DAFTAR ISI
Warta anggaran | 23 Tahun 2012
LAPORAN UTAMA
5
LAPORAN KHUSUS
9
PERENCANAAN ANGGARAN 13 PNBP 26 PROFIL 30 BERITA 34 LIPUTAN 36 RENUNGAN 46 ENGLISH CORNER
48
INTERMEZO 49
LAPORAN UTAMA
POJOK FOTO
Mencermati Kesiapan Indonesia Menghadapi Krisis Ekonomi Global
51
KALEIDOSKOP 53 PERISTIWA 58
PROFILE DUTA SPAN (2) : Perlu Komitmen dan Kerjasama Yang Nyata dan SungguhSungguh Agar SPAN Dapat Berhasil
30 CRA (Change Readiness Assessment) II merupakan salah satu tools yang berbentuk survey untuk melihat kesiapan para pegawai DJA dalam menerima perubahan terkait implementasi SPAN. Partisipasi para pegawai dalam CRA II dapat dijadikan parameter untuk melihat seberapa jauh komitmen para pegawai untuk mendukung implementasi SPAN
5
Berdasarkan data historis khususnya pada triwulan III 2011, seluruh bursa saham di dunia, mengalami volatilitas yang cukup tinggi dan cenderung terkoreksi negatif tidak terkecuali Indonesia. Selama periode triwulan III 2011, Indeks Harga Saham Gabungan
LAPORAN KHUSUS
9
Penerapan Klasifikasi Dalam Penyusunan RKA-K/L Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Bab II Mengenai Kekuasaan Keuangan Negara, Pasal 6 mengatur bahwa “Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan, dan Kekuasaan tersebut dikuasakan kepada Menteri Keuangan, ...
Redaksi menerima kritik saran, pertanyaan, atau sanggahan terhadap masalah-masalah yang berkait dengan keuangan sektor publik
Salam Redaksi
Edisi 23 Tahun 2012
Apabila ditanya apa resolusi anda
itu, mulai edisi 23 tahun 2011 kami
dalam menghadapi hari yang baru di
menambahkan rubrik baru : Pojok
tahun yang baru, jawabannya pasti
Photographi. Rubrik ini akan berisi
semua ingin menjadi lebih baik dari hari
tips, triks dan pengetahuan seputar
dan tahun sebelumnya. Pun apabila
photographi serta foto-foto terbaik
kami - team Majalah Warta Anggaran -
hasil karya pegawai DJA.
ditanya tentang resolusi 2012 jawabnya
PENGARAH Direktur Jenderal Anggaran
adalah bisa memberikan informasi
PENANGGUNG JAWAB Sekretaris Ditjen Anggaran
memang, tapi memang itu harus terus
REDAKTUR Meriyam Megia Shahab REDAKTUR PELAKSANA I.G.A Krisna Murti - Agus Kuswantoro Puji Wibowo - Afrizal - Triana Ambarsari Rini Ariviani - Asrukhil Imro - Mujibuddawah Eko Widyasmoro - Sunawan Agung S. - Achmad Zunaidi - Arief Masdi - Sudadi DESAIN GRAFIS DAN FOTOGRAPHER Dana Hadi Mujono Basuki KEUANGAN Niken Ajeng Lestari TATA USAHA DAN DISTRIBUSI Ihsan Maulana Eko Prasetyo Alamat Gedung Sutikno Slamet Lt. 11 Jl. Dr. Wahidin No.1 Jakarta 10710 Telepon : (021) 3435 7505
penganggaran bagi pembacanya. Berat diupayakan agar kebijakan-kebijakan penganggaran
dapat
disampaikan
kepada sebanyak-banyaknya pihak yang membutuhkan informasi. Tahun
pembaca Warta Anggaran, kami tidak lantas berpuas diri atas apa yang telah kami perbuat di tahun 2011. Kami akan terus berupaya memperbaiki Warta Anggaran baik dari sisi desain layout maupun content. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran
tahun
dan masukan dari para pembaca
yang penuh dinamika terutama dalam
untuk mewujudkan Warta Anggaran
penyusunan
Rapat-
yang lebih bisa diterima di hati
rapat pembahasan APBN 2012 yang
para pembaca. Saran dan masukan
dilakukan Pemerintah dengan DPR
dapat disampaikan ke redaksi Warta
dilakukan secara terbuka sehingga
Anggaran :
[email protected].
masyarakat
apa
Kami sangat berharap agar majalah
pembahasan
Warta Anggaran dapat dijadikan salah
APBN. Hal ini dilakukan semata-
satu referensi di bidang penganggaran.
yang
2011
Tentu untuk lebih memuaskan para
terjadi
merupakan
APBN
luas
2012.
mengetahui
dalam
mata demi terwujudnya transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan anggaran Negara. Hal
penting
Akhirnya, selamat menikmati majalah Warta
Anggaran,
lainnya
adalah
para pembaca. Salam.
bagaimana penyelesaian krisis dalam UU APBN. Hal ini sebagai bukti bahwa
Hormat kami,
setiap saat Pemerintah melakukan
Redaktur
perbaikan terus menerus agar kualitas APBN semakin meningkat dari waktu ke waktu. Guna memuaskan para pembaca
4
maka kami berupaya memperbaiki kualitas
majalah
baik
dari
sisi
penampilan maupun informasi yang akan disajikan kepada pembaca. Untuk
Warta anggaran | 23 Tahun 2012
dapat
menambah wawasan dan pengetahuan
dimasukkannya pasal yang mengatur
Redaksi menerima artikel untuk dimuat dalam majalah ini. Artikel ditulis dalam huruf Arial 11 spasi 1.5 maksimal 5 hal. Artikel dapat dikirim ke
[email protected] Isi majalah tidak mencerminkan kebijakan Direktorat Jenderal Anggaran
semoga
LAPORAN UTAMA
Mencermati Kesiapan Indonesia Menghadapi Krisis Ekonomi Global
Warta anggaran | 23 Tahun 2012
5
utang Amerika Serikat diturunkan dan Yunani berisiko gagal bayar..
K
di dunia khususnya dari sisi ekspor. Data perekonomian dunia terakhir menunjukkan bahwa indikasi perlambatan ekonomi di berbagai kawasan sudah tampak sejak kuartal II tahun 2011, terutama di negara-negara maju (lihat Grafik 3). Terkait dengan hal tersebut IMF telah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi di berbagai negara termasuk Indonesia (lihat Tabel 1).
Berdasarkan data historis khususnya pada triwulan III 2011, seluruh bursa saham di dunia, mengalami volatilitas yang cukup tinggi dan cenderung terkoreksi negatif tidak terkecuali Indonesia. Selama periode triwulan III 2011, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat mengalami pelemahan yang cukup tajam yaitu sebesar Sebagai negara dengan sistem 8,7% meskipun pelemahan tersebut tidak perekonomian terbuka, Indonesia seburuk pelemahan yang terjadi pada tentunya tidak dapat menghindar dari bursa saham negara-negara kawasan (lihat dampak negatif krisis perekonomian Grafik 1). Di pasar Surat Berharga Negara global mengingat perekonomian Indonesia (SBN) dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) saat ini sangat terkait dengan rantai juga terjadi aksi jual yang cukup besar perdangan dunia. Itulah sebabnya IMF khususnya selama bulan September 2011. turut menurunkan target pertumbuhan Tercatat pada Grafik 2. Net Foreign Buying (SBN dan SBI) ekonomi Indonesia pada tahun 2011 bulan September, 40 SBI SBN menjadi 6,2 persen dan 6,4 persen pada asing menjual 30 tahun 2012. Hal ini menjadi perhatian kepemilikannya 20 setiap negara dalam rangka mengantisipasi pada SBN 10 dampak yang ditimbulkan. Lantas sejauh sebesar Rp29,3 0 manakah kesiapan Indonesia dalam triliun dan pada -10 menghadapi ancaman krisis ekonomi ke SBI Rp13,9 triliun -20 -29.29 depan? (lihat Grafik 2). -30 -13.88 Jumlah tersebut Indonesia saat ini dinilai relatif lebih siap -40 merupakan aksi menghadapi dampak krisis ekonomi -50 jual terbesar global. Optimisme tersebut antara lain -60 Sumber: Bloomberg, diolah sepanjang dapat ditunjukkan oleh fundamental berjalannya tahun perekonomian Indonesia yang cukup 2011.Selanjutnya, dampak krisis ekonomi baik, serta ditunjang dengan kondisi perlambatan perekonomian global global juga akan menyebar ke negarapolitik yang stabil. Pemerintah juga telah sebagaimana krisis tahun pada tahun negara di berbagai kawasan melalui jalur menyiapkan langkah-langkah antisipasi 2008-2009. perdagangan. Krisis Grafik 1. Koreksi Bursa Saham Di Dunia, Juli - September 2011 Jika terjadi gejolak pada perekonomian Amerika Serikat global maka dampaknya secara langsung dan Eropa saat EU -23.1 AS -18.4 akan ditransmisikan ke suatu negara ini, diperkirakan Jepang -11.4 melalui jalur pasar keuangan. Krisis Eropa akan berdampak Italia -26.5 dan Amerika Serikat yang terjadi saat pada pelemahan Indonesia -8.7 ini telah menyebabkan pasar keuangan perekonomian global India -12.7 di seluruh negara bergejolak. Gejolak dan selanjutnya Jerman -25.4 tersebut timbul karena aksi penarikan akan mengganggu Perancis -25.1 modal oleh investor sebagai akibat per tumbuhan Cina -14.6 meningkatnya sentimen negatif pasar akan e k o n o m i -30.0 -25.0 -20.0 -15.0 -10.0 -5.0 0.0 risiko investasi, terutama sejak peringkat negara-negara Persen (%) Oct 11
Sep 11
Jul 11
Aug 11
Jun 11
Apr 11
May 11
Mar 11
Jan 11
Feb 11
Dec 10
Oct 10
Nov 10
Sep 10
Jul 10
Aug 10
Jun 10
Apr 10
May 10
Mar 10
Jan 10
Feb 10
(Rp triliun)
LAPORAN UTAMA Mencermati Kesiapan Indonesia Menghadapi Krisis Ekonomi
Krisis utang dan fiskal di kawasan Eropa dan Amerika Serikat yang tak kunjung terselesaikan telah memicu kekhawatiran akan kembalinya krisis perekonomian global. Memburuknya kondisi perekonomian di kawasan Eropa yang dipicu risiko gagal bayar Yunani mengakibatkan penurunan rating utang beberapa negara Eropa lainnya, bahkan berujung pada pengunduran diri beberapa kepala pemerintahan. Sementara itu, Amerika Serikat saat ini sedang menghadapi resesi ekonomi sebagai dampak permasalahan fiskal dan pelemahan di sektor industri. Berbagai analisis menyatakan bahwa berlarutlarutnya penanganan krisis di Eropa dan Amerika Serikat berpotensi menyebabkan
Sumber: CEIC, diolah (2011)
6
Warta anggaran | 23 Tahun 2012
bulan impor dan pembayaran utang luar negeri. Jumlah tersebut masih berada di atas standar International Monetary Fund (IMF) yang menetapkan batas aman cadangan devisa adalah untuk 3 sampai 4 bulan. Dengan demikian, stabilitas sektor moneter diharapkan akan tetap dapat terjaga dengan baik.
negara Asia (lihat Grafik 3). Indonesia tetap harus waspada terhadap second
Fundamental Ekonomi Indonesia Cukup Kuat
round effect krisis Amerika dan Eropa yang
Fundamental ekonomi Indonesia pada
terutama pada saat krisis secara global
tahun 2011 memperlihatkan ketahanan
telah menyebar ke negara-negara Asia.
yang cukup baik sebagai modal utama
Pertumbuhan
dalam menghadapi krisis ke depan. Kuatnya
menjanjikan pada tahun 2011 juga
fundamental
Indonesia
didukung oleh stabilitas moneter yang
saat ini dapat ditunjukkan oleh beberapa
terkendali. Tingkat Inflasi sampai dengan
indikator terkini makro ekonomi Indonesia
bulan Oktober 2011
perekonomian
akan memukul kinerja ekspor Indonesia,
ekonomi
yang
cukup
Tabel 1 : Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia
relatif rendah yaitu
2011
berada pada level
Kawasan
Perkiraan Awal (Juni 2011)
Dunia Negara Maju AS Zona Eropa UK Jerman Jepang Cina Negara Berkembang Asean-5 Indonesia Malaysia Philipina Thailand Vietnam
4,3 2,2 2,5 2,0 1,3 3,2 -0,7 9,2 6,6 5,4 6,2 5,5 5,0 4,0 6,3
2012
Perkiraan Perkiraan Perkiraan Terkini Awal Terkini (Sept 2011) (Juni 2011) (Sept 2011)
Sumber: World Economic Outlook, IMF
4,0 1,6 1,5 1,6 1,1 2,7 -0,5 9,5 6,4 5,3 6,4 5,2 4,7 3,5 5,8
4,5 2,6 2,7 1,7 2,3 2,0 2,9 8,8 6,4 5,7 6,5 5,2 5,0 4,5 6,8
4,0 1,9 1,8 1,1 1,6 1,3 2,3 9,0 6,1 5,6 6,3 5,1 4,9 4,8 6,3
4,4
persen
(yoy)
tahun
2011
diperkirakan berada dibawah 5 persen. Di sisi lain, meskipun menghadapi tingginya tekanan beberapa
waktu
terakhir yang sempat melemahkan
posisi
rupiah namun nilai tukar rupiah sampai
Di tengah kekhawatiran terhadap prospek
dengan akhir Oktober masih mengalami
ekonomi dunia, ternyata pertumbuhan
apresiasi sekitar 5 persen (jika dibandingkan
ekonomi
dengan posisi akhir tahun 2010).
sampai
dengan
sebesar 5 persen. Sampai dengan triwulan III 2011, penyaluran kredit perbankan juga masih menunjukkan peningkatan sebesar 24,2 persen (yoy) yang sebagian besar ditujukan untuk pembiayaan kegiatan ekonomi produktif.
eksternal
terkini.
Indonesia
Dari sisi perbankan, Indikator industri ini juga menunjukkan kondisi yang cukup baik sebagaimana tercermin pada rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR), Rasio Kredit Bermasalah (Non Performing Loan/NPL), dan pertumbuhan penyaluran kredit. Posisi CAR pada bulan September 2011 mencapai sekitar 16 persen atau jauh di atas standar minimal BI sebesar 8 persen. Sedangkan NPL pada periode yang sama yaitu sebesar 2,7 persen atau relatif masih cukup rendah jika dibandingkan standar maksimum BI
dan sampai dengan akhir
Indikator kinerja keuangan pemerintah relatif masih cukup sustainable. Defisit APBN cukup terkendali dibawah batas maksimum sebesar 3 persen terhadap PDB. Rasio utang pemerintah (sekitar 25% terhadap PDB) masih jauh dibawah
triwulan III mampu tumbuh 6,5 persen (yoy). Ekspor, konsumsi, dan investasi masih
Di sisi lain, berdasarkan posisi cadangan
menjadi penggerak utama pertumbuhan
devisa saat ini, otoritas moneter dinilai
ekonomi Indonesia pada tahun 2011.
masih memiliki ruang yang cukup untuk
krisis
menjaga stabilitas
ekonomi Amerika Serikat dan Eropa
nilai tukar rupiah
diperkirakan akan mulai terasa pada
ke depan. Posisi cadangan devisa Indonesia sampai dengan bulan Oktober 2011 mencapai sebesar US$113,96 miliar atau cukup untuk membiayai 6,6
Namun
demikian,
dampak
tahun 2012 terutama terhadap kinerja ekspor Indonesia. Meskipun demikian, perlambatan yang terjadi diharapkan tidak terlalu drastis mengingat total porsi ekspor Indonesia khususnya non migas ke Amerika Serikat dan seluruh Uni Eropa relatif kecil yaitu sekitar 23 persen (posisi Jan – Sep 2011). Saat ini ekspor Indonesia
LAPORAN UTAMA
sebagian besar diarahkan ke negara-
Grafik 3. Ekspor Non Migas Indonesia Berdasarkan Negara Tujuan (Jan-Sept 2011) Lainnya 20%
ASEAN 21%
Korea Selatan 4%
CHINA 12%
UNI EROPA 13%
USA 10%
INDIA 9%
JEPANG 11%
Warta anggaran | 23 Tahun 2012
7
Mencermati Kesiapan Indonesia Menghadapi Krisis Ekonomi
dalam menghadapi krisis ekonomi global ke depan.
LAPORAN UTAMA Mencermati Kesiapan Indonesia Menghadapi Krisis Ekonomi
ambang batas maksimal sebesar 60% terhadap PDB. Rasio tersebut juga relatif lebih rendah di antara negara-negara di kawasan Asia. Disamping itu, tabungan pemerintah dalam bentuk Saldo Anggaran Lebih (SAL) cukup memadai sebagai salah satu sumber pembiayaan defisit APBN apabila diperlukan (lihat Tabel 2). Langkah Antisipasi Pemerintah Ibarat pepatah “Sedia Payung Sebelum Hujan”, pemerintah sedini mungkin telah mempersiapkan kebijakan untuk
Keuangan dalam rangka menstabilisasi pasar SBN domestik. Selanjutnya, kewenangan pemerintah terkait antisipasi krisis di perluas di dalam UU APBN 2012. Pada tahun 2012, Pemerintah diberikan kewenangan untuk mengambil diskresi kebijakan apabila terjadi (i) penurunan yang signifikan terhadap indikator asumsi ekonomi makro, (ii) krisis sistemik dalam sistem keuangan dan perbankan nasional, serta (iii) kenaikan biaya utang. Diskresi kebijakan tersebut meliputi (i) efisiensi dan efektivitas belanja negara, (ii) penerbitan utang baru di atas target yang ditetapkan
Tabel 2 : Indikator Makro Ekonomi No
1 2 3 4 5
Indikator
Pertumbuhan Ekonomi (yoy) Inflasi (%) Nilai Tukar (Rp/USD) Defisit APBN (% thd PDB) Rasio Utang (% thd PDB)
mengantisipasi krisis ekonomi Amerika Serikat dan Eropa sebelum berkembang menjadi krisis global yang semakin memburuk. Dari sisi fiskal, pemerintah telah mempersiapkan langkah-langkah kebijakan apabila terjadi keadaan darurat yang perlu mendapatkan penyelamatan dari APBN. Langkah antisipasi tersebut secara legal dituangkan di dalam UU APBN Perubahan Tahun Anggaran 2011 (pasal 36A) dan UU APBN Tahun Anggaran 2012 (pasal 40, 41, dan 43). Di dalam UU APBN-P 2011, pemerintah diberikan kewenangan yang bersifat diskresi dalam menghadapi kondisi sudden reversal (penarikan secara tiba-tiba) di pasar Surat Berharga Negara (SBN). Kewenangan tersebut meliputi tindakan untuk menggunakan SAL oleh Menteri
8
Warta anggaran | 23 Tahun 2012
2011 Realisasi s.d Outlook Oktober
6,5 4,6 8.610,3 2,1 25,0
6,5 4,9 8.740,0 1,7 25,0
2012
6,7 5,3 8.800,0 1,5 24,0
serta (iii) mencari alternatif sumber pembiayaan lainnya, Langkah antisipasi pemerintah sebagaimana dijelaskan selanjutnya akan dituangkan secara teknis melalui Crisis Management Protocol (CMP) penanganan krisis. Kementerian Keuangan saat ini sedang menyelesaikan 3 CMP yaitu CMP di pasar Surat Berharga Negara (SBN), CMP di pasar modal, dan CMP di sisi fiskal. Secara teknis CMP ini merupakan Standard Operation Procedure (SOP) dalam mengambil langkah-langkah mitigasi jika terjadi krisis, agar tindakan pencegahan dan pemulihan dapat dieksekusi secara cepat dan efektif. Sementara itu, Pemerintah terus aktif dan intensif melakukan kerjasama dengan
berbagai negara dalam mempercepat penyelesaian krisis ekonomi global, baik itu dikawasan regional ASEAN maupun pada forum G20. Di dalam negeri, pemerintah juga siap dengan program-program infrastruktur dan perlindungan sosial dalam rangka memperkuat permintaan domestik di tengah melemahnya permintaan eksternal. Pemerintah juga dinilai memiliki kapasitas fiskal yang cukup memadai untuk memberikan stimulus fiskal tambahan di luar program regular yang telah ada, apabila dibutuhkan dalam rangka mendorong perekonomian domestik seperti pada saat krisis tahun 2009 yang lalu. Kuatnya fundamental perekonomian domestik dan kebijakan antisipasi krisis yang dipersiapkan pemerintah cukup menggambarkan optimisme kesiapan Indonesia dalam menghadapi dampak krisis ekonomi global. Kesiapan tersebut tentunya perlu diikuti dengan ketepatan dan efektifitas implementasi kebijakan baik dari sisi waktu maupun instrumen yang digunakan dalam mitigasi krisis. Wisynu Wardhana dan Arif Kelana Putra Seksi Analisis Ekonomi Makro, Subdit Analisis Ekonomi Makro dan Pendapatan Negara Direktorat Penyusunan APBN, DJA - Kemenkeu
LAPORAN KHUSUS
APBN Dari Kaca Mata Akademisi Wawancara dengan Dr. Kodrat Wibowo (Dosen Fakultas Ekonomi – UNPAD) “ APBN 2011 : Sudahkah Menjadi Trigger Bagi Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat ? ” Untuk melengkapi topik bahasan Warta Anggaran pada edisi ini, team WARTA berkesempatan mewawancarai ekonom dari Universitas Padjadjaran – Bandung, Dr. Kodrat Wibowo. Dosen UNPAD yang merupakan alumnus University of Oklahoma, Norman, USA menyampaikan beberapa pandangannya terkait pengelolaan APBN dan kondisi perekonomian di Indonesia. Berikut beberapa pandangannya yang disampaikan kepada team WARTA (Riny, Ully dan Dhana)
Warta anggaran | 23 Tahun 2012
9
LAPORAN KHUSUS
Menurut Anda bagaimana peranan APBN dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional? APBN merupakan satu bagian dari sisi permintaan yang dianggap mampu memberikan dorongan kepada pertumbuhan ekonomi dengan bantuan multiplayer. Pengaruh belanja pemerintah lewat APBN masih kecil terhadap pertumbuhan ekonomi. Tidak hanya dorongan langsung tetapi juga dorongan yang tidak langsung juga yaitu multiplikasi, ada semacam percepatan. Sedikit saja Pemerintah mendorong, pertumbuhan ekonomi bisa jadi akan lebih cepat. Sebagai bagian yang tidak dapat berdiri sendiri, pola kegiatan perekonomian masyarakat yang bisa menjadi andalan perekonomian nasional dan swasta akan saling mempengaruhi. Ketika kegiatan perekonomian masyarakat agak sedikit lambat atau baru mulai bergerak, swasta tidak dapat berperan banyak. Pada saat itulah peran APBN sangat penting. Kenapa dampak APBN tidak begitu nyata terhadap kesejahteraan masyarakat? Kita harus sadar, dalam hal ini pemerintah hanyalah trigger. Dalam kacamata keilmuan, tidak ada yang namanya perekonomian atau pertumbuhan PDB hanya didorong oleh Pemerintah semata kecuali kita berbicara mengenai sistem perekonomian yang sosialis atau komunis. Sedangkan sistem ekonomi politik kita adalah demokrasi dan membutuhkan dorongan dari pihak swasta. Sebesar-besarnya uang yang digelontorkan melalui APBN tidak ada gunanya kalau tidak men-trigger perekonomian di masyarakat swasta. Memang dalam hal ini, APBN yang ada kita rasakan tidak dapat menjadi trigger secara sempurna dalam perekonomian. Apabila Program-program yang ada sifatnya masih belanja rutin dan tidak langsung mana yang bisa sampai ke swasta kecuali dalam APBN kita mayoritas ada di belanja modal,
10 Warta anggaran | 23 Tahun 2012
Di Indonesia, APBN dalam porsinya terhadap PDB tidak mungkin hanya 2025% saja sehingga peran pemerintah tidak dominan. Ini berarti bahwa kalau kita bicara mengenai belanja modal yang sedikit, peran swasta yang kita harapkan. Tetapi perlu diingat bahwa pihak swasta mempunyai motif mencari untung. Sehingga swasta tidak dapat diharapkan untuk memberikan perhatian kepada publik secara penuh dan optimal. Dalam hal ini, Pemerintah harus tahu diri, posisinya dalam APBN dan perannya sebagai trigger, sehingga Pemerintah harus mengakomodasi kegiatan swasta. Sedangkan swasta berperan langsung dalam kapasitasnya sebagai lembaga swasta dan tanggung jawab sosialnya, misalnya sebagai Corporate Social Responsibility (CSR). Pengaruh swasta memang kecil namun kalau kita budayakan akan menjadi pendorong yang cepat dalam pertumbuhan perekonomian nasional dan kesejahteraan masyarakat.
bersubsidi itu untuk masyarakat miskin tetapi halangan komunikasi dari tingkat atas ke bawah tidak mudah. Pada kenyataannya, subsidi BBM malah menggelembung terus, karena budaya kita tidak bisa melihat mana barang yang menjadi haknya dan mana yang bukan haknya sehingga subsidi BBM untuk orang miskin digunakan oleh orang yang mampu. Kita harus mengerti bahwa setiap kebijakan, terutama dalam kebijakan keuangan publik, kita punya masalah mengenai free rider. Apapun kebijakannya, free rider akan timbul bahkan di negaranegara maju sekalipun apalagi Indonesia. Para free rider ini akan menyembunyikan frekuensi sebenarnya untuk kepentingan dia pribadi dengan membebankan kepada orang lain. Cara mengurangi beban subsidi ada beberapa cara, cara ekstrim yaitu dengan menghilangkan subsidi BBM secara langsung atau bertahap. Cara lain mungkin kita tetap dengan subsidi BBM tetapi dengan teknis di lapangan yang lebih bisa dikendalikan. Intinya, masalah ada di budaya kita, free rider memang tidak pernah menjadi pertimbangan dalam pembentukan kebijakan-kebijakan subsidi.
Alokasi subsidi sangat besar dan itu sangat membebani APBN kita. Strategi apa yang harus ditempuh pemerintah agar subsidi tidak berlebihan?
Meningkatkan produksi minyak nasional, untuk meningkatkan penerimaan migas. Bagaimana menurut Anda mengenai hal tersebut?
Subsidi berapapun tidak akan cukup jika subsidinya bersifat langsung untuk BBM. Kalau kita mau bicara masalah kesejahteraan, yang perlu dipikirkan yaitu subsidinya harus didorong atau dialihkan ke mana. Memang kita sadari, permasalahan mengenai subsidi tidak akan terselesaikan kalau secara sosial budaya program subsidi BBM ini didistribusikan ke masyarakat secara tidak bijak. Saya menghargai peran pemerintah yang membuat satu image bahwa BBM yang
Lifting minyak kita kan ada targetnya. Apapun yg kita punya, utamanya minyak sendiri ada 2 masalah, yaitu sebagai penerimaan dan sebagai beban subsidi. Harga minyak mentah internasional naik kita senang, karena pada awalnya penerimaan kita naik juga tetapi itu bukan sesuatu yang sekaligus kita terima. Pada saat yang sama atau setelah itu beban kita akan meningkat karena ada subsidi. Pemahaman kita adalah bagaimana cara meningkatkan produksi minyak sebesar-
akan terasa lebih berdampak langsung pada swasta.
Bagaimana Anda memandang campur tangan swasta dalam perekonomian nasional?
Bagaimana pandangan Anda soal utang luar negeri? Tidak haram sebuah negara berhutang bahkan negara yang paling maju pun punya utang banyak, contoh Amerika. Untuk menutupi defisit yang semakin besar, kita mau berusaha mencari jalan keluar yang mana? Kita punya pengalaman yang tidak baik tentang utang luar negeri, makanya kita beralih pada utang dalam negeri yaitu SBN, ORI dll. Kita bisa paham bahwa defisit itu meningkat bukan masalah ketidakmampuan kita, kadang itu suatu strategi. Jika defisitnya berkurang atau mendekati ke balance orang akan menilai kita lebih mampu. Tetapi bagi saya, kalau kita ingin maju kita harus defisit untuk mendorong semua orang seaktif dan seoptimal mungkin menutupi defisit ini. Pilihan utama memang utang, kalau kita bicara utang, misalnya utang dalam negeri, sama kah bahayanya dengan utang luar negeri? Kita melihat utang dalam negeri bisa menunjukkan bahwa tanggung jawab pembiayaan APBN diluar penerimaan dan belanja merupakan tanggung jawab masyarakat umum dimana ada opsi-opsi tertentu yang bisa dijadikan sebagai suatu alat penerimaan. Ini salah satu yang membuat Bank Indonesia agak sulit dalam mencapai target pencairan kredit investasi ke masyarakat. Umumnya, orang akan mencari portofolio yang paling aman, dengan jaminan yang
jelas sehingga investasi yang produktif lebih memilih SBN. Pada intinya, utang itu bukan merupakan masalah asal dikelola dengan baik, utamanya utang domestik yang paling bijak.
Apakah pengelolaan penerimaan perpajakan sudah optimal di mata anda? Bagi saya, yang namanya penerimaan negara itu penerimaan pajak. Itu harus menjadi merger source of revenue negara, tidak lagi tergantung SDA, minyak dan lain-lain. Di negara manapun sumbangsih masyarakat itu penting, satu rupiah pun itu adalah tanda kalau masyarakat peduli. Pajak harus didorong menjadi merger dalam APBN kita. Upaya Kementerian Keuangan sudah bagus, salah satunya adalah sensus pajak. Hal ini merupakan satu langkah strategis mengingat kita tahu siapa yang menjadi potensial wajib pajak dengan jumlah wajib pajak yang meningkat sampai 10 kali lipat dari 2005-2010 tetapi belum bisa dimanfaatkan. Jumlah NPWP ini coba disisir kembali dengan kemampuan wajib pajak itu membayar. Jujur saja, saya orang kampus masih bingung dalam mengisi SPT pajak, mana source of income kita yang memang bisa dipajak atau memang budaya terhadap para pihak yang mengambil atau memotong pajak kadang-kadang tidak terbiasa melaporkan kepada pembayar pajak sehingga tidak tahu berapa jumlah pajak yang dibayar. Dan yang lebih krusial penerimaan pajak beberapa tahun terakhir meningkat menuju arah yang dominan dalam penerimaan negara. Pembayar pajak yang dominan itu adalah pajak perusahaan dan mereka riskan terhadap gonjangan bisnis. Ketika mereka mengalami gulung tikar, penerimaan pajak bisa ambrol. Sedangkan pajak dari masyarakat tidak akan hilang sehingga penerimaan pajak kita potensial dari pajak individu. Kemenkeu seharusnya
menciptakan mekanisme akuntabilitas/ mekanisme penerimaan pajak sampai ke belanjanya. Secara keilmuan memang tidak tepat karena ada korespondensi pajak dan ada slot tertentu dalam penggunaan pajak. Selama ini di kita, masalah pajak itu adalah masyarakat butuh kejelasan, mereka bayar pajak untuk apa?
Beban belanja pegawai kita dalam APBN sangat tinggi sehingga salah satu upaya yang ditempuh oleh Pemerintah adalah diberlakukannya Moratorium penerimaan Pegawai Negeri Sipil. Bagaimana Anda memandang hal ini? Moratorium itu merupakan langkah insidentil dan responsive. Kita sadari, ini berbahaya kalau ada anggapan masyarakat bahwa mereka harus membayar pajak demi kesejahteraan para PNS. Belanja pegawai yang kita serap itu merupakan belanja langsung yang terkait dengan kinerja. Masyarakat yang membayar terhadap kinerja kita. Kita harus memiliki PNS yang tepat dan berkualitas bukan cuma kuantitas. Bagaimana kita membina PNS yang ada baik di pusat maupun daerah kalau kita masih berhadapan dengan pemikiran masyarakat janganjangan kita memperbesar belanja pegawai untuk sesuatu yang tidak terukur. Moratorium memang langkah responsive tetapi bukan langkah yang tepat. Direktorat Jenderal Anggaran bisa mendorong tiap K/L yang mengangkat Reformasi Birokrasi untuk membuat mekanisme penilaian kinerja pegawainya sehingga matriks insentif dan disinsentif bisa dijalankan demi meningkatkan produktifitas pegawai. Saya kira bukan masalah selama memang belanja pegawainya punya output dan outcome yg terukur.
Warta anggaran | 23 Tahun 2012
11
LAPORAN KHUSUS
besarnya. Dan itu bukan hanya tanggung jawab Kementerian Keuangan, ini juga berhubungan dengan BP Migas, kontrak dengan pihak asing yang resiko politiknya lebih besar. Dalam hal ini, janganlah berbicara tentang memproduksi dengan sebesar-besarnya. Kita harus mencari strategi lain, ketergantungan subisdi BBM ini harus kita kurangi. Hal ini bukan karena daya beli kita rendah. Memang budaya kita tidak bisa menerima kalau ada yang murah kenapa harus beli yang mahal.
LAPORAN KHUSUS
Penyerapan belanja Pemerintah selalu menjadi sorotan karena realisasi penyerapannya selalu menumpuk di akhir tahun. Apa yang menyebabkan penyerapan K/L rendah? Bulan Juni kemarin masih ada K/L penyerapannya 10%, mungkin ini salah satu kesulitan kita yaitu keluar dari framework kalender anggaran. Mekanisme pencairan bisa jadi salah satu penyebabnya. Penyerapan yang lemah sangat tergantung dari rencana program dan kegiatan yang K/L punya. Pada saat disetujui mulai dari pagu indikatif sampai definitif tidak pernah jelas kapan mulainya, apa tujuannya dan lain-lain, sehingga membuat K/L terlambat dalam penyerapan. Pada bulan Agustus ada penyerapan 30%, justru yang terserap itu adalah belanja pegawai yang paling mudah, belanja modalnya belakangan dan kegiatan yang sifatnya produktif masih sedikit. Cara paling mudah adalah mencari simpulsimpul aliran dan penyerapan dana APBN,
penyerapan yang rendah tandanya belum ada pekerjaan yang dilaksanakan. Ini sudah menjadi penyakit menahun dan menjadi kebiasaan, sampai masyarakat swastapun sudah hafal, sehingga swasta bukan bekerja berdasarkan target bulanan tetapi mereka akan selalu menunggu bulanbulan rame penyerapan. Seharusnya perlu dipikirkan bagaimana cara membuat real time penyerapan K/L sebagai rewarning system (sistem deteksi dini) untuk melihat mana yang tidak memenuhi target.
Bagaimana seharusnya mekanisme pengawasan Transfer ke Daerah? Harusnya ada suatu sistem informasi yang dibangun untuk memonitor transfer ke daerah. Ada satu celah yang dapat dimanfaatkan yaitu Penguatan Peran Gubernur sebagai wakil pusat di daerah. Kalau peran Gubernur semakin kuat, dia akan mampu melakukan pengawasan uang yang mengalir ke daerah dan kedepan akan
Lahir di Bogor, 15 April 1971, Kodrat Wibowo merupakan salah satu Doktor muda yang dimiliki Universitas Padjajaran Bandung. Doktor yang mempunyai spesialisasi di bidang keuangan publik, mikroekonomi, ekonomi pembangunan dan ekonometrika, saat ini selain ditunjuk sebagai Lektor Kepala di UNPAD Bandung juga sebagai Ketua ISEI Bandung tahun 2011 - 2014. Untuk mempermudah menjalankan tugasnya tersebut, Kodrat Wibowo – yang juga alumnus UNPAD Bandung tahun 1994 jurusan Ekonomi dan Studi Pembangunan – saat ini tinggal di Jl. Antariksa No. 12 Arcamanik Bandung.
12 Warta anggaran | 23 Tahun 2012
dibangun juga yang disebut self assessment, pengawasannya dimulai dari daerah itu sendiri. Pengawasan penganggaran tidak akan optimal kalau ada hambatan informasi yang akurat dan cepat. Jangan sampai semua terlambat, masak kita masih mengurusi penyalahan anggaran 2 tahun yang lalu. Sangat kelihatan sekali kita masih lemah dalam masalah pengawasan ini sehingga kasus keluar ketika waktu sudah lewat. Seharusnya kan namanya pengawasan itu selama anggaran berjalan. Mungkin kalau setelah anggaran berjalan itu kewenangan audit.
Terakhir, terkait dana pendidikan yang dialokasikan sebesar 20 persen dari anggaran belanja keseluruhan, apakah hal ini sudah sesuai dengan kaidah-kaidah penganggaran? Alokasi APBN sebesar 20 % untuk dana pendidikan adalah amanat UU. Suka atau tidak, kondisi ini menyebabkan terjadinya pengkotak-kotakan atau penguncian di beberapa bidang sehingga membuat kemampuan Kementerian Keuangan sebagai pengelola anggaran tidak fleksibel. Kita sering bicara masalah money follow function tetapi cuma sekedar cap saja, yang ada sebenarnya resource envelope. Pengalokasian anggaran seharusnya dikembalikan kepada prinsip money follow function, kecuali anggaran pendidikan yang sudah diamanatkan Undang-undang. Uang harus dialokasikan sesuai dengan apa yang sudah diatur sehingga apa yang menjadi aspirasi tidak terakomasi karena celah anggaran yang tidak dapat bergerak bebas. APBN yang kita harapkan sebagai salah satu pendorong perekonomian di sisi permintaan menjadi pendorong pertumbuhan paling minim peranannya. APBN sebagai trigger perekonomian dapat diimplimentasikan dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat secara langsung.
PERENCANAAN ANGGARAN Penerapan Klasifikasi Anggaran Dalam Penyusunan RKA-K/L
Penerapan Klasifikasi Anggaran Dalam Penyusunan RKA-K/L Oleh : Indro Trikuntjoro
Warta anggaran | 23 Tahun 2012
13
PERENCANAAN ANGGARAN Penerapan Klasifikasi Anggaran Dalam Penyusunan RKA-K/L
Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) telah
mengetahui berapa alokasi anggaran yang
menyelenggarakan
Peraturan
dikelolanya melalui pengelompokkan alokasi
Menteri Keuangan (PMK) Nomor : 101/
anggaran berdasarkan nomenklatur K/L
PMK.02/2011 tentang Klasifikasi Anggaran
sebagaimana TUPOKSI yang didelegasikan
tanggal 2 – 3 Nopember 2011, bertempat
Presiden. Daftar
di Gedung Dhanapala, Jakarta Pusat.
anggaran berasal dari APBN inilah yang kita
Acara tersebut bertujuan agar penerapan
kenal dengan istilah Bagian Anggaran (BA).
subfungsi (tercantum pada lampiran II
Tata cara penilaian suatu K/L menjadi
keuangan negara pada alokasi belanja
BA telah diatur dalam PMK Nomor 93/
negara di kelompok fungsi dimaksud. Ada 2
PMK.02/2011 tentang Petunjuk Penyusunan
(dua) fungsi yang perlu mendapat perhatian
dan Penelaahan RKA KL. Saat ini, KL yang
lebih dalam penerapan penyusunan RKA-
Negara/Lembaga.
telah ditetapkan sebagai BA tersendiri
K/L: Fungsi Pelayanan Umum; dan Fungsi
berjumlah 113 Unit, tetapi yang saat ini aktif
Pendidikan. Tujuannya agar tidak salah
PMK Nomor 101/PMK.02/2011 tentang
digunakan berjumlah 80 unit.
memahami pengelompokan atas fungsi
klasifikasi
anggaran
sosialisasi
berdasarkan
PMK
baru dapat diterapkan dalam penyusunan RKA-K/L tahun anggaran 2012. Target utama peserta adalah para perencana di lingkungan DJA dan dari Kementerian
kelompok
pengelola
Fungsi Perlindungan Sosial. K/L pengemban suatu TUPOKSI yang secara tersurat memiliki kesesuaian dengan nomenklatur fungsi maupun subfungsi dan/atau sesuai dengan penjelasan pada PMK ini), K/L tersebut mengelola sebagian
dimaksud.
Klasifikasi Anggaran merupakan amanat Tahun 2010 tentang Penyusunan RKA
klasifikasi fungsi
Fungsi Pelayanan Umum tidak identik
K/L. Klasifikasi anggaran merupakan bagian
Amanat Pasal 7 ayat (1) UU No.17 Tahun
dengan penyelenggaraan unit layanan
yang tidak terpisahkan dari implementasi
2003 menyatakan bahwa kekuasaan atas
umum yang ada pada semua kesekretariatan
pendekatan penganggaran terpadu. Pasal 5
pengelolaan keuangan negara digunakan
KL. Fungsi ini harus dilihat sebagai
ayat (2) PP No.90 Tahun 2010 menyatakan
untuk mencapai tujuan bernegara. Makna
fungsi pemerintahan yang memberikan
bahwa “RKA KL disusun secara terstruktur
tersirat dari pernyataan tersebut, alokasi
dukungan kepada penyelenggaraan fungsi
dan dirinci menurut klasifikasi anggaran,
belanja negara harus diarahkan kepada
utama lainnya. Oleh karena itu tidak
yang meliputi : (a) klasifikasi organisasi, (b)
penyelenggaraan
suatu
seharusnya alokasi belanja K/L pada
klasifikasi fungsi, (c) klasifikasi jenis belanja.”
pemerintahan dalam rangka pencapaian
unit kesekretariatan terpisah dengan unit
Berdasarkan hal tersebut, PMK No.101/
tujuan bernegara. Nomenklatur fungsi
teknis yang melaksanakan fungsi utama
PMK.02/2011 mengatur pedoman umum
dan sub fungsi (tercantum dalam lampiran
yang lain. Lebih tegasnya, tidak semua K/L
klasifikasi organisasi, klasifikasi fungsi, dan
II PMK), mengacu kepada Government
melaksanakan fungsi ini.
klasifikasi jenis belanja. Uraian di bawah
Finance Statistics tahun 2001 (GFS Manual
ini menjelaskan substansi yang diatur
2001). GFS Manual 2001 disusun oleh IMF
dalam PMK dimaksud dan pemutakhiran
berdasarkan hasil kajian atas penerapan
penerapan akun belanja.
fungsi-fungsi pemerintahan di seluruh dunia.
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 90
fungsi-fungsi
Jumlah fungsi tersebut merupakan fungsi
Klasifikasi Organisasi
minimal (dasar) pemerintahan yang pasti
Amanat Pasal 6 ayat (2) UU No.17 Tahun
fungsi tersebut terdiri dari : (1) Fungsi
2003 menyatakan bahwa Presiden selaku
Pelayanan Umum; (2) Fungsi Pertahanan;
Kepala Pemerintahan memberikan kuasa
(3) Fungsi Ketertiban dan Keamanan;
pengelolaan keuangan negara, salah satunya
(4) Fungsi Ekonomi; (5) Perlindungan
kepada Menteri/Pimpinan Lembaga selaku
Lingkungan Hidup; (6) Fungsi Perumahan
Pengguna
Barang
dan Pemukiman; (7) Fungsi Kesehatan; (8)
Kementerian Negara/Lembaga (K/L) yang
Fungsi Pariwisata dan Budaya; (9) Fungsi
dipimpinnnya. Masing-masing K/L dapat
Agama; (10) Fungsi Pendidikan; dan (11)
Anggaran/Pengguna
14 Warta anggaran | 23 Tahun 2012
ada di seluruh negara di dunia. Kesebelas
Fungsi Pendidikan merupakan amanat Pasal 49 ayat (1) UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan
Nasional.
Batasan
pengertian pendidikan harus dipahami dengan bijak. Saat ini, batasan pengertian pendidikan masih terlalu luas, sehingga pengawasan penggunaan fungsi ini belum dapat dilakukan sebagaimana mestinya. Kecenderungan atas penggunaan fungsi ini lebih didominasi oleh kebijakan politis dan sarana bagi KL untuk mendapat alokasi belanja negara.
belanja
Keuangan (selanjutnya disebut Dit. APK).
dekonsentrasi dan tugas pembantuan.
Amanat Pasal 11 ayat (5) UU No.17
Dit. APK melakukan langkah berupa
Tahun 2003 menyatakan bahwa belanja
pemutakhiran beberapa akun belanja.
negara dirinci menurut organisasi, fungsi,
Tujuannya
jelas: 1)
dan jenis belanja. Klasifikasi jenis belanja
perencana)
yang
lebih diarahkan untuk tujuan manajemen
dokumen
anggaran (baca : transaksi yang bersifat kas)
persepsi sama atas penerapan akun belanja;
yang sangat penting untuk pengendalian
dan 2) penertiban penggunaan akun
anggaran
Tegasnya,
belanja dalam pengalokasian anggaran/
tujuan penerapan jenis belanja pada
belanja sesuai dengan akidah akuntansi yang
penyusunan RKA K/L: guna mewujudkan
berlaku umum. Pemutakhiran ini berkaitan
akuntabilitas transaksi sebagai bentuk
dengan dua jenis belanja: Belanja Barang
pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran
dan Bantuan Sosial.
dan
monitoring.
Dalam rangka penganggaran tahun 2012,
pengguna
(para
menyusun/menelah
penganggaran
mempunyai
yang berperan mencatat transaksi yang telah terjadi, menyajikan dan mengungkapkannya
Rincian Belanja Barang dalam PMK terbagi
dalam laporan keuangan.
dalam:
Jenis
belanja
yang
digunakan
dalam
penganggaran: (51) Belanja Pegawai, (52) Belanja Barang, (53) Belanja Modal, (54) Belanja Bunga Utang, (55) Belanja Subsidi, (56) Belanja Hibah, (57) Belanja Bantuan Sosial, dan (58) Belanja Lain-Lain. Sejak tahun anggaran 2011, penerapan klasifikasi jenis belanja pada dokumen RKA K/L dan DIPA menggunakan kelompok 2 (dua) digit. Namun demikian, penyusunan RKA K/L pada formulir kertas kerja tetap menggunakan kelompok 6 (digit) mengacu Bagan Akun Standar (BAS).
Pemutakhiran Penerapan Akun Belanja Pengaturan lebih lanjut penerapan jenis belanja dalam penyusunan RKA K/L mengacu pada PMK No.91/PMK.05/2007 tentang Bagan Akun Standar. PMK ini mengatur bahwa Bagan Akun Standar selanjutnya
dikelola/dikurangi/ditambah
oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan
1. Belanja Barang Operasional Kelompok transaksi belanja barang ini untuk menampung semua pendanaan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar suatu Satker dan umumnya bersifat internal. 2. Belanja Barang Non Operasional Kelompok transaksi belanja barang ini untuk menampung semua pendanaan dalam rangka pelaksanaan strategi pencapaian target kinerja suatu Satker dan umumnya pelayanan yang bersifat eksternal 3. Belanja Barang Badan Layanan Umum Kelompok transaksi belanja barang ini untuk menampung semua pendanaan operasional BLU termasuk pembayaran gaji dan tunjangan pegawai BLU. 4. Belanja Barang untuk Masyarakat atau Entitas lain
barang
penunjang
kegiatan
Sedangkan pemutakhiran akun belanja untuk Bantuan Sosial diatur lebih lanjut berupa pengelompokan akun belanjanya. Perbedaan
pengaturan
akun
belanja
Bantuan Sosial yang baru dengan yang lama: 1) penetapan kriteria Resiko Sosial (Bultek KSAP No.10 Tahun 2011) yang menjadi dasar klasifikasi belanja bantuan social; dan 2) pengelompokan yang lebih spesifik mengenai Bantuan Sosial. Pengelompokan belanja Bantuan Sosial tersebut terdiri dari : 1. Belanja Bantuan Sosial untuk Rehabilitasi Sosial; 2. Belanja Bantuan Sosial untuk Jaminan Sosial; 3. Belanja Bantuan Sosial untuk Pemberdayaan Sosial; 4. Belanja Bantuan Sosial untuk Perlindungan Sosial; 5. Belanja Bantuan Sosial untuk Penanggulangan Kemiskinan; 6. Belanja Bantuan Sosial untuk Penanggulangan Bencana.
Penulis adalah : Kepala Seksi Klasifikasi Anggaran
Kelompok transaksi belanja barang ini untuk menampung pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan kepada masyarakat atau entitas lain yang tujuan kegiatannya tidak termasuk dalam kriteria kegiatan bantuan sosial. Termasuk dalam kelompok ini adalah kelompok transaksi
Warta anggaran | 23 Tahun 2012
15
PERENCANAAN ANGGARAN
c.q. Direktorat Akuntansi dan Pelaporan
Penerapan Klasifikasi Anggaran Dalam Penyusunan RKA-K/L
Klasifikasi Jenis Belanja
PERENCANAAN ANGGARAN
DJA Sukses “Naik Kelas” :
Urgensi Dari Perumusan Arah, Proses, Prasyarat, Dan Identifikasi Peluang Serta Tantangannya Oleh : Purwiyanto
Untuk suatu unit kerja yang mempunyai tugas rutin, proses kenaikan kelas bukanlah menjadi hal yang biasa. Hal ini dikarenakan platform unsur-unsurnya belum tentu secara khusus disiapkan untuk selalu naik kelas. Tentu berbeda dengan para siswa yang memang platformnya adalah naik kelas dan lulus. Meskipun terkait dan bisa didukung dengan baiknya kualitas pelaksanaan tugas rutin, tetapi kenaikan kelas bukanlah tugas rutin itu sendiri. Oleh karena itu, kenaikan kelas harus dikerjakan sejalan tetapi di luar tugas rutin, sehingga memerlukan upaya lebih keras.
16 Warta anggaran | 23 Tahun 2012
ditafsirkan bahwa untuk mempunyai kinerja
NAIK KELAS
pagu penggunaannya
yang sama pada tingkat tertentu, kita harus
Menteri Keuangan, Agus Martowardojo
Konsekuensi logis dari perkembangan
berkali-kali menekankan agar Direktorat
berbagai aspek pengelolaan anggaran negara
Jenderal Anggaran (DJA) meningkatkan
tersebut, adalah meningkatnya tanggung
kemampuan
jawab
nya
sebagai
pengelola
serta tantangan dan risiko yang
anggaran negara. DJA diharapkan mampu
harus dihadapi oleh DJA dalam pelaksanaan
meningkatkan perannya sehingga dapat
tugas, saat ini dan di masa depan. Dengan
“naik kelas” dari hanya sekedar budget
melihat trend perkembangan BPP dan
administrator menjadi budget analyst.
PNBP dalam periode 2005-2011 tersebut,
Sebagai salah satu unit kerja pengelola keuangan negara, DJA mengemban tugas dan fungsi yang semakin berkembang
maka dalam lima tahun mendatang, volume anggaran yang harus dikelola oleh DJA bisa
selalu bekerja secara lebih, dalam arti lebih keras, lebih cerdas, dan lebih baik. Naik kelas bagi DJA memang perlu diupayakan dengan sukses. Konsekuensinya, terdapat beberapa substansi penting yang perlu dipersiapkan dalam mencapai kesuksesan tersebut. Penulis
belanja
negara
maupun pendapatan negara. Di sisi belanja, perkembangan tersebut
menyangkut
banyak
aspek, baik volume anggarannya, kementerian
negara/
lembaga
(K/L) yang menjadi stakeholdernya, variasi
komponen
maupun
jenis
belanjanya,
dan
jumlah
program/kegiatannya. Dalam tahun
hal yang kiranya diperlukan bagi persiapan kenaikan kelas tersebut.
mencapai dua kali dari kondisi tahun 2011 ARAH NAIK KELAS
Di sisi pendapatan negara, yaitu penerimaan negara bukan pajak (PNBP), tugas DJA antara lain merumuskan kebijakan dan regulasi PNBP, perencanaan pagu penggunaan PNBP, dan monitoring serta evaluasi pengelolaan PNBP.
2011, secara nominal belanja pemerintah pusat (BPP) telah berkembang pesat sehingga mencapai sekitar 2,5 kali lipat dari kondisinya dalam tahun 2005. Perkembangan tersebut sejalan dengan pertumbuhan
rata-rata
belanja pemerintah pusat yang mencapai 16,7 persen per tahun. Selain itu, PNBP yang menjadi tanggung jawab DJA secara nominal juga mengalami perkembangan pesat
sehingga
dalam
tahun
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Bab
II
Mengenai
Keuangan
Kekuasaan
Negara,
Pasal
6
mengatur bahwa “Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara
sebagai
bagian
dari
kekuasaan pemerintahan,
dan
Kekuasaan tersebut dikuasakan kepada Menteri Keuangan, selaku
negara yang ditangani khususnya belanja
tercapainya
menyumbangkan
pikiran untuk menyampaikan beberapa
dari waktu ke waktu, baik dalam pengelolaan
bermaksud
2011
volumenya telah mencapai hampir dua kali lipat dari volumenya dalam tahun 2005. Perkembangan PNBP juga menyangkut banyak aspek, seperti volume pendapatan,
yang berarti sekitar empat atau lima kali
pengelola fiskal dan Wakil Pemerintah
dari kondisinya dalam tahun 2005.
dalam
Untuk siap
mensikapi memperbaiki
kondisi
tersebut,
kebijakan,
regulasi,
administrasi, serta manajemen pelaksanaan tugas agar kinerja DJA dalam pengelolaan anggaran negara di masa depan tidak mengalami
penurunan,
atau
bahkan
diharapkan menjadi jauh lebih baik dari kondisi sekarang. Kondisi tersebut sejalan dengan salah satu pendapat penting dalam teori ekonomi pembangunan yang menyatakan bahwa “untuk berada di tempat yang sama, kita harus selalu berlari lebih cepat”. Konsep tersebut kurang lebih dapat
yang
kepemilikan dipisahkan”.
kekayaan
negara
Selanjutnya,
dalam
Pasal 7 diatur bahwa “Kekuasaan atas pengelolaan keuangan negara digunakan untuk mencapai tujuan bernegara”, dan “Dalam rangka penyelenggaraan fungsi pemerintahan untuk mencapai tujuan bernegara tersebut, setiap tahun disusun APBN dan APBD. APBN yang merupakan wujud pengelolaan keuangan negara dan terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan pembiayaan, harus disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan negara dan kemampuan
Warta anggaran | 23 Tahun 2012
17
PERENCANAAN ANGGARAN
jenis/ sumber pendapatan, tarif PNBP, serta
DJA Sukses “Naik Kelas”: Urgensi Dari Perumusan Arah, Proses, Prasyarat, Dan Identifikasi Peluang Serta Tantangannya
LATAR BELAKANG PERLUNYA
PERENCANAAN ANGGARAN DJA Sukses “Naik Kelas”: Urgensi Dari Perumusan Arah, Proses, Prasyarat, Dan Identifikasi Peluang Serta Tantangannya
dalam menghimpun pendapatan negara. Secara teori, fungsi pemerintahan yang diselenggarakan untuk mencapai tujuan bernegara seperti disebut dalam undangundang tersebut terdiri dari fungsi non ekonomi yang merupakan fungsi dasar pemerintahan dan fungsi ekonomi. Fungsi nonekonomi meliputi fungsi-pemerintah untuk
menyelenggarakan
pertahanan
dan keamanan, peradilan, serta pelayanan umum. Sementara itu, fungsi ekonomi yang meliputi fungsi-fungsi untuk
membantu
(1) alokasi
mengalokasikan
sumber-sumber daya ekonomi secara efisien, (2) distribusi untuk memperbaiki distribusi pendapatan masyarakat, dan (3) stabilisasi untuk mengatasi masalah atau mencapai berbagai tujuan kinerja ekonomi makro. Sebagai bagian dari Kementerian Keuangan, DJA mempunyai tugas, baik di bidang belanja negara maupun di bidang pendapatan negara. Dengan demikian, dalam melaksanakan tugasnya, DJA harus mampu berperan dalam mencapai tujuan bernegara
(menciptakan
kesejahteraan
masyarakat) sebaik mungkin melalui alokasi belanja negara secara efektif, efisien, dan berkualitas,
sekaligus
mengumpulkan
pendapatan negara (PNBP) secara optimal. Kondisi ideal dari tugas pengelolaan belanja negara antara lain adalah (1) perencanaan program/kegiatan yang sesuai kebutuhan, (2) alokasi anggaran yang efektif dan efisien, (3) pelaksanaan anggaran yang sesuai jadwal dan memenuhi kriteria good governance, serta (4) tercapainya output dan outcome yang direncanakan. Sehubungan
dengan
itu,
pelaksanaan
tugas DJA dalam mengalokasikan belanja negara (khususnya belanja pemerintah pusat) secara efektif, efisien dan berkualitas
antara lain mencakup tugas-tugas terkait
para stakeholder PNBP. Tolok ukur dari naik
dengan (1) perumusan kebijakan dan
kelas tersebut, adalah meningkatnya akurasi
regulasi di bidang belanja negara, (2)
perencanaan yang dihasilkan, yang antara
pengalokasian anggaran belanja negara, dan
lain ditunjukkan oleh tercapainya realisasi
(3) monitoring serta evaluasi pelaksanaan
PNBP secara optimal dan tepat waktu.
anggaran. Dalam pelaksanaan tugas-tugas
Perlu ditambahkan, bahwa pengertian
tersebut, belanja negara harus memenuhi
optimal tersebut berarti sesuai dengan
kriteria efektif, efisien, dan berkualitas.
potensi yang ada, dengan tetap menjaga
Selanjutnya,
perkembangan objeknya.
penggunaan
anggaran
belanja negara secara efektif, efisien, dan berkualitas tersebut dapat dicapai melalui perencanaan anggaran yang akurat, serta proses pelaksanaan anggaran yang tepat jumlah, tepat sasaran, tepat waktu, dan tepat hasil. Oleh karena itu, kondisi naik kelas bagi DJA terkait dengan hal tersebut adalah meningkatnya kemampuan untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan kualitas belanja negara, khususnya belanja Pemerintah Pusat. Tolok ukur dari naik kelas tersebut, selain meningkatnya akurasi perencanaan yang antara lain ditunjukkan oleh
tercapainya
realisasi
anggaran
(penyerapan) secara tepat waktu dan jumlah, juga ditunjukkan oleh tercapainya output dan outcome dari kegiatan yang direncanakan dan anggaran yang digunakan. Di
sisi
pendapatan
negara,
Selain DJA, dalam pelaksanaan proses pengelolaan anggaran juga melibatkan stakeholder lain, baik intern maupun ekstern Kementerian Keuangan. Dalam menjalani proses tersebut, tidak jarang diperlukan
pembahasan
sehingga
diperlukan kemampuan untuk menjelaskan dan kekuatan tawar (bargaining power) yang tinggi. Secara filosofis, kemampuan untuk menjelaskan dan kekuatan tawar tersebut terkait dengan tingkat kompetensi organisasi dan SDM yang ditugaskan. Dalam hal ini, terminologi naik kelas bagi DJA kenaikan kemampuan untuk menjelaskan dan mempunyai posisi tawar yang kuat dalam berbagai pembahasan dan negosiasi di bidang pengelolaan anggaran dengan berbagai stakeholder.
yaitu
penerimaan negara bukan pajak (PNBP), tugas
DJA
antara
lain
merumuskan
PROSES NAIK KELAS
kebijakan dan regulasi PNBP, perencanaan
Untuk suatu unit kerja yang mempunyai
pagu penggunaan PNBP, dan monitoring
tugas rutin, proses kenaikan kelas bukanlah
serta evaluasi pengelolaan PNBP. Dalam
menjadi hal yang biasa. Hal ini dikarenakan
hal ini, kondisi naik kelas bagi DJA
platform unsur-unsurnya belum tentu secara
adalah meningkatnya kemampuan untuk
khusus disiapkan untuk selalu naik kelas.
mengumpulkan pendapatan negara secara
Tentu berbeda dengan para siswa yang
optimal, dalam arti melakukan perencanaan
memang platformnya adalah naik kelas dan
yang akurat, pengumpulan pendapatan yang
lulus. Meskipun terkait dan bisa didukung
optimal, dan mengelolanya sesuai dengan
dengan baiknya kualitas pelaksanaan tugas
prinsip-prinsip good corporate governance
rutin, tetapi kenaikan kelas bukanlah tugas
(GCG), sekaligus meningkatkan kinerja dari
rutin itu sendiri. Oleh karena itu, kenaikan
18 Warta anggaran | 23 Tahun 2012
administratif, realisasi penerimaan, potensi,
tugas rutin, sehingga memerlukan upaya
(4) mempersiapkan rencana kerja dari
tarif, objek, subjek, kondisi sektor ekonomi
lebih keras.
implementasinya, payung hukum dan
terkait, benchmark di negara lain), belanja
regulasi, serta anggaran dan fasilitas (5)
(langkah kebijakan, langkah administratif,
implementasi pencapaian, yang dilakukan
realisasi belanja negara, Volume input dan
secara intensif, dan (6) monitoring,
unit cost, ouput, outcome, benchmark di
evaluasi, pelaporan, dan penyempurnaan
negara lain), (6) model yang akurat dan
terkait semua proses yang direncanakan
selalu dievaluasi serta disempurnakan
dan dijalani.
(perencanaan,
Untuk mencapai kenaikan kelas yang berkualitas, hal penting yang harus dimiliki oleh SDM DJA adalah platform seperti siswa berprestasi yang merasa harus naik kelas bahkan menduduki ranking tinggi, atau platform militer yang harus siap untuk menang dalam bertempur dan berperang dalam mempertahankan negara, atau para atlet yang harus menjadi juara dan mempertahankan kejuaraannya, atau bahkan memecahkan rekor. Untuk mencapai kesuksesan dalam mencapai suatu tujuan strategis tertentu, proses atau tahap-tahap pencapaian merupakan faktor penting dalam pencapaian tujuan tersebut.
Oleh
karena
itu,
proses
pencapaian tersebut harus dirumuskan dengan matang, rinci,
disepakati, dan
dipahami, serta kemudian digunakan secara disiplin dan ditinjau ulang serta disempurnakan untuk menjalani langkah pencapaian tujuan tersebut. Proses atau tahap yang diperlukan untuk naik kelas bagi DJA antara lain adalah (1) menyesuaikan pola pikir, sikap, perilaku, dan orientasi SDM dengan platform untuk naik kelas, antara lain menyadari bahwa tantangan tugas DJA akan semakin berat di masa depan, dan bila tidak disiapkan dari sekarang untuk menghadapinya maka tantangan tersebut akan menjadi masalah yang lebih kompleks di masa depan, (2) menyusun titik tujuan dari kenaikan kelas, strategi pencapaian, sekaligus organisasi atau task force sebagai PIC dari upaya untuk naik kelas (3) mengidentifikasi kondisi existing DJA, khususnya identifikasi permasalahan
yang
bisa
diselesaikan
perk
real,
structural
change, analisis dampak ekonomi makro),
PRASYARAT NAIK KELAS
(7)
aturan
yang
representatif
yang
Prasyarat naik kelas secara berkualitas
memperhitungkan
adalah hal-hal yang harus ada agar
benefit dan costnya (primer, sekunder, dan
DJA bisa naik kelas secara berkualitas.
tertier), dampak dan respon stakeholder
Ketiadaan salah satu atau beberapa
yg tidak distortif, (8) teknologi informasi
prasyarat tersebut akan menyebabkan
yang representatif, (9) networking yang
tidak naik kelas, atau naik kelas tetapi
terkelola dengan baik sehingga dapat
tidak berkualitas. Sehubungan dengan
menjamin kelangsungan penyediaan dana,
itu, prasyarat yang harus tersedia dalam
data/informasi, dan teknologi sesuai waktu,
rangka naik kelas secara berkualitas
jumlah dan kualitas yang diperlukan, serta
antara lain adalah (1) kesepahaman
dukungan lain yang diperlukan. Selanjutnya,
dan kesediaan dari semua pemangku
mengingat tugas DJA di bidang keuangan
kepentingan DJA tentang perlunya naik
negara ini merupakan tugas yang selalu
kelas tersebut, serta kesadaran tentang
bekaitan dengan dinamika yang tinggi dari
dampak
(2)
objek tugas tersebut, maka sikap antisipatif
pengetahuan tentang posisi riil saat ini
dan inovatif terhadapi perubahan tugas dan
dan posisi kelas baru yang ingin dicapai,
faktor penentunya, baik secara kuantitas
(3) PIC yang kredibel untuk menjadi agen
maupun secara kualitas, (10) dilaksanakan
pencapaian (mengelola) kenaikan kelas,
tanpa menganggu kegiatan rutin DJA, atau
(3) arah dan strategi yang jelas, terukur,
bahwa diupayakan untuk bersinergi, (11)
konsisten, dan kontinyu, (4) SDM di tingkat
anggaran dan fasilitas yang diperlukan.
biaya
dan
manfaatnya
implementasinya,
analis dan teknis yang mempunyai disiplin keahlian yang memadai untuk berpikir
PELUANG
dan bekerja multidimensi serta dikelola
UNTUK NAIK KELAS
dan dikembangkan dengan baik dari semua aspek, baik recruitment, pembinaan, remunerasi/insentif, opportunity, maupun reward and punishment, (5) database yang memadai dalam arti valid, lengkap, tersedia secara kontinyu dan real time menyangkut pendapatan (langkah kebijakan, langkah
DAN TANTANGAN
Proses pengelolaan keuangan negara, baik di sisi pendapatan maupun di sisi belanja negara melibatkan banyak pemangku kepentingan, sejak dari tahap perencanaan, penentuan alokasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, serta upaya perbaikan dan penyempurnaannya. Dalam kesehariannya,
Warta anggaran | 23 Tahun 2012
19
PERENCANAAN ANGGARAN
dan potensi yang bisa dikembangkan,
DJA Sukses “Naik Kelas”: Urgensi Dari Perumusan Arah, Proses, Prasyarat, Dan Identifikasi Peluang Serta Tantangannya
kelas harus dikerjakan sejalan tetapi di luar
PERENCANAAN ANGGARAN DJA Sukses “Naik Kelas”: Urgensi Dari Perumusan Arah, Proses, Prasyarat, Dan Identifikasi Peluang Serta Tantangannya
masing-masing stakeholder
tersebut
dapat mempunyai posisi yang berbeda, bahkan tidak jarang nampak berlawanan, dengan posisi DJA.
informasi juga sangat membantu dalam
kebijakan dan pengambilan keputusan
melaksanakan pengelolaan anggaran.
dalam pengelolaan anggaran. Tantangan
Sementara itu, tidak sedikit tantangan yang
dihadapi
dalam
pengelolaan
Sesuai dengan konsep-konsep ekonomi
keuangan negara. Salah satunya adalah
seperti kelangkaan (scarcity),
hukum
adanya kelangkaan, yang antara lain
pemerintah
tercermin pada tingginya permintaan
(The Law of Increasing State Activity –
anggaran yang harus dipenuhi, sedangkan
Adolf Wagner), hukum
anggaran yang tersedia sangat terbatas,
selalu
naiknya
peran
permintaan
yang
nampaknya
prioritas yang semestinya, karena bisa terabaikan kalau tugas rutinnya banyak ditambah lagi dengan tugas ad hoc yang sering datang dengan waktu dan volume yang tidak terduga.
equilibrium, prinsip dinamika ekonomi,
pada keperluan
dan konsep-konsep penting lainnya, maka
secara akurat. Hal tersebut menimbulkan
PENUTUP
pembahasan anggaran pendapatan dan
keperluan akan tingginya kompetensi
Kesimpulan
belanja sering menjadi penuh tantangan
untuk menyusun prioritas, membahas,
karena berkaitan dengan aksi dan reaksi
dan menegosiasi alokasi anggaran, baik
disusunnya prioritas
Dari pembahasan yang dilakukan dalam
para pemangku kepentingan. Di
Prasyarat kenaikan kelas DJA mencakup (i) kesepahaman dan kesediaan dari semua pemangku kepentingan untuk naik kelas, dan menanggung dampak biaya dan manfaatnya
sisi lain, banyak juga peluang yang tersedia untuk dimanfaatkan dalam mendukung pelaksanaan tugas yang ada. Berbagai dapat
peluang
yang
dimanfaatkan
untuk
memperlancar
pelaksanaan
tugas DJA antara lain adalah terdapatnya undang-undang
regulasi
yang
representatif, kondisi SDM, organisasi, dan manajemen yang memadai secara kuantitas dan kualitas, serta tingginya kesadaran dari stakeholder mengenai terdapatnya
kepentingan
bersama
dalam rangka membangun negara untuk mensejahterakan masyarakat. Peluang lainnya adalah adanya kesadaran saling memerlukan
dari
para
stakeholder
dalam proses pengelolaan anggaran dan keuangan negara
bagian
dapat
disampaikan
sebelumnya, beberapa
kesimpulan sebagai berikut : 1.
Untuk naik kelas, DJA
mendefinisikan (i) arah dari kenaikan kelas yang ingin dicapai, (ii) proses dari kenaikan kelas yang akan ditempuh, (iii) prasyarat dari kenaikan kelas yang diperlukan, dan (iv) mengidentifikasi peluang
berbagai dan
diatasi
mendudukkan upaya naik kelas pada
sehingga
konsekuensi
sulit
adalah sulitnya menjaga konsistensi utk
dan penawaran, game theory, general
menimbulkan
paling
dan kesadaran
sebagai abdi negara dan masyarakat yang harus melaksanakan tugas yang diembannya dengan baik. Selain daripada itu, perkembangan ilmu, teknologi, dan
20 Warta anggaran | 23 Tahun 2012
dan tantangan dari kenaikan
internal pemerintah yang dengan K/L, maupun antara pemerintah dengan
kelas,
lembaga negara lainnya seperti DPR
2. Arah
dan DPD. Selain itu,
terdapat aspek
dari
kenaikan
kelas
DJA
mencakup (i) di sisi belanja negara
governance dalam pengelolaan anggaran
adalah
yang berpotensi menimbulkan dampak
untuk
urusan dengan auditor (BPKP dan BPK)
efektivitas, dan kualitas belanja negara,
dan lembaga pemberantas korupsi (KPK,),
khususnya belanja Pemerintah Pusat,
serta berbagai pendapat masyarakat dan
(ii) di sisi pendapatan negara adalah
lembaga swadaya masyarakat (LSM).
meningkatnya
Tantangan lainnya adalah kondisi SDM
mengumpulkan pendapatan negara
yang lebih suka berada pada posisi status
secara optimal sesuai dengan prinsip-
quo dan sulit diajak untuk naik kelas, SDM
prinsip good corporate governance
yang berfikir parsial (partial equilibrium),
(GCG), (iii) di sisi koordinasi adalah
dan
mempertimbangkan
naiknya kekuatan tawar dalam berbagai
reaksi stakeholder lain dalam perumusan
pembahasan dan negosiasi dalam
tidak
mau
meningkatnya
kemampuan
memperbaiki
kemampuan
efisiensi,
untuk
3. Proses dari kenaikan kelas DJA mencakup (i) menyesuaikan pola
dengan tugas rutin, dan (xii) anggaran serta fasilitas yang diperlukan.
REKOMENDASI
pikir, sikap, perilaku, dan orientasi
5. Peluang yang dapat dimanfaatkan untuk
SDM dengan platform untuk naik
memperlancar pelaksanaan tugas DJA
kelas, (ii) menyusun titik tujuan dari
antara lain adalah (i) undang-undang
kenaikan kelas, strategi pencapaian,
dan regulasi yang representatif, (ii)
sekaligus organisasi atau task force
SDM dan organisasi yang memadai,
sebagai PIC dari upaya untuk naik
(iii) tingginya kesadaran mengenai
kelas (iii) mengidentifikasi kondisi
terdapatnya kepentingan bersama
existing DJA, khususnya identifikasi
untuk mensejahterakan masyarakat,
pertama kali adalah menunjuk PIC
permasalahan yang bisa diselesaikan
(iv)
yang representatif sebagai agen dari
dan potensi yang bisa dikembangkan,
memerlukan, (v) kesadaran sebagai
(iv) mempersiapkan rencana kerja
abdi negara dan masyarakat, dan (vi)
dari implementasinya, payung hukum
perkembangan ilmu, teknologi, dan
dan regulasi, serta anggaran dan
informasi. Sementara itu tantangan
strategi pencapaian upaya tersebut,
fasilitas (v) implementasi pencapaian,
yang dihadapi dalam pengelolaan
seperti mengidentifikasi arah, proses,
yang dilakukan secara intensif, dan (vi)
keuangan negara adalah (i) kelangkaan
monitoring, evaluasi, pelaporan, dan
anggaran, (ii) aspek governance dalam
penyempurnaan terkait semua proses
pengelolaan anggaran yang berpotensi
yang direncanakan dan dijalani.
menimbulkan dampak urusan dengan
dan tantangan yang ada. PIC yang
auditor (BPKP dan BPK) dan lembaga
ditunjuk memerlukan beberapa syarat,
pemberantas korupsi (KPK,), (iii)
yaitu (1)
4. Prasyarat
kenaikan
kelas
DJA
mencakup (i) kesepahaman dan kesediaan dari semua pemangku kepentingan untuk naik kelas, dan menanggung
dampak
biaya
dan
manfaatnya (ii) pengetahuan tentang posisi riil saat ini dan posisi kelas baru yang ingin dicapai, (iii) PIC yang kredibel untuk menjadi agen, (iv) arah dan strategi yang jelas, terukur, konsisten, dan
kontinyu,
(v) SDM di tingkat analis dan teknis yang mempunyai disiplin keahlian yang memadai (vi) database yang memadai, (vii) model yang akurat dan selalu dievaluasi serta disempurnakan,
adanya
kesadaran
saling
berbagai pendapat masyarakat dan lembaga swadaya masyarakat (LSM)
Dalam rangka mencapai harapan untuk naik kelas bagi DJA, hal utama yang dapat penulis sarankan untuk ditempuh
upaya kenaikan kelas tersebut yang diberi
tugas
untuk
merumuskan
prasyarat yang diperlukan, langkah solusi untuk memanfaatkan peluang
paham mengenai proses
bisnis DJA termasuk, siklus tugas,
(iv) kondisi sebagian SDM yang
peta dan profil stakeholder, berbagai
lebih suka berada pada posisi status
masalah yang akan untuk diselesaikan,
quo dan sulit diajak untuk naik kelas,
potensi pengembangan yang akan
SDM yang berfikir parsial (parsial equilibrium), mau
dan
tidak
mampu/
mempertimbangkan
reaksi
diunggulkan, kekuatan SDM, dan (2) mampu meluangkan waktu khusus
stakeholder lain dalam perumusan
untuk menangani tugas kenaikan kelas
kebijakan dan pengambilan keputusan
tersebut, (3) mampu berkoordinasi
dalam pengelolaan anggaran, (e) tidak
terjaganya
konsistensi
utk
mendudukkan upaya naik kelas pada prioritas yang semestinya,.
dengan berbagai stakeholder DJA, dan
(4)
mempunyai
kemampuan
manajemen yang memadai. Selain
(viii) aturan yang representatif, (ix)
(Penulis adalah Tenaga Pengkaji Bidang
itu, program kenaikan kelas tersebut
teknologi informasi yang representatif,
PNBP)
harus
(x)
networking
yang
terkelola
PERENCANAAN ANGGARAN
menganggu atau bahkan bersinergi
segera
diluncurkan
untuk
ditindaklanjuti.
dengan baik, (xi) dilaksanakan tanpa
Warta anggaran | 23 Tahun 2012
21
DJA Sukses “Naik Kelas”: Urgensi Dari Perumusan Arah, Proses, Prasyarat, Dan Identifikasi Peluang Serta Tantangannya
pengelolaan anggaran
PNBP
REVISI UU NOMOR 20 TAHUN 1997:
QUO VADIS PNBP? Oleh : Arief Masdi
22 Warta anggaran | 23 Tahun 2012
Tahun 1998 yang diawali R eformasi dengan reformasi di bidang politik
pemerintah diharuskan untuk bersikap
penegakan hukum (law enforcement) di
responsif terhadap tuntutan masyarakat.
bidang PNBP juga menjadi pendorong
pada akhirnya merambah ke bidang
Penguatan
ketidakpatuhan Instansi Pemerintah dalam
ekonomi, sosial dan hukum, termasuk di
hubungannya
dalamnya reformasi di bidang pengelolaan
mewarnai
keuangan negara. Pasca reformasi Tahun
perundang-undangan
1998, undang-undang yang mengatur
1998. Secara sosiologis, materi muatan
tentang keuangan negara, perbendaharaan
dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun
negara, pemeriksaan keuangan negara,
1997 yang terkait hubungan negara,
perpajakan, kepabeanan telah mengalami
pemerintah dan masyarakat perlu ditinjau
perubahan atau revisi. Namun, ada satu
kembali.
dengan
dalam
pemerintah
pembentukan pasca
peraturan reformasi
PNBP Riwayatmu Dulu
undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang
Sebelum Undang-undang Nomor 20
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
Tahun 1997 ditetapkan, kondisi ekonomi
Undang-undang yang di bidang keuangan negara khususnya pendapatan negara yang ditetapkan pada masa orde baru atau sebelum reformasi Tahun 1998. Undangundang Nomor 20 Tahun 1997 masih mengacu pada Indische Comptabiliteitswet (Staatblad Tahun 1925 Nomor 448) sebagaimana telah diubah dan ditambah, terakhir dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1968. Padahal saat ini, Indische Comptabiliteitswet telah digantikan dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Secara yuridis, Undang-undang Nomor 20 Tahun 1997 sudah waktunya untuk direvisi. Reformasi juga membawa perubahan signifikan di bidang sosial, termasuk sosiologi
pembentukan
perundang-undangan.
peraturan
Undang-undang
Nomor 20 Tahun 1997 tentang PNBP ditetapkan pada masa/rezim pemerintah yang represif. Kondisi tersebut, sangat berbeda
dengan
saat
ini
dimana
PNBP
yang baik. Ditetapkannya Undang-undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang PNBP ternyata mampu menjadi alat penertiban dan penegakan hukum dalam pengelolaan PNBP. Undang-undang Nomor 20 Tahun hukuman (punishment) yang cukup tegas
dari perhatian publik yaitu Undang-
tentang PNBP merupakan salah satu
pengelolaan
1997 tentang PNBP mengatur konsep
Undang-undang yang sepertinya luput
Undang-undang Nomor 20 Tahun 1997
menyelenggarakan
Indonesia sedang membutuhkan sumber pembiayaan
selain
penerimaan
dari
perpajakan. Saat itu, potensi penerimaan negara lain yang paling menjanjikan dengan potensi penerimaan cukup besar adalah PNBP. Permasalahan saat itu, adalah belum adanya Undang-undang yang melandasi penyelenggaraan dan pemungutan PNBP. Padahal, kelompok PNBP yang ada
terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh wajib bayar dan pejabat pengelola PNBP pada
Instansi
Pemerintah. Hukuman
dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 1997 dapat berupa hukuman administrasi berupa denda dan sanksi pidana penjara. Konsep hukuman dalam pengelolaan PNBP ini ternyata membawa pengaruh cukup signifikan terhadap ketertiban dan kepatuhan Instansi Pemerintah dalam melaporkan dan menyetor PNBP.
pada Instansi Pemerintah (Kementerian/
Penegakan hukum dalam pengelolaan
Lembaga) cukup banyak, antara lain PNBP
PNBP yang diusung Undang-undang
dari pemanfaatan sumber daya alam,
Nomor 20 Tahun 1997 tentang PNBP
dari hasil pengelolaan dana Pemerintah,
saat itu, tidak serta merta diterima oleh
dari hasil-hasil pengelolaan kekayaan
semua Instansi Pemerintah. Beberapa
negara yang dipisahkan, dari kegiatan
Instansi Pemerintah resisten dan berusaha
pelayanan yang dilaksanakan pemerintah,
bertahan
dari putusan pengadilan dan pengenaan
sarat dengan moral hazard. Kondisi ini
denda administrasi dan dari hibah yang
menghasilkan bentuk ‘kompromi’ dalam
merupakan hak pemerintah.
pengelolaan
Kondisi kekosongan peraturan perundangundangan saat itu, menimbulkan moral hazard pada Instansi Pemerintah yang melaksanakan
pemungutan
PNBP.
Banyak Instansi Pemerintah yang enggan untuk
melaporkan
dan
menyetor
PNBP ke Kas Negara. Tidak adanya
PNBP
masyarakat
dengan
earmarked. PNBP,
pola
PNBP
yang
lama
yang
dinamakan
Dalam konsep Earmarked
Instansi
Pemerintah
berikan
kewenangan dapat menggunakan PNBP yang
dipungut/dihasilkannya,
untuk
membiayai kegiatan tertentu dengan persetujuan Menteri Keuangan. Konsep earmarked dalam Undang-undang
Warta anggaran | 23 Tahun 2012
23
REVISI UU NOMOR 20 TAHUN 1997: QUO VADIS PNBP?
posisi
PNBP
Nomor 20 Tahun 1997, nampaknya
undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Dalam
disambut
Instansi
Keuangan Negara. Kemudian disusul
terdapat beberapa substansi pokok yang
Pemerintah. Banyak Instansi Pemerintah
dengan lahirnya Undang-undang Nomor
akan disesuaikan dan diadaptasi ke dalam
yang
dan
1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
konsep revisi Undang-undang Nomor
menyetorkan hasil pungutan PNBP ke Kas
Negara dan Undang-undang Nomor
20 Tahun 1997 tentang PNBP. Substansi
Negara. Jumlah penerimaan negara yang
15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
tersebut, antara lain penyesuaian dan
dikelola off budget pun semakin berkurang
Pengelolaan
penegasan konsep ruang lingkup PNBP
dan sedikit. Instansi Pemerintah mulai rajin
Keuangan Negara.
cukup
baik
kemudian
oleh
melaporkan
REVISI UU NOMOR 20 TAHUN 1997: QUO VADIS PNBP?
melaporkan PNBP yang dipungut dengan harapan nantinya dapat menggunakan kembali PNBP tersebut untuk membiayai kegiatan Instansi mereka sendiri. Pengesahan
Undang-undang
dan
Jawab
negara membawa perubahan mendasar dalam
sistem
pengelolaan
keuangan
mendasar
dalam
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003
20 Tahun 1997 tentang PNBP yang
didalamnya
mengatur
dengan tegas tentang hukuman (punishment) PNBP
dan
penggunaan
(earmarked),
meningkatkan
mampu
realisasi
PNBP
cukup signifikan. Data realisasi PNBP menunjukkan, pada Tahun Anggaran
1996/1997
realisasi
PNBP mencapai Rp 30,29 Triliun meningkat menjadi sebesar Rp
PNBP
saat
ini,
termasuk definisi dan kelompok PNBP;
Paket Undang-undang di bidang keuangan
negara. Perubahan Nomor
Tanggung
pengelolaan
kewenangan
Menteri
dan
Menteri/Pimpinan
Lembaga;
konsep
penetapan
dan
konsep
jenis
tarif;
penyetoran, pemungutan dan penagihan; konsep
pemeriksaan,
keberatan
Munculnya konflik kewenangan antara Menteri Keuangan dengan Menteri/ Pimpinan Lembaga ataupun antar Menteri/Pimpinan Lembaga terkait pengelolaan PNBP, seperti penetapan jenis dan tarif PNBP dan penggunaan PNBP
dan
pengembalian,
keringanan;
konsep
penggunaan (earmarked); konsep pembinaan
dan
konsep
pelaporan
pengawasan; dan
pertanggungjawaban; dan konsep pemberian sanksi administrasi dan pidana. Substansi pokok tersebut telah menjadi bahan kajian bersama antara Kementerian Keuangan dan para stakeholder PNBP, guna menemukan
41,34 Triliun pada Tahun Anggaran
Keuangan
bentuk
konsep
1997/1998. Peningkatan realisasi PNBP
tentang Keuangan Negara, antara lain
terbaik pengelolaan PNBP ke depan.
terus berlanjut pada Tahun Anggaran
ruang lingkup keuangan negara termasuk
Sebagai contoh, dalam Undang-undang
1998/1999
sumber dan lingkup pendapatan negara;
Nomor 20 Tahun 1997, PNBP didefinisikan
sebesar Rp 55,64 Triliun. Sementara itu,
penegasan
Menteri
secara residual seperti keranjang sampah
pada Tahun Anggaran 1999/2000 mampu
dan
Lembaga;
sekaligus sangat lentur. PNBP didefinisikan
mencapai sebesar Rp 91,52 Triliun.
penekanan
penyetoran,
sebagai seluruh penerimaan Pemerintah
dimana
PNBP
mencapai
kewenangan
Menteri/Pimpinan konsep
pencatatan, pengelolaan, pelaporan dan
Pusat yang tidak berasal dari penerimaan
PNBP Mau Kemana?
pertanggungjawaban yang harus dikelola
perpajakan. Definisi PNBP yang keranjang
Kondisi yang melingkupi lahirnya Undang-
secara profesional, akuntabel, kredibel
sampah tersebut, misalnya dapat direvisi
undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang
dan transparan. Perubahan-perubahan
dengan memasukkan kelompok PNBP
PNBP empat belas tahun yang lalu
konsep mendasar di bidang pengelolaan
dalam definisi tersebut, sehingga menjadi
berbeda dengan kondisi saat ini atau
keuangan negara tersebut, menjadi salah
penerimaan yang berasal dari pemanfaatan
pasca reformasi Tahun 1998. Gelombang
satu amanah yang juga harus dijalankan
SDA, pengelolaan kekeyaan negara dan
reformasi di bidang keuangan negara
dalam pengelolaan keuangan negara
penerimaan berasal dari pelayanan yang
ditandai dengan digantikannya Indische
termasuk PNBP.
diselenggarakan oleh negara.
Compabiliteitswet (ICW) oleh Undang-
24 Warta anggaran | 23 Tahun 2012
Masalah kewenangan Menteri Keuangan
Undang-undang Nomor 20 Tahun 1997
dan Cukai yang relevan sebagai
dan Menteri/Pimpinan Lembaga di bidang
tentang PNBP adalah penggunaan PNBP
pembanding bagi UU PNBP;
pengelolaan PNBP juga menjadi isu pokok
(earmarked). Sebagian ahli keuangan
dalam revisi Undang-undang Nomor 20
menganggap konsep earmarked tidak
Tahun 1997. Dalam Undang-undang
efisien dan memperpanjang administrasi,
Nomor 20 Tahun 1997, Menteri Keuangan
sedangkan
diberikan kewenangan delegatif untuk
lain
menunjuk Instansi Pemerintah untuk
merupakan jawaban atas kelemahan
menagih dan atau memungut PNBP yang
penganggaran
terutang. Sementara itu dalam Undang-
mampu memberikan kepastian dalam
undang Nomor 17 Tahun 2003, Menteri/
mengalokasikan dana, khususnya kepada
Pimpinan Lembaga memiliki kewenangan
unit-unit yang menjalankan pelayanan
atributif untuk melaksanakan pemungutan
publik.
konsep
umum
keuangan
5. Melakukan studi pustaka antara terkait
earmarked
bechmarking pengelolaan PNBP di
yang
tidak
Jika dilihat, dalam pengelolaan PNBP saat
Prolegnas 2010-2014
ini, dibutuhkan pemberian kewenangan
Saat ini revisi Undang-undang Nomor
atributif kepada Menteri Keuangan dan
20 Tahun 1997 tentang PNBP telah
Menteri/Pimpinan Lembaga yang lebih luas
masuk dalam Proglam Legislasi Nasional
dan tegas guna menyelesaikan berbagai
(Prolegnas) DPR RI Tahun 2010-2014,
permasalahan yang ada dibandingkan
dimana
kewenangan yang dimiliki saat ini.
Keuangan) selaku inisiator. Permasalahan-
Menteri
Keuangan
dengan
Menteri/
Pimpinan Lembaga ataupun antar Menteri/ Pimpinan Lembaga terkait pengelolaan PNBP, seperti penetapan jenis dan tarif PNBP dan penggunaan PNBP, juga menjadi isu pokok yang akan dimasukkan dalam revisi Undang-undang Nomor 20 Tahun 1997. Beberapa ahli hukum memberikan usulan
bahwa
permasalahan
konflik
kewenangan, dapat diselesaikan dengan mengembalikan
kepada
kewenangan
Presiden. Selain itu, dapat juga dengan memberikan kewenangan atributif kepada Menteri atau Pejabat setingkat Menteri untuk menyelesaikan konflik kewenangan tersebut. Permasalahan lain yang sering menjadi bahan perdebatan dalam kajian revisi
6. Menyebarkan
kuesioner
menampung terkait
masukan
untuk
stakeholders
penyelenggaraan
dan
pengelolaan PNBP pada Kementreian/ Lembaga;
PNBP dan menyetorkannya ke kas negara.
Munculnya konflik kewenangan antara
negara lain;
pemerintah
7. Melakukan focus group discussion.
(Kementerian
permasalahan dalam pengelolaan PNBP tersebut telah menjadi bahan bahan kajian di Kementerian Keuangan (Direktorat Jenderal Anggaran) selaku unit yang mengkoordinir penyusunan draft naskah akademik dan draft RUU revisi Undangundang Nomor 20 Tahun 1997 tentang PNBP. Kementerian Keuangan (Direktorat
Pada dasarnya, tantangan besar yang di
bidang
pengelolaan
Keuangan
Negara khususnya pengelolaan PNBP merupakan tantangan Kementerian Keuangan
(Direktorat
Jenderal
Anggaran) guna mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Oleh karena itu, revisi atas
Undang-undang
Nomor
20
Tahun 1997 tentang PNBP merupakan pintu
masuk
konstitusional
sekaligus
perangkat
untuk
menjawab
tantangan tersebut.
Jenderal Anggaran), saat ini sedang melakukan
kajian
dengan
berbagai
pendekatan awal. Pendekatan awal yang saat ini sedang dilakukan antara lain : 1. Melakukan
identifikasi
Penulis adalah : Kepala Seksi pada Direktorat PNBP
ketentuan
dalam UU PNBP yang perlu direvisi; 2. Melakukan identifikasi ketentuan dalam UU PNBP terkait Paket UU Keuangan Negara; 3. Melakukan identifikasi ketentuan dalam UU Perpajakan dan UU Kepabeanan
Warta anggaran | 23 Tahun 2012
25
PNBP
mengatakan
pakar
dalam Undang-Undang Sektoral;
REVISI UU NOMOR 20 TAHUN 1997: QUO VADIS PNBP?
sebagian
4. Melakukan identifikasi ketentuan PNBP
PNBP
Askolani, Direktur Penerimaan Negara Bukan Pajak Mengapa Dan Bagaimana Revisi UU No. 20 Tahun 1997 Tentang PNBP
Oleh : Robby Martaputra dan Embun
26 Warta anggaran | 23 Tahun 2012
Reporter Warta Anggaran berkesempatan mewawancarai Askolani, Direktur Penerimaan Negara Bukan Pajak selaku Ketua Tim Perumus dan Penyusun revisi UU 20/1997. Meski baru 5 bulan terakhir
memimpin Direktorat PNBP, sebenarnya PNBP bukan merupakan hal yang baru bagi pria kelahiran kota pempek pada 45 tahun silam ini. Sebelumnya Askolani menjabat sebagai Kepala Pusat Kebijakan APBN, Badan Kebijakan Fiskal selama 2,5 tahun setelah sempat menjabat sebagai Kepala Bidang Kebijakan Penerimaan Bukan Pajak
Revisi atas UU No. 20 Tahun 1997 tentang PNBP saat ini telah masuk ke dalam Program Legislasi Nasional 2010-2014. Sebenarnya, apakah yang melatarbelakangi dilakukannya revisi atas UU No. 20 Tahun 1997 tersebut? Apabila kita lihat dari jangka waktunya, UU PNBP ini memang sudah berlaku cukup lama, hampir 14 tahun. Dari hasil evaluasi kita, memang ditemukan cukup banyak hal yang harus disesuaikan dengan perkembangan situasi aktual dan tantangan-tantangan di masa depan. Selain itu, dari sisi hukum sudah banyak perkembangan yang terjadi, seperti Amandemen UUD 1945, diterbitkannya Paket UU Keuangan Negara, lahirnya “Undang-Undang MD3” dan UU 9/2009 tentang Badan Hukum Pendidikan. Seluruh ketentuan perundangan tersebut bersifat dinamis, dan bersentuhan dengan basis UU 20/1997 tentang PNBP yang berkenaan dengan penerimaan SDA, laba BUMN, dan kementerian/lembaga, sehingga dalam perjalanannya banyak hal yang harus dibenahi atau diperbaiki. Revisi adalah langkah yang paling tepat untuk mengharmonisasikan dan menyesuaikan regulasi PNBP serta dalam rangka
mengantisipasi kebijakan PNBP ke depan. UU 20/1997 tentang PNBP telah diterapkan selama hampir 14 tahun. Permasalahan apakah yang mengemuka di dalam pelaksanaannya sepanjang waktu tersebut? Tantangan yang kami evaluasi sepanjang 14 tahun pengelolaan PNBP berdasarkan UU 20/1997 ini setidaknya ada empat, yaitu: (1) mengoptimalkan potensi-potensi PNBP, (2) mendukung kebijakan fiskal yang sustainsble, (3) peningkatan kinerja BUMN, dan (4) peningkatan kualitas pelayanan kementerian/lembaga. Memang tidak semua pelayanan umum harus dikenakan biaya atau tarif, namun demikian kita tetap harus memegang prinsip kewajaran dan keadilan. Apabila dikenakan tarif pelayanan dan pengelolaan potensi PNBP tentunya harus tetap berpegang kepada prinsipprinsip tersebut. Aspek-aspek apa sajakah yang menjadi titik fokus dalam revisi UU 20/1997 ini? Fokus pertama adalah manajemen pengelolaan PNBP yang baik, yaitu mengatur bagaimana hubungan antara fungsi Kementerian Keuangan sebagai Chief Financial Officer dengan kementerian/lembaga, atau hubungan antara Kementerian Keuangan bersama dengan kementerian/lembaga dalam menjalankan kebijakan publik. Selanjutnya mengupayakan agar seluruh lembaga pemerintah dapat bekerja dengan prinsip good goverannce, transparansi, dan akuntabilitas. Selain itu, kita juga meninjau kembali mekanisme penganggaran PNBP, penyetoran, dan pertanggungjawabannya, termasuk juga mengenai tarif dan sanksi atas keterlambatan penyetoran. Di dalam merancang revisi UU PNBP ini kami akan melihat bagaimana pengalaman di masa lalu, kondisi sekarang ini, dan juga mengantisipasi tantangan ke depannya. Salah satu isu pokok yang menjadi
Warta anggaran | 23 Tahun 2012
27
PNBP
selama periode Oktober – Desember 2008. Pada periode pernah bekerja di berbagai unit yang mengelola kebijakan belanja negara di Direktorat Jenderal Anggaran dan Perimbangan Keuangan serta Badan Kebijakan Fiskal. Dengan pengalaman bekerja selama hampir 20 tahun di berbagai instansi yang berbeda tersebut, tampaknya lokomotif revisi UU PNBP kali ini berada di tangan “masinis” yang tepat. Berikut adalah petikan hasil wawancara dengan Askolani selama 30 menit di pagi yang terasa singkat, padat, namun ringan tersebut.
Askolani, Direktur Penerimaan Negara Bukan Pajak Mengapa Dan Bagaimana Revisi UU No. 20 Tahun 1997 Tentang PNBP
etelah lebih dari satu dasawarsa dijadikan sebagai landasan pengelolaan penerimaan negara bukan pajak (PNBP), UU No. 20 Tahun 1997 akhirnya harus melalui tahap revisi. Proses tersebut diperkuat dengan telah masuknya revisi UU 20/1997 sebagai salah satu Program Legislasi Nasional 2010-2014. Mengetahui mengapa dan bagaimana proses revisi ini berlangsung merupakan kepentingan banyak stakeholders baik di lingkungan intern Kementerian Keuangan maupun ekstern seperti kementerian/lembaga, BUMN, Pemda, dan masyarakat pada umumnya. Tidak dapat dipungkiri, peranan PNBP sebagai salah satu penerimaan negara di luar pajak dan hibah semakin meningkat sejalan perkembangan waktu. Hal ini terlihat dari pertumbuhan realisasi PNBP yang signifikan selama sepuluh tahun terakhir, sebagaimana tampak pada grafik berikut ini:
S
PNBP Askolani, Direktur Penerimaan Negara Bukan Pajak Mengapa Dan Bagaimana Revisi UU No. 20 Tahun 1997 Tentang PNBP
perhatian para stakeholder dalam pengelolaan PNBP adalah earmarking. Kemana arah kebijakan mengenai earmarking dalam revisi UU yang akan disusun ini, apakah tetap sama seperti yang telah berjalan atau akan ada perubahan yang signifikan? Apabila yang dimaksudkan di sini adalah mekanisme penggunaan kembali PNBP, sebenarnya ini adalah mengenai insentif, yang salah satu bentuknya bisa berupa izin untuk menggunakan kembali sebagian PNBP. Kami menekankan bahwa pada prinsipnya apabila sebagian PNBP digunakan kembali maka penggunannya harus betul-betul tepat, yaitu dalam rangka mendukung tugas-tugas pokok kementerian/lembaga dalam rangka pelayanan publik dan juga untuk menghasilkan PNBP yang optimal. Terkait dengan aspek pemeriksaan dan pengawasan terhadap pengelolaan PNBP, apakah nantinya akan ada perubahan yang substantif apabila dibandingkan dengan praktik yang telah berjalan saat ini? Memang hal tersebut merupakan salah satu dari beberapa isu yang akan kami coba untuk menguraikan dan mencarikan regulasi yang lebih tepat untuk mengatasi permasalahan yang ada sepanjang proses revisi UU PNBP ini, seperti misalnya ada PNBP yang tidak disetorkan, tidak dilaporkan, disetorkan tapi terlambat, atau disetorkan namun jumlahnya tidak tepat, khususnya pada PNBP SDA yang tergantung pada volatilitas nilai tukar rupiah, harga minyak mentah, dan variabelvariabel lainnya. Usaha perbaikan dapat dilakukan dengan adanya peningkatan pada fungsi pengawasan. Namun demikian, fungsi pengawasan yang baik hanya dapat terlaksana apabila didahului dengan adanya regulasi yang tepat. Apabila regulasi sudah tepat dan dilaksanakan secara konsisten, baru kita bisa melaksanakan fungsi pengawasan tersebut.
28 Warta anggaran | 23 Tahun 2012
Saat ini cukup banyak UU Sektoral yang juga mengatur pengelolaan di bidang PNBP. Berkenaan dengan hal tersebut, strategi apa yang digunakan untuk mengharmonisasikan pengaturan pengelolaan PNBP dalam revisi UU PNBP dengan UU sektoral yang telah ada tersebut? Bagaimana caranya? Tehadap UU Sektoral, pada satu sisi dengan adanya Amandemen UU 1945 tentunya terjadi banyak perubahan yang menuntut dilakukannya penyesuaian-penyesuaian, selain juga karena adanya Paket UU Keuangan Negara. Harmonisasi itu penting, terutama harmonisasi kesetaraan, yaitu menyesuaikan dengan ketentuan-ketentuan yang serupa, dan harmonisasi dalam segi hukum. Dengan adanya harmonisasi, diupayakan tidak muncul adanya berbagai polemik setelah proses revisi UU PNBP 20/1997 ini selesai. Sebenarnya apakah yang menjadi tujuan/sasaran
Pemerintah
ke
depan setelah revisi atas UU PNBP selesai dan UU yang baru tersebut diberlakukan? Harapan kita adalah: pertama, bagaimana PNBP dapat dikelola secara baik, adil dan sesuai dengan fungsinya, baik itu merupakan fungsi lembaga
pelayanan maupun
pada fungsi
kementerian/ penerimaan
sumber daya alam migas dan nonmigas, serta laba BUMN. Kedua, dengan adanya revisi UU PNBP ini kita dapat menyikapi dan menemukan penyelesaian atas berbagai permasalahan dalam pengelolaan PNBP selama ini. Ketiga, tentunya revisi ditujukan agar ketentuan perundangan yang baru
tersebut dapat diimpementasikan dengan baik dan mendukung fungsi governance. Bagaimana
perkembangan
proses
revisi UU 20/1997 sampai dengan saat ini? Sebelum
menjelaskan
mengenai
perkembangannya, pertama-tama akan
menjelaskan
tahapnya.
Revisi
mengenai UU
saya tahap-
PNBP
yang
dilaksanakan pada tahun 2011 ini tentunya harus
sejalan
ketentuan
dengan
perundangan,
perkembangan sebagaimana
diketahui bahwa UU 10/2004 tentang Pembentukan
Peraturan
Perundang-
Undangan baru saja digantikan dengan UU 12/2011. Selain pentahapan, hal kedua yang perlu diperhatikan adalah time table yang kita susun dengan mengikuti regulasi tersebut, bahwa pada akhir tahun ini 2011 kami merencanakan finalisasi draft Naskah Akademik.
Apabila Naskah Akademik
telah selesai, proses akan dilanjutkan ke penyusunan isi draft revisi UU PNBP tersebut. Dijadwalkan bahwa draft revisi UU PNBP akan dibahas dan diputuskan di Pimpinan pada tahun 2012. Apabila dapat disepakati Pimpinan, maka draft RUU akan diajukan untuk dibahas di DPR pada tahun 2013. Seperti diketahui, revisi UU 20/1997 telah termasuk dalam Program Legislasi Nasional sampai dengan tahun 2014. Dengan demikian untuk menunjang mekanisme di time table tersebut, sejak tahap penyusunan draft Naskah Akademik kami selalu memfasilitasi komunikasi antar pemangku kepentingan (stakeholders) baik dari pihak akademisi, praktisi hukum, sampai dengan instansi pemerintah. Komunikasi tersebut dibuat dalam bentuk diskusi, rapat,
CATATAN: 1. Paket UU Keuangan Negara terdiri dari UU17/2003 tentang Keuangan Negara, UU 1/2004 tentang Perbendaharaan, dan UU 15/ 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara 2. “UU MD3” dimaksudkan dengan UU 27/2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD
atau forum yang terkait dengan masingmasing
fungsi
misalnya
pengelolaan
sumber daya alam, laba BUMN, dan kementerian/lembaga. Tentunya seluruh tahap komunikasi ini harus disusun secara diperoleh masukan yang utuh dalam proses revisi UU PNBP, khususnya dalam mengembangkan draft Naskah Akademik dalam waktu yang dekat ini. Sesuai ketentuan, ketika pemerintah akan menetapkan tarif atas suatu layanan yang masuk dalam kategori PNBP maka harus ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah (PP), namun demikian pada pratiknya ternyata ada beberapa pungutan yang tidak melalui proses penetapan dalam PP, contohnya tarif pendidikan di perguruan tinggi negeri. Bagaimana Pemerintah menyikapi hal ini dengan revisi UU PNBP? Apa strateginya ke depan supaya sesuai dengan ketentuan? Benar adanya bahwa persoalan biaya pendidikan di perguruan tinggi negeri merupakan salah satu dari berbagai tantangan yang perlu disikapi dalam pengelolaan mengupayakan
PNBP
saat
untuk
ini.
Kami
menemukan
solusi penyelesaian yang baik supaya di masa depan tidak timbul berbagai permasalahan. Lebih jauh lagi, karena hal ini juga terkait dengan fungsi badan layanan umum (BLU), maka sebaiknya diupayakan adanya harmonisasi dengan unit pengelola BLU dan juga unit yang menangani masalah pengelolaan aset, karena sebagaimana diketahui bahwa ketentuannya mengacu kepada Peraturan Pemerintah. Dengan
demikian, kami
berharap hal-hal yang diatur di dalam revisi UU 20/1997 ini tidak lagi bersifat parsial namun sudah menyeluruh dan
DATA PRIBADI Nama Lengkap Tempat /Tanggal Lahir Status/Jumlah Anak Strata II Master of Art
: Askolani, SE. MA : Palembang 11 Juni 1966 : Kawin / 2 : Univ. of Colorado at Denver, USA (Economics)
komprehensif. Koresponden : Robby dan Embun
Warta anggaran | 23 Tahun 2012
29
Askolani, Direktur Penerimaan Negara Bukan Pajak Mengapa Dan Bagaimana Revisi UU No. 20 Tahun 1997 Tentang PNBP
PNBP
sistematis dan terukur, sehingga dapat
PROFILE
PROFILE DUTA SPAN (2) :
Perlu Komitmen dan Kerjasama Yang Nyata dan Sungguh-Sungguh Agar SPAN Dapat Berhasil
Photo bersama para Duta SPAN Koordinator (DSK) dan Duta SPAN Unit (DSU) dengan sekretaris DJA, Dirjen Anggaran dan DIrektur SP pada saat acara sosialisasi SPAN di DJA tanggal 26 September 2011 Dari ki-ka : Aang Prabudi S. (Dit.Angg.I DSK), Aang Pugarista M. (Dit. Angg III-DSK), Mujono B. (Sekretaris-DSK) Alfian Mujiwardhani (Dit. PAPBN-DSU), Ari Wahyuni (Sekretaris Ditjen Anggaran), Herry Purnomo (Dirjen Anggaran), Masria H. Simandjuntak (Dit. Angg I-DSU), Rakhmat (Direktur SP), Dede Solihin (Dit. Angg.II-DSU), Kelik Umar Sumaji (Dit. Angg.III-DSU) dan Seprina Hasan Effendi (Dit.PNBP-DSU).
30 Warta anggaran | 23 Tahun 2012
2000 hingga pertengahan 2005 berkarier
Desa Perigi Lama, Pondok Aren, Kota
di Kanwil III DJA Padang Sumatera Barat,
berbentuk survey untuk melihat kesiapan
Tangerang Selatan, tepatnya 3 km sebelum
dan baru mulai 2005 kembali ke Jakarta
para pegawai DJA dalam menerima
masuk kawasan JPG (Jaringan Pipa Gas)
bergabung di DJAPK dan sekarang
perubahan terkait implementasi SPAN.
suatu tempat dimana para pencinta
berubah menjadi DJA ‘versi’ baru.
Partisipasi para pegawai dalam CRA II
sepeda gunung dan komunitas bike to work
dapat dijadikan parameter untuk melihat
biasa berkumpul.
seberapa jauh komitmen para pegawai untuk mendukung implementasi SPAN Lahir di sebuah desa dan kecamatan terpencil, kecamatan Pituruh, sebuah kecamatan paling barat dari Kabupaten Purworejo langsung
Jateng dengan
yang
berbatasan
wilayah
Kabupaten
Kebumen atau tepatnya 25 km dari pusat kota Kabupaten Purworejo
Propinsi
Jawa Tengah, hampir 41 tahun yang silam. Uniknya, menurut catatan Surat Tanda Kenal Lahir yang pernah dikeluarkan oleh pemerintah desa, Ayah lima anak ini (Fadhilah Izzatul Mar’ah, Muhammad Hanif S.Q., Rayyan Sayyidil Dzaki, Hiliya Nasywa dan Hana Syakira) pernah
tercatat lahir di kota Rembang Jateng. Namun, dengan alasan untuk kemudahan
Keterlibatannya dalam Project SPAN dimulai sekitar awal tahun 2011 (setahun
Ada cerita menarik yang terjadi disekitar
setelah mutasi ke Setditjen
tahun 2010 mengenai tempat tinggalnya.
yaitu tatkala ditunjuk sebagai salah satu
Bermula dari perbuatan seseorang yang
anggota team Change Management and
tidak bertanggungjawab di kantornya.
Communication (CMC) DJA untuk stream
Menurut informasi yang diterimanya,
Organisasi. Karena kesibukkan anggota
selama beberapa hari rumahnya di ‘satroni’
lainnya dalam team CMC SPAN DJA, maka
oleh beberapa orang untuk melihat lebih
dia sering mewakili rapat-rapat mingguan
dekat kondisi rumahnya. Orang tersebut
Project SPAN. Alhasil, dia semakin intens
seakan tidak percaya bahwa ada seorang
terlibat dalam Project SPAN, terlebih-lebih
pegawai DJA yang tinggal di kawasan
setelah dirinya juga ditunjuk sebagai salah
kampung seperti itu. Mungkin karena
satu Duta SPAN Koordinator di DJA.
secara kebetulan akses jalan maupun
Pada medio Nopember 2011, disela-
lokasi kampung tersebut berhimpitan
sela kesibukannya berkesempatan untuk
langsung dengan kawasan Bintaro (Sektor
menyampaikan beberapa pandangannya
9) maka mereka berusaha selama hampir seminggu
untuk
memastikan
Anggaran)
mengenai persiapan implementasi SPAN
apakah
kepada Warta Anggaran, dan berikut
kondisi tersebut nyata atau tidak.
petikan wawancaranya dengan Warta
pengurusan surat-surat kependudukan di
“ Kawasan tempat saya tinggal itu mirip
kelak kemudian hari, dalam akta kelahiran
dengan kawasan dekat kampus STAN
akhirnya dicatat lahir di kota Purworejo.
Jurangmangu era tahun 90-an, seperti di
Peranan
Meskipun begitu, pria ini mengaku pernah
sekitar Jalan Jengkol atau kawasan orang
persiapan implementasi SPAN.
tinggal dan sekolah di Rembang hingga
kampung Betawi pada umumnya. Empang
tahun 1977, saat dimana akhirnya ayahnya
lele untuk menampung air limbah rumah
memutuskan untuk berdinas di Komando
tangga masih banyak terdapat di sekitar
Rayon Militer (Koramil) Pituruh.
rumah saya meski lokasinya dekat dengan
Raut wajahnya sekilas, bila orang belum mengenal, sering mengira bahwa pria ini
Anggaran. Duta
SPAN
Sekedar untuk mengingatkan kembali bahwa sebagai tindak lanjut dari UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan
komplek Bintaro Permata, “ begitu dia mendiskripsikan tentang tempat tinggalnya.
Negara dan UU No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
berasal dari Sumatera. Barangkali karena
Kariernya sebagai PNS di Kementerian
Tanggung
raut
Keuangan diawali
maka digulirkanlah program
wajahnya
yang
mengisyaratkan
dalam
di Pusat Pengolahan
Jawab
Keuangan
Negara GFMRAP
ketegasan, senang to the point. Namun,
Data dan Informasi Anggaran (PPDIA)
(Government Financial Management and
begitu mendengar namanya, maka jelas
Bandung selepas dari Prodip III Keuangan
Revenue Administrative Project)
bahwa pria ini asli orang Jawa Tengah.
Spesialisasi Anggaran (sekarang istilah
didukung oleh Bank Dunia sebagai
MUJONO, begitu teman-teman kantor
Prodip III Keuangan sudah tidak ada lagi,
upaya untuk mereformasi pengelolaan
atau mitra kerjanya biasa memanggilnya.
melebur kedalam
STAN) tahun 1992
keuangan pemerintah Indonesia. Salah
Pemilik
hingga tahun 2000 yaitu saat mutasi besar-
satu komponen dari GFMRAP adalah PFM
besaran alumni STAN-Prodip. Mulai tahun
(Public Financial Management ) dengan
nama
lengkap
MUJONO
BASUKI yang berzodiak Piscess, tinggal
Warta anggaran | 23 Tahun 2012
yang
31
PROFILE
di perkampungan orang Betawi di wilayah
PROFILE DUTA SPAN (2) : Perlu Komitmen dan Kerjasama Yang Nyata dan Sungguh-Sungguh Agar SPAN Dapat Berhasil
(Change Readiness Assessment) C RA II merupakan salah satu tools yang
tujuan
untuk
efektifitas,
bisnis internal dan IT saja namun juga akan
Perbendaharaan, maka guna membantu
pertanggungjawaban
berdampak pada perubahan peran pegawai
tugas dari team CMC SPAN
dari pengeluaran pemerintah. Salah satu
pada unit yang terkena dampak langsung
program
inisiatif untuk mencapai tujuan tersebut
dari SPAN, misalnya kalau di DJA adalah
tingkat pusat dan Duta SPAN Unit yang
adalah modernisasi penganggaran dan
para pegawai di lingkungan Direktorat
ada di masing-masing KPPN/Unit Eselon III.
pelaksanaan perbendaharaan (Modernize
Anggaran I, II dan III serta sebagian pegawai
Budget & Treasury Operation).
di unit Direktorat PNBP dan Direktorat
PROFILE DUTA SPAN (2) : Perlu Komitmen dan Kerjasama Yang Nyata dan Sungguh-Sungguh Agar SPAN Dapat Berhasil
PROFILE
keterbukaan
memperkuat and
Selanjutnya, untuk mewujudkan hal itu maka
Penyusunan APBN yang dalam tugasnya nanti
berhubungan/
menggunakan akses data elektronik APBN. Untuk itu, diperlukan kesiapan para
pegawai
untuk
menghadapi itu semua. Disinilah
titik
kritis
persiapan implementasi SPAN yaitu diperolehnya komitmen yang sungguhsungguh
dari
para
pegawai untuk menerima dan menjalankan SPAN.
DJA (juga Pusintek) tidak seluas Ditjen Perbendaharaan yang mempunyai kantor daerah di setiap propinsi, namun karena tidak ada unit khusus yang menangani project SPAN dan anggota team CMC SPAN melekat di Sekretariat Ditjen yaitu Bagian OTL dan Bagian Kepegawaian maka keberadaan Duta SPAN (Koordinator dan Unit) masih tetap diperlukan. Hanya bedanya dengan Pusintek jika Duta SPAN Koordinator diambil alih langsung oleh team CMC SPAN Pusintek dan Duta SPAN Unit mewakili bagian/unit eselon III maka di DJA dari 3 DSK hanya 1 DSK yang
serta untuk Duta SPAN Unit mewakili unit
manusia
itu
digulirkanlah Program RPPN (Reformasi
berubah. Disisi lain komitmen manusia
Penganggaran
Perbendaharaan
pada perubahan dapat diperoleh bila
Negara) dengan beberapa produknya
kebutuhan pribadi mereka dapat dipenuhi
antara lain : SPAN, SAKTI, Bussiness Process,
dan perubahan itu memberikan solusi atau
Change Management dan Service Desk.
manfaat bagi kebutuhan praktis mereka.
Anggaran, Ditjen Perbendaharaan dan
Anggaran ? Meski cakupan organisasi
bahwa
mengapa mereka harus
implementasi harus dilaksanakan di Ditjen
Ditjen
2 sisanya dipilih melalui seleksi wawancara
dan menerima alasan
milik Kementerian Keuangan yang
dengan
banyak hal, secara umum
bila mereka mengerti
itu
bagaimana
sekaligus mewakili team CMC sedangkan
?
akan bersedia berubah
Dengan demikian jelas bahwa SPAN
Duta SPAN Koordinator di
Dalam
Mengapa
dan
Lalu
dibuatlah
eselon II. Apakah
seorang
Duta
SPAN
wajib
menguasai secara detail proses bisnis dan IT yang digunakan ? Mengutip, pernyataan Sanker -perwakilan Bank Dunia di Project SPAN- bahwa Duta SPAN bukanlah seorang salesman yang menjual produk dagangan, yang selalu mengatakan bahwa produknya adalah produk nomer 1, tapi
Untuk itulah maka keberadaan CMC
peran Duta SPAN dalam project SPAN
sangat diperlukan untuk memfasilitasi
adalah membantu team CMC SPAN
dan
mengkomunikasikan
dalam
yang
diperlukan
segala
hal
menjelaskan
cakupan
project
memdapatkan
SPAN, manfaat yang akan diperoleh dan
komitmen para pegawai selaku yang akan
perubahan-perubahan apa yang bakal
menjalankan SPAN. Namun, karena luasnya
terjadi bila SPAN berjalan. Dengan demikian
cakupan organisasi dan banyaknya pegawai
jelas, bahwa peranan Duta SPAN baik di
yang
penjelasan
DJA, DJPB dan Pusintek adalah membantu
Dampak dari implementasi SPAN nantinya
mengenai SPAN dan dipersiapkan untuk
CMC SPAN di Unit Eselon I masing-masing
tidak hanya terjadi perubahan pada proses
menerima perubahan, khususnya di Ditjen
dalam mengkomunikasikan tentang SPAN
Pusintek. Manfaat SPAN nantinya selain untuk ke-2 unit eselon I tersebut dan Pusintek juga akan dirasakan oleh seluruh satker di Kementerian Negara/lembaga.
32 Warta anggaran | 23 Tahun 2012
harus
guna
mendapatkan
baik secara formal (terlibat langsung dalam
apapun) dan tetap memperhatikan hak-hak
jajaran pimpinan di DJA terhadap SPAN.
acara
keluarga,” begitu kilahnya.
Dan pada TA 2012 alokasi dana kegiatan
SPAN) maupun secara informal (melalui obrolan ringan/santai baik di kantin, diperjalanan maupun ditempat-tempat lain
Komitmen yang sungguh-sungguh dari seluruh pihak terkait
yang memungkinkan, menyebarkan leaflet
Dalam sebuah organisasi, setiap perubahan
dsb). Selain itu juga untuk memberikan
(kearah yang lebih baik) yang diharapkan
informasi/umpan
CMC
selalu mengalami hambatan dan kendala.
mengenai keluhan, harapan dan keinginan
Masalah klasik yang selalu terjadi adalah
dari para pegawai terkait issue SPAN.
masalah dana dan koordinasi. Menurutnya,
balik
kepada
Namun, idealnya memang seorang Duta SPAN perlu mengetahui cakupan SPAN yang lebih luas, tidak hanya pada sejarah/ latar belakang SPAN serta manfaatnya saja, tapi juga mengetahui secara benar tentang perubahan proses bisnis yang akan
hambatan dan kendala tersebut dapat dicari jalan keluarnya jika setiap pihak saling berkomitmen
dan bekerjasama
yang sungguh-sungguh untuk menerima
SPAN dalam mengkomunikasikan SPAN
CMC, BPI dan IT masih perlu ditingkatkan
kepada para pegawai bisa lebih optimal.
lagi. Dikatakannya : “Hingga saat ini antara
Untuk itu, setiap perkembangan/perubahan
team CMC, BPI dan IT terkesan masih
proses bisnis internal (dengan segala
jalan
implikasinya) dan IT yang terjadi secepatnya
perkembangan business process dan IT
dapat disampaikan kepada Duta SPAN,
seringkali tidak ter-update atau tidak
dengan demikian diharapkan keraguan
diketahui oleh team CMC. Padahal didalam
para
CMC-lah
Suami dari Neneng Kuswati (yang Asli Garut alias ASGAR) merupakan satu dari sedikit pegawai di DJA yang menyenangi
dari seluruh pihak, maka dalam rencana kerja CMC SPAN telah dirumuskan tentang perlunya team koordinasi yang diberi nama KIS (Komite Implementasi SPAN) baik di DJA, DJPB maupun Pusintek. Adapun bentuk ataupun struktur KIS diserahkan kepada masing-masing unit eselon I.
Pusintek telah dibentuk team koordinasi
SPAN di DJA, maka koordinasi antara team
implimentasi SPAN dapat dieleminir.
rangka mendapatkan komitmen dukungan
kebijakan yang telah diputuskan.
nantinya. Sehingga fungsi dan peranan Duta
keberhasilan
Untuk meningkatkan koordinasi dan dalam
“ Baik di Ditjen Perbendaharaan maupun
Terkait dengan persiapan implementasi
terhadap
user hyperion sekitar 500 pegawai.”.
dan mendukung pelaksanaan dari semua
terjadi dan peranan IT dalam project SPAN
pegawai
SPAN adalah untuk kegiatan training end
sendiri-sendiri.
seluruh
implementasi
Kemajuan
kegiatan
SPAN
atau
persiapan
direncanakan
terutama terkait dengan training untuk para pegawai” Terkait alokasi dana untuk kegiatan
kegiatan memancing di laut selain olahraga
persiapan implementasi
badminton setiap Jumat pagi
dan juga
juga masih menjadi kendala. “ Menurut
travelling. Mengenai hobbi memancingnya ini,
yang saya ketahui, setidaknya untuk team
dia mengatakan bahwa yang menarik dari
CMC SPAN DJA, pada tahun anggaran
memancing adalah lebih kepada rasa sensasi
2011
saat menarik bearings untuk mengalahkan
khusus dialokasikan untuk kegiatan SPAN.
ikan yang menyambar umpan. Bagi sebagian
Demikian pula untuk tahun anggaran 2012
orang lainnya sering mengatakan bahwa
juga belum dialokasikan. Dari beberapa
memancing merupakan pekerjaan yang
kegiatan SPAN yang berhasil dilaksanakan
sia-sia. “Ahh.. itu mah karena mereka gak
di TA 2011 hanya 1 kegiatan yang dananya
suka memancing aja. Menurut saya, yang
khusus dialokasikan untuk itu yaitu kegiatan
terpenting adalah jangan melalaikan untuk
team
tetap ibadah (tetap sholat dalam kondisi
memperoleh komitmen dukungan dari
SPAN di DJA
tidak tersedia dana yang secara
building
yang
ditujukan
PROFILE
tentang
dalam rangka persiapan implementasi SPAN,
namun
berbeda
strukturnya
teamnya. Jika di Ditjen Perbendaharaan dibentuk KISS (Komite Implementasi SPAN dan SAKTI) pada setiap unit eselon III di daerah dan 1 KISS ditingkat pusat maka di Pusintek menggunakan struktur team koordinasi yang sudah ada. Nach, untuk DJA saya berharap sebelum bulan April 2012 sudah berhasil dibentuk KIS guna meningkatkan komunikasi dan koordinasi antara team BPI, IT dan CMC serta unitunit terkait lainnya.” Menaruh keinginan dan harapan yang tinggi kepada para pegawai untuk menerima dan mendukung implementasi SPAN, tidak akan tercapai secara maksimal jika kurang atau tidak disertai dengan komitmen dukungan dan kerjasama yang sungguh-sungguh dari semua unit atau pihak yang berkompeten, disamping koordinasi yang bagus diantara unit-unit yang terlibat langsung dalam implementasi SPAN. Salam Transformasi !!! (WA – MB)
untuk
Warta anggaran | 23 Tahun 2012
33
PROFILE DUTA SPAN (2) : Perlu Komitmen dan Kerjasama Yang Nyata dan Sungguh-Sungguh Agar SPAN Dapat Berhasil
sosialisasi, diskusi/FGD
BERITA
Menko Perekonomian
Memimpin Rapat Koordinasi Penyelesaian RAPBN 2012 Saat ini pembahasan dan penyelesaian RAPBN 2012 memasuki tahap krusial, yaitu alokasi pemanfaatan anggaran hasil optimalisasi pembahasan RAPBN 2012. Tercapainya tambahan anggaran hasil optimalisasi tersebut bukan merupakan penggelembungan anggaran atau maksudmaksud lain, namun merupakan pelaksanaan tugas konstitusi oleh Pemerintah dan DPR. Pemerintah dan DPR tetap menjaga governance proses penyusunan dan pembahasan RAPBN 2012, sehingga terjaga akuntabilitas, kredibilitas, dan transparansi proses penyelesaian RAPBN 2012. Untuk itu, pada tanggal 17 Oktober 2011 diadakan rapat koordinasi Penyelesaian RUU APBN 2012 di auditorium Dhanapala Gedung Sutikno Slamet Kementerian Keuangan yang dihadiri oleh perwakilan seluruh Kementerian/Lembaga dan diisi dengan arahan dari Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa dan Menteri Keuangan, Agus Martowardojo.
34 Warta anggaran | 23 Tahun 2012
Acara dibuka dengan laporan Direktur Jenderal Anggaran, Herry Purnomo yang menyampaikan laporan progress pembahasan dan penyelesaian RUU APBN 2012 dengan DPR. “Jangan memaksakan sesuatu karena ada bagian dari optimalisasi, kalau belum siap jangan dipaksakan apalagi dengan proyek yang tidak nyambung” demikian pesan Hatta Rajasa ketika menyampaikan arahannya. Selanjutnya Hatta Rajasa meminta kepada seluruh K/L untuk mencari terobosanterobosan baru dalam pelaksanaan program dan kegiatan tapi tetap menjaga akuntabilitas dan transparansi, jangan hanya melakukan bussiness as usual. Dana optimalisasi bukanlah akal-akalan tapi merupakan proses yang akuntabel dan dilakukan untuk memberikan nilai tambah bagi kesejahteraan rakyat. Selanjutnya, Menteri Keuangan, Agus Mar-
towardojo menyampaikan Pokok-pokok Hasil Pembahasan RAPBN 2012 dan penyelesaiannya . Menteri Keuangan menyampaikan bahwa dalam menyusun RKA-Kl Dalam menyusun RKA K/L Tahun 2012, harus memperhatikan (i) Tugas, Fungsi dan kewenangan masing-masing, (ii) Mengkaji ulang pembangunan gedung baru dan menundanya apabila tidak sangat mendesak, (iii); Dalam mengalokasikan dana dekonsentrasi dan dana tugas pembantuan agar mengacu pada ketentuan peraturan perundang‐undangan, (iv) Kementerian Negara/Lembaga yang menyelenggarakan sekolah/ lembaga pendidikan agar mencantumkan dalam klasifikasi fungsi pendidikan, dan (v) Dalam pengalokasian bantuan belanja sosial, dapat langsung diberikan kepada masyarakat dan/atau lembaga kemasyarakatan guna melindungi terjadinya dari resiko sosial. (RA)
BERITA
Menteri Keuangan
Mengapresiasi Kinerja Direktorat Jenderal Anggaran
M
enteri
Martowardojo kepada
Agus
Desember 2011 bertempat di ballroom
sudah
berpesan
Dhanapala Kementerian Keuangan, tur-
Kementerian Keuangan dan selalu
jajaran
ut hadir pula Wakil Menteri Keuangan I,
berusaha
Anny Ratnawati.
profesionalisme dan bersinergi dalam
Keuangan, seluruh
Direktorat Jenderal Anggaran agar kita berpegang pada visi yang benar, kegiatan yang fokus, dan komitmen bersama untuk mewujudkan tujuan organisasi. “ Saudara-saudara perform exceeding expectation” apresiasi Agus, atas capaian kinerja Ditjen Anggaran selama tahun 2011.
Dalam laporannya Herry Purnomo menyampaikan bahwa proses pembahasan RUU APBN telah mengalami kemajuan yang sangat baik dalam menjaga transparansi dan akuntabilitas publik. Semua rapat-rapat kerja dalam pembahasan berbagai substansi APBN 2012
Hal tersebut dikatakan setelah Direk-
telah dilakukan secara terbuka, dan da-
tur Jenderal Anggaran, Herry Purnomo
pat diakses oleh semua pihak. Hal ter-
menyampaikan laporan singkat atas
sebut juga mendapatkan apresiasi dari
capaian-capaian Ditjen Anggaran se-
Agus Martowardojo.
melaksanakan meningkatkan
nilai-nilai integritas,
melaksanakan tugas. Selain itu juga berusaha terbaik
memberikan kepada
pelayanan
masyarakat
dan
mencari terobosan-terobosan baru untuk mencapai nilai kesempurnaan. Secara simbolik, Menteri Keuangan menyematkan
pin
Nilai-nilai
Kementerian Keuangan kepada Dirjen Anggaran dan diikuti oleh seluruh pegawai DItjen Anggaran. Hal yang menarik dalam acara rapat kerja adalah para pejabat eselon II
panjang tahun 2011 dihadapan + 800 pegawai Ditjen Anggaran dalam acara
Selain
itu, Herry
Purnomo
Rapat Kerja Direktorat Jenderal Angga-
menyampaikan
ran yang diselenggarakan pada Kamis, 1
jajaran Direktorat Jenderal Anggaran
bahwa
juga
Ditjen Anggaran menjadi petugas
seluruh
yang melayani seluruh pegawai untuk melakukan registrasi.
Warta anggaran | 23 Tahun 2012
35
LIPUTAN
Liputan Rapim DJA Tahun 2011 Oleh : Hisyami Adib
36 Warta anggaran | 23 Tahun 2012
Dalam sambutan pembukaan Rapat Kerja Ditjen Anggaran di audotarium Dhanapala, 1 Desember 2010 yang lalu, Menteri Keuangan berkali-kali menyebut dua kata tersebut. Nampaknya beliau hendak menyampaikan pesan bahwa DJA sebagai salah satu unit vital di lingkungan Kementerian Keuangan telah bekerja dengan baik dalam melakukan tugasnya sebagai pengelola keuangan negara dan hal tersebut sangat diperhatikan oleh beliau. Namun begitu, beliau meminta agar segenap jajaran Direktorat Jenderal Anggaran tidak berpuas hati cukup sampai disini, atau yang disebut oleh beliau sebagai mental “Campers”. Dalam analoginya, Agus Martowardojo menjelaskan bahwa yang disebut dengan Campers adalah sikap mental yang puas dengan apa yang telah dicapai sekarang dan tidak tertantang untuk meraih hasil yang lebih baik lagi di masa yang akan datang. Beliau meminta agar seluruh warga DJA agar memiliki sikap mental Climbers yang selalu tertantang untuk mencapai hasil yang lebih baik dari sebelumnya dengan berbekalkan evaluasi atas yang telah dilakukan dan perencanaan matang sebelum melakukan pendakian kembali. Nampaknya tantangan Menteri Keuangan
Setelah rangkaian rapat-rapat komisi yang melelahkan tersebut dirampungkan, masing-masing komisi memberikan
penting, yang pada saat ini merupakan penyumbang kedua terbesar penerimaan negara setelah pajak. Namun perlu diingat, bahwa total penerimaan tersebut masih sangat bergantung pada harga minyak dunia dan total lifting minyak, sehingga sifatnya sangat fluktuatif, kemudian yang perlu dipahami juga bahwa PNBP juga sebagai unit pengelola subsidi BBM dan listrik yang menyedot hampir 11% dari total belanja APBN yang oleh beliau dianggap masih belum efisien dalam pengelolaannya akan menjadi target perbaikan kedepan meski bukan menjadi tugas utama dari direktorat PNBP. Menurutnya, perbaikan tersebut bisa dilakukan dengan cara meningkatkan komunikasi secara efektif dan
Rapim DJA tahun 2011 yang dilaksanakan di Bali tersebut mendapat atensi dari pimpinan puncak Kemenkeu. Meskipun Menteri Keuangan berhalangan hadir, namun kehadiran Wakil Menteri Keuangan, Anny Ratnawati,
secara
konsisten
memberikan
peringatan kepada kementerian ESDM sebagai pengelola utama kebijakan energi nasional tentang betapa
krusialnya
perbaikan-
perbaikan ini harus dilakukan. Selain itu, dia melihat masih banyak peraturan-peraturan
PNBP
yang masih menggunakan nama unit lama (non-DJA), sehingga dipandang perlu untuk merevisi
kesimpulan dan rekomendasi yang nantinya akan disampaikan oleh Ketua Komisinya pada saat Rapat Pimpinan DJA yang berlangsung di Tanah Lot, Bali pada tanggal 7 s.d 9 Desember 2011. Reformasi PNBP merupakan tema utama presentasi Komisi yang disampaikan langsung oleh Askolani, Direktur PNBP. Ada 2 (dua) issue yang muncul dari Komisi I ini yaitu pertama, usaha meningkatkan penerimaan PNBP dan kedua, memperbaiki pengelolaan PNBP. Issue tersebut sangat penting untuk diperhatikan mengingat bahwa peran PNBP dalam penerimaan negara adalah sangat
peraturan-peraturan agar sejalan dengan kebijakan dan tupoksi DJA yang baru. Sesi presentasi yang kedua disampaikan oleh Direktur Anggaran I, Parluhutan Hutahean, mewakili
Komisi
III
yang
membahas mengenai proses penyusunan RAPBN 2013. Komisi III
Beberapa rekomendasi
antara lain DJA perlu me-
revitalisasi perannya sebagai unit yang bertanggungjawab
dalam
menyusun
APBN. Untuk itu beberapa hal yang perlu dilaksanakan : Melakukan penetapan prioritas anggaran dan
alokasi
anggaran
belanja
Warta anggaran | 23 Tahun 2012
K/L
37
LIPUTAN
menjawab, cobalah bawa kembali ingatan anda ke beberapa (puluh) tahun silam, ketika anda masih duduk di bangku sekolah maupun kuliah, dan tanyakan pertanyaan yang sama. Momen kenaikan kelas adalah momen-momen yang penuh detail-detail nostalgia mulai dari berapa nilai raport anda (ada angka merahnya kah?), ketegangan ketika orangtua mengambilkan raport itu untuk kita, dan masih banyak lagi lainnya.
tersebut disambut hangat oleh segenap warga DJA. Hal itu terlihat pada rapatrapat koordinasi yang langsung digelar selepas acara pembukaan rapat kerja tersebut. Rapat koordinasi yang dihadiri sebagian pejabat eselon III dan eselon IV perwakilan masing-masing unit eselon II serta seluruh pejabat eselon II terbagi dalam 3 komisi yang fokus membahas mengenai Revitalisasi PNBP Dalam Rangka Mendukung Peningkatan PNBP dan Perbaikan Pengelolaan PNBP, Penyusunan RAPBN 2013, Monitoring dan Evaluasi.
Liputan Rapim DJA Tahun
aik Kelas, apa arti 2 kata tersebut
N untuk anda sekarang? Sebelum anda
LIPUTAN
(discretionary dan non discretionary), baik
memerlukan persetujuan DPR maupun
Memperbaiki standar biaya yang mencakup
sendiri maupun bersama-sama dengan
revisi oleh K/L) yang masih tinggi, sistem
standarisasi kegiatan, standarisasi biaya
Bappenas.
alokasi dan penelaahan yang belum
dan metode perhitungan biaya sebagai
mengalami perubahan, hingga tendensi
instrumen
trend penyerapan yang rendah di awal
perencanaan anggaran
Memfokuskan pada fungsi perencanaan dan penganggaran yang bersifat strategis, sedangkan revisi
mengenai
anggaran
yang
masalah-masalah bersifat
teknis
administrasi penganggaran diusulkan untuk dialihkan ke Ditjen Perbendaharaan.
tahun dan menumpuk di akhir tahun. Untuk mengatasi hal tersebut dalam kesimpulan dan rekomendasinya, ditegaskan bahwa pelaksanaan tusi DJA harus disempurnakan sesuai
dengan
tuntutan
peraturan
pokok
dalam
efisiensi
Peningkatan analisa dan penilaian data perencanaan anggaran melalui mekanisme monitoring
dan
evaluasi
yang
akan
menghasilkan rekomendasi .
Sesi terakhir presentasi dalam Rapim DJA
perundang-undangan. DJA perlu mengubah
Rapim DJA tahun 2011 yang dilaksanakan
tersebut disampaikan Direktur Sistem
mekanisme pelaksanaan tugas fungsinya,
di Bali tersebut mendapat atensi dari
Penganggaran, Rakhmat, mewakili Komisi
yang selama ini lebih berperan sebagai
pimpinan puncak Kemenkeu. Meskipun
II yang membahas mengenai Monitoring
budget administrator ditingkatkan menjadi
Menteri
dan Evaluasi Kinerja atas pelaksanaan RKA
budget analyst.
namun kehadiran Wakil Menteri Keuangan,
K/L. Menurutnya, saat ini masih terdapat berbagai permasalahan dalam melakukan proses Monitoring dan Evaluasi baik
Beberapa rekomendasi Komisi II antara lain :
Keuangan
berhalangan
hadir,
Anny Ratnawati, dalam Rapim tersebut seolah
mengobati
kekecewaan
para
peserta Rapim. Dalam arahannya, Anny
yang bersifat internal maupun eksternal.
Memperbaiki sistem penganggaran berbasis
Ratnawati menegaskan bahwa DJA tidak
Permasalahan tersebut bervariasi mulai
kinerja
cukup hanya sekedar harus naik kelas,
dari frekuensi revisi (baik revisi yang
efektifitas kinerja KL .
38 Warta anggaran | 23 Tahun 2012
dalam
rangka
meningkatkan
namun DJA harus naik kelas dengan ‘gelar’
summa cum-laude, naik kelas dengan
mempertimbangkan aspek kemampuan
penelaahan RKA K/L tanpa tatap muka,
predikat ‘sangat memuaskan’. Maksudnya,
SDM
organisasi,
namun menurutnya sistem online bukan
proses kenaikan kelas ini hanya sekedar
diantaranya dapat dilaksanakan
dengan
berarti tidak ada tatap muka sama sekali
menaikkan level kinerja, namun juga harus
target dan tahapan yang lebih terencana
dengan K/L
merubah paradigma dalam membahas,
agar hasilnya juga lebih maksimal.
pembinaan kepada K/L
untuk Kemenkeu saja tapi juga untuk seluruh negara (Kementerian / Lembaga). Lebih jauh, Anny Ratnawati,
memuji
langkah-langkah yang di lakukan oleh DJA dalam merubah paradigma sebagai Budget Administror menjadi Budget Analyst dan mendukung keinginan tersebut yang disebutnya sebagai salah satu cara untuk naik kelas secara summa cum-laude.
Langkah
lain
yang
dapat ditempuh adalah melalui peningkatan capacity building dan pemanfaatan teknologi informasi dalam kegiatan bisnis proses. Rapim DJA 2012 yang berlangsung
Lebih lanjut, dikatakannya bahwa terkait dengan peraturan perundang-undangan, akan sangat bermanfaat sekali jika ada semacam tahapan dalam mengevaluasi (kajian)
situasi
di
lapangan
terlebih
dahulu sehingga dapat diketahui sejauh
seperti misalnya terkait yang tidak bisa
dilakukan secara online. Untuk keberhasilan sistem penelaahan RKA K/L on line perlu didukung oleh teknologi informasi yang memadai. Namun apapun segala detail yang terjadi, perasaan
optimis
dalam
menyambut
tantangan yang ada di depan terasa
Terkait dengan penelaahan RKA K/L, dia menyatakan setuju dengan sistem penelaahan RKA K/L on line atau penelaahan RKA K/L tanpa tatap muka, namun menurutnya sistem online bukan berarti tidak ada tatap muka sama sekali dengan K/L
sangat kental dalam acara tersebut. Selayaknya beberapa (puluh) tahun lalu ketika masih duduk di bangku sekolah, ternyata persoalan naik kelas masih menjadi persoalan yang tidak sederhana, sering membuat kita harap-harap cemas dan masih membutuhkan usaha yang keras dalam mewujudkannya, apalagi jika kali ini taruhannya bukan sekedar
di Bali selama tiga hari ini
hadiah atau hukuman dari orangtua
mengambil tema “Implementasi
kita, akan tetapi nasib dari ratusan
Reformasi Penganggaran Yang Dilandasi
mana persoalan yang dihadapi oleh
juta rakyat Indonesia yang menggantungkan
Nilai-Nilai Kementerian Keuangan” selain
para
terkait
harap mereka pada kita selaku pengelola
berisi paparan tentang hasil kesimpulan dan
peraturan perundang-undangan yang baru.
anggaran. Tantangan dan tentangan pasti
rekomendasi dari Raker DJA sebelumnya,
Dengan demikian, diharapkan peraturan
akan kita temui, namun dengan niat ikhlas
juga berisi kegiatan Team Building untuk
tersebut mampu menjawab tuntas segala
karena Allah SWT dan tekad yang kukuh
menumbuhkan soliditas antar pejabat
permasalahan yang dihadapi.
serta diiringi doa, pasti kita akan bisa naik
di seluruh unit eselon II yang ada di DJA. Arahan-arahan yang diberikan baik oleh Dirjen Anggaran maupun Wakil Menkeu mendapat tanggapan beragam dari para peserta Rapim.
John David
Siburian, Kasubdit Penerimaan K/L II Dit. PNBP, berpendapat bahwa ide-ide yang dipaparkan dalam rapim tersebut sangat jelas arahnya dan relatif dapat dilaksanakan. Namun, dia juga memberi catatan bahwa dalam segi pelaksanaannya seyogianya tetap
pemangku
kepentingan
Senada dengan itu, Wawan Sunarjo, Kasubdit Harmonisasi Peraturan Jaminan Sosial Dit. HPP,
berpendapat bahwa
peningkatan kualitas SDM dan perubahan proses bisnis menjadi salah satu faktor kunci dalam perubahan pola pikir dari budget
administrator
menjadi
budget
anayst. Terkait dengan penelaahan RKA K/L, dia menyatakan
setuju dengan
LIPUTAN
sistem penganggaran yang tidak hanya
kemampuan
kelas dengan predikat Summa Cum Laude dan pada akhirnya kita akan bisa mengulang senyum kebahagiaan yang sama seperti (puluhan) tahun lalu, bedanya kali ini yang tersenyum bukan hanya kita sendiri, tapi ratusan juta rakyat Indonesia yang menggantungkan asa mereka pada kerja keras kita semua warga DJA.. Semoga….!
sistem penelaahan RKA K/L on line atau
Warta anggaran | 23 Tahun 2012
39
Liputan Rapim DJA Tahun
membaca dan membicarakan mengenai
dan
LIPUTAN Berdiri (ki-ka) : Hery Arif (Dit.P-APBN), Sardi (Setditjen), Sutarsono (Dit.Angg.I), Hartanto (Dit.SP), Jauhar R.Y. (Dit.SP), Rice K. (Dit.P-APBN), Diah Dian Utami (Dit.PNBP), Handojo (Dit.Angg.III), Winarto (Dit.Angg.III).Herry Syafardi (Dit.PNBP), Agus Slamet R. (Dit. HPP), A.Ikhsan (dit. Angg.I), Agus Budi S.(Dit Angg.II), Sunandar (Dit.HPP), Wisnu T. (Dit.Angg.II) Duduk (ki-ka) : Agus Hermanto (Kapusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan), Herry Purnomo (Dirjen Anggaran), Ari Wahyuni (Sesditjen Anggaran)
Managerial Skill Workshop For Potential Leader
Direktorat Jenderal Anggaran
40 Warta anggaran | 23 Tahun 2012
kandidat yang telah ditetapkan oleh Bagian Kepegawaian berdasar kriteria tertentu, diantaranya tingkat kehadiran dan tidak terkena hukuman disiplin pegawai. Setelah terpilih masing‐masing unit eselon III, 1 pasangan calon pegawai berprestasi (terdiri atas pejabat eselon IV dan pelaksana tersebut) kemudian dilakukan seleksi antar unit eselon III pada unit eselon II yangbersangkutan, selanjutnya ditetapkan nominasi calon pegawai yang BPPK berikan, tetapi inilah yang bisa ada awal bulan desember, tepatnya pada mewakili unit eselon II masing-masing. berprestasi peringkat 1 s.d peringkat 3 dan untuk kemudian dipilih 1 pasangan pegawai BPPK lakukan untuk saat ini” demikian kata tanggal 6 sampai 8 Desember 2011, Akhirnya, pada awal Desember 2011 berprestasi oleh Direktur/Sesditjen mewakili unit eselon II masing‐masing. Agus Hermanto. Dijelaskannya, selama Ditjen Anggaran bekerja sama dengan terpilih 16 (enam belas) pegawai Akhirnya, pada awal Desember 2011 terpilih 16 (enam belas) pegawai berprestasi Ditjen workshop diharapkan dapat merubah Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan berprestasi Ditjen Anggatan yaitu : Anggatan yaitu : BPPK Kemenkeu, mengadakan workshop Pejabat Eselon IV Pelaksana yang diperuntukkan para pegawai Unit Eselon II berprestasi (saat ini masih diperuntukkan
Sekretariat Ditjen
Indrasworo Bagus A.
Sardi
bagi pejabat eselon IV dan pelaksana) dari
Direktorat Anggaran I
Achmad Ikhsan
Sutarsono
Direktorat Anggaran II
Agus Budi S.
Wisnu Trianggana
Direktorat Anggaran III
Winarto
Handojo Wibowo
Workshop yang bertajuk “Managerial Skill
Direktorat Penyusunan APBN
Rice Krisnawati
Hery Arif
Workshop For Potential Leader” ini didesain
Direktorat PNBP
Diah Dian Utami
Herry Syafardi
berupa kegiatan-kegiatan pelatihan yang
Direktorat Sistem Penganggaran
Jauhar Rafid Y.
Hartanto
tidak melelahkan tetapi namun tetap tidak menghilangkan esensinya untuk membekali
Direktorat HPP
Agus Slamet R.
Sunandar
masing-masing unit eselon II di lingkungan DJA.
setiap peserta dengan soft competency, yang bermanfaat tidak hanya kepada peserta, namun juga untuk unit eselon II maupun untuk Ditjen Anggaran. Selain tentu saja dimaksudkan untuk memberikan reward atas prestasi kerja yang telah peserta berikan untuk DJA.
Menurut
Kapusdiklat
Anggaran
dan
mindset, mempunyai prakarsa, disiplin yang
Perbendaharaan, Agus Hermanto, bahwa
tinggi, serta bagaimana berkomunikasi
secara umum workshop tersebut didesain
secara efektif.
berupa kegiatan-kegiatan tidak melelahkan, sifatnya fun namun tetap mempunyai manfaat. Sebagai pihak yang ditunjuk untuk menyelenggarakan acara tersebut, lebih lanjut Agus Hermanto mengatakan bahwa
Proses pemilihan pegawai berprestasi
kegiatan tersebut merupakan pilot project
di DJA awalnya dimulai dari seleksi dari
dari pemilihan pegawai berprestasi yang
setiap unit eselon III, dimana setiap pegawai
diselenggarakan di lingkungan Kementerian
diwajibkan untuk mengisi kuisioner untuk
Keuangan. Harapannya kedepan kegiatan-
memilih calon pegawai berprestasi 1 (satu)
kegiatan semacam ini bisa dikembangkan
pejabat eselon IV dan 1 (satu) orang
oleh unit-unit lain selain Ditjen Anggaran.
pelaksana, dari beberapa kandidat yang
Selain sebagai reward bagi pegawai yang
telah ditetapkan oleh Bagian Kepegawaian
mempunyai
berdasar kriteria tertentu, diantaranya
sebagai motivasi agar para pegawai bisa
tingkat kehadiran dan tidak terkena
meningkatkan disiplin dan berkinerja yang
hukuman disiplin pegawai.
baik sesuai dengan nilai-nilai keuangan.
Setelah terpilih masing-masing unit eselon
Selama 3 hari para peserta diberikan
III, 1 pasangan calon pegawai berprestasi
materi pelatihan
(terdiri atas pejabat eselon IV dan
kompetensi berupa komunikasi efektif,
pelaksana tersebut) kemudian dilakukan
cara pengambilan keputusan serta game-
seleksi antar unit eselon III pada unit eselon
game kerjasama untuk meciptakan sinergi
II yangbersangkutan, selanjutnya ditetapkan
diantara para peserta. Pemateri dalam
nominasi
berprestasi
workshop ini bukan berasal dari pihak
peringkat 3 dan untuk
BPPK saja, akan tetapi berasal dari pihak
kemudian dipilih 1 pasangan pegawai
luar BPPK yang berkompeten dibidangnya.
berprestasi
“BPPK tidak mengatakan ini yang terbaik
calon
peringkat 1 s.d
pegawai
oleh
Direktur/Sesditjen
kinerja
baik, juga
dapat
Adalah suatu kehormatan dan bentuk dukungan atas penyelenggaraan workshop tersebut,
Direktur
Jenderal
Anggaran, Herry Purnomo, dan Sekretaris Ditjen Anggaran, Ary Wahyuni, berkenan hadir
dan
pada
acara
memberikan
sambutan
penutupan
workshop.
Dalam sambutannya, Dirjen Anggaran mengatakan “Dalam memimpin Organisasi, tantangannya adalah perubahan. Hal inilah yang harus bisa dicermati, perubahan apa saja yang harus dilakukan DJA, dan dalam mengendalikan
perubahan
diperlukan
orang-orang yang handal”. Lebih
kepemimpinan, self
dimana
lanjut
Dirjen
Anggaran
mengharapkan kepada para peserta adalah pada saat kembali ke unit organisasi nantinya bisa menjalankan tugas lebih baik dan bisa memberikan motivasi kepada pegawai yang lain. “Jadilah agent of change dengan visi yang jelas yaitu bagaimana cara menyikapi
kebutuhan-kebutuhan
yang
ada di DJA,” begitu pesan kunci Dirjen Anggaran dalam akhir sambutannya. ***
Warta anggaran | 23 Tahun 2012
41
Managerial Skill Workshop For Potential Leader Direktorat Jenderal Anggaran
LIPUTAN
P
LIPUTAN
Profil Kantor Pelayanan Kepala KPPN Denpasar :
Salah satu Kuncinya adalah SDM yang berkualitas Oleh : Faisal, Sammy dan Ully
Rapi, bersih dan tertib adalah gambaran yang mucul ketika pertama kali menginjakkan kaki di pelataran parkir gedung KPPN Denpasar. Dan kesan baik itu makin terlihat nyata ketika memasuki kantor yang beralamat di Komplek Gedung Keuangan Negara Jalan Dr. Kusuma Atmaja Denpasar, Bali. Baik para customer yang sedang menanti giliran maupun yang telah selesai mengurus keperluannya nampak puas dengan layanan yang diberikan.
42 Warta anggaran | 23 Tahun 2012
ejak beberapa tahun yang lalu,
Bali. Baik para customer yang sedang
di FO melakukan pengujian atas
masing-masing unit eselon I di
menanti giliran maupun yang telah
tagihan/SPM
selesai
keperluannya
tidak tertutup kemungkinan di middle
seakan berlomba untuk membuat
nampak puas dengan layanan yang
(proses selanjutnya-red) ada pengujian
produk
diberikan.
lagi. Jika di FO bagus pengujiannya,
lingkungan
Kementerian
pelayanan
Keuangan
unggulan
di
lingkungan unitnya, tak terkecuali di
mengurus
produk unggulannya yang diberi nama Pusat Layanan DJA. Pada proses
Mulai dicanangkan KPPN Percontohan,
perjalanan
Pusat
(prinsip) pertama adalah satker sebagai
Layanan DJA, sebelumnya, pada awal
stakeholder hanya berhubungan satu
tahun 2011 telah diadakan kunjungan
pihak yaitu di FO (front office). Secara
ke kantor pelayanan KPPN Yogyakarta.
(seperti mekanisme) “ban berjalan”,
Menjelang akhir tahun 2011, team
dokumen
Warta Anggaran/WA (Sammy, Ully
dengan sendirinya (hingga ke bagian
dan Faisal) berkesempatan melakukan
pencairan).
2012 akan meluncurkan salah satu
pembentukan
kunjungan ke kantor pelayanan KPPN Denpasar yang pada tahun 2011 terpilih sebagai Juara II untuk kategori kantor pelayanan percontohan tingkat Ditjen Perbendaharaan. Selain melihat suasana pelayanan yang diberikan, team WA juga berkesempatan untuk mewancarai Kepala KPPN Denpasar, Moch. Chomnur Susanto, diselasela kesibukannya menjelang akhir tahun anggaran. Berikut adalah petikan
mereka
akan
banyak pengembalian dokumen.
mengalir
mucul
ketika
pertama
kali
menginjakkan kaki di pelataran parkir gedung KPPN Denpasar. Dan kesan baik itu makin terlihat nyata ketika memasuki kantor yang beralamat di Komplek Gedung Keuangan Negara Jalan Dr. Kusuma Atmaja Denpasar,
Dulu, saat kita masih bernama KPKN, proses kerjanya masih manual, tidak ada arsip data komputer (ADK). Jadi berkas harus rapi dan tebal. Berkas seharusnya terlebih dahulu masuk
Kedua adalah kita buat SOP untuk
umumnya bendaharawan satker masuk
mengurangi interaksi antara satker
ke ruangan seksi perbendaharaan
yang dilayani dengan staff-staff di
dengan
KPPN, sehingga diharapkan satker tidak
bukti
merasa di ‘pingpong’, dari satu meja
berinteraksi secara langsung (tatap
kerja ke meja kerja yang lain. SOP itu
muka)
bertujuan agar bendaharawan satker
maupun
yakin bahwa tagihan/dokumen (SPM)
secara langsung itulah yang ditengarai
yang disampaikannya itu apakah bisa
terjadi proses kolusi. Memang, dahulu
disetujui/dibayar menjadi SP2D atau
KPKN dikenal tidak bersih karena
tidak.
secara hukum. Kami memang punya
membawa pengeluaran
baik
berkas
(SPPD,
lainnya)
dengan
pelaksananya.
kepala
dan
seksi
Pertemuan
dan
kewenangan penuh (secara hukum/
(KPPN) non percontohan semuanya
peraturan) untuk menguji tagihan
sama SOP-nya. Bedanya, jika di KPPN
yang diajukan oleh bendaharawan
percontohan itu sudah mempunyai unit
satker. Dan kolusi terjadi karena antara
FO yang merupakan kunci pelayanan
pegawai KPPN dan bendaharawan
yang kita berikan. Pembayaran (SPM)
satker saling mempunyai kepentingan.
bisa
tidak
Oleh karena itu, SOP Layanan Unggulan
tergantung oleh FO, karena petugas
1 Jam (One Stop Service) dibuat untuk
Antara yang
Bagaimana dengan konsep pelayanan “One Stop Service” yang ada di sini ?
ke loket penerimaan SPP, namun
wawancaranya. Rapi, bersih dan tertib adalah gambaran
diajukan, meski
(maka) di middle tidak (akan) begitu
Bagaimana konsep pelayanan yang diberikan oleh KPPN Denpasar saat ini ?
Ditjen Anggaran yang pada tahun
yang
KPPN
percontohan
dilakukan/disetujui
atau
mengurangi proses tatap muka antara
Warta anggaran | 23 Tahun 2012
43
LIPUTAN
S
pegawai KPPN dengan bendaharawan
terjadi dengan bendaharawan/pegawai
satker dan cukup terjadi di FO.
dari satker yang bersangkutan yang
Profil Kantor Pelayanan Kepala KPPN Denpasar: “(Salah satu) Kuncinya adalah SDM yang berkualitas”
LIPUTAN
Berikutnya
adalah
adanya
penyederhanaan dokumen. Dahulu, berkas
kontrak
secara
lengkap
harus disertakan ke KPKN pada saat mengajukan SPM. Namun sekarang berkas yang diajukan ke KPPN lebih sederhana. Satker cukup mengirimkan ringkasan kontraknya atau hanya SPTBnya saja dilengkapi dengan Arsip Data Komputer (ADK).
Dan ADK inilah
yang berjalan dari FO sampai ke Bank. Singkatnya, interaksi tatap muka cuma
44 Warta anggaran | 23 Tahun 2012
telah didaftarkan ke KPPN yang dapat
Apa yang dimaksud dengan “Layanan Unggulan 1 Jam” ?
berinteraksi dengan pegawai KPPN
Pertama dari segi aplikasi sudah ada
dan itu hanya terjadi di FO. Pegawai
alat kontrolnya, dokumen masuk jam
KPPN yang ada di
back office tidak
berapa dan keluar jam berapa.“Layanan bisa melakukan editing terhadap data
Unggulan 1 jam” merupakan salah satu
itu atau tidak bisa melakukan rekayasa.
IKU dari KPPN Denpasar jadi tidak bisa
Dalam hal ini kami hanya menguji
di tawar-tawar lagi. Bisa dikatakan klien
secara formal dan substantif dan jika
yang datang ke KPPN akan dilayani
itu sudah beres/selesai bendaharawan
dalam 1 jam atau bahkan kurang dari
satker bisa pulang.
1 jam tergantung dari banyaknya keperluan,
tapi
mohon
dipahami
bahwa yang dimaksud pelayanan 1 Jam disini adalah 1 jam terhitung mulai dari
berkas diterima sampai selesai proses.
dilonggarkan sampai pegawai yang
atau ada permasalahan di lapangan
Semua KPPN yang ada, sekitar 177
berumur 50 thn.
akan dibahas di GKM agar tercapai
KPPN
SOP
Yang terpenting dari hasil seleksi
percontohan, yang awalnya hanya ada
tersebut adalah merubah pola pikir
pada beberapa daerah. Belum seluruh
pegawai dan hal itu tidak semudah
KPPN mengadopsi SOP Percontohan
membalikkan telapak tangan.
kesatuan/kesamaan
cara
pandang
antara pegawai dan pimpinan. Jangan sampai
kepala
KPPN
mengatakan
‘A’ tetapi FO mengatakan ‘C’. Melalui GKM itulah kita samakan pendapat
atau belum seluruhnya KPPN yang ada
Bagaimana kiat-kiat dalam memberikan pelayanan prima?
dan kita samakan apa yang ingin kita
KPPN di tingkat provinsi merupakan
Untuk memberikan pelayanan prima
satu sarana yang kami pakai untuk
KPPN
diperlukan
memperoleh komitmen dari setiap
merupakan KPPN Percontohan. Secara bertahap seluruh KPPN akan mengarah kesana. Secara secara keseluruhan
Percontohan.
Walaupun
standarisasi
capai, kendala apa yang dihadapi dan apa yang harus kita perbaiki. Itu salah
pelayanan
belum menjadi KPPN percontohan
mulai dari proses bisnisnya bahkan
pada dasarnya seluruh KPPN telah
juga
bentuk/format
mengadopsi SOP percontohan yaitu
yang
diharuskan
menjadikan “Layanan Unggulan1 Jam”
stakeholder. Selain itu juga kita harus
menjadi produk unggulan KPPN.
menginformasikan secara cepat dan
pegawai dan (juga) pimpinan.
dokumen dibuat
oleh
tepat setiap ada perubahan peraturan
Apa saja hambatan dalam melakukan perubahan?
kepada stakeholder. Jadi harus ada
Awalnya
menjadi lebih baik. Itulah yang selalu
KPPN
standar baku dan ada komitmen, komitmen dari semua orang untuk
percontohan
diterapkan sekitar tahun 2007, yang
ditekankan
pada waktu itu para pegawai di bagian
kami pada saat penerapan KPPN
FO
percontohan.
di
seleksi/assessment
terlebih
oleh
para
pimpinan
dahulu. Seleksinya tidak hanya meliputi tentang teori pencairan dana, tapi juga integritas masing-masing pegawai yang akan ditempatkan di bagian
Bagaimana proses pembentukan komitmen ?
FO. Awalnya, yang boleh mengikuti
Beberapa
seleksi umurnya juga dibatasi. Namun
untuk memperoleh komitmen dari
kemudian, karena banyaknya manfaat/
pegawai, diantaranya melalui kegiatan
keuntungan
dari
GKM (Gugus Kendali Mutu). GKM
Percontohan
merupakan sarana untuk berinteraksi
dibentuknya
yang
dirasakan
KPPN
hal
dapat
dilakukan
KPPN
antara pimpinan dengan lini yang ada di
Percontohan yang dibentuk, maka saat
bawah guna menyatukan/menyamakan
ini pegawai yang bisa mengikuti seleksi
pendapat. Jika ada peraturan baru
serta
semakin
banyaknya
Warta anggaran | 23 Tahun 2012
45
LIPUTAN
mengadopsi
Profil Profil Kantor Kantor Pelayanan Pelayanan Kepala Kepala KPPN KPPN Denpasar: Denpasar: “(Salah “(Salah satu) satu) Kuncinya Kuncinya adalah adalah SDM SDM yang yang berkualitas” berkualitas”
sudah
Kepatuhan dan kepatutan Oleh : Asrukhil Imro
46 Warta anggaran | 23 Tahun 2012
Di sebuah tempat parkir hotel berbintang di Jakarta, turunlah seseorang dari sebuah mobil dengan gagah, berbusana batik merah, terlihat mewah. Kebetulan kami melihat mobil yang ditumpangi. Ada sesuatu yang menarik dari mobil keren warna hitam yakni nomornya yang luar biasa, B 5241 DL. Bagi sebagian orang, nomor memiliki arti tersendiri. Dan nomor ini memiliki arti tersendiri bagi pemiliknya. Hingga orang lain ingin tahu artinya. Ketika tiba di loby, kami berpapasan dengannya dan bertegur sapa. Kami sampaikan pujian atas mobil keren dan penampilan menawan. Dia pun senang atas pujian tersebut, dengan senyum lebar dan penuh kebanggaan, dia menceritakan banyak hal tentang pekerjaanya, prestasinya dan pencapainnya yang membuat iri pendengarnya. Tentu yang menarik adalah kisah nomor mobilnya. “Agar kacang tidak lupa akan kulitnya,” begitulah kalimat yang keluar dari mulutnya. Kami tambah penasaran. Dengan tersipu malu dia menceritakan kalau mobil tersebut diperoleh dari hasil perjalanan dinas dan penugasan dari kantor. Woow…pantaslah nomor mobilnya mencerminkan nomor akun belanja perjalanan dinas dan DL adalah Dinas Luar. Mungkinkah perjalanan dinas bisa membuat orang kaya? Berbicara perjalanan dinas, tidak bisa lepas dari aturan PMK Nomor 45/ PMK.05/2007 tentang Perjalanan Dinas Dalam Negeri bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri, dan Pegawai Tidak Tetap. Dalam PMK tersebut, mengatur komponen perjalanan dinas yang terdiri dari uang harian yang meliputi uang makan, uang saku, dan transpor lokal; biaya transpor pegawai; dan
biaya penginapan merupakan biaya yang diperlukan untuk menginap di hotel atau di tempat menginap lainnya. Dan apabila Anda sebagai pejabat eselon I dan II akan mendapatkan uang representative. Serta fasilitas lain berupa sewa kendaraan dalam kota untuk Pejabat Negara. Selain aturan perjalanan dinas ada batasan lain berupa standar biaya yang mengatur besaran biaya yang dibutuhkan untuk melakukan perjalanan dinas. Misalkan orang akan melakukan perjalanan dinas ke Semarang selama tiga hari dan menggunakan angkutan udara, maka yang bersangkutan akan mendapatkan uang harian selama tiga hari dikalikan tarif, uang transport yang meliputi tiket pesawat, airport tax, dan uang taksi serta biaya penginapan. Uang harian lebih bersifat lumpsum sedangkan uang transport dan biaya penginapan bersifat at cost. Gabungan keduanya diharapkan memberikan keleluasaan dan kenyamanan dalam melakukan perjalanan dinas. Ini sesuai dengan semangat dari aturan perjalanan dinas memberikan keleluasaan dan kepercayaan kepada pegawai yang melakukan perjalanan. Uang harian yang bersifat lumpsum sehingga membuat nyaman karena berapapun jumlah uang terpakai maka uang yang akan dipertanggungjawabkan tetaplah sebesar yang diterima. Berbeda dengan uang transport dan biaya penginapan yang bersifat at cost yaitu sesuai jumlah pengeluaran riil yang terjadi dan dibuktikan dengan tiket dan kuitansi. Apabila uang perjalanan dinas lebih dikembalikan ke kas negara.
peraturan perjalanan dinas. Tetapi ada rambu-rambu lain yaitu kepatutan. Sebagai contoh uang taksi pergi-pulang bandara yang dipertanggungjawabkan (SPJ) dengan daftar pengeluaran riil. Dalam buku Standar Biaya jumlahnya cukup lumayan besar untuk tarif Jakarta, apakah seandainya yang bersangkutan pergi-pulang menggunakan bus bandara yang lebih murah harus di SPJ kan dengan menggunakan taksi? Keleluasan dan kepercayaan dalam melakukan perjalanan dinas sepatutnya di jaga dengan membuktikan hasil terbaik dan tentunya dengan bukti pengeluaran yang asli. Bukti pengeluaran palsu atau asli tapi palsu sungguh bukan hanya tidak patut tetapi sangat menjijikan. Mencederai kepercayaan, melukai integritas, merobek rasa keadilan, dan mengkhianati rakyat pembayar pajak. Teringat salah satu episode terbaik dalam sejarah. Yakni ketika Khalifah Umar bin Abdul Azis menerima putranya di malam hari. “Urusan apakah yang hendak kau bicarakan, urusan pribadi atau negara? Kalau urusan pribadi, lampu ini akan aku matikan sebab lampu ini dibiayai dari negara. Tetapi kalau urusan negara silakan,” begitu Umar menyampaikan. Aku menangis tersungkur ditengah malam, mohon ampun. Imro
Melakukan perjalanan dinas bukanlah semata mematuhi rambu-rambu
Warta anggaran | 23 Tahun 2012
47
ENGLSIH CORNER
The 360-Degree Review By Eko Widyasmoro
I’m going to let you in on a little secret. Ready? Well, here it is: starting in 2012, we’re going to do the 360. If the name does not ring any bell at all, try ‘multi-rater review’, ‘multi-source feedback’, or ‘multi-source assessment’. I’m sure by now you have a pretty decent picture of what 360-degree is. Basically, it’s a method of performance review in which you are assessed, not only by your supervisor, but also two of your peers and a couple of subordinates. So, now, your take-home pay depends on the mercy of five people, instead of one. If you have to blame anyone, blame the Germans. They were the one who started this method in the first place. During the World War II, the German felt that they weren’t getting good enough performance reviews to start a proper, all-out war. Hence, they started ordering their soldiers to rate their officers and peers. Everyone reviewed everyone. Despite their eventual loss, the 360 system gained favorable attention. The first documented use of surveys to accomplish 360-degree feedback was in the 1950s, by the Esso Research and Engineering Company. With the invention of typewriter, which provided much needed anonymity, the usage grew even more. In 1990s, it was estimated that more
48 Warta anggaran | 23 Tahun 2012
than one-third of the total companies in the United States incorporated the 360-degree review in their performance management scheme. A decade later, it is claimed that 90% of the Fortune 500 firms were doing it. In 2011, it knocked at our door. I can see bitter resentments coming. First, the Balanced Scorecard, and then we have Performance Contract, and then the PMK 190 Staff Evaluation, and now this?!? Will we ever stop adopting management fads?, you might ask. First of all it’s not a fad. It CAN work. Secondly, no, we’re not going to stop adopting new methods. It’s part of our quest for excellence. It’s our way of creating a better and fairer work system. Remember how we complain about our supervisors being subjective during our evaluation? The 360 is one remedy for this situation. Also, our current performance review system just doesn’t really cut it. I’m looking at you, DP3. Back to being subjective. In the old days, your performance is how your supervisor sees it. No matter how hard you think you have worked, if your supervisor thinks you’re lazy slob who spends most of his time downloading Ayu Tingting’s latest clips, you can kiss your next raise goodbye. This time around, you have the opinion of
your peers and your subordinates to back you up.That is, unless these guys also think that you’re a first-class procrastinator who is addicted to the internet and cute dangdut singers. If that is the case, then you probably are. The good thing about the 360 is, among many others, that it improves the overall quality of performance feedback. It introduces a fairer atmosphere in the workplace by making sure that your performance is rated accordingly and that your fate is not entirely decided by one man’s opinion. In our 360 scheme, you even get to nominate your rater. However, from the administrative point of view the 360 degree -review is a nightmare. On the average, one person will be evaluated by four people. In DJA, that translates into around 3200 results to read and file. Every six months. Don’t worry too much, though. I’ve heard that Secretariat General is developing an application for that purpose. All we have to do is point and click. So, the question at this point is not whether the 360-degree will work. It has been decided. The real question is how we are going to make it work. We can start by making an honest appraisal.
How an Economy Grows and Why It Crashes (Hardcover) Hisyami Adib.A | Pustakawan DJA
“If NASA engineers had evidenced had the same level of forecasting skill as our top economists, the Cassini mission (salah satu misi luar angkasa NASA-pen)would have had a very different outcome. Not only the satellite have missed its orbit, but in all likelihood the rocket would have turned downward on lift-off, bored through the Earth’s crust, and exploded somewhere deep in the magma.” Pernyataan yang terdengar sinis dan kontroversial tersebut terpampang di halaman “Introduction” dari buku How an Economy Grows and Why it Crashes karya Schiff bersaudara, yaitu Peter dan Andrew Schiff. Bukan tanpa alasan mereka mengawali buku mereka dengan pernyataan tersebut, karena pada dasarnya pernyataan tersebut adalah inti dari seluruh buku setebal 233 halaman tersebut. Buku ini menceritakan tentang 3 orang sahabat-Able, Baker, and Charlie- yang terdampar di sebuah pulau dan tidak memiliki sumberdaya apapun untuk bertahan hidup kecuali perairan sekitar mereka yang – untungnya- berlimpah dengan ikan. Akan tetapi mereka tidak memiliki peralatan apapun untuk menangkap ikan kecuali dengan tangan, dan oleh karena tingkat kesulitannya yang tinggi waktu mereka seharian hanya cukup untuk menangkap 1 ekor ikan yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka selama satu hari. Suatu hari Able memiliki ide untuk membuat semacam alat penangkap ikan agar dapat menangkap ikan dengan lebih banyak dan akhirnya memiliki simpanan ikan. Dengan menggunakan bahan2 sederhana yang ada, dia
akhirnya memutuskan untuk menggunakan waktunya seharian untuk membuat jala dengan konsekuensi kehilangan kesempatan untuk menangkap ikan dan harus menahan lapar. Teman2nya (Baker dan Charlie) menertawakan idenya tersebut dan menyebut rencana Able itu sebagai rencana yang bodoh dan mereka juga mengancam tidak akan membantu Able jika ternyata dia gagal dan akhirnya kelaparan. Tapi ejekan itu berhenti ketika Able menunjukkan keberhasilannya menangkap ikan 2 kali lebih banyak. Setelah melihat keberhasilan Able, kedua temannya ingin meminjam jala tersebut, namun oleh Able permintaan tersebut ditolak mengingat semua ejekan yang dia dapatkan dan juga resiko rusaknya jala jika dipinjamkan. Oleh karena itu, dia menawarkan untuk meminjamkan ikan persediaannya (hasil tangkapan dengan jala) agar mereka berdua bisa memiliki waktu untuk membuat jala mereka sendiri tanpa harus kelaparan seperti dia dulu. Tapi sebagai imbalannya mereka harus mengembalikan 2 ekor ikan tiap 1 ekor ikan yang mereka pinjam. Ceritapun berlanjut dengan cerita tentang perkembangan sistem perekonomian yang makin lama semakin canggih, tapi apakah semakin canggih berarti meningkat juga kesejahteraan? Pertanyaan inilah yang akan dijawab pada kisah-kisah lain di buku ini. Secara umum, buku ini menerangkan tentang sistem perekonomian, khususnya di Amerika secara sederhana dan cenderung komikal sehingga mudah untuk dipahami orang awam yang tidak pernah mengerti mengenai sistem perekonomian.Konsep-konsep perekonomian makro seperti pengaruh ekspor impor, simpanan masyarakat, inflasi, rasio suku bunga,
efek kredit konsumsi juga dijelaskan dengan penuh humor. Meski begitu kisah di buku ini memuat kejadian-kejadian yang nyata terjadi, misalnya “The Great Recession” di AS, “DotCom Bubble burst” yang terjadi di era tahun 2000an, hingga fakta bahwa selama ini, tiap tahun Amerika Serikat memiliki defisit anggaran hampir sebesar anggaran Indonesia dan mereka ternyata bertahan karena adanya utang dari negara lain. Terlepas dari reputasi Peter dan Andrew Schiff sebagai pakar ekonomi dan keuangan yang terkemuka di AS dan pengalaman mereka selama ini, buku ini memiliki sedikit kekurangan yaitu banyaknya “Economic Insight” alias opini pribadi yang bertebaran di buku ini. Akan tetapi meskipun begitu, buku ini tetap memenuhi janjinya seperti yang tertera di halaman kover belakang, “The story may appear simple on the surface but it will leave you with a powerful understanding of How an Economy Grows and Why it Crashes.”
Judul : How an Economy Grows and Why it Crashes (Hard Cover) Penulis : Peter D. Schiff & Andrew J. Schiff Penerbit : John Wiley & Sons, Inc.
Mengapa Menjadikan Fotografi sebagai hobi ? Definisi hobi menurut Wikipedia adalah kegiatan rekreasi yang dilakukan pada waktu luang untuk menenangkan pikiran seseorang. Kata Hobi merupakan sebuah kata serapan dari Bahasa Inggris “Hobby”. Hobi adalah bagian dari hidup setiap manusia modern. Hidup kita akan lebih berwarna, semangat, segar dan bisa mengurangi kebosanan dalam aktivitas hidup kita sehari-hari.
atau ide. Disinilah otak kiri dan otak kanan digunakan dalam hobby memotret kita.
Setiap orang pasti mempunyai hobi. Ada ratusan atau bahkan jutaan hobi yang dilakukan oleh tiap orang, misalnya ada hobi bersepeda, mendaki gunung, travelling, memelihara binatang, memasak, otomotif, dll. Dari sekian banyak hobi tersebut, ada satu hobi yang bisa dilakukan secara bersama-sama/simultan dengan hobi yang lain, yaitu fotografi. Selain itu beberapa hal di bawah ini mungkin bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi anda untuk menjadikan fotografi sebagai hobi.
Kita bisa memilih obyek dan jenis
Setelah beberapa tahun menekuni hobi fotografi, ternyata fotografi adalah hobi yang sangat menyenang, unik, kreatif, bisa dilakukan di mana saja, kapan saja, dengan siapa saja, sehingga tidak membosankan. Dikatakan unik, karena foto dapat dinikmati oleh siapa saja dengan bebas, bahkan kadang rasa yang ditawarkan oleh fotografer diterima berbeda oleh penikmat foto. Bisa dibilang kreatif, karena fotografi memberikan kemerdekaan/kebebasan kepada kita untuk berkreasi tanpa batas, sejauh imajinasi dan otak kita dapat berkolaborasi secara kreatif.
Kegiatan
fotografi juga bisa membantu kita untuk menyeimbangkan fungsi otak, karena fotografi secara umum dibagi dalam 2 (dua) kegiatan, yaitu satu kegiatan penggalian ide, perencanaan serta konsep di mana rasa dan “sense of art” tersebut muncul. Kegiatan lainnya adalah kegiatan teknis mengoperasikan kamera yang penuh perhitungan agar bisa mendapatkan visual atau gambar apa yang telah dipesankan pada kegiatan konsep
ini. Baik itu literatur yang bersifat offline maupun online, akan sangat berguna.
Fotografi selalu berkembang setiap masa, sisi dinamis dari fotografi yang selalu berkembang pada setiap jaman, baik dari sisi perkembangan teknologi dan dari sisi trend dan taste gambar (dari jaman analog/film dengan kamar gelap sampai jaman digital dengan software pengolah foto). fotografi apa yang kita suka (model, “human interest”, landscape/alam, jurnalistik, travelling, still life, makro dll) dengan menggunakan banyak pilihan alat (kamera analog film, kamera pocket, medium format, large format, panorama, range finder, DSLR, dll). Masing-masing pengertian/definisi dari jenis fotografi tersebut akan saya jelaskan dalam artikel berikutnya. Hal-hal yang perlu dipersiapkan Sama dengan hobi-hobi yang lain, untuk memulai hobi fotografi perlu dipersiapkan atau diperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. Kamera dan aksesorinya. Modal dasar untuk memulai hobi fotografi tentu saja adalah sebuah kamera, apapun jenisnya. Setiap jenis kamera mempunyai kelebihan dan kekurangan. Tetapi bukan ingin mengecilkan arti kamera jenis lain, sebuah kamera DSLR (Digital Single Lens Reflex) lebih dapat mengakomodasi semua kebutuhan yang diperlukan untuk belajar fotografi secara lebih optimal. 2. Baca semua hal tentang fotografi Membaca semua literatur yang berkaitan dengan fotografi akan membuka wawasan tentang hobi yang sedang anda tekuni
3. Belajar sendiri/otodidak atau kursus Saya mempelajari fotografi secara otodidak, sebab cara belajar ‘ trial and error ‘ yang selama ini saya lakukan, tampaknya lebih ada hasilnya bagi saya. Dewasa ini bermacam tempat kursus fotografi banyak bermunculan. Ada tempat kursus yang dimiliki oleh fotografer terkenal sampai ke forum-forum di internet atau komunitas. Di tempat kursus hanya dititikberatkan pada penguasaan dasar-dasar ilmu fotografi. Biasanya tempat kursus mengajarkan mulai dari tingkat basic, advance, maupun intermediate. Tapi pada akhirnya, anda juga harus mempunyai gaya/style sendiri. Bergabung dengan komunitas atau milis fotografi akan sangat membantu proses pembelajaran anda. Selain itu mengikuti “hunting bareng” juga akan membantu anda mendapatkan ilmu/teknis fotografi yang baru. 4. Mengikuti kontes atau lomba foto Ikutilah lomba-lomba foto yang sering diadakan oleh komunitas, majalah ataupun di kelompok kecil di mana anda terlibat, belum perlu mengikuti lomba foto bertaraf nasional apalagi internasional, sebagai ajang untuk mengasah kreatifitas visual juga sebagai ajang pengakuan terhadap hasil karya anda jika terpilih. Hal ini akan memacu semangat kita untuk terus memperdalam ilmu fotografi. 5. Jangan membatasi diri Ketika sedang belajar fotografi sebaiknya anda tidak membatasi diri dengan hanya mempelajari satu jenis fotografi saja, misalnya; hanya jenis landscape/pemandangan saja. Praktekkan berbagai macam jenis fotografi
Warta anggaran | 23 Tahun 2012
51
POJOK FOTO
Penulis : Fr. Edy Santoso | Adalah staf pada Direktorat Anggaran III penghobi serius fotografi
POJOK FOTO City Scape | by Wirawan Seti ‘Adji’ | Lokasi : Menteng Jakarta Pusat Foto diambil dari lantai 4 sebuah gedung di Menteng Jakarta Pusat. Sudah lama saya ingin memotret kota Jakarta pada waktu malam, kebetulan pada waktu itu dapat spot yang bagus, maka jadilah foto ini, walaupun kondisi saat itu langit sedang mendung.
EOS 60D, Lensa Canon 17-40mm, F/4 L Series, ISO 400, Diafragma F/9, Exposure 5 detik
yang anda sudah pelajari. Misalnya; fotografi makro, model, children, still life, dengan bermacam jenis angle dan pencahayaan. Dengan demikian wawasan fotografi anda semakin luas dan memudahkan ketika anda ingin memilih jenis fotografi apakah yang ingin anda focus dan untuk ditekuni. 6. Latihan Ilmu fotografi terdiri dari sebagian kecil terdiri dari teori dan lebih banyak pada praktek. Jadi semakin sering dan semakin tekun anda mempraktekkan teori fotografi yang telah anda pelajari semakin cepat pula anda menguasai segala aspek berkenaan dengan fotografi. Sebagai penutup, apabila anda serius dengan hobi ini, ternyata fotografi juga bisa mendatangkan penghasilan yang lumayan. Kreatifitas dan keuletan anda bisa membuat hobi ini menjadi bisnis yang menguntungkan. Hampir setiap kegiatan pasti membutuhkan fotografi sebagai media dokumentasinya.
Mulai edisi nomor 23 Warta Anggaran (WA) menambah rubrik baru : Pojok Photografi yang diasuh oleh Fransiskus Edy Santoso (Edy ‘ Singo’) Redaksi menerima pertanyaan dan foto-foto
Jalan Masih Panjang | By Edy ‘Singo’ |
hasil karya Anda. Kirimkan foto hasil karya
Lokasi : Pulau Rinca, Manggarai Barat NTT
terbaik Anda, disertai data teknis, lokasi dan
Foto ini saya ambil waktu trip dalam rangka promosi Pulau Komodo menjadi salah satu dari Tujuh Keajaiban Alam Dunia. Sedikit dinaikan saturasinya untuk mendapatkan warna yang lebih matang.
narasi singkat ke email :
[email protected]
EOS 5D , Lensa Tamron 28-75mm F/2.8, ISO 200 , Diafragma F/11 , Exposure 1/200 dtk , Kompensasi +1 Stop
Jenderal Kementerian Keuangan, Anis Said Basalamah. Sosialisasi mengenai tata cara pelaporan LHKPN disampaikan oleh wakil dari Direktorat Pendaftaran dan Pemeriksaan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara, Komisi Pemberantasan Korupsi. Narasumber dari KPK menjelaskan tentang tata cara pengisian formulir LHKPN, yaitu formulir LHKPN Model KPK-A bagi yang wajib LHKPN yang baru pertama kali menyampaikan, dan formulir LHKPN Model KPK-B bagi wajib LHKPN yang telah menyampaikan LHKPN Model KPK-A.
SERTIJAB DIRJEN ANGGARAN Kamis, 17 Februari 2011, bertempat di Ruang Rapat Direktur Jenderal Anggaran dilakukan serah terima jabatan Direktur Jenderal Anggaran dari Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Pengeluaran Negara K.A. Badaruddin selaku plh. Direktur Jenderal Anggaran kepada Herry Purnomo yang telah dilantik menjadi Direktur Jenderal Anggaran. Acara serah terima yang dihadiri oleh sejumlah pejabat eselon III di lingkungan Direktorat Jenderal Anggaran ini berlangsung secara sederhana dan khidmat. Herry Purnomo yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Jenderal Perbendaharaan, dilantik sebagai Direktur Jenderal Anggaran menggantikan Anny Ratnawati yang telah diangkat sebagai Wakil Menteri Keuangan.
PENANDATANGANAN PEJABAT ESELON II
KONTRAK
KINERJA
Pada hari Rabu, 16 Maret 2011, bertempat di Ruang Rapat Direktur Jenderal Anggaran Gedung Sutikno Slamet Lantai 4, dilaksanakan Penandatanganan Kontrak Kinerja Eselon II. Acara tersebut dihadiri Direktur Jenderal Anggaran, para pejabat eselon II, serta para pejabat eselon III dan IV di lingkungan DJA. Dengan disaksikan oleh Direktur Jenderal Anggaran, Pejabat Eselon II di lingkungan DJA menandatangani kontrak kinerja masing-masing. Dirjen Anggaran, Herry Purnomo menghimbau agar komitmen yang telah ditandatangani diperhatikan dan dijalankan dengan sungguh-sungguh. Dirjen Anggaran mengingatkan kepada para pejabat eselon II untuk menjaga capaian kinerja agar sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
SOSIALISASI LHKPN Kamis, 10 Maret 2011, bertempat di Ruang Rapat Kresna Lantai P5 Gedung Sutikno Slamet diselenggarakan sosialisasi mengenai Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN). Peserta sosialisasi adalah para wajib LHKPN di lingkungan Ditjen Anggaran yang berjumlah kurang lebih 150 orang. Acara dibuka oleh Kepala Bagian Organisasi dan Tata Laksana DJA, Meriyam Megia Shahab. Dilanjutkan dengan sosialisasi mengenai KMK Nomor 38/KMK.01/2011 tentang Penyelenggara Negara di Lingkungan Kementerian Keuangan yang Wajib Menyampaikan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara dengan narasumber Kepala Biro Sumber Daya Manusia Sekretariat
SOSIALISASI TATA CARA REVISI ANGGARAN Senin, 28 Maret 2011 dilaksanakan Sosialisasi Peraturan Menteri
Warta anggaran | 23 Tahun 2012
53
KALEIDOSKOP 2011
Kaleidoskop
KALEIDOSKOP 2011
Kaleidoskop Keuangan Nomor 49/PMK.02/2011 tentang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2011 bertempat di Gedung Dhanapala, Kementerian Keuangan. Sosialisasi diikuti oleh para pegawai Direktorat Jenderal Anggaran dan Kementerian/Lembaga. Pemaparan PMK tentang Tata Cara Revisi Anggaran disampaikan oleh Made Arya Wijaya, Kepala Subdirektorat Pengembangan Sistem Penganggaran. Pada dasarnya, revisi anggaran bertujuan untuk antisipasi terhadap perubahan kondisi dan prioritas kebutuhan, mempercepat pencapaian kinerja, dan meningkatkan efektivitas, kualitas belanja dan optimalisasi penggunaan anggaran yang terbatas. Direktorat Jenderal Anggaran dan Direktorat Jenderal Perbendaharaan secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri berwenang dalam penetapan Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2022. Pengajuan revisi anggaran untuk APBN TA 2011 selambatlambatnya 14 Oktober 2011, untuk Revisi Anggaran pada Direktorat Jenderal Anggaran. Sedangkan untuk Revisi Anggaran pada Kantor Pusat/Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan selambat-lambatnya 28 Oktober 2011
WORKSHOP REVIEW ANGGARAN 2012
BASELINE
TAHUN
DJA menyelenggarakan acara workshop Reviu Angka Dasar (Baseline) Tahun Anggaran 2012 pada tanggal 21-24 Juni 2011 bertempat di Auditorium Dhanapala, Kementerian Keuangan. Peserta workshop berasal dari K/L yang berbeda-beda agar lebih banyak pihak yang mendapatkan pemahaman yang baik tentang Baseline. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dari prakiraan belanja pada angka dasar tahun 2012 dan 2013. Workshop dibuka oleh Direktur Sistem Penganggaran, Rakhmat dan Sekretaris Direktorat Jenderal Anggaran, Ari Wahyuni. Workshop dipandu oleh Ernest Patria Raihan, dengan pembicara Achmad Zunaidi dan Sean O’Grady dari Government Partnership Fund/Australian-Indonesia Partnership.
54 Warta anggaran | 23 Tahun 2012
SOSIALISASI PETUNJUK PENYUSUNAN RKAK/L Direktur Jenderal Anggaran menghimbau seluruh K/L untuk menghindari calo anggaran dan tidak memberi gratifikasi kepada petugas DJA dalam penyusunan dan penelaahan RKA-KL 2012. Hal tersebut disampaikan dalam sosialisasi Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.02/2011 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan RKA-K/L. Sosialisasi dilakukan tanggal 5-6 Juli 2011 bertempat di Gedung Dhanapala, Kementerian Keuangan. Sosialisasi dilakukan dalam rangka persiapan kegiatan penelaahan RKA-KL antara DJA dengan seluruh KL yang akan dilaksanakan pada tanggal 6-25 Juli 2011. Sosialisasi disampaikan kepada petugas penelaah, baik dari DJA maupun dari K/L. Sebelum dilakukan paparan oleh para pejabat DJA, Wakil Menteri Keuangan, Anny Ratnawati memberikan pesan bahwa tahun ini merupakan (tahun pertama pelaksanaan) Performance Based Budgetting sehingga orientasi alokasi anggaran belanja harus berdasarkan outcome dan output. Wamenkeu juga berharap agar terjalin komunikasi yang baik antara DJA dengan komisi terkait di DPR-RI agar proses penganggaran yang telah ditetapkan dapat berjalan lancar. Paparan sosialisasi disampaikan oleh Direktur Sistem Penganggaran dan Kasubdit Transformasi Penganggaran mengenai Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 93/PMK.02/2011 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan RKA-KL. PMK ini merupakan pedoman dalam rangka pemantapan penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja dan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah secara penuh. Pada sesi terakhir disampaikan paparan mengenai Sistem Aplikasi RKA-KL oleh tim Aplikasi Sistem Penganggaran.
:
ONE
MINUTE
Dalam rangka meningkatkan integritas pegawai DJA, pada tanggal 28 Juli 2011 bertempat di Auditorium Dhanapala dilaksanakan Training Integritas dan Motivasi, dengan pembicara utama training adalah Nanang Qosim Yusuf, yang telah dikenal sebagai master trainer dan penulis buku yang sukses. Nanang Qosim Yusuf, atau lebih akrab dipanggil Naqoy, menyampaikan materi training selama 2 jam. Dalam acara ini, peserta diajarkan untuk tidak boleh puas dengan keadaan good, tapi harus berusaha untuk mencapai great serta dilatih bagaimana menemukan sesuatu yang mendorong seseorang menuju kesuksesan. Naqoy mengatakan bahwa kesuksesan seseorang ditentukan hanya dalam satu menit yang dapat mengubah hidup. Inilah yang disebutnya sebagai One Minute Awareness (OMA). One minute awareness ini berbeda-beda bagi tiap orang. Pada akhir sesi, Naqoy mengajak seluruh pegawai DJA yang mengikuti training untuk merenung dan mencari one minute awareness dalam dirinya masing-masing.
SOSIALISASI SPAN Pengelolaan anggaran negara yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel merupakan harapan dari seluruh masyarakat. Mewujudkan hal tersebut merupakan tugas berat yang harus dilaksanakan oleh DJA sebagai perencana anggaran. Salah satu cara untuk mewujudkan hal tersebut adalah dengan dibangunnya Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN). SPAN Project dibangun melalui penyempurnaan proses bisnis yang didukung oleh teknologi informasi yang terintegrasi. Itulah inti dari sambutan Dirjen Anggaran, Herry Purnomo, kepada seluruh pejabat dan pegawai di lingkungan DJA pada acara Sosialisasi SPAN (Senin/26 September 2011) yang mengambil tema : “Menuju Pengelolaan Anggaran Negara Yang Efisien, Efektif, Transparan, dan Akuntabel Melalui Penyempurnaan Proses Bisnis dan Pemanfaatan Teknologi Informasi Yang Terintegrasi”. SPAN bukan merupakan urusan Ditjen Perbendaharaan saja, namun SPAN adalah milik semua unit eselon I di Kementerian
Keuangan. Manfaat SPAN akan dirasakan tidak hanya bagi unit Eselon I di Kementerian Keuangan saja, tapi akan dirasakan juga oleh Kementerian/Lembaga serta stakeholder lainnya di bidang perencanaan penganggaran, pelaksanaan anggaran dan pelaporannya.
PELATIHAN JURNALISTIK Pelatihan jurnalistik yang diselenggarakan selama dua hari, 11-12 Oktober 2011 di Jakarta dan diikuti oleh 25 orang pegawai DJA yang memiliki minat dan kemampuan untuk berkecimpung dalam media kehumasan DJA, bertujuan untuk menciptakan pengelola-pengelola media kehumasan baik media cetak dan media elektronik DJA yang dapat menjadi “corong” DJA dalam menyampaikan setiap kebijakan penganggaran kepada publik. Kegiatan pelatihan ini dibuka oleh Direktur Jenderal Anggaran, Herry Purnomo dengan didampingi oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Anggaran, Ari Wahyuni. Sebagai narasumber, DJA mendatangkan para pakar jurnalistik yang sangat berpengalaman di media cetak maupun media elektronik, yaitu Head of Corporate Communication Media Televisi Indonesia, Adjie S. Soera Atmadjie dan Produser Seputar Indonesia Pagi, Winarto.
RAPAT KOORDINASI PENYELESAIAN RUU APBN 2012 Pada tanggal 17 Oktober 2011 diadakan rapat koordinasi
Warta anggaran | 23 Tahun 2012
55
KALEIDOSKOP 2011
CAPACITY BUILDING AWARENESS
KALEIDOSKOP 2011
Kaleidoskop Penyelesaian RUU APBN 2012 di auditorium Dhanapala Gedung Sutikno Slamet Kementerian Keuangan yang dihadiri oleh perwakilan seluruh Kementerian/Lembaga dan diisi dengan arahan dari Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa dan Menteri Keuangan, Agus Martowardojo. Acara dibuka dengan laporan Direktur Jenderal Anggaran, Herry Purnomo yang menyampaikan laporan progress pembahasan dan penyelesaian RUU APBN 2012 dengan DPR. Dalam arahannya, Hatta Rajasa meminta kepada seluruh K/L untuk mencari terobosan-terobosan baru dalam pelaksanaan program dan kegiatan tapi tetap menjaga akuntabilitas dan transparansi, jangan hanya melakukan bussiness as usual. Dana optimalisasi bukanlah akal-akalan tapi merupakan proses yang akuntabel dan dilakukan untuk memberikan nilai tambah bagi kesejahteraan rakyat.
SOSIALISASI KEUANGAN
NILAI-NILAI
PENELAAHAN RKA-K/L (PAGU DEFINITIF) Sejak tanggal 7 November 2011, ratusan petugas penelaah dari berbagai satuan kerja di Kementerian Negara/Lembaga (K/L) setiap harinya akan memadati komplek Kementerian Keuangan di Jl. Dr. Wahidin No. I untuk melakukan pembahasan akhir alokasi anggaran 2012 dengan Direktorat Jenderal Anggaran. Selama dua minggu kedepan, Gedung Sutikno Slamet telah disiapkan menjadi tempat penelaahan bagi Direktorat Anggaran III bersama mitra kerjanya (kementerian/lembaga bidang polhukam), sedangkan Gedung Radius Prawiro diperuntukan bagi Direktorat Anggaran I dengan mitra kerjanya (kementerian/lembaga bidang perekonomian), dan Aula Gedung R.M. Notohamiprodjo disiapkan untuk Direktorat Anggaran II dan mitra kerjanya (kementerian/ lembaga bidang kesra).
KEMENTERIAN
Kegiatan Sosialisasi Nilai-Nilai Kementerian Keuangan yang diselenggarakan di komplek Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak, pada hari Sabtu, 22 Oktober 2011 berlangsung cukup semarak dan penuh semangat. Kegiatan sosialisasi diawali dengan senam bersama Menteri Keuangan dan seluruh pegawai yang hadir. Dalam kesempatan itu Menteri Keuangan memperkenalkan seluruh para pejabat eselon I termasuk Wakil Menteri Keuangan Anny Ratnawati dan Mahendra Siregar yang baru saja dilantik. Acara inti sosialisasi nilai-nilai Kementerian Keuangan diselingi dengan penampilan dari enam unit eselon I, yaitu Direktorat Jenderal Pajak, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang, Badan Kebijakan Fiskal, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, serta Direktorat Jenderal Anggaran yang dikomandani oleh Direktur Jenderal Anggaran, Herry Purnomo.
56 Warta anggaran | 23 Tahun 2012
PELANTIKAN LINTAS ESELON I Bertempat di Ruang Rapat Direktur Jenderal Anggaran, Senin, 21 November 2011, secara resmi Direktur Jenderal Anggaran, Herry Purnomo melantik Langgeng Suwito, S.E., M.Com sebagai Kasubdit Standar Biaya, dan Gede Ginarya, S.Sos. sebagai Kasubdit Teknologi dan Informasi Penganggaran. Selain dihadiri oleh para pejabat eselon II dan pejabat eselon III, hadir pula dalam acara pelantikan tersebut, mantan pejabat eselon III di Ditjen Anggaran, Afrizal dan Nuritawati, yang akan dilantik sebagai pejabat eselon III di lingkungan Direktorat Jenderal
SOSIALISASI LANGKAH-LANGKAH TINDAK LANJUT ATAS UU APBN TAHUN 2012 DALAM RANGKA PENCIPTAAN NILAI LEBIH PELAKSANAAN APBN T.A. 2012 Penyelenggaraan kegiatan sosialisasi ini sangat tepat dan berguna bagi kementerian negara/lembaga dalam rangka pelaksanaan APBN T.A. 2012, demikian disampaikan oleh Menteri Keuangan, Agus Martowardojo dalam sambutannya pada acara Sosialisasi LangkahLangkah Tindak Lanjut Atas UU APBN Tahun 2012 Dalam Rangka Penciptaan Nilai Lebih Pelaksanaan APBN T.A. 2012, yang bertempat di Auditorium Dhanapala pada Selasa, 29 November 2011. Acara kemudian dilanjutkan dengan presentasi Direktur Jenderal Anggaran, Herry Purnomo tentang hal-hal terkait dengan arah kebijakan dan tindak lanjut hasil pembahasan APBN 2012 dan hasil penelaahan RKA-K/L 2012, disambung dengan presentasi Direktur Jenderal Perbendaharaan, Agus Suprijanto, yang membawakan materi tentang Overview Penyerapan APBN TA 2011 dan Persiapan Pelaksanaan Anggaran TA 2012.
KALEIDOSKOP 2011
Perbendaharaan. ”Mutasi antar unit eselon I ini adalah hal yang wajar dalam rangka memenuhi kebutuhan organisasi. Sebelumnya Ditjen Anggaran juga telah melantik pejabat eselon II yang berasal dari luar Ditjen Anggaran”, demikian disampaikan Herry Purnomo dalam sambutannya. ”Kedepan, pelaksanaan mutasi lintas unit eselon I tidak hanya sampai pada level eselon III saja. Namun bisa juga dilaksanakan sampai dengan level eselon IV, karena kebutuhan dan perkembangan organisasi yang cukup dinamis. Terlebih lagi dengan adanya implementasi SPAN, yang akan merubah pelaksanaan pekerjaan yang semula bersifat manual menjadi bersifat otomatis. Hal ini tentunya akan menuntut perubahan mindset dari para pejabat di lingkungan Ditjen Anggaran”, tambah Herry Purnomo.
RAKER DJA Menteri Keuangan, Agus Martowardojo berpesan kepada seluruh jajaran Direktorat Jenderal Anggaran agar kita berpegang pada visi yang benar, kegiatan yang fokus, dan komitmen bersama untuk mewujudkan tujuan organisasi. ”Saudara-saudara perform exceeding expectation” apresiasi Agus, atas capaian kinerja Ditjen Anggaran selama tahun 2011. Hal tersebut dikatakan setelah Direktur Jenderal Anggaran, Herry Purnomo menyampaikan laporan singkat atas capaian-capaian Ditjen Anggaran sepanjang tahun 2011 dihadapan + 800 pegawai Ditjen Anggaran dalam acara Rapat Kerja Ditjen Anggaran yang diselenggarakan pada Kamis, 1 Desember 2011 bertempat di ballroom Dhanapala Kementerian Keuangan, turut hadir pula Wakil Menteri Keuangan I, Anny Ratnawati. Dalam laporannya Herry Purnomo menyampaikan bahwa salah satu capaian penting Ditjen Anggaran adalah pelaksanaan pembahasan RAPBN 2012 dengan DPR secara transparan. Upaya tersebut juga mendapatkan apresiasi Menteri Keuangan. Selain berisi Laporan Dirjen Anggaran dan arahan Menteri Keuangan, rapat kerja juga diisi dengan internalisasi nilai-nilai Kementerian Keuangan. Dirjen Anggaran juga menyampaikan bahwa seluruh jajaran DJA sudah melaksanakan nilai-nilai Kementerian Keuangan dan selalu berusaha meningkatkan integritas, profesionalisme dan bersinergi dalam melaksanakan tugas. Selain itu juga berusaha memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat dan mencari terobosan-terobosan baru untuk mencapai nilai kesempurnaan. Secara simbolik, Menteri Keuangan menyematkan pin Nilai-nilai Kementerian Keuangan kepada Dirjen Anggaran dan diikuti oleh seluruh pegawai DItjen Anggaran.
Warta anggaran | 23 Tahun 2012
57
Foto Peristiwa
Raker bali, 8 des 2011
Sosialisasi SPAN
Sosialisasi Dalam Rangka Menciptakan Penciptaan Nilai Lebih
Pembukaan Raker Jakarta, 1 des 2011
Penelaahan RKAKL TA 2012
Penelaahan RKAKL Ta 2012
Rapat Komisi Pada Raker Jakarta, 1 Des 201