SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KAMBING PERANAKAN ETAWAH Studi Kasus di Kelompok Peternak Simpay Tampomas dan Tampomas Sejahtera, Sumedang, Jawa Barat
SKRIPSI DEWI IRMAWATI
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013
1
RINGKASAN DEWI IRMAWATI. D14080236. 2013. Sistem Produksi dan Kelayakan Usaha Peternakan Kambing Peranakan Etawah Studi Kasus di Kelompok Peternak Simpay Tampomas dan Tampomas Sejahtera, Sumedang, Jawa Barat. Skripsi. Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Dr. Ir. Asnath M Fuah, MS Pembimbing Anggota : Ir. Dwi Joko Setyono, MS (Alm.) Pemeliharaan ternak umumnya dilakukan didaerah yang cocok dan lahan yang produktif. Namun, di daerah Sumedang terdapat daerah marjinal dengan kondisi lahan bekas galian pasir, yang dimanfaatkan oleh seorang petani dengan cara menanam tanaman gamal dan memelihara ternak kambing. Orientasi awal dan tujuan memelihara kambing PE adalah untuk menghasilkan daging dan sejalan dengan perkembangannya, ternak kambing PE dimanfaatkan sebagai penghasil susu. Pemeliharaan kambing PE memberikan manfaat lebih dalam program reklamasi lahan karena kotoran kambing dimanfaatkan sebagai pupuk sehingga semakin banyak tanaman gamal dan kemudian dikembangkan buah naga. Penelitian tentang sistem produksi dan kelayakan usaha peternakan Kambing Peranakan Etawah di Sumedang, Jawa Barat ini bertujuan untuk menjelaskan sistem produksi peternakan kambing pada kelompok ternak dan menganalisis kelayakan usaha peternakan kambing perah di lokasi pasca tambang pasir di Kabupaten Sumedang. Lokasi penelitian adalah di Desa Cibeureum Wetan Kecamatan Cimalaka dan Desa Paseh Kaler Kecamatan Paseh, Sumedang, Jawa Barat. Penelitian ini melibatkan 17 peternak kambing dari kelompok peternak Simpay Tampomas dan 19 peternak dari Tampomas Sejahtera sebagai responden. Peternak diwawancara menggunakan kuisioner, data yang dikumpulkan meliputi: kondisi lokasi, karakteristik responden, jumlah ternak, jenis dan sumber pakan, biaya usaha, data reproduksi, data produksi susu yang meliputi jumlah susu per laktasi, dan harga susu. Usaha ternak kambing kelompok Simpay Tampomas dan kelompok Tampomas Sejahtera dilaksanakan secara semi tradisional, ternak di kandangkan dengan sistem pemberian pakan yang tidak terbatas dan manajemen sederhana. Jenis pakan yang diberikan adalah konsentrat dan hijauan berupa gamal dan kaliandra. Penanganan penyakit seperti diare menggunakan bahan lokal yakni daun nangka dan daun bambu. Hasil analisis kelayakan finansial untuk kelompok peternak Simpay Tampomas menunjukkan bahwa semakin besar skala usahanya, semakin tinggi keuntungan ditandai dengan nilai NPV, B/C rasio, dan IRR yang tinggi. Pada skala usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai NPV Rp 22.292.034, B/C rasio 1,710, dan IRR 23%. Peternak dari dua kelompok belum melakukan pencatatan secara teratur terhadap unsur-unsur biaya usaha baik pengeluaran maupun pendapatan, sehingga informasi dan gambaran yang pasti tentang skala usaha yang layak sangat terbatas. Oleh karena itu peternak disarankan melakukan pencatatan dalam usaha ternak kambing PE, dan dengan skala usaha yang lebih menguntungkan. Kata-kata kunci : Kambing PE, kelayakan usaha, Simpay Tampomas
i
ABSTRACT Production Systems and Feasibility Analysis of PE Goats (Case Study in Simpay Tampomas dan Tampomas Sejahtera Group in Sumedang, West Java) Irmawati, D., A. M. Fuah, and D. J. Setyono Etawah goat was resulted from the crossing of native Indonesian Kacang goat and Etawah (Jamnapari) Goat from India. The characteristics of PE goats were the combination between the 2 breeds including easy to maintain, well adapted to the local environment of which less favorable, and also were efficient in converting feed into meat and milk production. The study was conducted in the village of Cibeureum Wetan of Cimalaka District and Paseh Kaler of Paseh District, Sumedang-West Java. The study involved 17 farmers who were the members of Simpay Tampomas and 19 goats farmers of Tampomas Sejahtera. Both enterprises were managed semi traditionally, goats were kept by farmers in small number. The animals were placed in cages and the feed were given unlimited. Simple management was applied without good and regular recording. Diseases control done by farmers without consulting animal health officests, for example diarrhea was treated using local mediciens such as jack fruit leaves and bamboo leaves. The result of financial analysis showed that the larger the scale of goat enterprise, the higher the profit received by farmers indicated by NPV value, B/C ratio, IRR value. For those with the number of goats owned were less than 10 animals, the NPV value was Rp – 24,575, B/C ratio was 0.439 and the IRR value was 10%. Whereas, the scale of ownership more than 20 goats, the NPV was Rp 22,292,034, B/C ratio was 1.710 and IRR was 23%. This figures indicates that farmers group of Simpay Tampomas organization received high income from goat farming because the number of goats raised were more than enough to warrant a significant income. Data recording on the economic variables of the whole enterprise including buying, sales, income, and production cost of the goats business need to be done in detail and regular. The improvement of management and business scale up to 40 heads of goat was suggested in order to improve income of farmers. Keywords: PE Goats, Feasibility, Simpay Tampomas.
ii
SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KAMBING PERANAKAN ETAWAH Studi Kasus di Kelompok Peternak Simpay Tampomas dan Tampomas Sejahtera, Sumedang, Jawa Barat
DEWI IRMAWATI D14080236
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013
iii
Judul : Sistem Produksi Dan Kelayakan Usaha Peternakan Kambing Peranakan Etawah, Studi Kasus di Kelompok Peternak Simpay Tampomas dan Tampomas Sejahtera, Sumedang, Jawa Barat Nama : Dewi Irmawati NIM : D14080236
Menyetujui, Pembimbing Utama,
Pembimbing Anggota,
(Dr. Ir. Asnath M Fuah, M.S) NIP. 19541015 197903 2 001
(Ir. Dwi Joko Setyono, MS) (Alm.) NIP. 19601123 198903 1 001
Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M. Agr. Sc NIP. 19591212 198603 1 004
Tanggal Ujian : 22 Maret 2013
Tanggal Lulus:
iv
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 22 September 1989 di Boyolali, Jawa Tengah, sebagai adalah anak kedua dari dua bersaudara dari Bapak Sukimin dan Ibu Sriyani. Penulis mengawali pendidikan dasar pada tahun 1996 di Sekolah Dasar Negeri Kiringan 4 Boyolali dan diselesaikan pada tahun 2002. Pendidikan lanjutan menengah pertama dimulai pada tahun 2002 dan diselesaikan pada tahun 2005 di SMPN 1 Boyolali. Setelah tamat, penulis mengikuti pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Boyolali dari tahun 2005 sampai 2008. Pada tahun 2008 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) penulis diterima di Institut Pertanian Bogor dan diterima di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan. Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif dalam berbagai kegiatan yaitu organisasi Ikatan Keluarga Muslim TPB periode 2008-2009 sebagai staff divisi Pengembangan Potensi Sumberdaya Mahasiswa. Dalam organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Peternakan periode 2009-2010, penulis menjabat sebagai bendahara Departemen Politik dan Kajian Strategi dan sebagai Sekretaris Komisi III Advokasi pada organisasi Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Peternakan periode 2010-2011. Organisasi lain yang pernah diikuti adalah Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Kabinet Berkarya periode 2011-2012 sebagai Sekretaris Kementerian Lingkungan Hidup. Penulis juga aktif dalam kegiatan Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) yaitu Forum Komunikasi Mahasiswa Boyolali (FKMB) dan terlibat pada beberapa acara sebagai panitia. Penulis berkesempatan menjadi penerima beasiswa Eka Tjipta Foundation selama 4 tahun dari tahun 2008 sampai tahun 2012.
v
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala anugerah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Program Studi Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Peternakan merupakan salah satu sektor yang sangat berperan dalam kehidupan masyarakat mulai dari hulu sampai hilir meliputi pangan, sandang, dan juga industri. Ternak dapat menghasilkan pangan sebagai sumber protein hewani berupa daging, telur, dan susu. Salah satu ternak penghasil susu adalah Kambing Peranakan Etawah (PE). Kambing PE merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Kacang asli Indonesia dengan kambing Etawah (Jamnapari) asal India, sehingga memiliki sifat dari kedua jenis. Susu kambing dipercaya oleh masyarakat dapat menyembuhkan beberapa penyakit, seperti TBC, asma, asam urat, penyakit kuning, penyakit kulit, dan darah tinggi. Susu kambing juga menjadi salah satu bahan utama dalam industri kosmetik yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun, shampo, dan beberapa krim untuk kulit. Keistimewaan yang dimiliki menyebabkan susu kambing memiliki manfaat dan nilai ekonomi yang tinggi. Skripsi dengan judul “Sistem Produksi dan Kelayakan Usaha Peternakan Kambing Peranakan Etawah Studi Kasus di Kelompok Peternak Simpay Tampomas dan Tampomas Sejahtera, Sumedang, Jawa Barat” di susun dengan tujuan untuk menjelaskan sistem produksi peternakan kambing pada kelompok ternak di Kabupaten Sumedang serta menganalisis kelayakan usaha peternakan kambing perah di lokasi pasca tambang pasir di Kabupaten Sumedang. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan skripsi ini. Semoga seluruh hasil yang tertuang dalam skripsi dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang membutuhkan.
Bogor, April 2013 Penulis
vi
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN ................................................................................................
i
ABSTRACT .................................................................................................. .
ii
LEMBAR PERNYATAAN ...........................................................................
iii
LEMBAR PENGESAHAN ...........................................................................
iv
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................
v
KATA PENGANTAR ...................................................................................
vi
DAFTAR ISI ...................................................................................................
vii
DAFTAR TABEL .........................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
xi
PENDAHULUAN ..........................................................................................
1
Latar Belakang .................................................................................... Tujuan .................................................................................................
1 3
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................
4
Potensi Ternak Kambing di Indonesia ................................................ Produksi dan Reproduksi Kambing Perah........................................... Budidaya Kambing Peranakan Etawah ............................................. .. Pakan dan Cara Pemberian ...................................................... Sistem Pemeliharaan ................................................................ Tenaga Kerja ........................................................................................ Prospek Ekonomi Usaha Kambing ...................................................... Analisis Kelayakan Finansial .............................................................. Net Present Value (NPV) ........................................................ Internal Rate of Return (IRR) .................................................. B/C rasio ..................................................................................
4 6 7 7 8 8 9 10 11 11 11
MATERI DAN METODE ...............................................................................
13
Lokasi dan Waktu ................................................................................ Materi ................................................................................................... Rancangan dan Analisis Data .............................................................. Peubah yang Diamati ............................................................... Analisis Data ............................................................................ Net Present Value (NPV) ......................................................... Internal Rate of Return ............................................................. Rasio Manfaat – Biaya (Benefit Cost Ratio) ............................
13 13 13 13 14 14 15 16
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................
18
Keadaan Umum Lokasi Penelitian .....................................................
18
vii
Desa Cibeureum Wetan Kecamatan Cimalaka ....................... Desa Paseh Kaler Kecamatan Paseh ...................................... Profil Kelompok ................................................................................. Kelompok Peternak Simpay Tampomas ................................. Kelompok Peternak Tampomas Sejahtera .............................. Sistem Produksi Peternakan Kambing Pernakan Etawah ................... Karakteristik Input .................................................................. Kelompok Simpay Tampomas .................................... Kelompok Tampomas Sejahtera ................................. Organisasi dan SDM Kelompok Simpay Tampomas ................................................................... Organisasi dan SDM Kelompok Tampomas Sejahtera ...................................................................... Karakteristik Proses ................................................................. Manajemen Pakan Kelompok Simpay Tampomas .................................................................... Manajemen Pakan Kelompok Tampomas Sejahtera ....................................................................... Manajemen Perkandangan Kelompok Simpay Tampomas .................................................................... Manajemen Perkandangan Kelompok Tampomas Sejahtera ....................................................................... Manajemen Perkawinan Kelompok Simpay Tampomas ..................................................................... Manajemen Perkawinan Kelompok Tampomas Sejahtera ....................................................................... Manajemen Penanganan Penyakit Kelompok Simpay Tampomas ....................................................... Manajemen Penanganan Penyakit Kelompok Tampomas Sejahtera ..................................................... Karakteristik Output ................................................................. Analisis Pendapatan Kelompok Simpay Tampomas ............................ Analisis Kelayakan Finansial Kelompok Simpay Tampomas ..............
18 19 20 20 20 21 22 22 22
KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................................
38
Kesimpulan ............................................................................................ Saran ......................................................................................................
38 38
UCAPAN TERIMAKASIH ..............................................................................
39
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................
40
LAMPIRAN .......................................................................................................
42
23 24 26 26 27 28 30 32 33 33 34 34 34 36
viii
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Populasi Ternak (000 ekor) Tahun 2005 – 2010 .................................
5
2. Perkembangan Ternak Kambing Kelompok Simpay Tampomas ............................................................................................
22
3. Jumlah Kambing pada Kelompok Tampomas Sejahtera Berdasarkan Struktur Umur ......................................................................................
23
4. Karakteristik Peternak Kelompok Simpay Tampomas .........................
24
5. Karakteristik Peternak Kelompok Tampomas Sejahtera ......................
25
6. Sistem Pemberian Pakan pada Kelompok Simpay Tampomas ............
27
7. Cara Pemberian Pakan pada Ternak Kelompok Tampomas Sejahtera..
28
8. Karakteristik Perkandangan pada Kelompok Simpay Tampomas ........
29
9. Karakteristik Perkandangan pada Kelompok Tampomas Sejahtera ................................................................................................
31
10. Sistem Reproduksi pada Kelompok Simpay Tampomas ......................
32
11. Rata-rata Pendapatan Peternak Simpay Tampomas Berdasarkan Kepemilikan Ternak ..............................................................................
35
12. Kelayakan Finansial Usaha Ternak Kambing di Kelompok Simpay Tampomas ..............................................................................................
37
ix
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Lokasi Tambang Pasir .......................................................................
18
2. Sistem Produksi Peternakan Kambing Peranakan Etawah Kelompok Simpay Tampomas dan Tampomas Sejahtera .................
21
3. (a) Kandang Kelompok Simpay Tampomas, (b) Kandang Kelompok Tampomas Sejahtera..........................................................
30
4. Proyeksi Rata-rata Pendapatan Peternak Kelompok Peternak Simpay Tampomas .............................................................................
36
x
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Kuisioner Penelitian ...........................................................................
43
2. Hasil Proyeksi Ternak Kelompok Simpay Tampomas (ekor) ...........
55
3. Hasil Analisis Kelayakan Usaha Kelompok Simpay Tampomas ..........................................................................................
57
4. Hasil Analisis Pendapatan Kelompok Simpay Tampomas (Rupiah) .............................................................................................
58
xi
PENDAHULUAN Latar belakang Peternakan merupakan salah satu sektor yang sangat berperan dalam kehidupan masyarakat mulai dari hulu sampai hilir meliputi pangan, sandang, dan juga industri. Ternak dapat menghasilkan pangan sebagai sumber protein hewani berupa daging, telur, dan susu. Salah satu ternak penghasil susu adalah Kambing Peranakan Etawah (PE). Kambing PE merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Kacang asli Indonesia dengan kambing Etawah (Jamnapari) asal India, sehingga kambing PE memiliki sifat dari kedua jenis keduanya tersebut yakni mudah pemeliharaannya,
mampu
beradaptasi
terhadap
lingkungan
yang
ekstrim
menguntungkan dan efisien dalam mengkonversi pakan menjadi susu. Kelebihan yang dimiliki oleh kambing PE adalah dapat dipelihara di lahan kering dan juga pada tanah berpasir (bekas galian pasir). Selain untuk mengembalikan produktivitas lahan tersebut juga dapat memberikan pendapatan kepada masyarakat dan melestarikan lingkungan. Susu kambing memiliki banyak manfaat yakni kandungan protein yang tinggi dan kalori yang cukup nyata. Energi total yang terkandung dalam susu kambing sebanyak 50% berasal dari lemak, dan dari laktose serta protein masing-masing 25%. Susu kambing merupakan sumber kalsium dan fosfor yang sangat baik (Devendra dan Burns, 1994). Komposisi susu kambing adalah lemak 4,25%, protein 3,52%, laktosa 4,27%, dan abu 0,86% (FAO, 2012). Susu kambing dipercaya oleh masyarakat dapat menyembuhkan beberapa penyakit, seperti TBC, asma, asam urat, penyakit kuning, penyakit kulit, dan darah tinggi. Susu kambing juga menjadi salah satu bahan utama dalam industri kosmetik yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun, shampo, dan beberapa krim untuk kulit. Keistimewaan yang dimiliki susu kambing menyebabkan produk ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan permintaannya terus meningkat. Produksi susu di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan namun masih tergolong rendah bila dibandingkan dengan negara lain, karena baru mencapai sekitar 26% dari kebutuhan nasional. Tingkat konsumsi susu masyarakat Indonesia baru mencapai 11,9 liter/kapita/tahun, masih lebih rendah dibandingkan dengan Thailand yang mencapai 33,7 liter/kapita/tahun (Dirjen Peternakan, 2010). 1
Produksi susu nasional pada tahun 2000 sebesar 495.600 ton, sedangkan pada tahun 2009 sebesar 827.200 ton dengan presentase produksi rata-rata 5,07% per tahun (Direktorat Jenderal Peternakan, 2012). Ternak kambing banyak dipelihara oleh masyarakat karena sebagai ternak ruminasia kecil tidak terlalu membutuhkan tempat yang relatif luas dan biasanya digunakan untuk tabungan. Populasi ternak kambing secara nasional meningkat pada tahun 2010 sebesar 16,62 juta ekor (peningkatan 5,08%) dibandingkan dengan populasi tahun 2009. Provinsi di Indonesia yang memiliki persebaran kambing terbanyak pada tahun 2010 adalah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat yaitu sebesar 3.691.096 ekor, 2.822.912 ekor, dan 1.801.320 ekor (Badan Pusat Statistik, 2011). Namun, bila dilihat dari tingkat konsumsi daging dan susu dari ketiga provinsi tersebut, Jawa Barat berada diposisi pertama. Tingkat konsumsi daging di Jawa Barat pada tahun 2010 yaitu sebanyak 344.267 ton dan untuk konsumsi susu adalah 715.350 ton. Hal ini berarti Jawa Barat memiliki peluang yang baik untuk mengembangkan usaha peternakan kambing, karena memiliki akses yang mudah ke ibu kota Jakarta yang memiliki penduduk yang padat dengan tingkat konsumen yang tinggi dan kebutuhan akan pangan juga tinggi. Bertambahnya penduduk juga akan meningkatkan permintaan akan daging dan susu kambing, terutama pada hari raya kurban saat terjadi peningkatan permintaan terhadap daging kambing. Susu kambing memiliki harga jual yang lebih tinggi dibandingkan harga susu sapi. Harga susu kambing ditingkat konsumen di luar Jakarta sudah mencapai Rp 20.000 – Rp 40.000/liter sedangkan harga susu sapi hanya berkisar Rp 4.000 - Rp 5.000/liter (Sodiq dan Abidin, 2008). Pemeliharaan ternak umumnya dilakukan didaerah yang cocok dan lahan yang produktif. Namun di daerah Sumedang terdapat daerah marjinal dengan kondisi lahan bekas galian pasir, yang dimanfaatkan oleh seorang petani dengan cara menanam tanaman gamal dan memelihara ternak kambing. Orientasi awal dan tujuan memelihara kambing PE adalah untuk mennghasilkan daging dan sejalan dengan perkembangannya dimanfaatkan sebagai penghasil susu. Pemeliharaan kambing PE memberikan manfaat lebih dalam program reklamasi lahan karena kotoran kambing dimanfaatkan sebagai pupuk sehingga semakin banyak tanaman gamal dan kemudian dikembangkan buah naga. Penelitian tentang sistem produksi dan kelayakan usaha
2
peternakan Kambing Peranakan Etawah di Sumedang Jawa Barat ini dapat memberi informasi tentang kondisi dan potensi dalam beternak kambing di daerah marjinal. Tujuan 1.
Memperoleh informasi tentang sistem produksi peternakan kambing PE pada lahan pasca lambang pasir di Kabupaten Sumedang.
2.
Menganalisis kelayakan usaha peternakan kambing perah di lokasi pasca tambang pasir di Kabupaten Sumedang.
.
3
TINJAUAN PUSTAKA Potensi Ternak Kambing di Indonesia Domestikasi ternak kambing paling awal dilakukan umat manusia, setelah domestikasi anjing. Jenis yang ada saat ini berasal dari kambing liar yang hidup di pegunungan yang ada di Asia Barat, Persia, dan sekitarnya. Sebagian ahli menduga, bahwa ternak yang banyak dibudidayakan saat ini berasal dari keturunan kambing hias dari spesies Capra aegagrus yang hidup di Asia Kecil dan daratan Persia, Capra falconeri dari sekitar Pegunungan Himalaya, dan Capra prisca yang hidup di sekitar Pantai Mediterania (Sodiq dan Abidin, 2008). Kambing banyak dipelihara untuk produksi daging, susu, kulit, dan serat. Jenis asli dari Asia telah tersebar di semua benua dan merintangi hampir semua zona iklim di Lingkaran Kutub sampai Katulistiwa. Ternak ini mampu berkembang dihampir semua kondisi cuaca. Ada kecenderungan yang jelas bahwa berkonsentrasi yang tinggi pada daerah kering dan juga sangat baik beradaptasi terhadap kondisi panas dengan kondisi kering, pada umumnya tidak menyukai hujan (Gall, 1981). Kambing memiliki kemampuan memilih jenis atau bagian tanaman sebagai upaya untuk mendapatkan pakan yang lebih bergizi, tetapi apabila ketersediaan hijauan sangat terbatas sifat tersebut menjadi berkurang atau hilang sama sekali (Novita et al., 2006). Secara taksonomi, kambing termasuk Suku Caprini, Family Bovidae, Subordo Ruminantia, Ordo Artiodactyla. Anggota lain dari Caprini adalah domba (Ovis). Morfologis kambing berbeda dari domba pada ekor dan jenggot terdapat kelenjar untuk jantan, dan tidak adanya kelenjar pada wajah dan lubang kelenjar air mata dalam tengkorak dan kaki, setidaknya di kaki belakang. Cara termudah untuk membedakan dua spesies untuk bawaan normal pada ekor menggantung ke atas pada kambing dan ke bawah pada domba (Mason, 1981). Kambing Peranakan Etawah (PE) adalah hasil persilangan antara Kambing Etawah dengan Kambing Kacang yang bentuk fisiknya lebih mirip Kambing Etawah. Jika bentuk fisiknya lebih mirip Kambing Kacang dan ukuran badannya lebih dari Kambing PE, maka disebut Kambing Bligon, Gumbolo, atau Jawa Randu. Keberadaan Kambing PE sudah beradaptasi dengan kondisi Indonesia, diternakkan terutama untuk menghasilkan daging dan susu. Bobot kambing jantan dewasa ratarata 35 – 50 kg untuk jantan dan betina 30 – 35 kg (Sarwono, 2009). Kambing PE 4
menurut Standar Nasional Indonesia merupakan hasil persilangan antara kambing Etawah dengan kambing lokal yang memiliki ciri-ciri khusus, antara lain telinga yang panjang, menggantung, dan terkulai, serta bulu rewos yang panjang pada kedua kaki belakang dan memenuhi persyaratan mutu untuk dibudidayakan sebagai bibit, memiliki daya produksi dan reproduksi yang tinggi (Badan Standardisasi Nasional, 2008). Kendala sosial budaya dalam pengembangan usaha ternak kambing adalah anggapan yang berhubungan dengan perusakan lingkungan, karena dianggap sebagai hama yang menyebabkan penggundulan hutan dan erosi tanah. Sebaliknya, ternak ini tidak saja sebagai penyedia daging dan susu bagi masyarakat pedesaan di daerah tropis, tetapi dapat mengendalikan perluasan semak belukar. Potensi lain ternak ini diantaranya yaitu untuk investasi, sebagai penyedia pupuk, tanduk, kuku, darah dan tulang yang kesemuanya bernilai dagang (Devendra dan Burns, 1994). Data populasi kambing pada tahun 2005 sampai tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Populasi Ternak (000 ekor) Tahun 2005 – 2010 Ternak 2005 2006 2007 2008
2009
2010
Sapi Potong
10.569
10.875
11.515
12.257
12.760
13.633
Sapi Perah
361
369
374
458
475
495
Kambing
13.490
13.790
14.470
15,147
15.815
16.821
Domba
8.327
8.980
9.514
9.605
10.199
10.932
Ayam Buras
278.085 291.085 272.251 243.423
249.964 268.957
Ayam Ras Petelur
84.790
99.768
100.202 111.489 107.955
Ayam Ras Pedaging 811.189 797.527 891.659 902.052
103.841
991.281 1.49.952
Sumber : Badan Pusat Statistik (2011). Lebih dari setengah populasi kambing di Indonesia tersebar di pulau Jawa sementara di Pulau Sumatera adalah setengah dari populasi di Pulau Jawa, sehingga total populasi di Pulau Jawa dan Sumatera sekitar 82,7% dari total populasi di Indonesia. Sisanya, kurang dari 17,3% tersebar di beberapa pulau mulai dari yang paling banyak, yaitu Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Kalimantan, dan Papua. (Sodiq dan Abidin, 2008).
5
Produksi dan Reproduksi Kambing Perah Karakter ternak ini lebih mudah dipelihara dibandingkan sapi perah, dapat dipelihara dalam skala kecil untuk keperluan rumah tangga bahkan dapat diusahakan sebagai usaha peternakan skala industri. Jenis yang tersebar di berbagai belahan dunia dikelompokkan berdasarkan daerah asalnya, sifat-sifat produksinya, dan karakteristiknya sebagai ternak penghasil susu (Sarwono, 2009). Susu kambing berpotensi sebagai pengganti susu sapi karena beberapa orang memiliki alergi terhadap susu sapi, juga dipercaya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti TBC, asma, asam urat, penyakit kuning, penyakit kulit, dan darah tinggi, bahkan telah digunakan sebagai bahan baku kosmetik. Produksi susu bervariasi antara keturunannya, tapi kebanyakan dari mereka mampu menghasilkan susu di samping kebutuhan anak-anak mereka. Ukuran produksi susu berlebih tergantung pada pakan yang tersedia (Gall, 1981). Kandungan protein susu kambing jauh lebih tinggi daripada susu manusia dalam kaitannya dengan jumlah kalori. Energi total yang terkandung sebanyak 50% berasal dari lemak dan dari laktose serta protein masing-masing 25%, selain itu juga sebagai sumber kalsium dan fosfor yang sangat baik. Hasil susu harian tertinggi kambing baru tercapai antara minggu kedelapan dan keduabelas setelah melahirkan anak (Devendra dan Burns, 1994). Rataan bobot sapih kambing PE berbeda-beda tergantung dari perlakuan yang diberikan. Anak-anak kambing yang dibiarkan bersama induknya sampai berumur 3 bulan sehingga memperoleh susu sesuai dengan kebutuhannya memiliki rataan bobot sapih 13,63 kg dengan kisaran 10,20 - 17,60 kg. Puncak produksi susu dicapai ratarata pada minggu ke-5 laktasi. Produksi susu selama 3 bulan laktasi tidak dipengaruhi jenis ransum (Novita et al., 2006). Induk laktasi kambing PE mengkonsumsi 8,19 kg pakan segar atau 1759 gram bahan kering per ekor per hari, setara dengan 3,7% dari berat hidup (rataan berat hidup induk laktasi 48 kg). Rataan berat lahir anak kambing PE adalah 3,84 kg (kisaran 2 – 6 kg). Berat lahir anak jantan 3,97 kg dan anak betina 3,73 kg. Berat lahir anak tunggal 4,26 kg, kembar dua 4,06 kg, kembar tiga 3,17 kg, dan kembar empat 2,63 kg. Jumlah anak yang lahir persentasenya lebih banyak jantan yaitu 51,96% dari pada betina yaitu 48,04%. Angka kelahiran kambing PE 1,89 untuk angka kelahiran setahun dan 1,77 untuk angka kelahiran seinduk. Produksi susu harian kambing PE adalah 0,99 kg per ekor
6
per hari dengan rataan lama laktasi 170,07 hari. Persistensi (penurunan) produksi susu adalah 56,07%, terjadi secara perlahan (Atabany et al., 2001). Kemampuan pejantan mengawini betina sampai menjadi bunting merupakan salah satu kriteria kesuburan pejantan. Pejantan kambing PE mempunyai rataan kemampuan mengawini betina sampai menjadi bunting rata-rata 1,95 kali, dengan rataan lama bunting 148,87 hari. Umur saat pertama kali kawin adalah 403,32 hari (13,44 bulan) dan beranak pertama 643,24 hari (21,44 bulan), dengan alasan pada umur tersebut alat reproduksi kambing telah berkembang dan berfungsi sempurna. Selang dari beranak sampai berahi pertama sangat beragam dari satu sampai tiga bulan atau bahkan lebih. Selang beranak kambing PE adalah 250, 36 hari (Atabany et al., 2001). Siklus birahi kambing betina adalah sekitar 18–21 hari dan lama birahi antara 24–36 jam (Devendra dan Burns, 1994). Kambing PE jantan di Peternakan Sahid mulai dikawinkan umur 18 bulan sedangkan kambing PE betina pada umur 10 bulan dikawinkan dengan harapan dapat beranak pada umur 15 bulan dengan masa kebuntingan 5 bulan. Siklus birahi kambing PE betina di Peternakan Sahid adalah 21 hari dengan lama birahi 16–20 jam. Kambing PE betina di Peternakan Sahid akan dikawinkan lagi pada 3-4 bulan setelah beranak tergantung dari produksi susu. Tiga bulan pertama setelah kebuntingan susu masih dapat diperah. Memasuki umur kebuntingan tiga bulan pemerahan dihentikan. Dengan metode seperti ini, maka jarak beranak pertama ke beranak berikutnya (selang beranak) di Peternakan Sahid adalah 8 bulan (240 hari). Rata-rata jumlah anak yang lahir per induk (litter size) pada kambing PE di Peternakan Sahid adalah 2 ekor (Prihatini, 2008). Budidaya Kambing Peranakan Etawah Pakan dan Cara Pemberian Pakan merupakan salah satu unsur yang penting dalam usaha peternakan. Kambing mau memakan berbagai macam pakan, bertentangan dengan anggapan orang, mereka mempunyai kebiasaan makan yang pemilih. Kambing biasanya menolak makanan yang telah dikotori hewan lain. Kambing lebih suka pakan campuran seperti rerumputan dengan tanaman semak belukar atau daun pepohonan. Kambing mampu merumput rumput yang sangat pendek, dan merenggut dedaunan
7
yang biasanya tidak dimakan ternak lainnya (Devendra dan Burns, 1994). Kambing yang sedang laktasi membutuhkan pakan yang mengandung protein lebih tinggi, karena proses pembentukan susu membutuhkan suplai protein yang tinggi (Sodiq dan Abidin, 2008). Persentase pakan untuk kambing laktasi adalah 60,9 % konsentrat dan 39,1 % rumput (Atabany, 2001). Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa anak kambing yang baru lahir perlu diberikan kolostrum. Anak kambing minum susu sampai 35 hari sebanyak 1,2 liter/hari, setelah itu sampai dengan berumur 70 hari, anak kambing yang menyusu pada induknya minum 1,6 liter/hari dan yang dibesarkan dengan susu pengganti sebanyak 2 liter/hari. Anak kambing mulai mencicipi makanan padat ketika berumur sekitar 2–3 minggu. Sistem Pemeliharaan Kambing dipelihara dengan cara dikandangkan secara kelompok, dua tipe kandang yang umum dipakai di daerah tropis yaitu kandang tanpa alas yang sering menempel pada bangunan lain dan tipe kandang panggung yang sangat umum digunakan di Malaysia dan Indonesia. Kandang tipe ini sangat praktis untuk daerah yang sangat lembab dan memiliki curah hujan yang tinggi agar kambing dapat terlindungi dari hujan. Kandang panggung, lantainya kurang lebih 1-1,5 m dari tanah. Hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam membersihkan dan mengumpulkan kotoran serta air kencing. Kandang harus mendapatkan cukup sinar matahari dengan ventilasi serta drainase yang baik dan gampang dibersihkan. Lantai kandang harus kuat dan tahan lama. Selain itu, bahan atapnya harus dapat memberikan perlindungan yang efektif terhadap radiasi matahari. Bahan atap yang biasa digunakan adalah rumbia, bambu, genting, dan asbes (Devendra dan Burns, 1994). Ukuran kandang untuk anak kambing adalah 1,8 m x 1,8 m x 1,2 m sedangkan untuk kambing dewasa adalah 2,4 m x 1,8 m (Williamson dan Payne, 1993). Suatu bentuk modifikasi tipe kandang penggung telah dipakai untuk mengandangkan kambing secara intensif dalam kandang individual dengan ukuran 0,75 m x 4,5 m x 4,8 m (Devendra dan Burns, 1994). Tenaga Kerja Tenaga kerja (manpower) menurut Simanjuntak (1985) adalah kelompok penduduk dalam usia kerja (working age populaion). Secara fisik, kemampuan
8
bekerja diukur dengan usia. Artinya, orang dalam usia kerja dianggap mampu bekerja. Secara praktis, pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja dibedakan hanya oleh batas umur. Setiap usaha pertanian yang akan dilaksanakan pasti membutuhkan tenaga kerja. Oleh sebab itu dalam analisis ketenagakerjaan dibidang pertanian, penggunaan tenaga kerja dinyatakan oleh besarnya curahan tenaga kerja. Curahan tenaga kerja yang dipakai yang dipakai adalah besarnya tenaga kerja efektif yang dipakai. Dalam analisa ketenagakerjaan juga dibutuhkan pembedaan tenaga kerja pria, wanita, anakanak dan ternak. Pembedaan ini terjadi karena setiap jenis tahapan pekerjaan dalam suatu usaha pertanian adalah berbeda dan faktor kebiasaan juga menentukan (Soekartawi, 1993). Umumnya pemakaian jam kerja dianggap dapat memenuhi keperluan, tanpa memperhatikan kebiasaan kerja yaitu delapan jam kerja dalam satu hari kerja. Kelemahan pada ukuran ini antara lain pekerja yang mempunyai keahlian, kekuatan dan pengalaman kerja yang berbeda, dinilai sama padahal pekerjaan dalam usahatani relatif beragam. Oleh sebab itu dalam prakteknya digunakan ukuran setara jam kerja pria dengan menggunakan faktor konversi sebagai berikut : 1) 8 jam tenaga kerja pria dewasa = 1 HKP; 2) 8 jam tenaga kerja wanita dewasa = 0.8 HKP dan 3) 8 jam tenaga kerja anak-anak = 0.5 HKP (Soekartawi et al ., 1986). Prospek Ekonomi Usaha Kambing Kambing Peranakan Etawah merupakan bangsa ternak yang biasanya diusahakan untuk dimanfaatkan susunya. Keuntungan lain adalah dapat juga dimanfaatkan sebagai penghasil daging. Produksi susu harian pada kambing PE adalah sekitar 1,5–3,5 kg dengan lama masa laktasi 170–200 hari (Devendra dan Burn, 1994). Potensi yang dimiliki kambing PE ini memiliki prospek ekonomi yang potensial. Komponen biaya dan total pendapatan merupakan hal perlu diperhatikan dalam suatu usaha. Biaya adalah tiap barang dan jasa yang digunakan dalam suatu proyek yang akan mengurangi tujuan yang harus ditempuh tergantung dari segi mana analisa dilakukan (Gittinger, 1986). Biaya produksi berdasarkan sifatnya dapat digolongkan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap adalah biaya yang tidak ada kaitannya dengan jumlah barang yang diproduksi
9
sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang berubah apabila luas usahanya berubah. Penentuan apakah suatu biaya tergolong pada biaya tetap atau biaya variabel tergantung sebagian kepada sifat dan waktu pengambilan keputusan itu dipertimbangkan (Soekartawi et al., 1986). Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan pengeluaran. Pendapatan kotor usahatani didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Pendapatan kotor usahatani adalah ukuran hasil perolehan total sumberdaya yang digunakan dalam usahatani. Selisih antara pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani disebut pendapatan bersih usahatani. Pendapatan bersih merupakan suatu ukuran keuntungan usahatani yang dapat dipakai untuk membandingkan penampilan beberapa usahatani (Soekartawi et al., 1986). Hasil penelitian Ardia (2000) dipeternakan Barokah dengan biaya produksi yang dikeluarkan terdiri dari biaya tetap (27,07%) dan biaya variabel (72,93%). Struktur biaya yang paling tinggi adalah biaya pakan yang diikuti oleh gaji pegawai. Besarnya biaya yang dikeluarkan, sangat mempengaruhi besarnya pendapatan. Analisis Kelayakan Finansial Analisa kelayakan finansial adalah suatu analisis yang membandingkan antara biaya dengan manfaat untuk menentukan apakah suatu proyek akan menguntungkan selama umur proyek atau tidak ditinjau dari sudut pandang pelaku proyek. Tujuan utama analisa finansial terhadap usaha pertanian adalah untuk menentukan berapa banyak keluarga petani yang menggantungkan kehidupan mereka kepada usaha pertanian tersebut (Gittinger, 1986). Umumnya, kriteria penilaian kelayakan investasi menggunakan beberapa metode, yaitu metode Net Present Value (NPV), metode Net B/C Ratio dan metode Internak Rate of Return (IRR) (Kadariah et al., 1999). Net Present Value (NPV) Net Present Value atau nilai kini manfaat bersih adalah selisih antara total present value manfaat dengan total present value biaya atau jumlah present value dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. Nilai yang dihasilkan oleh perhitungan NPV adalah dalam satua mata uang (Rp) (Nurmalina et al., 2010).
10
Dalam metode NPV terdapat tiga penilaian investasi, yaitu :
NPV ≥ 0 berarti secara finansial layak usaha layak untuk dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya.
NPV ≤ 0 berarti secara finansial usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan, hal ini dikarenakan manfaat yang diperoleh lebih kecil dari biaya/tidak cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan.
NPV = 0 berarti secara finansial proyek sulit dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan.
Internal Rate of Return (IRR) IRR adalah nilai discount rate yang membuat NPV dari proyek sama dengan nol. Internal Rate of Return adalah tingkat rata-rata keuntungan intern tahunan dinyatakan dalam satuan persen. Jika diperoleh dari IRR lebih besar dari tingkat diskonto yang berlaku, maka proyek layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku maka proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan (Kadariah et al., 1999). Kerangka keputusan :
Jika IRR = tingkat diskonto, maka usaha tidak mendapatkan keuntungan maupun kerugian.
Jika IRR < tingkat diskonto, maka usaha tidak layak untuk dijalankan.
Jika IRR > tingkat diskonto, maka usaha layak dijalankan.
B/C rasio B/C rasio ini diperoleh bila nilai sekarang arus manfaat dibagi dengan nilai sekarang arus biaya. Angka tersebut menunjukkan tingkat besarnya tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan uang. B/C rasio merupakan ukuran kemanfaatan proyek berdiskonto, karena arus-arus manfaat dan biaya terlebih dahulu telah didiskontonkan (Gittinger, 1986). Kerangka keputusan :
Jika B/C rasio > 1, maka proyek layak untuk dilakukan karena setiap pengeluaran akan menghasilkan penerimaan yang lebih besar dari pengeluaran tersebut.
11
Jika B/C rasio = 1, maka proyek layak untuk diteruskan karena setiap pengeluaran akan menghasilkan penerimaan yang sama dengan pengeluaran tersebut (impas).
Jika B/C rasio < 1, maka proyek tidak layak untuk diteruskan karena setiap pengeluaran akan menghasilkan penerimaan lebih kecil dari pengeluaran tersebut.
12
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Desa Cibeureum Wetan Kecamatan Cimalaka dan di Desa Paseh Kaler Kecamatan Paseh, Sumedang, Jawa Barat. Pengumpulan data dilakukan dalam 2 bulan yaitu bulan Juli sampai dengan Agustus 2011. Materi Penelitian ini melibatkan peternak kambing yang tergabung dalam kelompok peternak Simpay Tampomas sebanyak 17 orang dan kelompok peternak Tampomas Sejahtera sebanyak 19 orang, yang diwawancara menggunakan kuisioner (Lampiran 1). Penelitian ini diawali dengan pemilihan lokasi penelitian yaitu Kecamatan Cimalaka dan Kecamatan Paseh, Sumedang, Jawa Barat karena kedua kecamatan tersebut terdapat kelompok ternak kambing. Pemilihan responden dilakukan secara purposif yaitu peternak kambing PE yang memiliki kambing minimal 3 ekor. Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer yang meliputi: kondisi lokasi, karakteristik responden, jumlah ternak, jenis dan sumber pakan, biaya usaha, reproduksi, produksi susu per laktasi, dan harga susu. Data sekunder diperoleh dari dinas peternakan Kabupaten Sumedang dan statistik peternakan. Rancangan dan Analisis Data Peubah yang diamati Peubah yang dikumpulkan meliputi: 1.
Karakteristik lokasi usaha dan peternak
2.
Jumlah ternak yang dimiliki peternak
3.
Produksi per tahun meliputi: produksi susu, jumlah ternak kambing yang dijual, dan jumlah kotoran yang dihasilkan
4.
Tata laksana pemeliharaan ternak kambing perah meliputi: tujuan produksi, sistem
pemeliharaan,
sistem
reproduksi,
perkandangan,
penanganan
kesehatan, pakan serta sistem pemasaran. 5.
Karakteristik produksi ternak terdiri dari pertambahan ternak, kematian anak dan induk, kesehatan dan kondisi ternak.
13
6.
Pendapatan peternak yakni jumlah penerimaan dari penjualan ternak, kotoran ternak dan usaha lainnya.
Analisis Data Analisis deskriptif digunakan unuk menggambarkan kondisi umum daerah penelitian, karakteristik peternak, sistem budidaya ternak kambing, menggunakan data yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung, wawancara (kuisioner), dan data sekunder. Data yang telah dikumpulkan ditabulasi, dihitung rataan dan disajikan dalam bentuk tabel dan gambar. Berdasarkan data yang diperoleh dihitung pendapatan dan manfaat dari usaha menggunkan NPV, IRR, dan B/C rasio. Keuntungan diperoleh dari perhitungan biaya produksi dan selisih antara penerimaan total dengan biaya produksi sesuai dengan tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi pada penggunaannya yang terbaik (Suparmoko, 1992). Keuntungan usaha ternak dianalisis menggunakan persamaan matematis: = TR – TC TC = TFC + TVC TR = Q x P Keterangan : = Keuntungan Usaha Ternak TR
= Total penerimaan usaha ternak
TC
= Total biaya
TFC
= Total biaya tetap
TVC
= Total biaya variabel
Q
= Jumlah output/produk yang dihasilkan
P
= Harga jual
Net Present Value (NPV) Net Present Value atau nilai kini manfaat bersih adalah selisih antara total present value manfaat dengan total present value biaya atau jumlah present value dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. Nilai yang dihasilkan oleh perhitungan NPV adalah dalam satuan mata uang (Rp). Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut (Nurmalina et al., 2010) : 14
∑
(
)
∑
(
)
∑
(
)
Keterangan: Bt
= Manfaat pada tahun t
Ct
= Biaya pada tahun t
t
= Tahun kegiatan bisnis (t = 0, 1, 2, 3,..........., n)
i
= Tingkat DR (%)
Dalam metode NPV terdapat tiga penilaian investasi, yaitu :
NPV ≥ 0 berarti secara finansial layak usaha layak untuk dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya.
NPV ≤ 0 berarti secara finansial usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan, hal ini dikarenakan manfaat yang diperoleh lebih kecil dari biaya/tidak cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan.
NPV = 0 berarti secara finansial proyek sulit dilaksanakan karean manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan.
Namun, pada penelitiaan ini perhitungan NPV tidak dilakukan secara manual. Perhitungan NPV dilakukan dengan menggunakan formula yang telah tersedia pada software Microsoft Excel 2007. Internal Rate of Return IRR adalah nilai discount rate yang membuat NPV dari proyek sama dengan nol. Internal Rate of Return adalah tingkat rata-rata keuntungan intern tahunan dinyatakan dalam satuan persen. Jika diperoleh dari IRR lebih besar dari tingkat diskonto yang berlaku, maka proyek layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku maka proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. Rumus yang digunakan dalam menghitung IRR adalah sebagai berikut (Kadariah et al., 1999) :
IRR = i1 + (i2 – i1)
15
Keterangan : NPV1
= NPV yang bernilai positif
NPV2
= NPV yang bernilai negatif
i1
= Tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif
i2
= Tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif
Kerangka keputusan :
Jika IRR = tingkat diskonto, maka usaha tidak mendapatkan keuntungan maupun kerugian.
Jika IRR < tingkat diskonto, maka usaha tidak layak untuk dijalankan.
Jika IRR > tingkat diskonto, maka usaha layak dijalankan.
Namun, pada penelitiaan ini perhitungan IRR tidak dilakukan secara manual. Perhitungan IRR dilakukan dengan menggunakan formula yang telah tersedia pada software Microsoft Excel 2007. Rasio Manfaat – Biaya (Benefit Cost Ratio) B/C rasio ini diperoleh bila nilai sekarang arus manfaat dibagi dengan nilai sekarang arus biaya. Angka tersebut menunjukkan tingkat besarnya tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan uang. B/C rasio merupakan ukuran kemanfaatan proyek berdiskonto, karena arus-arus manfaat dan biaya terlebih dahulu telah didiskontonkan (Gittinger, 1986). ∑ B/C Ratio
(
)
t
(
)
t
= ∑
Keterangan: Bt
= Penerimaan yang diperoleh tiap tahun
Ct
= Biaya yang dikeluarkan tiap tahun
n
= Jumlah tahun
i
= Tingkat suku bunga (%)
t
= Tahun ke-1, 2, .... n
16
Kerangka keputusan :
Jika B/C rasio > 1, maka proyek layak untuk dilakukan karena setiap pengeluaran akan menghasilkan penerimaan yang lebih besar dari pengeluaran tersebut.
Jika B/C rasio = 1, maka proyek layak untuk diteruskan karena setiap pengeluaran akan menghasilkan penerimaan yang sama dengan pengeluaran tersebut (impas).
Jika B/C rasio < 1, maka proyek tidak layak untuk diteruskan karena setiap pengeluaran akan menghasilkan penerimaan lebih kecil dari pengeluaran tersebut.
Pada penelitiaan ini perhitungan B/C rasio tidak dilakukan dengan menggunakan formula yang telah tersedia pada software Microsoft Excel 2007.
17
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Desa Cibeureum Wetan Kecamatan Cimalaka dan Desa Paseh Kaler Kecamatan Paseh. Kedua lokasi ini merupakan daerah pasca tambang pasir yang dimanfaatkan sebagai lahan peternakan dan pertanian (Gambar 1).
Gambar 1. Lokasi Tambang Pasir Desa Cibeureum Wetan Kecamatan Cimalaka Luas wilayah Desa Cibeureum Wetan 394 ha/m2 dengan batas wilayah: sebelah utara Kehutanan Kecamatan Conggeang, sebelah selatan Desa Ciuyah Kecamatan Cisarua, sebelah timur Desa Legok Kaler dan Legok Kidul Kecamtan Paseh, dan sebelah barat Desa Cibeureum Kulon Kecamatan Cimalaka. Curah hujan di Desa Cibeureum Wetan sebesar 2000–2500 mm dengan suhu rata - rata hariannya adalah 23–310C. Desa ini berada pada ketinggian 500–600 mdl. Jarak dari Kecamatan Cimalaka ke Desa Cibeureum Wetan sekitar 3 km dan apabila ditempuh dengan kendaraan bermotor kira-kira memerlukan waktu 0,2 jam. Jarak ke Ibu Kota Kabupaten Sumedang yaitu sekitar 8 km dan dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor kira-kira memerlukan waktu 0,5 jam. Sedangkan jarak ke Ibu kota Provinsi Jawa Barat yaitu Bandung sekitar 33 km dan dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor kira-kira memerlukan waktu 3 jam. Pemanfaatan tanah di Desa Cibeureum Wetan Kabupaten Sumedang adalah sebagai berikut:
Luas pemukiman: 52,31 ha/m2
Luas persawahan: 96,25 ha/m2
18
Luas perkebunan : 90 ha/m2
Luas kuburan : 2,45 ha/m2
Luas pekarangan : 0,60 ha/m2
Luas Perkantoran : 0,20 ha/m2
Luas prasarana umum lainnya : 152,19 ha/m2 Desa Cibeureum Wetan memiliki 3.903 penduduk yang terdiri dari 1.973
orang laki-laki dan 1.930 orang perempuan dengan jumlah kepala keluarga (kk) sebesar 1.279 KK dengan kepadatan penduduk 0,1 per km. Penduduk di Desa Cibeureum Wetan sebagian besar (52,6%) adalah petani yaitu 1.036 orang laki-laki dan 1.017 orang perempuan. Data ini menunjukkan bahwa Desa Cibereum Wetan berpotensi untuk pengembangan usaha peternakan, karena lahan yang tersedia masih cukup luas dan tenaga kerja produktif tersedia. Diperlukan upaya optimalisasi sumber daya yang tersedia untuk peningkatan produktivitas. Desa Paseh Kaler Kecamatan Paseh Desa Paseh Kaler berjarak sekitar 3 km dari desa Cibeureum Wetan dengan luas wilayah Desa Paseh Kaler 302.189 km. Secara geografis desa ini berbatasan: sebelah utara Desa Jambu, sebelah selatan Desa Legok Kidul dan Paseh Kidul, sebelah timur Desa Paseh Kidul, dan sebelah barat Gunung Tampomas. Desa Paseh Kaler pada tahun 2012 memiliki penduduk 4.740 jiwa yang terdiri dari 2.359 orang laki-laki dan 2.381 orang perempuan. Penduduk Desa Paseh Kaler sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani. Usaha pertanian yang diusahan oleh penduduk adalah padi dan juga salak. Hal ini dapat dilihat bahwa di desa Paseh Kaler banyak terdapat lahan persawahan dan perkebunan salak. Dalam pendistribusian hasil panen, penduduk desa tidak terlalu sulit karena akses dari desa menuju kecamatan atau kabupaten cukup mudah. Jarak dari desa ke ibu kota kecamatan 1 km dengan jarak tempuh mengguakan kendaraan bermotor 0,125 jam. Sedangkan jarak dari desa ke ibu kota kabupaten 15 km. Lama jarak tempuh ke ibu kota kabupaten dengan kendaraan bermotor 0,5 Jam. Lama jarak tempuh ke ibu kota kabupaten dengan berjalan kaki atau angkutan umum 2,5/3 Jam.
19
Profil Kelompok Kelompok Peternak Simpay Tampomas Kelompok peternak Simpay Tampomas mulai dirintis tahun 1998 yang berlokasi di atas lahan bekas galian pasir, tepatnya di Blok Tari Kolot dan Batu Nungku. Awal mulanya terbentuk kelompok ini karena adanya rasa keprihatinan bersama anggota masyarakat terhadap kondisi lahan bekas galian. Penghijauan kembali diharapkan kerusakan lahan bekas galian perlahan-lahan dapat diperbaiki, meskipun akan sangat sulit. Seiring dengan proses penghijauan yang dilakukan muncul
ide-ide
baru
untuk
melaksanakan
mix
farming
antara
usaha
penghijauan/usaha pertanian secara umum dengan usaha peternakan. Selama masa perkembangannya, usahaternak yang pada awalnya hanya dimaksud sebagai pendukung kegiatan reklamasi akhirnya menjadi usaha pokok. Usaha yang dilaksanakan pada awal rintisan adalah peternakan kambing pedaging dan dilanjutkan dengan pengembangan kambing perah. Kelompok peternak Simpay Tampomas telah memperoleh banyak prestasi atas upaya memperbaiki lingkungan. Pada tahun 2000 diberi piagam penghargaan dari Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat sebagai kelompok pelopor reklamasi lahan bekas galian C bidang peternakan tingkat Provinsi Jawa Barat. Tahun 2010 menjadi juara 1 dalam lomba kelompok agribisnis peternakan komoditas kambing tingkat provinsi Jawa Barat dan masih banyak lagi penghargaan yang pernah diraih. Perkembangan anggota kelompok Simpay Tampomas sejak didirikan sampai tahun 2009 tidak mengalami peningkatan dengan jumlah anggota kelompok berkisar amtara 40–45 orang. Pada tahun 2010 terjadi penurunan jumlah anggota hingga mencapai 25 orang, karena terjadi pemekaran kelompok baru dengan nama kelompok Tampomas Sejahtera. Hal ini disebabkan lokasi tempat tinggal beberapa anggota cukup jauh dari komplek peternakan sehingga mereka memilih membuat kelompok baru yang berlokasi dekat dengan tempat tinggal mereka. Kelompok Peternak Tampomas Sejahtera Lokasi peternakan Tampomas Sejahtera berada di kaki Gunung Tampomas. Desa Paseh Kaler Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang Jawa Barat memiliki luas wilayah 3.437 ha. Sebelum terjadi pemekaran, Paseh Kaler merupakan bagian dari
20
Desa Paseh Wilayah Kecamatan Conggeang dan pada tahun 1982 setelah menjadi Kecamatan, Paseh memiliki dua desa yaitu Desa Paseh Kaler dan Paseh Kidul (Dinas Kabupaten Sumedang, 2011). Kelompok Peternak Tampomas Sejahtera merupakan kelompok peternak hasil pemekaran dari Kelompok Simpay Tampomas. Kelompok ini baru terbentuk pada tahun 2008. Kelompok Tampomas Sejahtera memiliki jumlah anggota 25 orang. Sistem Produksi Peternakan Kambing Peranakan Etawah Sistem produksi peternakan merupakan susunan khusus dari kegiatan usaha ternak yang dikelola untuk mencapai sebuah tujuan. Sistem produksi terdiri atas input, proses, dan output. Pada Gambar 2 disajikan bagan sistem produksi peternakan Kambing Peranakan Etawah pada kelompok Simpay Tampomas dan Tampomas Sejahtera.
Gambar 2. Sistem Produksi Peternakan Kambing Peranakan Etawah Kelompok Simpay Tampomas dan Tampomas Sejahtera (Hasil Penelitian).
21
Karakteristik Input Kelompok Simpay Tampomas. Ternak yang diusahakan oleh kelompok Simpay Tampomas adalah Kambing Peranakan Etawah. Pada Tabel 2 disajikan data perkembangan jumlah ternak pada kelompok Simpay Tampomas per April 2007 sampai Juni 2010. Jumlah ternak kambing setiap tahunnya terdapat peningkatan. Hal ini berarti dari tahun 2007 sampai 2010 kelompok Simpay Tampomas skala usahanya meningkat sebesar 4,3%. Berdasarkan data pada Tabel 2, peningkatan populasi ternak jantan lebih tinggi daripada ternak betina, hal ini disebabkan persentase kelahiran anak jantan lebih tinggi. Kelompok Simpay Tampomas pada awal perintisan usaha lebih menekankan pada ternak penghasil daging sehingga kelahiran anak betina dan jantan memberi nilai yang sama. Tabel 2. Perkembangan Ternak Kambing Kelompok Simpay Tampomas No.
Uraian
Jumlah (ekor) April April 2008 2009 26 28
1.
Dewasa Jantan
April 2007 25
Juni 2010 35
Peningkatan (%) 8,77
2.
Dewasa Betina
291
292
294
298
0,61
3.
Muda Jantan
44
52
54
66
10,18
4.
Muda Betina
56
67
72
80
8,73
5.
Anak Jantan
43
46
80
85
16,54
6.
Anak Betina
69
59
55
62
-2,8
Jumlah
528
542
583
626
4,3
Sumber : Dinas Peternakan Jawa Barat, 2010. Kelompok Tampomas Sejahtera. Pada saat penelitian dilaksanakan, jumlah kambing di kelompok Tampomas Sejahtera secara keseluruhan adalah 179 ekor (Tabel 3). Berdasarkan data tersebut jumlah ternak terbanyak adalah betina dewasa sebanyak 36,3% dari total. Kelompok ini belum memiliki kambing dewasa laktasi sehingga belum memproduksi susu, karena peternak lebih mengutamakan program pembibitan dan penggemukan. Terdapat 27 ekor ternak betina yang sedang bunting dan memerlukan suatu manajemen yang lebih memadai pada saat ternak beranak dan pasca beranak. Diperlukan adanya program peningkatan ketrampilan melalui pelatihan sehingga ternak apat dikelola dengan baik. Ternak perah memerlukan
22
pemeliharaan yang intensif agar dapat berproduksi dengan baik, sementara kelompok ini baru terbentuk sehingga belum cukup pengalaman. Tabel 3. Jumlah Kambing Yang Dimiliki Kelompok Tampomas Sejahtera Berdasarkan Struktur Umur Populasi
Jumlah (ekor)
Betina anak
35
Betina muda tidak bunting
9
Betina muda bunting
0
Betina dewasa
65
Betina dewasa bunting
27
Betina laktasi
0
Jantan anak
21
Jantan muda
14
Jantan dewasa
8
Jumlah
179
Organisasi dan SDM; Kelompok Simpay Tampomas. Karakteristik peternak yang akan dibahas adalah umur, pendidikan formal dan pendidikan non formal. Rata-rata usia peternak di kelompok ini adalah usia tua (60-79 tahun) (Tabel 4). Hal ini berarti sebagian besar peternak berada pada kisaran umur yang tidak produkif lagi. Jarang sekali generasi muda yang mau meneruskan usaha ternak kambing yang telah dirintis. Hal ini berimbas terhadap berkurangnya jumlah anggota yang tergabung pada kelompok. Tingkat pendidikan anggota kelompok peternak termasuk dalam kategori rendah yaitu sebesar 58,82% hanya lulus SD (Sekolah Dasar). Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor pendukung untuk kemajuan usaha ternak yang dijalankan. Namun, semangat yang dimiliki oleh peternak di kelompok Simpay Tampomas untuk mengikuti pelatihan dan penyuluhan dalam beragai bidang terkait peternakan dan pertanian mampu meningkatkan keterampilan dan kemajuan usaha. Peternak Simpay Tampomas telah memenangkan beberapa perlombaan. Karakteristik dari peternak kelompok Simpay Tampomas dapat dilihat pada Tabel 4. Data tersebut menunjukan bahwa lebih dari 50% petani responden
23
hanya menyelesaikan pendidikan dasar (SD). Namun, mereka aktif mengikuti pelatihan-pelatihan yang dilakukan oleh instansi terkait. Tabel 4. Karakteristik Peternak Kelompok Simpay Tampomas Karakteristik
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
20-29 thn
2
11,76
30-49 thn
3
17,65
40-59 thn
2
11,76
60-79 thn
10
58,82
SR (SD)
10
58,82
SLTP
2
11,76
SMA
5
29,41
Pelatihan
7
41,18
Penyuluhan
6
35,29
Kedua-duanya
4
23,53
Umur
Pendidikan Formal
Pendidikan Non Formal
Peternak kelompok Simpay Tampomas sebagian besar (76,47%) tidak menggunakan tenaga kerja upahan. Hal ini karena jumlah ternak kambing yang dipelihara belum dalam skala besar sehingga masih bisa hanya dengan tenaga kerja keluarga, selain itu bila menggunakan upah buruh memerlukan biaya yang mahal dengan rata-rata gaji per hari adalah Rp 35.000,00 untuk laki-laki dan Rp 20.000,00 untuk perempuan. Pada saat dibutuhkan ada peternak yang menggunakan tenaga kerja upahan untuk mencari rumput dan membersihkan kandang. Kegiatan memerah susu dilakukan oleh pemilik ternak. Pemerahan susu memang pekerjaan yang memerlukan keahlian, sehingga ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar kualitas susu terjaga maka dari itu peternak memilih melakukan sendiri dalam memerah susu. Organisasi dan SDM; Kelompok Tampomas Sejahtera. Karakteristik peternak kambing kelompok Tampomas Sejahtera yang akan dibahas dalam penelitian ini umur, pendidikan formal dan nonformal. Berdasarkan wawancara yang
24
dilakukan, sebagian besar peternak kambing masih berada pada kisaran umur produktif, hanya sekitar 10,53% yang berada pada kisaran umur tidak produktif yaitu berumur 60–79 tahun. Umur peternak merupakan salah satu faktor pendukung pengembangan usahaternak kambing yang dijalannya. Kelompok peternakan Tampomas Sejahtera merupakan kelompok ternak yang baru dibentuk sehingga masih banyak peluang yang bisa dikembangkan dengan peternak yang memiliki usia yang masih produktif. Bertambahnya umur menjadikan peternak semakin berpengalaman. Tabel 5. Karakteristik Peternak Kelompok Tampomas Sejahtera Uraian Jumlah Peternak (orang) Persentase (%) Umur 20 – 29 tahun
1
5,26
30 – 39 tahun
5
26,32
40 – 59 tahun
11
57,89
60 – 79 tahun
2
10,53
SD
18
94,74
SMP
0
0
SMA/SMK
1
5,26
Pelatihan
0
0
Penyuluhan
19
100
Keduanya
0
0
Pendidikan Formal
Pendidikan Non Formal
Tingkat pendidikan sesuai data pada Tabel 5, sebagian besar (94,74%) pendidikan peternak masih rendah yaitu lulusan Sekolah Dasar (SD). Tingkat pendidikan dapat berpengaruh terhadap penyerapan teknologi baru dan ilmu pengetahuan tentang usaha ternak kambing. Peternak dengan tingkat pendidikan rendah bisanya mengalami kesulitan dalam adaptasi teknologi, baik dalam hal budidaya maupun pasca produksi. Namun, peternak masih semangat untuk menambah pengetahuan dengan mengikuti penyuluhan (100%) yang diadakan oleh Dinas Peternakan Kabupaten Sumedang melalui kelompok ternak. Program
25
penyuluhan yang dilaksanakan ini diharapkan dapat membantu peternak dalam memperoleh informasi tentang tatacara beternak yang baik dan memudahkan peternak dalam mengaplikasikan teknologi yang ada ataupun yang baru sehingga dapat meningkatkan produksi dan akan berdampak pada kesejahteraan peternak. Karakteristik Proses Manajemen Pakan; Kelompok Simpay Tampomas. Pemberian pakan merupakan salah satu faktor yang penting dalam peternakan kambing. Pemberian pakan pada kelompok ternak ini dilakukan secara intensif yaitu diberikan setiap hari di dalam kandang dimana tempat pakan disajikan dalam palungan kandang. Pakan kambing di kelompok ternak Simpay Tampomas berupa hijauan dan konsentrat. Tetapi tidak semua peternak memberikan konsentrat hanya sebagian peternak yang memberi konsentrat yaitu sekitar 47,06% dari jumlah seluruh peternak. Jumlah pemberian pakan hijauan dari masing-masing peternak untuk ternaknya memiliki sistem yang berbeda. Jumlah pemberian pakan berdasarkan jenis kelamin dan umur kambing, berdasarkan 10% bobot badan, dan lebih banyak peternak memberikan pakan hijauan ad libitum. Jenis hijauan yang diberikan pada umumnya adalah gamal dan kaliandara, dengan frekuensi pemberian pakan hijauan di kelompok ternak ini terbanyak adalah sekitar 2-3 kali sehari. Pemberian pakan hijauan biasanya dilakukan pada pagi, siang, dan sore. Pemberian pakan pada pagi hari adalah sisa hijauan yang disabit pada hari sebelumnya, sedangkan untuk siang dan sore merupakan hijauan yang disabit pada hari tersebut. Peternakan di kelompok ternak Simpay Tampomas masih peternak tradisional, jadi dalam pemberian pakan kebanyakan peternak tidak ditimbang. Cara pemberian pakan dari kelompok ternak Simpay Tampomas dapat dilihat pada Tabel 6. Peternak pada kelompok peternak Simpay Tampomas memberikan pakan berupa rumput dan dedaunan, pemberiannnya dengan cara disabit (cut and carry). Proses penyabitan rumput dilakukan oleh pemilik ternak, hanya sekitar 23,53% yang menggunakan tenaga upahan. Pakan diperoleh dari daerah sekitar Gunung Tampomas karena sebagian besar peternak tidak memiliki lahan untuk penyedia rumput bagi ternak kambing.
26
Tabel 6. Sistem Pemberian Pakan pada Kelompok Simpay Tampomas. Karakteristik Jumlah (Orang) Persentase (%) Cara Mendapat Pakan Disabit sendiri
13
76,47
Disabit tenaga upah
4
23,53
Padang rumput di gunung
14
82,35
Padang rumput milik sendiri dan digunung
3
17,65
2 kali
8
47,06
3kali
8
47,06
4 kali
1
5,88
Diberi
8
47,06
Tidak beri
9
52,94
Tempat Mencari Rumput
Frekuensi Pemberian Hijauan
Konsentrat
Tersedianya air dalam jumlah yang memadai dengan kualitas baik juga akan mempengaruhi keberhasilan usaha ternak. Penyediaan air oleh peternak didapat dari air sumur. Jumlah sumur resapan yang ada sebanyak 2 unit, sedangkan sumur gali terdapat 3 buah, dan terdapat mata air dengan jarak sekitar 300 m dari area peternakan. Manajemen Pakan; Kelompok Tampomas Sejahtera. Pemberian pakan pada kelompok peternak Tampomas Sejahtera dilakukan secara intensif yaitu pakan diberikan setiap hari di dalam kandang dimana tempat pakan disajikan dalam palungan kandang. Pakan yang diberikan yaitu berupa hijauan dan konsentrat. Peternak memperoleh hijauan dengan cara menyabit sendiri, hanya satu orang peternak yang menggunakan tenaga kerja upahan untuk mencari hijauan. Berikut disajikan Tabel 7 karakteristik pemberian pakan pada kelompok peternak Tampomas Sejahtera.
27
Tabel 7. Sistem Pemberian Pakan pada Ternak Kelompok Tampomas Sejahtera Uraian Jumlah Peternak (orang) Persentase (%) Cara Mendapat Pakan Disabit sendiri
18
94,74
Disabit tenaga upah
1
5,26
Padang rumput di gunung
17
89,47
Kombinasi
2
10,53
2 kali
5
31,25
3 kali
10
62,50
5 kali
1
6,25
19
100
Tempat Mencari Rumput
Frekuensi Pemberian Pakan
Konsentrat Diberi
Data pada Tabel 7 menunjukkan bahwa peternak dalam mencarri rumput dilakukan di gunung (89,47%). Jenis hijauan yang diberikan antara lain adalah gamal, kaliandra, dan rumput lapang. Pemberian pakan dilakukan sebanyak 3 kali sehari (62,50%) yaitu pagi, siang, dan sore. Jumlah pakan yang diberikan pada ternak tidak terbatas, ternak kambing diberi hijauan sebanyak-banyaknya dengan penambahan konsentrat yang diperoleh dari pemerintah, jadi semua peternak (100%) memberikan konsentrat untuk kambingnya. Konsentrat diberi sekali dalam sehari dan tidak ada takarannya biasanya peternak dikelompok ini memberikan konsentrat sebanyak satu kaleng susu bayi atau sekitar 0,5 kg. Penyediaan air minum untuk ternak kambing didapat dari air sumur yang dibuat oleh peternak di daerah komplek kelompok peternak Tampomas Sejahtera. Manajemen Perkandangan; Kelompok Simpay Tampomas. Kandang memiliki arti penting dalam usaha ternak kambing. Kandang berfungsi sebagai tempat berlindung ternak dari hal-hal yang dianggap kurang menguntungkan. Kandang juga memudahkan peternak dalam pemberian pakan, dan pengawasan kesehatan ternak. Sistem pemeliharaan ternak kambing dilakukan secara intensif. Artinya aktifitas kambing mulai dari makan hingga pemerahan susu aktifitasnya
28
dilakukan di dalam kandang. Karakteristik perkandangan dari kelompok ternak Simpay Tampomas dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Sistem Perkandangan pada Kelompok Simpay Tampomas Karakteristik Jumlah (orang) Persentase (%) Status kandang Milik sendiri
16
94,12
Kerjasama
1
5,88
Genteng
14
82,35
Asbes
1
5,88
Fiber, genteng
2
11,76
Bambu
5
29,41
Semen, bambu
4
23,53
Tanah
8
47,06
Bambu
7
41,18
Papan kayu
3
17,65
Keduanya
7
41,18
Atap
Lantai
Dinding
Peternak memiliki kandang dengan konstruksi yang sederhana dan secara teknis cukup memadai. Kandang kambing pada kelompok peternak Simpay Tampomas ada yang berbentuk panggung dan ada yang beralaskan tanah atau semen (bukan panggung). Karakteristik perkandangan pada kelompok ternak Simpay Tampomas antar peternak tidaklah jauh berbeda. Jenis atap yang digunakan sebagaian besar adalah genteng, bahan lantai cukup beragam, dan bahan dinding terbuat dari bambu dan papan kayu. Kandang kambing pada kelompok peternak Simpay Tampomas memiliki ventilasi yang cukup sehingga sinar matahari dan angin cukup didapat oleh ternak. Kebersihan kandang juga selalu terjaga oleh peternak karena kandang dibersihkan setiap hari. Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa apapun tipe kandangnya, kandang harus mendapat cukup sinar matahari, ventilasi baik dan mudah dibersihkan.
29
Bahan kandang dapat terbuat dari rumbia dan bambu yang murah. Namun, agar lebih kokoh dapat menggunakan bahan-bahan seperti semen dan atap logam. Lokasi kandang juga terletak cukup jauh dari jalan raya sehingga baik untuk untuk ketenangan ternak kambing. Ukuran rata-rata luas kandang per anggota adalah 40 m2 (4 m x 10 m). Namun, menurut Williamson dan Payne (1993) ukuran kandang untuk anak kambing adalah 1,8 m x 1,8 m x 1,2 m sedangkan untuk kambing dewasa adalah 2,4 m x 1,8 m. Tipe kandang panggung digunakan untuk mengandangkan kambing secara intensif dalam kandang individual dengan ukuran 0,75 m x 4,5 m x 4,8 m (Devendra dan Burns, 1994). Berikut adalah gambar kandang dari kelompok Simpay Tampomas dan Tampomas Sejahtera.
(b)
(a)
Gambar 3. (a) Kandang Kelompok Simpay Tampomas, (b) Kandang Kelompok Tampomas Sejahtera. Manajemen Perkandangan; Kelompok Tampomas Sejahtera. Sistem pemeliharaan ternak kambing di kelompok Tampomas Sejahtera dilakukan secara intensif. Kandang berbentuk panggung dengan lantai kandang terbuat dari papan kayu
(84,21%).
Bentuk
kandang
panggung
akan
mempermudah
dalam
membersihkan kotoran ternak. Beberapa syarat yang harus dimiliki oleh kandang yang baik antara lain adalah memiliki sistem ventilasi yang baik. Kandang kambing di Kelompok Tampomas Sejahtera memiliki ventilasi yang cukup baik terlihat dari banyaknya rongga udara di kandang. Udara kandang yang kotor sehingga bisa mudah keluar berganti dengan udara bersih yang ada diluar karena ventilasi yang baik. Hal ini juga didukung dinding kandang yang bahannya terbuat dari bambu,
30
papan kayu, dan perpaduanya. Pada Tabel 9 dapat dilihat informasi tentang karekteristik kandang kambing kelompok peternak Tampomas Sejahtera. Tabel 9. Sistem Perkandangan pada Kelompok Tampomas Sejahtera Uraian
Jumlah Peternak (orang)
Persentase (%)
Milik sendiri
19,00
100
Kerjasama
0,00
0
Genteng
17
89,47
Asbes
1
5,26
Asbes, genteng
1
5,26
Bambu
6
31,58
Papan kayu
7
36,84
Keduanya
6
31,58
Bambu
3
15,79
Papan kayu
16
84,21
Status Kandang
Atap
Dinding
Lantai
Bahan dinding kandang yang memiliki cukup banyak rongga membuat sinar matahari dapat masuk dengan baik ke dalam kandang. Sinar matahari ini berguna untuk mejaga kesehatan kambing dengan membunuh bakteri-bakteri yang ada di kandang kambing sehingga kesehatan kambing dapat terjaga. Jenis atap yang dipilih peternak untuk kandang kambing sebagian besar adalah genteng (89,47%). Konstruksi kandang pada kelompok masih cukup sederhana dan antar peternak tidak ada perbedaan yang cukup berarti. Ukuran kandang di kelompok ini relatif kecil karena kepemilikan ternak kambing yang relatif sedikit yaitu 3–15 ekor. Jarak antar kandang yang dimiliki peternak yang satu dengan peternak yang lain sangat dekat karena kandang kambing dibangun di tanah desa. Kandang adalah milik peternak sehingga jika nanti usahaternak kambing berkembang diperlukan kandang dan area yang lebih luas lagi.
31
Manajemen Perkawinan Ternak; Kelompok Simpay Tampomas. Sistem perkawinan ternak pada kelompok peternak Simpay Tampomas dilakukan secara alami artinya proses perkawinan menggunakan kambing pejantan yang dimiliki atau dapat menggunakan kambing pejantan dari peternak lain. Walaupun sudah ada IB kambing di Kabupaten Sumedang namun dengan pelaksanaannya belum optimal. Ketersediaan semennya juga belum memadai. Karakteristik sistem reproduksi dari kelompok ternak Simpay Tampomas dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Karakeristik Reproduksi Ternak Kelompok Simpay Tampomas Karakteristik Jumlah (Orang) Persentase (%) Asal bakalan Membeli dari peternak lain
12
70,59
Kelompok
2
11,76
Peternak lain dan pasar hewan
2
11,76
Hasil anakan
1
5,88
Milik Sendiri
11
64,71
Milik peternak lain
5
29,41
Keduanya
1
5,88
Perkawinan
6
35,29
Perkawinan, produksi susu
1
5,88
4
23,53
1
5,88
5
29,41
Asal Pejantan
Aspek Produksi yang dicatat
Perkawinan, produksi susu, bobot anak Perkawinan, tanggal lahir Tidak ada yang dicatat
Peternak kelompok Simpay Tampomas sebagian besar yaitu sebanyak 64,71% menggunakan pejantan yang dimiliki sendiri untuk perkawinan. Perkawinan sangat diperhatikan oleh peternak pada kelompok ini karena dari banyak aspek, perkawinan lebih banyak dicatat oleh peternak yaitu sebanyak 35,29%. Kambing bakalan pada kelompok peternak ini berasal dari peternak lain (70,59%). Awal mula beternak bakalan diperoleh di daerah Kaligesing. Ternak kambing pada kelompok peternak Simpay Tampomas rata-rata pertama birahi pada umur 10 bulan, dan dikawinkan
32
pertama pada umur 10 bulan itu juga. Ternak mulai memiliki keturunan/anak lahir pada umur 15 bulan dengan rata-rata kebuntingan 5 bulan dengan umur sapih adalah 3 bulan. Rata-rata jumlah anak yang lahir per induk adalah 1–2 ekor. Manajemen Perkawinan Ternak; Kelompok Tampomas Sejahtera. Sistem perkawinan ternak kambing di lokasi penelitian dilakukan secara alami. Kambing pejantan yang digunakan biasanya dipinjam dari peternak lain atau pejantan yang dimiliki oleh kelompok. Pelaksanaan IB pernah dilakukan dikelompok ini namun tidak berhasil. Selama pemeliharaan ternak aspek yang dicatat oleh peternak biasanya adalah aspek perkawinan. Tanggal kawin, pejantan dan induk mana yang dikawinkan. Beberapa keunikan diterapkan oleh peternak yaitu memberi nama setiap kambing yang dipelihara sehingga lebih mudah untuk mengingat dan mencatat saat perkawinannya. Ternak kambing kelompok Tampomas Sejahtera birahi pada umur 13 bulan dan dikawinkan pertama kali pada umur 14 bulan dengan lama bunting 6 bulan dan umur sapih adalah 5 bulan. Terdapat perbedaan umur kawin antara ternak kelompok Tampomas Sejahtera dan Simpay Tampomas yaitu pada kelompok Tampomas Sejahtera baru dikawinkan pada umur 14 bulan sedangkan ternak kelompok Simpay Tampomas dikawinkan pada umur 10 bulan. Perbedaan tersebut diakibatkan karena pakan yang diberikan berbeda kualitasnya sehingga berakibat kurangnya nutrisi pada ternak dan hal ini berimbas pada umur birahi yang terlambat. Hal ini perlu diperhatikan karena dapat berakibat pada produksi kelompok Tampomas Sejahtera yang rendah. Manajemen Penanganan Penyakit; Kelompok Simpay Tampomas. Ternak kambing juga harus dijaga kesehatannya agar tetap mampu berproduksi dengan baik. Jika tidak, dapat menyebabkan kerugian yang sangat besar. Penanganan kesehatan ternak adalah salah satunya dengan membersihkan kandang setiap hari dan bila perlu dilakukan vaksinasi. Memandikan ternak juga bisa menjadi alternatif dalam menjaga kesehatan karena dengan dimandikan kutu atau jamur yang ada pada ternak bisa hilang. Penyakit-penyakit yang biasa menyerang kambing PE di kelompok Simpay Tampomas antara lain scabies, diare, lumpuh, flu, sakit mata, dan ayan. Penanganan penyakit-penyakit tersebut para peternak menggunakan baik obat tradisional dan juga 33
obat kimia. Obat tradisional yang biasa digunakan seperti daun nangka, oli bekas, daun bambu, dan air kelapa. Obat kimia yang biasa diberikan adalah obat-obatan yang beredar dipasaran (obat warung) atau memanggil mantri hewan. Manajemen Penanganan Penyakit; Kelompok Tampomas Sejahtera. Kesehatan kambing perlu dijaga agar berproduksi dan reproduksi secara optimal. Kondisi lingkungan, pakan, dan sistem pemeliharaan ternak akan mempengaruhi kondisi kambing. Pencegahan penyakit juga dilakukan dengan membersihkan kandang setiap hari. Kambing yang sakit perlu segera ditangani agar tidak menular kepada kambing lain. Penyakit yang biasanya menyerang ternak kambing di kelompok Tampomas Sejahtera adalah scabies, diare, flu, dan
batuk. Penanganan penyakit-penyakit
tersebut dilakukan baik secara tradisional maupun dengan obat kimia. Obat tradisional yang biasa digunakan adalah oli bekas yang biasanya digunakan untuk scabies, daun nangka untuk diare. Obat kimia yang digunakan adalah obat-obatan yang beredar dipasaran. Kelompok ini juga mendapat bantuan obat-obatan dari pemeritah dan bantuan pengobatan dari mantri hewan. Karakteristik Output Hasil yang diperoleh oleh kelompok peternak Simpay Tampomas antara lain ternak kambing, susu, kotoran ternak, dan hasil dari usaha sampingan yaitu buah naga. Namun, pada kelompok peternak Tampomas Sejahtera hasil yang diperoleh adalah ternak kambing dan kotoran ternak saja. Kelompok Tampomas Sejahtera belum memproduksi susu karena usaha ternak yang dijalankan baru pada tahap pembibitan dan penggemukan. Analisa Pendapatan Kelompok Simpay Tampomas Penerimaan pada kelompok peternak Simpay Tampomas berasal dari penjualan ternak kambing, nilai tambah ternak, penjualan kotoran, pejualan susu, dan penjualan buah naga. Selama penelitian, penerimaan pada kelompok peternak ini masih banyak diandalkan dari penjualan ternak kambing karena belum semua peternak ternak kambingnya menghasilkan susu. Pengeluaran peternak pada kelompok peternak Simpay Tampomas antara lain adalah untuk pakan, tenaga kerja, biaya operasional, dan obat-obatan. 34
Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan pengeluaran. Pendapatan kotor usahatani didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual maupun yang tidak dijual (Soekartawi et al., 1986). Analisa pendapatan kelompok Simpay Tampomas dilakukan dengan membagi dalam tiga skala usaha atau jumlah kepemilikan ternak yaitu kepemilikan kurang dari 10 ekor, 10 sampai 20 ekor, dan lebih dari 20 ekor. Hasil analisa pendapatan kelompok Simpay Tampomas dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Rata-rata Pendapatan Peternak Simpay Tampomas Berdasarkan Kepemilikan Ternak Skala Usaha (Ekor) <10 10 -- 20 >20
Responden (Orang) 2 10 5
Rata-rata Jumlah Ternak (Ekor) 6 14 43
Rata-rata Pendapatan (Rp) -10.512.566,5 -9.223.128,3 7.154.620
Data tersebut menunjukkan bahwa pada skala usaha kurang dari 10 ekor dan 10 sampai 20 ekor nilai rata-rata pendapatan peternak bernilai negatif, sedangkan pada skala usaha lebih dari 20 ekor rata-rata pendapatan peternak bernilai positif, artinya skala tersebut menguntungkan. Hasil analisa pendapatan peternak Simpay Tampomas secara keseluruhan adalah (-Rp 4.557.842,118). Rata-rata pendapatan peternak bernilai negatif karena kondisi antara peternak satu dengan yang lain sangat berbeda. Ada peternak yang memiliki pendapatan tinggi tetapi ada peternak yang pendapatnya sangat rendah bahkan negatif. Beternak bukan merupakan usaha pokok bagi beberapa peternak pada kelompok ini sehingga ketika pendapatan dalam beternak rendah atau bernilai negatif maka kurang berpengaruh karena ternak hanya digunakan sebagai tabungan. Namun, jika peternak akan menambah skala usaha maka akan terjadi peningkatan pendapatan. Pendapatan dapat ditingkatkan bila peternak memiliki ternak sejumlah kurang lebih 40 ekor. Berikut disajikan grafik proyeksi rata-rata pendapatan peternak untuk 5 tahun mendatang.
35
Gambar 4. Proyeksi Rata-rata Pendapatan Peternak Kelompok Peternak Simpay Tampomas. Analisa Kelayakan Finansial Kelompok Simpay Tampomas Kelayakan finansial usahaternak kambing pada kelompok peternak Simpay Tampomas dapat dilihat pada Tabel 12. Perencanaan usaha untuk melakukan analisis finansial ini menggunakan beberapa asumsi dengan mengacu pada kondisi di kelompok peternak Simpay Tampomas dan teori yang mendukung. Kriteria penilaian kelayakan investasi menggunakan metode Net Present Value (NPV), metode Net B/C Ratio dan metode Internak Rate of Return (IRR) (Kadariah et al., 1999). Tingkat diskonto yang digunakan dalam analisis ini adalah sebesar 8% per tahun berdasarkan suku bunga deposito Bank Indonesia. Tabel 12. Kelayakan Finansial Usaha Ternak Kambing di Kelompok Peternak Simpay Tampomas Skala Usaha (ekor)
Responden (orang)
NPV (Rp)
B/C Rasio
IRR
2
Rata-rata Jumlah Ternak (ekor) 6
<10
-24575425
0,439
-10%
10 - 20
10
14
9311731
1,692
18%
>20
5
43
22292034
1,710
23%
36
Hasil analisa dilakukan pada tiga skala usaha yaitu yang melibatkan kepemilikan kambing kurang dari 10 ekor, antara 10 sampai 20 ekor, dan lebih dari 20 ekor. Hasil analisis menunjukan bahwa pada skala usaha kurang dari 10 ekor tidak layak untuk dijalankan karena nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%. Pada skala usaha 10–20 ekor dan lebih dari 20 ekor, usaha ternak layak untuk dijalankan. Usaha ternak layak untuk dijalankan ketika nilai NPV lebih dari sama dengan nol, nilai B/C rasio lebih dari satu, dan nilai IRR lebih dari tingkat diskonto yakni 8%. Usaha ternak Kelompok Simpay Tampomas memiliki nilai NPV, B/C rasio, dan nilai IRR tertinggi pada skala usaha lebih dari 20 ekor.
37
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Usaha ternak kambing kelompok Simpay Tampomas dan Tampomas Sejahtera berdasarkan komponen dan variabel input, proses, dan output, usaha bersifat semi tradisional. Ternak di kandangkan dengan sistem pemberian pakan yang tidak terbatas, manajemen reproduksi, pakan, termasuk manajemen kesehatan masih tergolong sederhana. Analisis kelayakan finansial usaha ternak kambing hanya dilakukan pada kelompok Simpay Tampomas. Hasil analisa menunjukkan bahwa semakin besar skala usahanya, semakin tinggi keuntungan ditandai dengan nilai NPV, B/C rasio, dan IRR yang tinggi. Pada skala usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV (-Rp 24.575.425), B/C rasio 0,439, dan IRR (-10%). Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai NPV Rp 22.292.034, B/C rasio 1,710, dan IRR 23%. Saran Peningkatan skala usaha agar keuntungan yang diperoleh dapat meningkat didukung perbaikan manajemen pemeliharaan dan sistem pemberian pakan berdasarkan umur agar diperoleh produksi yang optimal.
38
UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur dipanjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala anugerah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada: Ibu, Ayah, dan Kakak tercinta untuk doa, nasihat, dukungan, dan kasih sayang yang begitu berlimpah. Ibu Dr. Ir. Asnath M Fuah, M.S dan Almarhum Bapak Ir. Dwi Joko Setyono, MS sebagai dosen pembimbing skripsi atas bimbingan dan nasihat yang telah diberikan dari awal penyusunan proposal hingga selesainya skripsi ini. Bapak Ir. Maman Duldjaman, MSi dan Ir. Andi Murfi M.Si sebagai dosen pembimbing akademik atas nasihat dan dukungan yang diberikan selama di Fakultas Peternakan. Ibu Ir. Sri Darwati, MSi sebagai dosen pembahas seminar, panitia seminar, dan panitia sidang. Dr. Ir. Henny Nuraini, M.Si dan Ir. Kukuh Budi Satoto, MS sebagai dosen penguji. Keluarga Bapak Uha Juhari, Pak Engkos, dan keluarga Bapak Taryan, terima kasih atas keramahan dan bantuan yang telah diberikan penulis saat melaksanakan penelitian. Seluruh anggota kelompok Simpay Tampomas dan Tampomas Sejahtera atas bantuan dan keramahan yang telah diberikan saat penelitian. Teman – teman satu penelitian : Nia Nuzul, Anni Nur Atiqoh, Euis Widaningsih, Hendro Siswoyo, dan Wawan Dwi Aprianto yang telah berjuang bersama selama kegiatan penelitian. Teman –temanku : Siska Yoka, Komala Herarti, Indah, Ika, Lely, Dinis dan teman – teman IPTP 45 yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuan, dukungan, dan kebersamaan yang diberikan. Sahabat sahabat satu kontrakan : Gita Widya, Binti Nur Azizah, Laela Nur Baity, dan Ana Widyawati atas dukungan, bantuan dan persaudaraan selama ini. Sahabat– sahabatku: Galuh Hanifatiha, Diah Rahmi Adiyanti, Wuri Setyani, Radini Ayu Pratiwi, Muti Relegi, Muhammad Rifkiaansyah, dan Abdulrahman Halim atas dukungan, bantuan, dan kebersamaan selama ini. Teman–teman pimpinan BEMKM IPB dan teman-teman KLH BEMKM IPB Kabinet Berkarya atas dukungan dan bantuannya. Akhirnya disampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantun dan dukungan kepada penulis yang tidak dapat disebutkan satu-satu. Bogor, April 2013 Penulis
39
DAFTAR PUSTAKA Ardia, W. A. 2000. Analisis pendapatan usaha ternak kambing perah peranakan etawah. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Industri Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Atabany, A. 2001. Studi kasus produktivitas kambing Peranakan Etawah dan kambing Saanen pada peternakan kambing perah Barokah dan PT. Taurus Dairy Farm. Tesis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Atabany, A., I. K. Abdulgani, A. Sudono, & K. Mudikdjo. 2001. Performa produksi, reproduksi dan nilai ekonomis kambing Peranakan Etawah di peternakan Barokah. Met. Pet. 24(2). Badan Pusat Statistik. 2011. Populasi Ternak Indonesia. Badan Pusat Statistik, Jakarta. Badan Pusat Statistik Sumedang. 2010. Kabupaten Sumedang Dalam Angka Tahun 2010. Badan Pusat Statistik Sumedang, Sumedang. Badan Standardisasi Nasional. 2008. Bibit Kambing Peranakan Etawah. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta. Devendra, C & M. Burns. 1994. Produksi Kambing Di Daerah Tropis. Terjemahan: IDK Harya Putra. ITB, Bandung. Direktorat Jenderal Peternakan. 2012. Statistik peternakan. http://ditjennak.deptan.go.id/index.php?page=statistikpeternakan&action=in fo [18 April 2012]. Direktorat Jenderal Peternakan. 2010. Produksi susu masih rendah. http://ditjennak.deptan.go.id/index.php?page=berita&action=detail&idberita =197 [18 April 2012]. Food and Agriculture Organitation. 2012. Small scale food processing – A guide appropriate equipment. http://www.fao.org/WAIRdocs/x5434e0d.htm [18 April 2012]. Gall, C. 1981. Goat Production. Academic Press, London, New York, Toronto, San Francisco, Sydney. Gitingger J P.1968. Analisis Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Penerjemah: Slamet Sutomo & Komet Manggiri. Universitas Indonesia press, Jakarta. Kadariah, L. Karlina, & C. Gray. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Universitas Indonesia press, Jakarta. Mason, I. L. 1981. Wild Goats and Their Domestication. In : C. Gall (Eds.). Goat Production. Academic Press, London, New York, Toronto, San Francisco, Sydney.
40
Novita, C. I., A. Sudono, I. K. Sutama, & T. Toharmat. 2006. Produktivitas kambing peranakan Etawah yang diberi ransum berbasis jerami padi fermentasi. Media Peternakan. 29: 96 – 106. Nurmalina, R., T. Sarianti, & A. Karyadi. 2010. Studi Kelayakan Bisnis. Departemen Agribisnis FEM-IPB, Bogor. Pass, C. & B. Lowes. 1994. Kamus Lengkap Ekonomi. Erlangga, Jakarta. Pemerintah Kabupaten Sumedang. 2012. Geografis Sumedang. http://www.sumedangkab.go.id/index.php?option=com_content&view=artic le&id=58&Itemid=64 [18 Juli 2012]. Prihatini, W. 2008. Analisis prospek dan strategi pengembangan usahaternak kambing Peranakan Etawah (PE) di pondok pesantren modern sahid gunung menyan bogor. Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sarwono, B. 2009. Beternak Kambing Unggul. Penebar Swadaya, Jakarta. Simanjuntak, P. J. 1985. Pengantar Ekonomi Sumberdaya Manusia. Lembaga Penelitian, Jakarta. Sodiq, A. & Z. Abidin. 2008. Meningkatkan Produksi Susu Kambing Peranakan Etawah. Agromedia Pustaka, Jakarta. Soekartawi, A., Suharja, J.L., Dillon & Hardaker. 1986. Ilmu Usaha Tani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. UI- Press, Jakarta Suparmoko. 1992. Ekonomika Untuk Manajer BPFE, Yogyakarta Williamson, G & W. J. A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Terjemahan : D. Darmaja. UGM Press, Yogyakarta.
41
LAMPIRAN
42
Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Nomor
:
Nama Pewawancara : Tanggal
:
Desa
:
I.
DENTITAS RESPONDEN 1. Nama
: ..........................................................................
2. Umur
: ..........................................................................
3. Alamat Tempat Tinggal : .......................................................................... ........................................................................... ........................................................................... 4. Pendidikan Terakhir yang perbah saudara ikuti: a. Tidak sekolah b. SD/ sederajat (selama ......... tahun) c. SLTP/sederajat (selama .......... tahun) d. SMU/ sederajat (selama ........... tahun) e. Perguruan Tinggi (selama ........... tahun) 5.
Tingkat pendidikan informal bidang peternakan yang pernah saudara ikuti Kegiatan
Lama Pendidikan ( hari/ bulan/ tahun)
Keterangan
Kursus Pelatihan Penyuluhan Lainnya 6.
Apa tujuan anda beternak? a. Tabungan b. Produksi anak c. Bibit d. Penggemukan e. Penghasil pupuk dan tenaga kerja pertanian f. Warisan
43
g. Lain-lain .............................................................................................
7. Jumlah Anggota Keluarga : .........................................................................
II.
8.
Pendapatan dari Beternak Kambing Perah per Tahun : Rp..........................
9.
Pendapatan Usaha Lain Per Tahun
: Rp ..........................
DATA TERNAK 1. Jenis dan Jumlah Ternak a. Sapi
: .................................................................. ekor
b. Kerbau
: .................................................................. ekor
c. Kambing
: .................................................................. ekor
d. Lain – lain
: .................................................................. ekor
2. Jumlah Ternak yang Dipelihara Ternak kambing Kambing induk laktasi - Bunting - Tidak bunting Kambing induk kering - Bunting - Tidak bunting Dara - Bunting - Tidak bunting Jantan - Muda - Anak Betina - Anak Kambing cacat/ afkir
Jumlah (ekor)
3. Status Kepemilikan Kambing a. Milik Sendiri
: ................................ ekor
b. Gaduhan (Bagi Hasil)
: ................................ ekor
Persentase bagi hasil
: ...............% peternak, ...........% pemilik
4. Jumlah Tenaga Kerja yang ada di Peternaka
44
a. Anggota Keluarga Laki-laki
: .......................................... orang
Wanita
: .......................................... orang
Anak-anak
: .......................................... orang
b. Buruh
III.
Laki-laki
: ..................................... orang
Wanita
: ..................................... orang
Anak-anak
: ..................................... orang
DATA TERNAK KAMBING DAN PRODUKTIVITAS 1. Mulai beternak kambing sejak tahun
: ......................................
2. Bangsa kambing yang dipelihara
: ......................................
3. Asal bibit ternak yang diusahakan selama setahun terkhir 4. Jumlah ternak pertama kali pemeliharaan
: ......................................
5. Pertambahan ternak satu tahun terakhir
: ......................................
6. Umur kambing pertama birahi
: ......................................
7. Umur kambing pertama kali dikawinkan
: ......................................
8. Umur kambing betina beranak pertama
: ......................................
9. Selang Beranak
: .....................................
10. Umur Kambing disapih
: ......................................
11. Darimana saudara memperoleh pejantan unggul ? - Milik sendiri - Milik orang lain - Keduanya - Lainnya.............. 12. Apakah saudara sudah menggunakan teknologi inseminasi buatan (IB)? a. tidak
b. Ya, siapa yang melakukannya ..................... ...............................................................
13. Berapa kali rata-rata melakukan IB untuk setiap keberhasilan ternak untuk bunting : ........................kali
14. Kejadian Distokia (kesulitan beranak)
: pernah / tidak
45
Cara mengatasi
: .............................................................. ............................................................... ................................................................ ................................................................
15. Kematian
: pernah / tidak
a. jantan
: ................... ekor
b. betina
: ................... ekor
c. cempe : - betina
: .................... ekor
- jantan
: .................... ekor
Penyebab
: ............................................................... ................................................................
16. Kendala dalam pemeliharaan kambing perah .................................................................................................................. ................................................ ................................................................
IV.
PAKAN TERNAK 1. Bagaimana cara memperoleh pakan (hijauan)? a. Disabit oleh pemilik sendiri b. Disabitkan oleh tenaga kerja upahan c. Lainnya, sebutkan...................................................................................... 2. Darimana biasanya saudara memperoleh hijauan makanan ternak? a. Padang rumput/lahan pertanian milik sendiri (berapa...................................m2 / Ha) Rumput / legum/ pohon apa yang ditanam? 1). Rumput Gajah 2). Rumput Lapang 3). .......................... 4). ..........................
Apakah rumput yang ditanam mencukupi baik musim kemarau
maupun penghujan? Ya / tidak. Jika tidak, darimana saudara mendapatkan hijauan tambahan?
46
-
Membeli, berapa kg/ikat? (Rp ............................................./kg/ikat.............)
-
Lainnya .................................................................
b. Padang rumput/lahan pertanian milik orang lain c. Kombinasi a dan b d. Lainnya, sebutkan ................................
3. Berapa frekuensi pemberian hijauan ............... kali/hari (pukul berapa saja?.........................., ................................, ............................... Jenis Hijauan yang diberikan
Jumlah pemberian hijauan (kg) IL
D
IK
Biaya hijauan (Rp/kg) C
Keterangan : IL = Induk Laktasi D = Dara IK = Induk Kering C = Cempe 4. Apakah saudara menggunakan alat transportasi untuk mengangkut rumput dan mengantar susu? Ya/tidak Alat transportasi
Jumlah (buah)
Tahun pembelian
Umur ekonomis
Biaya pembelian (Rp)
Biaya transportasi/hari (Rp)
Mobil - Colt - Truk motor
5. Apakah saudara juga memberikan pakan penguat (konsentrat)? Ya/tidak
47
Jika ya, berapa frekuensi pemberian konsentrat dalam satu hari? .....kali, sebanyak...............kg, waktu (pukul)............., ...................., ................. 6. Sumber air untuk ternak : a. sumur b. sungai c. PDAM d. Lain-lain, ...............................
V.
TATA LAKSANA 1. Bagaimana mendapat bakalan atau bibit a. Membeli dari pasar hewan b. Membeli dari peternak lain c. Meminta peternak atau petani lain untuk berinvestasi d. Lain-lain ............................................................................................. 2. Aspek apa yanag anda catat selama ini untuk melihat tingkat produktivitas? a. Manajemen perkawinan (sifat reproduksi) b. Performans anak yang dilahirkan c. Sifat produksi d. Pertambahan bobot badan e. Tidak ada yang dicatat 7. Penyakit (selama satu tahun)
Jenis penyakit
o
pengobatan
Biaya pengobatan
keterangan
Berapa biaya vaksin selama satu tahun untuk ternak kambing yang saudara pelihara ? Rp............................................./ternak Jenis vaksin..............................................
8. Bagaimana cara mengobati
: ............................................................... 48
................................................................ 9. Apakah ternak saudara digembalakan: ya / tidak Jika iya, ..... a. Tempat dilepaskan di : ............................................................... b. Jarak dari kandang
: ...............................................................
10. Jarak mantri kesehatan ke lokasi peternakan : ...................................... 11. Adakah sumber informasi mengenai tata cara beternak kambing ? ya /tidak Jika ya, dari mana ..................................................................................... 12. Bentuk bantuan yang pernah di dapatkan dari pemerintah atau instansi lain?
VI.
PERKANDANGAN 1. kepemilikan kandang a. milik sendiri
b. Menyewa (biaya sewanya? Rp............./...........)
2. perincian kandang yang digunakan : a. Luas kandang : ...........m2 b. jumlah kandang: 1. .................m2(untuk ternak kambing :....................) 2. .................m2 (untuk ternak kambing : ..................) 3. .................m2 (untuk ternak kambing : ..................) 4. .................m2 (untuk ternak kambing : ..................) c. jarak kandang dari rumah pemilik : ..............m2 d. atap : genteng/seng/rumbia/asbes/lainnya............................
VII.
e. dinding
: papan kayu/tembok/bambu/lainnya...........................
f. lantai
: papan kayu/semen/beton/bambu/lainnya...................
KEPEMILIKAN LAHAN 1. Berapa total luas lahan yang saudara miliki : ......................m2 2. Berapakah luas lahan/tanah yang saudara pergunakan untuk : a. tempat tinggal/rumah
:...................................m2
b. kandang
: ..................................m2
c. pekarangan
: ..................................m2
49
d. lahan hijauan
: ..................................m2
e. lainnya .....................
: ..................................m2
VIII. PEMASARAN PRODUKSI ATAU HASIL USAHA PETERNAKAN 1. Kepada siapa anda menjual susu? 2. Siapakah yang menentukan harga jual susu? 3. Apakah susu yang terjual diantar atau pembeli datang langsung ke peternakan? 4. Apakah yang saudara lakukan jika ternak kambing tidak dapat menghasilkan susu lagi? 5. Kemana biasanya saudara menjual ternak kambing perah? 6. Siapakah yang menentukan harga jual ternak kambing perah? 7. Alasan apa yang membuat saudara menjual ternak kambing perah? a. Membutuhkan uang tunai b. Ternak sudah tidak produktif c. Lainnya,................................ 8. Berapa harga jual ternak kambing perah cacat (afkir)?...............................(Rp/ekor) 9. Kepada siapa saudara menjual kotoran ternak ?.................................... 10. Dalam memasarkan produksi apakah mengikuti informasi pasar? a. Selalu mengikuti perkembangan pasar b. Kalau perlu saja mengikuti informasi pasar c. Tidak pernah mengikuti informasi pasar Alasan : ................................................................................................ ............................................................................................
IX. PENDAPATAN USAHA TERNAK 1. berapa total penjualan ternak kambing saudara selama satu tahun terakhir Ternak kambing jumlah Nilai (Rp) Induk (ekor) Dara (ekor) Cempe (ekor)
50
Total
2. Berapa total produksi susu yang dihasilkan setiap hari? Ternak kambing
Produksi susu hari itu
Jumlah produksi susu (liter) max min
Frekuensi pemerahan /hari
umur
Laktasi ke-
Ternak kambing 1 Ternak kambing 2 Ternak kambing 3 Ternak kambing 4 Ternak kambing 5 Ternak kambing 6 Ternak kambing 7 Ternak kambing 8 Ternak kambing 9 Ternak kambing 10 3. penjualan susu segar dan fases kambing perah Penjualan Jumlah Frekuensi (kali) Penjualan susu
..............liter
............./hari
Penjualan fases
.............kg
............../........
4. Perincian penggunaan susu Bulan Dikonsumsi tidak tunai (liter) Anak Pemilik kambing (cempe) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember
Harga (Rp)
keterangan
Penjualan tunai (liter) KUD
Non KUD
51
Desember Total (Rp) VII.
JUMLAH BIAYA
1. Biaya Investasi a. Tanah : Rp ................. / m2 b. Perkandangan Jenis bangunan
Jumlah Kapasitas Tahun Usia Biaya (buah) (ekor) pembuatan ekonomis Pembuatan (tahun)
Kandang Induk Kandang Pedet Gudang Penampungan fases ...................... .....................
Berapa biaya total pembuatan kandang
: Rp................................
c. Peralatan Dan Perlengkapan jenis umur pakai > 1 tahun arit sekop cangkul Milk can Pemotong kuku kambing
Jumlah
harga satuan (Rp)
Cooling unit ........................ ........................ ........................
52
jenis Umur pakai < 1 tahun Sepatu boot ember sikat Sapu lidi Selang (........meter) Saringan kain Sarung tangan .................... ...................... .....................
Jumlah
Harga satuan (Rp)
Berapa total biya pembelian peralatan dan perlengkapan: Rp ........................
2. Biaya Operasional a. Pakan hijauan
: ..................kg/karung/hari/ekor Rp................................
Konsentrat
: ..................kg/karung/hari/ekor Rp................................
Pakan tambahan : ....................................................................................... ............................................................................................... b. Tenaga kerja Laki-laki
: Rp .................. /menit/hari
Wanita
: Rp ................../menit/hari
Anak – anak : Rp ................./menit/hari c. Obat-obatan 1. obat cacing
: Rp .........................
2. obat kembung
: Rp ........................
3. obat mencret
: Rp .......................
4. obat tetes mata
: Rp ........................
5. Lain-lain
: Rp ........................
d. Perkawinan/IB .........................
kali/tahunRp.........................................
53
e. Pajak - Listrik
: Rp ........................... /bulan
- Air
: Rp .......................... /bulan
- PBB
: Rp .......................... /tahun
- Lain – lain
: Rp .........................
f. Transportasi
: Rp ......................
Responden
(..........................................)
54
Lampiran 2. Hasil Proyeksi Ternak Kelompok Simpay Tampomas (ekor) Peternak
Ternak
1 betina anak betina muda betina dewasa jantan anak jantan muda jantan dewasa Jumlah 2 betina anak betina muda betina dewasa jantan anak jantan muda jantan dewasa Jumlah 3 betina anak betina muda betina dewasa jantan anak jantan muda jantan dewasa Jumlah 4 betina anak betina muda betina dewasa jantan anak jantan muda jantan dewasa Jumlah 5 betina anak betina muda betina dewasa jantan anak jantan muda jantan dewasa Jumlah 6 betina anak betina muda
2011 6 2 1 4 2 1 16 6 1 1 3 0 6 17 4 2 3 1 2 1 13 4 3 27 3 11 0 48 1 3 3 1 4 1 13 0 1
2012 1 6 3 1 4 3 18 1 6 2 1 3 6 19 2 4 5 2 1 3 17 13 4 29 13 3 11 73 2 1 6 2 1 5 17 1 0
Tahun 2013 2014 3 5 1 3 9 10 3 5 1 3 7 8 24 34 2 4 1 2 8 9 2 4 1 2 9 10 23 31 5 5 2 5 9 11 5 5 2 5 4 6 27 37 26 15 13 26 32 44 26 15 13 26 14 27 124 153 6 4 2 6 7 9 6 4 2 6 6 8 29 37 3 2 1 3
2015 9 5 13 9 5 11 52 8 4 11 8 4 12 47 10 5 16 10 5 11 57 40 15 69 40 15 52 231 8 4 15 8 4 14 53 4 2
2016 6 9 18 6 9 16 64 6 8 15 6 8 16 59 7 10 21 7 10 16 71 32 39 82 32 39 66 290 7 8 19 7 8 18 67 4 4
55
7
8
9
10
11
12
betina dewasa jantan anak jantan muda jantan dewasa Jumlah betina anak betina muda betina dewasa jantan anak jantan muda jantan dewasa Jumlah betina anak betina muda betina dewasa jantan anak jantan muda jantan dewasa Jumlah betina anak betina muda betina dewasa jantan anak jantan muda jantan dewasa Jumlah betina anak betina muda betina dewasa jantan anak jantan muda jantan dewasa Jumlah betina anak betina muda betina dewasa jantan anak jantan muda jantan dewasa Jumlah betina anak
2 1 1 0 5 1 0 2 1 1 1 6 2 0 3 5 5 1 16 2 1 0 3 4 0 10 1 1 7 2 1 0 12 4 0 6 4 0 0 14 7
3 1 1 1 7 1 1 2 1 1 2 8 2 2 3 2 5 6 20 0 2 1 0 3 4 10 4 1 8 4 2 1 20 3 4 6 3 4 0 20 16
3 3 1 2 13 2 1 3 2 1 3 12 3 2 5 3 2 11 26 1 0 3 1 0 7 12 7 4 9 7 4 3 34 6 3 10 6 3 4 32 39
4 2 3 3 17 2 2 4 2 2 4 16 3 3 7 3 3 13 32 2 1 3 2 1 7 16 5 7 13 5 7 7 44 5 6 13 5 6 7 42 23
7 4 2 6 25 4 2 6 4 2 6 24 6 3 10 6 3 16 44 3 2 4 3 2 8 22 12 5 20 12 5 14 68 12 5 19 12 5 13 66 58
9 4 4 8 33 3 4 8 3 4 8 30 5 6 13 5 6 19 54 2 3 6 2 3 10 26 9 12 24 9 12 19 85 9 12 24 9 12 18 84 49 56
13
14
15
16
17
betina muda betina dewasa jantan anak jantan muda jantan dewasa Jumlah betina anak betina muda betina dewasa jantan anak jantan muda jantan dewasa Jumlah betina anak betina muda betina dewasa jantan anak jantan muda jantan dewasa Jumlah betina anak betina muda betina dewasa jantan anak jantan muda jantan dewasa Jumlah betina anak betina muda betina dewasa jantan anak jantan muda jantan dewasa Jumlah betina anak betina muda betina dewasa jantan anak jantan muda jantan dewasa Jumlah
9 35 3 4 1 59 5 5 22 1 1 2 36 0 3 20 1 2 1 27 9 4 21 6 4 1 45 0 0 2 5 2 1 10 4 2 5 4 0 3 18
7 43 16 3 5 90 10 5 27 10 1 3 56 9 0 23 9 1 3 45 10 9 25 10 6 5 65 1 0 2 1 5 3 12 3 4 7 3 4 3 24
16 49 39 16 8 167 25 10 31 25 10 4 105 21 9 23 21 9 4 87 23 10 33 23 10 11 110 2 1 2 2 1 8 16 6 3 11 6 3 7 36
38 64 23 38 24 210 15 25 40 15 25 14 134 11 21 31 11 21 13 108 15 23 42 15 23 21 139 1 2 3 1 2 9 18 6 6 14 6 6 10 48
23 100 58 23 61 323 36 15 64 36 15 38 204 28 11 51 28 11 33 162 38 15 64 38 15 43 213 3 1 5 3 1 11 24 13 6 20 13 6 16 74
57 121 49 57 82 415 29 35 77 29 35 52 257 24 27 61 24 27 43 206 29 37 77 29 37 57 266 3 3 6 3 3 12 30 9 13 26 9 13 22 92 57
Lampiran 3. Hasil Analisis Kelayakan Usaha Kelompok Simpay Tampomas Peternak 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Total Ratarata
NPV Rp753.124,43 Rp16.754.628,33 Rp13.206.067,17 - Rp264.109.653,02 Rp9.439.231,48 - Rp 16637963 - RP 20225175 - Rp17.117.015,53 - Rp 23213002 Rp34.377.800,77 Rp45.359.512,13 Rp189.501.075,87 - Rp10.238.389,70 Rp187.330.839,18 Rp8.976.295,19 - Rp30799294 Rp44.356.256,59 167714339
B/C Ratio 1,364 2,049 1,790 0,016 1,749 0,584 0,294 0,907 0,377 2,542 2,944 3,072 0,136 3,906 1,419 0,379 2,817 26,346
9865549,351
1,550
IRR 17% 29% 24% -27% 24% -4% -17% 6% -15% 35% 41% 56% 14% 55% 19% -16% 40% 280% 16%
58
Lampiran 4. Hasil Analisis Pendapatan Kelompok Simpay Tampomas (Rupiah) Peternak 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Total Rata-rata
Tahun 1 8851000 -11556750 -20939800 -57179400 -16085500 -13605000 -7420133 2484500 3697267 -13417500 -17296000 77559000 16458500 15813500 -16878500 -14891500 -13077000 -77483316 -4557842,118
2 -2977000 -5331050 3394700 17360100 17804900 1327500 -5011533 7539500 -7822733 21822000 11022000 134948000 77380500 96031500 57422250 -4681000 16145800 436375434 25669143,18
3 26883000 28436150 24305700 -3216400 19601300 988500 712267 18694500 1473267 40317200 37693800 117120500 80809750 112562000 60807000 -2852000 38827200 603163734 35480220
4 17609500 22270550 27235700 36514100 26372900 5099500 3959067 21084500 -3161733 26816200 43975800 140877000 100499000 141245250 56281500 -378000 46127600 712428434 41907554,94
5 33458000 22439350 56730700 127651600 60932100 22329500 14556667 33984000 3572267 103272400 78946400 269825500 208343500 239069750 112183000 11679000 81000800 1479974534 87057325,53
6 48891500 61805950 70051700 90423100 67974900 26305500 20049867 42664000 11683267 87176500 89501600 219951500 189031750 232144750 65961000 12982000 96443400 1433042284 84296604,94
59