ANALISIS DAMPAK KENAIKAN EKSPOR SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PENDAPATAN FAKTOR PRODUKSI, INSTITUSI, DAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI INDONESIA
OLEH SITI ADELIANI H14103073
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
ANALISIS DAMPAK KENAIKAN EKSPOR SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PENDAPATAN FAKTOR PRODUKSI, INSTITUSI, DAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI INDONESIA
Oleh SITI ADELIANI H14103073
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa
: Siti Adeliani
Nomor Registrasi Pokok
: H14103073
Program Studi
: Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi
: Analisis Dampak Kenaikan Ekspor Sektor Pertanian terhadap Pendapatan Faktor Produksi, Institusi, dan Sektor-Sektor Perekonomian di Indonesia
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing,
Sahara, SP, M.Si NIP.132 232 456
Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S. NIP. 131 846 872 Tanggal Kelulusan :
RINGKASAN
SITI ADELIANI. Analisis Dampak Kenaikan Ekspor Sektor Pertanian terhadap Pendapatan Faktor Produksi, Institusi, dan Sektor-sektor Perekonomian di Indonesia (di bawah bimbingan SAHARA) Ekspor Indonesia dewasa ini lebih ditekankan pada ekspor non migas, karena ekspor non migas merupakan penghasil devisa terbesar dalam perekonomian. Ekspor non migas juga lebih bersifat padat tenaga kerja. Negara Indonesia yang merupakan negara agraris memiliki potensi yang besar dari keanekaragaman hasil pertanian. Potensi ini harus dimanfaatkan dengan baik agar dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Keberlangsungan semua sektor yang ada dalam perekonomian memerlukan dukungan sektor pertanian terutama berupa penyediaan bahan makanan, sedangkan untuk beberapa sektor perlu didukung oleh sektor pertanian dalam bentuk penyediaan bahan mentah yang akan diolah. Secara nasional maupun regional keunggulan sebagian besar wilayah di Indonesia adalah di sektor pertanian. Oleh karena itu potensi sektor pertanian yang besar harus dimanfaatkan agar keunggulan yang dimiliki dapat dimanfaatkan sehingga menjadi keunggulan nasional, salah satunya dengan melakukan ekspor. Dengan demikian usaha peningkatan ekspor sektor pertanian akan meningkatkan pendapatan tenaga kerja baik yang bekerja di sektor pertanian maupun di sektor lainnya. Adapun tujuan penelitian ini adalah : (1) menganalisis dampak kenaikan ekspor sektor pertanian terhadap pendapatan faktor produksi di Indonesia. (2) menganalisis dampak kenaikan ekspor sektor pertanian terhadap pendapatan institusi. (3) menganalisis dampak kenaikan ekspor sektor pertanian terhadap pendapatan sektor-sektor perekonomian di Indonesia. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE). Sumber data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tabel SNSE Indonesia tahun 2003 yang berupa matriks berukuran 102 x 102. Tabel tersebut kemudian diagregasi menjadi berukuran 53 x 53. Penelitian ini menggunakan program Microsoft Excel 2003 dan E-Views 4.1. Pada dekomposisi pengganda diperoleh masing-masing nilai pengganda untuk pengganda transfer, open loop, dan close loop. Hasil dekomposisi pengganda transfer, menunjukkan bahwa pengganda yang terbesar diterima oleh sektor perdagangan besar, eceran, jasa penunjang angkutan dan pergudangan pada sub sektor perikanan, yaitu sebesar Rp 2.101,97 milyar. Selanjutnya, hasil dekomposisi pengganda open loop menunjukkan bahwa faktor produksi yang memperoleh pengaruh paling besar dari adanya injeksi di sektor pertanian adalah faktor produksi bukan tenaga kerja pada sub sektor perikanan yaitu sebesar Rp 1.175,38 milyar. Adapun pengganda open loop yang terbesar pada blok institusi adalah pengganda untuk institusi perusahaan pada sub sektor perikanan yaitu sebesar Rp 629,44 milyar. Pada dekomposisi pengganda close loop hasil penelitian menunjukkan bahwa injeksi pada sektor pertanian yang terbesar
diterima oleh sektor industri makanan, minuman, dan tembakau pada sub sektor perikanan yaitu sebesar Rp 1.408,35 milyar. Faktor produksi yang mengalami total kenaikan pendapatan terbesar serta total persentase kenaikan terbesar dengan adanya kenaikan ekspor sektor pertanian sebesar 20 persen adalah sub sektor perikanan yaitu sebesar Rp 6.015,69 milyar atau meningkat sebanyak 6,36 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sub sektor perikanan adalah sub sektor yang paling peka dengan adanya kenaikan ekspor pertanian. Total peningkatan pendapatan terbesar pada neraca institusi diterima oleh sub sektor perikanan yaitu sebesar Rp 6.981,22 milyar. Hal ini menunjukkan bahwa sub sektor perikanan adalah sub sektor yang paling peka dengan adanya kenaikan ekspor sektor pertanian sebesar 20 persen. Peningkatan pendapatan di perkotaan yang lebih besar daripada di pedesaan menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi yang selama ini hanya berpusat di daerah perkotaan telah menimbulkan dampak kesenjangan dalam distribusi pendapatan antara pedesaan dan perkotaan. Sub sektor yang mengalami kenaikan total pendapatan terbesar dengan adanya kenaikan ekspor sebesar 20 persen pada sektor-sektor produksi adalah sub sektor perikanan yaitu sebesar Rp 13.667,06 milyar. Kenaikan pendapatan tidak hanya terjadi pada sektor-sektor yang mengalami kenaikan ekspor saja, tetapi juga diikuti oleh kenaikan pendapatan di sektor-sektor lainnya, terutama sektor-sektor yang berkaitan secara langsung dengan sektor pertanian. Dalam hal ini adalah sektor industri pengolahan makanan, minuman, dan tembakau. Berdasarkan hasil analisis di atas, maka beberapa saran yang dapat dikemukakan adalah: (1) kenaikan pendapatan terbesar pada faktor produksi terjadi pada faktor produksi tenaga kerja sub sektor perikanan. Pemerintah diharapkan dapat membangun sektor perikanan agar lebih maju lagi karena dengan semakin majunya sektor perikanan maka dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak. (2) pemerintah diharapkan dapat memperbaiki distribusi pendapatan antar sub sektor dengan meningkatkan kemampuan masing-masing sub sektor yang dapat meningkatkan hasil produksi dan pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan mereka. (3) untuk mendorong pertumbuhan, ekspor sektor pertanian harus terus ditingkatkan. Sebaiknya pemerintah mengembangkan sektor pertanian dengan didukung industri makanan, minuman, dan tembakau olahan. Pemerintah mengembangkan ekspor sub sektor perikanan sebagai keunggulan Indonesia karena sub sektor ini adalah yang paling peka terhadap kenaikan ekspor sektor pertanian.
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN
SEBAGAI
SKRIPSI
ATAU
KARYA
ILMIAH
PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Mei 2007
Siti Adeliani H14103073
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Siti Adeliani dilahirkan pada tanggal 21 November 1984 di Jakarta. Penulis adalah anak kedua dari empat bersaudara, dari pasangan Adnan Ali dan R. Eliah Muningwati. Pendidikan dasar penulis ditempuh pada SDI Alazhar Pusat Jakarta, lulus tahun 1993, kemudian melanjutkan ke SLTPI Alazhar Pusat Jakarta dan lulus pada tahun 2000. Selanjutnya, penulis melanjutkan ke SMU Negeri 82 Jakarta dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun yang sama penulis diterima oleh Departemen Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif pada beberapa organisasi, seperti Himpunan Profesi dan Peminat Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan (HIPOTESA) periode 2005-2006 sebagai staf kewirausahaan, Pramuka IPB periode 2005-2006 sebagai Humas, dan anggota UKM Gentra Kaheman. Beberapa prestasi yang pernah diraih oleh penulis selama menjadi mahasiswa IPB antara lain mendapat juara 1 se-jabotabek dalam Lomba Lintas Alam Silvasari di tahun 2005. Penulis juga menerima dana dari DIKTI untuk menjalankan Program Kreatifitas mahasiswa (PKM) di tahun 2006.
KATA PENGANTAR
Alhamdullilah, segala puji bagi Allah S.W.T, berkat rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Analisis Dampak Kenaikan Ekspor Sektor Pertanian terhadap Pendapatan Faktor Produksi, Institusi dan Sektor-sektor Perekonomian di Indonesia”. Dengan segala ketulusan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Sahara, SP, M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan arahan, semangat dan motivasi dalam penyusunan skripsi sehingga dapat terselesaikan dengan baik. 2. Ir. Yeti Lispurnamadewi, M.Sc sebagai dosen penguji yang telah menguji hasil skripsi penulis. 3. Fifi Diana Thamrin, SP, M.Si sebagai dosen penguji dari komisi pendidikan atas saran dan masukannya terhadap skripsi ini 4. Kedua orang tua penulis, Abu dan Mama atas doa, kasih sayang dan dukungannya, serta kakak dan adik penulis, Neneng, Agam dan Ina atas doa dan motivasi yang diberikan selama penulis menyelesaikan penyusunan skripsi ini. 5. Sahabat-sahabat penulis Sari, Riski, Tyas, Ningrum, Heni, Sri, Mimi, Meilani, dan Agung yang telah membantu serta memberikan saran dan kritik selama penulisan skripsi ini. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.
Bogor, Mei 2007
Siti Adeliani H14103073
i
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL .......................................................................................... iii DAFTAR GAMBAR...................................................................................... v DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vi I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah ............................................................................. 4 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 9 1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 10 1.5 Ruang Lingkup Penelitian.................................................................... 10 II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 12 2.1 Pentingnya Perdagangan Luar Negeri Bagi Perekonomian................. 12 2.2 Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) .............................................. 17 2.2.1 Dasar Pemikiran Pembentukan SNSE ........................................ 18 2.2.2 Kerangka Dasar SNSE ................................................................ 20 2.2.3 Asumsi dan Keterbatasan Model ............................................... 24 2.3 Penelitian Terdahulu ............................................................................ 24 2.4 Kerangka Pemikiran............................................................................. 28 III. METODE PENELITIAN ....................................................................... 31 3.1 Jenis dan Sumber Data......................................................................... 31 3.2 Metode Analisis ................................................................................... 31 3.2.1 Analisis Pengganda Transfer ...................................................... 33 3.2.2 Analisis Pengganda Open Loop ................................................. 35 3.2.3 Analisis Pengganda Close Loop ................................................. 36 3.3 Neraca Endogen dan Eksogen Pada SNSE .......................................... 37 3.4 Analisis Simulasi Kenaikan Ekspor Sektor Pertanian ......................... 40 3.5 Tahapan Pengolahan Data.................................................................... 41
ii
IV. GAMBARAN UMUM SEKTOR PERTANIAN DI INDONESIA .... 43 4.1 Peranan Sektor Pertanian di Indonesia ................................................ 43 4.2 Ekspor Impor Sektor Pertanian Indonesia ........................................... 45 4.3 Investasi Sektor Pertanian Indonesia ................................................... 46 4.4 Produksi Sektor Pertanian Indonesia ................................................... 48 4.5 Rumah Tangga Pertanian Indonesia .................................................... 52 V. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 54 5.1 Keterkaitan Langsung Sektor Pertanian dengan Sektor-Sektor Perekonomian Lainnya ........................................................................ 54 5.2 Analisis Dekomposisi Dampak Kenaikan Ekspor di Sektor Pertanian .............................................................................................. 60 5.2.1 Kenaikan Pendapatan pada Pengganda Transfer ....................... 60 5.2.2 Kenaikan Pendapatan pada Pengganda Open Loop.................... 64 5.2.3 Pengganda Close Loop Sektor Pertanian .................................. 69 5.3 Dampak Kenaikan Ekspor di Sektor Pertanian terhadap Pendapatan Faktor Produksi, Institusi, dan Sektor-sektor Perekonomian............... 71 5.3.1 Dampak terhadap Pendapatan Faktor Produksi .......................... 71 5.3.2 Dampak terhadap Pendapatan Institusi ....................................... 82 5.3.3 Dampak terhadap Pendapatan Sektor Produksi .......................... 75 VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan .......................................................................................... 87 6.2 Saran .................................................................................................... 88 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 90 LAMPIRAN.................................................................................................... 93
iii
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1.1
Nilai Ekspor Indonesia Tahun 2000-2005 (Milyar US$)..................... 2
1.2
Persentase Produk Domestik Bruto Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2001-2005 ............... 3
1.3
Produksi dan Ekspor Sektor Pertanian Indonesia Tahun 2003-2005 (Ribu ton) ............................................................................................. 5
1.4
Ekspor-Impor Sektor Pertanian Indonesia Tahun 2001-2005 (Juta US$) ............................................................................................ 7
2.1
Kerangka Dasar Sistem Neraca Sosial Ekonomi ................................. 21
3.1
Simulasi Kenaikkan Ekspor Bersih Sektor Pertanian Indonesia (Rp Milyar) .......................................................................................... 40
4.1
Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan di Indonesia Tahun 2001-2005 ................................................................ 43
4.2
Kontribusi Sektor Migas dan Non Migas Indonesia Tahun 2001-2005 dalam Total Ekspor (Persen)................................................................ 44
4.3
Nilai Ekspor Impor Komoditas Sektor Pertanian Indonesia Tahun 1998-2005 ........................................................................................... 46
4.4
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang Disetujui Pemerintah Menurut Sektor di Indonesia Tahun 2001-2005 (Rp Milyar) .......................................................................................... 47
4.5
Penanaman Modal Asing (PMA) yang Disetujui Pemerintah Menurut Sektor di Indonesia Tahun 2001-2005 (Rp Milyar) .............. 48
4.6
Produksi Tanaman Pangan di Indonesia Tahun 2001-2005 (Juta ton) .............................................................................................. 49
4.7
Produksi Tanaman Perkebunan Indonesia Tahun 2001-2005 (Juta ton) .............................................................................................. 50
4.8
Produksi Hasil Peternakan di Indonesia Tahun 2001-2005 (Ribu ton) ............................................................................................. 51
4.9
Produksi Hasil Hutan Indonesia Tahun 2001-2005 (Ribu ton) ........... 51
4.10
Produksi Perikanan Nasional Indonesia Tahun 2001-2005 (Ribu ton) 52
5.1
Keterkaitan Ke Depan Sektor Pertanian dengan Sektor-sektor Produksi Lainnya dalam Perekonomian .............................................. 58
iv
5.2
Keterkaitan Ke Belakang Sektor Pertanian dengan Sektor-sektor Produksi Lainnya dalam Perekonomian .............................................. 59
5.3
Dampak Pengganda Transfer Kenaikan Ekspor di Sektor Pertanian terhadap Pendapatan Sektor-sektor Produksi (Rp Milyar) .................. 63
5.4
Nilai Nominal Pengganda Open Loop Kenaikan Ekspor di Sektor Pertanian terhadap Pendapatan Faktor Produksi (Rp Milyar) ............. 65
5.5
Nilai Nominal Pengganda Open Loop Kenaikan Ekspor di Sektor Pertanian Terhadap Pendapatan Institusi Indonesia (Rp Milyar) ........ 68
5.6
Nilai Nominal Pengganda Close Loop Kenaikan Ekspor di Sektor Pertanian Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Indonesia (Rp Milyar) .......................................................................................... 70
5.7
Dampak Kenaikan Ekspor Sektor Pertanian terhadap Pendapatan Faktor Produksi di Indonesia (Rp Milyar) ........................................... 75
5.8
Dampak Kenaikan Ekspor Sektor Pertanian terhadap Pendapatan Faktor Produksi di Indonesia (Persen) ................................................. 76
5.9
Dampak Kenaikan Ekspor Sektor Pertanian terhadap Pendapatan Institusi di Indonesia (Rp Milyar)........................................................ 81
5.10
Dampak Kenaikan Ekspor Sektor Pertanian terhadap Pendapatan Sektor Produksi di Indonesia (Rp Milyar) ........................................... 85
5.11
Dampak Kenaikan Ekspor Sektor Pertanian terhadap Pendapatan Sektor Produksi di Indonesia (Persen) ................................................. 86
v
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1.1
Ekspor Sektor Pertanian Indonesia Tahun 2001-2005 (Juta US$) ...... 4
2.1
Hubungan Antara Ekspor dan Impor Dengan Tingkat Pendapatan Nasional ............................................................................................... 14
2.2
Pembentukan Pendapatan Nasional Dengan Pendekatan Pengeluaran.......................................................................................... 15
2.3
Harga Komoditi Relatif Ekuilibrium setelah Perdagangan Ditinjau dari Analisis Keseimbangan Parsial..................................................... 17
2.4
Diagram Sistem Modular SNSE .......................................................... 19
2.5
Kerangka Pemikiran............................................................................. 30
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1.
Tabel SNSE Indonesia Tahun 2003 yang Telah Diagregasi................ 93
2.
Pengganda Transfer ............................................................................ 95
3.
Pengganda Open Loop ........................................................................ 97
4.
Pengganda Close Loop........................................................................ 99
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Perdagangan luar negeri baik ekspor maupun impor dewasa ini telah tumbuh dengan pesat dan memainkan peranan yang penting dan strategis dalam perekonomian Indonesia. Jika output dan produktifitas barang-barang yang dapat diekspor membesar, maka ekspor akan naik dan selanjutnya akan memperbesar penerimaan devisa. Dengan demikian surplus seperti ini akan mendorong pembentukan modal jika barang-barang modal diimpor dengan menggunakan devisa ini (Jinghan, 2000). Selain itu, kegiatan ekspor mulai dari proses produksi, pengangkutan sampai dengan pemasaran sangat berperan dalam menyediakan lapangan kerja. Ekspor Indonesia dewasa ini lebih ditekankan pada ekspor non migas, karena ekspor non migas merupakan penghasil devisa terbesar dalam perekonomian. Ekspor non migas lebih bersifat padat tenaga kerja, ekspor ini membutuhkan banyak tenaga kerja dari berbagai tingkat keahlian dan teknologi baik yang rendah (kerajinan) ataupun sedang (manufaktur). Perubahan ini berimplikasi positif terhadap kegiatan perekonomian masyarakat dengan semakin bertambahnya orang yang bekerja di sektor ekspor. Total nilai ekspor selama lima tahun sejak tahun 2001 sampai dengan 2005 rata-rata meningkat sebesar 7,17 persen (Tabel 1.1). Komoditi non migas sampai saat ini masih menjadi komoditi unggulan dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan dominasi ekspor yang menghasilkan devisa cukup tinggi.
2
Kontribusi ekspor non migas terhadap total ekspor pada tahun 2001-2005 berfluktuasi antara 77 persen sampai 79 persen. Sementara itu, ekspor migas mengalami peningkatan rata-rata sebesar 6,80 persen per tahun. Tabel 1.1. Nilai Ekspor Indonesia Tahun 2000-2005 (Milyar US$)
Ekspor Non Migas Migas
2001 56,32 (-9,34) 43,68 (-8,54) 12,64 (-12,04)
2002 57,16 (1,49) 45,05 (3,14) 12,11 (-4,19)
2003 61,06 (6,82) 47,41 (5,24) 13,65 (12,72)
2004 71,59 (17,25) 55,94 (17,99) 15,65 (14,65)
2005 85,66 (19,65) 66,43 (18,75) 19,23 (22,88)
Keterangan : Angka dalam kurung merupakan persentase kenaikan Sumber : Badan Pusat Statistik, 2005.
Negara Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi yang besar dari keanekaragaman hasil pertanian. Sektor pertanian memberikan kontribusi ekspor bersih yang cukup besar bagi perekonomian Indonesia. Hasil ekspor pertanian yang merupakan andalan Indonesia terdiri dari karet alam, kopi, udang dan ikan tuna, teh, rempah-rempah, tembakau, biji coklat, biji-bijian, mutiara, buah-buahan, dan sayur-sayuran. Dengan potensi keanekaragaman hasil pertanian yang dimiliki, Indonesia seharusnya dapat merebut peluang pasar yang besar dan luas serta mengembangkan sektor tersebut. Potensi ini harus dimanfaatkan dengan baik agar dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia baik dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) maupun dalam hal penyerapan tenaga kerja. Dari Tabel 1.2 terlihat bahwa, kontribusi sektor pertanian dalam pembentukan PDB rata-rata dari tahun 2001 hingga 2005 sekitar
3
15,79 persen per tahun. Dalam penyerapan tenaga kerja, sektor pertanian juga mempunyai peran yang sangat strategis. Dalam lima tahun terakhir, dari 92,79 juta tenaga kerja 44,37 persen bekerja di sektor pertanian (Sakernas, 2005). Selain itu sektor pertanian juga berperan penting dalam penyediaan bahan baku bagi keperluan industri. Tabel 1.2. Persentase Produk Domestik Bruto Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2001-2005 Lapangan Usaha 2001 Pertanian,Peternakan, 15,64 Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian 11,66 Industri Pengolahan 27,60 Listrik, Gas dan Air Minum 0,63 Bangunan 5,55 Perdagangan, Hotel dan 16,24 Restoran Pengangkutan dan Komunikasi 4,59 Keuangan, Real Estat dan Jasa 8,02 Perusahaan Jasa-jasa 9,04 Produk Domestik Bruto (PDB) 100,00
2002 15,38
2003 16,91
2004* 2005** 16,47 14,54
11,29 27,79 0,66 5,61 16,16
11,79 31,08 0,73 6,30 18,05
10,63 31,12 0,72 6,39 17,99
9,30 28,10 0,92 5,91 16,83
5,06 8,74
6,01 9,88
6,43 10,03
6,26 9,26
9,23 100,00
10,21 100,00
10,10 100,00
9,14 100,00
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2005. Keterangan : * = Angka sementara ** = Angka sangat sementara
Berdasarkan Gambar 1.1, terlihat bahwa ekspor sektor pertanian mengalami peningkatan dari tahun 2001 sampai tahun 2005. Meskipun masih dalam kondisi persaingan ketat, di tahun 2002 ekspor sektor pertanian meningkat sebesar 5,32 persen menjadi US$ 2.568,3 juta. Pada tahun 2003 dan 2004 secara berturut-turut ekspor pertanian menurun, masing-masing 1,64 persen dan 1,19 persen. Penurunan tersebut menurut Badan Pusat Statistik dikarenakan produk pertanian Indonesia kalah bersaing di pasar ekspor dengan produk pertanian negara lain seperti Cina yang mulai aktif melakukan ekspansi di sektor pertanian,
4
khususnya tanaman hortikultura, disamping negara tetangga Malaysia dan Thailand. Pada tahun 2005 ekspor pertanian mengalami peningkatan sebesar 15,39 persen dari US$ 2.496,2 juta menjadi US$ 2.880,3 juta. Ekspor Sektor Pertanian 3000 2900 2800 2700 Juta 2600 US$ 2500 2400 2300 2200 2001
2002
2003
2004
2005
Tahun Ekspor Sektor Pertanian
Gambar 1.1 Ekspor Sektor Pertanian Indonesia Tahun 2001-2005 (Juta US$) Sumber : Badan Pusat Statistik, 2005.
Potensi sektor pertanian yang besar tersebut dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
pendapatan
faktor
produksi,
institusi,
dan
sektor-sektor
perekonomian. Hal ini terkait dengan peranan sektor pertanian sebagai mata pencaharian utama bagi sebagian besar penduduk di Indonesia. Bila potensi ini dapat dimanfaatkan secara optimal maka akan mendorong ekspor bersih sehingga akan meningkatkan pendapatan nasional.
1.2 Permasalahan Indonesia dikenal sebagai negara agraris, kekayaan alamnya baik di darat maupun di laut merupakan daya tarik Indonesia bagi bangsa-bangsa besar di Eropa dan sekitarnya. Dengan kekayaan sumberdaya alam pertanian yang dimiliki, Indonesia selain dapat memenuhi permintaan domestik (dalam negeri)
5
juga mengekspor komoditi pertaniannya ke luar negeri. Ekspor sektor pertanian Indonesia dalam tiga tahun terakhir masih relatif kecil, pada Tabel 1.3 dapat dilihat bahwa dari besarnya hasil pertanian yang diproduksi hanya sedikit yang di ekspor ke luar negeri. Sub sektor perkebunan merupakan sub sektor yang paling besar mengekspor hasil komoditi produksinya. Sementara sub sektor tanaman pangan hanya mengekspor hasil komoditinya dalam jumlah yang kecil. Tabel 1.3. Produksi dan Ekspor Sektor Pertanian Indonesia Tahun 2003-2005 (ribu ton) Tahun 2003 Produksi Ekspor 2004 Produksi Ekspor 2005 Produksi Ekspor
Tanaman Perkebunan Peternakan Pangan 162.446,19 14.171,76 3398,43 1.006,06 11.974,20 212,27 (0,62) (85,8) (6,25) 169.412,35 16.581,75 3.677,72 1.466,73 15.556,89 221,66 (0,87) (93,8) (6,03) 170.668,94 15.999,13 3404,60 1.507,75 18.579,81 246,49 (0,88) (92,44) (7,24)
Kehutanan
Perikanan
20.092,48 7.276,81 (36,22) 18.781,11 5.379,68 (28,64) 27.103,48 6.062,69 (22,37)
5.069,71 857,78 (16,92) 5.292,09 902,36 (17,05) 5.986,99 1.078,91 (18,02)
Catatan : Angka dalam kurung menunjukkan persentase ekspor terhadap produksi Sumber : Departemen Pertanian, 2005.
Berdasarkan Tabel 1.4, ekspor bersih sektor pertanian dari tahun 2001 sampai dengan 2005 mengalami surplus perdagangan (positif). Sektor pertanian di Indonesia tidak hanya terdiri dari sub sektor tanaman pangan, tetapi juga sub sektor perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Sub sektor perkebunan merupakan sub sektor yang menghasilkan devisa terbesar bagi negara dalam bentuk ekspor yang lebih besar dibanding sub sektor lainnya, pertumbuhan ekspor perkebunan rata-rata sebesar 41,45 persen per tahun. Hasil-hasil perkebunan yang selama ini telah menjadi komoditas ekspor antara lain : kelapa sawit, karet, kakao, kopi, kelapa, dan teh. Produktifitas tanaman yang masih rendah, yaitu sebesar 60-
6
70 persen dari potensi produksinya serta sebagian besar tanaman perkebunan yang telah memasuki usia tidak produktif merupakan beberapa hambatan di sub sektor perkebunan. Ekspor sub sektor kehutanan terbagi menjadi dua yaitu ekspor hasil hutan kayu dan ekspor hasil hutan non kayu. Komoditas ekspor utamanya adalah kayu lapis, pulp, sirlak, getah dan damar. Walaupun sub sektor ini menghasilkan devisa terbesar kedua bagi Indonesia setelah ekspor sub sektor perkebunan, ekspor bersih sub sektor kehutanan mengalami penurunan sebesar 25,7 persen per tahun. Ekspor hasil hutan mengalami penurunan dikarenakan banyak kayu yang dieksploitasi secara ilegal. Ekploitasi ini menyebabkan berkurangnya luasan hutan dengan sangat cepat. Keadaan semakin diperburuk dengan adanya konversi lahan hutan secara
besar-besaran
untuk
lahan
pemukiman,
perindustrian,
pertanian,
perkebunan, peternakan serta kebakaran hutan yang selalu terjadi di sepanjang tahun (Irwanto, 2006). Sub sektor perikanan memiliki variasi komoditas yang beragam. Disamping untuk kepentingan konsumsi dalam negeri, hasil sub sektor perikanan juga dimanfaatkan untuk keperluan ekspor. Ekspor utama sub sektor perikanan adalah udang, ikan tuna, nila merah serta produk-produk usaha tani perikanan laut lainnya. Ekspor bersih sektor perikanan cenderung mengalami kenaikan selama periode 2001-2005, yaitu sebesar 5,31 persen per tahun. Kesejahteraan nelayan Indonesia jauh lebih rendah dibandingkan dengan petani padi, hal ini terutama disebabkan oleh musim yang tidak tentu saat melaut serta alat tangkap yang digunakan para nelayan masih sederhana (Nazarudin, 1996).
7
Table 1.4. Ekspor-Impor Sektor Pertanian Indonesia Tahun 2001-2005 (juta US$) No 1.
Sub Sektor
2001
2002 2003 2004 2005 Tanaman Pangan Ekspor 252,8 280,8 424 451,6 514,7 Impor 1.661,7 2.172,5 2.378,4 2.768,2 2.482,6 Ekspor Bersih -1.408,9 -1.633,1 -1.954,4 -2.316,6 -1.967,8 2. Perkebunan Ekspor 3.148 5.024 5.771 9.107,5 10.673,1 Impor 1.551 1.198 1.198 1.323,4 1.532,5 Ekspor Bersih 1.597 3.826 4.573 7.784,1 9.140,6 3. Peternakan Ekspor 295,8 213,5 222,5 328,5 396,5 Impor 759,5 636,7 693,5 936,2 1.121,8 Ekspor Bersih -463,6 -423,2 -470,9 -607,7 -725,3 4. Kehutanan Ekspor 3.129,5 3.339,1 3.287,5 2.706,7 2.566,6 Impor 352,7 397,2 456,6 646,8 660,2 Ekspor Bersih 2776,8 2941,9 2.830,9 2.059,9 1.906,4 5. Perikanan Ekspor 1.631,9 1.570,4 1.643,5 1.780,8 1.807,9 Impor 103,6 92,3 90,8 154,0 164,4 Ekspor Bersih 1.528,3 1.478,1 1.552,7 1.626,8 1.643,5 PERTANIAN Ekspor 8.458 10.427,8 11.348,5 14.375,1 15.949,7 Impor 4.428,5 4.496,7 4.611,6 5.828,6 5.961,5 Ekspor Bersih 4.029,5 5.931,1 6.736,9 8.546,5 9.988,2 Sumber : Departemen Pertanian, Departemen Kehutanan, Departemen Perikanan, 2005.
Meskipun neraca perdagangan komoditas peternakan selalu defisit dari tahun ke tahun pada periode 2001-2005, namun nilai ekspornya menunjukkan kenaikan. Ekspor sub sektor peternakan sebagian besar terdiri dari komoditas ayam petelur dan ayam pedaging. Peningkatan yang terjadi tidak terlalu besar karena mewabahnya penyakit flu burung di Indonesia. Banyaknya peternak yang memusnahkan hewan-hewan ternak unggas akan mengakibatkan berkurangnya pasokan komoditi untuk di ekspor yang pada akhirnya akan menambah jumlah pengangguran di tingkat pedesaan. Impor di sub sektor peternakan yang tinggi diakibatkan oleh pakan ternak yang masih belum dapat diproduksi di dalam
8
negeri, sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut pemerintah masih harus mengimpornya. Ekspor sub sektor tanaman pangan terbagi dua yaitu ekspor komoditas tanaman pangan dan ekspor komoditas hortikultura. Ekspor komoditas hortikultura lebih besar daripada ekspor komoditas tanaman pangan. Neraca perdagangan untuk sub sektor tanaman pangan mengalami defisit perdagangan. Nilai impor yang lebih besar dari pada nilai ekspor ini terjadi karena pemerintah banyak mengimpor komoditi beras, gandum, kedelai, sayur-sayuran dan buahbuahan. Sektor pertanian sangat penting bagi perekonomian Indonesia, baik sebagai sumber bahan makanan, sumber bahan mentah untuk industri, lapangan kerja bagi sebagian besar penduduk Indonesia, sumber devisa, serta sebagai pasar barang dan jasa bagi hasil produksi sektor-sektor lainnya. Keberlangsungan semua sektor yang ada dalam perekonomian (termasuk sektor pertanian itu sendiri) memerlukan dukungan sektor pertanian terutama berupa penyediaan bahan makanan, sedangkan untuk beberapa sektor (seperti sektor industri, bangunan, perdagangan, dan angkutan) perlu didukung oleh sektor pertanian dalam bentuk penyediaan bahan mentah yang akan diolah, selain bahan makanan bagi mereka yang bekerja di sektor-sektor tersebut. Sebagian besar penduduk Indonesia bergantung dari sektor pertanian dan mewakili golongan terbesar penduduk Indonesia yang berpenghasilan rendah. Menurut hasil sensus pertanian 2003, jumlah petani gurem dengan penguasaan luas lahan kurang dari 0,5 persen baik milik sendiri maupun menyewa meningkat
9
sebesar 2,6 persen per tahun dari 10,8 juta rumah tangga ditahun 1993 menjadi 13,7 juta rumah tangga pada tahun 2003. Persentase rumah tangga gurem terhadap rumah tangga pertanian pengguna lahan juga meningkat dari 52,7 persen di tahun 1993 menjadi 56,5 persen pada tahun 2003. Dari 24,3 juta rumah tangga petani berbasis lahan, 20,1 juta atau 82,7 persen diantaranya dikategorikan miskin. Datadata tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar petani merupakan orang miskin. Hal ini terjadi karena distribusi pendapatan yang kurang merata. Secara nasional maupun regional keunggulan sebagian besar wilayah di Indonesia adalah di sektor pertanian. Oleh karena itu potensi sektor pertanian yang besar harus dimanfaatkan agar keunggulan yang dimiliki dapat dimanfaatkan sehingga menjadi keunggulan nasional, salah satunya dengan melakukan ekspor. Dengan demikian usaha peningkatan ekspor sektor pertanian akan meningkatkan pendapatan tenaga kerja baik yang bekerja di sektor pertanian maupun disektor lainnya. Berdasarkan penguraian di atas maka beberapa pertanyaan dalam penelitian ini adalah : 1. Berapa besar dampak kenaikan ekspor sektor pertanian terhadap pendapatan faktor produksi di Indonesia? 2. Berapa besar dampak kenaikan ekspor sektor pertanian terhadap pendapatan institusi di Indonesia? 3. Berapa besar dampak kenaikan ekspor sektor pertanian terhadap pendapatan sektor-sektor perekonomian di Indonesia?
10
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis dampak kenaikan ekspor sektor pertanian terhadap pendapatan faktor produksi di Indonesia. 2. Menganalisis dampak kenaikan ekspor sektor pertanian terhadap pendapatan institusi di Indonesia. 3. Menganalisis dampak kenaikan ekspor sektor pertanian terhadap pendapatan sektor-sektor perekonomian di Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pemerintah untuk melihat sektor perekonomian mana yang paling besar mengalami kenaikan pada saat ekspor sektor pertanian meningkat dan faktor produksi serta institusi mana yang mengalami peningkatan terbesar pada saat ekspor sektor pertanian meningkat sehingga dapat diketahui sektor-sektor perekonomian yang layak untuk dikembangkan.
1.5 Ruang Lingkup Ruang lingkup dari penelitian ini yaitu ekspor yang diteliti adalah ekspor sektor pertanian dalam arti luas, yaitu meliputi sub sektor tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan. Penelitian ini akan membahas dampak kenaikan ekspor sektor pertanian terhadap pendapatan faktor produksi, institusi, dan sektor-sektor perekonomian di Indonesia, dengan menggunakan Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) tahun 2003. Analisis dampak kenaikan
11
ekspor sektor pertanian dilakukan pada tiga blok dalam perekonomian sesuai dengan klasifikasi dalam SNSE. Ketiga blok tersebut adalah blok faktor produksi, blok institusi, dan blok sektor produksi.
12
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pentingnya Perdagangan Luar Negeri Bagi Perekonomian Dewasa ini tidak ada satu negara pun yang tidak melakukan hubungan dengan pihak luar negeri. Bagi Indonesia, perdagangan luar negeri menjadi semakin penting, bukan saja dalam kaitannya dengan pembangunan yang berorientasi keluar, yakni menetapkan target masyarakat di negara-negara lain sebagai pasar hasil produksi dalam negeri, tetapi juga berkaitan dengan pengadaan barang-barang modal untuk memacu industri dalam negeri (Dumairy, 1995). Perdagangan luar negeri adalah hubungan tukar-menukar barang atau jasa yang dilakukan oleh suatu negara dengan negara lain yang saling menguntungkan (Alam, S, 2001). Hal ini dapat terjadi karena perbedaan sumber daya alam yang dimiliki masing-masing negara. Selain itu, selera, perbedaan teknologi serta tingkat efisiensi juga mendorong terjadinya perdagangan luar negeri. Perdagangan luar negeri timbul karena tidak ada suatu negara pun di dunia ini yang dapat menghasilkan semua barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk. Kalaupun berbagai kebutuhan tersebut dapat dihasilkan di dalam negeri, tetapi dalam banyak hal sering lebih murah mengimpor barang-barang yang diperlukan dari luar negeri daripada harus dihasilkan sendiri di dalam negeri (Deliarnov,1995). Dengan adanya perdagangan luar negeri maka manfaat yang dapat diambil berupa sumber devisa, dengan mengekspor suatu komoditi maka kita akan mendapat devisa yang dapat digunakan untuk mengimpor barang modal dan
13
konsumsi. Kesempatan kerja akan semakin luas akibat perdagangan luar negeri terutama kegiatan ekspor. Selain itu, peralihan teknologi juga akan semakin cepat serta terjadi peningkatan kualitas konsumsi (Alam, S, 2001). Perdagangan luar negeri terjadi dalam perekonomian terbuka, sedangkan dalam perekonomian tertutup hanya memiliki tiga komponen PDB yaitu pengeluaran konsumsi (C), Investasi (I), dan Pengeluaran pemerintahan (G). Ekspor bersih (Ekspor – Impor) terjadi pada perekonomian terbuka. Ekspor bersih dapat bertanda positif maupun negatif. Bila tandanya positif maka jumlah barang yang diekspor ke luar negeri lebih banyak daripada barang-barang yang diimpor. Sementara bila tandanya negatif maka jumlah barang yang diimpor lebih banyak daripada jumlah barang yang diekspor. Pendapatan nasional (Y) dapat dirumuskan dengan : Y = C + I + G + (X – M). Perdagangan luar negeri terdiri dari ekspor dan impor. Ekspor merupakan penjualan barang yang dihasilkan oleh suatu negara ke negara lain. Suatu negara dapat mengekspor barang-barang yang dihasilkannya ke negara-negara lain yang tidak dapat menghasilkan sendiri barang-barang yang dihasilkan oleh negara pengekspor. Ekspor merupakan salah satu komponen atau bagian dari pengeluaran agregat. Makin banyak jumlah barang yang dapat diekspor, makin besar pengeluaran agregat, dan makin tinggi juga pendapatan nasional suatu negara. Sedangkan impor adalah barang yang dikirimkan dari luar negeri karena negara tersebut tidak dapat memproduksi barang tersebut. Impor merupakan kebalikan dari ekspor. Jika ekspor dikatakan sebagai faktor injeksi maka impor merupakan kebocoran dalam pendapatan nasional. Artinya, makin besar impor
14
makin banyak uang negara yang pindah ke luar negeri. Jumlah impor ditentukan oleh kemampuan dalam menghasilkan barang-barang yang bersaing dengan buatan luar negeri. Makin tinggi tingkat pendapatan nasional serta makin rendah kemampuan untuk menghasilkan barang-barang yang dapat bersaing dengan barang dari luar negeri maka makin tinggi impor. Pada Gambar 2.1 panel a) terlihat bahwa jumlah ekspor ditentukan oleh faktor eksogen dan tidak tergantung pada besarnya pendapatan nasional. Sebaliknya dari panel b) terlihat antara impor dengan pendapatan nasional terdapat kaitan yang erat. Makin besar pendapatan nasional makin besar impor, hal ini ditentukan oleh kecenderungan mengimpor (m). Ekspor (X)
Impor (M) M = Mo + mY
ΔM
X ΔY
Mo
0
Pendapatan Nasional (Y)
(a)
0
Pendapatan Nasional (Y)
(b)
Gambar 2.1. Hubungan Antara Ekspor dan Impor Dengan Tingkat Pendapatan Nasional Sumber : Deliarnov, 1995.
Ekspor bersih adalah selisih antara ekspor dan impor. Ekspor bersih mempunyai peranan penting yakni sebagai motor penggerak perekonomian nasional, sebab ekspor bersih dapat menghasilkan devisa yang selanjutnya dapat digunakan untuk membiayai pembangunan sektor-sektor dalam negeri. Pada Gambar 2.2, penurunan pada ekspor bersih akan menggeser kurva pengeluaran
15
agregat (Agregate Expenditure) ke bawah dari AE1 ke AE2, selain itu juga akan mengakibatkan permintaan agregat (Agregate Demand) menurun dari AD1 ke AD2, hal ini akan mendorong tingkat harga turun ke P2. Dari sisi pendapatan nasional, pendapatan nasional (Y) akan mengalami penurunan dari Y1 menjadi Y2. Pengurangan ekspor bersih akan menurunkan pengeluaran agregat dan pendapatan nasional riil. Sementara jika ekspor bersih meningkat maka AE1 akan bergeser ke AE3, sehingga permintaan agregat akan bergeser ke AD3, harga akan meningkat ke P3 dan pendapatan nasional riil akan meningkat ke Y3. Y = AE
Pengeluaran Agregat (AE)
AE3 = C+I+G+NX3 AE1 = C+I+G+NX1 AE2 = C+I+G+ NX2 ΔNX
45˚
Pendapatan Nasional Riil (Y)
0 Tingkat harga (P) AS P3
AD3
P1 AD1
P2 AD2 45˚
0 Y2
Y1
Y3
Pendapatan Nasional Riil (Y)
Gambar 2.2. Pembentukan Pendapatan Nasional Dengan Pendekatan Pengeluaran Sumber : Mankiw, 2000.
16
Proses terciptanya harga komoditi relatif ekuilibrium dengan adanya perdagangan ditinjau dari analisis keseimbangan parsial dapat dilihat pada Gambar 2.3. Panel (a) merupakan pasar di Negara 1 untuk komoditi X, panel (b) merupakan hubungan perdagangan internasional dalam komoditi X, sementara panel (c) merupakan pasar di Negara 2 untuk komoditi X. Karena Px/Py lebih besar dari P1, maka Negara 1 mengalami kelebihan penawaran komoditi X (Panel a) sehingga kurva penawaran ekspornya atau S yang diperlihatkan oleh panel (b) mengalami peningkatan. Di lain pihak, karena Px/Py lebih rendah dari P3, maka Negara 2 mengalami kelebihan permintaan untuk komoditi X (panel c) dan ini mengakibatkan permintaan impor Negara 2 terhadap komoditi X atau D, mengalami kenaikan (panel b). Panel (b) juga menunjukkan bahwa hanya pada tingkat harga P2 maka kuantitas impor komoditi ekspor yang diminta oleh Negara 2 akan sama dengan kuantitas ekspor yang ditawarkan oleh Negara 1. Dengan demikian P2 merupakan Px/Py atau harga relatif ekuilibrium setelah berlangsungnya perdagangan diantara kedua negara tersebut. Tapi jika Px/Py lebih besar dari P2 maka akan terjadi kelebihan penawaran ekspor komoditi X dan hal itu akan menurunkan harga relatifnya atau Px/Py, sehingga akhirnya harga itu akan bergerak mendekati atau sama dengan P2. Sebaliknya jika Px/Py lebih kecil dari P2, maka akan tercipta kelebihan permintaan impor komoditi X yang selanjutnya akan menaikan Px/Py sehingga akan sama dengan P2. Perdagangan internasional terjadi karena adanya perbedaan harga di antara dua negara tersebut.
17
Px/Py
Negara 1
Px/Py
Perdagangan Internasional
Px/Py
Negara 2 Sx
P3
A’
Ekspor
Sx
P2
S
E’
Dx
P1
A
Impor
D Dx
X
0 (a)
X
0
X
0
(b)
(c)
Gambar 2.3. Harga Komoditi Relatif Ekuilibrium setelah Perdagangan Ditinjau dari Analisis Keseimbangan Parsial Sumber : Salvatore, 1997.
2.2. Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) merupakan suatu kerangka data yang disusun dalam bentuk matrik yang merangkum berbagai variabel ekonomi dan sosial secara kompak dan terintegrasi sehingga dapat memberikan gambaran umum mengenai perekonomian suatu negara dan keterkaitan antara variabelvariabel ekonomi dan sosial pada waktu tertentu. SNSE juga merupakan sistem akuntansi dimana variabel ekonomi dan sosial disusun dalam bentuk neracaneraca yang mempunyai sisi debet dan sisi kredit dan kedua sisi tersebut selalu berada dalam keadaan seimbang (balance). Dengan menggunakan SNSE, kinerja ekonomi dan sosial suatu negara seperti Produk Domestik Bruto (PDB), termasuk masalah-masalah distribusi pendapatan faktorial dan juga pola pengeluaran rumah tangga dapat ditelaah. Pada prinsipnya, SNSE dibentuk atas dasar 2 pilar utama:
18
1. Sebagai suatu sistem kerangka data yang bersifat modular yang dapat menghubungkan variabel-variabel ataupun subsistem-subsistem yang terdapat didalamnya secara terpadu. 2. Sebagai suatu sistem klasifikasi data yang konsisten dan komprehensif serta
sebagai
alat
analisis
terutama
yang
berkaitan
dengan
pertumbuhan ekonomi, distribusi pendapatan dan ketenagakerjaan.
2.2.1
Dasar Pemikiran Pembentukan SNSE Titik awal penyusunan kerangka SNSE dalam menjelaskan hubungan
ekonomi dan sosial dimulai dari kenyataan bahwa masyarakat mempunyai kebutuhan dasar yang harus dipenuhi melalui pembelian sejumlah komoditas. Total
permintaan
tersebut
dipenuhi
oleh
sektor-sektor
produksi
yang
menghasilkan output. Untuk dapat menghasilkan output tersebut, sektor produksi membutuhkan faktor-faktor produksi, seperti tenaga kerja, modal, dan lain-lain. Permintaan turunan terhadap faktor produksi tenaga kerja memberikan balas jasa berupa upah dan gaji, faktor produksi modal memberikan balas jasa berupa keuntungan, deviden, bunga, sewa rumah, dan lain sebagainya atau biasa disebut pendapatan kapital. Distribusi pendapatan yang diterima masing-masing faktor produksi dirinci menurut sektor ekonomi yang menghasilkan disebut distribusi pendapatan faktorial. Jumlah upah dan gaji ditambah dengan pendapatan kapital akan menghasilkan nilai tambah, dan nilai tambah tersebut dikenal dengan PDB. Kemudian, pendapatan faktorial diterima oleh rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah. Pendapatan faktorial yang diterima oleh rumah tangga akan
19
memberikan kontribusi bagi pendapatan rumah tangga, dan hal ini akan menimbulkan distribusi pendapatan rumah tangga. Rumahtangga yang memiliki faktor-faktor produksi yang relatif banyak akan menerima pendapatan yang lebih besar dari pada mereka yang memiliki faktor-faktor produksi yang relatif sedikit. Pendapatan yang diterima rumah tangga dibelanjakan sesuai dengan kebutuhan mereka, sisanya ditabung dengan maksud pembentukan modal atau investasi. Bagi rumahtangga, hal ini menimbulkan pola pengeluaran rumah tangga, yang memberikan gambaran mengenai pengeluaran rumah tangga menurut berbagai komoditas dan tabungan. Secara skematis, sistem modular SNSE yang menghubungkan masalah-masalah ekonomi dan sosial dalam masyarakat dapat dilihat pada Gambar 2.4. Kebutuhan Dasar
Pengeluaran Rumahtangga Investasi Permintaan Akhir
Ekspor, Impor, dan Neraca Pembayaran Kegiatan Produksi
Distribusi Pendapatan Rumah tangga
Pemerintah PDB dan Distribusi Pendapatan
Gambar 2.4. Diagram Sistem Modular SNSE Sumber : Badan Pusat Statistik, 1990.
20
2.2.2
Kerangka Dasar SNSE Kerangka dasar SNSE adalah berbentuk matrik dengan ukuran 4x4. Dalam
kerangka SNSE terdapat empat neraca utama yaitu : neraca faktor produksi, neraca institusi, neraca sektor produksi, dan neraca lainnya. Tiga neraca pertama dikelompokkan
menjadi
neraca
endogen
sedangkan
neraca
lainnya
dikelompokkan kedalam neraca eksogen. Semua neraca dalam SNSE disusun dalam bentuk baris dan kolom. Vektor baris menunjukkan perincian penerimaan, sedangkan vektor kolom menunjukkan perincian pengeluaran. Untuk kegiatan yang sama, jumlah baris sama dengan jumlah kolom, dengan kata lain jumlah penerimaan sama dengan pengeluaran. Kerangka SNSE merupakan perluasan dari kerangka data tabel InputOutput untuk menjelaskan keterkaitan masalah pertumbuhan ekonomi, distribusi pendapatan, dan ketenagakerjaan. Keunggulan utama dari SNSE dibanding tabel Input-Output adalah terletak pada kemampuan model SNSE dalam memperluas keterkaitan aktifitas ekonomi masyarakat. Tabel Input-Output sebagai kerangka data dapat memperlihatkan analisis keterkaitan, analisis dampak dan lain sebagainya, akan tetapi tabel Input-Output masih belum dapat menganalisis keterkaitan antara masalah pertumbuhan ekonomi, distribusi pendapatan, dan ketenagakerjaan. Hal ini disebabkan karena tabel Input-Output tidak memberikan tempat spesifik pada ketiga permasalahan tersebut dalam kerangkanya. Analisis pada tabel Input-Output lebih menekankan pada analisis keterkaitan antar sektor ekonomi daripada antar golongan rumah tangga atau tenaga kerja.
21
Tabel 2.1. Kerangka Dasar Sistem Neraca Sosial Ekonomi Pengeluaran Penerimaan N E R A C A E N D O G E N
Faktor Produksi
Institusi
Sektor Produksi
1
2
3
NERACA ENDOGEN Faktor Produksi 1
2
T11 0
T12 0
T21 Alokasi Pendapatan Institusi dari Faktor Produksi
T22 Transfer Antar Institusi
T31 0
L1 Alokasi NERACA Pendapatan EKSOGEN Faktor Ke Luar Negeri Y1’ 5 Jumlah Pengeluaran TOTAL Faktor Produksi Sumber : Thorbecke, 2000 4
Institusi
Sektor Produksi 3 T13 Alokasi Nilai Tambah ke Faktor Produksi T23 0
T32 Permintaan Akhir Domestik
T33 Transaksi Antar Kegiatan (I-O)
L2 Tabungan
L3 Pajak tak Langsung
Y2’ Jumlah Pengeluaran Institusi
Y3’ Jumlah Pengeluaran Sektor Produksi
NERACA EKSOGEN
TOTAL
4
5
X1 Pendapatan Faktor Produksi dari Luar Negeri
Y1 Jumlah Pendapatan Faktor Produksi
X2 Transfer Institusi dari Luar Negeri
Y2 Jumlah Pendapatan Institusi
X3 Ekspor dan Investasi
Y3 Jumlah Output Sektor Produksi
R Transaksi Antar Eksogen
Jumlah Pendapatan Eksogen
Jumlah Pengeluaran Eksogen
Dari kerangka dasar di atas ada empat submatriks penting dalam SNSE, yaitu: 1. Submatrik faktor produksi dan sektor produksi yang menggambarkan distribusi atau alokasi pendapatan (nilai tambah) dari sektor-sektor produksi kepada faktor produksi. 2. Submatrik institusi dan faktor produksi yang menggambarkan redistribusi atau realokasi kesejahteraan dari faktor-faktor produksi kepada institusi rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah.
22
3. Submatrik sektor produksi dan institusi yang menggambarkan struktur permintaan akhir institusi menurut produk sektor produksi (dalam tabel IO ada pada kuadran 2). 4. Submatrik sektor produksi dan sektor produksi yang menggambarkan struktur permintaan antara sektor produksi (dalam tabel I-O ada pada kuadran 1). SNSE Indonesia tahun 2003, mencakup 102 baris dan kolom atau matrik (102 x 102) yang terdiri dari : 17 kriteria untuk faktor produksi, 10 kriteria untuk institusi, 23 kriteria untuk sektor produksi, 1 kriteria masing-masing untuk margin perdagangan dan margin pengangkutan, 23 kriteria untuk komoditi domestik, 23 kriteria untuk komoditi impor, 1 kriteria untuk neraca kapital, 1 kriteria untuk pajak tidak langsung, 1 kriteria untuk subsidi, dan 1 kriteria untuk sektor luar negeri. Terdapat beberapa matrik dalam tabel SNSE yaitu : matriks T yang merupakan matrik transaksi antar blok dengan neraca endogen.
Matrik X
menunjukkan pendapatan neraca endogen dan neraca eksogen.
Matrik L
menunjukkan pengeluaran neraca endogen untuk neraca eksogen, disebut juga leakages. Matrik Y merupakan pendapatan total dari neraca endogen. Sedangkan matrik Y’ merupakan pengeluaran total dari neraca endogen. Distribusi pendapatan neraca endogen menurut tabel SNSE di atas dibagi menjadi : Jumlah Pendapatan Faktor Produksi (Y1)
= T13 + X1................................ (2.1)
Jumlah Pendapatan Institusi (Y2)
= T21 + T22 + X2...................... (2.2)
23
Jumlah Pendapatan Sektor Produksi (Y3)
= T32 + T33 + X3..................... (2.3)
Sedangkan distribusi pengeluaran neraca endogen dapat dibagi menjadi : Jumlah Pengeluaran Faktor Produksi (Y1’) = T21 + L1……………........... (2.4) Jumlah Pengeluaran Institusi (Y2’)
= T22 + T32 + L2 ………......... (2.5)
Jumlah Pengeluaran Sektor Produksi (Y3’) = T13 + T33 + L3 ……............. (2.6) Matrik T merupakan matrik transaksi antar blok di dalam neraca endogen, matrik T juga mengambarkan transaksi penerimaan dan pengeluaran, dengan lingkup yang lebih sempit, yaitu di dalam neraca endogen. Matrik T dapat ditulis sebagai berikut : 0 ⎡0 ⎢ T = ⎢T21 T22 ⎢⎣ 0 T32
T13 ⎤ 0 ⎥⎥ ....................................................................................... (2.7) T33 ⎥⎦
Matrik T jika dibaca per baris menunjukkan penerimaan salah satu blok dari blok yang lain. Misalnya pada baris satu, T13 menunjukkan penerimaan faktor produksi dari sektor produksi.
Pada baris dua, T21 menunjukkan
penerimaan institusi dari faktor produksi dan T22 menunjukkan penerimaan institusi dari institusi itu sendiri. Pada baris tiga, T32 menunjukkan penerimaan sektor produksi dari institusi dan T33 menunjukkan penerimaan sektor produksi dari sektor produksi itu sendiri. Sementara jika dibaca per kolom, matriks T menunjukkan pengeluaran salah satu blok untuk blok yang lain. Misalnya pada kolom satu, T21 menunjukkan pengeluaran faktor produksi untuk institusi. Pada kolom dua, T22 menunjukkan pengeluaran institusi untuk institusi itu sendiri dan T32 menunjukkan pengeluaran institusi untuk sektor produksi. Pada kolom tiga, T13 menunjukkan pengeluaran
24
sektor produksi untuk faktor produksi dan T33 menunjukkan pengeluaran sektor produksi untuk sektor produksi itu sendiri.
2.2.3. Asumsi dan Keterbatasan Model Seperti halnya pada model Input Output, model SNSE juga menggunakan beberapa asumsi : 1. Keseragaman (homogenity), yang menunjukkan bahwa setiap sektor memproduksi suatu output tunggal dengan struktur input tunggal dan tidak ada substitusi otomatis terhadap input dari sektor yang berbeda-beda. 2. Kesebandingan (proportionality), yang menyatakan hubungan antara input dan output di dalam sektor merupakan fungsi linier yaitu jumlah tiap jenis input yang diserap oleh sektor tertentu naik atau turun sebanding dengan kenaikan atau penurunan output sektor tersebut. 3. Penjumlahan (additivity), yang berarti bahwa efek total dari kegiatan produksi di berbagai sektor merupakan penjumlahan dari efek masing-masing kegiatan. 4. Ekses kapasitas atau kapasitas sumber daya berlebih. Artinya sisi penawaran selalu dapat merespon perubahan sisi permintaan, sehingga interaksi permintaan dan penawaran tidak pernah menimbulkan kesenjangan antara keduanya. Konsekuensinya harga-harga tidak pernah berubah atau harga tetap (fixed price) dan bersifat eksogen (tidak muncul dalam persamaan SNSE).
2.3 Penelitian Terdahulu Djohar (1999) menganalisis pertumbuhan ekonomi dan distribusi pendapatan masyarakat Kotamadya Batam dengan pendekatan model SNSE. Hasil
25
yang didapat adalah dampak pengembangan sektor unggulan terhadap sektor yang tidak diunggulkan tidak menunjukkan hasil yang akan membuat sektor yang tidak diunggulkan menjadi lebih berperan dalam meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan, bahkan sebaliknya terjadi kecenderungan menjadikan sektor yang tidak diunggulkan menjadi tidak berperan. Hal ini dilihat dari hasil injeksi yang dilakukan jika masing-masing sektor unggulan diinjeksi sebesar 1.000 satuan, maka dampak peningkatan yang terbesar akan tetap diterima oleh sektor unggulan itu sendiri. Dari segi distribusi pendapatan antara masyarakat yang ada di Pulau Batam (perkotaan) dengan yang di luar Pulau Batam (pedesaan) tidak seimbang. Hal ini terbukti bila dilihat baik dari distribusi pendapatan maupun pengeluaran dari total pendapatan tenaga kerja sektor unggulan, maka lebih banyak diterima oleh rumah tangga kota dan ditransfer keluar wilayah. Ropingi (1999) menggunakan SNSE
sebagai alat analisis yang dapat
memberikan informasi tentang kegiatan masyarakat di Kabupaten Boyolali. Dari hasil perhitungan analisis yang dilakukan antara hubungan luas kepemilikan lahan dengan pendapatan rumah tangga menunjukkan bahwa peluang rumah tangga mempunyai lahan bertambah dengan meningkatnya pendapatan dan faktor yang berpeluang dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat adalah adanya fasilitas kesehatan, adanya penggunaan teknologi, luas lahan, tingkat pendidikan dan kepemilikan kendaraan bermotor. Sukarna (2001) meneliti tentang kinerja dan prospek ekspor teh Indonesia. Penulis meneliti teh karena teh merupakan salah satu komoditas andalan ekspor dan penyerap tenaga kerja. Kinerja dilihat dari sisi permintaan dan penawaran
26
serta indeks Revealed Comparative Advantage (RCA), sementara untuk mengetahui kinerja dan prospek ekspor dilakukan analisis SWOT, yaitu dengan mengkaji peluang dan ancaman yang dihadapi teh Indonesia di pasar dunia. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan ekspor produksi teh belum diikuti oleh peningkatan kualitas terutama untuk teh hijau sehingga mutunya kurang sesuai dengan permintaan konsumen. Untuk pasar ekspor baik teh hitam maupun teh hijau masih mengandalkan pada beberapa negara saja sehingga pasarnya sangat tergantung dari negara-negara tersebut. Darmawan (2003) meneliti sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Penulis menyatakan bahwa sektor pertanian memberikan kontribusi sebesar 52,42 persen terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Takalar. Meski demikian, penerimaan sektor pertanian belum optimal. Di mana penerimaan aktual sektor pertanian sebesar Rp 252 milyar, terdapat selisih Rp 32 milyar dengan nilai analisis optimal yang diperoleh melalui metode pemrograman linear, yaitu sebesar Rp 284 milyar. Artinya, produksi sektor pertanian, masih dapat terus ditingkatkan sampai nilai optimal tersebut. Tjitroresmi (2003) melakukan penelitian tentang strategi pemasaran dan pengembangan bisnis udang untuk pasar ekspor dengan menggunakan metode Analytical Hierarcy Process (AHP) dan Strenght Weakness Opportunities Threats (SWOT). Dari hasil analisis dengan menggunakan AHP, makin tinggi nilai tukar mata uang maka akan dipilih sebagai negara tujuan ekspor. Dari segi pemasaran hasil menunjukkan bahwa Indonesia yang sebelumnya merupakan negara eksportir utama di Asia untuk pasaran dunia, beberapa tahun terakhir ini mendapat
27
pesaing dari negara lain yang teknologi penangkapan maupun budidayanya cenderung meningkat. Berdasarkan analisis SWOT, maka potensi sumberdaya laut yang dimiliki serta penguasaan teknologi untuk kegiatan penangkapan maupun budidaya tambak udang merupakan kekuatan untuk dapat meraih peluang pasar dunia yang masih cukup menjanjikan keuntungan. Hafizrianda (2005) menganalisis peranan sektor ekonomi berbasis pertanian dalam distribusi pendapatan regional di Propinsi Papua. Penelitian ini menggunakan SNSE, peranan sektor pertanian pada distribusi pendapatan nominal di Papua sangat menonjol. Sektor yang berbasis pertanian seperti tanaman, perikanan dan kehutanan berkontribusi pada net multiplier masing-masing sebesar 0,37, 0,31, dan 0,31. Walaupun peran sektor pertanian tinggi di Papua, tapi sektor ini tidak memberikan pengaruh yang positif pada perubahan distribusi pendapatan rumah tangga. Berdasarkan analisis redistribusi pendapatan SNSE, sektor ini memberikan pengaruh yang merugikan bagi mekanisme distribusi pendapatan rumah tangga. Anggar
(2006)
menganalisis
peranan
sektor
pariwisata
terhadap
perekonomian Indonesia dengan menggunakan pendekatan SNSE. Peneliti menganalisis tentang distribusi pendapatan pada faktor produksi, institusi, dan sektor produksi akibat adanya perubahan pengeluaran wisatawan mancanegara serta akibat dari adanya kebijakan peningkatan anggaran promosi sektor pariwisata dalam Anggaran Pengeluaran dan Belanja Negara. Hasil analisis menunjukkan
bahwa
dengan
adanya
peningkatan
konsumsi
wisatawan
mancanegara pada tahun 2005 akan peningkatan nilai tambah faktor produksi,
28
institusi, dan sektor produksi masing-masing sebesar Rp 3.299,44 milyar, Rp 2.769,70 milyar, dan Rp 6.592,95 milyar. Peningkatan anggaran promosi sektor pariwisata juga meningkatkan nilai tambah faktor produksi institusi, dan sektor produksi dengan masing-masing peningkatan sebesar Rp 2.373,66 milyar, Rp 2.455,82 milyar, dan Rp 4.651,28 milyar. Pada penelitian ini, yang akan diteliti adalah lima sub sektor pertanian yaitu sub sektor tanaman pangan, sub sektor tanaman lainnya, sub sektor peternakan dan hasil-hasil lainnya, sub sektor kehutanan dan perburuan, dan sub sektor perikanan karena dari segi Produk Domestik Bruto merupakan sektor yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi ketiga terbesar setelah sektor industri dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Oleh karena itu peneliti akan membahas simulasi peningkatan ekspor sebesar 20 persen yang terjadi pada kelima sub sektor tersebut. Penelitian ini mempunyai perbedaan dengan penelitian-penelitian lain yaitu akan dilakukan penelitian dengan meningkatkan ekspor sektor pertanian secara keseluruhan (lima sub sektor), selain itu belum ada peneliti lain yang meneliti kenaikan ekspor sektor pertanian dengan menggunakan metode Sistem Neraca Sosial Ekonomi.
2.4 Kerangka Pemikiran Ekspor bersih yang merupakan selisih dari ekspor dan impor terbagi menjadi dua kategori yaitu ekspor bersih migas dan non migas. Ekspor non migas terbagi menjadi tiga sektor unggulan yaitu ekspor bersih non migas sektor pertanian, sektor industri, dan sektor pertambangan. Penelitian ini lebih menekankan pada ekspor bersih sektor pertanian non migas karena sektor ini
29
menyerap sebagian besar tenaga kerja serta banyak mempengaruhi pertumbuhan sektor lainnya. Ekspor sektor pertanian non migas terbagi menjadi lima sub sektor yaitu sub sektor tanaman pangan, sub sektor tanaman lainnya, sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya, sub sektor kehutanan dan perburuan, dan sub sektor perikanan. Ekspor sektor pertanian yang cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2001 hingga 2005 ini berdampak terhadap tingkat pendapatan faktor produksi, institusi, sektor-sektor
perekonomian.
Peningkatan
ekspor
sektor
pertanian
akan
mendorong peningkatan pendapatan di sektor pertanian dan di sektor-sektor lain yang berhubungan dengan sektor pertanian, selain itu peningkatan ekspor di sektor pertanian akan berdampak pada pendapatan di blok faktor produksi baik tenaga kerja maupun bukan tenaga kerja serta blok institusi baik institusi rumah tangga, perusahaan, maupun pemerintah. Blok sektor produksi dalam SNSE dibagi lagi menjadi 22 sektor produksi, kelima sub sektor pertanian termasuk didalamnya. Untuk mengetahui dampak yang terjadi akibat peningkatan ekspor pertanian, peneliti menggunakan metode Sistem Neraca Sosial Ekonomi. Metode ini dapat menganalisis dampak peningkatan ekspor sektor pertanian terhadap pendapatan faktor produksi, institusi, dan sektor-sektor perekonomian. Kenaikan ekspor pada sektor pertanian akan meningkatkan pendapatan blok neraca faktor produksi, institusi, dan sektor produksi sehingga akan meningkatkan pendapatan nasional Indonesia Skema konseptual pemikiran tersebut adalah sebagai berikut:
30
Ekspor Bersih
Migas
Non Migas
Industri Non Migas
Tanaman Pangan
Pertambangan Non Migas
Perkebunan
Perikanan
Pertanian Non Migas
Peternakan
Kehutanan
Kenaikkan Ekspor Pertanian (di Analisis Menggunakan SNSE)
Pendapatan Blok Faktor Produksi
Tenaga Kerja (16 gol)
Bukan Tenaga Kerja
Pendapatan Blok Institusi
Rumah Tangga (8 gol.)
Perusahaan
Pendapatan Blok Sektor Produksi
Pemerintah
Kenaikan Pendapatan Nasional di Indonesia
Keterangan :
: Hal yang dianalisis : Hal yang tidak dianalisis Gambar 2.5. Kerangka Pemikiran
Sektor-sektor Produksi (22 sektor)
31
III. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik. Selain itu penelitian ini ditunjang oleh data sekunder lainnya dari dinas-dinas terkait seperti Departemen Pertanian, Departemen Kelautan dan Perikanan, Departemen Peternakan, Departemen Kehutanan dan perpustakaan yang relevan dengan permasalahan pada penelitian ini. Data yang digunakan adalah data ekspor impor sektor pertanian, tabel SNSE tahun 2003, dan lain sebagainya.
3.2 Metode Analisis Tabel SNSE diagregasi dari matriks 102 x 102 menjadi matriks 53 x 53 dengan menggunakan program Microsoft Excel 2003. Setelah tabel SNSE diagregasi maka dilakukan simulasi kenaikan ekspor sektor pertanian sebesar 20 persen dengan menggunakan program E-Views 4.1 untuk menganalisisnya. Pada SNSE, matrik T menunjukkan aliran penerimaan dan pengeluaran pada neraca endogen yang dinyatakan dalam satuan moneter. Apabila setiap sel dalam matrik T dibagi dengan jumlah kolomnya, maka akan didapatkan sebuah matrik baru yang menunjukkan besarnya kecenderungan pengeluaran rata-rata (average expenditure propensity) yang dinyatakan dalam proporsi (perbandingan). Unsur-unsur dari matrik baru tersebut (matrik A) adalah Aij yang merupakan hasil pembagian nilai T pada baris ke i dan kolom ke j (Tij) oleh jumlah kolom ke j, yang dapat dirumuskan menjadi :
32
Aij = Tij Yˆ j ..................................................................................................... (3.1) −1
dalam hal ini Yˆ j adalah matrik diagonal dari nilai-nilai jumlah kolom, sehingga: ⎡ 0 A = ⎢⎢ A21 ⎢⎣ 0
0 A22 A32
A13 ⎤ 0 ⎥⎥ ...................................................................................... (3.2) A33 ⎥⎦
Oleh karena itu, maka : Y = AY + X, atau............................................................................................ (3.3) Y = (I – A)-1X ................................................................................................. (3.4) Jika Ma = (I – A)-1, maka : Y = Ma X......................................................................................................... (3.5) Dalam hal ini A berisi koefisien-koefisien yang menunjukkan pengaruh langsung dari perubahan yang terjadi pada sebuah sektor terhadap sektor yang lain. Sedangkan Ma yang dinamakan pengganda neraca (accounting multiplier) merupakan pengganda yang menunjukkan pengaruh perubahan pada sebuah sektor terhadap sektor lainnya setelah melalui keseluruhan sistem SNSE. Pengganda neraca (Ma) di atas dapat diuraikan menjadi pengganda transfer, pengganda open loop dan pengganda closed loop.
Untuk tujuan penguraian
tersebut Pyatt dan Round (1988) melakukan dekomposisi terhadap pengganda neraca yang hasilnya adalah : Ma = Ma3 Ma2 Ma1............................................................................................ (3.6) Ma = Injeksi + T + O + C................................................................................ (3.7) di mana : Ma1 = pengganda neraca transfer
33
T
= kontribusi bersih atau efek pengganda transfer
Ma2 = pengganda neraca open loop = kontribusi bersih atau efek pengganda open loop
O
Ma3 = pengganda neraca close loop C
= kontribusi bersih atau efek pengganda close loop Persamaan (3.6) di atas menunjukkan bahwa sebenarnya pengaruh global
dari suatu sektor terhadap sektor yang lain tidak terjadi begitu saja melalui pengganda Ma, melainkan terjadi melalui banyak tahapan. Tahapan-tahapan pengaruh tersebut di kelompokan menjadi tiga, yaitu Ma1, Ma2 dan Ma3. Berikut ini penjelasan mengenai Ma1, Ma2 dan Ma3 tersebut.
3.2.1
Analisis Pengganda Transfer Ma1 adalah pengganda transfer, yang menunjukkan pengaruh dari satu blok
pada dirinya sendiri. Ma1 = (I – A0)-1................................................................................................ (3.8) A0 adalah matriks diagonal dari matriks A ⎡0 A = ⎢⎢0 ⎢⎣0 0
0 A22 0
0 ⎤ 0 ⎥⎥ ........................................................................................ (3.9) A33 ⎥⎦
Sehingga dalam bentuk matriks : 0 ⎡I ⎢ Ma1 = ⎢0 ( I − A22 ) −1 ⎢⎣0 0
⎤ ⎥ ............................................................. (3.10) 0 ⎥ ( I − A33 ) −1 ⎥⎦ 0
Dengan pengganda transfer (Ma1) ini dapat diketahui pengaruh injeksi pada sebuah sektor terhadap sektor lain dalam satu blok yang sama, setelah
34
melalui keseluruhan sistem di dalam blok tersebut, sebelum berpengaruh terhadap blok yang lain. Ma1 disebut sebagai pengganda transfer karena Ma1 ini seolaholah berasumsi bahwa injeksi pada suatu sektor hanya berpengaruh terhadap sektor-sektor lain dalam satu blok yang sama, dan tidak terhadap sektor-sektor yang berada pada blok yang lain. Efek atau bagian dari pengganda transfer dalam peningkatan pendapatan perekonomian saat dilakukan injeksi dapat dirumuskan sebagai : T = (Ma1 – I)................................................................................................... (3.11) Dalam matriks Ma1 pada persamaan (3.10) dapat dilihat besarnya pengganda pada masing-masing blok. Pada blok sektor produksi misalnya, besarnya pengganda transfer adalah (I – A33)-1. Ini berarti setiap injeksi pada salah satu sektor produksi akan berpengaruh pada sektor produksi yang lain sebesar injeksi tersebut dikalikan dengan (I – A33)-1. Dalam model input output, (I – A33)-1 tidak lain adalah matriks invers Leontief. Pada blok institusi, besarnya pengganda transfer adalah (I – A22)-1. Ini berarti setiap injeksi pada salah satu institusi akan berpengaruh pada institusi yang lain sebesar injeksi tersebut dikalikan dengan (I – A22)-1. Pada blok Faktor Produksi, besarnya pengganda transfer adalah I. Ini berarti bahwa injeksi pada salah satu faktor produksi hanya akan berpengaruh terhadap faktor produksi yang diinjeksi tersebut, tidak terhadap faktor produksi yang lain.
3.2.2
Analisis Pengganda Open Loop Ma2 adalah pengganda open loop atau cross-effect, yang merupakan
pengaruh dari satu blok ke blok yang lain. Injeksi pada salah satu sektor dalam
35
sebuah blok tertentu akan berpengaruh terhadap sektor lain di blok yang lain setelah melalui keseluruhan sistem dalam blok yang lain tersebut. Ma2 = (I + A* + A*2) ..................................................................................... (3.12) dengan A* = (I – A0)-1 (A – A0) Y, sehingga A* merupakan sebuah matriks dengan, A*13 = A13 ..................................................................................................... (3.13) A*21 = (I – A22)-1 A21 ..................................................................................... (3.14) A*32 = (I – A33)-1 A32 ..................................................................................... (3.15) Sedangkan sel yang lain berisi angka (matriks) nol. ⎡ 0 ⎢ * A = ⎢ A* 21 ⎢ 0 ⎣
0 0 A* 32
A*13 ⎤ ⎥ 0 ⎥ .............................................................................. (3.16) 0 ⎥⎦
Dengan demikian pengganda open loop adalah : ⎡ I ⎢ Ma2 = ⎢ A* 21 ⎢ A* 32 A* 21 ⎣
A* 13 A* 32 I A* 32
A*13 ⎤ ⎥ A* 21 A*13 ⎥ ....................................................... (3.17) ⎥ I ⎦
Kontribusi bersih pengganda open loop dalam peningkatan pendapatan sistem perekonomian dapat dirumuskan sebagai : O = (Ma2 – I)Ma1............................................................................................ (3.18) Injeksi terhadap salah satu sektor produksi akan berpengaruh terhadap blok faktor produksi dengan pengganda sebesar A*13. Injeksi pada blok faktor produksi akan berpengaruh terhadap blok institusi dengan pengganda sebesar A*21. Injeksi pada blok institusi akan berpengaruh terhadap blok sektor produksi dengan pengganda sebesar A*32.
36
3.2.3
Analisis Pengganda Close Loop Ma3 adalah pengganda close loop yang merupakan pengaruh dari suatu
blok ke blok yang lain, untuk kemudian kembali pada blok semula. Rumus pengganda close loop adalah : Ma3 = (I – A*3)-1 ............................................................................................ (3.19) Ma3 merupakan matriks diagonal yang diagonal utamanya secara berurutan dari kiri atas ke kanan bawah berisikan (I–A*13A*32A*21)-1, (I–A*21A*13A*32)-1, dan (I–A*32A*21A*13)-1. Injeksi pada salah satu faktor produksi akan berpengaruh pada sektor-sektor lain pada blok institusi, kemudian berpengaruh pada blok sektor produksi dan akhirnya berpengaruh kembali pada sektor-sektor dalam blok faktor produksi tersebut. Satu putaran dari blok faktor produksi kembali ke blok faktor produksi ini disebut pengaruh close loop faktor produksi, dengan pengganda sebesar (I–A*13A*32A*21)-1. Demikian pula dengan blok institusi dan blok sektor produksi. Injeksi pada salah satu sektor dalam blok institusi pada akhirnya akan mempengaruhi close loop pada sektor-sektor dalam blok institusi itu sendiri, setelah berpengaruh pada blok sektor produksi dan blok faktor produksi, dengan nilai penggandanya sebesar (I–A*21A*13A*32)-1. Sedangkan pengganda close loop untuk blok sektor produksi adalah sebesar (I – A*32A*21A*13)-1. Efek pengganda close loop dalam peningkatan pendapatan suatu sistem perekonomian dapat dirumuskan dengan : C = (Ma3 – I)Ma2Ma1 .................................................................................... (3.20)
37
3.3 Neraca Endogen dan Eksogen Pada SNSE Tabel SNSE Indonesia tahun 2003 terbagi menjadi blok neraca endogen dan blok neraca eksogen. Blok neraca endogen pada tabel SNSE terdiri dari : 1. Blok Neraca Faktor Produksi. Blok ini terbagi menjadi faktor produksi tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Faktor produksi bukan tenaga kerja berupa lahan dan modal. Sedangkan faktor produksi tenaga kerja dibagi lagi menjadi beberapa golongan, yaitu : a. Tenaga kerja pertanian penerima upah dan gaji yang terbagi menjadi desa dan kota. b. Tenaga kerja pertanian bukan penerima upah dan gaji yang terbagi menjadi desa dan kota. c. Tenaga kerja produksi, operator alat angkutan, manual dan buruh kasar penerima upah dan gaji yang terbagi menjadi desa dan kota. d. Tenaga kerja produksi, operator alat angkutan, manual dan buruh kasar bukan penerima upah dan gaji yang dibagi menjadi desa dan kota. e. Tenaga kerja tata usaha, penjualan, jasa-jasa penerima upah dan gaji yang terbagi menjadi desa dan kota. f. Tenaga kerja tata usaha, penjualan, jasa-jasa bukan penerima upah dan gaji yang terbagi menjadi desa dan kota. g. Tenaga kerja kepemimpinan, ketatalaksanaan, militer, profesional dan teknisi penerima upah dan gaji yang terbagi menjadi desa dan kota. h. Tenaga kerja kepemimpinan, ketatalaksanaan, militer, profesional dan teknisi bukan penerima upah dan gaji yang terbagi menjadi desa dan kota.
38
2. Blok Neraca Institusi. Blok ini dibagi menjadi institusi rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah. Institusi rumah tangga terbagi menjadi 8 golongan : a. Rumah tangga buruh pertanian, yaitu rumah tangga dengan penerima pendapatan terbesar bekerja sebagai buruh tani. b. Rumah tangga pengusaha pertanian, yaitu rumah tangga dengan kepala rumah tangga atau penerima pendapatan terbesar memperoleh pendapatan hasil mengusahakan lahan pertanian. c. Rumah tangga golongan rendah adalah rumah tangga bukan pertanian dengan kepala rumah tangga atau penerima pendapatan terbesar bekerja sebagai tenaga tata usaha golongan rendah, pedagang keliling, pekerja bebas sektor angkutan, jasa perorangan, dan buruh kasar. Golongan rumah tangga ini dirinci lagi menjadi mereka yang tinggal di pedesaan dan perkotaan. d. Rumah tangga golongan atas adalah golongan rumah tangga bukan pertanian dengan kepala rumah tangga atau penerima pendapatan terbesar bekerja sebagai pengusaha bukan pertanian, manajer, militer, profesional, teknisi, guru, pekerja tata usaha dan penjualan golongan atas. Golongan rumah tangga ini dirinci lagi menjadi mereka yang tinggal di pedesaan dan perkotaan. e. Rumah tangga bukan angkatan kerja dan golongan tidak jelas, yang dirinci menjadi mereka yang tinggal di pedesaan dan perkotaan.
39
3. Blok Neraca Sektor Produksi. Blok ini terdiri dari 22 sektor produksi. Sektor-sektor produksi tersebut adalah: a. Pertanian tanaman pangan b. Pertanian tanaman lainnya c. Peternakan dan hasil-hasilnya d. Kehutanan dan perburuan e. Perikanan f. Pertambangan batubara, biji logam dan minyak bumi g. Pertambangan dan penggalian lainnya h. Industri makanan, minuman dan tembakau i. Industri pemintalan, tekstil, pakaian, dan kulit j. Industri kayu dan barang dari kayu k. Industri kertas, percetakan, alat angkutan, dan barang dari logam dari industri l. Industri kimia, pupuk, hasil dari tanah liat, dan semen m. Listrik, gas, dan air minum n. Konstruksi o. Perdagangan besar, eceran, jasa penunjang angkutan, dan pergudangan p. Restoran q. Perhotelan r. Angkutan dan komunikasi s. Bank dan asuransi t. Real Estate dan jasa perusahaan
40
u. Pemerintahan dan pertahanan, pendidikan, kesehatan, dan jasa sosial lainnya v. Jasa perseorangan, rumah tangga, dan jasa lainnya Sedangkan blok neraca eksogen dalam SNSE terdiri dari : 1. Neraca Kapital 2. Pajak Tidak Langsung 3. Subsidi 4. Luar Negeri atau Ekspor-Impor Variabel Eksogen dalam penelitian ini adalah ekspor sektor pertanian yang berasal dari neraca luar negeri, sedangkan variabel endogennya adalah pendapatan komponen-komponen faktor produksi, institusi, dan sektor-sektor produksi dalam perekonomian, seperti yang terdapat dalam blok neraca endogen tabel SNSE Indonesia 2003. Pengaruh peningkatan ekspor sektor pertanian terhadap pendapatan sektor-sektor perekonomian dapat diketahui dari komponen sektor produksi.
3.4 Analisis Simulasi Kenaikan Ekspor Sektor Pertanian Akan dilakukan simulasi kenaikan ekspor pada ke lima sub sektor pertanian sebesar 20 persen, untuk melihat pengaruh kenaikan ekspor masingmasing sub sektor pertanian terhadap distribusi pendapatan faktor produksi, institusi, dan sektor-sektor dalam perekonomian di Indonesia. Angka 20 persen tersebut dipilih karena dari tahun 2001 sampai tahun 2005 kenaikan ekspor bersih sektor pertanian adalah sebesar 19,6 persen sehingga dilakukan simulasi kenaikan sebesar 20 persen untuk mengetahui faktor produksi, institusi, dan sektor-sektor
41
perekonomian yang terkena dampak terbesar. Nilai ekspor yang digunakan untuk simulasi pada penelitian ini adalah nilai ekspor bersih kelima sub sektor pertanian yang terdapat dalam penerimaan sektor pertanian dalam blok eksogen tabel SNSE Indonesia 2003. Tabel 3.1. Simulasi Kenaikan Ekspor Bersih Sektor Pertanian Indonesia (Rp Milyar) Simulasi
Skenario Simulasi
1
Kenaikan ekspor sub sektor tanaman pangan sebesar 20 persen dari pendapatan awal Kenaikan ekspor sub sektor tanaman lainnya sebesar 20 persen dari pendapatan awal Kenaikan ekspor sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya sebesar 20 persen dari pendapatan awal Kenaikan ekspor sub sektor kehutanan dan perburuan sebesar 20 persen dari pendapatan awal Kenaikan ekspor sub sektor perikanan sebesar 20 persen dari pendapatan awal
2 3 4 5
Nilai Ekspor Nilai Injeksi Awal 1.715,35 343,07 6.184,46
1.236,89
1.537,02
307,40
325,25
65,05
13.427,88
2.865,58
3.5 Tahapan Pengolahan Data Tahapan-tahapan dalam pengolahan data adalah : 1. Melakukan agregasi Tabel SNSE Indonesia 2003 dari matriks berukuran 102 x 102 menjadi matriks berukuran 53 x 53. Agregasi dilakukan dengan cara menggabungkan blok margin, blok komoditi domestik, dan blok komoditi impor ke dalam blok sektor produksi, baik pada kolom maupun baris. Proses agregasi dilakukan dengan bantuan program Microsoft Excel 2003.
42
2. Melakukan pengolahan data dengan bantuan program E-Views 4.1 dan Microsoft Excel 2003. Langkah-langkah pengolahan data adalah : Pertama, memisahkan matriks T, yaitu seluruh blok neraca endogen yang berukuran 49 x 49. Selanjutnya dari matriks T ini akan diperoleh matriks A dengan cara membagi matriks T dengan total neraca endogen. Kedua, setelah matriks A diperoleh, maka dilakukan pengolahan dengan program EViews 4.1 untuk mengetahui besarnya pengganda total ke lima sub sektor pertanian dalam model SNSE. Ketiga, melakukan dekomposisi pengganda sektor-sektor SNSE sehingga diperoleh pengganda transfer, pengganda open loop, dan pengganda close loop. Keempat, melakukan simulasi kenaikan ekspor, dengan jumlah kenaikan adalah sebesar 20 persen dari nilai ekspor yang terdapat pada blok eksogen tabel SNSE.
43
IV. GAMBARAN UMUM SEKTOR PERTANIAN DI INDONESIA
Bab berikut ini akan memperlihatkan kondisi pertanian di Indonesia tentang peranan sektor pertanian, kondisi ekspor dan impor sektor pertanian, investasi sektor pertanian, produksi sektor pertanian, dan rumah tangga pertanian di Indonesia.
4.1 Peranan Sektor Pertanian di Indonesia Pembangunan sektor pertanian memiliki beberapa keunggulan. Pertama, Indonesia
merupakan
negara
agraris
yang
berkembang
dengan
corak
perekonomian agraris, dimana sebagian besar penduduknya hidup dari sektor pertanian. Hal ini dapat dilihat dalam Tabel 4.1 yang menunjukkan hampir separuh dari penduduk Indonesia bertumpu pada sektor ini. Dari data Sakernas 2005 terlihat bahwa dari total penduduk 94,95 juta orang, sebesar 41,81 juta orang (44 persen) bekerja di sektor pertanian. Tabel 4.1. Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan di Indonesia Tahun 2001-2005 Lapangan Pekerjaan 2001 2002 2003 2004 2005 Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan 43,8 44,3 46,4 43,3 44,0 Perikanan Pertambangan dan Penggalian 1,2 0,7 0,8 1,1 0,9 Industri Pengolahan 13,3 13,2 12,4 11,8 12,3 Listrik, Gas dan Air Minum 0,2 0,2 0,2 0,2 Bangunan 4,2 4,7 4,4 4,8 4,7 Perdagangan, Hotel dan Restoran 19,2 19,4 18,6 20,4 19,9 Pengangkutan dan Komunikasi 4,9 5,1 5,3 5,8 5,8 Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 1,2 1,1 1,4 1,2 1,1 Jasa-jasa 12,1 11,3 10,6 11,2 11,1 Keterangan Sumber
: 2001-2004 merupakan kondisi Agustus 2005 merupakan kondisi Februari : Sakernas, 2005
44
Kedua, sektor pertanian tidak menggunakan kapital yang terlalu intensif seperti misalnya sektor industri manufaktur. Ketiga, sektor pertanian tidak terlalu menggantungkan pada modal asing yang saat ini makin terbatas. Terakhir, sektor pertanian yang maju dapat membantu mengurangi kebutuhan devisa impor dan mengurangi angka kemiskinan (Tambunan, 2003). Pertanian telah memberikan sumbangan besar dalam pembangunan nasional, baik sumbangan langsung seperti dalam pembentukan PDB, penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan masyarakat, perolehan devisa melalui ekspor dan penekanan inflasi, maupun sumbangan tidak langsung melalui penciptaan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan pembangunan dan hubungan sinergis dengan sektor lain. Sementara itu, dalam hal pembentukan PDB, selama periode 2001-2005 peranan sektor pertanian tidak lebih dari 20 persen. Hal ini menunjukkan bahwa output dari pertanian jauh lebih kecil dibandingkan kontribusinya terhadap total kesempatan kerja. Dalam hal ekspor, jika dibandingkan dengan sektor lainnya, ekspor sektor pertanian masih sangat kecil yaitu menyumbang kurang dari 4 persen (Tabel 4.2). Table 4.2. Kontribusi Sektor Migas dan Non Migas Indonesia Tahun 2001-2005 dalam Total Ekspor (%) Ekspor Migas Non Migas Sektor Pertanian Sektor Industri Sektor Pertambangan Total
2001 22,44 77,56 4,33
2002 21,20 78,80 4,49
2003 22,35 77,65 4,14
2004 21,53 78,47 3,50
2005 22,45 77,55 3,36
66,89 6,34
67,76 6,55
66,96 6,55
68,29 6,68
64,91 9,28
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2005.
45
Teori-teori pembangunan modern umumnya sepakat bahwa semakin berkembangnya suatu negara, maka akan semakin kecil kontribusi sektor pertanian dalam PDB. Menurut Hukum Engel bila pendapatan masyarakat meningkat, maka konsumsi barang primer (hasil pertanian) relatif akan semakin menurun (rasio). Dalam istilah ekonomi, elastisitas permintaan terhadap hasil pertanian lebih kecil dari pada satu atau inelastis. Karena fungsi sektor pertanian yang paling penting dalam perekonomian adalah untuk menyediakan bahan makanan, maka peningkatan permintaan terhadap bahan-bahan makanan tidaklah sebesar permintaan terhadap barang-barang hasil sektor industri dan jasa. Dengan sendirinya kontribusi sektor pertanian terhadap PDB akan semakin kecil dengan semakin besarnya tingkat pendapatan.
4.2 Ekspor Impor Sektor Pertanian Indonesia Dalam
statistika
pendapatan
nasional,
Badan
Pusat
Statistik
mengelompokkan sektor pertanian menjadi 5 sub sektor yaitu : tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan dan hasil-hasilnya, kehutanan, dan perikanan. Tanaman bahan makanan mencakup padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang kedelai, dan hortikultura. Secara keseluruhan transaksi perdagangan sektor pertanian Indonesia selalu mengalami surplus, dimana nilai ekspor melebihi nilai impor. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik dari tahun 1998 hingga tahun 2005 nilai ekspor sektor pertanian mencapai US$ 23,04 milyar dan impornya hanya US$ 12,42 milyar. Nilai ekspor hasil pertanian terus meningkat dari tahun ke tahun. Bila ekspor pertanian ini dirinci per sub sektor, maka ekspor hasil perkebunan
46
menempati peringkat pertama lalu diikuti oleh sub sektor perikanan, kehutanan, tanaman pangan, dan peternakan. Komoditi andalan untuk sub sektor perkebunan adalah karet, kopi, kelepa sawit, teh, dan lada. Untuk ekspor hasil perikanan, komoditi andalannya adalah udang dan ikan tuna. Ekspor kehutanan yang terbesar diterima dari komoditi kayu lapis dan pulp. Sementara ketela pohon dan buahbuahan adalah komoditi andalan sub sektor tanaman pangan. Ekspor hasil peternakan merupakan yang terkecil, terutama dari kulit binatang. Kondisi transaksi perdagangan sektor pertanian Indonesia yang selalu mengalami surplus diakibatkan oleh besarnya surplus sub sektor tanaman perkebunan berupa minyak sawit (CPO), kopi, dan, teh, serta sub sektor perikanan berupa udang dan ikan tuna . Tabel 4.3. Nilai Ekspor Impor Komoditas Sektor Pertanian Indonesia Tahun 1998-2005 Komoditas Tanaman Perkebunan Perikanan Kehutanan Tanaman Pangan Peternakan
Ekspor Impor Ekspor Impor Ekspor Impor Ekspor Impor Ekspor Impor
1998-2002 6.027,76 381,78 7.743,19 139,18 6446,99 1.229,06 4.676,46 22.308,04 552,12 1.626,12
2003-2005 8.885,90 1.443,13 5.223,2 136,4 8.560,70 587,87 1.324,2 7.628,6 342,1 915,80
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2005.
4.3 Investasi Sektor Pertanian Indonesia
Investasi dalam suatu perekonomian sangat diperlukan baik untuk menunjang pertumbuhan ekonomi maupun perluasan tenaga kerja. Oleh karena itu pemerintah melakukan upaya yang intensif untuk menarik investor menanamkan
47
modalnya di Indonesia antara lain dengan mempertahankan stabilitas ekonomi. Stabilitas ekonomi merupakan salah satu prasyarat untuk menggerakkan roda perekonomian agar pelaku ekonomi merasa aman dan tentram dalam melakukan aktivitasnya (Badan Pusat Statistik, 2005). Dalam lima tahun terakhir nilai total PMDN yang disetujui pemerintah mengalami fluktuasi setiap tahunnya dan cenderung menurun. Investasi untuk sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan semakin diminati oleh para investor dalam negeri terlihat dari Tabel 4.5 yang menunjukkan bahwa investasi di sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan mengalami peningkatan setiap tahun kecuali pada tahun 2004 yang menurun sebesar 4,21 persen. Sektor pertanian menyumbang 5,20 persen terhadap total PMDN setiap tahunnya atau sebesar Rp 2.220,58 milyar per tahun. Tabel 4.4. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang Disetujui Pemerintah Menurut Sektor di Indonesia Tahun 2001-2005 (Rp Milyar) Sektor Pertanian, Kehutanan, & Perikanan Pertambangan
2001 2002 1.378,1 1.453,7 (2,35) (5,75) 1.198,2 786,7 (2,04) (3,11) Industri 43.966,6 15.853,5 (74,93) (62,76) Angkutan 1.489,0 3.117,7 (2,54) (12,34) Listrik, Perdagangan, 1.635,2 1.612,6 & Jasa (2,79) (6,38) Lainnya 9.006,9 2.438,1 (15,35) (9,65) Jumlah 58.674,0 25.262,3 (100,00) (100,00)
2003 1.929,1 (3,98) 752,8 (1,55) 40.442,7 (83,41) 2.022,0 (4,17) 633,4 (1,31) 2.704,8 (5,58) 48.484,8 (100,00)
2004 1.847,9 (5,03) 662,4 (1,80) 20.631,6 (56,15) 1.885,1 (5,13) 9.695,4 (26,38) 2.025,2 (5,51) 36.747,6 (100,00)
2005 4.494,1 (8,89) 982,3 (1,94) 26.807,9 (53,00) 2.375,1 (4,70) 10.330,4 (20,42) 5.587,6 (11,05) 50.577,4 (100,00)
Catatan : Angka dalam kurung menunjukkan persentase terhadap jumlah PMDN Sumber : Badan Pusat Statistik, 2005.
48
Aliran investasi asing ke pasar modal Indonesia dalam lima tahun terakhir menunjukkan pergerakan yang fluktuatif disebabkan karena belum adanya pergerakan yang signifikan dalam perekonomian di dalam negeri (Badan Pusat Statistik, 2005). Penanaman modal asing (PMA) di Indonesia untuk sektor pertanian masil relatif kecil. Dari total PMA yang disetujui pemerintah, sektor pertanian hanya menyumbang PMA sebesar 3,31 persen setiap tahunnya atau senilai Rp 393,04 milyar per tahun (Tabel 4.6) dan menduduki peringkat ke dua terkecil setelah sektor pertambangan . Tabel 4.5. Penanaman Modal Asing (PMA) yang Disetujui Pemerintah Menurut Sektor di Indonesia Tahun 2001-2005 (Rp Milyar) Sektor Pertanian, Kehutanan, & Perikanan Pertambangan
2001 391,7 (2,60) 118,7 (0,79) Industri 5.144,4 (34,20) Angkutan 373,3 (2,48) Listrik, Perdagangan, 1.899,1 & Jasa (12,62) Lainnya 7.116,7 (47,31) Jumlah 15.043,9 (100,00)
2002 458,9 (4,71) 49,2 (0,50) 3.208,2 (32,92) 3.713,2 (38,11) 1.764,9 (18,11) 549,7 (5,64) 9.744,1 (100,00)
2003 2004 178,9 329,7 (1,35) (3,21) 17,8 66,3 (0,13) (0,64) 6.457,4 6.334,3 (48,89) (61,63) 4.160,2 586,5 (31,50) (5,71) 1.1067 1.079,7 (8,38) (10,51) 1.286,2 1.880,8 (9,74) (18,30) 13.207,2 10.277,3 (100,00) (100,00)
2005 606,0 (4,67) 775,9 (5,98) 6.028,0 (46,44) 3.107,3 (23,94) 301,0 (2,32) 2.161,1 (16,65) 12.979,3 (100,00)
Catatan : Angka dalam kurung menunjukkan persentase terhadap jumlah PMA Sumber : Badan Pusat Statistik, 2005.
4.4 Produksi Sektor Pertanian Indonesia Produksi tanaman pangan di Indonesia terdiri dari padi, palawija (jagung, ubi kayu, ubi jalar, kedelai, kacang hijau, dan kacang tanah), biofarmaka (jahe, kunyit, laos, kencur, dan sebagainya), buah-buahan, sayuran (cabe, tomat, kol,
49
kentang, kangkung, bawang merah, dan lainnya), serta tanaman hias dengan produksi terbesar terdapat pada bunga mawar, sedap malam, dan melati. Berdasarkan Tabel 4.7, hasil produksi tanaman pangan adalah sebesar 160,43 juta ton setiap tahunnya dan meningkat sebesar 4 persen per tahun dengan kenaikan terbesar terjadi pada tanaman buah-buahan yaitu sebanyak 15,25 persen per tahun. Tanaman buah-buahan diantaranya adalah pisang, jeruk, mangga, rambutan, nangka, salak, dan lain sebagainya. Produksi terbanyak terdapat pada tanaman padi, tetapi rata-rata pertumbuhan tanaman pangan hanya 1,98 persen per tahun, pertumbuhan
tanaman
padi
merupakan
pertumbuhan
terkecil
diantara
pertumbuhan semua tanaman pangan. Tabel 4.6. Produksi Tanaman Pangan di Indonesia Tahun 2001-2005 (Juta ton) Jenis Tanaman
2001
2002
2003
2004
2005
Padi Palawija Biofarmaka Buah-buahan Sayuran Tanaman Hias * Total
100,92 30,01 0,21 9,18 6,92 133,89
102,98 30,01 0,20 11,55 7,15 138,73
104,27 33,20 0,23 15,08 9,42 134,70
108,18 34,43 0,23 16,42 10,15 189,45
108,30 35,67 0,34 17,00 10,12 197,71
Rata-rata Kenaikan (Persen) 1,98 4,48 14,52 15,25 10,63 11,43
147,24
151,89
162,20
169,41
171,43
4,00
Sumber : Departemen pertanian, 2005. Catatan : * = dalam juta tangkai Total tidak termasuk tanaman hias
Hasil produksi tanaman perkebunan rata-rata per tahun adalah sebesar 13.931,78 juta ton dan mengalami pertumbuhan rata-rata 8,88 persen per tahun (Tabel 4.7). Rata-rata pertumbuhan per tahun terbesar terjadi pada tanaman kakao dengan pertumbuhan sebesar 13,36 persen. Hasil produksi tanaman perkebunan yang terbesar adalah tanaman kelapa sawit yang memproduksi sebanyak
50
11.861,62 juta ton per tahun dan mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 9,79 persen per tahun. Tanaman perkebunan yang pertumbuhannya mengalami penurunan dalam lima tahun terakhir adalah tanaman tembakau yaitu sebesar 5,91 persen per tahun. Tabel 4.7. Produksi Tanaman Perkebunan Indonesia Tahun 2001-2005 (Juta ton) Hasil Perkebun an Karet Kelapa Sawit Kopi Teh Lada Cengkeh Kakao Tembakau Total
2001
2002
2003
2004
2005
1.607,46 8.396,47
1.630,36 9.622,34
1.792,35 10.440,83
2.065,82 10.830,38
2.270,89 11.861,62
Rata-rata Kenaikan (Persen) 10,77 9,79
675,81 166,87 82,08 72,69 536,80 199,10 11.737,28
682,02 165,19 90,18 79,01 571,15 192,08 13.032,33
663,57 169,82 90,74 116,41 697,17 200,88 14.171,77
647,39 167,14 77,01 73,84 691,70 165,11 14.718,39
640,37 167,28 78,33 78,35 748,83 153,47 15.999,14
11,18 0,87 0,21 8,77 13,36 -5,91 8,88
Sumber : Departemen Pertanian, 2005.
Hasil produksi peternakan terbagi menjadi tiga bagian golongan yaitu produksi daging, telur, dan susu. Dari tahun 2001-2005 rata-rata kenaikan setiap tahunnya adalah sebesar 3.304,91 ribu ton dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 4,69 persen per tahun (Tabel 4.8). Hasil produksi terbesar terjadi pada produksi daging yang terdiri dari daging ayam dan itik, daging sapi, daging babi, daging kambing, daging kerbau, dan daging domba yaitu sebesar 1.817,10 ribu ton per tahun, meningkat sebesar 2,57 persen per tahun. Rata-rata kenaikan telur yang terdiri dari telur ayam ras, ayam buras, dan telur itik setiap tahunnya adalah sebesar 3,65 persen atau 1.005,56 ribu ton per tahun. Sementara produksi susu dalam lima tahun rata-rata adalah sebesar 535,96 ribu ton, meningkat sebanyak1,76 persen setiap tahunnya.
51
Tabel 4.8. Produksi Hasil Peternakan di Indonesia Tahun 2001-2005 (Ribu ton) Hasil Peternakan
2001
2002
2003
Daging 1.560,60 1.769,84 1.871,40 Telur 850,32 945,75 973,59 Susu 479,95 493,38 553,44 Total 2.890,87 3.208,97 3.398,43 Sumber : Departemen Pertanian, 2005.
2004
2005
2.020,36 1.051,37 549,95 3.621,68
1.817,10 1.051,53 535,96 3.404,59
Rata-rata Kenaikan (Persen) 2,57 4,55 1,76 4,69
Produksi hasil hutan utama yang dihasilkan oleh hutan adalah kayu bulat. Kayu bulat adalah semua kayu yang ditebang yang bisa dijadikan bahan baku produksi pengolahan kayu hulu. Pada hasil hutan non kayu, produksi komoditi rotan dan damar adalah produksi yang terbesar. Rotan berperan 78,97 persen terhadap seluruh produksi hasil hutan non kayu atau sebesar 454,16 ribu ton per tahun sedangkan damar berperan 27,79 persen atau 548,09 per tahun (Tabel 4.9). Tabel 4.9. Produksi Hasil Hutan Indonesia Tahun 2001-2005 (Ribu ton)
Rotan Damar Lainnya Total Kayu Bulat * Kayu Olahan * Total
2001 2002 2003 2004 2005 Hasil Hutan Non Kayu 23,84 17,78 127,30 1,88 221,38 2,92 1,13 4,40 2,72 9,13 3,43 2,66 7,75 5,20 144,77 30,19 21,57 139,45 9,80 375,28 Hasil Hutan Kayu 10,05 8,66 11,42 13,55 24,22 5,09 7,06 9,03 7,33 8,67 15,14 15,72 20,45 20,88 32,89
Sumber : Departemen Kehutanan, 2005. Catatan : * = satuan dalam ratus ribu M3
Pertumbuhan produksi perikanan nasional tahun 2000-2005 rata-rata mencapai 7,10 persen per tahun yang terdiri dari perikanan tangkap dan budidaya. Pertumbuhan perikanan tangkap rata-rata 3,56 persen pertahun, sedangkan pertumbuhan perikanan budidaya rata-rata 10,60 persen per tahun. Pertumbuhan produksi perikanan budidaya yang lebih besar daripada pertumbuhan perikanan
52
tangkap, menunjukkan bahwa perhatian pengusaha perikanan nasional (besar, kecil dan sedang) mulai beralih ke perikanan budidaya. Namun bila dilihat dari jumlah produksinya perikanan tangkap masih mendominasi produksi perikanan nasional, dimana produksi perikanan tangkap sebesar 4.211,40 ribu ton sementara produksi perikanan budidaya hanya sebesar 825,08 ribu ton (Tabel 4.10). Tabel 4.10. Produksi Perikanan Nasional Indonesia Tahun 2001-2005 (Ribu ton) Tipe Perikanan Ikan Krustase Moluska Lainnya Total Penangkapan
2001
3.446,39 297,46 161,57 26,61 3.932,03
2002
2003
2004
2005
Penangkapan 3.507,86 3.785,36 3.832,73 3.979,91 273,51 289,00 291,67 302,87 171,89 147,78 172,74 179,37 64,51 96,35 14,43 14,99 4.017,78 4.318,49 4.311,56 4.477,13
Budidaya Budidaya Laut 221,01 243,86 249,24 420,92 433,55 Payau 454,71 473,13 501,98 559,61 576,40 Total 675,72 707,99 751,22 980,53 1.009,95 Budidaya Ikan Total Produksi 4.607,75 4.725,76 5.069,71 5.292,09 5.487,08 Ikan Sumber : Statistik Kelautan dan Perikanan, 2005.
Rata-rata Kenaikan (Persen) 3,53 2,70 13,14 17,18 3,56 19,48 6,24 10,60 7,10
4.5 Rumah Tangga Pertanian Indonesia Bila dilihat dari jumlah absolutnya maka jumlah rumah tangga pertanian meningkat dari 21,47 juta pada tahun 1993 menjadi 24,87 juta pada tahun 2003. Akan tetapi bila dilihat dari persentase rumah tangga pertanian terhadap rumah tangga keseluruhan mengalami penurunan. Pada tahun 1993 persentase rumah tangga pertanian terhadap rumah tangga keseluruhan sebesar 51 persen menurun sebanyak 4 persen menjadi 47 persen di tahun 2003. Begitu juga dengan jumlah petani gurem yang memiliki luas lahan kurang dari 0,5 ha yang persentase rumah
53
tangga pertanian terhadap rumah tangga keseluruhannya menurun tetapi jumlah absolutnya meningkat. Bila pada tahun 1993, jumlah petani gurem ini berjumlah 10,91 juta rumah tangga maka pada tahun 2003 naik menjadi 13,25 juta rumah tangga atau turun sebesar 1 persen.
54
V. HASIL PEMBAHASAN
Bab ini akan membahas mengenai dekomposisi pengganda sektor pertanian menjadi pengganda transfer, open loop, dan close loop menurut SNSE Indonesia tahun 2003 dan dampak kenaikan ekspor sektor pertanian terhadap pendapatan faktor produksi, institusi, dan sektor-sektor perekonomian lainnya. Namun, sebelumnya akan dibahas terlebih dahulu tentang keterkaitan sektor pertanian dengan sektor-sektor perekonomian lainnya untuk mengetahui penggunaan input dan output sektor pertanian oleh sektor-sektor perekonomian lainnya.
5.1 Keterkaitan Langsung Perekonomian Lainnya
Sektor
Pertanian
dengan
Sektor-Sektor
Sektor pertanian memiliki keterkaitan langsung dengan sektor-sektor perekonomian lainnya baik keterkaitan ke depan maupun ke belakang. Keterkaitan ke depan adalah penggunaan output produk pertanian oleh sektorsektor lain, sementara keterkaitan ke belakang adalah penggunaan output-output sektor produksi lainnya oleh sektor pertanian. Besarnya keterkaitan sektor pertanian ke depan dapat dilihat pada Tabel 5.1, sementara keterkaitan ke belakang dapat dilihat pada Tabel 5.2. Keterkaitan ke depan sektor tanaman pangan adalah sebesar Rp 140.437,74 milyar, sedangkan keterkaitan ke belakangnya sebesar Rp 66.005,24 milyar. Sektor tanaman pangan memiliki keterkaitan ke depan yang lebih besar dibandingkan dengan keterkaitan ke belakangnya. Sektor yang memiliki
55
keterkaitan ke depan yang besar dengan sektor tanaman pangan adalah industri makanan, minuman, dan tembakau, di mana sektor tersebut menyerap 70,77 persen dari output sektor tanaman pangan. Hal ini disebabkan karena komoditi tanaman pangan sebagian besar memang merupakan kebutuhan pangan, sehingga output tanaman pangan lebih banyak digunakan oleh industri makanan, minuman dan tembakau. Sektor tanaman pangan memiliki keterkaitan ke belakang yang paling besar dengan sektor perdagangan besar, eceran, jasa penunjang angkutan dan pergudangan, dimana 57,26 persen input sektor tanaman pangan berasal dari sektor ini. Hal ini disebabkan oleh produksi tanaman pangan di Indonesia memiliki rantai pemasaran yang panjang sehingga memiliki keterkaitan yang kuat dengan sektor perdagangan dan sektor angkutan. Keterkaitan ke depan sektor tanaman lainnya adalah sebesar Rp 86.724,50 milyar, sedangkan keterkaitan ke belakangnya sebesar Rp 29.813,89 milyar. Sektor tanaman lainnya memiliki keterkaitan ke depan yang lebih besar dibandingkan dengan keterkaitan ke belakangnya. Sektor yang memiliki keterkaitan ke depan yang besar dengan sektor tanaman pangan adalah industri makanan, minuman, dan tembakau, di mana sektor tersebut menyerap 42,82 persen dari output sektor tanaman pangan. Hal ini disebabkan karena komoditi tanaman lainnya sebagian besar memang merupakan bahan pangan, sehingga output tanaman lainnya lebih banyak digunakan oleh industri makanan, minuman dan tembakau. Sektor tanaman lainnya memiliki keterkaitan ke belakang yang paling besar dengan sektor industri kimia, pupuk, hasil dari tanah liat, dan semen, dimana 25,24 persen input sektor tanaman lainnya berasal dari sektor ini. Hal ini
56
disebabkan oleh produksi tanaman lainnya di Indonesia membutuhkan input dalam jumlah besar berupa pupuk untuk memenuhi kebutuhan berproduksinya. Keterkaitan ke depan sektor peternakan dan hasil-hasilnya adalah sebesar Rp 68.388,26 milyar, sedangkan keterkaitan ke belakangnya sebesar Rp 72.744,59 milyar. Sektor peternakan dan hasil-hasilnya memiliki keterkaitan ke depan yang lebih kecil dibandingkan dengan keterkaitan ke belakangnya. Sektor yang memiliki keterkaitan ke depan yang besar dengan sektor peternakan dan hasilhasilnya adalah sektor peternakan dan hasil-hasilnya itu sendiri, di mana sektor tersebut menyerap 32,54 persen dari output sektor peternakan dan hasil-hasilnya. Selain itu, sektor yang juga memiliki keterkaitan ke depan yang cukup tinggi adalah sektor restoran, yaitu sebesar 32,50 persen. Hal ini disebabkan output sektor peternakan dan hasil-hasilnya merupakan komoditi pangan, sehingga banyak digunakan sebagai input oleh sektor restoran. Sektor peternakan dan hasil-hasilnya memiliki keterkaitan ke belakang yang paling besar dengan sektor industri makanan, minuman, dan tembakau, dimana 32,99 persen input sektor peternakan dan hasil-hasilnya berasal dari sektor ini. Keterkaitan ke depan sektor kehutanan dan perburuan adalah sebesar Rp 27.006,45 milyar, sedangkan keterkaitan ke belakangnya sebesar Rp 8.758,69 milyar. Sektor kehutanan dan perburuan memiliki keterkaitan ke depan yang lebih besar dibandingkan dengan keterkaitan ke belakangnya. Sektor yang memiliki keterkaitan ke depan yang besar dengan sektor kehutanan dan perburuan adalah industri kayu dan barang dari kayu, di mana sektor tersebut menyerap 50,71 persen dari output sektor kehutanan dan perburuan. Hal ini disebabkan karena
57
komoditi kehutanan dan perburuan sebagian besar memang digunakan untuk memenuhi kebutuhan input bagi industri kayu dan barang dari kayu, sehingga output kehutanan dan perburuan lebih banyak digunakan oleh industri kayu dan barang dari kayu. Sektor kehutanan dan perburuan memiliki keterkaitan ke belakang yang paling besar dengan sektor perdagangan besar, eceran, jasa penunjang angkutan dan pergudangan, dimana 40,90 persen input sektor kehutanan dan perburuan berasal dari sektor ini. Hal ini disebabkan oleh produksi kehutanan dan perburuan di Indonesia lebih banyak dihasilkan di daerah-daerah terpencil sehingga memiliki keterkaitan yang kuat dengan sektor perdagangan besar, eceran, jasa penunjang angkutan dan pergudangan. Keterkaitan ke depan sektor perikanan adalah sebesar Rp 29.630,76 milyar, sedangkan keterkaitan ke belakangnya sebesar Rp 37.999,28 milyar. Sektor yang memiliki keterkaitan ke depan yang besar dengan sektor perikanan adalah industri makanan, minuman, dan tembakau, di mana sektor tersebut menyerap 69,21 persen dari output sektor perikanan. Hal ini disebabkan karena komoditi perikanan sebagian besar memang merupakan bahan pangan, sehingga output perikanan lebih banyak digunakan oleh industri makanan, minuman dan tembakau. Sektor perikanan memiliki keterkaitan ke belakang yang paling besar dengan sektor perdagangan besar, eceran, jasa penunjang angkutan dan pergudangan, dimana 51,28 persen input sektor perikanan berasal dari sektor ini. Hal ini disebabkan oleh produksi perikanan Indonesia yang memiliki rantai pemasaran yang panjang sehingga memiliki keterkaitan yang kuat dengan sektor perdagangan besar, eceran, jasa penunjang angkutan dan pergudangan.
Tabel 5.1 Keterkaitan Ke Depan Sektor Pertanian dengan Sektor-sektor Produksi Lainnya dalam Perekonomian Sektor Produksi
Tanaman Lainnya Rp Milyar % 2.527,90 2,92 6.313,36 7,28 500,35 0,58 1.057,39 1,22 3.592,76 4,14
Peternakan Rp Milyar % 3.067,89 4,49 1.939,83 2,84 22.251,22 32,54 0,00 0,00 32,05 0,05
Kehutanan Rp Milyar % 1,85 0,01 19,84 0,07 4,80 0,02 159,57 0,59 31,18 0,12
Perikanan Rp Milyar % 0,00 0,00 4,21 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 4.112,64 13,88
0,00 0,00 99.393,02
0,00 0,00 70,77
0,00 0,00 37.138,71
0,00 0,00 42,82
0,00 0,00 9.790,11
0,00 0,00 14,32
4,55 31,84 108,22
0,02 0,12 0,40
0,00 0,00 20.508,67
0,00 0,00 69,21
0,20 1,59
0,00 0,00
10.700,96 280,84
12,34 0,32
1.181,78 95,88
1,73 0,14
2.820,21 13.694,62
10,44 50,71
35,16 2,76
0,12 0,01
985,18
0,70
6.369,74
7,35
942,45
1,38
1.819,58
6,74
88,72
0,30
222,81 0,00 0,00
0,16 0,00 0,00
16.686,35 0,00 0,00
19,24 0,00 0,00
50,81 0,00 0,00
0,07 0,00 0,00
2.306,15 0,02 5.745,80
8,54 0,00 21,28
10,83 0,00 0,00
0,04 0,00 0,00
193,45 15.067,21 1.181,92 726,82 0,00 0,06
0,14 10,73 0,84 0,52 0,00 0,00
20,96 523,55 8,18 46,28 0,08 64,29
0,02 0,60 0,01 0,05 0,00 0,07
0,00 22.228,22 2.817,66 1.445,22 0,00 1,07
0,00 32,50 4,12 2,11 0,00 0,00
5,24 16,36 4,36 3,43 0,00 0,54
0,02 0,06 0,02 0,01 0,00 0,00
0,00 3.741,35 402,89 261,49 0,00 180,18
0,00 12,63 1,36 0,88 0,00 0,61
5.025,65
3,58
270,02
0,31
2.544,07
3,72
4,22
0,02
281,87
0,95
0,00 140.437,74
0,00 100
622,78 86.724,50
0,72 100
0,00 68.388,26
0,00 100
224,07 27.006,45
0,83 100
0,00 29.630,76
0,00 100
58
Pertanian Tanaman Pangan Pertanian Tanaman Lainnya Peternakan dan Hasil-hasilnya Kehutanan dan Perburuan Perikanan Pertambangan Batubara, Biji Logam, & Minyak Bumi Pertambangan dan Penggalian Lainnya Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Industri Pemintalan, Tekstil, Pakaian dan Kulit Industri Kayu & Barang Dari Kayu Industri Kertas, Percetakan, Alat Angkutan dan Barang Dari Logam dan Industri Industri Kimia, Pupuk, Hasil Dari Tanah Liat, Semen Listrik, Gas Dan Air Minum Konstruksi Perdagangan Besar, Eceran, Jasa Penunjang Angkutan, dan Pergudangan Restoran Perhotelan Angkutan dan Komunikasi Bank dan Asuransi Real Estate dan Jasa Perusahaan Pemerintahan dan Pertahanan, Pendidikan, Kesehatan, Film dan Jasa Sosial Lainnya Jasa Perseorangan, Rumah tangga dan Jasa Lain Total
Tanaman Pangan Rp Milyar % 12.137,48 8,64 1.224,29 0,87 4.159,98 2,96 0,00 0,00 118,08 0,08
Tabel 5.2 Keterkaitan Ke Belakang Sektor Pertanian dengan Sektor-sektor Produksi Lainnya dalam Perekonomian Sektor Produksi
Tanaman Lainnya Rp Milyar % 1.224,29 4,11 6.313,36 21,18 1.939,83 6,51 19,84 0,07 4,21 0,01
Peternakan Rp Milyar % 4.159,98 5,72 500,35 0,69 22.251,22 30,59 4,80 0,01 0,00 0,00
Kehutanan Rp Milyar % 0,00 0,00 1.057,39 12,07 0,00 0,00 159,57 1,82 0,00 0,00
Perikanan Rp Milyar % 118,08 0,31 3.592,76 9,45 32,05 0,08 31,18 0,08 4.112,64 10,82
0,00 0,00 0,00
0,00 0,00 0,00
0,00 0,00 312,91
0,00 0,00 1,05
2,33 0,05 23.998,22
0,00 0,00 32,99
0,00 0,00 0,00
0,00 0,00 0,00
0,00 0,00 2.844,30
0,00 0,00 7,49
16,39 19,14
0,03 0,03
47,89 21,60
0,16 0,07
0,96 1,58
0,00 0,00
12,28 0,00
0,14 0,00
49,45 34,55
0,13 0,09
52,89
0,08
330,32
1,11
13,41
0,02
313,81
3,58
1.070,77
2,82
4.626,19 0,65 44,88
7,01 0,00 0,07
7.524,32 16,82 526,39
25,24 0,06 1,77
376,78 66,68 11,85
0,52 0,09 0,02
221,30 13,88 271,63
2,53 0,16 3,10
1.382,99 12,87 52,33
3,64 0,03 0,14
37.796,19 8,94 0,53 5.161,98 140,31 30,37
57,26 0,01 0,00 7,82 0,21 0,05
6.744,28 32,28 1,38 1.331,71 212,31 39,86
22,62 0,11 0,01 4,47 0,71 0,13
17.802,97 6,56 0,01 3.229,15 97,63 21,93
24,47 0,01 0,00 4,44 0,13 0,03
3.582,04 67,10 10,74 745,65 90,34 116,18
40,90 0,77 0,12 8,51 1,03 1,33
19.486,09 92,28 1,37 4.481,40 383,67 18,89
51,28 0,24 0,00 11,79 1,01 0,05
0,84
0,00
11,26
0,04
3,76
0,01
0,00
0,00
17,30
0,05
370,84 66.005,24
0,56 100
3.159,03 29.813,89
10,60 100
194,37 72.744,59
0,27 100
2.096,77 8.758,69
23,94 100
184,30 37.999,28
0,49 100
59
Pertanian Tanaman Pangan Pertanian Tanaman Lainnya Peternakan dan Hasil-hasilnya Kehutanan dan Perburuan Perikanan Pertambangan Batubara, Biji Logam, & Minyak Bumi Pertambangan dan Penggalian Lainnya Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Industri Pemintalan, Tekstil, Pakaian dan Kulit Industri Kayu & Barang Dari Kayu Industri Kertas, Percetakan, Alat Angkutan dan Barang Dari Logam dan Industri Industri Kimia, Pupuk, Hasil Dari Tanah Liat, Semen Listrik, Gas Dan Air Minum Konstruksi Perdagangan Besar, Eceran, Jasa Penunjang Angkutan, dan Pergudangan Restoran Perhotelan Angkutan dan Komunikasi Bank dan Asuransi Real Estate dan Jasa Perusahaan Pemerintahan dan Pertahanan, Pendidikan, Kesehatan, Film dan Jasa Sosial Lainnya Jasa Perseorangan, Rumah tangga dan Jasa Lain Total
Tanaman Pangan Rp Milyar % 12.137,48 18,39 2.527,90 3,83 3.067,89 4,65 1,85 0,00 0,00 0,00
Tabel 5.3 Dampak Pengganda Transfer Kenaikan Ekspor di Sektor Pertanian Terhadap Pendapatan Sektor-sektor Produksi (Rp Milyar) Sektor-sektor Produksi Pertanian Tanaman Pangan Pertanian Tanaman Lainnya Peternakan dan Hasil-hasilnya Kehutanan dan Perburuan Perikanan Pertambangan Batubara, Biji Logam, & Minyak Bumi Pertambangan dan Penggalian Lainnya Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Industri Pemintalan, Tekstil, Pakaian dan Kulit Industri Kayu & Barang Dari Kayu Industri Kertas, Percetakan, Alat Angkutan dan Barang Dari Logam dan Industri Industri Kimia, Pupuk, Hasil Dari Tanah Liat, Semen Listrik, Gas Dan Air Minum Konstruksi Perdagangan Besar, Eceran, Jasa Penunjang Angkutan, dan Pergudangan Restoran Perhotelan Angkutan dan Komunikasi Bank dan Asuransi Real Estate dan Jasa Perusahaan Pemerintahan dan Pertahanan, Pendidikan, Kesehatan, Film dan Jasa Sosial Lainnya Jasa Perseorangan, Rumah tangga dan Jasa Lain Total
Keterangan :
Simulasi 1 19,15 4,87 6,05 0,18 0,18 2,84 0,09 2,99 1,99 0,39 5,77 16,93 1,79 1,24 61,89 0,91 0,42 13,49 4,44 5,83
Simulasi 2 22,21 88,74 32,63 1,44 0,95 21,34 0,80 17,39 9,29 1,64 31,85 157,19 6,43 9,61 121,69 3,39 1,29 39,49 14,45 14,92
1,07 2,66 155,11
3,27 47,20 647,21
3,51 344,71
Simulasi 4 0,21 2,83 0,20 0,44 0,04 0,65 0,04 0,47 0,72 0,10 3,20 3,72 0,46 0,85 9,67 0,39 0,13 2,94 1,06 1,42
Simulasi 5 38,31 146,70 13,92 3,66 143,76 33,90 1,20 142,24 27,46 6,12 121,46 189,61 23,45 17,10 747,46 15,21 5,37 228,39 69,37 74,01
0,27 5,40 35,21
15,32 37,95 2.101,97
63
Simulasi 1 = Kenaikan ekspor sub sektor tanaman pangan sebesar 20 persen Simulasi 2 = Kenaikan ekspor sub sektor tanaman lainnya sebesar 20 persen Simulasi 3 = Kenaikan ekspor sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya sebesar 20 persen Simulasi 4 = Kenaikan ekspor sub sektor kehutanan dan perburuan sebesar 20 persen Simulasi 5 = Kenaikan ekspor sub sektor perikanan sebesar 20 persen
Simulasi 3 30,30 9,10 67,61 0,26 3,59 3,25 0,11 85,69 2,42 0,60 8,03 14,55 2,57 1,54 75,82 1,23 0,54 19,29 5,99 7,32 1,39
Tabel 5.4 Nilai Nominal Pengganda Open Loop Kenaikan Ekspor di Sektor Pertanian Terhadap Pendapatan Faktor Produksi (Rp Milyar) Faktor Produksi
Klasifikasi Tenaga Kerja
Pertanian
Produksi, Operator Alat Angkutan, Manual dan buruh kasar Tenaga Kerja Tata Usaha, Penjualan, dan JasaJasa
Kepemimpinan, Ketatalaksanaan, Militer, Profesional dan Teknisi Bukan Tenaga Kerja Total
Keterangan :
Penerima Upah dan Gaji Bukan Penerima Upah dan Gaji Penerima Upah dan Gaji Bukan Penerima Upah dan Gaji Penerima Upah dan Gaji Bukan Penerima Upah dan Gaji Penerima Upah dan Gaji Bukan Penerima Upah dan Gaji
Simulasi 1 Desa Kota Desa Kota Desa Kota Desa Kota Desa Kota Desa Kota Desa Kota Desa Kota
Simulasi 2
Simulasi 3
Simulasi 4
Simulasi 5
42,19 8,22 163,77
224,27 42,02 337,74
45,38 10,56 46,87
5,86 2,04 6,35
219,96 119,94 284,19
15,38 1,47 3,46 1,44
19,10 18,15 22,14 6,81
4,87 5,88 9,65 2,70
1,17 1,68 1,27 0,68
74,58 26,70 60,62 15,98
0,99 1,94 9,43 8,02
5,33 14,42 32,14 16,91
2,44 4,60 14,59 9,62
0,48 1,10 3,04 1,35
15,80 28,44 130,29 95,24
12,96 0,41 1,73 0,65
27,76 3,11 7,28 2,56
16,06 1,45 3,89 0,33
2,28 0,12 0,71 0,28
157,85 6,04 22,99 3,54
0,35 40,72 313,13
1,74 253,99 1.035,47
0,37 89,25 268,51
0,20 30,56 59,17
4,95 1.175,38 2.442,49
65
Simulasi 1 = Kenaikan ekspor sub sektor tanaman pangan sebesar 20 persen Simulasi 2 = Kenaikan ekspor sub sektor tanaman lainnya sebesar 20 persen Simulasi 3 = Kenaikan ekspor sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya sebesar 20 persen Simulasi 4 = Kenaikan ekspor sub sektor kehutanan dan perburuan sebesar 20 persen Simulasi 5 = Kenaikan ekspor sub sektor perikanan sebesar 20 persen
Tabel 5.5. Nilai Nominal Pengganda Open Loop Kenaikan Ekspor di Sektor Pertanian Terhadap Pendapatan Institusi Indonesia (Rp Milyar) Institusi
Klasifikasi Pertanian
Buruh Pengusaha
Pedesaan Rumah Tangga
Bukan Pertanian
Perkotaan
Perusahaan Pemerintahan Total
Keterangan :
Pengusaha bebas golongan rendah, tenaga TU, pedagang keliling, pekerja bebas sektor angkutan, jasa perorangan, buruh kasar Bukan angkatan kerja dan golongan tidak jelas Pengusaha bebas golongan atas, pengusaha bukan pertanian, manajer, militer, profesional, teknisi, guru, pekerja TU dan penjualan golongan atas Pengusaha bebas golongan rendah, tenaga TU, pedagang keliling, pekerja bebas sektor angkutan, jasa perorangan, buruh kasar Bukan angkatan kerja dan golongan tidak jelas Pengusaha bebas golongan atas, pengusaha bukan pertanian, manajer, militer, profesional, teknisi, guru, pekerja TU dan penjualan golongan atas
Simulasi 1 23,79 161,66
Simulasi 2 84,71 434,12
Peningkatan Simulasi 3 19,50 79,77
Simulasi 4 3,67 13,25
Simulasi 5 162,85 548,60
23,09 16,53
86,53 56,28
24,67 12,18
5,21 2,27
197,94 84,68
30,46
99,04
22,54
4,43
171,04
17,14 8,77
67,87 28,87
25,75 10,80
5,63 2,41
247,93 111,26
26,96 21,81 13,58 343,79
94,38 136,02 73,54 1.161,36
38,40 47,79 24,74 306,74
8,44 16,36 8,05 69,72
394,59 629,44 312,11 2.860,44
Simulasi 1 = Kenaikan ekspor sub sektor tanaman pangan sebesar 20 persen Simulasi 2 = Kenaikan ekspor sub sektor tanaman lainnya sebesar 20 persen Simulasi 3 = Kenaikan ekspor sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya sebesar 20 persen Simulasi 4 = Kenaikan ekspor sub sektor kehutanan dan perburuan sebesar 20 persen Simulasi 5 = Kenaikan ekspor sub sektor perikanan sebesar 20 persen
68
Tabel 5.6 Nilai Nominal Pengganda Close Loop Kenaikan Ekspor di Sektor Pertanian Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Indonesia (Rp Milyar) Sektor-sektor Produksi Pertanian Tanaman Pangan Pertanian Tanaman Lainnya Peternakan dan Hasil-hasilnya Kehutanan dan Perburuan Perikanan Pertambangan Batubara, Biji Logam, & Minyak Bumi Pertambangan dan Penggalian Lainnya Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Industri Pemintalan, Tekstil, Pakaian dan Kulit Industri Kayu & Barang Dari Kayu Industri Kertas, Percetakan, Alat Angkutan dan Barang Dari Logam dan Industri Industri Kimia, Pupuk, Hasil Dari Tanah Liat, Semen Listrik, Gas Dan Air Minum Konstruksi Perdagangan Besar, Eceran, Jasa Penunjang Angkutan, dan Pergudangan Restoran Perhotelan Angkutan dan Komunikasi Bank dan Asuransi Real Estate dan Jasa Perusahaan Pemerintahan dan Pertahanan, Pendidikan, Kesehatan, Film dan Jasa Sosial Lainnya Jasa Perseorangan, Rumah tangga dan Jasa Lain Total
Keterangan :
Simulasi 1 101,79 32,84 54,70 3,70 32,29 29,47 1,61 211,27 61,91 6,44 121,15 146,30 24,27 6,92 109,40 51,66 13,26 89,16 42,99 56,24
Simulasi 2 319,51 102,89 171,35 11,55 100,72 92,39 5,09 664,04 192,42 20,11 380,60 459,56 75,86 22,32 343,18 164,46 42,16 279,15 134,66 176,05
Simulasi 3 79,51 25,54 42,14 2,82 24,69 22,90 1,28 166,98 46,54 4,91 94,39 114,42 18,67 5,67 85,30 41,84 10,88 69,14 33,50 43,57
Simulasi 4 15,84 5,08 8,36 0,56 4,88 4,58 0,26 33,40 9,16 0,97 18,92 22,91 3,72 1,19 17,02 8,46 2,21 13,80 6,70 8,67
Simulasi 5 666,73 214,01 351,31 23,46 205,17 192,36 10,87 1.408,35 384,67 40,85 794,75 963,45 156,16 49,61 716,08 355,37 93,49 579,90 281,58 364,74
93,28 48,70 1.339,35
306,38 153,32 4.217,77
78,75 38,22 1.051,66
17,03 7,65 211,37
704,67 321,73 8.879,31
70
Simulasi 1 = Kenaikan ekspor sub sektor tanaman pangan sebesar 20 persen Simulasi 2 = Kenaikan ekspor sub sektor tanaman lainnya sebesar 20 persen Simulasi 3 = Kenaikan ekspor sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya sebesar 20 persen Simulasi 4 = Kenaikan ekspor sub sektor kehutanan dan perburuan sebesar 20 persen Simulasi 5 = Kenaikan ekspor sub sektor perikanan sebesar 20 persen
60
5.2 Analisis Dekomposisi Dampak Kenaikan Ekspor di Sektor Pertanian Dampak perubahan pendapatan dalam sektor pertanian terhadap peningkatan pendapatan faktor produksi, institusi, dan sektor produksi dalam perekonomian Indonesia dapat dilihat dalam sistem neraca sosial ekonomi. Peningkatan tersebut dapat terjadi dalam satu blok, maupun melalui blok-blok neraca yang lainnya dalam keseluruhan sistem perekonomian. Tahapan dampak peningkatan pendapatan dari sektor pertanian terhadap komponen-komponen lain dalam SNSE dapat dilihat melalui dekomposisi pengganda, yaitu pengganda transfer, pengganda open loop, dan pengganda close loop. Pembahasan berikut akan membahas kenaikan pendapatan pada masing-masing dekomposisi pengganda tersebut
5.2.1 Kenaikan Pendapatan Pada Pengganda Transfer Dampak injeksi pada sektor pertanian secara langsung terhadap pendapatan sektor produksi yang lain dalam blok sektor produksi dapat diketahui melalui analisis pengganda transfer. Pada Tabel 5.1 terlihat bahwa dampak pengganda transfer kenaikan ekspor di sub sektor tanaman pangan sebesar 20 persen (Rp 343,07 milyar) yang terbesar terjadi pada sektor perdagangan besar, eceran, jasa penunjang angkutan dan pergudangan sebesar Rp 61,89 milyar. Sektor produksi lain yang memiliki dampak pengganda transfer dari kenaikan ekspor di sub sektor tanaman pangan yang cukup besar adalah sektor tanaman pangan itu sendiri sebesar Rp 19,15 milyar dan sektor industri kimia, pupuk, industri dari tanah liat, semen sebesar Rp 16,93 milyar. Sementara itu, dampak
61
pengganda transfer kenaikan ekspor sub sektor tanaman pangan yang terkecil adalah sektor pertambangan dan penggalian lainnya sebesar Rp 0,09 milyar. Dampak pengganda transfer kenaikan ekspor di sub sektor tanaman lainnya sebesar 20 persen (Rp 1.236,89 milyar) yang terbesar terjadi pada sektor industri kimia, pupuk, hasil dari tanah liat, semen sebesar Rp 157,90 milyar. Sektor produksi lain yang memiliki dampak pengganda transfer dari kenaikan ekspor di sub sektor tanaman lainnya yang cukup besar adalah sektor perdagangan besar, eceran, jasa penunjang angkutan, dan pergudangan sebesar Rp 121,69 milyar dan sektor pertanian tanaman lainnya sebesar Rp 88,74 milyar. Sementara itu, dampak pengganda transfer kenaikan ekspor sub sektor tanaman lainnya yang terkecil adalah sektor pertambangan dan penggalian lainnya sebesar Rp 0,80 milyar. Dampak pengganda transfer kenaikan ekspor di sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya sebesar 20 persen (Rp 307,40 milyar) yang terbesar terjadi pada sektor industri makanan, minuman dan tembakau sebesar Rp 85,69 milyar. Sektor produksi lain yang memiliki dampak pengganda transfer dari kenaikan ekspor di sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya yang cukup besar adalah sektor perdagangan besar, eceran, jasa penunjang angkutan, dan pergudangan sebesar Rp 75,82 milyar dan sektor peternakan dan hasil-hasilnya sebesar Rp 67,61 milyar. Sementara itu, dampak pengganda transfer kenaikan ekspor sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya yang terkecil adalah sektor kehutanan dan perburuan sebesar Rp 0,11 milyar.
62
Dampak pengganda transfer kenaikan ekspor di sub sektor kehutanan dan perburuan sebesar 20 persen (Rp 65,05 milyar) yang terbesar adalah untuk sektor perdagangan besar, eceran, jasa penunjang angkutan, dan pergudangan sebesar Rp 9,67 milyar. Sektor produksi lain yang memiliki dampak pengganda transfer dari kenaikan ekspor di sub sektor kehutanan dan perburuan yang cukup besar lainnya adalah sektor jasa perseorangan, rumah tangga, dan jasa lain sebesar Rp 5,40 milyar dan sektor industri kimia, pupuk, hasil dari tanah liat, semen sebesar Rp 3,72 milyar. Sementara itu, dampak pengganda kenaikan ekspor sub sektor kehutanan dan perburuan yang terkecil adalah sektor perikanan dan sektor pertambangan dan penggalian lainnya sebesar Rp 0,04 milyar. Dampak pengganda transfer kenaikan ekspor di sub sektor perikanan sebesar 20 persen (Rp 2.865,58 milyar) yang terbesar terjadi pada sektor perdagangan besar, eceran, jasa penunjang angkutan, dan pergudangan. Hal ini berarti bahwa injeksi terhadap sub sektor perikanan sebesar 20 persen (Rp 2.865,58 milyar), akan meningkatkan pendapatan sektor perdagangan besar, eceran, jasa penunjang angkutan, dan pergudangan sebesar Rp 747,46 milyar. Sektor produksi lain yang memiliki dampak pengganda transfer dari kenaikan ekspor di sub sektor perikanan yang cukup besar adalah sektor angkutan dan komunikasi sebesar Rp 228,39 milyar dan sektor industri kimia, pupuk, hasil dari tanah liat, dan semen sebesar Rp 189,61 milyar. Sementara itu, dampak pengganda transfer kenaikan ekspor sub sektor perikanan yang terkecil adalah sektor pertambangan dan penggalian lainnya sebesar Rp 1,20 milyar. Dampak terhadap pengganda transfer dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 2.
63
64
5.2.2 Kenaikan Pendapatan pada Pengganda Open Loop Nilai nominal injeksi sektor pertanian secara silang terhadap komponenkomponen pada blok lain dapat diketahui melalui dekomposisi pengganda open loop. Pada Tabel 5.2 dapat dilihat nilai nominal pengganda open loop dari kenaikan ekspor pada sektor pertanian terhadap pendapatan faktor-faktor produksi. Kenaikan pendapatan yang terbesar dengan adanya injeksi di sub sektor tanaman pangan terjadi pada faktor produksi tenaga kerja pertanian bukan penerima upah dan gaji di desa, yaitu sebesar Rp 163,77 milyar. Pada sub sektor tanaman lainnya kenaikan pendapatan terbesar dengan adanya injeksi di sub sektor ini terjadi pada faktor produksi tenaga kerja pertanian bukan penerima upah dan gaji di desa yaitu sebesar Rp 337,74 milyar. Hal ini berarti injeksi sebesar 20 persen akan mengakibatkan kenaikan pendapatan terbesar pada faktor produksi tenaga kerja pertanian bukan penerima upah dan gaji di desa yaitu sebesar Rp 337,74 milyar. Pada sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya, kenaikan pendapatan yang terbesar dengan adanya injeksi di sub sektor ini terjadi pada faktor produksi bukan tenaga kerja, yaitu sebesar Rp 89,25 milyar. Pada sub sektor kehutanan dan perburuan faktor produksi kenaikan pendapatan terbesar dengan adanya injeksi di sub sektor ini terjadi pada faktor produksi bukan tenaga kerja, yaitu sebesar Rp 30,56 milyar. Sementara itu pada sub sektor perikanan kenaikan pendapatan yang terbesar dengan adanya injeksi di sub sektor ini terjadi pada faktor produksi bukan tenaga, yaitu sebesar Rp 1.175,38 milyar. Pengganda open loop selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3.
65
66
Dekomposisi pengganda open loop juga dapat digunakan untuk mengetahui besarnya nilai nominal open loop kenaikan ekspor sektor pertanian terhadap pendapatan institusi. Pada Tabel 5.3, kenaikan pendapatan open loop pada sub sektor tanaman pangan yang terbesar terjadi pada institusi rumah tangga pengusaha pertanian yaitu sebesar Rp 161,66 milyar. Dampak kenaikan pendapatan open loop antara buruh tani dengan pengusaha menunjukkan ketimpangan yang besar, dimana kenaikan pendapatan open loop pada buruh tani sebesar Rp 23,79 milyar dan pengusaha sebesar Rp 161,66 milyar. Kenaikan pendapatan open loop pada sub sektor tanaman lainnya yang terbesar terjadi pada institusi rumah tangga pengusaha pertanian sebesar Rp 434,12 milyar. Untuk golongan rumah tangga bukan pertanian nilai nominal kenaikan pendapatan open loop terbesar terjadi pada pengusaha bebas golongan atas, pengusaha bukan pertanian, manajer, militer, profesional, teknisi, guru, pekerja TU dan penjualan golongan atas di pedesaan yaitu sebesar Rp 99,04 milyar. Pada sub sektor ini pendapatan open loop juga menunjukkan ketimpangan pendapatan antar pengusaha pertanian dengan buruh tani, dimana peningkatan pendapat buruh tani hanya sebesar seperlima dari peningkatan pendapatan pengusaha pertanian. Kenaikan pendapatan dengan adanya pengganda open loop pada sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya yang terbesar terjadi pada institusi rumah tangga pengusaha pertanian sebesar Rp 79,77 milyar. Kenaikan pendapatan open loop paling besar pada institusi rumah tangga bukan pertanian terjadi pada golongan pengusaha bebas golongan atas, pengusaha bukan pertanian, manajer,
67
militer, profesional, teknisi, guru, pekerja TU dan penjualan golongan atas diperkotaan, yaitu sebesar Rp 38,40 milyar. Pada sub sektor ini juga terlihat ketimpangan pendapatan antar pengusaha pertanian dengan buruh tani, dimana peningkatan pendapat buruh tani hanya seperempat dari peningkatan pendapatan pengusaha pertanian. Kenaikan pendapatan open loop di sub sektor kehutanan dan perburuan yang terbesar terjadi pada institusi perusahaan yaitu sebesar Rp 16,36 milyar. Kenaikan pendapatan open loop terbesar pada institusi rumah tangga terjadi pada golongan pengusaha pertanian, yaitu sebesar Rp 13,25 milyar. Kenaikan pendapatan terbesar pada institusi rumah tangga bukan pertanian terjadi pada pengusaha golongan atas, pengusaha bukan pertanian, manajer, militer, profesional, teknisi, guru, perkerja TU dan penjualan golongan atas di perkotaan sebesar Rp 8,44 milyar. Kenaikan pendapatan open loop pada sub sektor perikanan yang terbesar terjadi pada institusi perusahaan yaitu sebesar Rp 629,44 milyar. Untuk golongan institusi rumah tangga pertanian dampak kenaikan pendapatan open loop terbesar terjadi pada rumah tangga pengusaha pertanian sebesar Rp 548,60 milyar. Untuk rumah tangga bukan pertanian peningkatan pendapatan terbesar akibat pengganda open loop terjadi pada pengusaha bebas golongan atas, pengusaha bukan pertanian, manajer, militer, profesional, teknisi, guru, pekerja TU dan penjualan golongan atas di perkotaan, yaitu sebesar Rp 394,59 milyar. Pada golongan rumah tangga pertanian dampak kenaikan pendapatan open loop antara buruh tani dengan pengusaha juga menunjukkan ketimpangan.
68
69
5.2.3 Pengganda Close Loop Sektor Pertanian Injeksi pada sektor pertanian akan meningkatkan pendapatan pada blok sektor produksi, pendapatan blok neraca faktor produksi, dan blok institusi, dan akhirnya kembali meningkatkan pendapatan blok sektor produksi setelah melalui semua sistem perekonomian. Peningkatan pendapatan melalui beberapa blok neraca yang akhirnya kembali ke blok sektor produksi itu sendiri dapat dianalisis melalui dekomposisi pengganda close loop. Pengganda close loop selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4. Pada Tabel 5.4 terlihat bahwa kenaikan ekspor di setiap sub sektor pertanian sebesar 20 persen memiliki dampak tidak langsung terbesar terhadap sektor industri makanan, minuman, dan tembakau. Pada simulasi pertama, kenaikan pendapatan yang terjadi adalah sebesar Rp 211,27 milyar, pada simulasi kedua adalah sebesar Rp 664,04 milyar, pada simulasi ketiga adalah sebesar Rp 166,98 milyar, pada simulasi keempat adalah sebesar Rp 33,40 milyar, dan pada simulasi kelima adalah sebesar Rp 1.408,35 milyar. Selain itu, golongan sektor produksi yang berdampak tidak langsung cukup besar akibat adanya kenaikan ekspor sektor produki adalah industri kimia, pupuk, hasil dari tanah liat, semen. Pada simulasi pertama, kenaikan pendapatan yang terjadi adalah sebesar Rp 146,30 milyar. Pada simulasi kedua kenaikan pendapatan yang terjadi adalah sebesar Rp 459,56 milyar. Pada simulasi ketiga kenaikan pendapatan yang terjadi adalah sebesar Rp 114,42 milyar. Pada simulasi keempat kenaikan pendapatan yang terjadi adalah sebesar Rp 22,91 milyar. Sedangkan pada simulasi kelima kenaikan pendapatan yang terjadi adalah sebesar Rp 963,45 milyar.
70
71
5.3 Dampak Kenaikan Ekspor di Sektor Pertanian terhadap Pendapatan Faktor Produksi, Institusi, dan Sektor-sektor Perekonomian Hasil
simulasi
akan
dianalisis
berdasarkan
dampaknya
terhadap
pendapatan faktor produksi, institusi, dan sektor-sektor perekonomian. Pada penelitian ini simulasi kenaikan yang dilakukan adalah kenaikan ekspor sektor pertanian (sub sektor tanaman pangan, tanaman lainnya, peternakan dan hasilhasilnya, kehutanan dan perburuan, dan perikanan) sebesar 20 persen. Pada sub bab berikut akan dibahas dampak kenaikan ekspor sektor pertanian sebesar 20 persen terhadap pendapatan faktor produksi, institusi, dan sektor-sektor perekonomian. Besarnya dampak tersebut merupakan penjumlahan dari dampak pengganda transfer, open loop, dan close loop yang telah dibahas pada sub bab sebelumnya.
5.3.1 Dampak terhadap Pendapatan Faktor Produksi Dampak kenaikan ekspor sektor pertanian terhadap faktor produksi dapat dilihat pada Tabel 5.5. Adapun besarnya persentase kenaikan pendapatan pada faktor produksi dapat dilihat pada Tabel 5.6. Berdasarkan Tabel 5.5 terlihat bahwa pada simulasi pertama kenaikan pendapatan terbesar pada blok faktor produksi terjadi pada faktor produksi bukan tenaga kerja yaitu sebesar Rp 253,87 milyar atau mengalami peningkatan sebanyak 0,03 persen dari pendapatan awalnya sebesar Rp 857.257,50 milyar. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan ekspor sub sektor tanaman pangan sebesar 20 persen akan memberikan dampak kenaikan pendapatan tertinggi pada faktor produksi bukan tenaga kerja. Selanjutnya peringkat kedua terbesar ditempati oleh faktor produksi tenaga kerja pertanian
72
bukan penerima upah dan gaji di desa yaitu sebesar Rp 224,78 milyar, meningkat sebanyak 0,147 persen dari pendapatan awalnya sebesar Rp 153.206,3 milyar. Faktor produksi tenaga kerja pertanian bukan penerima upah dan gaji di desa adalah faktor produksi yang mengalami kenaikan persentase terbesar dengan adanya kenaikan ekspor sektor pertanian sebesar 20 persen. Pada simulasi kedua kenaikan pendapatan terbesar pada blok faktor produksi terjadi pada faktor produksi bukan tenaga kerja yaitu sebesar Rp 923,63 milyar atau mengalami kenaikan sebanyak 0,108 persen dari pendapatan awalnya sebesar Rp 857.257,50 milyar. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan ekspor sub sektor tanaman lainnya sebesar 20 persen akan memberikan dampak kenaikan pendapatan terbesar pada faktor produksi bukan tenaga kerja. Selanjutnya peringkat kedua terbesar ditempati oleh faktor produksi tenaga kerja pertanian bukan penerima upah dan gaji di desa yaitu sebesar Rp 529,12 milyar, meningkat sebanyak 0,345 persen dari pendapatan awalnya sebesar Rp 153.206,3 milyar. Persentase kenaikan pendapatan terbesar diterima oleh tenaga kerja pertanian penerima upah dan gaji di desa sebesar 0,412 persen. Sementara pada simulasi ketiga kenaikan pendapatan terbesar pada blok faktor produksi terjadi pada faktor produksi bukan tenaga kerja yaitu sebesar Rp 255,79 milyar atau mengalami peningkatan sebanyak 0,03 persen dari pendapatan awalnya sebesar Rp 857.257,50 milyar. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan ekspor sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya sebesar 20 persen akan memberikan dampak kenaikan pendapatan tertinggi pada faktor produksi bukan tenaga kerja. Selanjutnya peringkat kedua terbesar ditempati oleh faktor produksi
73
tenaga kerja pertanian bukan penerima upah dan gaji di desa yaitu sebesar Rp 94,41 milyar, meningkat sebanyak 0,062 persen dari pendapatan awalnya sebesar Rp 153.206,3 milyar. Persentase kenaikan pendapatan terbesar diterima oleh tenaga kerja pertanian penerima upah dan gaji di desa sebesar 0,099 persen. Pada simulasi keempat kenaikan pendapatan terbesar pada blok faktor produksi terjadi pada faktor produksi bukan tenaga kerja yaitu sebesar Rp 255,79 milyar atau mengalami peningkatan sebanyak 0,007 persen dari pendapatan awalnya sebesar Rp 857.257,50 milyar. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan ekspor sub sektor kehutanan ada perburuan sebesar 20 persen akan memberikan dampak kenaikan pendapatan terbesar pada faktor produksi bukan tenaga kerja. Selanjutnya peringkat kedua terbesar ditempati oleh faktor produksi tenaga kerja pertanian bukan penerima upah dan gaji di desa yaitu sebesar Rp 15,81 milyar, meningkat sebanyak 0,01 persen dari pendapatan awalnya sebesar Rp 153.206,3 milyar. Persentase kenaikan pendapatan terbesar diterima oleh tenaga kerja pertanian penerima upah dan gaji di kota sebesar 0,019 persen. Pada simulasi kelima kenaikan pendapatan terbesar pada blok faktor produksi terjadi pada faktor produksi bukan tenaga kerja yaitu sebesar Rp 2.577,29 milyar atau mengalami peningkatan sebanyak 0,301 persen dari pendapatan awalnya sebesar Rp 857.257,50 milyar. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan ekspor sub sektor kehutanan dan perburuan sebesar 20 persen akan memberikan dampak kenaikan pendapatan terbesar pada faktor produksi bukan tenaga kerja. Selanjutnya peringkat kedua terbesar ditempati oleh faktor produksi tenaga kerja pertanian bukan penerima upah dan gaji di desa yaitu sebesar Rp
74
682,41 milyar, meningkat sebanyak 0,445 persen dari pendapatan awalnya sebesar Rp 153.206,3 milyar. Persentase kenaikan pendapatan terbesar diterima oleh tenaga kerja pertanian penerima upah dan gaji di kota sebesar 0,999 persen. Simulasi kenaikan ekspor sektor pertanian sebesar 20 persen memberikan dampak yang positif dengan meningkatkan pendapatan seluruh faktor produksi. Pada kelima simulasi, secara keseluruhan kenaikan pendapatan terbesar diterima oleh faktor produksi tenaga kerja, hal ini terjadi karena sektor pertanian merupakan sektor yang menyerap sebagian besar tenaga kerja di Indonesia. Sementara bila dilihat pada masing-masing faktor produksi (17 golongan faktor produksi), kenaikan terbesar diterima oleh faktor produksi bukan tenaga kerja. Tenaga kerja bukan penerima upah dan gaji adalah tenaga kerja yang tidak mendapatkan upah atas hasil pekerjaannya, biasanya adalah tenaga kerja keluarga atau tenaga kerja yang bekerja sendiri. Secara keseluruhan dengan adanya simulasi ini, maka faktor produksi yang mengalami total kenaikan pendapatan terbesar serta total persentase kenaikan terbesar dengan adanya kenaikan ekspor sektor pertanian sebesar 20 persen adalah sub sektor perikanan yaitu sebesar Rp 6.015,69 milyar atau meningkat sebanyak 6,361 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sub sektor perikanan adalah sub sektor yang paling peka dengan adanya kenaikan ekspor pertanian pada blok faktor produksi. Sebaliknya sektor yang kenaikan pendapatan faktor produksinya paling kecil adalah sektor kehutanan dan perburuan yaitu hanya sebesar Rp 144,26 milyar atau meningkat sebanyak 0,007 persen dari pendapatan awalnya.
Tabel 5.7. Dampak Kenaikan Ekspor Sektor Pertanian terhadap Pendapatan Faktor Produksi di Indonesia (Rp Milyar) Faktor Produksi
Klasifikasi Tenaga Kerja
Pertanian
Produksi, Operator Alat Angkutan, Manual dan buruh kasar Tenaga Kerja Tata Usaha, Penjualan, dan Jasa-Jasa
Penerima Upah dan Gaji Bukan Penerima Upah dan Gaji
Desa Kota Desa Kota
Penerima Upah dan Gaji Bukan Penerima Upah dan Gaji
Desa Kota Desa Kota
Penerima Upah dan Gaji Bukan Penerima Upah dan Gaji
Desa Kota Desa Kota
Kondisi Awal 65.688,0 15.896,9 153.206,3 15.341,6 83.705,1 169.860,3 48.654,1 41.204,5 38.270,0 198.957,3 57.526,3
Simulasi 1 67,37 14,24 224,78 21,47
Simulasi 2 303,18 60,87 529,12 38,20
Peningkatan Simulasi 3 64,92 15,22 94,41 9,60
17,34 39,61 12,89 11,47
67,99 135,69 42,73 38,23
18,29 37,87 11,65 10,36
13,36 67,39 25,00 43,40
50,69 215,85 70,30 123,51
13,71 60,71 22,93 39,95
101.458,3 Penerima Upah Desa 29.909,3 9,10 31,46 Kepemimpinan, dan Gaji Ketatalaksanaan, Kota 89.430,7 25,93 85,37 Militer, Bukan Penerima Desa 4.158,6 1,71 5,91 Profesional dan Upah dan Gaji Kota 2,78 9,43 Teknisi 9.233,6 Bukan Tenaga Kerja 857.257,5 253,87 923,63 Total 1.980.758,40 919,10 2.732,16 Keterangan : Simulasi 1 = Kenaikan ekspor sub sektor tanaman pangan sebesar 20 persen Simulasi 2 = Kenaikan ekspor sub sektor tanaman lainnya sebesar 20 persen Simulasi 3 = Kenaikan ekspor sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya sebesar 20 persen Simulasi 4 = Kenaikan ekspor sub sektor kehutanan dan perburuan sebesar 20 persen Simulasi 5 = Kenaikan ekspor sub sektor perikanan sebesar 20 persen
Simulasi 4 9,74 2,97 15,81 2,11 4,17 6,92 2,47 2,12 2,96 12,41 4,01
8,69 23,72 1,17
7,06 1,67 4,88 0,45
2,30 255,79 691,56
0,59 63,92 144,26
Simulasi 5 383,46 158,89 682,41 114,23 131,17 298,18 91,18 84,73 106,25 523,14 207,22 358,89 70,29 196,37 10,62 21,37 2.577,29 6.015,69
75
Tabel 5.8. Dampak Kenaikan Ekspor Sektor Pertanian terhadap Pendapatan Faktor Produksi di Indonesia (Persen) Faktor Produksi
Klasifikasi Tenaga Kerja
Kondisi Awal 65.688,0 15.896,9 153.206,3
Simulasi 1 0,103 0,089 0,147
Simulasi 2 0,412 0,383 0,345
Peningkatan Simulasi 3 0,099 0,096 0,062
Simulasi 4 0,015 0,019 0,010
Simulasi 5 0,584 0,999 0,445
15.341,6 83.705,1 169.860,3 48.654,1
0,140 0,021 0,023 0,026
0,249 0,081 0,079 0,088
0,063 0,022 0,022 0,024
0,014 0,005 0,004 0,005
0,745 0,157 0,175 0,187
41.204,5 38.270,0 198.957,3 57.526,3
0,028 0,035 0,034 0,043
0,093 0,132 0,108 0,122
0,026 0,036 0,031 0,040
0,005 0,008 0,006 0,007
0,206 0,278 0,263 0,360
101.458,3 0,043 0,122 Penerima Upah Desa 29.909,3 0,030 0,106 Kepemimpinan, dan Gaji Ketatalaksanaan, Kota 89.430,7 0,029 0,095 Militer, Bukan Penerima Desa 4.158,6 0,041 0,142 Profesional dan Upah dan Gaji Kota Teknisi 9.233,6 0,030 0,102 Bukan Tenaga Kerja 857.257,5 0,030 0,108 Total 1.980.758,40 0,892 2,767 Keterangan : Simulasi 1 = Kenaikan ekspor sub sektor tanaman pangan sebesar 20 persen Simulasi 2 = Kenaikan ekspor sub sektor tanaman lainnya sebesar 20 persen Simulasi 3 = Kenaikan ekspor sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya sebesar 20 persen Simulasi 4 = Kenaikan ekspor sub sektor kehutanan dan perburuan sebesar 20 persen Simulasi 5 = Kenaikan ekspor sub sektor perikanan sebesar 20 persen
0,039 0,029 0,026 0,028
0,007 0,006 0,005 0,010
0,354 0,235 0,219 0,255
0,025 0,030 0,698
0,006 0,007 0,139
0,231 0,301 6,361
Pertanian
Produksi, Operator Alat Angkutan, Manual dan buruh kasar Tenaga Kerja Tata Usaha, Penjualan, dan Jasa-Jasa
Penerima Upah dan Gaji Bukan Penerima Upah dan Gaji
Desa Kota Desa Kota
Penerima Upah dan Gaji Bukan Penerima Upah dan Gaji
Desa Kota Desa Kota
Penerima Upah dan Gaji Bukan Penerima Upah dan Gaji
Desa Kota Desa Kota
76
Tabel 5.9. Dampak Kenaikan Ekspor Sektor Pertanian terhadap Pendapatan Institusi di Indonesia (Rp Milyar) Institusi
Klasifikasi
Kondisi Awal
Peningkatan Simulasi 3 39,57 (0,042) 163,93 (0,046) 60,46 (0,033) 27,56 (0,039) 54,72 (0,039) 85,36 (0,028) 33,50 (0,031) 121,99 (0,031) 136,98 (0,029) 70,08 (0,018) 794,15 (0,297)
Simulasi 4 7,69 (0,008) 30,06 (0,008) 12,39 (0,007) 5,37 (0,008) 10,94 (0,008) 17,64 (0,006) 6,99 (0,007) 25,38 (0,007) 34,23 (0,007) 17,14 (0,005) 167,83 (0,071)
Simulasi 5 331,85 (0,351) 1.255,75 (0,354) 499,81 (0,278) 214,63 (0,302) 444,18 (0,314) 752,16 (0,249) 303,57 (0,282) 1.105,18 (0,282) 1.380,18 (0,295) 693,91 (0,183) 6.981,22 (2,890)
81
Simulasi 1 Simulasi 2 Pertanian Buruh 49,45 165,39 94.524,77 (0,052) (0,175) Pengusaha 269,42 772,60 (0,076) (0,218) 354.160,57 Pengusaha bebas 68,71 230,10 golongan rendah 179.967,87 (0,038) (0,128) Bukan angkatan 36,09 117,93 Pedesaan Rumah kerja (0,051) (0,166) 71.035,77 Tangga Pengusaha bebas 71,19 227,79 Bukan golongan atas 141.480,40 (0,050) (0,161) Pertanian Pengusaha bebas 92,88 306,69 golongan rendah 302.015,66 (0,030) (0,102) Bukan angkatan 37,56 119,72 Perkotaan kerja (0,035) (0,111) 107.791,78 Pengusaha bebas 132,47 428,26 golongan atas 387.118,60 (0,034) (0,111) 135,95 494,62 Perusahaan 467.566,60 (0,029) (0,106) 71,56 255,75 Pemerintahan (0,019) (0,067) 378.963,15 Total 829,81 3.118,85 2.484.625,17 (0,414) (1,345) Keterangan : Simulasi 1 = Kenaikan ekspor sub sektor tanaman pangan sebesar 20 persen Simulasi 2 = Kenaikan ekspor sub sektor tanaman lainnya sebesar 20 persen Simulasi 3 = Kenaikan ekspor sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya sebesar 20 persen Simulasi 4 = Kenaikan ekspor sub sektor kehutanan dan perburuan sebesar 20 persen Simulasi 5 = Kenaikan ekspor sub sektor perikanan sebesar 20 persen Angka dalam kurung menunjukkan persentase kenaikkan pendapatan dari kondisi awal
Tabel 5.10. Dampak Kenaikan Ekspor Sektor Pertanian terhadap Pendapatan Sektor Produksi di Indonesia (Rp Milyar) Sektor-sektor Produksi
Kondisi Awal 242.699,60 101.299,72 128.221,29 28.255,66 84.690,10 217.818,08 35.565,51 525.154,11 268.533,25 87.188,55
Simulasi 1 464,01 37,70 60,76 3,89 32,47 32,31 1,70 214,27 63,89 6,83
Simulasi 2 341,72 1.428,53 203,98 12,99 101,67 113,73 5,89 681,44 201,72 21,75
Peningkatan Simulasi 3 109,81 34,64 417,14 3,08 28,28 26,16 1,39 252,68 48,95 5,51
85
Simulasi 4 Simulasi 5 Pertanian Tanaman Pangan 16,05 705,04 Pertanian Tanaman Lainnya 7,91 360,71 Peternakan dan Hasil-hasilnya 8,56 365,23 Kehutanan dan Perburuan 65,84 27,13 Perikanan 4,92 3.034,52 Pertambangan Batubara, Biji Logam, & Minyak Bumi 5,23 226,26 Pertambangan dan Penggalian Lainnya 0,30 12,07 Industri Makanan, Minuman dan Tembakau 33,87 1.550,59 Industri Pemintalan, Tekstil, Pakaian dan Kulit 9,88 412,13 Industri Kayu & Barang Dari Kayu 1,07 46,97 Industri Kertas, Percetakan, Alat Angkutan dan Barang Dari Logam dan Industri 659.178,77 126,91 412,44 10,42 22,12 916,22 Industri Kimia, Pupuk, Hasil Dari Tanah Liat, Semen 742.914,62 163,24 616,75 128,98 26,62 1.153,06 Listrik, Gas Dan Air Minum 70.431,02 26,06 82,29 21,24 4,18 179,61 Konstruksi 331.094,85 8,16 31,93 7,20 2,04 66,71 Perdagangan Besar, Eceran, Jasa Penunjang Angkutan, dan Pergudangan 382.993,05 171,29 464,87 161,11 26,69 1.463,54 Restoran 135.514,37 52,57 167,85 43,08 8,86 370,58 Perhotelan 39.869,40 13,68 43,45 11,42 2,34 98,86 Angkutan dan Komunikasi 281.783,99 102,65 318,64 88,43 16,74 808,29 Bank dan Asuransi 135.344,35 47,44 149,11 39,48 7,75 350,96 Real Estate dan Jasa Perusahaan 156.611,25 62,07 190,98 50,89 10,09 438,75 Pemerintahan dan Pertahanan, Pendidikan, Kesehatan, Film dan Jasa Sosial Lainnya 312.752,75 94,35 309,65 80,15 17,30 719,99 Jasa Perseorangan, Rumah tangga dan Jasa Lain 152.433,82 51,36 200,52 41,74 13,05 359,69 Total 5.120.348,12 1.837,54 6.157,08 1.703,80 311,52 13.667,06 Keterangan : Simulasi 1 = Kenaikan ekspor sub sektor tanaman pangan sebesar 20 persen, Simulasi 2 = Kenaikan ekspor sub sektor tanaman lainnya sebesar 20 persen, Simulasi 3 = Kenaikan ekspor sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya sebesar 20 persen, Simulasi 4 = Kenaikan ekspor sub sektor kehutanan dan perburuan sebesar 20 persen, Simulasi 5 = Kenaikan ekspor sub sektor perikanan sebesar 20 persen
Tabel 5.11. Dampak Kenaikan Ekspor Sektor Pertanian terhadap Pendapatan Sektor Produksi di Indonesia (Persen) Sektor-sektor Produksi
Kondisi Awal 242.699,60 101.299,72 128.221,29 28.255,66 84.690,10 217.818,08 35.565,51 525.154,11 268.533,25 87.188,55
Simulasi 1 0,191 0,037 0,047 0,013 0,038 0,015 0,005 0,041 0,024 0,008
Simulasi 2 0,141 1,410 0,159 0,046 0,120 0,052 0,017 0,130 0,075 0,025
Peningkatan Simulasi 3 0,045 0,034 0,325 0,011 0,033 0,012 0,004 0,048 0,018 0,006
86
Simulasi 4 Simulasi 5 Pertanian Tanaman Pangan 0,007 0,290 Pertanian Tanaman Lainnya 0,008 0,356 Peternakan dan Hasil-hasilnya 0,007 0,285 Kehutanan dan Perburuan 0,233 0,096 Perikanan 0,006 3,583 Pertambangan Batubara, Biji Logam, & Minyak Bumi 0,002 0,104 Pertambangan dan Penggalian Lainnya 0,001 0,034 Industri Makanan, Minuman dan Tembakau 0,006 0,295 Industri Pemintalan, Tekstil, Pakaian dan Kulit 0,004 0,153 Industri Kayu & Barang Dari Kayu 0,001 0,054 Industri Kertas, Percetakan, Alat Angkutan dan Barang Dari Logam dan Industri 659.178,77 0,019 0,063 0,016 0,003 0,139 Industri Kimia, Pupuk, Hasil Dari Tanah Liat, Semen 742.914,62 0,022 0,083 0,017 0,004 0,155 Listrik, Gas Dan Air Minum 70.431,02 0,037 0,117 0,030 0,006 0,255 Konstruksi 331.094,85 0,002 0,010 0,002 0,001 0,020 Perdagangan Besar, Eceran, Jasa Penunjang Angkutan, dan Pergudangan 382.993,05 0,045 0,121 0,042 0,007 0,382 Restoran 135.514,37 0,039 0,124 0,032 0,007 0,273 Perhotelan 39.869,40 0,034 0,109 0,029 0,006 0,248 Angkutan dan Komunikasi 281.783,99 0,036 0,113 0,031 0,006 0,287 Bank dan Asuransi 135.344,35 0,035 0,110 0,029 0,006 0,259 Real Estate dan Jasa Perusahaan 156.611,25 0,040 0,122 0,032 0,006 0,280 Pemerintahan dan Pertahanan, Pendidikan, Kesehatan, Film dan Jasa Sosial Lainnya 312.752,75 0,030 0,099 0,026 0,006 0,230 Jasa Perseorangan, Rumah tangga dan Jasa Lain 152.433,82 0,034 0,132 0,027 0,009 0,236 Total 5.120.348,12 0,828 3,377 0,851 0,340 8,106 Keterangan : Simulasi 1 = Kenaikan ekspor sub sektor tanaman pangan sebesar 20 persen, Simulasi 2 = Kenaikan ekspor sub sektor tanaman lainnya sebesar 20 persen, Simulasi 3 = Kenaikan ekspor sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya sebesar 20 persen, Simulasi 4 = Kenaikan ekspor sub sektor kehutanan dan perburuan sebesar 20 persen, Simulasi 5 = Kenaikan ekspor sub sektor perikanan sebesar 20 persen
75
76
77
5.3.2 Dampak terhadap Pendapatan Institusi Pengaruh kenaikan ekspor di sektor pertanian sebesar 20 persen terhadap pendapatan rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah dapat dilihat dari neraca institusi. Rumah tangga dalam blok institusi pada tabel SNSE Indonesia tahun 2003 dibagi menjadi delapan golongan rumah tangga baik rumah tangga pertanian maupun rumah tangga bukan pertanian. Berdasarkan analisis diperoleh hasil bahwa kenaikan ekspor sektor pertanian sebesar 20 persen akan berdampak positif terhadap pendapatan institusi. Hal ini ditunjukkan oleh meningkatnya pendapatan pada seluruh institusi. Dampak kenaikan ekspor sektor pertanian terhadap institusi serta besarnya persentase kenaikan pendapatan pada institusi dapat dilihat pada Tabel 5.7. Pada simulasi pertama kenaikan pendapatan terbesar terjadi pada institusi rumah tangga pengusaha pertanian, yaitu sebesar Rp 269,42 milyar, meningkat sebesar 0,076 persen dari pendapatan awalnya. Persentase kenaikan pendapatan institusi rumah tangga pengusaha pertanian merupakan persentase kenaikan terbesar dengan adanya kenaikan ekspor sektor pertanian. Kenaikan pendapatan terbesar kedua pada sub sektor tanaman pangan terjadi pada institusi perusahaan, yaitu sebesar Rp 135,95 milyar, meningkat sebanyak 0,029 persen dari pendapatan awalnya. Secara umum rumah tangga bukan pertanian pedesaan menerima peningkatan pendapatan (Rp 175,99 milyar) yang lebih rendah dari pada rumah tangga bukan pertanian perkotaan (Rp 262,91 milyar). Dampak simulasi pertama terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga buruh pertanian hanyalah sebanyak Rp 49,45 milyar. Hal ini menunjukkan bahwa antara rumah
78
tangga buruh tani dengan rumah tangga pengusaha pertanian terdapat ketidakmerataan distribusi pendapatan. Pada simulasi kedua peningkatan pendapatan yang terbesar terjadi pada institusi rumah tangga pengusaha pertanian, yaitu sebesar Rp 772,60 milyar, meningkat sebanyak 0,218 persen dari kondisi pendapatan awalnya. Persentase kenaikan pendapatan institusi rumah tangga pengusaha pertanian merupakan persentase kenaikan terbesar dengan adanya kenaikan ekspor sektor pertanian. Kenaikan pendapatan terbesar kedua pada sub sektor tanaman lainnya terjadi pada institusi perusahaan, yaitu sebesar Rp 494,62 milyar, meningkat sebanyak 0,106 persen dari pendapatan awalnya. Secara umum rumah tangga bukan pertanian pedesaan menerima peningkatan pendapatan (Rp 575,82 milyar) yang lebih rendah dari pada rumah tangga bukan pertanian perkotaan (Rp 854,68 milyar). Sedangkan dampak simulasi kedua terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga buruh pertanian dari total peningkatan pendapatan pada neraca institusi hanya sebesar Rp 165,39 milyar. Hal ini menunjukkan bahwa antara rumah tangga buruh tani dengan rumah tangga pengusaha pertanian terdapat ketidakmerataan distribusi pendapatan. Peningkatan pendapatan pada simulasi ketiga yang terbesar terjadi pada institusi rumah tangga pengusaha pertanian yaitu sebesar Rp 163,93 milyar atau meningkat sebanyak 0,046 persen. Persentase kenaikan pendapatan institusi rumah tangga pengusaha pertanian merupakan persentase kenaikan terbesar dengan adanya kenaikan ekspor sektor pertanian. Kenaikan pendapatan terbesar kedua pada sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya diterima oleh institusi
79
perusahaan, yaitu sebesar Rp 136,98 milyar, meningkat sebanyak 0,029 persen dari pendapatan awalnya. Secara umum rumah tangga bukan pertanian pedesaan menerima peningkatan pendapatan (Rp 142,74 milyar) yang lebih rendah dari pada rumah tangga bukan pertanian perkotaan (Rp 240,84 milyar). Sementara itu, peningkatan pendapatan buruh tani hanya sebesar Rp 39,57 milyar. Distribusi pendapatan pada simulasi ketiga juga belum merata, terlihat dari sebagian besar peningkatan pendapatan yang lebih besar pada rumah tangga pengusaha. Pada simulasi keempat peningkatan pendapatan terbesar terjadi pada institusi perusahaan yaitu sebesar Rp 34,23 milyar atau meningkat sebanyak 0,007 persen dari kondisi awal. Peningkatan terbesar kedua terjadi pada institusi rumah tangga pengusaha pertanian, yaitu sebesar Rp 30,06 milyar, meningkat sebanyak 0,008 persen dari pendapatan awalnya. Persentase kenaikan pendapatan institusi rumah tangga pengusaha pertanian merupakan persentase kenaikan terbesar dengan adanya kenaikan ekspor sektor pertanian. Sementara itu, pendapatan buruh tani hanya mengalami peningkatan sebesar Rp 7,69 milyar. Dari keterangan di atas terlihat jelas bahwa terjadi distribusi pendapatan yang tidak merata antara buruh tani dan pengusaha pertanian, dimana peningkatan pendapatan buruh tani hanya seperempatnya dari peningkatan pendapatan perusahaan pertanian. Secara umum rumah tangga bukan pertanian pedesaan menerima peningkatan pendapatan (Rp 28,72 milyar) yang lebih rendah dari pada rumah tangga bukan pertanian perkotaan (Rp 50,02 milyar). Pada simulasi kelima peningkatan pendapatan terbesar terjadi pada institusi rumah tangga perusahaan yaitu sebesar Rp 1.380,18 milyar atau
80
meningkat sebanyak 0,295 persen. Peningkatan pendapatan tertinggi kedua terjadi pada institusi rumah tangga pengusaha pertanian yaitu sebesar Rp 1.255,75 milyar, meningkat sebesar 0,354 persen dari kondisi awalnya. Persentase kenaikan ini merupakan yang terbesar dengan adanya kenaikan ekspor pertanian. Sementara peningkatan pendapatan pada rumah tangga buruh tani hanya sebesar Rp 331,85 milyar, meningkat sebanyak 0,351 persen dari pendapatan awalnya. Pada sektor ini juga terdapat perbedaan pendapatan yang sangat besar antara pengusaha dengan buruh tani. Secara umum rumah tangga bukan pertanian pedesaan menerima peningkatan pendapatan (Rp 1158,58 milyar) yang lebih rendah dari pada rumah tangga bukan pertanian perkotaan (Rp 2.160,92 milyar). Secara umum total peningkatan pendapatan terbesar pada neraca institusi diterima oleh sub sektor perikanan yaitu sebesar 6.981,22 milyar. Hal ini menunjukkan bahwa sub sektor perikanan adalah sub sektor yang paling peka dengan adanya kenaikan ekspor sektor pertanian sebesar 20 persen. Peningkatan pendapatan di perkotaan yang lebih besar daripada di pedesaan menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi yang selama ini hanya berpusat di daerah perkotaan telah menimbulkan dampak kesenjangan dalam distribusi pendapatan antara pedesaan dan perkotaan. Dari hasil analisis pada blok neraca institusi, terdapat ketimpangan distribusi pendapatan antara buruh pertanian dengan pengusaha pertanian. Hal ini dikarenakan para pengusaha pertanian bekerja di sektor sekunder dan tersier yang kurang beresiko dibandingkan buruh tani yang bekerja di sektor primer.
81
82
5.3.3 Dampak terhadap Pendapatan Sektor Produksi Simulasi kenaikan ekspor sektor pertanian sebesar 20 persen akan meningkatkan pendapatan seluruh sektor produksi. Kenaikan pendapatan pada seluruh sektor produksi ini akan meningkatkan pendapatan nasional yang akhirnya akan menaikan pertumbuhan ekonomi. Neraca sektor produksi secara terperinci terbagi menjadi 22 sektor produksi. Dampak kenaikan ekspor sektor pertanian terhadap sektor produksi serta besarnya persentase kenaikan pendapatan pada sektor produksi dapat dilihat pada Tabel 5.8 dan Tabel 5.9. Pada simulasi pertama, kenaikan ekspor sub sektor tanaman pangan sebesar 20 persen akan mengakibatkan total pendapatan sektor produksi meningkat sebesar Rp 1.837,59 milyar atau meningkat 0,035 persen dari kondisi awal. Dari jumlah tersebut, peningkatan pendapatan terbesar dialami oleh sektor pertanian tanaman pangan itu sendiri, yaitu sebesar Rp 464,01 milyar, meningkat sebesar 0,191 persen dari kondisi pendapatan awalnya sebesar Rp 242.699,60 milyar. Persentase peningkatan ini merupakan yang terbesar dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya pada sub sektor ini. Pada posisi kedua, peningkatan pendapatan terbesar terjadi pada sektor industri makanan, minuman dan tembakau. Pendapatan sektor tersebut meningkat 0,041 persen dari kondisi awal, atau sebesar Rp 214,27 milyar. Pada simulasi kedua, kenaikan ekspor sub sektor tanaman lainnya sebesar 20 persen akan mengakibatkan total sektor produksi meningkat sebesar Rp 6.157,08 milyar atau meningkat sebesar 0,12 persen dari kondisi awalnya. Dari jumlah tersebut, bagian peningkatan pendapatan terbesar dialami oleh sektor
83
pertanian tanaman lainnya itu sendiri, yaitu sebesar Rp 1.428,53 milyar. Sektor tersebut meningkat sebesar 1,410 persen dari kondisi awal sebesar Rp 101.299,72 milyar. Persentase peningkatan ini juga merupakan yang terbesar dibandingkan dengan persentase kenaikan sektor-sektor lainnya pada sub sektor ini. Pada posisi kedua, peningkatan pendapatan terbesar terjadi pada sektor industri makanan, minuman dan tembakau. Pendapatan sektor tersebut meningkat 0,130 persen dari Rp 525.154,11 milyar, atau sebesar Rp 681,44 milyar. Pada simulasi ketiga, kenaikan ekspor sub sektor peternakan dan hasilhasilnya sebesar 20 persen akan mengakibatkan total sektor produksi meningkat sebesar Rp 1.703,80 milyar. Dari jumlah tersebut, bagian peningkatan pendapatan terbesar dialami oleh sektor peternakan dan hasil-hasilnya itu sendiri, yaitu sebesar Rp 417,14 milyar, meningkat sebesar 0,325 persen dari Rp 128.221,29 milyar. Persentase peningkatan ini juga merupakan yang terbesar dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya pada sub sektor ini. Pada posisi kedua, peningkatan pendapatan terbesar terjadi pada sektor industri makanan, minuman dan tembakau. Pendapatan sektor tersebut meningkat 0,048 persen dari Rp 525.154,11 milyar, atau sebesar Rp 252,68 milyar. Pada simulasi keempat kenaikan ekspor sub sektor kehutanan dan perburuan sebesar 20 persen akan mengakibatkan total sektor produksi meningkat sebesar Rp 311,52 milyar atau meningkat sebanyak 0,006 persen dari kondisi awal sebesar Rp 5.120.348,12 milyar. Dari jumlah tersebut, bagian peningkatan pendapatan terbesar dialami oleh sektor kehutanan dan perburuan itu sendiri, sebesar Rp 65,84 milyar, meningkat sebesar 0,233 persen dari Rp 28.255,66
84
milyar. Persentase peningkatan ini merupakan yang terbesar dibandingkan dengan sektor-sektor produksi lainnya pada sub sektor ini. Pada posisi kedua, peningkatan pendapatan terbesar terjadi pada sektor industri makanan, minuman dan tembakau. Pendapatan sektor tersebut
meningkat 0,006 persen dari Rp
525.154,11 milyar, atau sebesar Rp 33,87 milyar. Pada simulasi kelima, kenaikan ekspor sub sektor perikanan sebesar 20 persen akan mengakibatkan total sektor produksi meningkat sebesar Rp 13.667,06 milyar atau meningkat sebanyak 0,27 persen dari kondisi awalnya sebesar Rp 5.120.348,12 milyar. Dari jumlah tersebut, peningkatan pendapatan terbesar diterima oleh sektor perikanan itu sendiri, yaitu sebesar Rp 3.034,52 milyar, meningkat sebesar 3,583 persen dari Rp 84.690,10 milyar. Persentase peningkatan ini juga merupakan yang terbesar dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya pada sub sektor ini. Pada posisi kedua, peningkatan pendapatan terbesar terjadi pada sektor industri makanan, minuman dan tembakau. Pendapatan sektor tersebut meningkat 0,295 persen dari kondisi awalnya Rp 525.154,11 milyar, atau sebesar Rp 1.550,59 milyar. Secara umum dengan adanya simulasi ini, maka sub sektor yang mengalami kenaikan total pendapatan terbesar adalah sub sektor perikanan yaitu sebesar Rp 13.667,06 milyar. Kenaikan pendapatan tidak hanya terjadi pada sektor-sektor yang mengalami kenaikan ekspor saja, tetapi juga diikuti oleh kenaikan pendapatan di sektor-sektor lainnya, terutama sektor-sektor yang berkaitan secara langsung dengan sektor pertanian. Dalam hal ini adalah sektor industri pengolahan makanan, minuman, dan tembakau.
85
86
87
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan 1.
Simulasi kenaikan ekspor sektor pertanian sebesar 20 persen akan meningkatkan pendapatan seluruh faktor produksi. Kenaikan pendapatan terbesar pada setiap simulasi terjadi pada faktor produksi tenaga kerja. Kenaikan pendapatan terbesar kedua pada setiap simulasi blok faktor produksi terjadi pada faktor produksi bukan tenaga kerja. Total kenaikan pendapatan serta total persentase kenaikan pendapatan faktor produksi yang terbesar dengan adanya kenaikan ekspor sektor pertanian terjadi pada sub sektor perikanan.
2.
Simulasi kenaikan ekspor sebesar 20 persen juga akan meningkatkan pendapatan seluruh institusi. Kenaikan pendapatan terbesar pada simulasi pertama, kedua, dan ketiga di blok institusi adalah institusi rumah tangga pengusaha pertanian, sementara pada simulasi keempat dan kelima terjadi pada institusi perusahaan. Total kenaikan pendapatan serta total kenaikan persentase
pendapatan institusi yang terbesar dengan adanya kenaikan
ekspor sektor pertanian juga terjadi pada sub sektor perikanan. 3.
Simulasi kenaikan pada ekspor setiap sub sektor pertanian sebesar 20 persen akan meningkatkan pendapatan seluruh sektor-sektor perekonomian sehingga memberikan dampak yang positif bagi seluruh sektor-sektor perekonomian di Indonesia. Peningkatan pendapatan terbesar akibat simulasi kenaikan ekspor sebesar 20 persen pada masing-masing sub sektor terjadi
88
pada sub sektor itu sendiri. Posisi kedua terbesar pada masing-masing simulasi ditempati oleh sektor industri pengolahan industri makanan, minuman, dan tembakau karena sektor ini memiliki keterkaitan yang erat dengan sektor pertanian. Total kenaikan pendapatan serta persentase kenaikan pendapatan pada seluruh simulasi sektor produksi terjadi pada sub sektor perikanan.
6.2. Saran 1. Kenaikan pendapatan terbesar pada faktor produksi terjadi pada faktor produksi tenaga kerja sub sektor perikanan. Pemerintah diharapkan dapat membangun sektor perikanan agar lebih maju lagi karena dengan semakin majunya sektor perikanan maka dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak. 2.
Kenaikan pendapatan yang lebih besar pada sub sektor perikanan blok institusi menunjukkan bahwa kenaikan ekspor pertanian kurang berdampak besar pada sub sektor pertanian lainnya. Oleh karena itu diharapkan pemerintah dapat menaikan pendapatan antar sub sektor dengan meningkatkan kemampuan masing-masing sub sektor yang nantinya dapat meningkatkan hasil produksi sub sektor tersebut sehingga dapat meningkatkan pendapatan mereka.
3. Untuk mendorong pertumbuhan, ekspor sektor pertanian harus terus ditingkatkan. Berdasarkan hasil penelitian, dengan adanya simulasi kenaikan ekspor sektor pertanian di Indonesia akan memberi dampak besar bagi sub sektor itu sendiri dan sektor industri makanan, minuman, dan tembakau. Oleh karena itu sebaiknya pemerintah mengembangkan sektor pertanian dengan
89
didukung industri makanan, minuman, dan tembakau olahan. Pemerintah mengembangkan ekspor sub sektor perikanan sebagai keunggulan Indonesia karena sub sektor ini adalah yang paling peka terhadap kenaikan ekspor sektor pertanian.
90
DAFTAR PUSTAKA
Alam, S. 2003. Ekonomi. Esis Erlangga, Jakarta. Anggar, N. S. 2006. Peranan Sektor Pariwisata Terhadap Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Sistem Neraca Sosial Ekonomi [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Badan Pusat Statistik. 1990. Sistem Neraca Sosial Ekonomi Indonesia 1990. Jilid 1. Badan Pusat Statistik, Jakarta. _________________. 1993. Sensus Pertanian Indonesia Tahun 1993. Badan Pusat Statistik, Jakarta. _________________. 2003. Sensus Pertanian Indonesia 2003 Angka Nasional Hasil Pendaftaran Rumah Tangga. Badan Pusat Statistik, Jakarta. _________________. 2003. Sistem Neraca Sosial Ekonomi Indonesia 2003. Badan Pusat Statistik, Jakarta. _________________. 2004. Indikator Pertanian 2004. Badan Pusat Statistik, Jakarta. _________________. 2005. Laporan Perekonomian Indonesia 2005. Badan Pusat Statistik, Jakarta. _________________. 2005. Pendapatan Nasional Indonesia 2001-2005. Badan Pusat Statistik, Jakarta. _________________. 2005. Statistika Kelautan dan Perikanan 2005. Badan Pusat Statistik, Jakarta. _________________. 2005. Survei Angkatan Kerja Nasional Tahun 2005. Badan Pusat Statistik, Jakarta. Darmawansyah. 2003. ”Maksimisasi Hasil-hasil Sektor Ekonomi Unggulan Kabupaten Takalar Untuk Menunjang Peningkatan Penerimaan Daerah”. Analisis, 6: 56-63. Deliarnov. 1996. Pengantar Ekonomi Makro. Erlangga, Jakarta. Departemen Pertanian. 2006. “Buku Saku Statistik Makro Semester II 2006” [Deptan Online]. http://www.deptan.go.id/ [19 Maret 2007].
91
Departemen Kehutanan. 2006. “Statistika Makro Tahun 2005” [Dephut Online]. http://www.dephut.go.id/INFORMASI/STATISTIK/2005//IV_2_15.pdf. [19 Maret 2007]. Djohar, S. 2000. Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan Masyarakat Kotamadya Batam dengan Pendekatan Model SNSE [Tesis]. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Dumairy. 1996. Perekonomian Indonesia. UI Press, Jakarta. Hafizrianda, Y. 2005. “Peranan Sektor Ekonomi Berbasis Pertanian dalam Distribusi Pendapatan Regional di Provinsi Papua”. Jurnal Ekonomi, VX: 111-121. Irwanto. 2006. ”Penerapan AMDAL pada Pembangunan di Bidang Kehutanan”. [Irwantoshut Online]. http://www.irwantoshut.com [25 Maret 2007]. Jhinghan, M. L. 2000. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Mankiw, N.G. 2003. Teori Makroekonomi. Edisi kelima. Erlangga, Jakarta. Nazaruddin. 1997. Komoditi Ekspor Pertanian dan Peternakan. Penebar Swadaya, Jakarta. Ropingi. 1999. Analisis Keragaan Perekonomian dan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Boyolali dengan Pendekatan Model SNSE [Tesis]. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Salvatore, D. 1997. Ekonomi Internasional. Erlangga, Jakarta. Sukarna, W dan Nansih W. 2001. “Kinerja dan Prospek Ekspor Teh Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan, IX: 99-119. Tambunan, T. T. H. 2003. Perkembangan Sektor Pertanian di Indonesia: Beberapa Isu Penting. Ghalia Indonesia, Jakarta. Tjitroresmi, E. 2003. “Strategi Pemasaran dan Pengembangan Bisnis Udang Untuk Pasar Ekspor”. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan, XI: 31-57. Thorbecke, E. 2000. ”The Use of Social Accounting Matrices in Modelling” [Cornell University Online]. http://www.econ.nyu.edu/dept/iariw [3 Desember 2005]. Todaro, M. P dan Stephen C. S. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Erlangga, Jakarta.
92
LAMPIRAN
93
Lampiran 1. Tabel SNSE Indonesia Tahun 2003 yang Telah Diagregasi. Penerima Upah dan Gaji
institusi
Faktor Produksi
Pertanian
Produksi, Operator Alat Angkutan, Manual dan buruh kasar Tenaga Kerja
Tata Usaha, Penjualan, Jasa-Jasa
Bukan Penerima Upah dan Gaji Penerima Upah dan Gaji Bukan Penerima Upah dan Gaji Penerima Upah dan Gaji Bukan Penerima Upah dan Gaji
Desa Kota Desa Kota Desa Kota Desa Kota Desa Kota Desa Kota Desa Kota Desa Kota
Kepemimpinan, Penerima Upah dan Gaji Ketatalaksanaan, Militer, Profesional dan Bukan Penerima Upah Teknisi dan Gaji Bukan tenaga kerja Pertanian Buruh Pengusaha Pengusaha bebas golongan rendah, tenaga TU, pedagang keliling, pekerja bebas sektor angkutan, jasa perorangan, buruh kasar Bukan angkatan kerja dan Pedesaan golongan tidak jelas Pengusaha bebas golongan atas, pengusaha bukan pertanian, manajer, militer, profesional, teknisi, guru, pekerja TU dan penjualan golongan atas Bukan Rumah Pertanian Pengusaha bebas golongan Tangga rendah, tenaga TU, pedagang keliling, pekerja bebas sektor angkutan, jasa perorangan, buruh kasar Bukan angkatan kerja dan Perkotaan golongan tidak jelas Pengusaha bebas golongan atas, pengusaha bukan pertanian, manajer, militer, profesional, teknisi, guru, pekerja TU dan penjualan golongan atas Perusahaan Pemerintah Pertanian Tanaman Pangan Pertanian Tanaman Lainnya Peternakan dan Hasil-hasilnya Kehutanan dan Perburuan Perikanan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
21 22
23
24 25
26 27 28 29 30 31 32
94
Pertambangan Batubara, Biji Logam dan Minyak Bumi Pertambangan dan Penggalian Lainnya Sekt Industri Makanan, Minuman dan Tembakau or Industri Pemintalan, Tekstil, Pakaian dan Kulit Prod Industri Kayu & Barang Dari Kayu uksi Industri Kertas, Percetakan, Alat Angkutan dan Barang Dari Logam dan Industri Industri Kimia, Pupuk, Hasil Dari Tanah Liat, Semen Listrik, Gas Dan Air Minum Konstruksi Perdagangan Besar, Eceran, Jasa Penunjang Angkutan, dan Pergudangan Restoran Perhotelan Angkutan Darat Bank dan Asuransi Real Estate dan Jasa Perusahaan Pemerintahan dan Pertahanan, Pendidikan, Kesehatan, Film dan Jasa Sosial Lainnya Jasa Perseorangan, Rumah tangga dan Jasa Lainnya Neraca Kapital Pajak Tidak Langsung Subsidi Luar Negeri
33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53
Lampiran 2. Pengganda Transfer 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
5
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
6
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
7
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
8
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
9
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
10
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
11
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
12
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
13
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
14
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
15
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
16
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
17
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
18
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0 0,012417 0,015156 0,013967 0,002034 0,016168 0,020623 0,004483 0,018521
19
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0 0,015228 0,015927 0,012335 0,006466 0,020186 0,018449 0,006235 0,016373
20
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0 0,004348 0,004096 0,004325 0,003009 0,005875 0,007342 0,001734 0,006775
21
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0 0,004216 0,003734 0,003325 0,001035 0,004639 0,004221 0,001927 0,003682
22
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0 0,002546 0,002589 0,002176 0,001574 0,004265 0,003124 0,001583 0,001671
23
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0 0,009615 0,010355 0,005514 0,006491 0,011225 0,004861 0,004611 0,011446
24
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0 0,005203
25
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0 0,003892 0,003208 0,003297 0,003296 0,004359 0,003873 0,002126 0,004658
26
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
27
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0 0,011966 0,010944 0,010165 0,015667
28
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
29
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
30
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
31
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
32
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
33
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
34
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
35
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
36
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
37
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
38
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
39
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
40
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
41
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
42
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
43
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
44
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
45
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
46
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
47
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
48
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
49
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0,00502 0,003885 0,003401 0,005364 0,006231 0,001369 0,006283 0
0
0
0
0
0
0
0,01558 0,014072 0,015942 0,015402
Lanjutan Lampiran 2 26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
5
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
6
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
7
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
8
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
9
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
10
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
11
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
12
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
13
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
14
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
15
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
16
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
17
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
18
0,019111
0,03594
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
19
0,046132 0,040151
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
20
0,017772 0,020021
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
21
0,007062 0,007479
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
22
0,011389 0,004096
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
23
0,023204 0,015084
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
24
0,009242 0,005703
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
25
0,031006 0,004661
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
26 27
0,14
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
28
0,348949 0,147035 0
0
0,0558
0,0180
0,0986
0,0033
0,0143
0,0008
0,0046
0,2438
0,0100
0,0078
0,0077
0,0051
0,0016
0,0052
0,0060
0,1852
0,0609
0,0245
0,0025
0,0052
0,0379
0,0065
29
0
0
0,0142
0,0717
0,0296
0,0436
0,0546
0,0015
0,0049
0,0988
0,0744
0,0189
0,0227
0,0345
0,0056
0,0165
0,0059
0,0329
0,0126
0,0149
0,0020
0,0048
0,0103
0,0170
30
0
0
0,0176
0,0264
0,2199
0,0031
0,0052
0,0005
0,0041
0,0351
0,0129
0,0058
0,0055
0,0035
0,0011
0,0042
0,0044
0,2097
0,0902
0,0139
0,0018
0,0036
0,0196
0,0063
31
0
0
0,0005
0,0012
0,0008
0,0067
0,0014
0,0004
0,0027
0,0015
0,0176
0,1888
0,0054
0,0050
0,0011
0,0286
0,0020
0,0007
0,0004
0,0018
0,0004
0,0013
0,0017
0,0041
32
0
0
0,0005
0,0008
0,0117
0,0006
0,0535
0,0002
0,0010
0,0498
0,0020
0,0016
0,0013
0,0009
0,0003
0,0010
0,0013
0,0415
0,0161
0,0054
0,0006
0,0021
0,0043
0,0014
33
0
0
0,0083
0,0173
0,0106
0,0101
0,0126
0,0979
0,0169
0,0184
0,0338
0,0272
0,0465
0,1622
0,5847
0,0532
0,0239
0,0076
0,0043
0,0306
0,0079
0,0117
0,0156
0,0385
34
0
0
0,0003
0,0006
0,0004
0,0006
0,0004
0,0002
0,0049
0,0006
0,0007
0,0007
0,0012
0,0040
0,0008
0,0367
0,0009
0,0002
0,0001
0,0010
0,0003
0,0010
0,0017
0,0008
35
0
0
0,0087
0,0141
0,2788
0,0073
0,0530
0,0024
0,0108
0,2053
0,0367
0,0271
0,0194
0,0146
0,0044
0,0131
0,0153
0,3008
0,1308
0,0896
0,0064
0,0118
0,0599
0,0147
36
0
0
0,0058
0,0075
0,0079
0,0112
0,0102
0,0023
0,0079
0,0095
0,5540
0,0199
0,0240
0,0200
0,0056
0,0172
0,0279
0,0048
0,0040
0,0174
0,0037
0,0129
0,0133
0,0738
37
0
0
0,0011
0,0013
0,0019
0,0016
0,0023
0,0004
0,0039
0,0039
0,0026
0,1889
0,0045
0,0024
0,0010
0,0544
0,0054
0,0014
0,0007
0,0021
0,0005
0,0017
0,0026
0,0021
38
0
0
0,0168
0,0257
0,0261
0,0494
0,0452
0,0298
0,0476
0,0378
0,0436
0,0561
0,2289
0,0456
0,0737
0,3464
0,0695
0,0162
0,0097
0,1380
0,0429
0,0728
0,1051
0,2404
39
0
0
0,0494
0,1271
0,0473
0,0573
0,0706
0,0366
0,1171
0,0758
0,1679
0,1412
0,2931
0,3204
0,1727
0,4004
0,0965
0,0333
0,0182
0,1991
0,0282
0,0636
0,0826
0,2248
40
0
0
0,0052
0,0052
0,0084
0,0071
0,0087
0,0019
0,0068
0,0108
0,0293
0,0199
0,0252
0,0201
0,1710
0,0139
0,0262
0,0054
0,0036
0,0136
0,0095
0,0089
0,0119
0,0257
41
0
0
0,0036
0,0078
0,0050
0,0131
0,0064
0,0032
0,0346
0,0059
0,0056
0,0074
0,0062
0,0052
0,0089
0,0059
0,0177
0,0028
0,0020
0,0115
0,0049
0,0225
0,0300
0,0042
42
0
0
0,1804
0,0984
0,2466
0,1492
0,2783
0,0168
0,1557
0,2645
0,1999
0,2495
0,1842
0,1373
0,0322
0,1031
0,0354
0,1244
0,0516
0,1495
0,0134
0,0234
0,0465
0,0648
43
0
0
0,0027
0,0027
0,0040
0,0061
0,0057
0,0008
0,0149
0,0053
0,0055
0,0105
0,0067
0,0060
0,0020
0,0098
0,0121
0,0023
0,0014
0,0182
0,0042
0,0086
0,0173
0,0175
44
0
0
0,0012
0,0010
0,0017
0,0021
0,0020
0,0003
0,0016
0,0020
0,0021
0,0022
0,0019
0,0018
0,0008
0,0021
0,0065
0,0009
0,0005
0,0035
0,0025
0,0028
0,0036
0,0086
45
0
0
0,0393
0,0319
0,0628
0,0453
0,0850
0,0216
0,0603
0,0680
0,0875
0,0838
0,1016
0,0915
0,0299
0,0640
0,0730
0,0321
0,0165
0,0800
0,0411
0,0355
0,0345
0,0431
46
0
0
0,0129
0,0117
0,0195
0,0163
0,0258
0,0055
0,0199
0,0255
0,0349
0,0378
0,0389
0,0287
0,0144
0,0426
0,0608
0,0112
0,0054
0,0559
0,1371
0,0697
0,0180
0,0205
47
0
0
0,0170
0,0121
0,0238
0,0219
0,0276
0,0184
0,0284
0,0266
0,0252
0,0302
0,0305
0,0230
0,0291
0,0456
0,0894
0,0130
0,0085
0,0526
0,0597
0,0272
0,0164
0,0423
48
0
0
0,0031
0,0026
0,0045
0,0042
0,0057
0,0027
0,0049
0,0050
0,0051
0,0058
0,0057
0,0047
0,0045
0,0077
0,0142
0,0039
0,0052
0,0247
0,0195
0,0768
0,3408
0,0142
49
0
0
0,0078
0,0382
0,0114
0,0832
0,0141
0,0066
0,0202
0,0140
0,0138
0,0278
0,0150
0,0121
0,0128
0,0215
0,0250
0,0067
0,0036
0,0527
0,0236
0,0735
0,0140
0,0228
Lampiran 3. Pengganda Open Loop 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0 0,042797 0,035461 0,041062 0,033318 0,028352
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0 0,010418 0,008609 0,009774 0,008054
3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0 0,099059 0,084408 0,102377 0,078457 0,066587 0,093287 0,081833
4
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0 0,010071 0,008521 0,010226 0,007864 0,006642 0,009215 0,008073 0,007557
5
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0 0,021902 0,021353 0,021603
6
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0 0,051984 0,049129 0,048849 0,051225 0,048636 0,049775 0,050914 0,047044
7
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0 0,015332 0,015375 0,015761 0,016341 0,015605 0,016241 0,016971 0,015448
8
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0 0,014014 0,014034 0,014576 0,014879 0,014391 0,014691 0,015416 0,014034
9
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0 0,015444 0,013936 0,016435 0,015441 0,014583
10
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0 0,077222 0,071348 0,083025 0,078869 0,076163 0,079413 0,075588 0,075676
11
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0 0,024186
12
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0 0,043256 0,039907
0,04671 0,041521 0,039753 0,045036 0,042513 0,040698
13
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0 0,011986 0,008742
0,00957 0,011532 0,008712 0,009721 0,008994 0,008226
14
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0 0,032944 0,026535 0,028492 0,032755 0,027034 0,028866 0,027665 0,025797
15
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0 0,001534 0,001373 0,001525 0,001458 0,001362 0,001474 0,001427 0,001365
16
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0 0,003439 0,002981 0,003348 0,003352 0,003238 0,003208 0,003294 0,003197
17
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0 0,293027 0,288371 0,293612
18
0,132612 0,446631 0,056228 0,179337 0,103271 0,035677 0,168725 0,047118 0,063767 0,023653 0,025002
0,02374
19
0,562942
0,0068 0,008803 0,007896 0,007152 0,07698
0,02262 0,021162 0,022377 0,023093 0,020994
0,02236 0,026068 0,023158
0,01569 0,014631 0,014567
0,02204 0,025206 0,023793 0,022679
0,30318 0,290591 0,291504 0,291527 0,281619
0,03199 0,017799 0,025829
0
0
0
0
0
0
0
0
0,06845 0,056813 0,226745 0,028851 0,103604
0
0
0
0
0
0
0
0
20
0,107721 0,005305 0,053498 0,004832 0,622721 0,006243 0,023318 0,006415 0,392582 0,006016 0,651341 0,006203 0,105478 0,006378 0,512645 0,006288 0,053581
0
0
0
0
0
0
0
0
21
0,103287
0,11088 0,003845 0,200117 0,003897 0,060909 0,003571 0,044594 0,003561 0,207306 0,003647 0,047532 0,003541 0,024677
0
0
0
0
0
0
0
0
22
0,132579 0,002294 0,117541 0,002348 0,029628 0,002653 0,269691 0,002521 0,477506 0,002151 0,177238 0,001925 0,623566 0,001929 0,220708 0,001928 0,057064
0
0
0
0
0
0
0
0
23
0,009494 0,136113 0,009965 0,149207 0,006902 0,600684
0,08064
0
0
0
0
0
0
0
0
24
0,004808 0,064833 0,004919 0,130323
0,00466 0,166584 0,004282 0,129571 0,004757 0,072667 0,004451 0,057019 0,033514
0
0
0
0
0
0
0
0
25
0,003457 0,313671 0,003378 0,203344 0,003366 0,171154 0,003641 0,315983 0,003827 0,484416 0,003478
0,11201
0
0
0
0
0
0
0
0
0 0,535518
0
0
0
0
0
0
0
0
0,01499 0,011785 0,014341 0,251494
0
0
0
0
0
0
0
0
26
0
0,08807 0,00388
0
0,75273
0,38518 0,168747
0,06067 0,003645
0
0
0,13839 0,376307 0,155001 0,047525 0,053349 0,140379 0,025964
0,00962
0,49041 0,008634 0,320943 0,007209
0,00417 0,104522 0,004801 0,044358 0
0
0
0
0
0
0
0,02908 0,027687
0,03742 0,033348 0,030604
0,18094 0,009535 0,161695 0,007902 0,69159 0,003937 0,732915 0
0
27
0,012058 0,013459
0,01175 0,013068
28
0,140335 0,149051
0,13752 0,143696 0,161844 0,149663 0,132586 0,146771
29
0,045599
30
0,081878 0,086425 0,079339 0,078577 0,087348 0,073522 0,079362 0,072152 0,076935 0,066154 0,083057 0,062826 0,069032 0,062937
31
0,005695 0,005718 0,005659 0,005321 0,005381 0,004505 0,005548
32
0,048532 0,047122 0,048159 0,046082
33
0,040912 0,039697 0,041031 0,039967 0,039422 0,039803 0,041353 0,039751
34
0,002047 0,002033 0,001976
35
0,01119 0,014061 0,013255 0,014067 0,013161 0,014869 0,011455 0,015171 0,014641
0
0,04617 0,045267 0,046219 0,047277 0,047214 0,044985
0,13894 0,141035
0,15723 0,136819 0,120158
0,23499
0,00352 0,665857 0
0,13611 0,150861 0,131639 0,069367
0,16246 0,139024 0,176027
0,13563 0,131218
0,04614 0,044145 0,045497 0,046208 0,044224 0,042631 0,043692 0,045682 0,041991 0,022438 0,048012 0,045533 0,047832 0,047798 0,040197 0,048536 0,049921 0,042064 0,00452
0,05051 0,043101 0,046627 0,042129
0,08126 0,060479 0,036641 0,113568 0,079772 0,089156 0,071946 0,063538 0,077055 0,062758 0,058537
0,00488 0,004189 0,005058 0,004073 0,004673 0,004119 0,005114 0,003884 0,04431 0,039519 0,048304 0,037584 0,040855 0,037436 0,047551 0,03984
0,002 0,002301 0,002274 0,002171 0,002274 0,002518
0,00251 0,007599 0,005839 0,005048
0,03913 0,039157 0,038927 0,040804 0,038945 0,039567 0,037222 0,021379 0,00226 0,002413 0,002276 0,002536 0,002278 0,002362 0,002208
0,26734 0,281359 0,266632 0,296113 0,287291 0,334881 0,266988 0,324715 0,278059 0,336004 0,288412 0,330257 0,273615 0,322625 0,283279
0,00502 0,004378 0,004372 0,004065 0,003938
0,0358 0,020672 0,057209 0,049375 0,051195 0,046079 0,036789 0,043881 0,042165 0,034816 0,04025 0,041106 0,038042 0,043892 0,040696 0,040119 0,038002
0,31174 0,147478 0,224036 0,264144 0,299788 0,308319 0,263225 0,347945
0,100081 0,099663 0,099389 0,091324 0,094076 0,073898 0,095968 0,073388 0,081565 0,064838 0,086767 0,061002 0,075814 0,061898 0,087688 0,058289 0,039089 0,143102 0,103828 0,087679
37
0,009903 0,009874 0,009809
0,00921 0,009689 0,007951 0,009602 0,007948 0,008648 0,007317 0,009135 0,007078 0,008134 0,007158 0,009144 0,006774 0,004325 0,013037
0,08196 0,068623 0,072384
0,0635
0,05626
0,197918 0,198526
0,19753 0,197939 0,189917 0,203712
40
0,035125
0,03547 0,032956 0,033815 0,030956 0,034782 0,030955 0,032706 0,029922 0,033161 0,029537
41
0,007975 0,008056 0,007854 0,007879 0,008038 0,007878
42
0,150552 0,153304 0,149365
43
0,063087 0,070319 0,058409 0,065209 0,093735 0,081091 0,060551 0,080041 0,085376 0,076847 0,096662 0,075955 0,069113 0,076025 0,088651 0,074954 0,040752 0,064629 0,052891
44
0,014028 0,018259 0,013303 0,017907 0,015394 0,018449 0,016079 0,019635 0,019048 0,024864 0,016713 0,027657
45
0,123831 0,112065 0,125571 0,118413 0,118913 0,116671 0,125889 0,116712
0,12718 0,117658 0,121982 0,117888 0,131873 0,117563 0,123547 0,111757 0,063997 0,103573 0,125175 0,116894 0,129505 0,137901 0,113763 0,124048 0,117834
46
0,057667 0,050119 0,059223 0,054977 0,056094 0,055325 0,058777 0,056994
0,06218 0,058986 0,059198 0,061419 0,065129 0,061894 0,059825 0,058623 0,031184 0,036538 0,058864 0,056669 0,061777 0,069627 0,052586 0,054031 0,065236
47
0,079284 0,076935 0,079209 0,077365 0,077397 0,076373 0,080253 0,075767 0,078947 0,075012 0,077339
48
0,096482 0,104455 0,091411 0,094794 0,100398 0,094481
49
0,066776 0,070798
0,0081
0,20219 0,206207 0,202066 0,192809 0,193715 0,107858 0,194157 0,195253
0,16017 0,160444
39
0,03237
0,19031
0,39517 0,316183
0,01009 0,009341 0,008847 0,007504 0,007851 0,006938 0,006807
0,16871 0,169948 0,167493 0,164147 0,156516 0,153221 0,174709 0,155106 0,170571 0,156329 0,157725 0,158273 0,177845 0,158458 0,161396 0,149819 0,091877 0,185858 0,164433 0,146814 0,167843 0,189125 0,146749 0,20316 0,203578 0,198402 0,202159
0,03875
0,0013 0,001767 0,001808 0,002466 0,002413 0,002698 0,002439 0,001866 0,002321
36 38
0,12667 0,107652 0,158998
0,03286 0,029663 0,033447 0,028186 0,017238 0,034982 0,036191 0,032706
0,00779 0,007938 0,007682 0,007914 0,007563 0,007962 0,007518 0,007902
0,15226 0,155157 0,154848 0,149487 0,152505 0,148911
0,15098 0,153069 0,148256 0,144714
0,06472 0,066624 0,071633 0,066188 0,067649 0,066201 0,071147 0,065979 0,071491 0,066009
0,0072 0,008815
0,03627 0,031808 0,030504 0,029583 0,029134
0,00863 0,007744 0,007912 0,008755 0,007803 0,008014
0,00796 0,007365
0,147 0,151706 0,141025 0,076904 0,158616 0,149345 0,157007 0,153724 0,140675 0,158236 0,159651 0,143595 0,11605 0,055647 0,068209 0,093379 0,053403 0,076137
0,02074 0,027199 0,016575 0,025335 0,010669 0,009804 0,011262 0,015989 0,020779 0,022821 0,014551 0,031649 0,030631
0,07413 0,080155 0,073791
0,1005 0,092507 0,094636 0,088872 0,095079 0,085843
0,18224 0,217648 0,209947 0,207963 0,191886 0,202792
0,0779 0,070452
0,09507 0,085144 0,094154 0,082054
0,03874
0,07962 0,078865 0,075642 0,082531 0,081152 0,076459 0,078534 0,072629
0,14989 0,127434 0,087357 0,096544 0,122171
0,08683 0,099366 0,090438 0,081213
0,06842 0,065844 0,070294 0,062919 0,035613 0,077645 0,062532 0,074075 0,066343 0,069227
0,06685 0,065147 0,065894
Lanjutan Lampiran 3 26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
1
0,007021 0,009725 0,122982 0,181315 0,147621 0,090325 0,081904 0,000444 0,002045 0,050881 0,016322 0,020166 0,005729
2
0,001655 0,002254 0,023958
3 4 5
0,03397 0,034354 0,031512 0,044659 ####### 0,000474 0,011286 0,003431 0,006587
0,01693 0,023103 0,477369 0,273059 0,152481 0,097934 0,105821 0,001674
8E-04 0,003892 0,140347 0,025413
0,00226 0,044838 0,015442 0,015828 0,018071 0,027769 7,04E-05 0,000367 0,013183
0,00576 0,010636 0,004284 0,014671 0,019146
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
0,00709 0,001343 0,006158 0,002367 0,051549 0,019706 0,007209 0,000877 0,002014 0,008481 0,004626
0,00122 0,001442 0,000283 0,001619 0,000534 0,012038 0,004654 0,001616 0,000197 0,000477 0,001862 0,000998
0,02474 0,010028 0,011525 0,002309 0,009228 0,004772 0,111533 0,039078 0,016338 0,001828 0,004083 0,021569 0,008053
0,00189 0,003919 0,000806 0,000819 0,000181 0,000996 0,000438 0,011177 0,003955 0,001523 0,000169 0,000392 0,002047 0,000663
0,02598 0,009941 0,024681 0,113338 0,034514 0,042032 0,071751 0,023987 0,027853 0,030064 0,083414 0,012412 0,011745 0,006008 0,034514 0,003811 0,008119 0,011784 0,030674
6
0,013481 0,025506 0,010074 0,017898 0,031384 0,019586 0,022571 0,051619 0,102933 0,063122 0,128943 0,080727
7
0,003762 0,006326 0,004209 0,005506 0,008797 0,010523 0,005951 0,001485 0,115326
8
0,003612 0,006368
9
0,007257 0,018209 0,005641 0,011659
10
0,033929 0,082545
11
0,005539 0,009209 0,023384 0,013675 0,031296 0,020849 0,035463 0,002292 0,025759 0,034144 0,025632 0,032073 0,023592 0,018119 0,004654 0,014281 0,128023 0,056314 0,009245 0,021585 0,003857 0,006711 0,007943 0,024154
12
0,010212
13
0,013418 0,040764 0,001188 0,002516 0,004719 0,001816
14
0,029227 0,085805 0,005047 0,005882 0,012667 0,010997 0,008563 0,019457 0,011754 0,013786 0,013261 0,012609 0,015248 0,015906 0,021729 0,028658 0,023049 0,011188 0,015417 0,020017 0,028671 0,040444 0,214015 0,033448
15
0,000506 0,001123 0,001884 0,002071 0,001088 0,004328 0,001317
16
0,001409 0,003416 0,001032 0,001407 0,001211 0,003112 0,001843 0,000318 0,001505 0,001826 0,001953
17
0,0255 0,027443
0,00291 0,004311 0,007933 0,007408 0,005884 0,001388 0,068859 0,021509 0,023489
0,07405
0,06285 0,069351 0,123896 0,037128 0,024203 0,012342 0,073402 0,010963 0,028687
0,03871 0,009183 0,008931
0,01496 0,017021 0,010591 0,010138 0,009266 0,012685 0,010735 0,012443
0,00921 0,008971
0,00432 0,022819 0,007969 0,007396 0,003315 0,043094 0,003172 0,005891 0,01104
0,00225
0,00636 0,045093
0,00794 0,027627 0,034509 0,015169 0,013062 0,028792 0,012036 0,037973 0,028848
0,02749 0,025983 0,047461 0,046845 0,048516 0,038724 0,042678 0,060273 0,062316 0,057125 0,059667 0,050243 0,055759 0,052254 0,141656
0,01746 0,037766 0,022441 0,052248 0,035178 0,058778 0,004233
0,03064 0,084897
0,0633 0,014367 0,017282 0,004532 0,026223 0,007246 0,008194 0,005933 0,037204 0,002676 0,004934 0,005686 0,031179
0,16564 0,117458 0,079579 0,153628 0,090703 0,163505 0,156369
0,03791 0,057572 0,043095 0,053789 0,039777 0,029747 0,008619 0,025134 0,213672 0,102174 0,020517 0,038013 0,007979 0,031873
0,01645 0,055348
0,0043 0,006992 0,002107 0,001914 0,002547 0,001996 0,002498 0,006151 0,002995 0,003785 0,002085 0,002831 0,003735 0,005174 0,008494 0,105028 0,006554 1E-04 0,012537 0,001507 0,001051
0,00259 0,000911 0,001071 0,000489 0,002064 0,002659 0,001075
0,00085 0,001318 0,001191 0,001083 0,001991 0,005108
0,00346 0,002248 0,001826 0,001048 0,005079 0,003541 0,002133 0,010978 0,003041 0,001809
0,00511 0,006523
0,0188
0,07988 0,151674 0,118699 0,205349 0,290344 0,471227 0,437663 0,640204 0,245235 0,275618 0,352773 0,397815 0,295626 0,397818 0,677643 0,357061 0,239851 0,226343 0,289048 0,355066 0,601705 0,489059 0,195752 0,294049
18
0
0 0,069351 0,068489
19
0
0 0,471215 0,350976 0,259513 0,204294 0,204275 0,083736 0,128462 0,207831 0,114532 0,137495 0,072184 0,083403 0,096014 0,100828 0,075848 0,173468 0,088254 0,101196 0,080568 0,073631 0,083655 0,093711
20
0
0 0,067312 0,069954
21
0
0 0,048194 0,045503 0,039632 0,035071 0,031533 0,020975 0,046906
22
0
0 0,088783 0,080075 0,073324 0,068276 0,063687 0,046047 0,065939 0,061174 0,045683 0,061859 0,033881 0,040165 0,051648 0,041084 0,056601
23
0
0 0,049954
24
0
0 0,025573 0,023339 0,035131 0,037177
25
0
0 0,078574 0,076305
26
0
0 0,063565 0,109968 0,155484
0
0 0,039593 0,059454 0,080487 0,124201 0,116217 0,163226 0,069044 0,076427 0,094547 0,106546 0,078374 0,103688
27
0,06343 0,056578 0,060638 0,023797 0,049282 0,045274 0,033568 0,08026 0,080328 0,073704 0,056504
0,05487 0,083758 0,086756
0,11608 0,079533 0,072206 0,099925 0,053174
0,05764 0,064666 0,088255 0,119889 0,084182 0,037434 0,064904 0,051098 0,043613 0,054951 0,069323
0,0332 0,025368 0,037818 0,016847 0,020353 0,024018 0,027317 0,019123 0,026928 0,016036
0,09232 0,100096 0,140687 0,109367 0,149837 0,04143 0,035554
0,04557 0,021706 0,024609 0,027675 0,033727 0,025581 0,040536 0,022478 0,031447 0,024034 0,021713 0,028199 0,031878
0,13388 0,103184 0,099821
0,02533 0,019807 0,017996 0,035598 0,023751
0,06413 0,036717 0,047476 0,053865 0,043136 0,103099 0,051814
0,12218 0,143116 0,135818 0,116176 0,080961 0,131817 0,112939 0,102705 0,131292 0,168246
0,03637 0,039268 0,044535 0,043065 0,034972 0,034408 0,042505 0,041167 0,066353 0,055748 0,036381 0,042211 0,050522 0,042419 0,056668 0,058234
0,12492 0,130117 0,146929 0,117342 0,124596 0,136066 0,142002 0,150691 0,118636 0,116873 0,139071 0,136729 0,272307 0,199366 0,127843 0,148778 0,172708 0,160978 0,282716 0,25235 0,234376 0,342841 0,131328 0,147598 0,188916 0,213037 0,158313 0,213039
0,36289 0,191213 0,128444 0,121211
0,15479 0,190144 0,322224
0,21372
0,2619 0,104829 0,157468
0,1735 0,095357 0,068949 0,065202 0,076674 0,094728 0,155013 0,126606
0,0585 0,081457
28
0,028231 0,038283
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
29
0,009167 0,012663
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
30
0,01595 0,023882
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
31
0,001211 0,002091
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
32
0,007903 0,009043
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
33
0,010333 0,018627
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
34
0,000703
0,00147
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
35
0,055543 0,066965
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
36
0,017035 0,024505
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
37
0,002018 0,003332
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
38
0,049009 0,098861
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
39
0,052257 0,095091
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
40
0,00842 0,015214
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
41
0,00857 0,025268
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
42
0,03373 0,052962
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
43
0,020062 0,038019
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
44
0,004742 0,008111
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
45
0,029637 0,050961
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
46
0,014153 0,023911
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
47
0,016326 0,024026
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
48
0,166277 0,513295
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
49
0,016911 0,029922
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Lampiran 4. Pengganda Close Loop 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
1
0,086416 0,088895 0,085064 0,086402 0,092424 0,087234 0,084731 0,085948 0,085485 0,083575 0,090455 0,081651 0,080135 0,081227 0,088685 0,078071 0,046685 0,054198 0,049622 0,054556 0,051697 0,047735 0,052846 0,050734 0,048258
2
0,020709 0,021216 0,020395 0,020621 0,022063 0,020702 0,020303 0,020395 0,020396 0,019798
3
0,208655 0,215413 0,205411 0,209941
4
0,020867 0,021493 0,020546 0,020933 0,022524 0,021259 0,020386 0,020947 0,020709 0,020384 0,022061 0,019929 0,019278 0,019826 0,021575 0,019067
5
0,053933 0,054737 0,053392 0,054151 0,055736 0,055013 0,053844 0,054385 0,054074 0,053845 0,055183 0,053105 0,052795 0,052764 0,054686 0,050596 0,030732
0,03464 0,031734 0,034865 0,033089 0,030566 0,033784 0,032448 0,030876
6
0,123122 0,124888 0,121849 0,123103 0,126736
0,07866 0,072057 0,079169 0,075119 0,069385 0,076707 0,073668 0,070098
7
0,038884 0,039393 0,038508 0,039075 0,040268
8
0,035605 0,035999 0,035248 0,035703 0,036952 0,036307 0,035567 0,035909 0,035998 0,035633 0,036698 0,035188
9
0,038573 0,039462 0,037931 0,038623 0,040958
10
0,195808 0,199976 0,192729 0,196103 0,207294 0,200532 0,195778 0,198727 0,200911 0,196623 0,205886 0,194537 0,194305 0,193574 0,202851
11
0,057778 0,059158
12
0,103574 0,106056 0,102043 0,104146
13
0,028794 0,029744 0,028141 0,028643 0,030046 0,028897 0,029024 0,028531 0,028801
14
0,080723 0,082881 0,079185 0,080452 0,084045 0,081336 0,081213 0,080409 0,081092 0,079113 0,082636 0,077879 0,079321 0,077444 0,081754 0,074311 0,061036
15
0,003602 0,003686 0,003549 0,003608 0,003789 0,003663
16
0,008206 0,008451 0,008064 0,008236 0,008613 0,008335 0,008236 0,008271 0,008387
17
0,725396 0,731581 0,718267 0,723192 0,750114 0,730931
18
0,087448 0,089249 0,086286 0,087514 0,092168 0,088731 0,086632 0,087668
19
0,367704 0,376482 0,362647 0,368631 0,390475
20
0,155085 0,158023 0,153092 0,155405 0,162863 0,158155 0,154265
21
0,066473 0,067844
22
0,138175 0,141119 0,136198 0,138249 0,145484 0,140407 0,137366 0,138798 0,138934 0,136517 0,143549 0,134393 0,133688 0,133679 0,141512 0,128318 0,083641 0,148788 0,135237 0,148967 0,141575 0,129636 0,144239 0,137931 0,131146
23
0,02157 0,019324 0,019142 0,019228 0,021167 0,018472 0,011096 0,012904 0,011813 0,012989 0,012304 0,011359
0,01258 0,012076 0,011486
0,22565 0,214098 0,203936 0,210955 0,207716 0,205613 0,221212 0,201165 0,193397 0,200077 0,216256 0,192471 0,113881 0,132202 0,121063 0,133082 0,126166 0,116525
0,12893 0,123801 0,117769
0,01132 0,013157 0,012047 0,013245 0,012553 0,011593
0,12416 0,122963 0,122883 0,123095 0,121425 0,125368 0,119799 0,120249 0,119133 0,124362 0,114159 0,069961 0,0398 0,038841 0,039355
0,0392 0,039051
0,03996 0,038556 0,038294
0,0383 0,039585 0,036724
0,01283 0,012319 0,011718
0,02195 0,024975 0,022875 0,025138 0,023854 0,022034 0,024358 0,023392 0,022259
0,03513 0,034958 0,036336 0,033512 0,020201 0,022876 0,020954 0,023025 0,021851 0,020184
0,02231 0,021427 0,020389
0,03953 0,038524 0,039136 0,039505 0,038631 0,040613 0,038155 0,038095 0,037963 0,039977 0,036452 0,024446 0,025583 0,023488 0,025746 0,024502 0,022663 0,024968 0,024012 0,022859 0,18577 0,122106 0,129398 0,118756 0,130226
0,12389 0,114565 0,126277 0,121419 0,115583
0,05694 0,058116 0,061458 0,059643 0,057369 0,058915 0,058808 0,058079 0,060884 0,057199 0,056312 0,056857 0,059875 0,054632 0,032635 0,037197 0,034075 0,037441 0,035535 0,032829 0,036282 0,11021 0,106879 0,102906
0,37447
0,06558 0,066547 0,069898 0,067533
0,1056 0,105597 0,104135 0,109229 0,102597 0,101165 0,101992 0,107417 0,097993 0,058738 0,02796
0,06676 0,061162 0,067198 0,063784 0,058928
0,03485
0,03316
0,06512 0,062552
0,05952
0,0294 0,027448 0,028158 0,027291 0,029067 0,026203 0,023926 0,020508 0,018941 0,020628 0,019764 0,018336 0,020042 0,019339 0,018432 0,05591 0,051527 0,056248 0,053757 0,049816 0,054611
0,00359 0,003625 0,003642 0,003576 0,003746 0,003527 0,003514 0,003508 0,003695 0,003366 0,002141 0,002337 0,002143 0,002352 0,002235 0,002066
0,05263 0,050141
0,00228 0,002191 0,002085
0,00822 0,008538 0,008151 0,008155 0,008107 0,008432 0,007766 0,005096 0,005406 0,004961 0,005441 0,005175 0,004785 0,005275 0,005072 0,004828
0,72437 0,724589 0,729718 0,716401 0,743802 0,708324 0,712474 0,705023 0,737058 0,675542 0,413465 0,464383 0,425419 0,467392 0,443535 0,409689 0,452878 0,434948 0,413877 0,08757 0,086109 0,090868 0,084673 0,083876
0,08422 0,089527 0,080843 0,049787 0,094386 0,085904 0,094553 0,088479 0,081154 0,091159 0,087177
0,36278 0,369725 0,367582 0,362384 0,384378 0,355877 0,349193 0,353983 0,377841 0,339997 0,205956
0,08249
0,39951 0,361603 0,402686 0,368438 0,335862 0,385846 0,365383 0,346175
0,15638 0,156365 0,154181 0,161084 0,151944 0,150853 0,151101 0,158932 0,145016 0,089599 0,164888 0,152034 0,166748 0,158556 0,147017 0,162244 0,156342 0,148454
0,06599 0,066736 0,066639 0,065627
0,06894 0,064572 0,064061
0,06422 0,067976
0,06164 0,039058 0,071538 0,065219 0,071553 0,067783 0,062069 0,069348 0,066512 0,062953
0,25711 0,261347 0,253887 0,257146 0,268199 0,260927 0,256677 0,258325 0,259676 0,255228 0,265649 0,251996 0,252255 0,250665 0,262637 0,240383 0,152049 0,272091 0,251762 0,273303 0,264771 0,247161 0,266744 0,259109 0,246844
24
0,097628 0,099404
25
0,357226
26
0,388463 0,391775 0,384645 0,387282 0,401699 0,391427 0,387913
27
0,197273 0,199176 0,195261 0,196751 0,204331
28
0,207063 0,211176 0,204281 0,207284 0,217735 0,210587 0,205858 0,208251 0,208521 0,205101 0,215141 0,202074 0,200838 0,200998 0,212175 0,192895 0,121455 0,221522 0,202885 0,223005 0,211479 0,195349 0,216069 0,207503 0,197402
29
0,066463 0,067787 0,065568 0,066533 0,069896 0,067591 0,066073 0,066841 0,066927 0,065826
30
0,09631 0,097673 0,102396 0,099323 0,097399 0,098329 0,098897
0,09709 0,101427 0,095853 0,095772 0,095357 0,100134
0,36416 0,352133 0,357359 0,374776 0,363471 0,356727 0,359751 0,361963 0,355143 0,371032
0,10814 0,110306 0,106689
0,38803 0,390777 0,383645 0,398319
0,35052 0,350777
0,10351 0,095423 0,104709 0,100478 0,093708 0,101723 0,098122 0,093912
0,21939 0,380047 0,348592 0,382963 0,369351 0,342918 0,372459 0,359059
0,37932 0,381543 0,377553 0,394708 0,361765 0,221418 0,405607 0,382248 0,407531
0,39988 0,375012
0,19896 0,196918 0,197187 0,198481 0,194888 0,202542 0,192627 0,193544 0,191717 0,200612 0,183728 0,112851 0,206476 0,194025 0,207489 0,202945 0,190047
0,39863 0,389041
0,34325 0,37245
0,20277 0,197581 0,189047
0,06906 0,064853 0,064454 0,064508 0,068105 0,061908 0,039011 0,071123 0,065121 0,071591 0,067878 0,062684 0,069354
0,06659 0,063352
0,10826 0,113765 0,109973 0,107458 0,108741 0,108832 0,107061 0,112379 0,105457 0,104738 0,104896 0,110812 0,100671 0,063218 0,115807 0,105992 0,116557 0,110312 0,101803 0,112862 0,108305 0,102988
31
0,007185
32
0,063314 0,064593
33
0,059571
34
0,003384 0,003449 0,003339 0,003386 0,003554
35
0,441278 0,449991 0,435325 0,441708 0,463838 0,448776 0,438924 0,443845 0,444652 0,437254 0,458414 0,430891
36
0,117375 0,119769 0,115795 0,117519 0,123591 0,119374 0,116552 0,118018 0,118039
37
0,012522 0,012775 0,012354 0,012536 0,013178 0,012734
38
0,24516 0,249989 0,241872 0,245381 0,257754 0,249242
39
0,09148 0,058333
0,34867 0,366291 0,334531
0,00733 0,007088 0,007193 0,007561 0,007306 0,007138 0,007224 0,007229 0,007111 0,007468 0,007004 0,006953 0,006966 0,007363 0,006686 0,004195 0,007699 0,007043 0,007748 0,007324 0,006755 0,007499 0,007192 0,006839 0,06246 0,063388 0,066629 0,064397 0,062907 0,063673 0,063719 0,062685 0,065813 0,061742 0,061304 0,061413 0,064889 0,058941 0,037023 0,067829 0,062053 0,068277 0,064571 0,059574 0,066098 0,063406 0,060291
0,06075 0,058771 0,059628 0,062638 0,060571 0,059222
0,0599
0,05998
0,05899 0,061888 0,058118 0,057768
0,05781 0,061035 0,055479 0,034966 0,063741 0,058372 0,064151 0,060842 0,056183 0,062147 0,059671 0,056775
0,00344 0,003366 0,003402 0,003409 0,003352 0,003513 0,003303 0,003287 0,003286 0,003466 0,003153 0,001993 0,003615 0,003315 0,003638 0,003462
0,0032 0,003528 0,003392 0,003228
0,47491 0,451276 0,417133 0,460366 0,442363 0,421053
0,11614 0,122039 0,114363 0,113457 0,113754 0,120301 0,109181 0,068345 0,125892 0,115082 0,126701 0,119527
0,11016 0,122558 0,117458 0,111638
0,01244 0,012591 0,012599 0,012394 0,013016 0,012207 0,012119 0,012142 0,012833 0,011654 0,007311 0,013418 0,012275 0,013504 0,012766 0,011775 0,013071 0,012536 0,24373 0,246485
0,29898 0,304872 0,294963 0,299256 0,314305 0,303986 0,297284 0,04753 0,048226 0,050675 0,048988
0,42859 0,428602 0,452161 0,411306 0,260044 0,471749 0,432212
0,01192
0,24683 0,242739 0,254668 0,239157 0,237749 0,237891 0,251166 0,228296 0,143918 0,262296 0,240234 0,263959 0,250413 0,231229 0,255716 0,245531 0,233635
0,30063 0,301088 0,296095 0,310568 0,291745
0,29008 0,290199 0,306311 0,278491 0,175723
0,3198 0,292932 0,321844 0,305502 0,282188 0,311864 0,299528 0,285031
40
0,048177 0,049137
0,04788 0,048442 0,048492 0,047697 0,050061 0,046986 0,046679 0,046737 0,049365 0,044854 0,028215 0,051578 0,047216 0,051912 0,049166 0,045378 0,050271 0,048244 0,045892
41
0,015024 0,015283 0,014834 0,015025 0,015737 0,015245 0,014951 0,015084 0,015124 0,014869 0,015562 0,014661 0,014613 0,014585 0,015364 0,013992 0,008761 0,015986 0,014735 0,016083 0,015373 0,014247 0,015615
42
0,222233 0,226641 0,219243 0,222456
43
0,111115 0,113249 0,109635 0,111211 0,116683 0,112977 0,110562 0,111747 0,111977 0,110121 0,115347 0,108539 0,108031 0,107962 0,113806 0,103598 0,065417 0,118613 0,108845 0,119401 0,113719 0,105218 0,115852 0,111455 0,106086
44
0,029399 0,029969 0,028999
45
0,179797 0,183372 0,177375 0,179975 0,189082 0,182831
46
0,087597 0,089338 0,086414 0,087682 0,092112
47
0,113087 0,115346 0,111561 0,113204 0,118943 0,115003 0,112414 0,113724 0,113863 0,111988 0,117511 0,110326 0,109638
0,23368 0,225989 0,220944 0,223485 0,223791
0,2201 0,230892 0,216853 0,215552 0,215702
0,22771 0,207005 0,130481 0,237769 0,217743 0,239326 0,227001 0,209655
0,01505 0,014339
0,23187 0,222654 0,211844
0,02942 0,030876 0,029894 0,029271 0,029572 0,029658 0,029148 0,030528 0,028736 0,028632 0,028584 0,030121 0,027429 0,017492 0,031379 0,028773 0,031591 0,030149 0,027899 0,030654 0,029485 0,028097 0,17874 0,180802 0,181038 0,178049 0,186814 0,175415 0,174346 0,174485 0,184232 0,167452 0,105609 0,192416 0,176168 0,193664 0,183638 0,169545
0,08908 0,087099 0,088094 0,088226 0,086762 0,091015 0,085485 0,084988 0,085032 0,089761 0,081604
0,05157 0,093722 0,085813 0,094335
0,10974 0,115882 0,105318 0,066398 0,121052 0,110804 0,121835
0,1876 0,180091 0,171356
0,08952 0,082666 0,091399 0,087754 0,083516 0,11548 0,106608
48
0,21059 0,213923 0,208031 0,210499 0,220132 0,213446 0,209684 0,211258 0,211958 0,208336 0,217768 0,205512 0,205132 0,204467 0,215127 0,196115 0,122292 0,223418 0,206664 0,224704
49
0,09965 0,101615 0,098312 0,099745 0,104761 0,101325 0,099083 0,100205 0,100353 0,098694 0,103516 0,097242 0,096681 0,096726 0,102096 0,092824 0,058539 0,106587 0,097636 0,107276 0,101818
0,11801 0,113276 0,107766
0,21567 0,200254 0,218429 0,210949 0,201117 0,09405 0,103954 0,099843 0,095002
Lanjutan Lampiran 4 26
27
28
29
30
0,03589 0,073392 0,063801 0,063578
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
1
0,0168
2
0,003995
3
0,041049 0,087757 0,177844 0,154727 0,154633 0,145917 0,148281
4
0,004081 0,008722 0,017758 0,015442 0,015411 0,014532 0,014766 0,010601 0,014504 0,014447 0,012985 0,014712 0,009438 0,010063
5
0,010797 0,023126 0,046251 0,040301 0,040366 0,038312 0,038901 0,028384 0,037819 0,037865 0,034156 0,038652 0,024922 0,026665 0,032881 0,033464 0,040638
6
0,024489 0,052423 0,105378 0,091809 0,091824 0,087144 0,088458 0,064487
7
0,007795
8
0,007137 0,015295 0,030535 0,026599 0,026648 0,025273 0,025664 0,018697
0,01671 0,033353 0,029039 0,029089 0,027563 0,027999
0,10666
0,14572 0,145078 0,130587 0,147871 0,094956 0,101218 0,123857 0,128256 0,155672 0,152967 0,092199
0,08584
0,02036 0,027286 0,027302 0,024615
11
0,011602 0,024857 0,049496 0,043159 0,043307 0,041053 0,041697 0,030338 0,040825 0,040687 0,036755 0,041594
12
48
49
0,12324 0,120951 0,107359 0,152434 0,144733
0,03997 0,024324 0,032333 0,032197 0,028518 0,040278 0,037911 0,0233 0,023144 0,020512 0,029138
0,02737
0,017 0,033305 0,029327 0,029654 0,028638 0,028972 0,021938 0,027879 0,027855 0,025427 0,028795 0,018648 0,020139 0,025265 0,024977 0,029911 0,029274 0,018159 0,024118 0,024576 0,021666 0,029455 0,027997
0,020824 0,044616 0,088747 0,077415 0,077709 0,073711 0,074857
0,15004 0,144497 0,146279 0,110119 0,141048 0,05454
0,14094 0,128423 0,145429 0,094133
0,07326 0,073009 0,065978
0,02292 0,023581 0,023887 0,023924 0,019897 0,021932 0,022099 0,020723
0,07467
13
0,00629 0,013307 0,025345
14
0,017231 0,036587 0,070542
15
0,000727 0,001555 0,003092 0,002707 0,002721 0,002601 0,002636 0,001952 0,002553 0,002552 0,002312 0,002619
16
0,001684 0,003602
17
0,144665 0,309774 0,621297 0,541383
0,06314 0,064504
0,06423 0,064559 0,051982 0,060121
0,10149 0,126941 0,126099 0,151607 0,148346 0,091715 0,121803 0,123682 0,109126 0,149523
0,0268 0,028619 0,035182
0,03606
0,0439 0,043005
0,03444
0,54177 0,514364 0,522014 0,380994 0,506848 0,507726
0,1417
0,0433 0,040832
0,01977 0,021551 0,018747 0,022612 0,022181
0,06047 0,056121 0,063594 0,041506 0,045696 0,059224 0,055206 0,063813 0,062712 0,040477 0,053441 0,056947
0,00707 0,006215 0,006274 0,006039 0,006116 0,004594 0,005885 0,005887 0,005358
0,03053
0,04812 0,051404 0,063233 0,064735 0,078787 0,077165 0,046828 0,062411 0,061892 0,054854 0,077716 0,073284
0,00169 0,001816 0,002256 0,002269 0,002737 0,002687 0,001647
0,04976
0,06262 0,060677
0,00219 0,002201 0,001945 0,002701 0,002556
0,00607 0,003928 0,004235 0,005296 0,005259 0,006329 0,006199 0,003832 0,005084 0,005164 0,004557 0,006253 0,005915
0,45738 0,518173 0,333796 0,357479 0,441146 0,448235 0,544006 0,535485
19
0,109346 0,219154 0,314108 0,273657 0,273772 0,259328 0,263314 0,191089 0,257198 0,256721 0,231341 0,262019 0,168524 0,180131
20
0,049445 0,103179 0,132955 0,116076 0,116431 0,110784 0,112406 0,082435 0,109295 0,109235 0,098717 0,111775 0,02229 0,047939
0,02608 0,034763
0,02349 0,015396 0,017118 0,022551 0,020414 0,023144 0,022754 0,015007
0,02714 0,055894 0,074786 0,065226 0,065302 0,062013 0,062931 0,045929 0,061263 0,061218 0,055221 0,062553 0,040266 0,043115 0,053187 0,054178 0,065536 0,064481
0,32592 0,433093 0,431698 0,382282 0,539381 0,03922
0,50721
0,05223 0,051935 0,045993 0,064608 0,061117
0,22152 0,227028 0,275115 0,270564 0,163999 0,218653 0,216382 0,191795 0,270722 0,256256
0,07206 0,077205 0,095413 0,096828 0,117237 0,115166 0,070223 0,093436 0,093236 0,082531 0,115776 0,109343
0,057 0,049838 0,050012 0,047726 0,048388 0,035703 0,046895 0,046895 0,042434 0,048061 0,030992 0,033277 0,041271 0,041639 0,050171 0,049338 0,030195 0,040168 0,040246 0,035591 0,049459 0,046874
0,049727 0,110825 0,118739 0,104092 0,104693 0,100387 0,08697
47
0,01231 0,012754 0,015464 0,015219 0,009166 0,012253 0,012015 0,010665 0,015142 0,014381
0,02785 0,017957 0,019185 0,023605 0,024114 0,029383 0,028864 0,017525
0,007955
23
46
0,02499 0,025005 0,022547 0,025521 0,016453 0,017592 0,021667 0,022093 0,026896 0,026423 0,016057 0,021345 0,021233 0,018811 0,026661 0,025052
0,040288 0,086169 0,168953 0,148531
22
45
0,08602 0,077473 0,087749 0,056519 0,060523 0,074676 0,075905 0,092012 0,090683 0,055191 0,073342 0,073065 0,064702 0,091243 0,085884
9
21
44
0,00853 0,017553 0,015247 0,015165 0,014281 0,014505 0,010375 0,014213 0,014182 0,012704 0,014412 0,009226 0,009846 0,012044 0,012472 0,015076 0,014907 0,008971 0,011986 0,011745 0,010423 0,014798 0,014043
10
18
43
0,05993 0,060882 0,043657 0,059703 0,059526 0,053426 0,060566 0,038821 0,041416 0,050684 0,052454 0,063493 0,062639 0,037732 0,050417 0,049453 0,043886 0,062298 0,059118
0,10168 0,075806 0,098162 0,098187 0,089115 0,100939 0,065182
0,18765 0,220784 0,193086 0,193914 0,185193 0,187755
0,07018
0,1388 0,181724 0,181868 0,164613 0,186438 0,120326 0,129237
0,08748 0,087479 0,104982
0,10317 0,063502 0,084415 0,085174 0,075218 0,103426 0,098231
0,16041 0,161449 0,194941 0,191555 0,117366 0,155947 0,156624 0,138475
0,19277 0,182068
24
0,033792 0,073739 0,083899 0,073455 0,073859 0,070654 0,071609 0,053129 0,069285 0,069296 0,062813 0,071139 0,045935 0,049372 0,061371 0,061628 0,074328 0,072967 0,044781 0,059512 0,059882 0,052923 0,073414 0,069426
25
0,132089 0,297725 0,307564 0,269933 0,271939 0,261305 0,264594 0,198206 0,255011 0,255153 0,231925 0,262672 0,169824 0,183013 0,228584 0,227626 0,273324 0,268271 0,165548 0,219861 0,222669 0,196533
26
0,120248 0,247114 0,332716
27
0,26975 0,255757
0,28992 0,290128 0,275451 0,279548 0,204029 0,271426 0,271896 0,244935 0,277491 0,178754 0,191436 0,236242 0,240038 0,291325 0,286762 0,174536 0,231929 0,231182 0,204719 0,288848
0,06163 0,127339 0,168996 0,147316 0,147475 0,140097 0,142166 0,103893 0,138005 0,138219 0,124577 0,141131 0,090928 0,097407 0,120273 0,122102 0,148095 0,145748 0,088765 0,117963
0,27162
0,11766 0,104176 0,146762 0,138102
28
0,068841 0,147222 0,296702 0,258314 0,258662 0,244263 0,248264 0,178923 0,244395 0,242999 0,219156 0,248005 0,159416 0,169837 0,207801 0,215335 0,261751
29
0,022136 0,047388 0,095721 0,083185 0,083081 0,078406 0,079688 0,057416 0,077999 0,077932 0,070105 0,079315 0,051019 0,054405
30
0,035674
31
0,002363 0,005026 0,010795 0,009341 0,009171 0,008613 0,008737 0,006182 0,008406 0,008489 0,007495 0,008549 0,005434 0,005833
32
0,020901 0,044532 0,094116 0,081429 0,080319 0,075261 0,076398 0,053987 0,074657 0,074785
33
0,019844 0,042489 0,085901 0,074697 0,074513 0,070564 0,071627 0,052006 0,069477 0,069742 0,062636 0,070972 0,045667 0,048889 0,060244 0,061329
34
0,001136 0,002441 0,004679 0,004113
35
0,148339 0,319107 0,615835 0,536864 0,543206 0,514994 0,524412 0,383181 0,516704 0,514156 0,468495 0,526801 0,342148 0,363449 0,445406 0,458827 0,565381 0,548417 0,332872 0,443266 0,439074 0,389768 0,558595 0,525226
36
0,038365 0,081307 0,180452 0,155571
37
0,004119
38
0,081703 0,174977 0,353126 0,307704
39
0,07598 0,159455 0,138531 0,137072 0,128904 0,130816 0,093003 0,127812 0,127583 0,113699 0,129399 0,082417 0,088152
0,00876 0,018785
0,00417 0,003994 0,004048 0,003022 0,003971 0,003933 0,15139
0,14122 0,143237 0,099583
0,2565 0,154636 0,206811 0,202973 0,180196 0,255777 0,243087
0,06871 0,083536 0,082266 0,049705 0,066241 0,065273 0,057912 0,082499 0,077855
0,10789 0,111675 0,133834 0,133366 0,080148 0,107202 0,104801 0,092948 0,131425 0,125032 0,00716 0,007344 0,008772
0,00884 0,005322 0,007076 0,006957 0,006166 0,008684 0,008221
0,0664 0,075532 0,048109 0,051375 0,062693 0,065153 0,078415 0,078262 0,046872 0,062594 0,061022 0,054162 0,07437 0,073473 0,044645 0,059303 0,058969
0,07711 0,073146
0,05225 0,074007 0,069458
0,00359 0,004063 0,002629 0,002818 0,003494 0,003525 0,004298 0,004168 0,002555 0,003405 0,003422 0,003026 0,004268 0,003994
0,13791 0,139459 0,122031
0,01626 0,015975 0,014996 0,015211 0,010758 0,014693
0,06666
0,13956 0,088105 0,094519 0,115464 0,119603 0,141726 0,144376 0,086256 0,114945 0,111752 0,099134 0,139956 0,133163
0,0148 0,013078 0,014919 0,009479 0,010166 0,012465 0,012825 0,015328 0,015416 0,009268 0,012342 0,012105 0,010732 0,015137 0,014347
0,30706 0,291699 0,295933 0,215709 0,284798 0,286611
0,25705 0,291921 0,187757 0,201613 0,249447 0,251584 0,305131 0,301887 0,184113 0,243808 0,244304 0,216117 0,304939 0,284865
0,09991 0,214272 0,426455 0,371545 0,372232 0,353245 0,358749 0,261876 0,348482 0,349207 0,315028 0,356349 0,229951
0,246
0,30339 0,308351
0,37505 0,368914 0,224718 0,298468 0,297507 0,263619 0,373942 0,350293
40
0,015964 0,034083 0,070739 0,061334 0,060742 0,057341 0,058148 0,041869 0,056226 0,056617 0,050464 0,057355 0,036724 0,039377 0,048482 0,049435 0,059607 0,059349 0,035935 0,047732 0,047302 0,041905 0,059173 0,055689
41
0,004925 0,010453 0,020172 0,018048 0,018436 0,018384 0,018472 0,014923 0,017138 0,017283 0,016041 0,018171 0,011873 0,013085 0,016991 0,015774 0,018221 0,017916 0,011589
42
0,074073 0,158637 0,318886 0,277451
43
0,037255
44
0,010111 0,022009
45
0,059999 0,128581 0,259902 0,225686
46
0,029389 0,063163 0,125335 0,108868 0,108977 0,103301 0,104849
47
0,037699 0,080748 0,163937 0,142336 0,141737 0,133728 0,135814 0,097748 0,132257
48
0,068325 0,144223 0,271903 0,247699 0,256189 0,262592 0,262389 0,222996 0,237947 0,240087 0,226805
49
0,033258 0,071276 0,141943 0,123957 0,124343
0,08003 0,150571
0,27748 0,262431
0,26664 0,192967 0,260339 0,260271
0,23435 0,265222 0,170742
0,18229 0,223851
0,01528 0,016337 0,014267 0,017881 0,017331
0,22968 0,279393 0,274844 0,166461 0,221618 0,219242 0,194408 0,276301 0,260298
0,13296 0,136113 0,130489 0,132326 0,098879 0,132435 0,129283 0,119095 0,134599 0,087132 0,092951 0,114594 0,117594 0,144022 0,137519
0,08372 0,112602 0,111856 0,099081 0,139539 0,132559
0,03865 0,034089 0,035407 0,034099 0,034811 0,026117 0,033815 0,033713 0,031068 0,034999 0,023028 0,024498 0,030272 0,030411 0,039074 0,036829 0,022663 0,029727 0,22492
0,21282 0,215933 0,156595 0,209399 0,210491 0,188596 0,213915
0,1376 0,147303 0,181402 0,184597 0,224959
0,07642 0,101667 0,102267 0,091819 0,104097 0,067179 0,1326 0,118775 0,134665
0,0304 0,026946 0,039122 0,035591
0,22209 0,134719 0,178677 0,177862 0,157526 0,224331 0,209417
0,07186 0,088521 0,089873 0,110709 0,108457 0,065866 0,087162 0,087131 0,077218 0,110623 0,102496
0,08649 0,092405 0,113386 0,116293 0,141478 0,139833 0,084533 0,112383 0,111108 0,098514 0,140777 0,131877
0,2571 0,169047 0,189185 0,251907 0,223618 0,250318 0,246072
0,16475
0,21668 0,239842 0,208034 0,243925 0,241195
0,118 0,119801 0,087144 0,116904 0,116539 0,105059 0,119198 0,076669 0,082015 0,100968 0,103099 0,125596 0,123141 0,074734 0,099483 0,098857 0,087573 0,124242 0,116673