BAB V ANALISIS HASIL DESAIN GUIDEWAY
5.1
UMUM
Pada bab sebelumnya telah dilakukan proses permodelan terhadap kedua sistem bentang, baik bentang sederhana maupun bentang menerus terintegral. Hasil yang didapatkan pada kedua bentang tersebut memberikan keuntungan dan kerugian tersendiri. Keuntungan dan kerugian setiap sistem bentang itu sendiri juga tergantung dari sisi mana kita meninjaunya. Apakah dari sistem struktur, volume pekerjaan, metode pelaksanaan, atau estimasi biaya. Hasil yang sangat bervariasi ini disebabkan adanya perbedaan permodelan yang mengakibatkan perlunya berbagai perlakuan khusus pada setiap sistem bentang yang secara tidak langsung mempengaruhi hasil akhir desain. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu kajian yang menyeluruh dari hasil akhir desain yang meninjau dari beberapa faktor yang berpengaruh tersebut. Pada tahap ini kedua sistem struktur akan dibandingkan dan dianalisa dengan seluruh beban yang sama sesuai dengan desain kriteria. Kedua sistem struktur akan ditinjau untuk bentang yang lurus, 4 bentang sederhana dengan dua girder untuk setiap bentang, single pier dengan kebutuhan elevasi setinggi 8 m, dan pondasi diasumsikan cukup kuat dan kaku untuk memikul seluruh beban yang dipikul sistem struktur. Dari permodelan tersebut dilakukan analisa beberapa aspek yang berpengaruh dalam menentukan suatu sistem struktur yang dianggap paling ekonomis untuk monorel jakarta.
5.2
ASPEK STRUKTUR
Sebelumnya telah disampaikan bahwa adanya perbedaan permodelan sistem struktur akan menyebabkan perlakuan yang berbeda-beda untuk setiap sistemnya. Hal tersebut mempengaruhi keseluruhan gaya dalam yang dipikul oleh sistem struktur dan pada akhirnya memunculkan perbedaan yang cukup signifikan pada hasil desain struktur. Tinjauan aspek struktur ini memperlihatkan keseluruhan perilaku dan pengaruh tersebut dari segi struktur. Berikut ini merupakan hasil akhir dari desain untuk kedua sistem bentang :
Kajian Comparatif Sistem Struktur Guideway
V-1
Laporan Tugas Akhir
Tabel V-1 Tabel hasil akhir kedua bentang Elemen Struktur dan Hasil yang Dikaji Girder Gaya dalam Mu max Vu max Dimensi Volume Pengecoran Tendon Prategang Tulangan Tarik Sengkang Torsi Daerah Pengangkuran Pelat Angkur Sengkang Tulangan Spalling Tulangan Spiral
Bentang Sederhana
7D25 D13-350 4D16
506 ton.m 187 ton 800 x 2000 mm 49 m³ 28 low relaxation Φ15.2 mm (span tendon ) 18 low relaxation Φ15.2 mm (continue tendon ) 6D25 D13-350 4D16
300 x 300 mm 8D13-300 5D13-200 D13-60
300 x 300 mm 6D13-400 4D13-250 D13-100
1181 ton.m 186 ton 800 x 2000 mm 48 m³ 53 low relaxation Φ15.2 mm
Pier Gaya dalam Pu max Mu max Vu max Dimensi Jenis Jumlah Pier Volume Pengecoran Tulangan Vertikal Sengkang & Confinement Arah-X Arah-Y
Pierhead Gaya dalam Mu max Vu max Dimensi Volume Pengecoran Tulangan Tarik & Tekan Atas Bawah Sengkang
Sistem Bentang Bentang Menerus Terintegral
Eksterior
Interior
810 ton 346 ton.m (arah-y) 129 ton 1600 x 1200 mm Single Pier 5 5 @15.36 m³ = 76.8 m³ 48D25
203 ton 512 ton.m 80.5 ton 1000 x 1200 mm Double Pier 2 2x2 @9.6 m³ = 38.4 m³ 40D25
704 ton 530 ton.m 133 ton 1600 x 1200 mm Single Pier 3 3 @15.36 m³ = 46.1 m³ 64D25
10D13-100 at support 6D13-300 at mid 7D13-100 at support 5D13-300 at mid
6D13-100 at support 4D13-300 at mid 7D13-100 at support 5D13-300 at mid
10D13-100 at support 6D13-300 at mid 7D13-100 at support 5D13-300 at mid
Eksterior
Interior
761 ton.m 408 ton 1600 x 1500 mm 5 @11.2 m³ = 56 m³ 27D25 14D25 4D13-100
229.9 ton.m 735 ton.m 116.7 ton 400.1 ton 1600 x 1500 mm (5+2) @11.2 m³ = 78.4 m³ 9D25 3D25
29D25 9D25
Bearing Dimensi Tebal Total Kebutuhan
350 x 500 mm 128 mm 16 buah
350 x 500 mm 128 mm 4 buah
Diafragma Dimensi Tulangan Tarik
600 X 400 mm 7D13
-
10 buah
4 buah
Ekspansion Joint Total Kebutuhan
Dari hasil tersebut diketahui bahwa desain girder untuk sistem bentang menerus terintegral membutuhkan jumlah tendon yang relatif lebih sedikit dibandingkan dengan sistem bentang sederhana untuk dimensi penampang yang sama. Begitu juga untuk seluruh Kajian Komparatif Sistem Struktur Guideway
V-2
Laporan Tugas Akhir
kebutuhan tulangan dan daerah pengangkuran. Hal ini disebabkan pada sistem bentang menerus seluruh beban yang dipikul oleh girder dipikul secara bersama-sama oleh beberapa girder, sehingga momen ultimate yang dihasilkan pada tengah bentang menjadi jauh lebih kecil dibandingkan sistem bentang sederhana. Jumlah tendon prategang pada span tendon sendiri sebenarnya masih dapat direduksi jika girder didesain hollow seperti desain pada monorel Jakarta saat ini, karena pada akhir desain diketahui bahwa kapasitas yang dimiliki girder masih cukup besar yang sebagian besar diberikan dari kapasitas penampang beton. Apabila girder didesain hollow maka berat sendiri girder dapat direduksi dan secara tidak langsung akan mengurangi jumlah span tendon yang memang diperuntukkan untuk memikul beban mati girder. Pada sistem bentang sederhana girder membutuhkan perangkat tambahan seperti diafragma untuk mengurangi terjadinya momen guling pada girder. Berbeda dengan sistem menerus terintegral yang sudah menyatu menjadi satu kesatuan portal. Pada bentang sederhana, tanpa adanya diafragma tahanan guling yang dimiliki oleh girder hanya diberikan oleh berat sendiri girder dan beban kereta. Dengan menggunakan diaframa maka girder antara kedua sisi akan bergerak secara bersama-sama dan memberikan tambahan dari kapasitas guling girder. Secara keseluruhan hasil desain pier untuk sistem bentang menerus terintegral menghasilkan nilai yang lebih besar. Hal ini disebabkan aplikasi double pier di bagian eksterior sistem bentang menerus terintegral. Double pier ditujukan agar didapatkan perbandingan yang sama antara sistem bentang sederhana dengan sistem bentang menerus terintegral, dimana setiap bagian dari pier memikul girder beban bentang partial kiri dan kanan. Pada bagian interior hasil akhir desain menunjukkan sistem bentang menerus terintegral membutuhkan jumlah tulangan yang lebih banyak dibandingkan sistem bentang sederhana. Perbedaan dimensi pier dan pierhead pada sistem menerus terintegral terjadi karena adanya kekangan pada tengah bentang. Kekangan tersebut menyebabkan beban-beban yang sebelumnya kurang memberikan pengaruh pada bentang sederhana seperti beban differential, beban temperatur, susut dan rangkak beton menjadi sangat signifikan pengaruhnya di sistem menerus terintegral. Adanya kekangan menimbulkan sistem harus berdeformasi secara bersama-sama dan saling mempengaruhi antar pier dan girder yang lain dalam satu kesatuan sistem portal. Akibatnya pada bagian eksterior pier dan pierhead harus didesain untuk memiliki kekakuan yang kecil dan dapat mengikuti deformasi yang terjadi.
Kajian Komparatif Sistem Struktur Guideway
V-3
Laporan Tugas Akhir
5.3
ASPEK KENYAMANAN
Sistem bentang menerus terintegral didesain untuk setiap 4 bentang sehingga mengurangi jumlah bagian sambungan untuk keseluruhan desain guideway. Berbeda dengan sistem bentang sederhana yang terdapat sambungan untuk setiap satu bentangnya. Akibatnya kebutuhan akan ekspansion joint menjadi jauh lebih besar dibandingkan sistem menerus terintegral. Adanya ekspansion joint sebenarnya sudah memberikan tambahan pada tingkat kenyamanan, karena ekspansion joint didesain untuk mengakomodasi pergerakan akibat perubahan volume pada girder. Namun pada sistem menerus terintegral yang menggunakan wet joint pada daerah interior sudah tentu akan memberikan tingkat kenyamana yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan permukaan girder yang akan dilalui kereta relatif sama pada daerah interior. Selain itu ditinjau dari lendutan girder yang terjadi ditengah bentang, sistem bentang sederhana memberikan nilai lendutan yang lebih besar dibanding sistem menerus terintegral. Kekangan yang terjadi pada bentang menerus menyebabkan seluruh beban yang diterima dipikul secara bersama-sama dalam kesatuan sistem portal. Lendutan yang terjadi akan mempengaruhi kenyamanan pada saat kereta melaju meskipun relatif sangat kecil. 5.4
ASPEK PELAKSANAAN
Secara garis besar seluruh pekerjaan pada Monorel Jakarta digolongkan kedalam pekerjaan beton. Umumnya kualitas hasil produksi pekerjaan beton tergantung kualitas bahan, pengelolaan bahan atau produk, dan kualitas sumber daya manusia yang ada. Masalahmasalah yang muncul pada pekerjaan beton diantaranya : Kualitas material yang buruk Kesalahan pada saat pengukuran, pencampuran, pengelolaan dan transportasi Kesalahan pada formwork Kesalahan pada saat curing dan finishing Ditinjau dari aspek pelaksanaan, Monorel Jakarta memiliki beberapa tahapan pekerjaan yaitu pekerjaan pondasi, pier dan girder. Pada studi ini pekerjaan pondasi dianggap sudah dilakukan dan tidak perlu dikaji kembali. Untuk pekerjaan pier dan pierhead pada kedua sistem bentang dilakukan secara in situ dengan metode conventional formwork. Penggunaan metode ini diambil dengan pertimbangan ketinggian pier yang tidak terlalu tinggi (8 m). Selain itu pada saat pelaksanaan metode ini dianggap lebih mudah dibandingkan dengan metode pengecoran beton untuk pier yang lain, seperti vertical slipforming. Metode vertical slipforming sering digunakan pada struktur dengan bentang yang tinggi, karena menghasilkan masa konstruksi yang relatif lebih cepat. Namun metode ini dianggap lebih sulit karena membutuhkan berbagai peralatan berat yang berfungsi untuk menaikkan pengecoran dan operasi pemasangan bekisting secara terus menerus ke bagian atas. Begitu juga pada pekerjaan pierhead dilakukan seperti pada pekerjaan beton Kajian Komparatif Sistem Struktur Guideway
V-4
Laporan Tugas Akhir
biasanya/conventional formwork dengan memperhatikan beberapa hal yang berhubungan dengan bekisting seperti beban dan tekanan beton, toleransi dan dimensi, shoring, ketepatan posisi dan kemiringan bekisting. Pada bab-bab sebelumnya telah disampaikan bahwa girder untuk Monorel Jakarta menggunakan beton precast. Beton precast digunakan karena guideway akan dibangun di pusat kota yang merupakan jalan dengan tingkat kepadatan lalu lintas yang cukup tinggi. Hal tersebut menyebabkan pada saat pelaksanaan konstruksi memiliki ruang gerak yang sangat kecil dan sangat sulit untuk dilakukan secara in situ. Proses transportasi beton precast sebenarnya mengalami beberapa kendala, karena girder direncanakan dengan panjang 30 m untuk setiap satu bentang partial yang dapat menimbulkan kesulitan untuk dibawa secara langsung ke lapangan berkaitan dengan tingkat kesulitan akses menuju lokasi. Karena pada studi ini lokasi guideway yang akan dibangun adalah di jalan HR Rasuna Said dimana merupakan jalan protokol yang cukup besar, maka kesulitan dalam hal transportasi dapat diatasi. Untuk menghindari banyaknya manuver yang dilakukan oleh flat bed, transportasi beton precast dapat melalui jalan tol. Disamping itu akses menuju lokasi tidak jauh dari pintu keluar tol kuningan, dan mudah untuk dijangkau flat bed dengan manuver yang tidak terlalu sulit. Dua hal tersebut menjadikan transportasi untuk pengadaan girder sepanjang 30 m tanpa dilakukan pemecahan dapat dilakukan. Apabila lokasi sulit untuk diakses dan membutuhkan manuver yang sulit, maka dilakukan pemecahan girder menjadi 4 bagian dengan 1 bagian sepanjang 7,5 m. Dengan pemecahan girder tersebut menjadi 4 bagian maka kendala pada transportasi dapat teratasi dengan penggunaan flat bed jenis hauler yang digunakan sebagai alat pendistribusian girder menuju lokasi proyek.
Gambar V-1 Flat bed Kajian Komparatif Sistem Struktur Guideway
V-5
Laporan Tugas Akhir
Adanya pemecahan girder menjadi 4 bagian menyebabkan perlunya perhatian khusus pada proses pelaksanaan seperti presisi bagian sambungan, desain terhadap shoring yang sesuai dan proses penyatuan girder. Ditinjau dari aspek desain, pemecahan girder menjadi empat bagian juga mempengaruhi desain tulangan sengkang dari girder. Tulangan sengkang di daerah sambungan dibuat lebih rapat dari desain sebelumnya, dimana pada studi ini tulangan sengkang pada daerah sambungan didesain sama seperti pada daerah perletakan untuk mereduksi gaya geser yang terjadi.
Gambar V-2 Pemecahan Girder menjadi 4 bagian
Pengangkatan bagian girder dilakukan dengan menggunakan mobile crane dengan jenis roda karet yang menyesaikan kondisi di lapangan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan jenis crane adalah : • Kondisi daerah kerja • Ketinggian pengangkatan • Besar beban • Radius beban • Dan beban-beban dinamik seperti angin, pergerakan ayun, kecepatan hoist/pengangkat dan penghentian pengangkat.
Gambar V-3 Proses Erection Girder
Kajian Komparatif Sistem Struktur Guideway
V-6
Laporan Tugas Akhir
Pada saat proses erection girder terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan. Untuk menjaga keseimbangan beban, mobile crane memiliki keterbatasan berputar pada saat mengangkat beban. Daerah berputar dari mobile crane disebut dengan crane’s quadrant sebesar 90° dari bagian depan crane. Ketinggian hoist juga harus diperhitungkan dengan memberikan elevasi yang cukup untuk segmen girder yang akan diangkat. Setelah girder menumpu pada pierhead, dilakukan aplikasi prestressing pada girder tersebut. Pada tahap ini perbedaan pelaksanaan antar kedua sistem bentang mulai terlihat. Di lapangan sistem menerus terintegral memiliki tingkat kerumitan yang lebih. Setelah melakukan instalasi span tendon, dikerjakan juga apliksi jacking untuk continuity tendon, hal ini dinggap lebih sulit karena tendon sepanjang > 120 m ditarik pada saat girder sudah menjadi satu kesatuan portal dengan pier dan pierhead. Selain itu pada daerah sambungan interior sebelumnya dilakukan terlebih dahulu penyatuan antar girder dengan pier interior dan pierhead dengan melakukan pengecoran dan pemasangan beberapa tulangan agar sistem menyatu secara menyeluruh. Kebutuhan tulangan di daerah sambungan ini relatif cukup banyak sehingga menimbulkan tingkat kesulitan tersendiri yang disebabkan congested area di daerah sambungan interior tersebut 5.5
ASPEK BIAYA
Dalam proyek konstruksi, biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan konstruksi mencakup seluruh biaya-biaya selama proses konstruksi. Kondisi lingkungan sekitar proyek juga turut mempengaruhi besarnya biaya proyek. Lokasi konstruksi jakarta monorel yang terletak di tengah keramaian kota membuat pelaksanaan konstruksi relatif lebih sulit. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis terhadap biaya. Komponen pembentuk biaya tersebut antara lain biaya bahan, biaya produksi, biaya upah, biaya peralatan,biaya transportasi, overhead, dan biaya tak terduga. 5.5.1
Biaya Bahan
Dengan mengetahui besarnya volume bahan dan harga satuan bahan, dapat ditentukan besarnya biaya berdasarkan bahan-bahan yang digunakan. Analisis volume bahan dilakukan berdasarkan hasil desain yang telah ada dalam bab sebelumnya. Penentuan harga satuan berdasarkan Patokan Harga Satuan Bahan dan Upah Provinsi DKI Jakarta 2006. dengan mengetahui kedua hal tersebut, maka dapat ditentukan perkiraan biaya bahan pada kedua sistem struktur guideway yang dikaji. 5.5.1.1 Analisis Volume Bahan
Meterial yang digunakan adalah berdasarkan spesifikasi material yang telah disebutkan pada bab 3. Berdasarkan hasil desain struktur guideway bentang sederhana dan bentang menerus terintegral, didapatkan dimensi-dimensi struktur dan detail-detail penulangannya. Desain struktur guideway bentang sederhana memiliki volume yang relatif lebih besar dari pada bentang menerus terintegral. Kajian Komparatif Sistem Struktur Guideway
V-7
Laporan Tugas Akhir
Keintegrasian elemen struktur pada 4 bentang dalam sistem bentang menerus terintegral mengakibatkan gaya-gaya dalam yang bekerja menjadi lebih kecil. Hal ini mengakibatkan dimensi, pendetailan, dan kebutuhan alat penunjang struktur yang berbeda dari kedua sistem struktur guideway tersebut. Desain penulangan yang berbeda menjadikan terjadi perbedaan volume penulangan antar kedua sistem. Volume penulangan pada bentang sederhana sedikit lebih besar dari pada bentang menerus terintegral. Tabel V-2 Volume Penulangan No
Uraian
1 G irder T ulangan lentur D 25 T ulangan s engkang D 13‐350 T ulangan tors i D 16
L uas P enampang (mm2)
3 J umlah panjang Volume (m ) s ederhana menerus s ederhana menerus (mm)
1964,285714 531,1428571 804,5714286
30000 5600 5600
7 23 4
6 23 4
3,3 2,828571429 0,5472896 0,5472896 0,1441792 0,1441792
531,1428571 531,1428571 531,1428571 T otal
3000 5600 400
9 6 13
1964,285714 1964,285714 804,5714286 T otal
5000 5000 5000
1964,285714 1964,285714 1257,142857 T otal
5000 5000 6200
1964,285714
8000
40
1,257142857
531,1428571 531,1428571
7200 7000
6 7
0,045890743 0,052052
531,1428571 531,1428571 T otal
4800 4000
4 5
0,020395886 0,021245714 0 1,3967272
1964,285714
8000
(tipikal) 48
68 3,771428571 3,205714286
531,1428571 531,1428571
12000 11200
10 7
10 0,318685714 0,191211429 7 0,208208 0,1249248
531,1428571 531,1428571 T otal
7200 8000
6 5
6 0,114726857 0,068836114 5 0,106228571 0,063737143 4,519277714 3,654423771
531,1428571 T otal
2900
7
daerah pengangkuran
S engkang D 13 S palling D 13 S piral D 13‐56/93 2 P ierhead E ks terior T ulangan T arik D 25 T ulangan T ekan D 25 T ulangan G es er D 16 3 P ierhead Interior T ulangan T arik D 25 T ulangan T ekan D 25 T ulangan G es er D 20 4 K olom E ks terior T ulangan lentur D 25 perletakan C onfinement arah x D 13‐100 C onfinement arah y D 13‐100 tengah bentang C onfinement arah x D 13‐100 C onfinement arah y D 13‐100 5 K olom Interior T ulangan lentur D 25 perletakan C onfinement arah x 10D 13‐100 C onfinement arah y 7D 13‐100 tengah bentang C onfinement arah x 6D 13‐100 C onfinement arah y 5D 13‐100 6 Diafrag ma T ulangan L entur D 13
Kajian Komparatif Sistem Struktur Guideway
6 0,114726857 0,076484571 4 0,1427712 0,0951808 8 0,022095543 0,013597257 4,2710624 3,705302857 9 3 20
27 14 50
0 0 0 0
0,176785714 0,058928571 0,160914286 0,396628571
29 0,795535714 0,854464286 9 0,4125 0,265178571 50 1,169142857 1,169142857 2,377178571 2,288785714
0,0862576 0,0862576
0
V-8
Laporan Tugas Akhir
Tabel V-3 Volume Bahan
No
Uraian
Unit
1 Girder 2000X800 1.1 Beton readymix 50fc 1.2 Post‐Tensioning Tendon diameter 15,2mm Angkur hidup 1.3 Penulangan
Volume Sederhana Menerus Integral
m3
384
384
kg bh
58.5 32 4.2710624
51.75 18 3.705302857
2 PierHead eksterior 1000X1500 2.1 Beton Ready mix 37 fc 2.2 Penulangan
m3 m3
3 PierHead interior 1600X1500 3.1 Beton Ready mix 37 fc 3.2 Penulangan
m3 m3
4 Kolom eksterior 1000X1500 4.1 Beton Readymix 37fc 4.2 penulangan
m3 m3
5 Kolom interior 1600X1500 5.1 Beton Readymix 37fc 5.2 penulangan
m3 m3
96 4.519277714
6 Diafragma 600X400 6.1 Beton Readymix 37fc 6.2 Penulangan
m3 m3
5.568 0.0862576
bh bh
16 10
7 Bearing 8 Ekspansion Joint
15 0.396628571
60 2.377178571
36 2.288785714
24 1.3967272
57.6 3.654423771
4 4
5.5.1.2 Analisis Harga Satuan Bahan
Material yang digunakan berdasarkan pada desain kriteria yang telah disebutkansebelumnya. Penentuan harga satuan ditentukan berdasarkan Harga Satuan Bahan dan Upah Provinsi DKI Jakarta tahun 2006. Tabel V-4 Harga Satuan Bahan
No 1 2 3 7 8 10 11
Uraian Beton Readymix fc‐37 Beton Readymix fc‐50 Baja fy 400 Tendon Prategang 15,2 mm Angkur Hidup Bearing Ekspansion Joint
Kajian Komparatif Sistem Struktur Guideway
Unit m3 m3 m3 kg bh bh bh
Harga Satuan Rp600,000.00 Rp700,000.00 Rp845,499.00 Rp40,000.00 Rp3,229,400.00 Rp845,000.00 Rp15,500,000.00
V-9
Laporan Tugas Akhir
5.5.1.3 Total Biaya Bahan
Setelah diketahui besarnya volume dan harga satuan, maka dapat ditentukan total biaya bahan yang diperlukan. Tabel V-5 Perkiraan Total Biaya Bahan
No
Uraian
1 G irder 2000X 800 1.1 B eton readymix 50fc 1.2 P os t‐T ens ioning T endon diameter 15,2mm Angkur hidup 1.3 P enulangan
B iaya S ederhana
R p230.400.000,00 R p268.800.000,00 R p2.340.000,00 R p103.340.800,00 R p3.611.178,99
2 P ierHead eks terior 1000X 1500 2.1 B eton R eady mix 37 fc 2.2 P enulangan 3 P ierHead interior 1600X 1500 3.1 B eton R eady mix 37 fc 3.2 P enulangan
6 Diafrag ma 600X 400 6.1 B eton R eadymix 37fc 6.2 P enulangan 7 B earing 8 E ks pans ion J oint T otal
R p2.070.000,00 R p58.129.200,00 R p3.132.829,86
R p9.000.000,00 R p335.349,06
R p36.000.000,00 R p2.009.902,10
4 K olom eks terior 1000X 1500 4.1 B eton R eadymix 37fc 4.2 penulangan 5 K olom interior 1600X 1500 5.1 B eton R eadymix 37fc 5.2 penulangan
menerus
R p21.600.000,00 R p1.935.166,03
R p14.400.000,00 R p1.180.931,45
R p57.600.000,00 R p3.821.044,79
R p34.560.000,00 R p3.089.811,64
R p3.340.800,00 R p72.930,71 R p13.520.000,00 R p3.380.000,00 R p155.000.000,00 R p62.000.000,00 R p611.056.656,60 R p483.613.288,05
Dari tabel dapat dilihat bahwa terjadi perbedaan yang cukup signifikan antar kedua system struktur guideway yang dikaji. Dimensi yang lebih besar serta detailing penulangan yang relatif lebih banyak, mengakibatkan biaya bahan sistem struktur bentang sederhana menjadi lebih banyak dari pada bentang menerus terintegral. 5.5.2
Biaya Produksi
Untuk bagian pondasi dan Pier, dilakukan pengecoran secara in-situ. Sedangkan untuk girder adalah beton precast yang diproduksi oleh pabrik. Baja tulangan yang digunakan juga merupakan pemesanan ke pabrik. Kajian Komparatif Sistem Struktur Guideway
V-10
Laporan Tugas Akhir
5.5.3
Biaya Peralatan
Konstruksi struktur guideway tentu saja dalam pelaksanaan konstruksi memerlukan alatalat berat serta peralatan lainnya. Peralatan ini didapat dengan cara sewa atau milik kontraktornya sendiri. Untuk menekan biaya peralatan ini harus dilakukan pemilihan alat yang cermat. Pemilihan alat yang digunakan dilakukan dengan mempertimbangkan produktivitas dan keefektifan alat. Biaya untuk penempatan girder mencakup hal-hal yang dibutuhkan selama proses berlangsung. Pemasangan girder menggunakan dua buah mobile crane. Penggunaan dua buah mobile crane ini agar luas area manuver yang diperlukan tidak terlalu besar. Pemecahan girder menjadi 4 bagian ini mengakibatkan kebutuhan akan Scafholdingg sebagai tumpuan girder pada bagian sambungan. Scafholding di desain untuk menopang sementara girder yang belum disambungkan satu sama lain. Banyaknya mobile crane yang digunakan dan kebutuhan scafholding ini mengakibatkan perlu dilakukan analisis biaya tersendiri. Lalu lintas yang padat pada siang hari menjadikan pelaksanaan konstruksi pada siang hari dapat mengganggu aktivitas kota. Pelaksanaan konstruksi-konstruksi tertentu yang dapat mengganggu lalu lintas secara berlebihan, dapat dilakukan pada malam hari. Pelaksanaan konstruksi pada malam hari ini tentu saja mengalami hambatan pada pencahayaan. Agar membantu pencahayaan, tambahan peralatan yaitu lampu menjadi penting. Penggunaan lampu sorot pada beberapa titik akan sangat membantu. Biaya penggunaan lampu ini tentu saja tidak didapat dengan harga yang murah. Oleh karena itu diperlukan pertimbangan yang matang dalam menentukan pilihan waktu konstruksi. 5.5.4
Biaya Upah
Biaya upah buruh terdiri dari upah langsung dan upah tidak langsung. Upah langsung merupakan upah yang dibayarkan kepada buruh pada tiap minggu sedangkan upah tidak langsung meliputi asuransi dan berbagai macam tunjangan. Untuk menentukan upah buruh dapat diambil berdasarkan upah buruh pada proyek terdahulu berdasarkan tingkat produktivitas buruh untuk tiap jenis pekerjaan. Seperti telah disebutkan sebelumnya, pelaksanaan konstruksi guideway ini dapat saja dilakukan pada malam hari. Pelaksanaan konstruksi pada malam hari ini berdampak pada akan adanya biaya upah tambahan bagi tenaga kerja yang terlibat.
5.5.5
Biaya Transportasi
Letak konstruksi guideway monorel yang berlokasi di tempat dengan tingkat kepadatan lalu lintas yang tinggi menjadikan pemasalahan transportasi dalam pengadaan material dan Kajian Komparatif Sistem Struktur Guideway
V-11
Laporan Tugas Akhir
bahan menjadi tidak mudah. Lokasi yang tidak mudah untuk diakses oleh kendaraankendaraan besar diwaktu terjadi kepadatan lalu lintas menjadi hal yang harus diperhatikan. Semakin sulit akses menuju lokasi, akan semakin mahal biaya yang diperlukan. Pemilihan waktu yang tepat dalam pengadaan atau pengiriman bahan, akan berpengaruh pada biaya transportasi yang harus dikeluarkan. Pengiriman pada saat kepadatan lalu lintas tinggi menjadi suatu pemborosan, dimana selain bahan-bakar yang boros, berpengaruh juga pada efektifitas pelaksanaan konstruksi 5.5.6
Overhead
Biaya overhead adalah biaya yang diperlukan untuk biaya operasional selama di lapangan. Biaya ini meliputi mobilisasi peralatan dan pekerja, peralatan kantor proyek, listrik, telepon, mobilisasi perelatan dan pekerja, peralatan kantor proyek, dokumentasi, test material, test bahan, air, sewa kantor biaya perjalanan dinas, furniture, peralatan kantor, gaji pegawai kantor. 5.5.7
Biaya Tak Terduga
Biaya ini diperlukan untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak terduga yang mungkin terjadi dalam suatu proyek seperti masalah differing site condition dimana kondisi di lapangan tidak sesuai dengan spesifikasi dan gambar kerja yang terdapat dalam dokumen kontrak.
Kajian Komparatif Sistem Struktur Guideway
V-12