Bussiness Ethic and Good Governence [ The Corporate Culture ] Dr. Ahmad Badawi Saluy, SE.,MM
www.mercubuana.ac.id
What is Corporate Culture???
Budaya Perusahaan adalah suatu pola asumsi dasar yang dimiliki oleh anggota perusahaan yang berisi nilai-nilai, norma-norma dan kebiasaan yang mempengaruhi pemikiran, pembicaraan, tingkah laku, dan cara kerja karyawan sehari-hari, sehingga akan bermuara pada kualitas kinerja perusahaan
Menurut Para Ahli •
•
menurut Schein, H. (1992:12): “Budaya perusahaan sebagai suatu perangkat asumsi dasar akan membantu anggota kelompok dalam memecahkan masalah pokok dalam menghadapi kelangsungan hidup, baik dalam lingkungan eksternal maupun internal, sehingga akan membantu anggota kelompok dalam mencegah ketidakpastian situasi. Pemecahan masalah yang telah ditemukan ini kemudian dialihkan pada generasi berikutnya sehingga akan memiliki kesinambungan” Menurut Hofstade, Geerst (1990:32) : “Budaya perusahaan didefinisikan sebagai perencanaan bersama dari pola pikir (collective programming mind) yang membedakan anggotaanggota dari suatu kelompok masyarakat dengan kelompok dari suatu budaya yang lain. Pola pikir ini pada dasarnya hanya ada dalam pikiran individu yang kemudian mengalami kristalisasi dan memiliki bentuk. Pada gilirannya pola pikir bersama ini akan meningkatkan sikap mental para anggota kelompok tersebut.”
Ethical Cultural Relativism merupakan cara pandang secara filosofis yang menyatkan bahwa tidak ada kebenaran moral yang absolut, kebenaran harus selalu disesuaikan dengan budaya dimana kita menjalankan kehidupan sosial kita karena setiap komunitas sosial mempunyai cara pandang yang berbeda-beda terhadap kebenaran etika
HUBUNGAN ETIKA dan BUDAYA
Hubunngan Etika Kepemimpinan ( Ethical Leadership ) dengan Budaya Perusahaan (Corporate Culture ) •
•
Menurut Heifetz (1994), kepemimpinan melibatkan penggunaan otoritas untuk membantu pengikutnya berurusan dengan konflik nilai yang muncul karena cepatnya perubahan dalam lingkungan kerja dan budaya sosial Greenleaf (1977) berpendapat bahwa kepemimpinan diberikan kepada seseorang yang secara alami adalah seorang pelayan. Kenyataannya, cara seseorang muncul sebagai seorang pemimpin pertama kali adalah dengan menjadi seorang pelayan. Pemimpin yang melayani berfokus pada kebutuhan pengikutnya dan membantunya menjadi lebih berpengetahuan, bebas, lebih otonom dan dalam melayani dirinya sendiri.
Sehingga dari adanya hal tersebut maka terciptalah sebuah landasan moralitas yang tinggi dan disiplin menjalankan etika sepanjang waktu di dalam organisasinya. Serta berdasarkan nilai-nilai dan keyakinan yang produktif dan mengajarkannya kepada anggota organisasi hal yang sama. Pada akhirnya menjadi budaya yang terus berkelanjutan.
Value – Base Cultures
Dapat di pakai sebagai bagian dalam diri individu anggota perusahaan yang bersangkutan
Tingkah Laku yang ada di dalamnya
Bagaimana individu tersebut dapat memahami pedoman yang menjadi kebudayaan perusahaan tersebut
Membangun Nilai Dasar dari Budaya Perusahaan • Tingkat keterlibatan dan partisipasi yang tinggi dari karyawan akan meningkatkan rasa tanggung jawab. Rasa kepemilikan dan tanggung jawab tersebut akan meningkatkan komitmen karyawan terhadap perusahaan sehingga tidak memerlukan kontrol yang terbuka. Dengan rasa keterlibatan Keterlibatan yang tinggi juga diharapkan dapat meningkatkan rasa kebersamaan dan kekeluargaan, dimana hal-hal (involvement) tersebut penting dalam membantu menyelesaikan pekerjaan. • Konsistensi menekankan pada nilai-nilai yang dimiliki perusahaan yang perlu dipahami oleh para anggota organisasi. Nilai-nilai tersebut meliputi masalah komunikasi, kerjasama dalam melaksanakan pekerjaan, toleransi, penghargaan terhadap prestasi. Hal-hal tersebut mempunyai dampak yang positif Konsistensi terhadap proses pencapaian tujuan organisasi dan perlu dibangun atau dikembangkan dalam (consistency) perusahaan secara konsisten. • Menekankan pentingnya adaptabilitas di dalam perusahaan terhadap perubahan lingkungan yang terjadi. Perubahan-perubahan dalam lingkungan dapat berwujud perkembangan teknologi, perubahan kondisi ekonomi dan politik, perubahan kualitas dan sikap karyawan, tuntutan konsumen terhadap Adaptabilitas produksi perusahaan. Adaptabilitas tidak hanya diperlukan bagi kelangsungan hidup perusahaan (adaptability) tetapi juga sebagai tantangan pengembangan perusahaan.
Misi (mission)
• Misi memberikan dua pengaruh utama pada fungsi organisasi, yaitu : • Suatu misi memberikan kegunaan dan arti yang menentukan peran sosial dan tujuan ekstra dari suatu lembaga dan menentukan peran-peran individu dari lembaga tersebut. Proses internalisasi dan identifikasi ini memberikan komitmen jangka pendek dan jangka panjang serta mengarah pada efektivitas organisasi. • Pengertian akan misi akan memberikan kejelasan arah pada tingkat individu, ada rasa percaya bahwa kesuksesan organisasi membutuhkan adanya koordinasi yang merupakan hasil dari menentukan tujuan bersama.
Apresiasi Budaya Pengembangan Strategi
Pengembangan Metodelogi dan Instrumen
Sosialisasi dan Pembelajaran
Pengembangan Teknik dan Prosedur
Pengembangan Strategi • Golongan anggota komunitas yang masih mengenal,memahami, dan melaksanakan nilai-nilai perusahaan. • Dukungan dalam mewujudkan nilai-nilai yang telah diterima oleh karyawan yang aktif • Keterlibatan seluruh anggota komunitas dalam penanaman nilai • Anggota komunitas korporasi yang mudah menerima pembaharuan.
1. Cara mengaplikasikan nilai budaya dalam kehidupan 2. Peran tokoh dalam komunitas perusahaan dalam melestarikan nilai-nilai budaya setempat 3. Pranata apa saja yang bisa dipakai dalam mengelola nilai budaya agar dapat adaptif menaggapi lingkungan yang selalu berubah
Pengembangan Teknik dan Prosedur • Kiat yang diupayakan untuk mendukung pelestarian nilai budaya • Teknik penyampaian nilai budaya kepada anggota baru komunitas. • Cara meneruskan budaya pada anggota komunitas yang baru
Sosialisasi dan Pembelajaran • Usaha sosialisasi dan pembelajaran nilai budaya • Pemahaman dan penghargaan terhadap usaha sosialisasi • Sistem pewaris nilai budaya • Arena sosialisasi nilai budaya • Peran media masadalam proses sosialisasi