Sumatera
Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 104
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
SABANG
BATAM
ACEH BESAR
BENGKALIS
ACEH JAYA
NATUNA
SIMEULUE
NATUNA SERASAN
NIAS (UTARA)
LINGGA
NIAS SELATAN
BINTAN
TAPANULI TENGAH
SAROLANGUN
SERDANG BEDAGAI
BUNGO
PADANG PARIAMAN
BANGKA BARAT
PASAMAN BARAT
BANGKA SELATAN
AGAM
BELITUNG
SOLOK
BELITUNG TIMUR
PADANG
BELITUNG TIMUR MOMPARANG
KOTA PARIAMAN
MUKOMUKO
PESISIR SELATAN PENYU
BENGKULU UTARA
PESISIR SELATAN SUNGAI BATANG PELANGAI
KAUR
KEPULAUAN MENTAWAI
LAMPUNG BARAT TANGGAMUS
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
105
Kata Pengantar
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Profil 113 Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
PENGARAH: Sudirman Saad Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
PENANGGUNGJAWAB: Agus Dermawan Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan
PENYUSUN: Agus Dermawan Syamsul Bahri Lubis Suraji Nilfa Rasyid, Muschan Ashari, Tendy Kuhaja, Ahmad Sofiullah, Muhammad Saefudin, Asri Setianingrum Kenyo Handadari, Ririn Widiastutik, Dyah Retno Wulandari. Tim Subdit Konservasi Kawasan – Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan
ISBN: 978-602-7913-22-6
© 2014 DITERBITKAN OLEH:
Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA Jl. Medan Merdeka Timur No. 16, Gedung Mina Bahari III Lantai 10 Jakarta 10110 Telp./Fax. (021) 3522045 http://kkji.kp3k.kkp.go.id
Foto Sampul: “Boo Windows in the Misool Area is a photo site which should feature in everyone’s Raja Ampat portfolio. Here I tried to take a different angle and exploit the schooling silversides for an original take on this beautiful scene”, Alex Tattersal, wetpixel.com
P
engelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan yang berkelanjutan tidak akan pernah terlepas dari fungsi konservasinya. Bahkan konservasi telah diyakini sebagai upaya penting yang mampu menyelamatkan potensi sumberdaya tetap tersedia dalam mewujudkan perikehidupan lestari yang menyejahterakan. Konservasi telah menjadi tuntutan dan kebutuhan yang harus dipenuhi sebagai harmonisasi atas kebutuhan ekonomi masyarakat dan keinginan untuk terus melestarikan sumberdaya yang ada bagi masa depan. Hingga tahun 2014, Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan telah membukukan luas kawasan konservasi perairan, pesisir dan pulau-pulau kecil di Indonesia mencapai 16,45 Juta Hektar (melebihi target 15,5 juta Hektar). Capaian ini merupakan hasil kolaborasi pemerintah dan pemerintah daerah bersama masyarakat dalam upaya konservasi sumberdaya ikan. Konservasi dalam pembangunan kelautan dan perikanan lima tahun kedepan dipastikan menjadi agenda utama dan tetap menjadi prioritas sebagai penyeimbang kebutuhan ekonomi dan kelestarian lingkungan. Disamping upaya pengembangan kawasan konservasi menjadi 20 juta hektar, pengelolaan efektif merupakan sasaran utama yang hendak dicapai, diantaranya melalui penguatan kelembagaan pengelolaan efektif yang mengedepankan prinsip-prinsip pengelolaan bersama (co-management). Melalui berbagai upaya ini, konservasi tengah mengukuhkan pilar-pilar perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan berkelanjutan yang memberi manfaat keekonomian pendorong kesejahteraan masyarakat. Evaluasi tingkat efektivitas pengelolaan kawasan konservasi dilakukan dengan alat ukur E-KKP3K, berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Nomor Kep.44/KP3K/2012 tentang Pedoman Teknis Evaluasi Evektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (E-KKP3K). Pedoman E-KKP3K memuat tata-cara atau panduan untuk mengevaluasi tingkat keberhasilan
pengelolaan berkelanjutan kawasan konservasi perairan, pesisir dan pulaupulau kecil. Pada tingkat makro, E-KKP3K digunakan Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk menilai tingkat pengelolaan kawasan konservasi perairan yang ada di Indonesia. Sementara pada tingkat mikro, E-KKP3K dapat pula digunakan swa-evaluasi terhadap kinerja pengelolaan suatu kawasan konservasi perairan sekaligus membuat perencanaan dalam rangka peningkatan kinerja. Pada pelaksanaannya, metode evaluasi ini disederhanakan menjadi tiga kategori yang terdiri dari Perunggu, Perak dan Emas. Peringkat Emas merupakan kawasan konservasi mandiri yang telah dikelola secara optimum, dimana masyarakat di sekitar kawasan sejahtera dan mempunyai pendanaan berkelanjutan. Pencapaian dan Upaya pengelolaan efektif kawasan konservasi perairan, pesisir dan pulau-pulau kecil yang telah dilakukan dituturkan secara runut dalam buku yang berjudul “Status Pengelolaan Efektif Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil di Indonesia”, edisi tahun 2014. Kehadiran buku ini diharapkan mampu memberikan sajian informasi kekayaan sumberdaya hayati dan ulasan yang memadai atas upaya pengelolaan efektif kawasan konservasi perairan, pesisir dan pulau-pulau kecil yang telah dilakukan serta dapat dipetik pembelajaran dalam rangka pengembangan pengelolaan efektif kawasan konservasi dimasa yang akan datang. Kami mengucapkan puji syukur kepada Allah Subhanallahuwata’ala atas terselesaikannya penyusunan buku ini. Apresiasi dan penghargaan yang tinggi kami sampaikan kepada para pihak yang telah membantu proses penyusunan, pembahasan hingga terselesaikannya buku ini.
Semoga bermanfaat.
Agus Dermawan
Dipersilahkan mengutip sebagian atau keseluruhan isi buku ini dengan menyebutkan sumber sitasi
ii
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
iii
Sumatera
Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 104
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
SABANG
BATAM
ACEH BESAR
BENGKALIS
ACEH JAYA
NATUNA
SIMEULUE
NATUNA SERASAN
NIAS (UTARA)
LINGGA
NIAS SELATAN
BINTAN
TAPANULI TENGAH
SAROLANGUN
SERDANG BEDAGAI
BUNGO
PADANG PARIAMAN
BANGKA BARAT
PASAMAN BARAT
BANGKA SELATAN
AGAM
BELITUNG
SOLOK
BELITUNG TIMUR
PADANG
BELITUNG TIMUR MOMPARANG
KOTA PARIAMAN
MUKOMUKO
PESISIR SELATAN PENYU
BENGKULU UTARA
PESISIR SELATAN SUNGAI BATANG PELANGAI
KAUR
KEPULAUAN MENTAWAI
LAMPUNG BARAT TANGGAMUS
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
105
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kota Sabang
106
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
107
Letak, Lokasi dan Batas-batas Kawasan: Perairan Pesisir Timur Pulau Weh Kota Sabang
Nama Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan Pesisir Timur Pulau Weh Kota
-
Sabang
Unit Organisasi Pengelola: 1. Keputusan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Sabang Nomor 523/80/2012 Tentang Penunjukan/ Penetapan Badan Pengelolaan Kawasan Konservasi
Dasar Hukum : -
Pencadangan: Keputusan Walikota Sabang Nomor 729 Tahun 2010 Tentang Pecadangan Kawasan Konservasi Perairan Pesisir Timur Pulau Weh Kota Sabang
-
Rencana Pengelolaan dan Zonasi:
Perairan Pesisir Timur Pulau Weh Sabang -
Penetapan: Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 57/KEPMEN-KP/2013 tentang Kawasan Konservasi Perairan Pesisir Timur Pulau Weh Kota Sabang di Provinsi Aceh.
Peraturan Walikota Sabang Nomor 7 Tahun 2013 Tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi
Luas Kawasan : 3.207,08 Ha
108
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
109
Target Konservasi: -
-
Target Sumberdaya (Bioekologis)
Selain keanekaragaman yang tinggi, stok ikan karang di
masyarakat modern. Hal ini dapat terlihat dari penggunaan
ikan pelagis, ikan-ikan yang menjadi komoditi di daerah
wilayah ini juga cukup tinggi.
alat-alat modern dalam kehidupan seharihari seperti TV,
pantai timur adalah Tongkol, Tuna, Tenggiri, Kuwe, Layaran
telepon seluler, kulkas, bahkan fasilitas yang tergolong mahal
dan Cakalang. Berdasarkan survei hasil tangkapan ikan yang
Menciptakan keberlanjutan perikanan di Kawasan
seperti motor dan mobil. Pola kehidupan ini sebagai dampak
dilaksanakan oleh oleh WCS Indonesia Marine Program, total
konservasi perairan pesisir timur Pulau Weh
dari status Sabang yang pernah menjadi Pelabuhan Bebas
tangkapan rata-rata per trip mencapai 10.78 kg/trip. Total
sehingga arus barang dari luar negeri banyak masuk ke Kota
tangkapan pesisir timur menempati peringkat tertinggi kedua
Sabang.
setelah Lhok Pasiran.
Target Sosial, Budaya dan Ekonomi Panglima Laôt merupakan lembaga adat masyarakat nelayan Menumbuhkembangkan hukum adat yang kuat
yang terdapat di daerah pesisir Aceh. Panglima Laôt adalah
untuk mengelola kawasan konservasi perairan
sebuah nama lembaga masyarakat nelayan tersebut dan juga sebutan atau gelar yang diberikan kepada seorang tokoh atau orang yang dipercaya sebagai pemimpin dalam satu
Potensi Ekologis - Keanekaragaman Hayati:
kelompok masyarakat nelayan wilayah pesisir yang dikenal
Wilayah Pulau Weh didominasi oleh ekosistem terumbu
dengan istilah Lhok. Pesisir Timur Pulau Weh terdiri dari 2
karang di hampir seluruh bagian pesisirnya. Tipe terumbu
(dua) Lhok yaitu Panglima Laôt Lhok Ie Meulee dan Panglima
karang yang meliputi Pulau Weh secara morfologi merupakan
Laôt Anoe Itam. Fungsi Panglima Laôt secara umum meliputi
tipe terumbu karang tepi (fringing reef). Wilayah Pesisir Timur
Gambar 2. Sebaran kekayaan jenis ikan karang di beberapa
tiga hal penting yaitu menjaga keamanan di wilayah laut,
Pulau Weh mempunyai penutupan terumbu karang yang
wilayah kerja Panglima Laôt di Pulau Weh dan Pulo Aceh
mengatur pengelolaan sumberdaya laut dan mengatur
relatif tinggi dibandingkan dengan wilayah lainnya di Pulau
(Ardiwijaya et al. 2009).
pengelolaan lingkungan laut. Dalam menjalankan fungsi-
Weh. Di wilayah ini terumbu karang didominasi oleh karang
fungsinya, Panglima Laôt pada umumnya memiliki tiga
dari genus: Acropora, Porites, Pocillopora dan Heliopora. Selain
kewenangan antara lain mengembangkan dan menegakkan
Gambar 3. Rata-rata hasil tangkapan per unit upaya (kg/trip) di masing-masing wilayah penangkapan di Pulau Weh (Sumber : .Survei WCS, 2009)
penutupan karang yang tinggi, wilayah Pesisir Timur pulau
Potensi Sosial Budaya dan Ekonomi:
adat laut, mengatur pemanfaatan sumberdaya kelautan, dan
Weh juga memiliki keanekaragaman karang yang tinggi.
Pesisir timur Pulau Weh terdiri dari dua Lhok yaitu: Lhok
mengatur peradilan adat laut. Salah satu bentuk mengatur
Ie Meulee dan Lhok Anoe Itam. Lhok Ie Meulee terdiri dari
pemanfaatan sumberdaya laut, Panglima Laôt Ie meulee dan
tiga kelurahan yaitu Kelurahan Kota Atas, Ie Meulee dan
Anoe Itam menerapkan aturan penggunaan alat tangkap.
Ujung Kareung. Lhok Anoe Itam meliputi satu kelurahan
Di kedua wilayah tersebut tidak diperkenankan untuk
Kota Sabang merupakan salah satu tujuan wisata utama di
yaitu Kelurahan Anoe Itam. Jumlah penduduk Pesisir Timur
menggunakan alat tangkap berbagai bentuk jaring dan alat
Aceh, terutama untuk jenis wisata bahari. Kota Sabang dapat
Pulau Weh 9.818 jiwa yang terdiri dari 2.421 KK, 4.665 jiwa
bantu kompresor. Sedangkan alat tangkap tangkap yang
ditempuh melalui jalur laut dari Banda Aceh menggunakan
laki-laki dan 4.891 jiwa perempuan. Penduduk pesisir timur
perbolehkan beroperasi di wilayah pesisir timur adalah
kapal ferry maupun kapal cepat dari Pelabuhan Ulee-Lheu ke
sebagian besar berada di kelurahan Kota atas yaitu sebanyak
pancing, tonda dan jala.
pelabuhan Balohan (Sabang). Waktu tempuh menggunakan kapal ferry selama 1 jam 30 menit, sedangkan menggunakan
1.115 KK. Penduduk kelurahan Ie Meulee sebanyak 984 KK, Kellurahan Ujung Kareung 154 KK dan 168 KK di Kelurahan Anoe Itam (BPS, 2008). Dari total 9.818 jiwa penduduk
Potensi Pariwisata :
kapal cepat sekitar 45 menit.
Potensi Perikanan
Selain objek wisata bahari, Kota Sabang juga memiliki objek
pantai timur 95 % menganut agama Islam. Penduduk pesisir
Potensi perikanan tangkap yang ada di Pesisir Timur adalah
wisata sejarah, religi dan objek wisata geografis lainnya. Objek
timur memiliki keanekaragaman suku mulai dari suku Aceh,
ikan karang dan ikan pelagis. Potensi ikan karang di Pulau
wisata sejarah antara lain benteng-benteng peninggalan
Batak, Jawa, Sunda, Makasar bahkan Papua karena sebagian
Weh dimanfaatkan oleh nelayan Pulau Weh utamanya nelayan
Jepang di Benteng (Anoe Itam), Sumur Tiga (Ujong Kareung),
penduduk berprofesi sebagai pegawai dan TNI/POLRI.
pesisir timur, sehingga pesisir timur merupakan salah satu
dan Ujung Asam (Kuta Barat). Objek wisata geografis di Kota
Karakteristik masyarakat Pesisir Timur Pulau Weh hampir sama
penghasil ikan karang yang utama di Kota Sabang. Ikan-ikan
Sabang adalah Tugu Nol (0) Kilometer Indonesia.
Keanekaragaman ikan-ikan karang di pesisir timur Pulau
dengan masyarakat Sabang dan Aceh pada umumnya yang
karang yang menjadi komoditi adalah: Kerapu, Kakap, Kakak
Weh tergolong cukup tinggi dan hampir sama dengan
mempunyai interaksi yang tinggi dan pola gotong royong.
Tua, Ekor Kuning/Pisang-pisang, dan Merah Mata. Selain itu
keanekaragaman jenis ikan karang di wilayah wisata Iboih.
Pola kehidupan masyarakat dapat dikategorikan kedalam
komoditi lain yang juga dimanfaatkan adalah gurita. Untuk
Gambar 1. Perbandingan persentase tutupan karang keras di setiap wilayah di Pulau Weh (Sumber : Survei WCS, 2009).
110
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Berdasarkan survey majalah National Geographic Traveller Indonesia pada tahun 2009, Kota Sabang menempati urutan ke 10 lokasi penyelaman terbaik di Indonesia, setelah
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
111
Kepulauan Derawan. Adapun objek –objek wisata yang terdapat di Kota Sabang yang terletak pada KKPD Kota Sabang antara lain :
2. Pantai Sumur Tiga
B. Wisata Sejarah
Pantai Sumur Tiga terletak di Gampong Ie Meulee, sekitar 4 km
1. Bungker-bungker Peninggalan Jepang
sebelah timur Kota Sabang hamparan pasir putih dan kondisi
Banyak bungker Jepang tersebar di seluruh pulau dan
terumbu karang yang cantik menjadikan pantai ini menjadi 1. Pantai Ujung Asam, Pantai Paradiso, Pantai Kasih dan Pantai Tapak Gajah
menjadi alasan mengapa pulau ini dikenal sebagai
salah satu lokasi favorit untuk berenang dan snorkeling
“Kota Seribu Benteng” Benteng-benteng itu semuanya
bagi wisatawan mancanegara dan wisatawan lokal. Pantai
dibangun antara tahun 1943 dan 1945 yang dulunya
ini ramai dikunjungi wisatawan pada akhir pekan dan hari Pantai Ujung Asam terletak di Gampong Kuta Barat, ini
libur. Terdepat fasilitas bungalow dan restoran yang cukup
merupakan salah satu lokasi wisata kuliner di Kota Sabang,
memadai di sepanjang Pantai Sumur Tiga.
saling terhubung melalui terowongan-terowongan yang sekarang ditutup karena alasan keamanan. Meski demikian, di Anoe Itam masih terdapat benteng
berjarak sekitar 1 km dari pusat kota. Aneka jajanan seperti
perlindungan dalam kondisi cukup baik. Selain itu ada
jagung bakar, mie bakso dan minuman ringan tersedia di sini.
juga tempat benteng besar dengan banyak pintu masuk
Pengunjung kebanyakan adalah masyarakat lokal maupun
ke terowongan di Gunung Batu. Bungalow Flamboyant di
rombongan wisatawan lokal dari Banda Aceh. Panorama
Gambar 6. Aktivitas Wisata di Pantai Batee Gajah
Lhong Angen dibangun di bekas lokasi kamp Jepang dan
pantai yang indah merupakan sajian utama pantai ini.
masih banyak peninggalan yang dapat ditemui. 4. Pantai Reuteuk (Anoe Itam)
Pantai Paradiso terletak di Gampong Kuta Ateuh, sekitar 1
2. Kerkhof Merbabu
km dari pusat Kota Sabang. Pantai ini dengan Boulevard
Pantai ini berjarak sekitar 10 km ke arah selatan Kota Sabang,
pantainya merupakan lokasi yang paling banyak dikunjungi
tepatnya di Gampong Anoe Itam. Pada hari minggu banyak
oleh masyarakat lokal dan pendatang untuk melihar
wisatawan lokal dari Kota Sabang yang melakukan aktivitas
panorama pantai di senja hari. Hari sabtu dan malam minggu
wisata seperti berenang dan bakar ikan di kawasan pantai
merupakan waktu-waktu dimana Pantai Paradiso dipenuhi pengunjung.
Mata Ie Ini, selain itu juga terdapat sumbermata air yang jernih Gambar 5. Panorama Pantai Sumur Tiga
dengan kolam kecilnya yang hanya berjarak sekitar 20 meter dari jalan utama. Masyarakat setempat sering menggunakan aliran air dari mata air tersebut untuk mencuci kendaraannya.
3. Pantai Batee Gajah
Terdapat kolam-kolam ikan air tawar milik penduduk setempat dan juga menjual souvenir berbahan dasar pohon kelapa.
Pantai Bate Gajah terletak di Gampong Anoe Itam, sekitar
Terdapat di Gampong Kuta Ateuh, lingkungan Merbabu, yang berbatasan dengan Gampong Ie Meulee. Taman makam besar ini merupakan pemakaman peninggalan bangsa belanda. Komplek pemakaman ini hanya berjarak 20 menit berjalan kaki dari pusat Kota Sabang. Letak makam Kherkof ini berdampingan dengan komplek pemakaman umat Islam, Kristen, dan Budha. Di dalam komplek kherkof ini dikebumikan warga negara, Belanda, Jepang, Perancis, dan Jerman. 3. Bangunan-bangunan Kolonial
12 km arah tenggara Kota Sabang. Lokasi ini merupakan
Terdapat di Gampong Kuta Ateuh, antara lain di Jalan
tempat wisata favorit bagi masyarakat Kota Sabang dan
A. Wisata Religi
ramai dikunjungi pada akhir pekan. Di lokasi ini juga terdapat
Wisata religi yang dapat ditemui di Kota Sabang antara lain
Daerah Perlindungan Laut – Anoe Itam. Terdapat resort dan
Yani, Jl. O.Soeropati dan di Jl. T. Hamzah. Sedangkan di
masjid kuno di Kampung Haji, Kuta Timue, fasilitas karantina
restoran di dekat lokasi pantai ini, juga terdapat café-café
Ie Meulee terdapat di Jalan Agus Salim dan di Cot Ba’u
jamaah haji di Pulau Rubiah, Meunasah Al-Ikhlas di Gampong
pinggir pantai yang menyediakan makanan dan minuman
di sepanjang Jl. Yos Soedarso. Bangunan-bangunan
Cot Ba’u dan situs mesjid kuno di Jaboi. Selain itu terdapat
bagi para pelancong.
peninggalan masa kolonial ini ada yang berupa bangunan
makam-makam aulia keramat yang tersebar di hampir semua
perkantoran dan rumah sakit serta rumah-rumah tinggal.
wilayah Kota Sabang, mulai dari ujung Seukee hingga ke Pulau
Kondisi bangunan-bangunan tersebut saat ini sebagian
Rubiah dan Pulau Rondo. Beberapa makam yang terkenal
besar masih bagus dan terawat, dan sebagian sisanya
Pantai Kasih dan Pantai Tapak Gajah terletak di Gampong
antara lain : Makam Tgk di Iboih (Tgk. Ibrahim) dan Siti Rubiah
perlu perhatian pihak terkait untuk direnovasi.
Kuta Ateuh, sekitar 1 km dari pusat Kota Sabang. Pantai ini
di Iboih, Makam Tgk. Tapak Gajah dan Keramat Pandan di Kuta
memiliki hamparan pasir putih sepanjang 100 meter, dan
Ateuh, Makam Tgk. Ie Masen di Kuta Timue, Makam Tgk. Ba’ U
Gambar 4. Panorama laut di Pantai Paradiso dan Pantai Kasih
Diponogoro, Jl. Teuku Umar, Jl. T. Cik Di Tiro, Jl. Ahmad
4. Tugu Pemancungan
ramai dikunjungi oleh masyarakat setempat terutama pada
Lien dan Tgk di Pasie di Balohan, Makam Tgk di Jaboi, Makam
Terletak di Gampong Batee Shok, situs ini merupakan
hari sabtu dan minggu. Aktivitas yang dapat dilakukan adalah
Tgk di Pria Laôt (Tgk. Abdurrauf ), dan Makam Tgk. Anoe Raya
lokasi pemancungan 11 orang pribumi dan 1 orang warga
berenang dan snorkling.
di Cot Abeuk.
negara Belanda (Dr. Coelon) oleh bangsa Jepang pada
112
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
113
masa awal masuknya Jepang ke Kota Sabang pada tahun
Dengan prasarana penunjang setingkat Bus Way. Dimana
1942. Ke 12 orang ini di pancung karena mencoba mem-
simpul-simpul pelayanannya adalah Pelabuhan Balohan,
berikan isyarat-isyarat komunikasi dengan pihak pejuang
Pelabuhan Sabang, Kawasan Kota, Bandar Udara, Kawasan
republik di daratan melalui stasiun radio yang terdapat di
Wisata di sekitar Kota Sabang. Untuk Pelayanan Angkutan
Gampong Ie Meulee.
Wisata ke Iboih dilayani oleh angkutan Bus yang ukurannya
5. Tugu Beevak Tugu ini terletak di Gampong Jaboi, di bukit Cot Semeureugoh. Lokasi ini dulunya merupakan titik dimana para serdadu belanda memberikan sinyal berupa suar untuk berkomunikasi dengan pihak Belanda di Banda Aceh.
lebih kecil. (RTRW Kota Sabang 2012-2032, bab 3) Sentra perhubungan laut akan di pusatkan di Teluk Sabang dan Pelabuhan Balohan, Pengembangan Pelabuhan Nasional Balohan saat ini sebagai pelabuhan utama yang melayani angkutan penyeberangan dalam negeri dalam provinsi. Angkutan penyeberangan ini direncanakan untuk rute atau lintasan baik untuk pelayanan umum maupun mendukung
6. Wisata Kuliner
kegiatan pariwisata.
Selain memilikin obyek wisata bahari, wisata religi, dan
Pengembangan pelabuhan khusus dimaksudkan untuk
wisata sejarah, Kota Sabang juga memiliki beberapa
menunjang kepentingan pertumbuhan ekonomi Kota Sabang.
pilihan wisata kuliner bagi anda-anda yang gemar makan
Untuk menunjang kawasan industri di Balohan direncanakan
enak. Adapun wisata kuliner yang dapat kita jumpai di
dikembangkan Pelabuhan Khusus Industri. Sedangkan untuk
Kota Sabang antara lain: sate gurita, mie jalak dan mie
menunjang kepentingan pengembangan pariwisata di Iboih
sedap di Jalan Perdagangan, jagung bakar di pantai Ujung
dan Gapang, maka direncanakan adanya Pelabuhan Khusus
Asam, rujak Cot Klah di Gampong Krueng Raya, dan rujak
Wisata di Gapang sebagai pengembangan dermaga yang ada
Benteng di pantai Batee Gajah, Anoe Itam.
saat ini.
Gambar 7. Sosialisasi terhadap zonasi dan penghargaan E-KKP AWWARD
Sentra perhubungan udara akan di pusatkan di Bandara
Aksesibilitas :
Maimun Saleh. Bandara Maimun Saleh merupakan Bandara Pengumpan yang mendukung PKW dan PKSN Sabang.
Sentra kegiatan perhubungan Kota Sabang di pusatkan di kawasan Terminal Pelabuhan Balohan dan Pusat Kota Sabang. Ke depannya sentra-sentra perhubungan juga akan dikembangkan di kawasan Cot Damar, Iboih, Gapang, Cot Abeuk dan Keunekai. Pembangunan terminal tipe B akan dikembangkan di Balohan, sedangkan pembangunan terminal tipe C akan dikembangkan di lokasi lainnya. Gapang
Sebagai inlet ke Kota Sabang, bandara ini dimanfaatkan untuk mendorong aktivitas wisata ke Sabang sehingga dapat
Gambar 8. Rapat pengelola dan Rapat dengan para Tokoh
menjadi salah satu tujuan dalam jalur penerbangan komersil. Jalur penerbangan Bandara Maimun Saleh direncanakan akan melayani penerbangan domestik. Jalur penerangan ini dapat menghubungkan anatara Sabang dengan Kota Banda Aceh dan Medan.
akan disiapkan sebagai pelabuhan khusus wisata, sedangkan untuk kawasan pusat Kota Sabang akan dikembangkan jalur bus umum.
Upaya Pengelolaan Kawasan:
Jaringan jalan utama yang direncanakan akan membentuk
Saat ini, berbagai kegiatan sudah dan akan dijalankan guna
suatu jalan lingkar luar di Kota Sabang khususnya di Pulau
meningkatkan nilai dari E-KKP. Berbagai rapat, diskusi dan
Weh, yang terdiri dari simpul-simpul Ruas Pusat kota - Anoi
sosialisasi telah dilakukan, sedangkan untuk penyusunan SOP
Itam - Balohan - Paya Keuneukai - Ujung Gua Sarang - Ujung
Administrasi pekantoran dan pengelolaan keuangan, SOP
Putroe - Ujung Ba’U - Iboih - Gapang - Cot Damar - Pusat Kota
saran dan prasaran, dan SOP Pegelolaan KKP Kota Sabang
Sabang. Untuk pengembangan sistem angkutan umum di
akan dilakukan pada bulan Agustus sampai Oktober .
Gambar 9. Foto Bersama Untuk Pengelolaan KKP Kota Sabang yang lebih baik lagi.
rencanakan dengan menggunakan sistem angkutan Bus.
114
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
115
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Aceh Besar
116
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
117
Perikanan dan Sosialisasi Publik Peraturan Bupati Nomor 11
Nama Kawasan :
Tahun 2011 (Sepanjang tahun 2010 & September 2011)
Kawasan Konservasi Perairan Lampuuk, Amad Rhang
Workshop dan Diskusi Terfokus Bersama Panglima Laot se-
Manyang, Ujong Panuc, Pulau Aceh)
Aceh Besar guna mendapatkan rekomendasi kunci dalam penyusunan rencana tindak lanjut dan Rencana Strategis
Dasar Hukum :
Pengelolaan Kawasan Konservasi terkait Keputusan Bupati No.
Keputusan Bupati Aceh Besar Nomor 190 Tahun 2011
190 Tahun 2011 (Agustus & September 2011)
tentang Pembentukan Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Feasibility Budidaya Kerapu Pulau Aceh bersama WWF-
Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh
Indonesia dan Jaringan KuaLA (September 2011) Penempatan Fish Apartement di Perairan pantai Kecamatan
Luas:
Lhoong, Aceh Besar (Desember 2011)
Sekitar 7.975,38 Hektar (Tersebar di 4 Lokasi : Lampuuk, Amad
Dukungan Konservasi penyu dan pantai peneluran penyu di
Rhang Manyang, Ujong Pancu, Pulau Aceh )
Kecamatan Lhoknga, Lampuuk, Aceh Besar (sejak Oktober 2011 s.d. sekarang) Penyusunan rencana strategis pengelolaan kawasan
Letak :
konservasi, peraturan dan kebijakan implementatif perikanan
Lampuuk, Amad Rhang Manyang, Ujong Pancu, Pulau Aceh
berkelanjutan di Aceh Besar (Tahun 2012, bersama mitra terkait).
Keanekaragaman Hayati : Penyu, Terumbu Karang.
Aksesibilitas : Bisa diakses dengan pesawat dari Jakarta melalui jalur udara kemudian dilanjutkan dengan perjalanan darat.
Status Pengelolaan : Telah ditunjuk Bidang Kekayaan Laut sebagai Koordinator Pengelola Kawasan Konservasi Perairan dibantu oleh Kasi Konservasi Workshop Konsultasi Kebijakan Investasi Hijau Bidang
118
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
119
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Aceh Jaya
120
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
121
Nama Kawasan :
Aksesibilitas
Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Aceh Jaya
Jarak tempuh dari Banda Aceh ke KPL Keuluang Daya sekitar 2 jam, kondisi jalan cukup bagus, dapat ditempuh menggunakan angkutan travel L300 atau mobil carteran.
Dasar Hukum:
Potensi Pariwisata
SK Bupati Aceh Jaya No 3 Tahun 2010 tanggal 21 Januari 2010 Jenis pariwisata yang cocok adalah adalah wisata bahari, wisata alam dan wisata budaya. Snorkeling dan Diving di Aceh Jaya telah banyak dilakukan oleh para wisatawan.
Luas Kawasan : Luas Kawasan Konservasi Perairan sekitar 1.609,14 Ha.
Status Pengelolaan Saat ini rencana pengelolaan dan zonasi kawasan tengah
Letak Geografis dan Administratif :
disusun oleh pemerintah daerah dengan tetap melaksanakan Terbagi di dua lokasi yakni Lhok Rigaih, Kecamatan Setia Bakti
upaya pokok pengelolaan seperti :
& Lhok Keuluang, Kecamatan Jaya 1. Mengadakan sosialisasi dengan nelayan, panglima laot dan tokoh masyarakat
Keanekaragaman Hayati :
2. Penentuan area yang akan dijadikan Kawasan Konservasi
Pulau Simelue dikelilingi oleh pulau-pulau yang dilingkupi oleh karang tepi (fringing reefs). Terdapat juga jenis-jenis karang keras (hard coral), seperti karang batu (massive
Perairan (KKP) 3. Penentuan Titik Koordinat dan pengambilan foto bawah air
coral), karang meja (table coral), karang kipas (gorgonian), karang daun (leaf coral) dan karang jamur (mushroom coral). Pesisir pantai Pulau Simeulue ditumbuhi beragam jenis mangrove, antara lain jenis Rhizopora sp, api-api (Avicenna
4. Pembahasan dan penyusunan draft kesepakatan bersama dan pemilihan pengelola KKP 5. Peresmian Kawasan Ramah Lingkungan Lhok Rigaih dan
sp) dan Bruguiera sp. Jenis lamun didominasi oleh Enhalus sp,
Kawasan Peudhiet Laot Lhok Kuala Daya sebagai Kawasan
Thallasia, Syrongodium, Thalosodendrum dan Chimodecea.
Konservasi Perairan Daerah
Sementara jenis rumput laut yang terdapat di perairan Pulau Simeulue adalah alga hijau (Chlorophyceae), alga coklat (Phaeophyceae) dan alga merah (Rhodophyceae).
122
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
123
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Simeulue
124
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
125
Sekilas tentang Kawasan Kawasan ini, sama dengan kawasan konservasi di wilayah Aceh lainnya, memiliki aspek budaya /adat yang sangat kuat dalam pengelolaan wilayah laut sehingga pelibatan masyarakat cukup aktif. Lembaga adat setenpat bahkan telah menetapkan Hari Pantang Melaut di wilayah PiSiSi yang berisi Pantangan kegiatan melaut pada hari-hari besar dan hari Jum’at, seperti : 1. Khanduri Adat Laot (Khanduri Naey/Khanduri Ikan). Khanduri laot dilaksanakan 1 (satu) tahun sekali, selambat-lambatnya 3 (tiga) tahun sekali atau tergantung kesepakatan dan kesanggupan nelayan setempat, dinyatakan 3 (tiga) hari pantang melaôt pada acara khanduri laôt dihitung sejak keluar matahari pada hari khanduri hingga tenggelamnya matahari pada hari ketiga. 2. Hari Jumat. Hari Jumat dilarang melakukan aktivitas penangkapan ikan, terhitung dari jam 18.00 WIB hari Kamis sampai dengan jam 15.00 WIB pada hari Jumat. 3. Hari Raya Idul Fitri. Pada Hari Raya Idul Fitri dilarang melaut selama batas waktu 3 hari penuh (mulai dari hari pertama hari raya
Nama Kawasan :
sampai hari ke 3 hari raya).
Kawasan Konservasi Perairan Pinang, Siumat dan Simanaha
4. Hari Raya Idul Adha. Hari Raya Idul Adha, dilarang melaut selama Hari Raya
(PiSiSi) Kabupaten Simeulue Provinsi Aceh.
Idul Adha 4 hari penuh (mulai dari hari pertama hari raya sampai hari ke 4 hari raya).
Dasar Hukum:
5. Hari Kemerdekaan Tanggal 17 Agustus.
126
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Perairan Pinang, Siumat dan Simanaha ditetapkan sebagai
Hari Kemerdekaan RI dilarang melakukan aktivitas
Kawasan Konservasi Laut Daerah berdasarkan SK Bupati
penangkapan ikan, terhitung dari jam 06.00 WIB sampai
Simeulue No. 523.1/104/SK/2006 yang diterbitkan pada
dengan jam 18.00 WIB tanggal 17 Agustus.
tanggal 9 April 2006. Penetapan KKLD Pulau Pinang, Pulau
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
127
mangrove, antara lain jenis Rhizopora sp, api-api (Avicenna
monitoring terumbu karang dan survei lokasi peneluran
sp) dan Bruguiera sp. Jenis lamun didominasi oleh Enhalus sp,
(SPAGS=Spawning Aggregation Sites) lobster dan kerapu.
Thallasia, Syrongodium, Thalosodendrum dan Chimodecea.
c. Pengembangan kemitraan
Sementara jenis rumput laut yang terdapat di perairan Pulau Simeulue adalah alga hijau (Chlorophyceae), alga coklat
Pengembangan kemitraan pengelolaan Kawasan
(Phaeophyceae) dan alga merah (Rhodophyceae).
Konservasi peraian juga telah dilakukan secara intensif yang melibatkan DKP Aceh, Fauna Flora International dan Yayasan Pelagis.
Aksesibilitas
d. Konsultasi publik dan sosialisasi
Untuk menjangkau Kawasan Konservasi Perairan Pulau
Sosialisasi kesepakatan tata batas dan zonasi PISISI di
Pinang, Siumat, dan Simanaha (PiSiSi) dapat dilakukan dengan
level masyarakat belum mendapat banyak respon positif
menempuh dua rute, yaitu;
sehingga perlu dilakukan mekanisme yang tepat untuk
z Dari Medan dengan menggunakan moda transportasi
proses tersebut.
Siumat dan Pulau Simahana didasarkan pada keunikan
udara menuju Bandara Lasikin-Sinabang (ibukota
kawasan ini dengan karakteristik dan ciri khas tertentu
Kabupaten Simeulue) dengan jadual penerbangan
dengan tingkat keanekaragaman yang tinggi dengan nilai
sebanyak 5 kali dalam seminggu. Sementara perjalanan
estitika yang sangat menarik.
menuju kawasan dapat dicapai dengan menggunakan
zPantai Ganding, merupakan pantai pasir putih,
kapal motor dari pelabuhan Sinabang dengan waktu
zPantai Laskin, merupakan pantai pasir putih,
e. Pengembangan partisipatif masyarakat. Salah satu partisipasi masyarakat yang telah berjalan di tingkat masyarakat adalah pembentukan wilayah kelola adat masyarakat pulau siumat.
tempuh sekitar 20 menit, dan
Luas Kawasan :
zDari Medan dengan menggunakan moda transportasi
Kawasan Konservasi Perairan Pinang, Siumat dan Simanaha
udara menuju Bandara Binaka di Gunung Sitoli, Sibolga,
(PiSiSi) Kabupaten Simeulue Provinsi Aceh Darussalam
kemudian dilanjutkan dengan menggunakan moda
memiliki luas sekitar 50.000 Ha.
transportasi laut menuju Pelabuhan Sinabang, dengan waktu tempuh sekitar 8 jam.
zTeluk Sibigo, tempat wisata alam laut dan menyelam, zPantai Angkeo, Kecamatan Simeuleu Tengah, merupakan pasir putih,
f.
Pembahasan penyusunan dokumen rencana pengelolaan dan zonasi kawasan saat ini masih terus dilakukan.
g. Penerbitan SK Bupati tentang lembaga pengelola kawasan.
zGoa Sembilan, Desa Sembilan, Kecamatan Simeuleu Barat, zPantai Alus-alus dengan pasir putihnya.
Letak Geografis dan Administratif : Secara geografis, Kawasan Konservasi Perairan Pinang,
Potensi Pariwisata
Siumat dan Simanaha (PiSiSi) Kabupaten Simeulue terletak
Potensi wilayah dan kondisi sosial budaya di Pulau Simeulue
pada 96º13’ - 96º47’’LU dan 2º40’ - 2º59’ BT. Sementara secara
dan sekitarnya sangat baik untuk mengembangkan kegiatan
administratif, wilayah ini masuk ke dalam Kabupaten Simeulue
pariwisata. Model pariwisata yang cocok adalah adalah wisata
Provinsi Aceh Darussalam.
bahari, wisata alam dan wisata budaya. Tempat-tempat yang dapat dijadikan sebagai destinasi wisata yang antara lain:
Keanekaragaman Hayati :
zTunggu indah resort, merupakan obyek wisata berenang dan snorkling,
Pulau Simelue dikelilingi oleh pulau-pulau yang dilingkupi oleh karang tepi (fringing reefs). Terdapat juga jenis-jenis karang keras (hard coral), seperti karang batu (massive coral), karang meja (table coral), karang kipas (gorgonian), karang daun (leaf coral) dan karang jamur (mushroom coral). Pesisir pantai Pulau Simeulue ditumbuhi beragam jenis
zPulau Teupah, Kecamatan Simeuleu Timur, merupakan tempat peselancar karena ombaknya yang cukup besar (sekitar 4 meter), zPulau Mincu yang bersebelahan dengan Pulau Teupah merupakan tempat penyu bertelurnya,
Status Pengelolaan : Setelah tahap pencadangan, telah banyak upaya pengelolaan Kawasan Konservasi PISISI yang telah dilaksanakan meliputi beberapa aspek kegiatan yang terdiri dari: a. Penataan kawasan Penataan kawasan PISISI berdasarkan pertimbangan koordinat titik batas wilayah konservasi yang dicantumkan dalam SK pencadangan tahun 2006 tidak akurat, dimana koordinat yang tertulis tidak sama dengan yang ditampilkan pada peta. Sehingga telah dilakukan review kawasan untuk membenahi ketidakakuratan tersebut. b. Pengembangan penelitian Pengembangan peelitian yang telah dilakukan meliputi
128
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
129
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Nias (Utara)
130
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
131
Dasar Hukum: Dasar hukum pencadangan Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Nias (Utara) adalah SK Bupati Nias No. 188.45/ /K/ TAHUN 2015 yang dikeluarkan pada tanggal Januari 2015. Kawasan tersebut dicadangkan dalam rangka mewujudkan kelestarian sumber daya ikan dan ekosistemnya, melindungi dan mengelola ekosistem perairan Nias Utara dan Laut sekitarnya.
Luas Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan ini memiliki luas 29.230,85 Ha.
Letak Geografis dan Administratif : Kawasan Konservasi Kabupaten Nias (Utara) terletak pada posisi geografis 97002’58,92” – 97025’04,86” BT dan 01024’38,22” – 01033’38,18” LS memiliki luas kawasan sekitar 29.000 Ha. Kabupaten Nias (Utara) dengan karakteristik kepulauan yang dikelilingi oleh laut, berbatasan dengan Samudera Hindia di sebelah Barat, sebelah Utara dengan Pulau-pulau Banyak Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, sebelah Timur dengan Pulau-pulau Mursala Kabupaten Tapanuli Tengah, dan sebelah Selatan dengan Kabupaten Nias (Utara) Selatan.
Keanekaragaman Hayati : Kawasan ini memiliki potensi sumberdaya mangrove dengan luas mencapai 3.700 Hektar. Hasil studi kajian penetapan site COREMAP II, menyatakan bahwa luas terumbu karang di Kabupaten Nias (Utara) adalah 2.204 Ha yang tersebar di empat kecamatan yaitu Kecamatan Lahewa 1.250 Ha, Kecamatan Tuhemberua 156 Ha, Kecamatan Afulu 617 Ha dan Kecamatan Sirombu 217 Ha.
Aksesibilitas Kawasan ini dapat diakses dengan kombinasi jalur darat, laut dan udara melalui :
132
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
1. Jalur pertama dari Jakarta menggunakan pesawat udara menuju Medan dan dilanjutkan dengan pesawat berjenis Foker 50 menuju bandar udara Binaka di Kabupaten Nias kemudian dengan menggunakan transportasi darat dapat ditempuh sekitar dua jam. 2. Jalur kedua, setelah sampai di Medan dapat dilanjutkan dengan menggunakan jasa travel nenuju Sibolga (Ibukota Tapanuli Tengah) dengan waktu tempuh sekitar 8 jam. Kemudian dilanjutkan menyeberangi dengan menggunakan perahu menuju pelabuhan Gunungsitoli selama kurang lebih 10 jam. Dapat juga dipersingkat menggunakan kapal cepat yang waktu tempuhnya hanya 4 jam. 3. Jalur ketiga merupakan jalur yang jarang ditempuh, yaitu dari Jakarta menggunakan pesawat udara menuju Bandara Dr. Ferdinand Lumban Tobing sekitar 40 km dari kota Sibolga ibukota Kabupaten Tapanuli Tengah. Setelah itu menyeberang menuju pelabuhan Gunungsitoli menggunakan kapal Feri. 4. Sebelum Tahun 2007 tersedia juga jalur Kapal Laut langsung menuju Pelabuhan Gunungsitoli dari Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta setiap 2 minggu sekali. 5. Untuk mencapai wilayah Kawasan Konservasi Perairan dapat diakses dengan menggunakan mobil dengan waktu tempuh antara 1-3 jam.
Potensi Pariwisata Kabupaten Nias (Utara) memiliki banyak lokasi yang potensial untuk dikembangkan sebagai obyek wisata, salah satunya adalah Pulau Asu yang merupakan pulau terpencil yang termasuk ke dalam Kepulauan Hinako dan merupakan salah satu pulau terluar Indonesia. Luas pulau ini lebih kurang 18 km ini dengan penghuni tetap sekitar 20 keluarga. Keistimewaan pulau ini adalah ombak yang mencapai 3-4 meter sehingga bagus untuk berselancar.
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
133
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Nias Selatan
134
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
135
Nama Kawasan :
Aksesibilitas
Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Nias Selatan.
Kabupaten Nias Selatan dapat diakses melalui jalur dari Jakarta menggunakan pesawat udara menuju Medan dan dilanjukan dengan pesawat berjenis Foker 50 menuju Bandar
Dasar Hukum:
udara Binaka di Gunungsitoli (Ibukota Kabupaten Nias) dan
Dasar Hukum penetapan Kawasan Konservasi Laut Daerah
dilanjutkan dengan jalur darat menggunakan travel dengan
Kabupaten Nias Selatan adalah SK Bupati Nias Selatan Nomor
waktu tempuh 2,5 Jam.
: 523/371/K/2008 yang ditetapkan pada tanggal 5 Desember 2008.
Potensi Pariwisata Kabupaten Nias Selatan terkenal dengan wisata pantai, wisata
Luas Kawasan :
bahari, dan wisata budaya. Tempat wisata pantai yang terkenal
Kawasan Konservasi Perairan ini memiliki luas 56.000 Ha.
adalah Pantai Lagundri dan Sorake. Daerah Pulau-pulau Batu merupakan daerah wisata bahari yang terkenal dengan keindahan lautnya yang mengundang wisatawan untuk
Letak Geografis dan Administratif :
berjemur (sun bathing) dan menyelam (diving). Sedangkan
Kawasan Konservasi Kabupaten Nias Selatan terletak di Kecamatan Pulau-Pulau Batu terletak antara: 0º - 15º Lintang
Bawomataluo merupakan tempat wisata budaya yang terkenal dengan pesona rumah adatnya dan aksi lompat batu.
Utara dan 90º 58’ - 97º 48’ Bujur Timur. Luas Wilayah 121,05 km2, jarak dari ibu kota Kabupaten sejauh. Jarak Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten yaitu 48 mil atau kirakira 77,25 km dengan batas-batas wilayah sebagai berikut, Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Teluk Dalam, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Hibala, sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia, Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah.
Keanekaragaman Hayati : Salah satu ekosistem yang banyak ditemukan di kawasan ini adalah ekosistem mangrove yang terdapat pada beberapa pulau di sekitar Pulau Tello, Pono, Tanah Masa dan Kecamatan Hibala dengan luas mencapai 842, 27 Ha, didominasi oleh Rhizopora sp.
136
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
137
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Tapanuli Tengah
138
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
139
Nama Kawasan :
Keanekaragaman Hayati :
Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Tapanuli Tengah.
Tutupan Mangrove di Tapanuli Tengah mencapai 1.800 ha, dari keseluruhan luasan tersebut yang masih dalam kondisi baik sekitar 1.579 ha sedangkan sisanya sekitar 230 ha telah mengalami kerusakan. Vegetasi mangrove didominasi oleh Rhizopora mucronata. Terumbu karang yang terdapat di Tapanuli Tengah antara lain fringing reef, patch reef dan shoal yang luasannya mencapai sekitar 25,3572 km2. Sementara itu, tutupan karang hidup antara 0,00%-79,70%, dengan rata-rata persentase tutupan karang hidup 26,98%. Sementara itu, Neopomacentrus cynamos merupakan jenis ikan karang yang memiliki kelimpahan yang tertinggi dibandingkan dengan ikan karang jenis lainnya, yaitu sebesar 4.571 ind/ha.
Dasar Hukum: Dasar hukum penetapan Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Kabupaten Tapanuli Tengah adalah SK Bupati Tapanuli Tengah No. 1421/DKP/Tahun 2007 yang dikeluarkan pada tanggal 7 November 2007. KKLD tersebut diprioritaskan untuk mendukung kegiatan pemanfaatan perikanan berkelanjutan dan kegiatan pariwisata bahari.
Luas Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan ini memiliki luas 81.243 Ha.
Letak Geografis dan Administratif : Kawasan Konservasi ini terletak pada koordinat sebagai berikut : a. Koordinat batas terluar di Timur : o
o
1. 1 42’N’ 98 47’E 2. 1o38’N 98o50’E 3. 1o31’N 98°44’E b. Koordinat Batas terJuar di Barat 1.. 1o37’N 98°25’E 2. 1o43’N 98o25’E c. Koordinat batas terluar di Utara : 1. 1o43’N 98o25’E 2. 1o43’N 98o43’E 3. 1ot42’N 98o47’E d. Koordinat batas terluar di Selatan : 1. 1o31’N 98°44’E 2. 1o31’N 98°29’E
140
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Aksesibilitas Dari Jakarta, kita harus menuju Medan terlebih dahulu untuk mencapai lokasi. Selanjutnya perjalanan dilanjutkan dengan pesawat berjenis Foker 50 menuju bandar udara Pinangsori di Kabupaten Tapanuli Tengah dengan waktu tempuh kurang dari 1 jam. Sejak tahun 2014 dari jakarta sudah terdapat penerbangan langsung menuju bandar udara Pinangsori di Kabupaten Tapanuli Tengah, sehingga mempermudah untuk menuju ke lokasi Kawasan Konservasi.
Potensi Pariwisata Potensi Pariwisata di wilayah Kawasan Konservasi sini salah satunya adalah Pulau Mursala yang terletak pada 1,7º LU dan 98,5º BT dan termasuk wilayah Kecamatan Tapian Nauli Kabupaten Tapanuli Tengah. Luas Pulau Mursala ± 8.000 Ha, merupakan daerah perbukitan yang indah. Terdapat beberapa aliran sungai berbatu dengan aliran cukup deras yang mengalir membelah Pulau Mursala. Perairan Pulau Mursala dijadikan konservasi terumbu karang sedangkan Pulau Mursala berpeluang untuk dijadikan tempat wisata berburu dan resort. Jarak tempuh ke Pulau Mursala dari Kota Pandan maupun Kota Sibolga dengan Speed Boat sekitar 60 menit.
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
141
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Serdang Bedagai
142
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
143
Sekilas tentang Kawasan
Luas Kawasan :
Secara geografis Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada
± 41.7 Ha
posisi 2º 57’ – 3º 16’ Lintang Selatan, 98º 33 ‘ – 99º27’ Bujur Timur dengan luas daerah ± 1.900,22 Km2 dengan batas wilayah disebelah Utara dengan Selat Malaka dan diapit
Lokasi
3 (tiga) daerah Kabupaten di Sumatera Utara. Kabupaten
zPulau Berhala Induk luas 40,351 Ha
Serdang Bedagai memiliki Pulau Berhala sebagai based point antara RI-Malaysia, akan tetapi pengelolaannya belum
zPulau Sokong Nenek di sebelah timur (menyatu dengan pulau Berhala saat air surut ) Luas 0,645 Ha
optimal. Berdasarkan ketinggian permukaan wilayah
zPulau Sokong Siembah yang berada disebelah barat pulau
Kabupaten Serdang Bedagai berada pada ketinggian 0 – 500 m dari permukaan laut di Pantai Timur, Sumatera
Pulau Sokong Siembah sekitar 0,765 Ha.
Utara. Panjang Garis Pantai ± 51 km. Kabupaten Serdang Bedagai terdiri dari 17 kecamatan yang diantaranya memiliki wilayah pesisir di 5 kecamatan dengan jumlah 23 desa
Status Pengelolaan
yaitu Kecamatan Pantai Cermin, Kecamatan Perbaungan,
Beberapa upaya pokok pengelolaan yang telah dilakukan :
Kecamatan Teluk Mengkudu, Kecamatan Tanjung Beringin, Kecamatan Bandar Khalifah. Kawasan Konservasi Perairan (KKP) adalah wilayah perairan laut termasuk pesisir dan pulau-pulau kecil yang mencakup tumbuhan dan hewan didalamnya, serta/atau termasuk bukti peninggalan sejarah dan sosial-budaya dibawahnya, yang dilindungi secara hukum atau cara lain yang efektif, baik dengan melindungi seluruh atau sebagian wilayah tersebut, dengan pengaturan zona perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan sumberdaya ikan
Pembangunan Pos Jaga Keamanan Laut (KAMLA) dan petugas marinir yang ditugaskan di Pulau Berhala. Penempatan petugas dari TNI AL (marinir dan KAMLA) secara bergantian. Usaha penangkaran penyu yang dilakukan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Serdang Bedagai TA. 2009-2012. Kegiatan Transplantasi terumbu karang TA. 2009-2011.
termasuk ekosistemnya.
Pembangunan Pondok Wisata 3 kamar TA. 2009. Penyusunan rencana tata ruang wilayah pesisir termasuk
Dasar Hukum : z Pengelolaan KKPD Kabupaten Serdang Bedagai didukung melalui SK Bupati Serdang Bedagai No. 97/523/2008 zPerda No. 12 tahun 2006 tentang pengelolaan P. Berhala sebagai kawasan Eco-Marine Tourism.
P. Berhala. Pemasangan torent air tawar dan rumah ikan di P. Berhala. Pengadaan Listrik Tenaga Surya di Pondok Wisata TA. 2010.
144
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
145
Rencana ke depan : zPengembangan kawasan Pantai Cermin dan Tanjung Beringin sebagai kawasan entry point menuju P. Berhala. zPengembangan jaringan tranportasi darat dan laut menuju P. Berhala.
zPengembangan P. Berhala sebagai daerah persinggahan dengan tetap mengedepankan aspek kelestarian sumberdaya alam. zRencana pengembangan Sarana dan prasarana (mooring bouy, striger dan bangunan untuk wisata).
Peta Kawasan
Sarana dan Prasarana
zPantai Sialang Buah,
zPos Jaga Keamanan Laut (KAMLA) dan petugas marinir yang ditugaskan di Pulau Berhala.
zPantai Citra Wangi, 47 km dari Medan (jalur P.Cermin menelusuri pantai)
zPembangunan Pondok Wisata 3 kamar TA. 2009.
zPantai Sri Mersing, 48 km dari Medan (jalur P.Cermin menelusuri pantai)
zPemasangan torent air tawar dan rumah ikan di P. Berhala.
zPantai Matik-matik, 53 km dari Medan (jalur P.Cermin menelusuri pantai)
zListrik Tenaga Surya di Pondok Wisata TA. 2010.
zPantai Nipah Indah, 55 km dari Medan (jalur P.Cermin menelusuri pantai)
Potensi Pariwisata : Kabupaten Serdang Bedagai memiliki sejumlah objek wisata menarik untuk dikunjungi antara lain: zPantai Mutiara 88, zPantai Gudang Garam, zPantai Pondok Permai, zPantai Cermin Theme Park, zPantai Kuala Putri,
zPantai Sentang, 61 km dari ibukota Propinsi dan 48 km dari ibukota Kabupaten. Desa Sentang, Kecamatan Teluk Mengkudu. z Pantai Merdeka Indah, 65 km dari ibukota Propinsi dan 48 km dari ibukota Kabupaten. Desa Bagan Kuala, Kecamatan Tanjung Beringin. z Pantai Budi, 65 km dari ibukota Propinsi dan 48 km dari ibukota Kabupaten. Desa Bogak Besar, Kecamatan Teluk Mengkudu.
zPantai Klang,
146
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
147
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Padang Pariaman
148
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
149
Sekilas tentang Kawasan
Keanekaragaman Hayati :
Kabupaten Padang Pariaman merupakan satu diantara 7 (tujuh) kabupaten/kota yang berada di wilayah pesisir dan memiliki ekosistem perairan laut dan perairan payau yang luas dan didalamnya terkandung potensi keanekaragaman hayati, baik secara ekologis maupun ekonomis. Untuk itu, Pemerintah Daerah Padang Pariaman berkomitmen membuat suatu model pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut melalui konsep “Model Konservasi Berbasis Nagari”, dengan salah satu langkahnya yaitu mencadangkan sebagian wilayahnya sebagai kawasan konservasi.
Di wilayah ini terdapat 98 jenis (spesies) ikan karang yang terbagi ke dalam 22 family ikan karang. Jenis Neopomacentrus azryson merupakan jenis ikan karang yang memiliki kelimpahan tertinggi dibandingkan dengan jenis ikan karang lainnya, lalu diikuti oleh caesio xanthoptera dan ctenochaetus sriatus. Pantai Gasang juga merupakan tempat habitat penyu bertelur dan berkembang biak.Jenis Penyu yang banyak ditemukan adalah jenis Penyu Hijau dan Penyu Sisik. Pada bulan Agustus sampai Desember merupakan waktu dimana jumlah penyu yang bertelur lebih banyak dari bulan lainnya.
Nama Kawasan :
Aksesibilitas :
Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Padang Pariaman Provinsi Sumatera Barat.
Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Padang Pariaman merupakan bagian dari daratan utama sehingga untuk menjangkau kawasan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan moda transportasi darat. Dari Kota Padang ke kawasan konservasi dapat ditempuh kurang lebih 1,5 jam dengan kendaraan darat.
Dasar Legal : Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Padang Pariaman dan laut sekitarnya ditetapkan melalui Surat Keputusan Bupati Padang Pariaman Nomor 02 Kep/BPP-2010 pada tanggal 2 Januari 2010. KKLD ini dimanfaatkan sebagai Suaka Alam Perairan.
Luas Kawasan : 684 Hektar
Lokasi Kawasan : Kawasan ini berada dalam wilayah Kecamatan Batang Gasan. Wilayah Kecamatan Batang Gasan terletak memanjang sejajar dengan garis pantai dengan Koordinat 0º33’ 00’’ LS dan 100º 07’ 00”BT, dengan luas daerah 40.31 Km². Kecamatan ini terdiri dari 2 kenagarian dan 11 korong (jorong) dengan Ibu Kota kecamatan berada di Gasan Gadang. Secara administrasi, kecamatan Batang Gasan berbatasaan dengan Kabupaten Agam sebelah utara, Kecamatan IV Koto Aur Malintang, Kecamatan Sungai Limau sebelah selatan, Samudera Hindia sebelah Barat.
150
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Potensi Pariwisata : Kawasan perairan Kecamatan Batang Gasan memiliki potensi terumbu karang yang cukup luas dengan persentase tutupan rata - rata yang baik shingga sangat bagus untuk dijadikan lokasi penyelaman (site diving). Selain itu, di wilayah pantai kawasan ini terdapat estuaria dan laguna yang cukup luas dan ditumbuhi mangrove dengan kerapatan yang tinggi. Demikian juga pada pantai berpasir di tumbuhi cemara laut sehingga menambah nilai estetika wilayah tersebut sehingga sangat tepat untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata khususnya untuk kegiatan wisata pantai.
Status Pengelolaan : Rencana pengelolaan dan zonasi kawasan ini masih dalam proses penyusunan demikian pula untuk kelembagaan masih dalam proses yang sama. Meski begitu, upaya pengelolaan telah dilakukan antara lain pembangunan sarana penangkaran penyu melalui Dana Alokasi Khusus pada tahun 2011
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
151
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Pasaman Barat
152
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
153
Luas Kawasan:
1. Mendirikan Pos Jaga KP3K
±6.795,8 Ha
2. Sosialisasi ke Masyarakat 3. Pembuatan Papan Informasi 4. Pembentukan Kelompok masyarakat Pengawas
Lokasi Kawasan :
(POKMASWAS)
z Pulau Talua
5. Pembangunan pondok wisata 5 unit
z Pulau Panjan z Pulau Tamiang
6. Penyusunan zonasi pulau-pulau kecil
z Pulau Pigago
7. Pengadaan Kapal Pengawas
z Pulau Harimau z Pulau Pangkal
Potensi Pariwisata : 1. Larangan Lubuak Landua 2. Goa Jepang
Sekilas tentang Kawasan Kabupaten Pasaman Barat merupakan kabupaten termuda di Provinsi Sumatera Barat bersama-sama dengan Kabupaten Solok Selatan, dan Dharmasraya. Kabupaten Pasaman Barat
1126,016 Km² (ZEE kabupaten) dan pada batas administrasi
3. Pemandian Air Panas
laut provinsi seluas 12 Mil dari darat yaitu seluas 3378,048 Km²
4. Air Terjun Simpang Panco
(ZEE provinsi yang juga dimanfaatkan Kabupaten untuk untuk
5. Pantai Sasak
usaha ekonomi).
Status Pengelolaan
dimekarkan dari Kabupaten Pasaman berdasarkan Undangundang No. 38 tanggal 18 Desember Tahun 2003. Legalitas
Nama Kawasan :
Kendati termasuk kawasan yang baru didirikan, pengelola kawasan, dalam hal ini Dinas Kelautan dan Perikanan
formal (peresmian) berdirinya Kabupaten Pasaman Barat dilakukan pada tanggal 7 Januari 2004 di Jakarta oleh Menteri
Kawasan Konservasi Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Pasaman
setempat telah melakukan sejumlah upaya pengelolaan
Dalam Negeri bersama 24 Kabupaten lainnya di Indonesia,
Barat
seperti :
sehingga tanggal 7 Januari tersebut ditetapkan sebagai hari ulang tahun berdirinya Kabupaten Pasaman Barat. Secara geografis sebelah barat Kabupaten Pasaman barat berbatasan
Dasar Hukum
dengan Lautan Samudra Indonesia. Luas laut sesuai dengan
Surat Keputusan Bupati Pasaman Barat NO. 188.45/456/BUP-
batas administrasi laut seluas 4 Mil dari darat yaitu seluas
PASBAR/2012 tanggal 31 mei 2012
154
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
155
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Agam Nama Kawasan :
Aksesibilitas :
Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Agam
Dari Jakarta, kita harus menuju Padang terlebih dahulu untuk mencapai lokasi. Selanjutnya perjalanan dilanjutkan dengan transprtasi darat sekitar 100 km menuju Lubuk Basung ibukota Kabupaten Agam. Untuk mencapai Kawasan Konservasi harus menyeberang dengan kapal sekitar 30 menit dari Tanjung Muara. Tanjung Muara berjarak kurang lebih 20 km dari Kota Lubuk Basung.
Dasar Hukum: Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Agam dicadangkan dengan SK Bupati Agam Nomor 520 tahun 2012 yang dikeluarkan pada tanggal 31 Oktober 2012.
Luas Kawasan :
Potensi Perikanan:
Kawasan Konservasi Perairan ini memiliki luas 10.79 Ha.
Letak Geografis dan Administratif : Kabupaten Agam memiliki panjang pantai 43 Km² dengan luas laut mencapai 313,04 Km². Sementara untuk luas perairan umum (air tawar) yang ada di Kabupaten Agam, luasnya mencapai 10.518 Ha Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Agam berada di Kecamatan Tanjung Muara tepatnya berada di perairan sekitar pulau Tangah dan Pulau Ujuang. Kawasan Konservasi yang berada di pulau Tangah seluas 5,5 Ha dan yang berada di perairan Pulau Ujuang seluas 4,5 Ha. Kawasan Pulau Tangan terletak pada posisi geografis 0027’10” LS -99054’00” BT dan Pulau Ujuang terletak pada posisi geografis 0026’00” LS 99056’00”BT.
Keanekaragaman Hayati : Potensi Pariwisata : Kawasan Pesisir Tiku merupakan sentra perikanan laut dan darat merupakan salah satu outlet komoditi unggulan perikanan Kabupaten Agam. Produk wisata alam dan budaya bahari (rekreasi pantai, pulau, diving/ snorkling, budaya, nelayan dan lain-lain) memanfaatkan potensi perikanan, sumber daya alam bahari, dan budaya bahari; pendukung: wisata kuliner..
156
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Untuk perikanan laut, terdapat di Kecamatan Tanjung Mutiara, dimana hasil tangkapan ikan laut dominan adalah jenis ikan tembang, ikan teri, tongkol, ikan layang, ikan kembung, ikan layur, cakalang, mayang dan udang. Sementara untuk kegiatan budidaya ikan, terdapat di danau maninjau dengan jumlah keramba jaring apung (KJA) sebanyak 8.930 petak dengan jumlah pengelola 330 orang. Usaha budidaya lainnya adalah pada kolam air deras, kolam air tenang, keramba irigasi dan sawah. Untuk penangkapan ikan di perairan umum, dilakukan di Danau Maninjau dan sungai-sungai yang tersebar di Kabupaten Agam seperti di Batang Masang Kiri, Masang Kanan, Batang Antokan dan Batang Tiku. Untuk produksi perikanan di Kabupaten Agam terbagi menjadi 3 jenis produksi yaitu jenis ikan laut, budidaya dan perairan umum. Dari ketiga jenis tersebut, untuk jenis budidaya merupakan jenis yang paling banyak terdapat di Kabupaten Agam dengan jumlah tangkapan 55.670,36 ton sedangkan untuk jenis perairan umum memiliki nilai tangkapan yang paling rendah yaitu hanya 755,98 ton. Sektor pengolahan dan pemasaran ikan yang ada di Kabupaten Agam, umumnya masih dalam tahap pengolahan dan pemasaran sederhana. Dari data yang ada, jumlah unit pengolahan ikan terdapat 278 unit, sementara jumlah produksi ikan olahan pada tahun 2009 mencapai 679,27 ton, dengan jumlah tenaga pemasar sebanyak 672 orang.
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
157
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Solok Nama Kawasan :
Keanekar Solokan Hayati :
Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Solok
Potensi Pariwisata : Dasar Hukum:
Kabupaten Solok memiliki pesona alam yang tidak dimiliki
Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Solok dicadangkan dengan SK Bupati Solok No. 520-572-2013.
daerah lain seperti pesona Danau Diatas dan Danau Dibawah, Danau Singkarak, Danau Talang serta Danau Tuo. Kemudian juga terdapat Gunung Talang yang masih aktif dan hamparan hijau kebun teh di kawasan Kecamatan Gunung Talang serta banyak lainnya. Keunggulan komparatif di bidang pariwisata
Luas Kawasan :
ini harus mampu dikelola dengan sebaik-baiknya untuk Kawasan Konservasi Perairan ini memiliki luas 2 Ha.
mendatangkan sebanyak mungkin wisatawan ke Kabupaten Solok.
Letak Geografis dan Administratif : Secara geografis letak Kabupaten Solok berada antara 00° 32’ 14’’ dan 01° 46’45” Lintang Selatan dan 100° 25’ 00” dan 101° 41’ 41” Bujur Timur. Topografi wilayahnya sangat bervariasi antara dataran, lembah dan berbukit-bukit,
Aksesibilitas : Dari Jakarta, kita harus menuju Padang terlebih dahulu untuk mencapai lokasi. Semenjak pusat pemerintahan dialihkan ke Arosuka sebagai ibukota Kabupaten Solok, jarak
dengan ketinggian antara 329 meter – 1 458 meter di atas permuakaan laut. Pada akhir tahun 2003, Kabupaten Solok kembali dimekarkan menjadi dua kabupaten yaitu Kabupaten Solok dan Kabupaten Solok Selatan. Pemekaran ini di lakukan berdasarkan Undang-undang Nomor 38 tahun 2003 dan menjadikan luas wilayah Kabupaten Solok berkurang menjadi 4.594,23 Km². Pemekaran inipun berdampak terhadap pengurangan jumlah wilayah administrasi Kabupaten Solok
tempuh ke Kota Padang selaku ibukota Provinsi menjadi semakin pendek yaitu 40 km. Sedangkan jarak ke Kota Medan 825 km dan ke Banda Aceh 1.433 km. Disisi lain terjadi sedikit penambahan jarak kalau bepergian dari ibu kota kabupaten ke ibu kota provinsi lain seperti Pekanbaru (231 km), Jambi (495 km), Palembang via Muara Enim (993 km), Bengkulu via Muaro Bungo (736 km) dan Bandar Lampung (1 170 km)
menjadi 14 Kecamatan, 74 Nagari dan 403 Jorong
Potensi Perikanan: Danau singkarak yang berada di Kabupaten Solok masih menyimpan banyak potensi untuk dikembangkan, salah satunya yaitu potensi ikan perairan danau..
158
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
159
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kota Padang Sekilas tentang Kawasan
Letak Geografis dan Administratif :
Kawasan ini diinisiasi oleh Dinas Perikanan dan Kelautan
Hasil identifikasi dan penilaian potensi di kawasan ini tidaqk
setempat pada tahun 2011 dengan fokus pembentukan
menunjukan adanya Biota Endemik tertentu. Meski demikian,
Taman Wisata Perairan (TWP) Pulau Bindalang,
ditemukan beberapa biota khas yang cukup unik.
Pasumpahan dan Laut disekitarnya.
Biota ini terdapat di beberapa daerah dalam satu wilayah biogeografi yang sama dan Bisa digolongkan biota langka dan dilindungi misalnya ikan napoleon, akar bahar, kima, penyu.
Nama Kawasan :
Kuda laut. Biota tersebut didapat di kawasan ini walaupun jumlahnya tidak banyak.
Taman Pulau Kecil Kota Padang
Dasar Hukum : Pencadangan melalui Keputusan Walikota Padang Nomor 224 Tahun 2011 Tentang Pencadangan Kawasan Pesisir dan PulauPulau Kecil Sebagai Taman Pulau Kecil Kota Padang
Luas Kawasan : Kawasan Konservasi ini memiliki luas 1.815,10 Ha
160
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
161
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kota Pariaman Sekilas tentang Kawasan
Kawasan Wisata Bahari.
Kota Pariaman adalah sebuah kota yang terletak di provinsi Sumatera Barat, kota ini merupakan hamparan dataran rendah yang landai terletak di pantai barat Sumatera. Kabupaten/Kota yang berada di wilayah pesisir dan memiliki ekosistem perairan laut dan perairan payau yang luas dan didalamnya terkandung potensi keanekaragaman hayati, baik secara ekologis maupun ekonomis. pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut, perlu dilakukan upaya pelestarian sumberdaya dan habitat yang terdapat di wilayah pesisir dan laut tersebut, yakni melalui melalui pembentukan konservasi perairan. Untuk penetapan kawasan konservasi harus berpedoman kepada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2009 tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Konservasi Perairan
Keputusan Walikota Pariaman No. 334/523/2010 tentang Penetapan Pencadangan Kawasan Konservasi Perairan Kota Pariaman yang merupakan perubahan atas Keputusan Walikota No. 337 dan 338/KEP/WAKO/2006
Penetapan kawasan konservasi perairan merupakan salah satu upaya konservasi ekosistem yang dapat dilakukan terhadap semua tipe ekosistem yaitu terhadap satu atau beberapa tipe ekosistem penting untuk dikonservasi berdasarkan kriteria ekologi, social budaya dan ekonomi. Keberhasilan pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan tidak hanya dilihat dari kemampuan melindungi sumberdaya alam hayati yang ada di dalamnya. Lebih dari itu, Kawasan Konservasi Perairan itu harus mampu memberikan manfaat bagi masayrakat di sekitarnya.
Nama Kawasan : Kawasan Konservasi Pulau Kasiak, Pulau Ujung, Pulau Tangah, Pulau Angso
Luas Kawasan 11.525,89 Ha
Potensi Wisata 1. 2. 3. 4.
Pantai Kata, Pantai Cermin, Pantai Gandoriah Pulau Angso Makam Panjang Pusat Penangkaran Penyu
Status Pengelolaan Upaya pengelolaan yang telah dilakukan : z Kajian Potensi dan Arah Pengembangan Pulau Kasiak dan Pulau Angso Kota Pariaman zRencana Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Kelautan Kota Pariaman zRencana Aksi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Kota Pariaman. zPenyusunan Rencana Zonasi rinci Kawasan Minapolitan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kota Pariaman. Rencana Tindak Lanjut :
Dasar Hukum : Keputusan Walikota Pariaman No. 337/KEP/WAKO-2006 tentang Penetapan Pulau Kasiak sebagai Daerah Konservasi Penyu dan Kawasan Wisata Bahari Keputusan Walikota Pariaman No. 338/KEP/WAKO-2006 tentang Penetapan Pulau Ujung, Pulau Tangah dan Pulau Angso sebagai Daerah Konservasi Terumbu karang dan
162
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
zPenyusunan Manajemen Plan zPembentukan UPTD yang menangani konservasi zPengembangan Pusat Penangkaran Penyu dengan membangun Kolam bermain penyu dewasa, instalasi air laut, Pintu gerbang, Pembangunan Sea World Mini (Aquaria). zPenyusunan Perda tentang Perlindungan Biota langka. zPenyusunan rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Laut, Pesisir dan Pulau-pulau kecil.
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
163
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Pesisir Selatan
164
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
165
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Pesisir Selatan Sekilas tentang Kawasan : Kawasan ini dibentuk dalam rangka melestarikan populasi penyu dimana Kab. Pesisir Selatan merupakan salah satu tempat habitat penyu terbesar di sumatera barat. Selain itu sekaligus juga untuk melestarikan habitat terumbu karang dimana dari luas 1.287 Ha, 75% di antaranya sudah mengalami kerusakan akibat illegal fishing. Habitat hutan mangrove juga telah mengalami degradasi tutupan akibat pembukaan lahan
juga telah menjadikan pulau karabak ketek sebagai pusat penangkaran penyu dengan biaya operasional melalui dana APBD II, Melakukan sosialiasi informal dengan masyarakat dan pemangku kepentingan mengenai kawasan konservasi perairan daerah (KKPD) kab. Pesisir selatan dan manfaatnya dalam melestarikan SDA, Memasukkan KKPD kab. Pessel dalam Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Menjalin komunikasi dan sosialisasi dgn pemilik pulau di wilayah KKPD ttg pentingnya menjaga kelestarian habitat dan penyu. Sejumlah langkah ke depan juga tengah diproyeksikan pemerintah daerah setempat dalam rangka pengembangan kawasan ini, yaitu :
Nama Kawasan : Kawasan Konservasi Pesisir Pulau Penyu
zPada tahun 2013 ditargetkan dapat dilaksanakan pembuatan dokumen rencana pengelolaan KKPD melalui dana APBD 1
Dasar Hukum SK Bupati No 53 Tahun 2003 Tanggal 19 Mei 2003
zPengusulan Pembentukan UPTD KKPD kepada pemerintah daerah sehingga diharapkan pengelolaan KKPD bisa lebih optimal
Luas Kawasan :
zMeningkatkan hubungan jejaring KKPD dengan Kabupaten lain melalui forum jejaring KKPD sumbar. 174.894 Ha
zPengusulan KKPD Kab. Pessel untuk di SK kan dengan SK menteri KP
Letak Kawasan : Aksesabilitas :
Pulau Penyu
Kabupaten Pesisir Selatan yang beribukota Kota Painan dapat ditempuh dengan kendaraan darat dari Kota Padang sekitar ± 1,5 jam. Kawasan Konservasi Pulau Penyu dan sekitarnya hanya dapat dicapai melalui jalur laut dengan menggunakan perahu bermesin tempel, dengan waktu tempuh ± 1,5 jam dari Kota Painan.
Keanekaragaman Hayati : Penyu
Status Pengelolaan : Sejumlah upaya telah dilakukan dalam rangka pengelolaan kawasan ini seperti pembangunan Pondok Informasi KKP Daratan, Pembangunan Fasilitas Penangkaran Penyu, Pembangunan Pos Jaga, Pembuatan / Pemasangan Papan Informasi, Pengadaan Kompresor dsb. Pemerintah daerah
166
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
167
Rencana Pengembangan Kawasan Konservasi Perairan Daerah di Kab. Pesisir Selatan (KKPD)
zPembuatan Selter
Tahun 2009 ( APBD)
zPembuatan Dermaga Kayu
zPengadaan Organic Farming (Pembuatan Sauh Tanam Kapal)
zPembuatan Papan Informasi zPengadaan Kapal Operasional KKLD zPengadaan Kendaraan Roda 2 zPengadaan Peralatan Selam zMouring Boy zPembuatan Menara
zPengadaan Pompa Air zBelanja Gordyn Pintu
VII. Rencana Tindak Lanjut
zPengadaan Konstruksi Jaringan Irigasi
zPada tahun 2013 ditargetkan dapat dilaksanakan pembuatan dokumen rencana pengelolaan KKPD melalui dana APBD 1
zPengadaan Instalasi Listrik zPengadaan Jaringan PDAM
z Pengusulan Pembentukan UPTD KKPD kepada pemerintah daerah sehingga diharapkan pengelolaan KKPD bisa lebih optimal
zPembuatan WC Tahun 2010 – 2012 (APBD) Melalui Dana Pendamping Honor Staf Sekretariat Bahan bakar Kapal ke lokasi Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD)
zPemeliharaan Tukik
z Meningkatkan hubungan jejaring KKPD dengan Kabupaten lain melalui forum jejaring KKPD sumbar.
zPembelian Pakan Tukik
zPengusulan KKPD Kab. Pessel untuk di SK kan dengan SK menteri KP
zBiaya Operasional Pulau zHonor Petugas Penjaga / Pengelola Pulau
Tahun 2007 (APBN)
zRehab. Bak penangkaran Penyu
zPengadaan Papan Informasi
zPembangunan bak penangkaran penyu dan Pondok Informasi di Pulau Semangki yang akan dijadikan objek wisata pelepasan tukik dan tempat penangkaran penyu
zPengadaan Alat Selam zPengadaan Genset
zPantai Muara Bayang VI. Upaya Pengelolaan
zKawasan Wisata Pantai Carocok, Langkisau dan Pulau Cingkua
zMenjadikan pulau karabak ketek sebagai pusat penangkaran penyu dengan biaya operasional melalui dana APBD II
zPantai Sago
Melalui Dana Pendamping zPembuatan Rumah Genset zPemeliharaan Tukik zPengadaan Pakan Penyu V. Sarana dan Prasarana
zHonor Penjaga Pulau zPengadaan Tempat Pengeraman Telur Penyu
Pembebasan Pulau Kerabak Ketek (5 Ha) sebagai Pusat Konservasi Penyu di Kab. Pesisir Selatan
Tahun 2008 (APBN) zPembangunan Pondok Informasi KKP Daratan zPembangunan Fasilitas Penangkaran Penyu
zMelakukan sosialiasi informal dengan masyarakat dan pemangku kepentingan mengenai kawasan konservasi perairan daerah (KKPD) kab. Pesisir selatan dan manfaatnya dalam melestarikan SDA. zMemasukkan KKPD kab. Pessel dalam Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
zPembuatan / Pemasangan Papan Informasi
zMenjalin komunikasi dan sosialisasi dgn pemilik pulau di wilayah KKPD ttg pentingnya menjaga kelestarian habitat dan penyu.
zPembuatan 2 unit pondok wisata
zPengadaan Kompresor
zSosialisasi Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD)
zPembuatan Pondok Informasi
zPengadaan Moubiler
zPengembangan potensi perairan umum (sungai) untuk konservasi dilakukan dengan metoda lubuk
Tahun 2006 (APBN)
zPembangunan Pos Jaga
zPembuatan Pondok Jaga
168
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
VIII. Potensi Pariwisata
zPantai Batu Kalang dan Pantai Teluk Sikulo
zPengadaan Bak Air zPembuatan Jalur di lokasi KKLD
larangan (telah di SK-kan sebanyak 22 lubuk larangan) dan sungai Batang Pelangai telah di SK kan sebagai kawasan konservasi perairan air tawar dalam mendukung konservasi jenis (ikan mungkus).
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
169
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Kepulauan Mentawai
170
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
171
Status Pengelolaan : Kawasan Konservasi ini telah dikelola secara mandiri melalui sebuah UPTD yang khusus dibentuk Bupati Kepulauan Mentawai untuk mengelola kawasan ini. Rencana pengelolaan saat ini tengah dilakukan penyesuaian dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.30/MEN/2010 tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan.Sementara penyusunan dokumen rencana pengelolaan sedang disusun, upaya-upaya pokok pengelolaan seperti sosialisasi, monitoring sumberdaya dan pelibatan masyarakat terus dilakukan. Kawasan ini juga telah diusulkan untuk ditetapkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanandan saat ini tengah dalam proses evaluasi mendalam oleh tim DItjen KP3K KKP.
Potensi Pariwisata : Sebagai daerah kepulauan, wisata bahari merupakan andalan pariwisata daerah ini. Panorama kehidupan bawah laut dapat dinikmati melalui wisata selam ataupun snorkeling. Selain itu, di Pulau Sipora terdapat 4 titik dengan gelombang bertaraf dunia : Telescope,Scarcrow, Lance’s Left dan Hollow Trees.
Nama Kawasan :
Keanekaragaman Hayati :
Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Kepulauan Mentawai
Mangrove 15 jenis, Terumbu Karang 157 jenis 33 suku,jenis
(Taman Wisata Perairan Selat Bunga Laut dan Sekitarnya).
ikan Balong padang, napoleon.
Titik surfing juga dapat dijumpai di Pulau Siberut antara lain E-Bay, Bankvaults, Nipussi, Kandui Left, Rifles, Four Bobs dan Burgerworld. Semua titik selancar ini terdapat di sekitar Pulau Nyang Nyang dan Pulau Karangmajat dekat mulut Teluk Katurai. Begitu juga dengan Pulau Pagai Utara dan Pagai Selatan terdapat sejumlah titik dengan ombak yang tak kalah
Dasar Hukum:
Aksesibilitas :
Dasar hukum Pencadangan Taman Wisata Perairan Selat
Untuk menuju ke Kabupaten Kepulauan Mentawai, kita
Daftar tersebut merupakan tempat selancar yang dikenal luas
Bunga Laut dan Sekitarnya adalah SK Bupati Kabupaten
harus melalui Kota Padang. Selanjutnya perjalanan laut dari
di lingkar pengarung ombak
Kepulauan Mentawai Nomor 188.45-142 Tahun 2012.
Padang, bisa menggunakan Kapal Laut Ambu Ambu milik
menantang : Macaroni’s, Rags Left, Thunders dan The Hole.
PT ASDP Padang-Sumatera Barat yang secara rutin berlabuh ke Pelabuhan Tua Pejat pada hari Senin, Rabu dan Sabtu.
Luas Kawasan :
Sementara itu, perjalanan menggunakan pesawat udara, dari
Kawasan Konservasi Perairan ini memiliki luas 172.191 Ha.
Bandara Internasional Minangkabau-Padang setiap Selasa, Kamis, dan Sabtu. Pesawat dari perusahaan penerbangan Sabang Merauke Air Charter rutin mengunjungi Bandara
Letak Geografis dan Administratif :
Rokot di Tua Pejat.
Kawasan Konservasi ini tersebar pada beberapa wilayah administrative antara lain Desa Katurai, Sipora, Siburu dan Seiberut.
172
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
173
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kota Batam
174
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
175
Potensi Pariwisata : Salah satu wisata unggulan di daerah Batam adalah wisata pantai. Obyek wisata di kawasan konservasi perairan terdiri dari spot-spot penyelaman yang dapat dieksplorasi untuk melihat keindahan terumbu karang dan ikan karang.
Aksesibilitas : Akses menuju Kawasan Konservasi Perairan Kota Batam dapat ditempuh melalui jalur udara dan laut. Melalui jalur udara, Batam dapat dicapai melalui Bandara Internasional Hang Nadim yang melayani rute penerbangan langsung dari banyak kota di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, Medan, Padang dan lain-lain. Batam juga memiliki empat pelabuhan ferry internasional yang menghubungkannya dengan Singapura dan Malaysia. Sementara untuk menuju kawasan konservasi, dapat ditempuh melalui jalur laut dari Batam ± 2 jam dengan menggunakan perahu atau ± 1 jam dengan speed boat.
zTahun 2007 – 2011; pengembangan kegiatan mpa pokmas (budidaya ikan, rumput laut, pengolahan kerupuk ikan, kerajinan tangan) Di samping itu, aktivitas lain yang pernah dilakukan antara lain sbb : zTelah terbentuk dive centre dengan nama “Laksanas Scuba Dive” dan Eureka Dive Centre oleh stakeholder yang sudah mengajukan surat permohonan kerjasama dengan UPT - KKP Kota Batam Telah tersedia homestay di Pulau Abang sebagai pendukung kegiatan wisata zSelama COREMAP II Kota Batam telah tercatat penyelam dari dalam dan luar negeri, antara lain dari : Hongkong, New Zealand, Singapura, Filiphina, Norwegia, Batam, Jakarta zEvent nasional FFI 2010 melakukan filed trip dan fun dive zKunjungan mahasiswa S2 IPB zKunjungan mahasiswa Singapore Ocean Science
Status Pengelolaan Nama Kawasan :
Letak Geografis dan Administratif :
Kawasan Konservasi Perairan Kota Batam (Taman Wisata Perairan Pulau Abang)
Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kota Batam terletak pada kawasan antara 103057’27” - 104025’53” BT, 0050’4,99” – 0025’41,99 LU”, di Kecamatan Galang
Dasar Hukum: zKeputusan Walikota Batam No. KPTS.114/HK/VI/2007 tentang PenetapanLokasiMarine Management Area (MMA) Coremap Kota Batam. zRencanaTata Ruang Kota Batam 2011–2031 zPeraturan Daerah Kota Batam No. 07 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Terumbu Karang. zPerwako No. 26 Tahun 2012 tentang Perubahan Perwako No. 31 Tahun 2010 Tentang Perubahan Nomenklatur UPTKKLD Kota Batam Menjadi UPT-KKPD Kota Batam
Keanekaragaman Hayati : Selain ekosistem terumbu karang, Ekosistem mangrove banyak tumbuh di Pulau Galang Baru, Pulau Abang Besar dan Pulau Abang Kecil. Jenis bakau yang dominan adalah Rhizophora, sementara jenis-jenis lain yang terdapat di kawasan MMA, yaitu api-api (Avicenna marina), nyirih (Xilocarpus granatum), bakau merah (Rhizopora apiculata), bakau putih (Rhizopora mucronata), lenggadai (Brugueira parvifora), dudukan merah (Lumnitzera littorea), dudukan merah (Lumnitzera racemosa), tingi (Ceriops tagal), pidada (Sonneratia alba), gadelam (Derris trifolta), waru (Hibiscus tiliacus), dan buta-buta (Exacaecaria agallocha).
Kawasan ini sudah diinisiasi pengelolaannyasejak tahun 2004. Saat ini pengelolaan diserahkan kepada UPTD setempat yang bertugas mengelola kawasan ini. Selain UPTD, Terdapat 3 LPSTK (Pulau Abang, Galang Baru dan Karas) dan Tujuh POKWASMAS di masing-masing project site (Pulau Abang, Air Saga, P. Petong, P. Nguan, P. Sembur, P. Karas dan P. Mubut) yang aktif terlibat dalam pengelolaan. Sementara itu, rencana pengelolaan dan zonasi saat ini tengah dievaluasi dan disesuaikan dengan Permen KP Nomor Per.30/MEN/2010. Adapun rincian kegiatan yang telah dilakukan dalam rangka pengelolaan adalah :
zKunjungan Miss Indonesia 2005, Nadine Chandrawinata sebagai Icon Diver Indonesia. zEvent Lomba“Mancing Hebat” piala Kapolda Cup Pertama 2012 Kota Batam zEvent Lomba Mancing untuk perebutan Piala Walikota Cup I tahun 2012 Kota Batam
zTahun 2004; sosialisasi dan penyiapan lokasi di kelurahan pulau abang (p. Abang, air saga, p. Petong zTahun 2005; perluasan lokasi (kel. Galang baru; p. Nguan dan p. Sembur, kel. Karas; p. Karas dan p. Mubut) serta penyiapan kelembagaan pengelola terumbu karang di tiga kelurahan (pokmaswas, pokmas dan lpstk) zTahun 2006; demplot kegiatan mpa pokmas (budidaya ikan, kerupuk ikan, ternak ayam)
Luas Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan ini memiliki luas 66.867 Ha.
176
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
177
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Bengkalis
178
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
179
Penetapan Status Perlindungan Terbatas Jenis Ikan Terubuk (Tenualosa macrura).
Status Pengelolaan zKegiatan rutin pemantauan aktifitas penangkapan ikan terubuk di kawasan suaka perikanan ikan terubuk Kabupaten Bengkalis zLanjutan kegiatan rekayasa budidaya ikan terubuk kerjasama dengan FAPERIKA UR zPenyusunan rencana pengelolaan kawasan suaka perikanan terubuk kerjasama dengan FAPERIKA UR zSosialisasi dan pembinaan Peraturan Bupati dan Keputusan Menteri KKP zSinkronisasi program pengelolaan kawasan suaka perikanan terubuk dengan Dinas Perikanan dan Kelautan
Nama Kawasan :
Luas Kawasan :
Kawasan Konservasi Perairan Terubuk Kabupaten Bengkalis
Kawasan Konservasi ini memiliki luas 40.741,8 Ha.
Dasar Hukum :
Letak Geografis dan Administratif :
zPeraturan Bupati Bengkalis Nomor : 15 Tahun 2010
Kawasan ini terletak di perairan selat Bengkalis, Selat Padang
tentang Kawasan Suaka Perikanan Ikan Terubuk di
dan muara sungai siak. Adapun koordinat lokasi terletak pada
Kabupaten Bengkalis
101° 54’ 51.3’’ - 102° 15’ 9.3’’ BT dan 01° 07’ 35.9’’ LU - 01° 36’
Provinsi Riau (Fasilitasi Penyusunan Peraturan Gubernur Riau tentang Kawasan Suaka Perikanan Ikan Terubuk di Provinsri Riau yang meliputi 3 Kabupaten)
10.7’’ LU zKeputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor KEP.59/MEN/2011 tentang Penetapan Status Perlindungan Terbatas Jenis Ikan Terubuk (Tenualosa macrura)
Keanekaragaman Hayati : Keanekaragaman hayati utama yang menjadi ciri khas kawasan ini adalah keberadaan ikan terubuk yang telah dilindungi melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor KEP.59/MEN/2011 tentang
180
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
181
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kota Natuna Nama Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Natuna
Dasar Hukum: SK Bupati Natuna No. 299 Tahun 2007 yang dikeluarkan pada tanggal 5 September 2007, dan perubahan SK Bupati Natuna No. 378 Tahun 2008
yang memiliki aliran sungai. Kepadatan anak pohon ratarata mencapai 1.500 batang/ha dengan ketinggian 5 m, sementara kepadatan pohon mencapai 200 batang/Ha dengan ketinggian hingga 11 m. Adapun jenis mangrove yang dominan adalah jenis Rhizopora sp, dan terdapat 18 jenis vegetasi lainnya yaitu : Xylocarpus granatum, R. apiculata, R. mucronata, R. stilosa, Bruguira parvifora, B.gymnorrhiza, Lumnitzera littorea, L. racemosa, L. Littora,Ceriops tagal, Sonneratia alba, Derris trifolta, Hibiscus tiliacus, Exacaecaria agallacha, Flagellaria indica, Thespesia populnea, Nypa fruticans, Pandanus tectorius. Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, kondisi terumbu karang secara umum di Pulau Bunguran berada pada kondisi buruk hingga sedang, dimana terumbu karang yang hidup hanya sekitar 24% berupa polip-polip karang, seperti jenis karang massive, Acropora.
Luas Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan ini memiliki luas 142.997 Ha.
Potensi Pariwisata : Letak Geografis dan Administratif : Secara geografis, wilayah kawasan konservasi ini terletak antara 108001’10” - 108010’15” LU dan 3047’00” - 4006’00” BT memiliki luas kawasan sekitar 142.997 Ha. Sementara secara administratif, wilayah kawasan konservasi ini terdapat di wilayah Kecamatan Bunguran Utara, Timur dan Pulau Tiga Kabupaten Natuna.
Aksesibilitas :
Keanekaragaman Hayati : Ekosistem mangrove berkembang relatif tipis ke arah dalam pulau menuju daratan hanya sampai 500 m mengikuti alur setempat, terutama pada selat dan pada daerah-daerah
182
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Natuna memiliki obyek wisata yang menarik, terutama daerah pantainya dengan pesona pemandangan yang indah, seperti kawasan pesisir dari Sepempang (Bunguran Timur) hingga Desa Tanjung di Bunguran Timur Laut. Sementara wisata selam dapat dilakukan di wilayah Bu nguran Utara, Pulau Bunga, Tanjung Buton dan Pulau Panjang. Mengingat, di wilayah ini memiliki tutupan karang hidup mencapai 70%.
Akses menuju Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Natuna yang beribukota Pulau Bunguran dapat ditempuh pesawat udara dari Batam (Connecting flight pesawat dari Jakarta).
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
183
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Natuna
184
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
185
(1) 2°40’00”LU/109°8’16”BT
Potensi Pariwisata :
(2) 2°39’80”LU/109°10’27”BT; Natuna memiliki obyek wisata yang menarik, terutama daerah (3) 2°35’13”LU/109°10’17”BT;
pantainya dengan pesona pemandangan yang indah, seperti
(4) 2°31’39”LU/109°9’55”BT;
kawasan pesisir dari Sepempang (Bunguran Timur) hingga Desa Tanjung di Bunguran Timur Laut. Sementara wisata
(5) 2°25’560”LU/109°9’18”BT;
selam dapat dilakukan di wilayah Bu nguran Utara, Pulau
(6) 2°26’10”LU/109°6’40”BT;
Bunga, Tanjung Buton dan Pulau Panjang. Mengingat, di
(7) 2°31’39”LU/109°7’54”BT;
wilayah ini memiliki tutupan karang hidup mencapai 70%.
(8) 2°33’58”LU/109°6’56”BT; (9) 2°37’21”LU/109°7’47”BT
Aksesibilitas :
Sementara secara administratif, wilayah kawasan konservasi
Akses menuju Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten
ini terdapat di wilayah
Natuna yang beribukota Pulau Bunguran dapat ditempuh pesawat udara dari Batam (Connecting flight pesawat dari
Kecamatan Serasan yang terletak di Pulau Karang Aji, Pulau
Jakarta).
Bungin, Pulau Sedue, Cepale dan Semuluk. Wilayah Kecamatan Serasan Timur yang terletak di Pulau Perantuan, Pulau Sempadi dan Pulau Genting.
Keanekaragaman Hayati : Nama Kawasan :
Letak Geografis dan Administratif :
Taman Pulau Kecil Kabupaten Natuna
Koordinat pencadangan Taman Pulau Kecil Kabupaten Natuna
kecil beserta perairan sekitarnya di kecamatan Serasan dan
adalah sebagai berikut:
Serasan Timur sebagai Taman Pulau Kecil Kabupaten Natuna
Pencadangan sebagian wilayah pesisir dan pulau-pulau
dimaksudkan untuk melakukan perlindungan terhadap
Dasar Hukum:
a) Pulau Karang Aji terletak dalam garis maya yang menghubungkan koordinat-koordinat yaitu:
Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Kabupaten Natuna.
(1) 2°28’73” LU/108°58’35” BT (2) 2°28’73” LU/108°59’17”BT; (3) 2°27’32” LU/108°59’17”BT;
Luas Kawasan :
(4) 2°27’33” LU/108°58’34”BT;
600-900 kilogram. Di Natuna, beberapa pulau banyak dihuni oleh berbagai jenis Penyu. Contohnya di pulau Subi Serasan, Bunguran, Letung dan Pulau Laut. Di lokasi pulau ini, penyu menghampiri pantai untuk bertelur, terjadi pada bulan Juni hingga November atau pada musim Selatan hingga musim Barat. Sedangkan di Bunguran, penyu juga terdapat di daerah
b) Pulau Bungin, Sedue, Cepate, Semuluk, Perantuan, Kawasan Konservasi Perairan ini memiliki luas 9.229,97 Ha.
Penyu Belimbing. Penyu ini bisa tumbuh besar hingga berukuran panjang mencapai 2,75 meter dengan bobot
SK Bupati Natuna No. 304 Tahun 2011 yang dikeluarkan pada tanggal 30 Desember 2011 tentang Kawasan Konservasi
biota laut Penyu. Penyu Natuna yang biasa dikenal sebagai
Pulau Panjang, Pulau Bunga dan Pulau Meragu.
Sempadi dan Genting terletak di dalam garis maya yang menghubungkan koordinat-koordinat yaitu:
186
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
187
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Lingga
188
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
189
Status Pengelolaan z Sejumlah upaya telah dilakukan pemerintah dan pemerintah daerah, termasuk upaya pengelolaan kawasan melalui daerah binaan Coremap II. z Masyarakat juga ikut ambil bagian dalam pengelolaan terumbu karang dengan membentuk LPSTK (Lembaga Pengelola Sumberdaya Terumbu Karang) z Ke depan, pemerintah Daerah Kabupaten Lingga melalui SKPD terkait berkomitmen dalam rangka mewujudkan Kawasan Konservasi Daerah hal ini telah dituangkan dalam RUTR Kabupaten Lingga, yang nantinya akan dilanjutkannya menentukan zonasi-zonasi yang ada pada KKPD tersebut.
Potensi Pariwisata Kabupaten Lingga memiliki memiliki banyak lokasi yang potensial untuk dikembangkan sebagai obyek wisata , diantaranya adalah : z Pulau Kapal ::dengan pasir putih dengan penyu sisiknya z Selat Kongko dan Kongki dengan hutan mangrove dan buayanya z Terumbu Cawan : dengan karang dan burung cawarnya
Pendahuluan
Luas :
Kabupaten Lingga merupakan kabupaten termuda di Provinsi kepulauan Riau setelah lepas dari Kabupaten Kepulauan Riau sejak 2003. Kaupaten Lingga memiliki sebaran terumbu karang yang hamper merata di setiap pulaunya denga perkiraan total hamparan mencapai sekitar 15.178 ha. Oleh karenanya 85 % penduduk Pulau Senayang dan Lingga menggantungkan hidupnya pada terumbu karang baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu perlu suatu pengelolaan ekosisitem dalam pemanfaatan yang berkelanjutan.
419.134,75 Ha
Letak Kawasan : Secara geografis KKP Senayang dan Lingga berada diantara 1030 41’03,37” – 105017’04,15” Lu dan 0030’07,21” – 3052’28,41” BT yang berlokasi di Desa Limbung, Desa Sekanah, Pulau Medang, Desa Temiang, Desa Batu Belonag, Desa mamut, Desa penaah
Dasar Hukum Pulau Senayang dan Lingga ketika masih berada di kabupaten Kepulauan Riau maka ditetapkan sebagai Kawasan Konservasi laut Daerah melalui SK Bupati Kepulauan Riau No 71/III/ 2002 tentang penetapan wilayah pengelolaam Terumbu Karang.
190
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
z Ulu Temiang : dengan sungainya yang berliku – liku dan berhutan bakau lebat di kiri dan kanan serta memberikan pengalaman yang menakjubkan bagi wisatawan, menikmati Mangrove Trak dengan kendaraan pompon dan akan sampai di perkampungan yang damai dengan buah khasnya durian. z Gunung Daik z Pulau Benan z Klenteng Tua z Untuk Wisata bahari : Senayang – Lingga memiliki lokasi penyelaman seperti Pulau Mamut, Pulau Perangoi, Pulau Enan, Pulau Katang dan beberapa pulau lainnya. z Wisata Sejarah : sebagai pusat kerajaan melayu , Pulau lingga memiliki situs sejarah terbanyak dan dapat dijadikan sebagai kawasan wisata sejarah.
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
191
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Bintan
192
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
193
Nama Kawasan :
memiliki pemandangan alam yang indah dan kondisi lingkungan yang bersih. Pengunjung dapat berenang, berendam dan menyelam keindahan dasar perairan pantai. Tempat wisata yang telah dikembangkan di Lagoi adalah Kawasan Wisata Terpadu Eksklusif Lagoi, Pantai Sebong Pereh, dan Desa wisata Sebong Pereh yang menawarkan wisata bahari. Pulau Bintan tidak hanya terkenal dengan Pantai Lagoi, akan tetapi tempat-tempat wisata lain mulai dari wisata alam, wisata ekologi, wisata budaya, serta wisata sejarah. Alternatif wisata yang ada seperti Pantai Tanjung Berakit, Pantai Trikora dan perkampungan Nelayan Kawal, pantai-pantai di Pulau Kecil di sekitar Pulau Bintan, dan Bintan Leisure Park, serta Air Terjun Gunung Bintan, Goa Gunung Bintan, dan Danau Bekas Galian Bouksit Alam Tirta di Kecamatan Teluk Bintan.
Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Bintan
Dasar Hukum: Dasar hukum pengelolaan kawasan konservasi Kabupaten Bintan adalah sebagai berikut : 1.Peraturan Daerah (PERDA) Kabupten Bintan No. 12 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Terumbu Karang 2.Peraturan Bupati Bintan No. 13/II/2009 tentang Rencana Strategis (RENSTRA) Pengelolaan Terumbu Karang Kab. Bintan Tahun 2009-2014 tanggal 5 Februari 2009 3.Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Bintan Melaui SK Bupati No. 261/VIII/2007 pada tanggal 24 Agustus 2007
Tahun 2009 : zRencana zonasi dan rencana pengelolaan wilayah kab. Bintan zPemasangan tanda batas dan rambu-rambu laut untuk kawasan MMA di kec. Tambelan zPemasangan tanda batas dan rambu-rambu laut untuk kawasan pantai timur bintan Tahun 2010 zPeraturan Bupati Tentang Rencana Zonasi Dan Rencana Pengelolaan Kawasan Nomor : 25 Tanggal 22 Oktober 2010 Sudah Di Tandatangani Oleh Bupati Bintan. Peta Lokasi
ZONA PERIKANAN BERKELANJUTAN terdapat di perairan laut Kecamatan Gunung Kijang seluas 11.264 Ha ,Pulau Mapur seluas 31.647 Ha dan Kecamatan Tambelan 15, 58 Ha ZONA PEMANFAATAN terdapat di perairan laut Kecamatan Gunung Kijang seluas 7.152 Ha,Pulau Mapur seluas 3.470 Ha dan Kecamatan Tambelan 7, 63 Ha
Luas Kawasan :
Aksesibilitas : Untuk menuju Bintan dari Jakarta, kita bisa melakukan perjalanan dengan dua alternative. Pertama, melalui laut via Batam dan penerbangan langsung dengan rute JakartaTanjung Pinang.
Kawasan Konservasi Perairan ini memiliki luas 472.905 Ha. Keanekaragaman Hayati :
Status Pengelolaan : Letak Geografis dan Administratif : Kawasan Konservasi ini meliputi beberapa wilayah administrative antara lain Kecamatan Bintan Pesisir, Gunung Kijang, Tambelan. Kecamatan Tambelan merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan Laut Cina Selatan pada bagian Utara dan Selatan, sedangkan pada bagian Barat berbatasan dengan Kecamatan Bintan Timur, dan bagian Timur berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Barat.
Selain ekosistem terumbu karang, ekosistem mangrove masih sangat mudah kita temui khususnya di wilayah Kecamatan Tambelan. Spesies ekosistem mangrove yang dapat ditemukan diantaranya adalah Rhizopora mucronata, Bruguiera gymnorhiza, Soneratia alba, Rhizopora stylosa, Xylocarpus mluccensis, Rhizopora apiculata, Lumnitzera littorea, Heritiera litoralis, Ceriops tagal, dan Excoecaria agallocha.Pomacentrus moluccensis, Lutjanus decussates, Amblyglyphidodon curacao, Chaetodon octofaciatus, Paraglyphidodon nigrosis, Abudefduf sexfaciatus, Thalassoma lunare. Selain itu, megabenthos yang ditemukan yaitu Acanthaster planci, Diadema setosum, dan kima.
194
Tahun 2007 : zPenyusunan zonasi di kab. Bintan Tahun 2008 :
Adapun rincian zonasi adalah sbb : ZONA INTI terdapat di perairan laut Kecamatan Gunung Kijang seluas 1.759 Ha, Pulau Mapur seluas 2.165 Ha Kecamatan Tambelan 8, 16 Ha
Pengelola Kawasn ini adalah UPTD yang berdasarkan Peraturan Bupati Bintan Nomor 7 Tahun 2009 tentang “perubahan Ketiga Atas Peraturan Bupati Nomor 7 Tahun 2009 Tentang Pembentukan Organisasi Unit Pelaksana Teknis Daerah pada Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah di lingkungan Pemerintahan Kabupaten Bintan”. Tanggal 26 Agustus 2010. Sementara itu upaya pengelolaan kawasan telah dilakukan sejak tahun 2007 dengan rincian sbb :
Potensi Pariwisata : Salah satu wisata unggulan di daerah Bintan adalah wisata pantai. Pantai Lagoi, terletak di Kecamatan Bintan Utara
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
zPengelolaan terumbu karang dan MMA untuk kawasan kec. Gunung kijang dan bintan pesisir zPenyusunan rancana pengelolaan di kecamatan tambelan
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
195
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Bintan zPerda Nomor 3 Tahun 2008, tentang Rencana
Nama Kawasan :
Pembangunan Jangka Menengah Daerah;
1. Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Bintan
zPerda Kabupaten Bintan Nomor 12 Tahun 2008, tentang Pengelolaan Terumbu Karang;
2. Dasar Hukum : -
zPeraturan Bupati Bintan Nomor 13/II/2009, tentang
Pencadangan :
Rencana Strategis Pengelolaan Terumbu Karang
z Keputusan Bupati Bintan Nomor : 261/VIII/2007,
Kabupaten Bintan Tahun 2009-2014.
tentang Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Bintan.
-
3. Luas Kawasan : No
Rencana Pengelolaan dan Zonasi : zPeraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 12 Tahun 2008, tentang Pengelolaan Terumbu Karang.
-
Unit Organisasi Pengelola :
Satuan 1
Nama Zona
Bintan Pesisir
Gunung Kijang
Tambelan
Ha
Ha
Ha
Ha
Inti
2.165
Total Ha
7.036
25.260
34.461
2
Berkelanjutan
31.647
11
1.558
33.216
3
Pemanfaatan
3.470
7.152
7.630
18.252
4
Lainnya
167.897
63.945
155.134
386.976
205.179
78.145
189.582
472.905
5
zPeraturan Bupati Bintan Nomor 20 Tahun 2010, tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Bupati Bintan Nomor 7 Tahun 2009 tentang Pembentukan
4. Letak, Lokasi, dan Batas-batas Kawasan:
Organisasi Unit Pelaksana Teknis Daerah pada Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bintan.
Luasan area kkld kab. Bintan dengan luas perairan laut 472.905 ha, mencakup dua wilayah perairan, yaitu:
-
1. Kawasan perairan laut pesisir timur Kecamatan Gunung
Penetapan : -
Kijang dan Kecamatan Bintan Pesisir seluas 116.000 ha; 2. Kawasan perairan laut di Kecamatan Tambelan seluas -
Keterkaitan dengan dasar hukum/kebijakan daerah
356.905 ha.
(PERDA, PERBUP, dll.): zPerda Kabupaten Bintan Nomor 14 tahun 2007, tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bintan;
196
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
197
8.154 Ha dimana lahan tersebut masih exis untuk beberapa pemanfaatan seperti untuk, lahan lindung, tempat kawasan wisata alam, dan tempat perlindungan bagi garis pantai dari hempasan gelombang. Ada sejumlah lahan lebih kurang 500 Ha saat ini dijadikan kawasan rehabilitasi dari Dinas Kehutanan, Pertanian dan Peternakan.
5. Target Konservasi: -
Target Sumberdaya (Bioekologis)
Mangrove a. Luas lahan mangrove yang dimiliki kondisi rusak kondisi sedang kondisi baik Luas lahan mangrove yang di b. rehabilitasi Luas lahan mangrove yang berubah c. fungsi Konversi menjadi lahan tambak lahan penggaraman lahan lainnya Penanaman mangrove dalam 3 d. tahun terakhir e. 5 Jenis mangrove yang ada dominan
z Melindungi biota laut yang terancam punah; zMelindungi kawasan dari kegiatan yang dapat
: : : : :
14.720 6.066 8.154
ha ha ha ha
500 ha
: : : :
-
ha ha ha ha
: - ha : 1. Rhizopora apiculata 2. Rhizopora mucronata 3. Avicennia alba 4. Sonneratia alba 5. Rhizopora stylosa
merusak laut. Potensi sumberdaya lain yang terdapat di kawasan kabupaten Bintan adalah Seagrass atau yang dikenal dengan nama -
Target Sosial, Budaya, dan Ekonomi zmelatih masyarakat pesisir sebagai pengelola kawasan; zmelibatkan berbagai pihak untuk mewujudkan
padang lamun atau dalam bahasa daerahnya disebut dengan setu. Pada ekosistem ini terdapat berbagai organisme yang berasosiasi baik sebagai pray maupun predator, slah satu
telah memberikan kontribusi pada pendapatan masyarakat
dari padang lamun, baik secara sengaja atau tidak bisa ke
dengan tidak merusak lingkungan yaitu berupa jasa wisata
ekosistem terumbu karang.
ekosistem mangrove terutama di kawasan Desa Sebong Lagoi.
hewan mamalia yang berperan sebagai predator dari padang lamun ini adalah Dugong atau dikenal dengan nama ikan
Lamun juga berperan penting terhadap kesehatan ekosistem
duyung. Hewan mamalia ini telah beberapa kali ditemukan
terumbu karang. Ekosistem padang lamun menyaring
zmembangun infrastuktur yang memadai;
terdampar dan ada yang mati di dikawasan Konservasi
sedimen yang berasal dari daratan kearah laut. Sedimen
zmemanfaatkan kawasan sebagai kunjungan
Perairan Laut Bintan tepatnya di ekosistem seagrass. Kedua
bisa berupa pasir, lumpur atau bahkan sampah yang bisa
sumberdaya ini diketahui mendapat ancaman dari berbagai
menutupi karang dan menyebabkan karang stres. Sedimen di
tekanan.
ekosistem padang lamun juga dimanfaatkan menjadi materi
kawasan konservasi;
wisata.
organik yang bisa berguna bagi ekosistem terumbu karang.
6. Potensi Ekologis - Keanekaragaman Hayati :
Kerapatan mangrove yang berada di Bintan rata-rata 15 – 20 pohon untuk luasan 10 x 10 m², dimana ditemukan sebanyak
Daun lamun yang terbawa ke ekosistem terumbu karang dapat terurai menjadi senyawa yang dibutuhkan oleh biota
7. Potensi Sosial Budaya dan Ekonomi:
8. Potensi Perikanan : Salah satu wilayah pesisir di Indonesia adalah Kabupaten Bintan yang memiliki luas wilayah 59 852.01 km2, terdiri dari 57 906.00 km2 atau (96.75 %) luas lautnya dan 1 946.01 km2 atau (3.25 %) luas daratannya, terletak diantara (1015’ LU
Kabupaten Bintan memiliki luasan hutan mangrove (hutan
5 spesies yang hidup dikawasan tersebut dengan kepadatan
bakau) ± 14.720 Ha yang tersebar di beberapa pesisir pulau
yang bervariasi menurut jenis.Manfaat yang dapat diambil
Bintan dan pulau-pulau kecil yang ada di sekitar pulau Bintan,
dari ekositem mangrove yang ada saat ini adalah dalam
Pada ekosistem lamun, juga menjadi tempat memijah
karang dengan luasan area mencapai 25 583.89 km2 dimana
bentuk langsung seperti tempat mencari organisme yang
beberapa biota terumbu karang, seperti ikan baronang dan
telah ditemukan 181 spesies koral dengan kondisi 74 % dalam
mengalami kerusakan akibat penimbunan ( reklamasi
berasosiasi seperti kepiting bakau yang dimanfaatkan sebagai
beberapa jenis bintang laut. Lamun juga merupakan makanan
kondisi buruk dan 26 % dalam kondisi sedang (Bappeda
lahan mangrove untuk sarana pertokoan, perumahan
pendapatan hasil tangkapan perikanan, konversi lahan
bagi penyu. Padang lamun juga berperan sebagai perantara
Bintan, 2008). Hasil studi best line ekologi oleh tim CRITC-
tempat tinggal, dan adanya penebangan liar oleh beberapa
menjadi lahan tambak udang untuk kawasan dengan luasan
transfer materi dari ekosistem mangrove ke ekosistem
COREMAP II-LIPI 2006 dan 2007 telah dilaporkan di wilayah
oknum masyarakat. Kondisi baik masih ditemukan sekitar
tidak terlalu besar, sedangakan jenis pemanfaatan lain yang
terumbu karang. Biota dari padang lamun juga bisa menjadi
Kecamatan Tambelan luas area terumbu karang fringing
dari hasil survey ditemukan sekitar 6.066 Ha hutan mangrove
dengan 0048’ LS0 dan 1040 BT disebelah Barat dengan 1080 BT).
terumbu karang.
Wilayah Pesisir Bintan memiliki sebaran ekosistem terumbu
makanan bagi biota terumbu karang, karena terkadang, biota
198
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
199
reef, patch reef dan soal adalah sebesar 31.2618 km2 dengan
Berdasarkan observasi parameter dari masing-masing kondisi
Harapan yang dinginkan adalah segala aktivitas masyarakat
tutupan karang hidup berkisar 10.00% - 90.00% dan rata-rata
yang dikaji kemudian dengan implikasi yang kuat bagaimana
di sekitar kawasan konservasi berupa usaha kerajinan, mata
sebesar 47.39% dengan estimasi karang hidup seluas 14.8150
menyusun upaya dan strategi pengelolaan yang teraplikasi
pencaharian alternativ, kegiatan perikanan, penyewaan
km . Sedangkan untuk wilayah kecamatan Gunung Kijang
mengurangi kerusakan, penyelamatan, atau pemulihan
fasilitas home stay, pondok wisata, makanan tradisional,
yang meliputi pesisir Desa Malang Rapat, Teluk Bakau dan
kondisi ekosistem terumbu karang.
jasa pemandun wisata selam dan lainnya yang telah
2
Kawal memiliki luasan terumbu karang sebesar 2.134.392 ha,
Proyeksi Kondisi Terumbu Karang di DPL Kabupaten Bintan
dimana persentase tutupan karang hidup berkisar 5 – 61.90 % dengan persen rata-rata 25.27 % yang didominasi oleh karang jenis Acropora cytherea dengan bentuk pertumbuhan seperti meja (tabulet) (CRITC, Coremap II-LIPI, 2007). Ekosistem terumbu karang di Bintan telah ditemukan beberapa organisme yang berasosiasi hidup di dasar permukaan perairan dengan ukuran lebih 1mm yang dapat terlihat oleh mata maupun melalui bantuan alat pemotretan
memanfaatkan segala potensi pesisir dan laut di kawasan memberikan dukungan pada pengembangan sektor
Padang Lamun (Sea grass) a. Luas padang lamun yang dimiliki Luas kondisi padang lamun yang b. ada : kondisi rusak kondisi sedang kondisi baik Luas padang lamun yang c. direhabilitasi Penanaman padang lamun dalam 3 d. thn terakhir 5 Jenis padang lamun yang e. dominan
bawah air yang disebut megabentos (Castro and Huber, 2007). Megabenthos tersebut seperti bulu babi (Diadema
:
2918,36 ha
: : :
- ha - ha 2918,36 ha
parawisata yang akhirnya dapat memberikan kontribusi yang positif dalam peningkatan perekonomian masyarakat pesisir
- ha :
- ha
: 1. Thalassodendrom ciliatum 2. Thalassia hemprichii 3. Halodule pinifolia 4. Tahalus acoroides 5. Syringodium isotifolium
di KKP Bintan. Berdasarkan data keparawisataan di Bintan hingga tahun 2012 telah mencapai 20.000 orang pertahun berasal dari manca negara, fokus kunjungan wisata berada di kawasan pusat parawista di Lagoi dan pantai Trikora Kecamatan Gunung Kijang dan Pulau Nikoi serta Pulau Mangkil di Kecamatan Bintan Pesisir.
setosum) telah ditemukan kelimpahannya berkisar 286 - 4143 individu/ha, Kima (Tridacna gigas) ukuran besar (panjang >20
9. Potensi Pariwisata :
10. Aksesibilitas :
(panjang < 20 cm) sebanyak 71 individu/ha. Pencil sea urchin
Keanekaragaaman sumberdaya hayati pesisir dan laut di
Aksesibilitas berupa jalan aspal sepanjang pantai Trikora
dan lobster tidak ditemukan sama sekali. Kelimpahan Tripang
kawasan Konservasi Perairan Bintan telah memberikan
cm) kelimpahannya 143 individu/ha, dan berukuran kecil
(Holothurian) yang berukuran kecil (diameter <20) sebesar
manfaat secara ekonomi dan jasa lingkungan yang sangat
71 individu/ha. Untuk moluska (gastropoda) kelompok
besar bagi masyarakat dan pemerintah kabupaten Bintan.
Drupella sp. ditemukan dalam jumlah kecil 71 – 429 individu/
Ekosistem Terumbu karang (coral reef ), Padang Lamun
ha, sedangkan lola (Trochus niloticus) berkisaran 71 – 429
(Seagrass) dan Mangrove merupakan sumberdaya yang
individu/ha ditemukan di pesisir pantai Kecamatan Gunung
tumbuh dan berkembang menghiasi kawasan pesisir dan laut
Kijang. Sedangkan organisme pemakan polip karang seperti
KKP Bintan. Ketiga ekosistem tersebut banyak di temukan
Acanthaster planci hanya ditemukan di wilayah Kecamatan
organisme yang berasosiasi yang berpotensi sebagai hewan
Tambelan saja dengan kelimpahan 631 individu/ha di tiga
yang jarang ditemukan di daerah lainnya seperti : Dugong,
stasiun (Gambar 1), sedangkan di terumbu karang Kecamatan
Penyu (Sea turtle), Bintang berbulu seribu (Acanthaster planci),
Gunung Kijang tidak ditemukan. (CRITC, Coremap II-LIPI,
sejumlah ikan hias karang dan organisme lainnya.
2007).
11. Upaya Pengelolaan Kawasan: Proyeksi Kondisi Terumbu Karang di DPL Kabupaten Bintan 2011 (T3) % Cover TK
DPL DPL DPL DPL
Untuk memahami bagaimana keterkaitan faktor-faktor yang
kontribusi dalam even kunjungan parawisata yang ada di
mempengaruhi kualitas terumbu karang tersebut diatas
perairan laut Bintan dimana semua reshort maupun hotel
seperti peran salah satu hewan pemakan polyp karang yaitu
yang ada di Bintan telah menawarkan aktivitas menyelam,
Acanthaster planci terhadap kerusakan terumbu karang
snorkling, marine sport, fishing sport, dan aktivitas wisata
juga sangat penting untuk mengetahui kondisi predator
bahari lainnya, semua aktivitas tersebut telah memberikan
dari A. planci ini seperti Triton raksasa, the Humphead maori
kontribusi secara ekonomi berupa peningkatan pendapatan
wrasse, starry Pufferfish dan titan Triggerfish atau ada faktor
masyarakat di sekitar dan adanya peningkatan penerimaan
lain yang paling berpengaruh terhadap interaksi yang
tenaga kerja.
20,23 47,57 25,76 39,90 33,37 2011 (T3)
DPL DPL DPL DPL
Keindahan panorama bawah laut telah memberikan
CENGOM BUSUNG BUJUR PENYUSUK KEPALA MAPUR
CENGOM BUSUNG BUJUR PENYUSUK KEPALA MAPUR
40,07 34,92 65,46 52,10 48,14
Kondisi Baik, di DPL 2012 (T4) 2013 (T5) % Cover TK % Cover TK
25,05 45,00 15,75 46,21 33,00
Kondisi Rusak, di DPL 2012 (T4) 2013 (T5)
12,37 18,13 11,47 20,90 15,72
Target 2015 % Cover TK
32,63 50,03 24,50 52,00 39,79
40,00 55,00 30.50 60.00 46.38 Target 2015
12,37 18,13 11,47 20,90 15,72
12,10 18,00 11,20 20,70 15,50
menjaga keseimbangan kerusakan terumbu karang di Bintan.
200
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
201
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Sarolangun
202
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
203
Status Pengelolaan :
Aksesabilitas :
Dicadangkan melalui SK Bupati dengan penyusunan dokumen
Jarak lokasi kota Sarolangun ke desa Mounti : 30 Km dengan
rencana pengelolaan yang akan disusun menggunakan APBD
waktu tempuh kurang dari 45 menit dengan Kendaraan roda
Tahun 2013
2 ataupun kendaraan roda 4 Lokasi KKP berada dipinggir desa Mounti, 1 Km dari DAM kutur kearah hulu/mudik yang dimulai dari muara kutur (pertemuan antara sungai batang limun
Keanekaragaman Hayati :
dengan sungai kutur) hingga pertemuan dengan sungai
Terdapat sedikitnya 72 Spesies ikan perairan umum dan
Tapah dengan panjang sungai 2 Km, di dalam lokasi terdapat
60 Spesies merupakan ikan konsumsi yang memiliki nilai
sebuah daerah yang bernama Tanjung Putus.
ekonomis. Diantaranya Arwana (Sclerophages formosus) warna putih kehijauan hingga kemerah-merahan, Gurami (Ospronemus goramy Lac), Baung (Mystus nemurus), Barau (Hampala macrolepidota), Julung (Dermogenys pusilla), Lais (Kryptoterus, sp), Tilan (Mastacembelus erythrotaenia), Semah (Tor douronesis), Belida (Notopterus notopterus), Patin, Seluang dan Tapah. Kawasan ini juga merupakan habitat pemijahan dan pengasuhan spesies arwana jenis Putih kehijauan dan merah.
Letak Geografis dan Administratif : KKP Arwana Kutur berada dalam wilayah administrative Kab. Sarolangun. Terletak di Daerah Aliran Sungai (DAS) Kutur yang ada dalam wilayah Desa Mounti Kecamatan Limun dengan
Sekilas tentang Kawasan
Nama Kawasan :
Kawasan ini merupakan salah satu kawasan konservasi
Kawasan Konservasi Perairan Arwana Kutur-Suaka Perikanan
titik koordinat 102035’34”BT – 2029’22” LU
yang sangat penting dan unik karena merupakan salah satu parameter penyokong kehidupan plasma nutfah sumberdaya perairan air tawar di DAS Batang Kutur Kecamatan Limun.
Dasar Hukum :
Selain itu sebagai satu-satunya habitat beragam jenis arwana
Pencadangan berdasarkan SK Bupati Sarolangun nomor 81
yang merupakan ikon daerah sekaligus sebagai spesies ikan
Tahun 2011.
yang dilindungi. Pembentukan Kawasan ini diharapkan bisa melindungi spesies ikan arwana di perairan umum Kabupaten Sarolangun dengan kualitas ekologi yang perlu diselamatkan terhadap aktifitas pertambangan emas tanpa izin dengan
Luas Kawasan : Kawasan Konservasi ini memiliki luas 7,5 Ha
melibatkan Pokmaswas, Pemda, BKSDA, Polisi Pamong Praja, Camat, Kepolisian, dan TNI baik secara preventif maupun represif.
204
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
205
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Sarolangun Pokwasmas, Pemda, BKSDA, Pol PP, Camat, Kepolisian dan TNI baik secara preventif maupun represif.
1. Nama Kawasan : Kawasan Suaka Perikanan Arwana Kuntur Kab Sarolangun
.
6. Potensi Ekologis - Keanekaragaman Hayati : 2. Dasar Hukum : -
Pencadangan :
·
Keputusan Bupati Sorolangun No. Nomor 81 Tahun 2011, tentang Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Sorolangun.
3. Luas Kawasan: 28 Ha
Terdapat sedikitnya 72 spesies ikan perairan umum dan 60 spesies merupakan ikan konsumsi yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Diantaranya Arwana (Scleropages formosus) warna putih kehijauan hingga kemerahmerahan, gurami (Ospronemus goramy Lac), Baung (Mystusnemurus), Barau (Hampala macrolepidota), Julung (Dermogeny spusilla), Lais (Kryptoterus, sp), Tilan (Mastacembelu serythrotaenia), Semah (Tor duoronesis), Belida (Notopterus notopterus), Patin, Seluang dan Tapah. Kawasan ini juga merupakan habitat pemijahan dan pengasuhan spesies Arwana jenis putih kehijauan dan merah.
4. Target Konservasi: Luas wilayah perairan yang dijadikan Kawasan Suaka Perikanan Arwana Kutur adalah sebagai berikut:
7. Letak Geografis dan Administratif:
a) Daerah Tanjung Putus Sungai Kutur, Lubuk Bilik hingga Pulau Tlogu panjang ± 100 meter lebar rata-rata ± 22 meter seluas 22.000 m2 sebagai Zona Inti. b) Daerah Tanjung Putus hingga Muara Serambai; panjang ± 150 meter lebar rata-rata ± 20 meter seluas ± 3.000 m2 sebagai Zona Penyangga Hulu. c) Daerah Pulau Tlogu hingga Muara Sungai Kutur; panjang ± 100 meter lebar ± 30 meter seluas ± 3.000 m2 sebagai Zona Penyangga Hilir.
5. Sekilas tentang Kawasan: Kawasan ini merupakan salah satu kawasan konservasi yang sangat penting dan unik karena merupakan salah satu parameter penyokong kehidupan plasma nutfah sumberdaya perairan tawar di DAS Batang Kutur Kecamatan Limun. Selin itu sebagai satu-satunya habitat beragam jenis arwana yang merupakan ikon daerah sekaligus sebagai spesies ikan yang dilindungi. Pembentukan kawasan ini diharapkan bisa melindungi spesies ikan arwana di perairan umum Kabupaten dengan kualitas ekologi yang perlu diselamatkan terhadap aktifitas pertambangan emas tanpa izin dengan melibatkan
206
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
KKP Arwana Kutur berada dalam wilayah administratif Kabupaten Sorolangun, terletak di Daerah Aliran Sungai (DAS) Kutur yang ada dalam wilayah desa Mounti Kecamatan Limun dengan titik koordinat 102°35’34” BT – 2°29’22” LU.
8. Aksesibilitas : Jarak lokasi kota Sarolangun ke desa Mounti sekitar 30 km dengan waktu tempuh kurang dari 45 menit dengan kendaraan roda 2 (dua) ataupun kendaraan roda 4 (empat). Lokasi KKP berada di pinggir desa Mounti, 1 (satu) km dari DAM Kutur ke arah hulu/mudik yang dimulai dari muara kutur (pertemuan antara sungai batang limun dengan sungai kutur) hingga pertemuan dengan sungai Tapah dengan panjang sungai 2 km. Di dalam lokasi terdapat sebuah daerah yang bernama Tanjung Putus.
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
207
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Bungo
208
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
209
1. Nama Kawasan:
4. Target Konservasi:
Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Bungo
A. Kawasan Konservasi Perairan (Reservat) Ikan Semah dan Ikan Lampam pada Lubuk Manlk di Dusun Rantau Pandan Kecamatan Rantau Pandan Kabupaten Bungo sebagal berlkut :
2. Dasar Hukum Pencadangan: t
t
t
t
4,#VQBUJ/PNPS5BIVO1FOFUBQBO,BXBTBO Konservasi Perairan (Reservat) Ikan Semah dan Ikan Lampam Pada Lubuk Manik di Dusun Rantau Pandan Kec. Rantau Pandan Kab Bungo. 4,#VQBUJ/PNPS5BIVO1FOFUBQBO,BXBTBO Konservasi Perairan (Reservat) Ikan Baung dan Ikan Patin Pada Lubuk Kasai di Dusun Koto Jayo Kec. Pelepat Ilir Kab Bungo. 4,#VQBUJ/PNPS5BIVO1FOFUBQBO,BXBTBO Konservasi Perairan (Reservat) Ikan Baung dan Ikan Patin Pada Lubuk Keramat di Dusun Sepunggur Kec. Bathin II Babeko Kab Bungo. 4,#VQBUJ/PNPS5BIVO1FOFUBQBO,BXBTBO Konservasi Perairan (Reservat) Ikan Semah dan Ikan Lampan Pada Lubuk Jantan di Dusun Rantel Kec. Pelepat Kab Bungo.
3. Gambaran Umum: Kabupaten Bungo adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jambi, Indonesia. Kabupaten ini berasal dari hasil pemekaran Kabupaten Bungo Tebo pada tanggal 12 Oktober 1999. Luas wilayahnya 4.659 km² (9,80% dari luas Provinsi Jambi) dengan populasi 303.135 jiwa (Sensus Penduduk Tahun 2010). Kabupaten Bungo secara geografis terletak antara 101’ 27’ sampai 102’ 30’ Bujur Timur dan antara 01’ 55’ Lintang Selatan, yang merupakan dataran rendah yang berada pada ketinggian 0 – 25 meter diatas permukaan laut.
210
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
-
Lubuk Manlk sebagal daerah kawasan konservasi perziran (Reservat) ikan semah dan ikan lampam seluas 4.500 m2 (empat ribu llma ratus meter persegl);
-
TItik koordlnat 01°38,3806 Lintang Selatan, 101°56,7852 Bujur TImur dengan ketlnggian darl permukaan laut 87 m (delapan puluh tujuh meter);
-
Lubuk Teplan Raden sebelah hulu dan Lubuk Napa! sebelah Hilir untuk lubuk tarangan sebagal zona penyangga masing-masing setuas 4.000 m2 (empat ribu meter persegi).
B. Kawasan Konservasi Perairan (Reservat) Ikan Baung dan Ikan Patin pada Lubuk Kasai dl Dusun Koto Jayo Kecamatan Pelepat Ilir Kabupaten Bungo sebagai berikut: -
Lubuk Kasai sebagai daerah kawasan konservasi perairan (Reservat) Ikan baung dan ikan patIn seluas 2,400 m2 (dua rlbu empat ratus meter persegi) panjang 400 m (empat ratus meter) dan lebar 60 m (enam puluh meter);
-
Titik koordinat 01°37.25705 Lintang Selatan, 102°11.0663 Bujur Timur dengan ketinggian dari permukaan laut 50,6 m (lima puluh koma enam meter); .
-
Lubuk Batu Kangkung sebelah hulu dan Lubuk Sungai Rambioh sebelah Hilir untuk lubuk larangan sebagai zona penyangga masing-masing seluas 1.800 m2 (seribu delapan ratus meter persegi)
C. Kawasan Konservasi Perairan (Reservat) Ikan Baung dan Ikan Patin pada Lubuk Keramat di Dusun Sepunggur Kecamatan Bathin II Babeko Kabupaten Sungo sebagai berikut :
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
211
5. Potensi Sosial Budaya dan Ekonomi: Mata pencaharian penduduk Kabupaten Bungo sebagian besar adalah bertani mencapai 59,55%. Kemudian berturut-turut diikuti oleh sektor lainya sebanyak 13,03%, sektor jasa sebanyak 12,36% sektor Perdagangan sebanyak 11,72% dan sektor industri pengolahan sebesar 3,34%.
7. Potensi Pariwisata : (1) Pengembangan kawasan peruntukan pariwisata meliputi : a. kawasan wisata alam; b. kawasan wisata budaya; dan c. kawasan wisata buatan. (2) Kawasan wisata alam meliputi :
-
-
-
Lubuk Keramat sebagai daerah kawasan konservasl perairan (Reservat) ikan baung dan ikan patin seluas 1.800 m2 (seribu delapan ratus meter persegi) panjang 100 m (seratus meter) lebar 80 m (delapa puluh meter) dengan kedalaman 6-7 m (enam sampai dengan tujuh meter); Titik koordinat 01°33,2746 Untang Selatan, 102°13,4532 Bujur TImur dengan ketinggian dari permukaan laut 44,6 m (empat puluh empat koma enam meter); Lubuk Danau Batu sebelah hulu dan Lubuk Sungai Pauh sebelah Hilir untuk lubuk larangan sebagal zona QFOZBOHHBNBTJOHtNBTJOHTFMVBTN TFSJCV delapan ratus meter persegi).
D. Kawasan Konservasi Perairan (Reservat) Ikan Semah dan Ikan Lampam pada Lubuk Jantan di Dusun Ranter Kecamatan Pelepat Kabupaten Bungo sebagai berikut ; -
-
Lubuk Jantan sebagai daerah kawasan konservasi perairan (Reservat) ikan semah dan ikan lampam seluas 13.952 m2 (tiga belas ribu sembilan ratus lima puluh dua meter persegi); Titik koordlnat 01°45,5815 Lintang Selatan, 102°08,2270 Bujur Timur dengan ketinggian dari permukaan laut 81,9 m (delapan puluh satu koma sembilan meter);
Dari aspek pendidikan sampai dengan tahun 2011, untuk menunjang kegiatan belajar mengajar secara efektif, di Kabupaten Bungo memiliki sarana pendidikan Sekolah Dasar berjumlah 247, SLTP berjumlah 76 unit dan SLTA berjumlah 51 unit. sarana tersedia merata di setiap kecamatan, tetapi untuk tingkat SMU masih ada kecamatan yang belum mempunyai fasilitas pendidikan SMU yaitu Kecamatan Pasar Muara Bungo, Kecamatan Bathin III Ulu dan Kecamatan Jujuhan Ilir.
6. Potensi Perikanan (1) Kawasan peruntukan perikanan meliputi: a. kawasan peruntukan perikanan tangkap; dan b. kawasan peruntukan perikanan budidaya. (2) Kawasan peruntukan perikanan tangkap meliputi perikanan tangkap di perairan umum berupa sungai dengan jenis komoditas ikan semah meliputi : a. Kecamatan Rantau Pandan; b. Kecamatan Bathin III Ulu; c. Kecamatan Pelepat; dan
212
Lubuk Paku sebelah hulu dengan luas 5.600 m2 (lima ribu enam ratus meter persegi) dan Lubuk Sungsang sebelah Hilir dengan luas 4.350 m2 (empat ribu tiga ratus lima puluh meter persegi) untuk lubuk larangan sebagai zona penyangga.
b. Bendung/Dam Semagi di Kecamatan Bathin II Pelayang; c. Wisata Alam Pulau Cinto di Kecamatan Bathin III Ulu; d. Gua Alam di Desa Rantau Pandan Kecamatan Rantau Pandan;
q. Air Terjun Telentam di Kecamatan Tanah Sepenggal;
e. Hutan Adat Desa Batu Kerbau terdapat di Kecamatan Pelepat;
r.
f.
s. Air Terjun Dusun Buat Sei. Letung Kecamatan Bathin III Ulu.
(3) Kawasan peruntukan perikanan budidaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dengah luas kurang lebih 8.115 (delapan ribu seratus lima belas) hektar dengan jenis komoditas ikan gurami, ikan nila, ikan patin, dan ikan mas meliputi: a. Kecamatan Rantau Pandan; b. Kecamatan Bathin III Ulu;
d. Kecamatan Tanah Tumbuh; dan e. Kecamatan Pelepat.
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Air Terjun Renah Sungai Ipuh terdapat di Kecamatan Limbur Lubuk Mengkuang;
g. Taman Wisata Bumi Perkemahan Pramuka dan Taman Hutan Cadika terdapat di Kecamatan Rimbu Tengah; h. Taman Wisata Batu Gelagah Buto terdapat di Kecamatan Bathin III Ulu; i.
Wisata Air Terjun Rantau Pandan terdapat di Kecamatan Rantau Pandan;
j.
Air Terjun Tegan Kiri terdapat di Kecamatan Rantau Pandan;
d. Kecamatan Limbur Lubuk Mengkuang.
c. Kecamatan Bathin II Babeko; -
a. Kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat di Kecamatan Bathin III Ulu, Kecamatan Pelepat, Kecamatan Limbur Lubuk Mengkuang dan Kecamatan Tanah Tumbuh;
k. Goa Gending terdapat di Kecamatan Limbur Lubuk Mengkuang; l.
Air Terjun Rantau Tipu terdapat di Kecamatan Limbur Lubuk Mengkuang;
m. Air Terjun Sungai Inum terdapat di Kecamatan Rantau Pandan; n. Air Terjun Pancuran Gading terdapat di Kecamatan Rantau Pandan; o. Air Terjun Punjung Empat terdapat di Kecamatan Pelepat; p. Goa Batu Luah Muaro terdapat di Kecamatan Pelepat;
Air Terjun Lebuh Kampung Leban di Kecamatan Tanah Sepenggal; dan
(3) Kawasan peruntukan pariwisata budaya meliputi : a. Batu Patah Sembilan terdapat di Kecamatan Bathin III Ulu; b. Kampung adat terdapat di Desa Tanah Periuk dan Desa Lubuk Landai Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas; dan c. Hutan adat dengan luas kurang lebih 3.110 (tiga ribu seratus sepuluh) hektar di Kecamatan Pelepat dan Kecamatan Bathin III Ulu. d. Kawasan peruntukan pariwisata buatan meliputi seluruh wilayah Kecamatan di Kabupaten Bungo..
8. Aksesibilitas : Untuk jalur udara Kabupaten Bungo telah memiliki sebuah Bandar Udara yaitu Bandar Udara Muara Bungo yang diresmikan pada 9 Juni 2012. Bandar Udara ini berlokasi di Desa Sungai Buluh, Rimbo Tengah. Maskapai yang beroperasi adalah Susi Air dan Aviastar Mandiri. Aviastar Mandiri rute penerbangannya menuju jakarta, sedang untuk Susi Air rute penerbangannya adalah menuju jambi dan bengkulu.
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
213
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Bangka Barat merusak habitat dan menurunkan populasi siput gonggong di alam.
Nama Kawasan : Kawasan Daerah Perlindungan Laut Desa Bakit Kecamatan Parit Tiga Kabupaten Bangka Barat.
Dasar Hukum: Dasar hukum penetapan Daerah Perlindungan Laut Kabupaten Bangka Barat adalah SK Bupati Bangka Barat No. 188.45/352/2.05.01/2013. KKLD tersebut diprioritaskan sebagai Kawasan Perlindungan Penuh terhadap Siput Gonggong (Strombus turturella).
Luas Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan ini memiliki luas 2.161,70 Ha.
Letak Geografis dan Administratif : Letak geografis Kabupaten Bangka Barat di antara : 105o 00’ – 106o 00’ BT dan 01o 00’ – 02o 10’ LS, dengan batas wilayah: -
Sebelah utara Sebelah timur Sebelah selatan
-
Sebelah barat
: Laut Natuna; : Kabupaten Bangka; : Selat Bangka dan Kabupaten Bangka; dan : Selat Bangka.
Kabupaten Bangka Barat terdiri atas 6 (enam) Kecamatan, yaitu: Muntok, Simpangteritip, Kelapa, Jebus, Parittiga, dan Tempilang. Luas wilayah daratan berdasarkan RPJP Kabupaten Bangka Barat adalah sekitar 2.979,71 km², atau 297.971 Ha; dan wilayah laut kewenangan sekitar 1.541,29 km² atau 154.129 Ha (yaitu selebar 4 mil-laut dari garis / batas terluar pantai). Sementara berdasarkan data dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 luas wilayah Kabupaten Bangka Barat adalah sekitar 2.820,61 km² atau 282.061 Ha.
Siput gonggong merupakan salah satu spesies dari siput laut menengah, yang termasuk dalam filum moluska dan berada dalam keluarga strombidae yang dianggap sebagai spesies ekonomis penting di Indo-Pasifik Barat. Pada tingkat individu dewasa memiliki cangkang berwarna coklat kekuningan atau emas dan abuabu. Selain itu juga siput gonggong memiliki karakteristik yaitu: cangkang menyerupai gasing dan tutup cangkang berbentuk sabit, mulut cangkang (aperture) tumbuh melebar ke arah luar, lekukan stromboid terletak di sisi kanan anterior cangkang, tepi cangkang bagian luar (outer lip) menebal, lapisan cangkangnya tebal, permukaan gelung besar rata tanpa tonjolan atau lekukan, panjang maksimum cangkang dapat mencapai 100 mm, tetapi umumnya berukuran 65 mm. Habitat siput gonggong umumnya adalah substrat lumpur berpasir yang banyak ditumbuhi tumbuhan bentik seperti lamun dan makro algae, mulai dari batas surut terendah hingga kedalaman ± 6 meter.
Aksesibilitas t
Potensi Pariwisata Potensi Wisata di Kabupaten Bangka Tengah meliputi: t
1BOUBJ5BOKVOH,BMJBO 5BOKVOH6MBS 1BOUBJ"OHFM 1BOUBJ Muntok Asin, Pantai Batu Rakit,Pantai Mentibak, Pantai Air Mas Rambat, Pantai Airnyatoh, PantaiMenggris, Pantai Sadardaya (Tungau) dan Pantai Karang Aji, BukitMenumbing dan Batu Balai yang terdapat di Kecamatan Muntok dan Simpang teritip.
t
1BOUBJ5BOKVOH3V 1VMBV/FOBT 1BOUBJ#MFNCBOH 1BOUBJ Bembang, Bukit Mempari, BukitPenyabung dan Pantai Siangau yang terdapat di Kecamatan Jebus dan Parittiga
t
1BOUBJ1BTJS,VOJOH 1BOUBJ,FEBDBL "JSQBOBT%FOEBOH perkebunan sawit, sarang burung walet yang terdapat di Kecamatan Tempilang dan Kelapa.
Keanekaragaman Hayati : Siput gonggong (Strombus turturella) merupakan salah satu gastropoda dalam famili Strombidae yang banyak ditemukan di perairan dangkal ataupun pasir berlumpur dan banyak dimanfaatkan untuk konsumsi dan dijual. Saat ini permintaan akan daging siput gonggong meningkat dan adanya aktivitas penambangan timah di sekitar wilayah tersebut berpotensi
214
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
%BSJ+BLBSUB LJUBIBSVTNFOVKV1BOHLBMQJOBOHUFSMFCJI dahulu untuk mencapai lokasi. Selanjutnya perjalanan dilanjutkan dengan transportasi darat menuju Muntok ibukota Kabupaten Bangka Barat dengan waktu tempuh kurang dari 1 jam.
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
215
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Bangka Selatan Nama Kawasan : Kawasan Daerah Perlindungan Laut Kabupaten Bangka Selatan.
Dasar Hukum: Dasar hukum penetapan Daerah Perlindungan Laut Kabupaten Bangka Selatan adalah SK Bupati Bangka Selatan No.188.45/119.4/DKP/2012.
Luas Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan ini memiliki luas 186 Ha.
Letak Geografis dan Administratif : Wilayah Kabupaten Bangka Selatan terletak di Pulau Bangka dengan luas lebih kurang 3.607,08 Km2 atau 360.708 Ha. Secara geografis Kabupaten Bangka Selatan terletak pada 2° 26’ 27” sampai 3°5’ 56” Lintang Selatan dan 107° 14’ 31” sampai 105° 53’ 09” Bujur Timur. Secara administratif wilayah Kabupaten Bangka Selatan berbatasan langsung dengan daratan wilayah kabupaten/kota lainnya di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, yaitu dengan wilayah Kabupaten Bangka Tengah di sebelah Utara. Di sebelah Barat dan Selatan berbatasan dengan Selat Bangka dan Laut Jawa, sedangkan di sebelah Timur berbatasan dengan Selat Gaspar. Pada umumnya sungai di daerah Kabupaten Bangka Selatan berhulu di daerah perbukitan dan pegunungan dan bermuara di pantai laut. Sungai yang terdapat di daerah Kabupaten Bangka Selatan dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu
216
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
sungai utama, sungai sekunder dan sungai tersier. Sungai utama antara lain Sungai Bantel, Sungai Kepuh dan lain-lain Sungai-sungai tersebut berfungsi sebagai sarana transportasi dan belum bermanfaat untuk pertanian dan perikanan karena para nelayan lebih cenderung mencari ikan ke laut. Pada dasarnya di Daerah Kabupaten Bangka Selatan tidak ada danau alam, hanya ada bekas penambangan bijih timah yang luas dan hingga menjadikannya seperti danau buatan yang disebut kolong. Kondisi perekonomian Kabupaten Bangka Selatan relatif banyak didukung oleh potensi unggulan di sektor pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan. Komoditi unggulan Kabuapaten Bangka Selatan yaitu pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, dan jasa, sektor pertanian komoditinya adalah jagung, ubi jalar dan ubi kayu, sektor perkebunan komoditinya adalah kelapa sawit, kerat, kopi, kelapa dan lada, sektor perikanan komoditinya adalah perikanan tangkap, sektor peternakan komoditinya adalah sapi, babi, domba, kambing dan kerbau dan sektor jasa komoditinya adalah wisata alam dan wisata budaya.
Keanekaragaman Hayati : Kelautan dan Perikanan juga merupakan sektor unggulan dalam pengembangan ekonomi wilayah Kabupaten Bangka Selatan. Berkisar 7,35 % dari total PDRB Kabupaten Bangka Selatan dikontribusikan dari sektor kelautan dan perikanan. Wilayah pengembangan potensi kelautan perikanan di Kabupaten Bangka Selatan terletak di Kecamatan Lepar Pongok, Kecamatan Tukak Sadai, Kecamatan Toboali dan Kecamatan Simpang Rimba. Sementara itu, komoditas yang menjadi unggulan di Bangka Selatan terdiri Perikanan Laut, Budidaya Keramba Jaring Apung (KJA) , Udang dan Rumput Laut.
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
217
olahraga voly pantai . Suasana hutan yang masih alami di sekitaran pantai juga membuat keindahan alam semakin membuat kita betah untuk memanjakan diri disini.
Aksesibilitas t
%BSJ+BLBSUB LJUBIBSVTNFOVKV1BOHLBMQJOBOHUFSMFCJI dahulu untuk mencapai lokasi. Selanjutnya perjalanan dilanjutkan dengan transportasi darat menuju Toboali ibukota Kabupaten Bangka Selatan dengan waktu tempuh kurang dari 1 jam.
-
Pantai Gunung Namak terletak di Kecamatan Taboali Kabupaten Bangka Selatan, berjarak sekitar 18 km dari kota Taboali dan dapat ditempuh selama 1 jam perjalanan dengan kendaraan roda dua dan empat. Dengan hamparan pantai yang landai dan air laut yang masih sangat biru membuat pantai gunung namak ini sangat cocok sekali untuk menjadi tujuan wisata keluarga. Dan terutama untuk wisatawan yang hobi memancing di laut.
-
Pantai Tanjung Timur terletak di kecamatan toboali kabupaten Bangka Selatan, lokasi pantai ini dapat di tempuh selama 45 menit perjalanan dari kota Toboali dengan menggunakan speed boat tradisional rakyat
Potensi Pariwisata Di kabupaten bangka selatan terdapat beberapa wisata & spot menarik untuk di kunjungi diantaranya adalah: -
218
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Pantai Tanjung Kerasak terletak di Desa Pasir Putih Berjarak kurang lebih 30 Km dari Toboali, dapat di tempuh selama 1 jam perjalanan dengan kendaraan roda dua dan roda empat. Pantai ini memiliki air yang jernih dan pasir yang putih, disekitar pantai merupakan hutan yang masih alami sering digunakan untuk kegiatan berkemah , rekreasi dan
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
219
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Belitung a. Zona Inti Pulau Lengkuas, luas perairan 282,05 luas darat
Nama Kawasan :
35,03 luas total 315,53 Hektar dengan titik koordinat 1070
Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Belitung
40’ 70” BT - 020 31’ 75” LS , 1070 36’ 60” BT - 020 31’ 75” LS, 1070 36’ 60” BT - 020 35’ 50” LS, 1070 37’ 62” BT - 020 35’ 50” LS, 1070 39’ 78” BT - 020 33’ 25” LS dan 1070 40’ 70” BT - 020
Dasar Hukum :
33’ 25” LS. -
Pencadangan: b. Zona Inti Pulau Peling, luas perairan 284,62 luas darat 1,44
-
SK Bupati Belitung Nomor : 188.45/156.A/KEP/DKP/2014
luas total 286,06 Hektar dengan titik koordinat 1070 21’ 42”
tanggal 28 Maret 2014 tentang Penetapan Pencadangan
BT - 020 54’ 43” LS, 1070 20’ 48” BT - 020 54’ 43” LS, 1070 20’
Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Belitung
48” BT - 020 55’ 39” LS dan 1070 21’ 42” BT - 020 55’ 39” LS.
Rencana Pengelolaan dan Zonasi:
c. Zona Inti Pulau Pelma, luas perairan 169,53 luas darat 3,77 luas total 173,30 Hektar dengan titik koordinat 1070 41’ 46”
(Belum ada) -
BT - 030 19’ 28” LS, 1070 41’ 03” BT - 030 19’ 28” LS, 1070 41’
Unit Organisasi Pengelola:
03” BT - 030 20’ 11” LS dan 1070 41’ 46” BT - 030 20’ 11” LS.
(Belum ada) -
d. Zona Inti Pulau Selema, luas perairan 162,15 luas darat
Penetapan:
2,25 luas total 164,4 Hektar dengan titik koordinat 1070 06’ 80” BT - 020 58’ 80” LS, 1070 06’ 20” BT - 020 58’ 80” LS, 1070
(Belum)
06’ 200” BT - 020 59’ 60” LS, dan 1070 06’ 80” BT - 020 59’ 60” -
Keterkaitan dengan dasar hukum/kebijakan daerah
LS.
(PERDA, PERBUP, dll.) e. Zona Perikanan Berkelanjutan Kecamatan Sijuk, luas perairan 18.611,27 luas darat 737,52 luas total 19.348,79 Hektar dengan titik koordinat 1070 53’ 17” BT - 020 34’ 01”
Luas Kawasan :
LS, 1070 53’ 16” BT - 020 30’ 52” LS, 1070 36’ 18” BT - 020 30’
± 662.984 (enam ratus enam puluh dua ribu sembilan ratus
54” LS, 1070 36’ 19” BT - 020 41’ 18” LS dan 1070 37’ 32” BT -
delatan puluh empat) hektar
020 41’ 19” LS. f.
Letak, Lokasi dan Batas-batas Kawasan:
sekitarnya, luas perairan 390.680,64 luas darat 23.804,45
Pencadangan kawasan konservasi perairan Kabupaten Kabupaten Belitung dengan batas-batas koordinat sebagai
220
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
luas total 414.485,09 Hektar dengan titik koordinat 1070 36’ 20” BT - 020 45’ 47” LS, 1070 05’ 46” BT - 020 45’ 51” LS, 1070
Belitung, ditetapkan sebagai Taman Wisata Perairan berikut :
Zona Perikanan Berkelanjutan Kecamatan Selat Nasik dan
05’ 51” BT - 030 21’ 56” LS, 1070 49’ 44” BT - 030 21’ 50” LS dan 1070 49’ 42” BT - 030 10’ 02” LS.
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
221
g. Zona Pemanfaatan, luas perairan 226.295,12, luas darat
umumnya pantai berlumpur, pasir putih, pantai
1.916,20 luas total 228.211,32 Hektar dengan titik
berbatu dengan tanaman pantai berupa semak,
0
0
0
koordinat 107 54’ 21” BT - 02 34’ 28” LS, 107 54’ 20” BT 0
0
0
0
baringtonia dan beberapa jenis mangrove. Pantai
02 29’ 48” LS, 107 04’ 41” BT - 02 29’ 53” LS, 107 04’ 46” BT
yang ada di wilayah Kecamatan Sijuk antara lain
- 030 22’ 60” LS, 1070 52’ 12” BT - 030 22’ 53” LS dan 1070 51’
Pantai Terong. Tanjung Binga, Batu Itam, Keciput, Sijuk
0
35” BT - 03 03’ 30” LS.
dan Sungai Padang. Dari ke enam pantai tersebut, Pantai Keciput dan Sijuk merupakan pantai yang memiliki kelengkapan ekosistem yang lebih lengkap
Target Konservasi:
dibandingkan dengan pantai lainnya. Dasar perairan
-
di sekitar perairan Kecamatan Sijuk umumnya
-
Target Sumberdaya (Bioekologis) Target Sosial, Budaya dan Ekonomi
Potensi Ekologis - Keanekaragaman Hayati: 1. Kecamatan Sijuk
Pasang surut yang terjadi di Perairan Kecamatan Sijuk seperti
Seperti halnya di wilayah perairan Kabupaten Belitung, berdasarkan penelitian LIPI (Oktober, 2005), kecepatan arus di wilayah perairan Kecamatan Sijuk secara keseluruhan berkisar antara 17,80 – 42,10 cm/det dengan rata-rata 29,40 cm/det. Secara rata-rata kecepatan arus di lapisan permukaan lebih tinggi dibandingkan pada kedalaman 5 dan 10 meter. Kecepatan arus di perairan ins masih termasuk kecepatan arus
merupakan daerah atol (terumbu karang) dan tempat bertemunya arus, sehingga banyak
sebagian lagi ke arah barat laut dan barat daya namun pada
terdapat plankton yang merupakan makanan ikan
kedalaman 5 dan 10 meter arus bergerak ke arah barat daya,
dan biota lainnya (Bapeda Kabupaten Belitung,
sehingga arah arus pada penelitian ini dominan bergerak ke
2005). Secara rinci kondisi karakteristik dari masing-
arah barat daya.
pasang surut di perairan Laut Cina Selatan yang merambat ke selatan memasuki Laut Jawa (Pariwono, 1985). Perambatan pasang surut dari Samudera Pasifik yang memasuki perairan Sijuk melalui perairan Laut Cina Selatan telah dipengaruhi
E. Suhu Perairan Berdasarkan hasil pengukuran kualitas air (November 2012) Sijuk tercatat rata-rata 25 derajat Celcius. Pengambilan dan pengukuran sampel ini dilakukan sudah masuk musim penghujan. Pada saat musim kemarau diperkirakan suhu
Tabel 1.1. Kodisi Pantai di Kecamatan Sijuk
Karakteristik
matahari dan bulan, akan tetapi dominan dipengaruhi oleh
suhu perairan di beberapa stasiun pengukuran di Kecamatan
C. Pola Angin
Pulau/pantai
surut yang secara langsung dibangkitkan oleh gravitasi
(Bappeda, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, 2004). Arah arus pada lapisan permukaan bergerak ke arah utara dan
disajikan pada Tabel 1.1.
Kondisi pantai yang ada di wilayah Kecamatan Sijuk
halnya di perairan lainya di Kabupaten Belitung, bukan pasang
oleh morfotogi pantai dan kedalaman laut (bathymetri)
yang sedang.
masing pantai yang ada di wilayah Kecamatan Sijuk
A. Kondisi Pantai
No
B. Pola dan Kecepatan Arus
Pola angin permukaan yang terjadi laut Cina Selatan
perairan akan lebih meningkat lagi. Menurut LIPI (2005) pada
khususnya di perairan Kecamatan Sijuk dipengaruhi oleh
saat musim kemarau atau musim timur suhu maksimal dapat
angin muson, yang mana menurut Nontji (1987) pada saat
mencapai 29 derajat Celcius.
a. Terong
Pantai berlumpur, baritonga, mangrove
musim barat angin berhembus dari Asia menuju Australia
b. Tanjung Binga
Pasir putih, pantai berbatu, mangrove
yang mana pada saat itu terjadi musim dingin di belahan
c. Batu Itam
Pantai berlumpur, baritonga, mangrove
d. Keciput
Pasir putih, pantai berbatu, baritonga, mangrove, semak
dan tekanan rendah di atas daratan Australia. Hal inilah yang
e. Sijuk
Pasir putih, pantai berbatu, baritonga, mangrove, semak
dikenal sebagai angin musim barat. Pada musim timur berlaku
f. Sungai Padang
Pasir putih, pantai berlumpur, baritonga, mangrove Sumber : Bappeda Kabupaten Belitung, 2005
sebaliknya, dimana pusat tekanan tinggi terjadi terjadi di atas
bumi bagian utara dan musim panas di belahan bumi bagian selatan, sehingga terjadi tekanan tinggi di atas daratan Asia
daratan Australia dan pusat tekanan rendah di atas daratan
F. Kondisi Kimiawi Perairan Kualitas air berperan penting bagi seluruh organisme perairan untuk menunjang proses kehidupannya. Kualitas perairan bisa dilihat dari nilai parameter kimiawi perairan. Gambaran kondisi kimiawi perairan di wilayah perairan Kecamatan Sijuk disajikan sebagai berikut:
Asia, sehingga mengakibatkan angin berhembus dari daratan Australia menuju daratan Asia, yang lebih dikenal dengan angin musim timur.
D. Pasang Surut Secara umum fenomena naik turunnya paras muka air laut atau yang lebih dikenal dengan pasang surut terutama disebabkan oleh gravitasi matahari dan bulan terhadap massa air laut. Posisi matahari dan bulan terhadap bumi berubah setiap waktu, perubahan posisi tersebut membangkitkan gaya yang berbeda-beda, sehingga kedudukan muka laut serta kisaran pasang surut juga berbeda-beda.
222
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
1. Stasiun
: Pulau Lengkuas
Koordinat
: S02032.323’ E107037.679’ elv: 32 ft
Suhu
: 250C
pH
: 8,05
Salinitas
: 30
Kecerahan
: > 3 meter
DO
: 8,3
Waktu Pengambilan jam 09.00 2. Stasiun
: Pulau Burung
Koordinat
: S02034.000’ E107037.629’ elv: 21 ft
Suhu
: 250C
pH
: 7,9
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
223
Salinitas
: 38
Kecerahan
: > 3 meter
DO
2. Sungai Sijuk : 6,7
Waktu Pengambilan jam 10.00 3. Stasiun
: Pulau Kera
Koordinat
: S02035.013’ E107037.411’ elv: 25 ft
Suhu
: 250C
pH
: 7,98
Salinitas
: 31
Kecerahan
: > 3 meter
DO
: 8,3
Waktu Pengambilan jam 10.30 4.
Keadaan mangrove di kiri kanan sungai ini mempunyai
Jenis, Marga, Suku Serta Nama Daerah Mangrove Yang Ditemukan di Lokasi Penelitian
ketebalan 25 sampai 50 m. Untuk pohon mempunyai kepadatan 200 – 400 batang/ha dengan ketinggian 8 – 10 m, sedangkan untuk belta kepadatannya antara 800 – 1.600 batang/ha dengan ketinggian antara 4 – 6 m. Selain jenis Rhizophora apiculata sebagai dominan juga jenis lain yang banyak ditemukan adalah Brugulera
Suku Apocynaceae Avicenniaceae Combretaceae Euphorbiaceae Malvaceae
gymnorrhiza. Secara keseluruhan di lokasi ini ditemukan 8 jenis mangrove.
Meliaceae
3. Sungai Padang
Myrtaceae
Stasiun
: Pesisir/Dekat Pemukiman
Keberadaan mangrove di sebelah kanan sungai yang
Koordinat
: S02035.398’ E107037.085’ elv: 25 ft
mengarah ke muara lebih tebal dari pada sebelah kiri
Suhu
: 250C
sungai yang mengarah ke muara. Ketebalan mangrove
pH
: 7,96
di sebelah kanan sungai berkisar antara 75 – 100 m.
Salinitas
: 34
Jenis yang mendominasi baik potion maupun belta
Kecerahan
: > 3 meter
adalah Rhizophora apiculata. Kepadatan pohon berkisar
DO
: 7,4
antara 400 – 500 batang/ha dengan ketinggian antara
Waktu Pengambilan jam 10.45
Tabel 1.2
10 – 15 m bahkan ada yang mempunyai diameter 40 cm,
Palvuae Pteridophyta Rhizophoraceae
Sonneratiaceae
sedangkan untuk belta mempunyai kepadatan 600 – 800
Jenis Nama Daerah Cerbera odollum Avicenia alba Lumnitzera racemosa WILLLD Api-api duduk Excoecaria agallocha L. Buta-buta Hibiscus tiliaceus Waru Thespesia populnea Xylocarpus granatum KOEN Ngirili Xylocarpus moluccensis Aegiceros comiculatum Osbomea octodonta Nypa fructicans WURMB. Nipah Acrostichum aureum L. Wakas Brugiera cylindrica Brugiera gymnorrhiza Ceriops tagal Rhizophora apiculata BLUME Bakau putih Rhizohora mucronata LMK Bakau hitam Rhizophora stylosa GRIFF Bakau rangkah Sonneratia alba J.E. SMITH Bogem Sumber : LIPI, 2005 dan Hasil Survey 2012
batang/ha dengan ketinggian 4 – 6 m. Kondisi mangrove G. Sebaran Mangrove
di tempat ini rata-rata mempunyai kondisi dan potensi
H. Sebaran Padang Lamun
I. Sebaran Terumbu Karang
lain. Secara keseluruhan di lokasi ini didapatkan 10 jenis
Sebaran lamun di pulau-pulau kecil Kecamatan Sijuk antara
Sebaran karang di pulau-pulau kecil Kecamatan Sijuk antra
mangrove. Dari semua lokasi, umumnya mangrove banyak
lain berada di pulau Aji, Babi, Batu berlayar, Batu garuda,
lain berada di pulau : Agar, Aji, Babi, Batu berlayar, Batu
ditemukan pada daerah muara sungai sampai ke arah
Bekukur, Bulu, Burung, Jemang, Jukong, Kelayang, Kera,
garuda, Bekukur, Bulu, Burung, Jemang, Jukong, Kelayang,
hulu sungai. Adapun jenis yang banyak ditemukan adalah
Lengkuas, Lutung, Malang huya, Malang mas, Pegadur,
Kera, Kijang, Lengkuas, Lutung, Malang besar, Malang huya,
jenis Rhizophora apiculata. Berikut disajikan tabel spesies
Tukong air labuh, Tukong kelayang, Tukong kelayang laut,
Malang mas, Malang penyu, Pegadur, Sering, Siantu, Teluk
mangrove secara keseluruhan yang ditemukan di lokasi
Tukong makbulang, Tukong darat, dan Tukong Kera. Lamun
buaya, Tukong air labuh, Tukong kelayang laut, Tukong
penelitian.
yang ditemui di pulau-pulau kecil di Kecamatan Sijuk antara
muara didominasi oleh Rhizophora apiculata dengan
makbulang, Tukong darat, Tukong Kera, dan Tukong laut.
lain dari jenis Enhalus sp, Thalasia sp, Halaophilia sp. Selain itu
ketebalan 100 m, selain jenis tersebut banyak ditemukan
Berikut disajikan jenis dan sebaran terumbu karang di perairan
juga ditemukan beberapa rumput laut dan jenis Caulapa sp.
juga Brugulera gymnonfilza, Bragulera dan Xylocarpus
Kabupaten Belitung secara keseluruhan.
dan Sargasum sp.
Sebaran mangrove di pulau-pulau kecil Kecamatan Sijuk terdapat di Sungai Terong, Sungai Sijuk dan Sungai Padang. Berikut gambarannya:
1. Sungai Terong Keberadaan mangrove di lokasi ini terutama di daesah
yang paling baik jika dibandingkan dengan tempat
granatum. Di muara ini jarang ditemukan mangrove yang berupa potion, akan tetapi di kiri kanan sungai yang ketebalannya 5 – 10 m banyak ditemukan mangrove dalam bentuk pohon terutama Xylocaipus granatum yang berdiameter 30 cm dan Bruguiera gymnorrhiza dengan diameter 25 cm yang ketinggiannya mencapai 20 m. Secara keseluruhan lokasi ini didapatkan 11 jenis mangrove.
224
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
225
Tabel 1.3. Persentase Penutupan Terumbu Karang Hidup Di Kabupaten Belitung
Benthic Hard Corals (Acropora) Hard Corals (Non Acropora) Dead Soelaractinia Algae Other Fauna Abiotic Jumlah (%)
Tabel 1.4 Jenis, Famili, dan Kepadatan Ikan Karang Di Perairan Kabupaten Belitung
Pulau Sekutai 0,22
Pulau Kali Mambang 0,24
Lokasi Pulau Batu Itam 8,28
40,12
63,2
39,36
66,88
41,94
8,62
11,74
12,24
13,24
11
44,48 5,68 0,88 100
20,48 3,74 0,6 100
30,06 3,8 6,26 100
13,26 0,4 2 100
43,5 3,56 0 100
Pulau Keran 4,22
Pulau Akeake 0
No. 1 2 3 4
Item
Major
Famili Jenis Ekor/2.500m° Ekor/ha
8 42 1.517 6.100
Di Pantai Batu Itam ditemui adanya daerah rataan terumbu (reef flat) yang cukup luas yaitu sekitar 500 m, pantai ditumbuhi oleh mangrove dari jenis Rhizophora sp. Di daerah ini juga dijumpai beberapa patch reef. Lereng terumbu bagian etas (reef flat) landai dengan kemiringan sekitar 20°. Karang tidak tumbuh dengan baik, kehadiran alga dari jenis Sargassum sangat mendominasi di daerah ini. Semakin
J. Potensi Sumberdaya Ikan Berdasarkan penelitian LIPI (2005), terkumpul 66 jenis ikan
Indikator 1 3 73 300
Total 18 66 1.917 7.700
jenis moluska yang dapat digunakan sebagai bahan pangan
K. Potensi dan Sebaran Sumberdaya Non Ikan Sumberdaya non ikan yang banyak ditemui di wilayah perairan Kecamatan Sijuk diantaranya penyu, moluska,
Sumber : LIPI, 2005
Target 9 21 327 1.300
ditemukan di perairan ini, seperti marga Triciacna, Trochus, Strombus dan Lambis.
teripang, dan makroalga. Berdasarkan penelitian LIPI (2005)
Penelitian alga oleh LIPI tahun 2005 di perairan pantai
penyu di Kabupaten Belitung ditemukan di Pulau lengkuas,
Belitung yang berada di Pulau Sekutai, Pulau Kalimambang,
Pulau Piling dan Pulau Pelma dengan jenis penyu sisik dan
Tanjung Batu Pulau Akeake dan Pulau Keran menunjukkan
penyu hijau. Pulau Lengkuas terdapat di gugusan pulau di
kepadatan dan kelimpahan alga yang berbeda. Hal ini
Kecamatan Sijuk.
disebabkan karena pengaruh lingkungan perairan yang tidak
karang dengan Ikan sampel sebanyak 1.917 ekor dari 18 famili, yang tertangkap di sekitar perairan Kabupaten Belitung (Pulau
Berdasarkan penelitian LIPI (2005), makrobentik yang tercatat
Kalimambang, Pulau Sekutai, Pantai Batu Itam, Pulau Keran
sekitar 28 jenis moluska, 5 jenis krustasea dan 10 jenis
dan Pulau Ake-ake), dan terdiri dari :
ekhinodermata. Jumlah jenis fauna makrobentik yang tercatat
mendukung untuk kelangsungan pertumbuhan makro alga. a). Pulau Sekutal
relatif sama dengan jumlah fauna makrobentik dan daerah
kebawah (reef slope), kemiringan bertambah yaitu antara 65°
z Ikan major (42 jenis, 8 famili);
– 75°. Pertumbuhan karang hidup terlihat – lebih bervariasi
zIkan target/pangan (21 jenis, 9 famili); dan
yang didominasi oleh bentuk pertumbuhan massive dari
zIkan indikator Chaetodontidae (3 jenis, 1 famili).
jenis Porites lobata, Oulophylla sp., bentuk pertumbuhan
Kepadatan ikan major sebanyak 6.100 ekor/ha, ikan target
1 individu di perairan Kabupaten Befitting. Rendahnya tingkat
bercabang dari jenis Porites dan Echinopora horrida juga
1.300 ekor/ha, ikan indikator 300 ekor/ha dan total ikan
kepadatan fauna makrobentik di perairan Kabupaten Befitting
terlihat mengelompok. Bentuk pertumbuhan seperti daun
karang sebanyak 7.700 ekor/ha, seperti yang terlihat pada
diduga akibat kasus tangkap lebih (over fishing) dan akibat
juga terlihat dari jenis Turbinaria sp. Bentuk pertumbuhan
Tabel 5.4. Ikan Napoleon (Cherlinus undulates) ditemukan
kerusakan habitat yang disebabkan oleh tingginya tingkat
seperti jamur juga terlihat mendominasi di dasar perairan.
di perairan Pulau Kalimambang, dan tidak menutup
sedimentasi yang ditandai dengan keruhnya perairan.
Yang menarik, karang-karang anakan dari jenis Fungia sp.
kemungkinan keberadaan ikan ini di lokasi perairan karang
juga terlihat mulai tumbuh. Di antara bongkahan-bongkahan
lainnya. Ikan napoleon merupakan ikan bernilai tinggi dan
karang matt dijumpai soft Coral dan spons Dari basil LIT (Line
dilindungi, sehingga keberadaan ikan ini perlu dijaga. Jenis
Intercept Transect), diperoleh persentase tutupan karang hidup
ikan ini merupakan ikan yang perlu mendapat perlindungan
sebesar 47,64 %.
di Kawasan Konservasi Perairan di Kabupaten Belitung.
perairan timur Pulau Bangka. Tetapi kepadatan individunya relatif lebih rendah dan perairan timur pulau Bangka, yaitu berkisar antara 3 – 4 ekor/m2 di Bangka Timur dan kurang dan
Diperoleh 34 jenis makro alga dengan panen berat basah tertinggi 700 g/m2. Makro alga nilal ekonomis yang ada dari marga Sargassum, Turbinaria, Hormophysa, Eucheuma dan Gracilaria. Dominasi marga diduduki oleh Gracilaria dengan nilal dominasi 28,70. Pulau Sekutai termasuk yang mengalami sedimentasi, banyak pertumbuhan alga yang tertutup oleh partikel lumpur. Pulau ini terletak sebelah barat pelabuhan Tanjungpandan. (b) Pulau Kalimambang
Teripang yang ada di perairan Kabupaten Belitung, hanya
Diperoleh makro alga sebanyak 30 jenis dengan panen
diwakili oleh teripang berkualitas rendah sepertiHolothuna
berat basah tertinggi 1170 g/m2. Makro alga nilal
atra, H. Coluber dan Bohadschia matmorata. Kelangkaan
ekonomis yang ada dari marga Sargassum, Turbinaria,
jenis-jenis teripang ini diduga sebagai akibat kasus tangkap
Honnaphysa dan Gracilaria. Dominasi marga diduduki
lebih (over fishing). Dimana jenis-jenis teripang ini diburu
oleh Sargassum dengan nilai dominasi 67,40. Pulau
terus-menerus. Hal yang sama juga terlihat pada krustasea/
Kalimambang merupakan pulau yang terietak sebelah
kepiting marga Portunus dan Thallamita yang kehadirannya
utara Pulau Sekutal. Di pulau ini berada di daerah paparan
sangat langka. Fauna moluska relatif lehih beragam dan
terumbu mengalami sedimentasi dengan penutupan
lebih kaya dari fauna ekhinodermata dan krustasea. beberapa
pertumbuhan makro alga dari partikel lumpur yang cukup tebal.
226
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
227
(c) Batu Itam
menunjukan pulau ini masih ideal untuk lahan budidaya rumput laut. Pulau tidak berpenduduk dan daerah tepi
Pertumbuhan makro alga berada di gugus Batu Itam di
pantai berpasir putih, termasuk diantara pulau dalam
Kecamatan Sijuk. Makro alga yang diperoleh sebanyak
katagori baik untuk perlakuan budidaya. Pertumbuhan
30 jenis dengan panen berat basah tertinggl 2.230 g/m2.
makro alga nilai ekonomis dari Marga Sargassum,
Pertumbuhan makro alga bemilai ekonomis dari marga
Turbinaria, Hormophysa, Gradlaria, Eucheuma dan
Sargassum, flormophysa dan Turbinaria. Dominasi marga
Halimeda. Makro alga yang diperoleh 34 jenis. Panen berat
diduduki oleh Sargassum dengan nilai dominasi 89,88.
basah tertinggi yang diperoleh 1.268 g/m2. Dominasi jenis (d) Pulau Akeake
diduduki oleh Sargassum dengan nilai dominasi 48,78.
B. Pola dan Kecepatan Arus
Pasang surut yang terjadi di Perairan Kecamatan Selat
Seperti halnya di wilayah perairan Kabupaten Belitung, berdasarkan penelitian LIPI (Oktober, 2005), kecepatan arus di wilayah perairan Kecamatan Selat Nasik secara keseluruhan berkisar antara 17,80 – 42,10 cm/det dengan rata-rata 29,40 cm/det. Secara rata-rata kecepatan arus di lapisan permukaan lebih tinggi dibandingkan pada kedalaman 5 dan 10 meter. Kecepatan arus di perairan ins
2. Kecamatan Selat Nasik A. Kondisi Pantai
paparan terumbu selalu tegenang air dan arus deras. Makro alga yang diperoleh 30 Jenis dengan panen berat
Kondisi pantai yang ada di wilayah Kecamatan Selat Nasik
basah tertinggi 150 g/m2 dan marga bemilai ekonomis Sargassum dengan nilai dominasi 29,27. (e) Pulau Keran Terletak sebelah utara Pulau Akeake, kondisi perairan jernih dan arus deras belum terjadi sedimentasi. Paparan terumbu sangat luas, pertumbuhan karang masih ada dari tubir sampai paparan turumbu. Hasil pengamatan
tetapi dominan dipengaruhi oleh pasang surut di perairan Laut Cina Selatan yang merambat ke selatan memasuki Laut Jawa (Pariwono, 1985). Perambatan pasang surut dari Samudera Pasifik yang memasuki perairan Sijuk
berupa beberapa jenis mangrove. Pantai yang ada di
(Bappeda, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, 2004).
utara dan sebagian lagi ke arah barat laut dan barat daya namun pada kedalaman 5 dan 10 meter arus bergerak ke
E. Suhu Perairan
arah barat daya, sehingga arah arus pada penelitian ini
Pola sebaran suhu perairan di wilayah Kecamatan Selat
dominan bergerak ke arah barat daya.
Nasik (Bappeda, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung,
umumnya pantai berlumpur, dengan tanaman pantai
dari Sargassum dan Turbinaria. Dominasi marga diduduki
dibangkitkan oleh gravitasi matahari dan bulan, akan
oleh morfotogi pantai dan kedalaman laut (bathymetri) Arah arus pada lapisan permukaan bergerak ke arah
berwama ungu mengkilat, sedangkan pada bagian
Belitung, bukan pasang surut yang secara langsung
melalui perairan Laut Cina Selatan telah dipengaruhi
masih termasuk kecepatan arus yang sedang.
Terletak di depan muara Sungai Padang paparan terumbu pada bagian garis pantai terbentuk dari batuan meteorit
Nasik seperti halnya di perairan lainya di Kabupaten
2004), dipengatuhi oleh dua musim yang berbeda, yaitu
C. Pola Angin
musim barat dan musim timur. Suhu rata-rata perairannya
wilayah Kecamatan Selat Nasik antara lain Pantai Selat
Pola angin permukaan yang terjadi laut Cina Selatan
adalah 28 °C pada bukan Februari (mewakili musim
Nasik, Suak Gual, Petaling dan Pulau Gresik. Ke empat
khususnya di perairan Kecamatan Selat Nasik juga
barat) dan 29 °C pada bulan Juni (mewakili musim timur).
pantai tersebut umumnya memiliki karakteristik pantai
dipengaruhi oleh angin muson, yang mana menurut
Berdasarkan penelitian LIPI (2005), suhu perairan di sekitar
yang seragam. Secara rinci kondisi karakteristik dari
Nontji (1987) pada saat musim barat angin berhembus
perairan Kabupaten Belitung pada bulan Oktober tahun
masing-masing pantai yang ada di wilayah Kecamatan
dari Asia menuju Australia yang mana pada saat itu terjadi
2005 berkisar antara 28,93 °C – 29,37 °C, dimana nilai suhu
Selat Nasik disajikan pada Tabel 2.1.
musim dingin di belahan bumi bagian utara dan musim
terendah terdapat pada kedalaman 10 meter dan nilai
panas di belahan bumi bagian selatan, sehingga terjadi
suhu tertinggi terdapat pada iapisan permukaan (0 meter).
tekanan tinggi di atas daratan Asia dan tekanan rendah Tabel 2.1. Kodisi Pantai di Kecamatan Selat Nasik
di atas daratan Australia. Hal inilah yang dikenal sebagai angin musim barat. Pada musim timur berlaku sebaliknya,
No 1 2 3 4
Pantai Selat Nasik Suak Gual Petaling Pulau Gersik
Karakteristik Pasir berlumpur, mangrove Pasir berlumpur, mangrove Pasir berlumpur, mangrove Pasir berlumpur, mangrove Sumber : Bappeda Kabupaten Belitung, 2005
dimana pusat tekanan tinggi terjadi terjadi di atas daratan Australia dan pusat tekanan rendah di atas daratan Asia, sehingga mengakibatkan angin berhembus dari daratan Australia menuju daratan Asia, yang lebih dikenal dengan angin musim timur.
Dengan demikian dapat disimpuikan bahwa suhu perairan di Kabupaten Belitung berkisar antara 28 °C – 29 °C, dimana pada musim barat suhu turun mencapai minimum yang bertepatan pula dengan angin yang kuat dan curah hujan yang tinggi, sedangkan pada musim timur suhu meningkat mencapai maksimum. F. Kondisi Kimiawi Perairan
D. Pasang Surut
Kualitas air berperan penting bagi seluruh organisme
Secara umum fenomena naik turunnya paras muka air laut atau yang lebih dikenal dengan pasang surut terutama disebabkan oleh gravitasi matahari dan bulan terhadap massa air laut. Posisi matahari dan bulan terhadap bumi berubah setiap waktu, perubahan posisi tersebut membangkitkan gaya yang berbeda-beda, sehingga kedudukan muka laut serta kisaran pasang surut juga
perairan untuk menunjang proses kehidupannya. Kualitas perairan bisa dilihat dari nilai parameter kimiawi perairan. Berdasarkan data penelitian parameter kimia yang dilakukan LIPI (2005), rata-rata kandungan dari amonia, nitrat, nitrit dan ortho fospat berturut-turut adalah sebagai berikut 2,06; 0,76; 0,20 dan 0,60 (Tabel 2.3). Secara umum perairannya termasuk bersih (tidak tercemar).
berbeda-beda.
228
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
229
Tabel 2. 2
Berdasarkan pengamatan kondisi terumbu karang LIPI tahun 2005 di Pulau Sekutai (Kecamatan Selat Nasik),
Rata-Rata Nilai Parameter Fisika - Kimia Perairan Kabupaten Belitung
terlihat pantai berbatu dengan reef flat sempit sekitar 50
Kedalaman (m) 0 5 10 Minimum Maksimum Rata-rata
Suhu (OC) 29,15 29,13 29,06 28,93 29,37 29,12
Salinitas (O/OO) 33,01 33,02 33,11 32,62 33,32 33,04
pH 8,08 8,11 8,15 8,02 8,24 8,14
Parameter PO4 ȝJ$, 0,50 0,57 0,75 0,46 0,88 0,60
G. Sebaran Mangrove
m. Pada saat air surut karang muncul ke permukaan lereng
NO2 ȝJ$, 0,13 0,19 0,29 0,09 0,36 0,20
NO3 ȝJ$, 0,61 0,74 0,95 0,52 1,12 0,76
NH3 ȝJ$, 1,56 1,88 2,77 1,06 4,51 2,06
antara lain berada di pulau : Aji, Aur, Bangkai, Batudinding, Cina, Kera, Langir, Mendanau, Piling, Sebongkok, Sekutai,
Sebaran mangrove di pulau-pulau kecil Kecamatan
dan Selemar. Lamun yang ditemui di pulau-pulau kecil di
Selat Nasik hanya terdapat di beberapa pulau. Sebaran
Kecamatan Sijuk antara lain dari jenis Enhalus sp, Thalasia
mangrove di Kecamatan Selat Nasik antara lain berada di
sp, Halaophilia sp. Selain itu juga ditemukan beberapa
pulau : Aur, Bakau, Batudinding, Gina, Kalangbau, Kimar,
hingga mencapai 500 meter dari pantai.
20°. Pertumbuhan karang dijumpai pada kedalaman
Sebaran Terumbu Karang
18 famili, yang tertangkap di sekitar perairan Kabupaten Belitung (Pulau Kalimambang, Pulau Sekutai, Pantai Batu Itam, Pulau Keran dan Pulau Ake-ake), dan terdiri dari :
bertambah yaitu sekitar 45°. Kehadiran karang dimulai
zIkan target/pangan (21 jenis, 9 famili); dan
dan jenis Coral massive dari jenis Porites lobata, Pachyseris speciosa. Di antara karang mat tampak pertumbuhan
zIkan indikator Chaetodontidae (3 jenis, 1 famili).
soft Coral dari jenis Sinularia sp. Perairan cukup jemih
Kepadatan ikan major sebanyak 6.100 ekor/ha, ikan
dengan sekitar 15 m, kehadiran karang didominasi oleh
target 1.300 ekor/ha, ikan indikator 300 ekor/ha dan
bentuk pertumbuhan bercabang dari jenis Montipora
total ikan karang sebanyak 7.700 ekor/ha, seperti yang
sp. dan bentuk pertumbuhan folios dan merayap dari
terlihat pada Tabel 1.4. Ikan napoleon (Cherlinus undulates)
jenis Pachyseris sp. Dari hasih LIT (Line Intercept Transect)
ditemukan di perairan Pulau Kalimambang, dan tidak
diperoleh persentase tutupan karang hidup sebesar
menutup kemungkinan keberadaan ikan ini di lokasi
40,34%.
perairan karang lainnya. Ikan napoleon merupakan ikan
bagian barat yang diseiingi dengan batuan vulkanis di pinggir pantai. Rataan terumbu bagian atas cukup luas
Secara keseluruhan di lokasi ini didapatkan 10 jenis
Nasik antara lain berada di pulau : Aji, Aur, Bakau, Bangkai,
yaitu sekitar 400 m. Selain itu di lokasi ini juga terdapat
mangrove. Dari semua lokasi, umumnya mangrove banyak
Batudinding, Bayan, Buntar, Cina, Gersik, Kalangbau,
beberapa patch reef. Pada saat pengamatan, terlihat
ditemukan pada daerah muara sungai sampai ke arah hulu
kembung, Keran, Kimar, Klirim, Kuil, Langir, Mendanau,
perairan keruh dan sedimen terperangkap di bagian
sungai. Adapun jenis yang banyak ditemukan adalah jenis
Naduk, Panjang, Piling, Sebongkok, Sekutai, Selemar, dan
karang yang bentuk pertumbuhannya seperti daun
Rhizophora apiculata.
Sepindang. Berikut disajikan jenis dan sebaran terumbu
(foliose). Kemiringan lereng terumbu di sekitar Pulau
karang di perairan Kecamatan Selat Nasik.
Keran karang lebih 35°, dimana ditemukan kehadiran karang yang cukup bervariasi. Bentuk pertumbuhan
Sebaran lamun di pulau-pulau kecil Kecamatan Selat Nasik
ikan karang dengan ikan sampel sebanyak 1.917 ekor dari
z Ikan major (42 jenis, 8 famili);
Sebaran karang di pulau-pulau kecil Kecamatan Selat
H Sebaran Padang Lamun
Berdasarkan penelitian LIPI (2005), terkumpul 66 jenis
ke lereng terumbu bagian bawah, kemiringan semakin
Untuk Puiau Kran terlihat adanya pantai berpasir di I
Potensi Sumberdaya Ikan
2 – 5 meter yang merupakan spot-spot kecil. Bergerak
rumput laut dan jenis Caulapa sp. dan Sargasum sp.
Mendanau, Naduk, Sekutai, dan Sepindang. Di beberapa pulau di Kecamatan Selat Nasik sebaran mangrovenya
terumbu, bagian atas mempunyai kemiringan sekitar
J
karang pun didominasi dengan bentuk pertumbuhan bercabang dari jenis Porites nigrescens, Porites cylindrical.
bernilai tinggi dan dilindungi, sehingga keberadaan ikan ini perlu dijaga. Jenis ikan ini merupakan ikan yang perlu mendapat perlindungan di Kawasan Konservasi Perairan di Kabupaten Belitung. K. Potensi dan Sebaran Sumberdaya Non Ikan Sumberdaya non ikan yang banyak ditemui di wilayah perairan Kecamatan Selat Nasik diantaranya penyu, moluska, teripang, dan makroalga. Berdasarkan penelitian LIPI (2005) penyu di Kabupaten Belitung ditemukan di Pulau lengkuas, Pulau Piling dan Pulau Pelma dengan jenis penyu sisik dan penyu hijau. Pulau Piling terdapat di gugusan pulau di Kecamatan Selat Nasik.
Bentuk pertumbuhan foliose juga banyak dijumpai yaitu Tabel 2.3 Persentase Penutupan Terumbu Karang Hidup di Kecamatan Selat Nasik
Benthic Hard Corals (Acropora) Hard Corals (Non Acropora) Dead Soelaractinia Algae Other Fauna Abiotic Jumlah (%)
Lokasi Pulau Sekutai Pulau Keran 0,22 4,22 40,12 66,88 8,62 13,24 44,48 13,26 5,68 0,4 0,88 2 100 100 Sumber : LIPI (diolah) 2005
dati jenis Pectinia paeonia, Mycedium elephantotu, Karang
Berdasarkan penelitian LIPI (2005), makrobentik yang
hanya ditemukan sampai kedalaman 5 m, setelah itu hanya
tercatat sekitar 28 jenis moluska, 5 jenis krustasea dan 10
pasir dan pecanan twang mat yang mendominasi. Dari hasii
jenis ekhinodermata. Jumlah jenis fauna makrobentik yang
LIT (Line Intercept Transect), diperoleh tutupan persentase
tercatat relatif sama dengan jumlah fauna makrobentik
karang hidup yang cukup tinggi yaitu sebesar 71,10 %, hal ini
dan daerah perairan timur Pulau Bangka. Tetapi kepadatan
menunjukkan bahwa meskipun air keruh namun sirkulasi air
individunya relatif lebih rendah dan perairan timur
cukup bagus sehingga karang dapat memperoleh nutrient
pulau Bangka, yaitu berkisar antara 3 – 4 ekor/m2 di
dengan baik.
Bangka Timur dan kurang dan 1 individu di perairan Kabupaten Befitting. Rendahnya tingkat kepadatan fauna makrobentik di perairan Kabupaten Befitting diduga akibat kasus tangkap lebih (over fishing) dan akibat
230
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
231
kerusakan habitat yang disebabkan oleh tingginya tingkat
dan selat mendanau, dan sebelah barat berbatasan
karang di pulau ini telah mengalami kerusakan cukup
peghasil perkebunan yang cukup tinggi yaitu
sedimentasi yang ditandai dengan keruhnya perairan.
dengan Pulau Mendanau. Jarak dari pelabuhan
parah akibat adanya pemanfaatan yang tidak ramah
perkebunana buah durian.
Tanjung Pandan sejauh 11.50 mil laut dan ditempuh
lingkungan. Bentuk tipe pantai Pulau Sekutal adalah
selama kurang Lebih 2 jam perjalanan menggunakan
landai berpasir dan sebagian ada yang berbatu.
Teripang yang ada di perairan Kabupaten Belitung, hanya diwakili oleh teripang berkualitas rendah sepertiHolothuna
perahu dengan kekuatan 5 GT. Kawasan pulau ini
atra, H. Coluber dan Bohadschia matmorata. Kelangkaan
d
Ekosistem pesisir yang ditemukan di pulau ini diantaranya mangrove, padang lamun, dan terumbu
Pulau Batu Dinding
karang. Bentuk tipe pantai Pulau Mendanau adalah
sudah ada datam jangkauan sinyal telepon seluler.
jenis-jenis teripang ini diduga sebagai akibat kasus tangkap lebih (over fishing). Dimana jenis-jenis teripang ini diburu terus-menerus. Hal yang sama juga terlihat pada krustasea/kepiting marga Portunus dan Thallamita yang kehadirannya sangat langka. Fauna moluska relatif lehih beragam dan lebih kaya dari fauna ekhinodermata dan
Pulau Sebongkok didiami oleh 11 jiwa yang tinggal
Letak geografls pulau Batu Dinding pada koordinat
di perairannya sebagai penjaga dan pemilik keramba
107° 24’ 48” BT - 2° 48’ 46” IS. Pada bagian sebelah
jaring apung. Di pulau ini telah terdapat perikanan
utara berbatasan dengan perairan Selat Karimata,
budidaya laut daiam bentukan keramba jaring apung
sebelah selatan dengan Pulau Mendanau, sebelah
ikan kerapu.
timur dengan pulau tikus dan selat mendanau, dan
Landai pasir berlumpur, pantai landai dengan vegetasi mangrove dan berbatu. f
Letak geografis Pulau Pilling pada koordinat 107° 21’ 369” BT dan 2° 55’ 274” LS disebelah utara berbatasan
sebelah barat berbatasan dengan Selat Gaspar. Jarak
krustasea. beberapa jenis moluska yang dapat digunakan
Ekosistem pesisir yang ditemukan di pulau ini
sebagai bahan pangan ditemukan di perairan ini, seperti
diantaranya mangrove, padang lamun, dan terumbu
marga Triciacna, Trochus, Strombus dan Lambis.
karang. Ekosistem mangrove di Pulau Sebongkok
c
a. Pulau Keran
mil laut dan ditempuh selama kurang lebih 2 - 3 jam
penduduk. Ekosistem pesisir yang ditemukan di pulau
perjatanan menggunakan perahu dengan kekuatan
ini diantaranya padang lamun dan terumbu karang.
5 GT. Kawasan pulau ini sudah ada dalam jangkauan
Bentuk tape pantai Pulau Batudinding adalah landai
berpasir.
alga.
iarak dari pelabuhan Tanjung Pandan sejauh 24.42
telepon seluler. Pulau Batudinding tidak diami oteh
tipe pantai Pulau Sebongkok adalah landai dan
mendukung untuk kelangsungan pertumbuhan makro
dan sebelah barat berbatasan dengan Selat Gaspar.
Kawasan pulau ini sudah ada dalam jangkauan sinyat
pemanfaatan yang kurang ramah lingkungan. Bentuk
karena pengaruh lingkungan perairan yang tidak
Bangkai, sebelah timur dengan Pulau Mendanau,
menggunakan perahu dengan kekuatan 5 GT.
parah adalah terumbu karang yang disebabkan
dan kelimpahan alga yang berbeda. Hal ini disebabkan
pulau Perairan Pulau Cina, Pulau Aji, & Pulau
dan ditempuh selama kurang lebih 2-3 jam perjatanan
Sedangkan ekosistem yang mengalami kerusakan
Pulau Sekutai dan Pulau Keran menunjukkan kepadatan
dengan Pulau Mendanau, sebelah selatan dengan
dan pelabuhan Tanjung Pandan sejauh 16.20 mil laut
terdiri dan 3 jenis dan dominasi jenis Avecennia sp,.
Penelitian alga oleh LIPI tahun 2005 di perairan pantai
sinyal telepon seluler. Pulau Piling tidak didiami ofeh
pasir dan berbatu.
Pulau Sekutai
e
penduduk.
Pulau Mendanau
Ekosistem pesisir yang ditemukan di pulau ini
°
Letak geografis Pulau Sekutai pada koordinat 107 29’
Terletak sebelah utara Pulau Akeake, kondisi perairan
09” BT dan 2° 49’ 42” LS. Pada bagaian sebelah utara
jernih dan arus deras belum terjadi sedimentasi.
berbatasan dengan pulau Kalimanbang, sebelah
Paparan terumbu sangat luas, pertumbuhan karang
selatan dengan Pulau Sebongkok, sebelah timur
masih ada dari tubir sampai paparan turumbu. Hasil pengamatan menunjukan pulau ini masih ideal untuk lahan budidaya rumput laut. Pulau tidak berpenduduk
dengan pulau tikus dan selat mendanau, dan sebelah barat berbatasan dengan Pulau Mendanau. Jarak dari pelabuhan Tanjung Pandan sejauh 10.20 mil laut dan
dan daerah tepi pantai berpasir putih, termasuk
ditempuh selama kurang lebih 1.5-2 jam perjalanan
diantara pulau dalam katagori baik untuk perlakuan
menggunakan perahu dengan kekuatan 5 GT.
Letak geografis Pulau Mendanau pada koordinat 107°
diantaranya padang lamun dan terumbu karang.
°
25’ 24” BT dan 2 52’ 41” LS disebelah utara berbatasan
Bentuk tipe pantai pulau Pelling adalah landai pasir
dengan Pulau Batudinding, sebelah selatan dengan
berpasir dan pantai landai berbatu. Kondisi terumbu
Pulau Naduk, sebelah timur dengan Pulau Sebongkok,
karang di pulau ini telah banyak mengalami kerusakan
dan sebelah barat berbatasan dengan pulau Selat
akibat adanya kegiatan pengambilan karang dan ikan
Gaspar. )arak dari pelabuhan Tanjung Pandan sejauh
karang yang menggunakan born atau potas.
17.30 mil Laut dan ditempuh selama kurang lebih
g
Pulau Naduk
2 - 3 jam perjalanan menggunakan perahu dengan kekuatan 5 GT. Kawasan pulau ini sudah ada dalam
Letak geografis Pulau Sebongkok pada koordinat 107°
jangkauan sinyal telepon seluler. Pulau Sebongkok
26’ 716” BT dan 2° 55’ 81” LS disebelah utara berbatasan
didiami oleh 2.335 jiwa penduduk. Sarana dan
dengan Pulau Mendanau, sebelah selatan dengan
prasarana di Pulau Mendanau cukup lengkap
Pulau Ru’, sebelah timur dengan pulau Sikindang, dan
dibanding pulau lain di BeRung dimana terdapat 2
sebelah barat berbatasan dengan Pulau Mendanau.
Ekosistem pesisir yang ditemukan di pulau ini
buah Sekolah Dasar, 1 buah SMP, 1 sekolah kejuruan,
Jarak dari pelabuhan Tanjung Pandan sejauh 18.50
diantaranya mangrove, padang lamun, dan terumbu
4 buah masjid, sarana kesehatan dimana terdapat
mil laut dan ditempuh selama kurang lebih 2.5 jam
karang. Ekosistem mangrove terdiri dan 3 jenis yaitu
1 buah puskesmas, 3 kantor desa, kantor potsek,
perjalanan menggunakan perahu dengan kekuatan
Avecennia sp., Mafia sp., dan Rhizophota sp.. Sama
dan wisma mendanau. Di pulau ini telah terdapat
5 GT. Kawasan pulau ini sudah ada dalam jangkauan
29’ 42” BT dan 2 51’ 27” LS disebelah utara berbatasan
dengan yang terjadi di Pulau Sebongkok jenis yang
perikanan budidaya laut dalam bentukan keramba
sinyal telepon seluler. Pulau Sebongkok didiami oleh
dengan Pulau Sekutai, sebelah selatan dengan
dominant adalah Avecennia sp. Kondisi terumbu
jaring apung ikan kerapu. Pulau ini dikenal sebagai
7 jiwa yang tinggal di perairannya sebagai penjaga
budidaya. Pertumbuhan makro alga nilai ekonomis
Kawasan pulau ini sudah ada dalam jangkauan sinyat
dari Marga Sargassum, Turbinaria, Hormophysa,
telepon seluler. Pulau Sekutai tidak berpenduduk,
Gradlaria, Eucheuma dan Halimeda. Makro alga yang
namun, dahulunya didiami oleh penduduk namun
diperoleh 34 jenis. Panen berat basah tertinggi yang
sekarang telah ditinggatkan oleh mereka.
diperoleh 1.268 g/m2. Dominasi jenis diduduki oleh Sargassum dengan nilai dominasi 48,78. b. PuLau Sebongkok °
Letak geografis Pulau Sebongkok pada koordinat 107 °
pulau Sekindang, sebelah timur dengan pulau tikus
232
Pulau Pilling
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
dan pemilik keramba jaring apung. Di pulau ini telah
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
233
terdapat perikanan budidaya laut dalam bentukan
payang, gillnet dan pandng. Hasil tangkapan mereka
sinyal telepon seluler. Pulau Sikindang didiami 3 jiwa
arus di wilayah perairan Kecamatan Membalong secara
keramba jaring apung ikan kerapu.
diantaranya adalah tongkol, tenggiri, sarden dan
yang merupakan penjaga dan pemilik KJA di sekitar
keseluruhan berkisar antara 17,80 – 42,10 cm/det dengan
lain-lain. Areal pemasaran rnereka adalah ke pulau
perairannya. Ekosistem pesisir yang ditemukan di
rata-rata 29,40 cm/det. Secara rata-rata kecepatan arus
Bangka. Ekosistem pesisir yang ditemukan di pulau ini
pulau ini adalah terumbu karang. Bentuk tipe pantai
di lapisan permukaan lebih tinggi dibandingkan pada
diantaranya mangrove, padang lamun, dan terumbu
pulau Sikindang adalah landai pasir berkarang.
kedalaman 5 dan 10 meter. Kecepatan arus di perairan ins
karang. Bentuk tipe pantai Pulau Bau Karang (Pulau
Berdasarkan hasil studi LIPI (2005) diketahui bahwa
masih termasuk kecepatan arus yang sedang.
Karang Bahu) adalah landai pasir berkarang dan pantai
ekosistem mangrove di pulau-pulau di Kecamatan
Landai dengan vegetasi mangrove.
Selat Nasik terdiri dari jenis Avecennia sp., Sonneratia
Ekosistem pesisir yang ditemukan di pulau ini diantaranya mangrove dan terumbu karang. Bentuk tipe pantai Pulau Sebongkok adalah landai dan berpasir. Kondisi terumbu karang di pulau ini cukup baik terutama di daerah sebelah timur pulau. Hal ini disebabkan pemilik 10A ikut berperan aktif dalam menjaga kelestariannya. Sedangkan mangrove hampir
j
terdapat di sekeliling pulau ini. h
Pulau Gresik
370” BT dan 3° 00’ 156” LS disebelah utara berbatasan
Pulau Ajimusa
dengan pulau Pelting dan selat Baur, sebelah
arah barat daya, sehingga arah arus pada penelitian ini
C Pola Angin
A. Kondisi Pantai
Pola angin permukaan yang terjadi laut Cina Selatan
sebelah timur dengan pulau Lima, dan sebelah barat
Kondisi pantai yang ada di wilayah Kecamatan
berbatasan dengan pulau Aur dan pulau Kelemar.
Membalong umumnya pantai berlumpur, pasir, berbatu
Jarak dari pelabuhan Tanjung Pandan sejauh 31.40
dengan tanaman pantai berupasemak, baringtonia dan
mil laut dan ditempuh selama kurang lebih 4-5 jam
beberapa jenis mangrove. Pantai yang ada di wilayah
perjalanan menggunakan perahu dengan kekuatan
Kecamatan Membalong antara lain Pantai Seliu, Mentigi,
5 GT. Kawasan pulau ini sudah ada dalam jangkauan
Tanjungrasa, Membalong, Kembiri, Perpat, Lassar,
sinyal telepon setuler. Pulau Gresik didiami kurang
Simpang rusa, dan Pulau Sumedang. Pulau Seliu memiliki
lebih 800 kepaia keluarga. Sarana dan prasarana di
kelengkapan ekosistem lebih banyak dibanding pulau-
pulau Gresik cukup lengkap di mana terdapat 2 buah
pulau lainnya. Sementara Pulau Membalong dan Kembiri
Sekotah Dasar, 1 buah SMP, masjid, saran kesehatan
memiliki ekosistem yang sedikit yaitu berupa pantai pasir.
dimana terdapat puskesmas, dan kantor desa. Di pulau
Secara rinci kondisi karakteristik dari masing-masing
ini penduduk rata-rata bermata pencaharian sebagai
pantai yang ada di wilayah Kecamatan Membalong
Pulau Bau Karang (Karang Bahu)
nelayan dengan alat tangkap paying, gilinet dan
disajikan pada Tabel 3.1.
Letak geografis Pulau Mendanau pada koordinat
pancing. Ekosistem pesisir yang ditemukan di pulau
107° 104’ 923” BT dan 3° 01’ 923” LS disebelah utara
ini diantaranya padang lamun dan terumbu karang.
berbatasan dengan Selat Gispar, sebelah selatan
Bentuk tipe pantai pulau Gresik adalahlandai pasir
dengan Pulau Simedang, sebelah timur dengan Selat
berbatu.
dengan Pulau Naduk, sebelah Selat Gaspar, sebelah timur dengan pulau Belitung, dan sebelah barat berbatasan dengan pulau Lima. Jarak dari pelabuhan Tanjung Pandan sejauh 26.5 mil laut dan ditempuh selama kurang lebih 2 - 3 jam perjalanan dengan menggunakan perahu dengan kekuatan 5 GT. Kawasan pulau ini sudah ada dalam jangkauan sinyal telepon seluler. Pulau Ajimusa tidak didiami oleh penduduk. Ekosistem pesisir yang ditemukan di pulau ini terumbu karang. Bentuk tipe pantai Pulau Ajimusa adalah landal pasir berpasir dan pantai landal berbatu.
Umende, pulau Kelemar, pulau Gresik, dan sebelah
k
3arak dari pelabuhan Tanjung Pandan sejauh 37,5 mil laut dan ditempuh selama kurang lebih 4-5 jam perjalanan menggunakan perahu dengan kekuatan 5 GT. Kawasan pulau ini sudah ada dalam jangkauan sinyal telepon setuler. Pulau Bau Karang didiami oleh 32 Kepata keluarga. Sarana dan prasarana di pulau Bau Karang diantaranya terdapat sebuah Sekolah Dasar, dan sebuah masjid. Di pulau ini rata-rata penduduk adalah bekerja sebagai nelayan tangkap dengan alat
khususnya di perairan Kecamatan Selat Nasik juga dipengaruhi oleh angin muson, yang mana menurut Nontji (1987) pada saat musim barat angin berhembus dari Asia menuju Australia yang mana pada saat itu terjadi musim dingin di belahan bumi bagian utara dan musim panas di belahan bumi bagian selatan, sehingga terjadi tekanan tinggi di atas daratan Asia dan tekanan rendah di atas daratan Australia. Hal inilah yang dikenal sebagai angin musim barat. Pada musim timur berlaku sebaliknya, dimana pusat tekanan tinggi terjadi terjadi di atas daratan Australia dan pusat tekanan rendah di atas daratan Asia, sehingga mengakibatkan angin berhembus dari daratan Australia menuju daratan Asia, yang lebih dikenal dengan angin musim timur.
Tabel 3.1. Kodisi Pantai di Kecamatan Membalong No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pulau Sikindang
barat berbatasan dengan pulau Bakau, Selat Gaspar.
234
dominan bergerak ke arah barat daya.
3. Kecamatan Membalong
selatan dengan Putau Simedang dan selat Umende,
303” BT dan 3° 02’ 355” LS disebelah utara berbatasan
utara dan sebagian lagi ke arah barat laut dan barat daya namun pada kedalaman 5 dan 10 meter arus bergerak ke
Letak geografis pulau Gresik pada koordinat 107° 16’
Letak geografis Pulau Ajimusa pada koordinat 107° 23’
i
sp. dan Rhizophora sp.
Arah arus pada lapisan permukaan bergerak ke arah
Letak geografis puiau Sikindang pada koordinat 107° 28’ 82” BT dan 2o 56’ 61” LS di sebelah utara berbatasan dengan Selat Mendanau, sebelah selatan dengan Selat Mendanau, sebelah timur dengan Selat Mendanau,
Pantai Pulau Seliu Mentigi Tanjung Rasa Membalong Kembiri Perpat Lassar Simpang Rusa Pulau Sumedang
D Pasang Surut
Karakteristik Pasir, pantai berbatu, mangrove, baritonga Pasir, pantai berbatu, mangrove Pasir, pantai berbatu, mangrove Pasir Pasir Pantai berlumpur, mangrove Pasir, pantai berbatu, semak Pasir, pantai berlumpur, mangrove Pasir, pantai berbatu Sumber : Bappeda Kabupaten Belitung (diolah), 2005
Pulau Ringgit dan sebelah barat berbatasan dengan
Secara umum fenomena naik turunnya paras muka air laut atau yang lebih dikenal dengan pasang surut terutama disebabkan oleh gravitasi matahari dan bulan terhadap massa air laut. Posisi matahari dan bulan terhadap bumi berubah setiap waktu, perubahan posisi tersebut membangkitkan gaya yang berbeda-beda, sehingga kedudukan muka laut serta kisaran pasang surut juga berbeda-beda.
Pulau Naduk. Jarak dari Tanjung Pandan sejauh 17.20 Pola dan Kecepatan Arus
Pasang surut yang terjadi di Perairan Kecamatan
perjalanan menggunakan perahu dengan kekuatan
Seperti halnya di wilayah perairan Kabupaten Belitung,
Membalong seperti halnya di perairan lainya di Kabupaten
5 GT. Kawasan pulau ini sudah ada dalam jangkauan
berdasarkan penelitian LIPI (Oktober, 2005), kecepatan
Belitung, bukan pasang surut yang secara langsung
mil laut dan ditempuh selama kurang lebih 2-3 jam
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
B
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
235
dibangkitkan oleh gravitasi matahari dan bulan, akan
Tabel 5.9 Kualitas air di Gugusan Pulau di Kecamatan Membalong
tetapi dominan dipengaruhi oleh pasang surut di perairan Laut Cina Selatan yang merambat ke selatan memasuki Laut Jawa (Pariwono, 1985). Perambatan pasang surut dari Samudera Pasifik yang memasuki perairan Sijuk melalui perairan Laut Cina Selatan telah dipengaruhi oleh morfotogi pantai dan kedalaman laut (bathymetri) (Bappeda, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, 2004). E
Suhu Perairan Pola sebaran suhu perairan di wilayah Kecamatan Membalong (Bappeda, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, 2004), dipengatuhi oleh dua musim yang berbeda, yaitu musim barat dan musim timur. Suhu rata-rata perairannya adalah 28 °C pada bukan Februari (mewakili musim barat) dan 29 °C pada bulan Juni (mewakili musim timur). Berdasarkan penelitian LIPI (2005), suhu perairan di sekitar perairan Kabupaten Belitung pada bulan Oktober tahun 2005 berkisar antara 28,93 °C – 29,37 °C, dimana nilai suhu terendah terdapat pada kedalaman 10 meter dan nilai suhu tertinggi terdapat pada iapisan permukaan (0 meter). Dengan demikian dapat disimpuikan bahwa suhu perairan di Kabupaten Belitung berkisar antara 28 °C – 29 °C, dimana pada musim barat suhu turun mencapai minimum yang bertepatan pula dengan angin yang kuat dan curah hujan yang tinggi, sedangkan pada musim timur suhu meningkat mencapai maksimum.
F
Kondisi Kimiawi Perairan Kualitas air berperan penting bagi seluruh organisme perairan untuk menunjang proses kehidupannya. Kualitas perairan bisa dilihat dari nilai parameter kimiawi perairan. Berdasarkan data penelitian parameter kimia yang dilakukan LIPI (2005), rata-rata kandungan dari amonia, nitrat, nitrit dan ortho fospat berturut-turut adalah sebagai berikut 2,06; 0,76; 0,20 dan 0,60. Secara umum perairannya termasuk bersih (tidak tercemar). Kualitas air merupakan faktor yang menentukan kondisi sumberdaya yang ada di suatu perairan. Hasil analisis kualitas air di perairan Kecamatan Membalong disajilcan
No. Pulau Seliu 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. Pulau Basar Tengah 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. Pulau Basar Gunung
FISIKA : Suhu Salinitas Kekeruhan Kecerahan KIMIA : pH *) Oksigen Terlarut (DO) *) Nitrat (NO3-N) Fosfat FISIKA : Suhu Salinitas Kekeruhan Kecerahan KIMIA : pH *) Oksigen Terlarut (DO) *) Nitrat (NO3-N) Fosfat
FISIKA : Suhu Salinitas Kekeruhan Kecerahan KIMIA : pH *) G1. Sebaran Mangrove 2. Oksigen Terlarut (DO) *) 3. Nitrat (NO3-N) 4. Fosfat Pulau Batu Malang FISIKA : 1. Suhu 2. Salinitas 3. Kekeruhan 4. Kecerahan KIMIA : 1. pH *) 2. Oksigen Terlarut (DO) *) 3. Nitrat (NO3-N) 4. Fosfat Pulau Seribu FISIKA : 1. Suhu 2. Salinitas 3. Kekeruhan 4. Kecerahan KIMIA : 1. pH *) 2. Oksigen Terlarut (DO) *) 3. Nitrat (NO3-N) 4. Fosfat Pulau Pelma FISIKA : 1. Suhu 2. Salinitas 3. Kekeruhan 4. Kecerahan KIMIA : 1. pH *) 2. Oksigen Terlarut (DO) *) 3. Nitrat (NO3-N) 4. Fosfat Pulau Sumedang FISIKA : 1. Suhu 2. Salinitas 3. Kekeruhan 4. Kecerahan KIMIA : 1. pH *) 2. Oksigen Terlarut (DO) *) 3. Nitrat (NO3-N) 4. Fosfat 1. 2. 3. 4.
pada tabel berikut.
236
Parameter
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Satuan
Rataan
O
C O /OO NTU m
30 33 15 6,9
mg/l mg/l mg/l
7,7 6,7 0,079 0,0014
O
29,9 33 12 7,1
C O /OO NTU m mg/l mg/l mg/l
7,5 6,3 0,076 0,0014
O
C O /OO NTU m
30 33,5 14 6,9
mg/l mg/l mg/l
7,8 6,5 0,197 0,0706
Tabel Kondisi terumbu karang di Gugusan Pulau di Kecamatan Membalong
Terdapat 7 lokasi studi di kecamatan Mambalong yang berada di Pulau Seliu, Pulau Sumedang, Pulau Seribu, Pulau Pelma, Pulau Basar Gunung, Pulau Basar Tengah dan Pulau Batu Malang. Tidak ditemukan ekosistem mangrove di Pulau Batu Malang, sedangkan di keenam pulau lainnya ditemukan ekosistem mangrove. jenis Avicenia sp sangat mendominasi penyebaran mangrove di Kecamatan Membalong dan hamir di semua pulau ada. Jenis-jenis mangrove yang ditemukan di Kecamatan Membalong disajikan pada tabel berikut.
No.
1. Pulau Seliu 2. Pulau Basar Tengah 3. Pulau Basar Gunung 4. Pulau Malang Batu 5. Pulau Seribu 6. Pulau Pelma 7. Pulau Simedang Keterangan : HC = hard Coral SC = soft Coral SP = sponge Alg = algae
Tabel Jenis-jenis mangrove yang ditemukan di Gugusan Pulau di Kecamatan Membalong No. 1. 2. 3. 4.
Jenis Mangrove Rhizophora Avicennia Soneratia Bruguiera
Seliu 3 13 5 6 27
Basar Tengah 4 5 2 11
Basar Gunung 12 3 6 21
Pelma
Sumedang
Seribu
5 2 7
2 3 5
4 2 6
Lokasi
HC 34 5 17 19 4 11 7
SC 4 6 5 5 6 7 8
Persentase Rata-Rata SP ALG R 2 6 37 2 4 28 3 2 29 3 2 28 2 4 28 3 5 29 3 4 25
DC 29 39 23 31 40 23 34
S 8 18 21 12 18 22 20
Biodata Yang Dominan Acropora, Porites, Coral Acropora, Porites, Coral Acropora, Porites, Coral Acropora -
R = rubber Dc = dead coral S = sand
Sumber: LIPI (2005)
J
Potensi Sumberdaya Ikan Berdasarkan penelitian LIPI (2005), terkumpul 66 jenis ikan karang dengan ikan sampel sebanyak 1.917 ekor dari 18 famili, yang tertangkap di sekitar perairan Kabupaten
Sumber: LIPI (2005)
Belitung (Pulau Kalimambang, Pulau Sekutai, Pantai Batu
H Sebaran Padang Lamun
Itam, Pulau Keran dan Pulau Ake-ake), dan terdiri dari : z Ikan major (42 jenis, 8 famili);
Sebaran lamun di pulau-pulau kecil Kecamatan Membalong antara lain berada di pulau : Baguk, Batu
zIkan target/pangan (21 jenis, 9 famili); dan
seribu, Betangan, Genting kecil, Kapak, Keringan, Mendiak O
C /OO NTU m
31 33,5 18 5,4
mg/l mg/l mg/l
7,9 6,6 0,069 0,0016
O
C O /OO NTU m
30 33 15 6,6
mg/l mg/l mg/l
7,5 6,7 0,096 0,0015
O
C /OO NTU m
29,8 33 12 7,1
mg/l mg/l mg/l
7,9 6,3 0,081 0,0016
O
C O /OO NTU m
30 33,5 17 6,1
mg/l mg/l mg/l
7,58 6,5 0,077 0,0012
O
O
besar, Mendiak kecil, Mendulu, Mengokong, Perot,
zIkan indikator Chaetodontidae (3 jenis, 1 famili).
Rumput, Seliu, dan Seribu.
Kepadatan ikan major sebanyak 6.100 ekor/ha, ikan target 1.300 ekor/ha, ikan indikator 300 ekor/ha dan
I
total ikan karang sebanyak 7.700 ekor/ha, seperti yang
Sebaran Terumbu Karang
terlihat pada Tabel 5.4. Ikan napoleon (Cherlinus undulates)
Sebaran karang di puiau-pulau kecil Kecamatan
ditemukan di perairan Pulau Kalimambang, dan tidak
Membalong antara lain berada di puiau : Baguk, Basar
menutup kemungkinan keberadaan ikan ini di lokasi
bergunung, Basar tengah, Batu seribu, Betangan, Blatok,
perairan karang lainnya. Ikan napoleon merupakan ikan
Blatok kecil, Getting kecil, Kapak, Keringan, Ketupai,
bernilai tinggi dan dilindungi, sehingga keberadaan ikan
Mendiak besar, Mendiak kecil, Mendulu, Mengokong,
ini perlu dijaga. Jenis ikan ini merupakan ikan yang perlu
Palma, Perut, Pluntang, Pluntang kecil, Rumput, Seliu,
mendapat perlindungan di Kawasan Konservasi Perairan
dan Seribu. Jenis karang mendominasi di Kecamatan
di Kabupaten Belitung.
Membalong diantaranya Acropora, Porites dan Coral. Jenis dan sebaran terumbu secara rinci yang ada di Kecamatan Membalong disajikan pada tabel berikut.
K
Potensi dan Sebaran Sumberdaya Non Ikan Sumberdaya non ikan yang banyak ditemui di wilayah perairan Kecamatan Membalong diantaranya penyu, moluska, teripang, dan makroalga. Berdasarkan penelitian LIPI (2005) penyu di Kabupaten Belitung ditemukan di Pulau lengkuas, Pulau Piling dan Pulau Pelma dengan jenis penyu sisik dan penyu hijau. Pulau Pelma terdapat di gugusan pulau di Kecamatan Membalong.
Sumber: LIPI (2005)
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
237
Berdasarkan penelitian LIPI (2005), makrobentik yang
artinnya bahwa ada 106,1 penduduk laki-laki di Kabupaten
tercatat sekitar 28 jenis moluska, 5 jenis krustasea dan 10
Belitung per 100 penduduk perempuan.
Tabel. Pertumbuhan Ekonomi Per Sektor Di Kabupaten Belitung Tahun 2010
Perekonomian A. PDRB
jenis ekhinodermata. Jumlah jenis fauna makrobentik yang Produk Domestik Regional Bruto merupakan salah
tercatat relatif sama dengan jumlah fauna makrobentik
satu indicator penting untuk mengetahui kondisi
dan daerah perairan timur Pulau Bangka. Tetapi kepadatan
Angkatan Kerja
individunya relatif lebih rendah dan perairan timur
Jumlah dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami
pulau Bangka, yaitu berkisar antara 3 – 4 ekor/m2 di
perubahan seiring dengan proses berlangsungnya demografi.
Bangka Timur dan kurang dan 1 individu di perairan
Angkatan kerja adalah penduduk yang berumur 15 tahun
Kabupaten Befitting. Rendahnya tingkat kepadatan fauna
ke atas dalam status bekerja, sementara tidak bekerja atau
makrobentik di perairan Kabupaten Belitung diduga
sedang mencari pekerjaan. Angkatan kerja merupakan bagian
akibat kasus tangkap lebih (over fishing) dan akibat
dari tenaga kerja yang aktif dalam kegiatan ekonomi.
tertentu, biasanya satu tahun. PDRB Merupakan jumlah nilai tambahan bruto yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam satu wilayah tertentu. PDRB atas dasar hagra
Persen Pertumbuhan (%) 2,78 2,01 7,25 18,00 10,39 7,19 7,60 6,83 6,76 5,96
berlaku menggambarkan nilai tambah bruto barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh ekonomi
*) Atas dasar harga konstan tahun 2000
berdasarkan harga tiap tahunnya.
kerusakan habitat yang disebabkan oleh tingginya tingkat sedimentasi yang ditandai dengan keruhnya perairan.
perekonomian di suatu wilayah dalam satu periode
No Sektor 1 Pertanian 2 Pertambanangan dan Pengalian 3 Industri Pengolahan 4 Listrik, Gas dan Air 5 Bangunan 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 7 Pengangkutan dan Komunikasi 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 9 Jasa-jasa PDRB Kab. Belitung
Sumber: Belitung Dalam Angka Tahun 2011
Kesempatan kerja memberikan gambaran besarnya tingkat Pada tahun 2010 PDRB Kabupaten Belitung atas dasar
penyerapan dari pasar kerja, sedangkan angkatan kerja
harga berlaku mencapai angka Rp 2.817.475 juta atau naik
Teripang yang ada di perairan Kabupaten Belitung, hanya
yang tidak terserap dikategorikan sebagai penganggur.
diwakili oleh teripang berkualitas rendah sepertiHolothuna
Kesempatan kerja merupakan gambaran dari tingkat
atra, H. Coluber dan Bohadschia matmorata. Kelangkaan
permintaan dan penawaran tenaga kerja diakibatkan tinggi
jenis-jenis teripang ini diduga sebagai akibat kasus
rendahnya factor produksi.
sebesar 14,17 % dibandingkan tahun 2009 yang hanya
C Pendapatan Per Kapita
mencapai Rp 2.467.754 juta. Pertumbuhan ekonomi
Indikator makro yang biasa digunakan oleh para ekonom
Kabupaten Belitung tahun 2010 lebih cepat dibandingkan.
untuk menunjukan tingkat kesejahteraan masyarakat
tangkap lebih (over fishing). Dimana jenis-jenis teripang ini
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Belitung mencapai
dalam pendapatan per kapita yang merupakan base line
diburu terus-menerus. Hal yang sama juga terlihat pada
sebesar 5,96 % sedangkan pada tahun 2009 pertumbuhan
dalam mengukur keberhasilan pembangunan. Bahkan
ekonomi Kabupaten Belitung mencapai 4,30 %.
lembaga Internasional seperti Bank Dunia dan Dana
krustasea/kepiting marga Portunus dan Thallamita yang kehadirannya sangat langka. Fauna moluska relatif lehih
Tabel. Jumlah Rumah Tangga dan Penduduk Menurut Kecamatan Hasil Sensus Penduduk Tahun 2010
beragam dan lebih kaya dari fauna ekhinodermata dan krustasea. beberapa jenis moluska yang dapat digunakan sebagai bahan pangan ditemukan di perairan ini, seperti marga Triciacna, Trochus, Strombus dan Lambis.
Potensi Sosial Budaya dan Ekonomi:
Kecamatan
Rumah Tangga
(1) Membalong Tanjungpandan Sijuk Badau Selat Nasik Jumlah
(2) 6.935 21.556 6.968 3.371 1.599 40.429
2010 jumlah penduduk Kabupaten Belitung berjumlah 155.640 jiwa. Jumlah ini merupakan jumlah yang telah diterbitkan NIK berdasarkan hasil pencocokan dan penelitian yang dilaksanakan pada bulan September sampai dengan November 2010, sedangkan data tahun sebelumnya merupakan data kotor berdasarkan database tahun 2005 yang ternyaata terdapat data ganda serta yang telah meninggal dunia atau belum dilaporkan.
Laki laki (3) 12.558 44.144 13.911 6.818 3.281 80.712
Penduduk Perempuan (4) 11.614 41.887 12.766 5.934 3.052 75.253
Jumlah Total (5) 24.172 86.031 26.677 12.752 6.333 155.965
Sumber: Belitung Dalam Angka Tahun 2011
Penduduk Berdasarkan hasil registrasi penduduk pada akhir tahun
Moneter Internasional (IMF) selalu menggunakan per
B Pertumbuhan Ekonomi
kapita untuk mengetahui kersejahteraan penduduk suatu
Salah satu tujuan pembangunan adalah untuk
Negara yang dikonversikan ke dalam US $.
meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. Diharapkan dari pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan memberikan dampak ganda yang semakin positif dengan tidak melupakan masyarakat papan bawah dan menengah. Secara tidak langsung pertumbuhan ekonomi yang semakin baik akan memperkecil perbedaan distribusi pendapatan antar kelompok masyarakat.
Tabel. Jumlah Penduduk dan Sex Ratio Per Kecamatan Di Kabupaten Belitung Tahun 2011 Kecamatan (1) Membalong Tanjungpandan Sijuk Badau Selat Nasik Jumlah Total 2009 2008 2007
Mengenai perbandingan banyaknya penduduk laki-laki dan perempuan dapat dilihat dari sex ratio. Sex ratio penduduk
Laki laki (3) 11.387 46.172 6.240 13.140 3.134 80.073 85.391 82.047 73.668
Perempuan (4) 10.659 44.164 5.658 12.190 2.890 75.561 80.897 77.772 71.764
Sex ratio (5) 106,83 104,55 110,29 107,79 108,44 105,97 105,56 105,50 102,65
Sumber: Belitung Dalam Angka Tahun 2011
Tetapi pendapatan per kapita yang tinggi belum menjamin telah terjadi perbaikan tingkat kesejahteraan, kalau hanya dinikmati oleh sekelompok orang. Dalam PDRB yang dapat disajikan adalah perkembangan pendapatan per kapita dari tahun ke tahun. Tahun 2010 pendapatan per kapita penduduk atas dasar harga berlaku mencapai Rp 12.732.078 atau meningkat sebesar
Pertumbuhah ekonomi suatu wilayah dapat dihitung
4,41 % dibandingkan tahun 2009 yang hanya sebesar
dari variable PDRB atas dasar harga konstan. Karena PDRB
Rp 12.193.843, sedangkan atas dasar harga konstan
atas dasar harga konstan merupakan gambaran nyata
sebesar Rp 5.196.385 pada tahun 2010 atau naik 1,59 %
dari berbagai sector ekonomi. Kenaikan terbesar terjadi
dibandingkan tahun 2009 sebesar Rp 5.115.051.
pada sector listrik, gas dan air sebesar 18,00 %, sedangkan sector yang paling rendah pertumbuhannya adalah pertambangan dan penggalian yang hanya mampu
Potensi Perikanan
tumbuh sebesar 2,01 %.
Kabupaten Belitung memiliki potensi perikanan dan kelautan yang sangat besar baik sektor perikanan tangkap, budidaya, sumber daya non ikan (harta karun, energi dan gelombang), bahan tambang, wisata bahari maupun maupun sumber daya
Kabupaten Belitung pada tahun 2010 adalah 106,1. Ini
238
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
239
manusia perikanan dan kelautan yang handal di bidangnya.
Tabel. Produksi Perikanan Budidaya di Kabupaten Belitung Tahun 2011
Pembangungan balai benih ikan (BBI) di Membalong pada
Produksi Budidaya Ikan Tahun 2011 (kg) No
perintis untuk pengembangan sector perikanan budiadaya
1 Triwulan 1 2 Triwulan 2 3 Triwulan 3 4 Triwulan 4 Total 2010 2009 2008 2007
ikan air tawar di kabupaten Belitung. Dulu sector ini belum banyak diminati oleh masyarakat karena lebih mengandalkan perikanan tangkap. Awal tahun 200 perikanan budidaay mulai dilaksanakan.
TRIWULAN
Lele
Kerapu Bawal
4.340 5.135 3.505 2.348 15.328 8.485 7.640 5.819 2.908
Nila
4.228 1.805 2.292 4.617 2.010 2.372 988 1.685 2.034 912 1.330 10.879 5.715 7.679 19.218 12.753 3.0314 14.069 4.350 4.505 10.109 4.127 3.210 4.886 2.693 890
Patin 698 1.170 1.050 1.014 3.932 4.573 3.585 1.055 175
Tiram Rumput Arwana Mutiara Laut 5.700 3.000 5.700 3.000 14.825 70 1.200 -
Total (kg) 19.063 15.304 7.228 10.638 52.233 90.238 35.349 24.320 11.552
Sumber: Laporan Tahunan Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Belitung Tahun 2011
Perairan laut Kabupaten Belitung masih dikategorikan baik
proses budidaya ikan air laut, kerang mutiara dan kerang laut.
Tabel. Daftar Pembudidaya Ikan dan Sarana prasarana Per Kecamatan
Budidaya kerapu system KJA sudah banyak dikembangkan
Kecamatan
sehingga penerapan teknologi sudah sampai ke masyarakat dan hasilnya saat ini sudah bias dinikmati oleh pembudidaya. Peluang investasi pada perikanan tangkap tidak kalah dengan perikanan budidaya, sector ini sudah berkembang dengan baik di Kabupaten Belitung. Pengadaan kapal pengawas dan
Jumlah Ekspor (Ton) 1.481 866 852 696 856 594 409 181
Tujuan Singapura, Malaysia, Hongkong, Taiwan dan Cina Singapura, Malaysia, Hongkong Singapura Singapura Singapura Singapura Singapura Singapura
Sumber: Laporan Tahunan Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Belitung Tahun 2011
Tabel. Data Pengolahan Hasil Perikanan Di Kabupaten Belitung
jika ekploitasi tambang laut tidak dilaksanakan. Kondisi perairan yang baik ini sangat berguna untuk menunjang
Tahun 2011 2010 2009 2008 2007 2006 2005 2004
tahun 2007 dan 2008 diharapkan dapat dijadikan jalan
Tabel. Jumlah Jenis Alat Tangkap di Kabupaten Belitung Tahun 2010
Tabel. Jumlah Ekspor Ikan Tahun2004 – 2011
Sijuk Selat Nasik Badau Membalong Tanjungpandan Jumlah
Jumlah Pembudidaya (Kelompok) Laut Tawar 15 8 13 0 19 14 12 9 2 4 61 35
Jumlah Sapras (Buah) Laut (KJA) 171 380 161 74 38 824
Tawar (Kolam) 107 0 90 144 105 446
Sumber: Laporan Tahunan Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Belitung Tahun 2011
alat komunikasi pengawasan pada tahun 2007 diharapkan
Desa Tanjung Binga Sungai Padang Sijuk Terong Keciput Batu Itam Air Seruk
Jumlah UKM 34 24 12 8 17 8 23
Tanjungpandan
18
Badau Membalong Selat Nasik
6 6 23
Jenis Produk Olahan Kerupuk ikan, kritcu, empek-empek, abon dan bakso Terasi Kerupuk Ikan Kerupuk Ikan Kerupuk Ikan, Kritcu, Abon ikan Kritcu Pilus rumput laut, es krim rumput laut, dodol rumput laut, selai rumput laut. Kerupuk Ikan, teri kerispy, dodol rumput laut,dodol agar, pilus rumput laut. Kerupuk Ikan kulit Keripik rebo, abon ketam Kerupuk ikan, abon ikan, rusip
Sumber: Laporan Tahunan Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Belitung Tahun 2011
pengeboman serta pengiriman ikan dengan dokumen yang tidak lengkap dapat dikurangi sehingga akan meningkatkan pendapatan nelayan local dan pendapatan asli daerah Kabupaten Belitung. Peluang usaha lain yang mungkin dapat dikembangkan dianataranya: 1. Penjualan ikan segar 2. Usaha pengangkutan/Distribusi 3. Rumah Makan/Restoran Ikan 4. Pemancingan 5. Wisata Kelautan dan Perikanan 6. Bisnis alat perikanan 7. Bisnis Ikan hias, dll.
Tabel. Jumlah Produksi Perikanan Tangkap Di Kabupaten Belitung Tahun 2011 No Jenis Ikan 1 Manyung 2 Ekor Kuning 3 Lolosi Biru 4 Selar 5 Kuwe 6 Bawal Hitam 7 Tembang 8 Lemuru 9 Teri 10 Julung Julung 11 Ikan Gaji 12 Kakap Merab/bambanagan 13 Kurisi 14 Tongkol krai 15 Tongkol komo 16 Kembung 17 Benyar 18 Tenggiri 19 Kerapu Bebek 20 Kerapu Sunu 21 Ikan Beronang 22 Beronang Kuning 23 Alu-Alu 24 Cucut Botol 25 Pari kembang/pari macan 26 Ikan lainnya 27 Udang putih 28 Udang Barong/Udang karang 29 Udang Lainnya 30 Kepiting 31 Rajungan 32 Cumi-Cumi 33 Teripang Jumlah Total 2010 2009 2008 2007
Jumlah Total (Ton) 2582,63 1768,30 9801,60 125,61 946,61 0,69 3193,66 11,60 6257,33 0,08 1,50 620,98 876,69 0,07 84,00 1025,60 149,76 2587,41 4,20 819,15 15,00 8,40 3,64 23,30 26,11 3508,19 800,70 20,91 168,11 1271,50 4,20 6535,65 3,00 43.245,18 43.362,03 41.990,76 40,472,61 39,219,71
KECAMATAN MEMBALONG
TANJUNGPANDAN
30 59 32 2.420 40 685 10 8
36 1.030 10 95 75 248 16 5 38 40 20 1.860 3.350 6.823 6.710 6.644 6.532
Sodo / Sungkur Bubu Ikan Sero Jaring Kepiting Tangkul / Pentor Bubu Kepiting Bagan Tancap Bagan Perahu Jaring cincin Muroami Payang Pukat Tepi Pukat Udang Gilnet Hanyut Pancing Ancau Lainnya Jumlah 2010 2009 2008 2007
240 298 45 2.100 4.575 10.542 10.465 10.387 10.231
40 395 75 545 478 470 3
5 270 25 57 12 148
SELAT NASIK 265 27 90 5 47
80 1.345 40 2.554 6.025 6.015 5.926 5.871
125 18 2.560 55 3.275 6.550 6.540 6.494 6.397
121 95 28 60 2.870 14 3.432 7.054 7.040 7.012 6.914
BADAU SIJUK
JUMLAH 111 2.019 169 3.207 593 1.403 27 222 5 38 121 580 326 143 10.735 109 17.186 36.994 36.770 36.463 35.945
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Belitung
Tabel. Jumlah Sarana dan Prasarana Perikanan di Kabupaten Belitung Tahun 2010 KECAMATAN
Tabel. Jumlah Nelayan di Kabupaten Belitung Tahun 2010
dapat meningkatkan keamanan di wilayah perairan Belitung. Proses penggunaan alat tangkap yang dilarang, illegal fishing,
JENIS ALAT TANGKAP
SARANA / PRASARANA MEMBALONG TANJUNGPANDAN BADAU SIJUK 1. Pelabuhan Nusantara
KECAMATAN Membalong Tanjungpandan Sijuk Badau Selat Nasik JUMLAH 2009 2008 2007 2006
JUMLAH NELAYAN (ORANG) 2.361 1.530 2.560 721 2.372 9.544 9.455 9.365 9.316 9.276
PERSENTASE 25% 16% 27% 8% 25% 100%
-
2. Pelabuhan Perikanan 3. Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) 4. Tempat Pelelangan Ikan 5. Dermaga / Tempat Labuh 6. Dok / Slip Way 7. Perbengkelan 8. Balai Pertemuan Nelayan 9. Galangan Kapal 10. Pabrik Es 11. Cold Storage 12. Cool Room 13. Depot Es
1 6 -
1 3 3 1 1 1 7 9 1 -
3 -
5 3 1 2 -
JUMLAH SELAT NASIK 1 1 1 4 1 1 1 4 1 1 -
1 2 21 3 2 2 8 9 9 4 -
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Belitung
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Belitung
Potensi Pariwisata : 1. Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam. Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam yang terdapat di kabupaten Belitung meliputi :
Pantai, Pulau dan Perairan. z Pantai Tanjung Pendam zPantai Tanjung kelayang zPantai Tanjung Tinggi zPantai Tanjung Binga zPantai Mabai
Sumber: Laporan Tahunan Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Belitung Tahun 2011
240
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
241
zPantai Pedaunan Indah
zMakam Pendiri Kota Tanjung Pandan di Desa Kembiri.
zPulau Lengkuas
zUpacara Buang Jong
zPulau Burung.
zUpacara Nirok Nanggok.
zPulau Babi
zUpacara Maras Taun.
zPantai Teluk gembira.
zUpacara Adat Perkawinan.
zPantai Penyabong
zUpacara Kelahiran.
zPantai Tanjung Kiras
zPermainan Beripat,
zPantai Batu Lobang
zPermainan Lesung Batang
zPulau Seliu
zAtraksi Sembayang Rebut.
zPulau batu Dinding
zAtraksi Sembayang Kubor
Sungai, Danau, Kolam Renang
3. Obyek dan Daya Tarik Wisata Minat Khusus.
zPemandian Dayang Sri Pinai
zWisata Selam
zPemandian Jerry.
zPenambangan Timah Rakyat.
zPemandian Air Serkuk
zDesa Nelayan Tanjung Binga.
zPemandian Putri Marini
zPerkampungan Suku Bali (Balitong).
zPulau Rasau Indah
zWisata Berburu.
zPemandian Tirta Marundang
zWisata Mancing di Laut.
Upaya Pengelolaan Kawasan: Uraikan lengkap, tambahkan dengan gambar-gambar.
zPerkebunan Kelapa Sawit, Perkebunan Lada Air Terjun.
zNgerepak Durin
zAir Terjun Gurok Beraye zAir Terjun Batu Mentas Pegunungan. zBukit Berahu Tanjung Binga . zBukit Baginde. zGunung Tajam Bini. zGunung Paramund Lainnya. zGoa Nek Santen 2. Obyek dan Daya Tarik Wisata Budaya. Obyek wisata Budaya dan atraksi budaya di Kabupaten Belitung meliputi : zMusium Pemkab. Belitung zMakam Keramat Gunung Tajam zMakam Raja Badau zMusium Badau
242
Aksesibilitas : Kabupaten Belitung sangat mudah di akses, baik melalui darat, laut maupun udara. Kabupaten Belitung sudah memiliki sarana dan prasarana yang sangat memadai. Memiliki 2 (dua) buah pelabuhan pelayaran besar yaitu Pelabuhan Laskar Pelangi di Tanjungpandan, yang melayani rute pelayaran kapal dari dan menuju Jakarta serta Pangkalbalam, Pangkalpinang. Baik kapal cepat Express Bahari yang melayani rute Tanjungpandan-Pangkal Balam, yang menempuh waktu ±4,5 jam perjalanan maupun kapal fery yang melayani rute Tanjungpandan-Tanjung periok, Jakarta yang menempuh waktu ±15 jam. serta Pelabuhan Tanjung Ru di Badau yang melayani rute pelayaran kapal PELNI yang melayani rute Belitung-Tanjung Priok Jakarta, serta kapal fery menuju Bangka. Selain itu Kabupaten Belitung juga memiliki Bandara Udara H.A.S Hanandjoedin, yang sudah melayani beberapa rute penerbangan dengan beberapa maskapai. Diantaranya Rute Tanjungpandan-Jakarta yang dilayani oleh maskapai Garuda Indonesia, City Link, Sriwijaya Air. Rute Tanjungpandan-Pangkalpinang yang dilayani oleh maskapai Sriwijaya Air, dan Wings Air.
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
243
244
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
245
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Belitung Timur
246
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
247
Nama Kawasan :
Luas Kawasan :
Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Belitung Timur
Kawasan Konservasi ini memiliki luas 801.568 Ha
Sekilas tentang Kawasan
Dasar Hukum :
Status Pengelolaan :
Selain karena keanekaragaman hayati sumber daya ikan yang
Pencadangan melalui Keputusan Bupati Belitung Timur
Telah diinisiasi dan dicadangkan pada tahun 2012
masih tejaga keasliannya, alas an lain kawasan ini dicadangkan
Nomor 2.05.5/021/DKP/I/2012 tentang Penunjukan Kawasan
menjadi kawasan konservasi karena lokasinya yang sangat
Konservasi Perairan Gugusan Pulau Pemesut Sebagai Zona
strategis karena bersinggungan langsung dengan Alur Laut
Inti, Pulau Nangka Sebagai Zona Perikanan Berkelanjutan dan
Kepulauan Indonesia (ALKI). Lokasi ini juga merupakan daerah
Pulau Sandung Sebagai Zona Pemanfaatan Mina Wisata Bahari
tempat penyu berkembang biak serta telah lama dikenal
Kabupaten Belitung Timur Tahun 2012
Letak Geografis dan Administratif :
sebagai habitat ikan-ikan langka dan dilindungi yakni Ikan
Kawasan ini terletak di wilayah administrasi Kabupaten
Napoleon. Peluang pengembangan kawasan ini sebagai
Belitung Timur Provinsi Bangka Belitung.
lokasi ekowisata pun kini terbuka luas karena potensi-potensi tersebut.
248
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
249
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Mukomuko
250
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
251
Nama Kawasan :
Potensi Pariwisata :
Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Muko-Muko
Obyek Pariwisata yang terdapat di Kabupaten Muko-Muko antara lain:
± 2.240 Ha
z Pulau Enggano zTaman Buru Gunung nana’ua zDanau Gedang, zPemandian Gunung Selan, zPantai Lais zPantai Muko-Muko
Lokasi :
Status Pengelolaan :
Desa Retak Ilir Kec. Ipuh Kabupaten Mukomuko
Sejak dicadangkan tahun 2010, kawasan ini belum memiliki rencana pengelolaan dan zonasi secara definitive. Pengelolaan saat ini dilakukan secara kolaboratif di bawah koordinasi dinas perikanan dan kelautan setempat.
Dasar Hukum : Berdasarkan Perda Kabupaten Mukomukono. 4 Tahun 2010.
Luas Kawasan : Sekilas Tentang Kawasan: Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Mukomuko Pada Saat Ini adalah pengelolaan berbasis masyarakat, dimana pemerintah daerah merencanakan, melaksanakan, memantau dan mengevaluasi pengelolaaan habitat penyu dengan melibatkan/ memberdayakan masyarakat setempat. Pemerintah Daerah, Pemerintah Provinsi, BKSDA dan LSM/ YSI (Yayasan Sipef Indonesia)/ Perusahaan Setempat memfasilitasi dalam hal biaya operasional, sarana dan prasarana bagi kelompok masyarakat yang mengelola / menjaga kawasan konservasi.
252
Penyu di Kabupaten Mukomuko sejak dahulu mendarat di Kawasan pantai Desa Retak Ilir sampai dengan Muara air Hitam. Dalam tiap musim penyu bertelur bisa mencapai 15 sampai 20 ekor per malam. Dari Bulan Januari sampai bulan Juni bisa mencapai ratusan penyu yang mendarat dengan berbagai jenis penyu, dari jenis –jenis tersebut masyarakat belum bisa mengidentifikasikan, tetapi hanya bisa mengenalnya dengan penyu besar, penyu pendek, penyu menengah dan penyu ceper. Namun lama kelamaan jumlah penyu yang mendarat semakin lama semakin berkurang sehingga terlihat drastis penurunannya. Urgensi pencadangan kawasan konservasi ini adalah untuk melindungi dan melestarikan penyu dan habitatnya dari pemanfaatan pihak yang tidak bertanggung jawab. Dukungan masyarakat yang concern terhadap upaya-upaya konservasi merupakan alas an kuat didirikannya kawasan konservasi ini.
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Keanekaragaman Hayati : Penyu, mangrove.
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
253
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Bengkulu Utara
254
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
255
Keanekaragaman Hayati : Pulau Enggano merupakan salah satu pulau terluar yang dimiliki Indonesia, oleh sebab itu kegiatan konservasi perlu diintensifkan dalam rangka melindungi dan melestarikan keanekaragaman hayati yang ada di sekitar Pulau Enggano seperti terumbu karang dan mangrove.
Nama Kawasan :
Letak Geografis dan Administratif :
Kawasan Konservasi Perairan Enggano Kabupaten Bengkulu
Kawasan ini terletak di sekitar perairan Pulau Enggano dengan
Utara
rincian sbb : t
-PLBTJ*TFMVBT )BUFSMFUBLBOUBSB5BMBOH Enggano – Tanjung Labula termasuk Pulau Dua, Pulau
Dasar Hukum :
Merbau, dan Pulau Bangkai.
Peraturan Bupati Bengkulu Utara No Tahun 2010 t
-PLBTJ**TFMVBT )BUFSMFUBLBOUBSB5BOKVOH Laksaha –Tanjung Koomang
Luas Kawasan : Kawasan Konservasi ini memiliki luas 37.167,93 Ha
256
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
257
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Kaur Nama Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Kaur (Linau, Merpas, Sekunyit)
(Histrio histrio), Apogonidae (Apogon cyanasoma, Sphaeramia nematoptera), Balastidae (Balistoides conspicillum, Balistapus undulates, Rhinecanthus aculeatus, Rhinecanthus verrucosus), Ephippidae (Platax pinnatus, Platax teira), Holocentridae (Myrispitis sp, Sargocentron diadema) dsb.
Dasar Hukum: Dasar hukum pencadangan kawasan konservasi perairan Linau, Merpas, dan Sekunyit sebagai Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Kabupaten Kaur adalah SK Bupati Kaur No. 180 tahun 2007 yang dikeluarkan pada tanggal 20 Juni 2007.
Luas Kawasan :
Potensi Pariwisata : Beberapa obyek wisata yang terdapat di Kabupaten Kaur diantaranya adalah, lokasi pantai Laguna Ujung Lancang di Desa Merpas, Kecamatan Nasal, Pantai Way Hawang Desa Waihayang Kecamatan Maje, pantai dan Pelabuhan Linau Desa Linau, Kecamatan Maje, Pantai Desa Sekui yit Kecamatan Kaur Selatan serta Pantai Hili Kecamatan Semidang Gumay.
Kawasan Konservasi Perairan ini memiliki luas 50.308 Ha.
Aksesibilitas : Letak Geografis dan Administratif : Kawasan Konservasi ini berada pada posisi geografis 103003’ – 103034’ LS dan 04055’ – 04059’ BT. Sementara itu, secara administrasi, Kabupaten Kaur berbatasan langsung dengan Provinsi Lampung, sebelah Timur dengan Provinsi Sumatera Selatan, sebelah Barat dengan Samudera Hindia.
Kawasan Konservasi Kabupaten Kaur berada di pesisir Barat dari Kabupaten Kaur. Untuk menuju ke lokasi tersebut dari Jakarta menggunakan Pesawat menuju bandar udara Fatmawati Soekarno di Provinsi Bengkulu. Kemudian dilanjutkan dengan menggunakan mobil menuju kota Bintuhan (ibukota Kabupaten Kaur) de ngan jarak sekitar 250 km dari Kota Bengkulu. Kawasan Konservasi tersebut dapat dicapai melalui Jalan Lintas Barat Sumatera yang melewati Kota Bintuhan, Kabupaten Kaur.
Keanekaragaman Hayati : Terumbu karang dan ikan hias adalah 2 (dua) di antara sumberdaya unggulan di kawasan ini. Jenis-jenis karang yang sering ditemukan antara lain Porites lobata, Favia sp, Goniastrea sp, Leptoria phrgia, Leptastrea teransversa, jenis encrusing: Porites lichen, Montipora verrucosa dan sedikit karang bercabang : Acropora formosa, Pocillopora damicornis. Selain itu terdapat hard coral berupa CME (karang api jenis Mellipora sp), ACB Acropora bercabang (acropora formosa), CF Coral fo liose (Montipora foliosa). Sementara itu, Jenis ikan hias yang ditemukan di perairan ini disusun berdasarkan kelompok-kelompok, seperti Acanthuridae (Acanthurus glaucopareius,Acanthurus leusternon, Acanthurus lineatus, Acanthurus nigrofuscus,Paracanthurus hephatus), Antennaridae
258
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Status Pengelolaan : Meskipun rencana pengelolaan dan zonasi serta lembaga pengelola khusus masih dalam proses pembentukan, sejumlah upaya pokok pengelolaan telah dilakukan pemerintah antara lain melalui kegiatan : z Sosialisasi kepada masyarakat zPembuatan Gedung Penetasan Penyu zPemasangan papan papan pengumuman zPengadaan perahu karet (untuk pengawasan) zZonasi KKPD (Dekonstrasi 2012)
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
259
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Lampung Barat
260
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
261
zPengadaan Kapal Operasional KKP (2008) dll.
Potensi Pariwisata : Pantai Barat merupakan kawasan potensial dan terdapat berbagai lokasi wisata yang memiliki daya tarik terutama sebagai lokasi olahraga laut, misalnya memancing, menyelam, dayung, selancar, dan ski air. Lokasi dan obyek wisata tersebut tersebar di Kecamatan Lemong, Pesisir Utara, Pesisir Tengah, Karya Penggawa, Pesisir Selatan, dan Bengkunat. Selain obyek wisata bahari, terdapat juga obyek wisata budaya, antara lain: Pesta Sakura, dan Nabuh Kelukup, kebiasaan menabuh (memukul) kelukup (kentongan raksasa) yang dilakukan pada setiap bulan puasa dsb.
Aksesibilitas : Ibukota Kabupaten Lampung Barat di Liwa, yang berjarak sekitar 330 km dari Bandar Lampung ibukota Provinsi Lampung dan dapat ditempuh melalui jalan darat sekitar 6 jam. Jalan akses dari Liwa
Nama Kawasan :
Keanekaragaman Hayati :
Taman Pesisir Ngambur dan Taman Pulau Betuah Kabupaten Lampung Barat
Satwa-satwa penting yang ada di pesisir Lampung Barat adalah penyu, lumba-lumba, paus dan udang lobster. Penyu bisa ditemukan di hampir seluruh pesisir Lampung Barat. Jenis-jenis penyu yang bisa ditemukan adalah Penyu Hijau (Chelonia mydas), Penyu Sisik (Erethmochelys imbricata), Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea) dan Penyu Belimbing (Dermochelys coriacea). Sementara lumba-lumba dan paus diperkirakan ada di Samudera Hindia seperti lumbalumba risso/ abu-abu (Grampus griseus), lumba-lumba biasa (Delphinus delphis), paus sejati Selatan (Eubalaena australis), paus biru (Balaenoptera musculus), paus bersirip (Balaenoptera physalis), lodan/paus kerdil (Kogia breviceps), paus cebol (Kogia simus), dan lumba-lumba pintal (Stenella longirostris) yang sering dekat pulau (Klinowska, 1991; Silalahi dan Suwelo, 2003). Terdapat beberapa jenis udang lobster yang ditemukan di beberapa tempat di Lampung Barat yaitu Udang Mutiara (Panulirus ornatus), Udang Batu (P. penicilatus), Udang Bambu (P. versicolor) dan Udang Hijau (P. homarus).
Dasar Hukum: SK Pencadangan Bupati Lampung Barat Nomor B/206/KPTS/ II.12/2012
Luas Kawasan : Kawasan Konservasi ini memiliki luas 5.741,32 Ha untuk Taman Pesisir Ngambur dan 9.718,36 Ha untuk Taman Pulau Betuah..
Letak Geografis dan Administratif : Kawasan Konservasi Kabupaten Lampung Barat terletak pada posisi 104o05’55,92 LU - 104o07’11,97” LS dan 5o29’51,30” 5o31’44,99” BT ini memiliki luas kawasan sekitar 14.866,87 ha. Topografi wilayahnya sebagian besar berupa dataran tinggi yang curam, daerah berbukit sampai bergunung yang merupakan bagian dari Bukit Barisan yang membentang dari Utara ke Selatan Sumatera.
262
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
menuju ke berbagai ibukota kecamatan di wilayah pesisir dengan mudah ditempuh melalui jalan darat beraspal yang merupakan jalan negara dan provinsi. Sedangkan aksesibilitas antar kecamatan yang terletak di wilayah pesisir mudah ditempuh, baik menggunakan alat transportasi darat melalui jalan negara yang kondisinya cukup baik maupun menggunakan alat transportasi laut (perahu, speed boat).
zPembuatan Dokumen Manajemen Plan KKLD (2009) zKerjasama dengan Yayasan Mitra Bentala dalam rangka pemberdayaan kelompok penangkar penyu di KKLD (2007-2009). zMengusulkan ketetapan menteri Kelautan dan Perikanan melalui Surat Bupati Lambar No. 912/1070/II.09-KP3K/ VI/2010 perihal Usulan Tindak Lanjut Pencadangan Kawasan Konservasi Perairan. zKajian Populasi dan Habitat Penyu di Lampung Barat (Dekon 2006) zRenstra Wisata Bahari Lampung Barat (Pariwisata Lampung, 2007) zPembuatan Profil Pulau Betuah (DKP, 2007) zRenstra Wilayah Pesisir dan P2K Kabupaten Lampung Barat dan Kabupaten Tulang Bawang (dekon 2008) zRencana Zonasi WP3K Kab. Lampung Barat (dekon 2009) zRenstra Wilayah Pesisir dan P2K Provinsi Lampung (2010) zRencana Induk Pariwisata Daerah Provinsi Lampung (2011) zRencana Tata Ruang Wilayah Kab. Lampung Barat (2011)
Status Pengelolaan : z Dilakukan kegiatan sosialisasi dan publikasi pada masyarakat dan pemerintah daerah tentang KKLD (20072011), melalui diskusi, pameran, baliho, poster dan leaflet. zMelakukan pengelolaan KKLD (laporan terlampir 20062010) zMembangun sarana dan prasarana pengelolaan KKLD di Pekon Muara Tembulih yang meliputi : zPembebasan tanah pusat penangkaran penyu (2008) zPembangunan pondok penangkaran penyu (2008) zPembangunan Kantor Pengawasan (2009) zPembangunan Pondok Wisata, Pondok Jaga, dan menara pengawas (2009) zPagar penangkaran penyu (2010)
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
263
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Tanggamus
264
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
265
truncatus) yang hidup disekitar perairan Teluk Kiluan. Kedua jenis lumba-lumba tersebut cenderung untuk membentuk kelompok kecil dengan jumlah 4-6 ekor. Kemudian pada saat tertentu, kelompok-kelompok kecil ini bersatu membentuk kelompok yang lebih besar. Pemunculan lumba-lumba di perairan umumnya sebanyak 2 kali setiap hari, yaitu pada pagi hari (sekitar pkl.07.00-08.00 WIB) dan sore hari, sekitar pukul 17.00 WIB.
Potensi Pariwisata : Keberadaan lumba-lumba di sekitar Teluk Kiluan menjadi daya tarik utama kunjungan wisatawan ke kawasan ini. Kegiatan wisata yang berkembang yaitu pengamatan lumba-lumba (Dolphin watching). Wisatawan dapat berlayar ke laut lepas menggunakan perahu ketinting untuk berburu foto dan mengamati tingkah laku lumba-lumba diperairan bebas.
Aksesibilitas :
Nama Kawasan : Taman Wisata Perairan Teluk Kiluan dan sekitarnya di Kabupaten Tanggamus
Dasar Hukum: SK Pencadangan Bupati Tanggamus Nomor B.399/32/11/2014 tanggal 11 November 2014
beragam. Wilayahnya terdiri dari daratan, persawahan, hingga perbukitan, dengan ketinggian wilayah bervariasi, mulai dari ketinggian 5-400 meter dpl. Berdasarkan pengamatan, Teluk Kiluan merupakan teluk yang dikelilingi oleh perbukitan dengan wilayah dataran Salah satu potensi di Kawasan Konservasi yang menjadi andalan adalah adanya kegiatan ekowisata di teluk Kiluan. .
Keanekaragaman Hayati : Luas Kawasan : Kawasan Konservasi ini memiliki luas 76.214,33 Ha.
Letak Geografis dan Administratif : Teluk Kiluan adalah teluk kecil yang merupakan bagian dari Teluk Semangka di Provinsi Lampung. Secara administrasi, termasuk dalam wilayah pekon (desa) Kiluan Negeri, Kecamatan Kelumbayan, Kabupaten Tanggamus. Pekon Kiluan Negeri memiliki luas wilayah 276,1 km2 (termasuk perairan Teluk Kiluan). Topografi wilayah Pekon Kiluan Negeri sangat
266
Kondisi tutupan terumbu karang hidup yang ada disekitar Teluk Kiluan sangatbervariasi. Tutupan terumbu karang hidup terutama berada disekitar selat antaraDusun Bandung Jaya dan Pulau Kelapa serta disekitar Pulau Kelapa. Sekitarperairan ini menjadi lokasi wisata snorkling. Namun dibanyak lokasi, terutamayang terletak di pesisir barat dan timur bagian dalam Teluk Kiluan kondisi terumbukarang tergolong rusak. Hal ini ditandai dengan tingkat tutupan terumbu karanghidup yang kurang dari 10%. Kerusakan terumbu karang ini diduga disebabkanoleh pengambilan terumbu karang sebagai bahan bangunan dan kegiatan destruktif fishing (penggunaan bahan peledak/ bom ikan)
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Penyebaran mangrove di pesisir Teluk Kiluan tidak berada disepanjang pesisirTeluk Kiluan, namun hanya terdapat dipesisir Teluk Kiluan sekitar Dusun BandungJaya. Hutan mangrove yang ada hanya seluas 1,5 ha, terdiri dari 1 ha dalam kondisi baik sedangkan sisanya dalam kondisi rusak. Jenis vegetasi mangroveyang ada terdiri dari jenis Pedada (Sonneratia alba), Kacangan ( Aedicerascorniculaum), Terumtum (Lumnitzera racemosa), Tinjang (Rhizophora sp) dan Nipah/buyuh (Nypa Fructicans) Perairan di sekitar Teluk Kiluan menjadi habitat dari 2 jenis penyu, yaituPenyu Sisik (Erethmochelys imbricata) dan Penyu Hijau (Chelonia mydas). Populasi penyu yang pernah teridentifikasi di wilayah Teluk Kiluan diperkirakan mencapai 32 ekor pada tahun 2007. Namun saat ini, semakin sulit menemukan penyu di kawasan Teluk Kiluan, baik penyu yang berada perairan maupun yang mendarat untuk bertelur. Hal ini diduga disebabkan penurunan populasi yang drastis akibat perburuan penyu dan pengambilan telurnya yang pernah marak pada awal tahun 2000-2005.
Pekon (Desa) Kiluan Negeri termasuk daerah yang terpencil dan jauh dari pusat pemerintahan. Jarak tempuh kawasan Teluk Kiluan dari kota-kota terdekat antara lain: 1) Jarak dari Bandar Lampung (ibukota Provinsi Lampung) ke Pekon KiluanNegeri kurang lebih 78 km, dapat ditempuh menggunakan kendaraan roda 4selama 3-3,5 jam. Kondisi jalan sebagian besar baik, namun rusak berat dibeberapa lokasi. 2) Jarak dari Kota Agung (ibukota Kabupaten Tanggamus) ke Pekon Kiluan Negeri kurang lebih 148 km. 3) Jarak dari Pekon Napal (ibukota Kecamatan Kelumbayan) ke Pekon Kiluan Negeri kurang lebih 18 km. Belum ada angkutan umum resmi yang sampai ke pekon. Untuk menuju pekon Kiluan Negeri menggunakan angkutan umum non trayek yang berangkatdari Pekon Kiluan Negeri – Bandar Lampung PP 1 kali dalam sehari.
Terdapat 2 (dua) jenis spesies lumba-lumba yaitu lumbalumbaparuh panjang/Spinner dolphin (Stenella longirostris) dan Lumba-lumba hidung botol/Bottlenose dolphin (Tursiop
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
267
Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan Gedung Mina Bahari III Lantai 10 Jalan Medan Merdeka Timur No 16 Jakarta Pusat 10110 Telp/Fax: (021) 3522045, Surel:
[email protected] Situs resmi: http://kkji.kp3k.kkp.go.id 342
2014
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
343