PROSIDING Simposium Nasional Pengelolaan Pesisir, Laut, dan Pulau-Pulau Kecil “Kontribusi IPTEK dalam pengelolaan sumberdaya pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil” Bogor, 18 Nopember 2010
Editor: Prof. Dr. Ir. Dietriech G. Bengen,DEA Adriani Sunuddin, S.Pi, M.Si Citra Satrya Utama Dewi, S.Pi
ISBN: 978-979-19034-4-8 Kredit: Desain sampul: Pasus Legowo Tata letak: Pasus Legowo, Dharmawan I Pratama, Femi Zumaritha
KATA PENGANTAR Pertama-tama marilah kita panjatkan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena hanya atas rahmat dan karunia-Nya jua Simposium Nasional Pengelolaan Pesisir, Laut dan Pulau-Pulau Kecil dapat terselenggara dengan baik, dan seluruh rangkaian acara dan makalah-makalah yang terkait dengan simposium ini dapat disampaikan dalam laporan kegiatan ini. Sebagai Negara megabiodiversity laut terbesar dengan semua ekosistem laut tropis produktif yang melingkupi wilayah pesisir kepulauan nusantara, Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya alam laut yang sangat besar sebagai aset Nasional. Namun tidak dapat pula dipungkiri bahwa kekayaan laut yang sedemikian besar ternyata di satu sisi belum sepenuhnya dioptimalkan dan di sisi lain sedang mengalami kerusakan yang cukup mengkhawatirkan. Karena itu bagaimana kekayaan laut yang sangat besar ini dapat dimanfaatkan bagi sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat dan kemakmuran bangsa secara berkelanjutan, serta kerusakan yang terjadi dapat diperbaiki dan dipulihkan, seyogyanya suatu pendekatan pengelolaan berbasis iptek menjadi urgen untuk diterapkan bagi keberlanjutan pembangunan kelautan Indonesia. Untuk itulah Simposium dengan tema ”Kontribusi IPTEK dalam Pengelolaan Sumberdaya Pesisir, Laut dan Pulau-Pulau Kecil”, yang dirancang sebagai kelanjutan kegiatan KONAS VII di Ambon diharapkan dapat mendesiminasikan hasil-hasil penelitian dan kajian, menjalin komunikasi serta berbagi informasi dan pengalaman mengenai pengelolaan sumberdaya pesisir, laut dan pulau-pulau kecil berbasis iptek di Indonesia. Simposium Nasional ini hanya dapat terlaksana berkat kerjasama antara Himpunan Ahli Pengelolaan Pesisir Indonesia (HAPPI) dan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, dengan dukungan dana dari Ditjen Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional RI. Tak kalah pentingnya bahwa keberhasilan Simposium ini sangat ditentukan oleh para pembicara panel, moderator, notulen, pemakalah, peserta, serta para panitia yang telah berkontribusi menyukseskan simposium ini. Akhirnya, semoga prosiding simposium yang berisikan kumpulan makalah/artikel ini dapat memberikan informasi ilmiah yang esensial tentang peran iptek dalam pengelolaan sumberdaya dan lingkungan pesisir, laut dan pulau-pulau kecil di Indonesia.
Bogor, April 2011 Ketua Panitia Pelaksana/Sekjen HAPPI, Prof.Dr.Ir. Dietriech G. Bengen, DEA
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ............................................................................................
i
DAFTAR ISI .........................................................................................................
ii
I. TOPIK 1: IPTEK dalam Optimalisasi Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir, Laut dan Pulau-pulau Kecil 1. Estimasi daya dukung sosial dalam pengelolaan ekowisata pulaupulau kecil di gugus Pulau Togean Taman Nasional Kepulauan Togean (Penulis: Alimudin Laapo) .......................................................
I–1
2. Strategi pemberdayaan ekonomi masyarakat nelayan tradisional pelintas batas di Rote-Ndao (Penulis : Anna Fatchiya) ........................
I–5
3. Pemetaan daerah potensial penangkapan ikan tongkol (Euthynnus affinis) di perairan Pantai Selatan Yogyakarta (Penulis : Ati Rahadiati dan Irmadi Nahib) .................................................................
I – 13
4. Identifikasi Penyakit Karang di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu (Penulis: Beginer Subhan, Dondy Arafat, Fadhilah Rahmawati, Mochamad Luqmanul Hakim, Dedi Soedharma)
I - 20
5. Aktivitas antibakteri ekstrak metanol Sinularia dura yang difragmentasi di perairan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu (Penulis : Mujizat Kawaroe, Dedi Soedharma, Hefni Effendi, Tati Nurhayati, Safrina Dyah Hardiningtyas, Windhika Priyatmoko) ..........
I – 26
6. Daun kelapa dan daun sukun sebagai bahan alternatif pengganti terumbu karang dalam pengoperasian bubu tambun (Penulis : Diniah, Wawan Rowandi, Ari Nado Syahrur Ramadan) .......................
I – 31
7. Analisis perubahan luas dan kerapatan tutupan mangrove menggunakan citra Landsat ETM Multitemporal di pesisir utara Pulau Mendanau dan Pulau Batu Dinding Kabupaten Belitung (Penulis : Irma Akhrianti, Franto, Eddy Nurtjahya, Indra Ambalika) .....
I - 37
8. Ekstrak ascidian Didemnum molle sebagai alternatif sumber antibakteri dari hewan asosiasi terumbu karang (penulis : Irma Shita Arlyza) .........................................................................................
I – 46
9. Analisis ekonomi keterkaitan perubahan hutan mangrove dan udang di Kecamatan Belakang Padang Kota Batam (Penulis : Irmadi Nahib) ........................................................................................
I – 54
10. Kondisi kesehatan terumbu karang Teluk Saleh, Sumbawa: Tinjauan aspek substrat dasar terumbu dan keanekaragaman ikan karang (Penulis : Isa Nagib Edrus, Syahrul Arief, dan Iwan Erik Setyawan) .........................................................................................
I – 60
11. Morfologi gugusan pulau kecil (archipelagic islands) di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang dan Biaro (Penulis :Joyce Christian Kumaat) ................................................................................................
I – 75
12. Kontribusi peta dan citra inderaja dalam kajian optimalisasi penggunaan lahan marginal studi kasus pesisir kecamatan Kubu – Karangasem – Bali (Penulis : Kris Sunarto, Drs. M.Si.) .......................
I – 82
13. Bio-ekologis kepiting bakau pada kawasan konservasi desa Passo Teluk Ambon (Penulis : Laura Siahainenia) ........................................
I – 91
14. Potensi kekerangan abalon Sulawesi Selatan, prospek dan tantangan pengelolaan (Penulis : Magdalena Litaay, Rosana Agus, Rusmidin, st. Ferawati) .........................................................................
I – 99
15. Estimasi potensi ekonomi rumput laut berdasarkan daya dukung perairan di Kepulauan Salabangka Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah(Penulis : Marhawati Mappatoba, Eka Rosyida, Alimudin Laapo) .................................................................................................
I – 104
16. Analisis awal pengelolaan pesisir untuk kegiatan wisata pantai (studi kasus Pantai Gebang, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat) (Penulis : Muhammad Bakhtiar, Octavianus A. Mainasy, Zikri Sudrajat, Hafidz Fauzi) .........................................................................
I – 108
17. Teknologi tepat guna dalam pemberdayaan masyarakat pesisir berbasis sumberdaya perikanan (Penulis : Mulyono S. Baskoro dan Ivonne M. Radjawane)..........................................................................
I – 114
18. Penatakelolaan zona pemanfaatan hutan mangrove melalui optimasi pemanfaatan sumberdaya kepiting bakau (s. serrata) di Taman Nasional Kutai Provinsi Kalimantan Timur (Penulis : Nirmalasari Idha Wijaya, Fredinan Yulianda, Mennofatria Boer dan Sri juwana)............................................................................................
I – 121
19. Aspek bioteknik dalam pemanfaatan sumberdaya rajungan di perairan Teluk Banten (Penulis : Roza Yusfiandayani, M.P. Sobari) ...
I – 131
20. Analisis daya dukung pulau kecil untuk ekowisata bahari dengan pendekatan eccological footprint (studi kasus Pulau Matakus, kab. Maluku Tenggara Barat, provinsi Maluku) (Penulis : Salvinus Solarbesain, Luky Adrianto, Santoso Rahardjo) ...................................
I – 141
21. Deteksi gerombolan bandeng (Chanos chanos) berbeda ukuran berdasarkan fase pantulan gelombang akustik (Penulis : septian T. Pratomo, sri pujiyati, dan Arman D. Diponegoro) ................................
I – 148
22. Pemanfaatan teknologi penginderaan jauh untuk pemetaan terumbu karang di pulau kecil terluar studi kasus : Pulau Larat, Provinsi Maluku Tenggara Barat (Penulis : Suseno Wangsit Wijaya, Yoniar Hufan Ramadhani, Rahmatia Susanti) .........................
I – 155
Pola spasial kedalaman perairan di teluk bungus, Kota Padang (Penulis : Yulius, Hari Prihatno dan Ifan Ridlo Suhelmi) .........................
I – 160
II. TOPIK 2: IPTEK dalam Pengelolaan dan Pengembangan Kawasan Konservasi Pesisir dan Laut 1.
Perencanaan konservasi berbasis pemetaan terhadap proses keragaman hayati di Pulau Sapudi-Sumenep (Penulis: Romadhon A, Kurniawan F, Hidayat WA) .........................................................
II – 1
2.
Peran swasta dalam pengelolaan pesisir Ujungpangkah, Kabupaten Gresik (Penulis : Angela Ika Y Mariendrasari dan Prof. Dietrich G Bengen) ……………………………………………………
II – 8
3.
Merbau {intsia bijuga (colebr.) o. Kuntze} di Taman Nasional Ujung Kulon Banten (Penulis : Dodo dan Mujahidin) ......................
II – 14
4.
Potensi anggrek sebagai sumberdaya non kayu di kawasan hutan mangrove Pantai Maligano – Pulau Buton, Sulawesi Tenggara (Penulis : Eka Martha Della Rahayu, Izu Andry Fijridianto dan R. Hendrian) ........................................................................................
II – 18
5.
Inventarisasi data luas kerapatan hutan mangrove di Taman Nasional Bali Barat sebagai potensi Kawasan Konservasi Laut dalam pengelolaan wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil dengan pemanfaatan teknologi sistem informasi geografis menggunakan satelit ALOS (Penulis : Firman Setiawan, Rama Wijaya dan Noir P. Poerba) ............................................................
II – 22
6.
Disain rehabilitasi ekosistem mangrove untuk pengelolaan konservasi di daerah penyangga Pulau Dua, Kota Serang, Banten (Penulis : Fredinan Yulianda dan Nyoto Santoso) .........................
II – 27
7.
Sebaran lokasi wisata laut dan budaya di Kabupaten Wakatobi Provinsi Sulawesi Tenggara (Penulis : Helman) .............................
II – 33
8.
Pengelompokan Jenis Tumbuhan Berdasarkan Kandungan Hara di Hutan Dataran Rendah, Pulau Wawonii - Sulawesi Tenggara (Penulis: Joeni Setijo Rahajoe dan Edi Mirmanto)………………..
II – 37
9.
Implementasi metode blue heart ocean sebagai langkah strategis konservasi terumbu karang dalam wacana jakarta water front city berbasis pemberdayaan masyarakat pesisir pantai Utara Jakarta (Penulis : Nugroho Wiratama dan Nidhom Fahmi) .........................
II – 43
10.
Biodiversitas ikan karang di Kepulauan Padaido, Kabupaten BiakNumfor, Papua (Penulis : Pustika Ratnawati, Muhammad Hafiz, Sukmaraharja,Tia Sulistiani, Hedra Akhrari) ...................................
II – 49
11.
Kajian potensi ekologis dan isu-isu strategis ekosistem karst cagar alam Pulau Sempu, Jawa Timur (Penulis : Rosniati A. Risna dan Tata M. Syaid) ...............................................................
II – 53
12.
Pulau Wawonii: keanekaragaman, potensi dan permasalahannya (Penulis : Rugayah, M. Rahayu & S. Sunarti) ……………………....
II – 60
13.
Flora langka di pulau kecil Batudaka, Sulawesi Tengah (Penulis: Sri Hartini) .......................................................................................
II – 70
14.
Jenis-jenis vegetasi unik dan perlu dilindungi di Pulau Waigeo, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat (Penulis : Sudarmono) ....................................................................................
II – 75
15.
Penentuan kondisi dan potensi konservasi ekosistem mangrove di II – 79 pesisir selatan Kabupaten Bangkalan berbasis teknologi SIG dan penginderaan jauh (Penulis : Wahyu A’idin Hidayat, Zulkarnaen Fahmi) .............................................................................................
16
Tumbuhan Paku di Kawasan Gunung Gamalama, Pulau Ternate (Penulis : Izu Andry Fijridiyanto dan Sri Hartini …………………….
II – 84
III. TOPIK 3: IPTEK dalam Mitigasi dan Adaptasi Dampak Perubahan Iklim terhadap Ekosistem Pesisir dan Pulau-pulau Kecil 1.
Pemodelan luas genangan di semarang akibat pasang surut (Penulis : Didik Hartadi, dan Ivonne M.R. ……………………...........
III – 1
2.
Perubahan status lahan dan tutupan lahan kawasan Pulau Moti, Ternate Maluku Utara (Penulis : H.I.P. Utaminingrum, M.Ridwan, dan Roemantyo) ..............................................................................
III – 4
3.
Distribusi spasial oil spill montara di Celah Timor dari satelit dan dampaknya terhadap sumberdaya hayati laut (Penulis : Jonson Lumban Gaol) .................................................................................. Penentuan parameter paling dominan berpengaruh terhadap pertumbuhan populasi fitoplankton pada musim kemarau di perairan pesisir Maros Sulawesi Selatan (Penulis : Rahmadi Tambaru, Enan M. Adiwilaga, Ismudi Muchsin, dan Ario Damar) ... Pemanfaatan pengideraan jauh dalam pemantauan kerusakan lingkungan pesisir dan laut di pantai Utara Jawa Barat (Penulis : Riny Novianty dan Anggraeni Nurmartha Vina) ............................... Strategi pemberdayaan nelayan berbasis keunikan Agroekosistem dan kelembagaan lokal (Penulis : Siti Amanah) .............................. Teknologi geospasial untuk pengelolaan pulau-pulau kecil terpencil (studi kasus di kepulauan Karimunjawa – Jawa Tengah) (Penulis : Yatin Suwarno dan Sri Lestari Munajati) ......................... Identifikasi potensi jenis ikan ekonomis penting dengan analisis keruangan dan hidroakustik di Kep. Tagalaya, Halmahera Utara (Penulis : Zulkarnaen Fahmi, Frensly D Hukom, Wahyu A’idin Hidayat, Jefry Bemba ......................................................................
III – 9
4.
5.
6. 7.
8.
III – 14
III – 19
III – 23 III – 30
III – 36
II-70 FLORA LANGKA DI PULAU KECIL BATUDAKA, SULAWESI TENGAH Sri Hartini Pusat Konservasi Tumbuhan-Kebun Raya Bogor, LIPI Jl. Ir. H. Juanda 13 P.O. BOX 309 Bogor 16003 Email:
[email protected] ABSTRAK Pulau Batudaka merupakan salah satu pulau di Kepulauan Togean, Sulawesi Tengah. Di Pulau ini masih dijumpai kawasan hutan yang termasuk hutan hujan dataran rendah. Hutan di pulau ini memiliki potensi flora dan fauna endemik yang cukup tinggi dikarenakan letaknya yang terisolasi oleh laut serta berada di kawasan Wallacea. Diantara sekitar 322 jenis tumbuhan di Pulau ini yang pernah diinventarisasi, terdapat kelompok tumbuhan yang perlu mendapatkan perhatian lebih yaitu jenis-jenis yang termasuk kategori tumbuhan langka. Terlebih lagi di Pulau ini pernah berdiri sebuah HPH yang melakukan kegiatan penebangan kayu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan langka yang terdapat di kawasan Pulau Batudaka berserta potensi dan ancamannya. Metode yang digunakan adalah metode eksploratif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak kurang dari 23 jenis tumbuhan yang termasuk kategori langka terdapat di Pulau Batudaka. Beberapa jenis diantaranya merupakan tumbuhan yang atraktif dan bernilai ekonomi tinggi. Di sisi lain keberadaan jenis-jenis ini juga mengalami ancaman. Kata kunci : Tumbuhan langka, Pulau Batudaka, potensi, ancaman PENDAHULUAN Kepulauan Togean merupakan gugusan dari pulau-pulau kecil yang terdiri atas ±66 pulau besar dan kecil, dimana Una Una, Batudaka, Togean, Talatakoh, Walea Kodi dan Walea Bahi merupakan pulau-pulau besarnya (Anonim, 2007). Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 418/Menhut-II/2004 tanggal 19 Oktober 2004 Kepulauan Togean ditunjuk sebagai Taman Nasional Kepulauan Togean (Rais dkk., 2007). Sebagai bagian dari Kepulauan Togean, Pulau Batudaka tentunya juga memiliki kondisi seperti pada umumnya kondisi di kepulauan ini yaitu memiliki ekosistem yang cukup lengkap seperti hutan dataran rendah, hutan bakau, padang lamun dan karang. Seperti halnya pulau-pulau lain di kawasan Wallacea, Pulau Batudaka memiliki keunikan dari sudut pandang biogeografinya. Sebagai ekosistem pulau yang terletak dalam zona transisi garis Wallacea dan Weber, Pulau Batudaka memiliki keanekaragaman hayati yang unik. Topografinya bervariasi mulai dari datar, landai, agak curam, curam dan sangat curam. Jenis tanah di Pulau
Batudaka sebagian besar merupakan batu gamping (Anonim, 2007). Banyak jenis menarik dan berpotensi ditemukan di kawasan Pulau Batudaka. Namun masih banyak jenis yang belum diketahui, apalagi dimanfaatkan oleh masyarakat setempat pada khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Hanya jenis-jenis kayu berkelas yang sudah dimanfaatkan masyarakat. Di Pulau ini juga pernah berdiri sebuah HPH sekitar tahun 1990, sehingga kayu-kayu berkualitas baik sebagian besar sudah dieksploitasi seperti kayu kerikis, kayu hitam, palapi, siuri, damar dan gaharu. Bila pengeksploitasian terhadap kayu-kayu berkualitas termasuk yang sudah langka berjalan terus, maka kehilangan akan jenis-jenis tersebut tidak dapat dihindari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan yang termasuk kategori langka yang terdapat di kawasan Pulau Batudaka. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan data dari tumbuhan langka di lokasi ini yang sebelumnya belum terungkap beserta dengan potensinya.
II-71 METODOLOGI Penelitian dilakukan di Pulau Batudaka pada bulan April - Mei 2009. Kawasan yang diamati meliputi Pinaat, Wakai, Tanimpo, dan Taningkola yang terletak pada ketinggian 0-150 m dpl. Metode yang digunakan adalah metode eksploratif. Semua jenis tumbuhan yang dijumpai dicatat dan untuk mengetahui jenis-jenis mana yang termasuk kategori langka dipakai acuan menurut IUCN tahun 20072010, WCMC tahun 2000, Mogea et al (2001), serta Rifai et al (1992). Setiap spesimen yang dikoleksi diberi nomor koleksi dan dicatat data lapangannya. Informasi tentang potensi pemanfaatan tumbuhan diperoleh dengan cara mewawancarai penduduk lokal yang mengenal dan mengetahui nama lokal dan kegunaan tumbuhan, serta dengan penelusuran pustaka. Untuk jenis-jenis yang masih diragukan nama jenisnya, diambil spesimen herbariumnya guna dilakukan identifikasi lebih lanjut. HASIL Berdasarkan hasil penjelajahan di Pulau Batudaka ditemukan 23 jenis tumbuhan langka yang termasuk dalam 17 suku. Jenis yang ditemukan berasal dari suku Apocynaceae (3 jenis), Meliaceae (3 jenis), Burseraceae (2 jenis), Caesalpiniaceae (2 jenis) dan yang lainnya dari suku yang berbeda. Dari 4 kawasan yang dieksplorasi, di Pinaat ditemukan 5 jenis, di Wakai ditemukan 15 jenis, di Tanimpo ditemukan 5 jenis dan di Taningkola ditemukan 7 jenis. Ada jenisjenis yang dapat ditemukan di lebih dari satu kawasan, namun ada jenis-jenis yang hanya ditemukan di satu kawasan saja. Berdasar informasi penduduk serta dari hasil penelusuran pustaka ternyata hampir semua jenis tumbuhan langka yang ditemukan memiliki kegunaan dan potensi yang sangat besar. Ke-duapuluh jenis tumbuhan langka beserta kegunaan/ potensinya disajikan dalam Tabel 1. PEMBAHASAN Menurut Hartini dan Wawangningrum (2009) di Pulau Batudaka setidaknya terdapat 322 jenis tumbuhan, yaitu berdasarkan hasil inventarisasi yang dilakukan pada tahun 2009. Dari 322 jenis tersebut, 23 jenis diantaranya termasuk
tumbuhan langka. Wakai merupakan kawasan yang menyimpan tumbuhan langka paling banyak yaitu 15 jenis. Di Wakai kawasan yang dijelajahi meliputi daerah perbukitan maupun daerah berawa. Kondisi perbukitannya merupakan hutan sekunder, namun masih cukup banyak tumbuhan asli yang dapat ditemukan. Sedang daerah berawanya terdapat di bagian tepi dari daratan dan biasanya berhubungan langsung dengan laut. Kawasan berawa biasanya ditumbuhi oleh jenis-jenis tumbuhan khasnya seperti Bruguiera gymnorrhiza, Lumnitzera littorea, Metroxylon sagu, Acrostichum aureum dan lain-lain. Di Wakai masih dapat dijumpai pohonpohon berukuran besar. Jenis-jenis pohon yang mendominasi antara lain Garuga floribunda, Streblus ilicifolius, Pometia pinnata, Pterospermum diversifolium, Pimelodendron amboinicum, Ochrosia acuminata, Sterculia macrophylla, Myristica philippinensis, Ziziphus crebrivenosa, Palaquium obtusifolium, Aglaia argentea, Koordersiodendron pinnatum, Moringa pterygosperma, Aglaia edulis, Alstonia macrophylla, Canarium hirsutum. Sedang tumbuhan langka yang ditemukan di kawasan ini adalah Acrostichum aureum, Aglaia argentea, Aglaia edulis, Alstonia macrophylla, Alstonia scholaris, Arcangelisia flava, Cantleya corniculata, Citrus celebica, Dacryodes rostrata, Dolichandrone spathacea, Euonymus javanicus, Intsia bijuga, Lumnitzera littorea, Mangifera odorata dan Strychnos ignatii. Taningkola juga menyimpan banyak tumbuhan langka. Di lokasi ini ditemukan 7 jenis yaitu Alyxia reinwardtii, Calophyllum soulattri, Dacryodes rostrata, Diospyros macrophylla, Gyrinops versteegii, Lumnitzera littorea dan Mangifera odorata. Kondisi hutan di Taningkola lebih subur dibanding hutan lainnya karena di kawasan ini banyak terdapat sumber air. Hutan Taningkola merupakan hutan di atas perbukitan yang kondisinya masih cukup bagus. Pohon-pohon berukuran besar masih dapat ditemukan. Jenis yang mendominasi antara lain Semecarpus sp., Terminalia sp., Arthrophyllum diversifolium, Diospyros macrophylla, Dacryodes rostrata, Ficus variegata, Mangifera minor, Polyscias nodosa, Pimelodendron pinnatum, Canarium hirsutum, Celtis
II-72 philippinensis, Sterculia macrophylla, Gluta renghas, Koordersiodendron pinnatum, Calamus zollingeri dan Arenga pinnata. Hutan di Pinaat merupakan hutan sekunder dengan masih cukup banyak tumbuhan asli yang dapat ditemukan. Kawasan Pinaat merupakan daratan yang landai sampai berbukit, dan sebagian kecil berawa. Di Pinaat juga dijumpai pohonpohon berukuran besar. Jenis-jenis pohon yang mendominasi antara lain Sterculia macrophylla, Garuga floribunda, Palaquium obtusifolium, Streblus ilicifolius, Pterospermum diversifolium, Gluta renghas, Semecarpus sp., Pometia pinnata, Koordersiodendron pinnatum, Canarium hirsutum, Aglaia argentea, Arenga pinnata, Ochrosia acuminata dan Arcangelisia flava. Tumbuhan langka yang ditemukan ada 5 jenis yaitu Aglaia argentea, Aglaia elliptica, Arcangelisia flava, Cynometra ramiflora dan Octomeles sumatranus. Di Tanimpo ditemukan 5 jenis tumbuhan langka yaitu Aglaia argentea, Alstonia macrophylla, Arcangelisia flava, Santiria laevigata dan Strychnos ignatii. Hutan Tanimpo merupakan hutan di atas perbukitan yang kondisinya masih cukup bagus. Pohon-pohon berukuran besar masih cukup banyak ditemukan. Kawasan ini didominasi oleh Osmoxylon sp., Sterculia macrophylla, Koordersiodendron pinnatum, Pometia pinnata, Pterospermum diversifolium, Pinanga caesia, Pterospermum celebicum, Ziziphus crebrivenosa, Calamus zollingeri, Ochrosia acuminata, Santiria laevigata, Alstonia macrophylla, Gluta renghas dan Aglaia argentea. ANCAMAN Bila dilihat dari potensinya, jenis-jenis tumbuhan langka yang ditemukan di Pulau Batudaka memiliki nilai penting dalam kehidupan manusia. Menurut informasi hampir semua jenis tersebut sudah dimanfaatkan dan bahkan ada yang diekslpoitasi oleh masyarakat. Hal ini semakin diperparah dengan adanya perusahaan penebangan kayu beberapa tahun yang lalu di pulau ini. Meskipun perusahaan tersebut sekarang sudah tidak aktif, namun pengetahuan masyarakat akan pohon-pohon berkualitas kayu bagus sudah diketahui, sehingga hal ini masih menjadi ancaman akan kelestariaannya.
Selain terjadi perambahan langsung terhadap pohon-pohon yang termasuk langka, juga terjadi ancaman terhadap habitatnya. Pembukaan hutan untuk area perkebunan terus terjadi. Jika hal ini dibiarkan berlangsung maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi penurunan jumlah populasi tidak hanya terhadap tumbuhan langkanya, namun juga pada tumbuhan pada umumnya. Selain itu juga dapat mengganggu keberadaan sumber air yang ada. Beberapa tahun terakhir masyarakat di Pulau Batudaka sudah semakin sulit untuk mendapatkan air pada waktu musim kemarau. Maka dari itu usaha penyuluhan oleh pihak pengelola hutan sangatlah diperlukan secara berkesinambungan agar keutuhan hutan tetap terjaga. KESIMPULAN Pulau Batudaka menyimpan kenekaragan flora cukup tinggi, 23 jenis diantaranya diketahui sebagai tumbuhan yang sudah harus dilindungi karena termasuk kategori langka. Ke-23 jenis tumbuhan langka tersebut ternyata juga memiliki kegunaan dan potensi yang besar. Upaya pengawasan dari pihak pengelola kawasan harus semakin ditingkatkan mengingat beberapa jenis diantaranya telah dieksploitasi masyarakat untuk kepentingan pribadi serta terjadinya pembukaan hutan untuk keperluan lain. PUSTAKA Anonim. 2000. World Conservation Monitoring Centre. Globally & Nationally Threatened Taxa of Indonesia Status Report (562 Records). Anonim. 2007. Rancangan Kerja Pembinaan Habitat Penyu di Pulau UnaUna Kecamatan Una-Una Taman Nasional Kepulauan Togean. Balai Taman Nasional Kepulauan Togean. Departemen Kehutanan. Anonim. 2010. The IUCN Red List of Threatened Species. CD-ROM. SSC Red List Programme. UK. Anonim. 2010. Citrus celebica Koord. Celebes papeda. http://users.kymp.net/citruspages/ papedas.html. Diakses 4 Maret 2010. De Guzman, C.C. and J.S. Siemonsma (Editors). 1999. Spices. Plant Resources of South East Asia No.13. Bogor. Indonesia.
II-73 Diakses tanggal 24 Agustus 2010. De Padua, L.S., N. Bunyapraphatsana, and R.H.M.J. Lemmens (Editors). 1999. Medicinal and Poisonous Plants 1. Plants Resources of South East Asia No. 12 (1). Prosea. Bogor. Indonesia. De Winter, W.P. and V.B. Amorosa (Editors). 1992. Cryptogams: Ferns and Fern Allies. Plant Resources of South East Asia No.15 (2). Bogor. Indonesia. Eppedando, R. 2010. Gaharu: Berlian Hijau dari Timur. http://www.batukar.info/ komunitas/articles/gaharu-berlian-hijaudari-timur. Diakses 20 Oktober 2010. Hartini, S. dan H. Wawangningrum. 2009. Inventarisasi Tumbuhan di Taman Nasional Kep. Togean. Dalam Prosiding Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global. UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya ‘Eka Karya Bali’. Lemmens, R.H.M.J., I. Soerianegara, and W.C. Wong (Editors). 1995. Timber Trees: Minor Commercial Timbers. Plant Resources of South East Asia 5(2). Bogor. Indonesia. Mogea, J.P.; D. Gandawidjaja; H. Wiriadinata; R.E. Nasution; dan Irawati. 2001. Tumbuhan Langka Indonesia. Bogor. Puslitbang Biologi-LIPI. Rais, S., Y. Ruchiat, A. Sartono dan T. Jideta. 2007. 50 Taman Nasional di Indonesia. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Departemen Kehutana Republik Indonesia dan Lestari Hutan Indonesia. Rifai, M.A., Rugayah, dan E.A. Widjaya (Editor). 1992. Tiga Puluh Tumbuhan Obat Langka Indonesia. Sisipan Floribunda 2(11). Penggalang Tumbuhan Indonesia. Bogor. Soerianegara, I. and R.H.M.J. Lemmens (Editors). 1994. Timber Trees: Major commercial timbers. Plant Resources of South East Asia No 5(1). Bogor. Indonesia. Sosef, M.S.M., L.T. Hong, and S. Prawirohatmodjo (Editors). 1998. Timber Trees: Lesser-known timbers. Plant Resources of South East Asia No 5(3). Bogor. Indonesia. Valkenburg, J.L.C.H. and N. Bunyapraphatsana (Editors). 2002. Medicinal and Poisonous Plants 2. Plants Resources of South East Asia No. 12 (2). Bogor. Indonesia.
Tabel 1 :
Jenis-jenis tumbuhan langka di Pulau Batudaka dan kegunaan/potensinya
II-74