DAFTAR ISI Halaman Judul.....................................................................................................i Abstrak
…...................................................................................................ii
Abstract...............................................................................................................iii Daftar Isi............................................................................................................vii
Halaman BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang................................................................................................1 I.2. Perumusan Masalah........................................................................................7 I.3. Pembatasan Masalah.......................................................................................7 I.4. Tujuan Penelitian............................................................................................7 I.5. Manfaat Penelitian..........................................................................................8 I.6. Kerangka Teori...............................................................................................8 I. 6.1. Teori Partai Politik .........................................................................8 I. 6.2. Teori Komunikasi..........................................................................19 I. 6.3. Teori Propaganda..........................................................................30 I. 6.3. Teori Strategi.................................................................................35 I.7. Metodologi Penelitian...................................................................................37 I. 7.1. Jenis Penelitian..............................................................................38 I. 7.2. Teknik Pengumpulan Data............................................................38 I. 7.3. Teknik Analisis Data.....................................................................39 I.8. Sistematika Penulisan....................................................................................39
7
Universitas Sumatera Utara
BAB II PROFIL METRO TV DAN JOKOWI-JK II.1. Profil Metro Tv............................................................................................41 II.2. Profil Joko Widodo dan Jusuf Kalla............................................................50 II.3. Pencalonan Joko Widodo-Jusuf Kalla.........................................................66 BAB III ANALISA PERANAN METRO TV DALAM PEMENANGAN JOKOWI-JK DI PILPRES INDONESIA TAHUN 2014. III.1 Agenda Setting............................................................................................74 III.2. Sarana Iklan Politik....................................................................................79 III.3.Distribusi Informasi.....................................................................................77 III.4.Menggiring Opini Publik............................................................................88 III.5. Analisa Signifikansi Teori.........................................................................92
BAB IV KESIMPULAN IV.I. Kesimpulan.................................................................................................95 IV.2. Saran..........................................................................................................96 Daftar Pustaka.....................................................................................................98
8
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN
A. Pendahuluan Reformasi 1998 telah membawa Indonesia dalam sebuah masa pencerahan dunia Pers. Kehadiran Media saat ini dianggap sudah mampu mengisi kekosongan ruang publik yang menjadi celah antara penguasa dan rakyat. Perubahan yang luar biasa dalam mengekspresikan kebebasan dirasakan dalam kehidupan pers di era reformasi. Fenomena itu ditandai dengan munculnya media-media baru, baik media-media cetak maupun elektronik. Keberanian pers dalam mengkritik Kebijakan pemerintah juga menjadi ciri baru demokrasi Indonesia. Sejak pertama sekali diperkenalkannya pemahaman bahwa demokrasi adalah pemerintahan oleh rakyat, perdebatan mengenai makna dan lingkup demokrasi hampir tidak pernah berhenti, terutama kaitannya dengan masalah diperintah : “rakyat dalam pemerintahan”. 1 Media merupakan pilar kekeempat dalam demokrasi setelah eksekutif, legislatif dan yudikatif. Melalui media pers berbagai peristiwa yang dilaporkan bisa membentuk dan menyuarakan opini publik. Di negara-negara dengan sistem demokrasi yang telah mapan, fungsi tersebut bisa berjalan relatif baik sementara itu negara yang berada dalam transisi demokrasi, peran ideal pers tersebut belum sepenuhnya berjalan. Bahkan pers yang bebas sering dianggap sebagai problem ketimbang solusi. Media sering dinilai sebagai penyebar kabar angin, melebihlebihkan masalah, sensasional dan mengobarkan kontroversi, dan berita pers dianggap tidak kondusif untuk menunjang proses transisi demokrasi yang sedang berlangsung di Indonesia.
1
Robert Dahl, 1992, Demokrasi dan Para Pengkritiknya, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, Hal.57.
9
Universitas Sumatera Utara
Kebebasan pers menjadi salah satu tolak ukur kualitas demokrasi di sebuah negara. Dalam iklim kebebasan pers, dapat dikatakan bahwa pers mempunyai peran lebih kuat dari ketiga pilar demokrasi lain yang berpotensi melakukan abuse of power. Demokrasi akan berkembang dengan baik jika pers juga berkembang dengan baik, melaksanakan secara utuh tugas dan fungsinya yaitu menyampaikan informasi kepada publik agar publik dapat mengambil keputusan dengan baik, serta sebagai verifikator dalam peredaran informasi yang berjalan di masyarakat. 2 Dunia politik ditandai dengan keterlibatan media dalam hiruk pikuk politik. Media dalam hal ini diartikan secara luas yaitu segala sarana yang terkait dengan penyampaian pesan, baik yang bersifat rill maupun simbolik dari institusi politik kepada masyarakat yang lebih luas. Media dalam hal ini dapat berupa Tv, radio, majalah, dan koran. Digunakan media massa sebagai instrumen untuk mengkomunikasikan ide, pesan dan program kerja politik adalah karena kenyataan bahwa media dapat dipakai untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat luas dengan biaya yang realatif murah. 3 Keefektifan media massa dalam menyampaikan pesan politik telah menjadikan media sebagai medan pertempuran politik. Dengan dicanangkan deklarasi bahwa abad ini adalah abad informasi membuat siapaun yang memiliki akses kepada media massa memiliki kemampuan untuk mengarahkan dan membentuk opini publik sesuai dengan yang diharapkan. Perang media merupakan sebuah keniscayaan dengan adanya kemajuan teknologi, konsekuensi logis dunia politik tidak dapat dipisahkan dari dunia media massa. Persainganpun muncul untuk mencari aliansi dengan suatu media massa guna menjamin lancarnya pesan politik yang ingin disampaikan. 4
2 Diane Revith dan Abigail Thernstrom, 2008, Demokrasi Klasik dan Modern, Jakarta : Yaysan Obor Indonesia, Hal. 89. 3 Firmanzah, 2008, Mengelola Partai Politik, Komunikasi dan Positioning ideologi politik di era Demokrasi, Jakarta : yayasan Obor, Hal. 28. 4 Ibid,Hal.28.
10
Universitas Sumatera Utara
Penggunaan dalam media massa dalam komunikasi politik, sangat sesuai dengan upaya membentuk citra diri calon dan citra diri partai politik untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat umum. Komunikasi massa dengan ciri dasar yang bersifat umum, terbuka dan aktual. Pesan komunikasi massa bersifat aktual yaitu terjadi dari segi waktu, terjadi dari segi substansi. Itulah yang menyebabkan bahwa komunikasi massa sangat erat kaitan politik dan komunikasi politik.5 Kemampuan media untuk membentuk opini publik membuat media memiliki kekuasaan politik. Media memiliki kekuasaan untuk membawa pesan politik dan membentuk opini publik. Kemampuan ini dijadikan sebagai sumber bagi media untuk proses tawar menawar dalam institusi politik. Arti penting media massa dalam menyampaikan pesan politik kepada masyarakat menempatkannya sebagai sesuatu yang penting dalam interaksi politik. Partai politik membutuhkan media yang memfasilitasi komunikasi politik dengan kemampuannya untuk menebarkan informasi secara luas. Apalagi tujuan utamanya dari komunikasi pesan, program kerja partai, pencitraan, membentuk opini publik, semakin besar massa yang bisa disentuh oleh media massa semakin strategis media massa tersebut. Partai politik jelas sangat membutuhkan media massa, melalui merekalah pesan politik akan disalurkan secara implisit, hal ini menganjurkan bahwa partai politik sebaiknya membangun hubungan panjang dengan media massa karena antara keduanya memiliki saling ketergantungan dan menguntungkan. Media massa membutuhkan informasi dan sumber-sumber dana sementara partai politik membutuhkan media yang membantu mereka dalam menyampaikan pesan politik. 6
5 6
Ardial, 2010, Komunikasi Politik, Jakarta : PT Indeks, Hal.162. Firmanzah., Op.,Cit.,Hal.32-33.
11
Universitas Sumatera Utara
Pemilihan Presiden (Pilpres) tahun 2014 telah selesai dimana kontestan politik yang bertarung di Pilpres 2014 sebanyak 2 calon yaitu pasangan calon Prabowo-Hatta dan pasangan Calon Jokowi-JK. Pertarungan media kemudian turut dalam pembentukan opini publik yang identik dengan kebebasa dan keterbukaan dalam mengungkapkan ide-ide di pemilihan presiden yang lalu. Kedua Pasangan Calon presiden baik itu Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK menggunakan media sebagai alat kampanyenya dalam mempengaruhi pemilih dan membentuk opini publik. Jokowi-JK kemudian keluar sebagai pemenang pemilihan Presiden 2014 yang lalu dengan total perolehan suara sebesar 70.997.833 atau 53,15 %, unggul dari pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dengan perolehan suara 62.576.444 atau 46,85 %. 7 Pada saat kampanye Pilpres 2014 yang lalu pemberitaan media terkait dengan Pilpres 2014 semakin marak digunakan sebagai upaya penggiring opini masyarakat menuju pencitraan yang diinginkan. Dimana Jumlah iklan JokowiJK dalam sehari di Metro Tv berjumlah 30-35 kali yang mana bahan untuk iklan di Metro Tv diperoleh langsung oleh Tim Sukses Jokowi-JK, kemudian Koordinator Divisi Penelitian Remotivi, Muhamad Heycahel mengatakan : “Ada peningkatan jumlah berita capres-cawapres Prabowo SubiantoHatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla pada stasiun televisi di Indonesia. Frekuensi berita Prabowo meningkat pada Grup Viva dan Grup MNC, sedangkan Jokowi condong diberitakan oleh Metro TV, Ekskalasi politik dua kubu capres mengemuka di layar kaca. Jumlah berita politik meningkat hingga enam kali lipat”. 8 Pada pilpres 2014 yang lalu Pasangan Prabowo-Hatta didukung oleh Partai Gerindra, Golkar, PAN, PKS, PPP dan PBB sementara Pasangan JokowiJK didukung oleh PDI Perjuangan, Nasdem, PKB, Hanura dan PKPI. Masing7
http://data.kpu.go.id/index.php dilihat tanggal 25 oktober 2014 pukul 15.45 Wib. Berita Harian Kompas Jumat 4 Juli 2014 pukul 15:19 wib http://nasional.kompas.com/read/2014/07/04/15194491/Riset.Remotivi.Berita.Positif.para.Capres.Meningk at.6.Kali.Lipat.di.Televisi yang diunduh tanggal 16 Oktober 2014 8
12
Universitas Sumatera Utara
masing dari pasangan calon tersebut baik Prabowo-Hatta maupun Jokowi-JK didukung oleh partai politik yang memiliki afiliasi media-media tertentu dimana Grup Viva dimiliki oleh Aburizal Bakrie yang merupakan Ketua Umum Partai Golkar dan Grup MNC dimiliki oleh Harry Tanoesoedibjo yang juga telah mendeklarasikan dukungannya terhadap pasangan Prabowo-Hatta di Pemilihan Presiden yang lalu. Sementara itu Pasangan Jokowi-JK didukung oleh Surya Paloh yang merupakan Ketua Umum Partai Nasdem sekaligus pemilik Grup Media Indonesia dan Metro Tv. Ketidakseimbangan dalam pemberitaan dalam Pilpres 2014 yang lalu memang benar-benar tidak bisa dihindari dimana porsi pemberitaan positif Prabowo-Hatta di TV One sebesar 96%. sementara pemberitaan positif Jokowi-JK hanya 4%. Pada stasiun RCTI pemberitaan Prabowo-Hatta 100% positif, sementara Jokowi 100% berita negatif. Fakta sebaliknya, pada Metro TV berita positif Jokowi-JK mencapai 96%, sedangkan Prabowo diberitakan secara negatif 100%. 9 Ketika Jokowi-JK dilantik pada 20 oktober yang lalu dimana acara pelantikan yang dimulai sejak pukul 10.00 wib pagi, kemudian dilanjutkan acara kirab Budaya Jokowi-JK ratingnya 1,2 dengan share 6,5. Media televisi pada saat ini telah menjadi partisan dalam pemilu dimana televisi menjadi saluran kampanye yang efektif karena dapat menjangkau seluruh kalangan sasaran kampanye. Televisi yang juga berperan sebagai media yang berpengaruh besar dalam pembentukan opini publik juga sudah mendominasi ranah politik (dominasi media). Terjunnya beberapa nama
pemilik stasiun
televisi telah mempengaruhi pemberitaan, tayangan-tayangan televisi dari debat presiden, berita, talk show, sampai iklan politik telah memberi masyarakat akses yang luas terhadap informasi politik. Bentuk-bentuk kampanye langsung telah berganti menjadi kampanye melalui televisi dan media massa. 9
Hasil penelitian Divisi Penelitian Remotiv yang di publikasikan kompas 5 Juli 2014
13
Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini akan membahas mengenai bagimana peranan Media dalam pemenangan Jokowi-JK di pemilihan presiden 2014 yang lalu dimana peneliti akan memfokuskan pada bagaimana peranan Metro Tv dalam pemenangan Jokowi-JK di pemilihan Presiden yang lalu. Acara Metro tv paling banyak menampilkan hal-hal posistif tentang Jokowi-JK adalah talk show dan berita seperti Mata Najwa, 8 Eleven Show, Metro Hari Ini, Suara Anda dan Sudut Pandang. Tampilnya Jokowi pada acara tersebut adalah iklan gratis dalam mengkampanyekan program-program kegiatannya. Talk Show dan berita tersebut menjadi tontonan menarik, terutama pada saat kampanye Pilpres 2014 yang lalu. Metro Tv merupakan salah satu televisi nasional yang berdiri sejak 25 Oktober 1999 di bawah naungan PT. Media Televisi Indonesia. Perusahaan ini merupakan salah satu anak perusahaan yang berada di bawah naungan Media Group yang merupakan salah satu perusahaan terkemuka di Indonesia. Media Group sendiri dipimpin oleh Surya Paloh yang menjabat sebagai CEO yang telah mempunyai berbagai pengalaman dalam industri media lokal dan merupakan penerbit surat kabar terbesar ketiga secara nasional di Indonesia. Sejak berdirinya perusahaan ini hanya mempekerjakan 280 orang karyawan yang hingga sekarang telah mampu mencapai 1200 orang karyawan yang ditugaskan dalam pemberitaan dan produksi. Metro TV sendiri mulai mengudara pada tanggal 25 November 2000 untuk pertama kalinya dengan serangkaian uji coba siaran dalam 7 kota. Pada awalnya Metro TV hanya ditayangkan dalam waktu 11 jam tiap harinya. Namun sejak tanggal 1 April 2001 Metro TV mulai menayangkan program-program andalan-nya sepanjang 24 jam non stop. Dengan kerja keras tim yang profesional dan berpengalaman serta didukung oleh fasilitas dan infrastruktur yang memadai, Metro TV telah berkembang menjadi salah satu televisi terpadu di Indonesia di
14
Universitas Sumatera Utara
tengah persaingan stasiun televisi swasta lain yang semakin kuat yang saat ini di dominasi pemberitaan yang bersifat informasi. 10 Metro Tv merupakan media televisi nasional pendukung utama dan terbesar Jokowi-JK di Pemilihan Presiden 2014 yang lalu, Metro Tv dalam pemilihan Presiden yang lalu telah menjadi partisan yang aktif dalam pemenangan Jokowi-JK, dengan alasan dari latar belakang inilah yang akhirnya membuat penulis tertarik meneliti tentang Peranan Media dalam pemenangan Jokowi-JK dengan studi kasus Peranan Metro Tv dalam pemenangan Jokowi-JK di pemilihan Presiden 2014. B. Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian saya ini adalah “Bagaimana peranan Metro Tv dalam pemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla dalam Pemilihan Presiden tahun 2014 ?”. C. Pembatasan Masalah Dalam upaya memfokuskan permasalahan dalam penelitian ini, akan lebih baik jika dibuat pembatasan masalah. 1. Penelitian
ini
hanya
mengkaji
tentang
bagaimana
strategi
pemberitaan Metro Tv terhadap Jokowi-JK di Pilpres Indonesia tahun 2014. 2. Penelitian ini hanya mengkaji tentang peranan Metro Tv dalam pemenangan Jokowi-JK di Pilpres Indonesia tahun 2014. D. Tujuan Penelitian Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Memahami bagaimana strategi pemberitaan Metro Tv terhadap JokowiJK pada saat kampanye pemilihan Presiden Indonesia tahun 2014. 10
http://profil.merdeka.com/indonesia/m/metrotv/ diunduh pada tanggal 16 Oktober 2014 pukul 22.00 wib.
15
Universitas Sumatera Utara
2. Memahami dan menganalisa pengaruh bagaimana peranan Metro Tv dalam pemenangan Jokowi-JK di Pilpres Indonesia tahun 2014. E. Mamfaat Penelitian 1. Secara teoritis, penelitian ini merupakan kajian ilmu politik yang diharapkan mampu memberikan kontribusi pemikiran mengenai Partai Politik, Komunikasi politik dan media yang dapat memberi solusi atas permasalahan bangsa. 2. Secara lembaga hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi atau sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah khazanah
ilmu
pengetahuan
dalam
Ilmu
Politik,
dan
menjadi
referensi/kepustakaan bagi Departemen Ilmu Politik Fisip USU. 3. Secara kemasyarakatan penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi kehidupan bermasyarakat, khususnya mampu menjadi salah satu literatur dalam menganalisis bagaimana media dan komunikasi massa di Indonesia. F. Kerangka Teori F.1. Teori Partai Politik F.1.1. Teori Partai Politik Partai politik adalah organisasi yang beroperasi dalam sistem politik. Dan partai politik juga dianggap sebagai perwujudan atau lambang dari negara modern. Maka tak heran bila hampir semua negara demokrasi maupun negara komunis, negara maju maupun negara berkembang memiliki partai politik. Partai Politik dilihat sebagai sebuah “autonomous Groups that make nominations and contest elections in the hope of eventually gaining and exercise control the personnel and policies of goverment” (Kelompok Otonom yang membuat nominasi dan pemilihan umum dengan harapan mendapatkan dan menjalankan kontrol individu dan kebijakan pemerintah) dalam konteks ini, mereka melihat bahwa tujuan utama dibentuknya partai politik adalah mendapatkan kekuasaan dan melakukan kontrol terhadap orang-orang yang
16
Universitas Sumatera Utara
duduk dalam pemerintahan sekaligus kebijakannya, partai politik sangat terkait dengan kekuasaannya untuk membentuk dan mengontrol kebijakan publik. Selain itu, partai politik juga diharapkan untuk independen dari pengaruh pemerintah . hal in i tentunya menyiratkan tujuan agar partai politik bisa mengkritisi setiap kebijakan dan tidak tergantung pada pemerintah yang dikritisi.11 La Palombara dan Weiner (1966) mengidentifikasi empat karakteristik dasar yang menjadi ciri khas organisasi yang dikategorikan sebagai partai politik. Kriteria mereka sangat populer dewasa ini untuk melakukan studi komparatis politis keempat karakteristik dasar partai politik adalah sebagai berikut : 1. Organisasi jangka panjang. Organisasi partai poltik harus bersifat jangka panjang, diharapkan terus hadir meskipun pendirinya sudah tidak ada lagi. Partai politik bukan sekedar gabungan dari para pendukung yang setia mendukung dengan kharismatik. Partai politik hanya akan berfungsi dengan baik sebagai organisasi ketika ada sistem dan prosedur yang mengatur aktivitas organisasi dan ada mekanisme suksesi yang menjamin keberlangsungan partai politik untuk waktu yang lama. 2. Struktur Organisasi . Partai politik hanya akan dapat menjalankan funsi politiknya apabila didukung oleh struktur organiasasi , mulai dari tingkat lokal sampai nasional dan ada pola interaksi yang teratur diantara keduanya. Partai politik kemudian dilihat sebagai sebuah organisasi yang meliputi suatu wilayah teritorial serta dikelola secara prosedural dan sistematis. Struktur organisasi partai politik yangs sistematis dapat menjamin aliran informasi dari bawah keatas maupun dari atas kebawah, sehingga nantinya akan meningkatkan efisensi serta efektifitas fungsi kontrol dan koordinasi. 3. Tujuan Berkuasa, Partai politik didirikan untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan , baik dilevel lokal maupun nasional. Siapa yang memimpin negara, profinsi atau kabupaten. Pertanyaan-pertanyaan
11
Ibid.,Hal.85.
17
Universitas Sumatera Utara
inilah yang melatar belakangi lahirnya partai politik. Ini pula yang membedakan antara partai politik dengan bentuk kelompok kepentingan dan grup yang terdapat dalam masyarakat seperti perserikatan,asosiasi dan ikatan. 4.
Dukungan publik luas adalah cara untuk mendapatkan kekuasaan. Partai politik perlu mendapatkan dukungan luas dari masyarakat. Dukungan inilah yang menjadi sumber legitimasi untuk b erkuasa. Karakteristik ini menunjukan bahwa partai politik harus mampu diterima oleh mayoritas masyarakat dan sanggup memobilisasi sebanyak mungkin elemen masyarakat. Semakin besar dukungan publik yang didapatkan partai politik, semakin besar juga legitimasi yang diperolehnya. 12
Sebuah definisi klasik mengenai partai politik diajukan Edmund Burke pada tahun 1839 dalam tulisannya: Thuoughts on the Cause of the Present Disconents. Burke menyatakan bahwa, party is a body of men united, for promoting by their joint endeavors the national interest, upon some particular principle upon which they are all agreed. (partai politik adalah lembaga yang terdiri atas orang-orang yang bersatu, untuk mempromosikan kepentingan nasional bersama-sama, berdasar pada prinsip-prinsip dan hal-hal yang mereka setujui) 13 Selain Burke, Carl Friedrich mengajukan pengertiannya tentang partai politik, yakni partai politik sebagai kelompok manusia yang terorganisasi secara stabil dengan tujuan untuk merebut atau mempertahankan kekuasaan dalam pemerintahan bagi pemimpin materil dan ide kepada anggotanya. Sementara itu Soltau menjelaskan partai politik sebagai yang sedikit banyak terorganisasikan, yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik, dan memanfaatkan kekuasaannya untuk kebijakan umum yang mereka buat.
14
12
Firmanzah,Op.,Cit., Hal.67-68 Seta Basri, 2010, Pengantar Ilmu Politik, Jakarta : Pustaka Indonesia, Hal.117 14 Ramlan Surbakti. Op.Cit., Hal. 148 13
18
Universitas Sumatera Utara
Fungsi utama partai politik ialah mencari dan mempertahankan kekuasaan guna mewujudan program-program yang disusun berdasarkan ideologi tertentu. Berikut ini dikemukakan sejumlah fungsi partai politik: a.
Sosialisasi Politik
Sosialisasi politik adalah proses pembentukan sikap dan orientasi politik para anggota masyarakat. Melalui proses sosialiasasi politik inilah para anggota masyarakat memperoleh sikap dan orientasi terhadap kehidupan politik yang berlangsung dalam masyarakat. Proses ini berlangsung seumur hidup yang diperoleh baik secara sengaja melalui pendidikan formal, nonformal, dan informal maupun secara tidak sengaja melalui kontak dan pengalaman seharihari, baik dalam kehidupan keluarga dan tetangga maupun dalam kehidupan masyarakat. b.
Rekrutmen Politik
Rekrutmen politik ialah seleksi dan pemilihan atau seleksi dan pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem politik pada umumnya dan pemerintahan pada khususnya. Fungsi ini semakin besar porsinya manakala partai politik itu merupakan partai tunggal seperti dalam sistem politik totaliter, atau manakala partai ini merupakan partai mayoritas dalam badan perwakilan rakyat sehingga berwenang membentuk pemerintahan dalam sistem politik demokrasi. Fungsi rekrutmen merupakan kelanjutan dari fungsi mencari dan mempertahankan kekuasaan. Selain itu, fungsi rekrutmen politik sangat penting bagi kelangsungan sistem politik sebab tanpa elit yang mampu melaksanakan peranannya, kelangsungan hidup sistem politik akan terancam. c.
Partisipasi Politik
Partisipasi politik ialah kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan kebijaksanaan umum dan dalam ikut
19
Universitas Sumatera Utara
menentukan pemimpin pemerintahan. Kegiatan yang dimaksud antara lain mengajukan tuntutan, membayar pajak, melaksanakan keputusan, mengajukan kritik dan koreksi atas pelaksanaan suatu kebijakan umum, dan mendukung atau menentang calon pemimpin tertentu, mengajukan alternatif pemimpin, dan memilih wakil rakyat dalam pemilihan umum. Dalam hal ini, partai politik mempunyai fungsi untuk membuka kesempatan, mendorong, dan mengajak para anggota dan anggota masyarakat yang lain untuk menggunakan partai politik sebagai saluran kegiatan mempengaruhi proses politik. Jadi, partai politik merupakan wadah partisipasi politik. d.
Agregasi Kepentingan
Dalam masyarakat, terdapat sejumlah kepentingan yang berbeda bahkan acapkali bertentangan, seperti antara kehendak mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya dan kehendak untuk mendapatkan barang dan jasa dengan harga murah tetapi mutu; antara kehendak untuk mencapai efisiensi dan penerapan teknologi yang canggih, tetapi memerlukan tenaga kerja yang sedikit, dengan kehendak untuk mendapatkan dan mempertahankan pekerjaan.Untuk menampung dan memadukan berbagai kepentingan yang berbeda bahkan bertentangan, maka partai politik dibentuk. e.
Komunikasi Politik
Komunikasi politik ialah proses penyampaian informasi mengenai politik dari pemerintah kepada masyarakat dan dari masyarakat kepada pemerintah. Dalam hal ini partai politik berfungsi sebagai komunikator politik yang tidak hanya menyampaikan segala keputusan dan penjelasan pemerintah kepada masyarakat sebagaimana diperankan oleh partai politik dinegara totaliter tetapi juga menyampaikan aspirasi dan kepentingan berbagai kelompok masyarakat kepada pemerintah. Keduanya dilaksanakan oleh partai-partai politik dalam sistem politik demokrasi.
20
Universitas Sumatera Utara
Dalam melaksanakan fungsi ini partai politik tidak langsung menyampaikan informasi dari pemerintah kepada masyarakat atau dari masyarakat keperintah, tetapi merumuskan sedemikian rupa sehingga penerima informasi dapat dengan mudah memahami dan kemudian memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. f.
Pengendalian Konflik
Konflik yang dimaksud disini adalah dalam arti luas, mulai dari perbedaan pendapat sampai pada pertikaian fisik antar individu atau kelompok dalam masyarakat. Dalam negara demokrasi, setiap warga negara atau kelompok masyarakat
berhak
menyampaikan
dan
memperjuangkan
aspirasi
dan
kepentingannya sehingga konflik merupakan gejala yang sukar dielakkan. Partai politik sebagai salah satu lembaga demokrasi berfungsi untuk mengendalikan konflik melalui cara berdialog dengan pihak-pihak yang berkonflik, menampung dan memadukan berbagai aspirasi dan kepentingan dari pihak-pihak yang berkonflik dan membawa permasalahan kedalam musyawarah badan perwakilan rakyat untuk mendapatkan penyelesaian berupa keputusan politik.
g.
Kontrol Politik
Kontrol politik ialah kegiatan untuk menunjukkan kesalahan, kelemahan, dan penyimpangan dalam isi suatu kebijakan atau dalam pelaksanaan kebijakan yang dibuat dan dilaksanakan oleh pemerintah. Dalam melakukan suatu kontrol politik atau pengawasan, harus ada tolok ukur yang jelas sehingga kegiatan itu bersifat objektif. Tolok ukur suatu kontrol politik berupa nilai-nilai politik yang dianggap ideal dan baik yang dijabarkan kedalam berbagai kebijakan atau peraturan perundang-undangan. Tujuan kontrol politik adalah meluruskan kebijakan atau
21
Universitas Sumatera Utara
pelaksanaan kebijakan yang menyimpang dan memperbaiki yang keliru sehingga kebijakan dan pelaksanaannya sejalan dengan tolok ukur tersebut. Fungsi kontrol ini merupakan salah satu mekanisme politik dalam sistem politik demokrasi untuk memperbaiki dan memperbaharui dirinya secara terus menerus. 15 Setiap partai politik memiliki karakteristik yang berbeda. Menurut Richard S.Katz ada beberapa tipologi partai politik: 1.Partai Elit Partai jenis ini berbasis lokal, dengan sejumlah elit inti yang menjadi basis kekuatan partai. Dukungan bagi partai elit ini bersumber pada hubungan client (anak buah) dari elit-elit yang duduk di partai ini. Biasanya, elit yang duduk di kepemimpinan partai memiliki status ekonomi dan jabatan yang terpandang. Partai ini juga didasarkan pada pemimpin-pemimpin faksi dan elit politik, yang biasanya terbentuk didalam parlemen. 2.Partai Massa Partai jenis ini berbasiskan individu-individu yang jumlahnya besar, tetapi kerap tersingkirkan dari kebijakan negara. Partai ini kerap memobilisasi massa pendukungnya untuk kepentingan partai. Biasanya partai massa berbasiskan kelas sosial tertentu, seperti “orang kecil”, tetapi juga bisa berbasis agama. Loyalitas kepada partai lebih didasarkan pada identitas sosial partai daripada ideologi atau kebijakan. 3.Partai Catch-All Partai jenis ini dipermukaan hampir sama dengan partai massa. Namun perbedaannya dengan partai massa yang mendasar adalah kalau partai massa mendasarkan diri pada kelas sosial tertentu, partai Catch-All mulai berpikir 15
Ramlan Surbakti. Ibid. Hal. 149-154
22
Universitas Sumatera Utara
bahwa dirinya mewakili kepentingan bangsa secara keseluruhan. Partai jenis ini berorientasi pada pemenangan pemilu sehingga fleksibel untuk berganti-ganti isu setiap kali kampanye. Partai Catch-All juga sering disebut sebagai Partai Electoral-Professional atau Partai Rational-Efficient. 4.Partai Kartel Partai jenis ini muncul akibat berkurangnya jumlah pemilih atau anggota partai. Kekurangan ini berakibat pada suara mereka ditingkat parlemen. Untuk mengatasinya, para pemimpin partai saling berkoalisi untuk memperoleh kekuatan yang cukup untuk bertahan. Dari sisi Partai Kartel, ideologi, janji pemilu, basis pemilih hampir sudah tidak memiliki arti lagi. 5.Partai Integratif Partai jenis ini berasal dari kelompok sosial tertentu yang mencoba melakukan mobilisasi politik dan kegiatan partai. Mereka membawakan kepentingan spesifik suatu kelompok. Mereka juga berusaha membangun simpati dari setiap pemilih dan membuat mereka menjadi anggota partai. Mereka melakukan propaganda yang dilakukan anggota secara sukarela, berpartisipasi dalam bantuan-bantuan sosial. 16 F.1.2. Kampanye Politik Kampanye politik adalah periode yang diberikan oleh panitia pemilu kepada semua kontestan baik partai politik atau perorangan untuk memaparkan program-program kerja dan mempengaruhi opini publik sekaligus memobilisasi masyarakat agar memberikan suara kepada mereka 17 Kampanye merupakan kegiatan mempersuasi pemilih yang bertujuan untuk meningkatkan elektabilitas dan popularitas. Kampanye pada prinsipnya
16 17
Seta Basri. Op.Cit. Hal.122. Firmanzah,Op.,Cit, Hal.271.
23
Universitas Sumatera Utara
merupakan suatu proses kegiatan komunikasi individu atau kelompok yang dilakukan secara terlembaga dan bertujuan untuk menciptakan suatu efek atau dampak tertentu. Kampanye sebagai serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan untuk menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu. 18 Kampanye pada prinsipnya merupakan suatu proses kegiatan komunikasi individu atau kelompok yang dilakukan secara terlembaga dan bertujuan untuk menciptakan suatu efek atau dampak tertentu. Rogers dan Storey (1987) mendefinisikan kampanye sebagai “serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan untuk menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu” Kampanye memberikan sebuah tindakan yang bertujuan mendapatkan pencapaian dukungan, usaha kampanye bisa dilakukan oleh peorangan atau sekelompok orang yang terorganisir untuk melakukan pencapaian suatu proses pengambilan keputusan di dalam suatu kelompok, kampanye biasa juga dilakukan guna memengaruhi, penghambatan, pembelokan pecapaian. Dalam sistem politik demokrasi, kampanye politis berdaya mengacu pada kampanye elektoral pencapaian dukungan, dimana wakil terpilih atau referenda diputuskan. Selain itu terdapat pula jenis-jenis kampanye menurut yaitu: 1)
Product Oriented Campaigns
Kampanye yang berorientasi pada produk, umumnya terjadi di lingkungan bisnis, berorientasi komersial, seperti peluncuran produk baru. Kampanye ini biasanya sekaligus bermuatan kepentingan untuk membangun citra positif terhadap produk barang yang diperkenalkan ke publiknya. 2)
18
Candidate Oriented Campaigns
Venus, Antar, 2004, Manajemen Kampanye, Bandung:Remaja Rosda Karya, Hal.7.
24
Universitas Sumatera Utara
Kampanye ini berorientasi pada kandidat, umumnya dimotivasi karena hasrat untuk kepentingan politik. Contoh: Kampanye Pemilu, Kampanye Penggalangan dana bagi partai politik. 3)
Ideologically or cause oriented campaigns
Jenis kampanye ini berorientasi pada tujuan-tujuan yang bersifat khusus dan seringkali berdimensi sosial atau Social Change Campaigns (Kotler), yakni kampanye yg ditujukan utk menangani masalah- masalah sosial melalui perubahan sikap dan perilaku publik yg terkait. Contoh: Kampanye AIDS, Keluarga Berencana dan Donor Darah. 4)
Jenis Kampanye yang sifatnya menyerang (attacking campaign)
Kampanye jenis ini terdiri dari Kampanye Negatif (Negatif campaign) dan Kampanye Hitam (Black Campaign). Dimana Negatif Campaign merupakan kampanye yang sifatnya menyerang pihak lain melalui sejumlah data atau fakta yang bisa diverifikasi dan diperdebatkan sementara Black campaign yaitu Kampanye yang bersifat buruk atau jahat dengan cara menjatuhkan lawan politik untuk mendapatkan keuntungan. 19 Kampanye politik merupakan sebuah proses penciptaan, penciptaan ulang, dan pengalihan lambang signifikan secara berkesinambungan melalui komunikasi. Kampanye menggabungkan partisipasi aktif dari yang melakukan kampaye dan pemberi suara. Yang melakukan kampanye berusaha mengatur kesan pemberi suara (khalayak) tentang mereka dengan mengungkapkan lambang-lambang yang oleh mereka diharapkan akan menghimbau para pemilih. Media yang digunakan oleh para pelaku kampanye, promotor dan jurnalis akan
19
Cahyono Faried, 2004, Pemilu 2004 Transisi Demokrasi dan Kekerasan, Yogyakarta:CSPS, Hal.14.
25
Universitas Sumatera Utara
memainkan peran dalam media turut menciptakan dan memodifikasi lambanglambang signifikan. 20 Penetapan strategi dalam kampanye politik merupakan langkah krusial yang memerlukan penanganan secara hati-hati, sebab jika penetapan strategi salah atau keliru hasil yang di peoleh bisa fatal, terutama kerugian dari segi waktu,materi dan tenaga. Tujuan akhir dalam kampanye pemilihan kepala daerah adalah untuk membawa calon kepala daerah yang didukung oleh timkampanye politiknya men duduki jabatan kepala daerah yang diperebutkan melalui mekanisme pemilihan secara langsung oleh masyarakat. Agar tujuan akhir tersebut dapat dicapai, diperlukan strategi yang disebut dengan strategi komunikasi dalam konteks kampanye politik. Terdapat empat jenis strategi komunikasi dalam konteks kampanye politik yaitu: 21 1. Penetapan komunikator Sebagai pelaku utama dalam aktivitas komunikasi, komunikator memegang peranan yang sangat penting. Untuk itu, seorang komunikator yang akan bertindak sebagai juru kampanye harus terampil berkomunikasi, kaya ide, serta penuh dengan daya kreativitas. 2. Menetapkan target sasaran Dalam studi komunikasi target sasaran di sebut juga dengan khalayak. Memahami masyarakat, terutama yang akan menjadi target sasaran dalam kampanye, merupakan hal yang sangat penting. Sebab semua aktivitas komunikasi kampanye di arahkan kepada mereka. Mereka lah yang menentukan berhasil atau tidaknya suatu kampanye sebab bagaimana pun besar biaya, waktu dan tenaga yang di keluar kan untuk mempengaruhi mereka, namun jika mereka
20
Ibid.,Hal.16.
21
Hafied Cangara.,Op.,Cit.,Hal.271.
26
Universitas Sumatera Utara
tidak mau memberi suara kepada partai atau calon yang diperkenalkan, kampanye akan sia-sia 3. Menyusun pesan pesan kampanye Untuk mengelola dan manyusun pesan yang mengena dan efektif, perlu di perhati kan beberapa hal, yaitu: (a) harus menguasai lebih dahulu pesan yang di sampaikan, termasuk struktur penyusunan. (b) mampu mengemukakan argumentasi secara logis. Sehingga harus mempunyai alasan berupa fakta dan pendapat yang mendukung materi yang di sajikan. (c) memiliki kemampuan untuk membuat intonasi bahasa (vocal), serta gerakan- gerakan tubuh yang dapat menarik perhatian pendengar. (d) memiliki kemampuan membumbui pesan berupa humor untuk menarik perhatian pendengar. 4. Pemilihan media Bentuk-bentuk media Pemilihan media Bentuk-bentuk media meliputi media cetak, media elektronik, media luar ruangan, media ruang kecil dan saluran tatap muka langsung dengan masyarakat. F.2. Teori Komunikasi F.2.1. Teori Media. Secara umum dipahami bahwa istilah media mencakup sarana komunikasi seperti pers, media penyiaran (broadcasting) dan cinema. Media massa bukan hanya memberitakan manusia dan peristiwa, organiasipun menjadi salah satu sumber pemberitaan media massa. Kita bisa menyaksikan bagaimana para awak televisi mengikuti kegiatan polisi menumpas para pelaku kriminal dan menyuguhkan sebagai tayangan. 22 Media massa mempunyai peranan yang penting dalam usaha penerapan komunikasi politik. Dengan adanya media massa pesan politik yang hendak 22
Graeme Burton,2012, Media dan Budaya Populer, Jakarta : Jalasutra, Hal.9.
27
Universitas Sumatera Utara
disampaikan oleh aktor-aktor politik maupun dari partai politik kepada khalayak tentang akses dalam pendekatan-pendekatan kepada masyarakat yang lebih luas. Aktor politik dalam penyampaian pesan politik tentunya ada respon yang berupa interaksi dari sebuah informasi dengan kenyataan yang ada.
23
Media massa dapat mendistribuskan berbagai pesan-pesan politik kepada orang banyak dan mengetahui keektifan aktor politik dalam merebut hati pemilih, karena dengan mengetahui isi pesan politik yang disampaikan oleh komunikator politik lewat media massa, amaka orang juga bisa melihat pengaruh pencitaan dari aktor politik dalam memahami masyarakat. Median massa terkait dengan kegiatan verbal dan non verbal yang menyajikan citra dan intrepretasi individual tentang objek tertentu dalam setting biasanya dalam bentuk isu yang akan dikelola media. 24 Analisis media mengenal adanya dua dimensi komunikasi massa. Dimensi pertama memandang dari sisi media kepada masyarakat luas beserta institusi-institusinya. Pandangan ini menggambarkan keterkaitan antara media dengan berbagai institusi lain seperti politik, ekonomi, pendidikan agama, dan sebagainya. Teori-teori yang menjelaskan keterkaitan tersebut. mengkaji posisi atau kedudukan media dalam masyarakat dan terjadinya saling mempengaruhi antara berbagai struktur kemasyarakatan dengan media. Pendekatan ini merupakan dimensi makro dari teori komunikasi massa. Dimensi kedua melihat kepada hubungan antara media dengan audience, baik secara kelompok maupun individual. Teori-teori mengenai hubungan antara media-audience, terutama menekankan pada efek-efek individu dan kelompok sebagai basil interaksi dengan media. Pendekatan ini disebut sebagai dimensi mikro dari teori komunikasi massa.
23
Yosal Iriantara, 2011, Media Relations, Konsep, pendekatan dan Praktik, Bandung : Simbioasa Rekatama media,Hal.21. 24 Dan Nimmo,2006, Komunikasi Politik, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Hal. 19.
28
Universitas Sumatera Utara
Analisis media terkait dengan analisis wacana kritis juga yang mempertimbangkan elemen kekuasaan (power) dalam analisisnya. Setiap wacana yang muncul, dalam bentuk teks, percakapan atau apapun, tidak dipandang sebagai sesuatu yang ilimiah, wajar, netral tetapi merupakan bentuk pertarungan kekuasaan. Analisis wacana termasuk dalam kategori paradigma kritis. Paradigma ini mempunyai pandangan tertentu bagaimana media dan pada akhirnya berita harus dipahami keseluruhan produksi dan struktus sosial. 25 Komunikasi dalam media massa berbicara mengenai apa yang dilakukan media terhadap orang (audience), maka pada pendekatan ini akan berbicara mengenai apa yang dilakukan orang terhadap media. Studi dalam bidang ini memusatkan perhatian pada penggunaan isi media untuk mendapatkan pemenuhan (gratification) atas kebutuhan seseorang. Dalam hal ini, sebagian besar perilaku audience akan dijelaskan melalui berbagai kebutuhan (needs) dan kepentingan (interests) individu. Meskipun demikian perlu dipahami bahwa ini adalah suatu fenomena mengenai proses penerimaan oleh karenanya pendekatan ini tidak mencakup atau mewakili keseluruhan proses komunikasi. Pendekatan dalam komunikasi massa ada dua pertama adalah adanya oposisi terhadap asumsi yang deterministik mengenai efek media, yang merupakan bagian dari dominannya peran individu yang kita kenal dalam model komunikasi dua tahap. Kedua, adanya keinginan untuk lepas dari perdebatan yang kering dan terasa steril mengenai penggunaan media massa yang hanya didasarkan atas selera individu. Dalam hal ini, pendekatan uses and gratifications memberikan suatu cara alternatif untuk memandang pada hubungan antara isi media dan audience, serta pengaturan isi media menurut fungsinya daripada sekedar tingkat selera yang berbeda. Meskipun masih diragukan adanya satu model uses and gratifications. 26
25
Erianto, 2011, Analisis Wacana ( Pengantar analisis tekx media), Yogyakarta : LKIS Printing Cemerlang, 2011, Hal. 21. 26 Graeme Burton, Op.,Cit, Hal. 56.
29
Universitas Sumatera Utara
Katz (1974) menggambarkan logika yang mendasari penelitian mengenai media uses and gratifications sebagai berikut: Kondisi social psikologis seseorang akan menyebabkan adanya kebutuhan, yang menciptakan harapanharapan terhadap media massa atau sumber-sumber lain, yang membawa kepada perbedaan pola penggunaan media atau keterlibatan dalam aktivitas lainnya yang akhirnya kan menghasilkan pemenuhan kebutuhan dan konsekuensi lainnya, termasuk yang tidak diharapkan sebelumnya. Media-media
massa
independen
berdasarkan
Ideologi
serta
keberpihakannya kepada salah satu kekuatan politik tertentu, dalam hal ini melakukan usaha-usaha penguasaan masyarakat melalui pemberitaannnya dengn cara memberikan penjulukan (labbelling) tentang suatu objek. Fakta-fakta objektif
dimamfaatkan
untuk
ditafsirkan
secara
subjektif
berdasarkan
kepentingan. Disinilah ideologi atau kecenderungan menentukan bagaimana sesuatu fakta dipahami dan ditafsirkan, dibuang atau digunakan, jadi melalui cara-cara yang dilakukan media, kelompok-kelompok hegemonik baik penguasa ataupun rakyat dapat memamfaatkannya untuk menguasai masyarakat. Kontrol rakyat terhadap kekuasaan dapt dilakukan lewat media dan sebaliknya, pihakpihak yang berkuasapun lewat media dan sebaliknya, pihak-pihak yang berkuasa dapat memupuk kekuasaannya melaalui legitimasi media dan proses seperti ini dilakukan melalui usaha-usaha pemaknaan secara terus menerus lewat pemberitaan yang menjadi kegiatan utama media sehingga gilirannya tanpa terasa akan membentuk kesadaran. 27 Sebagai tambahan bagi elemen-elemen dasar tersebut di atas, Kajian uses and gratifications sering memasukkan unsur motif untuk memuaskan kebutuhan dan “alternatif-alternatif fungsional” untuk memenuhi kebutuhan. Sebagai misal, pada unsur yang terakhir, konsumsi terhadap jenis media tertentu mungkin merupakan alternatif fungsional dari aktivitas kultural lainnya Dalam beberapa
27
Arni Muhammad, 2009, Komunikasi Organisasi, jakarta : bumi Aksara, Hal 78.
30
Universitas Sumatera Utara
kasus, aktivitas ini dapat menghasilkan suatu pemenuhan kebutuhan, namun pada saat yang bersamaan aktivitas ini juga menciptakan ketergantungan pada media massa dan perubahan kebiasaan-kebiasaan sebelumnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penggunaan media massa oleh individu telah memberikan fungsi alternatif bagi interaksi sosial yang sesungguhnya. 28 Pendekatan media massa tidak bisa dilepaskan dari pengaruh komunikasi massa yang terdiri dari sumber (source), pesan (message), saluran (channel), dan penerima (receiver) serta efek (effect). Sumber utama dalam komunikasi massa adalah lembaga, organisasi atau orang yang bekerja dengan fasilitas lembaga atau organisasi (institutionalized person). Pesan-pesan komunikasi massa dapat diproduksi dalam jumlah yang sangat besar dan dapat menjangkau audiens yang sangat banyak jumlahnya yang mana karakteristik pesan-pesan komunikasi massa tersebut meliputi : 1. Publicly Publicly merupakan pesan komunikasi massa pada umumnya tidak ditujukan kepada perorangan tertentu yang eksklusif, melainkan bersifat terbuka untuk umum atau publik. Semua anggota mengetahui, orang lain juga menerima pesan yang sama dan disampaikan secara publicy. 2. Rapid Rapid merupakan Pesan-pesan komunikasi massa dirancang untuk mencapai audiens yang luas dalam waktu yang singkat dan simultan. Pesan-pesan dibuat secara massal dan tidak seperti fine art yang dapat dinikmati berabad-abad. 3. Transient
28
Alo Liliweri, 2007, Strategi Komunikasi Masyarakat, Jogyakarta : LKIS, Hal 45.
31
Universitas Sumatera Utara
Transsient merupakan Pesan-pesan komunikasi massa umumnya dibuat untuk memenuhi kebutuhan segera. Pada umumnya pesan-pesan komunikasi massa adalah pesan-pesan yang expendable. Maka isi media cenderung dirancang secara timely, supervisial, dan kadang-kadang bersifat sensasional. 29 Media yang mempunyai kemampuan untuk menyebarluaskan pesanpesan komunikasi massa secara cepat, luas, dan simultan adalah surat kabar, majalah, radio, film, televisi, dan internet. Leeuwis membahas mengenai media massa konvensional yang saat ini sedang berkembang. Media massa konvensional dapat berupa koran, jurnal pertanian, leaflet, radio dan televisi. Karakteristik dasarnya adalah bahwa seorang pengirim dapat mencapai banyak orang dengan media tersebut, sambil tetap berada di kejauhan, dan tanpa kemungkinan keterlibatan dalam interaksi langsung dengan audiens. 30 Media massa dianggap memiliki kekuatan yang luar biasa, sehingga khalayak tidak mampu membendung informasi yang dilancarkannya khalayak dianggap pasif, tidak mampu bereaksi apapun kecuali hanya menerima begitu saja semua pesan yang disampaikan media massa. Penggambaran kekuatan media massa yang begitu besar menyebabkan teori media massa, efek terbatas media massa. Teori komunikasi massa yang menekankan pada kekuatan media untuk mengubah perilaku ini pada beberapa dekade berikutnya mulai mendapat beberapa kritikan. Media massa memainkan peran penting, sebab media berfungsi sebagai sumber informasi, dimana orang mencari distribusi opini publik. Media massa dapat mempengaruhi spiral kebisuan dengan tiga cara, yaitu pertama, media membentuk kesan-kesan tertentu tentang opini mana yang dominan. Kedua, media membentuk kesan-kesan tertentu tentang opini yang sedang naik atau berkembang dan ketiga, media membentuk kesan tentang opini
29
Wiryanto,2007, Teori Komunikasi Massa, Jakarta : PT Grasindo, Hal 66. Amri Jahi, 1998, Komunikasi Massa dan Pembangunan Pedesaan di Negara-Negara Dunia Ketiga, Jakarta : PT Gramedia,Hal. 102.
30
32
Universitas Sumatera Utara
yang mutlak diperhatikan khalayak tanpa menampilkannya secara khusus. Istilah spiral kebisuan diberikan didasarkan pada logika bahwa semakin tersebar opini yang dominan oleh media massa dalam masyarakat maka semakin senyap pula suara perseorangan yang bertentangan dengan opini mayoritas tersebut. 31 Media massa, khususnya radio, televisi, dan koran, memiliki pengaruh yang sangat besar dalam menentukan cara pandang masyarakat mengenai berbagai hal. Itu sebabnya tidak mengherankan bahwa hal pertama yang dilakukan rezim otoriter baru adalah meyakinkan bahwa mereka mengontrol media massa. Idenya adalah bahwa bila kita mengontrol media massa, kita dapat secara selektif mempengaruhi cara masyarakat luas berpikir dan melihat realitas, dan dapat mencegah orang lain untuk menunjukkan gambaran yang berbeda mengenai realitas tersebut. F.2.2. Teori Komunikasi Politik Sebagai mahluk sosial, setiap individu membutuhkan kehadiran individu lainnya terutama untuk memenuhi kebutuhan berinteraksi sekaligus saling bertukar pesan yang berfungsi sebagai alat pengikat suatu masyarakat. Kebutuhan ini dapat terpenuhi melalui proses komunikasi, sehingga tanpa melakukan komunikasi, seseorang akan terisolasi. Proses pertukaran pesan dalam hal ini meliputi seluruh perilaku yang termakna, baik disengaja maupun tidak disengaja, sadar atau tidak sadar. Sementara perilaku sendiri berkaitan dengan budaya, sehingga budaya dalam komunikasi politik merupakan cermin dari budaya bangsa. 32 Pengertian komunikasi yang dapat memperkuat pemahaman diatas, antara lain yang dikemukakan oleh Mapheus Smith, ia menyatakan bahwa :
31
Arni Muhammad.,Op,Cit, Hal.89. Asa Briggs dan Peter Burke,2006, Sejarah Soaial Media dari Gutenberg sampai Internet, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia,Hal.89. 32
33
Universitas Sumatera Utara
Communication behaviour in its simplest reciprocal from is the use of some action by one person, wheter or not accompained by a material object, as astimulus to another person in such a way that the second person can perceive the experience of the stimulating person. The overt action of teh first person play the role of aymbol whose reference or meaning in the same for the two participant with the result that common experience is perceid by both participant. 33 (Perilaku komunikasi paling sederhana adalah penggunaan dari beberapa tindakan oleh satu orang, apakah ada atau tidak disertai objek material, sebagai stimulus kepada orang lain dimana orang kedua dapat merasakan pengalaman orang perrtama. Tindakan orang pertama memainkan peran yang bermakna dalam yang sama kepada orang kedua dengan hasil bahwa pengalaman umum dirasakan oleh kedua orang tersebut) Komunikasi merupakan suatu proses interaksi sosial yang digunakan orang untuk menyusun makna yang merupakan citra mereka mengenai dunia serta bertukar citra itu melalui simbol-simbol. Sedangkan politik adalah proses, dan seperti komunikasi, politik melibatkan pembicaraan. Ini bukan pembicaraan dalam arti sempit seperti kata yang diucapkan, melainkan pembicaraan dalam arti yang lebih inklusif, yang berarti segala cara orang bertukar simbol kata-kata yang dituliskan dan diucapkan, gambar, gerakan, sikap tubuh, perangai, dan pakaian. Oleh karena banyak aspek kehidupan politik yang dapat dilukiskan dengan komunikasi, sehingga disebut dengan komunikasi politik. Unsur Komunikasi Politik Sebagai suatu bentuk kajian yang berhubungan dengan kegiatan berkomunikasi, beberapaahli juga menjelaskan beberapa unsurunsur komunikasi politik melalui beberapa sudut pandangyang berbeda-beda. Cangara dalam bukunya menyebutkan unsur komunikasi politik meliputi sumber (comunicator), pesan, media atau saluran, penerima dan efek.
33
Asep Saeful Muthadi.2008, Komunikasi Politik Indonesia. Bandung : Penerbit Rosdakarya, Hal.26.
34
Universitas Sumatera Utara
1. Komunikator politik dimana semua pihak yang ikut terlibat dalam proses penyampaian
pesan.
Pihak-pihak
ini
dapat berbentuk
individu,
kelompok, organisasi, lembaga, ataupun pemerintah. 2. Pesan politik merupakan pernyataan yang disampaikan baik itu tertulis maupun tidak, dalam bentuk simbol atau verbal yang mengandung unsur politik missal pidato politik, UU, dll. 3. .Saluran atau media politik dalam perkembengan sekarang ini, media massa dianggap sebagai saluran yang paling tepatuntuk melakukan proses komunikasi politik. 4. Penerima pesan politik, merupakan semua lapisan masyarakat yang diharapkan memberikan respon terhadap pesan komunikasi politik. Misalnya dengan memberikan suara pada pemilihan umum. 5. Efek atau pengaruh efek merupakan pengukur seberapa jauh pesan politik dapat diterima dan dipahami. 34 Konsep komunikasi politik merupakan proses penyampaian pesan dari sumber komunikasi kepada penerima, baik dengan menggunakan alat maupun tatap muka. Kemudian dari kejadian tersebut ada dan terjadinya umpan balik untuk menilai akibat dari penerimaan pesan yang disampaikan. Hal tersebut berguna sebagai dasar dari proses komunikasi masyarakat. Menurut Fagen komunikasi politik berjalan satu arah dari sumber kepada penerima komunikasi tersebut. Agar memenuhi tujuan, rumusan tersebut perlu dimodifikasi. Fagen menambah usulan bahwa untuk kepentingan penelitian terdapat 3 hal yang penting: 1. Komunikasi sebagai proses mengisi politik sebagai suatu kegiatan. 2. Apabila hal-hal itu tidak jelas benar, maka dapat digambarkan beberapa aspek kehidupan politik sesuai tipe-tipe komunikasi.
34
Hafied Cangara,2006, Komunikasi Politik, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Hal.37.
35
Universitas Sumatera Utara
3. Karena proses komunikasi memiliki kemampuan mengisi dan elastis dari perbendaharaan konsep ilmu politik, maka ada suatu literatur yang mungkin relevan bagi studi politik dan komunikasi. 35 Dengan menggunakan konsep dasar komunikasi politik pada dasarnya merupakan bagian dari semua hal yang berhubungann dengan kehidupan masyarakat. Komunikasi politik dapat melahirkan, memelihara dan mewariskan budaya politik. Sehingga dengan memperhatikan struktur pesan serta pola komunikasi politik yang diperankan, maka dapat dianalisis budaya politik suatu masyarakat. Menurut Rush dan Althoff, Komunikasi politik dalam transmisi informasi yang relevan secara politis dari suatu bagian sistem politik kepada sistem politik yang lain antara sistem sosial dengan sistem politik merupakan unsur dinamis dari suatu sistem politik dan proses sosialisasi, partisipasi serta rekrutmen politik bergantung pada komunikasi. 36 Ada beberapa komponen-komponen penting yang terlibat dalam proses komunikasi politik yaitu Pertama, Komunikator dalam komunikasi politik, yaitu pihak yang memprakarsai dan mengarahkan suatu tindak komunikasi seperti dalam peristiwa komunikasi pada umumnya, komunikator dalam komunikasi politik dapat dibedakan dalm wujud individu, lembaga ataupun berupa kumpulan orang. Jika seorang tokoh, pejabat atau rakyat biasa misalnya bertindak sebagai suatu sumber dalam suatu kegiatan komunikasi politik maka dalam beberapa hal ini dapat dilihat sumber individu (Individual source). Sedangkan momentum yang lain, meskipun individu-individu itu berbicara tapi karena ia mewakili suatu lembaga atau juru bicara dari suatu organisasi, maka pada saat itu dia dipandang sebagai sumber kolektif (Collective Sourve).
35 36
Asa Briggs dan Peter Burke., Op.,Cit.,Hal.90-91. Asep Saeful Muthadi, Op.,Cit.,Hal.27-28.
36
Universitas Sumatera Utara
Kedua, Khalayak komunikasi politik yitu peranan penerima yang sebetulnya bersifat sementara, sebab konsep umum yang berlaku dalam komunikasi, ketika penerima itu memberikan feedback dalam suatu proses komunikasi politik, atau pada saat dia memberikan pesan-pesan itu kepada khalayak lain dalam kesempatan dalam komunikasi yang berbeda, maka pada saat itu penting peranan suatu komunikator. Ketiga, Saluran-saluran komunikasi politik yakni setiap pihak atau unsur yang memungkinkan samapi pesan-pesan politik. Misalnya dalam proses komunikasi politik, birokrasi dapat memerankan fungsi ganda, yang berperan sebagai komunikator yang berasal dari pemerintah dan disis yang lain sebagai komunikator dari khalayak masyarakat. Secara Rinci, contoh kelompok-kelompok komunikator politik yang masuk pada komunikator politik yang termasuk kategori individual ataupun kelompok dpat dilihat dari tabel berikut : Tabel 1.1. Sumber Individual
Sumber Kolektif
Pejabat (Birokrat)
Pemerintah (Birokrasi)
Politisi
Partai Politik
Pemimpin Opini
Organisasi Kemsyarakatan
Jurnalis
Media Massa
Aktivis
Kelompok Penekan
Lobbyis
Kelompok elit
Pemimpin
Badan/perusahaan Komunikasi
Komunikator Profesional
37
Universitas Sumatera Utara
Sumber: (Komunikator) Individual dan kolektif dalam komunikasi politik
37
Dalam komunikasi politik, warga negara atau publik sebagai konstituen para politisi dapat berperan sebagai komunikator ketika menyalurkan aspirasi atau tuntutan, dan pada saat yang sama mereka juga berperan sebagai khalayak komunikasi ketika menerima pesan-pesan dari politisi atau aparat birokrat, perilaku mereka ditentukan lingkungan mereka masing-masing. Ada beberapa komponen penting yang terlibat dalam proses komunikasi politik yaitu : 1. Komunikator
dalam
komunikasi
politik,
yaitu
pihak
yang
memprakarsai dan mengarahkan suatu tindak komunikasi. 2. Khalayak komunikasi politik yaitu peran penerima yang sebetulnya hanya bersifat sementara. Khalayak komunikasi politik dapat memberikan respon dan umpan balik, baik dalam pikiran, sikap maupun perilaku politik yang diperankannya. 3. Saluran-saluran komunikasi politik, yakni setiap pihak dan unsur yang memungkinkan sampainya pesan-pesan politik. 38 F.2.3. Teori Propaganda Dalam komunikasi, propaganda merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menanamkan pesan. Propaganda berasal dari bahasa latin propagare yang artinya mengembangkan atau memekarkan. Dalam sejarahnya, propaganda awalnya adalah upaya mengembangkan dan memekarkan agama Katholik Roma baik di Italia maupun di negara-negara lain. Propaganda timbul dari kalimat “sacra congregatio de propaganda fide” atau dari kata “congregatio de propaganda fide” atau Congregation for the Propagandation of Faith tahun 1622 ketika Paul Grogelius ke-15 mendirikan organisasi yang 37 38
Ibid., Hal.32. Kusnaidi,2009, Memenangkan pemilu dengan pemasaran Efektif, Jakarta : Duta Media Tama, Hal .67-68.
38
Universitas Sumatera Utara
bertujuan mengembangkan agama Katolik Roma di Italia dan negara-negara lain. Sejalan dengan tingkat perkembangan manusia, propaganda tidak hanya digunakan
dalam
bidang
keagamaan
saja
tetapi
juga dalam
bidang
pembangunan, politik, komersial, pendidikan, dan lain-lain. 39 Propaganda merupakan kegiatan yang dilakukan individu atau kelompok tertentu untuk proses mempengaruhi pihak lain dengan tidak mengindahkan etika, moral, aturan, nilai, norma dan lain-lain guna memenangkan tujuan yang akan dicapai. Akibatnya, apapun akan dilakukan untuk memenangkan tujuan yang akan dicapai tersebut. Dalam kaitannya dengan opini publik, propaganda merupakan salah satu metode penting untuk membentuk opini publik itu sendiri. Sebuah pesan sengaja dihembuskan oleh orang atau kelompok tertentu dengan gencar, sebagai upaya mempengaruhi publik akan sesuatu wacana. Dalam hal ini, mereka yang menjadi propagandis mencoba untuk mengarahkan opini publik untuk mengubah tindakan dan harapan dari target individu. Opini publik dan propaganda mempunyai hubungan yang erat dimana propaganda merupakan usaha untuk merumuskan secara tegar azas-azas penyebaran informasi serta pembentukan opini dan sikap yang merujuk pada kontrol opini dengan simbol-simbol penting, atau berbicara secara lebih konkret dan kurang akurat melalui cerita, rumor, berita, gambar, atau bentuk-bentuk komunikasi sosial lainnya. Propaganda dilakukan untuk mempengaruhi atau mengontrol opini publik yang menjadi sasaran dari propaganda. Opini publik menjadi perantara dari perubahan sikap dan perilaku menjadi sasaran para propagandis. Opini publik dipersiapkan dulu kemudian dilontarkan untuk mempengaruhi opini publik. Jika opini publik sudah terbentuk secara baik baru ditegakkan demokrasi, kemudian akan terpengaruh pada sikap dan perilaku
39
Nurudin,2001, Komunikasi Propaganda, Bandung : Remaja Rosdakarya, Hal.9.
39
Universitas Sumatera Utara
masyarakat. Jadi opini publik propaganda.
menjadi alat yang baik untuk mewujudkan
40
Dalam prespektif propaganda komunikasi
lebih ditujuan untuk
menanamkan gagasan kedalam benak masyarakat secara keseluruhan, upaya propaganda dipacu sedemikian kuat bukan sekedar mengarahkan opini publik internasional tetapi mempengaruhi pikiran, perasaan serta tindakan pemerintah dan publik. Tujuan ini meckuppenguatan dan perluasan dukungan, mempertajam dan mengubah sikap dan cara pandang terhhadap suatu gagasan atau kebijakan tertentu, pelemahan atau penggagalan kebijakan atau program nasional. Propaganda bisa dirancang untuk mencapai tujuan tertentu yang eksklusif atau terbatas dan berjangka pendek. Propaganda dapat pula digunakan untuk tujuan yang lebih luas dan strategis yang mencakup penguatan serta perluasan dukungan rakyat dan pemerintah untuk melaksanakan gagasan tertentu. 41 Pendapat lain mengenai propaganda diajukan oleh psikolog Leonar W. Dobb yang menulis mengenai klasifikasi propaganda yang berkaitan dengan penilaian perjudis moral yang negatif. penilaian moral merupakan motif dari para propagandis yang mana dilihat sebagai upaya untuk mempengaruhi kepribadian dan perilaku individu melalui cara-cara yang tidak saintifik atau nilai-nilai yang meragukan pada suatu masyarakat di masa tertentu. Melalui definisi ini kita bisa melihat propaganda digunakan oleh propagana melalui caracara yang umum. Propaganda dilakukan dalam mencapai tujuan-tujuan tertentu yang dilakukan dengan cara mempengaruhi cara berpikir, bersikap dan berperilaku. Dalam tingkatan tertentu bahkan propaganda dapat digunakan untuk melakukan suatu perubahan kepada tata nilai, budaya, kepercayaan yang telah mapan. Ada juga yang melihat propaganda sebagai suatu alat yang bersifat objektif dan 40
Akhmad Danial, 2009, Iklan Politik (Moderniasasi kampanye pasca orde baru), Yogyakarta, LKIS,Hal.89. 41 Mohammad Shoelhi, 2009, Komunikasi Internasional, Bandung : Simbiosa Rekatama Media, Hal.33.
40
Universitas Sumatera Utara
netral, sebagai suatu alat propaganda kemudian dapat digunakan untuk memperkuat suatu basis normayang terah berlaku atau kemudian juga digunakan untuk merubah norma tersebut. Dalam perspektif ini juga propaganda dilihat sebagai suatu alat yang netral yang kemudian dapat digunakan baik oleh pemerintahan yang demokratis maupun rezim yang otoriter, baik untuk memeoerkuat kekuasaan atau melakukan perubahan. Kita juga melihat bagaimana respon publik terhadap propaganda yang dilakukan, ada yang menerima ide-ide propaganda tersebut, ada juga yang melakukan penolakan-penolakan terhadap propaganda tersebut. Adanya kelompok penerima pasif dalam propaganda menunjukkan tingkat keberhasilan seorang propagandis dalam melakukan propaganda, keberhasilan ini juga dapat dilihat dari berubahny acara berpikir, bersikap, berperilaku serta norma-norma sosial yang ada. Kemudian dengan adanya perkembangan teknologi kita juga melihat bagaimana ide-ide propaganda dapat secara cepat menyebar dimasyarakat tanpa mampu untuk dicegah ataupun dikendalikan. Percepatan teknologi informasi dan kemudian hadirnya modernisasi juga menyebabkan stimulus bagi derasnya penyebaran propaganda. 42 Efektifitas propaganda politik di media massa juga sangat perlu memperhatikan beberapa prinsip-prinsip umum yang diturunkan dari riset mengeni pengaruh komunikator dalam keberhasilan usaha persuasif yang terkait dengan hal- hal yang memang penting misalnya :
43
1. Status komunikator artinya setiap peran membawa status atau prestise tersendiri. Secara umum, semakin tinggi posisi atau status seseorang di tengah masyarakat, makan akan semakin mampu dia melakukan persuasi. Dengan demikian pemilihan propagandis
42
http://www.academia.edu/3130817/The_Theory_Of_Propaganda diunduh pada tanggal 17 oktober 2014 pukul 13.37 wib. 43 Dan Nimmo,1993, Komunikasi Politik Komunikator, Pesan dan Media, Bandung : Remaja Rosdakarya, Hal, 108.
41
Universitas Sumatera Utara
terutama dalam media massa yang diorientasikan mencapai khalayak yang heterogen membutuhkan mereka yang punya status kuat. Misalnya saat Orde Baru, Soeharto merupakan propagandis konsep developmentalism, sementara era Orde Lama Soekarno menjadi propagandis dari tujuan revolusi. 2. Kredibilitas komunikator artinya sasaran propaganda mempersepsi para komunikator dengan beberapa cara. Sejauh mereka mempersepsi bahwa propagandis itu memiliki keahlian, kompetisi, keandalan, dapat
dipercaya
dan
autoritas,
mereka
menganggap
bahwa
komunikator itu kredibel. Memang pada perkembangnnya khalayak media, dalam menerima pesan juga membedakan antara apa yang dikatakan dengan kredibiltas sumbernya. 3. Daya tarik komunikator, hal ini meningkatkan daya tarik persuasif. Hal ini terutama berlaku pada homofili, yakni tingkat kesamaan usia, latarbelakang dll seperti dipersepsi orang. Persuasi itu sebagian besar berhasil bila orang mempersepsi komunikator seperti dirinya sendiri secara gamblang. Karena persuasi dalam hal ini propaganda politik merupakan upaya penyebaran informasi dan pengaruh satu-kepadabanyak maka instrumen teknologi yang dapat menyebarkan pesan kepada angota kelompok merupakan hal yang tepat dilakukan seperti memikirkan strategi kampanye persuasifnya membedakan hal yang mempengaruhi prilaku, sikap dan perbuatan orang. Sementara stimmung merupakan morel mereka, penerimaan dan retensi imbauan persuasif. Berbagi pesan propaganda berhubungan dengan keefektifannya isi pesan, hal ini menyangkut model pilihan isi yang dikemukakan dalam propaganda di media massa. Propaganda merupakan salah satu pendekatan dalam persuasi politik, selain retorika dan periklanan. Secara sederhana propaganda didefinisikan sebagai komunikasi yang digunakan oleh suatu kelompok
42
Universitas Sumatera Utara
terorganisasi yang ingin menciptakan partisipasi aktif atau pasif dalam tindakantindakan suatu massa yang terdiri atas individu-individu, dipersatukan secara psikologis melalui manipulasi psikologis dan digabungkan di dalam suatu organisasi. Karena kaitannya dengan karakteristik propaganda sebagai transmisi pesan satu-kepada-banyak, maka media massa menjadi medium pesan yang sangat efektif untuk digunakan. Melalui upaya manipulasi psikologis, propaganda berupaya menyatukan khalayak kedalam suatu organisasi atau tujuan propagandis. 44 F.2.4. Teori Strategi Strategi menurut Timur Mahardika merupakan jalan untuk mencapai tujuan, maka mengembangkan suatu strategi membutuhkan paling tidak suatu pengetahuan yang menyeluruh, kritis dan objektif mengenai kekuatan penghalang perubahan dan sekaligus peta seluruh kekuatan yang ada, termasuk analisis dengan kejujuran kekuatan internal yang dimiliki dan suatu tata susunan langkah-langkah yang akan diambil sehubungan tujuan yang ingin dicapai dikaitkan dengan kenyataan-kenyataan yang ada, sehingga didapat strategi yang baik, dalam hal ini tidak ditentukan oleh suatu kecerdasan individual, melainkan oleh hasil kerjasama, terutama bisa memperoleh data yang akurat. 45 Dengan adanya strategi suatu jalan mencapai tujuan maka strategi komunikasi politik merupakan sesuatu hal yang bertujuan untuk pencitraan politik dengan merawat ketokohan dan memantapkan kelembagaan artinya dengan ktokohan seorang politisi dan kemantapan lembaga politiknya dalam masyrarakat, akan memiliki pengaruh tersendiri dan komunikasi politik. Selain itu juga diperlukan kemampuan dan dukungan lembaga dalam penyusunan pesan politik, menetapkan metode dan memilih media yang tepat. 46
44
Dan Nimmo.,Op.,Cit.,Hal .114. Timur Mahardika,2006, Strategi membuka jalan perubahan, Bantul Pondok Pustaka, Hal,58. 46 Anwar Arifin,2006, Pencitraan dalam politik (Strategi pemenangan pemilu dalam presfektif Komunikasi Politik), Jakarta : Pustaka Indonesia, Hal.33. 45
43
Universitas Sumatera Utara
Sementara dalam kamus Longman Dictionary of Contemporary English, arti dari strategi adalah strategy is a particular plan for winning success in particular activity, as in war, a game, a competition, or for personal advantage. Jadi, strategi merupakan perencanaan dalam mensukseskan tujuan dalam segala aktifitas. Baik dalam mensukseskan peperangan, kompetisi maupun yang lainnya. Kemudian, seiring dengan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dibidang manajemen, kata strategi yang biasa di gunakan organisasi profit dan non profit, sering digabungkan dengan perencanaan strategi maupun manajemen strategi. Perencanaan strategi dimaknai rancangan yang bersifat sistemik dilingkungan sebuah organisasi. Sedangkan manajemen strategi mempunyai definisi yang berbeda-beda. Dimana pertama, proses atau rangkaian kegiatan pengambilan keputusan yang
bersifat
mendasar
dan
menyeluruh,
disertai
penetapan
cara
melaksanakannya, yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran di dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuannya. Dilihat dari pengertian diatas dapat dijelaskan secara rinci, yaitu : manajemen strategi adalah proses pengambilan keputusan, kedua, keputusan yang diambil merupakan keputusan yang menyeluruh dan mendasar. Ketiga, pembuatan keputusan harus dilakukan oleh pucuk pimpinan sebagai penanggung jawab utama dalam keberhasilan dan kegagalan dalan sebuah organisasi. Keempat, pengimplementasian keputusan tersebut sebagai strategi organisasi untuk mencapai tujuan yang dilakukan oleh seluruh jajaran organisasi. Kelima, keputusan tersebut harus diimplementasikan oleh seluruh jajaran organisasi dalam bentuk kegiatan/pelaksanaan pekerjaan yang terarah.Sedangkan menurut Michael Allison dan Jude Kaye, Strategi adalah proses sistemik yang disepakati
44
Universitas Sumatera Utara
organisasi dan membangun keterlibatan diantara stakeholder utama-tentang prioritas yang hakiki bagi misinya dan tanggap terhadap lingkungan operasi. 47 Jadi, strategi politik adalah sebuah rencana yang sistematik dan mengimplementasikannya dalam mencapai tujuan memenangkan dalam bidang politik. Dengan strategi politik inilah partai politik mampu memenangkan dalam setiap momentum perebutan kekuasaan. Sedangkan strategi yang berkaitan dengan pembangunan sosial adalah sebuah rencanayang sistematik dan mengimplementasikan inklusi sosial dalam rangka memenangkan pemilu G. Metodologi Penelitian
Berangkat dari uraian serta penjelasan tujuan penelitian maupun kerangka dasar teori diatas, penelitian ini memiliki tujuan metodologis yaitu deskriptif (melukiskan). Penelitian deskriptif adalah suatu cara yang digunakan untuk memecahkan masalah yang ada pada masa sekarang berdasarkan fakta dan datadata yang ada. Penelitian ini untuk memberikan gambaran yang lebih detail mengenai suatu gejala atau fenomena. 48 Tujuan dasar penelitian deskriptif ini adalah membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai faktafakta, sifat-sifat, serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Jenis penelitian ini tidak sampai mempersoalkan jalinan hubungan antar variabel yang ada, tidak dimaksudkan untuk menarik generalisasi yang menjelaskan variabelvariabel yang menyebabkan suatu gejala atau kenyataan sosial. Karenanya pada penelitian deskriptif tidak menggunakan atau tidak melakukan pengujian
47 Hadari Nawawi,2005, Manajemen Strategi Organisasi non Profit Bidang Pemerintahan dengan Ilustrasi di Bidang Pendidikan, Yogyakarta: Gadjah Mada Press, Hal.148. 48 Bambang Prasetyo dkk. 2005. Metode Penelitian Kuantitaif : Teori dan Aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hal. 42.
45
Universitas Sumatera Utara
hipotesa seperti yang dilakukan pada penelitian ekspalanatif berarti tidak dimaksudkan untuk membangun dan mengembangkan perbendaharaan teori. 49
G.1. Jenis Penelitian
Studi ini pada dasarnya bertumpu pada penelitian kualitatif. Aplikasi penelitian kualitaif ini adalah konsekuensi metodologi dari penggunaan metode deskriptif. Bogdan dan Taylor mengungkapkan bahwa ”metodologi kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. 50 Penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau proses penjaringan informasi dari kondisi sewajarnya dalam kehidupan suatu objek, dihubungkan dengan pemecahan masalah, baik dari sudut pandang teoritis maupun praktis.
G.2. Data dan Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, data yang dipergunakan adalah data primer dan data sekunder. Dimana data primer adalah data yang diperoleh langsung melalui wawancara kepada sumbernya, misalnya : -
direksi Metro TV
-
bagian iklan Metro TV
-
wartawan Metro TV
-
tim sukses Jokowi – JK
-
relawan
-
anggota parpol.
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui berbagai sumber seperti : -
buku
49
Sanafiah Faisal. 1995. Format Penelitian Sosial Dasar-Dasar Aplikasi, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Hal. 20. 50 Mohammad Natsir. 1983. Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia. Hal. 105.
46
Universitas Sumatera Utara
-
majalah
-
laporan
-
jurnal
-
dan lain-lain. G.3. Teknik Analisis Data
Teknik data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif, dimana teknik ini melakukan analisa atas masalah yang ada sehingga diperoleh gambaran jelas tentang objek yang akan diteliti dan kemudian dilakukan penarikan kesimpulan.
F.
Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan suatu gambaran yang jelas dan lebih terperinci serta untuk mempermudah isi, maka penelitian ini terdiri 4 (empat) bab, yakni: H. Sistematika Penulisan Untuk mendapatkan suatu gambaran yang jelas dan lebih terperinci serta untuk mempermudah isi, maka penelitian ini terdiri kedalam 4 (empat) bab, yakni: BAB I
: PENDAHULUAN Dalam bab ini akan menguraikan dan menjelaskan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, metodologi penelitian, dan sistematika penelitian.
BAB II
: PROFIL METRO TV DAN JOKOWI-JK
47
Universitas Sumatera Utara
Dalam bab ini akan menggambarkan segala sesuatu mengenai objek penelitian yaitu profil tentang Metro TV dan profil tentang pasangan Jokowi-JK serta agenda/program jadwal kampanye Jokowi-JK. BAB III
:
ANALISA
PERANAN
METRO
TV
DALAM
PEMENANGAN JOKOWI-JK DI PILPRES INDONESIA TAHUN 2014. Bab ini nantinya akan berisikan tentang penyajian data dan fakta yang diperoleh dari wawancara buku-buku, jurnal, majalah, koran, serta internet dan juga akan menyajikan pembahasan dan analisis data dan fakta tersebut. BAB IV
: KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis data pada bab-bab sebelumnya serta berisi kemungkinan adanya saran-saran yang peneliti peroleh setelah melakukan penelitian
48
Universitas Sumatera Utara