BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN
5.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis wawancara, dapat disimpulkan : Ketiga subjek yang mengalami baby blues syndrome ini berasal dari latar belakang masalah yang berbeda. Namun begitu ketiganya memang mengalami baby blues syndrome dan permasalahannya bisa terselesaikan dari dukungan sosial dari orang – orang sekitar subjek, walaupun masing – masing subjek tidak sama dalam hal mnerima dukungan sosial baik secara kualitas maupun kuantitas dari dukungan sosial itu sendiri. Dalam sumber dukungan sosial, ketiga subjek mendapatkan dukungan sosial yang berasal dari keluarga atau kerabat dekat, dari teman atau sahabat, dan dari lingkungan sekitar atau masyarakat. Tentunya ketiga subjek ini sumber dukungan sosialnya pun berbeda untuk kualitas dan kuantitasnya. Perbedaan bisa dilihat dari tabel 4.3. Sedangkan dalam komponen dukungan sosial, ketiga subjek merasakan kerekatan emosional, integrasi sosial, adanya pengakuan, dukungan istrumental serta dukungan normatif. Perbedaan dari komponen dukungan sosial pada ketiga subjek dapat dilihat dari tabel 4.3. Gejala baby blues syndrome
yang dialami oleh
ketiga subjek disebabkan karena kurangnya dukungan sosial baik dari
keluarga ataupun sebagian kecil dari komponen dukungan sosial sehingga membuat subjek merasa tidak adanya kepedulian orang – orang sekitar dalam membantu menyelesaikan permasalahannya. Rasa seperti ini membuat ketiga subjek mengalami baby blues syndrome terlebih pada saat pasca melahirkan. akan tetapi, sejauh ini mereka bisa menangani permasalahannya tersebut dengan mencari kesibukan dalam beraktifitas mengurus bayi nya dengan penuh kasih sayang serta selalu berpikiran positif untuk bisa hidup lebih baik dikemudian hari dan tentunya bersama dengan sang buah hati.
5.2
Diskusi Penelitian ini dilakukan kepada subjek yang mengalami tanda – tanda dimana seorang wanita yang cenderung mengalami gejala ataupun sudah mengalami baby blues syndrome, dimana peneliti ingin melihat sejauh mana gambaran dukungan sosial pada penderita baby blues syndrome ini. Peneliti melakukan penelitian hanya pada wanita yang sudah melewati masa – masa sulitnya setelah terselesaikannya permasalahan baby blues syndrome bukan yang sedang mengalami baby blues syndrome karena dikhawatirkan, jika peneliti melakukan penelitian pada wanita yang sedang mengalaminya, data yang di dapat tidak akan seakurat dengan data yang diperoleh dari sumber subjek yang sudah melewati permasalahan baby blues syndrome. Wanita yang sedang mengalami baby blues syndrome
cenderung sangat sensitif dan selalu mood swing atau bahkan tidak mau berbicara sama sekali seputar permasalahan yang sedang dialaminya. Penelitian lain yang membahas tentang baby blues syndrome juga menggambarkan bahwa pada masa – masa awal pasca melahirkan (3-16 hari pertama) terdapat perbedaan antara wanita sehat dan wanita penderita baby blues syndrome. Perbedaan terletak di aktivitas otak para ibu yang terdeteksi melalui Magnetic Resonance Imaging (MRI). Dari penelitian tersebut, terlihat bahwa aktivitas bagian otak yang berhubungan dengan emosi tidak terlalu aktif untuk penderita baby blues syndrome. Hal ini menjelaskan mengapa banyak ibu yang tidak merasakan ikatan dengan bayi dan akhirnya kita temui banyak kasus seorang ibu yang tega membuang bayinya dijalan, menelantarkan bayinya, dan lain lain. Banyak sumber yang mengatakan bahwa sebenarnya penderita baby blues syndrome tidak perlu mendapatkan penanganan yang khusus karena akan menghilang dengan sendirinya. Namun peneliti berpendapat bahwa efek yang ditinggalkan di setiap penderita pasca masa baby blues syndromenya pasti akan berbeda, antara yang diberikan dukungan sosial dengan yang dibiarkan begitu saja. Penderita yang mendapatkan dukungan sosial tentunya akan lebih mudah melewati masa-masa sulitnya. Dan ketika ia sudah berhasil kembali sehat secara psikologis, dia akan merasa lebih diperhatikan, lebih dianggap dan dihargai keberadaannya dan bisa menjalankan kehidupannya bersama orang – orang terkasih disekitarnya dengan lebih harmonis.
Maka dari itu untuk pembaca atau peneliti selanjutnya agar dapat melakukan penelitian mengenai dukungan sosial pada wanita yang mengalami baby blues syndrome hanya dilakukan pada wanita yang sudah melewati permasalahan baby blues syndrome nya, hal ini bertujuan agar seluruh data yang akan digali peneliti bisa lebih mendetail dan lebih akurat dalam pengambilan data subjek.
5.3
Saran A. Saran yang berkaitan dengan subjek Subjek pertama memiliki perasaan traumatis dalam berteman dengan lingkungan sekitarnya seperti tetangga, masyarakat, dan terutama dalam lingkungan perkuliahannya dimana subjek merasa teman – teman seperkuliahannya sangat tidak memahami dan mengerti apa yang selama ini subjek butuhkan dalam mengatasi kejenuhannya dalam berjuang mengurus bayi nya serta perannya yang juga sebagai istri dan mahasiswi serta ibu dengan segudang aktifitas. Peneliti mengharapkan agar kiranya subjek bisa lebih dapat bersosialisasi lagi dengan mencari kesibukan dalam kegiatan sosial atau lingkungan perkuliahannya. Subjek kedua memiliki perasaan sangat tertekan dalam lingkungan keluarga nya apalagi pasca subjek melahirkan anak pertamanya. Subjek merasa seperti hidup sendiri sewaktu dirinya sibuk mengurus bayinya seorang diri. Ini dikarenakan subjek tidak mendapatkan dukungan sosial
justru dari orang terdekatnya, yaitu dari ibu mertuanya. Hubungan subjek dan ibu mertuanya tidak harmonis sehingga berlanjut ketika subjek melahirkan anak pertamanya, ada perasaan saling acuh antra keduanya. Subjek kedua ini kebetulan tinggal bersama dengan ibu mertuanya, yang seharusnya bisa membantu subjek untuk salingmemberi dukungan dan membantu dalam mengurus bayinya namun, karena dari awal tidak adanya hubungan harmonis antara subjek dengan ibu mertuanya sehingga membuat subjek rentan mengalami baby blues syndrome. Peneliti mengharapkan agar subjek bisa lebih berpikiran positif lagi terhadap keadaan dan lingkungan dalan rumahnya, sehingga bisa membina hubungan yang lebih baik lagi dengan ibu mertuanya. Subjek ketiga merasakan kurangnya percaya diri, kurangnya kepercayaan akan pengakuan dirinya dilingkungan masyarakatnya. Subjek cenderung hanya mau bergaul dengan teman dekatnya atau sahabat yang hanya dikenalnya saja. Seperti tetangga atau lingkungan sekitar, subjek kurang begitu mau melibatkan diri didalamnya karena sbjek khawatir tidak adanya pengakuan dirinya dalam kelompok masyarakat tersebut. Peneliti mengharapkan agar subjek bisa lebih meningkatkan rasa percaya dirinya dengan melakukan kegiatan sosial, karena dengan begitu subjek dapat melakukan banyak aktifitas dengan banyak orang dan dapat menimbulkan rasa percaya diri pada kehidupannya.
B. Saran yang berkaitan dengan para peneliti :
Selain itu, untuk para peneliti selanjutnya, agar kiranya dapat memperdalam lagi tentang kehidupan subjek dari awal pernikahan sampai mempunyai anak. Hal ini hanya sekilas saja dilakukan peneliti jika dari awal , karena keterbatasan waktu peneliti dalam mengolah data.
Untuk para pembaca atau peneliti selanjutnya, agar kiranya dapat melakukan penelitian tentang hal baru dalam penelitian ini, yaitu tentang gambaran dukungan sosial pada wanita yang mengalami baby blues syndrome namun tidak terselesaikan masalahnya sampai ia berusia lanjut.
Peneliti melakukan penelitian ini didaerah perkotaan, dan untuk para peneliti selanjutnya agar kiranya melakukan penelitian di pedesaan atau pelosok terpencil agar dapat mebedakan gambaran dukungan sosial pada wanita yang hdup di perkotaan ataupun di pedesaan dan tentunya yang mengalami baby blues syndrome.