Daftar lsi
Optimaiisasi Lahan Menuju Peningkatan Pendapatan Usahatani Garut dalam Program Ketahanan Pangan di Kabupaten Sleman
Mendukung
577
Sri Budhi Lestari dan Tri Joko Siswanto
Peluang Usahatani Cabai Merah di Lahln Kering Kabupaten
Gunungkidul
583
Murwati , Sarjiman dan Heri Basuki Persepsi dan Respon Petani Terhadap Teknologi Budidaya Cabai Merah Melalui Action Research Facility (ARF) di UP FMA Desa Reban Kecamatan Reban Kabupaten Batang
587
Rudi Prasetyo, dan Sherly Sisca Piay Faktor-Faktor Penentu Usahatani Cabai Merah di Kecamatan Bulu, dan Kabupaten Temanggung
Tlogomulyo
591
Reni Oelviani, lndah Susilawati, dan Bambang Suryanto Peran Kelembagaan Petani dalam Pemasaran Jagung Manis (Studi Kasus Di Pandemuiyo, Temanggung)
Desa
596
Sularno, Seno Easuki dan Parlul'tutan Sirait Analisis Nilai Tambah Komoditas Jagung Manis (Studi Kasus di Kabtipaten
Temanggung)
602
Seno Easuki dan Dian Maharso Yuwono
Dukungan lnformasi Pasar Terhadap Kebutuhan lnovasi Teknologi dan Peningkatan Pendapatan Petani Cabai ( Capsicum annum L,) (Studi Kasus Di Kabupaten MagelangJawa Tengah)
611
Sularno dan Parluhutan Sirait Analisis Kelayakan dan Pemasaran Jeruk Keprok Soe di Kabupaten Tirnor Selatan-NTT
Tengah
620
Yusuf, Masyhuri, lrham dan Jangkung Handoyo Mulyo Kajian Usahatani Pisang untuk Peningkatan Produksi dan Pendapatan
Petani
630
Sumarni dan Sukarjo Model Arisan dalam Pengembangan Pisang Ambon (Studi Kasus di Desa Kabupaten Batang)
Jambangan
636
Usaha
643
Seno Sasuki dan Abdul Choliq Analisis Strategi Pengembangan Agribisnis Manggis'Studi Kasus: Koperasi Bina Al lhsan Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor" Kaslieyitno Albarru dan Chanifah Karakteristik Peternak Sapi Potong di Lokasi FEATI Desa Krinjing, Kecamatan Kabupaten Magelang
Dukun,
653
Dian Maharso Yuwono, Subihafta, dan Ulin Nuschati Analisis Finansial Usaha Sapi Potong "Pembibitan" Pada Model Kawasan Kandang Komunal di Kelompok "Gangsang Makmur" di Desa Asmoro Bangun Kecamatan Puncu, Kediri, Jawa Timur
662
Broto Wibowo, Budi Arsana l.G.M dan E. Juarini Kajian Usahatani Penggemukan Kambing Marica di Sulawesi
Selatan
668
Novia Qomariyah, Matheus Sariubang, dan Pita Sudrajad
ModelAgribisnis Usahaternak Kambing Peranakan Etawah (PE) diWilayah Sumber
Bibit
674
Dwi Priyanto Pemberdayaan f\4asyarakat dalam Pengembangan Usaha Ter-nak Domba Gapoktan
Cahyati Setiani, Sarjana, dan Djoko Pramono
Prosiding Senilaka l''!asional Dukungan Agro-lnavasi untuk Pemberdayaan Pelani, Kerjasana UNDIP, BPTP Jaieng, dan Pemprov Jateng, Semaranq 14 Juli 201i
Melalui
683
Qomaiyah et al .- Kajian Usahatani Penggemukan Kambing Maica
KAJIAN USAHA TANI PENGGEMUKAN KAMBING MARICA DI SULAWESI SELATAN Novia 1
Qomaiyahl, Matheus Saiubangl dan Pita Sudraja&
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan 'Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah
ABSTRACT
Ihe assessnrcnt ained to determine the feasibility level of Marica faftening goats
in South Su/awesL This event was held in the village of Bonto Rannu l, Tolo Utara Village,'Kelara Distict, Jeneponto Regency on farmers' fields which used on-farm research and participatory rural appraach as the nethod of approaches and involved farmers directly in planning, execution and obseruation of the pefformance of these technologies. This assessmenf involved farmers who were a member of Farmers Group Prima. lt used 12 goats which consisted of 4 male goats treated T0 = control (technology of farmers); Tl = complete feed + local grass; T2 = complete feed + Iocal grass + legume. Parameters measured were feed intake level (g/goat/hr), body weight gain, feed conversion and analysis of R/C ratio. Data were analyzed using t-test. Complete feed formulation technology (complete feed) with local grass + legume was able to produce a higher increase to the average body weight gain (ADG) around 59.72 g/goaUday, with a profit of Rp 10V,562.S/goat, and R / C ratio of 1.16, and thus, it was viable to do by farmers in the research area.
Key words : maica goat, fattening, complete feed
khususnya
PENDAHULUAN
Provinsi Sulawesi Selatan potensial untuk pengembangan
sangat ternak kambing khususnya kambing lokal baik dilihat dari aspek teknis, ekonomi maupun sosial budaya. Adapun kelebihan pengembangan ternak kambing di Provinsi Sulawesi Selatan antara tain kambing memiliki kemampuan adaptasi terhadap lingkungan yang tinggi khususnya pada kondisi agroekosistem yang berbeda-beda, dapat memanfaatkan pakan
dengan kandungan nutrisi yang
rendah,
bersifat prolifik (beranak lebih dari satu ekor per kelahiran), memiliki pangsa pasar yang
luas baik lokal Provinsi Sulawesi
Selatan untuk diantarpulaukan (Devendra,1975). Kambing marica merupakan kambing asli Provinsi Sulawesi Selatan yang banyak dijumpai Kabupaten Jeneponto yang juga merupakan sumber plasma nutfah nasional. Kambing marica memiliki kesamaan fisik dengan kambing kacang, namun memiliki ciri fisik yang paling menonjol yaitu ukurannya lebih kecil dan tidak bertanduk serta kelihatan lincah dan agresif, selain itu telinganya tegak dan relatif kecil pendek dibandingkan dengan
maupun
di
telinga kambing kacang (Batubara, 2007). Produktivitas kambing marica cukup baik, dimana jumlah anak memiliki peranan penting
668
bagi
masyarakat pedesaan
terutama terhadap total pendapatan petani, yaitu sekitar 15 - 48 % tergantung dari pola usahataninya (Paat e/ al., 1992). Selain itu dapat dijadikan sebagai tabungan yang dapat dijual setiap saat, mudah memeliharanya, dan memerlukan investasi yang relatif kecil.
Kabupaten Jeneponto merupakan sentra pengembangan kambing di Provinsi Sulawesi Selatan. Populasi kambing di daerah tersebut sebesar 65.386 ekor pada tahun 2008 (BPS, 2009). Adapun sistem pemeliharaan ternak kambing Kabupaten Jeneponto masih bersifat tradisional dan merupakan usaha sambilan dengan jumlah pemilikan yang bervariasi namum umumnya rendah yaitu 2-5 ekor (Sutama et al., 2002). Salah satu alternatif untuk meningkatkan produktivitas kambing, khususnya kambing marica adalah melalui teknologi penggemukan (fattening). Teknologi penggemukan ini menggunakan pakan lengkap dengan memperhitungkan kandungan nutrisi dari masing-masing bahan penyusun dan tingkat kebutuhan nutrisi dari ternak kambing yang diberi pakan. Pakan kambing untuk usaha penggemukan disusun
di
berdasarkan zat-zat nutrisi yang sangat dibutuhkan kambing potong untuk meningkatkan bobot badan. Salah satu zat
Prosiding Semilol
@mariyah et al.- Kajian Usahatani Penggemukan Kambing Marica
nutrisi penting yang sangat dibutuhkan dalam proses penggemukan kambing adalah protein. Protein sangat diperlukan oleh temak unfuk
pertumbuhan, membangun dan menjaga protein jaringan dan organ tubuh, sertia sumber energi (Tillman et al., 1983).'Makin cepat laju pertumbuhan ternak makin tinggi protein yang dibutuhkan dalam pakan (Ensminger dan Parker, 1986). Tujuan dari pengkajian ini adalah untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha penggemukan kambing marica di Sulawesi Selatan.
.
dilaksanakan di Desa Kelurahan Tolo Utara, Kecamatan Kelara, Kabupaten Jeneponto pada Bulan Maret - November 2009 dengan
Pengkajian
ini
l,
menggunakan 12 ekor kambing marica jantan
yang dibagi dalam 3 perlakuan, masingmasing 4 ekor. Kambing dipelihara selama 4 bulan, dimana 1 bulan digunakan sebagai waKu adaptasi. Adapun perlakuan pakan sebagai berikut.
. r o
T0 = kontrol (teknologi petani) Tl = pakan konsentrat + rumput lokal T2 = pakan konsentrat + rumput lokal+ leguminosa
Pakan konsentrat diberikan sebanyak 200 g/ekorlhari, sedangkan pakan hijauan dan leguminosa diberikan secara adlibitum. Pengamatan data dilakukan selama 3 bulan. Komposisi pakan konsentrat dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi pakan konsentrat
Bahan Pakan Dedak padi
di
Kecamatan Kelara yang
berbatasan dengan Kecamatan Rumbia di
sebelah Utara, Kelurahan Tolo Timur di sebelah Timur, Kabupaten Gowa di sebelah Barat dan Kelurahan Tolo Kota di sebelah selatan. Desa Bonto Rannu I memiliki luas wilayah 0,72 kmz dengan jumlah penduduk
451 jiwa yang terdiri dari
sebanyak
'44 jiwa dan
perempuan
laki-laki 207 jiwa.
Sebagian besar lahan di Kelurahan Tolo Utara adalah tanah kering yang terdiri dari kebun
seluas 502,90 ha dan tanah sawah seluas 10 ha, tanah pekarangan seluas 27,60 ha dan
2 ha. Untuk jenis tanah persawahan terdiri dari tanah sawah pekuburan seluas
METODOLOGI
Bonto Rannu
yang ada
Komposisi(%) 60
Bungkilkedelai
10
Jagung giling
29
Mineralmix Jumlah
100
1
Parameter yang diamati adalah tingkat konsumsi pakan (g/ekor/h$, pertambahan bobot badan, konversi pakan dan analisis R/C rasio. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji-t.
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Wilayah Kelurahan Tolo Utara merupakan salah satu kelurahan dari 5 kelurahan dan 5 desa
berpengairan setengah teknis 5 ha dan sawah
tadah hujan seluas 5 ha. Tanaman pangan yang diusahakan di Kelurahan Tolo Utara meliputi padi, kacang tanah, kacang hijau, kedelai dan ubi kayu. Populasi ternak yang ada di Kelurahan Tolo Utara meliputi ternak sapi, kuda, dan kambing. Populasi ternak tertinggi adalah jenis ternak kambing yaitu 580
ekor, kuda 360 ekor, dan sapi 63 ekor. Di samping itu dipelihara ternak ayam petelur 1800 ekor, ayam ormone 3697 ekor, dan bebek 849 ekor. Sedangkan di Desa Bonto Rannu I populasi sapi sebanyak 9 ekor, dan kuda 44 ekor.
Mata pencaharian utama masyarakat di Desa Bonto Rannu l, Kelurahan Tolo Utara,
Kecamatan Kelara, Kabupaten Jeneponto adalah sebagai petani. Jenis tanaman yang dominan diusahakan petani di Desa Bonto Rannu l, Kelurahan Tolo Utara, Kecamatan Kelara, Kabupaten Jeneponto adalah jagung, padi, dan cabe, sedangkan jenis ternak yang
paling banyak dipelihara adalah kambing. Berdasarkan hasil PRA (parfisipatory rural appraisat) di lokasi penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pemilikan tanah yang diusahakan petani lebih kecil yaitu 0,5
t
2,0 besar berupa sawah irigasi teknislsemiteknis (83 %)
ha. Dari luasan tersebut sebagian
dan sisanya berupa tegalan (kebun). Pola tanam yang biasa dilakukan adalah padijagung. Dari usahatani tersebut di atas, diperoleh gambaran ting kat pendapatran petani (Tabel 2). Dari Tabel 1 terlihat bahwa dengan
melaksanakan seluruh kegiatan tersebut di
atas petani
memperoleh
pendapatan
Rp.4.150.000,- per periode produksi (MH) untuk satu keluarga. Selain itu, tidak semua kegiatan usaha dilakukan oleh petani secara penuh dalam satu tahun secara teratur. Hal ini sangat tergantung pada musim, ketersediaan
waktu, Iahan dan modal sehingga distribusi pendapatan dalam satu tahun tidak dapat
Prosiding Semiloka Nasional"Duktngan Agro-lnovasiuntukPemberdayaan Petani" Kerjasama UNDIP, BPTP Jateng, dan Pemprov Jateng, Semarang 14 Juli2011
669
@mafuah et al .- Kqjlnn UsahataniPenggemukan Kambing Maica
diketahui secara pasti. Sehingga pendapatan riil petani dengan kegiatan usaha seperti itu sulit untuk berkembang. Rata-rata jumlah anggota keluarga petani adalah 5 orang terdiri
dari petani, istri dan 3 orang anak. Berqrti
pendapatian/kapita/tahun adalah Rp. 830.000,-. Berdasarkan pendapatan per kapita/tahun maka petani tersebut masih tergolong miskin. Menurut Ananto (2004) bahwa petani dengan pendapatan kurang Rp.1.000.000,/kapita/tahun termasuk petani miskin yang perlu ditingkatkan pendapatannya melalui inovasiteknologi pertanian. Data pada Tabel2 mempedihatkan bahwa pendapatan yang paling besar diperoleh dari usahatani jagung, namun produKivitasnya masih rendah.
dari
Tabel2. Tingkat pendapatan petani dari setiap kegiatan usaha yang dilakukan petani
Usaha
Padi (0,5 ha)
1.750.000 2.000.000 400.000 4.150.000
Jagung (0,25 ha) Kambing (1 ekor)
Jumlah (Rpl
menjadi 17,6 kg/ekor dengan pertambahan bobot badan harian (PBBH) 2,325 kg/ekor. Kambing yang mendapat pakan konsentrat dengan pemberian hijauan lokal
(Tl)
memiliki
bobot badan awal sebesar 14,1 kg/ekor dan bobot akhir sebesar 18,15 kg/ekor dengan
PBBH sebesar 4,05 kg/ekor, sedangkan
kambing yang mendapat pakan konsentrat dengan pemberian hijauan lokal+leguminosa
(T2) memiliki berat awal sebesar
14,18
kg/ekor dan berat akhir sebesar 19,33 kg/ekor dengan PBBH sebesar 5,15 kg/ekor. Tampak dari hasil yang diperoleh bahwa perlakuan T2 memiliki PBBH lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan T0 dan T1. Peningkatan konsumsi bahan kering pada perlakuan T2 disebabkan meningkatnya ketersediaan
sumber nitrogen yang berasal dari konsentrat bagi mikroba rumen sehingga laju fermentasi,
kecemaan dan laju partikel makanan dari rumen bertambah. Menurut Church (1988) konsumsi pakan dipengaruhi antara lain oleh kandungan protein kasar, palatabilitas, bobot
badan, waktu tertahannya (retensi) bahan organik dalam rumen, dan keadaan fisiologis
Di samping bertanam padi dan jagung, petanijuga memelihara kambing rata-rata 14
ekor, dengan memperoleh
pendapatan Rp.33.000,/ekor/bulan sehingga dikatakan bahwa usahatani kambing terlihat belum optimal
Rp.400.000,Jekorltahun
atau
karena skala pemeliharaannya relatif kecil. Meskipun pendapatan dari usahatani kambing lebih kecil namun petani lebih senang, karena tidak memerlukan biaya pemeliharaan, cukup dilepas di lahan kosong atau sawah yang bero. Selain itu, kambing merupakan tabungan yang sewaKu-waktu dapat diluangkan untuk keperluan yang sifatnya mendesak. Bahkan yang utiama adalah pertimbangan resiko kegagalannya lebih kecil daripada usaha tanaman. Oleh karena itu apabila memiliki modal cukup cenderung untuk memelihara kambing lebih banyak, karena dengan memelihara 10 ekor kambing saja dapat memperoleh penerimaan usaha Rp. 634.650,-
temak, sedangkan menurut Mertens (1987) konsumsi bahan kering dipengaruhi oleh kapasitas retikulum rumen dan jumlah energy
yang didapat dalam upaya
memenuhi kebutuhannya, selain pengaruh psikogenik.
Tabel3. Hasil penimbangan berat badan kambing
uralan
(Kusnadi,2005).
Tingkat Konsumsi Pakan, Pertambahan Bobot Badan Harian/PBBH dan Konverci Pakan
badan ftq)
Kambing 3 Kambing 4
t3
17.4
16
18.6 70.4
17.8
16.6
61.1
15.Tt5
PBBH (ks/e)
17.6
2.325
T1 Kambing 5
15.5
17.8
Kambing 6
14
16.3
Kambing 7
13.8
19.2
Kambirg 8
13.1
Jumlah
56.4
19,3 72.6
Ratarata
14.1
18.15 4,05
ftq/ekod T2 Kambing 9
13,1
18,5
Kambing 10
10,1
Kambing 11
14,2
15,2 20,2
Hasil penimbangan berat badan kambing selama dipelihara dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3 tampak bahwa rata-rata
Kambing 12
19,3
bobot badan kambing kontrol (T0) sebelum
Jumlah
56,7
digemukkan sebesar 15,275 kglekor, setelah 3 bulan dipelihara berat badannya meningkat
Rat+rata
670
akhir ftq)
15.8 14.3
PBBH
c.
Berat badan
T0 (kontrol) Kambing 1 Kambing 2
Jumlah Rata-rata
B.
Berat awal
PBBH {ko/e)
23.4 77,3
14,175
19,325 5,15
Prosiding Semiloka Nasional'Dukungan Agwlnovasiuntuk Pemberdayaan Petani' Kejasana UNDIP, BPTP Jateng, dan Pemprov Jateng, Semarang 14 Juli 2011
@mariyah et al.- Kajian UsahataniPenggemukan Kambing Marica
Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa ratarata pertambahan berat badan harian (PBBH)
kambing marica yang mendapat perlakuan pakan lebih tinggi dibandingkan kontrol petani (25,83 g/ekor/hr). Demikian juga dengaq hasil analisis (ujit) menunjukkan bahwa perlakuan
pakan konsentrat+rumput lokal+leguminosa
(T2) berbeda sangat nyata (p<0,05) dengan
perlakuan kontrol (cara petani). Hal ini membuKikan bahwa semakin baik kualitas pakan semakin tinggi pula kenaikan berat badan kambing marica yang digemukkan. Ditambahkan oleh Tillman ef a/. (1983) bahwa
pertumbuhan ternak meningkat sejalan dengan meningkatnya konsumsi pakannya.
tidak berbeda nyata (p<0,05)
dengan
konsumsi bahan kering kontrol (T1) yaitu 151,23 giekor/hari. Tingginya konsumsi pada
(T2) mungkin dipengaruhi oleh
perbedaan ukuran (sze) konsentrat yang digunakan yaitu bubuk (mash). Ternak yang mendapat pakan dalam bentuk bubuk kelihatannya tidak perlu melakukan proses pengunyahan (chewing) terlebih dahulu sehingga laju pengosongan pakan dalam saluran pencernaan lebih cepat
pada akhirnya konsumsi bahan keringnya
harian (PBBH) kambing marica Pertambahan
(T2)
dan temak dapat mengkonsumsi ransum lagi,
Tabel 4. Rata-rata pertambahan berat badan
Ulangan
Tingginya pertumbuhan pada
didukung oleh tingkat konsumsi bahan kering harian yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Jumlah konsumsi bahan kering pada fl2) yaitu sebesar '157,05 g/ekor/hari namun
meningkat. Di samping ukuran pakan yang
hrat
badan harian/PBBH (g/ekor/hr)
diberikan, perbedaan konsumsi bahan kering
sangat dipengaruhi oleh jenis pakan yang diberikan (Budiarsana et al., 2006). Hal ini
TO
T1
I2
22,22 25,56
3
26,67
4 Jumlah Rata+ata
28,89 103,33 25,83
25,56 25,56 60,00 68,89 180,00 45,00
60,00 66,67 66,67 45,56 238,89
dapat dilihat dari konsumsi ternak kontrol yang
2
59J2
feed+rumput lokal+leguminosa sebesar 2 Yo dari bobot badan sangat palatabel bagi ternak
1
Adapun rata-rata konsumsi
diberi pakan terdiri dari leguminosa segar (gamal dan lamtoro) tingkat konsumsi pakannya rendah. Hal ini membuktikan bahwa konsumsi complete
pakan berupa
pakan
kambing marica dapat dilihat pada Tabel
5.
Kambing marica yang dipelihara secara tradisional memperlihatkan pertambahan berat badan rendah, hal ini disebabkan pakannya tergantung pada jenis usahatani yang dilakukan serta ketersediaan rumput yang disiapkan untuk temak kambing marica yang dipelihara. Di Desa Bonto Rannu l, Kelurahan Tolo Utara, Kecamatan Kelara, Kabupaten Jeneponto umumnya petemak kambing menggemukkan kambingnya dengan pakan
hasil sisa limbah pertanian seperti jerami jagung, dedak padi, daun gamal, daun nangka, daun turi serta rumput alam. Tabel5. Rata-rata konsumsi pakan berdasarkan bahan kering (dry matter)
Ulangan 1
Konsumsi pakan (gfekor/hr)
T()
T1
T2
151,60
156,10 157,50 151,40 163,20 628,20
149,00
147,50
3
154,00 150,80 604,90
150,70
4 Jumlah Rata-rata
151,23
M8,74 598,50 149,63
Tabel 6. Rataan konsumsi bahan kering, pertambahan bobot badan dan konversi pakan Perlakuan Konsumsi BK (g/ekor/hari) Bobot Badan Awal (kg) Bobot Badan Akhir (kg) Pertambahan Bobot Badan Harian (g/ekor/hr) Konversi Pakan
151.23 149.63
157.05
15.275 14.1 14.175 17.6 18.15 19.33
25.83 45.00
59.72
5.85 3.33
2.63
Analisis Ekonomi
151,10
2
kambing marica. Berdasarkan perhitungan tingkat konversi pakan pada Tabel 6, tampak bahwa perlakuan T2 memiliki konversi pakan sebesar 2,63 lebih kecil dibandingkan T0 dan T1. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat konsumsi pakan T2 tinggi diimbangi dengan tingkat kenaikan bobot badan yang tinggi puta.
157,05
Analisis ekonomi dapat dilihat pada Tabel
7, tampak bahwa harga jual kambing dengan
pedakuan
f2 lebih mahal dibandingkan
kambing dengan perlakuan T0 dan T1. Hal ini disebabkan kambing yang dipelihara dengan
pemberian pakan
konsentrat+hijauan
lokal+leguminosa (T2) memiliki bobot badan lebih tinggi sehingga harga jualnya juga tinggi.
Prosiding Semiloka Nasiona/ "Duktngan Agro-lnovasi untuk Pemberdayaan Petani" Kerjasama UNDIP, BPTP Jateng, dan Pemprov Jateng, Semarang 14 Juli2011
671
Qomariah et al .- Kajian UsahataniPenggemukan Kanbing Maria
Keunfungan kambing per ekor dengan perlakuan T2 Rp.107.562,- lebih tinggi dibandingkan kontrol [f0) Rp.39.812,- dan perlakuan 1 O1) Rp.62.062,-. Selain itu berdasarkan analisis R/C rasio tampak bahwa Rl/C rasio perlakuan T2 (1,162) lebih tinggi
dibandingkan perlakuan
T0 (1,087) dan
(1,094) sehingga dikatakan bahwa pemberian
pakan complete feed dengan pakan hijuan lokal+leguminosa pada kambing marica selain
mampu meningkatkan bobot badannya juga meningkatkan posisi nilai jualnya yang lebih tinggi.
T1
TabelT. Analisis ekonomi penggemukan kambing marica I2
T1
Kontrol (T0)
No Uraian
Jumlah H, Satuan Jumlah H' satuan Nilai Satuan Nrrar 5aruan (Rp) (Rp) Nitai satuan {Rp) '?iljin A. Biaya 1 Bakalan 4 ekor 400000 1600000 4 ekor 400000 1600000 4 ekor 400000 1600000 2 Pakan: Konsentrat 928 kg 7s0 696000 928 kg 750 696000 Pikuten 2.7 kg 30000 81000 2.7 kg 30000 81000 Hijauan 810 kg 2ffi 162000 810 200 162000 900 ks 200 180000 H.Saiuan
kg
3
Obatobatan:
4
Tenamycin Penyusutan:
4 1
Obat cacing
Kandang Peralatan
3 3
bulan
bulan
25000
1250
Jumlah
75000
3750
3 3
1000 4000 4 1 bulan 25000 75000 3 bulan 1250 3750 3 buah botol
10000 10000
Jumlah
1840750
B. Pendapatan
1 Penjulan kambing 4 ekor 500000 2 Penjualan kotoran Jumlah
C. Keunfungan (B -A) per ekor
2000000
4 400
2000000
ekor
kg
1000
4000
botol
10000
10000
bulan bulan
25000
75000
263175{l
1250
Jumlah
3750
26,1975{l
4 ekor 750000 3000000 400 kg 200 80000 Jumlah 2880000 Jumtah 3080000 700000 2800000 80000
200
248250
159250
D. RJC rasio
buah
430250
39812.5
62062.5
107562.5
1.087
1.094
1.162
KESIMPULAN
Teknologi formulasi pakan lengkap (complete feed) dengan pakan hijauan lokal+leguminosa menghasilkan pertambahan
bobot badan (PBBH) lebih tinggi 59,72 g/ekor/hari dengan keuntungan sebesar Rp.107.562,5,-/ekor dan berdasarkan analisis R/C rasio sebesar 1,162 sehingga layak untuk
diusahakan petani di Desa Bonto Rannu l, Kelurahan Tolo Utara, Kecamatan Kelara, Kabupaten Jeneponto.
Badan Pusat Statistik. 2009. Jeneponto dalam Angka. Jeneponto
A.
2007. Tujuh Plasma nutfah Kambing di lndonesia. Sinar Tani 25 April -
Batubara, 1 Mei.
Budiarsana, l.GM., l-K. Sutama dan Tatan
Kostaman.
2006. Kajian
ekonomi
jerami padi fermentasi sebagai pakan dasar pada ransum pemanfaatan
kambing peranakan etawah jantan muda.
Pros. Seminar Nasional
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 2008. Statistik Sulawesi Selatan. Dinas
Petemakan Petemakan Propinsi Sulawesi Selatan. Makassar
Teknologi Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor.
Church, D. C. 1988. The Ruminant Animal.
Digestive Physiologi
and
Nutrition.
Prentice Hall, Eglewood C
Astuti M. 1984. The impact of atitude on sheep and goat production. Working paper no.30, SR-CRSP Balitnak, Bogor.
672
Prosiding Semiloka Nasional "Dukungan Agrolnovasi untuk Pemberdayaan Petani' Kerjasama UNDIP, BPTP Jateng, dan Pemprov Jateng, Semarang 14 Juli2011
Qomariyah et al.- Kajim Usahatani Penggemukan Kambing Marica
C. 1975. Goat. Animal lmprovement Research Division.
Devendra,
Malaysian Agricultural Research and Development tnstitute. Malaysi a.
M. E and R.O. Parkers. ,1986. Sheep and Goats Science. Sth Ed. The
Ensminger,
lnterstate. Printers
&
Publisher.
lnc.
Danville lllinois pp. 235-253. Martawidjaja, M., B. Setiadi., dan S. S. Sitorus. 2001. Pengaruh pemberian konsentrat terhadap keragaan kambing kacang jantan Seminar Nasional sapihan. Petemakan dan Veteriner. Puslitbangnak, Bogor, Hlm: 595-600.
Pros.
Mertens, D. R. 1987. Predic{ing lntake and Digestibility Using Mathematical Models of Ruminant Function. J. Animal Science 64 : 1548
-
1558.
Paat, PC., B. Setiadi, dan M. Sariubang. 1992. Peranan Usaha Ternak Kambing Peranakan Etawah dalam Sistem Usaha Tani di Banggal Majene. Pros. Sarasehan Usaha Temak kambing dan Domba Menyongsong Era PJPT ll.
Sutama,
L K. 1996. Puberty and
Early
Reproductive Performance of Peranakan Etawah Goat. Proc. sth AAAP Anim Sci.
Congr. Bali. lndonesia. Tilman, A. D., H. Hartadi., S. Reksohadiprodjo., S, Prawirokusumo., S. Labdosoekojo. 1983. llmu Makanan Ternak Dasar. Fakultas Peternakan UGM. Gadjah Mada University Press.
Prosiding Semiloka Nasional "Dukungan Agr*lnovasi untuk Pemberdayaan Petani' Kerjasama UNDIP, BPTP Jdmg, dan Pemprov Jateng, Semarang 14 Juli 201 1
673