek terhadap peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja. Efek awal dari sisi pendapatan ditunjukkan oleh koefisien pendapatan rumah tangga (hi), sedangkan efek awal dari sisi tenaga kerja ditunjukkan oleh koefisien tenaga kerja (ei). 2) Efek Putaran Pertama (First Round Effect) Efek putaran pertama menunjukkan efek langsung dari pembelian masingmasing sektor untuk setiap peningkatan output sebesar satu unit satuan moneter. Dari sisi output, efek putaran pertama ditunjukkan oleh koefisien langsung (koefisien input-output / aij ). Sedangkan efek putaran pertama dari sisi pendapatan menunjukkan adanya peningkatan pendapatan dari setiap sektor akibat adanya efek putaran pertama dari sisi output. Sementara efek putaran pertama dari
26
sisi tenaga kerja menunjukkan peningkatan penyerapan tenaga kerja akibat adanya efek putaran pertama dari sisi output. 3) Efek dukungan Industri (Industrial Support Effect) Efek dukungan industri dari sisi output menunjukkan efek dari peningkatan output putaran kedua dan selanjutnya akibat adanya stimulus ekonomi. Dari sisi pendapatan dan tenaga kerja, efek dukungan industri menunjukkan adanya efek peningkatan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja putaran kedua dan selanjutnya akibat adanya dukungan industri yang menghasilkan output. 4) Efek Induksi Konsumsi (Consumption Induced Effect) Efek induksi konsumsi dari sisi output menunjukkan adanya suatu pengaruh induksi (peningkatan konsumsi rumah tangga) akibat pendapatan rumah tangga yang meningkat. Dari sisi pendapatan dan tenaga kerja, efek induksi konsumsi diperoleh masing-masing dengan mengalikan efek induksi konsumsi output dengan koefisien pendapatan rumah tangga dan koefisien tenaga kerja. 5) Effect Lanjutan (Flow-on-Effect) Efek lanjutan merupakan efek dari output, pendapatan, dan tenaga keja yang terjadi pada semua sektor perekonomian dalam suatu negara atau wilayah akibat adanya peningkatan penjualan dari suatu sektor. Efek lanjutan dapat diperoleh dari pengurangan efek total dengan efek awal.
2.5
Kerangka Pemikiran Perekonomian Indonesia semakin terpuruk sejak terjadinya krisis ekonomi
dan moneter pada pertengahan tahun 1997. Menurut Kriswantriyono (2003), hal
27
ini disebabkan karena dunia usaha cenderung melakukan investasi yang berlebihan pada sektor-sektor ekonomi yang rentan terhadap perubahanperubahan nilai tukar dan suku bunga, seperti property dan industri berbasis impor. Namun, kondisi ini tidak terlalu berpengaruh terhadap sektor pertanian sehingga sektor pertanian perlu dikembangkan lebih lanjut. Sektor pertanian adalah sektor yang mampu berperan penting dalam pertumbuhan perekonomian nasional. Kenyataan ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), dan penyerapan tenaga kerja di Indonesia yang mengalami peningkatan. Disisi lain, investasi yang ditanamkan di sektor pertanian relatif rendah dibandingkan investasi yang ditanamkan di sektor lainnya, khususnya investasi yang berasal dari dalam negeri. Penelitian ini ingin menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki potensi yang cukup baik untuk dikembangkan. Proses pertumbuhan dan perkembangan sektor pertanian memerlukan upaya peningkatan produktivitas yang akan berimplikasi pada peningkatan produksi, pendapatan dan kesempatan kerja. Guna memperlihatkan bahwa investasi di sektor pertanian memiliki peran yang penting pada penelitian ini maka dilakukan analisis Tabel Input-Output yang diolah dengan menggunakan Microsoft Excell, sehingga hasilnya dapat menunjukkan dampak penyebaran, keterkaitan sektor pertanian dengan sektor yang lain, efek multiplier, dampak investasi di sektor pertanian, sub sektor pertanian yang memiliki prioritas untuk dikembangkan, serta kebijakan
28
pemerintah yang harus diambil guna meningkatkan pembangunan di sektor pertanian. Kontribusi Terhadap PDB Penyerapan Tenaga Kerja Investasi
Sektor Pertanian
Asumsi Keterbatasan
Tabel Input-Output
Analisis Input-Output
Analisis Keterkaitan
Analisis Penyebaran
Microsoft Exell
Multiplier ¾ Output ¾ Pendapatan ¾ Tenaga Kerja
Dampak Investasi Sektor Pertanian
Kebijakan Investasi, Penetapan Sektor Prioritas
Keterangan :
: Hal yang di analisis
Gambar 3. Bagan Kerangka Pemikiran
2.6
Studi Penelitian Terdahulu Pada umumnya penelitian dengan menggunakan analisis Input-Output
memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mempelajari keterkaitan antar sektor, dampak penyebaran, serta multiplier sektor-sektor perekonomian di suatu wilayah. Hasil penelitian yang akan dipaparkan dalam penelitian ini adalah analisis keterkaitan, dampak penyebaran, efek pengganda (multiplier effect), serta
29
dampak investasi yang dihasilkan oleh sektor-sektor perekonomian khususnya sektor pertanian. a. Hasil Penelitian tentang Dampak Penyebaran Sektor Pertanian Koefisien penyebaran menunjukkan distribusi manfaat dari pengembangan suatu sektor terhadap perkembangan sektor lainnya atau dengan kata lain seberapa besar sektor tersebut mampu menarik perkembangan sektor hulunya. Sektor yang memiliki koefisien penyebaran lebih besar dari satu berarti bahwa sektor tersebut memiliki kemampuan untuk menarik perkembangan sektor hulunya. Sedangkan kepekaan penyebaran menunjukkan tingkat kepekaan suatu sektor lainnya melalui mekanisme pasar output atau dengan kata lain apakah sektor tersebut mampu mendorong perkembangan sektor hilirnya sehingga mampu menciptakan pertumbuhan ekonomi wilayahnya. Sektor yang memiliki kepekaan penyebaran lebih besar dari satu berarti bahwa sektor tersebut memiliki kemampuan untuk mendorong perkembangan sektor hilirnya.
Tabel 4. Hasil Penelitian Terdahulu tentang Dampak Penyebaran Sektor Pertanian Penelitian Tahun Penelitian
Koefisien Penyebaran Tahun yang diteliti Bernady 2001 1998 0,93 Hasni 2006 2003 0,72 Subrata 2005 2000 0,98 Sumber : Bernady, A.H. (2001), Hasni (2006), Subrata (2005) Peneliti
Kepekaan Penyebaran 1,24 1,04 1,88
Berdasarkan data dalam Tabel 4 dapat diketahui bahwa nilai koefisien penyebaran untuk sektor pertanian di masing-masing lokasi penelitian kurang dari satu. Hal ini menunjukkan bahwa daya kepekaan sektor pertanian kurang mampu untuk menarik sektor hulunya melalui distribusi manfaat dari pengembangan
30
sektor tersebut terhadap perkembangan sektor lainnya. Sedangkan nilai kepekaan penyebaran sektor pertanian umumnya lebih besar dari satu. Hal ini menunjukkan bahwa sektor tersebut memiliki kemampuan untuk mendorong perkembangan sektor hilirnya. b. Penelitian terdahulu Multiplier Sektor Pertanian Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa nilai keterkaitan output, pendapatan dan tenaga kerja tipe I lebih kecil dari tipe II. Hal ini disebabkan pada multiplier tipe II, induksi konsumsi rumah tangga diperhitungkan sebagai faktor endogen. Nilainilai pengganda tersebut menunjukkan kemampuan sektor-sektor tersebut dalam mendorong peningkatan output, pendapatan dan penciptaan lapangan kerja.
Tabel 5. Hasil Penelitian Terdahulu tentang Multiplier Sektor Pertanian Penelitian Peneliti
Tahun Penelitian
Multiplier Output
Multiplier Pendapatan Tipe I Tipe II
Tahun Tipe I Tipe II yang diteliti Bernady 2001 1998 1,30 1,62 1,32 Hasni 2006 2003 1,87 2,14 1,74 Subrata 2005 2000 1,62 2,19 1,63 Sumber : Bernady, A.H. (2001), Hasni (2006), Subrata (2005)
1,69 2,01 2,21
Multiplier Tenaga Kerja Tipe I Tipe II
1,18 1,39 1,49
1,13 1,46 1,92
Hasil penelitian Subrata (2005) tentang analisis dampak investasi di sektor agribisnis terhadap perekonomian di Indonesia dengan menggunakan alat analisis input-output menunjukkan bahwa investasi pada sub sektor agribisnis sebesar Rp 100 juta akan menghasilakan output terbesar di seluruh sektor perekonomian adalah pada sub sektor makanan olahan yaitu sebesar Rp 197,418 milyar yang terdiri dari dampak langsung terhadap sub sektor makanan olahan sebesar Rp 117,883 milyar dan dampak tidak langsung di sektor lainnya sebesar Rp 79,534 milyar. Hal ini disebabkan oleh tingginya nilai multiplier output di sektor tersebut.
31
Dari sisi pendapatan, investasi sebesar Rp 100 juta pada sektor agribisnis akan menghasilkan pendapatan terbesar di seluruh sektor perekonomian pada sektor pemerintahan yaitu sebesar Rp 90,410 milyar yang terdiri dampak langsung sebesar Rp 60,417 milyar dan dampak tidak langsung sebesar Rp 29,993 milyar. Dari sisi tenaga kerja, adanya investasi yang ditanamkan di sektor agribisnis sebesar Rp 100 juta maka akan mampu menyerap tenaga kerja di seluruh sektor perekonomian yang terbesar pada sub sektor tembakau yaitu sebeasar 12 orang. Hal ini karena sub sektor tersebut memiliki koefisien penyebaran yang cukup besar.
BAB III. GAMBARAN UMUM SEKTOR PERTANIAN
3.1 Peranan Sektor Pertanian dalam Pembangunan Penduduk Indonesia yang diperkirakan sekitar 210-230 juta orang pada tahun 2000 hingga tahun 2005, merupakan potensi pembangunan yang sangat besar, baik dari sisi penawaran produk (produksi) maupun sisi permintaan produk (pasar). Indonesia juga memiliki sumberdaya alam berupa lahan dengan kondisi agroklimat yang cukup potensial untuk dikembangkan sebagai usaha pertanian produktif, dan merupakan daya tarik tersendiri bagi para investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Sehingga pembangunan ekonomi Indonesia harus dititikberatkan pada pembangunan sektor-sektor ekonomi yang berbasis pada sumberdaya alam, padat tenaga kerja dan berorientasi pasar domestik. Nilai Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sektor pertanian pada tahun 2000 adalah sekitar Rp 2,272 trilyun rupiah. Pada tahun 2001 mengalami penurunan menjadi sekitar Rp 1,016 trilyun rupiah. Lalu pada tahun 2002 turun lagi menjadi Rp 665,5 milyar rupiah, tahun 2003 kembali mengalami penurunan menjadi sekitar Rp 593,8 milyar rupiah, dan pada tahun 2004 semakin menurun menjadi sekitar Rp527 milyar rupiah. Nilai Penanaman Modal Asing (PMA) di sektor pertanian pada tahun 2000 adalah sekitar US $ 106,2 juta, pada tahun 2001 menurun menjadi US $ 90,1 juta, dan tahun 2002 menurun kembali menjadi sekitar US $ 18,1 juta. Hal ini disebabkan terganggunya stabilitas internasional karena tragedi WTC yang terjadi
pada tahun 2001. Namun, pada tahun 2003 nilai PMA sektor pertanian meningkat tajam menjadi US $ 221,3 juta, dan pada tahun 2004 menurun lagi menjadi sekitar US $ 186,5 juta. Pada tahun 2005 nilai PMA meningkat lagi menjadi US $ 348,9 juta. Jika dilihat dari tingkat investasinya, PMA memiliki kontribusi lebih besar dibandingkan PMDN. Bila dibandingkan dengan investor dalam negeri, investor asing lebih berani dalam mengambil resiko dalam menanamkan modalnya di sektor pertanian.
Tabel 5. Jumlah Tenaga Kerja Sektor-Sektor Perekonomian di Indonesia Taun 2001-2004 (Orang) No
Lapangan Usaha Pertanian, Peternakan, 1 Kehutanan dan Perikanan 2 Industri Pengolahan 3 Konstruksi Perdagangan,Hotel, dan 4 Restoran Pengangkutan dan 5 Komunikasi Keuangan, Persewaan dan 6 Jasa Perusahaan 7 Jasa-jasa Lain-Lain (Pertambangan dan Penggalian; Listrik, 8 Gas dan Air Bersih) Total Sumber : Badan Pusat Statistik, 2005.
2001
2002
2003
2004
39.743.908 12.086.122 3.837.554
40.633.627 12.109.997 4.273.914
42.001.437 10.927.342 4.106.597
40.608.019 11.070.498 4.540.102
17.469.129
17.795.030
16.845.995
19.191.156
4.448.279
4.672.584
4.976.928
5.480.527
1.127.823 11.003.482
991.745 10.360.188
1.294.823 9.746.381
1.125.056 10.513.093
1.091.120 90.807.417
810.081 91.647.166
885.405 90.784.908
1.265.585 93.794.036
Dalam hal penyerapan tenaga kerja di Indonesia,
sektor pertanian
memiliki kontribusi yang cukup besar dibandingkan sektor-sektor perekonomian lainnya. Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa kontribusi sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja di Indonesia tahun 2001 adalah sekitar 39,7 juta orang
(43,8 %), tahun 2002 meningkat menjadi sekitar 40,6 juta orang (44,3 %), tahun 2003 meningkat lagi menjadi sekitar 42 juta orang (46,3 %). Namun pada tahun 2004 kontribusinya menurun menjadi sekitar 40,6 juta orang (43,3 %), sehingga diperoleh nilai rata-rata kontribusi tenaga kerja sektor pertanian selama periode tahun 2001-2004 sebesar 40,7 juta orang pertahun (44,4 %)/tahun. Menurut Badan Pusat Satistik (2005) pada tahun 2004 kontribusi sektor pertanian terhadap PDB nasional adalah sebesar Rp 252,9 trilyun dengan laju pertumbuhan sebesar 4,06. Jika dilihat dari Tabel 6 kontribusi sektor pertanian terhadap PDB nasional selama tahun 2001-2004 cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2001 kontribusi sektor pertanian terhadap PDB sekitar Rp 225,4 trilyun rupiah, tahun 2002 meningkat menjadi 232,9 trilyun rupiah, kemudian tahun 2003 sekitar Rp 243 trilyun, dan tahun 2004 meningkat lagi menjadi Rp 252,9 trilyun rupiah.
3.2 Kebijakan Pemerintah terhadap Sektor Pertanian 3.3 Tujuan strategis Sektor Pertanian Indonesia
32
III. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini, data yang akan digunakan sebagai bahan analisis adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik. Data sekunder yang diolah adalah data Input-Output Indonesia Updating tahun 2003 karena merupakan Tabel Input-Output Indonesia terbaru. Data Tabel Input-Output yang digunakan merupakan data Tabel Transaksi Total Atas Dasar Harga Produsen. Tabel Input-Output 2003 tersebut terdiri dari 66 sektor, yang kemudian dalam penelitian ini diagregasi menjadi 27 sektor dan 10 sektor utama. Dasar pengagregasian tersebut adalah keterkaitan yang erat antar sektor tertentu dan asas kesatuan jenis komoditi, yaitu asas yang mendasarkan pengelompokkan pada keseragaman wujud fisik komoditi (BPS, 2004). Pengolahan data dilakukan dengan Microsoft Excell. Pemilihan perangkat lunak ini didasari atas kemampuannya melakukan perhitungan untuk keperluan analisis Input-Output.
3.2 Metode Analisis Alat analisis yang digunakan untuk mempelajari dampak investasi dan peranan sektor pertanian terhadap sektor-sektor lainnya adalah Analisis InputOutput Demand Side atau Analisis Input-Output sisi Permintaan. Hal ini dikarenakan
terdapat
faktor
eksogen
berupa
faktor
permintaan
yang
mempengaruhi perekonomian. Dimana perekonomian dapat tumbuh bila terdapat peningkatan atau dorongan pada permintaan akhir yang eksogen tersebut.
33
Dampak penyebaran sektor terhadap sektor perekonomian lainnya dapat dikaji berdasarkan matriks kebalikan leontief terbuka. Sedangkan untuk mengetahui peranan sektor pertanian baik sebagai penyedia input maupun output, sektor pemakai input serta dampak yang ditimbulkan sektor pertanian terhadap perekonomian Indonesia dianalisis melalui pendekatan multiplier, sebagaimana yang ditunjukkan oleh persamaan berikut : X1 = z11 + z12 + z13 + … + z1n + Y1 X2 = z12 + z22 + z23 + … + z2n + Y2
Xn = zn1 + zn2 + zn3 + … + znn + Yn
(3.1)
Jika diketahui matrik koefisien teknis : zij aij =
(3.2) — Xj Jika persamaan (2) disubstitusikan ke persamaan (1) maka didapatkan persamaan (3) sebagai berikut : X1 = a11X1 + a12X2 + … + a1nXn + Y1 X2 = a21X1 + a22X2 + … + a2nXn + Y2
Xn = an1X1 + an2X2 + … + annXn + Yn
(3.3)
Jika dituliskan dalam bentuk matrik, persamaan (3) menjadi :
A=
a11 a12…….a1i… a1n
X1
a21 a22…….a2i… a2n
X2
an1 an2…….ani… ann
Xn
Y1 =
Y2
Yn
34
dimana I merupakan matrik identitas berukuran n x n, sehingga dari persamaan tersebut dapat dituliskan dalam notasi matrik sebagai berikut : (I - A) X = Y
(3.4)
jika terdapat perubahan dalam permintaan akhir, maka akan terjadi perubahan pola pendapatan nasional, sehingga dapat dituliskan menjadi : X = (I - A)-1 Y
(3.5)
dimana (I - A)-1 ini sering dikenal dengan nama matrik kebalikan Leontief (Leontief Invers Matrix). dimana: A
: matriks koefisien teknis
X
: jumlah output
Y
: permintaan akhir
I
:matriks yang elemennya memuat angka satu pada diagonalnya dan nol pada selainnya
(I-A) : matriks Leontif
3.2.1
Analisis Keterkaitan Konsep keterkaitan biasa digunakan sebagai dasar perumusan strategi
pembangunan ekonomi dengan melihat keterkaitan antar sektor dalam suatu sistem perekonomian. Berdasarkan konsep ini dapat diketahui besarnya pertumbuhan suatu sektor yang dapat menstimulir pertumbuhan sektor lainnya melalui mekanisme induksi. Keterkaitan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah keterkaitan ke depan (forward linkage) dan keterkaitan ke belakang
35
(backward linkage), dimana masing-masing memiliki keterkaitan langsung yang diperoleh dari matrik koefisien teknis dan keterkaitan langsung dan tidak langsung yang diperoleh dari matrik kebalikan Leontif. a.
Keterkaitan Langsung ke Depan Menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang
menggunakan sebagian output sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut : n
KDi = Σ aij
(3.6)
j=1
dimana : KDi = keterkaitan langsung ke depan aij b.
= unsur matriks koefisien teknis
Keterkaitan Langsung ke Belakang Menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang
menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut : n
KBi = Σ aij
(3.7)
i=1
dimana : KBi = keterkaitan langsung ke belakang aij
= unsur matriks koefisien teknis
36
c.
Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan Menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang
menggunakan output bagi sektor tersebut secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut :
n
KDLTi = Σ aij
(3.8)
j=1
dimana : KDLTi = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan sektor i aij d.
= unsur matriks kebalikan Leontief model terbuka
Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang Menunjukkan akibat dari suatu sektor yang diteliti terhadap sektor-sektor
yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut :
n
KBLTi = Σ aij
(3.9)
i=1
dimana : KBLTi = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang sektor i aij
= unsur matriks kebalikan Leontief model terbuka
37
3.2.2
Analisis Dampak Penyebaran Guna mengetahui distribusi manfaat dari pengembangan suatu sektor
terhadap perkembangan sektor lainnya baik melalui mekanisme transaksi pasar output dan pasar input dapat dianalisis berdasarkan koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran. a. Koefisien Penyebaran Koefisien penyebaran menunjukkan efek yang ditimbulkan suatu sektor karena adanya peningkatan output di sektor yang bersangkutan terhadap output sektor-sektor lainnya yang digunakan sebagai input oleh sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung. Koefisien penyebaran diperoleh dari nilai keterkaitan output langsung dan tidak langsung ke belakang yang dibobot dengan jumlah sektor kemudian dibagi dengan total keterkaitan langsung dan tidak langsung semua sektor dengan rumah tangga sebagai eksogenus dalam model. Koefisien penyebaran ini disebut juga sebagai daya penyebaran ke belakang. n
Pdj = n
∑α i =1
n
ij
(3.10)
n
∑∑ α i =1 j =1
ij
dimana : Pdj = indeks daya penyebaran sektor j αij = unsur matriks kebalikan Leontief terbuka n = jumlah sektor b. Kepekaan Penyebaran Kepekaan penyebaran merupakan efek relatif yang disebabkan karena adanya perubahan output sektor perekonomian yang akan menimbulkan
38
perubahan output suatu sektor ekonomi lainnya jika menggunakan output dari sektor perekonomian tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung. Kepekaan penyebaran disebut juga sebagai indeks daya penyebaran ke depan yang diperoleh dari keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan yang dibobot dengan jumlah sektor yang ada, kemudian dibagi dengan total keterkaitan langsung dan tidak langsung dari semua sektor. n
Sdi = n
∑α
j =1 n n
ij
∑∑α i =1 j =1
(3.11) ij
dimana : Sdi = indeks derajat kepekaan sektor i αij = unsur matriks kebalikan Leontif terbuka n = jumlah sektor
3.2.3
Analisis Multiplier Salah satu jenis analisis yang umum dilakukan dalam kerangka analisis
Input-Output adalah analisis multiplier (analisis angka pengganda). Pada intinya, analisis multiplier ini mencoba melihat apa yang terjadi terhadap variabel-variabel endogen tertentu apabila terjadi perubahan variabel-variabel eksogen, seperti permintaan akhir, di dalam perekonomian. Analisis multiplier dengan model analisis input-output dengan matrik kebalikan leontif terbuka akan menghasilkan angka multiplier biasa (simple multiplier) dan angka multiplier total (total multiplier) diperoleh jika dianalisis dengan model analisis input-output dengan matrik kebalikan leontif tertutup.
39
Tabel 6. Rumus Multiplier Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja Keterangan Multiplier Biasa
Output
Pendapatan
n
n
Oj = ∑ αij
Hj = ∑ an+1,i αij
i=1
Multiplier Total
n+1
⎯Oj = ∑ ⎯αij
i=j
n
⎯Hj = ∑ an+1,i⎯αij
i=1
Multiplier Tipe I
i=j
Hj Yj = ⎯⎯ an+1,j
n
Oj = ∑ αij i=1
Multiplier Tipe II
n+1
⎯Oj = ∑ ⎯αij i=1
⎯Hj ⎯Yj= ⎯⎯ an+1,j
Tenaga Kerja n
Ej = ∑ wn+1,i αij i=1
n
⎯Ej = ∑ wn+1,i⎯αij i=1
Ej Wj = ⎯⎯ wn+1,j
⎯Ej ⎯Wj = ⎯⎯ wn+1,j
Sumber : Miller dan Blair, 1985
Keterangan: Oj
= Multiplier Output tipe I sektor j
⎯Oj
= Multiplier Output tipe II sektor j
Hj
= Multiplier Pendapatan biasa sektor j
Yj
= Multiplier Pendapatan tipe I sektor ke-j
⎯Hj
= Multiplier Pendapatan total sektor j
⎯Yj
= Multiplier pendapatan tipe II sektor ke-j
Wj
= Multiplier Tenaga Kerja tipe I sektor j
Ej
= Multiplier Tenaga Kerja biasa sektor j
⎯Wj
= Multiplier Tenaga Kerja tipe II sektor j
3.2.4
Koefisien Pendapatan (δ ) Koefisien pendapatan merupakan suatu bilangan yang menunjukkan
besarnya jumlah pendapatan yang diterima oleh pekerja yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit output. Koefisien pendapatan dirumuskan sebagai berikut :
40
δj=
Sj
(3.12)
Xj dimana :
δj = koefisien pendapatan sektor j Sj = jumlah upah dan gaji sektor j Xj = jumlah output total sektor j
3.2.5
Koefisien Tenaga Kerja ( β ) Koefisien tenaga kerja merupakan suatu bilangan yang menunjukkan
besarnya jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit output. Koefisien tenaga kerja dirumuskan sebagai berikut :
βj=
Tj
(3.13)
Xj dimana :
βj = koefisien tenaga kerja sektor j Tj = jumlah tenaga kerja sektor j Xj = jumlah output total sektor j
3.2.6
Analisis Dampak Investasi Untuk melihat dampak investasi sektor pertanian terhadap perekonomian
Indonesia (Pakpahan et al, dalam Kartinah 2004) dapat digunakan rumus sebagai berikut :
41
1.
Dampak terhadap pembentukan output (XFid) XFid = (I - A)-1 (Fid)
2.
Dampak terhadap kesempatan kerja (Lik) Lik = e (I - A)-1 (Fid)
3.
(3.15)
Dampak terhadap pembentukan nilai tambah bruto (VFid) VFid = V (I - A)-1 (Fid)
4.
(3.14)
(3.16)
Dampak terhadap pendapatan (I) I = Σ Pxi .VFid
(3.17)
Σ Vxi dimana : (I - A)-1 = Matriks Kebalikan Leontief Terbuka e
= Matriks Koefisien Tenaga Kerja sektor i pada Matriks Koefisien Teknis
V
= Matriks Koefisien Nilai Tambah sektor i pada Matriks Koefisien Teknis
Fid
= Nilai Investasi Sektor Pertanian
Pxi
= Nilai Upah dan Gaji Sektor i pada Matriks Transaksi Domestik
Vxi
= Nilai Tambah Bruto Sektor i pada Matriks Transaksi Domestik Guna memberikan gambaran mengenai dampak investasi sektor pertanian
terhadap perekonomian, terutama terhadap pembentukan nilai output, pendapatan, dan penyerapan tenaga kerja, maka dalam penelitian ini diasumsikan terdapat penanaman investasi sebesar Rp 18 trilyun di setiap sub sektor pertanian dalam kondisi perekonomian berlangsung normal. Sub-sub sektor pertanian tersebut yaitu sub sektor tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan sub sektor perikanan. Nilai tersebut sesuai dengan nilai dana yang dialokasikan
42
oleh Departemen Pertanian Indonesia dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2006. Nilai tersebut digunakan untuk shock sektor pertanian sebagai perkiraan dana yang mungkin untuk di investasikan pada sektor pertanian di Indonesia. Dampak dari kegiatan investasi tersebut terdiri dari dampak total, dampak langsung dan dampak tidak langsung. Nilai dampak investasi sektor pertanian tersebut dihitung dengan menggandakan nilai total investasi sub sektor pertanian dengan matriks kebalikan Leontif terbuka.
3.3
Kerangka Dasar Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2003 Penyusunan Tabel Input-Output Indonesia tahun 2003 bertujuan untuk
menyediakan data statistik secara komprehensif yang mampu menggambarkan hubungan timbal balik dan saling keterkaitan antar unit sektor ekonomi di wilayah tersebut. Tabel Input-Output Indonesia tahun 2003 disajikan dalam tiga sub matrik yang disebut kuadran I, II dan III. Didalam kuadran I terdiri dari sel-sel yang berisi transaksi antar barang dan jasa dalam produksi. Di kuadran ini sektor-sektor perekonomian di Indonesia dibagi menjadi 66 sektor, penelitian ini melakukan agregasi sektor menjadi 27 sektor dan 10 sektor. Kuadran II terdiri dari angka-angka transaksi yang memperlihatkan komposisi permintaan akhir terhadap suatu sektor produksi. Permintaan tersebut terdiri dari pengeluaran konsumsi rumah tangga (301), pengeluaran konsumsi pemerintah (302), pembentukan modal tetap (303), perubahan stok (304), dan
43
ekspor barang dan jasa (305). Jumlah permintaan (310) merupakan penjumlaan dari permintaan antara (180) dengan permintaan akhir (309). Sedangkan jumlah penyediaan merupakan penjumlahan impor barang dan jasa (409), margin perdagangan (509) serta jumlah output (600). Kuadran III terdiri atas sel-sel nilai tambah bruto (209) dan impor (200). Nilai tambah bruto terdiri dari upah dan gaji (201), surplus usaha (202), penyusutan (203), pajak tidak langsung (204) dan subsidi (205). Tabel-tabel yang disajikan dalam Tabel Input-Output Indonesia tahun 2003 terdiri dari : (1) Tabel transaksi total atas dasar harga pembeli yang menunjukkan transaksi yang sebenarnya antar sektor perekonomian, sehingga nilai transaksi pada tabel ini sudah mencakup margin perdagangan dan biaya pengangkutan. (2) Tabel transaksi total atas dasar harga produsen, yaitu suatu tabel yang memperlihatkan hubungan langsung antar sektor tanpa dipengaruhi oleh margin perdagangan dan biaya pengangkutan. (3) Tabel transaksi domestik atas dasar harga pembeli yang memperlihatkan transaksi antar sektor poduk barang dan jasa domestik yang dinilai atas dasar harga pembeli, yang sudah mencakup margin perdagangan dan biaya pengangkutan. (4) Tabel transaksi domestik atas dasar harga produsen, yang menunjukkan hubungan langsung antara sektor penghasil produksi dalam negeri dengan sektor pemakainya, tanpa dipengaruhi lagi oleh komponen impor, margin perdagangan dan biaya pengangkutan. Tabel yang digunakan dalam penelitian sebagai metode analisis adala tabel transaksi total atas dasar harga produsen. Peneliti memilih tabel ini, karena
44
diharapkan tabel ini dapat memberikan kestabilan pada koefisien input yang dihasilkan langsung antar sektor dan menggambarkan transaksi sektor yang tidak dipengaruhi oleh margin perdagangan dan biaya pengangkutan.
3.4 Konsep dan Definisi a. Output Pengertian output adalah nilai dari produksi dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi di wilayah dalam negeri (domestik), tanpa membedakan asal usul pelaku produksinya. Dalam hal ini bagi unit usaha yang produksinya berupa barang maka output merupakan hasil perkalian antara kuantitas produksi suatu barang dengan harganya. Bagi unit usaha yang bergerak di bidang jasa maka outputnya merupakan nilai penerimaan dari jasa yang diberikan ke pihak lain. b. Transaksi Antara Transaksi antara adalah transaksi yang terjadi antara sektor yang berperan sebagai konsumen dan produsen. Sektor yang berperan sebagai konsumen ditujukan oleh sektor masing masing kolom. Sektor yang berperan sebagai produsen merupakan sektor yang berada pada masing-maasing baris. Transaksi yang tercakup dalam transaksi antara hanyalah transaksi barang dan jasa yang terjadi dalam hubungannya dengan proses produksi. c. Permintaan Akhir Permintaan akhir adalah permintaan atas barang dan jasa untuk keperluan konsumsi bukan untuk proses produksi. Permintaan akhir terdiri dari pengeluaran
45
konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok dan ekspor. (i) Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran konsumsi rumah tangga adalah semua pengeluaran atas pembelian barang dan jasa baik yang bersifat tahan lama maupun yang bersifat tidak tahan lama kecuali pembelian rumah tempat tinggal, dikurangi dengan penjualan neto dari barang-barang bekas. Pengeluaran ini meliputi konsumsi yang dilakukan di dalam negeri maupun di luar negeri. Untuk menjaga konsistensi data maka konsumsi yang dilakukan di luar negeri diperlakukan sebagai impor sebaliknya konsumsi penduduk asing di dalam negeri diperlakukan sebagai ekspor. (ii) Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Mencakup semua pengeluaran barang dan jasa untuk pelaksanaan dan pertahanan baik dilakukan oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah. (iii) Pembentukan Modal Tetap Bruto Pembentukan modal tetap bruto meliputi pengadaan, pembuatan atau pembelian barang-barang modal baru baik dari dalam negeri maupun dari impor, termasuk barang modal bekas dari luar negeri. (iv) Perubahan Stok Perubahan stok merupakan selisih antara nilai barang pada akhir tahun dengan nilai stok pada awal tahun. Perubahan stok dapat digolongkan menjadi (1) perubahan stok barang jadi dan barang setengah jadi yang disimpan oleh produsen, (2) perubahan stok barang mentah dan bahan baku yang belum
46
digunakan oleh produsen, (3) perubahan stok di sektor perdagangan yang terdiri dari barang-barang dagangan yang belum terjual. (v) Ekspor Dalam Tabel Input-Output yang dimaksud ekspor dan impor dari barang dan jasa adalah meliputi transaksi barang dan jasa antara penduduk suatu negara atau wilayah dengan penduduk negara atau wilayah lain. Transaksi tersebut terdiri dari ekspor dan impor untuk barang dagangan, jasa pengangkutan, komunikasi, asuransi dan berbagai jasa lainnya. Ekspor adalah pembelian langsung di pasar domestik, sebaliknya pembelian langsung barang dan jasa di pasar domestik, sebegai pembelian langsung di pasar luar negeri dikategorikan sebagai impor. c. Input Primer Input primer adalah balas jasa atas pemakaian faktor-faktor produksi yang terdiri dari tanah, tenaga kerja, modal dan kewiraswastaan. Input primer merupakan selisih antara iuput antara dengan output. Penjumlahan dari komponen input primer disebut nilai tambah. (i) Upah dan Gaji Upah dan gaji mencakup semua balas jasa dalam bentuk uang atau barang dan jasa bagi tenaga kerja yang ikut dalam kegiatan produksi. (ii) Surplus Usaha Surplus usaha adalah balas jasa atas kewiraswastaan dan pendapatan atas kepemilikan modal. Surplus usaha terdiri dari keuntungan sebelum dipotong pajak penghasilan, bunga atas modal, sewa lahan dan pendapatan atas hak kepemilikan
47
lainnya. Besar nilai surplus usaha sama dengan nilai tambah bruto dikurangi dengan upah dan gaji, penyusutan dan pajak tak langsung. (iii) Penyusutan Penyusutan merupakan penyusutan barang-barang modal tetap dan nilai pengganti terhadap penurunan nilai barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi. (iv) Pajak Tak Langsung Netto Pajak tak langsung netto adalah selisih antara pajak tak langsung dengan subsidi. Subsidi adalah bantuan yang diberikan pemerintah kepada produsen.
48
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Peranan Sektor Indonesia
Pertanian
terhadap
Struktur
Perekonomian
Berdasarkan analisis Tabel Input-Output dapat dihasilkan gambaran mengenai struktur perekonomian di Indonesia tahun 2003. Gambaran struktur perekonomian tersebut meliputi beberapa aspek yaitu struktur permintaan dan penawaran, struktur konsumsi masyarakat, struktur konsumsi pemerintah, struktur investasi, struktur ekspor dan impor, struktur nilai tambah bruto, serta dampak investasi sektor pertanian terhadap perekonomian Indonesia.
4.1.1
Permintaan dan Penawaran Output Berdasarkan Tabel Input-Output Indonesia tahun 2003 maka total
permintaan barang dan jasa di Indonesia pada tahun 2003 sebesar Rp 4.658 trilyun. Jumlah tersebut terdiri atas permintaan antara sebesar Rp 2.098 trilyun dan permintaan akhir sebesar Rp 2.559 trilyun. Dengan menggunakan asumsi keseimbangan antara permintaan dan penawaran maka total penawaran sektorsektor perekonomian di Indonesia sama dengan nilai permintaanya yaitu sebesar Rp 4.658 trilyun. Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa permintaan antara sektor pertanian sebesar Rp 285 trilyun atau sekitar 13,60 persen dari total permintaan antara di Indonesia. Tingginya permintaan antara sektor pertanian menunjukan tingginya peranan output sektor tersebut yang dihasilkan untuk digunakan sebagai input oleh sektor-sektor perekonomian lainnya.
49
Tabel 7. Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia Klasifikasi 10 Sektor (Juta Rupiah)
Sektor
Permintaan Antara
Permintaan akhir
Total Permintaan
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Persen
Persen
Persen
Pertanian
285.481.910
13,60
199.857.750
7,81
485.339.660
10,42
Pertambangan dan Penggalian
140.612.377
6,70
105.731.942
4,13
246.344.319
5,29
Industri Pengolahan
41,63
921.936.998
43,93
1.017.305.566
39,75
1.939.242.564
Listrik, Gas dan Air Bersih
44.518.602
2,12
25.912.816
1,01
70.431.418
1,51
Bangunan
29.990.973
1,43
305.103.901
11,92
335.094.874
7,19
229.396.576
10,93
204.205.290
7,98
433.601.866
9,31
35.105.910
1,67
140.277.682
5,48
175.383.592
3,76
169.399.423
8,07
135.238.145
5,28
304.637.568
6,54
Perdagangan Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa Total
161.750.913
7,71
130.340.637
5,09
292.091.550
6,27
80.581.757
3,84
295.589.144
11,55
376.170.901
8,08
2.098.775.439
100,00
2.559.562.873
100,00
4.658.338.312
100,00
Sumber : Tabel Input-Output Indonesia 2003, Klasifikasi 10 sektor (diolah).
Bila dilihat dari sisi permintaan akhir, sektor pertanian memiliki nilai sebesar Rp 199 trilyun atau sebesar 7,81 persen dari total permintaan akhir. Permintaan akhir tersebut dialokasikan untuk memenuhi konsumsi rumah tangga sebesar Rp 183 trilyun, investasi sebesar Rp 928 milyar dan ekspor sebesar Rp 16 trilyun. Tingginya permintaan akhir sektor pertanian karena berkaitan dengan kebutuhan pangan masyarakat yang merupakan kebutuhan dasar manusia, yang sebagian digunakan juga untuk konsumsi domestik dan ekspor karena saat terjadi krisis ekonomi harga output sektor pertanian sangat kompetitif (mampu bersaing) di pasar internasional.
4.1.2
Struktur Konsumsi Rumah Tangga dan Konsumsi Pemerintah Konsumsi rumah tangga di Indonesia pada tahun 2003 adalah sebesar Rp
1.404 trilyun. Dari total konsumsi tersebut konsumsi masyarakat terhadap sektor pertanian sebesar Rp 183 trilyun atau sebesar 13,08 persen dari total konsumsi
50
rumah tangga seluruh sektor perekonomian. Sektor pertanian merupakan sektor terbesar ke dua dalam memenuhi konsumsi rumah tangga.
Tabel 8. Struktur Konsumsi Masyarakat dan Konsumsi Pemerintah terhadap Sektor Perekonomian di Indonesia Tahun 2003 Klasifikasi 10 Sektor (Juta Rupiah)
Sektor
Konsumsi Rumah Tangga Jumlah Persen 183.784.310 13,08 1.929.587 0,14 584.090.499 41,58 25.912.816 1,84 0 0,00 103.884.929 7,40 132.482.676 9,43 121.764.952 8,67
Konsumsi Pemerintah Jumlah Persen 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00
Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 124.276.634 8,85 0 Jasa-jasa 126.554.569 9,01 163.701.240 Total 1.404.680.972 100,00 163.701.240 Sumber : Tabel Input-Output Indonesia 2003, Klasifikasi 10 sektor (diolah).
0,00 100,00 100,00
Berdasarkan Tabel Input-Output Indonesia tahun 2003 konsumsi pemerintah sebesar Rp 163 trilyun atau sebesar 100 persen dari total pengeluaran pemerintah. Konsumsi pemerintah disini hanya dialokasikan untuk sektor jasajasa yang meliputi jasa pemerintahan umum dan pertahanan, jasa kemasyarakatan dan jasa lainnya. Pengeluaran pemerintah untuk sektor-sektor perekonomian lainnya sudah termasuk dalam salah satu anggaran yang terdapat di sektor jasajasa.
4.1.3
Struktur Investasi Dalam Tabel Input-Output investasi merupakan penjumlahan dari
pembentukan modal tetap dan perubahan stok. Nilai investasi seluruh sektor
51
perekonomian di Indonesia pada tahun 2003 sebesar Rp 364 trilyun, yang terdiri dari pembentukan modal tetap sebesar Rp 386 trilyun dan perubahan stok yang bernilai negatif sebesar Rp 22 trilyun. Perubahan stok yang bernilai negatif ini menunjukkan tidak adanya tambahan persediaan baik input untuk produksi maupun output yang diperdagangkan pada akhir tahun, bahkan terjadi penurunan.
Tabel 9. Pembentukan Modal Tetap, Perubahan Stok, dan Investasi Sektor Perekonomian di Indonesia Tahun 2003 Klasifikasi 10 Sektor (Juta Rupiah) Pembentukan Modal Tetap Sektor
Jumlah
Persen
Perubahan Stok Jumlah
Persen
Investasi Jumlah
Pertanian 1.162.547 0,30 -2.090.601 9,46 -928.054 Pertambangan dan Penggalian 246.757 0,06 -2.052.488 9,29 -1.805.731 Industri Pengolahan 64.531.256 16,71 -20.239.445 91,57 44.291.811 Listrik, Gas dan Air Bersih 0 0,00 0 0,00 0 Bangunan 305.103.901 79,00 0 0,00 305.103.901 Perdagangan 14.169.110 3,67 2.279.194 -10,31 16.448.304 Hotel dan Restoran 0 0,00 0 0,00 0 Pengangkutan dan Komunikasi 0 0,00 0 0,00 0 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0 0,00 0 0,00 0 Jasa-jasa 1.005.463 0,26 0 0,00 1.005.463 Total 386.219.034 100,00 -22.103.340 100,00 364.115.694 Sumber : Tabel Input-Output Indonesia 2003, Klasifikasi 10 sektor (diolah).
Persen -0,25 -0,50 12,16 0,00 83,79 4,52 0,00 0,00 0,00 0,28 100,00
Investasi sektor pertanian di Indonesia tahun 2003 sebesar Rp 928 milyar rupiah atau sebesar -0,25 persen dari total investasi sektor perekonomian secara keseluruhan. Nilai investasi tersebut terdiri dari pembentukan modal tetap sebesar Rp 1.163 milyar rupiah atau sebesar 0,30 persen dan perubahan stok sebesar Rp 2.091 milyar rupiah atau sebesar 9,46 persen dari total investasi sektor perekonomian secara keseluruhan (Tabel 9).
52
4.1.4
Struktur Ekspor dan Impor Pada tahun 2003 total ekspor di Indonesia sebesar Rp 568 trilyun. Dari
total tersebut, nilai ekspor keseluruhan sektor pertanian adalah sebesar Rp 16 trilyun atau sebesar 2,98 persen dari total ekspor keseluruhan sektor perekonomian.
Tabel 10. Struktur Ekspor dan Impor Indonesia Tahun 2003 Klasifikasi 10 sektor (Juta Rupiah) Ekspor (X) Sektor
Jumlah
Persen
Impor (M) Jumlah
Persen
Pertanian 16.901.491 2,98 23.306.586 4,63 Pertambangan dan Penggalian 105.608.085 18,59 37.495.961 7,44 Industri Pengolahan 382.889.941 67,40 328.677.386 65,22 Listrik, Gas dan Air Bersih 0 0,00 0 0,00 Bangunan 0 0,00 0 0,00 Perdagangan 62.712.823 11,04 402.152 0,08 Hotel dan Restoran 0 0,00 21.788.222 4,32 Pengangkutan dan Komunikasi 0 0,00 36.683.881 7,28 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0 0,00 37.533.758 7,45 Jasa-jasa 0 0,00 18.036.949 3,58 Total 568.112.340 100,00 503.924.895 100,00 Sumber : Tabel Input-Output Indonesia 2003, Klasifikasi 10 sektor (diolah).
Selisih X-M Jumlah
Persen
-6.405.095
-9,98
68.112.124
106,11
54.212.555
84,46
0
0,00
0
0,00
62.310.671
97,08
-21.788.222
-33,94
-36.683.881
-57,15
-37.533.758
-58,48
-18.036.949
-28,10
64.187.445
100,00
Ditinjau dari sisi impor terhadap barang dan jasa, nilai impor di Indonesia secara keseluruhan sebesar Rp 503 trilyun. Nilai impor sektor pertanian sebesar Rp 23 trilyun atau sebesar 4,63 persen dari total impor keseluruhan sektor perekonomian. Bila dilihat dari selisih total ekspor dan impor, Indonesia mengalami surplus perdagangan sebesar Rp 64 trilyun. Secara keseluruhan sektor pertanian mengalami defisit perdagangan sebesar Rp 6 trilyun. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian di Indonesia masih tergantung pada impor.
53
4.1.5
Struktur Nilai Tambah Bruto Nilai tambah bruto (NTB) merupakan balas jasa terhadap faktor produksi
yang tercipta karena adanya kegiatan produksi. Dalam Tabel Input-Output Indonesia tahun 2003, NTB terdiri dari upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan, serta pajak tak langsung. Berdasarkan Tabel 11, dapat diketahui bahwa total NTB Indonesia pada tahun 2003 adalah sebesar Rp 2.061 trilyun yang berasal dari upah dan gaji sebesar Rp 627 trilyun atau sebesar 30,43 persen dari total NTB sektor perekonomian secara keseluruhan, surplus usaha sebesar Rp 1.146 trilyun (55,63 persen), penyusutan sebesar Rp 187 trilyun (9,12 persen), dan pajak tak langsung sebesar Rp 99 trilyun (4,82 persen).
Tabel 11. Struktur Nilai Tambah Bruto Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2003 Klasifikasi 10 sektor ( Juta Rupiah)
Sektor
Upah dan Gaji (UG)
Surplus Usaha (SS)
1
82.749.067
250.530.331
0,33
8.072.820
5.185.870
346.538.088
16,81
2
19.323.187
139.698.727
0,14
8.430.841
2.082.776
169.535.531
8,23
3
166.918.579
299.557.398
0,56
62.529.628
49.324.244
578.329.849
28,06
4
4.463.355
8.412.986
0,53
9.296.734
1.035.266
23.208.341
1,13
5
53.999.216
43.079.940
1,25
9.776.945
5.074.440
111.930.541
5,43
6
68.256.701
162.835.217
0,42
17.705.589
17.654.333
266.451.840
12,93
7
27.080.631
36.924.957
0,73
4.461.904
5.737.408
74.204.900
3,60
8
29.941.287
49.907.104
0,60
34.424.305
4.049.052
118.321.748
5,74
9
35.473.560
122.053.781
0,29
10.952.717
5.843.637
174.323.695
8,46
10
139.004.493
33.612.010
4,14
22.342.012
3.283.060
198.241.575
9,62
2.061.086.108
100,000
Rasio UG/SS
Penyusutan
Pajak Tak Langsung
Total 627.210.076 1.146.612.451 8,99 187.993.495 99.270.086 Sumber : Tabel Input-Output Indonesia 2003, Klasifikasi 10 sektor (diolah).
Keterangan : 1 = sektor pertanian 3 = sektor industri pengolahan 5 = sektor bangunan 7 = sektor hotel dan restoran 9 = sektor keuangan, persewaan
Nilai Tambah Bruto Jumlah Persen
2 = sektor pertambangan dan penggalian 4 = sektor listrik, gas dan air bersih 6 = sektor perdagangan 8 = sektor pengangkutan dan komunikasi 10 = sektor jasa-jasa
54
Kontribusi sektor pertanian terhadap NTB sebesar Rp 346 trilyun atau sebesar 16,81 persen dari total NTB seluruh sektor perekonomian yang terdiri dari upah dan gaji sebesar Rp 82 trilyun, surplus usaha sebesar Rp 250 trilyun, penyusutan sebesar Rp 8 trilyun, dan pajak tak langsung sebesar Rp 5 trilyun Tingginya kontribusi tanaman bahan makanan yang disumbangkan terhadap nilai tambah bruto, mampu menunjukkan besarnya peranan sub sektor tersebut terhadap pembentukan pendapatan domestik bruto (PDB) khususnya terhadap sektor pertanian. Jika dibandingkan antara upah dan gaji terhadap surplus usaha maka akan diperoleh nilai rasio upah dan gaji terhadap surplus usaha. Nilai tersebut menunjukkan perbandingan antara besarnya upah dan gaji yang diterima oleh pekerja. Hasil rasio tersebut memiliki kategori yang baik jika mendekati keseimbangan artinya proporsi penerimaan dalam bentuk upah dan gaji sama dengan proporsi surplus usahanya. Berdasarkan hasil analisis rasio upah dan gaji terhadap surplus usaha pada Tabel 11 terlihat bahwa rasio upah dan gaji terhadap surplus usaha sektor pertanian sebesar 0,33. Nilai rasio yang kurang dari satu menunjukkan adanya ketidakseimbangan distribusi pendapatan antara surplus usaha yang diterima pemilik modal dengan gaji (upah) yang diterima oleh pekerja. Surplus usaha yang diterima oleh pemilik modal, lebih tinggi dari pada upah dan gaji yang diterima oleh pekerja.
55
4.1.6
Struktur Output Sektoral Output merupakan nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh
sektor perekonomian. Dari tabel Input-Output Indonesia tahun 2003 dapat diketahui besarnya output yang diciptakan oleh masing-masing sektor. Berdasarkan Tabel 12 terlihat bahwa output total perekonomian Indonesia sebesar Rp 4.655 trilyun. Output sektor pertanian menempati urutan ke dua setelah sektor industri pengolahan yaitu sebesar Rp 485 trilyun atau sebesar 10,43 persen dari total output sektor perekonomian secara keseluruhan.
Tabel 12. Distribusi Output Sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2003, Klasifikasi 10 Sektor (Juta Rupiah) Sektor Nilai Output Sektoral Pertanian 485.339.982 Pertambangan dan Penggalian 246.344.320 Industri Pengolahan 1.940.244.219 Listrik, Gas dan Air Bersih 70.431.023 Bangunan 331.094.846 Perdagangan 433.572.231 Hotel dan Restoran 175.383.774 Pengangkutan dan Komunikasi 304.738.795 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 291.792.216 Jasa-jasa 376.170.903 Total 4.655.112.309 Sumber : Tabel Input-Output Indonesia 2003, Klasifikasi 10 sektor (diolah).
4.2
Persentase 10,426 5,292 41,680 1,513 7,112 9,314 3,768 6,546 6,268 8,081 100,000
Analisis Keterkaitan Keterkaitan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah keterkaitan ke
depan (forward linkage) dan keterkaitan ke belakang (backward linkage), dimana masing-masing memiliki keterkaitan langsung yang diperoleh dari matrik koefisien teknis dan keterkaitan langsung dan tidak langsung yang diperoleh dari matrik kebalikan Leontief.
56
4.2.1
Keterkaitan Ke Depan Dari Tabel 13 dapat diketahui bahwa sektor industri pengolahan memiliki
keterkaitan output langsung ke depan tertinggi yaitu sebesar 1,65. Sedangkan untuk sektor pertanian memiliki nilai keterkaitan ke depan langsung sebesar 0,46. Nilai keterkaitan ke depan langsung sektor pertanian ini berarti apabila terjadi perubahan atau peningkatan terhadap permintaan akhir sebesar satu satuan maka output sektor pertanian akan meningkatkan output di sektor-sektor lainnya sebesar 0,46 yang dialokasikan secara langsung ke sektor-sektor lainnya termasuk sektor pertanian itu sendiri.
Tabel 13. Keterkaitan Langsung maupun Langsung dan Tak Langsung ke Depan dan ke Belakang Klasifikasi 10 Sektor Keterkaitan ke Depan Langsung dan Tak Langsung Langsung 0,46 2,02 0,60 1,99 1,65 4,39 0,20 1,31 0,10 1,17 0,60 2,02 0,09 1,16 0,33 1,71
Keterkaitan ke Belakang Langsung dan Tak Langsung Langsung 0,25 1,45 0,20 1,36 0,64 2,26 0,74 2,25 0,66 2,37 0,39 1,76 0,52 1,92 0,56 2,14
Sektor Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0,44 1,82 0,31 Jasa-jasa 0,25 1,40 0,45 Total 4,72 19,00 4,72 Sumber : Tabel Input-Output Indonesia 2003, Klasifikasi 10 sektor (diolah).
1,58 1,90 19,00
Nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan selalu memiliki nilai yang lebih besar dari satu karena nilai ini sudah memperhitungkan perubahan output yang bersangkutan sebesar satu satuan. Sektor yang memiliki keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan tertinggi adalah sektor industri pengolahan
57
(Tabel 13) yaitu sebesar 4,39, diikuti oleh sektor pertanian sebesar 2,02 dan sektor perdagangan sebesar 2,02. Nilai-nilai ini menunjukkan seberapa jauh sektor tersebut mampu mendorong perkembangan sektor-sektor lain melalui penyediaan output yang digunakan sebagai bahan baku untuk meningkatkan produksi sektorsektor lain maupun sektor itu sendiri sebesar nilai kaitannya.
4.2.2
Keterkaitan ke Belakang Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui bahwa sektor listrik, gas dan air
bersih memiliki keterkaitan output langsung ke belakang tertinggi yaitu sebesar 0,74. Hal ini berarti apabila terjadi peningkatan terhadap permintaan akhir sebesar satu satuan di sektor listrik, gas dan air bersih akan membutuhkan input sebesar 0,74 dari sektor-sektor lain yang menyediakan input secara langsung termasuk dari sektor itu sendiri. Selanjutnya adalah sektor bangunan dengan nilai sebesar 0,66 dan sektor industri pengolahan sebesar 0,64. Sedangkan untuk sektor pertanian memiliki nilai keterkaitaan ke belakang langsung sebesar 0,25. Sektor yang memiliki keterkaitan output langsung dan tidak langsung ke belakang tertinggi adalah sektor bangunan (Tabel 13) yaitu sebesar 2,37, diikuti oleh sektor industri pengolahan sebesar 2,26 dan sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 2,25. Nilai-nilai tersebut menunjukkan bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar satu satuan terhadap sektor tersebut maka akan membutuhkan input untuk proses produksi dari sektor lainnya termasuk dari sektor itu sendiri sebesar nilai keterkaitannya.
58
4.3
Dampak Penyebaran Guna mengetahui distribusi manfaat pengembangan suatu sektor terhadap
sektor lainnya melalui mekanisme transaksi pasar output dan pasar input dapat dianalisis berdasarkan koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran.
4.3.1
Koefisien Penyebaran Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui bahwa sektor perekonomian di
Indonesia yang memiliki koefisien penyebaran tertinggi adalah sektor bangunan yaitu
sebesar
1,25,
sedangkan
untuk sektor
pertanian
nilai
koefisien
penyebarannya yaitu sebesar 0,76. Nilai koefisien sektor pertanian yang kurang dari satu ini, menunjukkan bahwa sektor tersebut kurang dapat mempengaruhi peningkatan output sektor-sektor lainnya yang digunakan sebagai input bagi sektor pertanian. Sektor pertanian relatif banyak menggunakan input yang diproduksi oleh sektornya sendiri guna meningkatkan outputnya, misalnya pupuk organik yang berasal dari hewan ternak dan daun-daunan.
Tabel 14. Koefisien dan Kepekaan Penyebaran Klasifikasi 10 Sektor Koefisien Penyebaran Pertanian 0,76 Pertambangan dan Penggalian 0,72 Industri Pengolahan 1,19 Listrik, Gas dan Air Bersih 1,19 Bangunan 1,25 Perdagangan 0,93 Hotel dan Restoran 1,01 Pengangkutan dan Komunikasi 1,13 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0,83 Jasa-jasa 1,00 Total 10,00 Sumber : Tabel Input-Output Indonesia 2003, Klasifikasi 10 sektor (diolah). Sektor
Kepekaan Penyebaran 1,06 1,05 2,31 0,69 0,62 1,06 0,61 0,90 0,96 0,74 10,00
59
4.3.2
Kepekaan Penyebaran Sektor perekonomian di Indonesia yang memiliki kepekaan penyebaran
tertinggi berdasarkan Tabel 14 adalah sektor industri pengolahan sebesar 2,31, sedangkan sektor pertanian memiliki nilai kepekaan penyebaran sebesar 1,06. Nilai kepekaan penyebaran sektor pertanian yang lebih besar dari satu tersebut berarti bahwa sektor pertanian memiliki kemampuan yang kuat untuk mendorong perkembangan sektor perekonomian lainnya.
4.4
Analisis Multiplier Tabel 15 merupakan tabel multiplier output, pendapatan dan tenaga kerja
sektor-sektor perekonomian di Indonesia tahun 2003. Dari tabel tersebut terdapat multiplier tipe I dan multiplier tipe II. Nilai multiplier tipe I selalu lebih kecil dibanding tipe II, karena pada multiplier tipe II, efek konsumsi masyarakat diperhitungkan.
Tabel 15. Multiplier Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Sektor-sektor Perekonomian Di Indonesia Tahun 2003 Klasifikasi 10 Sektor Multiplier Output Sektor
Multiplier Pendapatan
Multiplier Tenaga Kerja
TIPE I
TIPE II
TIPE I
TIPE II
TIPE I
Pertanian
1,45
1,80
1,38
1,66
1,19
1,27
Pertambangan dan Penggalian
1,36
1,57
1,50
1,84
2,64
4,50
Industri Pengolahan
2,26
2,51
2,53
2,93
5,51
6,42
Listrik, Gas dan Air Bersih
2,25
2,47
3,05
3,61
4,04
5,85
Bangunan
2,37
2,65
2,05
2,33
2,96
3,62
Perdagangan
1,76
2,06
1,64
1,92
1,44
1,74
Hotel dan Restoran
1,92
2,26
1,75
2,03
2,06
2,27
Pengangkutan dan Komunikasi
2,14
2,40
2,39
2,74
2,12
2,51
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
1,58
1,88
1,72
2,02
2,90
4,47
Jasa-jasa
1,90
2,40
1,39
1,56
1,70
2,18
Sumber : Tabel Input-Output Indonesia 2003, Klasifikasi 10 sektor (diolah).
TIPE II
60
Nilai yang terdapat pada analisis multiplier output tipe I dan tipe II menunjukkan adanya peningkatan output di seluruh sektor perekonomian yang disebabkan oleh kenaikan permintaan akhir sebesar satu satuan di suatu sektor tertentu. Tabel 15 menunjukkan bahwa multiplier output tipe I sektor pertanian sebesar 1,45 dan 1,80 untuk multiplier output tipe II. Nilai 1,45 pada multiplier output tipe I berarti jika terjadi peningkatan permintaan akhir di sektor pertanian sebesar satu satuan maka output di seluruh sektor perekonomian akan meningkat sebesar 1,45 satuan. Sedangkan untuk multiplier output tipe II, angka 1,80 berarti jika terdapat peningkatan konsumsi rumah tangga akibat adanya peningkatan permintaan akhir maka output diseluruh sektor perekonomian meningkat sebesar 1,80 satuan. Nilai yang terdapat dalam multiplier pendapatan tipe I dan tipe II menunjukkan adanya peningkatan pendapatan di seluruh sektor perekonomian yang disebabkan oleh kenaikan permintaan akhir di suatu sektor tertentu sebesar satu satuan. Tabel 15 menunjukkan bahwa multiplier pendapatan sektor pertanian sebesar 1,38 (Tipe I) dan 1,66 (Tipe II). Untuk nilai multiplier tipe I berarti bahwa jika terjadi penambahan permintaan akhir sebesar satu satuan di sektor pertanian, maka akan mengakibatkan peningkatan pendapatan di sektor-sektor lainnya sebesar 1,38 satuan. Sementara, untuk multiplier tipe II, jika terdapat peningkatan konsumsi rumah tangga akibat adanya peningkatan permintaan akhir maka pendapatan diseluruh sektor perekonomian meningkat sebesar 1,66 satuan. Dari Tabel 15 dapat diketahui bahwa sektor pertanian mempunyai nilai multiplier tenaga kerja tipe I sebesar 1,19 dan tipe II sebesar 1,27. Untuk
61
multiplier tipe I, jika terjadi penambahan permintaan akhir sebesar satu satuan di sektor pertanian, maka akan mengakibatkan peningkatan penyerapan tenaga kerja di sektor-sektor lainnya sebesar 1,19 (1) orang. Sementara untuk multiplier tipe II berarti bahwa adanya peningkatan konsumsi sektor pertanian sebesar satu satuan menyebabkan
peningkatan
penyerapan
tenaga
kerja
di
seluruh
sektor
perekonomian sebesar 1,27 (1) orang.
Tabel 16. Multiplier Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Sektor-sektor Perekonomian Di Indonesia Tahun 2003 Klasifikasi 27 Sektor Multiplier Output
Multiplier Pendapatan
TIPE I
TIPE II
TIPE I
Tanaman bahan makanan
1,196
1,496
1,195
1,479
1,125
1,216
Perkebunan
1,484
1,918
1,307
1,537
1,150
1,222
Peternakan
1,984
2,319
1,723
1,969
1,435
1,483
Kehutanan
1,362
1,698
1,445
1,706
1,150
1,245
Perikanan
1,419
1,724
1,424
1,709
1,234
1,322
Sektor
TIPE II
Multiplier Tenaga Kerja TIPE I
TIPE II
Pertambangan
1,303
1,455
1,485
1,835
2,326
4,411
Penggalian
1,481
1,926
1,215
1,441
1,802
3,156
Industri Makanan
2,093
2,378
2,671
3,098
9,068
9,852
Industri Tekstil
2,457
2,697
2,520
2,819
4,543
5,466
Industri Kayu dan Furnitur
2,015
2,301
2,130
2,454
4,721
5,545
Industri Kertas
2,267
2,525
2,538
2,890
5,772
6,663
Industri Kimia dan Pengilangan Minyak
2,191
2,414
2,405
2,794
4,097
5,262
Industri Semen
1,790
2,089
1,517
1,801
1,751
2,637
Industri Logam Dasar
2,678
2,872
3,084
3,519
4,274
5,788
Industri Lainnya
2,426
2,649
2,436
2,765
3,424
4,571
Listrik, Gas dan Air Bersih
2,223
2,411
2,678
3,185
3,260
5,053
Bangunan
2,426
2,691
2,052
2,322
2,474
3,300
Perdagangan
1,760
2,053
1,615
1,890
1,388
1,707
Restoran dan Hotel
1,946
2,277
1,771
2,036
2,205
2,391
Angkutan Kereta Api
2,405
2,698
2,019
2,244
1,605
1,948
Angkutan Darat
2,116
2,373
2,292
2,617
1,898
2,325
Angkutan Lainnya
2,450
2,684
2,973
3,373
2,645
3,135
Komunikasi
1,463
1,759
1,480
1,762
1,309
1,647
Lembaga Keuangan
1,461
1,813
1,388
1,654
1,897
3,380
Usaha Bangunan dan Jasa Perusahaan
1,675
1,928
2,242
2,577
4,209
6,238
Pemerintahan Umum dan Pertahanan
1,819
2,398
1,201
1,358
1,403
1,839
Jasa-jasa
1,957
2,394
1,489
1,659
1,861
2,400
Sumber : Tabel Input-Output Indonesia 2003, Klasifikasi 27 sektor (diolah).
62
Berdasarkan Tabel 16 diketahui bahwa sub sektor pertanian yang memiliki nilai multiplier terhadap output, pendapatan dan tenaga kerja tertinggi baik tipe I maupun tipe II adalah pada sub sektor peternakan, yaitu sebesar 1,984; 2,319; 1,723; 1,969; 1,435 dan 1,483. Diikuti oleh sub sektor perkebunan, perikanan, kehutanan dan tanaman bahan makanan.
4.5
Dampak Investasi Indonesia
Sektor
Pertanian
terhadap
Perekonomian
Guna memberikan gambaran mengenai dampak investasi sektor pertanian terhadap perekonomian, terutama terhadap pembentukan nilai output, pendapatan, dan penyerapan tenaga kerja, maka dalam penelitian ini diasumsikan terdapat penanaman investasi sebesar Rp 18 trilyun di setiap sub sektor pertanian dalam kondisi perekonomian berlangsung normal. Sub-sub sektor pertanian tersebut yaitu sub sektor tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan sub sektor perikanan. Nilai tersebut sesuai dengan nilai dana yang dialokasikan oleh Departemen Pertanian Indonesia dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2006. Nilai tersebut digunakan untuk shock sektor pertanian sebagai perkiraan dana yang mungkin untuk di investasikan pada sektor pertanian di Indonesia.
4.5.1
Dampak Investasi Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan Berdasarkan Tabel 17 dapat diketahui bahwa investasi pada sub sektor
tanaman bahan makanan sebesar Rp 18 trilyun dapat menghasilkan output di seluruh sektor perekonomian sebesar Rp 31.897 trilyun. Dari jumlah tersebut, Rp
63
18.963 trilyun (59,45 persen) merupakan dampak langsung dan Rp 12.933 trilyun (40,55 persen) adalah dampak tidak langsung. Dampak langsung ini menunjukkan bahwa dengan investasi di sub sektor tanaman bahan makanan sebesar Rp 18 trilyun maka akan menciptakan output di sub sektor ini sendiri sebesar Rp 18.963 trilyun. Sedangkan dampak tidak langsung investasi menunjukkan bahwa jika terdapat investasi sebesar Rp 18 trilyun pada sub sektor tanaman bahan makanan maka akan meningkatkan output di sektor-sektor perekonomian lainnya sebesar Rp 12.933 trilyun. Dari sisi pendapatan, investasi di sub sektor tanaman bahan makanan sebesar Rp 18 trilyun mampu meningkatkan pendapatan di seluruh sektor perekonomian sebesar Rp 4.735 trilyun. Dampak langsung yang ditimbulkan karena adanya investasi di sub sektor ini sebesar Rp 2.815 trilyun (59,45 persen) merupakan pendapatan yang dapat diterima oleh tenaga kerja di sub sektor tanaman bahan makanan sendiri.
Sedangkan dampak tidak langsung yang
ditimbulkan adalah sebesar Rp 1.920 trilyun (40,55 persen), merupakan pendapatan yang diterima oleh sektor perekonomian lainnya. Jika dilihat dari sisi tenaga kerja, investasi di sub sektor tanaman bahan makanan sebesar Rp 18 trilyun mampu menyerap tenaga kerja di seluruh sektor perekonomian sebesar 2.403.430 orang. Dampak langsung yang ditimbulkan karena adanya investasi di sub sektor ini sebesar 1.428.870 orang (59,45 persen), nilai tersebut menunjukkan jumlah tenaga kerja yang mampu diserap oleh sub sektor tanaman bahan makanan sendiri guna meningkatkan outputnya. Sedangkan dampak tidak langsung yang ditimbulkan adalah sebesar 974.560 orang (40,55
64
persen), merupakan tenaga kerja yang mampu diserap oleh sektor-sektor perekonomian lainnya.
Tabel 17. Dampak Investasi Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan Sebesar Rp 18 trilyun Terhadap Pembentukan Output (Juta Rupiah), Pendapatan (Juta Rupiah), dan Tenaga Kerja (Orang) Output Sektor
Nilai
Tanaman bahan makanan
Pendapatan Persen
Nilai
Tenaga Kerja
Persen
Nilai
Persen
18.963.313,56
59,45
2.815.087,02
59,45
1.428.870
59,45
Perkebunan
368.339,93
1,15
54.679,74
1,15
27.754
1,15
Peternakan
2.008.127,02
6,30
298.104,67
6,30
151.311
6,30
Kehutanan
75.746,65
0,24
11.244,52
0,24
5.707
0,24
Perikanan
0,86
275.900,28
0,86
40.957,15
0,86
20.789
Pertambangan
13.284,00
0,04
1.972,00
0,04
1.001
0,04
Penggalian
59.182,59
0,19
8.785,60
0,19
4.459
0,19 15,30
Industri Makanan
4.879.694,15
15,30
724.386,25
15,30
367.681
Industri Tekstil
202.067,01
0,63
29.996,67
0,63
15.226
0,63
Industri Kayu dan Furnitur
126.934,41
0,40
18.843,30
0,40
9.564
0,40
423.406,83
1,33
62.854,37
1,33
31.903
1,33 0,33
Industri Kertas Industri Kimia Minyak
dan
Pengilangan 106.566,98
0,33
15.819,77
0,33
8.030
Industri Semen
97.265,65
0,30
14.439,00
0,30
7.329
0,30
Industri Logam Dasar
95.463,03
0,30
14.171,40
0,30
7.193
0,30
Industri Lainnya
131.433,36
0,41
19.511,17
0,41
9.903
0,41
Listrik, Gas dan Air Bersih
31.151,60
0,10
4.624,43
0,10
2.347
0,10
Bangunan
82.553,33
0,26
12.254,97
0,26
6.220
0,26
Perdagangan
98.392,78
0,31
14.606,32
0,31
7.414
0,31
1.895.490,99
5,94
281.383,95
5,94
142.824
5,94
Angkutan Kereta Api
169.817,58
0,53
25.209,27
0,53
12.796
0,53
Angkutan Darat
137.630,31
0,43
20.431,10
0,43
10.370
0,43
Angkutan Lainnya
700.264,51
2,20
103.953,64
2,20
52.764
2,20
69.170,98
0,22
10.268,37
0,22
5.212
0,22
42.209,89
0,13
6.266,02
0,13
3.180
0,13
111.967,25
0,35
16.621,44
0,35
8.437
0,35
Restoran dan Hotel
Komunikasi Lembaga Keuangan Usaha Bangunan dan Jasa Perusahaan Pemerintahan Umum dan Pertahanan
217.490,34
0,68
32.286,25
0,68
16.388
0,68
Jasa-jasa
514.359,55
1,61
76.356,22
1,61
38.757
1,61
31.897.224,58
100,00
4.735.114,60
100,00
2.403.430
100,00
Total
Sumber : Tabel Input-Output Indonesia 2003, Klasifikasi 27 sektor (diolah).
4.5.2
Dampak Investasi Sub Sektor Perkebunan Berdasarkan Tabel 18 dapat diketahui bahwa investasi pada sub sektor
perkebunan sebesar Rp 18 trilyun dapat menghasilkan output di seluruh sektor
65
perekonomian sebesar Rp 34.636 trilyun. Dari jumlah tersebut, Rp 19.549 trilyun (56,44 persen) merupakan dampak langsung dan Rp 15.086 trilyun (43,56 persen) adalah dampak tidak langsung. Dampak langsung ini menunjukkan bahwa dengan investasi di sub sektor perkebunan sebesar Rp 18 trilyun maka akan menciptakan output di sub sektor ini sendiri sebesar Rp 19.549 trilyun. Sedangkan dampak tidak langsung investasi menunjukkan bahwa jika terdapat investasi sebesar Rp 18 trilyun pada sub sektor perkebunan maka akan meningkatkan output di sektorsektor perekonomian lainnya sebesar Rp 15.086 trilyun. Dari sisi pendapatan, investasi di sub sektor perkebunan sebesar Rp 18 trilyun mampu meningkatkan pendapatan di seluruh sektor perekonomian sebesar Rp 8.924 trilyun. Dampak langsung yang ditimbulkan karena adanya investasi di sub sektor ini sebesar Rp 5.037 trilyun (56,44 persen) merupakan pendapatan yang dapat diterima oleh tenaga kerja di sub sektor perkebunan sendiri. Sedangkan dampak tidak langsungnya sebesar Rp 3.887 trilyun (43,56 persen), merupakan pendapatan yang diterima oleh sektor perekonomian lainnya. Jika dilihat dari sisi tenaga kerja, investasi di sub sektor perkebunan sebesar Rp 18 trilyun mampu menyerap tenaga kerja di seluruh sektor perekonomian sebesar 4.529.927 orang. Dampak langsung yang ditimbulkan karena adanya investasi di sub sektor ini sebesar 2.556.840 orang (56,44 persen) nilai tersebut menunjukkan jumlah tenaga kerja yang mampu diserap oleh sub sektor perkebunan sendiri guna meningkatkan outputnya. Sedangkan dampak tidak langsung yang ditimbulkan adalah sebesar 1.973.087 orang (43,56 persen),
66
merupakan tenaga kerja yang mampu diserap oleh sektor-sektor perekonomian lainnya.
Tabel 18. Dampak Investasi Sub Sektor Perkebunan Sebesar Rp 18 trilyun Terhadap Pembentukan Output (Juta Rupiah), Pendapatan (Juta Rupiah), dan Tenaga Kerja (Orang) Output Sektor
Tanaman bahan makanan Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan Pertambangan Penggalian Industri Makanan Industri Tekstil Industri Kayu dan Furnitur Industri Kertas Industri Kimia dan Pengilangan Minyak Industri Semen Industri Logam Dasar Industri Lainnya Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan Restoran dan Hotel Angkutan Kereta Api Angkutan Darat Angkutan Lainnya Komunikasi Lembaga Keuangan Usaha Bangunan dan Jasa Perusahaan Pemerintahan Umum dan Pertahanan Jasa-jasa Total
Nilai
Pendapatan Persen
Nilai
Tenaga Kerja
Persen
Nilai
Persen
314.115,36
0,91
80.937,65
0,91
41.082
0,91
19.549.747,84
56,44
5.037.355,28
56,44
2.556.840
56,44
667.156,55
1,93
171.905,26
1,93
87.255
1,93
941.209,98
2,72
242.520,22
2,72
123.097
2,72
1.335.359,63
3,86
344.080,19
3,86
174.647
3,86
39.892,09
0,12
10.278,94
0,12
5.217
0,12
120.864,26
0,35
31.142,92
0,35
15.807
0,35
2.050.540,81
5,92
528.359,89
5,92
268.183
5,92
1.628.716,20
4,70
419.668,95
4,70
213.014
4,70
421.023,19
1,22
108.484,44
1,22
55.064
1,22
2.462.694,74
7,11
634.559,00
7,11
322.087
7,11
1.159.769,89
3,35
298.836,23
3,35
151.682
3,35
164.500,32
0,47
42.386,56
0,47
21.514
0,47
392.472,75
1,13
101.127,89
1,13
51.330
1,13
299.932,15
0,87
77.283,08
0,87
39.227
0,87
150.442,79
0,43
38.764,38
0,43
19.676
0,43
266.820,33
0,77
68.751,21
0,77
34.896
0,77
199.690,09
0,58
51.453,86
0,58
26.117
0,58
475.332,85
1,37
122.478,33
1,37
62.167
1,37
299.257,62
0,86
77.109,28
0,86
39.139
0,86
270.094,51
0,78
69.594,86
0,78
35.325
0,78
492.132,88
1,42
126.807,17
1,42
64.364
1,42
86.698,25
0,25
22.339,41
0,25
11.339
0,25
82.985,25
0,24
21.382,69
0,24
10.853
0,24
139.404,38
0,40
35.920,12
0,40
18.232
0,40
222.353,12
0,64
57.293,41
0,64
29.081
0,64
402.872,50
1,16
103.807,58
1,16
52.690
1,16
34.636.080,31
100,00
8.924.628,77
100,00
4.529.927
100,00
Sumber : Tabel Input-Output Indonesia 2003, Klasifikasi 27 sektor (diolah).
67
4.5.3
Dampak Investasi Sub Sektor Peternakan Berdasarkan Tabel 19 dapat diketahui bahwa investasi pada sub sektor
peternakan sebesar Rp 18 trilyun dapat menghasilkan output di seluruh sektor perekonomian sebesar Rp 28.746 trilyun. Dari jumlah tersebut, Rp 21.930 trilyun (76,29 persen) merupakan dampak langsung dan Rp 6.816 trilyun (23,71 persen) adalah dampak tidak langsung. Dampak langsung ini menunjukkan bahwa dengan investasi di sub sektor peternakan sebesar Rp 18 trilyun maka akan menciptakan output di sub sektor ini sendiri sebesar Rp 28.746 trilyun. Sedangkan dampak tidak langsung investasi menunjukkan bahwa jika terdapat investasi sebesar Rp 18 trilyun pada sub sektor peternakan maka akan meningkatkan output di sektorsektor perekonomian lainnya sebesar Rp 6.816 trilyun. Dari sisi pendapatan, investasi di sub sektor peternakan sebesar Rp 18 trilyun mampu meningkatkan pendapatan di seluruh sektor perekonomian sebesar Rp 5.528 trilyun. Dampak langsung yang ditimbulkan karena adanya investasi di sub sektor ini sebesar Rp 4.217 trilyun (76,29 persen) merupakan pendapatan yang dapat diterima oleh tenaga kerja di sub sektor peternakan sendiri. Sedangkan dampak tidak langsung yang ditimbulkan adalah sebesar Rp 1.310 trilyun (23,71 persen), merupakan pendapatan yang diterima oleh sektor perekonomian lainnya. Jika dilihat dari sisi tenaga kerja, investasi di sub sektor peternakan sebesar Rp 18 trilyun mampu menyerap tenaga kerja di seluruh sektor perekonomian sebesar 2.805.987 orang. Dampak langsung yang ditimbulkan karena adanya investasi di sub sektor ini sebesar 2.140.648 orang (76,29 persen),
68
nilai tersebut menunjukkan jumlah tenaga kerja yang mampu diserap oleh sub sektor peternakan sendiri guna meningkatkan outputnya. Sedangkan dampak tidak langsung yang ditimbulkan adalah sebesar 665.339 orang (23,71 persen), merupakan tenaga kerja yang mampu diserap oleh sektor-sektor perekonomian lainnya.
Tabel 19. Dampak Investasi Sub Sektor Peternakan Sebesar Rp 18 trilyun Terhadap Pembentukan Output (Juta Rupiah), Pendapatan (Juta Rupiah), dan Tenaga Kerja (Orang) Output Sektor
Tanaman bahan makanan Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan Pertambangan Penggalian Industri Makanan Industri Tekstil Industri Kayu dan Furnitur Industri Kertas Industri Kimia dan Pengilangan Minyak Industri Semen Industri Logam Dasar Industri Lainnya Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan Restoran dan Hotel Angkutan Kereta Api Angkutan Darat Angkutan Lainnya Komunikasi Lembaga Keuangan Usaha Bangunan dan Jasa Perusahaan Pemerintahan Umum dan Pertahanan Jasa-jasa Total
Nilai
Pendapatan Persen
Nilai
Tenaga Kerja
Persen
Nilai
Persen
312.422,44
1,09
60.082,23
1,09
30.496
480.753,84
1,67
92.454,19
1,67
46.928
1,09 1,67
21.930.089,37
76,29
4.217.394,64
76,29
2.140.648
76,29
64.077,13
0,22
12.322,73
0,22
6.255
0,22
81.813,67
0,28
15.733,66
0,28
7.986
0,28
10.267,71
0,04
1.974,59
0,04
1.002
0,04
64.399,70
0,22
12.384,76
0,22
6.286
0,22
652.678,13
2,27
125.517,10
2,27
63.709
2,27
227.808,86
0,79
43.810,12
0,79
22.237
0,79
92.010,47
0,32
17.694,61
0,32
8.981
0,32
278.910,48
0,97
53.637,52
0,97
27.225
0,97
80.726,06
0,28
15.524,50
0,28
7.880
0,28
43.210,98
0,15
8.309,94
0,15
4.218
0,15
71.334,13
0,25
13.718,33
0,25
6.963
0,25
114.761,34
0,40
22.069,85
0,40
11.202
0,40
24.983,15
0,09
4.804,53
0,09
2.439
0,09
68.020,10
0,24
13.081,01
0,24
6.640
0,24
92.023,22
0,32
17.697,06
0,32
8.983
0,32
2.688.501,29
9,35
517.028,03
9,35
262.431
9,35
114.458,80
0,40
22.011,67
0,40
11.173
0,40
120.970,89
0,42
23.264,02
0,42
11.808
0,42
388.556,21
1,35
74.723,58
1,35
37.928
1,35
43.647,21
0,15
8.393,83
0,15
4.261
0,15
35.375,94
0,12
6.803,18
0,12
3.453
0,12
82.942,47
0,29
15.950,74
0,29
8.096
0,29
265.200,60
0,92
51.000,96
0,92
25.887
0,92
316.276,18
1,10
60.823,35
1,10
30.872
1,10
28.746.220,36
100,00
5.528.210,75
100,00
2.805.987
100,00
Sumber : Tabel Input-Output Indonesia 2003, Klasifikasi 27 sektor (diolah).
69
4.5.4
Dampak Investasi Sub Sektor Kehutanan Berdasarkan Tabel 20 dapat diketahui bahwa investasi pada sub sektor
kehutanan sebesar Rp 18 trilyun dapat menghasilkan output di seluruh sektor perekonomian sebesar Rp 23.781 trilyun. Dari jumlah tersebut, Rp 18.119 trilyun (76,19 persen) merupakan dampak langsung dan Rp 5.661 trilyun (23,81 persen) adalah dampak tidak langsung. Dampak langsung ini menunjukkan bahwa dengan investasi di sub sektor kehutanan sebesar Rp 18 trilyun maka akan menciptakan output di sub sektor ini sendiri sebesar Rp 18.119 trilyun. Sedangkan dampak tidak langsung investasi menunjukkan bahwa jika terdapat investasi sebesar Rp 18 trilyun pada sub sektor kehutanan maka akan meningkatkan output di sektorsektor perekonomian lainnya sebesar Rp 5.661 trilyun Dari sisi pendapatan, investasi di sub sektor kehutanan sebesar Rp 18 trilyun mampu meningkatkan pendapatan di seluruh sektor perekonomian sebesar Rp 3.972 trilyun. Dampak langsung yang ditimbulkan karena adanya investasi di sub sektor ini sebesar Rp 3.026 trilyun (76,19 persen) merupakan pendapatan yang dapat diterima oleh tenaga kerja di sub sektor kehutanan sendiri. Sedangkan dampak tidak langsung yang ditimbulkan adalah sebesar Rp 945 trilyun (23,81 persen), merupakan pendapatan yang diterima oleh sektor perekonomian lainnya. Jika dilihat dari sisi tenaga kerja, investasi di sub sektor kehutanan sebesar Rp 18 trilyun mampu menyerap tenaga kerja di seluruh sektor perekonomian sebanyak 2.016.520 orang.. Dampak langsung yang ditimbulkan karena adanya investasi di sub sektor ini sebesar 1.536.423 orang (76,19 persen), nilai tersebut menunjukkan jumlah tenaga kerja yang mampu diserap oleh sub sektor kehutanan
70
sendiri guna meningkatkan outputnya. Sedangkan dampak tidak langsung yang ditimbulkan adalah sebesar 480.096 orang (23,81 persen), merupakan tenaga kerja yang mampu diserap oleh sektor-sektor perekonomian lainnya.
Tabel 20. Dampak Investasi Sub Sektor Kehutanan Sebesar Rp 18 trilyun Terhadap Pembentukan Output (Juta Rupiah), Pendapatan (Juta Rupiah), dan Tenaga Kerja (Orang) Output Sektor
Tanaman bahan makanan Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan Pertambangan Penggalian Industri Makanan Industri Tekstil Industri Kayu dan Furnitur Industri Kertas Industri Kimia dan Pengilangan Minyak Industri Semen Industri Logam Dasar Industri Lainnya Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan Restoran dan Hotel Angkutan Kereta Api Angkutan Darat Angkutan Lainnya Komunikasi Lembaga Keuangan Usaha Bangunan dan Jasa Perusahaan Pemerintahan Umum dan Pertahanan Jasa-jasa Total
Nilai
Pendapatan Persen
Nilai
Tenaga Kerja
Persen
Nilai
Persen
5.397,73
0,02
901,74
0,02
458
0,02
24.297,22
0,10
4.059,06
0,10
2.060
0,10
13.141,69
0,06
2.195,43
0,06
1.114
0,06
18.119.268,03
76,19
3.026.983,28
76,19
1.536.424
76,19
19.720,07
0,08
3.294,41
0,08
1.672
0,08
7.874,12
0,03
1.315,44
0,03
668
0,03
53.309,27
0,22
8.905,78
0,22
4.520
0,22
27.555,40
0,12
4.603,37
0,12
2.337
0,12
358.330,19
1,51
59.862,21
1,51
30.385
1,51
3.518.163,35
14,79
587.740,17
14,79
298.323
14,79
424.485,38
1,78
70.914,02
1,78
35.994
1,78
140.551,42
0,59
23.480,35
0,59
11.918
0,59
24.425,49
0,10
4.080,49
0,10
2.071
0,10
60.584,59
0,25
10.121,19
0,25
5.137
0,25
93.284,65
0,39
15.584,02
0,39
7.910
0,39
24.811,09
0,10
4.144,91
0,10
2.104
0,10
419.397,36
1,76
70.064,02
1,76
35.563
1,76
42.161,18
0,18
7.043,40
0,18
3.575
0,18
16.789,09
0,07
2.804,77
0,07
1.424
0,07
105.193,46
0,44
17.573,49
0,44
8.920
0,44
42.231,93
0,18
7.055,22
0,18
3.581
0,18
55.095,97
0,23
9.204,27
0,23
4.672
0,23
22.000,37
0,09
3.675,36
0,09
1.866
0,09
15.403,91
0,06
2.573,36
0,06
1.306
0,06
30.877,32
0,13
5.158,33
0,13
2.618
0,13
44.911,11
0,19
7.502,80
0,19
3.808
0,19
71.846,02
0,30
12.002,51
0,30
6.092
0,30
23.781.107,40
100,00
3.972.843,41
100,00
2.016.520
100,00
Sumber : Tabel Input-Output Indonesia 2003, Klasifikasi 27 sektor (diolah).
71
4.5.5
Dampak Investasi Sub Sektor Perikanan Berdasarkan Tabel 21 dapat diketahui bahwa investasi pada sub sektor
perikanan sebesar Rp 18 trilyun dapat menghasilkan output di seluruh sektor perekonomian sebesar Rp 20.294 trilyun. Dari jumlah tersebut, Rp 18.666 trilyun (91,98 persen) merupakan dampak langsung dan Rp 1.628 trilyun (8,02 persen) adalah dampak tidak langsung. Dampak langsung ini menunjukkan bahwa dengan investasi di sub sektor perikanan sebesar Rp 18 trilyun maka akan menciptakan output di sub sektor ini sendiri sebesar Rp 18.666 trilyun. Sedangkan dampak tidak langsung investasi menunjukkan bahwa jika terdapat investasi sebesar Rp 18 trilyun pada sub sektor perikanan maka akan meningkatkan output di sektorsektor perekonomian lainnya sebesar Rp 1.628 trilyun. Dari sisi pendapatan, investasi di sub sektor perikanan sebesar Rp 18 trilyun mampu meningkatkan pendapatan di seluruh sektor perekonomian sebesar Rp 3.034 trilyun. Dampak langsung yang ditimbulkan karena adanya investasi di sub sektor ini sebesar Rp 2.790 trilyun (91,98 persen) merupakan pendapatan yang dapat diterima oleh tenaga kerja di sub sektor perikanan sendiri. Sedangkan dampak tidak langsung yang ditimbulkan adalah sebesar Rp 243 trilyun (8,02 persen), merupakan pendapatan yang diterima oleh sektor perekonomian lainnya. Jika dilihat dari sisi tenaga kerja, investasi di sub sektor perikanan sebesar Rp 18 trilyun mampu menyerap tenaga kerja di seluruh sektor perekonomian sebanyak 1.540.192 orang.. Dampak langsung yang ditimbulkan karena adanya investasi di sub sektor ini sebanyak 1.416.633 orang (91,98 persen). Nilai tersebut menunjukkan jumlah tenaga kerja yang mampu diserap oleh sub sektor perikanan
72
sendiri guna meningkatkan outputnya. Sedangkan dampak tidak langsung yang ditimbulkan adalah sebanyak 123.559 orang (8,02 persen), merupakan tenaga kerja yang mampu diserap oleh sektor-sektor perekonomian lainnya.
Tabel 21. Dampak Investasi Sub Sektor Perikanan Sebesar Rp 18 trilyun Terhadap Pembentukan Output (Juta Rupiah), Pendapatan (Juta Rupiah), dan Tenaga Kerja (Orang) Output Sektor
Tanaman bahan makanan Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan Pertambangan Penggalian Industri Makanan Industri Tekstil Industri Kayu dan Furnitur Industri Kertas Industri Kimia dan Pengilangan Minyak Industri Semen Industri Logam Dasar Industri Lainnya Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan Restoran dan Hotel Angkutan Kereta Api Angkutan Darat Angkutan Lainnya Komunikasi Lembaga Keuangan Usaha Bangunan dan Jasa Perusahaan Pemerintahan Umum dan Pertahanan Jasa-jasa Total
Nilai
Pendapatan Persen
Nilai
Tenaga Kerja
Persen
Nilai
Persen
3.293,04
0,02
492,36
0,02
250
0,02
9.937,26
0,05
1.485,78
0,05
754
0,05
154.226,82
0,76
23.059,40
0,76
11.704
0,76
7.375,17
0,04
1.102,71
0,04
560
0,04
18.666.732,16
91,98
2.790.977,90
91,98
1.416.633
91,98
2.068,49
0,01
309,27
0,01
157
0,01
10.319,72
0,05
1.542,96
0,05
783
0,05
604.528,39
2,98
90.386,76
2,98
45.878
2,98
27.110,29
0,13
4.053,43
0,13
2.057
0,13
17.342,69
0,09
2.593,01
0,09
1.316
0,09
37.410,83
0,18
5.593,52
0,18
2.839
0,18
13.340,21
0,07
1.994,58
0,07
1.012
0,07
6.974,56
0,03
1.042,81
0,03
529
0,03
13.262,38
0,07
1.982,94
0,07
1.006
0,07
21.654,87
0,11
3.237,75
0,11
1.643
0,11
4.730,97
0,02
707,36
0,02
359
0,02
11.945,04
0,06
1.785,98
0,06
907
0,06 0,08
16.050,21
0,08
2.399,77
0,08
1.218
381.222,18
1,88
56.998,87
1,88
28.931
1,88
23.498,18
0,12
3.513,36
0,12
1.783
0,12 0,10
21.077,31
0,10
3.151,40
0,10
1.600
105.651,94
0,52
15.796,67
0,52
8.018
0,52
9.614,01
0,05
1.437,45
0,05
730
0,05
6.617,75
0,03
989,46
0,03
502
0,03
27.166,78
0,13
4.061,87
0,13
2.062
0,13
40.068,28
0,20
5.990,85
0,20
3.041
0,20
51.627,67
0,25
7.719,17
0,25
3.918
0,25
20.294.847,18
100,00
3.034.407,39
100,00
1.540.192
100,00
Sumber : Tabel Input-Output Indonesia 2003, Klasifikasi 27 sektor (diolah).
Sehingga dapat disimpulkan secara umum bahwa dampak total investasi sektor pertanian terhadap perekonomian Indonesia senilai Rp 18 trilyun mampu
73
menciptakan output total di seluruh sektor perekonomian sebesar Rp 18.068 trilyun, pendapatan sebesar Rp 5.668 trilyun, dan penyerapan tenaga kerja sebanyak 2.877.222 orang. Dampak investasi sub sektor pertanian terhadap pembentukan nilai output, pendapatan dan penyerapan tenaga kerja terbesar adalah pada sub sektor perkebunan. Nilai dampak investasi sub sektor pertanian terbesar pada sub sektor perkebunan tersebut merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Simbolon (2004) yang meneliti tentang dampak investasi sektor pertanian terhadap perekonomian provinsi Sumatera Utara, yang menunjukkan bahwa dampak total investasi sektor pertanian terbesar terhadap peningkatan output adalah pada sub sektor tanaman bahan makanan sebesar Rp 133,46 milyar. Dampak total investasi terbesar terhadap peningkatan pendapatan adalah pada sub sektor peternakan sebesar Rp 4,61 milyar. Sedangkan dampak total investasi sektor pertanian terbesar terhadap peningkatan penyerapan tenaga kerja ditempati oleh sub sektor perkebunan sebanyak 6.970 orang.
74
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap Tabel Input-Output Indonesia tahun 2003 tentang dampak investasi sektor pertanian terhadap perekonomian di Indonesia, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Peranan sektor pertanian di Indonesia terhadap pembentukan struktur output sebesar 13,60 persen, sedangkan terhadap penawaran input sebesar 7,81 persen, struktur konsumsi masyarakat sebesar 13,08 persen, struktur ekspor sebesar 2,96 persen dan impor sebesar 4,63 persen, struktur nilai tambah bruto sebesar 16,81 persen dan output sektoral pertanian sebesar 10,43 persen. 2. Berdasarkan analisis keterkaitan, nilai keterkaitan ke depan langsung maupun langsung dan tidak langsung tertinggi adalah pada sektor industri pengolahan. Untuk nilai keterkaitan langsung ke belakang tertinggi adalah sektor listrik, gas dan air bersih. Sedangkan sektor yang memiliki nilai keterkaitan output langsung dan tidak langsung ke belakang tertinggi adalah sektor bangunan. 3. Analisis dampak penyebaran menunjukkan bahwa sektor pertanian
lebih
mampu untuk mendorong pertumbuhan sektor hilirnya dibandingkan untuk menarik pertumbuhan sektor hulunya. 4. Analisis multiplier menunjukkan bahwa kemampuan sektor pertanian untuk mempengaruhi pembentukan output, pendapatan dan penyerapan tenaga kerja di seluruh sektor perekonomian cukup kuat. Sub sektor pertanian yang memiliki nilai multiplier tipe I dan tipe II paling besar dari sisi output, pendapatan dan tenaga kerja adalah sub sektor peternakan.
75
5. Dengan asumsi bahwa investasi yang ditanamkan pada sub-sub sektor pertanian senilai Rp 18 trilyun akan berdampak terhadap peningkatan output, pendapatan dan penyerapan tenaga kerja yang mampu menciptakan output total di seluruh sektor perekonomian sebesar Rp 18.068 trilyun, pendapatan sebesar Rp 5.668 trilyun, dan penyerapan tenaga kerja sebanyak 2.877.222 orang. Berdasarkan analisis tersebut, dampak investasi sub sektor pertanian terhadap pembentukan nilai output, pendapatan dan penyerapan tenaga kerja terbesar adalah pada sub sektor perkebunan.
5.2 Saran 1. Jika tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan output, pendapatan maupun penyerapan tenaga kerja berdasarkan analisis multiplier maka dana investasi di sektor pertanian sebaiknya lebih dialokasikan pada sub sektor peternakan karena sub sektor ini memiliki nilai multiplier output, pendapatan maupun tenaga kerja yang paling tinggi diantara sub sektor lainnya. 2. Berdasarkan analisis dampak investasi, dana investasi di sektor pertanian sebaiknya lebih dialokasikan pada sub sektor perkebunan karena sektor tersebut mempunyai dampak total investasi tertinggi terhadap output, pendapatan dan tenaga kerja. 3. Diperlukan suatu upaya yang dapat menarik minat investor untuk menanamkan modalnya di sektor pertanian. Upaya tersebut dapat berupa regulasi dan deregulasi yang mempermudah investor untuk menanamkan modalnya, diantaranya adalah : kemudahan perizinan penanaman modal, penurunan pajak
76
usaha, peningkatan prasarana usaha, jaminan sosial dan keamanan usaha, serta adanya peningkatan pembiayaan pemerintah terhadap sektor pertanian. Selain itu diperlukan juga peran pemerintah dalam rangka mengembangkan sumberdaya manusia khususnya di sektor pertanian, yaitu berupa peningkatan pendidikan, penyuluhan pertanian dan
pengenalan teknologi tepat guna
sehingga masyarakat Indonesia dapat mengikuti arus perkembangan ilmu dan teknologi khususnya di bidang pertanian. 4. Dalam penelitian selanjutnya, hendaknya digunakan analisis Input-Output dinamis yang menyertakan unsur waktu dan harga sebagai variabel endogen, karena adanya keterbatasan pada penelitian ini yaitu asumsi kesebandingan dan koefisien teknis bersifat konstan selama periode analisis.
77
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2004. Konsep Pengembangan Investasi Sektor Pertanian. http://www.deptan.go.id/kebijakan/konsep.htm [19 Mei 2006]. Badan Koordinasi Penanaman Modal. 2005. Perkembangan Penanaman Modal. Beberapa Edisi. Badan Koordinasi Penanaman Modal, Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2001. Statistik Indonesia 2000. Badan Pusat Statistik, Jakarta. _________________. 2003. Tabel Input-Output Up Dating 2003. Badan Pusat Statistik, Jakarta. _________________. 2003. Statistik Pertanian 2003. Badan Pusat Statistik, Jakarta. _________________.2005. Statistik Indonesia 2004. Badan Pusat Statistik, Jakarta. Bernady, B.S. 2001. Analisis Peran Sektor Agroindustri terhadap Perekonomian Indonesia. [skripsi]. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Departemen Pertanian. 2006. Rencana APBN-Perubahan http://www.deptan.go.id/rencana.htm [6 Oktober 2006].
Tahun
2006.
Febrina, D.W. 2005. Peranan Sektor Agribisnis terhadap Perekonomian Indonesia Sebelum dan Sesudah Krisis Ekonomi. [skripsi]. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Glasson, J. 1977. Pengantar Perencanaan Regional. Paul Sihotang (penerjemah). Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Hasni. 2006. Analisis Peningkatan Investasi Pemerintah Di Sektor Konstruksi Terhadap Perekonomian Indonesia : Analisis Input-Output Sisi Permintaan. [skripsi]. Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Jhingan, M.L. 2004. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
78
Kriswantriyono,A. 2003. Struktur dan Kinerja Sektor Pertanian Agroindustri dan Mega Sektor agribisnis Pada Kondisi Sebelum dan Awal Masa Krisis Ekonomi. [Tesis]. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Mankiw, N.G. 2000. Teori Makroekonomi.. Imam Nurmawan (enerjemah). Penerbit Erlangga, Jakarta. Miller, R.E dan P.D.Blair. 1985. Input-Output Analysis: Foundation and Extension. Prentice Hall, New Jersey. Muljana, B.S. 1995. Perencanaan Pembangunan Nasional. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Nasoetion, A.H. 2002. Pengantar Ke Ilmu-ilmu Pertanian. PT Pustaka Litera Antar Nusa, Bogor. Nazara, S. 1997. Analisis Input-Output. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Simbolon, S.B. 2004. Dampak Investasi Sektor Pertanian terhadap Perekonomian Popinsi Sumatera Utara. [skripsi]. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Subrata. 2005. Analisis Dampak Investasi di Sektor Agribisnis terhadap Perekonomian Indonesia. [skripsi]. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Lampiran 1. Klasifikasi 10 Sektor dan 27 Sektor Tabel Input-Output Indonesia Updating Tahun 2003 Kode
66 Sektor
27 Sektor
10 Sektor
1
Padi
Tanaman Bahan Makanan
2
Tanaman kacang-kacangan
Tanaman Bahan Makanan
Pertanian Pertanian
3
Jagung
Tanaman Bahan Makanan
Pertanian
4
Tanaman Umbi-umbian
Tanaman Bahan Makanan
Pertanian
5
Sayur-sayuran dan buah-buahan
Tanaman Bahan Makanan
Pertanian
6
Tanaman bahan makanan lainnya
Tanaman Bahan Makanan
Pertanian
7
Karet
Perkebunan
Pertanian
8
Tebu
Perkebunan
Pertanian
9
Kelapa
Perkebunan
Pertanian
10
Kelapa sawit
Perkebunan
Pertanian
11
Tembakau
Perkebunan
Pertanian
12
Kopi
Perkebunan
Pertanian
13
The
Perkebunan
Pertanian
14
Cengkeh
Perkebunan
Pertanian
15
Hasil tanaman serat
Perkebunan
Pertanian
16
Tanaman perkebunan lainnya
Perkebunan
Pertanian
17
Tanaman lainnya
Perkebunan
Pertanian
18
Peternakan
Peternakan
Pertanian
19
Pemotongan hewan
Peternakan
Pertanian
20
Unggas dan hasil-hasilnya
Peternakan
Pertanian
21
Kayu
Kehutanan
Pertanian
22
Hasil hutan lainnya
Kehutanan
Pertanian
23
Perikanan
Perikanan
Pertanian
24
Pertambangan batu bara dan biji logam
Penambangan Migas dan Non Migas
Pertambangan dan Penggalian
Sumber : Tabel Input-Output Indonesia 2003 (diolah).
Lanjutan Lampiran 1 25
Pertambangan batu bara dan biji logam
Penambangan Migas dan Non Migas
Pertambangan dan Penggalian
26
Penambangan dan penggalian lainnya
Penggalian
Pertambangan dan Penggalian
27
Industri pengolahan dan pengawetan makanan
Industri Makanan,Minuman,Tembakau
Industri Pengolahan
28
Industri minyak dan lemak
Industri Makanan,Minuman,Tembakau
Industri Pengolahan
29
Industri penggilingan padi
Industri Makanan,Minuman,Tembakau
Industri Pengolahan
30
Industri tepung, segala jenis
Industri Makanan,Minuman,Tembakau
Industri Pengolahan
31
Industri gula
Industri Makanan,Minuman,Tembakau
Industri Pengolahan
32
Industri makanan lainnya
Industri Makanan,Minuman,Tembakau
Industri Pengolahan
33
Industri minuman
Industri Makanan,Minuman,Tembakau
Industri Pengolahan
34
Industri rokok
Industri Makanan,Minuman,Tembakau
Industri Pengolahan
35
Industri pemintalan
Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Kulit dan alas kaki
Industri Pengolahan
36
Industri tekstil, pakaian dan kulit
Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Kulit dan alas kaki
Industri Pengolahan
37
Industri bambu, kayu dan rotan
Industri bambu, kayu dan rotan
Industri Pengolahan
38
Industri kertas, barang dari kertas dan karton
Industri kertas, barang dari kertas dan karton
Industri Pengolahan
39
Industri pupuk dan pestisida
Industri Kimia,Karet,Plastik dan Pengilangan Minyak
Industri Pengolahan
40
Industri kimia
Industri Kimia,Karet,Plastik dan Pengilangan Minyak
Industri Pengolahan
41
Penggilingan minyak bumi
Industri Kimia,Karet,Plastik dan Pengilangan Minyak
Industri Pengolahan
42
Industri barang karet dan plastik
Industri Kimia,Karet,Plastik dan Pengilangan Minyak
Industri Pengolahan
43
Industri barang-barang mineral bukan logam
Industri Semen dan Barang Bukan Logam
Industri Pengolahan
44
Industri semen
Industri Semen dan Barang Bukan Logam
Industri Pengolahan
45
Industri dasar besi dan baja
Industri Logam Dasar
Industri Pengolahan
46
Industri logam dasar bukan besi
Industri Logam Dasar
Industri Pengolahan
47
Industri barang dari logam
Industri Logam Dasar
Industri Pengolahan
48
Industri mesin, alat-alat dan perlengkapan listrik
Industri Lainnya
Industri Pengolahan
49
Industri alat pengangkutan dan perbaikannya
Industri Lainnya
Industri Pengolahan
Sumber : Tabel Input-Output Indonesia 2003 (diolah).
Lanjutan Lampiran 1 50
Industri barang lain yang belum digolongkan dimanapun
Industri Lainnya
51
Listrik, gas dan air bersih
Listrik, gas dan air bersih
Industri Pengolahan Listrik, gas dan air bersih
52
Bangunan
Bangunan
Bangunan
53
Perdagangan
Perdagangan
Perdagangan
54
Restoran dan hotel
Restoran dan hotel
Restoran dan hotel
55
Angkutan kereta api
Angkutan kereta api
Pengangkutan dan Komunikasi
56
Angkutan darat
Angkutan darat
Pengangkutan dan Komunikasi
57
Angkutan air
Angkutan Lainnya
Pengangkutan dan Komunikasi
58
Angkutan udara
Angkutan Lainnya
Pengangkutan dan Komunikasi
59
Jasa penunjang angkutan
Angkutan Lainnya
Pengangkutan dan Komunikasi
60
Komunikasi
Komunikasi
Pengangkutan dan Komunikasi
61
Lembaga keuangan
Lembaga keuangan
Keuangan,Persewaan, Jasa
62
Usaha bangunan dan jasa perusahaan
Usaha bangunan dan jasa perusahaan
Keuangan,Persewaan, Jasa
63
Pemerintahan umum dan pertahanan
Pemerintahan umum dan pertahanan
Jasa-jasa
64
Jasa sosial kemasyarakatan
Jasa sosial Kemasyarakatan serta Jasa Lainnya
Jasa-jasa
65
Jasa lainnya
Jasa sosial Kemasyarakatan serta Jasa Lainnya
Jasa-jasa
66
Kegiatan yang tak jelas batasannya
Jasa sosial Kemasyarakatan serta Jasa Lainnya
Jasa-jasa
190
Jumlah input antara
Jumlah input antara
Jumlah input antara
200
Input antara impor
Input antara impor
Input antara impor
201
Upah dan gaji
Upah dan gaji
Upah dan gaji
202
Surplus usaha
Surplus usaha
Surplus usaha
203
Penyusutan
Penyusutan
Penyusutan
204
Pajak tak langsung
Pajak tak langsung
Pajak tak langsung
205
Subsidi
Subsidi
Subsidi
209
Nilai tambah bruto
Nilai tambah bruto
Nilai tambah bruto
Sumber : Tabel Input-Output Indonesia 2003 (diolah).
Lanjutan Lampiran 1 210
Jumlah input
Jumlah input
Jumlah input
301
Pengeluaran Konsumsi Rumah tangga
Pengeluaran Konsumsi Rumah tangga
Pengeluaran Konsumsi Rumah tangga
302
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
303
Pembentukan Modal Tetap Bruto
Pembentukan Modal Tetap Bruto
Pembentukan Modal Tetap Bruto
304
Perubahan Stok
Perubahan Stok
Perubahan Stok
305
Ekspor Barang Dagangan
Ekspor Barang Dagangan
Ekspor Barang Dagangan
306
Ekspor Jasa
Ekspor Jasa
Ekspor Jasa
309
Jumlah Permintaan Akhir
Jumlah Permintaan Akhir
Jumlah Permintaan Akhir
310
Jumlah Permintaan
Jumlah Permintaan
Jumlah Permintaan
Sumber : Tabel Input-Output Indonesia 2003 (diolah).
Lampiran 2. Jumlah Tenaga Kerja Sektor-Sektor Perekonomian di Indonesia Tahun 2001-2004 (Orang).
No 1 2 3 4 5 6 7 8
Lapangan Usaha Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Industri Pengolahan Konstruksi Perdagangan,Hotel, Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusaaan Jasa-jasa Lain-Lain (Pertambangan dan Penggalian; Listrik, Gas dan Air Bersih) Total
Sumber : BPS, 2005.
2001 39.743.908 12.086.122 3.837.554 17.469.129 4.448.279 1.127.823 11.003.482 1.091.120 90.807.417
2002 40.633.627 12.109.997 4.273.914 17.795.030 4.672.584 991.745 10.360.188 810.081 91.647.166
2003 42.001.437 10.927.342 4.106.597 16.845.995 4.976.928 1.294.823 9.746.381 885.405 90.784.908
2004 40.608.019 11.070.498 4.540.102 19.191.156 5.480.527 1.125.056 10.513.093 1.265.585 93.794.036
Lampiran 3.
Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2003 Atas Dasar Harga Produsen Klasifikasi 10 Sektor (Juta Rupiah)
Sektor 1 2 3 4 5 1 51756858 30792 192443939 15 4862587 2 2297 18432383 81623835 30082067 10234518 3 38251881 8073607 525085635 7076347 147898540 4 110894 66015 19787032 10054258 158998 5 907079 5546195 1632848 360438 135846 6 13968777 1286103 92367020 2565352 30226656 7 221186 426550 4690762 30018 1885824 8 3114222 4735550 83439356 579552 5716896 9 1150979 3853832 31229709 1170823 14847213 10 6037432 861902 589929 44147 3197217 190 115521605 43312929 1032890065 51963017 219164295 200 0 0 0 0 0 201 82749067 19323187 166918579 4463355 53999216 202 250503331 139698727 299557398 8412986 43079940 203 8072820 8430841 62529628 9296734 9776945 204 5185870 2082776 49324244 1035266 5074440 205 0 0 -653380 -4740337 0 209 346511088 169535531 577676469 18468004 111930541 210 462032693 212848460 1610566534 70431021 331094836 TK 42001437 619784 10927342 265622 4106597 Sumber : Tabel Input-Output Indonesia 2003, Klasifikasi 10 sektor (diolah).
6 91149 1883 59762944 7866488 3133685 16992080 8499444 21184408 47674210 1811949 167018240 0 68256701 162835217 17705589 17654333 0 266451840 433470080 12060879
7 28850569 15 20141860 149495 32809 29173731 24184 446965 264604 306420 79390652 0 27080631 36924957 4461904 5737408 0 74204900 153595552 4785116
8 1745605 159380 60522808 1176598 4131391 22142319 4479591 28132608 18882642 8414640 149787582 0 29941287 49907104 34424305 4049052 -54418 118267330 268054912 4976928
9 154993 0 9096803 1295438 3326302 5379052 1617414 7500584 33188543 18375547 79934676 0 35473560 122053781 10952717 5843637 0 174323695 254258371 1294832
10 5545403 75999 46026573 3853386 10784380 15295486 13230937 14549282 9488358 40942574 159792378 0 139004493 33612010 22342012 3283060 0 198241575 358033953 9746381
Lanjutan Lampiran 3 180 301 302 303 304 285481910 183784310 0 1162547 -2090601 140612377 1929587 0 246757 -2052488 921936998 584090499 0 64531256 -20239445 44518602 25912816 0 0 0 29990973 0 0 305103901 0 229396576 103884929 0 14169110 2279194 35105910 132482676 0 0 0 169399423 121764952 0 0 0 161750913 124276634 0 0 0 80581757 126554569 163701240 1005463 0 2098775439 1404680972 163701240 386219034 -22103340 Sumber : Tabel Input-Output Indonesia 2003, Klasifikasi 10 sektor (diolah).
305 16901491 105608085 382889941 0 0 62712823 0 0 0 0 568112340
306 0 0 6033323 0 0 21159234 7795006 13473193 6064003 4327872 58852631
309 199857750 105731942 1017305566 25912816 305103901 204205290 140277682 135238145 130340637 295589144 2559562873
310 485139982 246334320 1939637119 70431023 331064546 433552031 175383774 304738805 291691566 376150896 4654124062
Lampiran 4.
Matriks Koefisien Teknis Klasifikasi 10 Sektor
Sektor
1 2 3 4 5 0,112 0,000 0,119 0,000 0,015 0,000 0,087 0,051 0,427 0,031 0,083 0,038 0,326 0,100 0,447 0,000 0,000 0,012 0,143 0,000 0,002 0,026 0,001 0,005 0,000 0,030 0,006 0,057 0,036 0,091 0,000 0,002 0,003 0,000 0,006 0,007 0,022 0,052 0,008 0,017 0,002 0,018 0,019 0,017 0,045 0,013 0,004 0,000 0,001 0,010 ke belakang 0,250 0,203 0,641 0,738 0,662 Sumber : Tabel Input-Output Indonesia 2003, Klasifikasi 10 sektor (diolah). 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
6 0,000 0,000 0,138 0,018 0,007 0,039 0,020 0,049 0,110 0,004 0,385
7 0,188 0,000 0,131 0,001 0,000 0,190 0,000 0,003 0,002 0,002 0,517
8 0,007 0,001 0,226 0,004 0,015 0,083 0,017 0,105 0,070 0,031 0,559
9 0,001 0,000 0,036 0,005 0,013 0,021 0,006 0,029 0,131 0,072 0,314
10 0,015 0,000 0,129 0,011 0,030 0,043 0,037 0,041 0,027 0,114 0,446
ke depan 0,457 0,596 1,653 0,195 0,101 0,597 0,091 0,333 0,441 0,252
Lampiran 5.
Matriks Kebalikan Leontif Terbuka Klasifikasi 10 Sektor
Sektor 1 2 3 4 5 6 1 1,150 0,016 0,218 0,038 0,123 0,045 2 0,012 1,103 0,101 0,564 0,084 0,030 3 0,169 0,106 1,593 0,264 0,763 0,286 4 0,004 0,003 0,027 1,173 0,016 0,029 5 0,004 0,030 0,009 0,023 1,008 0,013 6 0,051 0,022 0,118 0,074 0,159 1,078 7 0,003 0,004 0,010 0,006 0,014 0,025 8 0,023 0,037 0,106 0,047 0,080 0,083 9 0,016 0,033 0,063 0,055 0,099 0,152 10 0,020 0,010 0,014 0,011 0,025 0,022 KBLTL 1,452 1,365 2,258 2,254 2,372 1,763 Sumber : Tabel Input-Output Indonesia 2003, Klasifikasi 10 sektor (diolah).
7 0,254 0,022 0,298 0,011 0,005 0,231 1,007 0,038 0,043 0,012 1,919
8 0,079 0,036 0,471 0,017 0,024 0,144 0,027 1,161 0,127 0,054 2,140
9 0,024 0,013 0,130 0,011 0,020 0,048 0,013 0,054 1,168 0,098 1,581
10 0,073 0,029 0,315 0,022 0,038 0,094 0,047 0,080 0,063 1,139 1,901
KDLTL 2,021 1,994 4,394 1,313 1,175 2,019 1,157 1,709 1,820 1,405 19,005
Lampiran 6.
Matriks Kebalikan Leontif Tertutup Klasifikasi 10 Sektor
Sektor 1 2 3 4 5 6 1 1,185 0,050 0,249 0,080 0,173 0,098 2 0,022 1,100 0,099 0,529 0,082 0,036 3 0,315 0,195 1,692 0,372 0,850 0,415 4 0,012 0,008 0,032 1,167 0,023 0,033 5 0,006 0,029 0,009 0,022 1,009 0,013 6 0,080 0,041 0,139 0,096 0,179 1,103 7 0,029 0,019 0,036 0,026 0,045 0,048 8 0,055 0,054 0,128 0,070 0,109 0,106 9 0,049 0,050 0,089 0,076 0,124 0,164 10 0,045 0,025 0,041 0,032 0,057 0,046 KBLTL 1,797 1,571 2,513 2,470 2,653 2,062 Sumber : Tabel Input-Output Indonesia 2003, Klasifikasi 10 sektor (diolah).
7 0,283 0,031 0,451 0,019 0,006 0,238 1,037 0,073 0,075 0,044 2,258
8 0,126 0,041 0,579 0,023 0,022 0,162 0,050 1,176 0,144 0,075 2,398
9 0,076 0,022 0,271 0,017 0,018 0,075 0,036 0,079 1,177 0,109 1,881
10 0,161 0,042 0,538 0,031 0,031 0,134 0,081 0,122 0,108 1,150 2,395
KDLTL 2,480 2,004 5,678 1,365 1,165 2,249 1,407 1,973 2,054 1,625 21,998
Lampiran 7. Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2003 Atas Dasar Harga Produsen Klasifikasi 27 Sektor (Juta Rupiah) Kode
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
9311755
1129041
3446887
0
83673
0
0
88359202
76
631
293474
40009
2
2525349
6056334
490886
1057392
3592765
0
0
33068906
9282020
238191
6094709
16143842
3
2485179
1597138
17702114
0
23447
0
0
7942042
826341
66502
362114
37088
4
1570
16787
4061
135085
26362
3850
26942
91440
2382902
11592724
1194734
1942343
5
0
2113
0
0
2068920
0
0
11204516
27245
1532
0
5351
6
0
0
2249
0
0
18329043
0
1698888
16888
74220
13535
57988193
7
0
2
46
0
0
0
103340
61198
2039
542
2700
481468
8
0
276096
21336522
0
2493561
0
0
59006440
2940746
759174
2259274
1472654 4305506
9
13220
39107
773
10019
39388
46696
9668
125180
83748206
371102
178881
10
11966
13977
1002
0
21687
0
22826
530651
116564
10372276
36343
420722
11
3739
20594
6411
23048
6080
12856
22786
2403566
670757
158752
15449687
1885834
12
4170387
6647038
324572
114592
1183712
2952547
1647123
6004241
14182638
3727952
5877736
127234941
13
0
815
373
530
84
44
0
40939
78120
173064
574371
485921
14
29791
159623
3335
84091
66060
717379
82821
712237
1104518
704863
565170
2418822
15
628
50872
1254
138817
960117
2332310
226751
192578
86934
293881
27392
2175410
16
646
16819
66676
13879
12874
52461
13254
1017843
3180075
662203
880179
5279335
17
44876
526388
11853
271631
52331
448477
1097918
96366
96404
13463
8523
571147
18
3392424
1636662
6300692
184866
2424133
627933
658470
36506926
11642774
7011815
1992552
9281522
19
9473
33652
6570
77838
93653
8322
418328
557224
319621
411380
246167
1747504
20
690
726
7351
458
1179
5572
16395
67958
19579
2496
15979
117324
21
44751
212614
887947
60847
111940
3343136
775168
6013647
1984374
976655
2862183
7991551
22
494075
85168
883450
55943
223370
237268
244461
12195518
3945399
622085
2181665
12306462
23
2993
24135
2905
4313
11367
95797
17723
439507
266211
53041
314067
2124831
24
140305
23210
97626
90338
383668
296457
165032
2368068
2610136
1099117
1088583
7020332
25
30366
39664
21929
116180
18893
3021172
371251
351249
445149
194011
1300770
2003996
26
0
0
0
0
0
65778
0
0
0
0
0
0
27
371675
3170252
197134
2096773
201598
699127
96997
112222
20019
20572
73628
116527
190
23085858
21778827
51804618
4536640
14100862
33296225
6017254
271168552
139995735
39602244
43894416
265598635
200
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
201
28333941
21645061
19798070
3929883
9042112
11735614
7587573
38752276
26833622
8823917
7670158
39963623
202
135531476
37117969
29841008
13622606
34390272
129600092
10098635
66800432
36244065
17297760
15955621
95408208
203
1902505
2326483
758217
1051388
2034227
6339219
2091622
10678713
9007679
4055290
1848606
19693225
204
2012578
1135162
746348
383433
908349
1434645
648131
24698063
3500369
654102
1109850
8457845
205
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
-653380
209
167780500
62224675
51143643
18987310
46374960
149109570
20425961
140929484
75585735
30831069
26584235
162869521
210
190866358
84003502
102948261
23523950
60475822
182405795
26443215
412098036
215581470
70433313
70478651
428468156
14381627
10986513
10049024
1994714
4589559
376415
243368
2536922
1756666
577659
502128
2616223
TK
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
109762
35510
175864
0
0
70515
8131740
0
0
499759
0
0
25 0
54418
12463
143657
0
0
16202
415618
0
4870
31442
0
81
64287
8446
411
306295
0
0
0
17969362
0
26350
1030674
0
0
781
5362
2177
342509
15
4862587
4432
17591
2906
0
0
0
0
454
1
0
49130
0
0
0
2316258
0
0
149604
0
0
89390
9423718
10727475
27719
30082067
109
0
0
159380
0
0
0
0
0
1044087
18164
43001
0
10234409
1883
15
0
0
0
0
0
0
27073
7547
262889
0
0
618072
19830062
24574
42306
11113700
143459
22406
166651
25730
245544
3817879
16401
460117
4953377
73472
30630
421956
382179
149733
25948
411415
15199
227119
789624
0
10904553
852323
3908
0
8608
21062
5286
952
4157
123507
28092
810020
74695
388570
8922229
44507
31175
109467
455898
429681
2133820
815580
3000042
28760013
17184143
5349391
23357342
23481055
150464
308884
10762629
15934914
336812
372303
1835363
1252633
1914377
681959
4317
27886083
238962
5838
21845
12947
3310
5592
1306
35487
118544
41986598
18591081
40158
78899277
2749506
19979
15940
16981
82590
57149
19305
417791 2720206
64868
4398513
46878598
1591385
6002598
17947420
13630
472628
5984300
13041206
95367
114113
825493
3853793
4088111
10054258
158998
7866488
149495
40970
213391
409121
513116
743883
551555
105607
178300
563038
360438
135846
3133685
32809
378958
262058
2426533
1063842
315494
3010808
1386846
8215356
16329229
2565352
30226656
16992080
29173731
75159
10587088
10832136
647936
2075351
3303701
193202
594706
620958
30018
1885824
8499444
24184
35187
1303207
2939440
201757
528021
1089393
11987
25954
176090
4199
24275
94907
3581
2505
7176
11618
16069
8141
10838
586830
2416071
6490330
287014
2960017
6419728
159020
39134
2595108
506241
185034
1048385
771232
560993
3819563
11986338
205584
1803576
4695961
145848
85711
4602387
13083472
948687
711051
1086133
263530
474295
2126843
82755
929028
9973812
138516
56998
408588
2452102
3131778
2257951
1606853
561561
1903393
6786409
286307
5957468
16804001
51972
124492
4089359
3327515
1655732
15536117
8589517
111656
625133
2760146
884516
8889745
30870209
212632
103996
2487070
5424967
1669511
6522788
2540121
0
1
0
0
0
16935
15578
36149
159643
45470
26814
305287
765259
12833
198555
35572
44147
3197217
1795014
290842
294438
4037825
2052131
1762170
1267433
16037568
19893928
110669123
142067432
51963017
219164295
167018240
79390652
2341659
48143314
86257084
13045525
34010136
45924540
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
6827146
12271834
25776003
4463355
53999216
68256701
27080631
670989
10218069
11467016
7585213
22683187
12790373
8570681
18611985
40668646
8412986
43079940
162835217
36924957
291653
13797175
14076795
21741481
62483425
59570356
4104830
3922638
9218647
9296734
9776945
17705589
4461904
133057
14045389
11440725
8805134
3754915
7197802
2062414
2794755
6046846
1035266
5074440
17654333
5737408
54371
1350342
1841747
802592
1051900
4791737
0
0
0
-4740337
0
0
0
0
-54418
0
0
0
0
21565071
37601212
81710142
18468004
111930541
266451840
74204900
1150070
39356557
38826283
38934420
89973427
84350268
41458999
148270335
223777574
70431021
331094836
433470080
153595552
3491729
87499871
125083367
51979945
123983563
130274808
446940
803377
1687429
265622
4106597
12060879
4785116
111534
1698477
1906081
1260836
827966
466866
26
27
180
301
302
303
304
305
306
309
310
0
2525894
114213792
82792349
0
0
2007055
766714
0
85566119
199780220
66340
780417
80140189
10193096
0
0
-2730647
5750510
0
13312961
93453151
0
1830807
52215091
53038153
0
1162547
-418522
1284047
0
55066225
107081315
0
192894
22849727
1821296
0
0
-914903
277478
0
1183871
24033610
0
149051
16063111
35939416
0
0
-33584
8822742
0
44728574
60791686
0
0
128543484
0
0
246757
-1923515
89021367
0
87344609
215878095
0
75999
12068893
1929587
0
0
-128973
16586718
0
18387333
30456225
0
7580766
130383972
291867240
0
0
-25683508
32420162
0
298603884
428987580
625467
5321496
105849090
54700208
0
234875
864837
72053742
0
127853660
233202751
26306
56269
24463380
6718161
0
187032
629347
39276974
0
46811514
71274891
2159440
9636503
46827294
12513589
0
0
-18417
21756549
0
34251722
81079016
4107170
7650961
316658965
102287161
0
0
3220584
119878107
0
225385852
543037813
181288
172433
33772638
4304445
0
0
-6143
5666010
0
9964313
43737149
1157094
1062128
151882831
6185728
0
6394874
-1025304
8003455
0
19558753
171441661
2728727
3560525
112101028
105513967
0
57714475
1779159
83834942
6033323
254875868
366876258
1284090
2569296
44518302
25912816
0
0
0
0
0
25912816
70431023
4065216
6719164
25991173
0
0
305103901
0
0
0
305103901
331064546
5668288
9627198
229366876
103884929
0
14169110
2279194
62712823
21159234
204205290
433552031
8646748
4584189
35106010
132482676
0
0
0
0
7795006
140277682
175383774
55856
57206
766109
3037377
0
0
0
0
111490
3148867
3914978
1859964
2614412
54203333
37679390
0
0
0
0
3734489
41413879
95716750 152604187
3477273
4546388
85233829
58090243
0
0
0
0
9280444
67370687
777995
1160188
29198122
22957942
0
0
0
0
346770
23304712
52502890
2000737
2089664
85147116
45021997
0
0
0
0
5286105
50308102
135244302
1305350
4092607
76415077
79254637
0
0
0
0
777898
80032535
156447264 105971782
0
33955
1470869
2189840
101873669
0
0
0
437410
104500919
622753
40285866
79110888
124364729
61827571
1005463
0
0
3890462
191088225
270179114
40816102
118976276
2094561189
1404680972
163701240
386219034
-22103340
568112340
58852631
2559562873
4654124062
0
0
56235166
82769327
0
33612010
6959258
15382754
0
3283060
0
0
63194424
135047151
104010526
254023427
3942961
5803420
Lampiran 8. Tabel Matriks Koefisien Teknis Klasifikasi 27 Sektor
Sektor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
1
0,049
0,013
0,033
0,000
0,001
0,000
0,000
0,214
0,000
0,000
0,004
0,000
0,003
0,000
0,001
0,000
0,000
0,000
0,053
2
0,013
0,072
0,005
0,045
0,059
0,000
0,000
0,080
0,043
0,003
0,086
0,038
0,001
0,000
0,001
0,000
0,000
0,000
0,003
3
0,013
0,019
0,172
0,000
0,000
0,000
0,000
0,019
0,004
0,001
0,005
0,000
0,000
0,000
0,001
0,000
0,000
0,000
0,117
4
0,000
0,000
0,000
0,006
0,000
0,000
0,001
0,000
0,011
0,165
0,017
0,005
0,000
0,000
0,002
0,000
0,015
0,000
0,000
5
0,000
0,000
0,000
0,000
0,034
0,000
0,000
0,027
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,015
6
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,100
0,000
0,004
0,000
0,001
0,000
0,135
0,227
0,072
0,000
0,427
0,000
0,000
0,000
7
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,004
0,000
0,000
0,000
0,000
0,001
0,025
0,000
0,000
0,000
0,031
0,000
0,000
8
0,000
0,003
0,207
0,000
0,041
0,000
0,000
0,143
0,014
0,011
0,032
0,003
0,001
0,000
0,001
0,000
0,000
0,001
0,129
9
0,000
0,000
0,000
0,000
0,001
0,000
0,000
0,000
0,388
0,005
0,003
0,010
0,001
0,002
0,017
0,000
0,001
0,011
0,000
10
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,001
0,001
0,001
0,147
0,001
0,001
0,000
0,002
0,004
0,000
0,033
0,002
0,000
11
0,000
0,000
0,000
0,001
0,000
0,000
0,001
0,006
0,003
0,002
0,219
0,004
0,003
0,000
0,004
0,001
0,001
0,021
0,000
12
0,022
0,079
0,003
0,005
0,020
0,016
0,062
0,015
0,066
0,053
0,083
0,297
0,072
0,194
0,077
0,076
0,071
0,054
0,001
13
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,002
0,008
0,001
0,030
0,013
0,003
0,000
0,084
0,001
0,000
14
0,000
0,002
0,000
0,004
0,001
0,004
0,003
0,002
0,005
0,010
0,008
0,006
0,003
0,283
0,083
0,001
0,238
0,006
0,000
15
0,000
0,001
0,000
0,006
0,016
0,013
0,009
0,000
0,000
0,004
0,000
0,005
0,002
0,030
0,209
0,023
0,018
0,041
0,000
16
0,000
0,000
0,001
0,001
0,000
0,000
0,001
0,002
0,015
0,009
0,012
0,012
0,020
0,026
0,018
0,143
0,000
0,018
0,001
17
0,000
0,006
0,000
0,012
0,001
0,002
0,042
0,000
0,000
0,000
0,000
0,001
0,003
0,001
0,003
0,005
0,000
0,007
0,000
18
0,018
0,019
0,061
0,008
0,040
0,003
0,025
0,089
0,054
0,100
0,028
0,022
0,033
0,055
0,073
0,036
0,091
0,039
0,190
19
0,000
0,000
0,000
0,003
0,002
0,000
0,016
0,001
0,001
0,006
0,003
0,004
0,005
0,004
0,003
0,000
0,006
0,020
0,000
20
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,001
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,001
0,000
0,000
0,000
0,000
21
0,000
0,003
0,009
0,003
0,002
0,018
0,029
0,015
0,009
0,014
0,041
0,019
0,014
0,016
0,029
0,004
0,009
0,015
0,001
22
0,003
0,001
0,009
0,002
0,004
0,001
0,009
0,030
0,018
0,009
0,031
0,029
0,014
0,026
0,054
0,003
0,005
0,011
0,001
23
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,001
0,001
0,001
0,001
0,001
0,004
0,005
0,006
0,003
0,010
0,001
0,003
0,023
0,001
24
0,001
0,000
0,001
0,004
0,006
0,002
0,006
0,006
0,012
0,016
0,015
0,016
0,014
0,013
0,030
0,004
0,018
0,039
0,000
25
0,000
0,000
0,000
0,005
0,000
0,017
0,014
0,001
0,002
0,003
0,018
0,005
0,003
0,004
0,012
0,013
0,027
0,071
0,001
26
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
27
0,002
0,038
0,002
0,089
0,003
0,004
0,004
0,000
0,000
0,000
0,001
0,000
0,000
0,001
0,000
0,001
0,010
0,004
0,002
0,121
0,259
0,503
0,193
0,233
0,183
0,228
0,658
0,649
0,562
0,623
0,620
0,480
0,746
0,635
0,738
0,662
0,385
0,517
ke belakang
20
21
22
23
24
25
26
27
0,000
0,000
0,004
0,000
0,000
0,000
0,000
0,010
ke depan 0,386
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,001
0,003
0,455
0,000
0,000
0,008
0,000
0,000
0,000
0,000
0,007
0,368
0,001
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,001
0,223
0,000
0,000
0,001
0,000
0,000
0,001
0,000
0,001
0,079
0,046
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
1,014
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,062
0,007
0,000
0,089
0,003
0,000
0,001
0,000
0,030
0,718
0,009
0,005
0,003
0,003
0,000
0,003
0,006
0,021
0,492
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,193
0,009
0,001
0,004
0,008
0,017
0,006
0,021
0,038
0,371
0,088
0,123
0,127
0,006
0,003
0,014
0,039
0,030
1,697
0,006
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,002
0,001
0,153
0,005
0,000
0,001
0,001
0,000
0,003
0,011
0,004
0,684
0,135
0,068
0,104
0,002
0,001
0,021
0,026
0,014
0,749
0,012
0,002
0,003
0,010
0,006
0,004
0,012
0,010
0,340
0,109
0,003
0,019
0,020
0,003
0,023
0,039
0,026
0,327
0,022
0,121
0,087
0,012
0,017
0,025
0,054
0,038
1,362
0,010
0,015
0,023
0,004
0,004
0,008
0,083
0,018
0,241
0,001
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,001
0,000
0,005
0,011
0,030
0,004
0,004
0,008
0,006
0,018
0,010
0,340
0,025
0,053
0,105
0,018
0,006
0,008
0,033
0,018
0,524
0,016
0,005
0,020
0,060
0,018
0,012
0,007
0,005
0,205
0,036
0,047
0,027
0,032
0,125
0,066
0,019
0,008
0,563
0,030
0,028
0,043
0,032
0,053
0,019
0,013
0,016
0,431
0,010
0,002
0,000
0,001
0,002
0,006
0,000
0,000
0,022
0,084
0,046
0,016
0,034
0,010
0,123
0,006
0,159
0,640
0,671
0,550
0,690
0,251
0,274
0,353
0,392
0,468
Lampiran 9. Tabel Matriks Kebalikan Leontif Terbuka Klasifikasi 27 Sektor
KBLTL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
1
1,054
0,020
0,112
0,004
0,015
0,001
0,003
0,271
0,011
0,007
0,024
0,006
0,005
0,005
0,007
0,002
0,005
0,005
2
0,017
1,086
0,037
0,052
0,074
0,002
0,007
0,114
0,090
0,023
0,137
0,064
0,009
0,022
0,017
0,008
0,015
0,011
3
0,017
0,027
1,218
0,004
0,005
0,001
0,004
0,036
0,013
0,005
0,015
0,004
0,002
0,004
0,006
0,001
0,004
0,005
4
0,000
0,001
0,001
1,007
0,001
0,000
0,003
0,002
0,020
0,195
0,024
0,008
0,001
0,003
0,005
0,001
0,023
0,002
5
0,000
0,001
0,009
0,000
1,037
0,000
0,001
0,034
0,002
0,001
0,002
0,001
0,000
0,001
0,001
0,000
0,001
0,001
6
0,007
0,024
0,011
0,008
0,011
1,120
0,024
0,023
0,050
0,035
0,051
0,237
0,297
0,213
0,072
0,584
0,101
0,035
7
0,000
0,000
0,000
0,001
0,000
0,000
1,006
0,000
0,000
0,000
0,001
0,002
0,026
0,001
0,001
0,001
0,034
0,001
8
0,005
0,015
0,300
0,008
0,054
0,002
0,007
1,186
0,038
0,023
0,063
0,016
0,007
0,014
0,019
0,005
0,011
0,013
9
0,002
0,006
0,004
0,006
0,005
0,003
0,005
0,006
1,643
0,018
0,013
0,028
0,006
0,017
0,046
0,007
0,014
0,026
10
0,000
0,001
0,001
0,001
0,001
0,000
0,003
0,003
0,002
1,174
0,002
0,002
0,001
0,004
0,007
0,001
0,041
0,004
11
0,001
0,005
0,007
0,008
0,004
0,002
0,005
0,015
0,013
0,011
1,288
0,013
0,008
0,009
0,015
0,006
0,011
0,033
12
0,040
0,139
0,043
0,032
0,054
0,040
0,122
0,081
0,204
0,132
0,218
1,475
0,143
0,450
0,244
0,168
0,256
0,124
13
0,000
0,001
0,001
0,002
0,001
0,001
0,004
0,001
0,002
0,004
0,012
0,003
1,032
0,020
0,008
0,002
0,093
0,003
14
0,002
0,009
0,005
0,013
0,007
0,011
0,024
0,009
0,020
0,026
0,023
0,020
0,012
1,414
0,159
0,016
0,348
0,024
15
0,003
0,008
0,013
0,014
0,028
0,023
0,024
0,020
0,021
0,025
0,025
0,030
0,019
0,082
1,302
0,054
0,059
0,069
16
0,001
0,005
0,006
0,004
0,004
0,003
0,006
0,009
0,036
0,021
0,027
0,026
0,029
0,056
0,042
1,173
0,024
0,030
17
0,001
0,009
0,003
0,016
0,003
0,004
0,044
0,004
0,005
0,006
0,006
0,006
0,007
0,008
0,010
0,010
1,008
0,013
18
0,024
0,037
0,119
0,023
0,059
0,013
0,051
0,137
0,120
0,146
0,078
0,058
0,056
0,123
0,145
0,065
0,152
1,073
19
0,001
0,003
0,004
0,007
0,004
0,002
0,019
0,007
0,008
0,013
0,011
0,010
0,009
0,014
0,013
0,004
0,015
0,025
20
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,001
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,001
0,001
0,000
0,000
0,000
21
0,002
0,008
0,020
0,007
0,007
0,024
0,037
0,025
0,026
0,026
0,065
0,037
0,027
0,043
0,053
0,023
0,031
0,026
22
0,006
0,010
0,028
0,009
0,012
0,007
0,021
0,049
0,048
0,025
0,063
0,056
0,026
0,067
0,100
0,017
0,037
0,028
23
0,001
0,003
0,005
0,002
0,003
0,002
0,005
0,007
0,009
0,008
0,013
0,012
0,011
0,014
0,023
0,006
0,013
0,031
24
0,004
0,007
0,014
0,010
0,014
0,008
0,019
0,022
0,039
0,037
0,042
0,039
0,027
0,047
0,070
0,020
0,050
0,065
25
0,003
0,007
0,013
0,011
0,007
0,022
0,024
0,017
0,021
0,022
0,041
0,023
0,018
0,031
0,042
0,035
0,052
0,088
26
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,001
0,000
0,000
0,000
0,000
0,001
0,000
0,000
0,000
0,001
0,001
0,001
0,001
27
0,004
0,051
0,010
0,112
0,010
0,010
0,012
0,013
0,014
0,029
0,023
0,013
0,008
0,015
0,016
0,012
0,028
0,024
1,196
1,484
1,984
1,362
1,419
1,303
1,481
2,093
2,457
2,015
2,267
2,191
1,790
2,678
2,426
2,223
2,426
1,760
19
20
21
22
23
24
25
26
27
0,105
0,009
0,008
0,039
0,004
0,002
0,006
0,012
0,029
KDLTL 1,772
0,026
0,017
0,015
0,027
0,005
0,005
0,008
0,012
0,022
1,924
0,149
0,006
0,007
0,022
0,002
0,002
0,005
0,015
0,018
1,597
0,001
0,006
0,002
0,003
0,001
0,001
0,002
0,002
0,004
1,321
0,021
0,001
0,001
0,006
0,001
0,000
0,002
0,002
0,003
1,127
0,013
0,110
0,047
0,055
0,015
0,010
0,018
0,033
0,030
3,236
0,000
0,004
0,001
0,001
0,001
0,000
0,001
0,002
0,002
1,088
0,192
0,026
0,020
0,134
0,011
0,006
0,014
0,026
0,058
2,274
0,007
0,031
0,022
0,021
0,009
0,003
0,015
0,017
0,047
2,028
0,001
0,006
0,002
0,003
0,001
0,000
0,002
0,003
0,002
1,268
0,010
0,025
0,015
0,018
0,017
0,029
0,021
0,033
0,063
1,685
0,045
0,229
0,246
0,276
0,036
0,024
0,060
0,114
0,106
5,104
0,001
0,019
0,002
0,004
0,003
0,001
0,004
0,007
0,005
1,235
0,007
0,074
0,023
0,036
0,013
0,005
0,022
0,039
0,026
2,388
0,018
0,201
0,118
0,171
0,013
0,009
0,040
0,054
0,038
2,480
0,009
0,030
0,016
0,020
0,016
0,011
0,012
0,023
0,022
1,660
0,004
0,118
0,011
0,029
0,026
0,007
0,030
0,043
0,035
1,466
0,239
0,089
0,173
0,161
0,031
0,033
0,055
0,106
0,084
3,450
1,007
0,021
0,025
0,035
0,008
0,008
0,015
0,089
0,026
1,402
0,000
1,001
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,001
0,000
1,010
0,012
0,033
1,047
0,025
0,009
0,014
0,015
0,029
0,024
1,694
0,017
0,060
0,084
1,149
0,028
0,013
0,022
0,053
0,039
2,075
0,009
0,028
0,017
0,034
1,068
0,025
0,019
0,015
0,012
1,397
0,018
0,072
0,082
0,065
0,048
1,154
0,089
0,040
0,027
2,129
0,023
0,058
0,057
0,075
0,044
0,068
1,036
0,031
0,034
1,903
0,000
0,011
0,003
0,001
0,001
0,003
0,006
1,000
0,001
1,033
0,010
0,118
0,072
0,040
0,052
0,027
0,156
0,018
1,199
2,097
1,946
2,405
2,116
2,450
1,463
1,461
1,675
1,819
1,957
51,845
Lampiran 10. Tabel Matriks Kebalikan Leontif Tertutup Klasifikasi 27 Sektor
KBLTL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
1
1,070
0,056
0,125
0,033
0,040
0,014
0,044
0,273
0,047
0,039
0,053
0,034
0,037
0,037
0,041
0,024
0,045
0,036
2
0,023
1,081
0,041
0,054
0,072
0,007
0,019
0,110
0,086
0,030
0,128
0,065
0,018
0,028
0,025
0,015
0,025
0,019
3
0,027
0,041
1,197
0,018
0,018
0,008
0,024
0,047
0,030
0,021
0,030
0,018
0,019
0,020
0,023
0,013
0,024
0,021
4
0,001
0,002
0,002
1,007
0,002
0,001
0,004
0,002
0,018
0,171
0,022
0,008
0,002
0,004
0,005
0,002
0,020
0,003
5
0,007
0,012
0,017
0,009
1,040
0,004
0,012
0,039
0,012
0,010
0,011
0,009
0,009
0,010
0,011
0,007
0,012
0,010
6
0,013
0,030
0,021
0,016
0,017
1,115
0,030
0,028
0,049
0,037
0,050
0,214
0,259
0,189
0,065
0,544
0,087
0,037
7
0,000
0,001
0,001
0,001
0,001
0,000
1,005
0,001
0,001
0,001
0,001
0,002
0,023
0,002
0,001
0,001
0,029
0,001
8
0,057
0,100
0,329
0,072
0,107
0,031
0,098
1,236
0,115
0,094
0,129
0,077
0,077
0,083
0,093
0,054
0,099
0,081
9
0,015
0,027
0,026
0,021
0,019
0,010
0,027
0,023
1,555
0,032
0,029
0,039
0,022
0,031
0,056
0,018
0,033
0,038
10
0,002
0,003
0,003
0,002
0,002
0,001
0,005
0,004
0,004
1,153
0,003
0,004
0,003
0,005
0,008
0,002
0,036
0,005
11
0,006
0,011
0,013
0,011
0,008
0,004
0,011
0,018
0,017
0,015
1,258
0,016
0,012
0,013
0,018
0,009
0,016
0,033
12
0,067
0,160
0,086
0,065
0,081
0,053
0,147
0,108
0,212
0,153
0,224
1,452
0,159
0,426
0,243
0,178
0,252
0,143
13
0,001
0,002
0,002
0,002
0,002
0,001
0,005
0,002
0,003
0,005
0,012
0,003
1,029
0,019
0,008
0,002
0,080
0,003
14
0,006
0,014
0,011
0,016
0,011
0,012
0,024
0,013
0,022
0,027
0,025
0,022
0,016
1,374
0,140
0,017
0,296
0,025
15
0,025
0,044
0,047
0,039
0,049
0,033
0,056
0,045
0,051
0,051
0,051
0,051
0,045
0,098
1,292
0,068
0,083
0,086
16
0,008
0,014
0,015
0,011
0,010
0,006
0,015
0,016
0,039
0,026
0,032
0,029
0,033
0,057
0,044
1,166
0,028
0,033
17
0,002
0,010
0,005
0,015
0,004
0,005
0,037
0,005
0,006
0,007
0,007
0,007
0,007
0,008
0,010
0,010
1,008
0,012
18
0,051
0,079
0,144
0,056
0,084
0,029
0,090
0,159
0,145
0,166
0,107
0,085
0,086
0,145
0,164
0,086
0,175
1,100
19
0,020
0,036
0,036
0,030
0,026
0,012
0,049
0,032
0,038
0,038
0,037
0,032
0,033
0,038
0,039
0,022
0,046
0,047
20
0,000
0,001
0,001
0,001
0,001
0,000
0,001
0,001
0,001
0,001
0,001
0,001
0,001
0,001
0,002
0,001
0,001
0,001
21
0,010
0,021
0,030
0,016
0,015
0,026
0,043
0,033
0,034
0,033
0,067
0,042
0,034
0,048
0,057
0,028
0,038
0,032
22
0,019
0,031
0,045
0,025
0,026
0,014
0,040
0,062
0,061
0,040
0,073
0,065
0,040
0,076
0,104
0,028
0,052
0,042
23
0,006
0,011
0,012
0,008
0,008
0,005
0,012
0,013
0,015
0,013
0,018
0,016
0,016
0,018
0,026
0,010
0,019
0,033
24
0,015
0,025
0,030
0,023
0,025
0,013
0,034
0,033
0,049
0,047
0,051
0,047
0,038
0,054
0,074
0,028
0,059
0,068
25
0,018
0,031
0,035
0,028
0,023
0,029
0,044
0,034
0,040
0,038
0,055
0,037
0,034
0,045
0,055
0,045
0,067
0,095
26
0,000
0,001
0,001
0,001
0,001
0,001
0,001
0,001
0,001
0,001
0,001
0,001
0,001
0,001
0,001
0,001
0,001
0,001
27
0,026
0,076
0,045
0,119
0,034
0,021
0,048
0,039
0,046
0,053
0,049
0,037
0,036
0,042
0,045
0,031
0,060
0,048
1,496
1,918
2,319
1,698
1,724
1,455
1,926
2,378
2,697
2,301
2,525
2,414
2,089
2,872
2,649
2,411
2,691
2,053
19
20
21
22
23
24
25
26
27
KDLTL
0,122
0,052
0,039
0,066
0,031
0,034
0,032
0,072
0,073
2,571
0,033
0,027
0,023
0,033
0,013
0,015
0,015
0,030
0,033
2,069
0,142
0,028
0,022
0,035
0,016
0,018
0,017
0,042
0,040
1,961
0,002
0,006
0,003
0,003
0,002
0,002
0,002
0,004
0,004
1,303
0,028
0,014
0,010
0,014
0,008
0,009
0,009
0,019
0,017
1,367
0,022
0,098
0,046
0,053
0,020
0,018
0,022
0,040
0,037
3,159
0,001
0,004
0,001
0,002
0,001
0,001
0,001
0,002
0,002
1,086
0,240
0,120
0,089
0,193
0,070
0,076
0,071
0,159
0,159
4,108
0,027
0,048
0,035
0,035
0,022
0,021
0,026
0,047
0,061
2,343
0,003
0,007
0,003
0,004
0,003
0,002
0,003
0,005
0,005
1,279
0,014
0,027
0,017
0,020
0,019
0,029
0,021
0,033
0,054
1,724
0,085
0,234
0,249
0,277
0,066
0,063
0,084
0,159
0,144
5,568
0,002
0,016
0,003
0,004
0,003
0,002
0,004
0,006
0,005
1,228
0,012
0,061
0,023
0,033
0,015
0,010
0,022
0,036
0,027
2,309
0,049
0,203
0,130
0,179
0,036
0,037
0,059
0,094
0,076
3,081
0,017
0,035
0,021
0,024
0,021
0,017
0,017
0,032
0,029
1,795
0,005
0,100
0,011
0,027
0,023
0,007
0,028
0,032
0,029
1,428
0,245
0,123
0,189
0,180
0,060
0,067
0,079
0,147
0,125
4,167
1,036
0,053
0,048
0,058
0,029
0,033
0,035
0,111
0,063
2,078
0,001
1,002
0,001
0,001
0,001
0,001
0,001
0,002
0,001
1,026
0,022
0,041
1,051
0,032
0,017
0,023
0,021
0,041
0,035
1,891
0,035
0,073
0,091
1,151
0,040
0,030
0,034
0,072
0,059
2,429
0,015
0,032
0,020
0,036
1,064
0,027
0,022
0,023
0,019
1,517
0,032
0,077
0,084
0,070
0,053
1,142
0,090
0,056
0,045
2,363
0,041
0,073
0,068
0,085
0,055
0,076
1,047
0,060
0,058
2,314
0,001
0,010
0,003
0,002
0,001
0,003
0,006
1,001
0,001
1,044
0,044
0,135
0,090
0,065
0,069
0,051
0,160
0,072
1,193
2,733
2,277
2,698
2,373
2,684
1,759
1,813
1,928
2,398
2,394
59,940
Lampiran 8.
Matriks Koefisien Teknis Klasifikasi 27 Sektor 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
1
0,049
0,013
0,033
0,000
0,001
0,000
0,000
0,214
0,000
0,000
0,004
0,000
0,003
0,000
0,001
0,000
0,000
0,000
0,053
2
0,013
0,072
0,005
0,045
0,059
0,000
0,000
0,080
0,043
0,003
0,086
0,038
0,001
0,000
0,001
0,000
0,000
0,000
0,003
3
0,013
0,019
0,172
0,000
0,000
0,000
0,000
0,019
0,004
0,001
0,005
0,000
0,000
0,000
0,001
0,000
0,000
0,000
0,117
4
0,000
0,000
0,000
0,006
0,000
0,000
0,001
0,000
0,011
0,165
0,017
0,005
0,000
0,000
0,002
0,000
0,015
0,000
0,000
5
0,000
0,000
0,000
0,000
0,034
0,000
0,000
0,027
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,015
6
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,100
0,000
0,004
0,000
0,001
0,000
0,135
0,227
0,072
0,000
0,427
0,000
0,000
0,000
7
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,004
0,000
0,000
0,000
0,000
0,001
0,025
0,000
0,000
0,000
0,031
0,000
0,000
8
0,000
0,003
0,207
0,000
0,041
0,000
0,000
0,143
0,014
0,011
0,032
0,003
0,001
0,000
0,001
0,000
0,000
0,001
0,129
9
0,000
0,000
0,000
0,000
0,001
0,000
0,000
0,000
0,388
0,005
0,003
0,010
0,001
0,002
0,017
0,000
0,001
0,011
0,000
10
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,001
0,001
0,001
0,147
0,001
0,001
0,000
0,002
0,004
0,000
0,033
0,002
0,000
11
0,000
0,000
0,000
0,001
0,000
0,000
0,001
0,006
0,003
0,002
0,219
0,004
0,003
0,000
0,004
0,001
0,001
0,021
0,000
12
0,022
0,079
0,003
0,005
0,020
0,016
0,062
0,015
0,066
0,053
0,083
0,297
0,072
0,194
0,077
0,076
0,071
0,054
0,001
13
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,002
0,008
0,001
0,030
0,013
0,003
0,000
0,084
0,001
0,000
14
0,000
0,002
0,000
0,004
0,001
0,004
0,003
0,002
0,005
0,010
0,008
0,006
0,003
0,283
0,083
0,001
0,238
0,006
0,000
15
0,000
0,001
0,000
0,006
0,016
0,013
0,009
0,000
0,000
0,004
0,000
0,005
0,002
0,030
0,209
0,023
0,018
0,041
0,000
16
0,000
0,000
0,001
0,001
0,000
0,000
0,001
0,002
0,015
0,009
0,012
0,012
0,020
0,026
0,018
0,143
0,000
0,018
0,001
17
0,000
0,006
0,000
0,012
0,001
0,002
0,042
0,000
0,000
0,000
0,000
0,001
0,003
0,001
0,003
0,005
0,000
0,007
0,000
18
0,018
0,019
0,061
0,008
0,040
0,003
0,025
0,089
0,054
0,100
0,028
0,022
0,033
0,055
0,073
0,036
0,091
0,039
0,190
19
0,000
0,000
0,000
0,003
0,002
0,000
0,016
0,001
0,001
0,006
0,003
0,004
0,005
0,004
0,003
0,000
0,006
0,020
0,000
20
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,001
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,001
0,000
0,000
0,000
0,000
21
0,000
0,003
0,009
0,003
0,002
0,018
0,029
0,015
0,009
0,014
0,041
0,019
0,014
0,016
0,029
0,004
0,009
0,015
0,001
22
0,003
0,001
0,009
0,002
0,004
0,001
0,009
0,030
0,018
0,009
0,031
0,029
0,014
0,026
0,054
0,003
0,005
0,011
0,001
23
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,001
0,001
0,001
0,001
0,001
0,004
0,005
0,006
0,003
0,010
0,001
0,003
0,023
0,001
24
0,001
0,000
0,001
0,004
0,006
0,002
0,006
0,006
0,012
0,016
0,015
0,016
0,014
0,013
0,030
0,004
0,018
0,039
0,000
25
0,000
0,000
0,000
0,005
0,000
0,017
0,014
0,001
0,002
0,003
0,018
0,005
0,003
0,004
0,012
0,013
0,027
0,071
0,001
26
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
27
0,002
0,038
0,002
0,089
0,003
0,004
0,004
0,000
0,000
0,000
0,001
0,000
0,000
0,001
0,000
0,001
0,010
0,004
0,002
ke belakang
0,121
0,259
0,503
0,193
0,233
0,183
0,228
0,658
0,649
0,562
0,623
0,620
0,480
0,746
0,635
0,738
0,662
0,385
0,517
Sumber : Tabel Input-Output Indonesia 2003, Klasifikasi 27 sektor (diolah).
Lanjutan Lampiran 8 20
21
22
23
24
25
26
27
0,000
0,000
0,004
0,000
0,000
0,000
0,000
0,010
ke depan 0,386
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,001
0,003
0,455
0,000
0,000
0,008
0,000
0,000
0,000
0,000
0,007
0,368
0,001
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,001
0,223
0,000
0,000
0,001
0,000
0,000
0,001
0,000
0,001
0,079
0,046
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
1,014
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,062
0,007
0,000
0,089
0,003
0,000
0,001
0,000
0,030
0,718
0,009
0,005
0,003
0,003
0,000
0,003
0,006
0,021
0,492
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,193
0,009
0,001
0,004
0,008
0,017
0,006
0,021
0,038
0,371
0,088
0,123
0,127
0,006
0,003
0,014
0,039
0,030
1,697
0,006
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,002
0,001
0,153
0,005
0,000
0,001
0,001
0,000
0,003
0,011
0,004
0,684
0,135
0,068
0,104
0,002
0,001
0,021
0,026
0,014
0,749
0,012
0,002
0,003
0,010
0,006
0,004
0,012
0,010
0,340
0,109
0,003
0,019
0,020
0,003
0,023
0,039
0,026
0,327
0,022
0,121
0,087
0,012
0,017
0,025
0,054
0,038
1,362
0,010
0,015
0,023
0,004
0,004
0,008
0,083
0,018
0,241
0,001
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,001
0,000
0,005
0,011
0,030
0,004
0,004
0,008
0,006
0,018
0,010
0,340
0,025
0,053
0,105
0,018
0,006
0,008
0,033
0,018
0,524
0,016
0,005
0,020
0,060
0,018
0,012
0,007
0,005
0,205
0,036
0,047
0,027
0,032
0,125
0,066
0,019
0,008
0,563
0,030
0,028
0,043
0,032
0,053
0,019
0,013
0,016
0,431
0,010
0,002
0,000
0,001
0,002
0,006
0,000
0,000
0,022
0,084
0,046
0,016
0,034
0,010
0,123
0,006
0,159
0,640
0,671
0,550
0,690
0,251
0,274
0,353
0,392
0,468
12,644
Sumber : Tabel Input-Output Indonesia 2003, Klasifikasi 27 sektor (diolah).
Lampiran 9.
Sektor
Matriks Kebalikan Leontif Terbuka Klasifikasi 27 Sektor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
17
18
19
1
1,054
0,020
0,112
0,004
0,015
0,001
0,003
0,271
0,011
0,007
0,024
0,006
0,005
0,005
0,007
0,002 0,005
0,005
0,105
2
0,017
1,086
0,037
0,052
0,074
0,002
0,007
0,114
0,090
0,023
0,137
0,064
0,009
0,022
0,017
0,008 0,015
0,011
0,026
3
0,017
0,027
1,218
0,004
0,005
0,001
0,004
0,036
0,013
0,005
0,015
0,004
0,002
0,004
0,006
0,001 0,004
0,005
0,149
4
0,000
0,001
0,001
1,007
0,001
0,000
0,003
0,002
0,020
0,195
0,024
0,008
0,001
0,003
0,005
0,001 0,023
0,002
0,001
5
0,000
0,001
0,009
0,000
1,037
0,000
0,001
0,034
0,002
0,001
0,002
0,001
0,000
0,001
0,001
0,000 0,001
0,001
0,021
6
0,007
0,024
0,011
0,008
0,011
1,120
0,024
0,023
0,050
0,035
0,051
0,237
0,297
0,213
0,072
0,584 0,101
0,035
0,013
7
0,000
0,000
0,000
0,001
0,000
0,000
1,006
0,000
0,000
0,000
0,001
0,002
0,026
0,001
0,001
0,001 0,034
0,001
0,000
8
0,005
0,015
0,300
0,008
0,054
0,002
0,007
1,186
0,038
0,023
0,063
0,016
0,007
0,014
0,019
0,005 0,011
0,013
0,192
9
0,002
0,006
0,004
0,006
0,005
0,003
0,005
0,006
1,643
0,018
0,013
0,028
0,006
0,017
0,046
0,007 0,014
0,026
0,007
10
0,000
0,001
0,001
0,001
0,001
0,000
0,003
0,003
0,002
1,174
0,002
0,002
0,001
0,004
0,007
0,001 0,041
0,004
0,001
11
0,001
0,005
0,007
0,008
0,004
0,002
0,005
0,015
0,013
0,011
1,288
0,013
0,008
0,009
0,015
0,006 0,011
0,033
0,010
12
0,040
0,139
0,043
0,032
0,054
0,040
0,122
0,081
0,204
0,132
0,218
1,475
0,143
0,450
0,244
0,168 0,256
0,124
0,045
13
0,000
0,001
0,001
0,002
0,001
0,001
0,004
0,001
0,002
0,004
0,012
0,003
1,032
0,020
0,008
0,002 0,093
0,003
0,001
14
0,002
0,009
0,005
0,013
0,007
0,011
0,024
0,009
0,020
0,026
0,023
0,020
0,012
1,414
0,159
0,016 0,348
0,024
0,007
15
0,003
0,008
0,013
0,014
0,028
0,023
0,024
0,020
0,021
0,025
0,025
0,030
0,019
0,082
1,302
0,054 0,059
0,069
0,018
16
0,001
0,005
0,006
0,004
0,004
0,003
0,006
0,009
0,036
0,021
0,027
0,026
0,029
0,056
0,042
1,173 0,024
0,030
0,009
17
0,001
0,009
0,003
0,016
0,003
0,004
0,044
0,004
0,005
0,006
0,006
0,006
0,007
0,008
0,010
0,010 1,008
0,013
0,004
18
0,024
0,037
0,119
0,023
0,059
0,013
0,051
0,137
0,120
0,146
0,078
0,058
0,056
0,123
0,145
0,065 0,152
1,073
0,239
19
0,001
0,003
0,004
0,007
0,004
0,002
0,019
0,007
0,008
0,013
0,011
0,010
0,009
0,014
0,013
0,004 0,015
0,025
1,007
20
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,001
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,001
0,001
0,000 0,000
0,000
0,000
21
0,002
0,008
0,020
0,007
0,007
0,024
0,037
0,025
0,026
0,026
0,065
0,037
0,027
0,043
0,053
0,023 0,031
0,026
0,012
22
0,006
0,010
0,028
0,009
0,012
0,007
0,021
0,049
0,048
0,025
0,063
0,056
0,026
0,067
0,100
0,017 0,037
0,028
0,017
23
0,001
0,003
0,005
0,002
0,003
0,002
0,005
0,007
0,009
0,008
0,013
0,012
0,011
0,014
0,023
0,006 0,013
0,031
0,009
24
0,004
0,007
0,014
0,010
0,014
0,008
0,019
0,022
0,039
0,037
0,042
0,039
0,027
0,047
0,070
0,020 0,050
0,065
0,018
25
0,003
0,007
0,013
0,011
0,007
0,022
0,024
0,017
0,021
0,022
0,041
0,023
0,018
0,031
0,042
0,035 0,052
0,088
0,023
26
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,001
0,000
0,000
0,000
0,000
0,001
0,000
0,000
0,000
0,001
0,001 0,001
0,001
0,000
27
0,004
0,051
0,010
0,112
0,010
0,010
0,012
0,013
0,014
0,029
0,023
0,013
0,008
0,015
0,016
0,012 0,028
0,024
0,010
1,196
1,484
1,984
1,362
1,419
1,303
1,481
2,093
2,457
2,015
2,267
2,191
1,790
2,678
2,426
2,223 2,426
1,760
1,946
KBLTL
Sumber : Tabel Input-Output Indonesia 2003, Klasifikasi 27 sektor (diolah).
16
Lanjutan Lampiran 9 20
21
22
23
24
25
26
27
KDLTL
0,009
0,008
0,039
0,004
0,002
0,006
0,012
0,029
1,772
0,017
0,015
0,027
0,005
0,005
0,008
0,012
0,022
1,924
0,006
0,007
0,022
0,002
0,002
0,005
0,015
0,018
1,597
0,006
0,002
0,003
0,001
0,001
0,002
0,002
0,004
1,321
0,001
0,001
0,006
0,001
0,000
0,002
0,002
0,003
1,127
0,110
0,047
0,055
0,015
0,010
0,018
0,033
0,030
3,236
0,004
0,001
0,001
0,001
0,000
0,001
0,002
0,002
1,088
0,026
0,020
0,134
0,011
0,006
0,014
0,026
0,058
2,274
0,031
0,022
0,021
0,009
0,003
0,015
0,017
0,047
2,028
0,006
0,002
0,003
0,001
0,000
0,002
0,003
0,002
1,268
0,025
0,015
0,018
0,017
0,029
0,021
0,033
0,063
1,685
0,229
0,246
0,276
0,036
0,024
0,060
0,114
0,106
5,104
0,019
0,002
0,004
0,003
0,001
0,004
0,007
0,005
1,235
0,074
0,023
0,036
0,013
0,005
0,022
0,039
0,026
2,388
0,201
0,118
0,171
0,013
0,009
0,040
0,054
0,038
2,480
0,030
0,016
0,020
0,016
0,011
0,012
0,023
0,022
1,660
0,118
0,011
0,029
0,026
0,007
0,030
0,043
0,035
1,466
0,089
0,173
0,161
0,031
0,033
0,055
0,106
0,084
3,450
0,021
0,025
0,035
0,008
0,008
0,015
0,089
0,026
1,402
1,001
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,001
0,000
1,010
0,033
1,047
0,025
0,009
0,014
0,015
0,029
0,024
1,694
0,060
0,084
1,149
0,028
0,013
0,022
0,053
0,039
2,075
0,028
0,017
0,034
1,068
0,025
0,019
0,015
0,012
1,397
0,072
0,082
0,065
0,048
1,154
0,089
0,040
0,027
2,129
0,058
0,057
0,075
0,044
0,068
1,036
0,031
0,034
1,903
0,011
0,003
0,001
0,001
0,003
0,006
1,000
0,001
1,033
0,118
0,072
0,040
0,052
0,027
0,156
0,018
1,199
2,097
2,405
2,116
2,450
1,463
1,461
1,675
1,819
1,957
51,845
Sumber : Tabel Input-Output Indonesia 2003, Klasifikasi 27 sektor (diolah).
Lampiran 10. Matriks Kebalikan Leontif Tertutup Klasifikasi 27 Sektor Sektor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
1
1,070
0,056
0,125
0,033
0,040
0,014
0,044
0,273
0,047
0,039
0,053
0,034
0,037
0,037
0,041
0,024
0,045
0,036
0,122
2
0,023
1,081
0,041
0,054
0,072
0,007
0,019
0,110
0,086
0,030
0,128
0,065
0,018
0,028
0,025
0,015
0,025
0,019
0,033
3
0,027
0,041
1,197
0,018
0,018
0,008
0,024
0,047
0,030
0,021
0,030
0,018
0,019
0,020
0,023
0,013
0,024
0,021
0,142
4
0,001
0,002
0,002
1,007
0,002
0,001
0,004
0,002
0,018
0,171
0,022
0,008
0,002
0,004
0,005
0,002
0,020
0,003
0,002
5
0,007
0,012
0,017
0,009
1,040
0,004
0,012
0,039
0,012
0,010
0,011
0,009
0,009
0,010
0,011
0,007
0,012
0,010
0,028
6
0,013
0,030
0,021
0,016
0,017
1,115
0,030
0,028
0,049
0,037
0,050
0,214
0,259
0,189
0,065
0,544
0,087
0,037
0,022
7
0,000
0,001
0,001
0,001
0,001
0,000
1,005
0,001
0,001
0,001
0,001
0,002
0,023
0,002
0,001
0,001
0,029
0,001
0,001
8
0,057
0,100
0,329
0,072
0,107
0,031
0,098
1,236
0,115
0,094
0,129
0,077
0,077
0,083
0,093
0,054
0,099
0,081
0,240
9
0,015
0,027
0,026
0,021
0,019
0,010
0,027
0,023
1,555
0,032
0,029
0,039
0,022
0,031
0,056
0,018
0,033
0,038
0,027
10
0,002
0,003
0,003
0,002
0,002
0,001
0,005
0,004
0,004
1,153
0,003
0,004
0,003
0,005
0,008
0,002
0,036
0,005
0,003
11
0,006
0,011
0,013
0,011
0,008
0,004
0,011
0,018
0,017
0,015
1,258
0,016
0,012
0,013
0,018
0,009
0,016
0,033
0,014
12
0,067
0,160
0,086
0,065
0,081
0,053
0,147
0,108
0,212
0,153
0,224
1,452
0,159
0,426
0,243
0,178
0,252
0,143
0,085
13
0,001
0,002
0,002
0,002
0,002
0,001
0,005
0,002
0,003
0,005
0,012
0,003
1,029
0,019
0,008
0,002
0,080
0,003
0,002
14
0,006
0,014
0,011
0,016
0,011
0,012
0,024
0,013
0,022
0,027
0,025
0,022
0,016
1,374
0,140
0,017
0,296
0,025
0,012
15
0,025
0,044
0,047
0,039
0,049
0,033
0,056
0,045
0,051
0,051
0,051
0,051
0,045
0,098
1,292
0,068
0,083
0,086
0,049
16
0,008
0,014
0,015
0,011
0,010
0,006
0,015
0,016
0,039
0,026
0,032
0,029
0,033
0,057
0,044
1,166
0,028
0,033
0,017
17
0,002
0,010
0,005
0,015
0,004
0,005
0,037
0,005
0,006
0,007
0,007
0,007
0,007
0,008
0,010
0,010
1,008
0,012
0,005
18
0,051
0,079
0,144
0,056
0,084
0,029
0,090
0,159
0,145
0,166
0,107
0,085
0,086
0,145
0,164
0,086
0,175
1,100
0,245
19
0,020
0,036
0,036
0,030
0,026
0,012
0,049
0,032
0,038
0,038
0,037
0,032
0,033
0,038
0,039
0,022
0,046
0,047
1,036
20
0,000
0,001
0,001
0,001
0,001
0,000
0,001
0,001
0,001
0,001
0,001
0,001
0,001
0,001
0,002
0,001
0,001
0,001
0,001
21
0,010
0,021
0,030
0,016
0,015
0,026
0,043
0,033
0,034
0,033
0,067
0,042
0,034
0,048
0,057
0,028
0,038
0,032
0,022
22
0,019
0,031
0,045
0,025
0,026
0,014
0,040
0,062
0,061
0,040
0,073
0,065
0,040
0,076
0,104
0,028
0,052
0,042
0,035
23
0,006
0,011
0,012
0,008
0,008
0,005
0,012
0,013
0,015
0,013
0,018
0,016
0,016
0,018
0,026
0,010
0,019
0,033
0,015
24
0,015
0,025
0,030
0,023
0,025
0,013
0,034
0,033
0,049
0,047
0,051
0,047
0,038
0,054
0,074
0,028
0,059
0,068
0,032
25
0,018
0,031
0,035
0,028
0,023
0,029
0,044
0,034
0,040
0,038
0,055
0,037
0,034
0,045
0,055
0,045
0,067
0,095
0,041
26
0,000
0,001
0,001
0,001
0,001
0,001
0,001
0,001
0,001
0,001
0,001
0,001
0,001
0,001
0,001
0,001
0,001
0,001
0,001
27
0,026
0,076
0,045
0,119
0,034
0,021
0,048
0,039
0,046
0,053
0,049
0,037
0,036
0,042
0,045
0,031
0,060
0,048
0,044
KBLTL
1,496
1,918
2,319
1,698
1,724
1,455
1,926
2,378
2,697
2,301
2,525
2,414
2,089
2,872
2,649
2,411
2,691
2,053
2,277
Sumber : Tabel Input-Output Indonesia 2003, Klasifikasi 27 sektor (diolah).
Lanjutan Lampiran 10 20
21
22
23
24
25
26
27
KDLTL
0,052
0,039
0,066
0,031
0,034
0,032
0,072
0,073
2,571
0,027
0,023
0,033
0,013
0,015
0,015
0,030
0,033
2,069
0,028
0,022
0,035
0,016
0,018
0,017
0,042
0,040
1,961
0,006
0,003
0,003
0,002
0,002
0,002
0,004
0,004
1,303
0,014
0,010
0,014
0,008
0,009
0,009
0,019
0,017
1,367
0,098
0,046
0,053
0,020
0,018
0,022
0,040
0,037
3,159
0,004
0,001
0,002
0,001
0,001
0,001
0,002
0,002
1,086
0,120
0,089
0,193
0,070
0,076
0,071
0,159
0,159
4,108
0,048
0,035
0,035
0,022
0,021
0,026
0,047
0,061
2,343
0,007
0,003
0,004
0,003
0,002
0,003
0,005
0,005
1,279
0,027
0,017
0,020
0,019
0,029
0,021
0,033
0,054
1,724
0,234
0,249
0,277
0,066
0,063
0,084
0,159
0,144
5,568
0,016
0,003
0,004
0,003
0,002
0,004
0,006
0,005
1,228
0,061
0,023
0,033
0,015
0,010
0,022
0,036
0,027
2,309
0,203
0,130
0,179
0,036
0,037
0,059
0,094
0,076
3,081
0,035
0,021
0,024
0,021
0,017
0,017
0,032
0,029
1,795
0,100
0,011
0,027
0,023
0,007
0,028
0,032
0,029
1,428
0,123
0,189
0,180
0,060
0,067
0,079
0,147
0,125
4,167
0,053
0,048
0,058
0,029
0,033
0,035
0,111
0,063
2,078
1,002
0,001
0,001
0,001
0,001
0,001
0,002
0,001
1,026
0,041
1,051
0,032
0,017
0,023
0,021
0,041
0,035
1,891
0,073
0,091
1,151
0,040
0,030
0,034
0,072
0,059
2,429
0,032
0,020
0,036
1,064
0,027
0,022
0,023
0,019
1,517
0,077
0,084
0,070
0,053
1,142
0,090
0,056
0,045
2,363
0,073
0,068
0,085
0,055
0,076
1,047
0,060
0,058
2,314
0,010
0,003
0,002
0,001
0,003
0,006
1,001
0,001
1,044
0,135
0,090
0,065
0,069
0,051
0,160
0,072
1,193
2,733
2,698
2,373
2,684
1,759
1,813
1,928
2,398
2,394
59,940
Sumber : Tabel Input-Output Indonesia 2003, Klasifikasi 27 sektor (diolah).