DAFTAR LAMPIRAN 1. 2. 3. 4. 5.
Kuesioner Penelitian Tabel Fotron Cobol Surat Izin Penelitian Lembar Bimbingan Biodata
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Siaran televisi di Indonesia dimulai pada tahun 1962 saat TVRI
menayangkan langsung upacara hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia ke 17 pada tanggal 17 Agustus 1962. Siaran langsung itu masih terhitung sebagai siaran percobaan. Siaran resmi TVRI baru dimulai pada tanggal 24 Agustus 1962 jam 14.30 WIB yang menyiarkan secara langsung upacara Pembukaan Asian Games ke-4 dari stadion utama Gelora Bung Karno. Belakangan, di Indonesia semakin banyak bermunculan acara yang juga merupakan siaran langsung. Baik kuis, talkshow, gameshow, acara komedi, acara musik hingga sebuah resepsi pernikahan kerap kali ditayangkan secara langsung di televisi. (Morissan, M.A 2008: 6) Pada 12 Oktober 2001 Pernikahan Komedian Eko Patrio dengan aktris Viona Rosalina disiarkan secara langsung oleh Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) yang sekarang berganti nama menjadi MNC TV. Pernikahan keduanya sempat membuat heboh masyarakat Indonesia. Selain resepsi yang disiarkan secara langsung, penayangan acara sakral tersebut juga menggusur tayang Big Match liga Inggris di TPI yang mempertemukan Liverpool dengan Manchester United. Pada 24 November 2011, Pernikahan Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas), putra kedua Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan Siti Rubi Aliya Rajasa (Aliya) putri Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa saat itu juga diliput oleh media dan disiarkan secara nasional melalui beberapa stasiun
televisi secara live. Yang menyiarkan secara langsung adalah Trans TV dan Trans 7 dengan durasi 2 jam. Akad nikah putra-putri pejabat itu digelar di Istana Presiden di Cipanas, Jawa Barat. Kemudian, 21 Januari 2012 Pernikahan Andhika Pratama dan Ussy Sulistiawaty disiarkan langsung oleh SCTV pada tayangan Inbox dan Hot Shot. Bukan hanya akad nikah, tetapi juga persiapan sebelum menikah. Resepsi pernikahan keduanya digelar di dua kota, Jakarta dan Malang. Pada tanggal 12 Mei 2012, giliran pernikahan Anang Hermansyah dan Ashanty yang disiarkan langsung secara eksklusif melalui stasiun TV RCTI. Tayangan ini sendiri mendapatkan kecaman dari Komisi I DPR RI. Ketua Komisi I DPR RI, Mahfudz Siddiq memaparkan bahwa beberapa anggotanya mengkritik tayangan itu. “Kami menilai itu sudah menyedot ruang publik yang besar dan itu sedikit manfaatnya”. Sementara itu, Anggota Komisi I DPR RI, Effendi Choirie, berencana memanggil KPI dan pihak RCTI untuk mengklarifikasi penggunaan frekuensi publik untuk hal yang tidak jelas seperti siaran resepsi pernikahan Anang-Ashanty itu. “Frekuensi milik publik harusnya digunakan untuk kepentingan publik dan tidak semabarangan seperti itu”, ujarnya kepada wartawan di gedung DPR Jakarta. Hal ini diungkapkan pada situs kpi.go.id pada Jumat, 25 Mei 2012. Pada pertengahan bulan Oktober 2014 beberapa stasiun televisi Indonesia mulai diramaikan dengan kabar pernikahan Raffi Ahmad, seorang MC, Aktor dan Komedian Indonesia yang hadir di televisi minimal 2 Jam melalui Acara Dahsyat (RCTI) dan Pesbukers (ANTV). Raffi Ahmad dikabarkan akan menikah dengan Nagita Slavina, Aktris Indonesia yang belakangan juga tampil di Acara Dahsyat sebagai Host. Ada dua stasiun televisi swasta yang mengantongi hak siar rangkaian acara pernikahan Raffi secara eksklusif. RCTI, misalnya, mempersembahkan acara resepsi pernikahan Raffi dan Nagita yang bertajuk "Kamulah Takdirku". Kemeriahan suasana itu akan ditayangkan di program Dahsyat , Silet dan Intens . Di acara Dahsyat , akan ada tayangan eksklusif sebanyak 9 episode di sore hari menjelang tayangan live dari resepsi pernikahan di Ritz Carlton SCBD, Jakarta.
Acara “Kamulah Takdirku” sendiri dibagi menjadi dua episode; yang pertama tayang pada 19 Oktober 2014 dari pukul 17.02 hingga pukul 00.10 WIB. Episode pertama tayangan “Kamulah Takdirku” ini berisi acara resepsi pernikahan Raffi Ahmad & Nagita Slavina di Hotel Ritz Carlton SCBD, Jakarta. Resepsi yang digelar megah ini juga diisi oleh penampilan-penampilan dari Musisi kenamaan Indonesia, seperti Armand Maulana, Sheila On 7, Chakra Khan, Kahitna. Episode kedua tayangan “Kamulah Takdirku” tayang pada tanggal 25 Oktober 2014 dari pukul 15.45 hingga pukul 22.15 WIB. Episode ini berisi tayangan live resepsi pernikahan Raffi Ahmad & Nagita Slavina yang digelar di villa bernama Alila Villas Soori di kawasan Tabanan, Bali. Pink merupakan warna yang mendominasi dekorasi resepsi yang kedua ini, dengan seluruh tamu berpakaian serba putih. Tidak kalah dengan resepsi di Jakarta, kali ini ada Dewa 19 yang turut memeriahkan acara resepsi ini. Seorang Pria asal DKI Jakarta yang bernama Adityono P Soerjodibroto menulis aduan ke website KPI pada tanggal 20 Oktober 2014 perihal Tayangan live Kamulah Takdirku di RCTI. Pada aduannya, diuraikan beberapa poin pendapatnya mengenai tayangan tersebut, sebagai berikut: (1) Sangat tidak mendidik; (2) Menciptakan budaya yang hedonis; (3) Bukan orang yang berjasa untuk Indonesia, jadi tidak perlu liputan berlebihan; (4) Kemaren TransTV menyiarkan live dan sudah mendapat teguran KPI; dan (5) Pelecehan hak publik, menulis aduan ke website KPI pada tanggal 20 Oktober 2014. Pada tanggal 21 Oktober 2014 KPI memberikan teguran tertulis kepada RCTI yang telah menayangkan seluruh resepsi pernikahan Raffi Ahmad dan Nagita Slavina selama kurang lebih 7 (tujuh) jam. KPI Pusat menilai siaran tersebut telah dimanfaatkan bukan untuk kepentingan publik. Program tersebut disiarkan dalam durasi waktu siar yang tidak wajar serta tidak memberikan manfaat kepada publik sebagai pemilik utuh frekuensi. Jenis pelanggaran ini dikategorikan sebagai pelanggaran atas perlindungan kepentingan publik. KPI Pusat memutuskan bahwa tindakan penayangan tersebut telah melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran Komisi Penyiaran Indonesia Tahun 2012 Pasal 11 ayat (1) serta Standar Program Siaran Komisi Penyiaran Indonesia Tahun 2012 Pasal 11 ayat (1).
Berdasarkan pelanggaran di atas, KPI Pusat memutuskan menjatuhkan sanksi administrasi Teguran Tertulis dengan No Surat 2441/K/KPI/10/14. “Saudara diminta untuk tidak menayangkan kembali (Re Run) serta tidak mengulangi kesalahan yang sama untuk program sejenis lainnya di kemudian hari. Perlu diingat bahwa frekuensi adalah milik publik yang harus dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kemaslahatan masyarakat banyak. Saudara wajib menjadikan P3 dan SPS KPI Tahun 2012 sebagai acuan utama dalam penayangan sebuah program siaran. Demikian agar sanksi administratif teguran tertulis ini diperhatikan dan dipatuhi. Terima kasih.” Ironisnya, pada tanggal 20 Oktober 2014, RCTI telah menayangkan rerun tayangan tersebut. Hal ini jelas memperlihatkan bahwa RCTI tidak memberikan manfaat kepada publik sebagai pemilik frekuensi utuh, karena telah menyalahi kepentingan publik lewat tayangan tersebut bahkan dengan waktu siar yang tidak wajar. Hal ini melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standart Program Siaran (SPS) Komisi Penyiaran Indonesia Pasal 11 ayat 1, yang berbunyi “Lembaga penyiaran wajib memperhatikan kemanfaatan dan perlindungan untuk kepentingan publik”. Pada pasal 6 ayat 2 UU nomor 32 tahun 2002 dikatakan bahwa “Dalam sistem penyiaran nasional, Negara menguasai spektrum frekuensi radio yang digunakan
untuk
penyelenggaraan
penyiaran
guna
sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat”. Ini merupakan bukti yang konkrit bahwa media dapat dikontrol oleh publik. Tujuan dari undang-undang tersebut sendiri adalah agar kita sebagai publik menjadi pihak yang mengontrol media, bukan Negara. Keputusan RCTI yang paling mengganjal adalah untuk menayangkan live resepsi pernikahan Raffi Ahmad & Nagita Slavina bahkan dalam jangka waktu siar yang dapat dikatakan lama. Sementara, resepsi pernikahan sepasang artis ini bukanlah sebuah keadaan force majeur yang harus menjadi pengetahuan bagi semua orang. Dan penetapan sebuah wacana tayangan menjadi tayangan live bukanlah proses yang sebentar dan mudah. Karena media penyiaran memiliki proses perencanaan yang mencakup kegiatan penentuan tujuan media penyiaran serta menyiapkan rencana dan strategi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Proses perencanaan dan penetapan program penyiaran menurut George L. Morrisey dalam Management by Objectives and result for Bussines and Industry mencakup langkah-langkah sebagai berikut (Morissan, M.A. 2008): (1) Menetapkan peran dan misi, yaitu menentukan sifat- dan ruang lingkup tugas yang hendak dilaksanakan.; (2) Menentukan wilayah sasaran, yaitu menentukan di mana pengelola media penyiaran harus mencurahkan waktu, tenaga dan keahlian yang dimiliki; (3) Mengidentifikasi dan menentukan indikator efektivitas (indicator of effectiveness) dari setiap pekerjaan yang dilakukan. Menentukan faktor-faktor terukur yang akan memengaruhi tujuan atau sasaran yang akan ditetapkan; (4) Memilih dan menentukan sasaran atau hasil yang ingin dicapai; (5) Mempersiapkan rencana tindakan yang terdiri dari; Menentukan urutan
tindakan,
Penjadwalan
(scheduling),
Anggaran
(budgeting),
Pertanggungjawaban, Menguji dan merevisi rencana sementara; (6) Membangun pengawasan, yaitu memastikan tujuan akan terpenuhi; (7) Komunikasi; (8) Pelaksanaan Seiring dengan pertumbuhan Industri media di Tanah Air, justru terkadang timbul kekhawatiran akan konten-konten yang pada akhirnya ternyata tidak memiliki news value bagi kita. Apalagi televisi menggunakan frekuensi, yang merupakan sumber daya alam terbatas yang dimiliki oleh publik, namun penggunaannya malah digunakan seenaknya oleh pemilik media. Seperti yang tercantum pada Pasal 36 ayat 4 UU nomor 32 tahun 2002 “Isi siaran wajib dijaga netralitasnya dan tidak boleh mengutamakan kepentingan golongan tertentu”. Dewasa ini televisi mungkin telah memberi sumbangan, sebesar seperti suap (bribery), bagi kehancuran etos serta keutamaan publik. Televisi semakin gandrung menampilkan di panggung tipe-tipe orang yang gila nama dan popularitas, yang kepedulian utamanya adalah ditonton dan diberi tepuk tangan panjang; semua itu berbalikan dengan nilai-nilai komitmen yang penuh ketekunan dan tersembunyi pada kepentingan publik (Bourdieu, Acts of Resistance, 1998: 4). Pada saat ini, sebuah badai tengah menerpa locus publicus yang bernama televisi. Frekuensi yang digunakan oleh televisi yang dapat kita sebut sebagai
ruang publik sedang mengalami transformasi. Karena merupakan arena terbuka, ia sedang menjadi ranah yang diperebutkan untuk dibentuk menjadi apa saja. (Herry, B. – Priyono, SJ: 2010). Meskipun terpampang jelas dan nyata pada UU no 32 tahun 2002 bahwa frekuensi adalah milik kita sebagai publik dan media harus menggunakannya untuk kepentingan publik, sayangnya tidak semua orang sadar dan mengetahui hal ini. Penonton tayangan “Kamulah Takdirku” kebanyakan adalah remaja putri berusia 17-19 tahun yang mengidolakan sosok Raffi Ahmad sebagai Public Figure tampan yang sering muncul di Televisi. Setiap dari mereka kemudian membicarakan terus tentang tayangan ini dengan teman-temannya dan menjadi topik obrolan yang hangat saat itu. Tidak hanya sampai disitu, mereka menjadi berandai akan mengalami resepsi pernikahan yang serupa. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah mereka tahu, ada hak-hak mereka yang terabaikan atas tayangan ini. Apakah mereka memahami bahwa frekuensi yang digunakan televisi ini sesungguhnya adalah hak milik mereka, yang seharusnya diisi dengan tayangan yang memperkaya pengetahuan mereka. SMA Swasta Taman Siswa merupakan salah satu sekolah yang terdapat di kota Tebing Tinggi. Siswa-siswanya berasal dari daerah yang berbeda di penjuru kota Tebing Tinggi dengan kebiasaan yang berbeda pula. Seperti halnya anak remaja kota kecil lainnya yang tidak memiliki fasilitas Mall ataupun Bioskop, maka hiburan yang dimiliki mereka kebanyakan adalah televisi. Berbeda dengan anak remaja kota besar yang cenderung menghabiskan waktu senggang di Mall atau bertemu langsung dengan idolanya. Karena itu peneliti tertarik untuk meneliti siswa-siswi SMA Swasta Taman Siswa Tebing Tinggi. Berdasarkan uraian latar diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti, “Tingkat Pengetahuan Siswa Terhadap Disfungsi Frekuensi Pada Tayangan “Kamulah Takdirku” di SMA Swasta Taman Siswa, Kota Tebing Tinggi”.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, peneliti merumuskan masalah yang akan diteliti lebih lanjut yaitu : “Bagaimana Tingkat Pengetahuan Siswa Terhadap Disfungsi Frekuensi Pada Tayangan “Kamulah Takdirku” di SMA Swasta Taman Siswa, Kota Tebing Tinggi”.
1.3
Pembatasan Masalah Untuk menghindari ruang lingkup yang terlalu luas, maka peneliti
membatasi masalah yang akan diteliti. Adapun pembatasan masalah tersebut, yaitu: 1. Penelitian ini menggunakan studi deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. 2. Sampel penelitian adalah Siswa SMA Swasta Taman Siswa Tebing Tinggi. 3. Penelitian berfokus untuk mengetahui Bagaimana pengetahuan Siswa SMA Swasta Taman Siswa Tebing Tinggi terhadap frekuensi sebagai ruang publik lewat tayangan Kamulah Takdirku. 4. Waktu penelitian dimulai dari bulan Desember 2014
1.4
Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk menggambarkan pengetahuan Siswa SMA Swasta Taman Siswa Tebing Tinggi mengenai frekuensi sebagai ruang publik sesuai UU nomor 32 tahun 2002. 2. Untuk mendeskripsikan disfungsi frekuensi sebagai ruang publik melalui tayangan live „Kamulah Takdirku”. 3. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan Siswa SMA Swasta Taman Siswa Tebing Tinggi terhadap disfungsi frekuensi sebagai ruang publik.
1.5
Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitiannya, maka manfaat dari penelitian ini
adalah sebagai berikut: 1. Manfaat penelitian secara akademis, yaitu: Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya keanekaragaman wacana penelitian di departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU dan diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pemikiran bagi pembacanya. 2. Manfaat penelitian secara teoritis, yaitu: