Seminar Nasionol Peternakan don Veteriner 1999
POTENSI KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) DAN UPAYA POLA KONSERVASINYA DI DAERAH SUMBER BIBIT D\4'I PRIYANTO, B. SETIADI,
llan Dwi YULISTIANI
Balai Penelitian Ternak, P.O . Box 221, Bogor 16002
ABSTRAK Kambing Peranakan Etawah (PE) menpakan kambing hasil persilangan antara kambing Etawah yang awal clidatangkan pada talutn 1920 clan kambing lokal dan telah beradaptasi dengan lingkungan sctempat . Pada saat sekarang ini kambing PE telalt berkembang dibeberapa wilayah yang menlpakan potcnsi tcrnak bibit kambing di Indonesia diantaranya berkembang di wilayah Propinsi JaNva Tengall (Kabupaten Punvorejo) dan Propnsi Dacrah Istintewa Yogyakarta (Kabupaten Kulonprogo) yang menpakan wilayah kantong ternak . Maka dari itu konsep untuk nienipertaliankan kcberaclaan kambing tersebut perlu diupayakan ntelalui pola konservasi yang tepat . Pengamatan dilakukan memalui survey berstnktur. di Desa Pandanrejo, Kecantatan Kaligesing, Kabupaten Punvorejo . Cost and Return Analucis dan Net Cash Benqfit dilakukan untuk niengetaluu seberapa besar pcndapatan peternak dalanl usallaternak, serta persepsi peternak terhadap pola konservasi dan analisis kelembagaan untuk merekomendasikan langkalt pola konservasi yang tepat . Hasil pcngamatan menunjukkan bahwa usaliaternak kambing PE memberikan kontribusi pcndapatan yang relatif menui iang perekonomian peternak yakni mencapai Rp 1 .76 .035,- /peternak/tahun (pcndapatan ttmai) . Hal tersebut tidak terlepas karena Itilai jual ternak yang relatif tinggi karena dijual dalanl bentuk ternak bibit. Produktivitas tenaga kerja usaltaternak sangat tinggi clibanding usaltatani yakni mencapai Rp.I1 .549,-/HOK. Persepsi peternak menunjukkan ballwa peternak tclalt mengetalml tentang program konservasi (88,23%) sehingga siap untuk mentpcrtahankan ternaknya . Hal tersebut peternak memunyai alasan karena kambing PE mcmiliki beberapa keistimewaan diantaranya ltarga jual yang relatif tinggi (52,94% peternak) disamping inudah sistem petneliltaraannva (41,20°/r) karena didukung olclt potcnsi stimber daya alain (perkembangan llijuan pakan). Peranan kelembagaan yang ada (kelompok tcrnak clan institusi kelultanan) sangat bcrperan aktif dalanl menunjang pola konservasi kambing PE dilokasi . Hal tersebut ditempult melalui pengainatan strata kualifikasikasi tcrnak yakni kualitas A, B clan C. Pada .kondisi tcrnak kualitas A, tidak akan dikeluarkan kc Nvilayah lain, akan tetapi dipertaltankan di lokasi untuk dikembangbiakkan kentbali, sedangkan yang diperboleltkan untuk keluar wilayah adalali kualitas B dan C. Karena kontribusi tisallaternak yang cukup tinggi maka secara langsung peternak akan mempertalian tingkat keberadaan kambing tersebut, akan tetapi perlu rekomendasi dari instansi terkait untuk mendukung upaya tersebut dengan identiftkasi kualitas ternak yang dikaitkan dengan keberadaan BPT-HMT kambing PE di lokasi tersebut (stasiun perbibitan). Kata kunci : Kanibing Peranakan Etawah, konservasi PENDAHULUAN Usaliaternak kambing menlpakan kontoditas tcrnak yang ltampir selunltnya menlpakan usaha peternakan rakyat yang dikembangkan untuk meningkatkan pcndapatan pctani di pedesaan disamping usaha pokoknya yakni diversifkasi usaha pcrtanian (tananian pangan) . Dari populasi 518
Seminar Nasional Peternakon dan Veteriner 1999
ternak kambing di Indonesia sekitar 14,5 juta ekor (DITJEN PETERNAKAN, 1998), sebagian besar terkonsentrasi di Pulau Jawa, yang komposisinya hampir seluruhnya merupakan ternak ash . diantaranya adalah kambing Kacang, Peranakan Etawah dan kambing lokal lainnya . Istilah keaslian suatu karakter (morfogenetik) bersifat relatif tergantung keadaptasian sifat tersebut di suatu wilayah (MARTOYo et al., 1984) . Diantara bangsa kambing ash yang mempunyai kemampuan produktivitas cukup baik adalah kambing Peranakan Etawah (PE). Kambing PE merupakan hasil persilangan antara kambing Kacang dengan kambing Etawab dari India yang merupakan kambing tipe besar (MERKENs dan SYARIF, 1932), serta tipe perah (DIVENDRA dan BURNS, 1983). Keragaan kambing Peranakan Etawah umumnya masih beragam karena keterbatasan sumberdaya ditingkat usaha peternakan rakyat yang ditunjukkan adanya tingkat produktivitas yang masih rendah. Upaya pemerintah Main rangka mempertahankan kualitas kambing PE sebagai potensi ternak bibit adalah dilakukan Inelalui pendirian Pusat-Pusat Pembibitan Ternak dan Pembinaan Pusat Pembibitan Ternak Pedesaan (Village Breeding Centre) . Salah satu wilayah pengembangan bibit kambing PE adalah di lokasi Kabupaten Punvorejo (Jawa Tengah) dan Kabupaten Kulonprogo Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), yang nierupakan potensi pemasok bibit ternak kambing di Indonesia . Dalam rangka untuk mempertaliankan tingkat keberadaan kambing tersebut secara keberlanjutan perlu dilakukan program konsevasi yang tepat sesuai dengan kondisi wilayah habitat di mana ternak tersebut berkembang. MATERI DAN METODE Penelitian untuk menggali potensi kambing Peranakan Etawah (PE) dilakukan di Desa Pandanrejo, Kecanlatan kaligesing, Kabupaten Punvorejo (Jawa Tengah) melalui survey berstruktur terhadap 17 peternak responden pemelihara kambing PE. Parameter ekonomik usahaternak yang meliputi input-output usahaterrnak selama setahun (tahun terakhir) dipakai untuk mengetalnu sejauh mana tingkat potensi ternak ditinjua dari pendapatan usahaternak melalui pendekatan Cost and Return Analysis (CRA) dan Net Cash Benefit berdasar petunjuk (AMIR dan KIPSCHEER, 1989). Pengetaluian peternak tentang konservasi ternak dilakukan analisis diskriptif yang ditunjang analisis kelembagaan sebagai bahan untuk menentukan pola konservasi yang tepat dalam rangka menlertahankan tingkat keberadaan kambing PE di lokasi . Komponen input usahaternak yakni berupa biaya non tunai (alokasi tenaga kerja) usahaternak/tahun diperhitungkan sebagai berikut Nilai HOK =
CTH X 365
X UPH
5 HOK di mana : CTH 5 UPH
= = = =
nilai curahan tenaga kerja/th (Rp) Curahan tenaga kerja (jant/hari) 1 HOK diasumsikan 5 jam kerja Upah tenaga kerja harian buruh tani di lokasi (Rp.8.000,-/HOK)
SetninarNnsional Peterncikcin don Meteriner 1999
HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan usaltaternak kambing PE di lokasi Menunit sejaralinya perkembangan usaliaternak kambing PE di lokasi pengamatan relatif sudah lanta yakni menunit informasi berawal sejak taltun 1930-an sudalt berkentbang di sekitar wilayah Kecantatan Kaligesing klnisusnya di sekitarnya lokasi Kabupaten Putnvorejo clan perbatasan Propinsi DlY (perbukitan Menorch). Untuk memperbaiki kondisi ternak vang ada pada sekitar taliun 1940 didatangkan kambing Etawalt oleh piliak penjajah Bclanda yang terkenal dengan nanta kambing Ben-gala yang tujuan utamanya adalah untuk dikentbangkan di peternakan rlkyak yang dintanf mtkan produksi susunya «nttik konstunsi orang belanda yang berclomisili disekitar wilayah tersebut . Pada talutn 1955 telah berkembang ltasil ketuninan ternak tersebut (liasil persilangan) dengan kambing lokal yakni kambing Kacang sehingga telah terjadi perubaltan sifat kualitatif ternak ketunmannya kltusunya warna tubult vang pada awalnya adalah warna coklat benibali kearali warna keputilt-putiltan . As,rtrn et al. (1984) . mengenntkakan bahwa penyebaran warna tubult kambing Kacang adalah 59% Nvarna coklat clan 32% vvarna hitam . Perkembangan kondisi «ilayah (agroekosis(em) maupun penibaltan sosial masyarakatnya berakibat terjadi pula pcnibaltan pola bcnisalia kltususnya usaltaternak kambing PE di lokasi pengamatan . Pola usahatani yang mempakan areal lahan kering dataran tinggi berdampak terhadap pola usalta kearah komoditas tanaman keras maupun tanaman obat-obatan vang banyak membantu perekonomian masyarakat tersebut . Kondisi wilayah keluttanan yang cukup potensial akan berdampak positif terhadap perkembangan ternak kambing di wilayah tersebut . Hal tersebut clitunjukkan adanya kerjasanta yang terjadi pada saat sekarang yakni masyarakat diperbolehkan mengembangkan pola pengliijauan tanantan pakan ternak di areal kelnrtanan yang ltal demikian akan ntenambah suplai pakan ternak sehingga kecemasan ketersediaan pakan dlmuslm kentarau akan dapat tcratasi dibanding pada saat sebelumnya . Perkembangan usahaternak dari talutn ketalunm mengalami perkembangan yang cukup baguts, yakni terliliat bahwa semakin nteningkat masyarakat yang berminat untuk memeliliara kambing PE clan telah pula terbctttuk kelompok ternak maupun sarana-prasarana lainnya kaitannya dengan usalta peternakan yakni tinlbulnya sarana pasar hewan vang terdapat di lokasi Kecantatan, maupun telalt terlibatnya kelembagaan lain yang ikut andil dalani pergembangan peternakan Kantbing PE (YAKUBB/ yayasan kristen untuk bina bakti serta partisipasi dari piliak kelititanan) . Penguasaan sumberdaya ternak Perkembangan usahaternak dapat dilihat dari hasil pengamatan skala pemilikan ternak kltususnya di Desa Pandanrejo, Kecamatan Kaligesing yang terlihat bahwa tingkat skala pemilikan kambing relatif tinggi (Tabcl 1). Skala penteliharaan ntencapai rataan 10,35 ekor/peternak . Dari pemilikan ternak tersebut masili ada pemilikan ternak vang stalusnya adalah ternak gadulian yang proporsinya relatif kecil dibanding ternak milik sendiri yakni ltanya mencapai 13,64 persen dari total yang dimiliki . Dari persentase pemilikan ternak difltat dari status fisiologis mentinjukkan bahwa proporsi ternak betina dewasa menducluki proporsi paling tinggi yakni ntencapai 32,94 persen yang kentudian disusul proporsi ternak betina muda (21,54%.). Dari tingginya proporsi ternak betina baik ternak induk maupun muda menunjukkan baliwa peternak telah mempertaltankan ternak betina yang diutamakan sebagai produksi anak yang berarti bahwa faktor bibit menjadikan perliatian mania untuk modal utania usalta perkentbang biakan.
SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1999
Tabel 1 .
Skala pemeliliaraan ternak di lokasi pengamatan (ekor)
Status fisiologis
Milik sendiri
Gadulian
Total
Rataan
Persentase
Jantan dewasa
5(5)
-
5
1,00
2,80
Betina dewasa
53(17)
5(4)
58
3,41
32,94
Jantan muda
17(10)
-
17
1,70
9,66
Betinamuda
27(13)
11(4)
38
2,92
21,54
25(9)
2(l)
27
2,77
15,36
Jantan anak Betina anak Total Persentase
25(10)
6(2)
31
3,10
152(17)
4(17)
176
10,35
86,36
13,64
100,00
17,58 100,0
Keterangan : ( ) = menunjukkan petemak yang memiliki temak Sistem seleksi ternak juga sudah tertanainkan di tingkat peternaak yakni peternak akan tetap mepertahankan ternak-ternaknya yang kttalitas bagus untuk tetap dipelihara clan yang dijual hanya ternak yang kualitanya kurang baik . Berbeda dengan peternak yang orientasi produksi belum mengarah pada usaha komersial yakni peternak bahkan menjual ternak yang bagus dengan harapan mendapatkan uang tunai sesaat yang tinggi, sedangkan ternak yang kualitas kurang baik yang masih tinggal dikandang . Hal demikian akan cendening terjadi penunutan kttalitas ternak ditingkat peternak karena bibit yang dipeliharan tersebut akan mengliasilkan keturunan yang semakin menurun kualitasnya . Tabel 2.
Rataan penjualan ternak ditingkat peternak selaina setattun terakhir
Status fisiologis
Juinlah dijual (ekor)
Total harga Rataan (Rp.)
Rataan (Rp .)
Jantan dewasa
11
7 .950 .000
722 .727
Betina dewasa
18
8 .645 .000
480 .277
Jantan muda
11
4 .150 .000
377 .272
Betina muda
14
5 .250 .000
375 .000
Jantan anak
5
1 .300 .000
260 .000
8
2 .850 .000
356 .250
714
303 .145 .000
-
1 .773 .235
-
Betina anak Total Rataan/peteniak
3,94
Keunggulan ekonomik kambing PE Hasil pengamatan nilai jual kambing PE di lokasi pengamatan menunjukkan bahwa harga jual kambing PE di wilayah tersebut tergolong tinggi (Tabel 3) . Terlihat bahwa harga jual kambing jantan dewasa mencapai rataan Rp . 722 .972,-/ekor, harga jual kambing betina dewasa mencapai rataan Rp . 480 .277,-/ekor, baltkan harga penjualan anak cukup mahal khususnya anak betina yang mencapai harga Rp . 356 .250,-/ekor. Tingginya harga ternak tersebut karena di wilayah pengamatan penjualan ternak sudah dikriteriakan sebagai ternak bibit. Hal dernikian tidak terlepas dari rintisan instansi terkait dalam rangka nientpromosikan bangsa kambing tersebut, sehinggga terkenal dengan nama kambing Kaligesing (nama Kecamatan) yang sudah terkenal sampai ke luar
52 1
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1999
.lawa. Kambing asal wilayah tersebut telalt banyak ke beberapa wilayah, kliususnya dibeli oleh pembeli dari wilayah Sutnatera . Harga jual ternak yang relatif tinggi akan meniiigkatkan minat peternak terhadap usahaternak kambing PE. Sistem kelembagaan yang bagus dan terkoordinir dengan baik juga akan inempengaruhi sistem pemasaran ternak ada disekitar lokasi . Peranan kelompok ternak sudah cukup baik sehingga sistem pemasaran dapat dikendalikan oleh kelompok dimana tern,*-ternak kualitas bagus cenderung dipertahankan oleh kelompok agar tidak keluar wilayah dan digulirkan pada peternak lain untuk dikembangbiakan lebih lanjut . Dengan kondisi tersebut maka ada penilaian tentang kualitas ternak yang secara tida* langsung proses seleksi telah tertanam ditingkat petenak maupun kelompok sendiri . Kalau dilihat dari peranan kambing PE terhadap sumbangan pendapatan peternak terlihat bahwa kambing PE mempunyai prospek yang cukup bagus dalain menunjang perekonomian keluarga. Terliltat bahwa sumbangan kambing PE ditingkat petani mencapai rataan Rp. 1 .773 .235,-/peternak/taluut, dengan rataan penjualan ternak kambing sebanyak 3,94 ekor/peternak . Hasil pengamatan tersebut dapat dikatakan cukup tinggi oleli peternak karena praktis usahaternak tersebut tidak banyak mengeltiarkan input produksi, karena dilokasi pengamatan input pakan ternak proporsi terbesar adalah bertumpu pada hijauan semata yang didapatkan dengan tidak melalui pembelian, sehingga peternak hanya mengalokasikan waktu untuk mengambil hijauan (legum berlimpalt) yang ltal tersebut dapat dikatagorikan pengeluaran non tunai dalam analisis. Hijauan berupa legium polion banyak didapatkan karena ditunjang olelt suntberdaya alam yang ada ykni adanya ketinggian tempat yang mendukung maupun curah ltujan serta areal kehutanan yang ikut andil pula dalam mensuplai hijauan pakan. Analisis ekonomik usahaternak Pendapatan usahaternak duhitung dari selisili penerimaan (tunai clan non tunai) dengan biaya produksi (tunai clan non ttmai) . Roncian analisis fmansial pertalutn usahaternak kambing PE tertera pada Tabel 3 . Penaerimaan tunai hanya seniata terkonsentrasi pada penjualan temak/tahun . hal tersebut karena di lokasi tidak dilakukan penjualan pupuk kandang, karena semuanya dimanfaatkan untuk pupuk dilahan peternak . Penjualan tersebut mencapai rataan Rp. 1 .773.235,/peterntk/tahun . Tingginya penerimaan hasil penjualan ternak tersebut karena kambing tersebut dijual dalam bentuk ternak bibit sehingga Harga jual relatif tinggi . Biaya tunai dari usahaternak tersebut berasal dari pembelian konsentrat yang hanya diberikan pada saat-saat terientu saat kekurangan pakan hijauan disamping pembelian obat-obatan . Sementara itu, biaya non tunai diperliitungkan dari curaltan tenaga kerja yang dialokasikan dalam penganibilan nimput dan perawatan ternak seliari-hari yang mencapai 154,02 HOK/talum . Untuk perhitungan alokasi tenaga kerja ternak tersebut diasuntsikan rendah dengan pertimbangan bahwa tenaga tersebut adalah tenaga sampingan disamping usalia pokok usahatani . Hasil perhitungan Cost and Return Analysisi mencapai Rp. 1 .765.030,- yang tidak berbeda jauh dengan Net Cash Benefit yakni sebesar Rp. 1 .762.035,-/peternak/talum, karena besarnya penerimaan tunai ada kecendennigan seinibang dengan biaya non tunai. Produktivitas tenaga kerja usahaternak relatif cukup tinggi yang mencapai Rp. 11.459,-/HOK, yakni setara dengan nilai harian buruh tani . Hal tersebut berarti bahwa alokasi usahaternak duhargai dengan Rp. 11 .459,/HOK, padahal upah bunih tani hanya mencapai Rp. 8.000,-/HOK . Alternatif bola konservasi kambing PE Di dalani nienganalisis pola konservasi ditingkat peternak (on farin conservation) perlu dibahas tentang keberadaan ternak tersebut pada kondisi peternak serta evaluasi potensi serta 522
SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1999
kendala dalaln prospek keberadaan kambing PE tersebut dalaln jangka panjang yang ditunjukkannya dapat kerkenlbang ataupun sebaliknya mengalami penurunan baltkan terancam kepunahan . Hasil pengamatan tentang pengalalnan dan persepsi peternak kambing PE menunjukkan bahwa sebagian besar peternak telah banyak mengetahui tentang adanya pelestarian ternak kambing PE yang dilaporkan sekitar 88,23 persen peternak (Tabel 4) dan hanya sebagian kecil peternak yang behim mengetahui bahwa kambing PE tersebut perlu dilestarikan . Tingkat pengetahuan peternak tersebut tidak terlepas dari binaan aparat terkait (Petugas Dinas Peternakan) yang menginformasikan tentang prospek dan peranan kambing PE sendtri serta program pelestariannya agar tidak mengalami keptmalian. Tabel 3.
Analisis ekonomik usaliatemak kambing PE selama setahim di lokasi pengamatan
Peubali
Rp/taliun
Penerimaan Tunai - Penjttalan temak Penerimaan non tunai - Penainbalian tenak - Penambahan bobot badan - Pupuk Total penerimaan Biaya twiai - Pakan hijauan - Konsentrat - Obat-obatan Biaya non Tunai - Mencari nunput - Penefliaraan Total biaya
1 .773 .235
Cost and Retunl Analysis (CRA)
1 .765 .030
Net Cash Beneftt (NCB)
Produktivitas tenaga kerja Keterangan :
1. 2. 3. 4.
1 .773 .235 157.015 137.525 8.610 10 .880 1 .930 .250 11 .200 7.000 4.200 154.020 115.110 38 .910 165 .220 1 .762 .035
l l .459/HOK
Penambahan temak : taksiran harga kambing wiak dan muda yang belum dijual . Dihitung dart bobot badan anak dan muda dikalikan taksiran harga bobot hidup Rp. 7000, /kg Penambahan bobot badan : nilai petiambahan bobot badan temak dewasa, diasumsikan sebesar 1 kg/th kemudian dikalikan dengan harga bobot hidup Rp. 7000,-/I:g Mlai pnpuk kandang : diastunsikan Rp . 20,/kg Upah tenaga kerja Rp . 2000, /HOK .(5 jam kerja)
Dilihat dari pengalalnan peternak dalant inempertahankan kambing PE yang diusali
52 3
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1999
prospek yang menguntungkan ditingkat peternak, disamping memiliki sifat reproduksi yang lebih baik dibanding kambing jenis lainnya Tabel 4.
Persepsi peternak terhadap pola konservasi kambing PE
Peubah Pengatahuan tentang konservasi - Tahu - Tidak tahu Keistimewaan kambing PE - Harganya mahal - Pertumbuhanya cepat - Hasil keturun:uurya baik - Penyumbang produi si susu Alasan peternak mernpertaha» k-an Mudah pemeliharamuiya Kunlitas temak bogus Banyak anak (reproduksi bogus) Pasaran bogus Upaya agar kambing PE tidok punah - Tidak menjual ternak kualitas bogus - Upaya turtuk mengembangkanke peternak lainnya
Jumlah
Persentase
15 2
98,23 11,77
9 3 4 1
52,94 17,64 23,52 5,90
7 4 3 3
41,20 23,52 17,64 17,64
8 7
58.80 41,20
Di dalam upaya peternak menrpertalrankan kambing PE yang dipelihara dibanding ternak lainnya berdasarkan beberapa alasan diantaranya bahwa kambing PE songat mudah untuk dipelihara (dilaporkan 41,20% peternak), kualitas bagus (23,52%) clan sebagian kecil melaporkan bahwa kambing PE inetniliki anak banyak dan prospek pemasarannya relatif bagus. Kemudahan dalam pemeliharaan tersebut diakibatkan karena berlirnpahnya hijauan yang berupa legum pohon yang ditunjang oleh agroekosistem yang menunjang yakni ketinggian tempat yang mendukung disamping kondisi wilayah kehutanan yang memingkinkan peternak untuk melakukan pertanarnan legum pohon sekaligus sebagai program konservasi lahan . PRiYANTO et al. (1999) pengamatan sebelumnya menyatakan bahNva dinainika kelompok yang terkoordinir, kelembagaan clan kondisi agroekosistem sangat mendukung proses pengembangan kambing PE di lokasi sumber bibit. Pada tingkat peternak sendiri dalam upaya mempertahankan keberadaan kambing PE disarankan oleh 58,20 persen peternak bahwa ternak-ternak yang kualitas bagus untuk tetap dipertahankan . Sedangkan peternak lainnya menyarankan untuk memperluas/mengembangkan ke wilayah lainnya disekitar agar karnbing .PE dapat berkembang. Hasil pengamatan tentang konservasi kambing PE di lokasi pengamatan dapat disimpulkan bahwa secara ekonornis kambing PE sendiri telah memberikan prospek yang bagus, sehingga secara tidak langsung peternak akan mempertahankan keberadaan ternak tersebut . Ditinjau dari kelembagaan pendukung yang ada sudah ada keterlaitan dengan peternak tentang programprogram pengernbangan kambing PE, diontaranya adalah lingkungan kehutanan, pihak dinas peternakan serta yang paling utama adalah pen, nan kelompok ternak yang sangat menunjang 524
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1999
khusunya dalam hal peniasaran ternak melalui seleksi kualitas ternak yang akan dijual . Hal demikian berdampak pada kondisi peternakan rakyat dapat dipertahankan, bahkan dapat mengalami perkembangan yang relatif baik, sekaligus ditinjau dari pola konservasi ternak sangat mendukung . Direktorat Jenderal Peternakan mengeluarkan kebijakan yang menggambarkan dua hal yang berkaitan dengan pelestarian plasma nutfah yakni (1) . Kebijikan pewilayahan ternak (sumber bibit dan perkembang biakan) dan (2). Metode penangkaran pada ternak rakyat (HARDJOSUBROTO, 1996) . Adapun metode pelestariian in situ adalah merupakan alternatif pola konservasi yang digunakan dalanl pelestarian kambing PE yikni merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan mutu genetik serta melestarikan bangsa ternak asli atau lokal melalui sistem perkawinan dengan melibatkan pula pemelihaman lingkungan alaminya sesuai petunjuk (FAo, 1994) yang dalanl artian lain adalah upaya pelestarian terhadap kelonrpok ternak (flock) pada kondisi petani peternak (on farm). Faktor ekonomik sangat mendukung konsep pelestarian karena kambing PE memiliki nilai jual yang relatif tinggi dibanding kambing lainnya . Untuk menjaga agar ternak kualitas bagus tidak -keluar dari lokasi wilayah perlu dikerjasamakan dengan instansi BPT-HMT yang letaknya tidak jauh dari lokasi sumber bibit tersebut, dalam rangkan marnpertahankan tingkat kemurnian kambing PE di lokasi wilayah konservasi. KESIMPULAN Dari hasil pengamatan terhadap usahaternak kambing PE di daerah sumber bibit dapat disimpulkan bahwa 1. 2.
3. 4.
Nilai jual kambing PE di lokasi cukup tinggi sehingga secara tidak langsung akan menguntungkan peternak, dan sekaligus merangsang peternak berusaltaternak . Hisil perhitungan sumbangan pendapatan usahaternak menunjukkan bahwa usahaternak kambing PE memberikan prospek yang cukup baik dalam mendukung pendapatan peternllc, karena harga Jual dalaln bentuk ternak bibit . Hal tersebut juga ditunjukkan produktivitas tenaga kerja usahaternak yang jauh lebih tinggi dibanding upah buruh tani di lokasi pengamatan. Persepsi peternak tentang konservasi kaming PE telih tertanam di tingkat peternak karena beberapa kelebihan kambing PE yang sangat menguntungkan peternak . Yang hal tersebut secara tidak langsung proses seleksi sudah berjalan (seleksi kualitas bibit). Poli konservasi in situ adalah yang paling tepat dengan spesifikasi lokasi yang didukung kelembagaan terkait khususnya BPT-HMT terdekat sebagai wahana pengembangan sumber bibit kambing PE. DAFTAR PUSTAKA dan H.C . KNIPSCHEER . 1989 . Conducting On-Finn Animal Research . Procedures and Economic Analysis, Whuock International histitute for Agricultural. Development and International Development Research Center Sungapore. National Printers . Limited Singapore .
AMIR, P.
ASTuTi,
M, M. BELL, P. SITORIIS, and G.E. BRADFORD . 1984 . The impact of altitude on Sheep and Goat production. Working paper no. 30 . SR-CRSP/Balitnak , Bogor .
DEvENDRA
and BURNS.
1983 .
Goat Production in the Tropic Conunon Wealth Agricultural Bureux.UK .
DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN . 1998 . Buku Statistik Petemakan 1998 .
Jakarta .
Direktorat Jenderal Peternakan.
525
SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1999
Implications of The Convention on Biological Diversity Report of an Informal Working Group. Animal Production and Healt Division UN Food and Agricultural Organization, 28-29 March 1994 . Rome, Italy.
FAO. 1994 .
Pelestarian in situ plasma nutfah pada ternak sapi dan kerbau. Makalah disampaikan dalam diskusi Panel konsep pelestarian In Situ plasma nutfah ternak Ruminansia 22 November 1996. Balitnak, Ciawi dan Komisis Plasma nutfah, Bogor.
HARDJOSUBROTO, W. 1996.
I.K . ABDULGANI, dan S.S . MANSJoER . 1984 . Stud i filogenetik ternak kambing PE dan Kacang di Jawa Tengah . Proc . Pengolahan dan Komunikasi Hasil-hasil Penelitian Ternak Ruminansia Kecil. balai penelitian Ternak Ciawi, Bogor.
MARTOJO, H.,
J. and A. SYARIF. 1932 . Bijdrage tot de keimis van de geiten fo kl erij in Nederlandsh Oost Indie (sumbangan Pengetahuan tentang Peternakan kambing di Indonesia) "am Utoyo, RE(penterjemah), 1979 . Domba dan kambing. LIPI.
MERxENS,
B. SETIADI, dan SUBANDRIYO. 1999. Analisis potensi daya dukung wilayah sebagai model pengembangan tenmk kambing Peranakan Etawah (PE) di daerah sumber bibit. Pros . Seminar Nasional Kita Usaha Peternakan . Fapet UNSOED, Purwokerto .
PRIYANTO, D.,