JURNAL
Pandangan Media Terhadap Isu Kampanye Hitam Pada Pemilihan Presiden Tahun 2014 (Studi Analisis Wacana Editorial Isu Kampanye Hitam pada Pilpres Tahun 2014 dalam Harian Kompas dan Media Indonesia Periode 18 Mei – 22 Juli 2014)
Oleh: Yustis Oksa Amalia Kusuma Wardhani Sri Hastjarjo Sri Herwindya Baskara
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015
1
Pandangan Media Terhadap Isu Kampanye Hitam Pada Pemilihan Presiden Tahun 2014 (Studi Analisis Wacana Editorial Isu Kampanye Hitam pada Pilpres Tahun 2014 dalam Harian Kompas dan Media Indonesia Periode 18 Mei – 22 Juli 2014)
Yustis Oksa Amalia Kusuma Wardhani Sri Hastjarjo Sri Herwindya Baskara
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract Yustis Oksa Amalia Kusuma Wardhani, D1211086. Media’s Perspective of Black Campaign Issue in Presidential Election 2014 (Discourse Analysis of Editorial of Black Campaign Issue in Presidential Election 2014 in Kompas and Media Indonesia Period May 18-July 22, 2014). Thesis, Social and Political Science Faculty of Sebelas Maret University, Surakarta. February 2015. Presidential election is an election field which the assessment is crucial to decide Indonesian destiny for 5 years after. But the practice of black campaign which has been occurring causes tension in the middle of civics. So it becomes a big attention for mass media in publicing the issue of black campaign. This research is purposed to observe of how black campaign issue of Presidential Election 2014 as a discourse in Kompas and Media Indonesia. The selection of data was did by using purposive sampling, that accordance with the research aim and problem. In doing the analysis, researcher uses the technique of discourse analysis of Van Dijk model for editorial Researcher determined this method, because it is a relevan method with the formulation of research problem. Discourse analysis method of Van Dijk sees how a text was built through three structures, they are the kind of content of editorial, structure analysis and argumentative strategy, and social cultural framework. In this research, black campaign is portrayed as an unsuggested way of campaign. Editorial of Kompas and Media Indonesia againts the practice of black campaign in Presidential Election. Keywords: black campaign, discourse analysis for editorial, Van Dijk.
2
Pendahuluan Kampanye pemilihan merupakan upaya sistematis untuk mempengaruhi khalayak, terutama calon pemilih. Tujuan diadakan kampanye pemilihan adalah agar calon pemilih memberikan dukungan atau suaranya kepada partai politik atau kandidat yang sedang berkompetisi dalam suatu pemilihan.1 Masa kampanye sering dimanfaatkan para kandidat pemilu untuk menyampaikan visi dan misi serta program kerja yang akan dilaksanakan ketika terpilih menjadi presiden dan wakil presiden nanti. Tetapi pada masa-masa kampanye, tidak hanya ditemukan kampanye-kampanye fair, melainkan sering ditemukan juga kampanye-kampanye yang ditujukan untuk menyudutkan, merendahkan dan menjatuhkan lawan dengan hal-hal yang tidak pantas, hal tersebut biasa disebut dengan kampanye hitam atau black campaign. Fenomena black campaign sendiri tidak lepas dari kampanye pemilihan presiden tahun 2014, yang mana pada pilpres kali ini berlangsung ketat dengan hanya diikuti oleh dua pasangan calon presiden dan wakil presiden, yang tentu saja akan menaikkan tensi perpolitikan dan persaingan di Indonesia. Maraknya praktik kampanye hitam atau black campaign menjadi perhatian besar bagi media massa dalam meliput dan menyoroti adanya praktik kampanye hitam dalam penyelenggaraan pilpres tahun 2014 ini. Terlebih karena isu kampanye hitam merupakan isu berskala nasional yang turut mempengaruhi kepentingan seluruh rakyat Indonesia. Dalam penelitian ini, peneliti akan melihat bagaimana isu kampanye hitam pada pemilihan presiden (pilpres) diwacanakan melalui opini media massa dalam tajuk rencana Kompas dan Media Indonesia. Hal ini dinilai menarik karena tajuk rencana sendiri merupakan ruang tulis media massa dalam memberikan pandangannya terhadap isu yang diangkat.
Rumusan Masalah Bagaimana isu kampanye hitam pada pemilihan presiden tahun 2014 diwacanakan pada tajuk rencana di harian Kompas dan Media Indonesia?
1
Pawito, Komunikasi Politik, Media Massa dan Kampanye Pemilihan (Yogyakarta: Jalasutra, 2009), hlm.209 et seq.
3
Tinjauan Pustaka A. Kampanye Politik Salah satu kegiatan komunikasi politik yang dikenal oleh masyarakat adalah kampanye politik. Seringkali kampanye disalahartikan dan tidak sesuai dengan tujuan awal diadakannya sebuah kampanye. Steven Chaffee mengatakan, “Political campaigns are aimed at the mobilization of support for one’s cause or candidate”.2 Dalam konteks komunikasi politik, kampanye dimaksudkan untuk memobilisasi dukungan terhadap suatu hal atau seorang kandidat. Kampanye sebenarnya merupakan aktivitas komunikasi yang ditujukan untuk mempengaruhi orang lain agar memiliki wawasan, sikap dan perilaku sesuai kehendak atau keinginan pemberi informasi.3 Masa kampanye sering digunakan sebagai ajang caci maki atau saling tuduh atau fitnah, yang mana hal itu tidak diperbolehkan, sebab termasuk dalam tindakan yang melanggar aturan kampanye.4 Seperti ditemukannya praktik-praktik kecurangan dalam meraih dukungan berupa kampanye hitam atau black campaign. Kampanye hitam adalah kampanye yang isi informasinya didasarkan bukan pada data dan fakta tetapi menjurus pada fitnah dan berita bohong.5 B. Fungsi Media Massa dalam Demokrasi Media massa merupakan tulang punggung demokrasi.6 Kemampuan media massa dalam menggalang opini publik telah menjadikan media massa sebagai kekuatan demokrasi yang penting. Didukung dengan diberlakukannya UU No.40 tahun 1999 yang menjadikan media massa sebagai salah satu pilar demokrasi.7 Curran mengidentifikasi tiga fungsi yang dapat diperankan oleh
2
Hafied Cangara, Komunikasi Politik: Konsep, Teori dan Strategi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), hlm.276. 3 Ibid., hlm.275 et seq. 4 B.N. Marbun, Bagaimana Memenangkan Pemilu (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2003), hlm.32. 5 Arfianto Purbolaksono, Akbar Nikmatullah Dachlan, Menyoroti Maraknya Kampanye Hitam Jelang Pilpres 2014 (Update Indonesia — Volume VIII, No. 11 - Juni 2014), hlm.3. 6 Agner Fog, The Supposed and The Real Role of Mass Media in Modern Democracy (Working Paper, 2007), hlm.1. 7 Budi Winarno, Sistem Politik Indonesia Era Reformasi (Yogyakarta: Media Pressindo, 2008), hlm.102.
4
pers dalam upaya pengembangan demokrasi, yaitu fungsi informasi, fungsi representasi dan fungsi membantu mencapai tujuan bersama masyarakat.8 C. Media Massa sebagai Saluran Politik Sebagai saluran politik, media massa berfungsi memerankan sarana sosialisasi dan pendidikan politik rakyat serta dianggap sebagai transfer kultur dan pengetahuan bagi masyarakat. Mengapa media massa menjadi pilihan utama aktor politik tidak lain karena kemampuan menghubungkan antara peristiwa yang diciptakan dengan publik yang ingin dipengaruhi.9 Seperti apa yang disampaikan Marshall McLuhan, “the medium is the message”, medium itu sendiri merupakan pesan.10 “Apa-apa yang dikatakan” ditentukan secara mendalam oleh medianya. Media massa merupakan salah satu sarana linguistik persuasif dalam kampanye. Karena bagaimanapun pers dalam sejarahnya adalah salah satu kekuatan sosial yang hampir selalu turut menentukan perubahan-perubahan dalam masyarakat.11 D. Konstruksi Realitas dalam Media Massa Walter Lippmann menyadari fungsi media sebagai pembentuk gambaran realitas yang sangat berpengaruh terhadap khalayak. Fungsi media menurutnya adalah pembentukan makna (the meaning construction of the press); bahwasanya interpretasi media massa terhadap berbagai peristiwa secara radikal dapat mengubah interpretasi orang tentang suatu realitas dan pola tindakan mereka. Walaupun secara tidak khusus menyebut fungsi bahasa dalam menentukan gambaran suatu realitas, Lippmann tidak membantah bahwa penggambaran itu pasti dilakukan melalui bahasa, entah itu verbal ataupun nonverbal. Sementara media adalah wahana dimana bahasa itu didayagunakan dalam mengkonstruksikan realitas.12
8
Pawito, Op.Cit., hlm.102. Andrik Purwasito, Pengantar Studi Politik (Surakarta: UNS Press, 2011), hlm. 154. 10 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Pengantar untuk Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), hlm.37 11 Agus Sudibyo, Politik Media dan Pertarungan Wacana (Yogyakarta: LkiS, 2001), hlm.xiv. 12 Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa: Sebuah Studi Critical Discourse Analysis terhadap Berita-berita Politik (Jakarta: Pustaka Obor Indonesia, 2004), hlm.25. 9
5
E. Tajuk Rencana Tajuk rencana atau editorial merupakan suara koran secara umum dengan tidak menyebut siapa penulisnya. Isi editorial merupakan ekspresi yang mewakili suara mayoritas anggota koran dan dewan editorial. Alasan penulisan editorial bertujuan untuk menginterpretasikan kejadian, mengkritik sesuatu yang telah terjadi, mengajak orang untuk berbuat sesuatu, atau mendukung perubahan dan mengajak pembaca mengikuti suatu sudut pandang.13 Tujuan utama penulisan editorial oleh William Pinkerton terbagi kedalam empat poin, antara lain adalah menjelaskan berita (explaining the news), menjelaskan latar belakang (filling in background), meramalkan (forecasting the future), menyampaikan pertimbangan moral (passing moral judgment). 14 F. Wacana Sebagai Pengungkap Makna pada Editorial Analisis wacana merupakan studi tentang struktur pesan dalam komunikasi, yang mana analisis wacana merupakan telaah mengenai aneka fungsi (pragmatik) bahasa.15 Dalam konteks penelitian pada tajuk rencana atau editorial ini, tidak ada teori eksplisit untuk editorial sebagai genre media. Tidak seperti laporan berita, editorial atau tajuk rencana tidak memiliki skema tetap atau superstruktur.16 Despite the assumed lack of a conventional schema for press editorials, they may be inserted into, or subsumed under, three functional categories, viz., definition, explanation or evaluation and moral.17 Untuk membuat opini utama yaitu „posisi‟ yang dapat dipertahankan dan dapat diterima, pandapat atau opini harus didukung. Maka editorial juga menunjukkan struktur dan strategi argumentatif untuk mempertahankan suatu opini utama. Hal tersebut ditunjukkan dengan penggunaan ironi, metafora, 13
Tom E. Rolnicki, C. Dow Tate, Sherri A. Taylor, Pengantar Dasar Jurnalisme: Scholastic Journalism, terj. Tri Wibowo (Jakarta: Kencana Prenada, 2008), hlm.135. 14 William L. Rivers, et al., Editorial (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), hlm.23. 15 Sobur, Op.Cit., hlm.48. 16 Teun A. Van Dijk, Race, Riots and The Press: An Analysis of Editorials in The Press About The 1985 Disorders (University of Amsterdam, Amsterdam, the Netherlands), hlm.230 et seq. 17 Ibid., hlm.231.
6
perbandingan, understatements dan overstatements, kontras, berikut juga pada aspek gaya leksikal dan bentuk sintaksis yang merupakan bagian dari analisis tersebut.18 Dalam kerangka sosial budaya, editorial dan fungsi persuasifnya memiliki dimensi kognitif yang penting, baik dalam produksi dan bagaimana masyarakat pembaca menerimanya. Pada saat yang sama, editorial mengungkapkan atau tidak langsung menandakan model yang mendasari dan sikap editor dalam menyikapi sebuah isu yang diangkat melalui tulisannya dalam editorial.19 Metode Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Objek penelitian ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling, yang lebih mendasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu yang sesuai dengan tujuan penelitian.20 Dalam harian Kompas terdapat 5 objek penelitian, yaitu: Kontentasi Bermartabat (28 Mei 2014), Kampanye Hitam dan Negatif (31 Mei 2014), Tuntutan Pemilu Damai (2 Juni 2014), Pesta Demokrasi (7 Juni 2014) dan Jauhi Kampanye tak Pantas (4 Juli 2014). Sedangkan dalam Media Indonesia terdapat 4 objek penelitian, yaitu: Saatnya Mengubur Kampanye Hitam (28 Mei 2014), Pilpres Damai tanpa Kampanye Hitam (3 Juni 2014), Memadamkan Obor Fitnah (14 Juni 2014) dan Menyalurkan Energi Akar Rumput (5 Juli 2014). Dalam teknik pengumpulan data pada penelitian ini, peneliti menggunakan dua cara, yaitu data primer dengan melakukan dokumentasi tajuk rencana berkenaan dengan judul penelitian dan data sekunder menggunakan berbagai literatur yang mendukung data penelitian. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis wacana Van Dijk for editorial. Dengan langkah-langkah menentukan jenis dari tajuk rencana, apakah termasuk dalam jenis definisi, eksplanasi atau evaluasi, dan rekomendasi. Setelah menentukan jenis dari tajuk rencana, kemudian melakukan analisis pada 18
Ibid Ibid., hlm.232. 20 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif (Yogyakarta: Lkis, 2007), hlm.88. 19
7
struktur dan strategi penulisan argumentasi dengan mengungkapkan penggunaan ironi, metafora, perbandingan, statement dan leksikal. Melakukan analisis dengan melihat pada kerangka sosial budaya (social cultural framework) yang menghubungkan dengan ideologi lembaga. Langkah selanjutnya adalah menarik kesimpulan dari hasil analisis diatas.
Sajian dan Analisa Data Kampanye hitam atau black campaign yang sering terjadi pada pemilihan umum, menjadi salah satu topik yang banyak diangkat oleh media. Media banyak memberikan sikap melalui tulisan atau pemberitaannya. Dua diantara media cetak terbesar di Indonesia, yaitu Kompas dan Media Indonesia, melalui tajuk rencananya menuliskan sikapnya terkait isu kampanye hitam dalam pemilihan presiden tahun 2014. 1. Analisis Tajuk Rencana Harian Kompas a. Kontestasi Bermartabat 1.1 Jenis Isi Tajuk Rencana Tajuk rencana ini termasuk dalam jenis definisi dan rekomendasi. Kompas mendefinisikan kampanye hitam sebagai kampanye yang tidak berdasarkan fakta dan merupakan fitnah. Adanya praktik kampanye hitam dan negatif yang terjadi, Kompas memberikan rekomendasi kepada pembaca, yang menyatakan bahwa kampanye hitam harus ditinggalkan dan harus lebih memperhatikan dalam mewujudkan cita-cita kemerdekaan sesuai pembukaan UUD‟45 sehingga pemilu dapat dilalui dengan kedewasaan politik. 1.2 Analisis Struktur dan Strategi Argumentatif Struktur argumentatif dibangun oleh editor pertama-tama pada paragraf pertama dijelaskan latar belakang masalah, yang kemudian dilanjutkan dengan penjabaran peristiwa dan penyampaian fakta pada paragraf 2, 3, dan 4. Langkah selanjutnya, editor menyampaikan opini berupa rekomendasi yang dapat dilihat sebagai penyelesaian masalah pada paragraf 5, 6 dan 7. Strategi argumentatif disampaikan Kompas dengan menggunakan leksikal “kesatria” untuk menyampaikan opini bagaimana seharusnya
8
persaingan berlangsung. Yaitu seperti seorang kesatria, tanpa kampanye hitam. Kompas juga menggunakan kata ganti “kita” untuk menjadikan sikap tersebut sebagai representasi dari sikap bersama dalam komunitas tertentu. 1.3 Kerangka Sosial Budaya Ketidaksetujuan kompas terhadap kampanye hitam memberikan “pertimbangan nilai” kepada pembaca, mana yang benar dan mana yang salah. Kompas mampu menyuarakan suara hati masyarakat dengan mewakilinya pada tulisan tajuk rencana yang menginginkan kontestasi pemilu bersaingan secara bermartabat. Ini juga menjadi dasar sejarah Kompas yang berkomitmen menyuarakan hati nurani rakyat.21 1.4 Kesimpulan Wacana yang disampaikan adalah bahwa melakukan kampanye hitam berarti tidak kesatria, tidak bermartabat karena menghalalkan segala cara dengan menipu atau memfitnah. Kampanye hitam bukanlah politik yang dewasa. Melalui strategi penulisannya editor membawa pembaca memahami tujuan utama dari penulisan tajuk rencana, dengan mengungkapan kejelekan dari kampanye hitam dan menunjukkan bahwa kampanye hitam bertolak belakang dengan asas demokrasi Indonesia. Melalui tajuk rencana diatas, konsep ideologi yang dibangun adalah prinsip kejujuran dengan menjunjung harga diri, yang dinyatakan dalam judul “Kontestasi Bermartabat”. b. Kampanye Hitam dan Negatif 1.1 Jenis Isi Tajuk Rencana Tajuk rencana ini termasuk dalam jenis definisi dan rekomendasi. Kompas mendefinisikan bahwa kampanye hitam yang gencar dilakukan akan menyebabkan rusaknya sebuah prinsip demokrasi, bahkan kehidupan berbangsa. Rekomendasi berupa prediksi dalam tajuk ini adalah Indonesia akan melangkah surut sebagai negara berbudaya bila pilpres berlangsung dengan kekerasan karena kampanye hitam.
21
St. Sularto, ed., Menulis Dari Dalam (Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2007), hlm.122.
9
1.2 Analisis Struktur dan Strategi Argumentatif Struktur argumentatif yang disampaikan editor, di mulai dengan pemilihan judul yang merepresentasikan isi dari tajuk rencana. Topik utama dari tajuk rencana ini bermaksud untuk menjelaskan keburukan dari kampanye hitam. Kompas kemudian memberikan opini mengenai dampak kampanye hitam, yaitu kampanye hitam dan negatif yang begitu gencar dilakukan, menimbulkan kekhawatiran merusak sistem demokrasi dan kehidupan berbangsa. Kompas menggunakan repetisi seperti “benar-benar” dalam strategi argumentatifnya, untuk menunjukkan bahwa apa yang menjadi opini editor itu penting. Selain itu Kompas juga menggunakan puffery dan ironi untuk memperkuat opini. 1.3 Kerangka Sosial Budaya Kompas tidak suka adanya praktik kampanye hitam dalam pilpres. Ini karena Kompas membawa nilai-nilai ideologi yang selalu ingin menjadi pegangan masyarakat. Kompas selalu berusaha untuk memfungsionalkan pagangan kita bersama dalam Pancasila.22 Bila terhadap kampanye hitam karena kampanye hitam tidak sesuai dengan pengamalan nilai-nilai Pancasila. Seperti tidak menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, karena merendahkan lawan politik. 1.4 Kesimpulan Wacana yang disampaikan adalah bahwa kampanye hitam tidak dapat dibenarkan. Hal itu karena kampanye hitam merupakan kampanye yang tidak didasarkan fakta, serta melecehkan akal sehat sehingga sensitif dan berpotensi menimbulkan ketegangan yang dapat memicu kekerasan dan merusak prinsip demokrasi, bahkan kehidupan berbangsa. Kompas melalui struktur dan strategi argumentatifnya berusaha menunjukkan keburukan kampanye hitam bagi demokrasi Indonesia, yang salah satunya mampu menenggelamkan citacita bangsa. Konsep ideologi yang dibangun Kompas adalah menciptakan pemilu yang bersih dan bermartabat. 22
Ibid., hlm.104.
10
c. Tuntutan Pemilu Damai 1.1 Jenis Isi Tajuk Rencana Tajuk rencana ini termasuk dalam jenis definisi dan rekomendasi. Kompas mendefinisikan kampanye hitam dan negatif sebagai cara pemilu yang tidak terpuji. Kompas memberikan rekomendasi berupa prediksi bahwa jika kampanye hitam tidak dikendalikan, maka membawa peluang pasti terancamnya penyelenggaraan pemilu demokratis dan damai. 1.2 Analisis Struktur dan Strategi Argumentatif Struktur argumentatif disampaikan pertama-tama, pada paragraf satu, editor menjabarkan situasi peristiwa pada awal pemilu. Seperti ingin memberikan penegasan, editor menjelaskan kembali tentang keburukankeburukan kampanye hitam yang berpotensi menimbulkan ketegangan bahkan kekerasan. Baru kemudian dalam paragraf akhir editor memberikan rekomendasi. Kompas dalam tajuk rencana ini, lebih banyak menggunakan leksikal seperti “getir”, “hambar”, dalam menyampaikan opininya mengenai kemenangan yang dilakukan dengan menggunakan kampanye hitam. 1.3 Kerangka Sosial Budaya Kompas menunjukkan sikap tidak mendukung pada cara berkampanye melalui kampanye hitam. Hal ini karena Kompas mencita-citakan sebagai koran yang membawa amanat hati nurani rakyat dan mediator suara nurani rakyat. Kompas merupakan gambaran Indonesia mini, fotokopi masyarakat majemuk Indonesia. Dalam melakukan pekerjaan senantiasa difokuskan pada penghargaan besar dan setinggi-tingginya pada harkat manusia dan kemanusiaannya.23 Sedangkan kampanye hitam berkebalikan dengan ideologi Kompas. 1.4 Kesimpulan Melalui struktur dan strategi argumentatifnya, Kompas menjelaskan terlebih dulu prinsip dasar asas pancasila negara Indonesia, yang kemudian editor menyebutkan bahwa kampanye hitam bertolak belakang dengan nilai tersebut.Wacana yang didapat dari tajuk rencana ini adalah Kompas sangat 23
Ibid., hlm.53.
11
menyorot mengenai kampanye hitam, yang dinilai sebagai cara kampanye yang tidak terpuji, dengan point utama bahwa kampanye hitam dapat merusak pemilu damai. d. Pesta Demokrasi 1.1 Jenis Isi Tajuk Rencana Tajuk rencana ini termasuk dalam jenis definisi dan rekomendasi. Kampanye hitam didefinisikan sebagai penyebab ketegangan yang terjadi di tengah masyarakat. Rekomendasi yang dimunculkan berupa penekanan bahwa memang akan terjadi, bila proses demokrasi yang tidak terjaga menyebabkan kegagalan atau menciptakan kekacauan sosial politik bagi hubungan dengan seluruh kehidupan lainnya. 1.2 Analisis Struktur dan Strategi Argumentatif Struktur argumentatif yang digunakan, pertama-tama membangun logika pembaca dengan istilah pesta demokrasi, yang juga merupakan judul tajuk rencana. Kemudian menyampaikan fakta dan situasi kampanye yang terjadi pada pertengahan paragraf tajuk rencana. Terakhir, Kompas menyampaikan rekomendasi. Kompas pada strategi argumentatifnya banyak menggunakan perumpamaan-perumpamaan untuk menggambarkan kondisi dan situasi yang terjadi selama masa kampanye. 1.3 Kerangka Sosial Budaya Kompas secara konsisten tidak mendukung adanya kampanye hitam. Secara kontinyu Kompas ingin menempatkan relevansi Pancasila dengan arah mengajak masyarakat belajar berdialog tentang perbedaan pendapat, persepsi dan paham dengan arah demokratisasi, kemanusiaan dan keadilan sosial menjadi berkembang dalam masyarakat Indonesia.24 Kaitan dengan penelitian ini adalah bahwa Kompas membawa semangat dalam mengedepankan Demokrasi Pancasila sebagai ideologinya, sedangkan kampanye hitam bertolak belakang dengan prinsip tersebut.
24
Ibid., hlm.55.
12
1.4 Kesimpulan Kompas mewacanakan kampanye hitam diibaratkan sebagai perusak kilatan cahaya harapan pesta. Melalui strategi penulisan opini yang terstruktur dan kuat, editor membawa pembaca untuk memahami tujuan utama dari penulisan tajuk rencana ini, bahwa kampanye hitam bukanlah tindakan yang baik, melainkan merupakan tindakan yang menimbulkan perasaan tertekan, terusik, tegang dan penuh kecemasan. e. Jauhi Kampanye Tak Pantas 1.1 Jenis Isi Tajuk Rencana Tajuk rencana ini memiliki jenis isi definisi dan rekomendasi. Kampanye hitam didefinisikan sebagai penyebab timbulnya ketegangan ditengah masyarakat, hingga tidak terhindarkan banyak orang menyoroti dan mempersoalkan peran KPU dan sebagainya. Kompas merekomendasikan untuk menjauhi kekerasan dan fitnah, sekaligus mengutamakan kedamaian dan nurani. 1.2 Analisis Struktur dan Strategi Argumentatif Struktur argumentatif pada awal paragraf tajuk rencana menggambarkan secara eksplisit tentang kampanye hitam dan suasana yang diakibatkannya. Baru pada paragraf ke-7, kembali ditegaskan bahwa kampanye hitam akan sangat
mencederai
kehidupan
demokrasi.
Kompas
dalam
strategi
argumentatifnya pada tajuk rencana ini menggunakan repetisi dan konjungsi “namun”,
“dan”
untuk
menunjukkan
keseriusan
Kompas
dalam
menyampaikan keburukan kampanye hitam. 1.3 Kerangka Sosial Kompas sekali lagi tidak menyetujui segala bentuk dan praktik kampanye hitam. Hal tersebut ditegaskan Kompas dalam visi yang dianut untuk memiliki sikap menjunjung tinggi demokrasi.25 Sedangkan kampanye hitam merupakan tindakan yang menjauhi prinsip demokrasi.
25
Ibid., hlm.64.
13
1.4 Kesimpulan Kompas mewacanakan kampanye pilpres 2014 diwarnai dengan caracara yang tidak pantas. Cara Kompas mewacanakan dengan menggambarkan suasana ketegangan pemilu karena kampanye hitam. Kemudian dipertegas dengan kejadian-kejadian yang terkait dengan kekerasan akibat kampanye hitam, yang selanjutnya pada paragraf terakhir editor menyampaikan rekomendasinya untuk menjauhi kampanye hitam. Konsep ideologi yang dibangun Kompas adalah Kompas mendukung sebuah proses demokrasi yang baik dan aman untuk Indonesia yang lebih baik. 2. Analisis Editorial Media Indonesia a. Saatnya Mengubur Kampanye Hitam 2.1 Jenis Isi Tajuk Rencana Tajuk rencana ini memiliki jenis isi berupa definisi, evaluasi dan rekomendasi. Definisi peristiwa atas “apa yang terjadi” adalah, kampanye hitam marak. Kampanye hitam dievaluasi sebagai tindakan untuk menyudutkan dan menjatuhkan lawan. Rekomendasi yang ditampilkan adalah untuk tidak menghalalkan segala cara dalam mengarungi rivalitas. 2.2 Analisis Struktur dan Strategi Argumentatif Struktur argumentatif yang dibangun pertama-tama dengan memberikan pendahuluan yang menggambarkan situasi pemilu presiden tahun 2014. Selanjutnya mengembangkan topik dengan mengungkapkan fakta peristiwa. Baru pada akhir paragraf, editor menyampaikan sejumlah rekomendasi. Dalam penyampaian strategi argumentatif, editor menggunakan kata ganti “kita” untuk menunjukkan sikap editor juga menjadi sikap pembaca secara keseluruhan. Selain itu editor juga menggunakan perumpamaan untuk memberi kesan mendalam pada opini yang dibangunnya. 2.3 Kerangka Sosial Budaya Media Indonesia memiliki sikap tegas terhadap penolakannya pada setiap tindakan kampanye hitam dengan bahasa yang lugas. Ketegasan Media Indonesia direpresentasikan dengan gaya penulisan yang lugas. Ini sesuai dengan visi dari Media Indonesia itu sendiri yaitu, “Menjadi surat kabar
14
Independen yang Inovatif, Lugas, Terpercaya dan Paling Berpengaruh.” Lugas diuraikan dengan penggunaan bahasa yang terang dan langsung.26 2.4 Kesimpulan Media Indonesia mewacanakan kampanye hitam sebagai cara kampanye usang dan tidak beradab, dengan point utama bahwa kampanye hitam dapat menimbulkan perpecahan. Dalam menjelaskan wacananya, editor pertamatama menggambarkan situasi pemilu, kemudian meyakinkan pembaca dengan menunjukkan fakta dan kutipan tentang warning bahaya kampanye hitam dan menutup dengan memberikan rekomendasi. Konsep ideologi yang dibangun Media Indonesia adalah mewujudkan kedamaian berpolitik. b. Pilpres Damai tanpa Kampanye Hitam 2.1 Jenis Isi Tajuk Rencana Tajuk rencana ini termasuk jenis isi evaluasi dan rekomendasi. Kampanye hitam dievaluasi sebagai cara untuk mendiskreditkan lawan. rekomendasi yang disampaikan Media Indonesia adalah untuk segera menghentikan segala tindakan kampanye hitam. 2.2 Analisis Struktur dan Strategi Argumentatif Dalam struktur argumentatifnya, editor menggunakan judul “Pilpres Damai tanpa Kampanye Hitam”, di mana judul tersebut juga menjadi tema utama dalam editorial. Untuk membangun logika berpikir pembaca, editor menyampaikan terlebih dulu pemahaman mengenai kampanye damai, baru kemudian mengkontraskannya dengan kampanye negatif. Pada strategi argumentatif, editor menggunakan kata ganti “kita” untuk menunjukkan sikap editor merupakan representasi sikap pembaca secara keseluruhan, sehingga apa yang disampaikan editor tidak semata-mata hanya berdasar pemikiran dan pendapat editor. 2.3 Kerangka Sosial Budaya Media Indonesia tidak menginginkan dalam sebuah perhelatan seperti pilpres dijalani dengan praktik kampanye hitam. Dalam menyampaikan opininya, Media Indonesia menggunakan bahasa yang langsung, lugas dan 26
Media Indonesia, Company Profile Media Indonesia (Jakarta: 2012), hlm.2.
15
tegas. Ini sesuai dengan ideologi Media Indonesia, “Menjadi surat kabar Independen yang Inovatif, Lugas, Terpercaya dan Paling Berpengaruh.” Point paling berpengaruh ditunjukkan dengan dibaca oleh para pengambil keputusan,
memiliki
kualitas
editorial
yang
dapat
mempengaruhi
pengambilan keputusan.27 Terlihat dari bagaimana Media Indonesia mengkhususkan
rekomendasinya
kepada
pihak-pihak
yang
dianggap
berpengaruh. 2.4 Kesimpulan Media Indonesia mewacanakan kampanye hitam sebagai kampanye pembodohan politik. Media Indonesia melalui struktur dan strategi argumentatifnya berusaha untuk menyampaikan opini dengan menjelaskan terlebih dahulu definisi dan cita-cita rakyat untuk mewujudkan pemilu yang damai, baru setelahnya mengkontraskan dengan kampanye hitam. Ideologi yang coba ungkapkan adalah bahwa Media Indonesia menginginkan pilpres damai tanpa kampanye hitam, yang direpresentasikan kedalam judul editorial. c. Memadamkan Obor Fitnah 2.1 Jenis Isi Tajuk Rencana Tajuk rencana ini termasuk jenis isi definisi, evaluasi dan rekomendasi. Kampanye hitam didefinisikan sebagai noda dalam ajang pemilihan presiden. Tindakan kampanye hitam dievaluasi sebagai upaya untuk memenangkan pasangan capres-cawapres yang diusung dengan segala cara. Rekomendasi dalam tajuk ini adalah bahwa untuk menciptakan pemimpin yang baik, harus dilakukan dengan cara yang baik pula. Bukan dengan kampanye hitam. 2.2 Analisis Struktur dan Strategi Argumentatif Struktur penulisan dengan menggunakan susunan berupa pendahuluan, isi dan penutup. Terlebih dahulu mendeskripsikan seputaran isu kampanye hitam yang terjadi ditengah masyarakat pada paragraf satu. Setelahnya editor mengevaluasi kampanye hitam pada paragraf tiga dan empat, dan pada akhir paragraf terdapat sejumlah rekomendasi yang disampaikan.
27
Ibid
16
Dalam penyampaian opininya, editor menggunakan strategi argumentatif dengan menggunakan istilah dan perumpamaan untuk memberi kesan mendalam dalam opininya. 2.3 Kerangka Sosial Budaya Ketidaksetujuan Media Indonesia mengenai praktik-praktik kampanye hitam yang hanya berisi kebohongan-kebohongan disampaikan editor sesuai dengan ideologi yang dibangun oleh Media Indonesia, “Jujur Bersuara”.28 2.4 Kesimpulan Media Indonesia mewacanakan bahwa pilpres telah di nodai dengan banyaknya praktik kampanye hitam, yang tentu pantang untuk dibiarkan. Dalam menyampaikan opini melalui struktur dan strategi argumentasi, editor menyampaikan dengan memberikan contoh konkrit praktik kampanye hitam yang menyerang kubu Jokowi-JK. Dari tajuk rencana diatas ideologi yang muncul adalah bahwa Media Indonesia mendukung sebuah sistem demokrasi yang baik untuk Indonesia. d. Menyalurkan Energi Akar Rumput 2.1 Jenis Isi Tajuk Rencana Tajuk rencana ini memiliki jenis isi definisi dan evaluasi. Kampanye hitam didefinisikan sebagai upaya meraih dukungan calon pemilih dengan cara yang tidak sehat. Dievaluasi oleh Media Indonesia bahwa pelaku serangan kampanye hitam adalah kader PKS, Fahri Hamzah. 2.2 Analisis Struktur dan Strategi Argumentatif Struktur argumentatif dalam membangun logika pembaca dimulai dengan pemilihan judul yang juga merupakan tema utama dalam tajuk ini. Dalam membangun
logika
pembaca,
editor
menyampaikan
opini
dengan
menyertakan contoh langsung korban serangan kampanye hitam beserta pelaku yang melakukan kampanye hitam. Dalam strategi argumentatif tajuk rencana ini, editor menggunakan kata ganti “kita” sebagai sikap editor juga merupakan sikap pembaca secara keseluruhan, selain itu editor juga menggunakan metafora dalam tulisannya. 28
Ibid., hlm. 1
17
2.3 Kerangka Sosial Budaya Media Indonesia secara eksplisit menyampaikan suara dan representasi aspirasi, pendapat dan keinginan publik dengan menolak dan mengecam caracara tidak bermartabat seperti kampanye hitam dalam pilpres. Disini Media Indonesia menempatkan diri sebagai penyalur aspirasi rakyat, sesuai dengan misinya yang menyampaikan sikap, pendapat atau pun opini terhadap persoalan-persoalan yang terjadi di masyarakat, baik itu politik, ekonomi, sosial, budaya, dan sebagainya.29 2.4 Kesimpulan Media Indonesia mewacanakan kampanye hitam sebagai cara kampanye yang tidak sehat, yang ditunjukkan oleh editor sebagai cara berkompetisi yang tidak jujur, sehat, terbuka dan bermartabat. Dan Media Indonesia mewacanakan bahwa masyarakat ternyata juga berperan penting dalam memerangi kampanye hitam. Dalam menyampaikan opininya, editor membangun kerangka berpikir pembaca dengan menjelaskan peran masyarakat dalam memerangi kampanye hitam dengan berpikiran dingin. Kesimpulan Dari analisis tajuk rencana Kompas dan Media Indonesia, terlihat sikap yang ditunjukkan kedua surat kabar melalui tajuk rencananya yang tidak mendukung segala tindakan kampanye hitam. Kompas maupun Media Indonesia sama-sama menilai kampanye hitam sebagai tindakan yang tidak bermartabat. Ideologi dari dua surat kabar tersebut yaitu, bahwa Kompas maupun Media Indonesia sama-sama mendukung sistem demokrasi yang baik untuk Indonesia. Tabel 1. Perbandingan Hasil Analisis Kompas dan Media Indonesia No.
Kompas
Media Indonesia
1.
Menggunakan bahasa yang halus dan implisit Tidak memberikan contoh langsung terkait kampanye hitam
Menggunakan bahasa yang lugas dan eksplisit Memberikan contoh kampanye hitam yang hanya menyerang kubu Jokowi-
2.
29
Nurhasanah, Kebijakan Redaksional Surat Kabar Media Indonesia dalam Penulisan Editorial (Skripsi Sarjana, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2011), hlm.45.
18
yang terjadi selama masa pemilu 3.
Bersikap netral
4.
Tidak tegas dalam menentukan sikap Tidak mendukung segala bentuk dan praktik kampanye hitam
5.
6.
Mendukung sebuah sistem politik demokrasi yang baik untuk Indonesia
JK, tanpa mengimbangi dari sisi sebaliknya Cenderung memihak kubu JokowiJK Tegas dalam menentukan sikap politik Tidak mendukung segala bentuk dan praktik kampanye hitam, yang ternyata lebih banyak menyerang Jokowi-JK. Mendukung sebuah sistem politik demokrasi yang baik untuk Indonesia
Saran Setelah melakukan analisis teks tajuk rencana dalam harian Kompas dan Media Indonesia selama masa pemilihan umum presiden tahun 2014 terkait isu kampanye hitam dengan menggunakan metode analisis Van Dijk untuk editorial, penulis ingin mengungkapkan beberapa saran, sebagai berikut: 1. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan pada peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian serupa pada tajuk rencana atau editorial dengan berbagai macam isu lainnya yang menarik dan mendalam, dengan menggunakan teknik analisis wacana Van Dijk untuk editorial. Dengan semakin mendalam dan beragamnya suatu isu penelitian, diharapkan dapat meningkatkan kualitas penelitian di bidang ilmu komunikasi. 2. Bagi Media Massa Media massa merupakan saluran informasi bagi masyarakat yang dinilai penting dan berpengaruh. Sehingga sudah seharusnya media massa dalam menyampaikan sebuah informasi dalam bentuk berita maupun opini dapat bersikap lebih bijaksana. Di mana informasi tersebut diharapkan dapat berimbang dan tidak sepenuhnya memihak pada salah satu pihak saja serta tidak mengandung unsur-unsur fitnah seperti penyebaran kampanye hitam. Media massa diharapkan lebih bersikap kritis terhadap isu-isu penting yang sedang berkembang di masyarakat dengan diharapkan dapat memberikan
19
sebuah konklusi yang dapat menjadi pertimbangan dalam menentukan keputusan. 3. Bagi Masyarakat Pembaca Diharapkan pembaca lebih dapat menyaring sebuah informasi agar tidak terpengaruh atau terprovokasi oleh isu-isu yang tidak dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya, seperti isu kampanye hitam yang terjadi.
Daftar Pustaka Cangara, Hafied. (2009). Komunikasi Politik: Konsep, Teori dan Strategi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Fog, Agner. (2007). The Supposed and The Real Role of Mass Media in Modern Democracy (Working Paper). Hamad, Ibnu. (2004). Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa: Sebuah Studi Critical Discourse Analysis terhadap Berita-berita Politik. Jakarta: Pustaka Obor Indonesia. Marbun, B.N. (2003). Bagaimana Memenangkan Pemilu. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Media Indonesia. (2012). Company Profile Media Indonesia. Jakarta: Media Indonesia Nurhasanah. (2011). Kebijakan Redaksional Surat Kabar Media Indonesia dalam Penulisan Editorial. Skripsi Sarjana, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Pawito. (2007). Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: Lkis. --------. (2009). Komunikasi Politik, Media Massa dan Kampanye Pemilihan. Yogyakarta: Jalasutra. Purbolaksono, Arfianto., Akbar Nikmatullah Dachlan. (2014). Menyoroti Maraknya Kampanye Hitam Jelang Pilpres 2014 (Update Indonesia: Volume VIII, No.11- Juni). Purwasito, Andrik. (2011). Pengantar Studi Politik. Surakarta: UNS Press. Rivers, William L. et al. (1994). Editorial. Bandung: Remaja Rosdakarya. Rolnicki, Tom E., C. Dow Tate, Sherri A. Taylor. (2008). Pengantar Dasar Jurnalisme: Scholastic Journalism, terj. Tri Wibowo. Jakarta: Kencana Prenada. Sobur, Alex. (2009). Analisis Teks Media: Pengantar untuk Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sudibyo, Agus. (2001). Politik Media dan Pertarungan Wacana. Yogyakarta: LkiS. Sularto, St. (Ed). (2007). Menulis Dari Dalam. Jakarta: Kompas Media Nusantara.
20
Van Dijk, Teun A. Race, Riots and The Press: An Analysis of Editorials in The Press About The 1985 Disorders (University of Amsterdam, Amsterdam, the Netherlands) Winarno, Budi. (2008). Sistem Politik Indonesia Era Reformasi. Yogyakarta: Media Pressindo.