Prosiding Simposium Nasional Penelitian dan Pengembangan Peternakan Tropik Tahun 2016 Dalam Rangka Dies Natalis ke-47 Fakultas Peternakan UGM
Pengembangan Peternakan Berbasis Plasma Nutfah dan Kearifan Lokal Mendukung Agroekologi Berkelanjutan
Hak Cipta Dilindungi Undang Undang Copyright @2016 ISBN: 978-979-1215-28-2
Editor: Cuk Tri Noviandi, S.Pt., M.Sc., Ph.D. Galuh Adi Insani, S.Pt., M.Sc. Rima Amalia Eka Widya, S.S. Slamet Widodo, S.Pt.
Diterbitkan oleh: Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada Bekerjasama dengan Indonesian Society for Sustainable Tropical Animal Production (ISSTAP)
Alamat Penerbit: Fakultas Peternakan UGM Jl. Fauna No. 3 Kampus UGM Bulaksumur Yogyakarta 55281 Telp. (0274) 513363, Fax. (0274) 521578 Website: www.semnaster.fapet.ugm.ac.id
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh Dalam rangka Dies Natalis Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada ke-47, Panitia menyelenggarakan Simposium Nasional Penelitian dan Pengembangan Peternakan Tropik Tahun 2016 dengan tema “Pengembangan Peternakan Berbasis Plasma Nutfah dan Kearifan Lokal Mendukung Agroekologi Berkelanjutan”. Tujuan Simposium ini adalah 1) menyediakan forum diskusi, bertukar informasi dan pandangan mengenai hasil-hasil penelitian dan pengembangan peternakan, 2) menyediakan forum diskusi mengenai plasma nutfah dan kearifan lokal dalam produksi peternakan yang mendukung agroekologi berkelanjutan, 3) menyediakan forum untuk bertukar informasi, ide, dan teknologi baru dalam pembangunan peternakan dan integrasi produksi peternakan dan sistem agroekologi. Harapan dari kegiatan Simposium ini adalah diperoleh informasi terbaru hasil-hasil penelitian dan pengembangan peternakan terutama implementasi dan pengembangan peternakan berbasis plasma nutfah dan kearifan lokal. Melalui pengembangan peternakan tersebut diharapkan sektor peternakan mampu berkontribusi dalam mendukung ketahanan pangan nasional. Pengembangan peternakan berbasis plasma nutfah telah banyak dilakukan para akademisi dan peneliti dan potensinya masih harus dikembangkan. Kerjasama pemerintah, akademisi, peneliti, peternak, dan semua stake holder akan mendukung semua upaya tersebut. Dewasa ini pendekatan sistem secara menyeluruh dalam bidang pertanian dan peternakan berdasarkan kearifan lokal, pertanian alternatif, dan penyediaan pangan yang dikenal sebagai agroekologi sangat penting dalam usaha meningkatkan produktivitas. Pada kesempatan ini Panitia mengucapkan terimakasih kepada para pembicara, pemakalah, peserta, sponsor, dan semua pihak yang telah membantu terselenggaranya Simposium ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang sebaik-baiknya. Wassalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh Yogyakarta, 3 November 2016 Ketua Panitia Simposium
Andriyani Astuti, S.Pt., M.Sc., Ph.D.
iii
PENGANTAR EDITOR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Atas nama Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada, saya gembira Bapak/Ibu rekan sejawat telah berkenan hadir pada Simposium Nasional Penelitian dan Pengembangan Peternakan Tropik Tahun 2016 yang diselenggarakan pada 3 November 2016 di Auditorium drh. Soepardjo, Fakultas Peternakan UGM, Yogyakarta. Di bawah tema "Pengembangan Peternakan Berbasis Plasma Nutfah dan Lokal Mendukung Agroekologi Berkelanjutan", kami berharap bahwa hasil-hasil penelitian yang terkait dengan pengembangan peternakan di daerah tropik yang mengutamakan keunggulan plasma nutfah dan lokal akan diinformasikan di antara peserta, dengan demikian kita akan dapat melakukan pendekatan terpadu dalam mengembangkan peternakan di daerah tropis yang berkelanjutan. Saya percaya hal ini dapat dicapai karena para banyak peneliti senior dan juga junior, termasuk rekan-rekan mahasiswa S1 dan Pascasarjana, yang telah tergabung dan hadir dalam simposium nasional ini. Dalam kesempatan ini, saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga untuk semua pihak yang telah berkontribusi bagi keberhasilan simposium nasional ini. Ucapan terima kasih kami yang pertama kami sampaikan untuk semua peserta; terima kasih atas kontribusi anda, waktu, dan upaya untuk berpartisipasi dalam semua sesi dalam simposium ini. Kami juga ingin menyampaikan terima kasih kepada para reviewer dan editor yang telah mendedikasikan keahlian dan waktu mereka yang berharga dalam meninjau dan mengedit naskah-naskah yang masuk untuk dipublikasikan dalam prosiding seminar nasional ini. Saya juga sangat menghargai kerja keras seluruh anggota dewan pengarah, panitia, dan mahasiswa dari Fakultas Peternakan UGM dalam upaya membuat seminar ini mencapai sukses besar. Saya berharap semua peserta seminar nasional ini dapat memetik manfaat positif serta menikmati jalannya seminar ini dari awal hingga selesai. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Editor
Cuk Tri Noviandi, S.Pt., M.Anim.St., Ph.D.
iv
SAMBUTAN DEKAN Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua, Yang saya hormati para nara sumber, para peserta simposium dan tamu undangan yang kami muliakan. Pertama tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat Nya sehingga kita semua dapat hadir pada Simposium Nasional Penelitian dan Pengembangan Peternakan Tropik dalam rangka Dies Natalis ke-47 Fakultas Peternakan UGM. Simposium ini sengaja diadakan untuk menyediakan forum akademik bagi para pemikir, peneliti, dosen dan mahasiswa untuk bertukar gagasan dalam memajukan dunia peternakan di Indonesia khususnya. Kata kunci peternakan tropik juga sengaja diambil sebagai tema penting mengingat peluang sekaligus tantangan industri peternakan di kawasan tropik semakin berat. Pemanasan global, peningkatan jumlah penduduk dan otomatis peningkatan permintaan akan pangan termasuk pangan hasil ternak. Sementara produktivitas ternak tropik belum mampu mengimbangi permintaan yang semakin meningkat. Banyak faktor yang turut menentukan produktivitas ternak tropik. Oleh karena itulah pentingnya forum akademik ini diselenggarakan untuk menghimpun berbagai gagasan dan hasilhasil penelitian yang telah dilakukan para akademisi dan peneliti untuk selanjutnya dirumuskan formula ideal pengembangan peternakan tropik. Simposium dengan mengambil tema 'Pengembangan peternakan berbasis plasma nutfah dan kearifan lokal mendukung agroteknolgi berkelanjutan' ini diharapkan akan menghasilkan rumusan pengembangan plasma nutfah ternak tropik dan pola sinergitasnya dengan para stakeholders terkait, untuk membantu menciptakan kecukupan pangan hasil ternak di masa yang akan datang. Indonesia sebagai negara tropis kaya sumber daya genetik hewan tropik dan telah mengalami adaptabilitas yang sangat baik bertahun-tahun bahkan berabad-abad lamanya. Sayang potensi tersebut semakin hari semakin tersingkirkan akibat kemajuan pesat industrialisasi usaha ternak berbasis bibit impor yang dipandang lebih produktif dan efisien dibanding ternak lokal. Beberapa breed ternak lokal asli Indonesia terancam punah sedangkan perhatian akan upaya konservasi, penelitian pengembangan dan komersialisasi pun sangat terbatas. Besar harapan kita semua kepada para pihak terkait (pemerintah, akademisi, peneliti, pelaku usaha, peternak) untuk mencurahkan waktu, tenaga, pikiran dan segala daya untuk konservasi dan pengembangan plasma nutfah tropik secara bijak. Kehadiran para narasumber yang sudah tidak diragukan lagi kompetensinya akan berbagi pengetahuan. Bagi Fakultas Peternakan UGM, setidaknya 5 hingga 10 tahun ke depan plasma nutfah ternak tropik akan mendapatkan perhatian serius dan prioritas dalam penelitian dan pengembangannya. Oleh karena itu, simposium nasional penelitian dan pengembangan ternak tropik akan diagendakan secara rutin setiap tahun. Terima kasih dan apresiasi yang tinggi atas partisipasi semua pihak khususnya para narasumber, peserta, sponsor dan panitia atas jerih payah dan pengorbanannya demi plasma nutfah ternak tropik kita sebagai sumber daya genetik yang tidak hanya dijaga eksistensinya akan tetapi dimanfaatkan secara bijak untuk kesejahteraan umat manusia. Atas nama pimpinan Fakultas Peternakan UGM dan segenap panitia mohon dengan segala kerendahan hati dimaafkan jika ada kekurangan kekhilafan dalam penyelenggaraan simposium ini. Selamat berdiskusi semoga menginspirasi dan memberikan manfaat bagi kemajuan peternakan tropik di Indonesia dan bagi kemaslahatan bangsa dan negara. Wassalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh Yogyakarta, 3 November 2016 Dekan Prof. Dr. Ir. Ali Agus, DAA., DEA.
v
DAFTAR ISI Kata Pengantar…………………………………………………………………………………………………………………
iii
Pengantar Editor…………………………….…………………………………………………………………………………
iv
Sambutan Dekan……………………….………………………………………………………………………………………
v
Daftar isi…………………………………………………………………………………………………………………………..
vi
Makalah Utama 1.
IMPLEMENTASI HASIL-HASIL PENELITIAN DAN KETERKAITANNYA DENGAN PENGEMBANGAN PETERNAKAN DI INDONESIA 1 Bess Tiesnamurti, Eko Handiwirawan, dan Priyono………………………………………………..…
2.
POTENSI GENOMIK TERNAK INDIGENOUS INDONESIA SEBAGAI PENYEDIA PANGAN HEWANI UNTUK MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN NASIONAL Tety Hartatik…………………………………………………………..……………………………………………..... 13
Makalah Penunjang A.
Bioteknologi (Bio)
1.
BIOSINTESIS DAN KARAKTERISASI NANO-ENKAPSULASI EKSTRAK BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia) DENGAN KITOSAN-SODIUM TRIPOLIFOSFAT SEBAGAI KANDIDAT ANTIOKSIDAN ALAMI (Bio-3-O) 22 Zainal Choiri, Ronny Martien, Nanung Danar Dono dan Zuprizal…………………….…….....
2.
ANALISIS KUALITAS BIANG HASIL PRODUK FERMENTASI BERAS DENGAN Monascus purpureus (Bio-22-O) 29 Ainu Rahmi dan Dewi Ratih Ayu Daning…………………………………………………………………...
3.
PENGARUH PEMBERIAN ISOLAT BAKTERI ASAM LAKTAT SEBAGAI INOKULAN TERHADAP KETAHANAN AEROBISITAS FERMENTASI TOTAL CAMPURAN KONSENTRAT BERBASIS AMPAS TAHU (Bio-56-O) 30 Zaenal Bachruddin, Santika Anggrahini, Ristianto Utomo, dan Lies Mira Yusiati……...
B.
Nutrisi Ruminansia (NR)
4.
KECERNAAN IN VITRO JERAMI JAGUNG YANG DISUPLEMENTASI JAHE (Zingiber officinale) PADA LEVEL YANG BERBEDA (NR-2-O) Cuk Tri Noviandi, Indri Aditya Saputri, Subur Priyono Sasmito Budhi, Ristianto Utomo, Ali Agus, 31 dan Andriyani Astuti…………….……………………………………………………………………………….....
vi
5.
STUDI KERAGAMAN HIJAUAN PAKAN INDIGENOUS PADA EKOSISTEM TERTUTUP DI PEGUNUNGAN KAPUR GOMBONG SELATAN - JAWA TENGAH (NR-15-O) Doso Sarwanto, Sari Eko Tuswati, dan Pudji Widodo……………………………………………….. 36
6.
PRODUCTIVITY AND QUALITY OF FORAGES IN GRASSLAND MERAPI POST-ERUPTION AREA, SLEMAN, YOGYAKARTA, INDONESIA (NR-16-O) Nafiatul Umami, Bambang Suhartanto, Bambang Suwignyo, Nilo Suseno, Sarah Adrian Fenila, 43 and Ruslina Fajarwati…………………………………………………………….……………………………...... ..
7.
PENGARUH PENAMBAHAN BAKTERI XILANOLITIK PADA FERMENTASI LIMBAH PADAT BATANG AREN (Arenga pinnata Merr.) TERHADAP KECERNAAN SECARA IN VITRO (NR-19-O) 44 Chusnul Hanim, Lies Mira Yusiati, dan Harwanto…………………………………………………...…
8.
PERFORMA PRODUKSI TERNAK KAMBING SETELAH DIBERI VIRGIN COCONUT OIL SEBAGAI SUBSTRAT PAKAN PENGHAMBAT METANOGENIK (NR-24-O) Erwin H.B. Sondakh, M.R Waani, F.R Ratulangi, J.A.D. Kalele, dan S.C. Rimbing…….…. 51
9.
EFEK SUPLEMENTASI PAKAN KONSENTRAT PADA PELEPAH SAWIT TERHADAP KINETIK FERMENTASI DAN PRODUKSI BIOMASA MIKROBA RUMEN DIUKUR SECARA IN VITRO (NR25-O) 57 Saitul Fakhri dan Darlis………………………………………………………………………………………….....
10. DEGRADASI BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK SILASE OPF PADA RUMEN KERBAU SECARA INVITRO (NR-37-O) Yurleni, Saitul Fakhri dan Bayu Rosadi…………………………………………………………………….… 58 11. PENGARUH PENGGUNAAN ADITIF PADA KUALITAS SILASE HIJAUAN SORGHUM VULGARE (NR-48-O) Ristianto Utomo, Cuk Tri Noviandi, Andriyani Astuti, Nafiatul Umami, L.JM.C. Kale Lado, Aditya Bayu Pratama, Nurul Azizah Jamiil, dan Nino Sugiyanto……….………………………………….. 63 12. KONSUMSI DAN KECERNAAN NUTRIEN PADA KAMBING KACANG YANG MENDAPAT PAKAN TAMBAHAN SUMBER PROTEIN DI KELOMPOK WANITA SUMBER REJEKI, WONOLAGI, GUNUNGKIDUL (NR-54-O) Kustantinah, Edwin Indarto, Nanung Danar Dono, Zuprizal, dan Siti Zubaidah………... 70 13. GULMA: NILAI NUTRISI SEBAGAI PAKAN TERNAK PADA PERBEDAAN MUSIM (NR-60-O) Suwignyo, B., B. A. Suparja, N. Umami, N. Suseno dan B. Suhartanto……………………….
71
14. EMBRIOGENESIS SOMATIK DAN REGENERASI RUMPUT BRACHIARIA DECUMBENS (NR-62O) Nilo Suseno, Galih Pawening, Nofi Isnaini, Nafiatul Umami, Bambang Suwignyo, dan Bambang Suhartanto……………………………………………………………………………………………………………..… 72
vii
15. BALANS NITROGEN PADA KAMBING BLIGON BETINA YANG MENDAPAT PAKAN DENGAN TAMBAHAN VITAMIN E. (NR-63-O) Lies Mira Yusiati, Ristianto Utomo, Chusnul Hanim, Zaenal Bachruddin dan Lian Gitari 77 16. POTENSI DAN PRODUKSI HIJAUAN PAKAN TERNAK DI LAHAN PERTANIAN BANYUSOCO PLAYEN GUNUNG KIDUL (NR-64-O) Nafiatul Umami, Bambang Suhartanto, Ellentika Damayanti, Ristianto Utomo, Lies Mira 82 Yusiati, Kustantinah, Chusnul Hanim, Zaenal Bachruddin, dan Muhlisin………………...... . 17. POTENSI HIJAUAN MAKANAN TERNAK DI BAWAH LAHAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT SEI ROKAN RIAU (NR-97-O) Suwignyo, B, Baliarti, E, Suhartanto, B, Hamdani, M, Agus, Budisatria I.G.S., Panjono, Guntoro, 94 B, Trisakti, H, Bintara, S, Yuriadi, Atmoko, B. A , dan Galih, Y…………………………….…..... . 18. KONDISI HIJAUAN PAKAN PADANG PENGGEMBALAAN ALAM DI DORONCANGA KECAMATAN PEKAT KABUPATEN DOMPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT (NR-108-O) Nining Ariani, Nafiatul Umami, dan Bambang Suhartanto………………………….………...... 101 C.
Nutrisi Unggas (NU)
19. PEMANFAATAN TEPUNG DAUN SALAM (Eugenia polyantha Wight) DALAM PAKAN TERHADAP KUALITAS FISIK DAGING AYAM PEDAGING (NU-10-O) 107 Niati Ningsih, Irfan H. Djunaidi, dan Osfar Sjofjan…………………………………………………..... 20. POTENSI LIMBAH AMPAS SAGU SEBAGAI SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM BROILER DI KABUPATEN KONAWE PROVINSI SULAWESI TENGGARA (NU-26-O) 115 Deki Zulkarnain, Zuprizal, Wihandoyo dan Supadmo……………………………………………..... 21. PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum) DALAM RANSUM ITIK TEGAL PETELUR TERHADAP KECERNAAN NUTRIEN DAN ENERGI METABOLIS RANSUM (NU-27-O) 123 U. Chabibah, I. Mangisah dan V. D. Yunianto………………………………………………………...... 22. FORMULASI NANOPARTIKEL EKSTRAK AIR SERAI DAN KAPULAGA (NU-34-O) Tri Ujilestari, Ronny Martien, Bambang Ariyadi, Nanung Danar Dono, dan Zuprizal
129
23. EFEK EKSTRAK DAN JUICE DAUN GEDI (Abelmoschus manihot (L.) Medik) DALAM AIR MINUM TERHADAP PERFORMA DAN PERSENTASE LEMAK ABDOMINAL AYAM PEDAGING (NU-43-O) Jet Saartje Mandey dan Cherly Joula Pontoh……………………………………………………………. 135 24. PENGARUH LEVEL PROBIOTIK DALAM AIR MINUM TERHADAP JUMLAH MIKROBIA USUS DAN PROFIL ORGAN DALAM AYAM KAMPUNG SUPER (NU-68-O) Evi Lisa Tri Widiarti…………………………………………………………………………………………………... 141
viii
25. PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG DAUN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum) DALAM RANSUM TERHADAP KONSUMSI PROTEIN, KECERNAAN PROTEIN DAN BOBOT TELUR ITIK TEGAL (NU-102-O) N. Rozikin, I. Mangisah dan B. Sukamto…………………………………………………………………... 142 26. PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum) TERHADAP ASUPAN PROTEIN DAN RASIO HETEROFIL-LIMFOSIT PADA ITIK TEGAL PETELUR (NU-106-O) A. S. Wardi , N. Suthama dan I. Mangisah……………………………………………………………... 147 D.
Pemuliaan dan Reproduksi Ternak (PRT)
27. PENGELOLAAN DAN KINERJA REPRODUKSI INDUK SAPI ACEH PADA PETERNAKAN RAKYAT DI KABUPATEN ACEH UTARA (PRT-11-O) I Gede Suparta Budisatria, Endang Baliarti, Tri Satya Mastuti Widi, Alek Ibrahim, dan Hendra Koesmara……………………………………………………………………………………………………………….... . 152 28. PROGESTERONE HORMONE PROFILE AND REPRODUCTION EFICIENCY OF FRIESIAN HOLSTEIN GRADE COWS (PRT-29-O) 162 Prihantoko, K. D, Kustono, and D. T. Widayati……………………………………………………........ 29. ASOSIASI GEN MC4R TERHADAP UKURAN-UKURAN TUBUH SAPI PERANAKAN ONGOLE KEBUMEN PADA SAAT LAHIR DAN SAPIH (PRT-32-O) Dyah Maharani, Sumadi, Tety Hartatik, Akhmad Fathoni dan Mukhamad Khusnudin 163 30. PEMERINGKATAN PEJANTAN DAN INDUK DOMBA EKOR GEMUK BERDASARKAN NILAI PARAMETER GENETIK DI PT HRL INTERNASIONAL, PACET, MOJOKERTO, JAWA TIMUR (PRT35-O) Sumadi, Nono Ngadiyono, Dwi Nur Happy Hariyono, dan Meyreni Cahyowati…………. 164 31. PERBEDAAN PROFIL BIOKIMIA DARAH PADA KAMBING GEMBRONG FASE ESTRUS DAN DIESTRUS (PRT-39-O) Sigit Bintara, Dyah Maharani, IGS Budisatria, Jafendi Sidadolog, Sumadi, Lies Mira Yusiati, I Made Londra, dan Winda Az Zahra………………………….……………………………………………….. 169 32. OBSERVASI SIKLUS REPRODUKSI NAPU (Tragulus napu) DALAM RANGKA PENINGKATAN POPULASI UNTUK TUJUAN KONSERVASI DAN DOMESTIKASI (PRT-40-O) Darlis, A. Latief, Akmal, dan S. Fakhri…………..…………………………………………………………… 173 33. PROFILE OF BLOOD UREA NITROGEN AND PROGESTERONE HORMONE IN REPEAT BREEDING OF FRIESIAN HOLSTEIN GRADE COWS (PRT-61-O) 177 Diah Tri Widayati, N. Maulida, K.D. Prihantoko, Kustono, dan Adiarto……………………… 34. PENERAPAN MODEL MATEMATIK NONLINEAR DALAM MEMPREDIKSI UMUR PUBERTAS DAN LAJU PERTUMBUHAN SAAT PUBERTAS PADA SAPI BETINA PERANAKAN ONGOLE DAN BRAHMAN (PRT-72-O) Amir Husaini Karim Amrullah, Dyah Maharani, dan Diah Tri Widayati……………….….... 178
ix
35. PEMERINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUK KAMBING PERANAKAN ETAWAH BERDASARKAN MUTU GENETIKNYA DI UNIT PELAKSANA TEKNIS PEMBIBITAN TERNAK DAN HIJAUAN MAKANAN TERNAK MALANG, JAWA TIMUR (PRT-90-O) Sumadi, Nono Ngadiyono, dan Fathurrahman Hakim…..…………………………………………… 185 E.
Produksi Ternak Perah (PTPe)
36. STRATEGI PENINGKATAN PRODUKSI SUSU NASIONAL MELALUI PENYEDIAAN SAPI PERAH PENGGANTI BERKUALITAS (PTPe-4-O) Anneke Anggraeni………………………………………………………………………………………………….… 193 37. KUALITAS SUSU SAPI PERAH FRIESIAN HOLSTEIN PADA KONDISI PEMELIHARAAN INTENSIF (PTPe-13-O) 203 Anneke Anggraeni dan S.A. Asmarasari……………………………………………………………………. 38. EFEK FREKUENSI PEMERAHAN DENGAN AUTOMATIC MILKING SYSTEM TERHADAP BODY CONDITION SCORE, SOMATIC CELL COUNT, DAN PENAMPILAN REPRODUKSI PADA SAPI PERAH (PTPe-28-O) Andriyani Astuti, Taketo Obitsu, Kohzo Taniguchi, dan Toshihisa Sugino…….………….... . 210 39. PRODUKSI DAN KUALITAS SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWAH YANG DIBERI PAKAN TAMBAHAN UMBI SURINAME (Xanthosoma violaceum) (PTPE-51-O) Rumtiah, Yustina Yuni Suranindyah dan Ristianto Utomo………………………………………... 211 40. RESPON KOEFISIEN TOLERANSI PANAS KAMBING PERAH SAANEN TERHADAP INDEKS SUHU DAN KELEMBABAN LINGKUNGAN PADA MANAJEMEN PEMELIHARAAN DI BBPTU-HPT BATURRADEN (PTPe-67-O) Budi Prasetyo Widyobroto, Sulvia Dwi Astuti SW, Adiarto, Yuni Suranindyah, Tridjoko Wisnu Murti, Bugi Rustamadji, dan Rahardian Cakra Riandika……..………………………………...... 215 F.
Produksi Ternak Potong (PTPo)
41. PERFORMAN INDUK SAPI BALI SELAMA BUNTING YANG DIPELIHARA PETERNAK MITRA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA V RIAU (PTPo-7-O) Endang Baliarti, Rio Gustianto, Ali Agus, I Gede Suparta Budisatria, Bambang Suhartanto, Yuriyadi, Panjono, Budi Guntoro, Sigit Bintara, Bambang Suwignyo, Trisakti Hariadi, Febri 216 Ariyanti, Bayu Andri Atmoko, dan Galih Tantyo Yuwono…………………………………………... 42. ESTIMASI OUTPUT SAPI ACEH DI KABUPATEN ACEH UTARA (PTPo-8-O) Alek Ibrahim, I Gede Suparta Budisatria, Endang Baliarti, dan Tri Satya Mastuti Widi
222
43. DINAMIKA POPULASI SAPI ACEH DAN NON ACEH DI KABUPATEN ACEH UTARA (PTPo-9-O) 236 I Gede Suparta Budisatria, Endang Baliarti, Tri Satya Mastuti Widi dan Alek Ibrahim
x
44. KARAKTERISTIK EKSTERIOR DAN UKURAN TUBUH INDUK KAMBING BLIGON DI DESA BANYUSOCO, GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA (PTPo-38-O) Latifah, Dwi Ahmad Priyadi, Dyah Maharani, Kustantinah, dan Tety Hartatik……....... 244 45. PERTUMBUHAN PASCA SAPIH KAMBING PERANAKAN ETAWA DITINJAU DARI PERBEDAAN WARNA RAMBUT (PTPo-47-O) Tri Satya Mastuti Widi, Endang Baliarti, Nono Ngadiono, I.G.S. Budisatria, Panjono, M.D.E. 249 Yulianto, dan F.R.G Putra……………………………………………………………………………………….… 46. REPRODUKSI SAPI MADURA DI KABUPATEN BENGKAYANG KALIMANTAN BARAT (PTPo-77O) 253 Yuli Arif Tribudi dan Peni Wahyu Prihandini……………………………………………………………... 47. PERFORMA PRODUKSI KERBAU LUMPUR BETINA PADA KETINGGIAN DAN UMUR BERBEDA DI KABUPATEN CIANJUR (PTPo-101-O) Komariah, Koekoeh Santoso dan Rifqi Abdurrahman……………………………………………….. 260 G.
Produksi Ternak Unggas (PTU)
48. PERTUMBUHAN SILANGAN AYAM LOKAL DENGAN RAS PEDAGING YANG RESPON TERHADAP PAKAN KONVENSIONAL DEDAK PADI UMUR 0-10 MINGGU (PTU-44-O) 265 Sri Darwati, C Sumantri, H Nurcahya, R Afnan, dan S Prabowo………………………………... 49. DAMPAK TRANSPORTASI SIANG DAN MALAM HARI DI SULAWESI UTARA TERHADAP RESPONS FISIOLOGIS AYAM BROILER (PTU-76-O) 275 Fredy Jotje Nangoy dan Linda M. S. Tangkau……………………………………………………………. 50. PENGARUH PENCAHAYAAN WARNA BIRU TERHADAP PERFORMAN PRODUKSI DAN TINGKAH LAKU AYAM BROILER (PTU-99-O) Sri Harimurti, Wihandoyo, Sri-Sudaryati, H. Sasongko, B. Ariyadi, M. Mauludin, dan D.R. Asih………………………………………………………………………………………………………….... 281 H.
Sosial Ekonomi Peternakan (SEP)
51. MIGRASI DAN POTENSI BISNIS PEDET DI JAWA BARAT (SEP-5-O) Achmad Firman, Sauland Sinaga, Rangga Setiawan, dan Dwi Suharwanto…………...... .
288
52. PROFIL PENGGUNA, PREFERENSI INFORMASI DAN FAKTOR YANG BERPERAN PADA PERILAKU MEMBACA LABEL PANGAN PRODUK OLAHAN PETERNAKAN (SEP-6-O) 294 Candra Pungki Wibowo, Suci Paramitasari Syahlani, dan Sudi Nurtini…………………...... 53. PROSES PEMBELAJARAN KELOMPOK TERNAK SAPI POTONG DALAM PEMBUATAN PUPUK ORGANIK DI KECAMATAN SEKAR KABUPATEN BOJONEGORO (SEP-12-O) 302 Bekti Nur Utami dan Deha Purwoko……………………………………………………………………......
xi
54. ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHA TERNAK SAPI POTONG INDUK ANAK DI KABUPATEN GROBOGAN (SEP-14-O) Titik ekowati, Edy Prasetyo, dan Migie Handayani……………………………………………......... 309 56. PENGARUH MODAL SOSIAL TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PETERNAK : STUDI KASUS PADA KELOMPOK PETERNAK AYAM NGUDI MULYO, GUNUNG KIDUL (SEP-21-O) R. Ahmad Romadhoni Surya Putra, Bambang Ariyadi, Novita Kurniawati, dan F. Trisakti Haryadi………………………………………………………………………………………........ 320 57. PERAN DAN SIKAP WANITA DALAM PENGEMBANGAN USAHA SAPI PERAH PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA DI KABUPATEN SEMARANG (SEP-41-O) Wiludjeng Roessali, Tutik Dalmiyatun, Wulan Sumekar, Dyah Mardiningsih, dan Sriroso Satmoko………………………………………………………………………………………………….......
UNTUK
321
58. TATARUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU SEBAGAI PENGHASIL DAGING DALAM MENUNJANG SWASEMBADA DAGING DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN, SUMATERA BARAT (SEP-42-O) Arfai, Jhon Farlism dan Yuliaty Shafan Nur………..………………………………………………........ 322 59. PENGEMBANGAN BUDIDAYA SAPI POTONG (LOKAL) DI PEDESAAN YANG BERKELANJUTAN (SEP-46-O) 332 Sri Nastiti Jarmani…………………………………………………………………………………………..........… 60. ANALISIS TATALAKSANA PENANGANAN KESEHATAN DAN PEMASARAN USAHA SAPI POTONG RAKYAT DI KABUPATEN BANGKALAN MENUJU SWASEMBADA DAGING DAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL (SEP-53-O) 340 Sri Hidanah, Koesnoto Supranianondo, dan Retno Sri Wahyuni……………………….......…. 61. ARUS KOMUNIKASI DAN ADOPSI INOVASI DI PETERNAKAN KAMBING KALIGESING, PURWOREJO (SEP-55-O) Budi Guntoro, F. Trisakti Haryadi, Endang Sulastri, Siti Andarwati, R. Ahmad Romadhoni Surya 347 Putra, dan Wahyudi…………………………………………………………………………………………......… 62. KAJIAN BIAYA PRODUKSI PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR SKALA- RUMAH TANGGA PADA KELOMPOK PETERNAK AYAM PETELUR “SIDOMULYO” PAJANGAN BANTUL (SEP-70-O) Sudi Nurtini, Rini Widiati, Suci Paramitasari Syahlani, Tri Anggraeni Kusumastuti, Mujtahidah Anggriani Ummul Muzayanah, dan Tian Jihadhan Wankar…………………………………...... 351 63. PENERAPAN METODE KOMPETISI UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN PETERNAK DALAM MEMILIH KAMBING PERAH (SEP-74-O) Fransiskus Trisakti Haryadi, Yuni Suranindyah, Dyah Maharani, Diah Tri Widayati, Andriyani Astuti, Suci Paramitasari Syahlani, Budi Prasetyo Widyobroto, Bastian Titus Ari Prayogo, 359 dan P Saepul …………………………………………………………………………………………………….........
xii
64. ANALISIS PROFIL DAN PENERAPAN TEKNOLOGI PADA KELOMPOK TERNAK KAMBING PERANAKAN ETAWAH DI YOGYAKARTA INDONESIA (SEP-75-O) Tri Anggraeni Kusumastuti dan Sigit Bintara…………………………………………………………..... 364 I.
Teknologi Hasil Ternak (THT)
65. KARAKTERISTIK KEJU MOZZARELLA DARI SUSU KERBAU PAMPANGAN SUMATERA SELATAN YANG DIPERKAYA PROBIOTIK Lactobacillus plantarum SKP10 (THT-45-O) Heni Rizqiati, Nurwantoro, dan Sri Mulyani……………………………………………………………... 370 66. KARAKTERISTIK FISIK EDIBLE FILM DARI GELATIN KULIT KAKI AYAM (THT-49-O) Meity Sompie, Surtijono Siswosubroto, dan Wiesje Pontoh………………………………….......
379
67. PENGARUH PROPORSI ABU VULKANIK DAN JENIS CACING TANAH TERHADAP KUALITAS VERMIKOMPOS FESES SAPI POTONG (THT-50-O) Nanung Agus Fitriyanto, Tita Hastari, dan Bambang Suwignyo, Bambang Suhartanto, dan Ambar Pertiwiningrum………………………………………………………………………………………........ 384 68. EVALUASI ISOLAT Lactobacillus paracasei M104 ASAL SUSU KAMBING SEBAGAI STARTER FERMENTASI SUSU DENGAN BERBAGAI LEVEL KOMBINASI MEDIUM (THT-52-O) Endang Wahyuni, Nurliyani, Widodo, dan Indratiningsih……………………………………....... 399 69. PENGARUH LEVEL ANGKAK TERHADAP KOMPOSISI KIMIA DAN SIFAT FISIK SOSIS DAGING AYAM BROILER (THT-100-O) Edi Suryanto, Jamhari, Rusman, Setiyono, Rusman, Setiyono, Winny Swastike, Rio Olympias Sujarwanta, dan Endy Triyannanto……………………………………………………………………........ 400
xiii
Prosiding Simposium Nasional Penelitian dan Pengembangan Peternakan Tropik Tahun 2016 "Pengembangan Peternakan Berbasis Plasma Nutfah dan Kearifan Lokal Mendukung Agroekologi Berkelanjutan" Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
KAJIAN BIAYA PRODUKSI PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR SKALA- RUMAH TANGGA PADA KELOMPOK PETERNAK AYAM PETELUR “SIDOMULYO” PAJANGAN BANTUL PRODUCTION COST STUDY OF HOUSEHOLD-SCALE OF LAYER FARMING ON SIDOMULYO LAYER FARMER GROUP IN PAJANGAN BANTUL Sudi Nurtini1*, Rini Widiati1, Suci Paramitasari Syahlani 1, Tri Anggraeni Kusumastuti1, Mujtahidah Anggriani Ummul Muzayanah 1, dan Tian Jihadhan Wankar1 1
Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui biaya produksi pada usaha peternakan ayam ras petelur skala-rumah tangga. Metode penelitian secara survei dan pengamatan langsung. Pengambilan sampel dilakukan secara sensus, yaitu pada semua peternak ayam ras petelur yang menjadi anggota “ Kelompok Peternak Ayam Petelur “Sidomulyo” di dusun Jogonandan desa Trimurti Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul sejumlah 75 peternak. Data dianalisis dengan analisis statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya produksi per 1000 ekor ayam layer per hari adalah Rp 679.840,00. Dengan rata-rata produktifitas 73 % maka biaya produksi per kg telur adalah Rp 14.900,00. Disimpulkan bahwa agar supaya peternak mendapat keuntungan, harga telur per kg harus diatas Rp 14.900,00. Kata kunci: Peternakan ayam petelur, Skala-rumah tangga, Performans, Biaya Produksi, Produktivitas ABSTRACT The aim of this research was to know the cost production of household-scale layer farming. The research method was done by survey and directly observation. Samples were taken from 75 farmers who were all of the members of “Sidomulyo Layer Farmer Group” in Jogonandan, Trimurti, Pajangan, Bantul. Data were analyzed by descriptive statistic. The result showed that the production cost per 1000 heads of layer per day was 679,840.00 IDR. The average of productivity was 73 % therefore the production cost per kg of egg was 14,900.00 IDR. It could be concluded that in order the farmers to get profit the price of egg per kg should be higher than 14,900.00 IDR. Keywords: Layer farming, Household-scale, Performance, Production cost, Productivity
* Korespondensi (corresponding author) E-mail:
[email protected]
351
Prosiding Simposium Nasional Penelitian dan Pengembangan Peternakan Tropik Tahun 2016 "Pengembangan Peternakan Berbasis Plasma Nutfah dan Kearifan Lokal Mendukung Agroekologi Berkelanjutan" Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
menyebabkan kondisi nutrisi yang tidak memadai. Direkomendasikan bahwa minimal 40-60 % konsumsi protein berasal dari pangan produk peternakan (SPO, 2007). Masalah malnutrisi telah menjadi isu global yang tidak terselesaikan untuk jangka waktu yang lama. FAO (1995) menegaskan bahwa yang paling penting pada krisis penyediaan pangan global adalah protein terutama yang berasal dari hewan/ternak. Menurut Oluyemi dan Roberts (2000) serta Isika et al., (2006), unggas adalah sub sektor yang strategis untuk mengatasi kekurangan potein hewani pada nutrisi manusia. Telur merupakan salah satu pangan produk peternakan dan mempunyai zat gizi yang penting dalam diet yang seimbang dan memadai bagi manusia (Demircan, et al., 2010) Sejak dasa warsa1960-an agribisnis perunggasan nasional khususnya ayam ras telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Saat itu usaha budi daya ayam ras, baik ayam ras petelur maupun ayam ras pedaging, berkembang menjadi usaha budidaya berskala rumah tangga. Sekarangini, dunia perunggasan Indonesia sudah berkembang lebih pesat, sehingga menjadi industri perunggasan. Selain sebagai penghasil pangan, perunggasan juga berfungsi sebagai mata pencaharian sampingan untuk memperoleh pendapatan tambahan bagi kelompok masyarakat berpenghasilan kecil dan marjinal. Perunggasan menempati posisi yang penting karena mempunyai potensi yang luas untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat, terutama bagi kelompok masyrakat golongan ekonomi lemah (Ekunwe et al., 2006). Berbicara mengenai bisnis, salah satu peluang bisnis yang menjanjikan di Indonesia adalah bisnis pangan. Perunggasan merupakan salah satu bisnis pangan yang akan terus dibutuhkan. Hal ini disebabkan produk unggas (ayam dan telur) merupakan penyumbang protein hewani bagi kehidupan manusia. Pada tahun 2013, konsumsi broiler masyarakat Indonesia baru
Pendahuluan Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang bertujuan untuk menyediakan pangan sumber protein hewani berupa daging, susu, serta telur yang bernilai gizi tinggi, meningkatkan pendapatan peternak, meningkatkan devisa serta memper luas kesempatan kerja di pedesaan. Hal tersebut yang mendorong pembangunan sub sektor peternakan diperlukan, sehingga pada masa yang akan datang diharapkan dapat memberikan kontribusi yang nyata dalam pembangunan bangsa. Usaha sektor peternakan khususnya ayam ras petelur merupakan usaha yang memiliki perkembangan yang cukup pesat. Usaha peternakan ayam petelur memberikan peranan sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani pada masyarakat dan berbagai keperluan industri khususnya pangan. Proyeksi penduduk Indonesia tahun 2015 mencapai lebih dari 255 jutajiwa (BPS, 2014).Populasi penduduk Indonesia yang besar dan peningkatan kesadaran masyarakat Indonesia akan pentingnya protein hewani juga memberikan dampak positif terhadap perkembangan usaha dibidang peternakan ayam ras petelur. Seperti halnya di Negara sedang berkembang lainnya subsektor peternakan dalam hal ini perunggasan memberikan sumbangan yang cukup berarti dalam hal penyediaan pangan sumber protein hewani. Sejalan dengan pendapat ini adalah penelitian Ahmed dan Haque,(1990), yang melaporkan bahwa di Bangladesh , perunggasan menyumbang sekitar 22 sampai 27 % dari total penyediaan pangan protein hewani. Di banyak Negara, termasuk Negaranegara Uni Eropa, sumbangan sub sektor peternakan terhadap pendapatan sektor pertanian secara umum bervariasi antara 30-50%. Pangan produk peternakan merupakan pangan dasar yang penting. Penurunan asupan pangan produk peternakan dibawah level tertentu akan 352
Prosiding Simposium Nasional Penelitian dan Pengembangan Peternakan Tropik Tahun 2016 "Pengembangan Peternakan Berbasis Plasma Nutfah dan Kearifan Lokal Mendukung Agroekologi Berkelanjutan" Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
mencapai 8 kg per kapita sedangkan telur sebanyak 110 butir per kapita per tahun. Apabila dibandingkan dengan Negara lain memang konsumsi telur rakyat Indonesia masih sangat sedikit. Menurut data tahun 2005 konsumsi telur per kapita per tahun rata-rata dunia adalah 144 butir, di Turki 115 butir, dan beberapa Negara maju seperti USA 255, Japan 330, Perancis 253, Jerman 206 dan Austria 228 butir (Anonimous, 2008, cit. Demircan, 2010). Kecilnya angka konsumsi daging broiler dan telur ini menjadi peluang besar bagi pelaku usaha khususnya di bidang perunggasan. Industri perunggasan yang menghasilkan produk pangan memiliki prospek pasar yang sangat menjanikan. Ke depan permintaan terhadap produk-produk peternakan unggas khususnya telur akan selalu meningkat karena beberapa faktor, yaitu pertumbuhan penduduk, peningkatan pendapatan, semakin banyaknya penduduk kelas menengah, urbanisasi, perubahan gaya hidup, harapan hidup semakin besar . Demikian pula di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY),Kabupaten Bantul merupakan daerah sentra peternakan ayam petelur nomor dua setelah Kabupaten Sleman, populasi ayam petelur selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Dari sisi populasi memang semua jenis ternak unggas di Kabupaten Bantul mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Namun kalau dilihat dari produksi telur,ayam petelur menduduki kontribusi terbesar dalam hal menghasilkan telur disbanding jenis ternak unggas lainnya,
seperti yang ditampilkan pada Tabel 2. Tabel 1 menampilkan perkembangan populasi ternak unggas di Kabupaten Bantul. Apabila dilihat secara nasional, Provinsi DIY merupakan provinsi penyumbang ketersediaan telur ayam ras no 11 (2,3 %), setelah 10 besar provinsi penghasil telur ayam ras yaitu berturut-turut: Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatera Utara, Banten, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, Sumatera Barat, Sumatera Selatan dan Nusa Tenggara Barat (Pinsar, 2016). Meskipun dalam perjalanan perkembangannnya saat ini industri perunggasan khususnya ayam ras di Indonesia mengalami guncanganguncangan tetapi ada kelompok peternak ayam petelur skala rumah tangga yang masih tetap eksis bahkan mulai menunjukkan keberadaannya dengan mengurus perijinan usahanya ke Dinas terkait, yaitu kelompok peternak ayam petelur “Sidomulyo” di dusun Jogonandan, desaTriwidadi, Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul. Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini diajukan, karena dalam kondisi ketidakberpihakan Pemerintah dengan perkembangan dunia perunggasan khususnya peternak rakyat di neger kita, ada sekelompok peternak kecil yang dengan semangat berusaha untuk memajukan usahanya dan berkeinginan menggantungkan keperluan hidupnya dari usaha beternak ayam petelur.
353
Prosiding Simposium Nasional Penelitian dan Pengembangan Peternakan Tropik Tahun 2016 "Pengembangan Peternakan Berbasis Plasma Nutfah dan Kearifan Lokal Mendukung Agroekologi Berkelanjutan" Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Tabel 1. Populasi ternak unggas di Kabupaten Bantul (ekor) Tahun Jenis ternak Jumlah populasi (ekor) 2009 Ayam buras 532.048 Ayam petelur 444.925 Ayam pedaging 590.281 Itik 109.689 2010 Ayam buras 528.640 Ayam petelur 588.203 Ayam pedaging 764.777 Itik 146.261 2011 Ayam buras 595.685 Ayam petelur 624.482 Ayam pedaging 811.947 Itik 164.810 2012 Ayam buras 638.655 Ayam petelur 649.903 Ayam pedaging 844.999 Itik 177587 2013 Ayam buras 719.652 Ayam petelur 689.988 Ayam pedaging 897.117 Itik 185.735 Sumber: Dinas Pertanian Propinsi DIY (2014) Tabel 2. Produksi telur di Kabupaten Bantul Jenis Ternak Produksi Telur (kg) Ayam buras 243.556 Ayam petelur 3.360.049 Itik 576.985 Jumlah 4.180.500 2010 Ayam buras 241.173 Ayam petelur 4.737.723 Itik 769.804 Jumlah 5.748.700 2011 Ayam buras 282.635 Ayam petelur 4.716.054 Itik 867.646 Jumlah 5.748.700 2012 Ayam buras 299.075 Ayam petelur 4.908.032 Itik 891.902 Jumlah 6.099.009 Ayam buras 465.975 2013 Ayam petelur 5.195.610 Itik 1.191.304 Jumlah 6.852.889 Sumber: Dinas Pertanian Propinsi DIY (2014) Tahun 2009
354
Prosiding Simposium Nasional Penelitian dan Pengembangan Peternakan Tropik Tahun 2016 "Pengembangan Peternakan Berbasis Plasma Nutfah dan Kearifan Lokal Mendukung Agroekologi Berkelanjutan" Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Materi dan Metode
keperluan hal tersebut. Jadi yang diperhatikan hanya biaya produksi yang eksplisit seperti biaya pakan, obat-obatan dan vaccine. Mega,M. et al (2016) mengatakan bahwa biaya produksi harus ditentukan secara tepat dan akurat supaya biaya-biaya yang ada atau dikeluarkan dalam proses produksi akan menunjukkan biaya produksi yang sesungguhnya. Penentuan biaya produksi merupakan hal yang sangat penting mengingat manfaat informasi biaya produksi adalah untuk menentukan harga jual produk serta penentuan harga pokok. Total biaya produksi peternakan ayam layer skala rumah tangga ditampilkan pada Tabel 3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya pakan di daerah penelitian mencapai 81,08 %. Untuk pakan, di daerah penelitian sebagian besar membeli pakan jadi dengan pertimbangan dengan pakan jadi pembayaran dapat tempo satu bulan, sementara jika mencampur sendiri harus tunai pembayarannya. Di samping itu juga kalau mencampur sendiri bahan pakan seperti jagung sulit tersedia karena kosong akibat impor jagung dihentikan. Seperti disebutkan di atas bahwa peternakpeternak kecil ini tolok ukur biaya produksi hanya dari biaya pakan saja. Mega, M. et al., 2016 melaporkan bahwa biaya pakan pada peternakan ayam petelur UD Unggas Farm di Situbondo adalah 74,26 %. Dari beberapa penelitian biaya pakan di negara- negara lain memang mendominasi dari total biaya produksi. Seperti yang dilakukan oleh Demircan, V. et al., (2010) bahwa biaya pakan pada peternakan layer di Turki ratarata adalah 68,63 % dari total biaya produksi ; sementara Masud, Md dan I.I. Real, (2013) mengatakan bahwa di Distrik Thakurgaon Bangladesh biaya pakan mencapai 71,07 % dari total biaya produksi peternakan layer; demikian pula Yusuf et al, (2016) menyatakan bahwa biaya pakan peternakan ayam layer di Kwara State, Nigeria adalah 57,30 % dari total biaya produksi.
Materi Materi penelitian adalah peternak ayam petelur skala usaha rumah tangga (informasi dari Dinas Pertaniandan Perkebunan Bantul,2016) yaitu pemilikan ayam≤ 5000 ekor,sejumlah 75 peternak ayam petelur yang menjadi anggota kelompok peternak ayam petelur “Sidomulyo” dusun Jogonandan, desa Trimurti, Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul. Metode Metode penelitian adalah survei dan observasi langsung dengan menggunakan panduan kuesioner yang telah dipersiapkan. Responden peternak diambil dengan metode Sensus karena ternyata semua anggota Kelompok Peternak “Sidomulyo” adalah peternak dengan skala usaha rumah tangga menurut criteria Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Bantul yaitu dengan pemilikan ayam ≤ 5000 ekor. Metode analisis data. Data dianalisis dengan analisis statisitik deskriptiv meliputi rata-rata, persentase dan distribusi frekuensi, untuk menunjukkan beberapa temuan tentang responden di daerah penelitian. Rata-rata dan persentase dihitung menurut rumus berikut (Yusuf et al.,2016): Rata-rata= =
∑ ∑
Xi = Pengulangan variabel yang diamati Percentage = ∑ Hasil dan Pembahasan Peternak ayam layer dengan skala rumah tangga yang berlokasi di pedesaan seperti halnya responden pada penelitian ini pada umumnya tidak pernah menghitung biaya produksi secara keseluruhan. Biaya produksi seperti penyusutan kandang dan peraltan, upah tenaga kerja dan sewa lahan tidak pernah diperhitungkan, karena mereka merasa tidak pernah mengeluarkan uang untuk
355
Prosiding Simposium Nasional Penelitian dan Pengembangan Peternakan Tropik Tahun 2016 "Pengembangan Peternakan Berbasis Plasma Nutfah dan Kearifan Lokal Mendukung Agroekologi Berkelanjutan" Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Tabel 3. Rata-rata biaya produksi peternakan ayam petelur skala rumah tangga di daerah penelitian (Rp/1000ekor/hari) Jenis input Biaya Produksi (Rp/1000ekor/hr) Pakan 551250,00 Penyusutan ayam 105560,00 Penyusutan kandang dan peralatan 2739,00 Vaksin dan obat 1213,00 Tenaga kerja 17500,00 Pajak Bumi dan Bangunan 78,00 listrik 1500,00 Total biaya produksi 679840,00 Di daerah penelitian proporsi biaya pakan sangat tinggi jika dibandingkan dengan penelitian-penelitian di negara-negara yang disitasi di atas, hal ini disebabkan pemilikan ayam di daerah peneltian relatih sangat kecil dibanding di negara tersebut. Disamping juga karena pakan yang diperhitungkan adalah pakan jadi, sementara penelitian lainnya menggunakan pakan mencampur sendiri. Dengan landasan berfikir bahwa peternak hanya mengeluarkan biaya untuk pakan saja, maka mereka merasa bahwa peternak sudah mendapatkan keuntungan yang cukup. Feed Conversion Ratio (FCR) pada penelitian ini adalah 2,31. Beberapa penelitian di Negara lain menunjukkan bahwa FCR yang diperoleh adalah seperti ditampilkan pada Tabel 4. Apabila dilihat FCR pada Tabel 4, FCR di daerah penelitian relatifl sama dengan FCR di Turki dan Bostwana meskipun itu kondisi sekitar 10 tahun yang lalu. Akan tetapi jika dibandingkan dengan kondisi FCR di negaranegara maju yang ditampilkan pada Tabel 4 peternak di daerah penelitian masih memprihatinkan. Peternak di daerah penelitian adalah peternak kecil dengan pemilikan di bawah 5000 ekor dan memang belum melaksanakan good farming practices seperti biosekuriti, mereka belum
begitu faham dan belum melaksanakan secara benar dan total. Dari Tabel 3 dapat dihitung bahwa dengan produksi rata-rata perhari 73 % maka biaya produksi per kg telur adalah Rp 19.238,00. Berarti peternak akan menerima keuntungan apabila harga telur di atas biaya produksi tersebut, dengan catatan tanpa ada biaya pemasaran, karena pedagang telur mengambil langsung ke tempat peternak seperti yang dilakukan di daerah penelitian. berdasarkan produktivitas Tabel 5 menyajikan simulasi biaya produksi pada berbagai tingkat produktivitas Dari Tabel 5 dapat ditetapkan sebenarnya berapa harga jual telur yang layak pada kondisi peternakan ayam petelur skala rumah tangga di pedesaan. Menurut Pinsar harga per kg telur minimal 3,5 x harga per kg pakan. Jadi dengan harga pakan pada saat penelitian per kg sebesar Rp 5250,00 maka minimal harga telur saat itu seyogyanya minimal Rp 18.375,00 per kg. Penelitian ini diselenggarakan dengan tujuan agar supaya peternak menyadari bahwa biaya produksi yang mereka keluar kan adalah tidak hanya pakan saja. Apabila peternak menyadari hal ini,diharapkan peternak dapat berusaha secara efisien sehingga dapat mengembangkan usahanya.
356
Prosiding Simposium Nasional Penelitian dan Pengembangan Peternakan Tropik Tahun 2016 "Pengembangan Peternakan Berbasis Plasma Nutfah dan Kearifan Lokal Mendukung Agroekologi Berkelanjutan" Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Negara Turki Bostwana Jerman Perancis Inggris Polandia Ukraina Brazil India
Tabel 4. FCR pada peternakan ayam petelur di beberapa negara FCR Peneliti 2,39 Demircan,V. et al., (2010) 2,33 Badubi dan Ravindran, (2004) 2,09 Horne dan Bondt, (2003) 2,11 Horne dan Bondt, (2003) 2,14 Horne dan Bondt, (2003) 2,20 Horne dan Bondt, (2003) 2,30 Horne dan Bondt, (2003) 2,14 Horne dan Bondt, (2003) 2,21 Horne dan Bondt, (2003)
Tabel 5. Simulasi biaya produksi peternakan ayam petelur pada berbagai tingkat produktivitas (Rp/kg telur) Produktivitas (%) Produksi (kg/1000ekor/hr) Biaya produksi (Rp/kg tel45) 80 50 13596,80 82 51,25 13265,17 85 53 12827,17 90 56,25 12086,04 Kesimpulan
Dinas Pertanian Propinsi DIY. 2014. Statistik Peternakan DIY 2014. Dinas Pertanian Propinsi DIY. Yogyakarta Ekunwe, P. A., O. O. Soniregun and J. O. Oyedeji. 2006. Economic of Small Scale Deep Litter System of Egg Production in Oredo Local Government Area of Edo State Nigeria. International Journal Poultry Science 5(1): 81-82. FAO. 1995. Food and Agricultural Organization of United Nations. The State of Food and Agric., Rome Italy. Horne, P. L. M. and Van Bondt, N. 2003. Impact of EU Council Directive 99/74/EC’ Welfare of Laying Hens’ on the Competitiveness of the EU Egg Industry. LEI, Hague. Isika, M. A., E. A. Agiang and B. I. Okon. 2006. Dietary Energy and Crude Protein Requirements for Chicks of Nigeria Local Fowl and Crossbreeds. International Journal Poultry Science. 5: 271-274. Masud, Md. And I. Islam. 2013. Economic Benefit of Farmers From Small-Scale Broiler and Layer Farming of Thakurgaon District. Bangladesh Research Publications Journal. ISSN: 1998-2003.Volume 6. Issue: 4. Page 191-195. July-August, 2013.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya produksi per 1000 ekor ayam layer per hari adalah Rp 679.840,00. Dengan rata-rata produktifitas 73% maka maka biaya produksi per kg telur adalah Rp14,900,00. Disimpulkan bahwa agar supaya peternak mendapat keuntungan harga telur semestinya diatas Rp 14.900,00. Daftar Pustaka Ahmed, S. and Haque, Q. M. E. 1990. Available Feed Resources for Small Scale Poultry and Duck Production. Proceedings of the international Workshop on Crop Animal Farming System Research, Asian Farming System Net- Work, Dhaka, Bangladesh. Badubi, S. S. and R. A. Ravindran. 2004. Survey of Small Scale Layer Production Systems in Botswana. International Journal of Poultry Science,2:322-325. BPS. 2014.Statistik Indonesia 2014. Biro Pusat Statistik. Jakarta. Demircan, V., H. Yilma, Z. Dernek, T. Bal, M. Gul, and H. Koknaroglu. 2010. Economic Analysis of Different Laying Hen Farm Capacities in Turkey. Agric. Econ.-Czech, 56, 2010 (10): 489-497.
357
Prosiding Simposium Nasional Penelitian dan Pengembangan Peternakan Tropik Tahun 2016 "Pengembangan Peternakan Berbasis Plasma Nutfah dan Kearifan Lokal Mendukung Agroekologi Berkelanjutan" Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Mega, M., Kartika, dan R. Effendi. 2014. Penentuan Biaya Produksi Pada Peternakan Ayam Petelur (Studi Kasus Pada UD Bumi Unggas Farm Di Situbondo). Artikel Ilmiah Mahasiswa 2014. Repository, unej. ac.id. Diunduh pada tanggal 17 Oktober 2016. Oluyemi, J. A. and F. A. Roberts. 2000. Poultry Production in Warm-Wet Climate (2nd Ed.). Spectrum Books Ltd. Ibadan. Nigeria. Pinsar. 2016. Database produksi telur ayam ras nasional. Pinsar Petelur Nasional (PPN)
SPO. 2007. Animal Husbandry Commission Report (In Turkish). State Planning Organization, Ankara. Yusuf, T. M., S. A. Tiamiyu and R.O. Aliu. 2016. Financial Analysis of Poultry Production in Kwara State Nigeria. African Journal of Agricultural Research. Academic Journals. Vol. 11(8), pp.718-723, 25 February,2016.
358
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)