ANALISIS SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN REMBANG TAHUN 2000-2008
OLEH : MOKHAMAD WISNU GUNAWAN H14103039
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
RINGKASAN
MOKHAMAD WISNU GUNAWAN. Analisis Sektor-sektor Unggulan Perekonomian Kabupaten Rembang Tahun 2000-2008 (dibimbing oleh DEWI ULFAH WARDANI) Potensi daerah satu dengan daerah lainnya berbeda-beda, karena hal ini terkait dengan karakteristik masing-masing daerah tersebut. Pemerintah daerah harusnya semakin leluasa untuk mengoptimalkan pembangunan di daerahnya karena adanya sistem desentralisasi. Kabupaten Rembang termasuk kategori daerah tertinggal yang perlu mendapatkan perhatian. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menganalisis kontribusi sumbangan masing-masing sektor perekonomian terhadap PDRB dan sektor basis di Kabupaten Rembang, (2) Menganalisis pertumbuhan perekonomian Kabupaten Rembang, (3) Menganalisis sektor-sektor unggulan di Kabupaten Rembang dan (4) Mengetahui model peramalan untuk perekonomian Kabupaten Rembang dimasa depan. Analisis yang digunakan adalah analisis Shift Share, MRP, LQ, Overlay (dari PB, RPs dan MRP) dan forecasting data runtut waktu dengan menggunakan Linier Trend Model, Quadratik Trend Model,Growth Curve Model dan Double Exponential Smooting. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumbangan sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Rembang adalah tertinggi dan sektor pertanian merupakan sektor terbasis (mempunyai surplus terbesar) di Kabupaten Rembang, sektor pertambangan merupakan sektor basis, mempunyai pertumbuhan dominan dan termasuk sektor yang progresif dengan pertumbuhan yang cepat dan berdaya saing, hasil analisis overlay menunjukkan bahwasannya sektor unggulan dalam perekonominan Kabupaten Rembang adalah sektor pertambangan dan penggalian, berdasarkan hasil forecasting (peramalan) seluruh sektor perekonomian Kabupaten Rembang pertumbuhannya cenderung dekat dengan trend quadratik, sehingga pertumbuhannya cenderung meningkat dan ada percepatan dalam pertumbuhan di sektor perekonomiannya. Disarankan agar pemanfaatan sektor pertambangan dan galian harus dilakukan secara bijak, karena sifat sektor pertambangan dan galian yang bersifat terbatas dan tidak bisa diperbaruhi, sumbangan yang besar sektor pertanian di Kabupaten Rembang perlu mendapatkan perhatian khusus karena merupakan penyumbang PDRB terbesar, penyerapan tenagakerja yang dominan dan didukung oleh kondisi geografis yang sangat menunjang seperti panjang garis pantai.
ANALISIS SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN REMBANG TAHUN 2000-2008
OLEH : MOKHAMAD WISNU GUNAWAN H14103039
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
Judul Skripsi
: Analisis Sektor-sektor Unggulan Perekonomian Kabupaten Rembang Tahun 2000-2008
Nama Mahasiswa
: Mokhamad Wisnu Gunawan
Nomor Registrasi Pokok
: H14103039
Menyetujui, Dosen Pembimbing,
Ir. Dewi Ulfah Wardani, M.Si. NIP. 19620527 199002 2 001
Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec. NIP. 1964 1022 198903
Tanggal Kelulusan:
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN
SEBAGAI
SKRIPSI
ATAU
KARYA
ILMIAH
PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor , Januari 2011
Mokhamad Wisnu Gunawan H14103039
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 28 November 1985 di Rembang, Jawa Tengah. Penulis merupakan anak kandung dari pasangan Bapak Moch. Ischak, BA dan Ibu Maslikhah. F. Penulis menyelesaikan pendidikan SD hingga SMU di Provinsi Jawa Tengah. Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan pada tahun 1997 di SD Negeri 2 Pamotan. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama diselesaikan pada tahun 2000 di SLTP Negeri 1 Pamotan, dan Sekolah Menengah Umum diselesaikan pada tahun 2003 di SMU Negeri 2 Rembang. Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif di beberapa kegiatan intra dan ekstra kampus. Tahun 2003-2004 penulis aktif di Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Komisariat IPB sebagai staff Departemen Pengabdian Masyarakat. Tahun 2004-2005 penulis aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM FEM) sebagai staff Departemen Politik Kajian Startegis dan Advokasi, KAMMI Komisariat IPB sebagai Kepala Departemen Kewirausahaan, SES-C (Sharia Economics Student Club) sebagai staff Divisi Syiar dan Syariah, Kepala Departemen Kewirausahaan FORMASI (Forum Mahasiswa Studi Islam) dan selanjutnya di tahun 2005-2006 menjadi Kepala Departemen Politik, Kajian Strategis dan Advokasi BEM FEM. Penulis pernah menjadi bakal calon ketua BEM FEM pada tahun 2004 dan menjadi calon ketua BEM FEM pada tahun 2005. Penulis juga pernah menjadi Asisten Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam (MKU111) pada tahun 2004-2005 dan Tahun 2006-2007 penulis aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa KM IPB sebagai staff Departemen Kebijakan Nasional . Penulis tergabung dalam Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) QUANTUM Generation di Divisi Penelitian dan Pengembangan tahun 2007 hingga sekarang. Penulis juga sempat bergabung dalam IMAGE GROUP (Image Computer) sebagai marketing dan tekhnisi Komputer dan Laptop, lalu dilanjutkan di Vision Computer, dan terakhir di image.net.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Rabb Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang telah memberikan karunia tak terhingga, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini, Penulis hendak menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Ir. Dewi Ulfah, MSi sebagai pembimbing skripsi yang dengan sabar memberikan dukungan, bimbingan dan arahan selama penyusunan skripsi ini. 2. Tanti Novianti, M.Si. sebagai penguji utama sidang yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat bermanfaat bagi penulisan skripsi agar menjadi lebih baik. 3. Dr. Muhammad Findi selaku penguji komisi pendidikan atas kritik dan saran yang telah diberikan sehingga penulisan skripsi ini menjadi lebih baik. 4. Bapak dan Ibu serta keluarga tercinta, yang dengan penuh pengorbanan membiayai studi penulis, dan atas iringan do’anya selama ini yang senantiasa mengiringi gerak langkah penulis hingga saat ini. 5. Instansi-instansi terkait beserta staff dan jajarannya, seperti BPS Kabupaten Rembang, BAPEDA Kabupaten Rembang, BPS Pusat Jakarta perpustakaan LSI IPB dan perpustakaan FEM IPB yang telah mempermudah penulis dalam penyusunan skripsi ini. 6. Teman-teman di Departemen Ilmu Ekonomi, teman-teman seperjuangan di Pondok Al Ihsan, KAMMI Komisariat IPB 2003-2004, BEM FEM 2004-2005, KAMMI Komisariat IPB 2004-2005, SES-C 2004-2005, Formasi FEM IPB, Kabinet Bersatu BEM FEM 2006-2007, BEM KM IPB 2007-2008, JAKNAS BEM KM (Bergerak!! Karena Diam Adalah Mati), LPP Quantum Generation, LDK DKM Al Huriyyah, PPNSI dan
Ikhwah sebogor, terimakasih atas dukungan, dorongan dan motivasi yang sangat berharga dalam penyelesaian skripsi ini. 7. Rekan-rekan bisnis di IMAGE GROUP dan VNC ( Kang Armen, Kang Rezza, Mas Arie Putra, Mas Wahid Ari A, Arif, Ade, Hari, Ono, Deni, Dhani, Priyo, Aris, Kang Ayi, Ajat, Teh Ida, Iyang dan Teh Susan), di Image.net (Davit, Iping, Nirwan, Pansha, Farud, Aceng, Umar, Bule, dkk) dan di BRIGADE 554 (kang Riswan, kang Hanif dan Kang Livson). 8. Semua pihak yang telah membantu dan tidak tersebutkan satu per satu. Tak ada gading yang tak retak. Tiada sulaman yang paling sempurna. Kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT semata, sedangkan manusia adalah muara kekhilafan dan kesalahan belaka. Skripsi ini mungkin jauh dari sempurna, namun
semoga
dapat
memberikan
manfaat
kepada
pihak-pihak
yang
membutuhkan.
Bogor, Januari 2011
Penulis
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN ................................................................................................
i
COVER DALAM ..........................................................................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................
iii
LEMBAR PERNYATAAN ...........................................................................
iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................
v
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................
vi
DAFTAR ISI ................................................................................................. viii DAFTAR TABEL ..........................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiii I.
PENDAHULUAN ...................................................................................
1
1.1. Latar Belakang ...............................................................................
1
1.2. Perumusan Masalah .......................................................................
3
1.3. Tujuan Penelitian ...........................................................................
4
1.4. Manfaat Penelitian .........................................................................
4
II. TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................
5
2.1. Konsep Otonomi Daerah ................................................................
5
2.2. Konsep Wilayah .............................................................................
8
2.3. Konsep Pembangunan Ekonomi Daerah ......................................... 10 2.4. Pertumbuhan Ekonomi Wilayah ..................................................... 14 2.5. Penelitian-Penelitian Terdahulu ...................................................... 16 2.6. Kerangka Teoritis........................................................................... 18 2.6.1. Analisis Shift Share ............................................................ 18 2.6.2. Analisis Location Quotient (LQ) .......................................... 20 2.6.3. Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) ......................... 21 2.6.4. Analisis Overlay .................................................................. 22 2.6.5. Forecasting (peramalan) ...................................................... 22 2.7. Kerangka Pemikiran ........................................................................ 25
III. METODE PENELITIAN ......................................................................... 27 3.1. Waktu dan Lokasi ........................................................................... 27 3.2. Jenis dan Sumber Data .................................................................... 27 3.3. Metode Analisis Data ...................................................................... 27 3.3.1. Kontribusi Sektor-sektor Ekonomi Kabupaten Rembang dan Analisis Location Quotient (LQ) ......................................... 27 3.3.1.1.Kontribusi Sektor-sektor Perekonomian Kabupaten Rembang .................................................................... 27 3.3.1.2.Analisis Location Quotien (LQ) ................................ 28 3.3.2. Analisis Pertumbuhan Sektor Perkonomian Kabupaten Rembang ............................................................................ 28 3.3.2.1.Analisis Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Rembang Pertahun Mulai Tahun 2000-2008 ............................... 28 3.3.2.2.Analisis Shift Share .................................................... 29 3.3.2.3.Profil Pertumbuhan dan Pergeseran Bersih ................. 32 3.3.2.4.Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP)................. 34 3.3.3. Analisis Sektor Unggulan ................................................... 35 3.3.4. Forecasting (peramalan) ..................................................... 35 IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN REMBANG ................................ 37 4.1. Keadaan Geografis ........................................................................ 37 4.2. Keadaan Penduduk ......................................................................... 39 4.3. Kesehatan ...................................................................................... 40 4.4. Pendidikan ..................................................................................... 40 4.5. Ketenagakerjaan............................................................................. 41 4.6. Perekonomian ................................................................................. 41 V.
HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 43 5.1. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Rembang .................. 43 5.2. Kontribusi Sumbangan Masing-masing Sektor Ekonomi Kabupaten Rembang ......................................................................................... 44 5.2.1. Sumbangan Masing-masing Sektor Ekonomi Kabupaten Rembang ............................................................................ 44
5.2.2. Analisis Location Quotien (LQ) ......................................... 45 5.3. Pertumbuhan Sektor Perkonomian Kabupaten Rembang.................. 46 5.3.1. Analisis Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Rembang dan Provinsi Jawa Tengah Pertahun .......................................... 46 5.3.2. Analisis Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Rembang dan Provinsi Jawa Tengah Pada Rentang Tahun 2000-2008 ...... 48 5.3.3. Analisis Shift Share ............................................................ 50 5.3.4. Profil Pertumbuhan Sektor-sektor Perekonomian Kabupaten Rembang dan Pergeseran Bersih ........................................ 51 5.3.5. Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) Perekonomian Kabupaten Rembang. ......................................................... 54 5.4. Analisis Sektor Unggulan ................................................................ 55 5.5. Forecasting Sektor Perekonomian Kabupaten Rembang 2009-2011 . 57 VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 63 6.1. Kesimpulan ...................................................................................... 63 6.2. Saran ................................................................................................ 64 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 65 LAMPIRAN .................................................................................................... 67
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
4.1. Luas Wilayah Kabupaten Rembang Dirinci Per Kecamatan (dalam ha) .... 38 4.2. Jumlah Penduduk Kabupaten Rembang Dirinci Per Kecamatan Tahun 20022006. ........................................................................................................ 40 5.1. PDRB Kabupaten Rembang Berdasarkan harga Konstan 2000 (Milyar Rupiah). ................................................................................................... 43 5.2. Sumbangan Masing-masing Sektor Terhadap PDRB Kabupaten Rembang Tahun 2000-2008 (dalam persen). ............................................................ 44 5.3. Location Quotien (LQ). ............................................................................ 46 5.4. Pertumbuhan Pertahun PDRB Kabupaten Rembang pertahun. .................. 47 5.5. Pertumbuhan PDRB JawaTengah Pertahun Tahun 2000-2008 (dalam persen). .................................................................................................... 48 5.6. Pertumbuhan PDRB Kabupaten Rembang dan Provinsi Jawa Tengah Selama 8 Tahun dari tahun 2000-2008 .................................................................. 50 5.7. Hasil Analisis Shift Share Perekonomian Kabupaten Rembang ................ 52 5.8. Nilai Pergeseran Bersih ............................................................................ 54 5.9. Model Rasio Pertumbuhan (MRP) ............................................................ 55 5.10.Hasil Perhitungan Analisis Overlay Sektor Perekonomian Kabupaten Rembang Tahun 2000-2008 ..................................................................... 55 5.11.Nilai MAPE, MAD dan MSD Sektor Pertanian Pada Model Trend Analysis Quadratic, Model Trend Analysis Linier, Model Trend Growth Exponential, dan Model Double Exponential Smoothi ................................................... 60 5.12.Hasil Forecasting Sektor Pertanian Pada Model Trend Analysis Quadratic, Model Trend Analysis Linier, Model Trend Growth Exponential, dan Model Double Exponential Smoothing (dalam ribu rupiah) ................................. 60 5.13.Hasil Forecasting Sektor Perekonomian Kabupaten Rembang Tahun 2009, 2010 dan 2011 (Milyar rupiah) ................................................................. 61
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
2.1. Kronologis Perubahan Undang Undang Tentang Pemerintah Daerah .......
6
2.2. Tekhnik Peramalan Render dan Stair (2000) dalam Mukhyi (2008). ......... 23 2.3. Kerangka Pemikiran ................................................................................. 24 3.1. Profil Pertumbuhan PDRB ....................................................................... 33 5.1. Profil Pertumbuhan Sektor-sektor Perekonomian Kabupaten Rembang Tahun 2000-2008 ............................................................................................... 53 5.2. Memulai Kerja dengan Minitab, Tampilan Session dan Worksheet ........... 58 5.3. Input Data Pada Worksheet....................................................................... 58 5.4. Forecasting Data PDRB Kabupaten Rembang Dengan Model Linier. ...... 59 5.5. Trend analysis Plot for Pertanian .............................................................. 59 5.6. Trend analysis Plot for Jasa-jasa ............................................................... 62
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1.Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Provinsi, 2004-2008 (persen) ............................................. 67 2. Persentase Penyerapan Tenaga Kerja Per Sektor ........................................ 68 3. Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Rembang Tahun 2002-2006 ...... 69 4. PDRB Provinsi Jawa Tengah Thun 2000 - 2008 Berdasarkan Harga Konstan 2000 (Milyar Rupiah).................................................................................... 70 5. Perhitungan Sumbangan Masing-masing Sektor Terhadap PDRB Kabupaten Rembang Tahun 2000-2008 (dalam persen). ................................................. 71 6. Perhitungan Location Quotient (LQ) Kabupaten Rembang 200-2008 ........... 71 7. Perhitungan Pertumbuhan PDRB Kabupaten Rembang pertahun .................. 72 8. Perhitungan Pertumbuhan PDRB Kabupaten Rembang dan Provinsi Jawa Tengah Selama 8 Tahun dari tahun 2000-2008 .............................................. 73 9. Hasil Analisis Shift Share Perekonomian Kabupaten Rembang dan Perhitungannya ............................................................................................. 74 10. Nilai Pergeseran Bersih dan Perhitungannya .............................................. 75 11. Model Rasio Pertumbuhan (MRP) dan Perhitungannya .............................. 75 12. Hasil out put dari analisis trend quadratic forecasting sektor pertanian (minitab.14) .................................................................................................. 76 13. Trend Analysis Plot for Jasa-Jasa Quadratik Trend Model .......................... 77 14. Trend Analysis Plot for Jasa-Jasa Linear Trend Model ............................... 77 15. Trend Analysis Plot for Jasa-Jasa Growth Curve Model ............................. 78 16. Double Exponential Smoothing Plot for Jasa-Jasa ...................................... 78
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah menggambarkan tingkat kemakmuran dan kesejahteraan wilayah tersebut. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk melihat perkembangan suatu wilayah adalah tingkat pertumbuhan ekonomi wilayah. Produk Domestik Bruto (PDB) dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga tahun berlaku dan atas dasar harga konstan, PDB merupakan salah satu alat yang digunakan sebagai indikator untuk mengukur tingkat keberhasilan pertumbuhan ekonomi suatu negara, sedangkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) digunakan untuk skala daerah. Menurut pendekatan produksi, PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun).
Unit-unit
produksi tersebut
dalam penyajiannya,
dikelompokkan menjadi 9 (sembilan) sektor atau lapangan usaha, yaitu: Pertanian, Pertambangan dan Penggalian, Industri Pengolahan, Listrik, Gas dan Air Bersih, Bangunan, Perdagangan, Hotel dan Restoran, Pengangkutan dan Komunikasi, Jasa Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, Jasa-jasa. Setelah ditetapkannya Undang Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, maka sistem Otonomi daerah menggantian sistem sentralistik. Otonomi daerah muncul karena adanya ketidakpuasan dengan sistem sentralistik yang diterapkan sebagai sistem pemerintahan pada masa Orde Baru. Sekarang, setiap daerah telah diberikan kesempatan yang sama untuk mengembangkan potensi daerahnya masing-masing. Pemerintah daerah selaku wakil pemerintah pusat yang menguasai wilayah di bawahnya, mempunyai tugas dan tanggungjawab yang sama. Otonomi daerah telah memberikan kewenangan yang utuh mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi. Otonomi daerah yang ada tersebut tetap dibingkai dengan tiga hal strategis, yaitu koridor peraturan perundang-undangan yang berlaku, keutuhan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), serta diluar enam bidang otoritas pusat (politik luar negeri, pertahanan, keamanan, moneter, yustisi dan agama).
Potensi daerah satu dengan daerah lainnya ini pasti berbeda-beda, karena hal ini terkait dengan karakteristik masing-masing daerah tersebut. Pemerintah daerah harusnya semakin leluasa untuk mengoptimalkan pembangunan di daerahnya karena adanya sistem desentralisasi. Pemerintah daerah dapat mengembangkan sendiri potensi unggulan daerahnya untuk digunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran masyarakatnya, yang tentunya dibingkai dengan aturan perundangundangan yang berlaku. Semangat untuk menyejahterakan masyarakat inilah yang harus terus dilakukan oleh semua pemerintah daerah termasuk Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Rembang, sehingga kesejahteraan masyarakatnya optimal. Kontribusi ekonomi regional (PDRB) terbesar terhadap PDB secara berurutan adalah Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa Timur, Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Jawa Tengah yang terdapat pada lampiran 1. Pada tahun 2008 kontribusi Provinsi DKI Jakarta terhadap PDB sebesar 16.11 persen, Provinsi Jawa Timur berkontribusi sebesar 14.78 persen terhadap PDB, kontrubusi Provinsi Jawa Barat terhadap PDB sebesar 14.33 persen, sedangkan Provinsi Jawa Tengah memberikan kontribusi sebesar 8.63 persen terhadap PDB. Rata-rata sumbangan PDRB Provinsi Jawa Tengah terhadap PDB dari tahun 2004-2008 sebesar 8,81 persen, dimana sumbangan rata-rata masing-masing provinsi terhadap PDB pada rentang waktu 2004-2008 adalah 3.03 persen. Pertumbuhan Provinsi Jawa Tengah dari tahun-ketahun cenderung menunjukkan pertumbuhan yang positif (positive growth). Terdapat beberapa kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang masuk kategori kabupaten tertinggal menurut Kementrian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal dan Kementrian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ BAPPENAS dalam Stategi Nasional Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (STRANAS PPDT) Tahun 2004-2009 yang diterbitkan tertanda tahun 2007. Kriteria penentuan daerah tertinggal adalah dengan menggunakan pendekatan perhitungan enam (6) kriteria dasar yaitu: perekonomian masyarakat, sumber daya manusia, prasarana (infrastruktur), kemampuan keuangan fiskal (celah fiskal), aksesibilitas
dan karakteristik
daerah.
Kabupaten Rembang,
Kabupaten
Banjarnegara dan Kabupaten Wonogiri di Provinsi Jawa Tengah merupakan
kabupaten yang masuk dalam kategori daerah tertinggal dalam STRANAS PPDT tersebut. Setiap daerah mempunyai peluang yang sama untuk mengembangkan wilayahnya, Kabupaten Rembang memiliki peluang yang besar untuk ke luar dari kategori daerah tertinggal tersebut pada era otonomi daerah ini. Perekonomian Kabupaten Rembang dapat meningkat dengan optimal, apabila ada penambahan modal atau alokasi pada masing-masing sektor tersebut. Adanya investor diperlukan untuk menambah alokasi dana untuk mendorong pertumbuhan sektor-sektor perekonomian yang ada. Data dan informasi yang memadai tentang keadaan, sektor-sektor unggulan dan potensi Kabupaten Rembang serta informasi tentang perkembangan sektor-sektor perekonomiannya diperlukan oleh pemerintah daerah untuk menentukan kebijakannya. Penelitian ini penting dan diharapkan dapat memberikan gambaran tentang perekonomian Kabupaten Rembang. 1.2. Perumusan Masalah Kabupaten Rembang secara administratif terbagi menjadi 14 kecamatan dan 294 desa. Berdasarkan Buku Strategi Daerah (Strada) Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (PPDT) Kabupaten Rembang 2007-2009 terdapat 14 desa (4,7%) yang masuk kategori sangat maju, 60 desa (20,4%) kategori maju, 165 desa (52,12%) kategori tertinggal dan sebanyak 55 desa (18,7%) kategori sangat tertinggal. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian desa di Kabupaten Rembang masuk kategori tertinggal, umumnya ditandai dengan kurangnya sarana dan prasana umum, serta rendahnya aset ekonomi masyarakat terhadap pusat-pusat aktivitas ekonomi dan pelayanan dasar seperti pendidikan dan kesehatan. Berkaitan dengan besarnya jumlah desa tertinggal, terdapat 82,6 persen penduduk yang tinggal di pedesaan (rural) dan sisanya (17,4%) tinggal di daerah perkotaan (urban). Penduduk yang tergolong miskin sebanyak 208.536 jiwa atau 35,62 persen (BPS, 2006) dari total jumlah penduduk Kabupaten Rembang. Rembang adalah daerah yang tertinggal, tetapi pada era otonomi daerah ini dimana pemerintah daerah Kabupaten Rembang selaku wakil dari pemerintah pusat di Kabupaten Rembang mempunyai wewenang yang luas untuk mendorong
potensi daerah atau sektor-sektor unggulan yang terdapat di Kabupaten Rembang, sehingga diharapkan dapat menambah kesejahteraan bagi masyarakat Kabupaten Rembang. Berdasarkan uraian diatas muncul pertanyaan bagaimana kondisi perekonomian Kabupaten Rembang dan sektor apa yang merupakan sektor basis (mempunyai surplus), bagaimana pertumbuhan ekonomi Kabupaten Rembang, sektor-sektor apa yang merupakan sektor unggulan di Kabupaten Rembang, yang sebaiknya dikembangkan, dan untuk perencanaan masa depan bagaimana kita bisa membuat peramalan masa depan perekonomian Rembang. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dilaksanakannya penelitian ini, yaitu: 1. Menganalisis kontribusi sumbangan masing-masing sektor perekonomian terhadap PBRB dan sektor basis di Kabupaten Rembang. 2. Menganalisis pertumbuhan perekonomian Kabupaten Rembang. 3. Menganalisis sektor-sektor unggulan di Kabupaten Rembang. 4. Mengetahui peramalan perekonomian Kabupaten Rembang di masa depan. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat digunakan untuk: 1. Mengetahui pertumbuhan sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Rembang. 2. Sebagai
pertimbangan
untuk
perencanaan
dan
penentuan
kebijakan
pembangunan Kabupaten Rembang 3. Informasi bagi investor dan pihak-pihak lain yang berminat menanamkan modalnya pada sektor-sektor perekonomian Kabupaten Rembang. 4. Menjadi bahan masukan dan informasi bagi penelitian-penelitian lain yang ingin meneliti keadaan perekonomian Kabupaten Rembang.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Otonomi Daerah Asas desentralisasi telah menggantikan asas sentralisasi yang dinilai tidak sesuai lagi diterapkan pada pemerintahan yang ada. Kurang atau tidak meratanya pembangunan menjadi salah satu alasan mengapa sistem desentralisasi atau yang lebih dikenal dengan sistem otonomi daerah muncul kembali di Indonesia, setelah konsep dan semangat yang sama dengan sistem otonomi daerah dikemukakan oleh M. Natsir pada tahun 1950. Sistem otonomi daerah mulai lagi diterapkan di Indonesia mulai pada era reformasi, tepatnya pada tahun 1999 yang ditandai dengan adanya Undang Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, yang menyebutkan dengan jelas pada pasal 1 bagian h “Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan perundang-undangan”. Kaloh
(2007),
sejak
kemerdekaan
hingga
saat
ini,
distribusi
kekuasaan/kewenangan dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah selalu bergerak pada titik keseimbangan yang berbeda. Suatu waktu bobot kekuasaan terletak pada Pemerintah Pusat, pada kesempatan lain bobot kekuasaan ada pada Pemerintah Daerah. Kondisi yang demikian itu disebabkan karena dua hal. Pertama, karena pengaruran undang-undang tentang Pemerintah Daerah, sejak kemerdekaan sampai tahun 2005 (1945 – 2005) Indonesia telah memiliki 8 (delapan) Undang Undang tentang Pemerintah Daerah (Gambar 2.1).
Undang Undang Nomor 1 Tahun 1945 Undang Undang Nomor 22 Tahun 1948 Undang Undang Nomor 1 Tahun 1957 Undang Undang Nomor 6 Tahun 1959 Undang Undang Nomor 18 Tahun 1965 Undang Undang Nomor 5 Tahun 1974 Undang Undang Nomor 22 Tahun 1999 Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004
Gambar 2.1. Kronologis Perubahan Undang Undang Tentang Pemerintah Daerah. Masing-masing Undang Undang Pemerintah Daerah tersebut mempunyai ciri dan karakteristik tersendiri, termasuk pengaturan tentang seberapa besar pengaturan bobot kekuasaan antara pusat dan daerah. Jika kita cermati secara analitis terlihat bahwa titik berat bobot kekuasaan ternyata berpindah-pindah pada masing-masing kurun waktu berlakunya suatu Undang Undang Pemerintah Daerah. Kedua, disebabkan adanya perbedaan interpretasi dan implementasi terhadap Undang Undang Pemerintah Daerah disebabkan kepentingan penguasa pada masa berlakunya Undang Undang Pemerintah Daerah. Tujuan pokok Undang Undang No. 22 Tahun 1999 adalah untuk mewujudkan landasan hukum yang kuat bagi penyelenggaraan otonomi daerah
dengan mempertimbangkan keleluasaan kepada daerah untuk menjadikan daerah otonom yang mandiri dalam rangka menegakkan sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik
Indonesia
sesuai
Undang
Undang
Dasar
1945.
Penyelenggaraan otonomi daerah yang luas dilaksanakan atas dasar prinsipprinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan serta mempertimbangkan potensi dan keanekaragaman daerah (Koswara dalam Tambunan, 2001). Tujuan pokok Undang Undang No. 25 Tahun 1999 adalah upaya memberdayakan dan meningkatkan kemampuan perekonomian daerah, menciptakan sistem pembiayaan daerah yang adil, proporsional, rasional, transparan, partisipatif, bertanggung jawab dan pasti, dan mewujudkan sistem perimbangan keuangan yang baik antara pemerintah pusat dan pemda (Sidik dalam Tambunan, 2001). Kaloh (2007), Undang Undang No. 32 Tahun 2004 ini terdiri dari 26 bab dan 240 pasal, apabila dibandingkan dengan Undang Undang No. 22 Tahun 1999, maka undang-undang ini adalah lebih lengkap dan memperkenalkan beberapa bab baru, yang merupakan implementasi dari banyak orang, aspirasi dari banyak pakar dan aspirasi dari perubahan itu sendiri. Hal baru yang tercantum dalam Undang Undang No. 32 Tahun 2004 adalah sebagai berikut: Pembentukan daerah dan kawasan khusus Pemilihan kepala daerah secara langsung Pembagian urusan pemerintahan Keuangan daerah Kontrol terhadap defisit daerah
Penetapan APBD Penguatan posisi Gubernur Pertanggungjawaban kepala daerah, dan Impeachment kepala daerah 2.2. Konsep Wilayah Menurut logika Aristoteles dalam Adisasmita (2005), wilayah sebagai suatu konsep dapat diberi arti atau batasan pengertian dari tiga sudut pandangan, yaitu dari uraian materiil (material description), menurut hubungan formal (formal relation) dan kaitannya dengan sasaran atau tujuan akhir (final objective). Sesuai dengan logika tersebut, maka konsep wilayah atau region mempunyai tiga macam pengertian yaitu, 1. Wilayah Homogen Diartikan sebagai suatu konsep yang menganggap wilayah-wilayah geografis dapat menjadi wilayah tunggal apabila wilayah-wilayah tersebut mempunyai ciriciri atau karakteristik yang serupa. Ciri-ciri atau karakteristik yang serupa tersebut dapat bersifat ekonomi, geografi, sosial atau politik. 2. Wilayah Polarisasi atau Wilayah Nodal Wilayah-wilayah nodal (pusat) atau wilayah-wilayah polarisasi (kutub) terdiri dari satu kesatuan wilayah yang heterogen. Konsep ini menekankan pada perbedaan struktur tataruang di dalam wilayah, dimana terdapat hubungan saling ketergantungan yang bersifat fungsional merupakan dasar dalam penentuan batas wilayah. Hubungan saling ketergantungan dapat dilihat dari hubungan antara pusat (inti) dengan daerah belakang (hinterland). Batas wilayah nodal dapat
dilihat dari pengaruh suatu inti kegiatan ekonomi lainnya. Pada wilayah nodal perdagangan secara intern mutlak dilakukan. Daerah hinterland akan menjual bahan baku dan tenaga kerja pada daerah inti untuk proses produksi. Contoh wilayah nodal yaitu Provinsi DKI Jakarta dengan Botabek (Bogor, Tangerang, Bekasi), Jakarta merupakan daerah inti sedangkan Botabek sebagai daerah hinterland. 3. Wilayah Perencanaan atau Wilayah Program Kategori wilayah perencanaan atau wilayah program sangat penting artinya apabila dikaitkan dengan masalah-masalah kebijakan wilayah. Pada tingkat nasional atau wilayah, tata ruang perencanaan oleh penguasa nasional, wilayah difungsikan sebagai alat untuk mencapai sasaran pembangunan yang telah ditetapkan. Batas-batas wilayah didasarkan atas perlakuan kebijakan yang seragam, seperti sistem ekonomi, tingkat pajak yang sama, dan sebagainya. Penetapan wilayah berdasarkan satuan administrasi, yang menyebutkan bahwa negara terbagi atas beberapa provinsi, provinsi terbagi atas beberapa kabupaten atau kota, kabupaten terbagi atas beberapa kecamatan, dan kecamatan terbagi atas beberapa desa dalam tata ruang ekonominya. Contoh lain wilayah perencanaan yaitu pembagian wilayah pembangunan yang didasarkan pada aliran sungai (Daerah Aliran Sungai). Adanya ketetidakserasian antar wilayah dan pengaruh mobilitas internal sumberdaya penduduk, modal dan faktor produksi lainnya termasuk arus perdagangan antar wilayah akan memberikan pengaruh dalam pertumbuhan wilayah. Dalam hal ini Bernard Okun dan richard W. Richardson dalam
Adisasmita (2005), membuat klasifikasi bedasarkan tingkat kemakmuran dan kemampuan
berkembang
masing-masing
wilayah.
Tingkat
kemakmuran
dinyatakan dengan pendapatan per kapita dan kemampuan berkembang dikaitkan dengan laju pertumbuhan pembangunan. Berdasarkan kriteria tersebut maka pembagian wilayah dapat di klalifikasikan menjadi empat kelompok, yaitu sebagai berikut. 1. Low per capita income dan stagnant regions (LS) atau wilayah yang berpendapatan perkapita rendah dan kurang berkembang. 2. High per capita income dan stagnant regions (HS) atau wilayah-wilayah yang berpendapatan kapita tinggi tetapi kurang berkembang. 3. Low per capita income dan growing regions (LG) atau wilayah-wilayah yang berpendapatan per kapita rendah tapi berkembang. 4. High per capita income dan gwowing regions (HG) atau wilayah-wilayah berpendapatan per kapita tinggi dan berkembang 2.3. Konsep Pembangunan Ekonomi Daerah Menurut Sumodiningrat dan Riant Nugroho (2005), krisis multi dimensional yang disebabkan karena tidak adanya kepercayaan kepada (kemampuan rakyat) yang pada akhirnya muncul ketidakpercayaan rakyat terhadap pemerintahan. Sehingga pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan sangat diperlukan agar masyarakat mampu membangun dirinya sendiri secara mandiri dan otonom. Pembangunan yang partisipatif, yaitu pembangunan yang bermisi untuk, dari dan oleh rakyat. Pada kurun sebelumnya, pembangunan lebih
bersifat ”dari atas kebawah”, ”dari pusat ke daerah”, ”dari pemerintah ke rakyat” (konsep pembangunan pada masa sistem pemerintahan sentralistik. Menurut Arsyad (1999), Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdayasumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dan wilayah tersebut. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses, yang mencangkup pembukaan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri baru, pembangunan industri-industri alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan barang dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasarpasar baru, alih ilmu pengetahuan dan pengembangan perusahaan-perusahan baru. Menurut Jhingan (2004), menyatakan syarat utama bagi pembangunan ekonomi ialah bahwa proses pertumbuhannya harus bertumpu pada kemampuan kemampuan di dalam negeri. Hasrat untuk memperbaiki nasib dan prakarsa untuk menciptakan kemajuan material harus muncul dari warga negara itu sendiri. Menurut Rostow dalam Arsyad (1999), proses pembangunan ekonomi bisa dibedakan kedalam lima tahap yaitu: a. Masyarakat Tradisional (The Traditional Society) Masyarakat tradisional adalah masyarakat yang fungsi produksinya terbatas yang ditandai dengan cara produksi yang relatif primitif dan cara hidup masyarakat masih sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang kurang rasional, tetapi kebisaaan tersebut telah turun temurun.
b. Tahap Prasarat Tinggal Landas (The Preconditions for Take-Off) Tahap Prasarat tinggal landas ini didefinisikan sebagai suatu masa transisi dimana masyarakat mempersiapkan dirinya untuk mencapai pertumbuhan atas kekuatannya sendiri (self-suistained growth). Ilmu pengetahuan modern digunakan masyarakat untuk menghasilkan penemuan-penemuan baru yang bisa menurunkan biaya produksi. c. Tingal Landas (Take-Off) Pada tahap tinggal landas, pertumbuhan ekonomi selalu terjadi. Pada awal tahap ini terjadi perubahan yang drastis dalam masyarakat seperti revolusi politik, terciptanya kemajuan pesat dalam inovasi, atau berupa terbukanya pasar-pasar baru. d. Tahap Menuju Kedewasaan (The Drive To Maturity) Tahap menuju kedewasaan ini diartikan Rostow sebagai masa dimana masyarakat sudah secara efektif menggunakan tekhnologi modern hampir pada setiap kegiatan produksi. Pada tahap ini sektor-sektro pemimpin baru akan muncul menggantikan sektor-sektor pemimpin lama yang akan mengalami kemunduran. Sektor-sektor pemimpin baru ini coraknya ditentukan oleh perkembangan tekhnologi, kekayaan alam, sifat-sifat dari tahap lepas landas dan oleh kebijakan pemerintah. e. Masa Konsumsi Tinggi (The Age Of High Mass-Consumption) Tahap konsumsi tinggi ini merupakan tahap terakhir dalam teori pembangunan Rostow. Pada tahap ini perhatian masyarakat lebih
menekankan pada masalah-masalah yang berkaitan dengan konsumsi dan kesejahteraan masyarakat, bukan lagi pada masalah produksi. Pada tahap ini ada tiga tujuan masyarakat (negara) yaitu: 1. Memperbesar
kekuasaan
dan
pengaruh
ke
luar
negeri
dan
kecenderungan ini bisa berakhir pada penjajahan bangsa lain. 2. Menciptakan negara kesejahteraan (welfare state) dengan cara mengusahakan terciptanya pembagian pendapatan yang lebih merata melalui sistem pajak yang progresif. 3. Meningkatkan konsumsi masyarakat melebihi kebutuhan pokok (sandang, pangan dan papan) menjadi meliputi barang-barang konsumsi tahan lama serta barang-barang mewah. Ada sejumlah teori yang menerangkan kenapa ada perbedaan dalam tingkat pembangunan ekonomi antar daerah, yang umumnya digunakan adalah teori basis ekonomi, teori lokasi daya tarik industri (Arsyad dalam Tambunan, 2001) a. Teori Basis Ekonomi Teori Basis Ekonomi menjelaskan bahwasanya faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan barang dan jasa dari luar daerah. b. Teori Lokasi Teori lokasi sering digunakan untuk penentuan atau pengembangan kawasan industri di suatu daerah. Inti pemikiran teori ini berdasarkan pada sifat rasional pengusaha/perusahaan yang cenderung mencari keuntungan tinggi
dengan biaya terendah. Pengusaha akan memilih lokasi usaha untuk memaksimalkan keuntungannya dan meminimalisasikan biaya produksinya. c. Teori Daya Tarik Industri Dalam upaya pembangunan ekonomi daerah di Indonesia sering dipertanyakan jenis-jenis industri apa saja yang tepat untuk dikembangkan (diunggulkan). Adapun faktor-faktor daya tarik industri adalah nilai tambah yang tinggi per pekerja (produktivitas), industri-industri kaitan, dayasaing masa depan, spesialaisasi industri, potensi ekspor dan prospek bagi permintaan domestik. 2.4. Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Menurut
Tarigan (2004),
pertumbuhan ekonomi wilayah adalah
pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi di suatu wilayah, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah yang terjadi di wilayah tersebut. Pertambahan pendapatan itu diukur dalam nilai riil, artinya dinyatakan harga konstan. Hal itu juga menggambarkan balas jasa bagi faktor-faktor produksi yang beroperasi di wilayah tersebut (tanah, modal, tenaga kerja, dan teknologi), yang berarti secara kasar dapat mengambarkan kemakmuran daerah tersebut. Kemakmuran suatu wilayah selain ditentukan oleh besarnya nilai tambah yang tercipta di wilayah tersebut juga oleh seberapa besar terjadi transfer-payment yaitu bagian pendapatan yang mengalir ke luar wilayah atau mendapat aliran dana dari luar wilayah. Setiap negara akan menargetkan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi di setiap daerahnya, karena hal itu berarti menggambarkan kemakmuran di daerah tersebut (Tarigan, 2005). Menurut Kuznets dalam Jhingan (2002), pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk
menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya, kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukannya. Definisi ini mempunyai tiga komponen. Pertama, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara terus-menerus suatu persedian barang. Persedian ini juga mengidentifikasi pertumbuhan suatu wilayah di suatu negara. Jika wilayah tersebut dapat meningkatkan persedian barangnya secara terus-menerus maka wilayah tersebut dapat dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi. Kedua, teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam penyedian aneka macam barang kepada penduduk. Komponen kedua ini juga dapat dijadikan sebagai acuan apakah suatu wilayah di suatu negara tersebut mengalami pertumbuhan ekonomi. Jika wilayah tersebut dapat mengadopsi atau menemukan teknologi baru yang dapat meningkatkan produksi tanpa menambah input maka persediaan barang di suatu wilayah tersebut bertambah, ini berarti wilayah tersebut mengalami pertumbuhan ekonomi. Ketiga, penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya penyesuaian dibidang kelembagaan dan ideologi sehingga inovasi yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat manusia dapat dimanfaatkan secara tepat. Dalam bukunya yang lebih awal, Modern Economic Growth, 1966, Knuznet mendifinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai suatu kenaikan terus-menerus
dalam produk per kapita, sering kali dibarengi dengan kenaikan jumlah penduduk dan bisaanya dengan perubahan struktural. 2.5. Penelitian-Penelitian Terdahulu Putra (2004), dalam penelitiannya tentang pertumbuhan sektor-sektor perekonomian Kota Jambi sebelum dan pada masa otonomi menyimpulkan bahwa pada masa sebelum otonomi daerah, seluruh sektor ekonomi Kota Jambi pertumbuhannya meningkat. Setelah otonomi daerah diberlakukan, seluruh sektor ekonomi di Kota Jambi justru mengalami pertumbuhan yang lambat. Hanya saja pertumbuhan yang lambat ini belum tentu karena pengaruh diterapkannya otonomi daerah, karena kurun waktu yang diteliti hanya dua tahun saja yaitu tahun 2000-2002. Dari hasil penelitian juga menunjukkan sektor pertumbuhan yang paling cepat pada masa otonomi daerah adalah sektor industri pengolahan, sedangkan yang paling lambat adalah sektor jasa lainnya. Sementara sektor yang mempunyai keunggulan komparasi pada masa otonomi daerah adalah sektor pertambangan. Wahyuni (2006) dalam penelitiannya tentang analisis pertumbuhan sektorsektor perekonomian Kota Tangerang pada masa otonomi daerah menjelaskan pertumbuhan sektor paling tinggi adalah sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan dengan pertumbuhan sebesar 2073,91 persen. Pertumbuhan yang sangat tinggi tersebut dipengaruhi oleh pertumbuhan kegiatan pemukiman baru dan perindustrian di daerah Tangerang. Sektor yang pertumbuhannya paling rendah adalah sektor pertanian dengan pertumbuhan sebesar 12,86 persen.
Dijelaskan rendahnya pertumbuhan sektor pertanian di Tangerang dikarenakan semakin sedikitnya lahan untuk pertanian di Tangerang. Pertumbuhan
yang
paling
progresif
dicapai
oleh
enam
sektor
perekonomian yaitu sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, sektor angkutan dan komunikasi, sektor listrik, gas, dan air minum, sektor bangunan dan konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor jasa lainnya. Harisman
(2007),
menggunakan
analisis
Shift
Share
untuk
mengidentifikasi struktur perekonomian di Provinsi Lampung dari sektor primer ke sekunder yang terus meningkat melalui besarnya kontribusi terhadap PDRB Provinsi Lampung. Hasil analisis dengan menggunakan Location Quotient (LQ) menunjukkan bahwa di Provinsi Lampung terdapat 3 sektor basis yang merupakan sektor unggulan, yaitu: Sektor pertanian, sektor bangunan serta sektor angkutan dan komunikasi. Restiviana (2008), dalam penelitiannya tentang perekonomian wilayah Banyuwangi menyatakan sektor yang berdayasaing rendah pada Kabupaten Banyuwangi adalah sekor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih dan sektor perdagangan, hotel dan retoran, sektor angkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa. Sektor-sektor tersebut diatas berdayasaing kurang baik jika dibandingkan dengan sektor yang sama yang ada di kabupaten lain di Jawa Timur. Sedangkan sektor bangunan merupakan sektor sektor berdayasaing tertinggi di Kabupaten Banyuwangi. Sektor unggulan/basis di
Kabupaten Banyuwangi berdasarkan LQ, adalah: 1. Sektor pertanian. 2. Sektor pertambangan dan galian, 3. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. 2.6. Kerangka Teoritis 2.6.1. Analisis Shift Share Budiharsono (2001), analisis Shift Share merupakan teknik analisis mengenai perubahan berbagai indikator kegiatan ekonomi, seperti produksi dan kesempatan kerja. Teknik ini melihat perekembangan produksi ataupun kesempatan kerja di suatu wilayah di suatu titik waktu. Berdasarkan analisis Shift Share dapat diketahui perkembangan sektor-sektor perekonomian di suatu wilayah, baik terhadap perkembangan ekonomi wilayah yang lebih luas maupun terhadap sektor ekonomi lainnya beserta penyimpangan yang terjadi pada satu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya. Tujuan analisis Shift Share adalah untuk menentukan produktifitas kerja perekonomian daerah yang lebih besar (regional atau nasional). Pertumbuhan sektor perekonomian di suatu wilayah dipengaruhi oleh beberapa komponen yaitu: 1. Komponen Pertumbuhan Nasional (PN) Komponen PN adalah perubahan produksi suatu wilayah yang disebabkan oleh perubahan produksi Nasional secara umum, perubahan kebijakan ekonomi regional, atau perubahan dalam hal-hal yang mempengaruhi perekonomian suatu wilayah atau sektor. Bila diasumsikan tidak ada perubahan karakteristik antar sektor dan antar wilayah, maka adanya perubahan akan membawa dampak yang
sama pada semua sektor dan wilayah. Akan tetapi pada kenyataannya beberapa sektor dan wilayah tumbuh lebih cepat dari pada sektor dan wilayah lainnya. 2. Komponen Pertumbuhan Proporsional (PP) Komponen PP terjadi karena perbedaan sektor dalam permintaan produk akhir. Perbedaan dalam ketersediaan bahan mentah, perbedaan dalam kebijakan industri dan perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar. 3. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) Timbul karena peningkatan atau penurunan PDRB atau kesempatan kerja dalam suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya. Cepat lambatnya pertumbuhan ditentukan oleh keunggulan komparatif, akses pasar, dukungan kelembagaan, prasarana sosial dan ekonomi serta kebijakan regional pada wilayah tersebut. Kelebihan Analisis Shift Share Menurut Soepono (1993), kelebihan-kelebihan analisis Shift Share adalah : 1. Analisis Shift Share dapat melihat perkembangan kesempatan kerja suatu wilayah hanya pada dua titik waktu, dimana satu titik waktu dijadikan sebagai dasar analisis, dan titik waktu lainnya dijadikan akhir analisis. 2. Perubahan PDRB di suatu wilayah antara tahun dasar analisis dapat dilihat melalui tiga komponen pertumbuhan wilayah yaitu PN, PP, PPW. 3. Komponen PP dapat digunakan untuk mengetahui pertumbuhan sektor-sektor perekonomian di suatu wilayah. Hal ini berarti bahwa suatu wilayah dapat mengadakan spesialisasi di sektor-sektor yang berkembang secara nasional
dan bahkan sektor-sektor dari perekonomian wilayah telah berkembang lebih cepat daripada rata-rata nasional untuk sektor-sektor tersebut. 4. Komponen PPW dapat digunakan untuk melihat dayasaing sektor-sektor ekonomi dibandingkan dengan sektor ekonomi di wilayah lainnya. 5. Jika persentase PP dan PPW dijumlahkan, maka dapat ditunjukkan adanya shift (pergeseran) hasil pembangunan perekonomian daerah. Kelemahan Analisis Shift Share Menurut Soepono (1993), Kelemahan Shift Share adalah: 1.
Analisis Shift Share tidak lebih dari pada suatu teknik pengukuran atau prosedur baku untuk mengurangi pertumbuhan suatu variabel wilayah yang menjadi komponen-komponen. Metode ini tidak menjelaskan mengapa suatu masalah dapat terjadi. Metode ini lebih kepada perhitungan semata dan tidak analitik.
2.
Komponen PN secara implisit mengemukakan bahwa laju pertumbuhan suatu wilayah hendaknya tumbuh pada laju nasional tanpa memperhatikan sebab laju pertumbuhan wilayah.
3.
Kedua komponen pertumbuhan wilayah (PP dan PPW) berkaitan dengan halhal yang sama seperti perubahan permintaan dan penawaran, perubahan teknologi, perubahan lokasi, sehingga tidak dapat berkembang dengan baik.
4.
Analisis Shift Share secara implisit mengambil asumsi bahwa semua barang dijual secara nasional, padahal tidak semua demikian.
2.6.2. Analisis Location Quotient (LQ) Tarigan (2005), Location quotient (Kuosien lokasi) atau disingkat LQ adalah perbandingan dengan besarnya peranan suatu sektor/industri di suatu daerah terhadap besarnya peranan sektor/industri tersebut secara nasional. Analisis LQ memang sangat sederhana sehingga apabila digunakan dalam bentuk one shot analysis, manfaatnya juga tidak begitu besar yaitu hanya melihat nilai LQ berada diatas 1 atau tidak. Analisis LQ bisa dibuat menarik apabila dilakukan dalam bentuk time-series/trend, artinya dianalisis dalam beberapa kurun waktu tertentu. Tambunan (2001), LQ adalah suatu tekhnik yang digunakan untuk memperluas metode analisis Shift Share. Dasar pemikiran metode ini adalah sebagai berikut. Misalnya di suatu daerah ada dua industri, yaitu A dan B. Industri A melayani pasar lokal dan pasar luar daerah (ekspor), industri ini disebut industry basic. Sedangkan indutri industri B adalah industry non basic atau industri lokal karena hanya melayani pasar lokal. Dasar pemikiran teori ini adalah teori economic base. 2.6.3. Analisis MRP (Model Rasio Pertumbuhan) Merupakan alat untuk melihat deskripsi kegiatan ekonomi yang potensial dengan formula : a. Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi ( RPs ) RPs adalah: perbandingan antara laju pertumbuhan pendapatan/tenaga kerja kegiatan i wilayah studi dengan laju pertumbuhan pendapatan/tenaga kerja kegiatan i di wilayah referensi.
b. Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi ( RPr ) RPr adalah: perbandingan antara laju petumbuhan pendapatan / tenaga kerja kegiatan i di wilayah referensi dengan laju pertumbuhan total kegiatan (PDRB) / total tenaga kerja wilayah referensi. 2.6.4. Analisis Overlay Analisis ini mengacu pada analisis overlay Yusuf (1999) dalam Buhana dan Masyhuri (2006), yang merupakan suatu tekhnik yang mengambil sebuah kesimpulan dengan menggabungkan beberapa hasil analisis. Hasil analisis yang digabungkan yaitu Shift Share, Metode Rasio Pertumbuhan (MRP) dan Location Quotient (LQ). 2.6.5. Forecasting (Peramalan) Peramalan adalah seni dan ilmu untuk memprediksi masa depan. Terdapat beberapa tekhnik peramalan diantaranya: Model runtut waktu, model kualitatif dan model kausal. Model runtut waktu berusaha untuk memprediksi masa depan dengan menggunakan data historis, dengan kata lain model runtut waktu berusaha melihat apa yang terjadi pada suatu kurun waktu tertentu dan menggunakan data runtut waktu masa lalu untuk memprediksi. Model kualitatif berupaya memasukkan faktor-faktor subyektif dalam model peramalan, model semacam ini diharapkan akan sangat bermanfaat apabila data kuantitatif yang akurat sulit diperoleh. Sedangkan model kausal memasukkan dan menguji variable-variabel yang diduga mempengaruhi variabel dependen, hal ini dipaparkan dalam Gambar 2.2.
Metode delphi
Model Kualitatif
Opini Juru Eksekutif Komposit kekuatan Survei Pasar konsumen
Tekhnik Peramalan
Rata-rata Bergerak Model Runtut Waktu
Eksponensial Smoothing Proyeksi Trend
Analisii Regresi Model Kausal Metode ARIMA (Box-Jenkins
Gambar 2.2. Tekhnik Peramalan Render dan Stair (2000) dalam Mukhyi (2008).
Data runtut waktu (Time series) merupakan data yang dikumpulkan, dicatat atau diobservasi sepanjang waktu secara berurutan. Periode dapat berupa tahun, kuartal, bulan, minggu dan dalam beberapa kasus hari atau jam. Asusmsi Peramalan Ekstrapolatif 1. Keajegan (persistence): Pola yang terjadi di masa lalu tetap terjadi di masa mendatang. Misal: Jika konsumsi energi di masa lalu meningkat, ia akan selalu meningkat di masa depan. 2. Keteraturan (regularity): Variasi di masa lalu akan secara teratur muncul di masa depan. Misal: Banjir besar di Jakarta terjadi setiap 16 tahun sekali, pola yang sama akan terjadi lagi. 3. Keandalan (realiability) dan kesahihan (validity) data yang tersedia. Misal: data tentang gaji bukan merupakan ukuran yang tepat dari pendapatan masyarakat.
Peramalan ekstrapolatif adalah peramalan yang berdasarkan pada beberapa bentuk analisis antar waktu (time series analysis), yaitu analisis data numerik yang dihimpun pada beberapa titik waktu dan ditampilkan secara kronologis.
2.7. Kerangka Pemikiran Perekonomian Kabupaten Rembang Tahun 2000-2008
Sektor-sektor Perekonomian Kabupaten Rembang
Konstribusi Sektor-sektor Dalam Perekonomian dan Sektor Basis/ non basis
Analisis PDRB dan LQ
Tingkat Pertumbuhan Sektor-sektor Dalam Perekonomian
Forecasting data
Shift-Share dan MRP
Analisis Overlay
Sektor-sektor Unggulan Model Untuk Peramalan Ekonomi Saran
Keterangan :
Analisis yang digunakan Hal-hal yang dihasilkan
Gambar 2.3. Kerangka Pemikiran. Perekonomian Kabupaten Rembang yang dianalisis dalam penelitian ini adalah dalam kurun waktu tahun 2000 sampai dengan tahun 2008, dimana terdiri dari sembilan sektor yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan galian,
sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air minum, sektor bangunan dan konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor angkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa. Sektor perekonomian akan dianalisis menggunakan kontribusi PDRB dan analisis LQ untuk mengetahui kontribusi masing-masing sektor perekonomian dan sektor basis di Kabupaten Rembang. Analisis Shift Share dan analisis MRP digunakan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan sektor-sektor dalam perekonomian. Hasil dari analisis Pergeseran Bersih (bagian dari analisis Shift Share), analisis LQ dan analisis MRP akan di Overlay untuk menghasilkan sektor unggulan. Selanjutnya untuk
memberikan
gambaran
perekonomian
kedepan
seluruh
sektor
perekonomian dilakukan forecasting (peramalan) data runtut waktu (time series), sehingga dari semua analisis yang ada dapat memberikan saran.
III. METODE PENELITIAN
3.1.
Lokasi dan Waktu Lokasi penelitian mengambil tempat di Kabupaten Rembang, penentuan
lokasi tersebut dilakukan karena Kabupaten Rembang termasuk wilayah miskin dan setelah otonomi daerah mempunyai kesempatan yang untuk mengoptimalkan potensinya. Waktu pengumpulan data penelitian dan pengolahan dilakukan pada bulan Januari 2010 - Juni 2010. 3.2.
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data sekunder berupa
PDRB Provinsi Jawa Tengah dan PDRB Kabupaten Rembang berdasarkan harga konstan dengan tahun dasar 2000 pada periode tahun 2000-2008, serta data-data lain yang masih terkait dengan penelitian ini. Data diperoleh dari BPS Pusat, BPS Kabupaten Rembang, instansi terkait lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini. Referensi studi kepustakaan melalui jurnal, artikel, bahan-bahan lain dari perpustakaan dan internet yang masih relevan dengan penelitian ini. 3.3
Metode Analisis Data
3.3.1. Kontribusi Sektor-sektor Ekonomi Kabupaten Rembang dan Analisis Location Quotient (LQ) 3.3.1.1. Kontribusi Sektor-sektor Ekonomi Kabupaten Rembang Yit Sumbangan sektor i pada tahun t = X 100% Yt Dimana: Yit
= Nilai PDRB Kabupaten Rembang sektor i pada tahun t
Yt
= Nilai total PDRB Kabupaten Rembang pada tahun t
3.3.1.2. Analisis Location Quotien (LQ) Teknik ini menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan suatu sektor di daerah yang diselidiki dengan kemampuan yang sama pada daerah yang lebih luas. LQ =
Nilai sektor i Kabupaten Rembang / Total PDRB Kabupaten Rembang Nilai sektor I Provinsi Jawa Tengah / Total PDRB Provinsi Jawa Tengah
Struktur perumusan LQ memberikan beberapa nilai, yaitu LQ > 1, LQ=1, LQ < 1. Jika memakai nilai produksi sebagai bahan perhitungan, maka : a. LQ lebih besar dari 1 ( LQ > 1 ) berarti komoditas tersebut merupakan sektor basis artinya produksi komoditas yang bersangkutan sudah melebihi kebutuhan konsumsi di daerah dimana komoditas tersebut dihasilkan dan kelebihannya dapat dijual ke luar daerah. b. LQ lebih kecil dari satu (LQ < 1) produksi komoditas tersebut belum mencukupi kebutuhan konsumsi di daerah yang bersangkutan dan pemenuhannya didatangkan dari daerah lain. c. LQ sama dengan satu (LQ=1) produksi komoditas yang bersangkutan hanya cukup untuk kebutuhan daerah setempat. 3.3.2. Analisis Pertumbuhan Sektor Perkonomian Kabupaten Rembang 3.3.2.1. Analisis Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Rembang Pertahun Mulai Tahun 2000-2008 Yit– Yit-1 Pertumbuhan sektor i pada tahun t = X 100% Yit-1 Dimana : Yit
= Nilai PDRB Kabupaten Rembang sektor i pada tahun t
Yit-1
= Nilai PDRB Kabupaten Rembang sektor i pada tahun t-1
3.3.2.2. Analisis Shift Share Berdasarkan Budiharsono (2001), perhitungan dengan menggunakan metode Analisis
Shift
Share
yaitu:
jika
dalam
suatu
Provinsi
terdapat
m
daerah/wilayah/kabupaten (j=1,2,3…m) dan n sektor (i=1,2,3...n) maka perubahan tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut: 1. Perubahan PDRB dirumuskan sebagai berikut: ∆Yij = Y’ij-Yij Dimana: ∆Yij
= perubahan PDRB sektor i di wilayah j
Y’ij
= PDRB dari sektor i di wilayah j pada tahun akhir analisis
Yij
= PDRB dari sektor i di wilayah j pada tahun dasar analisis
2. Rumus persentase perubahan PDRB yaitu : %∆Yij = (
Y'ij-Yij ) x100% Yij
3. Menghitung Pertumbuhan PDRB Kabupaten Rembang dan Provinsi Jawa Tengah Pada Rentang Waktu Tahun 2000-2008 (selama 8 tahun) ri =
Y'ij-Yij Yij
Dimana: ri
= Rasio PDRB sektor i pada wilayah Kabupaten Rembang
Y’ij
= PDRB pada sektor i pada wilayah j (Kabupaten Rembang) pada tahun akhir analisis
Yij
= PDRB dari sektor i pada wilayah j (Kabupaten Rembang) pada tahun dasar analisis
(Y’ij - Yij)
= Perubahan PDRB Kabupaten Rembang (dari rentang waktu tahun 2000-2008)
Ri =
Y'i. - Yi. Yi.
Dimana: Ri
= Rasio PDRB Provinsi Jawa Tengah dari sektor i selama rentang waktu 2000-2008
Y’i
= PDRB Provinsi Jawa Tengah dari sektor i pada tahun akhir analisis
Y
= PDRB Provinsi dari sektor i pada tahun awal analisis
(Y’ij - Yij)
= Perubahan PDRB Provinsi Jawa Tengah (dari rentang waktu tahun 2000-2008)
Ra =
Y'i.. - Y.. Y..
Dimana: Ra
= Rasio PDRB Provinsi Jawa Tengah
Y’i
= PDRB Provinsi Jawa Tengah pada tahun akhir analisis
Y
= PDRB Provinsi Jawa Tengah pada tahun dasar analisis Analisis shift share terdiri dari tiga komponen yaitu Komponen
pertumbuhan Provinsi Jawa Tengah sektor i di Kabupaten Rembang (Nij), komponen pertumbuhan proporsional (PP), dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW). Adapun komponen-komponen yang digunakan dalam analisis shift share hanya sebatas teknik perhitungan saja dan bukan analitik.
Dij = Nij + PP + PPW Dimana: Dij
= Perubahan suatu variabel regional sektor i di Kabupaten Rembang dalam kurun waktu tertentu
Nij
= Komponen pertumbuhan Provinsi Jawa Tengah sektor i di Kabupaten
Rembang PP
= Pertumbuhan Proporsional
PPW
= Pertumbuhan Pangsa Wilayah Nij = Ra * Eij(t)
Dimana: Eij(t)
= PDRB sektor i di Kabupaten Rembang pada awal tahun periode Komponen pertumbuhan Provinsi Jawa Tengah sektor i di Kabupaten
Rembang (Nij) menjelaskan seberapa besar pengaruh pertumbuhan Provinsi Jawa Tengah terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Rembang. Jika nilai Nij Positif, hal itu berarti perubahan produksi Provinsi Jawa Tengah secara umum, perubahan tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah, dan adanya berbagai kebijakan ekonomi Provinsi Jawa Tengah mempengaruhi sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Rembang. PP = (Ri –Ra) * Eij(t) Nilai komponen PP (pertumbuhan proporsional) menjelaskan mengenai perubahan relatif PDRB sektor-sektor perekonomian Kabupaten Rembang dengan perubahan PDRB Provinsi Jawa Tengah sektor-sektor perekonomian. Jika nilai komponen PP > 0, berarti suatu sektor perekonomian di suatu wilayah relatif memiliki laju pertumbuhan yang cepat. Sebaliknya jika nilai komponen PP < 0, berarti suatu sektor perekonomian di suatu wilayah laju pertumbuhannya relatif lambat PPW = (ri – Ri) * Eij(t) Komponen PPW (pertumbuhan pangsa wilayah) digunakan untuk mengetahui sektor-sektor perekonomian mana saja di suatu wilayah yang
memiliki keunggulan komparatifnya tinggi dan sektor-sektor mana saja yang keunggulan komparatifnya rendah. Jika nilai komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW) suatu sektor perekonomian tertentu di Kabupaten Rembang lebih besar sama dengan nol atau PPW ≥ 0, maka sektor perekonomian tersebut memiliki keunggulan komparatif yang tinggi. Komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW) suatu sektor perekonomian tertentu di Kabupaten Rembang lebih kecil dari nol (PPW < 0), berarti sektor perekonomian tersebut tidak memiliki keunggulan komparatif. 3.3.2.3. Profil Pertumbuhan dan Pergeseran Bersih Analisis profil pertumbuhan PDRB bertujuan untuk mengidentifikasikan pertumbuhan PDRB sektor ekonomi di suatu wilayah pada kurun waktu yang ditentukan dengan cara mengekspresikan persentase perubahan komponen pertumbuhan proporsional (PP) dan pertumbuhan pangsa wilayah (PPW). Datadata yang dianalisis akan diinterpretasikan dengan cara memplot persentase perubahan komponen pertumbuhan proporsional (PP) dan pertumbuhan pangsa wilayah (PPW) kedalam sumbu vertikal dan horizontal. Komponen pertumbuhan proporsional (PP) diletakkan pada sumbu horizontal sebagai basis, sedangkan komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW) pada sumbu vertikal sebagai ordinat. Profil pertumbuhan PDRB disajikan pada Gambar 3.1 berikut ini.
PPW Kuadran IV
Kuadran I
PP
Kuadran III
Kuadaran II
Gambar 3.1. Profil Pertumbuhan PDRB. a. Kuadran I menginterpretasikan bahwa sektor perekonomian di suatu wilayah memiliki laju pertumbuhan yang cepat. Selain itu, sektor tersebut juga dapat bersaing dengan sektor-sektor perekonomian dari wilayah lain. Karena pertumbuhan sektor-sektor perekonomiannya tergolong dalam pertumbuhan yang cepat, maka wilayah yang bersangkutan juga merupakan wilayah yang progresif (maju). b. Kuadaran II menginterpretasikan bahwa sektor perekonomian di suatu wilayah memiliki laju pertumbuhan yang cepat, tetapi sektor tersebut tidak mampu bersaing dengan sektor perekonomian dari daerah lain. c. Kuadran III menginterpretasikan bahwa sektor perekonomian di suatu wilayah memiliki laju pertumbuhan sektor perekonomian yang lambat dan tidak mampu bersaing dengan wilayah lain. Jadi wilayah tersebut tergolong pada wilayah yang memiliki pertumbuhan yang lambat. d. Kuadran IV menginterpretasikan bahwa sektor perekonomian pada suatu wilayah memiliki pertumbuhan yang lambat, tetapi sektor tersebut mampu bersaing dengan sektor perekonomian dari wilayah lain.
Pada kuadran II dan IV terdapat garis diagonal yang memotong kedua daerah tersebut. Bagian atas garis diagonal mengindikasikan bahwa suatu wilayah merupakan wilayah yang progresif, sedangkan dibawah garis diagonal berarti suatu wilyah yang pertumbuhannya lambat. Berdasarkan nilai persen PP dan PPW, maka dapat diidentifikasi pertumbuhan suatu sektor atau suatu wilayah pada kurun waktu tertentu. Kedua komponen tersebut (PP dan PPW) apabila dijumlahkan akan didapat nilai pergeseran bersih (PB) yang mengidentifikasikan pertumbuhan suatu wilayah. PB dapat dirumuskan sebagai berikut: PB = PP + PPW Dimana: PB
= Pergeseran Bersih Kabupaten Rembang Apabila PB ≥ 0, maka pertumbuhan wilayah tersebut masuk kedalam
pertumbuhan progresif, sedangkan apabila PB ≤ 0, maka pertumbuhan wilayah tersebut termasuk dalam pertumbuhan yang lambat. 3.3.2.4. Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi ( RPs ) RPs =
Eij / Eij (t) Eir / Eir(t)
Dimana: Eij
= perubahan PDRB sektor i di wilayah studi (Kabupaten Rembang)
E ij(t) = PDRB sektor i pada awal periode penelitian wilayah studi (Kabupaten Rembang) E ir
= perubahan PDRB sektor I di wilayah referensi
Eir (t) = PDRB awal periode penelitian wilayah referensi Keterangan Jika nilai
RPs > 1 positif (+) RPs < 1 negatif (-)
RPs positif artinya menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor pada tingkat wilayah studi lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan sektor pada wilayah referensi. RPs Negatif artinya pertumbuhan suatu sektor pada tingkat wilayah studi lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan sektor tersebut pada wilayah referensi. 3.3.3 Analisis Sektor Unggulan Analisis sektor unggulan dilakukan dengan menggunakan analisis overlay (paparan) hasil dari nilai pergeseran bersih (dari komponen analisis Shift Share), nilai RPs (salah satu formula dari analisis MRP) dan hasil dari analisis LQ. Analisis overlay ini akan memperlihatkan sektor-sektor mana yang mempunyai keunggulan atau nilai positif dari hasil-hasil alat analisis yang digunakan. 3.3.4. Forecasting (Peramalan) Beberapa ukuran yang dapat digunakan untuk menilai kebaikan suatu metode antara lain: Mean Absolute Deviation (MAD) MAD
Xi
Fi
T
Mean Absolute Percent Error (MAPE)
MAPE
Xi
Fi / X i T
x100%
Mean Square Error (MSE)
MSE
Xi T
Fi
2
Semakin kecil nilai MAD, MAPE dan MSE maka nilai ramalan semakin baik. Beberapa jenis metode peramalan berdasarkan data urut waktu (time series) diantaranya adalah Exponential Smoothing dan Proyeksi Trend. PDRB Kabupaten Rembang dilakukan forecasting dengan menggunakan metode double exponential smoothing, metode trend linier, metode trend kuadratik dan metode trend growth exponential. Sehingga diperoleh nilai MAD, MAPE dan MSD dari masing-masing alat metode yang digunakan. Hal tersebut dilakukan pada masingmasing sektor perekonomian Kabupaten Rembang, dan untuk tiap sektornya dipilih metode dengan nilai MAD, MAPE dan MSD yang terkecil. Ada kemungkinan model yang digunakan dalam forecasting nanti akan berbeda antara sektor satu dengan sektor lainnya.
IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN REMBANG 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Rembang merupakan Kabupaten yang terletak di Pantai Utara Provinsi Jawa Tengah, dengan luas wilayah sekitar 1.014 km2 dengan panjang garis pantai 63 km atau 21,8 persen dari garis pantai utara Provinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Kabupaten Rembang adalah 101.747 km2 dan 35 persen dari luas wilayah kabupaten Rembang merupakan kawasan pesisir seluas 355,95 km2. Kabupaten Rembang terletak di ujung timur laut Propinsi Provinsi Jawa Tengah dan dilalui jalan Pantai Utara Jawa (Jalur Pantura), terletak pada garis koordinat 111000’ – 111030’ Bujur Timur dan 6030’ – 7006’ Lintang Selatan. Laut Jawa terletak disebelah utaranya, secara umum kondisi tanahnya berdataran rendah dengan ketinggian wilayah maksimum kurang lebih 70 meter di atas permukaan air laut. Batas-batas administrasi Kabupaten Rembang adalah: Sebelah Utara
: Laut Jawa
Sebelah Selatan
: Kabupaten Blora
Sebelah Timur
: Kabupaten Tuban Provinsi Jawa timur
Sebelah Barat
: Kabupaten Pati
Secara administratif Kabupaten Rembang memiliki 14 kecamatan, 287 desa, 7 kelurahan serta memiliki luas wilayah meliputi 101.408 ha. Kecamatan Sale adalah kecamatan terluas di Kabupaten Rembang yaitu sebesar (10.712 ha), lalu diikuti oleh Kecamatan Bulu dengan lusa (10.240 ha). Sedangkan Kecamatan Sluke adalah Kecamatan dengan luas terndah yang ada di Kabupaten Rembang
(3.759 ha). Nama dan luas wilayah untuk masing-masing kecamatan adalah seperti terlihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Luas Wilayah Kabupaten Rembang Dirinci Per Kecamatan No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Nama Kecamatan Sumber Bulu Gunem Sale Sarang Sedan Pamotan Sulang Kaliori Rembang Pancur Kragan Sluke Lasem Jumlah
Luas Wilayah (ha) 7.673 10.240 8.020 10.712 9.133 7.964 8.156 8.525 6.150 5.881 4.864 6.166 3.759 4.504 101.747
Sumber : Kabupaten Rembang Dalam Angka, 2005.
Kondisi topografi sebagian besar wilayah Kabupaten Rembang (46,39%) berada pada ketinggian 25-100 meter dari permukaan air laut. Sebesar 30,42 persen berada pada ketinggian 100-500 meter dan sisanya berada pada ketinggian 0-25 m dan 500-100 m. Dengan kondisi topografi datar sampai dengan pegunungan dan berbukit-bukit. Kelerangan yang terdapat di Kabupaten Rembang terdiri dari kelerengan 0-2 persen seluas 45.205 Ha (46,58%), kelerengan 2-15 persen seluas 33.233 Ha (43,18%), kelerengan 15-40 persen seluas 13.980 Ha (14,38 %), dan sisanya 4,86 persen merupakan kelerengan > 40 persen. Jenis tanah di Kabupaten Rembang diantaranya adalah Mediterial, Grumosol, Alluvial, Andosol dan Regosol. Jenis tanah Mediterial adalah jenis
tanah yang mendominasi di Kabupaten Rembang sebesar 45 persen, sedangkan jenis Grumosol hanya 32 persen, Alluvial 10 persen, Andosol persen dan Regosol persen. Wilayah Kabupaten Rembang merupakan dataran rendah di bagian Utara Pulau Jawa, maka wilayah tersebut memiliki jenis iklim tropis dengan suhu maksimum 33º C dan suhu rata-rata 23º C. Dengan bulan basah 4 sampai 5 bulan, sedangkan selebihnya termasuk kategori bulan sedang sampai kering. Terdapat hujan selama 1 tahun yang tidak menentu, sehingga implikasinya sering terjadi kekeringan di wilayah Kabupaten Rembang. Curah hujan di Kabupaten Rembang termasuk sedang, yaitu rata-rata 502,36 mm/tahun. 4.2. Keadaan Penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Rembang sampai akhir tahun 2006 tercatat sebanyak 597.213 jiwa, dengan jumlah rumah tangga sebesar 152.557 rumah tangga dan jumlah anggota ke luarga rata-rata sebanyak 4-5 jiwa per rumah tangga. Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Rembang cenderung mengalamai penurunan pada tahun 2003 (1,12%), 2004 (1.09%), 2005 (1,04%) dan tahun 2006 (0,96%). Meskipun laju pertumbuhan penduduknya mengalami penurunan, jumlah penduduk Kabupaten Rembang dari tahun-ketahun cenderung mengalami peningkatan. Pada Tabel berikut, dapat diketahui bahwasanya kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak tedapat pada Kecamatan Rembang lalu secara berturut-turut diikuti oleh Kecamatan Sarang dan Kecamatan Kragan. Adapun jumlah penduduk dirinci menurut kecamatan di Kabupaten Rembang dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Kabupaten Rembang Dirinci Per Kecamatan Tahun 2002-2006. No. 1 2 3
Nama Kecamatan Sumber Bulu Gunem
2002 33060 25353 22465
2003 33210 25555 22670
2004 33447 25793 22879
2005 33706 26023 23048
2006 34010 26228 23290
4 5 6 7 8 9 10 11
Sale Sarang Sedan Pamotan Sulang Kaliori Rembang Pancur
34312 58282 49790 42836 36169 37227 78016 26835
35123 57953 50396 44366 36456 37689 79061 27192
35346 58540 50900 44840 37368 37938 79990 27487
35655 59057 51319 45370 37862 38322 81270 27756
35924 59712 51814 45785 38266 38678 82203 28033
12 13 14
Kragan Sluke Lasem Jumlah
55626 26025 46232 572718
56434 26332 46814 579153
57239 26546 47133 595446
57815 26760 47545 591508
58382 27020 47868 597213
Sumber: Indikator Sosial Ekonomi Kabupaten Rembang (Series), tahun 2002-2006.
4.3. Kesehatan Permasalahan kesehatan ibu di Kabupaten Rembang perlu mendapat perhatian. Ini dapat dilihat dari cenderung meningkatnya angka kematian ibu dari tahun 2001 sampai 2005 dengan kenaikan rata-rata pertahun sebesar 0,04. Tahun 2005 jumlah kematian ibu sebanyak 15 orang atau angka kematian ibu adalah 174,01 per 100.000 kelahiran hidup. Sementara itu target untuk angka kematian ibu melahirkan pada tahun 2010 adalah 150 per 100.000 kelahiran hidup, sehingga upaya yang lebih progresif diperlukan agar angka kematian ibu dapat diturunkan. 4.4. Pendidikan Jumlah sarana dan prasarana pendidikan di Kabupaten Rembang relatif cukup memadai. Jumlah TK pada tahun 2006/2007 sebesar 315 unit dimana jumlah tersebut sama dengan jumlah tahun 2005/2006, jumlah SD/MI pada tahun 2006/2007 sebesar 409 unit lebih kecil dibandingkan dengan tahun 2005/2006
sebesar 462 unit sedangkan untuk SMP dan MTs sebanyak 82 unit, meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu sebanyak 80 unit, jumlah SMA, SMK dan MA tahun 2006/2007 sebanyak 38 unit lebih besar jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 35 unit. 4.5. Ketenagakerjaan Dalam bidang ketenagakerjaan penduduk usia kerja terus bertambah dari tahun-ketahun, yang bermula 472,5 ribu jiwa pada tahun 2002 menjadi 487,9 ribu jiwa pada tahun 2005. Dari jumlah tersebut, hanya sekitar 59,88 persen (292.143 orang) saja yang dapat bekerja. Lapangan pekerjaan yang banyak digeluti masyarakat Kabupaten Rembang adalah sektor primer (pertanian dalam arti luas termasuk perikanan dan peternakan) sebesar 60 persen, diikuti sektor tersier (perdagangan, jasa transportasi, keuangan lainnya) sebesar 30 persen dan sisanya sektor sekunder (industri, penggalian, listrik, air, gas dan kontruksi). 4.6. Perekonomian Kondisi perekonomian Kabupaten Rembang masih termasuk dalam kategori menengah kebawah, hal ini ditandai dengan masih banyaknya jumlah penduduk miskin di Kabupaten Rembang. Sampai akhir tahun 2006 penduduk miskin di Kabupaten rembang berjumlah 113.866 orang, dengan rincian 98.632 Kepala Ke luarga (KK) Pra Keluarga Sejahtera (KS) dan 15.254 KK KS I. Sebagaian besar KK miskin tersebut memiliki masalah ekonomi, karena mereka mayoritas adalah masyarakat di daerah pedesaan yang masih tergantung dari hasil pertanian dan kegiatan pertanian ini sangat tergantung pada musim.
Pendapatan
Kabupaten
Rembang
dari
tahun-ketahun
cenderung
menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2002, jumlah pendapatan Kabupaten Rembang sebesar Rp 206,6 milyar, kemudian meningkat 20 persen menjadi Rp 249,9 milyar pada tahun 2003, jumlah tersebut meningkat lagi pada tahun 2004 menjadi Rp 266,6 milyar (naik sebesar 6,72%), hingga pada tahun 2006 jumlahnya mencapai Rp 481,8 milyar (naik 70,15% dari tahun 2005 sebesar Rp 283,1 milyar). Sementara jumlah belanja dari tahun 2002-2004 rata-rata naik sebesar 11,5 persen pertahun. Pada tahun 2002 belanja yang dikeluarkan sebesar Rp 232,3 milyar (mengalami defisit sebesar Rp 21,3 milyar), kemudian tahun 2003 naik menjadi Rp 271,1 milyar (defisit sebesar Rp 21,1 milyar), pada tahun 2004 sebesar Rp 287,7 milyar (defisit sebesar Rp 21,1 milyar), baru pada tahun 2005, Kabupaten Rembang mencapai surplus sebesar Rp 3,1 milyar, karena jumlah belanja tahun tersebut mengalami penurunan dari tahun sebelumnya menjadi Rp 279,9 milyar. Pada tahun 2006, Kabupaten Rembang berhasil mencapai surplus sebesar Rp 36,9 milyar, karena meskipun jumlah belanja pada tahun tersebut meningkat sebesar 58,87 persen dari tahun sebelumnya (menjadi Rp 444,8 milyar), namun diikuti oleh jumlah pendapatan yang meningkat pula sebesar 70,15 persen.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1.
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Rembang Total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Rembang
pada tahun 2008 berdasarkan harga konstan 2000 sebesar Rp 2.093,41 milyar, nilai ini naik jika dibandingkan tahun 2007 sebesar Rp 1.999,95 milyar dan tahun 2006 sebesar Rp 1.926,56 milyar. Perubahan nilai PDRB secara keseluruhan menunjukkan pertumbuhan ekonomi positif. Sektor atau usaha yang memberikan kontribusi terbesar bagi PDRB pada tahun 2000-2008 adalah sektor pertanian. Nilai PDRB terendah adalah dari sektor listrik, gas dan air bersih. Dominasi sektor pertanian begitu menonjol dari tahun-ketahun. Tabel 5.1. PDRB Kabupaten Rembang Berdasarkan Harga Konstan 2000 (Milyar Rupiah). No.
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
765.93
806.77
837.02
839.93
882.05
899.63
942.46
948.52
977.60
25.86
28.30
30.20
33.71
36.00
39.10
41.35
42.05
43.90
57.37
63.29
64.71
66.67
69.65
73.25
77.12
81.79
84.63
5.89
6.17
6.45
6.66
6.88
7.06
7.54
8.27
8.73
108.24
115.00
118.60
123.04
128.45
136.30
146.40
157.86
171.17
236.22
244.78
252.85
274.83
288.99
304.63
322.56
342.83
356.08
75.34
76.57
81.64
86.58
91.11
95.09
100.65
106.31
111.95
8
Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
38.00
38.53
39.24
40.32
42.01
43.89
44.91
46.26
48.22
9
Jasa-Jasa
202.45
204.31
206.41
214.66
217.66
226.61
243.58
266.06
291.14
Total 1,515.30 1,583.73 Sumber: BPS Kabupaten Rembang, 2008.
1,637.14
1,686.41
1,762.80
1,825.56
1,926.56
1,999.95
2,093.41
1 2 3 4 5 6 7
Sektor Perekonomian Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih
5.2. Kontribusi Sumbangan Masing-masing Sektor Ekonomi Kabupaten Rembang 5.2.1. Sumbangan Masing-masing Sektor Ekonomi Kabupaten Rembang Sektor pertanian merupakan sektor dominan penyumbang PDRB Kabupaten Rembang, dimana rata-rata sumbangan terhadap PDRB Kabupaten Rembang pada tahun 2000-2008 sebesar 49,42 persen kemudian diikuti oleh sektor perdagangan hotel dan restoran sebesar 16.31 persen dan sektor jasa-jasa sebesar 12.91 persen. Sektor listrik, gas dan air bersih merupakan sektor yang memberikan sumbangan terendah terhadap PDRB Kabupaten Rembang, tetapi hal itu tidak bisa dijadikan kesimpulan bahwasanya sektor listrik, gas dan air bersih ini merupakan sektor yang perlu dikembangkan. Karena sebagaimana yang kita ketahui listrik dan air bersih ini merupakan kebutuhan yang tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan saat ini. Adapun data sumbangan masing-masing sektor terhadap PDRB Kabupaten Rembang pertahun pada tahun 2000-2008 dapat dilihat pada Tabel 5.2.. Tabel 5.2. Sumbangan Masing-masing Sektor Terhadap PDRB Kabupaten Rembang Tahun 2000-2008 (dalam persen). No.
Sektor Perekonomian
2005
2006
2007
2008
49.81
50.04
49.28
48.92
47.43
46.70
49.42
15.44
16.30
16.39
16.69
16.74
17.14
17.01
16.31
12.90
12.61
12.73
12.35
12.41
12.64
13.30
13.91
12.91
7.14
7.26
7.24
7.30
7.29
7.47
7.60
7.89
8.18
7.49
4.97
4.83
4.99
5.13
5.17
5.21
5.22
5.32
5.35
5.13
3.79
4.00
3.95
3.95
3.95
4.01
4.00
4.09
4.04
3.98
2.51
2.43
2.40
2.39
2.38
2.40
2.33
2.31
2.30
2.38
1.71
1.79
1.84
2.00
2.04
2.14
2.15
2.10
2.10
1.99
0.39 0.39 0.39 Sumber: BPS Kabupaten Rembang, 2008. (diolah).
0.40
0.39
0.39
0.39
0.41
0.42
0.40
Pertanian
2
Perdagangan, Hotel dan Restoran
3
Jasa-Jasa
4
Bangunan
5
Angkutan dan Komunikasi
6
Industri Pengolahan
7 8 9
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Pertambangan dan Penggalian Listrik, Gas dan Air Bersih
2001
2002
50.55
50.94
51.13
15.59
15.46
13.36
2003
ratarata
2004
1
2000
5.2.2 Analisis Location Quotien (LQ) Analisis LQ ini akan memperlihatkan sektor mana yang merupakan sektor basis (mempunyai nilai surplus) dan sektor non basis (tidak mempunyai nilai surplus). Berdasarkan Tabel 5.3 pada tahun 2008 dapat kita lihat secara berurutan sektor basis di Kabupaten Rembang dari yang terbasis adalah sektor pertanian (2,34), sektor pertambangan dan penggalian (1,90), sektor bangunan (1,42), sektor jasa-jasa (1,32) dan sektor angkutan dan komunikasi (1,05). Sektor industri pengolahan, sektor listrik gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor keuangan dan jasa perusahaan termasuk sektor non basis karena mempunyai nilai LQ < 1, yang berarti juga sektor-sektor tersebut tidak mempunyai surplus. Rata-rata nilai LQ dari tahun 2000-2008 sektor pertanian menunjukkan nilai 2,33 dan merupakan sektor terbasis dalam perekonomian Kabupaten Rembang. Hal ini menunjukkan bahwasanya ada surplus sektor pertanian di Kabupaten Rembang dan hal inilah yang menyebabkan sumbangan sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Rembang dominan. Peningkatan sektor industri pengolahan dapat dilakukan dengan penambahan jumlah industri pengolahan yang terkait dengan sektor pertanian.
Tabel 5.3. Location Quotien (LQ) LOCATION QUOTIENT (LQ) Kabupaten Rembang 2000-2008 LQ KABUPATEN REMBANG 2000 - 2008 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Sektor Perekonomian
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Pertanian 2.22 Pertambangan dan Penggalian 1.78 Bangunan 1.56 Jasa-Jasa 1.52 Angkutan dan Komunikasi 1.10 Perdagangan, Hotel dan Restoran 0.69 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0.66 Listrik, Gas dan Air Bersih 0.51 Industri Pengolahan 0.12 Sumber: BPS Kabupaten Rembang, 2008. (diolah).
2.29 1.78 1.56 1.30 1.03 0.71 0.65 0.53 0.13
2.27 1.85 1.46 1.40 1.04 0.72 0.65 0.50 0.12
2.37 1.99 1.36 1.27 1.07 0.76 0.66 0.52 0.12
2.38 2.08 1.33 1.23 1.08 0.79 0.67 0.50 0.12
2.36 2.11 1.34 1.24 1.07 0.79 0.68 0.47 0.12
2.38 1.93 1.36 1.23 1.06 0.79 0.65 0.47 0.13
2.37 1.88 1.39 1.28 1.05 0.80 0.64 0.49 0.13
2.34 1.90 1.42 1.32 1.04 0.80 0.62 0.50 0.13
Ratarata 2.33 1.92 1.42 1.31 1.06 0.76 0.65 0.50 0.12
5.3. Pertumbuhan Sektor Perkonomian Kabupaten Rembang 5.3.1. Analisis Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Rembang dan Provinsi Jawa Tengah Pertahun Pertumbuhan sektor-sektor perekonomian Kabupaten Rembang pertahun pada tahun 2001-2008, semua sektor perekonomian Kabupaten Rembang menunjukkan angka yang positif (positive growth). Pada tahun 2001 pertumbuhan paling tinggi terjadi pada sektor Industri Pengolahan (10,31%), sektor pertambangan dan pengalian pada tahun 2002-2005 merupakan sektor perekonomian yang tumbuh paling tinggi. Sedangkan pada tahun 2006, 2007 dan 2008 sektor perekonomian yang tumbuh paling tinggi secara berturut-turut adalah sektor jasa-jasa (7,49%), sektor listrik, gas dan air bersih (9,77%) dan sektor jasajasa (9,43%). Selama tahun 2000-2008 rata-rata pertumbuhan Kabupaten Rembang adalah sebesar 3,18 persen dan mempunyai kecenderungan meningkat. sektor bangunan mempunyai rata-rata pertumbuhan tertinggi (7,90%) dan rata-rata pertumbuhan sektor pertanian terendah (3,18).
Nominal + + + + + -
Tabel 5.4. Pertumbuhan PDRB Kabupaten Rembang pertahun Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Rembang (dalam persen) No.
Sektor Perekonomian 2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Ratarata
1
Pertanian
5.33
3.75
0.35
5.01
1.99
4.76
0.64
3.18
3.18
2
Pertambangan dan Penggalian
9.45
6.72
11.60
6.80
8.60
5.75
1.69
6.79
6.79
3
Industri Pengolahan
10.31
2.25
3.02
4.47
5.17
5.28
6.06
5.11
5.11
4.41
3.36
3.30
2.60
6.71
9.77
6.28
6.28
4
Listrik, Gas dan Air Bersih
4.76
5
Bangunan
6.25
3.13
3.74
4.40
6.11
7.41
7.83
7.90
7.90
6
Perdagangan, Hotel dan Restoran
3.63
3.30
8.69
5.15
5.41
5.89
6.28
4.01
4.01
7
Angkutan dan Komunikasi
1.64
6.62
6.05
5.23
4.37
5.85
5.62
6.63
6.63
8
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
1.40
1.85
2.75
4.18
4.48
2.32
3.01
4.62
4.62
9
Jasa-Jasa
0.92
1.03
4.00
1.40
4.11
7.49
9.23
7.56
7.56
4.85 Laju pertumbuhan rata-rata sektor perekonomian Sumber: BPS Kabupaten Rembang, 2008.
3.67
4.84
4.44
4.76
5.72
5.57
5.31
3.18
Berbeda halnya dengan pertumbuhan sektor perekonomian yang ada di Kabupaten Rembang yang semua sektornya pada tahun 2001-2008 menunjukkan pertumbuhan yang positif (positive growth). Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2001, 2002 dan 2003 terdapat sektor dengan pertumbuhan negatif. Pada tahun 2001 sektor perdagangan, hotel dan restoran sempat tecatat mempunyai pertumbuhan yang negatif (-0,97 persen), tetapi pada tahun-tahun berikutnya sektor perdagangan, hotel dan restoran ini menunjukkan pertumbuhan yang positif dengan rata-rata pertumbuhan pada tahun 2002-2008 tercatat sebesar 4,72 persen. Tercatat pada tahun 2002 pertumbuhan -6,05 persen dimiliki oleh sektor jasa-jasa dimana pertumbuhan sektor jasa-jasa pada tahun sebelum dan sesudah mempunyai pertumbuhan yang positif. Pakar klimatologi menyatakan bahwasanya terjadi gejala pengunduran musim hujan pada awal tahun 2003 yang disebabkan oleh elnino sehingga mengakibatkan beberapa sentra padi terancam mengalami kekeringan, hal ini diperkuat dengan pendapat ahli klimatologi menyatakan kekeringan yang terjadi
pada saat itu merupakan kekeringan hidrologis ,menurut sumber dari http://www.litbang.deptan.go.id/berita/one/58/. Kurangnya curah hujan pada musim sebelumnya berakibat pada hidrologis lahan pada musim kemarau pada tahun 2003, bahkan tercatat waduk-waduk besar seperti Jatiluhur dan Kedungombo mengalami penurunan drastis, karena memang kemarau pada saat itu lebih kering dari bisaanya. Karena hal tersebut jugalah yang menyebabkan pertumbuhan sektor pertanian Provinsi Jawa Tengah pada tahu 2003
mengalami
pertumbuhan
-2,05
persen
dan
kembali
meningkat
(pertumbuhannya positif) pada tahun-tahun sesudahnya. Sedangkan untuk pertumbuhan masing-masing sektor perekonomian Provinsi Jawa Tengah pertahun pada tahun 2001-2008 dapat dilihat pada Tabel 5.5. Tabel 5.5. Pertumbuhan PDRB JawaTengah Pertahun Tahun 2000-2008 (dalam persen). Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Tengah No.
Sektor Perekonomian 2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
1
Pertanian
1.12
4.95
-2.05
5.33
4.61
3.60
2.78
5.09
2
Pertambangan dan Penggalian
8.18
3.13
5.51
2.73
9.28
15.41
6.23
3.83
3
Industri Pengolahan
4.14
5.46
5.49
6.41
4.80
4.52
5.56
4.50
4
Listrik, Gas dan Air Bersih
0.55
11.83
0.45
8.65
10.78
6.49
6.72
4.76
5
Bangunan
5.13
10.56
12.92
7.84
6.88
6.10
7.21
6.54
6
Perdagangan, Hotel dan Restoran
-0.97
1.85
5.24
2.45
6.05
5.85
6.54
5.10
7
Angkutan dan Komunikasi
7.63
5.30
5.91
4.67
7.34
6.63
8.07
7.52
8
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
1.84
2.35
2.80
3.78
5.00
6.55
6.81
7.81
9
Jasa-Jasa
17.45
-6.05
16.46
5.58
4.75
7.89
6.71
7.66
5.01
4.38
5.86
5.27
6.61
7.00
6.29
5.87
Laju pertumbuhan rata-rata
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2008.
5.3.2. Analisis Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Rembang dan Provinsi Jawa Tengah Pada Rentang Tahun 2000-2008 Pada rentang waktu 2000-2008 sektor perekonomian yang memiliki tingkat pertumbuhan terbesar di Kabupaten Rembang adalah sektor pertambangan
dan galian dengan pertumbuhan 69,76 persen. Sektor perekonomian dengan pertumbuhan terendah secara berurutan adalah sektor pertanian sebesar 27,64 persen dan sektor dengan pertumbuhan terendah adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 26,89 persen. Meskipun sektor pertanian mempunyai pertumbuhan terendah kedua setelah sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tapi bisa dilihat bahwasanya nilai perubahan sektor pertanian ini masih mendominasi nilai total perubahan PDRB Kabupaten Rembang ini. Ratarata pertumbuhan pertahun PDRB Kabupaten Rembang selama delapan tahun adalah sebesar Rp 64,24 milyar atau sebesar 46,81 persen. Di Provinsi Jawa Tengah terjadi pertumbuhan yang positif pada semua sektor perekonomiannya pada rentang waktu 2000-2008 ditunjukkan pada Tabel 5.6. dengan pertumbuhan rata-rata masing-masing sektor perekonomiannya 56,00 persen, sedangkan pertumbuhan total PDRB Provinsi Jawa Tengah (Ra) pada rentang waktu tersebut sebesar 46,28 persen, hal ini berarti pada kurun waktu tersebut pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah naik dengan rasio 0,46. Dimana sektor industri pengolahan memberikan kontribusi terbesar dalam perubahan total PDRB Provinsi Jawa Tengah ini yaitu sebesar Rp 17.470, 7 milyar. Sektor dengan petumbuhan tertinggi di Provinsi Jawa Tengah adalah sektor bangunan dan kontruksi yang tercatat mempunyai pertumbuhan sebesar 83,33 persen. Sektor pertanian merupakan sektor dengan pertumbuhan terendah di Provinsi Jawa Tengah dengan nilai sebesar 0.28. Rata-rata pertumbuhan pertahun Provinsi Jawa Tengah selama delapan tahun adalah Rp 10.617,8 milyar.
Tabel 5.6. Pertumbuhan PDRB Kabupaten Rembang dan Provinsi Jawa Tengah Selama 8 Tahun dari tahun 2000-2008 No
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pertumbuhan PDRB Kab. Rembang
Sektor Perekonomian
Persen Milyar 211.67 27.64 18.04 69.76 Industri Pengolahan 27.26 47.52 Listrik, Gas dan Air Minum 2.84 48.22 Bangunan dan Konstruksi 62.93 58.14 Perdagangan, Hotel dan Restoran 119.86 50.74 Angkutan dan Komunikasi 36.61 48.59 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 10.22 26.89 Jasa Lainnya 88.69 43.81 Total 578.12 38.15 Rata-rata Pertumbuhan pertahun 64.24 46.81 Sumber: BPS Kabupaten Rembang dan Provinsi Jawa Tengah, 2008. (diolah). Pertanian Pertambangan dan galian
Pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Tengah Milyar 7,359.9 750.9 17,470.7 536.8 4,385.1 9,560.9 3,476.2 1,877.4 7,671.2 53,089.1 10,617.8
Persen 28.17 68.24 48.95 61.85 83.33 36.68 67.09 43.25 76.17 46.28 56.00
5.3.3. Analisis Shift Share Kabupaten Rembang Analisis shift share terdiri dari tiga komponen yaitu Komponen pertumbuhan Provinsi Jawa Tengah sektor i di Kabupaten Rembang (Nij), komponen pertumbuhan proporsional (PP), dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW). Pengaruh pertumbuhan perekonomian Provinsi Jawa Tengah mampu menambah pertumbuhan perekonomian Rembang sebesar 701,35 milyar rupiah. Sektor pertanian sebesar Rp 354,51 milyar, hal ini berarti apabila terjadi perubahan kebijakan Provinsi Jawa Tengah atau pertumbuhan Provinsi Jawa Tengah maka sektor pertanian jika dibanding dengan sektor yang lain adalah sektor yang paling terpengaruh diikuti oleh sektor angkutan dan komunikasi sebesar Rp. 109,33 milyar. Pertumbuhan Proporsional (PP) menggambarkan tentang kecepatan pertumbuhan,
semakin
tinggi
nilai
positif
PP
maka
semakin
cepat
pertumbuhannya. Pertumbuhan proporsional sektor perekonomian Kabupten
Rembang secara keseluruhan pada waktu pengamatan menunjukkan kontribusi yang negatif sebesar Rp 38,16 milyar. Nilai PP sektor pertanian adalah negatif Rp 138,73 milyar dan merupakan nilai terendah jika dibandingkan dengan sektorsektor lainnya (Tabel 5.7), hal ini berarti sektor pertanian mempunyai laju pertumbuhan yang paling lambat. Sektor jasa dan lainnya merupakan sektor yang memiliki nilai PP terbesar yaitu sebesar Rp 60,51 milyar. Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) ini memberikan gambaran tentang dayasaing, semakin tinggi nilai PPW maka semakin tinggi dayasaingnya. Secara keseluruhan pengaruh Pertumbuhan Pangsa Wilayah Selama masa pengamatan menunjukkan kontribusi negatif sebesar 85,07 milyar rupiah. Hanya terdapat dua sektor dengan nilai PPW ≥ 0, yaitu sektor Pertambangan dan galian (0,39 milyar rupiah) serta sektor perdangan, hotel dan jasa perusahaan (33,21 milyar rupiah), hal ini berarti hanya sektor pertambangan dan galian serta sektor perdagangan, hotel dan Jasa perusahaan saja yang mempunyai keunggulan komparatif. Bedasarkaan
analisis
Shift
Share
bahwa
perkembangan
sektor
perekonomian di Kabupaten Rembang dibanding dengan Provinsi Jawa Tengah selama waktu pengamatan telah menunjukkan peningkatan produksi total (Dij) sebesar Rp 578,12 milyar. Peningkatan nilai produksi total ini dipengaruhi positif oleh pengaruh pertumbuhan sektor perekonomian provinsi (Nij) sebesar 701,35 milyar rupiah, dan dipengaruhi negatif oleh Pertumbuhan Proporsional (PP) dan Pertumbuhan Pangsa wilayah sebesar 38,16 milyar rupiah dan 85,07 milyar rupiah.
Tabel 5.7. Hasil Analisis Shift Share Perekonomian Kabupaten Rembang. No
Sektor Perekonomian
1
Pertanian
2
Pertambangan dan galian
3
Industri Pengolahan
4
Listrik, Gas dan Air Minum
5
Bangunan dan Konstruksi
6
Perdagangan, Hotel dan Restoran
7
Angkutan dan Komunikasi
8
Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
9
Jasa Lainnya
Nij
PP
PPW
Dij
354.51
-138.73
-4.11
211.67
11.97
5.68
0.39
18.04
26.55
1.53
-0.82
27.26
2.73
0.92
-0.80
2.84
50.10
40.09
-27.27
62.93
109.33
-22.69
33.21
119.86
34.87
15.67
-13.93
36.61
17.59
-1.15
-6.22
10.22
93.70
60.51
-65.53
88.69
701.35 -38.16 -85.07 Sumber: BPS Kabupaten Rembang dan Provinsi Jawa Tengah, 2008. (diolah).
578.12
TOTAL
5.3.4. Profil Pertumbuhan Rembang
Sektor-sektor
Perekonomian
Kabupaten
Profil pertumbuhan sektor-sektor perekonomian Kabupaten Rembang seperti terlihat pada Gambar 5.1, dimana sektor pertambangan dan galian termasuk kedalam kuadran I, ini bisa diartikan bahwasanya sektor pertambangan ini mempunyai laju pertumbuhan yang cepat dan berdayasaing. Sektor perdagangan dan hotel merupakan sektor yang mempunyai pertumbuhan cepat tapi tidak berdayasaing (kuadran II). Sektor pertanian dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan ini termasuk kedalam kuadran III dimana sektorsektor yang ada didalamnya merupakan sektor yang mempunyai pertumbuhan lambat dan tidak berdayasaing. Sektor yang mempunyai pertumbuhan lambat tetapi berdayasaing termasuk dalam kuadran IV, dimana sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air minum, sektor angkutan dan komunikasi, sektor bangunan dan konstruksi serta sektor jasa lainnya masuk didalamnya.
Gambar 5.1. Profil Pertumbuhan Sektor-sektor Perekonomian Kabupaten Rembang Tahun 2000-2008.
Berdasarkan profil
pertumbuhan
sektor
perekonomian
Kabupaten
Rembang dapat dibedakan menjadi sektor progresif (yang berada pada wilayah bagian atas garis diagonal) dan sektor yang tidak progresif (berada pada wilayah bagian bawah garis diagonal), atau disebut juga sebagai Pergeseran Bersih (PB). Sektor progresif terdiri dari : a. Kuadran I dimana nilai PP (+) dan PPW (+). Sektor pertambangan masuk dalam kelompok ini. b. Setengah bagian atas kuadran II, dimana PP (+) > PPW (-). Sektor perdagangan, hotel dan restoran masuk dalam kelompok ini. c. Setengah bagian atas kuadran IV, dimana PP (-) < PPW (+). Sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor angkutan dan komunikasi serta sektor bangunan dan kontruksi masuk dalam kelompok ini.
Sektor pertanian memiliki nilai Pergeseran Bersih (PB) terendah Rp 146,38 milyar dan merupakan sektor perekonomian yang paling tidak progresif dalam perekonomian Kabupaten Rembang. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa lainnya termasuk sektor yang tidak progresif karena mempunyai nilai PB yang negatif, untuk perhitungan urutan sektor progresif/tidak progresif bisa dilihat pada tabel 5.8. Tabel 5.8. Nilai Pergeseran Bersih. No
Sektor Perekonomian
PB
(+/-)
-146.38
-
Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
-7.37
-
Jasa Lainnya
-5.02
-
4
Listrik, Gas dan Air Minum
0.11
+
5
Industri Pengolahan
0.71
+
6
1.74
+
7
Angkutan dan Komunikasi Pertambangan dan galian
6.07
+
8
Perdagangan, Hotel dan Restoran
10.53
+
9
Bangunan dan Konstruksi 12.83 + Sumber: BPS Kabupaten Rembang dan Provinsi Jawa Tengah, 2008. (diolah).
1
Pertanian
2 3
5.3.5. Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) Perekonomian Kabupaten Rembang. Analisis Model rasio Pertumbuhan ini menjelaskan sektor-sektor apa yang tingkat pertumbuhannya di Kabupaten Rembang lebih tinggi (dominan) dibandingkan pertumbuhan Provinsi Jawa Tengah. Pertumbuhan sektor pertanian di Kabupaten Rembang lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan sektor pertanian di Provinsi Jawa Tengah. Sektor yang mempunyai pertumbuhannya di Kabupaten Rembang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhannya di Provinsi Jawa Tengah adalah sektor pertambangan dan penggalian serta sektor perdagangan dan restoran.
Tabel 5.9. Model Rasio Pertumbuhan (MRP). RPs
Sektor Perekonomian Riil
Nominal
Perdagangan, Hotel dan Restoran
1.383322
+
Pertambangan dan Penggalian
1.022248
+
Pertanian
0.980949
-
Industri Pengolahan
0.970784
-
Listrik, Gas dan Air Bersih
0.779677
-
Angkutan dan Komunikasi
0.724323
-
Bangunan
0.697691
-
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
0.621771
-
Jasa-Jasa 0.575084 Sumber: BPS Kabupaten Rembang dan Provinsi Jawa Tengah, 2008. (diolah)
5.4. Analisis Sektor Unggulan Sektor unggulan adalah sektor yang mempunyai hasil nilai lebih atau positif terbanyak dalam berbagai alat analisis yang digunakan. Analisis Overlay digunakan untuk mengambil sebuah kesimpulan dengan menggabungkan beberapa alat analisis. Sedangkan untuk hal ini analisis overlay yang digunakan dengan menggabungkan hasil analisis Shift Share, hasil analisis MRP dan hasil analisis LQ. Tabel 5.10. Analisis Overlay Sektor Perekonomian Kabupaten Rembang Tahun 2000-2008 Sektor Perekonomian Pertambangan dan Penggalian Perdagangan, Hotel dan Restoran Bangunan Jasa-Jasa Pertanian Angkutan dan Komunikasi Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih
PB
RPS
LQ
+
+
+
Kecenderungan Progresif, Tumbuh Dominan, Surplus
+
+
-
Progresif, Tumbuh Dominan
+
-
+
Progresif, Surplus
+
-
+
Progresif, Surplus
-
-
+
Surplus
-
-
+
Surplus
+
-
-
Progresif
+
-
-
Progresif
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Sumber: BPS Kabupaten Rembang dan Provinsi Jawa Tengah, 2008. (diolah)
Berdasarkan paparan Tabel 5.10. dapat di kelompokkan menjadi: a. Sektor dengan nilai 3+, adalah sektor pertambangan dan galian b. Sektor dengan nilai 2+, adalah sektor bangunan dan perdagangan serta sektor bangunan c. Sektor dengan nilai 1+, adalah sektor pertanian, sektor industry pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor angkutan dan komunikasi dan sektor jasa-jasa d. Sektor tanpa nilai +, adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan Berdasarkan paparan diatas sektor pertambangan merupakan sektor unggulan. Kabupaten Rembang yang sebagian wilayahnya terdiri dari gunung kapur, banyak megandung berbagai bahan galian tambang. Kandungan yang terbesar adalah jenis Alluvium yang meliputi luas 45.470.783 ha atau 44,84 persen dari luas wilayah Rembang. Kemudian potensi yang lain adalah miosen fasies sedimen yaitu seluas 32.125.000 ha atau 31.68 persen. Sedangkan bahan golongan C yang ada berupa: andesit (Kecamatan Sedan, Pancur, Kragan, Sluke dan Lasem), pasir kuarsa (Sumber, Bulu, Gunem, Sale, Sarang, Sedan dan Sluke), kapur (Kecamatan Sumber, Bulu, Gunem, Pamotan, Sale, Sarang dan Sedan), trass (Kecamatan Pancur, Kragan dan Sluke), phospat (Kecamatan Gunem, Sale dan Pamotan), ball clay (Kecamatan Bulu, Gunem, Sarang dan Sedan), batu bara (Sale dan Gunem), serta Gypsum (Kecamatan Gunem, Sarang, Sedan dan Lasem). Dari berbagai banyak barang tambang dan galian yang ada di Kabupaten Rembang, masih sangat sedikit yang sudah dikelola.
Begitu menonjolnya sektor tambang dan galian dalam berbagai alat analisis yang ada tidak berarti mengabaikan sektor perekonomian lain terutama sektor pertanian dimana rata-rata 68,05 persen menjadi mata pencaharian mayoritas masyarakat Rembang, sedangkan rata-rata penyerapan tenaga kerja di sektor pertambangan adalah sebesar 3,13 persen. Sifat bahan tambang yang tidak dapat diperbarui dan terbatas lambat laun akan mengakibatkan habisnya barang tambang yang tersedia. Pengelolaan atau pemanfaatan bahan tambang yang bijak, optimal dan tetap memperhatikan pelestarian alam. 5.5. Forecasting Sektor Perekonomian Kabupaten Rembang 2009-2011 Forecasting (peramalan) dilakukan dengan mencari model peramalan yang terbaik untuk sektor-sektor perekonomian Kabupaten Rembang. Beberapa langkah yang diperlukan dalam melakukan furcasting (peramalan) ini diantaranya adalah: Definisikan tujuan peramalan. Plot data (part family) masa lalu. Pilih metode-metode yang paling memenuhi tujuan peramalan dan sesuai dengan plot data. Hitung parameter fungsi peramalan untuk masing-masing metode. Hitung fitting error untuk semua metode yang dicoba. Pilih metode yang terbaik, yaitu metode yang memberikan error paling kecil. Ramalkan permintaan untuk periode mendatang Lakukan verifikasi peramalan.
Pengolahan data (forecasting) dilakukan dengan menggunakan bantuan software Minitab 14. Berikut adalah paparan langkah-langkah (cara) dan hasil pengolahannya:
Tempat menuliskan nama variabel
Session
Tempat menuliskan data
WorkSheet
Gambar 5.2. Memulai Kerja dengan Minitab, Tampilan Session dan Worksheet. Terdapat dua jendela pada waktu membuka Minitab yang disebut Session dan Worksheet. Session digunakan untuk menuliskan perintah kerja maupun untuk menampilkan hasil ke luaran (output) dari pekerjaan yang dilakukan oleh Minitab. Sedangkan Worksheet digunakan untuk menuliskan data yang akan diolah oleh Minitab. Kedua jendela ditampilkan pada Gambar 5.2. Masukkan data pada lembar kerja (Worksheet)
Gambar 5.3. Input Data Pada Worksheet.
Kemudian klik dari menu utama Stat, kemudian sorot dari tab menu time series dan trend analysis, hasilnya adalah dialog box di bawah ini.
Gambar 5.4. Forecasting Data PDRB Kabupaten Rembang dengan Model Linier. Maka akan diperoleh hasil berikut pada jendela session. Yt = 749225553 + 25708627*t MAPE 8.83881E-01 MAD 7.63489E+06 MSD 7.09656E+13 Analisis dilakukan untuk data masing-masing sektor yang ada, dimulai dari sektor pertanian. Nilai ramalan PDRB sektor pertanian kota Rembang dengan menggunakan
metode trend analysis tahun 2009-2011 berturut-turut yaitu
1006311822, 1032020449, dan 1057729076 (dalam ribu rupiah). Trend Analysis Plot for Pertanian Linear Trend Model Yt = 749225553 + 25708627*t
Variable A ctual Fits Forecasts
1050000000
Pertanian
1000000000
A ccuracy Measures MA PE 8.83881E-01 MA D 7.63489E+06 MSD 7.09656E+13
950000000 900000000 850000000 800000000 750000000
00 01 02 03 04 05 06 07 08 20 20 20 20 20 20 20 20 20 Tahun
Gambar 5.5. Trend analysis Plot for Pertanian.
Dari proses diatas diperoleh nilai MAPE, MAD dan MSD dan hasil forecasting (peramalan) hingga tahun 2011 dengan menggunakan Model Trend Analysis Linier masing-masing sektor pertanian Kabupaten Rembang. Hal tersebut diulangi juga pada Model Trend Analysis Quadratic, Model Trend Growth Exponential, dan Model Double Exponential Smoothing. Maka akan diketahui MAPE, MAD dan MSD dari model-model yang ada diatas, sehingga bisa dibandingkan model yang mana yang akan dipakai dalam menentukan analisis forecasting sektor pertanian ini (model dengan nilai MAPE, MAD dan MSD terendah) bisa kita lihat pada Tabel 5.11. Tabel 5.11. Nilai MAPE, MAD dan MSD Sektor Pertanian Pada Model Trend Analysis Quadratic, Model Trend Analysis Linier, Model Trend Growth Exponential, dan Model Double Exponential Smoothing.
Trend Kuadratik Trend Linier Trend Growth Exponential Double Exponential Smoothing
MAPE MAD MSD 0.804328 6940100 6.6231E+13 0.883881 7634890 7.0966E+13 0.98247 8519830 8.5634E+13 1.17546 10179800 13.593E+13
Sumber: BPS Kabupaten Rembang dan Provinsi Jawa Tengah, 2008. (diolah)
Tabel 5.12. Hasil Forecasting Sektor Pertanian Pada Model Trend Analysis Quadratic, Model Trend Analysis Linier, Model Trend Growth Exponential, dan Model Double Exponential Smoothing (dalam ribu rupiah).
Trend Kuadratik Trend Linier Trend Growth Exponential Double Exponential Smoothing
2009 999492589 1006311822 1014091073 1005188712
Forecast 2010 1021109677 1032020449 1044410559 1029756003
2011 1041982848 1057729076 1075636543 1054323295
Sumber: BPS Kabupaten Rembang dan Provinsi Jawa Tengah, 2008. (diolah)
Dari hasil perbandingan dari Tabel 5.12 bisa ditetapkan bahwa analisis yang digunakan untuk melakukan peramalan (forecasting) sektor pertanian adalah
Model Trend Analysis Quadratic dan nilai peramalan sektor pertanian pada tahun 2009, 2010 dan 2011 secara berturut-turut adalah 999.492.589, 1.021.109.677, dan 1.041.982.848 (ribu rupiah). Langkah yang sama dilakukan pada sektor perekonomian Kabupaten Rembang yang lain. Ternyata untuk peramalan semua sektor perekonomian Kabupaten Rembang yang paling tepat adalah menggunakan trend kuadratik, hal ini juga bisa diartikan bahwasanya sektor perekonomian Kabupaten Rembang kedepan adalah pertumbuhan positif dan cenderung mengalami percepatan pertumbuhan. Adapun nilai forecasting masing-masing sektor perekomian Kabupaten Rembang selama tahun 2009, 2010 dan 2011 adalah seperti pada Tabel 5.13. Tabel 5.13. Hasil Forecasting Sektor Perekonomian Kabupaten Rembang Tahun 2009, 2010 dan 2011 (Milyar rupiah). No.
Sektor Perekonomian
2009*
2010*
2011*
1
Pertanian
999.49
1,021.11
1,041.98
2
Pertambangan dan Penggalian
45.68
47.03
48.19
3
Industri Pengolahan
88.97
93.25
97.72
4
Listrik, Gas dan Air Bersih
9.31
9.98
10.71
5
Bangunan
183.94
198.99
215.41
6
Perdagangan, Hotel dan Restoran
379.29
400.52
422.76
7
Angkutan dan Komunikasi
118.29
124.84
131.73
8
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
50.20
52.26
54.46
9
Jasa-Jasa
315.42
345.60
379.37
2,190.59
2,190.59
2,402.33
Total
Keterangan: * = Hasil Forecasting dengan Metode Trend Quadratic
Sektor jasa-jasa adalah salah satu sektor yang plot datanya (2000-2008) menunjukkan trend kuadratik, bisa kita lihat pada Gambar 5.6.
Trend Analysis Plot for Jasa-Jasa
Quadratic Trend Model Yt = 211035263 - 7509811*t + 1794787*t**2 400000000
Variable Actual Fits Forecasts
Jasa-Jasa
350000000
Accuracy Measures MAPE 1.02681E+00 MAD 2.30536E+06 MSD 7.42450E+12
300000000
250000000
200000000
00 01 02 03 04 05 06 07 08 20 20 20 20 20 20 20 20 20 Tahun
Gambar 5.6. Trend analysis Plot for Jasa-jasa Menurut hasil forecasting tahun 2009-2011 laju pertumbuhan sektor jasa-jasa terus mengalami percepatan sebesar 0,11 pertahun, dimana kita ketahui rumus percepatan adalah sebagai berikut: Kecepatan Akhir – Kecepatan Awal Percepatan = Selang waktu
Peramalan Perekonomian Kabupaten Rembang kedepan memperlihatkan adanya pertumbuhan yang positif pada setiap sektornya dan cenderung mempunyai percepatan dalam pertumbuhannya.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan 1. Hasil analisis Shift Share menunjukkan bahwa ada perubahan nilai produksi sektor-sektor ekonomi Kabupaten Rembang secara positif bila dibandingkan dengan nilai sektor-sektor perekonomian di Jawa Tengah. semua sektor perekonomian Kabupaten Rembang mempunyai kinerja positif, sektor pertanian adalah sektor yang sangat dominan jika dibandingkan dengan sektor lainnya. 2. Berdasarkan analisis pergeseran bersih dan profil pertumbuhan yang di tunjukkan dengan diagram profil pertumbuhan sektor pertambangan dan galian merupakan sektor dengan pertumbuhan cepat, mampu berdaya saing dan progresif. 3. Sektor yang mempunyai nilai surplus dan merupakan sektor Basis Kabupaten Rembang (LQ>1) rata-rata dari tahun 2000-2008 secara berurutan adalah sektor pertanian (2,33) diikuti oleh sektor pertambangan dan galian (1.92), sektor bangunan (1.42), sektor jasa-jasa (1.31) dan sektor Angkutan dan komunikasi (1.06), sedangkan sektor yang lainnya tidak mempunyai surplus (tidak basis). 4. Hasil analisis MRP menunjukkan bahwasanya pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih sektor bangunan, sektor angkutan dan komunikasi serta sektor jasa-jasa merupakan sekor Kabupaten Rembang yang mempunyai pertumbuhan yang menonjol pada wilayah Jawa Tengah,. Sedangkan yang mempunyai pertumbuhan dominan di Kabupaten Rembang sektor pertambangan dan galian serta sektor perdagangan hotel dan restoran. 5. Hasil analisis overlay (paparan dari analisis Pergeseran Bersih, analisis Model Rasio Pertumbuhan dan analisis Location Quotien) menunjukkan bahwasanya sektor perekonominan Kabupaten Rembang yang tumbuh dominan, kompetitif dan surplus adalah sektor pertambangan dan penggalian.
6. Berdasarkan hasil forecasting (peramalan) sektor-sektor perekonomian Kabupaten Rembang pertumbuhannya cenderung dekat dengan trend quadratik, sehingga pertumbuhannya cenderung meningkat dan ada percepatan dalam pertumbuhan di sektor perekonomiannya. 7. Berdasarkan beberapa alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini, sektor pertambangan dan penggalian menjadi sektor unggulan Kabupaten Rembang. 8. Sektor pertanian merupakan sektor terbasis, sektor penyumbang PDRB terbesar dan sektor yang penyerapan tenaga kerjanya terbanyak (diatas 60 persen masyarakat Rembang bekerja di sektor ini).
6.2. Saran 1. Pemanfaatan sektor pertambangan dan galian harus dilakukan secara bijak, dengan cara optimalisasi ekplorasi sumber daya, karena sifat sektor pertambangan dan galian yang bersifat terbatas dan tidak bisa diperbaruhi. 2. Potensi yang besar sektor pertanian (dalam arti luas) di Kabupaten Rembang dan penyerapan tenaga kerja yang dominan pada sektor ini maka diperlukan perhatian yang lebih dari Pemerintah Kabupaten Rembang untuk mencari produk pertanian unggulan untuk diekspor keluar daerah. 3. Peramalan Perekonomian Kabupaten Rembang mengunakan peramalan Trend Kuadratik 4. Sumber data yang akurat dapat digunakan untuk melakukan penelitian dimana hasil penelitiannya bisa digunakan sebagai pertimbangan untuk perencanaan dan penentuan kebijakan, diharapkan Pemerintah Daerah Kabupaten Rembang meningkatkan ketersediaan data dan mempermudah akses data yan diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, R. 2005. Dasar-Dasar Ekonomi Wilayah. Graha Ilmu, Yogyakarta Arsyad, L. 1999. Ekonomi Pembangunan. STIE. Yayasan Keluarga Pahlawan, Yogyakarta. Badan Pusat Statistik. 2000-2008. Pendapatan Domestik Regional Bruto Provinsi Jawa Tengah Menurut Lapangan Usaha Tahun 2000-2008. BPS, Jakarta. ___________________. 2008. Provinsi Jawa Tengah dalam Angka 2008. BPS, Jakarta. Badan Pusat Statistik Kabupaten Rembang. 2000-2008. Pendapatan Domestik Regional Bruto Kabupaten Rembang 2000-2008. BPS dan Bappeda Kabupaten Rembang, Rembang. ___________________. 2008. Kabupaten Rembang dalam Angka 2008. BPS dan Bappeda Kabupaten Rembang, Rembang. Budiharsono, S. 2001. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan. PT. Pradnya Paramita, Jakarta. Buhana, E. dan Masyhuri. “Analisis Komoditas Unggulan Sektor Pertanian di Kabupaten Brebes”. http://i-lib.ugm.ac.id/jurnal/download.php?dataId=635. [Januari 2006]. Harisman, B. 2007. Analisis Struktur Ekonomi dan Identifikasi Sektor-Sektor Unggulan di Provinsi Lampung periode 1993-2003 [Skripsi]. Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB, Bogor.. Jhingan, M. L. 2004. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Kaloh, J. 2007. Mencari Bentuk Otonomi Daerah Suatu Solusi Dalam Menjawab Kebutuhan Lokal dan Tantangan Global. Rineka Cipta, Jakarta. Kementrian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal. 2007. Strategi Nasional Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal Tahun 2004-2009. Kementrian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal dan Bappenas. Jakarta. Mukhyi, Mohammad Abdul. “Forecasting”. http://mukhyi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/9309/FORECASTIN G.pdf. [6 Maret 2008].
Putra, A. 2004. Analisis Pertumbuhan Sektor-sektor Perekonomian di Kota Jambi Sebelum dan Pada Masa Otonomi Daerah [Skripsi]. Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB, Bogor. Restiviana, Putri Rosa. 2008. Analisis Perekonomian Wilayah Kabupaten Banywangi [Skripsi]. Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB, Bogor. Soepono, P. 1993. “Analisis Shift Share: Perkembangan dan Penerapannya”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia BNEE. FE-UGM. Yogyakarta. Sumodiningrat, G dan Riant Nugroho D. 2005. Membangun Indonesia Emas. Elex Media Komputindo. Jakarta. Tambunan, T. 2001. Perekonomian Indonesia. Ghalia Indonesia, Jakarta. Tarigan, R. 2005. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Edisi Revisi. PT. Bumi Aksara, Jakarta. Wahyuni, N. 2006. Analisis Pertumbuhan Sektor-Sektor Ekonomi Kota Tangerang pada Masa Otonomi Daerah (2001-2005) [Skripsi]. Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB, Bogor.
LAMPIRAN Lampiran 1 Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Provinsi, 2004-2008 (persen) No 1
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
2 3
2004
2005
2006
2007
2008
rata-rata
2.28
2.13
2.22
2.01
1.75
2.08
Sumatera Utara
5.34
5.23
5.14
5.14
5.09
5.19
Sumatera Barat
1.69
1.67
1.70
1.69
1.68
1.69
4
Riau
5.17
5.21
5.36
5.94
6.57
5.65
5
Jambi
0.84
0.84
0.84
0.91
0.94
0.87
6
Sumatera Selatan
2.91
3.05
3.08
3.11
3.17
3.06
7
Bengkulu
0.37
0.38
0.37
0.36
0.34
0.36
8
Lampung Kepulauan Bangka Belitung
1.63
1.53
1.58
1.72
1.77
1.65
0.53
0.53
0.51
0.51
0.52
0.52
10
Kepulauan Riau
1.66
1.54
1.48
1.47
1.39
1.51
11
DKI Jakarta
16.99
16.25
16.09
16.02
16.11
16.29
12
Jawa Barat
13.83
14.58
15.18
14.89
14.33
14.56
13
Jawa Tengah
8.75
8.78
9.04
8.83
8.63
8.81
14
DI. Yogyakarta
1.00
0.95
0.94
0.93
0.91
0.95
15
Jawa Timur
15.43
15.11
15.09
15.12
14.78
15.11
16
Banten
3.33
3.17
3.14
3.04
2.91
3.12
17
Bali
1.31
1.27
1.20
1.20
1.19
1.23
18
Kalimantan Barat
1.35
1.27
1.21
1.20
1.15
1.24
19
Kalimantan Tengah
0.83
0.79
0.79
0.79
0.77
0.79
20
Kalimantan Selatan
1.27
1.19
1.11
1.12
1.08
1.15
21
Kalimantan Timur
6.05
6.75
6.40
6.32
7.50
6.60
22
Sulawesi Utara
0.71
0.70
0.68
0.68
0.66
0.69
23
Sulawesi Tengah
0.66
0.64
0.62
0.64
0.67
0.65
24
Sulawesi Selatan
2.02
1.94
1.95
1.96
2.03
1.98
25
Sulawesi Tenggara
0.46
0.49
0.49
0.51
0.53
0.50
26
Gorontalo
0.13
0.13
0.13
0.13
0.14
0.13
27
Sulawesi Barat
0.17
0.17
0.16
0.18
0.18
0.17
28
Nusa Tenggara Barat
1.00
0.96
0.92
0.95
0.84
0.93
29
Nusa Tenggara Timur
0.59
0.55
0.54
0.54
0.51
0.55
30
Maluku
0.18
0.17
0.16
0.16
0.15
0.16
31
Maluku Utara
0.11
0.10
0.09
0.09
0.09
0.10
32
Papua Barat
0.30
0.30
0.29
0.29
0.30
0.30
33
Papua
1.12
1.63
1.50
1.57
1.30
1.42
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
9
Jumlah 33 provinsi
Lampiran 2 Persentase Penyerapan Tenaga Kerja Per Sektor
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Sektor Perekonomian Pertanian Pertambangan dan galian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Minum Bangunan dan Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Jasa Lainnya TOTAL
2003 68.06 3.13 3.32 0.09 0.05 11.68 0.00 0.15 13.50 100
2004 2005 2006 Rata-rata 68.06 68.06 67.99 68.05 3.13 3.13 3.11 3.13 3.32 3.32 3.32 3.32 0.09 0.09 0.07 0.08 0.05 0.05 0.15 0.08 11.68 11.68 11.67 11.68 0.00 0.00 0.00 0.00 0.15 0.15 0.19 0.16 13.50 13.50 13.49 13.50 100 100 100 100
Lampiran 3 Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Rembang Tahun 2002-2006 No
2002
2003
Pendapatan Pendapatan Asli Daerah
Rp 206,644,658,000
Rp249,955,623,000
20.89
Rp266,598,331,000
Rp 13,818,240,000
Rp 17,669,540,000
27.81
Rp 18,030,574,000
1.1
Pajak Daerah
Rp
3,163,000,000
Rp
4,288,524,000
35.58
Rp
1.2
Retribusi Daerah
Rp
8,185,483,000
Rp 10,322,299,000
26.10
1.3
Bagian Laba Perusahaan
Rp
242,500,000
Rp
428,824,000
79.83
Rp
714,000,000
1.4
lain-lain PAD
Rp
2,227,257,000
Rp
261,893,000
17.72
Rp
690,540,000
Rp 183,847,720,000
Rp218,190,420,000
18.68
Rp231,875,665,000
2.1
Dana Perimbangan Bagi hasil pajak dan bukan pajak
Rp 10,875,668,000
Rp 15,743,809,000
44.39
Rp 13,341,495,000
2.2
Dana Alokasi Umum
Rp 172,972,052,000
Rp 188,970,000,000
9.23
Rp 196,642,000,000
2.3
Dana Alokasi Khusus Dana bantuan PS dan Ingub sektoral dan Provinsi Lain-lain Ppendapatan yang sah
Rp
-
Rp
4,900,000,000
Rp
8,130,000,000
65.92
Rp
11,307,000,000
Rp
-
Rp
8,655,611,000
Rp 13,762,170,000
58.98
Rp
11,990,615,000
Rp
8,978,698,000
Rp 13,955,623,000
55.43
Rp 16,686,092,000
19.57
Belanja
Rp 232,332,995,000
Rp271,110,608,000
16.69
Rp287,723,442,000
1
Aparatur Negara
Rp 169,218,292,000
Rp 169,017,217,000
-0.12
2
Pelayan Publik
Rp 63,114,703,000
Rp 102,093,391,000
61.76
A 1
2
2.4 3
B
Uraian
r (%)
2004
r (%)
2005
r (%)
2006
6.72
Rp 283,165,447,000
16.98
Rp481,813,693,000
70.15
2.09
Rp 21,092,337,000
16.98
Rp 24,177,693,000
14.63
4,688,500,000
9.33
Rp
4,692,500,000
0.09
Rp
5,378,911,990
14.63
Rp 11,937,534,000
15.65
Rp
12,457,337,000
4.44
Rp 14,291,040,699
14.63
66.30 73.66
Rp
770,000,000
7.64
Rp
682,634,466
14.63
Rp
3,162,500,000
357.97
Rp
3,625,105,843
14.63
6.27 15.04
Rp 251,873,110,000
8.62
Rp426,987,000,000
69.52
Rp
0.00
Rp 17,200,000,000
28.92
4.08
Rp 215,234,000,000
9.45
Rp 342,777,000,000
59.26
39.08
Rp 45,910,000,000
306.03
-12.87
Rp 21,100,000,000
75.97
Rp 10,200,000,000
-38.87
Rp 30,649,000,000
200.48
6.13
Rp 279,387,971,000
-2.90
Rp444,825,130,000
58.87
Rp 183,687,751,000
8.68
Rp 184,018,908,000
0.18
Rp 240,000,000,000
30.42
Rp 104,035,691,000
1.90
Rp
-8.33
Rp 20,482,513,000
110.22
13,341,495,000
95,369,063,000
r (%)
Lampiran 4 PDRB PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2000 - 2008 BERDASARKAN HARGA KONSTAN 2000 (Milyar Rupiah) No
Sektor Perekonomian
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
1
Pertanian
26,124.21
26,417.42
27,725.09
27,157.60
28,606.24
29,924.64
31,002.20
31,862.70
33,484.07
2 3 4
Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih
1,100.33 35,688.25 867.87
1,190.37 37,164.56 872.60
1,227.65 39,193.65 975.87
1,295.36 41,347.17 980.31
1,330.76 43,995.61 1,065.11
1,454.23 46,105.71 1,179.89
1,678.30 48,189.13 1,256.43
1,782.89 50,870.79 1,340.85
1,851.19 53,158.96 1,404.67
5 6
Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran
5,262.49 26,065.27
5,532.34 25,813.34
6,116.82 26,289.74
6,907.25 27,666.47
7,448.72 28,343.05
7,960.95 30,056.96
8,446.57 31,816.44
9,055.73 33,898.01
9,647.59 35,626.20
7 8 9
Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa
5,181.71 4,340.63 10,070.55
5,577.20 4,420.39 11,828.16
5,872.92 4,524.13 11,112.68
6,219.92 4,650.86 12,941.52
6,510.45 4,826.54 13,663.40
6,988.43 5,067.67 14,312.74
7,451.51 5,399.61 15,442.47
8,052.60 5,767.34 16,479.36
8,657.88 6,218.05 17,741.76
114,701.30
118,816.40
123,038.54
129,166.46
135,789.87
143,051.21
150,682.65
159,110.25
167,790.37
Total
Lampiran 5 Perhitungan Sumbangan Masing-masing Sektor Terhadap PDRB Kabupaten Rembang Tahun 2000-2008 (dalam persen). No. 1
Sektor Perekonomian Pertanian
2000 (1)
2001 (2)
2002 (3)
2003 (4)
2004 (5)
2005 (6)
2006 (7)
2007 (8)
2008 (9)
rata-rata (10)
50.55
50.94
51.13
49.81
50.04
49.28
48.92
47.43
46.70
49.42
Sumbangan sektor pertanian terhadap PDRB Rembang tahun 2000 (1) : (1) = (765.93/1515.30) * 100% = 50.55 % Rata –rata sumbangan sektor pertanian mulai dari tahun 2000-2008 (2) : (10) = ((1) + (2) + (3) + (4) + (5) + (6) + (7) + (8) + (9))/9 = (50.55 + 50.94 + 51.13 + 49.81 + 50.04 + 49.29 + 47.43 + 46.70)/9 = 49.42 % Lampiran 6 Perhitungan Location Quotient (LQ) Kabupaten Rembang 200-2008 LQ KABUPATEN REMBANG 2000 - 2008 Sektor Perekonomian Pertanian
2000 (1)
2001 (2)
2002 (3)
2003 (4)
2004 (5)
2005 (6)
2006 (7)
2007 (8)
2008 (9)
2.22
2.29
2.27
2.37
2.38
2.36
2.38
2.37
2.34
Ratarata (10) 2.33
Nominal +
LQ sektor pertanian tahun 2000 = ((765.93/1,515.30)/(26,124.21/114,701.30) = 2,22 LQ > 1, maka sektor pertanian termasuk sektor basis Rata-rata = ((1) + (2) + (3) + (4) + (5) + (6) + (7) + (8) + (9))/9 = (2.22 + 2.29 + 2.27 + 2.37 + 2.38 + 62.36 + 2.38 + 2.37 +2.34)/9
= 2.33 Rata-rata > 1, maka nilai Nominal (+) karena pertanian selama tahun 2000-2008 termasuk sektor basis.
Lampiran 7 Perhitungan Pertumbuhan PDRB Kabupaten Rembang pertahun Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Rembang (dalam persen) No.
1
Sektor Perekonomian
Pertanian
Laju pertumbuhan rata-rata sektor perekonomian
2001 (1)
2002 (2)
2003 (3)
2004 (4)
2005 (5)
2006 (6)
2007 (7)
2008 (8)
Ratarata (9)
5.33
3.75
0.35
5.01
1.99
4.76
0.64
3.18
3.18
4.85
3.67
4.84
4.44
4.76
5.72
5.57
5.31
3.18
Laju pertumbuhan sektor pertanian Kabupaten Rembang tahun 2001 (1) : (1)= ((806.77 – 765.93) / 765.93) * 100% = 5.33% (9)= ((1) + (2) + (3) + (4) + (5) + (6) + (7) + (8))/8 = (5.33 + 3.75 + 0.35 + 5.01 + 1.99 + 4.76 + 0.64 + 3.18)/8 = 3.18% Laju pertumbuhan rata-rata sektor perekonomian Kabupaten Rembang tahun 2001: jumlah total pertumbuhan masing-masing sektor pada tahun 2001 / 9 = (5.33 + 9.45 + 10.31 + 4.76 + 6.25 + 3.63 + 1.64 + 1.40 + 0.92)/9 = 4.85%
Lampiran 8 Perhitungan Pertumbuhan PDRB Kabupaten Rembang dan Provinsi Jawa Tengah Selama 8 Tahun dari tahun 2000-2008
No
Sektor Perekonomian
1
Pertanian TOTAL
PDRB Kab. Rembang
PDRB Provinsi Jawa Tengah
Perubahan PDRB
(Milyar Rupiah) 2000 2008 (1) (2)
(Milyar Rupiah) 2000 2008 (3) (4)
Kab. Rembang Milyar Persen (5) (6)
765.93
977.60
26124.21
33484.07
211.67
27.64
1515.30
2093.41
114701.30
167790.37
578.12
38.15
Ra (7)
Ri (8)
ri (9)
0.46
0.28
0.28
a. Perubahan PDRB sektor pertanian Kabupaten Rembang dari tahun 20002008 (5) = (2) – (1) = 977.60 – 765.93 = Rp 211.67 milyar b. Persentase perubahan PDRB sektor pertanian Kabupaten Rembang dari tahun 2000-2008 (6) = ((5) / (1)) * 100% = (211.67/765.93) * 100% = 27.64% c. Ra, rasio PDRB Jawa Tengah Ra = (total (4) – total (3)) / total 3 = (167790.67 - 114701.30)/ 114701.30 = 0.46 d. Ri, dimana dalam hal ini Ri adalah Rasio PDRB Jawa Tengah dari sektor pertanian dari rentang tahun 2000-2008 Ri = ((4) – (3)) / (3) = (33484.07 – 26124.21) / 26124.21 = 0.28 e. ri, dimana dalam hal ini ri adalah rasio PDRB sektor pertanian pada wilayah Kabupaten Rembang ri
= ((2) – (1)) / (1) = (977.60 – 765.93) / 765.93 = 0.28
Lampiran 9 Hasil Analisis Shift Share Perekonomian Kabupaten Rembang dan Perhitungannya No
Sektor Perekonomian
1 2
Pertanian Pertambangan dan galian
3 4 5 6 7 8 9
Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Minum Bangunan dan Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Jasa Lainnya TOTAL
Nij (1) 354.51 11.97 26.55 2.73 50.10 109.33 34.87 17.59 93.70 701.35
PP (2) -138.73 5.68 1.53 0.92 40.09 -22.69 15.67 -1.15 60.51 -38.16
PPW (3) -4.11 0.39 -0.82 -0.80 -27.27 33.21 -13.93 -6.22 -65.53 -85.07
Dij (4) 211.67 18.04 27.26 2.84 62.93 119.86 36.61 10.22 88.69 578.12
a. Nij = Ra * PDRB sektor i diwilayah Kabupaten Rembang pada awal periode (dalam hal ini sektor i adalah sektor pertanian) (1) = 0.46 * Rp 765.93 milyar = Rp 354.51 milyar b. PP = (Ri – Ra)* PDRB sektor i diwilayah Kabupaten Rembang pada awal periode (dalam hal ini sektor i adalah sektor pertanian) (2) = (0.28-0.46)* Rp 765.93 milyar = Rp -138.73 milyar c. PPW = (ri –Ri)* PDRB sektor i diwilayah Kabupaten Rembang pada awal periode (dalam hal ini sektor i adalah sektor pertanian) (3) = (0.282 – 0.276) * Rp 765.93 milyar = Rp -4.11 milyar d. Dij = Nij + PP + PPW, dimana dalam hal ini i menunjukkan pada sektor pertanian (4) = (1) + (2) + (3) = (Rp 354.51 milyar) + (Rp -138.73 milyar) + (Rp -4.11 milyar) = Rp 221.67 milyar
Lampiran 10 Nilai Pergeseran Bersih dan Perhitungannya No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Sektor Perekonomian Pertanian Pertambangan dan galian
PB -146.38 6.07 0.71 0.11 12.83 10.53 1.74 -7.37 -5.02 -126.78
Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Minum Bangunan dan Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Jasa Lainnya TOTAL
(+/-) + + + + + + -
PB = PP + PPW Untuk perhitungan sektor pertanian PB = (Rp -138.73 milyar) + (Rp -4.11 milyar) = Rp -146.38 milyar Lampiran 11 Model Rasio Pertumbuhan (MRP) dan Perhitungannya RPs
Sektor Perekonomian Riil Pertanian
0.980949
Nominal -
Contoh perhitungan RPs pada sektor pertanian RPs = (((977.60 - 765.93) / 765.93) / ((33484.07 – 26124.21)/26124.21)) = 0.980949 RPs < 1, maka nilai nominalnya (-)
Lampiran 12 Hasil out put dari analisis trend quadratic forecasting sektor pertanian (minitab.14) Trend Analysis for Pertanian Data Pertanian Length 9 NMissing 0 Fitted Trend Equation Yt = 749225553 + 25708627*t Accuracy Measures MAPE 8.83881E-01 MAD 7.63489E+06 MSD 7.09656E+13 Time 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Pertanian 765929451 806768395 837022169 839930419 882051898 899634704 942463412 948517130 977600610
Trend Detrend 774934180 -9004729 800642807 6125588 826351434 10670736 852060061 -12129642 877768688 4283210 903477314 -3842610 929185941 13277471 954894568 -6377438 980603195 -3002585
Forecasts Period Forecast 10 1006311822 11 1032020449 12 1057729076
Lampiran 13 Trend Analysis Plot for Jasa-Jasa Quadratik Trend Model Trend Analysis Plot for Jasa-Jasa
Quadratic Trend Model Yt = 211035263 - 7509811*t + 1794787*t**2 400000000
Variable Actual Fits Forecasts
Jasa-Jasa
350000000
Accuracy Measures MAPE 1.02681E+00 MAD 2.30536E+06 MSD 7.42450E+12
300000000
250000000
200000000 00 01 02 03 04 05 06 07 08 20 20 20 20 20 20 20 20 20 Tahun
Lampiran 14 Trend Analysis Plot for Jasa-Jasa Linear Trend Model Trend Analysis Plot for Jasa-Jasa Linear Trend Model Yt = 178130831 + 10438061*t
300000000
Jasa-Jasa
280000000 260000000 240000000 220000000 200000000
00 01 02 03 04 05 06 07 08 20 20 20 20 20 20 20 20 20 Tahun
Variable Actual Fits Forecasts Accuracy Measures MAPE 4.08359E+00 MAD 9.48388E+06 MSD 1.17663E+14
Lampiran 15 Trend Analysis Plot for Jasa-Jasa Growth Curve Model Trend Analysis Plot for Jasa-Jasa Growth Curve Model Yt = 183606910 * (1.04482**t)
320000000
Variable Actual Fits Forecasts
300000000
Jasa-Jasa
280000000
Accuracy Measures MAPE 3.53752E+00 MAD 8.31481E+06 MSD 9.30761E+13
260000000 240000000 220000000 200000000
00 01 02 03 04 05 06 07 08 20 20 20 20 20 20 20 20 20 Tahun
Lampiran 16 Double Exponential Smoothing Plot for Jasa-Jasa Double Exponential Smoothing Plot for Jasa-Jasa 400000000
Jasa-Jasa
350000000
300000000
250000000
200000000
00 01 02 03 04 05 06 07 08 20 20 20 20 20 20 20 20 20 Tahun
Variable Actual Fits Forecasts 95.0% PI Smoothing Constants Alpha (level) 0.77191 Gamma (trend) 1.78722 Accuracy Measures MAPE 1.69736E+00 MAD 3.83715E+06 MSD 2.30808E+13