DAFTAR ISI Daftar Isi
i
Daftar Gambar
ii
Daftar Tabel
iii
Daftar Lampiran
iv
Kata Pengantar
v
BAB 1 PENDAHULUAN
1
1.1. Kondisi Umum
1
1.2 Pemasalahan dan Tantangan
6
BAB 2 VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN
17
2.1 Visi
17
2.2 Misi
17
2.3 Tujuan
17
2.4 Sasaran
18
BAB 3 STRATEGI DAN KEBIJAKAN
22
3.1
Strategi dan Arah Kebijakan Kementerian Perdagangan
22
3.2
Strategi dan Kebijakan Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional
24
BAB 4 PENUTUP
49
LAMPIRAN
50
i
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1
Keterkaitan antara Tujuan Kementerian Perdagangan
18
dengan Misi dan Tujuan Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional Gambar 2.2
Keterkaitan antara Tujuan dengan Sasaran Direktorat
21
Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional Gambar 3.1
Alur Kerja Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan
24
Internasional Gambar 3.2
Struktur Organisasi Lama
43
Gambar 3.3
Struktur Organisasi Baru
44
ii
DAFTAR TABEL Tabel 1-1
Negosiasi dan Kesepakatan Multilateral, Regional dan Bilateral yang telah dicapai
3
Tabel 2-1
Target Peningkatan Hasil Perundingan
19
Tabel 2-2
Target Pemenuhan AEC Scorecard
19
Tabel 2-3
Target kesepakatan yang diratifikasi
19
Tabel 2-4
Target Partisipasi Perundingan Perdagangan
20
Internasional Tabel 2-5
Target Pengamanan Kebijakan Perdagangan Nasional di
20
Forum Internasional Tabel 2-6
Target Konsultasi publik/sosialisasi dan publikasi Kerja
20
Sama perdagangan internasional Tabel 2-7
Target Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis
21
iii
DAFTAR LAMPIRAN Formulir 1
Target Pembangunan Tahun 2011-2014
50
Formulir 2
Alokasi Anggaran Baseline Tahun 2011 - 2014
53
iv
KATA PENGANTAR Rencana Strategis Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional Tahun 20102014 merupakan acuan utama dalam melaksanakan program peningkatan kerja sama perdagangan internasional selama 2010-2014 dalam mendukung pencapaian Rencana Strategis Pembangunan Perdagangan 2010–2014 guna pembangunan daya saing ekonomi bangsa. Siring dengan semangat reformasi birokrasi, Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional telah melakukan penajaman tugas dan fungsi sehingga menyusun Rencana Strategis baru ini sesuai dengan restrukturisasi organisasi. Dalam menyusun rencana strategis ini, Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional berpedoman pada RPJMN 2010−2014 yang telah dielaborasi dalam Rencana Strategis Pembangunan Perdagangan 2010-2014, dan secara aktif berkoordinasi dengan para pemangku kepentingan sehingga dapat dihasilkan sebuah rencana strategis yang transparan, terpadu, dan dapat diimplementasikan, serta sejalan dengan rencana pembangunan jangka panjang yang telah dikembangkan oleh pemerintah. Kerja Sama Perdagangan Internasional periode 2010-2014 difokuskan untuk mendukung salah satu misi utama kementerian Perdagangan yaitu meningkatkan kinerja ekspor nonmigas secara berkualitas melalui Trade Diplomacy. Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional memiliki 1 (satu) kegiatan prioritas nasional lainnya bidang perekonomian yaitu Peningkatan Peran dan Kemampuan Diplomasi Perdagangan Internasional. Selain itu, dalam rangka mendukung fokus prioritas nasional, Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional juga memiliki 4 (empat) kegiatan prioritas bidang yaitu Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan Bilateral, Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan ASEAN, Peningkatan Kerja Sama di Bidang Perdagangan Jasa, serta Peningkatan Peran dan Kemampuan Diplomasi Perdagangan Internasional. Visi dan Misi Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional 2010-2014 ini tidak akan terwujud tanpa dukungan seluruh pemangku kepentingan yang terkait; oleh karena itu Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional akan senantiasa melakukan koordinasi secara aktif dengan seluruh pihak terkait sehingga program peningkatan kerja sama perdagangan internasional 2010-2014 dapat dilaksanakan dengan optimal. Akhir kata, semoga Rencana Strategis Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional tahun 2010-2014 dapat bermanfaat bagi seluruh pihak terutama dalam mendukung tercapainya peningkatan kinerja ekspor non migas secara berkualaitas yang akhirnya diharapkan dapat mewujudkan peningkatan kesejahteraan rakyat. Jakarta, Desember 2010 Direktur Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional
Gusmardi Bustami
v
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Kondisi Umum Dinamika perekonomian dunia dan domestik telah mewarnai perjalanan pembangunan perdagangan nasional sepanjang 2005−2009, diawali dari kenaikan harga minyak mentah, krisis keuangan global, sampai kepada bencana yang terjadi di berbagai belahan dunia, turut mempengaruhi kinerja perdagangan luar negeri dan perdagangan di dalam negeri Indonesia. Untuk menjawab setiap tantangan yang dihadapi
dan mengambil
kesempatan atas potensi yang dimiliki, maka pencapaian kondisi perdagangan Indonesia yang diharapkan di masa mendatang, adalah: a. Peran dan kemampuan diplomasi perdagangan internasional yang semakin kuat, yang didukung oleh sinergi lintas sektor, SDM yang berintegritas
dan
memiliki
pengetahuan
yang
baik
tentang
international trade laws. Diharapkan manfaat liberalisasi perdagangan dapat dipetik secara optimum, yang terefleksi antara lain dengan meningkatnya
penyelesaian
masalah-masalah
perdagangan
internasional dan meningkatnya akses pasar. b. Peran sistem logistik dan saluran distribusi yang semakin berkembang dan meningkat, serta didorong oleh meningkatnya penggunaan teknologi elektronik, transportasi yang memadai, dan meningkatnya indeks
kepercayaan
berusaha
di
semua
lini
perdagangan
dan
perekonomian. c. Sistem hukum perdagangan dan law enforcement lahir dan berkembang secara positif mengikuti kecepatan dinamika bisnis, menopang eksistensi
usaha,
memberi
kepastian
usaha
serta
memperkuat
kredibilitas kebijakan perekonomian.
Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI 2010 - 2014
1
1.1.1 Peran Sektor Perdagangan Dalam Perekonomian Peran sektor perdagangan semakin penting dalam perekonomian nasional, baik secara
kuantitas maupun
kualitas.
Secara
kualitas, semakin
pentingnya sektor perdagangan terlihat dari kegiatan-kegiatan yang lebih mengedepankan kualitas jasa perdagangan untuk mendukung sektor lainnya. Dukungan kegiatan tersebut memberikan pengaruh yang positif terhadap meningkatnya kontribusi sektor perdagangan. Kegiatan-kegiatan ini antara lain meliputi perbaikan pelayanan publik, iklim usaha, infrastruktur terkait ekspor–impor seperti Jakarta International Container Terminal (JICT) berkapasitas 2,5 juta peti kemas twenty-foot equivalent unit per tahun, pembangunan sekaligus revitalisasi dan harmonisasi pasar tradisional-pasar modern, penyediaan kebutuhan pokok, dan stabilisasi harga serta sinergi pengembangan UKM dan petani di bidang perdagangan. Secara kuantitas, pentingnya peran sektor perdagangan terlihat dari peningkatan kontribusi PDB Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran. Nilai tambah sektor perdagangan selama periode 2005 – 2008 menunjukkan peningkatan positif dari tahun ke tahun yaitu Rp. 293,9 triliun pada tahun 2005 menjadi Rp. 363,3 Triliun pada tahun 2008. Peranan sektor perdagangan dalam PDB nasional masih tetap tinggi, yaitu 14% dari PDB nasional 2008. Pentingnya peran sektor perdagangan juga terlihat dari banyaknya jumlah tenaga kerja di sektor ini. Jumlah tenaga kerja sektor perdagangan pada tahun 2008 sebanyak 17,1 juta jiwa, nomor dua setelah sektor pertanian. Jumlah tersebut meningkat 3,64 persen dari tahun sebelumnya. Jika digabung
dengan
hotel
dan
restoran,
dimana
terdapat
transaksi
perdagangan di dalamnya, maka jumlah tenaga kerja berjumlah 21,2 juta jiwa dengan tingkat pertumbuhan sebesar 3,26 persen. Upaya Kementerian Perdagangan untuk mengembangkan perdagangan dalam negeri dan luar negeri dinilai efektif dalam menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat termasuk bagi usaha kecil dan menengah. Sementara itu, tenaga kerja di bidang perdagangan lebih didominasi pada Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI 2010 - 2014
2
perdagangan eceran di pertokoan, warung, eceran tradisional, eceran modern, kecuali mobil dan motor. Dengan peningkatan sinergi dan koordinasi, maka 70% tenaga kerja sektor perdagangan yang terisi oleh usaha informal dapat ditingkatkan statusnya. Selain itu, integrasi strategis dengan segmen komunitas ekonomi kreatif diyakini akan membuka peluang kesempatan kerja yang signifikan. 1.1.2 Peran Kerja Sama Perdagangan Internasional dalam Pembangunan Perdagangan Peran perdagangan dalam perekonomian dunia diperkuat dengan Peran Kerja Sama Perdagangan Internasional. Peran Indonesia semakin penting dalam percaturan internasional. Hal ini disebabkan, selain karena Indonesia merupakan pasar yang besar dan tetap tumbuh positif di tengah krisis global, juga peran sentral Indonesia dalam diplomasi baik di forum multilateral maupun regional. Peran sentral ini merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, khususnya melalui perdagangan internasional (ekspor dan impor) dan melalui kerja sama perdagangan dan investasi. Dalam rangka meningkatkan akses pasar, dilakukan multitrack strategy di fora multilateral, regional, dan bilateral. Melalui multitrack strategy ini, Indonesia
telah
berhasil
memperkuat
perannya
di
berbagai
fora
internasional, baik di forum WTO melalui G-20, G-33, dan NAMA 11, di forum ASEAN, ASEAN – Mitra dan Sub Regional ASEAN serta forum Bilateral. Beberapa capaian utama diplomasi perdagangan periode 2005−2009 ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel 1.1 Negosiasi dan Kesepakatan Multilateral, Regional dan Bilateral yang telah dicapai:
Forum Multilateral
Negosiasi dan Kesepakatan Negosiasi Doha Development Agenda (DDA) Dalam perundingan liberalisasi Produk Pertanian (Agriculture), Indonesia sebagai koordinator G-33 berhasil menggalang kesatuan sikap seluruh anggota G-33 untuk secara konsisten
Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI 2010 - 2014
3
Forum
Negosiasi dan Kesepakatan mempertahankan posisinya dalam mengusulkan penghapusan/ pengurangan subsidi domestik, subsidi ekspor, penurunan tarif di negara maju serta penghapusan tariff produk-produk tropis, dengan tetap melindungi kepentingan petani di negara berkembang melalui konsep Special Products (SP) dan Special Safeguard Mechanism (SSM). Konsep SP dan SSM dimaksudkan untuk mengecualikan produk-produk pertanian tertentu dari komitmen pengurangan tariff serta menetapkan Kebijakan mekanisme perlindungan petani dalam negeri pabila terjadi lonjakan impor. Konsep ini telah berhasil dimasukkan sebagai salah satu modalitas di pilar akses pasar perundingan di bidang pertanian. Dalam perundingan liberalisasi akses pasar produk nonpertanian (Non Agriculture Market Access-NAMA), Indonesia bersama kelompok NAMA 11 berupaya menurunkan tarif peak, tarif eskalasi barang industri di negara maju yang merupakan kepentingan produk eskpor negara-negara berkembang seperti Tekstil dan Produk Tekstil, dan Alas Kaki . Disamping itu telah diakui modalitas bagi negara berkembang untuk mengecualikan sebagian produknya dari komitmen pengurangan tarif serta tetap diperbolehkannya un-bound tarif. Dalam perundingan liberalisasi akses pasar jasa, Indonesia telah mengambil bagian dalam Ministerial Signaling Conference yang bertujuan untuk memperoleh kejelasan mengenai rencana offer negara-negara anggota dalam rangka komitmen liberalisasi perdagangan sektor jasa dalam Schedule of Commitment. Selain itu, juga telah disampaikan request Indonesia terkait Mode 4 kepada 9 negara mitra dagang. Indonesia juga berpartisipasi aktif dalam penyusunan Disciplines on Domestic Regulations yang merupakan salah satu mandat dalam penyelesaian Putaran Doha. Dalam perundingan memperbaiki berbagai aturan perdagangan (Rules) dalam persetujuan WTO, Indonesia aktif memberikan kontribusi dalam proses menyempurnakan aturan perdagangan yang menyangkut Antidumping dan Subsidi Perikanan.
Regional
ASEAN: Untuk mewujudkan AEC 2015 di bidang ekonomi, ASEAN sepakat untuk mengimplementasikan “ASEAN Economic Community Blueprint”, yang ditandatangani pada tahun 2007 dan diimplementasikan mulai tahun 2008 yang memuat berbagai agreements, protocols, MoUs dan MRAs di bidang perdagangan barang (ATIGA), jasa (AFAS), investasi (ACIA) dan lain – lain. ASEAN – Mitra: Disahkannya ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA), ASEAN-Korea Free Trade Agreement (AKFTA), ASEAN-
Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI 2010 - 2014
4
Forum
Negosiasi dan Kesepakatan Japan Comprehensive Economic Partnership Agreement (AJCEP), ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Agreement (AANZ-FTA), ASEAN – India Free Trade Agreement (AIFTA), ASEAN-US Trade and Investment Framework Arrangement (TIFA) dan Draft ASEANCanada TIFA, sementara masih berlangsung perundingan ASEAN dengan India dan Jepang di bidang jasa dan investasi. Selain itu telah diselesaikan pula kajian mengenai East Asia Free Trade Agreement (EAS-EAFTA) dan Comprehensive Economic Partnership in East Asia (CEPEA), penyelenggaraan East Asia Summit dan forum ASEAN + 3, pembicaraan penjajagan dengan the Southern Common Market (MERCOSUR) dan the Gulf Cooperation Council (GCC), penyelenggaraan Asia – Europe Meeting (ASEM), perundingan ASEAN – EU FTA (dihentikan sementara sejak tahun 2009) dan penyelenggaraan Indian Ocean Rim Association for Regional Cooperation (IOR-ARC). Sub-Regional :Penyelenggaraan KTT Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMTGT), dan KTT Brunei-Indonesia-MalaysiaPhilippines East Asian Growth (BIMP-EGA) APEC: Berbagai kesepakatan yang meskipun tidak mengikat secara hukum (legally binding) namun perlu diikuti/dilaksanakan Indonesia. Diantaranya adalah Supply-chain Conectivity Frameworks Environmental Goods and Services Work Programme, APEC Principles on Trade in Services, dan lain – lain.
Bilateral
JSG Indonesia – Tunisia, Indonesia – Turki, Indonesia – UE, Indonesia – Mesir, Indonesia – Maroko, Indonesia – Aljazair, Indonesia – UAE. JSG Indonesia-Australia, Indonesia-India, dan Indonesia-EFTA telah selesai dan menghasilkan rekomendasi pembentukan ke arah FTA antara Indonesia dengan negara-negara mitra dimaksud. Konsultasi pra-negosiasi Indonesia – EFTA Comprehensive Partnership Agreement, Indonesia – Australia CEPA, Indonesia – Pakistan, Indonesia – Iran, Indonesia – India dan Indonesia – Chile. IJEPA, perjanjian bilateral FTA pertama bagi Indonesia. Implementasi IJEPA dibidang: Liberalisasi perdagangan dan investasi dengan menghapus/ mengurangi hambatan perdagangan (bea masuk) dan investasi (perbaikan dan kepastian hukum); Fasilitasi perdagangan dan investasi mencakup kerja sama standarisasi, bea cukai, pelabuhan dan jasa perdagangan. Upaya bersama memperbaiki iklim investasi dan meningkatkan kepercayaan investor/ pebisnis Jepang; Capacity building yang merupakan mekanisme kerja sama peningkatan daya saing produsen Indonesia.
Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI 2010 - 2014
5
1.2.
Permasalahan dan Tantangan
1.2.1. Permasalahan Sektor
perdagangan
perekonomian nasional
dalam
melaksanakan
perannya
di
bidang
menghadapi beberapa permasalahan sebagai
tantangan yang perlu ditanggapi dan ditindaklanjuti. Permasalahan perdagangan internasional muncul dari lingkungan eksternal dan internal. Permasalahan eksternal mencakup antara lain tindakan atau kebijakan negara mitra dagang yang menghambat akses pasar ekspor Indonesia, adanya peningkatan penerapan hambatan non-tarif lainnya; serta meningkatnya blok-blok kerja sama pasar bebas. Adapun masalah perdagangan
internasional
yang muncul dari
lingkungan
internal
mencakup antara lain kurang tersosialisainya hasil kesepakatan kerja sama perdagangan internasional di kalangan para pembuat kebijakan nasional dan belum memadainya jumlah sumber daya manusia yang mampu mengamankan kebijakan nasional di bidang investasi dan perdagangan. Selain itu, pemanfaatan hasil kesepakatan kerja sama perdagangan internasional oleh dunia usaha juga dirasakan belum optimal. Akses dan pengamanan pasar luar negeri masih terkendala oleh beberapa aspek seperti stagnannya Doha-Round WTO, kapasitas kelembagaan pengamanan
perdagangan
luar
negeri
yang
belum
memadai,
kecenderungan negara-negara menerapkan tindakan nontarif, dan permasalahan - permasalahan spesifik lainnya sesuai forum masingmasing antara lain: a. Stagnasi Doha-Round WTO Stagnasi Doha-Round WTO terutama ditandai adanya masih terdapatnya perbedaan di beberapa isu
pokok dan bersifat politis di tiga isu
perundingan utama yaitu: (1) Pertanian ; (2) Non Pertanian (NonAgricultural Market Access); dan (3) Jasa (Services), utamanya terkait dengan isu penerapan prinsip Less than full reciprocity bagi Negara
Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI 2010 - 2014
6
berkembang.
Selain itu terdapat beberapa isu lainnya seperti: rules,
trade facilitation, trade and environment, trade related intelectual properties dan trade and development yang dianggap belum cukup untuk menampung kepentingan negara berkembang. Masih terdapatnya perbedaan posisi antara negara maju dan negara berkembang di hampir setiap isu perundingan, sangat menyulitkan untuk dapat segera menyepakati seluruh modalitas perundingan, karena prinsip penyelesaiaan seluruh isu putaran Doha berisfat single undertaking. Indonesia berkepentingan di semua isu. Secara khusus untuk bidang pertanian, Indonesia memperjuangkan terbentuknya Special Product (SP) dan Special Safeguard Mechanism (SSM) di forum WTO. Isu SP dan SSM tersebut
berkaitan
langsung
dengan
pengentasan
kemiskinan,
pembangunan pedesaan, dan ketahanan pangan bagi bangsa Indonesia. Pemerintah Indonesia telah menyusun aturan tentang Special Products (SP) dan Special Safegaurds Mechanism (SSM) agar kepentingan petani Indonesia terlindungi dari serbuan impor produk pertanian dari negara mitra dagang. Selain itu, bersama-sama dengan Negara lainnya Indonesia juga memperjuangkan penurunan subsidi domestik dan penghapusan subsidi ekspor, serta pembukaan akses pasar produk-produk ekspor Negara berkembang di pasar Negara maju. Proses Penyelesaian Putaran Doha Development Agenda WTO ini merupakan masalah yang harus ditangani secara optimal. b.
Kecenderungan Peningkatan Hambatan Non-tarif
Selain itu, permasalahan yang masih dan akan dihadapi oleh produk Indonesia
di
pasar
global
adalah
kecenderungan
negara-negara
meningkatkan hambatan nontarif seiring dengan menurunnya hambatan tarif dan kecenderungan semakin banyaknya tuduhan dumping, subsidi dan safeguards dari negara mitra dagang akibat dari krisis global di bidang ekonomi. Aspek kualitas dan standar produk Indonesia, terutama
Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI 2010 - 2014
7
yang terkait dengan isu lingkungan dan kesehatan, merupakan hambatan nontarif yang sering dihadapi terutama untuk produk pertanian dan perikanan. Sebagai bagian upaya dari penetrasi ekspor terutama pada pasar nontradisional, maka pemanfataan berbagai skema perdagangan seperti imbal dagang sebagai alternatif pola perdagangan perlu lebih dioptimalkan. c.
Peningkatan Integrasi Ekonomi ASEAN, ASEAN - Mitra dan Sub- Regional
Perekonomian Negara-negara Anggota ASEAN sesungguhnya tidak bersifat complementer. Oleh sebab itu, implementasi penuh CEPT-AFTA mulai 1 Januari 2010 justru semakin meningkatkan persaingan di antara sesama Negara Anggota ASEAN. Persaingan di kawasan ini juga semakin meningkat dengan diimplementasikannya kesepakatan FTA antara ASEAN dengan negara Mitra ASEAN. Kondisi ini pada akhirnya akan mengarah pada proses regional division of labour dimana negara anggota yang paling efisien dalam memproduksi suatu barang akan mengungguli pesaingnya sesama anggota ASEAN. Dalam konteks ini maka peningkatan daya saing dan kapasitas nasional merupakan kunci untuk dapat memenangkan persaingan tidak saja dalam lingkup intra-ASEAN tetapi juga dengan negara Mitra ASEAN. Sementara itu, permasalahan juga dihadapi dalam pengembangan kerjasama sub-regional BIMP-EAGA dan IMT-GT, terutama dengan lemahnya koordinasi antara Pusat dan Daerah, antar Pemerintah Daerah serta antara Pemerintah dan dunia usaha. Permasalahan lain yang cukup mendasar sifatnya adalah kurangnya komitmen untuk mengimplementasikan berbagai kesepakatan internal dan eksternal ASEAN serta subregional antara lain untuk menyesuaikan berbagai kebijakan dan peraturan yang ada dengan kesepakatankesepakatan
yang
telah
dicapai.
Koordinasi
kebijakan
dan
implementasinya di Tanah Air juga merupakan masalah tersendiri karena berpengaruh langsung pada tingkat daya saing perekonomian nasional yang relatif lemah saat ini dibanding beberapa negara anggota ASEAN. Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI 2010 - 2014
8
d. Permasalahan pada Kerja Sama Perdagangan Bilateral
Kerja sama perdagangan bilateral lazimnya dilaksanakan antara dua Negara yang mempunyai hubungan diplomatic untuk mencapai suatu tujuan tertentu dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan Negara, ke dua pihak tersebut menandatangai suatu persetujuan atau Agreement yang nantinya akan menjadi payung bagi semua bentuk kerjasama bilateral. Dalam menjalin kerja sama bilateral, Indonesia perlu memperhatikan potensi dan keadaan perekonomian dari Negara mitra dagang tersebut. Dalam rangka peningkatan akses pasar ke Negara mitra dagangan perlu adanya klasifikasi Negara mitra dagang menjadi tiga bagian yaitu: Pasar tradisional, Pasar Nontradisional, Pasar Alternatif. Namun demikian, dalam melakukan kerjasama perdagangan bilateral dengan negara mitra masih terdapat kendala dan permasalahan yang dihadapi yaitu masalah internal dan eksternal dalam perdagangan bilateral. Permasalahan internal antara lain adalah a) infrastruktur yang belum memadai; b) ketenagakerjaan yang belum terpecahkan; c) masalah penyelundupan dan kepastian hukum; d) belum berkembangnya industri pendukung yang kompetitif; e) kurangnya nilai tambah bagi produk SDA; f) kurang bersaingnya mutu produk Indonesia; g) regulasi domestik yang masih menghambat iklim usaha dan berpotensi mendorong high cost economy; h) rendahnya daya saing beberapa produk Industri Kecil dan Menengah (IKM); i) ketergantungan impor bahan baku bagi industri tekstil dan produk tekstil; dan j) eksportir yang merasa kurang dihargai. Permasalahan eksternal antara lain adalah a) persaingan global yang semakin tajam terutama dengan China, Vietnam, Malaysia dan Thailand; b) hambatan non tarif (non tariff barrier) semakin meningkat diterapkan oleh negara-negara maju; c) munculnya blok-blok perdagangan dunia oleh negara- negara maju seperti AFTA, NAFTA, APEC, MEE yang cenderung lebih bersifat proteksionisme. Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI 2010 - 2014
9
e. Permasalahan pada kerja sama APEC dan Organisasi Internasional Lainnya
Permasalahan
kerja
sama
ekonomi,
khususnya
perdagangan
dan
investasi, di kawasan Asia-Pasifik pada fora Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) semakin mengarah pada usaha meningkatkan komitmen untuk mengarahkan APEC menjadi fora yang bersifat binding dan mandatory melalui usulan kawasan perdagangan bebas Asia-Pasifik (Free Trade Area on the Asia-Pacific – FTAAP) dan kesepakatan kerja sama
ekonomi
Trans-Pasifik
(Trans
Pacific
Strategic
Economic
Partnership Agreement – TPP). Arah pembahasan ini untuk sementara masih belum dapat diterima dimana penyelesaian tujuan APEC yang terdapat dalam Bogor Goals yaitu untuk mencapai perdagangan dan investasi yang bebas dan terbuka di kawasan Asia-Pasifik masih terus berlanjut, antara lain penialaian pencapaian bagi ekonomi berkembang di tahun 2020, dan pekerjaan rumah bagi ekonomi maju pasca penilaian di tahun 2010. Selain itu, kebijakan perdagangan Indonesia yang berfokus pada upaya penyelesaian perundingan putaran Doha di fora WTO masih menjadi prioritas Indonesia dalam pelaksanaan kerja sama perdagangan. Selain pengarahan APEC menjadi fora yang bersifat binding dan mandatory , pembahasan-pembahasan kerja sama perdagangan di APEC di bidang akses dan fasilitasi perdagangan dan investasi yang tercermin antara lain melalui proposal-proposal inisiatif, guidelines, program kerja, dan sebagainya cenderung mengarah kepada pembukaan akses pasar bagi ekonomi maju, sementara agenda peningkatkan kapasitas dan kekuatan bagi ekonomi berkembang dalam menyikapi terbukanya pasar domestic maupun upaya peningkatan akses pasar relative bersifat umum dan tidak spesifik. Selain kerja sama ekonomi di tingkat regional seperti APEC, dilakukan pula kerja sama ekonomi melalui organisasi komoditi internasional. Kerja sama komoditi, secara umum bertujuan untuk meningkatkan kerja sama
Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI 2010 - 2014
10
antar produsen seperti pada Association of Natural Rubber Producing Countries (ANRPC), Asian and Pacific Coconut Community (APCC), International Pepper Community (IPC), International Tripartite Rubber Council (ITRC) atau antar produsen dan konsumen seperti International Coffee Organization (ICO), International Cocoa Organization (ICCO), dalam hal budidaya, pemasaran dan bantuan teknis yang semuanya ditujukan untuk peningkatan taraf hidup petani. Fungsi organisasi komoditi internasional tetap diarahkan untuk menstabilkan harga komoditi dan keseimbangan supply-demand. Kerja sama komoditi dibahas dalam pertemuan tahunan maupun pertemuan komite-komite. Melalui organisasi komoditi internasional tersebut, setiap Negara dapat mengajukan proposal-proposal yang dapat mengarah pada kemudahan akses pasar, bantuan teknis dalam budidaya atau penanganan produksi serta asistensi terkait penyediaan dan pengolahan data. Diperlukan inisiatif dari Negara anggota untuk dapat mengajukan dan memperjuangkan agar proposal-proposal tersebut dapat disetujui dan diimplementasikan. Disamping itu, mengingat dalam kerja sama
komoditi penyediaan data
sangat
penting untuk menjaga
keseimbangan supply-demand dan stabilitas harga maka perlu ditata kembali konsistensi dan validitas data komoditi Indonesia. 1.2.2. Tantangan Kerja sama perdagangan Internasional di Indonesia menghadapi tantangan terkait dengan lingkungan eksternal berupa kondisi makro perekonomian internasional yang secara langsung berpengaruh terhadap jalannya perundingan. Untuk periode 2010 – 2014, Diplomasi perdagangan akan dititikberatkan pada Negara Brazil, Rusia, India, dan RRT. Isu lingkungan juga perlu ditangani dengan diplomasi perdagangan yang baik mengingat hal tersebut akan menjadi pertimbangan kebijakan impor dunia. Tantangan internal lima tahun ke depan adalah penanganan perundingan perdagangan internasional. Konsolidasi penyusunan posisi runding dalam TIMNAS PPI perlu mendapat perhatian khusus terutama penyusunan data Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI 2010 - 2014
11
base kepentingan nasional sesuai dengan yang diemban oleh masing – masing instansi. Di bidang implementasi kesepakatan kerja sama perdagangan internasional terdapat tantangan pengamanan kebijakan terkait bidang perdagangan yang diterbitkan oleh Instansi selain Kementerian
Perdagangan.
Berdasarkan
pengalaman
tahun
tahun
sebelumnya, tantangan berat yang harus dihadapi oleh Ditjen Kerja Sama Perdagangan Internasional adalah pengamanan kebijakan nasional terkait perdagangan. Isu yang sering menjadi masalah adalah belum adanya komitmen
kuat
instansi
terkait
untuk
menjadikan
kesepakatan
persetujuan perdagangan sebagai rujukan pembuatan kebijakan terkait bidang perdagangan. Selain itu, masing – masing forum akan memiliki tantangan spesifik antara lain: a. Pemanfaatan Integrasi Ekonomi ASEAN, ASEAN - Mitra dan Sub- Regional
Perkembangan kerja sama dalam lingkup ASEAN, ASEAN–Mitra dan subregional
menuntut
kemampuan
Indonesia
tidak
saja
untuk
ikut
membentuk arah kerja sama di dalam forum-forum tersebut, tetapi juga memetik manfaat yang sebesar-besarnya dari kerja sama dimaksud bagi sebesar-besarnya kepentingan Indonesia. Hal yang perlu diperhitungkan adalah bahwa kerja sama dalam forum ASEAN, ASEAN-Mitra dan subreginal tidak terjadi dalam sebuah vacuum tetapi secara dinamik dipengaruhi oleh lingkungan strategisnya. Pengembangan East Asian Summit dengan bergabungnya Amerika Serikat dan Rusia, pembahasan pembentukan Free Trade Area of the Asia-Pacific, serta perkembangan Pacific Four Strategic Economic Partnership atau P4 menuju Trans Pacific Strategic Economic Partnership atau TPP, merupakan beberapa contoh dari tingginya dinamika kerja sama ekonomi dan perdagangan di kawasan ini. Indonesia perlu memanfaatkan momentum pertumbuhan kerja sama regional ini secara maksimal. Hal ini dapat diwujudkan apabila berbagai permasalahan
di
Tanah
Air
dapat
diperbaiki
terutama
dengan
memperbaiki koordinasi perumusan dan pelaksanaan kebijakan yang
Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI 2010 - 2014
12
sejalan dengan proses integrasi ekonomi regional. Koordinasi kebijakan juga sangat diperlukan dalam konteks perumusan posisi runding agar Indonesia dapat menentukan tidak saja posisi “defensive” tetapi juga posisi “offensive” yang dapat semakin membuka akses pasar Indonesia di ASEAN dan negara mitra ASEAN. b. Tantangan kerja sama APEC dan Organisasi Internasional Lainnya
Pembahasan APEC menjadi fora yang bersifat binding dan mandatory dan pembahasan-pembahasan kerja sama yang mengarah kepada pembukaan akses pasar serta peningkatan kapasitas dan asistensi teknis yang bersifat umum,
merupakan
tantangan
yang
harus
dihadapi
dengan
memaksimalkan peran diplomasi perdagangan guna menjaga kepentingan Indonesia. Pembahasan-pembahasan konektifitas, perdagangan barang dan jasa terkait lingkungan, hambatan non tariff, dan fasilitasi perdagangan yang mencakup behind, at, dan across the border, perlu dikawal dengan baik sehingga tidak keluar dari koridor kerja sama APEC dan sesuai dengan arah kebijakan pemerintah Indonesia. Selain itu, tantangan yang juga perlu mendapat perhatian serius adalah pertemuan penyelenggaraan APEC tahun 2013di Indonesia. Kesempatan ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pencitraan Indonesia di mata internasional, memaksimalkan pemanfaatan skim-skim capacity building, serta memperoleh dukungan bagi program kerja nasional di berbagai bidang khususnya untuk meningkatkan domestic connectivity. Dengan
mengemukanya
masalah
kesehatan,
keselamatan
dan
perlindungan terhadap lingkungan, kebijakan diplomasi perdagangan dalam kerangka kerja sama komoditi semakin dititikberatkan pada peningkatan mutu dan pemenuhan standar komoditi. Guna meningkatkan ekspor, sebagai organisasi komoditi antar produsen, Indonesia bersama-sama Negara anggota lainnya perlu bekerja sama untuk memperluas pasar terutama pasar non tradisional bagi pemasaran
Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI 2010 - 2014
13
produk-produk bahan mentah dan produk olahan/bernilai tambah. Keberadaan organisasi komoditi internasional tersebut harus dioptimalkan agar dapat memberikan manfaat maksimal bagi kepentingan Negara produsen. Untuk
periode
2011-2012,
Indonesia
akan
menjadi
tuan
rumah
pelaksanaan Sidang IPC, ITRC dan ANRPC. Hal ini dapat dijadikan momentum untuk menunjukkan eksistensi Indonesia sebagai Negara produsen kedua terbesar dunia khususnya lada dan karet alam. Tantangan ke depan adalah agar diplomasi perdagangan yang diterapkan dalam organisasi komoditi internasional dapat dioptimalkan untuk memberikan manfaat bagi kepentingan Indonesia. Indonesia harus semakin dapat memanfaatkan organisasi komoditi internasional tersebut untuk dapat memperoleh program-program kerjasama, proyek-proyek teknis dan peningkatan kapasitas. Kebijakan yang diberlakukan oleh negara mitra dagang, yang bertujuan untuk melindungi industri dalam negeri. Kebijakan untuk melindungi barang-barang dalam negeri dari persaingan barang-barang impor disebut proteksi. Proteksi dalam perdagangan internasional terdiri atas kebijakan tarif, kebijakan non tarif, larangan impor, subsidi, dan dumping. c. Tantangan kerja sama perdagangan bilateral
Kebijakan perdagangan yang diberlakukan di negara mitra dagang berpengaruh
terhadap
perdagangan
bilateral.
Kebijakan
tersebut
beragam bentuknya dari pengenaan tariff sampai hambatan non-tariff. Kedua bentuk kebijakan perdagangan tersebut diberlakukan oleh negaranegara
pengimpor
Pengenaan
tarif,
dengan
berbagai
peraturan
teknis
macam untuk
maksud alasan
dan
tujuan.
keamanan
dan
pemberlakuan standar teknis merupakan bentuk-bentuk hambatan teknis perdagangan yang paling umum diberlakukan oleh negara-negara maju dalam mengimport produk.
Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI 2010 - 2014
14
Negara-negara berkembang yang merupakan penyedia utama juga memberlakukan hambatan perdagangan yang membatasi atau mengatur ekspor. Bentuk hambatan perdagangan yang paling umum diberlakukan adalah pengenaan pajak eksport dengan maksud untuk memperoleh pemasukan bagi pemerintah. Bentuk tantangan perdagangan non-tariff yang biasa diberlakukan oleh negara-negara maju (pasar tradisional) berupa : issue lingkungan RED, kesehatan manusia dan lingkungan REACH, lingkungan FLEGT, Lacey Act, REDD, lingkungan IUU Fishing, tuduhan dumping, standar produk (pre to post production), sanitary phytosanitary
(Lalat buah, kandungan
pewarna), peraturan untuk alasan kesehatan dan keamanan (health and safety regulations), pengendalian untuk perlindungan species (species protection controls) melalui penerapan CITES, pemberlakuan standar mutu dan standar teknis (quality and technical standards), dan kebijakan dan kendali oleh Pemerintah Untuk pasar non tradisional tantangan yang dihadapi antara lain; tarif bea masuk
yang
masih
tinggi,
legalisasi
dokumen
ekspor,
prosedur
kepabeanan yang memiliki prosedur yang sulit, trade financing, pelarangan impor, tuduhan dumping, visa kunjungan, transportasi, dan kebijakan investasi di mitra dagang. d. Tantangan kerja sama perdagangan multilateral Para pemimpin dunia di berbagai forum internasional seperti G20 dan APEC Leaders meeting telah memberikan sinyal komitmen politik yang kuat untuk penyelesaian Doha Development Agenda (DDA – WTO) dan menyadari penuh bahwa pada tahun 2011 adalah tahun penting untuk mencapai penyelesaian tersebut. Penyelesaian DDA-WTO sangat diharapkan terutama oleh Negara-negara berkembang, mengingat apabila DDA-WTO gagal akan menimbulkan dampak-dampak seperti: a). Proliferasi bilateral dan regional FTA akan membawa kepada:
Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI 2010 - 2014
15
i) “Trade diversion” karena akses pasar hanya terbatas pada anggota FTA, dan ii) Menuntut pengerahan sumber daya optimal di bidang negosiasi. b). Negara berkembang akan dirugikan karena ketimpangan hasil Uruguay Round tidak akan bias diatasi secara proporsional. c). Prinsip
“MFN, S & D Treatment, Transparansi, less
reciprocity”
tidak
akan
diberlakukan
dan
dengan
then full demikian
berpotensi mengakibatkan diskriminasi perdagangan tertutama bagi Negara berkembang. Sehingga dengan penyelesaian DDA-WTO, peraturan yang diciptakan diharapkan akan memberi negara berkembang akses lebih besar dan akan menjadikan perdagangan sebagai satu jalan mengatasi kemiskinan dengan cara negara maju memberi akses pasar kepada negara berkembang. Oleh sebab itu Negara-negara berkembang harus menghadapi tantangan untuk terus berperan aktif dan konstruktif dalam setiap negosiasi, baik substansi maupun prosesnya yang merupakan syarat mutlak jika tidak ingin”kalah” dalam diplomasi perdagangan multilateral. Sebab, sekali suatu isu disepakati, hal itu akan mengikat (binding) san dan sangat sukar untuk mengubahnya. Dengan demikian, tantangan utama bagi Indonesia dalam kerja sama perdagangan multilateral mencakup tiga hal, yakni : a.
Tantangan dalam memperjuangkan kepentingan offensive dan defensive di dalam kerangka penyelesaian DDA-WTO;
b.
Bagaimana mensosialisikan kepada seluruh warga Indonesia agar dapat memanfaatkan kesempatan akses pasar secara optimal dan,
c.
Memperkuat pengamanan perdagangan dalam negeri terhadap kepentingan negara anggota WTO lainnya.
Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI 2010 - 2014
16
BAB II VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN 2.1 Visi Dalam rangka mewujudkan cita-cita yang ingin dicapai dalam jangka menengah dan panjang yang selaras dengan Kementerian Perdagangan, maka visi Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional tahun 2010-2014 yang ditetapkan sesuai dengan visi Kementerian Perdagangan yaitu: “Perdagangan Sebagai Sektor Penggerak Pertumbuhan dan Daya Saing Ekonomi serta Pencipta Kemakmuran Rakyat Yang Berkeadilan” 2.2 Misi Dalam
proses
mendukung
misi
Kementerian
Perdagangan
yaitu
”Meningkatkan kinerja ekspor nonmigas secara berkualitas” dan mewujudkan 2 (dua) tujuan Kementerian Perdagangan, Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional mengemban misi sebagai berikut: 1. Meningkatkan akses pasar ekspor melalui diplomasi perdagangan; 2. Mengamankan kebijakan perdagangan nasional di forum internasional. 2.3 Tujuan Sebagai penjabaran dari Visi dan Misi Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional, maka tujuan program peningkatan Kerja Sama perdagangan internasional yang ingin dicapai adalah: 1. Peningkatan partisipasi aktif dalam perundingan perdagangan barang dan jasa di berbagai fora internasional (Multilateral, ASEAN, Bilateral, APEC, dan Organisasi Internasional Lainnya) guna meningkatkan pembukaan akses pasar. 2. Pengamanan kebijakan perdagangan nasional di fora internasional. 3. Peningkatan layanan Informasi hasil diplomasi perdagangan guna meningkatkan pemanfaatan hasil-hasil perundingan. Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI 2010 - 2014
17
4. Peningkatan dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya guna mendukung terwujudnya good governance dalam rangka peningkatan kerja sama perdagangan internasional.
Gambar 2.1. Keterkaitan antara Tujuan Kementerian Perdagangan dengan Misi dan Tujuan Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional
2.4 Sasaran Sasaran merupakan indikator kinerja Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan
Internasional
dalam
pencapaian
tujuan
yang
telah
ditetapkan. Selama periode 2010-2014, sasaran yang ingin dicapai oleh Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional adalah: 1. Meningkatnya kerja sama perdagangan internasional dalam rangka peningkatan akses pasar ekspor a. Target yang ingin dicapai pada periode 2010−2014 adalah hasil perundingan dan kerja sama Perdagangan Internasional sebanyak 140 (seratus empat puluh) hasil perundingan di tahun 2010 dan diharapkan dapat dicapai sebanyak 258 (dua ratus lima puluh delapan) hasil perundingan di tahun 2014. Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI 2010 - 2014
18
Tabel 2-1 Target Peningkatan Hasil Perundingan Indikator
Target
Jumlah hasil perundingan Perdagangan Internasional
2010
2011
2012
2013
2014
140
197
221
241
258
b. Target yang ingin dicapai pada akhir periode 2010−2014 adalah pemenuhan Asean Economic Community (AEC) Scorecard dari 70% di tahun 2010 diharapkan dapat menjadi 90% di tahun 2014 Tabel 2-2 Target Pemenuhan AEC Scorecard Target Indikator
Presentase Pemenuhan Asean Economic Community (AEC) Scorecard
c. Target
yang
ingin
dicapai
2010
2011
2012
2013
2014
70%
87%
89%
90%
90%
pada
periode
2010−2014
adalah
kesepakatan kerja sama perdagangan yang diratifikasi sebanyak 7 (tujuh) kesepakatan di tahun 2010 dan sebanyak
2 (dua)
kesepakatan di tahun 2014. Tabel 2-3 Target Kesepakatan yang Diratifikasi Target Indikator
Jumlah kesepakatan kerja sama perdagangan yang diratifikasi
d. Target
yang
ingin
dicapai
2010
2011
2012
2013
2014
7
8
7
2
2
pada
periode
2010−2014
adalah
peningkatan partisipasi perundingan Perdagangan Internasional sebanyak 174 (seratus tujuh puluh empat) perundingan di tahun 2010 dan sebanyak 327 (tiga ratus dua puluh tujuh) perundingan di tahun 2014.
Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI 2010 - 2014
19
Tabel 2-4 Target Partisipasi Perundingan Perdagangan Internasional Target Indikator Jumlah partisipasi perundingan Perdagangan Internasional
2010
2011
2012
2013
2014
174
243
267
295
317
2. Meningkatnya kerja sama perdagangan internasional dalam rangka pengamanan kebijakan perdagangan RI di forum internasional Target yang ingin dipertahankan pada periode 2010−2014 untuk persentase isu kebijakan perdagangan RI yang dapat diklarifikasi di berbagai fora internasional adalah 100%. Tabel 2-5 Target Pengamanan Kebijakan Perdagangan Nasional di Forum Internasional Target Indikator Persentase isu kebijakan perdagangan RI yang dapat diklarifikasi di berbagai fora internasional
2010
2011
2012
2013
2014
100%
100%
100%
100%
100%
3. Meningkatnya kualitas layanan Informasi hasil dan proses diplomasi perdagangan internasional. Tabel 2-6 Target layanan Informasi hasil dan proses diplomasi perdagangan internasional Indikator
Target 2010
Persentase pemahaman terhadap hasil kerja sama perdagangan internasional (sample dunia usaha pada sosialisasi Ditjen KPI) Jumlah pengakses website Ditjen KPI
1.0 Juta
2011
2012
2013
2014
50%
55%
60%
65%
1.4 Juta
1.6 Juta
1.9 Juta
2.1 Juta
a. Target yang ingin dicapai pada periode 2010−2014 adalah persentase pemahaman terhadap hasil kerja sama perdagangan internasional (sample dunia usaha pada sosialisasi Ditjen KPI) Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI 2010 - 2014
20
dengan rata-rata 50% di tahun 2010 dan menjadi 65% di tahun 2014. b. Target yang ingin dicapai pada periode 2010−2014 adalah meningkatnya pengunjung website Ditjen KPI sebanyak 1 Juta pengunjung website di tahun 2010 dan sebanyak 2.1 juta di tahun 2014. 4. Meningkatnya dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya dalam rangka peningkatan kerja sama perdagangan internasional
Gambar 2.2. Keterkaitan antara Tujuan dengan Sasasaran Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional
Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI 2010 - 2014
21
BAB III STRATEGI DAN KEBIJAKAN Dalam melakukan diplomasi perdagangan lima tahun ke depan, Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional mengacu pada kebijakan perdagangan luar negeri sesuai prioritas nasional yaitu ”Peningkatan daya saing produk ekspor nonmigas melalui diversifikasi pasar serta peningkatan keberagaman dan kualitas produk ekspor ”. 3.1 Strategi dan Arah Kebijakan Kementerian Perdagangan Pembangunan perdagangan dalam lima tahun ke depan akan berlandaskan pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 20052025 yang dijabarkan ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010−2014, serta bertumpu pada keseimbangan antara pembangunan perdagangan dalam negeri dan pembangunan perdagangan luar negeri. Artinya, peningkatan pertumbuhan ekspor nonmigas dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi harus diiringi dengan penguatan perdagangan
dalam
negeri
untuk
menjaga
kestabilan
harga
dan
ketersediaan barang di dalam negeri serta menciptakan iklim usaha yang sehat. Secara umum arah kebijakan dan strategi Kementerian Perdagangan didasari oleh Visi dan Misi Presiden, dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Kabinet Indonesia Bersatu II memiliki 11 (sebelas) Prioritas Nasional dan 8 (delapan) Prioritas Nasional lainnya di Bidang Perekonomian. Dari 11 (sebelas) Prioritas Nasional tersebut, Kementerian Perdagangan akan mendukung pelaksanan 2 (dua) program prioritas tersebut yaitu: (1) Iklim Investasi dan Iklim Usaha; (2) Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana. Sedangkan untuk Prioritas Nasional lainnya di Bidang Perekonomian, Kementerian Perdagangan akan melaksanakan program “Peningkatan Peran
dan
Kemampuan
Republik
Indonesia
dalam
Diplomasi
Perdagangan Internasional”.
Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI 2010 - 2014
22
Fokus Prioritas Pembangunan Perdagangan Luar Negeri untuk tahun 2010 – 2014 yang terkait dengan Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional: 1. Peningkatan diversifikasi pasar tujuan ekspor yang didukung oleh kegiatan prioritas: a. Peningkatan
Peran
dan
Kemampuan
Diplomasi
Perdagangan
Internasional (Kegiatan Prioritas Nasional Lainnya di bidang Perekonomian dan Bidang); b. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan Bilateral (Kegiatan Prioritas Bidang); c.
Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan ASEAN (Kegiatan Prioritas Bidang).
2. Peningkatan kualitas dan keberagaman produk ekspor, yang didukung oleh kegiatan prioritas: a. Peningkatan Kerja Sama di Bidang Perdagangan Jasa (Kegiatan Prioritas Bidang). Arah kebijakan dalam lima tahun ke depan adalah mendukung peningkatan pertumbuhan ekspor non migas termasuk jasa sesuai target pada Rencana Strategis Kementerian Perdagangan 2010 - 2014 dengan menitikberatkan pada peningkatan diplomasi perdagangan (trade diplomacy) dalam hal pembukaan akses pasar. Arah kebijakan kerja sama perdagangan internasional yang sesuai dengan Pokok Pikiran pada Rencana Strategis Kementerian Perdagangan 2010 – 2014 adalah pengembangan kebijakan dan diplomasi perdagangan dengan senantiasa menjaga kepentingan nasional (terutama yang terkait dengan peningkatan akses pasar serta pengamanan kebijakan perdagangan nasional di forum internasional), integritas wilayah dan pengamanan kekayaan SDA nasional.
Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI 2010 - 2014
23
3.2 Strategi dan Kebijakan Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional Kepentingan
Indonesia
dalam
perdagangan
internasional
harus
diperjuangkan melalui berbagai fora internasional dengan strategi multitrack. Strategi ini diterapkan agar berbagai kesempatan atau peluang yang
ada
dapat
dimanfaatkan
untuk
memajukan
kepentingan
perdagangan Indonesia secara efektif. Langkah–langkah yang akan ditempuh oleh Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional adalah: 1. Peningkatan partisipasi aktif dan kepemimpinan dalam forum multilateral dan regional. 2. Peningkatan kemitraan ekonomi dan perdagangan bilateral yang strategis. 3. Pengamanan kebijakan perdagangan nasional di berbagai fora internasional. Strategi
multi-track
tersebut
dilaksanakan
melalui
peningkatan
keterkaitan kerja di antara berbagai elemen kunci dalam pelaksanaan diplomasi perdagangan, yang dapat digambarkan dalam bagan berikut:
Gambar 3.1 Alur Kerja Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional
Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI 2010 - 2014
24
Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional akan senantiasa meningkatkan peran diplomasi Indonesia di dunia internasional dengan memperhatikan masukan dari seluruh pihak yang terkait baik dunia usaha, akademisi, LSM, instansi terkait, pemerintah daerah, dan perwakilan perdagangan RI di luar negeri. Perwakilan perdagangan RI di luar negeri merupakan ujung tombak Kementerian Perdagangan di negara akreditasi yang perlu dioptimalkan. Perwakilan ini dapat menggali informasi dan data yang diperlukan untuk memperkuat posisi runding Indonesia. Posisi – posisi negara mitra dagang dapat diketahui lebih dini dari perwakilan tersebut sehingga Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional mampu memiliki dasar informasi yang lebih kuat untuk menyusun posisi Peningkatan koordinasi dengan instansi terkait dalam rangka menyusun posisi Indonesia
dilakukan
perdagangan.
untuk
Pemberdayaan
mencapai
keberhasilan
masyarakat
juga
dalam
dilakukan
diplomasi
agar
semua
pemangku kepentingan memiliki satu pandangan dalam menggambarkan kepentingan Indonesia di forum internasional. Hal tersebut dilakukan agar hasil kerja sama perdagangan internasional dapat dimanfaatkan secara optimal. Posisi dan strategi perundingan perdagangan internasional harus dirumuskan dan diperjuangkan berdasarkan kepentingan nasional secara komperehensif, terpadu dan terkoordinasi sehingga secara optimal mampu mendukung rencana, program dan pelaksanaan pembangunan nasional, khususnya meningkatkan
dan
mempertahankan
akses
pasar
internasional
guna
meningkatkan pertumbuhan ekspor non migas sesuai target Kementerian Perdagangan. Hasil – hasil kerja sama perdagangan internasional selain dapat membuka akses pasar juga dapat mengamankan kebijakan perdagangan nasional serta mendapatkan capacity building dan technical assistance sesuai kepentingan nasional. Kebijakan – kebijakan perdagangan yang dibuat oleh Indonesia harus dapat dipertahankan di berbagai fora internasional sehingga tidak
Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI 2010 - 2014
25
melanggar ketentuan perdagangan internasional. Dengan terjalinnya kerja sama perdagangan internasional dengan negara mitra dagang, Indonesia dapat menegosiasikan capacity building dan technical assistance dari negara tersebut sebagai salah satu dari kerja sama yang disepakati. Perdagangan
jasa
yang
saat
ini
kerap
menjadi
perhatian
karena
pertumbuhannya yang semakin meningkat merupakan salah satu kegiatan baru yang diemban oleh Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional. Hal ini juga sejalan dengan Rencana Strategis Kementerian Perdagangan dimana Ditjen KPI akan berpartisipasi aktif dalam perundingan perdagangan jasa untuk meningkatkan keberagaman produk ekspor. Mengingat bertambahnya hambatan perdagangan di dunia, maka diplomasi perdagangan sangat diperlukan. Produk – produk ekspor tertentu antara lain CPO dan coklat lebih membutuhkan diplomasi dibandingkan dengan produk lainnya. Oleh sebab itu, Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional akan memberikan perhatian khusus pada produk-produk yang lebih memerlukan pendekatan diplomasi tersebut. Sesuai dengan amanah dari Rencana Strategis Kementerian Perdagangan, diplomasi perdagangan juga akan menitikberatkan pada peningkatan diversifikasi tujuan ekspor. Peran diplomasi perdagangan Indonesia dengan negara non utama (pasar non tradisional) perlu ditingkatkan sehingga mampu menurunkan kebergantungan pasar ekspor Indonesia kepada negara – negara utama (pasar tradisional). Indonesia yang tetap mengalami pertumbuhan ekonomi walau dilanda krisis karena berkurangnya ketergantungan pasar Indonesia terhadap negara utama merupakan pengalaman dan pembelajaran penting bagi Indonesia. Untuk itu, diplomasi perdagangan ke negara-negara non utama menjadi fokus perhatian Ditjen KPI. Brazil, Rusia, India, dan Cina yang dikenal dengan singkatan BRIC merupakan empat negara yang pertumbuhan ekonominya pesat. Menurut Goldman Sachs, pada tahun 2050, gabungan ekonomi ke-empat negara tersebut akan
Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI 2010 - 2014
26
mengalahkan negara-negara terkaya di dunia saat ini. Oleh sebab itu, Ditjen KPI akan melakukan pendekatan diplomasi ke negara BRIC tersebut untuk dapat mengambil peluang lebih dini dalam perubahan ekonomi di masa mendatang. 3.2.1 Program, Kegiatan, dan Indikator Kinerja Program yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional adalah ”Peningkatan Kerja Sama Perdagangan Internasional”. Arah pelaksanaan Program tersebut: 1. Peningkatan
peran
internasional melalui perdagangan runding
dan
kemampuan
peningkatan partisipasi
internasional,
Indonesia
diplomasi
penyusunan,
dalam
dan
perundingan
perdagangan
pada perundingan peningkatan
posisi
internasional
dan
penyelenggaraan sidang-sidang di dalam negeri pada tingkat bilateral, regional maupun multilateral; 2. Peningkatan kerja sama di bidang perdagangan jasa melalui peningkatan koordinasi dengan instansi terkait dan peningkatan partisipasi pada perundingan-perundingan bidang jasa; 3. Peningkatan kerja sama dan perundingan, dengan mengoptimalkan pemanfaatan fora kerja sama multilateral, ASEAN, APEC, Organisasi Internasional Lainnya dan bilateral, termasuk perjanjian perdagangan Lintas Batas; 4. Peningkatan tatakelola yang baik melalui peningkatan dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya dalam rangka peningkatan kerja
sama
perdagangan
internasional
guna
mewujudkan
good
governance. Program Peningkatan Kerja Sama Perdagangan Internasional selanjutnya terbagi ke dalam 7 (tujuh) kegiatan: 1.
Peningkatan
peran
dan
kemampuan
diplomasi
perdagangan
internasional; 2.
Peningkatan Kerja Sama di Bidang Perdagangan Jasa;
Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI 2010 - 2014
27
3.
Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan Multilateral;
4.
Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan ASEAN;
5.
Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan Bilateral;
6.
Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan APEC dan Organisasi Internasional Lainnya;
7.
Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional.
Berdasarkan hal-hal di atas, maka indikator kinerja program untuk periode 2010-2014 adalah sesuai dengan target yang ditetapkan untuk mencapai sasaran. 3.2.1.1
Peningkatan
peran
dan
kemampuan
diplomasi
perdagangan
internasional Alur pikir pembangunan ekonomi yang dijabarkan dalam prioritas pembangunan Bidang Ekonomi pada RPJMN 2010-2014 (dalam hal ini Kementerian Perdagangan) merupakan salah satu penanggungjawab kegiatan prioritas nasional lainnya di bidang perekonomian. Salah satu kegiatan prioritas nasional yang terdapat pada Direktorat Jenderal Kerja Sama
Perdagangan
Internasional
adalah
Peningkatan
Peran
dan
Kemampuan Diplomasi Perdagangan Internasional. Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya peran dan kemampuan diplomasi perdagangan internasional di berbagai fora internasional. Hal ini dilakukan melalui peningkatan partisipasi aktif di berbagai forum internasional yang mampu meningkatkan hasil perundingan sesuai dengan
kepentingan
nasional
terutama
bagi
peningkatan
dan
pengamanan akses pasar. Sasaran ini mendukung misi Kementerian Perdagangan yaitu “Meningkatkan Kinerja Ekspor Non Migas Secara Berkualitas”. Hal ini bisa ditunjukkan dengan dukungan peningkatan posisi strategis diplomasi Indonesia di bidang perdagangan. Kemampuan diplomasi perdagangan internasional tersebut diharapkan dapat meningkat sehingga Indonesia dapat menjadi “pemeran sentral”
Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI 2010 - 2014
28
dalam
percaturan
kerja
sama
dan
perundingan
perdagangan
internasional. Strategi kerja sama perdagangan internasional diselenggarakan melalui jalur kerja sama perundingan di berbagai fora internasional. Dalam rangka memperkuat hal tersebut, dibentuklah Tim Nasional Perundingan Perdagangan Internasional yang diketuai oleh Menteri Perdagangan. Adapun Tim Nasional untuk Perundingan Perdagangan Internasional (TIMNAS PPI) dimaksud mempunyai tugas untuk: a. Meningkatkan peran aktif Indonesia dalam setiap perundingan perdagangan internasional baik dalam forum multilateral, regional maupun bilateral berdasarkan kepentingan nasional; b. Menganalisa substansi, proses, hasil, dampak dan aspek lain perundingan perdagangan internasional yang akan dibahas dalam suatu perundingan perdagangan internasional terhadap kepentingan nasional; c. Mempersiapkan
dan
merumuskan
posisi
dan
strategi
suatu
perundingan perdagangan internasional berdasarkan kepentingan nasional secara terpadu dan terkoordinasi sehingga secara maksimal mampu
mengamankan
rencana,
program
dan
pelaksanaan
pembangunan nasional, khususnya guna meningkatkan akses pasar internasional mapun pertumbuhan ekonomi nasional; d. Merundingkan dan memperjuangkan posisi dan strategi berdasarkan kepentingan nasional sebagaimana dimaksud dalam huruf c dalam setiap perundingan perdagangan internasional; dan e. Melakukan
sosialisasi
perkembangan
dan
hasil
perundingan
perdagangan internasional kepada instansi/lembaga terkait dan masyarakat baik melalui forum koordinasi, lokakarya, seminar maupun publikasi di media cetak dan elektronik. Optimalisasi dari Tim Nasional Perundingan Perdagangan Internasional perlu diselenggarakan sehingga dapat disusun pemikiran strategis kerja Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI 2010 - 2014
29
sama perdagangan internasional baik jangka pendek maupun jangka menengah yang terpadu dengan kepentingan nasional. Layanan Informasi hasil dan proses diplomasi perdagangan perlu dibenahi sehingga pemanfaatan hasil-hasil diplomasi perdagangan internasional juga dapat meningkat. Dengan meningkatnya pemanfaatan masyarakat tersebut khususnya pelaku usaha, maka peran dan kemampuan diplomasi perdagangan internasional dapat lebih berkontribusi dalam peningkatan ekspor non migas. Berdasarkan hal-hal di atas, maka indikator kinerja kegiatan untuk periode 2010-2014 adalah sebagai berikut: 1. Hasil-hasil perundingan Perdagangan Internasional (MRA, MoU, Agreement, Agreed Minutes, Declaration, Chair Report) 2. Jumlah
partisipasi
aktif
pada
perundingan
perdagangan
internasional; 3. Jumlah penyusunan posisi runding; 4. Jumlah penyelenggaraan sidang internasional di Dalam Negeri; 5. Jumlah sosialisasi hasil kerja sama perdagangan internasional; 6. Jumlah Publikasi kerja sama perdagangan internasional yang diterbitkan. 3.2.1.2
Peningkatan Kerja Sama di Bidang Perdagangan Jasa
Sebagaimana diketahui, perundingan perdagangan di bidang jasa akan dimulai
kembali
sesuai
kesepakatan
dalam
perundingan
Putaran
Uruguay. Selain itu, sebagai anggota WTO, Indonesia selaku anggota WTO berkewajiban antara lain notifikasi di bidang perdagangan jasa untuk disampaikan kepada Sekretariat WTO. Perundingan/negosiasi
bidang
Perdagangan
Jasa
diberbagai
fora
perundingan seperti pada Putaran Uruguay tidak terlepas dari fakta yang menunjukkan bahwa sektor perdagangan jasa pertumbuhannya sangat cepat dibanding dengan sektor perdagangan barang sehingga berdampak Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI 2010 - 2014
30
dalam
peningkatan
pertumbuhan
ekonomi
yang
pada
akhirnya
berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat disuatu negara. Berbagai studi menunjukkan bahwa semakin besar peran sektor jasa dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara maka negara tersebut akan semakin makmur. Oleh karena itu, perkembangan perdagangan jasa sudah menjadi salah satu pilar utama dalam agenda perundingan internasional (multilateral, regional dan bilateral). Menyadari pentingnya sektor jasa yang efisien dan kompetitif, banyak negara dewasa ini melakukan liberalisasi perdagangan jasa baik secara unilateral maupun plurilateral (kerjasama regional dan multilateral). Liberalisasi perdagangan jasa pada dasarnya mencakup langkah-langkah memperluas akses pasar atau mengurangi perlakuan diskriminatif terhadap penyedia jasa asing. Sehubungan dengan banyaknya hambatan perdagangan jasa berakar dari regulasi – regulasi ekonomi domestik, liberalisasi perdagangan jasa memerlukan dukungan langkah-langkah deregulasi ekonomi. Untuk itu, Kementerian Perdagangan yang merupakan 'lead ministry' di bidang perdagangan jasa memiliki kegiatan khusus yang menangani perundingan dan kerja sama perdagangan jasa. Peningkatan Kerja Sama di Bidang Perdagangan Jasa menitikberatkan pada 12 sektor jasa yaitu (1) jasa bisnis; (2) jasa komunikasi; (3) jasa konstruksi dan teknik; (4) jasa distribusi; (5) jasa pendidikan; (6) jasa lingkungan; (7) jasa keuangan; (8) jasa kesehatan; (9) jasa pariwisata; (10) jasa rekreasi; budaya dan olahraga; (11) jasa transportasi; dan (12) jasa lainnya kecuali jasa yang disediakan oleh pemerintah untuk kepentingan publik. Penekanan pada 12 (dua belas) sektor jasa ini dilakukan sejalan dengan fokus
perdagangan
luar
negeri
Rencana
Strategis
Pembangunan
Perdagangan Tahun 2010 – 2014 yaitu peningkatan keberagaman produk ekspor.
Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI 2010 - 2014
31
Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya kerja sama di Bidang Perdagangan Jasa dengan indikator kinerja kegiatan untuk periode 2010-2014 adalah sebagai berikut: 1. Partisipasi aktif dalam perundingan perdagangan jasa di berbagai fora internasional; 2. Posisi runding yang disusun; 3. Hasil perundingan dan kerja sama perdagangan jasa. 3.2.1.2.1 Peningkatan perundingan dan kerja sama multilateral Dalam kerangka kerja sama perdagangan multilateral, Ditjen KPI secara aktif akan terus meningkatkan peran dan kemampuan diplomasi untuk meningkatkan akses pasar dan mengamankan kebijakan perdagangan nasional baik melalui perundingan World Trade Organization (WTO) maupun
perundingan
Doha
Development
Agenda
(DDA).
Upaya
memperoleh hasil maksimal dalam rangka pengamanan kepentingan nasional bidang perdagangan di forum multilateral terutama di WTO menjadi dasar utama pertimbangan Indonesia berpartisipasi dalam meja perundingan maupun forum diskusi. Kepentingan untuk megamankan hak – hak Indonesia dalam setiap kesepakatan multilateral menjadi pedoman dasar perundingan. Indonesia akan terus melakukan pendekatan baik formal maupun informal dengan negara-negara kunci untuk memajukan perundingan DDA-WTO yang fokus pada 7 isu yaitu Pertanian, Non Pertanian, Jasa, Rules,
Hak
atas
Kekayaan
Intelektual,
Fasilitasi
Perdagangan,
Perdagangan dan Lingkungan melalui strategi offensif dan defensif. Strategi offensif adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam rangka meningkatkan ekspor Indonesia melalui perjuangan akses pasar untuk produk-produk Indonesia, sedangkan strategi defensif adalah langkahlangkah yang dilakukan dalam rangka mengamankan produk-produk Indonesia dari hambatan perdagangan yang bertentangan dengan prinsipprinsip perdagangan yang adil.
Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI 2010 - 2014
32
Ditjen KPI juga selalu mengedepankan sikap aktif dan konstruktif dalam mendorong kemajuan perundingan WTO. Dalam perundingan WTO, Indonesia selalu mendorong diselesaikannya putaran perundingan Doha (Doha Round) yang telah berlangsung sejak tahun 2001. Indonesia dianggap sebagai salah satu
key player yang mewakili Negara
Berkembang dalam berbagai isu perundingan. Hal ini dapat dilihat dari peran aktif Indonesia di berbagai groupings yang memperjuangkan kepentingan Negara Berkembang pada umumnya dan Indonesia pada khususnya. Groupings tersebut antara lain adalah: G-33 (sebagai koordinator)
yang
memperjuangkan
Negara-negara
anggota
yang
tergabung didalamnya pada perundingan bidang pertanian di forum WTO, G-20, Cairns Group, dan NAMA-11. Indonesia termasuk pihak yang selalu berkomitmen mencegah kebijakan proteksionis serta mendukung proses transparansi di WTO melalui kegiatan monitoring. Terkait hal ini, Ditjen KPI telah menyampaikan sejumlah informasi kebijakan perdagangan dan yang terkait perdagangan kepada Trade Policy Review Body (TPRB) WTO. Ditjen KPI juga aktif menjawab berbagai pertanyaan negara anggota maupun Sekretariat WTO mengenai kebijakan perdagangan Indonesia. Ditjen KPI juga aktif memperjuangkan kepentingan nasional atas dampak kebijakan negara lain seperti penanganan kasus kebijakan Family Smoking Prevention and Tobacco Control Act AS yang melarang rokok kretek Indonesia di pasar AS. Meskipun Perundingan Putaran Doha saat ini tengah mengalami penundaan untuk sementara waktu, tetapi Indonesia tetap akan konsisten memperjuangkan posisi dan kepentingan nasional dalam perundingan Doha Development Agenda (DDA) yang meliputi bidangbidang: Pertanian, Akses Pasar Barang Non-Pertanian (NAMA), Jasa, HKI dan Kesehatan Masyarakat (Public Health), Rules, Fasilitasi Perdagangan, Perdagangan dan Lingkungan; Pembangunan dan Perlakuan Khusus dan Berbeda (S&D Treatment).
Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI 2010 - 2014
33
Indonesia juga memanfaatkan semaksimal mungkin keberadaan sistem perdagangan multilateral khususnya mekanisme penyelesaian sengketa guna pencapaian kepentingan perdagangan. Keberhasilan Indonesia dalam menyelesaikan kasus – kasus sengketa dagang didukung oleh kerja sama yang erat antara pemerintah dan pengusaha. Keberhasilan Indonesia memenangkan kasus anti-dumping untuk Certain Paper Products seyogyanya dapat dijadikan model di masa mendatang untuk mengatasi masalah tuduhan dumping dan subsidi, ancaman safeguard, dan masalah lainnya yang dapat mengancam kelancaran ekspor dari Indonesia. Dalam memperkuat peran WTO, perlu ditingkatkan kegiatan monitoring untuk mencegah proteksionisme. Selain itu, proses aksesi juga perlu ditingkatkan terutama untuk negara berkembang. Isu lain pada WTO yang perlu perhatian adalah isu-isu yang diangkat oleh negara berkembang seperti aid for trade, duty free quota free, cotton, serta memberikan kesempatan akses pasar yang lebih luas kepada negaranegara berkembang dan LDCs, termasuk pemberian bantuan teknis. Selain itu, perlu ada penguatan kerja sama antar WTO dan lembaga internasional lainnya. Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya hasil kerja sama dan perundingan perdagangan multilateral dengan indikator kinerja kegiatan untuk periode 2010-2014 adalah sebagai berikut: 1.
Partisipasi aktif dalam perundingan kerja sama multilateral;
2.
Jumlah
pertanyaan/
tanggapan/keberatan
terkait
kebijakan
perdagangan RI dari luar Negeri yang dapat diklarifikasi di forum WTO; 3.
Hasil perundingan kerja sama perdagangan multilateral (termasuk respon terhadap pengamanan kebijakan perdagangan/ deklarasi/ ratifikasi);
Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI 2010 - 2014
34
4.
Jumlah
posisi
runding
yang
disusun
(proposal/point
of
intervention/posisi runding/rekomendasi); 5. 3.2.1.3
Jumlah penanganan isu-isu perdagangan multilateral. Peningkatan Perundingan dan Kerja Sama ASEAN
Sejak tahun 2008 kerjasama ASEAN dilaksanakan berlandaskan ASEAN Charter yang membawa konsekuensi bahwa kerja sama ASEAN memiliki kekuatan hukum yang tetap. Bersamaan dengan berlakunya ASEAN Charter maka pilar ekonomi kerjasama ASEAN juga menerapkan ASEAN Economic Blueprint (AEC) 2015 Blueprint, yaitu sebuah cetak-biru yang terdiri dari 4 empat) pilar utama, yakni a) pasar tunggal dan basis produksi; (b) kawasan yang berdaya-saing; (c) pembangunan ekonomi yang merata; dan (d) integrasi ke dalam perekonomian dunia. Implementasi yang efektif dan tepat waktu dari AEC Blueprint merupakan prasyarat bagi ASEAN untuk tetap memainkan peran kunci dalam perkembangan proses integrasi ekonomi regional sesuai prinsip ASEAN Centrality yang diamanatkan oleh ASEAN Charter. Dalam hal ini, Indonesia sangat berkepentingan untuk menjaga ASEAN Centrality apabila arsitektur perekonomian regional ingin dikembangkan searah dengan kepentingan strategik Indonesia di kawasan ini. Lebih jauh, dan sebagai negara yang memainkan peran kunci di ASEAN, Indonesia harus dapat meningkatkan perannya dalam setiap perundingan, baik di internal ASEAN, eksternal ASEAN maupun dalam kerjasama sub-regional dan antar kawasan. Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya hasil kerja sama dan perundingan ASEAN dengan indikator kinerja kegiatan untuk periode 2010-2014 adalah sebagai berikut: 1. Pemenuhan ASEAN Economy Community Scorecard; 2. Partisipasi aktif dalam perundingan kerja sama ASEAN, ASEAN Mitra Dialog, serta Antar dan Sub Regional;
Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI 2010 - 2014
35
3. Hasil perundingan kerja sama perdagangan ASEAN, ASEAN Mitra Dialog, serta Antar dan Sub Regional (termasuk guidance of principal/Summary of Discussion/Deklarasi); 4. Jumlah posisi runding yang disusun; 5. Jumlah penanganan isu-isu perJumlah kesepakatan kerja sama perdagangan ASEAN, ASEAN Mitra Dialog, serta Antar dan Sub Regional yang diratifikasidagangan ASEAN; 6. Jumlah kesepakatan kerja sama perdagangan ASEAN, ASEAN Mitra Dialog, serta Antar dan Sub Regional yang diratifikasi. 3.2.1.4
Peningkatan Kerja Sama Perdagangan Bilateral
Lima tahun ke depan, hubungan kerja sama perdagangan bilateral akan ditekankan untuk meningkatkan perdagangan dan investasi melalui penghapusan hambatan tariff dan non tariff dan perjuangan kerja sama bantuan teknis dan capacity building. Upaya diversifikasi tujuan pasar dengan mempertahankan pasar utama dan meningkatkan pasar non utama dilakukan melalui pendekatan bilateral dengan mengadakan pembahasan masalah-masalah perdagangan kedua negara dan business forum. Berbagai perundingan internasional dalam forum bilateral berkembang sangat
cepat
dan
memiliki
dampak
yang
signifikan
terhadap
pertumbuhan ekonomi, sosial dan politik Indonesia. Oleh karena itu, Indonesia harus berperan aktif dalam setiap perundingan tersebut, guna melindungi kepentingan ekonomi Indonesia di bidang perdagangan dan investasi. Pendekatan
diplomasi
perdagangan
dilakukan
melalui
forum
negosiasi/non negosiasi dengan pendekatan kerja sama bilateral yang berorientasi pada penjajagan pengembangan Economic Partnership Agreement (IJEPA, IE-CEPA, IA-CEPA), Joint Study towards the Feasibility of Free Trade Agreements (Turki, Mesir, Tunisia), Joint Committee (Afrika Selatan), Bilateral Consultations (Joint Commission,
Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI 2010 - 2014
36
Working Group on Trade and Investment RI-EU, RI-Russia, bilateral commodity meeting, issue/sectoral meeting), Economic Partnership Agreement (EPA), dan forum pertemuan yang regular/terstruktur ataupun tidak terstruktur. Untuk mendukung perundingan disusun posisi runding atas masukan dari stakeholder dan instansi terkait melalui; pertemuan teknis dengan instansi
terkait,
menyusun
hambatan
tarif
dan
non
tarif,
isu
perundingan, posisi Indonesia sesuai dengan subyek yang dirundingkan, strategi perundingan dalam menghadapi mitra runding, Schedule Commitment Indonesia sesuai dengan isu yang dirundingkan; dan menyusun komoditi potensial Indonesia di negara-negara mitra dagang. Kegiatan akan dicapai melalui forum; joint commission meeting, Joint study group dalam rangka kerja sama perdagangan yang lebih comprehensive, Joint Trade Committee, bilateral meeting, trade mission, secara reguler, forum Tourism, Trade and Investment (TTI), upaya peningkatan kerja sama capacity building khususnya di bidang industri kreatif untuk produk-produk yang berkembang (mebel, tekstil, perhiasan, aksesori rumah); peningkatan capacity building dalam memproduksi produk yang sustainable (ramah lingkungan) misalnya untuk produk-produk pertanian dan kehutanan, dan meningkatkan produk ekspor bernilai tambah tinggi terutama untuk produk-produk yang berbasis pada sumber daya alam serta memanfaatkan teknologi tingkat menengah. Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya hasil kerja sama dan perundingan perdagangan bilateral dengan indikator kinerja kegiatan untuk periode 2010-2014 adalah sebagai berikut: 1. Jumlah Posisi Runding yang disusun; (Pra Negosiasi); 2. Partisipasi
aktif
dalam
Perundingan
Perdagangan
Bilateral;
(Negosiasi)
Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI 2010 - 2014
37
3. Hasil Perundingan Perdagangan Bilateral (MRA, MoU, Agreement, Agreed Minutes, Declaration, Chair Report, Report Discussion, Agreed Conclusion); 4. Jumlah
kesepakatan
kerja
sama
perdagangan
bilateral
yang
diratifikasi; 5. Jumlah konsultasi publik dalam rangka pengamanan kebijakan perdagangan nasional. 3.2.1.5
Peningkatan Kerja Sama Perdagangan APEC dan Organisasi Internasional Lainnya
APEC, yang terdiri atas 21 ekonomi dengan jumlah penduduk lebih dari 2.7 milyar orang, jumlah GDP dengan persentase 55 % dari total dunia, dan mewakili 43% nilai perdagangan dunia, merupakan forum yang strategis
dan
menjadi
salah
satu
wadah
kerja
sama
ekonomi
internasional yang cukup berpengaruh. Sejalan dengan usianya yang telah mencapai 20 tahun lebih, APEC telah berkontribusi positif terhadap perkembangan ekonomi masing-masing anggota dan terhadap ekonomi global. Kawasan ini telah berkembang menjadi wilayah ekonomi yang dinamis dengan pertumbuhan output rata-rata 7% per tahun dibanding kawasan di luarnya sebesar 5%. Selain tercapainya sebagian agenda internal (yakni pencapaian Bogor Goals oleh ekonomi maju pada tahun 2010), maka faktor eksternal seperti
krisis
ekonomi
global,
dinamika
globalisasi
ekonomi,
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, pertumbuhan dan perubahan pola perdagangan, lahirnya berbagai Preferential Trade Agreements (PTAs) atau Free Trade Agreements (FTAs) telah melahirkan kesadaran bahwa APEC pada abad ke-21 ini akan—dan sepantasnya— berbeda dari APEC pada saat terbentuknya di tahun 1989. Di tengah bermunculannya pemahaman inilah, Indonesia mempersiapkan diri untuk memegang tampuk kepemimpinan APEC pada tahun 2013.
Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI 2010 - 2014
38
Indonesia tidak saja merupakan salah satu founding fathers kerja sama APEC
tetapi
dalam
perjalanan
sejarahnya
ikut
mendorong
dan
memperkuat forum ini sebagai sebuah “miniature” hubungan UtaraSelatan di bidang ekonomi. Partisipasi Indonesia ini didasari kesadaran akan
pentingnya
mengantisipasi
proses
globalisasi
ekonomi
dan
mengambil manfaat serta mengamankan kepentingan nasional di tengah perubahan tata perekonomian dan perdagangan dunia yang cenderung semakin cepat ini. Tidak heran, Indonesia juga memberi nilai strategis bagi terciptanya hubungan erat dan dialogis antara pemerintah dengan kalangan bisnis dan masyarakat, baik dalam proses pengembangan kebijakan, pengembangan kapasitas melalui pemanfaatan proyek-proyek “capacity building” APEC,
serta
kegiatan-kegiatan
memungkinkan
untuk
memproyeksikan
Indonesia
promosi
yang
kepentingan-
kepentingannya dan mengamankan posisinya dalam tata hubungan ekonomi internasional. Dapat diperikarakan bahwa tahun 2013 akan menjadi momentum penting bagi kerja sama APEC. Pada saat itu, bukan hanya pembahasan FTAAP dan TPP sudah berkembang jauh, tetapi juga kemungkinan besar Perundingan Putaran Doha sudah dapat diselesaikan. Keadaan ini akan menciptakan tantangan baru bagi APEC: menjadikan WTO sebagai platform umum APEC dan pada saat bersamaan menjaga relevansi APEC dalam normal track dan memfasilitasi pembahasan FTAAP dan TPP bagi ekonomi yang berminat melalui fast track. Indonesia termasuk dalam lima besar produsen komoditi dunia meliputi karet alam, kopi, lada, kelapa, kelapa sawit dan kakao. Organisasi komoditi
internasional
merupakan
forum
strategis
untuk
dapat
memperjuangkan kepentingan komoditi Indonesia melalui perundinganperundingan internasional. Guna tetap eksis sebagai Negara produsen terbesar, perlu diidentifikasi hal-hal penting yang dibutuhkan masingmasing komoditi agar dapat disusun proposal proyek yang tepat sasaran dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi.
Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI 2010 - 2014
39
Diplomasi perdagangan internasional melalui perundingan-perundingan pada
organisasi
komoditi
internasional
diharapkan
mampu
memperjuangkan dan melindungi kepentingan Indonesia. Perundingan terkait kegiatan dan program kerja organisasi komodit internasional difokuskan pada peningkatan kapasitas melalui pelatihan, penyusunan proposal proyek, memperluas penelitan dan pengembangan, penyusunan standar mutu, penciptaan suatu mekanisme agar harga komoditi dapat stabil pada tingkat yang menguntungkan produsen, yang semuanya diharapkan pula mampu meningkatkan kesejahteraan petani dan meningkatkan posisi tawar Indonesia, pada khususnya dan Negara produsen pada umumnya dalam perdagangan komoditi global. Partisipasi dalam perundingan komoditi internasional sangat penting agar kesepakatan yang dihasilkan dari perundingan komoditi internasional sejalan dengan kebijakan perdagangan nasional Indonesia. Indonesia
bersama
negara
berkembang
lainnya
secara
konsisten
mendukung kerja sama komoditi internasional serta memberikan inisiatif-inisiatif pembentukan forum-forum dan pengaturan-pengaturan baru di bidang komoditi. Keikutsertaan Indonesia dalam forum antara eksportir dan importir perlu ditingkatkan, sebab dengan bertemunya kedua
belah
pihak
maka
dapat
diupayakan
terciptanya
kondisi
perdagangan komoditi dunia yang lebih baik dan saling menguntungkan. Forum eksportir dan importir dapat juga sebagai forum untuk melakukan lobby-lobby dan transaksi-transaksi perdagangan. Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya hasil kerja sama dan perundingan APEC dan Organisasi Internasional lainnya dengan indikator kinerja kegiatan untuk periode 2010-2014 adalah sebagai berikut: 1. Partisipasi aktif dalam perundingan kerja sama APEC dan Organisasi Internasional lainnya. 2. Hasil perundingan kerja sama APEC dan Organisasi internasional. 3. Posisi runding yang disusun; Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI 2010 - 2014
40
4. Jumlah kesepakatan kerja sama APEC dan Organisasi Internasional lainnya yang diratifikasi. 3.2.1.6
Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen KPI
Dukungan manajemen dan dukungan teknis merupakan penunjang utama kelancaran terselenggaranya kegiatan pada Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional. Untuk itu, perlu dilakukan peningkatan tata kelola yang baik pada pelaksanaan dukungan tersebut. Sejalan dengan reformasi birokrasi, penerapan pemerintahan yang baik (good governance) dalam penyelenggaraan dukungan tersebut harus terus dikembangkan dan diimplementasikan. Dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya tersebut diharapkan dapat melaksanakan: a. Peningkatan Pengelolaan Perencanaan Program dan Kegiatan Peningkatan Pengelolaan Perencanaan dengan berlandaskan pada prinsip penyerapan anggaran berbasis kinerja antara lain dengan melakukan penerapan sistem BSC dan peningkatan koordinasi dengan para pemangku kepentingan. Dalam perencanaan program dan kegiatan tersebut, perlu ditentukan indikator kinerja masing – masing kegiatan sehingga tiap kegiatan memiliki ukuran keberhasilan yang jelas. b. Peningkatan Pengelolaan Evaluasi dan Pelaporan Evaluasi dan Pelaporan merupakan kegiatan yang harus diperkuat. Evaluasi dapat menunjukkan kinerja suatu organisasi sehingga dapat menunjukkan tercapai atau tidaknya target – target yang telah diterapkan. Laporan disusun tiap bulan, triwulan, dan tahunan untuk menunjukkan hasil – hasil yang telah dicapai dalam hal kerja sama perdagangan internasional. Dengan meningkatnya kualitas laporan, maka data base tentang hasil dan proses perundingan pun akan menguat. Hal ini
mempermudah
Direktorat
Jenderal
Kerja
Sama
Perdagangan
Internasional ketika melakukan konsultasi publik dengan masyarakat. c. Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Manusia dan Sarana Ditjen KPI Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI 2010 - 2014
41
Sumber Daya Manusia dan Sarana merupakan faktor utama dalam terselenggaranya kelancaran kegiatan pada Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional. Oleh sebab itu, diperlukan peningkatan kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia dan Sarana sehingga mampu menyelenggarakan kegiatan dengan optimal. d. Peningkatan Pengelolaan Keuangan Tertib administrasi keuangan merupakan salah satu penerapan dari pemerintahan yang baik. Oleh sebab itu, peningkatan pengelolaan keuangan perlu diselenggarakan. Sistem informasi dapat mendukung pengelolaan keuangan sehingga pengelolaan keuangan dapat lebih trasparan
dan
akuntabel
sehingga
menciptakan
wilayah
tertib
administrasi. Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya pelayanan teknis dan administratif kepada Ditjen Kerja Sama Perdagangan Internasional dengan indikator kinerja kegiatan untuk periode 2010-2014 adalah sebagai berikut: 1. Persentase realisasi kegiatan dan penganggaran Ditjen Kerja Sama Perdagangan Internasional sesuai perencanaan; 2. Persentase pelaksanaan pembinaan kepegawaian terdiri dari tingkat kehadiran, presentasi keikutsertaan pada diklat struktural wajib, dan presentase SDM berdasarkan tingkat akademis; 3. Jumlah laporan kegiatan Ditjen KPI (laporan tahunan, bulanan, dan triwulan) 4. Jumlah laporan pelaksanaan kinerja (LAK Ditjen KPI dan Setditjen KPI); 5. Jumlah Dokumen Perencanaan Ditjen KPI (Kontrak Kinerja, Rencana Kinerja, dan RKA-K/L). 6. Persentase Pemutakhiran Informasi pada Website Ditjen KPI (Hasil Perundingan)
Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI 2010 - 2014
42
3.2.2 Ketatalaksanaan dan Kelembagaan Sesuai
dengan
DAG/PE/3/2005
Peraturan tentang
Menteri
Kedudukan,
Perdagangan Tugas
dan
Nomor Fungsi,
01/MSusunan
Organisasi, dan Tata Kerja Departemen Perdagangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang kerja sama perdagangan internasional. Untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional terdiri dari 6 (enam) unit setingkat Eselon II yaitu 5 (lima) unit teknis setingkat Eselon II dan 1 (satu) unit Sekretariat Direktorat Jenderal. Direktorat Jenderal Kerjasama Perdagangan Internasional
Sekretariat Direktorat
Direktorat Kerjasama Multilateral
Direktorat Kerjasama Regional
Direktorat Kerjasama Bilateral I
Direktorat Kerjasama Bilateral II
Direktorat Pengamanan Perdagangan
Gambar 3.2 Struktur Organisasi Sebelum Restrukturisasi Seiring dengan semangat reformasi birokrasi, Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional mengusulkan penajaman tugas dan fungsi dengan pembentukan struktur organisasi yang baru. Pada tahun 2010 diselenggarakan restrukturisasi organisasi yang ditandai dengan keluarnya Permendag Nomor 31/M-DAG/PER/7/2010 yang menggantikan Permendag Nomor 01/M-DAG/PER/3/2005 mengenai Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan.
Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI 2010 - 2014
43
DIREKTORAT JENDERAL KERJA SAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL
SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL
DIREKTORAT KERJA SAMA MULTILATERAL
DIREKTORAT KERJA SAMA ASEAN
DIREKTORAT KERJA SAMA APEC DAN ORGANISASI INTERNASIONAL LAINNYA
DIREKTORAT KERJA SAMA BILATERAL
DIREKTORAT PERUNDINGAN PERDAGANGAN JASA
Gambar 3.3 Struktur Organisasi Sesudah Restrukturisasi
Dalam melaksanakan tugas tersebut, maka Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional menyelenggarakan fungsi: a. perumusan kebijakan di bidang kerja sama perdagangan internasional; b. pelaksanaan
kebijakan
di
bidang
kerja
sama
perdagangan
internasional; c.
penyusunan pedoman, norma, standar, prosedur. dan kriteria di bidang kerja sama perdagangan internasional;
d. pemberian
bimbingan
teknis dan evaluasi
pelaksanaan
kebijakan di bidang kerja sama perdagangan internasional; dan e. pelaksanaan
administrasi
Direktorat
Jenderal
Kerja
Sama
Perdagangan Internasional. Untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut, Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional terdiri dari unsur: 1.
Pemimpin, yaitu Dirjen Kerja Sama Perdangangan Internasional mempunyai tugas memimpin, merumuskan serta melaksanakan kebijakan
dan
standarisasi
teknis
di
bidang
Kerja
Sama
Perdagangan Internasional;
Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI 2010 - 2014
44
2.
Pembantu
Pemimpin,
yaitu
Sekretaris
Direktorat
Jenderal
mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan administrasi dan dukungan teknis lainnya kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional; 3.
Pelaksana, yaitu Direktorat- direktorat Teknis yaitu: a. Direktorat Kerja Sama Multilateral, yang mempunyai tugas merumuskan
serta
melaksanakan
tugas
kebijakan
dan
standarisasi teknis di bidang Kerja Sama Multilateral; b. Direktorat
Kerja
merumuskan
Sama
serta
ASEAN,
yang
melaksanakan
mempunyai
tugas
kebijakan
tugas dan
standarisasi teknis di bidang Kerja Sama ASEAN, ASEAN Mitra Dialog, Antar dan Sub Regional; c. Direktorat Kerja Sama APEC dan Organisasi Internasional Lainnya,
yang
mempunyai
tugas
merumuskan
serta
melaksanakan tugas kebijakan dan standarisasi teknis di bidang Kerja Sama APEC dan Organisasi Internasional Lainnya; d. Direktorat Kerja Sama Bilateral, yang mempunyai tugas merumuskan
serta
melaksanakan
tugas
kebijakan
dan
standarisasi teknis di bidang Kerja Sama Bilateral; e. Direktorat Perundingan Perdagangan Jasa, yang mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan tugas kebijakan dan standarisasi teknis di bidang Kerja Sama Perdagangan Jasa. Dengan adanya berbagai tantangan dan tuntutan akan perubahan tersebut, serta dalam pencapaian target sasaran strategis Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional, maka organisasi Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional ke depan dikelompokkan dan melaksanakan serta mengembang fungsi-fungsi sebagai berikut: Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI 2010 - 2014
45
1.
Peningkatan
peran
dan
kemampuan
di
bidang
diplomasi
perdagangan internasional sehingga mampu menjadi pemeran sentral dalam berbagai forum multilateral dan regional, serta dapat meningkatkan kemitraan strategis pada forum bilateral. 2.
Perundingan perdagangan jasa semakin berkembang, oleh sebab itu Kerja Sama di bidang perdagangan jasa perlu ditingkatkan. Peningkatan Kerja Sama di bidang perdagangan jasa tersebut dapat meningkatkan akses pasar jasa Indonesia. Peluang pasar jasa harus dimanfaatkan secara optimal.
3.
Kerja Sama Perdagangan Internasional di fora Multilateral penting dan bermanfaat untuk dilakukan karena posisi tawar terbaik Indonesia
diperhatikan
dunia
dan
dapat
membuka
serta
memanfaatkan akses pasar ke seluruh dunia dibandingkan dengan hanya melalui satu negara atau wilayah. Selain itu, WTO dapat menjadi sistem yang terbaik untuk memastikan “perdagangan yang adil (fair trade)”. 4.
Kerja Sama perdagangan ASEAN merupakan hal yang prioritas, mengingat Masyarakat Ekonomi ASEAN yang akan diimplementasikan pada Tahun 2015. Hal ini menjadi perhatian khusus Indonesia. Ditjen KPI yang menangani pilar ekonomi akan kerap melakukan meningkatkan perannya pada kerja sama ASEAN.
5.
Lambatnya kemajuan perundingan WTO membuat perdagangan regional semakin berkembang. Perdagangan Regional saat ini dapat dimanfaatkan dengan baik salah satunya adalah dengan adanya Kerja
Sama
perdagangan
APEC.
Peningkatan
Kerja
Sama
perdagangan APEC perlu diselenggarakan untuk dapat menangkap peluang – peluang yang ada dari kekuatan suatu kawasan. Selain itu, kerja sama dengan organisasi internasional lainnya seperti badan-badan dunia dan organisasi komoditi perlu dilakukan sehingga Indonesia mampu mengoptimalkan peluang-peluang yang ada. Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI 2010 - 2014
46
6.
Hubungan perdagangan dalam forum bilateral dengan negara mitra dagang secara aktif diselenggarakan oleh Indonesia. Kemitraan strategis antar dua negara yang mampu memberikan keuntungan di dua belah pihak perlu diselenggarakan dengan maksimal.
7.
Fungsi Penunjang untuk memberikan dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya dalam rangka peningkatan tata kelola yang baik berdasarkan konsep good governance.
Disamping itu, seiring dengan perkembangan, tantangan, dan tuntutan perubahan, baik eksternal maupun internal, maka untuk dapat menjalankan tugas yang diemban dan sasaran yang ditetapkan, organisasi dan tatalaksana Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional sudah sepatutnya harus mengalami perubahan menuju pemerintahan yang baik (good governance). Penyempurnaan fungsi kelembagaan berfokus pada 5 (lima) hal, yaitu: (1) penyempurnaan proses bisnis; (2) implementasi Balanced Scorecard; (3) restrukturisasi program; (4) penguatan sistem pelaporan; dan (5) pemantapan pengelolaan keuangan. Penyempurnaan proses bisnis diarahkan untuk menghasilkan proses bisnis yang akuntabel dan transparan serta berkinerja kepada stakeholder internal dan eksternal yang terkait dengan tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional. Dalam penyempurnaan proses bisnis ini dilakukan penyusunan
Standard
Operating Procedure (SOP) dan penyempurnaan manajemen pelayanan. Implementasi Balanced Scorecard, yang sudah mulai dirintis sejak tahun 2007 akan lebih ditingkatkan untuk membangun sistem informasi manajemen yang lebih efektif. Fungsi BSC sebagai alat untuk mengukur kinerja aparat menjadi sangat penting dalam upaya pemantapan sistem manajemen
perencanaan,
monitoring,
dan
evaluasi
terhadap
pelaksanaan kebijakan, program, pencapaian sasaran, dan target yang ditetapkan.
Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI 2010 - 2014
47
Sementara itu, upaya pemangkasan jalur birokrasi dan perbaikan sistem manajerial dilakukan dengan merestrukturisasi program dan kegiatan di lingkungan Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional. Hasil restrukturisasi merupakan dasar RPJMN tahun 2010−2014, yang mengacu pada penerapan anggaran berbasis kinerja. Sehingga, pada periode
dimaksud,
Direktorat
Jenderal
Kerja
Sama
Perdagangan
Internasional bergerak bersama seluruh unit yang terdapat pada Kementerian Perdagangan untuk semakin meningkatkan efektivitas dan efisiensi anggaran serta meningkatkan kinerja aparatur. Terkait dengan sistem pelaporan dan akuntabilitas instansi, Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional dalam meningkatkan kinerja
yang
baik
harus
senantiasa
didukung
oleh
kemampuan
pengelolaan keuangan yang akuntabel dan professional. Pencapaian peringkat “Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)” merupakan hal yang harus dapat diraih dalam kurun waktu 5 (tahun) tahun mendatang.
Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI 2010 - 2014
48
BAB IV PENUTUP Rencana Strategis Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional Tahun 2010 – 2014 memberikan dukungan bagi tercapainya visi dan misi kementerian Perdagangan Tahun 2010 – 2014, serta merupakan implementasi dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010 – 2014. Rencana Strategis ini merupakan landasan bagi peningkatan pengembangan Kerja Sama Perdagangan Internasional melalui penetapan arah pembangunan dalam jangka pendek, menengah, dan panjang. Rencana Strategis ini dijabarkan ke dalam Rencana Kerja (Renja) Tahunan yang memuat berbagai kegiatan yang akan dilakukan oleh instansi unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional, Kementerian Perdagangan. Rencana Strategis ini juga menjadi pedoman bagi seluruh unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional dalam rangka mendukung pencapaian sasaran pembangunan perdagangan yang telah ditetapkan pemerintah guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal KPI 2010 - 2014
49
Formulir 1
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN PERDAGANGAN UNIT: DIREKTORAT JENDERAL KERJA SAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL
PROGRAM/ KEGIATAN (1) PROGRAM PENINGKATAN KERJA SAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL
SASARAN OUTCOME/OUTPUT
INDIKATOR OUTCOME/OUTPUT
(9) %
221
241
258
hasil perundingan
243
267
295
317
perundingan
7
8
7
2
2
proses ratifikasi
100
100
100
100
100
%
50
55
60
65
%
1.400.000
1.600.000
1.900.000
2.100.000
Pengunjung
90
92
94
95
%
2. Persentase pelaksanaan pembinaan kepegawaian 3. Jumlah laporan kegiatan Ditjen KPI (laporan tahunan, bulanan, dan triwulan)
85
85
86
87
%
17
17
17
17
Laporan
4. Jumlah laporan pelaksanaan kinerja
2
2
2
2
LAK
5. Jumlah Dokumen Perencanaan Ditjen KPI yang disusun 6. Persentase Pemutakhiran Informasi pada Website Ditjen KPI (Hasil Perundingan)
3
3
3
3
Dokumen
100
100
100
100
%
34
35
37
38
2. Partisipasi aktif pada perundingan perdagangan internasional
54
55
60
61
perundingan
3. Jumlah posisi runding yang disusun
54
55
59
61
posisi runding
4. Kesepakatan kerja sama perdagangan yang diratifikasi
DUKUNGAN MANAJEMEN DAN DUKUNGAN TEKNIS LAINNYA DIREKTORAT JENDERAL KERJA SAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL
PENINGKATAN PERAN DAN KEMAMPUAN DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL
Meningkatnya kerja sama perdagangan internasional dalam rangka pengamanan kebijakan perdagangan nasional di forum internasional
5. Persentase isu kebijakan perdagangan RI yang dapat diklarifikasi di berbagai fora internasional
Meningkatnya kualitas layanan Informasi hasil dan proses diplomasi perdagangan internasional
6. Persentase pemahaman terhadap hasil kerja sama dan kesepakatan perdagangan internasional (sample dunia usaha pada sosialisasi Ditjen KPI) 7. Jumlah pengunjung website Ditjen KPI
Meningkatnya pelayanan teknis dan 1. Persentase realisasi kegiatan dan administratif kepada Ditjen Kerja Sama penganggaran Ditjen Kerja Sama Perdagangan Perdagangan Internasional Internasional sesuai perencanaan
Meningkatnya peningkatan peran dan 1. Hasil-hasil perundingan Perdagangan kemampuan diplomasi perdagangan di Internasional berbagai fora internasional
140
197
174
Satuan 2014 (8) 90
3. Partisipasi aktif pada perundingan perdagangan internasional
2011 (5) 87
TARGET INDIKATOR 2012 (6) 89
2013 (7) 90
(2) (3) Meningkatnya kerja sama 1. Pemenuhan ASEAN Economy Community perdagangan internasional dalam Scorecard rangka peningkatan akses pasar ekspor 2. Hasil-hasil perundingan Perdagangan Internasional (Agreement, MRA, MoU, Agreed Minutes, Declaration, Chair Report, respon terhadap pengamanan kebijakan perdagangan, guidance of principal, dan summary of discussion, protocol)
2010 (4) 70
1.000.000
UNIT PENANGGUNGJAWAB (10) DIREKTORAT JENDERAL KPI
SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL
hasil perundingan SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL
Formulir 1
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN PERDAGANGAN UNIT: DIREKTORAT JENDERAL KERJA SAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL
PROGRAM/ KEGIATAN (1)
PENINGKATAN KERJA SAMA DI BIDANG PERDAGANGAN JASA
PENINGKATAN KERJA SAMA DAN PERUNDINGAN MULTILATERAL
PENINGKATAN KERJA SAMA DAN PERUNDINGAN ASEAN
SASARAN OUTCOME/OUTPUT
INDIKATOR OUTCOME/OUTPUT
(2)
(3) 4. Jumlah penyelenggaraan sidang internasional di Dalam Negeri
Meningkatnya kerja sama di Bidang Perdagangan Jasa
2011 (5) 22
TARGET INDIKATOR 2012 (6) 15
Satuan 2013 (7) 20
2014 (8) 15
(9) kegiatan
5. Jumlah sosialisasi hasil kerja sama perdagangan internasional
8
9
9
9
kegiatan
6. Jumlah Publikasi kerja sama perdagangan internasional yang diterbitkan
10
15
16
17
publikasi
1. Hasil perundingan bidang jasa di forum internasional 2. Partisipasi aktif pada perundingan perdagangan jasa
12
14
16
18
30
30
35
40
3. Jumlah posisi runding yang disusun
30
30
35
40
20
25
28
31
25
30
35
40
perundingan
7
7
7
7
isu
25
30
35
40
5. Jumlah pertanyaan/tanggapan/ keberatan terkait kebijakan perdagangan RI dari luar negeri yang dapat diklarifikasi
5
5
5
5
proposal/ point of intervention/ posisi runding/ rekomendasi Klarifikasi
1. Pemenuhan ASEAN Economy Community Scorecard
87
89
90
90
%
2. Hasil perundingan kerja sama perdagangan ASEAN, ASEAN Mitra Dialog, Antar dan Sub Regional serta perdagangan lintas batas dengan negara anggota ASEAN (termasuk guidance of principal/Summary of Discussion/Deklarasi) 3. Partisipasi aktif dalam perundingan kerja
60
70
75
80
hasil perundingan
60
70
75
80
perundingan
4. Jumlah posisi runding yang disusun
60
70
75
80
posisi runding
5. Jumlah penanganan isu-isu perdagangan ASEAN
3
3
3
3
isu
Meningkatnya hasil kerja sama dan 1. Hasil perundingan kerja sama perdagangan perundingan perdagangan multilateral multilateral (termasuk respon terhadap pengamanan kebijakan perdagangan/ deklarasi/ratifikasi) 2. Partisipasi aktif dalam perundingan kerja sama multilateral 3. Jumlah penanganan isu-isu perdagangan multilateral 4. Jumlah posisi runding yang disusun (proposal/point of intervention/posisi runding/rekomendasi)
Meningkatnya hasil kerja sama dan perundingan ASEAN, ASEAN Mitra Dialog,Antar dan Sub Regional, serta perdagangan lintas batas dengan negara anggota ASEAN
2010 (4)
UNIT PENANGGUNGJAWAB (10)
hasil perundingan DIREKTORAT PERUNDINGAN perundingan PERDAGANGAN JASA posisi runding hasil perundingan DIREKTORAT KERJA SAMA MULTILATERAL
sama ASEAN, ASEAN Mitra Dialog, Antar dan Sub Regional, serta perdagangan lintas batas dengan negara anggota ASEAN
DIREKTORAT KERJA SAMA ASEAN
Formulir 1
TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN PERDAGANGAN UNIT: DIREKTORAT JENDERAL KERJA SAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL
PROGRAM/ KEGIATAN (1)
PENINGKATAN KERJA SAMA DAN PERUNDINGAN APEC DAN ORGANISASI INTERNASIONAL LAINNYA
PENINGKATAN KERJA SAMA DAN PERUNDINGAN BILATERAL
SASARAN OUTCOME/OUTPUT
INDIKATOR OUTCOME/OUTPUT
(2)
(3) 6. Jumlah kesepakatan kerja sama perdagangan ASEAN, ASEAN Mitra Dialog, Antar dan Sub Regional, serta perdagangan lintas batas dengan negara anggota ASEAN yang diratifikasi 1. Hasil perundingan kerja sama APEC dan Organisasi Internasional lainnya
Meningkatnya hasil kerja sama dan perundingan APEC dan Organisasi Internasional lainnya
Meningkatnya hasil kerja sama dan perundingan perdagangan bilateral
2010 (4)
2011 (5) 5
TARGET INDIKATOR 2012 (6) 2
Satuan 2013 (7)
2014 (8) -
-
(9) proses ratifikasi
24
27
30
31
2. Partisipasi aktif dalam perundingan kerja sama APEC dan Organisasi Internasional lainnya 3. Jumlah posisi runding yang disusun
24
27
30
31
perundingan
24
27
30
31
posisi runding
4. Jumlah kesepakatan kerja sama APEC dan Organisasi Internasional lainnya yang diratifikasi
2
1
1. Hasil perundingan kerja sama perdagangan bilateral
47
50
55
60
2. Partisipasi aktif dalam perundingan kerja sama bilateral 3. Jumlah posisi runding yang disusun
50
55
60
65
50
55
60
65
posisi runding
4. Jumlah kesepakatan kerja sama perdagangan bilateral yang diratifikasi 5. Jumlah konsultasi publik dalam rangka pengamanan kebijakan perdagangan nasional
1
4
2
2
proses ratifikasi
5
10
10
10
kegiatan
Note: Nomenklatur Outcome dan indikator outcome diambil dari dokumen Restrukturisasi Program dan Kegiatan Kemdag 2011-2014
-
UNIT PENANGGUNGJAWAB (10)
hasil perundingan DIREKTORAT KERJA SAMA APEC DAN ORGANISASI INTERNASIONAL LAINNYA
-
proses ratifikasi
hasil perundingan DIREKTORAT KERJA SAMA BILATERAL perundingan