PENGARUH EFEKTIVITAS PELATIHAN PROGRAM CAKE HOUSE SENYUM MANDIRI RUMAH ZAKAT TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MUSTAHIK DI EMPOWERING CENTRE PULOGADUNG SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam ( S.Sos.I )
Oleh :
RAMADANI EKA SRI UTAMI 107053002397
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H. / 2011 M.
PENGARUH EFEKTIVITAS PELATIHAN PROGRAM CAKE HOUSE SENYUM MANDIRI RUMAH ZAKAT TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MUSTAHIK DI EMPOWERING CENTRE PULOGADUNG
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam ( S.Sos.I )
Oleh :
RAMADANI EKA SRI UTAMI NIM : 107053002397
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H. / 2011 M.
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul Pengaruh Efektivitas Pelatihan Program Cake House Senyum Mandiri Rumah Zakat Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Mustahik Di Empowering Centre Pulogadung, telah diuji dan dinyatakan lulus dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Kamis, 29 September 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) pada Program Studi Manajemen Dakwah. Ciputat, 29 September 2011
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari saya terbukti bahwa ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, September 2011
(Ramadani Eka Sri Utami)
ABSTRAK Ramadani Eka Sri Utami. “Pengaruh Efektivitas Pelatihan Program Cake House Senyum Mandiri Rumah Zakat Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Mustahik Di Empowering Centre Pulogadung”. Di bawah bimbingan Drs. Study Rizal, LK, MA. Skripsi. Jakarta: Jurusan MD, FIDIK, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Latar belakang penelitian ini diawali bahwa diketahui pelatihan program Cake House yang diadakan oleh Rumah Zakat sudah berjalan maksimal, tetapi belum sepenuhnya dapat meningkatkan kesejahteraan mustahik. Banyak faktor yang mempengaruhinya, salah satunya adalah efektivitas pelatihan itu sendiri. Efektivitas pelatihan adalah tolok ukur tercapainya suatu program pelatihan tidak hanya dengan melihat ketepatan penggunaan input (unsur-unsur pelatihan) tetapi juga dengan tercapainya tujuan dan sasaran dari program pelatihan tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berperan dalam efektivitas pelatihan dan pengaruh efektivitas pelatihan terhadap peningkatan kesejahteraan mustahik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yang berguna untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, yang pengumpulan datanya menggunakan instrumen penelitian, analisis datanya bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Teknik pengumpulan datanya menggunakan kuesioner sebagai data utama variabel X efektivitas pelatihan (ketepatan penggunaan unsur-unsur pelatihan dan tercapainya tujuan dan sasaran) dan peningkatan kesejahteraan mustahik sebagai variabel Y. Sampel pada penelitian ini adalah mustahik peserta pelatihan Cake House di Empowering Centre Pulogadung. Berdasarkan hasil analisis data, didapat persamaan regresi linear berganda Ŷ= -16,016 + 0,694 + 1,262 , ini berarti variabel ketepatan penggunaan unsur-unsur pelatihan dan tercapainya tujuan dan sasaran pelatihan berpengaruh positif terhadap peningkatan kesejahteraan mustahik. Sedangkan uji koefisien determinasi memperoleh nilai 0,331. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan kesejahteraan mustahik sebesar 33,1% dipengaruhi oleh variabel ketepatan penggunaan unsur-unsur pelatihan dan variabel tercapainya tujuan dan sasaran pelatihan, sedangkan sisanya sebesar 66,9% dipengaruhi oleh variabel lain di luar model yang digunakan penulis. Variabel ketepatan penggunaan unsurunsur pelatihan dan tercapainya tujuan dan sasaran pelatihan secara bersama-sama berpengaruh positif secara signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan mustahik dengan hasil uji f-test (simultan) yang menunjukkan nilai signifikannya sebesar 0,016. Dan berdasarkan uji t-test (parsial), variabel ketepatan penggunaan unsur-unsur pelatihan berpengaruh positif tetapi tidak secara signifikan sebesar 0,301 terhadap kesejahteraan mustahik, begitu pula dengan variabel tercapainya tujuan dan sasaran pelatihan yang juga berpengaruh positif tetapi tidak secara signifikan terhadap kesejahteraan mustahik sebesar 0,116.
Kata kunci: Efektivitas, Pelatihan, Kesejahteraan, Mustahik i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Alhamdulillahirrabbil‘alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala nikmat dan hidayah yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Efektivitas Pelatihan Program Cake House Senyum Mandiri Rumah Zakat Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Mustahik di Empowering Centre Pulogadung”. Shalawat beriring salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya, serta umatnya yang selalu istiqomah menjalankan ajarannya. Dengan segala kerendahan hati perkenankanlah penulis memberikan untaian terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan tugas akhir (skripsi). Penulis menghaturkan terima kasih yang tulus kepada : 1.
Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Drs. Wahidin Saputra, MA selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik, Drs. H. Mahmud Jalal, MA selaku Pembantu Dekan Bidang Administrasi dan Drs. Study Rizal LK, MA selaku Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan.
2.
Drs. Cecep Castrawijaya, MA selaku Ketua Program Studi Manajemen Dakwah ii
3.
Drs. H. Mulkanasir
BA., S.Pd., MM selaku Sekretaris Program Studi
Manajemen Dakwah dan penguji. 4.
Drs. Study Rizal LK, MA selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya dengan sabar membimbing dan memberikan masukan kepada penulis.
5.
Dr. HA. Wahib Mu’thi, MA selaku penguji yang telah memberikan masukan pada skripsi ini.
6.
Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku dosen Bimbingan Karya Ilmiah, terima kasih karena telah memberikan inspirasi dan motivasi kepada penulis.
7.
Noor Bekti Negoro SE, STP, M.Si selaku dosen Statistika, terima kasih telah memberikan masukan pada skripsi ini.
8.
Seluruh dosen Program Studi Manajemen Dakwah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi
yang
telah memberikan
ilmu
pengetahuan,
pengalaman, serta bimbingan kepada penulis selama perkuliahan. 9.
Seluruh staff Tata Usaha dan Akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
10. Seluruh staff Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Terima kasih telah membantu penulis dalam mengumpulkan referensi yang dibutuhkan. 11. Segenap Keluarga Besar Rumah Zakat, khususnya staff ICD Jakarta Timur yang telah memberikan bantuannya dalam pengumpulan data penelitian. 12. Ayahanda tercinta yang telah memberikan inspirasi semangat dalam jiwa, sehingga membantu penulis untuk tidak putus asa dan tidak menyerah dalam iii
penyelesaian skripsi ini serta Ibunda yang selalu memberikan kasih sayangnya selama ini. 13. Seseorang yang selama ini ada di samping penulis yang selalu setia memberikan semangat dan kasih sayang yang begitu besar. Terima kasih untuk kesabaran, pengorbanan baik waktu, tenaga dan pikirannya. 14. Sahabat-sahabatku INMI2TAKANU yang selama ini selalu ada dalam suka dan duka, terima kasih untuk persahabatan yang begitu indah. 15. Rekan dan rekanita MD-A, MD-B dan BPI angkatan 2007, sahabat dan sahabati PMII Cabang Ciputat dan PMII Komfakda 2007, serta kawan-kawan JAKAMPUS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 16. Teman-teman KKN Rajawali 57-2010, Keluarga Besar MQ Tebuireng Jombang di Daar el-Mahsyar dan teman-teman kosan Bu Untung. 17. Teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, penulis ucapkan terima kasih. Akhir kata penulis berharap semoga apa yang telah diberikan mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat umumnya bagi seluruh pihak yang membaca dan khususnya bagi Keluarga Besar Manajemen Dakwah. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Ciputat, September 2011
Ramadani Eka Sri Utami
iv
DAFTAR ISI ABSTRAK ........................................................................................................i KATA PENGANTAR ......................................................................................ii DAFTAR ISI ....................................................................................................v DAFTAR TABEL ............................................................................................viii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ix BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .................................................................1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ..............................................7 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................9 D. Tinjauan Pustaka ............................................................................10 E. Sistematika Penulisan .....................................................................12 BAB II : KAJIAN TEORI A. Pengertian Efektivitas .....................................................................14 B. Konsep Pelatihan ............................................................................15 1. Pengertian Pelatihan ..................................................................15 2. Tujuan dan Sasaran Pelatihan ....................................................17 3. Langkah-langkah Penyusunan Pelatihan ....................................18 4. Unsur-unsur Pelatihan ...............................................................18 C. Efektivitas Pelatihan .......................................................................22 D. Konsep Kesejahteraan Mustahik .....................................................23 1. Pengertian Kesejahteraan ..........................................................23 2. Pengertian Mustahik..................................................................24 v
E. Kerangka Berpikir ..........................................................................33 F. Hipotesis Penelitian ........................................................................34 BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Desain Penelitian ...................................................35 B. Waktu dan Tempat Penelitian .........................................................36 C. Teknik Penentuan Sampel ..............................................................36 1. Populasi ....................................................................................36 2. Sampel ......................................................................................37 D. Variabel Penelitian .........................................................................37 E. Definisi Operasional dan Indikator Variabel ...................................38 F. Teknik Pengumpulan Data..............................................................39 G. Uji Instrumen .................................................................................40 1. Uji Validitas ..............................................................................40 2. Uji Reliabilitas ..........................................................................40 H. Teknik Analisis Data ......................................................................41 BAB IV : GAMBARAN UMUM RUMAH ZAKAT A. Sejarah Berdirinya Rumah Zakat ....................................................46 B. Sejarah Berdirinya Empowering Centre Pulogadung ......................48 C. Visi dan Misi ..................................................................................49 D. Budaya Kerja .................................................................................49 E. Struktur Organisasi Rumah Zakat ...................................................50 F. Struktur Organisasi ICD Jakarta Timur ...........................................52 G. Program-program ...........................................................................52 vi
H. Produk............................................................................................62 I. Gambaran Pelatihan Program Cake House Senyum Mandiri Rumah Zakat di Empowering Centre Pulogadung..........................63 J.
Faktor-faktor yang Berperan dalam Efektivitas Pelatihan Program Cake House Senyum Mandiri Rumah Zakat di Empowering Centre Pulogadung ...............................................68
BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengolahan Uji Instrumen .............................................................70 B. Data-data Hasil Penelitian Lapangan .............................................70 1. Deskripsi Data Responden Penelitian .....................................70 2. Deskripsi Kuesioner Penelitian ...............................................74 C. Analisis Data Penelitian .................................................................83 1. Analisis Regresi Linear Berganda ...........................................83 2. Uji Koefisien Determinasi ......................................................84 3. Uji F-test (Simultan) ...............................................................85 4. Uji T-test (Parsial) ..................................................................86 BAB VI : PENUTUP A. Kesimpulan ..................................................................................88 B. Saran ............................................................................................90 Daftar Pustaka .................................................................................................91 Lampiran-lampiran
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Indikator Variabel ....................................38 Tabel 3.2 Skala Likert .....................................................................................42 Tabel 4.1 Waktu Pelaksanaan Program Cake House Bulan Maret 2011 ...........66 Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ......................................71 Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir .............72 Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan..............................72 Tabel 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Penghasilan per bulan ..........................................................................................73 Tabel 5.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Lamanya Mengikuti Pelatihan .........................................................................................74 Tabel 5.6 Respon Mustahik Peserta Pelatihan Cake House Terhadap Variabel Ketepatan Penggunaan Unsur-unsur Pelatihan ...................75 Tabel 5.7 Respon Mustahik Peserta Pelatihan Cake House Terhadap Variabel Tercapainya Tujuan dan Sasaran Pelatihan ........................77 Tabel 5.8 Rekapitulasi Rata-rata Skor Variabel Efektivitas Pelatihan Program Cake House .......................................................................79 Tabel 5.9 Respon Mustahik Peserta Pelatihan Cake House Terhadap Kesejahteraan Mustahik ...................................................................80 Tabel 5.10 Coefficients .....................................................................................83 Tabel 5.11 Model Summary ..............................................................................84 Tabel 5.12 ANOVA ..........................................................................................85
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Pengaruh Efektivitas Pelatihan Program Cake House Senyum Mandiri Rumah Zakat Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Mustahik.............................................34 Gambar 4.1 Struktur Organisasi Rumah Zakat ..................................................50 Gambar 4.2 Struktur Organisasi ICD Jakarta Timur ..........................................52
ix
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Masalah kemiskinan merupakan salah satu penyebab dari munculnya
permasalahan perekonomian dalam masyarakat, karena definisi kemiskinan adalah lemahnya sumber penghasilan yang mampu diciptakan individu masyarakat yang juga mengimplikasikan akan lemahnya sumber penghasilan yang ada dalam masyarakat itu sendiri, dalam memenuhi segala kebutuhan perekonomian dan kehidupannya. 1 Peningkatan jumlah penduduk miskin akibat krisis ekonomi menunjukkan semakin meningkatnya ketidakmampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasarnya, seperti kebutuhan pangan, sandang, papan, pendidikan dan kesehatan. Kondisi kemiskinan ini memunculkan permasalahan sosial lainnya, yakni berkembangnya jumlah anak jalanan, pemukiman kumuh, berkembangnya prostitusi dan meningkatnya angka kriminalitas. Penduduk miskin di Indonesia, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, tercatat 13,3 persen dari penduduk Indonesia. Jumlah ini sedikit menurun dibanding tahun 2009 yang angkanya mencapai 14,1 persen. Kemiskinan
1
Yusuf Qardhawi, Spektrum Zakat, Dalam Membangun Ekonomi Kerakyatan, (Jakarta : Zikrul Hakim, 2005), cet. 1, h. 21.
1
2
merupakan permasalahan multidisiplin, tidak hanya disebabkan faktor ekonomi, tetapi juga terkait masalah sosial, budaya, politik dan lain-lainnya.2 Islam memandang kemiskinan merupakan satu hal yang mampu membahayakan akidah, akhlak, kelogisan berpikir, keluarga dan juga masyarakat. Islam pun menganggapnya sebagai musibah dan bencana yang harus segera ditanggulangi.3 Landasan berpikir umat Islam yang melihat Islam sebagai akidah, syari’ah, akhlak dan tasawuf sudah tidak memadai lagi dan perlu dirombak. Umat Islam seharusnya melihat permasalahan dunianya, lingkup dan kerangka konsep budaya universal sebagai pedoman dalam merumuskan konsep-konsep hidupnya. Dalam konteks perkembangan baru gerakan Islam di Indonesia yang pada tingkat tertentu juga merupakan bagian dari gerakan dakwah paling sedikit terdapat dua kecenderungan utama yang patut dicatat, yaitu gerakan bank syari’ah dan gerakan pengelolaan zakat, infaq dan sadaqah. Sejalan dengan semakin besarnya jumlah intelektual Muslim di panggung politik Indonesia, konsep-konsep Islam seperti zakat, infaq dan sadaqah, semakin mendapat tempat dalam gerakan pemberdayaan masyarakat.4 Zakat bagi umat Islam, khususnya di Indonesia dan bahkan juga di dunia Islam pada umumnya, sudah diyakini sebagai bagian pokok ajaran Islam yang harus ditunaikan. Zakat dipandang sebagai salah satu rukun Islam yang lima, yaitu
2
Badan Pusat Statistik (BPS) “Penduduk Miskin di Indonesia 13,3 persen”, artikel diakses pada 6 Oktober 2010 dari http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/10/06/22335177/ Penduduk.Miskin.di.Indonesia.13.3.Persen. 3 Yusuf Qardhawi, Spektrum Zakat, Dalam Membangun Ekonomi Kerakyatan, h. 24. 4 Kusmana (ed), Bunga Rampai Islam & Kesejahteraan Sosial, (Jakarta : IAIN Indonesian Social Equity Project, 2006), h. 17-18.
3
syahadat, shalat, zakat, puasa dan haji. Melaksanakannya adalah wajib, dan dengan
begitu
telah
dipandang
sebagai
dosa
bagi
siapa
saja
yang
meninggalkannya, dan sebaliknya akan mendapatkan pahala bagi yang menjalankannya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat at-Taubah ayat 103 :
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” (QS. At-Taubah : 103)
Memperbincangkan zakat dalam perspektif lainnya, maka menjalankan kewajiban pembayaran zakat, juga diyakini dapat digunakan sebagai alternatif untuk mengentaskan kemiskinan di tengah-tengah masyarakat. 5 Landasan etik lahirnya kewajiban membayar zakat (termasuk dianjurkannya membayar sadaqah, infaq, qurban dan wakaf) adalah penciptaan stabilitas dan kesejahteraan sosial. Lebih dari itu, seperti dijelaskan dengan sangat mendalam oleh Masdar F. Mas’udi, zakat tidak hanya bermakna “memelihara” (maintenance atau nafaqah) orang miskin dan anggota asnaf penerima lainnya, melainkan bermakna
5
Didin Hafidhuddin, dkk, The Power of Zakat : Studi Perbandingan Pengelolaan Zakat Asia Tenggara, (Malang : UIN-Malang Press, 2008), cet. 1, h. 3-4.
4
“transformasi”. Makna transformasi ini, terutama bahwa zakat diberikan bukan untuk sekedar membuat orang miskin bertahan hidup melainkan untuk mengubahnya dari mustahik (penerima zakat) menjadi muzakki (pembayar zakat). Untuk menjadi muzakki, jelas harus terbebas dari jerat kemiskinan.6 Selama ini pendayagunaan zakat masih saja berkutat dalam bentuk konsumtif kariatif yang kurang atau tidak menimbulkan dampak sosial yang berarti dan hanya bersifat temporari relief. Pendayagunaan zakat oleh beberapa lembaga pengelola zakat masih banyak yang bersifat konvensional, berjangka pendek dan didasari motivasi untuk menyelesaikan masalah sesaat. Keadaan ini selamanya tidak akan pernah mengubah mustahik menjadi muzakki, bukan mengentaskan kemiskinan tetapi melestarikan kemiskinan. Sebenarnya peranan zakat itu terletak pada bagaimana seorang mustahik mampu menghidupi dirinya sendiri dengan kemampuan yang dimilikinya dan memiliki penghasilan tetap yang mencukupi kehidupannya, sehingga ia tidak perlu bergantung kepada bantuan orang lain.7 Disinilah peran zakat dalam memberantas pengangguran, memberdayakan ekonomi mustahik dengan menambah tenaga kerja produktif. Memang realitas ini tidak bisa disalahkan, karena untuk memperoleh daya guna yang maksimal, agama tidak mengatur bagaimana seharusnya dan sebaiknya mengelola zakat. Walaupun demikian, bukan berarti kita dibenarkan untuk berdiam diri dan tidak melakukan terobosan-terobosan kreatif, mengingat perkembangan zaman telah
6 7
Kusmana (ed), Bunga Rampai Islam & Kesejahteraan Sosial, h. 39-40. Yusuf Qardhawi, Spektrum Zakat, Dalam Membangun Ekonomi Kerakyatan, h. 8.
5
menuntut kita untuk dapat menginterpretasikan dalil-dalil yang ma’qul al-ma’na, dengan tujuan agar dikelola secara profesional.8 Rumah Zakat adalah salah satu lembaga amil zakat yang berdiri sejak tahun 1998 yang awal terbentuknya bernama Dompet Sosial Ummul Quro (DSUQ). Pada tahun 2003, DSUQ berubah nama menjadi Rumah Zakat Indonesia seiring dengan turunnya SK Menteri Agama RI No. 157 pada tanggal 18 Maret 2003 yang mensertifikasi organisasi ini sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional. Fokus kerja dari lembaga ini adalah pada penghimpunan Zakat, Infaq, Shadaqah dan Wakaf (ZISWAF) dan menyalurkannya dalam bentuk program-program yang produktif di bidang ekonomi, pendidikan dan kesehatan. Tahun 2010 Rumah Zakat mencanangkan Gerakan Merangkai Senyum Indonesia untuk memberikan kebahagiaan, khususnya bagi masyarakat kurang mampu di Indonesia. Program ini mengacu pada masih rendahnya tingkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia yang berada pada urutan ke-111 dari 176 negara. Ini menggambarkan rendahnya angka harapan hidup, melek huruf, pendidikan, dan standar hidup di Indonesia. Gerakan Merangkai Senyum Indonesia meliputi tiga program utama, yakni Senyum Juara (pendidikan), Senyum Sehat (kesehatan) dan Senyum Mandiri (ekonomi dan kepemudaan). Dengan pendekatan berbasis komunitas yang dilaksanakan di wilayah pemberdayaan terpadu atau Integrated Community Development (ICD), pemberdayaan berlangsung jauh lebih terpantau, terintegrasi dan
berkelanjutan. 8
Program
pemberdayaan
ini
didesain
tidak
kepada
Abdurrahim dan Mubarok, Zakat dan Peranannya dalam Pembangunan Bangsa Serta Kemashlahatannya Bagi Umat, (Yayasan Yatim Piatu Ponpes Al-Mukhlisin, 2002), h. 78.
6
pemberdayaan perorangan tetapi lebih terpadu melalui pembinaan dan pemberdayaan keluarga. Pendekatan ini sekaligus sebagai bentuk edukasi bahwa keluarga menjadi dasar tertatanya bangunan bangsa yang kuat.9 Senyum Mandiri adalah program pemberdayaan masyarakat
yang
dilaksanakan Rumah Zakat untuk memberdayakan ekonomi masyarakat agar mampu mencapai kesejahteraan atau tingkat hidup yang lebih layak. Salah satu program yang terdapat dalam Senyum Mandiri adalah Program Cake House. Di dalamnya, member program Cake House mendapatkan pelatihan, pendampingan, bantuan modal usaha di bidang produksi makanan (jenis kue dan roti) hingga proses pemasarannya untuk dikomersilkan. 10 Melalui pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan dalam program Cake House, ibu-ibu yang berasal dari keluarga prasejahtera mendapatkan tambahan ilmu. Selain pengetahuan baru, mereka akan mendapat bantuan modal dan pendampingan bisnis dari Micro Business Officer (MBO) Rumah Zakat. Makanan dipilih dalam pengembangan bisnis masyarakat karena setiap daerah memiliki makanan khas. Konsumsi masyarakat akan terus meningkat dan member Cake House akan menjadi kekuatan baru bagi keluarga mereka dalam meraih kemandirian. Sebelumnya program ini telah sukses diimplementasikan di Kelurahan Candi dan Kelurahan Lampertengah, Kota Semarang. Cake House merupakan program pemberdayaan perempuan dengan memberikan pelatihan pembuatan kue bagi ibu-ibu member binaan Rumah Zakat. Tidak hanya dilatih untuk bisa 9
Tentang Rumah Zakat, artikel diakses pada 19 Januari 2011 dari http://rumahzakat.org Tentang Rumah Zakat, artikel diakses pada 22 Maret 2011 dari http://rumahzakat.org
10
7
membuat kue, member akan terus didampingi sehingga mampu berusaha dibidang kue yang menjadi keahliannya. Salah satu peserta yang telah berhasil berwirausaha kue setelah mengikuti pelatihan Cake House di Kelurahan Candi, Kota Semarang adalah Ibu Sri Rejeki. Berikut ini adalah penuturan beliau : “Saya dulu juga ikut pelatihan Cake House Rumah Zakat dari nol, dan Alhamdulillah setelah 6 bulan sudah bisa lancar membuat aneka kue basah dan kering”11 Dilihat dari gambaran di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian terhadap masalah ini dengan judul “Pengaruh Efektivitas Pelatihan Program Cake House Senyum Mandiri Rumah Zakat Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Mustahik di Empowering Centre Pulogadung”. B.
Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Agar permasalahan yang ditinjau pada penelitian ini tidak terlalu luas, maka perlu adanya pembatasan masalah untuk menentukan ruang lingkup penelitian, yaitu sebagai berikut : a. Program Cake House adalah program pemberdayaan perempuan di bidang produksi makanan (jenis kue dan roti), yang kegiatannya meliputi pelatihan, pendampingan, pemberian bantuan modal usaha hingga proses pemasaran. Dalam penelitian ini, penulis membatasi program Cake House hanya pada kegiatan pelatihannya.
11
Inspirasi Rumah Zakat, artikel diakses pada 30 Mei 2011 dari http://rumahzakat.org
8
b. Dalam skripsi ini penulis akan membahas pengaruh efektivitas pelatihan program Cake House Senyum Mandiri Rumah Zakat dengan melihat ketepatan penggunaan input (unsur-unsur pelatihan) serta tercapainya tujuan dan sasaran pelatihan. c. Mustahik adalah orang-orang yang termasuk ke dalam 8 (delapan) golongan penerima zakat. Namun, mustahik yang diteliti di sini adalah mustahik yang mengikuti pelatihan program Cake House Senyum Mandiri Rumah Zakat di Empowering Centre Pulogadung yakni ibuibu rumah tangga dengan kategori keluarga fakir dan miskin. 2. Perumusan Masalah Agar perumusan masalah lebih terarah dan terfokus, maka dalam penulisan skripsi ini dirumuskan dalam rangka menjawab permasalahan sebagai berikut : a. Faktor-faktor apa saja yang berperan dalam efektivitas pelatihan program Cake House Senyum Mandiri Rumah Zakat di Empowering Centre Pulogadung? b. Bagaimana pengaruh efektivitas pelatihan program Cake House Senyum Mandiri Rumah Zakat terhadap peningkatan kesejahteraan mustahik di Empowering Centre Pulogadung?
9
C.
Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berperan dalam efektivitas pelatihan program Cake House Senyum Mandiri Rumah Zakat di Empowering Centre Pulogadung. b. Untuk mengetahui pengaruh efektivitas pelatihan program Cake House Senyum Mandiri Rumah Zakat terhadap peningkatan kesejahteraan mustahik di Empowering Centre Pulogadung. 2. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : a. Bagi Penulis, sebagai wadah untuk mengimplementasikan ilmu pengetahuan yang telah didapat penulis selama perkuliahan, serta dapat berguna untuk memperkaya khazanah keilmuan. b. Bagi Fakultas, dapat memberikan sumbangan pemikiran dan menambah literature kepustakaan bagi studi-studi yang akan datang khususnya mahasiswa Manajemen Dakwah dan umumnya pihak lain. c. Bagi Lembaga, diharapkan dapat memberikan masukan dan motivasi untuk mengefektifkan dan memaksimalkan program pemberdayaan khususnya program Cake House sehingga tercapai kehidupan yang lebih layak dan mampu mandiri untuk mustahik.
10
D.
Tinjauan Pustaka Dalam melakukan penelitian ini, penulis mengadakan tinjauan pustaka
terhadap beberapa skripsi yang memiliki kemiripan judul untuk menghindari bentuk plagiat, diantaranya : 1. “Pengaruh
Efektivitas
Pengawasan
BMT
Al-Munawwarah
Pamulang dalam Meningkatkan Kesejahteraan Ekonomi Anggota” Oleh: Ani Rohyani, NIM : 102053025683, Program Studi Manajemen Dakwah, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Skripsi ini memaparkan bahwa efektivitas pengawasan BMT AlMunawwarah dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan ekonomi anggota sebesar 28%, sedangkan sebanyak 72% lainnya dipengaruhi oleh variabel lain dan terdapat hubungan positif antara pengawasan dengan kesejahteraan ekonomi anggota. 2. Efektivitas
Program
Pendidikan
dan
Keterampilan
dalam
Pemberdayaan Anak Pemulung di Bengkel Kreativitas Yayasan Nanda Dian Nusantara Ciputat Tangerang” Oleh:
Wawan
Kurnia,
NIM
:
103054028814,
Program
Studi
Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Skripsi ini memaparkan bahwa sasaran program telah sesuai, namun semua belum berjalan secara efektif karena sebatas di lingkungan yayasan dan belum dapat bersaing di dunia luar. Tujuan program sesuai dengan dampak yang dialami anak-anak pemulung, namun program
11
belum berjalan efektif yang disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya problem pribadi yang timbul dari kesulitan belajar anak-anak pemulung sehingga terhambat dalam perkembangan berpikirnya, terbatasnya sarana atau fasilitas, minimnya dana dan tidak tersedianya tenaga ahli. 3. “Pemberdayaan
Masyarakat
Melalui
Pelatihan
Keterampilan
Teknisi Handphone di Institut Kemandirian Dompet Dhuafa” Oleh : Amelia, NIM : 105054002039, Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Skripsi ini memaparkan bahwa program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh Institut Kemandirian Dompet Dhuafa melalui pelatihan dan keterampilan teknisi handphone dapat diandalkan untuk menjalankan kehidupan pesertanya secara mandiri. Terbukti dari hasil observasi, banyak peserta yang dapat mengembangkan keahlian yang diperolehnya dengan cara membuka usaha sendiri dan bekerja di perusahaan atau counter handphone. Pelatihan keterampilan ini menjadi penting karena dapat merubah keadaan peserta dari menganggur dan miskin menjadi lebih produktif dan bermanfaat serta dapat menambah penghasilan pesertanya. Sedangkan judul penelitian penulis adalah “Pengaruh Efektivitas Pelatihan Program Cake House Senyum Mandiri Rumah Zakat Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Mustahik di Empowering Centre Pulogadung” yang mengangkat masalah efektivitas pelatihan program Cake House Senyum Mandiri Rumah Zakat
12
di Empowering Centre Pulogadung dan pengaruhnya terhadap peningkatan kesejahteraan mustahik. E.
Sistematika Penulisan Agar
karya ilmiah ini tersusun secara sistematis,
maka penulis
menjabarkannya ke dalam enam bab, yaitu : Bab I
: Pendahuluan Bab ini memuat Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan.
Bab II
: Kajian Teori Bab ini berisikan tentang Pengertian Efektivitas, Konsep Pelatihan meliputi Pengertian Pelatihan, Tujuan dan Sasaran Pelatihan, Langkah-langkah
Penyusunan
Pelatihan
dan
Unsur-unsur
Pelatihan, Efektivitas Pelatihan, Konsep Kesejahteraan Mustahik meliputi Pengertian Kesejahteraan dan Pengertian Mustahik, Kerangka Berpikir dan Hipotesis Penelitian. Bab III
: Metodologi Penelitian Bab ini dibahas mengenai Pendekatan dan Desain Penelitian, Waktu dan Tempat Penelitian, Teknik Penentuan Sampel meliputi Populasi dan Sampel, Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Indikator Variabel, Teknik Pengumpulan Data, Uji Instrumen meliputi Uji Validitas dan Uji Reliabilitas dan Teknik Analisis Data.
13
Bab IV
: Gambaran Umum Rumah Zakat Bab ini berisikan tentang Sejarah Berdirinya Rumah Zakat, Sejarah Berdirinya Empowering Centre Pulogadung, Visi dan Misi, Budaya Kerja, Struktur Organisasi Rumah Zakat, Struktur Organisasi ICD Jakarta Timur, Program, Produk, Gambaran Pelatihan Program Cake House Senyum Mandiri Rumah Zakat di Empowering Centre Pulogadung dan Faktor-faktor yang berperan dalam Efektivitas Pelatihan Program Cake House di Empowering Centre Pulogadung.
Bab V
: Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab ini berisikan tentang Pengolahan Uji Instrumen, Data-data Hasil Penelitian Lapangan meliputi Deskripsi Data Responden Penelitian dan Deskripsi Kuesioner Penelitian, Analisis Data Penelitian meliputi Analisis Regresi Linear Berganda, Uji Koefisien Determinasi, Uji f-test (simultan) dan Uji t-test (parsial).
Bab VI
: Penutup Bab ini memuat secara singkat mengenai kesimpulan berdasarkan hasil penelitian dan saran-saran yang menjadi penutup dari pembahasan skripsi ini.
BAB II KAJIAN TEORI
A.
Pengertian Efektivitas Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata efektivitas berasal dari kata
efektif yang memiliki beberapa makna, yaitu : 1. Adanya suatu efek (akibat, pengaruh, kesan) 2. Manjur atau mujarab (mengenai obat) 3. Membawa hasil, berhasil guna (mengenai usaha, tindakan) 4. Mulai berlaku (mengenai peraturan, perundang-undangan)1 Sedangkan Sondang P. Siagian menulis bahwa efektivitas berkaitan erat bukan hanya dengan penggunaan sumber daya, dana, sarana dan prasarana kerja secara tepat, akan tetapi juga dengan tercapainya tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya dalam batas waktu yang telah ditetapkan untuk pencapaiannya.2 Dalam Kamus Manajemen, efektivitas memiliki arti yakni suatu besaran atau angka untuk menunjukkan sampai seberapa jauh sasaran (target) tercapai.3 H. Emerson yang dikutip langsung oleh Soewarno Handayaningrat menjelaskan pengertian efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya, jelasnya apabila sasaran 1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2002), h. 284. 2 Sondang P. Siagian, Teknik Menumbuhkan dan Memelihara Perilaku Organisasi, (Jakarta : PT. Toko Gunung Agung, 1995), cet. Ke-5, h. 3. 3 B.N. Marbun, Kamus Manajemen, (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2005), cet. Ke-2, h. 71.
14
15
atau tujuan telah tercapai sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya adalah efektif. Jadi, apabila tujuan atau sasaran itu tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, maka pekerjaan itu tidak efektif.4 Prof. Dr. Mardiasmo, dalam bukunya yang berjudul Akuntansi Sektor Publik, memaparkan bahwa pengertian efektivitas pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian tujuan atau target kebijakan (hasil guna). Efektivitas merupakan hubungan antara keluaran (output) dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Kegiatan operasional dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan (spending wisely). Indikator efektivitas menggambarkan jangkauan akibat dan dampak (outcome) dari keluaran (output) program dalam mencapai tujuan program.5 Dari beberapa pengertian efektivitas di atas, penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan efektivitas adalah tolok ukur tercapainya tujuan atau sasaran dari suatu kegiatan atau program dengan melihat beberapa indikasi sebagai berikut : 1. Ketepatan penggunaan sumber daya, dana, sarana dan prasarana kerja serta waktu (input). 2. Tercapainya tujuan dan sasaran. B.
Konsep Pelatihan 1. Pengertian Pelatihan Andrew E. Sikula mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan pelatihan 4
adalah
suatu
proses
pendidikan
jangka
pendek
yang
Soewarno Handayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen, (Jakarta : CV. Haji Masagung, 1990), cet. Ke-10, h. 16. 5 Mardiasmo, Akuntansi Sektor Publik, (Yogyakarta : ANDI, 2009), h. 132.
16
mempergunakan prosedur sistematis dan terorganisir, peserta mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis dalam tujuan yang terbatas.6 Dalam Kamus Manajemen, pelatihan (training) diartikan sebagai suatu
proses
memperdalam
dan
meningkatkan
keterampilan
dan
pengetahuan para peserta melalui bimbingan yang diberikan instruktur (pelatih) dengan cara penyelesaian tugas dan latihan.7 Veithzal Rifai dalam bukunya yang berjudul Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan Dari Teori ke Praktik, mengartikan pelatihan sebagai bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku dalam waktu yang relatif singkat dengan metode yang lebih mengutamakan pada praktik daripada teori.8 Sedangkan menurut Dr. Oemar Hamalik secara operasional dapat dirumuskan, bahwa pelatihan adalah suatu proses yang meliputi serangkaian tindakan (upaya) yang dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk pemberian bantuan kepada tenaga kerja yang dilakukan oleh tenaga profesional sebagai pelatihnya, dalam satuan waktu yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam bidang pekerjaan tertentu guna meningkatkan efektivitas dan produktivitas suatu organisasi.9
6
Anwar Prabu Mangkunegara, Perencanaan dan Pengembangan SDM, (Bandung : PT Refika Aditama, 2006), cet. Ke-2, h. 50. 7 Marbun, Kamus Manajemen, h. 206. 8 Veithzal Rifai, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan : Dari Teori ke Praktik, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2009), h. 211. 9 Oemar Hamalik, Pengembangan Sumber Daya Manusia Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2005), h. 10.
17
Jadi, yang dimaksud dengan pelatihan adalah suatu proses pendidikan
yang sistematis untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan peserta dengan dibantu oleh instruktur (pelatih) dalam waktu yang relatif singkat sesuai dengan kebutuhan serta tujuan yang ingin dicapai sebuah organisasi. 2. Tujuan dan Sasaran Pelatihan Dalam bidang pelatihan, bahkan di antara para pelatih yang seharusnya lebih tahu, tujuan dan sasaran seringkali dicampuradukkan. Tujuan adalah pernyataan umum mengenai maksud, sedangkan sasaran adalah pernyataan spesifik dan tepat mengenai maksud dengan ukuran yang pasti dari perilaku terakhir.10 Secara umum pelatihan bertujuan mempersiapkan dan membina tenaga kerja, baik struktural maupun fungsional, yang memiliki kemampuan dalam profesinya, kemampuan melaksanakan loyalitas, kemampuan melaksanakan dedikasi dan kemampuan berdisiplin yang baik. Kemampuan profesional mengandung aspek kemampuan keahlian dalam pekerjaan, kemasyarakatan dan kepribadian agar lebih berdaya guna dan berhasil guna.11 Kegiatan pelatihan pada dasarnya dilaksanakan untuk menghasilkan perubahan tingkah laku dari orang-orang yang mengikuti pelatihan. Perubahan tingkah laku yang dimaksud adalah dapat berupa bertambahnya pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan perubahan sikap dan perilaku. 10
Leslie Rae, Mengukur Efektivitas Pelatihan, (Jakarta : IPPM dan PT Pustaka Binaman Pressindo, 1990), h. 23. 11 Oemar Hamalik, Pengembangan Sumber Daya Manusia Manajemen Pelatihan, h. 16.
18
Oleh karena itu, sasaran pelatihan dapat dikategorikan ke dalam beberapa tipe tingkah laku yang diinginkan, antara lain12 : a. Kategori kognitif, meliputi proses intelektual seperti mengingat, memahami dan menganalisis. Sasaran pelatihan pada kategori ini adalah untuk melatih orang agar memiliki pengetahuan dan keterampilan berpikir. b. Kategori afektif, meliputi perasaan, nilai dan sikap. Sasaran pelatihan dalam kategori ini adalah untuk melatih orang memiliki sikap tertentu. c. Kategori psikomotorik, meliputi pengontrolan otot-otot sehingga orang dapat melakukan gerakan-gerakan yang tepat. Sasarannya adalah agar orang tersebut memiliki keterampilan fisik tertentu. 3. Langkah-langkah Penyusunan Pelatihan a. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan. b. Menetapkan tujuan dan sasaran pelatihan. c. Menetapkan kriteria keberhasilan dengan alat ukurnya. d. Menetapkan metode pelatihan. e. Mengadakan percobaan dan revisi. f. Mengimplementasikan dan mengevaluasi.13 4. Unsur-unsur Pelatihan Dalam melaksanakan pelatihan ada beberapa unsur yang sangat berperan penting untuk mencapai keberhasilan kegiatan pelatihan, diantaranya14 : 12 13
Veithzal Rifai, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan, h. 215-216. Prabu Mangkunegara, Perencanaan dan Pengembangan SDM, h. 52.
19
a. Peserta pelatihan (trainee) Peserta pelatihan harus memenuhi persyaratan yang ditentukan, karena keberhasilan proses pelatihan erat kaitannya dengan peserta pelatihan. b. Pelatih (trainer) Pelatih (trainer) harus profesional dan memiliki keahlian di bidangnya, karena pelatih memegang peran yang penting terhadap kelancaran dan keberhasilan program pelatihan. c. Lamanya waktu pelatihan Lamanya waktu pelatihan ditentukan berdasarkan pertimbangan mengenai tingkat kesulitan materi pelatihan, tingkat kemampuan peserta dan media yang digunakan dalam pelatihan. d. Bahan (materi) pelatihan Materi pelatihan sebaiknya disusun secara tertulis agar mudah dipelajari oleh peserta. Penyusunan materi pelatihan hendaknya memperhatikan
faktor-faktor
seperti tujuan
pelatihan,
peserta
pelatihan, harapan lembaga penyelenggara pelatihan dan lamanya waktu pelatihan. e. Bentuk (metode) pelatihan Metode pelatihan harus disesuaikan dengan jenis pelatihan yang akan dilaksanakan dan tingkat kemampuan peserta pelatihan.
14
Oemar Hamalik, Pengembangan Sumber Daya Manusia Manajemen Pelatihan, h. 35-36.
20
Andrew E. Sikula mengemukakan beberapa metode pelatihan, yaitu sebagai berikut 15: 1) On the Job Training, yakni suatu metode pelatihan dengan cara peserta pelatihan ditempatkan dalam kondisi lingkungan dan disertai perlengkapan yang nyata. 2) Demonstration and examples, yakni metode yang melibatkan penguraian dan pemeragaan sesuatu melalui contoh-contoh. Metode pelatihan ini sangat efektif karena lebih mudah menunjukkan kepada peserta cara mengerjakan suatu tugas atau pekerjaan. 3) Vestibule atau balai, yakni suatu ruangan isolasi atau terpisah yang digunakan untuk tempat pelatihan bagi peserta baru yang akan menduduki suatu pekerjaan. Metode vestibule merupakan metode pelatihan yang sangat cocok untuk jumlah peserta yang cukup banyak yang dilatih dengan jenis pekerjaan yang sama dan dalam waktu yang sama. 4) Simulasi, yakni suatu situasi atau peristiwa menciptakan bentuk realitas atau imitasi dari realitas. Simulasi merupakan pelengkap sebagai teknik duplikat yang mendekati kondisi nyata pada pekerjaan. 5) Apprenticeship, yakni suatu cara mengembangkan keterampilan (skill) pengrajin atau pertukangan. Metode ini tidak mempunyai
15
Prabu Mangkunegara, Perencanaan dan Pengembangan SDM, h. 62-63.
21
standar format. Peserta pelatihan mendapatkan bimbingan umum dan dapat langsung mengerjakan pekerjaannya. 6) Classroom methods, yakni metode training yang dilakukan di dalam kelas. Yang termasuk dalam metode ruang kelas adalah kuliah, konferensi, studi kasus, bermain peran dan pengajaran berprogram. Selain kelima unsur di atas, ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dan berperan dalam pelatihan, yaitu 16 : a. Efektivitas biaya Penetapan besarnya biaya yang diperlukan hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan pelatihan dan sumber dana yang tersedia. b. Media pelatihan Media pelatihan adalah salah satu komponen yang penting dalam pelatihan
karena
berfungsi
sebagai
unsur
penunjang
proses
pembelajaran. Media pelatihan harus disesuaikan dengan keperluan kegiatan pelatihan sehingga dapat mendukung pemberian materi pelatihan. c. Fasilitas pelatihan Fasilitas yang digunakan dalam pelatihan harus tepat dan sesuai dengan kebutuhan pelatihan.
16
Veithzal Rifai, Manajemen Sumber Daya Manusia, h. 225-226.
22
d. Prinsip-prinsip pembelajaran Prinsip pembelajaran merupakan suatu guideline (pedoman) di mana proses belajar akan berjalan lebih efektif. Semakin banyak prinsip ini direfleksikan dalam pelatihan, semakin efektif pelatihan tersebut. Prinsip-prinsip ini mengandung unsur partisipasi, pengulangan, relevansi, pengalihan (transfer) dan umpan balik. C.
Efektivitas Pelatihan Efektivitas pelatihan terdiri dari dua kata, yakni efektivitas dan pelatihan.
Pengertian efektivitas seperti yang telah penulis paparkan di atas adalah tolok ukur tercapainya tujuan atau sasaran dari suatu kegiatan atau program dengan melihat ketepatan penggunaan input (unsur-unsur yang digunakan dalam suatu kegiatan atau program) serta tercapainya tujuan dan sasaran dari sebuah kegiatan. Sedangkan yang dimaksud dengan pelatihan adalah suatu proses pendidikan yang sistematis untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta dengan dibantu oleh instruktur (pelatih) dalam waktu yang relatif singkat sesuai dengan kebutuhan serta tujuan yang ingin dicapai sebuah organisasi. Jadi, yang dimaksud dengan efektivitas pelatihan adalah tolok ukur tercapainya tujuan atau sasaran program pelatihan dengan melihat ketepatan penggunaan input (unsur-unsur pelatihan) serta tercapainya tujuan dan sasaran pelatihan.
23
D.
Konsep Kesejahteraan Mustahik 1. Pengertian Kesejahteraan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “sejahtera” berarti aman, sentosa dan makmur, selamat (terlepas dari segala macam gangguan).17 Kesejahteraan dalam arti yang sangat luas mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai tingkat kebutuhan hidup yang layak. Yang dimaksud dengan tingkat hidup yang layak di sini adalah tingkat hidup minimmal bagi seseorang yakni dapat memenuhi makan dan minum yang layak untuk diri dan keluarganya. Sedangkan menurut Undang-undang Kesejahteraan Sosial No. 6 tahun 1974, kesejahteraan sosial merupakan suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir batin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhankebutuhan jasmani, rohani dan sosial sebaik-baiknya, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila.18 Dari beberapa penjelasan di atas mengenai kesejahteraan, penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kesejahteraan adalah suatu kehidupan dan penghidupan yang bersifat material maupun spiritual (lahir maupun batin) yang memungkinkan setiap masyarakat untuk mengadakan
17 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2002), cet. Ke-3, h. 1011. 18 Kusmana (editor), Bunga Rampai Islam & Kesejahteraan Sosial, (Jakarta : IAIN Indonesian Social Equity Project, 2006), h. 184.
24
usaha pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani dan sosial, yang sebaikbaiknya bagi diri, keluarga dan masyarakat di sekitarnya.
2. Pengertian Mustahik Pada ayat 60 surat At-Taubah, dijelaskan siapa sajakah yang berhak menerima zakat yang disebut dengan mustahik (8 asnaf), yaitu :
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orangorang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan budak), orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. At-Taubah : 60) Ayat yang membatasi sasaran zakat ini menjadi delapan golongan, ternyata membedakan antara empat sasaran yang pertama dengan empat sasaran yang terakhir. Al-Qur’an menggambarkan berhaknya empat golongan pertama terhadap sedekah dengan (li) yang makna asalnya untuk menunjukkan pemilikan, sedang terhadap golongan terakhir, Al-Qur’an menggambarkan
25
dengan menggunakan huruf (fi), yang makna asalnya menunjukkan zharaf/tempat.19 Kesimpulannya, bagi empat sasaran yang pertama, zakat diserahkan kepada mereka sehingga mereka dapat memanfaatkannya sesuai kehendak mereka karena zakat tersebut memang diperuntukkan dan sudah menjadi hak milik mereka, sedangkan bagi empat sasaran terakhir, zakat tidak diserahkan untuk menjadi milik mereka, akan tetapi diserahkan karena ada sesuatu kebutuhan atau keadaan yang menyebabkan mereka berhak menerima zakat. Berikut ini merupakan penjelasan dari kedelapan golongan asnaf yang berhak menerima zakat (mustahik) : a. Orang Fakir (al-Fuqara’) dan Orang Miskin (al-Masakin) Berdasarkan pandangan para imam mazhab, K.H. Ali Yafie menjelaskan bahwa orang fakir adalah orang yang tidak memiliki harta benda atau tidak memiliki penghasilan tetap atau memiliki penghasilan, tetapi penghasilannya hanya mencukupi kurang dari seperdua dari kebutuhan pokoknya. Sementara itu menurutnya, orang miskin adalah orang yang memiliki harta atau memiliki pekerjaan atau memiliki keduanya, tetapi harta atau hasil dari pekerjaannya itu hanya mencukupi seperdua atau lebih dari kebutuhan pokoknya. 20 Konteks sekarang ini konsep kebutuhan pokok seperti itu, jelas perlu penyesuaian. Bukan saja jumlahnya tapi tidak kalah penting adalah 19
Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat, (Bogor : Pustaka Litera Antarnusa, 1996), cet. Ke-4, h.
20
Kusmana (ed), Bunga Rampai Islam, h. 136.
583.
26
mutunya, sehingga kebutuhan pokok dimana manusia bisa hidup secara wajar, itu meliputi: 1) Pangan dengan kandungan kalori dan protein yang memungkinkan pertumbuhan fisik secara wajar. 2) Sandang yang dapat menutupi aurat dan melindungi gangguan cuaca. 3) Papan yang dapat memenuhi kebutuhan berlindung dan membina kehidupan keluarga secara layak. 4) Kesehatan yang dapat memungkinkan kesembuhan dari penyakit yang diderita. 5) Pendidikan
yang
memungkinkan
pihak
bersangkutan
mengembangkan tiga potensi dasarnya selaku manusia: kognitif, afektif dan psikomotorik. Dengan demikian dalam konteks kehidupan sosial kita sekarang, pentasarufan dana zakat untuk sektor fakir miskin ini bisa mencakup : 1) Pembangunan sarana dan prasarana pertanian sebagai tumpuan kesejahteraan ekonomi rakyat, dalam pengertian yang luas. 2) Pembangunan sektor industri yang secara langsung berorientasi pada peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. 3) Penyelenggaraan
sentra-sentra
pendidikan
keterampilan
kejuruan untuk mengatasi pengangguran. 4) Pembangunan pemukiman rakyat tuna wisma atau gelandangan.
dan
27
5) Jaminan hidup untuk orang-orang invalid, jompo, yatim piatu, dan orang-orang yang tidak punya pekerjaan. 6) Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan dasar sampai tinggi untuk setiap warga atau rakyat yang memerlukan. 7) Pengadaan sarana dan prasarana kesehatan bagi setiap warga atau rakyat yang membutuhkan. 8) Pengadaan sarana dan prasarana lain yang erat hubungannya dengan usaha mensejahterakan rakyat lapisan bawah. 21 b. Pengurus/panitia zakat (Al-‘Amil) Allah menyediakan upah bagi mereka (amil) dari harta zakat sebagai imbalan dan tidak diambil dari selain harta zakat. Bagian yang diberikan kepada para panitia atau amil zakat, dikategorikan sebagai upah atas kerja yang dilakukannya. Meskipun dia orang kaya, panitia atau
amil zakat tetap
diberi bagian zakat.
Dia tidak boleh
mendapatkannya, jika hal itu dikategorikan sebagai zakat atau sadaqah.22 Pada zaman sekarang ini panitia atau amil zakat tidak hanya berbentuk perseorangan tetapi berbentuk badan atau lembaga amil zakat. Lembaga-lembaga dan panitia-panitia pengurus zakat yang ada adalah bentuk kontemporer bagi lembaga yang berwenang mengurus zakat yang ditetapkan dalam syariat Islam. Oleh karena itu panitia atau amil yang
21 Masdar F. Mas’udi, Agama Keadilan Risalah Zakat (Pajak) dalam Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1991), cet. Ke-1, h. 149-150. 22 Wahbah al-Zuhayly, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2008), cet. Ke-7, h. 283.
28
bekerja di lembaga amil zakat harus memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan oleh para ulama fikih, antara lain : 1) Muslim, karena zakat itu urusan kaum Muslimin, maka Islam menjadi syarat bagi segala urusan mereka. 2) Mukallaf, yaitu orang dewasa yang sehat akal pikirannya. 3) Jujur, karena ia diamanati harta kaum Muslimin. 4) Memahami hukum-hukum zakat, sebab bila ia tidak mengetahui hukum tak mungkin mampu melaksanakan pekerjaannya dan akan lebih banyak berbuat kesalahan. 5) Mampu untuk melaksanakan tugas dan sanggup memikul tugas itu, karena kejujuran saja belum mencukupi bila tidak disertai kekuatan dan kemampuan untuk bekerja.23 c. Mu’allaf Yang Perlu Ditundukkan Hatinya (Mu’allaf Qulubuhum) Dalam pengertian ini, sasaran zakat untuk mu’allaf pada konteks kemasyarakatan sekarang ini adalah untuk : 1) Usaha penyadaran kembali (dalam ungkapan yang kini berlaku : pemasyarakatan) orang-orang yang terperosok ke dalam tindakan asusila dan atau kejahatan, kriminal. 2) Biaya
rehabilitasi mental atas orang-orang/anak-anak yang
diakibatkan oleh penyalahgunaan narkotika dan sejenisnya. 3) Pengembangan masyarakat atau suku-suku terasing. 4) Usaha-usaha rehabilitasi kemanusiaan lainnya. 24
23
Qardhawi, Hukum Zakat, h. 551-552.
29
d. Budak (Fir-Riqab) Riqab artinya adalah orang dengan status budak. Para budak yang dimaksud di sini ialah para budak Muslim yang telah membuat perjanjian dengan tuannya (mukatab), bahwa bila ia sanggup menghasilkan harta dengan nilai dan ukuran tertentu, maka bebaslah ia. Kemudian Allah menetapkan bagian zakat untuk mereka agar mereka dapat membebaskan dirinya dan memenuhi segala apa yang ditentukan kepada mereka.25 Dalam konteks individual, dana zakat tersebut bisa ditasarufkan untuk, misalnya : 1) Mengentaskan buruh-buruh rendahan dan buruh-buruh kasar dari belenggu majikan yang menjeratnya. 2) Mengusahakan
pembebasan
orang-orang
tertentu
yang
dihukum/dipenjara hanya karena menggunakan hak asasinya untuk berpendapat atau memilih. Sementara dalam bentuknya yang struktural, zakat riqab ini dapat berarti zakat untuk proses penyadaran dan pembebasan masyarakat tertindas berkaitan dengan hak-hak dasarnya sebagai manusia baik dalam dimensi individual maupun sosialnya. 26
24
Mas’udi, Agama Keadilan, h. 155. Qardhawi, Hukum Zakat, h. 587. 26 Mas’udi, Agama Keadilan, h. 156.
25
30
e. Orang berhutang (Al-Gharimun) Menurut Imam Malik, Syafi’i dan Ahmad, bahwa orang yang memiliki hutang terbagi
kepada
dua
golongan,
masing-masing
mempunyai hukumnya sendiri. 1) Golongan Pertama, adalah orang yang memiliki hutang untuk kemaslahatan dirinya sendiri dan dia adalah seseorang yang dianggap fakir. Orang yang berhutang karena kemaslahatan dirinya harus diberi bagian zakat sesuai kebutuhannya, yakni kebutuhan untuk melunasi hutangnya. Apabila ia diberi bagian zakat, tetapi tidak dibayarkan pada hutangnya, maka ia wajib mengembalikan bagian zakat tersebut, karena yang menjadi keperluan adalah tanggungjawabnya untuk melunasi hutang. 27 2) Golongan Kedua, adalah orang yang berhutang untuk kemaslahatan masyarakat. Golongan ini lebih utama untuk diberi zakat, karena mereka berhutang untuk kemaslahatan masyarakat. Berbeda dengan golongan pertama yang diberi bagian zakat dengan tujuan untuk melunasi hutangnya, golongan ini berhak diberi zakat walaupun keadaannya kaya. 28 f. Orang yang Berjuang di Jalan Allah (Fi-Sabilillah) Kini keadaan sudah berubah lebih kompleks dan mendefinisikan sabilillah dalam makna “pasukan perang melawan orang kafir” sebenarnya definisi dalam sisi yang negatif. Dalam konteks perzakatan, 27 28
Qardhawi, Hukum Zakat, h. 599. Al-Zuhayly, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, h. 286-287.
31
menegakkan ‘jalan Allah’ adalah konteks kehidupan manusia dalam dimensi sosialnya. Rinciannya dapat bermacam-macam, tapi pangkalnya adalah “kemaslahatan (kesejahteraan dan keadilan hidup) bersama”. Dana zakat untuk “sabilillah” pentasarufannya adalah untuk kebutuhan-kebutuhan seperti beberapa contoh di bawah ini : 1) Memelihara akidah Islam dari kekufuran. 2) Mendirikan pusat kegiatan bagi kepentingan dakwah dan menolong para da’i yang menyeru pada ajaran Islam yang benar. 3) Meningkatkan kualitas SDM dalam rangka menunaikan tugas sosialnya untuk ta’mirul ardl (membangun peradaban di muka bumi) seperti program-program pengembangan filsafat, ilmu dan teknologi. 4) Menegakkan keadilan hukum (judikatif) bagi warga negara. 5) Membangun dan memelihara sarana dan prasarana umum yang menyangkut hajat hidup orang banyak. 29 g. Orang yang sedang dalam perjalanan (Ibnu Sabil) Menurut Yusuf Qardhawi dalam bukunya Hukum Zakat, Ibnu Sabil adalah orang yang melakukan perjalanan demi kemaslahatan umum, yang manfaatnya kembali pada agama Islam atau masyarakat Islam. 30 Lahir dari konteks sosial tertentu, pengertian di atas menunjuk pada makna yang lebih sempit dari yang sebenarnya. Kini, ketika keadaan
29 30
Mas’udi, Agama Keadilan, h. 157-161. Qardhawi, Hukum Zakat, h. 654-655.
32
masyarakat sudah menjadi semakin kompleks, kebutuhan untuk meninjau kembali pada pengertian awal menjadi sangat perlu. Maka dalam konteks pentasafuran dana zakat untuk ibnu sabil dapat dialokasikan kepada : 1) Pengungsi baik karena alasan politik, maupun karena alasan lingkungan/bencana alam. 2) Musafir demi kemaslahatan, seperti mahasiswa, ahli ilmu yang pandai, yang membutuhkan studi untuk memperdalam ilmu yang bermanfaat, yang hasilnya nanti akan kembali kepada kebaikan agama dan umat. 3) Tunawisma, dalam hal ini adalah pengemis dan anak jalanan. Apabila mereka diberi bagian zakat adalah karena sifat ibnu sabilnya agar mengeluarkan ketergantungan mereka pada jalanan misalnya diberikan rumah yang layak dan yang kedua adalah sifat fakirnya agar mereka dapat memenuhi kebutuhan dan penghidupan yang layak.31 Jadi yang dimaksud dengan kesejahteraan mustahik adalah suatu kehidupan dan penghidupan yang bersifat material maupun spiritual (lahir maupun batin) yang memungkinkan setiap mustahik untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani dan sosial, yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga dan masyarakat di sekitarnya.
31
Ibid., h. 660-663.
33
E.
Kerangka Berpikir Pengentasan kemiskinan dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah
satunya adalah dengan meningkatkan kesadaran untuk membayar zakat. Zakat sangat berpotensi untuk mengentaskan kemiskinan jika dana zakat yang terkumpul didayagunakan secara produktif oleh pemerintah maupun lembaga amil zakat yang ada. Selama ini pendayagunaan zakat masih bersifat konsumtif, namun lembaga amil zakat yang ada saat ini lebih menekankan kepada pendayagunaan zakat secara
produktif.
Mereka
berlomba-lomba
untuk
membuat
program
pemberdayaan untuk mustahik agar tercapai kesejahteraan mustahik yang seutuhnya dan terwujud transformasi mustahik menjadi muzakki. Salah satu program pemberdayaan yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan kegiatan pelatihan kepada para mustahik dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimilikinya. Untuk mengetahui keefektivan dari sebuah pelatihan, dapat diukur dengan melihat ketepatan penggunaan input (unsur-unsur pelatihan) serta pencapaian tujuan dan sasaran dari pelatihan itu sendiri. Dengan pelatihan tersebut, mustahik diharapkan mampu mandiri dan menciptakan penghasilan untuk mencapai tingkat kehidupan yang lebih layak dan sejahtera.
34
Alur kerangka berpikir di atas, dapat digambarkan secara praktis mengenai pengaruh efektivitas pelatihan program Cake House Senyum Mandiri Rumah Zakat terhadap peningkatan kesejahteraan mustahik pada gambar 2.1 berikut :
L A Z
Efektivitas Pelatihan Program Cake House Senyum Mandiri Rumah Zakat
Zakat Produktif
1. Ketepatan penggunaan input (unsur-unsur pelatihan) 2. Tercapainya tujuan dan sasaran pelatihan
Peningkatan Kesejahteraan Mustahik
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Pengaruh Efektivitas Pelatihan Program Cake House Senyum Mandiri Rumah Zakat Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Mustahik
F.
Hipotesis Penelitian Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah : Ha : ρ ≠ 0
Efektivitas Pelatihan Program Cake House berpengaruh terhadap
peningkatan
kesejahteraan
mustahik
di
Empowering Centre Pulogadung Ho : ρ = 0
Efektivitas Pelatihan program Cake House tidak berpengaruh
terhadap
peningkatan
kesejahteraan
mustahik di Empowering Centre Pulogadung
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.
Pendekatan dan Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, yang pengumpulan datanya menggunakan instrumen penelitian, analisis datanya bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.1 Sedangkan jenis metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survey. Metode penelitian survey digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data,
yakni dengan
menggunakan kuesioner, wawancara tersruktur, dan sebagainya. 2 Adapun desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi. 3
1
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung : CV. Alfabeta, 2009), cet. Ke-6, h. 8. 2 Ibid., h. 6. 3 M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif : Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta : Kencana, 2008), cet. Ke-3, h. 36.
35
36
B.
Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan mulai dari bulan Mei 2011 sampai Agustus
2011. Sedangkan lokasi penelitian dilaksanakan di Empowering Centre Rumah Zakat Pulogadung yang beralamat di Jl. Pulo Asem Utara III RT.09/RW.01 Pulogadung-Jakarta Timur. Adapun alasan penulis memilih lokasi penelitian ini didasari oleh pertimbangan sebagai berikut : 1. Rumah Zakat merupakan lembaga amil zakat yang mempunyai misi membangun kemandirian masyarakat melalui pemberdayaan secara produktif. 2. Empowering Centre Pulogadung merupakan pusat inkubasi percontohan pemberdayaan masyarakat di wilayah Jakarta Timur. 3. Data mudah diakses oleh penulis. C.
Teknik Penentuan Sampel 1. Populasi Populasi merupakan keseluruhan dari objek yang menjadi sasaran penelitian yang dapat menjadi sumber data penelitian.4 Adapun populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu rumah tangga dengan kategori keluarga fakir dan miskin (mustahik) sebagai peserta pelatihan program Cake House di Empowering Centre Pulogadung yang berjumlah 19 orang.
4
Ibid., h. 99.
37
2. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.5 Teknik penentuan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sampling jenuh, yakni teknik penentuan sampel dengan mengambil seluruh jumlah populasi. Teknik ini digunakan karena jumlah populasi dalam penelitian ini kurang dari 30 orang6. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 19 orang. D.
Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek
atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan.7 Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel bebas (independen) : Efektivitas Pelatihan Program Cake House Senyum Mandiri Rumah Zakat yang terdiri dari : a. Ketepatan penggunaan input (unsur-unsur pelatihan) (X1). b. Tercapainya tujuan dan sasaran pelatihan (X2). 2. Variabel
terikat
(dependen)
:
Tingkat
kesejahteraan
mustahik
(variabelY).
5
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, h. 81. Riduwan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula, (Bandung : Alfabeta, 2010), cet. Ke-6, h. 64. 7 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, h. 38 6
38
E.
Definisi Operasional dan Indikator Variabel Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Indikator Variabel
Variabel Efektivitas Pelatihan Program Cake House Senyum Mandiri Rumah Zakat
Dimensi 1. Ketepatan penggunaan input (unsurunsur pelatihan)
2. Tercapainya tujuan dan sasaran pelatihan
Tingkat Kesejahteraan Mustahik
a. b. c. d. e. f. g. h.
Indikator-indikator Instruktur (pelatih) Peserta Lamanya waktu pelatihan Materi pelatihan Metode pelatihan Biaya Media pelatihan Fasilitas pelatihan
a. Kognitif (pengetahuan) b. Afektif (sikap) c. Psikomotorik (keterampilan)
a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. m.
Mengalami peningkatan pendapatan Memiliki pekerjaan Memiliki usaha yang produktif Menerapkan pola makan 4 sehat 5 sempurna minimal 2 kali sehari Memiliki kendaraan bermotor penunjang aktivitas (bekerja maupun usaha) Memiliki investasi berupa tabungan di bank Memiliki investasi dalam bentuk lain (arisan) Memiliki kredit di bank Memiliki tempat tinggal yang layak Mampu memenuhi kebutuhan sandang (pakaian) Memiliki kemampuan memenuhi keperluan aset rumah tangga Memiliki kemampuan mengakses fasilitas kesehatan dengan mudah dan murah Memiliki kemampuan mengakses fasilitas pendidikan hingga ke jenjang yang lebih tinggi
39
F.
Teknik Pengumpulan Data Dilihat dari sumber data yang diperoleh, penulis menggunakan data primer
dan data sekunder, yaitu : 1. Data primer, adalah data yang diperoleh langsung dari narasumber melalui penelitian lapangan, yakni melalui : a. Wawancara Penulis melakukan wawancara dengan ICD Head Jakarta Timur di Empowering Centre Rumah Zakat Pulogadung mengenai pelatihan Program Cake House Senyum Mandiri. b. Kuesioner Kuesioner digunakan penulis untuk memperoleh data dari narasumber, yakni ibu-ibu rumah tangga dengan kategori keluarga fakir dan miskin (mustahik) sebagai peserta pelatihan program Cake House Senyum Mandiri. c. Observasi Observasi dilakukan penulis untuk mengamati secara langsung pelatihan program Cake House Senyum Mandiri di lokasi penelitian. 2. Data Sekunder, adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari narasumber. Data ini diperoleh dari berbagai macam sumber seperti buku, internet, jurnal, majalah dan literatur lainnya yang dapat memberikan informasi berkaitan dengan masalah yang diteliti.
40
G.
Uji Instrumen Dalam penelitian kuantitatif, penulis akan menggunakan instrumen untuk
mengumpulkan data, yakni dapat berupa pertanyaan atau pernyataan yang disusun di dalam kuesioner. Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti. Karena instrumen penelitian akan digunakan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat, maka perlu dilakukan uji instrumen dengan menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas. 1. Uji Validitas Uji validitas berguna untuk mengukur ketepatan instrumen penelitian. Suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Pendekatan yang digunakan untuk uji validitas dalam penelitian ini adalah construct validity yaitu untuk mengukur construct tertentu, yang artinya apakah suatu instrumen mengukur construct sesuai dengan yang diharapkan. 8 Rumus yang digunakan untuk mengukur validitas instrumen penelitian ini adalah rumus korelasi Pearson Product Moment. Pada uji validitas ini, penulis menggunakan SPSS 18.0 for Windows. 2. Uji Reliabilitas Uji realibilitas berguna untuk mengukur konsistensi instrumen penelitian. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang dapat digunakan berulang kali untuk mengukur objek yang sama dan akan menghasilkan data
8
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, h. 121.
41
yang sama.9 Peneliti menggunakan teknik Internal Consistency yang dilakukan dengan cara mengukur instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen.10 Dalam uji reliabilitas ini, penulis menggunakan Reliability Analysis dengan metode Cronbach’s Alpha dengan bantuan komputer SPSS 18.0 for Windows. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut11 :
r11 = ﴾
﴿ . ﴾1 -
∑
﴿
Keterangan :
H.
r11
= Nilai Reliabilitas
∑Si
= Jumlah varians skor tiap-tiap item
St
= Varians total
k
= Jumlah item
Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis statistik
inferensial. Teknik analisis statistik inferensial adalah teknik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. 12 Setelah data yang diperlukan terkumpul dan dikelompokkan, data kemudian dianalisis sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian.
9
Ibid., h. 121. Ibid., h. 131. 11 Riduwan, Belajar Mudah Penelitian, h. 115. 12 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, h. 148.
10
42
Untuk mengetahui apakah efektivitas pelatihan program Cake House Senyum Mandiri mempengaruhi tingkat kesejahteraan mustahik di Empowering Centre Rumah Zakat Pulogadung dilakukan dengan menggunakan skala likert dengan penentuan skala sebagai berikut : Tabel 3.2 Skala Likert Sangat Setuju (SS)
Setuju (S)
Netral (N)
Tidak Setuju (TS)
Sangat Tidak Setuju (STS)
5
4
3
2
1
Dengan menggunakan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi indikator-indikator yang dapat memudahkan responden (mustahik) dalam menginterpretasikan pendapat mereka mengenai efektivitas pelatihan program Cake House dalam kuesioner yang diberikan. Selanjutnya data yang telah diperoleh melalui kuesioner, akan dianalisis dengan analisis regresi linear berganda dan kemudian hasilnya dideskripsikan. 1. Regresi Linear Berganda Analisis regresi linear berganda ialah suatu alat analisis peramalan nilai pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap variabel terikat untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan fungsi atau hubungan kausal
43
antara dua variabel bebas atau lebih dengan satu variabel terikat. Persamaan regresi linear berganda dirumuskan13 : Ŷ=
Keterangan
+
+
:
Ŷ
= Variabel dependen (tingkat kesejahteraan mustahik)
α
= Konstanta = Koefisien regresi parsial variabel ketepatan penggunaan input (unsur-unsur pelatihan);
= koefisien regresi parsial variabel
tercapainya tujuan dan sasaran pelatihan =
variabel
pelatihan);
ketepatan
penggunaan
input
(unsur-unsur
= variabel tercapainya tujuan dan sasaran pelatihan
2. Uji Koefisien Determinasi Koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel bebas (X) menjelaskan variabel terikat (Y). Dalam output SPSS, koefisien determinasi terletak pada tabel Model Summary dan tertulis R Square. Namun untuk regresi linear berganda sebaiknya menggunakan R Square yang telah disesuaikan (Adjusted R Square), karena disesuaikan dengan jumlah variabel bebas yang digunakan dalam penelitian. Nilai R Square dikatakan baik jika di atas 0,5 karena nilai R Square berkisar antara 0 sampai 1. Pada umumnya sampel dengan data deret waktu
13
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian, h. 155.
44
(time series) memiliki R Square maupun Adjusted R Square dikatakan cukup tinggi dengan nilai di atas 0,5.14 3. Uji f-test (simultan) Uji simultan dengan uji f berfungsi untuk mencari besarnya pengaruh atau hubungan antara dua variabel bebas (X) atau lebih secara simultan (bersama-sama) dengan variabel terikat (Y). Nilai taraf signifikan pada uji f ini adalah α = 0,05.15 Hipotesis untuk hasil uji f ini adalah : a. Ha : ρ ≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan antara efektivitas pelatihan program Cake House terhadap peningkatan kesejahteraan mustahik. b. Ho : ρ = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara efektivitas pelatihan program Cake House terhadap peningkatan kesejahteraan mustahik. Jika sig f > 0,05 maka artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Jika sig f < 0,05 artinya terdapat pengaruh signifikan antara variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). 4. Uji t-test (parsial) Uji parsial dengan t-test ini berfungsi untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel bebas (X) secara individual (parsial)
14
Singgih Santoso, SPSS: Mengolah Data Statistik Secara Profesional, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 1999), h.50-51. 15 Riduwan, Belajar Mudah Penelitian, h. 142.
45
terhadap variabel terikat (Y). Adapun nilai taraf signifikansinya sebesar α = 0,05.16 Hipotesis untuk hasil uji t ini adalah : a. Variabel Ketepatan Penggunaan Input (unsur-unsur pelatihan) (X ) Ha : ρ ≠ 0, terdapat pengaruh
yang
signifikan
antara
variabel
ketepatan penggunaan input (unsur-unsur pelatihan) terhadap
peningkatan
kesejahteraan
mustahik
di
Empowering Centre Pulogadung. Ho : ρ = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel ketepatan penggunaan input (unsur-unsur pelatihan) terhadap
peningkatan
kesejahteraan
mustahik
di
Empowering Centre Pulogadung. b. Variabel Tercapainya Tujuan dan Sasaran Pelatihan (X ) Ha : ρ ≠ 0, terdapat pengaruh tercapainya
yang
tujuan dan
signifikan
antara
variabel
sasaran pelatihan terhadap
peningkatan kesejahteraan mustahik di Empowering Centre Pulogadung. Ho : ρ = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel tercapainya
tujuan dan
sasaran pelatihan terhadap
peningkatan kesejahteraan mustahik di Empowering Centre Pulogadung.
16
Ibid., h. 140-141.
BAB IV GAMBARAN UMUM RUMAH ZAKAT
A.
Sejarah Berdirinya Rumah Zakat Salah satu tokoh da'i muda yang berasal dari Bandung, Abu Syauqi,
bersama beberapa rekannya di kelompok pengajian Majelis Ta'lim Ummul Quro sepakat membentuk lembaga sosial yang concern pada bantuan kemanusiaan. Pada tanggal 2 Juli 1998, terbentuklah sebuah organisasi kemanusiaan bernama Dompet Sosial Ummul Quro (DSUQ). DSUQ memiliki sekretariat yang beralamat di Jl. Turangga 33 Bandung, sekaligus sebagai tempat kajian. Ketika jama’ah pengajian semakin berkembang, dipergunakanlah Masjid Al-Manaar yang berada di Jl. Puter Bandung sebagai tempat kajian rutin. Dukungan masyarakat yang terus meluas
mendorong dilakukannya
pengelolaan organisasi ini agar memiliki manajemen yang lebih baik. Kantor sekretariat yang semula bertempat di Jl. Turangga 33 Bandung, pindah ke Jl. Dederuk 30 Bandung berdekatan dengan forum pengajian di Masjid Al-Manaar. Antusiasme masyarakat akan perlunya organisasi kemanusiaan semakin meningkat. Masyarakat memandang penting misi sosial seperti ini diteruskan bahkan untuk kiprah yang lebih luas. Dengan melihat fenomena tersebut, maka dirintislah program beasiswa pendidikan yatim dan dhuafa, layanan kesehatan, rehabilitasi masyarakat miskin kota dan program pemberdayaan ekonomi. Perluasan mulai dilakukan dengan membuka Kantor Cabang Yogyakarta, pada
46
47
bulan Mei 2000 yang beralamat di Jl. Veteran 9. Kantor Cabang Bandung dipindahkan ke sekretariat awal di Jl. Turangga 33 Bandung. Seiring dengan berjalannya waktu dan meningkatnya kualitas kepercayaan masyarakat dalam perjalanannya mengemban berbagai misi kemanusiaan, maka DSUQ mendapat pengukuhan secara resmi oleh pemerintah sebagai lembaga amil zakat tingkat nasional tepat pada tanggal 18 Maret 2003 berdasarkan SK Menteri Agama RI No. 157 dan sejak saat itu DSUQ mengusung nama baru menjadi Rumah Zakat Indonesia. Dengan mengusung nama baru itu pula semakin menuntut lembaga ini untuk meningkatkan profesionalisme dalam mengelola Zakat, Infaq, Shodaqah dan Wakaf (ZISWAF) dengan memperluas jaringan ke seluruh Indonesia dan menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga donor dari dalam dan luar negeri. Fokus kerja dari lembaga ini adalah pada penghimpunan ZISWAF dan menyalurkannya dalam bentuk program-program yang produktif di bidang ekonomi, pendidikan dan kesehatan. Krisis global 2009 banyak diprediksikan mulai pulih pada tahun 2010, namun tantangan sosial dan ekonomi tak lebih mudah dihadapi. Rumah Zakat Indonesia menyikapi hal ini dengan melakukan rangkaian adaptasi dan perubahan menuju organisasi berskala global. Pada tanggal 5 April 2010, Rumah Zakat Indonesia resmi meluncurkan nama baru “Rumah Zakat”, yang berpusat di kota Bandung tepatnya Jl. Turangga No. 25 C. Dengan mengusung tiga brand value baru : Trusted, Progressive dan Humanitarian, Rumah Zakat menajamkan
48
karakter menuju “World Class Socio-Religious Non Governance Organization (NGO)”.1 B.
Sejarah Berdirinya Empowering Centre Pulogadung. Empowering Centre merupakan infrastruktur yang menjadi pusat aktivitas
pemberdayaan masyarakat di wilayah Integrated Community Development (ICD) Rumah Zakat. Tempat ini didirikan sebagai fasilitas penunjang proses pendampingan dan monitoring pemberdayaan seluruh aspek kehidupan warga ICD, seperti bidang ekonomi, sosial hingga aktivitas keagamaan. Di wilayah Jakarta Timur, ICD Pulogadung adalah salah satu ICD percontohan. Keistimewaannya adalah dengan dibentuknya Empowering Centre Pulogadung. Sebelum dibentuk Empowering Centre, ibu-ibu yang mengikuti program pelatihan dari Rumah Zakat mengalami kesulitan karena tidak tersedianya tempat untuk mengadakan kegiatan pelatihan. Mereka hanya mengandalkan rumah salah satu peserta yang sekiranya bersedia dan menunjang sebagai tempat pelatihan. Empowering Centre Pulogadung berdiri sejak bulan Februari 2010. Alasan perlu dibangunnya Empowering Centre Pulogadung adalah untuk memudahkan proses pendampingan dan monitoring pemberdayaan seluruh aspek kehidupan warga ICD Pulogadung, khususnya untuk pelatihan program Cake House, pelatihan menjahit dan program pemberdayaan lainnya. Harapannya, dengan adanya Empowering Centre, ibu-ibu peserta pelatihan dapat melaksanakan kegiatannya dengan maksimal. Selain digunakan sebagai pusat inkubasi
1
Sejarah Rumah Zakat, artikel diakses pada 6 Juni 2011 dari http://www.rumahzakat.org
49
pemberdayaan masyarakat, Empowering Centre Pulogadung juga digunakan sebagai kantor untuk memonitor seluruh kegiatan pemberdayaan di beberapa wilayah ICD Jakarta Timur oleh para Member Relation Officer (MRO), yakni SDM yang bertugas memonitor dan memberikan pendampingan kepada para anggota penerima program dari Rumah Zakat.2 C.
Visi dan Misi Visi : Menjadi Lembaga Amil Zakat bertaraf internasional yang unggul dan terpercaya. Misi : 1. Membangun kemandirian masyarakat melalui pemberdayaan secara produktif. 2. Menyempurnakan kualitas pelayanan masyarakat melalui keunggulan insani.3
D.
Budaya Kerja 1. Amanah 2. Profesional 3. Kemudahan 4. Sinergi 5. Ketepatan Penyaluran 6. Kejelasan Laporan4
2
Wawancara Pribadi dengan Maskur Anshor, ICD Head Jakarta Timur, Empowering Centre Pulogadung, jl. Pulo Asem Utara 3 Rt.09/01 No. 02 Pulogadung-Jakarta Timur, Rabu, 8 Juni 2011. 3 Visi & Misi Rumah Zakat, artikel diakses pada 6 Juni 2011 dari http://www.rumahzakat.org
50
E.
Struktur Organisasi Rumah Zakat
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Rumah Zakat per 17 Juni 2011 Adapun job description masing-masing bagian adalah sebagai berikut 5: 1. Chief Executive Officer (CEO) : Ir. Rachmat Ari Kusumanto, ST Mengembangkan perencanaan strategis untuk mencapai misi dan tujuan Rumah Zakat. 2. Chief Fundraising Officer (CFO) : Rachmat Noviar Bustary Memastikan
dan
menjamin
target
penerimaan
dana
nonsuperinfak tercapai.
4 Budaya Kerja Rumah Zakat, artikel diakses pada 6 Juni 2011 dari http://www.rumahzakat.org 5 Wawancara Pribadi dengan Andina Dian Wulansari, Operating Improvement and Development Dept. Head,
[email protected], Senin, 25 Juli 2011.
51
3. Chief Superinfak Officer (CSO) : Asep Mulyadi Memastikan dan menjamin target penerimaan dana superinfak tercapai. 4. Chief Operating Officer (COO) : R. Herry Hermawan Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan operasional harian lembaga yang meliputi pengelolaan SDM, aset dan finance, agar tercapainya SDM yang produktif, financial performance yang baik serta didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai. 5. Chief Program Officer (CPO) : Nur Efendi Bertanggung jawab atas perencanaan, pengintegrasian, penyelenggaraan program, pengontrolan, penyusunan strategi, dan realisasi terhadap dana yang siap disalurkan oleh Rumah Zakat. 6. Strategic Development and Risk Management Group Head : Azlia Sovni Merencanakan, menyusun dan mengembangkan sistem dan strategi yang terintegrasi antara bagian-bagian yang berkaitan demi mewujudkan Rencana Jangka Panjang dan Pendek (RJPP) lembaga yang bersesuaian sehingga dapat menciptakan hasil kerja yang optimal. 7. Corporate Secretary : Muhammad Tri Harmoko Bertanggung jawab atas pengelolaan data lembaga, panduan service dan komunikasi, serta kebijakan promosi baik yang bersifat internal maupun eksternal.
52
F.
Struktur Organisasi ICD Jakarta Timur6
ICD Head Jakarta Timur
MRO Pulogadung
MRO Cakung
MRO Cilincing Koja
MRO Matraman
MRO Gambir
Gambar 4.2 Struktur Organisasi ICD Jakarta Timur Keterangan : ICD Head Jakarta Timur
: Maskur Anshor
MRO Pulogadung
: Budi Rahardjo
MRO Cakung
: Andri Nurdianto
MRO Cilincing - Koja
: Riwanto
MRO Matraman
: Eka Kurniawan
MRO Gambir
: Ibrahim Muhajirin
G.
Program-program 1. Senyum Juara a. Beasiswa Ceria SD-SMA Program beasiswa serta pembinaan berkala sebanyak 2 (dua) kali per bulan, untuk pelajar usia SD-SMA. Penerima beasiswa adalah siswa 6
Wawancara Pribadi dengan Maskur Anshor, ICD Head Jakarta Timur, Empowering Centre Pulogadung, jl. Pulo Asem Utara 3 Rt.09/01 No. 02 Pulogadung-Jakarta Timur, Rabu, 8 Juni 2011.
53
dari keluarga kurang mampu dan/atau berprestasi. Periode komitmen donasi minimal selama 1 tahun. Program Beasiswa Ceria SD-SMA ini bertujuan mengurangi angka putus pendidikan formal melalui pemberian beasiswa bagi anak usia sekolah. Mulai dari jenjang SD, SMP, hingga SMA yang berasal dari
keluarga
miskin.
Beasiswa
Ceria
ini
dapat
menjamin
keberlangsungan pendidikan mereka selama minimal 1 (satu) tahun ke depan. Disamping beasiswa, anak juara juga mendapatkan pembinaan non formal rutin Kids Learning Centre (KLC) secara berkala sesuai dengan jenjang pendidikan dan potensi mereka dipandu mentor-mentor berkualitas. b. Beasiswa Mahasiswa Program beasiswa serta pembinaan berkala sebanyak 2 (dua) kali per bulan, untuk mahasiswa. Penerima beasiswa adalah mahasiswa kurang mampu dan/atau berprestasi, serta bersedia menjadi mentor anak asuh selama mengikuti program. Periode komitmen donasi minimal selama 1 tahun. c. Beasiswa Juara bagi siswa SD dan SMP Juara Program beasiswa bagi siswa SD dan/atau SMP Juara, sekolah gratis berkualitas binaan Rumah Zakat. Siswa yang belajar di Sekolah Juara baik tingkat SD maupun SMP mendapatkan fasilitas pembelajaran berkualitas secara gratis. Dengan konsep kelas kecil dan pengembangan multiple intelligences, pembelajaran bisa lebih optimal.
54
d. Kemah Juara Ajang kreasi dan rekreasi dilengkapi dengan kompetisi, olah raga dan seni, yang ditujukan untuk mengasah setiap potensi yang dimiliki oleh anak juara binaan Rumah Zakat. Kegiatan ini akan diadakan secara serempak di seluruh Regional Rumah Zakat. Program kreasi dan rekreasi bagi anak Juara ini diadakan setiap liburan sekolah akhir tahun. Bentuk kegiatannya berupa kegiatan berkemah bersama untuk melatih sosialisasi dan kemandirian. e. SD Juara Program pendidikan sekolah dasar, untuk memberikan pendidikan gratis dan berkualitas bagi masyarakat yang membutuhkan. Penerapan konsep multiple intelligences memungkinkan para siswa untuk menggali beragam potensi sehingga menjadi insan mandiri dengan mental juara, yang menjadi pondasi mendasar long life motivation. Disertai pula dengan program Gizi Sang Juara dan program Pusat Pengembangan Potensi Anak (P3A) untuk siswa. Hingga Mei 2010 telah berdiri 10 (sepuluh) SD Juara yakni di Medan, Pekanbaru, Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Bandung, Cimahi, Yogyakarta, Semarang dan Surabaya. f. SMP Juara Program pendidikan sekolah menengah untuk memberikan pendidikan gratis dan berkualitas bagi masyarakat yang membutuhkan. Penerapan konsep multiple intelligences memungkinkan para siswa untuk
55
menggali beragam potensi sehingga menjadi insan mandiri dengan mental juara, yang menjadi pondasi mendasar long life motivation. Disertai pula dengan program Gizi Sang Juara untuk siswa. Hingga saat ini baru berdiri 1 (satu) SMP Juara yakni di wilayah Bandung. g. Pusat Pengembangan Potensi Anak (P3A) Program ini merupakan pembinaan lanjutan bagi anak juara yang mengarah pada pemberdayaan potensi anak menuju kemandirian. P3A menyediakan dua pilihan program yang digulirkan yaitu : 1) Kelas Multimedia Dapat diakses oleh seluruh anak juara dengan program operasi yang diberikan mulai dari level pengenalan komputer, internet hingga dapat berwirausaha melalui komputer. 2) Kelas Musik & Vokal Melalui penelusuran minat bakat, anak juara yang memiliki bakat di bidang musik dan vokal dilatih menjadi musikus atau vokalis profesional. Instruktur pengajar adalah profesional di bidangnya. h. Mobil Juara Mobil Juara adalah sumber belajar bergerak yang diperuntukkan khususnya bagi anak di wilayah Integrated Community Development (ICD) Rumah Zakat dan umumnya anak-anak Indonesia yang membutuhkan pencerahan dalam dunia pendidikan. Mobil ini didisain untuk menghadirkan nuansa pembelajaran yang atraktif, terdiri dari buku, audio visual, serta komputer yang terhubung ke internet.
56
Program pembelajaran ini dirancang untuk mengembangkan seluruh potensi kecerdasan. Program pelayanan pendidikan ini diberikan secara gratis. Layanan ini sangat membantu masyarakat yang kesulitan pada akses pendidikan khususnya di wilayah pelosok. i. Gizi Sang Juara Program pemenuhan gizi siswa SD/SMP Juara agar memenuhi angka kecukupan gizi yang menunjang proses tumbuh kembang anak. Pemberian makanan dilakukan di waktu efektif sekolah (optional), yaitu 07.30 - 14.00 untuk jam reguler belajar dan/atau 14.00 - 15.30 untuk jam ekstrakurikuler. j. Lab Juara Program penyediaan sarana pendidikan berupa Laboratorium Komputer dan/atau Bahasa di Sekolah Juara. 2. Senyum Sehat a. Layanan Bersalin Gratis (LBG) LBG merupakan program pemberian layanan kesehatan untuk penerima manfaat ibu hamil di wilayah ICD yang meliputi pemeriksaan kehamilan hingga tindakan persalinan secara gratis. Program ini bekerjasama dengan bidan mitra terdekat di seluruh kota jaringan Rumah Zakat. b. Siaga Sehat Program Siaga Sehat bertujuan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat di wilayah ICD. Variasi program siaga sehat 2011
57
meliputi Siaga Sehat Kuratif (Pengobatan Umum) dan Siaga Sehat Promotif (Penyuluhan/Edukasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat-PHBS). Program layanan kesehatan ini diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah ICD dengan pendekatan yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. c. Armada Sehat Keluarga (AMARA) AMARA merupakan program pelayanan kesehatan secara komperehensif yang dilaksanakan secara mobile dan reguler di wilayah ICD setiap bulan selama satu tahun. Program ini mencakup berbagai aspek layanan meliputi pemeriksaan kehamilan dan pemberian suplemen untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan umum dan gigi tingkat dasar, penyuluhan kesehatan untuk masyarakat, pemeriksaan tumbuh kembang balita dan pemberian makanan tambahan untuk anak dan balita. d. Siaga Gizi Balita Program Siaga Gizi Balita adalah program perbaikan gizi balita yang terindikasi Bawah Garis Merah (BGM) dalam Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk meningkatkan kualitas tumbuh kembang balita terutama yang berasal dari keluarga kurang mampu. Program ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan gizi balita di daerah ICD yang mengalami kekurangan gizi. Pengembangan program pada tahun 2011 meliputi peningkatan kuantitas bantuan pangan yang diberikan, serta peningkatan pendampingan keluarga balita.
58
e. Ambulans Ringankan Duka (ARINA) ARINA merupakan program pelayanan kesehatan berupa armada ambulans beserta operasional selama satu tahun untuk pengantaran pasien dari dan ke Rumah Sakit dan jenazah menuju pemakaman. Pelayanan ini ditujukan bagi masyarakat kurang mampu tanpa dikenai biaya. f. Program Khitanan Program khitanan diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan anak mustahik, terutama yang tinggal di wilayah ICD di kota jaringan Rumah Zakat bekerjasama dengan tenaga medis yang profesional di bidangnya. g. Rumah Bersalin Gratis (RBG) Program Rumah Bersalin Gratis, meliputi sewa bangunan RBG, set up RBG, pengadaan peralatan dan perlengkapan (termasuk 1 unit ambulans), perekrutan SDM, perijinan, serta operasional selama 1 tahun. Program ini ditujukan bagi ibu hamil yang berasal dari keluarga kurang mampu yang memiliki akses minim terhadap fasilitas kesehatan. Selain itu RBG juga memiliki poliklinik umum beserta tim medis lengkap untuk memberikan layanan kesehatan tingkat dasar bagi ibu dan anak serta masyarakat kurang mampu pada umumnya. h. Revitalisasi Posyandu Program revitalisasi posyandu merupakan rangkaian program yang
dilaksanakan
dengan
tujuan
untuk
mengembalikan
dan
59
meningkatkan fungsi serta kinerja Posyandu dalam meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak. i. Operasi Katarak Gratis Program layanan operasi katarak gratis bagi masyarakat kurang mampu yang membutuhkan, meliputi tindakan medis operasi oleh tenaga medis profesional, fasilitas transportasi menuju Rumah Sakit, fasilitas kesehatan untuk operasi, obat serta check up pasca operasi. j. Jaminan Kesehatan Keluarga Sebuah program penjaminan dana kesehatan untuk pemeliharaan kesehatan secara berkala, bagi keluarga inti yang menjadi member pemberdayaan Rumah Zakat meliputi ayah, ibu dan dua orang anak usia sekolah. 3. Senyum Mandiri a. Empowering Centre Pusat pemberdayaan masyarakat berupa infrastruktur dan sarana penunjang aktivitas komunitas dan lingkungan, disertai pendampingan di wilayah ICD binaan Rumah Zakat dan mitra. Aktivitas Empowering Centre dilaksanakan berdasarkan studi kelayakan potensi sumber daya di masing-masing wilayah. Pusat pemberdayaan ini bertujuan meningkatkan keterampilan dan pengetahuan masyarakat sehingga mampu meningkatkan taraf hidupnya. Dengan program ini diharapkan masyarakatnya semakin hidup layak.
60
b. Kelompok Usaha Kecil Mandiri (KUKMI) Program pendampingan dan bantuan modal usaha bagi member yang telah memiliki usaha mikro, dengan mekanisme pengelompokkan member dalam kelompok usaha. Satu kelompok KUKMI terdiri dari 20 (dua puluh) penerima manfaat, yang juga mendapatkan porsi dana jaminan sosial. Pendampingan KUKMI dilakukan selama satu tahun agar penerima manfaat dapat meningkatkan skala usaha dan kesejahteraan sosial ekonominya. c. Sarana Usaha Mandiri Program pendampingan dan pemberdayaan ekonomi, dalam bentuk pengadaan infrastruktur dan sarana penunjang penerima manfaat dalam kegiatan usahanya. Bantuan sarana usaha diberikan sesuai dengan hasil assessment kelayakan usaha yang dilakukan oleh pendamping program di lapangan. d. Budidaya Agro Program pemberdayaan masyarakat berbasis agro khususnya peternakan.
Pemberdayaan
yang
dikembangkan
antara
lain
pemberdayaan ternak domba (pola breeding) dan sapi gaduh (pola penggemukan). Rumah Zakat juga mengembangkan pemberdayaan agro lain sesuai potensi lokal. Diharapkan dengan program ini potensi agro Indonesia lebih berkembang dan mampu mensejahterakan masyarakat kurang mampu.
61
e. Pelatihan Skill dan Pemberdayaan Potensi Lokal Program pelatihan skill produktif berdasarkan potensi lokal individu dan lingkungan di wilayah ICD. Penerima manfaat program akan mendapatkan fasilitas pelatihan bersertifikasi serta bantuan modal sesuai hasil evaluasi akhir program. Di akhir pelatihan, diharapkan penerima manfaat dapat membuka usaha secara mandiri. f. Cake House Program ini ditujukan untuk membantu meningkatkan skill masyarakat dan medatangkan pendapatan agar kehidupannya lebih layak dan mampu mandiri. Peserta program Cake House mendapat pelatihan, pendampingan serta bantuan modal usaha di bidang produksi makanan (kue dan roti) untuk dikomersilkan. Saat ini mitra binaan Cake House sudah mampu memasarkan produknya secara komersil. g. Water Well Program pengadaan sarana air bersih dan sanitasi publik di wilayah ICD sebagai bagian program akselerasi perilaku hidup bersih dan sehat di tempat tinggal warga. Saat ini akses pelayanan air bersih di kota besar baru mencapai 45 persen, sedangkan di pedesaan juga baru sebesar 10 persen. h. Toilet Sehat Keluarga (TOSKA) TOSKA dibangun agar masyarakat kurang mampu dapat mengakses air bersih dari infrastruktur yang baik dan sesuai standar
62
kesehatan dan sanitasi. Program ini digulirkan sebagai sarana sanitasi keluarga bagi 1 Kepala Keluarga (KK) di kawasan ICD.7 H.
Produk 1. Kornet Super Qurban Super Qurban adalah program optimalisasi pelaksanaan ibadah qurban dengan mengolah dan mengemas daging qurban menjadi kornet. Produk inovatif ini berfungsi sebagai solusi yang mampu menjawab permasalahan pendistribusian daging qurban agar sampai ke daerah-daerah pelosok. Produk ini dapat bertahan dalam waktu 3 tahun dan dapat didistribusikan sepanjang tahun. Program ini efektif untuk pembinaan gizi dan aqidah. Dana yang digunakan untuk pengolahan Kornet Super Qurban ini cukup dengan Rp 1.100.000,-/ekor untuk hewan qurban kambing dan Rp 9.950.000,-/ekor untuk hewan qurban sapi atau retail Rp 1.425.000 setiap satu orang dari keseluruhan 7 orang. Program ini jelas berbeda dengan program yang lain. Biasanya daging qurban yang dibagikan langsung habis dalam waktu sehari tetapi dalam program ini daging qurban dikornetkan dalam bentuk kaleng 200 gram. Hewan qurban yang telah disembelih sesuai syar'i saat hari Qurban, diolah dengan mesin canggih agar tetap klinis dan higienis serta pendistribusiannya bisa lebih panjang dan simpel sehingga dapat menjangkau setiap pelosok nusantara.
7
Program Rumah Zakat, artikel diakses pada 6 Juni 2011 dari http://www.rumahzakat.org
63
2. Siaga Gizi Nusantara Program Siaga Gizi Nusantara adalah program pengadaan makanan siap saji dalam kemasan untuk didistribusikan di kawasan minus, rawan pangan, ataupun wilayah yang terkena bencana. Diharapkan dengan produk ini Rumah Zakat mampu menjadi salah satu lembaga terdepan yang selalu siap siaga mencegah terjadinya krisis pangan di setiap pelosok nusantara. 8 I.
Gambaran Pelatihan Program Cake House Senyum Mandiri Rumah Zakat di Empowering Centre Pulogadung Tahun 2010 Rumah Zakat mencanangkan Gerakan Merangkai Senyum
Indonesia. Di dalamnya terdapat tiga program utama pemberdayaan masyarakat, salah satunya adalah Senyum Mandiri. Senyum Mandiri adalah program pemberdayaan
masyarakat
yang
dilaksanakan
Rumah
Zakat
untuk
memberdayakan ekonomi masyarakat agar mampu mencapai kesejahteraan atau tingkat hidup yang lebih layak. Salah satu program yang terdapat dalam Senyum Mandiri adalah Program Cake House. Program Cake House adalah program pemberdayaan perempuan di bidang produksi makanan jenis kue dan roti, yang kegiatannya meliputi pelatihan, pendampingan, pemberian bantuan modal usaha hingga proses pemasaran.9 1. Tujuan dan Sasaran Pelatihan Secara umum, tujuan diadakannya pelatihan program Cake House ini adalah untuk mewujudkan kemampuan dan integrasi masyarakat agar dapat memberdayakan potensi diri dan lingkungannya secara mandiri. Sasarannya 8 9
Produk Rumah Zakat, artikel diakses pada 6 Juni 2011 dari http://www.rumahzakat.org Tentang Rumah Zakat, artikel diakses pada 22 Maret 2011 dari http://rumahzakat.org
64
adalah berupa peningkatan pendapatan usaha dan skill penerima manfaat (peserta pelatihan). Dalam aspek peningkatan skill, maka support terhadap pemberian bekal keterampilan pelatihan membuat aneka jenis kue menjadi penting. Diharapkan dengan semakin banyak ilmu varian kue baru yang dimiliki peserta pelatihan, akan menambah jenis produk yang diproduksi oleh ibu-ibu. Seperti yang diketahui bersama bahwa trend pasar mengalami fluktuatif, selera konsumen cepat berubah. Jika ibu-ibu peserta pelatihan meningkatkan skill dan pengetahuan baru tentang jenis kue yang sedang trend atau diprediksi mampu menyedot perhatian konsumen, maka hal ini akan ikut meningkatkan pendapatan mereka yang secara langsung akan memberikan dampak positif terhadap perekonomian mereka. 10 2. Langkah-langkah Penyusunan Pelatihan a. Melakukan social mapping untuk mengidentifikasi kebutuhan pelatihan sesuai dengan potensi lingkungan dan kondisi masyarakat. b. Menetapkan tujuan dan sasaran pelatihan. c. Menetapkan kriteria keberhasilan dengan alat ukurnya. d. Membentuk tim peserta pelatihan. e. Mengimplementasikan dan mengevaluasi. 3. Unsur-unsur Pelatihan a. Peserta pelatihan (trainee) Dalam sebuah kegiatan pelatihan, penetapan calon peserta pelatihan erat kaitannya dengan keberhasilan proses pelatihan. Sama halnya 10
Ahmad Faizs Alqodri, Manager Area II, Laporan Kegiatan Program Pendampingan Keberdayaan Cake House kerjasama antara PT. PLN ( Persero ) dan Rumah Zakat Indonesia, Bandung, Maret 2010.
65
dengan pelatihan program Cake House. Yang menjadi peserta dalam pelatihan program Cake House adalah : 1) Diprioritaskan untuk mustahik, orang yang tidak mampu (kategori fakir dan miskin atau prasejahtera) yang tinggal di wilayah ICD. Mayoritas peserta dari pelatihan Cake House ini adalah orang tua atau ibu dari anak-anak asuh Rumah Juara (penerima manfaat Program Senyum Juara). 2) Mustahik yang mempunyai keinginan sendiri untuk membuat kue (bukan dipaksakan atau sekedar ikut-ikutan). 3) Mustahik yang memiliki motivasi untuk mencapai kesejahteraan atau tingkat hidup yang lebih layak. Untuk
itu,
sebelum
diadakan
penetapan
sebuah
program
pemberdayaan, terlebih dahulu diadakan social mapping yang bertujuan agar program pemberdayaan tepat sasaran sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan potensi lingkungan yang ada. Hingga saat ini jumlah peserta pelatihan program Cake House di Empowering Centre adalah sebanyak 19 orang yang terbagi dalam dua kelompok. b. Pelatih (trainer) Dalam pelatihan program Cake House, tidak ada kriteria khusus untuk menentukan siapa yang tepat dijadikan sebagai pelatih (instruktur). Hal yang terpenting, instruktur dalam pelatihan ini adalah orang yang sudah ahli dalam membuat berbagai macam jenis kue dan roti. Dalam beberapa kali pertemuan, memang pernah Rumah Zakat memfasilitasi
66
peserta dengan mendatangkan pelatih yang profesional, namun karena keterbatasan biaya, untuk pelatihan selanjutnya Rumah Zakat mencari orang yang sekiranya mau dan mampu untuk berbagi ilmu dengan ibuibu peserta pelatihan. Hal ini dirasakan lebih menguntungkan. Terkadang ibu-ibu peserta pelatihan sendiri yang merekomendasikan instruktur untuk melatih mereka. c. Waktu pelatihan Untuk waktu pelatihan, dapat dilihat pada tabel salah satu contoh rencana program Cake House bulan Maret 2011 sebagai berikut : Tabel 4.1 Waktu Pelaksanaan Program Cake House Bulan Maret 2011 No. Nama Kegiatan 1. Pelatihan
2.
3.
4.
Bentuk Tujuan Strategi Kegiatan Pembuatan Menambah Sharing cake ilmu cake individu
Tempat
Empowering Centre Pulogadung Pelatihan Pembuatan Menambah Sharing Empowering cake ilmu cake individu Centre Pulogadung Pembinaan Discussion Problem Sharing Empowering (FGD) Solving Pengalaman Centre Pulogadung Study Kunjungan Menambah Pabrik Banding Wawasan Pembuatan Sari Roti
Peserta PM Jatinegara Kaum PM Pulogadung
Minggu I II III IV X
All PM Cake House All PM Cake House
d. Metode pelatihan Dalam pelatihan program Cake House, tidak ada metode khusus yang digunakan, seperti layaknya membuat kue sendiri di rumah. Setelah instruktur dan semua peserta datang, Member Relations Officer
X
X
X
67
(MRO) membuka pelatihan. Diawali dengan membaca basmalah, kemudian instruktur dan peserta pelatihan menyiapkan semua bahan dan peralatan yang diperlukan. Setelah pelatihan selesai, MRO dan instruktur serta semua peserta pelatihan melakukan evaluasi terhadap hasil pelatihan. e. Materi pelatihan Materi yang digunakan dalam pelatihan program Cake House ini adalah resep membuat kue. Pemilihan materi pelatihan bisa diajukan oleh peserta pelatihan ataupun instruktur sendiri, tergantung kesepakatan antara peserta dengan instruktur. Agar mudah dipelajari oleh peserta, materi pelatihan berupa resep kue tersebut biasanya disusun secara tertulis. Ini dimaksudkan agar peserta dapat mengulang kembali materi yang telah diberikan di luar kegiatan pelatihan. f. Biaya pelatihan Biaya yang digunakan dalam pelatihan program Cake House sepenuhnya ditanggung oleh pihak Rumah Zakat. Rumah Zakat tidak membutuhkan biaya yang besar untuk mengadakan pelatihan. Selama ini, anggaran biaya yang disediakan selalu mencukupi, sehingga peserta tidak pernah kekurangan biaya dan pelaksanaan pelatihan program Cake House dapat berjalan sesuai dengan rencana. g. Media (sarana) pelatihan Media adalah salah satu komponen yang penting dalam pelatihan, karena berfungsi sebagai unsur penunjang proses pembelajaran. Media
68
yang digunakan dalam pelatihan program Cake House yaitu berupa bahan-bahan dan peralatan yang dibutuhkan untuk membuat kue. Untuk peralatan seperti mixer, loyang, timbangan, kompor, oven dan peralatan pembuat kue lainnya telah disediakan oleh Rumah Zakat. Sedangkan untuk bahan-bahan, peserta bisa mendapatkannya dengan biaya yang telah disediakan oleh Rumah Zakat. h. Fasilitas pelatihan Selain biaya dan peralatan, Rumah Zakat juga menyediakan fasilitas berupa tempat pelatihan di Empowering Centre Pulogadung yang beralamat di Jl. Pulo Asem Utara 3 Rt.09/01 No. 02 PulogadungJakarta Timur. Selain digunakan sebagai tempat pelatihan dan pusat inkubasi pemberdayaan masyarakat, Empowering Centre Pulogadung juga digunakan sebagai kantor untuk monitoring seluruh kegiatan pemberdayaan di beberapa wilayah ICD Jakarta Timur oleh para Member Relation Officer (MRO).11 J.
Faktor-faktor yang Berperan dalam Efektivitas Pelatihan Program Cake House Senyum Mandiri Rumah Zakat di Empowering Centre Pulogadung 1. Biaya yang ditanggung sepenuhnya oleh Rumah Zakat untuk mengadakan pelatihan. 2. Sarana pelatihan yang lengkap berupa peralatan untuk membuat kue yang telah disediakan Rumah Zakat. 11
Wawancara Pribadi dengan Maskur Anshor, ICD Head Jakarta Timur, Empowering Centre Pulogadung, jl. Pulo Asem Utara 3 Rt.09/01 No. 02 Pulogadung-Jakarta Timur, Rabu, 8 Juni 2011.
69
3. Tersedianya
fasilitas tempat untuk mengadakan pelatihan di
Empowering Centre Pulogadung. 4. Media yang digunakan dalam pelatihan berupa bahan-bahan untuk membuat kue yang telah disediakan Rumah Zakat. 5. Waktu yang cukup untuk mustahik dalam melakukan pelatihan. 6. Materi pelatihan yang diberikan dalam bentuk tulisan memudahkan peserta untuk memahaminya.
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Pengolahan Uji Instrumen Untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini, peneliti menyebarkan
kuesioner kepada 19 orang responden yang merupakan peserta pelatihan program Cake House yang diadakan oleh Rumah Zakat di Empowering Centre Pulogadung. Kuesioner tersebut berjumlah 45 butir pernyataan mengenai efektivitas pelatihan program Cake House dan tingkat kesejahteraan responden setelah mengikuti pelatihan. Berdasarkan
pengujian
reliabilitas
uji
instrumen
keseluruhan
dengan
menggunakan bantuan komputer SPSS 18.0 for windows diperoleh nilai reliabilitas uji instrumen sebesar 0.488 (lihat lampiran 5). Nilai tersebut menunjukkan tingkat keandalan alat ukur yang baik. Dengan kata lain uji instrumen terhadap 19 responden dengan memberikan 45 butir pernyataan secara keseluruhan dianggap valid dan reliabel. B.
Data-data Hasil Penelitian Lapangan 1. Deskripsi Data Responden Penelitian Dari 19 kuesioner yang telah terkumpul, peneliti mengklasifikasikan data
mengenai identitas responden ke dalam lima bagian, yaitu karakteristik responden berdasarkan usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, tingkat penghasilan per bulan dan
70
71
lamanya mengikuti pelatihan. Selanjutnya akan dijelaskan dalam bentuk tabel beserta uraiannya. a. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia No.
Usia
Frekuensi
Persentase
1.
29 - 33 tahun
3 Responden
15,8%
2.
34 - 38 tahun
1 Responden
5,3 %
3.
39 - 43 tahun
10 Responden
52,6 %
4.
44 - 48 tahun
5 Responden
26,3 %
Berdasarkan tabel 5.1, diketahui bahwa karakterisitik responden berdasarkan usia adalah sebanyak 3 orang responden berusia 29-33 tahun, kemudian sebanyak 1 orang responden berusia 34-38 tahun, sebanyak 10 orang responden berusia 39-43 tahun dan sebanyak 5 orang responden berusia 44-48 tahun. Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa mayoritas yang mengikuti pelatihan tersebut adalah responden dengan usia 39-43 tahun.
72
b. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir No.
Pendidikan
Frekuensi
Persentase
1.
SD
3 Responden
15,8%
2.
SMP
6 Responden
31,6%
3.
SMA
10 Responden
52,6%
Berdasarkan tabel 5.2, diketahui bahwa karakterisitik responden berdasarkan pendidikan terakhir adalah sebanyak 3 orang responden berpendidikan SD, kemudian sebanyak 6 orang responden berpendidikan SMP dan sebanyak 10 orang responden berpendidikan SMA. Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa mayoritas yang mengikuti pelatihan tersebut adalah responden dengan pendidikan terakhir SMA. c. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Tabel 5.3 Karakteristik Reponden Berdasarkan Pekerjaan No.
Pekerjaan
Frekuensi
Persentase
1.
Tidak Bekerja (Ibu RT)
13 Responden
68,4%
2.
Bekerja (Wiraswasta)
6 Responden
31,6%
73
Berdasarkan tabel 5.3, diketahui bahwa karakterisitik responden berdasarkan pekerjaan adalah sebanyak 13 orang responden tidak bekerja atau ibu rumah tangga dan sebanyak 6 orang responden bekerja atau sebagai wiraswasta. Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa mayoritas yang mengikuti pelatihan tersebut adalah responden yang tidak bekerja atau ibu rumah tangga. d. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Penghasilan per Bulan Tabel 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Penghasilan per bulan No.
Tingkat Penghasilan
Frekuensi
Persentase
per Bulan 1.
≤ 500.000
3 Responden
15,8%
2.
600.000 - 1.000.000
4 Responden
21,1%
3.
1.100.000 - 1.500.000
6 Responden
31,6%
4.
1.600.000 - 2.000.000
2 Responden
10,5%
5.
> 2.000.000
4 Responden
21,1%
Berdasarkan tabel 5.4, diketahui bahwa karakterisitik responden berdasarkan tingkat penghasilan per bulan adalah sebanyak 3 orang responden memiliki penghasilan ≤ 500.000 per bulan, kemudian sebanyak 4 orang responden memiliki penghasilan antara 600.000 hingga 1.000.000 per bulan, kemudian sebanyak 6 orang responden memiliki penghasilan antara 1.100.000 hingga 1.500.000 per bulan, sebanyak 2 orang responden memiliki penghasilan antara 1.600.000 hingga 2.000.000
74
per bulan dan sebanyak 4 orang responden memiliki penghasilan > 2.000.000 per bulan. Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa mayoritas yang mengikuti pelatihan tersebut adalah responden yang memiliki penghasilan antara 1.100.000 hingga 1.500.000 per bulan. e. Karakteristik Responden Berdasarkan Lamanya Mengikuti Pelatihan Tabel 5.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Lamanya Mengikuti Pelatihan No.
Jenis Pekerjaan
Frekuensi
Persentase
1.
< 6 bulan
10 Responden
52,6%
2.
7 bulan - 1 tahun
9 Responden
47,4%
Berdasarkan tabel 5.5, diketahui bahwa karakterisitik responden berdasarkan lamanya mengikuti pelatihan adalah sebanyak 10 orang responden telah mengikuti pelatihan dalam waktu < 6 bulan dan sisanya sebanyak 9 orang responden telah mengikuti pelatihan dalam waktu antara 7 bulan hingga 1 tahun. Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa mayoritas yang mengikuti pelatihan tersebut adalah responden yang telah mengikuti pelatihan dalam waktu < 6 bulan. 2. Deskripsi Kuesioner Penelitian Berdasarkan hasil kuesioner yang telah disebar kepada 19 orang responden, diperoleh data sebagai berikut :
75
a. Efektivitas Pelatihan Program Cake House Senyum Mandiri Rumah Zakat 1) Ketepatan Penggunaan Input (Unsur-unsur Pelatihan) Tabel 5.6 Respon Mustahik Peserta Pelatihan Cake House Terhadap Variabel Ketepatan Penggunaan Input (Unsur-unsur Pelatihan) Pernyataan
1.
2.
3. 4.
5.
6.
7.
8.
Instruktur (pelatih) dalam program Cake House menyampaikan materinya dengan baik sehingga mudah dimengerti oleh peserta. Menurut saya, metode yang digunakan dalam pelatihan Cake House ini sudah tepat. Waktu yang digunakan untuk pelatihan sangat kondusif. Tanpa adanya instruktur (pelatih), ibu-ibu peserta program Cake House dapat mempelajari materinya sendiri. Materi berupa resep kue atau resep makanan yang digunakan dalam pelatihan sudah relevan (sesuai) dengan kebutuhan (pangsa pasar) saat ini. Saya sering tidak dapat mengikuti kegiatan pelatihan karena waktunya mengganggu aktivitas rumah tangga saya. Biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan pelatihan tidak memberatkan peserta karena ditanggung sepenuhnya oleh Rumah Zakat. Menurut saya, sarana (fasilitas) yang digunakan dalam pelatihan program Cake House ini sudah
SS
S
N
TS
STS
Skor
Ranking
9
10
0
0
0
85
3
5
14
0
0
0
81
5
5
14
0
0
0
81
5
2
12
0
5
0
68
8
4
14
0
1
0
78
6
1
1
0
16
1
42
9
12
7
0
0
0
88
1
11
8
0
0
0
87
2
76
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
sangat mendukung (lengkap) sehingga ibu-ibu tidak perlu repot membawa peralatan dari rumah. Bahan-bahan yang digunakan dalam pelatihan program Cake House sangat mudah didapatkan di toko-toko kue atau pasar swalayan terdekat. Menurut saya, dana yang disediakan Rumah Zakat untuk kegiatan pelatihan tidak cukup untuk membeli bahan-bahan yang diperlukan. Waktu yang digunakan dalam pelatihan terlalu sedikit sehingga saya tidak memahami materinya secara keseluruhan. Tempat yang digunakan untuk pelatihan sangat luas dan mendukung kegiatan pelatihan. Materi yang diberikan dalam pelatihan tidak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki peserta. Dikarenakan lokasi pelatihan yang cukup jauh, saya jarang datang untuk mengikuti pelatihan. Menurut saya, pelatihan akan berhasil jika seluruh peserta aktif dalam kegiatan pelatihan. Jika latihan hari ini tidak berhasil, akan diadakan pengulangan materi yang sama di waktu yang akan datang hingga mencapai hasil yang baik.
10
8
0
0
1
83
4
1
0
0
10
8
33
13
0
4
0
10
5
41
10
4
13
0
2
0
76
7
0
2
0
13
4
38
11
0
1
0
13
5
35
12
5
12
0
1
1
76
7
7
9
0
2
1
76
7
Dari tabel 5.6, dapat diketahui bahwa respon mustahik peserta pelatihan program Cake House terhadap variabel ketepatan penggunaan unsur-unsur pelatihan yang menempati ranking pertama adalah biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan
77
pelatihan tidak memberatkan peserta karena ditanggung sepenuhnya oleh Rumah Zakat. Hal tersebut menunjukkan bahwa unsur biaya yang digunakan dalam pelatihan program Cake House sudah tepat. Hal ini diduga bahwa efektivitas pelatihan program Cake House disebabkan karena unsur biaya yang ditanggung sepenuhnya oleh Rumah Zakat. Sedangkan respon mustahik peserta pelatihan program Cake House terhadap variabel ketepatan penggunaan unsur-unsur pelatihan yang menempati ranking terakhir adalah dana yang disediakan Rumah Zakat untuk kegiatan pelatihan tidak cukup untuk membeli bahan-bahan yang diperlukan. Hal tersebut menunjukkan bahwa mustahik merasa dana yang disediakan Rumah Zakat cukup untuk membeli bahan-bahan yang diperlukan. Hal ini diduga pelatihan dapat berjalan efektif dikarenakan oleh ketepatan penggunaan unsur biaya dalam pelatihan. 2) Tercapainya Tujuan dan Sasaran Pelatihan Tabel 5.7 Respon Mustahik Peserta Pelatihan Cake House Terhadap Variabel Tercapainya Tujuan dan Sasaran Pelatihan Pernyataan
SS
S
N
TS
STS
Skor
17. Program Cake House adalah program yang diberikan Rumah Zakat untuk meningkatkan pengetahuan ibu-ibu mengenai cara membuat kue. 18. Dengan mengikuti program Cake House saya dapat meningkatkan potensi agar pendapatan keluarga meningkat.
7
11
0
1
0
81
5
7
12
0
0
0
83
3
19. Menurut saya, pelatihan program Cake House dapat meningkatkan
11
8
0
0
0
87
1
Ranking
78
keterampilan saya. 20. Program Cake House yang diadakan Rumah Zakat tidak dapat membuat saya mandiri. 21. Saya dapat mengembangkan ide dan gagasan saya dalam pelatihan program Cake House. 22. Pelatihan yang diberikan program Cake House tidak dapat membantu meningkatkan keterampilan saya. 23. Dengan mengikuti program Cake House saya termotivasi untuk dapat memiliki usaha sendiri. 24. Saya mengikuti pelatihan program Cake House ini karena sadar bahwa saya harus berusaha untuk hidup lebih baik lagi. 25. Bagi saya, pelatihan program Cake House merupakan hal yang sia-sia. 26. Pelatihan program Cake House meningkatkan kesadaran saya untuk berusaha hidup lebih layak. 27. Menurut saya, pelatihan program Cake House justru membuat saya menjadi malas dan ketergantungan. 28. Saya tidak mampu menggunakan potensi yang saya miliki di luar kegiatan pelatihan. 29. Saya mengikuti kegiatan pelatihan karena ikut-ikutan dengan ibu-ibu yang lain. 30. Dengan mengikuti program Cake House saya mampu melatih peserta lain untuk mengembangkan potensinya.
0
0
0
12
7
31
11
5
13
0
1
0
79
6
0
2
0
12
37
8
8
11
0
0
0
84
2
6
13
0
0
0
82
4
0
0
0
11
8
30
12
7
12
0
0
0
83
3
0
0
0
11
8
30
12
0
0
0
14
5
33
10
0
0
0
15
4
34
9
5
10
0
4
0
73
7
5
79
Dari tabel 5.7, dapat diketahui bahwa respon mustahik peserta pelatihan program Cake House terhadap variabel tercapainya tujuan dan sasaran pelatihan yang menempati ranking pertama adalah pelatihan program Cake House dapat meningkatkan keterampilan mustahik. Hal tersebut menunjukkan bahwa sasaran pelatihan program Cake House tercapai. Hal ini diduga bahwa dengan tercapainya peningkatan keterampilan mustahik, maka pelatihan dapat dikatakan efektif. Sedangkan respon mustahik peserta pelatihan program Cake House terhadap variabel tercapainya tujuan dan sasaran pelatihan yang menempati ranking terakhir adalah pelatihan yang diberikan program Cake House merupakan hal yang sia-sia dan membuat mustahik menjadi malas dan ketergantungan. Hal tersebut menunjukkan bahwa mustahik merasa sebaliknya, justru dengan mengikuti pelatihan program Cake House mustahik dapat meningkatkan keterampilan yang dimilikinya. Hal ini diduga dengan tercapainya sasaran pelatihan berupa peningkatan keterampilan, maka pelatihan dapat dikatakan efektif. Tabel 5.8 Rekapitulasi Rata-rata Skor Variabel Efektivitas Pelatihan Program Cake House No Variabel Efektivitas Pelatihan Program
Rata-Rata Skor
Ranking
66,8
1
60,5
2
Cake House 1
Ketepatan
Penggunaan
Unsur-unsur
Pelatihan 2
Tercapainya Pelatihan
Tujuan
dan
Sasaran
80
Dari tabel 5.8, dapat diketahui rekapitulasi rata-rata skor variabel efektivitas pelatihan program Cake House, yang menempati ranking pertama adalah variabel ketepatan penggunaan unsur-unsur pelatihan yaitu biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan pelatihan tidak memberatkan peserta karena ditanggung sepenuhnya oleh Rumah Zakat. Hal tersebut menunjukkan bahwa unsur biaya yang digunakan dalam pelatihan program Cake House sudah tepat. Hal ini diduga bahwa efektivitas pelatihan program Cake House disebabkan karena unsur biaya yang ditanggung sepenuhnya oleh Rumah Zakat. Adapun rekapitulasi rata-rata skor variabel efektivitas pelatihan program Cake House yang menempati ranking terakhir adalah variabel tercapainya tujuan dan sasaran pelatihan yaitu pelatihan yang diberikan program Cake House merupakan hal yang sia-sia dan membuat mustahik menjadi malas dan ketergantungan. Hal tersebut menunjukkan bahwa mustahik merasa sebaliknya, justru dengan mengikuti pelatihan program Cake House mustahik dapat meningkatkan keterampilan yang dimilikinya. Hal ini diduga dengan tercapainya sasaran pelatihan berupa peningkatan keterampilan, maka pelatihan dikatakan efektif. b. Kesejahteraan Mustahik Tabel 5.9 Respon Mustahik Peserta Pelatihan Cake House Terhadap Variabel Kesejahteraan Mustahik Pernyataan
31. Setelah mengikuti pelatihan, saya mengalami peningkatan pendapatan.
SS
S
N
TS
STS
Skor
Ranking
7
9
0
3
0
77
2
81
32. Dengan adanya pelatihan program Cake House saya dapat memiliki usaha yang produktif. 33. Sekarang, saya dapat menerapkan pola makan yang sehat yaitu memenuhi standar 4 sehat 5 sempurna minimal 2 kali sehari. 34. Saya memiliki kendaraan bermotor yang dapat menunjang aktivitas untuk meningkatkan penghasilan baik untuk bekerja maupun usaha. 35. Dengan mengikuti program Cake House saya dapat memiliki tabungan di bank. 36. Saya memiliki tempat tinggal yang layak. 37. Saya memiliki kemampuan memenuhi kebutuhan sandang (pakaian). 38. Saya memiliki kemampuan untuk membeli aset rumah tangga (misal. TV, radio, kipas angin, kulkas, telepon, handphone dan barang elektronik lainnya) 39. Di keluarga, hanya suami saya yang bekerja. 40. Saya memiliki kemampuan mengakses fasililitas kesehatan dengan mudah dan murah. 41. Saya menerima kredit dari bank selama tiga tahun terakhir (misal. Kredit motor, kredit rumah atau kredit modal usaha). 42. Saat ini, saya mengikuti kegiatan arisan di lingkungan rumah. 43. Saya mampu menyekolahkan anak saya hingga ke jenjang pendidikan yang tinggi. 44. Saya tidak memiliki sumber pendapatan lain selain dari suami saya.
3
13
0
3
0
73
4
1
17
0
1
0
75
3
0
11
0
7
1
59
8
1
8
0
9
1
56
9
1
14
0
4
0
69
5
1
11
0
6
1
62
6
1
8
0
9
1
56
9
2
9
0
7
1
61
7
5
14
0
0
0
81
1
0
7
0
7
5
47
12
0
10
0
4
5
53
10
9
8
0
2
0
81
1
2
9
0
8
0
62
6
82
45. Setiap bulannya, saya tidak dapat menyisihkan sebagian pendapatan baik untuk ditabung maupun digunakan untuk arisan atau investasi lainnya.
0
6
0
11
2
48
11
Dari tabel 5.9, dapat diketahui bahwa respon mustahik peserta pelatihan program Cake House terhadap variabel kesejahteraan mustahik yang menempati ranking pertama adalah mustahik memiliki kemampuan mengakses fasililitas kesehatan dengan mudah serta murah dan mampu menyekolahkan anaknya hingga ke jenjang pendidikan yang tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa mustahik mengalami peningkatan kesejahteraan dalam kedua bidang tersebut, yakni bidang kesehatan dan pendidikan. Hal ini diduga bahwa kesejahteraan mustahik di bidang kesehatan dan pendidikan dikarenakan mustahik peserta pelatihan mendapatkan fasilitas kesehatan dan pendidikan dari Rumah Zakat. Sedangkan respon mustahik peserta pelatihan program Cake House terhadap variabel kesejahteraan mustahik yang menempati ranking terakhir adalah mustahik menerima kredit dari bank selama tiga tahun terakhir. Hal tersebut menunjukkan bahwa mustahik tidak menerima kredit dari bank selama tiga tahun terakhir. Hal ini diduga bahwa mustahik belum sepenuhnya sejahtera pada segmen perekonomian mereka.
83
C.
Analisis Data Penelitian 1. Analisis Regresi Linear Berganda Berdasarkan hasil penelitian yang telah diolah dengan menggunakan bantuan
komputer SPSS 18.0 for windows, maka didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 5.10 Coefficientsa Model Standardized Unstandardized Coefficients B 1
2
Coefficients
Std. Error
Beta
(Constant)
-12,028
12,596
variabel x1
1,402
,516
(Constant)
-16,016
12,225
variabel x1
,694
,650
variabel x2
1,262
,758
T
Sig. -,955
,353
2,716
,015
-1,310
,209
,272
1,069
,301
,424
1,664
,116
,550
a. Dependent Variable: variabel y
Dari tabel 5.10, dapat diperoleh persamaan regresi linear berganda sebagai berikut : Ŷ= -16,016 + 0,694
+ 1,262
Dari persamaan regresi di atas, dapat diartikan bahwa koefisien arah regresi antara variabel ketepatan penggunaan unsur-unsur pelatihan serta tercapainya tujuan dan sasaran pelatihan menyatakan adanya pengaruh positif terhadap peningkatan kesejahteraan mustahik. Variabel ketepatan penggunaan unsur-unsur pelatihan (
)
mempunyai pengaruh positif terhadap peningkatan kesejahteraan mustahik dengan
84
nilai koefisien regresi sebesar 0,694, sedangkan variabel tercapainya tujuan dan sasaran pelatihan (
) mempunyai pengaruh positif terhadap peningkatan
kesejahteraan mustahik dengan nilai koefisien regresi sebesar 1,262. Hal ini menunjukkan bahwa koefisien regresi antara variabel ketepatan penggunaan unsur-unsur pelatihan ( pelatihan (
) dan variabel tercapainya tujuan dan sasaran
) berpengaruh positif terhadap variabel peningkatan kesejahteraan
mustahik (Y). 2. Uji Koefisien Determinasi Berdasarkan hasil penelitian yang telah diolah dengan menggunakan bantuan komputer SPSS 18.0 for windows, maka didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 5.11 Model Summary Model
Change Statistics
R
R
Adjusted R
Std. Error of
R Square
F
Square
Square
the Estimate
Change
Change
Sig. F df1
df2
Change
1
a
,550
,303
,262
4,78845
,303
7,377
1
17
,015
2
,637b
,406
,331
4,55723
,103
2,769
1
16
,116
a. Predictors: (Constant), variabel x1 b. Predictors: (Constant), variabel x1, variabel x2
85
Dari tabel 5.11, dapat dilihat nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,406 dan koefisien determinasi yang telah disesuaikan (Adjusted R Square) sebesar 0,331. Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi tersebut, diperoleh bahwa sebesar 33,1% peningkatan kesejahteraan mustahik dipengaruhi oleh variabel ketepatan penggunaan unsur-unsur pelatihan ( pelatihan (
) dan variabel tercapainya tujuan dan sasaran
), sedangkan sisanya sebesar 66,9% dipengaruhi oleh variabel lain diluar
model yang digunakan oleh penulis. Hasil penelitian ini mendapatkan nilai R=0,637 yang menunjukkan R hampir mendekati angka 1, artinya Ha : efektivitas pelatihan program Cake House berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan mustahik diterima. Sedangkan Ho : efektivitas pelatihan program Cake House tidak berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan mustahik ditolak. 3. Uji f-test (Simultan) Berdasarkan hasil penelitian yang telah diolah dengan menggunakan bantuan komputer SPSS 18.0 for windows, maka didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 5.12 ANOVAc
Model 1
2
Regression Residual
Sum of Squares 169,150 389,798
Df 1 17
Total
558,947
18
Regression Residual
226,653 332,294
2 16
Total
558,947
18
a. Predictors: (Constant), variabel x1 b. Predictors: (Constant), variabel x1, variabel x2 c. Dependent Variable: variabel y
Mean Square 169,150 22,929
F 7,377
Sig. ,015a
113,327 20,768
5,457
,016
b
86
Tabel 5.12 menunjukkan bahwa nilai signifikannya sebesar 0,016 dimana angka tersebut < 0,05 ini berarti variabel bebas (ketepatan penggunaan unsur-unsur pelatihan serta tercapainya tujuan dan sasaran pelatihan) secara bersama-sama berpengaruh positif secara signifikan terhadap variabel terikat (kesejahteraan mustahik). Hal ini menunjukkan bahwa Ha : terdapat pengaruh yang signifikan antara efektivitas pelatihan program Cake House terhadap peningkatan kesejahteraan mustahik diterima. Sedangkan Ho : tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara efektivitas pelatihan program Cake House terhadap peningkatan kesejahteraan mustahik ditolak. 4. Uji t-test (Parsial) Berdasarkan hasil uji t-test pada Tabel 5.10, dapat dijelaskan pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat sebagai berikut : a. Variabel (ketepatan penggunaan unsur-unsur pelatihan) Berdasarkan nilai signifikannya sebesar 0,301 dimana angka tersebut menunjukkan bahwa 0,301 lebih besar dari taraf signifikannya sebesar 0,05 yang artinya variabel
berpengaruh positif tetapi tidak secara signifikan
terhadap kesejahteraan mustahik. Hal ini menunjukkan bahwa Ha : terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel ketepatan penggunaan input (unsur-unsur pelatihan) terhadap peningkatan kesejahteraan mustahik ditolak. Sedangkan Ho : tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
87
variabel ketepatan penggunaan input (unsur-unsur pelatihan) terhadap peningkatan kesejahteraan mustahik diterima. b. Variabel (tercapainya tujuan dan sasaran pelatihan) Berdasarkan nilai signifikannya sebesar 0,116 dimana angka tersebut menunjukkan bahwa 0,116 lebih besar dari taraf signifikannya sebesar 0,05 yang artinya variabel
berpengaruh positif tetapi tidak secara signifikan
terhadap kesejahteraan mustahik. Hal ini menunjukkan bahwa Ha : terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel tercapainya tujuan dan sasaran pelatihan terhadap peningkatan kesejahteraan mustahik ditolak. Sedangkan Ho : tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel tercapainya tujuan dan sasaran pelatihan terhadap peningkatan kesejahteraan mustahik diterima.
BAB VI PENUTUP
A.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,
dapat ditarik kesimpulan, sebagai berikut : 1. Faktor-faktor yang berperan dalam efektivitas pelatihan program Cake House Senyum Mandiri Rumah Zakat di Empowering Centre Pulogadung adalah : a. Biaya yang ditanggung sepenuhnya oleh Rumah Zakat untuk mengadakan pelatihan. b. Sarana pelatihan yang lengkap berupa peralatan untuk membuat kue yang telah disediakan Rumah Zakat. c. Tersedianya fasilitas tempat untuk mengadakan pelatihan di Empowering Centre Pulogadung. d. Media yang digunakan dalam pelatihan berupa bahan-bahan untuk membuat kue yang telah disediakan Rumah Zakat. e. Waktu yang cukup untuk mustahik dalam melakukan pelatihan. f. Materi
pelatihan
yang
diberikan
dalam
bentuk
tulisan
memudahkan peserta untuk memahaminya. 2. Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda, variabel ketepatan penggunaan unsur-unsur pelatihan (
) berpengaruh positif terhadap
peningkatan kesejahteraan mustahik dengan nilai koefisien regresi sebesar
88
89
0,694, sedangkan variabel tercapainya tujuan dan sasaran pelatihan (
)
berpengaruh positif terhadap peningkatan kesejahteraan mustahik dengan nilai koefisien regresi sebesar 1,262. Hal ini menunjukkan bahwa variabel efektivitas pelatihan (ketepatan penggunaan unsur-unsur pelatihan dan tercapainya tujuan dan sasaran pelatihan) berpengaruh positif terhadap peningkatan kesejahteraan mustahik. Pada uji koefisien determinasi, diperoleh nilai R Square sebesar 33,1%, hal ini menunjukkan bahwa peningkatan kesejahteraan mustahik dipengaruhi oleh variabel ketepatan penggunaan unsur-unsur pelatihan ( dan sasaran pelatihan (
) dan variabel tercapainya tujuan
), sedangkan sisanya sebesar 66,9% dipengaruhi
oleh variabel lain di luar model yang digunakan penulis. Variabel efektivitas pelatihan ﴾variabel pelatihan (
ketepatan penggunaan
unsur-unsur
) dan variabel tercapainya tujuan dan sasaran pelatihan (
)﴿
secara bersama-sama berpengaruh positif secara signifikan terhadap kesejahteraan mustahik. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil uji f-test (simultan) yang menunjukkan nilai signifikannya sebesar 0,016. Dan berdasarkan uji t-test (parsial), variabel ketepatan penggunaan unsurunsur pelatihan berpengaruh positif tetapi tidak secara signifikan sebesar 0,301 terhadap kesejahteraan mustahik, begitu pula dengan variabel tercapainya tujuan dan sasaran pelatihan yang hanya berpengaruh positif tetapi tidak secara signifikan terhadap kesejahteraan mustahik sebesar 0,116.
90
B. Saran Berdasarkan hasil dari penelitian yang penulis lakukan, penulis memiliki beberapa saran yang sekiranya dapat membantu Rumah Zakat untuk lebih memaksimalkan pelatihan program Cake House di Empowering Centre Pulogadung, diantaranya sebagai berikut : 1. Pelatihan program Cake House di Empowering Centre Pulogadung lebih meningkatkan pemberian motivasi dan penerapan disiplin waktu kepada mustahik peserta pelatihan. 2. Menambah jumlah instruktur yang ahli di bidangnya. 3. Membuat laporan evaluasi setiap diadakannya pelatihan.
91
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahim dan Mubarok. Zakat dan Peranannya dalam Pembangunan Bangsa Serta Kemashlahatannya Bagi Umat. Yayasan Yatim Piatu Ponpes AlMukhlisin, 2002. Alqodri, Ahmad Faizs. Manager Area II. Laporan Kegiatan Program Pendampingan Keberdayaan Cake House kerjasama antara PT. PLN (Persero) dan Rumah Zakat Indonesia. Bandung, Maret 2010. Al-Zuhayly, Wahbah. Zakat Kajian Berbagai Mazhab. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2008. Bungin, M. Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif : Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Jakarta : Kencana, 2008. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka, 2002. Hafidhuddin, Didin. dkk. The Power of Zakat : Studi Perbandingan Pengelolaan Zakat Asia Tenggara. Malang : UIN-Malang Press, 2008. Hamalik, Oemar. Pengembangan Sumber Daya Manusia Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu. Jakarta : PT Bumi Aksara, 2005. Handayaningrat, Soewarno. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen. Jakarta : CV. Haji Masagung, 1990. Kusmana, (ed). Bunga Rampai Islam & Kesejahteraan Sosial. Jakarta : IAIN Indonesian Social Equity Project, 2006. Mangkunegara, Anwar Prabu. Perencanaan dan Pengembangan SDM. Bandung : PT Refika Aditama, 2006. Marbun, B.N. Kamus Manajemen. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2005.
92
Mardiasmo. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta : ANDI, 2009.
Mas’udi, Masdar F. Agama Keadilan Risalah Zakat (Pajak) dalam Islam. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1991.
Qardhawi, Yusuf. Hukum Zakat. Bogor : Pustaka Litera Antarnusa, 1996.
. Spektrum Zakat, Dalam Membangun Ekonomi Kerakyatan. Jakarta : Zikrul Hakim, 2005. Rae, Leslie. Mengukur Efektivitas Pelatihan. Jakarta : IPPM dan PT Pustaka Binaman Pressindo, 1990. Riduwan. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung : Alfabeta, 2010. Rifai, Veithzal. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan : Dari Teori ke Praktik. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2009. Santoso, Singgih. SPSS: Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 1999. Siagian, Sondang P. Teknik Menumbuhkan dan Memelihara Perilaku Organisasi. Jakarta : PT. Toko Gunung Agung, 1995. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : CV. Alfabeta, 2009.
Internet Badan Pusat Statistik (BPS). “Penduduk Miskin di Indonesia 13,3 persen”. Artikel diakses pada 6 Oktober 2010 dari http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/10/06/22335177/ Penduduk.Miskin.di.Indonesia.13.3.Persen. www.rumahzakat.org
93
Wawancara Wawancara Pribadi dengan Andina Dian Wulansari, Operating Improvement and Development Dept. Head,
[email protected], Senin, 25 Juli 2011.
Wawancara Pribadi dengan Maskur Anshor, ICD Head Jakarta Timur, Empowering Centre Pulogadung, jl. Pulo Asem Utara 3 Rt.09/01 No. 02 Pulogadung-Jakarta Timur, Rabu, 8 Juni 2011.
TRANSKIP HASIL WAWANCARA
1. Kapan dan apa yang melatarbelakangi berdirinya Empowering Centre Pulogadung? JAWABAN : Empowering Centre Pulogadung berdiri sejak bulan Februari 2010. Di wilayah Jakarta Timur, ICD Pulogadung adalah salah satu ICD percontohan. Keistimewaannya adalah dengan dibentuknya Empowering Centre Pulogadung. Sebelum dibentuk Empowering Centre, ibu-ibu yang mengikuti program pelatihan dari Rumah Zakat mengalami kesulitan karena tidak tersedianya tempat untuk mengadakan kegiatan pelatihan. Mereka hanya mengandalkan rumah salah satu peserta yang sekiranya bersedia dan menunjang sebagai tempat pelatihan. Alasan perlu dibangunnya Empowering Centre Pulogadung adalah untuk memudahkan proses pendampingan dan monitoring pemberdayaan seluruh aspek kehidupan warga ICD Pulogadung, khususnya untuk pelatihan program Cake House, pelatihan menjahit dan program pemberdayaan lainnya. Harapannya, dengan adanya Empowering Centre, ibu-ibu peserta pelatihan dapat melaksanakan kegiatannya dengan maksimal. Selain digunakan sebagai pusat inkubasi pemberdayaan masyarakat, Empowering Centre Pulogadung juga digunakan sebagai kantor untuk memonitoring seluruh kegiatan pemberdayaan di beberapa wilayah ICD Jakarta Timur oleh para Member Relation Officer (MRO), yakni SDM yang bertugas memonitoring dan memberikan pendampingan kepada para anggota penerima manfaat dari Rumah Zakat.
2. Siapa yang memimpin Empowering Centre Pulogadung saat ini? JAWABAN : Alhamdulillah hingga saat ini saya (red. Maskur Anshor) masih diberi kesempatan dan kepercayaan untuk memimpin teman-teman MRO di wilayah ICD Jakarta Timur.
3. Bagaimana struktur organisasi ICD Jakarta Timur? JAWABAN : Di wilayah Jakarta Timur itu ada 6 ICD. Masing-masing ICD dibina oleh 1 Member Relations Officer (MRO). ICD Pulogadung dibina oleh Bpk. Budi Rahardjo, ICD Cakung dibina oleh Bpk. Andri Nurdianto, ICD Matraman dibina oleh Bpk. Eka Kurniawan, ICD Gambir dibina oleh Bpk. Ibrahim Muhajirin, yang spesial untuk Bpk. Riwanto, beliau membina 2 ICD yakni Cilincing dan Koja.
4. Apa saja program pemberdayaan Rumah Zakat yang dijalankan di Empowering Centre Pulogadung? JAWABAN : Di EC sendiri untuk saat ini ada 3 program pemberdayaan yang dijalankan, yaitu program KUKMI (Kelompok Usaha Kecil, Menengah dan Mandiri) berupa pemberian bantuan modal usaha, program pelatihan Cake
House yaitu program yang melatih ibu-ibu mustahik agar mahir membuat kue yang diharapkan nantinya dapat meningkatkan penghasilan keluarga mustahik dan pelatihan menjahit. Selain itu setiap minggunya mustahik juga wajib mengikuti kegiatan pembinaan spiritual berupa pemberian materi-materi rukhiyah kepada mustahik yang biasanya diadakan di mushola atau masjid yang dekat dengan tempat tinggal mustahik, bentuknya seperti kegiatan majelis ta’lim ibu-ibu.
5.
Sebenarnya apa tujuan diadakannya program pemberdayaan tersebut khususnya program pelatihan Cake House ? JAWABAN : Sebenarnya tujuan diadakannya program pemberdayaan tersebut tidak hanya program Cake House saja adalah untuk membangun kemandirian mustahik agar mustahik dapat memberdayakan potensi diri dan lingkungannya secara mandiri. Contohnya program Cake House, kita ingin mendidik mustahik agar terampil membuat kue, setelah kita beri materi pelatihan membuat kue, kita bina mereka agar mempunyai jiwa entrepreneurship (wirausaha). Dengan memberikan motivasi untuk berusaha, mereka bisa menambah pendapatan keluarga yang diharapkan dapat membantu mereka untuk mencapai tingkat hidup yang lebih layak, dari prasejahtera menjadi sejahtera.
6. Bagaimana langkah-langkah penyusunan pelaksanaan pelatihan Cake House? JAWABAN : Untuk program Cake House ini awalnya kita adakan social mapping dulu yang berguna untuk mengetahui apa potensi yang ada di lingkungan mustahik dan apa yang mustahik butuhkan. Tujuannya agar program nanti ada hasilnya, jadi tidak semena-mena kita adakan program, padahal program itu tidak dibutuhkan oleh mustahik. Setelah menetapkan tujuan program dan tolok ukur keberhasilannya, kemudian dari kegiatan pengajian yang sudah rutin diikuti mustahik, kita ajak mustahik yang memang mau untuk mengikuti pelatihan, sifatnya tidak memaksa jadi bagi mustahik yang mau saja. Kalau mustahik yang tidak mau kita paksa, percuma nanti tidak akan ada hasilnya, sia-sia. Setelah terkumpul jumlah pesertanya, lalu baru kita buat tim dan jadwal kegiatannya. Setelah semua terpenuhi baru mulai kita laksanakan kegiatan pelatihannya yang nanti setiap selesai kegiatan, kita adakan evaluasi.
7. Siapa saja yang menjadi peserta dalam pelatihan program Cake House? JAWABAN : Untuk peserta, kita tidak mempunyai kriteria khusus. Karena sasaran dari program tersebut adalah mustahik, jadi ya kita prioritaskan pelatihan itu untuk mustahik, tetapi mustahik yang memang ada keinginan untuk membuat kue dan dari membuat kue itu mereka termotivasi untuk mempunyai usaha agar mereka bisa menambah pendapatan keluarga.
Kebanyakan dari peserta adalah orang tua atau ibu dari anak-anak asuh kami di Rumah Juara yang mendapatkan beasiswa SD Juara, SMP Juara maupun SMA Juara di wilayah ICD Jakarta Timur. Saat ini ada 19 orang peserta pelatihan Cake House di Empowering Centre Pulogadung ini yang kita bagi menjadi 2 tim/kelompok.
8. Dalam pelaksanaannya, apakah ada instuktur yang mengajarkan mustahik? JAWABAN : Tentu saja ada, tapi untuk saat ini kita tidak mempunyai instruktur yang cukup untuk melatih ibu-ibu. Dalam pelatihan program Cake House, sebenarnya tidak ada kriteria khusus untuk menentukan siapa yang tepat dijadikan sebagai pelatih (instruktur). Hal yang terpenting, instruktur dalam pelatihan ini adalah orang yang sudah ahli dalam membuat berbagai macam jenis kue dan roti. Dalam beberapa kali pertemuan, memang pernah Rumah Zakat memfasilitasi peserta dengan mendatangkan pelatih yang profesional, namun karena keterbatasan biaya, untuk pelatihan selanjutnya Rumah Zakat mencari orang yang sekiranya mau dan mampu untuk berbagi ilmu dengan ibu-ibu peserta pelatihan. Hal ini dirasakan lebih menguntungkan. Terkadang ibu-ibu peserta pelatihan sendiri yang merekomendasikan instruktur untuk melatih mereka.
9. Bagaimana untuk waktu pelatihan? JAWABAN : Untuk waktu pelatihan, kita sudah buatkan jadwal per bulan untuk mereka. Nanti bisa dilihat sendiri ya contoh jadwalnya di rencana program bulanan kita.
10. Untuk metode pelatihannya bagaimana Pak, apa ada metode khusus yang digunakan dalam pelatihan Cake House? JAWABAN : Untuk pelatihan Cake House ini kita tidak ada metode khusus ya, sama saja seperti membuat kue di rumah. Ketika semua peserta dan pelatih sudah datang, pelatihan kita mulai. Biasanya acara dibuka oleh MRO dengan membaca basmalah, lalu mulai membuat kue. Kalau sudah jadi, biasanya didokumentasikan dalam bentuk foto lalu kita evaluasi kegiatan pelatihan saat itu. Ya, evaluasi ringan saja. Bagaimana apakah kue yang dibuat berhasil, rasanya enak atau ada yang kurang. Dan setelah selesai, MRO menutup acara pelatihan.
11. Dalam pelatihan Cake House, bagaimana untuk sarana dan media yang digunakan? JAWABAN : Untuk sarana berupa peralatan membuat kue, alhamdulillah kami telah menyediakannya. Di sini sudah lengkap semuanya, mulai dari timbangan, oven, mixer, kompor, loyang, piring, alat untuk mencetak dan
keperluan lainnya. Kalau untuk media atau bahan-bahannya, ibu-ibu tidak perlu khawatir lagi karena kami juga telah memberikan dana untuk digunakan membeli bahan-bahan membuat kue sesuai dengan yang dibutuhkan dalam pelatihan.
12. Hal yang terpenting tentunya dana, untuk pelatihan Cake House ini bagaimana Pak? JAWABAN : Alhamdulillah, Biaya yang digunakan dalam pelatihan program Cake House sepenuhnya ditanggung oleh pihak Rumah Zakat. Rumah Zakat tidak membutuhkan biaya yang besar untuk mengadakan pelatihan. Selama ini, anggaran biaya yang disediakan selalu mencukupi, sehingga peserta tidak pernah kekurangan biaya dan pelaksanaan pelatihan program Cake House dapat berjalan sesuai dengan rencana.
* Catatan : Untuk selanjutnya dalam kegiatan wawancara atau penelitian dan pencarian data-data yang penulis butuhkan, oleh pihak Rumah Zakat penulis disarankan untuk mencarinya di dalam majalah Rumah Lentera Marketing Support Department Rumah Zakat dan juga website www.rumahzakat.org. Dua media itulah yang menjadi rekomendasi pihak Rumah Zakat, karena di sana sudah terdapat dengan lengkap segala sesuatu mengenai Rumah Zakat dan pembahasan yang penulis perlukan.
EC Pulogadung, 8 Juni 2011 Pewawancara
ICD Head Jakarta Timur
(Ramadani Eka)
(Maskur Anshor)
DAFTAR PERNYATAAN KUESIONER
Dengan ini, saya seorang mahasiswi Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : Nama
: Ramadani Eka Sri Utami
NIM
: 107053002397
Jurusan
: Manajemen Dakwah
Bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Efektivitas Pelatihan Program Cake House Senyum Mandiri Rumah Zakat Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Mustahik di Empowering Centre Pulogadung”. Penelitian ini ditujukan dalam rangka penyusunan tugas akhir perkuliahan (skripsi). Sehubungan dengan itu, saya memohon kepada Ibu kiranya berkenan untuk mengisi pernyataan-pernyataan dalam kuesioner yang saya ajukan dengan sebenar-benarnya dan dalam keadaan sadar. Atas perhatian dan kesediaan Ibu, saya ucapkan terima kasih.
Jakarta, Juni 2011
(Ramadani Eka)
Identitas Responden 1. Nama
:
2. Tempat,Tanggal Lahir: 3. Alamat
:
4. Pendidikan Terakhir : a. SD/MI c. SMA/SMK/MA 5. Pekerjaaan Suami
: a. PNS/BUMN c. Wiraswasta
b. SMP/MTs d. Tidak Sekolah b. Pegawai Swasta d. Tidak Bekerja
e. Lainnya (Sebutkan!) ................ 6. Pekerjaan responden : a. Wiraswasta
b. Tidak bekerja/Ibu RT
c. Lainnya (Sebutkan!) ................ 7. Penghasilan per bulan : a. ≤ 500.000 c. 1.100.000 – 1.500.000
b. 600.000 - 1.000.000 d. 1.600.000 - 2.000.000
e. > 2.000.000 8. Lamanya mengikuti pelatihan
Keterangan
: a. < 6 bulan c. 1 – 1,5 tahun
b. 7 bulan – 1 tahun d. > 2 tahun
: SS (Sangat Setuju) S (Setuju) N (Netral) TS (Tidak Setuju) STS (Sangat Tidak Setuju
Pernyataan KETEPATAN PENGGUNAAN UNSUR-UNSUR PELATIHAN 1. Instruktur (pelatih) dalam program Cake House menyampaikan materinya dengan baik sehingga mudah dimengerti oleh peserta. 2. Menurut saya, metode yang digunakan dalam pelatihan Cake House ini sudah tepat. 3. Waktu yang digunakan untuk pelatihan sangat kondusif. 4. Tanpa adanya instruktur (pelatih), ibu-ibu peserta program Cake House dapat mempelajari materinya sendiri. 5. Materi berupa resep kue atau resep makanan yang digunakan dalam pelatihan sudah relevan (sesuai) dengan kebutuhan (pangsa pasar) saat ini. 6. Saya sering tidak dapat mengikuti kegiatan pelatihan karena waktunya mengganggu aktivitas rumah tangga saya. 7. Biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan pelatihan tidak memberatkan peserta karena ditanggung sepenuhnya oleh Rumah Zakat. 8. Menurut saya, sarana (fasilitas) yang digunakan dalam pelatihan program Cake House ini sudah sangat mendukung (lengkap) sehingga ibu-ibu tidak perlu repot membawa peralatan dari rumah. 9. Bahan-bahan yang digunakan dalam pelatihan program Cake House sangat mudah didapatkan di toko-toko kue atau pasar swalayan terdekat.
SS
S
N
TS
STS
10. Menurut saya, dana yang disediakan Rumah Zakat untuk kegiatan pelatihan tidak cukup untuk membeli bahan-bahan yang diperlukan. 11. Waktu yang digunakan dalam pelatihan terlalu sedikit sehingga saya tidak memahami materinya secara keseluruhan. 12. Tempat yang digunakan untuk pelatihan sangat luas dan mendukung kegiatan pelatihan. 13. Materi yang diberikan dalam pelatihan tidak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki peserta. 14. Dikarenakan lokasi pelatihan yang cukup jauh, saya jarang datang untuk mengikuti pelatihan. 15. Menurut saya, pelatihan akan berhasil jika seluruh peserta aktif dalam kegiatan pelatihan. 16. Jika latihan hari ini tidak berhasil, akan diadakan pengulangan materi yang sama di waktu yang akan datang hingga mencapai hasil yang baik. TUJUAN DAN SASARAN PELATIHAN 17. Program Cake House adalah program yang diberikan Rumah Zakat untuk meningkatkan pengetahuan ibu-ibu mengenai cara membuat kue. 18. Dengan mengikuti program Cake House saya dapat meningkatkan potensi agar pendapatan keluarga meningkat. 19. Menurut saya, pelatihan program Cake House dapat meningkatkan keterampilan saya. 20. Program Cake House yang diadakan Rumah Zakat tidak dapat membuat saya mandiri. 21. Saya dapat mengembangkan ide dan gagasan
saya dalam pelatihan program Cake House. 22. Pelatihan yang diberikan program Cake House tidak dapat membantu meningkatkan keterampilan saya. 23. Dengan mengikuti program Cake House saya termotivasi untuk dapat memiliki usaha sendiri. 24. Saya mengikuti pelatihan program Cake House ini karena sadar bahwa saya harus berusaha untuk hidup lebih baik lagi. 25. Bagi saya, pelatihan program Cake House merupakan hal yang sia-sia. 26. Pelatihan program Cake House meningkatkan kesadaran saya untuk berusaha hidup lebih layak. 27. Menurut saya, pelatihan program Cake House justru
membuat
saya
menjadi
malas
dan
ketergantungan. 28. Saya tidak mampu menggunakan potensi yang saya miliki di luar kegiatan pelatihan. 29. Saya mengikuti kegiatan pelatihan karena ikutikutan dengan ibu-ibu yang lain. 30. Dengan mengikuti program Cake House saya mampu
melatih
peserta
lain
untuk
mengembangkan potensinya. KESEJAHTERAAN MUSTAHIK 31. Setelah mengikuti pelatihan, saya mengalami peningkatan pendapatan. 32. Dengan adanya pelatihan program Cake House saya dapat memiliki usaha yang produktif. 33. Sekarang, saya dapat menerapkan pola makan yang sehat yaitu memenuhi standar 4 sehat 5
sempurna minimal 2 kali sehari. 34. Saya memiliki kendaraan bermotor yang dapat menunjang
aktivitas
untuk
meningkatkan
penghasilan baik untuk bekerja maupun usaha. 35. Dengan mengikuti program Cake House saya dapat memiliki tabungan di bank. 36. Saya memiliki tempat tinggal yang layak. 37. Saya memiliki kemampuan memenuhi kebutuhan sandang (pakaian). 38. Saya memiliki kemampuan untuk membeli aset rumah tangga (misal. TV, radio, kipas angin, kulkas, telepon, handphone dan barang elektronik lainnya) 39. Di keluarga, hanya suami saya yang bekerja. 40. Saya memiliki kemampuan mengakses fasililitas kesehatan dengan mudah dan murah. 41. Saya menerima kredit dari bank selama tiga tahun terakhir (misal. Kredit motor, kredit rumah atau kredit modal usaha).
42. Saat ini, saya mengikuti kegiatan arisan di lingkungan rumah. 43. Saya mampu menyekolahkan anak saya hingga ke jenjang pendidikan yang tinggi. 44. Saya tidak memiliki sumber pendapatan lain selain dari suami saya. 45. Setiap bulannya, saya tidak dapat menyisihkan sebagian
pendapatan
baik
untuk
ditabung
maupun digunakan untuk arisan atau investasi lainnya.
*Terima kasih atas kesediaan Anda mengisi daftar pernyataan ini.
DAFTAR MENTAH JAWABAN KUESIONER Variabel X1
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
13 14 15 16 17 18 19
1 5 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 5 4
2 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4
3 5 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4
4 5 2 4 2 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 2 4 2 4 5
5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 2 5 4 4 5 4 4
6 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 5 2 2 2 1 2
7 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 4 5 4 5 5 5 5 4 5
8 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 4 4 4 5 4 5 4 5 5
9 5 4 5 5 5 4 5 1 4 5 4 5 4 5 4 4 5 5 4
10 1 2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 1 2 5 2 1 2 2 1
11 2 4 4 2 1 2 1 2 2 1 2 1 2 4 4 2 2 1 2
12 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 2 2 5 4 4 5 4
13 1 4 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 1
14 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 4 1 2 2 2 2 1
15 2 4 5 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 1 4 4 4 5 4
16 4 4 5 5 4 2 4 5 5 5 5 2 4 1 4 4 4 5 4
JUMLAH
Jumlah 58 59 61 61 55 52 53 52 55 58 54 52 54 61 58 56 55 60 54 1068
Variabel X2
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
17 5 5 4 5 5 4 4 4 4 5 4 2 4 5 4
18 4 5 4 5 5 4 4 4 4 5 4 5 4 5 4
19 5 5 5 4 5 4 4 5 5 5 5 4 4 5 4
20 1 2 1 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2
21 5 4 4 4 5 4 4 5 4 5 4 4 4 4 2
22 1 1 1 2 1 4 2 2 2 1 2 2 2 4 2
23 5 4 5 4 5 4 5 5 4 5 4 5 4 4 4
24 5 4 4 4 5 4 4 5 4 5 4 4 4 5 4
25 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2
26 4 4 4 4 5 4 5 4 4 5 4 4 4 5 4
27 1 2 1 2 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2
28 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2
29 2 1 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2
30 5 4 5 4 5 4 4 2 4 5 2 4 4 4 2
Jumlah 46 44 43 46 46 46 43 43 45 46 43 43 44 51 40
16 17 18 19
4 5 4 4
4 4 5 4
4 5 5 4
2 2 1 1
4 5 4 4
2 2 2 2
4 4 5 4
4 4 5 4
2 2 1 2
5 5 5 4
1 2 2 1
JUMLAH
2 2 2 1
2 2 1 2
4 2 4 5
44 46 46 42 847
Variabel Y No. 31 32 33 34 35 36 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 5 4 2 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 6 4 4 4 4 4 4 7 4 4 4 1 1 4 8 2 2 4 2 2 2 9 10 5 4 4 2 2 4 11 4 2 4 2 2 2 12 5 4 4 2 4 4 13 4 4 4 4 4 4 14 5 5 2 2 2 5 15 2 4 4 2 2 4 16 5 4 5 4 2 4 17 2 2 4 2 4 2 18 5 4 4 4 2 4 19 5 5 4 4 2 2
37 38 39 40 41 42 4 4 4 4 4 4 4 5 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 2 4 4 4 1 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 2 4 2 2 5 5 1 1 2 2 4 4 2 1 4 4 2 5 1 4 2 2 4 5 1 1 4 2 2 4 2 4 4 4 2 4 2 4 5 2 2 5 4 2 2 2 4 4 2 2 2 1 4 4 1 1 4 4 4 5 4 2 2 2 4 4 2 2 1 2 5 4 1 1 JUMLAH
43 44 45 Jumlah 5 2 1 56 5 4 4 61 5 4 2 57 4 2 2 52 4 2 4 57 4 2 2 52 2 4 2 54 5 5 4 48 5 4 4 42 4 2 1 48 5 4 4 44 2 2 2 47 4 2 2 52 5 2 4 52 4 4 2 44 5 4 2 48 4 4 2 49 4 4 2 49 5 5 2 48 960
Output SPSS 18.0 for Windows
a. Reliability Analysis Case Processing Summary N Cases
%
Valid Excluded
a
Total
19
100,0
0
,0
19
100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items ,488
45
Item-Total Statistics Corrected Item-
Cronbach's
Scale Mean if
Scale Variance
Total
Alpha if Item
Item Deleted
if Item Deleted
Correlation
Deleted
VAR00001
146,8421
57,696
,519
,453
VAR00002
147,0526
59,942
,265
,473
VAR00003
147,0526
59,497
,330
,469
VAR00004
147,7368
64,760
-,231
,528
VAR00005
147,2105
59,064
,248
,469
VAR00006
149,1053
59,211
,157
,476
VAR00007
146,6842
59,117
,347
,467
VAR00008
146,7368
57,427
,562
,450
VAR00009
146,9474
55,942
,361
,447
VAR00010
149,5789
58,146
,210
,468
VAR00011
149,1579
57,474
,209
,467
VAR00012
147,3158
64,784
-,262
,522
VAR00013
149,3158
57,339
,323
,457
VAR00014
149,4737
64,152
-,238
,514
VAR00015
147,3158
66,006
-,308
,536
VAR00016
147,3158
65,895
-,279
,541
VAR00017
147,0526
55,164
,579
,432
VAR00018
146,9474
58,386
,446
,460
VAR00019
146,7368
VAR00020
149,6842
59,427
,297
,470
63,784
-,256
,507
VAR00021
147,1579
59,696
,173
,476
VAR00022
149,3684
64,468
-,234
,520
VAR00023
146,8947
61,099
,082
,485
VAR00024
147,0000
59,556
,301
,470
VAR00025
149,7368
65,871
-,501
,524
VAR00026
146,9474
60,275
,193
,477
VAR00027
149,7368
62,871
-,140
,500
VAR00028
149,5789
61,035
,108
,483
VAR00029
149,5263
64,819
-,443
,514
VAR00030
147,4737
54,596
,397
,437
VAR00031
147,2632
58,205
,176
,472
VAR00032
147,4737
56,819
,323
,454
VAR00033
147,3684
65,468
-,440
,521
VAR00034
148,2105
54,620
,380
,439
VAR00035
148,3684
56,357
,241
,460
VAR00036
147,6842
55,117
,458
,436
VAR00037
148,0526
51,275
,573
,403
VAR00038
148,3684
52,246
,492
,416
VAR00039
148,1053
72,322
-,566
,586
VAR00040
147,0526
62,942
-,159
,500
VAR00041
148,8421
49,807
,594
,390
VAR00042
148,5263
52,263
,403
,425
VAR00043
147,0526
59,942
,083
,485
VAR00044
148,0526
70,497
-,509
,572
VAR00045
148,7895
63,287
-,142
,518
Scale Statistics Mean 151,3158
Variance 62,006
Std. Deviation 7,87438
N of Items 45
b. Regression Descriptive Statistics Mean
Std. Deviation
N
variabel y
22,0526
5,57249
19
variabel x1
24,3158
2,18715
19
variabel x2
16,7895
1,87317
19
Correlations variabel y Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
variabel x2
variabel y
1,000
,550
,603
variabel x1
,550
1,000
,654
variabel x2
,603
,654
1,000
,007
,003
variabel y
N
variabel x1
.
variabel x1
,007 .
variabel x2
,003
,001 ,001 .
variabel y
19
19
19
variabel x1
19
19
19
variabel x2
19
19
19
Model Summary Model
Change Statistics
R 1 2
R Square
Adjusted R
Std. Error of
R Square
Square
the Estimate
Change
Sig. F F Change
df1
df2
Change
a
,303
,262
4,78845
,303
7,377
1
17
,015
b
,406
,331
4,55723
,103
2,769
1
16
,116
,550 ,637
a. Predictors: (Constant), variabel x1 b. Predictors: (Constant), variabel x1, variabel x2
c
ANOVA Model 1
2
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
169,150
1
169,150
Residual
389,798
17
22,929
Total
558,947
18
Regression
226,653
2
113,327
Residual
332,294
16
20,768
Total
558,947
18
F
Sig. ,015
5,457
,016b
a. Predictors: (Constant), variabel x1 b. Predictors: (Constant), variabel x1, variabel x2 c. Dependent Variable: variabel y
a
Coefficients Model
Standardized Unstandardized Coefficients B
1
2
Std. Error
(Constant)
-12,028
12,596
variabel x1
1,402
,516
(Constant)
-16,016
12,225
variabel x1
,694
,650
variabel x2
1,262
,758
a. Dependent Variable: variabel y
Coefficients Beta
t
Sig. -,955
,353
2,716
,015
-1,310
,209
,272
1,069
,301
,424
1,664
,116
,550
a
7,377
PROFIL RESPONDEN PENELITIAN No.
Nama
Tempat Tanggal Lahir
Alamat
Pendidikan Teraskhir
Pekerjaan
Gg. Remaja II Rt. 05/07 Jatinegara Kaum Gg. Remaja II Rt. 05/07 Jatinegara Kaum Gg. Remaja I Rt. 08/04 Jatinegara Kaum Gg. Remaja I Rt. 08/04 Jatinegara Kaum Gg. Remaja II Rt. 05/07 Jatinegara Kaum Gg. Remaja I Rt. 011/04 Jatinegara Kaum Gg. Remaja II Rt. 05/07 Jatinegara Kaum Rawa Teratai, Cakung Jakarta Timur Jl. Sambiloto IV Rt. 011/06 Pulomas, Jak-Tim Jl. Metro Jaya I Rt. 04/07 Pulomas, Jak-Tim Pulogadung
SD
Tidak bekerja / Ibu RT Wiraswasta
1.
Ibu Nani
Jakarta, 1 Februari 1964
2.
Ibu Sri Winarni
Cilacap, 2 Februari 1969
3.
Ibu Lisni Tanjung
Padang, 3 Februari 1969
4.
Ibu Sauti
5.
Ibu Dedeh S.
6.
Ibu Suwarisni
Wonogiri, 7 November 1972 Jakarta, 9 November 1979 Jakarta, 22 Januari 1971
7.
Ibu Saryati
Jakarta, 13 April 1969
8.
Ibu Mugiwati
9.
Ibu Rispanita
Banyumas, 22 Februari 1981 Padang, 21 Agustus 1974
10.
Ibu Ety Resnowati
Jakarta, 19 April 1964
11.
Ibu Eti Suharti
Kuningan, 6 Agustus 1968
> 2.000.000
SMA
Tidak bekerja / Ibu RT Wiraswasta
Lamanya Mengikuti Pelatihan 7 bulan - 1 tahun 7 bulan - 1 tahun 7 bulan - 1 tahun 7 bulan - 1 tahun 7 bulan - 1 tahun 7 bulan - 1 tahun 7 bulan - 1 tahun < 6 bulan
> 2.000.000
< 6 bulan
SMA
Wiraswasta
1.600.000 2.000.000
< 6 bulan
SMP
Tidak bekerja / Ibu RT
1.600.000 2.000.000
< 6 bulan
SMP SMA SMP SMP SMA SD SMP
Tidak bekerja / Ibu RT Tidak bekerja / Ibu RT Tidak bekerja / Ibu RT Tidak bekerja / Ibu RT Wiraswasta
Penghasilan per bulan 1.100.000 1.500.000 600.000 1.000.000 1.100.000 1.500.000 600.000 1.000.000 600.000 1.000.000 600.000 1.000.000 ≤ 500.000
12.
Ibu Susilasih
13. 14.
Ibu Sri Wahyuni P. Ibu Desna Mukti
15.
Ibu Nafsiyah
16.
Ibu Susmeni
17.
Ibu Hikmawati
18.
Ibu Nurhasanah
19.
Ibu Aida
Cilacap, 22 Desember 1982 Jakarta, 1 Januari 1966
Pulogadung
SMA
Puloasem, Jak-Tim
Payakumbuh, 3 Desember 1968 Madiun, 28 Maret 1967 Brebes, 15 Desember 1968 Jakarta, 11 Desember 1965 Jakarta, 26 Juni 1968 Jakarta, 30 September 1968
1.100.000 1.500.000 > 2.000.000
< 6 bulan
SMA
Tidak bekerja / Ibu RT Wiraswasta
Pulogadung
SMA
Wiraswasta
> 2.000.000
< 6 bulan
Pulogadung
SMA SMP
Gg. Remaja I Rt. 07/04 Jatinegara Kaum Gg. Remaja II Rt. 05/07 Jatinegara Kaum Gg. Remaja II Rt. 05/07 Jatinegara Kaum
SMA
1.100.000 1.500.000 1.100.000 1.500.000 ≤ 500.000
< 6 bulan
Pulogadung
Tidak bekerja / Ibu RT Tidak bekerja / Ibu RT Tidak bekerja / Ibu RT Tidak bekerja / Ibu RT Tidak bekerja / Ibu RT
SMA SD
1.100.000 1.500.000 ≤ 500.000
< 6 bulan
< 6 bulan < 6 bulan 7 bulan - 1 tahun 7 bulan - 1 tahun
DOKUMENTASI
SUASANA PELATIHAN PROGRAM CAKE HOUSE
BEBERAPA CONTOH KUE HASIL PELATIHAN MUSTAHIK