PROSIDING Simposium Nasional Pengelolaan Pesisir, Laut, dan Pulau-Pulau Kecil “Kontribusi IPTEK dalam pengelolaan sumberdaya pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil” Bogor, 18 Nopember 2010
Editor: Prof. Dr. Ir. Dietriech G. Bengen,DEA Adriani Sunuddin, S.Pi, M.Si Citra Satrya Utama Dewi, S.Pi
ISBN: 978-979-19034-4-8 Kredit: Desain sampul: Pasus Legowo Tata letak: Pasus Legowo, Dharmawan I Pratama, Femi Zumaritha
KATA PENGANTAR Pertama-tama marilah kita panjatkan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena hanya atas rahmat dan karunia-Nya jua Simposium Nasional Pengelolaan Pesisir, Laut dan Pulau-Pulau Kecil dapat terselenggara dengan baik, dan seluruh rangkaian acara dan makalah-makalah yang terkait dengan simposium ini dapat disampaikan dalam laporan kegiatan ini. Sebagai Negara megabiodiversity laut terbesar dengan semua ekosistem laut tropis produktif yang melingkupi wilayah pesisir kepulauan nusantara, Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya alam laut yang sangat besar sebagai aset Nasional. Namun tidak dapat pula dipungkiri bahwa kekayaan laut yang sedemikian besar ternyata di satu sisi belum sepenuhnya dioptimalkan dan di sisi lain sedang mengalami kerusakan yang cukup mengkhawatirkan. Karena itu bagaimana kekayaan laut yang sangat besar ini dapat dimanfaatkan bagi sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat dan kemakmuran bangsa secara berkelanjutan, serta kerusakan yang terjadi dapat diperbaiki dan dipulihkan, seyogyanya suatu pendekatan pengelolaan berbasis iptek menjadi urgen untuk diterapkan bagi keberlanjutan pembangunan kelautan Indonesia. Untuk itulah Simposium dengan tema ”Kontribusi IPTEK dalam Pengelolaan Sumberdaya Pesisir, Laut dan Pulau-Pulau Kecil”, yang dirancang sebagai kelanjutan kegiatan KONAS VII di Ambon diharapkan dapat mendesiminasikan hasil-hasil penelitian dan kajian, menjalin komunikasi serta berbagi informasi dan pengalaman mengenai pengelolaan sumberdaya pesisir, laut dan pulau-pulau kecil berbasis iptek di Indonesia. Simposium Nasional ini hanya dapat terlaksana berkat kerjasama antara Himpunan Ahli Pengelolaan Pesisir Indonesia (HAPPI) dan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, dengan dukungan dana dari Ditjen Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional RI. Tak kalah pentingnya bahwa keberhasilan Simposium ini sangat ditentukan oleh para pembicara panel, moderator, notulen, pemakalah, peserta, serta para panitia yang telah berkontribusi menyukseskan simposium ini. Akhirnya, semoga prosiding simposium yang berisikan kumpulan makalah/artikel ini dapat memberikan informasi ilmiah yang esensial tentang peran iptek dalam pengelolaan sumberdaya dan lingkungan pesisir, laut dan pulau-pulau kecil di Indonesia.
Bogor, April 2011 Ketua Panitia Pelaksana/Sekjen HAPPI, Prof.Dr.Ir. Dietriech G. Bengen, DEA
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ............................................................................................
i
DAFTAR ISI .........................................................................................................
ii
I. TOPIK 1: IPTEK dalam Optimalisasi Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir, Laut dan Pulau-pulau Kecil 1. Estimasi daya dukung sosial dalam pengelolaan ekowisata pulaupulau kecil di gugus Pulau Togean Taman Nasional Kepulauan Togean (Penulis: Alimudin Laapo) .......................................................
I–1
2. Strategi pemberdayaan ekonomi masyarakat nelayan tradisional pelintas batas di Rote-Ndao (Penulis : Anna Fatchiya) ........................
I–5
3. Pemetaan daerah potensial penangkapan ikan tongkol (Euthynnus affinis) di perairan Pantai Selatan Yogyakarta (Penulis : Ati Rahadiati dan Irmadi Nahib) .................................................................
I – 13
4. Identifikasi Penyakit Karang di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu (Penulis: Beginer Subhan, Dondy Arafat, Fadhilah Rahmawati, Mochamad Luqmanul Hakim, Dedi Soedharma)
I - 20
5. Aktivitas antibakteri ekstrak metanol Sinularia dura yang difragmentasi di perairan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu (Penulis : Mujizat Kawaroe, Dedi Soedharma, Hefni Effendi, Tati Nurhayati, Safrina Dyah Hardiningtyas, Windhika Priyatmoko) ..........
I – 26
6. Daun kelapa dan daun sukun sebagai bahan alternatif pengganti terumbu karang dalam pengoperasian bubu tambun (Penulis : Diniah, Wawan Rowandi, Ari Nado Syahrur Ramadan) .......................
I – 31
7. Analisis perubahan luas dan kerapatan tutupan mangrove menggunakan citra Landsat ETM Multitemporal di pesisir utara Pulau Mendanau dan Pulau Batu Dinding Kabupaten Belitung (Penulis : Irma Akhrianti, Franto, Eddy Nurtjahya, Indra Ambalika) .....
I - 37
8. Ekstrak ascidian Didemnum molle sebagai alternatif sumber antibakteri dari hewan asosiasi terumbu karang (penulis : Irma Shita Arlyza) .........................................................................................
I – 46
9. Analisis ekonomi keterkaitan perubahan hutan mangrove dan udang di Kecamatan Belakang Padang Kota Batam (Penulis : Irmadi Nahib) ........................................................................................
I – 54
10. Kondisi kesehatan terumbu karang Teluk Saleh, Sumbawa: Tinjauan aspek substrat dasar terumbu dan keanekaragaman ikan karang (Penulis : Isa Nagib Edrus, Syahrul Arief, dan Iwan Erik Setyawan) .........................................................................................
I – 60
11. Morfologi gugusan pulau kecil (archipelagic islands) di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang dan Biaro (Penulis :Joyce Christian Kumaat) ................................................................................................
I – 75
12. Kontribusi peta dan citra inderaja dalam kajian optimalisasi penggunaan lahan marginal studi kasus pesisir kecamatan Kubu – Karangasem – Bali (Penulis : Kris Sunarto, Drs. M.Si.) .......................
I – 82
13. Bio-ekologis kepiting bakau pada kawasan konservasi desa Passo Teluk Ambon (Penulis : Laura Siahainenia) ........................................
I – 91
14. Potensi kekerangan abalon Sulawesi Selatan, prospek dan tantangan pengelolaan (Penulis : Magdalena Litaay, Rosana Agus, Rusmidin, st. Ferawati) .........................................................................
I – 99
15. Estimasi potensi ekonomi rumput laut berdasarkan daya dukung perairan di Kepulauan Salabangka Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah(Penulis : Marhawati Mappatoba, Eka Rosyida, Alimudin Laapo) .................................................................................................
I – 104
16. Analisis awal pengelolaan pesisir untuk kegiatan wisata pantai (studi kasus Pantai Gebang, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat) (Penulis : Muhammad Bakhtiar, Octavianus A. Mainasy, Zikri Sudrajat, Hafidz Fauzi) .........................................................................
I – 108
17. Teknologi tepat guna dalam pemberdayaan masyarakat pesisir berbasis sumberdaya perikanan (Penulis : Mulyono S. Baskoro dan Ivonne M. Radjawane)..........................................................................
I – 114
18. Penatakelolaan zona pemanfaatan hutan mangrove melalui optimasi pemanfaatan sumberdaya kepiting bakau (s. serrata) di Taman Nasional Kutai Provinsi Kalimantan Timur (Penulis : Nirmalasari Idha Wijaya, Fredinan Yulianda, Mennofatria Boer dan Sri juwana)............................................................................................
I – 121
19. Aspek bioteknik dalam pemanfaatan sumberdaya rajungan di perairan Teluk Banten (Penulis : Roza Yusfiandayani, M.P. Sobari) ...
I – 131
20. Analisis daya dukung pulau kecil untuk ekowisata bahari dengan pendekatan eccological footprint (studi kasus Pulau Matakus, kab. Maluku Tenggara Barat, provinsi Maluku) (Penulis : Salvinus Solarbesain, Luky Adrianto, Santoso Rahardjo) ...................................
I – 141
21. Deteksi gerombolan bandeng (Chanos chanos) berbeda ukuran berdasarkan fase pantulan gelombang akustik (Penulis : septian T. Pratomo, sri pujiyati, dan Arman D. Diponegoro) ................................
I – 148
22. Pemanfaatan teknologi penginderaan jauh untuk pemetaan terumbu karang di pulau kecil terluar studi kasus : Pulau Larat, Provinsi Maluku Tenggara Barat (Penulis : Suseno Wangsit Wijaya, Yoniar Hufan Ramadhani, Rahmatia Susanti) .........................
I – 155
Pola spasial kedalaman perairan di teluk bungus, Kota Padang (Penulis : Yulius, Hari Prihatno dan Ifan Ridlo Suhelmi) .........................
I – 160
II. TOPIK 2: IPTEK dalam Pengelolaan dan Pengembangan Kawasan Konservasi Pesisir dan Laut 1.
Perencanaan konservasi berbasis pemetaan terhadap proses keragaman hayati di Pulau Sapudi-Sumenep (Penulis: Romadhon A, Kurniawan F, Hidayat WA) .........................................................
II – 1
2.
Peran swasta dalam pengelolaan pesisir Ujungpangkah, Kabupaten Gresik (Penulis : Angela Ika Y Mariendrasari dan Prof. Dietrich G Bengen) ……………………………………………………
II – 8
3.
Merbau {intsia bijuga (colebr.) o. Kuntze} di Taman Nasional Ujung Kulon Banten (Penulis : Dodo dan Mujahidin) ......................
II – 14
4.
Potensi anggrek sebagai sumberdaya non kayu di kawasan hutan mangrove Pantai Maligano – Pulau Buton, Sulawesi Tenggara (Penulis : Eka Martha Della Rahayu, Izu Andry Fijridianto dan R. Hendrian) ........................................................................................
II – 18
5.
Inventarisasi data luas kerapatan hutan mangrove di Taman Nasional Bali Barat sebagai potensi Kawasan Konservasi Laut dalam pengelolaan wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil dengan pemanfaatan teknologi sistem informasi geografis menggunakan satelit ALOS (Penulis : Firman Setiawan, Rama Wijaya dan Noir P. Poerba) ............................................................
II – 22
6.
Disain rehabilitasi ekosistem mangrove untuk pengelolaan konservasi di daerah penyangga Pulau Dua, Kota Serang, Banten (Penulis : Fredinan Yulianda dan Nyoto Santoso) .........................
II – 27
7.
Sebaran lokasi wisata laut dan budaya di Kabupaten Wakatobi Provinsi Sulawesi Tenggara (Penulis : Helman) .............................
II – 33
8.
Pengelompokan Jenis Tumbuhan Berdasarkan Kandungan Hara di Hutan Dataran Rendah, Pulau Wawonii - Sulawesi Tenggara (Penulis: Joeni Setijo Rahajoe dan Edi Mirmanto)………………..
II – 37
9.
Implementasi metode blue heart ocean sebagai langkah strategis konservasi terumbu karang dalam wacana jakarta water front city berbasis pemberdayaan masyarakat pesisir pantai Utara Jakarta (Penulis : Nugroho Wiratama dan Nidhom Fahmi) .........................
II – 43
10.
Biodiversitas ikan karang di Kepulauan Padaido, Kabupaten BiakNumfor, Papua (Penulis : Pustika Ratnawati, Muhammad Hafiz, Sukmaraharja,Tia Sulistiani, Hedra Akhrari) ...................................
II – 49
11.
Kajian potensi ekologis dan isu-isu strategis ekosistem karst cagar alam Pulau Sempu, Jawa Timur (Penulis : Rosniati A. Risna dan Tata M. Syaid) ...............................................................
II – 53
12.
Pulau Wawonii: keanekaragaman, potensi dan permasalahannya (Penulis : Rugayah, M. Rahayu & S. Sunarti) ……………………....
II – 60
13.
Flora langka di pulau kecil Batudaka, Sulawesi Tengah (Penulis: Sri Hartini) .......................................................................................
II – 70
14.
Jenis-jenis vegetasi unik dan perlu dilindungi di Pulau Waigeo, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat (Penulis : Sudarmono) ....................................................................................
II – 75
15.
Penentuan kondisi dan potensi konservasi ekosistem mangrove di II – 79 pesisir selatan Kabupaten Bangkalan berbasis teknologi SIG dan penginderaan jauh (Penulis : Wahyu A’idin Hidayat, Zulkarnaen Fahmi) .............................................................................................
16
Tumbuhan Paku di Kawasan Gunung Gamalama, Pulau Ternate (Penulis : Izu Andry Fijridiyanto dan Sri Hartini …………………….
II – 84
III. TOPIK 3: IPTEK dalam Mitigasi dan Adaptasi Dampak Perubahan Iklim terhadap Ekosistem Pesisir dan Pulau-pulau Kecil 1.
Pemodelan luas genangan di semarang akibat pasang surut (Penulis : Didik Hartadi, dan Ivonne M.R. ……………………...........
III – 1
2.
Perubahan status lahan dan tutupan lahan kawasan Pulau Moti, Ternate Maluku Utara (Penulis : H.I.P. Utaminingrum, M.Ridwan, dan Roemantyo) ..............................................................................
III – 4
3.
Distribusi spasial oil spill montara di Celah Timor dari satelit dan dampaknya terhadap sumberdaya hayati laut (Penulis : Jonson Lumban Gaol) .................................................................................. Penentuan parameter paling dominan berpengaruh terhadap pertumbuhan populasi fitoplankton pada musim kemarau di perairan pesisir Maros Sulawesi Selatan (Penulis : Rahmadi Tambaru, Enan M. Adiwilaga, Ismudi Muchsin, dan Ario Damar) ... Pemanfaatan pengideraan jauh dalam pemantauan kerusakan lingkungan pesisir dan laut di pantai Utara Jawa Barat (Penulis : Riny Novianty dan Anggraeni Nurmartha Vina) ............................... Strategi pemberdayaan nelayan berbasis keunikan Agroekosistem dan kelembagaan lokal (Penulis : Siti Amanah) .............................. Teknologi geospasial untuk pengelolaan pulau-pulau kecil terpencil (studi kasus di kepulauan Karimunjawa – Jawa Tengah) (Penulis : Yatin Suwarno dan Sri Lestari Munajati) ......................... Identifikasi potensi jenis ikan ekonomis penting dengan analisis keruangan dan hidroakustik di Kep. Tagalaya, Halmahera Utara (Penulis : Zulkarnaen Fahmi, Frensly D Hukom, Wahyu A’idin Hidayat, Jefry Bemba ......................................................................
III – 9
4.
5.
6. 7.
8.
III – 14
III – 19
III – 23 III – 30
III – 36
II-75 JENIS-JENIS VEGETASI UNIK DAN PERLU DILINDUNGI DI PULAU WAIGEO, KABUPATEN RAJA AMPAT, PROVINSI PAPUA BARAT Sudarmono Pusat Konservasi Tumbuhan - Kebun Raya Bogor, LIPI Jl. Ir. H. Juanda No. 13 Bogor 16003 Phone/Fax. 0251-8322187, e-mail:
[email protected] Abstrak Pulau Waigeo merupakan salah satu pulau besar di Raja Ampat Provinsi Papua Barat yang kaya akan tumbuhan endemik tumbuhan dataran rendah tanah kapur (karst). Tujuan penelitian ini untuk menginventarisasi jenis-jenis tumbuhan yang unik dan endemik sehingga perlu dilindungi. Lokasi penelitian meliputi kawasan hutan primer di sepanjang Sungai Warambiae, Hutan adat Distrik Teluk Mayalibit, kawasan Gunung Nok, kawasan Cagar Alam Pulau Waigeo Timur dan CA P. Waigeo Barat. Vegetasi di Pulau Waigeo sangat tinggi keanekaragamannya dikarenakan tingginya jenis-jenis tumbuhan endemik, seperti: Pule Waigeo (Alstonia beatricis), Guioa waigeonensis, Calophyllum parvifolium, Nepenthes danseri, Scefflera apiculata, Hernandia origera, sapu tangan (Maniltoa rosea) dll. Jenis-jenis anggrek, palma dan keluarga keladi termasuk juga yang tinggi keanekaragamannya. Kawasan hutan yang masih begitu luas terutama hutan primer yang ada di wilayah sepanjang aliran Sungai Warambiae dari hulunya di Gunung Danai hingga bermuara di Teluk Mayalibit perlu dilindungi karena wilayahnya belum masuk dalam wilayah cagar alam. Kata kunci : endemik, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat, Pulau Waigeo, vegetasi. PENDAHULUAN
METODOLOGI
Pulau Waigeo merupakan bagian dari Kabupaten Raja Ampat dan salah satu pulau besar dari tiga pulau lainnya, yaitu P. Misool dan P. Salawati. Dari segi keanekaragaman floranya, Pulau Waigeo mempunyai kekayaan tumbuhan endemik yang sangat penting. Vegetasi umumnya merupakan hutan primer dan dataran rendah kapur. Formasi batuan pada kawasan Waigeo Timur dan Selatan pada umumnya merupakan batuan basah vulkanik dan kapur dengan lapisan tanah podsolik. Hingga saat ini, sebagian besar pulau-pulau di bagian utara Kepala Burung Papua belum dieksplorasi dan diteliti secara seksama, khususnya kekayaan floranya. Informasi yang tersedia mengenai flora dan karakteristik ekologinya masih sangat sedikit, termasuk Pulau Waigeo. Sementara keanekaragaman floranya merupakan salah satu yang paling tinggi di daerah tropis (John, 1997). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan yang unik dan endemik yang perlu dilindungi di P. Waigeo.
Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di wilayah hutan primer sepanjang Sungai Warambiae (= S. Orobiai; Webb 2005) dari hulu sungai dekat Camp Belgia (sekitar Gunung Danae atau Danai; Webb 2005) hingga hilir sungai di Teluk Mayalibit, Desa Warsamdin, Distrik Teluk Mayalibit, Kabupaten Raja Ampat (Anonim, 2006). Sungai Bambu, S. Waisos, S. Warwero maupun S. Biru merupakan anak-anak sungai dari S. Warambiae. Beberapa lokasi lain juga dianalisa keanekaragaman vegetasinya, yaitu di Gunung Nok, Desa Waifoi, Kabupaten Raja Ampat (Widyatmoko dkk. 2007; Widyatmoko, 2010). Data vegetasi di CA P. Waigeo Timur dan CA P. Waigeo Barat juga dianalisa. Ketinggian lokasi penelitian dari 11 – 244 m di atas permukaan air laut. Penelitian dilakukan selama 10 hari dimulai dari tanggal 24 April–4 Mei 2008. Tim lain dari Kebun Raya - LIPI, yaitu Widyatmoko dkk. 11 Juni–9 Juli 2007 di G. Nok, Desa Waifoi, Distrik Teluk Mayalibit. Koleksi sampel Metode eksploratif dan deskriptif digunakan sebagai teknik umum yang digunakan untuk mengidentifikasikan suatu tumbuhan unik dan atau endemik. Koleksi
II-76 hidup akan ditanam di Kebun Raya Bogor dan spesimen kering disimpan di Herbarium Bogoriensis (HO) dan Herbarium Kebun Raya Bogor (KRB). HASIL Terdapat 33 jenis tumbuhan unik dan endemik yang terseleksi. Jenis tumbuhan unik cukup banyak, yaitu 27 jenis, sedangkan jenis endemik ada 6 jenis. Jenis tumbuhan unik dan endemic meliputi suku Arecaceae atau Palmae (5 jenis), suku Orchidaceae atau Anggrek (5 jenis), suku Clusiaceae atau Manggis (2 jenis), suku Piperaceae atau Sirih (2 jenis), suku Nepenthaceae atau Kantung semar (2 jenis), Sarang semut dari suku Rubiaceae (2 jenis), Paku pakuan (3 jenis), Apocynaceae (2 jenis), suku yang lainnya seperti Moraceae, Lamiaceae, Hernandiaceae, Podocarpaceae, Sapindaceae, Araceae, Araucariaceae, Araliaceae, Gesneriaceae dan Caesalpiniaceae masing-masing 1 jenis. Koleksi tumbuhan di hutan sekitar aliran Sungai Warambiae dan anak sungainya, yaitu S. Bambu, S. Waisos, S. Warwero dan S. Biru (Lampiran 1). Sepanjang perjalanan tepi S. Warambiae ditemukan beberapa jenis paku-pakuan pada lokasi Kali Bambu (Sungai Bambu) ditemukan jenis anggrek yaitu Agrostophylum majus dan Appendicula reflexa, sirih hutan (Piper decumanum), beberapa palem serta jenis suku Clusiaceae, dan lain-lain. Sedangkan jenis endemik yang ada ditemukan oleh Widyatmoko (2010), meliputi Guioa waigeoensis, Alstonia beatricis, Calophyllum parvifolium, Schefflera apiculata dan Nepenthes danseri di Gunung Nok yang mempunyai ekosistem yang sama dengan G. Danai. Oleh karena itu diperkirakan jenis tersebut juga terdapat di wilayah G. Danai. Pembahasan Lokasi Camp Belgia dengan ketinggian 30-130 m dpl, didominasi oleh pohon matoa (Pometia pinnata), kayu besi (Intsia sp.), kenari (Canarium sp.), pisang pisang (Annonaceae), Diospyros, Mangifera, Callophylum inophyllum, Dracaena, Syzygium, Semecarpus (Webb 2005). Widyatmoko dkk (2007) mengemukakan bahwa jenis-jenis endemik yang ditemukan pada wilayah sekitar Gunung Nok termasuk jenis yang terancam punah. Pada puncak G. Nok (700 m dpl), van Royen
(1960) mengidentifikasi Evodia sp., Rhodomyrtus trineura, Drimys piperita, Elaeocarpus sp., Rhododendron cornubovis (jenis baru), Melastoma sp. dan Rapanea sp. Pada puncak G. Danai (300 m dpl) ditemukan Nageia wallichiana (sinonim= Podocarpus wallichianus), Hopea sp, dan Elaeocarpus sp. dan secara umum pada hutan dataran rendah yaitu Pandanus spp., Exocarpus latifolius, Ficus spp, Nepenthes sp., Sapotaceae, Aglaia sp. dan Glochidion sp. (Webb, 2005). Jenis yang dominan juga ditemukan pada hutan dataran rendah dengan vulkanik asam yaitu Intsia bijuga, Koorderiodendron pinnatum, Pometia pinnata, Terminalia cf. copelandii, Celtis, Ficus, Dysoxylum, Myristica, Alstonia scholaris, Gastonia serratifolia, Morinda citrifolia, dan Trema cannabina (Takeuchi, 2003). Dari berbagai jenis tumbuhan yang ada dan berbagai jenis tumbuhan yang ditemukan sebagai jenis baru maka indikasi bahwa masih banyak jenis-jenis endemik yang terdapat di Pulau Waigeo. Menurut Webb (2005) dari kondisi jenis-jenis tumbuhan yang mendominasi wilayah hutan dataran rendah P. Waigeo maka jenis-jenis tumbuhannya sangat beragam dan masih belum mengalami pembalakan liar sehingga sangat diprioritaskan untuk penelitian di masa mendatang (Anonim 2003). Kawasan hutan primer yang ada di sekitar Gunung Danai terutama di wilayah Camp Belgia termasuk hulu Sungai Warambiae perlu dilindungi dan direkomendasikan kepada Departemen Kehutanan sebagai wilayah cagar alam. Wilayah ini juga memiliki sejarah ditemukannya burung Bruijn's Brush-turkey (Aepypodius bruijnii), burung endemik P. Waigeo yang telah dianggap punah selama 50 tahun dan ditemukan kembali tahun 2001 di areal G. Danai tersebut. Ucapan terima kasih Ucapan terima kasih atas kelancaran penelitian ini ditujukan kepada Bp. Rukkunudin, SIP selaku Kepala Distrik Teluk Mayalibid, Kabupaten Raja Ampat, juga Prof. Hiroshi Okada (Universitas Osaka City), Prof. Hirokazu Tsukaya (Universitas Tokyo), Ujang Hapid dan Alex Sumadiharja (Puslit Biologi, LIPI) serta Abraham (Polsushut BBKSDA Sorong) serta 8 orang porter warga setempat.
II-77
PUSTAKA Anonim (2006) Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Irian Jaya Barat. The Nature Conservancy dan Conservation International Indonesia, Jakarta. Anonim (2003) Final Draft Report on a Rapid Ecological Assessment of the Raja Ampat Islands, Papua, Eastern Indonesia held October 30 – November 22, 2002. The Nature Conservancy, WWF, Pemda Kabupaten Raja Ampat, Bali, hal. 97-108. IUCN (2008) IUCN Red List of Threatened Species (A Global Species Assessment). The IUCN Species Survival Commission. Oxana (2010) Kumpulan Tumbuhan Langka yang Dilindungi di Indonesia. http://oxana.blogdetik.com/2010/04/26/kum pulan-tumbuhan-langka-yang-dilindungi-diindonesia/ Takeuchi, W. (2003) A Communitylevel Floristic Reconnaissance of the Raja Ampat Islands in New Guinea. SIDA 20, 10931138. Van Royen, P (1960) The Vegetation of Some Parts of Waigeo Island. Novo Guinea, Botany 5, 25-68. Webb, C.O. (2005) Vegetation of the Raja Ampat Islands, Papua, Indonesia. A report to the Nature Conservancy. Arnold Arboretum of Harvard University, USA. Widyatmoko D, D.O. Pribadi, Wihermanto, Saripudin, Sudarsono, Supardi, Rustandi, D. Mudiana, I.G. Tirta (2007) Laporan Eksplorasi dan Studi Keragaman Flora Cagar Alam Pulau Waigeo Timur dan Taman Wisata Alam Sorong, Papua Barat. PKTKebun Raya Bogor, LIPI. Widyatmoko D. (2010) Plant α-diversity and Composition in Mount Nok and the Waifoi Forest of the Waigeo Raja Ampat Islands: with Specieal Referente to the Threatened Species. Jurnal Biologi Indonesia 6(2): 195-209. Yuzammi, S. Hidayat (2002) Flora Sulawesi, Unik, Endemik dan Langka. Pusat Konservasi
Tumbuhan Kebun raya Bogor-LIPI, Bogor.
G. Nok Camp Belgia
G. Danai
S. Warambiae
S. Waisos
Desa Warsamdin (Distrik Teluk Mayalibit) Papua
Skala 10 km
Gambar 1. Pulau Papua (inzet) dan Pulau Waigeo, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat, G. Danai (1.000 m dpl), G Nok (900 m dpl.) dan S. Warambiae disertai warna kondisi vegetasi. Warna kuning = hutan submontana pada tanah vulkanik, hijau muda dan hijau tua = hutan perbukitan pada tanah vulkanik, biru langit = hutan perbukitan pada tanah kapur, biru= hutan dat. rendah pada tanah kapur, hutan dat. rendah pada tanah vulkanik, abu-abu = hutan dataran rendah pada tanah batuan pasir, oranye = hutan pada tanah ultra basa, merah = semak terbuka pada tanah ultra, lembayung = savanna dan ungu = mangrove. (Webb, 2005)
II-78 Lampiran 1. Daftar Jenis Tumbuhan Unik dan Endemik di Distrik Teluk Mayalibit Pulau Waigeo, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat
Keterangan: * Unik secara ilmiah, belum banyak terungkap (Yuzammi dan S. Hidayat, 2002). Endemik untuk Pulau
Waigeo saja (Webb, 2005).