BAB V KESIMPULAN DISKUSI DAN SARAN
5.1
Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Gambaran Perilaku seksual Perkembangan seksual seorang individu sebenarnya dapat dilihat semenjak masa remajanya. Banyak faktor lingkungan yang menjadi pencetus terjadinya penyimpangan seksual seperti paraphilia, khususnya pada kasus masokisme. Walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa banyak hal lain pula yang mendorong seseorang menjadi berperilaku masokisme. Perilaku masokisme ini bisa terjadi pada siapa pum, partner seks, pasangan suami isteri, pasangan homoseksual gay maupun lesbian. Perilaku masokisme juga ini juga tidak berasal dari golongan maupun kaum tertentu, ini bisa terjadi pada siapapun tanpa mengenal kasta, bisa saja orang dengan pendidikan yang tinggi, masyarakat kelas atas, kaum jetset, mahasiswa, pelajar atau bahkan anak jalanan sekalipun, tidak terbatas pada satu golongan tertentu.
115 http://digilib.mercubuana.ac.id/
116 Perilaku masokis ini pada umumnya tidak mau terbuka kepada orang lain, A dan B juga tidak menceritakan secara jelas bagaimana dirinya melakukan hubungan seksual dengan pasangannya, tidak kepada orang-orang terdekatnya dan bahkan nyaris tidak mungkin menceritakan kepada keluarga. Hal ini tidak mudah, karena kebanyakan orang akan menganggap ini adalah hal yang sangat aneh dan tidak wajar, serta akan menganggap ini melanggar aturan dalam masyarakat dan agama. Juga banyak dari sebagian orang justru tidak mengetahui penyimpang seks seperti paraphilia, khususnya masokisme. Ketika A dan B menceritakan perilaku seks yang tidak wajar ini umumnya mereka tidak benar-benar akan menceritakan kepada orang terdekat sekali pun, terkecuali mereka memiliki kesamaan dalam hal masokis atau mereka akan mengakuinya dalam sebuah candaan ringan saja tapi tidak bermaksud mengatakan dalam arti yang serius.
Tidak
banyak yang mengakuinya secara langsung. Pasangan seks A dan B sendiri pun biasanya juga tidak mengetahui ketika pertama kali berhubungan seksual, umumnya setelah beberapa kali melakukan hubungan seksual baru akan mengetahui dan baru bisa menyimpulkan sendiri, itu pun tidak akan menjadi topik dalam pembicaraan utama. Komunikasi A dan B biasanya terjadi ketika mereka berada dalam hubungan badan. Saat masing-masing sudah merasakan suatu kenikmatan, maka dengan sendirinya komunikasi mengenai keinginan-keinginan dalam
http://digilib.mercubuana.ac.id/
117 perilaku seksnya secara otomatis akan keluar secara spontan. Mereka baru akan saling memberikan perintah dan diwujudkan nyata dalam tindakan seks. Perilaku seks masokis A dan B juga tidak terlihat dalam tindakan sehari-hari, umumnya mereka sama seperti kebanyakan orang, mampu berbicara dan berkomunikasi dengan baik, bisa bekerja sama, dan mampu bersosialisi dengan lingkunganya, sehingga tidak ada terlihat keanehan dalam perilakunya. Sesungguhnya perilaku A dan B hanya terlihat pada saat berhubungan badan saja dan normal dalam kehidupan sehari-harinya. Perilaku A dan B tersebut biasanya lebih terjadi karena adanya keinginan, fantasi-fantasi dan variasi-variasi gaya yang lain dari biasanya, A dan B biasanya akan selalu mengeksplorasi dirinya agar terus mencoba hal-hal yang baru dan tidak monoton terhadap satu gerakan saja, berimprovisasi dalam seks. Sehingga pada akhirnya terjadilah perilaku yang tidak biasa dan kemudian menjadi terbiasa. A dan B mengalami pengalaman yang sama tentang seks, mereka sama-sama mengetahui seks dari film porno dan tayangan televisi. A pertama kali mendapatkan pengalaman seksnya karena sering menonton film dewasa Indonesia dan A menyukai salah film Hollywood yang dimana film tersebut banyak menampilkan adegan seks yang tidak mengalami sensor. Sedangkan B jauh lebih mengetahui seks semenjak ia duduk di bangku SD. Bersama teman-temannya B sering menonton film
http://digilib.mercubuana.ac.id/
118 porno dari berbagai jenis film, sehingga B lebih mengetahui lebih banyak. A sedikit lebih lama mengenal seks, semenjak A duduk dibangku SMP. A mulai menyukai lawan jenisnya saat SMA dan B mulai merasakan ketertarikan dengan lawan jenisnya ketika ia berada dibangku SMP A lebih banyak mengeksplor ketertarikan dirinya dengan lawan jenis hanya sebatas ciuman yang hot dan beberapa sentuhan dibagianbagian tubuhnya, sedangkan B lebih bersifat agresif, semenjak SMP ia sudah melakukan ciuman hot dan sentuhan-sentuhan dibagian tubuh. Mungkin karena B adalah seorang laki-laki dan lebih cepat bersikap agresif dalam melakukan sesuatu hal terutama seks, sementara A adalah seorang wanita dimana terkadang wanita cenderung lebih sering menerima sentuhannya. Subjek A mulai melakukan hubungan seksual saat ia duduk dibangku kuliah dengan pacarnya saat ia kuliah. Subjek pertama kali melakukan hubungan seksual dikamar kost sang kekasih, dimana pada saat itu mereka sudah merasa terbebas dari halang-halangan orang tua maupun orang lain, sehingga mereka dapat melakukannya. Sedangkan subjek B lebih cepat melakukan hubungan seksual saat mereka duduk di bangku SMA. Hubungan itu terjadi ketika orang tua B tidak berada dirumah, sehingga mereka melakukannya saat ada kesempatan baik dan dimanfaatkan dengan sempurna. Hubungan seks memang selalu terjadi ketika ada kesempatan yang memungkinkan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
119 Dari sekian banyak faktor yang sudah disebutkan, memang faktor lingkungan dapat memberikan dampak yang cukup signifikan bagi A dan B. Mereka dengan cepat menyerap apapun yang dilihat dan dengan cepat menyimpan ke dalam memori sehingga mampu mempraktekkan dan terkadang terjadi disaat yang tidak tepat. Terlalu dininya pengetahuan seks bagi A dan B bisa juga memberikan dampak yang baik maupun buruk. Yang baik adalah jika A dan B dapat mencegah hal-hal yang tidak diingikan karena mendapatkan pengetahuan seks yang baik dan benar, yang buruknya adalah ketika A dan B tidak tahu tentang pengetahuan seks tersebut dan langsung termotivasi untuk melakukannya, sehingga sangat penting untuk memberikan pendidikan seks tepat pada waktunya.
2. Gambaran Perilaku Masokis Kecenderungan perilaku masokisme A dan B adalah dengan mendapatkan kesenangan seksual karena disiksa atau didominasi. Bisa terjadi karena khayalan yang merangsang secara seksual, atau dorongan seksual itu sendiri, dan bisa dengan perilaku yang berulang-ulang dan kuat berupa tindakan (nyata atau distimulasi) bisa dengan dihina, diikat, atau hal lain yang membuat menderita namun dapat merasakan kenikmatan dalam penderitaan tersebut.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
120 Khayalan atau perilaku yang merangsang seksual yang dilakukan A dan B secara berulang-ulang dan sangat kuat, yang melibatkan obyek tertentu misalnya, bahan kulit atau karet maupun yang mengandung unsur logam menimbulkan penderitaan dan nyeri pada dirinya. A dan B melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang saling menginginkan sehingga dianggap tidak berbahaya, walaupun jika dalam aktivitas yang menyebabkan sakit berlebihan pun akan menjadikan suatu bahaya juga. Namun A dan B tidak melakukannya dengan pasangan yang tidak saling menginginkan jadi tidak ada kejahatan dalam hal ini. Kecenderungan seksual masokis yang timbul pada A dan B terjadi pada masa remaja, dan sekali muncul, biasanya akan terus menetap seumur hidup. 3. Gambaran Kepuasan Seksual dalam Perilaku Masokis Ketika berbicara mengenai kepuasan seksual, maka tujuan dan keberhasilan dari hubungan seksual adalah mencapai sebuah orgasme bagi kedua belah pihak, sama halnya dengan A dan B yang selalu ingin mendapatkan orgasme dalam aktivitas seksnya. Yang membedakan hanya cara mencapai orgasme tersebut, ketika pasangan yang normal mencapai orgasme hanya dengan cukup pada gaya dan variasi tertentu, maka untuk A dan B akan mendapatkan orgasme ketika mereka mendapatkan perlakuan yang kasar. Seperti merasa di puji dan ada perasaan pasrah di dalamnya, jika diberikan perlakuan yang kasar dan tidak memberikan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
121 perlawanan justru A dan B akan merasa lebih menikmatinya, dan kepuasannya menjadi terpenuhi. 4. Batasan-Batasan Seksual Masokis Dalam hubungan seksual selalu melibatkan dua orang, dan setiap hubungan juga ada komunikasi didalamnya. Subjek A dan B dalam hal ini juga menerapkan batasan-batasan seksual yang mereka inginkan masingmasing dalam melakukan hubungan seksual masokisnya. Faktor komunikasi juga cukup penting dalam hubungan seksual masokisme, bagi mereka yang melakukan hal tersebut umumnya mereka sangat mengetahui resiko-resiko yang akan didapatnya, selain rasa sakit, mungkin juga akan menimbulkan luka-luka maupun memar pada tubuhnya, sehingga disinilah peran komunikasi menjadi sangat penting. A dan B tetap saling berkomitmen dalam batasan-batasan yang mereka inginkan. Peran-peran yang di mainkan A dan B akan dilakukan dalam aktivitas seksual sehingga mereka tetap harus saling memberikan arahan mana yang harus dilakukan, dan dalam batas yang seperti apa untuk memberikan rasa sakitnya terutama A, ia sangat memperhatikan hal tersebut, sehingga apa yang sudah diberikan tidak menjadi konsekuensi tapi sebagai suatu kenikmatan. Semua perilaku seks sebenarnya agak egois dan A adalah orang yang egois dalam seks masokis ini, masingmasing ingin mendapatkan rangsangan dan kepuasan sendiri-sendiri,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
122 namun karena ke egoisan, terkadang seks tidak berjalan dengan baik seperti yang pernah dialami oleh A, yang menyebabkan lepas kendali dan merugikan, sehingga penting untuk msaling megetahui apa yang harus dilakukan dan tidak dilakukan untuk mengurangi hal-hal
yang
membahayakan tadi..
5.2
Diskusi Pada penelitian ini terdapat beberapa hal yang dapat didiskusikan, antara lain : •
Pada penelitian ini bisa saja dipersepsikan menjadi suatu hal yang positif maupun negatif. Untuk hal yang positif ini akan menjadi sarana dan menjadi sumber informasi yang baik untuk mengetahui lebih jelas dan detail tentang perilaku seks masokis itu sendiri. Sedangkan efek negatifnya adalah jika pembaca yang tidak mengetahui informasi sebelumnya mengenai perilaku tersebut, maka pembaca akan menganggap ini adalah sebagai sarana untuk mencoba-coba dan memberikan inspirasi bagi fantasi seksnya, sehingga penting untuk memberikan informasi terlebih dahulu sebelum membaca, dan memberikan batasan umur tertentu kepada pembaca.
•
Bagi remaja yang belum mengetahui banyak informasi tentang seks, ini juga bisa menjadi referensi agar remaja lebih bisa memutuskan kapan saat yang terbaik untuk mengetahui tentang seks dan tahu bagaimana seks
http://digilib.mercubuana.ac.id/
123 yang baik dan tidak, normal maupun tidak normal serta mengetahui dengan jelas konsekuensi didalamnya dan akan berpengaruh pada pengambilan keputusan seks itu sendiri. •
Manusia dalam hidupnya memerlukan orang lain dan berproses hingga menemukan
cinta
baik
dengan
pasangan
homoseksual
maupun
heteroseksual. Dalam penelitian ini, dengan adanya cinta maka timbul keintiman, gairah dan komitmen. Pada saat inilah seks hadir karena adanya komitmen dan rasa ingin memiliki serta tanggung jawab di dalamnya.
5.3
Saran Saran Teoritis Saran teoritis yang diajukan peneliti untuk penelitian selanjutnya antara lain: 1) dapat memberikan sebuah kuesioner terlebih dahulu mengenai perilaku seksual menyimpang dan khususnya masokisme kepada subjek, agar subjek yang diwawancara benar-benar telah sesuai dengan keinginan peneliti dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik dan detail.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
124 Saran Praktis Bagi
penelitian
selanjutnya
dapat
ditinjau
perilaku
seksual
menyimpang masokis dalam sudut pandang psikologi seksual, peneliti disarankan untuk melakukan penelitian lintas budaya, karena konstruksi yang terbentuk di negara-negara timur dan barat tentunya berbeda. Kemudian meninjau kembali dalam sudut pandangnya pada psikologi kriminal. Selain itu dapat juga dilakukan perbandingan perilaku seksual menyimpang atara laki-laki dan perempuan, agar terlihat perbedaan dalam cara pandangnya, namun yang paling penting adalah melakukan penelitian berkelanjutan untuk mengatasi masalah perilaku masokis tersebut secara klinis dan bagaimana langkah-langkah untuk menanggulangi gangguan tersebut serta langkah-langkah hukum bagi korban yang dirugikan dapat diambil dengan teori yang telah diusulkan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/