BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian Manajemen Proyek Pada era globalisasi, di mana batas antar negara makin terbuka,
produk dan jasa dari satu tempat mudah mencapai tempat lain, maka hanya mereka yang bekerja dengan prinsip “ doing the right things (effisien) “ dan “ doing things ringht (effective) “ yang akan memenangkan persaingan dan merebut pasaran, yang pada giliran selanjutnya akan menukmati hasil usahanya lebih dahulu dan lebih baik. Dua serangkai ungkapan asing di atas bukanlah merupakan hl yang baru bagi pedoman melakukan suatu kegiatan. Konsep manajemen proyek merupakan buah pemikiran tentang manajemen yanga ditujukan untuk mengelola kegiatan yang berbentuk proyek. Perumusannya disusun sedemikian rupa sehingga dapat menghadapi dan mengakomodir perilaku an dinamika yang melekat pada kegiatan proyek. Kegiatan proyek adalah suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu yang terbatas, dengan alokasi sumberdaya tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang sasarannya telah digariskan dengan jelas.
Proyek adalah kegiatan dengan waktu dan sumber daya, yang terbatas
untuk mencapai suatu hasil akhir yang telah ditentukan. Manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengendalikan kegiatan anggota serta sumber daya yang lain untuk mencapai sasaran organisasi (perusahaan) yang telah ditentukan. Yang diamaksud dengan proses disini adalah mengerjakan sesuatu dengan pendekatan yang sistematis dengan sumber daya yang terdiri dari tenaga, keahlian, peralatan, dana dan informasi. Uraian diatas adalah merupakan identifikasi beberapa, perilaku yang dominant dari kegiatan proyek yang merupakan keharusan cara, pengelolaan yang berbeda dari pengelolaan suatu kegiatan dengan lingkungan dan suasana yang relative stabil seperti kegiatan operasi rutin, cara pengelolaan tersebut yang kemudian dinamakan manajemen proyek. Manajemen proyek merupakan suatu teknik yang digunakan untuk merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengendalikan sumber daya perusahaan untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan. Konsep manajemen proyek adalah merupakan buah pemikiran tentang manajemen yang ditujukan untuk mengelola kegiatan yang berbentuk proyek.
2.2
Tahap Siklus Proyek Secara umum manajemen proyek mempunyai 4 tahap menurut PMI
(Project Management Institute) yaitu :
1. Tahap Konseptual Periode ini terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu : penyusunan dan perumusan
gagasan,
analisa
pendahuluan
dan
pengkajian
kelayakan. Salah satu kegiatan utama yang bersifat menyeluruh (“comprehensive”), dalam tahap ini yang mencoba menyoroti segala aspek mengenai layak tidaknya suatu gagasan untuk direalisasikan, disebut Studi kelayakan. 2. Tahap Perencanaan dan Pengembangan Kegiatan utama dalam tahap Perencanaan dan Pengembangan
adalah sebagai berikut : -
Melanjutkan evaluasi hasil kegiatan tahap konseptual, dalam
arti
lebih
mendalam
dan
terinci,
sehingga
kesimpulannya cukup mantap untuk dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan perihal kelangsungan investasi atau proyek. -
Menyiapkan perangkat, seperti data, criteria dan spesifikasi teknik, engineering dan komersial yang selanjutnya dipakai untuk membuat RFP, dokumen dan kontrak.
-
Menyusun perencanaan dan membuat keputusan straegis yang berkaitan dengan garis penyelenggaraan proyek, seperti macam kontrak yang akan dipakai, bobot sasaran pokok, filosofi desain, komposisi pendanaan.
-
Memilih peserta proyek yang terdiri dari tim proyek pemilik, kontraktor, konsultan, arsitek dan lain-lain.
3. Tahap Implementasi Tahap implementasi terdiri dari kegiatan sebagai berikut : -
Mengkaji lingkungan kerja proyek, kemudian membuat program implementasi dan mengkomunikasikan kepada peserta dan penanggung jawab proyek.
-
Melakukan
pekerjaan
desain
engineering
terinci,
pengadaan material dan peralatan, pabrikasi, instalasi dan konstruksi. -
Melakukan perencanaan dan pegendalian aspek biaya, jadwal dan mutu. Kegiatan lain yang nggak kalah pentingnya ialah memobilisasi tenaga kerja, melatih dan melakukan supervise.
4. Tahap Terminasi Kegiatan utama pada tahap terminasi adalah sebagai berikut : -
Mempersiapkan instalasi atau produk beroperasi , seperti uji coba start-up, dan performance test.
-
Penyelesaian administrasi dan keuangan proyek seperti asuransi dan klaim.
-
Seleksi dan kompilasi dokumen proyek untul diserahkan kepada pemilik atau kepada induk perusahaan.
-
2.3
Melaksanakan demobilisasi dan reassignment personil.
Macam – macam proyek Dilihat dari komponen kegiatan utamanya macam proyek dapat
dikelompokkan sebagai berikut : 1. Proyek Engineering – Konstuksi Komponen kegiatan utama jenis proyek ini terdiri dari pengkajian kelayakan, desain engineering, pengadaan dan konstuksi. Contoh proyek macam ini adalah pembangunan gedung, jembatan, jalan raya, fasilitas industri. 2. Proyek Engineering – Manufaktur Proyek ini dimaksudkan untuk menghasilkan produk baru. Jadi, produk tersebut adalah hasil usaha kegitan proyek. Dengn kata lain proyek manufaktur merupakan proses untuk menghasilkan produk baru.
Kegiatan
pengembangan
utamanya produk
meliputi
(product
desain
–
development),
engineering, pengdaaan,
manufaktur, perakitan, uji coba fungsi dan operasi produk yang dihasilkan. Contoh untuk ini adalah pembuatan ketel uap, generator listrik, mesin pabrik, kendaraan. Bila kegiatan manufaktur dilakukan berulang-ulang, rutin, dan menghasilkan produk yang sama dengan terdahulu, maka kegiatan ini tidak lagi diklasifiksikan sebagai proyek. 3. Proyek Penelitian dan Pengembangan Proyek penelitian dan pengembangan (Research and development) bertujuan melakukan penelitian dan pengembangan dalam rangka menghasilkan suatu produk tertentu. Dalam mengejar hasil akhir, proyek ini sering kali menempuh proses yang berubah – ubah,
demikian pula dengan lingkup kerjanya. Agar tidak melebihi anggaran atau jadwal secara substansial maka perlu diberikan batasan yang ketat perihal masalah tersebut. 4. Proyek Pelayanan Manajemen Banyak perusahaan melakukan proyek semacam ini, diantaranya : -
Merancang
system
informasi
manajemen,
meliputi
perangkat lunak ataupun perangkat keras. -
Merancang program efisiensi dan penghematan.
-
Melakukan diversifiksi, penggabungan dan pengambil alihan.
Proyek tersebut tidak membuahkan hasil dalam bentuk fisik, tetapi laporan akhir. 5. Proyek Kapital Berbagai badan usaha atau pemerintah memiliki criteria tertentu untuk proyek capital. Hal ini berkaitan dengan penggunaan dana capital (istilah akuntansi) untuk investasi. Proyek capital umumnya meliputi pembebasan tanah, penyiapan lahan, pembelian material dan peralatan (mesin-mesin) manufaktur, (fabrikasi) dan konstuksi pembangun fasilitas produksi. 6. Proyek Radio – Telekomunikasi Proyek
diatas
dimaksudkan
untuk
membangun
jaringan
telekomunikasi yang dapat menjangkau area yang luas dengan biaya yang relative tidak terlalu mahal. Komponen utama kegiatannya adalah ; -
Site survey, untuk menentukan titik-titik yang akan dihubungkan dengan lokasi “ repeater “.
-
Penentuan “ Frekuensi Band “.
-
Desain engineering system.
-
Manufaktur / fabrikasi peralatan telekomunikasi.
-
Transport ke site
-
Intalasi repeater dan peralatan.
Berbeda dengan pryek-proyek yang mendirikan instalasi industri yang terkonsentrasi di satu atau banyak lokasi, proyek radio telekomuniksi umumnya terdiri dari banyak lokasi dan terpencar di seantero wilayah yang berjauhan. Oleh karena itu, aspek logistic dan koordinasi sering kali harus mendapatkan perhatian utama. 7. Proyek Konservasi Bio-Diversity Proyek ini berkaitan dengan usaha pelestarian lingkungan. Komponen utama kegiatannya terdiri dari : -
Menyusun dan melaksanakan program penyuluhan dan menyadarkan penduduk yang daerah pemukimannya akan terkena proyek (tidak harus memindahkan mereka), bahwa proyek berusaha melestarikan lingkungan dan menaikkan taraf hidup mereka.
-
Mengadakan survey “biofisik” dan sosio-ekonomi.
-
Menentukan batas-batas “protected area”, “zona buffer” dan adjacent area”.
-
Membangun “zona buffer” dan “adjacent area” dengan cara penghijauan,
‘agro
forestry”,
konservasi
tanah,dan
“community development” seperti pembuatan jalan dan jembatan. Dari komponen kegiatan diatas, terlihat bahwa dalam jenis proyek tersebut tidak terlalu banyak unsur-unsur kegiatan engineering, konstuksi, dan manufaktur.
2.4
Teknik Manajemen Proyek : Critical Path Method (CPM) dan Program Evaluation and Review technicque (PERT) Critical Path Method (CPM) dan project evaluation and review
technique (PERT) dikembangkan oleh dua kelompok yang berbeda – beda secara simultan pada waktu yang bersaman (1956 – 1958). CPM pertama – tama dikembangkan oleh E.1 du Pont de Nemours Company sebagai terapan untuk proyek kontruksi, kemudian dilanjutkan oleh Mauchly associates
sementara di lain pihak PERT dikembangkan oleh US navy untuk jadwal penelitian dan pengembangan kegiatan program peluru kendali polaris. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan pada Critical Path Method (CPM) dan program Evaluation and Review Technique (PERT) adalah sebagai berikut : 1.
Mendefinisikan proyek dan menguraikan semua aktivitas.
2.
Membuat keteterkaitan antara masing – masing aktivitasnya. Prioritaskan aktivitas mana yang harus didahului dan mana yang harus mengikuti yang lain.
3. Menggambarkan jaringan yang menghubungkan semua aktivitas. 4. Membebankan estimasi waktu dan atau biaya ke masing-masing aktivitas. 5.
Hitunglah jalur waktu paling panjang yang melalui jaringan itu, ini disebut dengan jalur kritis.
6.
Gunakan jaringan untuk membantu perencanaan, penjadwalan, dan pengendalian proyek.
Kedua metode ini kita kenal dengan istilah network analysis atau teori jaringan kerja. Pada dasarnya kedua metoda analisis ini adalah sama. Perbedaannya terletak pada perkiraan waktu., Critical Path Method (CPM) memperkirakan waktu dengan cara pasti (deterministic) sementara. Program Evaluation and Review Technique (PERT) dengan cara kemungkinan (probabilitas). Critical Path Method (CPM) dan program Evaluation and Review Technique (PERT) sangatlah memiliki peranan penting, karena kedua metoda tersebut bisa menjawab segala pertanyaan yang akan timbul dari suatu proyek. Adapun pertanyaan-pertanyaaan itu adalah sebagai berikut : 1.
Kapan keseluruhan proyek akan dapat diselesaikan.
2.
Apakah aktivitas kritis atau tugas-tugas dalam proyek akan menunda keselurahan proyek.
3.
Apakah aktivis non kritis yaitu pekerjaan-pekerjaan yang bisa berjalan terlambat tanpa menunda penyelesaian keseluruhan
proyek. 4. Probabilitas apa yang akan membuat proyek itu diselesaikan pada tanggal tertentu. 5. Pada suatu tanggal tertentu, apakah proyek sesuai jadwal, dibelakang jadwal atau didepan jadwal. 6. Pada suatu tanggal yang telah ditentukan, apakah jumlah uang yang akan dibelanjakan itu sama, kurang dari atau lebih besar dari jumlah yang telah ditentukan. 7. Apakah ada sumber daya yang tersedia untuk menyelesaikan proyek tepat pada waktunya. 8. Jika proyek harus diselesaikan dalam jangka waktu yang lebih singkat, cara apa yang paling baik untuk menyelasaikan proyek tersebut dengan biaya yang sekecil mungkin.
2.4.1
Simbol Dalam CPM (Critical Path Method) Dalam Metode jalur kritis/CPM (Critical Pat Method) waktu
melaksanakn kegiatan dianggap sudah pasti dan untuk menentukan jalur kritis perlu dibuat diagram jaringan kerja dengan menggunakan simbol-simbol sebagai berikut :
a.
Anak panah (arrow), menyatakan sebuah kegiatan atau aktivitas. Diatas anak panah ditulis simbol kegiatan, sedangkan dibawah anak anah ditulis waktu kegiatan.
b.
Lingkaran kecil (nodle), menyatakan sebuah kejadian atau peristiwa. Dalam diagram jaringan kerja dimungkinkan terdapat lebih dari satu peristiwa, tapi diantara dua peristiwa hanya boleh ada satu kegiatan.
c.
Anak panah putus-putus menyatakan kegiatan
semu atau dummy. Dalam kegiatan jaringan kerja, kegiatan semu atau dummy boleh ada, atau tidak, kegiatan ini dimunculkan untuk menghindari diantara dua peristiwa terdapat dua peristiwa.
2.4.2
Logika Ketergantunngan Kegiatan Diagram Anak Panah Diagram anak panah menggambarkan keterkaitan antara kegiatan atau
aktivitas proyek. Suatu anak panah biasanya dipergunakan untuk mewakili suatu kegiatan dengan ujungnya menunjukkan arah kemajuan proyek. Hubungan suatu kegiatan dengan kegiatan yang terjadi sebelumnya ditunjukkan oleh adanya kegiatan. Yang dimaksud dengan kejadian ialah saat yang menggambarkan permulaan atau pengakhiran suatu kegiatan, sedangkan kegiatan merupakan elemen pekerjaan yang memerlukan waktu. Logika, ketergantungan kegiatan dinyatakan sebagai berikut : 1. Jika kegiatan A harus diselesaikan dahulu sebelum kegiatan B dapat dimulai, maka hubungan antara kedua kegiatan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
A
5
B
5
5
Gambar 2.1 Gambar logika ketergantungan antara kegiatan A dan kegiatanB Kegiatan A bisa juga ditulis (1,2) dan kegiatan B (2,3)
2. Jika kegiatan A, B dan C harus selesai sebelum kegiatan D dapat dimulai, maka :
4
A B
3
5
C 4
D
5
Gambar 2.2 Gambar logika ketergantungan antar kegiatan A, B dan C.
2.4.3
Kegiatan Semu ( Dummy Activities ) Untuk menyusun suatu kegiatan yang bisa memenuhi ketentuan –
ketentuan diatas maka kadang – kadang kegiatan semu (dummy activities). Kegiatan semu adalah bukan kegiatan yang dianggap sebagai kegiatan, hanya saja tanpa memerlukan waktu, biaya dan fasilitas. Adapun kegunaan dari kegiatan semu antara lain sebagai berikut : 1. Untuk menghindari terjadinya dua buah kejadian yang dihubungkan oleh lebih dari satu kegiatan (sejajar). Seperti pada gambar berikut : A B
20
21
C Gambar 2.3 Gambar logika ketergantungan antar kegiatan A,B dan C yang salah.
Karena gambar diatas berarti bahwa kegiatan (20,21) itu adalah kegiatan A atau B atau C. Untuk membedakan ketiga, kegiatan itu, maka harus digunakan dummy sebagai berikut :
A 20
B C
A
21 23
atau
20
22
21 23
B C
22
Gambar 2.4 Gambar logika ketergantungan antar kegiatan A,B dan C yang benar. Kegiatan :
A = (20,21)
A= (21,23)
B = (20,23)
B = (20,23)
C = (20,22)
C = (22,23)
2. Untuk menunjukkan urutan-urutan kegiatan yang tepat. Seperti pada. gambar berikut dibawah ini :
10
A
C 10
B
10
D
10
10
Gbr. 2.5 Gbr. logika ketergantungan antar kegiatan A,B,C dan D yang salah. Gambar diatas menunjukkan hubungan yang salah, sebab seolah – olah kegiatan D harus didahului kegiatan A dan kegiatan C harus didahului oleh kegiatan B, padahal tidak demikian. Untuk menghindari kesalahan ini dapat digunakan kegiatan semu.
5
A
B 6
C
7
D
5
6
7
Gambar 2.6 Gambar logika ketergantungan antar kegiatan A,B,C dan D yang benar.
2
Untuk memenuhi ketentuan, dimana suatu network harus dimulai
oleh satu kejadian dan diakhiri oleh satu kejadian, kadang – kadang harus ditambahkan satu kejadian semu pada awal suatu network, satu kejadian semu pada akhir network, dan kegiatan – kegiatan semu yang menghubungkan kejadian awal atau akhir dengan
kejadian – kejadian didalam network,
apabila network dimulai atau diakhiri oleh beberapa kejadian. Seperti gambar dibawah ini :
5
A 5
B
5
C
5
Gbr. 2.7 Gbr. logika kegiatan semu dan kejadian semu pada awal network.
Dalam
pelaksanaannya,
simbol-simbol
ini
digunakan
dengan
mengikuti aturan-aturan sebagai berikut : a.
Diantara dua kejadian yang sama, hanya ada boleh digambarkan satu anak panah.
b.
Nama suatu aktivitas dinyatakan dengan huruf atau dengan nomor.
c.
Aktivitas hanya mengalir dari kejadian bernomor rendah ke kejadian bernomor tinggi.
d.
Diagram hanya memiliki sebuah initial event dan sebuah terminal event.
2.4.4
Penentuan Waktu Setelah network suatu proyek dapat digambarkan, langkah berikutnya
adalah mengestimasi waktu yang diperlukan untuk masing-masing aktivitas, dan menganalisis seluruh diagram network untuk menentukan waktu terjadinya masing-masing kejadian. Dalam mengestimasi dan menganalisa waktu ini, akan didapatkan satu atau beberapa lintasan tertentu dari kegiatan-kegiatan pada network tersebut yang menentukan jangka waktu penyelesaian seluruh proyek. Lintasan ini disebut lintasan kritis (critical path). Disamping lintasan kritis ini terdapat lintasan-lintasan lain yang mempunyai jangka waktu yang lebih pendek daripada lintasan kritis. Dengan demikian, maka lintasan yang tidak kritis ini tidak mempunyai waktu untuk bisa terhambat, yang dinamakan float. Float memberikan sejumlah kelonggaran waktu dan elastisitas pada sebuah network, dan ini dipakai pada waktu penggunaan network dalam praktek. Float ini terbagi atas dua jenis, yaitu total float dan free float.
1. Notasi yang digunakan
Untuk memudahkan perhitungan penentuan waktu ini digunakan notasinotasi sebagai berikut : TE = saat tercepat terjadinya kejadian (earliest event occurance time) TL = saat paling lambat terjadinya kejadian (latest event occurance time) ES = saat tercepat dimulainya aktivitas (activity start time) EF = saat paling lambat diselesaikannya aktivitas (earliest activity start time) LS = saat paling lambat dimulainya aktivitas (latest activity start time) LF = saat paling lambat diselesaikannya aktivitas (latest activity finish time) T
= waktu yang diperlukan untuk suatu aktivitas (activity duration
S
= total slack / total float
time)
SF = free slack / free float 2. Asumsi dan Cara Perhitungan
Dalam melakukan perhitungan penentuan waktu ini digunakan tiga buah dasar yaitu :
a. Proyek hanya memiliki satau initial event dan terminal event. b. Saat tercepat terjadinya initial event adalah hari ke nol. c. Saat paling lambat terjadinya, terminal event adalah TE = TL.
Adapun cara perhitungan yang harus dilakukan terdiri dari dua cara yaitu perhitungan maju (forward computation) dan perhitungan mundur (back computation). Pada perhitungan maju, perhitungan bergerak dari initial event menuju terminal event. Sedangkan pada perhitungan mundur perhitungan hergerak dari terminal event menuju initial event. Untuk melakukan perhitungan maju dan perhitungan mundur diperlukan lingkaran event yang terbagi atas tiga bagian yaitu :
a
b
a.
= ruang untuk nomor kejadian
b.
= ruang untuk menunjukkan saat paling cepat terjadinya kejadian (TE),yang juga merupakan hasil perhitungan maju.
c.
= ruang untuk menunjukkan saat paling lambat terjadinya kejadian (TL), yang juga
merupakan
hasil
perhitungan
mundur.
3. Perhitungan Maju Ada tiga langkah yang dilakukan pads perhitungan maju, yaitu a. Saat tercepat terjadinyan initial event ditentukan pads hari ke nol sehingga untuk initial event berlaku TE = 0. (asumsi ini tidak benar untuk proyek yang berhubungan dengan proyek-proyek lain). b.
Kalau initial event terjadi pads hari ke nol, maka : (i,j) i
o j c t
ES (ij) = TE (j) = 0 ES (ij) = ES (i,j) + t(ij) = TE (j) + t (ij)
c. Event yang menggabungkan beberapa aktivitas (merge event). EF (i1,j) EF (i2,j) EF (i3,j)
Sebuah event hanya dapat terjadi jika aktivitas – aktivitas yang mendahuluinya telah diselesaikan. Maka saat paling cepat terjadinya sebuah
event sama dengan nilai terbesar dari saaat tercepat untuk menyelesaikan aktivitas – aktivitas yang berakhir pada event tersebut. TE (j)
= max (EF (i1,j), EF (i2,j), ..... ef (in,j))
4. Perhitungan Mundur Seperti halnya pada perhitungan maju pada perhitungan mundur juga terdapat tiga langkah, yaitu : a.
Pada terminal event berlaku TL = TE
b.
Saat paling lambat untuk memulai suatu aktivitas sama dengan saat paling lambat untuk menyelesaikan aktivitas itu dikurangi dengan durasi aktivitas tersebut. i
(i,j)
o
j c
LS
t
= LE – t
LF (ij) = TL, dimana TL = TE Maka : LS (ij) = TL 0) – t (ij)
c. Event yang mengeluarkan beberapa aktivitas (burst event)
LS (i1,j) LS (i2,j) LS (i3,j)
Setiap
aktivitas
hanya
dapat
dimulai
apabila
event
yang
mendahuluinya telah terjadi. Oleh karena itu, saat paling lambat terjadinya sebuah event sama dengan nilai terkecil dari saat-saat paling lambat untuk memulai aktivitas-aktivitas yang berpangkal pada event tersebut. TL (j)
= min (L-S(ij), LS(i2j),.... .., (LS (in,j)
5. Perhitungan Kelonggaran Waktu Setelah perhitungan maju dan perhitungan mundur selesai dilakukan kelonggaran waktu dari aktivitas(I,j), yang terdiri dari total float (S) dan free float (SF). Total float adalah jumlah waktu dimana waktu penyelesaian suatu aktivitas dapat diundur tanpa mempengaruhi saat paling cepat dari penyelesaian proyek secara keseluruhan. Total float dapat dihitung dengan cara mencari selisih antar saat paling cepat dimulai aktivitas (LS-ES), atau mencari selisih antara saat paling lambat diselesaikannya aktivitas dengan saat paling cepat diselesaikannya aktivitas (LS-EF).
Jika akan menggunakan persamaan S = LS – ES, maka total float aktivitas (I,j) adalah : S(i,j) = LS(i,j) – ES(i,j) Dari perhitungan mundur kita, tahu bahwa LS(i,j) TL(i,j) – t(i,j). Sedangkan dari perhitungan maju ES(i,j) = TE(i,j). Maka: S(i,j) = TL(i,j) – t(i,j) – TE(i) Jika akan menggunakan persamaan S = LF – EF, maka, total float aktivitas (i,j) adalah : S(i,j) = LF(i,j) – EF(i,j) Dari perhitungan maju kita tahu bahwa EF(i,j) = TE(j) + t(i,j) Sedangkan dari perhitungan mundur LF(i,j) = TL(j), maka : S(ij) = TL(j) –TE(j) – t(i,j) Dan yang dimaksud dengan free float adalah jumlah waktu dimana penyelesaian suatu aktivitas dapat diukur tanpa mempengaruhi saat paling cepat dari dimulainya aktivitas yang lain atau saat paling tercepat terjadinya event lain pada network. Free float aktivitas (i,j) dihitung dengan cara mencari selisih antara saat tercepat terjadinya event diujung aktivitas dengan saat tercepat diselesaikannya aktivitas (i,j) tersebut. SF(ij) = TE(j) - EF(i,j) Dari perhitungan maju didapat EF(i,j) = TE(j) + t(i,j), maka : SF(ij) = TL(j) – TE(j) – t(i,j)
2.4.5
Metode Jalur Kritis (Critical Path Method)
Suatu lintasan adalah rangkaian dari sejumlah kegiatan yang dimulai dari kejadian awal dan berhenti pada kejadian akhir. Berdasarkan ketentuan ini maka definisi jalur kritis dapatlah ditetapkan sebagai berikut : 1. Suatu jalur dimana tiap kejadian pada jalur tersebut mempunyai
waktu kejadian paling lambat, maka jalur tersebut jalur kritis. 2. Jumlah yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu jalur kritis sama
dengan jumlah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh proyek. 3. Semua kegiatan yang terletak di jalur kritis disebut kegiatan kritis.
Ketentuan-ketentuan lainnya adalah : 1. Jalur kritis dapat juga melalui kegiatan dummy atau kegiatan semu. 2. Jalur kritis dapat terdiri dari beberapa jalur. 3. Waktu penyelesaian suatu kegiatan kritis tidak boleh melebihi waktu
yang sudah ditentukan, karena keterlambatan dapat memperpanjang waktu penyelesaian seluruh proyek. Metode Jalur kritis menggambarkan suatu proyek dalam bentuk network dengan komponen aktivitas-aktivitas. Agar metode ini dapat diterapkan maka suatu proyek harus memiliki ciri sebagai beikut : 1. Kegiatan suatu proyek harus ada waktu mulai dan waktu akhir. 2. Kegiatan dapat dimulai atau diakhiri dan dilaksanakan secara,
terpisah dalam suatu rangkaian tertentu. 3. Kegiatan dapat diatur menurut rangkaian tertentu. Jalur kritis digunakan untuk mengetahui kegiatan yang memiliki kepekaan sangat tinggi atas keterlambatan penyelesaian pekerjaan yang sangat tinggi (kegiatan kritis). Dan jika kegiatan kritis ini mengalami keterlambatan maka akan memperlambat penyelesaian proyek secara keseluruhan, oleh karena itu mempercepat waktu penyelesaian kegiatan kritis
akan mempercepat penyelesaian proyek secara keseluruhan.
2.5
Program Evaluation and Review Technique (PERT) Metode yang digunakan untuk menentukan lama waktu pengerjaan
kegiatan adalah variable random atau disebut dengan evaluation and review technique (PERT). Waktu setiap kegiatan dihitung atas tiga dasar perkiraan, yaitu : a = waktu optimis b = waktu spesimis m = waktu paling mungkin Perkiraan lama waktu kegiatan atau sama dengan istilah rata – rata dalam bahasa sehari-hari atau µ dalam bahasa matematika dapat dihitung dengan cara: Mean = µ = a+2m+b 6 Dalam persamaan tersebut, setiap a dan b mempunyai bobot satu dan waktu normal memiliki bobot 4. Oleh karena itu total bobot adalah 6 (1+1+4) dan dibagi dengan 6 sebagai rata-rata. bobot. Sedangkan b – a sama dengan 6 standar deviasi. Berarti satu standar deviasi sama dengan b – a dibagi 6 atau : 1 standar deviasi = a (b – a/6) Tujuan dari metode ini adalah : 1. Untuk menentukan probabilitas tercapainya batas waktu proyek. 2. Untuk menetapkan kegiatan dimana dari suatu proyek yang
merupakan bottleneck menentukan waktu penyelesaian seluruh proyek sehingga dapat diketahui pads kegiatan mana kita harus bekerja keras agar jadwal dapat terpenuhi. 3. Untuk mengevaluasi akibat dari perubahan - perubahan program,
program evaluation and review technique (PERT) juga dapat mengevaluasi akibat dari terjadinya penyimpangan pada jadwal proyek .
2.5.1
Pembuatan Peta Waktu