frater CMM 2/11
| PESTA DON BOSCO DI TARAKAN | ‘LINGKARAN BELASKASIH’ TILBURG | SEKOLAH DIBUKA DI MOSOCHO | ‘DUTA-DUTA’ INDONESIA | EMPAT PULUH TAHUN FRATER | IKATAN SEUMUR HIDUP DUA ANGGOTA ASOSIASI 1
DAFTAR ISI
KOLOM PEMIMPIN UMUM
4
MENGENAI FRATER ANDREAS
5
MAKLUMAT MISI
KOLOFON
Belaskasih terdapat di setiap zaman dan di setiap tempat.
Frater CMM, ISSN 1574-9193, adalah majalah triwulan Kongregasi Frater CMM. Langganan gratis dapat diminta pada alamat Kontak di bawah ini.
Belaskasih merupakan inti setiap agama di dunia: agama Hindu, Buddha, Yahudi, Kristen dan Islam. Gerakan belaskasih meninggalkan jejak dalam sejarah.
Redaksi: Rien Vissers (ketua redaksi), Frater Edward Gresnigt, Frater Ad de Kok, Frater Lawrence Obiko, Frater Ronald Randang, Frater Jan Smits, Peter van Zoest (redaktur terakhir).
Pelbagai bentuk penampilan gerakan belaskasih merupakan ungkapan masyarakat dalam mana belaskasih itu telah lahir, dan perwujudan spiritualitas yang mendukungnya.
Tata letak: Heldergroen www.heldergroen.nl
Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda yang Berbelaskasih, berakar dalam semangat belaskasih Kristiani.
Kontak:
Dicetak: Percetakan Kanisius, Yogyakarta Frater CMM Jalan Ampel 6, Papringan Yogyakarta 55281 E-mail:
[email protected] Webside: www.cmmbrothers.org Terjemahan: Frater Pieter-Jan van Lierop CMM Frater Jan Koppens CMM
Foto sampul depan: Frater Gustavus Menheere berbincang dengan seorang pengungsi asal Somalia di frateran ‘De Vuurhaard’, Udenhout.
Anak yang hilang, Rembrandt.
(foto: Fr. Ad de Kok) Foto sampul belakang: Pohon zaitun, Spanyol Selatan. (foto: Fr. Ad de Kok)
2
PESTA DON BOSCO DI TARAKAN
6
BERITA SINGKAT
8
‘LINGKARAN BELASKASIH’ TILBURG
11
REDAKSI MENULIS Dari Pedoman Hidup Frater CMM dikutip ini: “Kita bersedia untuk mencari jalan, yang memungkinkan orang-orang tertentu turut serta dalam hidup dan karya kita sebagai anggota luar biasa, atau dengan cara lain tanpa ikut serta dalam segenap cara hidup kita (Konst. I, 365).” Di seluruh dunia pria dan wanita terpesona oleh spiritualitas kongregasi CMM. Hal ini dapat bermuara pada keikutsertaan lewat suatu komunitas atau keterlibatan pada pengutusan para frater. Melalui bentuk-bentuk partisipasi ini, orang-orang menyatakan belaskasih dan persaudaraan di dalam hidup mereka. Bentuk partisipasi yang paling erat adalah ‘keanggotaan asosiasi’. Sekarang ini hubungan dengan Frater CMM dalam bentuk asosiasi itu terus berkembang. Anggota-anggota asosiasi mengikat diri pada kongregasi dengan mengucapkan suatu perjanjian. Mereka berjanji untuk menghayati spiritualitas belaskasih dan persaudaraan dalam hidup sehari-hari dan di dalam karya mereka. Di samping itu mereka berpartisipasi dalam pengutusan kongregasi dengan melibatkan diri pada karya tertentu, dan mereka juga mempunyai hubungan konkret dengan salah satu komunitas. Bisa jadi bahwa seorang asosiasi hidup di dalam komunitas. Dalam terbitan Frater CMM ini, dengan berita-berita dari seluruh dunia, juga dibicarakan langkah penting yang diambil oleh dua anggota asosiasi. Henk dan Christianne van de Wal diterima sebagai anggota asosiasi untuk seumur hidup. Ketua anggota redaksi, Rien Vissers, telah berbicara dengan mereka. Ia menulis: “Mereka diterima dalam suatu bentuk hidup yang semakin mempesona mereka ….. Jalan belaskasih semakin menjadi jalan mereka.”
PERESMIAN SD ‘SAINT VINCENT DE PAUL’
12
‘DUTA’ INDONESIA SIAPKAN DIRI UNTUK MADRID
14
40 TAHUN FRATER
15
BERITA SINGKAT
17
ORANG ASOSIASI IN MEMORIAM
19
SUMBER
23 3
KOLOM PEMIMPIN UMUM
Melalui alat-alat komunikasi dan informasi yang modern segala sesuatu yang terjadi di dunia ini langsung masuk rumah kita. Sayangnya bahwa ini terutama menyangkut berita-berita negatif. Pada bulan-bulan terakhir ini kita dikonfrontasikan dengan tsunami dahsyat di Jepang, masalah besar dengan reaktor-reaktor nuklir dan pemberontakan berdarah di negara-negara tertentu di Afrika Utara. Barusan masyarakat Belanda dikejutkan oleh seorang pria yang menembak mati sekian orang di pusat pertokoan di kota Alphen aan den Rijn. Di media massa terus-menerus ada cerita mengenai korupsi, pelecehan dan perdagangan orang. Dapat membaca mengenai krisis keuangan di negara tertentu dengan segala akibat langsung untuk dunia luas. Bisa muncul pikiran: Apakah hal-hal semacam itu tak pernah berakhir? Kekerasan, musibah dan kematian hampir setiap hari bermunculan dalam hidup kita. Kita lebih hidup dalam masa kecemasan dan ketidakpastian daripada di masa kepercacayaan dan keselarasan; kita lebih tinggal di dalam dunia yang tidak berbelaskasih daripada di dunia yang berbelaskasih. Juga dalam lingkungan yang lebih kecil, kami dikonfrontasi dengan kegagalan, penyakit dan maut. Dalam waktu yang singkat empat frater di Belanda dan Belgia meninggal dunia. Seorang frater menyampaikan kepada saya bahwa sekarang jumlah frater di Kenya sama besar dengan jumlah frater di Belanda. Ini berarti bahwa di Belanda proses pemunduran jumlah anggota berlangsung dengan cepat, dan mempunyai pengaruh yang nyata. Terutama disadari bahwa kami semakin kurang mampu berbuat sesuatu, walaupun masih banyak hal harus dilakukan! Akan tetapi sangat menggembirakan hati bila terjadi sesuatu yang akbar. Pada hari Sabtu, tanggal 2 April 2011, dalam perayaan Ekaristi yang meriah di kapel frateran Joannes Zwijsen, dua orang asosiasi menggabungkan diri secara definitif pada kongregasi. Pada hari itu dialami kegembiraan secara terus-menerus, dan matahari bersinar secara berlimpah. Akan tetapi tidak hanya kehangatan matahari yang dinikmati oleh semua hadirin. Pertemuan antara orang sebelum dan sesudah perayaan tersebut menghangatkan kami semua dan melahirkan kegembiraan. Kegembiraan itu tidak hanya menyangkut 4
saat pesta ini; kami juga bergembira karena perjanjian yang diucapkan oleh pasangan itu. Mereka menjadi orang berbelaskasih dan ingin mewujudkan itu, baik di dalam maupun di luar kongregasi. Beberapa hari sesudah perayaan tersebut saya membaca mengenai kegembiraan dalam buku yang ditulis oleh Hein Stufkens, yang berjudul: Belaskasih sebagai tujuan hidup manusia. Ia memandang pemunculan kegembiraan dalam hidup seseorang sebagai rahmat. Ia menulis syair mengenai hal itu. Ayat kedua berbunyi sebagai berikut: Kegembiraan meringankan langkah saya dan mewahyukan cintaku. Kegembiraan tambil pada wajahku dan menyegarkan saya pada saat cemas.
Frater Broer Huitema
MENGENAI FRATER ANDREAS
PERATURAN MENGENAI KOTAK CERUTU Sejak permulaan kongregasi berlaku sejumlah peraturan dan ketetapan yang tak terhitung jumlahnya. Untuk setiap kegiatan harian telah ditentukan ketetapan tertentu. Misalnya secara mendetail ditetapkan berapa potongan roti seorang frater boleh makan di waktu sarapan pagi, berapa banyak doa Salam Maria harus didoakan, berapa kali seminggu dan berapa lama seorang frater boleh pergi berjalan-jalan. Dalam suasana tersebut, dimana segala sesuatu sudah ditentukan dan diatur, Frater Andreas menjalankan masa novisiatnya. Ia salah satu orang muda yang menerima peraturan itu dengan gampang. Sebenarnya tidak ada perbedaan antara apa yang sudah ditentukan oleh peraturan dan praktek hidupnya. Seorang konfrater mengatakan mengenai dia: “Ia adalah pedoman hidup yang nyata, suatu teladan gemilang dalam hal mengikuti peraturan dengan sempurna”. Kalau ia mengalami suatu keadaan yang belum diatur melalui peraturan-peraturan, atau kalau berlaku dua peraturan yang berbeda dalam situasi yang sama, Frater Andreas dapat menjadi bingung. Terdapat beberapa anekdot yang menggambarkan bagaimana Frater Andreas berpegang teguh pada peraturan. Konfrater-konfraternya, yang berlaku bagaikan ahli-ahli Taurat, memperhatikan tingkah-lakunya dan ingin mencobai dia. Berdasarkan latar belakan tersebut kita harus membaca cerita berikut. Lain daripada kebiasaan, pemimpin komunitas di Ruwenberg mengedarkan sampai dua kali sebuah kotak berisi cerutu. Frater-frater keheranan ketika kotak ini diedarkan untuk kedua kalinya, akan tetapi mereka mengambil lagi sebuah cerutu dan memasang api. Keesokan harinya pemimpin komunitas lagi mengedarkan kotak cerutu untuk kedua kalinya. Tanpa berpikir panjang frater-frater mengambil lagi cerutu. Ketika hal ini diulangi lagi pada hari berikutnya, seorang frater muda menghadapi Frater Andreas, yang sedang
merokok dengan tenang di sampingnya. Ia bertanya: “Bagaimana mungkin bahwa Frater merokok dengan tenang saja, sedangkan peraturan melarang hal itu? Saya melewatkan kotak itu.” Frater Andreas memandang frater muda itu sambil senyum: “Di benak saya belum pernah muncul pikiran bahwa seorang pemimpin mengizinkan sesuatu di luar kekuasaannya.” Dalam lingkungan dimana segala sesuatu sudah diatur dengan ketat, kelonggaran yang diberikan pemimpin komunitas mengakibatkan keragu-raguan. Akan tetapi bukan demikian untuk Frater Andreas. Apakah ia menyembunyikan diri di belakang kekuasaan seorang pemimpin? Apakah kesetiaannya pada Konstitusi sama dengan taat kepada pemimpin dengan sikap seorang budak? Ataukah justru frater muda itu adalah budak terhadap peraturan? Hal yang menonjol adalah bahwa dalam cerita tersebut kita bertemu dengan Frater Andreas yang merasa legah, bukan dengan seorang yang takut melanggarkan peraturan. Ia menegur dengan ramah namun tegas frater muda yang berpegang teguh pada peraturan itu: jangan berlebih-lebihan! Apakah peraturan mengenai kotak cerutu begitu penting? Frater Andreas, yang berpengalaman dalam hal peraturan, tahu bahwa akhirnya respek terhadap pemimpin komunitas dan para rekan frater lebih penting daripada peraturan apa pun. Charles van Leeuwen
Frater-frater sedang merokok cerutu dan pipa di taman Ruwenberg, sekitar tahun 1912.
5
Indonesia
Murid-murid Sekolah Don Bosco waktu berolahraga.
PESTA DON BOSCO DI TARAKAN Kebanyakan sekolah Katolik di Indonesia mempunyai seorang kudus sebagai pelindungnya. Giovanni Bosco (1815-1888), lebih dikenal sebagai ‘Don Bosco’, adalah pelindung sekolah-sekolah frater di Manado, Tomohon, Banjarmasin dan Tarakan. Imam Italia tersebut ingin memperbaiki keadaan kaum pemuda terbelakang dan miskin. Untuk tujuan itu ia mendirikan kongregasi Salesian dan kongregasi Suster Don Bosco. Pesta gerejaninya dirayakan pada tanggal 31 Januari. Di kota Tarakan, di sebelah timur laut Pulau Kalimantan, kongregasi mempunyai empat sekolah Don Bosco: TK, SD, SMP dan SMA. Selama satu pekan sekolahsekolah itu merayakan pesta pelindung Don Bosco.
6
Teladan Minggu itu dibuka pada tanggal 24 Januari 2011 dengan upacara bendera, dihadiri oleh 760 murid dan kurang lebih 80 guru. “Kita semua - bapak, ibu dan murid Don
Bosco - harus mengikuti teladan pelindung kita”, kata Frater Frans Kilat dalam pidatonya atas nama yayasan pada upacara itu. “Kita tidak hanya datang ke sekolah ini untuk menerima pengajaran saja, melainkan juga untuk memperoleh mentalitas yang baik dan beriman seperti Don Bosco.” Seusai upacara bendera diadakan kegiatan olahraga dalam mana para murid dan guru berpartisipasi. Di lapangan sekolah ada kios penerbit ‘Gramedia’ dengan segala macam buku untuk anak-anak sekolah dan para guru.
Sekolah Don Bosco, Tarakan.
Hari rekoleksi Dari 25 sampai 27 Januari dirayakan pesta di sekolah masing-masing. Pada tanggal 28 Januari diadakan hari rekoleksi bagi para guru dan pegawai sekolah, dipimpin oleh Frater Dion Lamere, ketua yayasan pusat. Tema adalah: ‘Alat keselamatan profesional di tangan Allah’. Rekoleksi dihadiri 70 peserta, termasuk mahasiswamahasiswa dari ‘Universitas Borneo’ di Tarakan, yang menjalankan masa latihan. Baik dalam pleno, maupun dalam kelompok kecil para peserta merenungkan saransaran agar menjadi seorang guru yang baik. Hari ini diakhiri dengan perayaan Ekaristi. Puncak pesta jatuh pada tanggal 31 Januari. Pada permulaan hari ini Frater Dion Lamere menerima karangan-karangan bunga. Pastor Antonius Rajabana OMI, Vikjen Keuskupan Tanjung Selor, didampingi drumband ‘Don Bosco’, masuk lapangan pesta untuk merayakan Ekaristi. Jumlah hadirin kurang lebih 900 orang. Sesudah khotbah, digunting pita dan dengan demikian gedung baru untuk SMA diresmikan. Kemudian gedung itu diberkati. Sesudah Misa, pesta dilanjutkan dengan acara ramahtamah resmi. Empat guru, yang bekerja selama 25 tahun di bawah naungan yayasan, menerima sebuah cincin emas. Acara makan bersama dimeriahkan oleh para murid dengan penampilan tarian daerah, lagu-lagu dan musik dari sekolah masing-masing. Frater Anton Kean
Don Bosco.
7
BERITA kortSINGKAT nieuws
PARA RELIGIUS INDONESIA PRIHATIN ATAS MUNDURNYA JUMLAH PANGGILAN Pada tanggal 29-30 Januari 2011 para religius Keuskupan Semarang melangsungkan lokakarya mengenai panggilan religius di kota Klaten. Komunitas CMM Yogyakarta terletak di keuskupan itu, maka para frater diundang untuk menghadiri pertemuan ini. Lokakarya, yang dihadiri oleh Frater Martinus Mangundap dan Frater Lambertus Kato’o, diadakan karena mundurnya jumlah panggilan selama lima tahun terakhir ini. Ditarik kesimpulan bahwa ordo dan kongregasi harus bekerja sama untuk mengembangkan di kalangan kaum muda minat untuk hidup membiara melalui pendekatan yang sesuai lingkungan hidup mereka. Ada harapan supaya setiap religius memperoleh satu panggilan. Pada akhir pertemuan ini, yang berjalan
dengan diskusi-diskusi kelompok dan pertemuanpertemuan pleno, didirikan suatu tim panggilan. Frater Lambertus Kato’o menjadi anggota tim tersebut. Juga waktu rapat dewan MASRI di Jakarta, tanggal 22-25 Februari 2011, penurunan jumlah panggilan dibicarakan. Rapat ini dihadiri oleh pimpinan kongregasi imam, suster dan bruder/frater di Indonesia. Frater Martinus Leni, pemimpin provinsi CMM di Indonesia, mewakili kongregasi CMM. Ia juga mewakili kongregasikongregasi bruder di Indonesia. Ditetapkan bahwa penurunan jumlah panggilan juga akan masuk agenda Sidang Pleno MASRI yang akan diadakan tanggal 12-18 Oktober 2011. Tema sidang itu adalah: ‘Panggilan mistik dan kenabian hidup bakti di zaman ini’.
HASIL UJIAN AKHIR YANG BAIK DI KENYA DAN TANZANIA “Hasil ujian sekolah-sekolah menengah sudah diumumkan. Dengan senang hati saya melaporkan hasil sekolahsekolah kita.” Demikian ditulis pemimpin provinsi, Frater Andrea Sifuna, di Berita Provinsi Kenya, yang disusunnya atas nama dewan pimpinan provinsi. Hasil ujian lebih baik daripada sebelumnya. St. Justino di Nairobi menonjol. “Sebagai sekolah pribadi, sekolah ini meraih rangking 34 pada tingkat nasional. Hasil rata-rata untuk St. Justino adalah 8.3, untuk St. Vincent 6.6 dan St. George 6.2”, demikian ditulis Frater Andrea. Ia melanjutkan: “Kami ucapkan selamat kepada siswa-siswi, para orang tua, frater-frater dan semua orang lain yang memberikan sumbangan untuk meraih hasil ini. Hal ini penting bagi siswa-siswi kami, terutama karena latar belakang sosial mereka kurang memadai untuk belajar dengan baik. Sekolah-sekolah membuktikan bahwa halangan itu dapat teratasi.” Hasil ujian yang baik pada tahun-tahun terakhir di Sekolah Menengah St. Vincent de Paul di Urambo, Tanzania, juga dilanjutkan pada tahun 2010. Sekolah sekarang berada di bawah pimpinan Frater Eric Magoka. Ia mengganti Frater James Ochwangi Nyakundi, yang sejak pembukaan sekolah, selama empat tahun, membina pembangunan gedung sekolah dan perkembangan pendidikan dengan sukses.
Pemimpin umum CMM, Frater Broer Huitema (kanan), menengok sekolah di Urambo, bersama wakilnya, Frater Edward Gresnigt, dalam kunjungan kerja di tahun 2008. 8
REAKSI ATAS PEROBAHAN TATA LETAK ‘FRATER CMM’ Perobahan tata letak Frater CMM, pada tahun 2010, telah menimbulkan banyak reaksi positif. Menurut Frater Eduardus Senu, dari komunitas CMM di Lembata dan Ibu Christianne van de Wal, anggota asosiasi dari Oirschot Belanda, para pembaca senang terutama dengan penggunaan warna-warni dan penggunaan foto-foto dalam jumlah lebih banyak. “Frater CMM bertukar informasi dan berkomunikasi dengan frater-frater dan orang-orang berminat di seluruh dunia”, begitulah frater Indonesia merangkumkan tujuan majalah itu. “Majalah itu bukan 100 % baru, karena sebelumnya sudah ada majalah komunikasi yang lebih sederhana, hanya tatanya tidak sesuai lagi dengan kebetuhan, terutama kebutuhan di kalangan frater. Dalam penerbitan yang lama warna biru mendominasi, baik pada sampul muka dan belakang maupun pada foto-foto. Sampai tahun 2009 artikel-artikel dan berita-berita dituluis dalam bahasa Belanda, suatu bahasa yang tidak dikuasai oleh kebanyakan frater. Syukurlah dewan pimpinan umum, berdasarkan keinginan Kapitel Umum tahun 2008, mengadakan perubahan. Dan pada permulaan tahun 2010 majalah Frater CMM menjadi suatu penerbitan ‘full colour’ yang menarik, dengan banyak foto dan diterbit dalam tiga bahasa: bahasa Belanda, Inggris dan Indonesia. Seluruh penerbitan majalah bermutu tinggi. Saya senang dengan majalah kami dan mengharap bahwa para frater di seluruh dunia mendukung redaksi dengan mengirim berita dan artikel. Begitulah Frater CMM akan menunjang perkembangan dan penyebaran semangat persaudaraan dan belaskasih.”
Ibu Christian van de Wal
Frater Eduardus Senu
Christianne van de Wal memberitahukan bahwa “kami boleh merasa sungguh bangga atas majalah Frater CMM. Foto-foto pada sampul muka tetap mengajak saya untuk duduk dengan tenang dan membuka majalah itu dan melewati halaman demi halaman. Setiap kali foto-foto terang dan bermakna mengundang saya untuk mencari informasi tambahan mengenai keluarga besar CMM melalui artikel di samping fotonya. Saya teringat akan apa yang pernah dan masih diwujudkan oleh para frater; cerita-cerita mengenai frater-frater yang bersahabatan dan dikenal; kisah-kisah kecil, mimpi-mimpi dan kegiatankegiatan ….. semuanya itu membuat saya ingin tahu lebih. Majalah juga mengundang saya untuk menulis sesuatu. Sumber inspirasi sudah ada, sekarang saya butuhkan sungai yang mengalirkan kata-kata.”
9
Indonesië BERITA SINGKAT
Frater-frater muda Timor Leste. Frater Edward Gresnigt berbaju hijau. Di atas sebelah kanan Frater Silvino Belo, pemimpin regio.
KUNJUNGAN KERJA DENGAN HALANGAN Dari 24 Januari sampai 17 Februari 2011, anggota dewan umum Frater Edward Gresnigt dan Frater Ronald Randang mengunjungi Timor Leste dan Indonesia. Sesudah mengunjungi regio Timor Leste, mereka berencana untuk berjalan dari ibu kota Dili ke komunitas CMM di SoE, pada bagian Timor. “Akan tetapi pada perbatasan antara Timor Leste dan Indonesia, saya tidak diizinkan untuk masuk Indonesia, karena tidak ada visum untuk itu”, ceritakan Frater Edward Gresnigt. ”Tidak ada jalan lain daripada kembali ke Dili. Keesokan harinya saya terbang dulu ke Denpasar di Bali, di mana visum saya dibereskan, dan kemudian melalui Libuan Bajo dan Ende kembali ke Kupang, ibu kota Timor. Sementara itu, Frater Martinus Leni pemimpin provinsi Indonesia sudah mengurus tiket-tiket di Kupang untuk pergi ke P. Lembata, sehingga kami dapat mengunjungi komunitas CMM di situ. Sesudah itu para frater di SoE dan Kupang dapat giliran untuk dikunjungi. Memang pada kunjungan kerja ini ada halangan, namun akhirnya segala sesuatu beres adanya.”
BINTANG KSATRIA SURINAME UNTUK FR. LAURENTI VERHOEVEN Pada tanggal 16 Maret 2011, Presiden Suriname, Bapak Desi Bouterse, menganugerahi bintang ksatria di istananya kepada tujuh pendiri dan pembantu ‘Olimpiade Khusus’. Salah satu dari mereka adalah Frater Laurenti Verhoeven. Sejak itu ia boleh menyebut diri ‘Perwira Bintang Ksatria Kuning’. Ia menerima tanda penghargaan ini karena selama 30 tahun Olimpiade Khusus ada di Suriname, dan 0 Frater Laurenti berperan sebagai anggota dewan pengurus dan bendaharanya. Olimpiade Khusus adalah suatu organisasi internasional yang mengurus latihan olahraga dan pertandingan bagi orang-orang cacat mental. Pada waktu medali-medali disematkan, Presiden Bouterse mengucapkan penghargaannya terhadap orang-orang yang melatarbelakangi Olimpiada Khusus itu: “Mereka berhasil agar masyarakat memperhatikan para olahragawan yang cacat mental. Sekarang ini Olimpiade Khusus memperoleh posisi tetap di tengah-tengah masyarakat. Sampai sekarang olahragawan-olahragawati kita dapat berpartisipasi pada semua pertandingan internasional, dan setiap kali sekian medali dibawa pulang oleh mereka”, demikian Presiden 10
Bouterse. Beliau berjanji bahwa pemerintah akan memberikan perhatian dan dukungan secukupnya kepada atlet-atlet Olimpiade Khusus itu. Di Suriname setiap dua tahun diadakan pertandingan bagi kaum muda yang cacat mental dalam kerja sama dengan sekolah-sekolah luar biasa. Pembukaan selalu diadakan secara besarbesaran. Korps Musik Polisi bermain, diadakan parade bendera dan api olimpik dinyalakan. Pembukaan pertandingan selalu dilaksanakan oleh seorang pembesar.
Frater Laurenti Verhoeven dengan bintang ksatria Suriname.
BELANDA
‘LINGKARAN BELASKASIH’
BERKUMPUL DI FRATERAN ELIM - TILBURG Belakangan ini ‘Lingkaran Belaskasih’ dibuka di beberapa tempat di Belanda. Lingkaran ini terdiri atas orangorang yang berhimpun untuk membicarakan bagaimana mereka dapat memberikan bentuk pada belaskasih di wilayah kota, komunitas atau tempat kerja mereka. Juga di kota Tilburg ada Lingkaran Belaskasih. Lingkungan Belaskasih dimulai oleh Suster SCMM. Sudah beberapa kali peminat-peminat berhimpun di provinsialat SCMM di Tilburg. Karena rehab gedungnya, lingkaran ini mengadakan pertemuan di frateran Elim di
Tilburg pada tanggal 12 Februari 2011. Jumlah peserta empat puluh orang, yang membagi-bagikan dedikasi mereka, dan mereka saling mendukung. Di antara mereka adalah delapan frater dan anggota asosiasi.
‘Kekuatan halus’ Pertemuan dibuka dengan renungan yang berjudul ‘Belaskasih, Kekuatan Halus – Kehalusan yang Kuat’. Renungan ini disusun berdasarkan buku Henri Nouwen, ‘Akhirnya pulang’, suatu renungan mengenai perumpamaan anak yang hilang. Bapak Marius Buiting, ketua Gerakan Belaskasih Nasional, memberikan ceramah mengenai belaskasih di tengah masyarakat dan di tempat kerja. Bapak Erik de Ridder (Partai Demokrat Kristen), anggota dewan kota Tilburg bagian keuangan, menceritakan bahwa dalam zaman yang bermasalah ini, pemerintah kota berusaha untuk berbelaskasih. Akan tetapi memberikan subsidi tidak selalu membantu orang. Menurut anggota dewan kota ini: “Hal yang tak boleh dilupakan untuk mewujudkan belaskasih adalah agar saling mempedulikan.“ Bapak Bic Driesen, koordinator ‘Rumah Dunia’ di Tilburg, suatu tempat untuk pertemuan antarbudaya dan penyadaran mondial, menekankan bahwa belaskasih tidak dapat dibuat sendirian melainkan hanya bersama dengan orang-orang lain. Sesudah ceramah-ceramah itu ada kesempatan untuk memberikan reaksi, bertanya sesuatu atau menyampaikan ide-ide baru. Kesempatan ini sungguh dipergunakan oleh para hadirin. Pertemuan ini menjelaskan bahwa belaskasih bukan sesuatu yang kolot, melainkan menyangkut kenyataan hidup kini dan sekarang. Para peserta Lingkaran Belaskasih Tilburg memperlihatkan bahwa mereka tergerak oleh belaskasih dan ingin beraksi. Frater Jan Koppens Belaskasih, ciptaan seniman Corry Ammerlaan - van Niekerk. Karya seni ini ada di taman generalat CMM Tilburg.
11
Kenya
PERESMIAN SD ‘SAINT VINCENT DE PAUL’ Pada tanggal 5 Maret 2011, di Mosocho - Kenya, dibuka secara resmi ‘Saint Vincent de Paul Primary School’. Pesta pembukaan dihadiri oleh uskup dari Keuskupan Kisii, Mgr. Joseph Mairura, dan pemimpin umum Frater Broer Huitema, anggota dewan umum Frater Lawrence Obiko serta para anggota dewan provinsi CMM Kenya. Pada tahun 2009 kongregasi membeli persekolahan swasta ini, yang kurang baik dikelola. Gedung itu direhab secara total dan persekolahan memperoleh dewan yayasan yang baru. Yayasan terdiri atas lima anggota: Bapak Peter Nyamweya, Frater Leo van de Weijer, Frater Richard Sure, Frater Andrea Sifuna dan Frater Francis Ogero. Kepala sekolah adalah Frater Francis Ogero. Ia menyiapkan pesta peresmian sekolah dengan rekan-rekan guru dan para konfraternya dari komunitas Mosocho.
‘Pendidikan untuk hidup selanjutnya’ Sebelum pembukaan resmi, para undangan yang terdiri atas frater, guru dan murid merayakan Perayaan Ekaristi, diiringi oleh murid-murid sekolah baru ini dan sekolahsekolah frater yang lain lewat nyanyian dan tarian. Sesudah Misa, pembukaan resmi dilakukan oleh Frater Broer Huitema. Ia mengguntingkan pita dan meresmikan
Sekolah Dasar ‘Saint Vincent de Paul’.
12
sebuah papan peringatan dengan teks: “Sekolah ini diberkati oleh Uskup dari Keuskupan Kisii, Mgr. Joseph Okemwa Mairura dan pada tanggal 5 Maret 2011 diresmikan oleh Frater Broer Huitema, pemimpin umum para Frater CMM.” Dalam pidatonya yang singkat, pemimpin umum mengenang frater-frater asal Belanda yang pada tahun 1958 datang ke Mosocho untuk mengambil alih ‘Saint Mary’s Primary School’. Karena jumlah frater menurun, mereka harus meninggalkan sekolah itu. Dengan jumlah frater Kenya yang berkembang, kongregasi mampu lagi menangani pendidikan di sekolah dasar. Pemimpin umum mengutip Konstitusi CMM: ‘Terutama kaum mudalah yang mendapat perhatian istimewa dari
Murid-murid SD ‘Saint Vincent de Paul’ bernyanyi.
Frater Broer Huitema meresmikan plakat peringatan.
pihak kongregasi kita. Melalui pengajaran dan bentuk bimbingan lain, kita hendak membantu kaum muda untuk menemukan jalan dalam menghadapi masa depan mereka.’ (Konst. I, 30-31) ‘Mgr. Joannes Zwijsen sangat memperhatikan pendidikan agama. Ia menghendaki agar para pengikutnya meneladani Vinsensius a Paulo, mengabdi Allah dalam sesama manusia dan dengan demikian menghantarnya kepada Allah.’ (Konst. I, 207-208) “Kutipan-kutipan ini”, katanya, ”mencerminkan dengan baik moto sekolah ‘Education for Life’ (Pendidikan untuk hidup seterusnya) dan juga sesuai dengan visi pelindung sekolah, Vinsensius a Paulo. Akan tetapi pengutusan para frater lebih luas daripada pendidikan. Para frater diutus untuk memanusiakan dunia ini dan dengan demikian memberikan sumbangan demi perbaikan kehidupan semua orang. Hal ini dapat tercapai dalam suasana dedikasi, disiplin dan cintakasih.” Dalam pidatonya Uskup Mairura memberitahukan kepada para hadirin bahwa ia sendiri mantan murid sekolah frater. Beliau menunjukkan perasaan terima kasih atas segala yang ia belajar dari para frater.
Delapan puluh murid Peresmian sekolah dasar baru itu dikokohkan oleh Mgr. Mairu dan Frater Broer Huitema dengan menandatangani buku tamu. Kemudian, sebagai penutupan pesta peresmian, diadakan acara tradisional, yaitu pemotongan kue besar, yang diiringi dengan nyanyian dan tarian. ‘Saint Vincent de Paul Primary School’ terdiri atas kelas lima dan enam SD, dan dimulai dengan delapan puluh murid. Frater Broer Huitema mengisi buku tamu, disaksikan oleh Mgr. Mairura.
Frater Edward Gresnigt
13
Indonesia
‘DUTA’ INDONESIA SIAPKAN DIRI UNTUK ACARA DI MADRID Di Brasil, Indonesia, Kenya, Namibia, Belanda, Tanzania dan Timor Leste sudah mulai dipersiapkan pertemuan internasional untuk ‘duta-duta persaudaraan seluas dunia’. Di Tarakan - Kalimantan, delapan pemuda dipilih untuk diutus sebagai ‘duta’. Frater Wilfridus Bria yang bersama dengan Frater Agustinus Nai Aki, memimpin proyek duta-duta di Indonesia. Ia menulis berita berikutnya: Sejak Desember 2010 para duta berkumpul pada hari Sabtu ketiga setiap bulan, untuk menyiapkan diri demi tugas mereka sebagai duta persaudaraan seluas dunia. Pada pertemuan bulan Januari 2011 muncul ide untuk mengorganisir suatu program meditasi bagi kelompok muda-mudi yang lebih besar. Diundang penguruspengurus organisasi Mudika di Tarakan. Juga didirikan komisi ‘Sebuku-Sepao’, yang menyiapkan perayaan Hari Kaum Muda Sedunia di Keuskupan Tanjung Selor,
dalam mana Tarakan terletak. Pada tingkat keuskupan Hari Kaum Muda akan dirayakan di desa Sebuku. Sepao adalah tempat di Kalimantan Barat, di mana manifestasi ini akan diadakan pada tingkat nasional. Di samping itu masih ada kegiatan lain, seperti mendonor darah, menanam pohon, perayaan Ekaristi gaya Taizé dan kegiatan budaya. Frater Wilfridus Bria
Muda-mudi Tarakan menyiapkan diri bagi tugas mereka sebagai duta.
Berhubungan dengan ‘World Youth Day’ (WYD, Hari Kaum Muda Sedunia) di Sydney - Australia (15-21 Juli 2008), kongregasi memulai ‘proyek duta-duta’ dengan tujuan menggerakkan kaum muda, agar mereka memperjuangkan ‘gerakan belaskasih dan persaudaraan’ seluas dunia. Proyek ini dimulai di negara-negara di mana Frater CMM hidup dan bekerja. Pada tahun 2008 telah diadakan pertemuan persiapan di kota Tomohon di Sulawesi Utara. Tahun 2011 ini para duta berkumpul di Tilburg-Belanda sebelum dilangsungkan Hari Kaum Muda Sedunia di Madrid - Spanyol, tanggal 16-21 Agustus 2011. Moto kegiatan persiapan adalah: ‘Yesus kompas kita, jalan kita menuju belaskasih’.
14
Indonesia
Frater Lukas Mandagi.
Frater Antonius Kodoati.
FRATER LUKAS MANDAGI DAN FRATER ANTONIUS KODOATI EMPAT PULUH TAHUN FRATER Pada tanggal 11 Februari 2011 di Banjarmasin Frater Lukas Mandagi dan Frater Antonius Kodoati merayakan jubileum 40 tahun hidup membiara. Pesta ini dirayakan di Banjarmasin karena belum pernah ada pesta jubileum di situ, dan Frater CMM masih kurang dikenal di tempat itu. Pikiran yang melatarbelakangi perayaan jubileum itu adalah bahwa pesta ini dapat menimbulkan panggilan baru. Atas permohonan kedua jubilaris, pesta ini dirayakan secara sederhana, untuk menunjukkan solidaritas mereka dengan kaum miskin dan marginal. Bagi para jubilaris pesta ini bersifat luar biasa, karena dihadiri Uskup Banjarmasin, Mgr. Petrus Boddeng Timang dan Uskup Ambon, Mgr. Petrus Kanisius Mandagi MSC, kakak dari Frater Lukas. Vikjen keuskupan Banjarmasin, Pastor Theodorus Yuliono MSC, pastor paroki setempat, pastor Ignatius Alparis dan Pastor Frans Mandagi MSC, adik dari Frater Lukas, hadir juga. Tamu lain adalah anggota-anggota keluarga para jubilaris, biarawanbiarawati keuskupan Banjarmasin, para guru sekolahsekolah frater serta wakil-wakil paroki dan Legio Maria.
Tantangan
Sulawesi Utara. Frater Lukas lahir tanggal 18 Oktober 1951 di kampung Kamangta, Sulawesi Utara. Sebagai gantian khotbah, kedua jubilaris bercerita mengenai hidup membiara mereka. Kedua frater menerangkan bahwa mereka sering merasa seakan-akan mereka harus mendaki sebuah gunung untuk mencapai tujuan yang ditargetkan. Akan tetapi mereka ‘juga sering menurun ke dalam lembah’ dan menghadapi tantangan-tantangan. Ada saat-saat mereka harus berhenti untuk melihat kembali bagaimana jalan panggilan mereka berlangsung, dan memperoleh energi yang baru. Mereka mengalami banyak kesulitan, namun setiap kali dapat bersandar pada dedikasi asli mereka, berdasarkan keyakinan bahwa merekalah ‘anak-anak yang dicintai, kepada siapa Allah berkenan.’ (bdk. Mk. 1: 11)
Perayaan Ekaristi jubileum berlangsung di ruang olahraga SMA Frater. Perayaan mulai dengan membacakan riwayat hidup kedua jubilaris. Frater Anton lahir pada tanggal 21 April 1951 di kampung Kokoleh,
Sesudah Misa ada pertemuan pesta dimana Uskup Mandagi, juga atas nama Uskup Banjarmasin, berpidato. Ia menyebut kedua frater orang-orang 15
Indonesia
biasa, yang berasal dari keluarga-keluarga biasa. “Akan tertapi pada hari ini mereka orang-orang luar biasa”, kata Bapak Uskup, “karena mereka bertahan dalam kehidupan mereka sebagai frater, walaupun dengan jatuh bangun. Mereka menempuh jalan mereka dengan setia di tengah tantangan-tantangan, sehingga mereka dapat merayakan jubileum 40 tahun. Bapak Uskup mengatakan bahwa ia tidak hanya hadir karena adiknya, Frater Lukas, melainkan juga untuk Frater Antonius, sebab kedua frater ia sudah kenal pada waktu mereka mulai hidup membiara. Pidato kedua diucapkan oleh Frater Max Mangundap, atas nama pemimpin provinsi, Frater Martinus Leni. Frater Martinus tidak bisa hadir karena ia mendampingi dua anggota dewan umum ke pulau Lembata. Frater Max mengucapkan harapan DPP agar jubileum ini masih lama mendorong kedua frater untuk hidup secara rendah hati, matiraga dan sederhana, dan agar mereka semakin mendalami Konstitusi dan spiritualitas kongregasi.
16
Kata terima kasih diucapkan oleh Frater Lukas. Ia mengucapkan terima kasih kepada Allah atas kesetiaanNya selama 40 tahun hidup religius. Ia mengucapkan terima kasih kepada keluarganya yang datang dari Manado dan Jakarta, serta terima kasih kepada kongregasi yang memberikan kesempatan untuk merayakan pesta ini. Akhirnya ia mengucapkan terima kasih kepada semua hadirin atas dukungan dan doa mereka, khususnya komunitas Banjarmasin yang telah menyiapkan pesta ini dengan baik. Acara pesta dilanjutkan dengan makan bersama dan pertunjukan-pertunjukan yang dibawakan oleh anakanak Asrama Wilhelmus. Frater Nikodemus Tala Lamak
BERITA SINGKAT
DI INDONESIA KEBIJAKAN STUDI DITETAPKAN Pada akhir tahun 2010, dewan umum telah minta Provinsi Indonesia untuk menetapkan peraturan bagi frater-frater yang mulai berstudi atau sedang berstudi. Dalam rapat DPP Indonesia, tanggal 15-16 Februari 2011, kebijakan berhubungan dengan perihal studi dirumuskan. Prinsip dasar adalah bahwa setiap frater memperoleh kesempatan untuk mengikuti studi formal atau informal (kursus) setelah paling tidak dua tahun ia hidup di komunitas sambil terlibat dalam kerasulan serikat, entah di bidang pendidikan entah di bidang perawatan atau pastoral. Bidang studi harus selalu sejalan dengan priorotas kongregasi.
‘MAKAN SIANG’ DI KOMUNITAS ELIM Satu tahun lalu, di komunitas Elim di Tilburg - Belanda dimulai dengan mengadakan ‘Makan Siang’ di setiap hari Kamis bagi orang-orang yang kesepian atau yang membutuhkan kontak dengan orang lain. Rupanya proyek ini bersukses. Sayangnya terkadang orang harus ditolak, karena tempatnya terbatas. Kegiatan ini didukung oleh Paroki Frater Andreas, Suster SCMM dan Frater CMM, dan hanya dapat berlangsung berkat kelompok sukarelawan yang besar. Mulai bulan September mendatang pintu komunitas Elim akan dibuka baik pada hari Selasa maupun hari Kamis bagi tamu-tamu yang datang untuk makan siang. Masih dicari beberapa sponsor, agar biaya proyek ini serendah mungkin sehingga mudah dikunjungi orang.
PEMIMPIN UMUM MEMBERIKAN RETRET DI SURINAME Waktu kunjungan kerjanya di Regio Suriname, tanggal 25 Januari sampai 5 Februari, pemimpin umum Frater Broer Huitema memberi retret kepada 30 imam dan religius Keuskupan Paramaribo. Retret itu berlangsung di pusat konferensi Asewa Otono, di samping frateran St. Stefanus di Paramaribo. Tema retret adalah: ‘Belaskasih dan Persaudaraan’. Pemimpin umum menerangkan ‘Maria Bunda Berbelaskasih’ dan ‘persaudaraan’. Ia menggambarkan Vinsensius a Paulo dan Louise de Marillac sebagai nabi-nabi karya amal kasih. Hidup, karya dan spiritualitas mereka adalah contoh bagi para religius dan imam di zaman ini. Hari-hari refleksi dan doa ini diisi dengan kisah-kisah dari Kitab Suci, dengan tradisi gereja dan sejarah kongregasi. Untuk retret ini Frater Broer Huitema memanfaatkan presentasi ‘powerpoint’. Teks-teks retret ini diserahkannya kepada para peserta. Pada tanggal 2 Februari 2011 perayaan Penyerahan Yesus di Bait Allah dan sekaligus hari Hidup Bakti dilangsungkan perayaan Ekaristi mulia di gereja Tiga Raja, Paramaribo, yang dihadiri oleh para peserta retret.
Rumah komunitas Elim pada Schiphollaan di Tilburg.
17
BERITA SINGKAT
Para tamu menikmati makanan yang disiapkan oleh para pengungsi.
FRATER CMM DARI BELGIA MENGUNJUNGI ‘DE VUURHAARD’
Pembicaraan akrab dengan seorang pengungsi.
Pada tanggal 22 November 2010, para frater, suster serta karyawati dan perawat dari frateran di Zonhoven - Belgia, mengunjungi komunitas ‘De Vuurhaard’ di Udenhout - Belanda. Sesudah mereka minum kopi dan makan kue, para tamu duduk di meja untuk menikmati makanan yang disiapkan oleh para pengungsi yang berdomisili di frateran. Ada makanan dari Cina, Somalia, Etiopia, Irak dan Burundi. “Ternyata para tamu dari Belgia merasa senang, juga karena pembicaraan pribadi mereka dengan pengungsi-pengungsi”, kata Frater Ad de Kok. Sesudah makan bersama ia bercerita mengenai orang-orang yang tinggal di ‘De Vuurhaard’, atau yang pernah hidup di situ. Keesokan harinya para frater Udenhout menerima e-mail yang antusias: “Orangorang amat senang dengan pengalaman mereka dan atas keramahtamahan Saudara sekalian. Kamu sudah berupaya betul untuk memberikan apa saja kepada kami, agar kami memperoleh hari yang luar biasa.”
‘HARI KELUARGA’ Pada tanggal 23 Januari 2011, sejumlah anggota asosiasi dan beberapa frater berjalan ke Provinsi Limburg di Belanda Selatan untuk, sesudah merayakan Ekaristi di kapel para Redemptoris di Wittem, mengunjungi jalan salib yang terkenal dari Aad de Haas di gereja tua di kampung Wahlwiller. Di situ ada kesempatan yang luas untuk mengadakan renungan, baik pribadi maupun bersama. Semua peserta diminta untuk memilih salah satu pemberhentian jalan salib, merenungkannya dan kemudian men-sharing-kan renungan itu dalam kelompok. Hari itu diakhiri di sebuah restoran panekuk. Suatu laporan mengenai ‘hari keluarga’ para anggota asosiasi dan beberapa frater akan diterbitkan pada edisi Frater CMM yang berikut. 18
BELANDA
Ikatan seumur hidup sedang diucapkan. Kiri: Frater Jan Koppens, pemimpin provinsi Belanda. Kanan: Frater Broer Huitema, pemimpin umum.
IKATAN SEUMUR HIDUP DUA ORANG ASOSIASI Pada hari Sabtu 2 April 2011, waktu perayaan di kapel frateran Joannes Zwijsen - Belanda, Henk dan Christianne van de Wal diterima sebagai anggota asosiasi untuk seumur hidup. Perayaan dihadiri oleh para frater, anggota keluarga dan sahabat. Sebelum ikatan definitif, pasangan asal desa Oirschot, sudah mengikat diri selama tiga tahun. Mereka diwawancarai oleh Rien Vissers mengenai hidup mereka dalam hubungannya dengan frater-frater. Pada tahun 2008, Henk (56) dan Christianne (58) menulis motivasi mereka untuk memperoleh keanggotaan asosiasi. Dalam motivasi itu, Frater Anthony Koning alm. (1939-2005) memainkan peranan penting. Ia minta mereka untuk berpartisipasi dalam ‘Oyugis Integrated Project’ di Kenya. Pengalaman mereka dengan perawatan para pasien aids dan semangat para frater yang mereka mulai kenal, merupakan dorongen penting ke arah CMM.
Christianne dan Henk van de Wal dengan kedua puteri mereka, Janske dan Geertje, waktu perayaan.
‘Ibu yang paling hebat’ Hidup Yesus dari Nazaret dan spiritualitas Vinsensius a Paulo semakin menjadi milik mereka, sebagaimana dihayati oleh frater-frater. Kalau Henk dan Christianne ingin mengatakan lebih lagi tentang hal itu, sering digunakan istilah seperti keterbukaan, kehangatan, dedikasi dan persaudaraan. Namun akar semangat itu sudah bertumbuh sebelum tahun 1998. Henk menyebut orangtuanya dan ‘cara alamiah’ yang mereka gunakan
19
Christianne van de Wal minum kopi dengan Frater Jan Damen.
untuk membimbing dia. Ibunya selalu memperhatikan kaumnya, dan hadir saat anak-anaknya pulang. Atau teladan bapaknya yang sampai sekarang masih aktif sebagai sukarelawan dalam macam-macam jenis pekerjaan. Christianne, yang mempunya gaya bahasa yang khas, berbicara tentang Bunda Maria sebagai berikut: “Maria, Ibu yang paling hebat, sesuai harapanku. Nenek dan ibu saya sangat terpesona oleh Maria dan saya pun merasa didukung dalam kegiatan saya oleh Bunda yang selalu berjaga-jaga.”
‘Sangat biasa’ Ketika mereka, sebagai orang yang masih kurang dikenal, memasuki komunitas Joannes Zwijsen di Tilburg, mereka berbicara dengan masing-masing frater. Kepercayaan satu sama lain berkembang dengan cepat. Sesudah tiga tahun mereka masih berpegang pada motivasi yang ditulis di tahun 2008. Ketika ditanya kata pertama 20
manakah yang muncul jika mengingat masa tiga tahun itu, Christianne mengucapkan ‘rumahku’ dan Henk ‘sangat biasa’. Mereka merasa kerasan di frateran. Henk berkontrak untuk bekerja 36 jam per minggu di Joannes Zwijsen, akan tetapi sering ia berada di situ di luar jam kerja. Ia bertugas sebagai asisten pemimpin komunitas, Frater Harrie van Geene, dan sejak beberapa waktu ia juga anggota dewan komunitas. Hal terakhir ini merupakan suatu perkembangan baru dalam kongregasi. Christianne, yang masih mempunyai banyak pekerjaan di luar komunitas, hadir di Joannes Zwijsen pada hari Rabu dan di akhir pekan. Setiap bulan ia memimpin ‘pembicaraan sekelompok frater’. Dalam pertemuan ini kelompok tersebut terdiri atas sepuluh sampai limabelas frater. Mereka berefleksi bersama atas tema, teks doa atau mazmur tertentu. Pertemuan ini selalu dihiasi dengan rangkaian bunga yang sesuai dengan tema, dan diiringi dengan musik yang cocok.
in memoriam
frater
Ben (L.B.A.D.) Westerburger Frater Ben lahir di Tilburg - Belanda pada tanggal 30 Oktober 1925. Ia masuk Kongregasi CMM di Tilburg pada tanggal 29 Agustus 1942. Ia mengikrarkan profesinya seumur hidup pada tanggal 15 Agustus 1947 dan meninggal dunia pada tanggal 24 Maret 2011 di R.S. St. Elisabeth di Tilburg. Ia dikebumikan di pekuburan CMM, kompleks ‘Huize Steenwijk’ di Vught.
Membenarkan dan memperkaya Henk dan Christianne mengalami hal-hal yang khusus di tengah-tengah frater yang ada dalam tahap terakhir hidup mereka. Justru di tahap itulah ada kemungkinan untuk sungguh mendekati mereka lewat percakapan dan isyarat. Persahabatan dan perhatian yang diberikan kepada mereka juga dibalas. Frater-fater selalu bertanya bagaimana puteri-puteri mereka. Kesan yang diperoleh selama tiga tahun belakangan ini diresapi sungguh. Henk dan Christianne diterima dalam pola hidup yang mempesona mereka berdua itu. Karenanya mereka merasa dibenarkan dan diperkaya. Jalan belaskasih semakin menjadi jalan mereka. Karena itu, dalam perayaan ikatan definitif, Allah disapa sebagai Yang Belaskasih.
Di masa kerjanya, Frater Ben berupaya dalam pelbagai bentuk demi anak-anak yang cacat lewat pendidikan luar biasa. Ia bertugas sebagai kepala sekolah dan diangkat sebagai ortopedagog. Selama tahun ia bekerja di Pusat Pendidikan Katolik di ’s-Hertogenbosch. Ia juga berfungsi sebagai ketua dewan paroki di Vught dan pada Pusat Kateketik di Tilburg. Masyarakat menghargai karyanya. Pada tahun 1982 ia menerima bintang jasa Kerajaan Belanda. Ia bertugas sebagai anggota dewan provinsi Belanda dan pemimpin komunitas di Vught dan Reusel. Ia memimpin ‘Kantor Frater Andreas’ dan menulis riwayat hidup yang resmi ‘Frater Andreas van den Boer’ (18411917). Ia menulis ‘vita documenta’ mengenai Frater Andreas, dalam rangka proses beatifikasinya. Di tahuntahun terakhir ini hidupnya di Wisma Lansia Joannes Zwijsen semakin ditandai oleh ‘kegelapan’. Pasti sangat berat bagi Frater Ben bahwa jalan hidupnya kurang dapat ditentukan oleh dirinya sendiri. Waktu ia tinggal di situ ada papan teks di atas mejanya: ‘Usahakanlah bahwa saya tidak tinggal pada apa yang sudah lewat, bahwa saya tidak menyembunyikan diri di tengah reruntuhan.’ Begitulah Frater Ben memandang program hidupnya.
Rien Vissers
21
in memoriam
Frater
frater
Honoratus (A.) Smeets
Koos (C.T.) van der Straaten
Frater Honoratus lahir di Bocholt - Belgia pada tanggal 8 Agustus 1922. Ia masuk Kongregasi CMM di Tilburg pada tanggal 19 Maret 1937. Ia mengikrarkan profesinya seumur hidup pada tanggal 10 Agustus 1942, dan meninggal dunia pada tanggal 18 Maret 2011 di Wisma Lansia St. Catharina di Zonhoven (Belgia). Ia dikebumikan di pekuburan ZonhovenPusat.
Frater Koos lahir di Wanroy - Belanda pada tanggal 9 Februari 1922. Ia masuk Kongregasi CMM di Tilburg pada tanggal 29 Agustus 1939, dan mengikrarkan profesinya seumur hidup pada tanggal 15 Agustus 1944. Ia meninggal dunia pada tanggal 23 Maret 2011 di komunitas Joannes Zwijsen di Tilburg. Ia dikebumikan di pekuburan CMM, kompleks ‘Huize Steenwijk’ di Vught.
Pada permulaan Frater Honoratus bekerja di beberapa SD dengan dedikasi tinggi, sangat teliti dan penuh semangat. Kemudian ia ditugaskan di institut demi anak-anak tuna runggu dan yang mempunyai gangguan bicara di Hasselt (Belgia). Selama 20 tahun lebih ia bertugas disitu sebagai kepala SD-nya. Sesudah komunitas CMM di Hasselt dibubarkan, ia pindah ke Houthalen dan kemudian ke Zonhoven. Tahun-tahun terakhir ia tinggal di Wisma Lansia St. Catharina. Peralihan dari lingkungan komunitas ke rumah perawatan itu sulit baginya. Frater Honoratus sungguh menghormati Bunda Maria. Beberapa kali ia berziarah ke Medjugorje. Tanda cintanya bagi Maria nampak lewat membuat rosario-rosario yang dengan senang hati diterima oleh para misionaris. Ia juga menciptakan ikon religius, yang dihadiahkian dengan murah hati kepada orang. Bertahun-tahun lamanya ia anggota aktif Legio Maria dan Gerakan Kharismatik yang ia bantu dengan menata teks-teks. Di samping itu Frater Honoratus adalah anggota yang berdoa dan berpropaganda Liga Anti Abortus. Ia berdoa banyak. Ia terutama tertarik pada doa rosario. Semoga Frater Honoratus menikmati istirahat di bawah naungan Tuhan dan dilindungi oleh Bundanya Maria, yang penuh cinta ia layani dan hormati.
Frater Koos bekerja di beberapa tempat di Belanda, antara lain di Tilburg, Boxtel, Amsterdam dan Udenhout sebagai guru SD dan di sekolah luar biasa. Ia mencintai muridmuridnya dan ingin bergaul dengan mereka. Bertahuntahun lamanya, sesudah pensiunnya, ia menerima dengan ramah mahasiswa-mahasiswa teologi di frateran Tivolistraat di Tilburg. Ia membantu komunitas Generalat, dan berperan sebagai pengurus Yayasan Correntina, yang mendukung karya Pater Bérénos almarhum di Brasil. Frater Koos adalah seorang yang ramah, selalu bergembira dan berhumor. Ia mampu bergaul dengan orang dewasa dan anak, mahasiswa dan orang lansia, dengan para konfrater dan tamu. Hubungan Frater Koos dengan keluarganya bersifat akrab dan hangat. Sejak tahun 2002, ia berdomisili di komunitas Joannes Zwijsen, dan di tahun-tahun terakhir ia tinggal di bagian perawatan. Ia semakin lemah, namun ia tetap bergembira dan dicintai oleh semua orang. Orang-orang yang merawati dia melakukan itu dengan senang hati. Kata Injil ‘jangan khawatir’ menandai hidupnya. Kesederhanaan, kesetiaan, renungan dan doa adalah dasar hidupnya. Penuh kedamaian ia menyerahkan nyawanya.
22
sumber
‘TIADA KARYA DI DUNIA YANG LEBIH BESAR DARIPADA KARYA ANDA!’ Kata Mgr. Zwijsen yang membesarkan hati dan menantang Bahkan sampai tiga kali Joannes Zwijsen mengatakan dalam buku ‘Pembicaraan-Pembicaraan Akrab’: “Tiada karya di dunia yang lebih besar daripada karya anda!” “Ya, betapa mulia hidup bakti yang terarah pada karya-karya belaskasih!” Demikian Mgr. Zwijsen berbicara kepada para susternya. Mereka adalah kelompok wanita dalam masyarakat abad ke-19, suatu kelompok religius awam dalam gereja pada waktu itu, seuatu kelompok yang bertanggung jawab atas anak-anak, orang-orang sakit dan orang-orang lansia. Menurut Mgr. Zwijsen suster-suster semacam ini berbeda sekali dengan orang-orang lain. Hal ini dapat disebut diskriminasi positif, dan menunjang emansipasi. Kalau seorang pemimpin gerejani mengatakan hal semacam ini, ucapanya memang menonjol! Hal yang mengherankan adalah bahwa Vinsensius a Paulo, pada abad ke-17, menggunakan kata yang persis sama. Ia juga berbicara kepada kaum wanita, kepada kaum awam, kepada orang yang berbelaskasih. Pada waktu itu semangat klerikal cukup kuat dan terlengket pada statusnya. Orangorang waktu itu menderita banyak. Biarawan-biarawati di biara kontemplatif dikenal dan diakui. Akan tetapi biarawanbiarawati di jalan raya dan di tengah masyarakat merupakan sesuatu yang serba baru. Kepada orang-orang dari gerakan yang ia mulai, Vinsensius mengatakan: “Tiada karya di dunia yang lebih besar daripada karya anda!” Dengan kata lain: “Kalian berbeda dengan orang-orang karya amal yang lain.” Ungkapan kenabian yang menonjol ini berasal dari seorang imam yang bersemangat mendalam. Boleh jadi bahwa “Tiada karya di dunia yang lebih besar daripada karya anda!” dipandang sebagai ungkapan yang bernada angkuh. Akan tetapi ucapan ini dapat dipandang sebagai kata untuk membesarkan hati orang, suatu undangan agar orang dengan sadar dan bangga berdiri tegak dalam semangat belaskasih. Juga dalam abad ini, ucapan ini dapat dinilai sebagai suatu tantangan: berdirilah dengan sadar di dalam gereja sebagai seorang suster, seorang bruder/frater atau awam yang jitu. Apakah aneh jika dipikirkan bahwa spiritualitas Vinsensius serta orang yang sama semangatnya dapat melalukan sesuatu di abad ini dengan lebih hebat? Frater Harrie van Geene 23
KITA MENGHARAPKAN AGAR CARA HIDUP KITA SEDEMIKIAN RUPA, SEHINGGA ORANG LAIN MERASA TERUNDANG UNTUK MENGGABUNGKAN DIRI DENGAN KITA DEMI TUGAS PERUTUSAN KITA DALAM GEREJA. (Pedoman Hidup Frater CMM)
Majalah Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda Berbelaskasih 24