BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
5.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai
bagaimana gambaran proses penerimaan ibu dengan anak yang mengalami cerebral palsy , maka peneliti dapat memberi kesimpulan dari ketiga subjek terkait proses penerimaan dengan anak yang mengalami cerebral palsy sebagai berikut : a. Subjek A Peneliti memberikan kesimpulan bahwa subjek A telah dapat menerima dan memamahami kehadiran serta kenyataan sang buah hati. Dalam proses penerimaannya, subjek A tidak secara sistematis melalui setiap tahapan karena ada beberapa tahapan penerimaan yang ia lompati. Subjek A melalui tahapan primary phase yakni hanya perasaan shock (kaget), secondary phase yakni guilt (perasaan bersalah), tahapan yang terakhir tertiary phase yakni bergaining (tawar menawar), adaptazion and reorganitation (adaptasi dan reorganisasi) serta accaptance and adjusment (menerima dan memahami). Faktor-faktor yang mendukung proses penerimaan yaitu karakteristik yang cenderung sedang dan usia cerebral palsy yang telah lama didiagnosa serta dukungan dari kerabat terdekat yang sangat baik. Faktor-faktor tambahan lainnya yang menurut peneliti juga membantu proses penerimaan subjek A yaitu, nilai religiusitas yang 123
http://digilib.mercubuana.ac.id/
tertanam dalam diri subjek A serta konsep diri yang baik. Selain faktorfaktor yang mendukung proses penerimaan ada juga faktor yang menjadi penghambat setiap tahapan penerimaan tidak dilalui secara sistematis yaitu, faktor ekonomi dan latar belakang pendidikan.
b. Subjek B Subjek B belum dapat menerima dan memahami kehadiran serta kenyataan yang menimpa anaknya. Hal ini peneliti simpulkan berdasarkan proses penerimaan subjek B yang belum sampai pada tahap akhir. Dalam proses penerimaannya, subjek B juga tidak secara sistematis melalui setiap tahapan karena ada beberapa tahapan penerimaan yang ia lompati. Subjek B melalui ketiga tahapan pada primary phase yakni hanya perasaan shock (terkejut), denial (menyangkal) serta grief and depression (perasaan duka dan depresi). Pada secondary phase yakni ambivalence (dua perasaan yang bertentangan), guilt (perasaan bersalah) dan anger (perasaan marah). Tahapan yang terakhir tertiary phase yakni adaptation and reorganitation (adaptasi dan reorganisasi) namun reorganisasi dan adaptasi yang subjek B lakukan tidak mendalam. Faktor-Faktor yang menghambat proses penerimaan yaitu karakteristik cerebral palsy yang cukup berat dan usia cerebral palsy yang tergolong muda, respon negatif dari masyarakat, faktor ekonomi, nilai religiusitas yang diyakini, latar belakang pendidikan serta tidak adanya dukungan dari masyarakat.
124
http://digilib.mercubuana.ac.id/
c. Subjek C Peneliti menyimpulkan bahwa subjek C telah menerima dan memamahami kehadiran serta kenyataan sang puteri. Dalam proses penerimaannya, subjek C juga tidak secara sistematis melalui setiap tahapan karena ada beberapa tahapan penerimaan yang ia lompati. Subjek C melalui tahapan primary phase yakni hanya perasaan shock (kaget), secondary phase yakni guilt (perasaan bersalah), tahapan yang terakhir tertiary phase yakni bergaining (tawar menawar), adaptazion and reorganitation (adaptasi dan reorganisasi) serta accaptance and adjusment (menerima dan memahami). Faktor-faktor yang mendukung proses penerimaan yaitu karakteristik yang cenderung sedang dan usia cerebral palsy yang telah lama serta dukungan dari kerabat terdekat yang sangat baik serta pengalaman yang telah ia dapatkan sebelumnya dari kerabat dekat. Faktor-faktor tambahan lainnya yang menurut peneliti juga membantu proses penerimaan subjek A yaitu, nilai religiusitas. Selain faktor-faktor yang mendukung proses penerimaan ada juga faktor yang menjadi penghambat setiap tahapan penerimaan tidak dilalui secara sistematis yaitu, faktor ekonomi dan latar belakang pendidikan.
5.2
Diskusi Dalam penelitian ini, peneliti menemukan beberapa hal yang perlu
menjadi bahan diskusi. Beberapa subjek tidak melewati satu atau bahkan beberapa tahapan penerimaan. Hal ini dikarenakan bahwa setiap ibu memiliki karakteristik
125
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dan pengalaman berbeda yang kaitannya dengan kepribadian mereka. Selain itu fokus utama bukanlah urutan tahapan atau fase yang dilalui sang ibu, akan tetapi lebih difokuskan pada bagaiman proses penerimaan tersebut dapat terjadi. Setiap ibu memiliki cara dan teknik yang berbeda dalam menghadapi dan menyelesaikan suatu permasalahan. Oleh sebab itu, setiap kasus dirasa harus dipandang sebagai kasus yang sifatnya individual dan bergantung pada dinamika kepribadian dan faktor-faktor pendukung individu tersebut. Fase atau tahapan yang tidak dilalui secara sistematis terjadi pada masing-masing subjek pada penelitian ini. Semua subjek mengalami lompat tahapan yang dilatarbelakangi oleh alasan dan faktorfaktor yang berbeda-beda. Sikap peneriman ketiga subjek dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tidak semua subjek telah menerima akan kehadiran sang buah hati yang mengalami cerebral palsy. Hal ini serupa dengan hasil penelitian dengan subjek ibu yang memiliki anak down syndrome, pada penelitian tersebut peneliti mengemukakan bahwa ada beberapa subjek yang mengalami reaksi tertentu sementara subjek lainnya lompat ke reaksi selanjutnya. Dalam proses penerimaan terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi proses penerimaan, seperti yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan ibu adalah jenis karakteristik cerebral palsy yang dialami anak, dukungan masyarakat, dukungan kerabat dan keluarga besar, faktor ekonomi serta status sosial. Peneliti menemukan faktorfaktor tambahan yang juga berpengaruh terhadap proses penerimaan yaitu latar belakang agama atau nilai-nilai agama yang dipercaya. Peneliti menemukan dua
126
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dari tiga subjek yang memiliki latar belakang pemahan agama yang baik dan hal tersebut turut menjadi faktor pendukung dalam proses peneriman sang ibu atas kehadiran buah hati yang mengalami cerebral palsy. Subjek dengan pemahaman agama yang baik mampu mengelola emosi yang hadir ketika beberapa hal yang tidak ia harapkan terjadi. Subjek dengan sadar mempercayai bahwa segala yang terjadi pada dirinya, termasuk hal-hal yang tidak diinginkan sekalipun merupakan ketentuan dari Tuhan dan ia harus mampu menerimanya. Pemahaman tersebut membantu subjek dalam menerima setiap keadaan yang menimpa buah hatinya.
5.3
Saran Pada penelitian ini terdapat dua saran, yaitu : 1. Saran Teoritis Pada penelitian ini, peneliti menyadari bahwa peneliti memiliki banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penelitian yang dilakukan. pada peneliti selanjutnya diharapkan peneliti dapat melakukan penelitian mengenai penerimaan ibu dengan anak yang mengalami cerebral palsy dengan subjek yang memiliki karakterisitik cerebral palsy dan latar belakangan subjek yang lebih beragam, karena keberagaman karakteristik cerebral palsy dalam maisng-masing kasus akan memperlihatkan lebih jelas dan dalam perbedaan pola proses penerimaan yang terjadi. Latar belakang subjek yang beragam juga akan menunjukkan perbedaan pola proses penerimaan ibu yang lebih beragam berdasarkan faktor-faktor pendukung penerimaan.
127
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2. Saran Praktis a. Setiap ibu memiliki kewajiban dan tanggung jawab menjaga buah hatinya sejak sang buah hati masih dalam kandungan hingga dilahirkan. Sangat penting bagi ibu untuk selalu memeriksakan kesehatan kandungan dan janinnya selama proses kehamilan, hal ini dapat membantu ibu mendeteksi sejak dini gangguan-gangguan yang dapat memberi dampak negatif pada bayi, salah satu contohnya adalah virus yang menyebabkan janin terkena cerebral palsy. Pasca melahirkan, ibu juga harus peka terhadap pola tingkah laku dan perkembangan motorik sang buah hati. Sikap siaga ibu dalam memantau perkembangan bayi sangat dibutuhkan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan yang kapan saja dapat terjadi pada sang buah hati. b. Ibu juga diharapkan dapat dengan cepat atau lambat menerima keadaan sang buah hati, karena proses penerimaan ibu terhadap keadaan
anaknya
akan
mempengaruhi
sikap
ibu
dalam
memberikan pengasuhan, penjagaan, serta perlakuan positif terhadap anak. Sikap positif ibu terhadap buah hati tentu akan mempengaruhi pula proses pengobatan dan penyembuhan anak. Dukungan penuh dari kerabat dekat juga sangat disarankan untuk sang ibu karena hal tersebut akan membantu ibu untuk menerima serta memahami keadaan sang buah hati.
128
http://digilib.mercubuana.ac.id/
c. Masyarakat juga diharapkan dapat memberikan sikap dan respon positif terhadap ibu dengan anak atau individu sang anak yang mengalami cerebral palsy. Sikap positif, simpati dan empati yang diberikan masyarakat tentu akan memberikan dukungan serta motivasi lebih besar terhadap sang ibu, sebaliknya sikap negatif yang diberikan masyarakat akan mempengaruhi rasa percaya diri dan menghambat proses penerimaan sang ibu. d. Parent support group juga sangat dibutuhkan untuk mewadahi para orang tua yang memiliki anak dengan cerebral palsy untuk dapat berbagi informasi, melakukan konseling serta melakukan aktivitasaktivitas lainnya. Orang tua khususnya ibu dapat bergabung dengan orang tua lain yang juga memiliki anak dengan cerebral palsy. Dengan demikian, parent support group tersebut akan lebih membantu dalam hal penanganan anak cerebral palsy karena adanya pertukaran informasi serta dukungan emosional sesama orang tua dengan anak cerebral palsy.
129
http://digilib.mercubuana.ac.id/