BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian terdiri dari dua kegiatan, yakni penelitian rumah kaca dan penelitian lapangan. Penelitian rumah kaca dilaksanakan di rumah kaca Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Sindangbarang, Bogor pada bulan Januari–Mei 2003. Penelitian lapangan dilaksanakan pada Ultisol yang telah terdegradasi di Kampung Kebon Panas, Desa Jasinga, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat yang terletak pada ketinggian 100 m dpl. dan pada 106o 27’ 18” BT dan 6o 28’ 32” LS. Penelitian lapangan dilaksanakan pada musim tanam (MT) 2002/2003, mulai bulan Juni 2002 sampai Juni 2003. Peta lokasi penelitian lapangan tertera pada Gambar 2. Metode Penelitian Pengaruh Cara Pemberian dan Sumber Bahan Organik terhadap Kualitas Tanah, Pertumbuhan dan Hasil Jagung Bahan organik yang dihasilkan dari sistim pertanaman lorong pada Ultisol Jasinga selama delapan tahun (1993-2001) adalah flemingia (Flemingia congesta), mukuna (Mucuna sp.), dan sisa tanaman jagung (Zea mays L.). Ketiga jenis bahan organik tersebut merupakan sumber bahan organik yang diaplikasikan pada penelitian ini. Analisis pendahuluan berupa analisis tanaman (flemingia, mukuna dan jagung) dilakukan untuk mengetahui kualitas bahan organik seperti kandungan senyawa organik (lignin dan selulosa) dan kadar unsur hara ( C, N, P dan K).
Ke Tangerang
Dari Bogor
Ke Rangkasbitung
Gambar 2. Lokasi Penelitian pada Ultisol Jasinga di Desa Jasinga, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor
Gambar 2. Lokasi Penelitian pada Ultisol Jasinga di Desa Jasinga, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor
Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca, bertujuan untuk melihat perubahan kualitas tanah dan hasil tanaman akibat pemberian bahan organik mukuna, flemingia dan sisa tanaman jagung dengan kualitas yang berbeda (kandungan senyawa organik dan unsur hara), baik diberikan secara tunggal maupun campuran dari dua atau tiga jenis bahan organik tersebut. Bahan organik diberikan dengan cara berbeda yaitu disebar atau dicampur dengan tanah agar pene mpatan bahan organik di lapangan dapat dilakukan dengan tepat, apakah bahan organik akan digunakan sebagai mulsa di permukaan tanah dan tanpa pengolahan tanah atau diinkorporasikan pada saat pengolahan tanah. Pada penelitian di rumah kaca, pengaruh perbedaan kualitas bahan organik yang diberikan terhadap sifat fisik, kimia dan biologi tanah diharapkan dapat dipahami secara jelas, tanpa dipengaruhi perbedaan lingkungan mikro seperti di lapang. Hasil penelitian di rumah kaca ini diharapkan dapat membantu menjelaskan mekanisme atau proses yang terjadi pada Ultisol Jasinga yang telah terdegradasi bila diberi bahan organik yang berbeda kualitasnya. Di samping itu, hasil penelitian rumah kaca digunakan sebagai dasar untuk menentukan perlakuan aplikasi pengolahan tanah dan pemberian bahan organik di lapangan. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), dengan perlakuan disusun secara faktorial, dan tiga (3) ulangan. Perlakuan terdiri atas: faktor pertama adalah cara pemberian bahan organik (A): disebar di permukaan tanah, sebagai gambaran tanpa pengolahan tanah (A1), dan diinkorporasikan/dicampur dengan tanah, sebagai gambaran pengolahan tanah
(A2).
Faktor kedua adalah sumber bahan
organik, dengan dosis setara 2% C-organik tanah yaitu: mukuna (2% C-organik
28
tanah, B 1), flemingia (2% C-organik tanah, B 2), sisa tanaman jagung (2% C-organik tanah, B 3), campuran mukuna dan flemingia (1%:1% C-organik tanah, B 4), campuran flemingia dan sisa tanaman jagung (1%:1% C-organik tanah, B5), campuran mukuna dan sisa tanaman jagung (1%:1% C-organik tanah, B 6), dan campuran mukuna, flemingia dan sisa tanaman jagung (0,67%:0,67%:0,67% C-organik tanah, B 7). Penelitian menggunakan bahan tanah Typic Haplohumult yang berasal dari Jasinga, diambil dari bagian sub soil (kedalaman 5-20 cm). Bahan tanah tersebut dikeringudarakan dan diayak sehingga lolos ukuran 2 mm, selanjutnya bahan tanah yang lolos ayakan 2 mm dicampur merata agar homogen. Bahan tanah yang telah dicampur dimasukkan ke dalam pot, dan masing-masing pot diisi bahan tanah seberat ± 10 kg pot-1. Pot yang digunakan berupa ember plastik dengan kapasitas 15 kg. Sebelumnya, dilakukan analisis sifat-sifat kimia dan biologi tanah menggunakan contoh tanah komposit dan sifat-sifat fisik tanah menggunakan contoh tanah tidak terganggu, kesemuanya diambil pada kedalaman tanah 5-20 cm. Hasil analisis tanah awal tertera pada Lampiran 1. Dosis bahan organik yang diberikan adalah setara Corganik tanah 2%. Perbedaan kadar C-organik dan kadar air dari masing-masing bahan organik (flemingia 65,9%, sisa tanaman jagung 71,2% dan mukuna 75,0%) menyebabkan jumlah bahan organik segar yang diaplikasikan pada masing-masing pot berbeda sesuai dengan masing-masing perlakuan (Lampiran 2). Mukuna dan jagung ditanam pada awal musim hujan di lapangan, sedangkan flemingia diperoleh dari tanaman pagar, selanjutnya ketiga sumber bahan organik tersebut digunakan pada penelitian rumah kaca. Sebelum diaplikasikan ke dalam pot,
29
ketiga jenis sumber bahan organik yang dihasilkan dari lapang dipotong-potong sepanjang ± 1 cm dalam keadaan segar, diaplikasikan ke dalam pot sesuai dengan masing-masing perlakuan, diinkubasi selama empat minggu, kemudian dilakukan penanaman jagung. Tanama n jagung yang digunakan adalah varietas Pioneer. Jenis dan dosis pupuk yang digunakan tertera pada Lampiran 3. Pengamatan tanah dan tanaman dilakukan pada akhir percobaan. Sifat-sifat fisik tanah yang diamati adalah berat isi (BI), porositas, permeabilitas dan indeks stabilitas agregat (ISA). Sifat kimia tanah meliputi C-organik, fraksi labil (POM), pH, N-total, P-tersedia dan K-tersedia, sedangkan sifat biologi tanah yang diukur adalah biomassa mikroorganisme (Cmic). Tinggi tanaman, berat tongkol kering, berat kering jagung (pipilan) dan berat bahan organik segar digunakan sebagai peubah pertumbuhan dan hasil tanaman. Analisis data dilakukan secara statistik terhadap sifat fisik, sifat kimia, sifat biologi tanah dan tinggi serta hasil tanaman, menggunakan analysis of variance (ANOVA) atau uji keragaman dengan selang kepercayaan 95%.
Untuk melihat
pengaruh beda nyata dari peubah akibat perlakuan serta interaksinya dilakukan uji jarak berganda Duncan (DMRT= Duncan Multiple Range Test), pada taraf nyata 5%. Model analisis statistik yang digunakan berupa model linier aditif dari rancangan acak lengkap faktorial: Yijk = µ + αi + β j + γ k + (αβ)ij + εijk Keterangan : Yijk
=
nilai pengamatan pada kelompok k yang mendapat perlakuan faktor pertama ke i (cara pemberian bahan organik) dan perlakuan faktor kedua
30
µ αi βj γk (αβ)ij εijk
= = = = = =
ke j (sumber bahan organik); yang mana i = 1,2; j = 1,2,3,...,7; k = 1,2,3 rataan umum pengaruh faktor pertama perlakuan cara pemberian bahan organik ke i pengaruh faktor kedua perlakuan sumber bahan organik ke j pengaruh dari kelompok ke k interaksi antara faktor pertama ke i dan faktor kedua ke j pengaruh acak pada kelompok ke k dengan perlakuan faktor pertama ke i dan perlakuan faktor kedua ke j
Analisis regresi dan korelasi Pearson digunakan untuk melihat hubungan antara kualitas bahan organik dan sifat-sifat tanah.
Untuk mengetahui hubungan
antara peubah fraksi-fraksi bahan organik dengan sifat tanah dilakukan uji korelasi Pearson. Hasil penelitian rumah kaca dijadikan dasar untuk menentukan perlakuan pada penelitian lapangan. Di lapang, sumber bahan organik yang berbeda kualitasnya diberikan melalui teknik pengolahan tanah konservasi yang memungkinkan pemberian bahan organik dengan cara disebar sebagai mulsa atau dicampur saat pengolahan tanah. Pengaruh Pengolahan Tanah dan Pemberian Bahan Organik terhadap Kualitas Tanah, Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Penelitian ini merupakan penelitian lapangan. Tujuan penelitian adalah untuk memahami pengaruh pengolahan tanah (minimum atau tanpa olah tanah) dan pemberian bahan organik yang diberikan secara periodik terhadap kualitas tanah dan hasil tanaman pada berbagai tingkat kerusakan tanah (Ultisol Jasinga). Penelitian Musim Tanam (MT) 2002/2003 merupakan bagian dari rangkaian penelitian jangka panjang yang dimulai pada tahun 1993 yang menerapkan sistim pertanaman lorong.
Tanaman pagar adalah flemingia dengan jarak antara dua
31
tanaman pagar 7,3 m. Lahan penelitian terdiri dari tiga blok atau kelompok yang berfungsi sebagai ulangan yaitu blok I (lereng 6%), blok II (lereng 12%) dan blok III (lereng 8%). Perlakuan yang diuji adalah pengupasan tanah lapisan atas (artificial desurfacing) mengikuti cara FAO-UN (1985) dan rehabilitasi tanah (tahun 19931998), sedangkan mulai tahun 1998/1999 diterapkan perlakuan kombinasi teknik pengolahan tanah dan pemberian bahan organik.
Pengupasan tanah lapisan atas
dilakukan pada tahun 1993 setebal 5 cm (A1), 10 cm (A2) dan tanah tidak dikupas (A0) sebagai kontrol. Sejak tahun 1993/1994 sampai tahun 2002 telah terjadi erosi setebal 0,16-5,47 cm, sehingga terjadi peningkatan tebal tanah yang hilang. Jumlah tanah tererosi pada masing-masing petak dari tahun 1993/1994 sampai dengan tahun 2000/2001 tertera pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah Tanah Tererosi Sejak Tahun 1993/1994 s/d 2000/2001 Perlakuan
A0
A1 A2 --------------------3,79 5,47
Rata-rata Rata-rata per th cm ----------------4,56 0,57
R0
4,42
R1
0,76
0,64
0,99
0,80
0,10
R2
0,36
0,16
0,18
0,23
0,03
R3
0,44
0,52
0,80
0,59
0,07
Rata-rata
1,49
1,28
1,86
Rata-rata per th
0,19
0,16
0,23
Rancangan percobaan yang digunakan adalah petak terpisah dengan rancangan dasar acak kelompok, tiga (3) ulangan. Perlakuan pada tahun 2002/2003 adalah:
32
Petak utama adalah tingkat pengupasan tanah (A): A0 = A1 = A2 =
tanah dikupas 0 cm (tahun 2002, telah hilang setebal 0,36 – 4,42 cm) tanah dikupas 5 cm (tahun 2002, telah hilang setebal 5,16 – 8,79 cm) tanah dikupas 10 cm (tahun 2002, telah hilang setebal 10,18 – 15,47 cm) Anak petak adalah pengolahan tanah dan pemberian bahan organik (R):
R0 =
tanah diolah, sebelumnya pada saat bera ditanami mukuna, sisa tanaman digunakan sebagai mulsa + mulsa flemingia dari pertanaman pagar berjarak 7,3 m R1 = tanah tidak diolah, sisa tanaman digunakan sebagai mulsa + mulsa flemingia dari pertanaman pagar berjarak 7,3 m R2 = tanah diolah, sisa tanaman digunakan sebagai mulsa + mulsa flemingia dari pertanaman pagar berjarak 7,3 m R3 = tanah tidak diolah, sebelumnya pada saat bera ditanam mukuna, sisa tanaman digunakan sebagai mulsa + mulsa flemingia dari pertanaman pagar berjarak 7,3 m Petak percobaan berukuran 22 m x 3 m dengan jarak antar petak 30 cm dan jarak antar petak utama 50 cm. Perlakuan tingkat pengupasan tanah adalah sebagai representasi tingkat degradasi tanah, sedangkan pemberian bahan organik in situ dan teknik pengolahan tanah diformulasikan sebagai suatu paket teknologi rehabilitasi tanah.
Pada bulan Pebruari 2002, ditanami sengon (Paraserianthes falcataria)
sebagai tanaman utama dengan jarak tanam 2,0 m x 1,3 m. Tanaman pangan diusahakan di antara tanaman sengon berumur kurang dari satu tahun. Pola tanam tanaman pangan yang diterapkan adalah jagung (Zea mays L.)–kacang tanah (Arachis hypogeae). Pada perlakuan R0 dan R3, selama musim kemarau direhabilitasi dengan mukuna, sedangkan pada perlakuan R 1 dan R2 dibiarkan bera. Hubungan curah hujan bulanan dengan pola tanam dapat dilihat pada Gambar 3. Jarak tanam, jenis dan dosis pupuk yang digunakan tertera pada Lampiran 4.
33
Jumlah bahan organik mukuna, flemingia dan sisa tanaman yang diberikan sesuai dengan produksi bahan organik yang dihasilkan pada masing-masing petak (Tabel 4). Kualitas bahan organik yang diberikan pada masing-masing petak dan waktu pemberian masing-masing bahan organik tertera pada Lampiran 5 dan 6. Pada perlakuan R 0 dan R3, penanaman mukuna dilakukan pada musim kemarau dan dipanen umur tiga bulan. Bahan organik mukuna ditimbang dan disebarkan kembali di atas permukaan tanah. Sebelum disebarkan, bahan organik mukuna dipotongpotong sepanjang 20-30 cm.
Setelah dibiarkan selama dua minggu kemudian
dilakukan pengolahan tanah (perlakuan R0 dan R2), sehingga terjadi pencampuran bahan organik. Curah hujan
Hari hujan
450
0 0
0
2
400
4
4
4
6 9
10
8
9
20
300
276 247
250
231
30
244 225
40 200 50 150
Hari hujan (hari)
Curah hujan (mm)
350
10
11 336
130 90
100
91
60
81
70
50 0
0
Juli
Agst
0
80 Juni
Sept
Okt
Nov
Des
Jan
2002
Feb
Mar
Apr
Mei
Juni
2003
R0 dan R3
Mukuna
Jagung
Kc. tanah
R1 dan R2
Bera
Jagung
Kc. tanah
Gambar 3. Hubungan Curah Hujan dengan Pola Tanam pada MT 2002/2003
34
Pengolahan tanah dilakukan dua minggu sebelum tanam jagung dengan menggunakan cangkul sedalam 15-20 cm. Pada pertanaman kacang tanah tidak dilakukan pengolahan tanah, tetapi dibuat larikan untuk penanaman kacang tanah dan pembersihan gulma seperlunya dengan menggunakan sabit dan cangkul. Ketika jagung berumur 15-20 HST, flemingia dipanen dan bahan organiknya ditimbang kemudian disebar di permukaan tanah untuk seluruh perlakuan. Flemingia dipangkas kembali pada saat panen jagung, bahan organik ditimbang lalu disebar di permukaan tanah. Setelah panen jagung, sisa tanaman jagung ditimbang dan disebar di permukaan tanah kemudian kacang tanah ditanam. Bahan organik flemingia disebar ketika kacang tanah berumur 15-20 HST. Setelah panen kacang tanah, bahan organik kacang tanah ditimbang dan disebar di permukaan tanah dan dibiarkan sampai melapuk. Tabel 4. Jumlah Bahan Organik Segar dan Kering yang Diberikan pada MasingMasing Perlakuan Selama MT 2002/2003 Bahan organik segar Perlakuan
Selama jagung
Selama kacang tanah
Bahan organik kering Total
Selama jagung
Selama kacang tanah
Total
A0=dikupas 0 cm A1=dikupas 5 cm A2=dikupas 10 cm
----------------------------------- t ha-1 ----------------------------------10,38 8,02 18,40 3,45 2,52 5,97 11,83 9,49 21,32 3,93 2,99 6,92 11,60 7,91 19,51 3,84 2,44 6,28
R0= Diolah+Mukuna R1= Tidak diolah-Mukuna R2= Diolah-Mukuna R3= Tidak diolah+Mukuna
9,56 11,73 10,16 13,64
7,88 9,76 8,73 7,49
17,44 21,49 18,89 21,13
3,07 4,00 3,47 4,43
2,52 2,96 2,74 2,37
5,59 6,96 6,21 6,80
Pada anak petak yang digunakan pada penelitian tahun 2002/2003 telah diaplikasikan cara rehabilitasi tanah dan kombinasi pengolahan tanah dan pemberian
35
bahan organik selama delapan tahun. Perlakuan yang diterapkan pada anak petak sejak tahun 1993/1994 sampai tahun 2001/2002 adalah sebagai berikut: Tahun 1993/1994 dan 1994/1995: R0 = R1 = R2 =
tanpa rehabilitasi rehabilitasi tanah dengan pupuk kandang 20 t ha-1 th-1 rehabilitasi dengan mulsa jerami padi 5 t ha-1 th-1 + bahan hijauan hasil panen dijadikan mulsa R3 = rehabilitasi dengan mulsa mukuna setiap tahun Tahun 1995/1996 dan 1996/1997: R0 = R1 = R2 = R3 =
tanpa rehabilitasi rehabilitasi tanah dengan pupuk kandang 20 t ha-1 th-1+ mulsa flemingia dari pertanaman pagar berjarak 7,3 m rehabilitasi dengan mulsa jerami padi 5 t ha-1 th-1 + mulsa sisa tanaman + mulsa flemingia dari pertanaman pagar berjarak 7,3 m, rehabilitasi dengan mulsa mukuna setiap tahun + mulsa flemingia dari pertanaman pagar berjarak 7,3 m
Tahun 1997/1998: R0 = R1 = R2 = R3 =
tanpa rehabilitasi rehabilitasi dengan mulsa jerami padi 5 t ha-1 th-1 + mulsa sisa tanaman + mulsa flemingia dari pertanaman pagar berjarak 7,3 m rehabilitasi dengan mulsa sisa tanaman + mulsa flemingia dari pertanaman pagar berjarak 7,3 m rehabilitasi dengan mulsa mukuna setiap tahun + mulsa flemingia dari pertanaman pagar berjarak 7,3 m
Tahun 1998/1999 sampai 2001/2002: R0 = R1 = R2 = R3 =
tanah diolah, sebelumnya pada saat bera ditanami mukuna, sisa tanaman digunakan sebagai mulsa + mulsa flemingia dari pertanaman pagar berjarak 7,3 m tanah tidak diolah, sisa tanaman digunakan sebagai mulsa + mulsa flemingia dari pertanaman pagar berjarak 7,3 m, tanah diolah, sisa tanaman digunakan sebagai mulsa + mulsa flemingia dari pertanaman pagar berjarak 7,3 m tanah tidak diolah, sebelumnya pada saat bera ditanam mukuna, sisa tanaman digunakan sebagai mulsa + mulsa flemingia dari pertanaman pagar berjarak 7,3 m
36
Jumlah bahan organik yang diberikan sejak tahun 1993/1994 sampai tahun 2000 dicantumkan pada Tabel 5.
Jumlah bahan organik masing-masing petak
percobaan beragam tergantung pada produksi bahan organik yang dihasilkan.
Tabel 5. Jumlah Bahan Organik Segar yang Diberikan Sejak Tahun 1993/1994 s/d 2000 Perlakuan
R0
Pupuk kandang
Jerami padi+sisa tanaman jagung
-------------------------------7,5 -
Flemingia
t ha-1
Mukuna
Total
--------------------------------33,3 9,8 16,0
R1
60
32,1
112,9
-
204,0
R2
-
53,1
113,1
-
166,2
R3
-
13,6
114,5
43,8
171,9
Data curah hujan berupa data sekunder dan hasil pengukuran di lapangan dengan alat pengukur hujan manual atau ombrometer, sedangkan data suhu bulanan merupakan data sekunder.
Perhitungan evapotranspirasi menggunakan metoda
Thornthwaite (1948) dalam Arsyad (1989) sebagai berikut : e = 1,6 (10t/I) a di mana: e=evapotranspirasi bulanan (mm); t=temperatur bulanan ( 0C), I= indeks panas. Indeks erosi hujan diperoleh dengan menggunakan persamaan Lenvain (1975) dan Bols (1978) dalam Abdurachman (1989) yaitu : Persamaan Lenvain (1975):
EI30 = 2,34 R1,98
di mana: EI30=indeks erosi hujan bulanan, R=curah hujan bulanan (cm) Persamaan Bols (1978):
EI30 = 6,119 (RAIN) 1,21 (DAYS )-0,47 (MAXP) 0,53
37
di mana: EI30=indeks erosi hujan bulanan, RAIN=curah hujan rata-rata bulanan (cm), DAYS=jumlah hari hujan rata-rata per bulan, dan MAXP=curah hujan maksimum selama 24 jam. Pengamatan tanah dilakukan: (1) sebelum ditanami mukuna, menggambarkan kondisi awal sifat-sifat tanah sebelum percobaan dimulai, (2) setelah panen jagung, (3) setelah panen kacang tanah. Karakteristik tanah.
Pengamatan dilakukan pada sifat fisik, kimia dan
biologi tanah. Sifat fisik tanah diambil di tiga tempat, yaitu lereng atas, tengah dan bawah berupa contoh tanah tidak terganggu, menggunakan ring sample berukuran diameter 7,5 cm dan tinggi 4 cm.
Sifat kimia dan biologi diketahui melalui
pengambilan contoh tanah komposit, menggunakan bor berukuran 1 inci. Semua contoh tanah diambil dari kedalaman 0-20 cm (lapisan atas). Peubah-peubah yang diamati adalah: (1) sifat kimia tanah yaitu pH, Corganik, N-total, P-tersedia, dan K-tersedia; (2) sifat fisik tanah terdiri dari berat isi, porositas, indeks stabilitas agregat, agregat stabil tahan air (ASA), MWD dan permeabilitas tanah lapisan atas.
Metode analisis yang digunakan tertera pada
Lampiran 7. Peubah tanaman yang diamati adalah tinggi dan hasil tanaman jagung dan kacang tanah. Pengukuran tinggi tanaman jagung dan kacang tanah dilakukan dua minggu sekali. Hasil tanaman diamati pada saat panen dengan cara ubinan. Fraksionasi bahan organik.
Fraksionasi bahan organik menjadi bentuk
POM dan C mic sebagai indikator kualitas tanah yang paling sensitif terhadap pengelolaan lahan.
38
Analisis anggaran parsial.
Analisis anggaran parsial dilakukan untuk
mengetahui tingkat kelayakan ekonomi masing-masing perlakuan. Analisis data. Analisis data dilakukan secara statistik terhadap sifat fisik, kimia dan biologi tanah, serta tinggi dan hasil tanaman. Petak percobaan merupakan petak penelitian jangka panjang sehingga terdapat pengaruh sisa percobaan sebelumnya, sehingga untuk melihat keragaman data dari tiap peubah dilakukan analysis of covariance (ANCOVA) atau analisis peragam dengan selang kepercayaan 95%. Data awal penelitian dan jumlah erosi yang terjadi pada masing-masing petak percobaan digunakan sebagai peragam (kovarian). Untuk melihat pengaruh beda nyata dari peubah akibat perlakuan serta interaksinya dilakukan uji jarak berganda Duncan (DMRT= Duncan Multiple Range Test) taraf nyata 5%.
Model analisis
statistik yang digunakan berupa model linier aditif dari rancangan acak kelompok petak terpisah: Yijk = µ + αi +β j + γ k +δ ik + (αβ)ij + θijk + ε ijk Keterangan : Yijk
=
µ αi βj γk δik (αβ)ij
= = = = = =
θijk
=
εijk
=
nilai pengamatan pada kelompok k yang mendapat perlakuan ke i (tingkat pengupasan tanah) dan anak petak perlakuan ke j (pengolahan tanah dan pemberian bahan organik); yang mana i = 1,2,3; j = 1,2,3,4; k = 1,2,3 rataan umum pengaruh petak utama perlakuan pengupasan tanah taraf ke i pengaruh anak petak perlakuan ke j pengaruh dari kelompok ke k pengaruh perlakuan acak petak utama perlakuan ke i dan kelompok ke k interaksi antara petak utama perlakuan ke i dan anak petak perlakuan ke j pengaruh kovarian pada kelompok ke k dengan petak utama perlakuan ke i dan anak petak perlakuan ke j pengaruh acak pada kelompok ke k dengan petak utama perlakuan ke i dan anak petak perlakuan ke j
39
Untuk melihat dinamika kualitas tanah selama satu tahun dilakukan uji T-test pada data awal dengan setelah jagung (AvsSJ), setelah jagung dengan setelah kacang tanah (AvsSKT) dan data awal dengan setelah kacang tanah (AvsSKT). Besarnya perubahan antar waktu dinyatakan dalam persentase. Secara ringkas alur pelaksanaan penelitian tertera pada Gambar 4.
40
Penelitian Rumah Kaca
Penelitian Lapangan
Mukuna Diolah dengan Mukuna
Dicampur C a r a P e m b e r i a n
Disebar
Flemingia Jagung
MK: Mukuna MH I : Jagung (diolah) MH II : Kacang tanah (tidak diolah)
Tanah Tidak dikupas
Tidak diolah tanpa Mukuna
Sumber bahan organik (Setara 2% C-organik tanah)
MK: Bera MH I : Jagung (tidak diolah) MH II : Kacang tanah (tidak diolah) Tanah Dikupas 5 cm Diolah tanpa Mukuna
Jagung Flemingia Mukuna
MK: Bera MH I : Jagung (diolah) MH II : Kacang tanah (tidak diolah)
Tidak diolah dengan Mukuna
Tanah Dikupas 10 cm
MK: Mukuna MH I : jagung (tidak diolah) MH II : Kacang tanah (tidak diolah)
Gambar 4. Alur Pelaksanaan Penelitian Rumah Kaca dan Penelitian Lapangan 41