BERSINERGI MENUJU INDONESIA INOVATIF INNOVATION ROUND TABLE
RIA VERIANI ISNI KARTIKA LARASATI PUSAT INOVASI PELAYANAN PUBLIK KEDEPUTIAN INOVASI ADMINISTRASI NEGARA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
LAPORAN PENUGASAN MENGHADIRI SEMILOKA INNOVATION ROUND TABLE Double Tree Hotel, 15 Juni 2016
Inovasi merupakan hal yang hangat diperbincangkan dalam segala bidang, terutama dalam bidang inovasi teknologi. Namun dari inovasi tersebut, tentu masih dijumpai permasalahan. Oleh karena itu, semiloka ini berupaya menggali permasalahan inovasi, alternatif solusi serta rencana tindak lanjut. Semiloka ini diselenggarakan oleh KOMPAK bekerjasama dengan Intel Corporation Indonesia dan Populi Center. Peserta berasal dari beberapa kalangan baik dari Pemerintah, Inovator, Lembaga Donor, Akademisi, dan pemerhati inovasi. Pembagian kelompok Round Table Inovasi sebagai berikut: Kelompok I : Inovasi Pelayanan Publik 1. E-Fishery 2. Komodo Water 3. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi 4. Kementerian Ristek Dikti 5. Kementerian PPN/Bappenas 6. Kemenpan RB 7. Kementerian Sekretariat Negara 8. Kementerian Desa, PDT 9. Kementerian Kominfo 10. LAN 11. LIPI 12. Universitas Indonesia 13. Universitas Brawijaya 14. APEKSI 15. DFAT 16. IAPA 17. GIZ 18. Bank Mandiri 19. Intel 20. KOMPAK
Kelompok II: Inovasi Berbasis Teknologi 1. Geeknesia 2. SMA Malang 3. Siramin 4. Kantor Staf Presiden 5. Kementerian Kominfo 6. Kementerian Ristek Dikti 7. LIPI 8. Kementerian Desa, PDT 9. Tim Independen RB 10. Kementerian PPN/Bappenas 11. Kemenko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan 12. UGM 13. IPB 14. KOMPAK 15. Intel 16. Cefron Indonesia Business 17. Sahabat Pulau 18. US Embassy 19. ADB
Pada awal sambutannya, dari pihak Intel Indonesia yang diwakili oleh Sweta Kurata, menyatakan bahwa banyak anggaran yang dilakukan untuk inovasi sektor publik. Namun, masih berjalan sendiri-sendiri. Lebih lanjt, Gate Sanahan dari KOMPAK menyatakan bahwa Indonesia adalah negara yang besar yang membutuhkan aksi yang nyata. Aksi yang nyata tersebut yang dimaksudkan inovasi. Kemudian, Mariam Barata, Direktur Jenderal Aplikasi Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika, keynote Speech dalam Semiloka ini menyampaikan beberapa hal penting terkait dengan inovasi: Perlu penguatan jaringan aktor di bidang TIK Perlu kepemimpinan dan kebersamaan yang kuat, tidak hanya sekedar menciptakan regulasi
Pemerintah sebagai fasilitator untuk membentuk kreativitas dan inovasi lokal Penguatan TIK akan dapat menciptakan lapangan kerja Internet akan memunculkan industri kreatif berbasis IT (misal Gojek, Kaskus, dll) yang akan mendorong proses bisnis masyarakat Konsep Smart City seperti Surabaya dan Bandung dan Telemedicine di Kota Makassar juga merupakan inovasi teknologi yang sudah berjalan Internet mampu menaikkan transaksi e-commerce Indonesia mencapai 200 Trilyun Pada tahun 2020 diharapkan Indonesia akan menjadi Negara Digital Ekonomi seASEAN karena pengguna internet di Indonesia terbesar ke-4 se dunia. Road Map e-commerce Indonesia yang didukung oleh 8 kementerian mempunyai point utama dari pemerintah antara lain pelibatan sebesar-besarnya UKM (8 Juta UKM dengan digital); memadukan 31 inisiatif (target 135 M $US pada tahun 2020); ramah terhadap penanaman modal asing; memfasilitasi pendanaan melalui KUR. Indonesia memiliki peluang karena tingginya pengguna internet, banyaknya SDM, dan tingginya penetrasi terhadap teknologi. Namun, harus dibarengi dengan SDM handal yang kreatif, e-commerce yang kondusif, serta adanya perlindungan hak karya intelektual (HAKI). Indonesia e-Commerce Roadmap di kick off tanggal 17 Juni 2016 di Kominfo dengan program 1000 Technopreneur. Targetnya adalah Pelaku Usaha akan memiliki usaha yang besar dan menggurita untuk tataran internasional.
Hendrie Adji Kusworo, dari Fisipol UGM, memberikan pemaparan tentang Inovasi: Tata Kelola dan Akuntabilitas Sosial (Perspektif Entrepreneurship Baru). Analogi sinergi sebagai sebuah busur panah bahwa sinergi antar aktor dalam melakukan inovasi akan menjadi kekuatan yang dahsyat. Menurutnya, barunya inovasi terlihat dari context bukan nilai absolutnya. Perspektif entrepreneurship baru disini lebih ditekankan kepada kewiralembagaan. Pada sesi kelompok, inovator E-fishery memaparkan bagaimana memberi makan ikan secara digital dengan menggunakan hp android. Ada indikasi bahwa jika sudah kenyang akan dihentikan. Dapat diatur, secara jarak jauh. Menurut Irfan, sang inovator, inovasi ini dapat terhenti karena sulitnya mencari SDM yang berkualitas, sulit untuk membuat bisnis modelnya, sulit untuk perbaikan berkelanjutan, sulitnya menembus birokrasi pemerintahan, dan tidak ada mentor. Shana Fatina, gadis belia kelahiran 1986, sang Inovator Komodo Water, di Desa Papagarang Kabupaten Manggarai Barat, awalnya penduduk desa tidak memiliki sumber air layak minum. Dari awalnya yang hanya berniat berlibur ke Labuhan Bajo, akhirnya tertarik untuk membangun sumber air minum dengan mesin. Air yang keruh dan berkapur, diolah sedemikian rupa sehingga layak minum. Dengan modal awal yang mencapai 1,5 M akhirnya bisnis air minum ini berkembang menjadi Komunitas Bisnis, Playgroup, dan sumber energi. Inovasi berikutnya berasal dari Pemerintah Kabupaten Banyuwangi yaitu Lahir Procot Pulang Bawa Akta yang dipaparkan oleh Kepala Dinas Kependudukkan dan Catatan Sipil, Sudjani. Latar belakangnya adalah kondisi geografis yang jauh dan untuk efisiensi waktu, biaya, dan tenaga. Bayi lahir akan mendapatkan akte dalam jangka 1-2 hari, asalkan sudah ada nama yang jelas. Hal ini diperkuat oleh Peraturan Bupati Nomor 42 Tahun 2013.
Narasumber terakhir yaitu M. Imanuddin, dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Beliau mengetengahkan roadmap menuju pelayanan publik berkelas dunia.
Cara menuju birokrasi berkelas dunia salah satunya adalah dengan menerapkan e-government. E-government ini yang akan mengantarkan birokrasi menjadi birokrasi berkelas dunia. Pada sesi kelompok, kelompok Inovasi Pelayanan Publik memetakan setidaknya ada tujuh persoalan dalam melakukan inovasi. Ketujuh persoalan tersebut yaitu: Regulasi (Lemah) Daya transfer pimpinan ke bawahan (lemah) dan SDM Pelaksana
Koneksi (rendah)
Pergantian Kepemimpinan Tidak adanya knowledge sharing dan fasilitasi inovasi
Anggaran
Kurang Publikasi
Dari ketujuh persoalan inovasi tersebut, dapat dikelompokkan kembali menjadi empat persoalan utama dalam melakukan inovasi yaitu:
Regulasi (penghambat, mapping)
Inovasi yang tidak ada investasi
Inovasi yang tidak terkoneksi (publikasi, marketing)
Inovasi yang butuh kompetensi (SDM, Mentor, Partnership dengan sektor publik)
Kemudian, dari permasalahan tersebut diberikan tiga alternatif solusi secara makro yaitu:
Pendanaan (pemerintah dan cost sharing)
Regulasi
Forum Transfer Inovasi
Pada kesempatan tersebut, kami menyampaikan bahwa di kedeputian inovasi mempunyai roadmap Inovasi Administrasi Negara 2015-2020. Setelah kami menyampaikan roadmap dan beberapa lokus lab inovasi yang menghasilkan beberapa ide inovasi (bahkan mencapai 5000an ide inovasi), para peserta mulai antusias, begitupun dengan moderator dosen dari Universitas Brawijaya. Kemudian, terlihat peran LAN sebagai pelaku inovasi, selain Kemenpan RB dan IPB (sebagai peserta rapat).
KOMPAK dalam penyimpulan hasil diskusinya juga menyampaikan bahwa inovasi sudah mutlak harus dilakukan. Dari pertemuan ini juga diperlukan mentor untuk keberlangsungan inovasi. Dari Kementerian PAN RB, LAN, IPB, Rumahbelajar.com. namun disayangkan stakeholder utama dari Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Keuangan tidak hadir dalam acara ini. Ke depannya, perlu ada harmonisasi antar kementerian. Tindak lanjut dari agenda ini adalah akan diadakan Innovation Rountable berikutnya yang akan dilaksanakan di Kementerian Pendidikan Dasar Menengah dan Kebudayaan (karena Pak Ananto Kusuma Seta, staf ahli menteri hadir). (RV-PIPEL)