54
5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan dan diskusi yang dapat diambil dari penelitian ini, serta saran-saran yang dapat diberikan berkenaan dengan penelitian ini.
5.1. Kesimpulan Dalam menjawab masalah penelitian diperoleh kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut: 1. Tidak terdapat perbedaan sikap terhadap Perdupma antara mahasiswa dengan prestasi akademik rendah dan mahasiswa dengan prestasi akademik tinggi di Sekolah Tinggi Sandi Negara. 2. Terdapat perbedaan sikap terhadap Perdupma antara mahasiswa yang tingkat I dan mahasiswa tingkat II. 3. Tidak terdapat perbedaan sikap terhadap Perdupma antara mahasiswa lakilaki dan mahasiswa perempuan.
5.2. Diskusi Diskusi yang dapat diangkat dalam penelitian ini bisa berkembang luas. Namun peneliti hanya mengangkat hal-hal yang peneliti nilai menarik untuk didiskusikan. Gambaran perbedaan sikap terhadap Perdupma dilihat dari jumlah subyek adalah bahwa mahasiswa yang memiliki sikap positif terhadap Perdupma lebih banyak dari mahasiswa yang memiliki sikap negatif. Hal ini membuktikan bahwa mahasiswa masih menganggap Perdupma sebagai aturan yang layak dipatuhi selama mereka mengikuti pendidikan. Hawkins dkk (1986) menyebutkan, sikap adalah pengorganisasian secara ajeg dan bertahan (enduring) atas motif, keadaan emosional, persepsi dan proses-proses kognitif untuk memberikan respon terhadap dunia luar. Motif, keadaan emosional, persepsi dan proses kognitif mahasiswa
Universitas Indonesia Gambaran konsep diri...Inri Apsari, FPsi UI, 2009
55
tentang Perdupma diperoleh dari hasil interaksi dan pengalaman mereka dalam menjalankan Perdupma. Pengalaman negatif dalam persepsi mereka yang diorganisasikan secara ajeg dan bertahan akan menumbuhkan sikap tidak setuju terhadap Perdupma, sedangkan mahasiswa yang tidak penah atau tidak ajeg memiliki pengalaman negatif dalam persepsi mereka dalam menjalankan Perdupma maka cenderung memiliki kesetujuan terhadap Perdupma. Predisposisi atau pengorganisasian secara ajeg dan bertahan atas serangkaian faktor psikologis tersebut membutuhkan jangka waktu, yang dapat membedakan sikap antara kelompok mahasiswa tertentu dengan kelompok mahasiswa lain. Mahasiswa tingkat II (di Sekolah Tinggi Ilmu Statistik) lebih cenderung memiliki sikap negatif terhadap peraturan dibandingkan dengan mahasiswa tingkat I (Rival, 2006). Sekolah Tinggi Ilmu Statistik yang notabene perguruan tinggi kedinasan juga terjadi di Sekolah Tinggi Sandi Negara, menunjukkan bahwa mahasiswa tingkat II cenderung memiliki sikap negatif terhadap Perdupma dibandingkan dengan mahasiswa tingkat I. Tk.I masih memasuki masa transisi dari lingkungan sekolah menengah menuju perguruan tinggi kedinasan dengan tingkat kedisiplinan yang bersifat semi militer, sehingga ruang gerak berperilaku ketika di lingkungan sekolah yang lebih bebas dibatasi ketika berada di lingkungan kampus yang baru. Jika dihubungkan dengan hasil penelitian maka akan terkesan kontradiktif, mahasiswa tingkat I seharusnya lebih memiliki kecenderungan bersikap negatif dibandingkan tingkat II, karena tingkat I memiliki masa transisi yang lebih singkat dibanding tingkat II sehingga kurang waktu untuk beradaptasi. Hal ini bisa disebabkan mahasiswa tingkat I memiliki ketakutan lebih besar dibandingkan tingkat II jika mendapat hukuman dari Satuan Pengasuhan, karena mahasiswa tingkat I merasa baru menjadi bagian mahasiswa dan belum banyak mengenal kondisi lingkungan kampus yang baru termasuk mengenal pamong dan untuk mendapatkan rasa ‘aman’ maka mereka lebih memilih untuk patuh terhadap Perdupma, sedangkan bagi tingkat II sudah lebih mengenal kondisi lingkungan kampus melalui pengalaman yang dimiliki dalam periode sekitar 3 semester sehingga dapat mencari ‘celah’ untuk dapat terhindar dari hukuman ketika melanggar Perdupma.
Universitas Indonesia Gambaran konsep diri...Inri Apsari, FPsi UI, 2009
56
Hal yang kontradiktif ini dapat juga terjadi karena mahasiswa tingkat I merupakan angkatan paling junior, dimana pengawas Perdupma bagi mereka bukan hanya Satuan Asuh tapi juga angkatan senior mereka sehingga walaupun sebenarnya mereka merasa lebih terkekang dibandingkan tingkat II, mereka memiliki keyakinan bahwa ketidaksetujuan terhadap Perdupma hanya akan menghambat keberhasilan studi mereka, maka untuk bisa bertahan mengikuti pendidikan salah satunya adalah dengan mematuhi semua peraturan, untuk patuh terhadap peraturan maka mereka harus meyakinkan diri untuk menyukai peraturan tersebut. Bagi mahasiswa tingkat II, mereka sudah merasa memiliki keberanian untuk mengungkapkan pemikiran dan sikap mereka terhadap Perdupma karena sudah memiliki junior. Perbedaan sikap terhadap Perdupma tidak menyebabkan perbedaan tinggi rendahnya prestasi akademik, hal ini bukan berarti menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara sikap terhadap Perdupma dengan prestasi akademik, tapi hal ini bisa terjadi karena sikap terhadap Perdupma bukan satu-satunya faktor yang ikut mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi akademik mahasiswa, melainkan terdapat faktor-faktor lain (internal dan eksternal) sebagaimana telah diuraikan dalam bab-bab sebelumnya, juga berhubungan dengan tinggi rendahnya pencapaian prestasi akademik mahasiswa. Teori tentang pembentukan sikap yang dikemukakan oleh Baron & Byrne (2003) disebutkan bahwa sikap dapat dibentuk melalui pembelajaran sosial yang dibagi atas pembelajaran berdasarkan pertahanan terhadap pandangan yang benar (instrumental conditioning). Dalam proses pembelajaran ini mahasiswa baik tingkat I maupun tingkat II memiliki respon positif atau negatif terhadap Perdupma. Perilaku taat terhadap Perdupma biasanya atau hampir selalu tidak diikuti pemberian penghargaan, maka perilaku taat ini sulit untuk diperkuat. Sebaliknya, perilaku tidak taat yang selalu diikuti dengan hukuman akan semakin berkurang karena ketakutan yang besar jika mendapat hukuman. Proses selanjutnya dalam pembelajaran sosial yaitu pembelajaran berdasarkan hasil observasi (observational learning). Bentuk dasar belajar lainnya dimana individu mempelajari tingkah laku atau pemikiran baru melalui observasi
Universitas Indonesia Gambaran konsep diri...Inri Apsari, FPsi UI, 2009
57
terhadap orang lain (Bandura, 2007). Subyek mengobservasi langsung perilaku mahasiswa lain terhadap Perdupma baik rekan satu angkatan maupun rekan di angkatan berbeda (senior atau junior mereka). Perilaku tidak patuh ataupun patuh yang dilakukan oleh mahasiswa lain yang diobservasi bisa mempengaruhi pembentukan sikap subyek terhadap Perdupma ke arah positif ataupun negatif. Proses pembelajaran sosial lainnya adalah pembelajaran berdasarkan perbandingan sosial (social comparison). Dalam proses pembentukan sikap ini subyek membandingkan dirinya dengan mahasiswa lain untuk menentukan apakah pandangannya terhadap kenyataan yang terjadi diantara sesama mahasiswa benar atau salah. Ketika subyek menganggap bahwa pandangannya tentang Perdupma sependapat dengan mahasiswa lain, mereka akan menganggap bahwa sikap subyek sudah tepat. Sementara jika mahasiswa lain memiliki sikap atau pendapat yang sama dengan subyek, maka subyek menganggap bahwa pandangan itu pasti benar. Proses ini sering kali mengubah sikap subyek dengan sikap yang hampir mendekati sikap mahasiswa lain terhadap Perdupma.
5.3. Saran Berikut beberapa saran yang dapat diberikan pada penelitian ini karena terdapat beberapa hal yang mungkin dapat dilakukan kajian lebih mendalam sehingga dapat bermanfaat bagi peneliti lain yang meneliti hal serupa atau sebagai titik tolak bagi pengembangan penelitian selanjutnya. 1. Item-item pernyataan kuesioner dalam penelitian ini kurang menggali permasalahan penelitian walaupun tingkat validitas dan reabilitasnya baik (memenuhi syarat). 2. Tidak adanya kontrol terhadap variabel-variabel yang dapat dianggap sebagai variabel-variabel sekunder yang dimungkinkan juga ikut mempengaruhi adanya perbedaan prestasi akademik. 3. Terbatasnya jumlah subyek yang benar-benar dapat mewakili karakteristik subyek yang diinginkan dan mewakili keseluruhan populasi mahasiswa di Sekolah Tinggi Sandi Negara pada khususnya dan populasi mahasiswa perguruan tinggi kedinasan pada umumnya.
Universitas Indonesia Gambaran konsep diri...Inri Apsari, FPsi UI, 2009
58
4. Hasil penelitian yang diharapkan dapat merepresentasikan mahasiswa perguruan tinggi kedinasan belum tercapai, karena PTK yang dijadikan sampel dalam penelitian ini hanya satu. Diharapkan topik penelitian yang sama dapat dilakukan di PTK dengan karakteristik hampir sama dengan STSN, seperti Akademi Ilmu Pemasyarakatn, Sekolah Tinggi Perikanan, Institut Ilmu Pemerintahan (dulu STPDN), dan lain-lain.
Beberapa saran praktis yang dapat diberikan kepada mahasiswa dan bagian penyelenggara pendidikan, antara lain: 1. Mahasiswa hendaknya bersikap arif dalam melaksanakan Perdupma, walaupun positif ataupun negatif sikap mahasiswa terhadap Perdupma tidak pasti menentukan bagaimana tingkat prestasi akademik mereka. 2. Melihat sikap yang positif dan sikap negatif dari 75 mahasiswa yang telah melaksanakan Perdupma dalam kurun waktu 1 sampai 2 semester, pihak penyelenggara sebaiknya dapat memperhatikan bagian-bagian mana dalam Perdupma yang akan mendukung keberhasilan siswa dalam bidang akademik dan bagian mana dalam Perdupma yang justru akan menghambat. 3. Satuan Asuh sebagai pengawas pelaksanaan Perdupma sebaiknya dapat menindak tegas dan konsisten terhadap pelanggaran yang dilakukan mahasiswa, karena berdasarkan observasi peneliti diketahui bahwa setiap pamong berbeda-beda dalam memberikan hukuman kepada mahasiswa yang melanggar. Ada pamong yang bersikap keras namun ada pula pamong yang bersikap permisif dan mudah memaklumi pelanggaran yang dilakukan mahasiswa. 4. Perdupma sebagai acuan yang dapat memudahkan mahasiswa bukan menambah beban psikologis bagi mahasiswa mengingat tuntutan akademik yang cukup membebani mahasiswa secara psikologis juga. 5. Sosialisasi Perdupma kepada mahasiswa perlu dilakukan agar mahasiswa memahami hal mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan,
Universitas Indonesia Gambaran konsep diri...Inri Apsari, FPsi UI, 2009
59
dan jika ada aturan yang tidak atau kurang berkenan bagi mahasiswa sebaiknya pihak penyelenggara dapat mengakomodirnya.
Universitas Indonesia Gambaran konsep diri...Inri Apsari, FPsi UI, 2009