ISSN : 2087-5142
Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan Periode Januari - April 2013
DAFTAR ISI Pengaruh Pelaksanaan Seleksi Terhadap Kesesuaian Penempatan Karyawan pada Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang Abdul Latief
....................................................................................... 1 - 19
Manajemen Kinerja Kunci Sukses Manajemen Abad 21 Ahmad Badawi Saluy
.......……………………………………………20 - 35
Struktur Modal terhadap Profitabilitas pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk di Bursa Efek Indonesia Ahmad Yani Kosali
….............……………………………………....36 - 48
Analisis Pengaruh Pemberian Kredit terhadap Pendapatan Pedagang Kecil PD. BPR Mandiri Cabang Baturaja Kabupaten Ogan Komering Ulu Induk Asnaini
............................................................... 49 - 66
Analisis Kinerja Keuangan berdasarkan Hubungan antara Tingkat Likuiditas dan Profitabilitas pada PT. Adhya Tirta Sriwijaya Palembang Dormauli Justina
......................................................................... 67 - 81
Pengaruh Biaya Promosi Penjualan Produk terhadap Nilai Penjualan pada CV. Mudugan Jaya Abadi Glass Dwi Yanti
.................................................................................. 82 - 100
i
Analisis Persepsi Brand Association menurut Pelanggan Sabun Mandi Cair Lux pada PT. Unilever Indonesia, Tbk. Endang Mulatsi, S.E.
.................................................................. 101 - 118
Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Pendapatan Asli Daerah serta Peningkatan Pajak Asli Daerah di Kabupaten Musi Banyuasin Lesi Hertati ................................................................................... 119 - 130 Pengaruh Kepemimpinan terhadap Kinerja Guru pada SMP Negeri 4 Palembang M. A Baiduwi
............................................................................. 131 - 142
Respon Konsumen terhadap Iklan Sabun Lux di Media Televisi pada PT. Unilever Indonesia, Tbk. Suhardan, S.E., M.M.
.............................................................. 143 - 153
ii
KATA PENGANTAR Pembangunan nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur, dan beradab. Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Amkop (STIM – AMKOP) Palembang merupakan salah satu Perguruan Tinggi yang diharapkan dapat membantu terwujudnya hal tersebut di atas. Salah satu cara untuk mewujudkannya dengan menerbitkan media STIM-Amkop. Media STIM-Amkop merupakan media yang berisikan tentang Jurnal Ekonomi dan Kewirausahan. Media ini membantu dosen dalam mempublikasikan hasil penelitian atau kajian ilmiah. Hasil penelitian atau kajian ilmiah ini wujud dari kewajiban dosen untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dan dapat juga digunakan untuk peningkatan jenjang jabatan akademik, serta mendapatkan sertifikat pendidik. Mudah-mudahan Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan ini menjadi kontribusi positif yang tak ada hentinya. Tak henti untuk dikoreksi, tak henti untuk melahirkan berbagai inovasi, dan tak henti untuk memberikan inspirasi kepada orang lain untuk juga memberikan kontribusi yang jauh lebih baik.
Pimpinan Redaksi,
Firmansyah, S.E., M.Si.
Redaksi menerima tulisan hasil penelitian atau kajian ilmiah yang berhubungan dengan Ekonomi dan Kewirausahaan yang belum pernah dimuat pada media lain Redaksi berhak mengubah naskah tanpa mengurangi makna isinya. Isi tulisan merupakan tanggung jawab penulis
iii
iv
1
Pengaruh Pelaksanaan Seleksi Terhadap Kesesuaian Penempatan Karyawan pada Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang Abdul Latif Dosen PNS dpk pada STIM Amkop Palembang
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pelaksanaan seleksi berpengaruh signifikan terhadap kesesuaian penempatan karyawan pada Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi sederhana dengan pengolahan data menggunakan SPSS 16. Berdasarkan hasil pengujian statistik uji t, diperoleh hasil uji t sebesar 4,881 dengan tingkat signifikansi < yaitu 0,000 < 0,05, artinya variabel pelaksanaan seleksi berpengaruh signifikan terhadap kesesuaian penempatan karyawan. Hasil perhitungan analisis korelasi diperoleh R = 0,530, artinya korelasi antara variabel pelaksanaan seleksi dan variabel kesesuaian penempatan sebesar 0,530. Hal ini berarti terdapat hubungan yang cukup kuat antara kedua variabel tersebut. Sedangkan hasil perhitungan analisis determinasi, diperoleh R2 = 0,281. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 28,1% kesesuaian penempatan karyawan pada Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang dipengaruhi oleh pelaksanaan seleksi dan sisanya sebesar 71,9% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar penelitian ini serta didapatkan hasil dari persamaan regresi sederhana yaitu Y = 3,418+ 0,924X. Kata kunci: Pelaksanaan Seleksi dan Kesesuaian Penempatan Karyawan
Pendahuluan Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan hal yang penting dalam pencapaian tujuan suatu perusahaan. Sumber daya manusia merupakan modal dasar agar tetap berlangsungnya suatu perusahaan, oleh karena itu kualitas SDM senantiasa harus dikembangkan dan diarahkan agar tercapainya tujuan yang telah di tetapkan sebelumnya. Karyawan merupakan aset utama dari setiap perusahaan. Peran karyawan sangat menentukan berhasil tidaknya perusahaan mencapai sasarannya. Perusahaan harus selalu berusaha untuk memperoleh dan menempatkan karyawan yang qualified pada setiap jabatan dan pekerjaan supaya pelaksanaan pekerjaan lebih berdaya guna dan berhasil guna.
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
2
Seleksi merupakan serangkaian langkah kegiatan yang digunakan untuk memutuskan apakah seorang pelamar pekerjaan diterima atau ditolak oleh suatu perusahaan. Pelaksanaan seleksi harus dilaksanakan secara jujur, cermat, dan objektif supaya karyawan yang diterima benar-benar qualified untuk menjabat dan melaksanakan pekerjaan. Dengan pelaksanaan seleksi yang baik, karyawan yang diterima akan lebih qualified sehingga pembinaan, pengembangan, dan pengaturan karyawan menjadi lebih mudah. Proses seleksi merupakan langkah awal bagi suatu perusahaan untuk dapat memperoleh tenaga kerja yang berkualitas, sehingga dapat menunjang tercapainya tujuan dengan baik. Melalui seleksi ini diharapkan dapat memberikan informasi yang benar tentang kemampuan dan keahlian para calon tenaga kerja yang dibutuhkan. Pada seleksi sejumlah calon dinilai sejauh mana kesesuaian mereka atau sejauh mana mereka memenuhi persyaratan pekerjaan yang telah ditetapkan semula dengan suatu pekerjaan. Pada penempatan setiap calon dinilai derajat kesesuaiannya untuk sejumlah pekerjaan yang berbeda-beda. Dari jumlah calon dipilih sejumlah orang yang dinilai secara keseluruhan paling sesuai untuk pekerjaan yang berbeda-beda yang tersedia. Penempatan karyawan adalah suatu rekomendasi atau keputusan untuk mendistribusikan para calon pada pekerjaan yang berbeda-beda, berdasarkan suatu dugaan tentang kemungkinan-kemungkinan dari calon untuk berhasil pada setiap pekerjaan yang berbeda. Tugas dari penempatan adalah untuk menilai para calon dan untuk mencocokkan kualifikasi mereka dengan persyaratan yang telah ditetapkan semula dari setiap pekerjaan. Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya merupakan salah satu fakultas di bidang pendidikan kedokteran di Universitas Sriwijaya. Dalam menjalankan aktivitasnya, Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya memiliki sumber daya manusia yang terbagi dalam dua kategori, yaitu tenaga pendidik (dosen) dan tenaga kependidikan (karyawan). Untuk
kesesuaian
penempatan karyawan pada
Fakultas
Kedokteran
Universitas Sriwijaya disadari pentingnya proses seleksi calon karyawan, karena dari proses inilah diharapkan untuk mendapatkan karyawan yang sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan. Dengan memperoleh karyawan yang sesuai dengan kualifikasi, diharapkan juga dapat dicapai suatu prestasi kerja yang baik bagi para karyawan Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
3
tersebut. Berikut adalah data yang didapatkan dari Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya tentang jumlah tenaga kependidikan dengan berbagai jenjang pendidikan. Tenaga kependidikan pada Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya berjumlah 171 orang, dengan jenjang pendidikan Strata 2 berjumlah 2 orang, Strata 1 berjumlah 62 orang, Diploma 3 berjumlah 35 orang. Pada jenjang pendidikan Diploma 1 dan SMA/sederajat berjumlah 72 orang.
Perumusan Masalah Apakah ada pengaruh pelaksanaan seleksi terhadap kesesuaian penempatan karyawan pada Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang?
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang ingin dicapai dari penelitan ini adalah untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan seleksi terhadap kesesuaian penempatan karyawan pada Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
Landasan Teori 1. Manajemen Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia dalam organisasi merupakan human capital, karena sumber daya manusia memberikan kontribusi terhadap profitabilitas. Seringkali juga disebut sebagai modal intelektual (intellectual capital), karena kemampuan memberikan ide-ide cemerlang dalam pengembangan organisasi. Rachmawati (2008) mengemukakan bahwa manajemen sumber daya manusia merupakan suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan kegiatankegiatan pengadaan, pengembangan-pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan pelepasan sumber daya manusia agar tercapai berbagai tujuan individu, organisasi dan masyarakat.
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
4
2. Seleksi Pengadaan terdiri dari perencanaan, perekrutan, seleksi, penempatan, dan produksi. Proses seleksi merupakan tahap-tahap khusus yang digunakan untuk memutuskan pelamar mana yang akan diterima. Simamora (2004) mengemukakan bahwa seleksi merupakan proses pemilihan dari sekelompok pelamar yang paling memenuhi kriteria seleksi untuk posisi yang tersedia di dalam perusahaan. Ada beberapa hal mendasar yang menyebabkan seleksi menjadi hal yang penting, yaitu: 1) Kinerja
para
manajer
senantiasa
tergantung
pada
sebagian kinerja
bawahannya. 2) Seleksi yang selektif penting karena biaya perekrutan yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam pengangkatan pegawai tidak sedikit. 3) Seleksi yang baik itu penting karena implikasi hukumnya terhadap penggunaan prosedur seleksi yang ilegal. a. Tujuan Seleksi Sumber Daya Manusia Seleksi penerimaan karyawan baru bertujuan untuk mendapatkan: 1) Karyawan yang qualified dan potensial, 2) Karyawan yang jujur dan berdisiplin, 3) Karyawan yang cakap dan penempatannya yang tepat, 4) Karyawan yang terampil dan bersemangat dalam bekerja, 5) Karyawan yang memenuhi persyaratan undang-undang perburuhan, 6) Karyawan yang dapat bekerja sama baik secara vertical maupun horizontal, 7) Karyawan yang dinamis dan kreatif, 8) Karyawan yang inovatif dan bertanggunjawab sepenuhnya, 9) Karyawan yang loyal dan berdedikasi tinggi, 10) Mengurangi tingkat absensi dan turnover karyawan, 11) Karyawan yang mudah dikembangkan pada masa depan, 12) Karyawan yang dapat bekerja secara mandiri, 13) Karyawan yang mempunyai perilaku dan budaya malu.
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
5
b. Proses Seleksi Proses seleksi dimulai setelah kumpulan para pelamar yang memenuhi syarat didapatkan melalui penarikan (recruitment). Proses ini melibatkan serangkaian tahap yang menambah kempleksitas dan waktu sebelum keputusan pengadaan karyawan diambil.
Kerangka Konseptual Berdasarkan uraian yang penulis kemukakan pada latar belakang dan landasan teori, maka penulis menjabarkan kerangka konseptual yang kemudian akan dijadikan pegangan dalam penelitian. Kerangka Konseptual Variabel X Pelaksanaan Seleksi
Variabel Y Kesesuaian penempatan karyawan
Hipotesis Berdasarkan uraian yang dikemukakan maka penulis menarik satu hipotesa yaitu: “Jika seleksi dilaksanakan dengan tepat, diduga akan tercapai kesesuaian penempatan karyawan”.
Metodologi Penelitian A. Unit Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya yang terletak di Jl. Dr. Moh. Ali, Komplek Rumah Sakit Mohammad Hoesin (RSMH) Palembang. B. Metode Pengambilan Sampel Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode Random Sampling, yaitu metode penarikan sampel dimana setiap anggota pupulasi mempunyai peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Adapun jumlah sampel tersebut diperoleh dari perhitungan yang dikemukakan oleh Slovin, yaitu:
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
6
Dimana : n =
Ukuran sampel
N=
Ukuran populasi yaitu jumlah karyawan pada Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
e=
persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat di tolerir atau diinginkan, sebanyak 10% Berdasarkan rumus tersebut, banyaknya sampel yang diambil dari jumlah
populasi 171 orang adalah:
= 63 Dengan demikian, jumlah sampel yang digunakan sebagai responden dalam penelitian ini sebanyak 63 orang karyawan. C. Data Yang Digunakan 1. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh penulis melalui observasi atau pengamatan langsung dari FK Unsri, baik itu
melalui observasi, kuesioner, dan
wawancara secara langsung dengan pimpinan dan staf FK Unsri sesuai dengan kebutuhan dalam penelitian ini. 2. Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang diperoleh tidak langsung, yaitu data tersebut diperoleh penulis dari dokumen-dokumen FK Unsri dan buku-buku literatur yang memberikan informasi tentang proses pelaksanaan seleksi dan penempatan karyawan. D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dipergunakan penulis adalah: 1. Penelitian lapangan (Field Research) Yaitu penulis mengumpulkan data dengan cara mengadakan kunjungan langsung atau melakukan peninjauan langsung ke FK Unsri yang sedang diteliti. Dimana untuk memperoleh data tersebut, penulis menggunakan teknik sebagai berikut:
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
7
a. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melaksanakan kegiatan langsung pada FK Unsri untuk mencatat data yang diperlukan. b. Wawancara, yaitu penulis mengumpulkan data dengan melakukan tanya jawab langsung atau mengadakan komunikasi langsung dengan pihak FK Unsri untuk mendapatkan informasi atau data-data yang diperlukan penulis. c. Kuesioner, yaitu dengan membagikan daftar pertanyaan kepada karyawan FK Unsri yang secara logis berhubungan dengan masalah penelitian. Sedangkan jenis pertanyaan yang diberikan dalam kuesioner tersebut adalah close-ended question, yaitu jenis pertanyaan yang bersifat tertutup dimana jawabannya sudah ditentukan terlebih dahulu dan karyawan FK Unsri tidak diberi kesempatan memberikan jawaban lain. 2. Studi Literatur (Literature Study) Penulis berusaha mencari, mengumpulkan, serta mempelajari teori-teori dari buku-buku atau literatur yang ada hubungannya dengan manajemen sumber daya manusia pada umumnya dan seleksi pada khususnya.
E. Metode Analisis 1. Pengukuran Instrumen Penelitian Untuk mengetahui pengukuran jawaban responden pada penelitian ini yang menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner, penulis menggunakan metode skala Likert (Likert Summated Ratings). Tingkatan jawaban yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Jawaban sangat setuju
diberi bobot 5
b. Jawaban setuju
diberi bobot 4
c. Jawaban ragu-ragu
diberi bobot 3
d. Jawaban tidak setuju
diberi bobot 2
e. Jawaban sangat tidak setuju
diberi bobot 1
Kuesioner yang baik harus memenuhi persyaratan valid dan reliable, maka untuk itu penulis juga akan melakukan kedua uji ini terhadap instrument penelitian (kuesioner).
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
8
a) Uji validitas Digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Uji validitas menggunakan analisis korelasi pearson, keputusan mengetahui valid tidaknya butir instrument. Jika pada tingkat signifikan 5% nilai r hitung > r tabel maka dapat disimpulkan bahwa butir instrument tersebut valid. b) Uji reliabilitas Digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel. Reliabilitas diukur dengan uji statistik cronbach’s alpha (α). Nunally (1969) mengemukakan bahwa suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai cronbach’s alpha > 0,60.
2. Analisis Deskriptif Kuantitatif Metode yang bertujuan untuk mengubah kumpulan data mentah menjadi bentuk yang mudah dipahami, dalam bentuk informasi yang ringkas dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi 3. Uji Asumsi Klasik a. Uji normalitas Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data terdistribusi dengan normal. Teknik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas data yaitu dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Bila nilai Asymtotic Significance > 0,05 maka data normal, dan bila nilai Asymtotic Significance < 0,05 maka data tidak normal. b. Uji linearitas Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Pengujian pada SPSS dengan menggunakan One Way Anova dengan taraf signifikansi 0,05. Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linear bila nilai sig deviation from linearity > 0,05.
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
9
4. Pengujian Hipotesis a. Analisis Regresi Sederhana Teknik analisis regresi sederhana digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh secara kuantitatif dari suatu perubahan (variabel X) terhadap kejadian lainnya (variabel Y). Rumus regresi sebagai berikut: Y = a + bX Dimana : Y = Penempatan pegawai X = Pelaksanaan seleksi a = Bilangan konstanta b = Koefisien regresi b. Uji t Uji t dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen. Hasil uji ini pada output SPSS dapat dilihat pada table Coefficients. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen, maka digunakan tingkat signifikansi 0,05, jika nilai probability t lebih besar dari 0,05 maka tidak ada pengaruh dari variabel independen terhadap dependen (koefisien regresi tidak signifikan), sedangkan jika nilai probability t lebih kecil dari 0,05 maka ada pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen (koefisien regresi signifikan). c. Analisis Korelasi dan Determinasi Untuk melihat besarnya pengaruh antara variabel pelaksanaan seleksi dan kesesuaian penempatan karyawan perlu dilakukan analisis korelasi dan determinasi. Koefisien korelasi (R) untuk mengetahui tingkat pengaruh variabelvariabel dan determinasi (R Square) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Jika R yang diperoleh mendekati 1 (satu), maka dapat dikatakan semakin kuat model tersebut menerangkan hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
10
R makin mendekati 0 (nol), maka semakin lemah pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
F. Definisi Variabel Operasional Tabel Definisi Variabel Operasional Variabel
Pelaksanaan Seleksi ( X )
Kesesuaian Penempatan Karyawan ( Y )
Definisi Operasional Proses pemilihan dari sekelompok pelamar yang paling memenuhi criteria seleksi untuk posisi yang tersedia di dalam perusahaan
Menempatkan posisi seseorang ke posisi pekerjaan yang tepat
1. 2. 3. 4. 5.
Indikator Kelengkapan surat lamaran Tes psikologi Tes Pengetahuan Tes kesehatan Wawancara
1. Jabatan/pekerjaan yang diinginkan 2. Penyesuaian pendidikan 3. Kemampuan dan keterampilan karyawan 4. Tingkat pengetahuan yang dimiliki karyawan 5. Pertimbangan mengenai pengalaman kerja 6. Keadaan kesehatan karyawan 7. Prinsip penempatan karyawan
Berikut ini adalah penjelasan mengenai kerakteristik responden, yaitu: a. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel Jenis Kelamin Responden No.
Jumlah Responden 37 26 63
Jenis Kelamin
1. 2.
Laki-laki Perempuan Total Sumber: Data primer yang diolah
Persentase 58,73% 41,27% 100%
b. Karakter Responden Berdasarkan Usia Tabel Usia Responden No.
Usia Responden
1. 2. 3.
21– 27 tahun 28 – 36 tahun > 36 tahun Total Sumber: Data primer yang diolah
Periode Januari 2013 – April 2013
Jumlah Responden 35 21 7 63
Persentase 55,56 % 33,33 % 11,11 % 100 %
ISSN : 2087-5142
11
c. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Tabel Pendidikan Terakhir Responden No.
Pendidikan Terakhir
1. 2. 3. 4.
SLTA/Sederajat & D1 D3 S1 S2 Total Sumber : Data primer yang diolah
Jumlah Responden 31 10 20 2 63
Persentase 49,21 % 15,87 % 31,75 % 3,17 % 100 %
d. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja Tabel Masa Kerja Responden No.
Masa Kerja Responden
1 – 5 tahun 6 – 10 tahun Total Sumber: Data primer yang diolah 1. 2.
Jumlah Responden 36 27 63
Persentase 57,14 % 42,86 % 100 %
1. Pengukuran Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini peneliti melakukan uji instrument penelitian dengan melakukan try out kuesioner kepada 15 responden. Uji ini dilakukan untuk mengetahui konsistensi dan akurasi data yang dikumpulkan dari penggunaan instrument dan dihitung dengan menggunakan bantuan SPSS 16. a. Uji Validitas Untuk menyatakan bahwa butir pertanyaan valid atau tidak valid yaitu dengan membandingkan nilai yang ada pada kolom Corrected Item-Total Correlation atau r hitung dengan r tabel. Jika r hitung > r tabel maka butir pertanyaan tersebut valid. Sebaliknya jika r hitung < t tabel maka butir pertanyaan tidak valid. 1) Instrumen Variabel Pelaksanaan Seleksi Uji coba yang dilakukan untuk variabel Pelaksanaan Seleksi (X) dari 5 butir pertanyaan ternyata semuanya valid. Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel berikut:
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
12
Tabel Hasil Uji Validitas Instrument Variabel Pelaksanaan Seleksi (X) Pertanyaaan r- hitung Butir 1 0,615 Butir 2 0,692 Butir 3 0,666 Butir 4 0,645 Butir 5 0,560 Sumber: Data primer yang diolah
r-tabel = 0,05 0,514 0,514 0,514 0,514 0,514
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid
Dari tabel menunjukkan bahwa pertanyaan dari butir 1 sampai butir 5 menghasilkan nilai r-hitung > r-tabel yang berarti semuanya valid. 2) Instrumen Variabel Kesesuaian Penempatan Uji coba yang dilakukan untuk variabel Kesesuaian Penempatan Karyawan (Y) dari 7 butir pertanyaan ternyata semuanya valid. Hasil perhitungan dapat dilihat dari tabel berikut: Tabel Hasil Uji Validitas Instrument Variabel Kesesuaian Penempatan Karyawan (Y) Pertanyaan r-hitung Butir 1 0,828 Butir 2 0,857 Butir 3 0,739 Butir 4 0,877 Butir 5 0,693 Butir 6 0,781 Butir 7 0,661 Sumber: Data primer yang diolah
r-tabel 0,514 0,514 0,514 0,514 0,514 0,514 0,514
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Tabel di atas menunjukkan bahwa pertanyaan dari butir 1 sampai butir 7 menghasilkan nilai r-hitung > r-tabel yang berarti semuanya valid. b. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas adalah menguji apakah hasil kuesioner dapat dipercaya atau tidak. Untuk mengetahui bahwa instrument adalah reliabel jika nilai Cronbach’s Alpha > 0,6.
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
13
Tabel Hasil Uji Reliabilitas Instrument Variabel Penelitian
Nilai Crombach’s Alpha
Pelaksanaan 0,829 Seleksi (X) Kesesuaian Penempatan 0,926 Karyawan (Y) Sumber: Data primer yang diolah
Nilai Kritis
Hasil
Keterangan
0,6
0,829 > 0,6
Reliabel
0,6
0,926 > 0,6
Reliabel
1) Instrument Variabel Pelaksanaan Seleksi Dari tabel di atas menunjukkan bahwa uji coba yang dilakukan untuk instrument variabel pelaksanaan seleksi (X) dari 5 butir pertanyaan yang dilakukan uji reliabilitas didapatkan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,829. Dapat disimpulkan bahwa variabel pelaksanaan seleksi (X) lolos uji reliabilitas karena nilai Cronbach’s Alpha > 0,6. 2) Instrument Variabel Kesesuaian Penempatan Karyawan Tabel di atas menunjukkan bahwa uji coba yang dilakukan untuk instrument variabel kesesuaian penempatan karyawan (Y) dari 7 butir pertanyaan yang dilakukan uji reliabilitas didapatkan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,926. Dapat disimpulkan bahwa variabel kesesuaian penempatan karyawan (Y) lolos uji reliabilitas karena nilai Cronbach’s Alpha > 0,6. 2. Analisis Deskriptif Kuantitatif Analisis deskriptif kuantitatif dibuat dalam bentuk informasi yang ringkas dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermasksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. a. Penilaian responden terhadap pertanyaan Pelaksanaan Seleksi Pelaksanaan seleksi merupakan usaha pertama yang dilakukan untuk memperoleh karyawan yang qualified dan kompeten. Penilaian diambil dari hasil jawaban kuesioner yang telah disebarkan kepada 63 responden Hasil penilaian responden terhadap pertanyaan pelaksanaan seleksi dapat dijelaskan pada tabel berikut:
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
14
Tabel Hasil Penilaian Responden terhadap Pertanyaan Variabel Pelaksanaan Seleksi N o 1.
2.
3.
4.
5.
Pertanyaan Kelengkapan surat lamaran merupakan peryaratan yang harus dilaksanakan oleh pelamar dalam proses seleksi. Tes psikologi sangat penting dalam mengukur bakat, kepribadian, dan minat calon karyawan. Tes pengetahuan merupakan bentuk tes untuk menguji pengetahuan yang dimiliki calon karyawan. Tes kesehatan dilakukan untuk menjamin bahwa calon karyawan dalam kondisi sehat. Wawancara merupakan alat seleksi yang cukup penting dalam proses seleksi
SS
S
28 (44,44%)
30 (47,62%)
20 (31,75%)
Kategori RR
Total
TS
STS
5 (7,94%)
-
-
63 (100%)
14 (22,22%)
11 (17,46%)
16 (25,4%)
2 (3,17%)
63 (100%)
35 (55,55%)
20 (31,75%)
8 (12,7%)
-
-
63 (100%)
13 (20,63%)
35 (55,56%)
10 (15,87%)
5 (7,94%)
-
63 (100%)
34 (53,97%)
20 (31,75%)
9 (14,28%)
-
-
63 (100%)
Sumber: Data primer yang diolah Dari tabel di atas menunjukkan bahwa penilaian responden terhadap pertanyaan kelengkapan surat lamaran merupakan persyaratan yang harus dilaksanakan oleh pelamar dalam proses seleksi, responden yang menyatakan sangat setuju berjumlah 28 orang dengan persentase sebesar 44,44 %, yang menyatakan setuju berjumlah 30 orang dengan persentase sebesar 47,62 %, dan yang menyatakan ragu-ragu berjumlah 5 orang dengan persentase sebesar 7,94%.
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
15
Penilaian responden terhadap pertanyaan tes psikologi sangat penting dalam mengukur bakat, kepribadian, dan minat calon karyawan, responden yang menyatakan sangat setuju berjumlah 20 orang dengan persentase sebesar 31,75%, yang menyatakan setuju berjumlah 14 orang dengan persentase sebesar 22,22%, yang menyatakan ragu-ragu berjumlah 11 orang dengan persentase sebesar 17,46 %, yang menyatakan tidak setuju berjumlah 16 orang dengan persentase sebesar 25,4 %, dan yang menyatakan sangat tidak setuju berjumlah 2 orang dengan persentase sebesar 3,17 %. Penilaian responden terhadap pertanyaan tes pengetahuan merupakan bentuk tes untuk menguji pengetahuan yang dimiliki calon karyawan, responden yang mennyatakan sangat setuju berjumlah 35 orang dengan persentase sebesar 55,55%, yang menyatakan setuju berjumlah 20 orang dengan persentase sebesar 31,75%, dan yang menyatakan ragu-ragu berjumlah 8 orang dengan persentase sebesar 12,7 %. Penilaian responden terhadap pertanyaan tes kesehatan dilakukan untuk menjamin bahwa calon karyawan dalam kondisi sehat, responden yang menyatakan sangat setuju berjumlah 13 orang dengan persentase sebesar 20,63%, yang menyatakan setuju berjumlah 35 orang dengan persentase sebesar 55,56%, yang menyatakan ragu-ragu berjumlah 10 orang dengan persentase sebesar 15,87 % , dan yang menyatakan tidak setuju berjumlah 5 orang dengan persentase sebesar 7,94 %. Penilaian responden terhadap pertanyaan wawancara merupakan alat seleksi yang cukup penting dalam proses seleksi, responden yang menyatakan sanagt setuju berjumlah 34 orang dengan persentase sebesar 53,97%, yang menyatakan setuju berjumlah 20 orang dengan persentase sebesar 31,75%, dan yang menyatakan ragu-ragu berjumlah 9 orang dengan persentase sebesar 14,28%.
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
16
b. Penilaian
responden
terhadap
pertanyaan
variabel
Kesesuaian
Penempatan Karyawan Tabel Hasil Penilaian Responden Terhadap Pertanyaan Variabel Kesesuaian Penempatan Karyawan N o 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pertanyaan Penempatan saya pada jabatan ini sesuai dengan keinginan. Pekerjaan yang diberikan kepada saya sesuai dengan tingkat pendidikan saya. Karyawan akan bekerja dengan baik apabila pekerjaan yang diberikan sesuai dengan kemampuan dan keterampilan Dengan tes pengetahuan maka calon karyawan dapat ditempatkan sesuai dengan kemampuan. Penempatan saya pada jabatan ini sesuai dengan pengalaman kerja saya sebelumnya. Kondisi kesehatan sangat menunjang dalan penempatan karyawan Prinsip “Penempatan orang-orang yang tepat pada tempat yang tepat dan penempatan orang yang tepat untuk jabatan yang tepat” perlu dilaksanakan secara konsekuen.
SS
S
Kategori RR
37 (58,73%)
14 (22,22%)
20 (31,75%)
Total
TS
STS
12 (19,05%)
-
-
63 (100%)
27 (42,86%)
8 (12,7%)
6 (9,52%)
2 (3,17%)
63 (100%)
23 (36,51%)
17 (26,99%)
19 (30,16%)
2 (3,17%)
2 (3,17%)
63 (100%)
37 (58,73%)
14 (22,22%)
12 (19,05%)
-
-
63 (100%)
14 (22,22%)
25 (39,68%)
16 (25,4%)
8 (12,7%)
-
63 (100%)
29 (46,03%)
17 (26,98%)
10 (15,87%)
4 (6,35%)
3 (4,76%)
63 (100%)
38 (60,32%)
21 (33,33%)
4 (6,35%)
-
-
63 (100%)
Sumber: Data primer yang diolah Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa penilaian responden terhadap pertanyaan penempatan saya pada jabatan ini sesuai dengan keinginan, responden yang menyatakan sangat setuju berjumlah 37 orang dengan persentase sebesar 58,73 %, yang menyatakan setuju berjumlah 14 orang
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
17
dengan persentase sebesar 22,22 %, dan yang menyatakan ragu-ragu berjumlah 12 orang dengan persentase sebesar 19,05 %. Penilaian responden terhadap pertanyaan pekerjaan yang diberikan kepada saya sesuai dengan tingkat pendidikan saya, responden yang menyatakan sangat setuju berjumlah 20 orang dengan persentase sebesar 31,75 %, yang menyatakan setuju berjumlah 27 orang dengan persentase sebesar 42,86 %, yang menyatakan ragu-ragu berjumlah 8 orang dengan persentase sebesar 12,7 %, yang menyatakan tidak setuju berjumlah 6 orang dengan persentase sebesar 9,52%, dan yang menyatakan sangat tidak setuju berjumlah 2 orang dengan persentase sebesar 3,17 %. Penilaian responden terhadap pertanyaan karyawan akan bekerja dengan baik apabila pekerjaan yang diberikan sesuai dengan kemampuan dan keterampilan, responden yang menyatakan sangat setuju berjumlah 23 orang dengan persentase sebesar 36,51 %, yang menyatakan setuju berjumlah 17 orang dengan persentase sebesar 26,99 %, yang menyatakan ragu-ragu berjumlah 19 orang dengan persentase sebesar 30,16 %, yang menyatakan tidak setuju berjumlah 2 orang dengan persentase sebesar 3,17 %, dan yang menyatakan sangat tidak setuju berjumlah 2 orang dengan persentase sebesar 3,17 %. Penilaian responden terhadap pertanyaan dengan tes pengetahuan maka calon karyawan dapat ditempatkan sesuai dengan kemampuan, responden yang menyatakan sangat setuju berjumlah 30 orang dengan persentase sebesar 47,62%, yang menyatakan setuju berjumlah 18 orang dengan persentase sebesar 28,57%, yang menyatakan ragu-ragu berjumlah 13 orang dengan persentase sebesar 20,64 %, yang menyatakan tidak setuju berjumlah 2 orang dengan persentase sebesar 3,17 %. Penilaian responden terhadap pertanyaan penempatan saya pada jabatan ini sesuai dengan pengalaman kerja saya sebelumnya, responden yang menyatakan sangat setuju berjumlah 14 orang dengan persentase sebesar 22,22%, yang menyatakan setuju berjumlah 25 orang dengan persentase sebesar 39,68%, yang menyatakan ragu-ragu berjumlah 16 orang dengan
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
18
persentase sebesar 25,4 %, dan yang menyatakan tidak setuju berjumlah 8 orang dengan persentase sebesar 12,7 %. Penilaian responden terhadap pertanyaan kondisi kesehatan sangat menunjang dalam penempatan karyawan, responden yang menyatakan sangat setuju berjumlah 29 orang dengan persentase sebesar 46,03 %, yang menyatakan setuju berjumlah 17 orang dengan persentase sebesar 26,98 %, yang menyatakan ragu-ragu berjumlah 10 orang dengan persentase sebesar 15,87 %, yang menyatakan tidak setuju berjumlah 4 orang dengan persentase sebesar 6,35 %, dan yang menyatakan sangat tidak setuju berjumlah 3 orang dengan persentase sebesar 4,76 %. Penilaian responden terhadap pertanyaan prinsip penempatan orangorang yang tepat pada tempat yang tepat dan penempatan orang yang tepat untuk jabatan yang tepat perlu dilaksanakan secara konsekuen, responden yang menyatakan sangat setuju berjumlah 38 orang dengan persentase sebesar 60,32%, yang menyatakan setuju berjumlah 21 orang dengan persentase sebesar 33,33%, dan yang menyatakan ragu-ragu berjumlah 4 orang dengan persentase sebesar 6,35 %. 3. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Tabel Hasil Uji Normalitas One – sample Komolgorov-Smirnov Test Pelaksanaan Seleksi
N Normal Parameter a Most Extreme Differences
Mean Std.Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp.Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal.
63 16.60 3.994 .100 .100 -.088 .791 .558
Kesesuaian Penempatan Karyawan 63 18.76 6.965 .152 .152 -.133 1.204 .110
Sumber: Data primer yang diolah Dari tabel di atas menunjukkan bahwa hasil uji normalitas didapatkan nilai Asymp.Sig untuk variabel pelaksanaan seleksi (X) sebesar 0,558 dan variabel kesesuaian pelaksanaan seleksi (Y) sebesar 0,110. Nilai Asymp.Sig Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
19
kedua variabel menunjukkan angka yang lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data variabel pelaksanaan seleksi dan kesesuaian penempatan karyawan berdistribusi normal. b. Uji Linearitas Tabel Hasil Uji Linearitas ANOVA Table
Kesesuaian Penempatan Karyawan * Pelaksanaan Seleksi
Between Groups
(Combined) Linearity Deviation from Linearity
Within Groups Total
Sum of Square
df
Mean Square
1322.521 844.708
16 1
477.814
F
Sig.
82.658 844.708
2.257 23.062
.016 .000
15
31.854
.870
.600
1684.907
46
36.628
3007.429
62
Sumber: Data primer diolah Dari tabel di atas menunjukkan bahwa nilai sig deviation from linearity sebesar 0,6. Karena nilai sig deviation from linearity > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa hubungan pelaksanaan seleksi (X) dengan kesesuaian penempatan karyawan (Y) linear. 4. Pengujian Hipotesis a. Analisis Regresi Sederhana Tabel Hasil Uji Koefisien Regresi Coefficients Unstandardized Coefficients B 3.418
Model Std. Error 1 (Constant) 3.232 Pelaksanaan .924 .189 Seleksi a.Dependent Variabel : Kesesuaian Penempatan Karyawan
Standardized Coefficients Beta .530
t 1.058
Sig. .294
4.881
.000
Sumber: Data primer yang diolah
Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa nilai regresi dimana konstanta= 3,418 dan koefisien regresi pelaksanaan seleksi 0,924 sehingga persamaan regresi sederhana dapat ditulis Y= 3,418 + 0,924 X. Konstanta sebesar 3,418 menyatakan bahwa jika ada pelaksanaan seleksi, maka skor kesesuaian penempatan karyawan adalah 3,418. Koefisien regresi X sebesar 0,924 menyatakan bahwa setiap penambahan satu skor
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
20
pelaksanaan seleksi akan meningkatkan skor kesesuaian penempatan karyawan sebesar 0,924. b. Uji T Untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan seleksi terhadap kesesuaian penempatan karyawan dapat dilihat pada tabel 4.12. Nilai t diperoleh sebesar 4,881 dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena tingkat signifikansinya lebih kecil dari 0,05, maka variabel independen pelaksanaan seleksi berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen kesesuaian penempatan karyawan. c. Analisis Korelasi dan Determinasi Tabel Hasil Uji Korelasi dan Koefisien Determinasi Pengaruh Pelaksanaan Seleksi terhadap Kesesuaian Penempatan Karyawan Model
R
R Square
1
.530a
.281
Adjusted R Square .269
Std. Error of the Estimate 5.954
Sumber : Data primer yang diolah Untuk dapat memberi interpretasi terhadap kuatnya pengaruh pelaksanaan seleksi terhadap kesesuaian penempatan karyawan, maka digunakan pedoman seperti tabel berikut: Tabel Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien
Tingkat Pengaruh
0,000 – 0.199 0,200 – 0,399 0,400 – 0,599 0,600 – 0,799 0,800 – 1,000
Sangat Lemah Lemah Cukup Kuat Kuat Sangat Kuat
Sumber: Sugiyono, 2009 Dari tabel di atas menunjukkan bahwa besarnya korelasi (R) pelaksanaan seleksi (X) terhadap kesesuaian penempatan karyawan (Y) adalah 0,530, artinya pengaruh variabel pelaksanaan seleksi terhadap kesesuaian penempatan karyawan menunjukkan adanya korelasi yang cukup kuat dan bersifat positif (searah). Untuk mengetahui berapa besarnya pengaruh tersebut dapat dilihat dari nilai koefisien determinasinya (R Square) yaitu 0,281 yang memberikan pengertian bahwa 28,1 % variabel kesesuaian penempatan karyawan (Y) dapat Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
21
dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel pelaksnaan seleksi (X), sedangkan sisanya 71,9 % dapat dipengaruhi atau dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diteliti pada penelitian ini.
Kesimpulan 1. Variabel pelaksanaan seleksi berpengaruh signifikan terhadap variabel kesesuaian penempatan karyawan
pada
Fakultas
Kedokteran Universitas
Sriwijaya
Palembang. Pengaruh ini dapat dilihat dari nilai t yang diperoleh sebesar 4,881 dengan tingkat sig(p) 0,000 < 0,05. 2. Tingkat pengaruh pelaksanaan seleksi terhadap kesesuaian penempatan karyawan cukup kuat. Tingkat pengaruh ini dapat dilihat dari nilai korelasi (R) yang diperoleh sebesar 0,530. 3. Besarnya pengaruh pelaksanaan seleksi terhadap kesesuaian penempatan karyawan dapat dilihat dari nilai koefisien determinasinya (R Square), yaitu sebesar 0,281 yang memberikan pengertian bahwa 28,1% variabel kesesuaian penempatan karyawan dipengaruhi oleh variabel pelaksanaan seleksi, sedangkan sisanya 71,9% dapat dipengaruhi atau dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diteliti pada penelitian ini. Saran 1. Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya sebaiknya lebih memperhatikan lagi dalam seleksi karyawan, terutama dalam menentukan kualifikasi dari persyaratan untuk pekerjaan yang ditawarkan sehingga dalam pelaksanakan seleksi karyawan baru benar-benar didapatkan karyawan yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan. 2. Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya sebaiknya lebih memperhatikan setiap tahap seleksi, karena pada setiap tahap tersebut dapat diketahui tingkat kemampuan dalam bekerja dari seorang pelamar.
DAFTAR PUSTAKA Hasibuan, Malayu SP. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia, edisi revisi, cetakan ketujuh. Jakarta : Bumi Aksara. Mangkunegara, Anwar Prabu 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Jakarta : Gramedia. Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
22
Manullang M, Mariot AMH. 2001. Manajemen Personalia Edisi Ketiga. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Moekijat. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia cetakan kesembilan. Bandung: Mandar Maju. Moekijat. 2003. Pengembangan Manajemen Sumber Daya Manusia Berkualitas. Jakarta : Gramedia. Rachmawati Ike Kusdyah. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia edisi Pertama cetakan Pertama. Jakarta : Andi Offset. Rivai, Veithzal. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan edisi Kedua. Jakarta : Rajawali Pers. Samsudin, H, Sadeli. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Pustaka Setia. Sugiono. 2009. Metode Penelitian Administrasi: dilengkapi dengan Metode R&D. Bandung : Alfabeta. _______. 2008. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Yuniarsih. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia cetakan Pertama. Bandung : Alfabeta.
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
23
Manajemen Kinerja Kunci Sukses Manajemen Abad 21 Ahmad Badawi Saluy Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Prof. Dr. Hazairin, SH, Bengkulu
ABSTRAK
Untuk menjawab tantangan Era globalisasi yang ditandai dengan tingkat persaiangan yang sangat kompetitif, memaksa stakeholder/Manajer harus dapat menunjukkan profesionalitas, kompetensi, konsistensi dan komitmen kinerja dengan baik dan berkolaborasi solid dengan bawahan, tidak saling mencurigai dan loyal terhadap teman sekerja serta mampu membangun komunikasi yang cepat, lugas dan secara detail,serta mau mengakomodir apa yang menjadi saran dan pendapat bawahan dalam rangka mendapat dukungan yang optimal dari para karyawan untuk suksesnya tujuan yang hendak dicapai.
Kata kunci: manajemen, manajemen kinerja
Pendahuluan Di era gelobalisasi saat ini, atmosfir kegiatan ekonomi ditandai dengan persaingan diberbagai aspek kehidupan yang sangat komparatif dan kompetitif, ditandai dengan kemajuan teknologi informasi yang menembus sekat-sekat formal dan bahkan hingga yang sangat pribadi dari seluruh aktivitas kehidupan umat manusia. Untuk meraih sukses sebagai pemenang dalam era globalisasi tersebut tentu tidak mudah, selain luas dan rumitnya jaringan organisasi, kita akan berhadapan dengan banyaknya intervensi kepentingan yang sebelumnya tidak masuk dalam perencanaan dan perhitungan target yang akan dicapai. Karena luas dan rumitnya persoalan manajemen organisasi itu juga, membuat pakar manajemen dan kelompok profesional bekerja keras mencari solusi yang dianggap tepat untuk meningkat kinerja organisasi, sesuai dengan perencanaan dan perhitungan target organisasi yang hendak dicapai.
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
24
Di awal tahun 1970 hingga awal tahun 1990 pakar manajemen dan kaum profesional mengenal berbagai kiat dan cara untuk meningkatkan kinerja organisasi diantaranya: 1. Merit rating sebagai teknik evaluasi Evaluasi dengan merit rating menuntut para manajer menilai pegawainya berdasarkan berbagai faktor ataupun karakteristik pekerjaan dan keperibadian secara objektif. Faktor-faktor pekerjaan meliputi pengetahuan, tugas pekerjaan, output yang efektif, pengambilan keputusan dan akurasi kerja. Dalam perkembangannya evaluasi merit rating ini menimbulkan ketidak sukaan para manajer, dikarenakan alasan sebagai berikut: a. Ketidak percayaan atas validitas sistem itu sendiri b. Tidak suka mengkeritik bawahan secara langsung c. Tidak mampu menangani evaluasi dan wawancara. d. Tidak suka dengan prosedur yang baru Sistem merit rating ini sering menimbulkankan kantra produktif di internal organisasi, karena
kadang tidak tepat menetapkan standar yang
sesungguhnya yang dapat dijadikan untuk membuat suatu penilaiaan 2. Management By Objective (MBO) atau Manajemen Berorientasi Sasaran Menurut Schermerhorn R.John (1995) esensi MBO adalah proses penetapan sasaran (goal setting) bersama antara atasan dan bawahan. Manajemen berdasarkan sasaran dikembangkan sebagai suatu metode untuk mengelola organisasi dan pegawai serta untuk meningkatkan kinerja para manajer. Akan tetapi pada akhir tahun 1970 an manajemen berdasarkan sasaran ini dianggap sebagai suatu sistem yang kurang baik, seperti komentar dari Robert Schaffer dalam sebuah artikel klasik di Harvard Business Review (1991) menyatakan bahwa Program MBO seringkali menghasilkan bentengbenteng tumpukan surat menyurat yang dipergunakan oleh manajer untuk berlindung dari sebuah tuntutan. Pada programMBO,
sementara daftar
sasaran menjadi semakin banyak dan dokumen menjadi semakin tebal, fokusnya semakin memudar. Tebalnya dokumen dirancukan dengan kualitas dan enerji yang dihabiskan pada mekanismenya bukan pada pada hasilnya.
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
25
Sistem ini juga cendrung terkonsentrasi pada manajer dan memberikan staf lainnya untuk diatur dengan suatu cara evaluasi “merit rating” 3. Evaluasi kinerja (Performance Appraisal) Evaluasi
kinerja
merupakan
sistem
formal
yang
digunakan
untuk
mengevaluasi kinerja pegawai secara periodik yang ditentukan oleh organisasi. Evaluasi kinerja bertujuan untuk pengembangan pegawai, pemberian reward, motivasi, perencanaan SDM, dan komunikasi (Ivancevich, 1992) Sistem evaluasi kinerja sebagaimana yang dikembangkan sejak tahun tujuh puluhan dan tahun delapan puluhan menyertakan beberapa ciri manajemen berdasarkan sasaran yang diistilahkan sebagai result operated scheme. Istilah appraisal mengandung pengertian bahwa ini adalah suatu proses dari top downdimana para manajer memberi tahu kepada stafnya bagaimana pandangannya tentang staf mereka. Dan salah satu penyebab gagalnya sistem evaluasi kinerja (performance appraisal)
bahwa manajer tidak suka dan
keberatan melakukan penilaian terhadap bawahannya langsung dan itu yang disebut “Playing at being God” (Mc Gregor,1960) 4. Manajemen Kinerja Manajemen kinerja didasarkan kepada suatu asumsi bahwa bilamana orang tahu dan mengerti apa yang diharapkan dari mereka, dan diikut sertakan dalam menentukan sasaran yang hendak dicapai, sehingga mereka mempunyai motivasi yang tinggi untuk mencapai sasaran tersebut. Tujuan umum manajemen kinerja adalah untuk menciptakan budaya para individu dan kelompok terhadap tanggung jawab bersama dalam peningkatan proses kerja dan kemampuan yang berkesinambungan. Manajemen
kinerja
memungkinkan
individu
untuk
mengekpresikan
pandangan mereka tentang apa yang seharusnya meraka kerjakan, arah yang akan dituju, dan bagaimana seharusnya mengelola pekerjaan. Dengan demikian proses ini memberikan suatu cara bagaimana sasaran kerja dapat dipahami bersama-sama oleh para manajer dan karyawan. Para manajer dapat memperjelas harapan yang mereka inginkan dari staf dan para karyawan dapat
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
26
mengkomunikasikan harapan mereka dalam pekerjaan dan bagaimana bakat mereka dapat dimanfaatkan oleh organisasi.
Landasan Teori, Tujuan dan Falsafah Manajemen Kinerja A. Landasan teori Robins dan Coultar, 1996:6, mengatakan manajemen adalah suatu proses untuk membuat aktivitas terselesaikan secara efesien dan efektif dengan dan melalui orang lain. Efesiensi menunjukkan hubungan antara infut dan output dengan mencarai biaya semberdaya minimum, sedangkan efektif menunjukkan makna pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. G.R.Terry mendefinisikan manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumber-sumber lainnya. Amstrong dan Baron (1998: 15) mengatakan bahwa kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan
strategis organisasi,
kepuasan konsumen, dan memberikan kontribusi ekonomi. Amstrong dan Baron (1998: 7) mendefinisikan manajemen kinerja adalah pendekatan strategis dan terpadu untuk menyampaikan sukses berkelanjutan pada organisasi dengan memperbaiki kinerja karyawan yang bekerja didalamnya dan dengan mengembangkan kapabilitas tim dan kontributor individu. Prof DR Wibowo, mendefinisikan Manajemen kinerja adalah merupakan gaya manajeman dalam mengelola sumberdaya berorientasi pada kinerja yang melakukan proses komunikasi secara terbuka dan berkelanjutan dengan menciptakan visi bersama dan pendekatan strategis serta terpadu sebagai kekuatan pendorong untuk mencapai tujuan organisasi B. Tujuan Manajemen Kinerja Dalam riset yang menyangkut tentang sistem dan tujuan manajemen kinerja, Bevan dan Thomson (1991) dalam Amstrong (1994) mencatat tujuan akan kebangkitan penggunaan hal tersebut sebagai proses pengintegrasian yang mencampurkan berbagai kegiatan manajemen sumberdaya manusia dengan sasaran organisasi. Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
27
Mereka mengidentifikasi dua gerakan ke arah pengintegrasian: 1. Integrasi yang didorong oleh imbalan Yang menekankan peran sistim imbalan kinerja dengan mengubah perilaku organisasi dan cenderung kurang menghargai peranan aktifitas pengembangan sumberdaya manusia lainnya, cara ini terinsfirasi dengan gaya Inggris pada waktu itu. 2. Integrasi yang didorong oleh pengembangan Yang menekankan pentingnya aktifitas pengembangan sumberdaya manusia yang tepat untuk memenuhi sasaran jangka panjang organisasi, akan tetapi proses pengintegrasian ini tidak semata-mata didorong oleh imbalan atas kinerja Dengan demikian manajemen kinerja adalah sebuah proses yang bertujuan untuk menetapkan apa yang harus dicapai, dan pendekatannya untuk mengelola dan pengembangan manusia melalui suatu cara yang dapat meningkatkan kemungkinan bahwa sasaran akan dapat dicapai dalam suatu jangka waktu tertentu baik pendek maupun panjang. Definisi diatas mengandung unsur-unsur penting yang mempunyai tujuan sebagai berikut : 1.
Memperoleh peningkatan kinerja yang berkelanjutan
2.
Bertindak sebagai daya dongkrak untuk perubahan yang berorientasi kinerja
3.
Meningkatkan motivasi dan komitmen karyawan
4.
Memungkinkan individu untuk mengembangkan kemampuan, meningkatkan kepuasan kinerja, dan mencapai potensi pribadi yang bermanfaat bagi individu dan organisasi.
5.
Mengembangkan hubungan yang terbuka dan konstruktif antara karyawan dan manajer dalam suatu proses dialog yang berkesinambungan terkait dengan pencapaian target dan tujuan perusahaan
6.
Menyatakan suatu kerangka kerja bagi kesempatan sasaran dalam bentuk target dan standar kerja dalam pemahaman yang sama untuk mencapai sasaran yang telah disepakati dalam organisasi
7.
Fokus terhadap atribut dan kompetensi yang diperlukan sehingga dapat menunjukkan kinerja yang efektif terhadap pengembangan usaha selanjutnya
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
28
8.
Menyediakan kretaria untuk dapat melakukan pengukuran dan penilaian yang akurat dan objektif yang berhubungan dengan target dan standar yang telah disepakati sehinggag karyawan akan mendapat umpan balik dari manajer untuk perbaikan kinerja yang akan datang
9.
Berdasarkan penilaian ini, memungkinkan karyawan dan manajer membuat kesepakatan tentang rencana pengembangan dan cara pelaksanaan, serta bersamasama mengkaji akan kebutuhan pelatihan dan pengembangan
10. Memberikan kesempatan kepada karyawan untk menyampaikan keluhan dan hambatan terhadap pelaksanaan kerja dilapangan kepada manajer 11. Memberikan landasan terhadap kebijakan organisasi untuk memberikan imbalan kepada karyawan atas prestasi kinerja yang telah dicapai oleh karyawan 12. Mendemonstrasikan kepada semua orang bahwa organisasi menghargai hak-hak mereka sebagai individu 13. Membantu memberdayakan karyawan untuk mengambil alih tanggung jawab dan memegang kendali atas pekerjaan mereka 14. Membantu perusahaan untuk mempertahankan karyawan-karyawan yang berkwalitas 15. Mendukung inisiatif manajemen yang berkwalitas secara keseluruhan. C. Falsafah Manajemen kinerja Falsafah manajemen kinerja, bersifat holistik karena memiliki pandangan yang menyeluruh terhadap semua bagian dan kelengkapan dari suatu kinerja yang baik. Manajemen kinerja menekankan kepada usaha meningkatkan hasil yang diharapkan pada tingkat departemen maupun organisasi, dan apa yang perlu dilakukan untuk meningkatkan hasil tersebut. Hal tersebut konsisten dengan falsafah manajemen sumberdaya manusia tentang memperlakukan karyawan sebagai suatu asset yangberharga dan investasi dalam mengelola SDM dan mengembangkan SDM untuk meningkatkan nilai tambah SDM. Dengan demikian diyakini bahwa model Manajemen kinerja yang saat ini sedang menjadi rujukan manajemen modern international dapat membawa perubahan yang signifikan
dalam
mengelola
manajemen
organisasi
yang
handal
dan
berkesinambungan.
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
29
Manajemen kinerja disokong oleh falsafah yang bersumber dari: 1.
Teori motivasi
2.
Konsep efektivitas organisasi dan kontribusi manajemen kinerja terhadap efektifitas organisasi.
3.
Keyakinan tentang bagaimana mengelola kinerja Teori motivasi Ketiga teori motivasi yang paling banyak memberikan kontribusi terhadap falsafah manajemen kinerja adalah yang bekenaan dengan tujuan (Goals), dorongan (reinforcement), dan harapan (Expectasy) Teori tujuan (goals) dikembangkan oleh Latham dan locke (1979) atas dasar penelitian selama 14 tahun terhadap penetapan tujuan sebagai suatu teknik motivasi. Mereka menyatakan bahwa tingkat produksi pada perusahaanperusahaan yang mereka pelajari meningkat rata-rata 19 persen akibat proses penetapan tujuan. Karakteristik penetapan tujuan itu adalah : a. Tujuan harus bersifat spesifik b. Tujuan harus cukup menantang tapi masih dapat dicapai c. Tujuan dipandang adil dan rasional d. Karyawan secara individu ikut serta berpartisipasi dalam penetapan tujuan e. Umpan balik memastikan bahwa karyawan akan merasa bangga mendapat pengalaman keberhasilan mencapai tujuan dengan penuh tantangan f. Umpan balik dipergunakan untuk mendapatkan komitmen terhadap tujuan yang lebih tinggi lagi dan menantang.
Dorongan (reinforcement) Teori reinforcement menyatakan bahwa keberhasilan dalam mencapai tujuan dan imbalannya berlaku sebagai insentif yang positif dan mendorong prilaku yang berhasil dan dapat diulangi kembali jika dibutuhkan
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
30
Teori Harapan (Exsfectancy Theory) Teori harapan, sbagaimana yang dikembangkan oleh Vroom(1964), agar dapatmeningkatkan motivasi untukm menunjukkan kinerja yang tinggi karyawan harus : -
Merasa mampu mengubah prilaku karyawan
-
Merasa yakin perubahan prilaku mereka dapat menghasilkan imbalan
-
Memberikan imbalan yang memadai sehingga membawa perubahan prilaku sesuai dengan tujuan organisasi
Falsafah menekankan kepada sifat pengembangan yang berkesinambungan bukan hanya umpan balik, penilaian dan pengkajian ulang.
Tiap asfek
manajemen kinerja dipandang sebagai suatu cara untuk memberikan kesempatan belajar yang dimulai dari sebuah kesepakatan kinerja dan dilanjutkan dengan kesepakatan evaluasi kinerja secara berkala dan diakhiri dengan evaluasi umum terhadap kinerja serta kebutuhan akan pengembangan dengan kesepakatan kinerja yang baru.
Implementasi Manajemen Kinerja di Era Abad 21
Motivasi dan kompetensi Dalam era gelobalisasi saat ini paradigma yang didasarkan atas human resource management telah mengangkat manajemen kinerja sebagai bidang yang sangat menarik dan bahkan menjadi bahan rujukan dalam setiap pengambilan keputusan manajemen organisasi untuk memenangkan keunggulan bersaing dari sebuah persaingan gelobal yang kompetitif. Heteroginitas sumberdaya manusia, keterpaduan aktivitas dan kapabilitas internal organisasi merupakan jantung dalam bidang manajemen kinerja. Dimulai dengan pendekatan klasik, formula strategi yang menggali kompetensi dan sumberdaya organisasi yang komparatif atau lebih kuat dari pesaing adalah menjadi keunggulan bersaing bilamana cocok dengan kondisi dan peluang lingkungan. Di abad
21
ini,
perusahaan-perusahaan harus
melaksanakan kegiatan
operasionalnya dalam suatu lingkungan baik eksternal dan internal yang memiliki
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
31
resiko tinggi dengan penurunan kemampuan memprediksi, strategi apa yang cocok dan sesuai dengan dinamika perubahan yang begitu cepat. Namun keberhasilan manajer dalam mengimplementasikan manajemen kinerja organisasi di abad 21 dalam era gelobalisasi saat ini tidak akan terlepas dari: 1. Motivasi 2. Kompetensi Kedua faktor inilah yang sangat menentukan keberhasilan stakeholder dalam memimpin organisasi. 1. M o t i v a s i Motivasi adalah, proses psikologis yang membangkitkan dan mengarahkan prilaku pada pencapaian tujuan atau goal oriented behavior (Kreitner & Kinicki) Motivasi merupakan serangkaian proses yang membangkitkan, mengarahkan dan menjaga prilaku manusia menuju pencapaian tujuan (Greenberg & Baron) Prof. Wibowo mengatakan ada 6 tahapan untuk membangun motivasi, yaitu : o Menilai sikap Manajer perlu memahami sikap karyawan dan lingkungan, membangun tim yang kreatif dan efisien, manajer perlu menunjukkan kompetensinya untuk meyakinkan bawahannya dan memperbaiki menjadi manajemen koborasi. o Menjadi manajer yang baik Mempunyai komitmen untuk bekerja, melakukan kolaborasi dengan bawahan, mempercayai orang, loyal pada teman sekerja, menghindari politik kantor o Memperbaiki komunikasi Komunikasi antara manajer dengan bawahan perlu menyediakan informasi yang akurat, cepat dan secara detail Menjalankan sistim informasi terbuka, motivasional, dan melibatkan mereka yang akan terpengaruh oleh keputusan manajer o Menciptakan budaya tidak menyalahkan Mengambil sikap konstruktif dan simpatik pada kegagalan, akan memotivasi dan mendorong bawahan
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
32
o Memenangkan kerjasama Kerjasama harus dibangun bersama antara manajer dengan bawahan Memberikan insentif murah dan mudah dengan pengakuan didepan publik, penghargaan tertulis, pertemuan dalam rangka meningkatkan moral. o Mendorong inisiatif Memberdayakan bawahannya untuk melakukan inisiatif Memberikan ruang saling mendukung antara manajer dan bawahan 2. Kompetensi Kompetensi adalah dimensi prilaku yang berada dibelakang kinerja kompeten. Sering dinamakan kompetensi prilaku, karena dimaksudkan untuk menjelaskan bagaimana orang berprilaku ketika mereka
menjalankan
perannya
dengan
baik
(Amstrong
dan
Baron,1998:298) Prof. Dr. Wibowo, kompetensi adalah karekteristik individu yang mendasari kionerja atau prilaku ditempat kerja, dipengaruhi oleh : a. Pengetahuan, kemampuan dan sikap b. Gaya kerja, kepribadian, kepentingan/ minat, dasar-dasar nilai sikap, kepercayaan dan gaya kepemimpinan Dan kompetensi merupakan kemampuan menjalankan tugas atau pekerjaan dengan dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan dan didukung oleh sikap yang menjadi karakteristik individu. Perbedaan mendasar antara manajemen kinerja dan merit rating adalah merit rating lebih menekankan pada pekerjaan itu sendiri ketimbang
kepribadiannya,
sedangkan
manajemen
kinerja
didasarkan pemahaman, pengetahuan, keahlian, kepiawaian, dan prilaku yang diperlakukan untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik. Dari beberapa kasus perusahaan besar yang mengalami mis manajemen, baik nasional ataupun yang bersekala internasional yang berakibat terpuruknya bebrapa perusahaan yang berimplikasi terhadap pengurangan tenaga kerja, merumahkan tenaga kerja dan
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
33
bahkan pemutusan hubungan kerja beberapa tahun terakhir ini adalah adalah: o Kasus perusahaan maskapai penerbangan Adam Air o Kasus perusahaan maskapai penerbangan Mandala o Akuisisi beberapa perbankan Indonesia (Danamon, BCA, BII, Bank Mega, dll) o Kasus PT.Bakriland Development Tbk o Kasus TOYOTA International, dll Jika dilihat dari pokok persoalan apa yang terjadi dalam internal perusahaan tersebut diatas, lebih banyak dikarenakan kegagalan menejemen organisasi yang tidak konsekwen menjalankan kaidahkaidah manajemen kinerja dengan baik, lemahnya motivasi yang yang diberikan oleh manajemen kepada bawahan menjadi kendala besar dalam meningkatkan produktivitas kinerja dalam perusahaan tersebut. Selain itu kompetensi juga menjadi kendala perusahaanperusahan besar
yang tidak mampu berkompetisi dengan
kompetitor lain yang lebih siap dan profesional menerapak prinsifprinsif manajemen kinerja yang baik Dari beberapa kasus tersebut, ternyata banyak perusahaanperusahan besar baik Nasional ataupun Internasional belum sepenuhnya
mengadopsi
dan
menjalankan
prinsif-prinsif
manajemen kinerja secara utuh dan profesional, sehingga seringkali kita jumpai perusahaan-perusahaan besar mengalami krisis manajemen dikarenakan hengkangnya tenaga-tanaga profesional yang kompeten.
Analisis Kritis Jika kita mendiskusikan implementasi manajeman kinerja pada organisasi perusahaan, intinya kita akan fokus pada internal organisasi dengan keterbatasan sumberdaya dan lingkungan eksternal yang lebih komplek ditengah globalisasi yang bercirikan persaingan yang sangat kompetitif dan dinamis. Kesuksesan organisasi
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
34
tergantung pada fleksibilitas, innovasi, motivasi, kecepatan dan kompetensi sumberdaya manusia yang berada dalam organisasi tersebut. Kegagalan manajer dalam memimpin perusahaan sangat tergantung dari performance leadership manajer itu sendiri. Saat ini bukan zamannya lagi tenaga kerja hanya dianggap sebagai pekerja yang bersifat pasif menunggu perintah dari seorang manajer. Akan tetapi manajemen modern abad 21 manganggap bahwa tenaga kerja sebagai asset dan bagian penting dalam organisasi perusahaan. Keberhasilan manajer sebagai pememimpin perusahaan memotivasi dan memberdayakan tenaga kerja/ karyawan akan berpengaruh terhadap percepatan meningkatkan produktivitas kinerja serta mencapai tujuan organisasi/ perusahaan. Akan tetapi untuk memberdayakan karyawan perusahaan tidaklah semudah apa yang kita bayangkan, karena selain manajer harus mampu memahami prilaku, dan mampu membangun tim yang solid efektif dan efesien. Manajer
harus dapat menunjukkan komitmen kinerja dengan baik
berkolaborasi dengan bawahan, tidak saling mencurigai dan loyal terhadap teman sekerja serta mampu membangun komunikasi yang cepat, lugas dan secara detail, dan mau mengakomodir apa yang menjadi saran dan pendapat bawahan dalam rangka mendapat dukungan yang optimal dari para karyawan untuk suksesnya tujuan yang hendak dicapai. Jika norma-norma serta faktor-faktor tersebut dapat dilaksanakan secara profesional dan berkesinambungan mustahil perusahaan tersebut akan mengalami kerisis bahkan kebangkrutan. Kelemahan lain yang sering dilakukan oleh stake holder atau manajer adalah sering tergiur dengan tenaga kerja yang murah dan tidak profesional, padahal justru itu manjadikan bumerang dan hanya akan menjadi beban pada perusahaan serta pihak manajemen. Bagaimana mungkin perusahan akan mempunyai kinerja dan produktivitas yang baik sementara manajer dan karyawan yang direkrut tidak kompeten dalam bidang pekerjaan masing-masing dan kalaupun diberikan pelatihan dan pengembangan justru akan merugikan perusahaan, karna harus mengeluarkan biaya penyelenggaraan untuk pelatihan dan pengembangan. Maka dengan demikian masih banyak perusahaan baik dalam negeri ataupun yang telah go publik masih berkutat dengan manajemen lama dengan sistim MBO, dan belum menerapkan manajemen kinerja yang menjadi kiblat manajemen abad 21. Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
35
Kesimpulan Untuk mempertahankan eksistensi dan kesinambungan di era persaingan bebas saat ini, yang ditandai dengan ketatnya persaingan antar kelompok, perusahaan bahkan negara menuntut stake holder dan manajer mempersiapkan seluruh potensi sumberdaya yang prima, handal dan kompeten dalam meningkatkan produktivitas dan kinerja organisasi. Peningkatan produktivitas dan kinerja organisasi merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi, banyak contoh perusahaan yang bersekala Internasional berhenti berusaha atau bangkrut disebabkan performa kinerja yang tidak baik serta tidak kompeten menegelola sumberdaya. Intinya adalah proses manajemen kinerja sebagai sistem manajemen abad 21 merupakan kemitraan antara manajer dan individu/ karyawan yang merupakan anggota kelompok kerjanya. Ini berarti tiap tahapan sasaran yang hendak dicapai mengharuskan adanya kesepakatan bersama mengenai aturan, akuntabilitas, tugas, sasaran serta persyaratan keahlian dan kompetensi tentang cara-cara pengukuran kinerja, tentang penilaian hasil dan faktor-faktor yang akan mempengaruhinya dan tentang rencana pengembangan dan peningkatan kinerja.Oleh karenanya perusahaanperusahaan yang konsisten dan profesional melaksanakan manajemen kinerja sajalah yang akan memperoleh kesuksesan sesuai dengan rencana Sa ran Melihat banyaknya perusahaan Nasional dan bahkan Internasional yang mengalami kesulitan manajemen yang diakibatkan ketidak mampuan perusahaan mengelola sumberdaya manusia yang handal dan kompeten dalam menghadapi ketatnya persaingan di era abad 21, maka tidak ada pilihan lain kecuali perusahaan melakukan: 1.
Manajer harus dapat
merumuskan tujuan, perencanaan,pengorganisasian,
koordinasi dan mengkomunikasikan kepada karyawan, agar karyawan dapat memahami serta menimbulkan rasa memiliki terhadap visi dan misi serta tujuan perusahaan. 2.
Manajer harus merubah pradigma, tidak lagi menganggap karyawan hanya sebagai biaya, yang memungkin diekploitasi tenaganya, akan tetapi harus dianggap asset penting perusahaan dan mitra manajemen dalam mewujudkan tujuan perusahaan.
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
36
3.
Manajer harus selalu memberikan motivasi agar karyawan selalu tetap semangat dan menunjukkan intensitas produktivitas dan kinerja yang baik
4.
Manajer harus selalu menjaga soliditas dan keharmonisan hubungan dengan membangun komunikasi yang efektif, efesien dan lugas antara manajer dan karyawan
5.
Manajer harus selalu memeberikan perhatian dan penghargaan terhadap potensi dan pengembangan sumberdaya
manusia
agar
lebih
kompeten dalam
melaksanakan tugas 6.
Manajer harus selalu meberikan perhatian terhadap pelayanan publik, ketepatan waktu, kreatif, innovatif, fleksibilitas, dan profesional.
7.
Manajer harus selalu berorientasi pada pemecahan masalah, peningkatan kapasitas kinerjea, kerjasama tim dan keberagaman.
DAFTAR PUSTAKA Prof.Dr. Wibowo, (2011) Performance Management, Bahan kuliah S3 MSDM Bacal Robert (1999) Performance management. MC.Graw Hill, Co, USA Ivan Cevich, M. John (1992) Human Resource Management: Foundation of Personnel, Library of Congres, USA Maslow A.H (1954) Motivation and Personality, Harper & Row, New York MC. Gregor, D (1957) An uneasy look at performance appraisal, Harvard Business Review, May-June Michel Amstrong (1995) Performance Management, Mc Graw Hill, New York Kotler Philip, Dipak C.Jain, SavitMainsincee,2002, Marketing Moves: New approach to profit, grow and Reneval. Harvard BusinessSchool Thomson, RS, (1981) Internal Organization and Profit. A Note Journal Of Industrial economic, 30, 201, 211.
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
37
Struktur Modal terhadap Profitabilitas pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk di Bursa Efek Indonesia Ahmad Yani Kosali Dosen STIA Satya Negara Palembang
ABSTRAK Perumusan masalah penelitian ini adalah seberapa besar pengaruh struktur modal terhadap profitabilitas pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk di Bursa Efek Indonesia dan hubungan struktur modal terhadap profitabilitas pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini termasuk jenis penelitian asosiatif. Variabel yang digunakan adalah struktur modal dan profitabilitas. Data yang digunakan adalah data sekunder. Teknik pengumpulan data dalam penulisan penelitian ini menggunakan metode dokumentasi. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis kuantitatif. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis keuangan dan statistik. Hasil analisis menunjukkan bahwa pengaruh perubahan struktur modal (X) terhadap profibilitas (Y) dilakukan dengan analisis regresi sederhana didapat bahwa persamaan regresi antara struktur modal (X) terhadap profitabilitas (Y) adalah dengan persamaan Y = 39,82 + 0,06X. Kemudian dilakukan uji t untuk membuktikan pengaruh struktur modal terhadap profibilitas dengan taraf signifikan α = 10 % dimana nilai thitung diperoleh sebesar 0,33 sedang t tabel sebesar 2,353, artinya t hitung < t tabel atau 0,33 < 2,353 sehingga H0 diterima dan Ha artinya tidak terdapat pengaruh antara struktur modal terhadap profitabilitas pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk. Kata kunci: Struktur Modal dan Profitabilitas.
PENDAHULUAN Kegiatan ekonomi dan pembangunan sekarang ini semakin maju dan kompleks. Hal ini dapat menimbulkan suatu tantangan untuk melahirkan ide-ide yang dapat membuat kemajuan dibidang
dunia usaha dan menyebabkan
terjadinya persaingan yang semakin tajam diantara perusahaan-perusahaan tersebut. Untuk mengatasi persaingan yang timbul yaitu dengan cara beroperasi secara efektif dan efisien. Apalagi dengan perkembangan teknologi dan makin jauh spesialisasi dalam perusahaan-perusahaan yang menjadi lebih besar, maka faktor modal merupakan peranan yang sangat penting.
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
38
Sebagai suatu usaha yang berorientasi untuk mencari laba, maka perusahaan akan terus menerus memperbaiki kualitasnya, sehingga dalam persaingan perusahaan tetap dapat bertahan hidup dan memperoleh kemajuan yang diharapkan. Untuk memenuhi semua itu perusahaan memerlukan modal. Modal merupakan salah satu elemen penting dalam peningkatan pelaksanaan kegiatan operasional perusahaan disamping sumber daya manusia, mesin, material dan metode. Sehingga perusahaan wajib melakukan perencanaan yang berkenaan dengan modal, baik menambah maupun mengurangi modal itu sendiri sebagai usaha untuk mencapai tujuan perusahaan. Untuk itu seorang manajer harus memahami bagaimana melaksanakan fungsi pembelanjaan secara baik dalam rangka mencapai tujuan perusahaan yaitu pertumbuhan secara terus menerus dan kuat. Berbagai aspek permodalan yang harus dihadapi oleh manajer keuangan, namun demikian ada satu permasalahan yang sangat penting yang berhubungan dengan masalah keseimbangan baik secara kualitatif maupun kuantitatif yaitu jumlah modal yang diperlukan. Pemenuhan kebutuhan modal perusahaan dapat dilakukan melalui dua cara yaitu dana yang bersumber dari ekstern atau intern. Sumber ekstern yaitu dana yang berasal dari pemilik perusahaan yang dapat berupa saham atau sumber yang ditarik dari sumber-sumber diluar perusahaan. Misal para kreditur dan lembaga keuangan, penarikan dana dari sumber ekstern dilakukan apabila dana dari sumber intern tidak mencukupi. Sumber intern yaitu dana yang dihimpun dari keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan. Masalah mengenai sumber dana tersebut dapat dipenuhi dari modal asing dan modal sendiri. Modal asing dapat dilakukan dengan meminjam dari pihak luar atau kreditur dan dapat juga dilakukan dengan menghimpun dana dari masyarakat dengan melakukan penjualan saham melalui pasar modal, sedang modal sendiri di dapat dari sumber penerimaan dari perusahaan itu sendiri. Penggunan
antara
modal
asing
dengan
modal
sendiri
sangat
mempengaruhi struktur modal. Struktur modal menetapkan bahwa besarnya modal asing dalam keadaan bagaimanapun juga tidak boleh melebihi besarnya modal sendiri. Struktur modal yang optimal akan menyeimbangkan resiko dan keuntungan perusahaan. Dengan kata lain bahwa pembelanjaan dengan Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
39
menggunakan sumber dana yang berbeda dapat mempunyai dampak bagi nilai perusahaan atau nilai saham yang ditunjukkan oleh indeks harga saham. Oleh karena itu pemilihan struktur modal yang tepat akan sangat membantu untuk meningkatkan nilai perusahaan dan memperoleh keunggulan bersaing. Seorang pemimpin harus mempunyai kebijaksanaan untuk menentukan bagaimana perimbangan pembelajaan sumber dana yang akan menghasilkan laba yang besar sehingga dapat menambah kekayaan perusahaan. Untuk menghasilkan laba, banyak hal yang mempengaruhinya, salah satunya yaitu komposisi penggunaan modal dalam hal ini struktur modal. Yang menjadi ukuran suatu perusahaan dalam memperoleh laba pada periode tertentu yaitu Profitabilitas. PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri rokok yang merupakan salah satu perusahaan yang mempunyai pengaruh besar di industri rokok Indonesia. Dimana PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk sahamnya telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan kode emiten HMSP. Saham PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk menjadi salah satu saham pilihan yang membentuk indeks harga saham. PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk menggunakan sumber modal bukan hanya dari saham tetapi juga dari hutang jangka panjang. PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk pada kurun waktu 2002 - 2006 memperoleh profit yang berbeda setiap tahunnya. Pada tahun 2002 PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk memperoleh profit sebesar Rp. 1.671.084,- sedang pada tahun 2003 profit menurun menjadi Rp. 1.406.844,-. Pada tahun 2004 profit mengalami peningkatan menjadi sebesar Rp. 1.991.852,- begitu pula pada tahun 2005 profit meningkatkan kembali menjadi Rp. 2.383.066,-. Pada tahun 2006 profit semakin meningkat menjadi sebesar Rp. 3.530.490,-. Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi masalah pokok dalam penelitian ini adalah: 1. Seberapa besar pengaruh struktur modal terhadap profitabilitas pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk? 2. Seberapa besar hubungan struktur modal terhadap profitabilitas pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk?
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
40
METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Ada beberapa macam jenis penelitian yaitu: (Sugiyono, 2005:11) 1. Jenis penelitian berdasarkan metode survey, ex post facto, experiment, naturalistic, policy research, evaluasi dan sejarah 2. Jenis penelitian berdasarkan tingkat eksplansi adalah : deskriptif, komparatif, dan asosiatif 3. Jenis penelitian berdasarkan analisis dan data adalah : kuantitatif, kualitatif, dan gabungan Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian Asosiatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Dengan penelitian ini, maka akan dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan, dan mengontrol suatu gejala. B. Tempat Penelitian Dalam penelitian ini, penulis mengambil unit penelitian yaitu PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk dimana datanya didapat dari Pojok Bursa Efek Indonesia Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Palembang, Pojok Bursa Efek Indonesia STIE MUSI dan Internet. C. Operasional Variabel 1. Struktur Modal (X) Struktur modal adalah perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri pada PT. Hanjaya Madala Sampoerna, Tbk setiap akhir tahun dalam bentuk persentase yaitu tahun 2002-2006. Cara mengukurnya yaitu dengan melakukan perbandingan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri, perhitungannya dengan menggunakan rumus. 2. Profitabilitas (Y) Profitabilitas yaitu kemampuan PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk dengan modal sendiri yang bekerja didalamnya untuk memperoleh laba setiap akhir tahun dalam bentuk persentase yaitu tahun 2002-2006. Cara mengukurnya yaitu dengan menggunakan rasio profitabilitas yaitu Return on Equity (ROE).
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
41
D. Data yang Digunakan Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan pada masyarakat pengguna data. Diambil dari Pojok Bursa Efek Indonesia Universitas Muhammadiyah Palembang, Pojok Bursa Efek Indonesia STIE MUSI dan Internet. Data yang diambil yaitu laporan keuangan dan laporan laba rugi selama lima tahun, dari tahun 2002-2006. E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti ini yaitu teknik dokumentasi. Dari teknik ini maka didapat data berupa laporan neraca dan laba rugi selama lima tahun yaitu dari tahun 2002-2006. F. Analisis Data dan Teknik Analisis 1. Analisis Data Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis kuantitatif yang merupakan analisis data melalui perhitungan dengan menggunakan angka-angka. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis laporan keuangan berupa laporan neraca dan laporan laba rugi selama lima tahun (2002-2006) pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk.
2. Teknik Analisis Ada 2 teknik analisis yang digunakan adalah : a. Analisis Keuangan Analisis keuangan yang digunakan peneliti, yaitu: 1) Struktur modal adalah perbandingan Hutang Jangka Panjang dengan modal sendiri, dimana rumusnya sebagai berikut (Bambang Riyanto, 2001:22) ; Struktur Modal
Hutang Jangka Panjang x 100 % Modal Sendiri
2) Profitabilitas
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
42
Untuk mengukur profitabilitas digunakan rasio profitabilitas yaitu Return on Equity . Menurut Sutrisno (2001:239), ROE dapat dihitung dengan rumus : Return on Equity
EAT x 100 % Modal Sendiri
b. Analisis Statistik 1) Regresi Linier Sederhana Regresi Linear Sederhana yaitu analisis yang dipakai untuk mengetahui pengaruh antara Variabel Independent, dalam hal ini adalah Struktur Modal (X) dengan variabel
dependent yaitu
profitabilitas (Y). Dengan rumus sebagai berikut (M. Iqbal Hasan, 2008:219-223): Y = a + bx Keterangan : Y
: Profitabilitas
X
: Struktur Modal
a
: Bilangan Konstan
b
: Koefisien regresi linier sederhana
Dimana : b
n XY X Y n X 2 - X 2
dan a
Y-b X n
2) Korelasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh atau kuatnya hubungan antara
variabel yang satu dengan variabel yang lainnya
atau lebih dari 2 variabel. Dirumuskan sebagai berikut (M. Iqbal Hasan, 2008:234): r
n X
n XY X Y 2
X n Y 2 Y 2
2
Nilai dari koefisien korelasi (r) terletak antara -1 dan 1 (-1 < r < 1) yang artinya sebagai berikut : - Bila r mendekati 1 atau sama dengan 1, artinya hubungan kedua variabel sangat kuat sekali dan positif Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
43
- Bila r mendekati -1 atau sama dengan -1, artinya hubungan kedua variabel sangat kuat dan negatif. - Bila r = 0, berarti hubungan kedua variabel lemah sekali atau tidak ada hubungan sama sekali - Bila korelasinya positif artinya hubungan yang timbul searah - Bila korelasi negatif artinya hubungan yang timbul berlawanan 3) Uji Hipotesis Merumuskan Hipotesis Ho : Tidak adanya pengaruh antara struktur modal dengan profitabilitas Ha : Adanya pengaruh antara struktur modal dengan profitabilitas Menentukan Tingkat Signifikan ( ) Nilai = 10 % Df = n – 2 =5–2 =3 Menentukan Uji t Uji t digunakan untuk menguji hipotesis koefisien korelasi (Iqbal Hasan, 2008:241). t
r n-2 1- r2
Keputusan uji : - Hipotesis Ho : Tidak ada hubungan antara struktur modal dengan profitabilitas Ha : Adanya hubungan antara struktur modal terhadap profitabilitas - Menentukan tingkat signifikan t tabel dengan memperhatikan degree of random dalam penelitian ini tingkat signifikan yang ditetapkan yaitu 10%. - Keputusan Uji a. Apabila t
hitung
>t
tabel
maka Ho diterima artinya tidak terdapat hubungan
antara struktur modal terhadap profitabilitas
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
44
b. Apabila t hitung < t tabel maka Ho ditolak artinya terdapat hubungan antara struktur modal terhadap profitabilitas. Uji t untuk menguji koefisien regresi (M. Iqbal Hasan, 2008)
b - Bo Sb
t
Se
Y
2
- a. Y - b. XY n-2 Se
Sb
X
2
X
2
n
Se = Standar error Sb = Standar error koefisien b n
= Data
Dimana : t
: t hitung yang selanjutnya dibandingkan dengan t tabel
r
: Koefisien Korelasi
n
: Jumlah anggota sample
PEMBAHASAN Pada bagian pembahasan hasil penelitian ini akan diuraikan pembahasan sesuai dengan permasalahan bab satu dan dua. Pada hasil dan pembahasan ini penulis akan menjawab bagaimana permasalahan akan dipecahkan secara sistematis dan terarah sehingga menghasilkan jawaban yang mudah dimengerti. Permasalahan tersebut akan dijawab dengan menggunakan regresi
sederhana,
korelasi, dan uji t yang digunakan untuk menguji regresi dan korelasi. 1. Struktur Modal pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk Untuk menentukan seberapa besar struktur modal PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk maka penulis membutuhkan data-data laporan keuangan dari
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
45
perusahaan yang bersangkutan berupa laporan keuangan dari perusahaan yaitu Neraca (Balance sheet) cdan laporan laba rugi (Income Statement). Dari laporan keuangan tersebut, terutama neraca dapat diketahui komposisi struktur modal yang ditetapkan perusahaan, sehingga dapat dihitung seberapa besar profit yang dihasilkan. Berdasarkan data dari neraca PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk penulis akan menampilkan komposisi struktur modal yang dimiliki PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk sebagai berikut : Tabel Struktur Modal Tahun 2002-2006 Tahun
Hutang Jangka Panjang
Modal Sendiri
Jumlah Modal
Struktur Modal
2002
Rp 2.338.360,-
Rp 5.200.893,-
Rp 7.539.253,-
44,96%
2003
Rp 2.491.621,-
Rp 5.768.407,-
Rp 8.260.028,-
43,19%
2004
Rp 2.650.788,-
Rp 4.859.430,-
Rp 7.510.218,-
54,55%
2005
Rp 1.996.105,-
Rp 4.575.555,-
Rp 6.571.660,-
43,63%
2006
Rp 1.260.422,-
Rp 5.693.940,-
Rp 6.954.362,-
22,14%
Sumber : Hasil pengolahan data sekunder
Terlihat pada tabel PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk pada tahun 2002 memiliki struktur modal sebesar 44,96% dimana hutang jangka panjangnya sebesar Rp 2.338.360,- dan modal sendiri sebesar Rp 5.200.893,-. Pada tahun 2003 struktur modal mengalami penurunan dari 44,96% menjadi 43,19%. Hal ini disebabkan oleh hutang jangka panjang yang meningkat dari Rp 2.338.360,- menjadi Rp 2.491.621,- dan modal sendiri sebagai pembagi juga meningkat
dari Rp 5.200.893,- menjadi Rp 5.768.407,-. Pada tahun 2004
struktur modal mengalami peningkatan dari 43,19% menjadi 54,55%. Itu disebabkan hutang jangka panjang meningkat dari Rp 2.491.621,- menjadi Rp 2.650.788,- dan modal sendiri sebagai pembagi menurun dari Rp 5.768.407,menjadi Rp 4.859.430,-. Pada tahun 2005 struktur modal mengalami penurunan dari 54.55% menjadi 43.63% disebabkan oleh hutang jangka panjang yang menurun dari Rp 2.650.788,- menjadi Rp 1.996.105,- dan juga modal sendiri Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
46
sebagai pembagi ikut turun dari Rp 4.859.430,- menjadi Rp 4.575.555,-. Pada tahun 2006 struktur modal mengalami penurunan yang semula sebesar 43.63% turun menjadi 22,14%, hal ini disebabkan hutang jangka panjang yang menurun dari Rp 1.996.105,- menjadi Rp 1.260.422,- sedang modal sendiri sebagai pembagi meningkat semula sebesar Rp 4.575.555,- menjadi Rp 5.693.940,-. Berdasarkan dari hasil perhitungan struktur modal tersebut terlihat bahwa struktur modal dari tahun 2002-2006 sangat fluktuatif. Hal tersebut disebabkan oleh hutang jangka panjang dan modal sendiri yang tidak stabil, hutang jangka panjang dan modal sendiri bergerak naik turun. 2. Profitabilitas pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk Untuk menentukan seberapa besar profitabilitas PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk maka penulis membutuhkan data-data laporan keuangan dari perusahaan yang bersangkutan berupa laporan keuangan dari perusahaan yaitu Neraca (Balance Sheet) dan Laporan laba rugi (Income Statement). Adapun hasil perhitungan dari profitabilitas PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel Profitabilitas Tahun 2002-2006 Tahun
Hutang Jangka Panjang
Modal Sendiri
Nilai Perusahaan
EAT
ROE
2002
Rp 2338360
Rp 5200893
Rp 7539253
Rp 1671084
32,13%
2003
Rp 2491621
Rp 5768407
Rp 8260028
Rp 1406844
24,39%
2004
Rp 2650788
Rp 4859430
Rp 7510218
Rp 1991852
40,99%
2005
Rp 1996105
Rp 4575555
Rp 6571660
Rp 2383066
52,08%
2006
Rp 1260422
Rp 5693940
Rp 6954362
Rp 3530490
62,00%
Sumber : Hasil pengolahan data sekunder
Diatas merupakan tabel perhitungan profitabilitas. Dimana ROE didapat dari EAT dibagi dengan modal sendiri. Nilai perusahaan didapat dari hutang jangka panjang ditambah modal sendiri.
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
47
Berdasarkan pada perhitungan profitabilitas PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk pada tahun 2002 profitabilitas (ROE) terjadi sebesar 32,13% didapat dari EAT sebesar Rp 1671084 dibagi dengan modal sendiri sebesar Rp 5200893. Pada tahun 2003 profitabilitas (ROE) PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk mengalami penurunan sebesar 7,74% yang semula sebesar 32,13% turun menjadi 24,39%, hal ini disebabkan oleh penurunan EAT yang semula sebesar Rp 1671084 turun menjadi Rp 1406844. Kemudian tahun 2004 profitabilitas (ROE) PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk
mengalami
peningkatan sebesar 16.6% yang awalnya sebesar 24.39% meningkat menjadi sebesar 40,99%. Peningkatan tersebut disebabkan oleh naiknya EAT yang semula sebesar Rp 1406844 naik menjadi sebesar Rp 1991852. Tahun 2005 profitabilitas (ROE) PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk juga mengalami kenaikan, meskipun tidak sebesar tahun sebelumnya yaitu sebesar
11,09%. Semula sebesar 40,99% meningkat menjadi 52,08%, hal
tersebut disebabkan karena EAT mengalami kenaikan yang semula sebesar Rp 1991852 menjadi Rp 2383066. Dan pada tahun 2006 profitabilitas (ROE) PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk mengalami peningkatan kembali yaitu dari 52,08% menjadi 62,00%. Peningkatannya yaitu sebesar 9.92%. Hal tersebut disebabkan EAT mengalami peningkatan yang awalnya Rp 2383066 naik menjadi sebesar Rp 3530490. Dari perhitungan struktur modal dan profitabilitas PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk tahun 2002-2006 terlihat bahwa struktur modal dan profitabilitas tidak mempunyai pengaruh dan hubungan yang erat. Tergambar pada besarnya persentase yang tidak searah ataupun berlawanan. Yaitu seperti pada tahun 2003 struktur modal sebesar 43,19%, struktur modal tersebut mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2002 sebesar 44,96%. Hal tersebut diikuti juga dengan turunnya profitabilitas yaitu yang semula pada tahun 2002 sebesar 32,13% turun menjadi 24,39% pada tahun 2003. Lain halnya pada tahun 2004 ketika struktur modal PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk mengalami penurunan yaitu yang semula sebesar 54,55% turun menjadi 43,63%, profitabilitas mengalami peningkatan yaitu yang semula Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
48
40,99% pada tahun 2004 naik menjadi sebesar 52,08% pada tahun 2005. Hal ini terus berlanjut ke tahun berikutnya yaitu tahun 2006. 3. Pengaruh Struktur Modal Terhadap Profitabilitas pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk Analisis ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh sturktur modal terhadap profitabilitas pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk. Hasil dari perhitungan struktur modal dan profitabilitas (ROE) pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk dimasukkan kedalam persamaan regresi sederhana, digunakan rumus sebagai berikut : Y = a + bX Dimana : Y
= Profitabilitas (variable dependent)
X
= Struktur Modal (variable independent)
a
= Konstanta
b
= Koefisien Regresi Perhitungan dari regresi sederhana inidapat dilihat pada tabel di bawah
ini : Tabel Perhitungan Regresi Struktur Modal (X)
Profitabilitas (Y)
2002
44,96
32,13
2.021,40
1.032,34
1.444,56
2003
43,19
24,39
1.865,38
594,87
1.053,40
2004
54,55
40,99
2.275,70
1.680,18
2,236,00
2005
43,63
53,08
1.903,58
2,712,33
2,272,25
2006
22,14
62,00
490,18
3.844
1.372,68
Jumlah
208,47
211,59
9.256,24
9.863,72
8.37889
Tahun
Periode Januari 2013 – April 2013
X2
Y2
XY
ISSN : 2087-5142
49
b
n
XY X Y n XY X 2
2
5 8.37889 208,47 211,59 5 9.256.24 208,47
14.894,45 44.110,17 4.628,12 43.459,74
2.215,72 38,831,62
2
0,06 a
Y b X n 211,59 (0,06)208,47 5
211,59 12,51 5 39,82
Y = a+ bX Y = 39,82 + 0,06 X Berdasarkan perhitungan persamaan regresi yang didapat, nilai konstanta sebesar 39,82. Artinya bila struktur modal PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk sama dengan nol maka profit yang diperoleh sebesar 39,82. Hasil nilai koefisien regresi yang diperoleh sebesar 0,06 menyatakan bahwa setiap penambahan 1% struktur modal akan meningkatkan profitabilitas sebesar 0,06% dan ketika struktur modal mengalami penurunan sebesar 1% maka akan menurunkan profitabilitas sebesar 0,06% pula. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa pengaruh stuktur modal terhadap profitabilitas adalah positif, yang artinya bahwa apabila struktur modal
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
50
meningkat maka profitabilitas yang diperoleh juga ikut meningkat dan ketika struktur modal mengalami penurunan maka profitabilitas juga ikut mengalami penurunan. Tetapi apabila dilihat pada data pada tabel diatas fenomena tersebut tidak terlihat jelas. Hal tersebut hanya terjadi pada tahun 2003 dan 2004, ketika struktur modal berpengaruh positif terhadap profitabilitas. Tetapi tidak untuk tahun berikutnya, yaitu tahun 2005 dan 2006. Pada
tahun tersebut struktur
modal berbanding terbalik dengan profitabilitas. Ketika struktur modal mengalami penurunan profitabilitas justru mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan modal sendiri yang lebih besar dibandingkan dengan hutang jangka panjang akan membuat profitabilitas menjadi besar. Artinya PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk harus menempatkan komposisi modal sendiri yang lebih besar dibanding hutang jangka panjang. Diharapkan dengan penempatan komposisi modal sendiri yang lebih besar akan meningkatkan profitabilitas menjadi lebih besar.
4. Perhitungan Uji t Untuk Membuktikan Pengaruh Struktur Modal terhadap Profitabilitas pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk Uji ini digunakan untuk membuktikan dan mengetahui pengaruh struktur modal dengan profibilitas. Untuk membuktikan dan mengetahui apakah ada pengaruh atau tidak antara variabel tersebut dilakukan perhitungan berikut ini :
Se
Y
2
- a. Y - b. XY n-2
9.863,72 39,82 211,59 8.378,89 5-2
9.863,72 8.425,51 502,73 3
935,48 3
311,83
17,66
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
51
Se
Sb
X
X
2
2
n
17,66 (208,47) 2 9.256,24 5 17,66 9.256,24 8.691.95
0,0313
17,66 43.459,7 9.256,24 5
17,66 564,29
0,18 b - B0 Sb
t
0,06 - 0 0,18
0,33
Perhitungan t tabel dengan level signifikan = 10% T
tabel
: df (n - 2) 2 0,10 : df (5 - 2) 2 0,05 : df (3) 2,353
Berdasarkan hasil perhitungan kedua nilai t tersebut, dengan signifikan 10% di mana nilai t
hitung
diperoleh sebesar 0,33 sedangkan t
Periode Januari 2013 – April 2013
tabel
diperoleh sebesar
ISSN : 2087-5142
52
2,353 artinya < t
tabel
atau 0,33 < 2,353 maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya
terdapat pengaruh antara struktur modal terhadap profibilitas. 5. Hubungan Struktur Modal terhadap Profitabilitas pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel struktur modal terhadap profibilitas PT. Hajaya Mandala Sampoerna, Tbk. Hasil dari perhitungan struktur modal dan profitabilitas pada PT. Hajaya Mandala Sampoerna, Tbk dimasukkan ke dalam rumus korelasi yaitu :
r
n XY X 2 Y
n X - X n Y XY 2
2
2
2
5 8.378,89 208,47 211,59
5 (9.256,24) - (208,47)
2
(5(9.863,72) (211,59) 2
41.894,45 - 44,110,17
46.281,2 43,459,74 49,318,6 - 44,770,33 - 2,215,72 (2.821,46) (4.548,27) - 2,215,72 3.582,28
- 0,62 Hasil dari perhitungan di atas dimana diperoleh korelasi atau hubungan antara struktur modal dan profitabilitas PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk adalah negatif (-0,62) yang artinya hubungan yang ditimbulkan berlawanan yang menunjukkan bahwa struktur modal memiliki hubungan yang negatif dan cukup berarti terhadap profibilitas. Artinya bila struktur modal naik, maka profibilitas akan turun begitupun sebaliknya bila struktur modal turun, maka profibilitas naik.
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
53
6. Perhitungan Uji t untuk Membuktikan Hubungan Struktur Modal Terhadap Profitabilitas Pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk Uji t digunakan untuk membuktikan dan mengetahui hubungan struktur modal dengan
profitabilitas. Untuk membuktikan dan mengetahui hubungan
antara variabel tersebut dilakukan perhitungan berikut ini : t
r
n-2 1- r2
- 0,62
5-2
1 - (-0,62 ) 2 - 0,62
3
1 - 0,3844 ) 2
- 0,62 (1,73)
- 1,0726
1 0,3844 0,656
- 1,367 - 1,37
Perhitungan t tabel dengan level signifikan = 10%
T tabel
2
: df n 2
0,10 : df 5 2 2
0,05 : df (3) 2,353 Berdasarkan hasil perhitungan kedua nilai t diatas, maka dapat diambil kesimpulan pada taraf signifikan 10% dimana nilai t sedangkan t
tabel
hitung
sebesar (-1,37)
diperoleh sebesar (-2,353) artinya t hitung > t tabel (-1,37 > -
2,353), maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya tidak terdapat hubungan antara struktur modal dan profitabilitas.
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
54
KESIMPULAN 1.
Terdapat hubungan yang negatif dan cukup berarti hubungan negatif itu apabila
perubahan struktur
modal (X)
mengalami
kenaikan,
maka
profitabilitas (Y) akan mengalami penurunan. Dan sebaiknya apabila struktur modal (X) mengalami penurunan, maka profitabilitas (Y) akan mengalami kenaikan. Kemudian dengan pengujian uji t untuk membuktikan hubungan struktur modal terhadap profitabilitas pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk dengan taraf signifikan = 10 % dimana nilai t 1,37 sedang t
tabel
– 2,353 artinya t
hitung
>t
tabel atau
hitung
diperoleh sebesar –
– 1,37 > - 2,353 sehingga
Ho ditolak artinya tidak terdapat hubungan antara struktur modal terhadap profitabilitas pada PT. Hanjaya Mandala Samporna, Tbk. 2. Hipotesis tidak terbukti ternyata struktur modal tidak mempengaruhi profitabilitas. Setelah dianalisis ada variabel lain yang mempengaruhi profitabilitas yaitu biaya-biaya diantaranya yaitu pendapatan lain-lain (expenses) dan biaya operasi juga penjualan. Terlihat ketika pada tahun 2003 biaya operasi membesar sebesar 14,5% dari tahun 2002 sebesar 2,99% sehingga
menyebabkan
EAT
mengalami
penurunan
yang
akhirnya
berpengaruh kepada profitabilitas. Pada tahun 2004 biaya operasi naik sebesar 23,2%. Penjualan yang mengalami kenaikan sebesar 20,2% sehingga EAT bisa tetap ikut naik sebesar 41,6% disebabkan oleh penjualan yang unik. Pada tahun 2005 penjualan naik sebesar 39,7% tetapi diikuti dengan biaya operasi yang naik sebesar 28,5% dan juga pendapatan lain-lain (expenses) yang naik sebesar 73,02%. Sehingga menyebabkan EAT hanya naik sebesar 19,6%. Kenaikan tersebut ditopang oleh penjualan yang unik, sehingga hal tersebut berpengaruh kepada profibilitas. Pada tahun 2006 biaya operasi turun sebesar 2,88% penjualan tetap naik meski hanya 19,8%. Pendapatan lain-lain (expenses) pun turun sebesar 21,1% sehingga menyebabkan EAT naik signifikan sebesar 48,1%, hal tersebut berpengaruh kepada profitabilitas.
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
55
DAFTAR PUSTAKA Agus Sartono. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Penerbit BPFE. Bambang Riyanto. 2001.Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat, Cetakan Ketujuh, Penerbit BPFE, Yogyakarta. Eugene. F. Brigham dan Joel. F. Houston. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi Kedelapan, Penerbit Erlangga, Yogyakarta. Husein Umar. 2000. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis. Penerbit PT. Raja Grafindo. Jakarta. Martono dan Agus Harjidno. 2003. Manajemen Keuangan.
Penerbit Ekonesia.
Yogyakarta. Mamdu M. Hanafi dan Abdul Halim. 2003. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Revisi, Penerbit AMP YKPN. Yogyakarta. M. Iqbal Hasan. 2008. Pokok-pokok Materi Statistik II. Edisi Kedua, Penerbit Bumi Aksara. Jakarta. Suad
Husnan. 1993. Pembelanjaan Perusahaan (Dasar-dasar Manajemen Keuangan). Edisi Keempat, Cetakan Pertama, Penerbit Liberty, Yogyakarta.
Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti. 2002. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Penerbit AMP, YKPN. Yogyakarta. Sutrisno. 2001. Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi. Penerbit Ekonesia. Yogyakarta. Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Kedelapan, Penerbit Alfa Beta. Bandung.
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
56
Analisis Pengaruh Pemberian Kredit terhadap Pendapatan Pedagang Kecil PD. BPR Mandiri Cabang Baturaja Kabupaten Ogan Komering Ulu Induk Asnaini Dosen ASM Sriwijaya Palembang
ABSTRAK Pelaksanaan pembangunan disamping untuk meningkatkan pendapatan nasional sekaligus harus menjamin pembagian yang merata bagi seluruh rakyat. Hal ini bukan hanya dalam meningkatkan produksi saja tetapi juga untuk mencegah melebarnya jurang pemisah antara kaya dan miskin sehingga tercipta masyarakat yang adil dan makmur, sesuai dengan tujuan pembangunan di Indonesia. Menurut Undang-undang No. 7/1992 menyebutkan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan menyalurkan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Untuk memperlancar operasinya, bank mendirikan cabang di daerah-daerah dengan tujuan memberikan pelayanan jasa bank kepada masyarakat terutama pada golongan ekonomi lemah. Dengan adanya pemberian kredit tersebut dapat menguntungkan semua pihak diantaranya pemerintah yaitu tercapainya salah satu tujuan pembangunan nasional dalam bentuk kesejahteraan umum. Bagi bank, dengan adanya cabang tersebut akan memperbesar dan memperluas pemberian kredit khususnya kepada pedagang kecil. Bagi masyarakat, dengan adanya cabang bank tersebut akan lebih mudah mendapatkan pelayanan kredit.
Kata kunci: pemberian kredit, pedagang kecil, pendapatan
Pendahuluan Penyaluran kembali dana yang diperoleh kepada masyarakat antara lain melalui BPR Mandiri yaitu Badan Kredit Kabupaten yang dibuka di tingkat kabupaten. Adapun pengertian Mandiri menurut PERDA propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Selatan No. 11 tahun 1981 pasal 3, yaitu Mandiri merupakan badan usaha daerah yang mempertanggungjawabkan pengelola dalam wilayah kabupaten atau kota masing-masing diserahkan kepada bupati/walikota. Prosedur permohonan kredit di BPR sederhana, dengan persyaratanpersyaratan yang ringan berupa suku bunga yang relatif kecil dibanding dengan suku bunga yang ada pada bank lain. Pengawasan kredit Mandiri benar-benar bermanfaat,
karena
bukan semata-mata untuk
mencari kesalahan atau
menjatuhkan sanksi kepada debitur melainkan dititikberatkan pada pengarahan Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
57
dan pembinaan, sehingga debitur dapat semakin maju dan berkembang serta meningkatkan perkembangan rentabilitas BPR Mandiri tersebut. Dalam menjalankan operasionalnya PD. BPR Mandiri Cabang Baturaja telah memanfaatkan
potensi-potensi
wilayah
yang
ada,
dengan
mengadakan
pendekatan-pendekatan mengingat penyebaran penduduk di daerah Baturaja yang tidak merata dan beraneka ragam latar belakang pekerjaannya sedangkan dalam penyaluran kreditnya PD. BPR Mandiri
Cabang Baturaja lebih banyak
memberikan kredit kepada pedagang kecil yang kebanyakan berada di lokasilokasi pasar-pasar tradisional yang strategis. Dari hasil penyebaran penduduk menurut pekerjaannya masih banyak peluang untuk memberikan kredit dalam rangka mengembangkan perekonomian khususnya di Kecamatan Baturaja Kabupaten Ogan Komering Ulu Induk dan meningkatkan pendapatan pedagang kecil. Dari jumlah penduduk yang ada dengan mata pencahariannya yang berbeda-beda jika dibandingkan dengan penyaluran kredit yang diberikan oleh PD. BPR Mandiri
Cabang Baturaja masih sangat sedikit, jadi masih
dimungkinkan penyaluran kredit bagi pedagang kecil di tambah expansinya baik nasabah maupun kredit yang diberikan. Dengan melihat pentingnya kredit di tingkat kabupaten maka penulis ingin membahas perkreditan di tingkat kabupaten tersebut. Dan berdasarkan pertimbangan di atas penyusun memilih judul “Analisis Pengaruh Pemberian Kredit Terhadap Pendapatan Pedagang Kecil PD. BPR Mandiri Cabang Baturaja Kabupaten Ogan Komering Ulu Induk“.
Perumusan Masalah Masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Seberapa besar pengaruh pemberian kredit pasaran (X1) terhadap pendapatan pedagang kecil (Y)? 2. Seberapa besar pengaruh pemberian kredit mingguan (X2) terhadap pendapatan pedagang kecil (Y)?
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
58
3. Seberapa besar pengaruh Pemberian kredit bulanan (X3) terhadap pendapatan pedagang kecil (Y)? 4. Seberapa besar pengaruh pemberian kredit pasaran. kredit mingguan dan kredit bulanan terhadap pendapatan pedagang kecil?
Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pemberian kredit pasaran terhadap pendapatan pedagang kecil b. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pemberian kredit mingguan terhadap pendapatan kecil c. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pemberian kredit bulanan terhadap pendapatan pedagang kecil d. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pemberian kredit pasaran, kredit mingguan dan kredit bulanan terhadap pendapatan pedagang kecil.
Kerangka Pemikiran Untuk dapat mengatahui arah dari penelitian yang diteliti, maka disini perlu adanya suatu kerangka pemikiran, sehingga dengan kerangka tersebut dapat mempermudah mengetahui isi penelitian. Adapun kerangka penelitian adalah sebagai berikut: Variabel Independent
Variabel Dependent
Kredit Pasaran ( X1 )
Kredit Mingguan ( X2 )
Pendapatan Pedagang Kecil (Y)
Kredit Bulanan ( X3 )
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
59
Keterangan : 1. Variabel Independent meliputi Kredit Pasaran ( X1), Kredit Mingguan ( X2) dan Kredit Bulanan ( X3) 2. Variabel Dependent adalah pendapatan pedagang kecil ( Y )
Definisi Operasional Variabel yang Digunakan Untuk definisi operasional, disini ada tiga variabel independent dan satu variabel dependent. Untuk lebih jelas dalam pengukuran variabel tersebut maka diuraikan sebagai berikut: 1.
Kredit Pasaran ( X1) Kredit pasaran adalah kredit yang diberikan kepada nasabah dengan jangka waktu 12 pasaran dan diangsur dalam 5 hari sekali.
2.
Kredit Mingguan ( X2 ) Besarnya pinjaman yang diberikan oleh PD. BPR Mandiri Cabang Baturaja yang besar – kecilnya ditentukan oleh Bank tersebut sesuai dengan permintaan pedagang tersebut, yang diukur dengan uang dan angsuran dalam jangka waktu 12 minggu dibayar 1 minggu sekali.
3.
Kredit Bulanan ( X3 ) Besarnya pinjaman yang diberikan oleh PD. BPR Mandiri Cabang Baturaja yang besar – kecilnya ditentukan oleh Bank tersebut sesuai dengan perminataan pedagang tersebut, yang diukur dengan uang dan angsuran ditentukan dalam 1 bulan sekali dengan jangka waktu pinjaman selama satu tahun.
4. Pendapatan Pedagang Kecil ( Y ) Yaitu pendapatan yang dihasilkan oleh pedagang tersebut dimana besar dan kecilnya tidak sama, tergantung dari hasil penjualan, yang diukur dengan uang untuk tahun 2013.
Anggapan Dasar dan Hipotesis 1. Anggapan Dasar Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
60
a. Kredit pasaran ( X1) mempunyai pengaruh terhadap pendapatan pedagang kecil pada PD. BPR Mandiri Cabang Baturaja. b. Kredit Mingguan ( X2 ) mempunyai pengaruh terhadap pendapatan pedagang kecil pada PD. BPR Mandiri Cabang Baturaja. c. Kredit Bulanan ( X3 ) mempunyai pengaruh terhadap pendapatan pedagang kecil pada PD. BPR Mandiri Cabang Baturaja. d. Secara bersama – sama bahwa kredit pasaran ( X1), Kredit Mingguan ( X2 ) dan Kredit Bulanan ( X3 ) mempunyai pengaruh dan hubungan yang positif terhadap pendapatan pedagang kecil pada PD. BPR Mandiri
Cabang
Baturaja. 2. Hipotesis a. Diduga bahwa kredit pasaran ( X1 ) mempunyai pengaruh dan hubungan positif terhadap pendapatan pedagang kecil pada PD. BPR Mandiri Cabang Baturaja b. Diduga bahwa kredit mingguan ( X2 ) mempunyai pengaruh dan hubungan positif terhadap pendapatan pedagang kecil pada PD. BPR Mandiri Cabang Baturaja. c. Diduga bahwa kredit bulanan ( X3 ) mempunyai pengaruh dan hubungan positif terhadap pendapatan pedagang kecil pada PD. BPR Mandiri Cabang Baturaja. d. Diduga secara bersama-sama bahwa kredit pasaran ( X1), Kredit Mingguan ( X2 ) dan Kredit Bulanan ( X3 ) mempunyai pengaruh dan hubungan yang positif terhadap pendapatan pedagang kecil pada PD. BPR Mandiri Cabang Baturaja.
Metode Penelitian 1. Ruang Lingkup Penelitian Yang menjadi ruang lingkup penelitian pada PD. BPR Mandiri
Cabang
Baturaja Kabupaten Ogan Komering Ulu Induk mencakup pengaruh pemberian kredit terhadap peningkatan pendapatan pedegang kecil. Metode yang
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
61
digunakan adalah studi kasus yang dilakukan pada PD. BPR Mandiri Cabang Baturaja Kabupaten Ogan Komering Ulu Induk. 2. Sumber Data 1) Sumber Data Primer Sumber data primer yaitu sumber data yang secara langsung memberi keterangan, yang dalam hal ini nasabah PD. BPR Mandiri Cabang Baturaja Kabupaten Ogan Komering Ulu Induk yang kami ambil sebanyak 30 responden. 2) Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder yaitu sumber data yang secara tidak langsung memberi keterangan yang bersifat mendukung data primer. Adapun termasuk sumber data sekunder adalah bahan – bahan dokumen, literatur – literatur, peraturan – peraturan perundang – undangan, arsip – arsip yang berhubungan dengan penelitian. 3. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data-data dalam penelitian ini penulis mempergunakan tehnik pengumpulan data sebagai berikut: a. Penelitian Lapangan 1) Observasi Sistematik Observasi ini merupakan pengumpulan data dimana peneliti terjun langsung ke lapangan untuk mengadakan pengamatan dan penelitian terhadap keadaan-keadaan yang sesungguhnya terjadi, dengan membawa scope observasi secara tegas sesuai dengan tujuan penelitian. 2) Wawancara dan Interview Wawancara dan interview merupakan pengumpulan data dengan jalan mengadakan Tanya jawab secara langsung dengan responden, wawancara yang penulis lakukan adalah dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan dengan kerangka atau pokok-pokok pertanyaan yang diajukan, dimana sebelum diajukan pertanyaan tersebut bersifat terbuka, artinya responden bebas mengemukakan jawaban asalkan sesuai dengan pertanyaan – pertanyaan dan permasalahan – permasalahan yang telah diajukan .
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
62
3) Studi Kepustakaan Studi Kepustakaan ini merupakan tehnik pengumpulan data dengan mengumpulkan, membaca dan mengkaji dokumen, buku-buku perpustakaan, peraturan-peraturan perundang-undangan dan bahan pustaka lainnya, baik yang di dapat di lokasi maupun di tempat lainnya. b. Metode Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan pengambilan sampel dengan metode Conviniece Sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan populasi yang mudah diakses untuk memperoleh informasi, dengan mengambil sampel nasabah / pedagang kecil yang berada di daerah penelitian yang mempunyai pinjaman pada PD.BPR Mandiri Cabang Baturaja Kabupaten Ogan Komering Ulu Induk. Penulis menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan, dengan mengambil sampel sebanyak 30 responden. 4. Tehnik Analisis Data Setelah data-data yang penulis peroleh melalui pengumpulan data sebagaimana diterangkan di atas, maka tahap selanjutnya adalah menganalisa data yang selanjutnya diproses atau dikerjakan sehingga dapat menampilkan kebenaran yang dipakai untuk menjawab persoalan yang telah diajukan dalam penelitian. Pengolahan data tersebut ditempuh dengan cara sebagai berikut : a. Editing Editing yaitu mengoreksi atau meneliti kembali jawaban – jawaban yang telah diberikan oleh responden.
b. Tabulasi Tabulasi ini dengan tujuan untuk memproses perhitungan frekwensi pada masing-masing kategori, yang selalu disajikan dalam bentuk tabel. c. Pembuatan Tabel Dalam pembuatan tabel ini jalan menyajikan hasil tabulasi ke dalam table-tabel atas pertanyaan yang diajukan kepada responden menurut kategori jawaban dengan memasukkan jumlah frekwensi dan selanjutnya dipakai sebagai kerangka analisa.
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
63
Teknik analisa yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan perhitungan statistik yaitu regresi linier berganda, korelasi product moment dan uji t. 1) Analisis Regresi Linier Berganda Untuk Kredit Pasaran Y = a + b1x1 + e 2) A
= Konstanta
x1
= Kredit Pasaran
b1
= Koefisien Kredit Pasaran
Y
= Jumlah Pendapatan Pedagang Kecil
e
= Standar Error
2) Analisa Regresi Linier Berganda Untuk Kredit Mingguan Y = a + b2x2 + e a
= Konstanta
x2
= Kredit Mingguan
b2
= Koefisien Kredit Mingguan
Y
= Jumlah Pendapatan Pedagang Kecil
e
= Standar Error
3) Analisa Regresi Linier Berganda Untuk Kredit Bulanan Y = a + b2x2 + e a
= Konstanta
x3
= Kredit Mingguan
b3
= Koefisien Kredit Mingguan
Y
= Jumlah Pendapatan Pedagang Kecil
e
= Standar Error
4) Analisis Regresi Linier Berganda Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + e 3) A
= Konstanta
x1
= Kredit Pasaran
x2
= Kredit Mingguan
x3
= Kredit Bulanan
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
64
b1
= Koefisien Kredit Pasaran
b2
= Koefisien Kredit Mingguan
b3
= Koefisien Kredit Bulanan
Y
= Jumlah Pendapatan Pedagang Kecil
e
= Standar Error
5) Analisis Korelasi Product Moment Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependent. Adapun rumus dari analisis ini adalah sebagai berikut :
a). Korelasi antara Kredit Pasaran dengan Pendapatan pedagang kecil
Keterangan :
RX1Y
NX1Y - ( X1 ) (Y )
N ( X1 ) X1 - NY Y Koefisien korelasi antara X ( Kredit Pasaran ) 2
2
RX1Y
=
2
2
1
dan Y ( Pendapatan Pedagang Kecil ) b). Korelasi antara Kredit Mingguan dengan Pendapatan Pedagang Kecil
RX2Y
NX2Y - ( X2 ) (Y )
N ( X2 ) X2 - NY Y 2
2
2
2
Keterangan : RX2Y
= Koefisien korelasi antara X2 ( Kredit Mingguan ) dan Y ( Pendapatan Pedagang Kecil )
c). Korelasi antara Kredit Bulanan dengan Pendapatan Pedagang Kecil
RX3Y
NX3Y - ( X3 ) (Y )
N ( X3 ) X3 - NY Y 2
2
2
2
Keterangan : RX3Y
= Koefisien korelasi antara X3 ( Kredit Bulanan ) dan Y ( Pendapatan Pedagang Kecil )
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
65
Kriteria
Interprestasi
0,80 – 1
Sangat Tinggi ( Kuat )
0,60 – 0,80
Tinggi
0,40 – 0,60
Cukup
0,20 – 0,40
Rendah
0,01 – 0,20
Sangat Rendah
6) Uji t-test a) Komposisi Hipotesis Ho : β = 0, artinya tidak ada pengaruh antara variabel independent terhadap variabel dependent Ho : β ≠ 0, artinya ada pengaruh antara vaiabel independent terhadap variabel dependent b) Level of signifikan 0,0
-Nilai t tabel : t
2
: n - k - 1
Kriteria Pengujian Ha diterima apabila –t tabel ≤ t hitung Ho ditolak apabila t hitung > t tabel
Daerah penerimaan Ho
Daerah ditolak
Daerah ditolak
Menghitung nilai t
B Sb
7). Uji – F Uji-F untuk mengetahui apakah berbagai variabel X1, X2, X3 secara bersama – sama mempunyai pengaruh yang berarti (signifikan ) terhadap Y. Langkah – langkah pengujian : 1) Komposisi Hiptesis
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
66
Ho : β1 = β2 = β3 = 0, artinya tidak terdapat Ho : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh secara serentak antara variable X1, X2, X3 terhadap Y. 2) Level of significan = 0,05 3) Nilai F tabel = F 0,05 ; ( k-1 ); k ( n – 1 4) Nilai F hitung
Fhitung
R 2 /k (1 - R 2 ) / n k 1
Dimana : R = Koefisien determinasi K = Banyaknya predictor, yaitu X1, X2, X3 5) Kriteria Keputusan Ho diterima apabila nilai F hitung ≤ F tabel Ho ditolak apabila nilai F hitung > F tabel
Landasan Teori A. Modal Dalam Perusahaan Berbagai macam pengertian modal: 1. Modal Abstrak-Konkrit Modal abstrak / capital value suatu perusahaan untuk jangka waktu tertentu adalah relatif permanen, sedangkan modal konkrit / capital goods mengalami perubahan atau pergantian. 2. Modal Aktif – Pasif Modal aktif adalah modal yang tertera disebelah debet dari neraca yang menggambarkan bentuk – bentuk dimana seluruh dana yang diperoleh perusahaan diutamakan. Sedangkan modal pasif adalah modal yang tertera disebelah kredit dari neraca yang menggambarkan sumber – sumber dimana dana yang diperoleh. 6) Pembagian modal aktif :
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
67
1. Berdasarkan cara dan lamanya perputaran, modal aktif dibedakan antara aktiva lancar dan aktiva tetap. Perbandingan atau perimbangan antara kedua aktiva tersebut akan menentukan struktur kekayaan. 2. Berdasar atas fungsi bekerjanya aktiva, modal aktif dibedakan dalam modal kerja ( working capital assets ) dan aktiva, modal aktif dibedakan dalam modal kerja ( working capital assets ) dan aktiva tetap ( fixed capital assets ) Pembagian modal pasif : 1. Dilihat dari asalnya, modal pasif dibedakan atas modal sendiri dan modal asing atau modal badan usaha dan modal kreditur / hutang. 2. Ditinjau dari lamanya penggunaan, modal pasif dibedakan antara modal jangka panjang dan modal jengka pendek. 3. Berdasarkan syarat solvabilitas dalam hubungan dengan jaminan, modal pasiva dapat dibedakan antara modal sendiri dan modal asing. 4. Berdasarkan syarat rentabilitas dalam hubungan dengan peghasilan / pendapatan, modal pasiva dibedakan antara modal dengan pendapatan tetap (modal obligasi) dan modal pendapatan tidak tetap ( modal saham ).
B. Perkreditan 1. Pengertian Kredit Pengertian Kredit mempunyai dimensi yang beraneka ragam, dimulai dari arti kata “kredit” yang berasal dari bahasa Yunani “credere” yang berarti kepercayaan akan kebenaran dalam praktek sehari-hari . “Kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji, pembayaran akan dilaksanakan pada jangka waktu yang telah disepakati “. Pengertian kredit yang lebih mapan untuk kegiatan perbankan di Indonesia telah dirumuskan dalam Undang-Undang Pokok Perbankan No. 7 Tahun 1992 yang menyatakan bahwa kriteria adalah penyediaan uang / tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan / kesepakatan pinjam meminjam antara pihak bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melaksanakan dengan jumlah bunga sebagai imbalan.
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
68
Dalam praktek sehari-hari pinjaman kredit dinyatakan dalam bentuk perjanjian tertulis baik dibawah tangan maupun secara materiil. Dan sebagai jaminan pengaman, pihak peminjam akan memenuhi kewajiban dan menyerahkan jaminan baik bersifat kebendaan maupun bukan kebendaan. Sebenarnya sasaran kredit pokok dalam penyediaan pinjaman tersebut bersifat penyediaan suatu modal sebagai alat untuk melaksanakan kegiatan usahanya sehingga kredit ( dana bank ) yang diberikan tersebut tidak lebih dari pokok produksi semata. 8) 2. Prinsip-prinsip Kredit Untuk mendapatkan kredit harus melalui prosedur yang telah ditentukan oleh bank / lembaga keuangan. Agar kegiatan pelaksanaan perkreditan dapat berjalan dengan sehat dan layak, dikenal dengan 6 C yaitu : a. Character ( kepribadian / Watak ) Character adalah tabiat serta kemauan dari pemohon untuk memenuhi kewajiban yang telah dijanjikan. Yang diteliti adalah sifat-sifat, kebiasaan, kepribadian, gaya hidup dan keadaan keluarga. b. Capacity ( kemampuan ) Capacity adalah kesanggupan pemohon untuk melunasi kewajiban dari kegiatan usaha yang dilakukan atau kegiatan yang ditinjau dengan kredit dari bank. Jadi maksud dari penilaian kredit terhadap capacity ini untuk menilai sampai dimana hasil usaha yang diperolehnya akan mampu untuk melunasinya pada waktunya sesuai dengan perjanjian kredit yang telah disepakati. c. Capital ( modal ) Capital adalah modal yang dimiliki calon debitur pada saat mereka mengajukan permohonan kredit pada bank. d. Collateral ( jaminan ) Collateral adalah barang – barang yang diserahkan pada bank oleh peminjan atau debitur sebagai jaminan atas kredit yang diberikan. Barang jaminan diperlukan agar kredit tidak mengandung resiko. e. Condition of Economic ( kondisi ekonomi )
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
69
Condition of Economic adalah situasi dan kondisi, sosial, ekonomi, budaya dan lainnya yang mempengaruhi keadaan perekonomian pada suatu saat maupun untuk satu kurun waktu tertentu yang kemungkinannya akan dapat mempengaruhi kelancaran usaha dari perusahaan yang memperoleh kredit. f. Constrain ( batasan atau hambatan ) Dalam penilaian debitur dipengaruhi oleh hambatan yang tidak memungkinkan sesorang melakukan usaha di suatu tempat. Disamping formula 6 C di atas, masih ada prinsip kredit yang disebut 4 P, yaitu : a. Personality Personality yaitu penilaian bank tentang kepribadian peminjam seperti riwayat hidup, hobinya, keadaan keluarga ( istri / anak ), social standing ( pergaulan dalam masyarakat serta bagaimana masyarakat tentang diri si peminjam dan sebagainya). b. Purpose Bank dalam menilai si peminjam mencari dara tentang tujuan atau keperluan penggunaan kredit, dan apakah tujuan penggunaan kredit itu sesuai dengan line of business kredit bak bersangkutan. c. Payment Untuk mengetahui kemampuan debitur dalam mengembalikan pinjaman. Hal ini dapat diperoleh dari perhitungan tentan prospek kelancaran penjualan dan pendapatan sehingga dapat diperkirakan kemampuan pengembalian pinjaman ditinjau dari waktu jumlahnya. d. Prospect Prospect yaitu harapan usaha di masa yang akan datang dari calon debitur. Ini dapat diketahui dari perkembangan usaha si peminjam selama beberapa bulan atau tahun, perkembangan – perkembangan keadaan ekonomi atau usaha perdagangan sektor usaha debitor, kekuatan keuangan perusahaan yang dilihat dari earning power ( kekuatan pendapatan / keuntungan ) di masa lalu dan perkiraan masa akan datang. 3. Macam – macam Kredit Untuk membedakan kredit menurut faktor – faktor dan unsur – unsur yang ada dalam pengertian kredit, maka perbedaan kredit dapat dibedakan atas dasar :
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
70
a. Sifat penggunaan kredit 1) Kredit Konsumtif adalah kredit yang digunakan untuk keperluan konsumsi atau uang akan habis terpakai untuk memenuhi kebutuhannya. 2) Kredit Produktif adalah kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha, baik usaha – usaha produksi, perdagangan maupun investasi. b. Keperluan kredit 1) Kredit produksi / ekploitasi Kredit ini diperlukan perusahaan untuk meningkatkan produksi baik peningkatan kuantitatif yaitu jumlah hasil produksi maupun peningkatan kualitatif yaitu peningkatan kuantitas atau mutu hasil produksi. 2) Kredit Perdagangan Kredit ini dipergunakan untuk keperluan perdagangn pada umumnya yang berarti peningkatan utility of place saru suatu barang, barang – barang yang diperdagangkan ini juga diperlukan bagi industri. 3) Kredit Investasi Kredit yang diberikan kepada para pengusaha untuk investasi, berarti untuk penambahan modal dan kredit bukan untuk keperluan perbaikan ataupun penambahan barang modal atau fasilitas – fasilitas yang erat hubungannya dengan itu. Misalnya untuk membangun pabrik, membeli / mengganti mesin – mesin dan sebagainya. c. Kredit menurut cara pemakaian 1) Kredit rekening Koran bebas Debitur menerima seluruh kreditnya dalam bentuk rekening koran kepadanya diberikan blangko cheque dan rekening koran pinjamannya diisi menurut besarnya kredit yang diberikan, debitur bebas melakukan penarikan selama kredit berjalan. 2) Kredit rekening Koran terbatas Sistem ini adanya perbatasan tertentu bagi nasabah dalam melakukan penarikan uang rekeningya, seperti pemberian kredit dengan uang giral dan perubahannya menjadi uang chartal dilakukan berangsur – angsur. 3) Kredit rekening Koran aflopend
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
71
Penarikan kredit dilakukan dalam arti maksimum kredit pada waktu penarikan pertamalah sepeuhnya dipergunakan oleh nasabah. 4) Revolving credit Sistem penarikan kredit sama dengan cara rekening Koran bebas dengan masa penggunaan satu tahun, akan tetapi cara pemakaiannya berbeda. 5) Term Loans Dalam sistem ini penggunaan dan pemakaian kredit sangat fleksibel artinya nasabah bebas menggunakan uang kredit untuk keperluan apa saja dan bank tidak mau tahu tentang hal itu. d. Kredit menurut Jaminan Kredit ini pada umumnya ada dua yaitu : 1) Unsecured Loans ( kredit tanpa jaminan) sering juga disebut kredit blangko. 2) Secured Loans Jenis inilah yang digunakan oleh kebanyakan bank di Indonesia yaitu memberikan kredit jaminan. Jaminan kredit dapat berupa tanah, rumah, pabrik dan atau mesin – mesin pabrik, perusahaan serta surat berharga. 4. Jangka Waktu Kredit Perbedaan jangka waktu kredit menurut peraturan Bank Indonesia adalah sebagai berikut : a. Kredit jangka pendek, yaitu kredit yang berjangka waktu selama – lamanya satu tahun. Jadi pemakaiannya tidak melebihi satu tahun. b. Kredit jangka menengah, yaitu kredit yang jangka waktunya antara satu sampai tiga tahun. c. Kredit jangka panjang, yaitu kredit yang jangka waktunya lebih dari tiga tahun. 5. Tujuan dan Fungsi Kredit Tujuan kredit mencakup scope yang luas. Fungsi pokok yang saling berkaitan dari kredit adalah sebagai berikut : a. Profitability Proftability ini bertujuan untuk memperoleh hasil dari kredit berupa keuntungan yang diteguk dari pemungutan bunga. b. Safety
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
72
Safety adalah keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus benar – benar terjamin sehingga profitability dapat benar – benar tercapai tanpa hambatan yang berarti. Sedangkan Fungsi kredit adalah menyalurkan dana – dana yang dibutuhkan oleh masyarakat. Untuk itu fungsi kredit dalam kehidupan perekonomian adalah sebagai berikut : a. Kredit dapat meningkatkan daya guna dari modal Artinya bahwa para pedagang kecil dapat menikmati kredit bank melalui PD. BPR Mandiri Cabang Baturaja untuk memperluas usahanya, mengembangkan usaha dan kesempatan untuk berusaha. b. Kredit dapat meningkatkan daya guna suatu barang Dengan bantuan kredit dari PD. BPR Mandiri Cabang Baturaja tersebut maka para pedagang kecil dapat memproduksi bahan mentah menjadi bahan jadi, berarti daya guna dari bahan tersebut. c. Kredit sebagai alat stabilitas ekonomi Bahwa dalam menghadapi keadaan perekonomian yang kurang sehat, maka kredit dapat sebagai alat stabilitas ekonomi misalnya dalam usaha pengendalian inflasi, peningkatan ekspor serta pemenuhan kebutuhan pokok rakyat. d. Kredit sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional Bantuan kredit digunakan para usahawan untuk memperbesar volume usaha produksinya. Peningkatan usaha nantinya diharapkan akan meningkatkan profit. Bila keuntungan secara kumulatif dikembangkan lagi dalam arti kata dikembalikan ke dalam struktur permodalan, maka peningkatan akan berlangsung terus menerus dan akibatnya pendapatan terus meningkat.
Pembahasan A. Deskripsi Data Berdasarkan dari hasil survey yang telah penulis lakukan pada pedagang kecil di daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu Induk, maka dari sini faktor – faktor yang mempengaruhi pemberian jenis kredit yaitu Kredit Pasaran, Kredit Mingguan dan Kredit Bulanan, untuk pedagang kecil di daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
73
Induk, maka dapat dianalisa dengan menggunakan rumus uji Regresi Linier Berganda, Korelasi, Uji t dan Uji F.
B. Analisis Data Yang Digunakan 1. Regresi Linier Partial a. Analisis Regresi Linier Partial Untuk Kredit Pasaran Y = a + b1x1 + e Dimana : Y = Jumlah Pendapatan Pedagang Kecil a
= Konstanta
b1 = Koefisien Kredit Pasaran x1 = Kredit Pasaran Setelah kita mengolah data dengan menggunakan program SPSS, maka persamaan untuk kredit pasaran diperoleh hasil sebagai berikut : Y = 40.250 + 0,951x1 Adapun penjelasannya adalah : a = 40.250,
artinya apabila PD. BPR Mandiri Cabang Baturaja Kabupaten
Ogan Komering Ulu Induk tidak memberikan kredit kepada pedagang kecil dengan jenis kredit pasaran, maka pedagang kecil akan memperoleh pendapatan sebesar Rp. 40.250,b1 = 0,951,artinya apabila PD. BPR Mandiri Cabang Baturaja memberikan kredit kepada pedagang kecil dengan jenis kredit pasaran sebesar Rp 1.000,- maka pedagang kecil akan memperoleh tambahan pendapatan sebesar Rp. 951,b. Analisis Regresi Linier Partial Untuk Kredit Mingguan Setelah kita mengolah data dengan menggunakan program SPSS, maka persamaan untuk kredit pasaran kredit pasaran diperoleh hasil sebagai berikut : Y = -27.137 + 1,358 x2 Adapun penjelasannya adalah : a = - 27.137, artinya apabila PD. BPR Mandiri
Cabang Baturaja tidak
memberikan kredit kepada pedagang kecil dengan jenis kredit mingguan, maka pendapatan pedagang kecil akan menurun sebesar Rp. 27.137,-
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
74
b1 = 1,358,artinya apabila PD. BPR Mandiri Cabang Baturaja memberikan kredit kepada pedagang kecil dengan jenis kredit mingguan sebesar Rp 1.000,- maka pedagang kecil akan memperoleh tambahan pendapatan sebesar Rp. 1358,c. Analisis Regresi Linier Partial Untuk Kredit Bulanan Setelah kita mengolah data dengan menggunakan program SPSS, maka persamaan untuk kredit bulanan diperoleh hasil sebagai berikut : Y = - 226.146 + 1,244 x3 Adapun penjelasannya adalah : a = - 226.146, artinya artinya apabila PD. BPR Mandiri Cabang Baturaja tidak memberikan kredit kepada pedagang kecil dengan jenis kredit bulanan, maka pendapatan pedagang kecil akan menurun sebesar b1 = 1,244,
Rp. 226,-
artinya apabila PD. BPR Mandiri Cabang Baturaja memberikan
kredit kepada pedagang kecil dengan jenis kredit mingguan sebesar Rp 1.000,maka pedagang kecil akan memperoleh tambahan pendapatan sebesar Rp. 1.244,2.Korelasi Product Moment a.Korelasi product moment antara kredit pasaran ( x1 ) terhadap pendapatan pedagang kecil ( y ). Dengan bantuan program computer SPSS, maka besarnya korelasi product moment antara kredit pasaran ( x1 ) terhadap pendapatan pedagang kecil (y) maka diperoleh hasil rx1y sebesar 0,986, yang berarti bahwa kredit pasaran mempunyai hubungan yang sangat kuat terhadap pendapatan pedagang kecil. b. Korelasi product moment antara kredit mingguan ( x2 ) terhadap pendapapatan pedagang kecil ( y ) Dengan bantuan program komputer SPSS, maka besarnya korelasi product moment antara kredit mingguan ( x2 ) terhadap pendapatan pedagang kecil ( y ) maka diperoleh hasil
rx2y sebesar 0,936, berarti bahwa kredit mingguan
mempunyai hubugnan yang sangat kuat terhadap pendapatan pedagang kecil. c. Korelasi prduct moment antara kredit bulanan ( x3 ) terhadap pendapatan pedagang kecil ( y ). Dengan bantuan program computer SPSS, maka besarnya korelasi product moment antara kredit bulanan ( x3 ) terhadap pedagang kecil
Periode Januari 2013 – April 2013
( y ) maka
ISSN : 2087-5142
75
diperoleh hasil rx3y sebesar 0,922, yang berarti bahwa kredit bulanan mempunyai hubungan yang sangat kuat terhadap pendapatan pedagang kecil. 3. Uji T – test a. Uji T yang berkaitan antara kredit pasaran ( X1) dengan pendapatan pedagang kecil ( y ) 1) Komposisi Hipotesis Ho : β = 0,
artinya tidak adapengaruh antara kredit pasaran ( X1) terhadap
pendapatan pedagang kecil ( y ) Ho : β ≠ 0,
artinya ada pengaruh antara kredit pasaran ( X1) terhadap
pendapatan pedagang kecil ( y ) 2) Level of signifikan ( α ) = 0,05 3) Nilai t tabel = t (α ) = 0,05 ( n – k – 1 ) t 0,05 : (30 – 1 – 1 ) t 0,05 : = 28 = 2,048 4) Kriteria Pengujian Ho diterima apabila t tabel < t hitung < t tabel Ho ditolak apabila t hitung > t tabel
Daerah penerimaan Ho
Daerah ditolak -2,048
2,048
Daerah ditolak
5) T-hitung
b- sb 0,951 0,030 31.761( hasil komputer )
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
76
Dari hasil perhitungan maka diperoleh hasil untuk t hitung = 31.761 > t tabel = 2,048, maka Ho ditolak berarti ada pengaruh antara kredit pasaran ( X 1) terhadap pendapatan pedagang kecil
(y)
b.Uji T yang berkaitan antara kredit mingguan ( X2 ) dengan pendapatan pedagang kecil ( y ) 1) Komposisi Hipotesis Ho : β = 0,
artinya tidak ada pengaruh antara kredit mingguan
( X 2)
terhadap pendapatan pedagang kecil ( y ) Ho : β ≠ 0,
artinya ada pengaruh antara kredit pasaran ( X2) terhadap
pendapatan pedagang kecil ( y ) 2) Level of signifikan ( α ) = 0,05 3) Nilai t tabel = t (α ) = 0,05 ( n – k – 1 ) t 0,05 : (30 – 1 – 1 ) t 0,05 : = 28 = 2,048 4) Kriteria Pengujian Ho diterima apabila t tabel < t hitung < t tabel Ho ditolak apabila t hitung > t tabel
Daerah penerimaan Ho
Daerah ditolak -2,048
5) T-hitung
2,048
Daerah ditolak
b- sb 1.358 0,097 14.032 ( hasil komputer )
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
77
6) Penjelasan Dari hasil perhitungan maka diperoleh hasil untuk t hitung = 14.032 > t tabel = 2,048, maka Ho ditolak berarti ada pengaruh antara kredit mingguan ( X 2) terhadap pendapatan pedagang kecil
(y)
c.Uji T yang berkaitan antara kredit bulanan ( X 3 ) dengan pendapatan pedagang kecil ( y ) 1) Komposisi Hipotesis Ho : β = 0,
artinya tidak ada pengaruhantara kredit bulanan
( X3 )
terhadap pendapatan pedagang kecil ( y ) Ho : β ≠ 0,
artinya ada pengaruh antara kredit pasaran (X3) terhadap
pendapatan pedagang kecil ( y ) 2) Level of signifikan ( α ) = 0,05 3) Nilai t tabel = t (α ) = 0,05 ( n – k – 1 ) t 0,05 : (30 – 1 – 1 ) t 0,05 : = 28 = 2,048
4) Kriteria Pengujian Ho diterima apabila t tabel < t hitung < t tabel Ho ditolak apabila t hitung > t tabel
Daerah penerimaan Ho
Daerah ditolak -2,048
5) T-hitung
2,048
Daerah ditolak
b- sb 1.244 0,098 12.635 ( hasil komp uter )
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
78
6) Penjelasan Dari hasil perhitungan maka diperoleh hasil untuk t hitung = 12.635 > t tabel = 2,048, maka Ho ditolak berarti ada pengaruh antara kredit bulanan ( X 3) terhadap pendapatan pedagang kecil
(y)
4. Uji – F Uji ini digunakan untuk mengetahui pengaruh secara bersama – sama, antara jenis kredit pasaran (X1), kredit mingguan ( X2) dan kredit bulanan ( X3) terhadap keberhasilan usaha (y ). a. Komposisi Hipotesis Ho : b1 = b2 = b3 = 0
artinya tidak terdapat pengaruh secara bersama – sama antara kredit pasaran ( X1 ), kredit mingguan ( X2 ) dan kredit bulanan ( X3 ) terhadap keberhasilan usaha ( y )
Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ 0
artinya terdapat pengaruh secara bersama – sama antara kredit pasaran ( X1), kredit mingguan ( X2 ), kredit bulanan ( X3 ) terhadap keberhasilan usaha ( y )
b. Level of signifikan ( α ) = 0,05 c. Nilai F tabel = t (α ) = F 0,05 ( k ) ( N 1– k ) = F 0,05 : (90 – 1 – 1 ) =
( 88 )
= 4,00 d. Kriteria Pengujian Ho diterima apabila F hitung < F tabel Ho ditolak apabila F hitung > F tabel
Daerah diterima
4,00
Periode Januari 2013 – April 2013
Daerah ditolak
ISSN : 2087-5142
79
e. Dari hasil olah data SPSS, maka diperoleh f– hitung sebesar 1.112.491 f. Penjelasan Jadi F – hitung = 1.112.491 > 4,00 ( F tabel ) maka ditolak, yang berarti secara bersama – sama kredit pasaran ( X1), kredit mingguan ( X2 ) dan kredit bulanan ( X3 ) mempunyai pengaruh terhadap pendapatan pedagang kecil ( y ).
Kesimpulan Berdasarkan analisa data yang telah diolah, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Regresi Linier Partial a. Analisis Regresi Linier Partial Untuk Kredit Pasaran Y = 40.250 + 0,951x1 a = 40.250,
artinya apabila PD. BPR Mandiri Cabang Baturaja Kabupaten Ogan
Komering Ulu Induk tidak memberikan kredit kepada pedagang kecil dengan jenis kredit pasaran, maka pedagang kecil akan memperoleh pendapatan sebesar Rp. 40.250,b1 = 0,951, artinya apabila PD. BPR Mandiri Cabang Baturaja memberikan kredit kepada pedagang kecil dengan jenis kredit pasaran sebesar Rp 1.000,- maka pedagang kecil akan memperoleh tambahan pendapatan sebesar Rp. 951,b. Analisis Regresi Linier Partial Untuk Kredit Mingguan Y = -27.137 + 1,358 x2 a = - 27.137, artinya apabila PD. BPR Mandiri Cabang Baturaja tidak memberikan kredit kepada pedagang kecil dengan jenis kredit mingguan, maka pendapatan pedagang kecil akan menurun sebesar Rp. 27.137,b1 = 1,358,
artinya apabila PD. BPR Mandiri Cabang Baturaja memberikan kredit
kepada pedagang kecil dengan jenis kredit mingguan sebesar Rp 1.000,- maka pedagang kecil akan memperoleh tambahan pendapatan sebesar Rp. 1358,c. Analisis Regresi Linier Partial Untuk Kredit Bulanan Y = - 226.146 + 1,244 x3
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
80
a = - 226.146, artinya artinya apabila PD. BPR Mandiri
Cabang Baturaja tidak
memberikan kredit kepada pedagang kecil dengan jenis kredit bulanan, maka pendapatan pedagang kecil akan menurun sebesar = 1,244,
Rp. 226,-
artinya apabila PD. BPR Mandiri Cabang Baturaja memberikan kredit
kepada pedagang kecil dengan jenis kredit mingguan sebesar Rp 1.000,- maka pedagang kecil akan memperoleh tambahan pendapatan sebesar Rp. 1.244,2. Korelasi Product Moment a. Korelasi product moment antara kredit pasaran ( x1 ) terhadap pendapatan pedagang kecil ( y ) Dengan bantuan computer SPSS, maka besarnya korelasi product moment antara kredit pasaran ( x1 ) terhadap pendapatan pedagang kecil ( y ) maka diperoleh hasil rx1y sebesar 0,986, yang berarti bahwa kredit pasaran mempunyai hubungan yang sangat kuat terhadap pendapatan pedagang kecil. Dengan demikian hipotesis yang pertama yang berbunyi “ Diduga bahwa kredit pasaran ( x1 ) mempunyai pengaruh dan hubungan positif terhadap pendapatan pedagang kecil PD. BPR Mandiri Cabang Baturaja Kabupaten Ogan Komering Ulu Induk, “ terukti kebenarannya, hal ini ditunjukkan oleh nilai b1 = 0,951 dan rx1y = 0,986. b. Korelasi product moment antara kredit mingguan ( x2 ) terhadap pendapatan pedagang kecil ( y ) Dengan bantuan program komputer SPSS, maka besarnya korelasi product moment antara kredit mingguan ( x2 ) terhadap pendapatan pedagang kecil ( y ) maka diperoleh hasl rx2y sebesar 0,936, yang berarti bahwa kredit mingguan mempunyai hubungan yang sangat kuat terhadap pendapatan pedagang kecil. Dengan demikian hipotesis yang kedua yang berbunyi “Diduga bahwa kredit mingguan ( x2 ) mempunyai pengaruh dan hubungan yang positif terhadap pendapatan pedagang kecil pada PD. BPR Mandiri
Cabang Baturaja,” terbukti
kebenarannya, hal ini ditunjukkan oleh nilai b2 = 0,97 dan rx2y = 0,936. c. Korelasi product moment antara kredit bulanan ( x3 ) terhadap pendapatan pedagang kecil ( y )
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
81
Dengan bantuan program komputer SPSS, maka besarnya korelasi product moment antara kredit bulanan ( x3 ) terhadap pendapatan pedagang kecil ( y ) maka diperoleh hasl rx3y sebesar 0,922, yang berarti bahwa kredit mingguan mempunyai hubungan yang sangat kuat terhadap pendapatan pedagang kecil. Dengan demikian hipotesis yang ketiga yang berbunyi “Diduga bahwa kredit bulanan ( x3 ) mempunyai pengaruh dan hubungan yang positif terhadap pendapatan pedagang kecil pada PD. BPR Mandiri
Cabang Baturaja,” terbukti kebenarannya, hal ini
ditunjukkan oleh nilai b3 = 1,244 dan rx3y = 0,922. 3. Uji T – test a. Uji T yang berkaitan antara kredit pasaran ( X1) dengan pendapatan pedagang kecil ( y ) Dari hasil perhitungan maka diperoleh hasil untuk t hitung = 31.761 > t tabel = 2,048, maka Ho ditolak berarti ada pengaruh antara kredit pasaran ( X 1) terhadap pendapatan pedagang kecil ( y ). b. Uji T yang berkaitan antara kredit minggua ( X2) dengan pendapatan pedagang kecil ( y ) Dari hasil perhitungan maka diperoleh hasil untuk t hitung = 14.032 > t tabel = 2,048, maka Ho ditolak berarti ada pengaruh antara kredit mingguan ( X2 ) terhadap pendapatan pedagang kecil ( y ). c. Uji T yang berkaitan antara kredit bulanan ( X3 ) dengan pendapatan pedagang kecil ( y ) Dari hasil perhitungan maka diperoleh hasil untuk t hitung = 12.635 > t tabel = 2,048, maka Ho ditolak berarti ada pengaruh antara kredit bulanan ( X 3 ) terhadap pendapatan pedagang kecil ( y ). 4. Uji – F Dari hasil olah data SPSS, maka diperoleh f-hitung sebesar 1.112.491, yangberarti F – hitung = 1.112.491 > 4,00 ( F tabel ) maka Ho ditolak, yang berarti secara bersama – sama kredit pasaran ( X1 ), kredit mingguan ( X2 ) dan kredit bulanan ( X3 ) dan diketahui analisa linier bergandanya adalah Y = - 46,322 + 1,149x. Dengan demikian hipotesisyang keempat yang berbunyi “Diduga secara bersama – sama bahwa kredit pasaran ( X1), kredit mingguan ( X2 ) dan kredit bulanan ( X3 ) secara bersama – sama mempunyai pengaruh dan hubungan yang positif terhadap Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
82
pendapatan pedagang kecil pada PD. BPR Mandiri
Cabang Baturaja,” terbukti
kebenarannya, hal ini ditunjukkan oleh nilai b1, b2, b3 = 1,149 dan rx 1,2,3 y = 0,963 Saran 1. Upaya pemberian bunga kredit yang menarik, akan menjadikan catatan tersendiri bagi pedagang kecil, sehingga pedagang kecil tidak lagi mendapatkan kredit dari “Bank Plecit” atau rentenir. 2. Upaya mencairkan dananya kepada pedagang kecil terus dilakukan, bila perlu ditambah guna peningkatan kesejahteraan bagi usaha kecil dan menengah. 3. Sebaiknya plafon dibawah 1 juta tidak usah memakai jaminan, sehingga para pedagang kecil bisa dengan mudah memperoleh kredit dari PD. BPR Mandiri Cabang Baturaja.
DAFTAR PUSTAKA Astiko Sunardi, Manajemen Perkreditan. Yogyakarta: Andi Offset, Edisi, 5, 1996 Bambang Riyanto, Dasar-dasar Pembelajaran Perusahaan, Edisi ketiga, Yogyakarta: Yayasan Badan Penerbit Gajah Mada, 1991 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Edisi I, Balai Pustaka, 1998 Nugroho Budiyuwono, Pengantar Statistik Ekonomi dan Perusahaan, UPP AMP YKPN, 1993. Sinungan M, Dasar-dasar dan Teknik Manajemen Kredit. Cetakan kelima, Jakarta: PT Bina Aksara, 1989. Sofyan Asnawi, Tehnik-tehnik dan Metode Peramalan, Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1984. Teguh P, Mulyono, Manajemen Perkreditan Komersial, Edisi Pertama, Yogyakarta: BPFE, 1987.
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
83
Analisis Kinerja Keuangan berdasarkan Hubungan antara Tingkat Likuiditas dan Profitabilitas pada PT. Adhya Tirta Sriwijaya Palembang Dormauli Justina Dosen PNS dpk pada STIM Amkop Palembang ABSTRACT This research aims to find out how is the financial performance of PT. Adhya Tirta Sriwijaya (PT.ATS) through the correlation between liquidity and profitability in 2007-2011. Using current ratio (X) and Return on Investment (Y) as variables to count the correlation coefficient (rxy). The result was rxy = 0,59 means that there is a great relation between liquidity and profitability. So, if the liquidity increase the profitability will increase, too. PT. ATS has to manage the liquidity and profitability more careful to get good financial performance. Keywords: Liquidity, Profitability.
Pendahuluan Suatu perusahaan pada umumnya melakukan kegiatan operasionalnya dengan tujuan menghasilkan laba yang maksimal agar dapat mempertahankan kelangsungan hidup usahanya. Untuk itu tentu saja perusahaan membutuhkan dana atau modal. Dana perusahaan bisa berasal dari sumber dana internal (internal fund) dan sumber dana eksternal (external fund). Sumber dana internal perusahaan merupakan sumber dana yang berasal dari dalam perusahaan seperti laba ditahan dan akumulasi penyusutan. Sedangkan sumber dana eksternal perusahaan merupakan sumber dana dari luar perusahaan yaitu diperoleh dari peminjaman kreditur dan investor. Sumber dana eksternal akan digunakan perusahaan sebagai pelengkap apabila dana internal kurang mencukupi. Penggunaan dana eksternal akan menyebabkan perusahaan menghadapi masalah yang berhubungan dengan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya, baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang. Masalah yang dihadapi perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek atau segera harus dipenuhi dikenal dengan istilah “Likuiditas”. Jika suatu Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
84
perusahaan ingin mempertahankan kelangsungan kegiatan usahanya, maka harus memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban finansial yang harus segera dilunasi. Likuiditas tidak hanya berkenaan dengan keadaan keseluruhan keuangan perusahaan tetapi juga berkaitan dengan kemampuan untuk mengubah aktiva lancar tertentu menjadi uang kas. Perusahaan yang likuid merupakan perusahaan yang mampu memenuhi seluruh kewajiban jangka pendek. Apabila menyangkut kewajiban kepada pihak luar (kreditur) dinamakan likuiditas badan usaha. Bila menyangkut kewajiban finansialnya untuk menyelenggarakan proses produksi, maka dinamakan likuiditas perusahaan. Perusahaan harus memberi perhatian lebih terhadap likuiditas. Perusahaan juga harus dapat membuat strategi yang bermanfaat untuk mengoptimalisasi dan mengelola aktiva lancar yang dimiliki perusahaan agar seluruh kewajiban lancarnya yang segera jatuh tempo dapat dilunasi dengan baik. Selain likuiditas, masalah profitabilitas juga penting untuk kelangsungan hidup perusahaan. Suatu perusahaan harus selalu berada dalam keadaan menguntungkan, karena tanpa adanya keuntungan akan sulit bagi perusahaan untuk menarik modal dari luar. Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber daya yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya.
Rumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah tingkat likuiditas memiliki hubungan yang positif terhadap tingkat profitabilitas pada PT. Adhya Tirta Sriwijaya Palembang”
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya hubungan tingkat likuiditas dan tingkat profitabilitas pada PT. Adhya Tirta Sriwijaya Palembang.
Tinjauan Teoritis Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
85
Keberhasilan ataupun kegagalan usaha hampir sebagian besar ditentukan oleh kualitas keputusan keuangan. Dengan kata lain masalah yang biasa timbul dalam setiap organisasi berimplikasi terhadap bidang keuangan. Menurut Sartono (2000: 8) Manajemen keuangan dapat diartikan sebagai manajemen dana baik berkaitan dengan pengalokasian dana dalam berbagai bentuk investasi secara efektif maupun usaha pengumpulan dana untuk pembiayaan investasi atau pembelanjaan secara efisien. Laporan Keuangan (Financial Statement) menurut Keown, dkk (2007:79) adalah berisi informasi penting tentang prestasi perusahaan di masa lampau yang dilaporkan dalam bentuk (1) Laporan Laba Rugi, (2) Neraca, dan (3) Laporan Arus Kas. Harahap (2002: 105) memberikan pengertian bahwa laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha satu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Riyanto (2001: 327) menambahkan bahwa Laporan Finansial (Financial Statement), memberikan ikhtisar mengenai keadaan finansial suatu perusahaan, dimana neraca (Balance Sheet) mencerminkan nilai aktiva, utang dan modal sendiri pada suatu saat tertentu, dan Laporan Rugi dan Laba (Income Statement) mencerminkan hasilhasil yang dicapai selama suatu periode tertentu yang biasanya meliputi periode satu tahun.
Rasio Keuangan Analisis rasio keuangan merupakan alat yang sangat umum digunakan untuk mengetahui keadaan keuangan dan perkembangan usaha suatu perusahaan di masa lalu, saat ini dan kemungkinan di masa depan. Analisis rasio-rasio keuangan dilakukan berdasarkan tujuan pihak-pihak yang berkepentingan. Syamsuddin (2000: 37) menguraikan bahwa pada umumnya ada tiga kelompok yang paling berkepentingan dengan rasio-rasio finansial, yaitu: para pemegang saham dan calon pemegang saham, kreditur dan calon kreditur serta manajemen perusahaan (the firm’s own management). Para pemegang saham dan calon pemegang saham memberikan perhatian pada tingkat keuntungan yang akan diperoleh perusahaan sekarang, juga pada masa yang akan datang. Hal ini penting bagi mereka karena akan berpengaruh Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
86
terhadap harga saham-saham yang mereka miliki. Para kreditur sangat memperhatikan aspek kemampuan perusahaan dalam membayar kewajibankewajiban finansialnya baik jangka pendek maupun jangka panjang untuk memberikan jaminan kepada pihak kreditur bahwa perusahaan yang diberikan pinjaman dana oleh mereka akan mampu membayar bunga dan pokok pinjaman tetap pada waktunya. Bagi pihak manjemen perusahaan sendiri (the firm’s own management) analisis rasio keuangan ini bermanfaat untuk mengetahui seluruh keadaan keuangan perusahaan karena mereka sadar bahwa keadaan keuangan perusahaan akan dinilai oleh pemilik perusahaan dan pihak kreditur. Selain itu bagi
pihak
manajemen perusahaan,
rasio-rasio
finansial
perusahaan
merupakan alat monitor keadaan perusahaan dari satu periode ke periode lainnya. Perlu juga diketahui analisis rasio keuangan hanya mampu memberikan gambaran satu sisi saja, oleh karena itu diperlukan lagi tambahan data-data lain selain data-data yang berasal dari laporan keuangan perusahaan (neraca dan laporan rugi-laba), agar hasil analisis dapat lebih baik dan akurat. Atmajaya (2003: 415) mengelompokkan rasio keuangan atas 4 kelompok rasio keuangan, yaitu: 1) Rasio likuiditas, yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial yang berjangka pendek tepat pada waktunya. 2) Rasio aktivitas, menunjukkan sejauh mana efisiensi perusahaan dalam menggunakan assets untuk memperoleh penjualan. 3) Rasio leverage, menunjukkan kapasitas perusahaan untuk memenuhi kewajiban baik itu jangka pendek maupun jangka panjang. 4) Rasio profitabilitas, dapat mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba baik dalam hubungannya dengan penjualan, assets maupun laba bagi modal sendiri.
Rasio Likuiditas
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
87
Pada umumnya yang pertama kali menjadi perhatian seorang analis keuangan adalah tingkat likuiditas perusahaan, apakah perusahaan tersebut mampu membayar utangnya yang akan jatuh tempo. Masalah likuiditas berhubungan dengan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibankewajiban finansialnya yang berjangka pendek. Perbandingan antara aktiva lancar dengan utang lancar yang terdapat pada neraca perusahaan pada periode tertentu akan menggambarkan tingkat likuiditas suatu perusahaan pada periode tertentu, sehingga dapat membantu manajer perusahaan dalam mengukur tingkat kemampuan perusahaan untuk membayar utang-utang jangka pendeknya kepada kreditur. Likuiditas juga membantu para kreditur umtuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety) dari dana yang mereka akan pinjamkan kepada pihak perusahaan yang membutuhkan modal. Di lain pihak tingkat likuiditas dapat pula digunakan oleh pihak manajemen perusahaan untuk mengetahui kesanggupan dan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya yang bersifat intern, yakni berupa pembelian bahan baku, bahan pembantu, upah tenaga kerja dan pengeluaran-pengeluaran lainnya (likuiditas perusahaan). Menurut Riyanto (2000: 26), suatu pedoman yang lazim bahwa rasio likuiditas sebesar 2 : 1 atau 200% dianggap layak untuk perusahaan pada umumnya, kecuali perusahaan kredit. Dengan dasar pemikiran, meskipun ada pengangguran 50% dalam nilai aktiva lancar, perusahaan masih dapat memenuhi semua kewajiban lancarnya. Kelemahan dari pemikiran rasio ini adalah rasio ini tidak mencerminkan usaha yang berkesinambungan, yang akan menjadi prioritas utama manajemen. Pedoman rasio likuiditas 2:1 bukanlah hal yang mutlak. Secara umum likuiditasnya, hal ini untuk menghindari adanya aktiva yang menganggur, sehingga kesempatan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar hilang begitu saja. Sebagaimana Lukman Syamsuddin (2000: 44) menuliskan bahwa tidak ada suatu ketentuan mutlak berapa tingkat current ratio yang dianggap baik atau yang harus dipertahankan oleh suatu perusahaan karena biaya tingkat current ratio ini juga sangat tergantung pada jenis usaha dari masing-masing perusahaan. Syamsuddin. (2000: 44) menyatakan untuk mengetahui berapa Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
88
besar current assets bisa dikurangi tanpa mengganggu kemampuan membayar utang jangka pendek (jumlah aktiva lancar = jumlah utang lancar) dapat dihitung sebagai berikut: (1 – (1 : Current Ratio) x 100%). Tingkat likuiditas dapat diukur dengan menggunakan beberapa rasio. Pada penelitian ini penulis hanya menggunakan peralatan current ratio dan quick ratio dalam pembahasan rasio likuiditas, karena current ratio dan quick ratio
banyak
digunakan oleh perusahaan
dalam
mengukur
tingkat
likuiditasnya serta merupakan peralatan yang mengukur tingkat likuiditas secara kasar dibandingkan dengan peralatan lainnya. Formula dari current ratio adalah sebagai berikut:
1. Rasio Profitabilitas Profitabilitas
menurut
Bambang
Riyanto
(2002:
33),
adalah
kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba dibandingkan dengan aktiva atau modal perusahaan yang digunakan selama periode tertentu dan dinyatakan dengan persentase. Salah satu ukuran rasio profitabilitas dalam hubungannya antara laba dengan investasi dan merupakan rasio yang dipergunakan penulis sehubungan dengan masalah dalam penelitian ini adalah return on investment (ROI). Return on investment dihitung dengan:
Return on investment atau yang sering disebut dengan return on total assets adalah merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
89
aktiva yang tersedia di dalam perusahaan (Syamsuddin 2002: 63). Semakin tinggi rasio ini, maka semakin baik keadaan suatu perusahaan. Untuk itu penulis menggunakan Return On Investment (ROI) untuk mengukur tingkat profitabilitas PT. ATS Palembang
2. Koefisien Korelasi Untuk mengetahui ada tidaknya keterkaitan hubungan antara variabel likuiditas dan profitabilitas, maka diperlukan suatu metode yang dapat menjelaskannya. Metode tersebut adalah metode koefisien korelasi. Korelasi mempelajari secara timbal balik bagaimana dua variabel ini berhubungan. Dengan kata lain, yaitu bagaimana kuatnya dua hubungan antara variabelvariabel apabila bentuk hubungan adalah linear. Angka koefisien korelasi ini merupakan angka nyata yaitu antara +1 dan – 1 atau 1 ≥ r ≥ -1. Dengan demikian korelasi dapat bersifat langsung / positif, dan dapat juga terbalik atau negatif tergantung pada arah perubahannya. Besarnya angka korelasi menunjukkan kuat atau lemahnya hubungan: a. Koefisien korelasi bersifat positif, bila suatu variabel naik / turun dan yang lain berubah dengan jumlah yang tetap di dalam arah yang sama. b. Koefisien korelasi bersifat negatif, jika kedua variabel tersebut dalam perubahan yang berlawanan arah. c.
Koefisien korelasi merupakan rata-rata hubungan yang dua arah sifatnya. Untuk menghitung koefisien korelasi sederhana kita dapat memilih tipe koefisien korelasi person adalah tipe dasar korelasi. Simbol koefisien korelasi adalah r, dan untuk menghitung koefisien korelasi dari data yang kasar (belum disusun dalam bentuk distribusi frekuensi) Metode ini digunakan untuk menganalisa tentang sejauh mana atau seberapa besar hubungan antara tingkat likuiditas dengan tingkat profitabilitas perusahaan yang dinyatakan dalam persentase. Rumusan yang digunakan oleh Anto Dajan (1985: 315) adalah sebagai berikut:
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
90
Dimana: r = menyatakan kuat atau lemahnya hubungan tingkat likuiditas dan tingkat profitabilitas n = Jumlah periode x = Merupakan variabel bebas y = merupakan variabel dependen yaitu variabel lain dalam hal ini adalah laba usaha. Pengertian rumus tersebut di atas apabila r = 0 atau mendekati 0 berarti hubungan antara dua variabel sangat lemah atau tidak ada sama sekali. Bila r = 1 atau mendekati 1, maka korelasinya dikatakan sangat kuat dan positif, sedangkan bila r = -1 atau mendekati -1 maka korelasinya dikatakan sangat kuat dan negatif. Bila r positif, maka korelasi antara kedua variabel bersifat searah artinya kenaikan atau penurunan nilai-nilai x terjadi bersama-sama dengan kenaikan atau penurunan nilai- nilai y. Sebaliknya bila r negatif, kenaikan nilai x terjadi bersama-sama dengan penurunan nilai- nilai y atau sebaliknya.
F. Metode Penelitian 1.
Unit Penelitian Unit penelitian adalah PT. Adhya Tirta Sriwijaya yang terletak di Komplek Citra Grand City Blok C Kav.12-15 Alang-alang Lebar Palembang.
2.
Batasan Operasional a. Ruang lingkup dari permasalahan yang diteliti adalah hanya sebatas hubungan likuiditas (current ratio dan quick ratio) perusahaan terhadap profitabilitas (return on investment). b. Laporan keuangan yang digunakan adalah laporan keuangan PT. ATS Palembang dalam bentuk neraca dan laporan laba rugi selama periode 2007 sampai dengan 2011.
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
91
c. Hubungan
likuiditas
terhadap
profitabilitas
menggunakan
analisis
kuantitatif berupa rasio keuangan dan metode koefisien korelasi untuk selanjutnya dianalisis secara deskriptif.
3. Pengukuran Variabel Tabel Operasionalisasi Variabel Penelitian Variabel
ROI (Y)
Current Ratio (X1)
Quick Ratio (X2)
Konsep ukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban yang segera harus dipenuhi dari aktiva lancar yang dinyatakan dalam persen (%) mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban yang harus segera dipenuhi dari aktiva lancarnya yang lebih likuid yang dinyatakan dalam persen (%)
Indikator
Skala
Rasio
Rasio
Rasio
4. Metode Analisis a. Metode Analisis Deskriptif Metode analisis deskriptif dilakukan dengan cara mengumpulkan, menyusun, mengklasifikasi data, dan menginterprestasikannya sehingga memberikan gambaran menyeluruh mengenai masalah yang dihadapi
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
92
perusahaan, dan kemudian mencari upaya-upaya pemecahan masalah tersebut. b. Metode Analisis Rasio Keuangan Perusahaan 1) Rasio Likuiditas, diukur antara lain dengan Current Ratio dan Quick Ratio, rasio ini menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk dapat membayar hutangnya yang segera jatuh tempo, dengan jaminan aktiva lancar. Formulasi dari Current Ratio dan Quick Ratio adalah sebagai berikut :
2) Rasio Profitabilitas, yang digunakan antara lain adalah Return on Investment
(ROI).
Rasio
ini
digunakan
untuk
mengukur
kemampuan modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva dalam menghasilkan keuntungan bersih. Formulasi dari ROI ini adalah sebagai berikut :
c. Metode Koefisien Korelasi Metode ini digunakan untuk menganalisis tentang seberapa jauh atau berapa besarnya hubungan antara tingkat likuiditas dan tingkat profitabilitas perusahaan dalam persentase. Rumus yang digunakan dalam metode ini adalah: Dimana: r = Koefisien korelasi yang menyatakan kuat atau lemahnya hubungan keterkaitan antara likuiditas dan profitabilitas perusahaan n = Jumlah periode tahun x = Likuiditas perusahaan, yang dalam hal ini merupakan variable bebas (independen) y = Profitabilitas perusahaan, yang merupakan variabel dependen,yaitu variabel yang tergantung dari variabel lain. Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
93
Untuk
menunjukkan
hubungan
tergantung
dari
nilai
rxy dimana nilai rxy dapat bervariasi dari -1 melalui 0 hingga +1. Bila rxy = 0 atau mendekati 0, maka hubungan antara kedua variabel sangat lemah
atau
tidak
terdapat
hubungan
sama
sekali.
Bila
rxy = +1 atau mendekati 1 , maka hubungannya antara kedua variabel sangat kuatsekali
dan
positif
(searah).
Dan
bila
rxy = -1 atau mendekati -1, maka hubungan dikatakan sangat kuat dan negatif (berlawanan arah).
Analisis Likuiditas dan Profitabilitas pada PT. ATS Palembang 1. Tingkat Likuiditas Perhitungan tingkat likuiditas PT. ATS Palembang selama 5 (lima) periode (2007-2011) adalah sebagai berikut: Current Ratio a. Tahun 2007
b. Tahun 2008
c. Tahun 2009
d. Tahun 2010 Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
94
e. Tahun 2011
Quick Ratio a.
Tahun 2007
b.
Tahun 2008
c.
Tahun 2009
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
95
d.
Tahun 2010
e.
Tahun 2011
Tabel Perhitungan Rasio Likuiditas PT. Adhya Tirta Sriwijaya Palembang Tahun 2007-2011 Aktiva Lancar Tahun
Utang Lancar
Persediaan
AL (Rp)
∆
UL (Rp)
∆
Persediaan (Rp)
2007
3,768,255,390
-
889,666,674
-
140,065,940
-
2008
4,488,623,268
720,367,878
913,762,574
24,095,900
153,898,400
13,832,460
2009
5,794,460,223
1,305,836,955
503,257,793
(410,504,781)
181,792,148
27,893,748
2010
8,454,101,112
2,659,640,889
980,212,498
476,954,705
217,574,885
35,782,737
2011
4,738,802,720
(3,715,298,392)
3,254,573,725
2,274,361,227
242,147,395
24,572,510
Tahun 2007 2008 2009 2010 2011
Current Ratio (CR) CR (%) ∆ 423.5 − 491.2 67.7 1151.3 660.1 862.4 -288.9 145.6 -716.8
∆
Quick Ratio (QR) QR (%) ∆ 411.1 − 474.3 63.2 1115.2 640.9 840.2 -275 138.1 -702.1
Sumber : hasil pengolahan, 2012 Keterangan : ∆ = Perubahan Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
96
Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa tingkat likuiditas PT. ATS 5 (lima) tahun terakhir cenderung membaik dan berada di atas 200%, hal ini ditandai dengan terus meningkatnya current ratio dan quick ratio perusahaan dari tahun 2007 sampai tahun 2011. Walaupun current ratio dan quick ratio untuk tahun 2009 berada di atas ukuran normal, namun pada tahun 2011 perusahaan sudah mampu menurunkan current dan quick rationya, ini mengindikasikan
upaya
pihak
manajemen
untuk
menjaga
tingkat
likuiditasnya. Jadi, jika dirata-ratakan dapat dikatakan bahwa tingkat likuiditas PT. ATS Palembang lima tahun terakhir masih berada di atas ukuran normal 200% yang dijadikan pedoman sebagai prinsip hati-hati (rules of thumb), namun demikian rasio likuiditas yang dimiliki PT. ATS meningkat setiap tahun mengindikasikan upaya perusahaan untuk menjaga likuiditasnya agar tetap mampu untuk menutupi utang-utangnya yang segera jatuh tempo. a. Current Ratio Pada tahun 2007, current ratio yang dimiliki PT. ATS sebesar 423,5% artinya setiap Rp 1,00,- utang lancar PT. ATS dijamin oleh harta lancar yang dimiliki perusahaan sebesar Rp. 4,235,-. Pada tahun 2008, current ratio PT. ATS mengalami peningkatan sebesar 67,7% yaitu dari 423,5% tahun 2007 menjadi 491,2% atau 4,912 pada tahun 2007, artinya setiap Rp 1,00,- utang lancar PT . ATS dijamin oleh harta lancar yang dimiliki perusahaan sebesar Rp 4,912,-. Peningkatan current ratio yang besar ini disebabkan oleh meningkatnya aktiva lancar perusahaan sebesar Rp 720.367.878,- yaitu dari Rp 3.768.255.390,- tahun 2007 menjadi Rp 4.488.623.268,- pada tahun 2008. Kenaikan aktiva lancar perusahaan pada tahun ini disebabkan oleh peningkatan persediaan sebesar Rp 13.832.460,yang didapat dari selisih antara persediaan tahun 2008 sebesar Rp 153.898.400,- dan persediaan tahun 2007 sebesar Rp 140.065.940,-. Peningkatan utang lancar perusahaan pada tahun ini juga disebabkan oleh kenaikan utang usaha, pinjaman bank jangka pendek, utang pajak dan utang lainnya.
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
97
Pada tahun 2009, current ratio PT. ATS mengalami peningkatan 2x lipat sebesar 660,1% yaitu dari 491,2% pada tahun 2008 menjadi 1151,3% atau Rp 11,153,- pada tahun 2009, artinya setiap Rp. 1,00 utang lancar PT. ATS dijamin oleh harta yang dimiliki perusahaan sebesar Rp. 11,153,-. Kenaikan current ratio yang sangat besar ini disebabkan oleh kenaikan aktiva lancar sebesar Rp 1.305.836.955,- yaitu dari Rp 4.488.623.268,- pada tahun 2008 menjadi Rp 5.794.460.223,- pada tahun 2009, sedangkan utang lancar mengalami penurunan sebesar Rp 410.504.781,- dimana pada tahun 2008 sebesar Rp 913.762.574,- menjadi Rp 503.257.793,- pada tahun 2009. Kenaikan aktiva lancar pada tahun ini disebabkan oleh kas di bank dimana pada tahun 2008 sebesar Rp 3.476.838.123,- menjadi Rp 4.615.167.614,- pada tahun 2009 dan aktiva lancar lainnya sedangkan utang lancar mengalami penurunan disebabkan oleh utang usaha yang dimana pada tahun 2008 sebesar Rp 141.038.750,-menjadi Rp 104.453.740,- pada tahun 2009. Pada tahun 2010, current ratio mengalami penurunan yang cukup besar dari sebanyak 660.1% menjadi 288.9% yaitu dari 1151,3% pada tahun 2009 menjadi 862.4%, atau Rp 8,624,- pada tahun 2010, artinya tiap Rp 1,00,utang lancar PT. ATS dijamin oleh harta lancar yang dimiliki perusahaan sebesar Rp 8,624,-. Penurunan current ratio ini disebabkan oleh meningkatnya akti,va lancar sebesar Rp 2.659.640.889,- yaitu dari Rp 5.794.460.223,- pada tahun 2009 menjadi Rp 8.454.101.112,- pada tahun 2010. Kenaikan aktiva lancar pada tahun ini disebabkan oleh kenaikan kas dibank sebesar Rp 2.523.814.062,- dari Rp 4.615.167.614,- pada tahun 2009 menjadi Rp 7.138.981.676,-. Dan peningkatan utang lancar sebesar
Rp
476.954.705,- dimana pada tahun 2009 sebesar Rp 503.257.793,,- menjadi Rp 980.212.498,- pada tahun 2010. Selain itu juga, adanya peningkatan persediaan sebesar Rp 35.782.737,- dimana pada tahun 2009 persediaan sebesar Rp 181.792.148,- menjadi Rp 217.574.885,-. Tahun 2011, current ratio PT. ATS mengalami penurunan yang cukup besar sebanyak 716,8% yaitu dari 862,4% pada tahun 2010 menjadi 145,6% atau Rp 1,456,- pada tahun 2011, artinya setiap Rp 1,00,- utang lancar PT. ATS dijamin oleh harta lancar sebesar Rp 1,456,-. Penurunan current ratio ini Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
98
disebabkan oleh penurunan aktiva lancar sebesar Rp 3.715.298,- yaitu dari Rp 8.454.101.112,- pada tahun 2010 menjadi Rp 4.738.802,- pada tahun 2011 dan kenaikan utang lancar sebesar Rp 2.274.361.227,- yaitu dari Rp 980.212.498,pada tahun 2010 menjadi Rp 3.254.573.725,- pada tahun 2011. Kenaikan utang lancar ini masih menyeimbangi aktiva lancar, Kenaikan aktiva lancar pada tahun ini disebabkan oleh piutang usaha dimana pada tahun 2010 sebesar Rp 936.671.089,- menjadi Rp 2.099.199.803,- dan persediaan juga meningkat dimana pada tahun 2010 sebesar Rp 217.574.885,- menjadi Rp 242.147.395,-. Maka dari itu, untuk tahun 2011 current ratio pada PT.ATS berada di bawah 200% tetapi walaupun demikian perusahaan mampu memenuhi kewajibankewajiban jangka pendeknya. b. Quick Ratio Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa pada tahun 2007 perusahaan memiliki quick ratio sebesar 411,1% atau Rp 4,111,- artinya setiap Rp. 1,00,- utang lancar perusahaan dijamin oleh aktiva lancar sebesar Rp 4,111,-. Nilai ini menunjukkan bahwa perusahaan sudah mampu menjamin utang-utang jangka pendek yang dimiliki dengan jaminan aktiva lancar tanpa campur tangan elemen persediaan. Pada tahun 2008, quick ratio PT. ATS mengalami peningkatan sebesar 63,2% dimana pada tahun 2007 sebesar 411,1% menjadi 474,3% atau Rp 4,743,- pada tahun 2008. Artinya setiap Rp. 1,00,- utang lancar PT. ATS hanya dapat dijamin oleh aktiva lancar sebesar Rp 4,743,-. Nilai ini menunjukkan bahwa perusahaan mampu menjamin utang jangka pendek atau utang jatuh temponya. Di tahun 2009, quick ratio PT. ATS meningkat sangat besar 10x lipat sebesar 640,9% dimana pada tahun 2008 sebesar 474,3% menjadi 1115,2% atau Rp 11,152,-. Artinya setiap Rp 1,00,- utang lancar PT. ATS dijamin oleh harta lancar yang dimiliki perusahaan sebesar Rp 11,152,-. Tahun 2010, quick ratio mengalami penurunan sebesar 275% dimana pada tahun 2009 sebesar 1115,2% menjadi 840,2% atau Rp 8,402,-.
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
99
Pada tahun 2011, quick ratio PT. ATS mengalami penurunan sebesar 702,1% dimana pada tahun 2009 sebesar 840,2% menjadi 138,1%, artinya setiap Rp 1,00,- utang lancar PT. ATS dijamin oleh harta lancar yang dimiliki perusahaan sebesar Rp 1,381,- artinya perusahaan masih mampu membayar utang-utang jangka pendek atau utang-utang yang segera jatuh tempo dikarenakan tingkat quick ratio masih diatas 100%. Adapun yang mempengaruhi naik turunnya quick ratio dipengaruhi oleh naik turunnya aktiva lancar serta utang lancar. Untuk mengetahui pergerakan tingkat likuiditas PT. ATS selama 5 (lima) tahun terakhir, berikut ini grafik likuiditas PT. ATS Palembang:
Gambar Perkembangan Tingkat Likuiditas PT.Adhya Tirta Sriwijaya Palembang Tahun 2007-2011
Sumber : hasil pengolahan, 2012
2. Tingkat Profitabilitas Perhitungan tingkat profitabilitas perusahaan PT. ATS Palembang: a. Tahun 2007
b. Tahun 2008
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
100
c. Tahun 2009
d. Tahun 2010
e. Tahun 2011
Tabel Perhitungan Rasio Profitabilitas PT Adhya Tirta Sriwijaya Palembang Tahun 2007 – 2011 Tahun
Laba Bersih Setelah Pajak Laba Bersih Setelah Pajak (Rp)
Periode Januari 2013 – April 2013
Total Aktiva ∆
TA (Rp)
∆
ISSN : 2087-5142
101
2007
1,467,050,952
2008
1,996,862,911
2009
2,890,946,995
2010
3,574,134,640
2011
4,326,051,156
Tahun 2007 2008 2009 2010 2011
− 529,811,95 9 894,084,08 4 683,187,64 5 751,916,51 6
7,718,115,689
−
8,595,703,599
877,587,910
9,534,209,463
938,505,864
11,648,308,51 2 15,948,748,20 3
2,114,099,04 9 4,300,439,69 1
ROI % 19 23.23 30.32 30.68 27.12
∆ − 4.23 7.09 0.36 -3.56
Sumber : hasil pengolahan, 2012 Keterangan : ∆ = Perubahan Return on Investment (ROI) atau tingkat ROI PT. ATS untuk 5 (lima) tahun terakhir berfluktuasi. Tingkat ROI pada tahun 2008 mengalami peningkatan dari tingkat ROI pada tahun 2007. Pada tahun 2009 dan tahun 2010 tingkat ROI kembali mengalami peningkatan dan lebih baik dari dua periode yang lalu yaitu tahun 2007 dan 2008. Namun pada tahun 2011 tingkat ROI yang dicapai PT. ATS kembali mengalami penurunan yang cukup besar. Pada tahun 2007, perusahaan memiliki ROI sebesar 19% ini berarti bahwa setiap Rp 1.000,- yang diinvestasikan PT. ATS menghasilkan keuntungan sebesar Rp 1,90,-. Nilai ROI ini diperoleh karena adanya pengaruh dari total aktiva perusahaan yang mencapai sebesar Rp 7.718.115.689,- dengan laba bersih sebesar Rp 1.017.717.250,Pada tahun 2008 PT. ATS mengalami peningkatan ROI sebesar 4,23% yaitu dari 19% pada tahun 2007 menjadi 23,23% pada tahun 2008. Tingkat ROI sebesar 23,23% memberikan arti bahwa dari keseluruhan aktiva PT. ATS mengalami keuntungan sebesar 23,23% atau dengan kata lain setiap Rp 1.000,- yang diinvestasikan PT. ATS menghasilkan keuntungan sebesar Rp 2,323,-. Peningkatan tingkat ROI ini disebabkan oleh meningkatnya total aktiva sebesar Rp 8.595.703.599,- pada tahun 2008.
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
102
Tahun 2009 tingkat ROI yang dicapai PT. ATS mengalami pengingkatan lagi sebesar 7,09% yaitu dari 23,23% pada tahun 2008 menjadi 30,32%. ROI sebesar 30,32% mempunyai arti bahwa penghasilan yang diperoleh pihak perusahaan dari total aktiva yang digunakan adalah sebesar 30,32% atau dengan kata lain setiap Rp 1.000,- yang dinvestasikan PT. ATS menghasilkan keuntungan Rp 3,032,-. Pada tahun 2010 ROI yang dicapai PT. ATS menurun sebesar 0,36% yaitu dari 30,32% pada tahun 2009 menjadi 30,68%. Tingkat ROI sebesar 30,68% mengindikasikan bahwa setiap penggunaan aktiva Rp 1.000,- akan mengakibatkan keuntungan sebesar Rp 3,068. Penurunan tingkat ROI ini disebabkan oleh menurunnya laba bersih sebesar Rp 683.187.645.- . Pada tahun 2011 PT. ATS mengalami penurunan ROI sebesar 3,56% dimana pada tahun 2010 sebesar 30,68% menjadi 27,27%. Tingkat ROI sebesar 27,27% menunjukkan kemampuan menghasilkan laba sebesar Rp. 2,727,- dari setiap penggunaan aktiva sebesar Rp 1.000,-. Selama 5 (lima) periode (2007-2011) tingkat profitabilitas perusahaan PT. ATS berkisar 19% sampai 30,68%.tingkat profitabilitas tertinggi pada tahun 2010 yaitu sebesar 30,68% dan yang paling rendah pada tahun 2007 yaitu sebesar 19%. Rendahnya tingkat ROI yang dicapai perusahaan disebabkan oleh tingginya biaya operasi yang berpengaruh terhadap tingkat laba yagn diperoleh perusahaan, faktor lain yang mempengaruhi rendahnya ROI yang dicapai perusahaan adalah sangat rendahnya total assets perusahaan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tinggi rendahnya tingkat ROI yang dicapai perusahaan terjadi karena di satu sisi tingginya biaya operasi perusahaan sementara di sisi lain terjadi penambahan asset yang menyebabkan terjadinya perimbangan antara laba yang dihasilkan dengan besarnya asset yang digunakan menghsilkan ratio yang kecil.
Gambar Perkembangan Tingkat Profitabilitas PT Adhya Tirta Sriwijaya Tahun 2007 - 2011
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
103
Sumber: hasil pengolahan, 2012
Perbandingan antara rasio likuiditas dan rasio profitabilitas dengan menggunakan Current Ratio (CR) dan Return on Investment (ROI) dapat dilihat pada grafik berikut:
Gambar Perbandingan Tingkat Likuiditas dan Tingkat Profitabilitas PT Adhya Tirta Sriwijaya Palembang Tahun 2007 – 2011
Sumber: hasil pengolahan, 2012
Hubungan Antara Tingkat Likuiditas dengan Tingkat Profitabilitas Perhitungan antara tingkat likuiditas dengan tingkat profitabilitas dianalisis dengan menggunakan current ratio sebagai tingkat likuiditas dan return on investment (ROI) sebagai tingkat profitabilitas. Besarnya hubungan antara variabel X (tingkat likuiditas) dan variabel Y (tingkat profitabilitas) diukur dengan koefisien korelasi yang diwakili dengan simbol Rxy.
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
104
Analisis koefisien korelasi untuk mencari besarrnya hubungan antara tingkat likuiditas dengan tingkat profitabilitas pada PT. ATS Palembang adalah sebagai berikut: Tabel Perhitungan Koefisien Korelasi PT. Adhya Tirta Sriwijaya Palembang Tahun 2007 – 2011 Tahun X Y XY 2007 423.5 19 8046.5 2008 491.2 23.23 11410.576 2009 1151.3 30.32 34907.416 2010 862.4 30.68 26458.432 2011 145.6 27.12 3948.672 ∑ 3074 130.35 84771.596 Sumber : PT. ATS Palembang, tahun 2012
X² 179352.25 241277.44 1325491.69 743733.76 21199.36 2511054.5
Y² 361 539.6329 919.3024 941.2624 735.4944 3496.6921
Kemudian koefisien korelasi dihitung sebagai berikut:
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
105
Dari hasil perhitungan di atas diperoleh besarnya koefisien korelasi antara tingkat likuiditas dengan profitabilitas sebesar 0,59, artinya mendekati 1 yang menunjukkan bahwa hubungan tingkat likuiditas dan tingkat profitabilitas yang dimiliki PT. ATS Palembang adalah kuat bersifat positif. Dengan kata lain jika tingkat likuiditas naik maka tingkat profitabilitas akan meningkat, demikian pula sebaliknya jika tingkat likuiditas menurun, maka tingkat profitabilitas akan menurun. Hal ini disebabkan oleh tingkat likuiditas dan tingkat profitabilitas yang berfluktuasi dimana pada tahun 2009 dan 2010 tingkat likuiditas mengalami peningkatan sebesar 660,1% dan 288,9% serta tingkat profitabilitas meningkat juga sebesar 7,09% dan 0,36%, kemudian pada tahun 2011 tingkat likuiditas dan profitabilitas mengalami penurunan sebesar 716,8% dan 3,56%.
Kesimpulan Hasil perhitungan koefisen korelasi antara tingkat likuiditas dengan tingkat profitabilitas yang dicapai PT. ATS pada tahun 2007 sampai tahun 2011, menghasilkan koefisien korelasi (rxy) sebesar 0,59. Hal ini membuktikan bahwa tingkat likuiditas dan profitabilitas memiliki hubungan yang positif yang dicapai PT. ATS. Artinya pada saat tingkat likuiditas mengalami peningkatan maka tingkat profitabilitas juga mengalami peningkatan.
Saran 1. Pihak manajemen PT. ATS Palembang harus senantiasa berhati-hati dalam mengelola dan mendistribusikan aktiva lancar perusahaan agar tingkat likuiditas perusahaan tetap berada di sekitar batas normal tingkat likuiditas yaitu 200%. Atau sebaliknya PT. ATS Palembang menetapkan tingkat likuiditas minimum yang digunakan sebagai acuan dalam mengelola aktiva lancar perusahaan agar tingkat likuiditas perusahaan sehat. 2. Pihak manajemen PT. ATS Palembang disarankan menetapkan tingkat minimum persediaan agar tidak terjadi investasi yang berlebihan pada pos persediaan. Hal ini berdasarkan pertimbangangan lamanya waktu yang Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
106
dibutuhkan persediaan jika dikonversikan dalam uang tunai, sehingga dapat berdampak pada tingkat likuiditas perusahaan. 3. Untuk memperkecil aktiva lancar yang tertanam dalam piutang, disarankan pihak manajemen PT. ATS Palembang untuk lebih mengaktifkan bagian manajemen PT. ATS Palembang meninjau kembali kebijaksanaan kredit, syarat-syarat kredit dan kebijakan pengumpul piutang. 4. Meningkatkan profitabilitas perusahaan dengan cara : a. Menekan peningkatan biaya operasi jika terjadi peningkatan penjualan, diupayakan
penambahan
biaya
operasi
lebih
kecil
dibandingkan
peningkatan penjualan. b. Melibatkan semua bagian yang terdapat dalam perusahaan baik dalam program pengawasan biaya serta peningkatan kualitas kerja secara menyeluruh dalam perusahaan dianjurkan untuk lebih selektif dalam menggunakan biaya-biaya sehingga perusahaan dapat menekan biaya operasional dan menekan pinjaman agar tercipta stuktur kekayaan dan struktur finansial atau modal yang baik.
DAFTAR PUSTAKA Atmajaya, Lukas Setia. 2003. Manajemen Keuangan. Penerbit Andi: Yogyakarta. Dajan, Anto. 1985. Pengantar Metode Statistik. LP3ES: Jakarta. Harahap, Sofyan Syafri. 2002. Analisis kritis atas laporan keuangan . Jakarta : Raja Grafindo Persada. Keown, dkk. 2007. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Salemba Empat: Jakarta. Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan.Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta. Syamsudin, Lukman. 2000. Manajemen keuangan perusahaan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
107
Pengaruh Biaya Promosi Penjualan Produk terhadap Nilai Penjualan pada CV. Mudugan Jaya Abadi Glass
Dwi Yanti Dosen ASM Sriwijaya Palembang
ABSTRAK Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, tentunya sangat membutuhkan adanya struktur perekonomian yang dapat memacu perkembangan sektor-sektor penunjang perkembangan ekonomi yang tengah berjalan dalam kehidupan. Sebagai perusahaan yang menunjang kegiatan industri dan dalam rangka mempertahankan kontinuitas hasil produksi, perusahaan melakukan langkahlangkah ataupun strategi ke arah mana perusahaan akan bergerak dan dalam hal berproduksi yaitu penciptaan atau penambahan kegunaan produk atau jasa tersebut. Konsep dasar dalam pemasaran adalah bertujuan memberikan kepuasan terhadap keinginan dan kebutuhan konsumen. Selain itu, pemasaran juga berperan sebagai jembatan utama, penghubung antara perusahaan sebagai produsen dengan para pelanggan sebagai konsumen. Tidak ada gunanya barang atau jasa yang bermutu baik tetapi konsumen tidak mengetahui apa yang dipasarkan oleh perusahaan karena tidak adanya informasi mengenai produk yang dijual. Bagi perusahaan, di sinilah pentingnya untuk meningkatkan strategi pemasaran yang lebih efektif guna tercapainya tingkat pemasaran yang tinggi.
Kata kunci: promosi penjualan, nilai penjualan
Pendahuluan Di dalam menunjang kemampuan perusahaan menjalankan operasionalnya, perusahaan membutuhkan adanya promosi. Karena promosi mempunyai peranan penting didalam menunjang keberhasilan perusahaan dalam menjalankan usahanya. Kegiatan promosi merupakan penghubung antara pihak perusahaan dan produk yang dijualnya dengan pihak konsumen. Selain itu promosi merupakan penunjang bagi strategi-strategi perusahaan, baik itu strategi dalam produk, harga maupun distribusinya. Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
108
Melihat fenomena perkembangan industri kecil terutama bidang industri plastik yang kini banyak digemari masyarakat, tentunya pihak perusahaan mendapat tantangan besar untuk menghadapi permintaan konsumen. Oleh karena barang yang bahan bakunya dari plastik. Maka penulis berkeinginan untuk membahas permasalahan di atas dengan mengambil judul “Pengaruh Biaya Promosi Penjualan Produk Terhadap Nilai Penjualan Pada CV.Mudugan Jaya Abadi Glass.” Perumusan Masalah Untuk membahas permasalahan yang terdapat pada penelitian ini, maka penulis mengajukan permasalahan utama sebagai berikut : 1. Bagaimana pelaksanaan promosi penjualan pada CV.Mudugan Jaya Abadi Glass? 2. Apakah terdapat pengaruh antara biaya promosi penjualan produk terhadap nilai penjualan pada CV.Mudugan Jaya Abadi Glass?
Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan Penelitian Tujuan dari setiap penelitian adalah untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan sebagaimana yang telah dirumuskan pada perumusan masalah di atas, yaitu: 1. Untuk mengetahui pelaksanaan promosi penjualan pada CV.Mudugan Jaya Abadi Glass serta alasan apa yang diambil sehingga dilaksanakan promosi penjualan 2. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh biaya promosi penjualan terhadap nilai penjualan pada CV.Mudugan Jaya Abadi Glass.
Kegunaan Penelitian Memberikan masukan bagi CV.Mudugan Jaya Abadi Glass sebagai objek penelitian tentang pengaruh biaya promosi penjualan terhadap nilai penjualan.
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
109
Hipotesa Seperti dikatakan oleh Sugiyono dalam buku Statistika untuk Penelitian (2005:82), bahwa Hipotesa pada dasarnya merupakan suatu proposisi atau anggapan yang
mungkin
benar,
dan
sering
digunakan
sebagai
dasar
pembuatan
keputusan/pemecahan persoalan ataupun untuk dasar penelitian lebih lanjut. Dalam penelitian ini penulis merumuskan hipotesis berupa hipotesis negatif (H0) sebagai berikut: “Tidak terdapat pengaruh antara biaya promosi penjualan terhadap nilai penjualan pada CV.Mudugan Jaya Abadi Glass”. Dengan hipotesis statistik sebagai berikut: H0 : = 0 Ha : ≠ 0
Landasan Teori 1. Pengertian Promosi Di dalam dunia pemasaran, kegiatan pemasaran memperkenalkan produk, meyakinkan dan mengingatkan kembali manfaat produk kepada para pembeli disebut dengan promosi. Kegiatan promosi dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Sebelum dilakukan promosi terlebih dahulu melakukan penelitian ke lapangan untuk mengetahui pangsa pasaran yang sesuai dengan produk yang akan dipasarkan dan bagaimana lingkungan di sekelilingnya itu apakah masyarakat akan menerima produk yang hendak ditawarkan, dapat diterima atau tidak. Untuk melakukan penelitian ke lapangan digunakan suatu alat strategi pemasaran yaitu dengan segmentasi pasar. Menurut Mamduh MH segmentasi pasar adalah sebagai tindakan membagi-bagi pasar kedalam beberapa kelompok pembeli yang mungkin membutuhkan produk atau marketing mix yang berbeda. Dari definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa konsumen tidaklah bersifat homogen. Ketidakseragaman itu menimbulkan reaksi konsumen terhadap suatu penawaran. Kelompok konsumen dengan karakteristik tertentu akan mempunyai kebutuhan yang tertentu pula, kelompok tersebut akan memberikan reaksi yang positif terhadap suatu penawaran tertentu. Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
110
Ada yang mengatakan bahwa penjualan dan promosi sebagai istilah yang sama artinya, dimana penjualan memberikan kesan pengoperan hak milik atau hanya kegiatan-kegiatan tenaga-tenaga penjualan dan tidak meliputi pengiklanan atau cara lain untuk memacu permintaan. Sedangkan promosi meliputi periklanan, penjualan personal dan cara lain penjualan (William J. Stanton, 2000:89). Promosi adalah sarana komunikasi baik langsung maupun tidak langsung dari produsen kepada konsumen atau arus informasi (persuasi) satu arah untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran. Dari definisi ini tergambar bahwa promosi merupakan arus informasi (komunikasi) satu arah yang sifatnya membujuk atau memberitahu kepada masyarakat baik seseorang maupun kelompok untuk mengarahkannya kepada tindakan-tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran.
2. Tujuan Promosi Menurut William J. Stanton (2000:90), tujuan promosi dapat diperinci sebagai berikut, yaitu : 1. Memperkenalkan produk baru kepada masyarakat atau memperluas pasar. 2. Suatu produk tidak akan dibeli oleh masyarakat apabila produk tersebut belum dikenal. Produk baru yang akan dipasarkan atau yang baru dipasarkan perlu diberitahu atau diperkenalkan kepada masyarakat konsumen sehingga mereka tertarik dan mau membelinya. 3. Menjaga stabilitas perusahaan dari kemungkinan persaingan dari perusahaan. 4. Memperpanjang masa kedewasaan (maturitas) suatu produk. Masa kedewasaan (maturitas) suatu produk adalah masa dimana penjualan mengalami kemajuan sampai pada tingkat penjualan tertinggi. Jadi masa maturitas ini boleh dikatakan sebagai masa kejayaan suatu produk. Masa maturitas ini dapat diperpanjang dengan melaksanakan promosi yang lebih agresif dan lebih menarik. Misalnya dengan kupon-kupon berhadiah, sayembara dan sebagainya yang dapat menarik pembeli. Baik pembeli lama yang sudah ragu-ragu akan produk yang ditawarkan maupun para pembeli baru. Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
111
5. Mendorong penjualan barang Promosi dapat menghilangkan keragu-raguan konsumen untuk membeli suatu produk.
3. Metode Promosi Menurut Kotler (2003:120) ada empat metode promosi yang dapat digunakan oleh perusahaan didalam melakukan suatu promosi, yaitu advertising, sales promotion, personal selling dan publicity.
1. Periklanan 2.Personal Selling 3. Publisitas
3.1. Cara Menetapkan Biaya Promosi Salah satu masalah yang paling sulit adalah mengukur berapa besarnya biaya promosi. Jadi tidak mengherankan bila industri dan pengusaha mempunyai anggaran yang berbeda-beda karena pimpinan perusahaan tidak mempunyai ukuran-ukuran untuk menetapkan : 1. Berapa banyak harus disediakan untuk periklanan atau penjualan personal dalam keseluruhan. 2. Berapa banyak harus disediakan untuk kegiatan-kegiatan tertentu dalam setiap daerah. Untuk menentukan anggaran promosi, terdapat 4 metode umum yang digunakan untuk menetapkan anggaran total promosi atau komponen lain, yaitu : a. Metode Sempurna b. Metode Presentase Penjualan c. Metode Sejajar dengan Pesaing d. Metode Tugas dan Sasaran Pemasaran harus menentukan biaya promosi dengan cara menentukan sasaran-sasaran khusus mereka, menentukan tugas-tugas yang harus dilakukan untuk
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
112
mencapai sasaran tersebut, dan memperhatikan berapa biayanya. Jumlah biaya total dari tugas untuk mencapai sasaran tersebut diperkirakan merupakan biaya promosi. 4. Pemasaran dan Penjualan Dalam Kamus Manajemen (Marbun, 2003:331) sistem berarti sekelompok unsur saling bergantung dan jalin menjalin serta dapat dianggap atau diperlukan sebagai kesatuan. Menurut Teguh Budiarto (2000:12), sistem merupakan teori relatif yang berusaha
menjelaskan
ketergantungan
pola
keteraturan
(interdepedensi)
antar
bagian-bagian
hubungan atau
(interelasi)
elemen-elemen
dan yang
membentuk secara keseluruhan. Sistem yang terbuka (open system) memungkinkan adanya proses pertukaran sub sistem internal dengan sub sistem lingkungan eksternalnya dan berfungsi sebagai proses arus input output yang dinamik. Keseluruhan elemen yang membentuk sistem merupakan pola hubungan sinerjik bukan aggregatif yang kumulatif (konsep pertambahan sederhana dan pasti, misalnya 2+2 akan selalu 4). Sinerjik adalah suatu konsep pertambahan yang keseluruhan nilai akhirnya lebih besar dari pada masing-masing nilai bagian-bagiannya (misalnya 2+2 hasilnya akan lebih dari 4). Meskipun antar komponen sub sistem adalah saling memerlukan tetapi fungsi dan intensitas hubungan antar sub sistem tidaklah sama tingkat kepentingannya. Padahal pemasaran tidak hanya mencakup penjualan. Tetapi pemasaran lebih luas dari kegiatan penjualan, karena penjualan adalah sebagian dari kegiatan pemasaran. Tujuan dari pemasaran menyangkut dua pihak yakni untuk kepuasan konsumen dan kepentingan perusahaan. Konsumen yang puas karena kebutuhannya terpenuhi merupakan pelanggan yang menguntungkan perusahaan, artinya tujuan perusahaan akan dicapai melalui pencapaian tujuan konsumen. Oleh karena itu pemasaran adalah kegiatan vital dalam beberapa organisasi baik organisasi profit maup un non profit yang di dalamnya menyediakan barang dan pelayanan. Maka keberhasilannya bergantung sekali pada kemampuan dari organisasi tersebut dalam memahami dan menemukan segala yang dibutuhkan pelanggannya.
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
113
Sebuah organisasi apabila ingin berhasil dapat mengidentifikasi kebutuhan pelanggan, mengembangkan produksi dan pelayanan sesuai dengan kebutuhan, berkomunikasi dengan efektif dan mendistribusikan produksi dan menghargakan produksi pada sebuah level yang sesuai keperluan biaya organisasi. Menurut Scott Marshaw Taylor (Basu Swastha, 2002:127) “Marketing is the process by which individuals and organization undertake activities to identification, development, and exchange of product and services to satisfy the desires of the parties involved.” Konsep utama dari definsi ini adalah pertukaran. Pertukaran tersebut menyangkut cara memperoleh produk atau pelayanan dari perorangan atau organisasi yang menawarkan sesuatu dengan harga yang menguntungkan. Hal yang penting dalam proses pertukaran adalah harga dari sesuatu (barang atau jasa) yang ditawarkan karena pertukaran bertujuan untuk perubahan sikap, kepercayaan atau perilaku yang dapat menarik atau menurunkan konsumsi produk. Maka sebuah organisasi apabila ingin berhasil harus memiliki konsep pemasaran yang tidak hanya berorientasi pada produk tetapi lebih pada orientasi pelanggan. Basu Swastha dan Irawan (2002:5) mengungkapkan bahwa pemasaran sebagai suatu sistem dari kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan, ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa kepada pembeli. Dari berbagai definisi di atas, terlihat bahwa pemasaran merupakan aktivitas dalam rangka usaha pemenuhan kebutuhan yang menekankan pada kualitas, nilai dan kepuasan konsumen bukan pada orientasi produk (product oriented) tapi pada orientasi pelanggan (customer oriented). Oleh karena itu kegiatan pemasaran haruslah terpadu atau terintegrasi (integrated marketing activities) antara tujuan konsumen dan tujuan perusahaan. Kegiatan pemasaran yang dilakukan tidak hanya distribusi dan promosi, tetapi mencakup pengembangan produk, penetapan harga dan pelayanan kepada konsumen atau pelanggan. Maka tugas inti seorang manajer pemasaran adalah memilih dan melaksanakan kegiatan pemasaran yang dapat membantu dalam mencapai tujuan organisasi.
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
114
Definisi pemasaran menurut Philip Kottler (2003:8-9) pada dasarnya bersandar pada beberapa konsep inti pemasaran yaitu: a. Kebutuhan, keinginan dan permintaan b. Produk c. Nilai, biaya dan kepuasan d. Pertukaran dan transaksi Landasan yang menjadi dasar dalam konsep pemasaran yakni: a. Hubungan dan jaringan b. Pasar dan pemasaran
Dan dalam memasarkan sebuah produk jasa, setiap perusahaan akan selalu berhubungan dengan dua aspek pemasaran yakni aspek eksternal dan internal perusahaan. Oleh karena itu pemasaran jasa tidak hanya menekankan pada aspek pemasaran eksternal (peranan perusahaan terhadap pelanggan) tetapi juga memerlukan pemasaran internal (peranan perusahaan terhadap personel internal perusahaan) dan pemasaran interaktif (peranan karyawan terhadap pelanggan) terutama untuk jasa yang memerlukan kontak tinggi dengan pelanggan. Philip Kottler (2003:83) mendefinisikan jasa sebagai tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan pada satu produk fisik. Fandy Tjiptono (2001:15-18) dalam bukunya Manajemen Jasa menjelaskan ada empat karakteristik pokok jasa yang dapat membedakannya dengan barang yaitu: a. Intangibility (jasa tidak berwujud), b. Inseparability (tidak terpisahkan); c. Variability (bervariasi); d.
Perisbability (mudah lenyap);
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
115
4.1. Fungsi Pemasaran 1. Periklanan (Advertising) 2. Promosi Penjualan
Metodologi Penelitian 1. Ruang Lingkup Penelitian Dikarenakan penelitian ini berusaha untuk mengetahui pengaruh biaya promosi penjualan terhadap nilai penjualan pada CV.Mudugan Jaya Abadi Glass, maka metode yang digunakan adalah mengacu pada metode asosiatif. Metode asosiatif yaitu metode penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Metode ini berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala/peristiwa (Sugiyono, Metodologi Penelitian Bisnis, 2000:1011). Ruang lingkup penelitian akan mencakup dua variabel penelitian, yaitu: 1. Biaya Promosi Penjualan 2. Nilai Penjualan
2. Jenis Data dan Variabel yang Digunakan Jenis data dalam penelitian ini bersifat expost facto, yaitu mengeksplorasi data-data yang telah tersedia, yaitu data tentang biaya promosi penjualan dan data tentang nilai penjualan pada CV.Mudugan Jaya Abadi Glass. Penelitian ini memiliki 2 (dua) variable, yaitu satu Variabel Bebas (X), yakni Biaya Promosi Penjualan, dan satu Variabel Terikat (Y) yakni Nilai Penjualan. Sedangkan Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain korelasional, yaitu desain yang akan mengungkap hubungan korelatif satu variabel
atau
lebih.
Penerapannya
dalam
penelitian
ini
adalah akan
mengkorelasikan satu variabel bebas (X) dan satu variabel terikat (Y). Adapun desain korelasinya adalah sebagai berikut:
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
116
X
Y
Keterangan: X : Variabel Bebas (Biaya Promosi Penjualan) Y : Variabel Terikat (Nilai Penjualan) : Arah pengaruh 3. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini bersifat data sekunder, yaitu data yang diambil dari data yang telah tersedia. Data tersebut mencakup: data tentang biaya promosi penjualan dan data tentang nilai penjualan yang dapat dilihat dari laporan keuangan per periode, yakni laporan keuangan tahunan dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2013. Kedua data tersebut kemudian dikorelasikan ke dalam rumus regresi dan product moment untuk dicari hubungannya. Selain data tersebut, dalam penelitian ini juga dibutuhkan data pendukung yang meliputi: a. Data tentang struktur organisasi perusahaan b. Data tentang produk perusahaan c. Sejarah dan perkembangan perusahaan 4. Teknik Pengambilan Sampel Sampel, menurut Sugiyono dalam buku Statistika untuk Penelitian (2005:56), adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi, yang mewakili karakteristik dari populasi. Dalam penelitian ini sampel penelitian menggunakan teknik random sampling, yaitu teknik pengambilan sampel secara acak yang diambil dari laporan keuangan dan penjualan selama 6 tahun, yaitu dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2013 5. Teknik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data, dilakukan dengan menggunakan dua cara yaitu: a. Penelitian lapangan (field research) b. Penelitian Kepustakaan (Library Research). Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
117
6. Teknik Pengolahan Data Teknik analisis atau pengolahan data dilakukan secara manual, dengan menggunakan perhitungan: a. Analisis Regressi Linier Sederhana Berpijak pada hipotesis yang telah dikemukakan di atas, maka teknik analisis data penelitian salah satunya menggunakan teknik analisis regresi linier sederhana. Penggunaan teknik regresi linier sederhana bertujuan untuk menjelaskan pola hubungan variabel bebas dengan variabel terikat. Secara sistematis dapat diformulasikan sebagai berikut: Ŷ=a+bX Di mana b, adalah koefesien regresi (coefecient of regression) yang mengukur besar perubahan variabel terikat (Y) sehubungan dengan perubahan pada variabel bebas (X). Hasil perhitungan regresi di atas, bisa menunjukkan bahwa terdapat pengaruh perubahan variabel X terhadap Y. Apabila nilai variabel X diketahui, maka ramalan nilai variabel Y dapat diketahui. Untuk analisis regresi linier sederhana digunakan rumus sebagai berikut: Ŷ = a + bX Di mana: Ŷ : Persamaan regresi yang menunjukkan besarnya perubahan pengaruh X terhadap Y a : Intercept b : Koefesien regresi X : Variabel bebas n : Jumlah sampel Nilai a dan b dapat dicari dengan rumus (Sugiyono, 2005:244-245): a = (Y) (X2) - (X) (XY) n.X2 - (X) 2 b = n.XY - X.Y n. X2 - (X)2
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
118
b. Uji Korelasi Setelah perhitungan regresi linier sederhana di atas, kemudian perhitungan diteruskan dengan menghitung koefesien korelasi (r); digunakan untuk mengetahui tingkat hubungan yang ada antara variabel X dan Y, dengan rumus sebagai berikut (Sugiyono, 2005:213): = XY - (X) (Y) { n. X2 - (X)2}. { n. Y2 - (Y) 2} Harga r berada dalam jarak 0 sampai dengan 1 yang tertera pada tabel berikut: r
Tabel 1 Pedoman Interpretasi Koefesien Korelasi Interval Koefesien Tingkat Hubungan 0,00 - 0,199 Sangat lemah 0,20 - 0,399 Lemah 0,40 - 0,599 Sedang 0,60 - 0.799 Kuat 0,80 - 1,000 Sangat Kuat Sumber: Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2005:216). Selanjutnya, setelah diperoleh nilai r maka dicari nilai Koefesien Determinasi (r2) dengan mengkuadratkan hasil r kemudian dikalikan dengan seratus persen (r2 x 100%). Koefesien Determinasi digunakan untuk mengetahui berapa persen pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
c. Uji Hipotesis (Uji t) Untuk menentukan/menyimpulkan hasil penelitian, maka perlu diuji terlebih
dahulu
apakah
r
(koefesien
korelasi)
yang
telah
ditentukan
signifikan/berarti ataukah tidak. Uji t juga berfungsi untuk menguji hipotesis penelitian. Uji t menggunakan rumus (Sugiyono, 2005:215): t hitung = r n - 2 1 - r2 t tabel = t (). (n - 2) = Taraf signifikansi dua arah pada derajat 0,05. Kriteria pengujian: Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
119
H0 diterima jika t hitung < t tabel H0 ditolak jika t hitung > t tabel Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Pelaksanaan Biaya Promosi Penjualan Dalam merencanakan stategi promosi penjualan CV.Mudugan Jaya Abadi Glass. melihat dari hasil perencanaan penjualan untuk tahun mendatang, dari hasil forcast yang telah dihitung, maka baru dilakukan penyusunan strategi promosi penjualan apa saja yang akan dilakukan untuk mencapai rencana penjualan untuk tahun mendatang. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan pasar dan keinginan para konsumen. Juga diperhitungkan kekuatan dari para pesaingnya. Peranan startegi penjualan yang disusun ini sangat kuat untuk penjualan tahun yang akan datang bila mana pelaksana stategi promosi penjualan yang disusun tidak disesuaikan dengan rencana penjualan yang akan datang, maka anggaran promosi penjualan yang disusun tidak ada manfaatnya bagi penjualan produk indata. Strategi promosi penjualan yang dilakukan oleh CV.Mudugan Jaya Abadi Glass. Adalah menetapkan apa yang akan menjadi tujuan dari pada promosi terlebih dahulu, missal rencana penjualan produk untuk tahun mendatang diperkirakan akan naik 50% maka disusunlah langkah-langkah promosi penjualan yang akan dilakukan denga potongan harga, memberi bonus, memo ganda yang sesuaikan dengan tingkat masyarakat yang akan dipengaruhi, lalu melakukan personal selling dengan memberi penjelasan akan keuntungan mencoba produk. Tabel 2 Tingkat Biaya Promosi Penjualan Tahun 2008 – 2013 CV.Mudugan Jaya Abadi Glass. (dalam jutaan rupiah) Tahun 2008 2009 2010 2011 2012
Biaya Promosi penjualan 1743 1788 1797 1825 1862
Periode Januari 2013 – April 2013
Kenaikan 45 9 28 37
% Biaya Promosi Penjualan 3% 0,55% 1,55% 2,02%
ISSN : 2087-5142
120
Perhitungan kenaikan biaya promosi penjulan jutaan rupiah: 1788 – 1743 Tahun 2008 ___________________X 100% = 3 % 1743 1797 – 1788 Tahun 2019___________________X 100% = 0,55% 1788 1825 – 1797 Tahun 2010 __________________X 100% = 1,55% 1797 1862 – 1825 Tahun 2011 __________________X 100% = 2,02% 1825 1891 – 1862 Tahun 2012 __________________X 100% = 1,55% 1862 Dari tabel tersebut di atas terlihat bahwa biaya promosi penjualan CV.Mudugan Jaya Abadi Glass. mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Peningkatan biaya promosi penjualan terbesar yang dikeluarkan oleh perusahaan terjadi dari tahun 2009-2012 yaitu 3% dimana pada tahun-tahun berikutnya kenaikan biaya promosi penjualan tidak terlalu besar. Perhitungan kenaikan Nilai penjulan dalam jutaan rupiah 11290 – 11180 Tahun 2008 ______________ X 100% = 1 % 11180 13469 – 11290 Tahun 2009 ______________ X 100% = 19,3% 11290 14546 – 13469 Tahun 2010_______________ X 100% = 7,9% 13469 15827 – 14546 Tahun 2011 _______________ X 100% = 8,8% 14546 Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
121
17314 – 15827 Tahun 2012 _______________ X 100% = 9,3% 15827 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai penjualan CV.Mudugan Jaya Abadi Glass. dari tahun ke tahun tidak sama atau mengalami perubahan. Hal tersebut dikarenakan dengan tingkat biaya promosi penjualan yang selalu mengalami peningkatan pula seperti tercantum di atas. Dengan kata lain semakin besar jumlah biaya promosi penjualan maka semakian besar nilai penjualan yang dicapai. 4.2 Uji Korelasi Untuk melihat pola hubungan antara biaya promosi penjualan dengan nilai penjualan CV.Mudugan Jaya Abadi Glass. maka dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel ini akan menjadi bahan analisis untuk kemudian dilakukan uji regresi dan uji korelasi untuk menguji hipotesis penelitian. Diketahui: X = 10906 Y = 83626 X2 = 19837752 Y2 = 1195725102 XY = 152634151 n = 6 r = n. XY – (X) (Y) n.X2 – (X)2 x n.(Y2) – (Y)2 = 6 x 152634151 – 10906 x 83626 6 x 19837752 – (10906) 2 x 6 x (1195725102) - (83626)2 = 915804906 - 912025156 119026512 – 118940836 x 7174350612 - 6993307876 = 3779750 85676 x 181042736 = 3779750 = 3779750 r = 0.96 292.70 x 13455.21 3938339.97 Tabel 3 Pedoman Interpretasi Koefesien Korelasi Interval Koefesien Tingkat Hubungan 0,00 - 0,199 Sangat lemah 0,20 - 0,399 Lemah 0,40 - 0,599 Sedang 0,60 - 0.799 Kuat 0,80 – 1,000 Sangat Kuat Sumber: Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2005:216). Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
122
Jadi dari perhitungan Uji Koefesien Korelasi ( r ) di atas diperoleh nilai r sebesar = 0,96; seperti yang tertera pada tabel Pedoman Interpretasi Koefesien Korelasi di atas bahwa jika interval koefesien korelasi berada pada 0.80 – 1.000 hal itu memberikan indikasi bahwa antara variabel Biaya Promosi Penjualan (X) dengan Nilai Penjualan (Y) terdapat hubungan yang sangat kuat dan positif. Dari perhitungan di atas dapat dikatakan bahwa, kenaikan pada variabel X akan diiringi dengan kenaikan pada variabel Y. Artinya, jika faktor Biaya Promosi Penjualan ditingkatkan, maka akan memberikan pengaruh terhadap peningkatan nilai penjualan. Selanjutnya, untuk mengetahui seberapa besar kontribusi variabel X terhadap variabel Y, digunakan Uji Koefesien Determinasi dengan rumus sebagai berikut: KD = r2 x 100% = (0,96)2 x 100% = 0.92 x 100% = 92 % Dari perhitungan koefesien determinasi di atas diperoleh nilai sebesar 92%. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya kontribusi Biaya Promosi Penjualan terhadap nilai penjualan pada CV.Mudugan Jaya Abadi Glass. adalah sebesar 92%. 3. Uji Regresi Linier Sederhana Dari hubungan antara variable X dan varibel Y yang telah diketahui diperoleh garis regresi yang mempunyai bentuk persamaan linier sebagai berikut : Ŷ = a + bX dimana Y = Volume Penjualan X = Biaya promosi penjualan a = Intercept coeficient b = Coeficient regresi Nilai dari intercept a, menunjukan besarnya pengaruh nilai Y dari nilai X. Sedangkan nilai a dari koefisien b menunjukan besarnya pengaruh dari Y. Apabila nilai pada X naik 1 unit, dengan demikian maka besarnya nilai a dan b dapat dirumuskan sebagai berikut : Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
123
a=
y-bx __________ n n (XY) – (X) (Y)
b=
_________________
n (X2) – (X) Diketahui: X = 10906 Y = 83626 X2 = 19837752 Y2 = 1195725102XY = 152634151 n = 6 Ŷ = a + bX n (XY) – (X) (Y) b
= _________________
n (X2) – (X) = 6 (152634151) – (10906 x 83626) 6 x 19837752 - (10906) = 915804906 - 912025156 119026512 - 10906 = 3779750 119015606 = 0.03 Y - b X = __________ n = 83626 – 0.03 (10906) 6 = 83626 - 327.18 6 = 83298.82 6 = 13883.14
a
Ŷ
= 13883.14 + 0.03 X
Dengan demikian diperoleh model persamaan regresi yang menyatakan perubahan pengaruh Variabel X terhadap Variabel Y adalah: Ŷ = 13883.14 + 0.03 X. Dari nilai regresi di atas dapat dijabarkan bahwa, kenaikan pada variabel X akan diringi dengan kenaikan pada variabel Y sebesar nilai konstanta. Jika dalam penelitian ini nilai konstanta Biaya Promosi Penjualan adalah 0.03, berarti
124
jika Biaya Promosi Penjualan naik sebesar 0.03 (3 persen dari periode sebelumnya), maka Nilai Penjualan akan naik sebesar 13883.14 (139 juta rupiah dari periode sebelumnya).
4. Uji Hipotesis Penelitian (Uji t) Untuk menyimpulkan hasil penelitian, maka perlu diuji terlebih dahulu apakah r (koefesien korelasi) yang telah ditentukan di atas signifikan/berarti ataukah tidak. Untuk mengetahui keberartian koefesien korelasi tersebut digunakan Uji t. Uji t juga berguna untuk menguji hipotesis penelitian. Diketahui: H0 = Biaya Promosi Penjualan tidak berpengaruh terhadap nilai penjualan H1 = Biaya Promosi Penjualan berpengaruh terdapat nilai penjualan Kriteria pengujian: H0 diterima jika t hitung < t tabel H0 ditolak jika t hitung > t tabel Pengujian: t hitung = r n - 2 1 - r2 = 0.96 6 – 2 1 – 0,962 = 0.96 x 2 1 – 0,92 t tabel = t (). (n - 2) = t (0.05) (6-2)
= 1.92 t hitung = 6.857 0,28 t tabel = 2,776
Dari hasil perhitungan, ternyata diperoleh t hitung > t tabel (6.857 > 2.776). Dengan demikian, H0 ditolak. Artinya, terdapat pengaruh yang signifikan antara Biaya Promosi Penjualan dan Nilai Penjualan.
4. Pembahasan Hasil Penelitian Dari hasil penelitian di atas, terlihat jelas bahwa dari seluruh hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Korelasi, Regresi, dan Uji t, hasilnya Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
125
semuanya menunjukkan nilai yang positif. Hal itu memberikan indikasi bahwa Biaya Promosi Penjualan benar-benar berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap Nilai Penjualan. Dari indikasi tersebut, jika perusahaan bermaksud untuk meningkatkan Nilai Penjualan maka hal itu terkait erat dengan meningkatkan faktor promosi, secara khusus faktor Promosi Penjualan, sebagai faktor yang mendukung terhadap tujuan tersebut. Simpulan dan Saran 1.
Simpulan Berikut ini akan disimpulkan pembahasan yang telah dibahas pada bab-
bab sebelumnya ke dalam beberapa poin penting berikut ini: 1. Dari hasil penelitian ternyata Variabel Promosi Penjualan (X) memiliki pengaruh terhadap variabel Nilai Penjualan (Y). 2. Nilai r = 0.96 berarti tingkat hubungan antara X dan Y bersifat positif dan sangat kuat. 3. Koefesien Determinasi (r2) = 0.92 berarti partisipasi promosi penjualan terhadap nilai penjualan adalah sebesar 92% 4. Sisa determinasi, yaitu 8%, adalah partisipasi faktor lain.
2. Saran Dalam menyusun rencana program kegiatan promosi penjualan divisi pemasaran melakukan hal-hal sebagai berikut : 1. Menentukan besarnya anggaran biaya promosi penjualan. Untuk menentukan besarnya anggaran promosi penjualan dilakukan dengan metode least square, yaitu metode yang digunakan untuk menggambarkan pola perkembangan penjualan berdasarkan pada data-data penjualan masa lalu. Sehingga dapat diketahui atau diramalkan tingkat penjualan suatu perusahaan dalam jangka waktu tertentu. 2. Pemilihan alat-alat promosi penjualan Pemilihan alat promosi mempunyai peranan sangat penting, karena alat-alat promosi
penjualan
merupakan
pembawa
informasi
tentang
produk
126
perusahaan, juga alat perangsang untuk merangsang konsumen, tenaga penjualan dan distributor agar mau membeli produk PT. Indata Plastisindo Industry. 3. Menetapkan waktu pelaksanaan promosi penjualan Untuk melihat seberapa jauh hubungan operasional perusahaan dalam penjualan dengan pelaksanaan promosi digunakan analisa data statistik yaitu analisa korelasi, regresi dan uji hipotesis. Dari data analisa tersebut bahwa biaya promosi mempunyai pengaruh yang besar terhadap nilai penjualan. Hal ini dapat dilihat, yaitu dimana biaya promosi yang dikeluarkan sangat mempengaruhi tingkat penjualannya. Semakin besar biaya promosi yang dikeluarkan untuk biaya periklanan maka tingkat nilai penjualan juga akan berpengaruh. Sehingga biaya promosi dari tahun ke tahun meningkat. 4.
Disarankan agar diadakan penelitian lebih lanjut agar didapatkan hasil yang lebih komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA Alma, Buchari. 2000. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung: Alfabeta, Cet. Ke-4. Kotler, Philip. 2001. A Framework for Marketing Management, New Jersey: Prentice Hall Inc.. Kotler, Philip. 2001. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Prenhallindo. Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan dan Pengendalian. Jakarta: Erlangga. McDaniel Jr, Carl & Gates, Roger. 2001. Riset Pemasaran Kontemporer. Jakarta: Salemba Empat, 2001. Randall, Geofrey. 2000. Principles of Marketing, New York: Routledge. Stanton, William J. 2001. Fundamental of Marketing. New York: McGraw Hill Inc, 1981. Sugiyono, 2000. Metodologi Penelitian Bisnis. Bandung: Rineka Cipta. ________, 2006. Statistika untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta. Swastha, Basu. 2002. Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta: Liberty. ____________. 2002. Pengantar Bisnis Modern. Yogyakarta: Liberty. Tjiptono, Fandy. 2002.. Strategi Pemasaran, Andi, Yogyakarta. Winardi, 2000. Kamus Marketing, Bandung:
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
127
Analisis Persepsi Brand Association menurut Pelanggan Sabun Mandi Cair Lux pada PT. Unilever Indonesia, Tbk. Endang Mulatsih, S.E. Dosen STIE Mulia Darma Pratama Palembang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskipsikan (1) Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen berkeinginan untuk membeli sabun mandi cair Lux dalam persepsi brand association pada PT Unilever Indonesia, Tbk. (2) Bagaimana persepsi brand association menurut pelanggan sabun mandi cair Lux pada PT Unilever Indonesia, Tbk. Populasi penelitian ini adalah pelanggan atau pembeli sabun cair Lux di Minimarket Indomaret Suka Bangun II Palembang dan karena menggunakan metode sampling aksidental, maka penelitian ini mendapatkan 50 orang responden di Minimarket Indomaret Suka Bangun II Palembang pada bulan Maret 2012 sampai dengan April 2012. Metode pengumpulan data dengan cara penelitian lapangan (field research) dengan membagikan kuesioner dan riset perpustakaan data. Teknik pengolahan data yang digunakan ialah pengolaha data dengan bantuan perangkat lunak SPSS versi 19 (uji validitas dan uji reabilitas) dan menggunakan skala likert. Hasil analisis menunjukan bahwa persepsi brand association menurut pelanggan sabun mandi cair Lux pada pelanggan atau pembeli sabun cair Lux di Minimarket Indomaret Suka Bangun II Palembang adalah positif dengan nilai korelasi r 0,870. Saran-saran yang diberikan adalah: (1) Dalam mengiklankan produk, perusahaan hendaknya menggunakan public figure yang aktual dan mempunyai daya tarik khusus. (2) Perusahaan hendaknya menjaga persepsi konsumen semakin baik sehingga meningkatkan penjualan sabun mandi cair Lux. (3) Agar perusahaan mendapatkan kondisi yang persepsi konsumen yang aktual yang terjadi di pasar, maka sebaiknya perusahaan secara kontiyu mengadakan riset pasar. (4) Bagi konsumen dalam membeli suatu produk lebih baik memperhatikan manfaatnya sesuai dengan kebutuhan, agar tidak menjadi konsumen yang konsumtif (menggunakan produk tanpa mengetahui manfaat lebih jelas). Kata kunci: brand association, pelanggan
Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Peranan merek bukan lagi sekedar sebagai nama ataupun sebagai pembeda dengan produk-produk pesaing, tetapi sudah menjadi faktor penentu untuk dapat menjadi “trend setter” di bidang industri. Banyak perusahaan yang berhasil karena memiliki reputasi merek, sehingga dapat membuka distribusi di kota-kota
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
128
lain bahkan negara-negara lain dengan menarik pelanggan sasaran melalui kekuatan-kekuatan merek yang mereka miliki. Sebuah merek yang telah mencapai ekuitas tinggi merupakan asset yang berharga bagi perusahaan. Untuk itu, mempertahankan dan meningkatkan ekuitas merek bukan pekerjaan mudah, karena yang dihadapi adalah ekspektasi pelanggan. Konsumen akan merasa “familiar” dengan nama merek yang pertama masuk ke pasar, sekalipun merek-merek yang masuk belakangan berkinerja lebih baik. Ini akan mengarah kepada terciptanya kesetiaan yang lebih besar pada merek pertama dan produsen. Kesetiaan pelangaan menjadi kunci sukse tidak hanya dalam jangka pendek tetapi keunggulan bersaing yang berkelanjutan. Contohnya seperti sabun kecantikan merek Lux, yang merupakan sabun kecantikan pertama yang masuk ke pasaran di Indonesia. Sabun kecantikan merek Lux memperluas jenis produk sabun mandinya, yang tidak hanya sabun mandi yang berupa batangan padat tetapi juga berupa sabun mandi cair. Merek perlu dipersepsikan sebagai produk yang berkualitas tinggi, sehingga konsumen dapat memahami sebuah produk hanya melalui eksistensi, fungsi, citra dan mutu. Kualitas di mata konsumen lebih bersifat subyektiif, tergantung bagaimana persepsi konsumen terhadap produk itu. Ketika kemudian jumlah merek yang dikenal konsumen semakin banyak, maka peranan merek dapat diperluas sehingga mampu memberikan asosiasi tertentu dibenek konsumen. Seuah merek akan sering dihubungkan dengan fungsi dan citra khusus. Nilai yang didasari merek sering kali didasari pada asosiasi-asosiasi spesifik yang berkaitan dengannya. Asosiasi merek (brand association) diupayakan dengan slogan, atau posisi yang diinginkan, atau dengan strategi brand identity, yaitu menciptakan atribut yang penting sebagai bahan yang dipersepsikan konsumen. Asosiasiasosiasi merek seperti Ronald McDonald bisa menciptakan sikap atau perasaan positif yang berkaitan dengan suatu merek. Jadi menurut Darmadi, dkk (2001:4) brand association adalah: Mencerminkan pencitraan suatu merek terhadap suatu kesan tertentu dalam kaitannya dengan kebiasaan, gaya hidup, manfaat, atribut produk, geografis, harga, pesaing, dan lain-lain. Pengertian asosiasi merek yang dikemukakan oleh Aaker (1996:106) dalam buku The Power of Brand, Freddy Rangkuti (2002:43) adalah “segala hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai merek”. Merek berperan sebagi persepsi yang mempengaruhi keputusan membeli pelanggan. Nilai haruslah menjadi landasan strategi dan taktik, karena nilai merupakan alasan mengapa konsumen menggunakan produk dan tetap setia (loyal). Nilai suatu brand yaitu menciptakan semakin banyak komsumen yang setia, konsumen yang setia (loyal) adalah tujuan setiap pemasar. Kesetiaan pelanggan terhadap merek merupakan salah satu aset merek. Hal in sangat mahal
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
129
nilainya karena untuk membangunnya banyak tantangan yang harus dihadapi serta membutuhkan waktu yang sangat lama. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk membuat penelitian dengan mengangkat judul: Analisis Persepsi Brand Association Menurut Pelanggan Sabun Mandi Cair Lux pada PT Unilever Indonesia, Tbk. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian, maka masalah tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen berkeinginan untuk membeli sabun mandi cair dalam persepsi brand association? 2. Bagaimana persepsi brand association menurut pelanggan sabun mandi cair? 3. Usaha manakah yang dilakukan oleh perusahaan yang bergerak dibidang industri sabun mandi cair, agar mendapatkan respon yang positif dari para konsumennya? 4. Strategi manakah yang perlu ditempuh oleah perusahaan, agar meningkatkan daya saingnya dalam situasi pasar yang semakin ketat? C. Pembatasan Masalah Sehubungan dengan banyaknya masalah yang ada dalam pemasaran yang khususnya promosi, maka dalam penelitian ini adanya pembatasan masalah yang membahas tentang bagaimana persepsi brand association menurut pelanggan sabun mandi cair Lux pada PT Unilever Indonesia, Tbk pada minimarket Indomaret di daerah Suka Bangun II Palembang pada bulan Maret 2012 sampai dengan April 2012. D.Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan sebelumnya, maka perlu adanya perumusan masalah yang akan menentukan arah yang tepat bagi pembahasan masalah, oleh karena itu penyusunan skripsi ini ingin mengangkat permasalahan tentang: 1. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen berkeinginan untuk membeli sabun mandi cair Lux dalam persepsi brand sssociation pada PT Unilever Indonesia, Tbk? 2. Bagaimana persepsi brand association menurut pelanggan sabun cair Lux pada PT Unilever Indonesia, Tbk? E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini mengacu pada perumusan masalah, yaitu: 1. Untuk mengetahui apakah faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen untuk berkeinginan membeli sabun mandi cair Lux dalam persepsi brand association pada PT Unilever Indonesia, Tbk Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
130
2. Untuk mengetahui bagaimana persepsi brand association menurut pelanggan sabun mandi cair Lux pada PT Unilever Indonesia, Tbk F. Manfaat Penulisan Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini, yaitu: 1. Bagi Perusahaan Penelitian ini dapat memberikan masukan serta bahan pertimbangan dalam kesetiaan konsumen terhadap merek dagang yang diharapkan dapat menjadi informasi bagi perusahaan yang bersangkutan. 2. Bagi Masyarakat pada Umumnya Penelitian ini dapat sebagai nilai tambah bagi mereka yang membacanya serta akan menambahkan wawasan mereka di bidang manajemen pemasaran pada umumnya. Landasan Teori A. Pengertian Pemasaran Pemasaran umumnya dipandang sebagai tugas untuk menciptakan, memperkenalkan, dan menyerahkan barang dan jasa kepada konsumen dan perusahaan. Berikut ini dikemukakan pengertian pemasaran oleh ahli di bidang pemasaran. Menurut Kotler (2005:10) definisi dari pemasaran adalah: Sebagai suatu proses sosial yang didalamnya individual dan kelompok mendapatkan apa yng mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.Dari definisi pemasaran dapat disimpulkan bahwa pemasaran mencangkup usaha perusahaan yang dimulai dengan mengidentifikasikan kebutuhan konsumen yang perlu dipuaskan, menentukan produk yang akan diproduksi, menentukan harga produk yang sesuai, menentukan cara-cara promosi dan penyaluran atau penjualan produk tersebut untuk merencanakan dan melaksanakan konsep, harga, promosi, dan distribusi terhadap gagasan produk dan pelayanan yang dapat menciptakan perubahan untuk memuaskan kebutuhan individu dan organisasi. Konsep inti pemasaran diawali dari adanya kebutuhan (needs) konsuman akan suatu produk. Proses pertukaran yang terjadi antara konsumen dan produsen banyak memerlukan tenaga dan keteranpilan. Manajemen pemasaran terjadi apabila setidaknya satu pihak dalam pertukaran potensial memikirkan sasaran dan cara mendapatkan tanggapan yang ia kehendaki dari pihak lain. B. Konsep Pemasaran Kotler (2005:22) menegaskan bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasional yang ditetapkan adalah perusahaan tersebut harus menjadi lebih Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
131
efektif dibandingkan para pesaing dalam menciptakan, menyerahkan, mengkomunikasikan nilai pelanggan kepada pasar sasaran yang terpilih. Usaha untuk lebih mengefektifkan pemasaran dapat diklasifikasikan ke dalam empat faktor konsep pemasaran (Kotler, 2005: 22-27): 1. Pasar Sasaran Perusahaan-perusahaan akan berhasil secara gemilang bila mereka secara cermat memilih pasar-pasar sasarannya dan mempersiapkan program-program pemasaran yang dirancang khusus untuk pasar tersebut. 2. Kebutuhan Pelanggan Menanggapi kebutuhan pelanggan, berarti mempelajari kebutuhan pelanggan dan membuat produk yang cocok dengan kebutuhan banyak orang itu. Namun beberapa perusahaan justru menanggapi kebutuhan individual masing-masing pelanggan. 3. Pemasaran Terpadu Tenaga penjualan, periklanan, pelayanan pelanggan, manajemen produk, riset pemasaran harus bekerja sama dan kedua pemasaran harus dirangkul oleh departemen-departemen lain. 4. Kemampuan Memperoleh Laba Tujuan terakhir dari konsep pemasaran adalah membuat organisasi mencapai tujuan mereka yaitu laba. Perusahaan seharusnya tidak bertujuan meraup laba sebagai akibat dari penciptaan nilai pelanggan yang unggul. Sebuah perusahaan menghasilkan uang karena memenuhi kebutuhan pelanggan lebih baik dibandingkan persainganya. C. Persepsi Konsumen Persepsi merupaka salah satu faktor psikologis selain motivasi pembelajaran dan kepercayaan serta sifat yang dapat mempengaruhi individu dan organisasi dalam menentukan kepuasan pembelian Menurut Kotler (2000:198) definisi tentang persepsi adalah: Proses yang digunakan seorang individu untuk memilih, mengorganisasikan, dan menginterprstasi masukan-masukan informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. Persepsi tidak hanya tergantung pada rangsangan fisik, tetapi juga pada rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan individu yang bersangkutan. Menurut Lamb et. al. (2001: 224), definisi persepsi adalah “proses dimana kita memilih, mengatur dan menginterpretasikan rangsangan tersebut ke dalam gambaran yang memberikan makna dan melekat”. Sedangkan menurut Simamora (2004:102) definisi persepsi adalah “sebagai suatu proses, dengan mana seseorang menyeleksi, mengorganisasikan, dan menginterprestasi stimuli ke dalam suatu gambaran dunia yang berarti dan menyeluruh”. Sementara menurut Boyd, dkk (2001:133) definisi persepsi adalah “proses dengan apa seseorang memilih, mengatur dan menginterprestasikan informasi”. Kunci terpenting dalam persepsi adalah bahwa manusia menyimpan informasi dalam bentuk hubungan asosiatif, dan hubungan asosiatif itu membantu manusia menginterpretasikan dunia disekitarnya. Secara singkat persepsi adalah cara kita Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
132
memandang dunia di sekitar kita serta bagaimana kita dapat mengetahui bahwa kita membutuhkan bantuan dalam membuat suatu keputusan pembelian Definisi di atas menerangkan bahwa persepsi merupakan proses dimana indivual terlebih dahulu mengenali objek-objek dan fakta objektif disekitarnya. Seperti halnya dengan pengamatan, persepsi diawali dengan kegiatan panca indera, selanjutnya akan terjadi proses psikologis. Sehingga individual dapat mengorganisir dan menafsirkan informasi. Panca indera kita terdiri dari lima yaitu: penglihatan, penciuman, rasa, sentuhan, dan pendengaran. Kemudian dengan panca indera tersebut kita akan menerima rangsangan berupa objek-objek dan fakta objektif untuk diatur dan dinterprestasikan ke dalam pikiran kita terlebuh dahulu. Di dalam proses tersebut kita menggunakan keterbukan yang selektif untuk menentukan mana rangsangan yang harus diperhatikan dan mana yang harus diabaikan. Pengenalan akan suatu objek, jelas, gerakan, intensitas (seperti: volume yang meningkat) dan aroma adalah suatu petunjuk yang akan mempengaruhi persepsi. Konsumen menggunakan petunjuk tersebut untuk mengidentifikasi produk dan merek. Bentuk kemasan sebuah produk seperti bentuk luar sabun cair Lux misalnya akan dapat mempengaruhi persepsi. Kemudian warna adalah suatu pertunjukan yang lain, dan warna memegang peran kunci terhadap persepsi konsumen. Apa yang diterima konsumen dapat juga bergantung pada kemudahan rangsangan atau tarif yang mengejutkan (shock value). Peringatan grafis akan bahayanya menggunakan sebuah produk akan diterima lebih cepat dan selalu diingat bahkan lebih akurat dibandingkan peringatan yang kurang mudah atau peringatan yang berupa teks tertulis. Pada dasarnya kita dapat membedakan menjadi 3 (tiga) faktor dalam persepsi yang biasa dilakukan manusia terhadap rangsangan yaitu: 1. Keterbukaan yang Seleksi (Selective Exposure) 2. Distorsi seleksi (Selective Distortion)3 3. Ingatan yang Seleksi (Selective Retention)
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142
133
Periode Januari 2013 – April 2013
ISSN : 2087-5142