HUBUNGAN UKURAN-UKURAN TUBUH TERNAK KAMBING PERANAKAN ETAWAH BETINA TERHADAP PRODUKSI SUSU
SKRIPSI YUDHI KRISMANTO
PROGRAM ALIH JENIS DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
RINGKASAN YUDHI KRISMANTO. 2011. Hubungan Ukuran-ukuran Tubuh Ternak Kambing Peranakan Etawah Betina terhadap Produksi Susu. Skripsi. Program Alih Jenis, Departemen Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Ir. Afton Atabany ,M.Si Pembimbing Anggota : Ir. Sri Darwati, M.Si Induk kambing Peranakan Etawah (PE) memiliki produktivitas yang dipengaruhi oleh factor genetik, pakan, manajemen pemeliharaan dan lingkungan yang saling berkaitan. Produksi dan reproduksi memiliki peranan penting dalam berjalannya suatu usaha peternakan. Pengamatan terhadap produksi dapat dilakukan berdasarkan informasi sifat morfologik pada ternak dan kemampuannya dalam menghasilkan susu. Pencatatan produksi susu sangat penting dilakukan untuk mengetahui tingkat produksi susu yang dihasilkan oleh ternak perah. Ukuran-ukuran tubuh dapat dimanfaatkan untuk menaksir kemampuan ternak dalam memproduksi susu. Penelitian bertujuan untuk memperoleh informasi penampilan ternak kambing PE dari beberapa lokasi peternakan yang berbeda melalui pengamatan sifat produksi serta ukuran tubuh yang tepat untuk digunakan dalam menduga produksi susu melalui model matematika terbaik untuk menunjukkan hubungan tersebut. Penelitian dilaksanakan di lima lokasi Peternakan yang terletak di empat lokasi di Kabupaten Tasikmalaya (desa Sukaharja, desa Karsa Menak, desa Malaganti dan desa Sariwangi) dan desa Bojong Kantong, Kabupaten Banjar, Jawa Barat pada bulan Februari 2011 sampai dengan Maret 2011. Materi yang digunakan adalah induk kambing PE laktasi ke-2 sebanyak 20 ekor setiap lokasi peternakan. Data dianalisis secara deskriptif dan menggunakan Analisis Korelasi dan Regresi. Penggunaan factor penduga dalam persamaan Regresi Linier Ganda hanya pada dua peubah dari beberapa peubah yang ada berdasarkan koefisien determinasi (R2) tertinggi dan tingkat keakurasian hasil pendugaan yang terbaik dari seluruh percobaan antar peubah-peubah lain yang digunakan sebagai factor penduga. Hal ini dilakukan untuk mempermudah penghitungan dan pengukuran factor penduga di lapangan. Peubah-peubah yang diamati pada penelitian ini adalah 1) ukuran-ukuran tubuh, meliputi : lingkar dada, dalam dada, lebar dada, panjang telinga, tinggi badan, panjang badan, volume kelenjar susu, volume puting, volume ambing, dalam ambing, lingkar ambing, panjang puting, lingkar puting, bobot badan, lingkar metatarsus; 2) produksi susudan 3) efisiensi pakan terhadap produksi susu. Ukuran tubuh yang dimiliki tidak semua mempunyai tingkat keeratan yang tinggi terhadap produksi susu.Tingkat keeratan hubungan yang tinggi hanya ditunjukkan pada volume ambing, lingkar dada, lebar dada, dalam dada dan lingkar ambing. Performa produksi ternak kambing PE memberikan hasil yang berbeda pada setiap peternakan yang diamati, akan tetapi memiliki kecenderungan yang sama untuk ukuran tubuh yang dapat digunakan sebagai factor penduga produksi susu. Nilai keragaman produksi susu pada kelima peternakan masih tinggi, sehingga masih dapat dilakukan seleksi terhadap ternak tersebut. Nilai korelasi tertinggi pada KTMRSM (0,992), KTKM (0,965), KTTKSM (0,905), PBA (0,984) dan UPTDPTM (0,889) terdapat hubungan antara produksi susu dengan volume ambing. Ukuran-
ukuran tubuh meliputi panjang telinga, tinggi badan, bobot badan dan lingkar metatarsus dari penelitian di kelima farm tidak memiliki pengaruh terhadap produksi susu. Model yang paling sesuai untuk menduga produksi susu pada kelompok pemeliharaan ternak yang berbeda, yaitu persamaan Regresi Linier. Penggunaan persamaan tersebut didasarkan pada akurasi hasil dugaan yang paling mendekati dengan hasil pencatatan yang sebenarnya. Keeratan hubungan antara produksi susu dengan ukuran-ukuran tubuh tersebut adalah dimensi ambing memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap produksi susu yang dihasilkan induk kambing perah. Nilai regresi terhadap produksi susu dibanding faktor penduga lainnya dengan persamaan Linier yaitu Produksi Susu = -34,5 + 0,870 Volume Ambing dengan nilai determinasi 98,3% dan persamaan Linier Ganda yaitu Produksi Susu = -756 + 0,501 Volume Ambing + 0,216 Volume Puting + 35,2 Lingkar Puting dengan nilai determinasi 99,0%. Volume ambing, volume puting dan lingkar puting memiliki korelasi yang positif dan nyata terhadap produksi susu. Ukuran tubuh yang dapat digunakan dalam menilai produksi susu seekor ternak kambing yaitu volume ambing, volume puting, lingkar puting, dalam ambing dan lingkar dada. Kata kunci : kambing PE, ukuran tubuh, produksi susu, korelasi, regresi.
ABSTRACT Livestock Body Measure Relationship of Female Etawah Grade Goat to Milk Production Krismanto, Y., A. Atabany and S. Darwati Etawah Grade goats productivity will influenced by genetic factors, environmental and their interaction. This can be demonstrated from the performance of production and reproduction. This research aimed to complete the information of Etawah Grade goat performance from several different locations, through the observation of production and to determine the proper size for use in milk production. The results showed that the milk production and body size have a positive relationship. Not all of body sizes have a high level of proximity to the milk production. Udder volume, chest circumference, chest length, and chest circumference in the udder have a high of affinity relationship to milk production. There is high score of correlation analysis was found in the relationship between milk production with udder volume that showed on KTMRSM Farm (0.992) , KTKM Farm (0.965), KTTKSM Farm (0.905), PBA Farm (0.984), and UPTDPTM Farm (0.889). Keywords: PE goat, body size, milk produced, correlation, regression.
HUBUNGAN UKURAN-UKURAN TUBUH TERNAK KAMBING PERANAKAN ETAWAH BETINA TERHADAP PRODUKSI SUSU
YUDHI KRISMANTO D14086028
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
PROGRAM ALIH JENIS DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
Judul Nama NIM
: Hubungan Ukuran-ukuran Tubuh Ternak Kambing Peranakan Etawah Betina Terhadap Produksi Susu : Yudhi Krismanto : D14086028
Menyetujui, Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota
(Ir. Afton Atabany,M.Si.) NIP: 19640521 199512 1 002
(Ir. Sri Darwati,M,Si.) NIP : 19631003 198903 2 002
Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
(Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M,Agr.Sc) NIP : 19591212 198603 1 004
Tanggal Ujian : 13 September 2011
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 3 Desember 1987 dari pasangan Bapak Dirgantara Nanang E. S. dan Ibu Yuminah. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Penulis memulai pendidikan pada tahun 1993 sampai tahun 1995 di SDN 09 Pagi, Kebon Baru, Jakarta dan dilanjutkan di SDN 07, Bojonggede, Bogor hingga lulus pada tahun 1999. Pendidikan dilanjutkan di tahun yang sama di SLTPN 12 Bogor dan lulus di tahun 2002. Pendidikan lanjutan berikutnya dilaksanakan di SMUN 2 Bogor pada tahun 2002 hingga lulus pada tahun 2005. Tahun 2005, Penulis diterima sebagai mahasiswa Program Diploma Institut Pertanian Bogor melalui jalur Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK) sebagai mahasiswa di Program KeahlianTeknologi dan Manajemen Ternak hingga lulus pada tahun 2008. Penulis melanjutkan studi di Program Alih Jenis di Departemen Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor pada tahun yang sama. Selama di program keahlian Teknologi dan Manajemen Ternak, Institut Pertanian Bogor, penulis telah melaksanakan serangkaian kegiatan Praktik Kerja Lapangan selama 1,5 bulan (14 Juli-18 Agustus 2007) di PT Widodo Makmur Perkasa, Cileungsi, Kabupaten Bogor yang bergerak dibidang penggemukkan sapi potong dan di PT Manggis selama 3 bulan (10 Febuari-10 Mei 2008) yang bergerak di bidang produksi bibit ayam petelur. Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Peternakan, Penulis mempersembahkan karya ilmiah dalam bentuk skripsi dengan judul “Hubungan Ukuran-ukuran Tubuh Ternak Kambing Peranakan Etawah Betina terhadap Produksi Susu”.
KATA PENGANTAR Bismillaahirrohmaanirrohiim, Penulis memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul ”Hubungan Ukuran-ukuran Tubuh Ternak Kambing Peranakan Etawah Betina Terhadap Produksi Susu” dengan baik. Skripsi disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Peternakan (S.Pt) pada Program Alih Jenis, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara ukuran tubuh ternak kambing Peranakan Etawah terhadap tingkat produksi susu yang dihasilkan. Penelitian bermanfaat untuk mengetahui ukuran tubuh yang dapat dijadikan sebagai dasar untuk menentukan ternak yang memiliki produksi susu yang baik. ”Tak ada gading yang tak retak”, adalah pepatah yang pantas untuk menggambarkan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari para pembaca yang sifatnya membangun sangat diperlukan demi tercapainya tujuan yang lebih baik.
Penulis
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, khususnya bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang peternakan.
Bogor, Oktober 2011
Penulis
DAFTAR ISI
RINGKASAN ..........................................................................................................
i
ABSTRACT............................................................................................................. iii RIWAYAT HIDUP ................................................................................................. iv KATA PENGANTAR .............................................................................................
v
DAFTAR ISI............................................................................................................ vi DAFTAR TABEL.................................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. ix DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................
x
PENDAHULUAN ...................................................................................................
1
Latar Belakang ...............................................................................................
1
Tujuan .............................................................................................................
1
Manfaat ...........................................................................................................
2
Hipotesis .........................................................................................................
2
TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................................
3
Kambing Perah di Indonesia ..........................................................................
3
Kambing Etawah ............................................................................................
4
Kambing Kacang ............................................................................................
5
Kambing PE ...................................................................................................
6
Ukuran – ukuran Tubuh Kambing PE ............................................................
6
Kelenjar Ambing ............................................................................................
7
Produksi Susu .................................................................................................
8
Pakan .............................................................................................................. 10 Korelasi dan Regresi ...................................................................................... 10 MATERI DAN METODE ....................................................................................... 12 Lokasi dan Waktu........................................................................................... 12 Materi ............................................................................................................. 12 Ternak ................................................................................................... 12 Pakan ..................................................................................................... 12 Peralatan ................................................................................................ 12 Metode ............................................................................................................ 13
Pengumpulan Data ................................................................................ 13 Peubah yang Diamati ............................................................................ 13 Analisis Data ......................................................................................... 18 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 20 Keadaan Umum Peternakan ........................................................................... 20 Produksi Susu ................................................................................................. 23 Ukuran-ukuran Tubuh Kambing Peranakan Etawah ...................................... 27 Hubungan antara Ukuran-ukuran Tubuh pada Peternakan yang Berbeda ..... 30 Nilai Keeratan Hubungan antara Produksi Susu dengan Ukuran-ukuran Tubuh pada Peternakan yang Berbeda ........................................................... 31 Persamaan Regresi antara Produksi Susu dengan Ukuran-ukuran Tubuh pada Peternakan yang Berbeda....................................................................... 35 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................... 39 Kesimpulan ..................................................................................................... 39 Saran ............................................................................................................... 39 UCAPAN TERIMAKASIH .................................................................................... 40 DAFTAR PUSAKA ................................................................................................ 42 LAMPIRAN............................................................................................................. 47
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1 Penampilan Produksi Susu Kambing pada Beberapa Pengamatan ....................
9
2 Penampilan Produksi Susu dan Ukuran-ukuran Tubuh Kambing PE di Kelima Lokasi Peternakan yang Berbeda ..........................................................
23
3 Komposisi Kandungan Bahan Pakan .................................................................
25
4 Komposisi Kandungan Nutrisi Susu ..................................................................
26
5 Konversi dan Efisiensi Konsumsi Pakan............................................................
26
6 Rerata Ukuran-ukuran Tubuh Permukaan Tubuh Kambing PE Betina .............
28
7 Korelasi antara Ukuran-ukuran Tubuh Kambing PE Betina pada Farm yang Berbeda ...............................................................................................................
31
8 Korelasi Produksi Susu dengan Ukuran-ukuran Tubuh Kambing PE ..............
32
9 Persamaan Regresi Hubungan antara Produksi Susu dengan Ukuranukuran Tubuh Kambing PE Betina pada Farm yang berbeda ...........................
36
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1
Kambing Etawah .............................................................................................
4
2
Kambing Kacang ............................................................................................
5
3
Kambing Peranakan Etawah ...........................................................................
6
4
Pengukuran Lingkar Dada ..............................................................................
13
5
Pengukuran Dalam Dada ................................................................................
14
6
Pengukuran Panjang Telinga ..........................................................................
14
7
Pengukuran Tinggi Badan ..............................................................................
14
8
Pengukuran Panjang Badan ............................................................................
15
9
Pengukuran Volume Kelenjar Susu ................................................................
15
10 Pengukuran Volume Puting ............................................................................
16
11 Pengukuran Volume Ambing .........................................................................
16
12 Pengukuran Dalam Ambing ............................................................................
16
13 Pengukuran Lingkar Ambing ..........................................................................
17
14 Pengukuran Panjang Puting ............................................................................
17
15 Pengukuran Lingkar Puting ............................................................................
17
16 Pengukuran Lingkar Metatarsus .....................................................................
18
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor 1
Halaman
Nilai Korelasi antara Ukuran-ukuran Tubuh Kambing PE Betina pada Kelompok Tani Marga Rahayu “Sri Murni” .......................................................
48
Nilai Korelasi antara Ukuran-ukuran Tubuh Kambing PE Betina pada Kelompok Tani Ternak Pak Aan .........................................................................
49
Nilai Korelasi antara Ukuran-ukuran Tubuh Kambing PE Betina pada Kelompok Tani Karsa Menak ..............................................................................
50
Nilai Korelasi antara Ukuran-ukuran Tubuh Kambing PE Betina pada UPTD Perbibitan Ternak Kambing PE Malaganti...............................................
51
Nilai Korelasi antara Ukuran-ukuran Tubuh Kambing PE Betina pada Kelompok Tani Surya Medal ...............................................................................
52
6
Hasil Uji t Panjang Telinga pada Kelima Peternakan Kambing PE ....................
53
7
Hasil Uji t Tinggi Badan pada Kelima Peternakan Kambing PE ........................
53
8
Hasil Uji t Panjang Badan pada Kelima Peternakan Kambing PE ......................
53
9
Hasil Uji t Lingkar Dada pada Kelima Peternakan Kambing PE ........................
54
10 Hasil Uji t Volume Ambing pada Kelima Peternakan Kambing PE ...................
54
11 Hasil Uji t Volume Puting pada Kelima Peternakan Kambing PE ......................
54
12 Hasil Uji t Bobot Badan pada Kelima Peternakan Kambing PE .........................
55
13 Hasil Uji t Dalam Dada pada Kelima Peternakan Kambing PE ..........................
55
14 Hasil Uji t Lebar Dada pada Kelima Peternakan Kambing PE ...........................
55
15 Hasil Uji t Dalam Ambing pada Kelima Peternakan Kambing PE .....................
56
16 Hasil Uji t Lingkar Ambing pada Kelima Peternakan Kambing PE ...................
56
17 Hasil Uji t Panjang Puting pada Kelima Peternakan Kambing PE ......................
56
18 Hasil Uji t Lingkar Puting pada Kelima Peternakan Kambing PE ......................
57
19 Hasil Uji t Lingkar Metatarsus pada Kelima Peternakan Kambing PE ..............
57
20 Hasil Uji t Produksi Susu pada Kelima Peternakan Kambing PE .......................
57
21 Peta Wilayah Lokasi Penelitian ..........................................................................
58
2 3 4 5
PENDAHULUAN Latar Belakang Produksi susu nasional belum mampu memenuhi kebutuhan konsumsi susu nasional, sehingga impor susu dan produksi susu tetap dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan terhadap susu. Upaya peningkatan populasi dan efisiensi produksi susu serta diversifikasi ternak perah dalam memenuhi kebutuhan terhadap susu nasional tetap dilaksanakan. Salah satu diversifikasi usaha di bidang peternakan adalah beternak kambing perah. Kambing Peranakan Etawah (PE) merupakan kambing perah yang telah banyak di wilayah Indonesia. Kambing PE memiliki kelebihan sebagai penghasil susu adalah modal yang dibutuhkan lebih sedikit, cara pemeliharaannya lebih mudah dan reproduksi lebih cepat dibandingkan dengan sapi perah. Kambing perah mempunyai produktivitas yang dipengaruhi oleh faktor genetik, pakan, manajemen pemeliharaan dan lingkungan yang saling berkaitan. Perbaikan genetik telah dilakukan melalui seleksi bibit unggul sebagai indukan. Ternak bibit unggul sebagai induk diharapkan dapat memberikan hasil produksi maksimal. Kambing PE sebagai bibit unggul dapat dilakukan berdasarkan ciri-ciri fisik Pengetahuan mengenai penampilan ternak kambing PE bibit unggul menjadi suatu hal yang mutlak dalam rangka meningkatkan daya produksi ternak selanjutnya. Taksiran kemampuan seekor ternak dalam berproduksi susu dapat diketahui melalui pemanfaatan kriteria ukuran-ukuran tubuh. Hubungan nyata antara produksi susu dengan ukuran-ukuran tubuh yang telah diketahui pada sapi perah diharapkan dapat ditemukan pula pada kambing PE, sehingga dapat membantu menentukan kriteria kambing PE yang berkemampuan produksi susu yang baik. Ukuran-ukuran tubuh menjadi penting dilakukan sebagai kriteria dalam mendapatkan kambing PE yang berkualitas baik. Tujuan Penelitian bertujuan untuk mengetahui ukuran-ukuran tubuh kambing PE betina sebagai penghasil susu. Ukuran-ukuran tubuh tersebut dapat dijadikan dasar untuk penentuan kriteria kambing PE bibit unggul melalui pendugaan hubungan
1
antara
ukuran-ukuran
tubuh
dengan
kemampuan
ternak
kambing
dalam
menghasilkan susu. Manfaat Penelitian diharapkan dapat memberi informasi tentang hubungan antara ukuran-ukuran tubuh dengan kemampuan produksi susu sehingga dapat digunakan sebagai petunjuk praktis dalam penduga sifat produksi ternak. Ukuran-ukuran tubuh dapat membantu dalam menentukan kriteria untuk memilih kambing PE yang bersifat unggul akan produksi susu. Hipotesis Ukuran-ukuran tubuh mempunyai hubungan yang erat dengan produksi susu.
2
TINJAUAN PUSTAKA Kambing Perah di Indonesia Kambing termasuk ternak ruminansia kecil yang bertanduk dari ordo Artiodactyla, sub-ordo Ruminantia, family Bovidae, genus capra dan bangsa Caprini (Gall, 1981). Tujuan pemeliharaan kambing yang dilakukan di Indonesia adalah 90% untuk menghasilkan daging (Sodiq dan Abidin, 2009). Sebanyak minimal 99% peternakan ruminansia kecil yang ada di Indonesia dipelihara pada peternakan rakyat (Sodiq dan Sumaryadi, 2002), yang umumnya dilakukan oleh petani penggarap dengan jumlah 2 – 10 ekor (Devendra dan Burns, 1994). Waluyo (2009) menyatakan, bahwa ternak kambing merupakan ruminansia kecil yang mempunyai arti besar bagi rakyat kecil yang jumlahnya sangat banyak. Ditinjau dari aspek pengembangannya ternak kambing sangat potensial bila diusahakan secara komersial, hal ini disebabkan ternak kambing memiliki beberapa kelebihan dan potensi ekonomi antara lain : tubuhnya relatif kecil, cepat mencapai dewasa kelamin, pemeliharaannya relatif mudah, tidak membutuhkan lahan yang luas, investasi modal usaha relatif kecil, mudah dipasarkan sehingga modal usaha cepat berputar. Ternak kambing juga memiliki kelebihan lain yaitu : reproduksinya efisien dan dapat beranak 3 kali dalam 2 tahun, memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan, tahan terhadap panas dan beberapa penyakit serta prospek pemasaran yang baik. Permasalahan utama dalam pengembangan ternak ruminansia menurut Sehabudin dan Agustian (2001) adalah peningkatan produksi dan produktivitas, serta tingkat pemotongan yang tinggi (Setiadi, 1996). Populasi kambing di Indonesia pada tahun 2004 sebesar 12.780.961 ekor dan pada tahun 2008 sebesar 15.147.432 ekor (Direktorat Jenderal Peternakan, 2008), hal ini menunjukkan adanya peningkatan populasi sebesar 18,52% selama empat tahun atau 4,63% per tahun. Peningkatan populasi ini memberi sumbangan yang berarti dalam memenuhi permintaan pasar terhadap produk hasil ternak kambing saperti daging dan susu. Pemeliharaan kambing oleh peternak di pedesaan berfungsi sebagai tabungan, tambahan penghasilan, pengisi waktu luang, merangsang pemanfaatan pekarangan dan penggunaan kotoran sebagai pupuk kandang (Devendra, 1993), selain juga untuk menanggulangi kebutuhan akan protein hewani dan
mengurangi langkah
3
pengimporan susu (Ayuningsih, 1994). Apabila ternak ini dikembangkan secara luas akan dapat meningkatkan gizi masyarakat di pedesaan melalui konsumsi susu kambing (Chaniago dan Hastono, 2001). Djajanegara et al. (1993) menyebutkan, karena tingginya kegiatan pengimporan susu dan masih rendahnya produksi susu sapi di dalam negeri, serta kurangnya toleransi saluran pencernaan sebagian masyarakat terhadap susu sapi, maka peningkatan produksi susu kambing menjadi penting dilakukan. Perwujudan itu semua tidak terlepas dari halangan yang ada, seperti belum populernya kambing perah, ketidaksukaan akan bau dan rasa susu, kurangnya pengetahuan teknis pemeliharaan kambing perah dan bila ternak ini dikomersilkan menjadi kurang efisien dibandingkan dengan ternak sapi perah, karena dengan ukuran tubuhnya yang kecil akan menyerap biaya untuk tenaga kerja yang lebih besar dan kebutuhan hidup pokok yang harus dipenuhi pun menjadi lebih banyak (Stemmer et al., 1998). Kambing Etawah Kambing Etawah berasal dari India yaitu di wilayah Jamnapari. Kambing Etawah masuk ke Indonesia sejak tahun 1908 dibawa oleh Pemerintah Hindia Belanda dengan tujuan grading-up terhadap kambing lokal Indonesia. Kambing ini termasuk kambing jenis besar, tipe dwiguna, yaitu sebagai penghasil daging dan susu. Kambing Etawah memiliki postur tubuh besar, telinga panjang menggantung, bentuk muka cembung serta bulu yang panjang di bagian paha belakang (Sodiq dan Abidin, 2009). Rata-rata produksi susu yang dihasilkan kambing Etawah 3,8 kg/ekor/hari atau 235 kg/masa laktasi selama 261 hari dengan kandungan lemak susu 4,2 % (Diem dan Lentner, 1994).
(a) Jantan
(b) Betina Gambar 1. Kambing Etawah
4
Performa kambing Etawah memiliki panjang telinga 25-41 cm (Widagdo, 2010). Tinggi kambing jantan 90-127 cm, sedangkan betina 70-92 cm. Berat badan pejantan dapat mencapai 68-120 kg, sedangkan betina 60-80 kg. Lingkar testis kambing jantan dapat mencapai 23 cm (Widagdo, 2010). Kambing jantan berjenggot dengan rahang bawah menonjol. Pola warna bulu dominan putih bervariasi dengan hitam, merah, coklat kekuningan atau kombinasi keduanya (Subandriyo et al., 1995). Kambing Kacang Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia dan Malaysia (Davendra dan Burns, 1994). Performa kambing Kacang menurut Widagdo (2010) adalah badan kecil dengan tinggi gumba pada jantan 60-65 cm dan betina 50-56 cm, bobot badan dapat mencapai 25 kg untuk jantan dan 20 kg untuk betina, telinga tegak, berbulu lurus dan pendek, baik betina maupun jantan memiliki tanduk yang pendek. Kambing Kacang merupakan bangsa kambing yang tahan derita, lincah, mampu beradaptasi dengan baik, serta tersebar luas di wilayah kambing itu berada (Devendra dan Burns, 1994). Di Indonesia, kambing Kacang merupakan bangsa kambing yang tersebar di seluruh pelosok pedesaan dan merupakan kambing yang pertama kali dipelihara oleh orang pribumi (Sudono dan Abdulgani, 2002).
(a) Jantan
(b) Betina
Gambar 2. Kambing Kacang Kegunaan utama kambing Kacang adalah sebagai penghasil daging (Devendra dan Burns, 1994) dan kulit (Gall, 1981). Meskipun ambingnya berkembang dengan baik akan tetapi produksi susunya relatif sedikit, yaitu hanya 0,1 – 0,4 ℓ/ekor/hari (Sodiq dan Abidin, 2009). Kambing Kacang merupakan ternak potong yang bermutu tinggi, subur dan cocok untuk daerah pedesaan yang masih
5
jarang penduduknya dangan pola peternakan ekstensif (Sudono dan Abdulgani, 2002). Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing PE merupakan hasil kawin tatar (grading-up) antara kambing Kacang dengan kambing Etawah, sehingga mempunyai sifat di antara tetuanya (Atabany, 2001). Menurut Devendra dan Burns (1994) persilangan kambing PE telah dilakukan sejak kurang lebih 80 tahun lalu dengan tujuan memperbaiki mutu kambing lokal dan sekarang keturunannya sudah mampu beradaptasi dengan lingkungan Indonesia. Produksi susu yang dihasilkan kambing PE adalah 0,452-2,2 kg/ekor/hari dengan masa laktasi cukup beragam yaitu antara 92-256 hari dengan rataan 156 hari (Sodiq dan Abidin, 2009), peneliti lain Sutama dan Budiarsana (1997) mengatakan, bahwa masa laktasi kambing PE antara 210-300 hari.
(a) Jantan
(b) Betina
Gambar 3. Kambing Peranakan Etawah Ukuran-Ukuran Tubuh Kambing PE Jenis kambing PE bentuk fisiknya lebih mirip dengan kambing Etawah, jika bentuk fisiknya lebih mendekati kambing Kacang dan ukurannya lebih kecil maka disebutkambing Bligon atau lebih dikenal dengan nama Jawarandu. Performa kambing PE diantaranya yaitu bobot badan kambing PE jantan 35-40 kg dan betina 30-35 kg (Ludgate, 1989). Tinggi badan kambing PE jantan adalah antara 65-70 cm sedangkan betina 55-60 cm (Hardjosubroto, 1994). Panjang telinga kambing PE adalah 18-19 cm (Markel dan Subandriyo, 1997). Warna kambing PE mempunyai kombinasi coklat sampai hitam atau abu-abu (Sudono dan Abdulgani, 2002).
6
Produksi susu kambing PE adalah 1,5-3,7 liter/ekor/hari dengan masa laktasi selama 7-10 bulan (Blakely dan Bade, 1998). Lembah Gogoniti Farm (2008), performa kambing PE yaitu badan besar, tinggi gumba pada jantan 90-110 cm, sedangkan betina 70-90 cm. Bobot badan hidup jantan adalah antara 65-90 kg, untuk betina 45-70 kg. Panjang badan pada ternak jantan yaitu antara 85-105 cm, sedangkan untuk betina 65-85 cm. mempunyai kepala yang tegak dengan garis profil tubuh melengkung, dengan tanduk mengarah ke belakang dan ujung sedikit melingkar serta telinga lebar menggantung panjang terkulai, lembek serta melipat ke dalam pada ujungnya. Panjang telinga pada jantan adalah antara 25-41 cm, sedangkan untuk betina 8-14 cm. Bentuk muka adalah cembung dan dagu berjanggut serta terdapat gelambir di bawah leher. Warna bulu pada umumnya dominan putih dengan belang hitam, coklat, coklat totol putih atau hitam totol putih. Produksi susu induk adalah antara 0,5-3 liter/ekor/hari. Produksi susu dipengaruhi oleh mutu genetik, umur induk, ukuran dimensi ambing, bobot hidup, lama laktasi, tatalaksana yang diberlakukan terhadap ternak (perkandangan, pakan, kesehatan), iklim setempat, daya adaptasi, aktivitas pemerahan, ukuran besar ambing nyata meningkatkan produksi susu (Phalepi, 2004). Parameter mutu genetik meliputi reproduksi ternak dan produksi ternak serta karakteristik fisik ternak meliputi bobot badan, panjang badan, lingkar dada, tinggi badan (Departemen Pertanian, 2004). Kelenjar Ambing Sekresi susu merupakan fungsi faali kelenjar ambing (mammary gland) dan yang dimaksud dengan susu adalah cairan fisiologis yang mengandung zat-zat makanan yang berkualitas tinggi dan dikeluarkan oleh ternak betina (Frandson, 1993). Kelenjar ambing ternak betina mulai berkembang pada waktu kehidupan feotal. Puting-puting susunya terlihat pada waktu dilahirkan. Bila hewan betina tumbuh, ambingnya membesar sebanding dengan besarnya tubuh (Padmadewi, 1993). Di dalam tubuh sapi, air susu dibuat oleh kelenjar susu di dalam ambing. Ambing sapi terbagi dua yaitu ambing kiri dan ambing kanan, selanjutnya masingmasing
ambing
terbagi
dua
yaitu
kuartir
depan
dan
kuartir
belakang
(Widyastuti,2000). Tiap-tiap kuartir mempunyai satu puting susu. Kelenjar susu
7
tersusun dari gelembung-gelembung susu sehingga berbentuk seperti setandan buah anggur. Dinding gelembung merupakan sel-sel yang menghasilkan air susu. Bahan pembentuk air susu berasal dari darah (Frandson, 1993). Air susu mengalir melalui saluran – saluran halus dari gelembung susu ke ruang kisterna dan ruang puting susu. Dalam keadaan normal, lubang puting susu akan tertutup. Lubang puting menjadi terbuka akibat rangsangan syaraf atau tekanan sehingga air susu dari ruang kisterna dapat mengalir keluar (Hensel, 1981). Sudono (2002) mengatakan, bahwa gerakan menyusui dari pedet, usapan atau basuhan air hangat pada ambing merupakan rangsangan pada otak melalui jaringan syaraf. Selanjutnya otak akan mengeluarkan hormon oksitosin ke dalam darah. Hormon oksitosin menyebabkan otot-otot pada kelenjar susu bergerak dan lubang puting membuka sehingga susu mengalir keluar. Hormon oksitosin hanya bekerja selama 6-8 menit, oleh karena itu pemerahan pada seekor sapi harus dilakukan dengan cepat dan selesai dalam waktu 7 menit (Sagi et al, 1980). Bentuk dan ukuran ambing kambing seperti bentuk telur, dengan puting susu berbentuk silinder atau corong. Kambing dengan ambing yang terjumbai memiliki kecenderungan untuk menghasilkan susu yang tinggi (Sudono, 2002). Volume ambing memiliki hubungan yang erat dengan jumlah susu yang dihasilkan Maylinda dan Basori (2004). Produksi Susu Beberapa hewan yang menunjukkan kemampuan memproduksi susu digolongkan sebagai ternak perah. Atabany (2002) mendefinisikan ternak perah sebagai ternak yang mampu memproduksi susu melebihi kebutuhan anaknya dan dapat mempertahankan produksi susu sampai jangka waktu tertentu, meskipun anaknya sudah disapih atau lepas susu. Jenis ternak perah yang ada, antara lain sapi perah, kambing perah dan kerbau perah. Pembentukan susu disebutkan oleh Toelihere (1985) berasal dari konstituenkonstituen darah dan beberapa diantaranya yang terdapat di dalam susu memiliki bentuk yang serupa dengan yang terdapat di dalam darah. Pengaliran susu dapt terjadi secara tiba-tiba sekitar 1-2 menit sesudah permulaan penyusunan. Penampilan produksi susu kambing dari beberapa pengamatan, tertera pada Tabel 1.
8
Menurut Sudono (1999), produksi susu induk, selain dipengaruhi oleh fektor genetik, kemungkinan juga oleh pengaruh tatalaksana, makanan dan iklim. Devendra dan Burns (1994) menyatakan, tahun musim beranak, jumlah laktasi dan umur pertama kali beranak secara nyata mempengaruhi produksi susu. Tabel 1. Penampilan Produksi Susu Kambing pada Beberapa Pengamatan Bangsa
Produksi Susu Harian
Produksi Susu Total
Lama Laktasi
Lama Kering Kandang
Sumber
(kg/ekor/hari)
(kg/laktasi)
PE
-
-
162.30
40,00-60,00
PE
0,99
166,53
170,07
104,61
Saanen
1,29
355,99
267,42
63,18
PE
0,90-1,50
-
188,00
45,00-60,00
Ardia (2000)
PE
-
-
192,00
-
Diwyanto dan Inounu (2001)
-
-
-
210-300
60,00
Blakely dan Bade (1998)
PE
0,76-1,026
257,49
251,8
-
Subhagiana (1998)
------------(hari)---------Widyandari (2002) Atabany (2001)
Subhagiana (1998) menyebutkan produksi susu total kambing PE selama laktasi dari penelitiannya terjadi pada tingkat produksi rendah 136,05 kg, sedang 198,07 kg, dan tinggi 253,37 kg. Tingkat produksi susu tinggi yang terjadi, kemungkinan disebabkan oleh pertumbuhan ambing yang lebih besar selama kebuntingan dan kelebihannya dalam mengorbankan bobot tubuh selama laktasi untuk menghasilkan produksi susu yang lebih tinggi. Produksi susu kambing PE mencapai puncaknya hari ke-11 setelah beranak, sedangkan pada Saanen dicapai hari ke-35 setelah beranak (Atabany et al., 2001). Sementara itu, pada kambing Kacang dari pengamatan Silitonga dan Kuswandi (1994) di kandang penelitian Cilebut, melaporkan bahwa produksi susu maksimumnya dicapai pada minggu ke-3-4 setelah beranak dan minggu berikutnya akan menurun kembali. Widyandari (2002) melaporkan, puncak produksi susu kambing PE dari pengamatannya terjadi antara minggu ke- 2-5 masa laktasi dan akan menurun sampai laktasi berakhir. 9
Pakan Kambing merupakan hewan ruminansia dengan saluran pencernaan yang sama dengan domba dalam hal ukuran, anatomi dan fungsinya. Kambing merupakan jenis ruminansia yang lebih efisien daripada domba atau sapi. Kambing dapat mengkonsumsi bahan kering yang relatif lebih banyak untuk ukuran tubuhnya (5-7% dari berat badan), bila dibandingkan dengan konsumsi bahan kering sapi yang hanya sebesar 2-3% dari berat badannya. Kambing juga lebih efisien dalam mencerna pakan yang mengandung serat kasar dibandingkan dengan domba atau sapi. Seekor kambing memerlukan 1-1,5 kg daun-daunan atau jerami setiap hari yang berkualitas baik, ditambah 0,25 kg ransum konsentrat berkadar protein 16% untuk setiap liter susu yang dihasilkan (Blakely dan Bade, 1998). Sudono dan Abdulgani (2002), menyatakan bahwa ransum yang dimakan oleh kambing tergantung dari ukuran tubuh, bangsa kambing, umur, serta jenis kelaminnya. Campuran hijauan makanan yang terdiri atas berbagai macam dedaunan dan rerumputan, lebih baik daripada hijauan pakan ternak yang hanya terdiri atas satu jenis hijauan saja. Hal ini bertujuan agar kekurangan zat makanan dari bahan pakan ternak yang satu dapat dipenuhi oleh bahan pakan yang lainnya. Hijauan pakan ternak untuk kambing dewasa tanpa diberi konsentrat berkisar antara 5-8 kg per ekor per hari. Korelasi dan Regresi Menurut Sudjana (1996), analisis korelasi adalah studi yang membahas tentang derajat hubungan antara peubah-peubah, sedangkan ukuran yang digunakan untuk mengetahui derajat hubungan tersebut, disebut koefisien korelasi. Steel dan Torrie (1995) menyebutkan korelasi sebagai suatu ukuran derajat bervariasinya dua peubah secara bersama-sama atau ukuran keeratan hubungan antara kedua peubah tersebut yang penggunaannya (X dan Y) tidak lagi dimaksudkan berimplikasi adanya peubah bebas dan tidak bebas. Menurut Steel dan Torrie (1995), korelasi yang ada antara dua ciri (X dan Y) sangat mungkin bukan akibat saling pengaruh-mempengaruhi secara langsung, akan tetapi satu atau lebih faktor lain yang mempengaruhi kedua ciri tersebut. Korelasi linier yang sempurna (bernilai +1 atau -1) dari hubungan fungsional antara kedua 10
peubah kemungkinan terjadi karena kekurang hati-hatian dalam melakukan analisis dan kesalahan pembulatan (Steel dan Torrie, 1995). Cara lain untuk melihat hubungan X dan Y, dijelaskan oleh Steel dan Torrie (1995) adalah melalui sebuah garis lurus yang disebut garis regresi. Garis lurus ini berhubungan dalam titik-titik dalam diagram korelasi, sehingga pendugaan Y dari X ditentukan dengan menggunakan garis regresi ini. Sudjana (1996) menjelaskan tentang analisis regresi sebagai studi yang menyangkut hubungan fungsional antara peubah-peubah yang dinyatakan dalam bentuk persamaan matematika. Koefisien determinasi merupakan proporsi jumlah kuadrat total yang dapat dijelaskan oleh peubah bebas (Steel dan Torrie, 1995). Menurut Aunuddin (1989), semakin dekat koefisien determinasi pada nilai 1, maka semakin dekat pula titik pengamatan ke garis regresinya dan bila koefisien determinasinya sama dengan 100%, maka semua titik pengamatan akan tepat berada di garis regresi.
11
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari 2011 sampai dengan Maret 2011. Penelitian dilakukan di lima lokasi peternakan rakyat yang memelihara kambing PE di wilayah Jawa Barat yaitu, UPTD Perbibitan Ternak Kambing PE Malaganti, Peternakan Bapak Aan, Kelompok Ternak Marga Rahayu “Sri Murni” (Langensari, Banjar), Kelompok Tani Karsa Menak (Gobras, Tasikmalaya) dan Kelompok Ternak Surya Medal (Sariwangi, Tasikmalaya). Materi Ternak Ternak yang digunakan untuk penelitian ini adalah kambing perah PE sebanyak 100 ekor betina, terdiri atas 20 ekor pada UPTD Perbibitan Ternak Kambing PE Malaganti, 20 ekor pada Peternakan Bapak Aan, 20 ekor pada Kelompok Ternak Marga Rahayu “Sri Murni”, 20 ekor pada Kelompok Tani Karsa Menak dan 20 ekor pada Kelompok Ternak Surya Medal. Ternak yang digunakan adalah kambing betina dewasa pada laktasi ke- 2. Pakan Pemberian pakan dan persentase penggunaan pakan yang dilakukan pada kelima peternakan adalah sama. Konsentrat yang digunakan sebanyak 20% berupa ampas tahu dan penggunaan hijauan 80% terdiri dari 48% dedaunan dan 32% berupa rumput gajah. Peralatan Peralatan yang digunakan adalah tongkat ukur, tali ukur dan timbangan skala 100 kg, yang digunakan untuk pengukuran bagian tubuh pada ternak yang menjadi parameter dalam penelitian ini. Produksi susu dan volume kelenjar susu diukur dengan menggunakan ember, gelas ukur 1000 ml dan milk can. Dokumentasi selama kegiatan penelitian menggunakan kamera.
12
Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian berupa data primer dan data sekunder. Data primer didapat secara langsung di lapangan, dari wawancara langsung dengan pemilik ternak maupun dengan melakukan pengamatan di lapangan. Data sekunder didapat dari data yang ada di peternakan. Pengumpulan data di kelima peternakan dilakukan dengan bantuan teknisi dan anak kandang yang terdapat di masing-masing lokasi peternakan. Pengumpulan data dilakukan sebanyak empat kali untuk setiap ekor. Pengumpulan data dilakukan pada pukul 07.00-08.00 WIB setelah pemerahan. Selang waktu antara pengumpulan data pertama dengan pengumpulan data berikutnya adalah satu minggu. Ternak tidak diberi perlakuan khusus sebelum maupun sesudah pengambilan data. Peubah yang Diamati Peubah yang diamati meliputi lingkar dada, dalam dada, lebar dada, panjang telinga, tinggi badan, panjang badan, volume ambing, volume puting, volume ambing, dalam ambing, lingkar ambing, panjang puting, lingkar puting, bobot badan, lingkar metatarsus dan produksi susu induk betina. (1)
Lingkar Dada
(LiD) dalam cm, diukur dengan melingkarkan pita ukur
sepanjang rongga dada atau dari tulang dada di belakang tulang bahu dan tulang belikat menggunakan tali ukur.
Gambar 4. Pengukuran Lingkar Dada (2)
Dalam Dada (DD) dalam cm, diukur dengan mengukur tegak lurus dari tulang punggung tegak lurus dengan tulang dada menggunakan tongkat ukur.
13
Gambar 5. Pengukuran Dalam Dada (3)
Lebar Dada (LeD) dalam cm, diukur dengan mengukur jarak antara penonjolan bahu (tubersitas humeri) sebelah kiri sampai penonjolan bahu sebelah kanan menggunakan caliper.
(4)
Panjang Telinga (PT) dalam cm, diukur dengan pita ukur. Pengukuran dilakukan dari pangkal telinga hingga ke ujung telinga.
Gambar 6. Pengukuran Panjang Telinga (5)
Tinggi Badan (TB) dalam cm, diukur dengan tongkat ukur. Pengukuran tinggi badan dilakukan dari dasar tanah sampai tinggi pundak pada ruas punggung awal sebagai patokan tinggi badan kambing PE.
Gambar 7. Pengukuran Tinggi Badan
14
(6)
Panjang Badan (PB) dalam cm, diukur dengan tongkat ukur yang dilakukan membentuk garis miring dari penonjolan bahu (tubersitas humeri) sampai tulang duduk (tuber ischii).
Gambar 8. Pengukuran Panjang Badan (7)
Volume Kelenjar Susu (VKS) dalam ml, diukur meliputi keseluruhan volume kelenjar penghasil susu yang terdiri atas ambing dan puting. Pengukuran dilakukan dari pangkal kelenjar susu sampai ujung puting dengan cara mencelupkan kelenjar susu ke dalam wadah berisi air, kemudian air yang tumpah tersebut ditampung dan dianggap sebagai volume kelenjar susu.
Gambar 9. Pengukuran Volume Kelenjar Susu (8)
Volume Puting (VPtg) dalam ml, diukur dengan cara seperti melakukan pengukuran volume kelenjar susu akan tetapi batas kelenjar susu yang dicelupkan ke dalam wadah berisi air hanya sampai pada pangkal puting. Volume air yang tumpah kemudian ditampung dan dianggap sebagi volume puting.
15
Gambar 10. Pengukuran Volume Puting (9)
Volume Ambing (VAm) dalam ml, diukur dari pangkal kelenjar susu sampai batas pangkal puting. Pengukuran dilakukan dengan cara mengurangi jumlah volume kelenjar susu dengan volume puting. Hasil pengurangan tersebut dianggap sebagai volume ambing.
Gambar 11. Pengukuran Volume Ambing (10) Dalam Ambing (DAm) dalam ml, diukur dengan mengukur panjang dari pangkal ambing sampai ke pangkal puting menggunakan pita ukur.
Gambar 12. Pengukuran Dalam Ambing
16
(11) Lingkar Ambing (LiAm) dalam ml, diukur dengan mengukur lingkar pangkal ambing menggunakan bantuan tali yang kemudian dikonversikan ke dalam pita ukur.
Gambar 13. Pengukuran Lingkar Ambing (12) Panjang Puting (PPtg) dalam ml, diukur dari pangkal puting sampai ke ujung puting dengan menggunakan pita ukur.
Gambar 14. Pengukuran Panjang Puting (13) Lingkar Puting (LiPtg) dalam cm, diukur dengan mengukur lingkar puting menggunakan bantuan tali yang kemudian dikonversikan ke dalam pita ukur.
Gambar 15. Pengukuran Lingkar Puting
17
(14) Bobot Badan (BB) dalam kg, diukur dengan melakukan penimbangan ternak secara langsung pada saat pengamatan. (15) Lingkar Metatarsus (LiMtrs) dalam cm, diukur dengan cara pengukuran melingkari tepat di bagian atas tulang metatarsale dengan menggunakan bantuan tali yang kemudian dikonversikan ke dalam pita ukur.
Gambar 16. Pengukuran Lingkar Metatarsus (16) Produksi Susu (PS) dalam ml, dilakukan dengan mengukur langsung produksi susu yang dihasilkan pada saat pengamatan dan juga data pencatatan yang dilakukan oleh peternak pada saat pengamatan belum dilakukan. Analisis Data Nilai keeratan ukuran-ukuran tubuh akan dianalisis dengan menggunakan persamaan matematika. Analisis yang digunakan adalah Regresi Linier Ganda dan Regresi Linier terhadap data ukuran tubuh yang diperoleh. Analisis dilakukan setelah dilakukan analisis korelasi antara ukuran-ukuran tubuh dengan produksi susu untuk mengetahui derajat hubungan antara keduanya. Model korelasi yang digunakan sebagai berikut : ∑ (x1 – x1) (x2 – x2) rx1x2 =
√ ∑ (x1 – x1)2 ∑ (x2 – x2)2
Keterangan :
r x1 x2 x1 x2
= koefisien korelasi = peubah bebas ke- 1 = peubah bebas ke- 2 = rataan peubah ke- 1 = rataan peubah ke- 2
18
Persamaan matematika regresi antara produksi susu dengan ukuran-ukuran tubuh seperti berikut : 1. Regresi Linier Model : y = β0 + βx Keterangan : y x β0 βx
= Produksi susu = Peubah bebas = Intersep = Koefisien regresi produksi susu (y) terhadap ukuran tubuh (x) (Steel dan Torrie, 1995)
2. Regresi Linear Ganda Model : y = β0 + β1x1 + β2x2 + … + βnxn Keterangan : y x β0 β1 β2 βn
= Produksi susu = Peubah bebas = Intersep = Koefisien regresi produksi susu (y) terhadap ukuran tubuh 1 (x1) = Koefisien regresi produksi susu (y) terhadap ukuran tubuh 2 (x2) = Koefisien regresi produksi susu (y) terhadap ukuran tubuh n (xn) (Steel dan Torrie, 1995) Pengolahan data tersebut (analisis korelasi dan regresi) dibantu dengan
perangkat lunak statistika Minitab Release 13.20. 3. Analisis Pakan terhadap Kualitas Susu Efisiensi Pakan terhadap Susu : Keterangan : E P F
= Efisiensi pakan = Nutrisi yang terkandung pada Produk (dalam hal ini susu) = Nutrisi yang terkandung pada Pakan
Konversi Pakan menjadi Susu : Keterangan : K E
= Konversi = Nilai efisiensi pakan
19
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Peternakan Penelitian dilakukan di dua kabupaten yang terdapat di Provinsi Jawa Barat dengan mengambil lokasi pada lima daerah yang berbeda ketinggiannya dari permukaan laut. Pada Kabupaten Tasikmalaya terdapat empat peternakan rakyat yaitu peternakan Malaganti, peternakan yang dipimpin oleh bapak Aan, kelompok ternak “Surya Medal” yang dipimpin oleh bapak Zam-Zam, dan Kelompok Tani Karsa Menak. Satu peternakan di kota Banjar yaitu kelompok tani yang menamakannya dengan koperasi “Sri Murni”, koperasi ini dipimpin oleh bapak Yaya. Kelompok Tani Marga Rahayu “Sri Murni” (KTMRSM) Penelitian dilakukan pada peternakan rakyat yang tersebar di Dusun Bojongsari yang bergabung menjadi sebuah koperasi Marga Rahayu “Sri Murni”. Koperasi dipimpin oleh bapak Yaya. Koperasi terletak di Blok Pasirranji, Dusun Bojong sari, Desa Bojong Kantong, Kecamatan Langen Sari, Kota Banjar. Letak peternakan pada koordinat 12,1” BT dan 108o36’21,9” LS dengan ketinggian 29 m dpl. Kisaran suhu antara 27,90oC-26,13oC dan kelembaban relatif 87,63%. Kelompok Tani Marga Rahayu “Sri Murni” dibentuk untuk menyatukan persepsi para anggota dalam peran aktif membangun pertanian. Tujuannya dan sasaran (Kelompok Tani Marga Rahayu”Sri Murni”, 2011) adalah: 1. Membangun kerjasama antar anggota kelompok; 2. Mempermudah pembinaan para anggota kelompok; 3. Tempat penerapan teknologi pertanian/peternakan; 4. Wadah
musyawarah
para
anggota
kelompok
dalam
menyelesaikan
permasalahan; 5. Sarana usaha tani yang lebih terkoordinir. Sasaran yang ingin dicapai dari pembentukan kelompok adalah : 1. Peningkatan pendapatan anggota kelompok; 2. Menambahkan/menciptakan lapangan kerja. Koperasi Sri Murni ini dibentuk pada tanggal 27 Mei 1997, dikukuhkan pada tanggal 27 Maret 2006 yang dipimpin oleh Bapak Karjo dengan anggota sebanyak 31 orang. Koperasi bergerak pada usaha pokok agribisnis kambing PE, sapi potong serta
20
ayam kampung. Koperasi bergerak di usaha lain yaitu jasa traktor, pembesaran ikan gurame dan sarana produksi pertanian. Koperasi Sri Murni memiliki aset berupa hewan ternak sebanyak 362 ekor, yang terdiri atas kambing PE sebanyak 195 ekor, sapi potong sebanyak 17 ekor dan ayam kampung sebanyak 150 ekor. Setiap anggota kelompok memiliki kambing sebanyak 6 ekor. Kelompok Tani Karsa Menak (KTKM) Kelompok Tani Karsa Menak dipimpin oleh Bapak Irwan Yuhana Putra (Kang Yepe) terletak di Kampung Cisumur, Desa Karsa Menak, Kecamatan Kawalu, Tasikmalaya. Letak peternakan pada koordinat 07o21’54,5” BT dan 108o13’14,0” LS dengan ketinggian 367 m dpl. Kisaran suhu antara 25,98oC-23,81oC dan kelembaban relatif 84,13%. Kelompok Tani memiliki 46 ekor ternak kambing PE yang terdiri atas 30 ekor induk betina laktasi, 2 ekor pejantan dan 14 ekor anak kambing. Kelompok Tani Ternak Kambing PE “Surya Medal” (KTTKSM) Peternakan Bapak Zam-zam (Surya Medal) terletak di Kampung Cibiru, Desa Sariwangi, Kecamatan Sariwangi, Tasikmalaya. Letak peternakan pada koordinat 07o19’11,6” BT dan 108o04’19,2” LS dengan ketinggian 561 m dpl. Kisaran suhu antara 23,79oC-22,41oC dan kelembaban relatif 89,00%. Kecamatan Sariwangi merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya yang sudah lama melaksanakan kegiatan pemeliharaan ternak kambing, khususnya kambing PE. Perkembangan kambing di kecamatan ini dari waktu ke waktu sangat pesat, sehingga banyak peternak yang beralih dari memelihara domba ke pemeliharaan kambing PE. Salah satu sentra peternakan kambing PE berada di Blok Cibiru, Kampung Leuwi Peusing, Desa Sariwangi, Kecamatan Sariwangi, Kabupaten Tasikmalaya. Di tempat tersebut telah berdiri kelompok tani peternak kambing PE, yaitu “Surya Medal”. Kelompok tani peternak kambing PE “Surya Medal”, merupakan kelompok peternak yang melakukan kegiatan usaha pengadaan bibit dan produsen/penghasil susu kambing perah. Kelompok peternak kambing PE “ Surya Medal” didirikan pada tahun 2004 bermula dari lima orang peternak yang pada perjalanannya sampai akhir tahun 2008 mencapai 222 ekor, jumlah kandang sebanyak 22 unit, populasi jantan dewasa
21
sebanyak 26 ekor, dan betina sebanyak 122 ekor, anak jantan sebanyak 24 ekor dan anak betina sebanyak 60 ekor. Kelompok tersebut memiliki lahan seluas 0,5 hektar dan telah ditanami rumput gajah sebagai penyedia pakan hijauan bagi ternak. Produksi susu rata-rata per hari mencapai 32,4 liter. Pemasaran susu bersifat lokal, yaitu pembeli langsung ke lokasi kelompok. Peternakan Bapak Aan (PBA) Peternakan Bapak Aan terletak di Kampung Malaganti, Desa Sukaharja, Kecamatan Sariwangi, Tasikmalaya. Letak peternakan pada koordinat 07o18’17,0” BT dan 108o03’13,4” LS dengan ketinggian 673 m dpl. Kisaran suhu antara 22,96oC20,88oC dan kelembaban relatif 82,75%. Peternakan Bapak Aan memiliki 57 ekor ternak kambing PE yang terdiri atas 35 ekor induk betina laktasi, 3 ekor pejantan dan 19 ekor anak kambing. UPTD Perbibitan Ternak Kambing PE Malaganti (UPTDPTM) UPTD Perbibitan Ternak Kambing PE Malaganti terletak di Kampung Malaganti, Desa Sukaharja, Kecamatan Sariwangi, Tasikmalaya. Letak peternakan pada koordinat 07o17’54,5” BT dan 108o03’08,2” LS dengan ketinggian 727 m dpl. Kisaran suhu antara 23,2oC-20,58oC dan kelembaban relatif 80,50%. Pemerintah
kabupaten
Tasikmalaya
mempunyai
perhatian
untuk
meningkatkan penyediaan ternak bibit yang berkualitas, untuk itu dibuat UPTD perbibitan ternak yang telah memiliki UPT Sapi Potong di Tawang Pancatengah dan UPT kambing PE di Malaganti Sariwangi. Kedua UPT tersebut untuk penyediaan bibit sapi potong dan kambing PE berkualitas bagi masyarakat. Pembentukan UPT didasarkan pada peraturan daerah Kabupaten Tasikmalaya nomor 15 tahun 2008 tentang organisasi dinas daerah Kabupaten Tasikmalaya. UPTD Perbibitan kambing PE dibangun pada tahun 2005 dan mulai beroperasi pada tahun 2006, berlokasi di Kampung Malaganti, Desa Sukaharja, Kecamatan Sariwangi. Perbibitan kambing PE mempunyai lahan seluas 3.600 m 2 terdapat fasilitas gedung kantor satu unit, kandang ternak kapasitas 50 ekor sebanyak empat unit dan gedung serbaguna satu unit serta kebun rumput pada tanah milik negara seluas satu hektar, satu unit motor bak pengangkut rumput, satu unit mesin pengolahan kompos. Populasi induk kambing sebanyak 83 ekor. Hasil produksi
22
perbibitan kambing PE adalah 50 ekor anak dan 10 ton pupuk organik, serta 800 liter susu. Tujuan didirikannya UPTD antara lain: menyediakan fasilitas pembibitan ternak sapi potong dan kambing PE, menyediakan fasilitas tempat pelatihan, magang dan percontohan bagi peternak serta untuk peningkatan sumberdaya manusia peternak khusunya peternak sapi potong dan kambing PE, meningkatkan mutu ternak sapi potong dan kambing PE melalui sistem perkawinan terarah, meningkatkan pendapatan Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya melalui penjualan bakalan sapi dan kambing PE, penyebaran ternak kepada peternak melalui pola kemitraan dan bagi hasil serta penjualan susu dan pupuk kompos. Produksi Susu Tingkat produksi susu dipengaruhi oleh banyak faktor. Hal ini menyebabkan terjadinya perbedaan dalam produksi susu yang dihasilkan pada setiap peternakan. Phalepi (2004) menyatakan, tingkat produksi susu tidak terlepas dari mutu genetik ternak, daya produksi, umur induk, lama laktasi, tatalaksana yang diberlakukan terhadap ternak, kondisi iklim, daya adaptasi ternak dan aktivitas pemerahan. Dari kelima peternakan yang digunakan sebagai lokasi penelitian ini ternyata tidak semua peternakan memiliki produksi susu yang tinggi. Rataan produksi susu pada setiap peternakan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Penampilan Produksi Susu Kambing PE di Kelima Lokasi Peternakan Peternakan KTMRSM KTKM KTTKSM PBA
n (ekor) 20 20 20 20
UPTDPTM
20
Produksi Susu Rataan Produksi (l/ekor/hari) 1045,0 ± 438,5 501,5 ± 233,5
b
41,96
d
46,56
c
21,90
777,0 ± 170,1
1840,0 ± 795,0 548,0 ± 166,5
Koefisien Keragaman (%)
a
d
43,20 30,38
Keterangan : KTMRSM = Sri Murni, KTKM = Kelompok Tani Karsa Menak, KTTKSM = Kelompok Tani Surya Medal, PBA = Aan Farm, UPTDPTM = UPTD Perbibitan Ternak Kambing PE Malaganti; a,b,c,d = beda nyata P < 0,01
Produksi susu yang dihasilkan pada PBA dapat dikatakan merupakan peternakan yang memiliki hasil produksi susu yang terbaik dari keempat Farm lainnya. Hal ini dapat disebabkan beberapa faktor yaitu, genetik (Setiadi et al.,
23
1994), lingkungan (Nasution et al., 2010), kualitas pakan yang diberikan (Martawidjaja et al., 2001) serta manajemen pemeliharaan yang dilakukan (Budiarsana et al., 2007). KTKM terletak di ketinggian 673 m dpl dengan suhu udara rata-rata maksimum 22,96oC dan minimum 20,88oC. Nilai keragaman yang tinggi terjadi pada produksi susu dengan nilai tertinggi terdapat pada KTKM (46,56%), sedangkan nilai keragaman yang terendah terdapat pada KTTKSM (21,90%), akan tetapi semua Farm memiliki kecenderungan nilai keragaman yang tinggi yaitu KTMRSM (41,96%), PBA (43,20%) dan UPTDPTM (30,38%). Nilai keragaman yang tinggi memungkinkan untuk dilakukannya seleksi terhadap ternak yang memiliki produksi susu tinggi. Hal ini tergantung dari tujuan usaha tersebut, oleh karena itu harus dilakukan pembatasan mengenai lama laktasinya. Lama laktasi seekor ternak kambing Peranakan Etawah yang ideal adalah sekitar 24 minggu (Atabany, 2001). Dari hasil uji t pada produksi susu di kelima peternakan tidak dapat langsung dikatakan berbeda. Hasil uji T menunjukkan bahwa PBA memiliki hasil uji produksi susu yang yang berbeda dengan KTMRSM, KTKM, UPTDPTM dan KTTKSM. Hasil uji banding juga menunjukkan bahwa KTMRSM memiliki produksi susu yang berbeda dengan KTKM, UPTDPTM dan KTTKSM; KTTKSM berbeda dengan KTKM dan UPTDPTM, akan tetapi hasil uji menunjukkan bahwa KTKM dan UPTDPTM memiliki produksi susu yang sama. Hal ini menunjukkan ada perbedaan jumlah produksi susu yang berbeda pada masing-masing peternakan, akan tetapi KTKM dan UPTDPTM memiliki kecenderungan rataan produksi susu yang sama. PBA memiliki rataan produksi susu sebesar 1840 ml/ekor/hari sedangkan rataan produksi susu di KTMRSM adalah sebesar 1045 ml/ekor/hari; KTKM sebesar 501,5 ml/ekor/hari; UPTDPTM sebesar 548 ml/ekor/hari dan KTTKSM sebesar 777 ml/ekor/hari. Jika diurutkan dari rataan produksi susu yang dihasilkan maka produksi susu pada PBA merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan keempat peternakan lainnya yaitu KTMRSM, KTTKSM, UPTDPTM dan KTKM yang memiliki rataan produksi yang paling rendah. Perbedaan produksi susu yang dihasilkan pada setiap peternakan dapat disebabkan oleh adanya perbedaan umur laktasi kambing yang dijadikan sampel dalam penelitian ini walaupun berada dalam fase laktasi yang sama. Hasil penelitian
24
Widyandari (2002) menyatakan, bahwa puncak produksi susu kambing PE terjadi pada rentang waktu antara minggu ke-2-5 umur laktasi dan akan menurun perlahan sampai masa laktasi berakhir. Perbedaan umur laktasi ini menyebabkan adanya keragaman jumlah produksi susu yang dihasilkan. Hal ini menyebabkan rataan produksi susu pada setiap lokasi penelitian berbeda. Kelima Farm yang digunakan memiliki manajemen pemeliharaan yang hampir serupa baik dalam jenis maupun frekuensi pemberian pakan, yaitu pemberian pakan berupa hijauan berupa rumput lapang yang dicampur dedaunan dengan perbandingan rumput lapang dan dedaunan adalah 40% : 60%. Upaya dalam meningkatkan konsumsi dan mengatasi kemungkinan defisiensi (terutama protein dan energi) dilakukan dengan cara memberi pakan tambahan konsentrat atau dedaunan leguminosa (Maylinda dan Basori, 2004). Pemberian pakan pada dasarnya ad libitum, akan tetapi dari perhitungan yang dilakukan rata-rata konsumsi pakan ternak adalah 6-7 kg per ekor per hari, dengan pemberian pakan dilakukan sebanyak 2 kali dalam sehari, yaitu pada pagi dan sore hari. Martawidjaja et al. (2001) menyatakan, bahwa jumlah pemberian pakan untuk kambing perah dengan kondisi laktasi adalah 5-7 kg hijauan dengan penambahan pakan konsentrat sebanyak 500700 gr per ekor per hari, dengan frekuensi pemberian pakan dapat dilakukan sebanyak dua kali atau tiga kali sehari. Komposisi kandungan bahan pakan pada setiap Farm dapat dilihat pada Tabel 3 Tabel 3. Komposisi Kandungan Bahan Pakan Komposisi Air (%) Energi (Kkal) Protein (%) Lemak (%)
KTMRSM 15,11 62,54 22,69 2,34
KTKM 15,26 80,08 15,22 3,04
KTTKSM 13,44 54,95 14,27 2,23
PBA 7,80 53,11 15,22 2,02
UPTDPTM 12,12 49,21 14,71 2,46
Keterangan : KTMRSM = Sri Murni, KTKM = Kelompok Tani Karsa Menak, KTTKSM = Kelompok Tani Surya Medal, PBA = Aan Farm, UPTDPTM = UPTD Perbibitan Ternak Kambing PE Malaganti
Walaupun jumlah konsumsi pakan di setiap Farm hampir sama jumlahnya, namun kemampuan setiap individu ternak kambing dalam menyerap nutrisi yang terkandung di dalam pakan berbeda-beda. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain palatabilitas ternak terhadap bahan pakan yang diberikan, kemampuan genetik dari masing-masing individu dan cara pemberian pakan.
25
Kemampuan penyerapan nutrisi ini akan mempengaruhi jumlah produksi yang dihasilkan, dalam hal ini jumlah produksi susu kambing PE. Haryanto et al. (1992) berpendapat, nilai kecernaan dalam mengkonsumsi pakan yang rendah menyebabkan kualitas produksi susu yang tidak baik hal ini disebabkan nutrisi yang terkandung di dalam pakan tidak dapat tersalurkan ke dalam susu yang dihasilkan oleh ternak. Komposisi kandungan nutrisi di dalam susu di kelima peternakan dapat dilihat pada Tabel 4, sedangkan Efisiensi konsumsi pakan terhadap produksi susu di kelima peternakan dapat dilihat padaTabel 5. Tabel 4. Komposisi Kandungan Nutrisi Susu Komposisi Air (%) Energi (Kkal) Protein (%) Lemak (%)
KTMRSM 85,25 67,00 4,10 5,65
KTTKSM 86,50 61,00 3,30 3,30
UPTDPTM 87,00 65,00 3,50 3,50
KTKM 85,00 70,00 4,29 7,75
PBA 84,00 68,00 4,15 7,17
Keterangan : KTMRSM = Sri Murni, KTKM = Aan Farm, KTTKSM = Kelompok Tani Karsa Menak, PBA = UPTD Perbibitan Ternak Kambing PE Malaganti, UPTDPTM = Kelompok Tani Surya Medal
Tabel 5. Konversi dan Efisiensi Konsumsi Pakan Komposisi KTMRSM Energi (Kkal) x (%) 18,62 y 5,37 Protein x (%) 3,14 y 31,85 Lemak x (%) 41,95 y 2,38
KTKM 12,14 8,24 3,45 28,95 17,29 5,78
KTTKSM 17,77 5,63 3,68 27,15 23,57 4,24
PBA 21,44 4,66 4,59 21,81 62,42 1,60
UPTDPTM 25,16 3,97 5,14 19,47 53,07 1,88
Keterangan : KTMRSM = Sri Murni, KTKM = Kelompok Tani Karsa Menak, KTTKSM = Kelompok Tani Surya Medal, PBA = Aan Farm, UPTDPTM = UPTD Perbibitan Ternak Kambing PE Malaganti x = efisiensi pakan y = konversi pakan
Tabel 5 menunjukkan bahwa untuk efisiensi konsumsi terhadap kandungan energi yang tertinggi berada pada UPTDPTM (25,16%), sedangkan efisiensi konsumsi energi yang terendah terdapat pada KTKM (12,14%). Toharmat et al. (2006) mengatakan, perbedaan efisiensi konsumsi pakan dipengaruhi oleh jenis pakan, manjemen pemberian pakan, kondisi lingkungan serta palatabilitas ternak terhadap pakan. Efisiensi konsumsi terhadap kandungan protein yang tertinggi berada pada UPTDPTM (5,14%) dan efisiensi konsumsi yang terendah terdapat pada KTMRSM (3,14%). Efisiensi konsumsi terhadap kandungan lemak yang terdapat 26
pada bahan pakan menjadi susu yang dihasilkan, nilai efisiensi tertinggi terdapat pada PBA (62,42%) dan terendah berada pada KTKM (17,29%). Hasil analisis dari Tabel 5 menunjukkan bahwa dari segi efisiensi konsumsi pakan menjadi susu bahwa UPTDPTM memiliki tingkat efisiensi yang terbaik dibandingkan keempat peternakan lainnya. Hal ini berbanding terbalik dengan jumlah produksi yang dihasilkan karena produksi susu pada UPTDPTM merupakan yang paling rendah jika dibandingkan dengan keempat peternakan lainnya. Ayuningsih (1994) menjelaskan bahwa, meningkatnya produksi susu akan mengakibatkan menurunnya kualitas susu yang dihasilkan, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan distribusi zat makanan antara ternak yang memiliki produksi susu rendah dengan yang memiliki produksi susu tinggi. Menurut Toharmat et al. (2006) tingginya konsumsi bahan kering dan nutrien pada kambing dengan ransum terkait dengan tingginya kecernaan nutrient komponen bahan tersebut seperti kecernaan bahan kering, bahan organik, serat kasar dan lemak ransum. Perbedaan efisiensi konsumsi pakan dapat terjadi karena perbedaan kandungan nutrisi dan jenis pakan yang diberikan kepada ternak. Ukuran-Ukuran Tubuh Kambing Peranakan Etawah Bobot hidup dan ukuran-ukuran tubuh ternak dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin. Peningkatan ukuran tubuh akan terjadi seiring dengan bertambahnya umur pada ternak. Setiadi et al. (1994), menyebutkan bahwa ketinggian tempat juga mempengaruhi ukuran tubuh ternak, kambing PE yang dipelihara di dataran tinggi memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan kambing PE yang dipelihara di dataran rendah. Berdasarkan pengukuran ukuran-ukuran tubuh yang pernah dilakukan terhadap kambing Peranakan Etawah betina oleh Phalepi (2004), didapatkan persamaan dan perbedaan mengenai ukuran-ukuran tersebut dengan hasil pengamatan langsung di lapangan. Hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada Tabel 6. Hasil pengukuran yang dilakukan menunjukkan besarnya nilai ukuran-ukuran tubuh kambing Peranakan Etawah betina yang didapatkan melalui pengukuran langsung di lapangan memiliki nilai rataan yang lebih besar dibandingkan hasil penelitian Phalepi (2004). Ukuran-ukuran tubuh yang didapatkan melalui pengukuran langsung di lapangan meliputi dalam dada, lebar dada, dalam ambing,
27
lingkar ambing, panjang puting, lingkar puting dan lingkar metatarsus memiliki nilai rataan yang lebih kecil. Hal ini meliputi produksi susu yang dihasilkan pada setiap Farm memiliki nilai rataan yang lebih besar, berarti kelima peternakan memiliki kualitas ternak yang cukup baik. Hal ini terlepas dari jumlah ternak yang diamati. Budiarsana (2005) mengatakan, bahwa performa ternak di lapangan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang kompleks sehingga menyebabkan terjadinya perbedaan hasil pengukuran performa ternak di setiap lokasi dan waktu yang berbeda. Tabel 6. Rerata Ukuran-ukuran Tubuh Kambing PE Betina Sifat dan Ukuran Tubuh Panjang Telinga (cm)
KTMRSM
KTKM
KTTKSM
PBA
UPTDPTM
Phalepi (2004)
29,6 ± 3,7 (12,54%)
25,3 ± 1,9 (7,70%)
28,8 ± 2,4 (8,28%)
29,8 ± 3,7 (12,43%)
28,9 ± 2,9 (9,91%)
24,9 ± 2,7 (10,84%)
Tinggi Badan (cm)
74,4 ± 4,6 (6,13%)
69,0 ± 3,1 (4,51%)
71,4 ± 4,3 (6,09%)
73,8 ± 5,5 (7,41%)
71,9 ± 2,9 (3,97%)
68,6 ± 2,6 (3,79%)
Panjang Badan (cm)
71,1 ± 6,1 (8,59%)
65,8 ± 3,8 (5,79%)
76,5 ± 5,1 (6,66%)
74,8 ± 5,9 (7,91%)
68,4 ± 3,4 (4,94%)
56,7 ± 4,1 (7,23%)
Lingkar Dada (cm)
78,2 ± 5,3 (6,84%)
70,7 ± 3,9 (5,46%)
80,3 ± 4,8 (5,99%)
82,2 ± 7,5 (9,18%)
70,7 ± 3,8 (5,31%)
70,6 ± 4,4 (6,23%)
Volume Ambing (l)
1241 ± 500 (40,29%)
722,0 ± 246,9 (34,20%)
929,5 ± 200,2 (21,54%)
2236 ± 890 (39,80%)
625,5 ± 170,1 (27,19%)
462,2 ± 144,8 (31,32%)
437,5 ± 285,9 (65,36%)
194,0 ± 130,9 (67,47%)
308,0 ± 159,2 (51,69%)
781 ± 449 (57,57%)
222,5 ± 74,3 (33,38%)
38,6 ± 14,4 (37,30%)
Bobot Badan (kg)
37,7 ± 5,3 (14,04%)
32,1 ± 4,0 (12,42%)
45,7 ± 9,0 (19,64%)
60,6 ± 7,7 (12,76%)
36,6 ± 3,8 (10,50%)
30,2 ± 6,4 (21,19%)
Dalam Dada (cm)
25,1 ± 1,5 (6,15%)
23,5 ± 0,9 (3,87%)
25,5 ± 1,3 (5,10%)
26,45 ± 2,4 (8,91%)
23,9 ± 1,0 (4,25%)
25,9 ± 1,9 (7,33%)
Lebar Dada (cm)
15,1 ± 0,7 (4,56%)
14,6 ± 0,5 (3,44%)
15,5 ± 0,6 (3,92%)
15,8 ± 8,1 (5,40%)
14,7 ± 0,5 (3,34%)
16,3 ± 1,3 (7,98%)
Dalam Ambing (cm)
15,8 ± 2,0 (12,92%)
13,3 ± 1,6 (11,98%)
15,7 ± 1,3 (8,36%)
19,3 ± 2,9 (14,78%)
13,0 ± 1,0 (7,89%)
18,6 ± 4,5 (24,19%)
Lingkar Ambing (cm)
19,9 ± 4,6 (23,05%)
18,2 ± 0,9 (4,82%)
18,6 ± 1,0 (5,35%)
24,1 ± 3,3 (13,59%)
18,1 ± 0,9 (4,71%)
24,3 ± 3,0 (12,35%)
Panjang Puting (cm)
10,2 ± 2,6 (25,76%)
6,9 ± 0,9 (12,35%)
7,9 ± 1,6 (19,65%)
13,7 ± 2,4 (17,26%)
6,9 ± 1,0 (14,79%)
8,0 ± 2,1 (26,25%)
Lingkar Puting (cm)
7,3 ± 1,5 (20,42%)
6,2 ± 0,5 (8,44%)
6,9 ± 0,9 (12,76%)
9,7 ± 1,5 (15,14%)
6,4 ± 0,5 (7,85%)
Lingkar Metatarsus (cm)
11,3 ± 0,5 (4,20%)
10,7 ± 0,3 (2,80%)
10,9 ± 0,4 (3,52%)
11,2 ± 0,5 (4,65%)
11,0 ± 0,4 (3,30%)
8,6 ± 0,5 (5,81%) 12,1 ± 0,5 (4,13%)
Volume Puting (l)
Keterangan : KTMRSM = Sri Murni, KTKM = Kelompok Tani Karsa Menak, KTTKSM = Kelompok Tani Surya Medal, PBA = Aan Farm, UPTDPTM = UPTD Perbibitan Ternak Kambing PE Malaganti
Tabel 6 menunjukkan, bahwa penampilan produksi susu yang tinggi berada pada kelompok ternak yang dipelihara di PBA, hal ini ditunjukkan dengan kecenderungan terhadap dimensi ukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan
28
dengan ukuran tubuh pada kelompok ternak yang dipelihara di peternakan lainnya, kecuali pada lingkar metatarsus yang memiliki dimensi ukuran yang relatif sama pada semua ternak yang dipelihara walaupun berada di lokasi pemeliharaan yang berbeda. Maylinda dan Basori (2004) menyebutkan, bahwa bobot badan dan ukuran tubuh lainnya, meskipun bukan merupakan sifat-sifat ekonomis pada ternak perah tetapi merupakan pencerminan potensi pertumbuhan ternak yang mempunyai hubungan positif dengan pertumbuhan dan perkembangan kelenjar mammae yang akan menentukan tinggi rendahnya produksi susu yang dihasilkan. Kecenderungan yang dapat dilihat dari Tabel 6 adalah semakin besar dimensi ukuran tubuh yang dimiliki oleh ternak kambing maka semakin tinggi produksi susu yang dihasilkan oleh ternak kambing tersebut. Perbedaan dimensi ukuran tubuh ini sesuai dengan pernyataan dari Devendra dan Burns (1994), bahwa hampir semua dimensi pada tubuh kambing yang berproduksi susu tinggi sedikit lebih besar dibandingkan kambing yang berproduksi susu rendah. Koefisisen keragaman sebagai suatu ukuran keragaman relatif, pada masingmasing peternakan tidak memperlihatkan dominasi untuk ukuran tubuh tertentu dari semua dimensi ukuran tubuh yang diukur kecuali volume ambing dan volume puting. Perbedaan tersebut disebabkan oleh jumlah ternak yang diamati pada setiap Farm tidak sama, ukuran-ukuran tubuh yang diamati bervariasi dan adanya keragaman bentuk serta ukuran-ukuran tubuh pada setiap individu ternak meskipun dalam satu bangsa. Menurut Buckley et al. (2000), hal tersebut disebabkan perbedaan proporsi relatif dari bagian tubuh satu dengan yang lain. Keragaman ukuran juga dapat diakibatkan penerapan manajemen pemeliharaan yang berbeda antar pengelola ternak dan keadaan lingkungan yang tidak sesuai dengan kondisi ternak. Banyaknya nilai keragaman yang tinggi pada ukuran tubuh yang memiliki korelasi terhadap produksi susu, maka semua peternakan masih memungkinkan untuk dilakukan seleksi. Seleksi pada KTMRSM didasarkan pada keragaman panjang telinga (12,54%), volume ambing (40,29%), volume puting (65,36%), bobot badan (14,04%), dalam ambing (12,92%), lingkar ambing (23,05%), panjang puting (25,76%) dan lingkar puting (20,42%). Seleksi pada KTKM didasarkan pada keragaman volume ambing (34,20%), volume puting (67,47%), bobot badan 12,42%), dalam ambing (11,98%) dan panjang puting (12,35%). Seleksi pada
29
KTTKSM dilakukan dengan dasar keragaman volume ambing (21,54%), volume puting (51,69%), bobot badan (19,64%), panjang puting (19,65%) dan lingkar puting (12,76%). Seleksi pada PBA didasarkan pada keragaman panjang telinga (12,43%), volume ambing (39,80%), volume puting (57,57%), bobot badan (12,76%), dalam ambing (14,78%), lingkar ambing (13,59%), panjang puting (17,26%) dan lingkar puting (15,14%). Seleksi pada UPTDPTM didasarkan pada keragaman volume ambing (27,19%), volume puting (33,38%) dan panjang puting (14,79%). Semua ukuran tubuh yang memiliki nilai keragaman tinggi pada masingmasing peternakan dapat dijadikan dasar dalam melakukan seleksi terhadap ternak, akan tetapi hanya volume ambing, volume puting dan lingkar puting yang memiliki korelasi nyata terhadap produksi susu. Seleksi ternak berdasarkan ketiga ukuran tubuh tersebut dapat diurutkan mulai dari sifat yang memiliki nilai keragaman yang tertinggi terlebih dahulu, yaitu pertama berdasarkan volume puting kemudian berdasarkan volume ambing lalu terakhir berdasarkan lingkar puting. Hal ini memiliki kecenderungan yang sama di semua peternakan. Hubungan antara Ukuran-ukuran Tubuh pada Peternakan yang Berbeda Analisis korelasi secara umum mengetahui keterkaitan antara dua atau lebih peubah pada suatu sampel yang sama. Beberapa teknik analisis dapat digunakan untuk melihat ada tidaknya hubungan antar peubah tersebut, tergantung dari tujuan analisis dan jenis data yang akan dianalisis. Hasil analisis korelasi bahwa semakin besar nilai korelasi yang ada atau bernilai koefisien semakin mendekati satu, berarti hubungan antara kedua peubah semakin erat. Korelasi antara ukuran tubuh dengan produksi susu disajikan pada Tabel 7. Korelasi yang bernilai positif atau negatif dapat terjadi karena beragamnya ukuran tubuh ternak
yang diamati. Korelasi positif ditunjukkan dengan
meningkatnya suatu sifat, maka akan meningkatkan suatu sifat yang lain dan sebaliknya, sedangkan korelasi negatif ditunjukkan dengan meningkatnya suatu sifat, maka akan menurunkan sifat yang lain dan sebaliknya. Menurut Aunuddin (1989), nilai korelasi bisa bernilai negatif atau positif yang berkisar antara -1 dan +1, tergantung pada arah pola hubungan antara kedua peubah tersebut. Berdasarkan analisis korelasi terhadap induk kambing PE pada kelima peternakan yang berbeda, didapat hasil korelasi tertinggi dan terendah seperti terlihat pada Tabel 7. Dari hasil
30
penelitian ini dapat dilihat, bahwa korelasi tertinggi antara ukuran tubuh ternak terhadap produksi susu adalah volume ambing dengan nilai korelasi 0,992 sedangkan pada penelitian Maylinda dan Basori (2004) nilai korelasi volume ambing dengan produksi susu adalah sebesar 0,978. Tabel 7. Korelasi antara Ukuran-ukuran Tubuh dengan Produksi Susu dari Kambing PE Betina pada Farm yang Berbeda. Korelasi
KTMRSM
KTKM
KTTKSM
PBA
UPTDPTM
Tertinggi
PS vs VAm
PS vs VAm
PS vs VAm
PS vs VAm
PS vs VAm
(0,992)
(0,965)
(0,905)
(0,984)
(0,889)
PT vs PPtg
VPtg vs PPtg
PS vs TB
PT vs VPtg
VAm vs BB
(0,112)
(0,027)
(0,002)
(0,016)
(0,001)
DD vs DAm
PS vs PT
PS vs PT
PS vs PT
PS vs PT
LeD vs DAm
PT vs TB
PT vs LiD
PT vs VAm
PS vs DD
BB vs LiAm
PT vs PB
PT vs VAm
PT vs Dam
PT vs DD
Dam vs LiAm
PT vs LiD
PT vs VPtg
PT vs LiAm
PT vs LeD
Terendah Negatif
PT vs DD PT vs PPtg TB vs PPtg TB vs Dam Keterangan : KTMRSM = Sri Murni, KTKM = Kelompok Tani Karsa Menak, KTTKSM = Kelompok Tani Surya Medal, PBA = Aan Farm, UPTDPTM = UPTD Perbibitan Ternak Kambing PE Malaganti; PS = Produksi Susu, VAm = Volume Ambing, PPtg = Panjang Puting, BB = Bobot Badan, TB = Tinggi Badan, DAm = Dalam Ambing, PT = Panjang Telinga, LiD = Lingkar Dada, LiAm = Lingkar Ambing, DD = Dalam Dada
Nilai Keeratan Hubungan antara Produksi Susu dengan Ukuran-ukuran Tubuh pada Peternakan yang Berbeda Penampilan luar ternak yang dilihat berdasarkan ukuran tubuh digunakan untuk menentukan tipe ternak dengan kemampuan produksi yang tinggi. Ukuranukuran tubuh yang pernah digunakan pada ternak perah besar
untuk menduga
produksi susu antara lain panjang badan, tinggi pundak, lebar dada, lingkar dada dan bobot tubuh, kemudian ditambahkan ukuran lingkar dada dan volume ambing dalam penelitian Maylinda dan Basori (2004). Penambahan peubah lain dari ukuran tubuh, selain yang disebutkan tadi dilakukan dengan melihat bentuk dan fungsi lain dari bagian tubuh berdasarkan tipe perah yang dimiliki kambing dan kemudian dilihat kemungkinannya untuk digunakan dalam pendugaan produksi susu. Penggunaan ukuran-ukuran tubuh untuk menduga bobot hidup sudah banyak dilakukan, karena alasan praktis serta mudah dalam pengerjaan maupun penilaian. Hal yang sama juga diberlakukan untuk menduga produksi susu, sehingga kisaran pendekatan hasil produksi susu yang mendekati hasil sebenarnya dari seekor ternak perah didapatkan. Oleh karena itu perlu diketahui keeratan hubungan antara produksi 31
susu dengan ukuran-ukuran tubuh tersebut sebagai penduganya. Tabel 8 menunjukkan nilai korelasi antara produksi susu induk kambing PE dengan ukuranukuran tubuhnya pada peternakan yang berbeda. Tabel 8. Korelasi (r) Produksi Susu dengan Ukuran-Ukuran Tubuh Kambing PE Ukuran Tubuh Panjang Telinga Tinggi Badan Panjang Badan Lingkar Dada Volume Ambing Volume Puting Bobot Badan Dalam Dada Lebar Dada Dalam Ambing Lingkar Ambing Panjang Puting Lingkar Puting Lingkar Metatarsus
KTMRSM 0,139 0,341 0,483* 0,239 0,992** 0,982** 0,401 0,141 0,270 0,714** 0,373 0,917** 0,854** 0,392
KTKM -0,086 0,293 0,206 0,447* 0,965** 0,902** 0,151 0,340 0,306 0,161 0,120 0,159 0,816** 0,361
KTTKSM -0,133 0,002 0,033 0,849** 0,905** 0,793** 0,286 0,764** 0,754** 0,829** 0,879** 0,722** 0,480* 0,068
PBA -0,021 0,253 0,205 0,820** 0,984** 0,980** 0,134 0,827** 0,785** 0,955** 0,970** 0,811** 0,954** 0,304
UPTDPTM -0,326 -0,283 -0,145 0,115 0,889** 0,767** 0,119 -0,455* 0,211 0,780** -0,091 0,847** 0,796** -0,261
Keterangan : Keterangan : KTMRSM = Sri Murni, KTKM = Kelompok Tani Karsa Menak, KTTKSM = Kelompok Tani Surya Medal, PBA = Aan Farm, UPTDPTM = UPTD Perbibitan Ternak Kambing PE Malaganti *=nyata (P<0,05) ** = sangat nyata (P<0,01)
Analisis korelasi ukuran-ukuran tubuh terhadap produksi susu mendapatkan hasil yang sangat beragam, karena penampilan seekor ternak terkait dengan hasil dari suatu proses pertumbuhan yang berkesinambungan dalam seluruh hidup hewan tersebut. Produksi susu secara umum mempunyai hubungan yang erat dengan ukuran-ukuran tubuh, kecuali panjang telinga (PBA, KTKM, UPTDPTM dan KTTKSM) dan tinggi badan; panjang badan; dalam dada; lingkar ambing; lingkar metatarsus pada UPTDPTM yang berkorelasi negatif. Dimensi ambing merupakan bagian tubuh ternak yang memiliki hubungan erat dengan produksi susu dan memiliki nilai korelasi tertinggi jika dibandingkan dengan bagian tubuh lainnya Maylinda dan Basori (2004). Berdasarkan Tabel 8 diketahui, bahwa korelasi tertinggi pada KTMRSM, yaitu pada produksi susu dengan volume ambing (0,992). Selain dari KTMRSM, nilai korelasi pada peternakan lainnya yaitu KTKM (0,965), KTTKSM (0,905), PBA
32
(0,984) dan UPTDPTM (0,889) yaitu antara produksi susu dengan volume ambing. Korelasi antara produksi susu dengan lingkar puting juga menunjukkan nilai yang positif di semua peternakan, dengan nilai korelasi terbesar terdapat pada PBA dengan nilai 0,954 dan sangat nyata (P<0,01). Volume ambing memiliki korelasi yang positif terhadap produksi susu yang terjadi di semua peternakan dengan nilai korelasi terbesar terdapat pada KTMRSM dengan nilai 0,992 dan sangat nyata (P<0,01). Ukuran-ukuran tubuh seperti panjang telinga, tinggi badan, bobot badan dan lingkar metatarsus tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap produksi susu. Hal ini berlaku di kelima Farm. Kualitas masing-masing sifat dari keempat ukuran tubuh tersebut tidak memberikan pengaruh terhadap peningkatan produksi susu. Buckley et al. (2000) berpendapat, bahwa ukuran linier tubuh lingkar dada, dimensi ambing, panjang badan, tinggi badan dan bobot badan memiliki korelasi yang positif terhadap produksi susu. Berdasarkan uraian di atas dapat disebutkan, bahwa tidak semua ukuran tubuh pada induk kambing PE berkorelasi sangat nyata terhadap produksi susu. Devendra dan Burns (1994) menjelaskan, identifikasi sifat yang berkorelasi dengan hasil produksi susu harian atau hasil produksi susu laktasi mempunyai arti penting bila berbagai sifat yang dapat diukur sebelum atau pada laktasi dini memiliki nilai duga, misalnya untuk dimensi tubuh dan dimensi ambing. Keragaman nilai korelasi yang terjadi dapat disebabkan karena adanya perbedaan genetik ternak, lingkungan ternak (cara pemeliharaan dan pemberian pakan), termasuk beragamnya produksi susu yang dihasilkan induk kambing PE. Hasil analisis menunjukkan, bahwa secara umum tingkat keeratan yang tinggi ditemui pada hubungan antara produksi susu dengan bagian dimensi ambing. Keeratan hubungan juga terjadi antara produksi susu dengan dalam ambing dan produksi susu dengan panjang puting, akan tetapi untuk kedua ukuran tubuh ini korelasi tidak berlaku untuk KTKM. Korelasi terbesar dan sangat nyata antara produksi susu dengan ukuran-ukuran tubuh yaitu antara produksi susu dengan volume ambing (0,992). Hasil penelitian Maylinda dan Basori (2004) menyatakan, bahwa besar ambing dan lingkar dada memiliki korelasi yang positif terhadap produksi susu yang dihasilkan. Hasil ini didukung oleh pernyataan Devendra dan Burns (1994), bahwa terdapat korelasi yang sangat nyata antara volume ambing
33
dengan produksi susu, sehingga sudah menjadi kebiasaan para penangkar dalam memilih hewan dengan melihat besarnya ukuran tubuh dan volume ambing dengan puting yang normal serta tungkai dan kaki yang sehat. Hal ini merupakan acuan yang digunakan oleh para penangkar dalam menentukan ternak yang memiliki produksi susu tinggi. Hubungan keeratan antara produksi susu dengan ukuran-ukuran tubuh lainnya yaitu pada lingkar dada, dalam dada, lebar dada dan lingkar ambing yang memiliki nilai korelasi yang tinggi muncul pada PBA dan KTTKSM. Seperti diungkapkan oleh Setiadi et al. (1994), bahwa korelasi sangat mungkin terjadi bukan akibat saling pengaruh-mempengaruhi secara langsung, akan tetapi akibat satu atau lebih satu faktor lain yang mempengaruhi kedua ciri tersebut, tidak jarang persamaan yang telah didapat kurang sesuai untuk lokasi yang berbeda. Penelitian Yusran et al. (1994) menyatakan bahwa, lingkar dada sebagai ukuran tubuh bernilai korelasi kedua terbesar setelah besar ambing terhadap produksi susu sapi FH (0,32 dan 0,44). Induk dengan tingkat produksi susu tinggi memiliki lingkar dada lebih besar, sehingga erat kaitannya dengan besaran bobot hidup yang dimiliki dan kemampuannya dalam menghasilkan susu yang lebih baik. Herman et al. (1985) dalam laporannya menyebutkan, bahwa lingkar dada merupakan penduga bobot tubuh yang paling tepat pada kambing PE, baik jantan maupun betina yang berumur sebelum lepas susu sampai dewasa. Bobot hidup ini berhubungan erat dengan jumlah susu yang dihasilkan. Hal ini sejalan dengan pendapat Gall (1981) yang menyebutkan, bobot hidup berkorelasi positif dengan hasil susu. Lingkar dada memiliki hubungan yang erat dengan produksi susu juga didukung oleh hasil penelitian Makin et al. (1982), yang menjumpai nilai korelasi terbesar pada lingkar dada terhadap produksi susu sapi FH laktasi pertama. Berdasarkan pengukuran langsung di lapangan dapat dilihat bahwa KTMRSM memiliki produksi susu terbaik dengan kisaran produksi susu sebesar 1045-2635 ml. Hubungan keeratan yang tinggi terjadi antara produksi dengan ukuran tubuh yaitu volume ambing, volume puting dan lingkar puting. Kisaran ukuran tubuh ini adalah 1346-3126 ml untuk volume ambing, 332-1320 ml untuk volume puting dan 8,19-11,12 cm untuk lingkar puting. Kisaran ukuran tubuh lainnya yang tidak memiliki nilai keeratan tinggi dengan produksi susu yaitu panjang telinga 25,84-
34
33,26 cm; tinggi badan 69,79-78,91 cm; panjang badan 64,95-77,15 cm; lingkar dada 72,81-83,49 cm; bobot badan 32,41-42,99 kg; dalam dada 23,53-26,62 cm; lebar dada 14,36- 15,74 cm; dalam ambing 13,58-17,84 cm; lingkar ambing 15,31-24,49 cm; panjang puting 7,57-12,83 cm dan lingkar metatarsus 10,78-11,72 cm. Persamaan Regresi antara Produksi Susu dengan Ukuran-ukuran Tubuh pada Peternakan yang Berbeda Analisis regresi yang digunakan untuk mengetahui peubah yang paling sesuai digunakan untuk menggambarkan hubungan antara produksi susu dengan ukuranukuran tubuh, meliputi Analisis Regresi Linier Ganda dan Analisis Regresi Linier terbaik. Penggunaan kedua analisis yang terbaik ini dimaksudkan karena modelnya yang relatif sederhana, realistik dengan tingkat keakurasian yang tinggi dan mudah dalam penerapannya di lapangan. Analisis Regresi dengan persentase koefisien determinasi (R2) tertinggi atau paling mendekati 100% adalah yang diambil sebagai model persamaan regresi untuk menggambarkan hubungan tersebut dan membuat titik pengamatan semakin mendekati garis regresi untuk selanjutnya akan mengurangi penyimpangan. Faktor penduga yang digunakan dalam persamaan Regresi Linier Ganda hanya tiga dari empat belas peubah yang diukur. Hal ini untuk mempermudah penghitungan dan pengukuran faktor penduga di lapangan melalui penggunaan persamaan regresi tersebut. Empat belas peubah dari ukuran tubuh yang diukur tersebut tidak keseluruhan dianalisis Regresi Linier Ganda, hanya yang memiliki korelasi yang nyata dengan produksi susu. Harapannya, keakuratan yang tinggi didapatkan dari hasil persamaan yang menggunakan peubah bebas tersebut.Analisis regresi terbaik antara produksi susu dengan ukuran-ukuran tubuh pada peternakan yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 9. Persamaan regresi dengan penggunaan peubah-peubah paling sesuai untuk menduga produksi susu dan berkoefisien determinasi tinggi yaitu persamaan Linier Ganda pada PBA (99,3%) dengan persamaan regresi adalah PS = 984 + 0,513 VAm +0,811 VPtg – 32,2 PPtg (P<0,01). Adapun persamaan Linier sederhana pada PBA yang menentukan adalah volume ambing yaitu PS = - 126 + 0,880 VAm. Persamaan regresi dengan penggunaan satu peubah yang paling sesuai untuk menduga produksi susu dan berkoefisien determinasi tinggi pada persamaan Linier yaitu pada
35
KTMRSM (98,3%) dengan persamaan regresi adalah PS = -34,5 + 0,870 VAm. Adapun persamaan Linier Ganda yang menentukan pada KTMRSM adalah PS = 756 + 0,501 VAm + 0,216 VPtg + 35,2 LiPtg (P<0,01). Tingkat keakurasian hasil dugaan yang dihasilkan paling mendekati hasil sebenarnya dari seluruh percobaan antar peubah-peubah lain yang digunakan sebagai penduga. Tabel 9. Persamaan Regresi Hubungan antara Produksi Susu dengan Ukuran-Ukuran Tubuh Kambing PE Betina pada Farm yang Berbeda. Farm
1
2
3
4
5
n (ekor)
Analisis Regresi Linier Ganda
20
Persamaan Regresi PS = - 756 + 0,501 VAm + 0,216 VPtg + 35,2 LiPtg
R (adj) (%) 99,0
0,000
P
Linier
PS = - 34.5 + 0.870 VAm
98,3
0,000
Linier Ganda
PS = 611 + 0,856 VAm + 15,5 LiD + 63,1 LiPtg
95,0
0,000
Linier
PS = - 157 + 0.912 VAm
92,7
0,000
Linier Ganda
PS = 159 + 0,825 VAm + 43,7 LiD – 33,0 DAm
95,6
0,000
Linier
PS = 61,8 + 0,769 VAm
81,0
0,000
Linier Ganda
PS = 984 + 0,513 VAm + 0,811 VPtg – 13,2 Dam
99,3
0,000
Linier
PS = - 126 + 0,880 VAm
96,7
0,000
Linier Ganda
PS = 574 + 0,234 VAm + 0,453 VPtg + 32,2 PPtg
96,2
0,000
Linier
PS = 4.1 + 0.870 VAm
77,8
0,000
20
20
20
20
Keterangan : P<0,01 = sangat nyata; VAm = volume ambing; VPtg = volume puting; LiPtg = lingkar puting; DAm = dalam ambing; LiD = lingkar dada; R = nilai determinasi ; P = nilai probability
Pasangan kombinasi pada persamaan Regresi Linier Ganda tidak perlu berkaitan dengan derajat koefisien korelasi yang dimiliki masing-masing peubah bila berdiri sendiri-sendiri (Setiadi et al., 1994). Pengkombinasian antar peubah-peubah bebas dalam menentukan produksi susu dapat meningkatkan atau malah menurunkan dugaan. Hal ini terkait dengan pengaruh komplementer dari pola kombinasi yang ada. Berdasarkan analisis pada Tabel 9 didapatkan bahwa, persamaan regresi terbaik dengan faktor penduga produksi susu yang paling sesuai untuk KTKM (90,0%) adalah persamaan Regresi Linier Ganda dengan kombinasi volume ambing, 36
lingkar dada dan lingkar puting (P<0,01). Penduga produksi susu terbaik dalam persamaan Regresi Linier Ganda untuk UPTDPTM (96,2%) adalah kombinasi volume ambing, volume puting dan panjang puting (P<0,01). Kombinasi volume ambing, lingkar dada dan dalam ambing (P<0,01) merupakan yang paling sesuai untuk digunakan sebagi penduga produksi susu pada KTTKSM (95,6%). Pasangan penduga produksi yang paling sesuai untuk digunakan pada kelima peternakan dalam persamaan Regresi Linier adalah volume ambing (P<0,01). Phalepi (2004) menyatakan, bahwa faktor penduga produksi susu untuk ternak kambing Peranakan Etawah pada masa laktasi ke-2 adalah kombinasi volume ambing dan volume puting (P<0,01) dalam persamaan Regresi Linier Ganda dan ukuran volume ambing (P<0,01) dalam persamaan Regresi Linier. Kedua model analisis regresi yang digunakan adalah yang terbaik dari percobaan penggunaan peubah bebas lain pada masing-masing analisis, tetapi dalam penerapannya di lapangan untuk model Regresi Linier Ganda kurang praktis digunakan dibanding model Regresi Linier. Hal ini disebabkan dibutuhkannya lebih dari satu informasi data pendukung dalam menggunakan model Regresi Linier Ganda untuk menentukan respon yang akan diduga. Menurut Setiadi et al. (1994), salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan persamaan Regresi Linier Ganda adalah validasi model pada ternak yang bersangkutan, karena tidak jarang persamaan yang telah didapat kurang sesuai untuk lokasi yang berbeda. Keadaan ini dapat dimaklumi karena keragaman penampilan ternak relatif cukup besar. Hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa dimensi ambing yang terdiri atas volume ambing, volume puting dan lingkar puting merupakan faktor yang mempengaruhi produksi susu, dalam hal ini dapat dijadikan sebagai faktor penduga dalam menentukan produksi susu yang dihasilkan. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Devendra dan Burns (1994), bahwa korelasi terjadi antara panjang, lebar, keliling dan kedalaman ambing dengan hasil susu harian, termasuk volume ambing yang sangat berkorelasi dengan hasil susu. Lingkar dada juga menunjang sebagai bagian dari ukuran-ukuran tubuh yang berpengaruh terhadap produksi susu. Hal yang sama juga terjadi pada penelitian terdahulu, meski pada materi ternak yang berbeda, seperti disebutkan oleh Makin et al. (1982). Hasil analisi regresi yang telah disebutkan sebelumnya ditunjang oleh
37
besaran koefisien determinasi (R2) pada setiap penggunaan peubah-peubah dalam persamaan regresi dengan tingkat keakurasian yang cukup baik. Penafsiran terhadap hasil analisis regresi ini perlu dilakukan secara hati-hati, karena semua bentuk analisis membutuhkan pengetahuan dan pemahaman yang cukup untuk menentukan kesimpulan. Harapannya adalah agar analisis ini dapat dimanfaatkan sebagai pegangan dalam memilih kambing yang memiliki kemampuan produksi susu yang baik.
38
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Produksi susu masih beragam dan masih mungkin untuk dilakukan seleksi. Berdasarkan analisis korelasi yang dilakukan, secara umum dimensi ambing merupakan ukuran tubuh yang memiliki tingkat keeratan hubungan yang tinggi dengan produksi susu yang ditunjukkan dengan nilai r = 0,139-0,992 untuk KTMRSM, r =0,086-0,965 untuk KTKM, r = 0,002-0,905 untuk KTTKSM, r = 0,021-0,984 untuk PBA dan r = 0,091-0,889 untuk UPTDPTM. Ukuran tubuh yang memiliki hubungan erat dengan produksi susu adalah volume ambing, volume puting dan lingkar puting. Berdasarkan hasil analisis Regresi Linier, peubah-peubah ukuran tubuh yang dapat digunakan dalam menilai produksi susu seekor ternak kambing mencakup volume ambing, volume puting, lingkar puting, dalam ambing dan lingkar dada. Kisaran ukuran tubuh yang menunjukkan kisaran produksi yang tinggi adalah 1346-3126 ml untuk volume ambing, 332-1320 ml untuk volume puting dan 8,1911,12 cm untuk lingkar puting dengan produksi susu sebesar 1045-2635 ml.
Saran Pemilihan kambing Peranakan Etawah ternak betina yang akan dikhususkan untuk memproduksi susu, sebaiknya mengacu kepada ukuran besar dan kepadatan ambing yang dimiliki oleh ternak dan bukan hanya berdasarkan penampilan luar tubuhnya saja.
39
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Ukuran-ukuran Tubuh Ternak Kambing Peranakan Etawah Betina Terhadap Produksi Susu”. Skripsi disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Peternakan(S.Pt) pada Program Alih Jenis, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi bantuan baik secara moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1.
Ir. Afton Atabany, M.Si, selaku dosen pembimbing utama yang telah menuntun penulis mulai dari konsultasi, penentuan judul hingga terselesaikannya skripsi, dengan meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi, dan pengarahan kepada penulis;
2.
Ir. Sri Darwati, M.Si, selaku dosen pembimbing anggota yang telah menuntun penulis hingga terselesaikannya skripsi;
3.
Prof. Dr. Ir. Toto Toharmat, M.Sc dan Dr. Ir. Rarah R.A. Maheswari, DEA selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan berupa saran dan kritik kepada penulis;
4.
Ir. Lucia Cyrilla E. N. S. D, M.Si selaku dosen pembahas seminar yang telah memberikan banyak masukan berupa saran dan kritik kepada penulis;
5.
Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc, selaku ketua Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat melaksanakan penelitian ini;
6.
Zakiah Wulandari, STP, M.Si, selaku dosen pembimbing akademis, yang telah memberikan bimbingan, saran dan nasehat kepada penulis;
7.
Seluruh staf pengajar dan karyawan serta karyawati di Program Alih Jenis, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor;
40
8.
Ayahanda Dirgantara Nanang Edy Sunardi dan Ibunda Yuminah atas kasih saying dan cintanya yang tidak pernah tergantikan, serta seluruh keluarga besar yang telah memberikan dukungan moril, materil serta motivasinya sehingga penulis bisa menyelesaikan seluruh rangkaian perkuliahan di Program Alih Jenis,
Departemen
Ilmu
Produksi
dan
Teknologi
Peternakan,
FakultasPeternakan, Institut Pertanian Bogor; 9.
Peternak kambing PE di sekitar Tasikmalaya (bapak Aan, Zam-zam, dan bapak Yepe serta Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tasikmalaya), di kabupaten Banjar (bapak Yaya dan bapak Maftuhin), di kabupaten Bandung (bapak Herry) dan kabupaten Bogor yang merelakan ternaknya untuk dijadikan bahan penelitian dan berbagi ilmu serta pengalaman dengan penulis;
10. Rusman yang selalu mengisi kekurangan serta keluarga bahagia Bapak Alih Jeran yang telah memberi rasa suka duka dan saling berbagi keceriaan bersama; 11. Acep Mubarok yang telah menemani penulis untuk berkeliling mengumpulkan data penelitian serta meminjamkan rumahnya untuk tempat tinggal selama melakukan penelitian; 12. Almira Ayu Lestari Putri yang banyak memberi doa, kasih sayang dan motivasinya selama penulis menyelesaikan penelitian ini; 13. Para sahabat di Kelompok Pemerhati Lingkungan Angsana, Diploma IPB, yang banyak berbagi pengalaman di alam bebas; 14. Teman-teman di Kelompok Tani Ternak Karya Mandiri Farm, atas suka dukanya dalam menjalani usaha dan berbagi ilmu pengetahuan di bidang peternakan; 15. Seluruh sahabat di Program Alih Jenis angkatan I yang selalu memberi keceriaan untuk menghilangkan rasa ngantuk selama perkuliahan di malam hari; 16. Semua sahabat dan kolega yang penulis banggakan dan tidak dapat disebutkan satu persatu Penulis berharap laporan penelitian ini bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi penulis, baik untuk saat ini maupun untuk masa yang akan datang.
41
DAFTAR PUSTAKA Atabany, A. 2002. Program Pendidikan Keterampilan Hidup (Life Skill). Buku Panduan. Pelatihan Usaha Peternakan Kambing di Kelurahan Cipedak Jakarta Selatan. Direktorat Pendidikan Masyarakat. Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda. Departemen Pendidikan Nasional. Yayasan Peduli Anak-anak Bangsa, Jakarta. Atabany, A. 2001. Studi kasus produksi kambing Peranakan Etawah dan kambing Saanen pada peternakan kambing Barokah dan PT Taurus Dairy Farm. Tesis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Atabany. A, I. K Abdulgani, A. Sudono, & K. Mudikdjo. 2001. Studi kasus produktivitas kambing Peranakan Etawah dan kambing Saanen pada peternakan kambing perah Barokah dan PT Taurus Dairy Farm. prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Bogor : 256-263. Aunuddin. 1989. Analisis Data. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Ardia,A. W. 2000. Analisis pendapatan usaha ternak kambing perah Peranakan Etawah. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Ayuningsih, B. 1994. Pengaruh penggunaan bungkil biji kapuk (Ceiba petandra) terhadap produksi dan komposisi susu kambing perah. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Blakely, J. & D. H. Bade. 1998. Ilmu Peternakan. Edisi keenam. Terjemahan : B. Srigandono. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Buckley, F., P. Dillion, J. Mee, R. Evans, & R. Veerkamp. 2000. Trends in Genetic Merit for Milk Production and Reproductive Performance. Teagasc-National Dairy Conference 2000. Paper 3. Budiarsana, I. G. M. 2005. Performan kambing peranakan etawah (PE) di lokasi agroekosistem yang berbeda. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Bogor : 650-659. Budiarsana, I. G. M. Kostaman, T. & Sutama, I. K. 2007. Kajian ekonomi pada usaha ternak kambing perah. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Bogor : 539-546.
42
Chaniago, T. D. & Hastono. 2001. Pertumbuhan pra-sapih kambing Peranakan Etawah anak yang diberi susu pengganti. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Bogor : 241-246. Devendra, C. & M. Burns. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. Terjemahan. Penerbit ITB, Bandung. Devendra, C. 1993. Kambing dan domba di Asia. Dalam : Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. Editor : M. Tomaszewska, I. M. Mastika, A. Djajanegara, S. Gardiner dan T. R. Wiradirya. Sebelas Maret University Press, Yogyakarta. Diem, K. & C. Lentner. 1994. Scientific Tables. 7th ed. Geigy Pharmaceuticals. CIBA-GEIGY Corporation. New York. Direktorat Jenderal Peternakan. 2008. Buku Statistik Peternakan. Departemen Pertanian, Jakarta. Direktorat Jenderal Peternakan. 2004. Mutu dan Parameter Genetik Ternak. Departemen Pertanian, Jakarta. Diwyanto, K. & I. Inounu. 2001. Ketersediaan teknologi dalam pengembangan ruminansia kecil. Makalah Seminar Domba dan Kambing. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Djajanegara,A., I. K. Sutama, & A. U. Panggabean. 1993. Peranan ternak kambing dan pengembangannya. Prosiding Potensi dan Pengembangan Ternak Kambing di Wilayah Indonesia Bagian Timur. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Small Ruminant-Collaborative Research Support Program. Dinas Peternakan Propinsi Daerah Tingkat I, Jawa Timur, Surabaya : 131-138 Farm, Lembah Gogoniti. 2008. Ciri-ciri Kambing PE (Peranakan Etawah). WWW.Lembahgogoniti.Com. 19 September 2010. Frandson, R. D. 1993. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi keempat. Terjemahan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Gall, C. 1981. Goat Production. Academic Press Inc, New York. Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. PT Gramedia Widya Sarana Indonesia, Jakarta. Haryanto, B., M. Palamonia., Kuswandi, & M. Martawidjaja. 1992. Pengaruh suplementasi energi dan protein terhadap nilai kecernaan dan pemanfaatan pakan pada domba. Prosiding Pengolahan dan Komunikasi Hasil-hasil Penelitian Ternak Ruminansia Kecil. Balai Penelitian Ternak. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor : 44-48. 43
Herman, R., Suwartono, & Kadarman. 1985. Pendugaan bobot kambing Peranakan Etawah dari ukuran tubuh. Media Peternakan 10 (1) : 1-11. Ludgate, P. J. 1989. Kumpulan Peragaan dalam Rangka Penelitian Ternak Kambing dan Domba di Pedesaan. Cetakan kedua. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Departeman Pertanian, Bogor. Makin, M., N. Kasim, & M. Munandar. 1982. Hubungan antara ukuran-ukuran tubuh sapi perah Fries Holland dengan produksi susu. Prosiding Seminar Penelitian Peternakan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Bogor : 1829. Markel, R. C. & Subandriyo. 1997. Sheep and Goat Production Handbook for Southeast Asia. 3rd ed. CV Ekha Putra, Bogor. Martawidjaja, M., Kuswandi, & B. Setiadi. 2001. Pengaruh tingkat protein ransum terhadap penampilan kambing persilangan Boer dengan kambing Kacang muda. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Bogor : 228-234. Maylinda, S & H. Basori. 2004. Parameter genetik bobot badan dan lingkar dada pada sapi perah. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Bogor : 170-174. Nasution, S., F. Mahmilia., & M. Doloksaribu. 2010. Pengaruh musim terhadap pertumbuhan kambing kacang prasapih di stasiun percobaan loka penelitian kambing potong Sei Putih. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Bogor : 621625. Padmadewi, A. B. L. 1993. Parameter Fenotipik dan Genetik Produksi Susu dan Reproduksi Sapi-sapi Perah di PT Taurus Dairy Farm. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Phalepi, M. A. 2004. Performa kambing Peranakan Etawah (Studi kasus di peternakan Pusat Pertanian dan Pedesaan Swadaya Citarasa). Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sagi, R., C. Gorewit & D. B. Wilson. 1980. Premilking stimulation effects on milking performance and oxytocin and prolactin release in cows. J. Dairy Sci, 63 :800-806. Sehabudin, U. & A. Agustian. 2001. Performa dan perspektif pengembangan ternak ruminansia kecil di Jawa Barat. Media Peternakan 24(1) : 119 – 126.
44
Setiadi, B & M. Martawidjaja. 1999. Peningkatan usaha kambing melalui perbaikan mutu genetik (Persilangan Kambing PE dangan Kambing Tipe Potong) dan lingkungan. Laporan Penelitian Tahun 1998/1999. Balai Penelitian Ternak 1999. Setiadi, B. 1996. Pertumbuhan, Perkembangan dan Komposisi Karkas Kambing. Wartazoa 5(1) : 12 – 16. Setiadi, B. D. Priyanto., B. Sudaryanto, & Subandriyo. 1994. Pendugaan bobot badan melalui pengukuran beberapa ukuran tubuh pada domba persilangan domba Ekor Gemuk dengan pejantan Merino. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Peternakan. Pengolahan dan Hasil-hasil Penelitian. Buku kedua. Balai Penelitian Ternak. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Bogor : 457-462. Silitonga, S. D. & Kuswandi. 1994. Pengaruh jumlah kelahiran terhadap produksi susu dan pertumbuhan anak kambing kacang. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Peternakan. Pengolahan dan Komunikasi Hasil-hasil Penelitian. Buku Kedua. Balai Penelitian Ternak. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Bogor : 399-402. Sodiq, A. & Z. Abidin. 2009. Meningkatkan Produksi Susu Kambing Peranakan Etawah. Cetakan Kedua. Agromedia Pustaka, Jakarta. Sodiq, A. & M. Y. Sumaryadi. 2002. Reproductive performance of Kacang and Peranakan Etawah Goat in Indonesia. J. Animal Production 4(2) : 52 – 59. Steel, R. G. D. & J. H. Torrie. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika. Edisi ketiga. Terjemahan : B. Sumantri. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Subandriyo, B. Setiadi, D. Priyanto, M. Rangkuti, W. K. Sejati, D. Anggraeni, R. Sari, Hastono, & O. S. Butar-Butar. 1995. Analisis potensi kambing Peranakan Etawah dan sumber daya di daerah sumber bibit pedesaan. Laporan Hasil Penelitian di Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Purworejo. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengambangan Pertanian. Departemen Pertanian, Bogor. Subhagiana, I. W. 1998. Keadaan konsentrasi progesterone dan estradiol selama kebuntingan, bobot lahir dan jumlah anak pada kambing Peranakan Etawah pada tingkat produksi susu yang berbeda. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sudjana. 1996. Metoda Statistika. Edisi keenam. Tarsito, Bandung. Sudono, A. & I. K. Abdulgani. 2002. Budidaya Aneka Ternak Perah. Diktat Kuliah. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
45
Sudono, A. 1999. Ilmu Produksi Ternak Perah. Ilmu Produksi Ternak. Fakultas Peternakan IPB. Sutama, I. K. & I. G. M. Budiarsana. 1997. Kambing Peranakan Etawah penghasil susu sebagai sumber pertumbuhan baru sub-sektor peternakan di Indonesia. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Balitnak, Ciawi, Bogor, pp. 156167. Stemmer, A., P. Horst & A. V. Zorate. 1998. Analysis of economic viability of specialize of milk production with dual purpose goats in small holder management system in Malaysia. Animal Research and Development. Printed by Maier Rotenburg. Federal Republic of Germany. Toharmat, T. Nursasij, T. Nazilah, R. Hotimah, N. Noerzihad, N. A. Sigit., & Y. Retnani. 2006. Sifat fisik pakan kaya serat dan pengaruhnya terhadap konsumsi dan kecernaan nutrien ransum pada kambing. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan. Fakultas Peternakan IPB, Bogor. Toelihere, M. R. 1985. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Angkasa, Bandung. Waluyo, S. 2009. Prospek Bisnis Ternak Kambing Peranakan Etawa (PE). Lokakarya. BPP Dampit. Widagdo, D. 2010. Untung Ganda Ternak Peranakan Etawah. Cetakan pertama. Penerbit dan Percetakan Sahabat, Klaten. Widyandari, RR. P. 2002. Pengaruh perangsangan ambing dengan air hangat dan air dingin terhadap produksi susu sapi Peranakan Fries Holland. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Widyastuti, R. 2000. Pengaruh perangsangan ambing dengan air hangat dan air dingin terhadap produksi susu sapi Peranakan Fries Holland. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Yusran, M. A., Mariyono, A. Musofie, & D. Pamungkas. 1994. Hubungan antara berat badan dan skor kondisi tubuh saat beranak dengan produksi susu dalam dua tingkat konsumsi pakan pada sapi perah di daerah dataran rendah. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Peternakan. Pengolahan dan Komunikasi Hasil-hasil Penelitian. Buku Kedua. Balai Penelitian Ternak. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Bogor : 139-146.
46
LAMPIRAN
47
Lampiran 1. Nilai Korelasi antara Ukuran-ukuran Tubuh Kambing PE Betina pada Kelompok Tani Marga Rahayu “Sri Murni” PS PT 0,139tn TB 0,341 tn PB 0,483* LiD 0,239 tn VAm 0,992** VPtg 0,982** BB 0,401 tn DD 0,141 tn LeD 0,270 tn DAm 0,714** LiAm 0,373 tn PPtg 0,917** LiPtg 0,854** LiMtrs 0,392 tn
PT
TB
PB
LiD
Vam
VPt
BB
DD
LeD
Dam
LiA
0,755** 0,674** 0,737** 0,158 tn 0,120 tn 0,602** 0,448* 0,568** 0,113 tn 0,013 tn 0,112 tn 0,178 tn 0,668**
0,931** 0,748** 0,348 tn 0,328 tn 0,801** 0,472* 0,701** 0,234 tn 0,050 tn 0,297 tn 0,317 tn 0,971**
0,689** 0,483* 0,498* 0,793** 0,512* 0,716** 0,229 tn 0,12 tn 0,420 tn 0,473* 0,935**
0,251 tn 0,222 tn 0,651** 0,740** 0,787** 0,123 tn 0,016 tn 0,193 tn 0,272 tn 0,692**
0,972** 0,392 tn 0,144 tn 0,261 tn 0,708** 0,349 tn 0,912** 0,844** 0,402 tn
0,385 tn 0,150 tn 0,245 tn 0,694** 0,392 tn 0,908** 0,855** 0,375 tn
0,371 tn 0,700** 0,325 tn -0,112 tn 0,292 tn 0,259 tn 0,778**
0,544* -0,087 tn 0,169 tn 0,061 tn 0,333 tn 0,406 tn
-0,068 tn 0,102 tn 0,198 tn 0,242 tn 0,689**
-0,109 tn 0,685** 0,453* 0,245 tn
0,286 tn 0,467* 0,000 tn
PPtg
LiPtg
0,831** 0,360 tn 0,336 tn
Keterangan : P>0,05 (tn= tidak nyata); P<0,005 (*=nyata); P<0,001 (**= sangat nyata); PS (ml)= produksi susu; PT (cm)= panjang telinga; PB (cm)= panjang badan; LiD (cm)= lingkar dada; VAm (ml)= volume ambing; VPtg (ml)= volume putting; BB (kg)= bobot badan; DD (cm)= dalam dada; LeD (cm)= lebar dada; Dam (cm)= dalam ambing; LiAm (cm)= lingkar ambing; PPtg (cm)= panjang putting; LiPtg (cm)= lingkar putting; LiMtrs (cm)= lingkar metatarsus
48
Lampiran 2. Nilai Korelasi antara Ukuran-ukuran Tubuh Kambing PE Betina pada Kelompok Tani Pak Aan PS PT -0,021tn TB 0,253 tn PB 0,205 tn LiD 0,820** VAm 0,984** VPtg 0,980** BB 0,134 tn DD 0,827** LeD 0,785** DAm 0,955** LiAm 0,970** PPtg 0,811** LiPtg 0,954** LiMtrs 0,304 tn
PT
TB
PB
LiD
Vam
VPt
BB
DD
LeD
0,439 tn 0,233 tn 0,211 tn -0,042 tn 0,016 tn 0,303 tn 0,159 tn 0,180 tn -0,009 tn -0,069 tn -0,081 tn -0,017 tn 0,366 tn
0,871** 0,613** 0,317 tn 0,315 tn 0,629** 0,639** 0,540* 0,130 tn 0,177 tn -0,128 tn 0,180 tn 0,961**
0,561** 0,297 tn 0,289 tn 0,745** 0,588** 0,471* 0,103 tn 0,207 tn -0,215 tn 0,150 tn 0,901**
0,844** 0,821** 0,298 tn 0,968** 0,933** 0,769** 0,822** 0,590** 0,774** 0,604**
0,965** 0,181 tn 0,843** 0,778** 0,915** 0,969** 0,732** 0,932** 0,374 tn
0,218 tn 0,832** 0,800** 0,954** 0,942** 0,744** 0,954** 0,381 tn
0,344 tn 0,230 tn 0,046 tn 0,103 tn -0,232 tn 0,074 tn 0,708**
0,899** 0,752** 0,81** 0,592** 0,759** 0,652**
0,788** 0,762** 0,641** 0,773** 0,521 tn
Dam
LiA
PPtg
0,938** 0,857** 0,813** 0,947** 0,930** 0,821** 0,165 tn 0,242 tn -0,126 tn
LiPtg
0,223 tn
Keterangan : P>0,05 (tn= tidak nyata); P<0,005 (*=nyata); P<0,001 (**= sangat nyata); PS (ml)= produksi susu; PT (cm)= panjang telinga; PB (cm)= panjang badan; LiD (cm)= lingkar dada; VAm (ml)= volume ambing; VPtg (ml)= volume putting; BB (kg)= bobot badan; DD (cm)= dalam dada; LeD (cm)= lebar dada; Dam (cm)= dalam ambing; LiAm (cm)= lingkar ambing; PPtg (cm)= panjang putting; LiPtg (cm)= lingkar putting; LiMtrs (cm)= lingkar metatarsus
49
Lampiran 3. Nilai Korelasi antara Ukuran-ukuran Tubuh Kambing PE Betina pada Kelompok Tani Karsa Menak PS PT -0,086 tn TB 0,293 tn PB 0,206 tn LiD 0,447* VAm 0,965** VPtg 0,902** BB 0,151 tn DD 0,340 tn LeD 0,306 tn Dam 0,161 tn LiAm 0,120 tn PPtg 0,159 tn LiPtg 0,816** LiMtrs 0,361 tn
PT
TB
PB
LiD
Vam
VPt
BB
DD
LeD
Dam
LiA
-0,383 tn -0,105 tn -0,072 tn -0,060 tn 0,139 tn -0,139 tn -0,078 tn -0,108 tn 0,468* 0,039 tn -0,429 tn 0,000** -0,317 tn
0,706** 0,430 tn 0,351 tn 0,231 tn 0,581** 0,474* 0,336 tn 0,064 tn 0,271 tn 0,337 tn 0,129 tn 0,905**
0,338 tn 0,262 tn 0,186 tn 0,615** 0,427 tn 0,192 tn 0,282 tn 0,296 tn 0,057 tn 0,079 tn 0,808**
0,521* 0,401 tn 0,067 tn 0,947** 0,874** 0,121 tn 0,188 tn 0,053 tn 0,402 tn 0,543*
0,911** 0,221 tn 0,449* 0,367 tn 0,271 tn 0,103 tn 0,151 tn 0,799** 0,418 tn
0,141 tn 0,282 tn 0,242 tn 0,267 tn 0,100 tn 0,027 tn 0,779** 0,288 tn
0,144 tn -0,032 tn 0,285 tn 0,101 tn 0,158 tn -0,111 tn 0,578**
0,828** 0,194 tn 0,193 tn 0,071 tn 0,321 tn 0,561**
-0,105 tn 0,144 tn 0,270 tn 0,320 tn 0,385 tn
0,381 tn -0,248 tn 0,303 tn 0,144 tn
-0,120 tn 0,161 tn 0,281 tn
PPtg
LiPtg
0,165 tn 0,289 tn
0,235 tn
Keterangan : P>0,05 (tn= tidak nyata); P<0,005 (*=nyata); P<0,001 (**= sangat nyata); PS (ml)= produksi susu; PT (cm)= panjang telinga; PB (cm)= panjang badan; LiD (cm)= lingkar dada; VAm (ml)= volume ambing; VPtg (ml)= volume putting; BB (kg)= bobot badan; DD (cm)= dalam dada; LeD (cm)= lebar dada; Dam (cm)= dalam ambing; LiAm (cm)= lingkar ambing; PPtg (cm)= panjang putting; LiPtg (cm)= lingkar putting; LiMtrs (cm)= lingkar metatarsus…… Farm 5 = Kelompok Tani Surya Medal
50
Lampiran 4. Nilai Korelasi antara Ukuran-ukuran Tubuh Kambing PE Betina pada UPTD Perbibitan Ternak Kambing PE Malaganti PS PT -0,326 tn TB -0,283 tn PB -0,145 tn LiD 0,115 tn VAm 0,889** VPtg 0,767** BB 0,119 tn DD -0,455* LeD 0,211 tn DAm 0,780** LiAm -0,091 tn PPtg 0,847** LiPtg 0,796** LiMtrs -0,261 tn
PT
TB
PB
LiD
Vam
VPt
BB
DD
LeD
Dam
LiA
PPtg
LiPtg
0,327 tn 0,309 tn -0,277 tn -0,123 tn -0,172 tn 0,360 tn -0,064 tn -0,364 tn -0,430 tn -0,233 tn -0,274 tn -0,154 tn 0,304 tn
0,815** 0,334 tn -0,239 tn -0,309 tn 0,282 tn 0,171 tn 0,224 tn -0,306 tn 0,050 tn -0,078 tn -0,140 tn 0,916**
0,250 tn -0,118 tn -0,204 tn 0,394 tn 0,049 tn 0,153 tn -0,334 tn 0,150 tn 0,012 tn 0,025 tn 0,795**
-0,111 tn -0,114 tn 0,210 tn 0,665** 0,799** 0,027** 0,41 tn 0,307 tn 0,123 tn 0,444*
0,751** 0,001 tn 0,562** 0,031 tn 0,667 tn -0,142 tn 0,761** 0,822** -0,282 tn
0,015 tn -0,399 tn -0,076 tn 0,553* 0,187* 0,552* 0,592** -0,293 tn
0,118 tn 0,034 tn -0,227 tn 0,077 tn 0,097 tn 0,114 tn 0,377 tn
0,509* -0,377 tn 0,457* -0,230 tn -0,288 tn 0,214 tn
0,314 tn 0,467* 0,348 tn 0,171 tn 0,296 tn
-0,120 tn 0,603** 0,510* -0,354 tn
0,012 tn 0,147 tn 0,170 tn
0,903** -0,071 tn
-0,144 tn
Keterangan : P>0,05 (tn= tidak nyata); P<0,005 (*=nyata); P<0,001 (**= sangat nyata); PS (ml)= produksi susu; PT (cm)= panjang telinga; PB (cm)= panjang badan; LiD (cm)= lingkar dada; VAm (ml)= volume ambing; VPtg (ml)= volume putting; BB (kg)= bobot badan; DD (cm)= dalam dada; LeD (cm)= lebar dada; Dam (cm)= dalam ambing; LiAm (cm)= lingkar ambing; PPtg (cm)= panjang putting; LiPtg (cm)= lingkar putting; LiMtrs (cm)= lingkar metatarsus
51
Lampiran 5. Nilai Korelasi antara Ukuran-ukuran Tubuh Kambing PE Betina pada Kelompok Tani Surya Medal PS PT -0,133 tn TB 0,002 tn PB 0,033 tn LiD 0,849** VAm 0,905** VPtg 0,793** BB 0,286 tn DD 0,764** LeD 0,754** DAm 0,829** LiAm 0,879** PPtg 0,722** LiPtg 0,480* LiMtrs 0,068 tn
PT
TB
PB
LiD
Vam
VPt
BB
DD
LeD
0,680** 0,487* -0,021 tn -0,202 tn -0,110 tn 0,509* 0,146 tn -0,055 tn 0,139 tn -0,200 tn -0,178 tn -0,480* 0,576**
0,808** 0,158 tn -0,081 tn 0,135 tn 0,667** 0,273 tn 0,110 tn 0,115 tn 0,083 tn 0,005 tn -0,214 tn 0,922**
0,228 tn -0,014 tn 0,054 tn 0,728** 0,323 tn 0,281 tn -0,015 tn 0,100 tn 0,126 tn -0,053 tn 0,778**
0,689** 0,715** 0,431 tn 0,918** 0,919** 0,627** 0,774** 0,539* 0,472* 0,231 tn
0,806** 0,146 tn 0,680** 0,634** 0,805** 0,768** 0,618** 0,278 tn -0,049 tn
0,164 tn 0,650** 0,566** 0,689** 0,723** 0,561** 0,297 tn 0,134 tn
0,525* 0,473* 0,336 tn 0,387 tn 0,32 tn 0,058 tn 0,564**
0,815** 0,654** 0,699** 0,457* 0,274 tn 0,295 tn
0,497* 0,697** 0,447* 0,440 tn 0,226 tn
Dam
LiA
PPtg
LiPtg
0,776** 0,578** 0,722** 0,211 tn 0,573** 0,569** 0,136 tn 0,165 tn 0,026 tn -0,093 tn
Keterangan : P>0,05 (tn= tidak nyata); P<0,005 (*=nyata); P<0,001 (**= sangat nyata); PS (ml)= produksi susu; PT (cm)= panjang telinga; PB (cm)= panjang badan; LiD (cm)= lingkar dada; VAm (ml)= volume ambing; VPtg (ml)= volume putting; BB (kg)= bobot badan; DD (cm)= dalam dada; LeD (cm)= lebar dada; Dam (cm)= dalam ambing; LiAm (cm)= lingkar ambing; PPtg (cm)= panjang putting; LiPtg (cm)= lingkar putting; LiMtrs (cm)= lingkar metatarsus
52
Lampiran 6. Hasil Uji t Panjang Telinga pada Kelima Peternakan Kambing PE 2 Farm 1 vs Farm 2 Farm 1 vs Farm 3 Farm 1 vs Farm 4 Farm 1 vs Farm 5 Farm 2 vs Farm 3 Farm 2 vs Farm 4 Farm 2 vs Farm 5 Farm 3 vs Farm 4 Farm 3 vs Farm 5 Farm 4 vs Farm 5
T-value -0,17 4,60 0,62 0,81 4,82 0,81 1,02 -4,72 -5,09 0,18
P-value 0,865 0,000 0,539 0,422 0,000 0,421 0,316 0,000 0,000 0,858
DF 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38
Pooled StDv 3,7017 2,9589 3,3117 3,1149 2,9536 3,3069 3,1098 2,4471 2,1734 2,6335
Lampiran 7. Hasil Uji t Tinggi Badan pada Kelima Peternakan Kambing PE 3 Farm 1 vs Farm 2 Farm 1 vs Farm 3 Farm 1 vs Farm 4 Farm 1 vs Farm 5 Farm 2 vs Farm 3 Farm 2 vs Farm 4 Farm 2 vs Farm 5 Farm 3 vs Farm 4 Farm 3 vs Farm 5 Farm 4 vs Farm 5
T-value 0,38 4,34 2,08 2,13 3,38 1,38 1,54 -3,02 -1,97 0,43
P-value 0,708 0,000 0,044 0,040 0,002 0,176 0,133 0,005 0,057 0,669
DF 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38
Pooled StDv 5,0323 3,9019 3,8013 4,4518 4,4478 4,3598 4,9372 2,9848 3,7786 3,6746
Lampiran 8. Hasil Uji t Panjang Badan pada Kelima Peternakan Kambing PE 4 Farm 1 vs Farm 2 Farm 1 vs Farm 3 Farm 1 vs Farm 4 Farm 1 vs Farm 5 Farm 2 vs Farm 3 Farm 2 vs Farm 4 Farm 2 vs Farm 5 Farm 3 vs Farm 4 Farm 3 vs Farm 5 Farm 4 vs Farm 5
T-value -1,97 3,30 1,70 -3,04 5,75 4,20 -0,95 -2,33 -7,52 -5,89
P-value 0,056 0,002 0,097 0,004 0,000 0,000 0,351 0,025 0,000 0,000
DF 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38
Pooled StDv 6,0091 5,0853 4,9304 5,6193 4,9761 4,8177 5,5207 3,6003 4,4977 4,3218
Keterangan : Farm 1 = Sri Murni, Farm 2 = Aan Farm, Farm 3 = Kelompok Tani Karsa Menak, Farm 4 = UPTD Perbibitan Ternak Kambing PE Malaganti, Farm 5 = Kelompok Tani Surya Medal
53
Lampiran 9. Hasil Uji t Lingkar Dada pada Kelima Peternakan Kambing PE 5 Farm 1 vs Farm 2 Farm 1 vs Farm 3 Farm 1 vs Farm 4 Farm 1 vs Farm 5 Farm 2 vs Farm 3 Farm 2 vs Farm 4 Farm 2 vs Farm 5 Farm 3 vs Farm 4 Farm 3 vs Farm 5 Farm 4 vs Farm 5
T-value -1,94 5,09 5,10 -1,34 6,07 6,08 0,92 -0,04 -7,00 -7,03
P-value 0,060 0,000 0,000 0,189 0,000 0,000 0,361 0,967 0,000 0,000
DF 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38
Pooled StDv 6,5355 4,6597 4,6190 5,0855 5,9892 5,9576 6,3261 3,8070 4,3612 4,3177
Lampiran 10. Hasil Uji t Volume Ambing pada Kelima Peternakan Kambing PE 6 Farm 1 vs Farm 2 Farm 1 vs Farm 3 Farm 1 vs Farm 4 Farm 1 vs Farm 5 Farm 2 vs Farm 3 Farm 2 vs Farm 4 Farm 2 vs Farm 5 Farm 3 vs Farm 4 Farm 3 vs Farm 5 Farm 4 vs Farm 5
T-value -4,36 4,16 5,21 2,59 7,33 7,95 6,40 1,44 -2,92 -5,17
P-value 0,000 0,000 0,000 0,014 0,000 0,000 0,000 0,158 0,006 0,000
DF 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38
Pooled StDv 721,6989 394,2915 373,4292 380,8258 652,9531 640,5711 644,9111 212,0089 224,7815 185,7694
Lampiran 11. Hasil Uji t Volume Puting pada Kelima Peternakan Kambing PE 7 Farm 1 vs Farm 2 Farm 1 vs Farm 3 Farm 1 vs Farm 4 Farm 1 vs Farm 5 Farm 2 vs Farm 3 Farm 2 vs Farm 4 Farm 2 vs Farm 5 Farm 3 vs Farm 4 Farm 3 vs Farm 5 Farm 4 vs Farm 5
T-value -2,88 3,46 3,25 1,77 5,60 5,48 4,43 -0,85 -2,47 -2,18
P-value 0,006 0,001 0,002 0,085 0,000 0,000 0,000 0,402 0,018 0,036
DF 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38
Pooled StDv 376,5868 222,3709 208,9038 231,4198 330,9068 322,0114 337,0544 106,4072 145,7287 124,2128
Keterangan : Farm 1 = Sri Murni, Farm 2 = Aan Farm, Farm 3 = Kelompok Tani Karsa Menak, Farm 4 = UPTD Perbibitan Ternak Kambing PE Malaganti, Farm 5 = Kelompok Tani Surya Medal
54
Lampiran 12. Hasil Uji t Bobot Badan pada Kelima Peternakan Kambing PE 8 Farm 1 vs Farm 2 Farm 1 vs Farm 3 Farm 1 vs Farm 4 Farm 1 vs Farm 5 Farm 2 vs Farm 3 Farm 2 vs Farm 4 Farm 2 vs Farm 5 Farm 3 vs Farm 4 Farm 3 vs Farm 5 Farm 4 vs Farm 5
T-value -10,91 3,78 0,75 -3,43 14,63 12,41 5,61 -3,63 -6,19 -4,17
P-value 0,000 0,001 0,457 0,001 0,000 0,000 0,000 0,001 0,000 0,000
DF 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38
Pooled StDv 6,6236 4,6848 4,6254 7,3671 6,1489 6,1038 8,3747 3,9156 6,9434 6,9035
Lampiran 13. Hasil Uji t Dalam Dada pada Kelima Peternakan Kambing PE 9 Farm 1 vs Farm 2 Farm 1 vs Farm 3 Farm 1 vs Farm 4 Farm 1 vs Farm 5 Farm 2 vs Farm 3 Farm 2 vs Farm 4 Farm 2 vs Farm 5 Farm 3 vs Farm 4 Farm 3 vs Farm 5 Farm 4 vs Farm 5
T-value -2,18 3,87 2,66 -1,00 5,18 4,31 1,54 -1,47 -5,63 -4,19
P-value 0,035 0,000 0,011 0,325 0,000 0,000 0,133 0,149 0,000 0,000
DF 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38
Pooled StDv 1,9907 1,2657 1,3066 1,4269 1,7858 1,8151 1,9035 0,9662 1,1236 1,1695
Lampiran 14. Hasil Uji t Lebar Dada pada Kelima Peternakan Kambing PE 10 Farm 1 vs Farm 2 Farm 1 vs Farm 3 Farm 1 vs Farm 4 Farm 1 vs Farm 5 Farm 2 vs Farm 3 Farm 2 vs Farm 4 Farm 2 vs Farm 5 Farm 3 vs Farm 4 Farm 3 vs Farm 5 Farm 4 vs Farm 5
T-value -2,86 2,37 2,12 -2,20 5,20 5,01 1,07 -0,32 -5,11 -4,88
P-value 0,007 0,023 0,040 0,034 0,000 0,000 0,291 0,752 0,000 0,000
DF 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38
Pooled StDv 0,7729 0,6015 0,5960 0,6479 0,6987 0,6940 0,7390 0,4960 0,5572 0,5513
Keterangan : Farm 1 = Sri Murni, Farm 2 = Aan Farm, Farm 3 = Kelompok Tani Karsa Menak, Farm 4 = UPTD Perbibitan Ternak Kambing PE Malaganti, Farm 5 = Kelompok Tani Surya Medal
55
Lampiran 15. Hasil Uji t Dalam Ambing pada Kelima Peternakan Kambing PE 11 Farm 1 vs Farm 2 Farm 1 vs Farm 3 Farm 1 vs Farm 4 Farm 1 vs Farm 5 Farm 2 vs Farm 3 Farm 2 vs Farm 4 Farm 2 vs Farm 5 Farm 3 vs Farm 4 Farm 3 vs Farm 5 Farm 4 vs Farm 5
T-value -4,41 4,32 5,48 0,28 8,16 9,24 5,14 0,71 -5,10 -7,13
P-value 0,000 0,000 0,000 0,784 0,000 0,000 0,000 0,483 0,000 0,000
DF 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38
Pooled StDv 2,4759 1,8310 1,6157 1,7149 2,3053 2,1383 2,2142 1,3397 1,4577 1,1760
Lampiran 16. Hasil Uji t Lingkar Ambing pada Kelima Peternakan Kambing PE 12 Farm 1 vs Farm 2 Farm 1 vs Farm 3 Farm 1 vs Farm 4 Farm 1 vs Farm 5 Farm 2 vs Farm 3 Farm 2 vs Farm 4 Farm 2 vs Farm 5 Farm 3 vs Farm 4 Farm 3 vs Farm 5 Farm 4 vs Farm 5
T-value -3,30 1,68 1,73 1,24 7,80 7,88 7,13 0,18 -1,52 -1,71
P-value 0,002 0,102 0,093 0,223 0,000 0,000 0,000 0,856 0,137 0,096
DF 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38
Pooled StDv 3,9827 3,3021 3,2991 3,3190 2,3924 2,3883 2,4157 0,8637 0,9368 0,9262
Lampiran 17. Hasil Uji t Panjang Puting pada Kelima Peternakan Kambing PE 13 Farm 1 vs Farm 2 Farm 1 vs Farm 3 Farm 1 vs Farm 4 Farm 1 vs Farm 5 Farm 2 vs Farm 3 Farm 2 vs Farm 4 Farm 2 vs Farm 5 Farm 3 vs Farm 4 Farm 3 vs Farm 5 Farm 4 vs Farm 5
T-value -4,43 5,34 5,24 3,37 12,10 11,81 9,17 0,00 -2,53 -2,41
P-value 0,000 0,000 0,000 0,002 0,000 0,000 0,000 1,000 0,016 0,021
DF 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38
Pooled StDv 2,4995 1,9534 1,9934 2,1582 1,7770 1,8209 2,000 0,9403 1,2524 1,3139
Keterangan : Farm 1 = Sri Murni, Farm 2 = Aan Farm, Farm 3 = Kelompok Tani Karsa Menak, Farm 4 = UPTD Perbibitan Ternak Kambing PE Malaganti, Farm 5 = Kelompok Tani Surya Medal
56
Lampiran 18. Hasil Uji t Lingkar Puting pada Kelima Peternakan Kambing PE 14 Farm 1 vs Farm 2 Farm 1 vs Farm 3 Farm 1 vs Farm 4 Farm 1 vs Farm 5 Farm 2 vs Farm 3 Farm 2 vs Farm 4 Farm 2 vs Farm 5 Farm 3 vs Farm 4 Farm 3 vs Farm 5 Farm 4 vs Farm 5
T-value -5,04 3,11 2,56 0,90 9,94 9,41 7,06 -1,23 -3,26 -2,41
P-value 0,000 0,003 0,015 0,372 0,000 0,000 0,000 0,225 0,002 0,021
DF 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38
Pooled StDv 1,4757 1,1169 1,1121 1,2264 1,0972 1,0924 1,2085 0,5130 0,7282 0,7209
Lampiran 19. Hasil Uji t Lingkar Metatarsus pada Kelima Peternakan Kambing PE 15 Farm 1 vs Farm 2 Farm 1 vs Farm 3 Farm 1 vs Farm 4 Farm 1 vs Farm 5 Farm 2 vs Farm 3 Farm 2 vs Farm 4 Farm 2 vs Farm 5 Farm 3 vs Farm 4 Farm 3 vs Farm 5 Farm 4 vs Farm 5
T-value 0,48 4,40 1,88 2,57 3,54 1,23 1,90 -2,85 -1,84 0,85
P-value 0,636 0,000 0,068 0,014 0,001 0,225 0,065 0,007 0,074 0,402
DF 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38
Pooled StDv 0,4970 0,3957 0,4215 0,4307 0,4242 0,4483 0,4570 0,3325 0,3441 0,3735
Lampiran 20. Hasil Uji t Produksi Susu pada Kelima Peternakan Kambing PE 16 Farm 1 vs Farm 2 Farm 1 vs Farm 3 Farm 1 vs Farm 4 Farm 1 vs Farm 5 Farm 2 vs Farm 3 Farm 2 vs Farm 4 Farm 2 vs Farm 5 Farm 3 vs Farm 4 Farm 3 vs Farm 5 Farm 4 vs Farm 5
T-value -3,92 4,89 4,74 2,55 7,23 7,12 5,85 -0,73 -4,26 -4,30
P-value 0,000 0,000 0,000 0,015 0,000 0,000 0,000 0,473 0,000 0,000
DF 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38
Pooled StDv 642,0361 351,2967 331,6712 332,6022 585,9349 574,3833 574,9214 202,7687 204,2879 168,3152
Keterangan : Farm 1 = Sri Murni, Farm 2 = Aan Farm, Farm 3 = Kelompok Tani Karsa Menak, Farm 4 = UPTD Perbibitan Ternak Kambing PE Malaganti, Farm 5 = Kelompok Tani Surya Medal
57
Lampiran 21. Peta Wilayah Lokasi Penelitian
Keterangan : 1 = Sri Murni, 2 = Kelompok Tani Karsa Menak, 3 = Kelompok Tani Surya Medal, 4 = Peternakan Aan, 5 = UPTD Perbibitan Ternak Kambing PE Malaganti
58