KOMUNIKASI VERBAL DAN NONVERBAL DALAM PERMAINAN AIRSOFT (Studi Kualitatif tentang Penggunaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal dalam Mendukung Keberhasilan Tim pada Permainan Airsoft di Komunitas SAG-ID di Kota Solo)
Christian Pandu Putra Sri Herwindya Baskara Wijaya
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract SAG-ID community is the biggest place for airsofter in Indonesia and divided into regions based on geographical criteria including Central of Java region and they also have several activity such as skirmish game. The using of communication is very unique, where all players deliver their message by using tactical call sign and by speaking to others so affect their teamwork which bring over to win the game. The purpose of this study is to describe the using of verbal and nonverbal communication to support compactness on airsoft game at SAG-ID Community in Solo City. This study using descriptive research methods kind of communicative research. Primary data source in this study is SAG-ID region commander, and members of SAG-ID which divide into senior members and newbie. This informant determined based on purposive sampling. Data collected through interview, observation, and literature study by using Miles and Hubberman interactive methods. Meanwhile the data validity tested by source triangulation. This study led to the conclusion (a) communication during game is very important for airsofter which can bring up togetherness and working on the strategy that planned before. (b) The team who communicate and coherence well will be easily work together. Keywords: Communication Usage, Community, Airsoft, Compactness. Pendahuluan Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tak lepas dari kegiatan dan kesibukan yang beragam, dan semakin maju teknologi, semakin banyak pula alat-
alat yang dihasilkan oleh manusia itu sendiri. Tak terkecuali Airsoft Gun, airsoft gun merupakan replika senjata api yang digunakan dalam kegiatan airsoft dan memakai peluru yang terbuat dari plastik berdiameter 6mm yang digerakkan dengan hembusan udara yang dihasilkan oleh piston yang digerakkan oleh tenaga gas (GBB/GBBR), baterai (AEG), maupun pegas (Spring).1 Kegiatan airsoft itu sendiri adalah sebuah olahraga atau permainan yang mensimulasikan kegiatan militer atau kepolisian. Airsoft gun pada awalnya diciptakan di Jepang pada tahun 1970-an untuk memenuhi hasrat pecinta senjata (positif) untuk mengalami pengalaman menembakkan senjata yang relatif aman untuk pengguna individu dan pengaplikasian strategi pertempuran dalam permainan perang-perangan/skirmish (wargame) dalam suatu komunitas.2 Untuk itu setiap komunitas airsoft wajib dilakukan pendataan dan memiliki izin resmi untuk menjalankan kegiatannya. Setiap kegiatan airsoft, permainan skirmish selalu menjadi kegiatan utama yang dinanti-nanti. Permainan airsoft ini (skirmish) diikuti sekurang-kurangnya enam orang, yang berarti 3 orang melawan 3 orang (3 on 3). Para pemain akan dibagi kedalam dua kubu yang saling menyerang, ketika marshall memberi tanda untuk memulai permainan, dua kubu tersebut menjalankan strateginya masing-masing untuk memenangkan permainan. Permainan berakhir ketika jumlah anggota salah satu kubu dinyatakan tereliminasi semua atau habis. Cara bermainnyapun sama seperti perang, mereka menembakkan peluru airsoft gun kearah anggota tubuh lawan, jika terkena maka ia wajib berteriak “HIT” dan berjalan keluar arena dan dinyatakan gugur. Dalam permainan ini, sportivitas dan kejujuran menjadi modal utama para pemain. Di Indonesia, banyak orang yang gemar melakukan olahraga permainan ini setiap minggunya, mulai dari hanya kolektor, penghobi, hingga atlet rutin bertemu membentuk wadah untuk bermain bersama atau berlatih bahkan hanya sekedar kopi darat diantara sesama penghobi. Komunitas Spring Airsoft Gunners Indonesia atau yang lebih dikenal dengan SAG-ID merupakan salah satu 1
http://g-airsoftgun.com/2010/08/tentangairsoftgun.html?m=1. Diakses tanggal 10 Desember 2013 2 http://en.m.wikipedia.rg/wiki/Airsoft. Diakses tanggal 9 Desember 2013
komunitas yang berada di dalam naungan PORGASI dan telah memiliki banyak tim yang dibagi ke dalam region per provinsinya. Anggota komunitas airsoft SAG-ID pada umumnya memiliki hobi dan minat yang sama, yakni rasa ketertarikan akan sesuatu yang berhubungan dengan militer, seperti skirmish (simulasi perang), bergaya ala militer, bahkan dalam kehidupan sehari-harinya mereka menggunakan bahasa percakapan ala militer. Tak hanya itu, dalam kegiatan skrimish, para anggota komunitas menirukan gaya tentara, baik pakaian
seragam
militer (US Army, Singapore Armed Force,
German Army, SWAT, dll), strategi perang, bahkan para anggota komunitas berkomunikasi baik secara verbal maupun nonverbal menggunakan tactical hand signals atau bahasa isyarat yang sudah berlaku di dunia kemiliteran dan sangat sering digunakan dalam keadaan perang ataupun penyergapan. Dalam dunia militer, salah satu komunikasi yang sering digunakan adalah bahasa isyarat militer yang menggunakan tangan sebagai media komunikasinya (tactical hand signals). Bahasa isyarat militer adalah bahasa isyarat yang digunakan oleh para militer untuk di medan perang.3 Bahasa isyarat diperlukan untuk berkomunikasi antar pasukan dalam medan perang jika keadaan tidak memungkinkan untuk melakukan komunikasi biasa atau komunikasi verbal. Bahasa isyarat tidak hanya dilakukan antar pasukan infanteri di darat saja, namun juga dilakukan oleh pasukan infanteri kepada pasukan udara, antar pasukan laut, dan lain-lain. Selayaknya simulasi peperangan, permainan airsoft hampir seluruhnya mengadopsi teknik-teknik kemiliteran antara lain penggunaan bahasa isyarat militer dalam mengkoordinasikan pergerakan anggota tim. Penggunaan kode-kode tangan ini dimaksudkan untuk meminimalisir suara agar keberadaan anggotaanggota tim tidak diketahui oleh tim lawan. Penggunaannya efektif apabila sinyal dapat terlihat oleh anggota tim. Bahasa isyarat ini bisa berubah-ubah tergantung kesepakatan tim agar tim musuh tidak bisa mengerti bahasa isyarat yang mereka gunakan. Namun bahasa isyarat yang umum digunakan adalah bahasa isyarat
3
http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_isyarat_militer Diakses tanggal 2 Februari 2014
militer yang mengacu pada bahasa isyarat pasukan-pasukan elit dunia seperti SWAT, SAS British, US Navy Seals, Shayetet 13, dan lain-lain. Berkomunikasi dengan menggunakan Tactical hand signals termasuk salah satu penerapan komunikasi nonverbal pada komunitas ini, dimana pesan disampaikan tidak melalui kata-kata, melainkan hanya melalui tanda-tanda yang diperagakan oleh tangan, seperti misalnya: gerakan mengepalkan tangan berarti tahan segala bentuk gerakan, mengayunkan tangan dari atas kebawah berarti menunduk, dan sebagainya. Tak sedikit pula yang tertarik untuk menggunakan tanda-tanda isyarat untuk berkomunikasi dalam permainan airsoft. Maka berdasarkan pemaparan diatas, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang pola komunikasi nonverbal yang terjadi dalam permainan simulasi perang airsoft pada komunitas airsoft SAG-ID di kota Solo. Karena komunitas ini begitu kompleks sehingga peneliti tertarik untuk mengkajinya.
Rumusan Masalah Dengan melihat latar belakang diatas, maka peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut “Bagaimana Penggunaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal dalam Mendukung Kekompakan Tim pada Permainan Airsoft di Komunitas SAG-ID Kota Solo?”
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan komunikasi verbal dan nonverbal dalam mendukung kekompakan tim pada Komunitas Airsoft SAG-ID di Kota Solo.
Tinjauan Pustaka 1.
Komunikasi Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis
yang berarti ”sama”, dalam arti kata sama makna mengenai suatu hal. 4 Secara terminologis komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.5 Dari pengertian itu jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. Secara paradigmatis, komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan olehs eseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tiak langsung melalui media. Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society, mengungkapkan paradigma tentang pengertian komunikasi yang umum dipahami oleh para peminat komunikasi. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi adalah menjawab pertanyaan: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect? (Siapa Mengatakan Apa dengan Saluran apa Kepada Siapa dengan Efek Apa? Dari paradigma Lasswell tersebut dapat diketahui lima unsur komunikasi yang saling bergantung satu sama lain, yaitu komunikator (Communicator, source, sender), pesan (Message), saluran (Channel, media), penerima (Communicant, communicatee, receiver, recipient), efek (Effect, impact, influence). Jadi, berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.6 Namun, kelima unsur diatas sebenarnya belum lengkap, umpan balik (feedback) dan gangguan komunikasi (noise) sering ditambahkan dalam
unsur
komunikasi.
Feedback
adalah
tanggapan
apabila
tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator. Sedangkan noise merupakan gangguan tak terencana yang terjadi di dalam proses komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang 4
Onong Uchyana Effendy, Dinamika Komunikasi (Bandung, Remadja Karya, 1986) Hal. 3-4 Riyono Pratikto, Berbagai Aspek Ilmu Komunikasi (Bandung, Remadja Karya, 1987) hal. 19 6 Onong Uchjana Efendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2003) hal. 9-10 5
berbeda dengan pesan yang disampaikan komunikator kepadanya. Salah satu model awal komunikasi yang dikemukakan oleh Claude Shannon dan Warren Weaver menyoroti problem penyampaian pesan berdasarkan kecermatannya. Suatu konsep penting dalam model Shannon dan Weaver ini adalah gangguan (noise), yakni setiap rangsangan tambahan dan tidak dikehendaki
yang
dapat
mengganggu
kecermatan
pesan
yang
disampaikan.7 Menurut Shannon dan Weaver, gangguan ini selalu ada dalam saluran bersama pesan tersebut yang diterima oleh penerima.
2.
Komunikasi Verbal Verbal adalah pernyataan lisan antar manusia lewat kata-kata dan simbol umum yang sudah disepakati antar individu, kelompok, bangsa, dan negara. Jadi komunikasi verbal dapat disimpulkan bahwa komunikasi yang menggunakan kata-kata secara lisan dengan secara sadar dilakukan oleh manusia untuk berhubungan dengan manusia lain.8 Suatu sistem kode verbal disebut bahasa. Bahasa dapat didefinisikan
sebagai
seperangkat
simbol,
dengan
aturan
untuk
mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang dipahami dan digunakan oleh suatu komunitas. Bahasa verbal adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran, perasaan, dan maksud kita.9 Menurut Larry L. Barker, bahasa memiliki 3 fungsi,10
yaitu penamaan (naming atau labeling),
interaksi, transmisi informasi. Tanpa bahasa kita tidak mungkin bertukar informasi, kita tidak mungkin menghadirkan semua objek dan tempat untuk kita rujuk dalam komunikasi kita.11
7
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2012) hal. 148-150 8 Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi Teori & Praktik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009) hal.110 9 Deddy Mulyana, Op. Cit. hal. 260 10 Riswandi, Ilmu Komunikasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009) hal. 60 11 Dedy Mulyana, Op. Cit. hal. 266-267
Karena, bahasa mampu menerjemahkan pikiran seseorang kepada orang lain.12 Maka dari itu jenis komunikasi verbal dapat dibedakan menjadi 2 jenis,13 yaitu komunikasi lisan dan komunikasi tertulis.
3.
Komunikasi Nonverbal Komunikasi nonverbal adalah proses komunikasi dimana pesan disampaikan
tidak
menggunakan
kata-kata.14
Dengan
komunikasi
nonverbal orang dapat mengekspresikan perasaannya melalui ekspresi wajah, gerakan isyarat, dan lain-lain. Tiap-tiap gerakan tubuh yang kita buat dapat menyatakan asal kita, sikap kita, kesehatan, atau bahkan keadaan psikologis kita.15 Ada tiga hal yang perlu diingat dalam komunikasi nonverbal, yaitu interpretasi adalah karakteristik yang kritis dalam komunikasi nonverbal, komunikasi nonverbal tidaklah merupakan sistem bahasa tersendiri, tetapi lebih merupakan bagian dari sistem verbal, komunikasi nonverbal dapat dengan mudah ditafsirkan salah. Meskipun komunikasi verbal dan nonverbal berbeda dalam banyak hal, namun kedua bentuk komunikasi itu seringkali bekerja sama atau dengan kata lain komunikasi nonverbal ini mempunyai fungsi tertentu dalam komunikasi verbal. Fungsi utama komunikasi nonverbal adalah sebagai pengulang terhadap yang dikatakan secara verbal, sebagai pelengkap pesan verbal, sebagai pengganti yang dapat mewakili komunikasi verbal, memberikan penekanan pada kata-kata tertentu.16
12
http://meilisdasari.blogspot.com/2013/04/komunikasi-verbal-dan-nonverbal.html Diakses tanggal 10 Juni 2014 13 http://file.upi.edu/Direktori/DUALMODES/PENDIDIKAN_BAHASA_DAN_SASTRA_INDONESIA_DI_SEKOLAH_DASAR_K ELAS_RENDAH/BBM_1.pdf&sa=U&ei=cyc6VKnjDYKguQTduoCYAw&ved=0CBYQFjAD& usg=AFQjCNF2oBV-Hbsimal4nY4XyqnbV4Vdkw Diakses tanggal 12 Oktober 2014 14 Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss, Human Communication, Terjemahan: Deddy Mulyana (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005) hal. 112 15 Joseph A. Devito, Op. Cit. hal. 134 16 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi (Jakarta: Bumi Aksara, 2005) hal. 132-135
Berbagai gerakan tubuh manusia yang berbeda-beda dapat dibuat sebagai signal dalam komunikasi nonverbal, tetapi dalam bagian ini hanya dipilih beberapa gerakan dasar yang banyak digunakan orang. Gestur atau gerakan isyarat juga termasuk sebagai signal dalam komunikasi nonverbal. Yang dimaksud dengan gerakan isyarat adalah gerakan badan, kepala, tangan, dan kaki yang dimaksudkan untuk menyampaikan pesan tertentu. Gerakan isyarat mempunyai peranan penting dalam komunikasi karena dapat merupakan pengganti dan pelengkap bahasa verbal. Gerakan bahasa tubuh dapat diterjemahkan secara langsung menjadi kata-kata atau frase; misalkan, lawan bicara mengangkat jempolnya keatas yang berarti bagus, mengangkat kedua bahu berarti tidak tahu, dan lain-lain. Dalam kebanyakan kebudayaan saling kontak mata adalah satu bentuk komunikasi yang paling segera dan diterima. Kontak mata mempunyai fungsi yaitu melihat umpan balik, untuk memberitahu orang lain bahwa saluran komunikasi terbuka dan dapat mulai berbicara, tanda dari hubungan yang alami. Untuk menghindari kesalahan interpretasi, bahasa isyarat yang disampaikan harus tidak ambigu, jelas, tepat, dan dapat dimengerti secara universal.17 Oleh karena itu, bahasa isyarat yang digunakan dalam permainan airsoft di adaptasi dari bahasa isyarat militer yang telah berlaku secara internasional.
4.
Komunikasi Kelompok Suatu kumpulan individu yang dapat mempengaruhi satu sama lain, memperoleh beberapa kepuasan satu sama lain, berinteraksi untuk beberapa tujuan, mengambil peranan, terikat satu sama lain dan berkomunikasi tatap muka. Komunikasi kelompok juga bisa diartikan sebagai sekumpulan orang yang mempunyai tujuan yang sama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai satu tujuan bersama, mengenal
17
http-/www.abag.org.br.news.2013.documents.Movimentos_de_Emengencia.pdf Diakses tanggal 20 Februari 2014
satu sama lainnya, dan memandang mereka menjadi salah satu bagian dari kelompok tersebut.18 Dari pengertian diatas, dapat diketahui bahwa komunikasi kelompok dilakukan oleh lebih dari satu orang, tetapi dalam jumlah terbatas dan materi komunikasi tersebut juga kalangan terbatas, khusus bagi anggota kelompok tersebut. Dalam pembahasan komunikasi kelompok, maka pasti terdapat jenis pesan yang disampaikan anggota kelompok dan bagaimana pesan mempengaruhi peran dan kepribadian kelompok. Bahasan tersebut disusun Robert Bales dalam teori yang menjelaskan mengenai analisis proses interaksi (interaction process analysis) yang saat ini sudah menjadi salah satu karya klasik teori komunikasi.19 Dalam komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi antar pribadi. Karena itu kebanyakan teori komunikasi antar pribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok. Ukuran komunikasi kelompok dapat dibagi menjadi dua, yaitu komunikasi kelompok kecil (small group communication), yaitu prosesnya berlangsung secara dialogis, tidak linear, melainkan sirkular, umpan balik terjadi secara verbal, komunikan dapat menanggapi uraian komunikator. Yang
kedua
adalah
komunikasi
kelompok
besar
(large
group
communication), ditujukan kepada afeksi komunikan, kepada hatinya atau kepada perasaannya. Dalam suatu kelompok ada hal-hal yang mempengaruhi perilaku komunikasi kelompok tersebut,20 antara lain; konformitas yakni perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (norma) kelompok sebagai akibat tekanan kelompok yang real atau dibayangkan, fasilitasi sosial (dari kata Prancis facile, artinya mudah) menunjukkan kelancaraan atau peningkatan kualitas kerja karena ditonton kelompok, polarisasi yang artinya kecenderungan ke arah posisi yang ekstrem. 18
Marhaeni Fajar, Op. Cit, hal. 65 Morissan. Psikologi Komunikasi (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013) hal. 199 20 Riswandi, Op. Cit. hal.s 123 19
Menurut Marhaeni Fajar dalam bukunya yang berjudul Ilmu Komunikasi Teori & Praktik, penelitian menunjukkan bahwa kelompok berkembang melalui beberapa tahap. Tahap-tahap tersebut adalah: orientasi,
konflik,
kemunculan
(emergence),
dan
penguatan
(reinforcement). Adanya kelompok juga menyebabkan terbentuknya budaya kelompok. Budaya kelompok ini berfungsi untuk membentuk identitas kelompok dan memberikan rasa kebersamaan dalam kelompok.21
Metodologi Penelitian ini mengunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.22 Disebut deskriptif, karena dalam penelitian ini mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan, sikap, pandangan, serta proses yang sedang berlangsung dan pengaruh dari suatu fenomena. Bogdan dan Taylor mengatakan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang digunakan untuk menghasilkan data deskriptif, yang ditulis atau diucapkan orang dan perilakuperilaku yang dapat diamati. Lokasi Penelitian terletak di Kota Solo, provinsi Jawa Tengah, pulau Jawa, Indonesia. Memiliki anggota yang tersebar kedalam beberapa tim di Kota Solo. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dibedakan menjadi kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto, dan dokumentasi. Dimana kata-kata dan tindakan merupakan data utama yang diperoleh melalui wawancara maupun observasi. Sumber informan penelitian ini adalah anggota Komunitas Spring Airsoft Gunner Indonesia (SAG-ID) Regional Jawa Tengah yang ada di Kota Solo, dengan informan yang terdiri dari 1 orang ketua SAG-ID regional
21 22
Ibid. hal . 71-75 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007) hal. 3
Jateng, 2 orang anggota senior SAG-ID Regional Jateng, dan 2 orang anggota pemula SAG-ID Regional Jateng. Sesuai dengan metodologi penelitian kualitatif, maka teknik pengambilan sampel di dalam penelitian ini adalah jenis purposive sampling. Teknik samping semacam ini bersifat internal sampling, karena sama sekali tidak mewakili populasi dalam arti jumlahnya, tetapi informasi yang dibutuhkan dapat dijaring.23 Peneliti memilih informan yang dipandang mengetahui masalahnya dan mampu memperluas informasi yang telah diperoleh sebelumnya Teknik anaslisi data dalam penelitian ini menggunakan proses analisis data model interaktif Miles dan Hubberman, dimana terdapat tiga jalur analisis data kualitatif, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesismpulan.24 Upaya penarikan kesimpulan dilakukan peneliti secara terus-menerus selama berada di lapangan. Dari permulaan pengumpulan data, peneliti kualitatif mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan pola-pola (dalam catatan teori), penjelasanpenjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan proposis. Untuk mengecek keabsahan data, peneliti menggunakan teknik triangulasi. yaitu suatu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan data dari suatu sumber yang dicek dengan sumber yang lain sebagai pembanding terhadap data tersebut di luar data itu.25 Dalam penelitian ini pneliti membandingkan hasil wawancara dari narasumber agar hasil yang dipeoleh dianggap valid. Dengan demikian keberadaan data yang satu akan dikonfirmasikan dengan data yang diperoleh dari sumber data yang lain, sehingga dianggap valid oleh karena itu perlu dilakukan reduksi agar data yang dianalisis benar-benar memiliki validitas yang tinggi.
23
Lexy J. Moleong, Op. Cit. hal. 224 http://www.ebookspdf.org/view/aHR0cDovL2l2YW5hZ3VzdGEuZmlsZXMud29yZHByZXNzLmNvbS8yMD A5LzA0L2l2YW4tcGVuZ3VtcHVsYW4tYW5hbGlzaXMtZGF0YS1rdWFsaXRhdGlmLnBkZg= =/VGVrbmlrIFBlbmd1bXB1bGFuIERhbiBBbmFsaXNpcyBEYXRhIEt1YWxpdGF0aWY= Diakses tanggal 3 April 2014 25 Lexy J. Moleong, Op. Cit. hal. 330 24
Sajian dan Analisis Data Di penelitian ini proses komunikasi yang menjadi acuan bagi peneliti adalah proses komunikasi yang terbentuk dalam permainan airsoft di komunitas SAG-ID khususnya Kota Solo, peneliti telah melakukan observasi serta wawancara kepada ketua dan beberapa anggota SAG-ID Regional Jawa Tengah yang berdomisili dan bermain di Kota Solo. Observasi yang dilakukan oleh peneliti berlangsung ketika pertemuan tahunan dalam acara TEKANAS 2014, buka bersama, peringatan HUT RI ke-69 dan skirmish mingguan yang telah dilakukan mulai dari bulan Mei hingga Agustus 2014, dan berikut penjabaran analisis dari data yang telah peneliti kumpulkan. Dalam permainan airsoft yang merupakan permainan simulasi perang, memiliki istilah-istilah sendiri yang digunakan dalam permainannya. Istilahistilah tersebut hanya diketahui oleh kalangan tertentu, dalam hal ini para pecinta olahraga permainan airsoft tentunya yang berarti istilah-istilah tersebut awam dimata masyarakat umum. Permainan airsoft merupakan salah satu permainan strategi yang harus dijalankan masing-masing pemainnya agar berhasil dalam bertahan maupun menyerang, agar dapat menjalankan strategi tersebut komunikasi antar pemain sangatlah penting dilakukan. Bagi pemain airsoft, komunikasi di dalam permainan sangatlah penting. Untuk memupuk kekompakan dan menjalankan strategi yang telah direncanakan sebelumnya, para pemain harus berkoordinasi dengan cara berkomunikasi dalam permainan. Komunikasi dimaksudkan untuk berbagi informasi atau transmisi informasi dari apa yang dilihat maupun diketahui oleh seorang pemain kepada pemain-pemain lainnya agar leader, co-leader, maupun teman satu tim dapat mengetahui gerak-gerik lawan serta dapat merancang strategi menyerang maupun bertahan. Komunikasi yang terjadi disini merupakan komunikasi kelompok. Komunikasi kelompok bisa diartikan sebagai sekumpulan orang yang mempunyai tujuan yang sama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai satu tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka menjadi salah satu
bagian dari kelompok tersebut.26 Dalam hal ini, tujuan bersama yang dimiliki pemain adalah memenangkan permainan. Komunikasi yang digunakan dalam permainan airsoft dalam mendukung kekompakan tim adalah komunikasi verbal dan nonverbal. Dimana komunikasi nonverbal digunakan lebih sering dibandingkan komunikasi verbal. Komunikasi verbal yang digunakan dalam permainan airsoft seluruhnya dilakukan secara lisan, para pemain tidak pernah menggunakan bahasa tertulis sebagai media berkomunikasi dalam permainan. Dalam observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti, peneliti sama sekali tidak menemukan penggunaan komunikasi melalui tulisan dalam permainan airsoft. Selain tidak efektif, penggunaan komunikasi melalui tulisan dapat meninggalkan jejak dan mengakibatkan informasi bocor ke pihak lawan yang melihat tulisan tersebut. Penggunaan komunikasi verbal dilakukan dengan cara berbicara, dengan teman satu timnya apabila kedaan memungkinkan untuk melakukan komunikasi secara verbal, dalam arti aman untuk berkomunikasi tanpa terdeteksi oleh lawan. Tentunya proses komunikasi ini bisa dilakukan ditempat yang agak tertutup atau disekitar komunikan dan komunikator terdapat obyek yang menghalangi mereka dengan lawan. Agar kerjasama tim dalam permainan dapat berjalan dengan lancar, maka para pemain harus melakukan komunikasi antarpemain. Komunikasi yang dilakukan para pemain airsoft kadang menggunakan komunikasi verbal, yakni komunikasi yang dilakukan dengan cara lisan maupun tulisan. Keadaan ini sangat sering terjadi ketika pemain pemula akan menyampaikan pesan, tentunya dilakukan apabila situasi dan kondisi memungkinkan untuk meminimalisir kendala komunikasi sehingga tidak terjadi kesalahan dalam bergerak. Bagi anggota pemula, sangat sulit bagi mereka untuk memahami bahasa isyarat, jadi anggota lebih banyak berbicara kepada temannya untuk menyampaikan pesan. Kalau jaraknya agak jauh, biasanya pemain mendekati temannya dan berbicara
26
Marhaeni Fajar, Op. Cit. hal. 65
agak pelan. Dalam kejadian ini fungsi interaksi yang terjadi ketika pemain menanyakan keadaan atau memberitahu kemana tim akan bergerak.27 Komunikasi
nonverbal
yang
dilakukan
dalam
permainan
airsoft
mengadaptasi dari bahasa isyarat militer yang berlaku secara internasional dan sudah sangat umum dipakai dalam kesatuan militer di negara manapun dan tidak dilarang untuk penggunaan diluar kegiatan militer. Anung Putra (Ketua SAG-ID Region Jateng) : “Boleh, karena sudah menjadi bahasa umum yang digunakan. Misalnya bahasa isyarat cover me dalam permainan biasa juga digunakan, karena kita butuh beberapa teman untuk membantu kita pada saat menyerang maupun bertahan. Kemudian untuk mengepalkan tangan pada saat patroli biasanya tim penyapu yang di depan itu melihat disekelilingnya ketika melihat sesuatu yang dikira mencurigakan dia akan mengepalkan tangan kemudian diikuti beberapa anggota yang di belakangnya.” 28 Bahasa isyarat digunakan dengan cara diperagakan melalui gerakan tangan dan lirikan mata ketika berkomunikasi dengan sesama anggota senior atau jika merasa berada dekat dengan lawan. Komunikasi nonverbal hanya dapat dilakukan ditempat yang tidak ada obyek penghalang antara komunikator dengan komunikan. Penggunaan bahasa isyarat tersebut selain memberikan suasana seperti dalam peperangan, juga mereka gunakan dalam menyampaikan pesan. Selain itu
penggunaan bahasa isyarat tersebut berguna untuk mengurangi
kesalahan interpretasi apabila nantinya ada kegiatan bermain bersama dengan anggota komunitas lain, atau bahkan jika terjadi suatu keadaan darurat dalam kehidupan nyata.29 Oleh karena itu bahasa isyarat harus jelas, tidak ambigu, tepat, dan dapat dimengerti secara universal. Jika bahasa isyarat dipraktekkan oleh orang-orang yang mengerti dan terlatih, dapat mencegah kebingungan, menghemat waktu, dan membantu menjalankan strategi dengan sunyi senyap dan sangat efisien. Sebaliknya, jika digunakan oleh orang yang belum terlatih, hanya
27
Riswandi, Op. Cit. hal. 60 Responden 1, Anung Putra, Ketua SAG-ID Region Jateng, tanggal 19 Juni 2014, Sukoharjo 29 http-/www.abag.org.br.news.2013.documents.Movimentos_de_Emengencia.pdf Diakses tanggal 20 Februari 2014 28
mengerti sedikit isyarat justru akan menyebabkan kebingungan dan pesan yang disampaikan akan terlambat dimengerti.30 Melalui wawancara dan observasi, peneliti menemukan beberapa cara komunikasi nonverbal yang digunakan oleh para pemain dalam permainan airsoft, yaitu melalui bahasa tubuh gerakan isyarat tangan dan lirikan mata. Komunikasi nonverbal yang digunakan disini dengan menggunakan bahasa isyarat dengan menggunakan bahasa tubuh yang diadaptasi dari tactical hand signal yang berlaku secara internasional. Bahasa isyarat dianggap lebih efektif digunakan pada saat bermain. Anung Putra (Ketua SAG-ID Region Jateng): “Kalau di dalam permainan airsoft itu untuk komunikasi verbal sangat jarang digunakan kalau tidak terlalu penting atau seperti tadi untuk mengubah strategi dan sebagainya sampai teman kita mengerti. Tapi kalau untuk permainan airsoft sendiri kebanyakan kita menggunakan komunikasi nonverbal, karena untuk lebih jelas dan singkat jadi tidak terlalu panjang lebar hanya intinya saja melalui gerakan tangan, gerakan mata, itu sudah bisa menjelaskan sebuah komunikasi, selain itu akan lebih jelas artinya dan lebih cepat juga dalam menyelesaikan misi… tetapi kalau diluar permainan tetap kita lebih sering menggunakan komunikasi verbal.” 31 Anung Cahyo (Anggota Senior SAG-ID) : “Kalau menurut saya tergantung situasi. Kalau situasinya senyap jelas lebih efektif bahasa isyarat, karena musuh juga tidak tahu posisi kita ada dimana dan lebih gampang untuk berkomunikasi dengan teman sendiri”32 Komunikasi nonverbal dengan bahasa isyarat lebih banyak digunakan dalam permainan, karena selain tidak menimbulkan suara, pemakaian bahasa isyarat juga mempersingkat pesan. Bahasa tubuh dengan gerakan isyarat tangan juga termasuk sebagai signal dalam komunikasi nonverbal. Yang dimaksud dengan gerakan isyarat adalah gerakan badan, kepala, tangan, dan kaki yang dimaksudkan untuk menyampaikan pesan tertentu.33 Istilah-istilah yang sering
30
http://mcarcs.org/mcarcs/images/a/a3/Tactical_Call_Signs.pdf Diakses tanggal 18 November 2014 31 Responden 1, Anung Putra, Ketua SAG-ID Region Jateng, tanggal 14 September 2014, Sukoharjo 32 Responden 2, Anung Cahyo, Anggota Senior SAG-ID Region Jateng, tanggal 14 September 2014, Sukoharjo 33 Joseph A. Devito, Op. Cit. hal. 148
digunakan untuk menyampaikan pesan dalam permainan airsoft di komunitas SAG-ID di Kota Solo diantaranya adalah cover me (minta perlindungan), stop atau berhenti, get down (tiarap), monitoring (memantau), hear (dengar), direction (menunjuk arah atau posisi), moving (arah pergerakan), negative (tidak bisa dilakukan), affirmative (dimengerti), flanking (memutar), come up (mendekat), membagi tim menjadi beberapa regu atau barisan. Sesuai observasi yang dilakukan peneliti, para pemain senior sudah sangat lihai dalam menggunakan dan menerima pesan dalam bahasa isyarat. Tanpa harus mengerluarkan suara, pemain senior mampu bertukar pesan hanya dengan gestur atau gerakan tubuh dari temannya. Dalam hal ini, komunikasi nonverbal berfungsi sebagai pengganti pesan verbal. Kendala sering terjadi diantara pemain senior dengan pemain pemula. Keadaan tersebut terjadi karena pemain pemula belum terbiasa menggunakan komunikasi nonverbal atau tactical hand signal. Bahkan terkadang pemain pemula menggambarkan secara utuh tentang apa yang mau dikomunikasikannya, yang terkadang menimbulkan kesalahan interpretasi diantara keduanya. Yang dilakukan untuk mengurangi kesalahan ini biasanya pemain senior mengajak pemain pemula ke tempat yang lebih aman lalu berbicara dengan jelas. Galih Saelendra (Anggota Pemula SAG-ID Region Jateng): “Biasanya itu pada saat pertama kali bermain saya bertanya, setelah bermain biasanya ada evaluasi disana nanti dikasih tahu apa yang seharusnya tadi dilakukan, apa arti dari bahasa isyarat yang tadi dipraktekkan. Setelah evaluasi biasanya ada sharing, nah pada saat sharing itu saya biasanya bertanya-tanya. Lalu di rumah biasanya saya suka nonton film action, dari film-film itulah saya belajar bahasa kemiliteran tersebut.” 34 Cara berkomunikasi nonverbal yang berlaku disini telah disepakati sebelumnya dan diajarkan juga kepada angggota pemula. Semua pemain dalam tim harus mengerti bahasa isyarat yang umum digunakan. Tetapi tak hanya diajarkan oleh anggota senior, anggota pemula justru lebih aktif untuk belajar memahami bahasa isyarat militer.
34
Responden 5, Galih Saelendra, Anggota Pemula SAG-ID Region Jateng, tanggal 23 Juni 2014, Sukoharjo
Sama halnya dengan komunikasi verbal, komunikasi nonverbal juga memiliki kendala karena tidak semua anggota dapat mengerti bahasa isyarat tersebut. Terlalu banyaknya varasi bahasa isyarat membuat pemain pemula salah menginterpretasikan pesan yang disampaikan ketika ia berperan sebagai komunikan dari teman satu timnya. Anung Cahyo (Anggota Senior SAG-ID Region Jateng): “Pernah, waktu teman saya di belakang dan saya di depan, saya tidak mengerti apa yang dia maksud, karena walaupun memang itu bahasa militer, kita kan cuma orang awam gak paham apa itu bahasanya, teman saya itu menyuruh saya bergerak mundur, tapi saya malah ke samping, ternyata disamping itu sudah ada 3 orang musuh menunggu.” 35 Seperti yang diungkapkan Shannon dan Weaver, dalam proses komunikasi terdapat gangguan tak terencana sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang disampaikan komunikator kepadanya.36 Tak jarang kejadian seperti ini mengakibatkan salah pergerakan sehingga tim menjadi tidak padu dan bahkan dapat diketahui oleh lawan lalu mengakibatkan beberapa anggota tertembak kemudian tidak dapat melanjutkan permainan karena sudah dianggap gugur. Kejadian dimana komunikan tidak mengerti dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator hal tersebut bisa saja karena pandangan komunikator terhalang oleh sesuatu untuk melihat gerakan tubuh dari komunikan, dan sebagainya. jika pemain mengalami gangguan seperti ini dan pemain lainnya mencegah agar tidak salah bergerak, pemain tersebut menggunakan komunikasi verbal untuk memanggil temannya dan berkoordinasi ulang juga menggunakan komunikasi verbal yang dipertegas dengan bahasa isyarat. Cara tersebut mereka anggap lebih efisien agar mudah diingat oleh para pemula dan dapat diaplikasikan kembali
dalam
permainan
selanjutnya.
Terkadang
ada
kendala
dalam
penyampaian pesan, bisa saja dalam kendala tersebut komunikan medapat gangguan. Untuk menyampaikan kembali pesan yang sebelumnya, komunikasi verbal digunakan bersamaan dengan komunikasi nonverbal. 35
Responden 2, Anung Cahyo, Anggota Senior SAG-ID Region Jateng, tanggal 20 Juni 2014, Solo 36 Deddy Mulyana, Op. Cit. hal. 148-150
Ani Apriliani (Anggota Pemula SAG-ID Region Jateng): “Ya kalau berbicara memang ada hambatannya, bisa ketahuan posisinya oleh musuh mungkin kita berbicaranya agak berbisik.”37 Iwan Kurniawan (Anggota Senior SAG-ID Region Jateng): “Kita pakai bahasa sehari-hari, tapi agak lirih. Kalau jaraknya agak berjauhan pasti dia agak susah menangkap maksudnya, kalau kita agak dekat pasti lebih mudah. Jadi kita campur bahasa verbal dan bahasa nonverbal untuk memperjelasnya, kalau sisi kiri kita sambil tunjuk ke arah kiri.” 38 Komunikasi verbal digunakan untuk mempertegas pesan apabila sebelumnya terdapat kendala dalam menyampaikannya, seperti yang sering dialami pemain senior ketika menyampaikan pesan kepada pemain pemula. Maka disini, pemain senior sebagai komunikator berbicara kepada anggota pemula sembari memperagakan bahasa isyarat kepada anggota pemula agar mudah dipahami dan tidak terjadi kesalahan interpretasi. Arni Muhammad menyebut hal ini sebagai salah satu fungsi utama komunikasi nonverbal, yakni sebagai pengulangan terhadap apa yang telah dikatakan secara verbal.39 Selain bahasa isyarat, komunikasi nonverbal yang digunakan pemain adalah dengan pandangan mata atau lirikan mata. Lirikan mata digunakan ketika tangan tidak bisa digunakan untuk memberikan bahasa isyarat dan posisi sudah standby. Pemain menggunakan lirikan mata karena lebih mudah dilakukan jika pemain sudah dalam posisi siap untuk menyergap lawan. Lirikan mata ini hanya bisa dilakukan oleh pemain yang menggunakan lensa kacamata bening. Penggunaan bahasa isyarat sangat efektif dan efisien jika digunakan oleh pemain yang sama-sama mengerti penggunaan serta arti dari bahawa isyarat tersebut. Sebaliknya, jika digunakan untuk berkomunikasi kepada pemain pemula, maka akan berpotensial terjadinya kesalahan interpretasi. Maka untuk mengurangi kesalahan interpretasi tersebut, pemain senior biasanya menggunakan komunikasi
37
Responden 4, Ani Apriliani, Anggota Pemula SAG-ID Region Jateng, tanggal 20 Juni 2014, Solo 38 Responden 3, Iwan Kurniawan, Anggota Senior SAG-ID Region Jateng, tanggal 16 Juli 2014, Sukoharjo 39 Arni Muhammad, Op. Cit. hal. 132-135
verbal juga untuk berkomunikasi sembari memperagakan bahasa isyarat untuk sebagai pengulang dan pelengkap komunikasi verbal. Tim yang dapat berkomunikasi dengan lancar, saling mengerti satu dan lainnya terhadap bahasa isyarat, tidak menghadapi kendala berarti salam berkomunikasi sehingga dapat berkoordinasi dengan baik akan mudah bekerja sama sehingga tim tersebut akan semakin solid dalam bergerak yang pada akhirnya dapat menjatuhkan lawan satu per satu lewat kerjasama dari strategi yang telah dirancang sebelumnya dan berpotensi memenangkan permainan.
Kesimpulan Komunikasi yang digunakan dalam permainan airsoft dalam mendukung kekompakan tim adalah komunikasi verbal dan nonverbal. Dimana komunikasi nonverbal digunakan lebih sering dibandingkan komunikasi verbal. Komunikasi nonverbal lebih sering digunakan sebagai pengganti komunikasi verbal dalam permainan karena lebih menghemat waktu, jelas, dan tidak mengeluarkan suara sehingga tidak mudah diketahui oleh lawan. Komunikasi nonverbal digunakan dengan bahasa isyarat serta lirikan mata yang diadaptasi dari tactical hand signal yang telah berlaku secara internasional dan digunakan oleh pihak militer. Jika pemain ingin melakukan komunikasi secara verbal maka harus dipastikan disekitar komunikator dan komunikan tertutup oleh obyek agar suara yang dihasilkan sedikit samar sehingga tidak mudah terdeteksi lawan. Sementara dalam penggunaan komunikasi nonverbal, agar mengulangi kesalahan interpretasi maka tidak boleh ada obyek yang menghalangi antara komunikator dengan komunikan, sehingga mereka dapat melihat dengan jelas pesan yang disampaikan. Dalam permainan sangat sering terjadi penggunaan komunikasi verbal dan nonverbal sebagai pelengkap dan pengulang untuk mengurangi kesalahan interpretasi komunikan. Kejadian ini sering dijumpai jika sebuah tim akan melakukan perubahan strategi. Pemain dikumpulkan kembali dengan maksud dan tujuan mengkompakkan kembali tim dengan kondisi lawan yang lebih sedikit atau bahkan mengacaukan strategi lawan apabila jumlah lawan lebih banyak.
Saran Saran peneliti setelah melakukan penelitian “Penggunaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal dalam Mendukung kekompakan tim pada Permainan Airsoft di Komunitas SAG-ID di Kota Solo” adalah: 1.
Peneliti mengharapkan adanya pelatihan atau pembelajaran bagi pemain yang baru bergabung tentang penggunaan bahasa isyarat tactical hand signal agar pemain pemula juga dapat leluasa menggunakannya dalam berkomunikasi sehingga komunikasi menjadi lebih efektif dan efisien.
2.
SAG-ID merupakan komunitas airsoft terbesar se-Indonesia. Sebagai komunitas yang disegani oleh komunitas lainnya, alangkah baiknya jika SAD-ID region Jawa Tengah mengadakan acara-acara komunitas yang mengundang komunitas-komunitas lainnya baik itu sesama komunitas airsoft agar terpupuk solidaritas dan kerjasama yang baik antar komunitas.
3.
SAG-ID juga harus memperbanyak pelatihan dibawah pihak keamanan maupun militer dengan pelatihan yang membentuk kekompakan dan koordinasi antar pemain, serta berguna bagi masyarakat.
Daftar Pustaka Afreila, Vivi. (2012). “Apa Itu Airsoft Gun”. http://gairsoftgun.com/2010/08/tentangairsoftgun.html?m=1. Diakses tanggal 10 Desember 2013. Agusta, Ivanovich. (2013). “Teknik Pengumpulan Dan Analisis Data Kualitatif”. http://www.ebookspdf.org/view/aHR0cDovL2l2YW5hZ3VzdGEuZmlsZXMud29yZH ByZXNzLmNvbS8yMDA5LzA0L2l2YW4tcGVuZ3VtcHVsYW4tYW5h bGlzaXMtZGF0YS1rdWFsaXRhdGlmLnBkZg==/VGVrbmlrIFBlbmd1b XB1bGFuIERhbiBBbmFsaXNpcyBEYXRhIEt1YWxpdGF0aWY Diakses tanggal 3 April 2014. “Airsoft” http://en.m.wikipedia.rg/wiki/Airsoft. Diakses tanggal 9 Desember 2013. Associacao Brasileira de Aviacao Geral. (2013). "Movimentos de Emengencia".http://www.abag.org.br.news.2013.documents.Movimentos_ de_Emengencia.pdf Diakses tanggal 20 Februari 2014. “Bahasa Isyarat Militer” http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_isyarat_militer . Diakses tanggal 2 Februari 2014.
Churiyah, Yayah. (2013). “Komunikasi Lisan dan Tertulis”. http://file.upi.edu/Direktori/DUALMODES/PENDIDIKAN_BAHASA_DAN_SASTRA_INDONESIA_DI_ SEKOLAH_DASAR_KELAS_RENDAH/BBM_1.pdf&sa=U&ei=cyc6V KnjDYKguQTduoCYAw&ved=0CBYQFjAD&usg=AFQjCNF2oBVHbsimal4nY4XyqnbV4Vdkw Diakses tanggal 12 Oktober 2014. Devito, Joseph A. (2009). Human Communication The Basic Course Ninth Edition. Jakarta: Salemba Humanika. Effendy, Onong Uchyana. (1986). Dinamika Komunikasi. Bandung: Remadja Karya.\ . (2003). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya. Fajar, Marhaeni. (2009). Ilmu Komunikasi Teori & Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Muhammad, Arni. (2005). Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara. Mulyana, Deddy. (2012). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Moleong, Lexy J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Monthly, EMCOMM. (2008). “Tactical Call Signs – How, Why, and When?“. http://mcarcs.org/mcarcs/images/a/a3/Tactical_Call_Signs.pdf Diakses tanggal 18 November 2014 Morissan, MA. (2013). Psikologi Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia. Pratikto, Riyono. (1987). Berbagai Aspek Ilmu Komunikasi. Bandung: Remadja Karya. Riswandi. (2009). Ilmu Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sari,
Mei Lisda. (2013). "Komunikasi Verbal dan Nonverbal". http://meilisdasari.blogspot.com/2013/04/komunikasi-verbal-dannonverbal.html Diakses tanggal 10 Juni 2014.
JURNAL KOMUNIKASI VERBAL DAN NONVERBAL DALAM PERMAINAN AIRSOFT (Studi Kualitatif tentang Penggunaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal dalam Mendukung Keberhasilan Tim pada Permainan Airsoft di Komunitas SAG-ID di Kota Solo)
SKRIPSI
Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Meraih Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun Oleh: CHRISTIAN PANDU PUTRA D1211012
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015