Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
EVALUASI DAN SELEKSI PRODUKSI SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWAH ANNEKE ANGGRAENI, I KETuT SuTAMA,
Balai
Penelitian Teniak,
dan BAMBANG SETIADI
P.O . Box 221, Bogor 16002
ABSTRAK Kambing Peranakan Etawah (PE) merupckan kambing lokal yang potensial untuk diarahkan sebagai galur kambing dengan produksi susu tinggi . Dalam mengarahkan kambing PE menjcdi galur berdaya produksi susu tinggi, perlu diupayakan seleksi secara kontinyu untuk mendapatkan bibit dengan potensi genetik produksi susu lebih tinggi dari rataan . Evaluasi genetik dilakukan dengan menghitung Daya Produksi Susu atau the Most Probable Producing Ability (MPPA) berdasarkan catatan produksi susu hanya satu kali laktasi dari setiap
induk. Nilai MPPA diperoleh dengan cara membakukan produksi susu masa laktasi panjang kepada lama laktasi 180 hari . Dilakukan pengeliminasian pengaruh tipe dan musim beranak, namun tidak dieliminasi penganlh umur beranak. Frekuensi pemerahan dan tahun beranak dipertimbangkan bukan sebagai sumber keragaman dikarenakan pemerahan dilakukan secara seragam dua kali per hari dan hanlpir sebagian besar awal laktasi terjadi di tahun akhir dari duc tahun kelahiran yang diamati . Evaluasi performans produksi menunjukkan bahwa rataan masa laktasi 193 hari dengan kisaran 55-316 hari dengan produksi susu 158,13 liter (kisaran 12,95-508,85 liter) . Pada masa laktasi 180 hari didapatkan produksi susu harian pada hari pertama laktasi 0,93 liter, mencapai puncaknya 1,56 liter pada hari ke-22 dan menurun sampai 0,45 liter pada hari ke-180 laktasi . Evaluasi berdasarkan nilai MPPA mendmpatkan MPPA 180,33 liter pada peringkat pertama, 107,47 liter pada peringkat terakhir, sedangkan 146,94 liter pada peringkat pertengahan. Agar produksi susu stasiun meningkat, induk dengan MPPA di atas rataan perlu terus dipelihara . Namun keterbatasan catatan produksi susu dan informasi pendukung dari induk yang dievaluasi masili beluni mencerminkan perolehan MPPA yang mendekati nilai sesungguhnya . Kata kunci : Seleksi, susu, PE PENDAHULUAN Kambing PE selain memiliki konforniasi tubuli yang baik sebagai penghasil daging, juga potensial untuk diandalkan sebagai penghasil susu . Potensinya sebagai ternak penghasil susu dimungkinkan karena kambing PE merupakan hasil persilangan antara kambing lokal (Kacang) dengan kambing Etawah (tipe perah) . Belum dinianfaatkan dengan baik kambing ini sebagai ternak perah, oleli karena sebagian besar masyarakat belunt terbiasa untuk mengkonsumsi susu kambing. Pencanangan sosialisasi konsumsi susu kambing sebagai salah satu sumber protein hewani, akan memberi arti penting dalam perbaikan gizi bagi masyarakat pedesaan, khususnya bagi peternak di wilayali pemeliharaan kambing PE . Demikian pula penjualan produk susu yang dihasilkan akan memberi tambahan pendapatan bagi peternak di samping perolehan pendapatan dari hasil penjualannya sebagai ternak potong .
310
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
Usaha mengarahkan kambing PE sebagai kambing perah potensial dapat ditempuh dengan melakukan seleksi . Kegiatan seleksi dapat menjadi usaha yang efektif dalam meningkatkan produksi susu, karena diduga kambing PE masih memiliki komposisi genotip sangat beragam sebagai akibat pola persilangan (grading up) yang tidak terkontrol (SUBANDRIYo et al., 1995) . Seleksi genetik pada dasarnya dilakukan dengan menduga potensi genetik berdasarkan penampilan fenotip ternak . Pada kambing perah betina, potensi genetik produksi susu dapat diduga antara lain dengan menghitung Daya Produksi atau the Most Probable Producing Ability (MPPA) dan Nilai Penuiliaan Terduga atau Predicted Breeding Value (PBV) untuk sifat produksi susu . Keberhasilan evaluasi mutu genetik dalam kegiatan seleksi tentunya akan sangat ditentukan oleh pengumpulan data produksi susu yang dicatat secara benar dan akurat . Di samping itu diperlukan pula adanya kelengkapan data mengenai faktor lingkungan baik internal atau fisiologis temak maupun eksternal yang dapat mempenganihi produksi susu, serta data identitas dan silsilah ternak yang diperlukan sebagai informasi pendukung. Dengan tersedianya data lingkungan memungkinkan diketalmi kontribusi masing-masing faktor tersebut terhadap keragaman produksi susu, untuk kemudian dalam evaluasi nnitu genetik dapat dieliminasi penganihnya. Beberapa faktor lingkungan internal yang dapat mempengaruhi keragaman produksi susu pada sapi perah antara lain lama laktasi, frekuensi pemerahan dan umur laktasi; sedangkan pada kambing perah dipenganihi pula oleh jumlah anak yang disusui sebelum masa sapih . Adapun faktor lingktuigan eksternal yang dapat mempengaruhi keragaman produksi susu antara lain berupa pengarvih peternakan, tahun dan musim awal laktasi . Demikian pula dengan tersedianya identitas dan silsilah setiap ekor kambing akan memungkinkan dilakukan pendugaan nilai parameter genetik (ripitabilitas dan heritabilitas) produksi susu yang diperlukan untuk mengestimasi nilai MPPA atau PBV. Suatu evaluasi awal untuk mengidentifikasi dan menseleksi kambing PE telah dilakukan di stasiun percobaan Balitnak Ciawi, dengan tujuan mengarahkan kambing tersebut sebagai galur kambing dengan produksi susu tinggi . Hasil penelitian dapat dipergunakan sebagai informasi dasar dalam meningkatkan kinerja produksi susu kambing PE yang ada di peternakan rakyat . MATERI DAN METODE Materi penelitian digunakan kambing Peranakan Etawah (PE) betina produktif yang dilaksanakan di stasiun percobaan Balitnak Ciawi . Setiap ekor kambing diperah dengan frekuensi pemerahan dua kali per hari sampai produksi susu cukup rendah atau sekitar satu minggu akan dikeringkan, sejumlah ternak diperah hanya sekali per hari . Jumlah kambing produktif yang memiliki catatan produksi susu sebanyak 82 ekor. Sebanyk 74 ekor memiliki catatan hanya untuk satu laktasi yang beranak dan berawal laktasi tahun 1996/97, nanitin 8 ekor lainnya memiliki pula catatan yang beranak dan berawal laktasi di tahun 1994 . Catatan produksi susu dilakukan secara harian . Untuk kejadian beranak talutn 1996/97 pencatatan dilakukan nuilai hari pertama produksi sampai mencapai masa kering kandang dan hanya beberapa ekor dengan catatan laktasi tidak lengkap, sedangkan 8 kelahiran tahun 1994 kehilangan catatan produksi susu sekitar 16-30 hari di awal laktasi. Semua ternak dilengkapi dengan keterangan tipe beranak, bulan dan taliun beranak; namun sebagian benar tidak dapat dilacak informasi unuir beranak atau periode laktasinya .
SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1998
Untuk mengetahui pengaruh curah hujan dalam kaitannya dengan pengaruh bulan atau musim beranak terhadap produksi susu, dikumpulkan data curah hujan bulanan dari Stasiun Meteorologi Citeko, Bogor sesuai dengan sebaran bulan beranak kambing pengamatan. Data curah hujan dikumpulkan mulai bulan Desember 1996 sampai Oktober 1997. Metode penelitian Evaluasi performans produksi dilakukan terhadap 73 ekor induk yang mempunyai catatan laktasi lengkap mulai hari pertama produksi sampai kering kandang. Untuk mendapatkan pola kurva produksi susu kambing PE dipergunakan catatan 45 ekor induk dengan laktasi lengkap sedikitnva mencapai 170 hari atau pemenggalan produksi masa laktasi panjang (>180 hari) kepada laktasi 180 hari . Semua evaluasi mempergunakan catatan produksi tahun kelahiran 1996/97, sedangkan catatan kelahiran tahun 1994 tidak disertakan dalam evaluasi dikarenakan kehilangan informasi produksi susu awal laktasi . Kemampuan atau daya produksi susu setiap ekor kambing diduga mempergunakan metoda Daya Produksi Susu (Most Probable Producing Ability/MPPA) dengan perumusan berikut (LASLEI' . 1978) MPPA=
H+
nr 1 + (n - 1)r
(Hn - H)
Keterangan H H
= =
rataan produksi susu stasiun percobaan rataan produksi susu kambing pengamatan ke-n
Dikarenakan evaluasi daya produksi susu mempergunakan catatan produksi susu hanya untuk satu laktasi, inaka ninuis disederhanakan menjadi MPPA = H + r (HH). Nilai ripitabilitas (r) produksi susu dipergunakan sebesar r = 0,3 seperti yang dilaporkan WARWICK et al. (1983) untuk sifat produksi susu kambing perah . Sebelum dilakukan perhitungan MPPA, pada induk dengan masa laktasi panjang prodtilcsi susunya distandarisasi kepada produksi laktasi 180 hari dan pada induk dengan masa laktasi singkat tidak dilakukan ekstrapolasi produksi kepada laktasi 180 hari. Standarisasi kepada 180 hari didasarkan pada pertimbangan lebih dari separuh (56%) masa laktasi lengkap kambing PE dapat mencapai atau melebihi 180 hari serta pertimbangan potensi kambing ini untuk dapat beranak tiga kali setiap dua talnm . Tipe dan musim beranak diperhitungkan sebagai faktor lingkungan yang kemungkinan dapat memberikan sumbangan pada keragaman produksi susu. Sebaran curah hujan bulanan menjadi pertimbangan untuk mengelompokkan bulan ke dalam pengaruh musim I atau musim hujan (Desember 1996, Januari, Pebruari, Maret dan April 1997) dengan sebaran curah hujan 248-484 mm/bln yang lebih tinggi dari musim 11 atau musim kemarau (Mei, Juni, Juli, Agustus, September dan Oktober 1997) dengan sebaran curah hujan 1-111 mm/bln, seperti diperlihatkan pada Gambar 1. Selaiijutnya tipe dan musim ditetapkan sebagai peubah bebas bagi produksi susu 180 hari dalam persamaan Model Linier Umum (General Linier Model/GLM) dengan subklas yang tidak sama untuk memperoleh Rataan Kuadrat Terkecil (RKT) setiap tipe dan musim kelahiran. Tahun 31 2
SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1998
tidak dipertimbangkan sebagai peubah bebas dikarenakan kelahiran di tahun 1996 terkonsentrasi hanya di bulan Desember . 900 800 700 600 500
600 c cu 3 500
E 400 300
400 300
= 200 L cu 100 U 0 Oe
L2
0r0
~a 01Qe
o,'1
~
o1
'~
lJ
01
'1
o1P~15e00
'1
200 100 °' 0
Bulan dan Tahun Beranak Gambar 1. Hubungan antara curah hujan dan produksi susu dengan bulan beranak HASIL
Performans produksi Pengamatan pada 73 ekor kambing PE yang sudah menyelesaikan minimal satu masa laktasi, menghasilkan beberapa kinerja produksi seperti tercantum pada Tabel 1. Masa laktasi yang merupakan lama waktu berlangsungnya proses menghasilkan air susu dimulai sejak kejadian melahirkan sampai masa kering kandang pada kambing PE dicapai dengan rataan selama 193 hari atau 6,4 bulan, dengan kisaran terpendek 55 hari atau 1,8 bulan dan terpanjang 316 hari atau 10,5 bulan. Tabel 1.
Perfonnans produksi kambing PE
Perfomans Produksi
N
Rataan
Sb
Maksimum
Minimum
Masa laktasi lengkap (Iv)
73
193
65,94
316
55
Produksi susu laktasi lengkap (ml)
73
158126,80
508850
Produksi susu harian laktasi lengkap (ml/hr)
73
81139,33
Produksi susu laktasi 180 hari (ml) Produksi susu harian laktasi 180 hari (ml/hr)
810,92
331,47
2858,71
12950
73 73
142931,9 925,90
55171,5 307,96
301120 1465,16
220,00 12980 245,71
Rataan produksi susu selanla masa laktasi lengkap didapatkan 158 .126,80 ml atau 158,13 liter, dengan produksi harian 810,92 nil atau 0,81 liter . Dengan melakukan pemenggalan masa laktasi panjang kepada produksi laktasi 180 hari, didapatkan rataan produksi susu 142 .931,90 ml atau 142,93 liter dengan produksi susu harian 925,90 ml atau 0,93 liter .
313
SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1998
Kurva produksi susu Gambar 2 merupakar kurva produksi susu harian laktasi 180 hari berasal dari 45 ekor kambing PE dergan laktasi lengkap sedikitnya 170 hari maupun hasil pemenggalan kepada lama laktasi 180 hari . Pola kurva produksi merupakan penggabungan ternak untuk semua kelompok umur, yang belum memungkinkan untuk diketahui pola kurva produksi pada umur laktasi tertentu .
E
crv .xm Y O d
Lama Laktasi (hr) Gambar 2.
Kurva produksi susu 180 hari laktasi kambing PE
Terjadi fluktuasi menunin dan menaik dalam jumlah kecil pada kurva produksi susu harian . Namun demikian pola umum kurva produksi menunjukkan laju kenaikan secara tajam mulai dari awal laktasi sampai puncak produksi, selanjutnya menurun perlahan sampai akhir laktasi . Produksi susu hari pertaina laktasi yang diperoleh 721,56 ± 451,21 nil, mencapai puncaknya pada hari ke-22 laktasi atau awal ininggtt ke-4 laktasi dengan produksi susu 1.558,22 ± 489,37 ml, selanjutnya menurun perlahan sampai 450,73 ± 245,67 nil pada hari ke-180 hari laktasi . Daya produksi susu (MPPA) Daya produksi susu (MPPA) pada dasarnya merupakan parameter yang mencerminkan keragaman genetik dan lingktutgan perntanen di antara ternak . Oleh karenanya ketepatan dalam pendugaannya akan sangat dipengaruhi oleh liasil eliminasi berbagai pengaruh lingkungan internal dan eksternal yang bersifat tidak tetap. Dalam melakukan pendugaan MPPA produksi susu kambing PE di Stasitin Balitnak Ciawi dilakukan standarisasi kepada lama laktasi 180 hari. Tipe dan musim diperhitungkan pengaruhnya dengan cara mendapatkan faktor koreksi (FK) atau pentbaku yang diturunican dari RKT produksi susu setiap tipe dan musim beranak . FK diperoleh secara multiplikatif yang distandarisasi kepada produksi nitisim hujan dan beranak tunggal (Tabel 2). Urtuk menyetarakan produksi susu kelahiran musim kemarau dan beranak kembar (dua), maka produksi susu riil harus dikalikatt dengan angka 1,2418 dan 0,8601 . Dikarenakan kegiatan evaluasi potensi produksi susu kambing PE ini dilengkapi dengan pencatatan pada hanya satu kali laktasi, maka pendugaan MPPA produksi susunya akan ditentukan 314
Seminar Masional Peternakan dan Vetenner 1998
oleh simpangan produksi susu dalam satu laktasi terhadap rataan produksi susu stasiun percobaan . Selanjutnya dengan mengalikan simpangan produksi susu dengan nilai ripitabilitas r=0,3 tentunya akan memberikan sebaran MPPA kambing stasiun percobaan lebih sempit dibandingkan terhadap sebaran produksi susu riilnya, namun rataan MPPA akan sama dengan rataan produksi riil. Hasil pengurutan peringkat MPPA untuk produksi susu 180 hari dari 72 ekor induk yang dievaluasi (Lampiran 1), didcpatkan peringkat pertama diraih oleh kambing nomor 133 dengan MPPA 180.332,06 mi atau 180,33 liter, sebaliknya peringkat terendah ada pada kambing nomor 260 dengan MPPA 107 .469,64 ml atcu 107,47 liter, sedangkan kambing nomor 101 ada pada peringkat menengah atau ke-32 dengan MPPA 146 .937,83 n-d atau 146,94 ml. Tabel 2.
Penganih musim dan tipe beranak pada produksi susu 180 hari laktasi
Faktor Lingkungan Musim Tipe elahiran
Hujan Kemarau Tun-al Kembar
hunlalt Kainbing (ekor) 35 38 35 38
Produksi Susu 180 hari (ml)
FK
Rataan 158256,00' 128817,63 132804,00 152260,26
1 1,2418 I 0,8601
Keterangan :' Prcduksi susu 180 hari antara kedua musim Ixrtvda nyata (P~=0,05)
RKT 158563,47 127694,86 132362,88 153885,45
PEMBAHASAN Masa laktasi kambing PE kelahiran tahun 1996/97 ini lebih lama 33 hari (satu bulan) dibandingkan masa laktasi kelompok kambing PE kelahiran tahun 1994 yang dilaporkan di Stasiun Percobaan Balitnak Ciawi sebelumnya (ANGGRAENI et al., 1998) . Demikian pula lebih lama clan dengan kisaran lebilt Was dibandingkan dengan hasil pengamatan sebelumnya oleh SUTAMA dan BUDIARSANA (1997), baik untuk periode laktasi ke-1 (rataan 156,1 hari pada kisaran 92-256 hari) dan ke-3 (rctaan 170 pada kisaran 127-287 hari). Kambing PE yang merupakan hasil persilangan antara kambing Kacang dan kambing Etawah tipe perah, perlu lebili digali potensinya sebagai kambing perah. Berbagai performans produksi dan reproduksi yang dapat memberi kontribusi dalam meningkatkan kinerja produksi susu perlu dikaji sampai berapa jauh berbagai faktor tersebut mampu mengkondisikan kambing PE dapat berproduksi secara optimal . Bila dikaji dari kinerja masa laktasi serta prestasi produksi susunya (total dan harian), kambing PE mencerminkan kambing lokal yang potensial tmtuk dikembangkan menjadi galur pengliasil produksi susu tinggi . Rataan masa laktasi PE yang panjang selanta 193 hari tidak jauh berbeda dengan kambing perah Barbar dari India dan Pakistan (180252 hari), balikan lebilt panjang dari masa laktasi kambing perah Kamori (120 hari) dan Dera Din Papah (130 hari) dari Pakistan (DEVENDRA dcn BURNS, 1994) . Masa laktasi yang lania tersebut lnerupakan sifat yang diinginkan pada kambing tipe perah agar produksi susu selain dapat dipenuhi untuk keperluan anak sebelum masa penyapihan (sekitar umur 2 bulcn), kelebilian produksi setelah masa sapih juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber protein hewani bagi perbaikan gizi pada niasyarakat kondisi pedesaan. Bila kecenderungan masa laktasi panjang niemang lebih lnerupakan sifat genetik dari kambing PE serta dikaitkan dengan pola kurva produksi susu harian (Gambar 2), kemungkincn standarisasi produksi susu kepada masa laktasi 180 hari cukup tepat untuk diterapkan dalam pelaksanaan evaluasi mutu genetik . Faktor pertinibangan lain adalah mengingat kambing PE, 31 5
Seminar Nosional Peternakan dan Veteriner 1998
seperti halnya ternak ruminansia kecil lokal lainnya, tidak mengenal aktivitas reproduksi secara bermusim dan mampu menjalani siklus beranak setiap 8 bulan sekali atau menjalani frekuensi kelahiran 3 kali setiap 2 tahun (HARYANTO et al., 1997) . Dengan masa laktasi yang berlangsung selama 6 bulan tersebut akan memberikan kesempatan bagi ternak ini untuk menjalani masa kering cukup lama yakni selama 2 bulan, sehingga dapat memberi waktu yang cukup bagi pemulihan kembali kondisi tubuh dan ambing untuk persiapan laktasi selanjutnya . Produksi susu harian selama satu laktasi sekitar 810,92 ml/hari, dengan kisaran 220,002 .858,71 ml/hr. Produksi susu harian ini relatif lebih bervariasi dibandingkan hasil pengamatan OBST clan NAPITUPULU (l984), yang mempunyai kisaran 0,45-2,2 liter/hari. Demikian juga mempunyai kisaran jauh lebih luas bila dibandingkan dengan kambing perah di daerah tropis seperti kambing Boer (Afrika Selatan), Dera Din Papah (Pakistan), Nubia (Sudan), Barbar (India, Pakistan), Kamori (Pakistan) yang ada dalam kisaran produksi susu 1,0-2,0 kg/ekor/hari (DEVENDRA clan BURNS, 1994). Luasnya kisaran masa laktasi dan produksi susu tersebut, menunjukkan masih sangat beragamnya penampilan fenotip dari kambing PE dalam menghasilkan susu yang dapat ditimbulkan oleh pengaruh faktor keragaman genetik . Pada selang beranak yang dipertimbangkan selama 8 bulan dengan produksi susu selama masa laktasi lengkap (193 hari) sebanyak 158,126,80 ml, alan diperoleh produksi susu selama satu taliun sekitar 240 .484,51 ml atau 240,49 liter . Prestasi tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan produksi susu talninan dari kambing Malabari di daerah Kerala yang hanya mencapai 50-60 kg dikarenakan produksi susu hariannya jauh lebih rendah (0,33 kg), dengan masa laktasi lebih singkat (l17,5 hari), sedangkan pencapaian selang beranak lebih panjang (280 hari) (DEVENDRA dan BURNS, 1994). Kurva produksi susu memperlihatkan puncak produksi terjadi pada hari ke-22 atau minggu ke-4 laktasi dengan produksi susu 1 .558,22 ml, selanjutnya menurun perlahan sampai 450,73 ml paha hari ke-180 laktasi . Pola penibalian produksi susu sehubungan dengan bertambahnya lama laktasi kambing PE memperlihatkan kesamaan dengan pola umunl kurva produksi susu sapi perah yang akan meningkat ccpat pada aNval laktasi (sekitar bulan ke-1 dan ke-2) kemudian menurun perlahan sampai akhir masa laktasi . Pola hampir sama ditemukan pula pada kambing Malabari di daerah Kerala, tetapi dengan puncak produksi susu lebih awal yang terjadi pada minggu pertama laktasi (DEVENDRA dalt BURNS, 1994). Sebaliknya WEBSTER clan WILSON (1966) dclan MACKENZIE (1980) melukiskan pola kurva produksi susu kambing perah mempunyai perbedaan terhadap sapi perah di mana produksi susu kambing perah lebih tersebar merata sepanjang masa laktasi . Dalam melakukan pendugaan nilai MPPA setiap ekor induk telah dicoba meminimalkan pengaruh lingkungan tipe dall imlslnl beran k, namnn belum bisa memperhitungkan pengaruh kedewasaan fisiologis dikarenakan sebagian besar induk tidak memiliki informasi baik umur maupun periode laktasi . Pengandh umur perlu diperhitungkan, sebagaimana umumnya lidapatkan pola kuadratik produksi susu selaras dengan bertambalinya umur ternak berlaktasi. Sebagai contoh ILOEJE et al. (1980) dalam kegiatan mereka mengembangkan perangkat faktor koreksi umur untuk sifat produksi susu pada bangsa kambing perah (Alpine, La Mancha, Nubian, Saanen, dan Toggenburg di beberapa negara bagian Amerika Serikat) memperoleh korelasi kuadratik antara umur dengan produksi susu . Sebagaimana ditunjukkan oleh perolehan faktor koreksi yang semakin mengecil sampai menjadi satu pada saat usia dewasa tercapai dan setelah itu meningkat kembali . Pendugaan MPPA juga akan memberikan hasil lebih akurat apabila setiap kali kambing laktasi 316
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
mempunyai catatan secara lengkap, sehingga akan meningkatkan hasil produksi susu pengamatan yang dapat disertakan dalam penilaian . Demikian pula pendugaan nilai ripitabilitas produksi susu kambing stasiun Balitnak Ciawi dapat pula dilakukan . Pada temak sapi perah, pengurutan daya produksi susu atau NIPPA telah terbukti sangat bermanfaat clan efektif dalam menentukan ternak-temak pilihan untuk tetap terus menghasilkan susu dan juga diptkai sebagai bibit maupun dalam menentukan ternak-ternak yang perlu disingkirkan dalam perusahaan (McDOWELL, 1972) . Dengan memberikan kesempatan hanya ternak berdaya produksi di atas rataan untuk tetap dipelihara dalam menghasilkan susu clan sebagai bibit, diharapkan akan dapat meningkatkan rataan produksi susu (peternakan) dari waktu ke waktu. Untuk mengarahkan kambing PE stasiun percobaan menjadi kambing dengan galur produksi susu tinggi, inaka upaya yang perlu dilakukan adalah menseleksi dan mempertahankan kambing berpotensi genetik produksi susu tinggi secara kontinyu dari waktu ke waktu. Langkah awal adalah menetapkan hanya kambing-kambing dengan MPPA produksi susu di atas rataan stasiun yang tetap dipertahankan untuk berproduksi . Dengan dernikian sekitar 50% kambing yang kemungkinan baik untuk terus dipelihara adalah dimulai dari kambing nomor 133 (NIPPA= 180 .332,06 ml) yang berada pada peringkat pertama sampai dengan kambing nomor 101 (MPPA= 146 .937,83 ml) yang berada di peringkat ke-36 dari seltiruh 72 ekor kambing yang dievaluasi. Oleh karenanya dengan memilili clan niemberi kesempatan hanya kambing berdaya produksi susu lebih dari 146,94 liter untuk terus berlaktasi clan menghasilkan anak, akan diperoleh rataan produksi susu kambing PE stasiun percobaan lebih tinggi pada periode laktasi berikutnya . KESIMPULAN DAN SARAN Kambing PE merupakan kambing perah potensial untuk dikembangkan ke arah galur produksi susu tinggi . Sebagaimana ditunjukkan oleh kinerja produksi (masa laktasi, kurva produksi susu, dan produksi susu harian/laktasi lengkap) yang sudah mencapai prestasi cukup tinggi . Melalui kegiatan seleksi secara terarah dan berkesinambungan diharapkan kemampuan produksi susu kambing PE yang ada di peternakan rakyat dapat ditingkatkan seperti halnya pada kambing perah potensial di daerah tropis lainnya . Hasil evaluasi genetik produksi susu berdasarkan nilai MPPA dari kambing PE stasitin percobaan Balitnak inasih perlu ditingkatkan akurasinya dengan menarnbah kelengkapan informasi mengenai : 1) silsilah dan catatan produksi susu setiap individu ternak, dan 2) faktor lingkungan internal yang perlu diperhitungkan dalant evaluasi genetik produksi susu . DAFTAR PUSTAKA DEVENDRA, C . dan M.BURNS 1994 . Prodvksi Kanibing Perah di Daerah Tropis. Terjemalian. Penerbit ITB Bandung dan Universitas Udayana . Bandung. HARYANTo, B ., I. INOuNu, dan I.K. SuTAMA 1997 . Ketersediaan dan kebutuhan teknologi produksi kambing dan donlba. Prosiding Seminar Nasional Peternakan clan Veteriner . 7-8 Januari 1997 . Pusat Penelitian clan Pengembangan Petemakan, Badan Litbang Pertanian . Bogor. ILOEJE, M.U., T.R. RouNSAVILLE, R.E. MCDOWELL, GAMIGGANS, and L.D.VAN VLECK 1980 . Age-season adjustment factors for Alphine, La Mancha, Nubian, Saanen, and Toggenburg dairy goats. J. Dairy Sci. 63 : 1309-1316.
31 7
SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1998 LASLEY, J.E. 1978 . Genetics of Livestock Improvement . 3rd Ed . Prentice Hall Inc . Englewood Cliffs . New Jersey. MACKENziE, D. 1980 . Goat Husbandry. Faber & Faber. 4Ed. (ABA 49,3636). London. MCDowFLL, R.E . 1972 . Improvement of Livestock Production in Warm Climate. W.H .Freeman Co . San Francisco. OBST, J.M . and Z.NAPITuPuLu . 1984 . Milk yields of Indonesian goats. Proc . Aust. Soc. Anim . Prod. 15 : 501504. SUBANDRIYO, B. SETIADI, D. PRIYANTO, M. RANGKUTI, W.K . SEJATI, D. ANGGRAENI, R. SARI, HASTONO, dan 01 . BuTAR-BUTAR. 1995 . Analisis Potensi Kambing Peranakan Etawah dan Snmberdaya di Daerah Sumber Bibit Pedesaan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Litbang Pertanian. Bogor. SUTAMA, I.K . dan 1. BuDIARSANA . 1998 . Kambing Peranakan Etawah penghasil susu sebagai sumber pertumbuhan barn sub-sektor peternakan di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. 18-19 Nopember 1997 . Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Litbang Pertanian. Bogor. WARWICK,E.J ., M. AsTuTI, dan W. HARDJOSUBROTO. 1983 . Pemuliaan Ternak . Gadjah Mada University Press. Yogyakarta WEBSTER, C .C . and P.N . WILSON. 1966. Agriculture in the Tropics. Longmans, Green & Co . Ltd. 339-346 (ABA 34, 3482). London .
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
Lampiran 1. Nilai MPPA kambing PE disusun dari peringkat tertinggi Nomor urut 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 . 11 . 12 . 13 . 14 . 15 . 16 . 17. 18 . 19 . 20 . 21 . 22 . 23 . 24 . 25 . 26 . 27 . 28 . 29 . 30 . 31 . 32 . 33 . 34 . 35 . 36 . 37 . 38 . 39 . 4 0.
Nomor kambing 133 41 153 166 167 147 122 144 114 139 120 115 32 108 34 96 188 176 118 178 151 104 125 73 116 100 112 107 140 159 8 33 162 126 171 101 70 76 23 117
Masa laktasi (hr) 266 299 257 175 292 316 153 278 261 242 263 245 298 290 262 166 274 294 277 194 263 170 214 218 225 186 295 210 286 190 100 211 166 183 178 197 168 178 194 144
Produksi susu 180 hari (ml) 258993,30 244257,40 238570,00 237923,80 231968,20 231620,50 224170,00 217513,70 209550,00 205950,00 200584,00 197289,70 195991,20 194058,00 191537,40 189734,60 199197,60 187809,90 187788,50 186190,00 185880,00 182457,70 173920,80 169603,10 166459,00 165120,00 162945,10 161440,00 160819,60 160712,80 154795,70 152670,00 150818,50 150090,00 148750,00 147679,20 144471,00 140590,00 138010,00 137410,00
MPPA produksi 180 hari (ml) 180332,06 175911,29 174205,07 174011,21 172224,53 172120,22 169885,07 167888,18 165499,07 164419,07 162809,27 161820,98 161431,43 160851,47 160095,29 159554,45 159390,35 158977,04 158970,62 158491,07 158398,07 157371,38 154810,3i 153515,00 152571,77 152170,07 151517,60 151066,07 150879,95 150847,91 149072,78 148435,07 147879,62 147661,07 147259,07 146937,83 145975,37 144808,07 144037,07 143857,07
Peringkat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
31 9
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
Nomor urut 41 . 42 . 43 . 44 . 45 . 46. 47 . 48 . 49 . 50 . 51 . 52 . 53 . 54 . 55 . 56 . 57 . 58 . 59 . 60 . 61 . 62 . 63 . 64 . 65 . 66 . 67 . 68 . 69 . 70 . 71 . 72 .
Nomor kambing
149 187 182 40 179 169 53 146 180 12 175 31 N?, 121 21 105 18 54 135 15 9 128 142 158 13 30 113 390 165 365 338 155 260
Rataan Simpangan baku Maksimtun Minimum
Masa kaktasi (hr) 81 221 190 174 194 164 180 215 150 209 197 155 269 73 260 70 153 159 159 116 182 129 150 123 62 191 82 178 55 96 148 59
Produksi susu 180 hari (ml) 136684,90 135410,20 135271,30 134598,70 130848,50 130612,50 129530,00 128905,60 120200,00 116629,60 114556,70 114337,10 113994,70 108355,90 186297,70 105707,10 104944,50 104040,00 103564,60 98896,95 96916,07 96339,80 94180,80 93531,08 83330,00 82999,70 47573,36 43736,09 42804,85 38644,82 35074,88 16118,56 146620,10 54056,22 258993,30 16118,56
MPPA produksi 180 hari (ml) 143639,54 143257,13 143215,46 143013,68 141888,62 141817,82 141493,07 141305,75 138694,31 137622,95 137001,08 136935,20 136829,48 135140,84 134716,82 134346,20 134117,42 133846,07 133703,45 132303,16 131708,89 131536,01 130888,07 130693,39 127633,07 127533,98 116906,08 115754,90 115475,53 114227,52 113156,53 107469,64 146620,10 16213,54 180332,06 107469,64
Peringkat 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72
TANYA JAWAB Benny G. : Mengapa dilakukan evaluasi dengan MPPA ? Mengapa tidak dengan family indeks seleksinya saja Anneke A. : Jumlah ternak yang diamati terbatas, observasi baru bisa dilakukan pada satu periode laktasi dengan informasi pendukung juga terbatas, sehingga belum memungkinkan diperoleh nilai MPPA pada tingkat akurasi yang baik, seperti belum bisa di duga nilai ripitabilitas produksi susu (masih mengkaji dari literatur) . Family indeks memang lebi baik, hanya dalam hal ini tidak didapatkan data tetuanya, karena ternaknya beli di rakyat .
320