Kata Pengantar
CONTENT
Daftar Isi
FOREWORD
Daftar Isi
...........................................................................................
Content
................................................................................
Kata Pengantar Foreword
...........................................................................
Profil Jawa Barat West Java Profile
Pola pembangunan berkelanjutan merupakan syarat mutlak bagi kesinambungan roda pembangunan yang tengah berjalan saat ini. Dalam melaksanakan pembangunan berkelanjutan, pemerintah daerah harus melaksanakan pembangunan dengan memperhatikan semua aspek secara holistik. Salah satu aspek yang harus diperhatikan adalah aspek lingkungan hidup dalam arti bahwa setiap kegiatan pembangunan harus terintegrasi dengan pembangunan lingkungan hidup itu sendiri sehingga sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungannya. Tanpa memperhatikan kesesuaian tersebut, sumberdaya alam sebagai modal dasar pembangunan akan tereksploitasi secara berlebihan padahal keberadaan sumberdaya alam sangat terbatas. Untuk mendukung pelaksanaan dan pengembangan kebijakan pembangunan lingkungan hidup dibutuhkan data dan informasi lingkungan hidup yang terukur, akurat dan berkesinambungan. Penyediaan data dan informasi ini sejalan dengan upaya pengembangan sistem informasi sebagaimana tercantum dalam Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan hidup serta dalam rangka mewujudkan akuntabilitas publik sebagaimana diamanatkan Undang-undang No. 14 Tahun 2008 perihal Keterbukaan Informasi Publik. Buku Status Lingkungan Tahunan (ASER) Jawa Barat merupakan ringkasan eksekutif dari Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Provinsi Jawa Barat yang menyajikan informasi kondisi lingkungan, dampak permasalahan, respon pemerintah dan masyarakat dalam menangani permasalahan lingkungan hidup. Dalam penyajianya sendiri dibuat dalam bahasa yang sederhana, menarik dan enak dibaca sehingga mudah dimengerti oleh seluruh pembaca atau pihak yang berkepentingan. Penerbitan Buku Status Lingkungan Tahunan (ASER) Jawa Barat Tahun 2010 ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi yang bermanfaat guna mencapai harapan kita bersama untuk dapat mendukung serta mewujudkan Visi Pembangunan Jangka Menengah kita yaitu "Tercapainya Masyarakat Jawa Barat Yang Mandiri, Dinamis, Sejahetra Tahun 2013".
i 1 2
Permasalahan Lingkungan Hidup Jawa Barat West Java Environmental Problems
Dan Upaya Penanganan ....................................................................
3
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) ...................................................
4
Konservasi SDA
9
And Management Efforts
Strategic Environmental Assessment
.....................................................................
Conservation of Natural Resources
Pencemaran Air Sungai ............................................................................ 13 River Pollution Pencemaran Udara .................................................................................... 17 Air Pollution
Persampahan Waste
................................................................................................. 21
Amdal
Environmental Impact Assessment (IAE)
EPCM (Environmental Pollution Control Manager)
..........................
Environmental Pollution........................................................................... Control Manager (epcm)
Proper Tahun 2010 Proper In 2010
Laboratorium Lingkungan
....................................................................
Environmental Laboratory
Penegakan Hukum Law Enforcement
Adipura
................................................................................
....................................................................................
Adipura
22 23 27 28 30 33
...................... 37 Implementasi Kantor Berbudaya Lingkungan "Eco Office” Implementasi Kantor Berbudaya Lingkungan "Eco Office” Bank Sampah ..................................................................................... 38 Bank Sampah
Pendidikan Lingkungan Hidup Di Jawa.................................................. Barat 40 Environmental Education In West Java Program Adiwiyata ............................................................................. 44
To support the implementation and development of environment policy development required environmental data and information are scalable, accurate and continuous. Providing data and information is in line with the efforts of information systems development as contained in Law No. 32 of 2009 on Environmental Protection and Management in order to realize the life and public accountability as mandated by Law no. 14 Year 2008 concerning Public Information. Annual Environmental Status Book (ASER) West Java is the executive summary of the Regional Environmental Status Report (SLHD) of West Java province that presents information of environmental conditions, the impact of the problem, the response of government and society in addressing environmental issues. In the presentation itself is made in simple, attractive and easy to read so easily understood by all readers or interested parties. Book Publishing Annual Environmental Status (ASER) of West Java in 2010 is expected to be one useful source of information in order to achieve our common hope to be able to support and realize the vision of our Medium-Term Development of "The achievement of the Independent Community of West Java, Dynamic, Sejahtera Year 2013 ".
Mangrove
Terima kasih
Adiwiyata Program
Pengembangan "Green Growth" Di Jawa Barat ...................................... 45 Pengembangan "Green Growth" Di Jawa Barat Publikasi Dan Kampanye Lingkungan (Balad Kuring) ........................ 47
The pattern of sustainable development is a necessary condition for the sustain ability of the ongoing construction of the wheel today. In implementing sustainable development, local governments must carry out with due regard to all aspects of development in a holistic manner. One aspect to consider is the environment in the sense that any development activities should be integrated with the development environment itself, so in accordance with the carrying capacity of the environment. Regardless of appropriateness, the natural resources as the basic capital development will be exploited to excess when in the presence of natural resources are very limited.
Lahan tambak
Bandung, Desember 2010 Gubernur Jawa Barat
Environmental Publication And Campaign (Balad Kuring)
Mitigasi Kebencanaan Disaster Mitigation
................................................................ 59 Gambar. Lahan Mangrove yang telah di konversi menjadi lahan tambak
i
ANNUAL STATE OF ENVIRONMENTAL REPORT 2010
Ahmad Heryawan ANNUAL STATE OF ENVIRONMENTAL REPORT 2010
1
Permasalahan Lingkungan Hidup Jawa Barat Dan Upaya Penanganan WEST JAVA PROFILE
WEST JAVA ENVIRONMENTAL PROBLEMS AND MANAGEMENT EFFORTS
Profil Jawa Barat
environmental supporting capacity.
2 ANNUAL STATE OF ENVIRONMENTAL REPORT 2010
Lain-lain
TanahKosong
Semak alang-alang
Tambak
Perairan
Hutan
Perkebunan
Kebun Campuran
Sawah
Tegalan
Industri
Jasa
Permasalahan lingkungan Environmental hidup di Jawa Barat tidak problems in West Java are terlepas dari faktor manusia tangled with population dan aktivitasnya. Jumlah growth and their activities. penduduk Jawa Barat yang En o r m o u s n u m b e r o f tinggi membawa implikasi akan p o p u l a t i o n g e n e r a te s semakin meningkatnya kebutuhan akan lahan padahal demand for larger area of lahan yang tersedia sangat land, while in fact the terbatas. Disamping itu, available land is extremely kemiskinan dan rendahnya limited. On the other hand, tingkat pendidikan menjadi poverty and low education Gambar 2. PETA KAWASAN EKOLOGI DAN HUTAN LINDUNG faktor pendorong semakin (Sumber BPLHD Prov. Jabar) level has added to the kompleksnya permasalahan lingkungan yang terjadi. Salah satu pemicu gangguan terhadap stabilitas ekosistem complexity. One of the triggering factors that cause lingkungan adalah alih fungsi lahan. Alih fungsi lahan di Jawa threats to ecosystem stability is land use change, which Barat telah mengancam terhadap keberadaan daerah in West Java has take form in conversion of konservasi. Beberapa daerah konservasi telah banyak berubah conservation area to settlement area. fungsi termasuk menjadi lahan permukiman. Northern Bandung and Bodebekjur are examples of Wilayah Bandung utara dan Bodebekjur merupakan daerah di Jawa Barat yang laju perubahan fungsi lahannya relatif area with rapid land conversion rate compared to other cepat dibandingkan daerah lainnya. Wilayah-wilayah tersebut areas in West Java. Those areas are administratively secara administrasi menyangkut beberapa kabupaten/kota covering several city/regency, however land use policy yang bertetangga. Ironisnya kebijakan penggunaan ruang between local, central and provincial government are antara kabupaten/kota ini masih belum sinergis termasuk often found overlapping and opposing the dengan Provinsi dan Pusat sehingga masih ada pemanfaatan ruang yang tumpang tindih dan bertolak belakang bila ditinjau environmental function. The enactment of West Java Province Regulation dari sudut fungsi lingkungannya. Pada tahun 2010 dengan telah ditetapkannya Peraturan No. 22 Year 2010 about West Java Regional Spatial Daerah Provinsi Jawa Barat No. 22 Tahun 2010 Tentang Planning 2009-2029 brings hope of integrated interRencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009- sector, inter-region, and inter-actor development in 2029, diharapkan terwujudnya keterpaduan pembangunan terms of land use in West Java Province. The West Java antarsektor, antarwilayah dan antar pelaku dalam pemanfaatan Spatial Planning has established area of Provincial ruang di Provinsi Jawa Barat. Pada RTRW ini telah ditetapkan Strategic Region based on National Strategic Region kawasan strategis provinsi (KSP), penetapan KSP ini dilaksanakan dengan provision. Incorporated in Penggunaan lahan (dalam Ha) (Ha) m e m p e r h at i ka n kawa s a n the provincial strategic 1400000 startegis nasional (KSN). 1200000 region are urban areas of Kawasan Strategis Provinsi 1000000 Jabodetabek and Bandung 800000 Jawa Barat ini diantaranya 600000 Metropolitan. Considering adalah Kawasan Perkotaan 400000 the complexity of problems Jabodetabek-Punjur dan 200000 Cekungan Bandung. Jika dilihat occurring in those areas, it 0 pada permasalahan yang ada di is only right that special wilayah ini memang sudah attention, particularly seharusnya menjadi kawasan regarding land use consent, yang membutuhkan perhatian are directed to the region. khusus termasuk perizinan Gambar 3. Penggunaan Lahan di Jawa Barat Tahun 2008 pemanfaatan ruang di kawasan Sumber : Kanwil BPN, 2009 ini. Pemukiman
Ditinjau secara geografis Geographically, West 50 Jumlah penduduk Jawa Barat memiliki batas 45 Java Province is bordered by (juta jiwa) wilayah laut, yaitu di utara 40 Java Sea in the north coast Laju Pertumbuhan dengan perairan Laut Jawa dan 35 and Indonesia Ocean in the penduduk LPP) (96) 30 di selatan dengan Samudera south coast. West Java Proporsi penduduk 25 Indonesia. Wilayah daratan miskin (%) 20 terrestrial area is composed Jawa Barat terdiri dari wilayah 15 pegunungan di bagian tengah of mountainous area in the 10 hingga wilayah datar dan pesisir middle part with dominant 5 di utara, adapun kawasan plain area in north coast 0 selatan merupakan kawasan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 and hilly area in the south berbukit-bukit dengan sedikit Gambar 1. Perkembangan Jumlah Penduduk, Laju Pertumbuhan Penduduk coast. The terrestrial area of dan Proporsi Penduduk Miskin di Jawa Barat Tahun 2006 - 2010 pantai. Pada wilayah daratan ini ( Sumber : BPLHD ) West Java is ecologically secara ekologis Jawa Barat composed of 40 river basins, terbagi dalam 40 (empat puluh) Daerah Aliran Sungai (DAS) dimana terdapat aliran sungai pada 22 of them run to the north coast and the rest run south. 22 DAS yang bermuara ke utara dan aliran sungai yang bernuara West Java Province is one of the most populated ke selatan. provinces in Indonesia. The national census held in 2010 Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di ranked West Java as number one in number of Indonesia dengan jumlah penduduk yang sangat padat. Berdasarkan hasil sensus penduduk pada tahun 2010, Provinsi population, i.e. 43.021.826 inhabiting total area of 3.6 Jawa Barat merupakan Provinsi dengan jumlah penduduk million Ha, which makes an average population density tertinggi di Indonesia yaitu sebanyak 43.021.826 jiwa yang of 1.159 People/km2. Population growth rate in 2000menghuni luas wilayah sekitar 3,6 juta Ha, sehingga kepadatan 2010 is relatively high, an average of 1.89%. Population penduduk tercatat 1.159 orang per kilo meter per segi. dispersal was uneven, where most of the population lives Pertumbuhan penduduk Jawa Barat 2000 - 2010 masih tergolong in urban growth centers such as Bodebek or Bandung cukup tinggi yaitu rata-rata 1,89 %. Penyebaran penduduk di Jawa Barat tidak merata, mayoritas penduduk bermukim di Metropolitan. In 2010, Bogor Regency, Bandung wilayah pusat-pusat pertumbuhan perkotaan seperti wilayah Regency, and Bekasi Regency is recorded as the most Bodebek dan cekungan Bandung. Pada tahun 2010 tercatat populated administrative area, whilst Bandung City is Kabupaten Bogor, Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bekasi noted as the most dense city with population density of merupakan wilayah administrasi dengan jumlah penduduk 14.288 people/km2. terbanyak, adapun Kota Bandung merupakan kota paling padat In socio-economy aspect, West Java GRDP at dengan kepadatan mencapai 14.288 kilometer persegi. constant prices in first quarter of 2010 reached IDR Dilihat dari sudut sosial ekonomi, nilai PDRB Jawa Barat atas dasar harga konstan pada triwulan I 2010 mencapai Rp. 77.200 77.200 billion. Largest contribution was dominated by Milyar. Kontribusi terbesar didominasi oleh sektor industri manufacture industry which reached 43,11%. Inflation pengolahan sebesar 43,11 %. Adapun tingkat inflasi di Jawa Barat rate in first quarter of 2010 was 2,99%, which was much pada triwulan I tahun 2010 mencapai 2,99 % lebih baik pada better from inflation rate in first quarter of the previous triwulan I tahun 2009 sebesar 7,45 %. Pada Tahun 2010 tercatat year 2009 that reached 7,45%. By the end of 2010, presentase jumlah penganggur terhadap angkatan kerja atau percentage of unemployment compared to economically Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah sebesar 12 %. active group was 12%. Percentage of people living under Adapun proporsi penduduk miskin di Jawa Barat masih poverty in 2010 was still relatively high i.e. 11,27% menunjukkan angka yang tinggi yaitu sebesar 11,27 % pada although there were tendency of decrease in the tahun 2010 ini meskipun cenderung terjadi penurunan. Kondisi alam dan sosial ekonomi yang demikian akan number. sangat berpengaruh terhadap keberadaan sumberdaya alam Such characteristic of natural and socio-economy dan kelangsungan lingkungan hidup di Jawa Barat terutama condition would eventually affect the dynamics between tekanan terhadap daya dukung dan daya tampung lingkungan population pressure, demanding development and Jawa Barat.
ANNUAL STATE OF ENVIRONMENTAL REPORT 2010
3
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
STRATEGIC ENVIRONMENTAL ASSESSMENT
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) merupakan kajian yang harus dilakukan pemerintah daerah sebelum memberikan izin pengelolaan lahan maupun hutan sebagaimana tertuang dalam Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. KLHS ditujukan untuk memastikan penerapan prinsip pembangunan berkelanjutan dalam pembangunan suatu wilayah, serta penyusunan kebijakan dan program pemerintah. KLHS harus dilakukan dalam penyusunan dan evaluasi rencana tata ruang wilayah, rencana pembangunan jangka menengah dan panjang, kebijakan dan program yang berpotensi menimbulkan dampak dan atau risiko terhadap lingkungan hidup. Mekanisme pelaksanaan KLHS meliputi pengkajian pengaruh kebijakan, rencana, dan program terhadap kondisi lingkungan hidup di suatu wilayah, perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan dan program serta rekomendasi perbaikan untuk pengambilan keputusan kebijakan dan program yang mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan. KHLS sendiri harus memuat kajian mengenai kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup; perkiraan mengenai dampak dan risiko terhadap lingkungan hidup. Pada tahun 2010, Provinsi Jawa Barat telah melaksanakan KLHS wilayah Bodebekjur, adapun inti dari KLHS Bodebekjur ini adalah menelaah keseluruhan arahan Perpres No.54/2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur, diidentifikasikan 6 (enam) permasalahan strategik dipandang dari sisi Provinsi Jawa Barat karena, akan menjadi beban institusional yang menerus. Permasalahan ini justru tidak mendapat perhatian yang memadai oleh Perpres tersebut, yaitu : 1) Perkembangan permukiman oleh tekanan Jakarta; 2) Kawasan lindung Muara Gembong, Kabupaten Bekasi; 3) Upaya memepertahankan pertanian lahan basah: Tambelang, Sukatani, Pabayuran, Kedung Waringin;
STRATEGIC ENVIRONMENTAL ASSESSMENT Strategic Environmental Assessment (SEA), as mandated by Act No. 32 Year 2009 about Environmental Protection and Management, is an assessment conducted by local and provincial government prior to issuance of land or forest utilization consent, to ensure the implementation of sustainable development principles in a region development, policy arrangement, and official programs. SEA is an indispensable part of regional spatial planning preparation and evaluation, middle and long term development plan, policy and program that has the potential of causing environmental impact or risk. SEA mechanism includes assessment of policy, development planning and program impact toward environmental condition in a region; formulation of policy and program improvement; as well as recommendation for policy making and program arrangement that integrates sustainable development principles. In addition, SEA must include environmental supporting and FISIOGRAFI : 5 UNIT
DAS : 10 DAS
OVERLAY FISIOGRAFI & DAS
DIKELOMPOKAN BERDASARKAN FISIOGRAFI & FUNGSI DAS
PARAS 1 4 KAWASAN EKOLOGI
KAWASAN EKOLOGI DIPISAH BERDASAR FISIOGRAFI
PARAS 2 10 ZONA EKOLOGI
BADAN KOORDINASI TATA RUANG NASIONAL PENATAAN RUANG KAWASAN JAKARTA BOGOR, DEPOK, TANGERANG, BEKASI, PUNCAK DAN CIANJUR
PETA STRUKTUR DAN POLA RUANG
ZONA EKOLOGI DIPISAH BERDASAR DAS
BLOK EKOLOGI DIPISAH BERDASAR PENGGUNAAN LAHAN
PARAS 3 23 BLOK EKOLOGI
KT
KT
SW
SW
SW
KT
KT
KC
KC
KC HL
HP
HP
HP
HL
HP
HP
KC
KC KC HL
KC
HL HL KC SW HL SW
PARAS 4 28 TAPAK EKOLOGI
Gambar 5. Diagram atribut/karakter ekologis geofsik (abiotis) dan biologis (biotis).
Gambar 4. PETA STRUKTUR DAN POLA RUANG
4 ANNUAL STATE OF ENVIRONMENTAL REPORT 2010
( Sumber : Bakortanal )
( Sumber : BPLHD JABAR )
Gambar 6. PETA UNIT FISIOGRAFI DAN DAS
( Sumber : BPLHD JABAR)
4) Pengendalian kawasan Ciawi Puncak, Kabupaten Bogor dan Cianjur; 5) Pengendalian dampak oleh kawasan dan aglomerasi industri di Kabupaten Bekasi dan di Cimanggis, Gunung Putri, Citeureup, Cileungsi Kabupaten Bogor; 6) Penambangan pasir dan batu di Rumpin Kabupaten Bogor. Adapun temuan dan saran dari hasil Kajian Lingkungan Hidup Strategis Wilayah Bodebekjur : 1. Permukiman di Bodebekjur telah berkembang tanpa suatu sistem perkotaan terkendali, efektif dan efisien, mengingat permukiman tumbuh secara inkremental, tergramentasi dan sporadis. Perubahan lingkungan di wilayah Bodebekjur jelas disebabkan oleh dampak perkembangan Jakarta sebagai pusat pemerintahan d a n ke g i ata n e ko n o m i nasional. Perlu dipertimbangkan kemungkinan penanganan Bodebekjur dengan cara melunakkan tekanan Jakarta, misalnya membatasi bahkan menarik keluar universitas, perkembangan pelabuhan, kantor dagang dan kantor pemerintahan; 2. Permukiman di Bodebekjur, terutama yang langsung berbatasan dengan Jakarta, adalah kawasan ekspansi Jakarta yang terlanjur tumbuh secara acak yang menyulitkan pelayanan kota yang memerlukan keterpaduan pengembangan antar zona; 3. Arahan agar pemerintah daerah menentukan: koefisen zona terbangun, indeks konservasi potensial dan aktual, koefisien lantai bangunan, koefisien lantai dasar bangunan, selain secara teknis tidak sederhana juga penerapannya tidak menjamin tercapainya sasaran pengelolaan lingkungan; 4. Adanya kerancuan pemahaman antara peresapan setempat dan imbuhan (recharge) air tanah; 5. Penetapan Muara Gembong sebagai kawasan lindung perlu ditinjau kembali. Selain fungsi lindungnya tidak jelas, kenyataannya apa yang disebut sebagai hutan
carrying capacity assessment as well as environmental risk and impact assessment. In 2010, West Java has finalized Bodebekjur Region Strategic Environmental Assessment that focused on reviewing President Regulation No. 54/2008 about Jabodetabekpunjur Spatial Planning. The review identified 6 (six) strategic issues that might cause continuous institutional burden from West Java Province perspective, which were not reckoned by the President Regulation, namely: 1. Settlement area expansion as consequences of Jakarta population pressure 2. Muara Gembong conservation area in Bekasi Regency 3. Efforts to maintain agricultural wetlands in: Tambelang, Sukatani, Pabayuran, Kedung Waringin 4. Development control in Ciawi Puncak, Bogor Regency and Cianjur region 5. Industrial agglomeration impact control in Bekasi Regency, Cimanggis, Gunung Putri, Citeureup, Cileungsi, and Bogor Regency 6. Sand and stone mining activity in Rumpin Bogor regency Several findings and recommendation from Bodebekjur Region SEA are: 1. Settlement area in Bodebekjur has expanded uncontrollably without adequate urban planning. The expansion has become incremental, fragmented, and sporadic. Environmental change in Bodebekjur area is obviously affected by massive development of Jakarta as capital city and national economy center. Several efforts could be taken into account in order to reduce population pressure from Jakarta, for instance by limiting or moving universities, ports, trade offices, and government offices. ( Sumber : BPLHD )
(Ha) 500,000.00 400,000.00 1. Hutan Konservasi
300,000.00
2. Hutan Lindung
200,000.00
3. Hutan Produksi
100,000.00 0,00 2003
2005
2006
2007
2008
Gambar 7. Perkembangan Luas Hutan di Jabar menurut Jenis
ANNUAL STATE OF ENVIRONMENTAL REPORT 2010
5
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
STRATEGIC ENVIRONMENTAL ASSESSMENT
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) lindung telah berubah menjadi tambak; 6.. Upaya mempertahankan pertanian lahan kering, tidak cukup hanya dengan pendekatan regulatif pelarangan alih fungsi yang sesungguhnya hanya akibat dari alih hak, upaya tersebut perlu disertai dengan peningkatan ketahanan para petani pemilik sawah, menjamin pasar ya n g m e m b e r i ke u nt u n ga n d a n m e n j a m i n berfungsinya irigasi; 7. Penggunaan resapan dan biopori seperti yang sering dikampanyekan, perlu mempertimbangkan tingkat kejenuhan tanah dan akibat kandungan air tanah terhadap beban tanah dan konstruksi disekitarnya. Perlu ada pembedaan antara daerah resapan dan daerah imbuhan air; 8. Aglomerasi industri sudah terjadi sejak hampir 40 tahun yang lalu dan kawasan industri mulai berkembang sekitar 25 tahun. Karena itu hubungan dengan lingkungan sekitarnya dan dampak oleh keberadaan industri telah dianggap sebagai suatu kewajaran. Kondisi permukiman yang mengepung industri di sekitar Gunung Putri dan terhimpit kawasan industri sekitar Cikarang perlu mendapat perhatian; 9. Penambangan andesit, diorit dan lava di G. Parema dan Moloko di Rumpin tidak menimbulkan permasalahan lingkungan dan dapat dilanjutkan. Bahkan disarankan untuk menggantikan penggalian pasir sungai purba sekitar Cisadane, yang merupakan bagian dari sistem tata air tanah di daerah aliran sungai tersebut. Yang perlu diperhatikan adalah gangguan oleh adanya kegiatan penggalian, pengangkutan hasil penambangan dan penanganan pasca penambangan; 10. Pemikiran yang perlu dikembangkan bukan hanya memilah secara tegas kawasan lindung dan budidaya, tetapi perlu mencari kemungkinan bagaimana mengisi zona budidaya dengan blok atau tapak yang mempunyai fungsi lindung 700,000.00 600,000.00
Ha
500,000.00 400,000.00 300,000.00 200,000.00 100,000.00 2003 Series1 580,397
2004
2005
2006
2007
2008
482,631
415,351
310,909
202,130
175,799
Tahun
Gambar 8. Perkembangan Rehabilitasi Lahan Kritis diJabar
6 ANNUAL STATE OF ENVIRONMENTAL REPORT 2010
( Sumber : BPLHD JABAR )
STRATEGIC ENVIRONMENTAL ASSESSMENT
Gambar 9. Program Pengelolaan Hutan Lestari Berbasis Masyarakat (PHBM) Kawasan Hutan Produksi dan Lindung dibawah pengelolaan PerumPerhutani KPH Kuningan
2. Settlement areas in Bodebekjur, especially those directly adjacent to Jakarta, are the most randomly and sporadically developed, that complicate the efforts for public service which requires interzone development integrity. 3. Recommendation for the Local government to establish built zone coefficient, potential and actual conservation index, building floor and basement coefficient, is technically complicated and their application still could not guarantee environmental goals achievement. 4. Confusion between local infiltration and groundwater recharge understanding 5. Establishment of Muara Gembong as conservation area needs to be reconsidered due to unclear conservation function and the fact that the area that are meant to be conservation area has turned into fishpond. 6. To maintain agricultural land, regulation approach is not sufficient to prevent land use change. More efforts on improving farmers and land owners capacity, guarantee on profitable market and irrigation continuity are further required. 7. Bio-pore and infiltration well practice as often promoted need to consider soil saturation level and impact of soil water content to land load and construction in the area. A common understanding of the difference between infiltration and recharge area should also be socialized. 8. Industrial agglomeration has been going on since almost 4 decades ago, followed by industrial estate which has developed for almost 25 years, making the dynamics between industries and their surrounding more of a customary feature. Settlement areas that
11. Kapasitas BKSP perlu ditingkatkan dan perlu diberi peranan yang jelas dan tepat dalam menindak lanjuti rencana penataan ruang perlu diperjelas. Salah satu kewajiban Pemerintah Daerah lainnya yang diamanahkan dalam Undang-undang No. 32 Tahun 2009 adalah Penyusunan wilayah ekoregion sebagai dasar perencanaan perlindungan dan pengelolaan keaneka-ragaman dan kekayaan hayati yang dimiliki. Namun bagi Provinsi Jawa Barat diharapkan juga dapat digunakan sebagai dasar perencanaan perlindungan dan pengelolaan sumber daya air yang mewakili kepentingan umum yang lebih luas selain keanekaragaman hayati, mengingat kondisi sumberdaya air Provinsi Jawa Barat sudah mulai rawan di beberapa wilayah. Proses pewilayahan ekoregion Provinsi Jawa Barat dimulai dengan mendeliniasi secara digital unit fisiografi dan batas DAS pada peta bersekala 1:250.000, dengan menggunakan peta dasar berskala 1:25.000 dan data geologi berskala 1:100.000. Selanjutnya dilakukan tahapan sebagaimana diagram 1 diatas. Dalam setiap paras diberi atribut/karakter ekologisnya, baik yang berupa geofsik (abiotis) dan biologis (biotis). Pemerintah Provinsi mempunyai kewenangan penyusunan dan pengelolaan untuk Paras 1 dan 2, sedangkan tahap paras 3 dan 4 merupakan kewenangan Kabupaten/Kota. Provinsi Jawa Barat berdasarkan kesamaan fisiografi dan fungsi DAS, dapat diwilayahkan menjadi 4 (empat) Ekoregion Paras 1, yaitu Kawasan Ekologi Cidurian - Citarum, Kawasan Ekologi Cilamaya -
Gambar 10. Program Pengelolaan Hutan Lestari Berbasis Masyarakat (PHBM) Kawasan hutan produksi dan lindung dibawah pengelolaan Perum Perhutani KPH Kuningan ( Sumber : BPLHD JABAR )
7
6.613
6 5
4.402
4
Maks
3
Min
2 1
0.754
0.884 0.553
0.361
0 S. Citarum
S. Citanduy
S. Cisadane
Gambar 11 : Debit Maksimum dan Minimum Beberapa Sungai Besar di Jawa Barat tahun 2009 (m3/det) ( Sumber : BPLHD JABAR )
surround industry in Gunung Putri and Cikarang require a deeper attention. 9. Andesite, diorite, and lava mining in Parema Mountain and Moloko Mountain in Rumpin were not causing environmental problems and may be continue. It is also recommended to replace sand mining in Cisadane primordial river because it might disturb groundwater system in the area. Other issues to be concerned are disturbance from the mining activity, mined material transportation, and post mining handling. 10. It is also important to develop mindset of inserting block or track with conservation function in the development zone instead of firmly separate conservation zone from development zone. 11. Need to improve BKSP capacity by delegating clear function and role in following up the spatial planning. One of local government responsibilities stated in Environmental Protection and Management Act no. 32/2009 is arrangement of eco-region as base of bio diversity management and protection planning. In West Java Province case, the eco-region arrangement is also expected as base for water resource management and protection planning as well, considering high sensitivity of water resource condition in several areas in West Java. Eco-region arrangement in West Java was set off by digitally delineating physiographical units and river basin boundaries on scale 1:250.000 map, using 1:25.000 scaled basic map, and geological map scale 1:100.000. Next steps were described in the above Diagram 1. Each level was attributed by its ecological character, both geophysic (abiotic) and biological (biotic) characteristic. ANNUAL STATE OF ENVIRONMENTAL REPORT 2010
7
Konservasi Sumber Daya Alam
STRATEGIC ENVIRONMENTAL ASSESSMENT
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
( Sumber : BPLHD ) Gambar 12. Penanda tanganan “Komitmen Cinta Puspa dan Satwa” oleh Wagub Jabar (4 November 2010)
Cipanas, Kawasan Ekologi Cimanuk - Cisanggarung dan Kawasan Ekologi Citanduy - Cimandiri. Pada Kawasan Ekologi Cidurian - Citarum tercakup 14 Cekungan Air Tanah (CAT) dengan luas daerah luahan dan imbuhan/resapan air tanah masing-masing 4.099,708 km2 dan 2.533,357 km2, serta terdapat daerah yang tidak termasuk kedalam CAT kerena daerah ini tergolong sebagai daerah langka air tanah, luas daerah bukan CAT ini (4.117,66 km2) hampir sama dengan luas daerah luasan air tanah. Pada Kawasan Ekologi Cidurian - Citarum telah ditetapkan kawasan hutan konservasi dan kawasan hutan lindung untuk melindungi kekayaan hayati, tata air dan tanah, dengan total luas masingmasing adalah 326,15 km2 dan 1.747,89 km2 termasuk Taman Nasional Hutan Halimun Salak, Gunung Gede Pangrango, Kebun Raya Cibodas, Cagar Alam Tangkuban parahu, hutan bakau Muara Gembong, dll. Di Kawasan Ekologi Cilamaya - Cipanas tercakup 7 Cekungan Air Tanah (CAT) dengan luas daerah luahan dan imbuhan/resapan air tanah masing-masing 1.386,50 km2 dan 718,88 km2. Pada Kawasan Ekologi Cilamaya - Cipanas telah ditetapkan kawasan hutan konservasi dan kawasan hutan lindung untuk melindungi kekayaan hayati, tata air dan tanah, dengan total luas masing-masing adalah 27,92 km2 dan 392,89 km2. Adapun untuk kawasan ekologi Citanduy-Cimandiri (8.608,30 km2) lebih dari separuh kawasannya tergolong mempunyai daya resap kecil sampai kedap air dan hampir seluruh kawasan (14.047,52 km2) tergolong rawan longsor dan peka erosi. Dalam rangka pencapaian luas kawasan lindung 45 %, Pemerintah Provinsi Jawa Barat berupaya melaksanakan strategi peningkatan fungsi kawasan lindung di dalam dan di
8 ANNUAL STATE OF ENVIRONMENTAL REPORT 2010
CONSERVATION OF NATURAL RESOURCES Provincial government is authorized to compile and manage ecoregion Level 1 and 2, while the local government is authorized for ecoregion level 3 and 4. West Java Province based on physiography resemblance and river basin function, could be classified into 4 ecoregion level 1, i.e. Cidurian Citarum Ecological Region, Cilamaya - Cipanas Ecological Region, Cimanuk - Cisanggarung Ecological Region, and Citanduy - Cimandiri Ecological Region. In Cidurian - Citarum Ecological Region, there are 14 groundwater basins with total discharge area of 4.099,708 km2 and recharge/ infiltration area of 2.533,357 km2. There are also areas that could not be classified as groundwater basin due to groundwater scarcity with total area of 4.117,66 km2 which was almost equal to groundwater discharge area. Conservation forest and protected forest area has also been established to conserve biodiversity, water and land resource, with total area of 326,15 km2 and 1.747,89 km2 including Halimun - Salak Mountain National Park, Gede - Pangrango Mountain, Cibodas Botanical Garden, Tangkuban Parahu Reserve, Muara Gembong Mangrove, and several others. In Cilamaya 0 Cipanas Eco-region, there are 7 groundwater basins with discharge area of 1.386,50 km2 and recharge/infiltration area of 718,88 km2. This eco-region also has conservation forest with area of 27,92 km2 and protected forest with area of 392,89 km2. As for Citanduy - Cimandiri that has total area of 8.608,30 km2, where more than half of its area is classified as low permeability to impermeable and most of the area (14.047,52 km2) are classified as prone to erosion and landslide. In the efforts of achieving 45% of conservation area, West Java Government has strived to improve protected area function inside and outside forest area; progressively restoring protected area to its fundamental function; progressively
Total (m3/bulan)
2005
2006
Industri (m3/bulan)
2007
PDAM (m3/bulan)
2008
2009
Gambar 13. GRAFIK VOLUME PEMANFAATAN AIR PERMUKAAN BERDASARKAN DATA SIPPA (m3/bulan) ( Sumber : BPLHD JABAR )
luar kawasan hutan; pemulihan secara bertahap kawasan lindung yang telah berubah fungsi; pengalihan fungsi secara bertahap kawasan hutan cadangan dan hutan produksi terbatas menjadi hutan lindung, pembatasan pengembangan prasarana wilayah di sekitar kawasan lindung, serta penetapan luas kawasan hutan minimal 30% dari luas Daerah Aliran Sungai (DAS). Berdasarkan data dari Dinas Kehutanan hingga tahun 2008 terihat bahwa perkembangan luasan hutan sebagai salah satu kawasan berfungsi lindung di Jawa Barat dari tahun 2003 hingga tahun 2008 relatif tetap. Hal ini mengingat pada umumnya wilayah hutan di Jawa Barat merupakan kewenangan Pemerintah Pusat (Perhutani dan Dephut). Salah satu upaya meningkatkan luasan kawasan lindung adalah melaksanakan rehabilitasi lahan kritis. Pada tahun 2003 tercatat luas lahan kritis di Jawa Barat mencapai 580.397 Ha yang terdiri dari 151.689 Ha di dalam kawasan hutan dan 428.708 Ha di luar kawasan hutan. Untuk mengurangi luasan lahan kritis ini telah dilaksanakan program GRLK dan Gerhan di Jawa Barat, luas lahan kritis yang tersisa hingga tahun 2008 seluas 175.799,85 Ha dimana sebanyak 150.132,35 Ha merupakan lahan kritis di diluar kawasan dan merupakan lahan milik masyarakat. Di Jawa Barat dalam upaya pelestarian hutan lindung sejak lama telah dikembangkan Program Hutan Bersama Masyarakat (PHBM), program ini dilakukan antara Perum Perhutani dengan masyarakat yang berada di sekitar hutan. Program PHBM yang digagas dan dibentuk 10 tahun lalu, di antaranya bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat khususnya yang berada di sekitar hutan, sehingga PHBM harus menjadi pemersatu untuk sama-sama menjaga dan memelihara lingkungan sekitar hutan. Para petani desa hutan dibantu untuk mengusahakan komoditas tanaman yang cocok dengan kultur wilayah setempat tanpa petani menjarah kawasan hutan selain itu masyarakat juga memperoleh pelatihan cara pembudidayaan dan pengolahan pascapanen. Hutan lindung dibawah tegakan PHBM bisa berbagi pengelolaannya dengan masyarakat sekitar hutan sehingga terjadi perputaran ekonomi, dengan syarat tidak melakukan penebangan pohon. Pada pelaksanaannya program ini ada yang berhasil namun ada juga yang mengalami kegagalan. Salah satu kegagalannya adalah menyangkut pilihan jenis tanaman dan pengembangan segmen pasar hasil produksi. Untuk itu, sosialisasi dan komunikasi yang baik serta informasi pasar menjadi kebutuhan dalam pengembangan PHBM. Salah satu Kabupaten yang mengembangkan program Pengelolaan Hutan Lestari Berbasis Masyarakat (PHBM) adalah Kabupaten Kuningan. Kabupaten Kuningan yang mencanangkan diri sebagai Kabupaten Konservasi, berusaha untuk mempertahankan kawasan-kawasan yang berfungsi
Gambar 14.
Jumlah Perusahaan Pengambil Air BawahTanah Provinsi Jawa Barat 6000 4000 Jumlah Perusahaan
2000 0 2004
2005
2006
2007
2008
( Sumber : BPLHD JABAR )
functioning reserve and production forest as protected area; restriction of infrastructure development in protected area surroundings; and establishment of minimum 30% forest area from river basin total area. Based on data from Forestry Agency, in the period of 2003 - 2008 total forest area in West Java was relatively stationary, considering most of forest area in West Java are under the authority of Central Government (Forest Enterprise and Ministry of Forestry). One of the efforts to increase protected area is critical land rehabilitation. In 2003, critical land area in West Java reached 580.397 Ha consisting of 151.689 Ha inside forest area and 428.708 Ha outside forest area. To reduce critical land area West Java province has initiated rehabilitation program that in 2008 In the efforts of conserving protected forest, West Java Province has developed Community Forest Program that was conducted together by Forest Enterprise and local community in forest surroundings. The program was intitiated 10 years ago with the objective to improve people income and welfare; particularly those reside in surrounding forest area, therefore the program was expected to unify the community in conserving the forest. Farmers in the village were assisted to cultivate agriculture commodity without disturbing the forest. Farmers were also thought with cultivation technique and post-harvesting management. Community could alsho share the role in forest management that would result in economic improvement without cutting off trees. In the implementation, some program worked and some failed. One of the causes of failure was choice of agriculture commodity and its marketing. In the future, it is also important to develop good socialization and communication as well as market information for the farmers. One of the regencies that develop Community Based Sustainable Forest was Kuningan Regency. Kuningan Regency that proclaimed itself as Conservation Regency has strived to maintain its conservation area including forest area by putting ANNUAL STATE OF ENVIRONMENTAL REPORT 2010
9
Konservasi Sumber Daya Alam
CONSERVATION OF NATURAL RESOURCES
Konservasi Sumber Daya Alam Tahun
CONSERVATION OF NATURAL RESOURCES
2005
2006
2007
2008
2009
PDAM (m3/bulan)
24,929,573
27,028,062
24,034,463
27,272,318
27,404,630
Industri (m3/bulan)
22,931,588
31,054,494
31,764,340
80,689,224
68,520,054
Total (m3/bulan)
64,437,441
72,093,854
69,208,429
121,619,341
109,790,144
Gambar 15. DAFTAR VOLUME PEMANFAATAN AIR PERMUKAAN lindung termasuk hutan dengan menetapkan peran masyarakat sebagai inisiator dan pelaku utama. Dari 134 desa hutan di Kabupaten Kuningan telah dibuat nota kesepakatan bersama (MoU) pelaksanaan PHBM di 105 desa dengan luas areal 20.886 Ha. Penerapan sistem ini dititik beratkan pada kawasan hutannegara dengan perincian : - Kawasan hutan produksi dan lindung dibawah pengelolaan Perum Perhutani KPH Kuningan seluas 26.110 Ha; - Kawasan hutan konservasi (TN. Gunung Ciremai) dibawah pengelolaan BKDA Jabar II seluas 8.699,87 Ha. Upaya konservasi lain yang dilakukan oleh Kabupaten Kuningan adalah pembangunan Kebun Raya Kuningan yang letaknya berdampingan dengan TN. Gunung Ciremai yaitu di Desa Padabeunghar Kecamatan Pasawahan dan saat ini masih dalam tahap pembangunan. Lahan yang digunakan merupakan lahan ex HGU seluas 179 Ha dengan menanam berbagai jenis flora termasuk flora langka dan endemik khas kuningan. Perubahan tata guna lahan dan kerusakan lingkungan hidup di Jawa Barat juga berpengaruh terhadap berkurangnya habitat keanekaragaman hayati. Sebagai salah satu langkah pelestarian dan menggugah generasi muda peduli terhadap keanekaragaman hayati, pada tahun 2010 BPLHD Provinsi Jawa Barat bersama LSM Bicons (Bird Conservation Society) menyelenggarakan beberapa event/kegiatan peduli keanekaragaman hayai seperti lomba karya tulis ilmiah dan film dokumenter tingkat SMA se- Bandung Raya serta Pameran dalam rangka peringatan Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional 2010 Provinsi Jawa Barat dengan tema "Lestarikan Puspa dan Satwa Demi Masa Depan Bumi Kita". Pembukaan Pameran dilakukan oleh Wakil Gubernur Yusuf M. Effendi sekaligus mengawali penandatanganan "Komitmen Cinta Puspa dan Satwa". Disamping itu dilakukan pula penyerahan tanaman Gandaria (identitas flora Jawa Barat) dan tanaman langka asli Garut (Phaleonapsis javanica) kepada anak usia sekolah dasar sebagai simbol kelanjutan pelestarian lingkungan Provinsi Jawa Barat ditangan generasi muda. Kerusakan kawasan hutan dan kawasan konservasi lainnya dimana merupakan salah satu kawasan resapan air dapat
10 ANNUAL STATE OF ENVIRONMENTAL REPORT 2010
( Sumber : BPLHD JABAR )
the community in central role as initiator and prime actor. An MoU has been signed between 105 from total 134 villages in Kuningan Regency to implement community based sustainable forest with total area of 20.886 Ha. The system implementation was emphasized on state forest with details as follows: Production and protected forest area under the authority of Kuningan Forest Enterprise management with total area of 26.110 Ha; Conservation forest (Ciremai Mountai National Park) area under the authority BKDA West Java II management with total area of 8.699,87 Ha. Another conservation effort conducted by Kuningan Regency was development of Kuningan Botanical Garden located close to Ciremai Mountain National Park in Desa Padabeunghar Kecamatan Pasawahan. Area allocated for the botanical garden used to be private land with total area of 179 Ha planted by various plant including rare and endemic plant. Land use change and environmental degradation in West Java has also affected to biodiversity habitat loss. One of the efforts to preserve biodiversity is by raising awareness amongst young generation toward biodiversity reservation. In 2010, WJ-EMA together with Bicons (Bird Conservation Society - an NGO) held several events such as scientific paper writing and documentary film contest for highschool student and exhibition commemorating National Flora & Fauna Reservation Day 2010 with the theme of "Reserving Flora & Fauna for Our Planet's Future". The exhibition was officially opened by Vice Governor Yusuf M. Effendi who also signed "Flora & Fauna Reservation Commitment". Symbolically, the Vice Governor also gave Gandaria (identity flora of West Java) and Garut endemic rare plant (Phaleonapsis javanica) to elementary student as symbol of continuity in environmental conservation at the hand of young generation. Degradation in forest and other conservation aea as water catchments area would consequently affect water resource availability and quantity. Impact to water quantity could be seen in extreme deviation of river discharge between
mempengaruhi keberadaan dan kuantitas sumberdaya air di sekitarnya. Pengaruh terhadap kuantitas air ini dapat dilihat pada deviasi yang ekstrim debit sungai termasuk debit beberapa sungai utama di Jawa Barat antara musim penghujan dan musim kemarau. Dari 3 (tiga) sungai utama yang tercatat menunjukkan sungai Citarum merupakan sungai dengan deviasi debit terbesar. Dampak dari hal tersebut terlihat pada terjadinya banjir akibat sungai Citarum sepanjang tahun 2010 yang merendam beberapa wilayah di sepanjang aliran sungai citarum dari Kabupaten Bandung hingga Kabupaten Karawang. Kerusakan daerah resapan air juga mengakibatkan terjadinya penurunan ketersediaan air termasuk air tanah di wilayah cekungan. Air tanah merupakan sumberdaya alam yang potensinya, baik kuantitas maupun kualitasnya tergantung pada kondisi lingkungan tempat proses pengimbuhan, proses pengaliran dan proses pelepasan air tanah yang berlangsung pada suatu wadah yang dinamakan cekungan air tanah. Di Jawa Barat terdapat 27 buah cekungan air tanah. Dalam kurun waktu tahun 2004 - 2008 berdasarkan data Dinas ESDM Prov. Jawa Barat terjadi peningkatan jumlah perusahaan yang mendapatkan izin pengambilan air bawah tanah. Perkembangan diatas menunkukan bahwa pengambilan air tanah di Jawa Barat dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2008 memperlihatkan bahwa masih intensifnya pengambilan air bawah tanah di Jawa Barat, padahal zona kritis dan rawan untuk air bawah tanah di Jawa Barat relatif masih tinggi. Di Cekungan Bandung saja luasan zona kritis masih 160 Km2 dan zona rawan seluas 114 Km2. Selain air tanah, kuantitas air permukaan perlu menjadi perhatian penting, mengingat volume pemanfaatan air sungai contohnya setiap tahun terus mengalami kenaikan sedangkan kuantitas sumber air semakin berkurang. Perubahan fungsi lahan merupakan tekanan terhadap kontinuitas ketersediaan air permukaan. Perubahan ini berkaitan erat dengan tingkat penyerapan air oleh tanah dan kondisi terbangun diatasnya. Salah satu upaya untuk mempertahankan dan atau meningkatkan kuantitas air adalah melakukan konservasi di w ilaya h res a p a n s u m b er m ata a ir ters eb u t d a n mempertahankan wilayah tersebut agar tidak terjadi alih fungsi lahan. Konservasi ini diharapkan dapat meningkatkan jumlah air yang terserap kedalam tanah dan mengurangi air yang terbuang percuma. Konservasi yang dapat dilakukan antara lain dengan penghijauan dengan tanaman yang berkemampuan menyimpan cadangan air. Selain wilayah pegunungan, Jawa Barat memiliki 2 (dua) kawasan pesisir dan laut yaitu pesisir utara dan pesisir selatan Jawa Barat. Karakteristik wilayah pesisir pantura Jawa Barat merupakan daerah landai dan berlumpur serta banyak bermuara sungai dari wilayah tengah sehingga mangrove cocok untuk tumbuh di wilayah ini. Adapun pesisir pansela merupakan
dry and wet season, which could be observed in main rivers in West Java. Of 3 main rivers, Citarum River had the largest discharge deviation between dry and wet season. Impact of this condition was flooding in Citarum River all along 2010 which soak several area along Citarum River from Bandung Regency to Karawang Regency. Degradation in water catchments area has also caused decrease in water availability including groundwater resource. Groundwater is a natural resource which quantity and quality depend highly on the recharge area condition, flow process, and discharge process that happen in a groundwater basin. There are 27 groundwater basins in West Java. In 2004-2008 periods, data from Energy and Mineral Resource Agency showed increasing number of groundwater abstraction license issuance. The data also indicated intensive groundwater abstraction in West Java during 2003 - 2008, in spite of relatively high critical and vulnerable zone area in West Java. In Bandung Basin alone, area of groundwater critical zone was 160 km2 and vulnerable zone covered the area of 114 km2. Another urgent issue beside the groundwater problem was surface water quantity. Volume of river water usage has increased every year, whilst water source quantity was continuously decreasing. Land use change has been a major pressure to surface water availability and continuity, due to changes in run-off and infiltration balance. One of the efforts in maintaining and improving surface water quantity is water catchments area conservation and preventing them form land conversion. The conservation is expected to increase water infiltration and reduce run-off water. Means of conservation among others are reforestation and planting trees with ability to preserve water. Other than mountainous area, West Java also has 2 (two) Mangrove
Lahan tambak
Gambar 16. Lahan Mangrove yang telah di konversi menjadi lahan tambak
( Sumber : BPLHD )
ANNUAL STATE OF ENVIRONMENTAL REPORT 2010 11
Pencemaran Air Sungai
CONSERVATION OF NATURAL RESOURCES
Konservasi Sumber Daya Alam
RIVER POLLUTION
No
Kabupaten/Kota Berpesisir
I
Pantai Selatan
1
Kabupaten Ciamis
2
Kondisi hutan Mangrove (ha) Luas
Baik
Sedang
Rusak
Rehabilitasi
Berubah Fungsi
237.58
97.08
60.75
79.75
2.00
29.99
Kabupaten Tasikmalaya
45.50
15.10
-
30.40
-
-
3
Kabupaten Garut
50.90
24.40
16.60
9.90
1.20
12.00
4
Kabupaten Cianjur
2.00
1.10
-
0.90
0.90
-
5
Kabupaten Sukabumi
6.50
0.30
1.60
4.30
0.30
2.10
342.48
137.98
78.95
125.25
4.40
44.09
774.00
440.00
-
166.00
100.00
32.00
Jumlah I II
Pantai Utara
1
Kabupaten Bekasi
2
Kabupaten Karawang
9,983.93
629.66
3,953.96
5,400.31
150.00
6,988.75
3
Kabupaten Subang
3,626.80
1,520.60
765.80
1,340.40
225.10
518.80
17,782.06
82.00
4,210.71
13,489.35
4,235.00
-
1,384.56
347.00
800.00
137.31
903.80
-
15.00
6.00
2.00
7.00
100.00
-
Jumlah II
33,566.35
3,025.26
9,732.47
20,540.37
5,713.90
7,539.55
Total
33,908.83
3,163.24
9,811.42
20,665.62
5,718.30
7,583.64
4
Kabupaten Indramayu
5
Kabupaten Cirebon
6
Kota Cirebon
Gambar 17. KONDISI HUTAN MANGROVE DI JAWA BARAT
12 ANNUAL STATE OF ENVIRONMENTAL REPORT 2010
( Sumber : BPLHD JABAR )
Penentuan Lokasi Sampling
Pengambilan Sampel
D
Keterangan Status Mutu A ( Memenuhi Baku Mutu )
C
B ( Cemar Ringan )
B
D ( Cemar Berat )
C ( Cemar Sedang )
Gambar 18. Grafik Status Mutu Air Sungai
UY TA ND CI
AN UK M CI
AL AY A M
M
CI
TA RU CI
NG S LE U CI
LIW
UN
E
G
I
A CI
Aktivitas manusia dan eksploitasi terhadap sumberdaya alam selain memberikan manfaat akan tetapi juga dapat memberikan implikasi negatif terhadap kondisi lingkungan hidup akibat pencemaran lingkungan yang terjadi. Media pencemaran lingkungan sendiri bisa terjadi pada air, tanah maupun udara. Berdasarkan data monitoring kualitas air sungai (Prokasih) di 7 DAS pada tahun 2010 masih menunjukkan ketujuh sungai utama di Jawa Barat tersebut terindikasikan tercemar berat (perhitungan dengan metode Storet dan IP). Jika dilihat berdasarkan parameter-parameter yang diuji/ dianalisis ternyata pada umumnya parameter yang menurunkan kualitas air tujuh sungai utama di Jawa Barat yaitu detergen, COD dan koli. Kehadiran detergen memperlihatkan indikasi terjadinya pencemaran oleh buangan dari suatu proses pencucian rumah tangga maupun industri. Adapun total koli menunjukkan indikasi terjadinya pencemaran oleh limbah domestik dan limbah manusia. Dari ketujuh sungai utama tersebut sebagai gambaran kondisi lingkungan perairan sungai misalnya Sungai Citarum, saat ini Sungai Citarum menghadapi beban pencemaran yang berat dari berbagai aktifitas yang terjadi di DAS nya, termasuk diantaranya pertanian, peternakan, industri dan domestik. Pencemaran ini sudah mulai terjadi di daerah hulu sungai dan diperparah dengan tidak adanya tata guna lahan yang memisahkan kawasan-kawasan. Penggunaan lahan yang tercampur antara industri dan pemukiman, akan memperberat beban pencemaran yang harus ditanggung oleh badan sungai. Baku mutu kualitas air khusus untuk S. Citarum telah ditetapkan melalui Keputusan Gubernur No. 39 Tahun 2000. Dalam peraturan ini, air Sungai Citarum diklasifikasikan sebagai air golongan B, C, D, yang diperuntukkan untuk kegiatan peternakan, pertanian, perikanan air tawar, dan irigasi. Berbagai kegiatan dan
SA DA N
coastal area namely north coast and south coast. North coast is characterized by plain and muddy area with many river estuaries from central part, which makes it suitable for mangrove to grow. South coast on the other hand is characterized by rugged and sandy area that are not suitable for mangrove except in river estuaries. Mangrove forest degradation in north coast was mainly caused by land use conversion into fishponds. There was also wrong perception that mangrove forest would disturb fish cultivation, when in fact on contrary mangrove serve as marine natural fortress and nursery ground. One of the efforts conducted in mangrove conservation in Indramayu was development of mangrove natural laboratory in Losarang District. Conservation and development of mangrove ecosystem in the future is expected to have better direction and integration. At present, West Java has established Local Mangrove Working Group which was legalized by Governor Regulation with main task as to coordinate mangrove management starting from planning, implementation and further development. Below is illustration on mangrove condition in West Java.
CI
daerah bertebing dan berpasir sehingga sedikit sekali ditemukan mangrove di wilayah ini kecuali disekitar muara sungai. Kerusakan hutan mangrove ini secara umum dikarenakan alih fungsi lahan terutama menjadi areal tambak, dan ada persepsi yang keliru dimana keberadaan mangrove mengganggu budidaya perikanan tambak, padahal ekosistem mangrove merupakan benteng alami laut dan nursery ground. Salah satu upaya yang telah dilakukan untuk pelestarian dan pengembangan mangrove di Indramayu adalah membangun laboratorium alam mangrove di Kecamatan Losarang. Pelestarian dan pengembangan ekosistem mangrove ke depan diharapkan lebih terarah dan terpadu lagi mengingat telah terbentuk Kelompok Kerja Mangrove Daerah Jawa Barat dengan dasar peraturan Gubernur Jawa Barat. Kelompok Kerja Mangove Daerah ini berfungsi untuk mengkoordinasikan pengelolaan mangrove mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pengembangan selanjutnya. Kondisi mangrove di Jawa Barat terlihat sebagai berikut :
Sumber : BPLHD, 2009
Human activities and exploitation of natural resources has both positive and negative implications. Negative implications toward environmental quality may occur due to environmental pollution that could take place in water, soil, and air. River water quality monitoring (PROKASIH) in 7 river basins in West Java conducted in 2010 revealed that those entire 7 main river basins were classified as Heavily Polluted based on calculation using IP and Storet Method. There are several main parameters that contribute to the river water quality degradation, i.e. detergent, COD and coli bacteria. Detergent in the river water may indicate pollution from washing process both in industry and in households, whereas the total coli may indicate pollution from domestic wastewater. Citarum River could make a good depiction of river condition in West Java. Being the longest and biggest river basin in West Java, Citarum River bears a heavy load of pollution from various activities along its river basin, including
Analisa Sampel di Laboratorium
Evaluasi Data Hasil Analisa
Penyusunan dan Pengiriman Laporan Akhir
Pengiriman Data Hasil Evaluasi
Gambar 19. Diagram Alir Tahapan Kerja Pemantauan Kualitas Air Sungai (BPLHD) ANNUAL STATE OF ENVIRONMENTAL REPORT 2010 13
Pencemaran Air Sungai
RIVER POLLUTION
Pencemaran Air Sungai
DAS CILIWUNG 1 2 3 4 5 6 7 8
Cisalopa Muara Jaya Pancasan Karya Bakti Yasmin Batu Beulah Karihkil Rumpin
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Atta’awun Cisampay Cisarua Bendung Gadog Katulampa Sempur Kedung Halang Pondok Rajeg Panus
RIVER POLLUTION DAS CILEUNGSI / DAS CITARUM KALI BEKASI 1 2 3 4 5 6 7 8
Pekapuran Cileungsi Cikeas Bojongkulur Marga Jaya Babelan Jonggol Cikarang
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
DAS CIMALAYA
Wangisagara Majalaya Sapan Cijeruk DayeuhKolot Burujul Nanjung Bendung Curug Walahar Tanjung Pura
1 2 3
Wanayasa Bendung Barugbug Cilamaya Hilir
DAS CIMANUK 1 2 3 4
Bayongbong Sukaregang Jembatan Tomo Jatibarang
1 2 3
Panumbangan Bendung Pataruman Tunggilis
Gambar 20. Tujuh Sungai Utama Jabar ( Sumber : BPLHD JABAR )
farming, agriculture, industry, and domestic. The pollution has occurred from the upper area and worsened by the absence of land use segregation. Mixed land use between industrial and settlement area for example, has made the pollution loading even worse. Special river water quality standard for Citarum River had been established by Governor Decree No. 39 Year 2000. In this regulation, Citarum river water are classified into B, C, D category for use of farming, aagriculture, freshwater fishpond, and irrigation. Various activities and programs has been dedicated for Citarum River conservation, one of them is river water quality monitoring. Data from water quality analysis were then calculated and evaluated using database program called "GIS-Based Environmental Information System". This program was developed by West Java Environmental Management Agency (WJ-EMA) since 2007. The data evaluation consisting of comparison to water quality standard (Government Regulation No. 82 Year 2001: Water Quality Standard Class II) and calculation of water quality state according to Pollution Index and Storet Methods. In Fiscal Year 2010, WJ-EMA recorded Citarum River and other 6 rivers in West Java were classified as heavily Polluted (Class D). One of the chemical parameter that exceeded water quality standard in most of the monitoring point and period is BOD. High level of BOD in upstream area was suspected to be the result of high concentration of settlement and industrial area that disposed their wastewater to the river.
program telah dilakukan dalam usaha pelestarian Sungai Citarum dan kegiatan pemantauan kualitas air Sungai Citarum adalah salah satunya. Data data hasil analisa kualitas air Sungai sungai kemudian diolah dan dievaluasi menggunakan program data base yang dinamakan "Sistem Informasi Lingkungan berbasis GIS". Program ini disusun BPLHD Provinsi Jawa Barat sejak tahun 2007. Pengolahan data tersebut meliputi evaluasi terhadap baku mutu Kelas II PP. No. 82 tahun 2001 dan penghitungan status mutu air baik dengan metode Indeks Pencemaran maupun Storet. Dari hasil pantauan BPLHD Provinsi Jawa Barat tahun anggaran 2010, status mutu air S. Citarum dan keenam sungai River degradation was caused by several triggering lainnya dievaluasi dan hasilnya masuk kategori tercemar factors, such as: berat(D). - Low environmental awareness Salah satu parameter kimia yang secara umum melebihi - Untreated wastewater discharge baku mutu pada seluruh lokasi dan periode pemantauan - Inadequate environmental law enforcement adalah BOD. Tingginya kadar BOD di daerah hulu diduga karena di daerah hulu merupakan kawasan padat pemukiman Besides the main rivers, monitoring is also conducted in dan industri yang membuang limbahnya ke sungai serta the main dams in West Java. One of them is Saguling Dam. kurang efisiennya IPAL yang ada.
14 ANNUAL STATE OF ENVIRONMENTAL REPORT 2010
Penurunan kualitas ini disebabkan berbagai faktor diantaranya : - Masih rendahnya kesadaran lingkungan hidup; - Pembuangan limbah ke sungai tanpa pengolahan terlebih dahulu; - Masih rendahnya penegakan hukum lingkungan; Selain kualitas air sungai utama, pemantauan kualitas air dilakukan pula terhadap waduk besar yang berada di Jawa Barat. Salah satu waduk yang dipantau kualitas airnya pada tahun 2010 yaitu Waduk Saguling. Merujuk kepada standar kualitas air PP 82/2001 kelas III (pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, pertanaman) untuk COD maksimum yang harus dipenuhi adalah 50 mg/L dan untuk BOD sebesar 6 mg/L. Pada kedalaman 0,2 m sebelum masuk waduk, kadar COD tinggi tetapi setelah masuk kedalam waduk terjadi
According to water quality standard in Government Regulation 82/2001 Class III (for freshwater fish cultivation, farming, and agriculture), maximum COD level is 50 mg/L and maximum concentration of BOD is 6 mg/L. At the depth of 0.2 m before entering the dam, COD level was relatively high and decreased as the water goes into the dam. Same pattern applied for BOD parameter, however in BOD case, the lever was still above the permitted standard for Class III qualification. Another aquatic area that needs continuous monitoring is marine area, which is highly potential natural resources for economic development, yet also bears the burden of pollution loading from rivers and activities in the coastal area. The condition makes it even more pressing to conduct marine water quality monitoring. In West Java, marine water quality monitoring is directed in north coast considering high
Gambar 21. Hasil Analisa Kualitas Air
( Sumber : BPLHD JABAR )
ANNUAL STATE OF ENVIRONMENTAL REPORT 2010 15
Pencemaran Udara
RIVER POLLUTION
Pencemaran Air Sungai
AIR POLLUTION
penurunan kadar COD. Hal yang sama berlaku untuk BOD akan tetapi kadar BOD ini masih tetap diatas baku mutu kualitas kelas air kelas III. Wilayah perairan lain yang perlu dipantau adalah wilayah laut. Wilayah laut merupakan sumberdaya alam dengan potensi ekonomi sangat tinggi namun laut juga adalah muara dari wilayah tengah dan hilir serta tempat akhir dari aliran limbah. Mengingat kondisi yang demikian , laut penting untuk dijaga kondisi lingkungannya. Pemantauan kualitas air laut ditujukan di pesisir utara Jawa Barat mengingat mayoritas aktivitas perekonomian yang berpotensi menimbulkan pencemaran dan kerusakan lingkungan berada di wilayah ini, sedangkan di wilayah pesisir selatan relatif sangat kurang. Berdasarkan hasil pemantauan yang dilaksanakan pada
( Sumber : BPLHD JABAR )
Gambar 23. Waduk Saguling Parameter BOD 70
60
Kadar (mg/L)
50
40
30
20
10 BMA 0
Koyod
S. Citarik
Juni
Setelah IPAL Cisirung Juli
Gambar 22. Parameter BOD
Daraulin
Agustus
Outlet Jatiluhur
September
Cikao
Tunggak Jati
Oktober
( Sumber : BPLHD JABAR )
bulan Juli dan September 2010, dimana hasilnya dibandingkan terhadap baku mutu air laut (KepMen LH No. 51 Tahun 2004) diperoleh gambaran kondisi air laut pesisir utara Jawa Barat adalah sebagai berikut : Berdasarkan hasil uji tersebut, terlihat bahwa kondisikondisi muara di wilayah pantura Jawa Barat cukup memprihatinkan dimana beberapa parameter tidak memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan. Kondisi diatas tidak berarti bahwa muara itu sudah tercemar mengingat pengujian hanya dilakukan 2 periode yaitu Juli dan September, sehingga perlu pengujian lebih mendalam. Namun demikian dari informasi diatas dapat diambil suatu gambaran bahwa aktivitas dari darat telah mempengaruhi kondisi lingkungan laut. Tingginya nilai koliform menunjukkan
16 ANNUAL STATE OF ENVIRONMENTAL REPORT 2010
concentration of economic activities in this area compared to that in south coast. Monitoring were conducted in July and September 2010, where the result were then compared to marine water quality standard as stated in Minister of Environment Decree No. 51/2004. The result were as following: Based on the monitoring result, it is noticeable that estuary condition in West Java north coast were just as appalling where several parameters were found above the the standard. However, further examination should be conducted to confirm the indication, considering the monitoring was conducted only in two periods i.e. July and September. The on hand result showed a depiction of how the activities in land have influenced marine water quality. High level of coli bacteria also indicated contamination from domestic wastewater.
adanya potensi pencemaran dari limbah domestik. Selain permasalahan air dan air limbah, polusi atau pencemaran udara merupakan potensi permasalahan lingkungan di Jawa Barat. Salah satu sumber polusi udara terbesar di Indonesia umumnya dan Jawa Barat khususnya dalah kendaraan bermotor. Pengujian emisi kendaraan bermotor dilaksanakan pada 7 Kabupaten/Kota (Kab. Indramayu, Kota / Kab. Tasikmalaya, Kota Banjar, Kab. Ciamis, Kab. Kuningan dan Kota Sukabumi) secara random dengan jumlah kendaraan bermotor yang diuji sebanyak 1004 kendaraan yang berbahan bakar solar dan bensin. Dari 1004 kendaraan bermotor tersebut ternyata kualitas emisi kendaraan bermotor masih cukup baik. Pengujian ini masih mempunyai kelemahan karena tahun pembuatan kendaraan bermotor belum dijadikan unsur pengujian emisi kendaraan bermotor. Pemantauan kualitas udara ambien pada tahun 2010 dilaksanakan pada 5 Kabupaten/Kota yaitu Kota Cirebon, Kab. Gambar 25. Pesisir Utara Jawa Barat
( Sumber : BPLHD JABAR )
Muara S. Cimanuk
Muara S. Cilamaya
Muara S. Cipunegara Muara S. Mundu
60.0
Parameter Yang Diuji
Titik Pantau
NTU Pb, Cd, Minyak & Fenol Nitrat Koliform (kekeruhan) Lemak Pb, Ni
Muara CBL (2A) Muara Cilamaya (5B) Muara Cipunegara (7B) Muara Cimanuk (10A) Muara Mundu (13A)
KET Memenuhi BM
Tidak Memenuhi BM
Gambar 26. Gambaran Kondisi Air Laut Pesisir Utara Jawa Barat
( BPLHD )
Other to water resource and wastewater problems, air pollution is another urgent environmental problem in West Java. One of the biggest contributors in air pollution is vehicle. Vehicle emission checking was conducted randomly in 7 Cities/Reencies (Indramayu Regency, Tasikmalaya City and Regency, Banjar City, Ciamis Regency, Kuningan Regency and Sukabumi City) to 1004 vehicles using diesel and gasoline fuel. Result of the testing was relatively good; however the testing did not take into account the manufacturing year as one of the analysis elements. In 2010, ambient air quality monitoring was conducted in 5 cities/regencies i.e. Cirebon City, Indramayu Regency, Subang Regency, Sukabumi City and Banjar City. Monitoring was conducted in 4 locations i.e. public transport terminal, roadside, commercial area, and office area. Result of monitoring in those 5 cities/regencies was relatively good. Stack emission quality monitoring in industry was conducted at 10 industries in 5 cities/regencies, where each city/regency was represented by 2 industries. The result was as following: Along with air quality monitoring, which was conducted on vehicle and industrial stack, WJ-EMA also conducted monitoring on Ozon Depleting Substances (ODS) in vehicle air
COD 50 mg/l
50.0
0.2 m COD
40.0
0.2 m BOD 5 m COD
30.0
5 m BOD Dkt dsr COD
20.0
Dkt dsr BOD
10.0 BOD 2 mg/l
st, 1b
st2
st3
Gambar 24. Grafik COD
st4
st5
st6
st7
st8
st9
( BPLHD JABAR )
Indramayu, Kab. Subang, Kota Sukabumi dan Kota Banjar. Pemantauan dilakukan pada 4 (empat) titik lokasi yaitu Kawasan Terminal, Roadside, Perdagangan dan Perkantoran. Dari hasil pemantauan kualitas udara ambien di lima kabupaten/kota tersebut menunjukkan kualitas yang masih baik (masih memenuhi baku mutu). Pengujian kualitas udara emisi cerobong industri pada tahun 2010 dilaksanakan pada 10 industri (di 5 Kabupaten/Kota), masing-masing Kabupaten/Kota diwakili oleh 2 industri. Hasil pengujian sebagai berikut : Selain dilakukan pemantauan kualitas udara terkait dengan emisi kendaraan bermotor dan cerobong pabrik,
22.74% Lulus Uji Emisi
77.26%
Tidak Lulus Uji Emisi
(BPLHD)
Gambar 27. Hasil Emisi Kendaraan Bermotor
ANNUAL STATE OF ENVIRONMENTAL REPORT 2010 17
Pencemaran Udara
AIR POLLUTION
Pencemaran Udara
18 ANNUAL STATE OF ENVIRONMENTAL REPORT 2010
Perbandingan jenis Reffigerant yang banyak digunakan oleh bengkel di 6 Kab./Kota di Jawa Barat R134a R12 Oplosan HC
17%
4%
29%
Gambar 30. Kualitas Udara Ambien
( Sumber : BPLHD JABAR )
West Bandung Regency: 10 vehicle AC service Subang Regency: 8 vehicle AC service and 1 ODS supplier - Cimahi City: 10 vehicle AC service - Purwakarta Regency: 10 vehicle AC service - Sumedang Regency: 6 vehicle AC service Monitoring result was as following: - Majority of refrigerant found in the monitoring area were CFC (R12), HCFC (R22), and mixture of Hydrocarbon (HC) and HFC (R143a)
g ed
Ba
an
i ah im
um
g
1040
1165 935
410
ba Su
g
55.44
Ka ra wa n
ng
ta rw ak ar
ng
Pu
du .B an
Ba ra t ng du
Ka b
i Ci m ah
4.3
Ka b
.B an
Ba n
du
ng
68.03
Gambar 32. Kualitas Udara Ambien
-
-
( Sumber : BPLHD JABAR )
As shown in Figure 20, refrigerant type R134a was the most commonly found in AC service (50%), as for the ODS refrigerant the number was slightly lower than non-ODS refrigerant i.e. R12 refrigerant 29%, mixture refrigerant 17% and HC refrigerant %. Large percentation of refrigerant type R134a in 6 cities/regencies in West Java might be due to banning of distribution and usage of ODS and the fact that current vehicles were mostly new releases that has been recommended to use non-ODS refrigerant.
5 1 ra t
3
Gambar 31. Kualitas Udara Ambien
50%
-
4
Ton/Hari
1
1 1
.S
HC
4
Ka b
Oplosan
1
ng
R12
1 1
du
R134a
5
an
9 5 g
Persentase jenis Refrigerant yang banyak digunakan oleh bengkel di 6 Kab./Kota di Jawa Barat
32
5
.B
2
Ka b
conditioner (AC) service and distributors. The monitoring was conducted in coordination with 6 cities/regencies i.e. Bandung City, Cimahi City, West Bandung Regency, Purwakarta Regency, Sumedang Regency, and Subang Regency. ODS monitoring was conducted to minimize air pollution which has the potential of emitting greenhouse gas effect. Each city/regency conducted monitoring in their area as follows: - Bandung City: 9 vehicle AC service and 1 distributor
ta
(BPLHD)
Ko ta C
Gambar 29. Kualitas Udara Emisi Cerobong Industri
an
Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui BPLHD Prov. Jabar beserta enam kab/Kota di Jawa Barat (Kota Bandung, Kota Cimahi, Kab. Bandung Barat, Kab. Purwakarta, Kab. Sumedang dan Kab. Subang) melakukan pengawasan terhadap bengkel AC Kendaraan dan distributor Bahan Perusak Ozon (BPO). Pengawasan dilaksanakan untuk meminimalkan pencemaran udara yangberpotensi menimbulkan efek gas rumah kaca. Masing-masing kabupaten/kota melakukan pengawasan terhadap bengkel AC di masing-masing wilayah yaitu : - Kota Bandung dilakukan pengawasan terhadap 9 bengkel AC kendaraan dan 1 Distributor” - Kab. Bandung Barat dilakukan pengawasan terhadap 10 bengkel AC kendaraan - Kab. Subang dilakukan pengawasan terhadap 8 bengkel AC kendaraan dan 1 penjual BPO - Kota Cimahi dilakukan pengawasan terhadap 10 bengkel AC Kendaraan - Kab. Purwakarta dilakukan pengawasan terhadap 10 bengkel AC kendaraan - Kab. Sumedang dilakukan pengawasan terhadap 6 bengkel service AC Kendaraan. Dari data hasil pengawasan peredaran bahan perusak ozon, terlihat bahwa BPO masih digunakan dan diedarkan. Berikut gambaran hasil pengawasan : - Refrigeran yang beredar dilapangan antara lain : CFC (R12), HCFC (R22), dan campuran atau oplosan serta Hidrokarbon (HC) dan HFC (R143a). - Dapat terlihat pada gambar 10. grafik dibawah penggunaan refrigerant jenis R134a merupakan jenis refrigerant yang paling banyak digunakan oleh bengkelbengkel AC yaitu sebesar 50%, sedangkan jenis refrigerant yang termasuk BPO masih tetap digunakan namun persentasenya lebih sedikit dibandingkan yang non BPO yaitu jenis refrigerant R12 sebesar 29 %, jenis refrigerant Oplosan sebesar 17 % dan jenis refrigerant HC sebesar 4%.
Tidak Memenuhi BM
w ak ar
Gambar 28. Kualitas Udara Ambien
Memenuhi BM
ur
( Sumber : BPLHD JABAR )
Kota Cimahi Kota Bandung Kab. Cirebon Kab. Purwakarta Kab. subang
un
Tidak Memenuhi BM
KET
Logam Berat
.P
Memenuhi BM
SPM (Partikel NO2 NH3 Debu)
Ka b
Kota Cirebon Kab. Indramayu Kab. Subang Kota Sukabumi Kota Banjar
Kabupaten/Kota
- Besarnya persentase Refrigerant jenis R134a di enam kab/kota di Jawa Barat kemungkinan disebabkan oleh adanya pelarangan peredaran/pemakaian BPO serta mobil yang ada saat ini merupakan keluaran terbaru yang direkomendasikan menggunakan refrigerant non BPO. Sumber pencemaran udara tidak hanya berasal dari sumber bergerak akan tetapi juga sumber pencemaran tidak bergerak terutama dari aktivitas industri. Industri yang dominan berpotensi memberikan kontribusi terhadap pencemaran udara adalah industri yang melakukan proses pembakaran pada proses produksi atau aktivitas industrinya. Sejak krisis ekonomi yang melanda dan berimbas pada tingginya harga bahan bakar minyak menyebabkan banyak industri yang melakukan konversi energinya dari bahan bakar minyak menjadi menggunakan batu bara. Potensi sumber
an d
SO2 NO2 O3 CO HC TSP
Parameter Yang Diuji
Ko ta B
KET
Su b
Parameter Yang Diuji
Ka b.
Kabupaten/Kota
AIR POLLUTION
( Sumber : BPLHD JABAR )
batu bara di Indonesia cukup melimpah terutama dari luar Jawa khususnya Kalimantan Secara ekonomi, konversi energi ini menguntungkan bagi kalangan industriawan, namun ternyata masih banyak perusahaan yang mengelola batu bara maupun limbahnya tidak sesuai ketentuan yang berlaku. Padahal menurut aturan Kementerian Lingkungan Hidup RI limbah batu bara berupa fly ash dan bottom ash merupakan limbah yang berkategori B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) dimana perizinan pengelolaan dan pemanfaatan limbah batu bara masih merupakan kewenangan pemerintah pusat. Celakanya, tingkat pencemaran itu sendiri akan semakin parah karena masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi penampungan tidak mengetahui bahaya limbah tersebut. Kelemahan lain dalam pengelolaan limbah B3 termasuk batu bara adalah pengawasan dari pihak pengelola limbah B3 yang mendapat izin. Pemanfaatan limbah B3 oleh masyarakat seringkali kurang terawasi oleh perusahaan penerima izin
Sources of air pollution are not limited to mobile source but also stationary source particulary industrial activity. Industries which considered highly potential in air pollution are those which conduct burning/combustion process. Economic crisis that had implicated on high oil price has pushed many industries to conduct energy conversion and Jumlah Perusahaan Berizin di Jawa Barat untuk Penyimpanan, Pengumpulan, Pengolahan, Pemanfaatan, Pemusnahan dan Pengangkutan Limbah B3 Tahun 2008 49 42
50 40 30 20
6 10
3
0 Izin Pengolahan secara thermal
Izin Pengolahan Limbah B3
Izin Pemanfaatan
Gambar 33. Jumlah Perusahaan Berizin di Jawa Barat
Rekomendasi & izin pengangkutan
( Sumber : BPLHD JABAR )
ANNUAL STATE OF ENVIRONMENTAL REPORT 2010 19
Persampahan
RIVER POLLUTION
Pencemaran Air Sungai
WASTE
pengelola limbah B3, sehingga banyak limbah B3 yang dimanfaatkan masyarakat tanpa memperhitungkan dampak yang akan terjadi terhadap diri maupun lingkungannya. Potensi Limbah di Jawa Barat berdasarkan jumlah bidang usaha terdaftar Untuk Kota Bandung, data yag diperoleh baru sebatas data pada Badan Lingkungan Hidup setempat, sehingga untuk gambaran mengenai jumlah usaha yang riil di Kota Bandung belum terlihat kondisi potensinya. Perbedaan antara daerah Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Bekasi terletak pada skala industrinya, Jika di daerah Kabupaten Bekasi, usaha yang tercatat sebagian besar adalah usaha industri dengan skala besar, sedangkan pada Kabupaten Majalengka, untuk unit usaha yang berskala home industri tercatat dengan rinci. Namun bagaimanapun, kedua daerah ini mempunyai potensi penghasil limbah B 3 yang besar. Peningkatan jumlah penduduk dan aktivitasnya selain menambah akan kebutuhan sarana dan prasarana pendukungnya juga meningkatkan sampah yang dihasilkannya. Timbulan sampah yang dihasilkan setiap hari menjadi semakin meningkat kuantitasnya. Sampah yang berupa limbah padat menjadi persoalan lingkungan populis di perkotaan saat ini. Pada era dahulu untuk menentukan dan menetapkan lokasi pembuangan sampah tidak terlalu menjadi kendala, namun saat ini sangat susah mencari lokasi pembuangan sampah. Berdasarkan data Dinas Kimrum Prov. Jawa Barat pada tahun 2008 dari jumlah rumah tangga di Jawa Barat sebanyak 11.046.016 perkiraan timbulan sampah per hari sebanyak 49.058 meterkubik. Jumlah sampah yang sedemikian banyak berpotensi mengakibatkan pencemaran baik air, udara maupun tanah. Untuk mengatasi hal tersebut diatas, perlu dikembangkan upaya-upaya kepada pengelolaan sampah yang lebih baik dan berupaya meminimalkan timbulan sampah dari sumbernya.
80% 60% 40% 20%
ek as i
gk a
Ka b. B
k
len
Ka b
.M
aja
De
Ko ta
un
po
g
g
Ba nd
Ko ta
ub
an
mi
.S
Ka b
mi
ka bu
Su
Ka b.
ay u
Ko ta S
uk ab u
n
ram
bo
Ind
Cir e
Ko ta
Ko ta
Bo go r
0%
Ko ta
Persentase Jumlah Bidang Usaha
100%
Daerah Potensi Penghasil Limbah B3 Non Industri Potensi Penghasil Limbah B3
Potensi Penghasil Limbah Non B3 Tidak ada keterangan
Gambar 34. Kualitas Udara Ambien
20 ANNUAL STATE OF ENVIRONMENTAL REPORT 2010
( Sumber : BPLHD JABAR )
Cekungan Bandung
)
25,000 20,000 15,000 10,000
Purwasuka dan Sukabumi
Priangan Timur
5,000
Timbulan Sampah M3/Hari
Ciayumajakuning
Bodebekjur ( Sumber : BPLHD JABAR
Gambar 35. Timbulan sampah / hari
use coal instead, which was supported by relatively high abundance of coal supply especially from Borneo Island. Economically, the energy conversion has benefited the industrial sector, however many of the companies have not done the appropriate coal waste treatment as the regulated standard. According to Ministry of Environement regulation, waste coming form coal burning called fly ash and bottom ash are classified as Hazardous Waste, which must be treated accordingly. Low public awareness and lack of knowledge in the hazard of the coal waste has made the problem more complicated. Other weakness in Hazardous waste management is lack of monitoring by licensed company, that many of the untreated hazardous waste were used unnoticed by people with high public health and environmental risk. For Bandung City, data on number of industry available was only those recorded in the Environmental Management Agency, therefore the complete figure of industry potency in Bandung City could not be determined. The difference between Majalengka Regency and Bekasi Regency was mainly on the scale of industry, whereas in Bekasi most of the industries were categorized as large scale industry, in Majalengka the majority of industry were small scale industry. However, both regions have high potency of hazardous waste generation. Population growth along with their activities has consequently demand more supporting infrastructure, and inevitably leaving more waste behind. Solid waste management in urban area has become urgent issue nowadays, especially when we talk about final disposal location. Based on data from Housing and Settlement Agency in 2008, no less than 49.058 m3/day of solid waste were
Gambar 36. Peta Timbulan sampah
Prinsip-prinsip 3R (Reuse, Reduce dan Recycle) harus terus disosialisasikan dan diimplementasikan di masyarakat. Disamping itu, pemanfaatan teknologi pengelolaan sampah yang ramah lingkungan perlu dikaji dan dikembangkan lebih lanjut. Kaitannya dengan lokasi akhir sampah, Jawa Barat memiliki TPA yang umumnya beroperasi dengan sistem control landfill dan open dumping Dari 25 kabupaten dan kota yang ada di Jawa Barat sebesar 52 % memiliki TPA yang beroperasi dengan sistem open dumping di tiap kotanya. Hanya sebesar 48 % di kabupaten dan kota yang mengoperasikan TPA-nya dengan sistem control landfill sementara sisanya merupakan dengan sistem open dumping atau pun campuran. Pada tahun 2010 ini TPA Sarimukti masih digunakan oleh daerah di kawasan Bandung Raya sebagai tempat pembuangan akhir sampahnya. Namun diakhir tahun 2011 TPA terpadu Legok Nangka diharapkan sudah dapat menggantikan TPA Sarimukti.
( Sumber : BPLHD JABAR )
generated from 11.046.016 households in West Java. A number that surely has the potential of airpollution , water and soil contamination. To cope with the problem, better practices in solid waste managementmust be applied, including minimizing solid waste generation at source. 3R principles (reduce, reuse, recycle) must be continuously disseminated and implemented in the community. On the other hand, environmentaly sound solid waste treatment technology must be encouraged and developed. On the subject of final disposal location, most of final disposal areas in West Java were operated by control landfill and open dumping system. Of 25 cities and regencies in West Java, 52% has open-dumping final disposal, and only 48% operated their final disposal by controlled landfill system. During 2010, Sarimukti Final Disposal was still in use for Greater Bandung area. By the end of 2011, integrated final disposal Legok Nangka is expected to operate replacing Sarimukti Final Disposal. ANNUAL STATE OF ENVIRONMENTAL REPORT 2010 21
EPCM (Environmental Pollution Control Manager)
ENVIRONMENTAL IMPACT ASSESSMENT (IAE)
Amdal
ENVIRONMENTAL POLLUTION CONTROL MANAGER (EPCM)
AMDAL merupakan salah satu intrumen pengendalian lingkungan hidup, pada Undang-undang Lingkungan Hidup Nomor 32 Tahun 2009 sebagai persetujuan AMDAL merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan izin lingkungan. Adapun izin lingkungan merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan izin usaha/kegiatan. Dalam rangka meningkatkan kualitas dan kapasitas komisi penilai AMDAL kab/kota dalam melakukan penilaian dokumen AMDAL, diperlukan standarisasi komisi penilai AMDAL kab/kota melalui pemberian lisensi yang diatur sebagaimana Peraturan MenLH Nomor 06 Tahun 2008 tentang Tata Laksana Lisensi Komisi Penilai AMDAL Kabupaten/Kota. Lisensi merupakan tanda bukti telah dipenuhinya persyaratan komisi penilai AMDAL kab/kota untuk dapat melakukan penilaian dokumen AMDAL. Bagan alir tata laksana komisi penilai sebagai berikut : Berdasarkan data dan informasi hingga bulan Desember 2010 terdapat 17 Komisi Penilai AMDAL Kabupaten/Kota yang belum mendapatkan lisensi dari 26 Komisi Penilai AMDAL Kabupaten/Kota yang ada di Jawa Barat. Ketujuh belas komisi yang belum mendapatkan lisensi disebabkan beberapa hal antara lain : terbatasnya sumberdaya manusia komisi penilai AMDAL kab/kota (terutama untuk memenuhi persyaratan tim teknis sebanyak 2 orang bersertifikat tim penyusun AMDAL dan 3 orang penilai) dan terbatasnya tenaga ahli sebagaimana dipersyaratkan dalam PerMenLH nomor 06 tahun 2008. Adapun jumlah industri yang mengajukan penilaian dokumen AMDAL menurut kabupaten/Kota adalah sebagai berikut :
Tahun 2008
16
Pembinaan dan Pengawasan Sesuai persyaratan lisensi ?
Tahun 2010
Gambar 38 Jumlah Industri yang mengajukan penilaian AMDAL menurut Kabupaten/Kota
EIA is one of environmental control instruments, where in Environmental Protection and Management Act No. 32/2009, EIA was stated as one of condition required for environmental license. Environmental license is one of conditions to acquire business/activity license. In the effort of capacity building for EIA document assessor committee in local government, a standardization and licensing system has been established by the issuing of Minister of Environment Regulation No. 06/2008 about Guidance for EIA Assessor Committee in City/Regency. License
Pembinaan dan Pengawasan
Tidak
Ya Diberikan bukti Lisensi Masa berlaku lisensi habis
Ya
Terjadi perubahan yg menyebabkan persyaratan lisensi tidak terpenuhi
Persyaratan lisensi dipenuhi dalam waktu 6 (enam) bulan ?
Tidak
Gambar 37. Bagan alir tata laksana komisi penilai
22 ANNUAL STATE OF ENVIRONMENTAL REPORT 2010
Pemalsuan persyaratan lisensi
Tidak ada pemberitahuan
Ada pemberitahuan
Tahun 2009 ( Sumber : BPLHD JABAR )
Instansi LH kabupaten/kota mengajukan permohonan lisensi ke Instansi LH Provinsi
Instansi LH Provinsi dengan dibantu Tim Terpadu mengevaluasi formulir permohonan lisensi
27
34
Setelah dilakukan Binwas minimal 1 Thn ditemukan 5 dok. AMDAL bermutu buruk-sangat buruk dan/atau melanggar administrasi proses AMDAL
Lisensi dicabut ( Sumber : BPLHD JABAR )
serves as proof of compliance for the EIA assessor committee in local government to be able to conduct EIA document assessment. The flow chart of guidance is as follow: As per December 2010, there were 17 of 26 EIA Assessor Committe that have not obtained EIA license. There are several explanations for the cases: lack of human capital to comply with the technical team requirement (2 certified EIA compiler personel and 3 certified EIA assessor personel), and lack of expert as required in Ministry of Environment Regulation No. 06/2008. As for industry application for EIA in city/regency the data are as follows:
Salah satu upaya meningkatkan pengelolaan limbah khususnya kalangan pengelola lingkungan di industri telah dikembangkan program EPCM (Environmental Pollution Control Manager). EPCM atau khusus untuk air limbah dikenal dengan istilah MPPA (Manager Pengendalian Pencemaran Air) merupakan salah satu program andalan di Provinsi Jawa Barat yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia pengelola kualitas lingkungan di industri, melalui sertifikasi kompetensi bagi para penanggung jawab atau manager lingkungan khususnya manajer instalasi pengolahan air limbah (IPAL). Program EPCM air telah berjalan selama 5 tahun sejak 2005 di Jawa Barat, dan telah diluncurkan menjadi program nasional oleh KNLH pada bulan November 2007. Saat ini total pemegang sertifikat EPCM air di jawa barat berjumlah 255 orang dengan wadah berupa Asosiasi Pengendali Pencemaran Lingkungan Indonesia (APPLI). Program ini merupakan implementasi dari Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No.3 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, yang dalam salah satu pasalnya menyebutkan bahwa setiap perusahaan yang mengeluarkan limbah cair harus memiliki
One of the efforts to improve environmental management in industry is human capital capacity building for managers or widely known as EPCM. EPCM is one of the renowned programs in West Java that encourage professional acknowledgement for environmental managers in industry by means of competency certification. Wastewater EPCM has been conducted for 5 years and had been up-scaled to national level by the Ministry of Environment in November 2007. At the moment, total wastewater EPCM certificate holder in West Java is 283 persons that have formed an association called Indonesia Environmental Pollution Control Manager Association. The program is implementation of West Java Regulation No. 03/2004 about Water Quality Management and Water Pollution Control. One of the clauses in the regulation clearly states that each company that discharge wastewater must have a certified WWTP manager os known as wastewater EPCM. In November 2007, after series of intensive discussion between West Java Government as pilot excecutor of EPCM program in Indonesia and Ministry of Environment, the EPCM program was officially launched as national program by the
penanggung jawab instalasi pengolahan air limbah yang bersertifikat atau dikenal juga dengan EPCM. Pada bulan November 2007, melalu i serangkaian diskusi intensif antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebagai provinsi pertama di indonesia yang menerapkan program EPCM dan Kementerian Negara Lingkungan Hidup, program EPCM air secara resmi di up-scale oleh KNLH menjadi program berskala nasional. Dasar hukum untuk penerapan EPCM nasional yaitu: • PERMENLH No. 6 / 2 0 0 6 te nta n g
BPLHD JABAR
Gambar 39. Peserta Forum Dialog Lingkungan & On The Job Training
ANNUAL STATE OF ENVIRONMENTAL REPORT 2010 23
EPCM (Environmental Pollution Control Manager)
ENVIRONMENTAL POLLUTION CONTROL MANAGER (EPCM)
EPCM (Environmental Pollution Control Manager)
ENVIRONMENTAL POLLUTION CONTROL MANAGER (EPCM)
P e d o m a n U m u m S t a n d a r d i s a s i Ministry of Environment. Legal base for national EPCM are: Kompetensi Personil dan Lembaga Jasa Lingkungan - Minister of Environment Regulation No. 06/2006 •KEPMENLH No. 283/2006 tentang PANTEKNIS about Guidance for Standardization of Personel Perumusan Standar Kompetensi Personil dan Competency and Environmental Service Institute Lembaga Jasa Lingkungan. - Minister of Environment Decree No. 283/2006 •PERMENLH Nomor 22 / 2009 tentang Tata Laksana a b o u t Te c h n i c a l C o m m i t t e e f o r S t a n d a r d Registrasi Kompetensi Bidang Lingkungan. Formulation of Personel Competency andEnvironmental Service Institute - Minister of Environment Regulation No. 22/2009 Kegiatan dalam rangka fasilitasi dan pengembangan about Guidance for Environmental Competency EPCM air pada tahun 2010 diantaranya adalah Registration penyelenggaraan forum dialog lingkungan dan On the Job Training, sementara untuk EPCM Udara pada tahun 2010 Activities conducted for EPCM program facilitation and telah berhasil dilaksanakan Pilot Activity. development in 2010 were environmental dialogue forum and Forum dialog lingkungan yang diadakan pada bulan Juni On the Job Training for wastewater EPCM , and Pilot Activity 2010 dilaksanakan dalam konteks antisipasi penerapan for Emission EPCM. Environmental dialogue forum which was conducted in Undang-undang PPLH No.32 tahun 2009, yaitu untuk memperkuat komunikasi yang intensif antar berbagai pihak June 2010 was directed as socialization forum for yang terkait seperti kementrian lingkungan hidup, implementation of the new Environmental Protection and kementerian perindustrian, industriawan, asosiasi industri Management Act No. 32/2009, with the objective of agar lebih memahami dan mampu mempersiapkan diri dalam strengthening intensive communication between related menjalankan tugas dan fungsi sesuai amanat undang-undang institutions i.e. Ministry of Environmental, Ministry of lingkungan hidup yang baru. Forum dialog lingkungan ini Industry, entrepreneur, manager, association and local merupakan forum dialog ketiga setelah sebelumnya governments and to set common ground in understanding dilaksanakan selama 2 tahun berturut-turut dengan dipimpin each party role in implementing the new act. This forum was langsung oleh gubernur/wakil gubernur. Pada forum dialog the third event after series of similar forum conducted in yang kedua, telah dihasilkan nota kesepahaman antara Pe m e r i nta h J a wa B a rat diwakili oleh Kepala BPLHD Provinsi Jawa Barat, Ketua Apindo (Asosiasi Pengusaha Indonesia) Jawa Barat dan Ketua APPLI (Asosiasi Pe n ge n d a l i Pe n c e m a ra n Lingkungan Indonesia atau pemegang sertifikat EPCM) dan menghasilkan butir-butir kesepakatan yang pada intinya adalah komitmen bersama secara sungguh-sungguh dalam upaya menanggulangi keru sakan / p en cemaran lingkungan melalui peranannya masing-masing. Kesepakatan tersebut dapat ditindaklanjuti dengan langkah-langkah yang lebih
24 ANNUAL STATE OF ENVIRONMENTAL REPORT 2010
BPLHD
konkret, melalui bentuk kerjasama secara teknis baik pemerintah, pengusaha/industri serta APPLI dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan, diantaranya melalui upaya meningkatkan ketaatan industri terhadap peraturan lingkungan hidup. Disamping kesepakatan dengan dunia usaha tersebut, Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui BPLHD Provinsi Jawa Barat telah membentuk kesepakatan bersama dengan institusi lingkungan hidup dan BAPPEDA seluruh kabupaten/kota untuk sinergitas penyelenggaraan urusan lingkungan hidup di Jawa Barat, yang merupakan penjabaran hal-hal yang harus dipersiapkan dan menjadi acuan pemerintah daerah dalam menyelenggarakan kegiatan pengelolaan lingkungan di daerahnya masingmasing sesuai dengan amanat Undang-Undang PPLH No.32 tahun 2009. Hasil Policy Dialogue Meeting tahun 2009 yang diadakan bulan April 2009 antara lain adalah disetujuinya pemberian bantuan teknis dari Jepang untuk penerapan EPCM Udara. Dari GAP policy dialogue meeting ini, terlihat tanggapan positif dari pihak Jepang baik terhadap laporan kemajuan program EPCM Air di Jawa Barat maupun terhadap usulan untuk persiapan penerapan EPCM bidang udara dan B3 di Jawa Barat. Khusus untuk pengembangan program EPCM Udara di Jawa Barat, dalam tahun 2010 dilaksanakan finalisasi Buku Panduan EPCM udara dan pelatihan SDM dengan bantuan pihak Jepang. Program EPCM bidang Udara telah memiliki dasar hukum yaitu Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor 11 Tahun 2006, dimana Pasal 23[b] menyebutkan bahwa setiap usaha dan/atau kegiatan dari sumber tidak bergerak yang mengeluarkan emisi wajib untuk memiliki manajer pengelola lingkungan bidang udara yang bersertifikat. Untuk tahap awal persiapan implementasi EPCM Udara, kegiatan difokuskan pada penetapan batas beban emisi bagi usaha yang wajib melaksanakan program EPCM melalui inventarisasi data emisi industri, serta perumusan konsep dasar mekanisme sertifikasi dan pembentukan jaringan stakeholders melalui beberapa kali workshop.
Gambar 40. Peserta Pilot Activity.
Dalam berbagai forum yang bersifat konsultasi dengan Departemen Perindustrian dan KNLH, didiskusikan skema mekanisme yang ideal untuk penerapan EPCM Udara di Jawa Barat, misalnya dengan penerapan sistem insentif untuk industri yang menerapkan efisiensi proses dan
previous 2 years and directed by Governor/Vice Governor. The previous forum had resulted in MoU between West Java Government (represented by Head of WJ-EMA), Indonesia Enterpreneur Association for West Java Region, and Indonesian EPCM Association that commited to environmental protection and pollution control efforts in West Java. The MoU could be translated in form of technical measures between government, entrepreneur, and association, for instance by collaborating in improving company compliance toward environmental regulations. Another agreement had also been made between West Java Provincial Government represented by WJ-EMA and environmental management institutions as well as development planning agencies in cities/regencies in West Java on the subject of West Java environmental management programs. The agreement describe details of anticipation steps and guidance for local governments to conduct environmental management and protection program in their region according to Environmental Protection and Mnagement Act No. 32/2009. Policy Dialogue Meeting between Indonesia and Japan Government in 2009 had resulted in approval of Japan's technical assistance for Emission EPCM development in West Java. In the GAP (Green Aid Program) policy dialogue, Indonesia side reported progress of wastewater EPCM program in West Java as well as preparation of Emission EPCM. On the subject of Emission EPCM, in 2010 WJ-EMA team had finalized the arrangement of Emission EPCM textbook and Training of Trainers with technical assistance from Japan. Emission EPCM has already legalized by West Java Provincial Regulation No. 11/2006, where one of its clauses stated that each business and/or activity with emission from stationary source must have certified air quality manager. At the first stage of Emission EPCM implementation, preparation was made by collecting data to determine emission loading perimeter for industry that must have emission EPCM. Other aactivities in preparation of Emission EPCM implementation were formulation of certification mechanism basic concept, and stakeholders networking by holding several workshops. In various consultation forums with Ministry of Environment and Ministry of Industry, mechanism scheme was intensively discussed to come up with ideal system for ANNUAL STATE OF ENVIRONMENTAL REPORT 2010 25
ENVIRONMENTAL POLLUTION CONTROL MANAGER (EPCM)
Proper Tahun 2010
EPCM (Environmental Pollution Control Manager)
PROPER IN 2010
pengendalian pencemaran udara yang baik. Program EPCM Udara ini juga sangat in-line dengan program pengendalian perubahan iklim dengan menggunakan skema CDM dan program efisiensi energi di industri, namun kendala yang dihadapi dalam penerapannya adalah kurangnya basis data yang memadai. Kendala ini terasa pula dalam penerapan EPCM Udara, dimana data emisi sumber tidak bergerak yang terkumpul di BPLHD Provinsi Jawa Barat dirasa kurang memadai terutama sebagai dasar untuk menyusun batasan yang valid beban emisi bagi industri yang wajib mengikuti EPCM Udara. Kendala ini diatasi dengan membuat format isian yang mencakup data yang dibutuhkan seperti flowrate emisi dan SDM pengelola lingkungan. Kuesioner tersebut disebarkan kepada industri yang berpotensi mengeluarkan emisi yang signifikan.
emission EPCM, for instance by combining it with incentivedisincentive mechanism for industry that applied process efficiency and good air quality management. Emission EPCM program was also considered in line with climate change control using CDM scheme and energy efficiency program in industry, however to do so efficiently, we need a solid database which we lack of. Lack of data had also become obstacle in Emission EPCM implementation particularly in setting emission loading perimeter for industry that must have an emission EPCM personel. The obstacle was managed by arranging questionnaire for industries on the data requirements such as emission flowrate and human capital data. In emission EPCM pilot activity, technical training was conducted on November 29 - December 3, 2010 followed by 25 participants from various industries in West Java including Pelatihan dan ujian sertifikasi EPCM udara ini merupakan textile, pulp and paper, cement, industrial estate, rayon fiber, pilot activity setelah rangkaian kegiatan persiapan yang metal, medical waste treatment facility, and industry with dilakukan BPLHD sejak tahun 2008. Kegiatan persiapan power plant. tersebut meliputi workshop, penyusunan bakuan kompetensi, penyusunan buku panduan, rangkaian pelatihan The training was conducted in 5 days consist of 40 training baik teknis maupun Training of Trainers yang melibatkan session according to the competency standard as follows: stakeholder inti EPCM yaitu lembaga pelatihan, lembaga 1. Legal & policy framework of emission EPCM sertifikasi, akademisi, industri, dan kabupaten/kota dengan 2. Fundamentals of air quality management bantuan teknis dari tim tenaga ahli JEMAI, Jepang. 3. Fuel & burning technology 4. Air quality monitoring Pelatihan Teknis EPCM Udara dilaksanakan pada 29 5. Emission control technology November - 4 Desember 2010 diikuti oleh 25 orang setingkat 6. Air pollution potential assessment manajer dari berbagai industri di Jawa Barat, meliputi industri tekstil, semen, kerta, kawasan industri, serat rayon, logam, pengelola limbah medis dan industri yang memiliki PLTU. Pelatihan berlangsung selama 5 hari terdiri dari 40 jam pelajaran dengan materi pengajaran sesuai bakuan kompetensi EPCM udara yaitu: 1. Kerangka Hukum & Kebijakan Program EPCM Udara 2. Pengetahuan Dasar Pengelolaan Kualitas Udara 3. Bahan Bakar dan Teknologi Pembakaran 4. Pemantauan Kualitas Udara 5. Teknologi Pengendalian Emisi 6. Penilaian Potensi Pencemaran Udara. Diadakan pula kunjungan lapangan ke PT. Pindo deli untuk pengayaan pegetahuan teknis peserta. Pada hari Sabtu, 4 Desember 2010 dilaksanakan ujian perdana sertifikasi EPCM udara di ITB dengan lembaga sertifikasi IATPI (Ikatan Ahli Teknik Penyehatan dan Lingkungan Indonesia) yang diikuti 55 orang.
PROPER merupakan instrumen penaatan lingkungan untuk mendorong peningkatan kinerja perusahaan dalam pengelolaan lingkungan melalui penyebaran informasi kinerja penaatan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan. Peringkat kinerja penaatan perusahaan PROPER dikelompokkan dalam 5 (lima) peringkat warna dengan 7 (tujuh) kategori. Masing-masing peringkat warna mencerminkan kinerja perusahaan, kinerja penaatan terbaik adalah peringkat emas, dan hijau, selanjutnya biru, biru minus, merah, dan merah minus dan kinerja penaatan terburuk adalah peringkat hitam. Jumlah perusahaan yang menjadi peserta PROPER dari Jawa Barat pada tahun 2009-2010 sebanyak 115 perusahaan dari 17 kabupaten/kota se-Jawa Barat. Berdasarkan hasil penilaian PROPER Tahun 2009-2010 terhadap 115 perusahaan di Jawa Barat tersebut, hanya satu perusahaan yang meraih peringkat emas yaitu nCHEVRON GEOTHERMAL INDONESIA, LTD. UNIT PANAS BUMI DARAJAT di Kabupaten Garut, adapun perusahaan PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk - Citeureup Bogor yang tahun lalu berperingkat emas hanya meraih peringkat hijau. Adapun perusahaan yang termasuk berkinerja penataan terburuk (peringkat hitam) pada tahun 2009-2010 mengalami penurunan dari tahun 2008-2009 menjadi 2 perusahaan. Dalam upaya pembinaan program PROPER ini, BPLHD Provinsi Jawa Barat melakukan usaha-usaha sebagai berikut : - Melakukan pembinaan untuk meningkatkan pencapaian yang diharapkan misalnya peringkat Hitam dan Merah diupayakan naik menjadi biru; - Melaksanakan Punishment (tindakan hukum) terhadap perusahaan yang membandel; - Melakukan perbaikan-perbaikan PROPER melalaui Program EPCM; - Melaksanakan pengawasan/pemantauan secara simultan 80
72
70 60 50 40
40
2009-2010
20 11 10
3 2
11 11 3 0
0
1 1
0
Hitam Merah Merah Merah Biru hijau Emas Minus Minus
Gambar 41. Grafik Kinerja Perusahaan
26 ANNUAL STATE OF ENVIRONMENTAL REPORT 2010
Jumlah Perusahaan
0
5
10
15
20
25
30
35
Gambar 42. Jumlah Perusahaan diJawa Barat yang mengikuti Proper Thn 2000 ( Sumber : BPLHD JABAR )
PROPER merupakan instrumen penaatan lingkungan untuk mendorong peningkatan kinerja PROPER is an environmental compliance instrument for industry with the objective to encourage improvement of environmental management by disclosure of company compliance information in environmental management performance. The performance are ranked into 5 colors with 7 categories: gold for best performed company, then consecutively green, blue, blue minus, red, red minus, and black for worst performed company. Number of company participated in PROPER program during 2009-2010 was 115 companies from 17 cities/municipalities in West Java. PROPER evaluation in 2009-2010 resulted only 1 company with Gold category i.e. Chevron Geothermal Indonesia, Ltd in Garut Regency, while the last year's gold-ranked company PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk in Citeureup Bogor Regency got Green Category in 2010. Number of company with poor rating (black) in 2009-2010 has decreased from previous period 2008-2009 to only 2 companies.
2008-2009
30
29
30
Kota Bandung Kota Depok Kota Bekasi Kota Cimahi Sukabumi Majalengka Garut Sumedang Subang Cirebon Karawang Bandung Bekasi Bogor Indramayu Bandung Barat Purwakarta
( Sumber : BPLHD JABAR )
In PROPER program development, WJ-EMA has conducted the following measures: - Encouraged companies to improve their rank achievement in PROPER program - Apply punishment to disobedient companies - Made improvement efforts through EPCM program - Conduct simultaneous monitoring and surveillance ANNUAL STATE OF ENVIRONMENTAL REPORT 2010 27
Environmental Laboratory
ENVIRONMENTAL LABORATORY
Laboratorium Lingkungan Dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup, keberadaan sarana laboratorium lingkungan ( termasuk laboratorium kualitas air limbah, laboratorium kualitas udara, laboratorium air tanah, dsb) memegang peranan penting dalam penyediaan data dan informasi kualitas lingkungan yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Menurut PerMen LH No. 06 Tahun 2009 tentang Laboratorium Lingkungan, merupakan laboratorium yang mempunyai sertifikat akreditasi laboratorium pengujian parameter kualitas lingkungan dan mempunyai identitas registrasi. Di Jawa Barat hingga tahun 2010 terdapat 21 laboratorium lingkungan yang terakreditasi terdiri dari 7 laboratorium milik swasta, 3 laboratorium BUMN/D, dan 11 laboratorium Pemerintah/Pemda/Universitas. Satu laboratorium milik swasta yaitu PT. ALS Indonesia telah mendapatkan registrasi dari Kementerian Lingkungan Hidup.
LABORATIORIUM LINGKUNGAN Saat ini dari 26 kabupaten/kota di Jawa Barat, dua laboratorium daerah yang dibantu dana alokasi khusus bidang lingkungan hidup telah berbentuk Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yaitu laboratorium milik Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Bandung, sedangkan beberapa laboratorium daerah lainnya sedang dalam proses menuju UPTD antara lain laboratorium milik Kab. Purwakarta, Kab. Sukabumi, Kab. Subang, dsb.
( Sumber : BPLHD JABAR )
Gambar 44. Fasilitas Laboratorium
In environmental management efforts, the role of environmental laboratory (including water quality laboratory, air quality laboratory, and groundwater laboratory) is essential in providing accurate and reliable data. According to Minister of Environment Regulation No. 06/2009, environmental laboratory ought to have accreditation certificate for environmental quality parameter examination and have registration identity. Until 2010, West Java has 21 accredited environmental laboratories comprising of 7 private laboratories, 3 state owned enterprise laboratories, and 11 government/university laboratories. One of the private laboratories has succesffuly registered in Ministry of Environment. Names of laboratories were shown in the table below. BPLHD JABAR In the efforts of improving institutional capacity of environmental agencies in local government especially those related Gambar 43. Mobil Sampling to water quality monitoring, Ministry of Environment has allocated Special Allocation Fund for environmental sector in 13 cities/regencies during fiscal year 2010. Some of the local Adapun nama laboratorium lingkungan dan jenis governments used the fund for improving water quality monitoring pemeriksaan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut : by procuring laboratory facilities including sampling and analysis Dalam upaya meningkatkan kapasitas kelembagaan
institusi lingkungan hidup di daerah terutama kaitan dengan pemantauan kualitas air, Kementerian Lingkungan Hidup mengalokasikan Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang lingkungan hidup kepada 13 Kabupaten/Kota di Jawa Barat pada tahun 2010. Beberapa daerah memanfaatkan dana tersebut untuk meningkatkan pemantauan kualitas air melalui pengadaan sarana dan prasarana laboratorium seperti peralatan laboratorium, gedung laboratorium, mobil sampling. Pemerintah Provinsi diberikan kewenangan melakukan pembinaan dan pemantauan pelaksanaan DAK bidang lingkungan hidup melalui dana dekonsentrasi. Hasil pemantauan di beberapa daerah menggambarkan pelaksanaan kegiatan sebagai berikut :
28 ANNUAL STATE OF ENVIRONMENTAL REPORT 2010
No.
NAMA LABORATORIUM
1. 2.
PT. Mutuagung Lestari Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) PT. Sucofindo Lab. Cibitung Balai Besar Pulp dan Kertas Balai Besar Industri Argo Laboratorium Terpadu - IPB
3. 4. 5. 6. 7. 8.
UPJ Lab. Kualitas Air - Perum Jasa Tirta II Balai Besar Tekstil
9.
Lab. Air, Dep. Tekling ITB
10.
Services Lab. SEOMOBIOTROP
11.
16.
Lab. Pengendalian kualitas Lingk. PDAM Kota Bandung Lab. Pengujian Fak. Tek. Industri Pertanian, IPB Balai Pengembangan Lab. Kesehatan Prov. Jabar Env. Lab. PT. Geoservices Balai Pengujian Mutu Konstruksi dan Lingk. Diskimrum Prov. Jabar Lab. Lingk. Badan LH Kab. Bandung
17.
PT. Bogor Labs
18. 19.
PT. Trieks Labs, Bogor Bina Lab PT. Widya Cipta Buana, Bandung
20.
Lab. Produktivitas dan Lingk. Perairan, Fak. Perairan dan Ilmu Kelautan, IPB PT. ALS Indonesia, Bogor
12. 13. 14. 15.
21.
Gambar 46. Nama Laboratorium Gambar 45. Gedung Laboratorium
equipment, laboratory building, and sampling vehicle. Provincial government was given the authorization in monitoring the use of deconcentration fund, with resulted as follows: At present, two environmental laboratories in local governments developed by Special Allocation Fund have been officially established as Local Technical Operating Unit namely Ciamis and Bandung Regencies. Other laboratories in the process are Purakarta Regency, Sukabumi Regency, and Subang Recency laboratories.
PEMERIKSAAN
KET
Air dan Air Limbah Air
Swasta Pemerintah
Air dan Air Limbah Air Limbah Air Bersih Udara Ambien, Air dan Air Limbah Air permukaan, Air minum & Air Limbah Air & air limbah, tekstil & prod. tekstil Air bersih, air permukaan, Air tanah, Air limbah & air minum Air mineral, air limbah & air permukaan Air, udara
BUMN Pemerintah Pemerintah Pemerintah BUMN Pemerintah Pemerintah Swasta BUMD
Air dan air limbah, sedimen
Pemerintah
Air, air minum
Pemerintah
Air permukaan Air permukaan, air tanah, air limbah Air permukaan, air tanah & air limbah Air permukaan, air tanah & air limbah Air Limbah Air, air limbah, udara emisi sumber tidak bergerak, udara ambien Air dan Air Limbah
swasta Pemerintah
Air permukaan, air limbah, limbah padat, limbah B3, udara emisi sumber tidak bergerak, udara ambien
Pemerintah Swasta Swasta Swasta
Pemerintah Swasta
( Sumber : BPLHD JABAR )
(BPLHD JABAR )
ANNUAL STATE OF ENVIRONMENTAL REPORT 2010 29
LAW ENFORCEMENT
Law Enforcement
Penegakan Hukum
PENEGAKAN HUKUM
Penegakan hukum meruapakan upaya terakhir dalam efektivitas pengelolaan lingkungan hidup melalui penerapan efek jera. Penegakan hukum lingkungan ini menjadi semakin penting mengingat permasalahan lingkungan yang semakin kompleks dan banyaknya pelaku pencemar dan perusak lingkungan yang tidak dikenai sanksi apapun. Berdasarkan hal itu maka upaya penegakan hukum mempunyai makna bagaimana hukum tersebut harus dilaksanakan agar tercipta ketertiban dalam masyarakat. Keberhasilan penegakan hukum lingkungan salah satunya ditentukan oleh sejauhmana peran serta masyarakat. Melalui pos pengaduan lingkungan, masyarakat dapat mengadukan permasalahan lingkungan yang terjadi di wilayahnya. Berdasarkan pengaduan masyarakat tersebut, dilakukan fasilitasi untuk memproses pengaduan tersebut sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
No
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Kabupaten/Kota
Kota Bandung Kab. Bandung Kab. Bandung Barat Kab. Sumedang Kab. Subang Kab. Puwakarta Kab. Cianjur Kab. Bekasi Kab. Karawang Kab. Cirebon Kab. Tasikmalaya Jumlah
Pengaduan yang masuk
Pengaduan yang ditindaklanjuti
1 7 10 2 3 2 1 2 3 2 2 35
6 9 2 1 2 1 3 2 26
Gambar 48. Penyebaran jumlah kasus lingkungan hidup yang diadukan
Penegakan hukum mempunyai makna bagaimana hukum h a r u s d i l a k s a n a ka n , s e h i n g ga d a l a m p e n e ga ka n hukum harus diperhatikan unsur-unsur kepastian hukum, kemanfaatan, dan keadilan. Kepastian hukum menghendaki bagaimana hukumnya dilaksanakan agar tercipta ketertiban dalam masyarakat. Begitu pula sebaliknya, masyarakat menghendaki adanya manfaat dalam pelaksanaan peraturan atau penegakan hukum tersebut. Unsur ketiga yaitu keadilan dimaknai bahwa dalam penegakan hukum, keadilan harus diperhatikan. Namun demikian hukum tidak identik dengan keadilan, karena hukum itu sifatnya umum, mengikat setiap orang dan menyamaratakan. Oleh karena itu dalam penegakan hukum ketiga unsur tersebut, yaitu kepastian, kemanfaatan, dan keadilan harus dikompromikan, artinya ketiganya harus mendapatkan perhatian secara proporsional dan seimbang dalam penanganannya.
Law enforcement has a meaning of how the law should be implemented, so that law enforcement must be considered elements of legal certainty, usefulness, and fairness. Want legal certainty how the law implemented in order to create order in society. Vice versa, requires the availability of public benefits in the implementation of regulatory or law enforcement. The third element of justice meant that in law enforcement, justice must be observed. However, the law is not synonymous with justice, because the law is general in nature, binding on every person and the leveler. Therefore, in law enforcement three elements, namely certainty, usefulness, and justice must be compromised, meaning that all three should get attention proportional and balanced handling.
( BPLHD JABAR )
40 35 30 25 20 15 10 Jumlah Kasus
5 0 2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011 ( Sumber : BPLHD JABAR )
Gambar 47. Diagram Perkembangan Pengaduan Kasus Lingkungan
Berdasarkan data pengaduan, sejak tahun 2008 hingga tahun 2010 ini terjadi kecenderungan peningkatan pengaduan kasus lingkungan hidup. Hal ini dimungkinkan mulai meningkatnya kepedulian masyarakat akan kondisi lingkungan hidup di wilayahnya. Tingginya tingkat pengaduan masyrakat yang masuk melalui pos pengaduan lingkungan hidup ini tentu saja merupakan pekerjaan rumah untuk difasilitasi dan diselesaikan. Kasus lingkungan yang masuk harus terlebih dulu disaring dan diidentifikasi sesuai dengan peraturan dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku termasuk menyangkut kewenangan penanganannya. Pada tahun 2010 tercatat pengaduan yang masuk sebanyak 35 kasus dengan kasus yang ditindaklanjuti sebanyak 26 kasus. Adapun penyelesaian kasus melalui jalur pengadilan (pidana) hingga akhir tahun 2010 sebanyak 3 kasus. Penyebaran jumlah kasus lingkungan hidup yang diadukan dan difasilitasi adalah sebagaimana tabel berikut :
30 ANNUAL STATE OF ENVIRONMENTAL REPORT 2010
Law enforcement is the last attempt in environmental management efforts. Environmental law enforcement has become more important by the increasing number and complexity of environmental dispute case and the fact that many of the actors have gone unpunished. Law enforcement efforts in this context must be seen as means of achieving order in the society. Public participation is one of the main factors determining successful law enforcement, which was facilitated by means of environmental complain station for community to be able to report any suspect of environmental case. Based on the report, authorized parties could further process the suspicion according to regulations. Data from community complain during 2008 - 2010 showed the tendency of increasing number of environmental case complains. This data indicated raised public awareness toward environmental issues. Increasing number of environmental issue report from community has surely required further facilitation and resolution by the authority. Reports were first screened and identified according to regulation, including which authority that would take further actions. In 2010, there were 35 environmental case reports, 26 of them were followed up. There were 3 cases that were processed in the crime court by the end of 2010. Details of environmental case report and their further actions are as follows:
1. Kepala desa, Lurah atau Camat Setempat 2. BupatilWalikota (lokasi dan atau dampak di kabupaten/kota 3. Gubernur, (lokasi dan atau dampak lintas kabupaten/kota 4. Kementerian LH, (Lokasi dan atau dampak lintas batas provinsi dan atau batas negara>
PENGADUAN Perseorangan Kelompok orang Badan Hukum
Mengisi formulir pengaduan kasus pencemaran dan atau Perusakan lingkungan (informasi yang disampaikan minimal berisi (tulisan) :
LISAN TULISAN 1. Identitas pelapor 2. Perkiraan sumber pencemar dan / perusakan lingkungan hidup 3. Alat bukti yang disampaikan 4. Lokasi terjadinya pencemaran dan / perusakan lingkungan hidup 5. Waktu diketahuinya pencemaran dan / perusakan lingkungan hidup 6. Media lingkungan yang terkena dampak
Termasuk Pengaduan Kasus Pencemaran dan / Perusakan Lingkungan Hidup
TIM PENATAAN HUKUM MELAKUKAN VERIFIKASI 1. Kebenaran pengaduan pencemaran dan / perusakan lingkung 2. Sumber pencemaran dan / perusakan lingkungan 3. Tingkat pencemaran dan / perusakan lingkungan 4. Perkiraan jenis dan besamya kerugian 5. Lokasi terjadinya pencemaran dan perusakan lingkungan 6. Luas sebaran dampak 7. Pihak yang bertanggungjawab atas terjadinya pencemaran dan atau perusakan lingkungan
Dicatat dalam Buku Register Pengaduan
Melakukan telaahan dan klarifikasi pengaduan
Bukan Termasuk Pengaduan Kasus Pencemaran dan / Perusakan Lingkungan Hidup
Instansi Teknis yang membidangi usaha dan / kegiatan dimaksud
ANALISIS DAN REKOMENDASI PENANGANAN
REKOMENDASI PENANGANAN
ALUR PENANGANAN PENGADUAN
Gambar 49. Alur Penanganan Pengaduan
(Sumber : BPLHD JABAR )
ANNUAL STATE OF ENVIRONMENTAL REPORT 2010 31
Adipura
LAW ENFORCEMENT
Penegakan Hukum
ADIPURA
Penanganan Pengaduan Kasus LH oleh BPLHD Prov. Jabar Pengaduan Kasus Lingkungan
35 30
Pengaduan Kasus yang ditangani
25 20
ADR
15
Administrasi
10
Pidana
5 0 2008 Tahun Pengaduan
2009
2010
Gambar 50. Penanganan Kasus LH oleh BPLHD
32 ANNUAL STATE OF ENVIRONMENTAL REPORT 2010
(Sumber : BPLHD JABAR )
70
Pengaduan Kasus Lingkungan
Undang-undang nomor 32 Tahun 2009, tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup memungkinkan penyelesaian sengketa lingkungan hidup secara alternatif, yaitu penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar pengadilan untuk mencapai kesepakatan antar pihak yang bersengketa. Dengan cara penyelesaian sengketa lingkungan hidup tersebut, diharapkan akan meningkatkan ketaatan masyarakat terhadap sistem nilai mengenai pentingnya pelestarian dan pengembangan kemampuan lingkungan hidup dalam mendukung kehidupan manusia masa kini dan masa depan. Berlakunya ketentuan hukum pidana tetap memperhatikan asas subsidiaritas, yaitu bahwa hukum pidana didayagunakan apabila sanksi bidang hukum lain seperti sanksi administrasi dan sanksi perdata dan alternatif penyelesaian sengketa lingkungan hidup tidak efektif dan atau tingkat kesalahan perilaku relatif berat, akibat perbuatannya relatif besar, sehingga menimbulkan keresahan masyarakat. Pada tanggal 19 Juni 2009 telah ditandatangani Peraturan Bersama antara Gubernur Jawa Barat, Kepala Kepolisian Daerah Jawa Barat, Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya beserta Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa Barat No. 77 Tahun 2009, No. B/9544/VI/2009, No. B/5711/VI/Datro/19 Juni 2009, No. KEP62/0.2/Epp.1/06/2009 tentang Penegakan Hukum Lingkungan Terpadu Di Jawa Barat. Maksud dari pembentukan Penegakan Hukum Lingkungan Terpadu Di Jawa Barat adalah untuk meningkatkan keterpaduan dalam penanganan dan penyelesaian permasalahan dan sengketa lingkungan hidup yang meliputi bidang hukum administrasi, hukum perdata dan hukum pidana. Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah terselenggaranya keterpaduan peningkatan kapasitas dan integritas dalam penegakan hukum lingkungan melalui Pengadilan dan diluar Pengadilan secara efektif dan efisien sesuai ketentuan Peraturan Perundang-Undangan. Berikut merupakan diagram prosedur pengaduan dan penanganan kasus pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup, serta diagram penyelesaian dan penanganan kasus lingkungan di Jawa Barat.
Penyelesaian Pengaduan Kasus LH di Jabar
60 50 40
Pengaduan Kasus Ditangani BPLHD
30
Ditangani Kab/Kota
20 10 0 2008
2009
2010
Tahun Pengaduan Target Pengaduan : Kasus lingkungan yang ditangani Kab./Kota perlu dimonitoring status akhirnya serta kasus yang ditangani BPLHD Jabar dapat ditingkatkan namun terkendala anggaran
Gambar 51. Pengduan Kasus LH di Jabar
(Sumber : BPLHD JABAR )
Law number 32 of 2009, on Environmental Protection and Management allows environmental dispute settlement in the alternative, namely the settlement of environmental disputes out of court to reach an agreement between the disputing parties. By way of environmental dispute settlement, it is expected to increase compliance to the value system of society about the importance of preservation and development of environmental capacity to support human life in the present and future. Application of criminal law taking into account the principle of subsidiarity, namely that the criminal law be used if sanctions other fields of law such as administrative penalties and civil sanctions and alternative dispute resolution is not effective and environmental or behavioral error rate is relatively heavy, relatively large due to his actions, causing public unrest . On June 19, 2009 was signed between the Joint Regulation of the Governor of West Java, West Java Police Chief, Metro Jaya Police Chief and Chief of the High Court of West Java No.. 77 In 2009, No. B/9544/VI/2009, No. B/5711/VI/Datro/19 June 2009, No. KEP-62/0.2/Epp.1/06/2009 on Integrated Environmental Law Enforcement in West Java. The purpose of the establishment of an Integrated Environmental Enforcement in West Java is to enhance coherence in the handling and resolution of environmental problems and disputes which includes areas of administrative law, civil law and criminal law. The objectives to be achieved is the implementation of integrated capacity building and integrity in environmental law enforcement through the courts and outside courts effectively and efficiently in accordance with Rule Legislation. Here is a diagram of the complaints procedure and handling of cases of contamination and / or destruction of the environment, as well as diagrams of completion and handling environmental cases in West Java.
Permasalahan lingkungan perkotaan yang dihadapi Jawa Barat, secara umum sama dengan kota-kota lain di Indonesia, yaitu meliputi tiga hal pokok, yaitu: 1. Kualitas lingkungan hidup yang cenderung menurun, arena permasalahan kebersihan, ruang terbuka hijau (pengelolaan lingkungan perkotaan versus perizinan pemanfaatan ruang kota) serta pencemaran air dan udara termasuk didalamnya isu perubahan iklim. 2. Kapasitas aparatur pemerintah yang relatif kurang memadai dibandingkan dengan besarnya masalah lingkungan yang dihadapi antara lain peraturan, pendanaan, organisasi, sumberdaya manusia, dan keterpaduan perencanaan. 3. Partisipasi atau peranserta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan perkotaan relatif masih rendah. Kesadaran masyarakat tentang lingkungan hidup memang telah tumbuh, tetapi masih kurang proaktif untuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan politik yang berpihak kepada pelestarian lingkungan. Program Adipura merupakan upaya pembinaan dan p e n g h a r ga a n p e m e r i n t a h p u s a t d a l a m ra n g k a mengkondisikan kota dan ibukota kabupaten yang bersih, teduh dan hijau. Kategori bersih diartikan lebih luas, yaitu bersih di atas permukaan tanah dari polusi udara, bersih di permukaan tanah dari limbah padat atau sampah dan bersih di bawah syarakat permukaan tanah dari pencemaran air atau limbah cair. Kesemuanya dapat terwujud jika seluruh Pemerintah Kota/Kabupaten beserta unsur masyarakatnya memiliki motivasi untuk memelihara kebersihan, keteduhan dan kehijauan kotanya. Pelaksanaan Program Adipura bukan hanya merupakan kegiatan penilaian, tetapi berisikan tentang arahan kebijakan dan strategi pengelolaan lingkungan perkotaan untuk menciptakan kota yang "cerdas, manusiawi, dan ekologis (bersih dan hijau)". Program ADIPURA merupakan salah satu tools dalam perilindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Hidup, khususnya bagi masyarakat perkotaan dan tata kelola dalam penyelenggaraan kepemerintahan yang baik di bidang lingkungan hidup (Good Environmental Government). Program ini juga dijadikan momentum dalam menerapkan penilaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Lingkungan Hidup, yaitu upaya memberikan pelayanan kenyamanan kepada seluruh warga kotanya. Berdasarkan ketentuan dalam Pedoman Pelaksanaan Program ADIPURA, pemantauan dilakukan terhadap seluruh
Urban environmental problems that occurred in West Java are generally similar to other cities in Indonesia, which comprising of three main factors, i.e.: 1. Environmental quality deterioration due to sanitation problem, lack of green open space, (urban environmental management versus land use spatial planning), water pollution, air pollution, and climate change issue. 2. Inadequate capacity of government officials compared to complicated environmental problems, including regulations, financing, organization, human capacity, and planning integration. 3. Lack of public participation on urban environmental management. Although public awareness toward environmental issues has indeed increased, there were not enough proactive movement from society to induce policy making on environmental sustainability. ADIPURA is a city development and acknowledgment program by Central Government aiming for clean, green and tidy city and regency. Clean is defined at large as clean of air pollution, solid waste, and wastewater pollution. All were achievable if the city officials and communities have the motivation to keep their city clean, tidy, and green. ADIPURA program was more than just assessment activities, but also includes policy direction and urban environmental management strategies to construct a "smart, humanitarian, and ecological city (green and clean)". ADIPURA Program is one of the tools in environmental protection and management as mandated in Environmental Protection and Management Act No. 32/2009, particularly for urban community and good environmental government. This program is also a good momentum for the Local Government to implement performance assessment in Minimum Service Standard for Environmental Management, by means of serving and providing wellbeing to its citizens. Based on Guidance for ADIPURA Implementation, monitoring is conducted in all city / regency in ANNUAL STATE OF ENVIRONMENTAL REPORT 2010 33
ADIPURA
Adipura
Adipura
ADIPURA
Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia yang dibagi menjadi Indonesia which is categorized into 4 types of city as empat kategori kota berdasarkan jumlah penduduk seperti described below: tercantum dalam tabel berikut:
No. 1 2 3 4
Kategori Kota Kecil (Ibukota Kabupaten/Kota) Kota Sedang (Ibukota Kabupaten/Kota) Kota Besar (Ibukota Kabupaten/Kota) Kota Metropolitan
Jumlah Penduduk (Jiwa) 20.000 s.d. 100.000 100.001 s.d. 500.000 500.001 s.d. 1.000.000 >1.000.000
Gambar 49. Tabel Kategori Kota Berdasarkan Jumlah Penduduk (Sumber : KNLH RI) Sampai dengan Tahun 2010, jumlah dan nama Until 2010, list of cities joining in the ADIPURA Kabupaten/Kota di Jawa Barat yang masuk dalam masing- program for each category were described as follows: masing kategori adalah seperti dalam tabel berikut:
Pemberian penghargaan ADIPURA kepada Kabupaten/Kota ADIPURA is awarded to cities/regencies in 3 dibagi menjadi tiga kategori, yaitu seperti tercantum dalam categories as follows: tabel berikut :
No. 1
Kategori Penghargaan Anugerah ADPURA/Piala ADIPURA
2
Piagam ADIPURA (Best Effort)
3
Plakat ADIPURA
Gambar 51. Tabel Kategori Penghargaan ADIPURA
Gambar 50. Tabel Kategori Kabupaten/Kota Di Jawa Barat yang Masuk Dalam Pemantauan Adipura
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Kota Depok Bandung Bekasi Bogor Cianjur Cibinong Sukabumi Cimahi Soreang Garut Indramayu Majalengka Palabuhan Ratu Kuningan Sumedang Sumber Ciamis Purwakarta Cirebon Subang Tasikmalaya Banjar Cikarang Singaparna Karawang
Kabupaten/Kota Kota Depok Kota Bandung Kota Bekasi Kota Bogor Kabupaten Cianjur Kabupaten Bogor Kota Sukabumi Kota Cimahi Kabupaten Bandung Kabupaten Garut Kabupaten Indramayu Kabupaten Majalengka Kabupaten Sukabumi Kabupaten Kuningan Kabupaten Sumedang Kabupaten Cirebon Kabupaten Ciamis Kabupaten Purwakarta Kota Cirebon Kabupaten Subang Kota Tasikmalaya Kota Banjar Kabupaten Bekasi Kabupaten Tasikmalaya Kabupaten Karawang
Kategori Metro Metro Metro Besar Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Kecil Kecil Kecil Kecil Kecil Kecil Kecil Kecil Kecil Kecil Kecil Kecil Kecil Kecil Kecil Kecil
(Sumber : BPLHD Provinsi Jawa Barat 2010)
34 ANNUAL STATE OF ENVIRONMENTAL REPORT 2010
Uraian Diberikan kepada Kabupaten/Kota yang nilai ADIPURA nya sama dengan atau lebih dari nilai batas yang ditetapkan ("passing grade/cutting point"). Diberikan kepada Kabupaten/Kota yang mampu menunjukkan lonjakan nilai ADIPURA periode sekarang dengan periode sebelumnya dengan sangat signifikan. Diberikan kepada Kabupaten/Kota untuk lokasi/titik pantau tertentu yang memperoleh penilaian tertinggi. (Sumber : KNLH RI)
Gambar 52. Tabel Penghargaan ADIPURA Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Barat dalam Program Adipura (2006 - 2010)
No.
2007
2008
2009
2010
1
INDRAMAYU
INDRAMAYU
INDRAMAYU
INDRAMAYU
2
CIANJUR
CIANJUR
CIANJUR
CIANJUR
3
GARUT
MAJALENGKA
CIAMIS
CIAMIS
CIAMIS
GARUT
KUNINGAN
GARUT
KUNINGAN
CIMAHI
KUNINGAN
CIMAHI
PELABUHAN RATU
PELABUHAN RATU
SUKABUMI
4 5 6
7
2006
Pada tahun 2006 (Periode 2005 - 2006), Provinsi Jawa Barat hanya meraih Plakat Adipura (Best Effort) sebanyak 4 (empat) kota yaitu Singaparna, Garut, Purwakarta dan Indramayu
8
MAJALENGKA
9
CIREBON
10
BEKASI
JUMLAH
0
3
6
7
10
Cutting Point
71
72
73
73
73
(Sumber : BPLHD Provinsi Jawa Barat 2010) ANNUAL STATE OF ENVIRONMENTAL REPORT 2010 35
ADIPURA
Implementasi Kantor Berbudaya Lingkungan "eco Office”
Adipura
IMPLEMENTASI KANTOR BERBUDAYA LINGKUNGAN "ECO OFFICE”
Pada tahun 2010, jumlah kabupaten / kota peraih penghargaan ADIPURA di Indonesia meningkat yaitu sebanyak 140 kota dibandingkan tahun sebelumnya yang berjumlah 126 kota dari total 375 kota yang masuk dalam penilaian Adipura. Adapun dari 140 kota yang memperoleh penghargaan ADIPURA, tercatat 11 (sebelas) kota di Jawa Barat yang meraih penghargaan adipura tersebut yaitu Kota Cianjur, Cimahi, Sukabumi dan Cirebon untuk kategori kota sedang, dan Kota Ciamis, Kuningan, Majalengka, Indramayu, Palabuhan Ratu untuk kategori kota kecil, serta Kota Bekasi untuk kategori Kota Metropolitan. Sementara itu Kota Bandung meraih penghargaan "Best Effort" untuk kategori Kota metropolitan dan Kabupaten Cirebon untuk kategori kota Kecil.
In 2010, number of cities/regencies that obtain ADIPURA award increased to 140 cities from previously 126 from total 375 cities that participated in ADIPURA scoring. From total 140 cities in Indonesia that obtained ADIPURA award, there were 11 cities in West Java i.e. Cianjur, Cimahi, Sukabumi, and Cirebon that obtained ADIPURA for medium city category; Ciamis, Kuningan, Majalengka, Indramayu, Pelabuhan Ratu obtained ADIPURA for small city category; and Bekasi for Metropolitan city category. Meanwhile, Bandung city obtained Best Effort ADIPURA for Metropolitan City and Cirebon obtained same category for small city.
14 12 10 8
Gambar 53. Jumlah Kota Peraih Anugerah Adipura di Jawa Barat
Anugrah Adipura Piagam Adipura
6
Total Penghargaan
12
4
10
2 0 2006
2007
2008
2009
2010
Gambar 52. Raihan Piagam Adipura
(Sumber : BPLHD JABAR )
Gambar 53. Tabel Pencapaian Penghargaan ADIPURA Di Provinsi Jawa Barat
8 JUMLAH
2005
6 4 2 0 2006
2007
2008
2009
2010
2011
TA H U N (Sumber : BPLHD JABAR )
Gambar 54. Grafik Jumlah Kabupaten/Kota Di Jawa Barat dalam Perolehan Penghargaan ADIPURA
36 ANNUAL STATE OF ENVIRONMENTAL REPORT 2010
Implementasi kantor berbudaya lingkungan dilaksanakan melalui program pengelolaan lingkungan kantor yang berfokus pada tabungan air (biopori), daur ulang kertas, pemilahan sampah, penerapan bank sampah, penetapan kawasan bebas asap rokok, penghematan sumber daya (air, listrik), dan penghijauan (green roof) sebagai upaya peningkatan ruang terbuka di perkantoran. Tujuan dari implementasi eco-office yaitu: " Tercapainya minimalisasi penggunaan kertas, " Tercapainya konservasi sumberdaya (listrik dan air), " Terlaksananya reduksi sampah melalui kegiatan pemilahan sampah dari sumbernya , " Peningkatan ruang terbuka hijau di perkantoran. Daur Ulang dan Pengurangan Limbah 1. Melakukan pendaurulangan limbah kertas 2. Membiasakan untuk melakukan pemilahan dan daur ulang limbah kantor, seperti kaleng minuman, plastik kemasan, dan tabung lampu fluorescent, ataupun furniture. 3. Memperbaiki, dan atau memperbaharui cartridge mesin cetak, mesin cetak, komputer, dan barangbarang elektronik lainnya dengan produk-produk ramah lingkungan.
Mendaur ulang kertas Kertas dua muka untuk draft
Memanfaatkan area gedung bertingkat untuk RTH
Gambar 54.
(Sumber : BPLHD JABAR )
Implementation of cultured office environment management program implemented through an office environment that focuses on water savings (biopori), paper recycling, waste segregation, waste bank application, determination of smokefree zone, saving of resources (water, electricity), and green (green roof ) as an effort to increase open space in the office. The purpose of the implementation of eco-office, namely: .: The achievement of minimizing paper use, .: The achievement of conservation of resources (electricity and water), .: The implementation of waste reduction through waste sorting activity from its source, .: Improved green open space in the office.
Konservasi sumberdaya (air dan listrik) Recycling and Waste Reduction 1. Menggunakan pemakaian energi dan air secara 1. Perform recycling of waste paper signifikan dilakukan dengan membeli produk yang 2.Getting used to perform sorting and recycling office waste, ramah lingkungan. such as beverage cans, plastic containers, tubes and 2. Mematikan lampu yang terdapat pada ruangan yang fluorescent lamps, or furniture. tidak digunakan. 3.Repair, and renew cartridges or printing machines, 3. Mematikan Komputer dan peralatan lainnya yang printing machines, computers and other electronic goods masih menyala jika tidak digunakan dalam waktu with environmentally friendly products. yang lama. 4. Menempatkan meja kerja di tempat yang Conservation of resources (water and electricity) memperoleh cahaya alami yang paling optimal. 1. Using energy and water consumption significantly done 5. Membuka jendela pada gedung perkantoran yang by purchasing environmentally friendly products. terletak di kawasan yang masih asri lebih baik 2. Turning off lights in rooms that are unused. daripada menggunakan AC. 3. Turning off the computer and other equipment that is still 6. Mengunakan peralatan yang mampu mengurangi lit when not in use for a long time. 4. Placing the desk in place to obtain the most optimal penggunaan air secara berlebihan, seperti keran natural light. otomatis dan memastikan alat tersebut bekerja 5. Opening a window on the office building located in the dengan baik. area is still beautiful better than using AC. 7. Mengurangi penggunaan air dan energi dengan 6. Using equipment that can reduce excessive water use, hanya memasak air sesuai kebutuhan. such as automatic faucets and make sure it works properly. 8. Mengingatkan orang lain agar tidak meninggalkan 7. Reduce water and energy usage by simply cooking water ruangan atau toilet dalam kondisi lampu dan atau as needed. keran masih menyala 8. Remind others not to leave the room or the toilet in the condition or taps and lights still burning ANNUAL STATE OF ENVIRONMENTAL REPORT 2010 37
BANK SAMPAH
Bank Sampah
Bank Sampah
BANK SAMPAH
Bank sampah merupakan sistem pengelolaan sampah yang berbasis rumah tangga (unit terkecil penghasil sampah) dengan memberikan reward kepada mereka yang berhasil memilah sampah. Hal ini diharapkan dapat memunculkan semangat memilah sampah dimulai dari sumbernya. Manfaat adanya kegiatan bank sampah adalah sebagai berikut: 1. Mengurangi volume sampah 2. Memberikan penghasilan tambahan bagi masyarakat 3. Efisiensi biaya pengangkutan 4. Bersifat lebih ekonomis dan ekologis 5. Memberdayakan masyarakat dalam mengelola kebersihan kota
Bank of garbage is a waste management system based on the household (the smallest unit of the waste) by giving rewards to those who managed to sort out garbage. It is expected to bring the spirit of garbage sorting starts from the source. The benefits of garbage bank activity are as follows: 1. Reducing the volume of waste 2. Provide additional income for the community 3. Efficiency of freight 4. Is more economical and ecological 5. Empowering the community in managing the cleanliness of the city
Mengingat besarnya manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan bank sampah dalam pengelolaan lingkungan, maka kegiatan bank sampah ini menjadi perhatian pemerintah Jawa Barat untuk dapat difasilitasi karena beberapa hal berikut: - Siapapun yang ingin jadi bagian dari solusi sampah - Perlu Dilembagakan - Tanpa legal formal (dengan legal lebih baik) - Menghasilkan keuntungan (profitable) Berikut ini merupakan contoh-contoh sampah yang banyak dihasilkan di lingkungan sekitar dimana dengan adanya bank sampah maka sampah tersebut menjadi bernilai ekonomi.
tabungan pundi sampah
tetrapak besi gelas plastik botol plastik kertas putih kertas koran Rp. 800,-/kg Rp. 800,-/kg Rp. 3.500,-/kg (cup) Rp. (pet) (arsip) 3.500,-/kg Rp. 1.800,-/kg Rp. 1.150,-/kg
timbang
pilah sampah organik
TABUNGAN (Sumber : BPLHD JABAR )
potongan harga belanja
kertas warna, buram, dus makanan (dupleks) Rp. 250,-/kg
kardus Rp. 850,-/kg
botol kaca Rp. 70,-/kg
Kaleng Alumunium Rp. 5.000,-/kg
botol sampo dll (mainan) Rp. 1.750,-/kg
Gambar 57. Sampah sekitar kita yang bernilai ekonomi yang masuk dalam program bank sampah
dicatat dalam buku tabungan
Given the magnitude of the benefits to be gained from the implementation of environmental management in garbage bank, the bank's activities to the attention of government waste in West Java to be facilitated because of the following: - Anyone who wants to be part of the waste solution - Need to Institutionalized - Without the comity (with a better legal) - Generates profits (profitable) The following are examples of the many garbage produced in the neighborhoods where the presence of the bank's trash bin into economic value.
(Sumber : BPLHD JABAR )
semua plastik yang mudah patah/remuk (kerasan) Rp. 350,-/kg
bekerjasama dengan pihak ketiga
Gambar 55. Manfaat pelaksanaan bank sampah
Adapun mekanisme pelaksanaan bank sampah seperti terlihat dalam gambar berikut: The mechanism of the implementation of waste banks as shown in the following image:
SKPD/Instansi Pemerintah/ Swasta Merchant Pemukiman/ Rumah Tangga Sekolah Pasar
RECYCLE BANK (Sumber : BPLHD JABAR )
Industri/Bandar Sampah
Kelembagaan Lain
Gambar 56. Mekanisme pelaksanaan bank sampah
38 ANNUAL STATE OF ENVIRONMENTAL REPORT 2010
Gambar 58. Aktivitas kegiatan bank sampah di BPLHD Provinsi Jawa Barat Implementasi Bank Sampah di Sekolah
13
(Sumber : BPLHD JABAR )
ANNUAL STATE OF ENVIRONMENTAL REPORT 2010 39
Pendidikan Lingkungan Hidup Di Jawa Barat
ENVIRONMENTAL EDUCATION IN WEST JAVA
Pendidikan Lingkungan Hidup Di Jawa Barat Pengelolaan lingkungan hidup merupakan tanggungjawab bersama dari segenap lapisan masyarakat, sehingga keberhasilan dalam pengelolaan lingkungan hidup sangat dipengaruhi oleh tingkat kesadaran, kepedulian dan peranserta masyarakat. Oleh karena itu sangat diperlukan upaya yang sungguh-sungguh untuk dapat meningkatan kesadaran, kepedulian dan peranserta tersebut. Sebagai bentuk nyata dari upaya peningkatan kesadaran, kepedulian, dan peranserta masyarakat, maka Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengiplementasikan program Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH). Pendidikan Lingkungan Hidup adalah upaya mengubah perilaku dan sikap yang dilakukan oleh berbagai pihak atau elemen masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesadaran masyarakat tentang nilai-nilai lingkungan hidup. Tujuan dari PLH yaitu mendorong dan memberikan kesempatan kepada masyarakat memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap yang pada akhirnya dapat menumbuhkan kepedulian, komitmen untuk melindungi, memperbaiki serta memanfaatkan lingkungan hidup secara bijaksana. Ruang
ENVIRONMENTAL EDUCATION IN WEST JAVA Environmental management is a collective responsibility of all levels of society, which is why the success of environmental management efforts is greatly depending on public awareness and participation level. On that account, it is truly relevant to improve public awareness and participation toward environmental management issues. One of the concrete efforts to do so was implemented by WJ-EMA by means of Environmental Education Program. Environmental education aims for behavioral and attitude change conducted by various public elements and parties by means of improving public knowledge, skill and awareness towards environmental values. The program strives to push and provide opportunities for public to obtain the knowledge, skill and attitude necessary to grow awareness and commitment to protect, recover and utilize the environment wisely.
Kepala Sekolah
Dewan Sekolah Wakasek Kurikulum
Tata Usaha Wakasek Sarana Prasarana
Wakasek Kesiswaan
Wakasek Humas
Tim SBL
Ketua GMP Guru Mata Pelajaran Siswa
Tim Sekolah Berbudaya Lingkungan (SBL) Sub Tim Pengembangan Program
Bidang Kurikuler (kurikulum, model & media pembelajaran)
Sub Tim Aksi
Bidang Non Kurikuler
Bidang Pengelolaan Lingkungan Fisik Sekolah dan sekitarnya
Gambar 60. Diagram kedudukan Tim SBL dalam struktur sekolah
lingkup PLH yaitu meliputi pelaksanaan Pendidikan Lingkungan Hidup melalui jalur formal , non formal dan jalur informal oleh seluruh pemangku kepentingan/ stakeholders. PLH di Jawa Barat diimplementasikan dalam program Sekolah Berbudaya Lingkungan (SBL) dan ADIWIYATA.
Sub Tim Monev
Bidang Pembelajaran Lingkungan
Bidang Pemberdayaan Warga Sekolah dan warga sekitarnya
Warga Sekolah dan Warga Sekitar Gambar 59. Struktur organisasi Tim Sekolah Berbudaya Lingkungan
40 ANNUAL STATE OF ENVIRONMENTAL REPORT 2010
(Sumber : BPLHD JABAR )
(Sumber : BPLHD JABAR )
Scope of Environmental Education Program includes formal, informal, and non formal path conducted by all stakeholders, which is implemented in West Java by Eco - School and ADIWIYATA programs.
SEKOLAH BERBUDAYA LINGKUNGAN (SBL) DAN ADIWIYATA ECO - SCHOOL AND ADIWIYATA PROGRAM IN WEST JAVA DI JAWA BARAT Eco - school Program in West Java Program Sekolah Berbudaya Lingkungan (SBL) / ecoEco - school is a formal education management at school di Jawa Barat elementary and junior high level, based on perception and Sekolah Berbudaya Lingkungan (SBL) adalah pengelolaan understanding of school and its surroundings as the smallest pendidikan formal pada jenjang pendidikan dasar dan unit to create sense, motivation, and endeavor to conserve, menengah, yang dilandasi oleh kesadaran dan pemahaman recover, and improve environmental quality, present and atas kondisi lingkungan sekolah dan lingkungan sekitar saat ini future. Eco - school aims to provide measures to support and sebagai satu unit lingkungan terkecil, dalam rangka have an active role in building environmentally - aware human mengembangkan cipta, rasa, karsa, dan karya untuk capital. Vision of eco - school program in West Java is building memelihara, memperbaiki dan meningkatkan kualitas environmentally - aware generation that capable of lingkungan hidup saat ini dan yang akan datang. Tujuan SBL di implementing their awareness in daily life. Mission on ecoJawa Barat adalah menyediakan wahana yang mampu school in West Java are: ANNUAL STATE OF ENVIRONMENTAL REPORT 2010 41
Pendidikan Lingkungan Hidup Di Jawa Barat
ENVIRONMENTAL EDUCATION IN WEST JAVA
Pendidikan Lingkungan Hidup Di Jawa Barat m e n d u k u n g d a n b e r p e ra n nya t a d a l a m u p aya menumbuhkembangkan sumber daya manusia yang berbudaya lingkungan. Visi SBL di Jawa Barat adalah terbentuknya generasi yang peduli lingkungan dan mampu mengimplementasikan kepeduliannya dalam kehidupan sehari-hari. Adapun misi dari SBL di Jawa Barat, yaitu: " Mengembangkan SDM yang memahami dan sadar terhadap kondisi lingkungan saat ini, terutama lingkungan sekolah dan lingkungan sekitarnya.
ENVIRONMENTAL EDUCATION IN WEST JAVA support and contribute to the effort to develop a cultured human resources environment. SBL Vision in West Java is the formation of generations of environmentally conscious and able to implement care in everyday life. The mission of the SBL in West Java, are:
Gambar 62. Pengembangan Ruang Terbuka Hijau Sekolah
Gambar 63. Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Sekolah untuk Sarana Belajar Siswa
" To develop human capital with understanding and awareness toward present environmental condition, especially school and its surroundings.
" Mengembangkan SDM yang peduli lingkungan terutama lingkungan sekolah dan lingkungan sekitarnya, serta mau dan mampu mewujudkan kepeduliannya dalam kehidupan sehari-hari.
" To develop human capital with environmental awareness and willingness to implement their awareness in daily life.
" Mengembangkan SDM yang mampu merumuskan upaya untuk memelihara, memperbaiki, dan meningkatkan kualitas lingkungan, terutama lingkungan sekolah dan lingkungan sekitarnya.
" To d e v e l o p h u m a n c a p i t a l c a p a b l e o f formulating efforts to conserve, recover, and improve environmental quality especially in school and its surroundings.
(Sumber : BPLHD JABAR )
(Sumber : BPLHD JABAR )
(Sumber : BPLHD JABAR )
Gambar 64. Implementasi Kantin Sehat Sekolah
(Sumber : BPLHD JABAR )
Gambar 61 Pemanfaatan Air Bekas Untuk Penyiraman Tanaman
(Sumber : BPLHD JABAR )
Gambar 65. Implementasi Pemilahan Sampah dan Pengembangan Stater Kompos
42 ANNUAL STATE OF ENVIRONMENTAL REPORT 2010
(Sumber : BPLHD JABAR )
Gambar 66. Pengembangan Media Informasi Lingkungan
ANNUAL STATE OF ENVIRONMENTAL REPORT 2010 43
ADIWIYATA PROGRAM
Pengembangan "Green Growth" Di Jawa Barat
Program Adiwiyata
PENGEMBANGAN "GREEN GROWTH" DI JAWA BARAT
Program Adiwiyata adalah salah satu program Kementerian Lingkungan Hidup dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Dalam program ini diharapkan setiap warga sekolah ikut terlibat dalam kegiatan sekolah menuju lingkungan yang sehat serta menghindari dampak lingkungan yang negatif. Dalam pelaksanaannya Kementerian Lingkungan Hidup bekerjasama dengan para stakeholders, menggulirkan Program Adiwiyata ini dengan harapan dapat mengajak warga sekolah melaksanakan proses belajar mengajar materi lingkungan hidup dan turut berpartisipasi melestarikan serta menjaga lingkungan hidup di sekolah dan sekitarnya. Kata ADIWIYATA berasal dari 2 kata Sansekerta "ADI" dan "WIYATA". ADI mempunyai makna; besar, agung, baik, ideal atau sempurna. WIYATA mempunyai makna; tempat dimana seseorang mendapatkan ilmu pengetahuan, norma dan etika dalam berkehidupan sosial. Bila kedua kata tersebut digabung, secara keseluruhan ADIWIYATA mempunyai pengertian atau makna: Tempat yang baik dan ideal dimana dapat diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup kita dan menuju kepada cita-cita pembangunan berkelanjutan. Tujuan Program Adiwiyata adalah menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah untuk menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah, sehingga dikemudian hari warga sekolah tersebut dapat turut bertanggungjawab dalam upayaupaya penyelamatan lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan. Kegiatan utama Program Adiwiyata adalah mewujudkan kelembagaan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan bagi sekolah dasar dan menengah di Indonesia.
20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
ADIWIYATA program is one of Ministry of Environment programs which aims to encourage knowledge and awareness raising in school academia toward environmental conservation efforts. In this program, all elements of school are expected to be involved in school activities toward healthy environment and prevent negative environmental impact. In the implementation, the Ministry of Environment has collaborate with stakeholders to involve all school elements to participate in teaching environmental education material and have an active role in environmental conservation at school and its surroundings. ADIWIYATA originated from two Sanskrit words "ADI" and "WIYATA". ADI means great, ideal, excellent, or perfection. WIYATA means a place where a person is educated with knowledge, ethics, and norms of social life. In general ADIWIYATA means an excellent and ideal place to obtain knowledge, norms, and ethics as basic toward life prosperity and sustainable development. ADIWIYATA program aims to create conducive condition in school as place for education and raising awareness amongst school academia that in the future the pupils would be prepared to take their responsibility in environmental protection and conservation efforts as well as sustainable development. ADIWIYATA main agenda is to build environmental sound school institution at elementary and junior high level in Indonesia.
Calon Sekolah Adiwiyata
Provinsi Jawa Barat dengan jumlah penduduk 42,19 juta jiwa pada tahun 2008 merupakan wilayah terpadat dibanding ProvinsiProvinsi lainnya di Indonesia. Seiring peningkatan jumlah penduduk Jawa Barat tersebut maka sebagai konsekuensinya tekanan terhadap sumberdaya alam sebagai sumber penghasil pangan, sandang, dan papan semakin meningkat pula. Selain itu, tantangan-tantangan permasalahan lingkungan hidup seperti isu perubahan iklim, pencemaran air, pencemaran udara, dan inefisiensi penggunaan energy dan sumber daya hingga kini masih belum tertanggulangi dengan baik, sehingga belum benar-benar diperhitungkan berapa "harga" yang harus dibayar (full cost account) dari pengabaian isu-isu lingkungan ke dalam perencanaan pembangunan tersebut. Oleh karenanya, diperlukan suatu paradigma baru yang dapat menjamin upaya perencanaan menuju pembangunan ekonomi yang ramah lingkungan (ekonomi hijau = green economy). Paradigma pembangunan ini tidak memisahkan antara terminologi "pertumbuhan" ekonomi (growth) dan ramah lingkungan (green). Sudah jelas bahwa jika proses pembangunan dilaksanakan dengan pendekatan "bisnis seperti biasa" atau business as usual, kondisi lingkungan hidup Jawa Barat akan menuju kepada trend ke arah kerusakan dan kelangkaan sumber daya alam, karena daya tampung dan daya dukung lingkungan yang akan terlampaui. Oleh karenanya, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Propinsi Jawa Barat, pada tahun 2010 melaksanakan "Penyusunan Pola Pembangunan Green Growth Jawa Barat". Konsep Green Growth merupakan pola kebijakan pembangunan ekonomi yang memperhatikan keberlanjutan lingkungan, dengan demikian konsep ini terlahir dari konsep pembangunan berkelanjutan. Tujuan dari kebijakan ini untuk menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dan penggunaan sumber daya alam dengan bijak. Berdasarkan hasil penelusuran program, sasaran dan indicator terkait unsure lingkungan pada Renstra setiap OPD,
West Java province with a population of 42.19 million in the year 2008 is the most densely populated areas compared to other Provinces in Indonesia. As an increasing number of inhabitants of West Java are then consequently the pressure on natural resources as a source of food, clothing, and shelter is increasing as well. In addition, the challenges of environmental problems like climate change, water pollution, air pollution, and in-efficient use of energy and resources is still not insurmountable well, so have not really counted how many "price" that must be paid (full cost account) from the neglect of environmental issues into development planning is. Therefore, we need a new paradigm that can ensure the planning effort toward economic development that is environmentally friendly (green = green economics economy). This development paradigm does not separate between the terms "growth" economy (growth) and environmentally friendly (green). It is clear that if the development process carried out with a "business as usual" or business as usual, the environmental conditions of West Java will lead to a trend toward destruction and scarcity of natural resources, because the capacity and environmental carrying capacity will be exceeded. Therefore, the Regional Environmental Management Agency (BPLHD) Province of West Java, in 2010 implement the "Preparation of Green Growth Pattern of Development of West Java". The concept of Green Growth is a pattern of economic development policy that takes into account environmental sustainability, thus this concept was born from the concept of sustainable development. The purpose of this policy is to balance economic growth and use natural resources wisely. Based on the results of search programs, targets and indicators related to environmental elements in the Strategic Plan of each OPD
Prinsip-prinsip GREEN GROWTH Jawa Barat
RPJP, RPJM, Renstra Propinsi Jawa Barat
Sekolah Adiwiyata Adiwiyata Mandiri Total Penghargaan
2008
2009
2010
(Sumber : BPLHD JABAR )
Gambar 67. Grafik Peraihan Penghargaan Sekolah ADIWIYATA di Jawa Barat
44 ANNUAL STATE OF ENVIRONMENTAL REPORT 2010
- Pengembangan rencana - Pengembangan strategi - Pengembangan kebijakan - Pengembangan program - Pengembangan kegiatan - Pengembangan indikator kinerja
PRESSURE : - Prubahaniklim - Krisis energi dan deplesi SDA - “Paradigma Baru” pola pembangunan
- Sustainable consumption and production - Greening business and markets - Sustainable infra structure - Green tax and budget reform - Investment innatural capital - Eco-efficiency
Pengembangan Strategi GREEN GROWTH Jawa Barat Gambar 68. Konsep Green Growth sebagai upaya Green Province
(Sumber : BPLHD JABAR )
ANNUAL STATE OF ENVIRONMENTAL REPORT 2010 45
Pengembangan "Green Growth" Di Jawa Barat
PENGEMBANGAN "GREEN GROWTH" DI JAWA BARAT
Pengembangan "Green Growth" Di Jawa Barat maka untuk mewujudkan Green and Clean Province dalam kerangkan Green Growth adalah 3 pilar, yaitu: 1. Adaptasi dan Mitigasi, 2. I n f r a s t r u k t u r b e r k e l a n j u t a n ( S u s t a i n a b l e infrastructure) 3. Ketahanan pangan dan sumber daya alam Agar konsep tersebut dapat dikomunikasikan pada setiap elemen pemerintahan dan masyarakat luas, maka disusun pola green growth jabar seperti dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Dengan berpedoman pada prinsip Green Growth, maka proses pembangunan di Jawa Barat akan selaras antara kepentingan ekonomi, kepentingan sosial dan unsur lingkungan. Pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat akan menganut prinsip growth and clean development. Penerapan Konsep Green Growth menghendaki adanya upaya perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan yang bersifat sinergis antar sektor. Penguatan basis data lingkungan pada setiap sektor akan menunjang upaya valuasi lingkungan yang diperlukan dalam mengukur keberhasilan penerapan Green Growth. Kepemimpinan serta partisipasi publik melalui pendidikan lingkungan merupakan unsur penting dalam penerapan konsep Green Growth.
PENGEMBANGAN "GREEN GROWTH" DI JAWA BARAT
then to realize the Green and Clean Green Growth kerangkan Province in the 3 pillars, namely: 1. Adaptation and Mitigation, 2. Sustainable Infrastructure (Sustainable infrastructure) 3. Food security and natural resources So that the concept can be communicated on every element of government and society at large, then the green growth pattern composed algebra as can be seen in the picture below. Based on the principles of Green Growth, the development process in West Java will be in harmony between economic interests, social interests and environmental elements. Economic growth in West Java will embrace the principles of growth and clean development. Application of the concept of Green Growth requires the effort of planning, implementation and supervision of the synergistic development between sectors. Strengthening environmental data bases in each sector will support the necessary environmental valuation efforts in measuring the success of the application of Green Growth. Leadership and public participation through environmental education is an important element in the application of the concept of Green Growth.
Visi : Menuju Jawa Barat Green Province 2013
1. Pengelolaan hutan berkelanjutan 2. Pertanian berkelanjutan 3. Menjamin perlindungan sumber daya air dan pengelolaan DAS
Fondasi 1 : GOOD GOVERNANCE
1. Mitigasi perubahan iklim yang efektif 2. Peningkatan kapasitas adaptasi perubahan iklim 3. Sumber energi terbarukan & efisiensi energi Fondasi 2 : FINANCING / ECONOMIC INSTRUMENT
Gambar 69 : Visi Menuju Jawa Barat Green Province 2013
46 ANNUAL STATE OF ENVIRONMENTAL REPORT 2010
1. Peningkatan Infrastruktur penyediaanair minum 2. Peningkatan Infrastruktur air limbah danpersampahan 3. Peningkatan Infrastruktur transportasi publik
Fondasi 3 : PARTISASI PUBLIK (Sumber : BPLHD JABAR )
Kegiatan publikasi dan kampanye lingkungan di Jawa Barat dilaksanakan sebagai upaya meningkatkan kesadaran masyarakat dan aktivitas peduli lingkungan. Kegiatan ini dilakukan secara kontinyu dengan melibatkan segenap pemangku kepentingan beserta segenap masyarakat Jawa Barat. Bentuk kegiatan publikasi dan kampanye lingkungan yang dilakukan antara lain: 1. Aksi bersama kampanye lingkungan BALAD KURING. 2. Lokakarya / workshop / diskusi lingkungan dengan kelompok masyarakat peduli lingkungan termasuk sekolah. 3. Penyediaan materi sosialiasi dan kampanye lingkungan hidup berupa leaflet, booklet, tas kampanye, kaos kampanye, komik, stiker, film animasi lingkungan hidup. 4. Pemberian penghargaan peduli lingkungan di Jawa Barat 5. Publikasi program kampanye lingkungan di media TV dan radio 6. Fasilitasi dalam implementasi mekanisme Bank Sampah (Recycle Bank). 7. Implementasi Kantor Berbudaya Lingkungan (ecooffice). Aksi Lingkungan BALAD KURING Aksi lingkungan BALAD KURING merupakan bukti kolaborasi bersama yang dilakukan masyarakat Jawa Barat. Kegiatan kerjasama seperti konservasi, penghijauan (gerakan menabung air), pengurangan emisi "Car Free Day", reduksi sampah (kawasan bebas sampah) dan hemat energi merupakan aktivitas yang dilakukan dalam aksi kampanye lingkungan BALAD KURING. Informasi lebih lanjut mengenai kegiatan BALAD KURING di Jawa Barat dapat mengunjungi website: www.baladkuring.org. Secara garis besar tujuan utama kegiatan kampanye lingkungan BALADKURING yaitu : 1. Sosialisasi baik langsung (dialog, ceramah, jumpa pers) maupun tidak langsung (iklan layanan masyarakat, leaflet), 2. Membangun motivasi secara langsung dalam bentuk lomba-lomba dan aksi-aksi lingkungan seperti menanam ataupun membersihkan 3. Internalisasi yaitu tindak lanjut setelah dilakukannya gerakan atau kegiatan penanaman, kebersihan lingkungan, peningkatan kualitas lingkungan yang dilakukan baik melalui fasilitasi pemerintah maupun yang dilakukan oleh lapisan masyarakat secara swadaya. Dalam pelaksanaan aksi kampanye lingkungan dilakukan pula pemberian penghargaan lingkungan sebagai bentuk apresiasi Pemerintah Jawa Barat terhadap individu, kelompok masyarakat, pemimpin daerah dan juga sekolah yang peduli terhadap lingkungan hidup.
Environmental publication and campaign were conducted as means to raise public awareness toward environmental issue. These activities were continuously done by involving all stakeholders and community in West Java, comprising of : 1. Collective action of environmental campaign called BALAD KURING 2. E n v i r o n m e n t a l w o r k s h o p , s e m i n a r, a n d discussion with community group including school 3. Making of campaign and socialization material including leaflet, booklet, eco-bag, t-shirt, comic strip, sticker, and animation film. 4. Awarding of environmental tribute in West Java 5. Publication of environmental campaign program in television and radio 6. F a c i l i t a t i n g R e c y c l e B a n k m e c h a n i s m implementation 7. Implementation of eco-office ENVIRONMENTAL ACTION BALAD KURING BALAD KURING as a collective action brought together West Java community in series of action for environmental conservation, including tree planting, water saving movement, Car Free Day to reduce air pollution from vehicle emission, solid waste reduction (garbage-free area), and energy saving movement. Further information of BALAD KURING could be seen in the website www.baladkuring.com. In general, main objectives of BALAD KURING are: 1. Socialization, both directly (dialogue, lecture, press conference) and indirectly (public service ads, leaflet) 2. To motivate the community by means of contests, environmental actions such as planting trees and garbage-free action 3. Internalization of environmental conservation values, which means how the people would implement those values in their daily life after the various campaign activities. One of the programs in environmental campaign event is awards as form of appreciation from West Java that was given to individual, community group, local leader, and school that showed commitment and concern toward environmental conservation.
ANNUAL STATE OF ENVIRONMENTAL REPORT 2010 47
ENVIRONMENTAL PUBLICATION AND CAMPAIGN (BALAD KURING)
Publikasi Dan Kampanye Lingkungan (balad Kuring)
Publikasi Dan Kampanye Lingkungan (Balad Kuring)
Gambar 70. Kegiatan Aksi Lingkungan BALAD KURING
48 ANNUAL STATE OF ENVIRONMENTAL REPORT 2010
ENVIRONMENTAL PUBLICATION AND CAMPAIGN (BALAD KURING)
(Sumber : BPLHD JABAR )
Gambar 71. Kegiatan Kampanye dan Publikasi Lingkungan
( BPLHD JABAR )
ANNUAL STATE OF ENVIRONMENTAL REPORT 2010 49
BALAD KURING
Balad Kuring
Balad Kuring
BALAD KURING Gambar 622. Tabel Penerima Penghargaan Lingkungan dari Pemerintah Jawa Barat Pada Aksi Lingkungan BALAD KURING (29 JUNI 2010 - Di KABUPATEN BOGOR)
No Kriteria A. Kelompok Individu 1. Kepala Daerah berinovasi kegiatan lingkungan
Penerima (tingkat) 1. Bupati Kuningan (H. Aang Hamid Suganda)
2. Walikota Bekasi (H. Mochtar Mohamad)
3. Walikota Bandung(H. Dada Rosada)
2.
Masyarakat Peduli Lingkungan
4. Fahmi Labib, Kabupaten Indramayu
50 ANNUAL STATE OF ENVIRONMENTAL REPORT 2010
Keterangan • Mendeklarasikan Kab. Kuningan menjadi Kabupaten Konservasi • Melakukan Car Free Day menjadi kegiatan rutin di Kab. Kuningan sehingga menurunkan emisi dan meningkatkan hari baik lingkungan • Program - program lingkungan seperti Pengantin Peduli Lingkungan (Pepeling), Pengelolaan Kotoran Ternak menjadi Fine Compost, Konservasi tanah dan Penanganan Daerah Tangkapan Air, Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL), Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam Pencegahan Kebakaran Hutan dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman, Pembangunan Hutan Kayu Bakar, Pemulihan sumber air dan eks lahan galian golongan C • Program Sabtu Bersih • Kampanye lingkungan menggunakan radio setiap jam perhari dan melalui koran nasional maupun lokal • Gerakan Masyarakat (Gemar) Adipura • Melakukan penghijauan dengan menanam 10.000 pohon untuk setiap RW masing masing 100 pohon seminggu dua kali secara bergilir di tiap kecamatan • Program Pemanfaatan TPA sampah menjadi energi (CDM) pertama di Indonesia • Melakukan kegiatan Car Free Day secara rutin menurunkan emisi serta meningkatkan hari baik lingkungan • Inisiasi Green Belt batas kota di Cekungan Bandung • Revolusi Bandung Hijau yaitu tiada hari tanpa menanam pohon, membuat sumur resapan, dan biopori serta melepaskan burung • Car free day sebagai fungsi sosial dan budaya serta meningkatkan hari baik lingkungan • Konsisten melaksanakan program Bandung Green & Clean yang berkelanjutan sejak tahun 2009 melibatkan 200 RW binaan di tahun 2010 Perintis Lingkungan, upaya konservasi lingkungan sejak tahun 2004 dengan menanam mangrove dan memeliharanya tersebar di sepanjang pantai dan menanam pohon di RTH (lahan kuburan seluas 12 ha)
No 2.
Kriteria Masyarakat Peduli Lingkungan
Penerima (tingkat) 5. Mohammad Baedowy, SE, Kota Bekasi
•
6. Jamjuri, SE, Kab. Cianjur
•
7. Ade Hidayat, Kab. Sukabumi
•
8. Enoh Rukmanah, Kabupaten Ciamis
•
9. Enjang Yusuf, Kab. Tasikmalaya
•
10. H. Suhandi, Kab. Tasikmalaya
•
11. Yoyon Suharsono, Kab. Cirebon
•
Keterangan Pembina Lingkungan, lebih dari 10 tahun mengelola limbah anorganik, membina lebih dari 60 mitra binaan pengusaha plastik tersebar di seluruh tanah air dan mengekspornya ke China serta membuat mesin-mesin daur ulang sampah Pembina Lingkungan, berawal dari fasilitator ESP-USAID dan akhirnya memberdayakan masyarakat sekitar untuk mendaur ulang limbah menjadi barang bermanfaat serta membuat kelompok usaha bersama dan simpan pinjam Pengabdi Lingkungan, berawal sebagai staf di OISCA Kec. Cikembar, Kab. Sukabumi dari tahun 1998 dan akhirnya mengabdikan dirinya pada kegiatan konservasi lingkungan serta pertanian organik baik bagi masyarakat serta dunia pendidikan. Program mencintai tanaman sejak dini dibalut dalam Children Forest Program serta praktek komposting, persemaian, penghijauan dan melakukan pendidikan lingkungan bagi usia dini. Pembina Lingkungan, merupakan juru pelihara Situs Gunung Padang, Kec. Sindangkasih selama 40 tahun dengan luas sebesar 5 ha dan melestarikan empat buah mata air, rehabilitasi 100 ha lahan kritis serta menjaga dan melestarikan beberapa jenis flora khas seperti Ki munding dan Kisegel serta fauna khas Colomontok Penyelamat Lingkungan, berawal dari 3 pasang burung kuntul dari Garut dan akhirnya melakukan penangkaran burung kuntul sejak tahun 1993 di kec. Sukaresik dan telah menangkarkan lebih dari 90.000 ekor Perintis Lingkungan, membuat saluran irigasi sejak tahun 1990 dengan melakukan penggalian gunung untuk mengalirkan air Cikedung, Kec. Manonjaya sehingga bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Selain itu beliau menanam pohon mahoni sebesar 2 ha dari lahan rawa Pengabdi lingkungan, dijuluki sebagai "Bapak Pohon Cirebon", merupakan aktivis lingkungan di daerah pantura Jawa Barat yang telah menanam lebih dari 250.000 bibit pohon sejak mendirikan LSM Yayasan Buruh dan Lingkungan Hidup (YBLH) pada tahun 1992. Selalu bergiat dan mengajak serta ANNUAL STATE OF ENVIRONMENTAL REPORT 2010 51
BALAD KURING
Balad Kuring
Balad Kuring
BALAD KURING
No
3.
Penerima (tingkat)
Kriteria
Penulis Bidang Lingkungan
12. Prof. Dr. KH. M. Abdurrahman, MA, Kabupaten Bandung
B. Kelompok Masyarakat / Organisasi / Institusi / Lembaga 1. Sekolah Berbudaya 13. SDN Manggahang 1 Kab. Bandung Lingkungan tingkat SD 14. SDN Dewi Sartika Kota Sukabumi 15. SD Bertaraf Internasional Kab. Sukabumi 2. Sekolah Berbudaya 16. SMPN 36 Kota Bandung Lingkungan tingkat SMP 17. SMPN 4 Kota Cirebon 18. SMPN 11 Kota Depok 3. Sekolah Berbudaya 19. SMAN 3 Kota Cirebon Lingkungan tingkat SMA 20. SMAN 15 Kota Bandung 21. SMAN 20 Kota Bandung 4. Sekolah Berbudaya 22. SMKN 1 Kota Cirebon Lingkungan tingkat SMK 23. SMKN 2 Kab. Subang 24. SMKN 7 Kota Bandung 5. Sekolah Peduli Lingkungan 25. SDN 1 Jatiluhur Kab. Purwakarta 26. SMP 15 Kota Sukabumi 27. SMAN 1 Cigugur Kab. Kuningan 28. SMK/SPP Tanjungsari, Kab. Sumedang 6. Best Effort City tingkat 29. Kota Banjar Provinsi 30. Kota Bogor 31. Kota Depok 32. Kab. Bekasi 33. Kab. Bogor 34. Kab. Bandung 35. Kompas Perwakilan Jawa Barat 7. Surat Kabar Peduli lingkungan hidup
36. Pikiran Rakyat Bandung
37. Radio M2, Kota Bekasi
8.
Media Elektronik Radio
9.
Industri Peduli Lingkungan 38. PT. Tirta Investama (Danone Aqua - Jakarta)
52 ANNUAL STATE OF ENVIRONMENTAL REPORT 2010
Keterangan tukang becak dan pemulung untuk membersihkan sungai di perbatasan kota dan kabupaten Cirebon • Aktif berdakwah lingkungan dan berkarya menulis buku lingkungan serta karya berbahasa sunda sehingga mudah dicerna oleh warga Jawa Barat. Diantara buku yang ditulis adalah "eko-terorisme membangun paradigma fikih lingkungan (2007)" dan "ngamumule lingkungan dina ajaran islam (2007)"
No 9.
Kriteria Industri Peduli Lingkungan
Penerima (tingkat)
39. PT. Aneka Tambang Tbk, Kab. Bogor
• Terbaik 1 • Terbaik 2 • Terbaik 3 • • • • • • • • • • • • •
Terbaik 1 Terbaik 2 Terbaik 3 Terbaik 1 Terbaik 2 Terbaik 3 Terbaik 1 Terbaik 2 Terbaik 3 Terbaik 4 Terbaik 4 Terbaik 4 Terbaik 4 Melakukan usaha perbaikan dan pengelolaan • lingkungan yang meningkat secara signifikan
40. PT. Toyota Astra Motor, Kab. Karawang
Keterangan • lingkungan dengan melakukan keterlibatan masyarakat dalam menentukan setiap program kegiatannya dan melaksanakan kegiatan pelestarian alam sehingga memperoleh penghargaan Millenium Development Goal's dari PBB serta dari Metro TV pada kategori pelestarian lingungan atas program Water Access, Sanitation and Hygiene • Perusahaan yang melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan, memberikan kemudahan akses informasi laporan ta h u n a n ke b e r l a n j u ta n l i n g ku n ga n (Sustainable Report), aktif dalam fórum lingkungan (CFCD) serta komitmen terwujud dalam kinerjasebagai Proper Hijau (Antam Pongkor) yang berhasil menerapkan pengelolaan lingkungan dari usaha pertambangan melebihi peraturan yang telah ditetapkan dan mengimplementasikan program CSR dengan baik. • Perusahaan yang melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan dengan memberikan kreatifitas dan inovasi bagi dunia pendidikan dalam mengelola lingkungan dan teknologi tepat guna berbasis lingkungan melalui program Toyota Eco Youth serta menciptakan sekolah lingkungan binaan Toyota di 355 SMU dan SMK di Indonesia
• Konsisten menyuarakan kegiatan lingkungan serta masalah lingkungan di Jawa Barat dikemas dengan lebih detail dan análisis data yang scientific populer • Intensitas memberitakan lingkungan di setiap wilayah Jawa Barat tiap hari, dengan coverage area yang luas dan mencakup kegiatan-kegiatan lingkungan lokal • R a d i o ya n g m e ny u a ra ka n p ro g ra m lingkungan (kegiatan penghijauan) setiap jam dan aktif mengikuti kegiatan lingkungan • Perusahaan yang melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan di bidang ANNUAL STATE OF ENVIRONMENTAL REPORT 2010 53
BALAD KURING
Balad Kuring
Balad Kuring
BALAD KURING Gambar 63. Tabel Penerima Penghargaan Lingkungan dari Pemerintah Jawa Barat Pada Aksi Lingkungan BALAD KURING (15 DESEMBER 2010 - Di KABUPATEN INDRAMAYU)
No Kriteria A. Kelompok Individu 1. Kepala Daerah berinovasi kegiatan lingkungan
2.
Masyarakat Peduli Lingkungan
Penerima (tingkat) 41. Walikota Cimahi (H.Itoc Tochija)
42. Wahudin (Kab. Indramayu)
43. Drs H. Yamin (Kab. Tasikmalaya)
44. Indra Kusuma Cahyadi,ST (Kota Depok)
45. Ir. Bambang Sudiarto, MM
54 ANNUAL STATE OF ENVIRONMENTAL REPORT 2010
Keterangan • Konsisten melaksanakan penataan kota Cimahi sehingga mendapat penghargaan anugrah adipura 2009, Penghargaan inovasi manajemen perkotaan (IMP award) 2009, Adiupaya Puritama peringkat pertama, Penghargaan Swasti Saba Wiwerda sebagai kota sehat • Kreatif memotivasi warga terhadap lingkungan seperti melaksanakan kegiatan Karnaval 3R dan Trash Fashion • Program-program lingkungan seperti Penanaman pohon one man one tree, keterlibatan aktif 55.000 orang dalam pengelolaan sampah sampai rumah tangga, serta pembuatan taman hutan kota • Konservasi lingkungan seperti persemaian bibit mangrove dan penanaman mangrove di daerah Laut Cilik Ds. Cangkringan dari tahun 1995 -2010, seluas 20 ha (tahun 2005 - 2010) • Konservasi dan persemaian tanaman kehutanan (sengon, suren, manglid, sukun) di Desa Bugel, Puteran, Sepatnunggal, dan Tanjungkerta) , juara I lomba penghijauan dan konservasi alam 2009 • Merintis & membentuk kader lingkungan di Kel. Rangkepan Jaya Baru, pemilahan limbah B3 rumah tanggal (2009 - 2010), • Mengkampanyekan pengolahan sampah skala rumah tangga, pembinaan SBL, pembina RW Hijau (Kel. Beji Timur, Krukut, Cilangkap, Sukatani, Jatijajar, Tapos, Cimpaen, Abadi Jaya, Mekar Jaya, Rangkepan Jaya Baru dan Depok Jaya), aktivis lingkungan (2007 - sekarang) • Konsisten melaksanakan pengembangan pengelolaan dan pemanfaatan sampah rumah tangga dan limbah peternakan menjadi • kompos padat dan cair, nutrisi ternak, dan pestisida organik untuk pemberdayaan perekonomian masyarakat sejak tahun 1991 hingga sekarang. Konsisten dalam penyebarluasan • keterampilan pengelolaan dan pemanfaatan sampah rumah tang ga dan limbah peternakan kepada masyarakat dan sekolah sejak tahun 1996 hingga sekarang. Melakukan pemberdayaan warga Sekeloa Bandung dan Perumahan Bukit Pajajaran Pasir Impun Kab. Bandung
Keterangan Penerima (tingkat) No Kriteria B. Kelompok Masyarakat / Organisasi / Institusi / Lembaga • Konservasi lingkungan seperti penanaman 1. Forum Peduli Lingkungan 46. Kelompok Tani Hutan Mangrove mangrove, pemulihan ekosistem, persemaian "RAPI JAYA PUTRA" (Kab. Indramayu) bibit mangrove jenis "api-api" & bakau secara swadaya, penanaman 2.433.500 batang, 233.5 ha (tahun 2004 - 2010) • Pelestarian dan perlindungan SDA seperti 47. Kanopi (Kab. Kuningan) pengkayaan jenis tanaman sekitar mata air (Jabranti, Segong, Kawungsari) dan rehabilitasi lahan kosong di kawasan hutan produksi, lindung dan konservasi (Gunung Sirah, Karangsari, Puncak, Pajambon, Trijaya, Seda dan Padabeunghar), • Pemberdayaan masyarakat, advokasi kebijakan dan lingkungan, nominator "Community Based Forest Management" tahun 2006, Kelompok Peduli Lingkungan Tingkat Provinsi Jawa Barat - 2007 • Pendidikan lingkungan hidup bagi warga masyarakat dan anak sekolah Media Massa Elektronik 48. Radio Rase 102.3 FM (Kota Bandung) • Inovasi membuat program on air peduli 2 lingkungan seperti Sahabat Lingkungan, Peduli Lingkungan Talkshow seputar air, dan insert seputar tema lingkungan setiap hari dengan jangkauan siar di Bandung, Garut, Sumedang, Lembang serta Pangandaran • Aktif melaksanakan kerjasama even atau kegiatan lingkungan hidup dengan berbagai elemen masyarakat dan pemerintah Industri Peduli Lingkungan 49. PT.Pertamina Persero RU VI • Coastal clean-up di wilayah pesisir (Desa 3 Balongan (Kab. Indramayu Karangsong sepanjang 14 Km dan Eretan Kulon sepanjang 5 Km) kegiatan kerjabakti bersama se Kabupaten Indramayu Konservasi lingkungan seperti Penanaman mangrove di Desa Karangsong, Balongan, • Juntinyuat dan eretan Kulon (lebih dari 50 ribu pohon dari 2008 - 2010 Peningkatan kualitas lingkungan serta • ekonomi masyarakat dengan pemanfaatan lahan menjadi pertanian organik dan perkebunan lebih dari 300 ha bersama masyarakat di lingkungan sekitar rutin setiap tahun 50. PT. Sumi Rubber Indonesia • Penerima penghargaan Best Indonesian greenmanufacture type gold tahun 2010 dari (Kab. Karawang) majalah bisnis dan csr, program green seperti zero emission sejak agustus 2008, iso 14001:2004, environmental report, ANNUAL STATE OF ENVIRONMENTAL REPORT 2010 55
BALAD KURING
Balad Kuring
Balad Kuring
BALAD KURING
No
Kriteria
Penerima (tingkat) •
4.
Industri Peduli Lingkungan
PT. Bio Farma (Kota Bandung)
•
•
PT Holcim Indonesia (Kab. Bogor)
•
•
56 ANNUAL STATE OF ENVIRONMENTAL REPORT 2010
Keterangan Kegiatan konservasi lingkungan seperti penanaman mangrove di seputar pantai Pedes dan Tanjung Baru (total 330 ribu dalam jangka waktu 3 tahun), "Jum'at Bersih" di areal pabrik setiap minggu, penghematan energi (listrik, air, gas), reduksi CO2 dengan mengganti bahan bakar minyak dengan gas, pembersihan pantai di pantai Samudra Baru, predikat perusahaan "zero emission" (2006) dan "perfect zero emission" (2008), penghijauan pabrik dengan total 200 ribu pohon (jangka waktu 20 tahun), program eco-product ("beli ban tanam sebatang pohon" - 2009), proyek acorn (penanaman pohon total 400 ribu dalam jangka waktu 20 tahun), program "dunlop forest" (340 pohon di areal pabrik), uji emisi kendaraan dan alat angkut (rutin 2 kali setahun) M e r u p a ka n i n d u st r i fa r m a s i p e r ta m a ya n g m e m p e ro l e h p ro p e r h i j a u ( 2 0 0 8 dan 2009), ISO 14001:2004, Kegiatan konservasi di dalam dan luar perusahaan diantaranya penanaman pohon di wilayah sekitar Bandung, s o s i a l i s a s i p e n g u ra n ga n e m i s i d a n penghematan energi, pembuatan lubang re s a p a n b i o p o r i b e r l o ka s i d i a re a l perusahaan, uji emisi di lingkungan p e r u s a h a a n , kawa s a n e m i s i b e rs i h (larangan parkir bagi kendaraan yang tidak lulus emisi), Pengurangan emisi CO2 seperti mengurangi peng gunaan energi tak terbarukan batubara, penggunaan biomassa, sampah dari DKI Jakarta sebagai sumber energi (50 ton/hari) dan bahan bakar sintetis, kegiatan pendidikan seperti ecohome (model rumah ramah lingkungan) yang dibangun dengan teknologi tepat guna yang ramah lingkungan, penanaman pohon kihujan di areal seluas 80 ha (80.000 bibit) Konservasi lingkungan seperti program "One Man, One Tree" dengan penanaman 3000 bibit pohon di kecamatan Kelapanunggal, proteksi area seluas 8 ha yang statusnya tambang aktif dengan
No
Kriteria
Penerima (tingkat)
Keterangan menjadikannya sebagai daerah konservasi (Gua Asem) • Gerakan peduli biodiversity (keanekaragaman hayati) dengan aktivitas "Tour de cave" kepada para karyawan, kegiatan pengendalian lingkungan dengan secara rutin melakukan pemantauan parameter (air, udara) • Memanfaatkan bahan bakar dan material alternatif untuk menggantikan bahan bakar tak terbarukan, kerjasama dengan IPB dalam pemanfaatan bahan bakar alternatif (sekam padi)
ANNUAL STATE OF ENVIRONMENTAL REPORT 2010 57
BALAD KURING
Disaster Mitigation
Balad Kuring
MITIGASI KEBENCANAAN
Mitigasi didefinisikan sebagai "Upaya yang ditujukan untuk mengurangi dampak dari bencana baik bencana alam. bencana ulah manusia maupun gabungan dari keduanya dalam suatu negara atau masyarakat." Mitigasi bencana yang merupakan bagian dari manajemen penanganan bencana, menjadi salah satu tugas Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian rasa aman dan perlindungan dari ancaman bencana yang mungkin dapat terjadi. Ada empat hal penting dalam mitigasi bencana, yaitu 1) tersedia informasi dan peta kawasan rawan bencana untuk tiap jenis bencana; 2) sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat dalam menghadapi bencana, karena bermukim di daerah rawan bencana; 3) mengetahui apa yang perlu dilakukan dan dihindari, serta mengetahui cara penyelamatan diri jika bencana timbul, dan 4) pengaturan dan penataan kawasan rawan bencana untuk mengurangi ancaman bencana. Upaya mitigasi dapat dilakukan dalam bentuk mitigasi struktur dengan memperkuat bangunan dan infrastruktur yang berpotensi terkena bencana, seperti membuat kode bangunan, desain rekayasa, dan konstruksi untuk menahan serta memperkokoh struktur ataupun membangun struktur bangunan penahan longsor, penahan dinding pantai, dan lainlain. Selain itu upaya mitigasi juga dapat dilakukan dalam bentuk non struktural, diantaranya seperti menghindari wilayah bencana dengan cara membangun menjauhi lokasi bencana yang dapat diketahui melalui perencanaan tata ruang dan wilayah serta dengan memberdayakan masyarakat dan pemerintah daerah. Salah satu wujud nyata mitigasi bencana tertuang dalam kearifan lokal. Suku Sunda sebagai salah satu suku di Jawa Barat telah memiliki kearifan lokal terkait lingkungan hidup.Pandangan-pandangan yang berkaitan dan yang mendasari terhadap pemahaman lingkungan dalam adat sunda adalah: 1) Pemahaman tentang alam. Masyarakat sunda memiliki falsafah, bahwa antara manusia dan alam merupakan sebuah bagian yang menyatu. Manusia merupakan sebuah bagian dari sub sistem alam "seke seler" hingga memiliki kesamaan rasa dan ikatan batin dan lahir yang sangat kuat. 2) Pandangan tentang gunung. Selain memandang sebagai sumber utama kehidupan, gunung juga diyakini sebagai salah satu tempat yang memberikan unsur sistem tubuh bagi manusia dalam wujud "sari pati" yang ditransformasikan melalui "air". Maka penamaan bagian-bagian gunung pun sama dengan penamaan bagian tubuh manusia. 3) Pandangan tentang air. Merupakan sebuah unsur alam yang menjadi bahan dasar terbentuknya tubuh
58 ANNUAL STATE OF ENVIRONMENTAL REPORT 2010
Mitigation is defined as "efforts to diminish impact of disaster, whether it is natural or man-made disaster or combination of both in a country or community". Disaster mitigation whis is a part of disaster handling management is a part of Central and Local Government responsibility in providing public safety and protection from disaster hazards. There are 4 essential factors in disaster mitigation, i.e. 1. Information and map of disaster prone area for each type of disaster 2. Socialization and raising awareness in community 3. Providing practical safety and surviving guidance should disaster occurs 4. Land use allocation and surveillance in disaster prone area Mitigation efforts could be done in form of structural mitigation by construction engineering for infrastructure in disaster prone area, for instance by applying building code, engineering design, and structure engineering, etc. Another means of disaster mitigation is non-structural mitigation, which can be done in the form of spatial planning, avoiding construction or limited development in disaster prone area, as well as community and government empowerment. One of the factual disaster mitigation was illustrated in local wisdom. Sundanesse as one of the dominant ethnic in West Java has their own local wisdom when concerning disaster mitigation and environmental conservation. Visions embodied in environmental conservation in Sundanesse local wisdom are for instance: 1) Understanding of nature. Sundanesse philosophy had long thought that human and nature is one integrated quintessence. A person is part of natural sub-system that therefore has strong bond to the nature. 2) Understanding of mountain. In Sundanesse tradition, mountain is regarded as main source of life, which gives one of the essential substances in human life: water. Therefore, mountains are often called or named after human body parts. 3) Understanding of water. Water is regarded as natural substances that become the base of human body and soul, as well as source of life for
dan jiwa manusia. Selain itu juga air menjadi sumber human throughout their lifes. bagi kebutuhan hidup manusia selamanya. 4) The aforementioned understandings are in line 4) Pandangan-pandangan tersebut di atas sesuai with ecological concept where mutual dengan konsep ekologi yaitu dimana hubungan relationship between human and ecosystem is timbal-balik antara manusia dan lingkungannya inseparable to a region development pattern. sangat berkaitan erat dengan pola perkembangan How the development would impact to the suatu wilayah dimana segala sesuatu yang dilakukan environment is depending upon how the human kepada lingkungannya akan berpengaruh balik terhadap ekologi yang ada di sekitarnya dapat activities stay in harmony with ecological bernilai positif dan bernilai negatif tergantung dari capacity and environmental management. bagaimana pengelolaan yang dilakukan untuk A person has both the influence and menjaga keseimbangan ekologi. Manusia responsibility toward environmental changes in mempunyai tanggung jawab dan pengaruh yang their surroundings. Rapid technology besar terhadap perubahan lingkungan di sekitarnya, advancement would have effect on land use perkembangan dan kemajuan teknologi dari waktu ke pattern, community development, urbanization, waktu dapat mempengaruhi perubahan-perubahan pola penggunaan lahan, pertumbuhan masyarakat, agriculture economy, and socio-culture. urbanisasi, pertanian, ekonomi dan sosial budaya Sundanesse local wisdom as described above could Dari pandangan dan pemahaman kearifan lokal Sunda di be depicted as the picture below atas, dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 64. Pandangan dan Pemahaman Kearifan Lokal Sunda
(Sumber : BPLHD JABAR )
ANNUAL STATE OF ENVIRONMENTAL REPORT 2010 59