262
BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN
8.1 Simpulan Hegemoni pemerintah dan kontra hegemoni dilatarbelakangi pemikiran berbeda antara pemerintah dengan masyarakat. Sudut pandang pemerintah menilai bahwa populasi cendana semakin merosot dan telah menuju ambang kepunahan. Pemerintah memandang perlu menetapkan peraturan yang menguasai cendana secara total untuk melindungi populasi cendana dan memanfaatannya untuk meningkatkan pendapatan daerah. Sedangkan masyarakat menilai cendana sebagai hasil hutan yang dapat sewaktu-waktu dapat dimanfaatkan untuk mengatasi kebutuhan hidup. Sudut pandang yang berbeda antara pemerintah dengan masyarakat memunculkan berbagai bentuk hegemoni pemerintah yang terealisasi dalam bentuk peraturan dan pengawasan hukum, sedangkan kontra hegemoni masyarakat diwujudkan dalam bentuk perilaku manifes maupun simbolik yang cenderung bersifat negatif dan merugikan keberadaan cendana. Faktor utama yang mendukung hegemoni dan kontra hegemoni penguasaan cendana adalah faktor kepentingan ekonomi. Cendana yang telah menjadi komoditas perdagangan dunia sejak masa lampau memunculkan tendensi ekonomi antara pihakpihak yang berkepentingan yang melibatkan tiga pilah kehidupan sosial yakni pemerintah masyarakat, dan penguasaha. Baik masyarakat, pemerintah, maupun
263 pengusaha ingin memperoleh keuntungan ekonomi dari hak-hak penguasan cendana. 1) Pemerintah ingin melestarikan cendana sekaligus memanfaatkannya untuk meningkatkan pendapatan daerah, 2) masyarakat ingin memperoleh keuntungan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kesejahteraan hidup, 3) pengusaha ingin memperoleh keuntungan ekonomi untuk meningkatkan kepemilikan modal dan kekayaan. Ketiga pilar kehidupan sosial masyarakat ini ingin memperoleh porsi yang jelas. Namun, dalam proses penguasaan cendana, hegemoni dan kontra hegemoni hanya diperankan pemerintah dan masyarakat. Kepentingan pengusaha berdiri di antara
kepentingan
pemerintah
dan
masyarakat.
Pemerintah
menggandeng
penguasaha dalam pemberian izin sebagai agen penjualan cendana, sebaliknya beberapa oknum pengusaha juga berperan sebagai pelaku perdagangan gelap dengan membeli cendana ilegal dari masyarakat dan penyelundupan cendana tanpa dokumen resmi ke luar daerah. Hegemoni dan kontra hegemoni cenderung berdampak negatif terhadap cendana, pemerintah. maupun masyarakat. Cendana tetap mengalami kemerosotan dan belum mampu meningkatkan populasi cendana untuk mengembalikan identitas Kabupaten Timor Tengah Selatan sebagai daerah cendana. Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Selatan telah mengembalikan hak kepemilikan cendana yang tumbuh di ladang dan di tahan milik kepada masyarakat pemilik tanah bersangkutan. Tetapi keputusan ini dianggap belum sepenuhnya berpihak kepada masyarakat dan belum mampu meningkatkan minat masyarakat mengembangkan cendana.
264 Rendahnya minat masyarakat masih mengalami traumatis atas hegemoni masa lampau. Di samping itu, kepemilikan cendana harus memperoleh izin pemerintah, penanaman cendana dilakukan secara swadaya tanpa bantuan bibit dari pemerintah, serta pola-pola mekanisme pemasaran yang belum jelas apakah pemasaran harus melalui pemerintah, agen resmi, atau mengikuti mekanisme pasar bebas. Pengaturan mekanisme pasar dipandang penting guna menghindarkan permainan harga yang nantinya menghilangkan minat masyarakat menanam dan mengembangkan cendana. Secara ringkas, hegemoni dan kontra hegemoni penguasan cendana di kabupaten Timor Tengah Selatan dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Hegemoni dan kontra hegemoni penguasaan cendana dilatarbelakangi pemikiran yang berbeda antara masyarakat dengan pemerintah. Baik hegemoni pemerintah maupun
kontra
hegemoni
masyarakat
masing-masing
dilatarbelakangi
kepentingan-kepentingan tertentu. 2. Hegemoni pemerintah dan kontra hegemoni masyarakat dalam penguasaan cendana diikuti kepentingan ekonomi yang melibatkan tiga pilar kekuatan sosial yakni pemerintah, masyarakat, dan pengusaha. Pemerintah ingin melestarikan cendana sekaligus memanfaatkannya untuk meningkatkan pendapatan daerah, masyarakat ingin memperoleh keuntungan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kesejahteraan hidup, penguasaha ingin meningkatkan kekayaan dan modal. 3. Hegemoni dan kontra hegemoni penguasaan cendana cenderung berdampak negatif terhadap keberadaan cendana. Cendana sebagai sasaran utama dan
265 menjadi objek kepentingan, maka ia mengalami dampak terparah. Masyarakat kurang berminat mengembangkan cendana karena masih mengalami traumatis atas kebijakan pemerintah masa lampau.
8.2 Saran Hegemoni pemerintah memunculkan berbagai bentuk
respon masyarakat
yang berdampak positif maupun negatif terhadap cendana, masyarakat, maupun pemerintah. Beberapa saran yang perlu digagas pemerintah dan masyarakat untuk kelestarian cendana adalah sebagai berikut. 1. Terhadap Pemerintah a) Memperbaiki dasar hukum peraturan pemerintah. Perbaikan dasar hukum penguasaan cendana sesuai kondisi masyarakat dan saling menguntungkan antara pemerintah dengan masyarakat adalah program pokok yang perlu segera diselesaikan. b) Sosialisasi peraturan pemerintah. Revisi peraturan pemerintah Kabupaten Timor Tengah Selatan tentang penguasaan cendana yang memberi porsi pengusaan cukup kepada masyarakat belum diketahui masyarakat. Dengan demikian, sosialisasi kebijakan secara intensif di tingkat desa perlu dilakukan melalui peran kepala desa, tokoh masyarakat, tokoh keagamaan, dan tokoh adat. c) Pemberdayaan peran media cetak dan media elektronik lokal dan nasional. Pemberdayaan peran media cetak dan elektronik lokal dan nasional perlu
266 dilaksanakan untuk menyebarluaskan informasi dan menggugah masyarakat lokal maupun nasional ikut berpaptisipasi mengembangkan dan melestarikan cendana. d) Perluasan jangkauan pendidikan tentang pelestarian cendana pada tingkat sekolah. Satu hal yang tidak kalah penting adalah perluasan jangkauan pendidikan dan pembinaan generasi muda tentang pelestarian cendana pada tingkat sekolah. Pendidikan pada tingkat sekolah merupakan upaya penyadartahuan dan komunikasi antara pemerintah sebagai otoritas penguasa wilayah dan masyarakat selaku habitat pendukung kelestarian cendana. e) Memberikan benih secara cuma-cuma kepada masyarakat. Selama ini masyarakat yang berminat menanam cendana hanya mengandalkan dari pertumbuhan alami atau membeli anakan cendana. Pemberian benih secara cuma-cuma dapat merangsang minat masyarakat menanam cendana. f) Kerjasama antara pemerintah dan masyarakat dalam kegiatan pengembangan cendana dapat mendorong upaya pelestarian cendana. Upaya pelestarian ini meliputi kegiatan pengembangan cendana yang saling mendukung antara pemerintah dengan masyarakat. Pemerintah memberi bibit, memberi izin legal, memantau, pemberian penghargaan kepada masyarakat yang telah bersedia mengembangkan cendana. Sedangkan asyarakat menyediakan lahan sebagai lokasi pengembangan cendana, memelihara, dan membayar kontribusi apabila panen cendana berhasil. g) Memulihkan kepercayaan masyarakat. Peraturan pemerintah masa lampu mengakibatkan berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap kebijakan
267 pemerintah. Program mendasar yang perlu dilakukan adalah memulihkan kepercayaan masyarakat dengan melakukan tindakan nyata yang mengakomodir kepentingan masyarakat. Misalnya, pemerintah memberi kemudahan mengurus izin kepemilikan cendana kepada masyarakat, memberi anakan secara cumacuma, dan memberi perhatian kepada masyarakat yang mauu mengembangkan cendana. h) Meningkatkan kesadaran masyarakat. Berangkat dari munculnya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah, program lanjutan yang perlu dilakukan adalah meningkatkan kesadaran masyarakat agar aktif menanam dan melestarikan cendana. Partisipasi masyarakat menjadi kunci penting karena sebagian besar cendana tumbuh secara alami di lahan-lahan milik masyarakat. 2. Terhadap Masyarakat a) Menghentikan perladangan berpindah dan tebas bakar. Perladangan berpindah menerapkan sistem tebas bakar ditengarai menyebabkan kerusakan lingkungan dan kematian anakan cendana yang tumbuh secara alami. Resiko demikian dapat dihentikan dengan memotivasi masyarakat menerapkan pola ladang menetap atau pola ladang berotasi. Terutama pola perladangan pada masyarakat yang bermukim di kawasan hutan lindung dan daerah-daerah sebaran cendana alami. b) Meningkatkan peran budaya lokal. Kearifan budaya lokal khususnya konsepkonsep banu haumeni perlu dibangkitkan dengan melakukan beberapa perubahan sesuai kondisi zaman. Misalnya konsep banu dan talas khususnya nais le’u atau nais talas (hutan keramat) diterapkan untuk menjaga kelestarian kawasan hutan.
268 Sebab konsep tradisional banu dan talas atau le’u mengajarkan masyarakat agar selalu menjaga alam yang menghindarkan terjadinya kebakaran hutan. c) Penerapkan prinsip-prinsip silvikultur intensif. Ilmu pengetahuan dan teknologi silvikultur intensif cendana sebagian sudah banyak dilakukan oleh lembagalembaga penelitian dan menunjukan hasil yang signifikan. Hal yang perlu dikembangkan dan diterapkan masyarakat dan tidak memerlukan biaya mahal dengan melakukan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan pertanian cendana. d) Peningkatan dukungan dan komitmen sektor swasta melalui dukungan swadaya masyarakat. Sektor swasta diharapkan jangan semata-mata mengedepankan aspek ekonomi tetapi ikut mendukung dan mengembangkan cendana dengan melakukan mitra binaan yang dapat mengembangkan kelestarian populasi cendana. Misalnya, ikut memberi bantuan bibit cendana kepada masyarakat. e) Pembentukan kelompok tani cendana. Program pengembagan dan pelestarian cendana di beberapa desa dengan melibatkan masyarakat perlu dirintis dengan mebentuk kelompok tani cendana di desa-desa di bawah koordinator kepala desa setempat. Kelompok tani tersebut dibina dan dilatih untuk membangun areal pertanian cendana di lahan-lahan miliknya. Hak penguasaan cendana tersebut diserahkan sepenuhnya kepada masyarakat bersangkutan.