DAFTAR ISI
Daftar Isi
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
2
B. Rumusan Masalah
2
C. Tujuan Penulisan
3
BAB II PEMBAHASAN A. Struktur Makroskopik Genitalia Feminina dan Masculina
4
B. Struktur Mikroskopik Genitalia Feminina dan Masculina
10
C. Mekanisme Pubertas
17
D. Hormon pada Mekanisme Pubertas
21
E. Kelainan pada Fungsi Genitalia
22
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Daftar Pustaka
25 26
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penulisan makalah ini dilatarbelakangi skenario 3, yaitu tumbuh kumis dan jambang pada anak laki-laki. Jabaran skenario : Seorang anak laki-laki berumur 8 tahun, merasa risih karena sudah tumbuh kumis dan jambang. Ia merasa malu karena ditertawakan oleh teman-temannya. Kemudian ia mengadu kepada ibunya, dan oleh ibunya dikonsultasikan ke dokter.
B. Perumusan Masalah Dari latar belakang skenario diatas, rumusan masalah diatas yang menjadi masalah utama dalam skenario adalah anak laki-laki 8 tahun merasa risih karena sudah tumbuh kumis dan jambang. Hipotesa : Tumbuhnya kumis dan jambang pada anak laki-laki sebelum waktunya dapat diakibatkan karena kelainan.
C. Tujuan Penulisan Dengan adanya suatu perumusan masalah tersebut, mahasiswa diharapkan mampu untuk :
2
1. Menjelaskan mengenai struktur makroskopik dan mikroskopik genitalia pria dan wanita. 2. Menjelaskan mengenai mekanisme pubertas. 3. Menjelaskan mengenai hormon-hormon yang terlibat dalam pubertas. 4. Menjelaskan mengenai kelainan pada fungsi genitalia.
3
BAB II PEMBAHASAN A. Struktur Makroskopik Genitalia Feminina & Masculina GENITALIA MASCULINA Genitalia masculina dibedakan menjadi : 1. Genitalia interna masculina : ductus deferens, vesicula seminalis dan glandula prostat. 2. Genitalia externa masculina : penis, scrotum dan testis.
Ductus deferens atau vas deferens adalah suatu saluran berdinding tebal yang dilalui sperma. Mulai dari anulus ingunalis medialis menuju lateral A. Epigastrica inferior kemudian turun ke dorsocaudal pada dinding lateral pelvis, menyilang ureter di sisi medialnya dan menuju ke mediocaudal pada permukaan dorsal vesica urinaria. Pada bagian ujung akhir ductus deferens terdapat bagian yang melebar disebut ampulla ductus deferens. Ductus excretorius vas deferens bersama-sama dengan ductus excretorius glandula vesiculosa membentuk ductus ejaculatorius.
Vesicula seminalis atau glandula vesiculosa terdiri dari 2 gelembung lobus kanan kiri yang berfungsi memproduksi cairan essential untuk makanan sperma, panjangnya kira-kira 5 cm. Pada bagian ujung atas tertutup peritoneum. Pada bagian depan vesicula seminalis berhubungan dengan permukaan dorsal vesica urinaria, pada bagian belakangnya berhubungan dengan rectum, sedangkan sisi medialnya berhubungan dengan vas deferens.
4
Glandula prostata merupakan suatu kelenjar eksokrin fibromuskular. Bentuk glandula prostata menyerupai limas terbalik dengan puncak di caudal dengan panjang kurang lebih 3 cm. Glandula prostata dilapisi oleh selaput fibrotik dan disebelah luar dilapisi jaringan ikat (lanjutan fascia pelvis). Glandula prostata dibedakan menjadi basis dan apex. Basis meru[pakan bagian diatas dan depan, sekitar collum vesica urinaria. Apex terletak pada diafragma urogenitale. Membran prostatika peritoneale (Denonviller) dan fascia rectalis memisahkan permukaan posterior glandula prostata dengan vas deferens dan vesicula seminalis. Glandula prostata dibedakan menjadi beberapa lobus, yaitu : lobus anterior,lobus medius,lobus posterior dan lobus lateralis. Glandula prostata diperdarahi oleh cabang-cabang a.vesicalis inferior, cabang-cabang a. Rectalis media, dan cabang-cabang a. Pudenda interna. Sedangkan aliran darah balik melalui plexus venosus prostaticus. Aliran getah bening glandula prostata dialirkan ke nnll. Glandula prostata dan akhirnya bermuara ke nnl. Illiaca interna. Glandula prostata dipersarafi oleh cabang-cabang plexus hypogastricus inferior.
Penis dihubungkan pada symphisis pubis melalui suatu jaringan ikat yang disebut lig.suspensorium penis. Penis dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu radix penis,corpus penis, dan glans penis. Radix penis merupakan bagian penis yang melekat ke symphisis ossis pubis dan terdiri dari 3 massa jaringa erektil yaitu : bulbus penis,crus penis dextra,dan crus penis sinistra. Sedangkan corpus penis merupakan lanjutan radix penis ke arah distal. Pada permukaan dorsal corpus penis, tepat pada garis tengah, dapat dijumpai v.dorsalis penis superficialis. Glans penis terlteak pada ujung distal corpus penis. Pada glans penis dapat dijumpai alat-alat sebagai berikut :
Meatus urethra externa
Frenulum, yaitu lipatan kulit yang terletak di caudal meatus urethra externa.
Preputium, yaitu lapisan kulit yang menutupi glans penis.
5
Corona glandis, yaitu pinggir dasar glans penis.
Scrotum merupakan suatu kantong yang dibentuk oleh kulit dan fascia. Kulit scrotum berkeriput dan ditutupi rambut-rambut kasar. Pada bagian tengah scrotum, dapat dijumpai suatu garis yang disebut Raphescrotalis. Scrotum berisi testis dan epididymis.
Testis berasal dari bahasa Yunani orchis, sedangkan peradangan testis disebut orchitis. Testis adalah organ reproduksi yang menghasilkan spermatozoa dan sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon androgen untuk mempertahankan tanda-tanda kelamin sekunder. Bentuk testis oval dengan konsistensi lunak. Testis dibungkus oleh tunica vaginalis propia dan terletak dalam cavum scroti. Pada orang normal testis kiri lebih rndah daripada yang kanan. Sedangkan pada situs inversus totalis dan orang kidal,testis kanan letaknya lebih rendah daripada testis kiri. Pada testis dapat dijumpai sisa-sisa perkembangan ujung cranial ductus paramesonephros yang disebut appendix testis. Testis dapat dibedakan menjadi bagian-bagian sebagai berikut : extremitas superior, extremitas inferior, facies lateralis, facies medialis, margo anterior (convex), dan margo posterior (datar). Sedangkan pembungkus testis dari dalam keluar adalah tunica albugenia, tunica vaginalis testis lamina visceralis dan lamina parietalis, fascia spermatica interna, m.cremaster, fascia spermatica externa, tunica dartos dan cutis scroti. Testis dipendarahi olegh a.testicularis, cabang aorta abdominalis. Sedangkan aliran venannya bermuara ke v.testicularis, yang kemudian dialirkan ke dalam v.cava inferior.
Epididymis merupakan suatu saluran berkelok-kelok yang panjangnya kurang lebih 6 meter. Epididymis terletak disebelah dorsal testis. Epididymis dibedakan menjadi caput epididymis, corpus epididymis dan cauda epididymis. Pada epididymis dapat dijumpai sisa-
6
sisa perkembangan ductus mesonephros yang disebut appendix epididymis. Disebelah medial epididymis dapat dijumpai funiculus spermaticus yang terdiri atas :
Plexus pampiniformis
A.testicularis
A.deferentialis
Ductus deferens
R.genitalis n.genitofemoralis
M.cremaster.
GENITALIA FEMININA
Genitalia feminina dibedakan menjadi : 1. Genitalia interna, yang terdiri atas : uterus, tuba uterina, dan ovarium. 2. Genitalia externa, yang terdiri atas : vulva, labia majora, dan labia minora.
Uterus berbentuk oval, menyerupao telur ayam, dan konsistensinya kenyal. Uterus pada anak ukurannya lebih kecil, dan akan membesar saat usia pubertas karena pengaruh hormon estrogen. Pada saat hamil uterus juga membesar karena ada hipertrofi myometrium. Uterus dibedakan menjadi : 1. Fundus uteri, yaitu bagian uterus yang terletak di muara tuba. 2. Corpus uteri, yaitu bagian uterus yang terdapat dibawah muara tuba. Corpus merupakan bagian uterus yang membesar. Ke arah distal, korpus akan menciut/ mengecil dan berubah menjadi cervix.
7
3. Cervix uteri , yaitu bagian uteru sbagian bawah yang menyempit dan menembus dinding vagina. Corpus uteri dan cervix uteri dihubungkan oleh isthmus uteri. Pada kehamilan dan persalinan, cervix uteri yang lemah dapat menyebabkan abortus. Permukaan dorsal uterus disebut facies rectalis dan berbentuk agak cembung.sedangkan permukaan ventral uterus disebut facies rectalis dan lebih datar. Ruangan / rongga dalam uterus dibedakan menjadi, cavum uteri dan canalis cervicis uteri / canalis isthimica. Lapisan dinding uteru sterdiri atas endometirum, myometrium, dan perimetrium. Letak uterus yang normal adalah anteversio 900 dan antefleksio 1700. Dalam rongga pelvis, uterus difiksasi untuk mencegah terjadinya prolapsus uteri, yaitu keadaaan dimana uterus masuk ke dalam vagina. Fiksasi uterus dibedakan menjadi : 1. Alat- alat penahan uterus, yaitu diaphragma pelvis ( m. Levator ani ) dan pars membranacea diaphragma urogenitale. 2. Alat-alat penggantung uterus, yaitu : lig. Cardinale (Mackenrodt), lig. Teres uteri, dan plica rectouterina. Pada masa kehamilan, alat-alat fiksasi yang penting adalah lig. Teres uteri dan plica rectouterina. Pada kehamilan uterus membesar dan menonjol ke dalam rongga perut sehingga kedua alat diatas akan berjalan dari bawah ke atas. Pada waktu partus (persalinan) uterus berkontraksi kuat, serabut-serabut otot polos kedua alat diatas juga berkontraksi, sedangkan fundus uteri tidak dapat bergerak ke cranial. Akibat fiksasi fundus dan kontraksi uterus, isi uterus akan didorong keluar.
Tuba uterina falopii dimulai dari fundus uteri sampai fimbriae. Muara tuba uterina pada corpus uteri disebut ostium internum tuba uterina. Tuba uterina dibedakan menjadi bagianbagian berikut :
8
Isthmus tuba uterina : bagian tuba yang paling sempit.
Ampulla tuba uterina : bagian tuba yang paling lebar dan merupakan tempat terjadinya proses fertilisasi.
Infundibulum : bagian tuba yang berbentuk corong dan mempunyai fimbriae.
Pars intertitialis : bagian tuba yang terdapat dalam dinding uterus.
Tuba uterina berfungsi sebagai jalan yang dilalui sperma untuk mencapai ovum. Tuba uterina dipendarahi oleh a. Uterina (cabang illiaca interna) dan a. Ovarica (cabang aorta abdominalis). Aliran pembuluh balik mengikuti aliran pembuluh nadinya. Ovarium mempunyai ukuran 4x2 cm. Ovarium melekat pada bagian belakang ligamentum uteri. Penggantung ovarium pada dinding belakang panggul adalah mesovarium. Ovarium terletak dalam fossa Waldeyer pada dinding lateral pelvis. Ovarium dipendarahi oleh a. Ovarica, yang dipercabangkan oleh aorta abdominalis setinggi vertebra lumbal 1. Vagina merupakan bumbung buntu di bagian sebelah cranial dan pada bagian caudalis bermuara pada introitus vagina. Panjang vagina dari vulva sampai cervix kira-kira 8 cm. Jalan vagina adalah vertikal dari craniodorsal ke arah ventrocaudal dan dinding depan vagina bagian cranial ditembus oleh cervix uteri. Pada sekitar orificium vagina terdapat selaput tipis berbentuk bulan sabit, yang disebut hymen. Vulva disebut juga rima pudendi adalah ruangan yang terletak antara labia majora kanan dan kiri. Vulva bermuara pada vestibulum vagina. Disebelah distal frenulum labiorum pudendi terdapat jaringan ikat yang menyeberang disebut commisura posterior. Labia majora adalah lipatan yang besar dari mons pubis ke arah peritoneum, bagian luar labia majora berambut, sedangkan bagian dalam licin dan banyak mengandung kelenjar
9
sebasea. Bagian depan atas labia majora kanan dan kiri bertemu pada commisura labialis anterior, sedangkan bagian bawahnya bertemu pada commisura labialis posterior. Labia minora merupakan suatu lipatan kecil pada vulva. Ke arah distal kedua sisi labia minora membentuk frenulum labiorum pudendi. Ke arah proximal labia minora berhubungan dengan glandula clitoridis dan disebut preputium clitoridis. Glandula pada clitoridis pada wanita identik dengan glans penis pada laki-laki1.
B. Struktur Mikroskopik Genitalia Feminina & Masculina Testis Setiap testis dikeliling oleh simpai tebal jaringan ikat kolagen, yaitu tunika albuginea. Tunika buginea menebal pada permukaan posterior testis dan membentuk mediastinum testis, tempat penjuluran septa fibrosa ke dalam kelenjar, yang membagi kelenjar menjadi sekitar 250 kompartemen piramid yang disebut lobulus testis. Septa ini tidak kontinu, dan sering terbentuk hubungan antar lobus. Setiap lobulus dihuni oleh 1-4 tubulus seminiferus, yang terpendam dalam jaringan ikat longgar yang banyak mengandung pembuluh darah dan limfe, saraf, dan sel interstisial (Leydig). Tubulus seminiferus menghasilkan sel kelamin pria yaitu spermatozoa, sedangkan sel interstisial menyekresiakan androgen testis. Testis berkembang secara retroferitoneal dalam dinding dorsal rongga abdomen. Testis bermigrasi selama perkembangan fetus dan akhirnya turun kedalam rongga skrotum pada ujung funikulus spermatikus. Karena bermigrasi ke arah skrotum, setiap testis membawa serta kantung serosa, yakni tunika vaginalis, yang berasal dari peritoneum. Tunika ini terdiri atas lapisan parietal di luar dan lapisan viseral di sebelah dalam, yang membungkus tunika
10
albuginea pada sisi anterior dan lateral testis. Skrotum memiliki peran penting dalam memelihara testis pada suhu dibawah suhu intraabdomen. Tubulus Seminiferus Spermatozoa dihasilkan di tubulus seminiferus. Setiap tubulus seminiferus dilapisi oleh epitel berlapis majemuk; garis tengahnya lebih kurang 150-250 µm dan panjangnya 30-70 cm. Panjang seluruh tubulus satu testis mencapai 250 m. Tubulus ini berkelok-kelok dan berawal sebagai saluran buntu. Di ujung setiap lobulus, lumennya menyempit dan berlanjut ke dalam ruas pendek yang dikenal sebagai tubulus rektus, atau tubulus lurus, yang menghubungkan tubulus seminiferus dengan labirin saluran berlapis epitel yang beranastomosis, yaitu rete testis. Kira-kira 10-20 duktuli duktuli eferentes menghubungkan rete testis dengan bagian sefalik epididimis. Tubulus seminiferus terdiri atas suatu lapisan jaringan ikat fibrosa, lamina basalis yang berkembang baik, dan suatu epitel germinal, atau seminiferus, yang kompleks. Tunika propria fibrosa yang membungkus tubulus seminiferus terdiri atas beberapa lapis fibroblas. Lapisan terdalam yang melekat pada lamina basalis terdiri atas sel-sel mioid gepeng, yang memperlihatkan ciri otot polos. Sel-sel interstisial menempati sebagian besar ruang di antara tubuli seminiferus. Epitel tubulus seminiferus terdiri atas dua jenis sel: sel Sertoli, atau sel penyokong dan selsel yang membentuk garis keturunan spermatogenik. Sel-sel turunan spermatogenik tersebar dalam 4 sampai 8 lapis; fungsinya adalah menghasilkan spermatozoa. Produksi spermatozoa disebut spermatogenesis, yakni suatu proses yang mencakup pembelahan sel melalui mitosis dan meiosis serta diferensiasi akhir spermatozoa, yang disebut spermiogenesis.
11
Spermatogenesis Spermatogenesis merupakan proses pembentukan spermatozoa. Proses ini dimulai dengan sel benih primitif, yaitu spermatogonium (Yun. sperma + gone, generasi), yang relatif kecil, berdiameter 12 µm, dan berada dekat dengan lamina basal epitel. Pada saat terjadinya pematangan sistem kelamin, sel ini mulai mengalami mitosis, dan menghasilkan generasi selsel yang baru. Sel-sel yang baru dibentuk dapat mengikuti satu dari dua jalur: Sel-sel ini dapat terus membelah sebagai sel induk, yang juga disebut spermatogonium tipe A, atau dapat berdiferensiasi selama siklus mitosis yang progresif menjadi spermatogonium tipe B. Spermatogonium tipe B merupakan sel progenitor yang akan berdiferensiasi menjadi spermatosit primer. Spermatosit primer merupakan sel terbesar dalam garis keturunan spermatogenik. Dari pembelahan meiosis pertama ini timbul sel berukuran lebih kecil yang disebut spermatosit sekunder. Spermatosit sekunder sulit diamati dalam sediaan testis karena merupakan sel berumur pendek. Pembelah spermatosit sekunder menghasilkan spermatid. Spermiogenesis merupakan tahap akhir produksi spermatozoa. Spermiogenesis adalah proses transformasi spermatid menjadi spermatozoa. Tidak terjadi pembelahan sel selama proses ini berlangsung. Spermatid dapat dikenali dengan ukurannya yang kecil (garis tengah 7-8 µm). Letak spermatid di dalam tubulus seminiferus adalah di dekat lumen. Spermiogenesis adalah suatu proses perkembangan rumit yang mencakup pembentuan akrosom (Yun. akron, ekstremitas, + soma, tubuh), pemadatan dan pemanjangan inti, pembentukan flagelum, dan hilangnya sebagian besar sitoplasma. Hasil akhirnya adalah spermatozoa matang, yang kemudian dilepaskan ke dalam lumen tubulus seminiferus.
12
Sel Sertoli Sel Sertoli sangat penting untuk fungsi testis. Sel-sel ini merupakan sel piramid panjang yang sebagian memeluk sel-sel dari garis keturunan spermatogenik. Dasar sel sertoli melekat pada lamina basalis, sedangkan ujung apeksnya sering terjulur ke dalam lumen tubulus seminiferus. Dengan mikroskop cahaya, bentuk sel Sertoli tidak jelas terlihat karena banyak juluran lateral yang mengelilingi sel spermatogenik. Sel Sertoli yang berdekatan diikat bersama oleh taut rekah yang terdapat pada bagian basolateral sel, yang membentuk sawar testis-darah. Spermatogonia terletak di kompartemen basal, yang berada di bawah sawar. Selama spermatogenesis, sebagian turunan spermatogonia berhasil menembus tautan ini dan masuk ke dalam kompartemen adluminal, yang terdapat di atas sawar. Jaringan Interstisial Jaringan interstisial testis merupakan tempat yang penting untuk produksi androgen. Celah di antara tubulus seminiferus dalam testis diisi oleh jaringan ikat saraf, pembuluh darah dan limfe. Selama pubertas, muncul jenis sel tambahan; Sel tersebut adalah sel interstisial, atau sel Leydig testis, yang memiliki ciri sel pensekresi-steroid. Sel-sel ini menghasilkan hormon pria testosteron, yang berfungsi bagi perkembangan ciri kelamin pria sekunder. Duktus Genitalia Intratestis Duktus genitalia intratestis adalah tubulus rektus (tubulus lurus), rete testis, dan duktuli eferentes. Duktus-duktus tersebut membawa spermatozoa dan cairan dari tubulus seminiferus ke duktus epididimis.
13
Kebanyakan tubulus seminiferus terdapat dalam bentuk lengkung, dan kedua ujungnya berhubungan dengan rete testis denngan perantaraan struktur yang dikenal sebagai tubulus rektus. Tubulus rektus mencurahkan isinya ke dalam rete testis, yang terletak dalam mediastinum, yaitu penebalan tunika albuginea. Rete testis merupakan jalinan saluran yang beranastomosis, yang dilapisi epitel kuboid. Dari rete testis muncul 10-20 duktuli eferentes. Duktuli eferentes memiliki epitel yang terdiri atas kelompok sel kuboid tak bersilia yang diselingi sel bersilia yang melecut ke arah epididimis. Hal ini memberikan epitel tersebut gambaran bergelombang yang khas. Sel tak bersilia mengabsorpsi banyak cairan yang disekresi oleh tubulus seminiferus. Aktivitas sel bersilia dan absorpsi cairan menimbulkan aliran cairan yang menyapu spermatozoa ke arah epididimis. Suatu lapisan tipis sel otot polos sirkular tampak di luar lamina basal epitel. Duktuli eferentes berangsur-angsur bergabung membentuk duktus epididimis. Saluran Keluar Genitalia Saluran keluar genitalia yang mengangkut spermatozoa yang dihasilkan di testis sampai ke meatus penis adalah duktus epididimis, duktus deferens (vas deferes), dan uretra. Duktus epididimis adalah saluran tunggal yang sangat berkelok dengan panjang sekitar 4-6 m. Bersama dengan jaringan ikat dan pembuluh darah di sekitarnya, saluran panjang ini membentuk bagian badan dan ekor epididimis. Duktus ini dilapisi epitel bertingkat silidris bersilia yang terdiri atas sel-sel basal berbentuk bulat dan sel silidris. Sel-sel ini ditunjang oleh lamina basalis yang dikelilingi oleh sel otot polos dengan kontraksi peristaltik yang membantu mendorong sperma di sepanjang saluran, dan dikelilingi oleh jaringan ikat longgar
14
dengan banyak kapiler darah. Permukaan sel epitel duktus ini ditutupi oleh mikrovili panjang yang bercabang dan tidak teratur, yang disebut stereosilia. Dari epididimis keluar duktus (vas) deferens, yaitu suatu saluran berdinding otot tebal, yang berlanjut dan mencurahkan isinya ke dalam uretra pars prostatika. Duktus deferens ditandai dengan lumen yang sempit dan lapisan otot polos tebal. Mukosanya membentuk lipatan memanjang dan sebagian besar dilapisi epitel bertingkat silidris dengan stereosilia. Lamina propria merupakan lapisan jaringan ikat dengan banyak serat elastin, dan lapisan otot tebalnya terdiri atas lapisan longitudinal luar dan dalam yang dipisahkan oleh lapisan sirkular. Banyak otot polos menghasilkan kontraksi peristaltik kuat yang ikut serta menyemprotkan spermatozoa keluar selama ejakulasi. Duktus deferens merupakan bagian dari funikulus spermatikus, yang mencakup arteri testikularis, pleksus pampiniformis, dan saraf. Sebelum memasuki prostat, duktus deferens melebar, membentuk bagian yang disebut ampula. Di daerah ini, epitel menjadi lebih tebal dan melipat-lipat. Pada bagian akhir ampula ini, vesikula seminalis bergabung dengan duktus. Dari tempat ini, duktus deferens kemudian memasuki prostat, dan bermuara ke dalam uretra pars prostatika. Segmen yang memasuki prostat disebut duktus ejakulatorius. Kelenjar Genitalia Tambahan Kelenjar kelamin tambahan menghasilkan sekret yang diperlukan untuk fungsi reproduksi pria. Kelenjar kelamin tambahan meliputi vesikula seminalis, kelenjar prostat, dan kelenjar bulbouretra. Vesikula seminalis terdiri atas dua tabung sepanjang ±15 cm yang sangat berkelok. Mukosa vesikula seminalis melipat-lipat, dan dilapisi epitel bertingkat silidris yang mengandung banyak granula sekretoris. Granul ini memiliki ciri ultrastruktur yang mirip dengan sel
15
pembuat protein. Lamina propria di vesikula seminalis banyak mengandung serat elastin dan dikelilingi otot polos tipis. Vesikula seminalis bukanlah tempat untuk menampung spermatozoa. Kelenjar ini merupakan kelenjar yang menghasilkan sekret kuning kental yang mengandung substansi pengikat-spermatozoa seperti fruktosa, sitrat, inositol, prostaglandin dan berbagai protein. Karbohidrat yang dihasilkan oleh kelenjar sistem reproduksi pria dan disekresikan dalam cairan seminalis, merupakan sumber energi bagi pegerakan sperma. Golongan monosakarida, yakni fruktosa adalah karbohidrat yang terbanyak. Tujuh puluh persen dari ejakulat manusia berasal dari vesikula seminalis. Tinggi sel epitel vesikula seminalis dan derajat aktivitas proses sekresi bergantung pada kadar testosteron. Prostat merupakan suatu kumpulan 30-50 kelenjar tubuloalveolar yang bercabang. Duktusnya bermuara dalam uretra pars prostatika, yang menembus prostat. Prostat mempunyai tiga zona yang berbeda: Yang pertama adalah zona sentral. Zona ini meliputi 25% dari volume kelenjar. Tujuh puluh persen kelenjar dibentuk oleh zona ferifer, yang merupakan tempat predileksi timbulnya kanker prostat. Zona ketiga, yakni zona transisional, mempunyai arti medis yang penting karena merupakan tempat asal sebagian besar hiperplasia prostat jinak. Kelenjar bulbouretra (kelenjar cowper) yang berdiameter 3-5 mm, terletak di sebelah proksimal dari uretra pars membranasea dan bermuara ke dalam uretra ini. Kelenjar cowper merupakan kelenjar tubuloalveolar yang dilapisi epitel selapis kuboid pensekresi-lendir. Mukus yang disekresikan berupa lendir bening dan berfungsi sebagai pelumas. PENIS Komponen utama penis adalah tiga massa silidris dari jaringan erektil, dan uretra, yang terbungkus kulit. Dua diantara silinder-silinder ini—korpus kavernosum penis—terletak di dorsal. Yang lain terletak di ventral dan disebut korpus kavernosum uretra, atau korpus 16
spongiosu, yang mengelilingi uretra. Korpus kavernosum uretra melebar di bagian ujung, yang membentuk glans penis. Kelenjar Littre penyekresi-lendir terdapat di sepanjang uretra penis. Prepusium merupakan lipatan kulit retraktil yang mengandung jaringan ikat dengan otot polos di bagian dalamnya. Kelenjar sebasea terdapat di lipatan dalam dan di kulit yang menutupi glans. Korpora kavernosa dibungkus oleh lapisan jaringan ikat padat kuat, yaitu tunika albuginea. Korpora kavernosa penis dan uretra terdiri atas jaringan erekti, Jaringan ini mengandung sejumlah besar lumen vena yang dilapisi sel-sel endotel utuh dan dipisahkan oleh trabekula yang terdiri atas serat jaringan ikat dan sel otot polos. Pendarahan arteri penis diperoleh dari arteri pudenda interna, yang menjadi asal arteri profunda dan arteri dorsalis penis. Arteri profunda bercabang-cabang menjadi arteri nutritif dan arteri helicinae. Arteri nutritif menyuplai oksigen dan zat makanan ke trabekula, sedangkan arteri helicinae bermuara langsung ke dalam ruang-ruang kavernosa (jaringan erektil). Terdapat pirau arterio venosa di antara arteri helicinae dan vena dorsalis profunda2,3.
C. Mekanisme Pubertas REPRODUKSI PRIA Sel Leydig testis mengeluarkan testosteron yang menyebabkan maskulinisasi. Testis melakasanakan dua fungsi, yaitu menghasilkan sperma dan mengeluarkan testosteron. Sekitar 80% masa testis terdiri dari tubulus seminiferosa yang berkelok-kelok, yang di dalamnya berlangsung spermatogenesis. Sel-sel endokrin yang mengeluarkan testosteron, sel leydig atau sel interstitium, terletak di jaringan ikat antara tubulus-tubulus seminiferosa. Dengan
17
demikian, bagian testis yang menghasilkan dan mengeluarkan testosteron secara struktural dan fungsional berbeda. Sebagian besar tetapi tidak semua kerja testosteron akhirnya ditujukan untuk memastikan penyaluran sperma pada wanita. Efek testosteron dapat dibagi menjadi lima kelompok, antara lain ;
Efek pada sistem reproduksi sebelum lahir. Sebelum lahir, sekresi testosteron oleh testis janin merupakan penyebab maskulinisasi saluran reproduksi dan genitalia eksterna serta menurunnya testis ke dalam skrotum. Setelah lahir, sekresi testosteron berhenti, dan testis serta sistem reproduksi lainnya tetap kecil dan nonfungsional sampai pubertas.
Efek pada jaringan spesifik seks setelah lahir. Pubertas mengacu pada periode kebangkitan dan pematangan sistem reproduksi yang sebelumnya nonfungsional, yang memuncak pada pencapaian kematangan seksual dan kemampuan reproduksi. Awitan pubertas biasanya sekitar usia sepuluh dan empat belas tahun ; wanita ratarata mengalami pubertas dua tahun lebih awal daripada pria. Pubertas biasanya berlangsung tiga sampai lima tahun dan mencakup serangkaian perubahan endokrin, fisik dan perilaku yang kompleks. Masa remaja (adolescence) adalah konsep yang lebih luas yang mengacu pada keseluruhan masa transisi antara anak-anak menjadi dewasa, bukan hanya pematanagan seksual. Pada pubertas, sel-sel leydig mulai mengeluarkan testosteron kembali, dan untuk pertama kalinya terjadi spermatogenesis di tubulus seminferosa. Testosteron bertanggung jawab untuk pertumbuhan dan pematangan keseluruhan sistem reproduksi pria. Di bawah pengaruh lonjakan sekresi testosteron pada masa pubertas, testis membesar dan mampu melaksanakan spermatogenesis, kelenjar-kelenjar seks tambahan membesar dan mulai aktif mensekresi, sementara penis dan skrotum
18
membesar. Sekresi testosteron yang berlangsung terus menerus penting untuk spermatogenesis dan untuk mempertahankan kematangan saluran reproduksi pria selama masa dewasa.
Efek terkait reproduksi reproduksi lainnya. Testosteron bertanggung jawab dalam pembentukan libido seksual pada masa pubertas dan membantu mempertahankan dorongan seks pada pria dewasa. Stimulasi perilaku ini oleh testosteron penting untuk mempermudah penyaluran sperma pada wanita. Pada manusia, libido juga dipengaruhi oleh banyak faktor emosional dan sosial saling berinteraksi.
Efek pada karakteristik sekunder. Perkembangan dan pemeliharaan semua karakteristik seks sekunder pria bergantung pada testoteron. Karakteristik pria nonreproduktif (yang tidak berkaitan dengan reproduksi) yang dipicu oleh testosteron ini adalah ; pola pertumbuhan rambut pria (misalnya rambut dada, kumis dan jambang serta janggut), suara menjadi berat akibat pembesaran laring dan penebalan pita suara, penebalan kulit dan konfigurasi tubuh pria (sebagai contoh, bahu lebar, otot lengan dan tungkai yang berkembang) sebagai akibat pengendapan protein4.
REPRODUKSI WANITA Sistem reproduksi wanita belum aktif sampai yang bersangkutan mencapai pubertas. Tidak seperti testis janin, ovarium janin belum berfungsi karena feminisasi sistem reproduksi wanita secara otomatis berlangsung jika tidak terdapat sekresi testosteron janin tanpa memerlukan keberadaan hormon-hormon seks wanita. Sistem reproduksi wanita tetap inaktif sejak lahir sampai pubertas, yang terjadi pada usia sekitar sebelas tahun, karena GnRH hipothalamus secara aktif ditekan oleh mekanisme-mekanisme yang serupa dengan yang terjadi pada anak laki-laki prapubertas. Seperti pada anak laki-laki, hilangnya pengaruh-pengaruh inhibitorik tersebut oleh mekanisme yang belum diketahui menyebabkan dimulainya pubertas.
19
Ovarium melakukan fungsi ganda yang saling terkait, yaitu oogenesis (pembentukan ovum) dan menghasilkan estrogen dan progesteron. Oogenesis dan sekresi estrogen berlangsung didalam folikel ovarium selama separuh pertama siklus reproduksi ( fase folikel). Pada kira-kira pertengahan siklus, folikel yang matang melepaskan sebuah ovum (ovulasi). Folikel yang kosong tersebut kemudian diubah menjadi korpus luteum, yang menghasilkan estrogen dan progesteron selama separuh terakhir siklus (fase luteal). Unit endokrin ini bertanggung jawab mempersiapkan uterus sebagai tempat yang cocok untuk implantasi apabila ovum yang dilepaskan dibuahi. Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus luteum berdegenerasi. Akibat penarikan hormon yang mendukung lapisan endometrium untuk menjadi sangat berkembang menyebabkan disintegrasi dan terlepas, menghasilkan darah haid. Secara simultan, fase folikel baru dimulai kembali. Sekresi estrogen yang dihasilkan oleh ovarium aktif akan menginduksi pertumbuhan dan pematangan saluran reproduksi wanita serta perkembangan karakteristik seks sekunder wanita. Efek estrogen yang menonjol pada perkembangan karakteristik seks sekunder tersebut adalah mendorong penimbunan lemak di lokasi-lokasi strategis, misalnya payudara, bokong, dan paha, sehingga terbentuk sosok melekuk-lekuk khas wanita. Pembesaran payudara pada saat pubertas terutama disebabkan oleh penimbunan lemak di jaringan payudara dan bukan disebabkan oleh perkembangan fungsional kelenjar-kelenjar mamaria. Tiga perubahan pubertas lainnya pada wanita ; pertumbuhan rambut ketiak dan pubis, lonjakan pertumbuhan pubertas, dan munculnya libido disebabkan oleh lonjakan sekresi androgen adrenal pada pubertas, bukan akibat estrogen. Namun, peningkatan estrogen pada masa pubertas memang menyebabkan lempeng epifisis menutup. Sehingga tidak lagi terjadi pertambahan tinggi tubuh, serupa dengan efek testosteron pada pria5.
20
D. Hormon pada Mekanisme Pubertas REPRODUKSI PRIA LH dan FSH, kedua hormon gonadotropik hipofise anterior, yang mengontrol sekresi testosteron dan spermatogenesis. Kedua hormon ini bekerja pada komponen-komponen tetis yang berbeda. Luteinizing hormone bekerja pada sel leydig untuk mengatur sekresi testosteron, sehingga pada pria hormon ini juga memiliki nama interstitial cell stimulating hormone (ICSH). FSH bekerja pada tubulus seminiferosa, terutama di sel sertoli, untuk meningkatkan spermatogenesis. Sebaliknya, sekresi LH dan FSH dari hipofise anterior dirangsang oleh sebuah hormone gonadotropin releasing hormone (GnRH). Setiap dua sampai tiga jam sekali, GnRH dikeluarkan dari hipothalamus dalam letupanletupan sekretorik, tanpa terjadi sekresi di antara letupan-letupan itu. Karena GnRH merangsang sel-sel sekretorik hormon gonadotropik di hipofise anterior, pola sekresi hipothalamus yang pulsatif ini menyebabkan sekresi LH dan FSH juga berlangsung secara periodik. Testosteron, produk stimulasi LH pada sel leydig, bekerja secara umpan balik negatif untuk menghambat sekresi LH melalui dua cara. Efek umpan balik negatif testosteron yang predominan adalah menurunkan episode-episode pengeluaran GnRH dengan bekerja pada hipothalamus, sehingga secara tidak langsung menurunkan pengeluaran LH dan FSH dari hipofise anterior. Kedua, testosteron bekerja secara langsung pada hipofise anterior untuk mengurangi kepekaan sel-sel sekretorik LH terhadap GnRH. Sinyal inhibitorik testis yang secara spesifik ditujukan untuk mengontrol sekresi FSH adalah hormon peptida inhibin, yang disekresikan oleh sel sertoli. Inhibin diperkirakan bekerja secara langsung pada hipofise anterior untuk menghambat sekresi FSH. Inhibisi umpan balik terhadap FSH oleh produk sel sertoli ini sesuai, karena FSH merangsang spermatogenesis dengan bekerja pada sel sertoli. 21
REPRODUKSI WANITA Siklus ovarium diatur oleh interaksi kompleks berbagai hormon dari hipothalamus, hipofisis anterior, dan ovarium. Ovarium memiliki dua unit endokrin terkait ; folikel penghasil estrogen selama paruh pertama siklus, dan korpus luteum, yang mengeluarkan progesteron dan estrogen selama paruh terakhir siklus. Unit-unit ini secara sekuensial dipicu oleh hubungan hormonal siklis yang rumit antara hipothalamus, hipofise anterior, dan kedua unit endokrin ovarium. Seperti pada pria, fungsi gonad pada wanita secara langsung dikontrol oleh hormonhormon gonadotrofik hipofise anterior, FSH, dan LH. Kedua hormon ini, pada gilirannya diatur oleh GnRH hipothalamus yang sekresinya pulsatif serta efek umpan balik hormonhormon gonad. Namun, berbeda dengan pria, kontrol gonad wanita diperumit oleh fungsi ovarium yang sifatnya siklis. Sebagai contoh, efek FSH dan LH pada ovarium bergantung pada stadium siklus ovarium. Juga berbeda dengan pria, FSH tidak semata-mata bertanggung jawab untuk gametogenesis dan LH juga tidak hanya bertanggung jawab atas sekresi hormon gonad6.
E. Kelainan pada fungsi Genitalia KELAINAN FUNGSI TESTIS 1. Hipogonadism. Hipofungsi testis. Dapat disebabkan oleh gangguan kelainan pada hipothalamus, hipofisis, testis, pada kromosom dan crytorchism. Gambaran klinik hipogonadism pada pria bergantung pada ; saat terjadinya hipofungsi, hipofungsi endokrin atau reproduksi sajaatau kedua-duanya. Bila terjadi pada dewasa, sifat seks sekunder mengalami kemunduran secara perlahan-lahan. Bila 22
terjadi pada anak-anak (EUNUCHOIDISM), pada usia kurang dari 20 tahun memperlihatkan ciri-ciri ; tinggi dan bentuk tubuh seperti pada wanita dewasa. Cryptochism ; testis tidak turun ke skrotum, tetap tinggal di ruang abdomen. terjadi hambatan spermatogenesis. 2. Hiperfungsi Tidak ditemukan pada orang dewasa. Pada anak sebelum usia pubertas menimbulkan gejala pubertas prekoks. Ada dua macam pubertas prekoks :
Pubertas prekoks sejati Berkembangnya sifat kelamin sekunder sebelum usia pubertas disertai gametogenesis. Disebabklan oleh berbagai kelainan hipothalamus.
Pubertas prekoks tidak sejati Berkembangnya sifat kelamin sekunder sebelum pubertas tanpa disertai gametogenesis. Disebabkan oleh neoplasma kelenjar gonad atau korteks adrenal yang menghasilkan hormon seks.
3. Hipergonadism Tumor sel leydig pada anak. Ciri seks berkembang berlebihan. Tulang dan otot berkembang sangat cepat dan epifisis cepat menutup. Tumor epith germinal lebih sering terjadi dan sering dalam bentuk teratoma, produksi gonadotropin berlebihan dan produksi estrogen meningkat yang disebut Gynecomastia.
KELAINAN FUNGSI OVARIUM 1. Kelainan Haid -
Siklus tanpa telur (anovulatory cycles). Siklus haid cukup teratur, tapi tanpa ovulasi, biasa terjadi selama 1-2 tahun setelah menarche dan menjelang menopause.
23
-
Amenorhea (tidak ada haid) ; 1) amenorhea primer: belum pernah mendapat haid meski sudah masanya. Disertai tanda-tanda kurang berkembangnya sifat kelamin sekunder yang lain. 2) amenorhea sekunder: haid terhenti (tidak mendapat haid lagi) setelah pernah mendapat haid-haid normal sebelumnya.
-
Oligomenerhea : haid dengan pendarahan yang sedikit dalam siklus haid normal.
-
Menorrhagia : haid dengan pendarahan yang banyak.
-
Metrorhagia : pendarahan vagina di antara saat-saat haid yang biasa.
-
Menometrorhagia : gabungan dari menorrhagia dan metrorrhagia
-
Dismenorhea : haid yang menimbulkan rasa nyeri.
2. Sindroma ovarium polikistik -
Penebalan kapsula ovarium disertai pembentukan kista-kista folikel.
-
Tidak ada ovulasi
-
Mungkin karena peningkatan androgen
-
Ditemukan maskulinisasi ringan sedang
-
17 ketosteroid kemih meningkat
3. Tumor-tumor ovarium Biasanya jarang tejadi.Menghasilkan androgen pada usia muda menimbulkan maskulinisasi. Estrogen pada usia muda menyebabkan perkembangan seksual prekoksia6.
24
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Pubertas mengacu pada periode kebangkitan dan pematangan sistem reproduksi yang sebelumnya nonfungsional, yang memuncak pada pencapaian kematangan seksual dan kemampuan reproduksi. Pada pria, testosteron disekresikan sebelum kelahiran untuk memaskulinisasikan sistem reproduksi yang sedang berkembang, kemudian sekresinya berhenti sampai pubertas. Pada pubertas sekresi testosteron kembali dimulai dan berlanjut seumur hidup. Testosteron bertanggung jawab untuk mematangkan dan memelihara keseluruhan saluran reproduksi pria dan membentuk karakteristik sekunder. Pada anak sebelum usia pubertas menimbulkan gejala pubertas prekoks. Disebabklan oleh berbagai kelainan hipothalamus atau disebabkan oleh neoplasma kelenjar gonad atau korteks adrenal yang menghasilkan hormon seks.
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Inggriani Y : Tractus urogenitalis.edisi 2. Jakarta :Fakultas kedokteran Universitas Kristen Krida wacana, 2010. 2. Junqueria LC, Carneiro J : Histologi dasar:teks & atlas, 10 ed. Jakarta :EGC, 2007. 3. Gunawijaya F, Kartawiguna E : Penuntun pratikum, kumpulan foto mikroskopik histologi. Jakarta : universitas Trisakti, 2007. 4. Sherwood L : Fisiologi manusia:dari sel ke system, ed 2. Jakarta:EGC,2001. 5. Ganong WF: Fisiologi kedokteran, ed 20. Jakarta:EGC,2002: 450-89. 6. Guyton, arthur C : Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit, ed 8.alih bahasa, Petrus Adrianto. Jakarta:EGC, 2006.
26