BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DEPUTI BIDANG PENGAWASAN PENYELENGGARAAN KEUANGAN DAERAH
PERATURAN DEPUTI BIDANG PENGAWASAN PENYELENGGARAAN KEUANGAN DAERAH BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR 2 TAHUN 2016 PETUNJUK PELAKSANAAN PENGAWASAN OPTIMALISASI PENDAPATAN ASLI DAERAH TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEPUTI BIDANG PENGAWASAN PENYELENGGARAAN KEUANGAN DAERAH, Menimbang
:
bahwa dalam rangka kegiatan pengawasan optimalisasi Pendapatan
Asli
Daerah,
perlu
untuk
menetapkan
Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan
Daerah
tentang
Pertunjuk
Pelaksanaan
Pengawasan Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah Tahun 2016; Mengingat
: 1.
Undang-Undang
Nomor
17
Tahun
2003
tentang
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 2.
Undang-Undang
Nomor
1
Tahun
2004
tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3.
Undang-Undang
Nomor
33
Tahun
2004
tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Daerah
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 4.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah
dan
Retribusi
Daerah
(Lembaran
Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);
-2-
5.
Undang-Undang Pemerintahan
Nomor Daerah
23
Tahun
(Lembaran
2014
Negara
tentang Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor 5587); 6.
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 7.
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian
Intern
Pemerintah
(Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4890); 8.
Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang Badan
Pengawasan
Keuangan
dan
Pembangunan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 400); 9.
Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor PER-908/K/D4/2011 tanggal 8 Agustus 2011 tentang Pedoman Layanan Pengawasan OPAD.
MEMUTUSKAN: Menetapkan
:
PERATURAN
DEPUTI
PENYELENGGARAAN
BIDANG
KEUANGAN
PENGAWASAN
DAERAH
TENTANG
PETUNJUK PELAKSANAAN PENGAWASAN OPTIMALISASI PENDAPATAN ASLI DAERAH TAHUN 2016 Pasal 1 Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah (OPAD) Tahun 2016 dimaksudkan sebagai landasan
bagi
Perwakilan
kegiatan pengawasan OPAD.
BPKP
dalam
melaksanakan
LAMPIRAN PERATURAN PENGAWASAN
DEPUTI
BIDANG
PENYELENGGARAAN
KEUANGAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGAWASAN OPTIMALISASI PENDAPATAN ASLI DAERAH TAHUN 2016
PETUNJUK PELAKSANAAN PENGAWASAN OPTIMALISASI PENDAPATAN ASLI DAERAH TAHUN 2016
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
PETUNJUK PELAKSANAAN KEGIATAN PENGAWASAN OPTIMALISASI PENDAPATAN ASLI DAERAH TAHUN 2016
Nomor : 2 Tahun 2016 Tanggal : 12 April 2016
DEPUTI BIDANG PENGAWASAN PENYELENGGARAAN KEUANGAN DAERAH
DAFTAR ISI Halaman Bab I
Bab II
Bab III
Bab IV
Pendahuluan ………………………………………….
1
1. Latar Belakang ……………………………………
1
2. Peraturan Perundang-undangan Terkait ……
2
Gambaran Umum Pendapatan Asli Daerah…....
3
1. Umum ………………..……………………………..
3
2. Dasar Hukum …………………………………..…
5
Kerangka Kerja Pelaksanaan Evaluasi …………
7
1. Tujuan, Sasaran dan Ruang Lingkup ………..
7
2. Identifikasi Risiko ………………………………….
7
3. Rencana dan Jadwal Kegiatan ……………………
8
4. Output dan Outcome yang Diharapkan…………
9
5. Pembiayaan Kegiatan ……..…………………..……
9
6. Metodologi Penyusunan Pedoman ………..…….
9
7. Pelaksanaan Kegiatan ……………………………..
10
Program Kerja …………………………………..……….
12
Lampiran I
: Format Laporan Hasil Evaluasi
Lampiran II
: Format Laporan Monitoring Tindak Lanjut
Lampiran III : Rencana Penugasan Perwakilan Evaluasi Potensi Pajak dan Retribusi Tahun 2016 Lampiran IV : Evaluasi Potensi Pajak dan Retribusi Lampiran V
: Kuesioner Reviu Pengendalian Intern pada Pengelolaaan PAD
Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah 2016
ii
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pendapatan Asli Daerah (PAD) berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah Pasal 1 angka 18 adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut
berdasarkan
peraturan
daerah
sesuai
dengan
peraturan
perundang-undangan. PAD bertujuan memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai perwujudan desentralisasi. Menurut pasal 6 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, sumber PAD terdiri dari: pajak daerah, restribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan,
dan
merupakan
salah
pendapatan satu
asli
sumber
daerah
lainnya
keuangan
daerah
yang
sah.
dalam
PAD
rangka
pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah. Oleh karena itu, peningkatan PAD perlu dilakukan untuk meningkatkan kemandirian keuangan daerah. Sesuai Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan dan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2014 tentang Peningkatan Kualitas Sistem Pengendalian Intern dan Keandalan Penyelenggaraan Fungsi Pengawasan Intern dalam Rangka Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat, BPKP diberikan mandat untuk melakukan pengawasan intern dalam rangka Optimalisasi PAD. Lebih lanjut, salah satu fokus dimensi pengawasan BPKP adalah ruang fiskal. Ruang fiskal merupakan salah satu indikator yang dilihat terkait dengan kesehatan keuangan daerah.
Indikator ruang fiskal dapat
menunjukkan seberapa besar ruang fiskal atau keleluasaan yang dimiliki daerah dalam menggunakan dananya secara bebas dalam menentukan prioritas belanja yang akan didanai. Semakin besar rasionya, berarti ruang fiskal atau keleluasaan yang dimiliki daerah dalam menggunakan dananya secara bebas dalam menentukan prioritas belanja yang didanai juga semakin besar. Upaya menciptakan ruang fiskal yang cukup, tanpa dibebani belanja yang mengikat adalah dengan menggali Pendapatan Asli Daerah
(PAD).
BPKP,
khususnya
Deputi
Bidang
Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah 2016
Pengawasan
1
Penyelenggaraan Keuangan Daerah, mewujudkannya melalui kegiatan Pengawasan Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah (OPAD). 2. Peraturan Perundang-undangan Terkait Kegiatan pengawasan OPAD dilaksanakan berdasarkan: 1) Peraturan
Pemerintah
Nomor
60
Tahun
2008
tentang
Sistem
Tahun
2014
tentang
Badan
Pengendalian Intern Pemerintah; 2) Peraturan
Presiden
Nomor
192
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan; 3) Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2014 tentang Peningkatan Kualitas Sistem Pengendalian Intern dan Keandalan Penyelenggaraan Fungsi Pengawasan Intern Dalam Rangka Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat; 4) Peraturan Kepala BPKP Nomor PER-908/K/D4/2011 tanggal 8 Agustus 2011 tentang Pedoman Layanan Pengawasan Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah; dan 5) PKP2T Direktorat Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah Wilayah II Tahun 2015
Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah 2016
2
BAB II GAMBARAN UMUM PENDAPATAN ASLI DAERAH
1. U m u m Dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
Tahun 2015 – 2019 pada bidang keuangan daerah, sasaran keuangan daerah
yaitu
Rata-Rata
Pajak
Retribusi
Kab/Kota
terhadap
Total
Pendapatan adalah 11,0% di tahun 2019 dan Rata-rata Pajak Retribusi Provinsi terhadap Total Pendapatan adalah 40,0% di tahun 2019. Berdasarkan kajian BPKP tahun 2015, rata-rata realisasi rasio pajak dan retribusi terhadap total pendapatan tahun 2014 di Indonesia adalah sebesar 36,89% untuk provinsi dan 6,62% untuk kabupaten/kota. Analisis lanjutan dengan menggunakan data anggaran tahun 2015 menunjukkan rasio menjadi 34,99% untuk provinsi dan 4,92% untuk kabupaten/kota. Hal ini tidak lepas dari belum pulihnya kondisi perekonomian Indonesia akibat
pengaruh
perekonomian
global
sehingga
berimbas
terhadap
penerimaan pajak dan dan retribusi. Tabel 1 Rasio Pajak dan Retribusi terhadap Total Pendapatan Tahun 2014 dan 2015
Lebih lanjut, perkembangan realisasi PAD secara keseluruhan se-Indonesia pada
22
provinsi
dan
65
kabupaten/kota
yang
kami
Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah 2016
evaluasi 3
menunjukkan pertumbuhan di tahun 2014. Pada tahun 2013, saat pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat di level 6,03% pada periode pertama hingga menjadi 5,78% di periode akhir, realisasi PAD naik 20% bila dibandingkan tahun 2012 menjadi Rp69.104.480.711.711,00. Pada tahun 2014,
realisasi PAD naik
Rp83.613.555.823.327,00
ditengah
21% dari tahun 2013 menjadi kondisi
ekonomi
Indonesia
yang
tumbuh 5,02% melambat dibanding tahun 2013 sebesar 5,78%. Salah satu penyebab kenaikan PAD tersebut adalah adanya penerimaan Jasa Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional dari BPJS kepada kabupaten/kota pada tahun 2014. Grafik 2 Realisasi PAD Tahun 2012 s.d. 2014
SPIP Pengelolaan Pendapatan. SPIP pengelolaan pendapatan pada provinsi dan kabupaten/kota yang kami evaluasi adalah “Cukup Memadai”. Jika dilihat per wilayah, skor rata – rata penerapan pengendalian intern tertinggi berada di wilayah Jawa – Bali, kemudian wilayah Kalimantan, wilayah Sulawesi, wilayah Nusa Tenggara, Maluku dan Papua dan yang terendah di wilayah Sumatera. Kondisi pengendalian intern berpengaruh pada besaran PAD yang dapat direalisasikan oleh Pemda. Semakin baik pengendalian intern pada pengelolaan PAD, semakin tinggi capaian PAD oleh pemda. Berdasarkan hasil evaluasi, tata kelola perencanaan berupa sistem dan prosedur penghitungan data potensi belum ada dan kompetensi SDM yang menguasai pengelolaan perencanaan berdasarkan potensi belum memadai.
Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah 2016
4
Hasil pengawasan OPAD Tahun 2015 memperlihatkan bahwa perencanaan PAD yaitu proses penghitungan dan penetapan target PAD belum menggunakan potensi PAD, melainkan dilakukan dengan menggunakan data realisasi PAD tahun sebelumnya ditambah estimasi atau proyeksi kenaikan penerimaan PAD tahun berikutnya dengan mengacu data-data pertumbuhan ekonomi dan inflasi tahun berjalan. Selain itu terdapat peningkatan ruang fiskal daerah sebesar Rp441.383.566.600,00 yang berasal dari jumlah potensi pendapatan yang belum dipungut/digali dan kekurangan pembayaran/tunggakan pajak/retribusi. 2. Dasar Hukum Dasar hukum terkait dalam pengelolaan PAD adalah sebagai berikut: a. Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. b. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. c. Peraturan Pemerintah Nomor 91 Tahun 2010 tentang Jenis Pajak Daerah yang Dipungut Berdasarkan Penetapan Kepala Daerah atau Dibayar Sendiri oleh Wajib Pajak. d. Peraturan Bersama Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 186/PMK.07/2010 dan Nomor 53 Tahun 2010 tentang Tahapan Persiapan Pengalihan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Sebagai Pajak Daerah sebagaimana diubah dengan Peraturan Bersama Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 127/PMK.07/2012 dan Nomor 53 tahun 2012. e. Peraturan Bersama Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 15/PMK.07/2014
dan
Nomor
10
tahun
2014
tentang
Tahapan
Persiapan dan Pelaksanaan Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebagai Pajak Daerah. f. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11 PMK.07/2010 tantang Tata Cara Pengenaan Sanksi Terhadap Pelanggaran Ketentuan di Bidang PDRD. g. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 147/PMK.07/2010 tentang Badan atau Perwakilan Lembaga Internasional yang Tidak Dikenakan BPHTB. h. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 148/PMK.07/2010 tentang Badan atau Perwakilan Lembaga Internasional yang tidak dikenakan PBB-P2.
Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah 2016
5
i. Peraturan
Menteri
Keuangan
Nomor
27/PMK.05/2013
tentang
Pedoman Pelaksanaan Perhitungan Pengembalian Penerimaan Negara Akibat Kelebihan Pembayaran Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan Melalui Pemotongan Dana Bagi Hasil. j. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 115/PMK.07/2013 tentang Tata Cara Pemungutan Dan Penyetoran Pajak Rokok sebagaimana diubah dengan PMK Nomor 102/PMK.07/2015.
Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah 2016
6
BAB III KERANGKA KERJA PELAKSANAAN EVALUASI 1.
Tujuan, Sasaran, dan Ruang Lingkup a. Tujuan 1) Mendorong peningkatan ruang fiskal guna kemandirian keuangan daerah. 2) Mendorong perencanaan PAD didukung oleh database potensi perencanaan yang memadai. 3) Perbaikan Sistem Pengendalian Intern atas Pengelolaan PAD. b. Sasaran Sasaran pengawasan OPAD adalah evaluasi potensi pajak dan retribusi pada 87 Pemda, terdiri dari 10 Pemerintah Provinsi dan 77 Pemerintah Kota/ Kabupaten, dan monitoring tindak lanjut hasil pengawasan OPAD tahun 2015, dengan kriteria sebagai berikut: a. Evaluasi potensi pada Pemerintah Provinsi hanya dilakukan terhadap
Perwakilan
BPKP
yang
belum
melakukan
evaluasi
tersebut di tahun 2015, sedangkan Perwakilan BPKP lainnya melakukan evaluasi potensi terhadap Pemda Kabupaten/ Kota yang belum dilakukan evaluasi tahun sebelumnya. b. Monitoring tindak lanjut dilakukan terhadap seluruh Pemda yang telah dilakukan kegiatan pengawasan tahun sebelumnya. c. Ruang Lingkup Ruang lingkup meliputi : 1) PAD Pemda Tahun Anggaran 2015 sampai dengan pelaksanaan evaluasi di lapangan. 2) Pengelolaan kegiatan untuk mendukung pelaksanaan Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah (OPAD). 2.
Identifikasi Risiko Berdasarkan
penelaahan
terhadap
tata
kelola
pendapatan
dapat
diidentifikasi risiko sebagai berikut:
Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah 2016
7
a. Operational risk -
Belum
terdapat
sistem
dan
prosedur
yang
memadai
dalam
pengelolaan PAD. -
Pengendalian intern terhadap pengelolaan PAD belum memadai.
b. Financial risk -
Kemampuan keuangan pemda untuk meningkatkan jasa pelayanan retribusi dalam sarana dan prasarana belum memadai.
c. Forensic risk -
Terdapat upaya Wajib Pajak/ Wajib Retribusi untuk meminimalkan jumlah pajak/ retribusi yang disetor.
-
Belum ada upaya pemeriksaan kepatuhan Wajib Pajak .
d. Strategic risk -
Belum terdapat road map/ strategi peningkatan kinerja PAD
e. Knowledge risk -
Kemampuan SDM pemda dalam mengelola PAD masih terbatas baik dari segi jumlah maupun kualitas.
f. Compliance risk 3.
Kepatuhan wajib pajak masih rendah
Rencana dan Jadwal Kegiatan Jadwal waktu pelaksanaan pengawasan OPAD direncanakan sebagai berikut : No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
8.
Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan I II III IV Penyusunan TOR Januari Survey Januari, Februari Penyusunan Februari, Pedoman Maret Diseminasi Pedoman April Pengawasan OPAD April, Juli, oleh Perwakilan Mei, Agustus Juni Quality Assurance Mei, Juli, oleh Pusat Juni Agustus Penyusunan dan September pengiriman Laporan oleh Perwakilan ke Pusat Penyusunan Laporan September Oktober Kajian Pengawasan Kegiatan
Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah 2016
8
4.
Output dan Outcome yang Diharapkan Hasil yang diharapkan dari kegiatan ini adalah: a. Keluaran (output), yaitu: Perwakilan BPKP menerbitkan Laporan Hasil Evaluasi Potensi Pajak dan Retribusi tahun 2016 dan Laporan Hasil Monitoring Tindak Lanjut atas Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah Tahun 2015 b. Hasil (outcome), yaitu: Dimanfaatkannya laporan hasil pengawasan PAD guna peningkatan kinerja PAD pada pemerintah daerah dan rekomendasi strategis pengelolaan PAD.
5.
Pembiayaan Kegiatan. Seluruh biaya dalam rangka pelaksanaan pengawasan OPAD ini menjadi beban DIPA Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.
6.
Metodologi Penyusunan Pedoman a. Penyusunan Kerangka Acuan Kerja (KAK). BPKP menyusun KAK yang menjadi landasan bagi BPKP untuk menyusun pedoman dan melaksanakan pengawasan Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah (OPAD). b. Survey pendahuluan Survey kegiatan OPAD dilakukan pada Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Keuangan dan Pemda. Hasil survey ini memberikan gambaran
mengenai
tata
kelola
PAD
mulai
dari
penganggaran,
pelaksanaan kegiatan, pertanggungjawaban, dan pelaporan serta upaya Pemda dalam meningkatkan PAD. c. Penyusunan pedoman pengawasan OPAD Tim Rendal menyusun pedoman pengawasan OPAD yang menjadi acuan baik bagi Tim BPKP Pusat maupun Tim Perwakilan BPKP dalam melaksanakan kegiatan OPAD. d. Diseminasi Diseminasi dilaksanakan lewat korespondensi elektronik yaitu email, pengaktifan konten forum OPAD dalam jejaring intern lotus notes.
Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah 2016
9
7.
Pelaksanaan Kegiatan a. Tim BPKP Pusat Tim Pusat berfungsi sebagai Tim Rendal atas kegiatan pengawasan OPAD dan bertugas merumuskan kerangka acuan kerja, survey, menyusun pedoman pengawasan OPAD,
melaksanakan Quality
Assurance (QA), dan kajian OPAD sebagai berikut: 1) Penjaminan Mutu (Quality Assurance) Tim BPKP Pusat akan melakukan QA terhadap pelaksanaan pengawasan OPAD di beberapa perwakilan guna memastikan bahwa langkah pengawasan OPAD yang dilaksanakan oleh tim Perwakilan BPKP telah sesuai pedoman dan membahas berbagai permasalahan/kendala yang dihadapi tim di lapangan. 2) Kajian Pengawasan Tim BPKP Pusat menyusun laporan kajian Pengawasan OPAD TA 2016 dan menyampaikannya ke Kementerian Keuangan dan Kementerian Dalam Negeri. b. Perwakilan BPKP Tahapan pelaksanaan pengawasan OPAD yang dilakukan Perwakilan BPKP adalah: 1) Perencanaan Pada tahap perencanaan, kegiatan yang dilaksanakan Perwakilan BPKP meliputi: a)
Melakukan diseminasi pedoman serta pelaporannya kepada seluruh PFA yang akan ditugaskan dan mempelajari secara seksama pedoman pengawasan OPAD.
b)
Menentukan pemda dan melakukan koordinasi dengan pemda yang dilakukan pengawasan OPAD. Rincian rencana penugasan dapat dilihat pada Lampiran III.
c)
Mempelajari
Laporan
Hasil
Pengawasan
OPAD
tahun
sebelumnya dalam rangka memonitoring tindak lanjut.
Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah 2016
10
2) Persiapan a)
BPKP Perwakilan membentuk tim pengawasan OPAD.
b)
Kegiatan pengawasan OPAD ini merupakan pelaksanaan dari PP kegiatan pengawasan penerimaan negara/ daerah dalam upaya peningkatan ruang fiskal.
3) Pelaksanaan Tim Perwakilan melaksanakan pengawasan OPAD dan monitoring tindak lanjut hasil pengawasan OPAD tahun sebelumnya. Program kerja pengawasan OPAD dibahas lebih lanjut dalam Bab IV. 4) Pelaporan 1) Perwakilan BPKP Perwakilan BPKP berkewajiban menyusun laporan pengawasan OPAD berupa: a) Laporan Hasil Evaluasi Potensi Pajak dan Retribusi Tahun 2016
pada
disampaikan
Pemerintah kepada
Provinsi/Kabupaten/Kota
Gubernur/Bupati/Walikota
yang dengan
tembusan kepada Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah BPKP. Format laporan tersaji pada Lampiran I. b) Laporan
Hasil
Monitoring
Tindak
Lanjut
atas
Kegiatan
Optimalisasi PAD Tahun 2015 yang disampaikan kepada Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah BPKP. Format laporan tersaji pada Lampiran II. Laporan dalam bentuk softcopy dan hardcopy disampaikan kepada Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah c.q Direktorat Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah
Wilayah
dikirimkan
ke
II.
Khusus
alamat
email
untuk
penyampaian
softcopy
[email protected]
dan
[email protected]. cc
[email protected] 2) BPKP Pusat Melaksanakan penyusunan laporan kajian pengawasan OPAD untuk disampaikan kepada Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri dan/ atau stakeholders lain.
Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah 2016
11
BAB IV PROGRAM KERJA Pelaksanaan evaluasi potensi pajak dan retribusi dilakukan oleh Perwakilan BPKP dengan langkah-langkah kerja sebagai berikut : 1. Lakukan penghitungan kinerja PAD Lakukan pengumpulan data terkait kinerja PAD, yaitu realisasi PAD, PDRB, dan total APBD tahun 2014 dan 2015, dan data anggaran tahun 2016. Isi angka-angka tersebut dalam aplikasi OPAD 2016. Analisis kinerja terkait data tersebut menggunakan parameter sebagai berikut: a. Rasio total pajak dan retribusi terhadap total pendapatan 1) Dapatkan realisasi total pajak dan retribusi serta total realisasi pendapatan tahun 2015. Hitung rasio realisasi total pajak dan retribusi terhadap total pendapatan. 2) Lakukan analisis lanjutan dengan menggunakan data anggaran tahun 2016. Hitung rasio total pajak dan retribusi terhadap total rencana pendapatan untuk tahun 2016. 3) Bandingkan kedua data tersebut dengan target RPJMN di tahun 2019, yaitu Rata-Rata Pajak Retribusi Kab/Kota terhadap Total Pendapatan adalah 11,0% dan Rata-rata Pajak Retribusi Provinsi terhadap Total Pendapatan adalah 40,0%. 4) Analisis dan ungkapkan upaya/ strategi Pemda guna mencapai target nasional tersebut. b. Elastisitas PAD
1) Dapatkan realisasi PAD tahun 2014 dan 2015 serta PDRB tahun 2014 dan 2015.
2) Hitung elastisitas PAD dengan membandingkan pertumbuhan realisasi PAD dan pertumbuhan elastisitas. Analisis elastisitas dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kepekaan perubahan suatu jenis penerimaan jika terjadi perubahan pada jumlah PDRB, dengan formula:
EPDRB
=
% ∆ PAD % ∆ PDRB
X 100 %
Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah 2016
12
c. Pertumbuhan PAD 1) Dapatkan realisasi PAD tahun 2014 dan 2015. Hitung persentase pertumbuhan PAD dengan membandingkan pertambahan PADt dengan PADt-1 dibagi PADt-1 dengan rumus sebagai berikut:
Pertumbuhan PAD
PADt - PADt-1
=
PADt-1
X
100 %
2) Bandingkan pertumbuhan PAD dengan pertumbuhan ekonomi, analisis dan uraikan hasil analisis tersebut , tuangkan dalam laporan. 2. Lakukan evaluasi potensi Evaluasi potensi pajak dan retribusi dilakukan terbatas pada tiga jenis pajak dan satu jenis retribusi. Berikut contoh prosedur evaluasi: a.
Evaluasi Potensi Pajak Hotel Prosedur evaluasi yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Dapatkan data jumlah hotel/ penginapan yang telah memiliki izin usaha. 2) Bandingkan data tersebut dengan data hotel/penginapan yang telah memiliki NPWPD (Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah) pada instansi pengelola pajak. 3) Identifikasi hotel/penginapan yang belum memiliki NPWPD dan telah
memenuhi
syarat
sebagai
WP
berdasarkan
ketentuan
peraturan daerah yang berlaku. 4) Jika memenuhi syarat sebagai WP maka lakukan uji potensi pajak atas hotel/ penginapan yang belum memiliki NPWD tersebut. Uji potensi pajak hotel adalah sebagai berikut: a. Tentukan hotel/penginapan yang akan disampling. b. Dapatkan data tentang jenis hotel, fasilitas hotel, jumlah dan jenis kamar hotel, tarif kamar dan tingkat hunian. c. Hitung rata-rata hunian kamar dan omzet. d. Hitung jumlah Potensi Pajak Hotel (Omzet x Tarif) 5) Jika hotel/penginapan telah memiliki NPWPD, maka uji potensi pajak yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: a. Lakukan uji petik terhadap hotel/ penginapan yang telah memiliki NPWD minimal dua WP. Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah 2016
13
b. Dapatkan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Daerah (SPTPD) dan atau Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD). c. Hitung potensi pajak. (Lihat prosedur no 4). d. Bandingkan hasil perhitungan potensi pajak dengan SPTPD/ SSPD. 6) Buat simpulan hasil uji potensi dan tuangkan dalam laporan. 7) Bandingkan dengan SPT yang dilaporkan pada instansi pengelola pajak. b. Evaluasi Potensi Pajak Hiburan Prosedur evaluasi yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Dapatkan data jumlah usaha pengelolaan hiburan yang telah memiliki izin usaha. Sesuai dengan UU Nomor 28 Tahun 2009, hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan, dan/atau keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran. 2) Bandingkan data tersebut dengan data usaha pengelolaan hiburan yang telah memiliki NPWPD (Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah) pada instansi pengelola pajak. 3) Identifikasi usaha pengelolaan hiburan yang belum memiliki NPWPD dan telah memenuhi syarat sebagai WP berdasarkan ketentuan peraturan daerah yang berlaku. 4) Jika memenuhi syarat sebagai WP maka lakukan uji potensi pajak atas usaha pengelolaan hiburan yang belum memiliki NPWD tersebut. Uji potensi pajak usaha pengelolaan hiburan adalah sebagai berikut: a. Tentukan usaha pengelolaan hiburan yang akan disampling. b. Dapatkan data tentang jenis hiburan, jumlah fasilitas dan kapasitas
hiburan
(misal:
ruang
karaoke/
mandi
uap/SPA/pijat/refleksi, tempat duduk bioskop/sirkus dan atau sejenis lainnya, jumlah pengunjung, jumlah meja bilyar), tarif hiburan dan tingkat kunjungan. c. Hitung rata-rata omzet hiburan berdasarkan data pada poin b. d. Hitung jumlah Potensi Pajak Hiburan (Omzet x tarif pajak) 5) Jika usaha pengelolaan hiburan telah memiliki NPWPD, maka uji potensi pajak yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah 2016
14
a.
Lakukan uji petik terhadap usaha pengelolaan hiburan yang telah memiliki NPWD minimal dua WP.
b.
Dapatkan
Surat
Pemberitahuan
Tahunan
Pajak
Daerah
(SPTPD) dan atau Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD). c.
Hitung potensi pajak. (Lihat prosedur no 4).
d.
Bandingkan hasil perhitungan potensi pajak dengan SPTPD/ SSPD.
6) Buat simpulan hasil uji potensi dan tuangkan dalam laporan. c. Evaluasi Potensi Pajak Restoran Prosedur evaluasi yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Dapatkan data jumlah restoran yang telah memiliki izin usaha. 2) Bandingkan data tersebut dengan data restoran yang telah memiliki NPWPD (Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah) pada instansi pengelola pajak. 3) Identifikasi usaha restoran yang belum memiliki NPWPD dan telah memenuhi syarat sebagai WP berdasarkan ketentuan peraturan daerah yang berlaku. 4) Jika memenuhi syarat maka lakukan uji potensi pajak restoran yang belum memiliki NPWD tersebut. Uji potensi pajak restoran adalah sebagai berikut: a. Tentukan restoran yang akan disampling. b.Dapatkan data kapasitas restoran (meja dan tempat duduk restoran), tarif makanan dan minuman, dan tingkat kunjungan. c. Hitung rata-rata omzet restoran berdasarkan data pada poin b. d.Hitung jumlah Potensi Pajak Restoran (Omzet x tarif pajak) 5) Jika restoran telah memiliki NPWPD, maka uji potensi pajak yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: a.
Lakukan uji petik terhadap usaha restoran yang telah memiliki NPWD minimal dua WP.
b.
Dapatkan
Surat
Pemberitahuan
Tahunan
Pajak
Daerah
(SPTPD) dan atau Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD). c.
Hitung potensi pajak. (Lihat prosedur no 4).
d.
Bandingkan hasil perhitungan potensi pajak dengan SPTPD/ SSPD.
6) Buat simpulan hasil uji potensi dan tuangkan dalam laporan.
Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah 2016
15
d. Evaluasi Potensi Retribusi Prosedur evaluasi yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Tentukan retribusi yang akan dilakukan uji petik dan identifikasi proses bisnis dalam pengelolaan retribusi tersebut. 2) Lakukan
uji
potensi
retribusi.
Misal
retribusi
pemakaian
lapangan olah raga. a. Dapatkan data pemakaian lapangan olah raga. b.Hitung turn over pemakaian lapangan olah raga. c. Hitung potensi retribusi dengan mengkalikan turn over, durasi dan tarif. d.Bandingkan dengan penerimaan retribusi. Contoh kasus terkait evaluasi potensi pajak dan retribusi dapat dilihat pada Lampiran IV. 3. Lakukan uji pengendalian SPIP Lakukan uji pengendalian atas pengelolaan PAD melalui instrumen kuesioner evaluasi SPIP terlampir (Lampiran V). Kuesioner diisi oleh auditor berdasarkan reviu dokumen, observasi, wawancara atau sarana lain untuk menghasilkan informasi yang valid dan memadai. Kemudian hasil evaluasi SPIP dituangkan dalam laporan. Pengungkapan dalam laporan
adalah
pertanyaan
yang
kelemahan
pengendalian
jawabannya
TIDAK.
intern Simpulan
dengan
merinci
evaluasi
SPIP
dikelompokkan menjadi Memadai, Cukup Memadai, dan Kurang Memadai, dengan ketentuan sebagai berikut: a.
Jika persentase jawaban YA < 60% (jumlah jawaban YA < 30) maka disimpulkan “Kurang Memadai”.
b.
Jika persentase jawaban YA antara 60% - 80% (jumlah jawaban YA antara 31 sampai dengan 40) maka disimpulkan “Cukup Memadai”.
c.
Jika persentase jawaban YA > 80% (jumlah jawaban YA > 40) maka disimpulkan “Memadai”.
Guna kepentingan kompilasi, Tim Perwakilan menuangkan dalam bentuk excell hasil kuesioner SPIP .
Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah 2016
16
LAMPIRAN
Lampiran Juklak Nomor 1 / 1 - 3 FORMAT LAPORAN HASIL EVALUASI KOP PERWAKILAN BPKP Nomor : LHEHal : Laporan Hasil Evaluasi Potensi Pajak dan Retribusi Provinsi/Kabupaten/Kota*)……… ………….
Tanggal,……………………….
Dengan ini kami sampaikan Laporan Hasil Evaluasi Potensi Pajak dan Retribusi Provinsi/Kabupaten/Kota*)…………………………………. Tahun 2016 dengan pokok-pokok bahasan sebagai berikut: BAGIAN PERTAMA BAGIAN KEDUA
: SIMPULAN DAN SARAN : HASIL PENGAWASAN
-------------------------------------------------------------------------------------------BAGIAN PERTAMA SIMPULAN DAN SARAN BAB I SIMPULAN Uraikan simpulan hasil pengawasan atas Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah yang dilaksanakan secara singkat. BAB II SARAN Uraikan saran atas hasil pengawasan atas Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah yang dilaksanakan secara singkat. Penanda tangan Laporan
Kepala Perwakilan
Lampiran Juklak Nomor 1 / 2 - 3 BAGIAN KEDUA HASIL PENGAWASAN BAB I UMUM 1. Dasar Pengawasan Kegiatan pengawasan Optimalisasi dilaksanakan berdasarkan:
Pendapatan
Asli
Daerah
a. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. b. Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. c. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2014 tentang Peningkatan Kualitas Sistem Pengendalian Intern dan Keandalan Penyelenggaraan Fungsi Pengawasan Intern Dalam Rangka Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat. d. Peraturan Kepala BPKP Nomor PER-908/K/D4/2011 tanggal 8 Agustus 2011 tentang Pedoman Layanan Pengawasan Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah. e. Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah BPKP Nomor ……… Tahun 2016 tanggal …………Maret 2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah (OPAD) Tahun 2016. f. PKP2T Direktorat Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah Wilayah II Tahun 2016. g. Lain-lain, seperti MOU dengan Pemda. 2. Tujuan dan Sasaran Pengawasan Tujuan pengawasan OPAD adalah: a. Mendorong peningkatan rasio pajak dan retribusi terhadap total pendapatan daerah guna kemandirian keuangan daerah. b. Mendorong perencanaan PAD didukung oleh database potensi perencanaan yang memadai. c. Perbaikan Sistem Pengendalian Intern atas Pengelolaan PAD. Sasaran pengawasan OPAD adalah Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/ Kota/Provinsi *) …………………….. yang terdiri dari Pajak …………… dan Retribusi ……………….. . 3. Ruang Lingkup PAD Pemda Tahun Anggaran 2015 dan 2016 sampai dengan saat evaluasi. Ruang lingkup dapat ditambahkan disesuaikan dengan ruang lingkup pengawasan yang dilakukan. 4. Metodologi a. Analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan untuk menghitung parameter kinerja PAD. b. Wawancara dan diskusi. c. Pengujian pengendalian atas pengelolaan PAD. d. Metodologi lain yang digunakan disesuaikan dengan kegiatan evaluasi pengawasan.
Lampiran Juklak Nomor 1 / 3 - 3 5. Kinerja Pendapatan Asli Daerah a) Rasio total pajak dan retribusi terhadap total pendapatan Uraikan rasio total pajak dan retribusi terhadap total pendapatan tahun 2015 dengan menggunakan angka realisasi, dan analisis lanjutan rasio total pajak dan retribusi terhadap total pendapatan tahun 2016 dengan menggunakan data anggaran. b) Elastisitas PAD Uraikan analisis elastisitas PAD tahun 2015 dengan menggunakan data tahun 2014 dan 2015. c) Pertumbuhan PAD Uraikan analisis pertumbuhan PAD tahun 2015 dan bandingkan dengan pertumbuhan ekonomi. BAB II URAIAN HASIL PENGAWASAN 1. Evaluasi Potensi Pajak dan Retribusi Uraikan permasalahan hasil evaluasi mengenai potensi secara ringkas, berikut kondisi, kriteria, sebab dan akibat. a. Evaluasi Potensi Pajak Hotel b.Evaluasi Potensi Pajak Restoran c. Evaluasi Potensi Pajak Hiburan d.Evaluasi Potensi Retribusi 2. Evaluasi Sistem Pengendalian Intern terhadap Pengelolaan PAD Uraikan hasil evaluasi SPIP atas pengelolaan PAD berdasarkan hasil kuesioner SPIP. 3. Hal – hal lain yang perlu diperhatikan Uraikan hal – hal lain yang perlu diperhatikan secara ringkas.
Lampiran Juklak Nomor 2 /1 - 1 FORMAT LAPORAN MONITORING TINDAK LANJUT
KOP PERWAKILAN BPKP Nomor: LapHal : Laporan Hasil Monitoring Tindak Lanjut Hasil Pengawasan OPAD Tahun 2015
Yth. Deputi Kepala Keuangan Daerah di Jakarta
BPKP
Tanggal,……………………….
Bidang
Pengawasan
Penyelenggaraan
Dengan ini kami sampaikan monitoring tindak lanjut hasil pengawasan OPAD Tahun 2015 sebagai berikut: Tindak Lanjut No dan Tanggal Pemerintah Uraian Hasil No. Hasil laporan Daerah Pengawasan Pengawasan
Demikian kami sampaikan. diucapkan terima kasih.
Atas
perhatian
dan
kerja
samanya
Penanda tangan Laporan
Kepala Perwakilan
Lampiran Juklak Nomor 3 / 1 -1 RENCANA PENUGASAN PERWAKILAN EVALUASI POTENSI PAJAK DAN RETRIBUSI TAHUN 2016 PELAKSANAAN
NO
PERWAKILAN
RENCANA PP
EVALUASI PROV.
1
PW01
3
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
PW02 PW03 PW04 PW05 PW06 PW07 PW08 PW09 PW10 PW11 PW12 PW13 PW14 PW15 PW16 PW17 PW18 PW19 PW20 PW21 PW22 PW23 PW24 PW25 PW26 PW27 PW28 PW29 PW30 PW31 PW32 PW33 Total
3 3 3 2 5 4 3 1 6 6 5 1 4 1 5 4 5 4 5 5 4 1 5 3 3 3 3 3 5 3 3 1 115
NON PK2PT
PK2PT
1 1 1
1 1 1 1
1
1
1
10
KAB. / KOTA 2 1 2 1 0 4 3 2 1 5 4 3 0 2 1 4 2 4 3 4 3 3 1 4 2 1 2 2 2 4 2 2 1 77
MONITORING TL 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 28
MONITORING TL
1
1 1
1
1 5
Lampiran Juklak Nomor 4 / 1 - 11 EVALUASI POTENSI PAJAK HOTEL
KASUS 1 Pemerintah Kabupaten Asih Jaya telah memiliki data potensi hotel. Potensi hotel dihitung berdasarkan jumlah obyek pajak, tarif, tingkat hunian dan potensi riil. Tim melakukan pengujian lapangan terhadap data potensi tersebut pada 2 (dua) wajib pajak yaitu: Hotel Diamond
klasifikasi Bintang Empat, memiliki 171 kamar dan
occupancy 60% Berdasarkan data potensi: No 1 1 2 3 4 5
Jenis Kamar Jumlah 2 3 Standar 24 Deluxe 83 Cottage 48 Junior Suite 12 Suite Room 4 TOTAL
Tarif (Rp) 4 665.500,00 756.250,00 847.000,00 1.210.000,00 2.420.000,00
Potensi 100% 5 4.453.920.000,00 18.114.750.000,00 12.044.160.000,00 4.579.200.000,00 3.268.800.000,00 42.460.830.000,00
Potensi Riil 6=5x60% 2.672.352.000,00 10.868.850.000,00 7.226.496.000,00 2.747.520.000,00 1.961.280.000,00 25.476.498.000,00
Potensi Pajak 7=6*10% 267.235.200,00 1.086.885.000,00 722.649.600,00 274.752.000,00 196.128.000,00 2.547.649.800,00
Bila dibandingkan dengan realisasi penerimaan tahun 2015, maka terdapat selisih kurang perhitungan potensi pada Hotel Diamond dengan rincian sebagai berikut: Data Potensi Realisasi tahun 2015 Selisih kurang % selisih
Rp Rp Rp
2.547.649.800,00 3.626.254.075,00 (1.078.604.275,00) 42.34%
Hotel Kristal klasifikasi Bintang Empat, memiliki 188 kamar, occupancy 60% Berdasarkan data potensi: No 1 1 2 3 4 5 6
Jenis Kamar Jumlah 2 3 Terrace 46 Superior 76 Deluxe cottage 32 Deluxe sweet 24 Deluxe Sweet Pool 6 Villas 4 TOTAL
Tarif (Rp) 4 847.000,00 1.089.000,00 1.149.500,00 1.512.500,00 2.117.500,00 3.025.000,00
Potensi 100% 5 11.542.320.000,00 25.691.040.000,00 11.514.240.000,00 11.772.000.000,00 4.249.800.000,00 4.140.000.000,00 68.909.400.000,00
Potensi Riil 6=5x60% 6.925.392.000,00 15.414.624.000,00 6.908.544.000,00 7.063.200.000,00 2.549.880.000,00 2.484.000.000,00 41.345.640.000,00
Potensi Pajak 7=6*10% 692.539.200,00 1.541.462.400,00 690.854.400,00 706.320.000,00 254.988.000,00 248.400.000,00 4.134.564.000,00
Bila dibandingkan dengan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB) terhadap Hotel Kristal, maka terdapat selisih lebih perhitungan potensi dengan rincian sebagai berikut:
Lampiran Juklak Nomor 4 / 2 - 11 Rp Data Potensi SKPDKB Januari – Desember Rp 2015 Selisih lebih Rp % selisih
4.134.564.000,00 2.612.887.466,00 1.521.676.534,00 36.80%
Sesuai dengan Peraturan Bupati Asih Jaya Nomor 28 tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Pajak Hotel. Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Penerangan Jalan dan Pajak Minerba Kabupaten Asih Jaya pasal 6 ayat (1) yang menyatakan bahwa untuk mengetahui jumlah potensi wajib pajak, DPPKAD melakukan pendaftaran dan pendataan wajib pajak; ayat (8) yang menyatakan bahwa pendataan sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah kegiatan pendataan wajib pajak yang telah memiliki NPWPD. Hal ini disebabkan karena adanya pergantian pegawai di Bidang Pendataan Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kabupaten Asih Jaya yang melakukan perhitungan potensi sehingga dasar perhitungan terhadap data potensi belum bisa dijelaskan secara rinci. Akibatnya data potensi belum bisa digunakan oleh Pemerintah Kabupaten Asih Jaya dalam pengambilan kebijakan karena belum menggambarkan kondisi yang mendekati nyata.
KASUS 2 Dari pengujian terhadap jumlah kamar hotel dan tarif kamar hotel yang berada di Kota Sejahtera dan dijumpai terdapat perbedaan data antara data hasil uji petik dengan data potensi pendapatan sebagai berikut:
No 1 2 3 4 5 6 7 8
Nama Hotel Aster Bumi Permai Ceria Damai Elok Jaya Fiesta Gaya Horizon
Jumlah Kamar Uji Data petik potensi 5 5 10
10
7 22 12 13 9 66
7 11 0 0 10 66
Rate uji petik Bawah
Atas
Rate Data Potensi Bawah
500.000 1.200.000 250.000
Atas 725.000
500.000
120.000
187.500
150.000 500.000 600.000 1.000.000 500.000 750.000 500.000 690.000 4.485.000 7.085.000 1.000.000 2.000.000
362.000
412.500 400.000
Dari tabel diatas rata-rata jumlah kamar
550.000 800.000 1.250.000
tersedia pada hotel telah sesuai
dengan data potensi, namun terdapat hotel yang belum terdata (Hotel Elok
Lampiran Juklak Nomor 4 / 3 - 11 Jaya) dan terdapat penambahan kamar hotel yang tidak termutakhirkan di data potensi pajak hotel (Hotel Horizon). Selain itu, dijumpai adanya perbedaan tarif kamar hotel yang tertulis pada data potensi hotel dengan tarif hotel menurut hasil uji petik pada seluruh hotel yang dilakukan uji petik. Seharusnya data potensi pendapatan pajak hotel bisa disajikan dengan data paling mutakhir. Permasalahan tersebut disebabkan belum adanya mekanisme/prosedur pemutakhiran data potensi pajak yang bisa meng-update data potensi pajak secara berkala, keterbatasan jumlah SDM bidang pengelolaan PAD dan minimnya pengawasan internal/inspektorat terkait pengelolaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Akibatnya data potensi pajak hotel yang disusun sebagai acuan penerimaan pajak hotel diragukan keakuratannya. Terhadap permasalahan tersebut disarankan kepada Walikota Sejahtera untuk menginstruksikan Kepala DPPKAD Kota Sejahtera agar : 1. Melakukan pemutakhiran data potensi pajak hotel secara berkala 2. Melakukan rekonsiliasi data dan penyusunan sistem dan prosedur pemutakhiran data potensi pajak hotel antara DPPKAD, Dinas Pariwisata, Kantor Pelayanan dan Perijinan Terpadu. KASUS 3 Hasil pengujian potensi pajak terhadap Pajak Hotel terhadap dua Wajib Pajak atau 6,25% dari total Wajib Pajak yang terdaftar pada Dinas Pendapatan Kabupaten Cemerlang Tahun 2015 yaitu 32 Wajib Pajak, yaitu Hotel Kinarian dan Hotel Rafif, dijumpai : Selama bulan Januari s/d September 2015. Hotel Kinarian telah melaporkan omzet SPTPD sebesar Rp1.939.080.000,00 dan menyetorkan pajak hotel sebesar Rp176.280.000,00 atau rata-rata per bulan Rp19.596.675,00. Hotel Kinarian melaporkan penjualan sewa kamar (laporan penjualan kamar) 12 kamar sampai 26 kamar atau rata-rata hanya 18 kamar 20% dari jumlah kamar hotel sebanyak 103 kamar. Hasil pengamatan tim evaluasi, sebanyak 70% dari jumlah kamar Hotel Kinarian sudah disewa secara tahunan oleh pihak ketiga, terhadap sewa
Lampiran Juklak Nomor 4 / 4 - 11 kamar Hotel Kinarian oleh pihak ketiga diperkirakan tidak dilaporkan dengan alasan yang belum diketahui. Selisih potensi PAD atas penjualan kamar Hotel Kinarian kepada pihak ketiga yang belum dilaporkan diperkirakan sebesar Rp975.720.000,00 (1 tahun) dengan uraian sebagai berikut: Nama Hotel
Hotel Kinarian
Analisa Dasar Pengenaan pajak Selama 1 Tahun
Hasil Pengamatan Pajak Hotel/Thn Sebesar (Rp)
Tarif Pajak 11/121 Menurut SPTPD
Selisih Potensi Pajak Hotel (Rp)
88 Kmr X 30 Hr X Rp400.000,00 X 12 Bulan = Rp12.672.000.000,00
1.152.000.000,00
176.280.000,00
975.720.000,00
Jumlah
1.152.000.000,00
176.280.000,00
975.720.000,00
Catatan : perhitungan tarif (pajak hotel 11/121) dengan rincian : 10% dari DPP + 10% dari service charge sebesar 10%. Menurut data yang ada. kedua Wajib Pajak Hotel tersebut belum pernah dilakukan pemeriksaan pajak daerah. Kondisi sewa kamar hotel secara Long Stay (tahunan) yang tidak dilaporkan dalam SPTPD terjadi juga pada hotel lain yang beroperasi di Kabupaten Cemerlang. Sesuai dengan Perda Kabupaten Cemerlang Nomor : 15 Tahun 2010 Tanggal 5 November 2010 tentang Pajak Daerah Kabupaten Cemerlang disebutkan bahwa Wajib Pajak harus mengisi dan melaporkan hasil usahanya (omzet) ke dalam SPTPD sesuai keadaan yang sebenarnya. Wajib Pajak harus mengisi dan melaporkan hasil usahanya (omzet) kedalam SPTPD (Surat Pemberitahuan Pajak Daerah) dan membayarkannya dengan tarif yang ditentukan sesuai pada Perda. Hal ini disebabkan rendahnya kesadaran Wajib Pajak dalam memenuhi kewajibannya untuk melaporkan omzetnya dalam SPTPD dan membayar Pajak Hotel sesuai ketentuan atau peraturan yang berlaku. Akibatnya ditemukan potensi penerimaan Pajak Hotel Tahun 2015 yang belum dapat direalisir diperkirakan sebesar Rp975.720.000,00. Terhadap Cemerlang
permasalahan agar
tersebut,
memerintahkan
kami
rekomendasi
kepada
Kepala
kepada
Dinas
Kabupaten Cemerlang supaya mengoptimalkan potensi pajak
Bupati
Pendapatan hotel menjadi
Lampiran Juklak Nomor 4 / 5 - 11 realisasi penerimaan pajak dengan cara melakukan pemeriksaan Pajak hotel dengan tahapan sebagai berikut: -
Mengusulkan
diterbitkannya
Peraturan
Bupati
Cemerlang
tentang
pedoman atau Tata Cara Pemeriksaan Pajak Daerah sebagai dasar pedoman pelaksaan pemeriksaan pajak daerah. -
Melakukan bimbingan teknis atau pelatihan pemeriksaan pajak daerah bagi pegawai Dinas Pendapatan Kabupaten Cemerlang yang ditunjuk untuk melakukan pemeriksaan pajak daerah.
Lampiran Juklak Nomor 4 / 6 - 11 EVALUASI POTENSI PAJAK RESTORAN Kasus 1 Dari pengujian terhadap jumlah meja dan tarif makanan yang berada di Kabupaten Adelia dijumpai terdapat perbedaan data antara data hasil uji petik dengan data potensi pendapatan sebagai berikut: No 1 2 3 4
Uji Petik
Nama Restoran
Potensi
Selisih
Tarif makanan
Meja
Kursi
Meja
Kursi
Meja
Kursi
Uji petik
Asri Bintang
68 10
200 24
16 12
64 24
52 (2)
136 0
40.000 40.000
40.000 25.000
Cemara Denai
9 36
36 60
6 3
24 10
3 33
12 50
40.000 40.000
25.000 10.000
64 28 20
40.000 40.000 50.000
31.500 50.000
5
Eka 16 64 16 Fanta 13 45 5 17 8 7 Gemini 240 240 30 120 5 8 Hula 8 30 8 30 Hula Dari tabel di atas diketahui bahwa jumlah kursi di 6
-
Potensi
100.000 100.000
restoran dan harga rata-
rata makanan hasil uji petik secara umum lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah kursi dan harga rata-rata makanan dalam data potensi pajak restoran. Perbedaan jumlah kursi dan harga rata-rata makanan akan mempengaruhi
perhitungan
potensi
pajak
restoran
dengan
rumus
perhitungan yang digunakan di Kabupaten Adelia sebagai berikut: POTENSI OMZET RUMAH MAKAN : S X D X P X 60% X 10% S : Jumlah Tempat Duduk
60% : perkiraan omzet rata-rata
D : 360 Hari
10% : tarif pajak restauran
P : Harga rata-rata makanan Sehingga menghasilkan perhitungan perkiraan penerimaan pajak restoran sebagai berikut: Perkiraan Pajak Restoran No
Nama
1 2 3 4 5
Asri Bintang Cemara Denai Eka
Uji petik 172.800.000 20.736.000 31.104.000 51.840.000 55.296.000
Potensi 55.296.000 12.960.000 12.960.000 2.160.000 -
Realisasi Penerimaan TA 2015 178.553.702 12.725.000 13.500.000 9.530.000 4.663.779
Selisih Uji petikpotensi 117.504.000 7.776.000 18.144.000 49.680.000 55.296.000
Realisasi potensi 123.257.702 (235.000) 540.000 7.370.000 4.663.779
Lampiran Juklak Nomor 4 / 7 - 11 Perkiraan Pajak Restoran No
Nama
6
Fanta Gemini Hawai JUMLAH
7 8
Uji petik
Potensi
38.880.000 120.960.000 64.800.000 556.416.000
11.566.800 77.760.000 64.800.000 237.502.800
Selisih
Realisasi Penerimaan TA 2015 3.350.000 399.858.498 710.136.788 1.332.317.767
Uji petikpotensi 27.313.200 43.200.000 318.913.200
Realisasi potensi (8.216.800) 322.098.498 645.336.788 1.094.510.272
Realisasi pembayaran pajak restoran tahun 2015 pada 8 Restoran yang dilakukan
uji
petik
terdapat
perbedaan
sebesar
Rp1.094.814.967,00
dibandingkan data potensi pajak restoran, sedangkan bila dibandingkan dengan data potensi
menurut uji
petik.
terdapat perbedaan sebesar
Rp318.913.200,00 dengan data potensi pajak restoran. Seharusnya data potensi pajak restoran bisa disajikan dengan data paling mutakhir. Permasalahan perbedaan tersebut disebabkan: (1)
Belum adanya mekanisme/prosedur pemutakhiran data potensi pajak restoran yang bisa meng-update data potensi pajak secara berkala.
(2)
Perhitungan
rumus
data
potensi
belum
memperhitungkan
waktu
pelayanan per tamu (60 menit/jumlah menit pelayanan per tamu) dan perhitungan jam buka per hari. (3)
Estimasi perkiraan omzet restoran 60% bisa berbeda dengan kondisi sebenarnya
(4)
Keterbatasan jumlah SDM bidang pengelolaan PAD
Akibatnya data potensi pajak restoran yang digunakan sebagai acuan perhitungan penerimaan pajak restoran tidak dapat diyakini kekakuratannya. Terhadap permasalahan tersebut, disarankan kepada Kepala Dinas PPKAD Kabupaten Adelia agar : (1) Melakukan update data potensi pajak restoran secara berkala. (2) Menyusun sisdur pemutakhiran data potensi pajak restoran yang sinergis dengan SKPD/Instansi lain sehingga bisa menghasilkan data potensi pajak restoran secara efektif dan efisien. (3) Menyusun
data
potensi
pajak
restoran
dengan
pendekatan
perhitungan/rumus yang lebih akurat. KASUS 2 Hasil
pengujian
potensi
terhadap
Pajak
Restoran
(rumah
makan/
warung/catering) sebanyak 2 Wajib Pajak atau 2,25% dari total Wajib Pajak yang terdaftar sebanyak
89 Wajib Pajak, dijumpai pajak restoran yang
dilaporkan dalam SPTPD terlalu kecil atau terdapat selisih kurang pelaporan
Lampiran Juklak Nomor 4 / 8 - 11 pajak restoran diperkirakan sebesar Rp584.617.500,00
dengan uraian
sebagai berikut : Nama Restoran Rumah Aulia
Analisa Dasar Pengenaan Pajak
6.725 lembar Nota X 12 bulan Rp70.000,00 Rp5.649.000.000,00 Rumah Makan Diffa 2.070 lembar Nota X 12 bulan Rp70.000,00 Rp1.738.800.000,00 Jumlah
Pajak Restoran 1 Thn (10/110) Pengamatan
Tarif Pajak 10% Menurut SPTPD Selama 1 Thn
Selisih Pelaporan Pajak Restoran
513.545.000,00
75.000.000,00
438.545.000,00
158.072.500,00 671.617.500,00
12.000.000,00 87.000.000,00
146.072.50,.00 584.617.500,00
Makan
Menurut data yang ada. kedua Wajib Pajak restoran tersebut belum pernah dilakukan pemeriksaan pajak daerah. Sesuai dengan Perda Kabupaten Victoria Nomor 15 Tahun 2010 Tanggal 5 November 2010 tentang Pajak Daerah Kabupaten Victoria disebutkan bahwa Wajib Pajak harus mengisi dan melaporkan hasil usahanya (omzet) kedalam SPTPD (Surat Pemberitahuan Pajak Daerah) dan membayarkannya dengan tarif yang ditentukan sesuai pada Perda: Hal ini disebabkan: (1)
Rendahnya kesadaran Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban untuk melaporkan omzetnya dalam SPTPD dan membayar Pajak Restoran terhutang sesuai ketentuan atau peraturan yang berlaku.
(2)
Belum tersedianya tenaga pemeriksa pajak daerah.
(3)
Belum disusun Peraturan Bupati JKL tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak Daerah guna mengimplementasikan kegiatan pemeriksaan pajak daerah bagi Wajib Pajak yang belum melaksanakan kewajiban sesuai ketentuan.
Akibatnya terdapat potensi penerimaan Pajak Restoran (restoran/rumah makan/warung) Tahun 2015 yang diperkirakan belum dapat direalisir sebesar Rp584.617.500,00 terdiri dari : -
Rumah Makan Aulia diperkirakan sebesar Rp438.545.000,00
-
Rumah Makan Diffa diperkirakan sebesar Rp146.072.500,00 Terhadap permasalahan tersebut, kami menyarankan kepada Bupati Victoria
agar
memerintahkan Kepala Dinas Pendapatan Kabupaten Victoria untuk
mengoptimalkan potensi pajak restoran menjadi realisasi penerimaan pajak restoran dengan cara :
Lampiran Juklak Nomor 4 / 9 - 11 (1)
Melaksanakan kegiatan guna
sosialisasi
terhadap
Wajib
Pajak Restoran
meningkatkan kesadaran Wajib Pajak dalam melapokan SPTPD
sesuai omzet yang sebenarnya. (2)
Melakukan
pemeriksaan
pajak
restoran
dengan
terlebih
dahulu
melakukan tahapan-tahapan: a) Mengusulkan diterbitkannya Peraturan Bupati Victoria tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak Daerah sebagai dasar hukum/pedoman pelaksaan pemeriksaan pajak daerah. b) Melakukan bimbingan teknis atau pelatihan pemeriksaan pajak daerah bagi pegawai Dinas Pendapatan yang ditunjuk untuk melakukan pemeriksaan pajak daerah. c) Asistensi/
melakukan
pendampingan
dalam
pelaksanaan
pemeriksaan pajak daerah terhadap tenaga pemeriksa pajak daerah yang telah ditunjuk. d) Melakukan koordinasi dengan SKPD lainnya guna menyelesaikan permasalahan bagi wajib pajak yang dengan sengaja tidak bersedia melaporkan dan membayar pajak daerah sesuai ketentuan.
Lampiran Juklak Nomor 4 / 10 - 11 EVALUASI POTENSI RETRIBUSI
Kasus 1 Retribusi tempat rekreasi dan olahraga Pemungutan retribusi tempat rekreasi dan olahraga mengacu pada Perda No.5 Kabupaten Sakura Mas Tahun 2010 dengan tarif retribusi
sebesar
Rp5000,00 per orang wisatawan asing dan Rp2.000,00 per orang untuk wisatawan lokal. Pemungutan retribusi tempat rekreasi dan olahraga ini ditujukan bagi wisatawan yang mengunjungi 3 lokasi. Data realisasi PAD yang berasal dari retribusi tempat rekreasi dan olahraga Kabupaten Sakura Mas selama 3 tahun adalah sebagai berikut: No
Uraian
2012
2013
2014
1
Realisasi
164.650.000 173.590.000
181.400.000
2
Anggaran
351.152.000 351.152.000
351.152.000
Dari
hasil
konfirmasi
kepada
Dinas
Perhubungan
Komunikasi
dan
Informatika dijumpai data kunjungan wisatawan asing yang menggunakan kendaraan fastboat langsung ke lokasi sebagai berikut: No 1 2 3
Tahun 2012 2013 2014
Jumlah kunjungan Kapal penumpang 5.346 8.137 9.393 27.583
Penumpang Naik
Turun
124.168 249.910 284.957 762.476
200.018 172.543 260.098 764.605
Dari data riil penumpang fastboat dapat dihitung pendapatan retribusi tempat rekreasi dan olahraga yang bisa dipungut sebagai berikut: No
Tahun
1 2 3
2012 2013 2014
Realisasi penumpang 200.018 172.543 260.098
tarif (Rp)
Jumlah (Rp)
5.000 5.000 5.000
1.000.090.000 862.715.000 1.300.490.000 3.823.025.000
Sehingga terdapat potensi pendapatan dari retribusi tempat rekreasi dan olahraga
yang
tidak
terealisasi
selama
3
tahun
Rp2.643.655.000,00 dengan rincian sebagai berikut:
minimal
sebesar
Lampiran Juklak Nomor 4 / 11 - 11
No 1 2 3
Tahun 2012 2013 2014
Perhitungan
Potensi 1.000.090.000 862.715.000 1.300.490.000
retribusi
tempat
Realisasi 164.650.000 173.590.000 181.400.000
rekreasi
Selisih 835.440.000 689.125.000 1.119.090.000 2.643.655.000
dan
olahraga
di
atas
belum
memperhitungkan potensi wisatawan asing/lokal yang datang ke lokasi melalui pelabuhan bangsal. teluk nara. teluk kodek. dan pantai-pantai lain sehingga bila digali lebih lanjut pendapatan daerah dari retribusi tempat rekreasi dan olahraga bisa lebih besar setiap tahunnya. Permasalahan tersebut disebabkan: (1) Banyaknya pintu penyeberangan menuju 3 lokasi sehingga menyulitkan pemantauan. (2) Tidak ada loket dan petugas pemungut retribusi yang di tempatkan di tiap pelabuhan/dermaga penyeberangan menuju lokasi (3) Belum terdapat dermaga yang representatif di lokasi yang memungkinkan petugas
melakukan
pemantauan
dan
pemungutan
retribusi
secara
terpusat di satu pintu. (4) Tidak terdapat petugas yang ditempatkan di lokasi untuk memantau dan memungut retribusi tempat rekreasi pada setiap wisatawan yang masik ke lokasi. Akibatnya penerimaan pendapatan daerah dari retribusi tempat rekreasi dan olahraga menjadi tidak optimal. Terhadap permasalahan tersebut. direkomendasikan kepada Bupati Sakura Mas agar: (1) Mengupayakan peningkatan infrastruktur penyeberangan yang memadai sehingga arus wisatawan bisa masuk dan keluar ke wilayah lokasi melalui area penyeberangan yang terpusat di satu lokasi. (2) Menempatkan petugas pemungut retribusi di titik-titik penyeberangan dan pintu masuk di lokasi untuk melakukan pemungutan retribusi tempat rekreasi
dan
olahraga
atau
mengecek
pembayaran
retribusi
oleh
wisatawan. (3) Menginstruksikan inspektur Kabupaten Sakura Mas untuk mengawasi pengelolaan PAD secara lebih intensif.