DAFTAR ISI SUARA AKADEMIKA diterbitkan oleh Bagian Kemahasiswaan UIN Maulana Malik Ibrahim sebagai media informasi, kreasi dan kajian masalah kemahasiswaan, pendidikan, sosial, agama dan budaya. Terbit tiga kali dalam satu tahun. Suara Akademika menerima tulisan para akademisi, praktisi, dan aktivis mahasiswa. Tulisan dikirim ke kantor redaksi Suara Akademika, gedung Jendral Besar H. Muhammad Soeharto, ruang Kemahasiswaan, dalam bentuk softcopy spasi tunggal, font Times New Roman, 2 halaman A4, atau dikirim ke e-mail yang tertera di bawah. Tulisan yang masuk menjadi hak redaksi. Redaksi berhak menyunting dan melakukan editing tanpa menghilangkan substansi tulisan. Tulisan yang dimuat akan mendapat penghargaan sepantasnya.
Alamat : Jl. Gajayana 50 Malang 65144 Telp/Fax : (0341) 551354 / (0341) 572533 e-Mail :
[email protected] Website : http://kemahasiswaan.uin-malang.ac.id
SUARA AKADEMIKA Wahana Berpikir dan berkarya SK Rektor No. Un.3/PP.00.9/037/2014 ISSN: 2086-2318
1
Tajuk
2
Wawancara Eksklusif
3
Laporan Utama
5
Laporan Khusus
13
Suara Pembaca
17
Galeri Foto
18
Sosok
20
Jendela Aktivis
22
Artikel
31
Opini
33
Resensi
35
Penanggung Jawab H. Agus Maimun. Redaktur H. Mujaid Kumkelo. Penyunting/Editor Abdul Aziz, Ach. Nasichuddin, Sujak, Sabar. Desain Grafis/Fotografer Muiz Lidinillah, Evira Puji Apriliana, Moh. Fahrizal Aziz,Diana Manzila. Sekretariat Ariyana Isti K, Nurun Nawa, Diah Santikawati, Fiqh Vredian A.A, M. Abdur Ro’uf Shellya K., , Evy Heni F.
SuaraVol.V/Edisi Akademika/ Vol.V/Edisi XVIII/Januari-April 2014 Suara Akademika/ XVIII/Januari-April 2014
1
TAJUK
Sebuah ‘Delusi’ World Class University
T
ak banyak mahasiswa yang menyangka jika kampus beratap hijau dengan dinding gedung bewarna putih menjulang ini akan dipersiapkan menjadi salah satu World Class University. Rasa-rasanya, seperti menjempalit : kampus Islam yang sejak bertahun-tahun terstigmatisasi sebagai kampus kumuh dan second destination (pilihan kedua) setelah kampus-kampus negeri lainnya, kini merangkak naik
menjadi primadona. Mulai dari akreditasi A hingga penguatan sarana dan prasana. Tak tanggung-tanggung, misi besar itu pun diinstruksikan langsung oleh Menteri Agama Republik Indonesia, Dr (HC). H. Suryadharma Ali, M.Ag yang memberikan rekomendasi dua kampus (UIN Maulana Malik Ibrahim dan UIN Syarif Hidayatullah) menjadi World Class University. Yang menjadi pertanyaan, sudahkan mahasiswa paham? Sudahkah mahasiswa siap? Dan sudahkah mahasiswa berancang-ancang? Dalam sebuah sesi wawancara dengan Wakil Rektor II, Dr. H. Sugeng Listyio Prabowo, M.Pd, untuk menjadi World Class University, seluruh elemen kampus harus punya mental masyarakat dunia. Tidak bisa hanya pimpinan kampus dan dosennya saja. Mahasiswa bahkan karyawan pun juga harus punya mental jika dia adalah bagian dari masyarakat yang siap mendunia. Untuk mewujudkan citacita luhur tersebut, tidak bisa instan. Butuh perjuangan, dan butuh pemahaman. Bagaimana sikap mahasiswa dan apakah kampus sudah mendukung penuh wacana besar ini? dua wawancara dengan dua pejabat kampus kita akan memberikan jawabannya. Mulai dari wacana perluasan sarana prasarana hingga membuka jaringan menuju kampus bertaraf dunia. Dr. H. Agus Maimun, M.Pd pun akan memberikan petuah bijak bagaimana mempersiapkan mahasiswa berkompensi global. Ditambah dua opini dari mahasiswa yang menggugah naluri intelektual kita. Semoga Majalah Suara Akademika edisi “menyiapkan mahasiswa berkompetensi global” ini mampu memberikan inspirasi kepada seluruh civitas akademika UIN Maulana Malik Ibrahim agar lebih siap menatap masa depannya sebagai kampus level dunia. Selamat membaca!
2
Suara SuaraAkademika/ Akademika/Vol.V/Edisi Vol.V/EdisiXVIII/Januari-April XVIII/Januari-April2014 2014
WAWANCARA EKSKLUSIF
Transformasi Menuju World Class University
M
impi UIN Maulana Malik Ibrahim untuk menuju World Class University akan menjadi realita. Banyak hal mulai dipersiapkan Hal ini tampak dari beberapa perubahan dan persiapan yang terlihat akhir-akhir ini. Mulai dari fasilitas penunjang yang belum ada, hal tersebut harus segera dibangun untuk menciptakan iklim yang kondusif. Begitu pula nilai-nilai luhur ulul albab terus ditanamkan dan diperkuat untuk menyokong pondasi kampus hijau ini. Sejauh apa persiapan UIN Maulana Malik Ibrahim menuju Universitas kelas dunia? Untuk lebih lengkapnya, berikut petikan wawancara eksklusif Reporter Suara Akademika Shellya Khabib Dirgantari dan M. Fahrizal Aziz dengan Wakil Rektor II, Dr. H. Sugeng Listyo Prabowo, M.Pd. di ruang kerjanya, Kamis 10 April 2014. Secara umum, persiapan apa saja yang akan dilakukan untuk menuju World Class University? Ada dua bidang pokok yang harus kita lakukan transformasi. Dari tahun sekarang 2014 ke arah tahun 2025. Kita upayakan tahun 2025 kita real menjadi World Class University. Yang pertama kita sebut transformasi bisnis dan yang kedua transformasi budaya. Transformasi bisnis ada tiga, pengembangan resources (sarana prasarana), pengembangan manajemen tata kelola, dan pengembangan bidang akademik. Pengembangan resources itu mulai dari manusia. Manusianya kita kembangkan untuk mampu menghasilkan lulusan dan menghasilkan produk-produk ilmu standar dunia. Untuk sarana juga seperti itu, luas lahan kita upayakan bisa 500 hektar, antara 500-600 hektar. Untuk anggaran juga kita mencoba naik sampai 4-5 kali lipat dari sekarang. Kalau bisa hampir 800 miliar per tahun. Sekarang anggaran kita masih sekitar 160 miliar. Kemudian terkait peralatan, laboratorium juga
kita kembangkan. Harus mampu menghasilkan produk-produk ilmu standar dunia. Untuk itu, anggaran harus disediakan. Laboratorium tersebut digunakan bersama antara jurusan dan pusat studi. Pusat studi juga harus bagus. Sementara ini, pusat studi kita hanya lima, dan itu belum bekerja maksimal. Apakah nantinya akan berimbas terhadap biaya pendidikan? Kalau bisa tidak berimbas. Biaya pendidikan tetap kita skemakan bahwa pendidikan untuk masyarakat itu harus murah dengan kualitas dunia. Bukan karena kualitas naik, kemudian biaya juga harus naik. Kemudian dapat dana darimana kalau biaya pendidikan tidak dinaikkan? Pusat studi yang bagus-bagus tadi menjadi sumber pendapatan dengan produk-produk keilmuan. Jadi bukan jualan produk orang lain. Seperti penelitiannya dibeli, penelitiannya dipaten oranglain, di guide oleh pemerintah provinsi. Kemudian bengkel-bengkel tersebut juga akan
memberi kontribusi. Itu menyebabkan pendanaan alternatif mengalir. Itu semua akan memberikan keseimbangan terhadap biaya yang harus dikeluarkan mahasiswa. Dalam bidang SDM, persiapan apa saja yang dilakukan? Ya. Sementara ini yang kita tingkatkan ada tiga hal di SDM. Yaitu kompetensi, komitmen, dan kesadaran. Kompetensi berkaitan dengan kecakapan mereka secara teknis. Termasuk knowledge dan skill. Kalau komitmen berkaitan dengan kemampuan mendorong diri sendiri, membuat dirinya bergerak otomatis. Kesadaran mereka kita tingkatkan pada bidang mental cara mereka berfikir. Kesadaran itu mempengaruhi cara seseorang menyelesaikan persoalan. Jadi kalau kesadarannya tidak cukup, persoalannya tidak bisa terselesaikan. Misalnya kita mematok World Class University. Semua orang harus sadar bahwa UIN
Suara Suara Akademika/ Akademika/ Vol.V/Edisi Vol.V/Edisi XVIII/Januari-April XVIII/Januari-April 2014 2014
3
WAWANCARA EKSKLUSIF
Malang ingin menjadi World Class. Kalau ada orang tidak mempunyai kesadaran itu, dia tidak akan bisa mengikuti. Karena kesadarannya tidak cukup. Misalnya kesadaran seseorang di level tujuh, padahal masalah di level delapan, dia tidak akan bisa memecahkan masalah itu. Apakah nantinya akan ada persyaratan untuk karyawan/dosen harus menguasai bahasa asing? Itu termasuk kecakapan teknis. Secara psikologis, kita harus tingkatkan orang untuk percaya diri dalam bergaul. Karena untuk bergaul juga memerlukan percaya diri. Jadi ketika kita miskin, kemudian ada orang kaya, kita diajak ngomong seringkali kita tidak percaya diri. Kita meningkatkan kepercayaan diri mereka agar bisa bergaul dengan komunitas dunia. Oleh karena itu kita latih bahasa. Tetapi tujuannya tidak hanya sekedar teknis, tetapi bagaimana dia percaya diri untuk bergaul dengan komunitas internasional. Sekarang sudah diimplementasikan dengan program IALF di Bali. Itu kita tingkatkan terus. Apakah akan ada upaya untuk mengembangkan fasilitas perkuliahan yang representatif ? Kalau kampus kita ini sudah representatif, tetapi tidak cukup untuk menghasilkan produk ilmu World Class. Oleh karena itu, kita kan punya lahan hampir 100 hektar. Disana kita akan bangun resources yang berkaitan dengan sarana prasarana yang standar yang bisa digunakan untuk manghasilkan kegiatan-kegiatan keilmuan level internasional. Rencana kita, satu gedung ada satu pusat studi.
4
Misalnya gedung humaniora, disitu dibangun pusat studi sains dan quran. Ada para pakarnya, laboratorium, kelas. Sedangkan jurusan lebih besar lagi karena menangani kegiatan administratif dan kelas. Disini sebenarnya sudah establish, tetapi tidak cukup kuat untuk meghasilkan World Class. Kalau untuk standar nasional kita sudang leading, karena akreditasi kita sudah A. Bagaimana dengan pengembangan wifi yang dirasa masih kurang maksimal? Adakah rencana untuk pengadaan gazebo? Kalau itu tidak usah lama. Wifi kita besar, hanya saja perangkat pemancarnya masih belum terbelanjakan semua. Tapi ini sudah mulai meluas, karena pemancar-pemancar diarahkan ke luar gedung. Kalau masalah gazebo, kita mau bangun di depannya tarbiyah, di dekat masjid, di tanah-tanah yang masih kosong. Tetapi tidak bisa banyak, karena lahan kita memang sedikit. Nanti kalau di kampus tiga sana bisa bikin banyak. Terkait masalah penataan lahan parkir? Ya, itu parkir juga menjadi masalah. Sekarang kita akan upayakan regulasi untuk mengatur bahwa mahasiswa yang tinggal di ma’had tidak boleh membawa motor. Karena saya lihat kalau malam sekitar 300-400 motor ada di dalam parkiran. Nanti ke depan akan kita ukur atau akan kita beri insentif bagi yang tidak membawa motor yaitu pemotongan SPP. Ada skema begitu. Atau kita akan ciptakan alat hitung di depan bahwa peta parkir kita sekian. Ketika sudah penuh, tidak boleh lagi motor masuk.
Bagaimana dengan persiapan kerja sama internasional? Kerjasama akan kita tingkatkan pada berbagai bidang, baik itu government to government maupun university to university, akan ditangani oleh bagian kerjasama dengan baik. Terutama rekan kita di Jazirah Arab maupun di seluruh dunia. Ada lecturer exchange, student exchange. Tidak hanya kita yang ngirim, tetapi mereka juga harus mengirim. Untuk membantu pendanaan World Class University, pengembangan unit usaha baru apa lagi yang akan dikembangkan selain bengkel, rumah sakit, dan laboratorium? Akan dikembangkan banyak hal. Misalnya di bidang engineering, akan mengembangkan unit bisnis sendiri. Di bidang bahasa, kita akan kembangkan pusat bahasa yang lebih hebat yang bisa menjadi unit bisnis. Tidak hanya sekedar menangani PKPBI dan PKPBA. Tapi orang luar kalau mau kursus bahasa Arab, di UIN tempatnya. Nanti kita punya fasilitas yang bagus. Mungkin seluruh gedung C nanti kita pakai pusat bahasa, tidak dipakai untuk kuliah. Mengenai rumah sakit, kira-kira rumah sakit yang seperti apa? Konsep kedokteran kita ‘kan kedokteran pariwisata. Jadi konsep rumah sakitnya juga rumah sakit pariwisata, dipadukan antara rumah sakit dan pariwisata. Ada kolam renang, kafe, dan model tempat-tempat kebugaran.[]
Suara SuaraAkademika/ Akademika/Vol.V/Edisi Vol.V/EdisiXVIII/Januari-April XVIII/Januari-April2014 2014
LAPORAN UTAMA
Sosialisasi Kegiatan Penerimaan Beasiswa bagi Mahasiswa S-1
K
emahasiswaan sosialisasikan beasiswa untuk seluruh mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim, Jum’at (28/03) di Aula Rektorat lantai 5. Disampaikan langsung oleh Dr. H. Mujaid Kumkelo, M. H selaku kepala bagian kemahasiswaan bahwa kegiatan ini merupakan satu agenda penting bagi para mahasiswa terutama bagi mereka yang membutuhkan, lantaran beberapa informasi penting terkait penyaluran beasiswa tahun 2014 harus menjadi konsumsi publik. Dilanjutkan oleh Kasubbag Kemahasiswaan, bapak Nasichuddin tentang penjelasan sumber anggaran kampus yang biasa kita kenal dengan istilah DIPA. Seluruh informasi berkaitan dengan beasiswa bisa langsung diakses oleh siapapun pada website kemahasiswaan www.kemahasiswaan. uin-malang.ac.id. Mahasiswa dihimbau agar aktif untuk mencari informasi karena informasi tentang beasiswa lebih sering datang secara tiba-tiba dan dilaksanakan dalam jangka yang relative singkat terkait prosedur penyeleksiannya. Namun demikian, mahasiswa tidak perlu khawatir karena masih banyak sumber beasiswa lainnya seperti beasiswa Supersemar, Gudang Garam, BI, Mandiri dan masih banyak lainnya. Untuk Beasiswa Mandiri diperkirakan akan melaksanakan seleksi penerima beasiswa sekitar bulan Juli-Agustus mendatang
sedangkan Gudang Garam akan melaksanakannya sekitar bulan September-Oktober mendatang. Ditambahkan lagi bahwa “satu mahasiswa hanya berhak menerima satu jenis beasiswa dan tidak boleh double.” Hal ini diupayakan untuk pemerataan penerima beasiswa di kampus. Untuk beasiswa Dipa sendiri yang rencananya dilaksanakan penyeleksian penerima pada 20-21 April mendatang dikategorikan pada dua kategori utama, yakni kategori miskin (diserahkan pada fakultas masing-masing) dengan jumlah kuota 1580 penerima. Kedua yaitu kategori miskin berprestasi tertuju untuk pengurus mahad, OMIK, mahasiswa penulis, prestasi dibidang olahraga, seni, lomba dengan taraf minimal semalang raya, PPBA, dan prestasi pengahafal Al-Qur’an dengan jumlah kuota sebanyak 455. Semua mahasiswa yang memasuki kategori berhak menerima beasiswa tersebut.
Kemudian pada sesi sosialisasi terakhir disampaikan langsung oleh bapak wakil Rektor bidang kemahasiswaan. Pada tahun ajaran berikutnya akan segera diterapkan sistem UKT (Uang Kuliah Tunggal) yang mana akan dimulai untuk mahasiswa angkatan 2013-2014. UKT merupakan upaya untuk memperingan pembayaran biaya pendidikan mahasiswa. Untuk UKT sendiri terbagi menjadi 3 kategori dengan kategori pertama yakni biaya per semesternya 0-400.000 yang diperuntukkan hanya bagi 5 % mahasiswa, kedua 1.300.000-1.600.000 dan terakhir 2.300.000 dengan pertimbangan yakni kondisi orang tua, mahasiswa, dan r umah mahasiswa tersebut. Yang perlu menjadi catatan utama adalah mahasiswa yang memiliki indeks prestasi sementara (IPS) diatas 3,00 lah yang memiliki kemungkinan menerima beasiswa. [Nawa/Dee]
Suara Akademika/ Vol.V/Edisi XVIII/Januari-April 2014
5
LAPORAN UTAMA
Keniscayaan Kompetensi Global Mahasiswa
M
ahasiswa menjadi acuan utama keberhasilan dan pengembangan kegiatan akademik Universitas. Dalam konteks UIN Maulana Malik Ibrahim yang tengah bergegas menuju World Class University (WCU) tentu kualitas mahasiswa menjadi salah satu tolak ukur utama pencapaiannya. Bukan bicara taraf nasional lagi, melainkan taraf global. lalu, bagaimana langkah UIN Maulana Malik Ibrahim dalam menyiapkan mahasiswa berkompetensi global dan mungkinkah? Kiranya dimanakah eksistensi mahasiswa di tengah gencarnya seruan ke arah WCU? untuk mengungkapnya, berikut ulasan wawancara dengan Wakil Rektor Bidang Akademik dan Pengembangan Kelembagaan UIN Maulana Malik Ibrahim, Dr. M. Zainuddin, M.A oleh Reporter Suara Akademika Fiqh Vredian. Zainuddin: Mahasiswa Harus Tanggap Ditemui di kantor nya, Rabu (16/4), Wakil Rektor Bidang Akademik dan Pengembangan Kelembagaan UIN Maulana Malik Ibrahim, Dr. M. Zainuddin, MA mengatakan, dalam perjalannya menuju World Class University (WCU), UIN Maulana Malik Ibrahim benar-benar siap bersaing di ranah global. UIN Maulana Malik Ibrahim telah terakreditasi A dari hasil visitasi BAN-PT yang notabene hanya dimiliki beberapa perguruan tinggi yang qualified. Selain itu, sarana prasaran cukup representatif dan banyak SDM yang menguasai bahasa internasional mer upakan peluang besar untuk menyongsong WCU. UIN Maulana Malik Ibrahim juga tengah mempersiapkan akreditasi regional AUNT (ASEAN University Network Quality Assurance) dan menyongsong ASEAN Comunity yang berdaya saing tinggi. Kian dekatnya pasar bebas Asia yang menjadi keniscayaan globalisasi menuntut UIN Maulana Malik Ibrahim segera bergegas mempersiapkan diri. Pasalnya, akan ada banyak interaksi bisnis dan pertukaran pelajar yang berlangsung. Satu sisi menjadi peluang emas tersendiri, namun
6
sisi lain hal ini akan menjadi tantangan berat agar UIN Maulana Malik Ibrahim bisa sesuai dengan apa yang dicita-citakan. UIN Maulana Malik Ibrahim juga tengah mempersiapkan akreditasi internasional untuk mendapatkan pengakuan global. Zainuddin juga mengungkapkan, upaya kampus membuka ruang-ruang aktualisasi mahasiswa di kancah internasional di antaranya dengan mengikutsertakan mahasiswa dalam seminar dan olympiade inter nasional, sandwich program, beasiswa ke universitas internasional, dan lain-lain. Oleh karena itu, bahasa internasional sangat penting untuk dikuasai dan menjadi suatu keniscayaan dalam bergumul di kancah global. Dosen yang pernah menjabat Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Ma-
lik Ibrahim tersebut menandaskan, program-program internasionalisasi seperti PBBA, PBBI, dan International Class Program (ICP) merupakan program “gayung bersambut” dengan penunjukan UIN Maulana Malik Ibrahim oleh Menteri Agama RI, Surya Dharma Ali untuk mempersiapkan diri menuju WCU. Mahasiswa berkewaj i b a n m el a k u k a n i m p r ov i s a s i dan pengembangan kebahasaan selepas program tersebut. Salah satunya bisa lewat penulisan karya tulis ilmiah maupun skripsi yang akan didukung dan diapresiasi penuh oleh kampus. Penulisan dan publikasi Karya Tulis Ilmiah menjadi penilaian penting kampus bertaraf internasional. Secara kuantitas dan kualitas perlu digencarkan dan ditingkatkan mutunya. Peneliti yang pernah menjadi Pemimpin Redaksi Jurnal El-Harakah tersebut menambahkan, karya-karya ilmiah yang menunjang program akademik, berkualitas dan memiliki nilai jual, serta berkontribusi terhadap masyarakat har us dipublikasikan secara luas. Hal ini senyatanya belum digencarkan civitas akademik UIN Maulana Malik Ibrahim. Kelemahan yang harus disadari bersama, baik kalangan dosen maupun mahasiswa.
Suara Akademika/ Vol.V/Edisi XVIII/Januari-April 2014
LAPORAN UTAMA
Di elit, patronasi pemerintah dan universitas terhadap para peneliti sejatinya perlu ditingkatkan. Lepas dari itu semua, Zainuddin menegaskan supaya mahasiswa harus tang gap. Tak ada artinya segala label dan program WCU, bila di aras mahasiswa sendiri tetap adem ayem. Tak bergegas melejitkan kompetensi diri dalam pergumulan global. Kualitas menjadi suatu keniscayaan yang harus ditempuh. Akademisi yang pernah nyantri di Bahrul Ulum
Tambakberas tersebut menyerukan dibentuknya kelompok-kolompok kecil (limited group) di kalangan mahasiswa yang masih melakukan kajian atau diskusi di luar perkuliahan. Dalam mempersiapkan mahasiswa berkompetensi global, UIN Maulana Malik Ibrahim terus mengokohkan empat pilar tarbiyah Ulul Albab yang menjadi visinya; kedalaman spriritual, keagungan akhlak, keluasan ilmu pengetahuan, dan kematangan profesional. Empat pilar tersebut menunjuk-
kan bahwa UIN Maulana Malik Ibrahim tidak hanya menggodog segi kognitif mahasiswa sebagai entitas intelektual (keilmuan dan profesionalitas), namun juga sangat memperhatikan segi pembangunan jiwa (spiritualitas dan akhlak). Idealnya, dengan begitu mahasiswa dalam era apapun bisa sur vive. Zainuddin memaparkan, dalam tataran praksis, instutusi Ma’had Al-Aly menjadi penopang penting dalam segi pembangunan jiwa. Apapun fakultasnya, mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim diharapkan mampu memahami ihwal keagamaan dengan baik. Sedangkan upaya pengembangan keilmuan dan profesionalitas mahasiswa yang berkompetensi global, salah satunya melalui rumusan Kurikulum Berbasis WCU, Integ rasi, dan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) yang antisipatif terhadap globalisasi dalam upaya menyongsong ASEAN Comunity Dari segi piranti tenaga pengajar, UIN Maulana Malik Ibrahim akan terus mendukung dan memfasilitasi peningkatan kualifikasi dosen dalam pembelajaran, penelitian yang berkualitas dan produktif, dan pengabdian masyarakat yang masif (Tri Dharma Perguruan Tinggi). Peningkatan jenjang pendidikan doktoral dan guru besar akan terus dipatronasi. “Jika berhasil menjadi WCU, bukan hanya UIN Maulana Malik Ibrahim yang akan bahagia. Namun juga Umat Islam dan Indonesia. Kita sudah nawaitu, semua mendukung,” pungkasnya. [Fiqh]
Suara Akademika/ Vol.V/Edisi XVIII/Januari-April 2014
7
LAPORAN UTAMA
PKLI Malaysia : Siapkan Asean Community untuk Menuju World Class University
U
ntuk menyambut World Class University (WCU), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) sepertinya tidak mau ketinggalan dalam berperan serta. Hal ini dibuktikan dengan mengirimkan putra putri terbaik di fakultasnya untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapangan Islam (PKLI) di negeri Malaysia. Pastinya, mahasiswa delegasi kampus hijau ini berjumlah 15 orang yang semuanya berasal dari International Class Program (ICP). Tiga mahasiswa dari Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (English), delapan mahasiswa dari Jurusan Pendidikan Agama Islam (Arabic and English), serta empat mahasiswa dari Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (English). Untuk bisa mengikuti PKLI di negara Jiran, para mahasiswa harus mengikuti beberapa seleksi terlebih dahulu. Di antaranya seleksi wawancara dan menulis essay dalam bahasa Inggris atau bahasa Arab. Tergantung mereka berasal dari kelas ICP English atau Arabic serta kemahiran kebahasaan dan content praktek ngajar Ketika ditemui di ruang kerjanya Senin (24/2) silam, Dekan FITK, Nur Ali, M.Pd menyampaikan bahwa adanya PKLI luar negeri ini tidak hanya sebagai salah satu
8
usaha untuk menuju WCU, tetapi juga persiapan untuk menghadapi Asean Community yang akan diberlakukan per Januari 2016. “Latar belakang dari praktek mengajar di luar negeri itu didasari oleh kebijakan global yakni Asean Community (masyarakat Asean). Implikasinya adalah semua mahasiswa di Indonesia ini termasuk FITK harus paham bagaimana kondisi wilayah Asean. Agar nanti pada Januari 2016 mahasiswa ICP dan non ICP itu memahami kondisi real bagaimana kelas-kelas atau sekolahsekolah internasional di wilayah Asean ini, maka mereka harus praktek mengajar di tempat itu. Kalau sudah pernah mengajar di sana maka suatu saat dia akan siap menjadi guru di wilayah Asean,” tuturnya. Selama kurang lebih 20 hari, mereka tidak hanya praktek mengajar, tetapi juga melakukan observasi serta melakukan visiting terhadap perguruan tinggi internasional di Malaysia. Mereka melakukan observasi bagaimana perilaku guru-guru di sekolah internasional. Khusus untuk mahasiswa yang berasal dari jurusan Pendidikan IPS, mereka juga melakukan observasi terhadap lembagalembaga kewirausahaan berbasis IT yang berada di Kuala Lumpur. Menurut Nur Ali, mengenai biaya administrasi, ada beberapa yang ditanggung oleh fakultas, yaitu biaya
tiket pesawat pulang pergi, boarding pass, serta bantuan untuk living cost. Untuk yang lainnya ditanggung oleh masing-masing mahasiswa. Sementara sebagai tindak lanjut dari PKLI luar negeri ini, Nur Ali sudah mencarikan peluang bagi mahasiswa semester di bawah mereka untuk bisa PKLI di Islamic School of Melbourne, di sekolah-sekolah internasional Indonesia, Singapura atau Malaysia. Terkait WCU, Nur Ali sebagai dekan FITK mengambil kebijakan akan mengadakan student exchange, tukar dosen, serta mengadakan review curriculum. Saat ini semua dosen dan karyawan FITK pun telah diwajibkan untuk mengikuti kursus speaking yang dibimbing langsung oleh dosen FITK yang asli berasal dari luar negeri. Di akhir wawancara, Nur Ali berharap dengan adanya PKLI luar negeri ini mahasiswa siap memasuki Asean Community, bisa mengetahui bagaimana profil guru, minimal guru internasional untuk regional Asean. Semakin banyak menghadapi karakter masyarakat asing, mahasiswa akan mempunyai wawasan luas, sehingga tidak mudah terjerumus pada konflik. “Semakin banyak teman, semakin banyak wawasan, maka dia bisa menghindari konflik yang bersifat etnis,” ungkapnya. [She]
Suara Akademika/ Vol.V/Edisi XVIII/Januari-April 2014
LAPORAN UTAMA
Peringati Hari Kelahirannya, KBMB Hadirkan Tokoh Nasional
M
enduduki tahun ketiga berdirinya Keluarga Besar Bidik Misi (KBMB) adakan Bakti Sosial (Baksos), Minggu, (08/13) di panti asuhan LKSA al-Kautsar Wagir Malang Selatan. Hal ini sudah menjadi rutinitas tahunan KBMB UIN Maulana Malik Ibrahim. Tak pelak keluarga besar panti selalu menyambut hangat kepedulian Mahasiswa Bidik Misi ini. Pasalnya, kepedulian seperti ini dapat dibuat contoh yang lain untuk melakukan hal serupa. Tepat pada hari jadinya, yakni 18 Desember, seluruh warga KBMB kompak melaksanakan Khatmil Qur’an bersama di basecamp, jalan Joyosuko. Malam harinya, acara tumpengan menjadi tradisi sebagai ungkapan syukur. Tak ketinggalan aneka ragam penampilan menjadi tontonan bersama untuk meramaikan acara di antaranya: musik, puisi, dance, lagu arab. Selain itu, Arwasila (pengembaraan intelektual) menjadi rentetan acara selanjutnya, yakni ziarah ke Walisongo mulai dari Sunan Ampel hingga Sunan Gunung Jati. “Kami juga Silaturrahmi kepada tokoh-tokoh pendidikan diantarannya Dahlan Iskan, KH. Syukron Ma’mun, Musdah Mulia, Okky Setyana Dewi, Quraish Shihab sebagai acara penguat keke-
luargaan besar bidik misi, agar kami memiliki wawasan yang luas mengenai informasi-informasi pendidikan saat ini”, ujar Zainurrohman selaku ketua pelaksana saat di wawancarai. Seminar nasional merupakan puncak acara yang dinantikan seluruh warga KBMB. Acara besar itu akhirnya sukses setelah melalui persiapan selama empat bulan. Bermacam lomba diselenggarakan mulai dari essay, resensi buku, LKTI, Banjari, dan pidato. “Mahasiswa UIN harus membawa Islam dengan al-Qur’an dan sunnah, jangan otaknya mengikuti Syukron Ma’mun tapi otaknya harus
mengikuti al-Qur’an,” demikian pesan ustadz Syukron Ma’mun saat mengisi acara seminar. (15/03). “Rekonstruksi budaya pada pendidikan dapat merubah semuanya, maka dari itu mulailah dari sekarang budayakan membaca, itulah cara termudah merubah bangsa kita menjadi bangsa yang cerdas,” komentar bunda Musdah sebagai narasumber. Sesuai dengan tema besar kegiatan ini, “Urgensi Pendidikan Agama dalam Membangun Generasi Muda yang Berkarakter Pancasila.” Diharapkan mahasiswa UIN dapat mengamalkan pribadi yang bermanfaat bagi sesama dengan uswatun hasanah.[can/Dee]
Suara Akademika/ Vol.V/Edisi XVIII/Januari-April 2014
9
LAPORAN UTAMA
Workshop OMIK: Gandakan Mimpi, World Class University
M
enggapai cita-cita tinggi sebagai World Class University memang tak mudah, namun itu semakin mencapai niscahya dengan langkah UIN Maulana Malik Ibrahim yang semakin nyata untuk melangkah. Salah satu upaya riil adalah workshop yang melibatkan elit kampus dan perwakilan Mahasiswa, Sabtu (22/03) di Hotel Pitaloka, Batu. Tidak semua Mahasiswa. Te patnya, perwakilan Org anisasi Mahasiswa Intra Kampus (OMIK) yakni; 50 mahasiswa yang terdiri dari para ketua SEMA-U, DEMA-U, SEMA-F, DEMA-F, HMJ dan beberapa UKM lainnya.
10
Ta k l a i n , wo r k s h o p i n i adalah langkah awal untuk mewujudkan mimpi sebagai World Class University. Seperti tujuan awalnya, aktivitas seperti ini diharapkan meningkatan mutu kepemimpinan dan manajemen adminitrasi OMIK. Kenapa OMIK? Lantaran pada organ-organ inilah embrio kualitas mahasiswa akan dipupuk dan jiwa kepemimpinan akan tertanam sebagai lokomotif pergerakan. Tak tanggung-tanggung, workshop kali ini diisi langsung oleh pakar-pakar Unggulan Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim, Dr. H. Mujaiz Kumkelo, bagian keuangan yakni ibu Yona, ketua
bagian umum Iwan Sugianto, M.Si, dan Rektor UIN Malang Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M.Si. Dari workshop inilah para pakar dan mahasiswa menggandakan mimpi dan berjanji terus mengawal perkembangan kampus untuk menciptakan para pendidik yang professional dan jebolan yang kredibel diteng ah arus modernitas. [Nawa/Dee]
Suara Akademika/ Vol.V/Edisi XVIII/Januari-April 2014
LAPORAN UTAMA
Suara Akademika Belajar di Kota Kembang
P
emberangkatan ming gu pukul 05.00 WIB (6/4) seusai shalat subuh, tiga kendaraan beroda empat avanza dan dua kijang inova menancapkan gasnya menuju bandara Juanda Surabaya. Di tengah perjalanan sambil menikmati hembusan embun pagi kami menyantap sarapan pagi di warung makan Mojorejo di jalan Malang-Surabaya letaknya tak jauh lagi dari bandara Juanda. Tepat pukul 10.30 dengan nomor penerbang an JT 0951 pesawat Lion Air memasang sayapnya take off untuk membawa 17 awak menuju kota tujuan kami, kota kembang. Kota Bandung kini menjadi sasaran kami untuk melaksakan aktivitas wajib kami yakni studi banding sebagai tim majalah Suara Akademika UIN Maulana Malik Ibrahim.
Dalam perjalanan kami tak sedikitpun rasa bosan menghinggap, pasalnya, diselingi bincang-bincang, canda tawa sesama tim, menjadi kehangatan tersendiri bagi kami, dan hal ini pula mempererat kekeluargaan tim Suara Akademika baik yang lama ataupun yang baru. Tak terasa perjalanan yang begitu singkat hanya 97 menit pesawat yang kami tumpangi landing pukul 12.07 WIB di bandara Husein Sastranegara Bandung. Solaria sebuah restoran modern ini, menjadi tempat ngopi setelah menempuh perjalanan singkat kami dan juga mengisi perut kami yang mulai memanggil-manggil untuk makan siang. mencicipi Japanese Foods campuran European Foods chicken teriyaki, rice katsu, smoked chiken, frozen capucino, black currant yang belum sempat kami cicipi di kota Malang, yang notabenenya di kota
Malang lebih banyak makanan tradisional menu asli jawa seperti lalapan, soto lamongan, sate madura dan berbagai menu yang lain. Usai itu lima kendaraan mini roda empat mengantarkan kami menuju fave hotel, salah satu hotel bintang tiga ternama di kota kembang sebagai tempat singgah juga tempat rehat satu malam. Dilanjut sore pukul 16.00 WIB kami menjelajahi Paris Van Java Mall (PVJ) merupakan pusat perbelanjaan yang terletak di kota Bandung. Dengan nuansa open air yang alami serta pemandangan burung-burung merpati hias berterbangan bebas. Faktor lain yang menjadi daya tarik adalah konsep bangunan yang kental dengan desain Eropa. Bangunan ini di resmikan tahun 2006 silam. Uniknya, PVJ terbagi empat lantai ke bawah yaitu first floor, ground floor, upper ground serta lower ground. Disana kami hanya mengamati benda-benda ternama, dibumi yang disebut parisnya pulau Jawa ini. Hanya bisa melihat tidak bisa membeli bukan mengapa, tak lain karna harga jual di atas kantong mahasiswa. Tapi tak jadi masalah buat kami karna kami bukan konsumer mahal produk luar negeri sebab kami pecinta produk tanah air, “Indonesia Lovers”. Hujan rintik-rintik memani perjalanan kami di simpang lima cihampelas, kami telusuri pertokoan pusat kaos dan oleh-
Suara Akademika/ Vol.V/Edisi XVIII/Januari-April 2014
11
LAPORAN UTAMA
oleh asli kota kembang. Seusai menyantap hidangan malam di war ung emperan Bpk. Dodo menu pecel bebek ala Bandung. Malam yang begitu dingin mengantarkan kami terlelap pulas di kota kembang. Bunga tidur menjadi penghias bawah a l a m s a d a r. Ya n g m e m b awa esok pagi pada kewajiban dan tujuan kami ke kota kembang.
UNPAR sasaran wajib tim Suara Akademika
Dinginnya kota Bandung tidah jauh beda dengan dinginnya kota apel Malang. Semangat pagi yang menjadi tujuan wajib kami untuk menimba ilmu “jurnalistik” di majalah Parahyangan UNPAR (Universitas Katolik Parahyangan ), tak menjadi penghalang bagi kami untuk berbagi ilmu ke lain agama, karena berilmu bukan hanya kepada sesama muslim tapi antar agama juga harus saling bertukar pikiran. Seperti kata Rasulullah SAW :” ”, maksud disini sharing of knowledge tak pandang bulu. Jarak dekat fave hotel dan UNPAR sang at mering ankan perjalanan kami. Tak mengulur banyak waktu hanya butuh 10 menit untuk menuju UNPAR yang letaknya di Ciumbeliut. Sesampainya dilokasi, kami di sambut hangat oleh jajaran tim malajah Parahyang an yang mer upakan majalah terbaik nasional tingkat kampus itu. Rupanya, di UNPAR bukan hanya menerbitkan majalah Parahyangan saja tiap tahunnya ada juga majalah zoom in, majalah highlights, dan ada juga majalahmajalah di setiap jur usannya.
12
Tim kami yang terdiri dari redaktur, editor, desain grafis, fotografer, reporter mencermati dengan seksama penjelasan yang telah di paparkan oleh beberapa tim dari UNPAR. Majalah yang baru terbit satu kali edisi ini sudah menjadi acuan kami. Oleh karena itu, kami ingin tahu seluk-beluk aktivitas dan visimisi dari majalah kampus UNPAR. “Majalah Parahyangan yang rubriknya mengkaitkan para alumni, pelajar sekolah katolik, tujuannya untuk pengkaderan mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan. Begitulah keeratan keluarga kampus dengan alumninya sehingga para alumnipun tahu akan kabar kampusnya walau mereka sudah tidak menimpa ilmu di kampus”. Jelas Boby selaku Pimpinan redaksi majalah Parahyangan. Selain itu, majalah zoom in yang berada di bawah lembag a Kepresidenan Mahasiswa, memberikan Majalahnya secara cumacuma. Mahasiswa telah dinyatakan sebagai mahasiswa UNPAR yang peduli, inisiatif, dan bertanggung jawab baik secara akademik maupun akademik sebag ai agent of change yang aktif dalam pikiran, perkataan dan perbuatan. Berlandaskan pada semboyan “bakuning hyang mrih guna santyaya bhakti” yang berarti “Berdasarkan Ketuhanan Menuntut Ilmu untuk Dibaktikan kepada Masyarakat”. Itulah salah satu tujuan di terbitkannya majalah zoom in subjeknya untuk mahasiswa baru agar mereka mengerti nilainilai yang di tanamkan di UNPAR. Berbeda lagi dengan majalah highlights diambil dari serapan kata-kata dalam kamus yang berarti sesuatu yang paling menarik atau paling berkesan dalam suatu waktu. besar harapan ketika mahasiswa
membuka halaman demi halaman yang ada dalam majalah ini dapat mengetahui apa saja yang menarik di kampus UNPAR. Inilah maksud dan tujuan di terbitkannya majalah highlights mengetahui kabar-kabar ter-update agenda kampus UNPAR. Adapun sistem recruitmentnya dari majalah zoom in dan highlights adalah di tunjuk oleh pimpinan redaksi. Berbeda jauh dengan recruitment majalah Suara Akademika meng gunakan sistem sayembara dan inter view oleh redaktur kemahasiswaan UIN Maulana Malik Ibrahim. Terlihat menarik dan indah di pandang majalah-majalah yang di tebitkan UNPAR rupanya anggaran mencapai Rp.40.000/eks. Banyak pelajaran-pelajaran menarik yang akan kami bawa nantinya dan kami terapkan di kampus kami. Kini Suara Akademika yang sudah menduduki edisi XVII berguru pada yang muda, pasalnya usia majalah Parahyangan 1 tahun baru edisi pertama dan zoom in lima tahun dalam edisi ke-5. [Can/Dee]
Suara Akademika/ Vol.V/Edisi XVIII/Januari-April 2014
LAPORAN KHUSUS
Silaturahmi Nasional : Kampus Ulul Albab Kirimkan Dua Delegasi
S
etelah tahun kemarin mengirimkan delegasi sebanyak sembilan orang, tahun ini kampus Ulul Albab mengirim dua delegasinya untuk terjun langsung mengikuti Ekspedisi Mahasiswa Koridor Maluku dan Maluku Utara. Ekspedisi NKRI 2014 yang mengusung tema Peduli dan Lestarikan Alam Indonesia ini melibatkan sekitar 1.300 orang yang terdiri dari seluruh komponen masyarakat Indonesia, baik dari TNI, Polri, Pendidik dari berbagai Perguruan Tinggi, Mahasiswa dan Mahasiswi, Organisasi Pemuda, serta didukung oleh masyarakat setempat. Ekspedisi yang berlangsung sekitar 4 bulan terhitung sejak 6 Februari – 26 Juni ini tepatnya diikuti oleh 800 personil TNI AD serta 240 mahasiswa dari 36 Perguruan Tinggi Negeri ataupun Swasta Se-Indonesia. Ketika ditanya alasan TNI menggandeng mahasiswa adalah karena personil TNI AD tidak memiliki keahlian dalam memetakan wilayah/ S DA j u g a p o t e n s i b e n c a n a . Kegiatan yang empat tahun terakhir ini menjadi agenda rutin Kopassus, tahun ini berpusat di delapan titik di Pulau Maluku dan Maluku Utara, yaitu Subkorwil-1 Masohi Kab. Maluku Tengah ; Subkorwil-2 Tual di Kab. Maluku Tenggara ; Subkorwil-3 Namlea di Kep. Buru ; Subkorwil-4 Saumlaki di Kab. Maluku Tenggara Barat ;
Subkorwil-5 Ternate di Kab. Ternate dan Kab. Halmahera Tengah ; Subkorwil-6 Tidore dan K ab. Halmahera Tengah ; Subkorwil-7 Tobelo di Kab. Morotai dan Kab. Halmahera Utara ; Subkorwil-8 Labuha di Kab. Halmahera Selatan. Ekspedisi ini bisa disebut sebagai ajang silaturahmi nasional, karena mereka para peserta ekspedisi terjun langsung ke daerahdaerah yang ada di sekitar Maluku dan Maluku Utara. Mereka dikenalkan dengan bagaimana wilayah sungai, hutan, gunung, dan sungai. Kemudian mereka melakukan penelitian dan pendataan terhadap keadaan flora dan fauna termasuk hutan yang ada di alam Maluku dan Maluku Utara. Dengan begitu mereka akan mengetahui apakah hutan di daerah sana masih
lestari atau sudah gundul. Terhadap hutan yang gundul, mereka akan melakukan pelestarian dengan cara reboisasi. Mereka juga akan tahu keadaan serta jenis-jenis flora dan fauna yang hidup di alam Maluku, atau bahkan sangat dimungkinkan mereka akan menemukan flora dan fauna baru. Tak hanya itu saja, mereka juga meneliti tentang keadaan sosial budaya masyarakat serta potensi bencana alam. Terhadap masyarakat yang hidup di daerah tertinggal, mereka membangun infrastruktur daerah, memberikan pelayanan kesehatan, serta membuka akses perhubungan dan komunikasi. Mereka juga memberikan wawasan tentang kebangsaan dan bela Neg ara. Dengan begitu, silaturahmi nasional ini akan mempunyai visi
Suara Akademika/ Vol.V/Edisi XVIII/Januari-April 2014
13
LAPORAN KHUSUS
besar yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta menjalin rasa persatuan dan kesatuan. Agus Anta Muzakki, salah satu delegasi dari UIN Maulana Malik Ibrahim, mengaku sangat terkesan dengan ekspedisi ini. “Kegiatannya direncanakan dengan sangat baik. Mulai tahap test, materi, simulasi, maupun pelaksanaan,” tuturnya. Menurut mahasiswa jurusan akuntansi yang duduk di semester delapan ini, ekspedisi merupakan salah satu cara untuk menyeimbangkan pengalaman kita. Selain mendapat ilmu di bangku kuliah yang hematnya hanya digunakan untuk mencari kerja saja, melalui kegiatan ini kita bisa belajar bagaimana hidup di masyarakat. Terkait masalah akademik yang dia tinggalkan selama empat bulan, Agus dan satu temannya telah mendapatkan Surat Keputusan dari Rektor. Tetapi bukan
14
berarti hal tersebut tidak menjadi masalah bagi akademik mereka. Sementara Shofwan Sanjaya Eko, tidak terlalu ambil pusing terkait masalah akademik. Karena menurut dia, ekspedisi NKRI ini membantu kita lebih mengenal dan dekat dengan alam Indonesia. Termasuk mengenal suku adat daerah Maluku dan pulau-pulau yang belum pernah terjamah. “Karena ekspedisi ini diikuti dari berbagai kesatuan, mulai dari kopassus, kostrad, raider, serta paskhas marinir, maka ketika waktu pelatihan harus benar-benar menjaga kesehatan, kedisiplinan, dan kepedulian sesama. Makanya sedikit harus ada jiwa korsa.” Ditemui diruang kerjanya (28/03), Kajur Akuntansi, Nanik Wahyuni, S.E., M.Si., mengatakan bahwa ada keterlambatan informasi dari pusat mengenai mahasiswa yang mengikuti ekspedisi ini. “Karena informasi yang masuk ke saya itu
Suara Akademika/ Vol.V/Edisi XVIII/Januari-April 2014
terlambat dan perkuliahan sudah berjalan, baru ada pemberitahuan bahwa yang bersangkutan ikut, sehingga kita tidak bisa ngapa-ngapain di jurusan,” tandasnya. Nanik menegaskan kalau semisal surat tersebut datang sebelum proses perkuliahan dimulai, ar tinya mulai dari pembayaran SPP dan pemrograman KRS, pihak jurusan bisa menyarankan untuk cuti. Kemungkinan besar mahasiswa yang mengikuti ekspedisi ini tidak bisa ditoleril lagi, kecuali jika kemudian akan ada kebijakan dari pusat yang kemudian bisa ditindaklanjuti oleh pihak jurusan. Menanggapi perihal akademik, Dr. H. Zainuddin, M.A., selaku Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan mengaku sangat mendukung kegiatan ini. Menurutnya, agenda semacam ini sekaligus untuk publikasi universitas yang sekarang sudah menunjukkan prestasinya. Mulai dari akreditasi institusi A mengalahkan kampus-kampus yang umumnya masih akreditasi B sampai akan menuju Universitas level dunia. Sementara terkait masalah akademik, masih menurut Zainuddin, itu semua bisa diatur. “Saya ingin yang namanya mahasiswa berprestasi itu tidak hanya prestasi sosialnya, tetapi juga akademis. Ya itu kan bisa di atur to, misalnya kalau memang tepat dengan ujian, ya bisa minta dispensasi. Meskipun empat bulan katakan itu satu semester, diatur apakah harus cuti. Asal dikomunikasikan dengan Wakil Rektor III juga bagian kemahasiswaan serta bagian jurusan,” pungkasnya. [she/Dee]
LAPORAN KHUSUS
LAPORAN KHUSUS
Undercover UIN Maulana Malik Ibrahim
M
alam itu, tepatnya pukul 20.00 WIB, tim reporter Suara Akademika sengaja untuk jalan-jalan mengelilingi kampus yang sekarang sedang berproses untuk menjadi kampus level dunia. Jalan-jalan kami bukan tanpa tujuan, tetapi kami ingin melihat bagaimana suasana kampus pada waktu malam hari, tepatnya seusai para mahasiswa (yang terhitung masih baru, red) mengikuti perkuliahan bahasa arab. Masih sama seperti tradisitradisi mahasiswa yang tak baru lagi, banyak dari mereka yang duduk berjejer di teras rektorat, di taman dekat sungai, di teras gedung pusat informasi, dan di tangga-tangga gedung perkuliahan. Dinginnya malam dan terkadang gelapnya tempat tak menyurutkan niat mereka untuk tetap bercengkrama dengan laptop mereka. Ketika ditanya perihal keberadaan mereka di tempattempat tersebut, salah satu mahasiswi yang enggan menyebutkan namanya mengaku lebih enjoy ketika disini. “Bosan setiap hari di ma’had. Selain itu di ma’had tidak selalu bisa wifi-an, tergantung radius,” tuturnya. Terkait kampus yang sekarang menjadi tempat menimba ilmunya, dia sangat mengapresiasi keingininan kampus yang akan menuju World Class University. Lebih lanjut, dia sedikit mengkritik keadaan kampus yang sekiranya sangat perlu untuk diperbaiki demi tercapainya citacita besar nan mulia itu. “Ketika
ada acara Riyadul Jannah disini, banyak orang dari luar kampus yang mengeluhkan keadaan kamar mandi yang kotor dan tidak ada lampu. Pengadaan tempat untuk wifi-an yang lebih nyaman dan aman pun sangat kita harapkan” imbuhnya.
Setelah kami kira cukup mendapatkan informasi dari satu responden, tim pun melanjutkan investigasi kecil tersebut ke sekelompok mahasiswa yang berada di teras rektorat. Masih dengan topik yang sama, mereka juga mengeluhkan keberadaan wifi yang sangat lemot. “Di mahad bisa wifi-nya, tapi sangat lemot. Kalau disini lumayan cepat,” keluh mahasiswa fakultas ekonomi ini. Selain wifi, dia juga menyayangkan fasilitas lain yang perlu ditingkatkan maupun perlu diadakan. “Kalau menurut saya, fasilitas yang sangat penting tetapi belum memadai adalah sarana-sarana olahraga dan seni. Itu kan juga sangat diperlukan oleh mahasiswa. Tidak harus terus berkutat di bidang akademik saja, tetapi bisa memanfaatkan sarana tersebut untuk refreshing dan menyalurkan keahlian (seandainya ada, red),”tambahnya.
Suara Akademika/ Vol.V/Edisi XVIII/Januari-April 2014
15
LAPORAN KHUSUS
Investigasi kami masih terus berlanjut, ketika jarum jam sedikit lagi tepat menunjukkan pukul 21.00 WIB. Artinya mahasiswi yang tinggal di mahad harus segera rela menutup laptop mereka dan kembali ke peraduan mereka. Beruntung kami masih bisa mendapatkan informasi walaupun hanya sedikit. “Yang sering saya temukan di kelas saya dan itu sangat perlu dibenahi adalah tidak adanya remote LCD. Sehingga kita harus bersusah payah naik kursi agar bisa menyalakan LCD itu. Banyak juga LCD yang telah rusak dan tidak bisa digunakan sebagaimana mestinya,” tutur mahasiswi yang tengah bersiap untuk pulang ke mahad. Dari beberapa informasi yang berhasil kami himpun lewat investigasi kecil kami, kampus yang katanya bermimpi ingin menjadi universitas level dunia ini harus lebih banyak berbenah. Bolehlah kita punya mimpi, tetapi kita lihat juga kondisi yang sekarang ada di kampus kita. Apalagi penghuni disini tidak hanya intern kampus, tetapi juga seringkali ada event-event besar yang diselenggarakan di kampus yang dulunya lebih mirip SD Inpres ini. Tentunya dalam proses menuju mimpi tersebut, beberapa tahun ke depan masih banyak yang perlu dibenahi dan ditingkatkan. Terutama fasilitas-fasilitas yang dirasa kurang maksimal oleh mahasiswa. Bagaimanapun juga mahasiswa mer upakan salah satu komponen kampus yang menjadi tolok ukur agar kampus bisa diakui oleh civitas akademika dari kampus lain. Ketika sebuah kampus mem-
16
punyai mahasiswa yang memiliki akademik serta skill yang bagus, tentunya akan lebih mudah untuk diakui dan bersaing dengan civitas akademika dari kampus lain. Salah satu cara untuk mewujudkan mahasiswa dengan kualifikasi seperti itu, dengan cara memperbaiki dan meningkatkan fasilitas kampus yang sudah ada. Atau bahkan menciptakan fasilitas kampus yang belum ada. Dengan demikian, mahasiswa akan lebih betah untuk tinggal di kampus. Ditemui di ruang kerjanya, Dr. H. Sugeng Listyo Prabowo, M.Pd selaku Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan merespon positif terhadap keluhan-keluhan yang dilontarkan oleh mahasiswanya. “Kalau itu tidak usah lama. Wifi kita besar, hanya saja perangkat pemancarnya masih belum terbelanjakan semua. Tapi ini sudah mulai meluas, karena pemancar-pemancar diarahkan ke luar gedung. Kalau masalah gazebo, kita mau bangun di depannya tarbiyah, di dekat
masjid, di tanah-tanah yang masih kosong. Tetapi tidak bisa banyak, karena lahan kita memang sedikit. Nanti kalau di kampus tiga sana bisa bikin banyak,” ungkapnya. Masih menurut Sugeng, untuk menjadi kampus level dunia setidaknya diperlukan waktu sekitar sepuluh tahun untuk berproses. “Dari tahun sekarang 2014 ke arah tahun 2025. Kita upayakan tahun 2025 kita real menjadi World Class University,” tambahnya. Sudah ada persiapan-persiapan di semua lini untuk menuju kesana. Termasuk di bidang SDM, sarana prasarana, bidang akademik, sampai ke skema mempunyai bisnis baru untuk mendukung pendanaan menuju World Class University. [She]
Suara Akademika/ Vol.V/Edisi XVIII/Januari-April 2014
S
ejak awal tahun 2014, Kementrian Agama mencanangkan Dua universitas di Indonesia untuk menjadi World Class University (WCU), satu diantaranya - UIN Maulana Malik Ibrahim. Gelar WCU yang akan dilekatkan pada UIN Maulana Malik Ibrahim akan menjadi kekuatan yang luar biasa guna mendongkrak nilai-nilai ilmu ke-Islam-an di tingkat PTAIN. Dalam kekuatan yang besar, ada tanggung jawab yang besar pula. Lalu, apa kata mereka tentang “gelar” WCU yang ada saat ini!
Dr. Mamluatul Hasanah, M.Pd , ketua jurusan Pendidikan Bahasa Arab Menjadi World Class University tentunya adalah angan-angan setiap orang. Sebuah keniscayaan yang harus di wujudkan mulai dari merealisasikan programnya. Salah satunya adalah karya-karya dosen dapat terbaca dan betul-betul bernilai internasional. Adanya kurikulum standar internasional juga wujud dari World Class University. Rencananya nanti tahun 2015 akan diadakan Ittihadul Muallimin Allughoh Al-Arobiyyah yang merupakan momen besar dari seluruh dunia, Para pengajar B. Arab akan berkumpul di UIN Maulana Malik Ibrahim. Nampaknya kita sudah terlihat di dunia internasional dan mari kita kualitaskan diri kita untuk berstandar internasional.
Tamim Mullah, M.Pd, dosen Balaghoh WCU adalah nilai istimewa bagi kami tentunya para dosen dan khususnya kepada mahasiswa, lulusannya akan merasa terangkat nilainya. Maka dari itu banyak hal yang harus di benahi mulai dari aspek pelayanan administrasi, kualitas dosen, pendidikan, pengajaran, penciptaan karakter mahasiswa yang bertaraf internasional.
Shofi Ubaidillah, ketua Dema F-Humaniora Mahasiswa harus menguasai bahasa asing. Sehingga cita-cita dari WCU menjadikan mahasiswanya tangguh di era global bisa tercapai. Pada dasarnya kemampuan bahasa dan ilmu bagi mahasiswa merupakan asas penting untuk persaingan kelas dunia.
Geby Simfoni, Mahasiswa Teknik Informatika Kualitas dosen dan mahasiswa akan baik ke depannya dengan World Class University. Area Bilingual harus diterapkan dalam kesehariannya agar cita rasa kampus Internasional disini benar-benar hidup.
Agung Muttaqien, Mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab Sebuah terobosan baik yang di selenggarakan Kementerian Agama dalam mengkorelasikan pendidikan universitas bertaraf internasional di era modernisasi saat ini. Harapannya bagi mahasiswa khususnya saya, bukan hanya mengedepankan label, akan tetapi kualitas mahasiswalah yang menjadikan kampus kita menjadi World Class University.
Suara Akademika/ Vol.V/Edisi XVIII/Januari-April 2014
17
Galeri si
M Inova
sar UK listik Da
nar
Diklat ju
Kabag Kemahasiswaan (kanan pala Biro Kemahasiswaan UNP
n agama
h Pasca ah Singga
leh
Sarjana o
ementria Sekjen K
n Rum
Peresmia
18
Suara Akademika/ Vol.V/Edisi XVIII/Januari-April 2014
Konser UKM Kom
Foto Kuliah tamu
ding bagi haracter Buil
MIK
para ketua O
C
n) menyerahkan cindramanta pada KePAD
must
Kegitatan Studi Lapangan Mahasiswa PBSB
Suara Akademika/ Vol.V/Edisi XVIII/Januari-April 2014
19
SOSOK
Mahkamah Agung: Perdana, Delegasi UIN Maulana Malik Ibrahim Jadi Juara
S
osok bersahaja yang ternyata memiliki otak luar biasa ini telah berhasil membuktikan bahwa bukan hanya kampus umum dan elit saja yang bisa berbangga. Kampus berbasis Islam pun ternyata tak kalah menarik bersaing. Chairul Lutfi, mahasiswa yang sebentar lagi akan menjadi Sarjana Hukum Islam Fakultas Syariah UIN Maulana Malik Ibrahim berhasil melejitkan UIN Maulana Malik Ibrahim di tingkat nasional. Kurangnya dosen yang ahli di bidang arbitrase, tak menyurutkan niatnya untuk tetap berusaha dan kemudian maju dalam ajang perlombaan yang digelar perdana oleh Mahkamah Agung RI. Seperti apa perjuangannya? Berikut petikan wawancara dengannya oleh Reporter Suara Akademika Shellya Khabib Dirgantari di UKM LKP2M, Kamis 3 April 2014.
Apa latarbelakang Anda mengikuti lomba ini? Kebetulan saya ditunjuk untuk mengikuti. Kemudian, saya siapkan bahan-bahan materi yang diadakan Mahkamah Agung (MA) RI ini. Saya pelajari betul pedoman kegiatan dan alur prosedur mengikuti lomba tersebut sampai Januari akhir saya bisa menyelesaikan karya untuk seleksi. Apa tema lomba yang Anda garap? Lomba ini adalah analisis pencarian dan analisis keputusan pengadilan yang berarti mencari salah satu putusan yang di upload oleh MA RI yang berisi sekitar 700 ribu putusan. Umumnya tema berkaitan dengan putusan pidana, pidana umum, pidana khusus, perdata, perdata khusus, PTUN, dan lain sebagainya. Saya mengambil tema perdata khusus tentang arbitrase. Arbitrase itu yang membatalkan putusan pengadilan tingkat pertama oleh MA. Arbitrase sendiri adalah cara untuk penyelesaian sengketa non itigasi kemudian dari arbiter itu diputuskan kemudian diajukan ternayata ditolak oleh Pengadilan Negeri kemudian ditolak lagi oleh Mahkamah Agung melalui kasasi.
20
Bagaimana prosedur seleksi lomba ini? Deadline untuk pengumpulan sampai dengan awal februari. Dari data yang masuk, diseleksi dari berbagai kampus dari fakultas Hukum, fakultas Syariah, dan juga fakultas Hukum dan Syariah, terkumpullah di panitia, kemudian diseleksi sehingga memunculkan 120 berkas terbaik. Ada enam juri wilayah se Indonesia, termasuk UI, UNAIR, UNHAS, UNRAM. Masing-masing diserahkan kepada juri wilayah yang independen. Kemudian ditentukan 50 berkas terbaik. Kemudian seleksi lagi sampai menemukan sepuluh berkas terbaik. Ada dua kategori, kategori perseorangan dan kelompok. Kategori perseorangan sepuluh berkas, sedangkan kategori kelompok hanya diambil lima berkas terbaik. Satu kelompok terdiri dari tiga orang. Jadi jumlah total peserta yang lolos sampai ke final itu ada 25 orang. Sepuluh dari kategori perseorangan dan lima belas dari kategori kelompok. Sepuluh orang kategori perseorangan diambil juara satu, dua, dan tiga. Tujuh lainnya menjadi kategori terbaik. Sedangkan lima belas kategori kelompok, diambil tiga juga. Dua belas lainnya menjadi kategori terbaik kelompok.
Bagaimana dengan biaya administrasi lomba? Karena semua dana itu sudah difasilitasi oleh panitia. Jadi akomodasi, tiket pemberangkatan dan pulang, boarding pass, taksi, semua itu ditanggung oleh panitia. Namun, kemarin oleh fakultas dipinjami dana dulu. Lalu di lokasi semua diganti oleh panitia penyelenggara. Intinya gratis semua. Apakah ada cerita spesial selama mengikuti lomba? Lomba ini kan baru pertama kali diadakan Mahkamah Agung RI. Saya melihat khas
Suara Akademika/ Vol.V/Edisi XVIII/Januari-April 2014
SOSOK
dari Mahkamah Konstitusi yang punya debat MK, kalau MA punya khas yaitu analisis putusan. Dari seluruh peserta yang lolos sempat diberi motivasi oleh salah satu hakim Mahkamah Agung bahwa kemampuan dari para peserta itu sudah menyamai proses eksaminasi dan notasi putusan di Mahkamah Agung. Sehingga dari usulan tersebut waktu itu akan dijadikan kurikulum baru mata kuliah analisis putusan pengadilan. Untuk lingkungan fakultas Hukum dan Syariah se-Indonesia. Lomba ini terbilang sangat luar biasa, di karantina dua hari di suatu ruangan, keluar hanya untuk sholat, makan masuk lagi tidak boleh bawa flashdisk akses internet di tutup. Adakah reward khusus setelah memperoleh juara satu? Kalau kemarin kita hanya diberi masukan karena masih awal, butuh follow up. Kalau dari AICP memang kita diundang untuk bisa berpartisipasi di salah satu instansi di Jakarta yang tugas utamanya adalah menganalisis dan memberikan sosialisasi putusan MA. Tetapi karena saya prbadi masih punya studi di sini masih belum selesai dan Insya Allah Mei wisuda, mungkin pasca itu saya S2 di Jakarta sekaligus untuk follow up. Kalau beasiswa dari kampus? Beasiswa yang menawari hanya Pak Rektor. Tetapi saya pribadi masih ingin mencoba mendaftar beasiswa di UI. Bagaimana awal perjuangan Anda dalam mengikuti lomba ini?
Pertama, memang tantangannya adalah di fakultas Syariah ini belum banyak para dosen yang memiliki kualifikasi di hukum murni. Oleh sebab itu, saya pribadi banyak sharing. Selain ke beberapa dosen yang memiliki kualifikasi yang saya butuhkan, saya juga banyak sharing ke beberapa dosen saya di STIH Malang, yang kebetulan saya kuliah dua. Karena memang arbitrase ini tidak ada mata kuliah fakultas Syariah, jadi saya banyak sharing di luar. Alhamdulilah, kendala tersulit sebenarnya tidak ada ekspektasi untuk bisa tembus. Target dari lab hukum itu 120 berkas. Masuk 120 berkas seleksi saja sudah syukur. Pada waktu seleksi pun agak minder melihat kawan-kawan dari UI dan UGM itu memiliki pengalaman yang sangat luar biasa. UGM pernah juara tiga di Belanda. UI pernah juara debat MK. Saya melihat itu sudah agak keder. Pengalaman saya hanya pernah menjadi juara debat di Jepara. Itu pun saya dikalahkan oleh Aceh, saya juara dua. Apa motivasi Anda mengikuti lomba ini? Satu kuncinya, kami dari PTAIN ingin membuktikan bahwa tidak hanya fakultas Hukum kampus yang bergengsi, bonafid, punya kualitas yang bagus. Karena itu hanya persepsi masyarakat saja. Karena kampus yang besar dan lebih dulu dikenal dengan beberapa pangkat. Saya kira PTAIN juga bisa. Saya pikir ketika masuk 120 berkas itu, saya ingin membuktikan bahwa PTAIN juga mampu dan itu juga yang memotivasi beberapa dosen-dosen untuk meningkatkan kualifikasi dosen dan mahasiswa ke depannya.
Kalau dikaitkan dengan mimpi UIN Maulana Malik Ibrahim yang sedang menuju World Class University, apakah ini salah satu upaya dari diri Anda untuk ikut serta mewujudkan mimpi tersebut? Mungkin kalau gagasan World Class University sudah lama sejak kepemimpinan Pak Imam. Saya harapkan dari WCU ini adalah tidak saja bergeming di kampus dengan akreditasi A. Namun pembibitan mahasiswa yang bisa diandalkan, kemudian berprestasi itu jadi harapan. Menurut Anda, bagaimana cara mewujudkan mahasiswa agar mereka mempunyai kompetensi global? Saya lihat di beberapa kampus nasional sangat apresiatif pada mahasiswa yang punya kompetensi. Kebetulan saya juga pernah menjabat pimpinan di UKM ini(LKP2M,red). Kampus ini lemah sekali dalam memberikan apresiasi dan pembimbingan. Apa pesan khusus Anda untuk civitas akademika UIN Maulana Malik Ibrahim agar bisa mengikuti jejak keberhasilan Anda? Seluruh angkatan mahasiswa dari angkatan berapa pun harus punya kompetensi yang qualified di bidang keilmuannya masing-masing. Karena dengan itu kita bisa membuktikan. Jurusan dan fakultas di UIN Maulana Malik Ibrahim ini bisa dikenal dan bisa dipopulerkan dengan kualifikasi dan profesionalitas mahasiswanya. Tidak hanya ketika menjadi mahasiswa, tetapi setelah lulus pun mampu mengaplikasikan keilmuannya.[]
Suara Akademika/ Vol.V/Edisi XVIII/Januari-April 2014
21
JENDELA AKTIVIS
LKP2M, Cetak Filosof melalui Sekolah Filsafat
Membaca, berfikir, diskusi, menulis, dan meneliti mutlak harus dilalui mahasiswa sebagai entitas intelektual akademik. Sebagai salah satu manifestasinya UKM Lembaga Kajian, Penelitian, dan Pengembangan Mahasiswa (LKP2M) UIN Maulana Malik Ibrahim menggelar acara Sekolah Penelitian Pemula (SPP) Sabtu dan Ahad lalu (1-2/3) dan Sekolah Filsafat Selasa lalu (15-16/3).
Latih Peneliti Muda Peneliti sebagai profesi prestisius menuntut kerja cermat dan ilmiah dalam mengartikulasikan realitas objektif maupun realitas subjektif melalui pergumulan dengan fenomena alam dan sosial. Demikian yang diungkapkan Ang ga Teguh Prasetyo, M.Pd., dosen Fakultas Tarbiyah UIN
22
Maulana Malik Ibrahim. Sebelum memaparkan metodologi penelitian kualitatif secara teknis, peserta diajak mengembara menyusuri paradigma penelitian dalam lintasan fisafat penelitian yang akan membuat penelitian lebih terarah dan sexy. Angga menyihir peserta ketika menyelami prapositivisme, positivisme, postpositivisme, critical theor y, dan konstruktivisme. Secara implisit maupun eksplisit posisi paradigma memiliki konsekuensi penting dalam melaksanakan penelitian, interpretasi temuan dan pemilihan kebijakan. Pemateri lainnya, Laily Nur Arifa,S.PdI. memaparkan materi Research And Development (R&D). Mengutip Borg R. Walter, ia mengungkapkan R&D awalnya mulai diterapkan pada dunia industri yang merupakan ujung tombak un-
tuk menghasilkan produk-poduk bar u yang dibutuhkan oleh pasar. Kini telah berkembang di berbagai disiplin keilmuan. Namun, bila biaya perusahaan digunakan untuk R&D hampir 4%, peranan R&D dalam bidang sosial dan pendidikan masih sangat kecil dan kurang dari 1% dari biaya pendidikan secara keseluruhan. Padahal varian penelitian ini secara praksis mempunyai signifikansi yang begitu besar. Sebagai refleksi teologis seorang peneliti, pemateri lainnya, Anas Kholish, M.HI., dosen Fakultas Syariah UIN Maulana Malik Ibrahim dalam materi penyusunan proposal penelitian memberikan pencerahan bagi peserta. Bahwasannya berpikir merupakan landasan terpenting dalam sebuah penelitian. Tanpa berpikir eksistensi peneliti tidak akan pernah ada dan diakui. Sesuai dengan filsafat cartesian, cogito ergo sum. Oleh karena itu, Tuhan sering mengisyaratkan kepada manusia untuk melakukan kegiatan penelitian dengan menggunakan simbol-simbol bahasa tertentu, seperti iqra, ta’qilun, tatafakkarun, ta’lamun, tandzurun, tatadabbarun, ulul albab, ulul abshar, dan lain-lain. Sebagai konsekuensi teologisnya, melakukan penelitian merupakan sebuah conditio sine qua non, syarat mutlak yang harus dipenuhi bagi setiap hamba Tuhan yang beriman. Ya, karena itu mer upakan ejawantah perintah Tuhan untuk membaca realitas alam dan seisinya.
Suara SuaraAkademika/ Akademika/Vol.V/Edisi Vol.V/EdisiXVIII/Januari-April XVIII/Januari-April2014 2014
JENDELA AKTIVIS
Anas menghimbau para peserta supaya gandrung pada budaya membaca dan diskusi sebagai penguatan kerangka teoritis. Fase ini idealnya dimatangkan mahasiswa pada rentan semester awal sampai semester tiga. Rentan semester empat sampai enam adalah fase kritis. Lebih ke arah penguatan daya kritis terhadap fakta yang tidak sesuai dengan teori atau sebaliknya. Sedangkan pada semester tujuh sampai lulus mahasiswa cenderung condong pada fase pragmatis dengan gencar mencari penghidupan. Bagus Setiawan, mahasiswa Biologi UIN Maulana Malik Ibrahim semester akhir yang menjadi pemateri lainnya, memaparkan materi metodologi penelitian kuantitatif yang cenderung positivistik sifatnya dalam membaca realitas objektif. Bagus mengungkapkan ada banyak masalah di sekeliling manusia. Dibutuhkan rasa cermat dan rasa ingin tahu yang tinggi dalam mengartikulasikan berbagai fenomena dan menggali berbagai sumber inspirasi dari berbagai media. M e nu r u t A g u s H a r i a d i , Ketua SPP 2014, Pasca SPP 2014 ini, baik peserta maupun panitia diberi waktu satu bulan menyusun proposal penelitian yang akan dipresentasikan pada Seminar Proposal. Mahasiswa Al-Ahwal Al-Syakhshiyah semester IV ini melanjutkan, agenda selanjutnya akan digelar Sekolah Penelitian Lanjutan (SPL) untuk pembekalan teknis penelitian, analisis data, dan penyusunan hasil penitian. Hasil penelitian kelak dipersiapkan untuk bahan Jurnal LoroNG LKP2M edisi 2014. Untuk Jurnal yang terbaru, volume 3, nomor 1, November 2013 dan edisi-edisi sebelumnya
pengurus LKP2M memperkenan selur uh sivitas UIN Maulana Malik Ibrahim bila ingin memilikinya, bisa langsung sambang ke Kedai Sinau UKM LKP2M, gratis! Kegiatan di atas digelar oleh armada baru LKP2M yang telah dilantik lansung Dr. Mujaid Kumkelo, MHi, Pembantu Rektor III Bagian Kemahasiswaan dan mencanangkan kerja bulan lalu (8-10/2). Dengan semangat baru di bawah komando Iwan Ihya Ulumuddin, Direktur ke-IV yang sah terpilih dalam majelis Musyawarah Tahunan (Mutan) akhir tahun lalu, LKP2M mengusung harapan menjadi garda terdepan gerakan intelektual mahasiswa. Semoga!
Cetak Filsuf Muda
Sebagai pengantar para awak baru dalam mengasup berbagai kegiatan ilmiah, LKP2M menggelar Sekolah Filsafat (SF). “Diadakanya SF ini, sengaja untuk merangsang nalar kritis para anggota baru, agar berpikir kritis, logis dan sistematis dalam melakukan kajian maupun penelitian,” jelas Raudlatul Fikri, Steering Comite acara ini. Pe m a t e r i y a n g m e n g i si pelatihan SF ini antara lain Yatimul Ainun, seorang wartawan o n l i n e ko m p a s. c o m d a n S u gianto, penulis novel best-seller “Orang-Orang Pulau” yang juga mahasiswa Sekolah Ting gi Filsafat (STF) Al-Faraby Malang. Pelatihan yang bertemakan “Membuka Cakrawala Berpikir dengan Berfilsafat” dipenuh para filsuf muda, yang haus akan ilmu pengetahuan. Pelatihan ini dihadiri puluhan peserta dari internal LKP2M. Para peserta tidak dipungut biaya,
agenda ini sudah menjadi fasilitatas bagi para anggota baru LKP2M. SF ini terfokus pada kajian filsafat ilmu yang terkhusus bagaimana para peser ta memandang ilmu dari kacamata filsafat. Materi yang disuguhkan pun mendedah aspek Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi dan penerapan praksisnya. Cogito ergo sum, aku berpikir maka aku ada. Semboyan bapak filsuf modern, Rene Descartes (1596-1650) ini menjadi semboyan dan karakteristik UKM LKP2M. Pertanda peran urgensi rasio atau nalar kritis dalam bentuk kajian maupun penelitian ini kian bermakna dan melekat dalam SF ini. Agenda yang berlangsung selama dua hari ini terbilang lancar, dengan antusiasme yang bagus dari para peserta dan segenap pengurus UKM yang hadir. “SF ini sangat bagus untuk para anggota bar u yang haus akan khazanah intelektual. Semoga LKP2M bisa istiqomah dan menjadikan agenda ini sebagai agenda tahunan untuk kedepanya” sahut Agung Mutaqin sebagai peserta aktif saat ditemui majalah Suara Akademika. Dengan adanya SF, tertanam harapan besar pada para anggota baru agar dapat tetap menjaga tradisi keintelektualan yang dibangun dalam UKM LKP2M selama ini. [Rouf&Fiqh/Dee]
Suara Akademika/ Vol.V/Edisi XVIII/Januari-April 2014
23
JENDELA AKTIVIS
KSR Lahirkan Siswa Siaga Bencana
I
nginkan siswa-siswi siaga bencana, KSR UIN Maulana Malik Ibrahim tak bosan-bosannya gelar Gathering and training event (Getave), Minggu (23/14). Agenda rutinan ini melibatkan 230 siswa siswi SMP-SMA(wira dan madya) sederajat se kota dan kabupaten Malang. Kegiatan berpusat pada gedung C dan Sport Center lantai 2. Materi yang disampaikan kali ini terbilang unik, pasalnya terdapat 3 jenis materi dan praktek yang disuguhkan pada para peserta madya (SMP) yang berbeda dari sebelumnya, diantaranya; Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK), sekolah siaga bencana, pertolongan
24
keluarga dan dasar obat (PK). Ditambahkan materi evakuasi ambulance, serta bantuan hidup dasar dan resusitasi jantung paru(BHDRJP) untuk pelatihan pemberian nafas buatan bagi peserta wira (SMA). Sedang untuk prosedur pengukuran dan evaluasi sendiri dilakukan dengan cara pre-test dan post-test yang mana para peserta disuguhi dengan pertanyaan sejumlah 25 soal. Pre-post test ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dari para peserta sebelum dan sesudah acara GETAVE tersebut. Bagi para peserta wira yang mendapatkan nilai tertinggi, diberikan reward berupa piala untuk per-
ingkat 1,2,3 sedang untuk madya diberikan reward untuk peringkat 1 hingga peringkat 5. Teknik lain dari evaluasi yang dilakukan oleh panitia adalah melalui pertandingan (lomba-lomba ) untuk evaluasi secara keseluruhan dan mengetahui sejauh mana peserta dapat mempraktekan dari tekhnik-tekhnik penyelamatan yang telah diberikan. Tujuan diberikannya materi yang berbeda dari biasanya dilakukan tidak lain para siswa SMP-SMA diharapkan memiliki pengetahuan lebih banyak dan lebih siap siaga dalam menangani berbagai macam situasi dan kondisi yang mungkin terjadi.[Nawa/Dee]
Suara Akademika/ Vol.V/Edisi XVIII/Januari-April 2014
JENDELA AKTIVIS
DEMA-F Saintek Uji Keilmuan di Kemenristek
“
Menyelam sambil minum air” pepatah itu kiranya tepat untuk kegiatan Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Fakultas Sains dan Teknologi (Saintek). Pasalnya, saat study banding ke Universitas padjajaran (UNPAD), aktivis mahasiswa ini juga uji keilmuan Sains di Kementrian riset dan teknologi (KEMENRISTEK) Minggu, (10-14/02). “Dari kunjung an kami ke UNPAD dan KEMENRISTEK kami mendapat banyak pengetahuan tentang aplikasi sains dalam menanggulangi bencana, kami juga ditawarkan melakukan penelitian disana untuk menyusun skripsi atau untuk penelitian lainnya karena di kementistek banyak alat yang bisa mendukung untuk penelitian,” terang Fai-
qotul Himmah, ketua pelaksana kegiatan pada Suara Akademika. Kunjungan ini merupakan serangkaian dari kegiatan study komprehensif yang merupakan program kerja kementrian luar negeri DEMA F Saintek. Tidak lain, study and sharing of knowledge kali ini dimaksudkan untuk menjalin relasi sesama mahasiswa saintis di Indonesia pun juga menimba ilmu dari kultur yang pasti sangat berbeda dengan UIN Maulana Malik Ibrahim. Tidak hanya dua tempat saja, para pengurus DEMA-F Saintek juga mendapat varian pengetahuan dari beberapa tempat. Tepatnya, pengurus yang mengikuti studi aplikatif (56 Mahasiswa) berkunjung ke wisata religi seperti Makam Guru Besar Bangsa Abdurrahman Wahid
(Gus Dur), Bapak Proklamator Ir, Soekarno, monument bersejarah seperti MONAS, wisata penuh cerita seperti Kawah putih, Cibaduyut, Candi Borobudur, dan Malioboro. Terlebih, para pengurus DEMA-F juga berkesempatan menilik langsung pekerja seni di Opera Van Java, sebuah komedian yang mengambil konsep wayang, tidak lain adalah kebudayaan yang sangat lekat dengan Nusantara. Pengurus dapat belajar memproduksi suatu kesenian dengan bantuan teknologi terkini.[Rouf/Dee]
Suara Akademika/ Vol.V/Edisi XVIII/Januari-April 2014
25
JENDELA AKTIVIS
Pesta Demokrasi Mahasiswa 2 014 dinilai sebagai tahun politik bagi rakyat Indonesia, begitupun untuk mahasiswa UIN Malang. Di tahun 2014 ini, seluruh masyarakat memiliki hak suara untuk memilih wakil dan nahkoda berikutnya. Tak heran jika seluruh civitas akademika UIN Maulana Malik Ibrahim menyambut Pemira (Pemilu Raya) tahun ini dengan semangat. Pasalnya tahun ini berbeda di banding dengan tahun-tahun sebelumnya. Acara tahunan ini diadakan oleh team KPU universitas yang dibentuk oleh republik mahasiswa melalui seleksi anggota. Hal ini ditujukan untuk mengawal transisi Omik (oganisasi mahasiswa intra kampus) mulai dari jajaran Dema-U, Dema-F, Sema-U, Sema-F, dan HMJ masa jabatan 2014-2015. Pesta demokrasi republik mahasiswa dibuka secara resmi oleh KPU tepat pada hari Kamis (20/02). Tak ketinggalan beberapa perwakilan birokrasi kemahasiswaan hadir sebagai lembaga yang menaungi segala kegiatan kemahasiswaan. Acara yang digelar di aula gedung C ini selain pembukaan secara resmi Pemira 2014, KPU juga mensosialisasikan Pemira 2014 kepada seluruh mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim. Diawali dari pengenalan ketua KPU di setiap fakultas, jadwal pembukaan pendaftaran para calon (21-24/02), verifikasi (25/02), kampanye media cetak, kampa-
26
nye monologis, kampanye dialogis, sampai hari pemungutan suara yang dilakukan secara serentak di setiap tempat pemungutan suara yang telah dibentuk oleh KPU (10/02). “Lewat Pemira kita belajar berdemokrasi yang baik, sebab demokrasi sendiri adalah salah satu ciri dari perguruan tinggi,” pesan Mujaid Kumkelo selaku kepala bagian kemahasiswaan kepada para mahasiswa di saat pembukaan dan sosialisasi Pemira 2014. Acara pembukaan dan sosialisasi Pemira juga dimeriahkan oleh penampilan kebudayaan yang menjadi daya tarik bagi mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim yang memenuhi aula gedung pusat bahasa tersebut. Wakil Rektor 3 bidang kemahasiswaan yang berhalangan hadir pada pembukaan Pemira 2014 menitipkan pesan bagi seluruh mahasiswa agar Pemira dilakukan secara profesional, jujur, dan seadil mungkin.
Plato, seorang filsuf Yunani kuno menulis sebuah buku yang berjudul “Republic”, sebuah gagasan sistem yang lahir dari buah pemikiran filsafat. Sampai saat ini banyak negara di belahan dunia mengacu pada sistem yang dibukukan oleh sang filsuf ternama dari Athena tersebut. Tak terkecuali Republik Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim layaknya miniatur negara, Republik Mahasiswa ini dibangun dengan sistem “demokrasi,” sistem yang dipercaya dapat menopang republik agar tetap berdiri kokoh menaungi semua orang di dalamnya dengan menampung semua aspirasi mahasiswa dalam setiap kebijakan maupun program kerja yang ditetapkan. “Demokasi: la roiba fih,” begitu penilaian Emha Ainun Najib dalam bukunya terkait kepercayaannya kepada sistem tersebut. Pemira 2014 adalah manifestasi dari demokasi itu sendiri, antusiasme para
Suara Akademika/ Vol.V/Edisi XVIII/Januari-April 2014
JENDELA AKTIVIS
mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim pada Pemira 2014 menentukan nasib Republik Mahasiswa kedepanya. Pihak KPU sangat berharap antusiasme yang tinggi dari para mahasiswa dalam suksesi Pemira 2014. “Human is zone politicon,” kata Plato dalam menilai manusia sebagai entitas dari politik. Pemira 2014 adalah pemecah kefakuman OMIK yang telah habis masa jabatannya untuk menggerakkan kembali roda organisasi periode 2014-2015. Tertanggal 10 Maret adalah hari yang ditunggu oleh seluruh mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim, dimana seluruh mahasiswa bisa menggunakan hak suaranya dalam memilih pemimpin republik mahasiswa dan jajaran di bawahnya. Kurang lebih disediakan 6 TPS oleh pihak KPU fakultas sesuai dengan jumlah fakultas di UIN Maulana Malik Ibrahim. Di antaranya TPS fakultas Tabiyah yang berada di aula Micro Teaching, TPS fakultas
Humaniora di lapangan UIN Malang, TPS fakultas Syariah di dalam fakultas, TPS fakultas Psikologi di depan gedung Megawati, TPS fakultas Ekonomi di depan gedung B, dan fakultas Sains dan Teknologi di dalam fakultasnya. Seluruh TPS itu dijaga ketat oleh Security UIN untuk menjamin berjalannya pemungutan suara. Pihak kemahasiswaan juga terjun dan menyaksikan secara langsung berjalannya pemungutan suara di seluruh TPS untuk memastikan kelancaran pesta demokrasi tahun ini. Pada Jumat (14/03/14) pagi, tepatnya pukul 8.30 dilaksanakan pelantikan secara resmi bagi para pemimpin baru hasil Pemira 2014 yang telah dipercaya oleh seluruh mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim untuk memajukan Republik Mahasiswa kedepanya. Mulai Presiden Mahasiswa, anggota SEMA, Ketua HMJ, dan UKM secara serentak hadir mengikuti pelantikan tersebut.
Pelantikan yang dihadiri dan dilantik langsung oleh Rektor itu juga dihadiri seluruh jajaran rektorat dan dekanat di gedung Rektorat lantai 5. Dalam momentum sakral ini Presiden Republik Mahasiswa berkesempatan memberikan sambutan sebagai presiden mahasiswa terpilih periode 2014-2015 untuk pertama kalinya sebagai pemimpin Republik Mahasiswa. “Saya berharap dapat membangun komunikasi yang baik dan bersinergi dengan baik antara Republik Mahasiswa, Unit Kegiatan Mahasiswa, dan pihak birokrasi dalam mengharumkan citra kampus bersama,” ungkap M. Ridho, Presiden Mahasiswa terpilih. Peran OMIK selain sebagai pembelajaran organisasi juga memberi pelajaran bagaimana berdemokrasi melalui politik kampus dengan dihelatnya Pemira 2014. “Saya harap OMIK dapat membantu mewujudkan tujuan UIN Maulana Malik Ibrahim dalam mencetak mahasiswa berpengetahuan yang berbasis integrasi, dengan upaya menghindari konflik, bersinergi dengan efektif, dan membantu dalam pengembangan spiritual di lingkungan kampus,” demikian pesan Mudjia Rahardjo, guru besar bidang Linguistik selaku Rektor. “Alhamdulillah pemilu raya tahun ini berlangsung lancar dan aman, semoga para pemimpin terpilih dapat memegang amanah dengan baik sehingga dapat memajukan republik mahasiswa kedepannya,” ungkap Ismail, perwakilan KPU kepada Suara Akademika.[Rouf/ Dee]
Suara Akademika/ Vol.V/Edisi XVIII/Januari-April 2014
27
JENDELA AKTIVIS
MENWA DALAMI ILMU KEMILITERAN DAN KEPRAJURITAN
S
udah menjadi tradisi Resimen Mahasiswa (Menwa) mengadakan pendidikan tambahan. Selain menempuh belajar di bangku kuliah yang fokus pada kecerdasan intelegensi question, mereka juga mempelajari beragam pengetahuan lapangan. Di antaranya adalah ilmu kemiliteran dan ilmu keprajuritan. “Supaya anggota Menwa menjadi mahasiswa yang berpendidikan dengan olah keprajuritan, harapannya mahasiswa tidak hanya berilmu pengetahuan tapi ilmu keprajuritan juga,” ungkap Sukarwo, Gubernur Jawa Timur dalam sambutannya pada acara pembukaan Diksar (Pendidikan Dasar) dan Suskalak (Pendidikan Khusus Kader Pelaksana). Pendidikan dilaksanakan selama tiga kali seminggu terhitung mulai tanggal 10 Pebruari hingga 1 Maret 2014. Pelatihan terpusat dari beberapa Korwil se-Jawa Timur
28
+400 peserta. Salah satunya dari resismen mahasiswa satuan 811/ Wira Cakti Yudha UIN Maulana Malik Ibrahim berjumlah 15 peserta, delapan Diksar dan tujuh Suskalak. Perjalanan panjang atau longmars sebuah budaya Menwa. Selama dua jam setengah perjalanan ditempuh, berangkat dari Kampus Widyagama jam 09.00-11.30 WIB menuju lokasi pendidikan di gedung Dodikjur (Depo Pendidikan Kejuruan) Rampal kota Malang. Berjalan kaki tentunya hal yang membosankan tapi tidak bagi Menwa, karena sepanjang perjalanan mereka bersorak yel-yel khas Menwa. Di sana mereka dididik dan dilatih oleh para senior TNI. Di ajarkan beberapa materi Pelatihan Baris Berbaris (PBB), Peraturan Penghormatan Militer (PPM), Patroli Keamanan (Patkam) dan Bela Diri Milter (BDM). Bela diri ini
Suara Akademika/ Vol.V/Edisi XVIII/Januari-April 2014
merupakan pelatihan kolaborasi antara silat Jepang dan Korea. Tak ada perbedaan materi antara Diksar dan Suskalak. Semua materi sama, yang membedakan hanya praktek dan teorinya. Uniknya ada juga kegiatan stelling yakni pemberitahuan darurat. Apapun kondisi dan keadaannya bila ada suara tembakan di lapagan peserta semua harus menuju lapangan, sekalipun sedang mandi, makan atau tidur. Itu semua agar Menwa selalu siap sedia dalam kondisi apapun. Menjadi Menwa tidak hanya cerdas di kelas tapi juga harus cerdas dilapangan. “Widya Castrena Darma Sida,” artinya penyempurnaan ilmu pengetahuan dengan olah keprajuritan. Inilah tujuan diadakannya pelatihan Diksar dan Suskalak. [Can/Dee]
JENDELA AKTIVIS
Cak Nun Untuk Hari Jadi CSS Mora “Mencari ilmu dan bersekolah tidak sebangun. Usaha bersekolah sampai lulus dilakukan sejatinya hanya untuk menyenangkan hati ibu dan ayah. Selebihnya untuk mempermudah pekerjaan,” demikian pernyataan menyentak yang disampaikan budayawan, Emha Ainun Najib dalam Seminar Nasional The 4 th Anniversary CSS Mora UIN Maulana Malik Ibrahim: Peran Pendidikan dan Budaya terhadap Pembentukan Jati Diri Bangsa, Minggu (16/3) di Aula Gedung Ir. (HC) Soekarno lt. V. Budayawan yang familier dipanggil Cak Nun itu melanjutkan, bahwa menuntut ilmu sejatinya tidak hanya untuk menjadi pintar semata, tetapi yang lebih penting adalah menjadi mulia. “Kuliah kalau hanya untuk unggul dan mengalahkan orang lain apa gunanya? Tidak ada produk al-khairat (kebaikan, red) yang tercipta,” tukasnya. Cak Nun menekankan pentingnya pemahaman dan penghayatan akan jati diri dalam konteks kebangsaan dan ke-Islaman, baik secara personal maupun institusional kolektif. Aspek kognitif tersebut selanjutnya menjadi landasan dan motivasi
kuat dalam mengarungi dinamika kehidupan. Identitas nasional yang berakar dari kearifan lokal yang memiliki hikmah filosofis mendalam perlu terus direvitalisasi. Selanjutnya dapat menjadi landasan normatif untuk bertahan dari gempuran zaman dan memiliki kepercayaan diri yang kuat ketika berhadapan atau bersaing dengan bangsa lain. Pasalnya, banyak arek-arek Indonesia yang berkiprah di negara lain yang mampu mengungguli prestasi penduduk negara asing itu. Cak Nun juga merekomendasikan penguatan filosofi identitas pendidikan Islam dalam tubuh UIN Maulana Malik Ibrahim. Idiom dasar seperti ‘guru-murid’ memiliki spesifikasi dan kedalaman makna yang menentukan frame berpikir dan jati diri berkarakter dalam proses pembelajaran. Tidak seperti sebutan “mahasiswa” yang berbias superior namun seringkali ditemui kedangkalan keilmuan dan profesionalitas. Kepastian idom-idiom dasar tradisi pendidikan Islam sejatinya berpengaruh signifikan terhadap arah siklus pembelajaran dan keilmuan.
Cak Nun juga menghimbau mahasiswa untuk tidak berorientasi meteriil an sich dalam mengasup keilmuan. “Tidak usah panik cari duit, yang penting kerja keras dan berdedikasi. Sehingga kita menjadi orang yang dipercaya dan orang lain merasa aman dengan kita,” tuturnya. Kualitas religiusitas mahasiswa sebagai entitas intelektual muslim tidak lepas dari bidikan pencerahan Cak Nun. Ia mengungkapkan kuantitas jumlah pahala yang dijanjikan Allah dalam suatu ibadah dan tempat peribadatan tertentu menunjukkan betapa signifikannya urgensi suatu ibadah. Bukan malah menjadikannya objek perhitungan matematis pahala dan harap-harap cemas balasan materiil belaka. “Jadilah tamu Allah yang benar-benar ingin menghadap-Nya. Jangan terlalu diributkan dengan persoalan keduniawian. Allah more than Kabir, Allah is Akbar,” sahutnya. Apalagi jika pahala yang didapat dianggap sebagai tabungan amal dalam hitunghitungan ekonomi, sehingga
Suara Akademika/ Vol.V/Edisi XVIII/Januari-April 2014
29
JENDELA AKTIVIS
seenaknya mengumbar dosa atau melalaikan ibadah karena stok pahala masih ada. Lepas dari itu semua, Cak Nun mengungkapkan proses kematian massal tengah berlangsung di Indonesia. Ya, kematian hakikat negara, demokrasi, dan makna konstitusi. Pun dengan matinya peran legislator sebagai wakil rakyat yang tunakontribusi dan tunaaspirasi dalam menyuarakan kepentingan publik. Namun, Tuhan menyertai kematian dengan kelahiran. Kelahiran generasi baru sebagai pemimpin masa depan. Perevisi tampuk kepemimpinan pesakitan yang menyengsarakan. “Apalagi para hafidz dan hafidzah UIN Maulana Malik Ibrahim yang memiliki kapabilitas intelektual, spiritual dan moralitas tinggi di tengah kondisi zaman yang kian tak karuan,” kagumnya. K. Ng. H. Agus Suyoto, M.Pd., budayawan dan sejarawan, pemateri lain seminar nasional ini mempertanyakan kembali eksistensi sekolah formal di negeri ini. Pasalnya, patologi sosial seperti buta huruf, kebodohan,
dan keterbelakangan akibat tidak mengenyam pendidikan formal berbias dogmatis doktriner. Tak lain, sebelum sistem pembelajaran dan institusi sekolah yang berawal dari politik etis Belanda (1900) ada, peradaban Indonesia sudah maju. Produk-produk seperti kalender Jawa (Abad 1 M), tehnologi pembuatan kapal laut yang lebih besar dan maju dari Cina (Abad ke 3 M), dan kodifikasi hukum pertama (648), menunjukkan realitas historis pesatnya peradaban Indonesia sebelum kebijakan pendidikan kolonial. Senyatanya peran pendidikan kemasyarakatan dan keagamaan, menurut telaah Agus Sunyoto, telah masif dilakoni Pesantren sebelum institusi sekolah kolonial. Mirisnya, banyak upaya politis kolonial dan penstigmaan miring di masyarakat untuk meredam pengaruh Pesantren yang notabene menjadi basis kuat nasionalisme masyarakat kala itu. Nilai-nilai ke-Islaman yang berani menentang tirani penindasan dan penjajahan dengan semangat jihad menjadi ancaman besar Belanda kala itu.
Prof. Imam Suprayogo, rektor UIN Maulana Malik Ibrahim periode lalu yang juga menjadi pembicara dalam seminar ini mengungkapkan signifikansi sinergitas antara guru dan murid dalam suatu proses pembelajaran dibanding fasilitas dan gedung pembelajaran megah. Guru yang baik akan mengantarkan murid yang berkualitas. Guru sejatinya mempunyai tuntutan moral yang tinggi. Ia harus konsekuen dan konsisten antara apa yang diajarkan dengan tindak-tanduknya. Di samping itu, niat dan usaha yang dilakukan murid harus diorientasikan sepenuhnya untuk mencari ilmu dan pengamalan, bukan hanya untuk pemerolehan sehelai ijazah. Sementara itu Moh. Affifuddin, Ketua CSS Mora UIN Maulana Malik Ibrahim mengungkapkan kegiatan ini adalah salah satu bukti CSS Mora dapat membuktikan kiprahnya. Selain itu, juga menjadi salah satu pembuktian Santri lulusan pondok pesantren tidak kalah dengan sekolah formal. [Fiqh/Dee]
Permohonan Maaf Tim Redaksi Redaksi Majalah Suara Akademika memohon maaf atas kesalahan cetak Foto pada edisi XVII/September-Desember 2013. Foto dimaksud adalah foto kegiatan UKM Teater Komedi Kontemporer (TK2), bukan kegiatan Festival Humaniora.
30
UKM Teater Komedi Kontemporer (TK2)
Suara Akademika/ Vol.V/Edisi XVIII/Januari-April 2014
ARTIKEL
MENYIAPKAN MAHASISWA BERKOMPETENSI GLOBAL
A
ntonio Giddens (1992) mengatakan bahwa globalisasi merupakan satu kekuatan sosial dunia, yang mempengaruhi semua sektor kehidupan manusia, baik aspek ekonomi, politik, sosial, budaya, bahkan sampai sektor pribadi. Globalisasi yang telah melanda berbagai kawasan dunia dewasa ini, menyebabkan persaingan dalam semua sektor kehidupan semakin tajam, yang tidak lagi dibatasi oleh sekat geografis, tetapi disatukan oleh nilai-nilai ideologis dan politis. Iklim semacam ini menempatkan competitiveness pada prioritas paling utama. Dalam kondisi yang demikian, perhatian terhadap prinsip efisiensi, efektifitas, dan profesionalisme tinggi dalam pengelolaan perguruan tinggi menjadi tumpuan harapan akan kemampuan bersaing, bersanding, dan bertanding dengan pihak lain, sehingga era ini ditandai oleh pernyataan bahwa, hanya perguruan tinggi yang mampu menawarkan mutu yang tinggi (high quality) dan pelayanan yang bagus (service excellent) yang akan dapat bersaing dan memenangkan persaingan. Perkembangan semacam ini menyebabkan perguruan tinggi dituntut untuk makin kompetitif dalam melayani kebutuhan masyarakat. Nilai kompetitif perguruan tinggi sebenarnya terletak pada kemampuan dalam melayani mahasiswa dan menghasilkan
Oleh : Agus Maimun* lulusan yang bagus untuk bersaing secara global. Menghadapi kondisi demikian, berbagai saran mengatakan bahwa, sudah waktunya perguruan tinggi melakukan perubahan-perubahan strategis, sehingga dapat mendukung tumbuhnya mahasiswa dan produk lulusan yang makin kompetitif. Untuk itu, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, sebagai salah satu perguruan tinggi yang berwawasan global, selalu memacu diri untuk dapat bersaing secara lebih terbuka, agar mahasiswa dan lulusannya lebih kompetitif dan komparatif. Disamping itu, selalu berusaha untuk meningkatkan profesionalitas dan kemandirian mahasiswa, sehingga “pasar kerja” lulusan UIN Maulana Malik Ibrahim tidak hanya pada sektor infor mal di dalam negeri, tetapi juga bisa masuk kepada semua jalur formal dalam dan luar negeri. Lebih jauh lagi, dengan kemandirian, lulusan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang tidak hanya berharap
memasuki kerja di lingkungan keagamaan, tetapi juga lingkungan industri dan keuangan dalam skala internasional. Hal ini tidaklah berlebihan, karena sekarang ini kampus UIN Maulana Malik Ibrahim Malang sudah didatangi lebih dari 250 mahasiswa asing dari 29 negara, seperti Rusia, Jerman, Arab Saudi, Sudan, Libya, Kamboja, Thailand, Malaysia, Singapura, Philipina, dan lain-lain, dan dari 33 propinsi yang ada di Indonesia, mulai Aceh sampai Papua. Ini memberikan implikasi bahwa, mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang sudah tidak asing lagi dengan pergaulan dunia global, karena setiap hari mereka berinteraksi dengan mahasiswa dari berbagai negara dan propinsi. Kondisi ini mencerminkan bahwa, kampus ini telah masuk pada wilayah pusaran internasional. Untuk itu, tidaklah berlebihan apabila Kementerian Agama RI memberikan amanat kepada UIN Maulana Malik Ibrahim Malang menjadi salah satu universitas berkelas dunia (Word Class University) bersama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Untuk mencapai cita-cita ini, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang telah menyiapkan program strategis berupa pembelajaran bahasa asing (Arab dan Inggris) dan jiwa kewirausahaan (enterpreunership) bagi
Suara Akademika/ Vol.V/Edisi XVIII/Januari-April 2014
31
ARTIKEL
mahasiswa sejak semester awal. Dengan program ini diharapkan, mahasiswa akan mampu bersaing dalam skala global. Sebab dalam menghadap pasar bebas dunia tahun 2020 nanti, lulusan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang (termasuk perguruan tinggi agama Islam lainnya) tidak hanya bersaing dengan temannya sendiri dari perguruan tinggi dalam negeri, tetapi juga lulusan dari berbagai perguruan tinggi negara tetangga, seperti: Singapura, Malaysia, Tahiland, dan Pilipina. Bahkan lulusan negaranegara maju semacam Amerika Serikat, Jepang, Inggris, Jerman, Belanda dan Perancis bisa jadi juga menjadi saingan berat. Pertanyaannya sekarang adalah, mampukah perguruan tinggi memenangkan persaingan ini ? Hal ini penting untuk diujikan, sebagai langkah antisipasi ke depan. Sebab, tanpa usaha ini, tidak mustahil mahasiswa atau sarjana perguruan tinggi di Indonesia (termasuk UIN Maulana Malik Ibrahim Malang) akan terasing di “rumahnya sendiri”, karena tidak memenuhi logika persaingan dan tidak memenuhi selera pasar. Untuk itu, bekal yang harus dimiliki oleh mahasiswa dalam
32
memenangkan persaingan global adalah: (1) kemampuan bahasa asing, (2) kemampuan untuk menganalisa persoalan kehidupan, (3) kemampuan untuk inovasi dan antisipasi, (4) kemampuan untuk memimpin, (5) kemampuan untuk mengapresiasikan ajaran agama secara “ramah”, dan (6) kemampuan mengaplikasikan ilmunya secara mantap di tengah-tengah persaingan global. Disamping itu, secara spesifik, mahasiswa harus mengembangkan jiwa enterpreunership. Menurut Tilaar (1998), jiwa-jiwa tersebut tercermin dalam sifat-sifat: (1) mandiri, (2) berorientasi pada servis, (3) interdependen secara sehat, (4) berbuat baik kepada semua orang, (5) kolaboratif, dan (6) koordinatif. Seorang enterpreuner cenderung kepada kerjasama dan koordinatif, sehingga sangat mementingkan teamwork (kerja kelompok) yang tangguh. Keenam kemampuan dan keenam sikap tersebut hanya dapat dihasilkan oleh perguruan tinggi yang berkualitas. Untuk menciptakan perguruan tinggi yang berkualitas, maka para pimpinan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang bertekat melakukan pengelolaan secara sungguh-sungguh, diikuti dengan kerja keras dan
Suara Akademika/ Vol.V/Edisi XVIII/Januari-April 2014
kerja cerdas. Implementasi dari kerja ini adalah menyiapkan semua perangkat pendukung kemajuan kampus, di mulai dari inovasi kurikulum, penataan dan peningkatan kualitas dosen dan karyawan, pengeloaan keuangan yang akuntabel, pengadaan sarana dan prasarana belajar yang memenuhi standar, serta pembinaan mahasiswa yang berwawasan ulul albab. Sebab tanpa itu semua, mustahil perguruan tinggi kita dapat menghasilkan mahasiswa dan lulusan yang mampu bersaing secara global dan para alumninya dapat menduduki berbagai sektor moderen dan menjadi pilihan umat. Semoga cita-cita ini menjadi kenyataan. Amin. *Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerjasama
OPINI
Meramu Mahasiswa Berkompetensi Global
W
ord Class University (WCU) heboh diperbincangkan seantero UIN Maulana Malik Ibrahim baru-baru ini. Kemudi dipacu sedemikian rupa dalam aba-aba: one heart, one spirit, one vision, one team toward World Class University. Harapan ideal yang dicanangkan di satu sisi menjadi universitas kelas dunia yang sanggup bersaing dengan kampuskampus kelas dunia, di sisi lain dapat menghasilkan lulusan yang mampu bersaing dengan lulusan dari negara-negara maju di dunia internasional. Ketika bicara perihal WCU, tentu tidak lepas dari arus sistem globalisasi saat ini. Pintu globalisasi ekonomi pasar bebas, kompetisi tenaga kerja, dan interaksi antar budaya yang semakin terbuka lebar seolah menjadi keniscayaan untuk terus menerus melejitkan kompetensi diri. Seiring upaya negara meningkatkan angka human development index (HDI), program for international student assessment (PISA), dan lainnya. Hal ini menjadi alasan kuat keharusan universitas untuk melakukan internasionalisasi sebagai garda terdepan pembinaan kaum terdidik. Setidaknya ada tiga elemen yang menjadi tinjauan kualitas suatu proses pendidikan, yaitu orientasi pengembangan kelembagaan (institusional oriented), orientasi kualifikasi tenaga kependidikan (teacher oriented), dan orien-
oleh : Ziinatul Millah* tasi kualitas pelajar (student oriented). Ketiganya menyiratkan kecenderungan arah orientasi pengembangan pendidikan itu sendiri. Sejauh ini, dalam konteks global agaknya kampus ini masih berkecenderungan ke poin yang pertama. Terlihat dari berbagai data internasional yang melejitkan branding UIN Maulana Malik Ibrahim dan kebijakan kampus yang berkecenderungan pada pengembangan kelembagaan dan birokrasi kampus. Lalu di manakah eksistensi mahasiswa dalam WCU? Peran kontributif apa yang dimainkan mahasiswa? Apa pengaruh signifikan WCU terhadap mahasiswa itu sendiri? Bagaimana mewujudkan kompetensi global yang menjadi salah satu orientasi utama WCU? Pertanyaan-pertanyaan semacam ini patut kita diskusikan dan jawab bersama. Setidaknya ada beberapa hal yang harus diperhatikan mahasiswa
dalam mencapai WCU yang perlu segera diretas. Pertama, mahasiswa mutlak tidak boleh menghadapi globalisasi dalam kancah internasional secara terpaksa. Keikhlasan dan niat kuat murni diperlukan. Hal ini akan melahirkan etos belajar kuat, tangguh, dan anti putus asa akan penempaan keilmuan sesulit apapun. Kedua, mengedarkan candu keilmuan. Rasa cinta terhadap keilmuan harus terpatri dan mengiringi ketulusan hati yang berimplikasi pada keindahan dan kenikmatan mengenyam ilmu. Rasa cinta ini adalah konsekwensi dari keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai kebenaran mutlak yang menjadi tujuan penundukan diri. Jadi bukan semata-mata menghambakan kepada ilmu pengetahuan. UIN Maulana Malik Ibrahim sebagai lembaga pendidikan berlabelkan “Islam” membawa misi tersendiri mengantarkan bibit cendekia-cendekia muslim Indonesia mendunia. Ma’had Sunan Ampel Al-Aly (MSAA) dinyana kuat mampu mendukung secara signifikan peran ini. Gejala santrinisasi ini disebut Azyumardi Azra dalam buku ‘Pendidikan Islam’ sebagai kebangkitan Islam Indonesia. Agar dunia intelektual tak lepas dari satu tujuan asal semua pengetahuan yakni Tuhan. Hal ini sejalan dengan landasan pohon ilmu UIN Maulana Malik Ibrahim yang mengkombinasikan jiwa intelektual dan religial
Suara Akademika/ Vol.V/Edisi XVIII/Januari-April 2014
33
OPINI
dengan empat pilar tarbiyah ulul albab: kedalaman spiritual, keagungan akhlaq, keluasan ilmu pengetahuan, dan kematangan profesional. Ketiga, atmosfer belajar yang kuat. Diskusi-diskusi ilmiah harus terus digencarkan melalui silaturahim ide, konsep, dan tabungan literasi masingmasing mahasiswa. Tidak perlu malu membawa tumpukan buku kemana-mana. Belajar akan lebih bergairah bila lingkungan intelektual yang kompetitif terbangun. Dengan WCU, UIN Maulana Malik Ibrahim menjadi magnet yang memiliki daya tarik pelajar muslim di Indonesia dan dunia. Ribuan insan akademis dari berbagai latar belakang budaya dan pemikiran beragam diharapkan dapat menciptakan atmosfer akademik dan lingkungan intelektual dengan kompetisi yang sehat. Keempat, penguasaan bahasa internasional. Kampus ini senyatanya sudah menerapkan Program Perkuliahan Bahasa Arab (PPBA), Program Perkuliahan Bahasa Inggris (PPBI) dan Program Shabahul Lughah Ma’had Sunan Ampel Al Aly (MSAA). Persoalan yang kemudian muncul adalah komitmen dan pemanfaatan yang kurang maksimal di kalangan mahasiswa sendiri. Pengembangan kebahasaan pasca tiga jenjang tersebut juga jadi masalah. Prosentasi mahasiswa selain musyrif-musyrifah yang keluar pasca menjadi mahasantri di MSAA hampir 90 persen. Ini berarti peluang besar keterputusan sistem pembelajaran yang ketat pasca program kebahasaan. Dengan kata lain mahasiswa berpeluang besar untuk tidak mem-
34
pelajari lagi atau melupakan bahasa Arab dan Inggris. Pun setelah PPBI. Padahal kita tahu bahwa keterampilan bahasa itu harus menjadi kebiasaan (al-lughatu mumarrasah). Pada akhirnya jenjang ini seolah hanya menjadi formalitas. Maka, diperlukan sistem yang lebih mampu menjaga konsistensi pengembangan kemampuan kebahasaan internasional seluruh mahasiswa. Di antaranya barang kali dengan pemasifan pembinaan penggunaan literasi internasional. khazanah keilmuan mahasiswa juga bisa mengglobal seiring sirkulasi ilmu pengetahuan dunia yang sudah sedemikian mutakhir. Dengan demikian, mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim secara keilmuan benar-benar bisa disaingkan secara global. Dalam tataran ini manfaat dari program kebahasaan di atas benar-benar nyata. Kelima, budaya penelitian juga perlu menjadi sorotan. Publikasi karya ilmiah perguruan tinggi di Indonesia masih tertinggal jauh dari negara tetangga Malaysia. Jika melihat situs Scientific Journal Rankings (SJR) tahun 2012, Indonesia berada pada peringkat 57 dunia dengan 3.231 dokumen, sedangkan Malaysia menempati peringkat 24 dunia dengan 20.838 dokumen (http://www.scimagojr. com). Kita sering kali naik pitam bila Timnas sepak bola kita kalah dengan Timnas Malaysia. Namun bila kita kalah jauh dalam arena karya akademik kita seolah adem ayem. Selain itu sisi aksiologis yang implementatif dari penelitian juga harus menjadi perhatian. Penelitian akan menemukan urgensitasnya bila bisa didayagunakan untuk kemaslahatan masyarakat.
Memang bukanlah hal yang mudah untuk meramu mahasiswa berkompetensi global. Selain political will dan layanan prima dari universitas dalam hal fasilitas dan pembukaan kesempatan persaingan dan dialektika global, mahasiswa memiliki peran terbesar dalam penempaan kapabilitas keilmuan dan profesionalitasnya. Riskan kiranya bila WCU hanya menjadi label universitas tanpa memberikan transformasi signifikan terhadap kompetensi global mahasiswa. Oleh karena itu, mari bergegas!
Suara Akademika/ Vol.V/Edisi XVIII/Januari-April 2014
Mahasiswa Jurusan Al-Ahwal Al-Syakhshiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Semester IV
RESENSI
Judul
: Gara-Gara Indonesia
Penulis
: Agung Pribadi
Penerbit
: AsmaNadia Publishing House
Cetakan
: Cetakan Pertama, Desember 2013
Tebal
: 210 halaman. ; 21x14,3 cm
Peresensi : Sariatulisma*
Dari Sejarah Belajar untuk Masa Depan “Those who cannot remember the post are condemmned to repeat it. Mereka yang lupa pada masa lalu, akan terhina karena mengulangi (kesalahan).George Santayana Gara-gara Indonesia, peta dunia berubah. Gara-gara Indonesia, Amerika kalah dengan Vietnam. Gara-gara Indonesia, Napoleon kalah perang. Kalau tidak ada Indonesia, mungkin Amerika tidak ditemukan Colombus.
Kalau bukan karena Indonesia, mungkin Malaria lebih mematikan. Cuma di Indonesia Kubilai Khan dipecundangi dan diperdaya. Cuma Indonesia yang mengalahkan sekutu setelah Perang Dunia II. Cuma Indonesia yang mampu membuat tandingan PBB. Itulah fakta-fakta sejarah mengejutkan yang ditulis oleh Agung Pribadi yang membuat kita semakin bangga menjadi bangsa Indonesia. Membaca tulisan Agung Pribadi membuat kita sadar bahwa Indonesia ternyata banyak berperan dalam perubahan dunia.
Banyak peristiwa besar yang mengubah dunia yang dipengaruhi oleh Indonesia. Indonesia yang dimaksud adalah Kepulauan Nusantara yang berjajar dari pulau We sampai pulau Rote yang kini bersatu dalam bendera merah putih.Ternyata anak bangsa dan alamnya yang berasal dari jajaran Nusantara berpengaruh terhadap sejarah dunia. Seringkali sejarah hanya dipandang sebagai bagian dari masa lalu. Sejarah diajarkan hanya terpaku pada nama, tempat dan kapan peristiwa itu terjadi, dan
Suara Akademika/ Vol.V/Edisi XVIII/Januari-April 2014
35
RESENSI
itu hanya dengan cara dihafal. Seharusnya dengan sejarah kita bisa belajar dari masa lalu dan tidak mengulangi kesalahan untuk kedua kali dan kesekian kali. Jadi tidak heran dalam Al-Qur’an hampir 75% memuat tentang sejarah. Namun karena kepentingan sesaat dan kepentingan segolongan terkadang sejarah digunakan sebagi alat untuk memperkuat kekuasaan. Banyak sekali sejarah yang tidak terungkap secara utuh terkesan ditutup-tutupi dan dimanipulasi. Sejarah kini telah kehilangan mata angin. Di sekolah sejarah hanya sekedar menjadi hafalan peristiwa dan tidak memberi kekuatan apa-apa. Seharusnya sejarah dapat dijadikan sebagai sumber motivasi dan inspirasi. Agung Pribadi menyebut upaya ini sebagai historivasi. Jadi tidak heran Agung Pribadi dijuluki sebagai Historivator pertama di Indonesia. Dari sejarah kita dapat mengetahui potensi diri yang ada. Jika mengamati sejarah, kita dapat melihat sebenarnya semua negara mempunyai potensi untuk
menjadi negara yang besar. Tanpa melihat besar atau kecilnya tanah mereka atau seberapa strategisnya bangsa tersebut, seberapa kuat bangsa tersebut. Apakah Indonesia mampu menjadi bangsa yang besar? Jika kita berkaca dari sejarah yang ada, Indonesia mampu menjadi bangsa dengan kekayaan alam yang telah dimilki. Dari segi demografi, Indonesia juga mempunyai jumlah penduduk yang besar dan jika dapat diimbangi dengan kualitas penduduk, maka dapat pula disebut sebagai bonus demografi. Dari keintelektualan, sudah banyak sekali orang Indonesia yang telah diperhitungkan di kancah internasional. Lagi-lagi semua kembali pada rakyat dan pemerintah apakah mereka mau untuk maju, atau malah terkukung dalam kemiskinan. Seharusnya kita dapat belajar dari negara China. China sebenarnya adalah negara yang kaya akan hasil minyak. Namun China tidak mengeksploitasi kekayaan alam tersebut, China malah mengimpor minyak. Mereka sadar bahwa sumber daya alam tersebut
tidak dapat diperbarui sehingga mereka melakukan strategi tersebut, dengan semakin menipisnya cadangan minyak dunia, negara tersebut masih mempunyai cadangan minyak dalam negeri. Dan kini pun China mampu menggungguli Amerika Serikat dalam segala hal. Membaca buku ini akan membuat kita semakin bangga menjadi bangsa Indonesia dan mampu menjadi amunisi bagi anak bangsa untuk menghadapi masa depan. Dengan menggunakan bahasa yang ringan sehingga pesan yang dimuat di buku ini dapat tersampaikan. Secara global buku ini berisi tentang sejarah yang telah ditorehkan oleh bangsa Indonesia yang belum terungkap sebelumnya. Dan menurut saya buku ini dapat dijadikan buku pegangan wajib khususnya bagi seluruh guru dan pelajar di Indonesia. *Mahasiswa Pendidikan IPS Semester 4
UNDANGAN MENULIS Mengundang para mahasiswa, karyawan dan dosen untuk menulis artikel, opini, dan resensi di Suara Akademika. Tulisan akan dimuat pada edisi Mei - Agustus 2014, dengan tema “Revitalisasi Peran Mahasiswa dalam Membangun Masyarakat” Kirim ke alamat redaksi paling lambat Kamis, 31 Juli 2014. Redaksi Suara Akademika
36
Suara Akademika/ Vol.V/Edisi XVIII/Januari-April 2014