FRATER CMM 3/15
| PARA FRATER DAN PERKEBUNAN KOMUNITAS DI TILBURG | KITAB WAHYU 21 DALAM ENAMEL | MENELUSURI JEJAK VINSENSIUS A PAULO | PERTEMUAN RELIGIUS DI APARECIDA | OPEN HOUSE DI GENERALAT | MENGURAPI ORANG SAKIT
DAFTAR ISI RUMUSAN MISI Belas kasih berlaku di segala zaman dan di setiap tempat. Belas kasih merupakan inti setiap agama di dunia: agama Hindu, Budha, Yahudi, Kristen dan Islam. Gerakan belas kasih meninggalkan jejaknya dalam sejarah. Pelbagai bentuk penampilan belas kasih merupakan ungkapan masyarakat tempat lahirnya belas kasih dan spiritualitas yang mendukungnya. Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda yang Berbelas Kasih, berakar dalam semangat belas kasih Kristiani.
WAWANCARA DENGAN PEMIMPIN UMUM
4
TENTANG FRATER ANDREAS
5
TERBITAN Frater CMM, {sebelumnya Ontmoetingen (Encounters)}, adalah majalah triwulan Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda yang Berbelas Kasih (Frater CMM). Langganan gratis (dapat diminta pada alamat Kontak di bawah ini). ISSN 1877-6256. Staf Redaksi: Bpk. Rien Vissers (pemimpin redaksi), Fr. Edward Gresnigt, Fr. Ad de Kok, Nathalie Bastiaansen, Bpk. Peter van Zoest (redaktur pelaksana) Penerjemah: Sdr. Steve Wakidi, Fr. Benyamin Tunggu Desain dan layout: Heldergroen (www.heldergroen.nl) Dicetak oleh: 4idea Printing Office: Jl. Garuda 271, Pringwulung, Yogyakarta Telp / WA : (+62)821.3430.6776 Email:
[email protected] Web: www.4ideaprint.com Kontak: Frater CMM Jalan Ampel 6/10, Papringan Yogyakarta 55281 E-mail:
[email protected] Website: www.cmmbrothers.org Kontribusi sukarela sebagai mengganti ongkos cetak/ kirim sangat dihargai dan silakan transfer ke: BCA KCU Yogyakarta no. rek.: 0375600990 a.n. Martinus Max Mangundap/Emarius Gulo Foto sampul depan: Frater dari Kenya Elijah Osena Agilo (kiri) dan Nicodemus Orang’i Otundo sedang berbicara dengan para pengunjung saat Open House di Generalat (lihat halaman 18).
Perumpamaan tentang anak yang hilang, Rembrandt. 2
Foto belakang: Katedral Bunda Maria dari Chartres, Perancis (foto: Fr. Ad de Kok).
PARA FRATER DAN PERKEBUNAN KOMUNITAS DI TILBURG
6
KITAB WAHYU 21 DALAM ENAMEL
9
MENELUSURI JEJAK VINSENSIUS A PAULO
10
DARI STAF REDAKSI Pada tanggal 1 Agustus 2015 Frater Jan Smits, mantan staf redaksi dan pemimpin redaksi Frater CMM meninggal dunia dalam usia 89 tahun. Anda dapat membaca ulasan singkat melalui rubrik In Memoriam pada halaman 22. Para anggota staf redaksi, bersama dengan pihak keluarga, sesama frater, teman dan kenalan mengucapkan selamat jalan dalam misa requien tanggal 7 Agustus di kapel Wisma Lansia Joannes Zwijsen, tempat ia tinggal selama sekian tahun. Pada tahun 2004 Frater Remigius Heesbeen (almarhum), yang selama bertahun-tahun memimpin publikasi kongregasi Ontmoetingen, sebelum majalah Fraters CMM yang dimulai pada tahun 2005 menyerahkan tanggung jawab kepada Frater Jan Smits. Pada tahun 1984 Frater Jan Smits bergabung dengan staf redaksi Ontmoetingen. Posisi pemimpin redaksi bersifat ‘ad interim’, dan berlangsung sampai 2009. Pada tanggal 17 Januari 2009 Pemimpin Umum Frater Broer Huitema mengumumkan di awal pertemuan staf redaksi bahwa Frater Jan Smits telah memutuskan untuk mengundurkan diri sebagai pemimpin redaksi dan menjadi anggota staf ‘biasa’. Situasi ini memungkinkan karena Bapak Rien Vissers bersedia mengambil alih sebagai pemimpin redaksi. Pada tanggal 1 Maret 2009 ia beralih tugas dari pustakawan di Perpustakaan Pusat Brabant menjadi arsiparis Kongregasi. Staf redaksi sangat berterima kasih kepada Frater Jan atas dedikasinya yang besar dalam memimpin team dan selain sebagai penulis staf redaksi ia telah memberikan kontribusi yang luar biasa. Beberapa tahun terakhir kesehatannya mulai terganggu sehingga ia tidak lagi berpartisipasi dalam tugas sebagai staf redaksi. Kepergiannya meninggalkan kenangan yang manis dan indah bagi staf redaksi.
MISI
‘JEEPNEY SAYA’
MENGURAPI ORANG SAKIT
IN MEMORIAM
15
PERTEMUAN RELIGIUS DI APARECIDA
16
17
OPEN HOUSE DI GENERALAT
19
BERITA SINGKAT
20
‘RAHMATNYA AMAT DEKAT’
23
22
18
3
WAWANCARA DENGAN PEMIMPIN UMUM
Dari tanggal 27 - 29 Mei 2015 saya ikut ambil bagian dalam pertemuan dua tahunan untuk para Pemimpin Umum Kongregasi, (Union of Superiors General - USG) di Roma. Temanya adalah: ‘Diutus Membawa Sukacita. Misi Hidup Bakti dalam Gereja dari Paus Fransiskus’. Bagi saya ini adalah pengalaman yang sangat inspiratif. Sinode Para Uskup mengenai Keluarga yang akan datang seorang bruder/frater akan dipilih untuk berpartisipasi dan mempunyai hak untuk memilih. Ini adalah yang pertama kali terjadi dalam sejarah sinode Gereja.
Tema ‘Diutus Membawa Sukacita’ dikembangkan oleh para pembicara dalam berbagai bentuk. Diskusi berlangsung dalam suasana persaudaraan dan peserta mengeksplorasi bagaimana kehidupan mereka sedang terinspirasi oleh Bapa Suci, yang adalah seorang religius. Seluruh gaya pribadi Paus Fransiskus, bahasanya, pesan-pesan dan gagasan-gagasannya meninggalkan kesan mendalam bagi misi perutusan religius. Pilihannya untuk menjadi dekat dengan kehidupan biasa dan seruannya berulang kali untuk membangun budaya perjumpaan dan bukan sebaliknya saling menjauhi, membuka perspektif baru bagi kita. Apa arti semua ini untuk kepemimpinan dalam komunitas-komunitas religius? Paus Fransiskus menghimbau agar tata kelola kongregasi religius tidak dijalankan berdasarkan besarkecilnya kekuasaan. Untuk Kongregasi kita pendekatan ini berarti bahwa anggota dewan perlu mempromosikan situasi nyata dalam provinsi, regio dan komunitas serta menumbuhkan kepekaan terhadap misi perutusan sebagai proses pembinaan berkelanjutan. Hal ini menjadi tugas dewan untuk memberikan stimulasi melalui pendidikan rohani dan memperhitungkan aspek-aspek pengting lainnya. Tradisi kita sendiri dengan berfokus pada belas kasih akan membantu
4
kita memahami tanda-tanda zaman secara kreatif. Ini akan menjadi salah satu tugas utama dewan umum memanfaatkan kesempatan ini pada kunjungan kanonik mereka ke provinsi-provinsi dan region-regio. Pembinaan pribadi para frater menuntut perhatian berkelanjutan dari dewan dan tentu dari frater itu sendiri dan hal ini penting untuk merespon misi yang sama. Bagaimana saya bisa, dengan kemampuan saya memberi kontribusi untuk kehidupan komunitas yang sehat? Apakah saya merasa ‘diutus membawa sukacita’ dalam tugas-tugas yang saya lakukan? Sebuah contoh pembinaan berkelanjutan adalah melalui program pembinaan musim panas dengan kegiatan pendalaman spiritualitas di Belanda dan Ziarah Vinsensian di Perancis. Sebelas frater mengambil bagian di dalamnya, tujuh frater yang sudah mengikrarkan profesi seumur hidup mereka berasal dari Indonesia dan empat frater dari Kenya yang mempersiapkan diri untuk profesi seumur hidup. Saya berharap bahwa semakin mendalamnya spiritualitas memberi banyak buah bagi kehidupan mereka, komunitas, dan orang-orang yang bekerja sama dengan mereka dan yang mereka layani! Pewawancara, Rien Vissers
TENTANG FRATER ANDREAS
SUNGGUH MEMILIKI INTEGRITAS Setelah kematian Frater Andreas van den Boer banyak frater terus berbicara tentang dia. Salah satu tema yang selalu muncul dalam kenangan mereka adalah hidupnya penuh ketaatan sesuai aturan hidup. Pernyataan-pernyataan eksplisit mengenai hal ini sungguh luar biasa.
Frater Rudolpho van Meegeren menulis: “Saya tidak mengingat adanya contoh pelanggaran.” Sama seperti dia, ada banyak frater yang benar-benar yakin bahwa Frater Andreas telah mengikuti semua aturan hidup sebagai seorang frater. Selalu dalam tugasnya baik sebagai guru, pengawas dan sebagai sesama frater ia benar-benar tanpa salah. Tapi bagaimana mereka bisa begitu yakin tentang hal itu? Dan mengapa hal itu sangat penting bagi mereka? Tentu cara hidupnya yang teratur dan sesuai dengan yang mereka perhatikan; ia sangat menonjol sebagai seorang yang memiliki integritas. Frater Andreas memiliki integritas sebagai seorang frater, guru dan sebagai pengawas. Sebagai pengawas di sekolah asrama ia sangat teliti dan ia sadari bahwa tugas pengawasan terhadap anak-anak yang dipercayakan kepada sekolah harus dijalankan dengan sebaik mungkin dan bahwa semua peraturan yang berhubungan dengan itu harus diikuti dengan seksama. Frater Rudolpho menulis: “Dia menyiapkan semua pelajaran dan ia memberikan banyak waktu dan perhatian untuk memeriksa pekerjaan muridmuridnya”, dan ia cocok sebagai guru. Kualitas pendidikan yang baik menuntut dedikasi total dan perhatian penuh dari guru, baik dalam tata kelola maupun dalam penilaian. Sebagai seorang religius,
Frater Andreas juga dianggap sebagai teladan dalam menghidupi cita-cita yang mulia. Integritas religius tentu tidak hanya bagian dari Konstitusi frater tetapi juga merupakan konsep yang berakar dalam Alkitab dan Frater Andreas tahu persis asal kata dari bahasa Latin. Iustus, manusia yang adil, adalah seseorang yang menghindari kejahatan dan melakukan apa yang baik, yang tidak menipu atau menyakiti tetangganya, yang berbicara kebenaran di dalam hati. Itulah yang ingin dihidupi Frater Andreas. Ia mungkin tidak tahu kata-kata Ibrani dasar tsedeq = adil, tegak, benar, dan tam, tamîn = penuh, sempurna, utuh. Kata-kata ini sering muncul dalam Alkitab. Frater Andreas menemukan kata-kata ini setiap hari dalam terjemahan saat mendoakan Mazmur dan saat meditasi. Ia berdoa Mazmur 26: 1: Berilah keadilan kepadaku, ya TUHAN, sebab aku telah hidup dalam ketulusan. Dan Mazmur 119: 1: Berbahagialah orangorang yang hidupnya tidak bercela. Ayat-ayat Mazmur yang telah diterjemahkan secara berbeda, tetapi yang berbicara mengenai hidup dalam kemurnian dan kesatuan di hadapan Tuhan merupakan cita-cita Frater Andreas. Cara ia menghidupi cita-cita itu telah meninggalkan kesan yang mendalam bagi banyak orang.
Charles van Leeuwen
5
BELANDA
PARA FRATER DAN PERKEBUNAN KOMUNITAS DI TILBURG Sejak Perang Dunia II, ribuan orang dari Tilburg menghabiskan seluruh waktu baik siang maupun malam, akhir pekan dan bahkan seluruh hari liburan mereka di kebun-kebun komunitas yang ditemukan di seluruh kota. Sebidang tanah ini menjadi kebutuhan yang sangat penting, tetapi selama sekian tahun tempat-tempat ini berubah bentuk menjadi tempat rekreasi yang bermanfaat. Di kebun-kebun ini para tukang kebun komunitas hidup menurut ritme musim. Di sana mereka melupakan masalah dan tekanan yang disebabkan oleh situasi hidup harian mereka; ketegangan semakin berkurang dan beberapa frater terlibat dalam pembuatan konsep kebun komunitas di Tilburg. Frater Silvius Mutsaers. menjadi anggota sebuah komite yang menyediakan informasi dan saran mengenai tanaman musim panas, pengeringan dan pengawetan sayuran dan topik-topik perkebunan lainnya. Rupanya kursus-kursus semacam itu banyak dicari dan dituntut selama tahun-tahun perang; pernah pada suatu waktu sekitar 750 orang tertarik untuk ikut dalam sebuah pertemuan yang diselenggarakan oleh seorang guru masak perempuan. Ketika perang berlangsung semakin banyak orang tertarik dengan kebun komunitas dan sebagai organisasi keanggotaannya semakin banyak. Pada akhir tahun 1943 terdapat 204 anggota yang terdaftar pada Perkumpulan Kebun Komunitas pertama di Tilburg dan setahun kemudian jumlah tersebut sudah menjadi lebih dari dua kali lipat. Selama waktu perang Komite Leijpark, di ujung selatan kota, mendirikan gabungan kebun komunitas pertama.
Aktif
Meskipun ia meninggal lebih dari tiga puluh tahun yang lalu, nama Frater Silvius Mutsaers masih dikenang di Tilburg. Selama hidupnya frater ini sangat dikenal di kalangan setempat dan bahkan sampai sekarang dia dikagumi karena pengetahuannya yang luas akan segala sesuatu yang hidup dan berkembang. Selama Perang Dunia II Frater Silvius terlibat dalam pembentukan proyek kebun komunitas pertama di kota dan pada saat itu banyak barang yang langka, bahkan pasokan kentang dan sayuran terbatas. Bersama dengan Van de Mortel, wali kota Tilburg saat itu yakni pada tahun 1942 Frater Silvius 6
Berkas-berkas pribadi Frater Silvius yang bisa ditemukan dalam arsip Frater CMM menunjukkan bahwa Silvius, yang lahir pada tahun 1903, telah banyak berkecimpung di bidang perkebunan. Ia telah mendapatkan ijazah di bidang Hortikultura dan Pertanian serta di bidang pemeliharaan lebah (Apiculture); ia adalah seorang guru ketrampilan hiasan bunga di Sekolah Menengah Hortikultura di Breda. Seperti disebutkan sebelumnya, ia merupakan salah satu pendiri kebun komunitas tertua di Tilburg, tetapi juga Dahlia Society Flora, yang sampai sekarang masih ada. Di bawah kepemimpinannya program ini dimulai pada tahun 1940-an. Ia juga anggota dari Royal Dutch Society for Horticulture and Botany, cabang Tilburg (ia menjadi sekretarisnya selama lebih dari 30 tahun) dan ia mengajar semua jenis kursus. Dalam majalah bulanan Onze Tuin (Kebun Kami) ‘de Sil’, demikian ia
Frater Oelbert van Vliet. dikenal, selama bertahun-tahun menjadi penulis kolom, sebuah sarana dimana ia dapat membagi keterampilan dan pengetahuannya dengan sesama tukang kebun dan menjelaskan semua hal yang harus dilakukan di kebun selama bulan itu. Saat ini masih ada tukang kebun yang sungguh-sungguh mengikuti tulisan Silvius. “Dia mengerti seni menulis pada satu halaman isi setengah buku, untuk memberi kita sebanyak mungkin petunjuk yang berguna dalam sebuah tulisan”, tulis Wal van Hest, Sekretaris Tilburg Union of Community Garden Societies, di Onze Tuin pada tahun 1984, setelah kematian Sil. Kita bisa terus berjalan seperti ini karena dasar kokoh yang ditinggalkannya dalam bidang perkebunan di Tilburg. Oleh sebab itu tidak mengherankan kalau Arnoldus Joannes Mutsaers, nama asli dari Frater Silvius, diangkat sebagai anggota kehormatan dari kebun komunitas Tuinpark Noord, dan bahkan beberapa kebun komunitas masih memiliki ‘Gang Frater Silvius’. “Selama bertahuntahun ia menjadi sumber informasi bagi banyak orang dan terlebih lagi telah menjadi sahabat yang luar biasa. Karena alasan terakhir ini menjadi sulit untuk mengucapkan selamat jalan”, tulis Wal van Hest, setelah de Sil pergi menuju ke padang rumput yang lebih hijau. “Untuk para tukang kebun komunitas Tilburg ia pasti akan terus hidup dalam kenangan mereka dengan rasa syukur yang besar.”
Frater Embertus Kuijpers.
Kebanggaan Frater Silvius mungkin pernah menjadi ketua perkumpulan kebun komunitas di Leijpark; dia bukan ketua satu. Kehormatan tersebut harus diberikan kepada sesama frater yang juga terlibat dalam pendirian kompleks kebun komunitas selama tahuntahun perang: Frater Oelbert van Vliet, ia lahir di Tilburg pada tahun 1909 dan masuk kongregasi tahun
Frater Silvius menanam pohon, 1948. 7
BELANDA
The Royal Association of Community Gardeners Hoflaan mengelola salah satu kebun komunitas paling besar di Tilburg (foto: Jan van Oevelen).
Kebun Komunitas Hoflaan (foto: Jan van Oevelen).
Kebun Komunitas Flora (foto: Jan van Oevelen).
1926. Selain sertifikat mengajar umum, ia memperoleh ijazah di bidang Pertanian, Hortikultura dan pemeliharaan lebah. “Saya masih bangga telah menjadi ketua satu”, tulis Frater Oelbert dalam memoarnya mengenang saat ia berada di rumah frater di Tilburg dan Goirle. Frater Oelbert, yang meninggalkan Kongregasi pada tahun 1948, tetap menjadi ketua perkumpulan kebun komunitas sampai musim panas tahun 1944. Ia kemudian meninggalkan posisi tersebut karena ‘komitmen pekerjaan yang padat’, seperti yang tertulis dalam Laporan Tahunan tahun 1994 dari Perkumpulan Kebun Komunitas Tilburg dan sekitarnya.
tahun 1946 tukang kebun pembibitan memulai lagi sedangkan tukang kebun Santo Fransiskus tidak pernah melupakan asal-usul mereka, karena siapa pun yang menyewa lahan di sini wajib menanam setengah kebun dengan bunga atau tanaman keras. Menurut dokumen yang ditulis tangan dalam arsip St. Francis Society, bunga, menurut Frater Embertus, “memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan orang-orang”. “Menatap bunga dan memiliki bunga berarti sukacita dan hormat kepada Tuhan; dalam kebaikan-Nya yang tak terbatas telah memberi, di samping pekerjaan untuk keberlangsungan hidup, juga keindahan bunga dan kemewahan tanaman.”
Kekayaan bunga Selain Frater Silvius dan Oelbert, masih ada frater lain yang memainkan peran penting dalam kebun komunitas Tilburg. Frater Embertus Kuijpers adalah pendiri Perkumpulan Bunga Santo Fransiskus (Flower Society St. Francis). Dan seperti kebun komunitas Leijpark dan Flora, perkumpulan ini juga masih ada sampai sekarang. Jika tidak tergangu oleh Perang Dunia II, kebun St Fransiskus akan menjadi yang tertua dari tiga belas kebun yang kini menjadi bagian dari United Society of Amateur Garden Societies Tilburg. Persatuan ini didirikan pada tahun 1939, tetapi dua tahun kemudian dilarang oleh penjajah Jerman. Pada 8
Jeroen Ketelaars
Jeroen Ketelaars, Fourteen Gardens, four seasons. Living with nature in the Tilburg community gardens, Volume III dalam seri: ‘In Tilburg’, Gianotten Printed Media, Tilburg 2015, 96 halaman, € 11, 95. Tersedia dalam toko buku.
BELANDA
Karya seni, Frater André de Veer.
KITAB WAHYU 21 DALAM ENAMEL Frater André de Veer, adalah salah seorang seniman berbakat termasuk beberapa frater lain yang juga memiliki bakat yang sama. Selama 35 tahun ia berkaya di Indonesia dan menciptakan banyak karya seni yang indah: antara lain salib, tempat lilin, dekorasi dinding, hiasan untuk altar, dan tabernakel. Karya-karya tersebut dibuat dengan bahan enamel. Pada tanggal 19 Maret 2015 ia merayakan yubileum 65 tahun hidup membiara di Wisma Lansia Joannes Zwijsen di Tilburg, Belanda. Karya seni Frater André menginspirasi Frater Harrie van Geene, pemimpin komunitas Joannes Zwijsen dalam menulis sebuah refleksi untuk ibadah malam pada hari perayaan tersebut. Karya tersebut, dibuat pada tahun 1988 dengan enamel dan batu mulia kemudian ditempatkan di kapel rumah frater di Gunung Sitoli, pulau Nias, Indonesia. Gempa bumi tahun 2005 mengakibatkan rusak parah. Frater André de Veer menggunakan potongan-potongan yang masih bisa digunakan untuk membuat karya-karya lain. Berikut ini kutipan yang diambil dari refleksi Frater Harrie van Geene. “Karya ini terinspirasi dari Kitab Wahyu bab 21, yang menceritakan pengalaman puncak positif, dimana kita merasa sangat beruntung bisa memilikinya yang akhirnya mencerminkan penyelesaian hidup secara indah dari sesuatu yang kita harapkan. Bab ini menggambarkan visi, impian masa depan yang kadangkadang sudah dapat kita lihat dan rasakan sebelum saat itu tiba. Dalam karya seni ini kita bisa melihat banyak hal yang antara lain berisikan gambaran dari Yerusalem baru, langit baru, dan bumi yang baru. Kita melihat Anak Domba di tengah yang mengambarkan Yesus. Salib yang menghapus semua keraguan dan pada bagian tengah tidak memperlihatkan keagungan dan kekuasaan. Justru sebaliknya, Anak Domba merupakan kekuatan yang lembut dalam kehidupan: ia mewakili kepedulian, kelembutan, kasih sayang, integritas, kebaikan, dan keindahan. Selanjutnya kita
melihat kota berdinding kuat, sebuah kota dengan banyak gerbang. Kita dapat menghitung gerbangnya yaitu dua belas dan semua gerbang terdapat satu malaikat. Kita juga melihat berbagai batu mulia yang menggambarkan nubuat wahyu. Jika gambar-gambar itu membingungkan, pikirkan saja seperti ini: ‘orang dapat menjadi malaikat’, atau ‘orang-orang penting’ karena mereka berhubungan erat dengan Yesus dan Yerusalem Baru itu’. Kota menggambarkan ‘kebersamaan’ yang besar, keterkaitan di antara umat manusia, rasa hangat dari ‘kita’. Kita kembali ke bagian tengah karya Frater André, Anak Domba. Ini adalah gambar Yesus dan di tengah kita melihat pribadi yang merupakan lambang kelembutan, kasih sayang, dan persaudaraan. Keagungan dan kekuasaan tidak bisa menjadi penggerak kehidupan dan komunitas kita. Bagi Yesus hal utama untuk kehidupan komunitas adalah: keadilan, belas kasih, dan kesetiaan. Di dalamnya kita menemukan kebijaksanaan Injil dan semua itu menunjukkan kebaikan dan keindahan.”
9
INTERNASIONAL
Ibadat sore di sekitar patung Vinsensius a Paulo, Château l’Évêque.
MENELUSIRI JEJAK VINSENSIUS A PAULO Setiap tahun para frater CMM dan para suster SCMM mengadakan ziarah ke tempat-tempat penting dalam kehidupan St. Vinsensius a Paulo di Perancis sekitar 1581-1660, yang menjadi sumber inspirasi bagi kedua kongregasi. Kegiatan ‘Ziarah Vinsensian’ berlangsung dari tanggal 29 Juni sampai 11 Juli 2015; dan kelompok ini terdiri dari sebelas frater (tujuh dari Indonesia dan empat dari Kenya) dan dua belas suster (sembilan dari Indonesia dan tiga dari Brazil). Selama dalam perjalanan baik di bus maupun di tempat-tempat yang dikunjungi kutipan surat Vinsensius a Paulo dan tulisan-tulisan lain dibaca dan direfleksikan; termasuk teks dari: St. Louise de Marillac (1591-1660) dan Frédéric Ozanam (1813-1853). Nathalie Bastiaansen, sekretaris eksekutif Dewan Umum Frater CMM yang ikut mengatur perjalanan ini, membuat sebuah artikel dengan pilihan dari bahan bacaan dan refleksi yang dibuat oleh peserta. Perhentian kami yang pertama adalah di Folleville, Perancis. Di sinilah Vinsensius menemukan bagaimana petani miskin yang tidak berpengetahuan dan tidak memiliki persiapan yang memadai untuk menerima sakramen. Situasi ini menggerakkan hatinya: mengapa ia harus terus menghabiskan sebagian besar waktunya di dalam lingkaran kecil keluarga kaya? Dia memutuskan untuk mengabdikan sisa hidupnya dalam pelayanan kepada orang miskin. Di kemudian hari ia menggambarkan ‘panggilannya’ sebagai: ‘panggilan dari Allah untuk melakukan sesuatu’. Sebagian besar peserta mengalami panggilan mereka sebagai proses yang bermula dari hal yang sederhana. Seorang peziarah mengatakan: “Tuhan memanggil setiap orang 10
dengan cara yang berbeda dan paling sering dimulai dengan sentuan sederhana dan selanjutnya motivasi awal semakin dimurnikan melalui berbagai pengalaman konkret.”
Doa Kami melanjutkan perjalanan ke Chartres, tempat ziarah penting bagi Louise de Marillac dan kami berkesempatan menikmati pertunjukkan cahaya yang ditampilkan pada malam hari. Lumière (Cahaya) juga merupakan judul salah satu tulisan Louise. Di dalam tulisannya ia menggambarkan pada saat berdoa, pikirannya dibebaskan dari semua keraguan tentang tujuan hidupnya, karena ia yakin dan mengatakan
Foto bersama di tempat kelahiran Vinsensius a Paulo. pada dirinya “waktunya akan tiba, bahwa saya akan mampu mengikrarkan kaul kemiskinan, kemurnian, dan ketaatan. Keraguan terakhir saya telah dihapus oleh keyakinan batin yang saya rasakan dan Tuhan telah menunjukkan hal-hal ini kepada saya. Kepercayaan kepada Tuhan membawa kepastian bahwa saya tidak perlu meragukan hal-hal lainnya.” Seorang suster mengaku mengalami hal yang sama: “Saya berada dalam situasi yang sama. Saat marah, takut, mengalami kesalahpahaman, pemberontakan dan ketidakpastian, saya hampir meninggalkan kehidupan religius. Saat saya berdoa mengenai hal ini saya teringat kata-kata Yesus: ‘Aku menyertaimu sampai akhir zaman.’ Saya merasakan damai lagi, saya sungguh percaya pada kekuatan doa. Bagaimana saya tahu itu berasal dari Allah? Damai, sukacita, ketenangan, bahkan dalam keadaan sulit bagi saya merupakan jaminan bahwa Allah hadir dalam hidup saya.”
Kehendak Tuhan Kami mengunjungi kota Richelieu, nama kota sesuai pendirinya yaitu Kardinal Richelieu (1585-1642) adalah salah satu relasi pemerintahan paling penting bagi Vinsensius. Richelieu telah memintanya untuk bekerja di kota tersebut namun perjanjian yang disiapkan untuk menyelesaikan beberapa hal, belum ditandatangani karena kardinal meninggal secara tiba-tiba. Di kemudian hari Vinsensius menulis dalam sebuah surat kepada salah seorang misionarisnya: “Tuhan telah memberikan (dasar) di Richelieu tanpa memikirkan biaya.” Dia menambahkan: “Kita harus memuji Tuhan untuk ini. Kita harus menunggu dan melihat apa yang akan dilakukan ahli warisnya
Para frater membaca teks Vinsensius a Paulo di Folleville.
11
INTERNASIONAL
sekarang.” Kedengarannya agak aneh bagi kita bahwa ketika ada hal yang tidak berjalan dengan baik, Vinsensius juga menganggapnya sebagai kehendak Allah. Apa maksud sebenarnya dari kata itu baginya? “Surat ini menunjukkan bahwa Vinsensius benar-benar percaya kepada Penyelenggaraan Allah”, demikian kata seorang frater. “Benar sekali”, demikian lanjutnya, “karena meskipun kardinal meninggal, proyek di Richelieu akhirnya menjadi kenyataan.” Seorang frater lain menambahkan: “Penyelenggaraan Tuhan tidak berarti bahwa kita bisa duduk diam dan bahwa segala sesuatu akan berjalan dengan baik sesuai keinginan kita. Penyelenggaraan Tuhan berarti bahwa kita dapat menyerahkan pekerjaan kita, rencana kita, tetapi juga sukacita dan kesedihan kita ke tangan Tuhan.”
Vinsensius menemukan hal ini juga: “St. Agustinus mengajarkan kepada kita agar bisa mengenal karya Allah melalui peristiwa-peristiwa yang dialami sendiri. Hal itu terjadi sedemikian rupa tanpa disadari dan pada akhirnya terjadi dan tidak ada yang tahu bagaimana itu terjadi, kecuali Tuhan. Terjadi juga bagi peziarah: “Melalui berbagai pengalaman hidup, baik yang membuat kita bahagia maupun yang membuat kita sedih, kita melihat kehendak Allah dalam pemurnian panggilan kita.”
Keutamaan
Perjalanan kami menuju ke Château l’Évêque, tempat dimana Vinsensius ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1600. Vinsensius ingin menjadi seorang imam karena status sosialnya terhormat dan mendapatkan penghasilan yang bagus; namun cara Tuhan tidak selalu sama dengan cara manusia. Secara bertahap
Vinsensius a Paulo lahir di Pouy tanggal 24 April 1581. Kami menghabiskan beberapa hari di tempat kelahirannya di ‘Le Berceau’ bersama pendamping rohani Rm. Agustinus Heru, CM. Di tempat ini kami mengadakan rekoleksi sebanyak dua kali dan Rm. Agus mengajak kami merefleksikan lima keutamaan Vinsensian yaitu: kesederhanaan, kerendahan hati, kelemahlembutan, matiraga, dan ketekunan / semangat. Vinsensius berulang kali menyampaikan latar belakangnya yang sederhana. Dia mengatakan bahwa lebih mudah untuk berbicara tentang
Perayaan Ekaristi di kapel Vinsensius a Paulo, rumah induk CM, Paris.
Perayaan Ekaristi di tempat kelahiran Vinsensius a Paulo.
Mengenal
Mengunjungi toko rohani di Buglose.
12
kerendahan hati, tapi lebih sulit untuk menjalankannya. “Untuk menjadi rendah hati selalu berarti memilih tempat terendah dan menanggung fitnah; halhal yang secara alami kita hindari.” Bagaimana kita sendiri mengatasinya? Para peziarah berbagi pengalaman mereka: “Kehidupan komunitas sering masih dipengaruhi oleh latar belakang anggota sehingga menimbulkan perbedaan seperti antara yang muda dan tua, perbedaan dalam tingkat pendidikan dan latar belakang budaya, perbedaan dalam tugas dan kedudukan. Kita harus membangun sikap dan mentalitas atas dasar keutamaan religius yang ditunjukkan Vinsensius a Paulo kepada kita: terutama kesederhanaan dan kerendahan hati.”
Cinta Dekat tempat kelahiran Vinsensius terdapat tempat ziarah dengan patung Santa Perawan Maria dari Buglose. Di masa mudanya Vinsensius mengunjungi tempat ziarah ini dengan keluarganya. Vinsensius melihat Maria bukan sebagai ‘objek devosi’, ia lebih suka melihatnya sebagai ‘teladan hidup’; sehingga ia pernah mengatakan kepada para suster Putri Kasih: “Apa gunanya memberikan sup dan obatobatan kepada orang miskin ketika tindakan tersebut tidak berakar pada cinta? Cinta menjadi pendorong tindakan Santa Perawan Maria dan semua wanita
yang berkehendak baik, yang di bawah bimbingan Bunda Maria dan para rasul melayani orang miskin.” Para frater dan suster dihadapkan dengan sebuah pertanyaan siapa itu Maria? Salah satu frater berkomentar: “Bahkan di saat-saat keraguan atau krisis saya memohon kepada Maria untuk membimbing saya. Pada saat gempa di Nias dan Sibolga kami pergi ke kapel dan biara suster SCMM selamat dari bencana dan dengan cara ini biara ini bisa digunakan untuk waktu yang cukup lama sebagai tempat penampungan bagi para pengungsi.”
Pertanyaan Kami mengunjungi gereja dimana Vinsensius dibaptis pada tahun 1581. Pada tahun 1624 saat mengunjungi keluarga, ia memperbaharui janji baptisnya. Janji-janji baptis itu bagi Vinsensius mengandung jawaban untuk pertanyaan penting: “Apa yang harus dilakukan?” Jawabannya: “Dalam kehidupan kita dan dalam segala hal yang berkaitan dengan kita, kita harus mengikuti kehendak Tuhan. Apa yang Tuhan inginkan secara konkret untuk dilakukan sebagai frater dan suster?” Mengenai pertanyaan ini berbagai jawaban diberikan. “Harus ada komunikasi yang baik di dalam komunitas kita, baik antar anggota dan antara pimpinan dan anggota untuk mengembangkan semangat keterbukaan dan saling memberikan dukungan.” “Kita harus tampak
Para peziarah di basilica Sacré-Coeur di Paris. 13
INTERNASIONAL
Para peziarah di kompleks rumah frater De Vuurhaard, Udenhout, Belanda saat kembali dari Perancis. di dunia; kongregasi harus menunjukkan visi dan karyanya.” “Kita harus memberikan layanan, misalnya dengan membimbing orang-orang muda dan juga ketika kita bekerja dalam konteks sebagai sebuah team.” “Kita harus terbuka untuk karya-karya belas kasih yang baru.” “Tuhan meminta kita bergembira bersama orang miskin.”
Pengorbanan Di Paris kami mengunjungi kapel Bunda Maria Medali Wasiat, juga tempat dimana Louise de Marillac dimakamkan. Louise memilih moto untuk Suster Putri Kasih: “Kasih Kristus yang disalibkan mendorong kita.” Kutipan ini berasal dari Paulus: “Sebab kasih Kristus yang menguasai kami” (2 Kor. 5:14), tetapi dalam versinya Louise menambahkan ‘yang disalibkan’. Mungkin kita sempat berpikir bahwa dia sebenarnya bisa memilih keterangan tambahan yang lebih menyenangkan: ‘yang dibangkitkan’ atau ‘yang penuh belas kasih’. Namun ia menekankan bahwa kasih Yesus dinyatakan di dalam pergumulan dan pengorbanannya. Barangkali di antara kita yang mungkin sedang bergumul dengan tugas tertentu, moto ini bisa sangat menghibur. Misalnya, ketika kita merasa gagal dalam pekerjaan kita, atau menderita karena itu, atau ketika hal-hal tampaknya mustahil. Tetapi ketika kita ingat bahwa kasih Kristus yang disalibkan, akan mendorong kita untuk melakukan pekerjaan itu; kita menemukan kekuatan untuk meneruskannya.
adalah Frédéric Ozanam. Pada tahun 1833, ia bersamasama dengan beberapa orang lain mendirikan sebuah organisasi amal kemudian dikenal sebagai Serikat Vinsensius a Paulo (SSV). Organisasi ini sekarang memiliki sekitar 800.000 anggota di 140 negara. Dunia Frédéric Ozanam merepresentasikan budaya kita saat ini; dunia yang ditandai dengan kerusuhan dan berbagai krisis. Revolusi Perancis menggulingkan keyakinan dan tradisi lama, termasuk tradiri dalam lembaga gereja. Frédéric Ozanam mengupayakan pembaharuan gereja dan menerjemahkan spiritualitas Vinsensius ke dalam tindakan konkret untuk menangani masalah-masalah pada zamannya. Dan bagaimana dengan kita, apa yang bisa kita lakukan?
Melayani
Pembaruan
Vinsensius kadang-kadang ragu bahwa cita-citanya tidak mudah untuk diwujudkan. Dia mengerti dari pengalaman pribadi, bahwa melayani orang miskin bisa sangat sulit. Dibutuhkan usaha untuk melihat Yesus dalam diri pasien yang sekarat atau pecandu, dalam diri penjahat, siswa yang bermasalah, atau orang yang tidak percaya. Di rumah induk CM, tempat St. Vinsensius dimakamkan kami mengunjungi dan menyapanya dan membiarkan dia tahu bahwa peziarahan ini telah menginspirasi kami untuk meneruskan jejaknya, jejak Louise de Marillac, Frédéric Ozanam, dan banyak suster dan frater yang telah mendahului kami. Kami mengambil kata-kata Vinsensius: “Marilah kita mengasihi Allah, saudarasaudariku, dengan kekuatan dan keringat kita.”
Vinsensius a Paulo telah memotivasi banyak orang untuk bekerja bagi kaum miskin dan salah satu contoh
Nathalie Bastiaansen
14
TAHUN HIDUP BAKTI
MISI Pada bulan Juni 2015 tulisan ketiga dari seri ‘Sukacita!’ untuk Tahun Hidup Bakti muncul dengan bahan refleksi bagi frater dan anggota asosiasi Kongregasi. ‘Sukacita Panggilan Kita’ menjadi judul publikasi ini. Inisiatif lain dalam kerangka tahun religius adalah ‘kartu poster spiritualitas’, namun kartu ini hanya terbatas di Belanda.
“Perhatianmu hendaknya tidak tidak berpusat pada diri sendiri melainkan tertuju kepada orang-orang yang mengalami kesendirian karena tidak memiliki apa-apa… Seluruh bumi menanti kita: laki-laki dan perempuan yang putus asa, yang mengalami kesulitan dalam keluarga, anak-anak yang ditinggalkan, orang muda yang tidak mempunyai masa depan, yang lanjut usia, yang sakit dan tidak mendapat perhatian, mereka yang memiliki kekayaan dunia namun menjadi rusak karenanya, pria dan wanita yang mencari makna hidup, dan yang haus akan Tuhan …”
“Apabila kita senantiasa tertuju pada apa yang mengilhami dia, maka kita tetap dikenal sebagai frater. Mgr. Joannes Zwijsen peka akan keadaan konkret manusia zamannya, terutama orang miskin dan yang tak berpengetahuan. Pilu dan iba hati Ia melihat keadaan orang lemah dan yang serba kekurangan untuk berkembang. Ia juga melihat adanya kemiskinan iman pada zamannya.” Dari Konstitusi Frater CMM
Dari surat Paus Fransiskus: “Kepada semua anggota Lembaga Hidup Bakti”, dalam memperingati Tahun Hidup Bakti.
Kartu poster spiritualitas bulan Juni yaitu perumpamaan ‘Orang Samaria yang Baik Hati’ lukisan Vincent van Gogh. Edisi Juni seri ‘Sukacita’ muncul sama dengan dua tulisan sebelumnya yaitu dimulai dengan beberapa kutipan. “Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita” (2 Kor. 9: 7). “Cerialah dan bergembiralah senantiasa, karena Allah menghendaki untuk dilayani dengan hati ceria” (Joannes Zwijsen). “Sukacita yang berbelas kasih menghadirkan suatu rahasia terbaik yang dipelihara secara manusiawi” (Henri Nouwen). “Pada zaman ini orang-orang tentu membutuhkan kata-kata untuk menjadi saksi belas kasih serta kelembutan dari Allah yang menghangatkan hati, menyalakan kembali harapan dan menarik mereka ke jalan yang benar. Sukacita itulah yang membawa penghiburan dari Allah bagi orang lain!” (Paus Fransiskus). “Di mana pun kita berkarya, kita senantiasa Dalam Gereja Katolik universal ‘Tahun Hidup Bakti’ dirayakan dari 29 November 2014 sampai 2 Februari 2016. Paus Fransiskus mengumumkan tahun khusus ini pada tanggal 29 November 2013 dalam pertemuan dengan kaum religius di Roma. Dia menyerukan kepada ordo-ordo dan kongregasikongregasi untuk merefleksikan arti kehadiran mereka bagi Gereja dan masyarakat selama tahun khusus ini. Frater CMM juga mengambil kesempatan untuk merefleksikan panggilan dan misi mereka selama tahun ini.
harus merefleksikan makna yang lebih manusiawi dan adil dari karya kita. Bersama dengan mereka yang kita jumpai, hendaklah kita bertumbuh menuju perkembangan perikemanusiaan yang sepenuhnya, yang dikehendaki Allah” (Konstitusi CMM I, 219-220). Publikasi selanjutnya kutipan-kutipan diambil dari surat edaran Vatikan, Kongregasi Lembaga Hidup Bakti dan Serikat Kerasulan Hidup Religius berkaitan dengan Tahun Hidup Bakti yang berjudul: Bersukacitalah!
Kartu poster Dewan provinsi Frater CMM di Belanda, setiap bulan menyediakan ‘kartu poster spiritualitas’ untuk para frater dan anggota asosiasi sebagai bagian dari Tahun Hidup Bakti; dan yang pertama muncul pada Januari 2015. Setiap kartu memuat kutipan surat apostolik Paus Fransiskus yang ditujukan kepada para religius dalam rangka Tahun Hidup Bakti dan kutipan dari Konstitusi Frater CMM. Kartu memiliki ilustrasi logo resmi untuk Tahun Hidup Bakti dan sebuah gambar yang sesuai dengan kutipan. Edisi Sukacita! muncul dalam bahasa Belanda, Inggris, Indonesia dan Portugis dan bisa ditemukan di bawah ‘berita-berita’ di www. cmmbrothers.org. Peter van Zoest 15
TAHUN HIDUP BAKTI
Rumah rohani nasional di Aparecida.
PERTEMUAN RELIGIUS DI APARECIDA
Kota kecil Aparecida, di dekat kota metropolitan São Paulo telah menjadi salah satu tempat ziarah Maria terbesar di dunia. Orang-orang ingin berdoa kepada Bunda Maria di sana. Ia menjadi santa pelindung Brasil; oleh sebab itu tempat ini menjadi ‘tempat ziarah nasional’. Dalam rangka Tahun Hidup Bakti, Konferensi Kaum Religius Brasil (CRB) menyelenggarakan kongres nasional di kota ini dari tanggal 7 sampai 10 April 2015. CRB adalah organisasi induk yang beranggotakan kurang lebih 33.000 biarawati dan lebih dari 2.000 kaum biarawan. Lebih dari 2.000 anggota berkumpul di gedung kongres di tempat ziarah tersebut. Tujuan dari kongres adalah untuk merefleksikan identitas, mistisisme, dan misi kehidupan religius di dunia saat ini. Suster Maria Inês Ribeiro, presiden CRB, merumuskannya demikian: “Kongres ini ingin menyajikan refleksi mengenai cara kita mengikuti Yesus secara radikal, mengenai misi kita kepada umat Allah, dan mengalami kekuatan dalam kebersamaan melalui perayaan dan berbagi di antara kaum religius.” Ini merupakan kesempatan yang baik untuk melakukan refleksi bersama diantara para uskup, khususnya selama perayaan Ekaristi. Ini sebagai tanggapan terhadap refleksi dan presentasi video oleh Kardinal João Braz de Aviz. Ia adalah prefek Brasil untuk Kongregasi Vatikan untuk Lembaga Hidup Bakti dan Serikat Hidup Apostolik.
Tantangan Banyak kongregasi sudah meninggalkan sekolah dan rumah sakit dan pergi ke pinggiran kota-kota besar atau ke pelosok-pelosok negara. Di sana mereka mendedikasikan diri untuk melakukan pekerjaan pastoral dan meningkatkan kesadaran masyarakat miskin akan martabat mereka. Mereka lebih banyak memberikan perhatian dengan berbagi hidup dan kekayaan dengan orang miskin. Para uskup dari Amerika Selatan telah berkumpul bersama di Medellin (1968), Puebla (1979), Santo Domingo (1992), dan Aparecida (2007). Konferensi mereka sangat berpengaruh kepada teologi pembebasan dan komunitas-komunitas Kristen dalam gereja. Kaum awam dan kaum religius mengambil peran yang lebih besar. Dunia saat ini membawa lebih banyak kesempatan: kita melihat penekanan lebih besar pada perbedaan individu, yang menuntut dialog yang lebih intensif dan terbuka. Dunia konsumerisme menyajikan 16
tantangan besar bagi kaum religius untuk memilih kesederhanaan hidup, untuk menghidupi nilai-nilai yang otentik, dan untuk sungguh-sungguh memilih hidup miskin. Yesus terus menjadi teladan yang baik dalam hal dedikasi radikal untuk Kerajaan Allah, orang miskin, yang menderita, dan yang tersingkir.
Misi Pada penutupan pertemuan para peserta menerima misi khusus: “Tetap bersukacita, ketika saudara bersama Tuhan, ketika saudara melakukan kehendakNya, ketika saudara berbagi iman, harapan, dan kasih Injil-Nya. Saudara telah diserahkan kepada doadoa Maria. Ia akan membantu kita untuk membuat keputusan-keputusan penting secara bebas tanpa rasa takut. Ia membantu kita untuk mengerti logika cinta yang terkandung dalam salib. Melalui doa ia mengajarkan kepada kita untuk tumbuh dan semakin mengalami kesatuan yang lebih erat dengan Tuhan agar hidup kita menjadi saksi yang kaya, berbuah, dan membahagiakan.” Frater Theo Adams Gambar kongres.
SIMBOL
‘JEEPNEY SAYA’ Selama Sidang Umum 2014, semua anggota sidang diminta untuk membawa simbol yang mengungkapkan pandangan mereka tentang masa depan Kongregasi, misi mereka, atau kehidupan religius pribadi mereka. Ini menghasilkan sejumlah cerita yang menarik. ‘Frater CMM’ akan memublikasikan beberapa kisah yang terpilih. Edisi ini menyajikan simbol Frater Rofinus Banunaek, anggota dewan umum Frater CMM.
Simbol yang akan saya presentasikan kepada Anda adalah sebuah Jeepney. Jeepney adalah kendaraan untuk transportasi umum di Philipina. Bepergian menggunakan Jeepney tidaklah mahal. Jeepney bisa mengangkut siapa saja, tanpa diskriminasi: laki-laki dan perempuan, anak-anak dan orang tua, sehat maupun sakit, kaya maupun miskin, mahasiswa maupun pekerja bangunan, orang beragama maupun ateis. Ketika ada hujan atau badai, matahari yang membakar atau ketika jalan tidak rata, para penumpang merasa aman di dalam kendaraan ini. Dan selama berada di dalamnya, para penumpang bisa menikmati lagu yang dinyanyikan oleh sopir atau teman supir. Kelihatannya menyenangkan, bukan? Saya mengabdikan hidup saya untuk Kongregasi Frater CMM. Kongregasi ini adalah ‘Jeepney saya’. Perjalanan dengan ‘Jeepney CMM’ juga berarti bahwa saya bepergian dengan sesama frater, dengan orang lain dan dengan Tuhan. ‘Perjalanan bersama-sama’ dalam spiritualitas Frater CMM berarti bahwa di dalam Kristus dan dengan orang lain kita berada di jalan menuju tujuan yang sama: ‘belas kasih dan persaudaraan’. Dalam perjalanan saya, yang disebut ‘kehidupan’, saya tidak boleh egois atau menghindari orang lain, terutama dalam konteks komunitas saya, tetapi juga di seluruh Kongregasi. Saya harus berpegang pada tujuan yang paling penting dari Jeepney ini: ‘sehingga tidak membuat perbedaan apapun agar semua orang bisa mencapai tujuannya
dengan aman dan bahagia’. Ketika saya tidak melakukan ini, maka cepat atau lambat Jeepney akan kehilangan penumpang. Akibatnya pendapatan tidak akan cukup untuk membeli bahan bakar dan menjaga Jeepney ini tetap bisa melakukan perjalanan dan menyusuri rute masa depan. Di masa lalu telah ada banyak penumpang, saat ini ada penumpang dan di masa depan akan ada penumpang yang akan senang untuk naik ‘Jeepney kita’. Ada saatsaat ketika kita menolak penumpang yang ingin naik. Kita juga kehilangan penumpang selama perjalanan mereka di Jeepney kita. Apakah kita tega meninggalkan mereka di belakang? Apakah kita menggunakan ‘aturan sendiri’ untuk menghakimi dan mengutuk? Saya punya mempunyai mimpi tentang ‘mengubah lingkungan’ dengan cara yang tepat dan bermakna bagi seluruh Kongregasi: di bidang visi, misi, tujuan dan kerasulan. Sidang umum merupakan kesempatan yang baik bagi kita untuk berani membuka pintu, menyusuri jalan-jalan baru dan membawa belas kasih dan persaudaraan kepada dunia. Kita harus memiliki keberanian untuk mengajak orang-orang muda untuk melakukan perjalanan dengan Jeepney kita: untuk bepergian bersama kita, dengan karisma dan spiritualitas kita. Apakah kita berani untuk pergi ke sana? Saya berharap demikian! Frater Rofinus Banunaek 17
BELANDA
OPEN HOUSE DI GENERALAT Sebagai bagian dari kegiatan Tahun Hidup Bakti, maka pada tanggal 14 Juni 2015 diselenggarakan ‘Hari Open House’ ekstra untuk komunitas religius. Di masa lalu ada kesempatan bagi komunitas religius untuk berpartisipasi, seperti pada bulan Maret 2000, Maret 2003, Mei 2006, Juni 2012 dan Mei 2014. Selama hari tersebut, berbagai ordo dan kongregasi membuka pintu komunitas mereka untuk menunjukkan apa yang menginspirasi mereka dan seperti apa kehidupan mereka. ‘Hari Open House’ kali ini didatangi sekitar 9000 pengunjung dan empat puluh lima komunitas ikut berpartisipasi, termasuk komunitas Generalat di Tilburg. Dari jam 2:00 sampai 5:30 sore komunitas generalat, Gasthuisring 54 Tilburg dikunjungi sekitar 140 orang. Presentasi powerpoint, kunjungan ke pameran para frater dan pertemuan pribadi dengan frater-frater merupakan elemen yang paling penting dari Hari Open House ini. Pukul 5.30 sore mereka yang tertarik bisa berpartisipasi dalam ibadah malam. Yang berpartisipasi dalam pelayanan dan dialog pada kesempatan ini tidak hanya frater-frater dari komunitas generalat dan komunitas lain di Belanda, tetapi juga frater-frater dari Kenya dan Indonesia yang sedang mengikuti program pembinaan dan ziarah Vinsensian.
Pintu Generalat terbuka bagi pengunjung. Frater Ben Maijvis menyambut tamu.
Frater-frater dari Kenya, Elijah Osena Agilo (kiri) dan Nicodemus Orang’i Otundo sedang berbicara dengan tamu yang tertarik datang ke Open House di Generalat. Frater Edward Gresnigt sedang memandu para pengunjung di Museum CMM.
18
BELANDA
MENGURAPI ORANG SAKIT Pada hari Selasa 26 Mei 2015 diadakan perayaan Sakramen Pengurapan Orang Sakit di kapel Wisma Lansia Joannes Zwijsen di Tilburg. Lima belas frater, dua anggota asosiasi dan sebelas religius lain dari kongregasi berbeda hadir untuk menerima sakramen. Perayaan ini dipimpin oleh Pastor William Spann OSFS dan Bapak Gabriel Roes, petugas pastoral ‘De Wever’, organisasi perawatan orang jompo di Tilburg yang mengelola pusat perawatan tersebut. Bapak Henk van de Wal, anggota asosiasi Frater CMM menulis kesan berikut. Di masa lalu, Anda hanya bisa menerima sakramen pengurapan orang sakit jika Anda hampir mati: sakramen ini hanya untuk mereka yang dalam bahaya maut. Saat ini sakramen semakin banyak diberikan pada tahap awal kehidupan: sakramen ini lebih menekankan untuk memberikan dukungan kepada orang yang sakit atau orang jompo. Bahkan orangorang yang lebih muda bisa menerimanya! Hal positif bahwa dengan menerima sakramen ini orang semakin sadar betapa pentingnya penerimaan sakramen dalam hidup mereka. Seminggu sebelumnya, selama hari rekoleksi, para frater dan anggota asosiasi dari komunitas Joannes Zwijsen telah disampaikan bahwa akan ada ‘sakramen pemberian dukungan’, demikian sakramen ini sering disebut.
Rentan Orang-orang ini tidak merasa sakit, tapi menyadari bahwa mereka mudah mengalami gangguan, kadangkadang kelelahan dan membawa beban. Dalam perayaan seperti ini mereka merasa didukung oleh
kehadiran orang lain yang juga menerima sakramen, juga dengan kehadiran orang lain ini memberi mereka kekuatan, bahkan di masa-masa sulit.
Dukungan persaudaraan Setelah perayaan, mereka yang hadir saling memberikan selamat karena sudah menerima ‘sakramen pemberian dukungan’, sambil menikmati secangkir kopi dan sepotong kue dalam suasana persaudaraan. Orang jompo dan lemah juga adalah gambaran Allah. Kualitas masyarakat bisa dilihat dari adanya perhatian kepada mereka yang rentan; hal yang sama berlaku dalam Kongregasi. Itu sebabnya komunitas Joannes Zwijsen mengundang semua frater dan anggota asosiasi di Belanda untuk ikut dalam perayaan ini: untuk berpartisipasi dalam Sakramen Pengurapan Orang Sakit atau memberikan dukungan persaudaraan kepada sesama frater dan anggota asosiasi. Henk van de Wal, anggota asosiasi CMM
Dari Katekismus Gereja Katolik: “Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan. Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni” (Yak. 5: 14-15). Sakramen Pengurapan Orang Sakit memiliki tujuan melimpahkan rahmat khusus kepada orang Kristen yang mengalami kesulitan akibat sakit berat atau usia lanjut. Pastor Willem Spann sedang memberikan Sakramen Pengurapan Orang Sakit. 19
BERITA SINGKAT
CMM MASUK DALAM DEWAN KELUARGA VINSENSIAN Pada awal tahun ini diambil keputusan untuk memperluas Komite Eksekutif Keluarga Vinsensian (VFEC) dengan tambahan tiga cabang keluarga. Saat ini komite tetap terdiri dari Pemimpin Umum Kongregasi Misi dan asisten; Pemimpin Umum Putri Kasih dan asisten; Presiden internasional dari AIC dan asisten; dan Presiden Sosietas Internasional St. Vinsensius a Paulo dan asisten. Kongregasi Frater CMM, yang telah aktif terlibat dalam kepemimpinan dan program pembinaan Keluarga Vinsensian sejak
didirikan tahun 2009, diminta untuk membantu di dewan Komite Eksekutif Keluarga Vinsensian. Frater Lawrence Obiko secara pribadi diminta oleh Pastor G. Gregory Gay, CM, Pemimpin Umum Kongregasi Misi (CM) dan ia menerima ajakan tersebut. Frater Lawrence Obiko telah memilih Frater Broer Huitema sebagai asisten untuk bersamanya membantu di VFEC. Pertemuan pertama dari VFEC akan berlangsung di Roma, di bulan Januari 2016.
PERINGATAN SEPULUH TAHUN MENINGGALNYA FRATER ANTHONY KONING Peringatan sepuluh tahun meninggalnya Frater Anthony Koning dilaksanakan dua kali pada tahun ini di Kenya. Frater Anthony meninggal sepuluh tahun yang lalu pada tanggal 28 April 2005, akibat kecelakaan mobil yang terjadi ketika ia sedang dalam perjalanan ke Nairobi untuk menghadiri profesi perdana frater di Sigona, Nairobi. Pada tanggal 25 April 2015 diadakan perayaan Ekaristi di Mosocho untuk memperingati tiga frater misionaris yang dimakamkan di Kenya: Frater Amator van Hugten, Martin Peters dan Anthony Koning. Frater-frater dari komunitas Mosocho, Oyugis dan Sikri mengundang beberapa tamu untuk ikut dalam acara peringatan ini, dan sesudah Misa mereka mengunjungi makam Frater Anthony. Pemimpin Provinsi Frater James Ochwangi memberikan sambutan singkat yang menyentuh, berdasarkan pengalaman pribadi dan pelajaranpelajaran yang diperolehnya dari almarhum Frater Anthony. Sesudah itu ia mengajak semua yang hadir untuk makan malam di rumah frater; juga hadir rekan-rekan komunitas dan para staf Sekolah Dasar Vinsensius a Paulo, Mosocho. Pada hari Selasa pagi, 28 April, sekelompok kecil anggota staf Proyek Terpadu Oyugis (OIP) pergi ke kuburan frater di Mosocho. Frater Anthony Koning merupakan daya penggerak di belakang proyek ini yang didirikan untuk mencegah hiv/aids dan untuk mendukung para penderita hiv/aids. Mereka menyanyikan beberapa lagu dan memanjatkan doa di tempat ini. Pada sore hari, mantan Pemimpin 20
Provinsi Frater Andrea Sifuna memberikan presentasi kepada staf OIP mengenai warisan Frater Anthony. Dia berbicara tentang tiga ‘Cinta’ besar Anthony: cintanya untuk sekolah dan olahraga, cintanya untuk Shirikisho dan pembinaan frater-frater Afrika, dan cintanya untuk OIP. Tentang proyek terakhir ini dia pernah berkata: “Saya masih berkeyakinan bahwa, setelah mengajar sekian lama di sebuah sekolah menengah, dan setelah menjalankan fungsi kepemimpinan dalam berbagai organisasi dan kongregasi Frater CMM, OIP adalah yang terbaik yang pernah terjadi bagi saya. Berkarya untuk orang yang sedang sekarat dan orang-orang terpinggirkan secara langsung merupakan sebuah tantangan, yang diberikan kepada saya oleh Allah, yang karenanya saya sangat berterima kasih.” Frater Anthony Koning di Shirikisho, Oyugis.
BERITA SINGKAT
FRATER-FRATER DI TIMOR LESTE MERAYAKAN ULANG TAHUN KONGREGASI Pada tanggal 25 Agustus 2015 frater-frater Regio Timor Leste merayakan peringatan 171 tahun berdirinya Kongregasi. Perayaan Ekaristi berlangsung di kapel komunitas Dili, yang dipimpin oleh Pastor Fransiskan, Hermenegildo Dato. Para suster SCMM, anggota Duta Persaudaraan Seluas Dunia dan siswa-siswa ikut hadir dalam perayaan ini. Dalam sambutannya Frater Silvino Freitas Belo, sebagai pemimpin regio CMM Timor Leste, mengatakan bahwa usia Kongregasi jika dibandingkan dengan usia seseorang memang sudah ‘tua’, namun bahwa para frater tetap memancarkan semangat dan vitalitas sebagai saksi Kristus; dan ia juga mengajak para Duta Persaudaraan untuk mendukung kegiatan komunitas CMM Timor Leste. Puncak dari acara ini yaitu makan malam bersama dan beberapa pertunjukan musik yang dipersembahkan oleh para anggota Duta Persaudaraan dan para frater. Foto perayaan Ekaristi di Dili.
PERTEMUAN PARA PEMIMPIN UMUM DI ROMA Bersama 115 Pemimpin Umum dari berbagai ordo dan kongregasi, Pemimpin Umum Frater Lawrence Obiko ikut dalam pertemuan dua tahunan, Unio Pemimpin Umum (USG). Pertemuan ini bertema ‘Diutus Membawa Sukacita’, misi Hidup Bakti dalam Gereja dari Paus Fransiskus yang diselenggarakan di ‘Selesianum’, Roma dari tanggal 27 sampai 29 Mei 2015. Melalui presentasi, sharing kelompok dan diskusi menurut kelompok bahasa, para peserta berusaha memberikan jawaban atas tantangan dari Paus Fransiskus ketika ia menetapkan ‘Tahun Hidup Bakti’. Pada hari pertama pertemuan tersebut sebuah makalah disampaikan oleh Pastor Bruno Secondin, O’Carm. Presentasinya berjudul: ‘Cinta
yang Aktif untuk Menjalani Horizon Baru: Bahasa, Gaya dan Rencana-rencana Paus Fransiskus untuk Gereja’. Ia menggambarkan arah utama misi Gereja melalui bahasa, gaya, rencana dan pesanpesan Paus Fransiskus. Pastor Dominikan Bruno Cadoré menunjukkan apa arti Paus Fransiskus bagi hidup bakti. Sebuah suasana persaudaraan terlihat melalui diskusi kelompok dan para peserta mengeksplorasi bagaimana kehidupan mereka sebagai religius telah dipengaruhi oleh Paus ini, yang juga seorang religius. Pada hari terakhir pertemuan ini, Kardinal João Braz de Aviz, Prefek Kongregasi untuk Lembaga Hidup Bakti dan Serikat Hidup Apostolik untuk Kaum Religius dan Uskup Agung José Rodríguez Carballo, OFM, selaku Sekretaris, menjawab pertanyaan-pertanyaan khusus terkait perkembangan berhubungan dengan sejumlah dokumen. Untuk Sinode Keluarga mendatang seorang bruder/frater akan dipilih untuk berpartisipasi dengan hak untuk memilih. Ini adalah yang pertama dalam sejarah sinode Gereja. Frater Lawrence Obiko (kelima dari kiri) dalam sebuah diskusi.
21
IN MEMORIAM
SERAH TERIMA PEMIMPIN REGIO NAMIBIA Frater Benyamin Tunggu dan Niek Hanckmann, anggota Dewan Umum Frater CMM mengadakan kunjungan kanonik bersama frater-frater di Namibia dari tanggal 30 April sampai 15 Mei 2015. Atas nama Pemimpin Umum (Frater Lawrence Obiko), Frater Benyamin Tunggu melakukan acara serah terima dari Frater Hermenegildus Beris kepada Frater Athanasius Onyoni sebagai pemimpin regio Namibia yang baru. Upacara berlangsung di kapel Windhoek-Jan Jonker Road pada tanggal 2 Mei 2015. Kedua anggota Dewan Umum menyampaikan terima kasih yang tulus kepada Pemimpin Regio lama, Frater Hermenegildus Beris untuk waktu ekstranya melayani regio tersebut, saat menunggu Frater Athanasius mengurus surat-surat izin tinggal dan kerja di kedutaan Namibia di Kenya.
WEBSITE BARU DI RETIRO VICENTE DE PAULO Belakangan ini pusat retret dan refleksi Retiro Vicente de Paulo (RVP) menerima sebuah website baru. RVP adalah pusat spiritualitas holistik di Igarapé, Brasil. Tempat ini dirancang, didirikan dan dikelola oleh Kongregasi regio Brasil. Sesuai dengan rancangannya, patung-patung dan program-program di tempat ini memancarkan karisma dan warisan spiritualitas Frater CMM: persaudaraan dan belas kasih. Website yang baru memberikan informasi tentang pusat retret ini, program, peristiwa dan berita. Silakan kunjungi: www.retirovicentedepaulo.com.br.
Halaman depan website.
FRATER
Jan (J.A.M.) Smits Ia lahir di Tilburg pada tanggal 15 September 1925 dan masuk Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda yang Berbelas Kasih di Tilburg pada tanggal 29 Agustus 1942. Ia mengucapkan profesi seumur hidup pada tanggal 15 Agustus 1947. Ia meninggal pada tanggal 1 Agustus 2015 di komunitas Joannes Zwijsen, Tilburg dan dimakamkan pemakaman frater di perkebunan Steenwijk di Vught, Belanda. Frater Jan Smits lahir di Lange Nieuwstraat di Tilburg, dekat rumah induk Frater. Dia masuk sekolah dasar di Stokestraat, sebuah sekolah yang dikelola oleh para frater. Suasana pergaulan sekolah ini dan lingkungan Katolik di rumah turut memengaruhi pilihan Jan untuk hidup sebagai religius. Setelah memperoleh kualifikasi mengajar, ia mengajar di beberapa sekolah dasar dan menengah di Belanda dan sejak tahun 1966 ia mulai berkarya di Curaçao. Tugas sebagai bendahara, anggota dewan dan pemimpin setempat dipercayakan kepadanya. Kapitel Umum tahun 1984 Frater Jan terpilih sebagai anggota Dewan Umum baru. Selama dua periode dewan (1984-1996), bersama dengan anggota dewan yang lain, ia ikut menentukan arah Kongregasi. Setelah masa jabatannya di dewan umum ia menjadi wakil pemimpin provinsi selama enam tahun di Belanda. Pada tahun 1999 ia pindah ke komunitas Joannes Zwijsen, di mana ia kembali diminta untuk menjadi anggota dewan. Frater Jan selalu menekankan nilai hubungan kekeluargaan yang baik. Kunjungan rutin kepada para suster dan frater merupakan ungkapan solidaritasnya kepada mereka. Perlahan awan kegelapan meliputi hidupnya; lebih cepat dari yang diharapkan Frater Jan beralih dari kegelapan menuju Terang, yang dengan tulus ia percaya. Kita sekarang mempercayakan dia kepada Terang, di mana kasih Allah berkuasa.
22
‘RAHMATNYA AMAT DEKAT’ (DARI KONSTITUSI FRATER CMM)
TAK SEORANG PUN PERNAH MELIHAT ALLAH Pada tahun 1956 saya mengucapkan profesi seumur hidup. Sudah menjadi tradisi untuk memilih sebuah kartu doa sebagai kenang-kenangan. Ada berbagai gambar kudus yang indah bisa ditemukan di lingkungan kita. Masing-masing memilih sebuah teks yang sesuai dengan gambar pilihannya. Frater Vincenzo de Kok mengambil gambar Maria untuk saya. Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan dengan gambar itu. Bagi saya gambar itu agak terlalu cantik dan mungkin terlalu kudus juga. Saya masih belum tahu, bahkan hari ini, mengapa saya memilih teks dari Hadewijch: God si u God ende ghi hem minne Biarkan Tuhan menjadi Tuhan dalam hidupmu dan kamu: mengasihi Dia. Kata-kata ini menemani saya sepanjang hidup. Dalam semua tahap kehidupan yang saya lalui, kadangkadang kata-kata ini menjadi tantangan, atau sau kapal yang membantu saya bertahan, atau kekhawatiran, sesuatu yang menakjubkan bahwa saya berada di jalur yang benar, atau bahkan suatu kekosongan yang menyiksa dari ketidaktahuan. Cukup sering saya mendapatkan pertanyaan: Anda masih percaya semua itu? Tampaknya merupakan hal umum untuk tidak mengetahui apa yang harus dilakukan dengan semua itu dan merengkuh kembali perasaan yang dulunya pernah ada. Dari pengalaman saya sendiri saya mengerti pertanyaan-pertanyaan itu. Ini pengalaman hanya mengetahui apa yang bukan berasal dari Dia dan menyadari bahwa penalaran intelektual tidak akan memberi jawaban akhir. Sering saya memberikan jawaban yang jujur dan ternyata membawa ketenangan: Saya juga tidak tahu, tapi saya tahu bahwa Allah adalah kasih, cinta penuh belas kasih. Dan lagi: ‘tidak ada yang pernah melihat Allah’. Maurice Bellet menulis sebuah buku kecil yang tajam dan berani dengan judul: ‘Dieu, personne ne l’a jamais vu’. Lewat bukunya ini membantu banyak orang yang bergumul dengan Allah dan orang-orang
yang mengabaikan-Nya karena kekosongan atau ketidaktahuan. “Tidak ada seorang pun yang pernah melihat Allah,” tulis Yohanes penginjil. Tetapi ia melanjutkan: “Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita.” “Ende ghi hem minne”, tulis Hadewijch. Hal ini menjadi penghibur ketika saya khawatir, ragu, kecewa, dan tidak tahu apa arti semua itu: kasihilah satu sama lain maka Allah tetap di dalam kita. Betapa besar tantangannya ketika kita menyadari bahwa yang lain juga ‘membawa kebenaran dalam dirinya’. Karena, seperti kata Maurice Bellet: “Jika Allah ada, Dia adalah titik terang di dalam setiap manusia yang menggantikan setiap penalaran logis dan setiap bentuk kebodohan, yang tidak akan dapat menghancurkannya. Mungkin ‘percaya pada Tuhan’ artinya adalah ini: percaya bahwa titik terang ini ada dalam setiap orang.” Maurice Bellet mengatakan sesuatu yang membingungkan pada kesimpulan refleksinya. Saya sendiri merasa takut dan malu dari semua ini berkaitan dengan sesuatu yang sangat pribadi, sesuatu yang tidak muda untuk dibicarakan. Barangkali beberapa pembaca pernah mengalami hal yang sama dan memungkinkan mereka untuk terus mengikuti jalan cinta, bahkan masih sering dibaluti awan ketidaktahuan. Frater Wim Verschuren
23
SETIAP FRATER MEWUJUDKAN RELASI PRIBADI DENGAN KRISTUS DENGAN CARANYA SENDIRI, SESUAI DENGAN TAHAP PERKEMBANGAN DAN KEADAAN PRIBADINYA. (dari Konstitusi Frater CMM)
Majalah Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda yang Berbelas Kasih