BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DEPUTI BIDANG INVESTIGASI
Nomor
: 608/D6/2016
Tanggal : 2 September 2016
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
Kata Pengantar Rencana Strategis (Renstra) Deputi Bidang Investigasi tahun 2015-2019 disusun untuk memenuhi amanat Undang-Undang RI Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Renstra merupakan dokumen yang bersifat taktis strategis yang menjadi panduan pelaksanaan tugas dan fungsi Deputi Bidang Investigasi untuk 5 (lima) tahun ke depan dengan ruang lingkup mencakup visi, misi, tujuan dan sasaran strategis, arah kebijakan, program dan kegiatan, serta target kinerja selama tahun 2015-2019. Renstra ini merupakan penyempurnaan dari Renstra yang telah disusun pada
tanggal
21
Maret
2016,
diharapkan
menjadi
pedoman
dalam
meningkatkan keterpaduan, keteraturan, dan pengendalian perencanaan program dan kegiatan dari seluruh unit kerja di lingkungan Deputi Bidang Investigasi. Mengingat hal tersebut, maka seluruh pimpinan dan staf Deputi Bidang Investigasi harus melaksanakannya dengan penuh tanggung jawab dan berorientasi pada peningkatan kinerja. Untuk menjamin keberhasilan dalam pelaksanaannya, akan dilakukan evaluasi setiap tahun. Apabila diperlukan
dan
dengan
memperhatikan
kebutuhan
dan
perubahan
lingkungan strategis, dapat dilakukan perubahan/revisi muatan Renstra. Jakarta, 2 September 2016 Deputi Kepala BPKP Bidang Investigasi
Iswan Elmi NIP 19600127 198102 1 001 Deputi Bidang Investigasi
i
RENCANA STRATEGIS 2015-2019
Daftar Isi Halaman KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
2
B. Capaian Kinerja Tahun 2010-2014
4
C. Potensi dan Stakeholders BAB II
BAB III
BAB IV
BAB V
VISI, MISI, STRATEGIS
Identifikasi
TUJUAN,
Permasalahan
DAN
14
SASARAN
A. Visi
18
B. Misi
18
C. Nilai-Nilai Auditor Investigasi
23
D. Tujuan dan Sasaran Strategis
25
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI A. Arah Kebijakan
29
B. Strategi Pengawasan
33
C. Program dan Kegiatan
35
D. Penataan Fungsi dan Organisasi
35
TARGET KINERJA DAN PENDANAAN A. Target Kinerja
42
B. Kerangka Pendanaan
47
PENUTUP
50
Deputi Bidang Investigasi
ii
RENCANA STRATEGIS 2015-2019 LAMPIRAN 1.
INDIKATOR KINERJA PROGRAM (OUTCOME)
2.
INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (OUTPUT)
Deputi Bidang Investigasi
iii
BAB I PENDAHULUAN
RENCANA STATEGIS 2015-2019
A. Latar Belakang Rencana Strategis (Renstra) pada dasarnya merupakan dokumen perencanaan yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsi yang akan dilaksanakan oleh Deputi Bidang Investigasi. Renstra Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015-2019 tidak terlepas dari Renstra Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan yang disusun dengan memperhatikan: 1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019. 2. Pasal 2 dan 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tanggal 16 Agustus 1999 jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tanggal 21 November 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. 3. UU Nomor 30 Tahun 2002 tanggal 27 Desember 2001 tentang KPK. 4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2006 tanggal 18 April 2006 tentang Pengesahan United Nations Convention Against Corruption 2003 (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Anti Korupsi 2003). 5. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 tanggal 28 Agustus 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). Sesuai dengan peraturan ini, mandat yang diemban BPKP adalah sebagai auditor Presiden yang memiliki tugas melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara dan sebagai pembina SPIP untuk seluruh Instansi Pemerintah. Pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara dilaksanakan atas kegiatan tertentu meliputi
kegiatan
yang
bersifat
lintas
sektoral,
kegiatan
kebendaharaan umum negara, Akuntabilitas Perwujudan Iklim bagi Pemerintahan yang Baik dan Bersih, dan kegiatan lain berdasarkan
Deputi Bidang Investigasi
2
RENCANA STATEGIS 2015-2019 penugasan dari Presiden. BPKP khususnya Deputi Bidang Investigasi melakukan pengawasan intern melalui audit dengan tujuan tertentu. 6. Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tanggal 31 Desember 2014 tentang BPKP. Sesuai dengan peraturan ini Deputi Bidang Investigasi
melaksanakan
pelaksanaan
pengawasan
tugas
membantu
kelancaran
Kepala
pembangunan
di
bidang
termasuk
program lintas sektoral, pencegahan korupsi, audit atas penyesuaian harga,
audit
klaim,
audit
investigatif
terhadap
kasus-kasus
penyimpangan yang berindikasi merugikan keuangan negara, audit penghitungan kerugian keuangan negara, dan pemberian keterangan ahli. 7. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2014 tanggal 31 Desember 2014 tentang
Peningkatan
Kualitas
Sistem
Pengendalian
Intern
dan
Keandalan Penyelenggaraan Fungsi Pengawasan Intern dalam rangka Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat. Berdasarkan peraturan ini, Deputi Bidang Investigasi mendapat tugas untuk melakukan pengawasan berikut: a. audit
dan
evaluasi
terhadap
pembiayaan
pembangunan
nasional/daerah; b. evaluasi terhadap penerapan sistem pengendalian intern dan sistem
pengendalian
kecurangan
yang
dapat
mencegah,
yang
berindikasi
mendeteksi, dan menangkal korupsi; c. audit
investigatif
terhadap
penyimpangan
merugikan keuangan negara/daerah untuk memberikan dampak pencegahan yang efektif; d. audit
dalam
rangka
penghitungan
kerugian
keuangan
negara/daerah dan pemberian keterangan ahli sesuai dengan peraturan perundangan. 8. Surat Keputusan Kepala BPKP Nomor: KEP-06.00.00-080/K/2001 tanggal 20 Februari 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja BPKP.
Deputi Bidang Investigasi
3
RENCANA STATEGIS 2015-2019 9. Peraturan Kepala BPKP Nomor: PER-1314/K/D6/2012 tanggal 16 Oktober 2012 tentang Pedoman Penugasan Bidang Investigasi.
B. Capaian Kinerja Renstra Tahun 2010 – 2014 Renstra Deputi Bidang Investigasi Tahun 2010-2014 dijabarkan setiap tahun ke dalam Rencana Kinerja (Renja) yang berisi kegiatan-kegiatan yang terkait dengan target program yang telah ditetapkan dan tercermin pada indikator hasil program untuk lingkup kegiatan pengawasan dan pembinaan. Kegiatan pengawasan dan pembinaan yang dilaksanakan tidak terlepas dari mandat yang diemban oleh BPKP dan memperhatikan perspektif
akuntabilitas
keuangan
negara.
Hasil
pelaksanaan
pengawasan dan pembinaan Deputi Bidang Investigasi diarahkan untuk dapat memenuhi akuntabilitas yang menjadi perhatian para stakeholder yaitu: 1. Akuntabilitas Pengelolaan Program Lintas Sektoral Kebijakan untuk mendukung tercapainya akuntabilitas pengelolaan program lintas sektoral berupa kegiatan penanganan Hambatan Kelancaran Pembangunan (Debottlenecking). 2. Akuntabilitas Kebendaharaan Umum Negara dan Pengelolaan Aset Kebijakan
untuk
mendukung
tercapainya
akuntabilitas
kebendaharaan umum negara dan pengelolaan aset berupa rencana kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka penghematan keuangan negara.
Kegiatan
pengawasan
yang
dilaksanakan
adalah
audit
penyesuaian harga dan audit klaim. 3. Akuntabilitas Perwujudan Iklim bagi Pemerintahan yang Baik dan Bersih
Deputi Bidang Investigasi
4
RENCANA STATEGIS 2015-2019 Kebijakan untuk mendukung tercapainya akuntabilitas ini adalah berupa rencana kegiatan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya Tindak Pidana Korupsi (TPK) dan kegiatan pemberantasan TPK. Kegiatan
yang
dilaksanakan
untuk
mencegah
terjadinya
TPK
meliputi: a. Sosialisasi Program Anti Korupsi. b. Sosialisasi/Bimtek/Asistensi/Implementasi Fraud Control Plan (FCP) . c. Kajian Hasil Pengawasan. Kegiatan pemberantasan korupsi meliputi: a. Audit Investigatif atas kasus berindikasi Tindak Pidana Korupsi (TPK). b. Audit dalam rangka Penghitungan Kerugian Keuangan Negara. c. Pemberian Keterangan Ahli. d. Pemantauan Tindak Lanjut. e. Peer Reviu atas Laporan Penugasan Investigasi. f.
Peer Reviu terhadap Laporan dan Pengaduan Masyarakat.
Sesuai dengan Renstra Tahun 2010-2014, Deputi Bidang Investigasi merencanakan pencapaian 1 (satu) program utama yaitu Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, yang akan dicapai melalui 9 indikator outcome. Outcome diukur berdasarkan manfaat hasil output dari satu atau beberapa kegiatan dikaitkan dengan sasaran yang hendak dicapai. Capaian kinerja Deputi Bidang Investigasi dari 9 (sembilan) indikator outcome adalah sebagai berikut:
Deputi Bidang Investigasi
5
RENCANA STATEGIS 2015-2019 Tabel 1.1 Capaian Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2010 s.d 2014 No. 1.
Uraian Persentase pemahaman dan
Satuan
Capaian Outcome (%) 2010
2011
2012
2013
2014
%
139,03
130,93
127,73
124,87
108,13
Instans
110,00
118,18
100,00
100,00
120,00
110,00
100,00
133,33
100,00
120,00
%
122,40
106,07
119,05
110,06
100,25
%
106,31
98,15
115,25
113,86
117,06
%
150,00
86,32
133,20
43,68
42,68
%
108,90
118,85
114,56
108,52
107,95
%
137,90
241,00
93,80
102,00
92,60
kepedulian atas permasalahan korupsi 2.
IPP/IPD/BUMN/BUMD berisiko fraud yang
i
mengimplementasikan FCP 3.
IPP/IPD/BUMN/BUMD yang
Instans i
membuat/mengoreksi kebijakan 4.
Persentase terselesaikannya kasus HKP, klaim dan ekskalasi
5.
Persentase penyerahan kasus kepada instansi penegak hukum
6.
Hasil Audit Investigatif yang ditindaklanjuti oleh Instansi Berwenang
7.
Persentase telaahan terhadap laporan penugasan investigasi yang memenuhi standar
8.
Reviu terhadap laporan dan pengaduan masyarakat ditindaklanjuti
Deputi Bidang Investigasi
6
RENCANA STATEGIS 2015-2019
No. 9.
Uraian
Capaian Outcome (%)
Satuan
Persentase masukan
%
2010
2011
2012
2013
2014
142,86
142,86
107,14
142,86
0
125,27
126,93
116,01
105,09
101,08
yang direspon Presiden Rata-Rata Capaian Kinerja
Rincian capaian kinerja per indikator adalah sebagai berikut: 1. Persentase
pemahaman
dan
kepedulian
atas
permasalahan
korupsi Dalam
rangka
pencapaian
tujuan
meningkatkan
pemahaman
mengenai praktek-praktek penyelenggaraan good governance, Deputi Bidang
Investigasi
telah
menetapkan
suatu
sasaran
berupa
peningkatan pemahaman publik terhadap permasalahan korupsi. Penetapan
sasaran
kepedulian
dan
tersebut,
partisipasi
diharapkan masyarakat
akan dalam
meningkatkan pemberantasan
korupsi. Tingkat pemahaman publik atas permasalahan korupsi tersebut dihitung berdasarkan rata-rata tingkat pemahaman dan tingkat kepedulian peserta sosialisasi Program Anti Korupsi (SosPAK). 2. IPP/IPD/BUMN/BUMD berisiko fraud yang mengimplementasikan Fraud Control Plan (FCP) FCP
merupakan
suatu
pengendalian
yang
dirancang
dan
diimplementasikan secara spesifik untuk mencegah, menangkal, dan memudahkan pengungkapan kejadian berindikasi korupsi. Tujuan dari sasaran ini adalah perbaikan penyelenggaraan manajemen organisasi
pemerintah
melalui
pemanfaatan
hasil
kajian
yang
dilakukan oleh BPKP.
Deputi Bidang Investigasi
7
RENCANA STATEGIS 2015-2019 Untuk mencapai sasaran ini, diperlukan adanya kegiatan pengkajian atas system pengendalian manajemen pelaksana pembangunan guna mengidentifikasi kemungkinan adanya kelemahan yang membuka peluang, motif, dan pembenaran terjadinya KKN. 3. IPP/IPD/BUMN/BUMD yang membuat/mengoreksi kebijakan Sebagai implementasi dari strategi pemberantasan KKN, khususnya dalam rangka pencegahan tindak pidana korupsi diperlukan kajian terhadap peraturan perundangan-undangan yang berlaku untuk mengidentifikasi potensi terjadinya KKN. Deputi Bidang Investigasi berupaya memberikan masukan/usulan penyempurnaan terhadap peraturan perundang-undangan yang diidentifikasikan berpotensi penyebab KKN. 4. Persentase
terselesikannya
kasus
Hambatan
Kelancaran
Pembangunan (HKP), klaim, dan eskalasi Kegiatan pengawasan yang dilaksanakan Deputi Bidang Investigasi untuk mendukung tercapainya akuntabilitas kebendaharaan umum negara
dan
pengelolaan
aset
berupa
rencana
kegiatan
yang
dilaksanakan dalam rangka penghematan keuangan negara. Persentase terselesaikannya kasus HKP, Penyesuaian Harga dan Klaim adalah jumlah Laporan Evaluasi HKP, Laporan Audit Penyesuaian Harga, dan Laporan Audit Klaim yang ditindaklanjuti/dimanfaatkan dibandingkan
dengan
Laporan
Evaluasi
HKP,
Laporan
Audit
Penyesuaian Harga, dan Laporan Audit Klaim yang diterbitkan. 5. Persentase penyerahan kasus kepada Instansi Penegak Hukum Kebijakan Deputi Bidang Investigasi untuk mendukung tercapainya akuntabilitas ini adalah berupa rencana kegiatan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya Tindak Pidana Korupsi (TPK) dan kegiatan
Deputi Bidang Investigasi
8
RENCANA STATEGIS 2015-2019 pemberantasan TPK. Kegiatan pemberantasan TPK yang bertujuan untuk mendeteksi, mengungkap, dan menindaklanjuti kejadian KKN sesuai
dengan
peraturan
penegakan hukum.
perundang-undangan
dalam
upaya
Pelaksanaan kegiatan ini bekerjasama dengan
Aparat Penegak Hukum (Kejaksaan RI, Kepolisian Negara RI, Komisi Pemberantasan Korupsi) dan
Instansi Lain. Tujuan kegiatan ini
adalah mendeteksi, mengungkap, dan menindaklanjuti kejadian KKN sesuai peraturan perundang-undangan dalam upaya penegakan hukum. Persentase penyerahan kasus kepada Instansi Penegak Hukum merupakan persentase jumlah Laporan Hasil Audit Investigatif, Laporan Hasil Audit dalam rangka Penghitungan Kerugian Keuangan Negara, dan Laporan Pemberian Keterangan Ahli yang diserahkan kepada Aparat Penegak Hukum (APH) dibandingkan dengan jumlah laporan yang diselesaikan. 6. Hasil
Audit
Investigatif
yang
ditindaklanjuti
oleh
Instansi
Berwenang Audit
investigatif
merupakan
kegiatan
pengungkapan
modus
terjadinya kerugian keuangan negara atas pelanggaran terhadap peraturan
yang
berlaku
untuk
ditindaklanjuti
oleh
instansi
berwenang. Hal ini merupakan bagian dari upaya pencapaian sasaran strategis
terciptanya
memudahkan
iklim
pengungkapan
yang kasus
mencegah yang
kecurangan
merugikan
dan
keuangan
negara, antara lain dengan penetapan indikator outcome “Hasil Audit Investigasi yang ditindaklanjuti oleh Instansi Berwenang”. Kinerja outcome ini dimaksudkan untuk mengukur rekomendasi non tindak pidana korupsi pada suatu instansi pemerintah, BUMN, dan BUMD yang disampaikan kepada manajemen untuk ditindaklanjuti sesuai dengan rekomendasi yang disarankan.
Deputi Bidang Investigasi
9
RENCANA STATEGIS 2015-2019 Realisasi outcome dihitung berdasarkan jumlah rekomendasi yang ditindaklanjuti
dibandingkan
permasalahan/kasus
yang
dengan
jumlah
disampaikan
rekomendasi
kepada
instansi
atas yang
berwenang. 7. Persentase telaahan terhadap laporan penugasan investigasi yang memenuhi standar Dalam rangka pelaksanaan fungsi Perencanaan dan Pengendalian (RENDAL) kegiatan keinvestigasian, setiap hasil audit investigasi yang dilakukan
oleh
memperoleh
Perwakilan
keseragaman
BPKP mutu
dilakukan kualitas
penelaahan
hasil
audit.
untuk
Realisasi
outcome dihitung dari jumlah laporan yang memenuhi standar dibandingkan dengan jumlah laporan yang ditelaah. 8. Reviu
terhadap
laporan
dan
pengaduan
masyarakat
ditindaklanjuti Informasi
dugaan
KKN
umumnya
disampaikan
melalui
surat
pengaduan masyarakat dan permintaan dari KPK, Aparat Penegak Hukum (APH), serta instansi lainnya. Setiap surat pengaduan atau tembusan surat pengaduan baik yang diterima secara langsung melalui Kepala BPKP atau Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dilakukan penelaahan untuk ditindaklanjuti. Surat pengaduan yang diterima Deputi Bidang Investigasi ditindaklanjuti untuk diteliti, diaudit, diketahui atau diteruskan kepada instansi terkait/Perwakilan BPKP. 9. Persentase masukan yang direspon Presiden Latar
belakang
dilaksanakannya
penugasan
pengawasan
atas
permintaan Presiden adalah adanya perubahan arah kebijakan pemerintah untuk melakukan reformasi total tata pemerintahan
Deputi Bidang Investigasi
10
RENCANA STATEGIS 2015-2019 menuju good governance dan clean goverment. Sehubungan dengan hal
tersebut,
Deputi
Bidang
Investigasi
merespon
tuntutan
stakeholders khususnya Presiden dengan memberi masukan atas kasus
hukum
pejabat
publik
dan
menyampaikan
hasil
pengawasannya kepada Presiden. Pada tahun 2014 Deputi Bidang Investigasi
tidak
melaksanakan
penugasan
pengawasan
atas
permintaan Presiden Selain kinerja capaian IKU, BPKP secara aktif telah melakukan inovasi dan fasilitasi dalam upaya untuk pencegahan dan pemberantasan korupsi, antara lain sebagai berikut. 1. Forensik Komputer Dengan auditor
adanya
perkembangan
forensik
untuk
teknologi,
kemampuan
mengumpulkan
dan
seorang
mengevaluasi
bukti/dokumen elektronik merupakan suatu keharusan. Auditor akan menghadapi
kesulitan
yang sangat
besar
dalam
membuktikan
ada/tidaknya fraud (kecurangan) kalau hanya mengandalkan teknik pengumpulan
dan
evaluasi
bukti
secara
manual/tradisional.
Menghadapi hal tersebut, Deputi Bidang Investigasi membentuk Satuan
Tugas
(Satgas)
Forensik
Komputer
untuk
menunjang
pelaksanaan tugas-tugas keinvestigasian terutama audit investigatif dan audit dalam rangka penghitungan kerugian keuangan negara. Forensik komputer
adalah suatu aktifitas/kegiatan yang bertujuan
untuk: a. Pengumpulan data/fakta dari sistem komputer (harddisk, usbstick, log, memory-dump, internet, dan lain-lain) – termasuk di dalamnya data yang sudah terhapus;
Deputi Bidang Investigasi
11
RENCANA STATEGIS 2015-2019 b. Mendokumentasikan fakta-fakta yang ditemukan dan menjaga integritas data selama proses forensik dan hukum dengan proteksi fisik, penanganan khusus, pembuatan image, dan menggunakan algoritma HASH untuk pembuktian /verifikasi; c. Merunut kejadian (chain of events) berdasarkan waktu kejadian; d. Memvalidasi kejadian-kejadian tersebut dengan metode “sebabakibat”; e. Mendokumentasikan hasil yang diperoleh dan menyusun laporan; f.
Proses hukum (pengajuan delik, proses persidangan, saksi ahli, dan lain-lain.
Untuk menunjang kegiatan forensik komputer, pada tahun 2012 telah dibangun Laboratoriun Forensik Komputer. Pada tahun 2013 disusun Petunjuk Teknis Pengumpulan dan Pengevaluasian Bukti Dokumen Elektronik dan diselenggarakan Workshop Forensik Komputer di Perwakilan BPKP Sumatera Utara, Riau, Kalimantan Barat, DIY, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan DKI Jakarta. Pada tahun 2013 telah dilaksanakan penugasan Pengumpulan dan Pengevaluasian Bukti Dokumen Elektronik (PPBDE) sebanyak 4 penugasan. PPBDE adalah suatu proses untuk memperoleh dan menganalisis dokumen elektronik dalam rangka memperoleh petunjuk atau bukti digital untuk kepentingan penanganan kasus yang berindikasi tindak pidana. Forensik komputer merupakan produk unggulan Deputi Bidang Investigasi. Karena itu forensik komputer terus dikembangkan dan menjadi
produk
unggulan
selain
FCP,
diantaranya
dengan
mengikutsertakan Tim Satgas Forensik Komputer pada pelatihan Computer Forensic I dan Computer Forensic II dan menawarkan kepada APH mengenai penugasan PPBDE ini.
Deputi Bidang Investigasi
12
RENCANA STATEGIS 2015-2019 2. Fasilitasi Pembentukan Forensik (LSPAF)
Lembaga
Sertifikasi
Profesi
Auditor
Seiring meningkatnya transaksi ekonomi dan maraknya kejahatan dalam
dunia
bisnis
dan
birokrasi
dipandang
perlu
untuk
meningkatkan keahlian auditor di bidang audit forensik. Namun, selama ini di Indonesia belum ada suatu lembaga yang memberikan sertifikasi terhadap kompetensi auditor forensik. Untuk itu, BPKP, Polri, dan Kejagung sepakat membentuk Lembaga Sertifikasi Profesi Auditor Forensik (LSP-AF) melalui penandatangan bersama antara Kepala Bareskrim Polri, Jampidsus Kejagung, dan Deputi Kepala BPKP Bidang Investigasi pada tanggal 27 Nopember 2008. Menindaklanjuti kesepakatan
tersebut,
pada
tanggal
15
Juli
2011
diresmikan
beroperasinya LSP-AF. Sertifikasi auditor forensik juga mendukung implementasi Inpres Nomor 9 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi. Dengan bersertifikasi, auditor forensik akan lebih kompeten dalam menghitung kerugian keuangan negara dan menelusuri aset negara yang hilang. Dengan diresmikannya
LSP-AF,
kementerian/lembaga
pihak dapat
Polri,
Kejagung,
mengirimkan
dan
Inspektorat
auditornya
untuk
disertifikasi sebagai auditor forensik. Kegiatan yang dilakukan LSP-AF meliputi uji kompetensi auditor forensik,
sertifikasi
kompetensi.
Standar
kompetensi,
dan
akreditasi
kompetensi
bagi
auditor
tempat
forensik
uji juga
didasarkan pada Keputusan Menakertrans Nomor 46/Men/II/2009 tanggal 27 Pebruari 2009 tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) bidang auditor forensik.
Deputi Bidang Investigasi
13
RENCANA STATEGIS 2015-2019
LSP-AF mempunyai visi dan misi sebagai berikut: Visi •Menjadi Lembaga Sertifikasi Profesi Bidang Audit Forensik yang menjunjung tinggi profesionalisme
Misi •Membantu Auditor untuk memberikan informasi tentang kecurangan yang terjadi kepada Pimpinan Instansi/Direksi Perusahaan •Memberikan jaminan profesional dalam membantu peradilan memutuskan perkara dengan tepat dan berkeadilan melalui ahli audit forensik yang bersertifikat •Meningkatkan keandalan hasil pekerjaan dan kompetensi profesi auditor melalui ketaatan standar kinerja.
C. Potensi dan Identifikasi Permasalahan Stakeholders 1. Potensi Potensi yang dimiliki Deputi Bidang Investigasi antara lain: 1) SDM yang mempunyai kompetensi yang dapat diandalkan dalam pelaksanaan tugas-tugas dibidang investigasi, berpengalaman, berintegritas, dan inovatif. Deputi Bidang Investigasi selalu meningkatkan
kompetensi
pengetahuan
dan
SDM
pemahaman
dengan terhadap
meningkatkan penugasan
keinvestigasian sehingga dapat mengurangi risiko yang timbul dari penugasan.
Deputi Bidang Investigasi
14
RENCANA STATEGIS 2015-2019 2) Mempunyai produk unggulan Fraud Control Plan (FCP) dan forensik komputer yang dibutuhkan oleh stakeholders. 3) Mempunyai sistem informasi hasil pengawasan yang baik yang dapat memberikan informasi hasil pengawasan secara lengkap, cepat, dan akurat. Dengan seluruh potensi yang dimiliki, Deputi Bidang Investigasi diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan publik (Aparat Penegak Hukum/APH, auditan, akademisi, dan LSM) serta berperan aktif dalam mendukung pemberantasan TPK dan mewujudkan Good Governance. 2. Permasalahan Dalam melaksanakan kegiatan pengawasan dan pembinaan, Deputi Bidang Investigasi menemui kendala diantaranya: 1) Adanya resistensi dan keengganan dari Instansi Pemerintah maupun BUMN/BUMD dalam bekerjasama dengan BPKP untuk menerapkan Fraud Control Plan (FCP). 2) Adanya resistensi dan keengganan dari pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah
untuk
membantu
BPKP
dalam
proses
pengkajian peraturan perundangan. 3) Keterbatasan kewenangan BPKP untuk melakukan pemeriksaan dan pengumpulan bukti-bukti yang berkaitan dengan perbuatan tindak pidana korupsi. 4) Sulitnya perolehan bukti-bukti terkait dengan perbuatan Tindak Pidana Korupsi (TPK), sehingga pelaksanaan audit investigatif memerlukan waktu yang lama. 5) Permintaan data yang tidak segera dipenuhi oleh Aparat Penegak Hukum (APH). 6) Tidak tercapai kesepakatan diantara pihak-pihak terkait dalam menyelesaikan masalah.
Deputi Bidang Investigasi
15
RENCANA STATEGIS 2015-2019 3. Peluang Peluang bagi Deputi Bidang Investigasi dalam menyelenggarakan tugas dan fungsinya: 1) Terbitnya
Peraturan
Presiden
Nomor
192
Tahun
2014
memberikan peluang besar bagi Deputi Bidang Investigasi dalam menyelenggarakan tugas dan fungsinya. 2) Dukungan
dari
pimpinan
tertinggi
pemerintahan
dalam
pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Setiap tahun
pemerintah
pencegahan dan
mengeluarkan
pemberantasan
peraturan
mengenai
korupsi, seperti Instruksi
Presiden Nomor 2 Tahun 2014 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014, Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2015. 3) Adanya ekspektasi dari stakeholder agar BPKP meningkatkan upaya-upaya
pemberantasan
korupsi,
tingginya
komitmen
pemerintah untuk mendorong pengelolaan pemerintahan yang baik dan bersih (good and clean governance), serta adanya Surat Edaran bersama antara Bappenas dan Departemen Keuangan dan surat
Dirjen
Anggaran,
dan
surat Dirjen
Anggaran
yang
mengatur tentang penyesuaian harga, merupakan peluang bagi Deputi
Investigasi
dalam
melaksanakan
pengawasan
dan
pembinaan.
Deputi Bidang Investigasi
16
BAB II VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN STRATEGIS
RENCANA STATEGIS 2015-2019
A. Visi BPKP sebagai pengawas internal pemerintah yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden diharapkan mampu meningkatkan efektivitas sistem pengawasan nasional dalam memberantas KKN dan mendorong terwujudnya good governance baik dalam sektor pemerintahan maupun sektor publik. Deputi Bidang Investigasi sebagai bagian integral dari BPKP,
harus
ikut
mereposisi
dan
meredefinisi
perannya
untuk
mendukung visi BPKP demi terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN serta tercapainya kelancaran pembangunan yang berkesinambungan. Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Deputi Bidang Investigasi telah menetapkan visi yang menjadi arah perkembangan organisasi di masa mendatang. Visi tersebut adalah sebagai berikut:
Visi: Pusat Keunggulan Solusi Kecurangan
B. Misi Visi
yang
telah
ditetapkan
merupakan
kesepakatan
yang
harus
dilaksanakan oleh seluruh jajaran Deputi Bidang Investigasi. Untuk mencapai visi tersebut Deputi Bidang Investigasi menetapkan misi sebagai berikut:
Deputi Bidang Investigasi
18
RENCANA STATEGIS 2015-2019
Misi 1 Mendukung peran Aparat Penegak Hukum (APH) dalam pemberantasan korupsi
Misi 2 Memberikan solusi atas permasalahan yang menghambat kelancaran pembangunan
Misi 3 Memberikan
solusi
atas
permasalahan
yang
dihadapi
manajemen untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan dan korporasi yang baik
Misi 4 Meningkatkan
kualitas
penyelenggaraan
sistem
pengendalian intern melalui upaya pencegahan korupsi dengan melaksanakan Fraud Control Plan (FCP) 1. Misi Pertama dan Penjelasannya Misi pertama yaitu “Mendukung peran Aparat Penegak Hukum (APH) dalam pemberantasan korupsi”.
Deputi Bidang Investigasi
19
RENCANA STATEGIS 2015-2019 Misi ini dilatarbelakangi permasalahan korupsi yang sangat kompleks dengan operandi yang semakin canggih dan beragam, sudah mewabah ke semua lapisan penyelenggara negara seperti eksekutif, legislatif, yudikatif, dan birokrasi. Korupsi bukan hanya sekadar merugikan keuangan negara namun juga telah merusak sistem hukum serta melemahkan mental manusia Indonesia dan sendi-sendi sosial budaya masyarakat, karena itu korupsi merupakan persoalan mendesak yang harus diatasi. Banyaknya pemberantasan korupsi ternyata juga tidak menjadikan masyarakat semakin takut melakukan tindakan korupsi. Korupsi mungkin tidak dapat
diberantas secara
menyeluruh, namun setidaknya korupsi itu bisa ditekan agar di masa mendatang tidak semakin membudaya dan semakin merusak moral para pejabat negara. BPKP
khususnya
Deputi
Bidang
Investigasi
membantu
upaya
pemerintah dalam mengungkap kejadian korupsi karena itu terus melakukan upaya pemberantasan korupsi secara efisien dan efektif. Efisien karena jumlah anggaran yang terbatas. Sedangkan ukuran efektif dari pemberantasan korupsi adalah jumlah kasus yang sudah disidangkan semakin meningkat dan diprioritaskan pada kualitas penanganan perkara. Pengawasan yang dilakukan Deputi Bidang Investigasi diharapkan dapat mengurangi perilaku koruptif para penyelenggara negara. 2. Misi Kedua dan Penjelasannya Misi kedua yaitu “Memberikan solusi atas permasalahan yang menghambat kelancaran pembangunan”. Misi ini dilatarbelakangi pelaksanaan pembangunan sering terkendala dan tidak mencapai hasil dan manfaat seperti yang diharapkan. Hal ini terjadi karena kurangnya koordinasi antar instansi pemerintah
Deputi Bidang Investigasi
20
RENCANA STATEGIS 2015-2019 dan korporasi yang mengakibatkan adanya hambatan pelaksanaan pembangunan yang berdampak pada lambatnya pencapaian tujuan nasional. Sejalan dengan fungsi BPKP melakukan pengkoordinasian penyelenggaraan pengawasan intern terhadap perencanaan dan pelaksanaan
kegiatan
pembangunan melakukan
yang
termasuk
mediasi
dapat
program
dan
menghambat
lintas
memberikan
sektoral,
solusi
kelancaran maka
kepada
BPKP
instansi
pemerintah dan korporasi untuk menyelesaikan permasalahan yang menghambat pembangunan, sehingga pelaksanaan pembangunan dapat berjalan dengan lancar. Selain itu, dalam rangka membantu memperlancar pelaksanaan pengadaan barang dan jasa, BPKP melakukan audit penyesuaian harga dan audit klaim. Proses pengajuan penyesuaian harga dan klaim yang dilakukan oleh kontraktor dan
satuan kerja, sering
dilakukan dengan tidak cermat sehingga dapat mengakibatkan pemborosan keuangan negara. Hal ini terjadai karena belum jelasnya aturan yang berkaitan dengan penyesuaian harga dan klaim. Oleh karena itu dalam rangka menentukan penyesuaian harga dan klaim yang wajar, BPKP melalukan audit penyesuaian harga dan klaim. 3. Misi Ketiga dan Penjelasannya Misi ketiga yaitu “Memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi manajemen untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan dan korporasi yang baik”. Misi
ini
dilatarbelakangi
bahwa
masyarakat
menginginkan
pemerintahan yang bersih, bebas KKN, dan berjalan dengan baik tanpa menimbulkan dampak negatif pada masyarakat. Implementasi tata
kepemerintahan
yang
baik
merupakan
salah
satu
upaya
menciptakan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN sebagai
Deputi Bidang Investigasi
21
RENCANA STATEGIS 2015-2019 upaya pencegahan KKN. Deputi Bidang Investigasi melaksanakan pengawasan yang diminta oleh Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, dan Korporasi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan dan korporasi baik dan bebas KKN. 4. Misi Keempat dan Penjelasannya Misi keempat yaitu “Meningkatkan kualitas penyelenggaraan sistem pengendalian intern melalui upaya pencegahan korupsi dengan melaksanakan Fraud Control Plan (FCP)”. Misi ini dilatarbelakangi adanya perubahan paradigma yang lebih mengedepankan pencegahan korupsi dengan membangun suatu sistem yang mampu mencegah atau memudahkan pendeteksian adanya kecurangan/penyimpangan, mendorong Badan Pengawasan Keuangan Investigasi
dan
Pembangunan
untuk
terus
(BPKP)
khususnya
meningkatkan
Deputi
efektifitas
Bidang
pencegahan
korupsi. Pencegahan korupsi meliputi dua langkah fundamental, pertama adalah penciptaan dan pemeliharaan kejujuran dan integritas, dan yang kedua adalah pengkajian risiko korupsi serta membangun sikap yang
konkrit
guna
meminimalkan
risiko
serta
menghilangkan
kesempatan terjadinya korupsi. Organisasi dapat menghilangkan atau mengurangi kesempatan terjadinya korupsi melalui langkah berikut: a. Mengidentifikasi sumber serta mengukur risiko korupsi. b. Mengimplementasikan
pengendalian
pencegahan
dan
pendeteksian. c. Menciptakan
pemantauan
secara
luas
melalui
peran
serta
pegawai, pelanggan dan masyarakat.
Deputi Bidang Investigasi
22
RENCANA STATEGIS 2015-2019 d. Memfungsikan pengecekan independen, termasuk fungsi audit dan standar investigasi. Hal-hal yang diperlukan untuk mencegah korupsi seperti tersebut di atas dikenal dengan Program Anti Korupsi atau Fraud Control Plan (FCP). Pengendalian tersebut dirancang secara spesifik, teratur, dan terukur oleh suatu organisasi, untuk mencegah, menangkal, dan memudahkan pendeteksian, jumlah, serta frekuensi kemungkinan terjadinya korupsi/kecurangan yang ditandai dengan eksistensi dan implementasi beberapa atribut dalam kerangka upaya mencapai tujuan organisasi secara keseluruhan.
C. Nilai-Nilai Auditor Investigasi Adalah nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh auditor investigasi dalam mewujudkan
visi
Deputi
Bidang
Investigasi.
Nilai-nilai
tersebut
memberikan batasan dalam pemilihan cara-cara yang ditempuh dan membentuk perilaku yang diharapkan dalam perjalanan mewujudkan visi yang telah ditetapkan.
Deputi Bidang Investigasi
23
RENCANA STATEGIS 2015-2019
NILAI-NILAI AUDITOR INVESTIGASI
D
•Dedikasi •adalah sebuah pengorbanan tenaga, pikiran, dan waktu demi keberhasilan suatu usaha yang mempunyai tujuan yang mulia. Dedikasi dapat diartikan juga sebagai pengabdian untuk melaksanakan cita-cita yang luhur dan diperlukan adanya sebuah keyakinan yang teguh. Dedikasi sangat mendukung tercapainya visi Deputi Bidang Investigasi
B
•Berani •Dalam melaksanakan tugasnya, auditor investigatif mempunyai hati yang mantap dan rasa percaya diri yang besar untuk mempertahankan dan memperjuangkan yang benar dalam pemberantasan korupsi walaupun menghadapi bahaya atau kesulitan
I
•Integritas •Integritas diartikan sebagai kejujuran dan kebenaran dari tindakan seseorang. Integritas berhubungan dengan dedikasi atau pengerahan segala daya dan upaya untuk mencapai satu tujuan. Integritas menjaga seseorang supaya tidak keluar dari jalurnya dalam mencapai sesuatu. Integritas mengharuskan semua auditor untuk bersikap jujur dan transparan, berani, bijaksana dan bertanggung jawab dalam melaksanakan audit
Deputi Bidang Investigasi
24
RENCANA STATEGIS 2015-2019
D. Tujuan dan Sasaran Strategis Penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi yang akan dicapai dalam jangka waktu satu sampai lima tahun dituangkan dalam tujuan strategis Deputi Bidang Investigasi. Tujuan akan menjadi arah perjalanan Deputi Bidang Investigasi dan perbaikan-perbaikan yang diinginkan sesuai dengan tugas dan fungsi Deputi Bidang Investigasi. Dalam rangka mencapai misi yang telah ditetapkan, Deputi Bidang Investigasi menetapkan tujuan sebagai berikut: 1. Peningkatan efektifitas hasil pengawasan keinvestigasian. 2. Peningkatan efektifitas hasil pengawasan dalam mengatasi hambatan kelancaran pembangunan. 3. Peningkatan kualitas tata kelola pemerintahan dan korporasi dalam upaya pencegahan korupsi. Terkait dengan tujuan tersebut, Deputi Bidang Investigasi menetapkan indikator tujuan sebegai berikut: 1a.
Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan di persidangan
1b.
Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan oleh
APH,
Kementerian/Lembaga,
Pemerintah
Daerah,
dan
Korporasi 1c.
Jumlah hasil audit penyesuaian harga yang dimanfaatkan oleh penanggung jawab kegiatan atau pengguna barang/jasa
1d.
Jumlah
hasil
audit
klaim
yang
dimanfaatkan
oleh
Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, dan Korporasi 2.
Jumlah penyelesaian kasus hambatan kelancaran pembangunan
3.
Persentase
Kementerian/Lembaga,
Pemerintah
Daerah,
dan
Korporasi yang mengimplementasikan FCP
Deputi Bidang Investigasi
25
RENCANA STATEGIS 2015-2019 Sasaran strategis merupakan ukuran pencapaian dari tujuan yang mencerminkan berfungsinya hasil (outcome) dari semua program yang telah ditetapkan, serta menjadi indikator untuk menilai keberhasilan suatu pencapaian tujuan. Terkait dengan tujuan tersebut, Deputi Bidang Investigasi menetapkan sasaran strategis yang merupakan kondisi yang diinginkan untuk dicapai pada tahun 2019: 1. Meningkatnya efektifitas hasil pengawasan keinvestigasian Sasaran pengawasan adalah mewujudkan dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pencapaian tujuan dan pelaksanaan tugastugas organisasi. Hasil pengawasan keinvestigasian diharapkan dapat membantu Aparat Penegak Hukum (APH) dalam mengungkap dan menindak kejadian korupsi. Hasil pengawasan keinvestigasian juga harus dapat dijadikan masukan oleh pimpinan dalam pengambilan keputusan,
antara
lain
untuk
menghentikan
atau
meniadakan
kesalahan, penyimpangan, penyelewengan, pemborosan, hambatan, dan
ketidaktertiban;
penyimpangan,
mencegah
penyelewengan,
terulangnya
kembali
pemborosan,
kesalahan,
hambatan,
dan
ketidaktertiban tersebut; mencari cara yang lebih baik atau membina yang telah baik untuk mencapai tujuan dan melaksanakan tugastugas organisasi. Pengawasan akan bermakna manakala diikuti langkah-langkah tindak lanjut yang nyata dan tepat. 2. Meningkatnya penyelesaian hambatan pelaksanaan pembangunan nasional Pengawasan
bertujuan
mendukung
kelancaran
dan
ketepatan
pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan, karena itu hasil pengawasan harus dapat digunakan oleh Pimpinan Obyek Penugasan sebagai salah satu bahan dalam pengambilan keputusan yang
Deputi Bidang Investigasi
26
RENCANA STATEGIS 2015-2019 menyangkut pengamanan dan pencegahan terhadap kebocoran pembayaran yang menjadi beban keuangan negara. 3. Meningkatnya kualitas tata kelola pemerintah dan korporasi dalam upaya pencegahan korupsi Masalah pemberantasan korupsi tidak cukup hanya dilaksanakan dengan pendekatan bersifat represif, tetapi juga bersifat preventif dan rehabilitatif. Tanpa langkah preventif pemberantasan korupsi hanya
akan
berhasil
mengatasi
gejalanya
saja
dan
bukan
menghancurkan akar penyebab dan sumber penyakit korupsi. Salah satu upaya pencegahan korupsi adalah dengan menciptakan tata kelola pemerintah dan korporasi yang baik, karena itu hasil pengawasan
Deputi
Bidang
Investigasi
diharapkan
dapat
meningkatkan kualitas tata kelola pemerintah dan korporasi.
Deputi Bidang Investigasi
27
BAB III ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
RENCANA STATEGIS 2015-2019
A. Arah Kebijakan Tantangan pembangunan yang dihadapi saat ini diantaranya adalah kualitas tata kelola pemerintahan yang belum memberikan kontribusi yang
optimal
untuk
mendukung
keberhasilan
pembangunan
dan
pemberantasan korupsi. Sehubungan dengan hal tersebut, pemerintah menetapkan sembilan agenda prioritas pembangunan nasional tahun 2015-2019. BPKP khususnya Deputi Bidang Investigasi turut mendukung agenda prioritas pemerintah sesuai dengan tugas dan fungsinya. Menurut pasal 27 Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tanggal 31 Desember
2014
tentang
BPKP,
Deputi
Bidang
Investigasi
menyelenggarakan fungsi: 1. pengkajian, perumusan, dan penyusunan kebijakan teknis di bidang investigasi; 2. penyusunan rencana dan pengendalian pelaksanaan investigasi; 3. penyusunan pedoman dan pemberian bimbingan teknis investigasi dan pencegahan kolusi, korupsi, dan nepotisme; 4. pengkoordinasian
penyelenggaraan
pengawasan
intern
terhadap
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan yang dapat menghambat kelancaran pembangunan termasuk program lintas sektoral; 5. pelaksanaan audit atas penyesuaian harga, audit klaim, dan audit investigatif terhadap kasus-kasus penyimpangan yang berindikasi merugikan keuangan negara, dan pemberian keterangan ahli pada instansi pusat dan daerah, dan/atau kegiatan lain yang seluruh atau sebagian keuangannya dibiayai oleh anggaran negara dan/atau subsidi termasuk badan usaha dan badan lainnya yang didalamnya terdapat
kepentingan
Pemerintah
Pusat
keuangan
dan/atau
atau
Pemerintah
kepentingan daerah,
lain
serta
dari upaya
pencegahan korupsi;
Deputi Bidang Investigasi
29
RENCANA STATEGIS 2015-2019 6. pelaksanaan sosialisasi dan bimbingan teknis program anti korupsi kepada masyarakat, dunia usaha, aparat pemerintahan dan badanbadan lainnya; 7. pelaksanaan analisis, evaluasi dan pengolahan hasil pengawasan bidang penugasan keinvestigasian; dan 8. pelaksanaan
kegiatan
pengawasan
berdasarkan
penugasan
pemerintah di bidang keinvestigasian sesuai peraturan perundangundangan. Dengan mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008, Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014, dan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2014, BPKP mengarahkan pengawasan pada empat fokus pengawasan, yaitu: 1. Pengawalan Pembangunan Nasional Untuk mencapai tujuan program pembangunan prioritas nasional, pemerintah
memfokuskan
pembangunan program
yaitu
pada
program
pendukung
untuk
tiga
wajib,
kelompok program
mengatasi
besar
bidang
percepatan,
permasalahan
dan
dimensi
pembangunan manusia dan permasalahan dimensi pembangunan sektor
unggulan.
Terkait
dengan
hal
ini
BPKP
melaksanakan
pemantauan, evaluasi dan pengawasan sinergis bersama APIP KLPK untuk mengawal pencapaian sasaran program bersifat program lintas bidang RPJMN. 2. Peningkatan Ruang Fiskal Dalam
rangka
mendukung
pembangunan
dan
mewujudkan
kemandirian ekonomi, tugas BPKP diarahkan pada pengawasan untuk peningkatan penerimaan negara dan penerimaan daerah untuk menambah ruang fiskal yang cukup serta efisiensi dan kekonomisan pengeluaran pembangunan untuk mendanai dan mengoptimalkan
Deputi Bidang Investigasi
30
RENCANA STATEGIS 2015-2019 anggaran
pembangunan
nasional.
Ruang
fiskal
merupakan
ketersediaan ruang dalam anggaran yang memungkinkan Pemerintah menyediakan
dana
untuk
tujuan
tertentu
tanpa
menciptakan
permasalahan dalam kesinambungan posisi keuangan Pemerintah atau stabilisasi ekonomi negara. 3. Pengamanan Keuangan Negara/Daerah BPKP dapat berperan dalam membangun sistem pengendalian yang dapat
mencegah,
pelaksanaan
mendeteksi
pengawasan
dan
menangkal
keinvestigasian
korupsi,
untuk
melalui
mengamankan
keuangan negara/daerah secara efektif. 4. Peningkatan Tata Kelola (Governance System) Selain mengawasi pembangunan, kebijakan pengawasan BPKP juga diarahkan untuk membangun kapasitas pengawasan demi terciptanya tata kelola publik atau governance yang memadai untuk meyakinkan bahwa pemerintah selalu hadir dalam membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, dan terpercaya. Sehubungan dengan tugas pokok dan fungsi, terkait dengan persoalan yang
harus
diselesaikan
atau
program
prioritas,
serta
untuk
mewujudkan sasaran yang telah ditetapkan, Deputi Bidang Investigasi menetapkan arah kebijakan sebagai berikut: 1. Untuk mencapai sasaran “Meningkatnya efektifitas hasil pengawasan keinvestigasian” Deputi Bidang Investigasi menetapkan kebijakan: a. Memberikan
rekomendasi
strategis
kepada
Kementerian/
Lembaga, Pemerintah Daerah, dan Korporasi terkait kebijakan yang harus diambil
yang menyangkut pemecahan
masalah
program prioritas pemerintah. Pemberian rekomendasi akan dilakukan dengan cara:
Deputi Bidang Investigasi
31
RENCANA STATEGIS 2015-2019 1) Melakukan kajian empiris data audit investigatif dan audit dalam rangka penghitungan kerugian keuangan negara yang meliputi penyebab, sebaran, nilai, dan dampak korupsi. 2) Memberikan informasi hasil pengawasan yang nilai kerugian keuangannya material dan signifikan. 3) Merespon isu-isu yang menjadi perhatian Presiden/Pimpinan. b. Membantu Aparat Penegak Hukum (APH) melakukan pengawasan untuk mengungkap dan menindak kejadian korupsi. c. Melakukan koordinasi dengan Aparat Penegak Hukum (APH) terkait hasil penanganan pengaduan. d. Mengikutsertakan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) lainnya dalam menangani pengaduan/temuan hasil audit rutin secara proporsional. Dalam rangka meningkatkan peran APIP, akan
dilakukan
peningkatan
kompetensi
APIP
tentang
keinvestigasian. 2. Untuk mencapai sasaran “Meningkatnya penyelesaian hambatan pelaksanaan
pembangunan
nasional”
Deputi
Bidang
Investigasi
mengambil kebijakan membantu Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, dan Korporasi dengan memberikan solusi atas permasalahan yang menghambat pelaksanaan program/kegiatan pemerintah 3. Untuk
mencapai
sasaran
“Meningkatnya
kualitas
tata
kelola
pemerintah dan korporasi dalam upaya pencegah korupsi Deputi Bidang Investigasi menetapkan arah kebijakan sebagai berikut: a. Meningkatkan
pemahaman,
kepedulian
dan
partisipasi
masyarakat terhadap permasalahan korupsi. Deputi Bidang Investigasi mendorong dan melibatkan peran masyarakat
dalam
meningkatkan penyelenggaran
upaya
pencegahan
pemahaman
dan
negara
melalui
Deputi Bidang Investigasi
kepedulian strategi
korupsi
dengan
masyarakat
dan
sosialisasi
dan
32
RENCANA STATEGIS 2015-2019 pendidikan anti korupsi mulai dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi maupun pendidikan bagi penyelenggara negara. b. Membantu Korporasi
Kementerian/Lembaga, dalam
mewujudkan
Pemerintah
tata
kelola
Daerah,
dan
pemerintah
dan
korporasi yang baik. Deputi
Bidang
Investigasi
melaksanakan
pengawasan
yang
diminta oleh Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, dan Korporasi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan dan korporasi baik dan bebas KKN. c. Meningkatkan kemampuan Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, dan Korporasi dalam mendeteksi tindak pidana korupsi. Deputi
Bidang
Investigasi
memberikan
pemahaman
dan
pengetahuan atas fraud melalui pelaksanaan sosialisasi dan bimbingan teknis program anti korupsi kepada kemampuan Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, dan Korporasi agar dapat mengidentifikasi tanda-tanda fraud, menemukan, dan mengungkap penyimpangan yang mengarah pada terjadinya fraud.
B. Strategi Pengawasan Untuk melaksanakan kebijakan tersebut di atas, strategi pengawasan yang akan dilaksanakan Deputi Bidang Investigasi dalam kurun waktu tahun 2015 sampai dengan tahun 2019 adalah sebagai berikut: 1. Pengawasan intern dalam rangka memberikan rekomendasi terkait kebijakan yang harus diambil yang menyangkut pemecahan masalah program prioritas pemerintah keyakinan yang memadai bahwa keuangan
negara
benar-benar
digunakan
dengan
efisien
dan
transparan.
Deputi Bidang Investigasi
33
RENCANA STATEGIS 2015-2019 Pengawasan intern ini dilaksanakan dengan memprioritaskan hal-hal berikut: a. Permasalahan
kegiatan
kebendaharaan
umum
negara
yang
bernilai strategis, material, dan signifikan. b. Current issues yaitu program yang mendapat perhatian publik dan mendapat isu terkini. c. Risiko yang melekat atas kewenangan Bendahara Umum Negara (BUN) yang berdampak besar terhadap pengelolaan keuangan negara. 2. Pengawasan intern yang dilaksanakan dalam rangka terwujudnya tata pemerintahan
yang
baik
dan
bersih
serta
upaya
pencegahan
terjadinya penyimpangan dan kecurangan dalam pemerintahan dan korporasi meliputi: a. Pengawasan intern untuk memenuhi permintaan para stakeholder BPKP baik kementerian, lembaga maupun pemerintah daerah. b. Pengawasan
intern
atas
kegiatan
dalam
tata
pengelolaan
korporasi negara. c. Pengawasan intern yang bersifat investigatif atas kegiatankegiatan
tertentu
dan
upaya-upaya
untuk
menciptakan
pencegahan terjadinya tindak kecurangan. 3. Pengawasan lintas sektoral yang difokuskan pada: a. Program-program strategis nasional yang mendapat perhatian publik dan menjadi isu terkini. b. Program/kegiatan prioritas pembangunan nasional. c. Program/kegiatan yang bertujuan untuk menyelesaikan hambatan pelaksanaan
program/kegiatan
pemerintah
(debottlenecking),
dengan melakukan mediasi dalam rangka membantu penyelesaian permasalahan pembangunan.
Deputi Bidang Investigasi
34
RENCANA STATEGIS 2015-2019 d. Program/kegiatan yang dominan secara kuantitatif (besarnya anggaran)
dan
kualitatif
(luas
cakupan
kegiatan/dampak
kegiatan). 4. Meningkatkan kompetensi SDM dan pengembangan pengawasan intern dengan menggunakan teknologi informasi.
C. Program dan Kegiatan Program Deputi Bidang Investigasi adalah Program pengawasan intern akuntabilitas
keuangan
negara
dan
pembangunan
nasional
serta
pembinaan penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah. Pencapaian program ini dilakukan melalui kegiatan berikut: 1. Pengendalian/Pelaksanaan
Pengawasan
Intern
Akuntabilitas
Pengelolaan Keuangan Negara dan Pembangunan Nasional serta Pembinaan
Penyelenggaraan
SPIP
terkait
Investigasi
pada
Kementerian/Lembaga. 2. Pengendalian/Pelaksanaan
Pengawasan
Intern
Akuntabilitas
Pengelolaan Keuangan Negara dan Pembangunan Nasional serta Pembinaan Penyelenggaraan SPIP terkait Investigasi pada BUMN/D. 3. Pengendalian/Pelaksanaan
Pengawasan
Intern
Akuntabilitas
Pengelolaan Keuangan Negara dan Pembangunan Nasional serta Pembinaan
Penyelenggaraan
SPIP
terkait
Hambatan
Kelancaran
Pembangunan.
D. Penataan Fungsi dan Struktur Organisasi Sehubungan dengan Peraturan Presiden Nomor 192 Thun 2014 tentang BPKP dan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2014 tentang Peningkatan Kualitas Sistem Pengendalian Intern dan Keandalan Penyelenggaraan
Deputi Bidang Investigasi
35
RENCANA STATEGIS 2015-2019 Fungsi Pengawasan Intern dalam rangka Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat,
Deputi
Bidang
Investigasi
perlu
menata
ulang
struktur
organisasi. Struktur organisasi tersebut diarahkan untuk memenuhi salah satu tugas yang dibebankan kepada BPKP melalui Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2014 yaitu melakukan audit investigatif terhadap
penyimpangan
yang
berindikasi
merugikan
keuangan
negara/daerah untuk memberikan dampak pencegahan yang efektif. Agar
bisa
memberikan
dampak
pencegahan
yang
efektif,
audit
investigatif yang dilakukan oleh BPKP harus mampu mengungkapkan secara mendalam atas permasalahan yang diaudit serta akibat-akibat yang ditimbulkan dari permasalahan tersebut. Selain prosedur dan teknik
audit
pelaksanaan
yang audit
dilaksanakan, investigatif
dukungan
sangat
informasi
mempengaruhi
terhadap
keberhasilan
proses pembuktian. Informasi tersebut dapat bersumber dari database hasil audit investigatif yang dilakukan oleh Kedeputian Investigasi, database dari instansi lain, maupun hasil pengolahan media digital yang terkait dengan penyimpangan yang dilakukan audit investigatif. Berdasarkan
Surat
Keputusan
Kepala
BPKP
Nomor
KEP-06.00.00-
080/K/2001 tanggal 20 Pebruari 2001, struktur organisasi Deputi Bidang Investigasi terdiri dari tiga Direktorat, yaitu: 1. Direktorat Investigasi Instansi Pemerintah mempunyai tiga Sub Direktorat. 2. Direktoran
Investigasi
BUMN dan
BUMD
mempunyai
dua
Sub
Direktorat. 3. Direktorat
Investigasi
Hambatan
Kelancaran
Pembangunan
mempunyai dua Sub Direktorat. Untuk urusan Tata Usaha, Deputi Bidang Investigasi memperoleh staf perbantuan dari Sekretariat Utama. Dukungan informasi terhadap peleksanaan audit dilaksanakan oleh tiga Direktorat tersebut, belum ada
Deputi Bidang Investigasi
36
RENCANA STATEGIS 2015-2019 Direktorat yang khusus menangani dukungan informasi. Dalam rangka meningkatkan investigatif
dukungan
tersebut,
informasi
diperlukan
terhadap
unit
kerja
pelaksanaan khusus
audit
berupa
Unit
Perencanaan dan Evaluasi Keinvestigasian, Unit Digital Forensics, dan Unit Pengembangan Informasi Keinvestigasian. Fungsi utama dan rencana kegiatan masing-masing unit tersebut adalah sebagai berikut: 1. Perencanaan dan Evaluasi Keinvestigasian Perencanaan dan Evaluasi mempunyai fungsi utama menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis pengawasan, penyusunan rencana kerja, dan menyelenggarakan evaluasi dan pelaporan. Kegiatan yang akan dilaksanakan meliputi: a. Penyusunan kebijakan teknis pengawasan. b. Penyusunan rencana kerja tahunan. c. Evaluasi hasil penugasan keinvestigasian. d. Penyusunan laporan berkala. e. Penyusunan laporan sesuai permintaan pimpinan. 2. Digital Forensics Tugas
pokok
sub
unit
Forensik
Komputer
adalah
melakukan
pengumpulan dan analisis bukti dokumen elektronik dari media digital
yang
diperoleh
tim
audit
atau
disita
oleh
Penyidik,
berdasarkan permintaan yang diajukan oleh tim audit atau Penyidik. Kegiatan yang direncanakan akan dilaksanakan meliputi: a. Pelatihan Computer Forensics 1 dan Computer Forensics 2. b. Workshop Audit e-Tender dan Pengenalan Forensik Komputer. Pemahaman mengenai teknis audit terhadap pelaksanaan lelang yang diselenggarakan secara elektronik wajib dimiliki oleh seluruh auditor BPKP, khususnya auditor investigasi. Hal tersebut
Deputi Bidang Investigasi
37
RENCANA STATEGIS 2015-2019 disebabkan hampir seluruh proses lelang untuk pengadaan barang/jasa oleh pemerintah dan BUMN/D telah dilaksanakan secara elektronik melalui aplikasi Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE). Selanjutnya untuk pengembangan hasil audit terhadap pelaksanaan e-tender, biasanya diperlukan pembuktian dengan menggunakan bukti dokumen elektronik. Untuk itu perlu dilaksanakan Workshop Audit e-Tender dan Pengenalan Forensik Komputer
di
kantor
workshop
adalah
Perwakilan
memberikan
BPKP.
Tujuan
pemahaman
pelaksanaan
kepada
auditor
(terutama Bidang Investigasi) mengenai teknik audit terhadap pelaksanaan
tender
secara
elektronik
serta
memberikan
pengetahuan dasar teknik forensik komputer untuk memperoleh bukti elektronik yang diperlukan dalam pelaksanaan audit. c. Workshop Digital Media Acquisition and Triage. Permintaan penugasan pengumpulan dan evaluasi bukti dokumen elektronik oleh instansi penyidik sudah mulai berkembang. Pada awalnya permintaan hanya datang dari Kejaksaan Agung dan Bareskrim Polri, namun pada tahun 2014 instansi penyidik dari daerah sudah mulai menyampaikan permintaan serupa. Tahuntahun instansi
berikutnya penyidik
mengantisipasi
diperkirakan di
hal
daerah tersebut,
permintaan
akan
penugasan
terus meningkat.
dengan
keterbatasan
dari Untuk
jumlah
personel teknis Satgas, diperlukan personel di Perwakilan BPKP yang memiliki kemampuan dasar untuk melakukan akuisisi data elektronik yang selanjutnya akan dianalisis di Laboratorium Forensik Komputer Deputi Bidang Investigasi. Dengan demikian permintaan dari instansi penyidik di daerah tetap akan dapat dilayani secara optimal.
Deputi Bidang Investigasi
38
RENCANA STATEGIS 2015-2019 d. Sosialisasi Computer Forensics Dalam rangka pengembangan forensik komputer perlu dilakukan sosialisasi ke penyidik dan non penyidik (Inspektorat/SPI Instansi Pemerintah,
BUMN,
dan
BUMD)
untuk
mengenalkan
fungsi
forensik komputer dalam pelaksanaan audit. e. Penyempurnaan SOP 3. Pengembangan Informasi Keinvestigasian Tugas pokok sub unit Pengolahan Informasi dan Data Keinvestigasian adalah: a. Mengelola file-file hasil penugasan investigatif (Audit Investigatif, Audit dalam rangka Penghitungan Kerugian Keuangan Negara, Fraud Control Plan (FCP), Audit Klaim, Audit Penyesuaian Harga, Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan (HKP), Sosialisasi Program
Anti
dilaksanakan
Korupsi, oleh
Pemberian
Kedeputian
Keterangan
Investigasi
Ahli)
(termasuk
yang Bidang
Investigasi di Perwakilan BPKP). b. Mengolah informasi hasil penugasan Kedeputian lain di BPKP yang berpotensi ditindaklanjuti dengan penugasan investigatif. c. Menyusun & mengolah database pengaduan masyarakat serta informasi terkait penyimpangan dalam pengelolaan keuangan negara dari media massa. d. Menjalin kerjasama dengan instansi lain pengelola database yang relevan dengan permasalahan yang sedang diaudit investigatif, agar diberikan akses terhadap database tersebut. Kerjasama tersebut selanjutnya diusulkan sebagai materi MOU antara BPKP dengan instansi pemilik database. e. Memberikan
informasi
sesuai
permintaan
dari
Direktorat
Investigasi lain untuk keperluan penugasan keinvestigasian.
Deputi Bidang Investigasi
39
RENCANA STATEGIS 2015-2019 Kegiatan yang akan dilaksanakan meliputi: a. Pelatihan untuk personel pengelola informasi keinvestigasian. b. Penyusunan SOP pengelolaan informasi keinvestigasian. c. Sosialisasi kegiatan pengelolaan informasi keinvestigasian kepada unit kerja di lingkungan BPKP. d. Pengadaan peralatan pengelola database
Deputi Bidang Investigasi
40
BAB IV TARGET KINERJA DAN PENDANAAN
RENCANA STATEGIS 2015-2019
A. Target Kinerja Untuk mencapai sasaran strategis yang telah ditetapkan untuk tahun 2015-2019, Deputi Bidang Investigasi akan melaksanakan program pengawasan intern akuntabilitas keuangan negara dan pembangunan nasional serta pembinaan penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah, dengan sasaran program sebagai berikut: 1. Meningkatnya efektifitas hasil pengawasan keinvestigasian. 2. Meningkatnya penyelesaian hambatan pelaksanaan pembangunan nasional. 3. Meningkatnya kualitas tata kelola pemerintahan dan korporasi dalam upaya pencegahan korupsi. Setiap program dinyatakan dalam suatu indikator kinerja yang spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan berjangka waktu. Selain kinerja sasaran
program
(outcome),
kinerja
yang
perlu
diukur
untuk
memudahkan pengelolaannya adalah kinerja tujuan, kinerja sasaran strategis (impact), dan kinerja sasaran kegiatan (output). Target indikator kinerja Deputi Bidang Investigasi adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 Target Kinerja Sasaran Strategis Indikator Kinerja Sasaran Strategis No.
Sasaran Strategis Uraian
1.
Meningkatnya efektifitas hasil pengawasan keinvestigasian
Deputi Bidang Investigasi
Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan di persidangan
Target
Target
2015
2019
60%
75%
42
RENCANA STATEGIS 2015-2019
Indikator Kinerja Sasaran Strategis No.
Sasaran Strategis
Target
Target
2015
2019
20%
30%
40
41
Jumlah hasil audit klaim yang dimanfaatkan oleh Kementerian/ Lembaga, Pemerintah Daerah, dan Korporasi
15
15
35
36
10%
15%
Uraian Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan oleh APH, Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, dan Korporasi Jumlah hasil audit penyesuaian harga yang dimanfaatkan oleh penanggung jawab kegiatan atau pengguna barang/jasa
2.
Meningkatnya penyelesaian hambatan kelancaran pembangunan nasional
Jumlah penyelesaian kasus hambatan kelancaran pembangunan
3.
Meningkatnya kualitas tata kelola pemerintahan dan korporasi
Persentase Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, dan Korporasi yang mengimplementasikan FCP
Deputi Bidang Investigasi
43
RENCANA STATEGIS 2015-2019 Tabel 4.2 Target Kinerja Sasaran Program (Outcome)
No.
1.
2.
Sasaran Program
Meningkatnya efektifitas hasil pengawasan keinvestigasian
Meningkatnya penyelesaian hambatan kelancaran pembangunan nasional
Deputi Bidang Investigasi
Indikator Kinerja Sasaran Program Target Target Uraian 2015 2019
Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan di persidangan
60%
75%
Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan oleh APH, Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, dan Korporasi Jumlah hasil audit penyesuaian harga yang dimanfaatkan oleh penanggung jawab kegiatan atau pengguna barang/jasa
20%
30%
40
41
Jumlah hasil audit klaim yang dimanfaatkan oleh Kementerian/ Lembaga, Pemerintah Daerah, dan Korporasi
15
15
Jumlah penyelesaian kasus hambatan kelancaran pembangunan
35
36
44
RENCANA STATEGIS 2015-2019
No.
3.
Indikator Kinerja Sasaran Program Target Target Uraian 2015 2019
Sasaran Program
Meningkatnya kualitas tata kelola pemerintahan dan korporasi
Persentase Kementerian/lembaga, Pemerintah Daerah, dan Korporasi yang mengimplementasikan FCP
10%
15%
Indikator kinerja outcome tersebut di atas akan dicapai melalui kegiatankegiatan
yang
dilaksanakan
oleh
Deputi
Bidang
Investigasi
dan
Perwakilan BPKP. Indikator kinerja kegiatan (output) Deputi Bidang Investigasi sebagai berikut: Tabel 4.3 Target Kinerja Sasaran Kegiatan (Output) Indikator Kinerja Kegiatan (Output) No. 1.
Sasaran Kegiatan Laporan Hasil Pengawasan terkait Investigasi pada Direktorat Investigasi Instansi Pemerintah
Deputi Bidang Investigasi
Uraian Jumlah laporan hasil audit dalam rangka penghitungan kerugian keuangan negara Jumlah laporan Pengumpulan dan Evaluasi Bukti Dokumen Elektronik (PEBDE) Jumlah laporan pemberian keterangan ahli
Target
Target
2015
2019
10
8
8
6
24
26
45
RENCANA STATEGIS 2015-2019 Indikator Kinerja Kegiatan (Output) No.
2.
3.
Sasaran Kegiatan
Uraian
Laporan Hasil Pengawasan pada Direktorat Investigasi BUMN dan BUMD
Jumlah laporan hasil audit investigatif Jumlah laporan FCP Jumlah laporan pemantauan/ monitoring/QA Jumlah laporan hasil pengawasan dalam rangka pemberian rekomendasi strategis Jumlah laporan hasil audit dalam rangka penghitungan kerugian keuangan negara
Laporan Hasil Pengawasan pada Direktorat Hambatan
Jumlah laporan pemberian keterangan ahli Jumlah laporan hasil audit investigatif Jumlah laporan FCP Jumlah laporan pemantauan/ monitoring/QA Jumlah laporan hasil pengawasan dalam rangka pemberian rekomendasi strategis Jumlah laporan hasil audit penyesuaian harga Jumlah laporan hasil
Deputi Bidang Investigasi
Target
Target
2015
2019
2
2
2 113
2 109
-
1
8
5
24
20
4
4
2 45
2 54
-
1
4
4
3
3
46
RENCANA STATEGIS 2015-2019 Indikator Kinerja Kegiatan (Output) No.
Sasaran Kegiatan Kelancaran Pembangunan
Uraian
Target
Target
2015
2019
5
4
1
1
65
51
-
1
audit klaim Jumlah laporan evaluasi hambatan kelancaran pembangunan Jumlah laporan kajian pengawasan Jumlah laporan pemantauan/ monitoring/QA Jumlah laporan hasil pengawasan dalam rangka pemberian rekomendasi strategis
B. Kerangka Pendanaan Dalam rangka mencapai sasaran
strategis 2015-2019, dibutuhkan
pendanaan bagi program dan kegiatan sebagaimana yang dijabarkan di atas. Kebutuhan pendanaan Deputi Bidang Investigasi untuk tahun 20152019 adalah sebagai berikut: Tabel 4.4 Kebutuhan Pendanaan (dalam Rp miliar) No.
1
Program
Program pengawasan intern akuntabilitas keuangan negara dan
Deputi Bidang Investigasi
Kegiatan
Pengendalian/ Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas
Total Alokasi Tahun 20152019 15,8061
47
RENCANA STATEGIS 2015-2019 No.
Program
Kegiatan
pembangunan nasional serta pembinaan penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah
Pengelolaan Keuangan Negara dan Pembangunan Nasional serta Pembinaan Penyelenggaraan SPIP terkait Investigasi pada Kementerian/ Lembaga Pengendalian/ Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Negara dan Pembangunan Nasional serta Pembinaan Penyelenggaraan SPIP terkait Investigasi pada BUMN/D Pengendalian/ Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Negara dan Pembangunan Nasional serta Pembinaan Penyelenggaraan SPIP terkait Hambatan Kelancaran Pembangunan
Jumlah
Total Alokasi Tahun 20152019
8,5769
8,8896
33,2726
Rincian kinerja masing-masing program dan kegiatan disajikan pada lampiran Renstra ini. Deputi Bidang Investigasi
48
RENCANA STATEGIS 2015-2019
BAB V PENUTUP
Deputi Bidang Investigasi
49
RENCANA STATEGIS 2015-2019 Rencana
Strategis
(Renstra)
pada
dasarnya
merupakan
dokumen
perencanaan yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan serta program, dan kegiatan dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsi yang akan dilaksanakan oleh Deputi Bidang Investigasi. Renstra Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015-2019 tidak terlepas dari Renstra Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. Renstra ini merupakan komitmen bersama yang wajib ditegakkan dan dilaksanakan agar visi, misi, dan tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Sesuai dengan perkembangan lingkungan eksternal dan internal yang terus mengalami perubahan, maka Renstra Deputi Bidang Investigasi Tahun 20152019 tidak bersifat kaku dan senantiasa memperhatikan perubahanperubahan yang terjadi dan secara periodik dilakukan evaluasi yang hasilnya dituangkan dalam rencana ulang perumusan Renstra sehingga tujuan dapat tercapai. Selanjutnya Renstra ini akan dijabarkan ke dalam Rencana Kerja (Renja) Deputi Bidang Investigasi setiap tahunnya. Renja memuat rumusan-rumusan yang lebih operasional dan dijabarkan dalam kegiatan-kegiatan pengawasan baik yang mendorong pengelolaan pemerintahan yang baik dan bersih (good and clean governance) dan meningkatkan upaya-upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi. Selanjutnya Renja akan menjadi acuan/pedoman dalam penentuan progran dan kegiatan yang dituangkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Deputi Bidang Investigasi.
Deputi Bidang Investigasi
50
Lampiran 1
INDIKATOR KINERJA PROGRAM (OUTCOME ) Program/ Kegiatan
Sasaran Program
Indikator
Target 2015
2016 2017 2018 2019
Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Negara dan Pembangunan Nasional serta Pembinaan SPIP Meningkatnya efektifitas hasil pengawasan keinvestigasian
Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan di persidangan
60%
60%
65%
70%
75%
Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan oleh APH, Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, dan Korporasi
20%
20%
25%
25%
30%
Jumlah hasil audit penyesuaian harga yang dimanfaatkan oleh penanggung jawab kegiatan atau pengguna barang/jasa
40
40
38
39
41
Jumlah hasil audit klaim yang dimanfaatkan oleh Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, dan Korporasi
15
15
12
13
15
Meningkatnya penyelesaian hambatan kelancaran pembangunan
Jumlah penyelesaian kasus hambatan kelancaran pembangunan
35
35
35
36
36
Meningkatnya kualitas tata kelola pemerintahan dan korporasi
Persentase Kementerian/lembaga, Pemerintah Daerah, dan Korporasi yang mengimplementasikan FCP
10%
12%
13%
14%
15%
Lampiran 2
INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (OUTPUT ) Program/ Kegiatan
Sasaran Kegiatan
Indikator
Target 2015
2016
2017
Alokasi Anggaran (Miliar) 2018
2019
2015
2016
2017
2018
2019
Program Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembangunan Nasional serta Pembinaan SPIP Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP Terkait Investigasi pada Kementerian/Lembaga Laporan Hasil Pengawasan Jumlah laporan hasil audit pada Direktorat Investigasi dalam rangka Instansi Pemerintah penghitungan kerugian keuangan negara
10
8
8
8
8
Jumlah laporan Pengumpulan dan Evaluasi Bukti Dokumen Elektronik (PEBDE)
8
8
5
6
6
Jumlah laporan pemberian keterangan ahli
24
24
18
24
26
Jumlah laporan hasil audit investigatif
2
2
2
2
2
Jumlah laporan FCP
2
2
1
2
2
114
104
83
111
109
-
1
1
1
1
160
149
118
154
154
Jumlah laporan pemantauan/monitoring/Q A Jumlah laporan hasil pengawasan dalam rangka pemberian rekomendasi strategis Sub Jumlah
2,8605
3,0035
3,1537
3,3114
3,4770
2,8605
3,0035
3,1537
3,3114
3,4770
Program/ Kegiatan
Sasaran Kegiatan
Indikator
Target 2015
2016
2017
Alokasi Anggaran (Miliar) 2018
2019
2015
2016
2017
2018
2019
Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP Terkait Investigasi pada BUMN/D Laporan Hasil Pengawasan Jumlah laporan hasil audit pada Direktorat Investigasi dalam rangka BUMN dan BUMD penghitungan kerugian keuangan negara Jumlah laporan pemberian keterangan ahli Jumlah laporan hasil audit investigatif Jumlah laporan FCP Jumlah laporan pemantauan/monitoring/Q A Jumlah laporan hasil pengawasan dalam rangka pemberian rekomendasi strategis Sub Jumlah
8
6
5
5
5
24
20
17
18
20
4
4
3
4
4
2
2
1
2
2
46
50
21
54
54
-
1
1
1
1
84
83
48
84
86
1,5522
1,6298
1,7113
1,7969
1,8867
Program/ Kegiatan
Sasaran Kegiatan
Indikator
Target 2015
2016
2017
Alokasi Anggaran (Miliar) 2018
2019
2015
2016
2017
2018
2019
Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP Terkait Hambatan Kelancaran Pembangunan Laporan Hasil Pengawasan pada Direktorat Investigasi Hambatan Kelancaran Pembangunan
Jumlah laporan hasil audit penyesuaian harga
4
4
3
4
4
Jumlah laporan hasil audit klaim
3
3
2
3
3
Jumlah laporan evaluasi hambatan kelancaran pembangunan
5
5
4
4
4
66
47
38
51
51
1
1
1
1
1
-
1
1
1
1
79
61
49
64
64
Jumlah laporan pemantauan/monitoring/Q A Jumlah laporan kajian pengawasan Jumlah laporan hasil pengawasan dalam rangka pemberian rekomendasi strategis Sub Jumlah
1,6088
1,6892
1,7737
1,8624
1,9555
1,6088
1,6892
1,7737
1,8624
1,9555
Program/ Kegiatan
Sasaran Kegiatan
Indikator
Target 2015
2016
2017
Alokasi Anggaran (Miliar) 2018
2019
2015
2016
2017
2018
2019
Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP Perwakilan BPKP Jumlah laporan hasil audit dalam rangka penghitungan kerugian keuangan negara Jumlah laporan pemberian keterangan ahli
482
356
279
290
300
650
530
513
523
533
Jumlah laporan hasil audit investigatif
180
87
136
100
102
Jumlah laporan FCP
107
61
78
80
82
Jumlah laporan hasil audit penyesuaian harga
40
40
38
39
41
Jumlah laporan hasil audit klaim
15
15
12
13
15
Jumlah laporan evaluasi hambatan kelancaran pembangunan
35
35
35
36
36
Jumlah laporan kajian pengawasan
33
33
33
33
33
Jumlah laporan hasil sosialisasi
66
66
66
66
66
-
57
56
56
56
Sub Jumlah
1.608
1.280
1.246
1.236
JUMLAH
1.931
1.573
1.461
1.538
Laporan Hasil Pengawasan pada Perwakilan BPKP
Jumlah laporan hasil pengawasan dalam rangka pemberian rekomendasi strategis
-
-
-
-
-
1.264
-
-
-
-
-
1.568
6,0215
6,3225
6,6387
6,9707
7,3192