Kepada Yth. Bapak/Ibu : • • •
Pimpinan/Sales Kantor Cabang PT. Phillip Securities Indonesia Sales PT. Phillip Securities Indonesia Nasabah PT. Phillip Securities Indonesia
di- Tempat ================================================================ =========================== Dengan hormat, Dibawah ini kami sampaikan Informasi Penawaran Umum Berkelanjutan Obligasi Berkelanjutan I Tower Bersama Infrasructure Tahap I Tahun 2013, sebagai berikut : Struktur Penawaran : ▭ Penerbit ▭ Obligasi Nama ▭ Peringkat Obligasi ▭ Jumlah Emisi PUB ▭ TargetJumlah Emisi Tahap I ▭ Tenor (Jangka Waktu)
: : : : :
▭ Indikasi Kupon
:
▭ Pembayaran Kupon Bunga ▭ Perkiraan Jadwal
: : :
▭ Lembaga Profesi &
:
▭ Listing
Penunjang Pasar Modal
PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. Obligasi Berkelanjutan I Tower Bersama Infrastructure Tahap I Tahun 2013 AA- (idn) (Double A Minus, Stable Outlook) Rp.4.000.000.000.000,- (empat triliun rupiah) Rp.500.000.000.000,- (lima atus miliar rupiah) : 370 Hari Kalender Seri A : 3 (tiga) tahun Seri B : 5 (lima) tahun Seri C Seri A : 8,25 % - 9,00 % Seri B : 9.00 % - 9,85 % Seri C : 9,10 % - 10,00 % Triwulanan PT. Bursa Efek Indonesia Periode Penawaran Awal : 14 – 20 November 2013 Pernyataan Efektif dari OJK : 4 Desember 2013 Penawaran Umum : 6 Desember – 9 Desember 2013 Penjatahan : 10 Desember 2013 Distribusi Efek secara : 12 Desember 2013 elektronik di KSEI Pencatatan Obligasi di BEI : 13 Desember 2013 Penjamin Pelaksana Emisi : PT HSBC Securities Indonesia PT Indo Premier Securities PT NISP Sekuritas PT UOB Kay Hian Securities Akuntan Publik : KAP Tanubrata Sutanto Fahmi dan Rekan Konsultan Hukum : Assegaf Hamzah & Partners Notaris : Kantor Notaris Jose Dima Satria, S.H., M.Kn. Wali Amanat : PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Agen Pembayaran : PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) Lembaga Pemeringkat : PT Fitch Ratings Indonesia
Apabila Bapak/Ibu Nasabah berminat untuk memesan Obligasi tersebut di atas, silahkan mengisi Formulir Aplikasi Bookbuilding Obligasi terlampir dan mengirimkannya kembali kepada kami sesuai ketentuan dan batas waktu sebagaimana tercantum di dalam Formulir. Demikian kami sampaikan, atas perhatian dari Bapak/Ibu, kami ucapkan terima kasih. Semoga sukses, Catatan: Informasi Penawaran Umum dan Formulir Aplikasi Bookbuilding Obligasi ini dapat juga diunduh dari website http://www.poems.co.id
M. N a b a b a n
Corporate Finance Division PT. Phill ip Securities Indonesia Telp. : (021) 57900800 Ext. 148 Fax : (021) 57900809 Mobile : 0811810732 Email :
[email protected]
INFORMASI PENAWARAN UMUM PERDANA SAHAM (INITIAL PUBLIC OFFERING / IPO) ▭ Nama Perusahaan
:
▭ Lokasi
:
▭ Riwayat Singkat Perseroan
:
PT. TOWER BERSAMA INFRASTRUCTURE TBK Kantor Pusat : Gedung International Financial Centre, lantai 6 Jl. Jend. Sudirman Kav.22-23 Jakarta Selatan 12920, Indonesia Telepon: (021) 2924 8900; Faksimili: (021) 5712344 Email:
[email protected] Website: www.tower-bersama.com Kantor Regional : Perseroan dan Entitas Anak memiliki 14 (empat belas) kantor regional yang terletak di Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Denpasar, Medan, Pekanbaru, Palembang, Lampung, Balikpapan, Banjarmasin, Pontianak, Makassar dan manado Perseroan didirikan dengan nama PT Banyan Mas, suatu perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan dan diatur menurut hukum Republik Indonesia, berkedudukan di Jakarta Selatan, berdasarkan Akta Pendirian No. 14, tanggal 8 November 2004, yang dibuat dihadapan Dewi Himijati Tandika, S.H., Notaris di Jakarta. Berdasarkan ketentuan Pasal 3 Anggaran Dasar Perseroan, maksud dan tujuan Perseroan adalah melakukan investasi atau penyertaan pada perusahaan lain yang bergerak di bidang kegiatan penunjang telekomunikasi dan berusaha dalam bidang jasa, khususnya jasa penunjang telekomunikasi. Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut, Perseroan dapat melaksanakan kegiatan usaha utama yaitu usaha-usaha di bidang jasa dan investasi, termasuk namun tidak terbatas yang meliputi jasa persewaan dan pengelolaan menara Base Transceiver Station (”BTS”), jasa konsultasi bidang instalasi telekomunikasi, jasa konsultasi manajemen, bisnis administrasi, strategi pengembangan bisnis dan investasi serta melakukan investasi atau penyertaan pada perusahaan lain. Selain kegiatan yang utama sebagaimana dimaksud di atas, Perseroan dapat melakukan kegiatan usaha pendukung yaitu menjalankan usaha-usaha di bidang jasa yang meliputi jasa persewaan, dan pengelolaan bangunan-bangunan, ruangan-ruangan kantor, ruangan-ruangan pertokoan, ruangan-ruangan apartemen, kondominium beserta fasilitasnya dan jasa konsultasi bidang konstruksi.
▭ Kegiatan Usaha
:
Perseroan bergerak dalam bidang Penyedia Jasa Infrasruktur Telekomunikasi Terintegrasi melalui Entitas Anak, antara lain meliputi : Penyewaan tower space pada menara telekomunikasi / tower space leasing
Kegiatan usaha utama Perseroan adalah penyewaan tower space pada menara telekomunikasi yang dimiliki oleh Perseroan. Perseroan menyewakan tower space kepada operator telekomunikasi untuk keperluan transmisi sinyal suara (voice) dan data nirkabel.
1
Penyewaan sites shelter-only
Perseroan menyewakan sites shelter-only melalui perjanjian sewa jangka panjang (pada umumnya 10 tahun) untuk instalasi BTS Telkom untuk transmisi CDMA sites GSM milik Telkomsel. Telkom akan mengeluarkan surat perintah kerja, lengkap dengan ekspektasi waktu penyelesaian sites dan spesifikasi dari shelter, kepada unit Pemasaran perseroan. Penyelesaian konstruksi sites shelter-only pada umumnya dapat diselesaikan dalam waktu sekitar 45 hari. Beban sewa dan pemeliharaan bersifat teap (fixed sepanjang periode sewa shelter. Penyewaan jaringan repeater dan IBS / DAS Network Leasing
Perseroan memiliki dan mengoperasikan repeater dan IBS pada pusat perbelanjaan dan gedung perkantoran. Dengan pengecualian terhadap pelanggaran (breach) dan kebangkrutan (solvency), perjanjian sewa tidak dapat dibatalkan. ▭ Komisaris
▭ Direksi
:
:
Presiden Komisaris
: Edwin Soeryadjaya
Komisaris Komisaris Independen
: Winato Kartono : Mustofa
Komisaris Independen
: Herry Tjahjana
Komisaris Independen
: Wahyuni Bahar
Presiden Direktur Wakil Presiden Direktur
: Herman Setya Budi : Hardi Wijaya Liong
Direktur
: Budianto Purwahjo
Direktur
: Helmy Yusman Santoso : Gusandi Sjamsudin
Direktur Tidak Terafiliasi ▭ Strategi Usaha
:
Memaksimalkan
▭ Keunggulan Kompetitif
pertambahan penyewaan kolokasi pada portofolio menara telekomunikasi Perseroan yang telah ada Terus mempererat hubungan dengan operator telekomunikasi Memperbesar portofolio Perseroan melalui proses konstruksi build-to-suit dan akuisisi yang selektif Tetap fokus pada kecepatan dalam melakukan eksekusi dan terus meningkatkan kinerja operasional Terus terlibat dalam pemenuhan kebutuhan pelanggan atas kapitalisasi perkembangan teknologi yang memerlukan infrastruktur menara Mengoptimalkan struktur modal Perseroan untuk mempertahankan fleksibilitas pendanaan dan meminimalkan biaya pinjaman
Kontrak jangka panjang Perseroan dengan pelanggan memberikan kepastian atas
jumlah pendapatan yang masih akan diterima di masa mendatang Hubungan yang erat dengan operator telekomunikasi besar di Indonesia Marjin keuntungan dan tingkat leverage operasional yang signifikan Pengalaman yang ekstensif untuk melakukan build-to-suit dan menjalankan kegiatan
▭ Entitas Anak
:
operasional Kemampuan untuk melakukan akuisisi kemudian mengintegrasikan dengan portofolio yang telah ada Para pemegang saham dengan reputasi baik disertai tim manajemen yang berpengalaman PT Telenet Internusa (TI)
2
o Kepemilikan Perseroan : 99,50 % o Kegiatan Usaha :
Melakukan usaha dalam bidang perdagangan umum, pemborongan dan jasa. Pada tanggal Prospektus diterbitkan, TI menjalankan kegiatan usaha dalam bidang jasa telekomunikasi, menara dan pekerjaan telekomunikasi. TI mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1999. PT United Towerindo (UT) o Kepemilikan Perseroan : 99,90 % o Kegiatan Usaha : Berusaha dalam bidang jasa (kecuali jasa di bidang hukum dan pajak), pembangunan, perdagangan, industri, pertambangan dan transportasi darat. Pada tanggal Prospektus ini diterbitkan UT menjalankan kegiatan usaha dalam bidang jasa telekomunikasi, menara dan pekerjaan telekomunikasi. UT mulai beroperasional secara komersial pada tahun 2004. PT Batavia Towerindo (BT) o Kepemilikan Perseroan : 99,90 % o Kegiatan Usaha : Berusaha dalam bidang pertambangan, industri, perdagangan, transportasi, pembangunan dan jasa (kecuali jasa di bidang hukum dan pajak). Pada tanggal Prospektus ini diterbitkan, BT menjalankan kegiatan usaha dalam bidang jasa telekomunikasi, menara dan pekerjaan telekomunikasi. BT mulai beroperasi secara komersial pada tahun 2006. PT Tower Bersama (TB) o Kepemilikan Perseroan : 99,90 % o Kegiatan Usaha : Bergerak di bidang jasa (kecuali jasa di bidang hukum dan pajak), pembangunan, perdagangan, dan industri. Pada tanggal Prospektus ini diterbitkan, TB menjalankan kegiatan usaha dalam bidang jasa telekomunikasi, konsultasi telekomunikasi, pengembangan jaringan telekomunikasi, penyewaan menara dan peralatan telekomunikasi dan pekerjaan telekomunikasi. TB mulai beroperasi secara komersial pada tahun 2006. o Penyertaan pada perusahaan lain : ◊ PT. Towerindo Konvegensi (99,98 %) ◊ PT. Prima Media Selaras (99,99 %) ◊ PT. Mitrayasa Sarana Informasi (MITRAYASA) (: 70,00 %) PT Metric Solusi Integrasi (MSI) o Kepemilikan Perseroan : 98,00 % o Kegiatan Usaha : Berusaha dalam bidang jasa (kecuali jasa di bidang hukum dan pajak), perdagangan, industri dan pembangunan. Pada tanggal Prospektus ini diterbitkan, MSI merupakan perusahaan investasi yang melakukan penyertaan dalam bidang telekomunikasi. MSI mulai beroperasi pada tahun 2010. o Penyertaan pada perusahaan lain : ◊ Solu Sindo Kreasi Pratama (SKP) (78,45 %) PT Tower One (TO) o Kepemilikan Perseroan : 99,90 % o Kegiatan Usaha : Bergerak di bidang pertambangan, industri, perdagangan, transportasi, pembangunan telekomunikasi dan jasa (kecuali jasa di bidang hukum dan pajak).
3
Pada tanggal Prospektus ini diterbitkan, TO merupakan perusahaan investasi yang melakukan penyertaan dalam bidang telekomunikasi. TO mulai beroperasi secara komersial pada tahun 2006. o Penyertaan pada perusahaan lain : ◊ PT. Bali Telekom (BALIKOM)Towerindo Konvegensi (99,99 %) PT Triaka Bersama (TRIAKA) o Kepemilikan Perseroan : 99,00 % o Kegiatan Usaha :
Bergerak di bidang jasa (kecuali jasa di bidang hukum dan pajak), pembangunan, perdagangan dan industri. Pada tanggal Prospektus ini diterbitkan, Triaka menjalankan kegiatan usaha dalam bidang jasa telekomunikasi, menara dan pekerjaan telekomunikasi. Triaka mulai beroperasi secara komersial pada tahun 2009. PT Solusi Menara Indonesia (SMI) o Kepemilikan Perseroan : 70,03 % o Kegiatan Usaha : Berusaha dalam bidang jasa (kecuali jasa di bidang hukum dan pajak), pembangunan, perdagangan, dan industri. Pada tanggal Prospektus ini diterbitkan, SMI menjalankan kegiatan usaha dalam bidang jasa telekomunikasi, menara dan pekerjaan telekomunikasi. SMI mulai beroperasi secara komersial pada tahun 2012. TBG Global Pte. Ltd. o Kepemilikan Perseroan : 100,03 % o Kegiatan Usaha : Pada tanggal Prospektus ini diterbitkan TBGG merupakan perusahaan investasi. o Penyertaan pada perusahaan lain : ◊ Tower Bersama Singapore Pte. Ltd. (TBS) PT Menara Bersama Terpadu (MBT) o Kepemilikan Perseroan : 99,99 % o Kegiatan Usaha : Berusaha dalam bidang jasa (kecuali jasa di bidang hukum dan pajak), pembangunan, perdagangan, dan industri. Pada tanggal Prospektus ini diterbitkan, MBT belum beroperasi secara komersial. Struktur Penawaran : ▭ Penerbit ▭ Nama Obligasi
: :
▭ Peringkat Obligasi ▭ Tenor (Jangka Waktu)
PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. Obligasi Berkelanjutan I Tower Bersama Infrastructure Tahap I Tahun 2013 AA- (idn) (Double A Minus, Stable Outlook) : Seri A
▭ Indikasi Kupon
: 370 Hari Kalender
Seri B
: 3 (tiga) tahun
Seri C
: 5 (lima) tahun
: Seri A
: 8,25 % - 9,00 %
Seri B
: 9.00 % - 9,85 %
Seri C
: 9,10 % - 10,00 %
▭ Harga Penawaran
:
100% dari nilai Pokok Obligasi Berkelanjutan I Tahap I
▭ Satuan Pemesanan
:
Rp. 5.000.000 (lima juta Rupiah) atau kelipatannya
▭ Satuan Pemindahbukuan
:
Rp1 (satu Rupiah)
4
▭ Pembayaran Kupon Bunga
:
Triwulanan
▭ Jaminan
:
Obligasi Berkelanjutan I Tahap I ini tidak dijamin dengan jaminan khusus, tetapi dijamin dengan seluruh harta kekayaan Perseroan baik barang bergerak maupun barang tidak bergerak, baik yang telah ada maupun yang aka nada dikemudian hari menjadi jaminan bagi Pemegang Obligasi Berkelanjutan I Tahap I ini sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 1131 dan 1132 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Hak Pemegang Obligasi Berkelanjutan I Tahap I adalah pari passu tanpa hak preferen dengan hak-hak kreditur Perseroan lainnya baik yang ada sekarang maupun dikemudian hari, kecuali hak-hak kreditur Perseroan yang dijamin secara khusus dengan kekayaan Perseroan baik yang telah ada maupun yang akan ada di kemudian hari.
▭ Pembelian Kembali (Buy
:
1 (satu) tahun sejak Tanggal Penjatahan, Perseroan dapat melakukan pembelian kembali (buy back) untuk sebagian atau seluruh Obligasi Berkelanjutan I Tahap I sebelum Tanggal Pelunasan Pokok Obligasi Berkelanjutan I Tahap I. Perseroan mempunyai hak untuk memberlakukan buy back tersebut sebagai pelunasan Obligasi Berkelanjutan I Tahap I atau disimpan untuk kemudian dijual kembali dengan harga pasar dengan memperhatikan ketentuan dalam Perjanjian Perwaliamanatan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
:
Dana yang diperoleh dari hasil Penawaran Umum Berkelanjutan Obligasi Berkelanjutan I Tahap I, setelah dikurangi biaya-biaya Emisi, seluruhnya akan digunakan untuk : Sekitar 50% akan digunakan untuk pembayaran sebagian kewajiban keuangan Entitas Anak, yaitu SKP dan/atau TB terkait dengan Fasilitas Revolving Seri 7 dalam Debt Programme Agreement yang akan dibayarkan melalui Agen Umum; dan sisanya akan digunakan untuk membiayai belanja modal sehubungan pembangunan sites telekomunikasi baru guna perluasan dan penambahan portofolio sites telekomunikasi Perseroan melalui Entitas Anak antara lain di pulau Jawa, Sumatera, Bali dan Kalimantan.
▭ Listing
:
PT. Bursa Efek Indonesia
▭ Perkiraan Jadwal
:
Periode Penawaran Awal
: 12 November 2013 – 25 November 2013
Pernyataan Efektif dari OJK Penawaran Umum
: 4 Desember 2013 : 6 Desember – 9 Desember 2013
Penjatahan
: 10 Desember 2013
Distribusi Efek secara elektronik di KSEI
: 12 Desember 2013
Pencatatan Obligasi di BEI
: 13 Desember 2013
Penjamin Pelaksana Emisi
: PT HSBC Securities Indonesia PT Indo Premier Securities PT NISP Sekuritas PT UOB Kay Hian Securities
Akuntan Publik
: KAP Tanubrata Sutanto Fahmi dan Rekan
Konsultan Hukum Notaris
: Assegaf Hamzah & Partners : Kantor Notaris Jose Dima Satria, S.H., M.Kn.
Wali Amanat
: PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
Agen Pembayaran
: PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI)
Lembaga Pemeringkat
: PT Fitch Ratings Indonesia
Back)
▭ Rencana Penggunaan Dana
Obligasi
▭ Lembaga Profesi &
:
Penunjang Pasar Modal
5
▭
IKHTISAR DATA KEUANGAN PENTING :
6
7
8
9
PT. Phillip Securities Indonesia Divisi Corporate Finance Phone : 021 - 57 900 800 Fax : 021 - 57 900 809 Email :
[email protected]
10
FIXED INCOME RESEARCH F IXED INCOME RESEARCH FIXED INCOME RESEARCH
Infrastructure Tbk PT PT Tower Tower Bersama Bersama Infrastructure Infrastructure Tbk Tbk Indonesia – Sektor Telekomunikasi (Telecommunication) Indonesia Indonesia––Sektor SektorTelekomunikasi Telekomunikasi (Telecommunication) (Telecommunication) PROFIL PERUSAHAAN (COMPANY PROFILE) ROFIL PERUSAHAAN (COMPANY PROFILE) PProfil Perusahaan (Company Profile) Pemegang saham (Shareholders) Pemegang (Shareholders) PT Wahana saham Anugerah Sejahtera………………25,22%
12 November 2013 12 12 November November 2013 2013
PENERBITAN OBLIGASI (BOND ISSUANCE) PPENERBITAN OBLIGASI (BOND ISSUANCE) enerbitan Obligasi (Bond Issuance) Obligasi Berkelanjutan Tower Bersama Infrastructure Tahap I Tahun 2013 Obligasi Berkelanjutan TowerJumlah Bersama Infrastructure Tahap .... I Tahun 2013 (sebanyak-banyaknya) Rp 1 triliun
PTProvident Wahana Anugerah Sejahtera………………25,22% PT Capital Indonesia………………..23,72% PT Provident Capital Indonesia………………..23,72% PT Saratoga Infrastruktur……………………….10,06%
Jumlah (sebanyak-banyaknya) Rp5 1Tahun triliun Tenor ................................. 1,3.... dan Tenor ................................. 1,3 dan 5 Tahun Seri ................................................... A - C
PT Saratoga Infrastruktur……………………….10,06% Publik…..…………………………………………..41,00% Publik…..…………………………………………..41,00%
Seri ................................................... A - C
ACUAN INVESTASI/INVESTMENT HIGHLIGHT ACUAN INVESTASI/INVESTMENT HIGHLIGHT
Analyst Analyst Dang Maulida
[email protected] Dang Maulida
[email protected] Tel: (+62-21) - 5793 1168 Fax: Tel: (+62-21) (+62-21) -- 5793 5793 1167 1168 Fax: (+62-21) - 5793 1167
Bisnis yang Bertumbuh Pesat dengan High Barriers to Entry Berdiri bisnis utama PT TowerHigh Bersama Infrastructure Bisnis sejak yang 2004, Bertumbuh Pesat dengan Barriers to Entry Tbk (TBI atau Perseroan) adalah tower space di menara telekomunikasi) sebagai Berdiri menyewakan sejak 2004, bisnis utama(ruang PT Tower Bersama Infrastructurepada Tbk sites (TBI (lokasi) atau Perseroan) tempat pemasangan tower perangkat Bisnis Perseroan tumbuh pesat setelah TBI adalah menyewakan spacetelekomunikasi. (ruang di menara telekomunikasi) pada sites (lokasi) sebagai melaksanakan pencatatan saham telekomunikasi. di Bursa Efek Indonesia pada 2010. Dimulaipesat dengan hanyaTBI 7 tempat pemasangan perangkat Bisnis Perseroan tumbuh setelah melesat pada Dimulai 2010, dengan jumlah7 penyewaan pada 2004, pertumbuhan melaksanakan pencatatan saham di Bursapenyewaan Efek Indonesia pada 2010. dengan hanya penyewaan sebesar 149,4%yoy menjadi 4.729 penyewaan. Padadengan 2011, jumlah penyewaan melesat pada 2010, jumlah penyewaan bertumbuh pada 2004, pertumbuhan penyewaan bertumbuh 48%yoy menjadi 7.002 penyewaan, dan2011, selanjutnya penyewaan kembali bertumbuh sebesarsebesar 149,4%yoy menjadi 4.729 penyewaan. Pada jumlah bertumbuh penyewaan akhir menjadi Juni 2013. Pertumbuhan pesat sebesar penyewaanmenjadi kembali15.293 bertumbuh sebesarpada 48%yoy 7.002 penyewaan, dan ini, selanjutnya CAGR 147%menjadi sejak 15.293 2004 sampai Juni pada 2013,akhir terjadi pembangunanpesat menara secara bertumbuh penyewaan Junimelalui 2013. Pertumbuhan ini, sebesar organik (internal) inorganik (akuisisi strategis). ini, Perseroan merupakan di CAGR 147% sejakdan2004 sampai Juni 2013, terjadiSaat melalui pembangunan menarasatu secara antara perusahaan penyewaan menara telekomunikasi organikdua (internal) dan penyedia inorganikjasa (akuisisi strategis). Saat ini, Perseroanindependen merupakanterbesar satu di di Indonesia. Faktor yangpenyedia menjadi jasa kunci kesuksesan TBI adalah skala operasi yang besar yang antara dua perusahaan penyewaan menara telekomunikasi independen terbesar ditopang oleh Faktor pengalaman tim manajemen pengelola TBI Perseroan. Selainoperasi itu, operasi Perseroan di Indonesia. yang menjadi kunci kesuksesan adalah skala yang besar yang juga mendapat dukungan tidak langsung dari peraturan Pemerintah yang ditopang oleh pengalaman tim manajemen pengelola Perseroan. Selain itu,mengklasifikasikan operasi Perseroan bisnis penyewaan menara tidak sebagai daftardari negatif investasi (Daftar yang Negatif Investasi/DNI) juga mendapat dukungan langsung peraturan Pemerintah mengklasifikasikan investor asing. Ketiga faktor ini menciptakan barriers to entry atau daya saing yang tinggi bisnis penyewaan menara sebagai daftar high negatif investasi (Daftar Negatif Investasi/DNI) bagi Perseroan membatasi dengan pemain baru. investor asing. dan Ketiga faktor inipersaingan menciptakan high barriers to entry atau daya saing yang tinggi bagi Perseroan dan membatasi persaingan dengan pemain baru. A Business of High Growth and High Barriers to Entry Established 2004, Tower and Bersama Tbk (TBI or the Company) has the main A Businessinof HighPT Growth HighInfrastructure Barriers to Entry for telecommunication equipment business of inrenting tower space at sites as locations Established 2004, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBI or the Company) has the main installment. Company’s business grew as significantly it listed its shares in the for telecommunication equipment business of The renting tower space at sites locations when Indonesian 2010. Started only 7 tenants agreements installment.Stock The Exchange Company’sin business grew with significantly when in it 2004, listed lease its shares in the grew significantly 149.4%yoy to 4.729 tenants 2010. 2011, in the number of leases kept Indonesian Stockby Exchange in 2010. Started within only 7 In tenants 2004, lease agreements its high growth of 48%yoy to 7.002 and continued growththe to number reach 15.293 tenants grew significantly by 149.4%yoy to tenants, 4.729 tenants in 2010. its In 2011, of leases kept in June 2013. This high growth of leases, a CAGR its of 147% 200415.293 to Junetenants 2013 itsend highofgrowth of 48%yoy to 7.002 tenants, and at continued growthfrom to reach was posted both2013. through resources (organic) strategic acquisitions (inorganic). At in end of June Thisinternal high growth of leases, at aand CAGR of 147% from 2004 to June 2013 present, TBI both is one of two internal major independent tower companies in Indonesia. TBI’s key success was posted through resources (organic) and strategic acquisitions (inorganic). At factors are itsislarge operational and strong experiences team doing present, TBI one of two major scale independent tower companies of in management Indonesia. TBI’s keyinsuccess the Company’s operation also gets an indirect benefit the business. factors areInitsaddition, large operational scale and strong experiences of management teamfrom in doing government toweroperation business in thegets negative list of foreign addition,that theincludes Company’s also an indirect benefitinvestment from the business. Inregulation (DNI or Daftar Negatif Investasi). These three factorsin create high barriers to entryinvestment or highly government regulation that includes tower business the negative list of foreign competitive ability for the Company These and limit the factors competition with new comers. (DNI or Daftar Negatif Investasi). three create high barriers to entry or highly competitive ability for the Company and limit the competition with new comers. Pendapatan Berkesinambungan Saat ini, Perseroan memiliki 9.308 sites telekomunikasi, yang terdiri dari 7.924 sites menara Pendapatan Berkesinambungan telekomunikasi, 1.040 sites shelter-only, 344 jaringan repeater Persites Junimenara 2013, Saat ini, Perseroan memiliki 9.308 sites serta telekomunikasi, yang terdiri dan dari IBS. 7.924 Perseroan memiliki 15.293 pada sites yangdan merupakan telekomunikasi, 1.040 sitespenyewaan shelter-only, serta 344telekomunikasi jaringan repeater IBS. Per perjanjian Juni 2013, sewa dari 10 operator telekomunikasi dantelekomunikasi 2 penyedia Wimax. Seluruh penyewaan Perseroan memiliki 15.293 penyewaan berbeda pada sites yang merupakan perjanjian bersifat jangka panjang, telekomunikasi sampai 10 tahunberbeda untuk penyewaan tower Wimax. space dan sites shelter-only sewa dari 10 operator dan 2 penyedia Seluruh penyewaan (kontribusi 96,8% terhadap total 10 pendapatan pada akhir Junitower 2013). Untuk dan IBS bersifat jangka panjang, sampai tahun untuk penyewaan space danrepeater sites shelter-only milik Perseroan (kontribusi terhadap total pendapatan akhir Juni 2013), dan jangka (kontribusi 96,8% terhadap3,2% total pendapatan pada akhir Juni pada 2013). Untuk repeater IBS sisa periode waktu penyewaan berkisar 3,2% antaraterhadap 5-8 tahun. 30 Juni pada 2013,akhir rata-rata milik Perseroan (kontribusi total Per pendapatan Juni 2013), jangka perjanjian sewa seluruh penyewaan Perseroan 7,4 tahun dan TBI sisamemiliki periode waktu penyewaan berkisar antara 5-8 tahun. adalah Per 30sekitar Juni 2013, rata-rata pendapatan kontrak yang penyewaan akan diterima dari penyewa semua sekitar perjanjian sewa seluruh Perseroan adalahuntuk sekitar 7,4 jenis tahunpenyewaan dan TBI memiliki Rp 21,5 triliun. Dengan demikian, prospek pendapatan Perseroan ditunjang oleh penyewaan pendapatan kontrak yang akan diterima dari penyewa untuk semua jenis penyewaan sekitar Selain itu,oleh kemungkinan jangka yang memastikan arus kas terhadap Perseroan pemodal. ditunjang Rp 21,5panjang triliun. Dengan demikian, prospek pendapatan penyewaan jangka panjang yang memastikan arus kas terhadap pemodal. Selain itu, kemungkinan
Refer to important disclosures on the last page Refer to important disclosures on the last page
PT Tower Bersama Infrastructure Tbk – 12 November 2013 PT Tower Bersama Infrastructure Tbk – 12 November 2013 perpanjangan kontrak bagi TBI sangat tinggi, karena sekitar 86% dari penyewaan saat ini adalah untuk sites yang berada pada lokasi yang padat penduduk di wilayah Jawa, Bali, dan Sumatra, yang menyebabkan perpindahan penempatan perangkat telekomunikasi menjadi tidak efisien bagi klien. Stable Long-Term Revenue At present, the Company has 9,308 telecommunication sites, which comprise of 7,924 telecommunication tower sites, 1,040 shelter-only sites as well as 344 repeater network and IBS. In June 2013, TBI had 15,293 tenants for its telecommunication sites which consisted of lease agreements from 10 different telecommunication operators and 2 Wimax operators. All lease agreements are having long-term nature, namely 10 years for tower space and shelteronly site tenancies (which contribute 96.8% to total revenues in end-Jun 2013). The lease terms for the Company’s repeater and IBS (which contributed 3.2% to total revenue in end of June 2013), range from 5-8 years. In end of June 2013, the average remaining life of the Company’s contract was 7.4 years and TBI has locked in revenues of about Rp 21.5 trillions. Hence, the Company’s revenues prospect is underpinned by long-term tenancies which ensure cash flow to investors. In addition, the possibility of contract renewal is very high for TBI, as around 86% of current leases are for sites that are located in highly populated areas, namely Java, Bali, and Sumatera which make relocation of telecommunication equipment inefficient for customers. Pelanggan Berkualitas* sebagai Sumber Pendapatan Selama semester I-2013, empat operator telekomunikasi besar Indonesia, yaitu Telkomsel (AAAidn), Indosat (idAA-), Telekomunikasi Indonesia (idAAA), dan XL Axiata (idAA-), menyumbang total 74,0% dari total pendapatan Perseroan, meningkat dari 61,4% pada akhir 2009. Perseroan terus menjalin hubungan erat dengan empat operator tersebut, terutama dalam bekerja sama untuk mengidentifikasikan potensi perluasan jaringan operator telekomunikasi dan memenuhi kebutuhan tersebut. Selain itu, selaku penyedia jasa sewa menara independen, TBI memiliki keunggulan kompetitif di mana Perseroan tidak bersaing secara langsung dengan pelanggan. Pelanggan akan lebih leluasa menempatkan perangkat telekomunikasi tanpa khawatir adanya persaingan dengan sesama operator, dibandingkan dengan operator telekomunikasi yang menawarkan kolokasi kepada pesaing utama mereka. *peringkat pelanggan diberikan oleh Pefindo kecuali untuk Telkomsel oleh Fitch Ratings Indonesia
Quality Customers* as Revenue Source During the first six months of 2013, the four biggest telecommunication operators, Telkomsel (AAAidn), Indosat (idAA-), Telekomunikasi Indonesia (idAAA), and XL Axiata (idAA-), contributed 74.0% of total Company’s revenue, an increase from 61.4% (end-2009). The Company continues to build close relationship with those operators, mainly by cooperating to identify operators’ potential coverage expansion and fulfill those needs. In addition, TBI has a competitive advantage of being an independent tower operator in a way of not directly competing with its customers. The customers will have more freedom to install telecommunication equipment without any worry about competing with other operators, compared to telecommunication operators that offer collocation to its major competitors. *customers’ ratings are by Pefindo except for Telkomsel by Fitch Ratings Indonesia
Operasional Leverage yang Tinggi Bisnis Perseroan memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi. Marjin EBITDA yang tinggi mendukung arus kas yang kuat dan stabil untuk kegiatan operasional. Marjin EBITDA Perseroan mencapai 76,4%, 78,7%, dan 81,5%, masing-masing untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2010, 2011 dan 2012 serta 81,9% untuk enam bulan yang berakhir pada 30 Juni 2013. Kolokasi, atau penempatan lebih dari satu penyewa dalam satu menara, merupakan faktor utama yang menjadikan TBI memiliki operasional leverage yang tinggi. Kenaikan rasio kolokasi pada menara telekomunikasi yang ada meningkatkan marjin operasi Perseroan, karena mayoritas pendapatan tambahan dari peningkatan pendapatan kolokasi mengalir sebagai laba operasi Perseroan. Tambahan kolokasi akan meningkatkan arus kas Perseroan karena relatif rendahnya belanja modal dan biaya tambahan yang diperlukan untuk menambahkan satu penyewaan pada sites yang telah ada. Hal ini dikarenakan sebagian besar menara telekomunikasi Perseroan telah memiliki kapasitas untuk tambahan kolokasi tanpa diperlukan perkuatan menara. Per 30 Juni 2013, rasio kolokasi Perseroan adalah 1,76. Dengan portofolio sites telekomunikasi TBI yang berada di lokasi strategis, Perseroan berada dalam posisi yang baik untuk memenuhi peningkatan permintaan dari penyewa, yang memungkinkan peningkatan rasio kolokasi yang lebih tinggi lagi. High Operational Leverage The Company’s business attracts high profitability. The Company’s high EBITDA margin supports strong and stable cash flows for operational activities. TBI’s EBITDA margin was at 76.4%, 78.7%, and 81.5%, respectively for the year ended on 31 December 2010, 2011, and 2012 as well as 81.9% for six-month period that ended on 30 June 2013. Co-location, or placement of additional tenants in one tower, is the main factor that results in TBI to have high operational leverage. The increase of co-location ratio in the existing tower space will increase the Company’s operational margin. This increase is possible as revenue addition from the colocation will be mostly posted as the Company’s operational income. Additional co-location will increase the Company’s cash flow, as capital expenditure and additional expenses related to
2
PT Tower Bersama Infrastructure Tbk – 12 November 2013 additional one tenant in a tower is much lower than the incoming revenue. Most of the Company’s towers are capacitated to have optimal co-location without the need to spend more budget. In end of June 2013, TBI’s collocation ratio was 1.76 times. Since most of TBI’s telecommunication sites are located in strategic areas, the Company can accommodate additional potential tenancies and accordingly, increase the co-location ratio. Rekam Jejak atas Serangkaian Merjer dan Akuisisi Perseroan telah melaksanakan sejumlah akuisisi untuk mencatatkan pertumbuhan yang lebih pesat. Merjer terhadap PT Solu Sindo Kreasi Pratama pada 2010 menjadikan TBI sebagai salah satu operator menara independen terbesar di Indonesia, dengan 3.104 sites dan 4.729 penyewaan. Selanjutnya pada 2011, Perseroan mengakuisisi PT Mitrayasa Sarana Informasi disertai pertumbuhan secara organik sehingga total sites menjadi 4.868 unit dengan 7.002 penyewaan. Akuisisi signifikan yang terakhir dilakukan adalah terhadap PT Indosat Tbk pada 2012 yang menggabungkan 2.500 menara hasil akuisisi ke portofolio yang sudah ada, menjadikan Perseroan memiliki 8.439 sites dengan 13.708 penyewaan. Serangkaian akuisisi yang sudah terlaksana ini membuktikan kemampuan eksekusi Perseroan yang memastikan pertumbuhan kinerja TBI. Track Record of Several Mergers and Acquisitions The Company executed several acquisitions to post stronger growth. The merger with PT Solu Sindo Kreasi Pratama in 2010 made TBI to be the biggest independent tower operator in Indonesia, with 3.104 total sites and 4.729 tenancies. Later in 2011, the Company acquired Mitrayasa Sarana Informasi that, together with organic growth brought total sites to 4.868 with 7.002 tenancies. The latest significant acquisition was of PT Indosat Tbk in 2012 that integrated 2.500 towers to its existing portfolios and brought figures to 8.439 sites wih 13.708 tenancies. These successful acquisitions are a proof of the Company’s execution capability which ensures TBI’s performance growth. Didukung oleh Tim Manajemen yang Kuat Perseroan dikendalikan oleh dua kelompok usaha, yaitu grup Saratoga yang didirikan oleh Edwin Soeryadjaya dan Sandiaga Uno dan grup Provident Capital Indonesia (PCI) yang didirikan oleh Winato Kartono dan Hardi Wijaya Liong. Masing-masing pendiri tersebut memiliki pengalaman bisnis yang panjang. Salah satu dari beberapa perusahaan yang dikelola grup Saratoga adalah PT Adaro Energy Tbk. Sementara, salah satu dari beberapa perusahaan yang dikelola grup PCI adalah PT Provident Agro Tbk. Kombinasi keahlian dan pengalaman mereka dicerminkan dalam aksi korporasi yang sudah terlaksana di TBI, berupa keberhasilan dalam penggalangan dana, identifikasi sasaran akuisisi, dan eksekusi. Supported by Strong Management Team The Company is run by two business groups, namely Saratoga group, established by Edwin Soeryadjaya and Sandiaga Uno, and Provident Capital Indonesia (PCI) group, founded by Winato Kartono and Hardi Wijaya Liong. Each founder has extensive business experiences; Saratoga group which also runs PT Adaro Energy Tbk and PCI group which also manages PT Provident Agro Tbk. Combined expertise and experiences are reflected in successful corporate actions at TBI, namely the success in fund raising, acquisition target identification, and executions. Empat Perusahaan Telekomunikasi Terbesar di Indonesia Risiko utama Perseroan adalah ketidakmampuan pelanggan perseroan membayar sewa karena kinerja keuangan Pelanggan yang memburuk. Empat pelanggan perseroan, PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel), PT Indosat Tbk, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom), dan PT XL Axiata Tbk, merupakan pemain terbesar telekomunikasi Indonesia. Mereka telah mampu membuktikan keberadaannya di tengah gejolak naik-turunnya sektor telekomunikasi. Sektor telekomunikasi Indonesia diwarnai setidaknya oleh dua isu utama dalam dua dekade terakhir. Isu pertama, bertambahnya investasi dari dalam dan luar negeri yang menambah tingkat persaingan. Pada 1996, jumlah pemain telekomunikasi hanya mencapai 3 perusahaan, namun saat ini meningkat menjadi 10 pemain. Peningkatan jumlah pemain ini memiliki dampak penurunan profitabilitas Pelanggan. Isu kedua, perang tarif juga merupakan faktor yang menurunkan profitabilitas pelanggan Perseroan. Dengan demikian, kedua peristiwa tersebut pada gilirannya telah menyebabkan beberapa pemain tereliminasi dari industri. Selain memiliki kemampuan bertahan yang tinggi, empat perusahaan telekomunikasi ini diperkirakan merupakan pemain yang akan mendapatkan manfaat langsung dari perkembangan sektor telekomunikasi seiring meningkatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia. Four Biggest Indonesia’s Telecommunication Companies The Corporate’s main risk is customer failure to pay rental fees in time, as the result of their poor financial performances. The four Company’s customers, namely, PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel), PT Indosat Tbk, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom), and PT XL Axiata Tbk, are the biggest players in Indonesia’s telecommunication sector. The four companies are able to prove their existences during the ups and down of the sector. Indonesia’s telecommunication sector was marked by two main issues in the last two decades.
Refer to important disclosures on the last page3
PT Tower Bersama Infrastructure Tbk – 12 November 2013 PT Tower Bersama Infrastructure Tbk – 12 November 2013 Firstly, domestic and foreign investments in this sector which heighten competition. In 1996, the number of telecommunication players only reached 3 companies, but at present the figure increased to 10 players. The increased numbers of players decrease customers’ profitabilities. In addition, tariff war is also a factor that lowers customers’ profitabilities. Thereby, these two issues had resulted in the elimination of several players from the industry. In addition to the strong ability to exist, the four telecommunication companies are expected to gain direct benefit from the sector’s progress in line with Indonesia’s economy growth. Memperoleh Peringkat AA-(idn) Lembaga pemeringkat Fitch Ratings Indonesia memberikan peringkat AA-(idn) terhadap obligasi yang diterbitkan TBI ini. Peringkat AA-(idn) yang mencerminkan kualitas kredit yang sangat kuat dimana risiko kredit yang tidak dapat dipisahkan di dalam kewajiban-kewajiban keuangan ini hanya berbeda sedikit dengan surat-surat utang yang mendapat peringkat tertinggi. Pemberian peringkat ini mempertegas model bisnis yang menghasilkan kinerja keuangan yang stabil, pertumbuhan tinggi, dan profitabilitas. Assigned an AA-(idn) Rating Rating agency Fitch Ratings Indonesia assigned an AA-(idn) rating for this bond issuance. The AA-(idn) rating reflects a very strong credit quality whereby credit risks that are inherent with this financial obligation differ only slightly compared to risks attached to debt securities of the highest grade. The assignment of this rating confirmed the Company’s business model that creates stable financial results, high growth, and profitability.
4
PT PTTower TowerBersama BersamaInfrastructure InfrastructureTbk Tbk––12 12November November2013 2013
PROFIL PERUSAHAAN
COMPANY PROFILE
Terbesar dengan Pelanggan Berkualitas Didirikan pada 2004, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBI atau Perseroan) saat ini merupakan perusahaan penyewaan menara telekomunikasi independen terbesar dari sisi porsi pendapatan yang berasal dari sejumlah operator telekomunikasi peringkat atas Indonesia (lihat Grafik 1). Dibandingkan dengan pesaingnya, TBI memiliki kualitas sumber pendapatan yang lebih baik. Per akhir Juni 2013 (lihat Grafik 3), total pendapatan Perseroan diperoleh dari pelanggan Telkomsel (AAAidn) dengan porsi 24,9%, Telekomunikasi Indonesia (idAAA) dengan porsi 13,0%, Indosat (idAA-) dengan porsi 24,0%, dan XL Axiata (idAA-) dengan porsi 12,1%. Per Juni 2013, porsi pendapatan dari nasabah berkualitas membaik dibandingkan porsi yang diperoleh pada 2009 (lihat Grafik 2). Dengan pendapatan dari kualitas pelanggan terbaik, TBI memiliki manfaat utama yaitu kesinambungan pendapatan dan arus kas yang berkualitas. Misalnya, dalam hal konsolidasi terjadi pada sektor telekomunikasi, perusahaan papan atas merupakan perusahaan yang akan bertahan. Perusahaan papan atas juga memiliki kemampuan yang jauh lebih baik dalam hal pembayaran sewa tepat waktu. Terutama kedua hal ini akan memitigasi risiko yang terkait dengan perusahaan penyewaan menara independen.
The Biggest with Quality Customers Established in 2004, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBI or the Company) currently is the biggest independent tower operator company in Indonesia in terms of revenue portion from Indonesia’s top-tier telecommunication operator companies. Compared to its competitors, TBI has a better quality of revenue sources. As of end of June 2013 (see Chart 3), the Company’s total revenue came from customers, namely Telkomsel (AAAidn) with revenue contribution of 24,9%, Telekomunikasi Indonesia (idAAA) with contribution of 13.0%, Indosat (idAA-) with contribution of 24%, and XL Axiata (idAA-) with contribution of 12.1%. As end of June 2013, the contribution from quality customers is higher compared to the position as at end of 2009 (see Chart 2). With sources of revenues from quality customers, TBI has the main benefit, namely stability of income and quality cash flow. For example, in case of consolidation in telecommunication sector, top-tier companies are the ones who are going to survive. Toptier telecommunication operators also have much better ability to pay rent in a timely manner. Mainly these two factors will mitigate risks in connection with an independent tower telecommunication company.
Chart 1: Biggest Share of Quality Customers (June 2013)
Source: Financial Statement of Each Companies
Chart 2: 61.4% (End of 2009) Others 0.0% Smartfren 17.4%
Chart 3: 74.0% (End of June 2013) Telkomsel (AAAidn) 10.4% Indosat (idAA-) 0.1%
Bakrie Telecom 14.1%
Telkom (idAAA) 45.4% XL Axiata (idAA-) 5.5%
Source: Company Note: all ratings are by Pefindo except for Telkomsel by Fitch Ratings Indonesia
5
Axis 6.4%
Smartfren 3.0%
Others 1.7% Telkomsel (AAAidn) 24.9%
Hutch 10.4%
Axis 5.9% Hutch 1.2%
Bakrie Telecom 4.4%
XL Axiata (idAA-) 12.1%
Indosat (idAA-) 24.0%
Telkom (idAAA) 13.0%
Source: Company Note: all ratings are by Pefindo except for Telkomsel by Fitch Ratings Indonesia
Refer to important disclosures on the last page5
PT PTTower TowerBersama BersamaInfrastructure InfrastructureTbk Tbk––12 12November November2013 2013 Dalam Tren Bisnis yang Tepat TBI bergerak dalam bisnis penyewaan ruang di menara telekomunikasi sebagai tempat pemasangan perangkat telekomunikasi yang berupa microwave (lihat Gambar 1) milik operator telekomunikasi untuk tujuan transmisi sinyal. Perseroan membangun, memiliki, dan menyewakan menara telekomunikasi. Operator telekomunikasi, pada awalnya, membangun sendiri dan memiliki semua menara telekomunikasi yang diperlukan. Namun, seiring waktu, kompetisi kian tinggi dan operator telekomunikasi dituntut untuk lebih menaruh perhatian kepada bisnis inti, yaitu mengatur strategi untuk mendapatkan jaringan dengan kualitas terbaik dan cakupan yang luas. Dengan demikian, dan pengelolaan menara urusan pembangunan telekomunikasi sebagian besar diserahkan kepada pihak ketiga, yaitu perusahaan penyewaan menara telekomunikasi independen, sementara operator akan menyewa menara tersebut dari pihak ketiga tersebut. Ke depan, mekanisme bisnis ini akan dipertahankan dalam sektor telekomunikasi, terutama atas beberapa sebab. Pertama, kebutuhan perusahaan operator telekomunikasi untuk fokus ke bisnis inti semakin tinggi, sejalan dengan konsolidasi di sektor ini dan semakin intensnya kompetisi antar pemain yang lebih kuat. Misalnya, saat ini tiga operator telekomunikasi seluler terkuat Indonesia, PT Telkomsel, PT Indosat Tbk, dan PT XL Axiata Tbk, masingmasing bersaing untuk mendapat pangsa pasar signifikan, baik dari sisi jumlah pelanggan maupun pendapatan. Kedua, operator telekomunikasi melaksanakan penghematan dengan menyewa dibandingkan dengan membangun menara sendiri. Selain itu, TBI sebagai perusahaan penyewaan menara independen memiliki satu kelebihan lagi; dengan menyewa menara kepada perusahaan menara independen, informasi penting operator telekomunikasi tidak terbuka kepada pesaing. Ini tidak akan terjadi jika mereka berbagi tower dengan para pesaing.
On the Right Business Trend TBI involves in a business to lease space in a telecommunication tower for tenant to install its telecommunication equipment namely a microwave (see Figure 1) for the purpose of signal transmission. The Company builds, owns, and leases telecommunicaton towers. Telecommunication operators used to build and own their own telecommunications towers. However, in line with tighter competition ahead, telecommunication operators are required to focus more on its main business, which is to formulate strategies to gain best quality network with larger coverage. Hence, most construction and management of telecommunication towers are handed over to a third party namely independent tower company, while telecommunication company will then rent spaces from them. In the future, this business arrangement will be maintained for several main reasons. Firstly, the increased need of telecommunication companies to focus more on its core business in line with consolidation that occurred in this sector and more intensed competitions among sronger players. For example, at present, three Indonesia's strongest cellular operators, PT Telkomsel, PT Indosat Tbk, and PT XL Axiata Tbk are competing to acquire more significant market share in terms of number of subscribers and revenues. Secondly, telecommunication operators incur cost saving through renting its telecommunication tower compared with building their own. Furthermore, TBI as an independent tower operator has another superiority; through renting space in a tower of independent tower company, telecommunication operators’ important information is not accessible to competitors. This won’t happen if they have to share tower with competitors.
Figure 1: A standard tower site
Source: Company
Kapasitas yang Signifikan Selama 2008 sampai Juni 2013, sites telekomunikasi Perseroan meningkat dari 1.006 menjadi 9.308 sites (lihat Tabel 1), atau bertumbuh sebesar CAGR 64%. Pertumbuhan sites tersebut mampu mengakomodasi pertumbuhan penyewaan sebesar CAGR 69,7% dalam periode yang sama. Dengan posisi sites saat ini telah
6Refer to important disclosures on the last page
Significant Capacity During the periode of 2008 to June 2013, the Company’s telecommunication sites increased from 1.006 to 9.308 sites (see Table 1), or posted a CAGR growth of 64%. The site growth has been able to accomodate growth in tenancies which was at CAGR of 69.7% during the same period. Current position of sites 6
PT PTTower Tower Bersama BersamaInfrastructure InfrastructureTbk Tbk –– 12 12 November November 2013 2013 menghasilkan pendapatan sewa jangka panjang per Juni 2013 sebesar kisaran US$ 2,2 miliar dengan sisa masa sewa rata-rata kontrak dengan penyewa sepanjang 7,4 tahun. Dikombinasikan dengan strategi bertumbuh Perseroan, masih ada potensi peningkatan pendapatan dari posisi saat ini.
has registered long-term tenancy revenue of about US$ 2.2 billion with an average remaining life of tenancies of 7.4 years. Coupled with the Company’s growth strategy, there is ample room for long-term revenue increase from the current position.
Table 1: Huge Capacity to Accommodate Tenancies Growth Capacity and Tenancies (units) Telecommunication sites
31 December 2008
2009
2010
2011
2012
30 June 2013
1,006
1,234
3,104
4,868
8,439
9,308
Telecommunication towers
625
716
2,035
3,411
7,055
7,924
Shelter-only
155
290
659
1,040
1,040
1,040
Repeater and IBS
226
228
410
417
344
344
1,415
1,896
4,729
7,002
13,708
15,293
Tenancies Source: Company
Didominasi oleh Menara Tinggi Hanya 6,3% dari portofolio menara Perseroan (lihat Tabel 2) berupa menara jenis Ground-based yang lebih rendah dari 32 meter dan Rooftop Pole/Monopoles yang sulit menampung lebih dari satu penyewa. Selebihnya, menara TBI didominasi oleh menara yang memiliki ukuran yang lebih tinggi. Menara jenis Ground-based dengan tinggi lebih dari 32 meter dan Rooftop selain jenis Pole/Monopole dapat menampung lebih banyak penyewa dalam satu menara mencakup 93,7%. Tambahan penyewa dalam satu menara mendongkrak profitabilitas Perseroan.
Dominated by High Towers It is only 6.3% out of total portfolio of the Company’s tower (see Table 2), namely Ground-based that is lower than 32 metres and Rooftop Pole/Monople types which are difficult to accomodate more than one tenant. The rest, TBI’s towers are dominated with ones that are higher than 32 metres. Towers of Ground-based type with more-than-32-metre height and Rooftop except the Pole/Monopole type which can accomodate more than one tenant in a tower reach 93.7% of total portfolio. Additional tenants in one tower boost the Company’s profitability.
Table 2 : Majority of Favorable Type of Tower Total Unit
Portion (%)
Ground-based
Tower Type
More than 65 metres
Heights
3,545
44.7
Ground-based
51 – 65 metres
2,191
27.7
Ground-based
32 – 50 metres
1,486
18.8
Ground-based
Less than 32 metres
175
2.2
Rooftop
32 – 50 metres
23
0.3
Rooftop Self Support Tower
Less than 32 metres
175
2.2
Rooftop/Monopole
Less than 32 metres
329
4.1
7,924
100.0
Total Source: Company
Figure 2: A ground based tower >65m
Source: Company
Figure 3: A ground based tower<32m
Source: Company
Lokasi: Area Padat Populasi Sebanyak 86% sites TBI berada pada wilayah padat penduduk, yaitu di Pulau Jawa, Bali, dan Sumatera di mana penyewa telah memiliki lalu lintas data pelanggan yang tinggi. Hal ini memberikan kemungkinan yang tinggi untuk penyewa memperpanjang masa sewa berkesinambungan ke depan. 7
Figure 4: A rooftop Tower
Source: Company
Location: Highly Densed Population Area Most TBI’s sites (86%) are in the areas with high population that is Java, Bali, and Sumatera in which tenants already have high subscriber data traffic. This strategic location gives high probability for tenants to continously extend lease renewal in the future.
Refer to important disclosures on the last page7
PTTower TowerBersama BersamaInfrastructure InfrastructureTbk Tbk––12 12November November2013 2013 PT Perpanjangan masa sewa lebih tersebut karena relokasi perangkat telekomunikasi memberikan dampak biaya yang tinggi bagi penyewa. Selain itu, relokasi dapat menimbulkan interupsi pada kualitas jaringan.
More lease renewals are driven by the fact that relocation of telecommunication equipment implies high expenses for tenants. Furthermore, relocation activities can cause interuption in network quality.
Leverage Operasional yang Tinggi Pelanggan kedua dan seterusnya yang menyewa pada menara yang sama (kolokasi) menciptakan tambahan pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan biaya terkait. Rasio kolokasi tertinggi yang pernah dicapai TBI terjadi pada 2009 sebesar 1,92.Namun seiring aksi akuisisi dan pembangunan menara secara organik, rasio kolokasi menurun dan per Juni 2013 berada pada tingkatan 1,76, atau lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata sejak 2008 yang mencapai 1,75. Di lain pihak, sejak 2011 kolokasi kembali membentuk tren meningkat (lihat Grafik 4), dari 1,63 menjadi 1,76 pada akhir Juni 2013. Dalam cakupan waktu yang lebih panjang, Perseroan berhasil meningkatkan rasio kolokasi dari 1,01 pada 2006 menjadi 1,76 pada per akhir Juni 2013. Perseroan mengadopsi strategi untuk senantiasa meningkatkan rasio kolokasi. Perseroan secara berkala berdiskusi dengan para pelanggan untuk mengindentifikasi potensi penyewaan tambahan pada menara telekomunikasi Perseroan untuk pemasangan BTS (Base Transceiver Station). Pekerjaan kolokasi diproses sesuai perjanjian sewa dengan penyewa lama. Selain itu, portofolio menara Perseroan sebagian besar dapat menampung tiga atau lebih penyewa tanpa perlu penambahan biaya yang material untuk penguatan menara.
High Operational Leverage Second tenants and the following after that rent spaces in the same tower (co-location) create higher additional revenues than related cost. The highest co-location ratio which was ever attained by TBI was in 2009, namely 1.92. In line with several acquisitions and organic tower construction, co-location ratio decreased, and as of June 2013, it was at the level of 1.76. This level is higher compared to the average since 2008 (1.75). On the other hand, since 2011 co-location ratio started to increase again (see Chart 4), from the level of 1.63 to 1.76 as per end of June 2013. In the longertime horizon, the Company succesfully increased its colocation ratio from 1.01 in 2006 to 1.76 in end of June 2013. The Company adopts strategy to always increase its co-location ratio. The Company regularly discusses with existing tenants on identification of the Company’s telecommunication tower potential to install BTS (Base Transceiver Station) for new tenants. Co-location process is done in accordance with lease agreement between the Company and the exisiting tenants. Furthermore, the Company’s tower portfolio is mostly able to accomodate three or more tenants without the need of additional material expenses to strenghten the towers.
Chart 4: Increasing Trend of Co-location Ratios
Source: Company
Memiliki Posisi yang Tepat untuk Bersaing Profil manajemen yang kuat dan pengalaman yang mendalam dalam sektor penyewaan menara telekomunikasi telah memungkinkan TBI memiliki akses dana eksternal yang tinggi untuk mendukung belanja modal. Hal ini memungkinkan TBI, sejak pendiriannya, untuk memiliki skala usaha yang besar dan menjadi pemain utama di sektor ini (lihat Tabel 3). Skala usaha yang besar pada gilirannya memberi keutamaan pada kesinambungan penyewaan dan profitabilitas tinggi (lihat Profil Keuangan).
8Refer to important disclosures on the last page
Gain a Right Position to Compete Strong management profile and extensive experiences in the sector of telecommunication tower lease enable TBI to have high access to external funds to support capital expenditure. This permitted TBI, since its establishment, to have high operational scale and to become major player in the sector (see Table 3). Big business scale, will in turn give main advantages in terms of lease continuity and high profitability (see Financial Profile).
8
PTTower Tower Bersama BersamaInfrastructure InfrastructureTbk Tbk –– 12 12 November November 2013 2013 PT Table 3: Tower Comparison (June 2013)
Tower Company
Revenue (Rp bn)
Net Debt (Rp bn)
Equity (Rp bn)
EBITDA Margin
Towers (unit)
Tower Bersama Infrastrucutre
1,271.4
9,303.7
4,494.0
81.9%
9,308
Solusi Tunas Pratama Sarana Menara Nusantara Inti Bangun Sejahtera
375.6
1,662.1
2,127.9
78.7%
2,246
1,481.7
6,663.9
3,760.0
75.7%
9,180
223.0
1,127.8
1,373.1
76.7%
1,992
Source: Financial Statement and Annual Report of Each Companies
9
Refer to important disclosures on the last page9
PTTower TowerBersama BersamaInfrastructure InfrastructureTbk Tbk––12 12November November2013 2013 PT
PROFIL KEUANGAN
FINANCIAL PROFILE
Pendapatan yang Bertumbuh Signifikan Selama semester I-2013, total pendapatan Perseroan tumbuh tinggi sebesar 96,4% menjadi Rp 1,2 triliun dibandingkan semester I-2012. Pertumbuhan pendapatan yang tinggi juga terlihat selama empat tahun terakhir (lihat Grafik 5). Total pendapatan TBI berasal dari pendapatan sewa dan pemeliharaan yang dibayar penyewa site telekomunikasi. Pertumbuhan yang tinggi tersebut berasal dari penambahan penyewaan dari tahun ke tahun, baik yang berasal dari pertumbuhan internal maupun hasil akuisisi. Total penyewaan per akhir Juni 2013 mencapai 15.293 unit, atau bertumbuh sebesar CAGR 147% selama periode 2004 sampai Juni 2013. Pendapatan yang bertumbuh disertai profitabilitas tinggi (lihat Grafik 6), di mana marjin EBITDA berada pada kisaran 82% selama dua periode terakhir.
Significant Revenue Growth During the first six months of 2013, total revenues of the Company highly grew by 96.4% to reach Rp 1,2 trillion compared to the same period last year. The high growth is also visible in the last four years (see Chart 5). TBI’s total revenue is coming from lease and maintenance fees. The high revenue growth generates from annual additional tenancies that increases both from internal growth and acquisitions. Total lease in June 2013 reached 15.293 units, or representing a CAGR growth of 147% for the period of 2004 to June 2013. The high revenues come with high profitability (see Chart 6), with EBITDA margin at the level of 82% in the last two periods.
Chart 5: Revenue and Growth
Chart 6: EBITDA Margin
Source: Company *yoy
Source: Company
Pengendalian Utang yang Baik Pada September 2010, Perseroan melakukan perjanjian program utang dengan batas US$ 2 miliar dengan beberapa bank domestik dan lokal. Dalam program tersebut, TBI dimungkinkan untuk mendapatkan beberapa seri dana pinjaman, baik untuk pembayaran utang maupun ekspansi dalam mata uang rupiah dan asing. Program utang tersebut mengkaitkan tingkat bunga yang dibebankan kepada TBI dengan kinerja keuangan Perseroan. Per Juni 2013, Perseroan telah menerbitkan tujuh seri utang dalam program ini. Seiring dengan menurunnya tingkat bunga sejak 2010 dan meningkatnya EBITDA Perseroan (lihat Grafik 7), TBI berhasil mencatatkan efisiensi biaya bunga. Hal yang sama terjadi pada indikator rasio biaya bunga terhadap total pendapatan (lihat Grafik 8), yang mengalami penurunan.
10 Refer to important disclosures on the last page
Good Debt Management In September 2010, the Company entered into a debtprogramme agreement which permits TBI to borrow fund maximum US$ 2bn from a syndication of domestic and foreign banks. In this program, TBI can use the fund, either for expansion program or for refinancing purpose, both in rupiah and foreign denominations. This debt program relates the interest rates charged to TBI to its financial performances. In end of June 2013, the Company has drawn seven series of debt from this program. In line with general decrease of interest rate level since 2010 and improvement in the Company’s EBITDA (see Chart 7), TBI has successfully recorded efficiency in its interest expense. Similar decreasing trend occurred in the ratio of interest expenses to total revenue (see Chart 8).
10
PTTower Tower Bersama BersamaInfrastructure InfrastructureTbk Tbk –– 12 12 November November 2013 2013 PT Chart 7: Interest Expense to Total Debt
Chart 8: Interest Expense to Total Revenues
Source: Company *annualized
Source: Company
Penyewaan yang Meningkat Perseroan selalu mencatatkan penambahan penyewaan dari tahun ke tahun. Penambahan signifikan (lihat Grafik 9), seperti pada 2010, 2011, dan 2012, terjadi terutama karena aksi akuisisi atas perusahaan penyewaan menara dengan ukuran signifikan. Pada 2010, TBI melaksanakan merjer terhadap PT Solu Sindo Kreasi Pratama yang merupakan perusahaan penyewaan menara pertama di Indonesia. Tahun 2011, TBI juga mengakuisisi perusahaan penyewaan menara papan atas PT Mitrayasa Sarana Informasi. Sementara itu, tahun lalu, pertama kali dalam sejarah terjadi akuisisi aset menara milik perusahaan yang tercakup dalam “Tiga Besar” (Telekomunikasi Indonesia, Indosat, dan XL Axiata). Meningkatnya kolokasi telah mendongkrak jumlah penyewaan dan rasio penyewaan. Rasio penyewaan meningkat lagi sejak tahun 2011 (lihat Grafik 10), walaupun terjadi penambahan 2.500 menara dari akuisisi Indosat pada Agustus 2012. Perseroan berhasil meningkatkan rasio penyewaan pada akhir tahun 2012 menjadi 1,75 kali. Ke depan, masih banyak ruang untuk peningkatan rasio penyewaan Perseroan dengan beberapa alasan: kebutuhan operator telekomunikasi untuk menempatkan BTS tambahan terkait ekspansi atau peningkatan kualitas jaringan, kapasitas menara Perseroan yang bisa mengakomodasi sampai empat penyewa, dan peluncuran teknologi yang lebih canggih oleh operator telekomunikasi.
Increasing Tenancy The Company consistenly records annual additional tenancies that support revenue growth. Significant addition (see Chart 9) occurred in 2010, 2011, and 2012, during which the Company did major acquisitions. In 2010, TBI merged with PT Solu Sindo Kreasi Pratama (the first company in Indonesia’s tower renting industry). In 2011, TBI also acquired top-tier tower rental company PT Mitrayasa Sarana Informasi. Meanwhile, last year, for the very first time, TBI involved in major asset acquisition from of what is called as “the Big-Three” (Telekomunikasi Indonesia, Indosat, and XL Axiata). Increasing co-locations have boosted tenancies and thus the tenancy ratios. Tenancy ratio picked up again since 2011 (see Chart 10), despite the additional 2.500 towers from Indosat’s acquisition occurred in August 2012. The Company was successful to have increased tenancy ratio as at end of 2012 to 1.75 times. Years ahead, more room for the Company’s tenancy ratio to increase for several reasons: the need of telecommunication operators to install additional BTS that are related with expansion or improvement in network quality, the Company’s tower capacity that can accommodate up to four tenants, and the roll-out of more sophisticated technologies by telelcommunication operators.
Chart 9: Annual Tenancies Addition
Chart 10: Tenancy Ratios
Source: Company
Source: Company
11
11 Refer to important disclosures on the last page
PTTower TowerBersama BersamaInfrastructure InfrastructureTbk Tbk––12 12November November2013 2013 PT Pertumbuhan Pendapatan Tercermin pada Tingkat Profitabilitas Pertumbuhan pendapatan yang dibarengi oleh pengendalian biaya yang baik tercermin pada marjin operasi yang relatif tinggi (lihat Grafik 11), terutama jika dibandingkan dengan sektor usaha lain yang juga padat modal termasuk industri makanan olahan, farmasi, dan penjualan eceran.
Revenue Growth is Reflected in Profitability Revenue growth which is coupled with good cost management is reflected in the Company’s high operating margins (see Chart 11). These levels of profitability exceed those which require the same high level of capital in the processed food and beverage, pharmaceutical, and retail industry.
Chart 11: High operating profit margin
Source: Company
Utang untuk Pendapatan Rasio utang terhadap modal Perseroan, per akhir Juni 2013 mencapai 2,4 kali (lihat Grafik 12). Tingkatan ini mencerminkan kestabilan pengendalian utang Perseroan yang selama enam periode terakhir dipertahankan pada rata-rata 2,1 kali. Tingkatan ini, untuk sektor penyewaan menara telekomunikasi yang memiliki kebutuhan modal yang tinggi, diklasifikasikan rendah. Sektor lain, misalnya, sektor lembaga pembiayaan, diberi keleluasaan oleh regulator untuk menggalang dana sampai tingkatan 10 kali rasio utang terhadap modal. Di lain pihak, penggalangan dana eksternal Perseroan selalu diimbangi pertumbuhan pendapatan yang cukup untuk mempertahankan profitabilitas (lihat Grafik 13).
Earnings-based Leverage In end of June 2013, the Company’s debt-to-equity ratio stood at 2.4 times (see Chart 12). This level reflects stability in the Company’s debt management in which during the last six periods was averagely maintained at 2.1 times. For the tower-renting sector which requires high level of capital, this level can be considered low. Other sector, for example, multifinance sector, is given flexibility by regulator to raise debt as much as 10 times of equity. On the other hand, the Company’s external fund raising is always being compensated with a more-than-sufficient revenue growth to maintain profitabilities (see Chart 13).
Chart 12: Debt-to-Equity Ratio
Chart 13: EBITDA Growth
Source: Company
Source: Company *yoy
12 Refer to important disclosures on the last page
12
PT Tower Bersama Infrastructure Tbk – 12 November 2013 PT Tower Bersama Infrastructure Tbk – 12 November 2013 Kemampuan Membayar Bunga Utang Per akhir Juni 2013, EBITDA Perseroan mampu menutupi bunga utang Perseroan sebesar 3,2 kali (lihat Grafik 14), dan tingkatan ini merupakan tingkat tertinggi yang dicapai TBI. Selama enam periode terakhir, rasio EBITDA terhadap biaya bunga Perseroan, bisa dipertahankan di atas minimum 2 kali; tingkatan minimum yang disyaratkan oleh kreditor. Demikian juga dengan kemampuan membayar pokok utang Perseroan, yang ditunjukkan oleh rasio utang bersih terhadap EBITDA (lihat Grafik 15). Rasio ini, selama enam periode terakhir dipertahankan pada rata-rata 3,5 kali atau lebih rendah dibandingkan persyaratan kreditor yang mencapai maksimum 5,0 kali.
Interest Paying Capacity In end of June 2013, the Company’s EBITDA was able to cover 3,2 times of its interest expenses (see Chart 14), and this was the highest coverage which was attained by TBI. During the last six periods, EBITDA-tointerest-expense ratio could be maintained above the minimum level of 2.0 times; the minimum level required by TBI creditors. Similar strong capability was also shown in net debt-to-EBITDA ratio (see Chart 15). This ratio, during the last six periods, could be maintained at the average 3.5 times or lower than the maximum ratio of 5.0 times required by the Company’s creditors.
Chart 14: EBITDA to Interest Expenses
Chart 15: Net Debt to EBITDA
Source: Company
Source: Company
Neraca yang Solid Neraca Perseroan didominasi aset tidak lancar Properti Investasi (lihat Grafik 16), yaitu termasuk tanah yang dimiliki dan menara telekomunikasi yang menghasilkan pendapatan sewa. Sebagian besar aset Perseroan dijaminkan untuk menggalang dana eksternal.
Strong Balance Sheet The Company’s balance sheet is dominated by non-current asset of Property Investment (see Chart 16) which includes owned-land and telecommunication towers to generate income. Most the Company’s assets are pledged for debts.
Chart 16: Assets Composition Cash and cash Cash and cash equivalents equivalents 7% 7%
Othernon non Other currentassets assets current 12% 12%
Other current Other current assets assets 13% 13%
Investment properties-fair Investment value properties-fair 68%
value 68%
Source: Company
Arus Kas dari Kegiatan Operasi yang Tinggi Perseroan berhasil meningkatkan arus kas dari operasi selama empat periode terakhir (lihat Grafik 17), seiring pertumbuhan pendapatan. Arus kas dari operasi yang bertumbuh ini juga didorong oleh kualitas pelanggan Perseroan yang selalu melaksanakan pembayaran sewa kepada TBI tepat waktu. Rata-rata masa perputaran piutang selama 2010-2012 untuk empat pelanggan terbesar Perseroan berada pada kisaran 36 hari.
13
High Cash Flow from Operation The Company managed to increase its cash flows from operation in the last four periods (see Chart 17), in line with revenue growth. The growth of cash flows from operation also came from the high quality of TBI’s customers which permit rent payment in a timely manner. The average accounts receivable period for 2010-2012 for the Company’s biggest four customers was in the range of 36 days.
Refer to important disclosures on the last page
13
PT PTTower TowerBersama BersamaInfrastructure InfrastructureTbk Tbk––12 12November November2013 2013 Chart 17: Increasing Cash Flows from Operations
Source: Company
14 Refer to important disclosures on the last page
14
PT PTTower Tower Bersama Bersama Infrastructure Infrastructure Tbk Tbk –– 12 12 November November 2013 2013
PROSPEK PERUSAHAAN
BUSINESS PROSPECT
Di Antara Operator Menara Independen yang Terbesar
Among the Biggest Independent Tower Operators
Dari seluruh populasi menara telekomunikasi di Indonesia, TBI memiliki pangsa pasar 14,3% dengan 9.308 sites telekomunikasi pada Juni 2013, sementara Telkomsel memimpin pasar dengan kisaran pangsa pasar 23% (lihat Grafik 18). Namun, di antara perusahaan operator menara telekomunikasi independen, TBI memimpin pangsa pasar. Ke depan, tren pelepasan menara telekomunikasi oleh operator telekomunikasi diperkirakan berlanjut dan memberi potensi perubahan posisi pangsa pasar dari populasi menara telekomunikasi di Indonesia yang cenderung akan menguntungkan operator menara. Contoh pertama kali terjadinya pelepasan menara oleh operator telekomunikasi utama dengan status perusahaan milik pemerintah PT Indosat Tbk kepada operator menara independen adalah akuisisi menara Indosat pada Agustus 2012. Dalam transaksi tersebut, TBI mengakuisisi 2.500 menara telekomunikasi Indosat dengan pembayaran berupa kas dan 5% saham Perseroan. Pada waktu yang sama, kedua belah pihak menandatangani perjanjian sewa menara oleh Indosat untuk jangka waktu 10 tahun. Operator menara dengan skala usaha besar seperti Perseroan akan memiliki kesempatan lebih tinggi untuk memanfaatkan tren ini dibandingkan operator menara dengan skala usaha yang lebih kecil.
Among total telecommunication towers in Indonesia, TBI commands a 14.3% market share with 9.308 telecommunication sites in June 2013, while Telkomsel led the market with share of about 23% (see Graph 18). However, among the independent tower operator companies, TBI leads the market share. In the future, the divestment of telecommunication towers from telecommunication operator to independent tower operators will persist and create a possibility of change in the market position to benefit those of independent tower operators. An example of the first tower divestment from a major telecommunication operator (a state-owned company PT Indosat Tbk) to an independent operator was the acquisition of Indosat towers in August 2012. In the transaction, TBI acquired 2.500 telecommunication towers of Indosat for cash and 5% of TBI shares. At the same time, the two parties signed an agreement for Indosat to lease back the towers for a 10 year-term. Towers operator with high scale of operation such as the Company will have higher opportunity to benefit from this trend, compared with tower operators with smaller scale of operation.
Chart 18: Tower Universe in Indonesia (June 2013)
Source:Company, Indo Premier
Akan Mengambil Manfaat dari Kemajuan Teknologi Bisnis operator telekomunikasi saat ini telah lebih beralih kepada pelayanan data dengan menggunakan teknologi 3G atau yang lebih tinggi, dibandingkan setidaknya tiga tahun lalu yang terutama melayani jasa telekomunikasi suara atau telepon. Porsi pendapatan dari layanan data operator telekomunikasi utama di Indonesia sejak 2010 telah meningkat (lihat Tabel 4). Seiring berlanjutnya pelayanan jasa data dari operator telekomunikasi, maka kebutuhan terhadap perangkat telekomunikasi BTS yang lebih canggih akan tetap ada. Penambahan jaringan menggunakan teknologi baru seperti 3G dan 4G oleh operator telekomunikasi yang telah ada maupun operator pendatang baru akan membutuhkan tower space tambahan pada menara.
15
Will Benefit from Technology Improvement At present, telecommunication operator business has shifted more toward data services with 3G technology or higher, compared to at least three years ago when those operators catered voice or telephone services. Revenue portion from data services of major telecommunication operators in Indonesia has increased since 2010 (see Table 4). In line with the continuation of data services trend from telecommunication of more sophisticated operators, the need telecommunication equipment will persist. Network addition with new technology such as 3G and 4G from the exisiting telecommunication operators and new comers will need additional tower spaces.
15 Refer to important disclosures on the last page
PT PTTower TowerBersama BersamaInfrastructure InfrastructureTbk Tbk––12 12November November2013 2013 Table 4: Higher Portion of Revenues from Data Revenue from Data (Rp bn) 2010 2012 19,801 27,624 5,407 8,447 2,476 2,908
Telco Operator Telekomunikasi Indonesia* XL Axiata* Indosat
CAGR (2010-2012) 18% 12% 4%
Portion of Total Revenues 2010 1H13 29% 37% 32% 41% 13% 14%
* include revenue from Short Messaging Services Source: Financial Statement of Each Companies , Indo Premier
Belanja Modal Membentuk Potensi Pendapatan Belanja modal yang dilakukan operator telekomunikasi merupakan potensi pendapatan perusahaan operator menara. Sejak 2008 sampai perkiraan tahun ini, misalnya, rata-rata belanja modal PT Telekomunikasi Indonesia Tbk mencapai Rp 17,7 triliun (lihat Tabel 5). Sebagian besar atau Rp10 trilliun dari belanja modal tahun 2013 digunakan untuk mengembangkan jaringan untuk layanan seluler berbasis data yang dilaksanakan melalui anak usaha PT Telkomsel. Fokus terhadap bisnis data memerlukan peningkatan penambahan BTS dan tower space.
Capital Expenditures Creates Potential Revenues Capital expenditures of telecommunication operators serve as a platform for potential revenues of tower operators. Since 2008 to the estimate of this year,for example, the average of capital expenditures for PT Telekomunikasi Indonesia Tbk reached Rp 17.7 trillion (see Table 5). Most of this capital expenditures or Rp10 trilliun in 2013 was used to develop network of databased cellular services which was conducted through the subsidiary PT Telkomsel. Focus on data business forms the need of additional BTS dan tower spaces.
Table 5: Trend in Capital Expenditures among the Biggest Telco Operators Capital Expenditures (Rp trillion) 2008
2009
2010
2011
2012
2013E
Annual Average (Rp Trillion)
Telekomunikasi Indonesia XL Axiata
22.2 12.9
19.2 3.3
12.7 4.8
14.6 7.7
17.3 10.6
20.0 9.0
17.7 8.0
Indosat
13.1
6.9
6.5
6.1
5.8
8.0
7.7
Telco Operator
Source: Info Memo of Each Companies, Indo Premier
Menyewa Menara Terbukti Lebih Efisien Bagi operator telekomunikasi, menyewa menara berarti memindahkan beban belanja modal kepada biaya sewa. Per akhir Juni 2013, biaya rata-rata penyewaan yang dibebankan kepada penyewa berkisar Rp 172 juta per sewa per tahun. Biaya sewa ini lebih kecil dibandingkan jika penyewa membangun menara sendiri yang saat ini memakan biaya kisaran Rp 1 miliar per menara yang harus dikeluarkan pada awal masa pembangunan. Selain itu, faktor yang lebih penting adalah penyewa dibebaskan dari kebutuhan mengatur dan mengendalikan pembangunan dan pemeliharaan menara. Kedua aspek tersebut menopang tren penyerahan pembangunan dan pengelolaan menara kepada pihak ketiga.
Tower Renting was Provenly More Efficient For telecommunication operators, renting a tower means to shift capital expenditures cost to rent expenses. In end of June 2013, the average rent expenses charged to tenants was about Rp 172 million per tenancy annually. This rent expense is lower compared to should the tenant build their own tower which currently costs around Rp 1 billion per tower. In addition, the more important aspect is that tenant is free from the complexity of constructing and maintaining the towers. Those two aspects will support of delegating telecommunication tower trend construction and management to a third party.
BTS 3G akan Bertumbuh Sejak 2008 sampai akhir Juni 2013, jumlah BTS dari tiga operator telekomunikasi utama tumbuh rata-rata 17% CAGR dengan komposisi jenis BTS 3G rata-rata dengan porsi 29% (lihat Tabel 6). Kami yakin porsi ini akan meningkat mengingat intensitas lalu lintas data antar pelanggan operator telekomunikasi yang kian meningkat.
The Growth of BTS 3G During 2008 to end of June 2013, the number of BTS of three major telecommunication companies grew at the average of 17% CAGR with composition of 3G BTS type at an average portion of 29% (see Table 6). We believe this portion will increase given the intensity of data traffic among subscribers of telecommunication companies.
Table 6: The Devolopment of Number of BTSs (Units) and Its Type
Telco Operator Telekomunikasi Indonesia XL Axiata Indosat
2008
1H13
CAGR (2008-1H13)
%tage of 3G BTS - June 2013
30,926 16,729 14,162
68,225 41,293 22,449
19% 22% 11%
31% 34% 21%
Source: Info Memo of Each Companies, Indo Premier
16 Refer to important disclosures on the last page
16
PTTower Tower Bersama Bersama Infrastructure Infrastructure Tbk Tbk –– 12 12 November November 2013 2013 PT Penyangga Industri Telekomunikasi Pertumbuhan sektor telekomunikasi tergantung pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pada saat ini, ekonomi Indonesia diperkirakan akan bertumbuh dengan kecepatan setidaknya 5% pada masa datang, lebih tinggi dibandingkan tingkat pertumbuhan negara tetangga, apalagi jika dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan maju. Operator telekomunikasi memiliki negara kesempatan untuk mengambil manfaat dari pertumbuhan tersebut. Selain itu, sektor telekomunikasi juga akan mengambil manfaat dari pergeseran umur populasi yang akan berubah lebih banyak ke kelompok umur produktif (lihat Grafik 20). Berdasarkan sensus penduduk yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik pada tahun 2010, tingkat ketergantungan penduduk Indonesia mencapai 51,31. Angka ini menunjukkan bahwa setiap 100 orang usia produktif (usia antara 15 dan 64 tahun) terdapat sekitar 51 orang usia tidak produktif (usia 14 tahun ke bawah dan usia di atas 65 tahun). Pemerintah Indonesia memperkirakan, pada tahun 2020 tingkat ketergantungan penduduk akan menurun menjadi 30. Dengan kata lain, diperkirakan pada tahun 2020 jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) akan mengambil porsi 70% dari total penduduk. Kami percaya operator telekomunikasi papan atas akan mendapatkan manfaat dari permintaan jasa telekomunikasi yang meningkat dari pergeseran piramida penduduk tersebut.
The Support of Telco Sector Growth in the telecommunication sector very much depends on economy growth of a country. At present, indonesia’s economy is expected to grow at the rate of at least 5% for foreseeable futures, higher compared to growth of other neighbouring countries, let alone to developed ones. Telecommunication operators will have the opportunity to gain benefit from the growth. In addition, telecommunication sector will also benefit from the shift of population age classification that will shift more to the productive age bracket (see Chart 20). Based on population census conducted by Indonesia’s Badan Pusat Statistik in 2010, Indonesia dependency ratio was at 51.31. This indicated that every 100 people of productive age (between 15 to 64 years) will support 51 people of non productive age (below 14 years and above 65 years). The Indonesian government predicts that dependency ratio will decrease to the level of 30 in the year 2020. In other words, it is estimated that in 2020 the portion of population in the productive age bracket (15-64 years) will make up 70% of total population. We believe major telecommunication companies will enjoy the share of demand increase of telecommunication services from the productive age bracket.
Chart 19: Demographic Pyramide in 2010
Chart 20: Demographic Pyramide in 2020
Source: NationMaster
Source: NationMaster
17
17 Refer to important disclosures on the last page
PTTower TowerBersama BersamaInfrastructure InfrastructureTbk Tbk––12 12November November2013 2013 PT
PT TOWER BERSAMA INFRASTRUCTURE TBK– FINANCIAL SUMMARY BALANCE SHEETS (Rp Million)
FY10A
FY11A
FY12A
6M13
ASSETS CURRENT ASSETS Cash and cash equivalents
1,099,803
613,139
704,814
1,536,461
Trade receivables - Third parties
130,733
149,203
154,056
252,627
Accrued revenue
143,578
197,610
320,321
461,825
Advance payments and prepaid expenses Other current assets Property and equipment - net of accumulated depreciation Investment properties-fair value Goodwill - fair value and net of accumulated amortization
43,171
92,949
86,388
93,134
125,751
133,367
1,035,650
1,093,733
204,280
383,713
87,100
91,200
2,824,607
4,283,000
10,363,924
11,787,075
467,236
677,169
677,169
677,169
Long-term land lease
96,869
244,127
618,953
728,777
Other non current assets
40,414
105,929
269,108
556,008
5,176,442
6,880,206
14,317,483
17,278,009
81,270
77,204
252,668
162,565
Unearned income
124,677
136,388
209,224
545,405
Accrued expenses
105,182
308,101
721,825
970,382
Long term loans - current portion
61,463
243,512
857,972
797,695
Other current liabilities
86,556
104,541
140,325
TOTAL ASSETS LIABILITY AND EQUITY Trade payables - Third parties
Long term notes Long term loans - net of current portion
128,813 2,911,362
2,329,270
3,253,500
7,870,892
6,758,326
69,497
51,751
19,184
24,630
Total liabilities
2,857,915
4,174,997
10,072,090
12,299,178
Equities attributable to parent
2,144,324
2,512,050
3,994,592
4,727,618
Other long term loans
Non controlling interest
174,203
193,159
250,801
251,213
Total Shareholders' Equity
2,318,527
2,705,209
4,245,393
4,978,831
TOTAL LIABILITIES AND EQUITIES
5,176,442
6,880,206
14,317,483
17,278,009
Source:
Company
INCOME STATEMENT (Rp Million)
FY10A
FY11A
FY12A
6M13
Revenue
671,360
970,026
1,715,421
1,271,386
Cost of revenue
(98,196)
(143,262)
(263,837)
(180,311)
Gross profit
573,164
826,764
1,451,584
1,091,075
Operation expenses
(86,877)
(119,278)
(171,195)
(120,103)
486,287
707,486
1,280,389
970,972
(226,325)
(246,597)
(467,482)
(324,152)
Income from operations Financial expenses - interest Others - net
99,335
52,059
100,341
233,925
Profit before income tax
359,297
512,948
913,248
880,745
Tax expenses
(19,919)
(20,600)
14,167
58,462
Profit before non controlling interest
339,378
492,348
927,415
939,207
Non controlling interest
(12,649)
(17,990)
(85,480)
(95,483)
Net profit attributable to parent
326,729
474,358
841,935
843,724
Source:Company
18 Refer to important disclosures on the last page
18
PT Tower Bersama Infrastructure Tbk – 12 November 2013 PT Tower Bersama Infrastructure Tbk – 12 November 2013 FINANCIAL RATIOS
FY10A
FY11A
FY12A
6M13
Revenue
96.7%
44.5%
76.8%
96.4%*
Gross profit
92.4%
44.2%
75.6%
97.8%*
Operating profit
95.5%
45.5%
81.0%
103.9%*
Growth
Net profit attributable to parent
35.8%
45.2%
77.5%
198.2%*
Assets
178.3%
32.9%
108.1%
20.7%
Total Equity
327.9%
16.7%
56.9%
17.3%
Gross profit margin
85.4%
85.2%
84.6%
85.8%
Operating margin
72.4%
72.9%
74.6%
76.4%
EBITDA margin
76.4%
78.7%
81.5%
81.9%
Net profit margin
48.7%
48.9%
49.1%
66.4%
Profitability
ROA
6.3%
6.9%
5.9%
9.8%**
ROE
15.2%
18.9%
21.1%
35.7%**
Current ratio (X)
3.4
1.4
1.1
1.3
Net Debt / Equity
207.0%
Liquidity and Solvability 64.3%
119.3%
207.4%
EBITDA / Interest expense (X)
2.3
3.1
3.0
3.2
EBITDA / Interest-bearing debt
20.7%
21.1%
15.6%
9.6%
Source:Company *compared to June 2012 **annualized
19
Refer to important disclosures on the last page
19
Wisma GKBI GKBI 7th 7th Floor Floor Suite Suite 718, 718, Jl. Jl. Jenderal Jenderal Sudirman Wisma Sudirman Kav.28, Kav.28, Jakarta Jakarta 10210 10210 Tel. (62-21) 5793 1168, Fax. 5793 1167 Wisma GKBI 7th Floor Suite5793 718, 1168, Jl. Jenderal Sudirman Kav.28, Tel. (62-21) Fax. (62-21) (62-21) 5793 1167 Jakarta 10210 Tel. (62-21) 5793 1168, Fax. (62-21) 5793 1167
Sonny Thendian Sonny Thendian Sonny Thendian Dino Nunuhitu Dino Nunuhitu Dino Heny Nunuhitu Utari Heny Utari Heny Utari Nicolaus Ignatius Nicolaus Ignatius Nicolaus Witarso Ignatius Witarso Witarso
Fixed Income Income Desk Fixed Desk Fixed Income Desk
Head of Fixed Income Head of Fixed Income Head of Fixed Income
[email protected] [email protected] [email protected] [email protected] [email protected] [email protected] [email protected] [email protected] [email protected] [email protected] [email protected] [email protected] [email protected] [email protected] [email protected]
Ruko ITC BSD Lt.1 No 30 Ruko ITC BSD Lt.1 No 30 Jl Pahlawan Seribu, Serpong - Tangerang Jl Pahlawan Seribu, Serpong - Tangerang Ruko ITC BSD Lt.1 No 30 Tel. (021) 5315 6701 Tel. (021) 5315 6701 Jl Pahlawan Seribu, Serpong - Tangerang Fax. (021) 5315 6702 Fax. Tel. (021) (021) 5315 5315 6702 6701 Fax. (021) 5315 6702 Wisma Dharmala Surabaya Lantai Mezzanine Wisma Dharmala Surabaya Lantai Mezzanine Jl. Panglima Sudirman 101-103 Surabaya - 60271 Jl. Panglima Sudirman 101-103 Surabaya - 60271 Wisma Dharmala Surabaya Lantai Mezzanine Tel. (031) 548 7050 Tel. (031) 548 7050 101-103 Surabaya - 60271 Jl. Panglima Sudirman Fax. (031) 548 7051 Fax. (031) 548 548 7050 7051 Tel. (031) Fax. (031) 548 7051 Jl. Sultan Agung No.104-106 Jl. Sultan Agung No.104-106 Semarang 50232 Semarang 50232 No.104-106 Jl. Tel.Sultan (024)Agung 850 5961 Tel. (024) 850 5961 Semarang Fax. (024) 50232 850 5962 Fax. (024) 850 850 5961 5962 Tel. (024) Fax. (024) 850 5962 Gedung Uniplaza Lt.3 West Tower Gedung Uniplaza Lt.3 West Tower Jl. M.T. Haryono No. A-1 Medan Jl. M.T. Haryono No. Medan Gedung Uniplaza Lt.3A-1 West Tower Tel. (061) 455 0168 Tel. (061) 455 0168 Jl. M.T. Haryono No. A-1 Medan Fax. (061) 455 2371 Fax. (061) 455 455 0168 2371 Tel. (061) Fax. (061) 455 2371
Graha International Lantai 1 Graha International Lantai 1 Jl. Asia Afrika 129 Bandung - 40112 Jl. Asia Graha Afrika 129 Bandung Lantai - 40112 International 1 Tel. (022) 422 1758 Tel. (022) 422 1758 Jl. Asia Afrika 129 - 40112 Fax.Bandung (022) 422 1778 Fax. (022) 422 422 1758 1778 Tel. (022) Fax. (022) 422 1778 Jl. Jaksa Agung Suprapto No. 40 B2 Jl. Jaksa Agung Suprapto No. 40 B2 Malang Malang Jl. Jaksa Agung Tel. Suprapto 40925 B2 (0341)No. 352 Tel. (0341) 352 925 Malang Fax. (0341) 352 924 Fax. (0341) 352 352 925 924 Tel. (0341) Fax. (0341) 352 924 JL. Urip Sumoharjo No 29 B JL. Urip Sumoharjo No 29 B Solo - 57129 Solo No - 57129 JL. Urip Tel. Sumoharjo 29 B (0271) 661 196 Tel. (0271) 661 196 Solo 633 - 57129 Fax. (0271) 469 Fax. (0271) 633 469 Tel. (0271) 661 196 Fax. (0271) 633 469 Jl. Sulawesi No. 88 Jl. Sulawesi No. 88 Makassar 90174 90174 Jl. Makassar Sulawesi No. 88 Tel. (0411) 333 168 Tel.Makassar (0411) 333 168 90174 Fax. (0411) 333 167 Fax. (0411) 333 333 168 167 Tel. (0411) Fax. (0411) 333 167
DISCLAIMER: This research is based on information obtained from sources believed to be reliable, but we do not make any representation or warranty nor accept any DISCLAIMER: research on information obtained from sourcesOpinions believed expressed to be reliable, we do makewithout any representation warranty isnor accept any responsibility or This liability as to isitsbased accuracy, completeness or correctness. are but subject to not change notice. This or document prepared for responsibility or This liability as to isitsbased accuracy, completeness correctness. Opinions expressed arespecific subject tonot change without notice. Thissituation prepared for DISCLAIMER: research on contained information from sources believed to be reliable, but we investment do makeobjectives, any representation ordocument warranty accept any general circulation. Any recommendation inobtained this or document does not have regard to the financial andisnor the particular general circulation. Any recommendation contained in this document does not have regard to the specific investment objectives, financial situation and the particular responsibility or liability as to its accuracy, completeness or correctness. Opinions expressed are subject to change without notice. This document is prepared for needs of any specific addressee. This document is not and should not be construed as an offer or a solicitation of an offer to purchase or subscribe or sell any needs any addressee. This document is innot and should not construed as contrary an or any a solicitation ofobjectives, an to offer tofinancial purchase or have subscribe sell generalofcirculation. recommendation contained this document doesbe have regard to offer the specific investment situation and theorparticular securities. PT.specific IndoAny Premier Securities or its affiliates may be involved innot transactions to opinion herein make markets, or positions in any the securities. PT.specific Indo Premier or its affiliates in construed transactions to opinion make or in any the needs of recommended any addressee. document is not may andor be should not be as contrary an or any a solicitation of other an to offer to markets, purchase or have subscribe sell securities herein.Securities PT.This Indo Premier Securities its involved affiliates may seek or will seekoffer investment bankingherein or business relationships withpositions the or companies securities recommended herein. PT. Indo Premier Securities or its affiliates may seek or will seek investment banking or other business relationships with the companies securities. PT. Indo Premier Securities or its affiliates may be involved in transactions contrary to any opinion herein to make markets, or have positions in the in this report. in this report. securities recommended herein. PT. Indo Premier Securities or its affiliates may seek or will seek investment banking or other business relationships with the companies in this report.
Printed by DKUprint www.dkuprinting.com
Telp: (62-21) 5793 1071 (hunting). Fax: (62-21) 5793 1072 Telp: (62-21) 5793 1071 (hunting). Fax: (62-21) 5793 1072 Telp: (62-21) 5793 1071 (hunting). Fax: (62-21) 5793 1072
APLIKASI BOOKBUILDING A. Ijarah Informasi Obligasi& Sukuk Nama Emiten Nama Efek Tenor (Jangka Waktu)
Indikasi Kupon
Periode Bookbuilding
: PT. Tower Bersama Infrastructure Tbk : Obligasi Berkelanjutan I Tower Bersama Infrastructure Tahap I Tahun 2013 : Seri A : 370 Hari Kalender Seri B : 3 (tiga) tahun Seri C : 5 (lima) tahun : Seri A : 8,25 % - 9,00 % Seri B : 9.00 % - 9,85 % Seri C : 9,10 % - 10,00 % : 14 - 20 November 2013 (pk. 12.00 Wib.)
B. Persyaratan Aplikasi Bookbuilding : 1. 3.
4.
5.
Pesanan sekurang-kurangnya Rp.1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) Nasabah harus mengisi Formulir Aplikasi Bookbuilding pada huruf C dibawah secara lengkap, jelas dan benar dan diserahkan / dikirimkan kepada PT. Phillip Securities Indonesia Kantor Pusat (u.p Divisi Corporate Finance) melalui Fax No. 021-57900809 atau melalui email
[email protected] , selambat-lambatnya tanggal 20 November 2013 pukul 12.00 Wib. Aplikasi Bookbuilding yang telah ditanda-tangani tidak dapat dibatalkan namun bukan berarti bahwa Nasabah pasti akan memperoleh penjatahan, karena penjatahan tersebut merupakan keputusan dan wewenang mutlak dari Penjamin Pelaksana Emisi (Lead Underwriter). Ketentuan ini mohon dimengerti oleh Nasabah sehingga tidak melakukan gugatan atas keputusan penjatahan yang diterima. Nasabah yang memperoleh penjatahan, wajib melakukan pembayaran senilai jumlah jatah Obligasi yang diperoleh dan pembayaran tersebut harus dilakukan selambat-lambatnya tanggal 3 Desember 2013 pukul 12.00 Wib (in good funds) dengan menyetor langsung ke Rekening Dana Investor (RDI) milik Nasabah.
C. Formulir Aplikasi Bookbuilding : ▪
Nama & Kode Nasabah
:
▪
No. Telp. / HP / Fax
:
▪
Alamat Email
:
▪
Jenis Efek / Seri Obligasi,
:
Kode :
Jenis Efek
Tingkat Bunga Oligasi (per tahun)
Jumlah Nominal Obligasi (Rp)
Obligasi Seri A
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,%
Rp. ………………………………..
Obligasi Seri B
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,%
Rp. ………………………………..
Obligasi Seri C
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,%
Rp. ………………………………..
Tingkat Kupon dan Jumlah Obligasi Yang Diminati
......….……………………., …………………, 2013 Kantor Cabang / Sales :
Nasabah :
(……………………..………………….) Nama & Tanda-tangan
(……………………………..………….) Nama & Tanda-tangan