PROSIDING Simposium Nasional Pengelolaan Pesisir, Laut, dan Pulau-Pulau Kecil “Kontribusi IPTEK dalam pengelolaan sumberdaya pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil” Bogor, 18 Nopember 2010
Editor: Prof. Dr. Ir. Dietriech G. Bengen,DEA Adriani Sunuddin, S.Pi, M.Si Citra Satrya Utama Dewi, S.Pi
ISBN: 978-979-19034-4-8 Kredit: Desain sampul: Pasus Legowo Tata letak: Pasus Legowo, Dharmawan I Pratama, Femi Zumaritha
KATA PENGANTAR Pertama-tama marilah kita panjatkan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena hanya atas rahmat dan karunia-Nya jua Simposium Nasional Pengelolaan Pesisir, Laut dan Pulau-Pulau Kecil dapat terselenggara dengan baik, dan seluruh rangkaian acara dan makalah-makalah yang terkait dengan simposium ini dapat disampaikan dalam laporan kegiatan ini. Sebagai Negara megabiodiversity laut terbesar dengan semua ekosistem laut tropis produktif yang melingkupi wilayah pesisir kepulauan nusantara, Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya alam laut yang sangat besar sebagai aset Nasional. Namun tidak dapat pula dipungkiri bahwa kekayaan laut yang sedemikian besar ternyata di satu sisi belum sepenuhnya dioptimalkan dan di sisi lain sedang mengalami kerusakan yang cukup mengkhawatirkan. Karena itu bagaimana kekayaan laut yang sangat besar ini dapat dimanfaatkan bagi sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat dan kemakmuran bangsa secara berkelanjutan, serta kerusakan yang terjadi dapat diperbaiki dan dipulihkan, seyogyanya suatu pendekatan pengelolaan berbasis iptek menjadi urgen untuk diterapkan bagi keberlanjutan pembangunan kelautan Indonesia. Untuk itulah Simposium dengan tema ”Kontribusi IPTEK dalam Pengelolaan Sumberdaya Pesisir, Laut dan Pulau-Pulau Kecil”, yang dirancang sebagai kelanjutan kegiatan KONAS VII di Ambon diharapkan dapat mendesiminasikan hasil-hasil penelitian dan kajian, menjalin komunikasi serta berbagi informasi dan pengalaman mengenai pengelolaan sumberdaya pesisir, laut dan pulau-pulau kecil berbasis iptek di Indonesia. Simposium Nasional ini hanya dapat terlaksana berkat kerjasama antara Himpunan Ahli Pengelolaan Pesisir Indonesia (HAPPI) dan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, dengan dukungan dana dari Ditjen Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional RI. Tak kalah pentingnya bahwa keberhasilan Simposium ini sangat ditentukan oleh para pembicara panel, moderator, notulen, pemakalah, peserta, serta para panitia yang telah berkontribusi menyukseskan simposium ini. Akhirnya, semoga prosiding simposium yang berisikan kumpulan makalah/artikel ini dapat memberikan informasi ilmiah yang esensial tentang peran iptek dalam pengelolaan sumberdaya dan lingkungan pesisir, laut dan pulau-pulau kecil di Indonesia.
Bogor, April 2011 Ketua Panitia Pelaksana/Sekjen HAPPI, Prof.Dr.Ir. Dietriech G. Bengen, DEA
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ............................................................................................
i
DAFTAR ISI .........................................................................................................
ii
I. TOPIK 1: IPTEK dalam Optimalisasi Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir, Laut dan Pulau-pulau Kecil 1. Estimasi daya dukung sosial dalam pengelolaan ekowisata pulaupulau kecil di gugus Pulau Togean Taman Nasional Kepulauan Togean (Penulis: Alimudin Laapo) .......................................................
I–1
2. Strategi pemberdayaan ekonomi masyarakat nelayan tradisional pelintas batas di Rote-Ndao (Penulis : Anna Fatchiya) ........................
I–5
3. Pemetaan daerah potensial penangkapan ikan tongkol (Euthynnus affinis) di perairan Pantai Selatan Yogyakarta (Penulis : Ati Rahadiati dan Irmadi Nahib) .................................................................
I – 13
4. Identifikasi Penyakit Karang di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu (Penulis: Beginer Subhan, Dondy Arafat, Fadhilah Rahmawati, Mochamad Luqmanul Hakim, Dedi Soedharma)
I - 20
5. Aktivitas antibakteri ekstrak metanol Sinularia dura yang difragmentasi di perairan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu (Penulis : Mujizat Kawaroe, Dedi Soedharma, Hefni Effendi, Tati Nurhayati, Safrina Dyah Hardiningtyas, Windhika Priyatmoko) ..........
I – 26
6. Daun kelapa dan daun sukun sebagai bahan alternatif pengganti terumbu karang dalam pengoperasian bubu tambun (Penulis : Diniah, Wawan Rowandi, Ari Nado Syahrur Ramadan) .......................
I – 31
7. Analisis perubahan luas dan kerapatan tutupan mangrove menggunakan citra Landsat ETM Multitemporal di pesisir utara Pulau Mendanau dan Pulau Batu Dinding Kabupaten Belitung (Penulis : Irma Akhrianti, Franto, Eddy Nurtjahya, Indra Ambalika) .....
I - 37
8. Ekstrak ascidian Didemnum molle sebagai alternatif sumber antibakteri dari hewan asosiasi terumbu karang (penulis : Irma Shita Arlyza) .........................................................................................
I – 46
9. Analisis ekonomi keterkaitan perubahan hutan mangrove dan udang di Kecamatan Belakang Padang Kota Batam (Penulis : Irmadi Nahib) ........................................................................................
I – 54
10. Kondisi kesehatan terumbu karang Teluk Saleh, Sumbawa: Tinjauan aspek substrat dasar terumbu dan keanekaragaman ikan karang (Penulis : Isa Nagib Edrus, Syahrul Arief, dan Iwan Erik Setyawan) .........................................................................................
I – 60
11. Morfologi gugusan pulau kecil (archipelagic islands) di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang dan Biaro (Penulis :Joyce Christian Kumaat) ................................................................................................
I – 75
12. Kontribusi peta dan citra inderaja dalam kajian optimalisasi penggunaan lahan marginal studi kasus pesisir kecamatan Kubu – Karangasem – Bali (Penulis : Kris Sunarto, Drs. M.Si.) .......................
I – 82
13. Bio-ekologis kepiting bakau pada kawasan konservasi desa Passo Teluk Ambon (Penulis : Laura Siahainenia) ........................................
I – 91
14. Potensi kekerangan abalon Sulawesi Selatan, prospek dan tantangan pengelolaan (Penulis : Magdalena Litaay, Rosana Agus, Rusmidin, st. Ferawati) .........................................................................
I – 99
15. Estimasi potensi ekonomi rumput laut berdasarkan daya dukung perairan di Kepulauan Salabangka Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah(Penulis : Marhawati Mappatoba, Eka Rosyida, Alimudin Laapo) .................................................................................................
I – 104
16. Analisis awal pengelolaan pesisir untuk kegiatan wisata pantai (studi kasus Pantai Gebang, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat) (Penulis : Muhammad Bakhtiar, Octavianus A. Mainasy, Zikri Sudrajat, Hafidz Fauzi) .........................................................................
I – 108
17. Teknologi tepat guna dalam pemberdayaan masyarakat pesisir berbasis sumberdaya perikanan (Penulis : Mulyono S. Baskoro dan Ivonne M. Radjawane)..........................................................................
I – 114
18. Penatakelolaan zona pemanfaatan hutan mangrove melalui optimasi pemanfaatan sumberdaya kepiting bakau (s. serrata) di Taman Nasional Kutai Provinsi Kalimantan Timur (Penulis : Nirmalasari Idha Wijaya, Fredinan Yulianda, Mennofatria Boer dan Sri juwana)............................................................................................
I – 121
19. Aspek bioteknik dalam pemanfaatan sumberdaya rajungan di perairan Teluk Banten (Penulis : Roza Yusfiandayani, M.P. Sobari) ...
I – 131
20. Analisis daya dukung pulau kecil untuk ekowisata bahari dengan pendekatan eccological footprint (studi kasus Pulau Matakus, kab. Maluku Tenggara Barat, provinsi Maluku) (Penulis : Salvinus Solarbesain, Luky Adrianto, Santoso Rahardjo) ...................................
I – 141
21. Deteksi gerombolan bandeng (Chanos chanos) berbeda ukuran berdasarkan fase pantulan gelombang akustik (Penulis : septian T. Pratomo, sri pujiyati, dan Arman D. Diponegoro) ................................
I – 148
22. Pemanfaatan teknologi penginderaan jauh untuk pemetaan terumbu karang di pulau kecil terluar studi kasus : Pulau Larat, Provinsi Maluku Tenggara Barat (Penulis : Suseno Wangsit Wijaya, Yoniar Hufan Ramadhani, Rahmatia Susanti) .........................
I – 155
Pola spasial kedalaman perairan di teluk bungus, Kota Padang (Penulis : Yulius, Hari Prihatno dan Ifan Ridlo Suhelmi) .........................
I – 160
II. TOPIK 2: IPTEK dalam Pengelolaan dan Pengembangan Kawasan Konservasi Pesisir dan Laut 1.
Perencanaan konservasi berbasis pemetaan terhadap proses keragaman hayati di Pulau Sapudi-Sumenep (Penulis: Romadhon A, Kurniawan F, Hidayat WA) .........................................................
II – 1
2.
Peran swasta dalam pengelolaan pesisir Ujungpangkah, Kabupaten Gresik (Penulis : Angela Ika Y Mariendrasari dan Prof. Dietrich G Bengen) ……………………………………………………
II – 8
3.
Merbau {intsia bijuga (colebr.) o. Kuntze} di Taman Nasional Ujung Kulon Banten (Penulis : Dodo dan Mujahidin) ......................
II – 14
4.
Potensi anggrek sebagai sumberdaya non kayu di kawasan hutan mangrove Pantai Maligano – Pulau Buton, Sulawesi Tenggara (Penulis : Eka Martha Della Rahayu, Izu Andry Fijridianto dan R. Hendrian) ........................................................................................
II – 18
5.
Inventarisasi data luas kerapatan hutan mangrove di Taman Nasional Bali Barat sebagai potensi Kawasan Konservasi Laut dalam pengelolaan wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil dengan pemanfaatan teknologi sistem informasi geografis menggunakan satelit ALOS (Penulis : Firman Setiawan, Rama Wijaya dan Noir P. Poerba) ............................................................
II – 22
6.
Disain rehabilitasi ekosistem mangrove untuk pengelolaan konservasi di daerah penyangga Pulau Dua, Kota Serang, Banten (Penulis : Fredinan Yulianda dan Nyoto Santoso) .........................
II – 27
7.
Sebaran lokasi wisata laut dan budaya di Kabupaten Wakatobi Provinsi Sulawesi Tenggara (Penulis : Helman) .............................
II – 33
8.
Pengelompokan Jenis Tumbuhan Berdasarkan Kandungan Hara di Hutan Dataran Rendah, Pulau Wawonii - Sulawesi Tenggara (Penulis: Joeni Setijo Rahajoe dan Edi Mirmanto)………………..
II – 37
9.
Implementasi metode blue heart ocean sebagai langkah strategis konservasi terumbu karang dalam wacana jakarta water front city berbasis pemberdayaan masyarakat pesisir pantai Utara Jakarta (Penulis : Nugroho Wiratama dan Nidhom Fahmi) .........................
II – 43
10.
Biodiversitas ikan karang di Kepulauan Padaido, Kabupaten BiakNumfor, Papua (Penulis : Pustika Ratnawati, Muhammad Hafiz, Sukmaraharja,Tia Sulistiani, Hedra Akhrari) ...................................
II – 49
11.
Kajian potensi ekologis dan isu-isu strategis ekosistem karst cagar alam Pulau Sempu, Jawa Timur (Penulis : Rosniati A. Risna dan Tata M. Syaid) ...............................................................
II – 53
12.
Pulau Wawonii: keanekaragaman, potensi dan permasalahannya (Penulis : Rugayah, M. Rahayu & S. Sunarti) ……………………....
II – 60
13.
Flora langka di pulau kecil Batudaka, Sulawesi Tengah (Penulis: Sri Hartini) .......................................................................................
II – 70
14.
Jenis-jenis vegetasi unik dan perlu dilindungi di Pulau Waigeo, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat (Penulis : Sudarmono) ....................................................................................
II – 75
15.
Penentuan kondisi dan potensi konservasi ekosistem mangrove di II – 79 pesisir selatan Kabupaten Bangkalan berbasis teknologi SIG dan penginderaan jauh (Penulis : Wahyu A’idin Hidayat, Zulkarnaen Fahmi) .............................................................................................
16
Tumbuhan Paku di Kawasan Gunung Gamalama, Pulau Ternate (Penulis : Izu Andry Fijridiyanto dan Sri Hartini …………………….
II – 84
III. TOPIK 3: IPTEK dalam Mitigasi dan Adaptasi Dampak Perubahan Iklim terhadap Ekosistem Pesisir dan Pulau-pulau Kecil 1.
Pemodelan luas genangan di semarang akibat pasang surut (Penulis : Didik Hartadi, dan Ivonne M.R. ……………………...........
III – 1
2.
Perubahan status lahan dan tutupan lahan kawasan Pulau Moti, Ternate Maluku Utara (Penulis : H.I.P. Utaminingrum, M.Ridwan, dan Roemantyo) ..............................................................................
III – 4
3.
Distribusi spasial oil spill montara di Celah Timor dari satelit dan dampaknya terhadap sumberdaya hayati laut (Penulis : Jonson Lumban Gaol) .................................................................................. Penentuan parameter paling dominan berpengaruh terhadap pertumbuhan populasi fitoplankton pada musim kemarau di perairan pesisir Maros Sulawesi Selatan (Penulis : Rahmadi Tambaru, Enan M. Adiwilaga, Ismudi Muchsin, dan Ario Damar) ... Pemanfaatan pengideraan jauh dalam pemantauan kerusakan lingkungan pesisir dan laut di pantai Utara Jawa Barat (Penulis : Riny Novianty dan Anggraeni Nurmartha Vina) ............................... Strategi pemberdayaan nelayan berbasis keunikan Agroekosistem dan kelembagaan lokal (Penulis : Siti Amanah) .............................. Teknologi geospasial untuk pengelolaan pulau-pulau kecil terpencil (studi kasus di kepulauan Karimunjawa – Jawa Tengah) (Penulis : Yatin Suwarno dan Sri Lestari Munajati) ......................... Identifikasi potensi jenis ikan ekonomis penting dengan analisis keruangan dan hidroakustik di Kep. Tagalaya, Halmahera Utara (Penulis : Zulkarnaen Fahmi, Frensly D Hukom, Wahyu A’idin Hidayat, Jefry Bemba ......................................................................
III – 9
4.
5.
6. 7.
8.
III – 14
III – 19
III – 23 III – 30
III – 36
II - 14
MERBAU {Intsia bijuga (Colebr.) O. Kuntze} DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON BANTEN Dodo dan Mujahidin PKT Kebun Raya Bogor, Fax:0251-8322187 HP: 081311090212 e-mail:
[email protected] ABSTRACT Intsia bijuga (Colebr.) O. Kuntze is a species of conservation importance since it is highly threatened in its natural habitat. Distribution from Tanzania and Madagascar through southern India and Burma, towards Malesia, northern Australia and Polynesia. The ecological study of Intsia bijuga was conducted in Ujung Kulon National Park to assess its population and habitat characteristics as the basis for the conservation actions of the species. Explorative and descriptive methods were used in this study. Samples were determined by means of purposive sampling method. The results showed that there were at least 3 individual of Intsia bijuga recorded in Ujung Kulon National Park, containing of 3 trees. The habitat of the species was a lowland area and near of the sea, 2-8 m asl altitude, with about 0-40% canopy shade. In this habitat, the tree of Intsia bijuga were up to 30 m tall and 2 m in diameter with 30 m wide canopy. I. bijuga come together in Solokan Duyung, Cape of Ciparepet, and Karang Ranjang areas. Keyword: Intsia bijuga, habitat, habitus, Ujung Kulon PENDAHULUAN Intsia bijuga (Colebr.) O. Kuntze atau merbau (Indonesia), Ironwood (Inggris) merupakan jenis tumbuhan yang tergolong dalam suku polong-polongan (Fabaceae), sub suku Caesalpinioideae. Tumbuhan ini tersebar mulai dari Tanzania dan Madagaskar sampai ke India Selatan dan Burma, ke arah Malesia termasuk Indonesia, kemudian ke Australia Utara dan Polinesia. Sastrapradja et al. (1977) menerangkan bahwa di Indonesia jenis ini dijumpai hampir di semua pulau yaitu Sumatra, Kalimantan, Jawa, Timor, Sulawesi, Maluku, dan Irian. Intsia bijuga disebut merbau pantai karena pada umumnya tumbuh dekat pantai, hutan payau atau tepi sungai hingga ketinggian 50 m dpl. Menurut Burkill (1966), Intsia bijuga sering ditemukan di daerah hutan pesisir pantai. Soerianegara dan Lemmens (1994) menambahkan bahwa merbau tumbuh di pinggiran sungai pasang surut hingga di dataran dengan ketinggian 600 m dpl. Rimbawanto dan Widyatmoko (2006) menerangkan bahwa di Indonesia merbau secara alami tersebar cukup luas mulai dari Sumatra sampai Papua dan saat ini populasinya hanya tersisa di Papua dan sebagian Maluku. Menurut IUCN (2009) merbau termasuk kedalam jenis tumbuhan
terancam kepunahan dengan kategori rawan (Vulnerable = VUA1cd). Menurut Mogea et al. (2001) kategori tersebut disebabkan oleh penurunan wilayah yang ditempati, luas wilayah keberadaan, dan/atau kualitas habitat, serta disebabkan oleh tingkat eksploitasi saat ini dan kemungkinan eksploitasi di masa depan. Intsia bijuga memiliki banyak kegunaan, pepagan ditumbuk dan dicampur dengan buah pinang yang tua, sebagai obat untuk menghentikan murus. Biji-bijinya dimasukkan dalam arang atau abu panas agar pecah kulitnya, lalu direndam dalam air garam selama 3-4 hari, direbus dan dimakan (Heyne, 1987). Potensi utama merbau adalah kayunya yang digolongkan dalam kelas kekuatan I-II dan kelas keawetan I-II, sehingga banyak digunakan untuk bahan bangunan, lantai, alat-alat rumah tangga, papan, bantalan, tiang listrik dan telepon, perkapalan, dan jembatan (Sastrapraja et al. 1977). Kayu merbau memiliki kekuatan, keawetan dan penampilan yang menarik, kayunya dimanfaatkan untuk pembuatan kusen, pintu, jendela, panel, mebel, badan truk, ukiran dan furniture (Burkill 1966). Kayu merbau bernilai ekonomi tinggi sehingga menjadi incaran banyak perusahaan kayu. Kebutuhan kayu merbau di pasar lokal, regional, nasional dan internasional mengalami peningkatan yang
II - 15
cukup signifikan. Negara importir terbesar pada tahun 2005 adalah Belanda sebanyak 9.000 m3. Total import kayu merbau adalah 39.150 m3 (WWF 2010). Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) merupakan ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah yang terluas di Banten. Kawasan tersebut memiliki luas sekitar 120.551 ha. Pada kawasan tersebut terdapat sekitar 700 jenis tumbuhan yang terlindungi dengan baik dan 57 jenis diantaranya termasuk kategori tumbuhan langka seperti merbau (Intsia bijuga), palahlar (Dipterocarpus haseltii), bungur (Lagerstroemia speciosa), cerlang (Pterospermum diversifolium), ki hujan (Engelhardia serrata), dan aneka jenis anggrek (Anonim 2008). Darmaja (1987) menyatakan pula bahwa Intsia bijuga merupakan jenis tumbuhan yang hidup di kawasan TNUK Banten. Merbau memiliki nilai konservasi yang tinggi karena sudah dikategorikan rawan dan nilai ekonominya juga tinggi. Untuk itu, konservasi merbau harus segera dilakukan supaya tidak punah. Untuk melakukan konservasi merbau maka terlebih dahulu harus mengetahui sifat dan karakter tumbuhan tersebut. Konservasi merbau akan berhasil apabila memenuhi syarat yang dibutuhkan oleh tumbuhan tersebut. Untuk itu, syarat-syarat tersebut perlu diamati. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui populasi dan karakter habitat Intsia bijuga di habitat alaminya sebagai dasar untuk melakukan konservasi.
Habitus tanaman merupakan tingkat pertumbuhan merbau yang ditemukan, dikelompokkan berdasarkan MuellerDombois dan Ellenberg (1974), yaitu (1) tingkat semai (seedling), yaitu tinggi ≤ 1,5 meter; (2) tingkat sapihan (sapling) yaitu tinggi > 1,5 meter dengan diameter batang < 10 cm; (3) tingkat tiang (poles) atau pohon kecil yaitu diameter batang setinggi dada (dbh) 10 ≤ 20 cm, dan (4) pohon yaitu dbh > 20 cm. Parameter habitus yang diamati terdiri dari tinggi tumbuhan, dbh, dan diameter tajuk. Untuk mengetahui karakteristik habitat, dilakukan pengamatan atau pengukuran ketinggian tempat, topografi, derajat keasaman tanah (pH), kelembaban tanah (RH), dan persen naungan.
BAHAN DAN METODE
Populasi adalah sekumpulan individu sejenis di suatu tempat. Habitus adalah bentuk atau perawakan suatu jenis tumbuhan berdasarkan sifat fisik, karakter dan cara hidupnya. Habitus juga dapat dikatakan sebagai wujud fisik dari suatu tumbuhan. Habitus Intsia bijuga merupakan pohon berkayu yang dapat tumbuh besar. Habitat adalah tempat hidup suatu organisme atau komunitas, yang dicirikan oleh sifat dan karakteristik komponen fisik dan biotiknya (Widyatmoko dan Irawati 2007). Berdasarkan hasil studi di 13 lokasi pengamatan di TNUK, ternyata Intsia bijuga hanya ditemukan sebanyak 3 individu saja pada 3 kawasan hutan yang
Penelitian dilaksanakan di wilayah Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) Banten pada bulan Juni 2007. Lokasi yang diamati terdiri dari Cihujan, Cikarang, Cihanolong, Solokan Duyung, Tanjung Ciperepet, Karang Ranjang, Pamakaran, Cimahi, jalur Cegog, Cibiuk, Cilimus, gunung Cibanua, dan Gunung Pariuk. Penelitian dilakukan dengan metode eksploratif dan deskriptif. Penentuan sampel pengamatan dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu pengamatan dilakukan setiap ditemukan merbau. Populasi merbau dihitung berdasarkan jumlah individu yang ditemukan pada lokasi pengamatan.
HASIL Hasil studi (Tabel 1, dan Tabel 2) menunjukkan bahwa dari 13 lokasi pengamatan, merbau ditemukan sebanyak 3 individu pada 3 lokasi yaitu 1 individu di kawasan Solokan Duyung, 1 individu di kawasan Tanjung Ciperepet, dan 1 individu di kawasan Karang Ranjang. Habitus merbau yang ditemukan semuanya berupa pohon dengan tinggi masing-masing sekitar 18, 15, dan 30 meter; Dbh masingmasing berukuran 127, 66,7, dan 200 cm. Merbau ditemukan pada habitat pesisir pantai yang datar dan terbuka hingga ternaungi 40% dengan derajat keasaman tanah 5.0-7.0, dan kelembaban tanah 2550%. PEMBAHASAN
II - 16
memiliki karakter habitat yang sama yaitu dataran rendah dekat dengan pesisir pantai pada ketinggian 2-8 m dpl. Penemuan ini sejalan dengan Soerianegara dan Lemmens (1994) yang menyatakan bahwa populasi Intsia bijuga sering ditemukan di daerah hutan pesisir pantai. Penemuan ketiga individu Intsia bijuga tersebut membuktikan bahwa kawasan TNUK memang benar merupakan habitat alami bagi tumbuhan tersebut seperti yang dilaporkan Darmaja (1987). Penemuan tersebut juga membuktikan bahwa populasi Intsia bijuga tidak hanya di Maluku dan Papua saja seperti yang disebutkan Rimbawanto dan Widyatmoko (2006) tetapi di TNUK Banten juga ditemukan Intsia bijuga. Dari ketiga individu yang ditemukan, ternyata Intsia bijuga memiliki ciri dan karakter fisik yang hampir sama, namun berbeda dalam ukuran fisiknya. Intsia bijuga yang ditemukan di Tanjung Ciperepet memiliki diameter batang sebesar 66,7 cm; Intsia bijuga yang ditemukan di Solokan Duyung berdiameter 127 cm; Intsia bijuga yang ditemukan di Karang Ranjang memiliki diameter batang paling besar, yaitu 200 cm. Ukuran fisik yang berbeda-beda sepertinya tidak disebabkan oleh habitatnya karena ketiganya memiliki habitat yang hampir sama. Perbedaan mungkin disebabkan oleh perbedaan umur tanaman, dan faktor genetik. Semakin tua tanaman maka semakin besar pula ukuran fisiknya. Begitu juga tanaman yang memiliki genetik cepat besar akan lebih besar dibandingkan dengan tanaman yang memiliki genetik kuntet. Tabel 2 menunjukkan bahwa Intsia bijuga menyukai kondisi lingkungan yang normal, dapat tumbuh dengan baik pada kisaran pH tanah 5,0-7,0. Intsia bijuga tumbuh pada habitat yang terbuka (0% naungan) sampai dengan 40% nanungan dan pada tanah yang memiliki kelembaban 25-50%. Hal ini berarti bahwa Intsia bijuga toleran terhadap cahaya matahari langsung dan toleran terhadap kelembaban tanah yang rendah. Ucapan terima kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada Hamzah, Marhawi, dan Efendi Enta sebagai anggota tim; Mirkani, Karso, dan
Tura sebagai pendamping dari Balai TNUK Banten. Simpulan Populasi merbau pada 13 lokasi pengamatan di TNUK Banten adalah 3 individu, dengan habitusnya berupa pohon berukuran 18-30 m tingginya dan berdiameter batang 66,7-200 cm. Tumbuhan tersebut ditemukan di Solokan Duyung, Tanjung Ciperepet, dan Karang Ranjang yang memiliki habitat pesisir pantai yang datar pada ketinggian tempat 2-8 m dpl., tempat hidupnya adalah areal terbuka hingga ternaungi 40% dengan derajat keasaman tanah yang normal (5,07,0) dan kelembaban tanahnya rendah (2550%). PUSTAKA Anonim (2008) Ada surga di ujung barat jawa, Media Indonesia, Minggu, 20 Juli 2008, Halaman 21. Burkill, MA, FLSIH (1966) A dictionary of the economic products of the Malay Peninsula, government of Malaysia and Singapore, Ministry of agriculture and cooperatives, Kuala Lumpur, Malaysia. Darmaja B (1987) Daftar flora fauna dan ekosistem Taman Nasional Ujung Kulon, Departemen Kehutanan, Banten. Heyne K (1987) Tumbuhan berguna Indonesia, Jilid 2, Yayasan Sarana Wana Jaya, Jakarta. IUCN 2009. 2009 IUCN red list of threatened species. <www.iucnredlist.org>. Diakses 10 September 2010. Mogea JP, Dj Gandawidjaja, H Wiriadinata, RE Nasution, dan Irawati (2001) Tumbuhan langka Indonesia, Puslibang Biologi – LIPI, Bogor, Indonesia. Mueller-Dombois and Ellenberg (1974) Aims and methods of vegetation ecology, Newyork: John Wiley & Sons. Rimbawanto, Anto dan AYPBC Widyatmoko (2006) Keragaman genetik empat populasi Intsia bijuga berdasarkan penanda RAPD dan implikasinya bagi program konservasi genetik, Jurnal penelitian hutan tanaman (Rimbawanto edt), Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan, Hal 149-154.
II - 17
Sastrapradja S, K Kartawinata, Roemantyo, U Soetisna, H Wiridinata, dan S Riswan (1977) Jenis-jenis kayu Indonesia, Proyek sumberdaya ekonomi, Lembaga Biologi Nasional – LIPI, Bogor. Soerianegara I and Lemmens RHMJ (eds) (1994) Plant Resources of SouthEast Asia 5(1), Timber trees: major commercial timbers, Bogor, Indonesia. Widyatmoko D dan Irawati (2007) Kamus istilah konservasi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor. WWF (2010) Persediaan tegakan kayu merbau di alam dan perdagangannya di tanah papua, http://www.wwf.or.id/berita_fakta/pressrele ase/?2840, Diakses tanggal 20 Oktober 2010. Tabel 1. Populasi dan habitus merbau di 13 lokasi pengamatan
Tabel 2. Karakteristik habitat merbau di lokasi pengamatan