Bab II Landasan Teori BAB II Landasan Teori
2.1. Pengertian Parkir Dalam setiap perjalanan yang menggunakan kendaraan maka akan diawali dan diakhiri pada tempat parkir, maka sarana untuk perparkiran akan tersebar pada setiap tempat baik di rumah maupun tempat – tempat tujan manusia melakukan perpindahan. Menurut Ofyar Z. Tamim (edisi kesatu) parkir merupakan salah satu unsur sarana yang tidak dapat dipisahkan dari sistem transportasi jalan raya secara keseluruhan. Dipertegas menurut Direktorat Jendral Perhubungan Darat (1996), parkir adalah keadaan tidak bergerak setiap kendaraan yang tidak bersifat sementara waktu, sedangkan berhenti adalah keadaan tidak bergerak atau suatu kendaraan untuk sementara waktu dengan pengemudi tidak meninggalkan kendaraannya. Tempat-tempat pemberhentian (parkir) kendaraan yang bersifat sementara dan dalam waktu relatif singkat seperti untuk menaikkan dan menurunkan penumpang atau untuk bongkar barang. Tetapi ada juga kendaraan yang berhenti untuk waktu yang relatif lama, misalnya untuk kegiatan belanja, ke kantor, ke sekolah dan kegiatan lainnya, sehingga dibutuhkan tempat parkir bagi kendaraan-kendaraan yang akan berhenti tersebut. Kegiatan parkir dapat dilakukan pada badan jalan dan di area parkir khusus di luar badan jalan.
Rifky Noerhidayat (41109010036)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
II - 1
Bab II Landasan Teori Parkir merupakan suatu kebutuhan bagi pemilik kendaraan yang menginginkan kendaraannya untuk mudah dicapai. Oleh karena itu sarana perparkiran merupakan hal yang penting terhadap pergerakan lalu lintas dan perkembangan ekonomi seperti pusat – pusat perbelanjaan dan pusat bisnis, maupun tempat penginapan. Perparkiran merupakan bagian penting bagi manajemen lalu lintas perkotaan. Kebijakan perparkiran harus dilaksanakan secara konsisten sehingga seluruh aspek kebijaksanaan diarahkan pada tujuan yang sama sesuai dengan kemajuan lalu lintas dan perkembangan ekonomi perkotaan.
2.2 Fasilitas Parkir Menurut Direktorat Jendral Perhubungan Darat (1996) Fasilitas parkir adalah lokasi yang ditentukan sebagai tempat pemberhentian kendaraan yang tidak bersifat sementara untuk melakukan kegiatan pada suatu kurun waktu. Oleh karena itu fasilitas parkir harus cukup memadai sehingga semua pengoprasian arus lalu lintas dapat berjalan dengan lancar. Secara umum parkir dibagi atas : 2.2.1 Parkir Di Badan Jalan ( On-Street Parking) Menurut Dirjen Perhubungan Darat (1996) pengertian fasilitas parkir pada badan jalan mempunyai kesamaan dengan pengertian kawasan parkir. Fasilitas parkir badan jalan adalah fasilitas parkir yang menggunakan pinggir/tepi badan jalan. Fasilitas parkir pada badan jalan areal yang memanfaatkan badan jalan
sebagai fasilitas parkir, hanya pada kawasan
Rifky Noerhidayat (41109010036)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
II - 2
Bab II Landasan Teori parkir terdapat pengendalian parkir melalui pintu masuk. Parkir pada badan jalan sangat dipengaruhi oleh sudut parkir, lokasi parkir dan panjang jalan yang digunakan untuk parkir. Meskipun terdapat berbagai kerugian, jenis parkir ini masih dibutuhkan apabila keadaan jalan mengizinkan. Pada jalan-jalan yang mempunyai lebar sekitar 10 meter, dengan arus lalu lintas dua arah yang arusnya kurang melebihi 400 kendaraan/jam, atau pada lalu lintas searah dengan arusnya kurang dari 600 kendaraan/jam, parkir pada salah satu sisi masih diperbolahkan jika tempat pejalan kaki yang dekat dengannya tidak terlalu ramai dan terdapat sedikit pejalan kaki yang menyeberang jalan (Hoobs, 1998). 1. Penentuan Sudut Parkir Sudut parkir yang akan digunakan umumnya ditentukan oleh: a. Lebar jalan b. Volume lalu lintas pada jalan yang bersangkutan c. Karakteristik kecepatan d. Dimensi kendaraan e. Sifat peruntukan lahan sekitar dan peranan jalan yang bersangkutan.
Rifky Noerhidayat (41109010036)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
II - 3
Bab II Landasan Teori Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mendesain parkir pada badan jalan adalah sebagai berikut :
Sepanjang 6 m sebelum dan sesudah tempat penyeberangan pejalan kaki atau tempat penyeberangan sepeda yang telah ditentukan.
Sepanjang 25 m sebelum dan sesudah tikungan tajam dengan radius kurang 500 m.
Sepanjang 50 m sebelum dan sesudah jembatan
Sepanjang 100 m sebelum dan sesudah perlintasan sebidang
Sepanjang 25 m sebelum dan sesudah persimpangan
Sepanjang 6 m sebelum dan sesudah akses bangunan gedung.
Sepanjang 6 m sebelum dan sesudah kran pemadam kebakaran atau sumber air sejenis.
Gambar 2.1. desain ruang parkir pada badan jalan (Direktorat BSLLAK,1998) Keterangan : A
: Lebar efektif parkir (m)
D
: Ruang parkir efektif (m)
M
: Ruang manuver (m)
Rifky Noerhidayat (41109010036)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
II - 4
Bab II Landasan Teori W
: Lebar jalan total (m)
L
: Lebar jalan efektif (m)
J
: Lebar pengurangan ruang manuver (m)
2.2.2 Parkir Diluar Badan Jalan ( Off-Street Parking) Fasilitas parkir di luar badan jalan menurut Dirjen Perhubungan Darat (1996), adalah fasilitas parkir kendaraan yang tidak berada pada badan jalan atau langsung menempati pada badan jalan, tetapi berada di luar badan jalan yang dibuat khusus. Kegiatan parkir ini biasanya disediakan gedung parkir khusus, atau dibasement bawah tanah. Tempat parkir di luar jalan secara umum dapat di golongkan ke dalam empat macam, yaitu:
1. Parkir Pelataran Sudut paling ekonomis menurut buku picnataro tahun 1973 adalah 900 dengan petak ruang parkir berukuran 2,6 m x 5,5 m atau 8,5 ft x 18 ft. Untuk ukuran parkir ini diperlukan minimal ruang manuver kendaraan satu arah 3,7 m (12ft) dan untuk manuver dua arah diperlukan ruang manuver 7,3 m (24 ft).Menurut buku FD Hoobs edisi tahun 1995 pengguna area parkir yang efisien dan dapat dicapai dengan cara mobil berjalan mundur ke tempat parkir dengan sudut kemiringan 900 dengan aturan lebar gang sepanjang 6m yang memungkinkan arus lalu lintas dua arah dan ukuran tempat parkir 5,5 m x 2,5 m, maka luas yang dibutuhkan untuk sebuah mobil adalah 21,25 m. Ukuran
Rifky Noerhidayat (41109010036)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
II - 5
Bab II Landasan Teori tersebut sudah termasuk setengah luas gang jalan yang masuk berdekatan dengan tempat parkir tersebut.
Gambar 2.1. Sirkulasi parkir yang buruk (Dirjen Perhubungan Darat (1996))
Gambar 2.2. Sirkulasi parkir yang baik (Dirjen Perhubungan Darat (1996))
Rifky Noerhidayat (41109010036)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
II - 6
Bab II Landasan Teori 2. Parkir Garasi Mobil Bertingkat (Parkir Gedung) Parkir garasi mobil bertingkat adalah dimana ruang parkir berupa bangunan gedung yang khusus disediakan untuk kegiatan parkir. Parkir dalam gedung biasanya pengendara/pengemudi kendaraan akan memilih tempat parkir yang lebih dekat dengan lokasi yang akan dituju, kemudian pengemudi akan mempertimbangkan jalur keluar masuk sehigga pengendara dengan mudah keluar masuk ke tempat parkir.
Dalam parkir gedung ini ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan antara lain : a. Tersedianya tata guna lahan b. Memenuhi persyaratan konstruksi dan perundang-undangan yang berlaku. c. Tidak menimbulkan pencemaran lingkungan d. Memberikan kemudahan bagi pengguna jasa.
2.1 Sistem Jalan Tangga Tanjakan dan lantai Jalan tangga tanjakan (ramp) sebagai jalan masuk yang menguhubungkan lantai-lantai, dapat dibangun dengan kemiringan maksimum 15%, tetapi pada umumnya kemiringan tidak lebih dari 10% jika jalan lurus, dan 8% jika melengkung dengan radius putara minimum 5,5 m. lantai-lantai berselang-seling dapat digunakan untuk mengurangi perbedaan antar tinggi lantai yang bisa menjadi setengahnya. Ada beberapa macam desain lantai bertingkat yang memungkinkan lalu lintas dua arah pada lantai dan jalan-jalan tanjakan, atau gerakan-gerakan terpisah langsung pada jalan
Rifky Noerhidayat (41109010036)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
II - 7
Bab II Landasan Teori tangga tanjakan. Pada macam yang lain, pemisahan arah sepenuhnya dilakukan baik pada lantai maupun pada jalan tangga tanjakan. Dalam hal pemendekan jalan tangga tanjakan harus diselesaikan dengan baik. Jalan tangga tanjakan dua arah perlu diberi pemisah antar arah arus, terutama sekali pada tempat-tempat belokan atau melengkung, untuk mencegah tabrakan antar pengedara. Salah satu alternatif untuk tangga tanjakan adalah lantai-lantai miring dalam hal bentuk spiral penuh, dari tinggat bawah sampai ke atap. Lantai semacam ini membentuk deretan parkir sepanjang sisi-sisi jalan tangga tanjakan yang juga berfungsi sebagai jalan masuk. Kemiringan lantai tidak lebih dari 5%. Tinggi ruang harus dibatasi hingga 2,25 m agar memperoleh panjang jalan tangga tenjakan minimum, tetapi pada lantai bawah sebaiknya disediakan tinggi 3,75 m untuk mewaspadai kendaraan yang tinggi.
2.2 Radius dan Lebar Ramp Untuk ramp satu arah cukup disediakan lebar jalur sebesar 3.5 meter dan untuk dua arah selebar 6,5 meter dan bila dipisah dengan suatu pemisah (separator), maka lebar setiap arah adalah 3,5 meter. Radius minimum ramp yang berbentuk lingkaran helical adalah 9,7 meter. Radius yang disarankan adalah 10,5 sampai 11,5 meter, sedangkan lebar jalur pada ramp helical adalah 4,2 meter sampai 5,2 meter. 2.3 Penahan Roda
Rifky Noerhidayat (41109010036)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
II - 8
Bab II Landasan Teori Agar kendaraan yang akan diparkir tidak membentur dinding gedung parkir, maka disediakan penghambat roda. Biasanya penahan roda ini terbuat dari beton atau pipa logam, sehingga penegmudi tidak perlu takut membentur dinding pada saat memasuki ruang parkir,
Gambar 2.3. Penahan Roda (Dirjen Perhubungan Darat (1996))
Jarak antar penahan roda dengan dinding tergantung kepada sudut parkir dan panjang anjuran belakang ataupun anjuran depan, seperti yang ditujukan pada gambar 2.4 mengenai hubungan antara jarak penahan roda dengan dinding.
Rifky Noerhidayat (41109010036)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
II - 9
Bab II Landasan Teori Gambar 2.4. kaitan antara sudut parkir dengan jarak muka penahan roda ke dinding (Dirjen Perhubungan Darat (1996))
2.4 Sirkulasi antar Lantai Pergerakan kendaraan antar lantai harus dilakukan sedemikian, sehingga konflik yang terjadi minimal. Konflik berpotongan sebaiknya dihindarkan. Seperti terlihat pada Gambar 2.5 sampai gambar 2.9
Gambar 2.5. Pola sirkulasi digedung parkir ramp menerus (Dirjen Perhubungan Darat (1996))
Rifky Noerhidayat (41109010036)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
II - 10
Bab II Landasan Teori
Gambar 2.6. Pola sirkulasi digedung parkir ramp menerus berlawanan (Dirjen Perhubungan Darat (1996))
Gambar 2.7. Pola sirkulasi digedung parkir lantai satger (Dirjen Perhubungan Darat (1996))
Rifky Noerhidayat (41109010036)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
II - 11
Bab II Landasan Teori
Gambar 2.8. Pola sirkulasi parkir digedung parkir lantai satger tiga susun (Dirjen Perhubungan Darat (1996))
Gambar 2.8. Pola sirkulasi parkir digedung parkir lantai miring (Dirjen Perhubungan Darat (1996))
3. Parkir bawah tanah (basement) Pakir bawah tanah hampir sama dengan parkir gedung bertingkat akan tetapi jenis parkir bawah tanah terletak di bawah tanah dan biasanya di bawah gedung bertingkat yang terdapat di kota besar. Keuntungan parkir bawah
Rifky Noerhidayat (41109010036)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
II - 12
Bab II Landasan Teori tanah adalah efisiensi ruang akan tetapi biaya pembuatan parkir bawah tanah relatif mahal.
4. Parkir Gabungan Parkir gabungan adalah jenis parkir yang mempunyai tempat parkir pelataran, bertingkat dan bawah tanah, jenis parkir ini memiliki parkir daya tampung lebih banyak sehingga mudah mancari ruang parkir.
2.3. Jenis Peruntukkan Parkir Kegiatan parkir dapat dilihat dari tujuan kegiatan pengemudi kendaraan, jenis peruntukkan kebutuhan parkir adalah sebagai berikut :
2.3.1. Kegiatan Parkir yang Tetap Kegiatan parkir yang tetap biasanya kegiatan parkir ini dalam waktu yang cukup lama, kelompok parkir ini dibagi atas sebagai berikut : 1) Pusat pedagangan 2) Pusat perkantoran swasta atau pemerintahan 3) Pusat pedagangan eceran atau pasar swalayan 4) Pasar 5) Sekolah 6) Tempat rekreasi 7) Hotel dan tempat penginapan 8) Rumah Sakit
Rifky Noerhidayat (41109010036)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
II - 13
Bab II Landasan Teori 2.3.2. Kegiatan Parkir yang Bersifat Sementara Kegiatan parkir yang bersifat sementara biasanya kegiatan parkir ini dalam waktu yang relatif sementara, kelompok parkir ini dibagi atas sebagai berikut : 1) Bioskop 2) Tempat pertunjukan 3) Tempat pertandingan olahraga 4) Tempat ibadah Sumber : Dirjen Perhubungan Darat (1996) 2.4 Ukuran Kebutuhan Ruang Parkir Standar kebutuhan luas area kegiatan parkir berbeda antara yang satu dengan yang lain, tergantung kepada beberapa hal antara lain pelayanan, tarif yang diberlakukan, ketersediaan ruang parkir, tingkat pemilikan kendaraan bermotor, tingkat pendapatan masyarakat. Kegiatan dan standar-standar kebutuhan parkir adalah sebagai berikut :
1. Pusat Perdagangan Parkir dipusat perdagangan dikelompokan dalam dua kelompok, yaitu pekerja yang bekerja dipusat perdagangan tersebut dan pengunjung. Pekerja biasanya parkir untuk jangka panjang dan pengunjung umumnya jangka pendek. Karena tekanan penyediaan ruang parkir adalah untuk pengunjung, maka kriteria yang digunakan sebagai acuan penentuan kebutuhan ruang parkir adalah luas area kawasan perdagangan.
Rifky Noerhidayat (41109010036)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
II - 14
Bab II Landasan Teori
Tabel 2.1 Kebutuhan SRP di Pusat Perbelanjaan Luas Area Total (100 m2)
10 20 50 100
500
1000 1500 2000
Kebutuhan (SRP)
59 67 88 125
415
777
1140 1500
(Sumber : Dirjen Perhubungan Darat (1996))
2. Pusat Perkantoran Parkir di pusat perkantoran mempunyai ciri parkir jangka panjang, oleh karena itu penentuan ruang parkir dipengaruhi oleh jumlah karyawan yang bekerja di kawasan perkantoran tersebut. Tabel 2.2 Kebutuhan SRP di Pusat Perkantoran Jumlah Karyawan
1500
2000
2500
3000
4000
Kebutuhan Administrasi 235
237
239
240
242
246
(SRP)
290
291
293
295
298
Pelayanan
1000
288
Umum (Sumber : Dirjen Perhubungan Darat (1996))
Rifky Noerhidayat (41109010036)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
II - 15
Bab II Landasan Teori 3. Pasar Swalayan Parkir dipusat perdagangan dikelompokan dalam dua kelompok, yaitu pekerja yang bekerja di pusat perdagangan tersebut dan pengunjung. Pekerja biasanya parkir untuk jangka panjang dan pengunjung umumnya jangka pendek. Karena tekanan penyedian ruang parkir adalah untuk pengunjung, maka kriteria yang digunakan sebagai acuan penentuan kebutuhan ruang parkir adalah luas area kawasan perdagangan. Tabel 2.3 Kebutuhan SRP di Pusat Perbelanjaan Luas Area Total (100 m2)
50
Kebutuhan (SRP)
225 250 270 310 350 440 520 600 1050
75
100 150 200 300 400 500 2000
(Sumber : Dirjen Perhubungan Darat (1996))
4. Pasar Pasar mempunyai karakteristik yang hampir sama dengan pusat perdagangan ataupun swalayan, walaupun kalangan yang mengunjungi pasar lebih banyak dari golongan dengan pendapatan menengah ke bawah. Tabel 2.4 Kebutuhan SRP di Pasar Luas Area Total (100 m2)
50
Kebutuhan (SRP)
225 250 270 310 350 440 520 600 1050
75
100 150 200 300 400 500 2000
(Sumber : Dirjen Perhubungan Darat (1996)) 5. Sekolah/Perguruan Tinggi
Rifky Noerhidayat (41109010036)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
II - 16
Bab II Landasan Teori Parkir di sekolah atau perguruan tinggi dikelompokan dalam dua kelompok yaitu pekerja/dosen/guru yang bekerja disekolah atau perguruan tinggi tersebut dan mahasiswa umumnya parkir untuk jangka pendek bagi mereka yang diantar jemput dan jangka panjang bagi mereka yang memakai kendaraan sendiri. Jumlah kebutuhan ruang parkir tergantung kepada jumlah siswa/mahasiswa. Tabel 2.5 Kebutuhan SRP di Sekolah/Perguruan Tinggi Jumlah Siswa/Mahasiswa
30 40 50
60
70
80
90
100 110 120
(100 orang) Kebutuhan (SRP)
60 80 100 120 140 160 180 200 220 240
(Sumber : Dirjen Perhubungan Darat (1996))
6. Tempat Rekreasi Kebutuhan parkir di tempat rekreasi dipengaruhi oleh daya tarik tempat tersebut. Biasanya pada hari-hari libur, kebutuhan parkir meningkat dari hari kerja. Perhitungan kebutuhan didasarkan pada luas area tempat rekreasi. Tabel 2.6 Kebutuhan SRP di Tempat Rekreasi Luas Area Total (100 m2)
50
Kebutuhan (SRP)
103 109 115 122 146 196 295
100 150 200 400 800 1600 3200 6400 494
892
(Sumber : Dirjen Perhubungan Darat (1996)) 7. Hotel dan tempat penginapan
Rifky Noerhidayat (41109010036)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
II - 17
Bab II Landasan Teori Kebutuhan parkir di hotel dan penginapan bergantung kepada tarif sewa kamar yang diberlakukan dan jumlah kamar serta kegiatankegiatan lain seperti seminar, pesta kawin yang diadakan di hotel tersebut. Tabel 2.7 Kebutuhan SRP di Hotel/Tempat Penginapan Jumlah
100 150 200 250 350
400
550
550
600
Kamar(buah) Tarif
<100
154 155 156 158 161
162
165
166
167
Standar
100-150 300 450 476 477 480
461
484
485
487
($)
150-200 300 450 600 798 799
800
803
804
805
200-250 300 450 600 900 1050 1119 1122 1124 1425 (Sumber : Dirjen Perhubungan Darat (1996))
8. Rumah sakit Seperti halnya hotel, kebutuhan ruang parkir di rumah sakit bergantung kepada jumlah tempat tidur perawatan/pasien. Tabel 2.8 Kebutuhan SRP di Rumah Sakit Jumlah
Tempat
Tidur 50
Kebutuhan (SRP)
97
75
100 150 200 300 400 500 1000
(buah) 100 104 111 113 132 146 160 230
(Sumber : Dirjen Perhubungan Darat (1996))
Rifky Noerhidayat (41109010036)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
II - 18
Bab II Landasan Teori 9. Bioskop tempat pertunjukan Ruang parkir di bioskop/gedung pertunjukan sifatnya sementara dengan durasi antara 1,5 sampai 2 jam saja dan keluarnya bersamaan sehingga perlu kapasitas pintu keluar yang besar. Besarnya kebutuhan ruang parkir tergantung kepada jumlah tempat duduk. Tabel 2.8 Kebutuhan SRP di Tempat Pertunjukan Jumlah Tempat Duduk 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100 (buah) Kebutuhan (SRP)
198 202 206 210 214 218 222 227
230
(Sumber : Dirjen Perhubungan Darat (1996))
10. Gelanggang Olahraga Ruang parkir di gelanggang olahraga sifatnya hanya sementara dengan durasi antara 1,5 sampai 2 jam saja, dan keluarnya bersamaan, sehingga perlu kapasitas pintu keluar yang besar. Besarnya kebutuhan parkir tergantung kepada jumlah tempat duduk. Tabel 2.8 Kebutuhan SRP di Gelanggang Olahraga Jumlah Tempat Duduk 40 (buah) Kebutuhan (SRP)
50
60
70
80
90
100 150
235 290 340 390 440 490 540 790
(Sumber : Dirjen Perhubungan Darat (1996))
Rifky Noerhidayat (41109010036)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
II - 19
Bab II Landasan Teori 2.5 Metode Menentukan Kebutuhan Parkir Menurut Ofyar Z. Tamim (edisi kesatu) metode yang sering untuk menentukan kebutuhan lahan parkir, yaitu : 2.5.1. Metode Berdasarkan Kepemilikan Kendaraan Metode ini mengansumsikan adanya hubungan antara luas lahan parkir dengan jumlah kendaraan yang tercatat dipusat kota. Semakin meningkat jumlah penduduk maka kebutuhan lahan parkir akan semakin meningkat karena kepemilikan kendaraan meningkat. 2.5.2. Metode Berdasarkan Luas Lantai Bangunan Metode ini mengasumsikan bahwa kebutuhan lahan parkir sangat terkait dengan jumlah kegiatan yang dinyatakan dalam besaran luas lantai bangunan dimana kegiatan tersebut dilakukan, misalnya : perbelanjaan, perkantoran, dan lainlain. 2.5.3.
Metode
Selisih
Terbesar
Antara
Kedatangan
Dan
Keberangkatan Kendaraan Kebutuhan lahan parkir didapatkan dengan menghitung akumulasi terbesar pada selang waktu pengamatan. Akumulasi parkir adalah jumlah kendaraan parkir pada suatu tempat pada selang waktu tertentu, dimana jumlah kendaraan parkir tidak akan pernah sama pada suatu tempat dengan tempat lainnya dari waktu ke waktu.
Rifky Noerhidayat (41109010036)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
II - 20
Bab II Landasan Teori 2.6 Perencanaan Parkir 2.6.1 Petunjuk Desain Perancangan Parkir :
Ukuran ruang parkir, ukuran celukan dan lebar gang parkir. Prinsipnya adalah sama dengan parkir badan jalan akan tetapi penggunaan ruang parkir menggunakan sistem pola parkir menyudut yang berfungsi untuk efisiensi lahan.
Sistem sirkulasi, lebar jalan landai, kelandaian untuk parkir dan jurus di perkecil. Kapasitas rencana harus bergantung pada arus yang dihasilkan dari volume parkir dan lamanya parkir.
Pengaturan masuk dan keluar, karcis dan pembayaran. Letak jalan masuk/keluar ditempatkan sejauh mungkin dari persimpangan dan dihindarkan kemungkinan adanya konflik dengan pejalan kaki. Letaknya juga harus memberikan jarak pandang yang cukup saat memasuki arus lalu lintas.
Penerangan yang cukup memadai adalah sangat dibutuhkan, baik untuk pengemudi kendaraan maupun untuk alasan keamanan.
Rambu dan marka sangat berfungsi sebagai pemandu dan penunjuk bagi pengemudi pada saat parkir, marka dan rambu jalan harus dijaga agar tetap terlihat jelas.
Rifky Noerhidayat (41109010036)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
II - 21
Bab II Landasan Teori 2.6.2 Menurut Statusnya Menurut statusnya, parkir dapat dikelompokkan menjadi : a. Parkir Umum Parkir umum adalah perparkiran yang menggunakan lapangan atau jalan-jalan yang dimiliki/dikuasai serta pengelolaannya di selenggarakan pemerintah daerah. b. Parkir Khusus Parkir Khusus adalah perparkiran yang menggunakan tempat yang dikuasai dan dikelola oleh pihak tertentu. c. Parkir Darurat Parkir darurat adalah perparkiran ditempat-tempat umum baik yang menggunakan badan jalan, ataupun lapangan milik/penguasa pemerintah daerah atau swasta, karena kegiatan yang sifatnya insidentil. d. Taman Parkir Taman parkir adalah suatu areal atau bangunan yang dilengkapi dengan perparkiran yang pengelolaannya diselenggarakan oleh pemerintah. e. Gedung Parkir Gedung parkir adalah bangunan yang dimanfaatkan untuk tempat parkir kendaraan yang penyelenggaraannya dilakukan oleh pemerintah daerah atau swasta yang telah mendapat ijin dari pemerintah daerah.
Rifky Noerhidayat (41109010036)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
II - 22
Bab II Landasan Teori 2.6.3 Menurut Jenis Kendaraannya Menurut jenis kendaraan yang diparkir, terdapat beberapa golongan parkir yaitu : a. Parkir untuk kendaraan beroda dua tidak bermesin (sepeda). b. Parkir untuk kendaraan beroda dua bermesin (motor) c. Parkir untuk kendaraan beroda tiga, empat atau lebih bermesin (bemo, bajaj, mobil) Pemisahan tempat parkir menurut jenisnya mempunyai tujuan agar pelayanan lebih mudah dan agar tidak terjadi keruwetan.
2.6.4 Menurut Jenis dan Tujuan Parkir Menurut jenis dan tujuan parkir dapat digolongkan menjadi : a. Parkir untuk kendaraan berpenumpang yaitu parkir untuk menaikkan dan menurunkan penumpang. b. Parkir untuk kendaraan barang yaitu parkir untuk bongkar muat barang. Keduanya sengaja dipisahkan agar satu sama lain kegiatannya tidak saling mengganggu.
2.6.5 Menurut Jenis Kepemilikan & Pengoperasiannnya a. Parkir milik dan yang mengoperasikan adalah pihak swasta. b. Parkir milik pemerintah daerah dan yang mengoperasikan adalah pihak swasta c. Parkir milik dan yang mengoperasikan adalah pemerintah
Rifky Noerhidayat (41109010036)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
II - 23
Bab II Landasan Teori 2.6.6 Menurut Sistem Parkir Ada beberapa jenis sistem parkir diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Park and work Park and work adalah sistem parkir dimana pelaku perjalanan memarkirkan kendaraannya disuatu lahan parkir dan selanjutnya berjalan kaki untuk mencapai tujuannya, mengingat jarak tempuh dengan berjalan kaki yang realtif pendek seperti pusat pertokoan dan perkantoran. 2. Kiss and ride Sistem kiss and ride dipakai untuk mengantar dan menjemput munuju dan dating pada suatu tempat kegiatan. Menaikan dan menurunkan penumpang dipagi hari tidak banyak menimbulkan masalh yang berarti, namun masalah besar baru ada pada siang hari, sore hari menjelang malam hari pada saat menunggu kedatangan. Maka sistem parkir tersebut akan mengganggu lalu lintas disekitarnya yang pada akhirnya mengakibatkan kemacetan. 3. Park and ride Sistem park and ride dapat diartikan dengan pengendara yang akan memarkirkan kendaraannya karena parkir pada waktu periode tertentu atau dalam periode waktu yang lama dikarenakan pengendara memiliki tempat tinggal yang jauh diluar kota kemudian melanjutkan perjalanannya dengan angkutan umum baik kereta api maupun bus menuju ke tempat tujuannya.
Rifky Noerhidayat (41109010036)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
II - 24
Bab II Landasan Teori 2.6.7 Menurut Tarif Parkir a. Parkir dengan tarif bebas (gratis) Kendaraan yang menggunakan ruang parkir pada lokasi parkir tidak dikarenakan biaya, biasanya terdapat pada ruko, rumah makan, dan tempat usaha lainnya. b. Parkir dengan dipungut biaya 1. Tarif Tetap Adalah dimana setiap kendaraan yang menggunakan ruang parkir akan dipungut biaya sebesar yang ditentukan oleh pengelola parkir untuk sekali parkir. 2. Tarif Linier Adalah dimana setiap kendaraan akan dipungut biaya oleh pengelola parkir dengan dikenakan biaya berdasarkan garis linier, jadi untuk satu jam pertama dan setiap jam berikutnya tarif parkir naik secara linier. 3. Tarif Progresif Adalah dimana kendaraan yang parkir dikenakan biaya untuk satu jam pertama dan bila setelah melebihi jam pertama akan dikenakan biaya tambahan progresif.
Rifky Noerhidayat (41109010036)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
II - 25
Bab II Landasan Teori 2.6.8 Menurut Lamanya Waktu Parkir Dalam buku karangan baeward J.E dalam judul bukunya traffic engineering yang dikutip dari tugas akhir Nurul Mariana tentang pemarkiran kendaraan dapat digolongkan menurut lamanya waktu parkir adalah sebagai berikut : 1. Parkir waktu singkat (short parking) Yaitu lamanya kendaraan menggunakan ruang parkir selama 5 menit s/d 2jam. 2. Parkir waktu sedang (middle parkir) Yaitu lamanya kendaraan menggunakan ruang parkir selama 2 jam s/d 4 jam. 3. Parkir waktu lama (long parkir) Yaitu lamanya kendaraan menggunakan ruang parkir selama lebih dari 4 jam.
2.6.9 Ukuran Satuan Ruang Parkir (SRP) Penentuan besarnya satuan ruang parkir sangat penting dalam perencanaan suatu fasilitas parkir dengan menentukan besarnya daya tampung lokasi parkir. Ukuran satuan ruang parkir merupakan unit ukuran yang diperlukan untuk memarkir suatu kendaraan yang besarnya dipengaruhi oleh :
Dimensi kendaraan Dimensi kendaraan standar yang dipakai untuk mobil penumpang seperti yang terlihat pada gambar berikut
Rifky Noerhidayat (41109010036)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
II - 26
Bab II Landasan Teori Gambar 2.9. Dimensi kendaraan standar untuk mobil penumpang (Dirjen Perhubungan Darat (1996))
Ruang bebas arah lateral dan mamanjang yang diperlukan Ruang bebas kendaraan parkir diberikan pada arah lateral dan longitudinal kendaraan. Ruang bebas arah lateral ditetapkan pada saat pintu kendaraan dibuka, yang diukur dari ujung paling luar ke badan kendaraan pakir yang ada di sampingnya. Ruang bebas diberikan agar tidak terjadi benturan antara pintu kendaraan dan kendaraan yang parkir disampingnya pada saat penumpang turun dari kendaraan.
Lebar bukaan pintu kendaraan Ukuran lebar bukaan pintu merupakan fungsi karakteristik pemakai kendaraan yang memanfaatkan fasilitas parkir. Karakteristik pengguna kendaraan yang memanfaatkan fasilitas parkir dipilih menjadi tiga seperti yang ditunjukan pada tabel berikut
Rifky Noerhidayat (41109010036)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
II - 27
Bab II Landasan Teori Tabel 2.9 Lebar bukaan pintu kendaraan
Penentuan Satuan Ruang Parkir Penentuan satuan ruang parkir (SRP) dibagi atas tiga jenis kendaraan dan berdasarkan penentuan SRP untuk mobil penumpang diklasifikasikan menjadi tiga golongan, seperti pada Tabel berikut Tabel 2.10 Satuan Ruang Parkir
Rifky Noerhidayat (41109010036)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
II - 28
Bab II Landasan Teori Satuan Ruang Parkir untuk Mobil Penumpang Satuan Ruang Parkir (SRP) untuk mobil penumpang ditunjukan dalam gambar berikut
Gambar 2.10. Satuan Ruang Parkir untuk mobil penumpang (Dirjen Perhubungan Darat (1996))
Rifky Noerhidayat (41109010036)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
II - 29
Bab II Landasan Teori 2.6.10 Jalur Sirkulasi Gang dan Modul Perbedaan antara jalur sirkulasi dan jalur gang terutama terletak pada penggunaannya. Hal ini dapat dilihat pada ukuran dan ketentuannya. Ketentuanketentuannya adalah sebagai berikut (Hobbs, 1995): a. Panjang dari sebuah jalur gang tidak lebih dari 100 meter. b. Jalur gang yang dimaksudkan untuk melayani lebih dari 50 kendaraan dianggap jalur sirkulasi
Sedangkan untuk lebar minimum jalur sirkulasi adalah :
Untuk jalan satu arah = 3,5 meter
Untuk jalan dua arah = 6,5 meter
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar dan gambar
Gambar 2.11. Gang dan modul sudut 900 (Dirjen Perhubungan Darat (1996))
Rifky Noerhidayat (41109010036)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
II - 30
Bab II Landasan Teori
Gambar 2.12. Gang dan modul sudut 300, 450, 600 (Dirjen Perhubungan Darat (1996))
2.6.11 Pencahayaan Tempat Parkir Pencahayaan yang baik merupakan unsur perancangan utama bagi kendaraan dalam melakukan gerakan dan terutama sekali karena adanya pejalan kaki. Pencahayaan yang kurang baik dapat menimbulkan bahaya serangan penjahat, kekerasan dan pencurian. Tingkat pencahayaan yang seragam sulit dicapai karena ketinggian langit-langit yang relatif rendah untuk mengurangi biaya konstruksi dan kemiringan jalan tangga tanjakan. Pencahayaan yang baik tidak hanya diperlukan pada gang dan jalan tanjakan saja, tetapi juga pada daerah tempat parkir.
2.6.12 Rambu dan Marka Jalan Rambu adalah perlengkapan jalan yang berfungsi untuk memberikan informasi kepada pengendara yang akan melakukan kegiatan perparkiran. Rambu yang dipasang dapat
berupa
petunjuk,
peringatan
maupun larangan.
Dalam
penyelengaraan perparkiran, rambu dan marka jalan sangat dibutuhkan untuk kelancaran sistem transportasi. Rambu dan marka jalan harus ditempatkan dengan
Rifky Noerhidayat (41109010036)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
II - 31
Bab II Landasan Teori memperhatikan garis pandangan dan penerangannya. Rambu tersebut harus mudah telihat oleh para pengemudi.
2.6.13 Pengoperasian Parkir Faktor utama dalam kapasitas parkir mobil adalah laju arus masuk, waktu gerakan memarkir dan waktu pengeluaran. Masing-masing komponen ini harus disesuaikan dan diseimbangkan dengan sistem biaya parkir. Pintu-pintu keluar masuk seringkali memakai tipe tanganan angkat (lifting barrier-arm) dengan sebuah mesin “pengambilan tiket” pada pintu masuk, yang membatasi arus hingga antara 300-500 kendaraan per jam tergantung pada kondisi pencapaian ke tempat ini. Pintu-pintu keluar untuk pembayaran biasanya dijaga oleh petugas parkir dalam sebuah kios yang memproses tiket dan menerima pembayaran, yang membatasi arus menjadi kurang dari 250 kendaraan per jamnya.
2.6.14 Karakteristik Parkir Hal-hal utama dalam pengukuran yang digunakan dalam karakteristik parkir adalah :
Akumulasi parkir, yaitu jumlah kendaraan yang diparkir disuatu tempat pada waktu tertentu. Jumlah kendaraan parkir dari waktu ke waktu cenderung berbeda, karena adanya kendaraan yang datang dan pergi setiap waktunya.
Indeks parkir, yaitu besarnya penggunaan ruang parkir yang dihitung dari jumlah kendaraan yang diparkir dibagi dengan jumlah total ruang parkir. Indeks parkir dapat diperoleh dengan cara membagi jumlah kendaraan
Rifky Noerhidayat (41109010036)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
II - 32
Bab II Landasan Teori yang diparkir dengan jumlah total ruang parkir yang tersedia kemudian dikalikan dengan 100%. Bila indeks parkir lebih besar dari 100%, artinya area parkir yang terpakai melebihi kapasitas, sedangkan apabila kurang dari 100% berarti akumulasi parkir pada waktu tersebut belum memenuhi kapasitas yang tersedia. Tujuan perhitungan indeks parkir ini adalah untuk mengetahui prosentase penggunaan ruang parkir pada setiap periode waktu Indeks Parkir =
x 100%
Durasi parkir, yaitu suatu besaran waktu yang mununjukkan lamanya kendaraan parkir pada suatu lokasi parkir. Durasi parkir diperoleh dengan cara mengurangkan jam keluar kendaraan dari lokasi parkir dengan jam masuk kendaraan ke lokasi parkir.
Durasi parkir terbagi atas tiga tipe, yaitu : a. Tipe pendek (0 – 2 jam) b. Tipe menengah (2 – 4 jam) c. Tipe panjang (4 jam lebih)
Angka pergantian parkir /Parking Turn Over (PTO), yaitu tingkat penggunaan ruang parkir yang diperoleh dengan membagi volume parkir dengan luas ruang parkir untuk periode tertentu.
Rifky Noerhidayat (41109010036)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
II - 33
Bab II Landasan Teori
2.7 Teknik yang digunakan dalam Survey Parkir 2.7.1 Survey Parkir Patroli a. Tujuan
Untuk menentukan karakteristik parkir sepanjang hari dan terutama pada saat puncak penggunaan ruang parkir.
Untuk menentukan besarnya kepadatan parkir (baik waktu maupun daerah) dan bagaimana kepadatan ini dapat disebarkan pada masa yang akan datang.
Untuk merencanakan sistem pengendalian parkir yang selektif di jalan dalam
rangka
mengefisienkan
penggunaan
ruang jalan terhadap
persaingan antara arus lalu lintas dan kendaraan yang parkir.
Untuk membedakan antara pemarkir jangka pendek dan panjang dengan tujuan untuk menyediakan fasilitas parkir untuk segala tujuan.
Untuk memeriksa sistem pengamatan dan penindakan terhadap sistem pengendalian parkir yang digunakan.
Untuk mengumpulkan data sebagai dasar dalam memperkirakan kebutuhan/permitaan terhadap ruang parkir di masa akan datang dan tempat parkir yang digunakan serta untuk merenacakan suatu kebijaksaan perparkiran yang sifatnya menyeluruh.
Rifky Noerhidayat (41109010036)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
II - 34
Bab II Landasan Teori
Untuk menentukan masalah khusus yang terjadi pada saat memuat dan membongkar barang.
Untuk menentukan kejadian yang khusus dari cara memarkirkan kendaraan yang berbahaya.
3. Metode
Membagi daerah zone – zone dan daerah parkir ke dalam daerah patroli sedemikian rupa sehingga dapat dijalani oleh 1 orang pelaksana survey dalam waktu kurang dari 15 menit, 30 menit atau frekuansi patroli yang dibutuhkan
Surveyor berjalan di daerah patroli tersebut dengan mencatat informasi rinci mengenai kendaraan yang diparkir yang biasanya mancakup nomor pelat kendaraan, jenis kendaraan pada setiap periode waktu 15 menit.
Survey ini biasa dilakukan selama 1 hari dari jam 7 pagi sampai jam 7 malam atau lebih lama lagi untuk tempat-tempat dimana kegiatan berakhir sesudah jam 7.
4. Analisis data Data berikut ini dapat dihitung : akumulasi, volume, angka pergantian parkir, durasi parkir, indeks parkir 5. Keuntungan
Mudah untuk dilaksanakan
Memberikan data yang luas dengan usaha minimum
6. Kerugian Tidak mensurvey maksud parkir atau tempat asal dan tujuan yang sebenarnya.
Rifky Noerhidayat (41109010036)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
II - 35
Bab II Landasan Teori 2.7.2 Survey Parkir Kordon a. Tujuan
Untuk mengukur akumulasi kendaraan pada daerah studi, terutama pada puncak akumulasi, agar dapat menentukan prestasi dari tempat parkir tersedia yang sedang digunakan pada saat itu.
Untuk menentukan akumulasi kendaraan selama jam sibuk ketika arus lalu lintas juga tertinggi.
Untuk mengukur total kapasitas ruang parkir per jam yang dibutuhkan dalam 1 hari.
b. Metode
Gambar garis kordon yang melingkari daearah studi
Mulailah periode survei dengan menghitung seluruh kendaraan yang diparkir dalam daerah studi
Secara serentak mulailah menghitumg semua kendaraan yang masuk dan keluar daerah studi pada semua jalan. Periode waktu 5- 30 menit adalah yang umum digunakan tergantung dari persoalan perparkirannya.
c. Analisa data Untuk mengetahui jumlah kendaraan yang parkir di daerah studi tambahkan jumlah kendaraan yang memasuki daerah studi tersebut melalui seluruh jalan yang ada pada masing-masing periode waktu dengan jumlah total dari kendaraan yang meninggalkan daerah itu pada saat yang bersamaan.
Rifky Noerhidayat (41109010036)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
II - 36
Bab II Landasan Teori d. Keuntungan
Sederahana untuk dilaksanakan membutuhkan sedikit staff yang terlatih
Memberikan suatu ukuran yang sederhana terhadap persoalan parkir.
e. Kerugian
Tidak ada informasi mengenai lokasi parkir, lamanya parkir, tujuannya dan lain-lain
Metode yang sederahana ini tidak membedakan antara kendaraan yang bergerak dan yang diparkir di dalam daerah studi.
Rifky Noerhidayat (41109010036)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
II - 37