ANALISIS SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN PADA PEREKONOMIAN KABUPATEN CIREBON (PERIODE 2005-2010)
OLEH : AYU SRI UTAMI HENDRIYANI H14080082
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
RINGKASAN AYU SRI UTAMI HENDRIYANI. Analisis Sektor-sektor Unggulan Pada Perekonomian Kabupaten Cirebon Periode 2005-2010 (dibimbing oleh MUHAMMAD FINDI ALEXANDI).
Pertumbuhan ekonomi adalah salahsatu indikator keberhasilan pembangunan. Pada dasarnya pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, memperluas lapangan pekerjaan, meningkatkan hubungan ekonomi antar daerah/wilayah dan mengupayakan terjadinya pergeseran kegiatan ekonomi yang semula dari sektor primer kepada sektor sekunder serta sektor tersier. Selain itu salahsatu indikator dari pertumbuhan suatu wilayah tertentu dapat pula dilihat dari segi perubahan Produk Domestik Bruto Regional (PDRB). PDRB tersebut terbagi berdasarkan lapangan usahanya yaitu menjadi sembilan sektor ekonomi. Sektor-sektor ekonomi di Indonesia sangat beranekaragam. Menurut Badan Pusat Statistik, sektor ekonomi tersebut terbagi menjadi sembilan sektor yaitu : 1) pertanian; 2) pertambangan dan penggalian; 3) industri pengolahan; 4) listrik,gas,dan air bersih; 5) konstruksi/bangunan; 6) perdagangan, hotel dan restoran; 7) pengangkutan dan komunikasi; 8) keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; 9) jasa-jasa. Sektor-sektor ekonomi ini, yang nantinya akan mendukung proses pembangunan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang diharapkan. Pergerakan ekonomi suatu daerah sangat dipengaruhi oleh sembilan sektor yang telah dibahas diatas. Berbagai sektor-sektor ekonomi saling berkaitan antara satu sama lain guna memajukan pertumbuhan ekonomi pada suatu wilayah tertentu. Perlu adanya dukungan yang besar dari pemerintah dan pihak terkait juga dilakukannya upaya memprioritaskan sektor-sektor yang termasuk kepada sektor unggulan di suatu wilayah tersebut. Penelitian ini menganalisis sektor-sektor ekonomi di Kabupaten Cirebon yang termasuk sektor unggulan dalam periode 2005-2010. Data yang digunakan yaitu PDRB Provinsi Jawa Barat tahun 2005-2010 dan PDRB Kabupaten Cirebon dalam periode 2005-2010 atas dasar harga konstan tahun 2000.Metode analisis penelitian ini menggunakan metode Location Quotient (LQ) dan metode analisis Shift Share (SS) dan alat analisis yang digunakan adalah Microsoft Excel 2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil analisis metode LQ, sektor-sektor perekonomian Kabupaten Cirebon yang termasuk kedalam sektor unggulan adalah sektor pertanian, sektor bangunan/konstruksi, sektor jasajasa, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor perdagangan hotel dan restoran. Sedangkan berdasarkan analisis Shift Share, sektor unggulan yang mengalami pertumbuhan yang cepat yaitu terdapat pada sektor bangunan/konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sedangkan sektor yang memiliki dayasaing yang baik yaitu sektor jasa-jasa. Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, maka kebijakan yang bisa diambil oleh pemerintah Kabupaten Cirebon sebagai bahan pertimbangan adalah
meningkatkan sektor jasa-jasa yang memiliki daya saing yang baik juga pertumbuhan yang progressive. Pemerintah Kabupaten Cirebon pun dalam memajukan sektor jasa-jasa khususnya jasa hiburan dan rekreasi yaitu dengan cara mengadakan pameran dan peta wisata. Hal lain yang dapat dijadikan pertimbangan Pemerintah Kabupaten Cirebon yaitu memberikan anggaran kepada sektor yang tepat yaitu sektor jasa-jasa agar sektor-sektor tersebut dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Cirebon.
ANALISIS SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN PADA PEREKONOMIAN KABUPATEN CIREBON (PERIODE 2005-2010)
Oleh: AYU SRI UTAMI HENDRIYANI H14080082
Skripsi Sebagai salahsatu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
Judul Skripsi
:
Analisis Sektor-sektor Unggulan Pada Perekonomian Kabupaten Cirebon Periode 2005-2010
Nama
:
Ayu Sri Utami Hendriyani
NRP
:
H14080082
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Muhammad Findi A, M.E. NIP. 19730124 200710 1 001
Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi
Dedi Budiman Hakim, Ph.D. NIP. 19641022 198903 1 003
Tanggal Kelulusan :
PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA TULIS ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Juli 2012
Ayu Sri Utami.H H14080082
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Ayu Sri Utami Hendriyani lahir pada tanggal 26 Maret 1990 di Tasikmalaya. Kota kecil yang berada di Provinsi Jawa Barat. Ayu adalah anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Maman Somantri dan Dra.Arief Puspiaviani. Jenjang pendidikan yang dilaluinya tanpa hambatan, yaitu menamatkan pendidikan di Taman Kanak-kanak Sejahtera Tasikmalaya pada tahun 1996. Pendidikan dasar diselesaikan di SD Negeri Padjajaran di Kota Tasikmalaya pada tahun 2002, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri
2
Tasikmalaya dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun yang sama, penulis diterima di SMA Negeri 3 Cirebon dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2008 pendidikannya dilanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi dan diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Institut Pertanian Bogor (IPB) menjadi pilihan penulis dengan harapan besar agar selain memperoleh ilmu pengetahuan juga dapat mengembangkan pola pikir sehingga menjadi sumber daya yang lebih baik. Pada tahun pertama di IPB dilalui sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB). Kemudian pada tahun yang sama dengan sistem mayor minor, diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM). Selama menjadi mahasiwa, penulis aktif dalam kegiatan mahasiswa, yaitu anggota Ikatan Keluarga Mahasiswa Cirebon Cabang Institut Pertanian Bogor periode 2008-2012.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Sektor-sektor Unggulan Pada Perekonomian Kabupaten Cirebon (Periode 2005-2010)”. Penulisan skripsi ini merupakan salahsatu syarat untuk melakukan penelitian pada Program Sarjana, Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Kedua orangtua penulis Maman Somantri dan Dra. Arif Puspiaviani atas kasih sayang, doa, dukungan dan motivasi yang sangat besar bagi penulis. 2. Bapak Dr.Muhammad Findi A, M.E. yang telah banyak membantu dalam membimbing penulis baik secara teknis maupun teoritis dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat terselesaikan. 3. Ibu Dr. Yeti Lis Purnamadewi selaku dosen penguji utama dan Ibu Widyastutik,M.Si. selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah banyak memberikan saran juga masukan yang sangat bermanfaat bagi skripsi ini. 4. Bapak Dedi Budiman Hakim, Ph.D. sebagai ketua Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. 5. Papah Hendar Ismail dan Mamah Ineu yang selama ini menguatkan, memberi dukungan besar serta doa-doa yang selalu dipanjatkan bagi penulis. 6. M.Ichwan Syawal, atas doa, dukungan, semangat dan motivasi yang selalu diberikan kepada penulis setiap harinya. 7. Seluruh staff TU Departemen Ilmu Ekonomi, FEM IPB atas bantuannya demi kelancaran seminar dan sidang skripsi ini. 8. Staf Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Cirebon, Staff BAPEDDA Kabupaten Cirebon, Staf Dinas Tenagakerja, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas Pertanian, Dinas Binamarga, Dinas Kelautan, Kabupaten Cirebon dan dinas-dinas terkait lainnya serta Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Cirebon.
9. Sahabat-sahabat yang luar biasa Amel, Syike (Sugistiawati, Agronomi Holtikultura angkatan 45), Okty, Ule, dan Uni atas kebersamaan, bantuan, doa, serta dorongan motivasi yang sangat besar bagi penulis. 10. Sahabat-sahabat kostan Putri Bunda : Dina, Mephy, Wengki, Mutia, Ida, Fanny, Denissa juga Dea atas kebersamaan, kenangan indah, dukungan, doa juga bantuannya selama ini. 11. Ka Sri Retno (IE 44), Kak Firman Bayusetio, dan Wiriawan atas masukan, dukungan yang besar serta bantuannya. 12. Teman-teman Ilmu Ekonomi 45, Lisa (IE 45), Arifah (Agribisnis 45), Teman-teman satu bimbingan (Iwa, Andika, Nindi, Uni), teman-teman IKC (Ikatan Keluarga Cirebon), serta teman-teman A17 kebersamaan selama di IPB serta orang-orang lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Bogor, Juli 2012
Ayu Sri Utami.H H14080082
i
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ............................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
vi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
vii
I.
PENDAHULUAN .....................................................................................
1
1.1.
Latar Belakang ................................................................................
1
1.2.
Perumusan Masalah ........................................................................
6
1.3.
Tujuan Penelitian ............................................................................
7
1.4.
Kegunaan Penelitian .......................................................................
8
1.5.
Ruang Lingkup Penelitian...............................................................
8
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................
10
2.1.
Konsep Pembangunan Ekonomi .....................................................
10
2.2.
Konsep Pertumbuhan Ekonomi.......................................................
11
2.3. Teori Ekonomi Basis .......................................................................
15
2.4. Konsep Sektor Unggulan (Basis) ....................................................
18
2.5. Metode Analisis Sektor Unggulan ...................................................
19
2.5.1. Metode Analisis LQ (Location Quotient) ............................
19
2.5.2. Metode Analisis SS (Shift Share) .......................................
20
2.6. Penelitian Terdahulu ........................................................................
22
2.7. Kerangka pemikiran ........................................................................
26
III. METODE PENELITIAN ..........................................................................
29
3.1.
Jenis dan Sumber Data ....................................................................
29
3.2.
Metode Analisis .............................................................................
29
3.2.1. Analisis LQ (Location Quotient) .........................................
30
3.2.2. Metode Analisis SS (Shift Share) ........................................
31
3.2.3. Definisi Operasional ............................................................
38
3.2.3.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)............
38
3.2.3.2. Manfaat PDRB.......................................................
39
3.3. Tahun Dasar dan Tahun Akhir Analisis ..........................................
41
ii
IV. GAMBARAN UMUM .............................................................................
42
4.1.
Kondisi Wilayah Kabupaten Cirebon ............................................
42
4.2.
Kependudukan ...............................................................................
43
4.3.
Ketenagakerjaan .............................................................................
44
4.4.
Pendidikan ......................................................................................
45
4.5.
Kesehatan .......................................................................................
46
4.6.
Keadaan Perekonomian Daerah .....................................................
48
4.7.
Perkembangan Ekonomi Sektoral ..................................................
50
4.7.1. Sektor Pertanian ...................................................................
50
4.7.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian .................................
52
4.7.3. Sektor Industri pengolahan ..................................................
53
4.7.4. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih ......................................
53
4.7.5. Sektor Konstruksi ................................................................
56
4.7.6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ............................
56
4.7.7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ................................
57
4.7.8. Sektor Keuangan, Persewaan, dan Komunikasi ..................
59
4.7.9. Sektor Jasa-jasa ...................................................................
59
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................
61
5.1.
Sektor-sektor Unggulan Kabupaten Cirebon Periode 2005-2010 Berdasarkan Pendekatan Location Quotient (LQ) ..........................
5.2.
61
PDRB (Produk Domestik Regional Bruto), Pertumbuhan Wilayah dan Sektor -sektor Unggulan Kabupaten Cirebon ..........................
69
5.2.1. Pertumbuhan Total PDRB Kabupaten Cirebon dan Provinsi Jawa Barat............................................................................
69
5.2.2. Rasio PDRB Total dan Sektoral Kabupaten Cirebon dan Provinsi Jawa Barat Tahun 2005-2010 ................................
73
5.2.3. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah Kabupaten Cirebon Tahun 2005-2010 ...................................................
75
5.2.4. Pertumbuhan dan Dayasaing Sektor-sektor Unggulan ........
80
iii
5.2.5. Pergeseran Bersih Sektor-sektor Unggulan Perekonomian
5.3.
Kabupaten Cirebon ..............................................................
83
Kebijakan Pemerintah di Kabupaten Cirebon ................................
85
5.3.1. Kebijakan Pemerintah di Kabupaten Cirebon Tahun 2005 sampai dengan 2010 ...........................................................
85
5.3.2. Rumusan Kebijakan Pemerintah kabupaten Cirebon dari Hasil Penelitian .............................................................................
90
VI. PENUTUP ................................................................................................
92
6.1. Kesimpulan ........................................................................................
92
6.2. Saran ..................................................................................................
93
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
95
LAMPIRAN .....................................................................................................
97
iv
DAFTAR TABEL Halaman
Nomor 1.1.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Cirebon Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usahanya 2005-2010 (Juta Rupiah) ........................................................................................
1.2.
4
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usahanya 2005-2010 (Juta Rupiah) ........................................................................................
5
4.1.
Indikator Kependudukan Kabupaten Cirebon......................................
44
4.2.
Indikator Pendidikan kabupaten Cirebon .............................................
46
4.3.
Statistik Fasilitas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2005-2010 ...
47
4.4.
Pertumbuhan Perekonomian Kabupaten Cirebon pada Tahun 2005 Hingga 2010 ........................................................................................
49
4.5.
Statistik Luas Panen Padi di Kabupaten Cirebon Tahun 2005-2010 ...
51
4.6.
Produksi Udang di Kabupaten Cirebon Tahun 2005-2010 ..................
52
4.7.
Statistik Pelanggan Listrik di Kabupaten Cirebon ...............................
55
4.8.
Statistik Hotel di Kabupaten Cirebon Tahun 2010 ..............................
56
4.9.
Statistik Kondisi Jalan di Kabupaten Cirebon Tahun 2005-2010 ........
58
5.1.
Nilai LQ Sektor Perekonomian Kabupaten Cirebon Tahun 2005 sampai dengan 2010 .............................................................................
5.2.
Perubahan PDRB Kabupaten Cirebon Menurut Lapangan Usahanya Berdasarkan Harga Konstan 2000 Tahun 2005-2010 ..........................
5.3.
62
70
Perubahan PDRB Provinsi Jawa Barat Menurut Lapangan Usahanya Berdasarkan Harga Konstan 2000 Tahun 2005-2010 ..........................
72
5.4.
Rasio PDRB Kabupaten Cirebon dan Provinsi Jawa Barat .................
74
5.5.
Analisis Shift Share Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Cirebon Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Regional Tahun 2005-2010 ....
76
v
5.6.
Analisis Shift Share Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Cirebon Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Proporsional Tahun 2005-2010 ..............................................................................................................
5.7.
77
Analisis Shift Share Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Cirebon Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah Tahun 2005-2010 ............................................................................................
5.8.
Nilai Presentase PP (Pertumbuhan Proporsional) dan PPW (Pertumbuhan Pangsa Wilayah) di Kabupaten Cirebon .............................................
5.9.
81
Nilai Pergeseran Bersih (PB) Sektor-sektor Perekonomian di Kabupaten Cirebon Tahun 2005-2010 ...................................................................
5.10.
79
84
Perbandingan Pergeseran Bersih dan Dayasaing Sektor Ekonomi di Kabupaten Cirebon Tahun 2005-2010 .................................................
91
vi
DAFTAR GAMBAR Halaman
Nomor 2.1.
Model Analisis Shift Share ..................................................................
22
2.2.
Sistematika Kerangka Pemikiran .........................................................
28
3.1.
Profil Pertumbuhan Sektor-sektor Perekonomian................................
37
4.1.
Persentase Penduduk Sepuluh Tahun ke Atas Menurut Ijazah Tertinggi Yang Dimiliki ......................................................................................
46
4.2.
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Cirebon Tahun 2008 ............
48
4.3.
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Cirebon Tahun 2009 ............
49
4.4.
Statistik Produksi Padi (Ton) di Kabupaten Cirebon Tahun 2005 sampai dengan 2010 .........................................................................................
4.5.
Statistik Pelanggan Listrik di Kabupaten Cirebon Tahun 2005-2010 Menurut Golongan Pelanggan..............................................................
4.6.
51
54
Statistik Pelanggan Air Minum PDAM di Kabupaten Cirebon Tahun 2005-2010 ...........................................................................................
55
4.7.
Statistik Kondisi Jalan di Kabupaten Cirebon tahun 2010 ..................
57
5.1.
Profil Pertumbuhan Sektor-sektor Perekonomian Kabupaten Cirebon Periode 2005-2010 ...............................................................................
82
vii
DAFTAR LAMPIRAN Halaman
Nomor 1.
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Cirebon Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha tahun 2005-2010 (Juta Rupiah) ................................................................................................
2.
98
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jawa barat Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha tahun 2005-2010 (Juta Rupiah) .................................................................................................
3.
Perkembangan Realisasi Luas Panen Komoditas Padi di Kabupaten Cirebon Tahun 2005-2010 ...................................................................
4.
103
Perkembangan Tanaman Mangga (Pohon) Produksi (Ku) Tahun 20052010 ......................................................................................................
8.
102
Perkembangan Produksi (Ton) Umbi Basah Komoditas Bawang Tahun 2005-2010 ...........................................................................................
7.
101
Perkembangan Luas Panen Komoditas Bawang Merah (Ha) Tahun 2005-2010 ............................................................................................
6.
100
Perkembangan Realisasi Produksi (TON/GKG) Komoditas Padi di Kabupaten Cirebon Tahun 2005-2010 .................................................
5.
99
104
Perkembangan Tanaman Mangga (Pohon) Tanaman Yang Menghasilkan Tahun 2005-2010 .................................................................................
105
9.
Gambar Peta Wilayah Kabupaten Cirebon. .........................................
106
10.
Contoh Perhitungan Analisis Location Quotient (LQ) ........................
107
11.
Contoh Perhitungan Analisis Shift Share (SS) .....................................
108
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki kondisi geografi wilayah yang bermacam-macam sehingga struktur ekonomi tiap wilayah sangat beragam. Dalam hal ini pembangunan wilayah menjadi sangat penting perannya terhadap pembangunan nasional. Sebagaimana tertuang dalam GBHN (Garis-Garis Besar Haluan Negara) bahwa pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian terpenting dari pembangunan nasional yang bertujuan mencapai kesejahteraan rakyat yang berdasarkan pancasila. Perlu adanya usaha keras yang mendasar guna memperkokoh dan mencapai tujuan pembangunan nasional yang diharapkan. Pertumbuhan
ekonomi
adalah
salah
satu
indikator
keberhasilan
pembangunan. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi, maka semakin tinggi pula kesejahteraan
masyarakatnya
diluar
indikator
yang
lain.
Manfaat
dari
pertumbuhan ekonomi itu sendiri adalah untuk mengukur kemajuan ekonomi sebagai hasil pembangunan nasional maupun pembangunan daerahnya (Putong, 2003). Pertumbuhan ekonomi nasional yang baik dapat dilihat dari ketersediaan pembangunan wilayah atau daerah pada bidang produksi maupun infrastruktur yang lebih baik. Pembangunan
daerah
selalu
memprioritaskan
usaha-usaha
yang
mendukung guna membangun serta memperkuat sektor-sektor ekonomi di setiap wilayahnya. Menurut Badan Pusat Statistik, sektor ekonomi tersebut terbagi menjadi sembilan sektor yaitu : 1) pertanian; 2) pertambangan dan penggalian; 3)
2
industri pengolahan; 4) listrik,gas,dan air bersih; 5) konstruksi/bangunan; 6) perdagangan, hotel dan restoran; 7) pengangkutan dan komunikasi; 8) keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; 9) jasa-jasa. Sembilan sektor ekonomi tersebut terbagi menjadi sektor primer, sektor sekunder dan sektor tersier. Sektor primer meliputi : pertanian dan pertambangan, kemudian sektor sekunder meliputi : industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih,
dan
konstruksi/bangunan.
Sedangkan
sektor
tersier
meliputi
:
perdagangan, pengangkutan, keuangan, persewaan dan jasa-jasa. Pada dasarnya pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha untuk meningkatkan
pendapatan
masyarakat,
memperluas
lapangan
pekerjaan,
pemerataan pembagian pendapatan, meningkatkan hubungan ekonomi antar daerah atau wilayah dan mengupayakan terjadinya pergeseran kegiatan ekonomi yang semula dari sektor primer kepada sektor sekunder serta sektor tersier. Dalam hal laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah baik secara keseluruhan maupun per sektor dapat dilihat dari data PDRB suatu daerah yang disajikan atas harga konstan. Pergerakan ekonomi suatu daerah sangat dipengaruhi oleh sembilan sektor yang telah dibahas diatas. Berbagai sektor-sektor ekonomi saling berkaitan antara satu sama lain guna memajukan perekonomian pada suatu daerah tertentu. Adanya keanekaragaman kondisi geografi dan fisiknya pada suatu daerah menyebabkan perbedaan pada potensi antara satu daerah dengan daerah yang lain. Hal ini berkaitan erat dengan karakteristik masing-masing daerah. Sejak diberlakukannya otonomi daerah pada tahun 2001, seharusnya pemerintah daerah harus lebih leluasa untuk meningkatkan pembangunan wilayahnya agar tercapai pembangunan nasional yang nantinya akan memperkokoh dan meningkatkan
3
pertumbuhan ekonomi baik daerah maupun nasional. Pemerintah daerah serta masyarakatnya harus memiliki niat yang kuat, semangat serta usaha yang keras agar dapat meningkatkan pembangunan daerahnya yang berlandaskan pada aturan yang berlaku. Hal itulah yang terlihat dan seharusnya ditingkatkan di daerah Kabupaten Cirebon. Kabupaten Cirebon adalah daerah dimana terdapat banyak sumberdaya yang seharusnya dapat dioptimalkan sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. Selain itu, Kabupaten Cirebon pun terkenal akan pertaniannya beras, bawang merah, cabai merah dan mangga gedong gincu yang beberapa komoditi prospek pemasarannya hingga ekspor ke luar negeri. Kabupaten Cirebon juga terkenal akan sentra industri pengolahan rotannya dan lain sebagainya. Selain itu juga, daerah ini terkenal akan usaha udangnya. Dengan berbagai potensi yang mereka punya dan letak daerah yang juga strategis yaitu perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah, seharusnya sembilan sektor ekonomi yang dimiliki Kabupaten Cirebon dapat lebih ditingkatkan agar pertumbuhan ekonomi Kabupaten Cirebon pun dapat meningkat. Pada Tabel 1.1. PDRB Kabupaten Cirebon selalu meningkat dari tahun ke tahunnya, yaitu pada tahun 2005 atas harga konstan tahun 2000 adalah sebesar 6.343.779 juta rupiah, sedangkan pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi sebesar 8.130.325,07 juta rupiah. Hal tersebut memperlihatkan bahwa semakin baiknya kondisi perekonomian Kabupaten Cirebon.
4
Tabel 1.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Cirebon Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut lapangan Usahanya 2005-2010 (Juta Rupiah) Lapangan Usaha 1.Pertanian 2.Pertambangan/ Penggalian 3.Industri Pengolahan 4.Listrik, Gas dan Air Bersih 5.Bangunan/Konstru -ksi 6.Perdagangan,Hotel dan restoran 7.Pengangkutan dan Komunikasi 8.Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan 9.Jasa-jasa Total PDRB
2005 1.989.626
PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 2006 2007 2008 2009 *) 1.991.037 2.106.894 2.220.658 2.363.237
2010 **) 2.442.050,77
26.237
27.683
26.458
29.037
30.170
32.019,35
1.003.855
1.062.537
1.073.203
1.105.024
1.097.080
1.097.542,23
131.926
139.506
149.427
156.431
166.376
175.847,56
421.073
456.040
499.538
531.654
562.036
605.021,72
1.400.054
1.527.252
1.589.629
1.677.752
1.784.925
1.873.433,74
369.852
398.213
425.734
430.154
448.764
482.727,89
274.813
291.765
303.119
318.562
333.638
356.997,47
726.344
773.707
850.561
902.351
955.121
1.064.684,34
6.343.779
6.670.000
7.026.564
7.371.622
7.746.385
8.130.325,07
Sumber : BPS Kabupaten Cirebon, 2011
PDRB Jawa Barat pun selalu meningkat dari tahun ke tahunnya, yaitu pada tahun 2005 atas harga konstan tahun 2000 adalah sebesar 6.343.779 juta rupiah, sedangkan pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi sebesar 8.130.325,07 juta rupiah. Adapun Tabel PDRB Jawa Barat, dapat dilihat pada Tabel 1.2. Dengan Total PDRB Provinsi Jawa Barat terutama Kabupaten Cirebon yang terus meningkat dari tahun 2005 hingga 2010. Jika kita lihat dari segi PDRB tiap tahunnya terus meningkat dan harapannya Pemerintah Daerah meningkatkan perekonomian Kabupaten Cirebon per sektor atau per lapangan usahanya terutama dengan memprioritaskan sektor yang termasuk ke dalam sektor basis (unggulan).
5
Tabel 1.2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Barat Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut lapangan Usahanya 2005-2010 (Juta Rupiah) Lapangan Usaha
PDRB Jawa Barat Atas Dasar Harga Konstan 2000 2005
2006
2007
2008
2009 *)
2010 **)
34942015.45
34822021.09
35687490.42
36505378.31
41250967.21
42137000
2.Pertambangan/ Penggalian
7143208.64
6982246.74
6676681.59
6850432.92
7424423.87
7465000
3.Industri Pengolahan 4.Listrik, Gas dan Air Bersih 5.Bangunan/Konstruksi 6.Perdagangan,Hot-el dan restoran 7.Pengangkutan dan Komunika si 8.Keuangan, Persewaan dan jasaPerusahaan 9.Jasa-jasa
105334047.2
114299625.7
122702671.3
133756556.4
131432864.6
135247000
5649829.62
5427579.55
5750578.63
6025769.41
7039234.75
7316.000
7780823.72
8232950.09
8928178.08
9730820.28
10299411.23
11810000
47259969.72
50719350.06
54789912.15
56937922.74
62701714.12
70083000
10329164.21
11143253.97
12271024.9
12233939.92
13191977.79
15353000
7623682.08
7672322.47
8645553.06
9075519.51
9618612.27
10565000
16821141.16
18200096.05
18728217.67
19063681.58
19670444.46
21900000
Total PDRB
242883881.74
257499445.75
274180307.83
290180021.06
302629550.34
321876000
1.Pertanian
Sumber : BPS Kabupaten Cirebon, 2011 Keterangan : *) Angka perbaikan **) Angka Sementara
Hal untuk memprioritaskan sektor unggulan sangat penting dilakukan untuk pelaksanaan pembangunan yang efisien. Kontribusi setiap sektor terhadap perekonomian wilayah dapat diperkirakan melalui serangkaian teori yang secara umum dikenal sebagai teori pembangunan wilayah. Selain itu teori yang
6
digunakan dalam penelitian ini adalah teori basis ekonomi yaitu teori LQ dan analisis Shift Share. 1.2. Perumusan Masalah Sektor ekonomi yang sangat beragam di Kabupaten Cirebon, merupakan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang cukup besar peranannya dalam pembangunan daerah Kabupaten Cirebon. Peran dan fungsi setiap sektornya terus meningkat seiring peningkatan laju pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. Di Kabupaten Cirebon itu sendiri memiliki potensi yang beraneka ragam. Dari mulai sektor pertaniannya yaitu beras, bawang merah, cabai merah dan mangga gedong gincu. Kabupaten Cirebon pun terkenal akan usaha udangnya dan industri rotannya. Kabupaten Cirebon terkenal sebagai sentra industri rotan yang sangat berpotensi. Berbagai sektor masih tercampur aduk antara satu dengan yang lainnya. Dimungkinkan ada sektor-sektor ekonomi lainnya yang lebih unggul dan berpotensi dalam meningkatkan perekonomian selain hal-hal diatas. Perlu adanya spesifikasi antara sektor ekonomi yang
termasuk ke dalam sektor unggulan
(basis) dan nonunggulan (nonbasis). Jika dilihat dari PDRB dari tahun ke tahunnya semua sektor ekonomi sangat berpengaruh terhadap kemajuan tersebut dan harapannya Pemerintah Daerah Kabupaten Cirebon memajukan sektor-sektor ekonomi tersebut. Tetapi, jika kita melihat dari segi APBD (Anggaran Perencanaan Belanja Daerah) Pemerintah tidak mungkin memajukan semua sektor ekonomi yang ada dengan keterbatasan anggaran yang ada pada APBD Kabupaten Cirebon. Maka dari itu perlu adanya kebijakan untuk memprioritaskan sektor ekonomi yang termasuk ke
7
dalam sektor ekonomi unggulan yang harapannya akan meningkatkan pula sektor ekonomi nonunggulan lainnya. Hal ini yang menyebabkan betapa pentingnya menspesifikasikan dan memprioritaskan sektor unggulan di Kabupaten Cirebon sehingga pertumbuhan ekonomi Kabupaten Cirebon yang diharapkan dapat tercapai. Selain itu untuk meningkatkan kemampuan potensi sektor-sektor unggulan kita juga berfokus pada dayasaing dan pertumbuhan sektor unggulan. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan suatu perhitungan dan analisis potensi dan dayasaing sektor unggulan dalam perekonomian Kabupaten Cirebon periode 2005-2010. Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Sektor ekonomi apa sajakah yang termasuk sektor unggulan dan nonunggulan di Kabupaten Cirebon periode 2005-2010 ? 2. Bagaimana pertumbuhan dan dayasaing sektor unggulan di Kabupaten Cirebon periode 2005-2010 ? 3. Bagaimana kebijakan pemerintah Kabupaten Cirebon dalam memioritaskan dan meningkatkan sektor-sektor unggulan tersebut ? 1.3. Tujuan Penelitian Secara umum, tujuan dilakukannya penelitian ini didasarkan pada latar belakang dan perumusan masalah, yaitu : 1. Mengidentifikasi sektor ekonomi apa saja yang termasuk sektor unggulan dan nonunggulan di Kabupaten Cirebon periode 2005-2010. 2. Menganalisis pertumbuhan dan dayasaing sektor unggulan di Kabupaten Cirebon periode 2005-2010.
8
3. Menganalisis dan merumuskan kebijakan pemerintah Kabupaten Cirebon dalam memprioritaskan dan meningkatkan sektor-sektor unggulan tersebut. 1.4. Kegunaan Penelitian Pengkajian dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan banyak manfaat pada semua pihak. Baik bagi Pemerintah Kabupaten Cirebon, pembaca maupun bagi penulis. Harapannya bagi Pemerintah Kabupaten Cirebon dapat dijadikan pertimbangan dan bahan evaluasi dalam meningkatkan sektor-sektor unggulan perekonomian Kabupaten Cirebon. Bagi pembaca diharapkan bisa sebagai masukan dan sumber informasi. Sedangkan bagi penulis diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan
daya
analisis
suatu
permasalahan
dan
mengimplementasikan ilmu-ilmu yang diperoleh ketika masa perkuliahan. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mengenai kontribusi sektor-sektor unggulan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Cirebon periode 2005-2010 menggunakan pendekatan analisis LQ (Location Quotient) dan analisis SS (Shift Share). Lingkup analisis lebih tertuju dan berfokus pada kontribusi sektor-sektor unggulan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Cirebon pada periode 20052010. Penggunaan analisis Location Quotient dimaksudkan untuh melihat sektorsektor ekonomi mana sajakah yang termasuk kedalam sektor unggulan di Kabupaten Cirebon, Sedangkan analisis Shift Share dimaksudkan untuk melihat gambaran pertumbuhan dan dayasaing sektor-sektor unggulan di Kabupaten Cirebon. Penulis menggunakan periode 2005-2010 karena dilihat dari LPE (Laju Pertumbuhan Ekonomi) Kabupaten Cirebon menunjukkan bahwa pada periode
9
tersebut laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Cirebon terus meningkat dan lebih baik daripada tahun-tahun sebelumnya. Sehingga penulis bermaksud saat laju pertumbuhan ekonominya terus meningkat sektor ekonomi mana sajakah yang tergolong kedalam sektor ekonomi unggulan yang nantinya perlu lebih dikembangkan agar dapat lebih meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Cirebon.
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Sukirno,1985). Pembangunan ekonomi dapat pula diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf kehidupan masyarakatnya. Pembangunan ini merupakan permasalahan-permasalahan negara yang saling berkaitan dan berpengaruh antara satu dengan yang lainnya. Maka dari itu perlu adanya pemecahan masalah dengan pendekatan multidisiplin (Sukirno, 1985). Pendekatan multidisiplin ini merupakan bauran berbagai disiplin ilmu lain, baik dari geografi, ekonomi, sosial, maupun politik (Rustiadi,et al., 2007). Menurut Arsyad (1999), pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses pemerintah daerah dan masyarakatnya secara bersama-sama mengelola sumberdaya yang ada dan membentuk suatu hubungan kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang pertumbuhan ekonomi. Sedangkan menurut Scumpeter, pembangunan adalah perubahan yang spontan juga terputus-putus, gangguan terhadap
keseimbangan
yang
selalu
mengubah
keadaan
keseimbangan
sebelumnya. Perubahan ini atas inisiatif perekonomian sendiri dan muncul berdasar cakrawala perdagangan dan industri (Jhingan, 2004).
11
2.2. Konsep Pertumbuhan Ekonomi Menurut Schumpeter, pertumbuhan ekonomi adalah penambahan alami dari tingkat pertambahan penduduk dan tingkat tabungan. Sedangkan, menurut Putong (2003) pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan pendapatan nasional secara berarti (dengan meningkatnya pendapatan perkapita) dalam suatu periode perhitungan tertentu. Jika kita membicarakan pertumbuhan ekonomi, pasti berbeda dengan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin tinggi pula kesejahteraan masyarakatnya diluar indikator yang lain. Manfaat dari pertumbuhan ekonomi itu sendiri adalah untuk mengukur kemajuan ekonomi sebagai hasil pembangunan nasional maupun pembangunan daerahnya (Putong, 2003). Menurut
Tarigan
(2005),
pertumbuhan
ekonomi
wilayah
adalah
pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi di suatu wilayah yang digambarkan oleh kenaikan seluruh nilai tambah yang terjadi di wilayah tersebut. Hal ini juga yang nantinya akan menggambarkan kemakmuran daerah tersebut. Kemakmuran suatu wilayah ditentukan pula dengan seberapa besar bagian pendapatan yang mengalir ke luar wilayah atau mendapat aliran dana dari luar wilayah. Setiap negara akan selalu menargetkan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada setiap daerahnya, karena hal itu menggambarkan kemakmuran di daerah tersebut (Tarigan, 2005). W.W Rostow dalam Adisasmita (2008) mengemukakan suatu teori yang membagi pertumbuhan ekonomi dalam beberapa tahapan, yaitu masyarakat
12
tradisional (the traditional society), prasyarat untuk lepas landas (the precondition for take off), lepas landas (the take off), gerakan kearah kedewasaan (the drive to maturity) dan massa konsumsi tinggi (the age of high mass consumption). Penjelasan pertumbuhan Rostow ini dijelaskan dalam Arsyad (1999), yaitu sebagai berikut : a. Masyarakat Tradisional (The Traditional Society) Masyarakat tradisional adalah masyarakat yang perekonomiannya masih bertumpu pada sektor pertanian dan memiliki fungsi produksi yang terbatas dan relatif primitif yang kehidupannya sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang turun-menurun dan cenderung kurang rasional. b. Tahap Prasyarat Lepas Landas (The Precondition For Take Off) Dalam kondisi ini, merupakan transisi untuk mencapai pertumbuhan yang mempunyai kekuatan untuk berkembang. Segala sesuatunya dipersiapkan untuk mencapai pertumbuhan dengan kekuatan sendiri termasuk ilmu pengetahuan yang akan menghasilkan penemuan baru. c. Tahap Lepas Landas (The Take Off) Berlakunya perubahan yang sangat besar dalam masyarakat misalnya tercipta kemajuan yang pesat dalam inovasi, revolusi politik dan sebagainya. d. Tahap Menuju Kedewasaan (The Drive To Maturity) Dalam kondisi ini masyarakat sudah secara efektif menggunakan teknologi modern pada sebagian besar faktor produksi. Munculnya pemimpin baru yang bercorak lebih kepada perkembangan teknologi, kekayaan alam dan lain-lain.
13
e. Tahap Konsumsi Tinggi (The Age Of High Mass Consumption) Konsumsi masal yang tinggi dimana perhatian masyarakat lebih menekankan kepada permasalahan yang berkaitan dengan konsumsi dan kesejahteraan masyarakat. Selain itu menurut Kuznets dalam bukunya Modern Economic Growth tahun 1966, definisi pertumbuhan ekonomi itu sendiri ialah suatu kenaikan yang terus-menerus dalam produk perkapita, seringkali diikuti dengan kenaikan jumlah penduduk dan biasanya dengan perubahan struktural (Jhingan, 2004). Pakar-pakar ekonomi pembangunan pun berpendapat, menurutnya pertumbuhan ekonomi tersebut berbeda dengan pembangunan ekonomi. Menurut mereka, pertumbuhan ekonomi merupakan istilah bagi negara yang telah maju untuk menyebut keberhasilan pembangunannya sedangkan pembangunan ekonomi itu digunakan untuk negara yang sedang berkembang (Putong, 2003). Sebenarnya banyak sekali teori pertumbuhan ekonomi yang berasal dari pakar-pakar ekonomi terdahulu. Teori klasik yang dikemukakan oleh Adam Smith melalui bukunya An Inquiry into The Nature and Cause of The Wealth of Nations yag terbit pada tahun 1917 menyatakan bahwa salah satu faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan penduduk. Penduduk yang bertambah akan memperluas pasar dan perluasan pasar akan meningkatkan spesialisasi dalam perekonomian tersebut. Lebih lanjut, spesialisasi akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja sehingga meningkatkan upah dan keuntungan. Dengan demikian, proses pertumbuhan akan terus berlangsung sampai seluruh sumber daya termanfaatkan (Tarigan, 2005).
14
Sementara itu, David Ricardo dalam bukunya The Principles of Political Economy and Taxation yang terbit pada tahun 1917, menyatakan pandangan yang bertentangan dengan Adam Smith. Menurutnya, perkembangan penduduk yang berjalan cepat pada akhirnya akan menurunkan kembali tingkat pertumbuhan ekonomi ke taraf yang rendah. Pola pertumbuhan ekonomi menurut Ricardo berawal dari jumlah penduduk yang rendah dan sumber daya alam yang relatif melimpah. Menurut Keynes, untuk menjamin pertumbuhan yang stabil pemerintah perlu menerapkan kebijakan fiskal (perpajakan dan belanja pemerintah), kebijakan moneter (tingkat suku bunga dan jumlah uang beredar), dan pengawasan langsung. Keynes mengemukakan bahwa pendapatan total merupakan fungsi dari pekerjaan total dalam suatu negara. Semakin besar pendapatan nasional, semakin besar volume pekerjaan yang dihasilkan, demikian sebaliknya. Volume pekerjaan tergantung pada permintaan efektif. Permintaan efektif ini ditentukan pada titik saat harga permintaan agregat sama dengan harga penawaran agregat. Selain itu Harrod-Domar pun mengemukakkan pandangannya. Dalam teori ini, Harrod-Domar melengkapi teori Keynes, dimana Keynes melihat dalam jangka pendek (kondisi statis), sedangkan Harrod-Dommar melihat dalam jangka panjang (kondisi dinamis). Harrod-Domar menyimpulkan bahwa pertumbuhan jangka panjang yang mantap, dimana seluruh kenaikan produksi dapat diserap oleh pasar, hanya dapat dicapai jika memenuhi syarat-syarat keseimbangan, yaitu g = k = n, dimana g adalah tingkat pertumbuhan output, k adalah tingkat pertumbuhan modal, dan n adalah tingkat pertumbuhan angkatan kerja (Priyarsono,et al., 2007).
15
Proses pertumbuhan menurut pandangan Schumpeter adalah proses peningkatan dan penurunan kegiatan ekonomi yang berjalan siklikal. Pembaruanpembaruan yang dilakukan oleh para pengusaha berperan dalam peningkatan kegiatan ekonomi. Dalam proses siklikal tersebut, tingkat keseimbangan yang baru akan selalu berada pada tingkat yang lebih tinggi daripada tingkat keseimbangan sebelumnya. Pada intinya, dari semua teori yang ada sama-sama menjelaskan tentang bagaimana kita mengelola sumberdaya yang ada (manusia, alam dan teknologi) pada suatu wilayah agar perekonomian dapat berjalan sesuai harapan (Putong, 2003). Menurut Adam Smith dalam Boediono (1982), yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah pertumbuhan output (GDP) total dan pertumbuhan penduduk. Smith melihat sistem produksi suatu negara terdiri dari 3 unsur pokok, yaitu 1) sumber-sumber alam yang tersedia (faktor produksi tanah), 2) sumbersumber manusiawi (jumlah penduduk), 3) stok barang kapital yang ada. 2.3. Teori Ekonomi Basis Pada umumnya teori basis ekonomi menjelaskan bahwasannya faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan barang dan jasa dari luar daerah. Teori basis ekonomi ini, mendasarkan pandangannya bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besar kecilnya ekspor dari wilayah tersebut (Tarigan, 2005). Pengertian ekspor dalam ekonomi regional mencakup semua kegiatan baik penghasil produk maupun penyedia jasa yang mendatangkan uang dari luar wilayah, dan menjual produk atau jasa ke luar wilayah baik ke wilayah lain dalam negara tersebut maupun ke luar negeri.
16
Teori basis ekonomi ini terbagi menjadi dua, yaitu sektor basis (unggulan) dan sektor nonbasis (nonunggulan). Sektor basis (unggulan) adalah sektor yang hanya mampu memenuhi kebutuhan wilayah tersebut dan wilayah lainnya. Sektor basis ini merupakan satu-satunya sektor yang bisa meningkatkan perekonomian wilayah melebihi pertumbuhan alamiahnya, karena kegiatan ini adalah kegiatan baik penghasil produk maupun penyedia jasa yang mendatangkan uang dari luar wilayah (Tarigan, 2005). Menurut Glasson (1977), diperlukannya metode Location Quotient guna menentukan apakah sektor tersebut basis (unggulan) atau tidak. Menurutnya, semakin banyak sektor unggulan dalam suatu wilayah maka akan menambah arus pendapatan wilayah tersebut. Kemudian jika semakin banyak sektor unggulan dalam suatu daerah maka akan menimbulkan kenaikan pula dalam volume sektor nonunggulan (Glasson, 1977). Teori basis ini pun memiliki kelebihan dan kekurangan dalam penggunaannya. Kelebihan teori ini yaitu selain teori ini sederhana, mudah diterapkan dan dapat menjelaskan struktur perekonomian suatu daerah dan dampak umum secara keseluruhan dari perubahan-perubahan jangka pendek. Sedangkan
kelemahan
pada
teori
ini
yaitu
kegagalan
menghitung
ketidakseragaman permintaan dan produktivitas nasional secara menyeluruh, selain itu teori ini mengabaikan fakta bahwasannya produksi nasional adalah untuk orang asing yang tinggal di wilayah tersebut. Secara umum terdapat beberapa metode untuk menentukan sektor basis (unggulan) dan nonbasis (nonunggulan) di suatu daerah, yaitu (dalam Priyarsono,et al., 2007) :
17
a. Metode Pengukuran Langsung Metode ini dilakukan dengan cara survei langsung kepada pelaku usaha, kemana mereka memasarkan barang produksi, dan darimana mereka membeli berbagai bahan kebutuhan untuk menghasilkan produk tersebut. b. Metode Pengukuran Tidak Langsung Metode pengukuran tidak langsung terbagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut : 1. Metode Asumsi Metode ini merupakan pendekatan yang paling sederhana dalam penentuan sektor basis (unggulan) dan nonbasis (nonunggulan) disuatu wilayah. Metode ini mengasumsikan bahwa sektor primer dan sekunder termasuk sektor basis (unggulan), sedangkan sektor tersier termasuk kedalam sektor nonbasis (nonunggulan). Metode ini cukup baik diterapkan pada daerah yang luasnya relatif kecil dan tertutup serta jumlah sektornya sedikit. Tetapi kelemahan dalam metode ini yaitu, penentuan sektor basis dan non-basis tersebut mungkin saja bisa menjadi tidak akurat dalam keadaan-keadaan tertentu. Dalam hal lain pun, di beberapa daerah perkotaan sektor basis (unggulan) dan nonbasis (nonunggulan) ini dengan menggunakan asumsi sangat sulit dilakukan dikarenakan jumlah dan jenis sektornya yang sangat beragam. 2. Metode Location Quotient (LQ) Metode ini dilakukan dengan cara menghitung perbandingan antara pendapatan di sektor i pada daerah bawah terhadap pendapatan total semua
18
sektor di daerah bawah dengan pendapatan di sektor i pada daerah atas terhadap pendapatan semua sektor di daerah atasnya. 3. Metode Pendekatan Kebutuhan Minimum Metode ini mirip dengan metode LQ, hanya saja jika LQ mengacu kepada perbandingan relatif pangsa pendapatan/tenaga kerja antara daerah bawah dengan daerah atas maka dalam metode pendekatan kebutuhan minimum ini daerah yang diteliti dibandingkan dengan daerah yang memiliki ukuran yang relatif sama dan ditetapkan sebagai daerah memiliki kebutuhan minimum tenaga kerja di sektor tertentu. 2.4. Konsep Sektor Unggulan (Basis) Sektor unggulan adalah sektor yang dimana keberadaannya diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan suatu wilayah. Kriteria sektor unggulan pun sangat bervariasi. Tergantung seberapa besar
peranan sektor tersebut dalam
pembangunan wilayah. Salah satu yang dapat memengaruhi sektor unggulan yaitu faktor anugerah (endowment factors). Dengan adanya keberadaan sektor unggulan ini sangat membantu dan memudahkan pemerintah dalam mengalokasikan dana yang tepat sehingga kemajuan perekonomian akan tercapai. Sektor basis atau sektor unggulan ini dapat mengalami kemajuan maupun kemunduran. Hal ini tergantung pada usaha-usaha suatu wilayah guna meningkatkan sektor unggulan tersebut. Adapun beberapa sebab kemajuan sektor basis yaitu : 1) perkembangan jaringan transportasi dan komunikasi, 2) perkembangan pendapatan dan penerimaan daerah, 3) perkembangan teknologi dan 4) adanya pengembangan prasarana ekonomi dan sosial. Sedangkan penyebab
19
terjadinya kemunduran pada sektor unggulan yaitu perubahan permintaan di luar daerah dan kehabisan cadangan sumberdaya. Sektor unggulan sangat berperan penting pada suatu pembangunan wilayah. Hal ini dapat dilihat pada besar kecilnya pengaruh serta peranannya terhadap pembangunan tersebut, diantaranya (Tarigan, 2005) : 1. Sektor unggulan tersebut memiliki laju pertumbuhan yang tinggi 2. Sektor unggulan tersebut memiliki angka penyerapan tenaga kerja yang relatif besar 3. Sektor unggulan tersebut memiliki keterkaitan antar sektor yang tinggi baik ke depan maupun ke belakang. 4. Sektor unggulan tersebut mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi 2.5. Metode Analisis Sektor Unggulan 2.5.1. Metode analisis LQ (Location Quotient) Metode ini dilakukan dengan cara menghitung perbandingan antara pendapatan di sektor i pada daerah bawah terhadap pendapatan total semua sektor di daerah bawah dengan pendapatan di sektor i pada daerah atas terhadap pendapatan semua sektor di daerah atasnya. Dalam hal ini dilakukan perbandingan antara pendapatan di sektor i pada daerah bawah terhadap pendapatan total semua sektor di daerah bawah dengan pendapatan di sektor i pada daerah atas terhadap pendapatan semua sektor di daerah atasnya. Ketentuan dalam metode ini adalah jika nilai LQ > 1 maka sektor i dikategorikan sebagai sektor basis atau sektor unggulan. Sedangkan jika nilai LQ < 1 maka sektor i dikategorikan sebagai sektor non-basis atau sektor nonunggulan (Priyarsono,et al., 2007).
20
Tambunan (2001), LQ adalah suatu teknik atau metode yang digunakan untuk lebih memperluas dan memperjelas anlisis Shift Share. Dasar pemikiran metode ini atau dasar teori metode ini adalah teori basis ekonomi. Menurut
Tarigan
(2005),
Metode
LQ
ini
yaitu
metode
yang
membandingkan besarnya peranan suatu sektor di suatu daerah terhadap besarnya peranan sektor tersebut secara nasional. Analisis ini merupakan analisis yang sederhana dan manfaatnya juga tidak begitu besar yaitu hanya melihat nilai LQ yang berada diatas 1 atau tidak. Analisis ini sangat menarik bila dilakukan dalam kurun waktu tertentu. 2.5.2. Metode analisis SS (Shifht Share) Analisis Shift Share ini pertama kali diperkenlakan oleh Perloff, et al. pada tahun 1960. Analisis Shift Share ini merupakan metode yang digunakan untuk menganalisis struktur perekonomian di suatu wilayah. Selain itu dapat juga digunakan untuk melihat pertumbuhan sektor-sektor perekonomian suatu wilayah selama dua periode. Keunggulan utama dari analisis Shift Share yaitu analisis ini mengenai perubahan berbagai indikator kegiatan ekonomi, seperti produksi dan kesempatan kerja pada dua titik waktu di suatu wilayah. Kegunaan Analisis SS ini yaitu melihat perkembangan dari sektor perekonomian suatu wilayah terhadap perkembangan ekonomi wilayah yang lebih luas, juga melihat perkembangan sektor-sektor perekonomian jika dibandingkan secara relatif dengan sektor lain. Analisis ini pun dapat melihat perkembangan dalam membandingkan besar aktivitas suatu sektor pada wilayah tertentu dan pertumbuhan antarwilayah (Priyarsono,et al., 2007).
21
Menurut Budiharsono (2001) dalam Priyarsono, et al. (2007), secara umum terdapat tiga komponen pertumbuhan wilayah dalam analisis Shift Share, yaitu : 1. Komponen Pertumbuhan Nasional/PN (National Growth Component) Yaitu perubahan produksi atau kesempatan suatu wilayah yang disebabkan oleh perubahan produksi atau kesempatan kerja nasional secara umum, perubahan kebijakan ekonomi nasional atau perubahan dalam hal-hal yang mempengaruhi perekonomian semua sektor dan wilayah misalnya devaluasi, kecenderungan inflasi, pengangguran dan kebijakan perpajakan. 2. Komponen Pertumbuhan Proporsional/PP (Proportional Mix Growth Component) Komponen ini tumbuh karena perbedaan sektor dalam permintaan produk akhir, perbedaan dalam ketersediaan bahan mentah, perbedaan dalam kebijakan industri (seperti kebijakan perpajakan, subsidi, dan price support) dan perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar. 3. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah/PPW (Regional Share Growth Component) Komponen ini timbul karena peningkatan atau penurunan produksi atau kesempatan kerja dalam suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya. Cepat lambatnya pertumbuhan suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya ditentukan oleh keunggulan komparatif, akses pasar, dukungan kelembagaan, prasarana sosial ekonomi serta kebijakan ekonomi regional pada wilayah tersebut. Berdasarkan ketiga komponen pertumbuhan wilayah tersebut dapat ditentukan dan diidentifikasikan perkembangan suatu sektor ekonomi pada suatu
22
wilayah. Apabila PP + PPW > 0 maka dapat dikatakan bahwa pertumbuhan sektor ke-i di wilayah ke-j termasuk ke dalam kelompok progresif (maju). Sementara itu, PP + PPW < 0 menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor ke-i pada wilayah ke-j termasuk pertumbuhannya lambat.
Komponen Pertumbuhan Nasional
Wilayah ke-j sektor ke-i
Wilayah ke-j sektor ke-i
Maju PP + PPW > 0 Lambat PP + PPW < 0
Komponen Pertumbuhan Proporsional
Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah
Sumber : Budiharsono dalam Priyarsono, et al. (2007) Gambar 2.1 Model Analisis Shift Share
2.6. Penelitian Terdahulu Putra (2004) dengan penelitiannya tentang menganalisis pertumbuhan sektor-sektor perekonomian pada waktu sebelum dan masa otonomi daerah. Metode yang digunakan adalah metode analisis Shift Share. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa pada masa sebelum otonomi daerah, seluruh sektor ekonomi
Kota Jambi pertumbuhannya meningkat. Setelah otonomi daerah
diberlakukan, seluruh sektor ekonomi Kota Jambi justru mengalami pertumbuhan yang lambat. Hanya saja pertumbuhan yang lambat ini belum tentu karena pengaruh diterapkannya otonomi daerah, karena kurun waktu yang diteliti hanya
23
dua tahun saja yaitu tahun 2000-2002. Hasil penelitian ini juga menunjukkan sektor pertumbuhan yang paling cepat pada masa otonomi daerah adalah sektor industri pengolahan, sedangkan yang paling lambat adalah sektor jasa lainnya. Sementara sektor yang mempunyai keunggulan komparatif pada masa otonomi daerah adalah sektor pertambangan. Sondari (2007) dengan judul penelitiannya yaitu “Analisis Sektor Unggulan dan Kinerja Ekonomi Provinsi Jawa Barat Periode 2001-2005” menggunakan metode analisis LQ dan hasilnya menyimpulkan bahwa selama kurun waktu 2001-2005, sektor yang menjadi sektor basis dan merupakan sektor unggulan di Provinsi Jawa Barat yaitu listrik,gas, dan air bersih, sektor industri pengolahan serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Ana (2010) dalam penelitiannya tentang analisis sektor ekonomi potensial di Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau (periode 2000-2009) menggunakan analisis LQ, Model Rasio Pertumbuhan (MRP), SS-EM, analisis overlay, dan analisis klassen typology. Analisis LQ untuk mengidentifikasi sektor/subsektor ekonomi potensial yang memiliki keunggulan komparatif. Untuk mengidentifikasi sektor/subsektor ekonomi potensial berdasarkan keunggulan kompetitif digunakan analisi MRP. Analisis SS-EM untuk mengetahui tingkat spesialisasi perekonomian di suatu wilayah. Analisis overlay digunakan sebagai lanjutan dari analisis LQ dan MRP untuk mendapatkan deskripsi ekonomi potensial berdasarkan kriteria pertumbuhan dan kontribusi. Analisis klassen typology digunakan untuk mengetahui potensi relatif sektor/subsektor ekonomi Kota Tanjungpinang terhadap kabupaten/kota lain se-Provinsi Kepulauan Riau. Hasil penelitiannya didapatkan bahwa sektor keuangan, persewaan, dan jasa
24
perusahaan serta subsektor komunikasi dan sewa bangunan merupakan subsektor ekonomi potensial di Kota Tanjungpinang. Triseptina (2006) penelitiannya tentang analisis sektor-sektor unggulan kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Barat berdasarkan indikator pendapatan dengan menggunakan analisis LQ dan turunannya. Untuk mengetahui apakah suatu sektor merupakan sektor basis atau non-basis dapat digunakan metode langsung dan tidak langsung. Metode tidak langsung dengan metode arbiter, LQ dan kebutuhan minimum. Harisman
(2007)
dengan
judul
penelitiannya
“Analisis
Struktur
Perekonomian dan Identifikasi Sektor-Sektor Unggulan di Provinsi Lampung Periode 1993-2003” menggunakan analisis Shift Share untuk menganalisis apakah terjadi perubahan struktur ekonomi di Provinsi Lampung. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa di Provinsi Lampung telah terjadi perubahan struktur ekonomi dari sektor primer ke sekunder yang dilihat dari peranan sektor sekunder yang terus meningkat melalui besarnya kontribusi terhadap PDRB Provinsi Lampung. Hasil analisis dengan menggunakan metode Location Quotient (LQ) menunjukkan bahwa di Provinsi Lampung terdapat tiga sektor basis yang merupakan sektor unggulan, yaitu : sektor pertanian, bangunan/konstruksi, serta pengangkutan dan komunikasi. Paramitasari (2010) dalam penelitiannya tentang potensi komoditas unggulan industri manufaktur dalam perekonomian Indonesia menggunakan analisis indeks komposit untuk mengetahui komoditas unggulan industri manufaktur. Hasil penelitiannya didapatkan ada sebelas komoditas unggulan industri manufaktur di Indonesia. Sebelas komoditas unggulan tersebut hanya
25
terdapat tiga komoditas yang mempunyai kemampuan tinggi, baik dalam hal penciptaan nilai tambah maupun penyerapan tenaga kerja. Aziz (2011) dengan judul penelitiannya “Analisis Potensi, Dayasaing, dan Pajak Sektor Hotel Terhadap Perekonomian Kota Yogyakarta periode 2005-2009” menggunakan metode analisis Shift Share, LQ dan Poeter’s Diamond. Hasil penelitiannya menunjukkan sektor hotel memiliki pertumbuhan yang lambat dan memiliki dayasaing yang kurang baik. Hal ini disebabkan karena kerusakan fasilitas akibat adanya bencana alam di Kota Yogyakarta. Tetapi keadannya semakin membaik setelah adanya perbaikan fasilitas. Hasil analisis dengan menggunakan metode Location Quotient (LQ) menunjukkan bahwa sektor hotel pada periode 2005-2009 termasuk ke dalam sektor basis ekonomi Kota Yogyakarta. Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah fenomena-fenomena lapangan yang dikaji, metode serta daerah dan periode yang dikaji. Pada penelitian terdahulu, pendekatan yang digunakan hanya pendekatan LQ saja ataupun pendekatan Shift Share saja. Selain itu terdapat penelitian terdahulu lainnya yang menggunakan pendekatan LQ, Model Rasio Pertumbuhan (MRP), SS-EM, analisis overlay, dan analisis klassen typology. Selain itu ada juga yang menggunakan metode LQ dan Shift Share tetapi hanya satu sektor saja yang dikaji. Sedangkan pada penelitian ini menggunakan pendekatan LQ (Location Quotient) dan analisis Shift Share untuk melihat sektor unggulan serta pertumbuhan dan dayasaingnya terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Cirebon sehingga dapat diketahui sektor-sektor apa sajakah yang termasuk
26
kedalam sektor unggulan (basis) di Kabupaten Cirebon pada periode 2005-2010 serta bagaimana pertumbuhan dan dayasaing dari sektor unggulan tersebut. 2.7. Kerangka Pemikiran Kabupaten Cirebon merupakan daerah yang memiliki berbagai potensi dan letak daerah yang strategis yaitu perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah, seharusnya sembilan sektor ekonomi yang dimiliki Kabupaten Cirebon dapat lebih ditingkatkan agar pertumbuhan ekonomi Kabupaten Cirebon pun dapat meningkat yang berdampak positif terhadap kesejahteraan masyarakat. Peningkatan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Cirebon tidak terlepas dari adanya sektor-sektor unggulan yang dimiliki Kabupaten Cirebon. Maka dari itu, perlu dilakukannya analisis yang dapat menspesifikasikan sektor-sektor unggulan dan sektor-sektor nonunggulan yang ada di Kabupaten Cirebon. Pada perekonomian Kabupaten Cirebon, banyak sekali sektor unggulan yang mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut tetapi jika kita melihat pada segi APBD Kabupaten Cirebon dengan keterbatasan APBD maka pemerintah sebaiknya melakukan kebijakan untuk lebih memprioritaskan sektor unggulan mana saja yang nantinya dapat mendukung pula baik sektor unggulan lainnya maupun sektor nonunggulannya. Pemerintah Kabupaten Cirebon tidak mungkin memprioritaskan semua sektor unggulan yang ada di Kabupaten Cirebon dengan keterbatasan APBD yang ada. Maka dari itu pentingnya pemerintah melakukan spesifikasi dan prioritas kepada sektor unggulan yang ada di Kabupaten Cirebon.
27
Analisis ini dilakukan dengan menggunakan metode Location Quotient (LQ) dan Analisis Shift Share. Metode LQ digunakan untuk menentukan sektorsektor unggulan apa sajakah yang ada di Kabupaten Cirebon dalam periode 20052010, sedangkan metode analisis Shift Share digunakan untuk mengetahui gambaran pertumbuhan dan dayasaing sektor-sektor unggulan tersebut. Hal ini pun dilakukan agar dapat diajukan kepada Pemerintah Kabupaten Cirebon sehingga Pemerintah Kabupaten Cirebon dapat mengeluarkan kebijakan yang nantinya memprioritaskan sektor-sektor unggulan Kabupaten Cirebon sehingga pada akhirnya akan menciptakan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Cirebon yang berkelanjutan.
28
Secara skematis, kerangka pemikiran dapat dijelaskan pada Gambar 2.2 sebagai berikut :
Adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Cirebon yang didukung sektor-sektor unggulan dan adanya keterbatasan pada APBD Kabupaten Cirebon Perlunya menganalisis, menspesifikasikan dan memprioritaskan sektor basis (unggulan) dan sektor nonbasis (nonunggulan)
Dianalisis dengan
Metode Location Quotient (LQ)
Mengklasifikasikan sektor unggulan dan sektor nonunggulan
Analisis Shift Share (SS)
Pertumbuhan & daya saing sektor unggulan
Sektor-sektor unggulan dan kondisi pertumbuhan serta daya saing sektor unggulan di Kabupaten Cirebon periode 2005-2010 Rumusan Kebijakan Pemerintah Kabupaten Cirebon Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Cirebon yang berkelanjutan
Gambar 2.2. Sistematika Kerangka Pemikiran
29
III. METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data Produk Domestik Bruto (PDRB) Kabupaten Cirebon dan Provinsi Jawa Barat berdasarkan harga konstan dengan tahun dasar 2000 pada periode tahun 20052010, serta data-data lain yang mendukung. Data ini diperoleh dari BPS Pusat, BPS Kabupaten Cirebon, instansi terkait lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini, berbagai literatur, internet dan sumber-sumber lainnya. Penulis menggunakan data tahun 2005 sampai tahun 2010 karena laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Cirebon dalam kurun waktu tersebut mengalami peningkatan daripada tahun sebelumnya. Kabupaten Cirebon pun mencapai pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 5,37 persen walaupun mengalami penurunan kembali pada tahun berikutnya dan 2010. Selama kurun waktu tersebut, PDRB Kabupaten Cirebon juga menunjukkan trend yang meningkat walaupun pada tahun 2008 dan 2010 mengalami sedikit perlambatan. 3.2. Metode Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode LQ (Location Quotient) dan analisis SS (Shift Share). Dalam penelitian ini, akan membahas sektor yang termasuk basis dan non-basis, juga membahas sektorsektor mana saja yang termasuk ke dalam kategori sektor unggulan dan untuk mengetahui sektor mana saja yang mengalami pertumbuhan yang paling cepat di Kabupaten Cirebon. Maka dari itu, analisis yang tepat untuk penelitian ini yaitu
30
dengan metode LQ (Location Quotient) dan analisis SS (Shift Share)
dan
pengolahan datanya menggunakan program Microsoft Excel 2007. 3.3.1. Analisis LQ (Location Quotient) Metode ini digunakan untuk melihat sektor-sektor yang termasuk ke dalam kategori sektor unggulan. Selain itu analisis ini merupakan salah satu indikator yang mampu menunjukkan besar kecilnya peranan suatu sektor dalam suatu daerah dibandingkan dengan daerah atasnya. Dalam hal ini dilakukan perbandingan antara pendapatan di sektor i pada daerah bawah terhadap pendapatan total semua sektor di daerah bawah dengan pendapatan di sektor i pada daerah atas terhadap pendapatan semua sektor di daerah atasnya. Secara matematis, rumus LQ dapat dituliskan :
LQ =
Sib/Sb Sia/Sa
Keterangan : Sib = Pendapatan sektor i pada daerah bawah (Kabupaten Cirebon) Sb = Pendapatan total semua sektor daerah bawah (Kabupaten Cirebon) Sia = Pendapatan sektor i pada daerah atas (Provinsi Jawa Barat) Sa = Pendapatan total semua sektor daerah atas (Provinsi Jawa Barat) Ketentuan dalam metode ini adalah jika nilai LQ > 1 maka sektor i dikategorikan sebagai sektor basis atau sektor unggulan. Nilai LQ yang lebih dari satu tersebut menunjukkan bahwa pangsa pendapatan (tenaga kerja) pada sektor i di daerah bawah lebih besar dibanding daerah atasnya dan output pada sektor i lebih berorientasi ekspor. Artinya, peranan suatu sektor dalam perekonomian
31
Kabupaten Cirebon lebih besar daripada peranan sektor tersebut dalam perekonomian Provinsi Jawa Barat. Sebaliknya, apabila nilai LQ < 1 maka sektor i dikategorikan sebagai sektor non-basis atau sektor nonunggulan. Nilai LQ yang kurang dari satu tersebut menunjukkan bahwa pangsa pendapatan (tenaga kerja) pada sektor i di daerah bawah lebih kecil dibanding daerah atasnya. Artinya, peranan suatu sektor dalam perekonomian Kabupaten Cirebon lebih kecil dari pada peranan sektor tersebut dalam perekonomian Provinsi Jawa Barat. Adapun asumsi yang digunakan dalam analisis LQ yaitu : 1. Pola konsumsi rumahtangga di daerah bawah (Kabupaten Cirebon) identik sama dengan pola konsumsi rumahtangga di daerah atasnya (Provinsi Jawa Barat) 2. Selera dan pola pengeluaran di suatu daerah dengan daerah lain di seluruh wilayah Provinsi Jawa Barat sama besarnya. 3. Setiap penduduk di Kabupaten Cirebon mempunyai pola permintaan terhadap suatu barang dan jasa yang sama terhadap pola permintaan barang dan jasa pada tingkat provinsi Jawa Barat. 3.3.2. Analisis SS (Shift Share) Pada umumnya analisis Shift Share (SS) ini dapat digunakan untuk melihat pertumbuhan sektor-sektor perekonomian suatu wilayah selama periode waktu tertentu. Selain itu, dapat juga melihat dalam daerah bawah (Kabupaten Cirebon) sektor-sektor ekonomi mana saja yang memberikan kontribusi pertumbuhan paling besar terhadap perekonomian daerah atasnya (Provinsi Jawa Barat) dan juga untuk mengetahui sektor mana saja yang mengalami pertumbuhan yang
32
paling cepat di masing-masing wilayah bawahnya. Kegunaan lainnya, yaitu dapat melihat perkembangan suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya dan melihat perbandingan laju sektor-sektor perekonomian disuatu wilayah dengan laju pertumbuhan nasional serta sektor-sektornya. Adapun langkah-langkah utama dalam analisis Shift Share (SS), yaitu sebagai berikut : 1. Menentukan wilayah yang akan dianalisis. Dalam penelitian ini, wilayah yang akan dianalisis adalah wilayah Kabupaten Cirebon. 2. Menentukan indikator kegiatan ekonomi dan periode analisis. Indikator kegiatan ekonomi yang digunakan disini adalah pendapatan yang dicerminkan dari nilai PDRB Kabupaten Cirebon dan PDRB Provinsi Jawa Barat. Sedangkan periode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010. 3. Menentukan sektor ekonomi yang akan dianalisis. Sektor ekonomi yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah terfokus pada semua sektor ekonomi berdasarkan lapangan usahanya yang terdiri dari 9 sektor, yaitu : sektor pertanian; pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; listrik, gas dan air
bersih;
bangunan/konstruksi;
perdagangan,
hotel
dan
restoran;
pengangkutan dan komunikasi; keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, serta jasa-jasa yang ada di Kabupaten Cirebon. 4. Menghitung perubahan indikator ekonomi. a) PDRB Provinsi Jawa Barat dari sektor i pada tahun dasar analisis.
Y i = ∑𝑚 𝑗=1 Yij
( 3.1)
33
Keterangan : Y i = PDRB Provinsi Jawa Barat dari sektor i pada tahun dasar analisis Y ij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Cirebon pada tahun dasar analisis b) PDRB Provinsi Jawa Barat dari sektor i pada tahun akhir analisis.
Keterangan :
Y’ i = ∑𝑚 𝑗=1 Y’ij
(3.2)
Y’ i = PDRB Provinsi Jawa Barat dari sektor i pada tahun akhir analisis Y’ ij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Cirebon pada tahun akhir analisis c) Perubahan indikator kegiatan ekonomi dirumuskan sebagai berikut : ∆ Y ij = Y’ ij - Y ij
(3.3)
d) Persentase perubahan PDRB % ∆ Y ij = [(Y’ ij - Y ij )/ Y ij ]* 100 %
(3.4)
Keterangan : ∆Y ij = perubahan PDRB sektor i pada wilayah Kabupaten Cirebon Y ij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Cirebon pada tahun dasar analisis Y’ ij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Cirebon pada tahun akhir analisis 5. Menghitung rasio indikator kegiatan ekonomi Rasio ini digunakan untuk melihat perbandingan PDRB sektor perekonomian di suatu daerah tertentu. Rasio tersebut terdiri dari ri, Ri dan Ra. a) ri (Rasio PDRB sektor i pada wilayah Kabupaten Cirebon) ri = (Y’ ij -Y ij )/Y ij
(3.5)
34
Keterangan : Yij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Cirebon pada tahun dasar analisis Y’ij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Cirebon pada tahun akhir analisis b) Ri (Rasio PDRB sektor i pada wilayah Provinsi Jawa Barat) Ri = (Y’ i -Y i )/Y i
(3.6)
Keterangan : Yi = PDRB sektor i wilayah Provinsi Jawa Barat pada tahun dasar analisis Y’i = PDRB sektor i wilayah Provinsi Jawa Barat pada tahun akhir analisis c) Ra (Rasio PDRB pada wilayah Provinsi Jawa Barat) Ra = (Y’…-Y…)/Y…
(3.7)
Keterangan : Y…
= PDRB wilayah Provinsi Jawa Barat pada tahun dasar analisis
Y’… = PDRB wilayah Provinsi Jawa Barat pada tahun akhir analisis 6) Menghitung komponen pertumbuhan wilayah a) Komponen Pertumbuhan Regional (PR) PR ij = (Ra) Y ij
(3.8)
Keterangan : PR ij = komponen pertumbuhan regional sektor i untuk wilayah Kabupaten Cirebon Ra = rasio PDRB pada wilayah Provinsi Jawa Barat
35
Y ij
= PDRB sektor i wilayah Kabupaten Cirebon pada tahun dasar analisis
b) Komponen Pertumbuhan Proporsional (PP) PP ij = (Ri-Ra) Y ij
(3.9)
Keterangan : PP ij = komponen pertumbuhan proporsional sektor i untuk wilayah Kabupaten Cirebon Ri
= rasio PDRB sektor i pada wilayah Provinsi Jawa Barat
Ra = rasio PDRB pada wilayah Provinsi Jawa Barat Y ij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Cirebon pada tahun dasar analisis Ketentuan setelah menghitung komponen PP, yaitu sebagai berikut : a. Jika, PP ij < 0
maka menunjukkan bahwa sektor i pada wilayah
Kabupaten Cirebon laju pertumbuhannya lambat. b. Jika, PP ij > 0 maka menujukan bahwa sektor i pada wilayah Kabupaten Cirebon laju pertumbuhannya cepat. c) Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) PPW ij = (ri-Ri)Y ij
(3.10)
Keterangan : PPW ij = komponen pertumbuhan pangsa wilayah sektor i untuk wilayah Kabupaten Cirebon ri
= rasio PDRB sektor i pada wilayah Kabupaten Cirebon
Ri
= rasio PDRB sektor i pada wilayah Provinsi Jawa Barat
Y ij
= PDRB sektor i wilayah Kabupaten Cirebon pada tahun dasar analisis
36
Jika : PPW ij > 0, maka sektor i pada wilayah Kabupaten Cirebon mempunyai dayasaing yang tinggi dibandingkan dengan wilayah lainnya. PPW ij < 0, maka sektor i pada wilayah Kabupaten Cirebon mempunyai dayasaing yang rendah dibandingkan dengan wilayah lainnya. 7) Rumus-rumus lainnya yaitu sebagai berikut : a. Perubahan PDRB sektor i pada wilayah ke j (Kabupaten Cirebon), dirumuskan sebagai berikut : ∆ Y ij = PR ij + PP ij + PPW ij
(3.11)
∆ Y ij = Y’ ij + Y ij
(3.12)
b. Dalam bentuk persamaan matematik menjadi : ∆ Y ij = PR ij + PP ij + PPW ij Y’ ij + Y ij = Y ij (Ra)+Y ij (Ri-Ra)+Y ij (ri-Ri)
(3.13) (3.14)
c. Persentase ketiga pertumbuhan wilayah dirumuskan sebagai berikut : %PR = Ra
(3.15)
%PP = Ri-Ra
(3.16)
%PPW= ri-Ri
(3.17)
atau %PR = (PR ij )/Y ij * 100%
(3.18)
%PP
(3.19)
= (PP ij )/Y ij * 100%
%PPW = (PPW ij )/Y ij * 100 %
(3.20)
8) Menentukan kelompok sektor ekonomi yang ditentukan berdasarkan pergeseran bersih (PB) PB ij = PP ij + PPW ij
(3.21)
37
Jika : PBij > 0, menunjukan bahwa sektor-sektor tersebut pertumbuhan progressive (maju). PBij < 0, menunjukkan bahwa sektor-sektor tersebut pertumbuhan tidak progressive. 9) Menganalisis profil pertumbuhan sektor-sektor perekonomian Untuk menganalisis profil pertumbuhan sektor-sektor perekonomiannya dapat dilakukan dengan cara menggunakan bantuan empat kuadran yang terdapat pada garis bilangan yaitu : PPW
Kuadran IV
Kuadran I
Kuadran III
Kuadran II
PP
Gambar 3.1. Profil Pertumbuhan Sektor-sektor Perekonomian Sumber : Priyarsono,et al. (2007) Pada gambar di atas, terdapat garis yang memotong Kuadran II dan Kuadran IV yang membentuk 45°. Garis tersebut merupakan garis yang menunjukkan nilai pergeseran bersih. Dalam gambar tersebut tedapat Kuadran I, II, III dan IV, maka penjelasannya sebagai berikut :
38
1. Kuadran I, merupakan kuadran dimana PP dan PPW sama-sama bernilai positif. Hal ini menunjukkan bahwa sektor-sektor di wilayah yang bersangkutan memiliki petumbuhan yang cepat (dilihat dari nilai PP-nya) dan memiliki dayasaing yang lebih baik apabila dibandingkan dengan wilayahwilayah lainnya (dilihat dari nilai PPW-nya). 2. Kuadran II, menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi yang ada di wilayah yang bersangkutan pertumbuhannya cepat (PP-nya bernilai positif), tetapi dayasaing wilayah untuk sektor-sektor tersebut dibandingkan dengan wilayah lainnya kurang baik (dilihat dari PPW yang bernilai negatif). 3. Kuadran III, merupakan kuadran dimana PP dan PPW nya bernilai positif. Hal ini menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi di wilayah yang bersangkutan memiliki pertumbuhan yang lambat dengan dayasaing yang kurang baik jika dibandingkan dengan wilayah lain. 4. Kuadran IV, menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi pada wilayah yang bersangkutan memiliki pertumbuhan yang lambat (dilihat dari PP yang bernilai negatif), tetapi dayasaing wilayah untuk sektor-sektor tersebut baik jika dibandingkan dengan wilayah lainnya (dilihat dari PPW yang bernilai positif). 3.3.3. Definisi Operasional 3.3.3.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator pertumbuhan ekonomi suatu wilayah tertentu. Menurut BPS Kabupaten Cirebon (2011) : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yaitu data statistik yang diperlukan untuk evaluasi dan perencanaan pembangunan ekonomi.
39
Pada dasarnya pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha untuk meningkatkan
pendapatan
masyarakat,
memperluas
lapangan
pekerjaan,
pemerataan pembagian pendapatan, meningkatkan hubungan ekonomi antar daerah/wilayah dan mengupayakan terjadinya pergeseran kegiatan ekonomi yang semula dari sektor primer, yaitu sektor yang bergantung pada jenis lapangan usaha pertanian serta pertambangan dan penggalian kepada sektor sekunder (lapangan usaha industri pengolahan, listrik, gas,dan air minum, konstruksi/bangunan) serta sektor tersier (lapangan usaha perdagangan, hotel, dan restoran, angkutan dan komunikasi, bank/lembaga keuangan, perusahaan persewaan, jasa pemerintahan dan jasa swasta. Perhitungan PDRB menggunakan dua macam harga yaitu PDRB atas dasar harga berlaku yaitu menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga setiap tahunnya. Selain itu ada PDRB atas harga konstan yaitu menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar perhitungannya. PDRB yang akan dianalisis adalah PDRB Kabupaten Cirebon dan Provinsi Jawa Barat atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha periode 2005-2010. 3.3.3.2. Manfaat Data PDRB Ketersediaan data dan penyusunan PDRB ini secara berkala, bermanfaat untuk memperoleh informasi antara lain: a. Tingkat pertumbuhan ekonomi Apabila angka-angka statistik PDRB disajikan atas dasar harga konstan akan menunjukkan laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah baik keseluruhan maupun per sektor.
40
b. Tingkat kemakmuran suatu daerah Pertumbuhan ekonomi yang tinggi belum tentu menjamin kemakmuran yang tinggi bagi masyarakat kalau perkembangan penduduk juga tinggi. Tingginya
pertumbuhan
pendapatan
perkapita
lebih
menunjukan
perkembangan kemakmuran sebab bila dilihat dari sudut konsumsi, berarti masyarakat akan mempunyai kesempatan untuk menikmati barang dan jasa yang lebih banyak atau lebih tinggi kualitasnya. Untuk mengetahui tingkat kemakmuran suatu daerah harus tersedia angka pembanding dari daerah lainnya dan untuk mengetahui perkembangannya perlu diketahui angka perkembangan pendapatan secara berkala. Adanya angka pembanding dari pendapatan perkapita dapat disimpulkan bahwa tingkat kemakmuran suatu daerah lebih baik dari daerah lainnya. Selain itu dapat dilihat peningkatan kemakmuran daerah tersebut dari tahun ke tahun. c. Tingkat inflasi dan deflasi Penyajian atas harga konstan dan atas harga berlaku dapat dipakai sebagai indikator untuk melihat tingkat inflasi ataupun deflasi yang terjadi. d. Gambaran struktur perekonomian Angka-angka yang disajikan secara sektoral memperlihatkan tentang struktur perekonomian suatu daerah, apakah menunjukkan kearah daerah yang agraris atau industri. Berdasarkan data dari masing-masing sektor dapat dilihat peranan atau sumbangan tiap sektor terhadap jumlah pendapatan secara keseluruhan. Dengan adanya gambaran perekonomian suatu daerah, merupakan
bahan
bagi
para perencana ekonomi,
baik
dikalangan
41
pemerintahan maupun swasta, untuk menentukan ke arah mana daerah tersebut akan dikembangkan. 3.4. Tahun Dasar dan Tahun Akhir Analisis Dua hal ini sangat penting dalam penyusunan penelitian. Tahun dasar analisis merupakan tahun yang dijadikan titik awal sebagai acuan untuk menganalisis pertumbuhan sektor-sektor perekonomian. Sedangkan, tahun akhir analisis merupakan tahun yang dijadikan titik akhir untuk melihat pertumbuhan sektor-sektor perekonomian.
42
IV. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Cirebon
4.1. Kondisi Wilayah Kabupaten Cirebon Kabupaten Cirebon secara geografis terletak di bagian timur wilayah Provinsi Jawa Barat dan merupakan batas, sekaligus sebagai pintu gerbang Provinsi Jawa Tengah. Wilayah ini berada pada posisi 108°40' BT - 108°48' BT dan 6°30` LS - 7°00` LS dengan batas- batas wilayah administrasi sebagai berikut: Sebelah Utara
: Kabupaten Indramayu
Sebelah Barat Laut
: Kabupaten Majalengka
Sebelah Selatan
: Kabupaten Kuningan
SebelahTimur
: Kota Cirebon dan Kabupaten Brebes
Luas wilayah keseluruhan 990.36 km2 dengan ketinggian sebesar 0-130 m dari permukaan laut. Letak daratannya memanjang dari Barat Laut ke Tenggara. Kabupaten Cirebon merupakan bagian dari wilayah Provinsi Jawa Barat yang terletak di bagian timur dan merupakan batas, sekaligus sebagai pintu gerbang Provinsi Jawa Tengah. Dalam sektor pertanian Kabupaten Cirebon merupakan salah satu daerah produsen beras yang terletak di jalur pantura. Jika dilihat dari permukaan daratannya dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu, dataran rendah yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa dan dataran tinggi. Jumlah wilayah administrasi di Kabupaten Cirebon pada tahun 2010 terdiri dari 40 kecamatan, 412 desa, 12 kelurahan, jumlah RT sebanyak 9.188 dan RW sebanyak 2.607. Wilayah setiap kecamatannya terletak di bagian utara yaitu sepanjang jalur pantura termasuk pada dataran rendah yang memiliki
43
letak ketinggian antara 0-10 m dari permukaan air laut, sedangkan wilayah kecamatan bagian selatan memiliki letak ketinggian 11-130 m dari permukaan laut. Faktor iklim dan curah hujan di Kabupaten Cirebon dipengaruhi oleh keadaan alamnya yang sebagian besar terdiri dari daerah pantai dan perbukitan terutama daerah bagian utara, timur, dan barat, sedangkan daerah bagian selatan merupakan daerah perbukitan. Berbagai macam karakteristik terbentuk karena letak wilayah Kabupaten Cirebon itu sendiri. Semua itu merupakan suatu modal untuk kemajuan daerah. Di sini pengaruh pembangunan modernisasi berdampak jelas terhadap perubahan kehidupan politik, ekonomi, sosial, budaya, serta pertahanan dan keamanan, apalagi Kabupaten Cirebon merupakan pintu gerbang memasuki wilayah Provinsi Jawa Tengah. 4.2. Kependudukan Jumlah penduduk di Kabupaten Cirebon dari tahun 2005 hingga tahun 2010 belum merata. Data terbaru yang didapat yaitu jumlah penduduk Kabupaten Cirebon pada tahun 2010 mencapai 2.067.196 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Cirebon dari tahun 2000 sampai dengan 2010 yaitu sebesar 0,70 persen. Dengan luas wilayah 990,36 Km2, maka rata-rata setiap Km2 ditempati penduduk sebanyak 2.087 orang pada tahun 2010. Secara umum jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan. Hal ini ditunjukkan oleh sex ratio yang nilainya lebih besar dari 100. Pada tahun 2010, sex ratio sebesar 105,13 yang berarti untuk setiap 100 penduduk perempuan terdapat 105 penduduk laki-laki. Data tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.1.
44
Tabel 4.1. Indikator Kependudukan Kabupaten Cirebon Uraian Jumlah Penduduk (jiwa)
Tahun 2010 2.067.196
Laju Pertumbuhan Penduduk 2000-2010 (%)
0,70
Kepadatan Penduduk (jiwa/Km2)
2.087
Rasio Jenis Kelamin
105,13
Jumlah Rumahtangga
547.786
Rata-rata ART per Rumahtangga
3,77
Sumber : BPS Kabupaten Cirebon, 2010 Persebaran penduduk Kabupaten Cirebon per kecamatan hingga pada tahun 2010 masih menunjukkan kondisi kurang merata seperti tahun-tahun sebelumnya. Penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Sumber yaitu sebanyak 80.950 jiwa dengan sebaran penduduknya sebesar 3,29 persen dan yang terkecil adalah Kecamatan Pasaleman dengan jumlah penduduk hanya 24.968 jiwa dengan sebaran penduduk sebesar 1,21 persen. 4.3. Ketenagakerjaan Salah satu modal penting dalam proses meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menyukseskan program pembangunan adalah tenaga kerja. Jumlah tenaga kerja di suatu daerah harus diimbangi dengan ketersediaan lapangan pekerjaan. Selain itu banyaknya jumlah penduduk pun harus diimbangi dengan pertumbuhan angkatan kerja agar tidak memunculkan pengangguran. Tenaga kerja di Kabupaten Cirebon pada tahun 2005 hingga tahun 2010 dari tahun ke tahunnya cenderung menurun. Sehingga pada tahun 2009 pemerintah Kabupaten Cirebon melaksanakan padat karya agar dapat menyerap lebih banyak tenaga kerja. Di Kabupaten Cirebon lapangan pekerjaan yang banyak digeluti masyarakatnya adalah sektor primer (pertanian dalam arti luas
45
termasuk perikanan dan peternakan), diikuti sektor sekunder (industri pengolahan, listrik,gas dan air bersih dan konstruksi) sisanya kedalam sektor tersier ( jasa transportasi, keuangan, dan lain sebagainya). 4.4. Pendidikan Pendidikan sangat erat kaitannya dengan ketersediaan fasilitas pendidikan. Fasilitas-fasilitas pendidikan dari tahun 2005 hingga tahun 2010 selalu ditingkatkan agar tercapainya standar pendidikan yang lebih baik pula. Data terbaru didapat yaitu pada jenjang pendidikan SD di Kabupaten Cirebon tahun ajaran 2010/2011 seorang guru SD rata-rata mengajar 30 murid SD. Semakin tinggi jenjang pendidikan maka beban seorang guru semakin sedikit dimana untuk jenjang pendidikan SLTP rata-rata seorang guru mengajar 19 murid dan di jenjang SLTA beban seorang guru hanya mengajar 14 murid saja. Untuk jenjang pendidikan SLTA baik negeri maupun
swasta di
Kabupaten Cirebon pada tahun 2010 tetapi pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Umum terjadi penurunan dari sebanyak 19.008 murid pada tahun 2009 menjadi 16.788 murid pada tahun 2010. Pada tahun 2009 persentase penduduk laki-laki berumur 10 tahun ke atas yang masih bersekolah lebih tinggi dari penduduk perempuan yaitu sebesar 18,38 persen, sedangkan penduduk perempuan berumur 10 tahun ke atas yang masih bersekolah sebesar 16,99 persen. (Suseda 2009).
46
Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas Menurut Ijazah tertinggi Yang Dimiliki 5%
4%
27%
12%
Tidak Punya SD/MI SLTP/MTs Sederajat SLTA Sederajat
15%
SM Kejuruan 37%
Perguruan Tinggi
Sumber : Survei Sosial Ekonomi Daerah, 2009 Gambar 4.1. Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas Menurut Ijazah Tertinggi Yang Dimiliki
Tabel 4.2. Indikator Pendidikan Kabupaten Cirebon Tahun 2010 Uraian
2010
Angka melek Huruf
92,33
Rata-rata Lama Sekolah
6,85
Sumber : Dinas Pendidikan kabupaten Cirebon, 2011 Indikator pendidikan diatas, dapat terlihat bahwa pada tahun 2010 masih ada sebanyak 7,67 persen penduduk di Kabupaten Cirebon yang masih buta huruf. Maka dari itu perlu diadakannya upaya-upaya untuk mendukung peningkatan dalam bidang pendidikan tersebut. 4.5. Kesehatan Kesehatan termasuk salah satu faktor penting dalam pembangunan suatu daerah. Pemerintah Kabupaten Cirebon selalu mengupayakan dan meningkatkan fasilitas-fasilitas kesehatan. Dapat dilihat peningkatan fasilitas-fasilitas kesehatan
47
Kabupaten Cirebon dari tahun 2005 hingga tahun 2010 cukup baik walaupun belum terlalu signifikan. Data terbaru yang didapat yaitu fasilitas kesehatan yang ada di Kabupaten Cirebon pada tahun 2010 yaitu terdapat sebanyak 7 Rumah Sakit Umum, 283 Puskesmas yang terdiri dari 56 Puskesmas Umum, 56 Puskesmas Pembantu, dan 171 Puskesmas Keliling. Tabel 4.3. Statistik Fasilitas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2005-2010 Uraian
Perkembangan Fasilitas Kesehatan 2005
2006
2007
2008
2009
2010
6
6
6
6
6
7
Umum
53
58
53
53
53
56
Pembantu
63
64
66
67
65
56
Keliling
44
58
63
58
208
171
137
171
110
55
77
53
Klinik Bersalin
7
5
5
33
26
6
BKIA
-
53
-
35
51
-
BP gigi
31
31
-
44
15
-
Apotik
71
74
79
76
68
103
RSU Puskesmas
Balai Pengobatan
Sumber : Dinas kesehatan Kabupaten Cirebon, 2011 Sebagai rujukan masyarakat untuk berobat jalan di Kabupaten Cirebon fasilitas kesehatan tertinggi adalah puskesmas. Hal ini mengindikasikan bahwa fasilitas tersebut paling banyak dipilih karena cukup mudah dijangkau oleh penduduk dan biaya berobat yang dikeluarkan relatif murah. Selain itu juga terdapat fasilitas-fasilitas kesehatan lainnya seperti balai pengobatan, klinik bersalin, dan apotik yang masing-masing berjumlah 53, 6, dan 103 apotik. Di Kabupaten Cirebon hanya 6 kecamatan dari 40 kecamatan yang terdapat fasilitas Rumah Sakit Umum.
48
Banyaknya bayi yang ada di Kabupaten Cirebon selama tahun 2010 adalah sebanyak 50.150 bayi. Dari jumlah tersebut yang mendapatkan imunisasi selama tahun 2010 untuk jenis imunisasi BCG, DPT1+HB1, DPT3+HB3, Polio 1, Polio 3, Campak, dan HB0 masing masing sebanyak 33.906 ; 46.659 ; 46.113 ; 44.877 ; 43.225 ; 44.527 ; dan 42.509 (Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon, 2010). 4.6. Keadaan Perekonomian Daerah Perekonomian suatu daerah tidak terlepas dari letak geografis yang strategis dan karakteristik sumber daya alamnya. Karakteristik ekonomi Kabupaten Cirebon didominasi oleh sektor-sektor sebagai berikut : sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan, sektor komunikasi, jasa serta industri pengolahan. Kabupaten Cirebon merupakan daerah yang tergolong cukup cepat dalam bertransformasi dari tatanan ekonomi yang secara tradisional bertumpu pada sektor yang mengandalkan nilai tambah sumber daya.
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Cirebon tahun 2008 Keuangan, persewaan & jasa persh 13%
Jasa-jasa 15%
Pengangkutan dan komunikasi 3% Perdagangan, hotel dan restoran %
Pertanian 14%
Pertambangan/p enggalian 5% Industri pengolahan 8% Listrik dan air bersih 12% Konstruksi/bang unan 16%
Sumber : BPS Kabupaten Cirebon, 2010
Gambar 4.2. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Cirebon Tahun 2008
49
Adapun laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Cirebon tahun 2009 yaitu sebagai berikut :
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Cirebon tahun 2009
Keuangan, persewaan & jasa persh 10%
Jasa-jasa 13%
Pertanian 15% Pertambangan/p enggalian 9% Industri pengolahan 2%
Pengangkuta n dan komunikasi 10%
Listrik dan air bersih 14%
Perdagangan, hotel dan restoran 14%
Konstruksi/bang unan 13%
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010 Gambar 4.3. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Cirebon Tahun 2009
Secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Cirebon pada tahun 2005 hingga tahun 2010 selalu meningkat tetapi mengalami sedikit perlambatan pada tahun 2008 dan 2010. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.4. Pertumbuhan Perekonomian Kabupaten Cirebon pada tahun 2005-2010 Keterangan
Pertumbuhan Perekonomian Kabupaten Cirebon 2005
PE Kabupaten Cirebon
5,06
2006 5,11
2007 5,37
(%) Sumber data: BPS dan BAPPEDA Kab.Cirebon, 2011
2008 4,91
2009 5,08
2010 4,96
50
Secara letak geografis, Kabupaten Cirebon ini terletak di jalur perlintasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah. Hal ini yang menjadikan daerah ini memiliki kelebihan sendiri. Selain kota transit, kota ini dapat menjadi daerah tujuan yang baik untuk berwisata maupun berbisnis. Kegiatan perdagangan ini juga merupakan hal biasa bagi warganya, transaksi jual beli sangat berarti bagi denyut perekonomian daerah ini. Industri pengolahan non migas justru tercatat sebagai lapangan usaha dengan kontribusi yang paling dominan untuk penerimaan PAD (Pendapatan Asli Daerah) Kabupaten Cirebon. 4.7. Perkembangan Ekonomi Sektoral 4.7.1. Sektor Pertanian Kabupaten Cirebon dikenal sebagai salah satu daerah penghasil tanaman pangan di Provinsi Jawa Barat khususnya padi. Sejak tahun 2005 hingga 2010 tanaman pangan ini semakin meningkat dari tahun ke tahunnya walaupun mengalami sedikit penurunan pada tahun 2006 dan 2008. Hasil pertanian yang unggul dilihat dari perkembangannya yaitu padi, bawang merah, dan mangga gedong gincu (dapat dilihat dalam lampiran 3 sampai lampiran 8). Data terbaru yang di dapat yaitu pada tahun 2010 berhasil memproduksi padi baik padi ladang maupun padi sawah sebesar 627.767 ton. Hasil pertanian palawija yang ada hampir semua komoditi mengalami kenaikan rata-rata produksi di tahun 2010 dibanding tahun sebelumnya, yaitu pada komoditi jagung, ketela rambat, ketela pohon, dan kacang kedelai. Secara keseluruhan, luas panen untuk pertanian khususnya untuk padi selalu meningkat di setiap tahunnya. Hal ini dapat dilihat dalam Tabel 4.5.
51
Tabel 4.5. Statistik Luas Panen Padi di Kabupaten Cirebon Tahun 2005-2010 Tahun
Luas Panen Padi (Ha)
2005
86.964
2006
73.358
2007
81.627
2008
76.688
2009
89.348
2010
92.109
Sumber : Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan, dan Kehutanan Kabupaten Cirebon, 2011 Produksi padi di Kabupaten Cirebon pun dapat dilihat peningkatan setiap tahunnya yaitu sebagai berikut :
600000 500000 400000 300000
463197
383652
200000
482398
450910
2007
2008
541039
544784
2009
2010
100000 0 2005
2006
Produksi Padi (Ton) di Kabupaten Cirebon Tahun 2005-2010
Sumber : Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan, dan Kehutanan Kabupaten Cirebon, 2011 Gambar 4.4. Statistik Produksi Padi (Ton) di Kabupaten Cirebon Tahun 2005-2010
52
Selain dari hasil pertanian, Kabupaten Cirebon yang merupakan daerah pantai tentunya menjadikan sektor perikanan termasuk kedalam sektor unggulan terutama produksi udangnya. Hal ini dapat dilihat dalam Tabel 4.6. Tabel 4.6. Produksi Udang di Kabupaten Cirebon Tahun 2005-2010 Kategori
Produksi (Ton) 2005
2006
2007
2008
2009
2010
Ikan darat Udang tawar Udang lainnya
4.4
3.4
10.0
-
2.90
-
-
3.4
10.0
6.3
5.80
12.0
1032 1142.6 334.10
254.90
818.30
Ikan Tambak Udang Windu
1032.0
Udang Vanane
-
-
400.0
Udang Api-api
443.2
416
320.9
420 1200.00 5223.66 -
-
-
639.7 225.00 3865.8
552.1
513.2
-
613.5
163.0
- 651.30 3422.3
486.7
731.9
287.1
65.4
411.6
2813 2548.4 2906.6 8335.6
3181.3
7873.7
Ikan Laut Udang Putih
615.7
Udang Windu
-
Udang Dogol
177.0
Udang lain
540.7
JUMLAH
-
-
453.9 146.80
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cirebon, 2011 4.7.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor ini diklasifikasikan dalam 3 subsektor yaitu minyak dan gas bumi (migas), pertambangan tanpa migas dan penggalian. Khususnya untuk wilayah Kabupaten Cirebon kegiatan yang ada hanyalah subsektor penggalian. Subsektor ini mencakup kegiatan penggalian dan pengambilan segala jenis barang galian, misalnya batu kapur, pasir, tanah liat, batu-batuan dan sebagainya. Data produksi dan harga diperoleh dari Dinas Pertambangan Wilayah IV Cirebon.
53
4.7.3.
Sektor Industri Pengolahan Sektor ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu Industri Migas yang terdiri
dari pengilangan minyak bumi dan gas alam cair, dan Industri tanpa migas. Untuk wilayah Kabupaten Cirebon kegiatan industri yang ada adalah industri tanpa migas. Kegiatan ini mencakup industri besar dan sedang, industri kecil dan industri rumahtangga. Industri besar dan sedang mencakup perusahaan industri yang mempunyai jumlah tenaga kerja 20 orang atau lebih. Sedangkan industri kecil 5 sampai 19 orang, dan industri rumahtangga dengan jumlah tenaga kerja 1 sampai 4 orang. Di Kabupaten Cirebon terkenal dengan industri pengolahannya yaitu lebih spesifikasinya industri pengolahan rotan atau industri rotan. 4.7.4.
Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Sektor listrik merupakan sumber penerangan dan energi di berbagai sektor,
listrik memegang peranan yang sangat vital. Sejak tahun 2005 hingga 2010, pelanggan listrik semakin meningkat tiap tahunnya. Data terbaru yang didapat yaitu pelanggan listrik di Kabupaten Cirebon pada tahun 2010 sebanyak 320.697 pelanggan. Jika dilihat dari angka yang ada maka pelanggan dan daya terpasang di Kabupaten Cirebon dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Sejalan dengan peningkatan yang tajam dalam memenuhi kebutuhan listrik bagi masyarakat, jumlah listrik yang didistribusikan atau daya yang terpasang juga cenderung meningkat. Jumlah listrik yang didistribusikan pada tahun 2009 tercatat sebesar 319.552,69 KVA. Angka ini meningkat menjadi sebesar 345.695,44 KVA pada tahun 2010.
54
Jika dilihat dari data pelanggan listrik menurut golongannya, lebih dari 90 persen pelanggan listrik di Kabupaten
Cirebon pada tahun 2010 adalah
rumahtangga. Adapun data pelanggan listrik menurut golongannya pada tahun 2010 dapat dilihat sebagai berikut :
300000 250000 200000 293404
150000 100000 50000 0
6853
7916
497
1163
10864
Statistik Pelanggan Listrik di Kabupaten Cirebon Tahun 2010 Menurut Golongan Pelanggan
Sumber : PT. PLN (Persero) Area Pelayanan & Jaringan Cirebon, 2011 Gambar 4.5. Statistik Pelanggan Listrik di Kabupaten Cirebon Menurut Golongan Pelanggan Tahun 2010
Secara keseluruhan pelanggan listrik di Kabupaten Cirebon sudah cukup baik, yaitu dengan adanya peningkatan untuk setiap tahunnya. Peningkatan tersebut selalu diupayakan setiap tahunnya oleh Pemerintah Kabupaten Cirebon. Data statistik pelanggan listrik untuk Kabupaten Cirebon dapat dilihat pada Tabel 4.7.
55
Tabel 4.7. Statistik Pelanggan Listrik di Kabupaten Cirebon Tahun 20072010 Tahun
Pelanggan
2007
280.412
2008
292.288
2009
304.026
2010
320.697
Sumber : PT. PLN (Persero) Area Pelayanan & Jaringan Cirebon, 2011 Selain energi listrik, fasilitas penyediaan air minum juga penting bagi masyarakat. Perubahan dari tahun ke tahun jumlah pelanggan air minum yang dikelola PDAM Kabupaten Cirebon jumlahnya terus meningkat. Pada tahun 2009 sebanyak 25.833 pelanggan dan pada tahun 2010 terjadi penambahan pelanggan PDAM sebanyak 1.104 pelanggan. Jumlah pelanggan PDAM 26.937 ebanyak 96,02 persen adalah pelanggan rumah tempat tinggal.
Statistik Pelanggan Air Minum PDAM di Kabupaten Cirebon Tahun 2005-2010 30000 25000 20000
23475 22338 22831
25094 25833
26937
Statistik Pelanggan Air Minum PDAM di Kabupaten Cirebon Tahun 2005-2010
15000 10000 5000 0 2005
2006
2007
2008
2009
2010
Sumber : PDAM Kabupaten Cirebon, 2011 Gambar 4.6. Statistik Pelanggan Air Minum PDAM di Kabupaten Cirebon
56
4.7.5.
Sektor Konstruksi Sektor ini mencakup kegiatan pembangunan fisik (konstruksi), baik yang
digunakan sebagai tempat tinggal atau saran lainnya yang dilakukan oleh perusahaan konstruksi maupun yang dilakukan oleh perorangan. Pemerintah Kabupaten Cirebon selalu mengupayakan usaha-usaha agar sektor konstruksi ini dapat lebih berkembang dan meningkat setiap tahunnya. 4.7.6.
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Tabel 4.8. Statistik Hotel di Kabupaten Cirebon,Tahun 2010
Uraian
2010
Akomodasi Hotel Bintang
3
Hotel Non Bintang/Melati
10
Jumlah Kamar Hotel bintang
142
Hotel Non Bintang/Melati
423
Jumlah Tempat Tidur Hotel bintang
244
Hotel Non Bintang/Melati
325
Sumber : BPS Kabupaten Cirebon, 2011 Sektor perdagangan, hotel dan restoran masih merupakan sektor yang terlihat meningkat dari tahun ke tahunnya walaupun belum terlihat signifikan. Data terbaru yang didapat yaitu pada tahun 2010 di Kabupaten Cirebon terdapat 13 usaha akomodasi yang terbagi dalam 3 kategori hotel berbintang dan 10 akomodasi lainnya (hotel non bintang) dengan 565 kamar dan 569 tempat tidur. Seluruh usaha akomodasi tersebut yaitu 142 kamar atau 25,13 persen tersedia di
57
hotel
berbintang,
sedangkan
sekitar
423
kamar
terdapat
pada
hotel
nonbintang/melati. Berdasarkan statistik kunjungan tamu yang menginap di hotel masih di didominasi tamu domestik, sedangkan tamu mancanegara hanya sebanyak 43 orang. Adapun beberapa objek wisata unggulan di Kabupaten Cirebon adalah sebagai berikut : Taman Rekreasi Plangon, Kawasan Wisata Gunung Jati, Kurakura Belawa, Situ Patok, Situ Sedong, Banyu Panas Palimanan, Kawasan Wisata Ciperna, Kawasan Wisata Cikalahang, dan Kawasan Bondet. 4.7.7.
Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Jalan sebagai sarana penunjang transportasi memiliki peran penting
khususnya transportasi darat. Sektor ini masih memiliki kontribusi yang besar dari tahun 2005 hingga tahun 2010.
Rusak Berat, 68.9 Rusak, 85.23
Baik, 268.5
Sedang, 219.73
Sumber : Dinas Bina Marga Kabupaten Cirebon (dalam satuan Km), 2011 Gambar 4.7. Statistik Kondisi Jalan di Kabupaten Cirebon Tahun 2010
58
Data pada tahun 2010 yang didapat yaitu dari total panjang jalan yang ada yaitu sepanjang 642,36 Km sebanyak 76,01 persen berkategori jalan baik dan sedang, sementara hampir seperempatnya sisanya berkategori rusak. Secara keseluruhan kondisi jalan di Kabupaten Cirebon rata-rata selalu mengalami peningkatan yaitu dengan dilakukannya perbaikan-perbaikan jalan yang rusak. Data statistik kondisi jalan di Kabupaten Cirebon secara keseluruhan dapat dilihat dalam Tabel 4.9. Tabel 4.9. Statistik Kondisi Jalan di Kabupaten Cirebon Tahun 2005- 2010 Kondisi Baik
Perkembangan Kondisi Jalan Kabupaten Cirebon 2005 553.40
Sedang
2006
2007
2008
2009
2010
250.00
247.26
455.40
154.11
268.50
83.70
210.40
120.60
197.21
219.73
Rusak
72.20
180.00
139.30
68.16
202.61
85.23
Rusak Berat
15.40
127.46
46.20
-
88.43
68.90
JUMLAH
641.00
641.16
643.16
644.16
642.36
642.36
Sumber : Dinas Bina Marga Kabupaten Cirebon (dalam satuan Km), 2011 Angkutan, khususnya angkutan kereta api pada tahun 2010 di Kabupaten Cirebon
mengalami
peningkatan
dibanding
tahun
sebelumnya
terutama
peningkatan penumpang yang menggunakan jasa pelayanan kereta api, untuk angkutan barang secara volume sedikit mengalami penurunan. Pada tahun 2010 PT. KAI Daop 3 Cirebon khususnya untuk Kabupaten Cirebon (Stasiun Ciledug, Babakan, Arjawinangun, dan Cangkring) melayani penumpang atau meningkat sebesar 3,02 persen dibanding tahun 2009. Sedangkan untuk pelayanan angkutan barang mengalami penurunan sebesar 30,15 persen pada tahun 2010 jika dibanding tahun sebelumnya.
59
4.7.8.
Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Subsektor ini mencakup sektor keuangan yaitu Bank Sentral dan Bank
Komersial yang memberikan jasa keuangan pada pihak lain misalnya menerima simpanan terutama dalam bentuk giro dan deposito, memberikan kredit atau pinjaman, baik kredit jangka pendek, menengah dan panjang, mengirim uang, membeli dan menjual surat-surat berharga, mendiskonto surat wesel atau kertas dagang dan sejenisnya, menyewakan tempat dan menyimpan barang berharga dan sejenisnya. Adapun lembaga keuangan lainnya seperti kegiatan asurasi, dana pensiun, pegadaian, koperasi simpan pinjam, dan lembaga pembiayaan. Dalam subsector ini juga mencakup kegiatan valuta asing, pasar modal, dan jasa penunjangnnya misalnya pialang, penjamin emisi dan sebagainya. Sedangkan sektor persewaan di Kabupaten Cirebon mencakup kegiatan usaha persewaan bangunan dan tanah, baik yang menyangkut bangunan tempat tinggal maupun bukan bangunan tempat tinggal seperti perkantoran, pertokoan, apartemen dan lain sebagainya. Sektor jasa perusahaan di Kabupaten Cirebon mencakup kegiatan pemberian jasa hukum (Advokat dan Notaris), jasa pengolahan dan penyajian data, jasa bangunan atau arsitek dan teknik, jasa periklanan dan riset pemasaran, serta jasa persewaan mesin dan peralatan. 4.7.9.
Sektor Jasa-Jasa Sektor Jasa-jasa terbagi menjadi 2 subsektor yaitu :
1. Subsektor Jasa Pemerintahan Umum 2. Subsektor Jasa Swasta
60
1. Jasa Pemerintahan Umum Subsektor ini mencakup kegiatan jasa yang dilaksanakan oleh pemerintah untuk kepentingan rumahtangga serta masyarakat umum. Sebagai contoh, jasa pemerintahan umum, pertahanan dan keamanan dan sebagainya. 2. Jasa Swasta Subsektor ini meliputi kegiatan jasa yang dilaksanakan pihak swasta, misalnya jasa sosial dan kemasyarakatan, jasa hiburan dan rekreasi, serta perorangan dan rumahtangga. a. Jasa Sosial Kemasyarakatan Subsektor ini mencakup kegiatan jasa pendidikan, kesehatan, riset atau penelitian, palang merah, panti asuhan, panti wreda, yayasan pemeliharaan anak cacat (YPAC), rumah ibadat dan sejenisnya, baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta yang ada di Kabupaten Cirebon. b. Jasa Hiburan dan Rekreasi Subsektor ini mencakup kegiatan jasa bioskop, taman hiburan, bar, karaoke, diskotik, bilyard, kolam renang dan kegiatan hiburan lainnya seperti berbagai kesenian khas Cirebon (grup tarling, wayang golek, tari topeng dan sebagainya.) c. Jasa Perseorangan dan Rumahtangga Subsektor ini mencakup kegiatan yang pada umumnya melayani perorangan dan rumahtangga misalnya jasa reparasi, pemangkas rambut dan salon kecantikan, foto studio, tukang jahit, pembantu rumahtangga, semir sepatu dan sejenisnya.
61
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1.
Sektor-Sektor Unggulan Kabupaten Cirebon Periode 2005-2010 Berdasarkan Pendekatan Location Quotient (LQ) Dalam hal sektor unggulan, pendekatan yang digunakan biasanya
menggunakan pendekatan Location Quotient (LQ). Pada umumnya Produk Domestik Bruto Regional (PDRB) adalah indikator pendekatan LQ ini, sehingga dapat lebih menspesifikasikan antara sektor unggulan dan sektor nonunggulan yang peranannya berkaitan dengan pendapatan dan pertumbuhan wilayah Kabupaten Cirebon. Penelitian ini menggunakan periode dari tahun 2005 hingga tahun 2010 dan menggunakan PDRB Harga Konstan baik PDRB Kabupaten Cirebon maupun PDRB Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan periode tersebut dikarenakan laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Cirebon pada tahun 2005 hingga 2010 lebih besar daripada tahun-tahun sebelumnya dan mengalami peningkatan setiap tahunnya, walau ada perlambatan di tahun 2008 dan 2010. Laju perekonomian Kabupaten Cirebon mencapai pertumbuhan tertinggi dalam tahun 2007 yaitu sebesar 7,32 persen walaupun mengalami penurunan kembali pada tahun berikutnya. Nilai LQ merupakan indikator untuk menyatakan sektor unggulan dan nonunggulan. Ketika suatu sektor memiliki nilai LQ lebih besar dari satu maka sektor tersebut termasuk kedalam sektor unggulan, yaitu artinya peranan suatu sektor dalam perekonomian Kabupaten Cirebon lebih besar daripada peranan sektor tersebut dalam perekonomian Provinsi Jawa Barat. Hasil perhitungan
62
analisis LQ menurut pendekatan pendapatan untuk seluruh sektor yang ada di Kabupaten Cirebon, yaitu sebagai berikut : Tabel 5.1. Nilai LQ Sektor Perekonomian Kabupaten Cirebon Tahun 20052010 Lapangan Usaha
Nilai LQ 2005
2006
2007
2008
2009
2010
1.Pertanian
2.18
2.21
2.30
2.39
2.24
2.29
2.Pertambangan/penggalian
0.14
0.15
0.15
0.17
0.16
0.17
3. Industri Pengolahan
0.36
0.36
0.34
0.33
0.33
0.32
0.89
0.99
1.01
1.02
0.92
0.95
2.07
2.14
2.18
2.15
2.13
2.03
1.13
1.16
1.13
1.16
1.11
1.06
1.37
1.38
1.35
1.38
1.33
1.24
1.38
1.47
1.37
1.38
1.36
1.34
1.65
1.64
1.77
1.86
1.90
1.92
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 5. Bangunan/Konstruksi 6. Perdagangan, Hotel dan restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan
9. Jasa-jasa
Sumber : BPS Kabupaten Cirebon Tahun 2005-2010 (diolah) Berdasarkan tabel diatas, sektor yang termasuk pada sektor unggulan di Kabupaten Cirebon adalah : a. Sektor Pertanian Pada periode 2005-2010, nilai koefisien LQ > 1, dimana artinya kontribusi sektor pertanian dalam perekonomian Kabupaten Cirebon lebih besar daripada kontribusi sektor tersebut dalam perekonomian Provinsi Jawa Barat. Pesatnya pertumbuhan sektor ini juga karena ketersediaan kekayaan alam yang melimpah
63
di Kabupaten Cirebon. Kabupaten Cirebon merupakan salah satu daerah produsen beras yang terletak di jalur pantura. Selain itu telah dibahas diawal bahwasannya Kabupaten Cirebon terkenal akan pertaniannya yaitu bawang merah, cabai merah dan mangga gedong gincu. Pada saat ini yang menjadi primadona mangga gedong gincu, tetapi produksinya musiman. Sektor ini pun menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup besar. b. Bangunan/Konstruksi Pada periode 2005-2010, nilai koefisien LQ > 1, dimana artinya kontribusi sektor bangunan/konstruksi dalam perekonomian Kabupaten Cirebon lebih besar daripada kontribusi sektor tersebut dalam perekonomian Provinsi Jawa Barat. Sektor ini merupakan sektor unggulan peringkat kedua setelah sektor pertanian. Memang benar adanya, pesatnya pertumbuhan sektor ini juga didukung oleh kurangnya bangunan-bangunan yang bersifat sosial di daerah Kabupaten Cirebon. Sektor bangunan/konstruksi ini mencakup kegiatan pembangunan fisik (konstruksi), baik yang digunakan sebagai tempat tinggal atau sarana lainnya yang dilakukan oleh perusahaan konstruksi maupun yang dilakukan oleh perorangan. Misalnya saja baru-baru ini Kabupaten Cirebon membangun Mall yaitu Cirebon Square yang telah berdiri bangunanya, selanjutnya akan dibangun Mall lain yaitu Plumbon Square yang rencana pembangunannya akan berjalan pada saat ini hingga beberapa waktu kedepan. Bangunan ini dilaksanakan dan dibangun dengan tujuan agar fasilitas-fasilitas umum untuk masyarakat Kabupaten Cirebon sendiri dapat menjadi jauh lebih berkembang dan lengkap. Contoh hal lainnya, Kabupaten Cirebon pun sedang membangun rumah sakit-rumah sakit, sekolah, restoran, hotel dan lain sebagainya.
64
c. Jasa-Jasa Pada periode 2005-2010, nilai koefisien LQ > 1, dimana artinya kontribusi sektor jasa-jasa dalam perekonomian Kabupaten Cirebon lebih besar daripada kontribusi sektor tersebut dalam perekonomian Provinsi Jawa Barat. Hal ini dikarenakan terjadinya pertumbuhan yang cepat akibat banyaknya penambahan jasa sosial kemasyarakatan, jasa hiburan, rekreasi, jasa perseorangan dan rumahtangga. Jasa sosial kemasyarakatan seperti dibukanya rumah sakit swasta, klinik swasta, sekolah-sekolah swasta, kursus-kursus, riset atau penelitian, palang merah, panti asuhan, panti wreda, Yayasan Pemeliharaan Anak Cacat (YPAC), rumah ibadat dan sejenisnya, baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta yang ada di Kabupaten Cirebon. Jasa rekreasi di Kabupaten Cirebon pun terus berkembang yaitu pengadaan seperti bioskop, mall, taman hiburan, kolam renang dan kegiatan hiburan lainnya seperti berbagai kesenian khas Cirebon (grup tarling, wayang golek, tari topeng dan sebagainya). Sedangkan jasa perseorangan dan rumahtangga pun kian meningkat seperti jasa-jasa reparasi alat-alat rumahtangga , pemangkas rambut dan salon kecantikan, foto studio, tukang jahit, pembantu rumahtangga, semir sepatu dan lain sebagainya. d. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Pada periode 2005-2010, nilai koefisien LQ > 1, dimana artinya kontribusi sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan dalam perekonomian Kabupaten Cirebon lebih besar daripada kontribusi sektor tersebut dalam perekonomian Provinsi Jawa Barat. Dalam sektor ini, Kabupaten Cirebon hanya terdapat Bank Komersial sedangkan Bank Sentralnya terdapat di Kota Cirebon. Kegiatan
65
asuransi, dana pensiun, pegadaian, koperasi simpan pinjam, dan lembaga pembiayaan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini didukung oleh meningkatnya sektor pertanian, jasa-jasa dan sektor unggulan lainnya yang menyebabkan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pun meningkat. Sedangkan sektor persewaan di Kabupaten Cirebon mencakup kegiatan usaha persewaan bangunan dan tanah, baik yang menyangkut bangunan tempat tinggal maupun sarana fasilitas umum. Sedangkan sektor jasa perusahaan di Kabupaten Cirebon mencakup kegiatan pemberian jasa hukum, jasa pengolahan dan penyajian data, jasa bangunan atau arsitek dan teknik, jasa periklanan dan riset pemasaran, serta jasa persewaan mesin, peralatan dan lain sebagainya. e. Pengangkutan dan Komunikasi Pada periode 2005-2010, nilai koefisien LQ > 1, dimana artinya kontribusi sektor pengangkutan dan komunikasi dalam perekonomian Kabupaten Cirebon lebih besar daripada kontribusi sektor tersebut dalam perekonomian Provinsi Jawa Barat. Sektor ini sangat dipengaruhi oleh sektor-sektor lainnya diantaranya khususnya sektor pertanian dan sektor industri pengolahan seperti industri rotan, industri tekstil, industri sandal, sepatu dan lain sebagainya. Pengangkutan dan komunikasi ini memiliki peran penting dalam perekonomian Kabupaten Cirebon. Sektor komunikasi pun kian meningkat sejalan peningkatan sektor transportasi (pengangkutan). Jalan sebagai sarana penunjang transportasi, memiliki peran penting khususnya transportasi darat. Walaupun kondisi jalan di Kabupaten Cirebon masih saja ada kerusakan dimana-mana akibat mobil kendaraan beroda empat
66
yang ukurannya besar seperti bus, fuso, truk dan lain sebagainya. Tetapi untuk sekarang, sedang dilakukan perbaikan jalan guna mencapai peningkatan pada sektor pengangkutan tersebut. Selain itu angkutan kereta api pun tidak kalah meningkat dibanding pengangkutan lainnya. Angkutan kereta api di Kabupaten Cirebon
mengalami
peningkatan
dibanding
tahun
sebelumnya
terutama
peningkatan penumpang yang menggunakan jasa pelayanan kereta api, walaupun untuk angkutan barang secara volume sedikit mengalami penurunan. Pemerintah selalu mengupayakan usaha-usaha terbaiknya guna meningkatkan sektor pengangkutan dan komunikasi tersebut. f. Perdagangan, Hotel dan Restoran Pada periode 2005-2010, nilai koefisien LQ > 1, dimana artinya kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran dalam perekonomian Kabupaten Cirebon lebih besar daripada kontribusi sektor tersebut dalam perekonomian Provinsi Jawa Barat. Pesatnya perkembangan sektor ini didukung adanya objek wisata dan seni budaya yang ada di Kabupaten Cirebon ini. Walaupun dari data yang ada tamu yang menginap di hotel masih di didominasi tamu domestik daripada tamu mancanegara. Hal ini tidak menurunkan perkembangan sektor hotel di Kabupaten Cirebon. Karena letak Kabupaten Cirebon yang strategis maka sektor perdagangan menjadi semakin pesat. Kabupaten Cirebon merupakan perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah sehingga pusat perekonomian dan perdagangan terpusat pada daerah tersebut. Itulah yang menjadikan sektor perdagangan semakin meningkat dan merupakan sektor unggulan. Sektor restoran pun tidak kalah, pertumbuhan yang pesat pada sektor ini didukung oleh adanya keanekaragaman makanan khas Kota
67
maupun Kabupaten Cirebon yang ada di Kabupaten Cirebon. Makanan khasnya seperti : nasi jamblang, empal gentong, bubur sop, nasi lengko Cirebon, tahu gejrot, doclang, makanan seafood sejenis cumi yang disebut oleh masyarakat sana blakutak, udang, rajungan dan lain sebagainya. Keanekaragaman makanan khas ini membuat para wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara senang untuk singgah di restoran-restoran yang ada di Kabupaten Cirebon ini. Hal itulah yang menyebabkan pertumbuhan restoran yang ada di Kabupaten Cirebon kian meningkat. g. Listrik, Gas dan Air Bersih Jika dilihat dari hasil analisis LQ diatas, sektor ini termasuk sektor nonunggulan. Tetapi pada tahun 2007 dan 2008, sektor ini sempat masuk ke dalam golongan sektor unggulan di Kabupaten Cirebon. Dalam sektor listrik, gas dan air bersih pada tahun 2007 dan 2008 nilai koefisien LQ > 1, dimana artinya kontribusi sektor listrik, gas dan air bersih dalam perekonomian Kabupaten Cirebon lebih besar daripada kontribusi sektor tersebut dalam perekonomian Provinsi Jawa Barat. Pada tahun 2009, sektor ini kembali menurun dan tidak tergolong sektor unggulan kembali. Dilihat dari analisis LQ tersebut, sektor ini pada tahun 2007 dan 2008 memiliki nilai koefisien LQ > 1 walaupun mengalami penurunan di tahun berikutnya. Berdasarkan penjelasan sebelumnya terlihat bahwa, sektor ini memiliki potensi untuk menjadi sektor unggulan karena sektor ini sebagai salah satu sumber utama energi penggerak mesin-mesin produksi pada industri pengolahan. Untuk itu perlu adanya dorongan yang kuat dari Pemerintah Kabupaten Cirebon.
68
Berdasarkan
analisis
LQ pada Tabel
5.1,
adapun
sektor-sektor
perekonomian Kabupaten Cirebon yang termasuk ke dalam sektor nonunggulan yaitu : industri pengolahan, pertambangan/penggalian serta sektor listrik, gas dan air bersih. Seperti yang kita ketahui, bahwasannya Cirebon terkenal dengan sentra industri pengolahan rotan. Kondisi ekspor rotan yang kian meningkat dari tahun ke tahunnya. Hal ini menunjukkan tanda-tanda bahwa sektor industri pengolahan rotan ini merupakan sektor unggulan di Kabupaten Cirebon. Tetapi dari hasil analisis LQ di atas, industri pengolahan tidak termasuk kedalam sektor unggulan. Hal ini disebabkan karena penelitian ini dilakukan dalam periode 2005 hingga 2010, pada pertengahan tahun 2005 pemerintah mengeluarkan kebijakan rotan mentah yang diatur dalam SK No. 12/M-DAG/PER/6/2005 tentang Pembebasan Ekspor Rotan Mentah. Adanya Kebijakan ekspor rotan mentah ini, mengakibatkan krisis pada perkembangan industri rotan tersebut dengan ditandai menurunnya persediaan bahan baku rotan domestik dan meningkatnya harga bahan baku rotan. Sejak saat itu industri rotan mengalami krisis bahan baku yang mengakibatkan penurunan pada volume dan nilai ekspor. Sehingga industri pengolahan rotan pun perkembangannya menurun setelah diberlakukannya kebijakan tersebut pada tahun 2005. Maka dari itu industri rotan termasuk pada sektor nonunggulan dalam periode 2005-2010 karena adanya kebijakan pembebasan ekspor rotan mentah. Selain itu industri pengolahan bukan hanya industri pengolahan rotan saja, industri pengolahan tekstil, sandal, sepatu dan lain sebagainya.
69
Dalam hal sektor pertambangan/penggalian khususnya untuk wilayah Kabupaten Cirebon kegiatan yang ada hanyalah subsektor penggalian. Tidak adanya sektor pertambangan disebabkan oleh kondisi alam Kabupaten Cirebon yang tidak berpotensi untuk dilakukannya kegiatan pertambangan seperti halnya di daerah Kalimantan. Akibatnya sektor pertambangan/penggalian ini tidak termasuk kedalam sektor unggulan. Sedangkan untuk sektor listrik, gas, dan air bersih pun termasuk kedalam sektor nonunggulan tetapi pada tahun 2007 dan 2008 sektor ini berpotensi kedalam sektor unggulan di Kabupaten Cirebon. 5.2. PDRB (Produk Domestik Bruto Regional), Pertumbuhan Wilayah, dan Sektor-Sektor Unggulan Kabupaten Cirebon 5.2.1. Pertumbuhan Total PDRB Kabupaten Cirebon dan Provinsi Jawa Barat Nilai riil PDRB Kabupaten Cirebon pada tahun 2005 atas dasar harga konstan tahun 2000 adalah sebesar Rp 6,34 triliun dan meningkat pada tahun 2010 menjadi Rp 8,13 triliun, sehingga pada periode 2005-2010 terjadi peningkatan dengan pertumbuhan sekitar Rp 1,78 triliun. Persentase pertumbuhan semua sektor perekonomian di Kabupaten Cirebon pada periode 2005 sampai dengan 2010 menunjukkan peningkatan kontribusi sebesar 271,91 persen ( Tabel 5.2). Pada Tabel 5.2 jelas terlihat bahwa presentase pertumbuhan perekonomian tertinggi adalah sektor jasa-jasa yaitu sebesar 46,58 persen. Pada tahun 2005 kontribusi sektor jasa-jasa yang diberikan terhadap PDRB Kabupaten Cirebon adalah sebesar Rp 726,34 miliar dan meningkat pada tahun 2010 sebesar Rp 1,06 triliun, sehingga pada periode 2005 hingga 2010 sektor jasa-jasa meningkat sebesar Rp 338,34 miliar. Maka dari itu sektor jasa-jasa di Kabupaten Cirebon tumbuh pesat. Hal ini dikarenakan banyaknya penambahan baik jasa sosial
70
kemasyarakatan, jasa hiburan, rekreasi maupun jasa perseorangan dan rumahtangga oleh pemerintah Kabupaten Cirebon. Selain itu juga di dukung oleh faktor seni budaya Cirebon dalam hal jasa hiburan dan kesenian seperti grup tarling, wayang golek, tari topeng dan sebagainya. Adapun tabel pertumbuhan PDRB Kabupaten Cirebon, yaitu sebagai berikut : Tabel 5.2. Perubahan PDRB Kabupaten Cirebon Menurut Lapangan Usahanya Berdasarkan Harga Konstan 2000, Tahun 2005 dan 2010 (juta rupiah) ∆ PDRB
Persen
2.442.050,77
452.425
22,74
26.237
32.019,35
5.782
22,04
1.003.855
1.097.542,23
93.687
9,33
4. Listrik, Gas dan Air Bersih
131.926
175.847,56
43.922
33,29
5. Bangunan/Konstruksi
421.073
605.021,72
183.949
43,69
1.400.054
1.873.433,74
473.380
33,81
369.852
482.727,89
112.876
30,52
274.813
356.997,47
82.184
29,91
726.344
1.064.684,34
338.340
46,58
6.343.779
8.130.325,07
1.786.546
28.16
Lapangan Usaha 1.Pertanian 2.Pertambangan/penggalian 3. Industri Pengolahan
2005
2010
1.989.626
6. Perdagangan, Hotel dan restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan
9. Jasa-jasa Total PDRB
Sumber : BPS Kabupaten Cirebon, 2011 (diolah) Persentase
pertumbuhan
perekonomian
terendah
adalah
industri
pengolahan yang tumbuh sebesar 9,33 persen. Pada tahun 2005 kontribusi industri pengolahan terhadap PDRB Kabupaten Cirebon adalah sebesar Rp 1,00 triliun dan meningkat pada tahun 2010 menjadi sebesar Rp 1,09 triliun. Selama periode 2005 hingga 2010 sektor ini meningkat sebesar 9,36 miliar. Pada sektor industri
71
pengolahan ini menjadi sektor perekonomian yang pertumbuhannya terendah karena adanya kebijakan rotan mentah yang diatur dalam SK No. 12/MDAG/PER/6/2005 tentang Pembebasan Ekspor Rotan Mentah. Selain itu industri pengolahan bukan hanya industri pengolahan rotan saja, industri pengolahan tekstil, sandal, sepatu dan lain sebagainya. Hal yang sama juga terjadi pada Provinsi Jawa Barat, pada tahun 2005 nilai riil PDRB Provinsi Jawa Barat atas dasar harga konstan 2000 adalah sebesar Rp 242,88 triliun dan meningkat pada tahun 2007 menjadi Rp 321,87 triliun (Tabel 5.3). Sedangkan pada pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan sebesar Rp 78,99 triliun. Pada Tabel 5.3 jelas terlihat bahwa persentase pertumbuhan perekonomian tertinggi adalah sektor bangunan/konstruksi sebesar 51,78 persen. Sektor ini pada tahun memiliki PDRB sebesar Rp 7,78 triliun dan meningkat menjadi Rp 11,81 triliun di tahun 2010. Sedangkan laju pertumbuhan ekonomi terendah terjadi pada sektor
pertambangan/penggalian.
Pada
tahun
2005
kontribusi
sektor
pertambangan/penggalian terhadap PDRB Kabupaten Cirebon adalah sebesar Rp 7,14 triliun dan meningkat pada tahun 2010 menjadi sebesar Rp 7,46 triliun. Selama periode 2005 hingga 2010 sektor ini meningkat sebesar 321,79 miliar. Adapun sektor yang memiliki perubahan PDRB terbesar dan terendah. Sektor yang memiliki perubahan PDRB terbesar yaitu sektor industri pengolahan sebesar 29,91 triliun. Nilai ini didapatkan dari selisih antara PDRB sektor industri pengolahan tahun 2010 sebesar Rp 135,24 trilliun dengan PDRB sektor industri pengolahan tahun 2005 sebesar Rp 105,33 trilliun.
72
Tabel 5.3. Perubahan PDRB Provinsi Jawa Barat Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Konstan 2000, Tahun 2005 dan 2010 (juta rupiah) Lapangan Usaha 1.Pertanian
2005
2010
∆ PDRB
Persen
34.942.015,45
42.137.000,00
7.194.984,55
20,59
7.143.208,64
7.465.000,00
321.791,36
4,50
105.334.047,2
135.247.000,00
29.912.952,85
28,40
5.649.829,62
7.316.000,00
1.666.170,38
29,49
7.780.823,72
11.810.000,00
4.029.176,28
51,78
47.259.969,72
70.083.000,00
22.823.030,28
48,29
10.329.164,21
15.353.000,00
5.023.835,79
48,64
7.623.682,08
10.565.000,00
2.941.317,92
38,58
9. Jasa-jasa
16.821.141,16
21.900.000,00
5.078.858,84
30,19
Total PDRB
24.883.881,74
321.876.000,00
78.992.118,25
32,52
terendah
sektor
2.Pertambangan/pen -ggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 5.Bangunan/Konstru -ksi 6.Perdagangan,Hotel dan restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8.Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan
Sumber : BPS Kabupaten Cirebon, 2011 (diolah) Sektor
yang
memiliki
perubahan
PDRB
yaitu
pertambangan/penggalian sebesar 321,79 miliar. Nilai ini didapatkan dari selisih antara PDRB sektor pertambangan/penggalian tahun 2010 sebesar Rp 7,46 trilliun dengan PDRB sektor pertambangan/penggalian tahun 2005 sebesar Rp 7,14 trilliun.
73
5.2.2. Rasio PDRB Total dan Sektoral Kabupaten Cirebon dan Provinsi Jawa Barat Tahun 2005-2010 Pada umumnya kontribusi semua sektor perekonomian Kabupaten Cirebon dan Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan. Dalam setiap sektor perekonomian memiliki rasio yang berbeda-beda baik pada PDRB Kabupaten Cirebon maupun Provinsi Jawa Barat. Rasio yang dimiliki tiap sektor biasanya terlihat dari nilai Ra, Ri dan ri. Nilai Ra diperoleh dari selisih antara jumlah PDRB Provinsi Jawa Barat tahun 2010 dengan jumlah PDRB Provinsi Jawa Barat tahun 2005 dibagi dengan jumlah PDRB Provinsi Jawa Barat tahun 2005. Antara tahun 2005-2010, nilai Ra adalah sebesar 0,33 (Tabel 5.4). Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Barat meningkat sebesar 0,33. Nilai Ri diperoleh dari selisih antara PDRB Provinsi Jawa Barat sektor i pada tahun 2010 dengan PDRB Provinsi Jawa Barat sektor i pada tahun 2005. Kontribusi pada setiap sektor perekonomian mengalami peningkatan, sehingga seluruh sektor perekonomian memiliki nilai Ri yang positif. Nilai Ri paling besar terdapat pada sektor bangunan/kontruksi yaitu sebesar 0,52. Hal ini dikarenakan laju pertumbuhan sektor bangunan/konstruksi adalah terbesar di Provinsi Jawa Barat. Sedangkan nilai Ri terkecil terdapat pada sektor pertambangan/penggalian karena letak topografi Provinsi Jawa Barat yang tidak memiliki daerah pertambangan, sehingga memiliki laju pertumbuhan yang kecil. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.4.
74
Tabel 5.4. Rasio PDRB Kabupaten Cirebon dan Provinsi Jawa Barat Lapangan Usaha
Ra
Ri
ri
1.Pertanian
0,33
0.21
0.23
2.Pertambangan/penggalian
0,33
0.05
0,22
3. Industri Pengolahan
0,33
0.28
0.09
0,33
0.29
0.33
0,33
0.52
0.44
0,33
0.48
0.34
0,33
0.49
0.31
0,33
0.39
0.30
0,33
0.30
0.47
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 5. Bangunan/Konstruksi 6. Perdagangan, Hotel dan restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan
9. Jasa-jasa
Sumber : BPS Kabupaten Cirebon Tahun 2005 dan 2010 (diolah) Dalam hal nilai ri , ini diperoleh dari selisih antara PDRB sektor i di Kabupaten Cirebon tahun 2010 dengan PDRB sektor i di Kabupaten Cirebon tahun 2005 dibagi dengan PDRB sektor i di Kabupaten Cirebon tahun 2005. Nilai ri terbesar terdapat pada sektor jasa-jasa sebesar 0,47 karena sektor ini didukung banyaknya penambahan jasa sosial kemasyarakatan, jasa hiburan, rekreasi, jasa perseorangan dan rumahtangga. Selain itu juga didukung oleh seni budaya kesenian Cirebon dalam hal jasa rekreasi di Kabupaten Cirebon seperti grup tarling, wayang golek, tari topeng dan sebagainya. Sedangkan nilai ri terkecil terdapat pada sektor industri pengolahan yaitu sebesar 0,09 karena adanya kebijakan yaitu SK No. 12/M-DAG/PER/6/2005 tentang Pembebasan Ekspor Rotan Mentah. Hal inilah yang mengakibatkan krisis
75
pada perkembangan industri rotan tersebut dan mengalami laju pertumbuhan yang menurun dan kecil. 5.2.3. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah Kabupaten Cirebon Tahun 2005-2010 Pembangunan
suatu
wilayah
dipengaruhi
oleh
faktor
komponen
pertumbuhan wilayah. Begitu pun yang terjadi pada pembangunan wilayah Kabupaten Cirebon. Komponen pertumbuhan wilayah tersebut terdiri dari komponen Pertumbuhan Regional (PR), komponen Pertumbuhan Proporsional (PP), dan komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW). Jika laju pertumbuhan semua sektor perekonomian Kabupaten Cirebon meningkat setiap tahunnya, maka ketiga komponen pertumbuhan wilayah tersebut bernilai positif. Ketiga komponen pertumbuhan wilayah ini diperoleh dari hasil kali antara rasio PDRB Provinsi Jawa Barat dengan PDRB sektor i pada Kabupaten Cirebon tahun 2005. Ketiga komponen pertumbuhan wilayah ini terjadi disebabkan oleh adanya perubahan kebijakan ekonomi di tingkat provinsi dan adanya perubahan dalam hal-hal yang memengaruhi perekonomian di sektor-sektor perekonomian Kabupaten Cirebon. Jika dilihat secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Barat tahun 2005 hingga 2010 telah memengaruhi peningkatan PDRB Kabupaten Cirebon sebesar Rp 2,06 triliun (32,52 persen). Berdasarkan Tabel 5.5, sektor-sektor perekonomian yang ada di Kabupaten Cirebon mengalami peningkatan kontribusi. Sektor perekonomian yang memiliki peningkatan kontribusi terbesar yaitu terdapat pada sektor pertanian sebesar Rp 647,08 miliar. Sedangkan sektor yang memiliki kontribusi terendah yaitu sektor pertambangan/penggalian yaitu sebesar Rp 8,53 miliar.
76
Tabel 5.5. Analisis Shift Share Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Cirebon Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Regional, Tahun 2005-2010 Lapangan Usaha
Pertumbuhan Regional (PR ij ) Juta Rupiah
1.Pertanian
Persen
647.077,82
32,52
8.532,95
32,52
326.479,60
32,52
42.905,75
32,52
5. Bangunan/Konstruksi
136.943,83
32,52
6. Perdagangan, Hotel dan restoran
455.333,76
32,52
7. Pengangkutan dan Komunikasi
120.285,43
32,52
89.376,29
32,52
236.225,85
32,52
2.063.160,95
32,52
2.Pertambangan/penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air Bersih
8. Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa Total
Sumber : BPS Kabupaten Cirebon Tahun 2010 (diolah)
Berdasarkan data diatas, dapat disimpulkan bahwa sektor pertanian adalah sektor yang sangat dipengaruhi oleh perubahan kebijakan pemerintah di tingkat Provinsi Jawa Barat. Jika terjadi perubahan kebijakan pemerintah, maka kontribusi sektor pertanian beserta subsektornya akan mengalami perubahan. Dalam hal pertumbuhan proporsional, diperoleh dari hasil kali antara PDRB Kabupaten Cirebon sektor i tahun 2005 dengan selisih antara Ri dan Ra. Dapat dilihat dalam Tabel 5.6. Selain itu juga dapat dilihat dalam Tabel 5.6, sektor unggulan yang memiliki nilai PP yang positif (PP ij > 0) adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 220,79 miliar (15,77 persen), sektor bangunan/konstruksi
yaitu sebesar 81,10
miliar (19,26 persen),
sektor
pengangkutan dan komunikasi yaitu sebesar 56,60 miliar (16,11 persen), dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yaitu sebesar 16,65 miliar (6,06
77
persen). Sektor-sektor tersebut termasuk kedalam sektor unggulan yang pertumbuhannya cepat. Tabel 5.6. Analisis Shift Share Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Cirebon Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Proporsional, Tahun 2005-2010 Pertumbuhan Proporsional (PP ij )
Lapangan Usaha
Juta Rupiah 1.Pertanian
Persen
-237.389,71
-11,93
-7.351,01
-28,02
-41.403,05
-4,12
4. Listrik, Gas dan Air Bersih
-3.999,94
-3,03
5. Bangunan/Konstruksi
81.102,15
19,26
220.787,60
15,77
7. Pengangkutan dan Komunikasi
59.600,92
16,11
8. Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan
16.650,22
6,06
-16.918,57
-2,33
71.078,62
7,77
2.Pertambangan/penggalian 3. Industri Pengolahan
6. Perdagangan, Hotel dan restoran
9. Jasa-jasa Total Sumber : BPS Kabupaten Cirebon Tahun, 2010 (diolah)
Sektor unggulan lainnya yang memiliki nilai PP yang negatif (PP ij < 0) adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa. Sektor pertanian memiliki nilai PP yaitu sebesar -237,39 miliar (-11,93 persen). Sedangkan sektor jasa-jasa memiliki nilai PP sebesar -16,92 miliar (-2,33 persen). Sektor pertanian memiliki nilai PP yang negatif, hal ini karena rusaknya beberapa infrastruktur jalan yg ada di beberapa daerah Provinsi Jawa Barat yang memengaruhi pasokan pertanian di seluruh wilayah Provinsi Jawa Barat termasuk Kabupaten Cirebon. Pada sektor jasa-jasa memiliki nilai PP negatif dikarenakan Pemerintah Provinsi Jawa Barat belum terfokus pada penambahan baik jasa sosial
78
kemasyarakatan, jasa hiburan, rekreasi maupun jasa perseorangan dan rumahtangga. Hal ini mengakibatkan kedua sektor tersebut termasuk kedalam sektor yang pertumbuhannya lambat (PP ij < 0). Pada sektor non unggulan dapat dilihat pada Tabel 5.6 terlihat bahwa semua sektor nonunggulan memiliki nilai PP yang negatif sehingga sektor-sektor non unggulan tersebut memiliki pertumbuhan yang lambat. Dalam Tabel 5.7 dapat dilihat tentang hal komponen pertumbuhan pangsa wilayah. Hal komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW) memiliki ketentuan yaitu sektor yang memiliki nilai PPW ij > 0 atau positif maka sektor tersebut termasuk kedalam sektor yang memiliki dayasaing yang baik. Sedangkan jika suatu sektor memiliki nilai PPWij < 0 atau negatif maka sektor tersebut termasuk kedalam sektor yang memiliki dayasaing yang kurang baik. Pada Tabel 5.7, sektor unggulan yang memiliki nilai PPW yang positif (PPW ij > 0) adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa. Sektor pertanian memiliki nilai PPW sebesar 52,45 miliar (2,15 persen), sedangkan sektor jasa-jasa memiliki nilai PPW sebesar 174,48 miliar (16,39 persen). Sektor-sektor tersebut termasuk kedalam sektor unggulan yang memiliki dayasaing yang baik. Sektor unggulan lainnya yang memiliki nilai PPW yang negatif (PPW ij < 0) adalah sektor bangunan/konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (dapat dilihat pada Tabel 5.7).
79
Tabel 5.7. Analisis Shift Share Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Cirebon Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah Tahun 2005-2010 Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW ij )
Lapangan Usaha
Juta Rupiah 1.Pertanian
Persen
52.454,63
2,15
5.614,29
17,53
-209.251,20
-19,07
6.685,62
3,80
-48.992,89
-8,10
-271.291,67
-14,48
7. Pengangkutan dan Komunikasi
-87.461,53
-18,12
8. Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan
-30.972,14
-8,68
9. Jasa-jasa
174.480,19
16,39
-408.734,70
-28,57
2.Pertambangan/penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 5. Bangunan/Konstruksi 6. Perdagangan, Hotel dan restoran
Total Sumber : BPS Kabupaten Cirebon Tahun, 2010 (diolah)
Sektor bangunan/konstruksi yaitu sebesar -48.99 miliar (-8,10 persen), sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar -271.29miliar (-14,48 persen), sektor pengangkutan dan komunikasi yaitu sebesar -87.46 miliar (-18,12 persen), dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yaitu sebesar -30.97 miliar (-8,68 persen). Sektor-sektor tersebut termasuk kedalam sektor unggulan yang memiliki dayasaing yang kurang baik. Pada sektor non unggulan dapat dilihat pada Tabel 5.7 terlihat bahwa sektor non unggulan yang memiliki nilai PPW yang positif (PPW ij > 0) adalah sektor pertambangan/penggalian dan sektor listrik, gas dan air bersih. Sektor pertambangan/penggalian memiliki nilai PPW sebesar 5.62 miliar (17,53 persen), sedangkan sektor listrik,gas dan air bersih memiliki nilai sebesar 6.69 miliar (3,80
80
persen). Sektor-sektor tersebut termasuk kedalam sektor nonunggulan yang memiliki dayasaing yang baik. Sedangkan sektor non unggulan lainnya yang memiliki nilai PPW yang negatif (PPW ij < 0) adalah sektor industri pengolahan yaitu sebesar -209.25 miliar (-19,07 persen). Sektor ini termasuk kedalam sektor nonunggulan yang memiliki dayasaing yang kurang baik. Sektor unggulan yang memiliki laju pertumbuhan pangsa wilayah terbesar adalah sektor jasa-jasa sebesar 16,39 persen, hal ini dikarenakan dayasaing sektor tersebut lebih tinggi dibandingkan sektor yang sama di wilayah Provinsi Jawa Barat. Sedangkan sektor dengan laju PPW terendah adalah sektor industri pengolahan yaitu sebesar -19,07 persen, hal ini dikarenakan adanya kebijakan pembebasan ekspor rotan mentah mengakibatkan industri pengolahan rotan di Kabupaten Cirebon mengalami krisis. Banyak perusahaan-perusahaan yang tidak mampu melewati krisis tersebut sehingga bangkrut. Kebangkrutan perusahaanperusahaan industri pengolahan rotan inilah berdampak kepada keseluruhan pertumbuhan dayasaing industri pengolahan secara keseluruhan. Hal itu mengakibatkan dayasaing industri pengolahan menjadi rendah dan kurang baik. 5.2.4. Pertumbuhan dan Dayasaing Sektor-Sektor Unggulan Pada uraian sebelumnya telah dijelaskan bahwa penelitian ini akan melihat dayasaing juga pertumbuhan dari setiap sektor perekonomian Kabupaten Cirebon. Untuk melihat profil pertumbuhan sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Cirebon dapat dilakukan dengan bantuan empat kuadran yang terdapat pada garis bilangan. Nilai-nilai yang terdapat pada empat kuadran tersebut diperoleh dari nilai presentase pertumbuhan proporsional (PP) dan nilai presentase pertumbuhan
81
pangsa wilayah (PPW). Berdasarkan nilai-nilai tersebut nantinya dapat terlihat masing-masing sektor pada setiap kuadrannya. Adapun nilai presentase pertumbuhan proporsional dan pertumbuhan pangsa wilayah, yaitu sebagai berikut: Tabel 5.8. Nilai Persentase PP dan PPW di Kabupaten Cirebon Lapangan Usaha
% PP
% PPW
1.Pertanian
-11,93
2,15
2.Pertambangan/penggalian
-28,02
17,53
3. Industri Pengolahan
-4,12
-19,07
4. Listrik, Gas dan Air Bersih
-3,03
3,80
5. Bangunan/Konstruksi
19,26
-8,10
6. Perdagangan, Hotel dan restoran
15,77
-14,48
7. Pengangkutan dan Komunikasi
16,11
-18,12
6,06
-8,68
-2,33
16,39
8. Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa Sumber : BPS Kabupaten Cirebon Tahun, 2010 (diolah)
Jika dilihat secara keseluruhan, nilai presentase pertumbuhan proporsional dan pertumbuhan pangsa wilayah tidak terdapat kedua nilai yang bersifat positif. Maka dari itu perlu analisis lebih lanjut dalam pergeseran bersih yaitu melihat sektor mana yang memiliki pertumbuhan progressive.
82
Berikut adalah profil pertumbuhan sektor-sektor ekonomi yang dapat dilihat secara keseluruhan dalam keempat kuadran, yaitu sebagai berikut : 20.00
PPW 15.00
I
IV
pertanian
10.00 pertambangan/penggalian 5.00
industri pengolahan
PP -40
listrik, gas dan air bersih -30
-20
0.00 -10 0
10
20
30
-5.00
bangunan/konstruksi perdagangan, hotel dan restoran pengangkutan dan komunikasi
-10.00
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan -15.00
jasa-jasa
II
III -20.00
-25.00
Gambar 5.1. Profil Pertumbuhan Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Cirebon Periode 2005-2010 Berdasarkan Gambar 5.1, terlihat bahwa profil pertumbuhan sektor-sektor perekonomian Kabupaten Cirebon periode 2005 hingga 2010 terihat pada setiap kuadrannya yaitu kuadran I, II, III, dan IV. Pada hasil analisis, didapatkan bahwa tidak ditemukannya sektor perekonomian yang berada di kuadran I pada periode
83
2005 hingga 2010. Ini berarti tidak ada sektor perekonomian di Kabupaten Cirebon yang memiliki laju pertumbuhan cepat dan memiliki dayasaing yang tinggi dibandingkan dengan wilayah lain yang ada di Provinsi Jawa Barat. Dalam
kuadran
II
terdapat
sektor
bangunan/konstruksi,
sektor
perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Artinya sektor-sektor tersebut memiliki laju pertumbuhan yang cepat, tetapi memiliki dayasaing yang rendah untuk wilayah tersebut dibandingkan dengan wilayah lain di Provinsi Jawa Barat. Pada kuadran III terdapat sektor industri pengolahan, yang berarti bahwa sektor ini memiliki laju pertumbuhan yang lambat dan memiliki dayasaing yang rendah jika dibandingkan dengan wilayah lain di Provinsi Jawa Barat. Sedangkan pada kuadran IV terdapat sektor pertanian, sektor pertambangan/penggalian. Sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor jasa-jasa. Artinya, sektor-sektor tersebut memiliki laju pertumbuhan yang lambat, tetapi memiliki dayasaing yang tinggi dibandingkan dengan wilayah lain di Provinsi Jawa Barat. 5.2.5. Pergeseran Bersih (PB) Sektor-Sektor Unggulan Perekonomian Kabupaten Cirebon Adapun pertumbuhan bersih dari sektor-sektor unggulan yang ada di Kabupaten Cirebon, dapat dilihat pada Tabel 5.9. Nilai pergeseran bersih ini didapatkan dari hasil penjumlahan antara nilai pertumbuhan proporsional dengan nilai pertumbuhan pangsa wilayahnya pada semua sektor perekonomian. Jika suatu sektor memiliki nilai PB > 0 atau bernilai positif, maka sektor perekonomian tersebut memiliki pertumbuhan yang progressive (semakin meningkat). Sedangkan, jika suatu sektor memiliki nilai PB < 0 atau bernilai
84
negatif, maka sektor perekonomian tersebut memiliki pertumbuhan yang tidak progressive. Tabel 5.9. Nilai Pergeseran Bersih (PB) Sektor-sektor Perekonomian di Kabupaten Cirebon Tahun 2005-2010 Lapangan Usaha 1.Pertanian
Pergeseran Bersih (PB ij ) Juta Rupiah
Persen
-184.935,08
-9,78
-1.736,72
-10,48
-250.654,25
-23,19
2.685,69
0,77
32.109,26
11,16
6. Perdagangan, Hotel dan restoran
-50.504,07
1,29
7. Pengangkutan dan Komunikasi
-27.860,60
-2,00
8. Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan
-14.321,93
-2,62
9. Jasa-jasa
157.561,62
14,06
-337.656,09
-20,80
2.Pertambangan/penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 5. Bangunan/Konstruksi
Total
Sumber : BPS Kabupaten Cirebon Tahun, 2010 (diolah) Dapat dilihat dalam Tabel 5.9, sektor perekonomian yang memiliki pertumbuhan yang progressive (semakin meningkat) yaitu sektor listrik,gas dan air bersih, sektor bangunan/konstruksi dan sektor jasa-jasa. Selama periode 2005 hingga 2010 sektor listrik,gas dan air bersih, sektor bangunan/konstruksi dan sektor jasa-jasa memiliki pertumbuhan yang progressive. Hal ini dapat dilihat dari, keadaan sektor listrik,gas dan air bersih yang semakin meningkat karena sektor ini terbilang memengaruhi sektor lain seperti sektor industri pengolahan dan lain sebagainya. Sektor bangunan/konstruksi semakin meningkat pada periode tersebut dilihat dari perbaikan-perbaikan pembangunan infrastruktur dan perencanaan
85
proyek-proyek bangunan untuk mendukung pengembangan wilayah Kabupaten Cirebon. Sedangkan sektor jasa-jasa pun terus meningkat sebagaimana penjelasan sebelumnya yaitu akibat dari banyaknya penambahan jasa sosial kemasyarakatan, jasa hiburan, rekreasi, jasa perseorangan dan rumahtangga. Jasa sosial kemasyarakatan seperti dibukanya rumah sakit swasta, klinik swasta, sekolahsekolah swasta, kursus-kursus, riset atau penelitian, palang merah, panti asuhan, panti wreda, Yayasan Pemeliharaan Anak Cacat (YPAC), rumah ibadat dan sejenisnya, baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta yang ada di Kabupaten Cirebon. Jasa rekreasi di Kabupaten Cirebon pun terus berkembang yaitu pengadaan seperti bioskop, mall, taman hiburan, kolam renang dan kegiatan hiburan lainnya seperti berbagai kesenian khas Cirebon (grup tarling, wayang golek, tari topeng dan sebagainya). Sedangkan jasa perseorangan dan rumahtangga pun kian meningkat seperti jasa-jasa reparasi alat-alat rumahtangga , pemangkas rambut dan salon kecantikan, foto studio, tukang jahit, pembantu rumahtangga, semir sepatu dan lain sebagainya. 5.3.
Kebijakan Pemerintah di Kabupaten Cirebon
5.3.1. Kebijakan Pemerintah di Kabupaten Cirebon pada tahun 2005-2010 Kebijakan yang diterapkan di Kabupaten Cirebon selama periode 20052010 itu untuk mencapai agenda pembangunan daerah yaitu dengan meningkatkan mutu sumber daya manusia yang beriman, berakhlak, sehat, berilmu, cerdas, berbudaya dan sejahtera. Jika mutu sumberdayanya meningkat maka akan mendukung pertumbuhan ekonomi yang diharapkan. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Cirebon ini direalisasikan melalui program-program kegiatan yang
86
diterapkan pada bidang dan sektornya masing-masing sesuai Peraturan Bupati Cirebon Nomor 92 Tahun 2005 dan Nomor 12 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Cirebon Tahun 2005-2010. Hal ini akan dijelaskan pada uraian selanjutnya. Struktur perekonomian Kabupaten Cirebon periode 2005-2010, secara keseluruhan memperhatikan bahwa sektor pertanian sangat dominan. Primadona untuk tanaman pangan yaitu padi, sedangkan primadona untuk palawija yaitu kacang hijau, sayurannya yaitu bawang merah dan untuk produk buahnya yaitu mangga gedong gincu. Berdasarkan uraian di atas maka kebijakan atau program yang dilakukan yaitu : 1. Meningkatkan produksi pertanian sehingga rata-rata hasil produksi ditiap kecamatan memiliki proporsi yang sama. 2. Mempertahankan luas areal pertanian dengan pengendalian alih fungsi lahan pertanian produktif menjadi kawasan industri. 3. Pemberdayaan sumberdaya pertanian dan peningkatan kesejahteraan petani. Penyumbang terbesar lainnya yaitu sektor industri dan perdagangan. Walaupun pertanian masih menjadi dominan di Kabupaten Cirebon, secara perlahan mengalami pergeseran dengan meningkatnya industri dan perdagangan. Pemerintah Kabupaten Cirebon selalu mengupayakan usaha-usaha yang dapat meningkatkan baik sektor industri maupun sektor perdagangan, yaitu melalui kegiatan : 1. meningkatkan investasi. 2. Memberdayakan pelaku ekonomi. 3. Meningkatkan infrastruktur pendukung perekonomian.
87
4. Meningkatkan kerjasama perdagangan internasional. Selain itu pemerintah juga mengadakan program pelestarian budaya dan pembinaan kesenian daerah, yaitu melalui serangkaian kegiatan : 1. Melaksanakan pemeliharaan bangunan, prasarti, situs bersejarah. 2. Menggali sejarah dan budaya Kabupaten Cirebon. 3. Pembauran bahasa Cirebon dalam aktifitas masyarakat. 4. Mengaktifkan dan meningkatkan sanggar-sanggar kesenian dan budaya daerah. 5. Melaksanakan misi dan pentas kesenian. Adapun program-program lainnya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Cirebon guna mendukung pertumbuhan ekonomi Kabupaten Cirebon yang berkelanjutan, yaitu sebagai berikut : 1. Program peningkatan investasi. Melalui kegiatan : a. Mempromosikan potensi investasi. b. Mengembangkan koordinasi penanaman modal daerah. c. Melaksanakan sosialisasi kebijakan investasi. d. Melaksanakan perluasan bentuk kerjasama investasi dengan investor dalam dan luar negeri. e. Memberikan layanan perijinan investasi. 2. Ketahanan pangan. Melalui kegiatan : a. Melaksanakan pembangunan sarana dan prasarana pendukung pertanian, pertanian, peternakan, dan perikanan.
88
b. Memberikan pembinaan bidang usaha pertanian, peternakan dan perikanan. c. Mengoptimal sumber daya lahan dan meningkatkan mutu intensifikasi. d. Mengembangkan produk olahan (agroindustri) pangan. 3. Penanggulangan kemiskinan. Melalui kegiatan : a. Memberikan fasilitas subsidi silang baik dri Pemerintah Pusat maupun Propinsi serta memfasilitasi bantuan program pemerintah. b. Memberikan bantuan pada keluarga miskin. c. Memberikan bantuan Modal Usaha pada keluarga miskin. 4. Peningkatan dalan bidang ketenagakerjaan. Melalui kegiatan : a. Meningkatkan dayasaing tenagakerja. b. Meningkatkan perlindungan dan pengawasan ketenagakerjaan. c. Memfasilitasi penciptaan lapangan pekerjaan. d. Meningkatkan upah minimum dan perlindungan serta pengawasan ketenagakerjaan. 5. Pengembangan usaha industri andalan, dan unggulan, jasa, perdagangan dan pariwisata. Melalui kegiatan : a. Memberikan advokasi manajemen, fasilitasi permodalan dan stimulan usaha. b. Mengembangkan kelembagaan usaha masyarakat, koperasi dan Badan Usaha Milik Daerah.
89
c. Menentukan sentra perdagangan. d. Meningkatkan koordinasi kemitraan. e. Membangun sarana transportasi dan meningkatkan teknologi. f. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pariwisata bestandar internasional. 6. Pengembangan potensi PAD. Melalui kegiatan : a. Melakukan pendataan potensi objek pajak dan retribusi daerah. b. Melakukan ekstensifikasi dan intensifikasi pendapatan daerah. c. Melakukan uji efisiensi pemungutan pajak dan retribusi pada dinas penghasil. 7. Peningkatan komunikasi dan media massa. Melalui kegiatan : a. Mempublikasikan
perencanaan,
pelaksanaan,
dan
pengawasan
pembangunan. b. Melaksanakan forum dialog interaktif (temu wicara dan dialog bersama media). c. Mengembangkan kemitraan dengan pers. 8. Peningkatan kerjasama lembaga keuangan. Melalui kegiatan : a. Mengusulkan dan menyalurkan dana bantuan program. b. Meningkatkan
koordinasi pemerintah pusat, provinsi dan lembaga
keuangan. c. Mengusahakan pinjaman kredit lunak.
90
d. Melakukan kerjasama bisnis dengan investor. 9. Regulasi tata ruang dan pengendalian tata guna lahan. Melalui kegiatan : a. Verifikasi pembangunan infrastuktur dan perumahan. b. Menyusun dokumen rencana tata ruang. c. Menetapkan dan menegaskan subyek dan obyek redistribusi tanah kelebihan batas maksimum. d. Melaksanakan pemetaan penguasaan tanah, meneyelesaikan masalah pertanahan dan member ijin lokasi. e. Melaksanakan monitoring dan evaluasi pemanfaatan tanah. Program-program diatas adalah kebijakan-kebijakan di Kabupaten Cirebon yang ada pada periode 2005-2010. Dalam hal ini, sebenarnya masih banyak kebijakan Pemerintah Kabupaten Cirebon berupa program-program kegiatan lainnya. Kebijakan yang ada ini perlu lebih ditingkatkan untuk kedepannya agar pertumbuhan ekonomi yang diharapkan dapat tercapai (BAPEDDA, 2011). 5.3.2. Rumusan Kebijakan Pemerintah Kabupaten Cirebon dari Hasil Penelitian Jika kita lihat dalam hasil penelitian ini, dengan menggunakan metode Location Quotient (LQ) diperoleh sektor-sektor unggulan yang ada di Kabupaten Cirebon yaitu sektor pertanian, sektor bangunan/konstruksi, sektor jasa-jasa, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor perdagangan hotel dan restoran. Dalam upaya peningkatan peranan sektor-sektor unggulan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Cirebon, Pemerintah Kabupaten Cirebon seharusnya memrioritaskan sektor
91
unggulan. Sektor unggulan yang perlu diprioritaskan Pemerintah dapat dilihat dalam analisis lanjut yaitu perbandingan pergeseran bersih dan dayasaingnya. Tabel 5.10. Perbandingan Pergeseran Bersih dan Dayasaing Sektor Ekonomi di Kabupaten Cirebon Tahun 2005-2010 Peringkat Sektor Unggulan (LQ)
Sektor Unggulan 1.Pertanian
Dayasaing (PPW)
Pergeseran Bersih (PB)
1
2,15 %
-9,78 %
2.Pertambangan/penggalian
Nonunggulan
17,53 %
-10,48 %
3. Industri Pengolahan
Nonunggulan
-19,07 %
-23,19 %
4. Listrik, Gas dan Air Bersih
Nonunggulan
3,80 %
0,77 %
2
-8,10 %
11,16 %
6
-14,48 %
1,29 %
5
-18,12 %
-2,00 %
-8,68 %
-2,62 %
16,39 %
14,06 %
5. Bangunan/Konstruksi 6. Perdagangan, Hotel dan restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan dan
4
jasa Perusahaan
9. Jasa-jasa
3
Sumber : BPS Kabupaten Cirebon Tahun, 2010 (diolah) Sektor nonunggulan yang mempunyai pergeseran bersih yang progressive dan memiliki dayasaing yang baik yaitu sektor listrik, gas dan air bersih. Dari hasil penelitian menggunakan LQ pun terlihat sektor ini sempat menjadi sektor unggulan yaitu pada tahun 2007 dan 2008. Sedangkan sektor unggulan yang jelas terlihat memiliki pergeseran bersih yang progressive dan memiliki dayasaing yang baik adalah sektor jasa-jasa. Berdasarkan Tabel 5.10 rumusan kebijakan pemerintah
Kabupaten
Cirebon
adalah
lebih
memprioritaskan
dan
mengembangkan sektor unggulan jasa-jasa karena selain memiliki pertumbuhan yang progressive, sektor jasa-jasa juga memiliki dayasaing yang baik.
92
VI. PENUTUP
6.1. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Dengan menggunakan metode Location Quotient (LQ), sektor-sektor perekonomian yang termasuk kedalam sektor unggulan di Kabupaten Cirebon pada periode 2005-2010 adalah sektor pertanian, sektor bangunan/konstruksi, sektor jasa-jasa, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor perdagangan hotel dan restoran. Sedangkan sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Cirebon yang termasuk sektor nonunggulan yaitu sektor listrik,gas dan air bersih, sektor industri pengolahan, dan sektor pertambangan dan penggalian. 2. Dengan metode analisis shift share diperoleh sektor unggulan yang mengalami pertumbuhan yang cepat yaitu terdapat pada sektor bangunan/konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (memiliki PP ij > 0). Sedangkan sektor yang memiliki dayasaing yang baik yaitu sektor jasa-jasa (PPW ij > 0). Walaupun demikian
sektor jasa
bukan
satu-satunya
sektor
ekonomi
yang
dayasaingnya baik. Sektor lainnya yang memiliki dayasaing yang baik yaitu sektor nonunggulan sektor listrik, gas dan air bersih. 3. Rumusan kebijakan pemerintah Kabupaten Cirebon yaitu memprioritaskan sektor jasa-jasa. Hal ini dikarenakan analisis lanjutan dari analisis LQ dan
93
SS yaitu analisis pergeseran bersihnya. Sektor tersebut perlu diprioritaskan dikarenakan selain termasuk sektor unggulan di Kabupaten Cirebon, sektor ini pun memiliki dayasaing yang baik dan memiliki pertumbuhan yang progressive terhadap pertumbuhan perekonomian di Kabupaten Cirebon. Selain itu juga, pemerintah memberikan anggaran yang tepat kepada sektor jasa-jasa yang memiliki potensi untuk menjadi sektor unggulan. 6.2. Saran 1. Berdasarkan hasil penelitian ini, Pemerintah Kabupaten Cirebon diharapkan dapat lebih memprioritaskan sektor unggulan yang ada di Kabupaten Cirebon guna mengupayakan peningkatan sektor-sektor unggulan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Cirebon. Hal ini dilakukan dengan cara mengalokasikan dana yang tepat kepada sektor unggulan tersebut sehingga dapat meningkatkan kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Cirebon. Misalnya Pemerintah memberikan dana kepada sektor jasa-jasa yang selain termasuk sektor unggulan, sektor ini pun memiliki dayasaing yang baik dan pertumbuhan progressive. Sektor jasa-jasa disini khususnya jasa hiburan dan rekreasi yang dikelola oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Cirebon. 2.
Dinas Pariwisata Kabupaten Cirebon sebaiknya melakukan upaya-upaya yang dapat mendukung peningkatan dalam umumnya sektor jasa-jasa khususnya jasa hiburan dan rekreasi. Hal ini dapat dilakukan dengan : a. Meningkatkan keunggulan dayatarik wisata melalui pengembangan produk wisata yang unik, tradisional dan mencerminkan jati diri masyarakat Kabupaten Cirebon.
94
b. Dinas Pariwisata melakukan program pengembangan pemasaran pariwisata yaitu dengan mempromosikan potensi wisata melalui diadakannya pameran seni budaya atau peta wisata dan budaya untuk meningkatkan sektor jasa khususnya jasa rekreasi dan hiburan. c. Mengadakan gelar pekan kesenian dan kebudayaan daerah Kabupaten Cirebon. d. Dinas pariwisata lebih meningkatkan monitoring, evaluasi dan pelaporan juga meningkatkan koordinasi antara kemitraan pariwisata.
95
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, R. 2008. Pengembangan Wilayah : Konsep dan Teori. Graha Ilmu. Yogyakarta. Arsyad, L. 1999. Ekonomi pembangunan. STIE. Yayasan Keluarga Pahlawan, Yogyakarta. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2011. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Cirebon Tahun 2005-2010. BAPEDDA, Kabupaten Cirebon. Badan Pusat Statistik. 2011. PDRB Provinsi-Provinsi di Indonesia Menurut Lapangan Usaha 2006-2010.BPS, Jakarta. . 2008. Produk Domestik Bruto menurut Lapangan Usaha Kota/Kabupaten Jawa Barat 2005-2007. BPS, Jakarta. . 2009. Produk Domestik Bruto menurut Lapangan Usaha Kota/Kabupaten Jawa Barat 2006-2008. BPS, Jakarta. . 2010. Produk Domestik Bruto menurut Lapangan Usaha Kota/Kabupaten Jawa Barat 2007-2009. BPS, Jakarta. Badan Pusat Statistik Kabupaten Cirebon. 2011. Produk Domestik Bruto menurut Lapangan Usaha Kabupaten Cirebon 2006-2010. BPS Kabupaten Cirebon. Cirebon. . 2011. Statistik Daerah Kabupaten Cirebon. BPS Kabupaten Cirebon. Cirebon. . 2010. Cirebon Dalam Angka. BPS Kabupaten Cirebon. Cirebon. . 2009. Cirebon Dalam Angka. BPS Kabupaten Cirebon. Cirebon. Boediono. 1982. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Glasson, J.1977. Pengantar Perencanaan Regional (Bagian Satu dan Dua). Paul Sitohang [penerjemah] (1990). Lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta. Jhingan, M.L. 2004. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan Wilayah. PT. Raja Grafindo persada, Jakarta.
96
Priyarsono, D.S., Sahara, dan Muhammad, F. 2007. Ekonomi Regional. Universitas Terbuka, Jakarta. Putong, I. 2003. Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro. Ghalia Indonesia, Jakarta. Rustiadi, E., Sunsun, dan Dyah R. P. 2011. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta. Sukirno, S. 1985. Ekonomi Pembangunan : Proses, Masalah, dan Dasar Kebijaksanaan. Lembaga Penerbit FE UI, Jakarta. Tambunan, T. 2001. Perekonomian Indonesia. Ghalia Indonesia, Jakarta. Tarigan, R. 2005. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Edisi Revisi. PT. Bumi Aksara, Jakarta. Utomo, S., H. 2011. Analisis Sektor Unggulan Perekonomian daerah (Studi Kasus pada Komoditi Unggulan di kecamatan Bumiaji Kotamadya Batu). Jurnal Aplikasi Manajemen, Volume 9 Nomor 2.
97
LAMPIRAN
98
Lampiran 1. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Cirebon Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005-2010 (Juta Rupiah) Lapangan Usaha
2005
2006
2007
2008
2009 *)
2010 **)
1.989.626
1.991.037
2.106.894
2.220.658
2.363.237
2.442.050,77
26.237
27.683
26.458
29.037
30.170
32.019,35
1.003.855
1.062.537
1.073.203
1.105.024
1.097.080
1.097.542,23
4.Listrik, Gas dan Air Bersi
131.926
139.506
149.427
156.431
166.376
175.847,56
5.Bangunan/Konstru -ksi
421.073
456.040
499.538
531.654
562.036
605.021,72
6.Perdagangan,Hotel dan restoran
1.400.054
1.527.252
1.589.629
1.677.752
1.784.925
1.873.433,74
7.Pengangkutan dan Komunikas
369.852
398.213
425.734
430.154
448.764
482.727,89
8.Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan
274.813
291.765
303.119
318.562
333.638
356.997,47
9.Jasa-jasa
726.344
773.707
850.561
902.351
955.121
1.064.684,34
6.343.779
6.670.000
7.026.564
7.371.622
7.746.385
8.130.325,07
1.Pertanian 2.Pertambangan/ Penggalian 3.Industri Pengolahan
Total PDRB
Sumber : BPS Kabupaten Cirebon, 2011 Keterangan : *) Angka perbaikan **) Angka Sementara
99
Lampiran 2. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005-2010 (Juta Rupiah) Lapangan Usaha 1.Pertanian
2005
2006
2007
2008
2009 *)
2010 **)
34.942.015,45
34.822.021,09
35.687.490,42
36.505.378,31
41.250.967,21
7.143.208,64
6.982.246,74
6.676.681,59
6.850.432,92
7.424.423,87
7.465.000
114.299.625,7
122.702.671,3
133.756.556,4
131.432.864,6
135.247.000
5.427.579,55
5.750.578,63
6.025.769,41
7.039.234,75
7.316.000
8.928.178,08
9.730.820,28
10.299.411,23
11.810.000
42.137.000
2.Pertamba-ngan/ Penggalia-n 3.Industri Pengolah-an
105.334.047,2
4.Listrik, Gas dan Air Bersih
5.649.829,62
5.Bangunan/Konstr-uksi
7.780.823,72
6.Perdagangan, Hotel dan restoran 7.Pengangkutan dan Komunikasi
47.259.969,72
50.719.350,06
54.789.912,15
56.937.922,74
62.701.714,12
70.083.000
10.329.164,21
11.143.253,97
12.271.024,9
12.233.939,92
13.191.977,79
15.353.000
7.623.682,08
7.672.322,47
8.645.553,06
9.075.519,51
9.618.612,27
10.565.000
1.6821.141,16
18200096.05
18728217.67
19063681.58
19670444.46
21900000
242.883.881,74
257499445.75
274180307.83
290180021.06
302629550.34
321876000
8.Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan 9.Jasa-jasa Total PDRB
8.232.950,09
Sumber : BPS Kabupaten Cirebon, 2011
99
100
Lampiran 3.
Kecamatan Waled
Perkembangan Realisasi Luas Panen Komoditas Padi di Kabupaten Cirebon Tahun 2005-2010 Tahun 2005
2006
2007
2008
2009
2010
Jumlah
Rata-rata
1.512
1.448
1.350
1.349
1.490
1.453
7.090
1.418
Pasaleman
398
299
342
583
685
433
2.342
468
Ciledug
701
540
715
809
937
905
3.906
781
Pabuaran
545
415
375
456
619
631
2.496
499
Losari
1.907
1.731
1.979
2.079
2.085
2.097
9.971
1.994
Pabedilan
1.640
1.636
1.660
1.600
1.557
1.587
8.040
1.608
Babakan
1.732
1.349
1.333
1.371
1.792
2.250
8.095
1.619
838
874
924
976
1.251
1.484
5.509
1.102
Gebang Karangsembung
1.040
811
746
936
1.173
971
4.637
927
Karangwareng
1489
1.386
1.297
1.417
1.386
1.356
6.842
1.368
968
688
764
761
889
966
4.068
814
SusukanLebak
2.047
1.935
2.021
1.926
1.986
2.118
9.986
1.997
Sedong
2.675
2.365
2.584
2.727
2.577
2.775
13.028
2.606
Astanajapura
2.149
1.711
1.160
962
1.317
1.360
6.510
1.302
709
674
1.010
832
1.105
960
4.581
916
Mundu
1.959
1.858
1.727
1.662
1.917
1.786
8.950
1.790
Beber
3.053
2.680
2.106
2.162
2.150
2.150
11.248
2.250
-
-
1.951
1.241
1.575
1.828
6.595
1.319
Talun
1.374
1.190
1.209
1.382
1.229
1.452
6.462
1.292
Sumber
2.063
1.966
2.452
1.930
2.217
2.369
10.934
2.187
Dukupuntang
3.070
2.486
3.425
3.713
3.780
3.847
17.251
3.450
Palimanan
2.420
2.276
2.287
2.396
2.364
2.542
11.865
2.373
Gempol
2.240
2.216
2.145
2.098
2.028
2.202
10.689
2.138
Plumbon
1.613
1.670
1.603
1.654
1.647
1.714
8.288
1.658
Depok
1.703
1.767
1.654
1.680
1.808
1.746
8.655
1.731
Lemahabang
Pangenan
Greged
Weru
431
429
421
403
489
453
2.195
439
1.039
909
1.020
903
1.073
996
4.901
980
Kedawung
220
153
190
176
220
214
980
196
Tengah Tani
785
648
646
624
864
898
3.680
736
Gunung Jati
1.348
973
892
987
1.751
1.642
6.245
1.249
Kapetakan
8.406
4.957
4.375
3.210
5.515
6.050
24.108
4.822
-
-
2.645
1.593
2.420
2.424
9.082
1.816
5.300
5.491
3.050
3.003
2.936
3.014
17.494
3.499
-
-
2.639
2.529
2.408
2.447
10.023
2.005
Arjawinangun
2.654
2.517
2.510
2.462
2.619
2.751
12.859
2.572
Panguragan
3.497
2.215
2.601
1.967
3.369
3.396
13.548
2.710
Ciwaringin
2.125
2.152
2.210
2.302
2.439
2.520
11.623
2.325
Susukan
6.471
6.380
6.692
6.551
6.805
7.308
33.736
6.747
Gegesik
10.461
6.448
8.608
7.869
10.452
10.532
43.909
8.782
Plered
Suranenggala Klangenan Jamblang
Kaliwedi
4.382
4.115
4.308
3.407
4.424
4.455
20.709
4.142
Jumlah
86.964
73.358
81.627
76.688
89.348
92.109
413.130
82.626
Sumber : DISTANBUNAKHUT Kabupaten Cirebon, 2011
101
Lampiran 4.
Kecamatan
Perkembangan Realisasi Produksi (Ton/GKG) Komoditas Padi di Kabupaten Cirebon Tahun 2005-2010 Tahun 2005
2006
2007
2008
2009
2010
Waled
7672
7185
7077
6627
8553
7989
Pasaleman
1889
1434
1714
2894
2844
2469
Ciledug
3515
2678
4200
4477
5320
5057
Pabuaran
2719
2063
2266
2907
3243
3482
Losari
9674
8460
11575
11199
11217
11450
Pabedilan
8549
7724
9450
8411
8570
8870
Babakan
8874
6802
7679
7703
10687
12880
Gebang
4315
4280
5402
5684
7321
8528
Karangsembung
5552
4386
4227
5350
6825
5858
Karangwareng
8083
7333
7308
8086
7950
7987
Lemahabang
4913
3261
3771
3472
5044
5280
Susukan Lebak
10557
9580
10474
10809
12525
12442
Sedong
13490
12113
13960
14869
14075
16138
Astanajapura
10996
8149
7015
5026
7585
7668
3639
3255
5291
4635
5952
5702
Pangenan Mundu
9943
9132
9213
9827
10255
9775
Beber
15323
12838
10565
10922
10989
11827
Greged
-
-
10046
5924
8517
9873
6835
6118
6339
7583
6734
8377
Sumber
10594
10099
14718
11066
12914
13008
Dukupuntang
15831
12585
21820
21352
23321
22385
Palimanan
12611
12511
15129
15009
16785
16638
Gempol
11847
11352
14253
14178
13927
13667
Plumbon
8471
8778
10508
10624
10519
10734
Depok
9879
9152
11136
10956
11831
10437
Weru
2245
2298
2323
2495
2705
2629
Plered
5307
4842
5331
5061
5733
5721
Kedawung
1098
774
982
959
1212
1368
Tengah Tani
4018
3429
3462
3408
4618
4996
Talun
Gunung Jati
6931
5291
4932
5801
9538
9019
Kapetakan
43532
25057
23242
18728
33119
35182
-
-
13691
9124
14094
13781
27799
30009
20015
17659
17036
18180
Suranenggala Klangenan Jamblang
-
-
17511
15862
14080
14651
Arjawinangun
15343
14421
16332
16023
17883
16626
Panguragan
19305
12991
17530
13476
24548
21437
Ciwaringin
11700
13051
15879
16290
18097
16441
Susukan
38650
33818
44022
40623
46395
48387
Gegesik
57258
33164
44823
44405
61440
62139
Kaliwedi
24240
23239
27187
21406
27038
25706
463197
383652
482398
450910
541039
544784
Jumlah
Sumber : DISTANBUNAKHUT Kabupaten Cirebon, 2011
102
Lampiran 5. Perkembangan Luas Panen Komoditas Bawang Merah ( Ha ) Tahun 2005 - 2010 Kecamatan Waled Pasaleman Ciledug Pabuaran Losari Pabedilan Babakan Gebang Karangsembung Karangwereng Lemahabang Susukan Lebak Sedong Astanajapura Pangenan Mundu Beber Greged Talun Sumber Dukupuntang Palimanan Gempol Plumbon Depok Weru Plered Kedawung Tengah Tani Gunung Jati Kapetakan SuranenggalaKlangenan Jamblang Arjawinangun Panguragan Ciwaringin Susukan Gegesik Kaliwedi Jumlah
2005 238 68 76 607 795 245 1.159 26 61 8 62 283 4 9 10 8 3.659
2006 236 76 64 742 1.012 231 845 34 3 66 305 4 18 2 3 9 3.650
Tahun 2007 2008 260 233 2 5 44 196 96 86 802 679 698 762 187 358 1.211 581 24 27 19 33 4 2 60 53 276 209 9 4 3.692 3.228
Sumber : DISTANBUNAKHUT Kabupaten Cirebon, 2011
2009 356 4 147 75 427 926 636 1.007 5 39 1 42 320 10 3.995
2010 340 312 174 848 1.113 569 1.138 61 3 55 324 5 3 3 8 1 4.957
Jumlah 1.663 11 843 571 4.105 5.306 2.226 5.941 177 61 102 5 5 338 1.717 8 55 2 3 3 13 8 1 17 23.181
103
Lampiran 6. Perkembangan Produksi ( Ton ) Umbi Basah Komoditas Bawang Merah Tahun 2005 - 2010 Kecamatan Waled Pasaleman Ciledug Pabuaran Losari Pabedilan Babakan Gebang Karangsembung Karangwareng Lemahabang Susukan Lebak Sedong Astanajapura Pangenan Mundu Beber Greged Talun Sumber Dukupuntang Palimanan Gempol Plumbon Depok Weru Plered Kedawung Tengah Tani Gunung Jati Kapetakan Suranenggala Klangenan Jamblang Arjawinangun Panguragan Ciwaringin Susukan Gegesik Kaliwedi Jumlah
2005
2006
Tahun 2007 2008
2009
2010
Jumlah
1.569 563 664 4.087 8.119 3.075 10.857 232 915 96 508 2.805 29 92 95 76 33.782
1.533 755 699 5.446 7.617 3.681 11.456 302 30 548 2.879 33 155 20 23 94 35.271
2.553 20 386 872 5.742 6.323 2.324 14.229 292 180 40 480 2.561 86 36.088
3.095 33 1.269 735 3.336 7.977 7.671 12.010 30 307 9 280 3.129 80 39.961
2.847 2.507 1.746 6.204 9.140 6.634 13.765 603 29 454 3.293 50 27 22 78 10 47.409
12.962 101 7.853 5.602 30.375 46.455 29.157 71.625 1.835 915 924 49 48 2.906 16.734 62 498 20 23 27 117 78 10 170 228.566
Sumber : DISTANBUNAKHUT Kabupaten Cirebon, 2011
1.385 48 2.373 886 5.560 7.279 5.772 9.308 376 312 18 636 2.067 35 36.055
104
Lampiran 7. Perkembangan Tanaman Mangga ( Pohon ) Produksi ( Ku) Tahun 2005 – 2010 Kecamatan Waled Pasaleman Ciledug Pabuaran Losari Pabedilan Babakan Gebang Karangsembung Karangwereng Lemahabang Susukan Lebak Sedong Astanajapura Pangenan Mundu Beber Greged Talun Sumber Dukupuntang Palimanan Gempol Plumbon Depok Weru Plered Kedawung Tengah Tani Gunung Jati Kapetakan Suranenggala Klangenan Jamblang Arjawinangun Panguragan Ciwaringin Susukan Gegesik Kaliwedi Jumlah
2005 1.515 1.368 8.461 10 3.400 838 3.523 5.123 9.870 4.279 24.059 1.334 30.909 1.400 670 8.953 132 8.400 915 1.619 1.000 1.600 6.226 2.959 4.045 2.048 2.244 810 136.715
2006 2.250 950 1.463 2.180 4.588 4.000 1.150 6.478 11.178 13.949 4.716 9.075 2.013 138 875 1.125 15.983 2.679 45.000 7.533 4.604 3.414 8.524 1.602 4.504 13.614 30.018 7.584 12.710 8.506 2.450 1.849 1.740 2.300 767 4.500 246.009
Tahun 2007 Th 2008 3.100 900 515 2.655 3.708 2.110 3.428 8.000 664 3.200 2.400 1.250 710 2.578 18.889 3.641 18.942 55.770 18.963 17.550 90.769 5.238 4.978 4.555 25.438 24.900 48.734 12.629 43.900 5.256 2.406 67.817 30.050 10.950 58.495 990 5.988 5.075 10.000 8.500 8.000 11.953 45.200 10.208 44.550 3.755 899 4.450 1.451 968 1.277 4.404 17.000 1.700 4.050 1.028 1.450 7.813 27.094 1.096 4.223 5.339 5.500 239.820 609.229
Sumber : DISTANBUNAKHUT Kabupaten Cirebon, 2011
2009 6.782 2.238 5.184 3.598 3.660 3.425 9.484 33.284 20.032 33.170 4.992 1.313 1.521 13.107 18.835 4.697 350 4.808 5.960 14.973 6.100 12.292 1.512 2.660 29.939 24.220 17.010 680 772 1.458 10.071 10.700 935 2.241 8.905 320.908
2010 3.750 1.250 1.950 260 6.150 1.330 2.880 18.070 24.228 350 540 13.450 193 1.251 19.900 3.248 4.340 217 554 1.714 854 4.273 50 1.317 1.210 520 275 5.520 1.588 9.312 130.778
Jumlah 15.882 5.853 9.341 16.220 21.713 10 16.858 13.758 36.223 51.248 130.943 72.218 174.973 12.243 1.451 8.708 75.674 105.919 78.802 11.942 167.575 83.608 35.508 27.969 50.056 4.246 9.337 103.420 111.450 35.093 21.050 7.990 17.464 31.475 21.468 6.331 3.190 43.537 9.915 33.556 1.683.459
105
Lampiran 8. Perkembangan Tanaman Mangga ( Pohon ) Tanaman Yang Menghasilkan 2005 – 2010 Kecamatan
Tahun 2007 2008 6200 -
-
Pasaleman Ciledug
3712
2281 4502
1900 6621
2400 6621
4775 -
2500 -
13856 21456
Pabuaran
4575
5450
5275
5275
8207
3500
32282
33846 100 8000 2100 4404 7319 62350 19250 80212 8890 41212 14000 3454 20962 600 16000 1820 2847 10000 16000 15796 14996 15984 8049 2805 5400 424683
19938 8000 2500 8634 14529 25500 8575 16500 5750 394 2500 2500 48080 5953 100000 21523 10231 10561 17869 2859 6500 34687 66815 16115 29407 24260 7000 2055 3480 11500 1760 10000 563208
20000 8000 3000 4801 7282 33000 9000 68000 26334 12163 200984 21538 2048 10150 11061 21030 14650 6023 9756 2050 8736 4100 2055 2500 15745 2554 12707 559263
12775 8000 2150 23464 22861 78000 37684 213194 9700 8890 50850 69620 51600 6756 84270 86445 11940 20300 11061 56308 61050 5998 9675 3046 22435 19000 13547 4904 11000 1030819
8540 4500 3425 9484 115327 70701 110200 19400 3125 5213 26300 69620 15310 350 5182 11461 31194 8150 15723 3560 7824 29441 66990 32455 8130 9657 2670 18725 18500 2500 1872 16726 779450
850 3500 3800 9000 80000 93934 1000 1500 28810 700 3685 51200 8800 11300 415 1820 3435 1840 28493 500 8782 4040 5000 1400 30000 4690 14935 415929
86559 100 41390 17750 48528 70475 361177 230144 454106 34850 3519 25493 131362 236050 156024 28907 441636 144421 76375 58561 83014 8654 18991 154901 227345 92859 65054 37870 52050 49896 61649 10815 5980 76192 15780 65368 3773347
Losari Pabedilan Babakan Gebang Karangsembung Karangwareng Lemahabang Susukan Lebak Sedong Astanajapura Pangenan Mundu Beber Greged Talun Sumber Dukupuntang Palimanan Gempol Plumbon Depok Weru Plered Kedawung Tengah Tani Gunung Jati Kapetakan Suranenggala Klangenan Jamblang Arjawinangun Panguragan Ciwaringin Susukan Gegesik Kaliwedi Jumlah
Sumber : DISTANBUNAKHUT Kabupaten Cirebon, 2011
2009 14213
2010 6500
Jumlah
2006 5000
Waled
2005
31913
106
Lampiran 9. Gambar Peta Wilayah Kabupaten Cirebon (BAPPEDA, 2012)
107
Lampiran 10. Contoh Perhitungan Analisis Location Quotient (LQ)
Rumus :
LQ =
Sib/Sb Sia/Sa
Hasil Nilai LQ (Tabel 5.1) 1. Sektor Pertanian tahun 2005 LQ =
1.989.626/6.343.779
34.942.015,45/242.883.881,74
= 2,18
2. Sektor Pertambangan, dan Penggalian tahun 2005 LQ =
26.237/6.343.779
7.143.208,645/242.883.881,74
= 0,14
3. Sektor Industri Pengolahan tahun 2005 LQ =
1.003.855/6.343.779
105.334.047,15/242.883.881,74
= 0,36
4. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih tahun 2005 LQ =
131.926/6.343.779
5.649.829,62/242.883.881,74
= 0,89
5. Sektor Bangunan/Konstruksi tahun 2005 LQ =
421.073/6.343.779
7.780.823,72/242.883.881,74
= 2,07
6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran tahun 2005 LQ =
1.400.054/6.343.779
47.259.969,72/242.883.881,74
= 1,13
7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi tahun 2005 LQ =
369.852/6.343.779
10.329.164,21/242.883.881,74
= 1,37
8. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan tahun 2005 LQ =
274.813/6.343.779
7.623.682,08/242.883.881,74
= 1,38
108
9. Sektor Jasa-Jasa tahun 2005 LQ =
726.344/6.343.779
16.821.141,16/242.883.881,74
= 1,65
Lampiran 11. Contoh Perhitungan Analisis Shift Share (SS) 1. Perubahan PDRB Kabupaten Cirebon Tahun 2005-2010 (Tabel 5.2) Pada contoh perhitungan ini, sektor i adalah sektor pertanian dari wilayah Kabupaten Cirebon. Perubahan PDRB
(∆ Y ij) = Y’ ij - Y ij = 2.442.050,77 – 1.989.626 = 452.425
Persentase Perubahan PDRB Kabupaten Cirebon Tahun 2005-2010 (Tabel 5.2) % ∆ Y ij = [(Y’ ij - Y ij )/ Y ij ]* 100 % Untuk sektor pertanian : % ∆ Y ij = [(2.442.050,77 - 1.989.626)/ 1.989.626]*100% = 22,74 % 2. Perubahan PDRB Provinsi Jawa Barat Tahun 2005-2010 (Tabel 5.3) Pada contoh perhitungan ini, sektor i adalah sektor pertanian dari wilayah Kabupaten Cirebon. Perubahan PDRB (∆ Y ij) = Y’ ij - Y ij = 42.137.000 – 34.942.015,45 = 7.194.984,55
109
Persentase Perubahan PDRB Provinsi Jawa Barat Tahun 2005-2010 (Tabel 5.3) % ∆ Y ij = [(Y’ ij - Y ij )/ Y ij ]* 100 % Untuk sektor pertanian : % ∆ Y ij = [(42.137.000 - 34.942.015,45 )/ 34.942.015,45]*100% = 20,59 % 3.
Rasio indikator kegiatan ekonomi tahun 2005-2010 (Tabel 5.4) a. Rasio pendapatan Provinsi Jawa Barat Ra = (Y’…-Y…)/Y… = (321.876.000 – 242.883.881,74)/ 242.883.881,74 = 0,33 b. Rasio untuk sektor pertanian di Provinsi Jawa Barat Ri = (Y’ i -Y i )/Y i = (42.137.000 – 34.942.015,45)/ 34.942.015,45 = 0,21 c. Rasio untuk sektor pertanian di Kabupaten Cirebon ri = (Y’ ij -Y ij )/Y ij = (2.442.050,77 – 1.989.626)/ 1.989.626 = 0,23
4. Komponen Pertumbuhan Wilayah Kabupaten Cirebon Tahun 2005-2010 a. Komponen Pertumbuhan Regional (PR) untuk sektor pertanian di Kabupaten Cirebon (Tabel 5.5) PR ij
= (Ra) Y ij = (0,33) 1.989.6262
110
= 647.077,82 % PR ij = (Ra) Y ij * 100% = (647.077,82)/ 1.989.6262*100% = 32,52 % b. Komponen Pertumbuhan Proporsional (PP) untuk sektor pertanian di Kabupaten Cirebon (Tabel 5.6) PP ij = (Ri-Ra) Y ij = (0,21 – 0,33) 1.989.626 = - 237.389,71 %PP = (PP ij )/ Y ij *100% = (- 237.389,71)/ 1.989.626*100% = - 11,93 % c. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) untuk sektor pertanian di Kabupaten Cirebon (Tabel 5.7) PPW ij = (ri-Ri)Y ij = (0,23 – 0,21) 1.989.626 = 52.454,63 %PPW = (PPW ij )/ Y ij *100% = (52.454,63)/1.989.626 * 100% = 2,15 % 5. Komponen Pergeseran Bersih atau Pertumbuhan Bersih (PB) untuk sektor pertanian di Kabupaten Cirebon (Tabel 5.9) PB ij
= PP ij + PPW ij = - 237.389,71 + 52.454,63
111
= - 184.935,08 %PB = (PB ij )/Y ij *100 % = (- 184.935,08)/ 1.989.626*100% = -9,78 %