BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1
Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan kecemasan siswa yang menghadapi ujian nasional pada siswa SMAN 1 Makale di Tana Toraja dengan siswa SMAN 3 Setiabudi di DKI Jakarta. Hasil yang di peroleh pada penelitian ini diolah menggunakan cara dengan SPSS, data yang diperoleh dari kuesioner yang disebarkan oleh peneliti kepada subjek penelitian yaitu 120 siswa – siswi SMAN 1 Makale di Tana Toraja dengan 120 siswa – siswi SMAN 3 Setiabudi di DKI Jakarta. Peneliti melakukan uji coba alat ukur kecemasan dan mendapatkan nilai reliabilitas sebesar 0.946 sedangkan untuk validitasnya adalah 0.226 – 0.542. Kemudian berdasarkan hasil yang diperoleh dari uji hipotesis yang menggunakan Independent Sample T-Test, maka diperoleh hasil bahwa ada perbedaan signifikan antara kecemasan siswa dalam menghadapi ujian nasional antara siswa SMAN 1 Makale di Tana Toraja dengan siswa SMAN 3 Setiabudi di DKI Jakarta. Nilai signifikan yang diperoleh adalah 0.671 dimana jika nilai signifikansi > 0.05 maka hipotesis diterima, yaitu menunjukan bahwa adanya perbedaan kecemasan yang signifikan diantara kedua siswa – siswi di sekolah tersebut. Jadi kecemasan di kedua sekolah itu berbeda dengan kecemasan pada siswa di SMAN 1 Makale Tana Toraja lebih tinggi dengan nilai rata – rata kecemasannya adalah 20.30 sedangkan untuk nilai kecemasan siswa di SMAN 3 Setiabudi di DKI Jakarta adalah 19.60. Dari hasil penelitian dengan 240 subjek ini, didapat hasil bahwa siswa kelas XII SMAN 1 Makale dan siswa kelas XII SMAN 3 Setiabudi dalam penelitian ini memiliki kecemasan dalam menghadapi ujian nasional dengan kategori sedang. Peneliti juga menambahkan analisa tambahan dengan melakukan uji One Way Anova unuk melihat perbedaan kecemasan berdasarkan perbedaan usia dengan nilai rata – rata untuk umur 16 tahun adalah 20.96, umur 17 tahun 20.20 dan umur 18 tahun 19.00, serta juga melakukan uji Independent Sample T- Test untuk melihat perbedaan kecemasan berdasarkan perbedaan jenis
41
42
kelamin dengan nilai rata – rata untuk jenis kelamin perempuan adalah 20.09 dan untuk jenis kelamin laki – laki adalah 19.80 serta untuk perbedaan program kelas dengan nilai rata – rata untuk program kelas IPA adalah 18.47 dan program kelas IPS adalah 21.43. Maka hasil dari uji tersebut adalah didapat bahwa tidak adanya perbedaan yang signifikan pada kecemasan dalam menghadapi ujian nasional berdasarkan usia, jenis kelamin dan program kelas.
5.2
Diskusi Berlandaskan dari hasil uji hipotesis yang dilakukan, maka telah diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan kecemasan siswa menghadapi ujian nasional pada siswa SMAN 1 Makale Tana Toraja dengan siswa SMAN 3 Setiabudi DKI Jakarta. Hasil uji hipotesis yang menggunakan Independent Simple T-Test tersebut memiliki nilai signifikansi sebesar 0.671 yang menyatakan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. Pada penelitian ini menunjukan hasil yang menyatakan bahwa sebagian besar reponden mengalami kecemasan sedang yang memiliki nilai tingkatan sebesar 16 – 24 dengan persentase sebesar 56.3 % dimana sebanyak 135 responden dari total 240 responden. Hal ini menunjukan bahwa ujian nasional yang merupakan salah satu penentu syarat kelulusan siswa dapat menimbulkan perasaan cemas pada diri siswa. Dengan pengertian bahwa kecemasan adalah perasaan yang sifatnya umum, dimana seseorang merasa ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri yang tidak jelas asal maupun wujudnya (Wiramihardja, 2005). Sehubungan dengan pengertian itu, maka siswa yang sedang menghadapi ujian nasional mengalami kecemasan yang muncul dari ketidakpercayaan diri mereka yang akan berdampak menjadi ketakutan yang berlebihan. Di mana ketakutan tersebut bisa menjadi beban dan membuat para siswa yang akan menghadapi ujian nasional menjadi tertekan. Saat ini masih sangat kurang pemerataan dan perhatian dari pemerintah dalam hal layanan pendidikan bagi anak – anak yang berada di daerah luar kota besar atau dapat disebut diluar dari pulau jawa. Jika di kota masyarakatnya adalah orang – orang berkualitas yang mempunyai pola pikir sudah maju kedepan. Sementara mereka yang hidup di pedalaman dimana fasilitas hidup
43
masih dari alam, maka pola pendidikan dan pembelajaran jauh berbeda dari saudara – saudaranya yang lain. Bahwa tingkat kualitas dan kemampuan masyarakat memang sangat menentukan keberhasilan proses pendidikan dan pembelajaran yang diterapkan. Maka mengingat kualitas pendidikan nasional yang belum merata di seluruh Indonesia. Rasanya tidak adil jika suatu sistem pendidikan dengan standar kualitas yang berbeda harus distandarisasi dengan cara yang sama, yaitu dengan ujian nasional (Wisesa, 2014). Berlandaskan penjelasan akan perbedaan kualitas pendidikan di kota dengan di desa, menyebabkan munculnya kecemasan seperti menjadi gelisah ketika sesuatu tidak sesuai dengan harapan, sering mengalami kesulitan bernafas, sakit perut, keringat berlebihan, merasa takut pada banyak hal, sulit tidur pada malam hari, jantung berdebar – debar, mengalami mimpi buruk, sulit berkonsentrasi, selalu merasa sendiri, mudah marah dan tersinggung. (Taylor dalam McDowell, 2006). Hasil dalam penelitian ini mengindikasikan bahwa perbedaan kecemasan siswa menghadapi ujian nasional pada siswa SMAN 1 Makale Tana Toraja dengan siswa SMAN 3 Setiabudi DKI Jakarta berada ditingkat sedang. Jika dilihat perbedaanya untuk kecemasan di SMAN 1 Makale Tana Toraja berada di tingkat sedang dengan persentase 59.2 % yang memiliki jumlah responden sebanyak 71 siswa dari 120 siswa. Sedangkan untuk kecemasan di SMAN 3 Setiabudi DKI Jakarta di tingkat sedang dengan persentase 53.3 % yang jumlah respondennya 64 siswa dari keseluruhan 120 siswa. Dengan demikian bisa dinyatakan bahwa perbedaan daerah menimbulkan kecemasan yang berbeda dimana untuk siswa SMAN 3 Setiabudi memandang kecemasan dalam menghadapi ujian nasional adalah hal yang akan bisa mereka selesaikan dengan cara menggunakan peran dari orang tuanya berbeda hal dengan siswa SMAN 1 Makale yang memandang ujian nasional adalah tanggung jawab mereka sebagai siswa sekolah hingga menyebabkan kecemasan pada mereka lebih tinggi dibandingkan dengan siswa SMAN 3 Setiabudi. Perbedaan tingkat fasilitas dan lingkungan di perkotaan dengan di pedesaan mempengaruhi perbedaan tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi ujian nasional. Karena kelengkapan dan praktek langsung pada siswa SMAN 3 Setiabudi menyebabkan mereka tidak terlalu mengkhawatirkan ujian berbeda untuk siswa SMAN 1 Makale yang
44
memiliki kegiatan praktek tidak banyak karena fasilitas dan alat kegiatan belajar yang kurang lengkap, Menyebabkan mereka merasa kurang yakin nanti ketika menghadapi ujian nasional dan menjadi lebih cemas dibandingkan dengan siswa SMAN 3 Setiabudi. Responden dalam penelitian ini berjumlah 240 siswa, 120 siswa dari SMAN 1 Makale Tana Toraja dan 120 siswa dari SMAN 3 Setiabudi DKI Jakarta. Didominasi oleh responden yang berusia 17 tahun dengan persentase 70.4 % yang berjumlah 169 siswa dari 240 siswa. Serta lebih banyak responden perempuan dengan persentase 52.5 % yang berjumlah 126 siswa. Responden yang berada pada rentang usia 16, 17 dan 18 tahun berada dalam fase remaja, dimana remaja merupakan masa strom and stress, atau masa up and down (Santrock, 2003). Maka di masa remaja ini, jika mereka berhadapan dengan suatu permasalahan yang menghambat mereka didalam suatu bidang tertentu akan menyebabkan remaja tersebut mengalami kecemasan. Sebagai analisa tambahan di dalam penelitian ini, berdasarkan hasil uji Independent Sample T-Test ditemukan tidak adanya perbedaan antara subjek dengan jenis kelamin laki – laki dengan jenis kelamin perempuan terhadap skor kecemasan. Begitupula dari segi program kelas IPA dan IPS, tidak adanya perbedaan dalam skor kecemasan. Selain dari program kelas dan jenis kelamin, maka dari segi usia yang diuji menggunakan uji One Way Anova juga tidak terdapat perbedaan terhadap skor kecemasan. Maka dapat dijelaskan bahwa tidak adanya pengaruh perbedaan jenis kelamin, program kelas dan usia terhadap kecemasan siswa dalam menghadapi ujian melainkan fasilitas dan lingkungan sekolah mempengaruhi skor kecemasan siswa dalam menghadapi ujian nasional
5.3
Saran Saran yang dapat peneliti berikan terkait dengan penelitian ini adalah: 1. Bagi siswa : Untuk siswa – siswi yang akan menghadapi ujian nasional diharapkan untuk tenang dengan cara berfikir positif, optimis, belajar yang giat serta menjaga kepercayaan diri bahwa yakin pasti akan lulus dengan nilai yang
45
memuaskan. Serta menanamkan dalam diri bahwa ujian ini berguna untuk diri kita di masa depan nanti dan percaya bahwa ujian nasional ini adalah hasil pembelajaran mereka dan kewajiban sebagai siswa karena dari awal masuk sekolah sudah tahu bahwa akan menghadapi ujian nasional di akhir jenjang nanti, maka siswa juga sudah mempersiapkan dari jauh hari akan hal ini. Jauhi perasaan cemas yang berlebihan dengan berfikir bahwa ujian nasional ini akan berjalan baik dengan cara yakin dengan kemampuan diri sendiri dan giat belajar. Diharapkan juga siswa untuk menjaga kesehatan badannya.
2. Bagi Orang tua dan Guru : Dari hasil penelitian ini, diharapkan untuk orang tua serta guru untuk berperan aktif dalam mendukung siswa dalam menghadai ujian nasional. Diharapkan untuk memberikan pengarahan yang dapat menyemangati dan membangun rasa percaya diri siswa serta rasa semangat untuk belajar dengan giat untuk mengurangi rasa cemas siswa yang akan menghadapi ujian nasional. Guru dan orang tua juga berperan untuk memberikan penjelasan kepada siswa bahwa ujian nasional bukan lah hal yang harus mereka takuti untuk dihadapi melainkan ujian nasional adalah suatu hal untuk melangkah maju kedepan dan ketingkatan lebih tinggi dalam dunia pendidikan yang harus mereka lewati dengan rasa percaya diri. Serta untuk guru dan orang tua juga harus sudah mengingatkan siswa dari awal mereka masuk ke jenjang SMAN ini yaitu pada saat kelas X bahwa mereka akan menghadapi ujian nasional nanti pada kelas XII, maka disini juga peran guru dan orang tua untuk mengingatkan dan mempersiapkan anak dari awal untuk mengurangi kecemasan siswa dalam menghadapi ujian nasional nanti dengan cara tidak ditekan dengan tanggung jawab yang berlebihan.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya : Peneliti sebelum menentukan topik yang akan diambil tentang ujian nasional diharapkan untuk mmpersiapkan lebih matang dengan mencari tahu kapan ujian nasional akan berlangsung dengan harapan agar peneliti tidak terburu –
46
buru dalam mempersiapkan surat izin untuk instansi terkait, pembuatan alat ukur, dan peneliti dapat langsung melakukan penyebaran kuesioner . Diharapkan peneliti dapat melakukan observasi lebih mendalam kepada siswa serta peneliti juga dapat melakukan wawancar dengan banyak subjek.