ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN SUBANG
OLEH NURLATIFA USYA H14102066
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
RINGKASAN
NURLATIFA USYA. Analisis Struktur Ekonomi dan Identifikasi Sektor Unggulan di Kabupaten Subang (dibimbing oleh WIDYASTUTIK). Indonesia terdiri dari beberapa wilayah yang memiliki struktur perekonomian yang beraneka ragam. Struktur ekonomi dapat dilihat dari peran/ kontribusi dari masing-masing sektor perekonomian. Pada tahap-tahap awal pembangunan menunjukkan bahwa sektor primer memiliki peran penting dalam pembentukan pendapatan suatu wilayah/negara. Pembangunan lebih lanjut membuat peran/kontribusi sektor primer berkurang dan peran ini berpindah ke sektor sekunder dan tersier. Turunnya peran/kontribusi sektor primer di semua wilayah tidaklah berarti sektor primer di semua wilayah nilai tambahnya turun. Pada kenyataannya nilai tambahnya selalu meningkat, akan tetapi pertumbuhan nilai tambah pada sektor lainnya juga meningkat lebih tinggi. Perubahan struktur ekonomi wilayah-wilayah di Indonesia dipengaruhi oleh potensi yang dipunyai wilayah yaitu sumber-sumber yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah terjadi perubahan struktur ekonomi di Kabupaten Subang pada kurun waktu 1993-2003. Selain itu untuk mengidentifikasi sektor unggulan di Kabupaten Subang pada kurun waktu 1993-2003, sehingga dapat diketahui sektor mana saja yang termasuk sektor basis dan sektor non basis. Analisis yang digunakan adalah analisis shift-share (S-S) dan analisis location quotien (LQ). Data yang digunakan adalah data sekunder berupa nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Subang dan Propinsi Jawa Barat atas dasar harga konstan tahun 1993 dari tahun 1993-2003. Hasil penelitian berdasarkan analisis S-S menunjukkan bahwa tidak terjadi perubahan struktur ekonomi di Kabupaten Subang, ditandai dengan peranan sektor primer yang tetap mendominasi perekonomian Kabupaten Subang, walaupun pertumbuhannya lambat. Oleh karena itu, pemerintah Kabupaten Subang terus mendorong perkembangan sektor primer misalnya sektor pertanian dengan cara intensifikasi lahan pertanian, dan sektor pertambangan dan penggalian melalui penerapan teknologi tepat guna serta peningkatan sarana dan prasarana pendukungnya. Hasil analisis dengan menggunakan metode LQ menunjukkan bahwa di Kabupaten Subang terdapat 4 sektor basis (sektor pertanian, sektor bangunan/ kontruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor jasa-jasa), dan 5 sektor non basis (sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan). Kabupaten Subang sebaiknya memperhatikan sektor-sektor non basis yang memiliki potensi pertumbuhan dan daya saing yang baik seperti sektor listrik, gas dan air bersih agar dapat dimanfaatkan secara tepat terutama bagi masyarakat Kabupaten Subang melalui peningkatan pelayanan masyarakat dengan penambahan infrastruktur serta sarana dan prasarana sektor tersebut.
ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN SUBANG
Oleh NURLATIFA USYA H14102066
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa
: Nurlatifa Usya
Nomor Registrasi Pokok
: H14102066
Program Studi
: Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi
: Analisis Struktur Ekonomi dan Identifikasi Sektor Unggulan di Kabupaten Subang
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor
Menyetujui, Dosen Pembimbing,
Widyastutik, SE, M.Si. NIP.132 311 725
Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.Si. NIP. 131 846 872 Tanggal Kelulusan:
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN
SEBAGAI
SKRIPSI
ATAU
KARYA
ILMIAH
PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Juni 2006
Nurlatifa Usya H14102066
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Nurlatifa Usya lahir pada tanggal 30 Agustus 1984 di Subang, sebuah kabupaten yang berada di Propinsi Jawa Barat. Penulis anak terakhir dari tiga bersaudara, dari pasangan Usya Amanat, Sm.Hk dan Yeti Rohayati.
Jenjang
pendidikan
penulis
dilalui
tanpa
hambatan,
penulis
menamatkan taman kanak-kanak pada TK Sekarwangi dan sekolah dasar pada SDN Harummanis, kemudian melanjutkan ke SLTPN 1 Subang dan lulus pada tahun 1999. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMUN 1 Subang dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun 2002 penulis meninggalkan kota tercinta untuk melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi. Institut Pertanian Bogor (IPB) menjadi pilihan penulis dengan harapan besar agar dapat memperoleh ilmu dan mengembangkan pola pikir, sehingga menjadi sumber daya yang berguna bagi pembangunan kota Subang tercinta. Penulis masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di beberapa organisasi seperti Staf Pengembangan Ekonomi dan Kewirausahaan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FEM, Anggota Hipotesa dan Anggota Unit Kegitan Mahasiswa (UKM) Panahan IPB, dan mengikuti beberapa kejuaraan panahan indoor tingkat nasional dengan perolehan terbaik peringkat ke-5. Selama kuliah, Penulis pernah aktif sebagai guru privat pada lembaga bimbingan belajar LUKMAN EDUCATION Darmaga, Bogor. Penulis juga merupakan salah satu penerima beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) selama kuliah di IPB.
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT semata yang telah memberikan rahmat, hidayah serta kekuatanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Struktur Ekonomi dan Identifikasi Sektor Unggulan di Kabupaten Subang”. Struktur ekonomi dan sektor unggulan merupakan topik yang sangat menarik karena diharapkan berdampak positif bagi pembangunan daerah terutama di daerah Kabupaten Subang tempat kelahiran penulis. Disamping itu, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Rasa terima kasih tidak lupa penulis ucapkan kepada: 1. Ibu Widyastutik, SE, M.Si yang telah menjadi dosen pembimbing skripsi atas dorongan, motivasi serta arahannya selama mengerjakan skripsi dan ibu Wiwiek Rindayanti, M.Si selaku dosen pembimbing akademik selama kuliah. 2. Ibu Sahara, M.Si selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan koreksi dan masukannya. 3. Dosen Komisi Pendidikan Ilmu Ekonomi Ibu Henny Reinhardt, M.Sc yang telah membantu dalam penyempurnaan skripsi. 4. Dosen-dosen Ilmu Ekonomi beserta Staf yang telah membantu selama proses pendidikan. 5. Mama dan Papa
tercinta yang telah membesarkan dan mendidik penulis
dengan sepenuh hati hingga saat ini, semoga Allah SWT membalas segala kebaikan dan memberikan perlindungan di dunia maupun di akhirat kelak. 6. Kakak-kakakku tersayang Nurlailah Usya beserta suami dan Nurjanah Usya terima kasih atas perhatian dan kasih sayang serta dukungan yang telah diberikan, begitu pula kepada keponakan tercinta Widia Amalia atas keceriaannya yang telah memberikan dorongan semangat bagi penulis. 7. K’Kamal dan Bi Usi, serta seluruh kerabat yang membuat penulis termotivasi untuk membuktikan bahwa penulis bisa menjadi kebanggaan keluarga.
ii
8. Mimih, Bapa, Abah, A’Aji, N’Suci dan N’Dewi atas do’a dan dukungannya selama ini. 9. Lukman Hakim, S.Pt. yang dengan tulus dan penuh kasih sayang membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. 10. Teman-teman sepenelitian Suci Ramadhany dan Citra Mulianty atas kerjasamanya selama penelitian. 11. Teman-teman lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung. Penulis do’akan semoga keberhasilan menyertai kita. Amin
Bogor,
Juni 2006
Nurlatifa Usya H14102066
iii
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL ........................................................................................... v DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vi DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... vii I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1 1.2. Permasalahan........................................................................................ 4 1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................. 6 1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................... 7 1.5. Ruang Lingkup..................................................................................... 7 II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................. 8 2.1. Pengertian Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi......... 8 2.2. Perubahan Struktur Ekonomi ............................................................... 9 2.3. Pengertian Sektor Unggulan ................................................................ 10 2.4. Konsep Ekonomi Basis ........................................................................ 11 2.5. Analisis Shift-Share.............................................................................. 14 2.6. Penelitian Terdahulu............................................................................. 16 2.7. Kerangka Pemikiran............................................................................. 18 III. GAMBARAN UMUM WILAYAH .......................................................... 20 3.1. Keadaan Wilayah ................................................................................. 20 3.2. Keadaan Sosial Kependudukan............................................................ 21
iv
3.3. Keadaan Perekonomian Daerah ........................................................... 22 IV. METODE PENELITIAN........................................................................... 23 4.1. Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 23 4.2. Metode Analisis Data........................................................................... 23 4.2.1. Analisis Shift-Share....................................................................... 23 4.2.2. Analisis Location Quotien ............................................................ 30 4.3 Konsep dan Definisi Data ..................................................................... 31 V. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................... 32 5.1. Analisis PDRB Kabupaten Subang dan Propinsi Jawa Barat , Tahun 1993-2003.................................................................................. 32 5.2. Rasio PDRB Kabupaten Subang dan PDRB Propinsi Jawa Barat, Tahun 1993-2003................................................................................. 35 5.3. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah di Kabupaten Subang, Tahun 1993-2003................................................................................. 37 5.4. Pergeseran Bersih dan Profil Pertumbuhan Sektor-sektor Perekonomian di Kabupaten Subang, Tahun 1993-2003. ................... 41 5.5. Sektor Unggulan .................................................................................. 44 VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 47 6.1. Kesimpulan ........................................................................................ 47 6.2. Saran................................................................................................... 48 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 49 LAMPIRAN..................................................................................................... 52
v
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1.1. Laju Pertumbuhan Kabupaten Subang Atas Dasar Harga Konstan 1993 Menurut Lapangan Usaha Tahun 1993-2003 .................... 5 5.1. PDRB Kabupaten Subang Menurut Sektor Perekonomian Berdasarkan Harga Konstan 1993, Tahun 1993 dan 2003............................................. 32 5.2. PDRB Propinsi Jawa Barat Menurut Sektor Perekonomian Berdasarkan Harga Konstan 1993, Tahun 1993 dan 2002........................ 34 5.3. Rasio PDRB Kabupaten Subang dan PDRB Propinsi Jawa Barat (Nilai Ra, Ri, dan ri).................................................................................. 35 5.4. Analisis Shift-Share Menurut Sektor Perekonomian di Kabupaten Subang Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Nasional, Tahun 1993-2003 ...................................................................................... 37 5.5. Analisis Shift-Share Menurut Sektor Perekonomian di Kabupaten Subang Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Proporsional, Tahun 1993-2003 ...................................................................................... 39 5.6. Analisis Shift-Share Menurut Sektor Perekonomian di Kabupaten Subang Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah, Tahun 1993-2003 ...................................................................................... 40 5.7. Pergeseran Bersih Kabupaten Subang, Tahun 1993 dan 2003 ................. 42 5.8. Nilai Kuosien Lokasi di Kabupaten Subang 1993-2003........................... 46
vi
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
2.1. Model Analisis Shift-Share ....................................................................... 16 2.2. Sistematika Kerangka Pemikiran .............................................................. 19 4.1. Profil Pertumbuhan Sektor Ekonomi ........................................................ 27 5.1. Profil Pertumbuhan Sektor Perekonomian di Kabupaten Subang ............ 41
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. PDRB Kabupaten Subang Atas Dasar Harga Konstan 1993 Menurut Lapangan Usaha Tahun 1993-2003 (Jutaan Rupiah) ................................. 53 2. PDRB Propinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Konstan 1993 Menurut Lapangan Usaha Tahun 1993-2003 (Jutaan Rupiah) ................................. 54 3. Gambar Peta Wilayah Kabupaten Subang ................................................... 55 4. Tabel Rata-Rata Penduduk Per Desa, Per Kilometer Persegi, Per Rumah tangga Dan Sex Ratio di Kabupaten Subang Akhir Tahun 2003 ............... 56 5. Distribusi PDRB Kabupaten Subang Atas Dasar Harga Konstan 1993 Menurut Lapangan Usaha Tahun 1993-2003............................................... 57 6. Contoh Perhitungan Analisis Shift-Share dan Analisis Location Quotien .. 58
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Indonesia
terdiri
dari
beberapa
wilayah
yang
memiliki
struktur
perekonomian yang beraneka ragam. Struktur ekonomi dapat dilihat dari peran/kontribusi dari masing-masing sektor perekonomian. Pada tahap-tahap awal pembangunan menunjukkan bahwa sektor primer memiliki peran penting dalam pembentukan pendapatan suatu wilayah/negara. Pembangunan lebih lanjut membuat peran/kontribusi sektor primer berkurang dan peran ini berpindah ke sektor sekunder dan tersier. Turunnya peran/kontribusi sektor primer di semua wilayah tidaklah berarti sektor primer di semua wilayah nilai tambahnya turun. Pada kenyataannya nilai tambahnya selalu meningkat, akan tetapi pertumbuhan nilai tambah pada sektor lainnya juga meningkat lebih tinggi. Perubahan struktur ekonomi wilayah-wilayah di Indonesia dipengaruhi oleh potensi yang dipunyai wilayah yaitu sumber-sumber yang ada (Adi, 2001). Pembangunan
daerah
sebagai
tolak
ukur
pertumbuhan
ekonomi
memprioritaskan untuk membangun dan memperkuat sektor-sektor di bidang ekonomi dengan mengembangkan, meningkatkan dan mendayagunakan sumber daya secara optimal dengan tetap memperhatikan ketentuan antara industri dan pertanian yang tangguh serta sektor pembangunan lainnya. Sektor ekonomi terdiri atas sembilan sektor yaitu: (1) pertanian; (2) pertambangan dan penggalian; (3) industri pengolahan; (4) listrik, gas dan air bersih; (5) konstruksi/bangunan; (6) perdagangan, hotel dan restoran; (7) pengangkutan dan komunikasi; (8) keuangan,
2
persewaan dan jasa perusahaan; (9) jasa (BPS (Badan Pusat Statistik) Subang, 1999). Sembilan sektor tersebut dikelompokkan dalam sektor primer (pertanian dan pertambangan), sektor sekunder (industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih, dan bangunan) dan sektor tersier (perdagangan, pengangkutan, bank, dan jasa) (BPS, 2005). Perkembangan pembangunan perekonomian daerah tergantung dari kondisi masing-masing daerah. Pembangunan ekonomi di Kabupaten Subang dapat diketahui dengan melihat indikator yang dapat mencerminkan seluruh kegiatan ekonomi yang telah dilaksanakan melalui indikator PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) yang diuraikan melalui pertumbuhan PDRB dan peranan sektoral (BPS Subang, 2002). Pertumbuhan PDRB atau laju PDRB menggambarkan laju petumbuhan ekonomi daerah. Berdasarkan Tabel 1.1, terlihat bahwa PDRB atas dasar harga konstan dari tahun 1993 sampai dengan tahun 1997 laju pertumbuhan PDRB tanpa migas maupun dengan migas memiliki nilai yang positif, walaupun laju pertumbuhan tahun 1997 hanya sebesar 3,28 persen lebih kecil dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 7,39 persen. Tahun 1998 telah terjadi penurunan nilai PDRB tanpa migas dan PDRB dengan migas sebesar 7,17 persen dan 6,47 persen. Hal tersebut dikarenakan adanya krisis ekonomi yang terjadi pada tahun1997-1998 yang mengakibatkan penciptaan nilai tambah (value added) pada beberapa sektor lapangan usaha mengalami penurunan. Laju PDRB tahun 1999 kembali bernilai positif yaitu sebesar 2,28 persen.
3
Harapan bangkitnya perekonomian Kabupaten Subang dari krisis ekonomi semakin besar dengan adanya kebijakan otonomi daerah. Hal ini ditunjukkan oleh meningkatnya PDRB Kabupaten Subang secara terus menerus sesudah krisis dari tahun ke tahun. PDRB atas dasar harga konstan naik dari 1.704.105 juta rupiah pada tahun 2000 menjadi 1.780.312 juta rupiah untuk tahun 2001,
dengan
demikian telah terjadi peningkatan sebesar 4,47 persen. Pada tahun 2003 laju PDRB Kabupaten Subang mencapai 4,55 persen dibandingkan tahun 2002 sebesar 4,52 persen. Pembangunan ekonomi di Kabupaten Subang yang dicirikan dengan peningkatan laju PDRB akan mempengaruhi peran kontribusi sektor-sektor dalam perekonomian. Pengkajian peran sektor ini penting bila dikaitkan dengan kegiatan ekonomi yang strategis dan peralihan keadaan sosial yang diakibatkan oleh adanya perubahan struktur dari pembangunan yang bersifat agraris menjadi pembangunan yang non agraris. Hal ini sesuai dengan konsep perubahan struktur ekonomi menurut Djojohadikusumo (1994) berupa peralihan dan pergeseran dari kegiatan sektor primer ke sektor sekunder dan tersier. Peranan sektoral
terhadap pembangunan ekonomi digambarkan oleh
distribusi masing-masing sektor terhadap total PDRB. Gambaran tentang sektor unggulan yang memiliki kontribusi terhadap pembangunan ekonomi daerah sangat diperlukan oleh Pemerintah Kabupaten Subang sehingga dari dasar gambaran tersebut dapat diketahui potensi-potensi tiap sektor dalam mendorong perekonomian. Berdasarkan uraian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa
4
sangat relevan untuk melakukan penelitian berjudul ”Analisis Struktur Ekonomi dan Identifikasi Sektor Unggulan di Kabupaten Subang”.
1.2. Permasalahan Pembangunan ekonomi yang berkesinambungan perlu dilaksanakan demi tercapainya tujuan pembangunan yaitu masyarakat adil dan makmur, yang pada hakekatnya merupakan suatu usaha untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, menciptakan lapangan kerja, meratakan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan potensi sumber daya yang ada di daerah tersebut dan mengusahakan pergeseran peranan ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder atau tersier (BPS Subang, 2002). Sejak diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah daerah memiliki wewenang untuk mengelola pengeluaran dan pemasukan daerahnya masingmasing. Kendala yang dihadapi oleh pemerintah daerah adalah terbatasnya dana yang dimiliki, sehingga perlu diindentifikasi sektor-sektor apa saja yang memberikan kontribusi yang sangat signifikan bagi pendapatan daerah yang selanjutnya menjadi prioritas dalam pengembangan sektor tersebut. Pemerintah daerah terus berupaya untuk memacu pertumbuhan ekonominya yang dapat mengakibatkan perubahan struktur dari pembangunan yang bersifat agraris menjadi pembangunan non agraris (BPS Subang, 1999), begitu juga dengan Kabupaten Subang yang memiliki cukup potensi dari berbagai sektor. Kabupaten Subang merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi dari berbagai sektor. Sektor pertanian merupakan sektor yang paling potensial di
5
Kabupaten Subang, terbukti dengan kontribusinya yang paling besar dan stabil yang ditunjukkan oleh kontribusinya di atas 30 persen terhadap PDRB Kabupaten Subang. Konsekuensi dari daerah pertanian pada umumnya memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang lambat namun cukup stabil. Pertumbuhan PDRB Kabupaten Subang tahun 1993-2003 pada umumnya mengalami peningkatan, terlihat dari perkembangan nilai PDRB Kabupaten Subang menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan yang bernilai positif. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1. Laju Pertumbuhan Kabupaten Subang Atas Dasar Harga Konstan 1993 Menurut Lapangan Usaha Tahun 1993-2003 (persen) Tahun
Lapangan Usaha
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
1 2 3 4 5 6 7
6,16 1,83 4,51 14,90 6,52 5,99 8,15
6,14 13,03 5,25 27,33 10,27 7,47 16,86
5,83 12,40 5,31 38,77 11,59 7,81 23,97
0,96 11,62 -0,40 8,56 4,45 5,31 7,01
-1,31 -33,75 -28,74 9,47 -36,08 -4,86 5,88
2,56 -9,78 -3,84 12,37 -2,63 3,32 1,83
2,67 1,32 2,79 18,41 2,25 4,96 10,14
0,75 0,74 2,01 8,67 1,00 4,95 14,31
2,21 -38,00 1,42 6,10 8,70 8,20 7,50
1,65 2,25 1,56 12,00 4,00 6,55 7,68
8
3,22
6,18
7,72
9,89
-38,25
0,10
8,61
8,04
3,89
6,92
9 2,15 5,25 6,96 5,71 -3,03 2,99 5,10 13,53 2,96 7,69 PDRB tanpa 5,46 6,84 7,39 3,28 -7,17 2,28 4,11 4,47 4,52 4,55 migas PRDB 5,46 6,84 7,39 3,28 -6,47 2,17 4,08 4,40 4,54 4,63 dengan migas Sumber : BPS Kab Subang beberapa edisi, diolah Keterangan : (1) Pertanian, (2) Pertambangan dan penggalian, (3) Industri Pengolahan, (4) Listrik, Gas dan Air Bersih, (5) Bangunan/konstruksi, (6) Perdagangan, hotel dan restoran, (7) Pengangkutan dan Komunikasi, (8) Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan, (9) Jasa-jasa.
Berdasarkan Tabel 1.1, seluruh nilai PDRB Kabupaten Subang pada umumnya mengalami peningkatan, namun tahun 1998 terjadi penurunan nilai PDRB tanpa migas yaitu sebesar -7,17 persen, sedangkan PDRB dengan migas menurun sebesar 6,47 dan pada tahun yang sama hampir semua sektor mengalami
6
penurunan kecuali sektor listrik, gas dan air bersih dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Tahun 1999-2003 nilai PDRB kembali meningkat dan sektor perekonomian laju pertumbuhannya positif, kecuali sektor pertambangan dan penggalian di tahun 2002 yang memiliki nilai negatif. Sektor yang memiliki laju pertumbuhan terbesar di tahun 2003 adalah sektor listrik dan air bersih yaitu sebesar 12,00 persen dan diikuti oleh sektor jasa-jasa sebesar 7,69 persen, serta sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 7,68 persen. Berkaitan dengan upaya pemerintah daerah Kabupaten Subang yang terus memacu pertumbuhan ekonomi yang bertujuan untuk merubah struktur ekonomi dari agraris menjadi non agraris maka permasalahan dari penelitian ini adalah : 1. Apakah struktur ekonomi di Kabupaten Subang kurun waktu 1993-2003 mengalami perubahan ? 2. Sektor-sektor apa saja yang dapat menjadi sektor unggulan (leading sector) di Kabupaten Subang ?
1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menganalisis apakah terjadi perubahan struktur ekonomi di Kabupaten Subang pada kurun waktu 1993-2003. 2. Mengidentifikasi sektor unggulan di Kabupaten Subang pada kurun waktu 1993-2003.
7
1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai : 1. Bahan masukan bagi pemerintah Kabupaten Subang dalam merumuskan dan merencanakan arah kebijakan pembangunan ekonomi pada semua sektor perekonomian. 2. Bahan masukan dan informasi bagi mahasiswa untuk penelitian selanjutnya.
1.5. Ruang Lingkup Batasan dalam penelitian ini diantaranya yaitu : 1. Membahas laju pertumbuhan PDRB kurun waktu 1993-2003 Kabupaten Subang dan Propinsi Jawa Barat sebagai daerah yang membawahi Kabupaten. 2. Melihat perkembangan ekonomi dari segi sektoral. 3. Menganalisis sektor-sektor yang dapat dikembangkan di Kabupaten Subang.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi Secara umum, pembangunan diartikan sebagai usaha untuk memajukan kehidupan masyarakat dan warganya. Kemajuan yang dimaksud diartikan sebagai kemajuan material, sehingga pembangunan sering diartikan sebagai kemajuan yang dicapai oleh sebuah masyarakat dibidang ekonomi (Budiman, 2000). Pembangunan adalah suatu proses untuk menuju perbaikan yang dicapai oleh masyarakat di segala bidang. Pembangunan ekonomi dapat dikatakan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Sukirno, 1985). Pembangunan diartikan pula sebagai suatu proses kegiatan yang dilakukan dalam rangka mengembangkan atau mengadakan perubahan-perubahan ke arah keadaan yang lebih baik (Lemhanas, 1997). Menurut
Rostow
pembangunan
merupakan
perubahan
dari
keterbelakangan menuju kemajuan ekonomi yang dapat dijelaskan dalam suatu seri tahapan yang harus dilalui semua negara. Tahapan dari proses pembangunan terbagi menjadi lima tahap yaitu masyarakat tradisional yang perekonomian masyarakatnya masih bertumpu pada sektor pertanian, prakondisi untuk lepas landas merupakan masa transisi untuk mencapai pertumbuhan yang mempunyai kekuatan untuk berkembang, lepas landas berupa berlakunya perubahan yang sangat drastis dalam masyarakat seperti terciptanya kemajuan yang pesat dalam inovasi , bergerak ke kedewasaan/kematangan ekonomi dimana masyarakat sudah
9
secara efektif menggunakan teknologi modern pada sebagian besar faktor produksi, konsumsi masal yang tinggi dimana perhatian masyarakat telah lebih menekankan kepada masalah yang berkaitan dengan konsumsi dan kesejahteraan masyarakat (Todaro dan Smith, 2003). Pembangunan ekonomi tidak terlepas dari pertumbuhan ekonomi. Sebuah masyarakat dinilai berhasil melaksanakan pembangunan, bila pertumbuhan ekonomi masyarakat tersebut cukup tinggi. Menurut Prof. Simon Kuznets, pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barangbarang ekonomi kepada penduduknya; dimana kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukannya. Selain itu dalam bukunya yang lebih awal Modern Economic Growth tahun 1966, ia mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai suatu kenaikan terus menerus dalam produk per kapita atau per pekerja, seringkali diikutii dengan kenaikan jumlah penduduk dan biasanya dengan perubahan struktural (Jhingan, 2004).
2.2. Perubahan Struktur Ekonomi Proses pembangunan di Indonesia dilakukan secara berkesinambungan. Proses tersebut dalam pelaksanaannya mempunyai strategi ke arah perubahan struktural (BPS Subang, 2002). Menurut Djojohadikusumo (1994), perubahan struktur ekonomi biasanya ditandai dengan peralihan dan pergeseran dari kegiatan sektor primer (pertanian, pertambangan) ke sektor sekunder (industri manufaktur, konstruksi) dan tersier (jasa).
10
Sjahrir (1992) menyatakan bahwa proses perubahan struktur ekonomi mengandung ciri antara lain: 1. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi, melebihi pertumbuhan penduduk 2. Sumbangan (pangsa) sektor primer merosot, pangsa sektor-sektor sekunder meningkat, sementara pangsa sektor tersier kurang lebih konstan namun nilai tambahnya akan meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi 3. Apabila pendapatan per kapita penduduk meningkat maka konsumsi pangan akan menurun dan konsumsi barang bukan pangan akan meningkat. Hal ini akan mengakibatkan menurunnya peran sektor pertanian dan meningkatnya peran sektor industri.
2.3. Pengertian Sektor Unggulan Pertumbuhan ekonomi tidak terlepas dari pertumbuhan nilai tambah yang dihasilkan oleh unit-unit ekonomi yang dikelompokkan menurut sektor lapangan usaha. Besarnya peranan setiap sektor menggambarkan struktur ekonomi daerah (BPS Subang, 1999). Sektor unggulan adalah sektor yang salah satunya dipengaruhi oleh keberadaan faktor anugerah (endowment factors). Selanjutnya faktor ini berkembang lebih lanjut melalui kegiatan investasi dan menjadi tumpuan kegiatan ekonomi. Kriteria sektor unggulan akan sangat bervariasi. Hal ini didasarkan atas seberapa besar peranan sektor tersebut dalam perekonomian daerah, diantaranya : pertama, sektor unggulan tersebut memiliki laju tumbuh yang tinggi; kedua, sektor tersebut memiliki angka penyerapan tenaga kerja yang relatif besar; ketiga,
11
sektor tersebut memiliki keterkaitan antar sektor yang tinggi baik ke depan maupun ke belakang; keempat, dapat juga diartikan sebagai sektor yang mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi (Sambodo, 2002). Analisis hubungan antar sektor dalam perekonomian masuk dalam bidang ilmu ekonomi pembangunan, yang mulai berkembang pada tahun 1950-an. Bidang ilmu ini mulai memperhatikan bagaimana hubungan antara sektor-sektor dalam pembangunan dan pertumbuhan (Nazara, 1997).
2.4. Konsep Ekonomi Basis Teori basis ekonomi (economic base theory) mendasarkan pandangannya bahwa laju petumbuhan ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya ekspor dari wilayah tersebut (Tarigan, 2005). Konsep ekonomi basis ini berguna untuk menganalisa dan memprediksikan perubahan dalam perekonomian regional. Selain itu, konsep ekonomi basis juga digunakan untuk mengetahui suatu sektor pembangunan ekonomi wilayah dan kegiatan basis, yang dapat melayani pasar daerah itu sendiri maupun pasar luar daerah. Menurut teori ini, perekonomian regional dibagi menjadi dua sektor yaitu sektor basis dan sektor non basis. Sektor basis adalah sektor yang mengeskpor barang dan jasa ke tempat-tempat diluar batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan atau memasarkan barang-barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat yang datang dari luar batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan. Menurut Tarigan (2005) sektor basis merupakan satu-satunya sektor yang bisa meningkatkan perekonomian wilayah melebihi pertumbuhan
12
alamiah, karena kegiatan basis ini merupakan kegiatan baik penghasil produk maupun penyedia jasa yang mendatangkan uang dari luar wilayah. Sektor non basis adalah sektor yang menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat yang bertempat tinggal didalam batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan. Sektor ini tidak mengekspor barang dan jasa, sehingga luas lingkup produksi dan daerah pasar sektor non basis hanya bersifat lokal. Menurut Glasson (1974), semakin banyak sektor basis dalam suatu wilayah akan menambah arus pendapatan ke wilayah tersebut, menambah permintaan terhadap barang dan jasa didalamnya, dan menimbulkan kenaikan volume sektor non basis. Glasson juga menyarankan untuk menggunakan metode location quotien dalam menentukan apakah sektor tersebut basis atau tidak. Kelemahan
metode
ini
adalah
kegagalannya
untuk
menghitung
ketidakseragaman permintaan dan produktivitas nasional secara menyeluruh, kemudian metode ini mengabaikan fakta bahwa sebagian produksi nasional adalah untuk orang asing yang tinggal di wilayah tersebut. Teori basis ini juga memiliki kebaikan-kebaikan yang membuat teori ini relevan untuk digunakan. Kebaikan teori basis ini diantaranya yaitu kesederhanannya, mudah diterapkan, dapat menjelaskan struktur perekonomian suatu daerah dan dampak umum dari perubahan-perubahan jangka pendek.
13
Menurut Budiharsono (2005) ada beberapa metode untuk memilah antara kegiatan basis dan non basis, yaitu: 1. Metode pengukuran langsung Metode ini dapat dilakukan dengan survei langsung kepada pelaku usaha ke mana mereka memasarkan barang yang diproduksi dan dari mana mereka membeli bahan-bahan kebutuhan untuk menghasilkan produk tersebut. 2. Metode pengukuran tidak langsung Metode dengan pengukuran tidak langsung terdiri dari: a. Metode melalui pendekatan asumsi, biasanya berdasarkan kondisi di wilayah tersebut (data sekunder), ada kegiatan tertentu yang diasumsikan kegiatan basis dan non basis. b. Metode location quotien dimana membandingkan porsi lapangan kerja/nilai tambah untuk sektor tertentu di wilayah tertentu dengan porsi lapangan kerja/nilai tambah untuk sektor yang sama di wilayah atasnya. Asumsi yang digunakan adalah produktivitas rata-rata/konsumsi rata-rata antar wilayah sama. Metode ini memiliki beberapa kebaikan diantaranya adalah metode ini memperhitungkan penjualan barang-barang antara, tidak mahal biayanya dan mudah diterapkan. c. Metode campuran merupakan gabungan antara metode asumsi dengan metode location quotien. d. Metode kebutuhan minimum dimana melibatkan penyeleksian sejumlah wilayah yang ”sama” dengan wilayah yang diteliti, dengan meggunakan distribusi minimum dari tenaga regional dan bukannya distribusi ratarata.
14
Sebab-sebab kemajuan sektor basis : 1. Perkembangan jaringan transportasi dan komunikasi 2. Perkembangan pendapatan dan penerimaan daerah 3. Perkembangan teknologi 4. Pengembangan prasarana ekonomi dan sosial
2.5. Analisis Shift-Share Analisis S-S adalah suatu analisis mengenai perubahan berbagai indikator kegiatan ekonomi, seperti produksi dan kesempatan kerja pada dua titik waktu di suatu wilayah. Penelitian ini menggunakan metode analisis S-S karena dalam analisis dapat memperinci penyebab perubahan berbagai faktor yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur ekonomi suatu daerah dari satu kurun waktu ke kurun waktu berikutnya. Kegunaan Analisis S-S ini yaitu melihat perkembangan dari sektor perekonomian suatu wilayah terhadap perkembangan ekonomi wilayah yang lebih luas, juga melihat perkembangan sektor-sektor perekonomian jika dibandingkan secara relatif dengan sektor lain, selain itu analisis ini melihat perkembangan dalam membandingkan besar aktivitas suatu sektor pada wilayah tertentu dan pertumbuhan antar wilayah. Tiga komponen pertumbuhan dalam Analisis S-S yaitu : 1. Komponen Pertumbuhan Nasional/PN (National Growth Component) yaitu perubahan produksi/kesempatan kerja suatu wilayah yang disebabkan
15
oleh perubahan produksi/kesempatan kerja nasional secara umum, perubahan kebijakan
ekonomi
nasional
atau
perubahan
dalam
hal-hal
yang
mempengaruhi perekonomian semua sektor dan wilayah misalnya devaluasi, kecenderungan inflasi, pengangguran dan kebijakan perpajakan. 2. Komponen Pertumbuhan Proporsional/PP (Proportional Mix Growth Component) tumbuh karena perbedaan sektor dalam permintaan produk akhir, perbedaan dalam ketersediaan bahan mentah, perbedaan dalam kebijakan industri (seperti kebijakaan perpajakan, subsidi, dan price support) dan perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar. 3. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah/PPW (Regional Share Growth Component) timbul karena peningkatan atau penurunan produksi/kesempatan kerja dalam suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya. Cepat lambatnya pertumbuhan suatu wilayah dibandingkan denagn wilayah lainnya ditentukan oleh keunggulan komparatif, akses ke pasar, dukungan kelembagaan, prasarana sosial ekonomi serta kebijakan ekonomi regional pada wilayah tersebut. Berdasarkan ketiga komponen pertumbuhan wilayah tersebut dapat ditentukan dan diidentifikasi perkembangan suatu sektor ekonomi pada suatu wilayah. Apabila PP + PPW > 0, maka dapat dikatakan bahwa pertumbuhan sektor ke i
di wilayah ke j termasuk ke dalam kelompok progresif (maju).
Sementara itu, PP+ PPW < 0 menunjukan bahwa pertumbuhan sektor ke i pada wilayah ke j tergolong pertumbuhan yang lambat.
16
Komponen Pertumbuhan Nasional
Wilayah ke j sektor ke i
Wilayah ke j sektor ke i
Maju PP+PPW ≥ 0 Lamban PP+PPW > 0
Komponen Pertumbuhan Wilayah
Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah
Gambar 2.1. Model Analisis Shift-Share Sumber : Budiharsono, 2001
2.6. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan berbeda dengan penelitian sebelumnya. Penelitian Dwiastuti (2004) menganalisis Kabupaten Klaten dengan menggunakan analisis S-S (Shift- Share) yang dibagi lagi ke dalam 3 analisis yaitu analisis S-S klasik yang membagi pertumbuhan sebagai bauran suatu variabel wilayah seperti kesempatan kerja, nilai tambah, pendapatan selama jangka waktu tertentu yang mempengaruhi
pertumbuhan
propinsi,
bauran
industri,
dan
keunggulan
kompetitif; analisis S-S Esteban-Marquillas yang memasukkan variabel homothetic PDRB (artinya : besarnya PDRB yang diperoleh kabupaten bila strukturnya sama dengan di propinsi); dan metode S-S Arcelus dengan memasukkan dampak pertumbuhan intern daerah atas perubahaan PDRB yang terjadi di daerah tersebut. Pada penelitian ini perbedaannya adalah analisis S-S yang digunakan lebih terfokus pada analisis perubahan PDRB, analisis komponen
17
pertumbuhan wilayah, dan pergeseran bersih serta profil pertumbuhan sektorsektor perekonomian. Keuntungannya adalah penelitian akan lebih sederhana dan terfokus
pada
pertumbuhan/pergeseran
sektor
perekonomian
yang
menggambarkan perubahan struktur perekonomian suatu daerah. Perbedaan lainnya terletak pada daerah yang diteliti, dimana Dwiastuti menganalisis di Kabupaten Klaten sedangkan penelitian ini menganalisis di Kabupaten Subang. Persamaan antara penelitian ini dengan Dwiastuti adalah terletak pada metode kedua yaitu metode Location Quotien (LQ) untuk melihat sektor unggulan pada daerah masing-masing. Kurun waktu yang digunakan Dwiastuti antara tahun 1993-2002 sedikit berbeda dengan penelitian ini dimana kurun waktunya antara 1993-2003. Penelitian lain dengan metode yang berbeda adalah penelitian yang dilakukan oleh Friyaningsih (2003), dimana penelitian tersebut menggunakan Tabel Input-Output untuk menganalisis perubahan struktur di Indonesia. Kurun waktu penelitian pun berbeda, dimana Friyaningsih melihat perubahan antara sebelum krisis ekonomi dan masa krisis ekonomi selama tahun 1990-2000. Pada penelitian ini menganalisis perubahan struktur ekonomi selama kurun waktu 11 tahun yaitu dari 1993-2003. Data yang digunakan berbeda, dimana data penelitian ini menggunakan data PDRB Kabupaten Subang dan PDRB Propinsi Jawa Barat tahun 1993-2003. Penelitian Putra (2004) berbeda dengan penelitian ini, dimana Putra menganalisis pertumbuhan sektor-sektor perekonomian pada waktu sebelum dan masa otonomi daerah. Metode yang digunakan hanya menggunakan metode
18
analisis S-S. Penelitian ini menggunakan dua metode yaitu metode S-S dan metode LQ.
2.7. Kerangka Pemikiran Sebagaimana yang telah dikemukakan terdahulu, bahwa setiap daerah memiliki karakteristik dan potensi wilayah yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi dari daerah itu sendiri. Kabupaten Subang merupakan salah satu daerah yang memiliki karakterisitik wilayah dan potensi wilayah yang bervariasi, dilihat dari bentang alam Kabupaten Subang yang meliputi pegunungan, dataran, dan daerah pantai yang merupakan potensi wilayah yang mendukung perekonomian Kabupaten Subang. Salah satu misi yang hendak dicapai Kabupaten Subang adalah memanfaatkan dan mengembangkan potensi agribisnis, pariwisata, industri dan Sumber Daya Alam (SDA) spesifik lokalita yang berdasarkan tata ruang yang berwawasan lingkungan, berdaya saing dan berkelanjutan (Pemkab Subang, 2005). Hal ini mendorong Pemerintah Kabupaten Subang untuk menganalisis sektor apa saja yang menjadi sektor unggulan di daerah Subang. Pembangunan ekonomi pada umumnya diikuti dengan pergeseran struktur ekonomi dari sektor primer (pertanian dan pertambangan) ke sektor sekunder (industri pengolahan) dan sektor tersier (perdagangan dan jasa-jasa) (Thoha dan Soekarni, 2000). Struktur perekonomian daerah akan mengalami perubahan, seiring dengan proses pembangunan daerah. Perubahaan ini ditunjukkan oleh besarnya
nilai
sumbangan/kontribusi
dari
masing-masing
sektor
dalam
19
pembentukan PDRB Kabupaten Subang. Hal ini mengakibatkan Pemerintah Kabupaten Subang perlu menganalisis perubahan struktur yang terjadi di Kabupaten Subang itu sendiri. Dari hasil analisis mengenai struktur perekonomian dan identifikasi sektor unggulan yang ada inilah maka pemerintah Kabupaten Subang dapat mengambil kebijakan mengenai pembangunan daerah di masa yang akan datang. Secara skematis sistem kerangka pemikiran studi dikemukakan pada Gambar 2.2. Karakteristik dan Potensi Perekonomian Wilayah Kabupaten Subang
Perkembangan Struktur Perekonomian Kabupaten Subang
Potensi Sektor Perekonomian Kabupaten Subang
Analisis Shift-Share
Analisis Location Quotien
Analisis Struktur Perekonomian Kabupaten Subang
Identifikasi Sektor Unggulan Kabupaten Subang
Kebijakan Pembangunan Wilayah Kabupaten Subang Gambar 2.2. Sistematika Kerangka Pemikiran
III. GAMBARAN UMUM WILAYAH
3.1. Keadaan Wilayah Kabupaten Subang terdiri dari 22 kecamatan. Pembagian wilayah kecamatannya dapat dilihat pada lampiran 3. Berdasarkan Putra (2001) secara geografis Kabupaten Subang terletak di bagian utara Propinsi Jawa Barat yaitu 107031’-107054’ Bujur Timur dan 6011’6049’ Lintang Selatan, dengan batas-batas wilayahnya adalah : Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bandung. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Karawang dan Purwakarta. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Indramayu dan Sumedang. Luas wilayah administratif 205.176,95 Ha atau 4,64% dari luas Jawa Barat. Secara topografi wilayah Kabupaten Subang terbagi ke dalam 3 (tiga) lempengan yaitu sebelah selatan merupakan daerah pegunungan, bagian tengah daerah daratan dan sebelah utara merupakan daerah pantai. Bentang alam Kabupaten Subang cukup bervariasi meliputi pegunungan, dataran dan daerah pantai (Adji, 2005). Tingkat kemiringan lahan di Kabupaten Subang terdiri dari: 1. Kemiringan 0-2% seluas 61,18%. 2. Kemiringan 2-15% sekitar 18,70%. 3. Kemiringan 15-40% sekitar 11,02%. 4. Kemiringan lereng lebih dari 40% adalah seluas 9,10%.
21
Berdasarkan bentang alamnya, Kabupaten Subang memiliki 3 zone daerah dengan ketinggian antara 0-1.500 m dpl, yaitu: 1. Daerah pegunungan dengan ketinggian antara 500-1.500 m dpl, merupakan daerah resapan air. Lokasi : Kecamatan Jalancagak, Sagalaherang, Cisalak dan Tanjungsiang. 2. Daerah bergelombang/berbukit dengan ketinggian antara 50-500 m dpl merupakan daerah penyangga. Lokasi : Kecamatan Subang, Cibogo, Cijambe, Cipunagara, Pagaden, Kalijati dan Cipeundeuy. 3. Daerah pedataran sampai pantai Laut Jawa dengan ketinggian 0-50 m dpl merupakan daerah pengembangan/budidaya. Lokasi : Kecamatan Binong, Compreng,
Pusakanagara,
Pamanukan,
Ciasem,
Blanakan,
Pabuaran,
Patokbeusi, Perwakilan Kecamatan Legon Kulon dan Cikaum (Pemkab Subang, 2005).
3.2. Keadaan Sosial Kependudukan Penduduk Kabupaten Subang tahun 2003 berjumlah 1.347.113 orang, dengan komposisi 669.210 orang laki-laki dan 677.603 orang perempuan. Tingkat kepadatan mencapai 656,56 jiwa per Km2, Kecamatan Subang masih merupakan daerah terpadat yaitu 1.391,95 jiwa per Km2 disusul Kecamatan Pamanukan 1.038,92 jiwa per Km2. Sedangkan Kecamatan Sagalaherang merupakan daerah yang paling rendah tingkat kepadatannya yaitu 390,70 jiwa per Km2. Salah satu indikator yang dapat menunjukkan komposisi penduduk menurut jenis kelamin pada suatu daerah, pada suatu waktu tertentu adalah rasio jenis kelamin (sex ratio), rasio jenis kelamin memperlihatkan banyaknya
22
penduduk laki-laki per 100 penduduk perempuan. Tahun 2003 Kabupaten Subang memiliki rasio jenis kelamin sebesar 98,72. Dilihat dari komposisi kelompok umur, penduduk Kabupaten Subang terdiri dari 27,40 persen usia anak-anak (0-14 tahun), 8,01 persen usia remaja (1519 tahun), 31,72 usia muda (20-39 tahun) dan 32,87 persen usia tua dan lansia . Data mengenai penduduk Kabupaten Subang terdapat dalam Lampiran 4. (BPS, 2005).
3.3. Keadaan Perekonomian Daerah Keadaan perekonomian daerah Kabupaten Subang dapat dilihat melalui indikator perekonomian berupa PDRB baik atas dasar harga konstan maupun berdasarkan harga berlaku. Kontribusi sektor perekonomian terhadap PDRB menggambarkan potensi tiap-tiap sektor dalam mendorong perekonomian, sehingga pemerintah daerah dapat menentukan kegiatan ekonomi yang harus dikembangkan dan kegiatan ekonomi yang harus dipertahankan. Lampiran 5 menyajikan kontribusi sektor terhadap PDRB, dari tabel tersebut tampak bahwa sektor pertanian masih merupakan kontributor terbesar di Kabupaten Subang. Pada tahun 1998 kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB atas dasar harga konstan menggambarkan kontribusi yang terbesar yaitu 41,88 persen, tahun 2000 kontribusi terbesar masih dipegang sektor pertanian sebasar 40,02 persen, begitu pula di tahun 2003 walaupun kontribusi sektor pertanian menurun terhadap PDRB yaitu sebesar 38,01 persen tetapi tetap menjadi sektor yang memiliki kontribusi terbesar terhadap PDRB dibandingkan sektor lainnya. Hal tersebut membuat Kabupaten Subang dapat dikatakan sebagai daerah potensi pertanian.
IV. METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan untuk menganalisis struktur ekonomi dan identifikasi sektor-sektor unggulan di Kabupaten Subang adalah data sekunder berupa PDRB kabupaten Subang atas dasar harga konstan tahun 1993 antara tahun 1993-2003 dan PDRB Propinsi Jawa Barat atas dasar harga konstan tahun 1993 pada tahun yang sama. Data dapat diperoleh dari BPS Kabupaten Subang, BPS Jawa Barat, dan instansi terkait lainnya dalam penelitian ini serta melalui media internet.
4.2. Metode Analisis Data 4.2.1. Analisis Shift-Share (S-S) Perhitungan dengan menggunakan metode Analisis S-S yaitu : andaikata dalam suatu negara terdapat m daerah/wilayah/propinsi (j=1,2,3,…,m) dan n sektor ekonomi (i=1,2,3,…,n) maka perubahan tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut : 1. Perubahan PDRB dirumuskan sebagai berikut :
ΔΥ ij = Υ ' ij − Υ ij Dimana : ΔYij
= perubahan PDRB sektor i di wilayah j
Y’ij
= PDRB dari sektor i di wilayah j pada tahun akhir analisis
Yij
= PDRB dari sektor i di wilayah j pada tahun dasar analisis
24
2. Rumus persentase perubahan PDRB yaitu :
%ΔΥij =
(Υ '
ij
− Υij )
Υij
× 100%
3. Menghitung Rasio PDRB, yang terbagi dalam tiga rasio •
ri =
Υ 'ij −Υij Υij
Dimana : ri
= rasio PDRB sektor i pada wilayah kabupaten
Y’ij
= PDRB dari sektor i pada wilayah j pada tahun akhir analisis
Yij
= PDRB dari sektor i pada wilayah j pada tahun dasar analisis
•
Ri =
Υ 'i. − Υi. Υi.
Dimana : Ri
= rasio PDRB propinsi dari sektor i
Y’i.
= PDRB propinsi dari sektor i pada tahun akhir analisis
Yi.
= PDRB propinsi dari sektor i pada tahun dasar analisis
•
Ra =
Υ '.. − Υ.. Υ..
Dimana : Ra
= rasio PDRB propinsi
Y’..
= PDRB propinsi pada tahun akhir analisis
Y..
= PDRB propinsi pada tahun dasar analisis
25
4. Menghitung komponen pertumbuhan wilayah • PN
PN ij = (Ra )Υij Dimana : PNij = komponen pertumbuhan nasional sektor i untuk wilayah kabupaten Yij = PDRB dari sektor i pada wilayah kabupaten pada tahun dasar analisis
• PP PPij = (Ri − Ra )Υij
Dimana : PPij = komponen pertumbuhan proporsional sektor i untuk wilayah kabupaten Yij = indikator kegiatan ekonomi dari sektor i pada wilayah kabupaten pada tahun dasar analisis Apabila : PPij < 0, menunjukkan bahwa sektor i pada wilayah kabupaten pertumbuhannya lambat PPij > 0, menunjukan bahwa sektor i pada wilayah kabupaten pertumbuhannya cepat • PPW PPWij = (ri − Ri )Υij
Dimana : PPWij = komponen pertumbuhan pangsa wilayah sektor i untuk wilayah kabupaten Yij = PDRB dari sektor i pada wilayah kabupaten pada tahun dasar analisis
26
Apabila : PPWij < 0, berarti sektor/wilayah j mempunyai daya saing yang baik dibandingkan dengan sektor/wilayah lainnya untuk sektor i PPWij > 0, berarti sektor i pada wilayah j tidak dapat bersaing dengan baik apabila dibandingkan dengan wilayah lainnya 5. Adapun perubahan dalam PDRB sektor i pada wilayah ke j di rumuskan sebagai berikut: ΔΥij = PN ij + PPij + PPWij
(1)
ΔΥij = Υ 'ij − Υij
(2)
Rumus ketiga komponen pertumbuhan wilayah adalah: PN ij = Υij (Ra )
(3)
PPij = Υij (Ri − Ra )
(4)
PPWij = Υij (ri − Ri )
(5)
Apabila persamaan (2), (3), (4) dan (5) disubtitusikan ke Persamaan (1), maka didapat : Υij = PN ij + PPij + PPWij Υ 'ij − Υij = Υ 'ij − Υij + Υij (Ri − Ra ) + Υij (ri − Ri ) Persentase ketiga pertumbuhan wilayah dapat dirumuskan : % PN ij = Ra
% PPij = Ri − Ra % PPWij = ri − Ra
27
atau % PN ij = (PN ij ) Υij × 100% % PPij = (PPij ) Υij × 100% % PPWij = (PPWij ) Υij × 100% 6. Mengevaluasi profil pertumbuhan sektor perekonomian Profil pertumbuhan sektor perekonomian digunakan untuk mengevaluasi pertumbuhan sektor perekonomian di wilayah yang bersangkutan pada kurun waktu yang telah ditentukan, dengan cara mengekspresikan persen perubahan komponen pertumbuhan proporsional (PPij) dan pertumbuhan pangsa wilayah (PPWij). Pada sumbu horizontal, terdapat PP sebagai absis, sedangkan pada sumbu vertikal terdapat PPW sebagai ordinat.
Kuadran IV
Kuadran I
PP
450
Kuadran III
Kuadran II
PPW Gambar 4.1. Profil pertumbuhan sektor ekonomi Sumber : Budiharsono, 2001
28
Keterangan : (i)
Kuadran I menunjukkan bahwa sektor-sektor di wilayah yang bersangkutan memiliki pertumbuhan yang cepat, demikian juga daya saing wilayah untuk sektor-sektor tersebut baik apabila dibandingkan dengan wilayah-wilayah lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa sektor/wilayah yang bersangkutan merupakan wilayah progresif (maju)
(ii) Kuadran II menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi yang ada di wilayah yang bersangkutan pertumbuhannya cepat, tetapi daya saing wilayah untuk sektor-sektor tersebut dibandingkan dengan wilayah lainnya tidak baik. (iii) Kuadran III menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi di wilayah yang bersangkutan memiliki pertumbuhan yang lambat dengan daya saing yang kurang baik jika dibandingkan dengan wilayah lain. Hal ini menunjukkan bahwa sektor/wilayah yang bersangkutan merupakan wilayah lamban. (iv) Kuadran IV menunjukkan bahwa sektor ekonomi pada wilayah yang bersangkutan pertumbuhannya lambat (PP<0), tetapi daya saingnya baik jika dibandingkan wilayah lain (PPW>0) Pada kuadran II dan kuadran IV terdapat garis miring yang membentuk sudut 45o dan memotong kedua kuadran tersebut. Bagian atau garis tersebut menunjukkan bahwa sektor/wilayah yang bersangkutan merupakan sektor/wilayah yang progresif (maju), sedangkan dibawah garis berarti sektor/wilayah yang bersangkutan menunjukkan sektor/wilayah yang lamban.
29
7. Menghitung pergeseran bersih Apabila komponen pertumbuhan proporsional dan pangsa wilayah dijumlahkan, maka akan diperoleh pergeseran bersih yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi pertumbuhan suatu sektor perekonomian. Pergeseran bersih sektor i pada wilayah kabupaten dapat dirumuskan sebagai berikut : PBij = PPij + PPWij
Dimana : PBij = pergeseran bersih sektor i pada wilayah kabupaten PPij = komponen pertumbuhan proporsional sektor i untuk wilayah kabupaten PPWij = komponen pertumbuhan pangsa wilayah sektor i untuk wilayah kabupaten Apabila : PBij > 0, maka pertumbuhan sektor i pada wilayah kabupaten termasuk ke dalam komponen progresif (maju) PBij < 0, maka pertumbuhan sektor i pada wilayah kabupaten termasuk lamban Profil pertumbuhan sektor perekonomian dapat dilihat garis yang memotong kuadran II dan kuadran IV melalui sumbu yang membentuk sudut 45o. garis tersebut merupakan nilai PB.j= 0. Bagian atas garis tersebut menunjukkan PB.j > 0 yang mengindikasikan bahwa wilayah-wilayah/sektor-sektor tersebut pertumbuhannya progresif (maju), sebaliknya dibawah garis 45o berarti PB.j < 0 menunjukkan wilayah-wilayah/sektor-sektor yang lamban.
30
4.2.2. Analisis Location Quotien (LQ)
Analisis ini digunakan untuk melihat sektor-sektor yang termasuk ke dalam kategori sektor unggulan. Perhitungan kuosien lokasi di gunakan untuk menunjukkan perbandingan antara peranan sektor tingkat regional dengan peran sektor di wilayah tingkat atasnya. Hasil dari perhitungan LQ dapat membantu dalam melihat kekuatan dan kelemahan wilayah (kabupaten) dibandingkan secara relatif dengan wilayah yang lebih luas, dalam hal ini berupa Propinsi Jawa Barat. Rumus besarnya LQ seperti yang dikemukakan oleh Richardson (1985) yaitu : LQ =
Si / N i S /S = i S/N Ni / N
Dimana : LQ
: Nilai kuosien lokasi
Si
: Jumlah pendapatan sektor i di wilayah kabupaten
S
: Jumlah pendapatan semua sektor di kabupaten atau total PDRB Subang
Ni
: Jumlah pendapatan sektor i di wilayah propinsi
N
: Jumlah pendapatan semua sektor di propinsi atau total PDRB Jawa Barat Kriteria penggolongannya adalah sebagai berikut : 1. jika LQ > 1, artinya sektor yang ada di daerah tersebut merupakan sektor basis yang mampu mengekspor hasil industrinya ke daerah lain 2. jika LQ < 1, artinya sektor yang ada di daerah tersebut merupakan sektor non basis cenderung mengimpor hasil industrinya dari daerah lain 3. jika LQ = 1, artinya produk domestik yang dimiliki daerah tersebut habis dikonsumsi oleh daerah tersebut
31
4.3. Konsep dan Definisi Data
1 PDRB adalah jumlah nilai tambah yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu. PDRB dapat diartikan pula sebagai suatu indikator untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah secara sektoral, sehingga dapat dilihat penyebab pertumbuhan ekonomi suatu wilayah tersebut (Pardjoko et al., 2005). 2 PDRB atas dasar Harga Konstan adalah PDRB yang dinilai berdasarkan pada tahun dasar baik pada saat menilai produksi, biaya antara maupun komponen nilai tambah. 3 Sektor ekonomi berdasarkan unit produksi terdiri dari sembilan
sektor,
diantaranya yaitu: (1) pertanian; (2) pertambangan dan penggalian; (3) industri pengolahan; (4) listrik, gas dan air bersih; (5) konstruksi/bangunan; (6) perdagangan, hotel dan restoran; (7) pengangkutan dan komunikasi; (8) keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; (9) jasa. 4 Sektor unggulan merupakan sektor yang menjadi prioritas utama untuk terus ditingkatkan dalam memacu pertumbuhan ekonomi daerah.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Analisis PDRB Kabupaten Subang dan Propinsi Jawa Barat Tahun 1993-2003 Pada kurun waktu 1993-2003, laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Subang meningkat sebesar 41, 93 persen (Tabel 5.1). Hal ini di tandai dengan laju pertumbuhan ekonomi yang bernilai positif pada hampir seluruh sektor perekonomian tersebut. Tabel 5.1. Perubahan PDRB Kabupaten Subang Menurut Sektor Perekonomian Berdasarkan Harga Konstan 1993, Tahun 1993 dan 2003
Sektor Perekonomian Pertanian Pertambangan dan penggalian Industri pengolahan Listrik, gas dan air bersih Bangunan/konstruksi Perdagangan, hotel dan restoran Pengangkutan dan komunikasi Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan Jasa-jasa Total
PDRB (juta rupiah) 1993 2003 567742 743654 1696 11876 110409 94280 4483 21157 71079 70708 379317 612403 27240 71767 30501 31877 185908 298591 1378375 1956313
Perubahan PDRB Persen (juta rupiah) 175912 30,98 10180 600,24 -16129 -14,61 16674 371,94 -371 -0,52 233086 61,45 44527 163,46 1376 112683 577938
4,51 60,61 41,93
Sumber : BPS Kab Subang Tahun 1993 dan 2003, diolah
Berdasarkan Tabel 5.1, sebagian besar sektor ekonomi memberikan peningkatan kontribusi yang cukup besar bagi PDRB Kabupaten Subang, yang ditandai oleh laju pertumbuhan ekonomi yang bernilai positif. Sektor ekonomi yang mengalami penurunan pertumbuhan terdapat pada sektor industri pengolahan dan sektor bangunan/konstruksi yaitu sebesar 14,61 persen dan 0,52
33
persen. Pada tahun 1993 kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDRB Kabupaten Subang sebesar Rp. 110.409 juta menurun menjadi Rp. 94.280 pada tahun 2003. Penurunan tersebut akibat dari tingginya biaya produksi terutama pada bahan baku impor. Penurunan kedua oleh sektor bangunan/konstruksi, pada tahun 1993 kontribusinya sebesar Rp. 71.079 juta menjadi Rp. 70.708 juta pada tahun 2003. Pada sektor bangunan/konstruksi, penurunan terjadi karena masih sedikitnya pembangunan yang dilaksanakan di Kabupaten Subang. Sektor yang memberikan peningkatan kontribusi terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Subang adalah sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan, dan jasa, serta sektor jasa. Hal ini ditandai dengan laju pertumbuhan masing-masing sektor yang positif. Laju pertumbuhan ekonomi terbesar terdapat pada sektor pertambangan dan penggalian yaitu sebesar 600,24 persen. Pertumbuhan ekonomi sektor pertambangan dan penggalian berasal dari adanya kontribusi pada sub sektor pertambangan dan penggalian, yaitu minyak dan gas yang mulai dimasukan dalam PDRB kabupaten Subang sejak Tahun 1998. Pada perekonomian Propinsi Jawa Barat, sebagian besar sektor ekonomi mengalami peningkatan, kecuali
sektor pertanian, sektor pertambangan dan
penggalian, serta sektor bangunan/konstruksi. Ketiga sektor ekonomi tersebut mengalami penurunan kontribusi, sehingga laju pertumbuhannya bernilai negatif (Tabel. 5.2). Hal tersebut dikarenakan Propinsi Jawa Barat tidak memfokuskan pada sektor tersebut, tetapi lebih memfokuskan pada sektor industri, dimana Jawa
34
Barat mendukung sektor tersebut melalui kebijakan di sektor industri yaitu memfasilitasi kemitraan antara Perusahaan dan Pengusaha Lokal dalam rangka meningkatkan pemanfaatan bahan baku/produk lokal dalam proses produksi, dan menyelenggarakan bantuan teknis peningkatan dan pengembangan kemampuan teknologi dalam rangka meningkatkan nilai tambah kegiatan industri menengah dan kecil. Tabel 5.2. Perubahaan PDRB Propinsi Jawa Barat Menurut Sektor Perekonomian Berdasarkan Harga Konstan 1993, Tahun 1993 dan 2002
Sektor Perekonomian Pertanian Pertambangan dan penggalian Industri pengolahan Listrik, gas dan air bersih Bangunan/konstruksi Perdagangan, hotel dan restoran Pengangkutan dan komunikasi Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan Jasa-jasa Total
Perubahan PDRB PDRB Persen (juta rupiah) (juta rupiah) 1993 2003 9107764 7908908 -1198856 -13,16 3761707 3005026 -756681 -20,12 15948243 24528735 8580492 53,80 1169776 2124092 954316 81,58 3220480 2182380 -1038100 -32,23 9919222
10855949
936727
9,44
3080943
3495539
414596
13,46
2546718
3007163
460445
18,08
5184820 6142134 53939673 63249926
957314 9310253
18,46 17,26
Sumber : BPS Propinsi Jawa Barat Tahun 1993 dan 2003, diolah
Sektor yang mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi terbesar adalah sektor bangunan/konstruksi yaitu mencapai -32,23 persen, hal tersebut dikarenakan biaya produksi yang mahal akibat adanya inflasi, selain itu juga dikarenakan berawal dari terdepresiasinya nilai tukar rupiah ketika krisis moneter yang mengakibatkan kredit macet sehingga beberapa proyek konstruksi tertunda. Penurunan pertumbuhan kemudian diikuti oleh sektor pertambangan dan pengalian serta sektor pertanian yaitu sebesar -20,12 persen dan -13,16 persen.
35
5.2. Rasio PDRB Kabupaten Subang dan PDRB Propinsi Jawa Barat, Tahun 1993-2003. Kontribusi sektor perekonomian di Kabupaten Subang maupun Propinsi Jawa Barat sebagian besar mengalami peningkatan pada tahun 1993-2003. jika PDRB tiap sektor ekonomi baik di Kabupaten Subang maupun di tingkat Propinsi Jawa Barat dibandingkan antara tahun 1993 dengan tahun 2003, maka tiap sektor ekonomi akan memiliki rasio yang berbeda-beda. Rasio sektor perekonomian Kabupaten Subang dan Propinsi Jawa Barat disajikan dalam bentuk nilai Ra, Ri, dan ri. Nilai Ra didasarkan pada perhitungan selisih antara PDRB Propinsi Jawa Barat tahun 2003 dengan PDRB Propinsi Jawa Barat tahun 1993 dibagi dengan PDRB Propinsi Jawa Barat tahun 1993, sehingga nilai Ra yang didapat tiap sektor di Propinsi Jawa Barat memiliki nilai yang sama besar. Antara tahun 1993-2003, nilai Ra sebesar 0,17 (Tabel 5.3). Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi propinsi meningkat sebesar 0,17. Tabel 5.3. Rasio PDRB Kabupaten Subang dan PDRB Propinsi Jawa Barat (Nilai Ra, Ri, dan ri) Sektor Perekonomian Pertanian Pertambangan dan penggalian Industri pengolahan Listrik, gas dan air bersih Bangunan/kontruksi Perdagangan, hotel dan restoran Pengangkutan dan komunikasi Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan Jasa-jasa Total
Ra 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17
Sumber : BPS Propinsi Jawa Barat Tahun 1993 dan 2003, diolah
Ri -0,13 -0,20 0,54 0,82 -0,32 0,09 0,13 0,18 0,18 0,17
ri 0,31 6,00 -0,15 3,72 -0,01 0,61 1,63 0,05 0,61 0,42
36
Nilai Ri dihitung berdasarkan selisih antara PDRB Jawa Barat sektor i pada tahun 2003 dengan PDRB Jawa Barat sektor i pada tahun 1993 dibagi dengan PDRB Jawa Barat pada tahun 1993. Nilai Ri di sebagian sektor perekonomian Propinsi Jawa Barat bernilai positif, karena terjadi peningkatan kontribusi pada masing-masing sektor perekonomian. Nilai Ri terbesar terdapat pada sektor listrik, gas dan air bersih yaitu sebesar 81,58. Hal ini dikarenakan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan penggunaan listrik, gas dan air bersih untuk kehidupan sehari-hari. Nilai Ri terkecil diperoleh sektor bangunan/konstruksi yaitu sebesar -0,32 (Tabel 5.3). Faktor yang menyebabkan
penurunan
pertumbuhan
sektor
bangunan
berawal
dari
terdepresiasinya nilai tukar rupiah ketika krisis moneter sehingga suku bunga meningkat.
Hal
ini
mengakibatkan
banyaknya
kredit
macet
sehingga
menyebabkan ditundanya beberapa proyek konstruksi. Nilai ri memiliki perhitungan yang berbeda dengan nilai Ra dan Ri. Perhitungan nili ri didasarkan pada selisih antara PDRB sektor i di Kabupaten Subang tahun 2003 dengan PDRB sektor i di Kabupaten Subang tahun 1993 dibagi dengan PDRB sektor di Kabupaten Subang tahun 1993. Sebagian besar kontribusi sektor ekonomi di Kabupaten Subang
mengalami peningkatan
sehingga nilai ri yang diperoleh bernilai positif, kecuali sektor industri pengolahan dan sektor bangunan/konstruksi. Hal ini sesuai dengan perubahan PDRB tiap sektor perekonomian di Kabupaten Subang yang terjadi antara tahun 1993 dan 2003. Nilai ri terbesar ditempati sektor pertambangan dan penggalian yaitu sebesar 6,00. Hal ini dikarenakan tingkat pertumbuhan sektor tersebut paling
37
besar bila dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya, sedangkan nilai ri terkecil terdapat pada sektor industri pengolahan mencapai -0,15 (Tabel 5.3). Hal tersebut dikarenakan tingginya biaya produksi.
5.3. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah di Kabupaten Subang Tahun 1993-2003. Pertumbuhan sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Subang dipengaruhi tiga komponen pertumbuhan wilayah. Ketiga komponen pertumbuhan wilayah tersebut yaitu pertumbuhan nasional (PN), pertumbuhan proporsional (PP), dan pertumbuhan pangsa wilayah (PPW). Tabel 5.4. Analisis Shift-Share Menurut Sektor Perekonomian di Kabupaten Subang Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Nasional, Tahun 19932003 PNij Sektor Perekonomian Pertanian Pertambangan dan penggalian Industri pengolahan Listrik, gas dan air bersih Bangunan/kontruksi Perdagangan, hotel dan restoran Pengangkutan dan komunikasi Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan Jasa-jasa Total
(juta rupiah) 97995,07 292,74 19057,14 773,79 12268,59 65471,98 4701,76 5264,62 32088,64 237914,32
(Persen) 17,26 17,26 17,26 17,26 17,26 17,26 17,26 17,26 17,26 17,26
Sumber : BPS Kab Subang Tahun 1993 dan 2003, diolah
Pengaruh pertumbuhan nasional menjelaskan perubahan kebijakan ekonomi Propinsi Jawa Barat yang mempengaruhi perekonomian semua sektor di Kabupaten Subang. Sehingga persentase komponen PN sama dengan persentase laju pertumbuhan Propinsi Jawa Barat, yaitu sebesar 17,26 persen (Tabel 5.4).
38
Artinya jika ditinjau secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Jawa Barat tahun 1993-2003 telah mempengaruhi peningkatan PDRB Kabupaten Subang sebesar Rp.237.914,32 juta (17,26 persen). Pada Tabel 5.4, secara sektoral peningkatan kontribusi terbesar terdapat pada sektor pertanian yaitu sebesar Rp. 97.995,07 juta. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor pertanian sangat dipengaruhi oleh perubahan kebijakan nasional, yang berarti bahwa apabila terjadi perubahan kebijakan tingkat nasional, maka kontribusi sektor pertanian beserta sub sektornya akan mengalami perubahan. Kebijakan yang mempengaruhi sektor tersebut antara lain pemerintah pusat mengeluarkan kebijakan mengenai ketahanan pangan pada tahun 2002 melalui subsidi pupuk yang secara langsung menyebabkan penurunan biaya produksi untuk pertanian yang mengakibatkan terjadinya peningkatan kontribusi terhadap sektor pertanian. Hal ini menjelaskan bahwa kebijakan ekonomi nasional sangat mempengaruhi besar kecilnya kontribusi terhadap sektor pertanian Sektor ekonomi dengan peningkatan kontribusi PN terkecil adalah sektor pertambangan dan penggalian yaitu sebesar Rp. 292,74 juta. Hal ini berarti jika terjadi perubahan kebijakan nasional maka tidak terlalu mempengaruhi sektor pertambangan dan penggalian. Komponen pertumbuhan proporsional sebagai pengaruh kedua menjelaskan perbedaan kenaikan PDRB tingkat propinsi dengan kenaikan PDRB tingkat kabupaten. Persentase komponen PP untuk semua sektor sama besar yang membedakan adalah kontribusinya. Secara keseluruhan pertumbuhan proporsional
39
mengakibatkan penurunan PDRB Kabupaten Subang sebesar Rp. 193.512,75 juta (-14,04 persen). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.5. Tabel 5.5. Analisis Shift-Share Menurut Sektor Perekonomian di Kabupaten Subang Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Proporsional, Tahun 1993-2003 PPij Sektor Perekonomian (juta rupiah) -172726,99 -633,89 40345,24 2883,49 -35180,43 -29650,99 -1036,13 249,94 2237,02 -193512,75
Pertanian Pertambangan dan penggalian Industri pengolahan Listrik, gas dan air bersih Bangunan/kontruksi Perdagangan, hotel dan restoran Pengangkutan dan komunikasi Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan Jasa-jasa Total
(persen) -30,42 -37,38 36,54 64,32 -49,49 -7,82 -3,80 0,82 1,20 -14,04
Sumber : BPS Kab Subang Tahun 1993 dan 2003, diolah
Kontribusi
sektor-sektor
ekonomi
Kabupaten
Subang
berdasarkan
komponen pertumbuhan proporsional, ada yang memberikan kontribusi positif dan ada juga yang memberikan kontribusi negatif terhadap PDRB Kabupaten Subang. Sektor yang memiliki persentase PP yang bernilai positif (PP>0) yaitu sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa, maka keempat sektor tersebut memiliki laju pertumbuhan yang cepat. Sektor industri pengolahan walaupun sumbangannya terhadap PDRB Kabupaten Subang mengalami penurunan, tetapi sektor tersebut termasuk kelompok sektor yang laju pertumbuhannya cepat. Sektor yang mengalami penurunan kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Subang
terdapat
pada
sektor
pertanian,
sektor
pertambangan,
sektor
40
bangunan/konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Sektor-sektor tersebut memiliki pertumbuhan yang lambat. Sektor yang memiliki nilai PP terbesar adalah sektor industri pengolahan yaitu mencapai 36,54 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor industri pengolahan mempunyai laju pertumbuhan yang cepat, dimana Kabupaten Subang mempunyai potensi untuk dijadikan kawasan Industri. Sektor bangunan/ konstruksi memiliki persentase terkecil yaitu -49,49 persen, hal ini dikarenakan masih sedikit pembangunan-pembangunan yang dilaksanakan di Kabupaten Subang dan karena harga bahan bangunannya yang tinggi sehingga daya beli masyarakat turun karena lebih mengutamakan kebutuhan pokok. Tabel 5.6. Analisis Shift-Share Menurut Sektor Perekonomian di Kabupaten Subang Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah, Tahun 1993-2003 PPWij Sektor Perekonomian Pertanian Pertambangan dan penggalian Industri pengolahan Listrik, gas dan air bersih Bangunan/kontruksi Perdagangan, hotel dan restoran Pengangkutan dan komunikasi Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan Jasa-jasa Total
(Juta rupiah) 250643,9 10521,16 -75531,4 13016,72 22540,84 197265 40861,37 -4138,56 78357,35 533536,4
(persen) 44,15 620,35 -68,41 290,36 31,71 52,01 150,01 -13,57 42,15 38,71
Sumber : BPS Kab Subang Tahun 1993 dan 2003, diolah
Pada Tabel 5.6, hampir semua sektor ekonomi mempunyai daya saing yang baik (PPWij>0) dibandingkan dengan sektor ekonomi di kabupaten lain di Jawa Barat, kecuali sektor industri pengolahan dan sektor keuangan, persewaan, dan
41
jasa perusahaan yang memiliki nilai PPWij<0. Hal tersebut dikarenakan kurangnya prasarana sosial ekonomi seperti ketersediaan bahan baku, dan kurangnya dukungan kelembagaan terutama lembaga keuangan dan perbankan di Kabupaten Subang.
5.4. Pergeseran Bersih dan Profil Pertumbuhan Sektor-sektor Perekonomian di Kabupaten Subang Tahun 1993-2003. Pergeseran Bersih didapat dari hasil penjumlahan antara PP dan PPW. Tahun 1993-2003 di Kabupaten Subang terdapat enam sektor yang memiliki nilai PB yang positif dan tiga sektor yang memiliki nilai negatif.
pertanian
600,00
pertambangan dan penggalian
500,00
industri pengolahan
400,00
listrik, gas dan air bersih
300,00
bangunan/kontruksi
200,00
perdagangan, hotel dan restoran
100,00
pengangkutan dan komunikasi
PP
700,00
PB=450 PP -100,00
-50,00
0,00 0,00
-100,00
50,00
100,00
keuangan, persew aan dan jasa perusahaan jasa-jasa
-200,00 PPW
Gambar 5.1. Profil Pertumbuhan Sektor Perekonomian di Kabupaten Subang
42
Sektor yang memiliki PB positif adalah sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor jasa-jasa, sedangkan sektor yang memiliki nilai negatif adalah sektor industri pengolahan, sektor bangunan/konstruksi dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan . Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.1 dan Tabel 5.7. Pada kuadran II dan kuadran IV terdapat garis membentuk sudut 450 yang memotong kedua kuadran tersebut. Garis tersebut merupakan nilai PB=0. Maka bagian atas garis menunjukkan PB>0 yang mengindikasikan bahwa keenam sektor tersebut memiliki PB positif dan termasuk kelompok sektor progresif (maju). Secara Keseluruhan, pergeseran bersih menyebabkan kenaikan PDRB Kabupaten Subang sebesar Rp. 340.023,7 juta (24,67 persen) (Tabel 5.7). Tabel 5.7. Pergeseran Bersih Kabupaten Subang, Tahun 1993 dan 2003 PBij Sektor Perekonomian Pertanian Pertambangan dan penggalian Industri pengolahan Listrik, gas dan air bersih Bangunan/konstruksi Perdagangan, hotel dan restoran Pengangkutan dan komunikasi Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan Jasa-jasa Total
(juta rupiah) 77916,93 9887,262 -35186,1 15900,21 -12639,6 167614 39825,24 -3888,62 80594,36 340023,7
(persen) 13,72 582,98 -31,87 354,68 -17,78 44,19 146,20 -12,75 43,35 24,67
Sumber : BPS Kab Subang Tahun 1993 dan 2003, diolah
Profil pertumbuhan sektor perekonomian digunakan untuk mengevaluasi pertumbuhan sektor perekonomian di wilayah Kabupaten Subang pada kurun waktu yang telah ditentukan. Pada sumbu horizontal terdapat PP sebagai absis,
43
sedangkan pada sumbu vertikal terdapat PPW sebagai ordinat yang dapat dilihat pada Gambar 5.1. Kuadran I menunjukkan bahwa persentase PP dan PPW bernilai positif. Sektor yang berada pada kuadran I adalah sektor listrik, gas dan air bersih. Hal ini menunjukkan bahwa sektor listrik, gas dan air bersih memiliki pertumbuhan yang cepat dan memiliki daya saing yang baik dibandingkan dengan wilayah lainnya, sehingga sektor tersebut tergolong ke dalam sektor progresif (maju). Kuadran II menunjukkan bahwa sektor ekonomi yang ada di wilayah Kabupaten Subang pertumbuhannya cepat (PP>0), tetapi daya saing wilayah untuk sektor tersebut dibanding dengan wilayah lain tidak baik(PPW<0). Sektor yang termasuk kedalam kuadran II adalah sektor industri pengolahan dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sektor yang termasuk ke dalam kuadran IV adalah sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor bangunan/konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor jasa-jasa. Hal ini menunjukkan bahwa sektor-sektor tersebut memiliki pertumbuhan yang lambat tetapi memiliki daya saing yang baik jika di bandingkan dengan wilayah lain. Kabupaten Subang berdasarkan evaluasi profil pertumbuhannya tidak ada sektor yang berada pada kuadran III. Hal ini menguntungkan bagi pemerintah Kabupaten Subang sendiri sehingga dapat lebih mudah untuk meningkatkan pertumbuhan sektor perekonomiannya. Contoh- contoh perhitungan dalam analisis S-S dan analisis LQ dapat dilihat pada Lampiran 6.
44
5.5. Sektor Unggulan Berdasarkan Tabel 5.8, diketahui bahwa besarnya nilai koefisien LQ untuk masing-masing sektor adalah sebagai berikut : 1. Sektor Pertanian. Selama kurun waktu 1993-2003 nilai koefisien LQ > 1, artinya bahwa sektor ini merupakan sektor basis yang cenderung untuk mengekspor ke daerah lain. Hal ini didukung dengan berbagai program baik yang bersifat intensifikasi maupun ekstensifikasi lahan pertanian yang dilakukan pemerintah daerah Kabupaten Subang (BPS, 1999). 2. Sektor Pertambangan dan Penggalian. Selama kurun waktu 1993-2003 nilai koefisien LQ < 1, artinya bahwa sektor ini bukan merupakan sektor basis. Hal ini diakibatkan kurangnya penerapan teknologi dan juga sarana dan prasarana pendukung. 3. Sektor Industri Pengolahan. Selama kurun waktu 1993-2003 nilai koefisien LQ < 1, artinya bahwa sektor ini bukan merupakan sektor basis yang cenderung untuk mengimpor dari daerah lain. Hal ini diakibatkan dari adanya industri-industri kecil/menengah yang tutup sebagai akibat dari tingginya biaya produksi terutama tingginya bahan baku yang mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. 4. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih. Selama kurun waktu 1993-2003 nilai koefisien LQ < 1, artinya bahwa sektor ini bukan merupakan sektor basis. Hal ini disebabkan kurangnya sarana infrastuktur untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap sektor ini.
45
5. Sektor Bangunan/Konstruksi. Selama kurun waktu 1993-1997 nilai koefisien LQ < 1, artinya bahwa sektor ini bukan merupakan sektor basis yang cenderung untuk mengimpor dari daerah lain. Tahun 1998-2003 nilai koefisien LQ > 1, artinya sektor ini merupakan sektor basis yang cenderung untuk mengekspor ke daerah lain. 6. Sektor Perdagangan. Selama kurun waktu 1993-2003 nilai koefisien LQ > 1, artinya bahwa sektor ini merupakan sektor basis yang cenderung untuk mengekspor ke daerah lain. Hal ini didukung dengan kemudahan untuk akses ke pasar serta adanya peningkata
prasarana
sosial
ekonomi
dalam
menyalurkan
komoditi
perdagangan. 7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi. Selama kurun waktu 1993-2003 nilai koefisien LQ < 1, artinya bahwa sektor ini bukan merupakan sektor basis. Hal ini disebabkan masih sedikitnya sarana pengangkutan terutama angkutan umum serta kurangnya sarana komunikasi misalnya akses internet. 8. Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan. Selama kurun waktu 1993-2003 nilai koefisien LQ < 1, artinya bahwa sektor ini bukan merupakan sektor basis. Hal ini karena kurangnya kualitas sumber daya manusia dan sarana kelembagaan keuangan di Kabupaten Subang. 9. Sektor Jasa-jasa. Selama kurun waktu 1993-2003 nilai koefisien LQ > 1, artinya bahwa sektor ini merupakan sektor basis yang cenderung untuk mengekspor ke daerah lain. Hal ini di dukung oleh sub sektor jasa hiburan dan rekreasi dan sub sektor pemerintahan setelah adanya otonomi daerah.
46
Tabel 5.8. Nilai Kuosien Lokasi di Kabupaten Subang 1993-2003
Lapangan Usaha
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
pertanian pertambangan dan penggalian
2,44
2,67
2,75
2,97
3,27
3,08
2,78
2,94
2,86
3,05
3,04
0,02
0,02
0,02
0,03
0,03
0,15
0,18
0,10
0,10
0,10
0,13
industri pengolahan listrik, gas dan air bersih
0,27
0,25
0,23
0,22
0,20
0,16
0,15
0,13
0,13
0,13
0,12
0,15
0,16
0,19
0,23
0,22
0,25
0,25
0,30
0,30
0,29
0,32
bangunan/kontruksi perdagangan, hotel dan restoran pengangkutan dan komunikasi keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
0,86
0,85
0,87
0,89
0,96
1,00
1,00
1,06
1,08
1,07
1,05
1,50
1,48
1,50
1,52
1,51
1,47
1,47
1,80
1,81
1,78
1,82
0,35
0,35
0,39
0,45
0,49
0,51
0,51
0,65
0,69
0,70
0,66
0,47
0,44
0,45
0,46
0,45
0,41
0,38
0,39
0,38
0,35
0,34
jasa-jasa
1,40
1,41
1,47
1,55
1,62
1,41
1,43
1,63
1,78
1,72
1,57
Sumber : BPS Kabupaten Subang Tahun 1993-2003, diolah.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis Shift-Share (S-S)dan analisis Location Quotien (LQ), maka dapat diambil beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu sebagai berikut : 1. Berdasarkan analisis S-S yaitu terdiri dari: a. Analisis PDRB Kabupaten Subang tahun 1993-2003 menunjukkan bahwa tidak terjadi perubahan struktur ekonomi di Kabupaten Subang. Hal ini ditunjukkan dengan peranan sektor primer yang meningkat melalui besarnya kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Subang, diikuti dengan sektor tersier. Sedangkan sektor sekunder mengalami penurunan melalui sektor industri pengolahan dan sektor bangunan/konstruksi. b. Berdasarkan Rasio PDRB Kabupaten Subang, sektor primer masih mendominasi melalui kontribusi sektor pertambangan dan penggalian yang memiliki rasio terbesar. Sektor tersier menduduki tempat kedua, sedangkan sektor sekunder di tempat ketiga. c. Hasil analisis komponen pertumbuhan wilayah menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Propinsi Jawa Barat membawa pengaruh positif terhadap perubahan PDRB Kabupaten Subang. d. Pergeseran bersih menyebabkan kenaikan PDRB Kabupaten Subang. Sektor
yang
bersifat
progresif
adalah
sektor
pertanian,
sektor
pertambangan dan penggalian, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor
48
perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor jasa-jasa. Sektor yang memiliki tingkat pertumbuhan dan daya saing yang baik adalah sektor listrik, gas dan air bersih. 2. Hasil analisis dengan menggunakan metode LQ menunjukkan bahwa di Kabupaten Subang terdapat 4 sektor basis yang merupakan sektor unggulan yaitu : sektor pertanian, sektor bangunan/konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor jasa-jasa.
6.2. Saran 1. Berdasarkan analisis Shift-Share pada hasil dan pembahasan, dimana sektor primer adalah sektor yang mendominasi maka pemerintah Kabupaten Subang sebaiknya terus mendorong perkembangan sektor primer misalnya sektor pertanian dengan cara intensifikasi lahan pertanian dan mengembangkan potensi agribisnis sesuai misi yang hendak dicapai pemerintah daerah Kabupaten Subang, sedangkan sektor pertambangan dan penggalian melalui penerapan teknologi tepat guna serta peningkatan sarana dan prasarana pendukungnya dalam rangka pengembangan sumber daya alam spesifik lokalita. 2. Berdasarkan analisis sektor unggulan, pemerintah Kabupaten Subang sebaiknya memperhatikan sektor-sektor non basis yang memiliki potensi pertumbuhan dan daya saing yang baik seperti sektor listrik, gas dan air bersih agar dapat dimanfaatkan secara tepat terutama bagi masyarakat Kabupaten Subang, melalui peningkatan pelayanan masyarakat dengan penambahan infrastruktur serta sarana dan prasarana sektor tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, W. 2001. Kajian Ketimpangan Pembangunan Ekonomi antar Wilayah Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekonomi dan Pembangunan-LIPI, Jakarta. Adji,
Y. Peta Potensi Kabupaten Subang. http://www.pikiranrakyat.com/petapotensi.php?id=3. [30 November 2005]
Badan Pusat Statistik. 2005. PDRB Kabupaten Subang http://jabar.bps.go.id/Tabel/PDRB.htm. [30 November 2005]
2001-2003.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Subang. 1999. PDRB menurut Lapangan Usaha Kabupaten Subang tahun 1993-1998. BPS Kabupaten Subang, Subang. ________. 2002. PDRB menurut Lapangan Usaha Kabupaten Subang tahun 1998-2001. BPS Kabupaten Subang, Subang. Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Barat. 1997. Produk Domestik Regional Bruto Jawa Barat menurut Lapangan Usaha 1993-1996. Kantor Statistik Propinsi Jawa Barat, Bandung. ________. 2000. Produk Domestik Regional Bruto Jawa Barat menurut Lapangan Usaha 1996-1999. Kantor Statistik Propinsi Jawa Barat, Bandung. ________. 2002. Produk Domestik Regional Bruto Jawa Barat menurut Lapangan Usaha 1997-2000. Kantor Statistik Propinsi Jawa Barat, Bandung. ________. 2003. Produk Domestik Regional Bruto Jawa Barat menurut Lapangan Usaha 2000-2002. Kantor Statistik Propinsi Jawa Barat, Bandung. ________. 2004. PDRB Kabupaten/ Kota di Jawa Barat menurut Lapangan Usaha 2001-2003. Kantor Statistik Propinsi Jawa Barat, Bandung. Budiman, A. 2000. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Budiharsono, S. 2001. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan. PT Pradnya Paramita, Jakarta.
50
Djojohadikusumo, S. 1994. Perkembangan Pemikiran Ekonomi : Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan. LP3S, Jakarta. Dwiastuti, R. 2004. Analisis Perubahan Struktur Ekonomi dan Identifikasi Sektor Unggulan di Kabupaten Klaten [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut pertanian Bogor, Bogor. Friyaningsih. 2003. Analisis Struktur Perekonomian Indonesia Sebelum Krisis Ekonomi dan Masa Krisis Ekonomi [Skripsi]. Fakutas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Glasson, J.1974. Pengantar Perencanaan Regional (Bagian Satu dan Dua). Paul Sitohang [penerjemah](1990). Lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta. Jhingan, M.L. 2004. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan Wilayah. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Lemhanas. 1997. Pembangunan Nasional. PT balai Pustaka-Lemhanas, Jakarta. Nazara, S. 1997. Analisis Input Output. Lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta. Pardjoko, F, R. Suyedi, dan H. Sarana.2001. Pemanfaatan Pelabuhan Perikanan Tangkap“Linau” Bengkulu Selatan Dalam Pemberdayaan Masyarakat Pesisir. [paper]. program pasca sarjana/S3. http://rudyct.250x.com/sem1_012/kel-e1.htm. [30 November 2005] Pemkab Subang. 2005. Pemerintahan http://www.subang.go.id/. [22 September 2005]
Kabupaten
Subang.
Putra, A. 2004. Analisis Pertumbuhan Sektor-Sektor Perekonomian di Kota Jambi Sebelum dan Pada Masa Otonomi Daerah [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Putra, R. 2001. Analisis Usahatani dan faktor-Faktor yang mempengaruhi Produksi Padi Pada Daerah Hulu, Tengah dan Hilir Jaringan Irigasi teknis ( Kasus Di kabupaten Subang, provinsi Jawa Barat) [Skripsi]. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Richardson, H. W. 1985. Dasar- dasar Ilmu Ekonomi Regional. Lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta. Sahara. 2004. Analisis Shift-Share (Materi Kuliah). Tidak diterbitkan.FEM IPB, Bogor. Sambodo, M. T. 2002. Analisis Sektor Unggulan Di Kalimantan Barat. Jurnal ekonomi dan Pembangunan. X : 33.
51
Sjahrir. 1992. Analisis Ekonomi Indonesia. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sukirno, S. 1985. Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, dan Dasar Kebijaksanaan. Lembaga Penerbit FE UI, Jakarta. Tarigan, R. 2005. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Edisi Revisi. Bumi Aksara, Jakarta. Thoha, M. dan M. Soekarni,. 2000. Studi Kelayakan Ekonomi Pembentukan Propinsi Baru : Kasus Banten. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan. VII: 45-77. Todaro, M. P. Dan S.C. Smith. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ke-3. Erlangga, Jakarta.
LAMPIRAN
53
Lampiran 1. PDRB Kabupaten Subang Atas Dasar Harga Konstan 1993 Menurut Lapangan Usaha Tahun 1993-2003 (Jutaan Rupiah)
Lapangan Usaha 1 2
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
567742 1696
602717 1727
639748 1952
677066 2194
683588 2449
674626 12318
691918 10680
710404 10497
715732 9721
731574 9880
743654 11876
3 4 5 6 7 8 9
110409 4483 71079 379317 27240 30501 185908
115384 5151 75712 402055 29459 31482 189898
121446 6559 83490 432075 34426 33429 199877
127895 9102 93166 465825 42678 36009 213794
127382 9881 97307 490561 45672 39570 226007
90775 12314 62201 466737 48359 24433 219162
87289 13837 60564 482255 49245 24457 225715
89728 16384 61927 506163 54237 26562 237217
91533 17804 62547 531200 62000 28697 269306
92832 18890 67988 574767 66651 29813 277269
94280 21157 70708 612403 71767 31877 298591
PDRB
1378375 1453585 1553002 1667729 1722417 1610925 1645960 1713119 1788540 1869664 1956313
Sumber : BPS Kab. Subang (1999, 2002), BPS (2005) Keterangan : (1) Pertanian, (2) Pertambangan dan penggalian, (3) Industri Pengolahan, (4) Listrik, Gas dan Air Bersih, (5) Bangunan/konstruksi, (6) Perdagangan, hotel dan restoran, (7) Pengangkutan dan Komunikasi, (8) Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan, (9) Jasa-jasa.
54
Lampiran 2. PDRB Propinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Konstan 1993 Menurut Lapangan Usaha Tahun 1993-2003 (Jutaan Rupiah)
Lapangan Usaha
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
1
9107764
8989698
9350686
9341211
8675504
8013996
9098516
7842831
8087029
7655177
7908908
2
3761707
3538119
3464618
3588869
3624037
2912315
2142073
3487447
3273481
3126111
3005026
3
15948243
18142182
20810291
24113080
26310836
20913548
21029934
21833139
22908171
23631807
24528735
4
1169776
1303723
1390037
1633677
1859827
1816765
2046564
1800088
1919108
2072936
2124092
5
3220480
3558630
3847812
4298221
4202306
2262253
2210240
1904918
1875250
2032148
2182380
6
9919222
10797261
11577618
12552514
13511208
11565563
11968042
9139872
9499500
10307025
10855949
7
3080943
3314599
3569072
3844345
3908369
3497994
3555871
2708612
2890102
3025101
3495539
8
2546718
2836519
3019396
3220568
3666643
2189229
2369171
2226119
2470843
2719727
3007163
9
5184820
5342375
5461635
5651045
5810194
5676177
5780294
4717178
4901359
5143225
6142134
PDRB
53939673
57823106
62491165
68243530
71568924
58847840
60200705
55660205
57824843
59713257
63249926
Sumber : BPS Jawa Barat (1997, 2000, 2002, 2003,2004) Keterangan : (1) Pertanian, (2) Pertambangan dan penggalian, (3) Industri Pengolahan, (4) Listrik, Gas dan Air Bersih, (5) Bangunan/konstruksi, (6) Perdagangan, hotel dan restoran, (7) Pengangkutan dan Komunikasi, (8) Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan, (9) Jasa-jasa.
55
Lampiran 3. Gambar Peta wilayah Kabupaten Subang (BPS, 2005)
56
Lampiran 4. Tabel Rata-Rata Penduduk Per Desa, Per Kilometer Persegi, Per Rumah tangga Dan Sex Ratio Di Kabupaten Subang Akhir Tahun 2003
Kecamatan (1) 01. Sagalaherang 02. Jalancagak 03. Cisalak 04. Tanjungsiang 05. Cijambe 06. Cibogo 07. Subang 08. Kalijati 09. Cipeundeuy 10. Pabuaran 11. Patokbeusi 12. Purwadadi 13.Cikaum 14. Pagaden 15. Cipunagara 16. Compreng 17. Binong 18. Ciasem 19. Pamanukan 20. Pusakanagara 21. Legonkulon 22. Blanakan JUMLAH Tahun 2002 Tahun 2001 Tahun 2000 Tahun 1999 Sumber : BPS (2005)
Rata-Rata Penduduk Per Rumah DESA Km2 Tangga (2) (3) (4) 3.757,62 390,70 3,24 4.307,29 598,97 3,40 3.823,92 479,60 3,53 3.938,73 502,91 3,20 4.584,38 436,66 3,28 4.054,86 399,16 3,54 10.489,00 1.391,95 3,57 4.480,88 527,30 3,27 5.568,71 397,52 3,49 6.261,36 638,15 3,51 7.083,00 841,71 3,34 4.866,18 575,76 3,44 4.659,50 654,98 3,37 4.600,47 1.000,87 3,08 5.859,30 542,23 3,38 5.496,75 640,46 3,68 4.586,35 829,18 3,20 9.931,30 954,11 3,67 6.023,93 1.038,92 3,36 5.236,25 918,64 3,52 3.891,40 395,19 3,42 6.362,00 667,26 3,33 5.345,69 656,56 3,40 5.321,94 653,65 3,40 5.338,35 650,46 3,38 4.980,66 606,88 3,60 4.962,60 604,68 3,65
Sex Ratio (5) 99,25 98,37 98,34 95,49 101,23 99,89 100,38 99,42 98,21 99,99 100,54 96,31 93,72 97,05 96,72 95,39 102,17 100,10 101,25 96,85 100,98 95,12 98,72 98,76 98,81 97,73 97,78
57
Lampiran 5. Distribusi PDRB Kabupaten Subang Atas Dasar Harga Konstan 1993 Menurut Lapangan Usaha Tahun 1993-2003 (persen) Tahun
Lapangan Usaha
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2002
2003
1
41,19
41,46 41,19
40,60
39,69 41,88
42,04
40,02
39,13
38,01
2
0,12
0,12
0,13
0,13
0,14
0,76
0,65
0,54
0,53
0,61
3
8,01
7,94
7,67
7,67
7,40
5,63
5,30
5,12
4,97
4,82
4
0,33
0,35
0,42
0,55
0,57
0,76
0,84
1,00
1,01
1,08
5
5,16
5,21
5,38
5,59
5,65
3,86
3,68
3,50
3,64
3,61
6
27,52
27,66 27,82
27,93
28,48 28,97
29,30
29,70
30,74
31,30
7
1,98
2,03
2,22
2,56
2,65
3,00
2,99
3,47
3,56
3,67
8
2,21
2,17
2,15
2,16
2,30
1,52
1,49
1,60
1,59
1,63
9
13,49
13,06 12,87
12,82
13,12 13,60
13,71
15,06
14,83
15,26
Sumber : BPS Kab. Subang (1999, 2002), BPS (2005) Keterangan : (1) Pertanian, (2) Pertambangan dan penggalian, (3) Industri Pengolahan, (4) Listrik, Gas dan Air Bersih, (5) Bangunan/konstruksi, (6) Perdagangan, hotel dan restoran, (7) Pengangkutan dan Komunikasi, (8) Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan, (9) Jasa-jasa.
58
Lampiran 6. Contoh perhitungan Analisis Shift-Share dan Analisis Location Quotien 1. Perubahan indikator kegiatan ekonomi (Tabel 5.1)
ΔΥ
ij
= Υ ' ij − Υ ij
Untuk sektor pertanian : ΔYij = 743654 – 567742 = 175912 dst Persentase perubahan kegiatan ekonomi %ΔΥij =
(Υ '
ij
− Υij )
Υij
× 100% (175912/567742)
Untuk sektor pertanian : %ΔYij =
x100% = 30.98 dst 567742
2. Rasio indikator kegiatan ekonomi (Tabel 5.1 dan Tabel 5.2)
ri =
Υ 'ij −Υij Υij
Sektor pertanian di Kabupaten : ri = (743654-567742)/ 567742 = 0.31 dst Ri =
Υ 'i. − Υi. Υi.
Sektor pertanian di Propinsi : Ri = (7908908-9107764)/ 9107764 = -0.13 dst Ra =
Υ '.. − Υ.. Υ..
Rasio PDRB Propinsi : Ra = (63249926-53939673)/ 53939673 = 0,17 3. Komponen pertumbuhan nasional (PN) (Tabel 5.1) PN ij = (Ra )Υij
Untuk sektor pertanian : PN = (0,17) 567742 = 17,26 4. Komponen pertumbuhan proporsional (PP) (Tabel 5.1)
PPij = (Ri − Ra )Υij
59
Untuk sektor pertanian : PP = (-0.13 - 0,17) 567742 = -30.42 dst 5. Komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW) (Tabel 5.1)
PPWij = (ri − Ri )Υij Untuk sektor pertanian : PPW = (0.31- (-0.13))567742 = 44.15 dst 6. Pergeseran Bersih
PBij = PPij + PPWij Untuk sektor pertanian : PBij = (-30.42) + 44.15 = 13.72 dst 7. Analisis LQ (lampiran 1 dan 2) LQ =
Si / N i S /S = i S/N Ni / N
Untuk sektor Pertanian tahun 1993 : LQ = (sektor pertanian 1993 kab Subang/ sektor pertanian 1993 Jawa barat) (PDRB 1993 Kab Subang/ PDRB1993 Jawa Barat) LQ = (567742 / 9107764) (1378375 / 53939673) LQ = 2.44 dst
Profil Pertumbuhan Sektor Perekonomian di Kabupaten Subang 700.00
600.00
pertanian
500.00 pertambangan dan penggalian industri pengolahan
400.00
listrik, gas dan air bersih
300.00
PP
bangunan/kontruksi
perdagangan, hotel dan restoran
200.00
pengangkutan dan komunikasi
100.00
keuangan, persew aan dan jasa perusahaan jasa-jasa
0.00 -100.00
-50.00
0.00
-100.00
-200.00
PPW
50.00
100.00