Catatan Awal Riset Aksi 2007 Bersama Komunitas Mitra Strategis PKBI DIY 2007
Pusat Studi Seksulitas PKBI DIY 2007
PENDAHULUAN Riset aksi secara teoritis dapat diartikan sebagai sebuah program pemberdayaan yang dilakukan oleh suatu komunitas untuk memberdayakan diri mereka sendiri dengan melakukan sekian perubahan-perubahan, baik di dalam komunitas itu sendiri maupun di luar komunitas tersebut, termasuk wilayah kebijakan yang berkait dengan eksistensi komunitas. Dalam nalar ini, keberadaan PKBI , khususnya Program Pengorganisasian Komunitas Risiko Tinggi (PKRT) dan Pusat Studi Seksualitas (PSS) hanyalah menjadi fasilitator yang bertugas membantu untuk menyediakan apa yang mereka butuhkan untuk melakukan perubahan yang mereka inginkan, khususnya pada level skill riset, menulis dan pengorganisasian PSS sebagai fasilitator yang hanya membantu mengasah skill riset dan teknik menulis dalam melakukan tugasnya memulai dengan mengajak teman-teman komunitas untuk bisa mempolakan peristiwa. Setelah itu, mengajak mereka untuk bisa mengambil kesimpulan-kesimpulan kecil dari peristiwa tersebut. Kesimpulan-kesimpulan kecil itu kemudian dituangkan ke dalam sebuah tulisan untuk menjadi media sosialisasi. Media ini juga bertujuan untuk bisa menambah teman untuk berpikir bersama dan tentu saja untuk kemudian merealisasikan pikiran-pikirannya dalam sebuag gerakan bersama untuk mengubah kebijakan yang belum mengakui hak mereka. CATATAN RISET AKSI SEBELUMNYA Dari riset aksi yang sudah dilakukan sebelumnya, minimal ada tiga (3) catatan penting yang didapatkan, yakni : 1. Masih ada kesan bahwa PKBI menjadi pihak yang menentukan banyak hal bagi keberlangsungan organisasi komunitas. Strategi pertemuan di PKBI memang menimbulkan kesan bahwa pertemuan itu adalah kepentingan PKBI untuk membawa komunitas ke suatu situasi yang mereka tidak pahami secara utuh. Implikasinya, kesan ketergantungan masih sedikit kental dalam pertemuan-pertemuan ini. Implikasinya, ketika pertemuan dilakukan di PKBI, walaupun ditujukan untuk membuat forum sharing antar komunitas untuk membahas persoalan,
kesan yang tercipta
adalah bahwa forum itu adalah forum PKBI, bukan forum komunitas. 2. Riset aksi yang dilakukan baru sampai pada tahap pembentukan media. Media yang terbentuk adalah media komunitas yang akan dipakai sebagai alat pengorganisiran, alat sosialisasi serta advokasi komunitas. Media disusun sendiri oleh teman-teman dari mulai merancang format sampai isi tulisannya. Walau demikian catatannya adalah belum semua PE terlibat dalam proses penulisan ini. PE yang sudah terlibat dalam proses pembuatan media ini belum semua mampu menulis secara rutin apa
2
yang mereka alami yang sebenarnya menjadi sebuah dasar yang sangat bagus untuk advokasi. 3. Keterlibatan PE dalam konteks riset aksi belum sepenuhnya berhasil. Apalagi jika ukurannya adalah kemampuan PE dalam pengorganisasian komunitasnya. PE masih ragu untuk mensosialisasikan apa yang ia dapat selama proses riset aksi ke komunitasnya. Ini terkait dengan situasi konsolidasi yang masih belum sepenuhnya fix. Perangkat gerakan sudah ada di PE. Akan tetapi bagaimana menerapkan perangkat ini menjadi nyata dan konkret yang belum mereka miliki. TANTANGAN LAPANGAN 2007 Dari pembacaan situasi pada proses riset aksi sebelumnya di atas, PKRT dan PSS kemudian melakukan proses refleksi bersama komunitas untuk menentukan langkah aksi ke depan. Proses refleksi ini mengikuti proses FGD untuk pemetaan persoalan lapangan masing-masing komunitas. FGD ini berlangsung 4 kali, yakni mulai tanggal 7 Januari – 15 Januari. NO 1 2 3 4
Waktu 7 Januari 2007 9 Januari 2007 11 Januari 2007 14 Januari 2007
Tempat Lantai III PKBI Badran Lantai III PKBI Badran Lantai III PKBI Badran Lantai III PKBI Badran
Komunitas Waria Gay Remaja Jalanan Perempuan Pekerja Seks
FGD ini lebih mencoba melihat peta persoalan pada masing-masing komunitas . Pertanyaan mendasar yang dibahas bersama adalah “sudah sampai pada titik mana komunitas bergerak ?”. Forum FGD ini adalah forum pertama dalam rangkaian proses riset aksi, yakni forum untuk menyamakan persepsi dan ruang “Latar Belakang” dalam riset bersama komunitas. Dari FGD ini, lahir beberapa gagasan bersama yang menjadi tantangan ke depan : -
Menginisisasi pertemuan dan komunikasi yang lebih intens oleh PE di masing-masing komunitas untuk membentuk dan menguatkan organisasi komunitas yang sudah ada
-
Mengefekstifkan
sistem
pengorganisasian
yang
sudah
ada
untuk
semakin
menguatkan organisasi berbasis komunitas -
Menyuarakan sendiri suara komunitas lewat media komunitas
-
Mencoba memelihara dorongan dengan pihak-pihak yang menjadi sasaran advokasi
3
TUJUAN YANG DISEPAKATI 1. Menguatkan kembali komunikasi PE ke dalam komunitas 2. Penguatan organisasi berbasis komunitas 3. Media komunitas sebagai alat bersuara bagi komunitas MODEL RISET AKSI Pada riset aksi kali ini, PKRT dan PSS tetap menjadi fasilitator bagi komunitas. Akan tetapi melihat model proses yang sebelumnya, akhirnya model riset aksi tidak membutuhkan banyak pertemuan khusus dengan komunitas yang disengaja untuk “riset aksi”. Model kali ini lebih fokus pada aksi konkret yang sekiranya mampu mencakup ketiga tujuan sekaligus. Di sisi lain, model riset aksi tidak bisa diposisikan secara independen dari program pengorganisasian yang dilakukan oleh CO dan program pengembangan kapasitas bagi komunitas. Sehingga, semua program dan aktifitas bersama komunitas adalah menjadi bagian dari riset aksi. Oleh karena itu posisi riset aksi adalah menjadi “tulang” dari sekian banyak program dan aktiftas baik yang dilakukan oleh CO maupun aktifitas yang dilakukan untuk dan bersama komunitas. Lihat diagram sirip ikan di bawah ini.
Organizing
Outreaching
Assisting Bentuk Aktual Media Komunitas Organisasi Komunitas
RISET AKSI
Pengembangan Kapasitas
Pertemuan Komunitas
PERUBAHAN KOMUNITAS
Networking
Dari model ini, langkah-langkah konkrert yang dilakukan dalam proses riset aksi adalah : Pembentukan Media Komunitas Pembentukan media komunitas adalah lanjutan dari proses riset aksi sebelumnya. Media komunitas ini menjadi tugas PSS untuk memfasilitasi dan membantu mengerangkakan sistem media dan membantu skill penulisan. Dari riset aksi sebelumnya, komunitas sudah mampu membuat media komunitas yang bernama Gemerlap Malam (Gema). Media komunitas ini menjadi sangat penting artinya bagi komunitas karena lewat media ini:
o Komunitas memiliki sistem internal untuk memantau, melihat dan mengkaji secara terus menerus apa yang terjadi di masing-masing anggota komunitas.
4
o Kemudian hasil kajian dan pantauan tentang apa yang ada di komunitas bisa ditulis dan didokumentasikan untuk nantinya dijadikan bahan untuk media komunitas.
o Dan media komunitas ini bisa dijadikan alat komunikasi di internal komunitas. Bagi temen-teman komunitas, media ini berfungsi sebagai “pengingat tentang perilaku”, “penyemangat semangat untuk bergerak”, “refleksi kondisi komunitas”, dan “alat untuk melakukan kritik”.
o Media ini juga dijadikan sebagai alat bersuara komunitas bagi pihak-pihak yang ditengarai masih memberikan stigma dan diskriminasi terhadap komunitas. Pertemuan organisasi berbasis komunitas yang lebih intens Penguatan organisasi berbasia komunitas menjadi isu yang cukup sentral dalam forum pemetaan bersama situasi pengorganisasian bersama komunitas, PKRT dan PSS. Oleh karena itu, langkah yang dilakukan adalah mencoba mengefektifkan fungsi PE ke dalam komunitas dan mengembangkan strategi pengorganisasian yang dilakukan oleh CO. LANGKAH RISET AKSI Di bawah ini adalah beberapa langkah dan kegiatan yang dilakukan oleh komunitas bersama PSS dan PKRT yang menjadi fasilitator. Langkah dan kegiatan di bawah sebagaian besar lebih spesifik untuk membentuk media komunitas yang menjadi titik sentral kegiatan riset aksi. No 1
Langkah Forum pemetaan peta pengorganisasian di
Waktu 7 – 15
masing-masing komunitas lewat FGD yang
Januari 2007
difasilitasi oleh PSS. Pemetaan tim riset aksi dari komunitas (sekaligus
15 Januari –
tim redaksi media komunitas)
30 Maret
3
Forum penyamaan persepsi dan pelatihan
2007 12 April 2007
4 5
pengenalan jurnalitik dan riset sederhana Rapat tim riset / redaksi I : Perumusan Isu Rapat tim riset / redaksi II : Pembagian tugas dan
26 April 2007 3 Mei 2007
6
pendalaman masing-masing fokus kajian Pengambilan data dan kajian lapangan (riset
4 – 25 Mei
7
redaksi) Pengumpulan tulisan dan temusn serta editing
2007 26 - 3 Juni
12
8 9 10
bersama Lay out bersama dan Cetak edisi I Rapat evaluasi dan mekanisme distribusi Rapat perumusan isu kembali untuk kajian dan
2007 17 Juni 2007 25 Juni 2007 3 Juli 2007
9 7
2
Peserta 12
14
12 109 12
edisi II
5
11
Rapat tim riset / redaksi untuk pendalaman
10 Juli 2007
12
masing-masing fokus kajian Pengambilan data dan kajian lapangan (riset
11 – 20 Juli
13
redaksi) Pengumpulan tulisan dan temuan serta editing
2007 21 – 25 Juli
14
bersama Lay out bersama dan Cetak edisi I
2007 26 – 3
15
Rapat evaluasi dan mekanisme distribusi edisi II
Agustus 9 Agustus
11 12
9
Selain langkah di atas, proses riset aksi juga dilakukan dengan beberapa program pengorganisasian, pengembangan kapasitas bagi komunitas, networking dan dorongan advokasi. Untuk laporan kegiatan yang berkaitan dengan bebrapa prgram tersebut, bisa dilihat dalam laporan besar program. KETERLIBATAN KOMUNITAS Dari seluruh proses riset aksi dalam tahun 2007 ini, memang tidak seluruh anggota komunitas terlibat langsung. Dalam proses riset aksi ini, keterlibatankomunitas bisa dipilah dalam 2 fungsi, yakni fungsi PE dan fungsi Dewan Redaksi Komunitas. Secara detail jumlah anggota komunitas yang terlibat dalam proses riset aksi ini sebagai berikut : NO 1 2 3 4
Komunitas Perempuan Pekerja Seks Remaja Jalanan Waria Gay
PE 4 orang 4 orang 4 orang 4 orang
Dewan Redaksi 4 orang 4 orang 4 orang 4 orang
TEMUAN-TEMUAN BERSAMA Dari proses riset aksi yang dijalankan dari awal tahun 2007 sampai akhir 2007 ini, banyak hal yang bisa dijadikan temuan bersama komunitas. Kata temuan di sini tidak sama dengan temuan dalam term riset ilmiah ala kampus. Temuan di sini lebih berarti sebuah kesadaran dan ruang kognisi baru yang dimiliki oleh anggota komunitas untuk lebih memahami situasi konsolidasi komunitas, dan dengan kesadaran baru tersebut komunitas mampu merancang mekanisme perubahan dalam internal komunitas maupun perubahan di level sistem kebijakan yang tidak berpihak kepada komunitas. Kerja sama antar komunitas menjadi sangat penting dalam proses perubahan kebijakan. Dalam pertemuan-pertemuan selama riset aksi di lakukan, jelas tertangkap sebuah kesadaran yang semakin menebal bahwa kerjasama antar komunitas waria, gay, PS dan remaja jalanan semakin penting. Bagi teman-teman komunitas, wadah yang difasilitasi
6
oleh PKBI sangat efektif untuk membangun kerjasama ini. Mereka mengakui bahwa dengan seringnya antar komunitas bertemu, ada proses pemupukan semangat lintas komunuitas dan pengakuan bersama bahwa mereka harus terus berjuang satu sama lain untuk perjuangan hak. 1 bukti konkret yang bisa diajukan adalah media komunitas ini. Media ini tidak dibuat oleh masing-masing komunitas, akan tetapi lintas komunitas. Isi yang ada di dalam media ini mencerminkan ikatan bersama atau “common denominator” dan juga “common enemy” (kata temen-temen gay) bagi semua komunitas sekaligus tetap menampilkan ciri khas kehidupan di masing-masing komunitas secara bergantian. Dokumentasi seluruh kejadian penting di lapangan, menjadi sebuah hal yang harus dilakukan untuk menjadi basis pembuktian tentang adanya semangat komunitas dan juga fakta tentang ketidakadilan yang selama ini berjalan Lewat media komunitas ini, minimal PE yang ikut sebagai tim riset dan redaksi memililiki perespektif bartu tentang segala peristiwa yang terjadi di komunitas. Mereka tidak lagi hanya memandang sekian peristiwa yang terjadi di komunitas hanya sebagai kejadian biasa yang wajar terjadi pada komunitas. Peristiwa-peristiwa tersebut kini sudah bisa mereka “strukturkan” dalam sebuah pembacaan kritis yang dikaitkan dengan hak hidup mereka yang selama ini belum diakui sama. Media Sebagai Corong Media komunitas ini bisa dijadikan alat komunikasi di internal komunitas yang berfungsi sebagai “pengingat tentang perilaku”, “penyemangat semangat bergerak”, “refleksi kondisi komunitas”, dan “alat untuk melakukan kritik”. Jenis kesadaran ini tentu saja tidak lahir secara instan, tapi melalui proses yang cukup panjang dalam rentang perjalanan riset aksi. Beberapa pemaknaan ini baru muncul ketika mereka membuat media komunitas yang ke-2 yang lebih kental warna “perlawanannya”. Penguatan organisasi komunitas sendiri adalah sebuah isu sentral yang harus terus didorong Dalam sekian perbincangan yang dilakukan bersama komunitas, isu sentral yang menjadi tantangan komunitas adalah membangun dan menguatkan organisasi berbasis komunitas itu sendiri. Dalam proses ini, mereka memunculkan semangat yang sangat menggelora “untuk menjadi organisasi seperti PKBI” (komunitas Remaja Jalanan Alun-alun Kidul dan komunitas PSP Kamis Sehat). Dan lewat media komunitas ini, mereka mengetahui strategi alternatif untuk lebih dekat dengan komunitas masing-masing. Ketika mereka melakukan pengamatan, reportase, wawanacara atau ketika mereka mendistribusikan dan mendiskusikan isi media dengan anggota komunitas.
7
Adanya sistem aturan internal komunitas menjadi penting untuk menjamin perubahan yang diinginkan bersama, baik dalam level perilaku seksual lebih aman (safer sex) maupun dalam perilaku berkomunitas. Lewat perjalanan riset aksi ini, ada sebuah kesadaran baru, walau masih belum sepenuhya fix disadari oleh semua komunitas, bahwa perlu ada aturan internal yang mengatur anggota komunitas untuk menjamin tata kehidupan komunitas yang kondusif, sehat dan tetap bersemangat untuk berjuang. Media komunitas adalah salah satu media yang tepat untuk mengkomunikasikan beberapa ide aturan yang perlu disadari oleh komunitas. KESIMPULAN Proses riset aksi yang kedua ini, mulai menunjukkan efekstifitasnya ketika komunitas tidak lagi sangat berrgantung pada PKBI DIY. Sudah muncul dalam benak mereka bahwa ada kebutuhan untuk menguatkan komunitas masing-masing dengan strategi kerjasama antar komunitas sampai terciptanya organisasi berbasis komunitas yang kuat. Hal ini tentu berbeda dengan proses riset aksi tahun pertama yang masih menghadapi kendala ketergantungan komunitas pada PKBI yang cukup tiunggi, minimal di wilayah finansial. Pada riset aksi ini mereka mulai menapaki pola kesadaran baru tentang bagaimana membangun komunitas masing-masing sebagai basis perlawanan terhadap sekian sistem dan tindakan yang mendiskriminasi dan menstigma mereka. Beberapa kata kunci yang sangat penting yang menjadi temuan bersama dalam rapat evaluasi riset aksi adalah : o Kerja sama antar komunitas o Dokumentasi o Organisasi komunitas o Sistem aturan internal komunitas o Media Sebagai Corong
8