Bedah Kosmetik : Modifikasi Tubuh Pada Tampilan Diri Individu Analisis Menurut Pemikiran Jean Baudrillard Audiah Ulfah Nasution & Selu Margaretha Kushendrawati Program Studi Filsafat Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
ABSTRAK Nama
: Audiah Ulfah Nasution
Program Studi : Ilmu Filsafat Judul
: Bedah Kosmetik : Modifikasi Tubuh Pada Tampilan Diri Individu Analisis Menurut Pemikiran Jean Baudrillard
Skripsi ini membuktikan pengaruh media massa terhadap konsep kesempurnaan tampilan diri dalam praktek bedah kosmetik melalui teori simulasi Jean Baudrillard. Maraknya praktek bedah kosmetik pada era globalisasi sekarang ini dilatar belakangi oleh perkembangan teknologi dan sistem komunikasi, kapitalisme global, budaya popular, masyarakat konsumen serta media massa. Teori simulasi menjelaskan bahwa melalui praktek bedah kosmetik, tampilan diri berubah menjadi suatu arena tempat tanda, citra, dan kode dimanipulasi sedemikian rupa. Hal tersebut mengantarkan tampilan diri manusia kepada suatu keadaan yang disebut dengan hiperrealitas tampilan diri yang telah terputus dengan tampian diri aslinya. Kata kunci: Bedah kosmetik, media massa, simulasi/simulakra, hiperrealitas Cosmetic Surgery: Body Modification on Individual’s Appearance Analysis of Jean Baudrillard’s thought This research applies Baudrillard’s simulations theory to show that mass media have influenced our conception about bodily appearance which have encouraged people to do cosmetic surgery. The rise of cosmetic surgery in this globalization era caused by the 1 Bedah kosmetik …, Audiah Ulfah Nasution, FIB UI, 2013
development of technology and communication, global capitalism, pop culture, consumer society, and mass media. Through cosmetic surgeries, bodily appearance have become manipulation arena of sign, image, and code. This condition creates the hyperreality of bodily appearance. Key word: Cosmetic surgery, mass media, simulation/simulacra, hyperreality
A. PENDAHULUAN Seiring berkembangnya waktu, banyak penemuan-penemuan baru yang tercipta, dan pada perkembangannya kemudian penemuan tersebut menjadi sangat mempengaruhi kehidupan manusia, dan salah satunya adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa sekarang ini telah merambah sampai penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari, dan beberapa bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat mempengaruhi manusia antara lain adalah bioteknologi, jaringan informasi dan komunikasi, serta perkembangan dunia digital. Ketiga hal tersebut menyebabkan hubungan antara organisme dan teknologi untuk menyatu semakin memungkinkan. Hal tersebut dapat kita lihat dari banyaknya kasus yang memungkinkan terjadinya rekayasa genetika, cloning, bayi tabung, penggunaan mesin-mesin dalam dunia kesehatan, dan yang paling berkembang pesat pada masa sekarang yaitu berkembangnya prosedur-prosedur modifikasi tubuh pada manusia dalam dunia kedokteran. Modifikasi tubuh sendiri sudah dipraktekkan oleh manusia jauh sebelum teknologi yang ada pada masa sekarang ini berkembang. Misalnya saja modifikasi tubuh yang disebut dengan tato, tindik telinga atau dikenal dengan sebutan piercing, serta berbagai praktek modifikasi tubuh yang dilakukan diberbagai kebudayaan di penjuru dunia yang sering disebut dengan modifikasi tubuh tradisional. Proses yang digunakan dalam modifikasi tubuh tradisional sendiri masih menggunakan teknologi dan prosedur yang bersifat tradisional, serta kebanyakan dari prosedur modifikasi tubuh tradisional tersebut masih sarat akan unsur religius dan budaya yang dianut oleh suku-suku yang mempraktekkannya. Disini terdapat suatu nilai budaya dan religiusitas yang tinggi dalam praktek-praktek modifikasi tubuh tradisional tersebut. Berbeda dengan modifikasi tubuh tradisional, pada masa sekarang, modifikasi tubuh telah berkembang pada tahap yang sangat maju. Dimana pada prosedur-prosedur modifikasi 2 Bedah kosmetik …, Audiah Ulfah Nasution, FIB UI, 2013
tubuh modern selalu dilakukan dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga mencapai suatu tingkatan yang sangat berbeda dari hasil modifikasi tubuh tradisional. Selain itu praktek modifikasi tubuh modern bersifat universal, dimana praktek-praktek tersebut terdapat dihampir seluruh daerah dan dapat diakses oleh siapapun. Berbeda dengan praktek modifikasi tubuh tradisional yang bersifat lokal dimana makna serta nilai yang terdapat pada proses modifikasi tubuh tersebut berbeda-beda di setiap kelompok dan hanya berlaku pada kebudayaan-kebudayaan tertentu saja. Selain itu nilai yang terdapat dalam modifikasi tubuh modern berbeda dengan modifikasi tubuh tradisional. Dimana walau ada beberapa alasan yang sama, yaitu ingin terlihat lebih menarik, tetapi dalam modifikasi tubuh modern terdapat nilai individualisme yang begitu kuat yang berbeda dengan modifikasi tubuh tradisional yang memiliki makna pada kelompok masyarakat lokal. Memasuki era globalisasi sekarang, modifikasi tubuh modern semakin banyak dipraktekkan oleh masyarakat, khususnya masyarakat konsumen. Salah satu bentuk modifikasi tubuh yang semakin marak adalah bedah kosmetik yang perkembangannya tidak lepas dari peran media massa terutama pengaruh majalah, televisi serta internet. Sering ditampilkannya sosok-sosok yang memiliki rupa sempurna pada media massa telah menjadi konsumsi oleh masyarakat. Sosok-sosok yang disebut-sebut sempurna yang terdeskripsikan pada tampilan diri para entertainer dan model yang sering muncul pada media massa membuat pandangan dan pendapat mengenai kesempurnaan fisik dalam masyarakat lambat laun diatur tren-nya oleh media massa. Kesempurnaan fisik menjadi seperti apa yang telah disuguhkan oleh media massa dan masyarakat hanya perlu menerimanya saja. Masyarakat yang telah dipengaruhi oleh media massa akan definisi kesempurnaan fisik, lambat laun akan menerimanya. Definisi kesempurnaan fisik yang ditawarkan oleh media massa baik majalah, televisi, internet maupun media massa lainnya kemudian menjadi suatu standar kesempurnaan fisik yang berlaku juga ditengah-tengah masyarakat. Standar kesempurnaan fisik tersebut kemudian lambat laun mulai diterapkan pada kehidupan seharihari dan menjadi suatu pedoman bagi setiap individu dalam suatu masyarakat untuk pencapaian dari kesempurnaan fisik itu sendiri. Individu yang merupakan satuan terkecil dalam masyarakat dan yang menjadi anggota dalam suatu masyarakat kemudian harus memenuhi berbagai standar yang telah berlaku di mayarakat tersebut.Standar kesempurnaan fisik yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat kemudian menjadi suatu acuan untuk setiap individu dalam masyarakat tersebut 3 Bedah kosmetik …, Audiah Ulfah Nasution, FIB UI, 2013
dalam membentuk perwujujdan dirinya.Individu menjadi terpengaruh dan dikontrol oleh aturan serta standar tersebut. Lambat laun setiap individu berlomba-lomba untuk memenuhi standar kesempurnaan fisik yang berlaku didalam masyarakat tersebut dengan berbagai cara dan berbagai prosedur modifikasi tubuh modern, khususnya bedah kosmetik menjadi cara individu untuk mencapai standar kesempurnaan fisik yang berlaku pada masyarakat dalam tampilan dirinya. a) Rumusan Masalah: Permasalahan yang diterangkan diatas menimbulkan suatu permasalahan dimana dengan
semakin banyaknya praktek modifikasi tubuh yang dilakukan oleh individu pada masa sekarang, khusunya praktek bedah kosmetik, memunculkan rumusan masalah berupa: 1. Apakah tampilan diri individu benar-benar menjadi suatu arena persaingan, khususnya persaingan dalam hal kesempurnaan fisik? 2. Apakah tampilan diri individu menjadi suatu arena simulasi yang dipengaruhi oleh budaya dan media massa? 3. Sejauh mana media massa mempengaruhi masyarakat dan individu? 4. Apa implikasi dari fenomena yang semakin marak terjadi pada masyarakat tersebut kedepannya? b) Tujuan Penulisan: Memahami dan mengungkapkan suatu realitas atau makna serta implikasi dibalik fenomena maraknya bedah kosmetik yang dilakukan oleh individu pada masyarakat konsumen di masa sekarang. Serta memberikan pandangan baru kepada kita terhadap arti sebuah kesempurnaan fisik yang ada pada setiap individu, sehingga kita tidak gampang terjatuh pada pendapat mengenai kesempurnaan fisik yang ditentukan dan dipengaruhi oleh media massa. B. TINJAUAN TEORITIS Pembahasan mengenai permasalahan modifikasi tubuh, khususnya bedah kosmetik yang prakteknya sangat berkembang pesat dimasyarakat dibahas melalui kerangka pemikiran Jean Baudrillard. Fenomena tersebut dibahas dengan menggunakan teori Simulasi dari Jean Baudrillard dalam bukunya yang berjudul Simulations. Selain itu juga akan dibahas melalui pemikiran Jean Baudrillard mengenai media massa, khususnya hiperealitas dan simulasi di 4 Bedah kosmetik …, Audiah Ulfah Nasution, FIB UI, 2013
media massa, serta beberapa pemikiran Jean Baudrillard lain yang memiliki keterkaitan dengan pembahasan mengenai fenomena maraknya bedah kosmetik di tengah masyarakat pada era globalisasi sekarang ini. Karya-karya Jean Baudrillard seperti Symbolic Exchange and Death dan karya dari penulis lainnya yang juga akan menjadi sumber tambahan dalam penelitian ini. C. METODE PENELITIAN Permasalahan mengenai maraknya fenomena bedah kosmetik di masyarakat pada era sekarang yang menjadi topik utama dalam pembahasan ini akandianalisa secara kritis reflektif terhadap fenomena yang tengah terjadi sekarang, sedangkan penulisan permasalahan menggunakan metode deskriptif analitis. Selain itu penggunaan metode kepustakaan juga sangat penting karena hampir seluruh permasalahan filosofis yang dibahas diambil dari sumber kepustakaan yang meliputi karya-karya yang membahas mengenai persoalan menyangkut modifikasi tubuh, Simulasi, serta beberapa teori terkait; serta artikel-artikel, jurnal-jurnal akademis, internet dan berbagai sumber lainnya yang membahas mengenai dunia informasi dan komunikasi khususnya yang membahas tentang fenomena modifikasi tubuh, khususnya bedah kosmetik dan masalah-masalah terkait serta implikasinya terhadap masyarakat dan individu. D. PEMBAHASAN Pada masa sekarang ini, manusia dihadapkan dengan permasalahan-permasalahan baru yang lebih kompleks lagi. Salah satunya adalah masalah mengenai konsep kesempurnaan pada tampilan diri manusia. Walaupun permasalahan tersebut telah lama menjadi perdebatan dan selalu menghiasi kehidupan manusia baik kehidupan pribadi maupun sosial sejak dulu. Tetapi, ketika memasuki era globalisasi dan kemunculan serta perkembangan media massa, permasalahan mengenai konsep kesempurnaan pada diri tersebut memasuki suatu episode baru yang semakin kompleks. Problematika permasalahan tersebut seakan-akan menemukan titik cerahnya ketika teknologi dibidang medis semakin maju, dimana suatu prosedur medis yang disebut dengan bedah kosmetik muncul sebagai suatu jalan keluar bagi permasalahan seputar konsep dan standar kesempurnaan diri. Manusia dapat dengan mudah menyelesaikan permasalahan seputar tampilan diri tersebut dengan menggunakan atau memanfaatkan prosedur bedah kosmetik, yang dapat dengan mudah membantu individu untuk mencapai suatu standar kesempurnaan diri yang ada. 5 Bedah kosmetik …, Audiah Ulfah Nasution, FIB UI, 2013
Tetapi kemudian timbul suatu permasalahan baru yang dihadapi oleh individu maupun masyarakat yang diakibatkan oleh kemunculan bedah kosmetik yang pada awalnya berperan sebagai suatu pemecahan atau jalan keluar terhadap permasalahan mengenai konsep kesempurnaan tampilan diri. Baik era globalisasi maupun media massa memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap permasalahan bedah kosmetik dan konsep kesempurnaan diri, serta penggunaan dan pemanfaatan prosedur bedah kosmetik dalam pencapaian kesempurnaan diri. Permasalahan tersebut telah mencapai suatu titik dimana diperlukannya pembahasan dan pemahaman ulang mengenai permasalahan tersebut melalui kerangka perkembangan era globalisasi dan pengaruh media massa pada konsep kesempurnaan diri. Era globalisasi merupakan era dimana seluruh dunia terhubung, batasan berupa wilayah Negara menjadi lenyap. Istilah globalisasi sendiri bukan lagi sesuatu yang asing tetapi merupakan realitas yang kita hidupi sehari-hari. Realitas yang dimaksud adalah polapola relasi yang mengglobal antar umat manusia, keterjangkauan informasi secara global, dan akses yang mudah dan cepat bagi seluruh umat manusia untuk mendapatkan informasi secara global serta saling memengaruhi secara langsung dari kehidupan manusia. (Kushendrawati, 2011: 25) Era globalisasi merupakan era dimana kapitalisme menguasai hampir seluruh kehidupan masyarakat didunia. Kapitalisme yang berlaku pada era globalisasi disebut juga dengan kapitalisme global yang sebenarnya merupakan kelanjutan dan penyempurnaan dari kapitalisme klasik yang telah dikritik oleh Karl Marx.Kalau dalam kapitalisme klasik ruang lingkup atau jangkauan kekuasaannya hanya dalam satu negara, maka dalam kapitalisme global dunia seakan tidak mempunyai sekat-sekat kedaulatan lagi.Munculnya berbagai perusahaan multinasional merupakan bentuk nyata kehadiran kapitalisme global di dunia. Ekonomi tidak lagi menyangkut urusan dalam negeri, tetapi sudah berkembang menjadi ekonomi
sejagad.
Pasar
berkembang
menjadi
pasar
bebas
yang
tidak
hanya
memperdagangkan barang dan jasa, tetapi juga menyangkut pasar mata uang (valuta) dan pasar modal. (Kushendrawati, 2006: 52) Selain itu era globalisasi juga diwarnai oleh perkembangan teknologi dan sistem komunikasi yang sangat pesat, munculnya Budaya Populer serta menjamurnya masyarakat konsumen. Era globalisasi muncul ditandai dengan semakin banyaknya penemuan-penemuan 6 Bedah kosmetik …, Audiah Ulfah Nasution, FIB UI, 2013
dibidang komunikasi serta semakin berkembangnya teknologi di berbagai bidang ilmu pengetahuan. Salah satu ilmu yang perkembangannya sangat pesat adalah bidang kedokteran yang salah satunya contohnya adalah prosedur bedah kosmetik yang semakin maju. Kemajuan teknologi pada prosedur bedah kosmetik kemudian mulai diwarnai dengan pengkapitalisasian praktek bedah kosmetik tersebut. Hal ini dapat dilihat dengan disulapnya praktek-praktek kedokteran kedalam suatu bisnis dan semakin gencarnya bisnis-bisnis dibidang kesehatan tersebut atau lebih tepatnya dibidang bedah kosmetik yang memasarkan jasa-jasanya kepada massa, yang meliputi prosedur bedah plastik dan prosedur-prosedur bedah kosmetik lainnya. Selain itu, kemunculan budaya populer, yang notabene merupakan suatu alat yang diciptakan oleh kaum kapitalis dengan tujuan untuk membius massa, juga memiliki peran penting pada perkembangan industri jasa bedah kosmetik, terutama perkembangannya ditengah-tengah masyarakat konsumen. Ciri utama yang terdapat pada budaya populer sendiri adalah tanda, dan tanda pada budaya populer tersebut mengacu pada sistem tanda itu sendiri. (Kushendrawati, 2011: 103) Budaya populer yang muncul di era globalisasi memiliki pengaruh yang sangat kuat khususnya pada masyarakat. Hal tersebut disebabkan oleh permainan sistem tanda yang merupakan ciri utama dari budaya populer. Pada budaya populer, makna dari sistem tanda yang berlaku adalah identitas, yang didapat dari komoditikomoditi yang dikonsumsi. Makna yang berupa identitas tersebut berasal dari benda-benda yang melekat pada diri individu dan juga keseluruhan tampilan diri individu yang merupakan suatu tanda-tanda yang mewakili identitas individu tersebut. Hal tersebut lambat-laun mempengaruhi cara pandang masyarakat sehingga terbentuklah suatu masyarakat yang baru, yaitu masyarakat konsumen. Masyarakat konsumen sendiri merupakan masyarakat yang terbentuk oleh kapitalisme global. Masyarakat konsumen dengan budaya konsumsinya melihat tujuan dan totalitas hidupnya dalam kerangka atau logika konsumsi. Eksistensinya dijalankan dan dipertahankan hanya dengan semakin dan terus-menerusnya mengkonsumsi berbagai tanda dan status sosial dibalik komoditi. Bukan hanya dirinya saja yang mengaktualisasikan diri lewat tindakan konsumsi, orang lain juga akan dinilai menurut standar yang dipakainya itu. Artinya eksistensi orang lain pun akan dinilai dan diakui sesuai dengan standar status sosial yang dipegangnya. (Kushendrawati, 2006: 53)
7 Bedah kosmetik …, Audiah Ulfah Nasution, FIB UI, 2013
Masyarakat konsumen yang selalu menilai seseorang berdasarkan aktifitas konsumsinya akan memperhatikan apa saja yang seseorang pakai serta barang-barang apa saja yang ia gunakan. Hal tersebut kemudian berkembang dengan menilai seseorang melalui penampilannya ataupun keseluruhan tampilan dirinya. Penampilan pada tampilan diri menjadi sesuatu yang semakin penting ditengah masyarakat. Kebutuhan akan pencapaian suatu penampilan yang lebih diterima ditengah-tengah masyarakat pun semakin mendesak, banyak orang yang berlomba-lomba mencari jalan keluar untuk mencapai standar kesempurnaan diri yang berlaku di tengah-tengah masyarakat. Bedah kosmetik menjadi salah satu dari sekian banyak jalan keluar yang dipilih oleh orang-orang di era globalisasi, yang menyebabkan perkembangan dan pemanfaatan jasa bedah kosmetik semakin berkembang pesat dari tahun ke tahun. Dilain pihak, media massa juga memiliki peran penting dalam penyampaian suatu pesan, khususnya pesan yang dituju kepada massa dalam jumlah yang banyak. Media massa memiliki keterkaitan erat dengan kapitalisme global dan budaya populer, serta memiliki pengaruh yang sangat penting dalam membentuk cara pandang suatu masyarakat terutama masyarakat konsumen. Dimana media massa yang merupakan alat penyalur yang diciptakan oleh kaum kapitalis untuk menciptakan dan menyalurkan budaya populer kepada masyarakat dengan tujuan untuk membius mereka. Selain itu, media massa juga menyebabkan munculnya suatu pergeseran pola tingkah laku pada masyarakat. Pergeseran pola tingkah laku yang diakibatkan oleh media massa dapat terjadi di lingkungan keluarga, sekolah, dan dalam kehidupan bermasyarakat. Wujud perubahan pola tingkah laku lainnya yaitu gaya hidup. Perubahan gaya hidup dalam hal peniruan atau imitasi secara berlebihan terhadap diri seorang figur yang sedang diidolakan berdasarkan informasi yang diperoleh dari media. Biasanya seseorang akan meniru segala sesuatu yang berhubungan dengan idolanya tersebut baik dalam hal berpakaian, berpenampilan, potongan rambutnya ataupun cara berbicara yang mencerminkan diri idolanya. (Trimarsanto, 1993: 8) Dalam artikel yang berjudul “Ilusi Virtual: Kejayaan Media atas Audien”, Budi Irawanto menuliskan bahwa Baudrillard sendiri mendefinisikan media sebagai sebuah 'model komunikasi tanpa respon yang tak bisa dibalikkan'. (Irawanto, 1998: 102-103) Sehingga dapat dipahami bahwa media massa sendiri telah berubah menjadi sebuah mesin tanda yang selalu mereproduksi tanda-tanda baru dan menyebarkannya kepada masyarakat, 8 Bedah kosmetik …, Audiah Ulfah Nasution, FIB UI, 2013
dan menjadikan masyarakat menjadi suatu massa yang terdiam dan membisu dan kemudian hanya mengikuti apa yang diberikan oleh media massa (Baudrillard, 1983:23). Salah satunya adalah pada permasalahan konsep kesempurnaan diri yang merupakan suatu problem yang selalu diangkat dan menjadi topik hangat di berbagai jenis media massa. Konsep kesempurnaan pada tampilan diri seringkali diangkat pada media massa, khususnya pada media massa berupa televisi dan iklan. Televisi dan iklan merupakan alat utama bagi kaum kapitalis untuk mempengaruhi perilaku masyarakat agar menjadi masyarakat konsumen. Pada media massa, khususnya televisi dan iklan menghadirkan suatu realitas buatan yang memuat citraan-citraan yang bersifat manipulatif. Hal tersebut dapat dilihat pada iklan berbagai produk kecantikan yang sering ditampilkan di televisi ataupun berbagai jenis media massa lainnya yang menampilkan sosok yang terlihat begitu sempurna yang menghadirkan dan mewakilkan tanda-tanda yang ingin disampaikan oleh pihak-pihak dibalik iklan tersebut, yaitu kaum pemilik modal dan kapitalis, kepada massa dengan tujuan untuk menarik perhatian massa pada kegiatan konsumtif. Baik iklan, televisi maupun jenis media massa lainnya telah mengalami banyak kemajuan dimasa sekarang terutama di era globalisasi jika dibandingkan dengan masa-masa awal perkembangannya. Hal tersebut dapat dilihat pada canggihnya teknologi yang digunakan pada media massa. Perkembangan teknologi pada era globalisasi yang semakin cepat, khususnya perkembangan teknologi komputer dan digital juga sangat berpengaruh dengan kinerja media massa. Berbagai jenis media massa termasuk televisi dan iklan pada masa sekarang pasti menggunakan bantuan teknologi yang semakin canggih tersebut, sebut saja teknologi pengeditan foto dan video yang merupakan salah satu penemuan dan perkembangan terbaru di dunia teknologi komputer dan digital yang sangat membantu kinerja media massa tersebut. Teknologi pengeditan foto dan video atau disebut juga teknologi fotografi yang berkembang pada masa sekarang memiliki kemampuan untuk memanipulasi realita yang tertangkap melalui lensa kamera. Realita tersebut kemudian direkayasa sedemikian rupa sehingga menampilkan suatu realitas baru yang disebut dengan hiperrealitas, yang kemudian dikemas dan disajikan oleh media massa dihadapan massa. Hiperrealitas yang disajikan oleh media massa menyebabkan massa yang menyaksikan tidak dapat membedakan mana yang nyata dan mana yang fantasi. Pada titik ini, fantasi ataupun ilusi diangkat ke realitas dan berubah menjadi yang real itu sendiri. (Baudrillard, 1993:72) 9 Bedah kosmetik …, Audiah Ulfah Nasution, FIB UI, 2013
Media massa seperti televisi dan iklan dalam hal ini melakukan praktek simulasinya dengan bantuan model-model yang terwakilkan melalui berbagai figur terkenal yang dijadikan semacam contoh dan panutan oleh massa yang telah menganggap bahwa yang mereka saksikan dan terima dari berbagai jenis media massa tersebut adalah suatu realitas, dan pada akhirnya mengakui model-model simulasi yang ada di media tersebut sebagai suatu panutan. (Baudrillard, 1993:78) Masyarakat yang terus menerus dihidangkan dengan parade tanda dan citra yang disajikan melalui sosok-sosok model, artis dan selebriti di berbagai media massa, yang telah disulap sedemikian rupa dengan bantuan berbagai teknologi fotografi sehingga menjadi sebuah hiperrealitas, lama kelamaan tidak menyadari dan pada akhirnya menerimanya sebagai suatu realita yang seharusnya terjadi. Sosok-sosok populer yang selalu muncul di media massa menjadi sosok yang diidamkan oleh massa. Standar-standar kesempurnaan diri pun dibuat berdasarkan sosok-sosok tersebut, dan juga pesan-pesan yang disampaikan oleh media massa pada masyarakat menjadi suatu acuan pada tampilan diri. Massa mulai terbius dan pada akhirnya mengikuti pesan-pesan mengenai standar kesempurnaan diri yang disampaikan oleh media massa. Bebagai jalan keluar dicari untuk memenuhi standar kesempurnaan diri tersebut.Bedah kosmetik pun akhirnya dipilih sebagai penyelesaian problematika tersebut.Massa kemudian semakin banyak yang menggunakan bedah kosmetik untuk memenuhi standar kesempurnaan diri yang telah berlaku pada masyarakat, atau mereka menggunakannya untuk meniru public figure yang mereka idolakan demi kepuasan diri.Tampilan diri pun akhirnya berubah menjadi suatu arena tanda dan citra ber-reproduksi, menjadi sebuah arena simulasi. Bedah kosmetik telah mengubah tampilan diri individu menjadi suatu arena simulasi, suatu simulakra, dimana praktek-praktek simulasi telah merambah pada tampilan diri individu.Tubuh dan wajah setiap individu pada suatu masyarakat, khususnya masyarakat konsumen di era globalisasi yang penuh dengan praktek simulasi sekarang ini telah diatur oleh konstruksi tanda, citra dan kode. Baudrillard sendiri menyatakan bahwa tubuh merupakan kuburan tanda-tanda: “Seluruh sejarah kontemporer ketubuhan merupakan sejarah demarkasinya, dimana jaringan penanda dan petanda telah menutupi, membagi, memusnahkan 10 Bedah kosmetik …, Audiah Ulfah Nasution, FIB UI, 2013
perbedaan dan pertentangan sengit ketubuhan dengan tujuan untuk mengorganisirnya kedalam suatu struktur material untuk pertukaran tanda, menyamakannya dengan objek, untuk memisahkan virtualitasnya dan pertukaran simboliknya kedalam bentuk seksualitas yang diambil seperti agen penentu, sebuah agen phallic yang sepenuhnya disamakan dengan pemujaan terhadap phallus. Dengan kata lain, tubuh, baik dalam tanda seksualitas maupun tanda ‘pembebasan’nya, terperangkap dalam sebuah proses yang diatur dan dijalankan oleh politik ekonomi.” (Baudrillard, 1993).
Dapat dipahami bahwa ketubuhan menjadi suatu kuburan tanda dan menjadi arena tanda-tanda saling bertukar. Tubuh, khususnya dimasa sekarang tak lebih dari suatu yang telah dimaterialkan dan diubah sedemikian rupa menjadi objek yang bertugas untuk memuat tanda-tanda yang pada dasarnya telah diatur oleh kaum-kaum penguasa, yang dapat dikenal sebagai kaum kapitalis yang menggunakan media massa sebagai alat pembiusnya. Individu yang telah terbius dengan pesan-pesan yang disampaikan oleh media massa mengenai standar kesempurnaan diri pada akhirnya menjadikan tubuh dan wajahnya sebagai suatu arena simulasi dimana ia dapat dengan mudahnya mengubah dan meniru sosok-sosok yang selalu ditampilkan media massa pada tampilan dirinya. Tetapi tanpa disadari, sosoksosok tersebut merupakan hasil pencampuran antar realitas dengan tanda, citra serta modelmodel reproduksi sehingga referensi sosok yang nyata tidak dapat ditemukan lagi. Dan pada akhirnya individu menggunakan bedah kosmetik sebagai jalan keluar untuk mengubah tampilan dirinya sesuai dengan standar atau sosok yang ada di media massa tersebut. Simulasi pada tampilan diri individu yang terlacak melalui fenomena bedah kosmetik sendiri tidak terlepas dari persoalan mengenai citra. Sebelumnya telah dipahami bahwa terdapat empat fase perkembangan citra (Baudrillard, 1983:11), yang pertama berupacitra sebagai refleksi dari realitas. Dimana pada fase ini, jika kita hubungkan dengan fenomena bedah kosmetik maka fase ini merupakan fase dimana tampilan diri masih memiliki bentuk aslinya sesuai dengan ketubuhan manusia yang asli. Kemudian memasuki fase kedua dimana citra menyembunyikan atau menopengi dan menyimpangkan realitas. Serta fase ketiga, dimana citra menopengi atau menyembunyikan absennya realitas. Dapat dilihat pada mulai masuknya peran media massa dan teknologinya dalam menopengi dan menyimpangkan serta menyembunyikan ketiadaan realita ketubuhan pada diri manusia yang notabene telah diatur ulang sedemikian rupa oleh media massa melalui sosok-sosok didepan kamera yang telah 11 Bedah kosmetik …, Audiah Ulfah Nasution, FIB UI, 2013
direkayasa sedemikian rupa dengan menggunakan berbagai strategi dan teknologinya, dan masuknya bedah kosmetik sebagai suatu jalan keluar untuk memenuhi dan mencapai tampilan diri yang telah diatur ulang oleh media massa tersebut merupakan fase terakhir dimana pada akhirnya citra tidak berkaitan dengan realitas manapun, ia telah berubah menjadi simulakrum yang murni. Pada fase perkembangan tampilan diri selanjutnya, dapat dipahami bahwa tubuh dan wajah telah berubah wujud menjadi sebuah simulakra atau simulakrum murni yang tidak memiliki hubungan dengan realitas awalnya.Realitas tak lagi punya referensi, yang ada hanyalah simulakra.Dalam hal ini, masyarakat secara luas mulai terpengaruh dengan citracitra tampilan diri yang diciptakan oleh media massatersebut, yang pada akhirnya telah berubah wujud menjadi semacam realitas tetapi bersifat buatan. Dalam kondisi seperti ini, realitas, kebenaran, fakta dan objektivitas pada tampilan diri manusia kehilangan eksistensinya. Maka tampilan diri manusia akhirnya memasuki suatu keadaan baru yang disebut dengan hiperrealitas tampilan diri. E. KESIMPULAN Fenomena bedah kosmetik dan hubungannya dengan konsep kesempurnaan diri dibahas dengan mengaitkannya pada era globalisasi dan media massa. Dimana kedua hal tersebut memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam kemunculan dan perkembangan permasalahan mengenai bedah kosmetik dan konsep kesempurnaan diri pada masyarakat. Serta baik era globalisasi maupun media massa, kedua hal tersebut memiliki hubungan yang sangat kuat dan saling mempengaruhi satu sama lain. Era globalisasi dan komponen-komponennya yaitu; kemajuan teknologi, kapitalisme, budaya populer dan masyarakat konsumen merupakan suatu era dimana bedah kosmetik semakin tumbuh dan berkembang. Dan perkembangan bedah kosmetik tersebut juga sangat dipengaruhi oleh peran media massa, yang merupakan alat bagi kaum kapitalisme untuk menyalurkan budaya populer ciptaannya, yang bertujuan untuk membius masyarakat, khususnya masyarakat konsumen dan mengatur konsep kesempurnaan tampilan diri di masyarakat. Tubuh dan wajah setiap individu pada suatu masyarakat, khususnya masyarakat konsumen di era globalisasi yang penuh dengan praktek simulasi sekarang ini telah diatur oleh konstruksi tanda, citra dan kode. Tampilan diri pun akhirnya berubah menjadi suatu arena tanda dan citra ber-reproduksi, menjadi sebuah arena simulasi. 12 Bedah kosmetik …, Audiah Ulfah Nasution, FIB UI, 2013
Dalam kerangka pikir Baudrillard, tubuh merupakan kuburan tanda-tanda. Tubuh dan wajah telah menjadi suatu simulakra atau simulakrum murni yang tidak memiliki hubungan dengan realitas awalnya. Realitas, kebenaran, fakta dan objektivitas pada tampilan diri manusia pada masa sekarang telah kehilangan eksistensinya, dan tampilan diri manusia akhirnya memasuki keadaan baru yang disebut dengan hiperrealitas tampilan diri. Dari keseluruhan pembahasan terkait fenomena bedah kosmetik yang dibahas melalui kerangka pemikiran Jean Baudrillard, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa media massa telah mempengaruhi pandangan terhadap konsep kesempurnaan pada tampilan diri dan telah merubahnya menjadi suatu arena simulasi melalui praktek modifikasi tubuh khususnya bedah kosmetik. Tampilan diri yang menjadi suatu arena simulasi telah membentuk suatu hiperrealitas pada tampilan diri. F. KEPUSTAKAAN Baudrillard, Jean P. (1983). In The Shadow of The Silent Majorities…or The End of The Social and Other Essays. (translated by Paul Foss, Paul Patton & Phillip Beitchman). New York: Semiotext(e). ————. (1983). Simulations. (translated by Paul Foss, Paul Patton & Phillip Beitchman). New York: Semiotext(e). ————. (1993). Symbolic Exchange and Death. London: Sage Publication. Irawanto, Budi. (1998). ILUSI VIRTUAL: KEJAYAAN MEDIA ATAS AUDIEN. Jurnal Sosial Politik, 1:3, 99-114. Kushendrawati, Selu Margaretha. (2011). HIPERREALITAS DAN RUANG PUBLIK: Sebuah Analisis Cultural Studies. Jakarta: Penaku. ————. (2006). MASYARAKAT KONSUMEN SEBAGAI CIPTAAN KAPITALISME GLOBAL: FENOMENA BUDAYA DALAM REALITAS SOSIAL. Jurnal Makara: Sosial Humaniora, 10: 2, 49-57. Trimarsanto, Tonny.(1993). Instant Mania Manusia Modern. Kedaulatan Rakyat: 12 September.
13 Bedah kosmetik …, Audiah Ulfah Nasution, FIB UI, 2013