Tabel 4.1 Perkiraan Jumlah Penduduk Desa Tanjung Anom Sampai Akhir Tahun Perencanaan PROYEKSI PENDUDUK TAHUN No LINGKUNGAN DASAR 2015 2016 2017 2018 2019
BAB
4
1 RW 01 2 RW 02 3 RW 03 4 RW 04 5 RW 05 DESA:Hasil TANJUNG ANOM Sumber Analisa, Tahun 2014
Rencana Umum dan Panduan Rancangan 4.3
1.955 1.846 1.552 2.111 2.309 9.773
1.985 1.874 1.575 2.143 2.344 9.921
2.015 1.902 1.599 2.175 2.379 10.071
2.045 1.931 1.623 2.208 2.415 10.223
2.076 1.960 1.648 2.241 2.452 10.377
2.107 1.990 1.673 2.275 2.489 10.534
Arahan Struktur Peruntukan lahan
Komponen rancang kawasan menyangkut alokasi penggunaan dan penguasaan lahan/ tata guna 4.1
lahan yang telah ditetapkan dalam suatu kawasan perencanaan berdasarkan ketentuan dalam rencana
Rencana Struktur Tata Ruang
Rencana struktur ruang kawasan Desa Tanjung Anom bertujuan untuk menentukan pusat pelayanan tingkat desa yang bertujuan untuk mempermudah pergerakan masyarakat dalam beraktifitas yang didukung oleh aksesibilitas yang baik seperti kelengkapan jaringan jalan dan pendukungnya. Dasar berfikir dalam menentukan pusat pelayanan adalah pembagian blok yang didasarkan aktifitas kegiatan eksisting dan keseragaman fungsi eksisting dilapangan. Untuk mempermudah perencanaan dimasa mendatang maka Desa Tanjung Anom akan dibagi menjadi beberapa blok
yang masing-masing
adalah sebagai berikut : BLOK A :
merupakan penggabungan RW 1, RW 2, dan RW 3 kondisi eksisting saat ini terdiri atas permukiman penduduk, sawah dan kebun/ladang serta fasilitas umum dan sosial.
BLOK B :
terdiri atas RW 4 dan RW 5. Kedua RW ini didominasi oleh penggunaan lahan untuk permukiman, sawah dan lahan kososng serta fasilitas umum dan sosial.
4.2
Rencana Kependudukan
tata guna ruang wilayah. 4.3.1 Peruntukan Lahan Makro Perencanaan tata guna lahan secara makro diarahkan untuk menata kawasan perencanaan yang merupakan pusat pelayanan bagi masyarakat dalam skala lokal maupun regional serta menunjukkan ciri-ciri sebagai daerah peisisr, sehingga tercipta penyebaran bangunan yang merata sesuai dengan peruntukannya, dengan memanfaatkan luas lahan yang ada. Perencanaan tata guna lahan dioptimalkan agar mampu menciptakan keseimbangan ruang antara fungsi bangunan dan fungsi ruang-ruang terbuka yang dipergunakan untuk pelayanan umum seperi kawasan parkir, taman, dan berbagai pelayanan umum lainnya, juga keseimbangan antara pemanfaatan aktivitas kegiatan yang muncul dari pemanfaatan guna lahan dengan jaringan jalan yang ada. Secara keseluruhan, area perkebunan dan lahan kosong serta sawah di wilayah perencanaan sangat dominan dimana pemanfaatan ruang untuk fungsi permukiman dan perdagangan atau jasa masih
Jumlah penduduk desa Mekar Wangi pada tahun 2104 berjumlah 9.773 jiwa terdiri dari 4.745 jiwa
sedikit. Selain itu keberadaan kawasan wisata tanjung kait di desa ini menjadikan desa Mekar Wangi
laki dan 5.028 jiwa perempuan. Berdasarkan proyeksi yang telah dilakukan, diperkirakan penduduk
memiliki daya tarik untuk dikunjungi. Hal ini sejalan RTRW Kab. Tanngerang yang menetapkan Kec.
Desa Tanjung Anom akan berjumlah 9.921 jiwa pada tahun 2015 dan meningkat menjadi 10.534 jiwa
Mauk menjadi
pada tahun 2019 (akhir perencanaan). Lebih jelasnya perkiraan jumlah penduduk proyeksi sampai
pemerintahan kecamatan,
akhir tahun perencanaan dapat dilihat pada tabel berikut.
sedang,
Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) dengan fungsi sebagai
kawasan
pertanian, lindung,
sebagai
pusat
permukiman kepadatan rendah, permukiman kepadatan perikanan,
dan
pertahanan
dan
keamanan.
IV - 1
4.3.2 Peruntukan Lahan Mikro
pengaturan KLB dalam penentuannya erat dengan tinggi bangunan yang diijinkan. Penentuan tinggi
Kawasan perencanaan merupakan kawasan yang memiliki garis pantai dan menjadi salah satu objek
bangunan dipengaruhi oleh fungsi bangunan, di Desa Tanjung Anom ketinggian bangunan didominasi
wisata bahari di Kabupaten Tangerang. Pemanfaatan ruangnya lebih cenderung ke arah perikanan
oleh bangunan dengan ketinggian rendah.
dan pertanian. Peruntukan lahan secara mikro dapat dilihat dari komposisi penggunan lahan dalam masing-masing tapak dan peruntukan lahan bagi kawasan khusus. Secara mikro peruntukan lahan pada masingmasing blok terdiri dari lahan terbangun antara 20-40% dan sisanya adalah lahan tidak terbangun dengan peruntukan sebagai lahan pertanian berupa sawah, kebun dan perikanan budidaya. Secara umum peruntukan lahan secara mikro dalam masing-masing tapak sudah sesuai dengan aturan yang tertuang ke dalam RTRW Kabupaten Tangerang yaitu dengan mengendalikan intensitas bangunan untuk permukiman antara 40-60% dan fasilitas umum antara 60% perdagangan dan jasa 80%, campuran perdagangan dan permukiman 60%. Sedangkan peruntukan lahan mikro sebagai peruntukan lahan tertentu di kawasan perencanaan terdiri dari 2 bagian yaitu: Tabel 4.2 Rencana Penggunaan Lahan di Wilayah Perencanaan
Zona Zona A
Zona B
Guna Lahan/Fungsi
Permukiman Fasilitas Umum dan Sosial Perikanan Kawasan lindung Pertahanan keamanan Perdagangan dan Jasa Pertanian Permukiman Fasilitas Umum dan Sosial Perdagangan dan Jasa Tempat Pemakaman Umum Lahan pertanian
Sumber: Hasil Analisis
4.4
Rencana Intensitas Pemanfaatan lahan
Rencana pengaturan bangunan mencakup pengaturan intensitas penggunaan lahan, penentuan
4.4.1 Koefisien Dasar Bangunan Koefisien dasar bangunan (KDB) adalah perbandingan antara luasan lahan bangunan dengan luasan lahan pada setiap persil lahan. Berdasarkan Kepmen Kimpraswil, ketentuan koefisien dasar bangunan (KDB) adalah:
Koefisien dasar bangunan sangat tinggi: lebih besar dari 70 %.
Koefisien dasar bangunan menengah: 20 % - 50 %.
Koefisien dasar bangunan rendah: 5%- 20 %.
Koefisen dasar bangunan sangat rendah: <5 %.
Berdasarkan kondisi eksisting, ketentuan mengenai koefisien dasar bangunan (KDB) ditentukan berdasarkan kelas jalan, selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut : Jalur Jalan Kolektor Primer Rencana pengaturan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) pada jalan kolektor primer berkisar antara 4080%. KDB maksimal 80% diperuntukkan bagi bangunan yang difungsikan sebagai bangunan perdagangan dan jasa. Sementara bangunan permukiman dan perdagangan memiliki KDB maksimal 70%. KDB maksimal yang paling rendah yaitu 50-60% diperuntukkan bagi bangunan perumahan, komersial dan fasilitas umum. Tabel 4.3 Pengaturan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) Jalan Kolektor Primer
Fungsi Alokasi
No
KDB Maksimal
1
Permukiman
60%
2
Perdagangan dan Jasa
80%
3
Fasilitas Umum
60%
4
Industri
40%
5
Perdagangan dan Permukiman
60%
Sumber : Hasil Analisis
Koefisien Dasar bangunan (KDB), Koefisien Lantai bangunan (KLB) dan Garis Sempadan Bangunan (GSB). Pengaturan kepadatan bangunan dipengaruhi oleh fungsi yang akan dikembangkan sedangkan
IV - 2
PENAT AAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS
(PLPBK) RENC A TlNDAK PENATMN LINGKUNGANPERMUKIMAN CRTPLP) KELURABAN TANJUNG ANOM. KEC. MAUK
KABUPATENTANGERANG JUDUL PETA:
PETA BATAS ADMINISTRASI DESATANJUNG ANOM I I
.....
KECAMATAN MAUK
, -, \
-J
I I I I I I
,--- -- ----- --- ------ ----- --r-- -,,' I
'
KebU.nbilru
,
,
_,,,,-
I
I
,,,,,'
,,
/ LEGENDA: Batas Kelurahan
{<
BatasRW
-,
~,
'>, .,,, ' ',
0
i'
(")
:;ll
<:
,
'
Beb
...
''.,
!
DesaTanjung Anom Kee. Mauk
,/
;
0
Kantor Lurah
'
D
Pelak Bangunan
I I
Pem,ukiman
I
.:
I
,, I
I
Jalan
I
./
:{ ....
I
B
-
t-, / / ~ 1:,: -;,
ml
. .. - - -
I
'
I
I
s... ramoau1
I I I
/
'
,,
Sawah
D
Lahan Kosong
,
D
,'-,.''
.
' • ... I
I
- - - - -, I
0
----
0
I I
I
2
3
5CM
~~iiiiiiiiiiiii~ i, ~--'
I I
eese T,v,1-Lc.
Pemakaman I TPU
I
\
'
~
Fasilitas Perlbadatan
Ke bun
....
I
''
Fasilitas Pendidlkan
I
....
,
00 00
,_1
150
300
600M
Skala 1 : 15.000
Koc Mou1c
PROGRAM NASIONAL
-------
PEMBEROAYMNMASYAAMATMA.NO RI PEMERINTAH PROVINS! BANTEN
KABUPATENTANGERANG 668.840
669.400
669.960
670.520
671.080
671.640
672.200
672.760
IV - 3
PENATMN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS
KOMUNITAS
(PLPBK)
!'.l:,f.,.B!!
RENCANA TINDAK PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN (RTPLP)
KELURAHANTANJUNGANOM, KBC. MAUK
KABUPATENTANGERANG JUDUL PETA:
PET A RENCANA POLA RUA NG DESA T ANJUNG ANOM KECAMATANMAUK
..,.
0
~l--------+-----lc-------f---------.i·~7'
~ LEGENDA ·
E3 E3
Batas Kelurahen
§ §
Jal an Ekslsting
Q!JJ
Pelak Bangunan Ekslstlng
D
Permuklman kepadatan Rendah
00
Fasilltas Pendidikan
00
Fasilltas Peribadatan
~
Saw ah
Batas RW
Renca.na Jalan
m ~
l,i,---~--
"'.,,
Cl!' Karang Seran9 ee Su1.:~111,1
Kantor Lurah
Kolam I Tambak Sempadan Pantai
[ZEJ Ruang Terbuka Hijau
• N
~~l----2~~§Tiiiiiiiiiiiiii11CM
o~I
0
150 300 Skala 1 : 15.000 PROGRAM
600M
NASIONAL
PEMBERDAYMNIMSYAR}j(ATMANDIRI PEMERINTAH PROVlNSI BANTEN KABUPATEN TANGERANG
668.840
669.400
669.960
670.520
671.080
671.640
672.200
672.760
IV - 4
Jalur Jalan Lokal Sekunder
Tabel 4.5 Pengaturan Koefisien Lantai Bangunan (KLB) Jalan Kolektor Primer
Rencana pengaturan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) pada jalan lokal sekunder berkisar antara 50-
No
60%. KDB maksimal 60% diperuntukkan bagi bangunan yang difungsikan sebagai bangunan perdagangan dan jasa serta permukiman dan fasilitas umum. Sementara bangunan industri memiliki KDB maksimal 50%. Tabel 4.4 Pengaturan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) Jalan Lokal
Fungsi Alokasi
No
KDB Maksimal
Fungsi Alokasi
KDB Maksimal
Jumlah lantai
KLB
1
Permukiman
60%
1–2
1,2
2
Perdagangan dan Jasa
80%
1–2
0,6
3
Fasilitas Umum
60%
1–2
0,6
4
Industri
40%
1–2
1,2
5
Perdagangan dan
60%
1–2
0,6
Permukiman Sumber : Hasil Analisis
1
Permukiman
60%
2
Perdagangan dan Jasa
60%
Jalur Jalan lokal Sekunder
3
Fasilitas Umum
60%
Rencana pengaturan Koefisien Lantai Bangunan (KLB) pada jalan lokal untuk fasilitas umum,
4
Industri
50%
campuran perdagangan dan permukiman ketinggian lantai 1 – 2 lantai dengan KLB 1,2, untuk
60%
kegiatan industri 1 – 2 lantai dengan KLB 0,6 dan permukiman 1 – 2 lantai dengan KLB 1,2.
5 Sumber :Perdagangan Hasil Analisis
dan Permukiman
Tabel 4.6 Pengaturan Koefisien Lantai Bangunan (KLB) Jalan Lokal Sekunder
Secara umum, kepadatan bangunan dikawasan perencanaan masih rendah sehingga Ruang Terbuka Hijau (RTH) atau kawasan resapan air masih ada untuk masing-masing persil rumah, bahkan masih No
ada lahan-lahan kosong yang belum terbangun. 4.4.2 Koefisien Lantai Bangunan Koefisien lantai bangunan adalah perbandingan antara total luas lantai pada bangunan dengan luas
Fungsi Alokasi
KDB Maksimal
Jumlah lantai
KLB
1
Permukiman
60%
1–2
1,2
2
Perdagangan dan
80%
1–2
1,2
Jasa
lahan pada setiap persil lahan. Ketinggian bangunan ditentukan berdasarkan angka banding antara besarnya KLB dan KDB, selain itu ketinggian bangunan juga dipengaruhi oleh fungsi bangunan. Rencana pengaturan koefisien lantai bangunan di wilayah perencanaan diarahkan sebagai berikut : Jalur Jalan Kolektor Primer
3
Fasilitas Umum
60%
1–2
1,2
4
Industri
40%
1–2
0,6
5
Perdagangan dan
60%
1–2
1,2
Permukiman
Rencana pengaturan Koefisien Lantai Bangunan (KLB) pada jalan kolektor primer untuk fasilitas
Sumber : Hasil Analisis
umum, campuran perdagangan dan permukiman ketinggian lantai 1 – 2 lantai dengan KLB 0,6, dan permukiman 1 – 2 lantai dengan KLB 1,2.
4.5
Rencana Tata Bangunan
Tata Bangunan adalah produk dari penyelenggaraan bangunan gedung beserta lingkungannya sebagai wujud pemanfaatan ruang, meliputi berbagai aspek termasuk pembentukan citra/karakter fisik lingkungan, besaran, dan konfigurasi dari elemen-elemen: blok, kaveling/petak lahan, bangunan, serta ketinggian dan elevasi lantai bangunan, yang dapat menciptakan dan mendefinisikan berbagai kualitas
IV - 5
ruang kota yang akomodatif terhadap keragaman kegiatan yang ada, terutama yang berlangsung
4.5.2 Pengaturan Bangunan
dalam ruang-ruang publik. Tata Bangunan juga merupakan sistem perencanaan sebagai bagian dari
Orientasi bangunan merupakan arah dari tampak bukaan bangunan yang ditujukan kepada potensi
penyelenggaraan bangunan gedung beserta lingkungannya, termasuk sarana dan prasarananya pada
view yang optimal. Potensi view tersebut bisa merupakan unsur unsur alam, misalnya pemandangan
suatu lingkungan binaan baik di perkotaan maupun di perdesaan sesuai dengan peruntukan lokasi
pegunungan atau pemandangan kearah sungai, atau merupakan unsur-unsur fisik bangunan atau
yang diatur dengan aturan tata ruang yang berlaku dalam RTRW Kabupaten/Kota, dan rencana
ruang terbuka diperkotaan yang dianggap penting atau menonjol pada wilayah tersebut. Adapun
rincinya.
rencana orientasi bangunan yang terdapat di kawasan perencanaan yaitu, untuk bangunan yang terdapat disepanjang jalan utama orientasi bangunan diarahkan ke jalan Kolektor atau jalan RE
4.5.1 Pengaturan Blok Lingkungan dan Kaveling
Martadinata. Sedangkan untuk bangunan yang terletak pada sudut jalan, baik itu pertigaan atau
Perencanaan pembagian lahan dalam kawasan menjadi blok dan kaveling serta jalan, dimana blok
perempatan jalan yang mempunyai ruang terbuka yang menarik maka arah orientasi bangunan
terdiri atas petak lahan/kaveling dengan konfigurasi tertentu. Pengaturan ini terdiri atas bentuk dan
dihadapkan pada ruang terbuka yang terbentuk dari pertemuan jalan atau dengan mengarah pada
ukuran blok, pengelompokan dan konfigurasi blok, ruang terbuka dan tata hijau.
sudut persimpangan jalan tersebut. Tata bangunan di kawasan permukiman juga mempunyai view
Bentuk dasar bangunan dapat dipertimbangkan dari berbagai segi, baik segi kebutuhan ruangnya
koridor yang cukup bagus dengan jalan lingkungan menghadap jalan utama dimana di tengahnya
sendiri ataupun dari ekspresi budaya dan nilai-nilai arsitektur yang ada pada saat ini. Pola-pola bentuk
jalan lingkungan ada jalan penghubung ke semua jalan, sehingga membentuk suatu pola tata masa
dasar sebagian besar bangunan di wilayah perencanaan ini adalah bentuk segi-empat (baik persegi
bangunan yang kompak dan terpadu dan menghubungkan antar massa bangunan yang dapat
panjang maupun bujur sangkar).
dipadukan dengan sistem penghubung dan berpotensi memperkuat karakter kawasan dan mendukung
Letak bangunan di kawasan perencanaan cenderung linear yaitu memanjang mengikuti jaringan jalan.
aktivitas perekonomian warga dan menghidupkan kawasan hunian di dalamnya.
Orientasi bangunan di kawasan tersebut juga cenderung menghadap ke jalan baik jalan, kolektor primer, lokal maupun jalan lingkungan.
Hal ini tetap dipertahankan guna menampilkan kesan
4.5.3 Pengaturan Ketinggian dan Elevasi Lantai Bangunan
bangunan yang rapi, teratur serta saling berintregasi antara bangunan satu dengan bangunan yang
Yaitu perencanaan pengaturan ketinggian dan elevasi bangunan baik pada skala bangunan tunggal
lainnya.
maupun kelompok bangunan pada lingkungan yang lebih makro (blok/kawasan). Pengaturan ini terdiri
Rencana blok bangunan masing-masing Unit Lingkungan di kawasan perencanaan antara lain:
atas ketinggian bangunan, komposisi garis langit bangunan, dan ketinggian lantai bangunan.
Zona A pada wilayah perencanaan meliputi wilayah RW 1, 2 dan RW 3. Pada zona A rencana peruntukan lahannya adalah sebagai guna lahan mixed used, ruang terbuka hijau, perdagangan
Ketinggian Bangunan
dan jasa, pertanian serta permukiman.
Perencanaan ketinggian maksimum bangunan disesuaikan dengan kondisi bangunan terhadap jalan,
Bentuk blok lingkungan yang dipertahankan adalah
bentuk linier agar bentuk blok bangunan lebih teratur dengan komposisi luasan
lahan yang
daya dukung lahan terhadap bangunan, skala dan proporsi, serta tidak berdampak negatif terhadap
terbangun dan ruang terbuka berbanding 60:40.
lingkungan. Rencana pengaturan ketinggian bangunan pada wilayah perencanaan adalah sebagai
Zona B pada wilayah perencanaan meliputi RW 4 dan RW 5, Rencana peruntukan lahan pada
berikut:
zona A meliputi guna lahan mixed used, ruang terbuka hijau, perdagangan dan jasa, serta permukiman dan pertanian. Pengembangan massa bangunan diarahkan ke dalam sistem blok yang dibatasi oleh akses jalan lingkungan, untuk memudahkan perbaikan morfologi kawasan di masa mendatang, serta reorientasi bangunan permukiman warga di dalam kawasan.
No 1 2
Fungsi Jalan Kolektor Primer Lingkungan
Tabel 4,7 Rencana Ketinggian Bangunan Ketinggian Zona (RW) Maksimum (m) 2, 3 10 1, 4, 5 10
Jumlah lantai Maksimum (m) 2 lantai 2 lantai
Sumber : Hasil Analisis, 2014
IV - 6
Garis Langit Bangunan
tata letak suatu bangunan pada tapak dengan mempertimbangkan masa terhadap garis jalan ( street
Garis langit atau “Skyline” merupakan garis maya (seolah-olah ada) yang terbentuk dari batasan
line) dengan pemunduran bangunan serta muka bangunan. Pengaturan kemunduran bangunan
ketinggian sekelompok bangunan dengan langit. Biasanya Skyline kota digambarkan sebagai suatu
sendiri merupakan modifikasi terhadap building envelope dan ketinggian maksimal daripada
“silhouette” yang membatasi bidang ketinggian sekelompok bangunan. Dengan garis langit tersebut,
bangunan. Adapun rencana penetapan Garis Sempadan Muka Bangunan di kawasan perencanaan
maka dalam sederetan bangunan dapat diciptakan suatu bentuk jenjang hirarkis antar masa
untuk bangunan yang berada di jalan kolektor primer yaitu 12 meter dan untuk bangunan yang
bangunan yang satu dengan masa bangunan yang lain. Prinsip hirarkhi memberikan penekanan pada
berada di dalam kawasan permukiman sekitar 3 – 5 meter.
suatu hal yang dianggap penting atau menyolok dari suatu bentuk atau ruang menurut besarnya, ketinggian, potongan atau penempatannya secara relatif terhadap bentuk-bentuk dan ruang-ruang
4.5.5 Garis Sempadan Sungai dan Sempadan Pantai
lain dari suatu kumpulan organisasi masa bangunan.
Rencana garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan, ditetapkan sekurang-
Garis langit atau skyline di wilayah perencanaan terkesan datar, sehingga terlihat monoton. Hal ini
kurangnya 3 (tiga) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul. Di kawasan perencanaan garis
disebabkan oleh ketinggian bangunan serta jumlah lantai bangunan yang seragam. Oleh karena itu,
sempadan sungai cimauk yang kondisinya saat ini sepanjang sungai sebagian telah terdapat
diperlukan penataan skyline bangunan, sehingga dapat memberikan kesan visual yang khas pada
permukiman penduduk. Untuk kedepan perlu penataan lahan di sekitar garis sempadanya agar fungsi
wilayah perencanaan.
sungai tersebut tidak terganggung oleh kegiatan manusia.
Di dalam rencana pengembangan, garis langit dibuat lebih bervarian dengan cara mengatur
Untuk sempadan pantai di Desa Tanjung Anom ditetapkan minimal 100 meter dari bibir pantai tidak
ketinggian bangunan di wilayah perencanaan sehingga menghasilkan skyline yang berbentuk
boleh mendirikan bangunan
harmonis dan sekuensial
4.6
Rencana Sistem Sirkulasi dan Jalur Penghubung
Sistem sirkulasi dan jalur penghubung terdiri dari jaringan jalan dan pergerakan, sirkulasi kendaraan 4.5.4 Garis Sempadan Bangunan Garis Sempadan Bangunan (GSB) ditetapkan untuk memberi batasan keamanan bagi pengguna jalan dan lingkungannya. Kegunaan garis sempadan bangunan ini antara lain adalah untuk pengamanan terhadap lalu lintas jalan, memberikan ruang bagi sinar matahari, sirkulasi udara, peresapan air tanah dan juga berguna pada keadaan darurat, misalnya kebakaran. GSB berlaku untuk kawasan terbangun yang berada di tepi jalan dan sungai yang penentuannya setengah dari lebar badan jalan. Untuk garis sempadan samping dan belakang bangunan ditetapkan untuk bangunan tunggal tidak bertingkat dapat berimpit atau minimal 1,5 m, untuk bangunan deret dapat berimpit. Garis sempadan bangunan merupakan “Street line set back” yang berarti jarak bangunan terhadap jalan, dimana garis ini sangat penting dalam mengatur tingkat keteraturan kedudukan masa bangunan pada jalan-jalan di perkotaan. Di samping itu, kedudukan ini juga melindungi kepentingan pemakai jalan agar mempunyai pandangan yang luas sewaktu mengendarai kendaraan bermotor.
umum, sirkulasi kendaraan pribadi, sirkulasi kendaraan informal setempat dan
sepeda, sirkulasi
pejalan kaki (termasuk masyarakat penyandang cacat dan lanjut usia), sistem dan sarana transit, sistem parkir, perencanaan jalur pelayanan lingkungan, dan sistem jaringan penghubung. 4.6.1 Sistem Jaringan Jalan dan Pergerakan Sistem jaringan jalan digunakan untuk meningkatkan kemudahan dalam mencapai suatu kawasan. Jaringan jalan pada kawasan perencanaan bervariasi sesuai dengan fungsinya. Jaringan jalan yang ada di dalam kawasan berpola linier sesuai dengan perletakan dan konfigurasi bangunan. Pertemuan jaringan jalan di dalam kawasan membentuk pola grid. Jaringan jalan yang ada di kawasan perencanaan terdiri dari jalan provinsi, dan jalan desa/lingkungan. Kondisi jalan provinsi cukup baik dengan perkerasan aspal. Untuk jalan lingkungan sebagian besar sudah diperkeras dengan paving dan sebagian dengan aspal, dan sebagian lagi kondisinya belum diperkeras seperti jalan gang antar permukiman
warga
yang
ada
di
dalam
lingkungan.
Garis Sempadan Bangunan pada jalan Kolektor Primer dapat berimpit dengan trotoar dengan catatan parkir berada pada area terpisah. Kemunduran bangunan/ setback merupakan pengaturan tentang
IV - 7
Rencana pengembangan jalan lingkungan pada kawasan perencanaan yaitu jalan yang ada di dalam
tersebut sebagai kawasan perdagangan dan kawasan permukiman, maka perencanaan dan
lingkungan permukiman dengan lebar 2,5 meter dengan sempadan muka bangunan 3 meter dari tepi
perancangan jalur pedestrian disesuaikan dengan fungsi kawasan tersebut.
jalan, yang diperuntukkan sebagai kendaraan kecil dan akses pejalan kaki.
a.
Pedestrian di area perdagangan, difungsikan untuk membuat pengunjung dekat dengan pedagang agar pengunjung merasa nyaman berada di kawasan perdagangan.
b. Sedangkan pedestrian di tepi jalan difungsikan untuk memisahkan lahan parkir dengan jalan yang
4.6.2 Sistem Sirkulasi Kendaraan
hanya dibedakan dengan ketinggian dan pola lantai.
Sirkulasi kendaraan di kawasan perencanaan terdiri dari sirkulasi kendaraan umum dan sirkulasi kendaraan pribadi. Untuk kendaraan umum melayani pergerakan yang berada di jalan utama atau jalan RE Martadinata, sedangkan kawasan didalam lingkungan permukiman hanya dilayani oleh kendaraan pribadi atau kendaraan umum informal setempat berupa ojek. Sirkulasi kendaraan disesuaikan dengan kelas jalan dan fungsi jalan. Arus lalu lintas terbesar direncanakan terjadi di sepanjang koridor Jalan RE Martadinata – Sangrila Indah – Buaran Asem karena merupakan koridor jalan utama di desa Tanjung Anom yang merupakan jalur pergerakan transit yaitu perpindahan arus pergerakan
moda transportasi yang berbeda dari kawasan
perencanaan menuju kawasan lainnya. Jalan tersebut akan menjadi jalur sirkulasi primer di kawasan perencanaan, selain pada jalan lingkungan masing-masing RT. 4.6.3 Sirkulasi Pejalan Kaki Pedestrian atau ruang pejalan kaki (pedestrian ways) biasanya berbentuk suatu koridor, berada diantara bangunan atau di dalam taman. Dengan adanya sistem pedestrian ini secara tidak langsung akan menurunkan ketergantungan akan kendaraan, meningkatkan kualitas lingkungan, menerapkan skala manusia dan secara tidak langsung dapat meningkatkan kalitas udara bersih. Di dalam sistem pedestrian secara keseluruhan, jalur pedestrian (pejalan kaki) sepanjang jalan diidentifikasikan dan dibedakan berdasarkan fungsi yang akan ditentukan untuk jalur tersebut, misalnya jalur pedestrian utama, internal dan penghubung dalam kawasan. Pedestrian utama
berada di jalan yang lebar dan memungkinkan untuk dilebarkan bagi jalur
pedestrian. Biasanya terletak disepanjang jalur utama kendaraan diantara fungsi-fungsi kapling yang telah ditentukan. Di kawasan perencanaan jalur pejalan kaki terdapat di sisi jalan belum ada sehingga perlu dipertimbangkan untuk membuat jalur pedestrian dimasa mendatang sehingga pengguna jalan yang tidak menggunakan kendaraan dapat merasa nyaman. Dalam membuat rencana jalur pedestrian yang nyaman, perlu diperhatikan adanya aspek manusia dengan segala aktivitas masyarakat yang menggunakannya. Berdasarkan fungsi dan peran kawasan
4.6.4 Sistem Parkir Parkir merupakan fasilitas pelengkap dalam traffic system management, yang keberadaannya sangat penting untuk menunjang kelancaran aktivitas lalu lintas yang sedang berlangsung di kawasan perencanaan. Parkir merupakan masalah umum yang dijumpai dalam sistem transportasi perkotaan. Masalah ini timbul sebagai akibat dari kebutuhan lahan parkir yang kurang mencukupi dan tidak tertata dengan sebagaimana mestinya. Jenis parkir di kawasan perencanaan direncanakan menggunakan pola parkir tepi jalan (On Street) Parkir ini menggunakan bahu jalan dan sangat disukai oleh masyarakat karena mudah untuk parkir. Namun, sangat mengganggu arus lalu lintas dan mengurangi kapasitas jalan, sehingga dapat mengakibatkan kemacetan. Di kawasan perencanaan terutama di RE Martadinata – Sangrila Indah – Buaran Asem dapat parkir
di badan jalan karena ruang kiri-kanan jalan masih kosong. Arahan
penataan untuk parkir dibadan jalan adalah menyesuaikan dengan kondisi eksisting yaitu menggunakan lahan dipinggir jalan dengan pola memanjang atau sejajar dengan jalan.
4.7
Ruang Terbuka dan Tata Hijau
Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau merupakan komponen rancang kawasan, yang tidak sekadar terbentuk sebagai elemen tambahan atau pun elemen sisa setelah proses rancang arsitektural diselesaikan, melainkan juga diciptakan sebagai bagian integral dari suatu lingkungan yang lebih luas. Penataan sistem ruang terbuka diatur melalui pendekatan desain tata hijau yang membentuk karakter lingkungan serta memiliki peran penting baik secara ekologis, rekreatif dan estetis bagi lingkungan sekitarnya, dan memiliki karakter terbuka sehingga mudah diakses sebesar-besarnya oleh publik. Manfaat ruang terbuka dan tata hijau antara
lain menciptakan iklim mikro lingkungan yang
berorientasi pada kepentingan pejalan kaki dan mewujudkan lingkungan yang nyaman, manusiawi dan
berkelanjutan.
IV - 8
4.7.1 Ruang Terbuka Umum
4.8.1 Jaringan Listrik
Yaitu ruang yang karakter fisiknya terbuka, bebas, dan mudah diakses umum karena bukan milik
Rencana penataan jaringan listrik di wilayah perencanaan diarahkan kepada upaya untuk mengatasi
pihak tertentu. Ruang terbuka umum ini sebaiknya memiliki kualitas visual yang baik dan menarik
gangguan visual kabel udara. Kondisi yang berkembang di wilayah perencanaan adalah penggunaan
sehingga sekaligus dapat meningkatkan kualitas jalur pejalan kaki (pedestrian) disekitarnya. Ruang
jaringan listrik berada di sepanjang jalan. Rencana penataan jaringan listrik di wilayah perencanaan
terbuka umum ini bisasanya berkaitan dengan fasilitas kegiatan umum dan berfungsi sebagai simpul
tetap menggunakan jaringan yang sudah ada. Agar tidak mengganggu kapling bangunan, maka posisi
daerah tersebut. Ruang terbuka ini di kawasan perencanaan antara lain berada di halaman fasilitas-
jaringan listrik harus berada pada Daerah Milik Jalan (DAMIJA). Berdasarkan hasil analisis yang
fasilitas umum dan sosial seperti fasilitas pendidikan yang ada dikawasan perencanaan. Rencana
dilakukan diketahui kebutuhan listrik kawasan perencanaan sampai akhir tahun perencanaan seperti
penataannya
dapat dilihat pada tabel berikut :
adalah
melengkapi
taman
bermain
yang
ada
dengan
menyediakan
fasilitas
penunjangnya untuk masing-masing. 4.7.2 Sistem Ruang Terbuka Pribadi Yaitu ruang yang karakter fisiknya terbuka tapi terbatas, yang hanya dapat diakses oleh pemilik, pengguna atau pihak tertentu. Sistem ruang terbuka ini di kawasan perencanaan berupa lahan pekarangan yang dijadikan taman di depan rumah dan hampir setiap rumah memiliki halaman seperti ini. Rencana penataannya adalah melestarikan ruang terbuka tersebut sebagai bagian dari pengendalian Koefisien Dasar Bangunan (KDB) sehingga dengan adanya ruang terbuka dimungkinkan air hujan
Tabel 4.8 Proyeksi Kebutuhan Listrik di Kawasan Perencanaan Jumlah Rumah Komersial Sarana Penduduk Tangga (VA) Umum/Sosial (Jiwa) (VA) (VA) Tahun 2015 9.921 892.860 1.116.080 223.220 Tahun 2016 10.071 906.350 1.132.940 226.580 Tahun 2017 10.223 920.040 1.150.040 230.010 Tahun 2018 10.377 933.940 1.167.420 233.480 Tahun 2019 10.534 948.040 1.185.060 237.020 Sumber : Rencana
masih bisa terserap oleh tanah dan tidak meluber ke saluran drainase yang dapat menimbulkan
Asumsi:
genangan di lokasi yang lebih rendah.
Domestik: 90 VA/Org Fasilitas Umum/Sosial: 22.5 VA/Org Komersial/Lain-lain: 112.5 VA/Org
4.7.3 Area Jalur Hijau, Yaitu salah satu ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai area preservasi dan tidak dapat dibangun. Ruang terbuka ini di kawasan perencanaan berupa jalur sepanjang sisi kiri kanan jalur sungai yang dipergunakan untuk permukiman dan
lahan pertanian. Rencana penatannya adalah
melestarikan area jalur hijau tersebut sebagai lahan yang tidak boleh dibangun dan menjadi buffer zone terhadap bahaya bencana alam seperti banjir. 4.8
Total Kebutuhan Listrik (VA) 2.232.160 2.265.870 2.300.090 2.334.840 2.370.120
4.8.2 Jaringan Air Bersih Kebutuhan air bersih di wilayah perencanaan sampai saat ini masih dipenuhi dengan sumur-sumur warga. Untuk pengembangannya jaringan air bersih baik dari sumur umum (tower) maupun dari PDAM diupayakan menggunakan sistem penyaluran pipa bawah tanah agar tidak menggangu pemandangan serta terintegrasi dengan sistem jaringan listrik dan telepon. Sedangkan mengenai sumber air bersih dapat dilayani oleh PDAM ataupun dengan sistem pengolahan sumur gali.
Rencana Infrastruktur dan Utilitas Lingkungan
Utilitas lingkungan direncanakan untuk melengkapi infrastruktur lingkungan yang memadai dan terpadu. Rencana ini memperhatikan faktor pemeliharaan jangka pendek dan jangka panjang serta faktor perbaikannya, juga faktor estetika lingkungan.
IV - 9
ke TPA oleh truk sampah. Kegiatan ini dikoordinir oleh pemerintah daerah setempat melalui Dinas Kebersihan. Rencana pengelolaan masalah persampahan adalah : 1.
Penyediaan tempat sampah agar mempertimbangkan segi estetika
2.
Dipisahkan antara sampah basah dan sampah kering
3. Penempatan tong-tong sampah di sepanjang ruas jalan utama dibuat secara bersilangan (zig zag) di kanan kiri jalan.
IT].SAMPAH
Sistem Jaringan Air Bersih
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan didapatkan kebutuhan air bersih dikawasan perencanaan seperti pada tabel berikut.
Tabel 4.9 Perkiraan Kebutuhan Air Bersih Kawasan Perencanaan
Gambar Sistem Pembuangan Sampah
Rencanasistem persampahan kawasan perencanaan dapat dilihat pada tabel berikut.
I
I
I
Tahun 2015
9.921
1.490
Tahun 2016
10.071
1.520
Tahun 2017
10.223
Tahun 2018
I
I
300
150
310
150
1.530
310
10.377
1.560
Tahun 2019 10.534 Sumber : Rencana
1.580
I
I
I
390
2.330
466
2.796
400
2.390
478
2.868
150
410
2.400
480
2.880
310
150
420
2.440
488
2.928
310
160
420
2.470
494
2.964
Asumsi: Domestik: 150 ltrlorglhr Hidran Umum:40 ltrlorglhr Komersialllndustri:30 ltrlorglhr Pelayanan Sosiet: 15 ltrlorglhr
4.8.3 laringan Sampah Pola pembuangan sampah di wilayah perencanaan adalah dengan penempatan tong-tong sampah disetiap jarak 50 m. Pembuangan dilakukan oleh jasa petugas kebersihan yang mengambil sampah setiap pagi dari tiap-tiap tempat sampah untuk kemudian di kumpulkan di TPS dan kemudian diangkut
Tabel 4.10 Perkiraan Timbulan Sampah di Kawasan Perencanaan
I
I
I
I
Tahun 2015
9.921
20
2
546
14
5
1
Tahun 2016
10.071
20
3
5
554
14
5
1
Tahun 2017
10.223
20
3
5
562
14
5
1
Tahun 2018
10.377
21
3
s
571
14
5
1
10.534
21
3
5
579
14
5
1
Tahun : 2019 Sumber Rencana
5
Asumsi: Sampah Domestik: 2 literlorglhari Sampah Komersial: 0.25 literlorglhari Sampah Sarana Umum/Sosial: 0. 5 literlorg!hari Kebutuhan Bak Sampah: 1 unil/50 titer Kebutuhan Gerobak Sampah: 1 unil/2 m3 Kebutuhan TPS: 1 unit/6 m3 Kebutuhan Truk Sampah: 1 unit/18 m3
IV - 10
Tabel 4.11 Perkiraan Volume Air Limbah di Kawasan Perencanaan Jumlah Air Timbulan Septic MCK Penduduk Limbah Tinja Tank (Unit) (Jiwa) (m³/hari) (m³/hari) (Unit)
4.8.4 Jaringan Drainase dan Air Limbah Saluran air hujan direncanakan dengan memperhatikan topografi, suatu sistem pembuangan air yang dapat mengalirkan air hujan secara cepat dan bebas gangguan air tergenang atau banjir. Rencana
Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019
drainase ini dibagi dalam beberapa jenis saluran, yaitu saluran primer, saluran sekunder, saluran tersier, dan saluran tepi jalan. Rencana pembuatan saluran-saluran drainase harus memenuhi syarat sebagai berikut : 1. Di dalam tiap-tiap pekarangan harus diadakan saluran-saluran pembuangan air hujan. 2. Saluran-saluran tersebut diatas harus cukup besar dan cukup mempunyai kemiringan untuk dapat
9.921 10.071 10.223 10.377 10.534
2.240 2.300 2.310 2.340 2.370
1 1 1 1 1
1.990 2.020 2.040 2.080 2.110
100 100 100 100 100
Sumber : Rencana
Asumsi:
mengalirkan air hujan dengan baik.
Perkiraan Air Limbah: 80% x Total Kebutuhan Air Bersih
Jumlah Septick Tank: 5 Jiwa/Unit Jumlah MCK: 100 Jiwa/Unit
3. Air hujan yang jatuh diatas atap harus segera dapat disalurkan di atas permukaan tanah dengan pipa-pipa atau dengan bahan lain dengan jarak antara sebesar-besarnya 25 meter.
Lumpur Tinja Domestik: 30 liter/orang/tahun
4. Curahan hujan yang langsung dari atas atap atau pipa talang bangunan tidak boleh jatuh keluar pekarangan dan harus dialirkan ke bak peresapan pada kapling bangunan bersangkutan. 5. Pemasangan dan perletakan pipa-pipa dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak akan mengurangi kekuatan dan tekanan bangunan. 6. Bagian-bagian pipa harus dicegah dari kemungkinan tersumbat kotoran. 7. Pipa-pipa saluran tidak diperkenankan dimasukkan ke dalam lubang lift. 8. Saluran-saluran yang direncanakan terintegrasi dengan jalan (saluran tepi jalan) tersebut perlu mempertimbengkan hal-hal berikut : -
Saluran direncanakan terbuka untuk memudahkan pengawasan dan pembersihan. Adapun lokasi saluran terbuka berada di jalan masuk.
-
Untuk saluran di depan bangunan dibuat tertutup dengan penutup yang mudah dibuka tanpa adanya perkerasan permanen.
-
Saluran dibuat dari beton, batako atau batu, disesuaikan dengan kondisi wilayah setempat.
-
Bentuk saluran trapesium, kecuali pada tempat tertentu dipasang dalam bentuk lain, dengan kemiringan slope 5 : 1 atau 4 : 1.
4.9
Jalan
Street furniture direncanakan sebagai elemen sarana jalan yang diletakkan dengan terencana pada bidang tapak di sepanjang koridor jalan di wilayah perencanaan. Elemen sarana ini tidak saja fungsional tetapi perletakkannya harus juga mempertimbangkan estetika jalur jalan, sehingga secara keseluruhan koridor jalan tampak teratur, terpadu antar satu elemen dengan elemen yang lain, dan indah. Elemen-elemen sarana jalan tersebut adalah: 4.9.1 Reklame Rencana penataan yang diusulkan untuk penataan reklame adalah:
Ditinjau dari segi keindahan kota -
Pemasangan dan penempatan reklame agar lebih dititik beratkan pada unsur estetika dibanding unsur komersialnya, dan lebih banyak menggunakan reklame lampu untuk menghidupkan suasana di malam hari.
-
Ukuran reklame perlu dibatasi sedemikian rupa agar tidak menutupi sebagian besar tampilan bangunan atau mendominasi fasade lingkungan sekitarnya.
-
Reklame tempel dan reklame dinding agar dipasang pada bidang dinding. Jangan dipasang menutupi jendela, pintu atau atap bangunan. Prinsipnya adalah reklame dirancang sebagai bagian dari bangunan, bukan mendominasi bangunan (maksimal, hanya 20% saja dari bidang
muka
bangunan
yang
boleh
tertutup
papan
reklame)
IV - 11
-
Penempatan lokasi pada koridor-koridor jalan dirancang agar tidak saling berhimpitan atau
-
saling menutupi satu dengan yang lainnya. Sehingga informasi satu dengan yang lain bisa
unsur estetika, hendaknya dipandang sebagai salah satu unsur pendukung keindahan
terbaca oleh pengamat.
lingkungan kota, dan jangan sampai mendominasi atau merusak keindahan lingkungan
Ditinjau dari segi keamanan dan keselamatan -
sekitarnya, serta tidak mengacaukan konsentrasi pemakai jalan dan tidak menutupi rambu
Pemasangan reklame jangan sampai mengacaukan konsentrasi pemakai jalan (karena
lainnya.
gambarnya menyolok, menimbulkan silau, posisinya sulit dilihat pada sudut pandang normal,
-
Reklame tiang pada lingkungan luar sebaiknya tidak dipasang diatas median dan pulau jalan
menutupi atau mengaburkan rambu lainnya), selain itu konstruksinya harus memenuhi syarat
(karena potensial mendominasi lingkungan dan merusak keindahan), tetapi diatas berm dan
teknis dan tidak melewati batas Damija.
taman tepi jalan. Pemasangan reklame tiang perlu diseragamkan yaitu dalam hal ketinggian,
Ditinjau dari pendapatan daerah
jarak dan ukurannya.
Penetapan tarip pemasangan reklame agar tidak dititikberatkan pada ukuran besarnya reklame,
-
Jenis reklame yang boleh dipasang diatas median dan pulau jalan adalah reklame yang menyatu dengan sarana ruang laur, misalnya tugu jam, pos polisi lalu lintas, struktur rangka
tetapi pada zona penempatannya. Pemasangan reklame tiang, reklame tempel, reklame tegak lurus, reklame lampu dan reklame
ruang dan lainnya, dengan ketentuan pemasangan reklame harus dirancang sebagai bagian
icon pada bangunan, dikendalikan sebagai berikut: -
Secara umum pemasangan reklame pada lingkungan luar agar lebih dititik-beratkan pada
dan menyatu dengan struktur tersebut.
Dirancang sebagai bagian yang menyatu dengan bangunan. Untuk itu dibutuhkan unsur
-
pengikat, antara lain memalui penempatan secara ulang, varian atau dengan aksentuasi
Reklame spanduk, umbul-umbul dan baliho, boleh dipasang diatas median, berm dan taman. Reklame spanduk tidak diperkenankan dipasang melintang jalan.
dengan mengatur jarak, ketinggian dan ukuran reklame. Reklame pada bangunan bisa ditempatkan pada level, lisplang, diatas bangunan, pada bidang tembok yang memang
4.9.2 Telepon Umum
dirancang untuk keperluan tersebut.
Sejauh ini wilayah perencanaan belum mempunyai spesifikasi bentuk boks telepon yang khas, baik
-
Pemasangannya dilarang menutupi jendela, atap maupun tampak bangunan.
yang berisi empat boks maupun yang hanya berisi satu boks, dan ini perlu dirancang dan
-
Pemasangan reklame yang dipasang tegak lurus bangunan, dilarang melampui batas damija.
dikembangkan dengan desain yang spesifik dan menempatannya dibeberapa lokasi yang strategis.
-
Pemasangan reklame icon tidak diperkenankan melebihi batas selubung bangunan yang telah
Rencana penempatan boks telepon dan bis surat diusulkan sebagai berikut :
ditetapkan.
Di dekat persimpangan area pelayanan umum .
Di dekat lahan parkir.
Pemasangan reklame di dalam persil dikendalikan sebagai berikut: 1.
Reklame tiang di atas tanah - Dipasang tegak lurus jalan dan tidak melewati batas Damija.
4.9.3 Lampu Penerangan Jalan
- Ukuran reklame jangan sampai merusak tampang bangunan (proporsi luas bidang reklame
Elemen ini di samping berfungsi sebagai penerangan di malam hari, juga dapat berfungsi sebagai
dibatasi, atau ditempatkan lebih tinggi dari bangunan). 2.
elemen estetika dan pengarah pada rancangan ruang luar. Hal ini berkaitan dengan rancangan tiang
Reklame umbul-umbul, spanduk dan balon, boleh dipasang didalam persil, dengan ketentuan
lampu, lampunya sendiri dan perletakannya. Lampu penerangan umum di sepanjang koridor dan
pemasangannya harus kuat, tidak mudah roboh, memperhatikan segi keindahan, dan tidak
taman perlu disediakan tersendiri, dan hendaknya tidak mengandalkan pada penerangan bangunan
melewati batas persil. Reklame balon hanya diperbolehkan dipasang diatas atap bangunan.
yang ada atau penerangan yang berasal dari lampu reklame. Berkaitan dengan wilayah perencanaan,
Pemasangan reklame pada lingkungan luar (median, pulau jalan, taman), baik berupa reklame tiang, umbul-umbul, spanduk, maupun baliho dikendalikan sebagai berikut:
diusulkan arahan penataan sebagai berikut:
Lampu penerangan untuk sepanjang jalan diletakkan pada pinggir jalan. Lampu penerangan jalan di sepanjang koridor agar diseragamkan tinggi, model maupun penempatannya.
IV - 12
Lampu penerangan di sepanjang pedestrian
4.10 Analisa Kebutuhan Kawasan Prioritas
Lampu taman, untuk memperkuat karakter kawasan pada malam hari, dan lampu sorot untuk
Pelaksanaan kegiatan perencanaan dapat dikatakan baik jika sudah sesuai dengan kebutuhan
memperkuat elemen-elemen yang ditonjolkan pada malam hari. Pada deretan lampu yang ditempatkan berselang seling dengan pepohonan, perlu menghindari pemilihan pohon yang bermahkota lebar, agar kerimbunannya tidak menghalangi sinar lampu. Sejauh mungkin, dipersimpangan jalan utama perlu dipasang jenis lampu spesifik sebagai pembentuk identitas lingkungan sekitarnya. Lampu penerangan umum agar tidak digunakan untuk menempatkan reklame tempel, spanduk, selebaran atau lainnya yang sifatnya merusak keindahan lampu.
perencanaan yang sudah disepakati dan disetujui oleh seluruh unsur masyarakat khususnya yang berada dikawasan prioritas tepatnya di RT 01 RW 03. Berdasarkan hasil kesepakatan tersebut wujud dan impian masyarakat dalam menata kawasan menjadi lebih baik, sehat dan berdaya guna sesuai dengan harapan dapat merubah pola hidup dan prilaku serta citra lingkungan sebagaimana sesuai dengan visi dan misi pembangunan PLPBK, maka wujud pembangunan yang akan dilaksanakan antara lain: 1.
Gapura sebagai pintu masuk untuk kawasan prioritas.
2.
Pembangunan Jalan lingkungan berupa pembangunan paving block.
3.
Penataan Ruang Terbuka Hijau dan Taman Bermain anak-anak.
4.
Pembangunan Rumah Sehat.
4.9.4 Tempat Sampah
5.
Pembangunan Sanitasi.
Penataan tempat sampah di wilayah perencananaan diarahkan sebagai berikut:
6.
Pembangunan SPAL.
Sumber tenaga lampu penerangan jalan agar dipisahkan dengan bangunan sekitarnya, sehingga pada saat terjadi pemadaman listrik lokal, lampu penerangan jalan masih tetap menyala.
IV - 13
Perlu penyeragaman bentuk dan besaran tempat sampah yang berada dalam satu koridor jalan.
7.
Setiap pembangunan baru, perluasan suatu bangunan yang diperuntukkan sebagai tempat
Diharapkan pembangunan-pembangunan sebagaimana yang telah disebutkan diatas sedikitnya dapat
kediaman harus dilengkapi dengan tempat atau kotak pembuangan sampah yang ditempatkan
menjawab kebutuhan masyarakat dalam menata dan menjaga lingkungan/kawasan yang akan
sedemikian rupa sehingga kesehatan umum masyarakat sekitarnya terjamin.
menimbulkan kesadaran bersama sehingga pranata (aturan-aturan) yang telah ditetapkan juga dapat
Dalam hal lingkungan di daerah pertokoan yang mempunyai dinas pembersihan kota, kotak-
Pembangunan Pos Keamanan.
berjalan dengan baik.
kotak sampah yang tertutup disediakan sedemikian rupa sehingga petugas-petugas dinas tersebut dapat dengan mudah melakukan tugasnya. Penyediaan tempat sampah agar mempertimbangkan segi estetika. Dipisahkan antara tempat sampah kering dan sampah basah. Rancangan penempatannya pada batas antara jalur pejalan kaki dengan jalur kendaraan (mudah dijangkau dari dua sisi), dengan jarak yang disesuaikan dengan volume pelaku kegiatan di setiap fungsi-fungsi publik. 4.9.5 Bunga
Pot
Pot atau bak untuk tanaman hias ditempatkan pada area-area yang mempunyai ruang terbuka yang terbatas, terutama pada area fasiltas pelayanan umum. Fasilitas ini sekaligus dapat berfungsi sebagai elemen pengarah dan pembatas pada rancangan ruang luar. Penempatan elemen ini disesuaikan dengan fungsi dan karakter bangunan. VI - 8