MEMAHAMI BUDAYA-CYBER, SASTRA-CYBER DARI PEMIKIRAN JEAN BAUDRILLARD DAN WILLIAM GIBSON Dr. Akhyar Yusuf Lubis Departemen Filsafat Universitas Indonesia
Abstrak Masyarakat postmodern diatur melalui media informasi. Francois Lyotard mengklaim bahwa kelahiran era informasi sebagai kelahiran masyarakat postmodern (Lyotard, 1984). Era informasi menyatakan penyebab pergeseran paradigma dari masyarakat modern kepada masyarakat postmodern dengan simulasi, model, kode, dan komunikasi. Hal ini juga mengubah fenomena sosial-budaya. Sekarang, budaya ini disebut sebagai "cyber budaya". Makalah ini merupakan upaya untuk menjawab pertanyaan apa arti dari cyber budaya dan cyber sastra. Banyak pikiran berkaitan dengan menjelaskan tema setwo, tapi saya akan mengeksplorasi dan fokus terhadap pemikiran Jean Baudrillard dan William Gibson karena mereka memainkan peran penting dalam mengatasi cyber budaya, terutama cyber sastra. Kata kunci : postmodern society, cyber-culture, cyber-literature, simulation, code, information
Pendahuluan Ada dua tema yang paling menarik bagi saya yang diajukan panitia Seminar Nasional Sosiologi Sastra ini. Pertama, sastra cyber dan keterbukaan informasi; kedua, sastra hijau dan lingkungan hidup. Ada dua alasan penting mengapa dua sub-tema itu yang paling menarik perhatian saya. Pertama, karena subtema itu relevan dengan masalah Sosiologi sastra yang jadi fokus pembahasan. Sosiologi sastra maksudnya, kondisi sosial-budaya yang melahirkan sastra cyber itu. Tema-tema sastra tentu bukan lagi diwarnai oleh masalah sosial-budaya era Siti Nurbaya, atau era Balai Pustaka. Akan tetapi membahas tema-tema yang lahir di era baru yang disebut oleh ilmuwan sebagai era informsi, era cyber yang memunculkan masalah sosial-budaya kekinian. Seperti tema tetang sastra punk, tentang sastra multikultural, tentang tentang sastra hijau, sastra feminis, tentang cyborg dan posthuman, tentang cyberself, tentang cyberterorisme menjadi perhatiannya. Intinya adalah, Sosiologi Sastra Cyber adalah kondisi sosial-budaya (cyberculture) yang melahirkan sastra cyber itu (Derly, (2000; Bell, 2007). Budaya posmodern(postmodernity), telah melahirkan fenomena sosial-budaya baru yang memberi harapan baru di satu sisi, akan tetapi menimbulkan banyak problem, dan problem-problem itu mulai memasuki dunia sastra seperti sastra cyber dan sastra hijau yang dibahas pada siminar ini. Tema Sastra cyber dan sastra hijau yang diajukan panitia sangat menarik perhatian saya, karena subtema itu berkaitan dengan minat yang sudah dan sedang saya geluti, pergulatan pemikiran yang sangat menarik dalam beberapa kuliah filsafat ilmu dan metodologi pada beberapa program S3 di Lingkungan Universitas Indonesia. Saya cukup lama memberikuliah Etika lingkungan pada program pascasarjana Lingklungan UI di Salemba. Memberi kuliah filsafat ilmu dan metodologi Cyberlibrary di S2 Perpustakaan FIB. Membahas tentang pengaruh CriticalTheory dan Teori posmodern dan mengaruhnya pada Culturalstudies,
kajian
feminis,
poskolonial,
Cyberculturedalam bagian akhir perkuliahan.
dan
belangan
memasukkan
Pada Program Doktor Ilmu Komputer UI, ada Kuliah filsafat ilmu dan metodologi serta
Etika-cyber(Cyberethics) yang diberikan setiap semester. Cyberethics adalah
mata kuliah yang membahas tema-tema tentang pengaruh sosial-budaya teknologi cyber serta promlem etika yang ditimbulkannya. Sedangkan pada Kuliah filsafat Ilmu dan Metodologi pada Fakultas Ilmu Ekonomi, pembahasan tentang teori kritis (CriticalTheory) dan pemikiran postmodern(postmoderenTheory) berdampak pada kritik terhadap ekonomi modern, yang oleh Prof. Dr. Omerod disebutnya sebagai “theendofeconomy”. (kematian ekonomi modern), (Omerod, 1994), dan lahirnya postmoderneconomy.
Pembahasan ekonomi postmodern: memunculkan berbagai
tema yang menarik seperti: Cyber/virtual-ekonomi, Green Ekonomi, Feminis/Gender ekonomi,, dan tema lain yang tidak kalah menariknya. Untuk memberi pemhaman betapa luasnya pengaruh Cyberculture itu mempengaruhi dunia akademis sekarang ini, Universitas Pertahanan Indonesia yang kampusnya di Bukit Sentul itu saya diminta memberi kuliah tentang Cyber-War dan Cyberdefence. Masyarakat Posmodern dan Budaya-Cyber FrancoisLyotard (1924-1998) menyatakan bahwa munculnya revolusi informasi, telah dan akan melakukan perubahan besar dalam kebudayaan dan paradigm berpikir ilmiah (Lyotard, 1979). Ia mengemukakan kelahiran era inforasi itu, sebagai saat kelahiran era yang Ia sebut dengan Era Posmodern.
Pierre Levy (2001) ahli
komputer dan David Bell Cs. (2007) menyatakan era informasi itu melahirkan apa yang mereka sebut dengan “cyberculture” (Budaya Cyber) dan internet-culture (Porter,
). BudayaCyber dan budaya internet, adalah budaya yang lahir karena
interaksi masyarakat dengan internet (Levy, ), sedangkan Bell menyatakan bahwa budaya-siber itu adalah paradigma berpikir dan berintegrasi masyarakat melalui teknologi informasi (Bell, 2007). Interaksi masyarakat dengan teknologi informasi itu (internet) telah melahirkan berbagai
istilah
baru
seperti:
cyberpace,
cyberpolitics,
cyberteraphy,
cybercommunication, cybersociology, cyberpornography, Cybercrime. Mungkin tidak ada bidang ilmiah yang tidak memperluas kajiannya melalui cyber itu, seperti Sastra cyber yang kita bahas pada seminar ini. Istilah cyber yang di dalam dunia teknologi berarti “sistem pengontrolan yang menggunakan komputer”. Istilah “cyber” itu pertamakali digunakan oleh Nobert Wiener yang mengemukakan istilah itu tahun 1948. Sementara istilah ceberspace (ruang maya) pertama kali digunakan oleh William Gibson melalui cerita pendeknya “BurningChrome” (1982). Jika berbagai bentuk penemuan teknologi pada era revolusi industry (era modern) disebut oleh Marshal McLuhan sebagai system perpanjangan anggota tubuh (sepeda, mobil sebagai perpanjangan kaki, telpon perpanjangan pendengaran), maka penemuan teknologi Informasi oleh Manuel Castell disebut sebagai “perpanjangan sistem saraf” kita. Kita bisa memperluas pengetahuan kita tanpa batas melalui teknologi informasi yang ada dihadapan kita.Gibson menyatakan ”revolusi informasi” telah mengubah status pengetahuan dan mengubah semua aspek kebudayaan. Bahkan mengubah manusia itu sendiri, mengubah kesadarannya. Ben Agger mengemukakan konsep virtual self, yaitu satu konsep yang menantang kesadaran model Freudian dan kesadaran psikologi modern yang statis, menjadi bentuk kesadaran yang cair, sehingga dapat dibentuk oleh realitas virtual. Seperti orang yang tiba-tiba secara global diasyikkan oleh pencarian “Pocemon” yang tiba-tiba mengubah kesadaran dan tingkah laku generasi sekarang dengan cepat dan lalu menghilang. Kesadaran modern yang statis, karakter yang dianggap sudah terbentuk, kini berubah menjadi kesadaran yang cair, sehingga mudah diubah melalui realitas virtual itu. Ben Agger mengemukakan istilah “cyberself”, self yang dibentuk oleh dunia cyber itu (virtual self) (Agger, 2004 ). Masyarakat hiperteknologimengubah interaksi sesama, mengubah kesadaranya, mengubah kebebasan dan otonomi manusia sehingga sehingga ilmu pengetahuan dan teknologi juga menjadi salah satu problem eksistensial yang harus dipikirkan dan diatasi dampak negatifnya. Pierre Levy membedakan dua bentuk (tipe) realitas
virtual. Pertama dunia virtual yang terbatas atau tertutup
seperti CD-ROM dan
instalasi yang di buat seniman dalam bentuk tertutup (off-line). Kedua, Realitas virtual yang terbuka (on-line), sehingga dapat diakses oleh semua orang,
semua
orang dapat berinteraksi dengan sangat cepat, dan berpartisipasi di dalamnya (informationsuperhihgways). Era jaringan, era informasi telah menyingkirkan “budaya lama” dan melahirkan “cyberculture” dengan berbagai bentuk budaya dan konsep yang mengikutinya: virtual self, virtual community, virtual politics, virtual economics, virtual lives, virtual sex, virtual social, virtual/cybercrime (Tim Jordan, 2003) dan sastra cyber. Realitas on-line itu disebut juga ”realitas virtual” (virtual reality). Saya berpendapat berbicara tentang sosiologi sastra cyber, bukan sekedar alih media, bentuk sastra, puisi, novel, cerpen yang lama dengan tema-tema lama yang ada dalam buku, kemudian dialih mediakan melalui ”on-line”. Sosiologi sastra-cyber, mengharuskan untuk memahami konteks sosial-budaya dan tema-tema yang dibahas pada sastra cyber itu. Jadi sosiologi sastra cyber, memerlukan pemahaman tentang genealogi sastra cyber itu.Membahas sastra cyber memerlukan pemahaman yang luas dan mendalam tetang konteks sosial-budaya yang melahirkan sastra tersebut, memahami tema-tema yang berkembang dan muncul melalui sastra cyber itu. Sastra Cyber Pie`rre Levy membedakan dua bentuk (tipe) realitas virtual. Pertama dunia virtual yang terbatas atau tertutup seperti CD-ROM dan instalasi yang di buat seniman dalam bentuk tertutup (off-line). Sastra yang disampaikan melalui bentuk buku, film yang dibuat dalam CD-ROM adalah sasatraoff-line. Kedua, Realitas virtual atau realitas cyber yang terbuka (on-line), sehingga dapat diakses oleh semua orang, dari mana dan dimana pun. dalamnya.
semua orang dapat berinteraksi, dan berpartisipasi di
Pemikiran Baudrillard tentang budaya cyber tahun 1980/1990-an, lahir pada dasawarsa bersamaan dengan berkembangnya cyberpunk dan mulai lahirnya teoriteori tentang realitas atau cyberculture itu. Dunia baru yang lahir adalah dunia peleburan
yang dramatis di mana klas, gender, sosial-politik, budaya, ekonomi
menjadi satu yang menghapus pandangan atomisme dan pendekatan disipliner. Dunia baru adalah dunia-cyber dengan berbagai bentuknya termasuk budaya-cyber, sastra cyber yang disebut oleh Baudrillard dengan ”hyperreality” (realitas hiper) dan dunia sumulacra atau dunia tiruan (mimesis) menurut Plato. Realitas atau dunia tiruan yang dulu tidak disukai oleh Plato, kini meguasai kehidupan manusia sejagat. SherryTurkle dalam buku, Life ontheScreen: Identity in the Age ofthe Internet (1995) melukiskan tentang realitas virtual sebagai berikut, “realitas virtual memberikan gambaran kehidupan yang lebih nyata dibandingkan dengan kehidupan nyata” itu sendiri. Yang nyata lenyap karena longsoran simulasi, dan yang muncul adalah realitas yang mengatasi realitas real (hyperreality), realitas yang lebih cantik dari yang cantik, lebih benar dari yang benar. Hiper-realitas tidak diproduksi, akan tetapi selalu siap didireproduksi (Baudrillard 1993). Dalam era simulasi segala sesuatu hancur manjadi sesuatu yang lain segala sesuatu meledak (imploding) kesesuatu yang lain. Implusi atau peledakan adalah penyusutan ke dalam masingmasing yang lain, peringkasan yang luar biasa, penghancuran dua aras tradisional ke dalam satu aras lain. (1983, 57). Baudrillard memberikan contoh dimana talk-show, Televisi larut ke dalam kehidupan, dan kehidupan larut ke dalam televisi. Kehidupan menjadi simulasi dan sebaliknya simulasi menjadi kehidupan. Untuk contoh hiperrealitas memberikan beberapa contoh dan salah satu adalah tentang pronografi, dimana menurutnya pornografi sekarang lebih seksual daripada seks…”, seksualistas pornografi adalah hiperseksualitas (1990). Pada Novel Neuromancer konsep
Baudrillard seperti Hiperealiti, simulasi, dan
peleburan muncul dalam novercyber itu. Neuromancermengambarkan dunia masa depan yang dekat dimana teknologi nformasi (komputer) yang awalnya besar, dan
semakin mengecil tidak lama lagi bisa di buat sebesar cips yang bisa ditanamkan pada kepala kita dan disambungkan dengan sistem syaraf kita. Cips yang menggabungkan tv, online dan bentuk media komunikasi lainnya berarti kita bisa lihat semua bentuk informasi, hiburam, berkomunikasi dengan siapapun. Bisa dibayangkan apakah kecanggihan teknologi itu menimbulkan kenyamanan atau kegelisahan luar biasa dalam kehidupan kita. Peggunaan istilah cyber dan virtual ini dalam dunia seni dan sastra, memunculkan istilah sastra-siber dan sastra virtual. Istilah Cyber dan Virtual,maknanya relatif sama, sehingga pengunaanya sering didasarkan secara semena-mena (pilihan). Misalnya apakah saya lebih suka menggunakan istilah ”sastra virtual ”atau malah ”sastracyber”. Apa yang dimaksud dengan sastra-cyber itu? Apakah sasracyber itu sudah mulai tumbuh dalam dunia sastra kita? Istilah “Cyber” ini kemudian lebih dikenal dan popular melalui benda teknologi yang disebut “Cyborg”.
Konsep
cyborg(cyberorganism) itu banyak dimunculkan pada Film-fiksi ilmiah, sastra dan film ‘manusia robotik’ sebagai peleburan antara indvidu dengan mesin atau teknologi. Cyborgmenunjukkan manusia yang semakin kehilangan eksistensinya.
Manusia
setengah mesin adalah manusia ”posthumanism”, manusia yang dikuasai dan dikendalikan teknologi, bukan sebaliknya. Posthumanisme
termasuk tema yang
banyak dimunculkan pada sastra ( film, novel ) cyber. Selain penggunaan istilah cyborg, dalam sastracyber ada pula istilah cyberpunk. Cyberpunk sering mengemukakan Cyberpunk
dunia futuristik yang mengerikan. Sastra
mengemukakan tema tentang musik Rock, budaya narkotik, budaya
komputer menjadi sumber inspirasi pada sastra cyber. Sastra cyberpunk bersifat urban membahas pengalaman perkotaan baru seperti: kriminalitas, narkotika, seks , rockn`rol,
lingkungan
budaya
tinggi
yang
terkemorsialkan.
Fiksi
Cyberpunkmengambarkan masa depan yang buruk yang segera datang, seperti manusia
dengan kecerdasan artifisial (artificialintelligence) yang mencoba
menguasai dunia. Neuromancer
adalah sastra cyber yang ditulis oleh
William
Gibson yang menggambarkan masyarakat informsiyng berteknologi tinggi di mana simulasi dan hiperrealitas hadir di mana-mana(Kellner, 2010; Baudriilard1988). Di mana identitas-identitas dikonstruksi oleh komputer berjaringan, identitas yang direkayasa secara genetik, implantasi, dan obat-obatan.Nueromancer meruntuhkan permisahan budaya tinggi dengan budaya rendah, antara budaya klsisk dengan modern, menggunakan pastiche
atas genre-genre, antara fiksi poluler dengan
film.Pastiche mencampur baurkan antara fiksi ilmiah dengan gendre detektif, cerita kriminal, cerita petualangan tingkat tinggi. Pencarian planet baru, karena bumi yang sudah tidak layak ditiggali. Cyberpunk adalah budaya perlawanan terhadap sattusquo, yang datang dari berbagai latar belakang budaya, gaya, perilaku yang beragam, akan tetapi memiliki kepekaan terhadap lingkungan teknologi tinggi
di era masyarakat jaringan ini.Untuk
memahami fenomena cyber pemikiran Jean Baudrillard tidak mungkin diabaikan. Jika teori posmodern menjadi teori sosial-budaya yang paling canggih dan kontemporer, maka cyberpunk
adalah salah satu contoh karya sastracyber yang
paling canggih dan banyak diminati dan dibahas
pada kelahiran era informasi.
Baudrillard salah seorang tokoh posmodernis yang mengemukakan istilah ”theendofthesocial” untuk menyatakan keterputusan radikal budaya modern ke budaya postmodern. ”The endofthesocial”maksudnya kematian konsep dan teori sosial modern karena digantikan oleh fenomena baru, yang memerlukan kerangka konsep dan teori baru untuk memahaminya (Baudrillard, 1990/1993). Baudrillard lebih lanjut menyatakan tentang matinya:
subyek,
ekonomi, politik, makna,
kebenaran, dan yang sosial dalam sosial-budaya kontemporer. Pemikiran Baudrillard sangat dipengaruhi oleh perkembangan revolusi informasi
yang ia sebut sebagai jagat
“hypereality” (realitas hiper). Pada
hyperealitymodel-model dan kode-kode sangat menentukan pemikiran, tingkahlaku dan makna. Media informasi, hiburan, komunikasi memberikan pengalaman yang kuat dan dominan serta melibatkan kehidupan sehari-hari yang dangkal. Pada situasi
postmodern individu meninggalkan “gurun realitas” (realitas factual) dan memasuki ekstase hiperreality melalui ranah atau dunia komputer, multi media serta berbagai pengalaman yang diberikan oleh teknologi baru yang disebut dengan teknologi tinggi (Kellner, 2010; 404). Karya Baudrillard seperti buku, Amarica( Baudrillard, 1988), oleh pemikir posmodern dapat dibaca sebagai fiksi ilmiah sementara cyberpunk dapat dibaca sebagai bentuk baru sosiologi (sosiologi kultural atau CulturalStudiesl). Pertanyaan mendasar Baudrillard tentang Amerika adalah, “apakah Ia adalah masih merupakan sebuah kekuatan besar atau hanya sebuah kekuatan simulasi”? Dalam perjalanannya ke Amerika, yang mungkin berjalanan singkat seperti seorang turis, bukan sebagai seorang peneliti ia menggambarkan satu hal tentang kebudayaan Amerika dengan sangat pesimis sehingga banyak menggoda para pemikir untuk memamahi dan mengkritisinya. Baudrillard mengemukakan bahwa Amerika sebagai sebuah model dunia dan kebudayaan kontemporer yang banyak menarik perhatian dunia. Ia sepertinya melihat Kebudayaan Amerika yang banyak memukau masyarakat lain, sesunguhnya mengandung ancaman besar bagi masa depannya. Ia juga menganalogkan gurun pasir di barat Amerika dengan kota-kota di bagian Barat
itu sebagai kota yang
memiliki “kesunyian seperti
banalitas”.
Baudrillard mencitrakan Amerika dengan kesunyian dan padang pasir sosial. Lebih lanjut Baudrillard melukiskan Amerika sebagai berikut: 1. Amerika adalah sebuah padang pasir. Ia adalah padang pasir secara cultural, secara intelektual, dan secara estetik (Baudrillard 1989). 2. Los Angeles difahami sebagai “bagian padang pasir yang didiami” 3. “Kultur California itu sendiri adalah sebuah padang pasir. 4. “Californiadifahami sebagai “pusat dunia simulacra dan tidak asli”
Dalam pandangan Baudrillard Amerika dengan kota-kotanya dan gurun pasirnya seperti suatu yang tidak memiliki makna, Amerika menjadi satu tempat di mana makna telah dilenyapkan. Bahkan secara lebih sinis ia menyatakan bahwa yang terjadi di Amerika adalah sebuah proses “kesunyian tanda dan manusia”. Baudrillard secara lebih jelas menunjukkan contoh Maraton New York, baginya arena marathon itu telah kehilangan makna aslinya, Orang (dengan bahagia) mengelilinginya, dan mereka sepertinya mereka merasa bahagia Yang nyata dan yang imajiner telah berbaur, semua telah menjadi simulasi, dan ini juga takdir yang mengunggu masyarakat Eropa. Ia menyatakan bahwa Amerika adalah sebuah surga, tapi surga yang “menyedihkan, monoton, dan sederhana “ (1988). Gagasan-gagasan Baudrillard dan perkembangan cyberculture dengan fenomena yang dimunculkannya telah memberikan inspirasi yang sangat kuat pada novel-novel William Gibson
seperti Neuromancer(1984), theDifferenceEngine
(1991), Virtual Reality (1993) serta kumpulan cerita pendeknya, BurningCrome (1986). Untuk memahami karya sastra cyber tentu kita memerlukan seperangkan konsep, kerangka teori yang tepat, relevan dengan tema-tema yang berkembang dalam budaya cyber itu, termasuk metode yang tepat untuk raelitas virtual dan relaitashiper itu. Termasuk hipersemiotika untuk memahami karya Amerika yang ditulis oleh Baudrillard yang banyakmendapat kritik tajam dan sekaligus pujian. Diperlukan pula pengetahuan tentang pendekatan supradisipliner untuk memahami peleburan berbagai realitas sosial-budaya, berbagai bidang ilmiah yang disampaikan melalui karya sastra cyber itu.
Daftar Pustaka Agger, Ben, (2004), The Virtual Self: A ContemporarySiciology, BlackwellPublishing. Antonio, Manchinui, Silvia Daini, and Louis Caruana (Eds.) 2010, AnorexiaNervosa: A Multi-DiciplinaryApporoach: FromBiologytoPhilosophy, Nova SciencePublishers, Inc: New York. Barthes, Roland, ElementofSemiology, terj. AnnetteLavers& Colin Smith (New York: Hill & Wang) 1968 Baudrillard, Jean, (1988). Simulations, Semiotext(e), New York. ______________, Toward a CritiqueofthePoliticalEconomyoftheSign, St. Lous: telosPress. ______________, (1988), The America. London: Verso. ______________, (1975), Seduction, New York: st. Martins Press. Bauman, Zygmund, (1987) Life in Fragments: essays in PostmoderMorality, Oxford: Blacwell. Beck, Ulrich, (1992), RiskSociety: Toward a New Modernity, London : Sage. Bell, David,(2001), An introduction To Cybercultures,Routledge: London. _________, (2007). CybercultureTheories: ManuerlCastellsand Donna Haraway, , Routledge: London – New York. Bennet, T. (1998), Culture: A Reformer`sScience. St. Leonard NSW: Allen &Unwin. Bennett, “Theoriesofthe Media , TheoriesofCociety” dalam M. Gurevitch, Tonny Bennett, J, Curran, dan Woollacott (ed.) Cultures, Sicietyand Media, London: Methuen. Castells, Manuel, (1996), The Informatin Age: Economy, SocietyandCulture, Cambridge, MA: Black well. Christine M.Hine, 2001, Virtual Ethnography. Sage Peblications: London. DeleuzeGilles, dan Guattari, (1991). A ThousandPlateaus,UniversityofMinnesotaPress. __________, (1972/1983), Anti-Oedipus : CapitalismandZscizophrenia,Minneapolis: UniversityofChicagoPress. Eco, Umberto, (1984). SemioticsandthePhilosophyofLanguage, London, MacMillan. Edwards. Tim (ed.) 2007, CulturalTeory: C;assicalandContemporaryPositions, Sage Publications, Los Angeles- London, New Delhgy-Singapore. FloridiI, Luciano, (1999). InformationEthics; On The PhilosophicalFoundationofComputerEthics. Turkle dalam buku, Life ontheScreen: Identity in the Age ofthe Internet (1995) Turkle dalam buku, Life ontheScreen: Identity in the Age ofthe Internet (1995) Gibson, J. William, (1986), The Perfect War: Technowar in Vietnam. Bostoand New York: The tlanticMontlyPress. ______________, (1984), Neuromancer, New York: Dell Books. ______________, (1986), BurningChrome, New York : ArborBooks. ______________, (991), Cyberpunk, ( Trilogi versi computer).
Heim, Michael, (1993), The Metaphisicsof Virtual Reality, OxfordUniversityPress, New York. Jenks, Chirs, (1993),Culture,Routledge: Taylor &Francis Group. Jordan, Tim, (1999), Cyberpower: The CultureandPoliticsofCyberspaceandthe Internet, Routledge, London: New York. Jameson, F. (1991), PostmodernismortheCulturalLogicofLateCapitalism, Verso:LondonDuke. UniversityPress. Kellner, Doulas, Budaya Media, CulturalStudies, Identitas, dan Politik:Antara Modern dan Postmodern,(terjemahan) Jalasutra:Yigykarta, 2010. Lyotard, Francois Jean, The PostmodernCondition: A ReportonKnowlegde,ManchesterUniversityPress, 1989. Munns, Jessica and Gita, Rajan(Eds.) 1995, A CulturalStudiesReader: History, Theory, Prtactice, London: Longman. Omerod, Paul, (1994), The DeathofEconomics, St. Martin Press; United Kingdom. Poster, M. (1970/1988), Jean BaudrillrdSelectedWritings,Stanford: stanfordUniversityPress.
Silver David &AdrienneMassanari (eds.), (2006), CriticalCyber-CultureStudies, New YorkUniversityPress: New Yorkand London. Springer.ElizabethRighter (ed.) 2005) The Tutu ArcheologicalVilageSite: A MultidiciplinaryCase Study in Human Adaptation, Taylor &FrancisorRoutledge: London. Turkle, Sherly (1995), Life ontheScreen: Identity in the Age ofthe Internet, Touchstone, New York. Turner, Brian S. (201). Teori Sosial dari Klasik Sampai Postmodern. (terjemahaan dari, The New BlackwellCompaniontoSocialTheory), Pustaka Pelajar: Yogyakarta