FRATER CMM 1/13
SIDANG UMUM KETIGA | PUSAT PELAYANAN MISIONER TILBURG | HARI KAUM MUDA NASIONAL | HUMBERTO WOUTERS | PEMBUKAAN POLIKLINIK | SEKOLAH-SEKOLAH DON BOSCO | PROFESI SEUMUR HIDUP
DAFTAR ISI
KOLOM PEMIMPIN UMUM
4
MENGENAI FRATER ANDREAS
5
MAKLUMAT MISI
kolofon
Belaskasih berlaku di segala zaman dan di setiap tempat.
Fraters CMM, ISSN 1574-9193, adalah majalah triwulan Kongregasi Frater CMM. Langganan gratis dapat diminta pada alamat kontak di bawah ini.
Belaskasih merupakan inti setiap agama di dunia: agama Hindu, Buddha, Yahudi, Kristiani dan Islam. Gerakan belaskasih meninggalkan jejak dalam sejarah.
Redaksi: Rien Vissers (ketua redaksi), Frater Edward Gresnigt, Frater Ad de Kok, Frater Lawrence Obiko, Frater Ronald Randang, Frater Jan Smits, Peter van Zoest (redaktur terakhir).
Pelbagai bentuk penampilan gerakan belaskasih merupakan ungkapan masyarakat dalam mana belaskasih telah lahir dan spiritualitas yang mendukungnya.
Rencana tata: Heldergroen www.heldergroen.nl Dicetak:
Percetakan Kanisius, Yogyakarta
Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda yang Berbelaskasih, berakar dalam semangat belaskasih Kristiani.
Kontak:
Frater CMM Jalan Ampel 6, Papringan Yogyakarta 55281
E-mail:
[email protected]
Website:
www.cmmbrothers.org
Terjemahan:
Frater Pieter-Jan van Lierop Frater Ronald Randang Frater Jan Koppens
Foto sampul depan: Uskup Ludovikus Simanullang, OFM Cap dari Sibolga membuka poliklinik ‘St. Lukas’ di Aek Tolang, Indonesia. (Foto: Frater Franciscus Linus)
Anak yang hilang, Rembrandt
2
Foto sampul belakang: ‘Rumah Dansa’ di kota Praha. Gedung kantor itu, dibangun 1996, milik Bank-ING. Arsiteknya adalah Vlado Miluni dari Ceko dan Frank Gehry dari Kanada. (Foto: Frater Ad de Kok)
SIDANG UMUM KETIGA
6
PUSAT PELAYANAN MISIONER
8
11
HARI KAUM MUDA NASIONAL
REDAKSI MENULIS Belaskasih melakukan mukjizat. Hal ini nyata dalam Injil. Hal ini juga nampak pada karya para frater CMM yang menjunjung tinggi belaskasih. Dan secara tiba-tiba muncul, bagaikan suatu mukjizat, seorang paus baru, yang memancarkan belaskasih dalam segala sesuatu yang ia lakukan. Kardinal asal Argentina, Jorge Mario Bergoglio, dipilih sebagai pengganti Petrus ke-265 pada tanggal 13 Maret 2013 dan ia memilih nama ‘Fransiskus’. Dalam mengikuti jejak orang kudus dari Asisi itu, ia mengajak gereja menjadi miskin dan dengan bealaskasih berpihak pada kaum miskin. Gerakan belaskasih seluas dunia mendapat seorang pendukung lagi di dalam jantung gereja. “Bagi saya, dan saya mengatakan itu dengan rendah hati, belaskasih merupakan amanat terkuat dari Tuhan.” Hal ini dikatakan pada tanggal 17 Maret dalam khotbahnya waktu misa hari Minggu pertama sebagai paus di suatu gererja paroki Vatikan. Pada pidato ‘Angelus’ sesudahnya, di lapangan Santo Petrus, ia menyebut belaskasih “wajah Allah”, seraya menambahkan: “Allah tak berhenti mengampuni. Belaskasih menghangatkan dunia.” Bukan kebetulan bahwa dalam rubrik baru pada halaman 23 edisi Frater CMM berkisar tema … belaskasih. ‘Rahmat-Nya dekat’ adalah judul yang dikutip dari Pedoman Hidup para Frater CMM. Dalam tiga terbitan majalah ini, Frater Harrie van Geene menyajikan kepada para pembaca ‘sumbersumber’ dari tulisan Mgr. Joannes Zwijsen, pendiri kongregasi Frater CMM. Mulai pada terbitan perdana tahun ini, Frater Wim Verschuren akan menjelaskan aspek-aspek belaskasih yang kurang dikenal.
Humberto Wouters
14
PEMBUKAAN POLIKLINIK
16
SEKOLAH-SEKOLAH DON BOSCO
PROFESI SEUMUR HIDUP
19
BERITA PENDEK
20
22
‘RAHMAT-NYA DEKAT’
23
In Memoriam
17
3
KOLOM PEMIMPIN UMUM
Pada hari Sabtu tanggal 2 Maretm Kelompok Belaskasih Regio Tilburg mengadakan pertemuan. Di dalam gerakan belaskasih nasional terdapat sejumlah ‘kelompok daerah’ yang aktif dalam memberi kesempatan kepada orang-orang untuk mendalami makna belaskasih dan memberi bentuknya dalam kehidupan sendiri. Saya berusaha menghadiri pertemuan-pertemuan itu sebanyak mungkin. Bagi frater-frater CMM belaskasih merupakan cita-cita yang hendak diwujudkan baik di komunitas mapun dalam karya, suatu usaha yag kenal segi jatuh bangun! Pada hari Sabtu itu dibicarakan belaskasih bagi diri sendiri. Dasar pemikirannya adalah seseorang tidak mampu berbelaskasih kepada orang lain kalau ia tidak mampu berbelaskasih terhadap diri sendiri. Tesis ini menantang. Dari tradisi kita belajar mengabaikan, mengorbankan diri dan memberikan diri secara total kepada sesama. Pandangan ini menghasilkan banyak hal yang baik, namun ada juga bahaya bahwa orang lupa diri dan dengan demikian kurang memperhatikan jiwanya. Belaskasih menjadi sesuatu yang wajib dilakukan tanpa hati diikutsertakan. Justru belaskasih mengandaikan gerakan hati. Kita mendengar lagu Trijntje Oosterhuis: ‘Apakah engkau mengenal saya? Siapa yang engkau sebetuilnya kenal?’ Secara spontan saya mengingat Allah dan mazmur 139: “Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal! (ayat 23-24).’Engkau’ sama dengan ‘aku’. Apakah aku mengenal diriku sendiri? Siapakah yang kukenal? Barangkali mengenal jiwamu sendiri merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup dan baru terpenuhi pada akhir hidupmu. Pada tanggal
4
2 Maret itu, saya sekali lagi menyadari bahwa belaskasih mulai dari memperhatikan jiwaku sendiri. Akhirnya saya akan merugikan orang-orang lain kalau saya kurang memperhatikan jiwaku sendiri. Dengan demikian saya kurang berbelaskasih. Akan tetapi hanya menunggu untuk berbelaskasih bagi sesama sampai saya sungguh mengenal diri saya, juga kurang berguna. Itu rugi waktu ... Barangkali lebih tepat bila kita bersamalah maju: jika berbelaskasih terhadap orang lain kita sendiripun tertolong. Dengan melakukan itu, saya juga belajar mengenal diri sendiri. Dengan memperhatikan jiwaku secara sadar, saya masuk secara sadar dalam proses belajar itu, lalu saya akan menemukan keterbatasan belaskasihku, dan saya akan temukan belaskasih yang betul.
Frater Broer Huitema
MENGENAI FRATER ANDREAS
SEGALA ATAU TIDAK Dalam peraturan Kongregasi Frater tahun 1857 sering ditemukan kata ‘sempurna’, ‘utuh’, dan ‘teliti’. Kalau memilih hidup sebagai frater, maka orang telah memilih untuk membaktikan hidup seutuhnya demi mengikuti Kristus. Orangnya memilih untuk hidup dengan teliti, dan sejauh mungkin ia hidup dalam kesempurnaan religius. Frater Andreas adalah seorang frater yang mengikuti peraturan hidup kesempurnaan secara teliti. Hal ini dihayati sebagai ‘segala atau tidak’. Seorang frater diajak untuk hidup dengan setia pada sesama manusia. Ia diharapkan agar setia pada segala peraturan. Tetap ia mempertahankan semangat doa dan perhatian penuh hormat. Imannya diterapkan sampai unsur kehidupan terkecil. Cerita-cerita mengenai frater Andreas sering berkaitan dengan hal-hal kecil yang mengagumkan, yang menampakkan imannya.
itu di atas cangkirnya selama dua, tiga menit sampai tetes terakhir sungguh keluar. Dengan demikian ia memperlihatkan bahwa hidup beriman menyangkut baik hal besar maupun hal kecil. Ia mampu berterima kasih dan setia kepada Allah dalam hal besar dan kecil. Charles van Leeuwen
Salah satu peraturan umum adalah bahwa para frater jangan membaca di bawah terik matahari demi menghindari kerusakan mata. Frater Andreas mengikuti peraturan itu secara harafia. Ketika ia membaca bacaan rohani sambil berjalan di taman, ia berteduh meskipun tempat itu kecil. Seorang bekas muridnya yang bernama Boelaars, yang di kemudian hari menjadi pastor di Tilburg, sekali melihat dia sedang berdoa ofisi pada beberapa meter persegi tanpa sekalipun berlangkah keluar tempat yang teduh, sekalipun tempat teduh itu semakin mengecil karena matahari geser. Bagi Frater Andreas segala peraturan, besar dan kecil, dianggap pantas dan layak untuk dijalankan. Dalam kehidupan seorang frater segala mau dirangkul: segala waktu perlu dimanfaatkan dengan baik; tak ada yang boleh diabaikan; aturlah apa yang dapat diatur; jangan bersalah dalam ungkapan; jangan lupakan sesuatu. Frater Maximianus mengatakan bahwa Frater Andreas mengosongkan tempat susu dengan menaruh tempat
Taman di Ruwenberg. 5
INTERNASIONAL
SIDANG UMUM KETIGA Dari tanggal 6 sampai 11 Januari 2013, Sidang Umum ketiga dalam masa pimpinan Dewan Umum (2008-2013) diadakan di generalat CMM, Tilburg. Dalam Konstitusi kongregasi ditetapkan bahwa harus mengadakan minimal dua pertemuan semacam itu antara kedua kapitel umum. Sama seperti tujuan kedua sidang umum sebelumnya, pertemuan kali ini dimaksudkan sebagai persiapan kapitel umum 2014, yang akan diadakan di generalat. Sidang umum pertama berlangsung pada tahun 2009 di Igarapé, Brasil. Di samping urusan-urusan formal, tema ‘Kepemimpinan dalam persaudaraan kita yang seluas dunia’ dibicarakan bersama para pemimpin kongregasi. Sidang umum kedua diadakan di Yogyakarta pada tahun 2011. Pokok bahasannya ‘Pembentukan frater yang berbelaskasih’ dibahas oleh para pemimpin dan pendamping pendidikan awal para frater.
Perkembangan Pada permulaan sidang umum yang ketiga, pemimpin umum, Frater Broer Huitema, mengingatkan bahwa kali ini tidak ada lagi perwakilan dari Kalifornia, Suriname dan Belgia, karena ketiga regio itu sudah ditutup. Pada hari pertama dibicarakan perkembangan6
perkembangan di regio, provinsi dan kongregasi seluruhnya sejak tahun 2008. Di dalam kongregasi telah dibuka bebarapa rumah frater yang baru (Joannes Zwijsen, Dili, Lembata, Banjarmasin, Tarakan, Molo), juga sekolah-sekolah baru (Lembata, Banjarmasin, Tarakan, Mosocho) dan di Indonesia didirikan sebuah poliklinik. Ada harapan bahwa Provinsi CMM Indonesia akan mandiri secara finansial pada tahun 2014. Di samping kegembiraan karena perkembangan-perkembangan positif itu terdapat juga keprihatinan besar di Indonesia karena penurunan jumlah panggilan masuk frater dan sejumlah frater yang meninggalkan kongregasi. Dari laporan Provinsi Belanda menonjol bahwa, sejak 2008 tiga puluh frater meninggal dunia. Usia frater rata-rata 77,5 tahun. Walaupun demikian dapat
Para peserta sidang umum di ruang kapitel generalat Frater CMM. Dari kiri ke kanan: Frater Andrea Sifuna (pemimpin provinsi Kenya), Frater Edward Gresnigt (wakil pemimpin umum), Frater Jan Koppens (pemimpin provinsi Belanda), Frater Silvino Belo (pemimpin regio Timor Leste), Frater Martinus Lumbanraja (anggota dewan umum), Frater Ronald Randang (anggota dewan umum), Frater Cristino Gemen (pemimpin regio Brasil), Frater Hermenegildus Beris (pemimpin regio Namibia), Frater Broer Huitema (pemimpin umum), Frater Lawrence Obiko (anggota dewan umum), Frater Martinus Leni (pemimpin provinsi Indonesia), Frater John Grever (ekonom umum).
disimpulkan bahwa para frater sejauh mungkin berpartisipasi pada perutusan kongregasi, yang empunyai belaskasih dan persaudaraan sebagai pokok. Hal yang memprihatinkan adalah perihal kemimpinan di provinsi dan komunitas di masa mendatang. Motto masa kepemimpinan DPU sekarang ini, ‘Memberikan kesaksian mengenai belaskasih dalam persaudaraan seluas dunia’, ditekankan secara khusus di Kenya dengan presentasi tema-tema renungan yang sesuai. Puncaknya adalah ‘Summer School Spirituality’ di Nakuru, di mana 24 frater, di antaranya 12 frater dari Kenya, berpartisipasi; ada akuisisi dua kompleks apartemen di lahan para frater di Rhapta Road Nairobi yang cukup menghasilkan demi memungkinkan provinsi Kenya hidup lebih mandiri; pembukaan sekolah dan asrama St. Vinsensius a Paulo di Mosocho serta pengangkatan seorang administrator keuangan. Regio Namibia dan Timor Leste berada pada awal fase baru dalam sejarah mereka dengan sejumlah frater muda. Banyak frater sedang studi dan masih butuh beberapa tahun lagi untuk bisa berpartisipasi pada karya kongregasi. Pada bulan Juli tahun ini, regio Brasil menjadi pusat perhatian berkaitan dengan Hari Kaum Muda Sedunia di Rio de Janeiro. Nathalie Bastiaansen, koordinator karya kongregasi bagi pemuda internasional, memberikan presentasi mengenai program tersebut. Pada bulan Januari 2013, sekitar seratus pemuda, yang dibimbing oleh tujuh frater, memulai persiapan kegiatan itu. ‘Colégio Padre Eustáquio’ di Belo Horizonte, milik Kongregasi Frater CMM, akan menjadi markas bagi para peserta kegiatan itu yang biasa disebut ‘duta-duta persaudaraan seluas dunia’.
Keadaan keuangan Pada hari kedua, hal yang mengesankan adalah laporan mengenai usaha-usaha kongregasi untuk memperbaiki keadaan keuangan di pelbagai regio dan provinsi. Setiap regio dan provinsi menjelaskan inisiatif-inisiatif yang terkait. Bendahara umum, Frater John Grever,
menjelaskan berdasarkan grafik-grafik mengapa regio dan provinsi harus lebih mandiri secara finansial akibat turunnya pendapatan dewan umum. Para peserta sidang menekankan bahwa provinsi dan regio, dalam usaha untuk meningkatkan penghasilan sendiri melalui pencarian dana, selalu harus memprioritaskan karya bagi kaum miskin, karena karya ini adalah inti karisma Frater CMM. Generalat juga berusaha untuk memperbaiki situasi keuangannya antara lain dengan menyewakan bagian gedung kepada ‘Pusat Pelayanan Misioner Tilburg’ (lihat hal. 8-10) dan kepada lembagalembaga lain yang tujuannya sesuai dengan misi kongregasi.
Penulisan sejarah Bapak Charles van Leeuwen, sekretaris studi CMM, berbicara mengenai karyanya demi penulisan sejarah kongregasi. Buku itu akan terdiri atas 30 pasal tematis yang disusun berdasarkan sejumlah tema pokok: ‘spiritualitas belaskasih dan persaudaraan’, ‘perutusan’, ‘internasionalisasi’, ‘keberhasilan dan kegagalan’, ‘kreativitas’ dan ‘semangat pendahulu’. Pada kapitel umum tahun 2014, jilid pertama buku ini akan dipresentasikan dalam bahasa Belanda dan Inggris.
Pelecehan seksual Waktu sidang umum, Frater Broer Huitema secara panjang lebar berbicara mengenai perkembangan tiga tahun terakhir di Belanda, yang berkaitan dengan pelecehan seksual yang terjadi di dalam kongregasi. Jelaslah bahwa masalah itu tidak saja menyita banyak waktunya tetapi juga menyakiti hatinya. Untuk mencegah kemungkinan terjadinya pelecehan lagu oleh para frater di masa mendatang, pada tahun 2011 Sidang Umum di Yogyakarta mendalami masalah itu. Provinsi dan regio sudah mengembangkan sejenis protokol, dan sejauh perlu protokol akan diuji dalam praktek dan disahkan dalam Kapitel Umum 2014. Frater Edward Gresnigt 7
BELANDA
PUSAT PELAYANAN MISIONER TILBURG MENYEWA SAYAP GENERALAT
Sejak awal Januari 2013, Pusat Pelayanan Misioner Tilburg (MST) diberikan akomodasi di sayap gedung generalat CMM, yang tersedia setelah direhab. MST itu didirikan pada tahun 1989 oleh dua kongregasi yaitu MSC dan FDNSC. Pusat itu mau meningkatkan kondisi sosial masyarakat yang karena salah satu sebab merasa terisolasi secara sosial: orang pengungsi, pencari suaka, para tunawisma dan penganggur serta yang tersingkir. Karena tujuan itu jelas sejalan dengan misi Frater CMM, maka kongregasi dengan senang memberi akomodasi kepada MST di sayap generalat. Foto kiri: Pada tanggal 12 November 2012 di generalat Frater CMM ditandatangani kontrak sewa-menyewa oleh Frater Edward Gresnigt, wakil pemimpin umum CMM (kiri), dan Bapak Anton van Opdorp (kanan), ketua MST.
pribadi, menawarkan diri untuk sekali seminggu memasak sup untuk para tamu di ruang tamu.”
Di MST terdapat sembilan karyawan dan 160 relawan. Dengan biaya kecil saja organisasi ini menawarkan kursus bahasa, kursus komputer, kursus kreativitas dan program kebugaran. Segala kursus diikuti seribu orang lebih. Di samping itu keahlian MST ini dapat digunakan berkaitan dengan usaha mencari pekerjaan dan dukungan bagi para pengungsi. Selama setiap minggu pusat MST ini dikunjungi oleh 1.500 orang. Mereka adalah murid yang terdaftar atau pengunjung ‘Ruang Tamu’ – fasilitas terbuka – bagi mereka yang tidak mengambil bagian pada kegiatan-kegiatan MST. “Para relawan tidak dapat dibedakan dari para pengunjung.” Semua berbaur sebagaimana dapat dibaca pada buku jubileum ’MST: jantung Tilburg yang nerdebar’, yang diterbitkan tahun 2010 pada perayaan jubileum 20 tahun pendiriannya. Seorang guru yang mengajar bahasa pada suatu kelas dapat menjadi peserta kursus di bidang komputer pada hari lain atau membutihka nasihat di bidang finansial. Dapat terjadi bahwa seorang ibu, yang bergulat dengan masalah-masalah 8
Para pengunjung MST sebagian besar berasal dari Belanda dan Eropa, namun adapun orang asal benua Afrika. Jumlah orang asal luar negeri yang terbesar adalah orang Somalia, kemudian orang Irak dan orang Polandia. Sekitar 100 orang suku Roma dari Rumania sering hadir di MST.
Dasar keuangan MST didirikan pada tahun 1989 dan bertempat di biara MSC di Tilburg. Sejak tahun 2007 pusat ini bertempat di ‘Rumah Dunia’ di pusat kota Tilburg. Organisasi yang juga berkantor di sana ialah suatu yayasan untuk para pendatang dan pengungsi di Propinsi Brabant dan suatu koperasi. Pada tanggal 31 Desember 2012 ‘Rumah Dunia’ harus ditutup, dan ketiga organisasi terpaksa meninggalkan mantan gedung bank itu. MST mendapatkan tempat di generalat Frater CMM, yang letaknya kira-kira satu kilometer dari lokasi terdahulu. Pembiayaan MST dilaksanakan dengan bantuan beberapa sumber. Bukan hanya kedua kongregasi yang mendirikan pusat ini menyumbangkan dana, tetapi terdapat juga penyumbang lain dan pemerintah kota Tilburg. Dengan bantuan para sponsor baru dan para
Foto kiri: Pada tanggal 14 December 2012, suatu pawai yang terdiri atas orang-orang MST berjalan dari ‘Rumah Dunia’, domisili lama, ke tempat baru di generalat CMM. Ini awal perpindahan lokasinya.
donatur, MST berusaha untuk menciptakan dasar keuangan yang kokoh, agar terjamin masa depannya.
“Dermaga masyarakat”
Sayap generalat CMM di mana MST berdomisili.
Pintu masuk MST.
Mantan perpustakaan CMM direhab demi MST.
Direktur MST, Rob van der Zwan, seorang teolog, menulis dalam buku jubileum: “Di daerah kota Tilburg dekat stasiun KA di pusat kota Tilburg merupakan bagian yang mau dikembangkan. Di situ juga terletak generalat Frater CMM. MST ingin berkembang sebagai ‘dermaga masyarakat’ yang penting di masa mendatang.” Ia menerangkan: “MST melayani orang, tanpa menjadi lembaga atau pusat pendidikan resmi. MST memelihara latar belakangnya yang religius dalam mana justru orang yang kurang religius atau yang beragama lain merasa diterima dan kerasan di MST. Kegiatan MST menyangkut beberapa bidang, yang dipadukan pada satu tujuan yaitu mendukung dan mendorong orang yang berusaha memperbaiki posisi sosialnya di dalam masyarakat, sehingga ia lebih bisa berpartisipasi dalam masyarakat. Kegiatan-kegiatan dan kursus-kursus sekaligus merupakan sarana untuk berkontak, saling bertemu dan berpartisipasi. Relasi orang-orang dengan MST beraneka ragam. Ada orang yang datang untuk mendapatkan sesuatu (pengetahuan, nasihat, bantuan, kebersamaan, keramahtamahan, dan ada orang lain yang memberikan sesuatu (dedikasi, pengetahuan, keterampilan). Dengan demikian ada dimensi pertukaran seperti bantuan, dukungan, pendidikan dan pertemuan. Lembagalembaga yang dasarnya agama bukan dengan sendirinya berperan penting di dalam masyarakat. Sekalipun terdapat juga nostalgia Katolik, MST tidak mau bernostalgia. Tidak ada waktu untuk itu. Dengan kunjungan ratusan orang per minggu, keadaan di sini dan sekarang sungguh penting. Setiap orang memberi sumbangsih dan itu melebihi jumlah masalahnya. Semua orang bertalenta, juga kalau dibutuhkan waktu untuk menemukannya, melihatnya dan menghargainya. Itu sebabnya titik tolak MST adalah: bekerja berdasarkan cita-cita, bukan berdasarkan masalahmasalah. Berpikir dan bertolak dari cita-cita itu dan bukan saja dari suatu masalah merupakan pendorong serta sumber motivasi dari MST. Itulah yang mempersatukan para relawan dan semua orang terkait pada MST dalam karya sehari-hari.” 9
BELANDA
Pelajaran pertama di tempat MST yang baru.
Direktur MST, Rob van der Zwan.
‘Misioner’ Mengenai kata ‘misioner’ dalam nama MST, Rob van der Zwan mengatakan: “Dengan cara tersendiri setiap zaman menghadapi pertanyaan-pertanyaan kehidupan. Dalam tradisi misioner kedua kongregasi yang melahirkan MST ini berkembang wawasan hidup yang lebih dalam, yang praktis dan ada relasi reflektif terhadap Allah. Dalam masyarakat kita zaman kini, bukan setiap orang dapat menempuh jalan itu. Dimensi filosofis (‘pandangan hidup’) tetap penting bagi MSTdan tercermin dalam presentasi pembentukan pandangan hidup kami yang dapat digunakan orang dengan penuh kebebasan. MST bukanlah sebuah gereja dan tiada maksud memasukkan orang ke dalam gereja. Allah tidak resmi dihadirkan, tapi mungkin Ia bergema ketika MST menunjukkan cita-citanya dalam praktek hidup. MST berhubungan dengan cita-cita kemanusiaan dari tradisi Kristiani. Hal-hal yang dialami dan dirumuskan kedua kongregasi berkumandang dalam praktek sehari-hari. Dalam zaman ini tradisi-tradisi gereja bukan dengan sendirinya diterima. Namun karya MST dipengaruhi oleh tradisi itu dan bekerja dengan gembira ria dalam suasana terbuka dan mengundang.” Pater Ton van Santvoort MSC, seorang pendiri MST, merumuskan pandangannya 20 tahun silam sebagai berikut: “Saya berpikir bahwa alasan pertama pusat ini didirikan adalah agar hadir begitu saja bagi orang-orang yang meminta sesuatu; suatu tempat yang baik di mana orang mendengar sesuatu tentang itu, mendengar mengenai pelbagai macam budaya dan mendengar mengenai pelbagai macam cara untuk hidup sebagai 10
Seorang ibu suku Roma membuat sup bagi para pengunjung. manusia.” Suster Marie Louise Beurskens FDSNC mengatakan pada pembukaan MST di tahun 1989: “Kita berusaha untuk membangun manusia sampai pada kepenuhan potensi mereka. Kita harus mulai, termasuk di Belanda, suatu dialog dengan agama-agama dan pandangan-pandangan hidup yang lain, termasuk orang yang tidak beragama. Suatu dialog tidak memiliki maksud sampingan untuk menarik orang-orang lain kepada pandangan kita. Kegiatan kami dapat dikenal sebagai ungkapan dari yang kami imani, yang berarti: sungguh melayani dan bukan mencari kekuasaan. Kegiatan misioner selalu menyangkut ‘melewati perbatasan’. Melewati perbatasan bukan berlangsung antarnegara saja, akan tetapi barangkali lebih berarti melewati akuisme, agar mampu membagikan diri dan masyarakatmu ini dengan kaum miskin.” Rob van der Zwan melihat bahwa dalam iklim gerejawi di Belanda sekarang ini tidak terdapat cukup ruang bagi ‘gerakan misioner’ seperti terdapat pada awal mula MST. Walaupun demikian kata ‘misi’ merupakan kata pokok bagi MST: “Misi manusiawi menggabungkan cita-cita dan tujuan-tujuan praktis. Idealisme memampukan orang untuk menangkis masalah hidup sehari-hari, kekurangan yang konkret dialami. Ini menciptakan ruang untuk membebaskan kebaikan-kebaikan pada diri orang dan dengan cara itu memungkinkan kita menjadi orang yang konsekuen serta sungguh bisa berarti sesuatu satu sama lain.” Peter van Zoest
NAMIBIA
‘HARI KAUM MUDA NASIONAL’ ‘Hari Kaum Muda Katolik Namibia’ yang pertama akan berlangsung dari tanggal 23 sampai 25 Agustus 2013. Para frater CMM dan ‘Duta-duta persaudaraan seluas dunia’ dari Namibia, suatu jaringan pemuda CMM, berperan penting dalam organisasi kegiatan rohani yang besar itu. Proyek ini dijelaskan oleh Nathalie Bastiaansen, koordinator kegiatan kaum muda internasional bagi para frater CMM.
Inisiatif untuk mengadakan ‘Hari Kaum Muda Katolik Nasional’ di Namibia berasal dari ‘duta-duta’ Namibia. Frater Johannes Mateus, Frater Paul Onyisi dan Rhys Shadu Mbala, seorang duta persaudaraan, terinspirasi untuk menyelenggarakan kegiatan kaum muda di negara mereka setelah mengikuti Hari Kaum Muda Sedunia di Sydney tahun 2008. Menurut mereka, melalui cara yang baik itu pemuda Namibia dapat mencicipi suasana Hari Kaum Muda sedunia. Banyak orang muda tidak memiliki kesempatan untuk menghadiri peristiwa rohani yang internasional itu. Sesudah duta-duta Namibia berpartisipasi pada Hari Kaum Muda Sedunia di Madrid (2011), ide itu dipikirkan kembali. Mereka merindukan hari kaum muda di Namibia, di mana para duta dapat membagibagikan kepada kaum muda apa yang mereka sendiri alami dalam petemuan khusus di Sydney. Frater Johannes Mateus dan Shadu Mbala secara bertahap menulis suatu rencana untuk mewujudkan kerinduan ini. Pada bulan Agustus 2012, Shadu Mbala dan Frater Paul Onyisi mendapatkan izin Uskup Agung Windhoek, Mgr. Liborius Ndumbukuti Nashenda, untuk menyelenggarakan kegiatan itu.
Persiapan Persiapan Hari Kaum Muda Nasional dimulai pada bulan September 2012. Pada tanggal 29 November lebih dari seratus undangan berkumpul di aula paroki Katedral St. Mary di Windhoek - Namibia untuk
Katedral ‘Saint Mary’ di Windhoek.
menghadiri promosi proyek itu. Pertemuan ini dihadiri Mgr. Nashenda, Uskup Agung, sekjen Konferensi Uskup di Namibia, pastor-pastor mudika dari pelbagai keuskupan di Namibia, pemimpinpemimpin kongregasi dan para pemimpin kelompok kaum muda. Maksud presentasi resmi ini adalah memperoleh dukungan dari pihak berkepentingan di dalam gereja Namibia, tetapi juga untuk menghubungi orang yang mungkin dapat menjadi sponsor dan relawan. 11
namibia
Pertemuan untuk menyiapkan Hari Pemuda Nasional. Dari kiri ke kanan: Frater Joannes Mateus, Frater Peter Petrus (wakil ketua duta-duta Namibia), Rhys Shadu Mbala (duta), Frater Paul Onyisi, Lukas Mosemendi OMI, (pastor pembantu Katedral St. Mary di Windhoek).
Motto Hari Kaum Muda Nasional sama dengan motto Hari Kaum Muda Sedunia di Rio de Janeiro, tahun ini: “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu” (Mt. 28, 19). Pada akhir presentasi proyek itu, Frater Paul Onyisi mengatakan: “Kalau kita hanya bermimpi, mimpi itu tetap mimpi saja, tetapi kalau bermimpi bersama dengan orang-orang lain, mimpi itu dapat menjadi kenyataan.” Duta Shadu Mbala mengatakan mengenai proyek itu: “Duta-duta Namibia bukan takut untuk mendengarkan inspirasi iman mereka dan sesudahnya bertindak sesuai imannya. Diresapi oleh kekuatan iman itu, kami telah menyelenggarakan ‘Walk with Christ’ yang pertama pada tahun 2009, suatu acara ziarah yang sejak itu dilaksanakan pada setiap awal tahun. Kami juga aktif dalam kegiatan perkemahan bagi yatim piatu, dan beberapa duta dipilih untuk pelbagai tugas kepemimpinan di dalam gererja dan masyarakat.” Karena kegiatan-kegiatan ini Uskup Angung dan umat di Namibia mengenal para duta sebagai orang muda yang sangat berdedikasi. Itu sebabnya pimpinan gereja yakin bahwa kelompok yang penuh inspirasi itu mampu menyelenggarakan Hari Kaum Muda Nasional. Shadu Mbala melanjutkan: “Para duta merasa sangat dihargai, karena gereja Namibia mengambil alih gagasan itu.” 12
Duta-duta persaudaraan seluas sedunia Hari Kaum Muda Sedunia berlangsung setiap dua atau tiga tahun di suatu negarapenyelenggara yang berbeda. Perayaan ini adalah inisiatif dari Paus Johannes Paulus II. Mendahului Hari Kaum Muda Sedunia Katolik di Sydney (2008), kongregasi mulai di negara-negara di mana CMM ada dengan proyek ‘Duta-Duta Persaudaraan Seluas Dunia’. Melalui proyek itu, CMM mengundang kaum muda untuk aktif dalam ‘gerakan belaskasih dan persaudaraan’ seluas dunia dan dengan cara itu kharisma CMM lebih diperkenalkan. Sekitar 100 orang sungguh terlibat dan mereka mengikuti Hari Kaum Muda Sedunia. Pada tahun 2011 pun, 100 duta berpartisipasi. Hari Kaum Muda Sedunia tahun 2013 dilangsungkan di Rio de Janeiro, Brasil.
Emilia Uupindi, ketua duta-duta Namibia, membaca suatu teks pada ‘weekend’, yang berlangsung dari 1 sampai 3 Februari 2013, di depan suatu perhentian jalan salib di gunung Döbra, dekat ibukota Windhoek.
Tracy Kaapala dan Frater Kassian Niingo (salah satu pemimpin kelompok duta Namibia) membaca teks meditatif pada ‘weekend’ di awal bulan Februari 2013 di gunung dekat Döbra.
Organisasi Hari Kaum Muda Katolik Nasional, diadakan di bawah naungan konferensi para uskup Namibia. Organisasi ini memiliki tiga tingkatan. Tingkat pertama adalah komisi nasional terdiri yang terdiri atas orang muda, beberapa pastor Mudfika, dua duta serta Frater Paul Onyisi dan Frater Johannes Mateus. Tingkat kedua adalah komisi organisasi yang memperhatikan logistik. Dua duta dan Frater Paul Onyisi terlibat dalam komisi itu. Kemudian ada subkomisi yang asyik dalam hal memperoleh dana, kaum relawan, logistik, marketing, keamanan dan pertolongan pertama. Kebanyakan duta Namibia membantu di salah satu subkomisi. Di samping itu mereka terlibat dalam mempersiapkan para peserta untuk Hari Kaum Muda Nasional. Hal ini berarti bahwa pada tahun ini duta-duta tertentu mengunjungi seluruh negeri Namibia sambil mendampingi para perserta. Baik duta-duta maupun frater-frater berperan penting dalam organisasi kegiatan rohani itu, namun mereka telah memilih untuk tinggal di belakang layar dan tidak berperan di media. Organisasi itu secara resmi didaftarkan atas nama Konferensi Uskup Namibia. Frater-frater dan duta-duta memilih posisi ini “untuk menghindari godaan cari nama dan sukses”, kata Rhys Shadu Mbala. “Sukses menyilaukan
keinginan untuk melakukan karya Allah dengan baik; jangan karya itu dianggap karya mereka. Kami telah memutuskan untuk lewat edisi majalah Frater CMM ini memberi perhatian pada proyek CMM yang dilangsungkan demi mudika, yaitu proyek ‘Duta-Duta Persaudaraan Seluas Dunia’.”
Sponsor Duta-duta Namibia mengundang para duta dari negara-negara lain untuk menghadiri peristiwa nasional itu. Mereka juga minta doa dan penggabungan rohani dari para duta di seluruh dunia. Juga sponsor-sponsor diundang untuk berpartisipasi dalam menyumbang bantuan demi suksesnya peristiwa itu. Untuk itu mereka dapat menghubungi pusat proyek duta-duta di generalat Frater CMM di Tilburg, Belanda. Nathalie Bastiaansen
13
belgia
Frater Humberto Wouters sedang melukis.
HUMBERTO WOUTERS
SEORANG PELUKIS LIRIS Dari tanggal 22 Februari sampai dengan 29 Maret 2013 dipamerkan karya Frater Humberto Wouters (1920-1999) di pusat pertemuan ‘Tentakel’ di Zonhoven, Belgia. Menurut kepala arsip Rien Vissers, yang juga ketua redaksi majalah Frater CMM: “Ada sejumlah frater yang pernah melukis. Beberapa di antaranya adalah pelukis yang sungguh baik, akan tetapi karya terbaik adalah lukisan-lukisan Humberto Wouters. Eksposisi di Zonhoven, hampir 14 tahun sesudah wafatnya, sebenarnya merupakan suatu perbuatan yang layak.” Sebagian besar hidup Frater Humberto Wouters dihabiskan di tempat kelahirannya yaitu Zonhoven di Propinsi Limburg, Belgia. Selama beberapa tahun ia bekerja di sekolah pendidikan guru dan memiliki tugas pengawasan di asrama. Pelukis Gaston Wallaert (1889-1954) adalah gurunya, dan selama sekian tahun Frater Humberto sendiri ada guru seni. Ia menemukan caranya yang unik sebagai orang seniman. Seseorang bisa mengamati perkembangan khas sebagai pelukis pada cara ia memakai warnawarni. Pada awalnya ia menahan diri. Tapi lewat 14
beberapa tahun warnanya menjadi lebih riang. Melihat seluruh hasil karyanya boleh dikatakan bahwa Frater Humberto Wouters adalah seorang ‘pelukis warna’ yang jitu. Gayanya bergerak antara abstraksi dan figurasi. Dia coba menemukan keseimbangan di dalamnya. Ia memperlakukan ‘aspek agama dan ‘aspek duniawi’ dalam karyanya dengan cara yang sama. Seorang pengamat karya Humbertio berbicara tentang ‘kesucian yang membumi’. Humberto semakin mahir dalam apa yang bisa disebut ‘seni yang melepaskan’.
Foto-foto di atas: Eksposisi di pusat pertemuan Tentakel di Zonhoven. Foto kanan: Frater Humberto Wouters di studionya. Kulit buku Fernand Haerden
Kombinasi minimal dari kontur dan warna memberi kepadanya suatu kekuatan yang ekstra. Bila mempelajari dan melihat salah satu lukisannya, kita memperoleh kesan bahwa kuasnya hampir tidak menyentuh kain kanvas. Baik sentuhan maupun dalam hal melukis garis ia menunjukkan pengendalian diri. Hanya dalam memasang warna ia menampilkan keriaannya. Orang yang pernah boleh ketemu dengan Frater Humberto Wouters tahu bahwa sikap itu sesuai dengan kepribadiannya. Ia seorang yang sangat simpatik dan rendah hati!
Secara teratur, selama karirnya sebagai pelukis, orang bisa memperhatikan hasil karyanya yang sering dipamerkan. Di tahun 1980 Fernand Haerden menulis sebuah monografi yang bagus tentang dia. Judulnya sederhana saja: H. Wouters. Kami berharap agar di masa depan terdapat perhatian secara berkala tentang pelukis liris ini, yang menghasilkan karya yang introspektif dan murni.
Rien Vissers 15
INDONESIA
PEMBUKAAN POLIKLINIK
‘ST. LUKAS’ DI AEK TOLANG Pada tanggal 21 Januari 2013 poliklinik ’St. Lukas’ yang baru diresmikan. Pembukaan poliklinik yang dikelola oleh CMM diawali dengan perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Uskup Sibolga, Mgr. Ludovikus Simanullang OFM Cap. Frater Martinus Leni, provinsial CMM Indonesia, memberi laporan. Di samping Bapak Uskup acara ini dihadiri juga oleh Bupati Kepala Daerah Tapanuli Tengah dan sekretarisnya, kepala dinas kesehatan daerah itu, kepala dinas kesehatan Pandan, pemerintah kecamatan dan kepala kampung. Dari pihak gereja hadir beberapa pastor, suster, bruder, frater serta murid SMP dan SMA. Tamu khusus adalah Bapak Piet Prinse dari Belanda, yang mengumpulkan dana dan dengan demikian memberikan sumbangan penting dalam upaya membangun poliklinik itu. Sebagai sopir bus ia terlibat erat dalam ziarah frater-frater CMM dan sustersuster SCMM ke tempat-tempat penting bagi kedua kongregasi di Belanda dan Perancis. Ia telah berupaya demi karya CMM di Indonesia.
Tugas penting Dalam kata sambutannya uskup berharap agar poliklinik menjadi contoh “lembaga cintakasih dalam dunia yang penuh persaingan”. Pemimpin CMM Indonesia, Frater Martinus Leni, juga mengungkapkan harapannya agar di poliklinik ini para pasien bukan hanya dihormati tetapi terutama dilayani penuh cintakasih. Ia berharap pula agar dikembangkan hubungan kerja sama yang baik dengan klinik-klinik lain di sekitarnya. Bupati Kepala Daerah Tapanuli Tengah, Raja Bonaran Situmeang menekankan bahwa 16
poliklinik ini berperan penting demi memperbaiki tingkat kesehatan di daerah ini. Frater Tarcisius Maweikere, ketua yayasan poliklinik tersebut, menggambarkan awal poliklinik sebagai pusat kesehatan kecil yang kemudian berkembang menjadi sarana penting di mana setiap tahun lebih dari 13.000 pasien dirawat.
Uskup Sibolga, Mgr. Ludovikus Simanullang, membuka poliklinik dengan menggunting pita. Frater Martinus Leni (kanan) mengamati peristiwa itu.
IndonesiA
Kelas ‘SMA Don Bosco’ Manado
SEKOLAH-SEKOLAH DON BOSCO
IMAN, ILMU DAN PERSAUDARAAN
Sekolah-sekolah frater di Indonesia diselenggarakan oleh ‘Yayasan Don Bosco’, dan meliputi taman kanan-kanak, sekolah dasar dan sekolah menengah pertama serta sekolah menengah atas. Frater Antonius Kodoati dan Frater Rikardus Rumangun memberikan laporan mengenai sekolah-sekolah ‘Don Bosco’ di Tarakan, Manado dan Tomohon.
SMA ‘DON BOSCO’ DI TARAKAN Tarakan terletak pada pulau dengan nama yang sama di Propinsi Kalimantan Timur.. Sekolah ini mempersiapkan siswa-siswanya agar mereka dapat melanjutkan studi ke jenjang sekolah yang lebih tinggi atau universitas. SMA Tarakan didirikan pada tanggal 15 September 1987 oleh Kongregasi OMI, dengan nama ‘W. Poerwardaminta’, dan diselenggarakan oleh ‘Yayasan Harapan Mulia’. Pada permulaan, SMA menggunakan kelas-kelas SD sampai dibangun gedung baru untuk SMA pada tahun 1998. Mgr. Justinus Harjususanta MSF, Uskup Tanjung Selor, di sebelah timur-laut Kalimantan, telah menghubungi Kongregasi Frater CMM berkaitan dengan sekolahsekolah Katolik di pulau Tarakan. Pada tanggal 17 Desember 2007 ditandatangani akta serah terima seluruh kompleks persekolahan dan pengelolaannya dari ‘Yayasan Harapan Mulia’ kepada ‘Yayasan Don Bosco’. Pada tanggal 18 Desember 2007
berlangsunglah acara resmi serah terima sekolahsekolah itu, dan Frater Andy Effruan diangkat menjadi kepala SMA. Semua sekolah dinamai ‘Don Bosco’.
Tantangan besar Beberapa alumni ‘SMA W. Poerwardaminta’ belum menyadari bahwa sudah diadakan perobahan struktur, yaitu bahwa sekolah-sekolah telah dialihkan kepada Frater CMM. Dalam suatu buku yang diterbitkan pada tanggal 17 Juni 2011 seorang alumni bertanya: Mengapa ‘SMA W. Poerwardaminta’ harus dilenyapkan dari masyarakat Kalimantan Timur? Siapa yang membuat keputusan itu? Penulis mengundang rekanrekan alumni untuk merehabilitasi nama ‘SMA W. Poerwadaminta’. Keinginan dari beberapa bekas murid itu merupakan tantangan besar bagi para frater. Secara hukum tidak ada masalah bagi kongregasi, akan tetapi suatu sekolah kiranya juga didukung oleh masyarakat demi mensukseskan pendidikannya. Para alumni dapat 17
guru di sekolah-sekolah tersebut. Para frater dengan spiritualitas belaskasih dan persaudaraan membawa semangat itu juga di sekolah-sekolah. Semboyan sekolah-sekolah ‘Don Bosco’ adalah: ‘Fides, Scientia et Fraternitas’ (Iman, Ilmu dan Persaudaraan). Para frater bekerja keras untuk mewujudkan itu. Frater Lawrence Obiko, anggota dewan umum, bersama dengan anak-anak TK Tarakan.
sangat membantu dalam mendukung sekolah mereka. Mudah-mudahan para frater menemukan jalan untuk bekerja sama erat dengan para alumni. Dan semoga sekolah-sekolah di Tarakan dapat semakin bermutu dan menjadi lembaga pendidikan dalam mana spiritualitas CMM, belaskasih dan persaudaraan, dapat diwujudkan. Frater Antonius Kodoati
SEKOLAH-SEKOLAH FRATER ‘DON BOSCO’ DI MANADO DAN TOMOHON ‘Yayasan Don Bosco’, sejak tahun 1920-an dikelola oleh Frater CMM. Yayasan ini adalah pengelola sekolah-sekolah ‘Don Bosco’ dan beberapa asrama di Manado dan Tomohon. Frater-frater boleh merasa bangga atas sekolah-sekolah mereka. Setiap tahun banyak siswa yang lulus menggambarkan rasa hormat dan kekaguman karena iman, pengetahuan serta budaya mereka. Karena prestasi sekolah yang gemilang, sekolah-sekolah frater di Manado dan Tomohon terkenal di Indonesia dan tergolong sekolahsekolah yang baik. Hasil ini tercapai karena kerja sama yang baik antara para frater, guru dan pihak yayasan. ‘Yayasan Don Bosco’ berkedudukan di Yogyakarta. Ketuanya adalah Frater Dion Lamare. Di Manado ada perwakilan yayasan yang dipimpin oleh Frater Rikardus Rumangun. Ia sekaligus bertugas sebagai sekretaris yayasan perguruan. Bendahara yayasan adalah Frater Emarius Gulö. Setiap sekolah CMM dipimpin oleh seorang frater, kecuali TK. Kepala SD di Manado adalah Frater Benediktus Jeujanan dan di Tomohon Frater Matias Hamsudin. SMP Manado dipimpin oleh Frater Valerius Halawa dan di Tomohon oleh Frater Theodorus Hera. SMA di Manado dipimpin oleh Frater Yoseph Bille. Ada juga frater yang bekerja sebagai 18
Kurikulum baru Perguruan harus terus mempertahankan dan meningkatkan kualitas pendidikannya. Staf sekolah tidak boleh merasa cepat puas dengan hasil yang sudah dicapai. Kurikulum baru akan diberlakukan pada tahun 2013 ini bagi pendidikan dasar dan menengah. Pelaksanaannya meminta banyak kerja bagi mereka yang terlibat. Akan muncul perobahan-perobahan besar yang mutlak dimonitoring dengan saksama.
Vinsensius Pada tanggal 27 September para frater merayakan pesta St. Vinsensius di setiap komunitas dan sekolah milik CMM. St. Vinsensius adalah pelindung karya para frater. Pada bulan September mereka mengadakan program dan kegiatan-kegiatan untuk membantu orang miskin dan marginal. Para siswa dan guru mengunjungi kaum miskin dan meringankan beban mereka. Siswa-siswi miskin tetap diterima di sekolahsekolah ‘Don Bosco’, dan mereka menerima bantuan dalam hal pembayaran uang sekolah. Kami berharap agar ‘Yayasan Don Bosco’ dapat terus berkarya untuk jangka waktu lama dan bersama dengan para frater dan staf sekolah membangun serta mempertahankan sekolah yang bermutu. Semoga ‘Fides, Scientia et Fraternitas’ menuntun mereka dalam menunaikan tugas di sekolah. Frater Rikardus Rumangun
Kelas ‘SMA Don Bosco’ di Manado
kenya
Frater Richard Gisemba disalami oleh para konfraternya.
PROFESI SEUMUR HIDUP Pada tanggal 1 Desember 2012 Frater Richard Gisemba mengikrarkan profesinya seumur hidup dalam tangan Frater Broer Huitema, pemimpin umum CMM. Profesi ini berlangsung dalam perayaan Ekaristi yang berlangsung selama kurang lebih dua setengah jam. Saksi-saksi profesi ini, yang turut menandatangani akta profesi, adalah Frater Andrea Sifuna, pemimpin provinsi Kenya dan Frater Leo van de Weijer. Karena profesi ini dihadiri oleh banyak orang, maka perayaan itu dilangsungkan di luar gereja paroki Rangenyo, letaknya tidak jauh dari komunitaskomunitas CMM di Mosocho, Oyugis dan Sikri. Dalam sambutannya, Frater Broer Huitema menyatakan kegembiraannya bahwa Frater Richard memilih untuk tetap hidup sebagai seorang frater yang berbelaskasih. Katanya: “Setiap hari merupakan suatu tantangan agar semakin diwujudkan identitas CMM: menjadi saudara yang berbelaskasih, pertama-tama di komunitas dan kemudian melalui cara orang lain dilayani.” Pemimpin umum mengucapkan terima kasih secara khusus kepada orangtua Frater Richard: “Tanpa teladan dan dedikasi anda, ia tidak menempuh langkah ini.” Perayaan dipimpin oleh Vikjen Keuskupan Kisii dan dihadiri oleh para frater, wakil kongregasi-kongregasi lain, rekan-rekan kerja dan murid-murid SD ‘St. Vincent de Paul’ di Mosocho, di mana Frater Richard bekerja sebagai guru.
Foto di bawah: Frater Richard Gisemba, bersama orangtuanya, pemimpin umum CMM Frater Broer Huitema, provinsial CMM Kenya, Frater Andrea Sifuna, serta anggota keluarga yang lain seusai upacara.
Frater Edward Gresnigt 19
BERITA PENDEK
WALIKOTA TILBURG MENGHADIRI PROYEK ‘MAKAN SIANG BERSAMA’ Pada tanggal 31 Januari 2013, walikota Tilburg, Peter Noordanus, mengunjungi frateran Elim dan proyek makan siang bersama. Ia berbicara panjang lebar dengan para tamu, relawan dan orang penginisiatif. Pada akhir kunjungannya ia memberikan setangkai bunga mawar kepada setiap orang yang hadir. Pada tahun 2009 komunitas Elim bersama paroki dan Suster SCMM memulai proyek makan siang bersama itu demi orang-orang yang kesepian dan membutuhkan kontak dengan orang-orang lain. Tamu-tamu proyek itu datang dari seluruh kota Tilburg. Mereka berlatar belakang etnis yang berbeda. Pada awalnya, makan siang bersama itu diadakan sekali seminggu, akan tetapi karena minat besar, di tahun 2011 acara itu mulai dilangsungkan dua kali seminggu. Makanan disajikan gratis, tetapi sumbangan sukarela tetap dihargai. Kegiatan ini didukung oleh paroki Frater Andreas, Suster SCMM dan Frater CMM, dan hanya dapat berlangsung berkat kelompok relawan yang besar. Setiap hari Selasa dan Kamis dipasang bendera khusus di depan frateran. Bendera itu mengandung 4 logo: ‘makan siang bersama’, logo paroki dan kedua kongregasi yang berpartisipasi.
Bendera ‘makan siang bersama’ di depan frateran Elim di Tilburg.
Walikota Tilburg, Peter Noordanus (kiri) berbincang dengan para tamu.
SEORANG FRATER BERDEDIKASI
Frater Joseph Cosmas Mduge. 20
Terdorong oleh apa yang dibacanya di majalah Frater CMM, Frater Joseph Cosmas Mduge novis tahun pertama asal Tanzania, menulis pandangannya mengenai kehidupan seorang frater. “Melalui kaul-kaulnya, seorang frater mengabdikan seluruhnya kepada sesama. Ia membuka hatinya
bagi dunia, mendengarkan sesamanya dan membuka tangannya. Ia hanya mampu melaksanakan itu karena perhimpunan frater yang kokoh. Komunitas hanya bereksistensi berkat kaul-kaul. Kaul-kaul menciptakan ikatan antara para frater, sehingga mereka dapat membagi kegembiraan dan penderitaan. Lewat hidup selibat, mereka dapat sungguh mempeduilikan satu sama lain. Karena kaul kemiskinan semua frater sama saja, dan dapat hidup terarah pada tujuan yang sama. Ketaatan berarti bahwa semua frater setia pada tugas mereka, agar semangat kristiani dapat meresapi seluruh dunia.”
DITANTANG OLEH BELASKASIH Sion berkata: “TUHAN telah meninggalkan aku dan Tuhanku telah melupakan aku.” Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau. Lihat, Aku telah melukiskan engkau di telapak tangan-Ku; tembok-tembokmu tetap di ruang mata-Ku. (Yes. 49: 14-16). Kutipan dari Kitab Yesaya ini sangat menyentuh hati saya, karena sebagai frater CMM saya berusaha untuk hidup sebagai saudara yang berbelaskasih sesuai spiritualitas kongregasi. Kata ‘belaskasih’ bisa membuat kita berpikir tentang hiburan, menenangkan hati dan pikiran, membawa damai dan kata-kata lain yang menarik. Akan tetapi belaskasih juga dapat menjadi suatu tantangan yang memperlihatkan siapakah kita. Saya pernah mengalami bahwa seorang gadis dituduh mencuri uang di sekolah. Orangtuanya tak sanggup menerima tuduhan itu dan menekan puterinya di rumah lewat hukuman. Perkara ini begitu menimbulkan emosi sampai mereka berseru kepada anak itu di halaman sekolah: “Kami akan membunuh engkau! Lebih baik anak ini mati saja! Ia mempermalukan orangtuanya!” Frater Aloysius Ungkang mendengar bagaimana orangtua itu memperlakukan anak mereka dan melihat bahwa ia dihantam habis. Frater itu menghadap orangtua itu dan bertanya siapa yang menyiksa anak itu. “Saya melakukan itu”, kata ayahnya. Dengan suara nyaring Frater Aloysius menjawab: “Kalau begitu, kalian sebagai orangtua bertanggung jawab. Bawa anak itu ke rumah sakit. Kalau ia mati kalian akan masuk penjara!” Sesudah kata-kata itu keluar amarah orangtua mereda. Mereka pulang dan mengurus perawatan anak itu. Akhirnya hubungan baik antara orangtua dan anaknya pulih kembali. Mendengar cerita ini, saya teringat semboyan pendiri kami, Mgr. Joannes Zwijsen: ‘Mansuete et Fortiter’, lemah dan tegas. Terkadang kita harus tegas, terutama kalau belaskasih menantang kita, sebagaimana dialami Frater Aloysius. Frater Antonius Kodoati
HARI PENUH PELAJARAN DI FRATERAN SIGONA Samuel Amolo pemuda Kenya, melaporkan mengenai suatu hari studi pada tanggal 9 September 2012 di novisiat CMM – Sigona, yang diselenggarakan untuk kelompok pemuda dari paroki Kikuyu yang disertainya. “Kami diterima dengan baik oleh para frater”, tulisnya. Hari ini penuh pelajaran; kaum muda dan para frater bertukar pikiran mengenai peran mereka di dalam gereja dan masyarakat. Para frater memperlihatkan beberapa film mengenai orang yang mengidap HIV
dan AIDS. Mereka sungguh tersentuh oleh sebuah video mengenai seorang anak, Nick namanya, yang tidak punya kaki dan tangan, namun berpartisipasi penuh pada kegiatan umat seiman. Ia hanya mampu melakukan itu, karena ia percaya diri dan menerima diri sebagaimana adanya. Melalui cerita ini, para pemuda yakin bahwa mereka harus menerima diri sebagaimana adanya, harus berjuang untuk membela hak mereka dan melayani Allah dan menopang gereja lewat pelbagai cara. Para frater menjelaskan kepada kaum muda bahwa mereka berharga dan bahwa setiap orang dapat mengabdi kepada Sang Pencipta lewat caranya sendiri. Berdasarkan kesadaran ini mereka perlu menyadari terus bahwa mereka tidak dapat hidup tanpa beban, tetapi mereka mempunyai kewajiban terhadap diri sendiri dan terhadap Allah untuk memanfaatkan dengan baik kehidupan yang diberikan kepada mereka.” Kaum muda paroki berekreasi di taman frateran Sigona. 21
in memoriam
Frater
Frater
Canisius (J.J.W.M.) Tra
Patrick (F.P.C.M.) Smolders
Frater Canisius lahir di Goirle, Belanda, pada tanggal 14 September 1931. Ia masuk Kongregasi Frater CMM di Tilburg pada tanggal 29 Agustus 1949. Ia mengikrarkan profesinya seumur hidup pada tanggal 15 Agustus 1954 dan meninggal dunia pada tanggal 28 Desember 2012 di komunitas Joannes Zwijsen di Tilburg lalu dikebumikan di pemakaman Frater CMM, kompleks ‘Huize Steenwijk’ di Vught.
Frater Patrick lahir di Tilburg, Belanda, pada tanggal 6 November 1929. Ia masuk Kongregasi CMM di Tilburg pada tanggal 29 Agustus 1947. Ia mengikrarkan profesinya seumur hidup pada tanggal 15 Agustus 1952 dan meninggal dunia tanggal 17 Januari 2013 di komunitas Joannes Zwijsen di Tilburg. Ia dikebumikan di pemakaman Frater CMM, kompleks ‘Huize Steenwijk’ di Vught.
Josef salah satu anak termuda dalam keluarga yang besar. Di sini panggilannya untuk menjadi frater CMM berkembang, sama seperti kakaknya Frater Marius. Sesudah masa novisiatnya ia belajar menjadi tukang jahit dan perawat orang sakit di lembaga ‘Huize de la Salle’ di Boxtel dan asrama di Medemblik. Pada tahun 1958 ia diminta ke Rumah Induk di Tilburg untuk bekerja di bagian penjahitan. Frater Canisius menjadi ahli sebagai penjahit. Setelah memperoleh diploma ahli menjahit pada tahun 1965, ia ditugaskan sebagai kepala di bagian penjahitan dan toko pakaian para frater. Selama 47 tahun ia melayani komunitasnya lewat tugas itu. Selama tiga puluh tahun ia anggota dewan komunitas. Ia juga berkontak erat dengan familinya dan mendapat banyak sahabat. Ia seorang religius yang merasa bangga atas keluarganya, kongregasi dan gerejanya. Sekarang kita harus menyerahkan Frater Canisius ke dalam tangan Allah, Bapa kita semua. Semoga ia menjadi pengantara bagi kita kepada Yang kita boleh sebut Yang Belaskasih.
Frater Patrick dibesarkan di kota Tilburg, di mana ia bertemu dengan frater-frater CMM di SD. Ia pun ingin menjadi frater CMM. Sebagai guru ia bekerja di pelbagai SD di Belanda. Pada tahun 1961 ia diutus ke Kongo - Afrika, di mana ia bekerja sebagai guru sampai tahun 1975. Pada tahun itu para frater harus meninggalkan negara itu karena keadaan kacau. Sesudah tinggal beberapa waktu di Belanda, ia diutus ke Namibia-Afrika. Ia memberikan pelajaran di sekolah menengah ‘St. Joseph’, suatu sekolah terkenal di mana para frater, bersama dengan orang awam, memberi sumbangsih bagi pembentukan generasi yang akan menjadi orang pemimpin di negara yang merdeka pada tahun 1990. Sebagai penghargaan atas jasanya, Frater Patrick menerima bintang kepausan ‘Pro Ecclesia et Pontifice’ pada tahun 1997. Ia juga melayani para frater CMM di Namibia sebagai anggota dewan regio dan pemimpin komunitas di Döbra. Ia kembali ke Belanda pada tahun 1997. Tanpa kenal lelah dan sampai hari sebelum wafatnya di wisma lansia Joannes Zwijsen, ia membantu frater-frater yang kurang mampu bergerak lagi. Hidup Frater Patrick ditandai oleh kesederhanaan, kesetiaan, kerohanian dan humor. Kita yakin bahwa Bunda yang Berbelaskasih telah menjemputnya dalam Terang Puteranya.
22
‘RAHMAT-NYA DEKAT’
RASA TERIMA KASIH Pada tahun-tahun terakhir hidupnya, kesehatan ipar saya, Tina, semakin merosot. Dunianya semakin sempit dan ia semakin tergantung pada orang-orang lain. Walaupun hidupnya semakin sulit, ia tidak mengeluh tentang keadaannya, bahkan ia semakin menjadi manusia yang utuh. Dengan gembira ia menerima perhatian yang diberikan kepadanya, dan ia tetap mampu mengatakan ‘terima kasih’. Bukan saya saja yang mengamati itu, tetapi juga setiap orang yang mengunjunginya. Ia menaruh suatu ‘cermin’ di depan kami.
Saya mengingat akan suatu brosur indah, yang ditulis oleh Piet van Breemen SJ, yang berjudul: Hidup penuh syukur (1983). Van Breemen mengatakan: “Rasa terima kasih memberikan sifat positif kepada manusia. Orang yang bersyukur adalah orang-orang yang cantik, yang suka dihampiri, orangnya membuat hidup ini lebih bahagia dan lebih kaya – baik hidupnya sendiri maupun hidup orang lain – orang yang tidak pernah menyerah sekalipun keadaan sulit, yang dalam krisis pun menemukan peluang baru dan membuat hidup penuh manfaat baginya. Orang yang tidak tahu berterima kasih bisa membuat begitu banyak hal yang tidak menyenangkan, itu mencekik kehidupan. Ya, orang yang bersyukur bisa menikmati hidup dan menjadi bahagia! Apakah kita mampu belajar untuk hidup dengan hati yang berterima kasih? Dalam Injil dibaca bahwa Yesus adalah seseorang yang tahu berterima kasih. Ia menunjukkan terima kasih-Nya untuk hal yang
besar dan kecil: untuk segelas air, untuk persahabatan, untuk orang-orang yang mengikuti Dia. Kadangkadang Ia bersyukur kepada Bapa-Nya dengan penuh suka ria. Sungguh berhargalah bila memandang serta merenungkan itu. ‘Ekaristi’ berarti ‘ucapan terima kasih’. Merayakan Ekaristi dalam semangat itu membuka hati dan jiwa kita untuk memandang kehidupan dengan penuh kekaguman dan syukur. Masih ada sesuatu lain lagi. Dorothee Sölle memberikan nasihat: jangan pernah pergi tidur sebelum mengucapkan terima kasih kepada Allah atas tiga rahmat yang dialami pada hari itu. Cobalah. Anda akan mengalami bahwa akan terjadi sesuatu pada diri anda. Hidup menjadi lebih terang dan lebih indah, dan anda sendiri akan lebih bermurah hati dan berbelaskasih bagi diri anda sendiri dan sesama.
Frater Wim Verschuren
23
Dengan semangat kebebasan injili haruslah kita bersedia, bilamana perlu, meninjau kembali atau malah melepaskan bentuk-bentuk pengabdian lama. (Konst. I, 212)
Majalah Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda yang Berbelaskasih.