BUKU ABSTRAK Simposium Nasional Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil 2017
SIMPOSIUM NASIONAL KONSERVASI PERAIRAN PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL 2017 JAKARTA 9-
Mei
7
Auditorium Gd. Mina Bahari IV Ke e te ia Kelauta da Pe ika a
Buku abstrak ini diproduksi sebagai sumber informasi dan panduan bagi pemakalah/peserta yang dapat digunakan selama acara berlangsung. Buku ini memuat abstrak pemakalah yang diterima hingga Mei . Seluruh perubahan yang diterima oleh panitia setelah tanggal Mei
akan diperbaharui
informasinya di website simposium. Untuk mengunduh buku abstrak ini dan untuk mendapatkan informasi lainnya mengenai Simposium Nasional Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, silahkan kunjungi www.simnas
.konservasi-perairan.org.
Daftar isi
Tentang S)MPOS)UM NAS)ONAL KONSERVAS) PERA)RAN PES)S)R DAN PULAU-PULAU KEC)L Agenda Abstrak Pembicara Kunci Abstrak Topik ; Manfaat Kawasan Konservasi Perairan
Abstrak Topik ; Strategi Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Abstrak Topik ; Status dan Ancaman Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Abstrak Poster
S)MPOS)UM NAS)ONAL KONSERVAS) PERA)RAN PES)S)R DAN PULAU-PULAU KEC)L Jakarta, -
Mei
,
Gedung Mina Bahari )V, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta www.simnas
.konservasi-perairan.org
). Latar Belakang Kekayaan laut )ndonesia harus bisa bermanfaat bagi masyarakat )ndonesia. Perairan laut )ndonesia memiliki potensi kelautan dan perikanan yang sangat besar, dan menjadi sumber penghidupan utama bagi
juta penduduk )ndonesia yang tinggal di pesisir Burke et al.,
.
Namun pemanfaatan sumber daya laut harus memperhatikan aspek berkelanjutan agar bisa terus dimanfaatkan antar generasi. Meski saat ini sebagian besar sumber daya laut mendapat tekanan, namun upaya pelestarian dan perlindungan juga semakin intensif didorongkan oleh pemerintah, mitra dan masyarakat. Kementerian Kelautan dan Perikanan KemenKP dan Kementerian Lingkungan (idup dan Kehutanan KL(K berupaya untuk melindungi keanekaragaman jenis biota laut melalui pembentukan Kawasan Konservasi Perairan KKP /Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil KKP K dan Taman Nasional Laut di )ndonesia. Selain itu, organisasi masyarakat dan pihak swasta juga turut serta dalam beberapa kegiatan pro-lingkungan untuk menjaga dan memperbaiki lingkungan sekitarnya. Sejalan dengan
tahun upaya konservasi perairan pesisir dan pulau-pulau kecil di )ndonesia,
diperlukan strategi untuk mengoptimalkan efektivitas pengelolaannya agar dapat memaksimalkan manfaat perlindungan keanekaragaman hayati dan mendorong perikanan berkelanjutan. Untuk itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan dan WWF-)ndonesia akan mengadakan Simposium Nasional Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil untuk mengupas pembelajaran dan hasil nyata dari pembentukan, manfaat dan strategi pengelolaan konservasi perairan pesisir dan pulau-pulau kecil di )ndonesia. Simposium ini ditujukan untuk para akademisi, peneliti dan praktisi dari pemerintahan, universitas, dan LSM untuk turut serta dalam upaya meningkatkan efektivitas pengelolaan konservasi perairan pesisir dan pulau-pulau kecil di )ndonesia.
)). Tujuan Tujuan dari kegiatan simposium ini adalah: . Mere leksikan perjalanan Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil termasuk upaya peningkatan status efektivitas pengelolaannya . Mendokumentasikan cerita sukses terkait pembelajaran mengenai manfaat Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dari berbagai daerah di )ndonesia . Menentukan strategi pembentukan dan pengelolaan Konservasi Perairan Pesisir dan PulauPulau Kecil yang adaptif di )ndonesia . Memformulasikan rencana aksi untuk peningkatan efektivitas pengelolaan Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil di )ndonesia . Menyediakan data termutakhir terkait pengelolaan Konservasi Perairan Pesisir dan PulauPulau Kecil
))). Luaran simposium Luaran atau output yang diharapkan setelah pelaksanaan simposium ini adalah: . Rekomendasi Rencana Aksi Pengelolaan Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil di )ndonesia (asil pembelajaran yang diperkuat dengan berbagai terobosan ilmu pengetahuan serta tukar pendapat antar peneliti dalam kegiatan ini diharapkan menghasilkan rekomendasi rencana aksi terhadap pengelolaan Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil di )ndonesia dalam upaya untuk meningkatkan efektivitasnya. . Prosiding yang memuat berbagai informasi mengenai perjalanan pembentukan Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil di )ndonesia beserta pembelajaran dan terobosan strategi pengelolaannya. )nformasi dalam prosiding diharapkan dapat dimanfaatkan oleh para pengambil keputusan dalam menentukan berbagai kebijakan terkait pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
)V. Tema dan Topik simposium Tema dari simposium nasional Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil tahun adalah Kawasan Konservasi Perairan untuk Perlindungan Keanekaragaman (ayati dan Perikanan Berkelanjutan . Sesuai dengan tema tersebut, terdapat tiga topik makalah yang akan didiskusikan, yaitu:
. Manfaat Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Makalah yang akan disajikan dalam topik ini adalah berbagai pembelajaran dari lapangan mengenai manfaat ekologi, sosial, ekonomi maupun budaya yang dirasakan oleh masyarakat sebagai dampak dari adanya kawasan lindung pesisir dan perairan di wilayahnya. Kawasan lindung di sini tidak terbatas pada konservasi perairan pesisir dan pulau-pulau kecil yang disahkan oleh pemerintah, tetapi juga kawasan lindung secara tradisional yang dimiliki oleh masyarakat secara turun temurun. Sebagaimana diketahui bahwa konservasi perairan pesisir dan pulau-pulau kecil memiliki peranan penting secara ekologi sebagai penyedia stok larva berbagai biota untuk area di sekitarnya. Lebih luas, serta memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat lokal. Beberapa daerah di )ndonesia memiliki kearifan lokal berupa kawasan lindung musiman buka-tutup maupun kawasan lindung permanen tempat keramat yang diakui secara adat dan dipatuhi oleh masyarakat. Meskipun sedikit yang menyadari, namun sesungguhnya konservasi perairan pesisir dan pulau-pulau kecil non formal ini memiliki kontribusi dalam kelestarian lingkungan. Selain kawasan lindung yang dikelola secara tradisional atau adat, materi yang dapat diangkat dalam topik ini adalah keuntungan yang diperoleh masyarakat dari sisi peningkatan nilai ekonomi, sosial dan budaya yang disumbang dari sektor perikanan, budidaya, pariwisata dan transportasi. Materi lainnya yang dapat disajikan adalah manfaat konservasi perairan pesisir dan pulau-pulau kecil untuk perlindungan habitat dan keanekaragaman hayati serta praktek-praktek bijak pengelolaan konservasi perairan pesisir dan pulau-pulau kecil atau biasa disebut dengan Better Management Practices BMP dan pendanaan berkelanjutan yang dipraktekkan di dalam konservasi perairan pesisir dan pulaupulau kecil. Dengan mengangkat kisah-kisah sukses dari pengelolaan konservasi perairan pesisir dan pulau-pulau kecil yang berhasil diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi masyarakat yang lebih luas sekaligus bukti bahwa konservasi perairan pesisir dan pulau-pulau kecil dalam bentuk formal maupun non formal memiliki manfaat bagi masyarakat. Dalam topik ini diharapkan ada perwakilan dari praktisi, masyarakat lokal, dan Civil Society Organization CSO yang bekerja di masyarakat.
. Strategi Pengelolaan Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Makalah yang akan dipresentasikan dalam topik ini adalah berbagai penelitian atau pembelajaran mengenai strategi pengelolaan konservasi perairan pesisir dan pulau-pulau kecil dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dalam pembuatan desain konservasi perairan pesisir dan pulau-pulau kecil maupun pengelolaan sumber daya perikanan dalam konservasi perairan pesisir dan pulau-pulau kecil.
Untuk mencapai konservasi perairan pesisir dan pulau-pulau kecil yang efektif diperlukan desain kawasan yang tepat dan strategi pengelolaan kawasan yang adaptif. Saat ini banyak pendekatan ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh intitusi pendidikan maupun praktisi untuk membantu mengambil keputusan di mana lokasi terbaik konservasi perairan pesisir dan pulau-pulau kecil. Namun, belum banyak pihak yang memanfaatkan ilmu pengetahuan ini dalam menentukan kawasannya. Selain penentuan lokasi, strategi pengelolaan konservasi perairan pesisir dan pulau-pulau kecil juga berperan penting dalam meningkatkan efektivitasnya. Strategi pengelolaan yang dimaksud di sini antara lain adalah penegakan hukum, kelembagaan, serta kearifan lokal yang ada dalam masyarakat yang dapat mendukung konservasi perairan pesisir dan pulau-pulau kecil. Selain dua hal di atas, faktor yang tidak kalah pentingnya adalah strategi pengelolaan perikanan. Strategi pengelolaan perikanan diperlukan untuk memastikan stok yang ada di alam tetap terjaga untuk memperkuat ketahanan pangan dan perkeonomian masyarakat. Pemanfaatan ilmu pengetahuan dalam pengelolaan perikanan dalam konservasi perairan pesisir dan pulaupulau kecil dapat berupa pemanfaatan perikanan, pendekatan-pendekatan ilmiah untuk membantu mengatur pemanfaatan perikanan dari sisi alat, jumlah, jenis dan atau lokasi tangkapan. . Status dan Ancaman Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Makalah yang akan disajikan dalam topik ini mengenai berbagai informasi terbaru mengenai status ekosistem pesisir di berbagai lokasi di )ndonesia, dampak dari aktivitas manusia terhadap kondisi ekologi dan sosial serta dampak perubahan iklim terhadap kondisi ekologi. Laju pembangunan yang tinggi di wilayah pesisir disadari atau tidak akan berpengaruh terhadap kondisi ekosistem di pesisir. Aktivitas manusia seperti alih fungsi lahan mangrove menjadi peruntukan lain lahan terbangun atau tambak , penambangan karang, penangkapan ikan menggunakan bom dan bahan beracun, pembabatan lamun untuk keperluan wisata, dan lain-lain akan menyebabkan penurunan kualitas lingkungan secara bertahap. Selain aktivitas manusia, ancaman berikutnya berasal dari perubahan iklim global seperti peningkatan suhu rata-rata permukaan laut, kenaikan muka air laut dan perubahan pola arus karena peningkatan intensitas El Nino dan La Nina So ian et al,
. Ancaman perubahan
iklim ini pun mempengaruhi ekosistem pesisir seperti abrasi, pemutihan karang, dan lain-lain. Kondisi-kondisi yang terjadi, dampak dan adaptasinya perlu didokumentasikan dengan baik agar dapat menjadi pembelajaran bagi pengambilan keputusan di masa yang akan datang. Dalam kelompok bahasan ini diharapkan muncul berbagai informasi terbaru mengenai status ekosistem pesisir di berbagai lokasi di )ndonesia, informasi mengenai jenis ancaman yang terjadi serta dampaknya terhadap kondisi ekologi dan sosial.
AGENDA Simposium Nasional Konservasi Perairan Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Jakarta, – Mei Hari/Jam 08.00 - 08.30 08.30 - 09.00
Deskripsi Kegiatan Selasa, 9 Mei 2017 Registrasi Pembukaan Lagu Indonesia Raya (5 menit) Berdoa (5 menit) Laporan Ketua Panitia (10 menit)
Narasumber/Moderator/Notulen
Pertiwi Aprianty - KKHL Muhammad Subhan Wattiheluw - KKHL
Ir. Andi Rusandi, M.Si Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut - KemenKP
Kata Sambutan (10 menit)
Wawan Ridwan Direktur Program Coral Triangle WWF - Indonesia
Key Note Speech 1 (30 menit) Tema: Status dan ancamanekosistem pesisir di Indonesia dan peran konservasi dalam perlindungan keanekaragaman hayati laut Key Note Speech 2 (30 menit) Pembelajaran Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Daerah di Kota Pariaman Provinsi Sumatera Barat
Udhi Eko Hernawan
Tanya jawab (15 menit)
Moderator: Anton Wijonarno - WWF
10.15 - 10.45
Sesi poster 1
Panitia akan menyediakan cemilan dan minuman pada saat sesi poster
10.45 - 12.00
Sesi Paralel 1 Topik 1. Manfaat Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau - Pulau Kecil
Moderator: Taufik Alansar - WWF Notulen: Ervin - KKHL
Topik 2. Strategi Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau - Pulau Kecil
Moderator: Irfan Yulianto - WCS Notulen: Desita Anggraeni - WWF
Topik 3. Status dan Ancaman Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau - Pulau Kecil
Moderator: Muhammad Subhan Wattiheluw Notulen: Ririn Widiastutik - KKHL
09.00 - 10.15
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Dasril, S.Sos Kepala Dinas Perikanan Kota Pariaman
Notulen: Eddy Setiawan - WWF
12.00 - 13.30 13.30 - 14.45
Ishoma Key Note Speech 3 (30 menit) Tema: Peran provinsi dalam pengelolaan konservasi pasca UU 23: studi kasus Provinsi Jawa Barat
TBC
Key Note Speech 4 (30 menit) Tema: Implementasi Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau - Pulau Kecil dengan Memanfaatkan CSR di Taman Pesisir Pantai Penyu Pangumbahan Kabupaten Sukabumi
Ahman Kurniawan
Tanya jawab (15 menit)
Moderator: Syamsul Bahri Lubis - KKHL Notulen: Fikri Firmansyah - WWF
Kepala Balai Pengawasan dan Konservasi Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Wilayah Selatan
14.45 - 15.45
15.45 - 16.00 16.00 - 17.00
Sesi Paralel 2 Topik 1. Manfaat Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau - Pulau Kecil Topik 2. Strategi Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau - Pulau Kecil Topik 3. Status dan Ancaman Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau - Pulau Kecil Coffee break Sesi Paralel 3 Topik 1. Manfaat Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau - Pulau Kecil Topik 2. Strategi Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau - Pulau Kecil Topik 3. Status dan Ancaman Konservasi Pesisir dan Pulau - Pulau Kecil
Moderator: Handoko Susanto - RARE Notulen: Leni Dwihastuty - KKHL Moderator: Imran Amrin - TNC (tbd) Notulen: Christian Handayani - WWF Moderator: Amehr Hakim - KKHL Notulen: Hadi Yoga Dewanto - KKHL
Moderator: Anita Setianingsih - KKHL Notulen: Ignatia Dyahapsari - WWF Moderator: Agus Widayanto - KKHL Notulen: Adella Adiningtyas - WWF Moderator: Saefudin - KKHL Notulen: Yusuf Arief Afandy - KKHL
Komunikasi dan Dokumentasi : Dwi Aryo Tjiptohandono - WWF dan Biro Kerjasama, Humas dan Pelayanan PRL
Rabu, 10 Mei 2017 08.30 - 10.00
Key Note Speech 5 (30 menit) Tema: MPAs for fisheries: from policy to implementation Key Note Speech 6 (30 menit) Tema: Peran penelitian dalam mendukung konservasi perairan pesisir dan pulau - pulau kecil untuk perikanan berkelanjutan Tanya jawab (30 menit)
10.00 - 10.30
Sesi poster 2
10.30 - 12.00
Sesi Paralel 4 Topik 1. Manfaat Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau - Pulau Kecil Topik 2. Strategi Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau - Pulau Kecil
12.00 - 13.00 13.00 - 14.30
Topik 3. Status dan Ancaman Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau - Pulau Kecil Ishoma Sesi Pararel 5 Topik 1. Manfaat Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau - Pulau Kecil Topik 2. Strategi Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau - Pulau Kecil Topik 3. Status dan Ancaman Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau - Pulau Kecil
14.30 - 14.45
Coffee break
Prof. Peter Mumby University of Queensland
Dr.Ir. Toni Ruchimat, M.Sc Kepala Pusat Riset Perikanan KemenKP
Moderator: Firdaus Agung - KKHL Notulen: Fikri Firmansyah - WWF Panitia akan menyediakan cemilan dan minuman pada saat sesi poster Moderator: Subianto - CTC (tbd) Notulen: Nara Wisesa - WWF Moderator: Ronny Megawanto - CI (tbd) Notulen: Prabowo - KKHL Moderator: Sarmintohadi - KKHL Notulen: Muschan Ashari - KKHL
Moderator: Sukendi - KKHL Notulen: Imanda Pradana - RARE Moderator: Ihsan Ramli - KKHL Notulen: Ahmad Sofiullah - KKHL Moderator: Rudyanto - GIZ (tbd) Notulen: Ignatia Dyahapsari - WWF
14.45 - 16.00
Key Note Speech 7 (30 menit) Tema: Kawasan Konservasi Perairan: Investasi cerdas untuk perlindungan keanekaragaman hayati laut dan membangun perikanan Indonesia
Wawan Ridwan Direktur Program Coral Triangle WWFIndonesia
Key Note Speech 8 (30 menit) Brahmantya Satyamurti Poerwadi, S.T Tema: Kebijakan konservasi perairan untuk Direktur Jenderal Pengelolaan perikanan berkelanjutan sebagai salah satu Ruang Laut - KemenKP pilar pembangunan perikanan di Indonesia
16.00 - 17.00
Tanya jawab (15 menit)
Moderator: Veda Santiadji - WWF Notulen: Deti Triani - RARE
Kesimpulan simposium (15 menit)
Ir. Andi Rusandi, M.Si Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut - KemenKP
Pemenang kompetisi presentasi mahasiswa Wawan Ridwan Direktur Program Coral Triangle WWF (15 menit) Indonesia
Penutupan
Brahmantya Satyamurti Poerwadi, S.T Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut - KemenKP
Komunikasi dan Dokumentasi : Dwi Aryo Tjiptohandono - WWF dan Biro Kerjasama, Humas dan Pelayanan PRL
Topik . Manfaat Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Selasa, Mei , Ruang Nila Sesi Paralel No
Waktu
Lama sesi
. .
-
. .
menit menit
SN
PM
.
-
.
menit
SN
PM
.
-
.
menit
BY MA)L
.
-
.
menit
SN
.
-
.
menit
Waktu
Lama sesi
PM
.
-
.
menit
Nomer Registrasi SN PM
.
-
.
menit
SN
PM
.
-
.
menit
SN
PM
.
.
.
menit
SN
PM
Waktu
Lama sesi
. .
-
. .
menit menit
SN
PM
.
-
.
menit
SN
PM
.
-
.
menit
SN
PM
.
-
.
menit
. Nama Presenter
Pembukaan oleh Moderator Dinamika Perubahan Budaya Joice Pangulimang, Fitryanti Masyarakat di Kawasan Konservasi Pakiding, Michael Mascia, Louise Perairan: studi kasus di Bentang Laut Glew, Albertus Girik Allo, Kezia Kepala Burung Papua Salloso, Fadli Zainuddin, Marjan Bato )manda (ikmat Pradana, Kontribusi Pengelolaan Akses Area Arwandrija Rukma, (andoko Adi Perikanan di Kawasan Konservasi Susanto, Galuh Sekar Arum, Deti terhadap Sustainable Development Goal Kehidupan bawah laut Triani Fikri Firmansyah, Adib Mustofa, Keterkaitan Antara Sistem Zonasi dengan Dinamika Status Ekosistem Estradivari, Adrian Damora, Terumbu Karang di Taman Nasional Christian (andayani, Gabby Wakatobi Ahmadia, Jill (arris, Amkietiela, Klaas J. Teule, Sugiyanta, Veda Santiadji, Anton Wijonarno, Muhammad Yusuf Rumah belajar sebagai komponen Alberto Y. T. Allo, Fitryanti penting konservasi penyu belimbing di Pakiding, Deasy Lontoh, Kartika Distrik Abun Papua Barat Zohar Ringkasan dari moderator
Nomer Registrasi
.
-
.
Judul
Nama Presenter
Manfaat Daerah Perlindungan Laut DPBL : Kajian Terhadap Kelimpahan Kerang di Padang Lamun Manfaat Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau Kecil KKP K Pulau Koon dan Perairan Sekitarnya Bagi Peningkatan Kejehteraan Masyarakat Pengaruh Jenis Pekerjaan Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat di Kawasan Konservasi Perairan Bentang Laut Kepala Burung Manfaat Kawasan Konservasi Mangrove di Pesisir Desa Bengkak Kabupaten Banyuwangi
Sam Wouthuyzen, Jonas Lorwens
Sesi Paralel No
Judul
Sesi Paralel No
.
Nomer Registrasi
.
Judul
(ellen Nanlohy, Natelda Timisela, )gnatia Dyahapsari, Rizal
Maya Paembonan, Fitryani Pakiding, Louise Glew, Michael Mascia, Dariani Matualage, Yori Turu Toja, Albertus Girik Allo Yanuar Rustrianto Buwono
. Nama Presenter
Pembukaan oleh Moderator Analisis Pengaruh Kawasan Konservasi Prabowo, Widyono Soetjipto Laut Terhadap Produksi Perikanan Tangkap di )ndonesia Joshian N.W Schaduw Efaktivitas Pengelolaan Ekosistem Mangrove Pulau Bunaken, Taman Nasional Bunaken Provinsi Sulawesi Utara Strategi Pengelolaan Ekowisata Pesisir Nike )ka Nuzula, Daniel M. Rosyid, (aryo D. Armono Di Taman Nasional Baluran dengan Metode Multidimensional Scaling MDS Ringkasan dari moderator
Rabu, Sesi Paralel No
Waktu
Lama sesi
. .
-
. .
menit menit
SN
PM
.
-
.
menit
SN
PM
.
-
.
menit
BY MA)L
.
-
.
menit
SN
.
-
.
menit
BY MA)L
.
-
.
menit
.
Nomer Registrasi
-
.
Judul
Nama Presenter
Pembukaan oleh Moderator Kawasan Konservasi Perairan dan Fitryanti Pakiding, Louise E. Pengentasan Kemiskinan: Dampak Glew, Michael Mascia Sosial Jangka Pendek di Bentang Laut Kepala Burung Papua Efektivitas Sub Zona Perlindungan Mujiyanto, Riswanto, Adriani Sri Setasea di Kawasan Konservasi Nastiti Perairan Taman Nasional Laut Sawu, NTT Jejaring kawasan konservasi perairan: Estradivari, Christian Novia N. studi kasus Provinsi Maluku (andayani, Dirga Daniel, Adib Mustofa Strategi Pengelolaan Taman Pulau Kecil Munasik, Rudhi Pribadi, )ta Pulau Panjang, Kabupaten Jepara Riniatsih Ketahanan Pangan Masyarakat Pemilik Dariani Matualage, Fitryanti (ak Sumber Daya Perairan di Bentang Pakiding, Michael Mascia, Louise Laut Kepala Burung Papua Glew, Yori Turu Toja, Albertus Girik Allo, Kezia Salloso, Fadli Zainuddin, Marjan Bato
PM
Ringkasan dari moderator
Sesi Paralel No
Mei
Waktu
Lama sesi
Nomer Registrasi
. .
-
. .
menit menit
SN
PM
.
-
.
menit
SN
PM
.
-
.
menit
SN
PM
.
-
.
menit
SN
PM
.
-
.
menit
SN
PM
.
-
.
menit
SN
PM
.
-
.
menit
.
Judul
. Nama Presenter
Pembukaan oleh Moderator Konservasi Penyu Belimbing di Deasy Lontoh, Fitryanti Pakiding, Bentang Laut Kepala Burung Papua Kartika Zohar Melalui Pemberdayaan Perekonomian Masyarakat Pemilik Pantai Peneluran Pemantauan Kesehatan Terumbu Evi Nurul )hsan Karang Guna Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Berbasis Zonasi Ma'ruf Kasim DPL Vs KKPD : Menguji efektivitas pengelolaan Kawasan Konservasi Telaah Kasus Kondisi Terumbu Karang Perairan Kabupaten Buton Pasca COREMAP )) Dampak KepMen KP Nomor Deni E izon Kep. /MEN/ Tentang Penetapan Status Perlindungan Terbatas Jenis )kan Terubuk Tenualosa macrura Tantangan Pengelolaan Taman Wisata A. Boby Yefry Adi Rianto Perairan Gili Matra, Nusa Tenggara Barat, )ndonesia Kajian Pembentukan Daerah Munawar Khalil, Zul ikar, Perlindungan Laut DPL Pulo Aceh, Muhammad Rusdi Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh Ringkasan dari moderator
Topik . Strategi Pengelolaan Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Selasa, Mei , Ruang Tuna Sesi Paralel No
Waktu
Lama sesi
.
-
.
menit
Nomer Registrasi SN PM
.
-
.
menit
SN
PM
. .
-
. .
menit menit
SN SN
PM PM
.
-
.
menit
SN
PM
Waktu
Lama sesi
.
-
.
menit
Nomer Registrasi SN PM
.
-
.
menit
SN
PM
.
-
.
menit
SN
PM
.
-
.
menit
BY MA)L
Waktu
Lama sesi
. Nama Presenter
Model Sebaran Larva Karang di Kawasan Konservasi Taman Wisata Perairan Kapoposang dan Laut Sekitarnya Lesson Learned Dalam Perencanaan Tata Ruang Kelautan di Ekoregion Sunda Kecil Urgensi Perikanan Karang di Selayar Ecotourism and Mangrove Conservation EMC : Strategi )novatif Pelestarian Biodiversitas (utan Mangrove Berbasis Ecotourism di Pulau Sapudi Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Daerah di Provinsi Aceh Berbasis Kearifan Lokal (ukum Adat Laot
.
-
Zul ikar Afandy, Ario Damar, Syamsul Bahri Agus
Putu Oktavia, Uly Faoziyah, B. Kombaitan, Djoko Santoso Abi Suroso, Andi Oetomo Lisda ( (anaruddin Bachtiar Rivai, Syahlaini Nasution
Teuku Muttaqin Mansur, Marzuki
.
Judul
Nama Presenter
Peran Kelembagaan Panglima Laot di Baskoro Pakusadewo, Akhmad Solikhin, Ernani Lubis Kota Sabang dalam Mewujudkan Perikanan Tangkap yang Berkelanjutan Konsep Konservasi Berbasis Kawasan Abigail Mary Moore, Samliok Ndobe, Jamaluddin Jompa dalam Rangka Pemulihan Populasi Endemik Banggai Cardinal ish Pterapogon kauderni Mochammad Yenny Strategi Pengelolaan Ekosistem Mangrove di Baros Melalui Pertimbangan Jasa Ekosistem Menurut Perspektif Masyarakat Pengguna Jasa Pembelajaran Proses (armonisasi Pengelolaan Kawasan Konservasi di Provinsi Nusa Tenggara Barat
Sesi Paralel No
Judul
Sesi Paralel No
.
.
-
.
menit
Nomer Registrasi BY MA)L
.
-
.
menit
SN
PM
.
-
.
menit
SN
PM
.
-
.
menit
SN
PM
.
Judul
Tasrif Kartawijaya, Fajar Ardiyansyah, Adi Triana Mihardja, (ernawati
. Nama Presenter
Alternatif Rejim Pengelolaan Kawasan Leny Dwihastuty, Luky Adrianto, Konservasi Penyu dengan Pendekatan Fredinan Yulianda Pembayaran Jasa Ekosistem Payment for Ecosystem Services - PES Studi Kasus Kawasan Konservasi Taman Pesisir Pantai Penyu Pangumbahan Sukabumi Pemanfaatan Kearifan Lokal Sasi dalam Paulus Boli Sistem Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Di Raja Ampat Rika Astuti Strategi Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan )ndrapurwa Lhok Peukan Bada Berbasis (ukum Adat Laot Susi Sumaryati, Kuswadi Pemodelan Perilaku Nelayan Pada Program Konservasi Penyu di Taman Nasional Karimunjawa
Rabu, Sesi Paralel No
Waktu
Lama sesi
.
-
.
menit
Nomer Registrasi SN PM
.
-
.
menit
BY MA)L
.
-
.
menit
SN
PM
.
-
.
menit
SN
PM
.
-
.
menit
BY MA)L
.
-
.
menit
SN
Waktu
Lama sesi
-
. Nama Presenter
Dukungan Kearifan Lokal Rahmad (idayat, )kram M. (oholok/Papadak dalam Pengelolaan Sangdji, )mam Fauzi TNP Laut Sawu Berbasis Masyarakat di Kabupaten Rote Ndao, NTT Analisis Zonasi Sembilan Kawasan Konservasi Perairan Daerah di Provinsi Sulawesi Tenggara
Desita Anggraeni, Christian Novia N. (andayani, Dirga Daniel, Tarlan Subarno, Zul ikar Afandy, Dyah Rahmatika, Agus Wahyudi, Fikri Firmansyah, Estradivari )denti ikasi Kemunculan (iu Karang di Ranny Ramadhani Yuneni, Dwi Ariyogagautama, Casandra Perairan Meko Dalam Mendukung Tania Upaya Pengelolaan di KKPD Flores Timur Membangun Jejaring Kawasan Roni Bawole, Rony Megawanto Konservasi Perairan Bentang Laut Kepala Burung Bird’s (ead Seascape B(S : Konektivitas Bio- isik Protokol Kajian Cepat: Perangkat Nara Wisesa, Estradivari, pengumpulan informasi sosio-ekologi Christian Novia N.(andayani, untuk survei dengan ketersediaan )gnatia Dyahapsari, Adrian waktu dan aksesibilitas yang terbatas Damora, Amkieltiela, Louise Glew, Gabby Ahmadia Munsi Lampe Melawan Destructive Fishing, Menumbuhkan Usaha Keramba: Belajar dari Nelayan Pulau Bontosua Kep. Spermonde, Sulawesi Selatan
PM
.
-
.
menit
Nomer Registrasi BY MA)L
.
-
.
menit
SN
PM
.
-
.
menit
SN
PM
.
-
.
menit
SN
PM
.
-
.
menit
BY MA)L
.
-
.
menit
SN
PM
.
Judul
Sesi Paralel No
Mei
.
-
.
Judul
Nama Presenter
)denti ikasi Lokasi Prioritas Konservasi di )ndonesia Berdasarkan Konektivitas Darat-Laut
Christian Novia N (andayani, Estradivari, Dirga Daniel, Khairil Fahmi Faisal, Dicky Sucipto, Oki (adian, Puteri Maulida
Pengelolaan Sumber Daya Laut Berbasis Kearifan Lokal di Kawasan Konservasi Pulau Kei Kabupaten Maluku Tenggara Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut Daerah KKLD Berbasis Kearifan Lokal di Teluk Mayalibit Kabupaten Raja Ampat Upaya Pengelolaan Pesisir dan Laut Berkelanjutan melalui Pendidikan Konservasi Sejak Dini di Pulau Pari, Kepulauan Seribu Model )ntegrasi Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi dan Kasus Status Pengelolaan Perikanan: Kasus Taman Pulau Kecil Kei Kecil Pengaruh kepemimpinan lingkungan dan kemampuan kognitif tentang kelautan dan perikanan terhadap kemampuan pegawai dalam pengambilan keputusan
Natelda R. Timisela, (ellen Nanlohy, Estradivari, )gnatia Dyahapsari, Rizal Endang Gunaisah
Sarah Rosemery Megumi Wouthuyzen
James Abrahamsz, To ik Alansar, Tau ik Abdillah, Marvin M. Makailipessy, Mozart Thenu Simon Boyke Sinaga, ) Made Putrawan, Nadiroh
Topik . Status dan Ancaman Terhadap Ekosistem Pesisir Selasa, Mei , Ruang Gabus Sesi Paralel No
Waktu
Lama sesi
.
-
.
menit
Nomer Registrasi SN PM
.
-
.
menit
BY MA)L
.
-
.
menit
SN
PM
.
-
.
menit
SN
PM
.
-
.
menit
SN
PM
Waktu
Lama sesi
.
-
.
menit
Nomer Registrasi SN PM
.
-
.
menit
SN
PM
.
-
.
menit
SN
PM
.
-
.
menit
SN
PM
Waktu
Lama sesi
.
-
.
menit
Nomer Registrasi SN PM
.
-
.
menit
SN
PM
.
-
.
menit
SN
PM
.
-
.
menit
SN
PM
. Nama Presenter
Aplikasi DPS)R Framework Berbasis Spasial pada Degradasi Lahan di Kawasan Warisan Geologi Gumuk Pasir Pesisir Parangtritis Status Keberlanjutan Pemanfaatan Sumber Daya )kan Pasca Penetapan Kawasan Konservasi Perairan di Pulau Koon dan Sekitarnya Status Pemutihan Karang akibat Meningkatnya Suhu Permukaan Air Laut di )ndonesia tahun Strategi Pengelolaan Wisata Bahari minat khusus (iu Paus Rhincodon typus dan Daya Dukung Kawasan di Taman Analisis Perubahan dan Strategi Pengelolaan Kawasan (utan Mangrove di Taman Nasional Gunung Palung, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat
.
-
Mega Darma Putra
Adrian Damora, Aliana Nafsal, Tau ik Abdillah
Derta Prabuning
Donny Juliandri Prihadi
Nurul ichsan fauzy
.
Judul
Nama Presenter
Upaya Perlindungan (iu Apendiks Zarlin Rikola C)TES )) Di Timur )ndonesia Pemantauan Partisipatif Kondisi, Nurul Kusuma Dewi Ancaman, dan Persepsi Masyarakat terhadap Cetacean di Perairan Pantai Wawaran dan Tawang Pacitan Mengurangi Resiko Pencemaran Air Ari Kuncoro Laut Akibat Pembuangan Air Pendingin Mesin Diesel Kapal Nelayan di Wakatobi Kajian Potensi Bio isik TWP Selat Al Furkan Tiworo
Sesi Paralel No
Judul
Sesi Paralel No
.
.
-
.
Judul
Nama Presenter
Perilaku Masyarakat Lokal Kampung Zelvyanie Menawi Terhadap Rusaknya Terumbu Karang di Perairan Teluk Samiri, Kabupaten Yapen )denti ikasi Ancaman terhadap Julham MS Palupessy Kawasan Konservasi Perairan Taman Wisata Perairan Laut Banda, Pulau (atta, dan Pulau Ay Ancaman Kerusakan (abitat Lamun Di Nanda Radhitia Prasetiawan Pulau Wangi-Wangi, Wakatobi
Status dan ancaman terhadap mikrohabitat ikan endemik terancam punah Banggai Cardinal ish Pterapogon kaudemi
Samliok Ndobe
Rabu, Sesi Paralel No
Waktu
Lama sesi
.
-
.
menit
Nomer Registrasi SN PM
.
-
.
menit
SN
PM
⁰
.
-
.
menit
SN
PM
¹
.
-
.
menit
BY MA)L
.
-
.
menit
SN
PM
.
-
.
menit
SN
PM
Waktu
Lama sesi
. Nama Presenter
Karakteristik Pesisir Pulau Kecil untuk )lham marasabessy Pengembangan Ekowisata Bahari di Kabupaten Maluku Tengah Analisis Spatial )dentifikasi Lokasi Kawasan Konservasi Perairan yang )deal di Kota Tual, Provinsi Maluku Studi Kerusakan Ekosistem Terumbu Karang di Kawasan Wisata Bahari Pulau Liukang Loe Kabupaten Bulukumba Status Kondisi Sosial, Pemanfaatan Sumber Daya Laut dan (abitat Pesisir di Teluk Sawai Pemanfaatan Citra Landsat untuk Upaya Konservasi di Pulau-Pulau Kecil dan Terluar Studi Kasus: Pulau Tikus, Bengkulu Pemodelan Numerik Sebaran DO Estuari Wonorejo, Surabaya dan Dampaknya terhadap Ekosistem Perairan Estuari
.
-
.
menit
Nomer Registrasi SN PM
.
-
.
menit
BY MA)L
.
-
.
menit
SN
.
-
.
menit
BY MA)L
.
-
.
menit
SN
PM
.
-
.
menit
SN
PM
PM
Judul
Sesi Paralel No
Mei .
.
-
Taufik Abdillah, Christian Novia N. (andayani, Dirga Daniel Nirwan
)gnatia Dyahapsari, Fikri Firmansyah, Nara Wisesa Adhitya Wisnu Nugraha
Wazirotus Sakinah
.
Judul
Nama Presenter
Evaluasi Konservasi Penyu (ijau Chelonia mydas Pantai Goa Cemara Sebagai Entitas Ekosistem Pesisir dg Analisis CASM Status Terumbu Karang Kawasan Perairan Di Bentang Laut Sunda Banda Kesehatan Terumbu Karang Taman Nasional Komodo Daya Dukung Fisik Kunjungan Wisatawan ke Poncan Marine Resort, Pulau Poncan Gadang Kota Sibolga
Bernike (endarastuti
Karakteristik populasi hiu paus dan pola perilaku tinggalnya di pantai botubarani, bone bolango, Gorontalo Status Pemutihan Karang di Karangasem - Bali dan Gili Matra Nusa Tenggara Barat.
Kris (andoko
Amkieltiela, Fikri Firmansyah, Estradivari Andi Kefy (amzah Lubis
Ayub
Abstrak Pembicara Kunci
Selasa, Mei
,
.
-
.
Status dan Ancaman Ekosistem Pesisir di )ndonesia dan Peran Konservasi dalam perlindungan Keanekaragaman (ayati Laut Udhi Eko (ernawan Staf Pusat Penelitian Oseanogra i, Lembaga )lmu Pengetahuan )ndonesia P O-L)P)
ABSTRAK Wilayah geografis yang luas dengan mozaik ribuan pulau yang membentuk garis pantai
sepanjang lebih dari 90.000 km membuat )ndonesia kaya dengan ekosistem pesisir, terutama
terumbu karang, padang lamun, dan mangrove. Ekosistem pesisir ini memberikan jasa yang besar bagi kehidupan masyarakat di sekitarnya. Namun demikian, monitoring yang dilakukan
oleh Pusat Penelitian Oseanografi menunjukkan bahwa sebagian besar terumbu karang dan padang lamun di )ndonesia berada dalam tekanan kehilangan habitat
habitat loss .
Pemanfaatan sumberdaya di wilayah pesisir, ditambah dengan perubahan iklim global,
mengancam kelestarian ekosistem pesisir dan sumber daya hayati yang hidup di dalamnya. Pemulihan kondisi dan perlindungan habitat diperlukan untuk menjaga pesisir dan laut )ndonesia sebagai pusat keanekaragaman hayati laut dunia sekaligus sumber kehidupan untuk jutaan orang.
Tentang Pembicara: Udhi Eko (ernawan merupakan pria kelahiran Pati, sarjana di bidang Biologi di Universitas Sebelas Maret di Universitas Groningen Nijenborgh Universitas Edith-Cowan
-
-
Mei
. )a telah menempuh pendidikan -
, master di bidang Biologi Laut
, dan doktor di bidang Ekologi Laut di
. Karirnya dimulai sejak
dan hingga sekarang menjabat
sebagai staff peneliti di Pusat Penelitian Oseanogra i, Lembaga )lmu Pengetahuan )ndonesia P OL)P) . )nformasi lebih lengkap tentang Udhi Eko (ernawan dapat mengunjungi: h ps://schola .google.co .au/cita o s?use =i_y uHMAAAAJ&hl=e
Selasa, Mei
,
:
-
:
Pembelajaran Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Daerah di Kota Pariaman Provinsi Sumatera Barat Dasril, S.Sos Kepala Dinas Perikanan Kota Pariaman
ABSTRAK Kota Pariaman, berada pada pesisir Barat Pulau Sumatera, mempunyai panjang garis pantai
,
Km yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi seperti, hamparan pantai yang landai disepanjang pantai dan pasir putih di pulau-pulau kecil, ekosistem terumbu karang, mangrove, habitat penyu, dll. Sebagai upaya pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil, Pemerintah Kota Pariaman telah menetapkan beberapa kebijakan tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulaupulau kecil. Pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil tersebut meliputi kegiatan perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian terhadap interaksi manusia dalam memanfaatkan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil serta proses alamiah secara berkelanjutan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu potensi kawasan ini adalah sebagai destinasi wisata pesisir dan pulau-pulau kecil baik untuk wisatawan lokal maupun internasional. Sektor wisata telah membuka lapangan kerja kurang lebih bagi Keluarga KK dengan jumlah pengunjung perbulannya kurang lebih dari sektor wisata diperkirakan mencapat Rp
.
.
.
.
Kepala
orang. Keuntungan
/tahun. Oleh karena itu, untuk
melindungi kawasan agar tetap bisa dimanfaatkan sebagai destinasi wisata dan juga agar sejalan dengan kebijakan Pemerintah Kota Pariaman, maka Kota Pariaman dicadangkan sebagai Kawasan Konservasi Perairan Kota Pariaman seluas Pariaman Nomor
/
/
.
,
(a berdasarkan Keputusan Walikota
Selasa, Mei
,
:
–
:
)mplementasi Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil dengan Memanfaatkan CSR di Taman Pesisir Pantai Penyu Pangumbahan Kabupaten Sukabumi Ahman Kurniawan Kepala Balai Pengawasan dan Konservasi Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Wilayah Selatan Pangumbahan, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat
ABSTRAK Lingkungan laut, pesisir dan pulau-pulau kecil kondisinya saat ini sudah cukup memprihatinkan. Telah terjadi banyak kerusakan ekosistem laut dan pesisir akibat ulah dan keserakahan manusia yang hanya memikirkan dan meraih keuntungan sesaat untuk kepentingan dirinya sendiri. Rusaknya ekosistem di laut dan pesisir akan sangat merugikan masyarakat yang terdampak langsung, juga berimplikasi pada ekosistem di darat yang dapat mengganggu siklus kehidupan dan pada akhirnya merugikan umat manusia. Pengelolaan Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang efektif adalah solusi untuk mencegah dan menanggulangi rusaknya ekosistem laut dan pesisir.
Pengelolaan Konservasi yang efektif adalah dengan melaksanakan gerakan konservasi
berbasis masyarakat dengan menggunakan strategi kemitraan.
Pemerintah sebaiknya lebih
mengoptimalkan diri selaku regulator dan fasilitator dan dalam implementasinya menerapkan kemitraan antara Pemerintah dengan masyarakat luas Kelompok Masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat, Lembaga Pendidikan dan Dunia Usaha sesuai dengan proporsinya masing-masing. Tentang Pembicara: Lahir di Jakarta tanggal pada tahun
Oktober
. Tamat dari Sekolah Usaha Perikanan Menengah Bogor
, kemudian bekerja pada Dinas Perikanan Kabupaten Tabanan Bali. Tahun
mendapatkan gelar Sarjana Perikanan dari Universitas Warmadewa Denpasar Bali setelah mengikuti kuliah selama , tahun. Pada tahun
pindah ke Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Sukabumi Jawa Barat selaku Kepala Seksi Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Budidaya. Pada bulan Juni
dimutasi untuk menduduki jabatan Kepala UPTD
Konservasi Penyu Pangumbahan. Kemudian sejak Januari
hingga saat ini menjadi Kepala
Balai Pengawasan dan Konservasi Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Wilayah Selatan Pangumbahan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat.
Selasa, Mei
,
:
-
:
Optimalisasi Desain Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil di )ndonesia untuk Mendukung Perikanan Berkelanjutan Prof. Peter Mumby University of Queensland
ABSTRAK MPAs have diversi ied from a conservation tool into a means of helping managing and rebuilding isheries. Their application is particularly important in areas where illegal and unregulated isheries predominate, including many tropical coasts. But the design of MPAs – or more speci ically no-take reserves core zones – differs between conservation action and isheries management. (ere ) begin by considering overall policy questions concerning the use of reserves to rebuild and sustain isheries. ) argue that
%-
% of habitat can be set aside to provide optimal support for
rebuilding isheries. Moreover, ) show that adequate resourcing of reserves e.g., staff, enforcement is vital to obtain favourable outcomes for people. Once an MPA policy has been established ) then describe how it can be designed using state-of-the-art data on the connectivity ish populations via ocean currents. This is illustrated with examples from )ndonesia. ) close by discussing some of the key needs to advance MPA implementation. Tentang Pembicara: Peter Mumby began his career designing MPAs in Belize and realized how little science was available to guide the process. (e then switched into a research career with the goal of providing solutions to common management challenges. (e obtained his PhD in
from the University of
Shef ield UK . (e then moved to the Universities of Newcastle and eventually Exeter on NERC and Royal Society research fellowships. Peter was promoted to Professor in
. )n
, the call of
better weather led Peter to move to the University of Queensland and take up a prestigious ARC Laureate Fellowship. Peter's research group look at questions concerning the ecology of coral reefs, the resilience of ecosystems, the design and functioning of MPAs, the connectivity of ecosystems, and the incorporation of ecosystem services into management design. Peter has published > journal articles, is a Pew Fellow in Marine Conservation, and was the inaugural mid-career award winner for contributions to coral reef science from the )nternational Society for Reef Studies. (e is happiest with a camera on a coral reef and at a depth of around
m.
Rabu,
Mei
,
:
-
:
Peran Penelitian dalam Mendukung Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil untuk Perikanan Berkelanjutan Dr. )r. Toni Ruchimat, M.Sc Kepala Pusat Riset Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan
ABSTRAK
Tentang Pembicara:
Rabu,
Mei
,
:
-
:
Kawasan Konservasi Perairan: )nvestasi Cerdas untuk Perlindungan Keanekaragaman (ayati Laut dan Membangun Perikanan )ndonesia Wawan Ridwan Direktur Program Coral Triangle WWF-)ndonesia
ABSTRAK Laut )ndonesia merupakan pusat keanekaragaman hayati laut dunia, namun saat ini ancaman terhadap habitat pesisir masih terus terjadi secara intensif dan menyebar. (ampir seluruh % ekosistem terumbu karang )ndonesia terancam oleh berbagai kegiatan antropogenik dan perubahan iklim, dan bahkan % diantaranya memiliki tingkat ancaman yang tinggi atau sangat tinggi Burke, et al., . Sebagai solusinya, WWF-)ndonesia mendorongkan konsep pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan untuk Perikanan Berkelanjutan untuk diadaptasi oleh pemerintah nasional, akademisi, mitra, pelaku bisnis dan kelompok masyarakat untuk melindungi keanekaragaman hayati laut dan mendorong perikanan berkelanjutan di )ndonesia. Konsep ini dibangun berdasarkan berbagai kajian ilmiah, serta pembelajaran dan cerita sukses dari kegiatan konservasi perairan yang dilakukan oleh WWF-)ndonesia dalam beberapa dekade belakangan. Terdapat delapan pendekatan saling terintegrasi yang harus diimplementasikan secara menyeluruh, yaitu: mengoptimalkan desain Kawasan Konservasi Perairan KKP , membangun jejaring KKP, menerapkan strategi pemanfaatan perikanan di setiap KKP, memberikan hak eksklusif perikanan untuk masyarakat dan nelayan lokal, mengimplementasikan praktek pengelolaan yang lebih baik, membangun mekanisme pendanaan berkelanjutan, mendorong transformasi perikanan, dan melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala. Penerapan delapan pendekatan ini merupakan investasi cerdas dan efektif untuk melindungi ekosistem laut sekaligus mengelola stok perikanan, dengan biaya pengelolaan yang minimal. Perikanan yang sehat dan berkelanjutan bisa memutar roda perekonomian nasional dan menjamin ketahanan pangan laut untuk sebagian besar masyarakat )ndonesia. Tentang Pembicara: Wawan Ridwan merupakan lulusan Fakultas Kehutanan )PB dan langsung meniti karir sebagai staff perencanaan di TN Ujung Kulon. Selanjutnya selama tahun, Wawan berkecimpung di pemerintahan, yaitu sebagai Kepala Seksi Rencana Pengelolaan Konservasi Sumber Daya Alam Jangka Menengah , Kepala TN Komodo – , TN Kerinci Seblat , TN Bromo Tengger Semeru – , dan terakhir sebagai Direktur Wisata Alam di Jakarta . Kiprah Wawan di WWF-)ndonesia dimulai pada Tahun sebagai Project Leader Propossed New Protected Areas of Sebuku Sembakung; kemudian Project Leader TN Betung Kerihun ; dan Project Leader TN Laut Wakatobi . Tahun sampai saat ini, Wawan dipromosikan sebagai Direktur Marine and Fisheries Program WWF-)ndonesia yang sejak Tahun berganti nama menjadi Direktur Coral Triangle. Tanggung jawab Wawan adalah mengembangkan program kelautan dan perikanan WWF-)ndonesia dengan mengacu kepada WWF Global Marine Strategy dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Pemerintah )ndonesia dalam sektor kelautan dan perikanan.
Rabu,
Mei
,
:
-
:
Membangun Sektor Maritim, Kelautan, dan Perikanan di )ndonesia: Tantangan dan Kesempatan Brahmantya Satyamurti Poerwadi, S.T Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut, Kementerian Kelautan dan Perikanan
ABSTRAK Laut dan perairan )ndonesia selama ini telah menjadi bagian utama dari sendi-sendi kehidupan masyarakat )ndonesia. Laut merupakan
/
tutupan wilayah tanah air )ndonesia. Laut dan
perairan telah menyediakan sumberdaya dan sarana untuk memenuhi kebutuhan pangan, transportasi, rekreasi, dan bahkan religi. Secara global masyarakat dunia juga memberikan perhatian dan komitmen yang sangat kuat pada upaya keberlanjutan pembangunan di laut dan konservasi keanekaragaman hayatinya. The big ive dari kesepakatan konservasi keanekaragaman hayati tersebut adalah Konvensi Keanekaragaman (ayati CBD , Konvensi Perdagangan )nternasional Flora dan Fauna terancam punah Cites ,Konvensi perlindungan ekosistem lahan basah Ramsar , Konvensi warisan dunia World (eritage Convention , dan Konvensi Spesies Migrasi CMS . Secara spesi ik target-target internasional juga sudah ditetapkan seperti target perlindungan
% perairan laut sebagai kawasan konservasi dan menurunnya trend kepunahan
spesies. Untuk menjawab tantangan kebutuhan pangan, sumberdaya, ruang, serta menghadapi perubahan iklim sebagaimana kondisi tersebut di atas, maka terdapat isu besar dalam konteks pembangunan maritim, kelautan, dan perikanan secara nasional dan global, yaitu menjaga keseimbangan antara tiga kepentingan, yaitu: Konservasi keanekaragaman hayati perairan; Pembangunan perikanan tangkap dan budidaya berkelanjutan; dan Pengentasan kemiskinan dan ketahanan pangan di tengah perubahan iklim.
Abstrak Topik Manfaat Kawasan Konservasi Perairan
Topik . Manfaat Kawasan Konservasi Perairan
Selasa, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Nila D)NAM)KA PERUBA(AN BUDAYA MASYARAKAT D) KAWASAN KONSERVAS) PERA)RAN: Studi Kasus di Bentang Laut Kepala Burung Papua
Joice Pangulimanga*, Fitryanti Pakidinga, Michael Masciab, Louise Glewc, Albertus Girik Alloa, Kezia Sallosoa, Fadli Zainuddina, Marjan Batoa a
b
Universitas Papua Conservation )nternational c WWF-US
e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Kawasan Bentang Laut Kepala Burung BLKB Papua memiliki ekosistem terumbu karang yang merupakan salah satu yang terbaik di dunia yang menjadi 'rumah' bagi berbagai spesies ikan. Dalam rangka pengelolaan sumberdaya alam yang potensial ini, maka dibentuklah Kawasan Konservasi Perairan KKP di wilayah BLKB. Upaya pelestarian sumberdaya perairan merupakan salah satu tujuan pengelolaan KKP. Berbagai program dilakukan untuk meningkatkan kepedulian masyarakat yang hidup di wilayah BLKB terhadap pentingnya pelestarian sumberdaya laut yang dimilikinya. Sayangnya, sampai saat ini belum ada kajian yang mendokumentasi perubahan kepedulian masyarakat terhadap wilayah perairannya. Oleh karena itu, secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tingkat perubahan kepedulian masyarakat terhadap kelestarian wilayah perairan di sekitar BLKB dan juga untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kepedulian tersebut. Untuk mencapai tujuan ini, kami mengunjungi tahun
sampai
rumah tangga sepanjang
di KKP Teluk Mayalibit, Selat Dampier, Kaimana, Taman Teluk
Cenderawasih, Ko iau dan Misool dan mencatat keterikatan emosi mereka terhadap sumberdaya lautnya dengan menggunakan index keterikatan emosi terhadap laut place attachment index . Disamping itu, kami juga mengukur pengetahuan responden mengenai upaya-upaya menjaga kelestarian wilayah lautnya, lama tinggal di wilayah BLKB dan jenis pekerjaan masyarakat. (asil penelitian kami menunjukkan bahwa keterikatan emosi terhadap laut dipengaruhi oleh pengetahuan responden terhadap wilayah laut, lama tinggal di wilayah BLKB dan jenis pekerjaan masyarakat. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkaji bahwa tingginya kepedulian masyarakat terhadap wilayah perairan merupakan dampak positif dari KKP di wilayah BLKB.
Kata kunci: Bentang Laut Kepala Burung, Place Attachment )ndex, Pengetahuan Lingkungan
Topik . Manfaat Kawasan Konservasi Perairan
Selasa, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Nila KONTR)BUS) PENGELOLAAN AKSES AREA PER)KANAN D) KAWASAN KONSERVAS) TER(ADAP SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOAL KE()DUPAN BAWA( LAUT )manda (ikmat Pradanaa*, Arwandrija Rukmaa, (andoko Adi Susantoa, Galuh Sekar Aruma, Deti Triania a
Rare
e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Sebagai pembaharu dari Millenium Development Goals yang dijalankan pada tahun
-
,
Sustainable Development Goals SDG yang dihasilkan dari pertemuan akbar di markas PBB di New York pada
Agustus
telah menargetkan sebanyak
pembangunan yang berkelanjutan hingga
target yang terkait dengan
. Salah satu dari target tersebut adalah target
yang berfokus terhadap kehidupan bawah laut dimana dunia ditantang untuk dapat melestarikan dan menjaga keberlangsungan laut dan kehidupan sumber daya laut untuk perkembangan pembangunan yang berkelanjutan. )mplikasinya terhadap pembangunan nasional adalah perubahan dalam paradigma dimana )ndonesia yang terdiri dari
% lautan dituntut agar dapat
melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam bentuk riil yang bisa diterima oleh masyarakat luas. Lebih lanjut, PAAP yang merupakan kepanjangan dari 'Pengelolaan Akses Area Perikanan' adalah suatu upaya pengelolaan dimana nelayan kecil dan masyarakat sekitar kawasan mendapatkan hak khusus untuk mengelola dan memanfaatkan sumber daya secara bertanggung jawab dan berkelanjutan. Studi ini bertujuan untuk menentukan seberapa besar keterkaitan antara upaya PAAP dengan SDG dari total
. (asil analisis deskriptif menyatakan bahwa PAAP berkontribusi ke dalam
sub-target SDG
. Di
lokasi dimana PAAP dikembangkan di seluruh )ndonesia,
berbagai keberhasilan yang menjanjikan telah tercapai. Beberapa contoh dari capaian PAAP yang terkait dengan SDG
adalah kerapatan terumbu karang yang rata-rata meningkat sebesar %,
peningkatan tingkat kesadaran berperilaku sebesar
percentage point, jumlah effort yang
berkurang sebanyak , kapal/hari, serta Catch per Unit Effort CPUE yang meningkat dari , kg/jam menjadi , kg/jam.
Kata kunci: Pengelolaan Akses Area Perikanan, Sustainable Development Goal, Kawasan Konservasi
Topik . Manfaat Kawasan Konservasi Perairan
Selasa, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Nila KETERKA)TAN ANTARA S)STEM ZONAS) DENGAN D)NAM)KA STATUS EKOS)STEM TERUMBU KARANG D) TAMAN NAS)ONAL WAKATOB) a*
a
a
a
a
Fikri Firmansyah , Adib Mustofa , Estradivari , Adrian Damora , Christian N. (andayani , Gabby Ahmadiab, Jill (arrisb, Amkietielaa, Klaas J. Teulea, Sugiyantac, Veda Santiadjia, Anton Wijonarnoa, Muhammad Yusufa a
WWF-)ndonesia, Gedung Graha Simatupang, Tower Unit C, Lantai , Jalan Letjen TB Simatupang Kav. , Jakarta Selatan b WWF-US, th Street, N.W., Washington, DC c WWF-SESS Program, Jl. Jendral Sudirman, Dusun Mandati )), Kecamatan Wangi-wangi Selatan, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara Email: f
[email protected]
ABSTRAK Wakatobi ditetapkan sebagai taman nasional pada tahun
. Lima tahun kemudian, area ini
dibagi menjadi beberapa zona yang terdiri dari Zona )nti Z) , Zona Perlindungan Bahari ZPB , Zona Pariwisata ZPr , Zona Pemanfaatan Lokal ZPL , Zona Pemanfaatan Umum ZPU dan Zona Khusus atau Daratan. Evaluasi zonasi dilakukan dengan melihat perubahan yang terjadi pada kondisi ekosistem dan sosial yang terjadi di Taman Nasional Wakatobi TNW . Studi ini membagi Enam zona TNW menjadi dua area yaitu area larang ambil Z), ZPB, ZPr dan area pemanfaatan ZPL, ZPU dengan tujuan mengukur dampak sistem zonasi yang berlaku di TNW antara tahun –
terhadap ekosistem terumbu karang. Tiga parameter yaitu persentase penutupan
substrat/bentik, kelimpahan dan biomassa ikan diukur dengan menggunakan metode transek garis menyinggung P)T dan underwater visual census UVC . Berdasarkan analisis tersebut, diketahui bahwa kondisi habitat terumbu karang berubah dalam kurun waktu tersebut tutupan karang keras antara
–
% , area pemanfaatan dan area larang ambil memiliki rata-rata tutupan
karang keras yang tidak berbeda signi ikan F= , F= ,
, df= , P= ,
dan herbivor F= ,
, df= , P= ,
, df= , P= ,
. Kelimpahan ikan karnivor
tidak berbeda nyata di kedua kategori
area. Pengeboman dan pembiusan ikan merupakan dua ancaman terbesar di TNW sampai di tahun . Namun saat ini
, penambangan pasir dan pengelolaan sampah menjadi isu terbesar.
Efekvitas pengelolaan yang tertuang dalam wadah zonasi dapat tercermin salah satunya dari status sosial dan ekosistem kurun waktu tertentu. Untuk mendukung pengelolaan TNW, direkomendasikan beberapa hal diantaranya menerapkan pengendalian hasil tangkapan, melakukan patroli reguler dan meningkatkan kapasitas masyarakat. Kata kunci: Penutupan bentik, Kelimpahan ikan, Biomassa ikan
Topik . Manfaat Kawasan Konservasi Perairan
Selasa, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Nila
RUMA( BELAJAR SEBAGA) KOMPONEN PENT)NG KONSERVAS) PENYU BEL)MB)NG D) D)STR)K ABUN PAPUA BARAT Alberto Y. T. Alloa*, Fitryanti Pakidinga, Deasy Lontoha, Kartika Zohara, Sinus Keromana a
LPPM UN)PA Divisi CoE untuk Pembangunan Berkelanjutan *
e-mail: jhntn
@gmail.com
ABSTRAK Pantai Jamursba Medi dan Wermon di Distrik Abun, Papua Barat adalah salah satu pantai peneluran yang tersisa bagi Penyu belimbing Dermochelys coriacea di Pasi ik Barat. Setiap tahunnya pantaipantai ini menjadi tempat bertelur bagi populasinya menurun hampir
-
% populasi penyu belimbing di wilayah Pasi ik yang
% sejak tahun
. Masyarakat lokal yang tinggal di dekat
pantai tersebut memainkan peran penting dalam upaya pelestarian satwa ini. Sayangnya, data menunjukkan bahwa masyarakat di wilayah kampung ini tergolong sebagai masyarakat dengan tingkat kemiskinan tinggi. Kemampuan anak-anak usia sekolah dalam membaca, menulis, dan berhitung sangat rendah dibandingkan dengan anak-anak seusia mereka di kabupaten lainnya di )ndonesia. Rendahnya kapasitas ini, menjadi salah satu penghalang keterlibatan mereka dalam upaya konservasi yang dilakukan. Oleh karena itu, Universitas Papua UN)PA menginisiasi program pemberdayaan masyarakat untuk memperkuat konservasi penyu belimbing melalui peningkatan kapasitas masyarakat terutama kapasitas pendidikan bagi anak-anak. Rumah Belajar didirikan untuk meningkatkan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung. Rumah Belajar dibuka setiap hari sesudah waktu sekolah dengan harapan dapat dimanfaatkan oleh anak-anak untuk belajar lebih banyak. Pendekatan secara persuasif dilakukan kepada masyarakat untuk mendorong keterlibatan dalam kegiatan tersebut. (asil yang telah diperoleh dari kegiatan tersebut yaitu terjadi peningkatan kesadaran partisipasi orang tua untuk menyekolahkan anak-anak mereka. Pada periode tahun
-
membaca dengan baik sebesar
,
berhitung sebesar
,
terjadi peningkatan anak-anak yang berkategori dapat %, peningkatan menulis sebesar
,
%, dan peningkatan
%. Meningkatnya kemampuan membaca, menulis, dan berhitung,
diharapkan dapat membuka jendela informasi bagi masyarakat terutama generasi muda yang akan memegang tongkat estafet upaya konservasi penyu belimbing di Abun.
Kata kunci: rumah belajar, penyu belimbing, konservasi.
Topik . Manfaat Kawasan Konservasi Perairan
Selasa, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Nila
MANFAAT DAERA( PERL)NDUNGAN LAUT DPBL : KAJ)AN TER(ADAP KEL)MPA(AN KERANG D) PADANG LAMUN Sam Wouthuyzena*, Jonas Lorwensb a
b
UPT LPKSDMO, P O- L)Pi, Pulau Pari UPT Loka Konservasi Biota Laut, P O-L)P), Bosnik-Biak e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Wilayah pesisir indonesia memiliki ekosistem tropika mangrove, lamun dan koral yang unik, sangat luas, lengkap serta produktif, dan telah terbukti memberikan barang dan jasa lingkungan yang sangat penting dan berharga bagi masyarakat pesisir. Meskipun demikian, ekosistem pesisir di hampir seluruh wilayah )ndonesia mengalami tekanan berat dari pengembangan wilayah, berbagai bentuk pencemaran serta pemanfaatan sumber daya yang sangat berlebih dengan cara tidak ramah lingkungan, sehingga berdampak pada penurunan drastis fungsi ekosistem serta sumber daya hayati pesisir. Oleh karena itu, pengelolaan berkelanjutan harus segera dilakukan. Salah satu cara adalah mendirikan Daerah Perlindungan Laut DPL . Kajian ini menganalisa manfaat DPL dalam mengkonservasi kerang-kerangan di ekosistem lamun Pulau Pari, Kepulauan Seribu sejak tahun
hingga sekarang. Metode"Tag and release", terhadap kerang kere
Gafrarium tumindum menunjukkan bahwa populasi meningkat , kali dalam , sedangkan hasil tangkapan per satuan upaya CPUE rata-rata di DPL
tahun
-
, kali lebih tinggi
dibandingkan di luar DPL. Kerang muda yang berukuran kecil juga lebih sering terlihat di DPL. Kesimpulan menunjukkan bahwa DPL ektif dan berfungsi mengkonservasi kerang-kerangan walaupun DPL hanya berukuran kecil
, ha
Kecenderungan serupa juga ditunjukkan oleh
kerang buluh Anadara antiquata pada DPL di Pulau Pai, Kepulauan Padaido, Papua. Pendirian DPL di banyak lokasi pesisir )ndonesia perlu dilakukan pada waktu yang dekat sesuait dengan target Menteri Perikanan dan Kelauatan yang akan mendirikan
juta hektar hingga tahun
Kata kunci: Daerah Perlindungan Laut, Padang lamun, Populasi/stok
.
Topik . Manfaat Kawasan Konservasi Perairan
Selasa, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Nila
MANFAAT KAWASAN KONSERVAS) PES)S)R DAN PULAU KEC)L KKP K PULAU KOON DAN PERA)RAN SEK)TARNYA BAG) PEN)NGKATAN KESEJA(TERAAN MASYARAKAT (ellen Nanlohya*, Natelda Timiselaa, )gnatia Dyahapsarib, Rizala a
Universitas Pattimura b WWF-)ndonesia
e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Pengelolaan sumber daya laut seharusnya dikelola secara efektif dan bekelanjutan untuk kesejahteraan masyarakatterutama masyarakat lokal yang bermukin di wilayah pesisir dan pulaupulau kecil. Penelitian bertujuan untuk mengkajimanfaat kawasan konservasi perairanbagi kesejahteraan masyarakat. Metode yang digunakan adalah studi kasusdengan pendekatan survei lapangan melalui diskusi kelompok terarah dan kemudian wawancara dengan informan kunci. Penelitian ini berlokasi di Konservasi Pesisir dan Pulau Kecil KKP K Taman Pulau Kecil-Pulau Koon, Pulau-Pulau Kecil dan Perairan Sekitarnya, Kabupaten Seram Bagian Timur, Provinsi Maluku. Responden dalam penelitian adalah pemerintah desa, tokoh masyarakat serta nelayan yang memanfaatkan laut di sekitar kawasan konservasi. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif. (asil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat pesisir yang berada di sekitar kawasan konservasi mengetahui bahwa kawasan konservasi merupakan zona pelarangan pemanfaatan penangkapan ikan. Masyarakat hanya dapat memanfaatkan laut di luar zona tersebut. Penetapan kawasan konservasi ini memberikan manfaat penting bagi masyarakat pesisir khususnya nelayan karena dapat meningkatkan hasil tangkapan nelayan sebelum penetapan kawasan konservasi. Jenis-jenis ikan yang terbanyak di lokasi penelitian adalah jenis-jenis ikan demersal yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Penetapan kawasan konservasi merupakan upaya perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan sumber daya laut dalam rangka menjamin keberadaan, ketersediaan dan kesinambungan sumber daya laut untuk dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kawasan konservasi secara langsung melindungi habitat yang sangat penting bagi perkembangbiakan sumber daya laut. Kawasan konservasi juga menyediakan tempat berlindung ikan secara berkesinambungan, dan yang terpenting dapat mensejahterakan masyarakat sekitarnya.
Kata kunci: Manfaat, Kawasan, Konservasi
Topik . Manfaat Kawasan Konservasi Perairan
Selasa, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Nila
PENGARU( JEN)S PEKERJAAN TER(ADAP T)NGKAT KESEJA(TERAAN MASYARAKAT D) KAWASAN KONSERVAS) PERA)RAN BENTANG BENTANG LAUT KEPALA BURUNG Maya Paembonana*, Fitryani Pakidinga, Louise Glewb, Michael Masciac, Dariani Matualagea, Yori Turu Tojaa, Albertus Girik Alloa a
Universitas Papua b WWF-US c Conservational )ndonesia e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Kawasan Bentang Laut Kepala Burung BLKB Papua memiliki ekosistem terumbu karang yang merupakan salah satu yang terbaik di dunia yang menjadi 'rumah' bagi berbagai spesies ikan. Dalam rangka pengelolaan sumberdaya alam yang potensial ini, maka dibentuklah Kawasan Konservasi Perairan KKP di wilayah BLKB. Selain upaya pelestarian sumberdaya perairan, pengelolaan KKP juga ditujukan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat yang hidup dan bergantung pada sumberdaya perairan di sekitarnya. Walaupun proses penetapan KKP telah berlangsung sejak tahun
terutama di jejaring KKP Raja Ampat , informasi mengenai manfaat
ekonomi keberadaan KKP terhadap kesejahteraan masyarakat di wilayah KKP masih sangat minim. Data awal menunjukkan bahwa masyarakat yang hidup di wilayah jejaring KKP-BLKB memiliki beragam pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Oleh karena itu, penelitian ini berfokus pada upaya untuk mengkaji pengaruh pekerjaan masyarakat terhadap tingkat kesejahteraan ekonomi keluarganya. Pada tahun
, kami mengunjungi .
rumah tangga di
wilayah KKP Kaimana, Dampier, Teluk Mayalibit dan Taman Nasional Teluk Cenderawasih untuk menguji hipotesa bahwa keluarga yang pekerjaan utamanya melaut memiliki tingkat kesejahteraan ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pekerjaan lainnya. )ndex kepemilikan aset rumah tangga digunakan sebagai indikator tingkat kesejahteraan ekonomi dan kami mendapati bahwa jenis pekerjaan memiliki dampak yang signi ikan terhadap kesejahteraan ekonomi keluarga. (asil uji lanjut juga menunjukkan bahwa keluarga dengan penghasilan utama melaut memiliki tingkat kesejahteraan ekonomi yang secara signi ikan lebih tinggi dibandingkan dengan keluarga dengan sumber penghasilan lainnya. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkaji bahwa tingginya tingkat kesejahteraan ekonomi keluarga nelayan ini merupakan dampak ekonomi positif yang ditimbulkan oleh keberadaan KKP di wilayah BLKB. Kata kunci: Konservasi, Bentang Laut Kepala Burung, Teluk Cendrawasih
Topik . Manfaat Kawasan Konservasi Perairan
Selasa, Mei , . . . Sesi Pararel . Ruang Nila
MANFAAT KAWASAN KONSERVAS) MANGROVE D) PES)S)R DESA BENGKAK KABUPATEN BANYUWANG) Yanuar Rustrianto Buwono Balai Pendidikan Pelatihan Perikanan Banyuwangi e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Kawasan pesisir Bengkak merupakan salah satu pesisir yang menjadi kegiatan perikanan laut dengan ekosistem mangrove alami seluas ± (a berbatasan dengan mangrove Alas Buluh dan berseberangan dengan mangrove TN. Bali Barat. Kawasan ini memiliki peran penting sebagai habitat penting biota daratan dan lautan, namun adanya gangguan masyarakat seperti pengambilan kayu mangrove menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan mangrove tidak optimal bahkan mati. Adanya tekanan lingkungan di pesisir Desa Bengkak menyebabkan abrasi pantai pada saat air laut pasang tinggi sehingga dalam
tahun terakhir ini dilakukan
pengembangan kegiatan konservasi , meliputi reboisasi mangrove dan cemara laut secara berkelanjutan dengan peningkatan pendapatan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. (asil konservasi diwujudkan sebagai kawasan ekowisata Mangrove Centre Bengkak MCB yang digagas Pokmaswas Tirtawangi berkerjasama dengan pemda, akademisi, dan praktisi. Aspek penting dalam pengembangan dan perlindungan Mangrove secara berkelanjutan dirasakan dalam segi ekonomi seperti pedagang, penyewaan alat snorkle dan jasa wisata Pulau Tabuhan dan Pulau Menjangan, ekologi seperti perlindungan habitat fauna darat/teresterial dan laut denganpengambilan biota laut di daerah lain yang sudah disepakati, sosial budaya seperti hidup bermasyarakat membangun wisata mangrove dengan spot-spot menarik dari pertumbuhan mangrove yang semakin meluas. Kesadaran masyarakat dalam melestarikan hutan mangrove di Kawasan Pesisir mendapat dukungan pemerintah dengan dibuatnya Peraturan Desa No.
Tahun
tentang Daerah Perlindungan Pesisir Desa Bengkak. Keanekaragaman hayati vegetasi mangrove mempunyai jenis yang bervariasi yaitu A. marina, R. apiculata, R. mucronata, S. alba dan C. equisetifolia. Namun perlu dilakukan pembinaan dan pelatihan lebih lanjut tentang pemanfaatan olahan buah mangrove untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir Desa Bengkak
Kata kunci: Pesisir, Konservasi, Mangrove
Topik . Manfaat Kawasan Konservasi Perairan
Selasa, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Nila
ANAL)S)S PENGARU( KAWASAN KONSERVAS) LAUT TER(ADAP PRODUKS) PER)KANAN TANGKAP D) )NDONES)A Prabowoa*, Widyono Soetjiptoa a
MPKP FEB U)
e-mail: bowo
@yahoo.com
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis pengaruh kawasan konservasi laut KKL terhadap produksi perikanan tangkap di )ndonesia. Metode yang digunakan adalah analisis regresi data panel dari
provinsi di )ndonesia selama periode
-
. (asil penelitian menunjukkan
bahwa rasio luas KKL/laut secara signi ikan berpengaruh positif terhadap produksi perikanan tangkap di )ndonesia dengan nilai elastisitas sebesar ,
. Selain rasio luas KKL/laut, variabel
yang secara signi ikan berpengaruh positif adalah variabel perahu, rumah tangga perikanan, alat penangkapan ikan, dan trip. Pengaruh rasio luas KKL/laut dan variabel lain yang signi ikan bersifat inelastis dengan kondisi skala hasil yang menurun.
Kata kunci: KKL, Produksi Perikanan Tangkap, Elastisitas
Topik . Manfaat Kawasan Konservasi Perairan
Selasa, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Nila
EFEKT)V)TAS PENGELOLAAN EKOS)STEM MANGROVE PULAU BUNAKEN TAMAN NAS)ONAL BUNAKEN PROV)NS) SULAWES) UTARA Joshian N.W Schaduw Universitas Sam Ratulangi e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Kajian ini bertujuan untuk menganalisa efektivitas pengelolaan ekosistem mangrove Pulau Bunken, yang masuk dalam kawasan Taman Nasioanl Bunaken di Kota Manado Provinsi Sulawesi Utara. Kajian ini menggunakan metode penelitian antara lain survei lapangan, sampling, dan studi literatur pada beberapa kompenen yang membutuhkan data berkala. Analsis data menggunakan multy dimensional scalling MDS dan Rapid Apraisal of mangrove ecosystem sustainability RAPMECS . Data yang didapatkan untuk menganalisa efektivitas dimensi ekologi, sosial-ekonomi, dan kelembagaan yang mempengaruhi ekosistem mangrove. Pada dimensi ekologi terindikasi keberlanjutan pengelolaan ekosistem mangrove di Pulau Bunaken kurang baik, sedangkan pada dimensi sosial ekonomi dan kelembagaan kurang baik. (al utama yang membuat keberlanjutan pengelolaan pada dimensi ekologi kurang baik adalah kemiringan lereng pulau dan luasan dari ekosistem mangrove. Akibat dari rendahnya efekti itas mangrove sebagai buffer zone membuat pulau ini rentan terhadap aksi laut yaitu arus dan gelombang. Strategi yang dapat dilakukan meminimalkan kerentanan pulau ini antara lain adalah penambahan luasan ekosistem mangrove, peningkatan kesadaran dan partisipatif masyarakat dalam pengelolaan ekosistem mangrove, dan peningkatan infrastruktur pendukung dalam kegiatan pengelolaan ekosistem mangrove. Kata kunci: Pengelolaan, Mangrove, Bunaken
Topik . Manfaat Kawasan Konservasi Perairan
Selasa, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Nila
STRATEG) PENGELOLAAN EKOW)SATA PES)S)R D) TAMAN NAS)ONAL BALURAN DENGAN METODE MULT)D)MENS)ONAL SCAL)NG MDS Nike )ka Nuzulaa*, Daniel M. Rosyida, (aryo D. Armonoa a
)nstitut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Sumber daya pesisir Taman Nasional Baluran telah digunakan untuk aktivitas laut dan ekowisata pesisir. Adanya peningkatan jumlah wisatawan telah menyebabkan peningkatan aktivitas pariwisata dan aktivitas yang terkait. Kondisi ini akan mempengaruhi habitat pesisir dan kualitas air. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi manajemen yang efektif didasarkan pada dimensi ekologi, ekonomi, sosial dan kelembagaan pada ekowisata pesisir di Taman Nasional Baluran. Analisis data menggunakan metode multidimensional scaling MDS . (asil penelitian menunjukkan bahwa indeks keefektifan pengelolaan ekowisata pesisir di Taman Nasional Baluran saat ini berada pada kategori cukup efektif
,
% . Secara parsial, dimensi ekologi
berada pada kategori efektif, sedangkan dimensi sosial dimensi kelembagaan
,
,
% , dimensi ekonomi
,
,
%
% dan
% berada pada kategori cukup efektif. Beberapa atribut penting yang
mempengaruhi nilai efektivitas pengelolaan ekowisata di TNB adalah kesesuaian ekowisata pesisir adalah: i diversi ikasi kegiatan ekowisata pesisir, ii harga produk ekowisata bahari, iii perbuahan kualitas hidup masyarakat lokal dan pengetahuan terkait ekowisata pesisir, iv kenyamanan wisatawan dan masyarakat lokal, dan v penggunaan dana konservasi bagi pengelola Taman Nasional Baluran. (asil simulasi menunjukkan bahwa diperlukan strategi pengelolaan ekowisata pesisir yang menerapkan kebijakan terpadu antara program konservasi sumber daya ekowisata pesisir, optimasi kegiatan ekowisata pesisir yang berbasis mangrove, terumbu karang dan budaya, peningkatan kenyamanan antara wisatawan dengan masyarakat lokal dan peningkatan penyediaan infrastruktur penunjang ekowisata pesisir di Taman Nasional Baluran.
Kata kunci: Strategi Ekowisata, Taman Nasional Baluran, Multidimensional scaling
Topik . Manfaat Kawasan Konservasi Perairan
Rabu, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Nila
KAWASAN KONSERVAS) PERA)RAN DAN PENGENTASAN KEM)SK)NAN: DAMPAK SOS)AL JANGKA PENDEK D) BENTANG LAUT KEPALA BURUNG PAPUA Fitryanti Pakidinga*, Louise E. Glewb, Michael Masciac a
Universitas Papua b WWF-US c Conservation )nternational e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Kawasan konservasi perairan KKP adalah komponen integral dari strategi lokal, nasional, dan internasional untuk konservasi keanekaragaman hayati, akan tetapi dampak strategi ini terhadap kesejahteraan manusia masih dipertanyakan. Pendukung konsep ini menyatakan bahwa KKP adalah strategi menang-menang untuk koservasi dan pengentasan kemiskinan, sementara penentang konsep ini berargumen bahwa KKP lebih mementingkan konservasi sumberdaya alam laut dibandingkan kesejahteraan komunitas nelayan miskin. Untuk menyumbangkan pemikiran terhadap debat kedua kelompok ini, kami memonitor dampak sosial dari enam KKP di wilayah Bentang Laut Kepala Burung BLKB . Kami menggunakan desain quasi-eksperimental, dimana kami menguji dampak sosial KKP dalam lima indikator sosial: kesejahteraan ekonomi, kesehatan, pemberdayaan politik, pendidikan, dan budaya. Data awal mengenai dampak dari enam KKP dan wilayah kontrolnya memberikan pandangan pada dampak jangka pendek penetapan KKP terhadap kesejahteraan rumah tangga. Kami juga mendapati bahwa dampak sosial dari KKP sangat beragam dengan tingkat dan arah pengaruh dampak beragam diantara kelompok sosial, kategori sosial, dan diantara KKP. Selain memberikan informasi mengenai dampak KKP pada manajemen pengelolaan tingkat lokal, dampak sosial penetapan KKP di BLKB menekankan pada perlunya pendekatan yang lebih beragam dalam mengevaluasi dampak sosial dari intervensi konservasi sebagai dasar untuk menganalisis hubungan antara daerah perlindungan alam dengan kesejahteraan masyarakat.
Kata kunci: Kawasan Konservasi Perairan, Dampak Sosial, Bentang Laut Kepala Burung Papua
Topik . Manfaat Kawasan Konservasi Perairan
Rabu, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Nila
EFEKT)V)TAS SUB ZONA PERL)NDUNGAN SETASEA D) KAWASAN KONSERVAS) PERA)RAN TAMAN NAS)ONAL LAUT SAWU, NTT Mujiyantoa*, Riswantoa, Adriani Sri Nastitia a
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya )kan e-mail: antomj
@gmail.com
ABSTRAK Program Kementerian Kelautan Perikanan yang tertuang dalam Kep.Men.Nomor /KEPMENKP/
dengan beberapa butir kegiatan yang direncanakan dalam tahap pertama tahun
-
, disebutkan rencana pengelolaan dan zonasi dalam Kawasan Konservasi Perairan di Taman Nasional TNP Laut Sawu dapat ditinjau sekurang-kurangnya memiliki total luas keseluruhan ± .
.
,
tahun sekali. TNP Laut Sawu
ha, dengan posisi perairan langsung berbatasan
dengan Samudera (india. Laut Sawu tergolong perairan dinamik memiliki perubahan suhu dan salinitas permukaan yang signi ikan. Dinamika perubahan kondisi perairan tersebut berdampak terhadap terjadinya upwelling. Bagi kehidupan setasea, upwelling memberikan manfaat bagi kelimpahan plankton dan peningkatan suhu air laut menjadi hangat. Penelitian ini bertujuan menganalisis efektivitas sub zona perlindungan setasea di TNP Laut Sawu. Lokasi penelitian meliputi wilayah perairan di dalam dan luar TNP Laut Sawu. Penelitian dilakukan pada tahun dan
, metode pengumpulan data kemunculan setasea dengan metode distance sampling dan
single observer platform. (asil yang ditemukan adalah pada sub zona perlindungan setasea di wilayah sekitar sekitar Sumba Barat Daya dan Sumba Barat dan Daratan Timor perlu ditinjau ulang jika mengacu pada luasan zonasi saat ini. Luasan sub zona untuk melindungai keberlanjutan setasea perlu disesuaikan dengan penambahan dan perubahan dari zona perikanan yang ada. Sub zona di wilayah perairan sekitar Sumba Barat Daya dan Sumba Barat seluas ± Daratan Timor seluas ±
.
.
ha dan
ha. Peninjauan ulang luasan sub zona setasea dimaksudkan
untuk meminimalisir terjadinya kon lik kepentingan antara kebutuhan nelayan akan hasil tangkapan dengan migrasi setasea.
Kata kunci: Efektivitas, Sub Zona, Setasean
Topik . Manfaat Kawasan Konservasi Perairan
Rabu, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Nila
JEJAR)NG KAWASAN KONSERVAS) PERA)RAN: STUD) KASUS PROV)NS) MALUKU Estradivari, Christian Novia N. (andayani, Dirga Daniel, Adib Mustofa Coral Triangle Directorate, WWF-)ndonesia email: est
adi a i@
f.id
ABSTRAK Membangun jejaring Kawasan Konservasi Perairan KKP merupakan salah satu langkah efektif untuk memaksimalkan manfaat positif dari KKP individu. Semenjak dikeluarkan Peraturan Menteri No.
/
mengenai jejaring KKP, Kementerian Kelautan dan Perikanan mulai
menginisiasi pembentukan jejaring KKP di beberapa lokasi di )ndonesia. Kajian ini dilakukan untuk memberikan rekomendasi kepada pemerintah mengenai desain jejaring KKP di Provinsi Maluku yang dapat memaksimalkan fungsi ekologi, melindungi habitat kritis dan mengelola stok perikanan. Berbagai analisa spasial dan pemodelan konektivitas larva dilakukan menggunakan data terbaik yang tersedia untuk tingkat provinsi. (ingga Desember memiliki
KKP dengan total luasan
,
, Provinsi Maluku baru
hektar. Ketujuh KKP yang telah ada memiliki
keterulangan habitat dan spesies penting yang baik, namun keterwakilan habitat kritis yang sudah dilindungi masih sangat kecil itu, baru
dari
, % dibandingkan target minimum yang optimum
KKP yang saling terkoneksi dengan jarak di bawah
% . Selain
km, sementara dua KKP
lainnya terletak terisolir dari KKP lainnya. Provinsi Maluku juga memiliki beberapa simpul konektivitas larva yang kuat. Berdasarkan hasil kajian, jejaring KKP di Provinsi Maluku sangat potensial dibangun di Provinsi Maluku dengan memperhatikan aspek-aspek berikut: membangun KKP di beberapa lokasi seperti diantaranya Pulau Buru, Maluku Barat Daya, Kepulauan Aru, dll, kecil, dan
memperluas KKP yang sudah ada khususnya KKP yang berukuran sangat
memperkuat peran dan fungsi lembaga pengelola di setiap KKP dan mendorongkan
pembuatan rencana pengelolaan secara bersama dan terintegrasi antar KKP. Kata Kunci : Jejaring Kawasan Konservasi Perairan, Provinsi Maluku, K Keterulangan, Keterwakilan, Konektivitas , Konektivitas Larva
Topik . Manfaat Kawasan Konservasi Perairan
Rabu, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Nila
STRATEG) PENGELOLAAN TAMAN PULAU KEC)L PULAU PANJANG, KABUPATEN JEPARA Munasika*, Rudhi Pribadia, )ta Riniatsiha a
Departemen )lmu Kelautan, FP)K Universitas Diponegoro e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Kawasan Konservasi Taman Pulau Kecil Pulau Panjang, Kabupaten Jepara memiliki potensi ekosistem pesisir terbaik di Semenanjung Muria, Jawa Tengah. Pulau Panjang adalah pulau kecil yang dikelilingi terumbu karang tepi dan ditumbuhi komunitas lamun pada sebagian rataan terumbunya. Sebagai pulau kecil yang berdekatan dengan pesisir kota Jepara, ancaman utama adalah penurunan kualitas perairan serta banyaknya pemanfaatan yang saling tumpang tindih, seperti kegiatan perikanan tradisional, wisata bahari dan peanfaatan alur pelayaran. Akibatnya, daya dukung lingkungan menurun terlebih lagi dengan menigkatnya praktek perikanan yang tidak ramah lingkungan. Melalui Surat Keputusan Bupati Jepara No. . . / Tahun telah diputuskan pencadangan Pulau Panjang sebagai Kawasan Konservasi Taman Pulau Kecil Kabupaten Jepara dan dikelola oleh suatu kelompok kerja. Pengelolaan kawasan konservasi ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas nilai dan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil serta mengurangi ancaman kelestariannya. Untuk mengefekti kan pengelolaan maka telah dipraktekkan pengelolaan kolaboratif melalui partisipasi aktif dari para pemangku kepentingan yaitu masyarakat nelayan, akademisi, pemerintah dan perusahaan. Restorasi ekosistem pesisir dan praktek perikanan berkelanjutan dilakukan oleh kelompok nelayan dengan dukungan teknologi yang dikembangkan oleh perguruan tinggi terdekat sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat dengan dukungan CSR tanggung jawab sosial perusahaan yang berdekatan dengan pulau. Restorasi terumbu karang dan lamun serta rehabilitasi cemara laut bertujuan untuk menciptakan habitat baru dan melindungi pantai dari abrasi sehingga akan mendukung perwujudan ekowisata di kawasan konservasi ini. Program pengelolaan perikanan berkelanjutan telah mendorong kesadaran kelompok nelayan untuk melakukan restocking rajungan di kawasan ini. Pengelolaan kolaboratif kawasan P. Panjang ini akan mendorong pada kemandirian, karena masyarakat nelayan telah mendapatkan keuntungan ekonomi berupa meningkatnya pendapatan dan mata pencaharian alternatif. Perguruan tinggi dapat memanfaatkan program pengelolaan ini untuk pembelajaran dan pengembangan )PTEK konservasi laut sedangkan perusahaan dapat mengimplementasikan program perlindungan keanekaragaman hayati untuk kepentingan kepatuhan perusahaan terhadap pengelolaan lingkungan. Kata kunci: Taman Pulau Kecil Pulau Panjang, Taman Pulau Kecil Pulau Panjang, Pengelolaan Kolaboratif
Topik . Manfaat Kawasan Konservasi Perairan
Rabu, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Nila
KETA(ANAN PANGAN MASYARAKAT PEM)L)K (AK SUMBERDAYA PERA)RAN D) BENTANG LAUT KEPALA BURUNG PAPUA Dariani Matualagea*, Fitryanti Pakidinga, Michael Masciab, Louise Glewc, Yori Turu Tojad, Albertus Girik Alloe, Kezia Sallosod, Fadli Zainuddind, Marjan Batod a
Center of Excellence untuk Pembangunan Berkelanjutan CoE LP M , Universitas Negeri Papua b
Conservation )nternational c
WWF-US
d
Fakultas Perikanan dan )lmu Kelautan, Universitas Negeri Papua e
Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Papua *email:
[email protected]
ABSTRAK Bentang laut kepala burung BLKB Papua terletak di segitiga karang dunia dan merupakan pusat keanekaragaman hayati laut tertinggi dunia. Kekayaan sumberdaya laut ini sangat bermanfaat bagi masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut terutama bagi masyarakat yang memiliki hak atas sumberdaya perairan untuk mendapatkan penghasilan yang berkelanjutan serta sumber protein untuk kelangsungan hidupnya. Namun, pada tahun
Badan Ketahanan Pangan )ndonesia
BKP) mengkategorikan masyarakat di wilayah BLKB dalam kategori rawan pangan. BKP) mengkategorikan status ketahanan pangan berdasarkan informasi agregat sehingga informasi mengenai status ketahanan pangan pada tingkat rumah tangga masih belum tersedia. Sebagai contoh, masyarakat di Papua memiliki struktur sosial yang membedakan hak pemanfaatan sumberdaya alam di antara warga masyarakat. Semakin tinggi hak kepemilikan sumberdaya alam maka kemampuan untuk menyediakan sumberdaya alam seharusnya menjadi lebih tinggi. Penelitian ini berupaya untuk mengkaji bagaimana fenomena ini berkembang di antara masyarakat yang hidup di kawasan konservasi perairan KKP -BLKB. Mengadaptasi modul survei ketahanaan pangan rumah tangga USA, kami melakukan survei terhadap status ketahanan pangan rumah tangga dengan melakukan survei lebih dari
rumah tangga di seluruh bentang laut kepala
burung. (asil yang diperoleh adalah masyarakat yang memiliki hak untuk melarang orang lain mengakses sumberdaya perairan maupun masyarakat yang memiliki hak untuk menjual atau menyewakan haknya terhadap sumberdaya perairan yang memiliki status ketahanan pangan yang paling rendah dibandingkan dengan masyarakat yang tidak memiliki hak tersebut. Pengkajian lebih dalam diperlukan untuk mengetahui bagaimana KKP berkontribusi terhadap hasil tersebut dan faktor-faktor sosial yang membentuk kesimpulan dalam penelitian ini. Kata Kunci : Bentang Laut Kepala Burung, pemilik hak sumberdaya perairan, pangan
Topik . Manfaat Kawasan Konservasi Perairan
Rabu, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Nila
KONSERVAS) PENYU BEL)MB)NG D) BENTANG LAUT KEPALA BURUNG PAPUA MELALU) PEMBERDAYAAN PEREKONOM)AN MASYARAKAT PEM)L)K PANTA) PENELURAN Deasy Lontoha*, Fitryanti Pakidingb, Kartika Zohara a
b
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Papua Fakultas Teknologi Pertanian, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Papua e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Masyarakat Abun adalah pemilik Jamursba Medi dan Wermon, dua pantai peneluran penting bagi penyu belimbing di Pasi ik. Walau berada di pesisir, mata pencaharian utama penduduk di Abun adalah petani, dan kelapa dan pisang adalah komoditi utama. Pemasaran hasil pertanian dan buruan menjadi kendala utama dalam pertumbuhan ekonomi lokal karena lokasi kampung yang terisolasi dengan akses transportasi yang sangat terbatas dan jadwal yang tidak menentu. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut adalah dengan memperpanjang umur simpan produk hasil pertanian melalui proses pengolahan yang sederhana. Proses pengolahan mengarah ke orientasi industri skala mikro maupun kecil sehingga dengan demikian dapat meningkatkan pendapatan keluarga. Kami menempatkan pendamping pengolahan di tiga kampung yang bertugas untuk melatih masyarakat membuat minyak kelapa dan kripik pisang secara higienis. Antara Juni dan Maret kripik pisang dan
, pendamping pengolahan kami bersama masyarakat menghasilkan
kg
liter minyak kelapa. Di Manokwari, produk-produk tersebut kemudian
dikemas, diberikan label, dan dipasarkan oleh pendamping pemasaran.
-
% produk berhasil
dipasarkan. Dalam periode tersebut, masyarakat lokal mendapatkan penghasilan tambahan sekitar
juta rupiah dari pembelian bahan baku, pembayaran jasa parut kelapa dan jasa
transportasi menggunakan perahu masyarakat . Para pendamping pengolahan membeli bahan baku atau menggunakan jasa parut dari keluarga yang berbeda-beda dalam setiap proses produksi supaya keuntungan dari program ini dirasakan masyarakat luas. Masyarakat yang berpartisipasi mendapatkan paket berisi kebutuhan keluarga seperti gula, teh, kopi, dan deterjen. Dengan kondisi perekonomian keluarga yang lebih baik, diharapkan peran serta masyarakat dalam program konservasi penyu belimbing pun akan semakin meningkat. Kata kunci: Pemberdayaan perekonomian, Pemberdayaan perekonomian, Bentang Laut Kepala Burung
Topik . Manfaat Kawasan Konservasi Perairan
Rabu, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Nila
PEMANTAUAN KESE(ATAN TERUMBU KARANG UNTUK MEL)(AT EFEKT)V)TAS PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVAS) PERA)RAN BERBAS)S ZONAS) Evi Nurul )hsana*, Estradivarib,Amkieltielab, La (amidc, Mulyadic, Purwantod dan Dedi Parendene dan Juswono Budisetiawana a
WWF )ndonesia Site Taman nasional Teluk Cenderawasih –Jln (untap )riati Lorong sebelah Kiri, Teluk Wondama b
Papua barat, )ndonesia. WWF )ndonesia – Gedung Graha Simatupang Tower Unit C lantai – Jln Letjen TB Simatupang Kav.
Jakarta
Selatan , )ndonesia. Balai Besar Taman Nasional Teluk cenderawasih – jln Drs Essau Sesa, Sowi Gunung Manokwari, Papua Barat )ndonesia. d The nature Conservancy Coastsand Ocean program – Raja Ampat, Jln Rawa )ndah Km. Klawuyuk, Sorong Papua c
Barat, )ndonesia. Fakultas Perikanan dan )lmu Kelautan Universitas Papua - Jln Gunung Salju Amban, Manokwari
e
Papua Barat,
)ndonesia. Email : eihsa
*
@
f.id
ABSTRAK KKP Kawasan Konservasi Perairan di )ndonesia umumnya dikelola dengan menggunakan sistem Zonasi dengan berbagai peruntukan yang berbeda dengan perencanaan pengelolaan untuk melindungi sumberdaya dan habitatnya yang berada di dalam KKP tersebut. Untuk melihat dan mengukur keberhasilan dari sistem yang dibangun dan digunakan dalam Kawasan konservasi laut tersebut. Kami melakukan pemantauan ekologi terumbu karang secara rutin pada
titik didalam
kawasan TNTC Taman Nasional Teluk Cenderawasih yang mewakili berbagai zonasi untuk melihat efektivitas pengelolaan KKP. Tim mengumpulkan data komunitas bentik, kelimpahan dan biomasa ikan dengan menggunakan metode titik garis menyinggung, sensus visual bawah air dan estimasi panjang ikan. Komunitas bentik di TNTC dalam kondisi yang relatif baik dengan tutupan karang yang cukup tinggi
, % ± . . Namun ditemukan dua tanda-tanda perbaikan ekosistem
yaitu peningkatan yang signi ikan dalam tutupan karang lunak koralin alga
. % ± . % dan di crustose
. % ± . % . Meskipun, pecahan karang tetap tinggi di TNTC sebesar
Secara keseluruhan biomassa ikan di TNTC relatif stabil antara tahun ikan herbivora
dan
, kg / ha dan kelompok ikan bernilai ekonomis tinggi
Penurunan nilai biomasa ikan didominasi pada kelompok ikan kerapu dan bibir tebal.
KATA KUNC) : Biomassa )kan, Karang, )kan Terumbu, KKP
, %± . . , kelompok , kg / ha .
Topik . Manfaat Kawasan Konservasi Perairan
Rabu, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Nila
DPL VS KKPD : MENGUJ) EFEKT)V)TAS PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVAS) TELAA( KASUS KOND)S) TERUMBU KARANG PERA)RAN KABUPATEN BUTON PASCA COREMAP )) Ma'ruf Kasim Universitas (alu Oleo e-mail: maru
[email protected]
ABSTRAK Peranan Kawasan Konservasi Perairan sangat strategis dalam mengelola pemanfaatan dan kelestarian sumberdaya laut. )ronisnya Sampai saat ini pemulihan kondisi sumberdaya perairan khususnya terumbu karang tidak memberikan gambaran yang cukup signi ikan. Penetapan Daerah Perlindungan Laut DPL sejak program COREMAP )) di )ndonesia belum membarikan pemulihan kondisi terumbu karang yang cukup berarti. Studi kasus di Kabupaten Buton, rata-rata kondisi terumbu karang sejak tahun . %, dan ,
,
.
,
dan
. (anya bergerak diantara
%,
%, berturut turut. Jumlah populasi ikan pada tahun yang sama hanya berkisar jenis pada seluruh DPL. Pada tahun
Kabupaten Buton telah menetapkan
Kawasan Konservasi Perairan KKPD melalui SK Bupati Buton No. survey tahun
.
Tahun
. Dari (asil
yang kami lakukan dibeberapa DPL di Kabupaten Buton terlihat bahwa rata-rata
penutupan karang hidup berkisar
. %. Sementara dari penelitian L)P) tahun
bahwa rata-rata penutupan terumbu karang adalah
.
terlihat
%, dan jumlah ikan karang berkisar
jenis. Penetapan DPL yang terlihat bottom up belum sepenunya efektif dalam mengembalikan presentase penutupan terumbu karang. Sementara penetapan KKPD yang terkesan Top down juga memiliki beberapa permasalahan serius dari sisi pengawasan yang efektif. Pengelolaan kawasan konservasi harusnya dilihat secara holistik dan penyatuan yang saling menghormati antara pemerintah pusat, daerah dan kearifan lokal yang ada di tiap daerah. (al ini karena masyarakatlah yang dapat menjaga terumbu karang secara penuh dan terus menerus. Masyarakat memiliki kehidupan di laut untuk keluarganya dan pemerintah serta para pihak mensuport sepenuhnya agar sumberdaya laut terus terjaga.
Kata kunci: Terumbu Karang, KKPD, DPL
Topik . Manfaat Kawasan Konservasi Perairan
Rabu, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Nila
DAMPAK KEPMEN KP NOMOR KEP.
/MEN/
TENTANG PENETAPAN
STATUS PERL)NDUNGAN TERBATAS JEN)S )KAN TERUBUK Tenualosa macrura DALAM MEN)NGKATKAN POPULAS) )KAN TERUBUK D) PROV)NS) R)AU Deni E izon Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau e-mail:
[email protected]
ABSTRAK )kan terubuk Tenualosa macrura merupakan salah satu spesies dari lima spesies ikan terubuk yang ada di dunia. )kan ini merupakan ikan kebanggaan masyarakat Provinsi Riau, khususnya Bengkalis, namun populasinya terancam kepunahan. Dua hal penyebab penurunan populasi ikan ini adalah
. Penangkapan yang dilakukan pada saat ikan ini melakukan ruaya untuk memijah dan
. Penurunan kualitas lingkungan perairan. Berdasarkan hasil kajian yang telah dilakukan, berbagai upaya penyelamatan telah dilakukan. Salah satunya adalah dengan terbitnya beberapa regulasi, yaitu Peraturan Bupati Bengkalis Nomor
Tahun
Kep.
Tahun
/MEN/
dan Peraturan Gubernur Riau Nomor
, SK. Men KP Nomor dalam melindungan ikan
terubuk. Sebelum regulasi ada, ikan terubuk tertangkap oleh nelayan - ekor/nelayan, bahkan ada nelayan yang tidak memperoleh ikan sama sekali, namun setelah dua tahun regulasi terbit, yaitu pada tahun
-
dari hasil monitoring yang dilakukan menunjukkan ada peningkatan hasil
tangkap nelayan, Pada tahun terubuk tertangkap
-
ikan terubuk tertangkap - ekor/nelayan, tahun
ekor/nelayan, dan tahun
ikan terubuk tertangkap
ikan -
ekor/nelayan. Peningkatan populasi ini disebabkan oleh mulai munculnya kesadaran nelayan dalam mengindahkan aturan-aturan yang tertuang dalam regulasi tersebut walaupun belum seluruhnya, ditambah beberapa upaya lain yang dilakukan diantaranya membuat mata pencarian alternatif terutama pada waktu pelarangan, sosialisasi secara intensif, melakukan ivent-ivent daerah pada waktu musim pelarangan dan lain-lain.
Kata kunci: Dampak, Populasi, Terubuk
Topik . Manfaat Kawasan Konservasi Perairan
Rabu, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Nila
TANTANGAN PENGELOLAAN TAMAN W)SATA PERA)RAN G)L) MATRA, NUSA TENGGARA BARAT, )NDONES)A A. Boby Yefry Adi Rianto Wilker Pengelola TWP Gili Matra - BKKPN Kupang e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Makalah ini membahas tentang pengelolaan Taman Wisata Perairan TWP Gili Matra sebagai kawasan konservasi perairan nasional. Tujuan penelitian adalah untuk mengulas tantangan pengelolaan TWP Gili dan memberikan rekomendasi kepada unit pengelola dalam menghadapi tantangan pengelolaan tersebut. Data primer diperoleh melalui penyebaran kuisioner kepada responden di desa Gili )ndah pada tahun
dan wisatawan mancanegara pada tahun
resources use monitoring pada tahun
–
, thasil
, wawancara mendalam dan korespondensi
secara terus menerus dengan pengelola TWP Gili Matra dari kurun waktu
-
. Sedangkan
data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik, draft Rencana Pengelolaan dan Zonasi untuk TWP Gili Matra, laporan pemantauan yang berkaitan dengan kondisi sosial-ekonomi di TWP Gili Matra, dan data penunjang lain dari )nternet. Data kemudian diolah secara kualitatif. (asil kajian menunjukkan bahwa TWP Gili Matra belum dikelola dengan baik karena terbatasnya kapasitas lembaga pengelola dalam hal sumberdaya manusia, sarana prasarana pengeleloaan, dan anggaran. Selain itu, adanya ketergantungan yang tinggi terhadap sumberdaya perairan di dalam kawasan TWP Gili Matra menimbulkan pemanfaatan yang berlebih terhadap sumberdaya tersebut yang pada akhirnya berakibat pada degradasi sumberdaya perairan di dalam kawasan. Kerangka kerja pengelolaan yang tidak memadai untuk mengidenti ikasi dan mengendalikan penggunaan sumber daya, sentralisasi yang berlebihan dalam pengelolaan, dan rendahnya tingkat partisipasi masyarakat lokal memberi andil dalam menghambat pengeloaan TWP Gili Matra secara efektif. Oleh karena itu, kebijakan nasional dan peraturan yang dikembangkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan, pemerintah daerah dan lembaga pemerintah lainnya terkait pengelolaan TWP Gili Matra harus diselaraskan. Di sisi lain, dalam pengelolaan kawasan perlu juga mendorong keterlibatan Kata kunci: Gili Matra, Pengelolaan, Konservasi
Topik . Manfaat Kawasan Konservasi Perairan
Rabu, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Nila
KAJ)AN PEMBENTUKAN DAERA( PERL)NDUNGAN LAUT DPL PULO ACE(, KABUPATEN ACE( BESAR PROV)NS) ACE( Munawar Khalila*, Zul ikara, Muhammad Rusdib a
Universitas Malikussaleh, Aceh Universitas Syiah Kuala, Aceh
b
e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Makalah ini bertujuan untuk menganalisis pembentukan zona Daerah Perlindungan Laut DPL di Pulo Aceh, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh menggunakan input dari analisis status bioekologi kawasan, status sosial ekonomi budaya dan dipadukan melalui Sistem )nformasi Geogra is. Fokus kajian ini adalah untuk memetakan zonasi kawasan yang akan dijadikan sebagai daerah perlindungan laut. Luas teritori daratan dan laut Pulo Aceh yang dapat diusulkan menjadi kawasan DPL adalah
,
. hektar. Zonasi DPL Polu Aceh dibagi kedalam tiga zona yaitu zona inti, zona
pemanfaatan dan zona penyangga. Zona )nti DPL mencakup luasan ,
% dari total
,
zona penyangga mencakup ,
% dari total kawasan DPL. Zona inti merupakan
ha atau ,
ha atau
ha atau ,
luasan DPL, zona pemanfaatan mencakup areal .
.
,
% dari total luasan DPL dan
zona tertutup untuk segala aktivitas manusia, hanya kegiatan penelitian dan konservasi yang diperbolehkan. Zona pemanfaatan kemudian dibagi menjadi area untuk pariwisata, penggunaan tradisional, penggunaan pelagis, penelitian, pelatihan dan permukiman tradisional. Kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam pada zona ini dapat diperbolehkan melalui proses analisis dampak lingkungan. Zona penyangga dapat dipergunakan untuk kegiatan penangkapan dan budidaya ikan maupun aktivitas ekonomi lainnya, namun melalui pengawasan dan pembatasan ketat. Pembentukan daerah perlindungan laut di Pulo Aceh merupakan langkah manajemen sumberdaya yang diperlukan untuk memastikan bahwa sumber daya laut dan ekosistem laut dapat dilestarikan serta berefek kepada keberlanjutan.
Kata kunci: Konservasi Sumber daya Laut, Zonasi, Keberlanjutan
Abstrak Topik Strategi Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Topik . Strategi Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Selasa, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Tuna
MODEL SEBARAN LARVA KARANG D) KAWASAN KONSERVAS) TAMAN W)SATA PERA)RAN KAPOPOSANG DAN LAUT SEK)TARNYA Zul ikar Afandya*, Ario Damara, Syamsul Bahri Agusa a
)nstitut Pertanian Bogor
e-mail: zul
[email protected]
ABSTRAK Salah satu kunci dalam pengelolaan terumbu karang adalah tersedianya informasi mengenai pola konektivitas antara terumbu, mengidenti ikasi pola konektivitas dalam bentuk dinamika sebaran larva karang sangat penting, karena terumbu karang tergantung dengan input eksternal yang harus dikelola untuk mendukung kesinambungan suplai larva karang. Tujuan penelitian ini adalah membuat model sebaran larva karang pada kawasan konservasi TWP Kapoposang dan memetakan pola konektivitas pada TWP Kapoposang. Pemodelan sebaran larva karang dilakukan dengan menggunakan pemodelan bio isik yang memadukan antara faktor biologi dan isika untuk mendapatkan skenario penyebaran larva. Dalam simulasi digunakan obyek larva karang dengan Pelagic Larval Duration PLD selama musim barat dan musim timur pada
hari, pelepasan larva dilakukan pada saat purnama pada lokasi di TWP Kapoposang. (asil dari model sebaran larva
mengindikasikan bahwa proses penyebaran larva karang di TWP Kapoposang dipengaruhi oleh arus dan variasi angin pada musim barat dan timur. Pemetaan pola konektivitas karang di TWP Kapoposang, didapatkan lokasi-lokasi yang berperan dalam pola konektivitas, lokasi yang berfungsi sebagai source yaitu Gondongbali dan Suranti. Sementara lokasi yang berfungsi sebagai sink dengan menerima larva dari beberapa sumber yaitu Gondongbali, Kapoposang, Taka Pallawangan dan Taka Palekko.
Kata kunci: Terumbu Karang, Sebaran Larva, TWP Kapoposang
Topik . Strategi Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Selasa, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Tuna
LESSON LEARNED DALAM PERENCANAAN TATA RUANG KELAUTAN D) EKOREG)ON SUNDA KEC)L Putu Oktaviaa*, Uly Faoziyaha, B. Kombaitana, Djoko Santoso Abi Surosoa, Andi Oetomoa a
)nstitut Teknologi Bandung
e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Ekoregion Sunda Kecil memiliki Kawasan Konservasi Perairan KKP terluas di )ndonesia dan memiliki nilai kritis bagi konservasi laut. Kawasan ini juga sangat berkembang kegiatan ekonominya. Upaya pengembangan potensi ekonomi yang terdapat di wilayah ini berpeluang memunculkan friksi dengan upaya konservasi yang telah berjalan. Terobosan yang bersifat kreatif dan inovatif sangat diperlukan mengingat pentingnya kedudukan Ekoregion Sunda Kecil sebagai kawasan yang perlu dipertahankan kelestarian lingkungannya, serta mengingat tingginya pertumbuhan kegiatan ekonomi kawasan yang mulai mengarah kepada kerusakan dan penurunan daya dukung lingkungan. Perencanaan tata ruang laut Ekoregion Sunda Kecil menggunakan pendekatan ecosystem-based management dengan memperhatikan potensi dan keunggulan sumberdaya alam dan kegiatan ekonomi di wilayah ini. Dengan pendekatan ini, ruang kelautan dibagi menjadi tiga klaster Bali, Lombok, dan Sumbawa - NTT yang mere leksikan kesamaan sensitivitas, keunikan, kondisi eksisting, dan nilai jasa lingkungan. Kemudian, performance based zoning diterapkan untuk mendorong integrasi antar berbagai kegiatan di ruang laut dengan memperhatikan keterkaitan ruang darat - pesisir - laut. Ada berbagai tantangan dalam penyusunan rencana tata ruang Dalam konteks )ndonesia, nilai strategis dari penataan ruang laut telah tercantum secara legal dalam berbagai peraturan perundangan. Namun, pendekatan pengelolaan ruang laut )ndonesia yang belum didasarkan pada batasan ekosistem berpotensi menimbulkan masalah. Kajian ini menyimpulkan perlunya mengakomodasi konsep ekoregion dalam penataan ruang laut di )ndonesia, perlunya pengakuan terhadap hak dan kewajiban institusi di tingkat lokal, perlunya pendekatan yang adaptif dan kolaboratif dalam pengelolaan ruang laut, perlunya melengkapi data dan informasi, serta membangun kolaborasi dan konsensus antarstakeholder dalam berbagai tingkatan skala.
Kata kunci: Sunda Kecil, Ekoregion, Marine Spatial Planning
Topik . Strategi Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Selasa, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Tuna
URGENCY ON S()FT)NG F)S()NG GROUND FROM CORAL REEF F)S(ERY TO PELAG)C )N SELAYAR Lisda ( (anaruddina*, Jamaluddin Jompaa, Peter J Mumbyb a
b
Faculty of Marine Science and Fishery, (asanuddin University , )ndonesia Marine Spatial Ecology Lab School of Biological Sciences University of Queensland St. Lucia Brisbane e-mail:
[email protected]
ABSTRACT This study aims to understand and determine the urgency on shifting ishing ground from coral reef ishery to pelagic. The research was conducted in six different villages from the north, east, west and south of Selayar Barugaia, Benteng utara, Bontoborusu, Bontosunggu, Kahu-Kahu and Parak and began at the end of early
and
. This research used qualitative and quantitative methods. The respondent
criteria were selected using snowball sampling by choosing only the coral reef ishers and the results were analyzed using R. The results showed the urgency shifting to pelagic indicated by the decline in the estimated number of catches from year to year. This condition is exacerbated by the increasing of distance moved of the reef ishes ishing ground from results were not followed by the increase in the number of catches.
Keywords: Reef ishery, pelagic ishery, catch decline, distance moved
-
thus
Topik . Strategi Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Selasa, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Tuna
ECOTOURISM AND MANGROVE CONSERVATION EMC : STRATEG) )NOVAT)F PELESTAR)AN B)OD)VERS)TAS (UTAN MANGROVE BERBAS)S ECOTOURISM D) PULAU SAPUD) Bachtiar Rivaia*, Syahlaini Nasutionb a
b
Universitas Brawijaya, Malang Universitas Padjajaran, Bandung e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Pengembangan wilayah pesisir dan kepulauan merupakan isu krusial yang menjadi perhatian global. Pulau Sapudi merupakan salah satu pulau di Kabupaten Sumenep yang memiliki berbagai potensi sumber daya perikanan dan kelautan. Salah satu potensi tersebut adalah ekosistem alamnya, yakni ekosistem mangrove. Terdapat lima jenis mangrove dipulau Sapudi yaitu Sonneratia alba, Avecennia lanata, Rhizopora mucronata, Rhizopora apiculata, dan Lumitzera racemosa. Namun, kurangnya perhatian masyarakat dan pemerintah terhadap manfaat dan pengembangan ekosistem ini membuat kekayaan ini cenderung tidak memberikan manfaat bahkan tidak jarang untuk dirusak. Pada tahun banyak terjadi penebangan pohon mangrove yang mengakibatkan penurunan vegetasi mangrove dan hasil tangkapan ikan yang secara habitat berlindung dan mencari makan dibawah akar-akar pohon mangrove. Oleh sebab itu, perlu dilakukan suatu upaya terobosan terbaru berupa usaha konkrit untuk melestarikan varietas pohon mangrove di Pulau Sapudi. Konservasi mangrove merupakan salah satu bentuk upaya pelestarian pohon mangrove melalui pembibitan dan penanaman Mangrove. EMC Ecotourism and Mangrove Conservation adalah strategi pengelolaan kawasan konservasi berbasis Ecotourism untuk menjaga kekayaan biodiversitas pohon mangrove. EMC bergerak dalam melakukan pengidenti ikasian potensi ekosistem mangrove dan pengelolaan ekowisata mangrove. Selain itu pengembangan ekowisata dapat ditunjang dengan pembentukan Learning Centre Mangrove LCM . Dari hasil evaluasi yang pernah dilakuakan dalam sosialisasi ekosistem mangrove di Pulau Sapudi menunjukkan bahwa awal sebelum sosialisasi % menganggap penting ekosistem mangrove, % menganggap tidak penting dan % menganggap sangat tidak penting namun sesudah sosialisasi % menganggap penting, % menganggap tidak penting dan % menganggap sangat tidak penting. Sehingga dengan adanya EMC ini semoga membuka kesadaran masyarakat akan pentingnya ekosistem mangrove.
Kata kunci: EMC, Pulau Sapudi, Ecotourism
Topik . Strategi Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Selasa, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Tuna
PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVAS) PERA)RAN DAERA( D) PROV)NS) ACE( BERBAS)S KEAR)FAN LOKAL (UKUM ADAT LAOT Teuku Muttaqin Mansura*, bMarzuki a
Fakultas (ukum Universitas Syiah Kuala b Yayasan Lamjabat e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Daerah KKPD di Provinsi Aceh telah mulai diinisiasi oleh berbagai lembaga Non Government Organization NGO pada tahun tahun
. Selanjutnya, pada
, Dinas Kelautan dan Perikanan DKP Provinsi Aceh mengukuhkan Kabupaten/Kota
sebagai KKPD, namun hingga tahun
baru kawasan KKPD yang telah ditetapkan oleh Menteri
Kelautan dan Perikanan Republik )ndonesia, yakni KKPD Pesisir Timur Kota Sabang. Sementara kawasan lainnya, antara lain KKPD Aceh Besar, Aceh Jaya dan Simeulue baru sampai tahapan pencadangan kawasan dengan beberapa kekurangan dokumen persyaratan. Selebihnya kawasan yaitu KKPD Aceh Barat, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan dan Aceh Singkil masih dalam proses inisiasi. Selama ini, konsep KKPD di Aceh belum sepenuhnya mengakomodir kearifan lokal wilayah adat laut (ukum Adat Laot yang dimiliki Aceh, padahal potensi peng-integrasian KKPD dengan konsep kearifan wilayah adat laut menjadi kekuatan dalam menjaga wilayah konservasi. Makalah ini bertujuan menawarkan konsep peng-integrasian pengelolaan KKPD berbasis kearifan lokal wilayah adat laut di Aceh. Data diperoleh dengan menggunakan metode empiris. (asil kajian menunjukkan bahwa, konsep KKPD hampir mirip dengan konsep pengelolaan berbasis kearifan lokal (ukum Adat Laot di Aceh, di mana dalam kearifan lokal adat laut juga memiliki zonasizonasi adat yang ditetapkan sebagai wilayah yang boleh dan wilayah larangan penangkapan ikan. Diharapkan kepada Pemerintah Aceh dan Kabupaten/Kota untuk mengadopsi konsep pengelolaan wilayah adat laut sebagai salah satu konsep Pengelolaan KKPD.
Kata kunci: Pengelolaan, KKPD, Kearifan Lokal
Topik . Strategi Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Selasa, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Tuna
PERAN KELEMBAGAAN PANGL)MA LAOT D) KOTA SABANG DALAM MEWUJUDKAN PER)KANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN Baskoro Pakusadewoa*, Akhmad Solikhina, Ernani Lubisa a
)nstitut Pertanian Bogor, Bogor
e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Pengelolaan perikanan merupakan upaya penting dalam menjaga keseimbangan sumberdaya, di antaranya melalui peran masyarakat lokal. Salah satu bentuk pengelolaan perikanan berbasis masyarakat yang ada di )ndonesia adalah Panglima Laot/hukom adat laot di Aceh. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan sejarah Panglima Laot dan menganalisis sistem pengaturan Panglima Laot yang berlaku di )boih, Kota Sabang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode triangulasi. Pengumpulan data menggunakan metode purpossive sampling dan snowball sampling. Analisis yang digunakan adalah analisis yuridis normatif dan analisis deskriptif. (asil yang diperoleh dari penelitian ini, antara lain:
penerapan sistem closed area di kawasan Lhok
)boih yang ditujukan sebagai kawasan konservasi dan wisata bahari;
sistem aturan Panglima
Laot terdiri dari larangan terhadap penggunaan alat penangkapan dan metode penangkapan yang merusak lingkungan, hari pantang melaut, larangan mengambil ikan hias, pembentukan zona larang tangkap, dan larangan melakukan kegiatan yang merusak lingkungan;
sistem sanksi
Panglima Laot terdiri atas pembayaran denda dalam bentuk uang ataupun hewan ternak, penyitaan seluruh sarana penangkapan, melakukan kenduri ulang; hak individu dan hak komunitas; orang Panglima Laot,
sistem otoritas Panglima Laot antara lain: orang penasehat,
orang wakil Panglima Laot,
beberapa petugas keamanan adat;
sistem hak Panglima Laot terdiri atas
orang sekretaris,
orang bendahara dan
. sistem monitoring dan evaluasi secara umum melibatkan
seluruh masyarakat nelayan di )boih dan secara khusus dilakukan oleh POKMASWAS.
Kata kunci: Panglima Laot, Sistem Kelembagaan, Pengelolaan Perikanan
Topik . Strategi Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Selasa, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Tuna
KONSEP KONSERVAS) BERBAS)S KAWASAN DALAM RANGKA PEMUL)(AN POPULAS) ENDEM)K BANGGA) CARD)NALF)S( Pterapogon kauderni Abigail Mary Moorea*, Samliok Ndobeb, Jamaluddin Jompac a
b
Program Studi S )lmu Perikanan, Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas (asanuddin, Makassar Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Peternakan dan Perikanan, Universitas Tadulako, Palu, Sulawesi Tengah c Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas (asanuddin, Makassar e-mail: abigail
@yahoo.com
ABSTRAK Salah satu spesies prioritas konservasi di )ndonesia adalah )kan endemik Banggai Kardinal Pterapogon kauderni . )kan ini berstatus terancam punah pada Red List )UCN, pada CoP C)TES ketahun
. Oleh karena itu, )ndonesia berkomitment untuk menjamin kelestariannya. Tujuan
penelitian adalah untuk mengembangkan suatu konsep konservasi berbasis kawasan yang tepat secara bioekologi maupun sosio-ekonomi. (al ini didasarkan pada sifat bioekologis yang khas pada ikan tersebut, antara lain: i telur yang telah dibuahi dierami dalam mulut ikan jantan lalu menetas dan berkembang dalam mulut sampai fase larva berakhir; hal ini dapat menyebabkan stok yang terisolasi secara reproduktif dengan variasi stok genetik; ii ketergantungan tinggi terhadap habitat, khususnya simbiosisnya dengan organisme yang berperan sebagai mikro-habitat pelindung. Metode yang digunakan adalah review dan kajian terhadap literatur ilmiah maupun data yang belum terpublikasi, termasuk hasil analisa dengan menggunakan software Marxan. (asil yang diperoleh berupa sejumlah rekomendasi kebijakan maupun penelitian lanjutan, antara lain: i konservasi termasuk pemanfaatan berkelanjutan sangat penting dilaksanakan berbasis subunit populasi stok ; ii pentingnya mengidenti ikasi sejumlah sub-unit stock dan mengembangkan zona-zona spesi ik termasuk zona perlindungan khusus )kan Banggai Kardinal; zona rehabilitiasi, dan lainnya dalam Kawasan Konservasi Daerah KKPD di Kepulauan Banggai Kabupaten Banggai Laut dan Kabupaten Bangga Kepulauan
iii konsep "BCF gardens" yaitu
pengembangan pola pemulihan dan pemanfaatan berkelanjutan populasi P. kauderni melalui pemulihan mikrohabitat pada skala kecil, berbasis masyarakat, didukung oleh program riset ilmiah secara bertahap. (asil kajian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar pengelolaan berkelanjutanikan Banggai Kardinal baik secara ekologis maupun ekonomis khususnya dalam konteks strategi pengembangan KKPD secara efektif. Kata kunci: Stok genetik, Pemulihan habitat, Konservasi berbasis masyarakat
Topik . Strategi Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Selasa, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Tuna
STRATEG) PENGELOLAAN EKOS)STEM MANGROVE D) BAROS MELALU) PERT)MBANGAN JASA EKOS)STEM MENURUT PERSPEKT)F MASYARAKAT PENGGUNA JASA Mochammad Yenny Universitas Diponegoro e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Kebijakan pengelolaan ekosistem merupakan hal yang kompleks dan rentan menimbulkan kon lik sosial karena dihadapkan pada ketidakpastian dan banyak kepentingan. Kebijakan pengelolaan tanpa mempertimbangkan jasa ekosistem mangrove juga dipercaya sebagai salah satu faktor utama penyebab terjadinya kerusakan ekosistem mangrove. Penelitian ini bermaksud merumuskan strategi pengelolaan dengan mempertimbangkan jenis jasa ekosistem mangrove yang penting menurut perspektif masyarakat pengguna jasa. Sebanyak
responden dilibatkan
didalam survey dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian. (asil analisa Principal component analysis menunjukan bahwa ada tiga komponen utama yang terbentuk, yakni fungsi ekologis isik, eduwisata serta hasil hutan dan perikanan. Komponen utama yang terbentuk dapat dimaknai sebagai suatu prioritas yang dapat dijadikan sebagai dasar penyusunan strategi pengelolaan. Oleh karena itu, strategi pengelolaan yang sesuai untuk diterapkan berdasarkan prioritas tersebut adalah menyelaraskan fungsi ekologis dan manfaat isik dari proses yang berlangsung di ekosistem mangrove dengan pemanfaatan wisata berbasis pendidikan.
Kata kunci: Strategi Pengelolaan, Jasa Ekosistem, Masyarakat Pengguna Jasa
Topik . Strategi Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Selasa, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Tuna
PEMBELAJARAN PROSES (ARMON)SAS) PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVAS) D) PROV)NS) NUSA TENGGARA BARAT Tasrif Kartawijayaa*, Fajar Ardiyansyahb, Adi Triana Mihardjab, (ernawatia a
b
Wildlife Conservation Society – )ndonesia Program, Bogor Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Nusa Tenggara Barat, Mataram e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Undang-Undang Nomor
Tahun
tentang Pemerintahan Daerah pasal
menyebutkan
bahwa kewenangan daerah provinsi untuk mengelola sumber daya alam di laut paling jauh dua belas mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau ke arah perairan kepulauan. Kewenangan pemerintah provinsi untuk mengelola sumber daya alam laut mencakup: eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut di luar minyak dan gas bumi, pengaturan administratif, dan pengaturan tata ruang . Kajian ini bertujuan untuk memberikan gambaran proses harmonisasi pengalihan kewenangan pengelolaan kawasan konservasi dari pemerintah kabupaten ke pemerintah provinsi. Proses pengalihan kewenangan dilakukan sejak Bulan Februari hingga September
melalui pertemuan kelompok kerja, identi ikasi dan inventarisasi status
pengelolaan kawasan konservasi, fucus group discussion dan konsultasi publik. Keluaran dari proses harmonisasi ini berupa pengalihan status hukum pengelolaan kawasan konservasi dari kabupaten ke provinsi dan pengesahan rencana pengelolaan dan zonasi ditingkat provinsi. Terdapat beberapa pembelajaran yang harus diperhatikan dalam proses pengalihan kewenangan dari pemerintah kabupaten ke pemerintah provinsi yaitu data dan informasi status pengelolaan kawasn konservasi, evaluasi status efektivitas pengelolaan kawasan konservasi, pengealihan status hukum pencadangan dan kelembagaan pengelola kawasan konservasi.
Kata kunci: Provinsi Nusa Tenggara Barat, kewenangan daerah provinsi, kawasan konservasi, pembelajaran proses harmonisasi
Topik . Strategi Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Selasa, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Tuna
ALTERNAT)F REJ)M PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVAS) PENYU DENGAN PENDEKATAN PEMBAYARAN JASA EKOS)STEM PAYMENT FOR ECOSYSTEM SERVICES - PES STUD) KASUS KAWASAN KONSERVAS) TAMAN PES)S)R PANTA) PENYU PANGUMBA(AN SUKABUM) Leny Dwihastutya*, Luky Adriantob Fredinan Yuliandab a
Mahasiswa Pascasarjana Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan – FP)K, )PB b Dosen di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan - FP)K, )PB e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Pembayaran Jasa Ekosistem atau Payments for Ecosystem Services PES telah diadopsi secara luas di seluruh dunia sebagai inisiatif baru dalam pengelolaan konservasi dan lingkungan. Di )ndonesia beberapa inisiatif PES ada yakni pada daerah aliran sungai. Namun demikian, mengembangkan dan mengelola program PES di )ndonesia masih menjadi kendala karena kompleksitas dari pengaturan kelembagaan PES masih lemah. Penelitian ini bertujuan membahas program PES di KKTP S dan kelembagaan PES mana yang dipilih. Penelitian ini dilaksanakan di KKTP S yang dilakukan pada bulan Oktober dan Desember
. Berdasarkan hasil analisis PES diperoleh
bahwa pola pengelolaan oleh pemerintah daerah melalui Badan Layanan Umum Daerah BLUD adalah yang memungkinkan saat ini diterapkan di KKTP S. Pola ini cukup e isien, hal ini disebabkan melalui penerapan pola ini dana pengelolaan sebagai pendapatan yang benar benar dapat dipergunakan sebagai dana untuk pelestarian, pemeliharaan, kebersihan lingkungan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat khususnya disekitar lokasi obyek jasa ekosistem di KKTP S.
Kata kunci: Pembayaran, Ekosistem, Jasa, Konservasi, Pendanaan
Topik . Strategi Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Selasa, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Tuna
PEMANFAATAN KEAR)FAN LOKAL SAS) DALAM S)STEM ZONAS) KAWASAN KONSERVAS) PERA)RAN D) RAJA AMPAT Paulus Boli Universitas Papua e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Keberhasilan pengelolaan dengan mengadopsi pendekatan pengelolaan tradisional sumberdaya laut ke dalam konservasi modern telah berhasil memperbaiki kondisi terumbu karang di negaranegara Oseanik Aswani et al.
. Berdasarkan fakta tersebut di atas, Pemda Raja Ampat
berupaya menghidupkan kembali budaya sasi untuk diimplementasikan sebagai salah satu model zonasi dalam pengelolaan kawasan konservasi laut di perairan laut Raja Ampat. Tujuan penelitian ini adalah mendeksripsikan sasi yang berlaku di Raja Ampat dan menjelaskan pemanfaatan sasi dalam sistem zonasi kawasan konservasi perairan daerah KKPD di Raja Ampat. Lokasi penelitian dilaksanakan pada Pulau Waigeo, Pulau Batanta dan Pulau Salawati serta pulau-pulau kecil. Lokasi tersebut merupakan kawasan kepemilikan adat dari suku-suku: Biak-Beteu, Bantanta, Tepin, Fiat, Domu, Waili dan Moi-Maya. Penelitian dilaksanakan April-Juli
. Metode pengambilan data
dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap para informan.
Selain itu, digunakan
penelusuran sejarah pengelolaan kawasan konservasi, opini masyarakat tentang kelembagaan adat dan kawasan konservasi. (asil penelitian memperlihatkan bahwa jenis-jenis zona yang diberlakukan dalam KKPD di Raja Ampat terdiri atas: pariwisata, kapal,
zona inti,
zona ketahanan pangan dan
zona perikanan berkelanjutan dan budidaya perikanan,
zona sasi dan pemanfaatan tradisonal,
zona jalur pelayaran
zona pemanfaatan lainnya. Adapun zona yang
memanfaatkan kearifan lokal sasi dalam sistem zonasi ini adalah zona ketahanan pangan dan pariwisata dan zona sasi dan pemanfaatan tradisional. Pengelolaan konservasi di Raja Ampat menerapkan pendekatan kombinasi antara pemanfaatan terbatas dan larang ambil terhadap sumber daya laut. Keterlibatan masyarakat adat dalam pengelolaan kawasan konservasi di Raja Ampat menjadi kunci keberhasilan mencapai tujuan pengelolaan.
Kata kunci: Sasi, Zonasi, Kawasan Konservasi
Topik . Strategi Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Selasa, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Tuna
STRATEG) PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVAS) PERA)RAN )NDRAPURWA L(OK PEUKAN BADA BERBAS)S (UKUM ADAT LAOT Rika Astuti Universitas Teuku Umar e-mail: rika.astuti
@yahoo.com
ABSTRAK Kawasan Konservasi Perairan KKP merupakan suatu kawasan perairan laut yang dilindungi. Salah satu tujuan penetapan KKP adalah melestarikan kearifan lokal dalam pengelolaan sumber daya ikan di sekitar kawasan konservasi perairan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Adanya peran Lembaga Panglima Laot dan masyarakat setempat yang bekerjasama dengan pemerintah dalam mengelola kawasan konservasi ini menjadikan wilayah tersebut menarik untuk dikaji. Untuk mempelajari sistem pengelolaan yang sedang berjalan diperlukan kajian yang komprehensif. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis strategi pengelolaan pembentukan KKP )ndrapurwa Lhok Peukan Bada berbasis hukum adat laot, serta untuk mengetahui dampak dari aspek sosial dan ekonomi terhadap penetapan KKP )ndrapurwa di Lhok Peukan Bada. Penelitian ini dilakukan di Lhok Peukan Bada, Aceh Besar, Provinsi Aceh mulai bulan Februari sampai dengan Juni
melalui beberapa tahapan, yakni:
Pendekatan studi
literatur melalui pengumpulan data sekunder dari )nstansi pemerintah dan berbagai pihak lainnya yang mendukung penelitian ini.
Pengumpulan data dilakukan melalui Focus Group Discussion
FGD , dengan cara penyebaran kuisioner dan wawancara langsung. Analisis SWOT digunakan untuk mengetahui kondisi KKP )ndrapurwa untuk merumuskan strategi pengelolaan KKP berbasis hukum adat laot. (asil penelitian menunjukkan bahwa strategi yang tepat dalam melakukan pengelolaan KKP )ndrapurwa melalui perlindungan dan rehabilitasi sumberdaya dengan cara penerapan aturan adat laut, yakni penguatan lembaga adat dan Panglima laot Lhok Lamtengoh, Lamteh, dan Ujong Pancu. Mata pencaharian alternatif nelayan setempat juga sangat berpengaruh terhadap pembentukan kawasan konservasi di daerah ini. Keterlibatan para pihak untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan KKP )ndrapurwa melalui kerjasama dengan berbagai pihak dalam melakukan monitoring dan pengawasan.
Kata kunci: Kawasan Konservasi, Peukan Bada, Strategi Pengelolaan
Topik . Strategi Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Selasa, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Tuna
PEMODELAN PER)LAKU NELAYAN PADA PROGRAM KONSERVAS) PENYU D) TAMAN NAS)ONAL KAR)MUNJAWA Susi Sumaryatia*, Kuswadia a
Balai Taman Nasional Karimunjawa e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Taman Nasional Karimunjawa merupakan kawasan konservasi dengan luas
.
(a. Kepulauan
Karimunjawa menjadi tempat singgah bagi tiga jenis penyu : penyu sisik Eretmochelys imbricata, penyu hijau Chelonia mydas, penyu lekang Lepidochelys olivaceae. Lebih dari merupakan sarang penyu sisik. Lokasi peneluran tersebar di
% temuan sarang
lokasi menjadi tantangan dalam
konservasi penyu. Pemindahan sarang ke sarang semi alami merupakan salah satu cara untuk menyelamatkan telur penyu dari predator alami dan manusia. Data temuan sarang menunjukkan nelayan pelapor sarang mengalami peningkatan yang signi ikan. Nelayan setempat memiliki kemampuan untuk mencari sarang penyu. Penelitian ini betujuan untuk memberikan ilustrasi bagaimana perbedaan kemampuan nelayan yang terlibat pada upaya konservasi. Pemodelan dengan menggunakan pendekatan teori permainan untuk menggambarkan kon lik antara nelayan. Pemodelan tersebut dibuat berdasarkan asumsi : kemampuan nelayan, biaya dan probabilitas temuan sarang. Nelayan dapat memilih level upaya untuk meningkatkan probabilitas temuan sarang dengan mempertimbangkan, kebutuhan biaya, dan kemampuan nelayan lain. Pertama, dibuat formulasi probabilitas temuan sarang. Kedua, dibuat formulasi biaya sebagai faktor pembatas. Ketika nelayan meningkatkan level upayanya, maka
probabilitas untuk menemukan sarang juga akan meningkat sehingga biaya yang
dikeluarkan akan meningkat secara eksponensial. Respon terbaik nelayan ditentukan dengan memaksimalkan perbedaaan antara kurva probabilitas dengan kurva biaya. Perbedaan kurva probabilitas dan kurva biaya maksimal pada bagian tengah. Ketika upaya nelayan lain telah ditentukan, nelayan dapat menentukan respon terbaik. Dari pemodelan tersebut didapatkan gambaran, saat kesenjangan kemampuan diantara nelayan melebar, nelayan tidak akan menggunakan respon terbaiknya untuk mencari sarang. Sehingga dapat dikatakan bahwa peningkatan kemampuan nelayan untuk keberlanjutan program konservasi penyu.
Kata kunci: Konservasi, Pemodelan, Perilaku
Topik . Strategi Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Rabu, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Tuna
DUKUNGAN KEAR)FAN LOKAL (O(OLOK/PAPADAK DALAM PENGELOLAAN TNP LAUT SAWU BERBAS)S MASYARAKAT D) KABUPATEN ROTE NDAO, NTT Rahmad (idayata*, )kram M. Sangdjia, )mam Fauzia a
Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional BKKPN Kupang e-mail: matthidayat
@gmail.com
ABSTRAK Salah satu strategi pengelolaan TNP Laut Sawu adalah melestarikan kearifan lokal, adat dan budaya masyarakat pesisir. Terdapat
kearifan lokal yang tumbuh dan berkembang di masyarakat pesisir
TNP Laut Sawu yang mendukung pengelolaan wilayah pesisir dan laut secara berkelanjutan, salah satunya adalah (oholok/Papadak di Kab. Rote Ndao. Kearifan lokal (oholok/Papadak sudah diterapkan secara turun menurun oleh masyarakat untuk wilayah darat, seperti sawah, kebun, hutan, dan sekarang atas kesepakatan bersama yang diprakarsai oleh tokoh adat, diterapkan di wilayah pesisir dan laut dalam rangka mendukung pengelolaan TNP Laut Sawu. Penulisan ini ingin menjawab, yakni bagaimana proses kearifan ini diterapkan wilayah pesisir dan laut? Apa saja faktor yang mempengaruhi kearifan lokal ini dapat diterima oleh masyarakat? Bagaimana kearifan lokal ini dapat mendukung pengelolaan kawasan konservasi perairan TNP Laut Sawu? Pendekatan yang digunakan adalah bersifat kualitatif deskriptif, yakni kajian yang menghasilkan data deskriptif berdasarkan fenomena yang dikaji. Penerapan kearifan ini dilaksanakan di
Nusak kerajaan ,
yakni Denka, Termanu dan Landu. Dari pembahasan dapat disimpulkan bahwa proses penerapan kearifan ini sudah melalui proses sosialisasi tingkat kabupaten dan nusak, FGD, pembentukan lembaga, perumusan aturan, konsultasi publik dan pengukuhan adat, dan proses ini melibatkan semua pihak terkait. Faktor diterimanya kearifan ini adalah adanya kerusakan ekosistem, seperti terumbu karang, dan mangrove akibat aktivitas penangkapan ikan yang merusak. Dukungan kearifan ini terhadap pengelolaan TNP Laut Sawu adalah adanya komitmen dan kesadaran masyarakat, peraturan dan sanksi adat bagi yang melanggar aturan adat, penguatan kelembagaan adat dan pengembangan pengawasan berbasis masyarakat, serta peningkatan partisipasi masyarakat.
Kata kunci: Kearifan Lokal, (oholok, Nusak
Topik . Strategi Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Rabu, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Tuna
ANAL)S)S ZONAS) SEMB)LAN KAWASAN KONSERVAS) PERA)RAN DAERA( D) PROV)NS) SULAWES) TENGGARA Desita Anggraenia* , Christian Novia N. (andayania, Dirga Daniela, Tarlan Subarnoc, Zul ikar Afandyd, Dyah Rahmatikae, Agus Wahyudib, Fikri Firmansyaha, Estradivaria a
WWF-)ndonesia
b c
Departemen )lmu dan Teknologi Kelautan, )nstitut Pertanian Bogor
Departemen )lmu dan Teknologi Kelautan, FP)K- )nstitut Pertanian Bogor
d
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, )nstitut Pertanian Bogor e
Universitas Muhammadiyah Surakarta email:
[email protected]
ABSTRAK Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan bagian dari Sunda Banda Seascape dan menempati kawasan Coral Triangle yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi dan menjadi habitat penting bagi biota di dalamnya. Salah satu cara untuk melindungi area dengan nilai ekologi tinggi adalah dengan membentuk Kawasan Konservasi Perairan KKP . PP No.
/
pasal
menyebutkan
bahwa pengelolaan KKP dilakukan dengan sistem zonasi. Saat ini sembilan KKPD di Provinsi Sulawesi Tenggara belum memiliki sistem zonasi. Tujuan kajian ini adalah untuk menemukan area potensial untuk direkomendasikan sebagai zona inti, zona pemanfaatan dan zona perikanan berkelanjutan atau zona lainnya. Analisis Marxan merupakan alat bantu yang digunakan untuk mengidenti ikasi lokasi potensial penempatan zona inti dan zona pemanfaatan. Target konservasi lokasi ini adalah untuk melindungi habitat terumbu karang, lamun dan mangrove. Proporsi target yang digunakan dalan skenario Marxan untuk ketiga habitat tersebut adalah (asil analisis zonasi
%,
% dan
%.
KKPD di Sulawesi Tenggara menghasilkan beberapa rekomendasi antara
lain: zona inti KKPD Muna Barat % dan
% sedangkan zona pemanfaatan
%; zona inti KKPD
Bombana , % dan , % sedangkan zona pemanfaatan , % dan , %; zona inti KKPD Kolaka
%
dan % sedangkan zona pemanfaatan %; zona inti KKPD Buton Tengah % dan % sedangkan zona pemanfaatan %; zona inti KKPD Buton Selatan % sedangkan zona pemanfaatan , % dan , %; zona inti KKPD Muna
% dan % sedangkan zona pemanfaatan , % dan
KKPD Kolaka Utara % dan % sedangkan zona pemanfaatan % dan , % dan % sedangkan zona pemanfaatan , % dan , %. Kata Kunci : Sunda Banda Seascape, Marxan, Coral Triangle
%; zona inti
%; zona inti KKPD Buton
Topik . Strategi Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Rabu, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Tuna
)DENT)F)KAS) KEMUNCULAN ()U KARANG D) PERA)RAN MEKO DALAM MENDUKUNG UPAYA PENGELOLAAN D) KKPD FLORES T)MUR Ranny Ramadhani Yunenia*, Casandra Taniaa a
WWF )ndonesia
e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Pulau Adonara merupakan salah satu pulau besar dari Kabupaten Kepulauan Flores Timur yang memiliki luas daratan sekitar diketahui bahwa
,
km . Berdasarkan survey bycatch WWF pada Januari
,
, % hiu tertangkap tanpa sengaja di Perairan Flores Timur. Teridenti ikasi juga
dalam penelitian awal tersebut bahwa perairan Meko merupakan daerah dengan tingkat tangkapan sampingan hiu cukup tinggi di Pulau Adonara dibandingkan wilayah lainnya. Tujuan dari penelitian ini adalah mengumpulkan data dan informasi terkait jenis, sebaran, dan habitat penting hiu di perairan Meko, kabupaten Flores Timur. Metode yang digunakan adalah underwater visual census dengan long swim dengan penentuan lokasi berdasarkan metode sarang bertingkat dengan total penyelaman
titik yang dibagi menjadi
dan kontrol. Survei ini menemukan melanopterus sebesar
,
,
kemunculan
cm dan zona kontrol yaitu
pada rata-rata rata-rata
jenis hiu yaitu jenis hiu karang sirip hitam Carcharinus
% dengan total hiu yaitu
triaenodon obesus dengan total yaitu
,
klaster yaitu zona semi hotspot, hotspot
,
,
kemunculan dan hiu sirip karang putih % . Rata-rata ukuran pada zona hotspot
cm. Sedangkan hiu karang sirip hitam ditemukan
cm pada zona semi hotspot dan
,
cm pada zona hotspot, serta hiu dengan
cm pada zona kontrol. Tim mencatat sekitar
% kemunculaan hiu ditemukan pada
tipe terumbu Fringing dengan jumlah kemunculan paling banyak di zona kontrol yaitu sebanyak kemunculan hiu. (asil penelitian ini diharapkan menjadi informasi awal dalam merumuskan rekomendasi terkait pengelolaan perikanan hiu di KKPD Flores Timur.
Kata kunci: (iu Meko, KKPD Flores Timur, Kemunculan (iu
Topik . Strategi Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Rabu, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Tuna
MEMBANGUN JEJAR)NG KAWASAN KONSERVAS) PERA)RAN D) BIRD'S HEAD SEASCAPE - B(S : KONEKT)V)TAS M)GRAS) SPES)ES DAN GENET)K. Roni Bawole * dan Rony Megawanto Fakultas Perikanan dan )lmu Kelautan, Universitas Papua. Jl. Gunung Salju, Amban, Manokwari
, Papua Barat,
)ndonesia. Tel./Fax.: + / , email:
[email protected] Conservation )nternational )ndonesia. Jl Pejaten Barat No. A, Kemang, Jakarta email:
[email protected]
ABSTRAK Pembentukan jejaring Kawasan Konservasi Perairan KKP di wilayah Bird (ead's Seascape B(S Papua secara umum adalah melindungi, melestarikan, dan memanfaatkan sumber daya laut agar ketersediaanya tetap terjamin secara berkesinambungan. Jejaring KKP merupakan jejaring yang melibatkan kerja sama pengelolaan dua atau lebih KKP Kaimana, Fakfak, Bintuni, Raja Ampat, Sorong, Tambrauw dan Teluk Wondama secara sinergis memiliki keterkaitan bio isik dan konektivitas genetik. Dari aspek bio isik, B(S dicirikan oleh migrasi dan habitat spesi ik spesies kharismatik yang terancam punah serta konektivitas genetik. Migrasi di wilayah B(S dapat dilihat dari migrasi penyu, hiu, hiu-paus, pari manta dan cetacean paus dan lumba-lumba . Species yang terancam punah tersebut memberi kekhasan tersendiri bagi B(S dan menggunakan wilayah B(S baik sebagai jalur migrasi maupun sebagai daerah agregasi. Pantai peneluran penyu belimbing leatherback turtle terbesar di dunia juga terdapat di B(S, termasuk tempat peneluran penyu jenis lain, seperti penyu hijau green turtle , penyu lekang olive ridley turtle , dan penyu sisik hawksbill turtle . Species kharismatik lain yang sering ditemukan di wilayah B(S adalah pari manta, hiu paus, dugong, dan berbagai jenis ikan endemik lain. Wilayah B(S merupakan cetacean hotspot yang mendukung populasi spesies yang dilindungi oleh )UCN Red List. Dari tercatat di )ndonesia,
spesies cetacean yang
spesies ditemukan di B(S. (iu-paus dapt pula bermigrasi dari Teluk
Cenderawasih hingga Perairan Raja Ampat. Pari manta sering dijumpai di Raja Ampat, Pulau
Yapen, dan Teluk Cenderawasih. Diperlukan kerjasama yang baik dalam melindungi species dan memahami fenomena oseanogra i yang berhunbungan dengan migrasi dan konektivitas genetik organismen.
Kata kunci: Jejaring KKP, aspek bio- isik, migrasi species, konektivitas genetik, Bird's (ead Seascape.
Topik . Strategi Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Rabu, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Tuna
PROTOKOL KAJ)AN CEPAT: PERANGKAT PENGUMPULAN )NFORMAS) SOS)O-EKOLOG) UNTUK SURVE) DENGAN KETERSED)AAN WAKTU DAN AKSES)B)L)TAS YANG TERBATAS Nara Wisesaa*, Estradivaria, Christian Novia N.(andayania, )gnatia Dyahapsaria, Adrian Damoraa, Amkieltielaa, Louise Glewb, Gabby Ahmadiab a
WWF-)ndonesia b
WWF-US
email:
[email protected]
ABSTRAK Kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil di )ndonesia banyak yang terletak di lokasi-lokasi terpencil dengan aksesibilitas yang rendah. Kondisi ini menjadi tantangan dalam pengumpulan informasi dan data sosio-ekologi, yang menyebabkan kesenjangan data dan informasi di banyak lokasi-lokasi terpencil di )ndonesia. Sebagai bagian dari strategi untuk mengisi kekosongan informasi tersebut, WWF-)ndonesia bersama mitra mengembangkan sebuah Protokol Kajian Cepat yang dirancang untuk mengumpulkan data dan informasi sosio-ekologi sebanyak dan selengkap mungkin dari lokasi-lokasi yang sulit dikunjungi dan/atau hanya bisa dikunjungi dalam jangka waktu terbatas. Protokol ini telah diterapkan dalam empat kegiatan survei cepat di lokasi-lokasi yang memiliki keterbatasan informasi sosio-ekologi, yaitu di Pulau Kei Besar Maluku Tenggara , Yamdena Maluku Tenggara Barat , Maluku Barat Daya, dan Teluk Sawai Seram Bagian Utara . Kajian ini memberikan gambaran lengkap mengenai metode-metode pengambilan data yang digunakan dalam protokol ini, yaitu mengkombinasikan metode Wawancara )nforman Kunci K)) , Diskusi Kelompok Terarah FGD , Pemetaan Sumber Daya bersama masyarakat, Survei Perikanan, dan bila memungkinkan bisa dilengkapi juga dengan Survei Ekologi dan (abitat Perairan . Kajian ini juga menjelaskan metode-metode yang digunakan dalam menganalisis data yang terkumpul, dan juga pengalaman/pembelajaran yang selama ini didapat dari proses aplikasi protokol ini di lapangan. Selain itu kajian ini juga akan menjelaskan bagaimana protokol ini telah digunakan untuk melengkapi data dan informasi dalam mendukung proses pencadangan Kawasan Konservasi Perairan di Maluku Tenggara Barat, dan akan digunakan dalam proses serupa di Maluku Barat Daya dan Seram Bagian Utara; sementara informasi dari Pulau Kei Besar telah digunakan dalam proses seleksi lokasi pendampingan )CCA )ndigenously Conserved Community Area di pulau tersebut. Kata Kunci : protokol, survei, sosio-ekologi
Topik . Strategi Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Rabu, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Tuna
MELAWAN DESTRUCTIVE FISHING, MENUMBU(KAN USA(A KERAMBA BELAJAR DAR) NELAYAN PULAU BONTOSUA KEP. SPERMONDE, SULAWES) SELATAN Munsi Lampe Departemen Antropologi F)S)P Universitas (asanuddin e-mail: munsilampe
@gmail.com
ABSTRAK Tidak mudah menemukan komunitas nelayan etnik Bugis dan Makassar serta Bajo dari atau di Sulawesi Selatan yang secara kolektif memiliki kesadaran lingkungan dan bersikap menolak praktik destructive ishing. (al ini disebabkan masyarakat maritim dari etnis-etnis tersebut pada umumnya memahami dan memperlakukan laut dan isinya sebagai lapangan dan sumber daya terbuka. Namun demikian, penelitian sosial-budaya pada beberapa komunitas nelayan di Kep. Spermonde Kab. Pangkep dan Pulau Sembilan di Teluk Bone Kab. Sinjai membuktikan adanya kesadaran lingkungan secara kolektif dan sikap melawan terhadap praktik destructive ishing penggunaan bahan peledak, bius beracun, dan cantram mini-trawl, Danish Purse Seine . Tulisan ini bertujuan mendeskripsikan dan menjelaskan secara empirik dinamika praktik ekonomi nelayan produktif dan ramah lingkungan Usaha Gae, Pancing Cumi, Usaha Keramba dari nelayan Bontosua Pangkep dalam konteks kesadaran kolektif lingkungan dan sosial-budaya internal dan eksternalnya. Dukungan pemerintah terhadap dan keterlibatan berbagai stakeholders dalam pengembangan usaha-usaha nelayan terutama usaha Keramba yang baru akan berkontribusi terhadap efektivitas program konservasi terumbu karang ke depan.
Kata kunci: Kesadaran Lingkungan, Melawan Praktik destructive ishing, Konservasi Terumbu Karang
Topik . Strategi Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Rabu, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Tuna
)DENT)F)KAS) LOKAS) PR)OR)TAS KONSERVAS) D) )NDONES)A BERDASARKAN KONEKT)V)TAS DARAT-LAUT Christian Novia N. (andayania*, Estradivaria, Dirga Daniela, Khairil Fahmi Faisala, Dicky Suciptoa, Oki (adiana, Puteri Maulidaa a
WWF-)ndonesia
email: cha
daya i@
f.id
ABSTRAK Lingkungan pesisir dan laut sangat dipengaruhi oleh sungai dan kanal yang mengalir dari hulu di daratan. Kualitas lingkungan daratan di sekitar sungai dan kanal tersebut dapat mempengaruhi kesehatan ekosistem pesisir dan biota yang hidup di dalamnya. Secara empiris, terdapat keterkaitan ekologi antar ekosistem di dalam kawasan pesisir maupun antara kawasan pesisir dengan daratan lahan di atasnya dan laut lepas. Terkait dengan hal tersebut, perencanaan ruang di laut sebaiknya mempertimbangkan setiap perubahan bentang alam daratan di atasnya. Tujuan dari kajian ini adalah menemukan lokasi yang bernilai konservasi tinggi berdasarkan potensi konektivitas antara darat dan laut. Metode analisis yang digunakan dalam kajian ini adalah analisis spasial menggunakan pendekatan perencanaan konservasi sistematis dengan Marxan sebagai alat bantu pengambil keputusan. Marxan bekerja berdasarkan skenario yang dibangun oleh perancang. Kajian ini menggunakan dua skenario utama, yang pertama dengan mempertimbangkan kawasan konservasi yang sudah ada, kedua tidak mempertimbangkan kawasan konservasi yang sudah ada untuk mengidenti ikasi gap lokasi prioritas. Data-data yang digunakan dalam kajian ini adalah data-data spasial dasar, ekologi, dan biodiversitas dari berbagai sumber. Area kajian adalah seluruh )ndonesia, proses analisis dilakukan per pulau. (asil kajian berdasarkan skenario kedua menunjukkan terdapat dua puluh enam lokasi di )ndonesia yang teridenti ikasi sebagai area dengan nilai keanekaragaman hayati tinggi. Jika ke depan para pemangku kepentingan ingin melakukan intervensi lebih dibidang konservasi maka keduapuluh enam lokasi tersebut dapat dipertimbangkan.
Kata kunci: Analisis spasial, Marxan, Konservasi
Topik . Strategi Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Rabu, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Tuna
PENGELOLAAN SUMBER DAYA LAUT BERBAS)S KEAR)FAN LOKAL D) KAWASAN KONSERVAS) PULAU KE) KABUPATEN MALUKU TENGGARA Natelda R. Timiselaa*, (ellen Nanlohyb, Estradivaric, )gnatia Dyahapsaric, Rizalc a
b
Fakultas Pertanian, Universitas Pattimura, Ambon Fakultas Perikanan dan )lmu Kelautan, Universitas Pattimura, Ambon c WWF-)ndonesia e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan bentuk-bentuk pengelolaan sumber daya laut dan strategi pengelolaan kawasan konservasi dengan pendekatan kearifan lokal masyarakat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey, dengan melakukan wawancara mendalam dan diskusi kelompok terarah. Lokasi penelitian bertempat di kawasan konservasi Pulau Kei, PulauPulau dan perairan sekitarnya, Kabupaten Maluku Tenggara. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan mendeskripsikan semua variabel yang diteliti secara jelas dan akurat. (asil penelitian menunjukkan bahwa bentuk-bentuk pengelolaan sumber daya laut yang dilakukan antara lain pelarangan terhadap penggunaan alat-alat tangkap yang merusak sumber daya laut trawl, pukat harimau, dan akar tuba , penggunaan bahan peledak dan bahan kimia lainnya, pelarangan pengrusakkan terumbu karang dan pelarangan pengambilan beberapa spesies penting yang dilindungi. Strategi pengelolaan kawasan dengan pendekatan kearifan lokal masyarakat dilakukan secara turun-temurun yakni budaya sasi laut, budaya makan bersama, penangkapan ikan secara tradisional dan penggunaan alat tangkap ramah lingkungan. Kearifan lokal yang dijalankan selama ini sangat mendukung penetapan kawasan konservasi Pulau Kei, Pulau-Pulau Kecil dan Perairan sekitarnya. Bentuk-bentuk pengelolaan sumber daya laut di kawasan konservasi masih mengacu pada aturan-aturan adat, aturan secara formal dan informal. Seluruh peraturan yang dibuat harus dilaksanakan dan apabila masyarakat melanggar aturan tersebut maka akan dikenakan sanksi Adat, sanksi Gereja atau Masjid. Ancaman terhadap kelestarian sumber daya laut perlu diwaspadai melalui pengawasan secara terpadu oleh pemerintah agar keberlangsungan sumber daya laut tetap terlindungi, lestari dan berkelanjutan.
Kata kunci: Pengelolaan, kawasan konservasi, kearifan lokal
Topik . Strategi Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Rabu, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Tuna
PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVAS) LAUT DAERA( KKLD BERBAS)S KEAR)FAN LOKAL D) TELUK MAYAL)B)T KABUPATEN RAJA AMPAT Endang Gunaisah Politeknik Kelautan dan Perikanan Sorong e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Peningkatan kesadaran dan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan kawasan konservasi laut daerah KKLD di Teluk Mayalibit
.
ha , ditujukan untuk meyakinkan masyarakat akan
manfaat dan pentingnya perlindungan kawasan tersebut. Model pengelolaan yang mempertimbangkan aspek kelestarian sumberdaya alam ini dikenal dan dipraktekkan dari generasi ke generasi secara turun temurun. Salah satu kearifan lokal di Teluk Mayalibit terkenal dengan istilah sasi. Sasi merupakan pranata sosial yang dibina atas dasar pengetahuan, tingkah laku budaya dan didasari atas sistem religi yang mereka yakini. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis bentuk-bentuk kearifan lokal di Teluk Mayalibit yang dilestarikan oleh masyarakat guna pengelolaan perairan di wilayah KKLD. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif dengan teknik pengambilan data secara purposive kepada narasumber dan tokoh-tokoh kunci. meliputi data primer dari hasil wawancara, kuesioner, observasi, pengamatan langsung dan data sekunder bersumber dari tulisan-tulisan terdahulu, jurnal-jurnal, buku-buku dan dokumen. hasil penelitian menguraikan bentuk-bentuk kearifan lokal masyarakat Teluk Mayalibit Raja Ampat. Sasi diterapkan untuk pengelolaan perikanan lestari khususnya pengelolaan KKLD, yang disadari dan dipahami
oleh masyarakat setempat secara turun temurun untuk pelestarian lingkungan.
Sehingga pengelolaan KKLD berbasis kearifan lokal merupakan salah satu alternatif pengelolaan sumberdaya alam patut mendapat perhatian pemerintah daerah dan pusat secara nasional.
Kata kunci: Pengelolaan, Kosnervasi, Teluk Mayalibit Raja Ampat
Topik . Strategi Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Rabu, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Tuna
UPAYA PENGELOLAAN PES)S)R DAN LAUT BERKELANJUTAN MELALU) PEND)D)KAN KONSERVAS) SEJAK D)N) D) PULAU PAR), KEPULAUAN SER)BU Sarah Rosemery Megumi Wouthuyzen Universitas Diponegoro e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Usaha memberikan wawasan konservasi pesisir sumber daya hayati pesisir kepada anak-anak sejak dini dirasakan penting di banding pada usia dewasa. Tujuan dari penelitian ini adalah memperkenalkan pendidikan konservasi sumber daya hayati pesisir SD(P serta mengkaji persepsi pada siswa usia - tahun di SDN
pagi Pulau Pari dan orang tua siswa dalam mengelola
SD(P secara berkelanjutan di masa depan. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, instrumen tes pretest dan postest dan non tes lembar observasi akti itas siswa, akti itas guru, wawancara orang tua dan informan kunci . Analisa data deskriptif dipakai dalam penelitian ini. (asil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pendidikan konservasi SD(P pada siswa usia tahun terbukti meningkatkan pengetahuan dan sikap siswa dalam upaya konservasi dan pengelolaan wilayah pesisir dan laut. (asil penelitian ini menyimpulkan bahwa anak usia - tahun kelas
SD sangat efektif menerima pendidikan konservasi SD(P, diharapkan kedepannya
menjadi agen perubahan dalam pengelolaan pesisir yang berkelanjutan, seiring mereka tumbuh menjadi dewasa.
Kata kunci: Pendidikan konservasi SD(P, Siswa usia - tahun, Pulau Pari
Topik . Strategi Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Rabu, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Tuna
MODEL )NTEGRAS) EFEKT)V)TAS PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVAS) DAN STATUS PENGELOLAAN PER)KANAN: KASUS TAMAN PULAU KEC)L KE) KEC)L James Abrahamsza*, Tou ik Alansarb, Tau ik Abdillahb, Marvin M. Makailipessyc, Mozart Thenuc a
Learning Center EAFM, Universitas Pattimura b c
WWF-)ndonesia
Politeknik Perikanan Tual
email:
[email protected]
ABSTRAK Kebutuhan alternatif pengelolaan kawasan konservasi Taman Pulau Kecil Kei Kecil dan perbaikan pengelolaan perikanannya, berawal dari pertanyaan apakah kawasan konservasi dapat memperbaiki pengelolaan perikanan. Keraguan tentang manfaat kawasan konservasi dalam mengatasi masalah pengelolaan perikanan, serta lemahnya perencanaan, pemantauan dan evaluasi, berpotensi menciptakan disinsentif dan rendahnya ekspektasi kekuatan instrumen pengelolaan. Kajian ini bertujuan menilai efektivitas pengelolaan Taman Pulau Kecil, menilai status pengelolaan perikanan dengan pendekatan ekosistem, serta merumuskan model integrasi perbaikan pengelolaan kawasan konservasi dan pengelolaan perikanan. Efektivitas pengelolaan kawasan konservasi berada pada % tingkat ) inisiasi , % tingkat )) didirikan , % tingkat ))) kelola minimum , % tingkat )V kelola optimum , dan % tingkat V kelola mandiri , berarti kawasan konservasi berperingkat merah. Selama dua tahun, perkembangan status ini tergolong lambat akibat pengaruh transisi pelimpahan kewenangan pengelolaan dari Kabupaten ke Provinsi saat implementasi UU Tahun . Status pengelolaan perikanan pada kategori sedang, walaupun pemetaan kobe plot merekomendasikan pengelolaan dengan mempertahankan strategi eksisting. Domain teknik penangkapan ikan dan ekonomi tergolong ketegori buruk, dan berpengaruh terhadap status pengelolaan perikanan secara agregat. Skenario perbaikan pengelolaan melalui penetapan % indikator berada pada kondisi baik, berpeluang mencapai status pengelolaan baik dalam waktu - tahun. Walaupun efektivitas pengelolaan kawasan konservasi rendah, namun pengelolaan perikanan cukup baik. Pada kondisi ini, model integrasi membuktikan penilaian efektivitas secara bertingkat memiliki kelemahan dalam menjawab keterkaitannya dengan status pengelolaan perikanan. (al ini dibuktikan dengan kekuatan model integrasi yang terbentuk dari pengelompokan tujuan pengelolaan berdasarkan sistem pengelolaan berkelanjutan, meliputi: pemuliaan ekologi, penguatan sosial dan sistem tata kelola yang dinamis dan akomodatif. Kata Kunci : Taman Pulau Kecil, Pengelolaan, Efektivitas, Status, Model )ntegrasi
Topik . Strategi Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Rabu, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Tuna
T(E EFFECT OF ENV)RONMENTAL LEADERS()P AND EMPLOYEE'S COGN)T)VE AB)L)TY ABOUT MAR)NE AND F)S(ER)ES: A COMPARAT)VE ANALYS)S OF T(E)R EFFECT ON EMPLOYEE'S DEC)S)ON MAK)NG Simon Boyke Sinagaa*, ) Made Putrawanb, Nadirohb a
Kementerian kelauatan dan Perikanan b Universitas Negeri Jakarta
e-mail:
[email protected]
ABSTRACT The differences of employees Decision Making is brought about the effect of Environmental Leadership and employee's Cognitive ability about marine and isheries is a research problem. An expost facto method with
x
factorial designs has been applied which each cell consisted of
sample. All instruments measured by scale which respectively their reliability was . .
, .
, and
for Environmental Leadership, Cognitive ability, and Decision Making. Data has been analyzed
by two-way ANOVA. Research results showed that there was signi icant differences of employee's decision making between those employees who perceived their leaders have transformational style compared to others who perceived transactional style. There was a signi icant interaction effect between Environmental Leadership and cognitive ability on employee's decision making.
Keywords: Sustainable Fisheries, Environmental Leadership, Cognitive ability
Abstrak Topik Status dan Ancaman Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Topik . Status dan Ancaman Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Selasa, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Gabus APL)KAS) DPS)R FRAMEWORK BERBAS)S SPAS)AL PADA DEGRADAS) LA(AN D) KAWASAN WAR)SAN GEOLOG) GUMUK PAS)R PES)S)R PARANGTR)T)S Mega Dharma Putraa*, Etik Siswantib, Theresia Retno Wulanc, Edwin Maulanad, Farid )brahime, Anggara Setyabawana Putraf, Fajrun Wahidil Muharramg, Gianova Andika Putrih, Dwi Sri Wahyuningsiha, Bernike (endrastutii a
Parangtritis Geomaritime Science Park Program Studi Geogra i dan )lmu Lingkungan, Fakultas Geogra i, Universitas Gadjah Mada c Badan )nformasi Geospasial d Program Studi Magister Manajemen Bencana, Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada e Program Studi Geogra i, Fakultas Geogra i, Universitas Muhammadiyah Surakarta f Program Studi Statistika, Fakultas M)PA, Universitas )slam )ndonesia g Program Studi Kartogra i dan Penginderaan Jauh, Fakultas Geogra i, Universitas Gadjah Mada h Program Studi Pemanfaatan Perikanan, Fakultas Perikanan dan )lmu Kelautan, Universitas Diponegoro i Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada b
e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Statusnya sebagai ekosistem langka dunia mengukuhkan gumuk pasir pesisir di Daerah )stimewa Yogyakarta D)Y sebagai kawasan warisan geologi lewat Surat Keputusan Kepala Badan Geologi Nomor .K/ /BGL/ tanggal Oktober tentang Penentuan Kawasan Cagar Alam Geologi D)Y. Ekosistem gumuk pasir pesisir juga menghasilkan jasa ekosistem yang penting namun degradasi lingkungan akibat alih fungsi lahan menjadi ancaman. (ingga September , ekosistem gumuk pasir pesisir seluas ha didominasi vegetasi , % dan lahan terbangun , % . Penelitian ini bertujuan untuk mengidenti ikasi permasalahan pengelolaan ekosistem gumuk pasir pesisir secara terpadu beserta solusinya. Metode penelitian yang digunakan adalah Drivers, Pressures, State, )mpact, Responses DPS)R Framework. Metode ini dipilih karena terstruktur dan memadukan unsur ekologi dan sosial secara bersamaan. Tahapan awal yang dilakukan adalah mengidenti ikasi masalah yang ada dalam komponen ekologi dan sosial ekosistem gumuk pasir pesisir. Tahap selanjutnya adalah mengintegrasikan komponen-komponen tersebut dengan matriks korelasi DPS)R Framework sehingga dihasilkan solusi yang mengakar pada permasalahannya. Agar lebih efektif, analisis juga dilengkapi dengan pendekatan spasial karena setiap zona di ekosistem gumuk pasir pesisir memiliki potensi dan tantangan yang berbedabeda. (asil matriks korelasi menunjukkan bahwa tindakan terbaik yang dapat diterapkan di kawasan konservasi Zona )nti berbeda dengan kawasan budidaya Zona Penunjang dan Zona Terbatas . Zona )nti membutuhkan perhatian pada pengelolaan wisata, khususnya mengembangkan atraksi wisata yang memperhatikan segmentasi pasar, dan membentuk lembaga pengelola yang mampu mengkoordinasikan berbagai kegiatan yang ada di ekosistem gumuk pasir pesisir. Pengembangan yang dapat dilakukan di Zona Terbatas dan Zona Penunjang adalah berfokus pada peningkatan amenitas dan revitalisasi objek wisata. Kata kunci: DPS)R Framework, Gumuk Pasir Pesisir, Parangtritis
Topik . Status dan Ancaman Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Selasa, Mei , . - . Sesi Pararel . Gabus
STATUS KEBERLANJUTAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA )KAN PASCA PENETAPAN KAWASAN KONSERVAS) PERA)RAN D) PULAU KOON DAN SEK)TARNYA Adrian Damoraa*, Aliana Nafsala, Tau ik Abdillahb a
WWF-)ndonesia b
WWF-)BAS
email:
[email protected]
ABSTRAK Pulau Koon dan pulau-pulau kecil sekitarnya telah menerapkan pengelolaan berbasis kearifan lokal melalui kawasan lindung musimam yang dikenal dengan ngam. Ngam dikelola dengan batasbatas wilayah kekuasaan kerajaan lokal yang disebut petuanan. Kearifan lokal ini kemudian menginisiasi pencadangan kawasan perairan Pulau Koon dan sekitarnya menjadi Taman Pulau Kecil Pulau koon, Pulau-Pulau Kecil dan Perairan Sekitarnya sejak tahun
. Penetapan ini
dilanjutkan dengan dikeluarkannya marine conservation agreement, dimana ditetapkan zona larang tangkap di kawasan yang diidenti ikasi sebagai penyedia stok larva ikan. Evaluasi penetapan pencadangan kawasan konservasi perairan KKP ini diperlukan sebagai bentuk penilaian kebermanfaatan KKP terhadap aspek perikanan. Data penangkapan ikan telah dikumpulkan pada periode tahun
-
, kemudian dilengkapi dengan data rekonstruksi penangkapan sejak
pertama kali penangkapan ikan dilakukan. Tren hasil tangkapan per upaya tangkap CPUE dari dua famili ikan karang, Lethrinidae dan Scaridae, menunjukkan tren yang stabil, meskipun telah terjadi penurunan CPUE untuk famili Scaridae di tahun terus mengalami penurunan sejak tahun
. Tren CPUE untuk famili Serranidae
. Model dinamis biomassa telah digunakan untuk
menganalisis data CPUE ketiga famili ikan karang. (asil analisis menunjukkan status pemanfaatan over ished kelimpahan stok lebih rendah dari angka acuan, Bt < BMSY dan over ishing laju penangkapan lebih tinggi daripada angka acuan, Ft > FMSY untuk famili Serranidae dan Lethrinidae. Famili Scaridae hanya berada pada status pemanfaatan over ished. Kaidah pengendalian penangkapan dengan angka acuan sasaran di titik
% BMSY menunjukkan
pemulihan stok ikan terjadi dalam kurun waktu - tahun dengan skenario kontrol upaya tangkap sebagai skenario yang terbaik. Kata Kunci : CPUE, MSY, kaidah pengendalian penangkapan
Topik . Status dan Ancaman Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Selasa, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Gabus
STATUS PEMUT)(AN KARANG AK)BAT MEN)NGKATNYA SU(U PERMUKAAN A)R LAUT D) )NDONES)A TA(UN Derta Prabuninga*, M Firdaus Agungb, (adi Yoga Dewantob a
b
Reef Check )ndonesia Kementerian Kelautan Perikanan e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Saat ini perubahan iklim menjadi salah satu ancaman terbesar pada terumbu karang di seluruh dunia, melalui pemutihan karang terkait meningkatnya suhu permukaan air laut. Tahun
telah
diprediksi terjadi pemutihan karang yang luas dan parah oleh NOAA Coral Reef Watch. Dalam memantau kejadian pemutihan karang dan bagaimana terumbu terdampak, timing adalah hal yang sangat penting. Reef Check )ndonesia mendorong Kementerian Kelautan Perikanan untuk mengambil peran aktif, salah satunya dengan penyebaran informasi peringatan kemungkinan terjadinya pemutihan karang, yang didistribusikan tidak terbatas kepada mitra pengelola kawasan konservasi maupun kalayak umum. Peringatan ini bersifat awal, ditanggapi secara cepat dan memberikan pertimbangan lebih lanjut. Berdasarkan respon cepat tersebut, karang di )ndonesia terlapor mulai mengalami pemutihan karang pada akhir bulan Januari dan memuncak pada bulan April-Juni
. Dari
provinsi yang terpantau,
provinsi terlapor mengalami pemutihan
karang dengan tingkat keparahan dan kerusakan berbeda, dengan satu-satunya provinsi yang terlapor tidak mengalami pemutihan karang adalah Papua Barat. Setidaknya terdapat
kawasan
konservasi yang terlapor mengalami pemutihan karang. (asil tersebut didapat dari
data-log
akti itas di air, yaitu selam, snorkeling dan pengamatan dari permukaan. Terdapat seluruh )ndonesia dengan
pengamat di
pengamat merupakan pemandu selam atau penyelam profesional.
Dari total pengamat tercatat
organisasi/institusi, yang umumnya adalah Penyedia Jasa
Penyelaman Dive Operator Selam . Dengan tersebarnya kejadian pemutihan karang di seluruh )ndonesia dan diprediksinya pemutihan karang akan semakin sering terjadi akibat meningkatnya suhu permukaan laut, diperlukan kerja keras lebih lagi dalam menanggapi secara aktif pengelolaan terumbu karang, yaitu pengelolaan yang lebih "mengakomodir" perubahan iklim dalam rencana pengelolaanya.
Kata kunci: Terumbu Karang, Pemutihan Karang, Perubahan )klim
Topik . Status dan Ancaman Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Selasa, Mei , . - . Sesi Pararel . Gabus STRATEG) PENGELOLAAN W)SATA BA(AR) M)NAT K(USUS ()U PAUS Rhincodon typus DAN DAYA DUKUNG KAWASAN D) TAMAN NAS)ONAL TELUK CENDRAWAS)( Donny Juliandri Prihadi Universitas Padjajaran, Bandung e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di Perairan Kwatisore, Taman Nasional Teluk Cenderawasih, Kabupaten Nabire untuk mengetahui strategi pengelolaan wisata bahari minat khusus (iu Paus dan mengetahui kesesuaian wisata dan daya dukung kawasan dalam mendukung pengembangan wisata hiu paus Rhincodon typus di perairan Kwatisore. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode cross section dimana data bersumber dari data primer yakni data dikumpulkan melalui observasi di lapangan dan data sekunder yang bersumber dari pengelola wisata dan instansi terkait. Pengambilan data primer dilakukan di kemunculan hiu paus selama tahun
–
. (asil analisis kesesuaian kawasan untuk wisata
melihat hiu paus menunjukkan bahwa stasiun , , , , dan sangat sesuai sedangkan stasiun , , , dan
stasiun berdasarkan titik
termasuk dalam kriteria S atau
termasuk S atau sesuai sebagai lokasi melihat hiu
paus. Strategi pengelolaan yang sangat cocok agar kawasan taman nasional Teluk Cendrawasih perlu dibentuk lokal group wisata bahari dari berbagai elemen masyarakat lokal dan didukung oleh peraturan daerah, dukungan pemerintah pusat, yaitu Kementrian Kehutanan. (asil perhitungan nilai daya dukung kawasan DDK wisata hiu paus di perairan Kwatisore mencapai wisatawan/hari. Nilai DDK tersebut menunjukkan bahwa kunjungan wisatawan ke perairan Kwatisore masih kurang dan diharapkan dapat meningkat setiap tahunnya.
Kata kunci: (iu Paus, Wisata Bahari, Daya Dukung Kawasan
Topik . Status dan Ancaman Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Selasa, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Gabus
ANAL)S)S PERUBA(AN DAN STRATEG) PENGELOLAAN KAWASAN (UTAN MANGROVE D) TAMAN NAS)ONAL GUNUNG PALUNG KAB. KAYONG UTARA, KAL)MANTAN BARAT Nurul )hsan Fawzi Alam Sehat Lestari e-mail:
[email protected]
ABSTRAK )nventarisasi kehilangan hutan mangrove secara global mencapai % dari tahun , dengan luas saat ini yang tersisa hanya , juta hektare. Penyebab utama deforestasi hutan mangrove secara global tersebut adalah untuk pertanian % , tambak % , dan menjadi wilayah perkotaan % . Pada kawasan Taman Nasional Gunung Palung, deforestasi hutan mangrove terjadi akibat konversi menjadi lahan pertanian. Untuk itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan hutan mangrove pada kawasan taman nasional dan sekitarnya dan mengevaluasi strategi untuk restorasi hutan mangrove. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pemetaan kawasan hutan mangrove menggunakan citra penginderaan jauh. Data yang digunakan adalah citra Citra Landsat TM direkam tanggal September dan Oktober , citra Landsat ETM+ direkam tanggal Juni , Juli , dan Agustus , serta citra Landsat OL) direkam tanggal Maret dan September . (asil pemetaan digunakan sebagai acuan untuk validasi lapangan. Untuk menilai perubahan hutan mangrove, metode yang digunakan adalah metode subtraksi citra dan untuk evaluasi perubahan yang terjadi, digunakan analisis deskriftif kualitatif dan analisis SWOT untuk menghasilkan perencanaan pengelolaan yang sesuai. )nterpretasi citra Landsat menghasilkan distribusi dan luas hutan mangrove pada masing-masing tahun pengamatan. (utan mangrove di kawasan Taman Nasional Gunung Palung mengalami penurunan, yakni luas masing-masing pada tahun , , dan adalah , ha, , ha, dan , ha. Pada tahun dan hutan mangrove tidak mengalami perubahan, dan tahun terjadi deforestasi seluas , ha. Untuk analisis lebih luas pada buffer km dari batas taman nasional, luas pada masing-masing tahun , , dan adalah . , ha, . , ha, dan . , ha; atau telah terjadi deforestasi seluas , ha. Penyebab deforestasi yang utama adalah konversi menjadi lahan pertanian yang terjadi dalam kawasan taman nasional dan sekitarnya. Pada kawasan taman nasional, penyebab konversi adalah akibat kon lik tenurial antara Taman Nasional Gunung Palung dan masyarakat. Strategi penyelesaian kon lik dan pengelolaannya adalah dengan pengelolaan hutan bersama dengan memperhatikan nilai-nilai konservasi yang disepakati. Termasuk upaya inventatisasi dan perlindungan yang lebih maksimal terhadap mangrove yang tersisa pada area ini. Kata kunci: Perubahan Mangrove, Pengelolaan Mangrove, Taman Nasional Gunung Palung
Topik . Status dan Ancaman Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Selasa, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Gabus
UPAYA PERL)NDUNGAN ()U APEND)KS C)TES )) D) T)MUR )NDONES)A Zarlin Rikola Loka PSPL Sorong e-mail:
[email protected]
ABSTRAK )ndonesia dengan luas perairan yang lebih besar dari pada daratan membuat )ndonesia memiliki beranekaragam jenis ikan. Terdapat jenis hiu yang masuk dalam Apendiks C)TES )), diantaranya ada di )ndonesia seperti: (iu Koboi Carcharhinus longimanus , (iu Martil Sphyrna lewini, Sphyrna mokarran, Sphyrna zygaena . (iu merupakan puncak rantai makanan dilaut sehingga hiu sangat penting menjaga keseimbangan ekosistem. (al ini yang menyebabkan banyak regulasi-regulasi yang melindungi hiu baik secara lokal dalam PERDA Kabupaten Raja Ampat Nomor tahun secara nasional dalam PERMEN KP Nomor KP/
, PERMEN KP Nomor PER.
/MEN-KP/
/MEN/
, KEPMEN Nomor
,
/KEPMEN-
, dan secara )nternasional dalam Apendiks
C)TES. Berdasarkan data dari Loka PSPL Sorong, pemanfaatan hiu dan derivat-derivatnya sejak tahun
yang berfokus di Kota Sorong dan tahun
Papua Barat, Maluku, Maluku Utara. Pada tahun ton kulit. Pada tahun ,
ton kulit, dan .
, .
ton sirip apendiks,
ton tulang. Pada tahun
dari tahun-tahun sebelumnya seperti:
s/d mencapai .
dibeberapa tempat yaitu Papua, .
ton sirip non apendiks,
,
ton, daging
ton daging,
Triwulan ) pemanfaatan hiu lebih beragam
satu ekor hiu hidup jenis Stegostoma fasciatum dengan
berat . kg, hiu tanpa kepala ton, hiu tanpa kepala, ekor, dan sirip sirip non apendiks
ton sirip, . ton daging, dan
.
ton, kulit .
ton, sirip apendiks .
ton, dan tulang .
ton,
ton. Bisa dilihat
bahwa pemanfaatan hiu tiap tahunnya mengalami peningkatan. Produk-produk hiu ini dikirim ke Surabaya, Jakarta, Probolinggo, dan Makassar.
Kata kunci: (iu, Perlindungan, Pemanfaatan
Topik . Status dan Ancaman Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Selasa, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Gabus PEMANTAUAN PART)S)PAT)F KOND)S), ANCAMAN, DAN PERSEPS) MASYARAKAT TER(ADAP CETACEAN D) PERA)RAN PANTA) WAWARAN DAN TAWANG PAC)TAN Nurul Kusuma Dewi Universitas PGR) Madiun e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Cetacean adalah kelompok mamalia laut yang telah beradaptasi sepenuhnya dengan kehidupan air. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui informasi awal tentang Cetacean paus dan lumbalumba dan persepsi masyarakat terhadap sumber daya laut tersebut di Perairan Pantai Wawaran dan Tawang Pacitan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang keberadaan dan kondisi kelompok Cetacean di Perairan Wawaran dan Tawang sehingga dapat digunakan dalam pengambilan keputusan pengelolaan sumber daya laut di wilayah tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam terhadap dan
nelayan Pantai Wawaran
nelayan Pantai Tawang Pacitan menggunakan kuesioner tangkapan/tangkapan sampingan
dugong yang terstandarisasi dari UNEP/CMS. Kuesioner terdiri dari
pertanyaan yang meliputi
latar belakang narasumber, tangkapan/tangkapan sampingan dugong, persepsi, informasi perikanan, tangkapan/tangkapan sampingan penyu, dan tangkapan/tangkapan sampingan Cetacean. Pantai Wawaran dan Tawang merupakan habitat bagi Cetacean. Seluruh responden menyatakan pernah melihat Cetacean jenis paus dan lumba-lumba. Mereka melihat Cetacean ketika memancing dan ketika menuju lokasi memancing, Menurut responden, lumba-lumba yang mungkin hidup di lokasi ini berjumlah ribuan, sedangkan paus berada dalam jumlah yang lebih sedikit. Seluruh responden juga menyatakan melihat lumba-lumba hampir setiap hari. Rata-rata responden mengetahui bahwa paus dan lumba-lumba merupakan hewan dilindungi. Disisi lain, responden juga dapat menjadi ancaman karena mereka menganggap lumba-lumba sebagai pengganggu. Lumba-lumba sering merusak jaring dan menghabiskan ikan di dalamnya. Selain itu, populasinya yang melimpah menyebabkan responden berpikir bahwa keberadaan Cetacean tidak penting. Perlu dilakukan pendampingan kepada nelayan-nelayan di Pantai Wawaran dan Tawang agar memahami dan ikut menjaga keberadaan sumber daya laut tersebut.
Kata kunci: Pemantauan Partisipatif, Cetacean, Pesisir Pacitan
Topik . Status dan Ancaman Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Selasa, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Gabus
MENGURANG) RES)KO PENCEMARAN A)R LAUT AK)BAT PEMBUANGAN A)R PEND)NG)N MES)N D)ESEL KAPAL NELAYAN D) WAKATOB) Ari Kuncoroa*, Ma'muria, Susilo Wisnugrohoa a
Loka Perekayasaan Teknologi Kelautan e-mail: arikuncoro
@yahoo.co.id
ABSTRAK Wakatobi terletak di Provinsi Sulawesi Tenggara, )ndonesia, dengan luas wilayah berpenduduk
.
jiwa pada tahun
km dan
. Wakatobi merupakan salah satu kawasan taman
nasional yang dilindungi dengan luas ,
juta hektar. Di Wakatobi, kerusakan ekosistem bisa
terjadi karena pemanfaatan sumber daya yang berlebihan seperti penangkapan ikan di daerah terumbu karang menggunakan racun dan bom, konversi lahan pesisir untuk penambangan pasir laut, pertanian/perkebunan dan pemukiman, serta pencemaran laut akibat tumpahan minyak dan pembuangan zat-zat yang berbahaya dari kapal. Penduduk di Wakatobi yang bermata pencaharian sebagai nelayan sekitar rumput laut. Sekitar
% atau % atau
.
.
jiwa yang terdiri dari nelayan tangkap, budidaya dan nelayan tangkap menggunakan mesin sebagai penggerak
kapal untuk menangkap ikan. Mesin yang digunakan ada yang berupa mesin diesel, yang menggunakan air laut sebagai media pendingin mesin, di mana air laut sebagai pendingin, langsung dibuang ke laut tanpa adanya system ilter sehingga tidak ramah lingkungan. Air buangan dari pendingin tersebut, mengandung senyawa korosi, kerak dan minyak pelumas yang merembes dari mesin. Dengan banyaknya kapal nelayan yang menggunakan mesin diesel, dikhawatirkan dapat menimbulkan pencemaran di perairan Wakatobi, sehingga bisa mengancam kelestarian ekosistemnya. Solusi yang bisa digunakan untuk mengurangi zat-zat berbahaya yang dihasilkan dari pembuangan pendingin mesin diesel kapal nelayan, yaitu dengan menggunakan alat yang mampu mengurangi zat-zat berbahaya tersebut tercampur ke laut, seperti ilter blaster dan bak penampungan air pendingin. Solusi ini diharapkan mampu mengurangi pencemaran akibat dari zat-zat berbahaya yang dikandung oleh buangan air pendingin mesin diesel kapal nelayan di perairan Wakatobi. Kata kunci: Ekosistem, Pencemaran, Filter Blaster
Topik . Status dan Ancaman Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Selasa, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Gabus KAJ)AN POTENS) B)OF)S)K TWP SELAT T)WORO Al Furkana*, Muh. (amsir Lasikadaa, Fajar )zasa a
Fisheries Diving Club Universitas (asanudin, Fakultas )lmu Kelautan dan Perikanan Universitas (asanuddin e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Keanekaragaman hayati yang dimiliki Kawasan Konservasi Perairan Daerah KKLD Selat Tiworo terbilang tinggi yang potensial untuk dikembangkan. Namun beberapa tahun terakhir, pemanfaatan potensi tersebut mulai mengarah pada pengrusakan lingkungan akibat penggunaan alat tangkap destruktif. Maka dari itu diperlukan kajian mengenai bio isik yang dapat memberikan gambaran dan kondisi yang terjadi dengan tujuan untuk menyediakan data informasi mengenai kondisi terumbu karang, ikan karang, mangrove, padang lamun, biota langka/ endemik dan kondisi sosial ekonomi serta penyebab kerusakan ekosistem perairan. Metode yang digunakan untuk pengambilan data dilapangan adalah dengan cara observasi, wawancara serta studi pustaka. Pengamatan tutupan karang dan benthos menggunakan metode Point )ntercept Transect P)T sedangkan ikan karang menggunakan underwater visual census UVC . Metode transek kuadrat digunakan untuk pengamatan ekosistem lamun dan mangrove. Sedangkan kondisi sosial ekonomi dilakukan dengan teknik survey wawancara. (asil pengamatan menunjukkan kondisi karang KKLD Selat Tiworo dalam kategori sedang dengan rerata persentase karang hidup karang hidup terendah terletak di Stasiun )ndo .
Pulau Mandike
%. Persentase
% dan tertinggi Stasiun
Pulau
% yang termasuk dalam kategori sangat baik. Jumlah individu ikan karang sebanyak individu/m dan jenis benthos yang mendominasi adalah bulu babi. Kerapatan pohon
mangrove tertinggi sebesar
pohon/ ha dan terendah
pohon/ ha. Jenis lamun teramati
adalah Thallasia hemprichi dan Enhalus acroides. Masyarakat pada umumnya memiliki mata pencaharian sebagai penangkap ikan nelayan dengan alat tangkap jaring gill net dan bagan tancap Kata kunci: Ekosistem Perairan, KKLD, Selat Tiworo
Topik . Status dan Ancaman Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Selasa, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Gabus
PER)LAKU MASYARAKAT LOKAL KAMPUNG MENAW) TER(ADAP RUSAKNYA TERUMBU KARANG D) PERA)RAN TELUK SAM)R), KABUPATEN YAPEN Dolvina Lea Ansanaya*, Zhelvyanieb a b
SMA Gabungan Jayapura Universitas Cenderawasih
e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Terumbu karang adalah ekosistem di dasar laut yang menjadi tempat hidup ribuan jenis hewan dan tumbuhan yang beraneka ragam bentuk, warna dan keunikannya sehingga menjadi panorama di dasar laut sebagai pariwisata bahari. Namun pemandangan bawah laut teluk Samiri di kampung Menawi, kabupaten kepulauan Yapen sudah jarang dijumpai karena sebagian besar terumbu karang telah hancur dan kekayaan bahari yang ada di dalamnya telah rusak akibat ulah masyarakat sendiri. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat lokal terhadap terumbu karang. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif, observasi secara langsung pada tempat penelitian dan melakukan wawancara yang dipadukan dengan menggunakan angket kuesioner . Masyarakat lokal mengenal terumbu karang Kamirang : bahasa lokal dari orangtua sejak kecil yaitu biota laut dan mengetahui pentingnya terumbu karang. % kerusakan terumbu karang diakibat oleh tingginya aktivitas penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak/bom ikan dopis dan penggunaan bahan lain seperti linggis, martil dan tombak untuk mencari kerang dan ikan karang sebesar
%. (al yang sudah menjadi tradisi
selama puluhan tahun secara turun temurun adalah pemanfaatan terumbu karang oleh masyarakat lokal untuk kebutuhan seperti bahan bangunan dan jalan, perhiasan dan lain-lain kapur sirih, pot bunga, jimat . Kerusakan terumbu karang mengakibatkan berkurangnya hasil tangkapan ikan, hilangnya biota lain yang pernah ada di perairan ini dan berkurang pula pelindung kawasan pantai dari hempasan gelombang. Adanya persoalan ini menunjukkan tingginya eksploitasi terumbu karang dan rendahnya kesadaran masyarakat untuk lebih ramah terhadap lingkungan kearifan lokal , sehingga diperlukan keterlibatan berbagai pihak baik tokoh masyarakat, pemerintah dan pihak berwajib.
Kata kunci: Kerusakan Terumbu Karang , Perilaku Masyarakat, Teluk Samiri
Topik . Status dan Ancaman Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Selasa, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Gabus
)DENT)F)KAS) ANCAMAN TER(ADAP KAWASAN KONSERVAS) PERA)RAN TAMAN W)SATA PERA)RAN LAUT BANDA, PULAU (ATTA, DAN PULAU AY Julham MS Palupessy Satker TWP Laut Banda, BKKPN - KKP e-mail: am.
[email protected]
ABSTRAK Kawasan konservasi perairan merupakan bentuk upaya yang dilakukan dalam perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan sumberdaya perairan secara berkelanjutan. Kawasan konservasi perairan sangat rentan terhadap kerusakan, karena memiliki daya tarik dan potensi sumberdaya alam. Kepulauan Banda memiliki tiga kawasan konservasi perairan KKP yang sudah ditetapkan berdasarkan aturan dan kesepakatan yang berlaku, yaitu Taman Wisata Perairan TWP Laut Banda, KKP Pulau (atta, dan KKP Pulau Ay. Penurunan kualitas dan kelestarian potensi sumberdaya pesisir dan laut menjadi perhatian utama pengelola KKP di Kepulauan Banda. Berdasarkan pertimbangan tersebut, makalah ini bertujuan untuk melakukan identi ikasi ancaman terhadap KKP laut di TWP Laut Banda, Pulau (atta, dan Pulau Ay, Kepulauan Banda. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis situasi, untuk mendapatkan gambaran status dan ancaman pada KKP Kepulauan Banda. Potensi ancaman yang terjadi pada KKP Kepulauan Banda antara lain degradasi ekosistem terumbu karang yang diduga karena pengambilan karang dan pasir sebagai bahan bangunan; penangkapan ikan yang dilindungi seperti ikan Napoleon, (iu, Kima dan Penyu; penurunan stok ikan diduga karena penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan yaitu jaring karang; dan kon lik pemanfaatan daerah tangkap antara jaring mini pureseine dan nelayan pancing; serta kon lik terkait penarikan retribusi antara pelaku wisata dan pengelola konservasi di Negeri Administratif. Salah satu alternatif strategi dalam mengatasi ancaman di KKP Kepulauan Banda adalah membuat jejaring kawasan antara kawasan konservasi dan membangun sistem pelayanan satu pintu untuk penarikan retribusi pariwisata dan mengembalikan adat dan budaya. Kerjasama antara masyarakat dan pemangku kepentingan juga sangat diperlukan untuk menyelesaikan permasalahan di KKP Kepulauan Banda.
Kata kunci: Konservasi Perairan, Kepualauan Banda, )denti ikasi Ancaman
Topik . Status dan Ancaman Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Selasa, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Gabus
ANCAMAN KERUSAKAN (AB)TAT LAMUN D) PULAU WANG)-WANG), WAKATOB) Nanda Radhitia Prasetiawan Loka Perekayasaan Teknologi Kelautan - BRSDM KP e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Ekosistem lamun secara global berada dalam tekanan dan terus mengalami penurunan luasan dari waktu ke waktu. Ancaman degradasi tersebut juga terjadi di )ndonesia termasuk pada Pulau WangiWangi yang merupakan pulau dengan populasi penduduk terbesar yang berada di wilayah Taman Nasional Wakatobi. Di Pulau Wangi-Wangi sedikitnya terdapat jenis lamun. Pengukuran tutupan lamun dengan metode transek kuadrat dilakukan pada habitat lamun di sekeliling pulau. (abitat lamun pada beberapa bagian di Selatan pulau tergolong dalam kondisi rusak dengan tutupan rendah, berkeanekaragaman rendah dan mengalami tekanan dari aktivitas manusia terkait penambangan pasir dan budidaya rumput laut yang berpengaruh terhadap penetrasi cahaya, turbiditas, perubahan substrat dasar, peningkatan tutupan alga, pertumbuhan epi it, dan sedimentasi yang menutupi lamun. Spesies lamun berukuran besar dan tinggi seperti E. Acoroides masih dapat bertahan dengan tinggi kanopi yang lebih rendah, sedangkan lamun berukuran kecil seperti (alodule dan (alophila mulai jarang ditemui disekitar garis pantai. Pada bagian lain pulau aktivitas reklamasi, pengerukan dan konstruksi bangunan pantai menyebabkan hilangnya lamun serta berdampak pada penurunan tutupan lamun pada perairan di sekitarnya. Kerusakan habitat lamun yang terus terjadi dapat berdampak pada penurunan produktivitas perairan. Oleh karenanya peningkatan kesadaran masyarakat akan manfaat habitat lamun dan resiko akan kerusakannya penting dalam pengelolaan kawasan konservasi.
Kata kunci: Ancaman Kerusakan, (abitat Lamun, Pulau Wangi-Wangi
Topik . Status dan Ancaman Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Selasa, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Gabus
STATUS DAN ANCAMAN TER(ADAP M)KRO(AB)TAT )KAN ENDEM)K TERANCAM PUNA( BANGGA) CARD)NALF)S( Pterapogon kauderni Samliok Ndobea*, Jamaluddin Jompab, Abigail Mary Moorc a
Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Peternakan dan Perikanan, Universitas Tadulako b Fakultas )lmu Kelautan dan Perikanan, Universitas (asanuddin c Program Studi S )lmu Perikanan, Fakultas )lmu Kelautan dan Perikanan, Universitas (asanuddin e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Salah satu spesies biota perairan dari
spesies prioritas konservasi di )ndonesia adalah ikan hias
endemik Banggai cardinal ish Pterapogon kauderni . Berstatus Endangered species spesies terancam punah pada Red List )UCN, dan pada CoP C)TES ke-
tahun
)ndonesia
berkomitmen untuk menjamin kelestariannya, proses penyusunan kebijakan perlindungan sedang berlangsung. Pterapogon kauderni bersimbiosis dengan biota lain yang berperan sebagai mikrohabitatnya, terutama bulubabi Diadema sp., anemone laut dan karang keras bercabang. Ketersediaan mikrohabitat dipandang sebagai faktor penentu dalam keberhasilan dinamika populasi P. kauderni di alam. Tujuan penelitian adalah untuk mengkaji data terkini mengenai status dan ancaman mikrohabitat P. kauderni, termasuk dalam konteks perubahan iklim. Data primer,yang diperoleh dengan metode survei Coral-Watch serta swim survey pada bleaching event berskala global tahun
, dibanding dengan data hasil survei yang dilakukan sejak
. (asil
yang diperoleh antara lain bahwa kelimpahan populasi Diadema sp. mengalami penurunan sangat drastis dan kelimpahan anemone laut menurun akibat tangkap lebih untuk dimanfaatkan sebagai konsumsi makanan masyarakat pesisir. Mikrohabitat lainnya seperti terumbu karang, mengalami kerusakan yang meningkat akibat aktivitas bersifat destruktif berskala lokal , maupun sebagai dampak perubahan iklim, khususnya coral bleaching. Pada lokasi dimana mikrohabitat telah menurun tajam, populasi P. kauderni sangat berkurang, termasuk pada lokasi dengan maupun tanpa penangkapan ikan tersebut. Perlindungan dan pemulihan mikrohabitat dipandang sebagai kondisi mutlak yang mendesak dilakukan untuk keberhasilan upaya pelestarian populasi P. kauderni. (asil penelitian diharapkan sebagai salah satu dasar ilmiah perencanaan dan penerapan pengelolaan lestari populasi ikan hias endemik P. kauderni beserta habitatnya.
Kata kunci: Endangered species, Mikrohabitat, Simbiosis
Topik . Status dan Ancaman Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Rabu, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Gabus KARAKTER)ST)K PES)S)R PULAU KEC)L UNTUK PENGEMBANGAN EKOW)SATA BA(AR) D) KABUPATEN MALUKU TENGA( )lham Marasabessy )nstitut Pertanian Bogor, Bogor e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Pesisir dan pulau-pulau kecil PPK dihadapkan pada berbagai tantangan yang signi ikan. Kecenderungan wilayah ini sangat besar mengalami kerusakan habitat, perubahan pada proses alami ekosistem dan pencemaran. Wilayah pesisir dan PPK semakin komplek sering terjadinya kon lik kepentingan secara internal dalam masyarakat dan pada tingkatan pemerintahan. Untuk itu aktivitas yang akan ditempatkan pada suatu ruang di wilayah pesisir dan PPK harus memperhatikan kesesuaian antara kebutuhan dan kemampuan suatu kawasan dalam menyediakan sumberdaya. Ketersediaan sumberdaya di wilayah pesisir dan PPK merupakan indikator bagi daya dukung kawasan untuk menopang seluruh aktivitas yang dialokasikan. Adanya kesesuaian lahan dan daya dukung kawasan yang tepat, diharapkan dapat benar-benar berpihak kepada rakyat, membuka kesempatan kerja serta mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dengan tetap mengedepankan aspek keberlanjutan sumberdaya alam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pulau kecil yang tidak berpenduduk untuk pengelolaan ekowisata bahari. Penelitian ini dilakukan melalui metode suvei secara deskriptif evaluasi untuk memperoleh data primer, sedangkan data citra satelit kemudian diolah dengan menggunakan analisis spasial dengan bantuan aplikasi Sistem )nformasi Geogra is ArcG)S . Potensi ekowisata bahari yang terdapat pada pulau ini ialah wisata diving dan snorkeling, tracking mangrove dan wisata pantai. Luas hamparan terumbu karang berdasarkan analisis citra satelit sekitar .
Km , dominansi
dari jenis Acropora Branching. Total luas penutupan hutan mangrove sekitar .
Km
ha , dominansi jenis mangrove Rhizopora dan Brugueira serta ada beberapa jenis termasuk mangrove endemik. Pantai dengan tipe berpasir putih yang luas. Panjang pantai sekitar Kata kunci: Karakteristik Pulau Kecil, Pulau Tidak Berpenduduk, Ekowisata
meter.
Topik . Status dan Ancaman Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Rabu, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Gabus
ANAL)S)S SPATIAL )DENT)F)KAS) LOKAS) KAWASAN KONSERVAS) PERA)RAN YANG )DEAL D) KOTA TUAL, PROV)NS) MALUKU Tau ik Abdillaha*, Christian Novia N. (a, Dirga Daniela a
WWF-)ndonesia
e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Kota Tual merupakan salah satu dari sebelas kabupaten/kota yang ada di Provinsi Maluku. Kota ini termasuk kota kepulauan, memiliki
pulau yang dibagi menjadi
pulau-pulau Kur, Tayando Tam dan Dullah. Luas laut mencapai .
.
gugus pulau, meliputi gugus Km sedangkan luas darat
Km . Besarnya luasan laut di daerah ini menandakan tingginya potensi pemanfaatan baik
sektor perikanan maupun pariwisata. Berdasarkan hal tersebut diperlukan pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut yang efektif, salah satunya dengan mengembangkan kawasan konservasi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Kota Tual berinisiatif untuk mengalokasikan sebagian daerahnya untuk dicadangkan menjadi kawasan konservasi perairan. Target pembentukan kawasan konservasi perairan Kota Tual yaitu perlindungan terhadap habitat laut penting terdiri dari terumbu karang, lamun dan mangrove, pantai peneluran penyu dan larva connectivity. Kajian ini dilakukan guna mendapatkan lokasi potensial kawasan konservasi perairan yang memiliki nilai konservasi yang tinggi. Analisis data spatial menggunakan analisis Marxan. Analisis ini dipilih karena memberikan solusi terbaik untuk menentukan lokasi yang memiliki nilai konservasi yang tinggi. (asil kajian menunjukkan bahwa luas lokasi frekuensi terpilih tinggi yaitu .
hektar, sedang
.
hektar dan rendah
.
hektar. Lokasi frekuensi tinggi terpilih
berada di gugus pulau-pulau Kur, Tayando Tam dan di perairan sebelah utara Pulau Mas dan Bair. Berdasarkan kajian ini, gugus pulau-pulau Kur dan Tayando Tam menjadi lokasi rekomendasi yang memerlukan adanya pengelolaan kawasan konservasi perairan karena memiliki keterwakilan dari seluruh target konservasi.
Kata kunci: Kawasan Konservasi Perairan, Marxan, Kota Tual
Topik . Status dan Ancaman Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Rabu, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Gabus
STUD) KERUSAKAN EKOS)STEM TERUMBU KARANG D) KAWASAN W)SATA BA(AR) PULAU L)UKANG LOE KABUPATEN BULUKUMBA Nirwana*, Muhammad Syahdana, Da iuddin Salima a
Universitas Lambung Mangkurat e-mail: nirwankla
@gmail.com
ABSTRAK Kerusakan terumbu karang diakibatkan dua faktor yakni aktivitas manusia dan proses alami. Aktivitas manusia yang mengancam ekosistem terumbu karang yakni penggunaan bahan peledak, jala tarik, dan racun dan juga wisata bahari. Sementara proses alami seperti bleaching, penyakit, pemanansan global, pemangsaan dan eutro ikasi. Salah satu metode yang efektif untuk menentukan tingkat kerusakan terumbu karang yaitu Underwater Photo Transek UPT kemudian dianalis menggunakan aplikasi Coral Point Count with Excel extensions CPCe . Penelitian ini dilaksanakan di perairan daerah wisata bahari Pulau Liukang Loe Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat dan penyebab kerusakan terumbu karang. (asil penelitian menunjukkan telah terjadi kerusakan tingkat Sedang dengan tutupan rata-rata karang mati pada kedalaman
meter
,
% dan kedalaman
meter
,
%.
Kerusakan ini disebabkan berbagai macam akti itas manusia seperti kegiatan wisata snorkeling dan diving, pengeboman ikan, pelemparan jangkar kapal, dan pembiusan. Adapun kerusakan akibat proses alami yakni penyakit dan pemanasan global.
Kata kunci: Terumbu Karang, Kerusakan, Wisata Bahari
Topik . Status dan Ancaman Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Rabu, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Gabus
STATUS KOND)S) SOS)AL, PEMANFAATAN SUMBER DAYA LAUT DAN (AB)TAT PES)S)R D) TELUK SAWA) )gnatia Dyahapsaria*, Fikri Firmansyaha, Nara Wisesaa a
WWF-)ndonesia
email:
[email protected]
ABSTRAK Teluk Sawai yang terletak di Kabupaten Maluku Utara teridenti ikasi sebagai area dengan tingkat konektivitas larva yang tinggi. Survei cepat dilakukan di
desa pesisir untuk mendapatkan
informasi kondisi sosial, pemanfaatan sumber daya laut dan habitat pesisir sebagai upaya mendukung pengelola dalam menyusun rencana pengelolaan. Teluk Sawai memiliki struktur adat dengan adanya negeri adat yang mengatur area petuanan. Dengan kondisi daratan yang subur, masyarakat lebih banyak bergantung dari sektor perkebunan dibandingkan sektor perikanan. )nfrastruktur yang tersedia di dalam desa masih terbatas baik dari pendidikan, kesehatan, dan transportasi. Di area Teluk Sawai terdapat beberapa macam pemanfaatan sumber daya laut termasuk perikanan tangkap, perikanan budidaya dan pariwisata. Berdasarkan hasil survei cepat, sektor perikanan didominasi oleh perikanan tangkap dan dikonsumsi secara subsisten. (asil tangkapan lebih banyak dipasarkan di dalam desa, hal ini berkaitan dengan fasilitas yang dimiliki oleh desa. Sementara itu, pariwisata hanya terfokus pada beberapa desa yang sudah menjadi destinasi pariwisata yang dikenal termasuk Pantai Ora. Walaupun masih dapat ditemui, spesies penting seperti paus, dugong, atau ikan konsumsi, populasinya diprediksi semakin berkurang akibat degradasi habitat dan pemanfaatan yang tidak ramah lingkungan. Melihat potensi dan ancaman sumber daya laut maka pengelolaan yang direkomendasikan berupa Kawasan Konservasi Maritim dengan mempertimbangkan kelembagaan adat di Teluk Sawai yang masih kuat. Kata Kunci : Kawasan konservasi perairan, Teluk Sawai, Pantai Ora
Topik . Status dan Ancaman Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Rabu, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Gabus
PEMANFAATAN C)TRA LANDSAT UNTUK UPAYA KONSERVAS) D) PULAUPULAU KEC)L TERLUAR STUD) KASUS: PULAU T)KUS, BENGKULU Adhitya Wisnu Nugraha Universitas Diponegoro e-mail: adhitya.
[email protected]
ABSTRAK )ndonesia merupakan Negara Kepulauan Archipelagic State terbesar di dunia yang terbentang luas dari Sabang sampai Merauke. Wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di )ndonesia berjumlah .
pulau. Kondisi ini merupakan sebuah tantangan bagi pemerintah dalam upaya melindungi
dan mengkonservasi pulau-pulau kecil dan terluar agar tidak hilang tergerus oleh kondisi alam maupun akibat ulah manusia. Pengindraan Jauh merupakan sebuah ilmu dan teknologi terapan yang dapat diterapkan untuk mendeteksi dan mengidenti ikasi pulau-pulau kecil dan terluar. Tujuan dari penelitian ini adalah upaya konservasi luas daerah akibat abrasi di Pulau Tikus, Kota Bengkulu dengan menggunakan citra Landsat MMS dan Landsat . Metode yang digunakan adalah analisa spasial perubahan luas area dari Citra Landsat MMS dan Landsat tahun
dan
yang diakuisisi pada
. Berdasarkan metode tersebut luas wilayah Pulau Tikus, Kota Bengkulu
mengalami penyusutan dari ± (a menjadi ± ,
(a. Sehingga diperlukan penanganan berupa
membentuk gugusan karang baru agar laju sedimentasi semakin besar dan mengubah sistem alur pelayaran dan bongkar muat kapal disekitar pulau.
Kata kunci: Pengindraan Jauh, Konservasi, Pulau-Pulau Kecil
Topik . Status dan Ancaman Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Rabu, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Gabus
PEMODELAN NUMER)K SEBARAN DO ESTUAR) WONOREJO, SURABAYA DAN DAMPAKNYA TER(ADAP EKOS)STEM PERA)RAN ESTUAR) Wazirotus Sakinah Universitas Abdurachman Saleh e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Estuari Wonorejo merupakan estuari yang cukup besar di Surabaya yang juga merupakan kawasan konservasi. Namun banyaknya konversi lahan mangrove menjadi tambak dengan air buangannya yang mengalir di estuari Wonorejo hingga pencemaran yang pekat di sungai sebelah estuari Wonorejo memunculkan masalah kualitas air terutama untuk parameter DO di perairan tersebut. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran DO di muara sungai Wonorejo, mengetahui apakah parameter kualitas air di muara sungai Wonorejo tersebut sudah memenuhi standar baku mutu air laut, dan mengetahui pengaruhnya di muara sungai Wonorejo terhadap ekosistem estuari. Model hidrodinamika dan kualitas air dengan menggunakan perangkat lunak M)KE
modul hidrodinamika dan ECO Lab digunakan untuk meneliti sebaran DO
di estuari Wonorejo. Selanjutnya dilakukan analisis pengaruhnya terhadap ekosistem perairan estuari. (asil yang diperoleh adalah konsentrasi DO memiliki rentang , dan ,
- ,
- ,
mg/L saat pasang
mg/L saat surut, berdasarkan literatur konsentrasi ini dapat menyebabkan
pertumbuhan udang terganggu. Konsentrasi parameter kualitas air tersebut masih belum melewati batas baku mutu untuk biota laut yang telah ditetapkan oleh KEPMEN L( No. .
Kata kunci: DO, Estuari Wonorejo, M)KE
Tahun
Topik . Status dan Ancaman Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Rabu, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Gabus
EVALUAS) KONSERVAS) PENYU ()JAU Chelonia mydas PANTA) GOA CEMARA SEBAGA) ENT)TAS EKOS)STEM PES)S)R DENGAN ANAL)S)S CASM Bernike (endrastutia*, Theresia Retno Wulanb, Edwin Maulanac, Farid )brahimc, Mega Dharma Putrac, Fajrun Wahidil Muharramc, Dwi Sri Wahyuningsiha, Gianova Andika Putrid a
Parangtritis Geomaritime Science Park b Badan )nformasi Geospasial c Universitas Gajah Mada d Universitas Diponegoro
e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Penyu hijau merupakan spesies yang banyak ditemui di )ndonesia. Penyu hijau sudah dimanfaatkan oleh masyarakat )ndonesia untuk diambil daging dan telurnya. (al ini merupakan suatu penyebab saat ini spesies penyu hijau berstatus Endangered menurut )UCN. Pemulihan spesies penyu hijau diperlukan agar tetap lestari, salah satunya di Pantai Goa Cemara Bantul. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi kegiatan konservasi penyu hijau Chelonia mydas di Pantai Goa Cemara dengan analisis CASM. Metode yang digunakan adalah analisis CASM yaitu pendekatan Capability, Availability, Suitability, dan Managementbility. Metode ini sebenarnya digunakan untuk pendekatan perencanaan restorasi. Pada penelitian ini, analisis CASM diujikan untuk melihat evaluasi konservasi penyu karena dapat menjelaskan aspek bio isik meliputi kondisi bio isik wilayah Capability , ketersediaan lahan untuk konservasi Availability , kesesuaian lahan untuk konservasi Suitability , dan pengelolaan Managibility . (asil evaluasi konservasi penyu di Pantai Goa Cemara sudah baik. (al ini dapat dilihat dari hasil analisis CASM. Secara Capability, Pantai Goa Cemara mempunyai hamparan pasir yang sangat luas, dengan suhu optimal. Pantai Goa Cemara juga mempunyai lahan yang tersedia Available untuk kegiatan konservasi penyu selain untuk wisata pantai dan berdagang. Pantai Goa Cemara memiliki jenis pasir hitam dengan suhu optimal untuk menetaskan telur-telur penyu Suitable . Pengelolaan konservasi penyu didukung penuh oleh masyarakat di sekitar Pantai Goa Cemara dan BKSDA D)Y, dengan adanya pelepasan tukik ke pantai secra rutin. m terumbu karang bisa menjaga biodiversitas ekosistem terumbu karang di lautan )ndonesia.
Kata kunci: Konservasi Penyu, Pantai Goa Cemara, Analisis CASM
Topik . Status dan Ancaman Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Rabu, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Gabus
STATUS TERUMBU KARANG KAWASAN KONSERVAS) PERA)RAN D) BENTANG LAUT SUNDA BANDA Amkieltielaa*, Fikri Firmansyaha, Estradivaria a
WWF-)ndonesia
email:
[email protected]
ABSTRAK Bentang Laut Sunda Banda SBS merupakan kawasan dengan keanekaragaman hayati laut yang tinggi dan terletak di kawasan Segitiga Terumbu Karang Coral Triangle . Kawasan ini memiliki kawasan konservasi yang tersebar di
provinsi. Namun sayangnya, informasi terkait kondisi
terumbu karang masih sangat minim, padahal informasi ini merupakan salah satu indikator untuk mengukur efektivitas pengelolaan. Sebagai upaya memperbaharui informasi status terumbu karang di kawasan SBS, penelitian dilakukan di
kawasan konservasi KK yang tersebar di tiga
provinsi Sulawesi Tenggara, Maluku dan Nusa Tenggara Timur . Pengambilan data dilakukan pada kedalaman
meter dengan menggunakan dua metode, yaitu Titik Garis Menyinggung Point
)ntersect Transect – P)T, x x
meter untuk tutupan karang dan Underwater Visual Census UVC,
meter untuk biomassa dan kelimpahan ikan karang. Secara total,
karang dan
transek untuk tutupan
transek untuk ikan karang telah terdata sepanjang penelitian. Rata-rata tutupan
karang keras, biomassa ikan karang, dan kelimpahan ikan karang di SBS berturut-turut adalah + , %; SBS,
, +
, kg/ha; dan .
+
,
individu/ha. Jika dibandingkan dengan rata-rata di
KK memiliki rata-rata tutupan karang keras lebih tinggi dari rata-rata,
KK memiliki rata-
rata biomassa lebih tinggi dari rata-rata, dan KK memiliki rata-rata kelimpahan ikan karang yang lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata. (anya Kawasan Konservasi Perairan Daerah KKPD Pulau Koon dan Pulau Neiden yang memiliki rata-rata terumbu karang ikan
.
, +
, kg/ha , dan kelimpahan ikan
.
+
lebih tinggi dari rata-rata di SBS.
Kata Kunci : Pemantauan, Reef (ealth Monitoring, Coral Triangle
, + , % , biomassa
individu/ha ikan karang yang
Topik . Status dan Ancaman Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Rabu, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Gabus
KESE(ATAN TERUMBU KARANG TAMAN NAS)ONAL KOMODO Jensi Sartina*, Khai inb, Amkieltielaa, Andi Ke ib, Jackson Benub b
a Yayasan WWF-)ndonesia Balai Taman Nasional Komodo
e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Taman Nasional Komodo, Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki sekitar .
spesies karang,
spesies ikan, termasuk dugong, paus, lumba-lumba, penyu, dan sejumlah biota dilindungi
lainnya. Namun, kawasan ini juga terancam pemanfaatan yang merusak dan berlebih serta perubahan iklim. Untuk menilai dampak pengelolaan kawasan konservasi terhadap kondisi kesehatan terumbu karang, Balai Taman Nasional Komodo, WWF-)ndonesia bersama Yayasan Taka melakukan Pengamatan Kesehatan Terumbu Karang yang mencakup data bentik serta biomassa dan kelimpahan ikan karang sesuai dengan Protokol Pemantauan Kesehatan Terumbu Karang di Kawasan Konservasi Perairan WWF-)ndonesia. Pengamatan ini dilakukan di
lokasi di dalam dan
di luar Taman Nasional Komodo dari tanggal
. (asil pengamatan
November - Desember
menunjukkan rata-rata tutupan karang keras tertinggi ditemukan di Zona Pemanfaatan yaitu sebesar
+
%, namun tutupan pecahan karang cukup tinggi juga ditemukan di Zona
Pemanfaatan dan Luar Taman Nasional, yaitu berturut-turut
% dan
%. Analisa
famili ikan
target menunjukkan rata-rata kelimpahan dan biomassa ikan tertinggi ditemukan di Luar Taman Nasional +
+
ind/ha &
+
kg/ha , dan Zona Pemanfaatan
kg/ha , lalu Zona Larang Tangkap +
ind/ha &
+
+
ind/ha &
kg/ha . Rekomendasi yang
dihasilkan adalah peningkatan pengawasan di dalam kawasan taman nasional, penambahan alternatif penggunaan jangkar misalnya dengan penggunaan mooring buoy, dan menstabilkan substrat untuk mendukung prosers perekrutan karang baru. Kata kunci: Taman Nasional Komodo, Terumbu Karang, )kan Target
Topik . Status dan Ancaman Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Rabu, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Gabus
DAYA DUKUNG F)S)K KUNJUNGAN W)SATAWAN KE PONCAN MAR)NE RESORT, PULAU PONCAN GADANG KOTA S)BOLGA (amzah Lubis (akim Adhoc Perikanan e-mail: hamzahlubis
@gmail.com
ABSTRAK Kota Sibolga, Provinsi Sumatera Utara menjadikan pariwisata sebagai salahsatu sektor ekonomi unggulan dengan obyek wisata utama adalah Poncan Marine Resort, Pulau Poncan Gadang. Kunjungan wisatan ke Poncan Marine Resort Oktober
orang dan terendah bulan April
jalan-jalan di pantai,
.
orang per tahun, kunjungan tertinggi bulan orang. Kegiatan wisatawa yang ditawarkan
snorkling dan berenang,
menyelam dan
penjelahan alam.
Perundang-undangan mengharuskan pemanfaatan sumberdaya alam berdasarkan berdasarkan daya dukung. Daya dukung isik adalah jumlah maksimum penggunaan atau kegiatan yang dapat diakomodir tanpa menyebabkan kerusakan sumberdaya alam. Daya dukung berdasarkan Bouilon dalam Soebagio
adalah: X = A/a. F. hasil penelitian untuk daya dukung jalan-jalan di pantai
untuk wisatawan kelas rendah .
orang, wisatawan menengah
orang dan wisatawan istimewa
orang. Daya dukung snorkling .
menyelam
.
orang, wisatawan mewah orang/hari. Daya dukung
orang perhari. Daya dukung penjelajahan trail alam .
rata-rata wisatawan jalan pantai orang/hari dan trail alam
orang perhari, snorkling
orang. Kunjungan
orang/hari, menyelam
orang/hari. Karena jumlah wisatawan lebih kecil dari daya dukung,
maka pemanfaatan sumberdaya alam Poncan Marine Resot memenuhi daya dukung lingkungan.
Kata kunci: -
Topik . Status dan Ancaman Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Rabu, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Gabus
KARAKTER)ST)K POPULAS) ()U PAUS DAN POLA PER)LAKU T)NGGALNYA D) PANTA) BOTUBARAN), BONE BOLANGO, GORONTALO Kris (andokoa*, Mahardika R. (imawanb, Casandra Taniac a
b
BPSPL Makassar – KKP Whale Shark )ndonesia Project c WWF-)ndonesia
e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Salah satu lokasi kemunculan hiu paus di )ndonesia berada di Pantai Botubarani, Bone Bolango, Gorontalo akibat pemberian makanan melalui wisata. Studi bertujuan untuk mengetahui karakteristik populasi dan pola perilaku tinggal hiu paus periode bulan April
-Februari
.
Photo )denti ication Photo )D , pemeriksaan jenis kelamin serta pengukuran panjang total dilakukan pada setiap kemunculan hiu paus. Pola perilaku tinggal dianalisa dengan menghitung jumlah kemunculan individu periode studi dan pemasangan empat penanda akustik. Pencatatan jumlah makanan kepada hiu paus dilakukan untuk mendukung analisa perilaku. Sebanyak )ndividu jantan dan juvenil dengan panjang total tubuh > m teridenti ikasi dengan muncul dan bertahan selama , individu selama maret
hari bulan April
hari bulan November
,
individu
individu selama
hari bulan Oktober
dan individu selama
hari bulan Feruari-
. Keberadaan stok dan pemberian kulit dan kepala udang diduga menjadi faktor utama
muncul dan kembalinya hiu paus di Pantai Botubarani.
Kata kunci: (iu Paus, Photo )D, Penanda Akustik
Topik . Status dan Ancaman Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Rabu, Mei , . - . Sesi Pararel . Ruang Gabus
STATUS PEMUT)(AN KARANG D) KARANGASEM BAL) DAN G)L) MATRA NUSA TENGGARA BARAT Ayub Yayasan Reef Check )ndonesia e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Perubahan iklim salah satu ancaman terbesar terumbu karang di dunia. Di beberapa tempat masyarakat menggantungkan mata pencaharian pada ekosistem terumbu karang. Berdasarkan informasi Peringatan Adanya Pemutihan Karang dari Ditjen. Pengelolaan Ruang Laut, Kementerian Kelautan Perikanan, bulan Mei – Juni
terjadi peningkatan suhu air laut sebesar -
hampir seluruh perairan )ndonesia. D(W tertinggi di perairan Nusa Tenggara Barat,
D(W di D(W.
Tujuan Survei untuk melihat dampak kerusakan akibat terjadinya pemutihan karang. Survei dilakukan di dua kawasan, yaitu Perairan Karangasem, Bali
lokasi dan Gili Matra, NTB
selama periode puncak dan pasca pemutihan pada kedalaman
- m dan -
m . (asil survei
menunjukkan bahwa pemutihan karang terjadi di kedua kawasan. Dari Karangasem, karang terdampak pemutihan berkisar antara terdampak sebesar , berkisar antara
,
-
, ,
%. Dari
,
-
,
lokasi
tiga lokasi di
% sedangkan yang tidak
lima lokasi di Gili Matra karang terdampak pemutihan
% sedangkan yang tidak terdampak sebesar
,
-
,
%. (asil
survei pasca pemutihan, ditemukan banyak karang mengalami kematian di kedua kawasan. Tertinggi ditemukan di Lipah
,
% untuk Karangasem dan Sunset Reef
,
% untuk Gili
Matra. Kematian karang di Lipah Karangasem merupakan baru ditumbuhi alga dan di Gili Matra berkisar >
%. Pemutihan karang menyebabkan menurunya tutupan karang keras di dua lokasi.
Kata kunci: Pemutihan Karang, D(W, Survei
Abstrak POSTER
SN
PM
S)STEM PENGETA(UAN LOKAL MASYARAKAT NELAYAN SUKU BAJO KABUPATEN BONE TER(ADAP KONSERVAS) EKOS)STEM PES)S)R DALAM PERSPEKT)F ETNOGRAF) Muhammad Ansarullah S. Tabbu Universitas Negeri Malang e-mail: ansarullahmuhammad
@gmail.com
ABSTRAK Komunitas Bajo yang mendiami pesisir pantai Teluk Bone merupakan masyarakat berkebudayaan maritim dan mempunyai sistem pengetahuan lokal yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya laut. Dalam hal pemanfaatan sumberdaya hayati laut, masyarakat Bajo sangat adaptif dengan lingkungannya. Seperti menjaga terumbu karang sebagai tempat tinggal ikan, bertelur dan tempat makan ikan. Masyarakat Bajo pun memiliki kesadaran konservasi cukup baik. Olehnya itu, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sistem pengetahuan lokal masyarakat nelayan suku Bajo dalam konservasi ekosistem pesisir. Tujuan tersebut kemudian di terjemahkan kedalam fokus penelitian. Adapun (asil penelitian ini menunjukkan orang-orang suku Bajo memiliki karakteristik yang sama walaupun mereka menyebar dan menetap diberbagai daerah di )ndonesia, nelayan suku Bajo memahami laut dengan berbagai sudut pandang, yaitu; sebagai tabar obat , tranportasi ,
laut sebagai sehe sahabat ,
laut
laut sebagai anudinta' makanan ,
laut sebagai lalang {prasarana
laut sebagai patambangang tempat tinggal ,
laut sebagai pamtmang ala' baka
raha' sumber kebaikan dan keburukan , dan
laut sebagai patambangan umbo ma'dllao tempat
leluhur orang Bajo yang menguasai laut . Pengetahuan lokal masyarakat nelayan suku bajo terbagi menjadi;
Pengetahuan lokal yang berkenaan dengan ruang/tempat lokasi ,
lokal yang berkenaan dengan biota laut,
pengetahuan
pengetahuan lokal yang berkenaan alat tangkap ramah
lingkungan. Adapun faktor yang mempengaruhi bertahannya kearifan lokal masyarakat Bajo yakni, faktor ekonomi, faktor pengalaman experienced dan kepercayaan religi dan faktor pendidikan.
Kata kunci: Sistem Pengetahuan Lokal, Nelayan Bajo
SN
PM
Kerangka Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Laut Menggunakan Pendekatan Resiliensi Sosial-Ekologi dan Spatial System Dynamics: Studi Kasus KKPD Pulo Pasi Gusung, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan Suryo Kusumoa*, Luky Adriantoa, Mennofatria Boera dan Suharsonob a
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Sekolah Pascasarjana, )PB b Pusat Penelitian Oseanogra i L)P)
ABSTRAK Konservasi telah menjadi tuntutan dan kebutuhan yang harus dipenuhi sebagai harmonisasi atas kebutuhan ekonomi masyarakat dan keinginan untuk terus melestarikan sumberdaya yang ada bagi masa depan KKJ) . Penetapan kawasan konservasi perairan laut tidak hanya mempertimbangkan keberlanjutan sumberdaya yang ada, terutama ekosistem terumbu karang, padang lamun, mangrove, biota yang dilindungi, habitat serta daerah pemijahan ikan dan biota lainnya. Yang perlu dipertimbangkan juga adalah akti itas masyarakat lokal yang memanfaatkan sumberdaya tersebut. Tingkat resiliensi terumbu karang hendaknya merupakan salah satu komponen yang penting didalam pemilihan kawasan konservasi terumbu karang. Terumbu karang yang memiliki tingkat resiliensi lebih tinggi lebih berharga untuk dikonservasi daripada yang resiliensinya rendah. Penurunan hasil tangkapan ikan karang disebabkan karena menurunnya kualitas terumbu karang sebagai habitat ikan terumbu akibat over ishing tangkap lebih , praktek perikanan yang merusak, terutama penggunaan sianida, serta minimnya mata pencaharian alternatif masih terjadi di Kawasan Konservasi Perairan Daerah KKPD Pulo Pasi Gusung. Pemilihan kawasan konservasi terumbu karang sebagian besar masih dilakukan secara konvensional didasarkan pada kelimpahan dan keanekaragaman komunitas karang dan komunitas ikan. Tetapi terumbu karang yang tutupannya baik dan jumlah spesies karang tinggi belum tentu mencerminkan resiliensi yang tinggi. Terumbu karang yang mempunyai nilai resiliensi tinggi dan resiko tinggi mendapatkan prioritas yang tinggi didalam pengelolaan Bachtiar . Selain menetapkan kawasan konservasi perairan laut dengan pendekatan resiliensi, dibutuhkan juga kajian terhadap pengelolaan kawasan tersebut secara spasial dan temporal. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah pengelolaan kawasan konservasi perairan menggunakan pendekatan Spatial System Dynamics SSD . Pemodelan resiliensi sosial-ekologi terumbu karang secara spasial dan temporal diharapkan dapat memberikan gambaran perilaku sumberdaya terumbu karang dan manusia yang mempengaruhi resiliensi terumbu karang. Pendekatan spasial-temporal resiliensi terumbu karang diharapkan dapat dijadikan pertimbangan didalam mendesain suatu kawasan konservasi perairan laut didalam kerangka pengelolaan ekosistem terumbu karang dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kata kunci: konservasi perairan laut, resiliensi sosial-ekologi, spatial system dynamics
SN
PM
EGEK, KONSERVAS) YANG MEMBANGUNKAN MALAUMKARTA Wiwit (andayania*, Jaquolina Ania Kusalya, Arief Reza Fahlevia a
Loka pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut PSPL sorong e-mail: w w th nd y n @gmail.com
ABSTRAK Egek, kearifan lokal yang dimiliki masyarakat suku Moi ini sedikit banyak telah mengubah wajah Kampung Malaumkarta. Egek, yang berarti larangan, mengatur tentang larangan penggunaan alat tangkap selain pancing, tombak dan panah di zona egek serta larangan menangkap biota egek meliputi teripang, lola dan lobster selama egek berlangsung. Dengan dukungan penuh dari Loka PSPL Sorong, beberapa tokoh masyarakat berusaha memasukan biota yang dilindungi berdasarkan hukum positif ke dalam biota egek penyu dan dugong . Seperti halnya sasi di wilayah timur, egek pun mengenal masa buka dan tutup egek yang dilakukan melalui serangkaian upacara adat dan peribadatan gereja. keterlibatan otoritas gereja turut mengukuhkan penegakkan egek secara sistem karena mampu membangunkan kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan sekaligus menjaga alam agar mendapatkan berkah dari Tuhan. (asil yang di dapatkan dari penjualan biota egek saat egek dibuka diserahkan seluruhnya kepada gereja untuk dikelola, sementara masyarakat baru diperbolehkan menikmati hasil penjualan sepenuhnya beberapa minggu menjelang tutup egek. Selain manfaat langsung yang dapat dirasakan masyarakat, dana yang didapatkan dari penerapan sistem egek ini dimanfaatkan untuk membangun sarana peribadatan berupa gereja dan rumah pastorial. Di bidang pendidikan, dana egek digunakan untuk membantu biaya pendidikan anak-anak malaumkarta yang melanjutkan pendidikan di kota sorong. Bahkan saat ini tengah berlangsung proses pembangunan asrama di kota sorong sebagai salah satu fasilitas penunjang pendidikan mereka. Malaumkarta merupakan bukti, bahwa konservasi tidak hanya mampu membangunkan kesadaran pikir masyarakat, tetapi juga infrastruktur sekaligus sumberdaya manusianya. Kata kunci: Egek, Konservasi, Suku Moi
SN
PM
PENGELOLAAN BERBAS)S KEAR)FAN LOKAL D) KKP PULAU KOON DAN PULAU NE)DEN Rizal WWF )ndonesia )nner Banda Arc Sub-seascape e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Pulau Koon dan Pulau Naiden merupakan pulau-pulau yang terdapat di Kabupaten Seram Bagian Timur yang memiliki sumber daya perikanan yang melimpah. Oleh sebab itu kawasan tersebut dikonservasi wilayah perairan lautnya. Survei sosial ini bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi mengenai kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat dan untuk menilai dampak dari pengelolaan berbasis kearifan lokal di KKP Pulau Koon dan Pulau Neiden terhadap kondisi sosial-ekonomi masyarakat. Pelaksanan kegiatan Survei Sosial Ekonomi berlangsung pada bulan Oktober-November
. Kegiatan ini pada
desa yang terdiri dari desa KKP dan desa Kontrol.
(asil penelitian menunjukkan bahwa selama ini masyarakat telah meninggalkan aturan sasi laut namun adanya aturan Adat yang disepakai bersama oleh keseluruhan perangkat adat dalam pemanfaatan dan pengelolaan wilayah laut untuk menjaga laut dari praktek penangkapan tidak ramah lingkungan menimbulkan kesadaran kembali dari masyarakat. Kegiatan masyarakat di kawasan Pulau Koon dan Neiden di laut cukup baik. Masyarakat di Kepulauan Gorom mengetahui dengan jelas kawasan konservasi Pulau Koon dan Pulau Neiden. Pengelolaan kawasan laut dilakukan melalui pembentukan kelembagaan adat antar desa, dusundan antar pulau. Pengelolaan wilayah laut dengan sumberdaya lautnya diarahkan untuk kesejahteraan masyarakat pesisir. Pembagian zona-zona petuanan laut sesuai adat dan pengetahuan lokal tentang kelautan serta pola pemanfaatannya harus dipakai sebagai modal dasar pemanfaatan sumberdaya laut oleh pemerintah maupun swasta dalam membantu berkembangnya lembaga adat.
Kata kunci: Sasi, Konservasi, Sumber Daya Laut
SN
PM
PEN)LA)AN KESESUA)AN LA(AN PADA KAWASAN KONSERVAS) MANGROVE BAROS MUARA SUNGA) OPAK SEBAGA) PENCADANGAN TAMAN PES)S)R Farid )brahima*, Lufti Gita )rianib, Fiqih Astrianic, Theresia Retno Wuland, Mega Dharma Putrae, Edwin Maulanab, Dwi Sri Wahyuningsihe, Fajrun Wahidil Muharramf, Gianova Andika Putrig, Bernike (endrastutih, Tau ik Walinonoi a
b
Parangtritis Geomaritime Science Park Geo-)nformation for Spatial Planning and Disaster Risk Management, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta c Program Studi Geogra i, Fakultas Geogra i, Universitas Muhammadiyah Surakarta d Badan )nformasi Geospasial e Program Studi Geogra i dan )lmu Lingkungan, Fakultas Geogra i, Uniersitas Gadjah Mada f Program Studi Kartogra i dan Penginderaan Jauh, Fakultas Geogra i, Univrsitas Gadjah Mada g Program Studi Pemanfaatan Perikanan, Fakultas Perikanan dan )lmu Kelautan, Universitas Diponegoro h Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada i Program Studi Magister Perencanaan dan Pengelolaan Pesisir dan Daerah Aliran Sungai e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Keputusan Bupati Bantul Nomor. Tahun tanggal April tentang Pencadangan Kawasan Konservasi Taman Pesisir menunjukkan perhatian serius bagi Pemerintah Kabupaten Bantul terkait pemanfaatan kawasan konservasi perairan. Peraturan ini juga mengindikasikan keberhasilan masyarakat kawasan konservasi mangrove Baros dalam membina kawasan muara Sungai Opak. Kawasan ini menjadi menarik terutama ditinjau dari segi morfologi. Pada umumnya kawasan mangrove berada di pantai dengan tipologi berlumpur, sedangkan kawasan mangrove Baros berada pada morfologi berpasir yang menghadap langsung dengan laguna Opak. Kawasan Mangrove Baros merupakan hasil rekayasa budidaya dengan asal mula bentuk lahan spit dan rawa belakang dengan tekstur berpasir menjadi kawasan mangrove yang subur. Pada Keputusan Bupati Bantul tersebut, kawasan pencadangan ditargetkan terdiri dari Zona inti seluas (a, (a Zona lainnya dan (a Zona Pemanfaatan Terbatas. Namun demikian, eksiting mangrove yang tumbuh di zona inti hanya mencapai , (a. Jenis vegetasi yang tumbuh di kawasan ini terdiri dari Avicenia sp dengan persentase %, Rizhopora % disusul Burguirea dan Nipha % dari luas , (a. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan dan kesesuaian lahan konservasi sebagai cadangan Taman Pesisir Bantul. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Scorring kesesuaian lahan yang di turunkan berdasarkan data foto udara format kecil kawasan Muara Opak sebagai data primer. Pengukuran lapangan menjadi data primer lainnya untuk melihat kondisi mangrove serta data sekunder lainnya dengan melakukan indepth interview pada pengelola kawasan. (asil skor dan pembobotan menunjukkan bahwa perlu adanya pengayaan jenis mangrove, baik mangrove primer maupun mangrove asosiasi di lokasi-lokasi tertentu sesuai dengan zonasi. Kata kunci: Mangrove, Taman Pesisir, Konservasi
SN
PM
STRATEG) EKOFEM)N)SME DALAM KONSERVAS) PERA)RAN PES)S)R )NDONES)A YANG BERKELANJUTAN Nova Scorviana (a*, Shahibah Yuliania a
Universitas Negeri Jakarta
e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Kajian tentang Konservasi Kawasan Perairan KKP yang selanjutnya membentuk sejumlah Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-pulau Kecil KKP K di )ndonesia, tentu sudah dilakukan. Namun hingga tahun
pengelolaannya baru mencapai
persen saja Susanto, et al.,
.
Untuk itu diperlukan pendekatan lain dalam mengejar ketertinggalan target yang ingin dicapai. Paradigma ekofeminisme digunakan untuk melihat siasat kaum perempuan dalam memandang dan memperlakukan alam, termasuk kawasan perairan pesisir. Pendekatan ini juga dimaksudkan untuk mengkaji sejauh mana keterlibatan perempuan dalam pengelolaan KKP dan KKP K, terurama dengan kearifan lokal yang mereka miliki dalam melindungi keanekaragaman hayati laut yang mengedapankan penyelamatan lingkungan, dengan mengintgrasikan aspek ekonomi dan kesejahteraan secara berkelanjutan melalui pengelolaan KKP/KKP K yang efektif. Dalam karya ini penulis mengkaji keterlibatan kaum perempuan dalam pengelolaan kawasan perairan pesisir yang ada di )ndonesia. Tujuan penulisan Call For Papers ini, di antaranya:
untuk mengetahui kearifan
lokal yang dimiliki kaum perempyan dalam mengelola kawasan perairan pesisir yang ada di )ndonesia;
mengetahui sejauh mana keterlibatan kaum perempuan dalam pengelolaan
KKP/KKP K; dan
mengungkap seberapa besar dari keterlibatan kaum perempuan dalam
kontribusinya terhadap peningkatan ekonomi keluarga dan ketahanan pangan hasil laut. (asil penulisan Call For Papers ini berupa dukungan inisiatif pelestarian kawasan perairan pesisir yang efektif dan mengedepankan penyelamatan lingkungan, yang bersumber dari strategi ekofeminisme kaum perempuan dalam mengelola alam. Dengan demikian keanekaragaman hayati dan perikanan berkelanjutan pun tetap terjaga.
Kata kunci: Ekofeminisme, Kearifan Lokal Perempuan, Konservasi Perairan Pesisir
SN
PM
WANAM)NA, UPAYA PENGOPT)MALAN KAWASAN KONSERVAS) MANGROVE SEBAGA) LA(AN BUD)DAYA UDANG Litopenaeus vannamei D) PAR)G), PANGANDARAN Siti Rahmania Saria*, )kfa Permatasaria, Baihaqi Wisnumurti Wiharnoa a
Universitas Padjadjaran, Bandung
e-mail: sitirahmania
@gmail.com
ABSTRAK Ekosistem mangrove di Kabupaten Ciamis tersebar di daerah Majingklak-Kalipucang hingga Parigi. Teridenti ikasi mangrove di wilayah pesisir Kabupaten Ciamis adalah tahun
luas hutan mangrove di
dengan kondisi + tahun
,
(a sedangkan pada
wilayah kecamatan menyusut menjadi sekitar
,
ha
% dalam keadaan rusak. Konservasi mangrove di daerah ini dimulai pada
yang merupakan hasil dari bakti mahasiswa Universitas Pasundan Bandung. (ingga
saat ini kawasan konservasi mangrove di Parigi hanya dimanfaatkan masyarakat sebagai tempat untuk memancing )kan Balanak. Fungsi ekologis yang dimiliki ekosistem mangrove salah satunya sebagai nursery ground karena pada kawasan ini kaya akan nutrien yang dibutuhkan oleh organisme yang hidup di ekosistem ini. Dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dikenal istilah silvo ishery atau wanamina yang merupakan suatu pola agroforesti. Prinsip wanamina ini adalah memasukkan mangrove sebagai bagian dari sistem budidaya. Sehingga dengan adanya sistem ini tidak perlu dilakukan alih fungsi dari hutan mangrove menjadi tambak budidaya. Jadi, untuk optimalisasi wilayah konservasi mangrove di Parigi diperlukan adanya tindakan khusus seperti wanamina sehingga kawasan ini tidak hanya sekedar kawasan konservasi dan tempat pemancingan ikan, tetapi dapat dijadikan lahan budidaya udang vanname Litopenaeus vannamei yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Terdapat simbiosis mutualisme antara mangrove jenis Rhizopora sp. dan udang vanname berdasarkan kebutuhan makanan udang vanname dan kebutuhan nutrien mangrove, selain itu wanamina ini mendatangkan keuntungan ekonomis untuk nelayan. (al ini yang memungkinkan wanamina dapat diaplikasikan untuk membudidaya udang vanname di kawasan konservasi mangrove.
Kata kunci: Budi daya, Litopenaeus vannamei, Rhizopora sp.
SN
PM
BERGURU PADA PENGELOLAAN KONSERVAS) PERA)RAN PULAU KAMB)NG BULUKUMBA WUJUD PENGAWASAN BERBAS)S MASYARAKAT BERMOT)F EKONOM) BERDAMPAK EKOLOG) Yusli Sandi Dinas Perikanan Kabupaten Bulukumba e-mail: yuce
@yahoo.com
ABSTRAK Pulau Kambing merupakan wilayah Kecamatan Bonto Bahari Kabupaten Bulukumba, terletak antara
O
.
'-
o
.
' Lintang Selatan dan
.
'-
' bujur timur. Pulau
Kambing dinamakan Kambing oleh penduduk setempat karena pulau ini merupakan tempat pelepasan/pemeliharaan kambing oleh para penduduk Kab. Bulukumba. Pelepasan kambing ini dilakukan secara teratur dan diatur sedemikian rupa oleh Kelompok Masyarakat, kambing yang dilepas di Pulau ini akan dilepas begitu saja dan dibiarkan survive dan berkembang biak sendiri. Ketika masyarakat melakukan hajatan pesta , maka mereka berhak untuk mengambil kambing pada pulau dimaksud. (asil penjualan ini akan diserahkan ke kelompok yang nantinya akan digunakan untuk aktiftas pengawasan pulau dan juga termasuk pembelian kembali induk kambing. Akti itas pelepasan kambing di Pulau ini sudah berlangsung secara turun temurun dan berlangsung dalam kurun waktu yang sudah sangat lama. Pengelolaan pulau oleh masyarakat lokal ini merupakan kearifan lokal yang perlu dilestarikan, karena selain menguntungkan dari segi ekonomi juga menguntungkan dari segi Ekologi. Menguntungkan dari segi ekologi karena dengan diawasinya pulau ini dari para pencuri kambing juga menyebabkan para pembom ikan takut untuk melaksanakan penangkapan merusak disana. Akhirnya perairan pulau ini menjadi daerah konservasi meski belum ditetapkan secara resmi oleh pemerintah. Metode penulisan yang digunakan dalam studi ini yaitu analisis deskriptif dengan studi literatur. (asil penulisan menjelaskan bahwa pengawasan kambing oleh penduduk berdampak positif terhadap kondisi terumbu karang di wilayah perairan pulau.
Kata kunci: Kearifan lokal, Ekonomi dan Ekologi, Terumbu Karang
SN
PM
GENETIC DIVERSITY, POPULATION STRUCTURE AND PHYLOGEOGRAPHY OF BIGEYE TUNA FOR SUSTAINABLE RESOURCE AND FISH BASED MANAGEMENT CONSERVATION IN MOLLUCAS SEAS, INDONESIA Nebuchadnezzar Akbara*, Muhammad Arisa, Neviaty P Zamanib, (awis ( Madduppab a
b
Universitas Khairun )nstitut Pertanian Bogor
e-mail:
[email protected]
ABSTRACT This study aims to understand and determine the urgency on shifting ishing ground from coral reef ishery to pelagic. The research was conducted in six different villages from the north, east, west and south of Selayar Barugaia, Benteng utara, Bontoborusu, Bontosunggu, Kahu-Kahu and Parak and began at the end of
and early
. This research used qualitative and quantitative methods.
The respondent criteria were selected using snowball sampling by choosing only the coral reef ishers and the results were analyzed using R. The results showed the urgency shifting to pelagic indicated by the decline in the estimated number of catches from year to year. This condition is exacerbated by the increasing of distance moved of the reef ishes ishing ground from thus results were not followed by the increase in the number of catches.
Keywords: Thunnus obesus, Polymerase Chain Reaction PCR , haplotype diversity
-
SN
PM
PEREBUTAN RUANG PUBL)K : PEMBANGUNAN PELABU(AN, TRACKING MANGROVE, DAN MARG)NAL)SAS) NELAYAN Danial Universitas (alu Oleo e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Berangkat dari kebijakan Pemerintah Pusat dalam membangun pelabuhan dan Pemerintah Daerah dengan membuat Kawasan tracking mangrove dalam upaya melindungi kawasan mangrove yang tersisa. Namun, karena pembangunan itu belum melibatkan partisipasi masyarakat mulai dari tahap perencanaan sampai pada desain dan kebijakannya maka masyarakat nelayan di pesisir dan sekitar proyek menjadi korban pertama karena mengalami penyusutan dan peminggiran wilayah kelola nelayan. Makalah ini tumpang tindih kebijakan berakibat pada peminggiran dan pemiskinan nelayan akibat terbatas dan hilangnya akses pada resources utama mereka. Berdasarkan hasil pengamatan terlibat pada nelayan Pulau Bungkutoko, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Metode kualitatif dengan melakukan pengumpulan data dari berbagai dokumentasi, observasi, dan wawancara. Temuan penelitian, bahwa keberhasilan Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Kendari membangun Kawasan Tracking Mangrove akan menjadi Kawasan Konservasi telah menuai kon lik dengan beberapa orang pemilik wilayah. Karena negosiasi awal gagal, sehingga sebagian masyarakat membabat pohon mangrove jauh lebih luas dibanding Kawasan Tracking Mangrove. Persoalan semakin rumit dengan kebijakan Pemerintah Daerah dalam membangun pelabuhan kontainer, mengambil sebagian wilayah Kawasan Tracking Manggrove. Tergesernya nelayan Pulau Bungkutoko yang sebagian besar bergantung pada hasil laut, akhirnya sebagian dari mereka beralih profesi lain. (al ini menjadi kontradiktif karena berada di lokasi yang sama.
Kata kunci: Perebutan, Tracking Mangrove, Nelayan
SN
PM
STRATEG) PENGELOLAAN W)SATA BA(AR) BERBAS)S KONSERVAS) PENYU D) KKP K KEPULAUAN DERAWAN DAN PERA)RAN SEK)TARNYA Meriussoni Zaia*, Nofri Yanib a
Yayasan Cahaya Maritim Universitas Bung (atta
b
e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kepulauan Derawan dan Perairan Sekitarnya KKP K Derawan terletak di Kabupaten Berau Provinsi Kalimantan Timur ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No.
/KEPMEN-KP/
. KKP K Derawan
merupakan lokasi pendaratan dan peneluran Penyu (ijau terbesar di Asia Tenggara dan terbesar ke- di Dunia. Sejak tahun
-
upaya konservasi penyu dan habitatnya telah dilaksanakan di
Pulau Sangalaki, Pulau Derawan, Pulau Mataha dan Pulau Bilang-Bilangan. Upaya konservasi penyu yang dilaksanakan telah mampu melindungi sarang penyu sebanyak
.
sarang hingga tahun
. Berdasarkan analisa selama melaksanakan program konservasi penyu di KKP K Derawan pada tahun
-
, dapat diketahui bahwa zona pemanfaatan terbatas dan zona lainnya dalam
KKP K Derawan dapat dikembangkan menjadi kawasan wisata bahari berbasis konservasi penyu. Kajian ini bertujuan untuk mendapatkan arahan strategi pengelolaan wisata bahari berbasis konservasi penyu dalam mendorong optimalisasi pengelolaan kawasan konservasi. Metoda yang digunakan berupa Analisis SWOT Strength, Weakness, Opportunity, Threat , guna mendapatkan identi ikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi pengelolaan lebih lanjut. Makalah ini akan menjabarkan hasil analisis berupa tahapan yang perlu dilakukan berupa koordinasi program, penyusunan grand design wisata bahari berbasis konservasi penyu, peningkatan sumber daya manusia sebagai pengelola, peningkatan peran lembaga lokal sebagai pengelola wisata bahari berbasis konservasi penyu, pembentukan lembaga pengelola, peningkatan peran serta masyarakat sekitar, sosialisasi penggunaan alat tangkap ramah lingkungan, sosialisasi penanganan penyu hasil samping by catch , program penanganan sampah plastik dan penghijauan daerah pantai di pulau-pulau kecil yang menjadi habitat peneluran penyu.
Kata kunci: Wisata, Bahari, Penyu
SN
PM
MODEL PENGELOLAAN KONSERVAS) ()U PAUS BERBAS)S MASYARAKAT D) DESA BOTUBARAN), BONE BOLANGO, GORONTALO Kris (andokoa*, Mahardika R. (imawanb, Casandra Taniac a
b
BPSPL Makassar - KKP Whale Shark )ndonesia Project c WWF-)ndonesia
e-mail: bpsplmakassar
@gmail.com
ABSTRAK Kemunculan (iu Paus di Botubarani menjadi obyek wisata masal sejak April orang pengunjung datang pada periode Mei-Juli
. Tercatat
.
. Aktivitas wisata tidak ramah seperti
menyentuh dan memberi makan (iu Paus serta banyaknya jumlah perahu di lokasi kemunculan terjadi di Botubarani. Dampaknya, terjadi perubahan perilaku dan timbulnya luka tubuh pada (iu Paus. Pengelolaan konservasi berbasis masyarakat diupayakan untuk melakukan perlindungan (iu Paus terhadap aktivitas wisata. Pelibatan masyarakat dalam upaya penetapan dan penerapan model pengelolaan dilakukan pada Bulan April-Mei
. Tim kelompok sadar wisata dan
monitoring (iu Paus terbentuk melalui upaya tersebut. Tim Kelompok sadar wisata membentuk dan mengawasi tata cara berwisata. Penerapan zona interaksi aktivitas maksimal
perahu,
snorkeler dan
x
m dilakukan dengan jumlah
penyelam dalam satu waktu. Tim monitoring
melakukan pemantauan dengan membuat kalender kemunculan (iu Paus. Aktivitas yang dilakukan oleh dua tim tersebut menjadi model pengelolaan konservasi (iu Paus yang efektif di Pantai Botubarani.
Kata kunci: Konservasi (iu Paus, Pelibatan Masyarakat, Botubarani
SN
PM
TEKANAN (AB)TAT PADA KAWASAN KONSERVAS) PERA)RAN BERBAS)S MASYARAKAT D) PES)S)R SELAT BAL), KABUPATEN BANYUWANG), PROV)NS) JAWA T)MUR Dhira Khurniawan Saputraa*, Arief Darmawana, Anthon Andrimidab, Ma'ruf Mulya Satriaa, Sulastri Arsada a
FP)K Universitas Brawijaya
e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Kawasan Selat Bali di Kabupaten Banyuwangi memiliki beberapa lokasi KKP berbasis masyarakat. Selain memberikan dampak positif secara ekologi, terdapat juga tekanan yang harus diwaspadai oleh pengelola agar dijadikan perhatian dalam kegiatan pengelolaan. Penelitian ini menggambarkan tekanan yang dihadapi oleh dari beberapa KKP berbasis masyarakat di Banyuwangi itur konservasi penyu Pantai Cemara , Mangrove Pantai Bengkak dan terumbu karang ZPB Bangsring . Metode observasi lingkungan dan wawancara yang dilakukan kepada pengelola menunjukkan bahwa tekanan pada kawasan pantai Cemara dan Pantai Bengkak lebih didominasi oleh tekanan alami, sedangkan pada Bangsring, aktivitas wisatawan memiliki nilai paling besar. Upaya untuk meminimalisir ancaman dilakukan dengan cara pemindahan sarang alami dan pembuatan sarang semi-alami yang ternaungi Pantai Cemara , sedangkan pada Bangsring dapat dibuat aturan berkunjung dan peningkatan kegiatan sosiaslisasi pada wisatawan. Pada Pantai Bengkak, pembuatan saluran keluar pada ekosistem mangrove dan penambahan area rehabilitasi cemara dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas lingkungan. Adanya pemetaan ancaman dan dampak pada masing-masing KKP tersebut dapat dijadikan bahan masukan untuk perbaikan dalam kegiatan pengelolaan berkelanjutan di masing-masing wilayah.
Kata kunci: Terumbu Karang, Ekowisata, POKMASWAS
SN
PM
URGENS) DATA SPAS)AL RESOLUS) T)NGG) UNTUK KONSERVAS) KAWASAN KEPES)S)RAN Studi Kasus: Pemotretan Udara Kawasan Pesisir Desa Parangtritis, Kabupaten Bantul, D)Y Theresia Retno Wulana*, Guridno Bintar Saputrob, Mone )ye Cornelia Marchiavellib, Edwin Maulanac, Anggara Setyabawana Putrad, Farid )brahimc, Mega Dharma Putrac, Dwi Sri Wahyunigsihc, Fajrun Wahidill Muharamc a
Program Doktoral, Fakultas Geogra i, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta b Badan )nformasi Geospasial c Parangtritis Geomaritime Science Park d Statistika Menejemen Kebencanaan, Universitas )slam )ndonesia, Yogyakarta e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Kawasan kepesisiran merupakan kawasan dengan karakteristik yang unik dan berbeda dengan habitat lainya. Berbagai akti itas alam terjadi di kawasan pesisir yang mengancam kelestarian lingkungan kepesisiran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan Uji Akuisisi data foto udara untuk konservasi wilayah kepesisiran. Pemotretan udara dilakukan dengan menggunakan wahana UAV tipe ixed wing dan multirotor. UAV dengan tipe ixed wing dan multirotor memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, pada saat dilakukan pemotretan udara di kawasan kepesisiran. UAV dengan tipe ixedwing cenderung lebih rentan terhadap gangguan angin, sedangkan UAV tipe multirotor cenderung lebih tahan terhadap gangguan angin. UAV tipe ixedwing memiliki daya jelajah yang lebih tinggi, sehingga dalam waktu bersamaan, pemotretan dengan menggunakan ixedwing dapat mengcover daerah yang lebih luas. (asil dari pemotretan udara menunjukkan bahwa Ground Square Distance GSD kurang dari
cm. Data tersebut dapat
dipergunakan untuk perencanaan tata ruang maupun konservasi hingga level tapak
Kata kunci: UAV, Konservasi, Foto Udara
Dinda Rizky KEBERADAAN PENYU DAN UPAYA PELESTAR)ANNYA D) PANTA) PALO(, KABUPATEN SAMBAS, PROV)NS) KAL)MANTAN BARAT Dinda Rizky
Magister )lmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan )lmu Kelautan, Universitas Diponegoro e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Penyu merupakan salah satu fauna yang dilindungi karena populasinya yang terancam punah. Salah satu tempat habitat bertelur penyu adalah Pantai Paloh yang terdapat di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Saat ini populasi penyu di Pantai Paloh mulai terancam keberadaanya. Fluktuasi pendaratan penyu di Pantai Paloh terjadi cukup signi ikan, pada tahun berjumlah
ekor. Pada tahun
ekor. Pada tahun berikutnya, tahun rendah yaitu secara berurut sebesar
penyu mendarat
jumlah pendaratan induk mengalami penurunan hingga dan dan
mengalami jumlah pendaratan yang paling ekor. Penurunan populasi penyu di Pantai Paloh
disebabkan oleh berbagai hal, yaitu faktor alam dan faktor anthropogenic. Faktor alami yaitu perubahan lingkungan yang terjadi secara alamiah seperti: abrasi, perubahan suhu, dan predator alami. Sedangkan faktor anthropogenic adalah ancaman yang berhubungan dengan adanya akti itas manusia, baik laju pembangunan yang tinggi di wilayah pesisir dan pemanfaatan terhadap pantai habitat peneluran maupun pemanfaatan terhadap spesies penyu, misalnya: pemanfaatan penyu dan telur penyu serta kegiatan perikanan tangkap yang menggunakan alat tangkap yang tidak selektif sehingga penyu ikut terjaring pada saat nelayan menangkap ikan. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk melindungi spesies penyu dalam upaya pelestarian adalah pengelolaan, perlindungan wilayah pendaratan dan peneluran penyu laut. Salah satu penelitian yang penting dilakukan adalah mengenai tempat habitat peneluran penyu yang mencangkup karakteristik pantai. Karakteristik pantai tersebut antara lain: suhu sarang, kelembaban sarang, lebar pantai, kemiringan pantai, kadar air substrat, ukuran dan tekstur substrat, vegetasi pantai.
Kata kunci: Penyu, habitat peneluran, karakteristik isik
SN
PM
POTENS) DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA LAUT D) KKP K KE) KEC)L DAN SEK)TARNYA Ra ika Puspita Armya*, Rizala, (ellen Nanlohyb, Natelda Timiselab a
WWF )ndonesia )nner Banda Arc Sub-seascape b Universitas Pattimura e-mail: ra
[email protected]
ABSTRAK Kepulauan Kei Kecil adalah salah satu bagian dari Kabupaten Maluku Tenggara. Sumber daya laut yang melimpah digunakan masyarakat setempat untuk pemenuhan kebutuhan hidup mereka. Survei sosial ini bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi mengenai kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat di sekitar Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil KKP K . Pelaksanan kegiatan survei sosial berlangsung pada bulan Februari-Mei
.
Pengambilan data menggunakan prinsip metode survei cepat terintegrasi melalui pendekatan survei lapangan, wawancara dengan informan kunci di lapangan, dan melakukan diskusi kelompok terarah terhadap tata kelola sumber daya laut di Kepulauan Kei Kecil. Pengambilan data dilakukan pada
desa yang terdiri dari
desa di dalam KKP K dan desa di luar KKP K. (asil penelitian
menunjukkan bahwa kawasan perairan di Kei Kecil terdiri dari ishing ground dan no take zone. Pemanfaatan sumber daya laut Kei Kecil diatur dalam peraturan formal dan informal, namun hingga saat ini peraturan formal yang diterapkan masih minim. Kon lik-kon lik yang berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya laut terjadi beberapa kali dalam setahun. Kesadaran masyarakat yang masih rendah serta terkikisnya budaya sasi laut menyebabkan pemanfaatan sumber daya laut tidak terkontrol. (al tersebut menimbulkan dampak negatif seperti kerusakan terumbu karang dan pencemaran laut yang diakibatkan oleh penggunan bahan-bahan kimia berbahaya pada kegiatan penangkapan. Pengelolaan wilayah laut dengan sumber daya lautnya harus diarahkan untuk kesejahteraan masyarakat pesisir melalui pembagian zona-zona petuanan laut sesuai adat dan pengetahuan lokal masyarakat sebagai modal dasar.
Kata kunci: Konservasi, Sumber daya laut, Tata kelola
SN
PM
PEMANTAUAN PART)S)PAT)F KOND)S), ANCAMAN, DAN PERSEPS) MASYARAKAT TER(ADAP CETACEAN D) PERA)RAN PANTA) WAWARAN DAN TAWANG PAC)TAN Nurul Kusuma Dewi Universitas PGR) Madiun e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Cetacean adalah kelompok mamalia laut yang telah beradaptasi sepenuhnya dengan kehidupan air. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui informasi awal tentang Cetacean paus dan lumbalumba dan persepsi masyarakat terhadap sumber daya laut tersebut di Perairan Pantai Wawaran dan Tawang Pacitan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang keberadaan dan kondisi kelompok Cetacean di Perairan Wawaran dan Tawang sehingga dapat digunakan dalam pengambilan keputusan pengelolaan sumber daya laut di wilayah tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam terhadap dan
nelayan Pantai Wawaran
nelayan Pantai Tawang Pacitan menggunakan kuesioner tangkapan/tangkapan sampingan
dugong yang terstandarisasi dari UNEP/CMS. Kuesioner terdiri dari
pertanyaan yang meliputi
latar belakang narasumber, tangkapan/tangkapan sampingan dugong, persepsi, informasi perikanan, tangkapan/tangkapan sampingan penyu, dan tangkapan/tangkapan sampingan Cetacean. Pantai Wawaran dan Tawang merupakan habitat bagi Cetacean. Seluruh responden menyatakan pernah melihat Cetacean jenis paus dan lumba-lumba. Mereka melihat Cetacean ketika memancing dan ketika menuju lokasi memancing, Menurut responden, lumba-lumba yang mungkin hidup di lokasi ini berjumlah ribuan, sedangkan paus berada dalam jumlah yang lebih sedikit. Seluruh responden juga menyatakan melihat lumba-lumba hampir setiap hari. Rata-rata responden mengetahui bahwa paus dan lumba-lumba merupakan hewan dilindungi. Disisi lain, responden juga dapat menjadi ancaman karena mereka menganggap lumba-lumba sebagai pengganggu. Lumba-lumba sering merusak jaring dan menghabiskan ikan di dalamnya. Selain itu, populasinya yang melimpah menyebabkan responden berpikir bahwa keberadaan Cetacean tidak penting. Perlu dilakukan pendampingan kepada nelayan-nelayan di Pantai Wawaran dan Tawang agar memahami dan ikut menjaga keberadaan sumber daya laut tersebut.
Kata kunci: Pemantauan Partisipatif, Cetacean, Pesisir Pacitan
SN
PM
PEMODELAN NUMER)K SEBARAN DO ESTUAR) WONOREJO, SURABAYA DAN DAMPAKNYA TER(ADAP EKOS)STEM PERA)RAN ESTUAR) Wazirotus Sakinah Universitas Abdurachman Saleh e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Estuari Wonorejo merupakan estuari yang cukup besar di Surabaya yang juga merupakan kawasan konservasi. Namun banyaknya konversi lahan mangrove menjadi tambak dengan air buangannya yang mengalir di estuari Wonorejo hingga pencemaran yang pekat di sungai sebelah estuari Wonorejo memunculkan masalah kualitas air terutama untuk parameter DO di perairan tersebut. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran DO di muara sungai Wonorejo, mengetahui apakah parameter kualitas air di muara sungai Wonorejo tersebut sudah memenuhi standar baku mutu air laut, dan mengetahui pengaruhnya di muara sungai Wonorejo terhadap ekosistem estuari. Model hidrodinamika dan kualitas air dengan menggunakan perangkat lunak M)KE
modul hidrodinamika dan ECO Lab digunakan untuk meneliti sebaran DO
di estuari Wonorejo. Selanjutnya dilakukan analisis pengaruhnya terhadap ekosistem perairan estuari. (asil yang diperoleh adalah konsentrasi DO memiliki rentang , dan ,
- ,
- ,
mg/L saat pasang
mg/L saat surut, berdasarkan literatur konsentrasi ini dapat menyebabkan
pertumbuhan udang terganggu. Konsentrasi parameter kualitas air tersebut masih belum melewati batas baku mutu untuk biota laut yang telah ditetapkan oleh KEPMEN L( No. .
Kata kunci: DO, Estuari Wonorejo, M)KE
Tahun
SN
PM
STATUS DAN ANCAMAN TER(ADAP M)KRO(AB)TAT )KAN ENDEM)K TERANCAM PUNA( BANGGA) CARD)NALF)S( Pterapogon kauderni Samliok Ndobea*, Jamaluddin Jompab, Abigail Mary Moorc a
Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Peternakan dan Perikanan, Universitas Tadulako b Fakultas )lmu Kelautan dan Perikanan, Universitas (asanuddin c Program Studi S )lmu Perikanan, Fakultas )lmu Kelautan dan Perikanan, Universitas (asanuddin e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Salah satu spesies biota perairan dari
spesies prioritas konservasi di )ndonesia adalah ikan hias
endemik Banggai cardinal ish Pterapogon kauderni . Berstatus Endangered species spesies terancam punah pada Red List )UCN, dan pada CoP C)TES ke-
tahun
)ndonesia
berkomitmen untuk menjamin kelestariannya, proses penyusunan kebijakan perlindungan sedang berlangsung. Pterapogon kauderni bersimbiosis dengan biota lain yang berperan sebagai mikrohabitatnya, terutama bulubabi Diadema sp., anemone laut dan karang keras bercabang. Ketersediaan mikrohabitat dipandang sebagai faktor penentu dalam keberhasilan dinamika populasi P. kauderni di alam. Tujuan penelitian adalah untuk mengkaji data terkini mengenai status dan ancaman mikrohabitat P. kauderni, termasuk dalam konteks perubahan iklim. Data primer,yang diperoleh dengan metode survei Coral-Watch serta swim survey pada bleaching event berskala global tahun
, dibanding dengan data hasil survei yang dilakukan sejak
. (asil
yang diperoleh antara lain bahwa kelimpahan populasi Diadema sp. mengalami penurunan sangat drastis dan kelimpahan anemone laut menurun akibat tangkap lebih untuk dimanfaatkan sebagai konsumsi makanan masyarakat pesisir. Mikrohabitat lainnya seperti terumbu karang, mengalami kerusakan yang meningkat akibat aktivitas bersifat destruktif berskala lokal , maupun sebagai dampak perubahan iklim, khususnya coral bleaching. Pada lokasi dimana mikrohabitat telah menurun tajam, populasi P. kauderni sangat berkurang, termasuk pada lokasi dengan maupun tanpa penangkapan ikan tersebut. Perlindungan dan pemulihan mikrohabitat dipandang sebagai kondisi mutlak yang mendesak dilakukan untuk keberhasilan upaya pelestarian populasi P. kauderni. (asil penelitian diharapkan sebagai salah satu dasar ilmiah perencanaan dan penerapan pengelolaan lestari populasi ikan hias endemik P. kauderni beserta habitatnya.
Kata kunci: Endangered species, Mikrohabitat, Simbiosis
SN
PM
STATUS POPULAS) SUMBER DAYA K)MA Bivalvia, Cardiidae, Tridacninae D) PERA)RAN TAMAN NAS)ONAL WAKATOB) Muhammad Nur Findraa*, )sdradjad Setyobudiandia, Nurlisa A. Buteta, Dedy Duryadi Solihinb a
Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, FP)K )nstitut Pertanian Bogor b Departemen Biologi, FM)PA )nstitut Pertanian Bogor e-mail: muhammad.
[email protected]
ABSTRAK Kima merupakan salah satu sumber daya hayati perairan pesisir yang populasinya telah menurun sehingga memerlukan upaya pengolaan. Pengelolaan sumber daya perairan membutuhkan informasi dari berbagai aspek. Penelitian ini bertujuan mengkaji populasi kima di perairan Taman Nasional Wakatobi yang meliputi komposisi jenis, kepadatan populasi dan variasi ukurannya. Taman Nasional Wakatobi merupakan kawasan konservasi yang dikelola dengan sistem zonasi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Mei
di sekitar Pulau Wangi-wangi, Kaledupa
dan Tomia menggunakan transek kuadrat. Penentuan lokasi pengamatan secara purposive sampling yang didasarkan pada keberadaan kima. Terdapat empat jenis kima di lokasi penelitian yang terdiri atas genus Tridacna dan (ippopus, yaitu T. crocea, T. squamosa, T. maxima dan (. hippopus. Kepadatan populasi yang rendah ditemukan pada zona pemanfaatan kawasan P. Wangiwangi sedangkan kepadatan populasi yang lebih tinggi umumnya ditemukan pada zona pariwisata sebagian kawasan P. Kaledupa dan P. Tomia . Di kawasan Wangi-wangi kepadatan populasi T. crocea, T. maxima, T. squamosa dan (. hippopus masing-masing adalah ind/ ind/ ind/
m dan ind/ m ,
sebanyak
ind/ ind/
m , ind/
m , di kawasan Kaledupa masing-masing sebanyak m
m ,
dan
ind/
ind/
m ,
ind/
m , m ,
m , sedangkan di kawasan Tomia masing-masing ind/
m dan
ind/
m . Ukuran kima yang
ditemukan bervariasi antar jenis dan lokasi penelitian, kebanyakan kima yang ditemukan masih berukuran kecil sedangkan yang besar sudah menunjukkan kelangkaan. Perbedaan kepadatan populasi dan ukuran kima yang ditemukan diduga berkaitan dengan masih adanya eksploitasi oleh masyarakat lokal pada zona pemanfaatan. (al ini mengindikasikan bahwa zonasi pengelolaan kawasan konservasi turut mempengaruhi keberadaan populasi kima di kawasan tersebut. Kata kunci: Kima, Populasi, Taman Nasional Wakatobi
SN
PM
PEMETAAN DAN KOND)S) PADANG LAMUN D) PERA)RAN KAL)MANTAN SELATAN Da iuddin Salima*, Baharuddina a
Universitas Lambung Mangkurat e-mail: da
[email protected]
ABSTRAK Ekosistem padang lamun merupakan komunitas tumbuhan yang dominan berada di perairan dangkal Kalimantan Selatan dan memiiliki peranan penting sebagai habitat untuk ikan dan krustasea serta memberikan sumber makanan utama bagi dugong dan penyu. )nformasi data ekosistem padang lamun di perairan Kalimantan Selatan belum didiskusikan oleh para peneliti. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola sebaran, kondisi dan ancaman ekosistem lamun di perairan Kalimantan Selatan. Pemetaan padang lamun dilakukan secara in-situ dengan menggunakan GPS Global Positioning System dan dianalisis dengan menggunakan program ArcGis. Pengambilan data penutupan dan jenis lamun dilakukan dengan cara penyelaman dan snorkeling pada transek kuadrat , m x , m. (asil penelitian menunjukkan bahwa pola sebaran lamun di perairan Kalimantan Selatan hanya didapatkan di perairan Kabupaten Tanah Bumbu dan Kabupaten Kotabaru. Sebaran lamun di wilayah perairan Kabupaten Tanah Bumbu meliputi Tanjung Kandang (aur, Pulau Burung, Pulau Tampakan sebelah timur, Pulau Suwangi sebelah selatan, Karang Penyulingan, Karang Katoang. Adapun sebaran lamun di wilayah perairan Kabupaten Kotabaru ditemukan di Tanjung Pelayar, Teluk Kemuning, Pulau Titipan )ndah, Pulau Kerayaan, Pulau Anak Kerayaan, Pulau Kerumputan, Pulau Serudung dan Pulau Marabatuan. Secara keseluruhan, ada delapan jenis lamun di perairan Kalimantan Selatan yang didapatkan. Kondisi penutupan lamun yang terukur di lapangan pada Tanjung Kandang (aur, Pulau Anak Kerayaan, Pulau Kerayaan dan Pulau Marabatuan secara berturut-turut adalah adalah %. (asil ini menunjukkan kondisi lamun yang didapatkan tergolong Baik
%,
%, % dan
Kaya/Sehat pada
perairan Tanjung Kandang (aur dan Rusak dengan kondisi Miskin dan Kurang Sehat.
Kata kunci: Pemetaan, Lamun, Kalimantan Selatan
,
SN
PM
F)LOGEOGRAF) B)OTA LAUT UNTUK KONSERVAS) B)RD'S (EAD SEASCAPE, PAPUA Abdul (amid A. Toha a
Universitas Papua
e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Adanya krisis dan kehilangan cepat keragaman hayati laut dan pesisir global saat ini telah mendorong usaha untuk mendaftarkan semua keragaman hayati di bumi dan melakukan usaha konservasi termasuk di bentang laut kepala burung atau Bird's (ead Seascape B(S , Papua. Filogeogra i adalah bidang kajian yang berhubungan dengan prinsip-prinsip dan proses yang mengatur distribusi geogra is dan garis keturunan silsilah, khususnya di tingkat intraspesi ik dan dapat digunakan termasuk memberikan rekomendasi konservasi biota laut. Penelitian ilogeogra i di B(S ini dilakukan pada berbagai spesies laut seperti bulu babi Tripneustes gratilla, lobster Panulirus versicolor, gurita Octopus cyanea, hiu paus Rhincodon typus, koral Seriatopora hystrix dan Pocillopora damicornis, Cacing Spirobranchus corniculatus, S. gaymardii dan S. cruciger, Tuna Auxis thazard, Euthynnus af inis, cakalang Katsuwonus pelamis, kembung Rastrelliger kanagurta, Tenggiri Scomberomorus commerson, serta kima Tridacna crocea, T. maxima, dan T. squamosa. (asil penelitian mengungkap tingginya keragaman genetik dan variasi struktur genetik biota laut di B(S. Struktur genetik biota laut terutama teridenti ikasi di Teluk Cenderawasih sedangkan daerah lain terkoneksi satu dengan yang lain. (asil ini memberikan rekomendasi pengelolaan dan koservasi biota laut secara bervariasi baik antar spesies maupun antar kawasan di B(S. Kawasan konservasi laut yang ada perlu direvitalisasi termasuk pembentukan jaringan baru kawasan konservasi laut khususnya di Teluk Cenderawasih.
Kata kunci: Filogeogra i, Konservasi, Bird's (ead Seascape
SN
PM
STUD) POLA PEMANFAATAN SUMBER DAYA LAUT D) TAMAN NAS)ONAL KAR)MUNJAWA SEBAGA) TA(APAN PENGALOKAS)AN (AK AKSES MASYARAKAT Puji Prihatinningsiha*, Raymond jacobb, Yusuf Syaifudina a
Balai Taman Nasional Karimunjawa b RARE e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Salah satu karakteristik kawasan konservasi di )ndonesia adalah keberadaan masyarakat yang ada di sekitar kawasan. Tak terkecuali dengan kawasan Taman Nasional Karimunjawa dimana terdapat desa di sekitar kawasan yaitu Desa Karimunjawa, Desa Kemujan, Desa Parang dan Desa Nyamuk. Sejak lama sumber daya perairan dianggap sebagai sumber daya yang dapat secara bebas diakses oleh siapa saja atau dikenal sebagai 'Open Pool Common Resources . Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola pemanfaatan sumber daya laut yang ada di dalam kawasan Taman Nasional Karimunjawa oleh masyarakat yang hidup di sekitar kawasan. Dalam kegiatan ini metode yang digunakan adalah metode survei. Survei pemanfaatansumber daya dilakukan setiap bulan pada tahun
-
di dalam kawasan Taman Nasional Karimunjawa. Responden survei adalah
nelayan yang ditemui sedang menangkap ikan di dalam kawasan. Data yang diambil adalah hasil tangkapan ikan, jenis alat tangkap dan lokasi penangkapan. Dilakukan pula survei Partisipatory Rural Apprisal yang bertujuan untuk menggali secara langsung pendapat masyarakat secara partisipatif. Survei dilakukan di
desa di sekitar kawasan Taman Nasional Karimunjawa. (asil
survei menunjukkan bahwa masyarakat desa di sekitar kawasan Taman Nasional Karimunjawa memanfaatkan seluruh kawasan untuk menangkap ikan. Tiap desa mempunyai karakteristik pemanfaatan sumber daya yang berbeda satu sama lain. Masyarakat Karimunjawa menangkap ikan di seluruh kawasan tanpa memperhatikan jenis dan alat tangkap yang digunakan. Masyarakat Desa Parang dan Nyamuk memilih menangkap ikan jauh diluar kawasan dan selektif memilih jenis. Sedangkan masyarakat Kemujan lebih suka menangkap ikan di sekitar wilayah desanya. (ampir semua masyarakat berkeinginan untuk mengelola sumber daya laut di sekitarnya secara berkelanjutan. Kata kunci: (ak akses, Taman Nasional, Masyarakat
SN
PM
RAJA AMPAT SEBAGA) NO TAKE ZONE PER)KANAN ()U D) W)LAYA( LAUT )NDONES)A T)MUR Gulam Arafat Loka Pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut sorong e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Usaha perikanan hiu di kota sorong mulai tercatat pada tahun Nomor
/MEN-KP/
. Berdasarkan PERMEN KP
sebagai bentuk pengelolaan jenis ikan, tahun
Loka PSPL Sorong
melakukan Pelayanan Rekomendasi komoditas (iu. Tercatat jumlah total pengiriman komoditas hiu sebanyak mencapai
ton tahun
,
ton tahun
dan tahun
hingga bulan maret telah
ton. Pengajuan permohonan rekomendasi komoditas hiu terus meningkat. Komoditas
hiu ini berasal dari berbagai wilayah antara lain Sorong, Manokwari, Teluk Bintuni dan Biak Numfor. Berbeda dengan Kota Sorong, Raja Ampat melakukan upaya konservasi pada perikanan hiu. Raja Ampat merupakan kabupaten bahari yang memiliki konservasi hiu dilakukan sejak tahun
kawasan konservasi. Upaya
melalui surat edaran Bupati nomor
Salah satu poin menyebutkan melarang menangkap ikan hiu. lalu pada tahun Perda Nomor /
/
.
, diterbitkan
tentang larangan penangkapan (iu, Pari manta dan jenis-jenis ikan tertentu
di perairan laut Raja Ampat. Namun, rentang tahun di
/
-
ditemukan upaya penangkapan hiu
kawasan konservasi Raja Ampat. dicurigai, nelayan menangkap hiu di raja ampat kemudian
menjualnya ke kota sorong. Untuk mencegah kejadian tersebut, perlu upaya pengelolaan oleh Pemda Kota Sorong dan Pemda Raja Ampat. Bagi Pemda Kota Sorong, beberapa kebijakan perlu diterapkan bagi pelaku usaha perikanan hiu antara lain melakukan registrasi nelayan dan pengusaha, mewajibkan pendaratan hiu dalam bentuk utuh dan setiap transaksi oleh nelayan kepada pengusaha didata melalui mekanisme stock opname. bagi Pemda Raja Ampat, agar memaksimalkan pengawasan wilayah perairan bekerjasama dengan mitra pelaku wisata untuk melaporkan segala bentuk kegiatan perikanan hiu yang ditemukan di Raja Ampat. Kata kunci: Perikanan (iu, Kawasan Konservasi, Upaya Pengelolaan
SN
PM
KRAKATAU )SLAND MAR)NE RESERVE VS ANT(ROPOGEN)C ACT)V)T)ES: AN ECOLOG)CAL PO)NT OF V)EW AND RECOMMENDAT)ON Singgih A ifa Putra LPPPTK KPTK, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan R) e-mail: singgih.a
[email protected]
ABSTRACT The Krakatau )slands from a group of isolated, uninhabited, but accessible volcanic islands in the Sunda Strait between Sumatra and Java )ndonesia Archipelago . The Krakatau Volcanic Complex was designated as a Natural Reserves and Nature land Reserve. Their ecological growth and development are well documented as well as the terrestrial biodiversity, but neither to marine biodiversity. The present report provide suggestions concerning their marine biodiversity and conservation management in relation to natural and anthropogenic disturbances. The result showed the ongoing impact of the anthropogenic disturbances i.e. destructive recreational activities on coral communities in the area will continue to lead to degradation in the future unless the utilization of the area will become more controlled.
Keywords: Krakatau, Marine Reserve, Anthropogenic acitivities
SN
PM
STRUKTUR KOMUN)TAS PADANG LAMUN D) PERA)RAN PULAU SEMAK DAUN, KEPULAUAN SER)BU Ratri Cahyania*, Agathis Noor La, Sri Lestaria, Fitria (anaa, Kutriyania, Vivi Yulianaa, Bondan Wisnu Aa a
Universitas Jenderal Soedirman
e-mail: ratricahyani @gmail.com
ABSTRAK Lamun Seagrass merupakan tumbuhan berbunga Angiospermae yang hidup dan tumbuh di laut dangkal dan jernih. Ekosistem lamun memiliki peranan utama di wilayah pesisir karena berperan langsung sebagai habitat untuk berbagai jenis organisme laut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus
di perairan pulau Semak Daun, Kepulauan Seribu dengan tujuan untuk
mengetahui struktur komunitas padang lamun. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif eksploratif. Pengamatan lamun meliputi identi ikasi jenis-jenis lamun, menghitung jumlah tegakan/individu, indeks keanekaragaman, indeks keseragaman dan indeks dominansi. (asil penelitian memperlihatkan bahwa jenis lamun yang ditemukan di perairan Pulau Semak Daun terdapat delapan jenis yaitu Cymodocea rotundata, Cymodcea serulata, Syringodium isoetifolium, Thalassia hemprichii, (alodule uninervis, (alophila minor, (alophila
ovalis dan
Thalassodendron ciliatum. Jenis lamun yang paling banyak ditemukan yaitu Cymodocea rotundata. Nilai indeks keanekaragaman berkisar keseragaman berkisar , ,
- ,
,
- ,
tergolong keanekaragaman sedang; indeks
dikategorikan keseragaman tinggi dan dominansi berkisar
,
-
tergolong dominansi rendah. Berdasarkan perhitungan indeks tersebut kondisi padang lamun
tergolong cukup baik dan kondisi kualitas perairan secara umum baik untuk menunjang kehidupan lamun.
Kata kunci: Struktur komunitas, Padang Lamun, Pulau Semak Daun
SN
PM
TA(UN PERJALANAN REEF C(ECK KAR)MUNJAWA DENGAN PERSPEKT)F : ZONA )NT) DAN ZONA PEMANFAATAN W)SATA BA(AR) M. Danie Al Malika*, Jibriel Firman Sa, Sukron Al ia, (adi Al-Kharisa, )sai Yusidartab, Derta Prabuningc, (arris Sukandard, Munasike a
Marine Diving Club, Fakultas Perikanan dan )lmu Kelautan, Universitas Diponegoro b Balai Taman Nasional Karimunjawa c Yayasan Reef Check )ndonesia d Yayasan TAKA e Departemen )lmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan )lmu Kelautan, Universitas Diponegoro e-mail: daniealmalik @gmail.com
ABSTRAK Kepulauan Karimunjawa mengalami perubahan zonasi sebagai dasar pengelolaan yaitu tahun ,
, dan
. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kesehatan terumbu karang dengan
protokol Reef Check melalui perbedaan zonasi. Zona inti meliputi perairan Taka Malang, dan zona pemanfaatan wisata bahari meliputi perairan Cemara Besar, Menjangan Besar, Menjangan Kecil, dan Tanjung Gelam. Penelitian dilakukan monitoring ditahun dan
meter. (asil zona inti yaitu
,
dengan (C sebesar dengan
,
%, sedangkan
% sejak
sebesar
terdapat kelimpahan ikan pemakan alga terbanyak ditahun individu/transek, dan kedalaman meter ditahun tahun
sebanyak ,
%. Kedalaman
dan
meter
yaitu Parrot ish ,
ditemukan Parrot ish individu/transek,
pada meter sejak
sebesar
alga parrot ish sebanyak ,
,
% kedalaman
%. Tahun
meter sejak
kedalaman
setiap site yaitu
sebesar
% dan , %
meter ditemukan ikan pemakan
individu/transek dan hanya ditemukan ikan konsumsi grouper
inidvidu/transek, kedalaman
meter tidak ditemukannya ikan pemakan alga
namun terdapat kelimpahan ikan konsumsi seperti Snapper dengan , Grouper dengan
,
individu/transek. Zona pemanfaatan wisata bahari
dan meter mengalami penurunan kemunculan (C ditahun
terendah diCemara Besar dengan
sebanyak ,
meter penurunan
mengalami penurunan kelimpahan ikan konsumsi seperti Snapper
individu/transek sejak kedalaman
pada kedalaman yaitu
meter mengalami penurunan kemunculan (ard coral (C ditahun
% sejak
kemunculan (C ditahun
-
individu/transek, dan
individu/transek. Penurunan (C di zona inti tidak signi ikan dibandingkan
dengan zona pemanfaatan wisata bahari. Terjaganya ikan pemakan alga disuatu lokasi dapat memberikan kestabilan terumbu karang.
Kata kunci: Karimunjawa, Zona )nti, Zona Pemanfaatan Wisata Bahari
SN
PM
DAMPAK SHIP GROUNDING TER(ADAP TERUMBU KARANG KAWASAN KONSERVAS) D) )NDONES)A Syafyudin Yusuf a*, Amiruddinb, B. Sadarunc, Paulus Boli d a
b
Universitas (asanuddin, Makassar )ndonesian Coral Reef Action Network c Universitas (alu Oleo, Kendari d Universitas (alu Oleo, Kendari e-mail: s.yusuf
@gmail.com
ABSTRAK Kecelakaan kapal menabrak dan menduduki hamparan dasar laut dangkal ship grounding telah berdampak serius terhadap kelestarian ekosistem terumbu karang di )ndonesia. Tidak kurang dari kasus ship grounding telah diketahui oleh masyarakat dan para pemerhati terumbu karang, namun sangat sedikit yang diadili dan mengganti kerugian lingkungan dan sosial. Beberapa diantaranya terjadi di dalam kawasan konservasi perairan. Paper ini bertujuan mengungkap berbagai kasus dan mencari model penanganan ship grounding di )ndonesia.
Data dan informasi
ship grounding diperoleh dari pengalaman pribadi peneliti dan tim saat penanganan ship grounding di pulau-pulau Kota Makassar, Buton dan Taman Nasional Karimunjawa dan pengalaman para informan dari berbagai lokasi di )ndonesia. Contoh dampak ship grounding terhadap terumbu karang diperoleh dari
berbagai sumber bacaan jurnal ilmiah dan informasi dari berbagai
narasumber dan masyarakat lokal atau para penyelam. Cukup banyak kasus ship grounding namun sangat sedikit yang diketahui dan dipublikasikan. Sebanyak mulai dari tahun
an hingga
kasus yang saat ini tercatat
. Jumlah tersebut sedianya masih lebih banyak, namun sangat
sedikit yang diungkap dan dilaporkan. Sejak zaman dinasti hingga perang dunia pertama dan kedua, ratusan kapal karam telah dijadikan cagar harta karun dan wisata penyelaman. Lalu siapa yang mengurus dan menangani kecelakaan kapal karam dan klaim terhadap kerusakan terumbu karang yang rusak? Dibutuhkan tim khusus dari pemerintah untuk penanganan dan perhitungan kerugian serta mekanisme pembiayaan restorasi ekosistem dan sosial. Kerusakan terumbu karang akibat ship grounding cukup parah dan membutuhkan penanganan yang serius dan menyeluruh dari berbagai pihak dengan menerapkan pola penanganan reaksi cepat ship grounding. Kata kunci: Ship Grounding, Kawasan Konservasi, Kerusakan Terumbu Karang
SN
PM
KOMUN)TAS DAN PENGUATAN RES)L)ENS) KAWASAN KONSERVAS) PERA)RAN TAMAN NAS)ONAL WAKATOB) Kasmiati Universitas (alu Oleo e-mail: kasmiati.
[email protected]
ABSTRAK Taman Nasional Wakatobi salah satu Kawasan Konservasi Laut KKL atau marine protected area MPA yang terletak diantara Laut Flores di sebelah Selatan dan Laut Banda di sebelah Timur tepatnya pada .
–
.
Lintang Selatan dan
.
-
.
Bujur Timur. Akti itas
manusia di kawasan ini salah satu hal yang perlu dikontrol untuk memastikan penjagaan terhadap kawasan konservasi perairan. Mengingat penduduk di Kabuapten Wakatobi terus mengalami peningkatan, sementara luas wilayah, terutama daratan sangat kecil hanya sekitar
% dari total
luas wilayah adminstrasi Kabupaten Wakatobi. Selebihnya didominasi oleh laut yang telah dibagi dalam beberapa zonasi. Saat ini kawasan Taman Nasional TN Wakatobi menghadapi berbagai masalah. TNC
, menyatakan bahwa ancaman utama terhadap TN Wakatobi adalah
penangkapan dan eksploitasi yang berlebih terhadap sumberdaya terumbu karang. Daya tahan resilience kawasan konservasi perairan TN Wakatobi perlu dikuatkan baik secara sosial maupun isik. Salah satu jalan yang dapat ditempuh adalah melibatkan peran serta komunitas lokal. Namun seberapa jauh komunitas mampu memberikan penguatan, apakah efektif dan komunitas seperti apa yang paling tepat menjadi trajectory penguatan resiliensi merupakan pertanyaan mendasar dalam makalah ini. Analisis kualitatif deskriptif digunakan untuk menjawap pertanyaan diatas. (asil analisis memperlihatkan bahwa komunitas yang dibentuk secara formal oleh pemerintah tidak bekerja secara efektif, dibandingkan komunitas yang lahir dari gagasan kelompok anak muda yang sadar akan lingkungan tempat mereka tumbuh jauh lebih bisa diandalkan untuk berkontribusi dalam melakukan perubahan dan perbaikan namun mempunyai kendala terhadap informasi dan akses pembiayaan kegiatan.
Kata kunci: Komunitas, Resiliensi, Konservasi
SN
PM
PENDUGAAN N)LA) DAYA DUKUNG W)SATA ()U DAN MANTA D) SPOTSPOT PENYELAMAN D) LABUAN BAJO, KAB. MANGGARA) BARAT Ahmad Bahar a*, Dwi Ariyoga Gautamab a
Universitas (asanuddin, Makassar b WWF-)ndonesia e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Pendugaan nilai daya dukung carrying capacity adalah salah satu konsep dalam mengimplementasikan pembangunan berkelanjutan, termasuk pembangunan di sektor pariwisata bahari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya dukung penyelam di spot-spot wisata (iu dan Manta di Taman Nasional Komodo, Kabupaten Manggarai Barat. (asil penelitian diharapkan memberikan masukan kepada Balai Taman Nasional Komodo dalam mengelola wisatawan yang berkunjung ke spot-spot penyelaman di Kepulauan Komodo. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari survei lapangan spot-spot penyelaman , penggalian informasi dari responden menggunakan kuesioner dan wawancara. Data sekunder diperoleh dari penelusuran literatur, instansi teknis, dan laporan penelitian. Pendugaan nilai daya dukung penyelam rekreasi hiu dan manta dilakukan dengan mengembangkan formulasi sendiri yang merujuk kepada Davis dan Tisdel
, Coccossis et al
(asil analisis data diperoleh nilai daya dukung antara
-
, dan Rios-Jara et al
spot penyelaman (iu yang diamati berkisar
orang per hari pada musim puncak dan antara -
orang per hari saat kurang
(iu di lokasi penyelaman. Daya dukung spot penyelaman Manta berkisar antara hari di lokasi spot Manta yang diamati.
Kata kunci: Daya dukung, Wisata, Manta
.
–
orang per